Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908
MEASURE : ALTERNATIF MODEL EVALUASI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH Ariadi Nugraha, Iman Rohiman Universitas Ahmad Dahlan, Universitas Negeri Yogyakarta E-mail:
[email protected],
[email protected] ABSTRAK Program bimbingan dan konseling terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dari masingmasing hal tersebut terdapat evaluasi yang bisa memaksimalkan perencanaan dan pelaksanaan evaluasi yang menjadikan layanan BK semakin optimal. Namun pelaksanaan evaluasi terkadang bersifat pengecekan pada akhir semester saja dan tidak menjamin akuntabilitas pelaksanaan evaluasi, serta belum dipahaminya paradigma hubungan kolaborasi antar profesi dalam satuan pendidikan dan kurang adanya respon yang positif dari peserta didik terhadap layanan bimbingan dan konseling. Tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling untuk menentukan keberjalanan program melalui berbagai kegiatan di dalam program yang dilakukan para staff yang terlibat dalam program tersebut, untuk kemudian mengambil keputusan atau tindakan-tindakan selanjutnya. Model evaluasi yang ditawarkan adalah MEASURE (Mission, Element, Anayze, Stakholder-Unit, Result, Educate). Model evaluasi MEASURE memaksimalkan kemampuan beradaptasi di program konseling sekolah. Model MEASURE juga mendukung akuntabilitas Model National ASCA. Model evaluasi MEASURE sangat baik diguakan karena model ini berbasis data program bimbingan dan konseling komprehensif. Data program yang sudah dikembangkan menjadi dasar evaluasi program, sehingga guru bimbingan dan konseling akan bertanggung jawab dengan program yang dilaksanakan. Kata Kunci: bimbingan dan konseling, evaluasi, MEASURE
pribadi yang utuh (Sunaryo Kartadinata, 2011
PENDAHULUAN Pendidikan
berperan
dalam
: 57). Bimbingan sebagai upaya pendidikan,
membangun peradaban bangsa, pengalaman
diartikan sebagai proses bantuan kepada
menunjukkan bahwa pendidikan memberi
individu atau kelompok untuk mencapai
manfaat yang luas bagi kehidupan suatu
tingkatan perkembangan diri secara optimal
bangsa.
yang memandirikan.
Pendidikan
pengembangan,
besar
memiliki
membantu
fungsi individu
Penyelenggaraan program bimbingan dan
mengembangkan diri sesuai dengan fitrahnya
konseling di sekolah sudah lebih dari tiga
(potensi),
peragaman
puluh tahun. Namun demikian, implementasi
membantu
individu
(differensiasi), memilih
arah
layanan bimbingan dan konseling berhadapan
perkembangan yang tepat sesuai dengan
dengan berbagai hambatan dan sejumlah
potensi dan integrasi, membawa keragaman
kendala serius. Berbagai hambatan dan
perkembangan ke arah tujuan yang sama
kendala tersebut, seperti: bimbingan dan
sesuai dengan hakikat manusia untuk menjadi
konseling masih berorientasi pada masalah,
67
68 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
tidak
membuat
perencanaan
program
saat ini telah terjadi perubahan paradigma
bimbingan secara baik, penyusunan program
pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu
belum
assessment,
dari pendekatan yang berorientasi tradisional,
minimnya dukungan dari pejabat sekolah
remedial, klinis, dan terpusat pada konselor,
terhadap program bimbingan dan konseling,
kepada
belum dipahaminya paradigma hubungan
perkembangan dan preventif.
berdasarkan
kolaborasi
antar
needs
profesi
dalam
satuan
pendekatan
yang
berorientasi
Pengembangan dan implementasi dari
pendidikan dan kurang adanya respon yang
program
bimbingan
positif dari peserta didik terhadap layanan
komprehensif berkembang secara cepat di
bimbingan dan konseling (Badrujaman, 2011:
Amerika. Penelitian Martin, Carey, dan De
3).
