ISB
N
97
g-979-L5500-2-4
s EMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA
UNIVERSITA.S PENDIDIKAN I NDONESIA BEKERJASAMA DENGAN DIREKTORAT PEMBINAAN SMK DAN APTEKINDO
BANDUNG 2012
Seminar Nasional SItlf, Memban0unBan0saUniversilasPendiflilian
l8 - 20 Juni 2012
Inflonesia - Bandun0
PROSTDING SEMINAR NASIONAL
SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA
KerjasamaUniversitasPendidikan Indonesia, APTEKINDO, dan Direktorat Pembinaan SMK
PenanggungJawab
:
Prof. Dr. H. Sunaryo Kartadinata, M.Pd (Rektor Universitas Pendidikan Indonesia)
KetuaUmunr:
Dr. H. Dadang Hidayat M., M.Pd
Ketua
I
:
Dr. H. Asep Setiadi, M.Pd
Ketua
Ii
:
Dr. Eng. Agus Setiarvan, M.Si
Tim Penyusun
:
Dr. Ana, M.Pd Herwan Dermarvan, M.T Siti Mudzalipah, M.Si
Penerbit
:
FakultasPendidikanTekno logidanKej uruan UniversitasPend
id
ikan Indonesia
seminar Nasional slIK llembangunBangsauniversilasPenflidikan Indonesia, Banf,unE
l8 - 20 Juni 2412
SAMBUTAN DEKAN FPTK UPI Assalamua' laikumWr. Wb. B
ismi llahirohmanirohim
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya buku prosiding ini dapat diselesaikan dengan baik. SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGLfN BANGSA merupakan kegiatan yang ada di Prodi: Pendidikan Teknik Elektro Sl, Teknik Elektro D-3, Teknik Elektro, Pendidikan Teknik Mesin, Teknik Mesin D-3, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik Bangunan, Teknik Sipil, Pendidikan Teknik Arsitektur, Teknik Arsitektur, Teknik Arsitektur Perumahan D-3, Pendidikan Tata Boga, Pendidikan Tata Busana, Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, PendidikanTeknologi Agroindustri di lingkungan FPTK.
FPTK dalamusianya yang ke-53, maka dirasa perlu menampilkan hasil produk dan kegiatan laboratorium yang telah berjalan setengah abad. Kegiatan ini melibatkan prodi, jurusan, fakultas, universitas dan SMK seluruh Jabar, Dinas Pendidikan, DU/DI. Sehingga kegiatan ini cukup akbar, yang diharapkan terjadi sinergi antara universitas disatu piliak sebagai penghasil lulusan, SMK sebagai pengguna lulusan, dan DUDI sebagai pemakai lulusan dari kedua institusi tersebut. Selain kegiatan SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA, para dosen, guru-guru dan industri menyajikan buah pemikirannya dalam mengembangkan pendidikan kejuruan dalam bentuk kurikulum, strategi pernbelajaran dan masalah-masalah yang ada pada TVET. Kegiatan SEMINAR NASIONAL SMK MEMBANGUN BANGSA dan seminar bertujuan untuk rner-rghimpun semua urlsur terkait dalam menampilkan hasil karya ilmiah, produk dari pembelajaran, instrurnent dan peralatan praktek serta hasil-hasil lainnya.
Pada kesempatan
iui,
saya atas nama pimpinan FPTK menyampaikan dan memberikan
penghargaan kepada:
1. 2.
Bapak Rektor yang telali rnengijinkan kegiatan ini;
3.
Para Ketua Jurusan/Ketua Program Studi bersusah payali menyelenggarakan kegiatan
Para Kepala Dinas Pendidikan di lingkungan Provinsi Jaw'a Barat yang telah memberikan dorongan moril pada acara kegiatan ini;
di tirlgkat Fakultas, Ketua Pantia yang telah rr-u;
4.
Para Kepala Sekolah SMK yang telah berpartisipasi mengirimkan timnya untuk kegiatan pameran;
5. 6.
Para dosen dan guru-guru yang telah berpartisipasi sebagai peserta seminar; Para mahasiswa FPTK dan parasisrva SMK yang terlibat dalam kegiatan
ini dan akhirnya kepada DU/DI yang tidak mungkin disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan nara sumber dan materilnya demi kemajuan pendidikan kejuruan.
Kegiatan ini merupakan raugkaiall acara Dies Natalis UPI yang ke-57 pada tanggal 20 Oktober 201l.Dirgaliayu UPI semoga menjadiuniversitas yang Leading and outstanding.
Akhirnya pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggitir-rggilry'a kepada panitia dan sernua pilrak yang telah rnernberikan sumbangan baik moril, maupull spiritLtal. Kami moltou t.naaf bilanrana dalarn penyelenggaraan kegiatan ini terdapat kekurangan dan kelemahan, semoga kegiatan ini akan memberikan manfaat bagi kita semua. Wassalamua' laikumWr. Wb. Dekan FPTK-UPI
Prof. Dr. H. Mukhidin, M.Pd.
Seminar i{asi0nal
SITII(
MemDangunBangsauniversitasPendiflikan
Inf,onesia, Banilung
18 - 20 Juni
2An
KATA PENGANTAR lndonesia denganjumlahpendudukterbesar di Asia Tenggara dilihat dari sisi ekonomi dapat merupakan potensi yang besarterutama apabila kita mampu mendayagunakan penduduk yang besar tersebut menjadi manusia-manusia yang produktif. Pendidikan Kejuruan merupakan sarana yang efektif dalam menghasilkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini sejalan dengan prioritas Presiden Republik lndonesia dalam bidang Pendidikan sebagaimana tertuang pada Renstra Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)tahun 2010 s.d. 2014 mengamanatkan agar dilakukan peningkatan akses pendidikan yang berkualitas, terjangkau, relevan dan efisien menuju terangkatnya kesejahteraan hidup rakyat, kemandirian, keluhuran budi pekerti, dan karakter bangsa yang kuat. Pembangunan bidang pendidikan diarahkan demi tercapainya pertumbuhan ekonomi yang didukung keselarasan antara ketersediaan tenaga terdidik dengan kemampuan: 1) menciptakan lapangatt kerja atau kewirausahaan dan 2) menjawab tantangan kebutuhan te naga ke rja.
Ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas harus memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif agar siap bersaing dalam memasuki pasar tenaga kerja. oleh karena itu, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan perannya mempersiapkan siswa menjadi calon tenaga kerja yang berkualitas (produktif) harus didukung oleh semua pihak, baik dari Departemen-departemen terkait, lndustri, maupun dari perguruan Tinggi. Dukungan dari Perguruan Tinggi dapat berupa aplikasi hasil-hasil riset untuk pembuatan produk-produk tertentu disatu sisi dan penyiapan calon-calon guru profesional yang siap melakukan profesinya dalam pelaksanaan program pendidikan di SMK.Universitas pendidikan lndonesia yang didalamnya memungkinkan melakukan kedua peran strategis tersebut dapat melakukan langkah-langkah nyata dalam mendukung industri kreatif berbasis SMK. Hal ini dilakukan melalui: Senrinar Nasional SMK Membangun Bangsa. Seminar Nasional SI/1K Membangun Bangsa bertujuan untuk mendukung program lndustri Kreatif Berbasis SMK dengan menghasilkan pemikiran-pemikiran baik berupa konsep, kesepakatan atau konvensiyang berkaitan dengan: 1) Membangun industri kreatif berbasis SMK; 2) Pemikiran mengenai landasan-landasan hokum dan legalitas produk-produk yang dihasilkan sMK; dan 3) Pemikiran tentang penyiapan calon-calon guru profesional SMK. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya acara ini. Semoga kerjasama yang sudah terjalin selama ini menjadi lebih bermakna dan membawa kemajuan kepada semua pihak.
