MENJADI TREND SETTER FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA (FEMA) YANG MENDUNIA UNTUK KUALITAS KEHIDUPAN BERKELANJUTAN Oleh: Dr. Ir. Titik Sumarti, MS Pendahuluan Ekologi manusia adalah semangat perubahan dalam mengembangkan peradaban baru keilmuan. Ekologi manusia mengedepankan interaksi antara manusia dengan lingkungan hidupnya dengan lebih utuh dan berkeadilan untuk mengelola bumi dan seisinya bagi masa depan anak cucu kita. Fakultas Ekologi Manusia dapat kita analogkan sebagai sebuah model gerakan ekologi dalam organisasi pembelajaran pendidikan tinggi. Seorang pakar ekologi, Dr. Soeryo Adiwibowo, menyampaikan bahwa gerakan ekologi berbeda dengan gerakan lingkungan, gerakan ekologi lebih mengarah pada perubahan perilaku, bukan hanya fisik tetapi jiwa yang bergerak. Oleh karena itu, dalam pandangan saya, kerjasama dalam mengembangkan organisasi pembelajaran pendidikan tinggi, bukan terletak pada status dan peran yang dimainkan, melainkan pada kemampuan aktor yang menyatukan hati, jiwa, dan pikiran dengan tubuh untuk bergerak merubah perilakunya dan melahirkan keikhlasan. Keikhlasan untuk bekerja, menjadikan FEMA sebagai trend setter organisasi pembelajaran pendidikan tinggi ekologi manusia yang mendunia untuk kualitas kehidupan berkelanjutan. Dalam melaksanakan program kerja FEMA sebagai organisasi pendidikan tinggi, maka seluruh civitas academika perlu menyadari filosofi gerakan ekologi tersebut sebagai dasar strategi. Mengacu pada Renstra FEMA sebelumnya (2006-2009), tiga strategi utama yang masih relevan untuk diterapkan adalah: 1) Pengembangan sinergi jejaring kerjasama, 2) Pengembangan ipteks yang berbasis pada paradigma ekologi, dan 3) Pengembangan SDM, manajemen dan fasilitas. Selanjutnya, untuk menyusun program kerja FEMA 4 (empat) tahun kedepan, saya akan menyampaikan analisis realitas kondisi dan situasi organisasi pendidikan tinggi Fakultas Ekologi Manusia saat ini. Tantangan FEMA 4 (empat) tahun kedepan 1. Penerimaan Mahasiswa Baru: Mencari yang Terbaik Realitas mahasiswa baru sebagai calon mitra yang akan kita layani selama 3 (tiga) tahun di departemen sudah tersistem mengikuti sistem penerimaan di IPB dengan 5 (lima) jalur: Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI), Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru/ Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SPMB/SNMPTN), Undangan Khusus bagi lulusan SLTA yang mempunyai Prestasi Internasional dan Nasional (PIN), Seleksi Mahasiswa Beasiswa Utusan Daerah (BUD), dan Ujian Talenta Mandiri (UTM). Kualitas input mahasiswa baru FEMA IPB, bila membanding antara tahun 2006/07 dengan tahun 2008/09, ternyata mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari jumlah mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi (IP) kurang dari 2.00 di tiga departemen meningkat dengan kisaran antara 2.94% hingga 20,41%.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
IP >= 3.51 2.76<= IP <3.51 2.00<=IP<2.76 IP<2.0
Keterangan: 1) Sumber data: TPB dalam angka. 2) Pada tahun ajaran 2006/2007 mahasiswa memilih mayor di FEMA pada saat TPB, berdasarkan nilai mata kuliah prasyarat masing-masing departemen. Pada tahun ajaran 2008/2009 mahasiswa memilih mayor pada saat masuk IPB, berdasarkan nilai mata pelajaran SMA.
Perubahan sistem pemilihan mayor dari TPB kembali kepada saat masuk IPB turut menentukan kondisi ini. Oleh karena itu FEMA dalam empat tahun ke depan membutuhkan upaya untuk meningkatkan kualitas input mahasiswanya. Realitas mahasiswa baru pascasarjana FEMA IPB juga sudah tersistem mengikuti sistem penerimaan di Fakultas Pascasarjana IPB dengan 2 (dua) jalur pembiayaan: BPPS dan biaya sendiri. Jumlah input mahasiswa baru pascasarjana FEMA IPB juga cenderung menurun atau belum memenuhi kelayakan kapasitas untuk berlangsungnya sebuah program mayor pasca (5 orang S2, 3 orang S3).
