KERANGKA ACUAN SILATURAHMI KERJA NASIONAL DAN ICMI EXPO IKATAN CENDEKIAWAN MUSLIM SE-INDONESIA Tema :
Kepemimpinan Nasional Dalam Membangun Peradaban Bangsa Jakarta, 18-20 Desember 2012
I.
PENDAHULUAN
Pemimpin memiliki peran yang amat sentral dalam membangun peradaban suatu bangsa. Ia menjadi stimulator penting bagi pertumbuhan kreasi masyarakatnya, baik di bidang ekonomi, seni, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Setidaknya ini yang telihat dalam sejarah Islam selama masa dinasti Abasiyah, yang oleh Adam Mez (1927) disebut sebagai masa Renaisans Islam. Dinasti ini melahirkan peradaban ilmiah, dan peradaban teknologi pada masa berikutnya hingga akhir abad ke 12. Pada masa itu kita menyaksikan munculnya suatu masyarakat aktif dan golongan menengah yang memiliki keinginan kuat dan fasilitas yang diperlukan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yang telah memberikan kontribusi dalam pengembangan masyarakat kreatif dan penyebaran kebudayaan dan ilmu pengetahun —S.D.Goitein (1966) menyebut sebagai puncak Intermediate Civilization of Islam. Ada dua faktor yang mempengaruhi dan mendorong lahirnya peradaban tersebut. Pertama, sebagai faktor substantif bahwa Renaisans Islam itu lahir ketika agama bersatu dengan ilmu. Berbeda dengan Renaisans Barat, justru lahir ketika ilmu melepaskan diri dari kungkungan agama. Islam memiliki etos ilmiah yang kuat dan menjadi daya dorong bagi para ilmuwan saat itu untuk melakukan kajian dan petualangan ilmiah. Langkahnya, pertama-tama melakukan kajian terhadap ilmu-ilmu kuno-klasik, baik yang berasal dari Yunani, Mesopotania, Persia maupun India. Kegiatan penerjemahan juga dilakukan secara besar-besaran. Khasanah kuno itu kemudian dikoreksi dan disaring dari unsur-unsur mitologinya; baru kemudian dikembangkan. Dari sini banyak ilmu dilahirkan dan dikembangkan sehingga lahir dunia baru dengan altar peradaban ilmiah menggantikan peradaban mitologis yang berlangsung berabad-abad sebelumnya dibawah panji kekaisaran Persia dan Romawi atau Bizantium. Kedua, secara fundamental didorong oleh peran pemimpin ummat masa itu sebagai faktor politiknya. Para pemimpin dunia Islam dengan budaya istananya ketika itu, mampu menciptakan atmosfer yang sangat mendukung kreatifitas, tidak hanya khalifah, tetapi juga sultan-sultan, perdana menteri, hingga pejabat-pejabat rendahan. Banyak diantara mereka bahkan aktif terlibat dalam gerakan intelektual itu dengan menarik para ilmuwan ke dalam lingkungan istananya untuk menyelenggarakan petemuan-pertemuan ilmiah secara reguler, seperti yang dilakukan oleh Adhud Al-Daulah dari dinasti Buwaihiyyah, para penguasa dari keluarga Ayyubiyah, dan lain sebagainya. Hal demikian melengkapi kelompok-kelompok kajian ilmiah yang diselenggarakan di luar negara oleh para ilmuwan atau ulama, atau yang diselenggarakan di masjid-masjid, kuttab, toko-toko buku, perpustakaan-perpustakaan dan madrasah. Melalui dinamika demikian dan dengan cara ini para penguasa muslim itu mempromosikan kebijakan-kebijakan pemerintahannya yang berorientasi pada kemaslahatan ummat melalui pengembangan teknologi yang monumental. Kita menyaksikan pada masa itu pembangunan bendungan, kincir air, teropong bintang, bangunan-bangunan berartistektur
1