Bandung,
1-8
Juni 2012
Panitia SEMINAR NASTONAL
SMK MEMBANGUN BANGSA
Seminar Nasi0nal SIiIf, l[emhangunBangsauniversitaspenliililmn
lndonesia . Bandung
18 - 20 Juni 2012
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI
iv
JADWAI- ACARA
vi
MAKALAH
1
PENGEMBANGAN MATA KULIAH PRAKTEK KEIURUAN UNTUK PENYIAPAN CALON GURU PROFESIONAL SMK BIDANG TEKNIK MESIN SINERGITAS INDUSTRI KREATIF BERBASIS SMK DENGAN STRATEGI PEMBANGUNAN INDUSTRI NASIONAL MENUJU GLOBALISASI
2 3 4 5
:
.
6 7
1
72
STRATEGI LPTK-PTK DALAM PENYIAPAN CALON-CALON GURU PROFESIONAL SMK
18
TERA ULANG REGULASI PENDIDIKAN GURU VOKASI; PROGRAM 51 KEPENDIDIKAN DENGAN KEWENANGAN TAMBAHAN (KKT)
23
MENYIAPKAN GURU SMK SEKOLAH BERTARAF INTERNASIoNAL (SBI) :SEBUAH PEMIKIRAN TENTANG SII4K
32
PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU SMK MELALUI INOVASI PEMBELAJARAN
43
PERAN LPTK DALAM MENYIAPKAI'J GURU.GURU YANG MAMPU MENDIDIK SiKAP KEJUJURAN, DISIPLIN, DAN CINTA KASIHPADA SISWA TINGKAT SEKOLAH
57
MENENGAH KEJURUAN
8
PERAN PENDIDIKAN KEWIRAUSAHAAN PADA SMK DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF
68
9
OPTIMALISASI IMBALAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU
77
10
PENUMBUHAN KREATIVITAS SISWA MELALUI PENGEMBANGAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PADA PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (sMK)
88
1'1,
MEMBANGUN PROFESIONALITAS CALON GURU SMK MELALUI PEMBELA.JARAN BERBASIS MULTIMEDIA
97
12
SMK PROGRAM STUDI TATA BUSANA SEBAGAI WAHANAPENGEMBANGAN
tul
INDUSTR! KREATIF BIDANG FASHION 13
PENDIDIKAN GURU KEJURUAN YANG BERKELANJUTAN
116
t4
MODEL PENDIDIKAN CALON GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)
725
PRODUKTIF
Semlna; Nasional Slil( ilembanEunBanEsa[niyersilaspendidikan Inilonesia - Bandung
'i8 - 20 Juni 2412
l5
MENYIAPKAN KOMPETENSI CALON GURU TEKNIK MESIN DI PTM UNS DENGAN MODEL PEMBELA.JARAN CREATIVE PROBLEM SOLVING
133
1,6
MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM PROGRAM S1 SARJANA PENDIDIKAN TEKNIK
140
ELEKTRO
17
KOMPETENSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA MENDUKUNG SUMBERDAYA MANUSIA YANG PROFESIONAL
156
MODEL PENYIAPAN GURU PROFESIONAL UNTUK SEKOLAH KEJURUAI,I DI ABAD 2
t67
EFEKTIFITAS WORK BASED LEARN!NG (WBL) UNTUK PENDIDIKAN KEJURUAN DI
181
INDONESIA
20
EVALUASI KEGIATAN PENDAMPINGAN SMK BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI
191
21
TANTANGAN LPTK DALAM PENYEDIAAN GURU SMK
2t3
22
PENGARUH PRESTASI PRAK'TIK KER'A INDUSTRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA
2r8
SISWA 5MK
23 24
PENYELARASAN PENYEDIAAN GURU PRODUKTIF SMK MELALUI KOLABORASI ANTARA LPTK-PTK DENGAN NON LPTK
226
MEMBANGUN SEMANGAT BELPJAR BERORIENTASI INDUSTRI KREATIF BAGI CALON
238
GURU TEKNIK PROFESIONAL MELALUI INTEGRASI PEMBELAJARAN BERBASISINKUBATOR INDUSTRI
25
TINJAUAN HUKUM ATAS PRODUK.PRODUK KREATIF SISWA SMK YANG DIKEMBANGKAN OLEH THEACHING INDUSTRI MANUFAKTUR BERBASIS SMK
247
26
MODEL PENDIDIKAN LPTK PROFESIONAL
256
27
MODEL PENDIDIKAN LPTK P RO FEgIONALIM PLEIVlENTASI BELAJAR MANDIRi (SELF RELIANT) PADA TECHNICAL EDUCATION AND VOCATIONAL TRAINING (TVET)
28
PEMBANGUNAN INDUSTRI KREATIF DAN IMPLIKASINYA PADA PENDIDIKAN
_
268 278
VOKASiONAL
29
TINJAUAN KEBUAKAN DAN PERUNDANGAN PADA USB SMK DALAM KAITANNYA DENGAN MP3EI
288
UEKEtCTA)^MA [,rEl\\Jnl\ Lrlt('cNl uK^ r rLrYrolrr^^,\ Jrvrr\ u^rt Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia Jl. Dr. Setiabudhi 2O7 Bandung 40154. Telp,/Fax: 022-20L7576 Home lrage: http://www,upi.edu E-mail:
[email protected][, ntrryanto-adhi@yahoo'co.id
HariPertarna: Senin, 18 Juni 2AL22 07.00 09.00
Persiapan
REMBUG NAsroNAt sMK MEMBANGUN BANGSA Catatan : SemuakegiatanRembugNasdiliputoleh Sie .Dokumentasi / Humas UPI: Dr.DediRochendi Dr.Hasbullah Suwatno
Sie. Acara: Dr.Hj. Budil""1 ulyanti,MSi Sie. Konsumsi Penerima Tamu
:
Regiskasi Peserta Coffee Morning
09.00 09.45
Pembukaan RembugNasionalSlvl K membangun
Auditorium lt.2
Bangsa&Pameran KaryaSiswaSMK.
1. 2,
09.45 -- 10.30
10.30- 12.30
LaporanKetuaPelaksana
Dr. DadangHidayat, M.Pd.
Sambu[anDekan FPTKUniversitasPendidikan Indonesia
Prof. Dr. H. Mukhidin,MPd
Sambutan Ketua APTEKINDO
Prof. Dr. HuseinSyam
SambutanRt:ktor UniversitasPendidikan Indonesia
Prof.H. Furqon, M.A.,Ph.D.
Keynote Speaker "Rembug Nasional SMK membangun Bangsa&PameranKaryaSiswaSMK" oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Diskusi Panel I: Kebtlakan dan dukungan l,lerttei'menteri terhadap: Membangunlndustri Kreatifberbasrs SMK Legal HukumProduk-produk yang dilnsilkanSiswa SMK; Peran LPTK dalamMenyiapkanCalon Guru Profesional SMK.
1. 2.
3.
JICA-FPMIPA UPI
ewa ki I i tvlend kbu i
d
)
1.
RudiFarzal,S.H.,M.M (KementerianKoperasi& UKM)
2.
Nuryaii Lagoda (Kementerian Perdagangan
3.
disambuttim penerima
:
Rektor UPI, Dekan FPTK, PD 1, PD 2, Ketua dan Wakil -wakilKetua Panitia, Humas UPI.
