Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
MEMBANGUN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA (FEMA) IPB YANG MEMBUMI DAN MENDUNIA Oleh:
ARIF SATRIA 1.
PENDAHULUAN
Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB telah berumur 8 tahun. Sebagai fakultas di bawah IPB, FEMA mesti menggariskan dirinya untuk bernaung pada payung visi yang sudah dibuat IPB. Oleh karena itu hal yang penting adalah bagaimana menerjemahkan kerangka besar yang sudah dibuat IPB ke dalam langkah-langkah operasional di fakultas. Berdasarkan PP 66/2013 Visi IPB jangka panjang adalah sebagai berikut : “Menjadi terdepan dalam memperkokoh martabat bangsa melalui pendidikan tinggi unggul pada tingkat global di bidang pertanian, kelautan, dan biosains tropika”. Berdasarkan visi jangka panjang tersebut, IPB telah merumuskan visi jangka pendek (2014-2018) yaitu: “Menjadi perguruan tinggi berbasis riset, bertaraf internasional, dan penggerak prima pengarusutamaan pertanian”. Dari visi jangka pendek tersebut, terdapat tiga kata kunci: berbasis riset, bertaraf internasional, pengarusutamaan pertanian. Visi tersebut akan semakin mudah diwujudkan bila seluruh unit yang ada di IPB memiliki komitmen yang sama untuk menjadikannya acuan dalam strategi dan program setiap unit. Kata “berbasis riset” mengandung makna kemampuan menciptakan iklim riset yang kondusif yang penting bagi pengembangan keilmuan maupun solusi bagi masyarakat dalam menghadapi perubahan. Hal ini berdampak pada tuntutan bagi akademisi di dalamnya untuk terus meningkatkan kuantitas dan kualitas riset, serta mendayagunakan hasilnya melalui publikasi ilmiah yang berkualitas. Tentu implikasi berikutnya adalah tuntutan meningkatnya dana dan fasilitas riset sehingga tujuan tersebut bisa dicapai.
1
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Kata “bertaraf internasional” memiliki makna kemampuan menciptakan keunggulan berstandar internasional baik dalam bidang pendidikan, penelitian, publikasi, serta manajemen organisasi. Definisi internasionalisasi antara lain: the process of integrating an international/intercultural dimension into the teaching, research and service functions of the institution”(Knight,1994, dalam Fielden, 2008). Menurut Fielden (2008), internasionalisasi memiliki dua macam, yaitu: (a) “internationalization abroad” yang dapat ditafsirkan sebagai hubungan internasional dalam bentuk aktivitas dosen dan mahasiswa ke luar negeri serta kerjasama internasional dengan lembaga maupun perguruan tinggi asing,
dan (b)
“internationalization at home” (upaya memperkuat sistem pendidikan dengan mengupayakan masuknya dosen dan mahasiswa asing, serta perbaikan mutu pelayanan akademik sesuai standar internasional). Internasionalisasi memiliki kaitan ke belakang (backward linkage) yang kuat. Dengan kita menggariskan diri untuk berstandar internasional maka secara otomatis berdampak pada perubahan kurikulum, kualitas riset, publikasi internasional, fasilitas, maupun budaya kerja. Kata “pengarusutamaan pertanian” memiliki makna memposisikan pertanian ke dalam sistem perencanaan lintas sektor dan terintegrasi menjadi strategi dan penentu keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini sangatlah strategis mengingat dunia pendidikan pertanian akan merupakan fungsi dari pembangunan pertanian. Bila pembangunan pertanian dianggap sangat strategis maka pendidikan pertanian pun akan secara otomatis strategis dan bergengsi. Dengan demikian sebenarnya pengarusutamaan pertanian tidak saja punya makna kontribusi IPB terhadap pembangunan tetapi juga bagaimana pada akhirnya pembangunan juga memiliki kontribusi pada kemajuan IPB.
Tulisan ini disusun untuk menggambarkan pemikiran maupun gagasan pengembangan FEMA 2014-2019. Tulisan ini diawali analisis kondisi lingkungan strategis dan kondisi umum FEMA, Analisis TOWS, serta formulasi visi, misi, tujuan, strategi dan program kerja FEMA dalam periode 2014-2019.
2
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
2.
ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS DAN KONDISI UMUM
2.1.
Isu-Isu Strategis
2.1.1. Peta Persaingan Pendidikan Tinggi dan Perangkingan Global Peta pendidikan tinggi di Indonesia sudah mulai berubah seiring dengan masuknya sejumlah unversitas asing. Hal ini menyebabkan perguruan tinggi negeri (PTN) bukan menjadi satu-satunya tujuan ideal bagi para lulusan SMA. Dengan menyadari bahwa persaingan di dunia kerja makin ketat, maka para lulusan SMA mulai memikirkan institusi pendidikan yang mampu membuatnya memiliki daya saing. Sejumlah universitas asing tersebut menawarkan standar kualitas tinggi bagi lulusannya yang tentu kompatibel dengan tuntutan pasar kerja. Dengan regulasi yang memungkinkan universitas asing tersebut hadir disini, PTN harus segera berbenah untuk menghadapi persaingan ini. Belum lagi kecenderungan lulusan SMA melanjutnya studi S1 ke luar negeri juga terus meningkat. Hal ini berarti pasar kerja di Indonesia akan diperebutkan oleh lulusan luar negeri, universitas asing, PTN dan PTS. Tentu wajar jika pemerintah terus mendorong PTN agar mengikuti kecenderungan internasionalisasi menuju World Class University (WCU). Ukuran internasionalisasi dilihat dari posisinya dalam sistem perangkingan yang saat ini sudah dikembangkan banyak lembaga internasional. Time Higher Education (THE) bekerja sama dengan QS mengembangkan indikator perangkingan sebagai berikut: (a) peer review, (b) international outlook (proporsi mahasiswa dan dosen internasional), (c) kualitas riset yang dilihat dari citation hasil publikasi internasional para dosennya, (d) kemudahan lulusan mendapatkan kerja, dan (e) kualitas pengajaran yang dilihat dari rasio dosen-mahasiswa. Sementara itu Webometrics fokus pada profil web yang prosesnya melibatkan pencarian di Google Scholar. Hal ini menuntut riset-riset perguruan tinggi harus dapat diakses dan teridentifikasi oleh Google Scholar. Sementara itu Academic Rangking of World Universities dikembangkan oleh Shanghai Jiao Tong University di China yang fokusnya pada hasil riset, khususnya perolehan Nobel Prizes & Fields Medals, citasi, dan memang ujungnya berhubungan dengan reputasi. Bahkan dalam salah satu kriterianya secara eksplisit adalah publikasi di Nature dan Science.