Keterangan: 1) Sumber data: Fakultas Pascasarjana.
Dengan demikian, upaya peningkatan kuantitas input mahasiswa pascasarjana IPB juga merupakan kebutuhan kita bersama. 2. Proses Belajar Mengajar: Memberi yang Terbaik Dengan realitas input mahasiswa yang sudah ditengarai sebelumnya maka merupakan sebuah tantangan bagi staf dosen untuk dapat meningkatkan IP mahasiswa melalui sebuah proses belajar mengajar yang baik.
Keterangan: 1) Sumber data: Direktorat AP
Hasil evaluasi proses belajar mengajar (kinerja dosen) menunjukkan bahwa terjadi penurunan kinerja dosen pada departemen IKK dan KPM, serta secara keseluruhan sebaran terbesar dosen masih pada nilai rata-rata kinerja <3,00. Kualitas input mahasiswa baru maupun proses belajar mengajar (kinerja dosen) menentukan hasiil dari proses belajar yaitu Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) dari mahasiswa. IPK Lulusan angkatan kedua FEMA pada bulan Oktober 2009, menunjukkan bahwa 14,1 % lulusan mempunyai IPK > 3.51, sebanyak 81,7% lulusan mempunyai IPK 2.76 – 3.50, dan sisanya 4,2% lulusan mempunyai IPK <=2.75. Hal ini sudah menunjukkan hasil yang menggembirakan, mengingat bahwa lulusan angkatan kedua FEMA tersebut semuanya lulus tepat waktu (dengan masa studi 37 – 48 bulan), bahkan 2 orang lulus dengan masa studi antara 24-36 bulan. Meskipun demikian bila membanding dengan IPK lulusan FAPERTA, FATETA, dan FEM, maka rata-rata IPK lulusan FEMA masih belum menjadi yang terbaik.
90 80 70 60 FEMA
50
FAPERTA
40
FATETA
30
FEM
20 10 0 <2.75
2.75-3.50
>3.51
Keterangan: 1) sumber data: Buku Daftar Wisudawan, Tahap I, 13-14 Oktober 2009
Realitas ini menunjukkan bahwa upaya yang dilakukan staf dosen dalam proses belajar mengajar masih perlu ditingkatkan. Oleh karena itu perlu untuk terus didorong upaya penciptaan iklim yang kondusif bagi terjaganya kualitas proses belajar mengajar di kalangan staf dosen. Selanjutnya, bila mengacu pada Pasal 46 Fungsi Tugas dan Wewenang Fakultas (AD BHP IPB) komisi I MWA IPB 2009, ayat (1) Fakultas berfungsi menyelenggarakan kegiatan, dan penjaminan mutu akademik pada tingkat pendidikan sarjana, magister dan doktor dalam satu atau seperangkat cabang ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni, maka FEMA penting secara kontinue memantau perkembangan mutu akademik pendidikan pascasarjana. Berdasarkan lama studi (bulan) lulusan program pendidikan Magister yang diampu tiga departemen di FEMA pada wisuda bulan Oktober
2009, sebaran lulusan berkisar antara < 24 bulan sampai 37-48 bulan. Sementara untuk program pendidikan Doktor, lama studi (bulan) lulusan tersebar antara 24-36 bulan sampai 49-60 bulan. Bila kita lihat kembali jumlah mahasiswa pascasarjana program-program mayor di FEMA, maka masih cukup banyak mahasiswa yang belum bisa lulus tepat waktu. Oleh karena itu, FEMA kedepan penting terus melakukan pemantauan untuk penjaminan mutu, baik berkoordinasi dengan fakultas pasca sarjana maupun dengan para koordinator program mayor. 3. Penerapan Kurikulum Mayor Minor: Menjawab Pasar Kerja, Sebuah Pengakuan dan Upaya Penjaminan Mutu Tiga departemen di FEMA telah mendisain dan menerapkan kurikulum mayor-minor selama 4 (empat) tahun, dan telah meluluskan angkatan keduanya pada bulan Oktober yang lalu. (Catatan: pada wisuda bulan Februari, 2009 telah terdapat satu lulusan). Tiga departemen juga telah berupaya mencapai target kelulusan tepat waktu yaitu sebanyak 36.7% dalam rangka mencapai target menjadi 58.33% (tahun 2010) (Indikator Utama Sasaran Mutu Akademik dan Kemahasiswaaan FEMA). Meskipun demikian kita masih perlu menguji kemampuan lulusan dalam menjawab pasar kerja. Untuk itu, FEMA perlu mengkoordinasikan upaya untuk melaksanakan tracer study di tingkat departemen, untuk mengkaji sejauhmana lulusannya setelah 6 (enam) bulan terserap pasar kerja. Seiring dengan pelaksanaan tracer study, maka upaya-upaya untuk memperkuat knowledge management mulai dari tingkat departemen sebagai basis keilmuan, maupun lintas departemen di IPB, perlu digulirkan. FEMA ke depan penting melakukan knowledge management dalam rangka memetakan posisi keilmuan dari setiap bagian di departemen, serta memperkuat ke”distinct”an masing-masing dalam mengembangkan mata-kuliah yang diampu agar dapat melayani mahasiswa dengan lebih baik lagi. 4. Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat: Kebutuhan Data Akurat dan Upaya Mengembangkan Knowledge Networking Kita meyakini bahwa staf dosen, baik melalui jalur individu, departemen maupun fakultas, sudah banyak melakukan penelitian. Tetapi rekam data kegiatan dosen dalam penelitian dan pengabdian masyarakat belum terkawal dengan baik. Jumlah kegiatan penelitian melalui Fakultas maupun Departemen sepanjang tahun 2006 sampai tahun 2009, yang terekam di Fakultas sebagai berikut:
18
16 14 12
2006
10
2007
8
2008
6
2009
4 2 0 FEMA
GIZ
IKK
KPM
Keterangan: 1) Sumber data: DPPM-FEMA
Sebaliknya, staf dosen juga belum sepenuhnya dapat mengakses atau memanfaatkan informasi tentang peluang kegiatan penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu FEMA masih perlu mengotimalkan kinerja divisi PPM di tiap departemen maupun koordinasi jejaring tingkat fakultas. Sebuah data, sebuah informasi, dan perkembangan keilmuan yang teruji melalui kegiatan PPM, adalah penting dalam mendukung kualitas proses belajar mengajar bagi peningkatan kualitas output mahasiswa kita.
Untuk mencapai pengakuan FEMA sebagai sebuah trend setter, maka dosen juga dituntut untuk banyak mempublikasikan hasil penelitian dan pemberdayaan yang telah dilakukan. Data jumlah publikasi dosen IPB Versi Scorpus tahun 2009 masih menunjukkan terbatasnya publikasi ilmiah staf dosen kita.
120 100 80 60
PUBLIKASI DOSEN
40 20 0 FEMA
FAPERTA
FATETA
FEM
FEMA juga telah menginisiasi pengembangan knowledge networking dengan mitra kerja, baik pemerintah daerah, swasta (perusahaan) maupun LSM melalui dua kegiatan praktek yang dilakukan mahasiswa, yaitu Kuliah Kerja Profesi dan Internship Diatetik (Khusus GIZ). Selama dua tahun kegiatan yang telah berlangsung, FEMA melakukan koordinasi lintas departemen untuk mendialogkan pilihan tempat kerja profesi dan pengelolaannya. Sebagai koordinator pelaksana penjaminan mutu, kedepan FEMA penting mengeluarkan kebijakan pengembangan knowledge networking, yang berorientasi pada pengembangan kompetensi dan soft skill mahasiswa serta memberikan kemanfaatan bagi para pemangku kepentingan. Hal ini sejalan dengan program yang sedang digulirkan Dikti, yaitu program Konvensi Nasional Sinergi Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan Wilayah (Sinergi BIG 2009, Dikti - Kadin), dalam rangka meningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa. 5. Staf Dosen: Jumlah, Kapasitas dan Sebaran Agar dapat melakukan kegiatan pelayanan belajar mengajar dengan baik, maka rasio dosen dan mahasiswa menjadi penting. Rasio dosen mahasiswa yang disyaratkan Dikti adalah 1: 20, sementara rasio dosen mahasiswa di FEMA jauh melampaui. Data dari Direktorat Sumberdaya Manusia – IPB (2008), menyatakan sebagai berikut: Tabel 1. Daftar Jumlah Kebutuhan Dosen Tahun Anggaran 2008 No Fakultas/Dept I
FEMA GIZ IKK KPM
Jmlh Mhsw Th 2007 667 256 122 289
Rasio Mhsw Jmlh Kebut Jmlh Dosen Kelebihan Dosen 1:20 Dosen yg ada Dosen 1:20 1:20 1:20
13 6 14
29 17 40
16 11 26
Realitas ini perlu dilihat dengan lebih kritis, terkait beban kerja staf dosen, serta sebaran dosen berdasarkan komposisi umur, pendidikan, golongan, dan kompetensi keilmuan. Berdasarkan analisis beban kerja dosen tahun 2008, dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2. Analisis Beban Kerja Dosen Tahun 2008 No Fakultas/Dept I
Total Beban Kerja Periodik Insidental
FEMA GIZ IKK KPM
4345 4345 9662
Jmlh Kebut Jmlh Dosen Kelebihan Dosen yg ada Dosen
2713 0 18
18 18 40
29 17 40
11 1
Analisis beban kerja dosen berupaya menjelaskan seluruh aktivitas dosen di tiga bidang: pendidikan, penelitian dan pemberdayaan masyarakat, termasuk tugas pelayanan administrasi. Meskipun demikian pemahaman akan komposisi dosen, dan kompetensi keilmuan yang dimiliki, juga kita butuhkan untuk dapat memahami kinerja setiap dosen. Berdasarkan umur, sampai tahun 2012, FEMA menambah daftar empat staf dosen yang memasuki pensiun.