Setelah keynote, rombongan Kemendikbud didampingi Rektor UPI, Dekan dan Ketua Pelaksana menuju GdGymnastiumtemPat
Ir. Anang Tjah;ono, M,T. (M
SebelumnyaRombongan tamudariKementerian-Kementerian
)
Sie. Acara
Auditorium lt.2
MC
JICA.FPMIPA UPI
Moderator: Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.
Nono Chairano Chalil, S.Teks., M.Si. ( Kementerian Perindustrian)
Notulis:
Nitihlndra K.D.,S.Pd. ,t.Dr, Ir. Agung Budi Santoso,M.M.
Ery
uEKElt A)AMA UEI\UI\I\ Ult".El\ I \JK/\ I rErylDll\.\/ar\ )lvlN L/nl\ nr I trNll\vv Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia JI. Dr. Setiabudli 2O7 Bandung 40154. Telp/Fax: 022-2011576 Horne page: http://ruutw.upi.eclu E-mail: ana syarief@)yahoo.co.id,
[email protected]
'l
13.30
Kebrjakan dan dukungan Penterintah Dae,ah dan Pimpinan Lembdga terhadap: MembangunlndustriKreatifl,terbasis
1.
SMK;
2. 3.
Legal HukuntProduk-produk yang dihasi/kan9iswa 5MK,Peran LPTKdalamMenyiapkanCalon Guru Profesional
l.Gubernur Jawa Barat: H.AhmadHeryawan ,Lc 2.Surya Dharma, M.P.A., Ph.D. (Direktur P2TK Dikmen) 3.Drs. H. Hapy Gustin, S.H.,M.M. (Mewakili Gubernur DKI)
16.00-17.30
Diskusi Panel
III:
Kebljakan Direktorat - direktoratKemendikbud dan dukungan Pemerintah Da era h/Wa liko ta/Bupa ti terh a da p : lvlembangunlndustnKreatlfberbasis
1.
2. 3. 10
l"
r.,
:
18.30-20.00 I
SMK;
Legal HukumProduk-produk yang dihasi/kanSiswa 5MK; Peran LPTK dalamlvlenylapkanCalon
Gala Dinner
Sie. Acara:
Auditorium lt. 2 ]ICA-
l\,1c
FPMIPA UPI
Moderator: Drs. Wahyu Wibowo,M.T.
4. Drs.AdeKaryana, M. Ed.
(MewakiliGubernurSumsel)
'MK;
B
llli:.,i
-15.30 I Diskusi Panel I1:
1.
Prof. Dr Supriadi Rustad
(Direktur Direktorat Pendidikan dan
2. 3.
Tenaga Keperrdidikan Dikti) H. Budi AntoniAljufri (Bupati Empat Lawang SumSel) Prof. Furqon,Ph.D. (Rektor Universitas Pendidikan Indonesia)
Seluruh Pembicara, Pesefta, & Panitia
Notulls: Sitituludzalipah, S.T., M.Si.
Sie. Acara
Auditorium lt.
MC
2 JICA. FPMIPA UPI
Moderator: Prof. Dr.H.Mukhidin, MPd.
Notulis:
Indah Susanti, S.Pd,
Sie Acaraz Sie. Konsumsi
Lt. 4 FPTK
Dikoordinasikan dgn sie. konsumsi Sie.acara memfasilitasimengkoordi nasikan pertemuan TIM Perumus SEMNAS & Rembug Untuk merumuskan hasil (kesimpulan & Rekomendasi
BEKERJASAMA DENCAN DIRTKIURAI PEMUINAAN )MI\ UAN NTIENII\L'TJ Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia Jl. Dr. Setiabudl'ti 2O7 Bandung 40154. Telp/Fax: 022-201L576 Home page: http://www.upi.eclu F.-mail:
[email protected], nuryanto-adhi@yahoo'co.id
=s
Hari Kedua: Selasa, 19 Juni 2OL2z Focus Group Discussion (Parallel Sessions) A. Topik: Membangun Frogram IndustriKreatifBerbasis SMK 1
08.00-08.30
Moderator: Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.
Prof.Dr.H. Mukhidin, MPd.
Presentasr l"lakalah
t 4 FPTK-UPI
Tim Perumus Topik A: Dr. Ir. Agung Budi Susanto, M.M. (Ketua) Drs. H. Wahyu Wibowo, M.T. (Sekretaris) Prof. Dr. H.Mukhidin,MPd
Dr. Ai Nurhayati, M.Si. Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd. Dr.Hj.BudiMulyanti,MSi Dr.
2
08.30-09.00
Presentasi Makalah
4
10.00-1 1.30
Diskusi & Perumusan Hasil Diskusi
Ir. Agung Budi Susanto,
M.M.
Moderator: Dr. H. Asep Setiadi, B.Sc., M.Pd.
Moderator: Drs. H. Wahyu Wibowo, M.T.
Auditorium lt.
4 FPTK-UPI
Seluruh Peserta dalarn KelomPok mendiskusikan sesuai toPik &
memberikan masukan
untuk &
rumusan KesimPulan Rekomendasi Rembug SMK 5
11.30- 12.00
Sidang Pleno; Kesimpulan &
Pembacaan
Drs, H. Wahyu Wibowo, M.T.
Rekomendasi Rembug lrlasional SMK Membangun Bangsa,
6
12.00-12.30
Penutupan
Sie.Acara
Auditorium lt. 4 FPTK-UPI
Peserta berkumPul
di
Auditorium
di
Auditorium
Lt.4 FPTK-UPI
Auditorium lt
Peserta berkumPul
4 FPTK-UPI
Lt.4 FPTK.UPI
uEl\EKJn)ArVll\
LrEl\unl\
rLrrru
ulNLNlvMr
Kampus FPTK Universitas Pendidikan lndonesia JL Dr. Setiabudhi 2O7 Bandung 40154. Telp,/Fax: 022-2011576 Home page: http://u,ww.u1:i.edu E-mail: ana-syarief(dyahoo.co.id, nuryar.rto-adhi@yahoo'co'id
A. fopit, TinjauanAspekHukumTerhadapProduk yang Dihasilkan SMK 08.00-08.30
Presentasi Makalah
Prof,
Dr .
Astim Riyanto, S.H.,M.H.
Moderator: Dr. Eng. Agus Setiawan,
M.Si.
I Ruang Rapat 1 I tt. + reff-uel
'llm perumustopik
B:
Prof. Dr. Astim RiYanto, S.H.,M H. (Ketua)
Dra. Nanis
Setiawati,
M Si.
(Sekretaris)
Muhammad
Ilham
Hermawan,
s,.H., M.H. Luki Raspah, S.H.,M.H. Bayu Dwi Anggono, S.H.,M.H. Endang, 5H.,M.H. Ruang Rapat 1 It. 4 FPTK.UPI
Diskusi & Tanya Jawab
10.00-11.30
Diskusi & Perumusan Hasil Diskusi
Prof. Dr. Astim Riyanto
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si.
Ruang Rapat
It.4
FPTK-UPI
1
Seluruh Peserta dalam KelomPok mendiskusikan sesuai toPik &
memberikan masukan
untuk
rumusn KesimPulan
&
Rekomendasi Rembug SMK
tt:UtZSO i Siaang Pleno: Pembacaan Kesimpulan & Rekomendasi Rembug Nasional SMK
Prof. Dr. Astim Riyanto
Membangun Bangsa. 12.00-12.30
Penutupan
Prof. Dr. Astim Riyanto
Dr. Eng. Agus Setiawan, M.Si.