3
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Namun demikian, internasionalisasi harus dipahami secara intrinsik, bukan sekedar mengejar capaian simbolik berupa rangking. Rangking adalah akibat dan bukan tujuan. Secara intrinsik berarti proses internasionalisasi hanyalah cara untuk mencapai tujuan dan bukan merupakan tujuan itu sendiri. Oleh karena itu upaya mengejar publikasi internasional, misalnya, tidak hanya diarahkan untuk mengejar target jumlah publikasi semata, tetapi juga sebagai bagian dari upaya kita terlibatdalam kemajuan ilmu pengetahuan (frontiers of knowledge) serta memenuhi hak publik internasional untuk mengetahui hasil-hasil riset kita.
Begitu pula
publikasi internasional merupakan jalan penting untuk advokasi berbagai kebijakan nasional maupun internasional.
2.1.2. Pembangunan Sosial Isu penting dalam pembangunan sosial adalah status gizi dan kemiskinan. Pertama, berdasarkan data Riskesdas (2013), status gizi balita secara nasional, prevalensi berat-kurang pada tahun 2013 adalah 19,6 persen, terdiri dari 5,7 persen gizi buruk dan 13,9 persen gizi kurang. Jika dibandingkan dengan angka prevalensi nasional tahun 2007 (18,4 %) dan tahun 2010 (17,9 %) terlihat meningkat. Perubahan terutama pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen tahun 2007, 4,9 persen pada tahun 2010, dan 5,7 persen tahun 2013. Sedangkan prevalensi gizi kurang naik sebesar 0,9 persen dari 2007 dan 2013 (Riskesdas, 2013). Untuk mencapai sasaran MDG tahun 2015 yaitu 15,5 persen maka prevalensi gizi buruk-kurang secara nasional harus diturunkan sebesar 4.1 persen dalam periode 2013 sampai 2015 (Bappenas, 2012).
Berdasarkan data Riskesdas (2013) prevalensi status gizi untuk penduduk dewasa kurus 8,7 persen, berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas 15,4 persen. Prevalensi penduduk kurus terendah di provinsi Sulawesi Utara (5,6%) dan tertinggi di Nusa Tenggara Timur (19,5%). Dua belas provinsi dengan prevalensi penduduk dewasa kurus diatas prevalensi nasional, yaitu Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sumatera Barat, Jawa Timur, Maluku, Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Selatan, DI Yogyakarta dan Nusa Tenggara Timur. Prevalensi penduduk obesitas terendah di provinsi Nusa tenggara Timur (6,2%) dan tertinggi di Sulawesi Utara (24,0%). Kondisi di atas menggambarkan bahwa status gizi masih
4
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
merupakan masalah yang harus segera dipecahkan. Hal ini karena status gizi akan berdampak pada produktivitas kerja yang pada akhirnya memengaruhi ekonomi nasional.
Kedua, isu kemiskinan masih terus menghantui bangsa Indonesia. Bank Dunia (2000) mendefinisikan kemiskinan sebagai “pronounced deprivation in well-being.” Artinya bahwa kondisi miskin menggambarkan kehidupan manusia yang tidak layak dengan penuh kekurangan secara materi. Menurut Badan Pusat Statistik jumlah orang miskin di Indonesia hingga Maret 2013 mencapai 28,07 juta menurun dari data September 2012 yang mencapai 28,59 juta orang. Secara kuantitas menunjukkan bahwa terjadi penurunan kemiskinan sebesar 11,6 persen. Namun demikian, hal yang perlu menjadi perhatian adalah bahwa kemiskinan tersebut umumnya berpusat di pedesaan dan bergerak di sektor pertanian.
Dengan demikian FEMA sudah saatnya menggariskan dirinya sebagai fakultas yang populis, yakni yang senantiasa berorientasi pada bagaimana sumbangannya terhadap tata kehidupan masyarakat lemah yang lebih baik. Spirit populisme ini mestinya tidak saja tercermin pada berbagai program pengabdian pada masyarakat tetapi juga dalam pendidikan dan penelitiannya.
2.1.3. Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Dengan mengemban nama “ekologi-manusia”, maka spirit pengembangan FEMA tidak serta merta pada ruang sistem sosial semata, akan tetapi mesti meluas pada sistem ekologi. Oleh karena itu, spirit populisme di atas tersebut mesti diikuti dengan spirit ekosentrisme, yakni spirit untuk menghargai dan mewujudkan kelestarian sumberdaya alam. Disinilah perpaduan antara populisme dan ekosentrisme menjadi sebuah spirit baru, yakni eko-populisme yang berupaya mewujudkan kelestarian sumberdaya alam secara adil untuk kesejahteraan masyarakat. Sesuai namanya, spirit eko-populisme ini mesti menjiwai sepak terjang FEMA dalam kegiatan Tri Dharma nya.
5
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Hal ini didasari kenyataan bahwa kerusakan SDA semakin parah. Di sektor kehutanan, pada beberapa kasus konsensi perkebunan sawit menyebabkan terjadinya kepunahan keanekaragaman hayati. Bencana tanah longsor terjadi sebagai dampak langsung dari rusaknya hutan yang disebabkan oleh aktivitas eksploitasi hutan tanpa batas. Selain aktivitas konsensi hutan menjadi lahan konversi, kondisi rusaknya LH di Indonesia disebabkan karena pembukaan hutan dan lahan yang tidak memperhatikan daya dukung (carrying capacity) LH, dan kegiatan pertambangan batubara yang tidak mengikuti prinsip pembangunan berkelanjutan. Begitu pula konversi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan selain menyebabkan kondisi ekologi menjadi rusak, juga dapat mengakibatkan kerawanan pangan. Tujuan pengentasan kemiskinan melalui agenda ketahanan pangan nasional akan gagal hal ini terus berjalan. Sementara itu di sektor Kelautan dan Perikanan, kerusakan di laut menyebabkan hilang atau rusaknya habitat penting sektor kelautan dan perikanan seperti: terumbu karang dan lamun. Terumbu karang dalam kondisi sangat baik hanya sekitar 5 persen. Kerusakan mangrove juga terjadi akibat adanya konversi lahan mangrove menjadi areal pertambakan/pemukiman selain di manfaatkan oleh masyarakat dalam skala kecil untuk keperluan rumah tangga. Kerusakan di laut juga disebabkan oleh penceraman, baik pencemaran non-point resource pollutant: yang berasal dari limbah domestik seperti sampah serta tata ruang pemukiman yang tidak mengindahkan kaidah perencanaan wilayah pesisir, serta point resources pollutant: yang disebabkan oleh limbah dari kebocoran minyak. Disamping kerusakan laut, kondisi perikanan secara global sudah mengkhawatirkan terjadi 3% underexploited, 12% moderately exploted, 53% fully exploited, 32% over exploited-depletedrecovering dibandingkan dengan Tahun 1971 yang hanya 10% exploited (FAO, 2010).