Prosentase 5,8 % 37,2% S1
57%
S2 S3
Keterangan: 1) Sumber data: Kepegawaian FEMA
Berdasarkan pendidikan, maka masih terdapat 43.02% yang belum bergelar Doktor. Berdasarkan golongan, sekitar 36.05% telah menjabat lektor kepala, dan baru 12.79% yang menjabat guru besar.
15 10 5 0
T.Pengajar A.Ahli
Lektor L.Kepala
GIZ
IKK
Keterangan: 1) Sumber data: Kepegawaian FEMA
KPM
Guru Besar
Sebanyak 29 staf dosen telah menduduki lektor kepala dan berpeluang untuk meningkat menjadi guru besar. Menjadi guru besar adalah cita-cita tertinggi seorang dosen. Oleh karena itu dengan melihat spesifik kebutuhan dosen, maka Fakultas perlu melakukan upaya untuk percepatan melanjutkan belajar, menaikkan pangkat, dan mencapai gelar guru besar. Kualitas dosen yang baik tentulah akan menentukan proses belajar mengajar yang baik dan menghasilkan ouput kualitas mahasiswa yang baik pula.
Lektor Kepala Perempuan
100 50 0
GIZ
IKK
Lektor Kepala Laki-laki
KPM
Keterangan: 1) sumber data: Kepegawaian FEMA
Selain itu, upaya perekrutan staf dosen baru dalam organisasi IPB BHMN sampai saat ini belum memiliki sistem penerimaan yang jelas. Mengandalkan perekrutan pegawai negeri tidak efektif. Oleh karena itu perlu upaya alternatif melalui pola perekrutan asisten sebagai tenaga honorer dengan ikatan kontrak kerja tahunan berbasis departemen namun dengan koordinasi kontrol mutu oleh fakultas.
6. Tenaga Kependidikan: Upaya memberikan Pelayanan Mutu Prima Sebagian tenaga kependidikan di lingkungan FEMA masih berstatus tenaga honorer. Dari sisi produktivitas tentu akan lebih baik, namun dari sisi pendanaan tentu cukup memberatkan, termasuk dari sisi jaminan kerja bagi tenaga honorer tersebut. Upaya memberikan perlindungan jaminan kerja bagi tenaga kependidikan honorer perlu dilakukan, juga upaya untuk terus meningkatkan mutu pelayanan dari tenaga kependidikan kita.
25 20 HONORER PEREMPUAN
15
HONORER LAKI PNS PEREMPUAN
10
PNS LAKI 5 0 FEMA
GIZ
IKK
KPM
Keterangan: 1) Sumber data: Kepegawaian FEMA
7. Managemen Organisasi: Menjadi Team Work yang Kuat Fakultas Ekologi Manusia IPB dipimpin oleh seorang Dekan yang bertugas: (1) mengkoordinasi penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi (Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat) di tingkat fakultas, (2) menyelenggarakan jaminan mutu pendidikan di tingkat fakultas, (3) menyelia pelaksanaan tugas di bidang akademik dan kemahasiswaan, (4) membina tenaga penunjang yang ada di lingkungan fakultas yang bersangkutan, (5) memelihara ketertiban dan keamanan di lingkungan fakultas, dan (6) membina hubungan kerjasama yang baik dengan alumni. Sebagai sebuah proses pembelajaran organisasi, maka pendidikan tinggi FEMA membutuhkan empat unsur organisasi: 1) divisi penyediaan data, informasi dan penjaminan mutu, 2) divisi pengembangan pengelolaan keilmuan, 3) divisi pengembangan sinergi jejaring kemitraan dan promosi. Ketiga divisi tersebut penting menjadi team work yang kuat, dengan kepemimpinan yang kolegial dan partisipatif serta memiliki visi bersama, sesuai dengan tugas yang diamanahkan pada organisasi Fakultas.