Peserta berkumPul
di
Auditoritlm
Peserta berkumPul Lt.4 FPTK-UPI
di
Auditorium
Jvrr\ s^rr L,rEl\tJAl\ L',lt('ENl vKr' I rLrvtDlrr^^rr lndonesia Perrdidikan Universitas Kaml>trs FPTK Dr. Setiabu dli 2O7 Bandung 40154' Telp/Fax: 022-2011575
uEKEIUA)I\MI\
Jl.
Home page: http://wutw.upi.erlrr E-ffrail: ana-syarief@ry;rlroo.co.id, nuryanto-adhi@yahoo'co'id
c. Topik: Peran
1-p111- p111 da la m
Menyia pka nCa lon
Gu
ru Profesiona I SMK
I
1
08.00-08.30
Dr. H. Dadang Hidal'at M., MPd.
Presentasi Makalah
Moderator: Prof. Dr.H.As'ari Johar,Mpd
li
Ruang Rapat 2
It,4
FTTK-UPI
Tim perumustoPik C: Prof. As'ari Johar (Ketua) Drs. Dadang HidaYat, M.Pd. (Sekretaris)
Dr. H. Dani Meirawan, M.Pd. Dra. Herni Kusanti, M.Pd. Dr. Iwa Kuntadi Drs. Sujani, M.Pd.
2
08.30-09.30
4
10.00-1 1.30
Moderator: Prof. Dr. ll.As'ari Johar,MPd
Diskusi & TanYa Jalvab
-Oist<usi
Dr. H. Dadang HidaYat M., MPd.
A Perumusan Hasil Diskusi
Moderator: Prof. Dr.H.As'ari Johar,MPd
Ruang Rapat 2 It. 4 FPTK-UPI
Seluruh Peserta dalam KelomPol( mendiskusikan sesuai toPik &
memberikan rtasukan
untuk
rumusan KesimPulan
&
Rekomendasi Rembug SMK 5
11.30-12.00
@simpulan&
Rekontendasi Rembug Nasional
Dr. H. Dadang HidaYat M., MPd.
12-.00-12.30
PenutuPan
Auditorium
lt.4
Peserta berkumpul Lt.4 FPTK-UPI
di
Auditorium
lt.4
Peserta berkumPul Lt.4 FPTK-UPI
di
Auditorium
FPTK-UPI
SMK
Membangun Bangsa. 6
Prot. Dr.H.AS arl Jonar/lvlpu
Di. H. oaaang Hidayat M.,
MPd'
Sie.Acara
Auditorium FPTK-UPI
Seminar Nasional Silf, ilemDanEun [angsa Universilas Penf,idiHan Inf,onesia, Banf,unE
18
- 19 Jur:i
2012
MODEL PENDIDIKAN LPTK PROF'ESIONAL
C. Rudy Prihantoro Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta
Abstrak: Lembaga pendidikan termasuk di dalamnya adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang menjadi tumpuan dalam hal ini, tentu harus mengantisipasi segala kemungkinan dan perkembangan yang menjadi permasalahan-permasalahan yang akan terus berkembang.Bahwa tujuan pendidikan profesional adalah menghasilkan seseorang yang berprofesi dengan kemampuan standar dan seseorang yang menerima atau mempraktekkan apa yang mereka hormati sebagai yang baik cian sebagai kemampuan yang layak. Tujuan pendidikan profesional harus dirinci secara jelas, isi yang spesifik dalam kurikulum untuk mendasari rasional menentukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh selama proses pendidikan profesional. LPTK perlu dilakukan rekonstruksi dan revitalisasi untuk lebih meningkatkan fungsi utama yang diemban LPTK melalui kajian-kajian strategis untuk menjawab perkembangan akan kebutuhan tenaga pendidikan. Model pendidikan guru selama ini berupa model kongkuren dianggap usang dan akan diganti dengan rnodel konsekuiif (berurutan). Model konsekutif dianggap lebih mampu menjawab tantangan pendidikan bagi calon guru di masa depan. Model pendidikan konsekutif (berurutan) berarti rnendidik mahasiswa calon guru dengan ilmu non kependidikan sejak awal masuk
perguruan tinggi, setelah pada level tertentu baru diajarkan didaktik metodik. Dalam versi lain, model pendidikan konsekutif,pendidikan didaktik metodik diberikan kepada mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah di jenjang pendidikan Sl melalui program yang dikembangkan pada prograrn sertifikasi guru atau pola yang setara dengan program sertifikasi guru. Dalam pengembangan LPTK agar lenrbaga ini mampu menghasilkan tenaga guru yang handal, efektif dan profesioual. Fakta di lapangan telah rnembuktikan bahwa perubahan IKIP menjadi universitas mengaburkan cita-cita arval sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik. Kini diperlukan rneningkatkan mutu LPTK dengan fasilitas modern kependidikan. Melalui IT mahasiswa akan
melihat kemajuan teknologi pengajaran sekaligus berinteraksi dan memperdalam ilmu kependidikan yang ditekuni sehingga semakin banyak keterampilan yang mereka peroleh dari berbagai sumber. LPTK harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik itu masyarakat pengguna jasa pendidikan LPTK, hingga pemerintah.
Kata Kunci: Profesional, model pendidikan, mutu LPTK. LATAR BELAKANG Saat
ini orientasi pendidikan di Indonesia, cenderung mengikuti visi dari aspek ekonorni global
yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan keterbukaan yang mengakibatkan adanya tuntutan kompetisi untuk mampu merebut keunggulan-keunggulan yang
dapat dintanfaatkan uutuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tuntutan kompetisi ini membarva konsekuensi pada kesiapan masyarakat dalam berbagai aspek kompetisi. Salah satu yang
diperlukan adalah kompetensi individu dari suatu komunitas masyarakat yang metninati bidangnya.
Pernilikan kornpetensi oleh individu-individu untuk bidang-bidang yang diminati, merupakan tantangan terser-rdiri bagi individu-individu untuk meraihnya. Lembaga pendidikan akhirnya
Seminar Nasional SHI llemDandun Ban0sa Universilas Penilidikan Indonesia , Bandung
18
- 19 Juni
2012
menjadi tumpuan harapannya. Dengan bertumpu pada pendidikan, individu-individu yang menjadi mahasiswa disuatu lembaga pendidikan, r-nengharapkan bahwa program yang dikembangkan akan
membawa mereka untuk memiliki kompetensi dan keprofesionalan yang dapat digunakan untuk mengantarkan pada kompetisi
di
lapangan kerja yang akan dijadikan wahana meningkatkan
kesejahteraannya dimasa yang akan datang.
Lembaga pendidikan termasuk
di dalamnya
adalah Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK) yang menjadi tumpuan dalam hal ini, tentu harus mengantisipasi segala kemungkinan dan perkembangan yang menjadi permasalahan-permasalahan yang akan terus berkembang. Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan tuntutan masyarakat, tu.yuan pendidikan harus diubah untuk memenuhi harapan lulusan, kurikulum dikembangkan untuk mengantisipasi keresahan-keresahan yang berkembang, strategi pendidikan dan pengajaran harus dikembangkan sesuai dengan kondisi
dan situasinya. Tentu hal itu tidak semudah yang dikehendaki, permasalahan-permasalahan lain tentu akan rnuncul berkaitan dengan pendidikan yang mempunyai misi tersebut.