2.2.
Kondisi Umum FEMA
2.2.1.
Mutu Pendidikan
Beberapa hal yang penting untuk mengukur mutu pendidikan antara lain prestasi akademik, nilai EPBM dosen, masa studi, masa tunggu kerja, serta tingkat kepuasan. Berdasarkan data dari KMM IPB pada tahun 2013 nilai EPBM dosen FEMA tertinggi di IPB. Artinya, mahasiswa menilai dosen FEMA memiliki kinerja pengajaran yang
6
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
baik. Namun demikian hal ini mestinya mendorong dosen untuk lebih meningkatkan kemampuannya dalam memberikan kuliah. Begitu pula indeks kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan dan fasilitas akademik di FEMA relatif baik dan tergolong tertinggi di IPB.
3,3 3,28 3,26 3,24 3,22 3,2 3,18 3,16 3,14 3,12
3,29
3,28 3,25 3,22
3,25 3,22 3,20 3,18
3,18
3,18
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 1. Nilai EPBM Dosen IPB
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 2. Indeks Kepuasan Mahasiswa
7
3,19
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Sementara itu terkait lulusan, mayoritas lulusan FEMA memiliki masa tunggu kurang dari 3 bulan. Tentu hal ini sudah sesuai dengan sasaran mutu yang ditetapkan. Adapun kesesuaian bidang kerja dengan latar belakang pendidikan, secara umum lulusan FEMA memiliki kesesuaian. Namun demikian data tersebut diambil dan diolah dari survey kepuasan terhadap lulusan 2010-2011. Sementara itu data terhadap lulusan 2012-2013 belum tersedia. 080 070 060 050 040 030 020 010 000 < 3 bulan
3-6 bln
6-12 bln
>1 th
< 3 bulan
Tahun wisuda 2010 Gizi Masyarakat
3-6 bln
6-12 bln
>1 th
Tahun wisuda 2011
Ilmu Keluarga dan Konsumen
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 3. Masa Tunggu Lulusan FEMA
090 080 070 060 050 040 030 020 010 000 sesuai
tidak sesuai
tidak tahu
sesuai
Tahun wisuda 2010 Gizi Masyarakat
tidak sesuai
tidak tahu
Tahun wisuda 2011
Ilmu Keluarga dan Konsumen
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 4. Kesesuaian Bidang Kerja Lulusan FEMA
8
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
2.2.2.
Sumber Daya Manusia
Berdasarkan data Desember 2013, total jumlah dosen di FEMA berjumlah 82 orang, yang terdiri dari 29 orang Departemen Gizi Masyarakat, 17 orang Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, serta 36 orang Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Namun demikian, bila dilihat dari kelompok umur, maka dosen FEMA didominasi kelompok umur 50-54 tahun, yakni 44 persen.
3% 4% 9%
7%
≤29 30-34
11%
10% 12%
44%
35-39 40-44 45-49 50-54 55-59
Sumber: Materi Lokakarya Perencanaan SDM IPB (2013)
Gambar 5. Status Dosen berdasarkan kelompok umur
Bila tidak terjadi regenerasi maka pada tahun 2022 akan menjadi titik kritis penurunan jumlah dosen. Kurun 20 tahun ke depan FEMA akan kehilangan 58 dosen. Gambar 6 berikut menunjukkan hal tersebut. Pada tahun 2014 saja dengan mempertimbangkan beban kerja dosen, FEMA kekurangan 23 dosen dengan rincian Departemen GM (4), Departemen IKK (2), dan SKPM (17). 100
GIZ
80
IKK SKPM
60
FEMA
40 20
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
0
Sumber: Materi Lokakarya Perencanaan SDM IPB (2013)
Gambar 6. Penurunan Jumlah Dosen Tanpa Regenerasi
9
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Tabel 1. Kebutuhan dan Kondisi Aktual Tenaga Kependidikan Dept/Fak SKPM IKK GIZ FEMA TOTAL
Kebutuhan 16 10 16 12 54
Kondisi Aktual 11 6 12 5 34
Sumber: Materi Lokakarya Perencanaan SDM IPB (2013)
Sementara itu jumlah ideal tenaga kependidikan di dekanat adalah 12 orang, dan saat ini hanya 5 orang, jadi kekurangan 7 orang. Kebutuhan saat ini untuk seluruh unit adalah 54 orang dan saat ini hanya 34 orang jadi kekurangan 20 orang. Kondisi ini menuntut rekrutmen yang sistematis.
2.2.3. Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat Pada tahun 2013, jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen FEMA sebanyak 69 judul penelitian yang terdiri dari 29 judul departemen GIZ, 21 judul departemen IKK dan 19 judul departemen SKPM. Kegiatan penelitian FEMA bersumber dari (1) penelitian mandiri sumber pendanaan BOPTN; (2) lembaga pemerintah; (3) institusi swasta/BUMN; dan (4) kerjasama lembaga internasional. Berdasarkan data di IPB tingkat pertisipasi dosen FEMA dalam penelitian tergolong tertinggi di IPB. Tabel 2. Jumlah Penelitian Setiap Departemen 2013 Sumber Pembiayaan Penelitian mandiri sumber pendanaan BOPTN Kerjasama dengan lembaga pemerintah Kerjasama dengan swasta/BUMN
GM
IKK
SKPM
Total
15
5
13
33
11
9
2
22
0
2
4
6
3
5
0
8
29
21
19
69
Kerjasama dengan lembaga internasional
Sementara itu program pengabdian pada masyarakat dikembangkan atas kerjasama dengan swasta maupun berbasis dana dari pemerintah. Aktivitas ini juga dikembangkan oleh mahasiswa melalui lembaga kemahasiswaan. Tantangan ke depan adalah bagaimana mengintegrasikan serta mensinergikan sejumlah aktivitas pengabdian pada masyarakat sehingga program tersebut semakin efisien dan efektif.