tinggi, dan lain sebagainya bertebaran di seluruh kawasan dunia Islam. Masa itu merupakan kebangkitan peradaban teknologi pertama, sebelum kebangkitannya yang kedua yang dipelopori Barat pada masa modern. Itulah pelajaran dari sejarah! Kini bagaimana dengan bangsa kita Indonesia. Sejak reformasi bangsa ini seakan kehilangan arah karena reformasi hanya berhenti sampai di demokrasi, dan sejak itu merupakan tahun-tahun penuh demonstrasi, di pusat maupun daerah, yang menunjukkan adanya kemacetan kanal aspirasi, yang tidak jarang berakhir dengan konflik. Demokrasi memang penting sebagai pilar peradaban modern dan menjadi sarana strategis dalam usaha membangun peradaban bangsa. Namun pengembangan di bidang ini tidak boleh mematikan yang lain. Demokrasi harusnya menghasilkan kemajuan peradaban karena atmosfir politik yang diciptakan menjadi ruang penting bagi pengembangan daya kritis dan kreatifitas masyarakat, melengkapi prasyarat sosiologisnya yang diperlukan, yakni kesadaran manusia sebagai individu, kesadaran kepada ikatan dan loyalitas yang lebih luas pada kosmopolitanisme, dan kesadaran akan sifat-sifat konvensional dari matriks-matriks norma sosial. Tetapi lihatlah yang terjadi! Demokrasi justeru menjadi arena ekspresi politik primitif: keserakahan, kekerasan dan etnisitas; bahkan, karena lemahnya norma, libertinisme politik gejalanya menjadi semakin meluas, di pusat mupun daerah. Tampaknya paska reformasi ini kita tidak memiliki strategi masa depan yang jelas, hampir menyangkut aspek apapun. Lihatlah misalnya nasib industri-industri strategis kita, yang dimasa lalu dibangun dengan investasi yang mahal; demikian pula lembaga-lembaga pendidikan kita, dan kebijakankebijakan yang berhubungan dengan upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat, sering harus berhadapan dengan sabotase birokrasi, politik kekuasaan yang korup, dan oportunisme jangka pendek. Kita tidak lagi memiliki kesamaan visi yang luas tentang masa depan, dan praktek ekonomi kita menghadapi paradoks: dari sisi ideologi menganut Pancasila (sosialisme kerakyatan) tetapi sistemnya kapitalistik. Kita juga tidak memiliki lagi strategi kebudayaan. Semua perkembangannya diserahkan pada gagasan liberalisasi, dan pada liberalisasi ini pula kini nasib pembangunan peradaban bangsa itu diserahkan. Kekuasaan negara seperti tidak mampu lagi membawa arah bangsanya, ini kesannya, karena dalam alam demokrasi dan globalisasi negara tidak lagi otonomo dan independen. Sisi terakhir ini yang sering menjadi alibi bagi pemimpin yang gagal membangun peradaban bangsanya dalam negara demokrasi. Alibi demikian jelas tidak bisa diterima, karena pemimpin, sebagai representasi dari negara, memiliki otoritas yang dimandatkan secara konstitusional untuk mengerahkan daya upaya bangsanya menuju titik yang menjadi tujuan kebangsaan dari negara itu. Globalisasi dan liberalisasi memang sebuah keniscayaan. Namun seorang pemimpin mestinya mengetahui dan memiliki kecerdasan yang cukup untuk pencarian suatu lebensraum yang dapat digunakan untuk menginisiasi tujuan-tujuan, sekecil apapun, mengenai pembangunan peradaban bangsa. Jadi dalam alam politik yang demikian, pemimpin yang dibutuhkan bukan sekedar seorang yang hanya mampu berfungsi sekedar sebagai pemimpinan birokasi negara, dan atas nama demokrasi menyerahkan pembangunan peradaban bangsa sepenuhnya kepada inisiatif sukarela dari masyarakat. Tetapi seorang yang punya inisiatif dan komitmen, mampu membangun ruang kreatif dan dapat menjadi stimulator, serta siap bekerja untuk tujuan-tujuan tersebut. Celakanya, kini kita menghadapi situasi yang buntu untuk melahirkan tipe ideal kepemimpinan seperti itu; dan mekanisme demokrasi nyatanya juga belum mampu menghasilkan kepemimpinan yang demikian.