Berbagai fakta dan permasalahan tersebut di atas akan membawa dampak terhadap hari depan para mahasiswa saat
ini. Satu hal yang selalu harus diantisipasi oleh dunia pendidikan adalah kejutan
masa depan (future shock) yang sulit diprediksi secara linier. Menghadapi hal
ini apa yang harus
dilakukan dunia pendidikan? Khususnya bagaimana LPTK mengantisipasi kejutan masa depan dalam menyiapkan tenaga-tenaga pendidik disemua lini pendidikan? Bagaimana model LPTK yang mampu melahirkan tenaga-tenaga pendidik profesional?
Menanggapi pertanyaan tersebut
di
atas, maka
LPTK sebagai salah satu institusi pendidikan
profesional harus menyadari bahwa proses industrialisasi seperti yang terjadi dalam tuntutan era globalisasi saat ini dan struktur masyarakat akan sama sekali bertolak belakang deitgan masyarakat yang mengutamakan status (diplorua disease). Dalam masyarakat yang lebih mengutamakan status peranan seseorallg ditetapkan oleh jenis kelamin, umur, keturunan, kekayaan serta lainnya yang sama sekali tidak berliubungan dengan kecakapan dan kepandaian seseorang. Suatu masyarakat masa depan yaitu masyarakat industri, berusaha untuk menyaring dan melatih orang-orang sesuai
dengan kepandaian dan bakat masing-masing, dan setelah yang bersangkutan memperoleh pekerjaan, berusaha untuk memanfaatkan kecakapan yang
dimiliki orang itu untuk meningkatkan
kemajuan masyarakat dengan jalan menggairahkan persaingan yang sehat berdasarkan kompetensi
masing-rnasing. Jadi, dapat dikatakan, bahwa pendidikan profesional seharusnya bertujuan membina kompetensi seseorang menjadi seorang yang profesional sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya.
Hal ini dimungkinkan bila orientasi pendidikan lebih menekankan pada
kompetensi yang harus
dimiliki oleh seseorang lulusannya.
dasar
Seminar Nasional SItlf, Hemtrangun Bangsa Universilas Penf,idilian Indonesia , Banilun0
18
-
19
2012
PENDIDIKAN PROFESIONAL
1.
Hakikat Pendidikan Nasional
Davies (1976), menyatakan bahwa tujuan pendidikan profesional adalah kenyataan yangada(selfevidence),
di sini artinya bahwa tujuan akhir dari pelatihan untuk profesional adalah kemampuan
praktisi di lapangan pekerjaannya. Faktor yang menjadi pertimbangan dalam tujuan pendidikan profesional berdasarkan kenyataan yang ada adalah hakikat proseS pendidikan
itu
sendiri,
persyaratan sosial yang luas, perlunya suatu profesi dan permintaan, setta adanya orang yang mau betajar. Faktor-faktor ini berkaitan antara kebutuhan, kemauan dan permintaan di dalam pendidikan dan pelatihan profesional.
2.
Tujuan Pendidikan Nasional
Tujuan pendidikan profesional adalah untuk menghasilkan praktisi yang kompeten, seperti yang dikemukakan dalam penilaian self-evidence. Penilaian
ini muncul berdasarkan dua pertanyaan
yaitu: Mengapa praktisi harus kompeten? dan, apa kompetensi itu?
Hal pertama yang perlu dikaji adalah
anggapan sementara orang bahwa seseorang yang sudah
masuk ke dalanr lingkup profesional menganggap bahwa dirinya sud.ah berkemampuan sesuai dengan profesinya, walaupun hat ini perlu dikaji lebih jauh apakah seseorang tersebut telah melalui suatu perrgujian-pengujian pengetahuan dan kemampuan profesinya serta telah sesuai dengan kode
etik profesi yalg berlaku dalam memberi pelayanan kepada klien (Hughes, 1958). Apabila yang terjadi adalah tidak adanya kemampuan (incorttpetent) seorang praktisi dalain mentpraktekkan profesinya, rnengapa ia harus mencari kompetensi dan mengapa kompetensi
di klaim sebagai
produk akhir dari pendidikan dan pelatihan? Untuk menjawab pertanyaan ini, Schumacher (i977) menyatakan bahwa: "Pendidikan merupakan dasar untuk bekerja dengan baik adalah sungguh tidak mungkin (impossible). Bagaimana membedakan bekerja dengan baik dan bekerja secara buruk jika manusia yang hidup di dunia ini tidak berarti (no meaning), tidak mempunyai tujuan (no purpose)".
Goode (1973) menyatakan bahwa pelayanan adalah satu dasar profesi dan karenanya etik pelayanap rlelekat dalarn sifat profesiona[. Tetapi seorang praktisi dalam pekerjaan profesiorral tidak selalu melakukan etik tersebut, hal ini disebabkan disiplin prosedur yang digunakan dalam pekerjaan tanpa dilandasi kemampuan profesi. Karena itu diperlukan jaminan dengan standar yang tinggi bagi praktisi untuk memiliki ideologi etik profesional. Meskipun demikian etik pelayanan bisa tidak ketihatan rasional tanpa keberartian dan tujuan hidup manusia. Apakah mereka
diultungkal ataupun tidak dari pelayanan tersebut? Namun, yang terpenting dalam hal ini adalah mengapa profesional harus berkemampuan? Salah satu sebab diterimarlya hal ini adalah bahwa permintaan profesi atau permintaan profesionalisme merupakan suatu akibat metafisik mereka atau
Seminar Nasi0nal Sllf, llemDanEun Bangsa
universilas Pendidikan Inf,onesia, Banilun0
18
-
19 Juni
2012
keyakinan mereka, sebagai contoh yaitu implikasi bahwa profesional adalah seseorang yang
memiliki watak teliti, berkeyakinan atau berideologi. Watak dan keyakinan adalah individualistis
dan mungkin saja salah atau tidak bermoral untuk profesi-profesi tertentu tetapi yang lain merupakan watak dan keyakinan yang dipercayainya.
Pada pendidikan profesi, staf pengajar harus melakukan analisis terhadap perkembangan kemampuan dan sikap yang
dimiliki mahasiswanya, tugas pendidik di sini adalah mempersiapkan
mahasiswa untuk masuk ke dalam profesinya dan lebih lanjut memperlihatkan kemampuan utama
profesi dengan kualifikasinya, serta kernampuan-kemampuan yang digunakan dalam menjalankan tugas-tugas profesinya. Schumacher (1977) menyarankan: "Bagaimana kami menyiapkan orang muda bekerja untuk masa depan dunia? Saya pikir kami harus mengajarkan mereka membedakan antara bekerja yang baik dan bekerja yang buruk serta mendorong mereka menolak yang bekerja
buruk".
Isu-isu yang timbul berkaitan dengan pendidikan profesional adalah tentang
isi
kurikulum
pendidikan profesional dan tentang metode mengajar (teaching student). Argumentasi Schumacher
yang diimplikasikan bahwa salah satu tujuan pendidikan profesional adalah menghasilkan seseorang yang berprofesi dengan kemampuan standar dan seseorang yang menerima atau rnempraktekkan apa yang mereka hormati sebagai yang baik dan sebagai kemampuan yang layak.
Selain itu isu moral sebagai jiwa profesionalisme itu sendiri merupakan sentral dari pendidikan profesional.
3.