10
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
2.2.4. Kapasitas Sumberdaya dan Manajemen Organisasi Saat ini fasilitas gedung yang dimiliki FEMA sangat terbatas. Bahkan untuk ruang perkuliahan khusus S1, meski dikelola secara terpusat, FEMA hanya memiliki empat ruangan. Hal ini menyebabkan FEMA kesulitan mengontrol kualitas sarana perkuliahan. Sementara itu ruang kuliah mahasiswa pasca sarjana sudah memadai. Hanya saja mahasiswa pasca sarjana mestinya mendapat ruang kerja yang lebih memadai. Hingga saat ini mahasiswa pascara sarjana hanya mendapat fasilitas di Perpustakaan PLASMA.
Dalam kaitan dengan manajemen organisasi Dekanat FEMA telah mendapatkan sertifikat ISO 9001:2008, yang berarti Prosedur Operasional Baku (POB) telah berjalan dengan baik. Pada tahun 2014 telah direncanakan untuk proses sertifikasi ISO 9001:2008 semua departemen di lingkungan FEMA. Sertifikasi ini menjadi penting dalam rangka standarisasi sistem pelayanan akademik.
Sementara itu, di FEMA telah dikembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM) baik untuk pelayanan administrasi maupun pembimbingan. Namun demikian, pemanfaatan SIM baru efektif untuk pelayanan administrasi yang tentu saja membuat proses pelayanan semakin mudah dan efisien. Proses pembimbingan saat ini masih berjalan efektif di Departemen SKPM, sementara itu di departemen lain masih perlu intensitas sosialisasi agar keseragaman proses ini berjalan dengan baik.
2.2.5.
Kemahasiswaan
Dunia kemahasiswaan FEMA relatif dinamis dengan aktivitas sejumlah kemahasiswaan. Upaya untuk mengembangkan potensi kepemimpinan juga sudah dijalankan. Namun demikian hingga saat ini partisipasi mahasiswa dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) relatif lebih rendah dibandingkan dengan fakultas lain. Hal ini ditunjukkan dengan minimnya jumlah proposal mahasiswa yang berhasil disetujui untuk didanai DIKTI. Dari jumlah yang minim tersebut, hampir setiap tahun dalam kurun waktu 5 tahun ini, delegasi FEMA selalu mendapatkan
11
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
medali, kecuali tahun 2013. Pada tahun 2013-2014 terdapat 26 proposal yang didanai DIKTI, meningkat dari tahun 2012-2013 yang hanya 19 proposal.
2.2.6.
Kinerja Berdasarkan BSC
Secara umum kinerja FEMA berdasarkan instrumen Balance Score Card (BSC) mengalami kenaikan dari 2011-2012. Sementara itu kinerja 2013 sedang dalam proses penghitungan. Dari Gambar 8 terlihat bahwa aspek yang masih rendah adalalah capacity building meski di beberapa aspek juga ada yang tergolong rendah. Hal ini umumnya terkait relevansi dan kompetensi tenaga kependidikan, rasio jumlah profesor, jumlah mahasiswa asing, akreditasi internasional, jumlah publikasi internasional, lulusan yang bergerak di wirausaha, lulusan tepat waktu, dan penghargaan internasional (Gambar 9).
85,19
100 90 80 70 60 50
77,15
2011
2012
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 7. Kinerja FEMA berdasarkan BSC 27,25 30 25 20 15 10 5 0
22,3
18,1
Stakeholder Research Bussiness and Internal Academic Excellence
17,54
Capacity Building
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 8. Kinerja FEMA berdasarkan Pilar-Pilar BSC
12
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Sumber: Materi Lokakarya Akademik FEMA (2013)
Gambar 9. Titik kritis dalam BSC
3.
ANALISIS TOWS
Dengan melihat isu-isu strategis dan analisis kondisi umum FEMA selama ini, maka perlu dipetakan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dengan pendekatan analisis TOWS. Faktor-faktor tersebut akan menjadi dasar dalam perumusan strategi FEMA 2014-2018. Faktor-faktor terkait dengan isu eksternal, yakni faktor peluang dan ancaman disajikan pada Tabel 3. Faktor-faktor yang terkait dengan isu internal disajikan pada Tabel 4.
Tabel 3. Faktor-Faktor Peluang dan Ancaman Pengembangan FEMA 2014-2018 Isu Eksternal Kebijakan pembangunan Sosial Kebijakan pemanfaatan SDA dan LH
Kode O1
Peluang Komitmen pencapaian MDGs tinggi
Kode T1
O2
UU LH mengamanatkan mainstreaming LH Peran masyarakat sipil dan pers yang semakin kuat Komitmen Pemerintah untuk internasionalisasi PT sangat kuat
T2
O3
Kebijakan pendidikan tinggi
O4
13
T3
T4
Ancaman Kondisi kemiskinan absolut dan relatif masih relatif tinggi Perkembangan praktik sistem politik berpengaruh terhadap kerusakan SDA Koordinasi lintas sektor masih lemah Universitas asing mulai berkembang di Indonesia
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Isu Eksternal
Kode O5 O6
O7
Peluang Tersedianya dana BOPTN UU no 12 tahun 2012 serta PP 66 tahun 2013 yang memperkuat otonomi IPB
Kode T5 T6
Ancaman Tuntutan sertifikasi profesi dan standarisasi kompetensi Beberapa kantor kementrian belum mencantumkan prodi di FEMA dalam penerimaan PNS baru
Semakin banyak tawaran kerjasama internasional dari universitas asing
Tabel 4. Faktor-Faktor Kekuatan dan Kelemahan Pengembangan FEMA 2014-2018 Isu Internal Mutu Akademik
Kode S1
S2
S3
S4
S5
S6
Mutu Penelitian dan Pengabdian Masyarakat
S7
S8 S9 Kerjasama
S10 S11
Sumberdaya manusia
S12 S13
S14
Kekuatan Peminat FEMA sangat tinggi, khususnya Dep GM Para Dosen FEMA memiliki rata-rata EPBM tertinggi di IPB Rata-rata masa studi mahasiswa FEMA adalah tercepat di IPB Rata-rata IPK lulusan FEMA tergolong tertinggi di IPB Tingkat kepuasan mahasiswa terhadap layanan akademik FEMA tinggi Seluruh Program Studi S1 berakreditasi A