2
Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) sebagai organisasi yang di dalamnya terdiri dari para pakar dan tokoh-tokoh besar, tentu tidak boleh berpangku tangan di menara gadingnya, atau bersikap masa bodoh, apalagi jika ikut larut di dalamnya. Sebagai organisasi cendekiawan, ICMI memiliki tanggungjawab terhadap nasib dan masa depan bangsanya, seperti sudah ditunjukkan oleh para pendiri bangsa ini, yang juga terdiri dari para cendekiawan. Masa depan peradaban suatau bangsa adalah tanggung jawab para cendekiawan sebab mereka bukanlah semata scientis, tapi juga aktor perumus dan agen peradaban; jika terjadi kehancuran suatu peradaban, secara moral sepenuhnya tangungjawab para cendekiawan itu. Demikianlah maka ICMI harus mampu mencari terobosan, jalan keluar dari situasi yang buntu itu. Inilah masalah kebangsaan yang menjadi agenda Silaknas kali ini, disamping membicarakan agenda-agenda pokok lainnya yang bersifat organisasional.
II.
MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan pelaksanaan SILAKNAS dan ICMI Expo tahun 2012 adalah: 1. Menanamkan keyakinan dan kepercayaan kepada seluruh jajaran ICMI se Indonesia mengenai keharusan kebangkitan Indonesia. 2. Merumuskan langkah-langkah kongkrit menuju kebangkitan Indonesia untuk mencapai kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. 3. Merumuskan kriteria-kriteria kepemimpinan yang dibutuhkan dan menetapkan strategi sistemik untuk proses kaderisasi dan regenerasi kepemimpinan nasional. 4. Menyusun program-program aktual yang implementatif bagi ICMI untuk periode 2013 baik secara organisasional maupun yang terkait dengan keharusan kebangkitan Indonesia. 5. Menyusun strategi kelembagaan untuk program aksi ICMI 2013.
III.
TEMA SILAKNAS dan ICMI Expo Tahun 2012 mengambil tema: KEPEMIMPINAN NASIONAL DALAM MEMBANGUN PERADABAN BANGSA
IV.
WAKTU DAN TEMPAT SILAKNAS ICMI dan ICMI Expo Tahun 2012 Insya Allah akan dilaksanakan pada: Hari/Tanggal : Selasa-Kamis, 18-20 Desember 2012 Tempat : Jakarta Convension Center – Jakarta
3
V.
JADWAL ACARA
Kepemimpinan Nasional dalam Membangun Peradaban Bangsa Jakarta, 18 – 20 Desember 2012
WAKTU
ACARA / NARA SUMBER
Hari Ke I : Selasa, 18 Desember 2012 08.00-17.00 Registrasi Peserta 10.00-13.00 Opening Ceremony 10.00-10.05 1. Pembukaan 10.05-10.10 2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya 10.10-10.15 3. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an 10.15-10.20 4. Hymne ICMI 5. Laporan Ketua Panitia Penyelenggara Silaknas ICMI Tahun 10.20-10.25 2012
PENJAB/PIMP. SIDANG/MODERATOR
MC Paduan Suara Qori’ Nasional Paduan Suara Ir. Rifda Ammarina
10.25-10.40
6. Sambutan Ketua Presidium ICMI
Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, MS
10.40-11.10
7. Pengarahan Presiden Republik Indonesia sekaligus meresmikan Pembukaan Silaknas dan ICMI Expo Tahun 2012 ditandai dengan pemukulan beduq