Kompetensi
Kompetensi diasurnsikan hanya merupakan keberhasilan ketika pekerjaan dikerjakan dengan seluruh aspek kecakapan, misalnya keberhasilan ilalam praktek yang didasarkan atas teori. Yang
tersirat di sini bahwa praktisi harus memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan (skill)
untuk menjalankan pekerjaan. Keahlian yang satu tidak lebih dari kemampuan yang lain. Pengetahuan atau keterampilan tidak merupakan konsep nyata masing-masing dalam praktek profesional. Pengetahuan profesional menunjukkan penguasaan disiplin akademik atau disiplin-disiplin ilmu
yang mendasari praktek profesional. Pemeliharaan pengetahuan profesional
di sini bahwa
peuguasaall peugetahuan ini adalah pentiirg untuk ttremaharni konsep profesionalisme. Pengetahuan
akadernik esensial bagi praktisi untuk memahami dasar teoretikal ke keterampilan dalam kinerja
perlunya peugetahuan untuk profesional adalah bahwa perlu .Selanjutnya, pemaharnan terhadap nilai-nilai moral dalam menjalankan praktek profesional. Berlawanan dengan praktek profesional.
pengetahuan keterampilan yang menekankan kinerja dalam bekerja
dari pada teori. Kinerja
Seminar Nasional Strlf, ilem[angun Bangsa Universitas Pendidilran Indonesia - Banf,ung
keterampilan
di sini
bisa
jadi
tergantung pada pengetahuan. Karena
'18
-
19 Juni
2012
itu
keterampilan
mempertunjukkan kemampuan yang terbatas untuk melakukan teknik atau prosedur yang dapat diterirna secara profesional atau ditentukan oleh organisasi profesional pekerja.
Ditarnbah lagi, keterampilan sosial melalui hubungan baik individu praktisi-praktisi dengan serangkaian yang mereka perankan adalah kinerja kerja yang penting. Kompetensi, oleh karenanya
Hal itu berhubungan
dengan
di dalam analisis ini berkaitan
dengan
merupakan konsep yang lebih luas dari pada yang dibayangkan. pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sikap termasuk
ideologi profesional, yaitu memiliki dimensi kognitif dan afektif yang kaitannya cenderung dengan perilaku. Jadi tampak bahwa dasar praktek profesional tebih kompleks dan praktek kompetensi lebih luas
dari yarrg diasurrsikan dan jika Schumacher benar, dimensi slkap (attitudinat) lebih penting dari pada yang sering terlihat diberikan pada pelatihan profesional.
4.
Proses Pendidikan
Peters (1967) mengemukakan bahwa proses perididikan akan dilihat sebagai suatu rangkaian tugas-
tugas yang dicapai melalui pendidikan.
Di sini diartikan bahwa salah satu tugas dalam pendidikan
adalah indoktrinasi. Imptikasi indoktrinasi hadir dalam tujuan kedua yang dikemukakan dalam referensi Schumacher.
Hare (1964) berpendapat bahwa untuk rnemahami konsep indoktrinasi yang utama perlu dilihat adalah dari perspektif tujuan-tujuannya. Ia menegaskan bahwa indoktrinasi bertujuan menghasilkan
diterimanya pandangan yang diharapkan indoktrinator. Pendidik akan memberi perhatian dalam rnerrbantu rnahasisu,a mendapatkan nilai-nilai yang menggambarkan pertimbangan dan alasan argumentasinya. tndoktrinasi juga terjadi dalam pelatihan profesional, meskipun hal
itu bukan
i-'rerupakan tujuannya.
Pada intinya, ideologi profesional terletak pada diterimanya nilai-nilai selama proses pendidikan
berlangsung yang menjadikan mahasiswa memiliki dorongan kritis menilai etik profesional. Selarna proses
ini mahasiswa
mendapatkan kesempatan membandingkan dari pelatihan. Oleh
karenanya, implikasinya adalah bahrva pada kurikulurn pelatihan profesional perlu memasukkan studi profesionalisme, etik profesional dan hubungan interpersonal. Konsepsi Peters (1967) ter[adap keberhasilan pendidikan profesional identik dengan penguasaan
sejumlah keterarnpilan, pengetahuan dan pemahamatr terhadap prinsip-prinsip serta pemahaman dan pelerirlaan terhadap trilai-nilai 1,ang rnendasari praktek keterampilan dan pengetahuan suatu profesi. Dari kajian diatas tujuan pendiCikan profesional dapat dibagi menjadi duatingkatan, yaitu:
Seminar liauional $lrlf, llemlan0un Ban0sa Universilas ltenf,idikan Inf,onesia - BandunE
(l)
18
- 19 Juni
2012
Sekolah profesional dengan tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi mereka yang
menyelesaikan pelatihan profesinya, dengan dimilikinya pengetahuan dan keterampilan yang cukup
untuk dipraktekkan dan tetap menjaga standar mutu profesinya. (2) Sekolah profesional dengan
tujuan menghasilkan masukan-masukan baru bagi seseorang yang berprofesi dengan memiliki ideologi profesional yang diperoleh untuk menjamin praktek yang baik, sama baiknya dengan pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk dipraktekkan.
Namun, pendidikan profesional tidak terjadi "in vacuo" (dalam kevakuman) bahkan sekarang
diperlukan pengujian-pengujian tujuan aspek-aspek pendidikan
ini yang berkaitan dengan
masyarakat dan keprofes ian.
5.
Kriteria Isi Kurikulum Pendidikan Profesional
Tujuan pendidikan profesional harus dirinci secara jelas, hal ini diperlukan untuk menyusun isi apa
yang akan diajarkan atau dicatat dan apa yang akan dipelajari mereka. Tujuan ini tidak hanya merupakan alasan mengapa isi yang spesifik tersebut dimasukkan dalam kurikulum. Lebih luas lagi adalah uutuk mendasari rasional menentukan pengetahuan, keteranlpilan dan sikap yang diperoleh selama proses pendidikan profesional atau selama berlangsungnya pendidikan profesional.
Diperlukan suatu gambaran yang jelas antara desain kurikulum atau silabus, yang dimaksudkan untuk hasil belajar dan oleh karena itu dimasukkan dalam kurikula tertulis, silabus atau program termasuk di dalamnya apa yang diajarkan secara aktual dan dipelajari dalam proses pendidikan itu
seldiri. Aiasan untuk pencanturnan isi di dalam kurikulum atau silabus merupakan
sesuatu yang
faktual yang ditetapkan atau disetujui antara badan profesional dan institusi pendidikan, kemudian penetapan atau persetujuan
itu sendiri merupakan
rangkaian kriteria mengapa
isi
spesifik
dimasukkan dalam proses pendidikan.
Isi spesifik yang menjadi
perhatiar, dalam kurikulum pendidikan profesional dikonstruksi oleh
lernbaga profesional (the professional
bodl) atau oleh staf pengajar pada institusi tersebut, paling
tidak telah tersusun dalam bentuk silabus dan telah teruji, Kurikulum yang mereka rancang umumnya diajukan untuk mendapatkan persetujuan pada komite yang berwenang dalam pendidikan, dan sebagai validasinya disetujui oleh badan profesional, meliputi:
(l)
tujuan
pendidikan profesional, tujuan umum (aints) yang berupa pemyataan filosofi yang menjadi kepentingannya, tujuan khusus (objective) yang berupa maksud dari tujuan pengajaran atau sasaran
hasil belajar yang secara khusus terbagi dalam bagian-bagian dan diberikan selama
proses
peldidikan; (2) tuntutan praktek profesional, tuntutan dalarn hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas dan kelihatannya banyak konsep yang relevan dari pada kebutultan profesional itu
sendiri. Walau demikian kebutuhan (needs) itu bukan bentuk suatu ciri sentral dalam ntemahami
Seminar Nasional SiIf, llemDan0un Ban0sa Universilas Pendif,ikan Inf,onesia . Bandung
l8 - tP Juni 2012
kriteria untuk menyeleksi isi, seperti teori pendidikan yang rnengharuskan memahami akan kebutulran; tuntutan (demands) digunakan di sini berkaitan secara spesifik dengan isi dari kedua tujuan pendidikan profesional yang telah diformulasikan, agar supaya tercapai tujuannya, tentu saja
apa yang diharapkan harus sesuai dengan kerangka dari yang dipersyaratkan dalam praktek profesional. Agar perekrutan suatu profesi berhasil dengan baik maka perekrutan tersebut harus memasukkan praktek profesional, dengan demikian isi - dasar pendidikan profesional harus dilengkapi dengan respous tuntutan profesional tersebut. Oleh karenanya, kriteria untuk menyeleksi isi kurikulum perlu dilakukan dan masing-masing harus mengenal hal-hal yang berkaitan dengan tuntutan tersebut. Termasuk dalam kriteria ini adalah (a)
kebenaran (validity);
(b) keterkaitan (relevance); (c)
kebutuhan (needs); (e) keseimbangan (balance); serta
kebermanfaatan (worthwhileness); (d)
(f) keluasan dan kedalaman (breadth and
depth).