8. Sarana Prasarana: Pengembangan Fasilitas Hingga saat ini FEMA masih memiliki sarana prasarana pendidikan yang relatif terbatas. Meskipun demikian, untuk memenuhi tuntutan sebagai trend-setter pendidikan tinggi ekologi manusia, maka FEMA kedepan harus mampu mengembangkan potensi yang sudah dimiliki, yaitu gedung PLASMA (Pusat Layanan Informasi dan Aktivitas Mahasiswa) FEMA IPB, untuk memfasilitasi program-program kerjanya. FEMA kedepan juga membutuhkan ruang perkuliahan dan laboratorium yang memadai untuk memfasilitasi pelayanan proses belajar mengajar yang lebih baik bagi mahasiswanya. Refleksi Atas Pelaksanaan Program-Program Kerja FEMA sebelumnya Terdapat empat program utama pengembangan akademik FEMA periode 2005-2009, yaitu: 1) pengembangan kemahasiswaan, 2) pengembangan laboratorium sosial, 3) pengembangan perpustakaan dan publikasi, 4) peningkatan kerjasama nasional dan internasional. Dalam hal pengembangan kemahasiswaan, melalui kelembagaan kemahasiswaan dan program kerjanya, serta pendampingan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa), maka masalah utama yang dihadapi adalah dalam hal keberlanjutan program kerjanya, dan masih lemahnya minat dosen untuk menjadi pendamping program PKM mahasiswa. Demikian pula dalam hal pengembangan labortorium sosial, hal yang sama juga terjadi yaitu keberlanjutan program dan masih lemahnya minat dosen untuk melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa mitra. Dua program terakhir, yaitu pengembangan perpustakaan dan publikasi, serta peningkatan kerjasama nasional dan internasional, akar masalahnya justru terletak pada masih lemahnya upaya institusi untuk mengembangkan knowledge management dan knowledge networking dalam rangka mendorong kesadaran, dedikasi dan kerjasama dosen dan mahasiswa dalam pengembangan keilmuan di lingkungan kerjanya maupun dalam rangka membangun sinergitas Perguruan Tinggi, Dunia Usaha (Swasta), dan Pemerintah (Wilayah) di tingkat nasional maupun internasional. Rencana Program Kerja FEMA 2010-2013 1. Program Peningkatan Kualitas Input Mahasiswa Program peningkatan kualitas input mahasiswa dilakukan melalui promosi yang dilakukan oleh seluruh civitas akademika FEMA IPB. Terdapat dua pola: promosi langsung dan promosi tidak langsung. Promosi langsung dilakukan baik secara khusus yang dipersiapkan oleh divisi pengembangan sinergi jejaring kemitraan dan promosi, maupun oleh seluruh unsur akademisi ketika melakukan kegiatan kerjasama penelitian dan pemberdayaan di tingkat nasional maupun internasional. Diri kita sebagai aktor akademisi FEMA, merupakan alat promosi yang paling jitu untuk memajukan FEMA. Apa yang kita lakukan, keberhasilan kita, adalah indikator kesuksesan institusi FEMA. Promosi tidak langsung, adalah melalui jejaring alumni dan mahasiswa yang kita miliki. Kepuasan lulusan kita terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang dilakukan FEMA juga merupakan alat promosi yang baik. 2. Program Peningkatan Kompetensi dan Soft Skill Mahasiswa FEMA perlu menciptakan iklim yang kondusif bagi terbentuknya kompetensi dan soft skill mahasiswa yang terbaik. Iklim tersebut antara lain: mengadakan acara-acara diskusi, workshop, memfasilitasi interaksi mahasiswa dan dosen dalam bimbingan PKM, dan mengapresiasi dosen yang mau menjadi pembimbing PKM 3. Program Peningkatan Jumlah dan Kapasitas Tenaga Dosen Sebagai koordinator penjaminan mutu, FEMA perlu mengembangkan sistem perekrutan asisten yang disepakati oleh departemen. Asisten membentuk forum asisten sebagai upaya untuk mendapatkan pendampingan dari staf dosen yang lebih senior, dan upaya perlindungan terhadap jaminan kontrak kerja yang disepakati oleh departemen. Asisten melakukan proses
4.