Dr. H. Susilo Bambang Yudhoyono
11.10-11.15
8. Deklarasi Pendirian Ikatan Saudagar Muslim se-Indonesia disaksikan oleh Presiden
11.15-11.20 11.20-12.30 12.30-13.30
13.30-14.30
14.30-15.15
15.15-16.00
16.00-18.00 18.00-19.00 19.00-21.00
21.00-23.00 23.00-
9. Pembacaan Doa Peninjauan Expo dan Galery Foto oleh Presiden dan Rombongan ISOMA Orasi Utama: “Regenerasi Kepemimpinan Nasional dalam Membangun Peradaban Bangsa” Oleh : Prof. Dr.-Ing. BJ. Habibie, Presiden RI Ke-3/Ketua Dewan Kehormatan ICMI Pidato Utama: “Visi Kepemimpinan Nasional dalam Membangun Peradaban Bangsa” Oleh: Megawati Soekarnoputri, Presiden Republik Indonesia Ke-5/Ketua Umum PDI Perjuangan ISOMA TAARUF NASIONAL “VISI KEBANGKITAN PERADABAN INDONESIA” Pidato Utama : 1. Dr. (HC) Ir. M. Jusuf Kalla, Wakil Presiden RI Ke-10 2. Dr. (HC) Ir. M. Hatta Rajasa, Ketua Umum PAN ISOMA Pidato Utama : 1. Ir. Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar 2. Letjen TNI (Purn) Prabowo Subiyanto, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Pidato Utama : 1. Jenderal TNI (Purn) Wiranto, Ketua Umum Partai Hanura 2. Surya Paloh, Ketua Majelis Nasional Partai Nasdem Istirahat
4
Ketua MUI, Ketua Presidium ICMI, Ketua PBNU, Ketua PP Muhammadiyah Prof. Dr. Miftah Faridl
Pimpinan Sidang : 1. Dr. Sugiharto, SE. MBA 2. Dr. Ir. Muhammad Taufiq
Dr. Marwah Daud Ibrahim
Moderator : Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA
Moderator : Drs. Priyo Budi Santoso Moderator : Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, MS
WAKTU
ACARA / NARA SUMBER
Hari Ke II : Rabu, 19 Desember 2012 06.00-08.00 Sarapan Pagi 08.00-15.00 PLENO PARALEL I, II & III 08.00-10.00 PLENO PARALEL I PLENO I: “Penataan Kembali Sistem Politik dan Otonomi Daerah” Narasumber: 08.00-10.00 1. Dr. Marzuki Ali, Ketua DPR RI 2. Irman Gusman, SE, Ketua DPD RI 3. Gamawan Fauzi, Menteri Dalam Negeri RI 4. Prof. Dr. M. Amin Rais, Dewan Kehormatan ICMI PLENO II: “Penataan Kembali Sistem Hukum untuk Kebangkitan Peradaban Bangsa” Narasumber: 08.00-10.00 1. Dr. Amir Syamsuddin, Menteri Hukum & HAM RI 2. Prof. Dr.Jimly Asshiddiqie, SH, Ketua Dewan Penasehat ICMI 5. Prof. Dr. Bagir Manan, SH, Mantan Hakim Agung 10.00-12.00 PLENO PARALEL II PLENO III: “Penataan Kembali Sistem Ekonomi untuk Mengembangkan Sumber Daya Alam dan Kemandirian Ekonomi Nasional yang Berkeadilan dan Berkelanjutan” Narasumber: 10.00-12.00 1. Dahlan Iskan, Menteri Negara BUMN RI 2. Zulkifli Hasan, SE. MM, Menteri Kehutanan RI 3. Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana, SE. MA, Menteri PPN RI/Ketua Bappenas 4. Adi Sasono, Dewan Kehormatan ICMI 5. Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, Dewan Pakar ICMI Pusat PLENO IV: “Penataan IPTEK bagi Pembangunan Peradaban Bangsa” Narasumber: 10.00-12.00 1. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta, MS Menteri Riset & Teknologi RI 2. Prof. Dr. Akhmaloka, Rektor ITB 3. Prof. Dr. Ir. Zuhal, M.Sc. EE, Ketua KIN 12.00-13.00 ISOMA 13.00-15.00 PLENO PARALEL III PLENO V: “Penataan Kembali Sistem Pendidikan untuk Kebangkitan Peradaban Bangsa” Narasumber: 1. Prof. Dr. Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan & 13.00-15.00 Kebudayaan RI 2. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor UIN Jakarta 3. Prof. Dr. Sunaryo Kartadinata, M.Pd, Rektor UPI Bandung PLENO VI: “Strategi Dakwah untuk Mendorong Kebangkitan Peradaban Bangsa” Narasumber: 13.00-15.00 1. Drs. Suryadharma Ali, M.Si, Menteri Agama RI 2. Prof. Dr. KH Said Agil Siradj, Ketua Umum PB NU 3. Prof. Dr. Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah 15.00-15.10 PLENO VII: Pembagian Sidang-Sidang Komisi 15.10-16.00
ISOMA
5
PENJAB/PIMP. SIDANG/MODERATOR
Pimpinan Sidang: Dr. Fachry Ali, MA
Pimpinan Sidang : Dr. Johan O. Silalahi
Pimpinan Sidang: 1. Sandiaga S. Uno 2. Ir. Prasetyo Sunaryo, MT
Pimpinan Sidang: Prof. Dr. Teuku Abdullah Sanny
Pimpinan Sidang: 1. Prof. Dr. Avip Saefulloh 2. Prof. Dr. Armai Arif, MA
Pimpinan Sidang: 1. Dr. (HC) Ary Ginandjar Agustian 2. Drs. Wahyudi Pramono, M.Si Dr. Ir. Muhammad Taufiq
WAKTU
16.00-18.00
18.00-19.00 19.00-21.00 21.00-22.30 22.30Hari Ke III : 06.00-08.00
08.00-11.00
11.00-12.00 Catatan:
ACARA / NARA SUMBER Sidang Komisi - A : Organisasi dan Kelembagaan Narasumber: 1. Dr. Ir. Muhammad Taufiq 2. Dr. Didin Muhafidin, S.IP, M.Si 3. Ir. Yani Sofyan, MT 4. Dra. Welya Safitri, M.Si 5. Ir. Santhi H. Serad, M.Sc Sidang Komisi B : Program Aksi 2013 Narasumber: 1. Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes 2. Drs. Hadimulyo, M.Sc 3. Helmi Haludin 4. Dra. Saraswati Chasanah, MM 5. Drs. Wahyudi Pramono, M.Si Sidang Komisi - C : Rekomendasi Narasumber: 1. Dr. Zaim Uchrowi 2. Dra. Sri Astuti Buchari, M.Si 3. Dr. Ir. Johan O. Silalahi, MH 4. Prof. Dr. Avip Saefulloh 5. Dr. Yudi Latief 6. Ir. Prasetyo Sunaryo, MT ISOMA Lanjutan Sidang Komisi A, B dan C PLENO VIII: Laporan Hasil Sidang Komisi A, B dan C Istirahat Kamis, 20 Desember 2012 Sarapan Pagi PLENO IX: Closing Ceremony : 1. Pembukaan 2. Laporan Ketua Panitia 3. Serah Terima Ketua Presidium ICMI Tahun 2012 kepada Ketua Presidium ICMI Tahun 2013 di tandai dengan penandatangan berita acara 4. Sambutan Ketua Presidium ICMI Tahun 2013 sekaligus menutup Silaknas dan ICMI Expo Tahun 2012. 5. Doa Untuk Bangsa Ramah Tamah, Makan Siang dan Check Out
Jadwal Acara sewaktu-waktu dapat berubah
6
PENJAB/PIMP. SIDANG/MODERATOR
Pimpinan Sidang: Dipilih Dalam Sidang Komisi
Pimpinan Sidang: Dipilih Dalam Sidang Komisi
Pimpinan Sidang: Dipilih Dalam Sidang Komisi
Presidium ICMI, Sekretaris Jenderal, Steering Committee
MC Ir. Rifda Ammarina 1. Prof. Dr. Nanat Fatah Natsir, MS 2. Dr. Marwah Daud Ibrahim Dr. Marwah Daud Ibrahim Prof. Dr. Tengku Dahril