Kode W1
Rata-rata partisipasi dosen terhadap penelitian reguler tertinggi di IPB Penyelenggaraan KKP semakin baik PPM mahasiswa sangat aktif Kerjasama internasional lintas benua sudah dirintis Kerjasama dengan pemerintah, LSM, dan swasta semakin meningkat Jumlah dosen bergelar doktor sudah dominan Kepakaran dosen FEMA sudah dikenal secara nasional Tenaga kependidikan telah mengikuti berbagai pelatihan pengembangan
W5
Publikasi internasional masih sangat lemah
W6
Belum ada Jurnal ilmiah terakreditasi
W7
Program double degree belum terwujud
W8
Persentase jumlah profesor masih relatif rendah Regenerasi dosen dan tenaga kependidikan belum terjamin
14
W2
W3
W4
W9
Kelemahan Fasilitas laboratorium untuk menunjang kegiatan akademik masih minim Kemampuan bahasa Inggris mahasiswa masih relatif rendah FEMA memiliki jumlah ruang kuliah yang sangat sedikit Belum ada program studi yang mendapat akreditasi internasional
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Isu Internal
Kode
S15
S16
Tata kelola dan Fasilitas
S17
S18
S19 S20 Kemahasiswaan
S21 S22
Kekuatan diri, bahasa Inggris, dan IT Partisipasi dosen di forum/konferensi internasional relatif tinggi Jumlah publikasi buku dosen FEMA terus meningkat Dekanat FEMA telah memperoleh sertifikat ISO 9001:2008 Sistem layanan administrasi akademik sudah dilakukan secara online Perpustakaan FEMA sudah terintegrasi FEMA terpilih sebagai fakultas terbersih di IPB Lembaga kemahasiswaan (LK) sangat aktif Prestasi seni mahasiswa Fema tinggi
Kode
Kelemahan
W10
Jaringan internet masih lemah
W11
Ruang dosen masih terbatas
W12
Kualitas pemeliharaan bangunan masih rendah
W13
Jumlah finalis PKM dai Fema relatif sedikit Dalam 5 tahun terakhir hanya sekali mahasiswa Fema terpilih menjadi mahasiswa berprestasi IPB Jumlah lulusan yang menjadi wirausahawan masih sedikit Jumlah alumni relatfi sedikit dibandingkan dengan fakultas lain
W14
W15
W16
Melihat identifikasi terhadap kekuatan dan kelemahan yang dimiliki FEMA serta peluang dan ancaman yang dihadapi FEMA maka perlu disusun strategi pengembangan FEMA melalui : 1) Pengembangan kekuatan dan optimalisasi peluang 2) Pengembangan kekuatan untuk mengatasi ancaman 3) Minimalisasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang 4) Minimalisasi kelemahan untuk menghindari ancaman Matriks strategi pengembangan FEMA dapat dilihat pada Tabel 5.
15
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
Tabel 5. Matriks Strategi Pengembangan FEMA IPB 2014-2018
Peluang (opportunities)
Kekuatan (Strengths)
Kelemahan (Weaknesses)
Strategi S-O
Strategi W-O
Meningkatkan mutu pendidikan dan mempercepat proses akreditasi internasional (S1,S2,S3,S4,S5,S6,O4,O5,O6,O7)
Meningkatkan kemampuan publikasi ilmiah internasional (W5,W6,W8,O4,O5,O7)
Meningkatkan mutu riset yang berhasil guna (S7, S11, S15, S16, O1,O2, O4,O5,O6,O7)
Memperluas jaringan kerjasama dan Pengembangan program internasional (W2,W4,W7,O4,O5,O7)
Meningkatkan kemampuan publikasi ilmiah internasional (S7, S10, S15,S16, O4,05,06,07) Meningkatkan mutu pengabdian pada masyarakat (S7,S8,S9,O1,O2,03) Mengembangkan kualitas SDM dan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan (S14,S15,O3,O4,O5)
Strategi S-T Mendorong lahirnya pemikiranpemikiran strategis untuk pembangunan nasional (S7,S13,S16, T1,T2,T3)
Ancaman (Threats)
Memperluas jaringan kerjasama dan Pengembangan program internasional (S7, S10, S15, T4,T5,T6) Memperkuat kapasitas manajemen organisasi dan fungsi penjaminan mutu (S14,S17,S18,O4,O5,O6) Mengembangkan dunia kemahasiswaan dalam penguatan kepemimpinan, penalaran, profesi, dan kewirausahaan, serta menggalang potensi alumni (S21,S22,O5)
16
Strategi W-T Memperkuat kapasitas sumberdaya, penjaminan mutu, dan manajemen reputasi (W1,W3,W8,W10,W11,W12,T 4,T5) Mengembangkan dunia kemahasiswaan dalam penguatan kepemimpinan, penalaran, profesi, dan kewirausahaan, serta menggalang potensi alumni (W13,W14,W15,W16,T4,T5)
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
4.
VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN PROGRAM KERJA
a.
Visi, Misi, dan Tujuan
IPB telah menetapkan Visi renstra IPB 2014-2018 sebagai berikut:”Menjadi Perguruan Tinggi berbasis Riset, bertaraf Internasional, dan penggerak Prima Pengarusutamaan Pertanian”. Berdasarkan pemahaman terhadap tantangan serta kemampuan yang dimiliki FEMA serta mengacu pada Visi dalam renstra IPB 20142018, maka visi FEMA 2014-2019 adalah : “Menjadi fakutas berbasis riset yang membumi dan mendunia di bidang ekologi manusia yang mendukung pengarusutamaan pertanian guna terciptanya pertanian tropika yang tangguh, pengelolaan sumberdaya alam yang lestari dan adil serta terwujudnya sumberdaya manusia berkualitas dan masyarakat yang sejahtera”.
Dengan visi tersebut, maka misi yang diemban FEMA adalah sebagai berikut : 1. Menyelenggarakan pendidikan tinggi ekologi manusia yang unggul bermutu internasional dengan kompetensi utama gizi masyarakat, ilmu keluarga dan konsumen, serta sains komunikasi dan pengembangan masyarakat; 2. Menyelenggarakan riset transformatif yang bersifat interdisipilin dan transdisiplin serta pengembangan IPTEKS dalam bidang ekologi manusia yang bermanfaat bagi kemajuan masyarakat agraris dan bahari; 3. Menyelenggarakan pengabdian pada masyarakat untuk mencapai kehidupan individu, keluarga, dan komunitas yang lebih baik dan berkelanjutan.