5.
6.
7.
pembelajaran dengan membantu dosen dalam membangun atmosfir knowledge management, melalui diskusi peer group atau lintas bagian untuk memetakan perkembangan keilmuan. Perpustakaan yang dibangun bukan sekedar bangunan fisik, namun merupakan suatu arena untuk tempat berdialog dan berdiskusi mengembangkan keilmuan. Peningkatan kapasitas dosen terus ditingkatkan selain melalui jalur formal melanjutkan pendidikan, adalah juga melalui jalur pengembangan pengelolaan pengetahuan (knowledge management). Hal ini dilakukan melalui kesadaran untuk mengembangkan diskusi dan workshop bagian maupun lintas bagian, termasuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar melalui pelatihan e-learning buku ajar. Program percepatan guru besar juga perlu dilakukan agar jumlah guru besar memadai. FEMA perlu menyusun kesepakatan kerja dengan dosen yang berpeluang menjadi guru besar dalam waktu dekat, menyediakan ruang dan mencarikan pendanaan untuk dosen tersebut menulis buku dan menulis dalam jurnal nasional maupun internasional yang terakreditasi dalam jangka waktu yang disepakati dan mempromosikannya menjadi profesor. Untuk itu perlu dilakukan pendampingan oleh tenaga ahli (profesor) diprioritaskan dari universitas mitra di luar negeri yang diundang ke FEMA. FEMA juga perlu dua kali dalam setahun mengundang profesor dari universitas mitra di luar negeri untuk memberikan studium general pada topik-topik tertentu, dan mendiskusikan hasilhasil penelitian yang telah dilakukan staf dosen. Program Peningkatan Mutu Akademik dan Kualitas Lulusan Standar Operasional Prosedur di empat bidang: pendidikan, etika dan kemahasiswaan, kerjasama, penelitian dan pemberdayaan masyarakat yang telah disusun oleh tim dalam kepemimpinan FEMA sebelumnya, perlu dikomunikasikan dan disempurnakan oleh seluruh staf, agar mengalami penyempurnaan dan dapat menjadi panduan kerja. Divisi Penyediaan Data, Informasi dan Penjaminan Mutu perlu mempersiapkan survey kepuasan lulusan dan tracer study untuk menilai sejauhmana FEMA dan departemennya sudah memberikan pelayanan akademik dengan baik dan sejuhmana lulusan mampu menjawab kebutuhan pasar kerja Program Pengembangan Kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas Unsur Pimpinan (Pengelola) di Departemen dan Fakultas Untuk memajukan FEMA sebagai trend setter maka FEMa perlu memiliki tiga divisi yang mendukung berjalannya tugas dekan/wakil dekan, yaitu: 1) divisi penyediaan data, informasi dan penjaminan mutu, 2) divisi pengembangan pengelolaan keilmuan, 3) divisi pengembangan sinergi jejaring kemitraan dan promosi. FEMA membutuhkan kepemimpinan (beragam level) yang memahami aturan organisasi yang berlaku di IPB, melayani dengan baik, dan menerapkan sanksi yang disepakati. Oleh karena itu pelatihan, workshop, serta membangun team work yang baik merupakan program yang dibutuhkan. Program Peningkatan Jumlah dan Kapasitas Tenaga Kependidikan FEMA juga membutuhkan tenaga kependidikan berkualitas yang mampu melakukan pelayanan prima bagi staf dosen maupun mahasiswa. Oleh karena itu program pengembangan kapasitas tenaga kependidikan perlu terus diupayakan. Program Sinergi Jejaring Kemitraan Nasional dan Internasional FEMA dapat melakukan upaya peningkatan jumlah dan kualitas inovasi (PPM) melalui pengembangan sinergi jejaring kemitraan nasional maupun internasional, antara Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan Pemerintah (wilayah) serta Masyarakat. Kegiatan bersama yang dilakukan dalam upaya membangun knowledge networking mencakup: peningkatan kapasitas SDM, workshop, pelatihan, peningkatan jejaring, dan penyusunan data base hasil penelitian dan pemberdayaan masyarakat. Dalam peningkatan kegiatan PPM maka FEMA juga perlu melibatkan para pensiunan yang masih produktif untuk menjadi pendamping dan membimbing para asisten dalam bekerja di lapang.