SISTEM PENDIDIKAN GI'RU DAI\ IMPLEMENTASI MODEL Mencerrnati pendidikan profesional
di
atas, maka sistem pendidikan
LPTK perlu dilakukan
rekonstruksi dan revitalisasi untuk lebih meningkatkan fungsi utama yang ciiemban LPTK melaiui
kajian-kajian strategis untuk menjawab perkembangan akan kebutuhan tenaga pendidikan. Pola pendidikan guru yang selama ini dianut di LPTK saat ini adaiah mendidik calon-calon guru dalatn
model pendidikan konkaren, daiam artian bahwa mahasiswa calon-calon guru di LPTK mempelajttri materi ajar bidangnya masing-masing sesuai jurusan yang bersamaan dengan diajarnya mata kuliah-mata kuliah metodik dan didaktik. Pola pendidikan keguruan konsekutif adalah bahwa didaktik metodik seorang calon guru diberikan
di penghujung pendidikan keguruan. Artinya bahwa mahasiswa Strata satu non kependidikan bila
ingin menjadi guru maka akan mengikuti perkuliahan didaktik/metodik sesudah rampungnya perkuliahan sarjana strata 1. Pola pendidikan konsekutif ini dilaksanakan pada LPTK dalam memberi pelayanan sertifikasi guru. Tuntutan yang ada pada masyarakat terhadap guru bukan hanya pada kemampuan bidang studinya
masing-nrasing, nalnul.l
juga
mencakup penguasaan kornpetensi pedagogik, profesional,
kepribadian, dan sosial. Hal ini tertuang di dalam UU no.1412005 tentang guru dan dosen. Dalam
hal ini agaknya perlu dipahami bahwa dari ernpat kompetensi tersebut, dua diantaranya kompetensi yang membentuk karakter. Kompetensi kepribadian meliputi kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi sosial meliputi kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta
didik, sesarna guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.
Seminar Nasional SItt[ Membangun Bangsa Universitas Pendif,ilian In0onesia, Banf,un0
18
- 19 Juni
2012
Pengajaran di perguruan tinggi hendaknya mampu menjawab kebutuhan akan pembentukan empat
kompetensi sebagaimana dimaksud di atas. Selama ini pengajaran di kelas sangat ditekankan pada kompetensi profesional sebagai dasar keilmuannya, kemudian
diikuti dengan pengajaran
akan
penguasaan kompetensi paedagogik. Sementara itu, kompetensi kepribadian belum mendapat porsi
yang cukup untuk membentuk kepribadian yang matang sebagai seorang calon pendidik kelak. Dernikia-n pula kompetensi sosial masih belum terasah dengan baik pada struktur kurikulum.
Model pendidikan guru selama ini berupa model kongkuren dianggap usang dan akan diganti dengan model konsekutif (berurutan). Model konsekutif dianggap lebih mampu menjawab tantangan pendidikan bagi calon guru di masa depan. Model pendidikan konsekutif (berurutan)
berarti rnendidik mahasiswa calon guru dengan ilmu non kependidikan sejak awal masuk perguruan tinggi, setelah pada level tertentu baru diajarkan didaktik rnetodik. Dalam versi lain,
model pendidikan konsekutif, pendidikan didaktik metodik diberikan kepada mahasiswa setelah menyelesaikan seluruh mata kuliah di jenjang pendidikan
Sl melalui program
yang dikembangkan
pada prograrn sertifikasi guru atau pola yang setara dengan program sertifikasi guru.
Meningkatkau kualitas calon guru dengan peningkatan kompetensi profesional berupa penekanan pada penguasaan materijurusan, bisa jadi yang muncul adalah discrientasi mahasiswa calon guru. Mahasisrva yang kelak diharapkan akan menjadi guru, memiliki setting mind sebagai mahasiswa
umum lainnya sesuai pada jurusannya masing-masing. Padahal yang diharapkan adalah setting
mind seorang rnahasisu,a calon guru dengan penanaman etika profesi seorang guru sejak awal bangku kLrliahnya. Kenvataan yang ada pada model pendidikan konsekutif hanya medan kompetisi
di antara para
ntahasisu,a ulrtnk menjadi yang terbaik
di
antara rekan-rekan sejawatnya. Model
pendidikan konsekutif pada mal-rasiswa calon guru tentunya tidak akan memberikan sentuhan 'keguruan' sama sekali sejak awal perkuliahan. Pembiasaan pada karakter calon pendidik untuk sementara di awal perkuliahan tidak dikenalkan, karena model ini hanya memberi penguatan pada kemampuan profesional.
Pada akhirnya nanti setelah mahasiswa LPTK yang dididik dengan model konsekutif saat merampulgkan pendidikannya, mereka diberi pilihan apakah akan melanjutkan 'tugas'nya sebagai seorapg grrru atau bebas terbang di antara profesi non keguruan? Jawabannya harnpir pasti bahwa
predikat guru akan diarnbilnya pada pilihan kedua, ketiga dan seterusnya. Pilihan pertama masih
dijatuhkan pada profesi non keguruan yang dianggap lebih menjanjikan masa depan. Penanaman karakter keguruau belurn tertaucap mendalam di sanubari para mahasiswa yang kelak diharapkan nrepjadi guru di nrasa depan. Tanggung jawab pendidikan
di
masa depan belum menjadi bagian
tugas yapg hargs diernbantlya. Melihat kondisi den-rikian, tentu terbayang seperti apa guru yang akan datang itu?
Seminar Nasional S[If, llemtran0un Ban0sa Universitas Pendiflilran Inilonesia , Banf,mg
18
- l9
Juni
2012
SOLUSI PENGEMBANGAN LPTK MELALUI MANAJEMEN PENINGKATAN MUTU
Apa yang harus kita lakukan dalam pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan agar lembaga
ini mampu
menghasilkan tenaga guru yang handal, efektif dan bermutu sesuai
dengan tuntutan perkembangan
di masyarakat? Untuk menjawab hal ini dapat diuraikan beberapa
upaya sebagai berikut:
1.