Dengan misi tersebut, maka tujuan yang hendak dicapai FEMA adalah sebagai berikut : 1. Menghasilkan lulusan yang bermutu, dengan kompetensi: a) Memiliki moral dan karakter yang mulia b) Memiliki prestasi akademik, kapasitas profesional, serta kemampuan komunikasi internasional,
17
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
c) Memiliki kepedulian sosial dan lingkungan alam serta memiliki kemampuan analisis terhadap perkembangan baru secara lokal, nasional, maupun global dalam bidang ilmu di bawah naungan FEMA d) Memiliki jiwa inovatif dan kewirausahaan e) Memiliki daya kompetisi di pasar tenaga kerja 2. Menghasilkan IPTEKS yang transformatif 3. Menjadikan FEMA sebagai penentu kecenderungan dalam ilmu-ilmu yang terkait dengan ekologi manusia untuk mendukung terwujudnya peradaban bangsa yang adil dan peduli terhadap lingkungan melalui aktivitas pendidikan dan penelitian berbasis pengetahuan terkini, 4. Menjadikan FEMA sebagai lembaga pendidikan tinggi yang proaktif dan responsif terhadap dinamika masyarakat serta pembangunan nasional dan global 5. Menjadikan FEMA sebagai pelopor dalam pengembangan sistem manajemen modern untuk dunia pendidikan guna menunjang kegiatan Tri Dharma yang bermutu . b. Strategi Untuk mencapai tujuan pada poin 4.a di atas, serta berdasarkan analisis TOWS pada bagian 3, maka ada 9 (sembilan) strategi yang dapat dirumuskan sebagai berikut: 1)
Meningkatkan mutu pendidikan dan mempercepat proses akreditasi internasional
2)
Mengembangkan dunia kemahasiswaan dalam penguatan kepemimpinan, penalaran, profesi, dan kewirausahaan, serta menggalang potensi alumni
3)
Meningkatkan
mutu
riset
yang
berhasil
guna
untuk
menunjang
pengembangan ilmu dan peningkatan kualitas pendidikan multi strata, serta pengabdian pada masyarakat 4)
Meningkatkan kemampuan publikasi ilmiah internasional
5)
Meningkatkan mutu pengabdian pada masyarakat
6)
Mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran strategis untuk pembangunan nasional
7)
Mengembangkan kualitas SDM dan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan untuk menunjang kegiatan Tri Dharma yang bermutu
8)
Memperluas jaringan kerjasama dan Pengembangan program internasional
18
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
9)
Memperkuat kapasitas manajemen organisasi dan fungsi penjaminan mutu (quality assurance)
Gambar 10. Hubungan Strategi dan Tujuan FEMA 2014-2019
c. Program 2014-2019 Setelah memperhatikan visi, misi, dan tujuan, maka Program kerja FEMA 2014-2019 disusun pada setiap strategi.
1) Strategi 1: Meningkatkan mutu pendidikan dan mempercepat proses akreditasi internasional a) Pengembangan sarana laboratorium yang terakreditasi untuk menunjang kegiatan belajar mengajar b) Pengembangan kelas internasional untuk pendidikan Strata 1, Strata 2 dan Strata 3 c) Pengembangan pendidikan profesi d) Peningkatan kualitas bahan ajar dan implementasi metode pembelajaran efektif e) Percepatan pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang kegiatan belajar mengajar
19
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
f) Peningkatan promosi lulusan FEMA g) Penyempurnaan mekanisme monitoring perkembangan studi mahasiswa h) Identifikasi lembaga akreditor internasional i) Penyiapan dokumen dan aplikasi j) Pemeliharaan status akreditasi internasional
2) Strategi 2: Mengembangkan dunia kemahasiswaan dalam penguatan kepemimpinan, penalaran, profesi, dan kewirausahaan, serta menggalang potensi alumni: a) Pengembangan FEMA Leadership School, b) Pengembangan FEMA Leadership and Enterpreneurship Forum c) Pengembangan FEMA Writing Skill Center, d) Pelatihan bahasa asing untuk mahasiswa e) Pengembangan pusat aktivitas kemahasiswaan yang kondusif, f) Peningkatan partisipasi mahasiswa dalam kompetisi karya ilmiah, kewirausahaan, dan forum kemahasiswaan lain baik di tingkat nasional maupun internasional, g) Peningkatan sumber-sumber beasiswa, h) Pengembangan jaringan komunikasi alumni-mahasiswa-fakultas,
3) Strategi 3: Meningkatkan mutu riset yang berhasil guna untuk menunjang pengembangan ilmu dan peningkatan kualitas pendidikan multi strata, serta pengabdian pada masyarakat a) Pengembangan payung dan agenda penelitian transdisiplin yang selaras dengan prioritas IPB dan nasional b) Peningkatan jumlah dan kualitas penelitian baik yang didanai oleh hibah maupun kerjasama nasional dan internasional c) Pengembangan sistem informasi dan knowledge management terhadap hasil-hasil penelitian dalam rangka meningkatkan daya guna hasil penelitian
20
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
4) Strategi 4 : Meningkatkan Kemampuan Publikasi Ilmiah Internasional a) Peningkatan jumlah dosen untuk presentasi di konferensi internasional b) Pelatihan presentasi internasional c) Peningkatan publikasi internasional melalui pelatihan, pendampingan penulisan dan pengembangan sistem insentif d) Percepatan akreditasi jurnal-jurnal ilmiah departemen e) Pengembangan jurnal internasional
5) Strategi 5: Meningkatkan mutu dan integrasi program pengabdian pada masyarakat a) Pengembangan program pengabdian pada masyarakat internasional b) Pengembangan “Desa Mitra Fema” sebagai laboratorium lapang c) Pengembangan program-program pelatihan untuk mendorong penguatan kualitas manusia dan masyarakat d) Integrasi kegiatan pengabdian pada masyarakat antara Kuliah Kerja Profesi (KKP), kegiatan PPM para dosen, serta PPM mahasiswa
6) Strategi 6: Mendorong lahirnya pemikiran-pemikiran strategis untuk pembangunan nasional a) Pengembangan kajian-kajian strategis berbasis hasil penelitian dan pengamatan terhadap berbagai perkembangan di tingkat local, nasional, maupun global, b) Peningkatan kemampuan penulisan Policy Brief dan artikel populer c) Pengembangan database untuk data dan informasi strategis untuk keperluan kajian maupun advokasi kebijakan.
7) Strategi 7: Mengembangkan kualitas SDM dan kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan a) Peningkatan kesejahteraan staf dan pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja b) Peningkatan EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) serta pengembangan soft skill para dosen dan tenaga kependidikan
21
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
c) Pengembangan sistem informasi kepegawaian (SIK) untuk memonitor dan akselerasi proses kenaikan pangkat/jabatan dosen maupun pegawai IPB.
8) Strategi 8: Mengembangkan Kerjasama dan program internasional a) Inisiasi dan pengembangan Asian Forum for Faculty of Human Ecology b) Pengembangan kerjasama internasional dalam bidang pendidikan melalui peningkatan kerjasama akademik (credit transfer, double degree, twinning program), international traning & summer school, academic exchange (overseas visiting scholar, sabbatical leave, postdoctoral appointment), c) Pengembangan kerjasama internasional dalam bidang penelitian melalui joint research & publication d) Pengembangan kerjasama dengan swasta dalam pemanfaatan dana CSR maupun kerjasama penelitian lainnya, e) Pengembangan kerjasama dengan pemerintah dan LSM baik dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.
9) Strategi 9: Memperkuat kapasitas sumberdaya, penjaminan mutu, dan manajemen reputasi a) Pembangunan gedung FEMA b) Penyempurnaan sistem informasi manajemen (SIM) FEMA untuk kepentingan akademik, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, maupun pelayanan administrasi, c) Pendayagunaan sistem informasi manajemen akademik (SIMAK), kemahasiswaan dan alumni (SIMAWA), kepegawaian (SIMPEG), keuangan (SIMKEU), dan pengelolaan fasilitas (SIMFA) berbasis LAN yang handal dan terintegrasi untuk mendukung sistem administrasi departemen, d) Penyiapan proses perolehan sertifikat ISO 9001:2008 untuk setiap departemen serta memelihara status perolehan ISO 9001:2008 fakultas untuk menjamin implementasi prosedur (SOP) pengelolaan keuangan,
22
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas, sistem mutu penyelenggaraan kegatan akademik, pengelolaan kegiatan kerjasama, serta pengembangan SDM di departemen, e) Pengembangan manajemen reputasi melalui i. Pengembangan website fakultas dan departemen yang berkualitas, ii. Peningkatan promosi kepakaran para staf akademik iii. Peningkatan kualitas promotion-kit iv. Pengembangan kerjasama dengan media massa cetak dan elektronik v. Pengembangan pelatihan public-relation
5.
ROAD MAP (2014-2018) Dengan memperhatikan strategi dan program di atas, maka tahapan-tahapan yang akan ditempuh adalah sebagai berikut:
a) 2014: Tahap Pemantapan Sistem Tahap pemantapan sistem merupakan tahapan finalisasi proses pembenahan sistem manajemen internal yang saat ini sudah berlangsung. Hal yang penting dalam tahap ini antara lain penyiapan dokumen dan aplikasi untuk proses sertifikasi ISO 9001:2008 semua departemen. Tahap ini merupakan tahap untuk menjamin bahwa seluruh POB dapat berjalan dengan baik. Selain itu, penyempurnaan SIM Fema akan dilakukan sehingga mampu berfungsi juga sebagai instrumen data base. Pemantapan sistem ini merupakan langkah penting sebagai prasyarat internasionalisasi.
b) 2015: Tahap Pemantapan Jejaring dan Substansi Tahap pemantapan jejaring dan substansi merupakan tahap lanjutan atas rintisan kerjasama internasional yang saat ini sudah dilakukan. Pada tahap ini seluruh MOU dan MOA dengan institusi luar negeri akan ditindaklanjuti dengan rencana implementasi, khususnya yang menyangkut program kerjasama double degree. Tahap ini hendak memastikan bahwa seluruh inisiasi kerjasama internasional dapat berjalan dengan baik. Sementara itu dalam kaitan kerjasama internasional pemantapan substansi merupakan
23
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
tahapan penting untuk mempertajam substansi kerjasama sehingga kerjasama dapat menghasilkan sesuatu yang penting bagi pengembangan FEMA. Namun demikian pemantapan substansi juga diperuntukkan bagi upaya pengarusutamaan pertanian. Pada tahap ini klaster riset FEMA diharapkan sudah berjalan. Proses knowledege management akan diupayakan sehingga hasil-hasil riset dapat didayagunakan untuk kepentingan advokasi kebijakan maupun sumbangan pemikiran strategis FEMA untuk pembangunan nasional.
c) 2016: Tahap Pemantapan Internasionalisasi Tahap pemantapan internasionalisasi merupakan tahap implementasi seluruh rencana kerjasama internasional. Tahap ini merupakan tahap hilir dari proses internasionalisasi. Hal yang ditargetkan adalah dapat dibukanya kelas internasional untuk berbagai strata secara bertahap maupun program double degree.
d) 2017: Tahap Pemantapan Reputasi Dengan tahap internasionalisasi dilalui makan secara otomatis reputasi FEMA akan terus meningkat. Pada tahap ini reputasi akan terus dimantapkan dengan berbagai program manajemen reputasi. Meningkatnya reputasi akan sangat penting bagi peningkatan kualitas input mahasiswa, peningkatan jumlah mitra kerjasama, prospek lulusan, serta peningkatan peran dalam advokasi kebijakan.
e) 2018: Tahap Pemantapan Pengarusutamaan Pertanian Tahap ini merupakan tahap penting dalam mewujudkan visi IPB 2014-2018. Sebagai bagian dari IPB, maka FEMA memiliki tanggung jawab untuk mendukung terwujudnya visi tersebut. Dengan capaian reputasi yang sudah didapatkan pada tahapan sebelumnya, maka peran Fema sebagai penggerak prima pengarusutamaan pertanian dapat dijalankan. Disinilah posisi FEMA
24
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
IPB akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh publik karena mampu mendorong menguatnya posisi pertanian dalam pembangunan nasional.
Pemantapan Sistem
2014 Pemantapan jejaring dan Substansi 2015 Pemantapan Internasionalisasi Pemantapan Reputasi 2016 Pengarusutamaan 2017 Pertanian 2018
Gambar 11. Road Map 2014-2018
6.
Penutup Demikianlah pokok-pokok pikiran program kerja yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi program kerja FEMA 2014-2019. Program kerja tersebut mesti diturunkan ke dalam sejumlah aktivitas-aktivitas yang indikator keberhasilannya akan dirumuskan secara partisipatif dengan melibatkan departemen-departemen di lingkungan FEMA. Tentu harapannya adalah bahwa kertas kerja ini dapat disempurnakan lagi sesuai dengan saran dan masukan. Semoga tulisan ini bermanfaat untuk memajukan FEMA.
25
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
STRATEGI DAN PROGRAM KERJA DEKAN FEMA PERIODE 2014-2019 Setelah memperhatikan visi, misi, dan tujuan, maka Program kerja FEMA 2014-2019 disusun pada setiap strategi. No.
Strategi
Program 2014
1.
2.