Konsisten pada Lembaga Pendidikan Keguruan
Lembaga pendidikan keguruan yang selama ini konsisten pada pendidikan calon guru harus tetap
dipertahankan, karena melalui berkelanjutan. Fakta
di lapangan
misi utama sebagai penghasil tenaga pendidik akan terus telah membuktikan bahwa perubahan IIilP menjadi universitas
hanya akan mengaburkan cita-cita awal sebagai lembaga pencetak tenaga pendidik. Sistem pendidikan yang ada di LPTK hanya perlu ditambah dengan sentuhan teknologi dan modernisasi. Dengan konsisten pada sistem yang ada pada LPTK ini maka pembentukan mental keguruan akan
teftauaul dalarn sanubari mahasiswa sejak arval masa perkuliahan. Dengan demikian pula bahwa pembentukan LPTK sebagai lembaga yang dipercaya menjadi penghasil tenaga pendidik tidak
dianggap sebagai 'kecelakaan' sejarah yang kemudian harus dikonversi seluruhnya menjadi universitas.
Kini yang diperlukan jusrru
rneningkatkan mutu
LPTK dengan
pengaCaan fasilitas modern
kependidikan. Pengeinbangan teknologi informasi kependidikan diendors secara besar-besaran untu[: inahasisw'a agar mereka berlambah wawasall dan keterampilan di dalam kemampuan transfer'
keilmuan. Melalui
IT
mahasisrva akan melihat kemajuan teknologi pengajaran yang ada pada
lingkungan jauirnya sekaiigus berinteraksi dan metnperdalam ilmu kependidikan yang diperoleh
dari bangku kuliah. Melalui
IT puta penyerapan ilmu yang ditekuni
akan semakin meningkat
sehingga semakin banyak keterarnpilan yang mereka peroleh dari berbagai sumber.
2.
Program Pendidikan Keguruan yang Terintegrasi
Lembaga pendidikan keguruan tidak ciapat berdiri sendiri dalam mencetak calon-calon guru, tapi
LPTK harus berkolaborasi dengan berbagai pihak, baik itu masyarakat pengguna jasa pendidikan LPTK, hingga pemerintah. Kolaborasi yang dibangun selama ini terbatas hanya pada kelompokkelompok supporting dana utamanya dari pemerintah. Namun sebenarnya bila digali lebih dalam
lagi, supporting dana dapat diambil dari berbagai sumber, sebagaimana yang terjadi di negeri tetangga bahrva regulasi
di
sana memungkinkan perusahaan srvasta membangun fasilitas gedung
perkuliahan dl sebuah kanrpus dari dana pajaknya. Berarti pula bahw'a perusahaan
sr.vasta tersebut
dapat mengalihkan dana pajak yang seharusnya dibayar langsung ke pemerintah sekaligus puia
$eminar Nasional Sllf, tlemtrangun Bangsa Universilas Pendidikan Indonesia, Bandun0
merebut pasar potensial
di kalangan
generasi muda.
Kini
18
- 19 Juni
2012
sudah wakhrnya regulasi
di negeri kita
memungkinkan hal itu dapat terjadi.
Bentuk kerjasama lain yang urgent untuk dilaksanakan adalah tnempererat LPTK dengan sekolahsekolah pengguna lulusannya. Selama ini terjadi jarak yang cukup menganga antara LPTK dengan
sekolah-sekolah. Sebagai bukti baliwa lulusan LPTK 1,ang rnasuk ke dunia kerja para guru di sekolah, ternyata perlu banyak waktu lagi untuk menguasai teknik-teknik pengajaran di kelas, perlu
banyak waktu untuk menguasai pengembangan kurikulum persekolahan. Idealnya adalah LPTK
yang ada terintegrasi dengan sekolah-sekolah
di
bawahnya sebagai laboratorium praktik dan
pengembangan riset persekolahan.
3.
Program Pendidikan Keguruan Sebagai Prioritas Nasional
Fakta menyebutkan bahwa negara yang menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional selalu
lebih baik dalam pembangunan nasionalnya. Malaysia, Korea sebagai bukti negeri yang kini patut diperhitungkan dalam kancah pergaulan dunia karena kesuksesan pembangunan nasionalnya. Mereka menjadikan pendidikan sebagai prioritas nasional dengan porsi anggaran pembangunan cukup signifikan. Dengan tingkat pendidikan yang cukup baik, kedua negeri itu dapat melepaskan
diri dari krisis
1,ang melanda
di taliun l99T-1998. Dapat dilihat
bahwa prioritas pembangunan
nasional kedua negara tersebut dapat memperkuat ketahanan ekonomi bangsa, sehingga dalam beberapa tahun setelah krisis ekonomi mereka bangkit kembali dan setara dengan bangsa-bangsa lain. o% untuk porsi Negara kita telah menuliskan dalam Undang-Undang Dasar-nya anggaran 20
Pendidikan sebagai prioritas nasional, namun implementasi
di
lapangan belum direalisasikan
dengan berbagai alasan.
4.
Tata Kelola LPTK melalui Manajemen Peningkatan Mutu
Berkaitan dengan porsi anggaran pendidikan di atas, maka tata kelola pendidikan LPTK dapat dimodernisasi. Pengajaran
di kelas yang konvensional
Tinggi Kegurualr kita sekarang
ini
sebagaimana nampak pada Pendidikan
harus diubal'. sedernikian rupa menjadi lebih modern.
Pegdidikan Tinggi non Keguruan seperti UI, iTB, IPB, UGM, dan Brawijaya sudah berbenah sejak
lama sehingga pamornya jauh berada
di
papan atas perguruan tinggi negeri kita. Tidak ada
salahnya beberapa hal yang baik dari mereka diambil untuk peningkatan kualitas LPTK, walaupuu tetap pada koridor LPTK (ex Institut Keguruan dan llmu Pendidikan) sebagai pencetak para guru.
Seminar Nasional SMf, llemDan0un Ban0sa Universilas penf,idikan Indonesia , Banf,unE
18
-
'19 Juni
2012
KESIMPULAN Konsistensi mempertahankan LPTK (ex IKIP) dengan memberikan bantuan finansial yang lebih
baik cenderung lebih meningkatkan harga diri perguruan tinggi pencetak guru ini dan berimbas pada peningkatan kualitas lembaga, output dan outcomenya.
Mungkin suatu saat nanti bila sudah terbangun kesadaran bersama untuk menjadikan Pendidikan sebagai prioritas pembangunan yang salah satu sasarannya adalah peningkatan mutu LPTK sebagai
ini
akan menjadi lebih cerdas dan dihormati
Pengalaman pengelolaan Perguruan Tinggi papan atas
itu diadopsi sesuai dengan misi perguruan
pencetak guru-guru
di
masa depan, maka bangsa
bangsa lain.
tinggi pencetak guru dengan mengembangkan kultur kualitas dan competitiveness
civitas
academica. Kultur kualitas yang dikembangkan akan menjadi salah satu potensi daya dorong warga perguruan tinggi keguruan untuk mengikuti kompetisi di dalam pasar pendidikan. Guru-guru yang akan dihasilkan kelak terbiasa dengan iklim kompetisi dan bersaing untuk menjadi yang terbaik di
satu sisi. Sedang di sisi lain guru-guru tersebut memiliki komitmen yang kuat sebagai guru-gum bangsa pencetak generasi berikutnya yang lebih berkualitas.
Seminar Nasional Sllf, Hemban0un Ban0sa Universilas pendif,ilian Inflonesia - Bandung
l8 - 19 Juni 2012
DAFTAR PUSTAKA Jarvis, Peter. Professional education. London: Croom Helm Ltd. 1983'
M. Usman, Menjadi Guru Profesional,Batdung : Remaja Persada Karya, 1995 Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta,1997
.
Oteng Sutisna, Administrasi Pendidikan, Dasar Teoritis untuk Pratek Profesional. Bandung: Angkasa 1991
lru
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.