Tahun Pelaksanaan 2015 2016 2017
2018
a) Pengembangan sarana laboratorium yang Meningkatkan terakreditasi untuk menunjang kegiatan Mutu Pendidikan belajar mengajar; dan Mempercepat b) Pengembangan kelas internasional untuk Proses Akreditasi pendidikan Strata 1, Strata 2 dan Strata 3; Internasional c) Pengembangan pendidikan profesi; d) Peningkatan kualitas bahan ajar dan implementasi metode pembelajaran efektif; e) Percepatan pemanfaatan teknologi informasi dalam menunjang kegiatan belajar mengajar; f) Peningkatan promosi lulusan FEMA; g) Penyempurnaan mekanisme monitoring perkembangan studi mahasiswa; h) Identifikasi lembaga akreditor internasional; i) Penyiapan dokumen dan aplikasi; j) Pemeliharaan status akreditasi internasional. Mengembangkan a) Pengembangan FEMA Leadership School; Dunia b) Pengembangan FEMA Leadership and Kemahasiswaan Enterpreneurship Forum; dalam Penguatan c) Pengembangan FEMA Writing Skill Kepemimpinan, Center; Penalaran, d) Pelatihan bahasa asing untuk mahasiswa; Profesi, dan e) Pengembangan pusat aktivitas Kewirausahaan, kemahasiswaan yang kondusif;
26
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
No.
Strategi
Program 2014
serta Menggalang Potensi Alumni
3.
4.
Meningkatkan Mutu Riset yang Berhasil Guna Untuk Menunjang Pengembangan Ilmu dan Peningkatan Kualitas Pendidikan Multi Strata, serta Pengabdian pada Masyarakat Meningkatkan Kemampuan Publikasi Ilmiah Internasional
Tahun Pelaksanaan 2015 2016 2017
2018
f) Peningkatan partisipasi mahasiswa dalam kompetisi karya ilmiah, kewirausahaan, dan forum kemahasiswaan lain baik di tingkat nasional maupun internasional; g) Peningkatan sumber-sumber beasiswa; h) Pengembangan jaringan komunikasi alumni-mahasiswa-fakultas. a) Pengembangan payung dan agenda penelitian transdisiplin yang selaras dengan prioritas IPB dan nasional; b) Peningkatan jumlah dan kualitas penelitian baik yang didanai oleh hibah maupun kerjasama nasional dan internasional; c) Pengembangan sistem informasi dan knowledge management terhadap hasilhasil penelitian dalam rangka meningkatkan daya guna hasil penelitian. a) Peningkatan jumlah dosen untuk presentasi di konferensi internasional; b) Pelatihan presentasi internasional; c) Peningkatan publikasi internasional melalui pelatihan, pendampingan penulisan dan pengembangan sistem insentif; d) Percepatan akreditasi jurnal-jurnal ilmiah departemen; e) Pengembangan jurnal internasional.
27
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
No.
Strategi
Program 2014
5.
Meningkatkan Mutu dan Integrasi Program Pengabdian pada Masyarakat
6.
Mendorong Lahirnya PemikiranPemikiran Strategis untuk Pembangunan Nasional
7.
Mengembangkan Kualitas SDM dan Kesejahteraan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tahun Pelaksanaan 2015 2016 2017
2018
a) Pengembangan program pengabdian pada masyarakat internasional; b) Pengembangan “Desa Mitra Fema” sebagai laboratorium lapang; c) Pengembangan program-program pelatihan untuk mendorong penguatan kualitas manusia dan masyarakat; d) Integrasi kegiatan pengabdian pada masyarakat antara Kuliah Kerja Profesi (KKP), kegiatan PPM para dosen, serta PPM mahasiswa. a) Pengembangan kajian-kajian strategis berbasis hasil penelitian dan pengamatan terhadap berbagai perkembangan di tingkat lokal, nasional, maupun global; b) Peningkatan kemampuan penulisan Policy Brief dan artikel popular; c) Pengembangan database untuk data dan informasi strategis untuk keperluan kajian maupun advokasi kebijakan. a) Peningkatan kesejahteraan staf dan pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja; b) Peningkatan EQ (emotional quotient) dan SQ (spiritual quotient) serta pengembangan soft skill para dosen dan tenaga kependidikan; c) Pengembangan sistem informasi kepegawaian (SIK) untuk memonitor dan
28
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
No.
Strategi
Program 2014
8.
Mengembangkan Kerjasama dan Program Internasional
a) b)
c)
d)
e)
9.
Memperkuat Kapasitas Sumberdaya, Penjaminan Mutu, dan Manajemen Reputasi
a) b)
Tahun Pelaksanaan 2015 2016 2017
2018
akselerasi proses kenaikan pangkat/jabatan dosen maupun pegawai IPB. Inisiasi dan pengembangan Asian Forum for Faculty of Human Ecology; Pengembangan kerjasama internasional melalui peningkatan kerjasama akademik (credit transfer, double degree, twinning program), international traning & summer school, academic exchange (overseas visiting scholar, sabbatical leave, postdoctoral appointment); Pengembangan kerjasama internasional dalam bidang penelitian melalui joint research & publication; Pengembangan kerjasama dengan swasta dalam pemanfaatan dana CSR maupun kerjasama penelitian lainnya,; Pengembangan kerjasama dengan pemerintah dan LSM baik dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat. Pembangunan gedung FEMA; Penyempurnaan sistem informasi manajemen (SIM) FEMA untuk kepentingan akademik, penelitian dan pengabdian pada masyarakat, maupun pelayanan administrasi;
29
Arif Satria- Membangun Fema yang Membumi dan Mendunia
No.
Strategi
Program 2014
Tahun Pelaksanaan 2015 2016 2017
2018
c) Pendayagunaan sistem informasi manajemen akademik (SIMAK), kemahasiswaan dan alumni (SIMAWA), kepegawaian (SIMPEG), keuangan (SIMKEU), dan pengelolaan fasilitas (SIMFA) berbasis LAN yang handal dan terintegrasi untuk mendukung sistem administrasi departemen; d) Penyiapan sertifikat ISO 9001:2008 untuk setiap departemen serta memelihara sertifikasi ISO 9001:2008 fakultas untuk pengelolaan keuangan, pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas, sistem mutu penyelenggaraan kegatan akademik, pengelolaan kegiatan kerjasama, serta pengembangan SDM di departemen; e) Pengembangan manajemen reputasi melalui: i. Pengembangan website fakultas dan departemen yang berkualitas; ii. Peningkatan promosi kepakaran para staf akademik iii. Peningkatan kualitas promotion-kit ; iv. Pengembangan kerjasama dengan media massa cetak dan elektroni; v. Pengembangan pelatihan public-relation.
30