Coster
(dalam
dan
konseling
Gysbrers
2012:27)
Kendala dan hambatan yang muncul
menemukan, “bahwa baru 17 negera bagian
tersebut akibat dari minimnya evaluasi yang
memiliki model program yang tetap, 24
dilakukan guru bimbingan dan konseling
negera bagian dalam proses implementasi
berkenaan dengan program bimbingan dan
model program, dan 10 negera bagian masih
konseling yang diselenggarakan, sehingga
pada tahap awal pengembangan model”.
tidak
menyadari
program
yang
Seiring
dengan
dilaksanakannya tidak efektif dan perlu
bimbingan
mendapat
perkembangan
perbaikan
bahkan
mungkin
pergantian.
konseling
Pelaksanaan
layanan
konseling program
komprehensif
di
ilmu
Amerika,
bimbingan mulai
dan
banyak
dan
dibicarakan dalam forum ilmiah serta dengan
konseling di sekolah memiliki tujuan untuk
didukung Permendiknas No. 27 Tahun 2008,
memberikan
pencapaian
program layanan bimbingan dan konseling di
kematangan kepribadian, keterampilan sosial,
Indonesia mengarah pada pendekatan yang
kemampuan akademik, yang bermuara pada
komprehensif. Pendekatan ini dipilih karena
terbentuknya kematangan karir individual
didukung beberapa hasil penelitian tentang
yang diharapkan dapat bermanfaat di masa
efektifitas bimbingan komprehensif dalam
yang akan datang (Fatur Rahman, 2009:4).
meningkatkan mutu pendidikan. Bimbingan
dukungan
bimbingan
dan
perkembangan
pada
Menurut tim penulis buku Penataan Pendidikan
Profesional
Konselor
dan
konseling
komprehensif
mampu
dan
memberikan kontribusi yang positif bagi
Layanan Bimbingan dan Konseling dalam
pengembangan akademik, pribadi, sosial, dan
Jalur Pendidikan Formal, (2007:194) pada
karir siswa di sekolah.
Nugraha, Rohiman, Measure: Alternatif Model... 69
Seiring bimbingan
dengan dan
perkembangan
perkembangan
konseling
Amerika,
para
praktisi.
Model
program
bimbingan dan konseling komprehensif yang dikembangkan ini juga dapat menjadi salah
banyak
satu referensi guru bimbingan dan konseling
dibicarakan dalam forum ilmiah serta dengan
dalam penyusunan program bimbingan dan
didukung Permendiknas No. 27 Tahun 2008,
konseling di sekolah, namun model evaluasi
program layanan bimbingan dan konseling di
program bimbingan dan konseling belum
Indonesia mengarah pada pendekatan yang
dikembangkan sehingga model evaluasi harus
komprehensif.
dikembangkan untuk mengukur keberhargaan
komprehensif
bimbingan
maupun
dan
konseling
program
di
ilmu
mulai
Penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo Kartadinata dan kawan-kawan (2003: 50) menunjukkan bahwa bimbingan komprehensif
dan keberhasilan program bimbingan dan konseling. Evaluasi merupakan proses pemberian
perkembangan mampu meningkatkan mutu
penilaian
manajemen sistem layanan bimbingan dan
keberhasilan suatu program yang dilakukan
konseling
sekolah
melalui pengumpulan data, pengolahan data,
menengah, dan perguruan tinggi di Jawa
serta analisis data yang akan dijadikan dasar
Barat.
untuk
di
sekolah
dasar,
Sejalan dengan amanat Permendiknas
terhadap
membuat
keberhargaan
keputusan
dan
(Badrujaman,
2011:17). Evaluasi program merupakan ilmu
No. 27 Tahun 2008 bahwa konselor diarahkan
yang
digunakan
sebagai
menyusun program bimbingan dan konseling
melakukan
yang komprehensif, hal ini didukung dengan
bimbingan dan konseling merupakan obyek
penelitian yang dilakukan Caraka Putra
evaluasinya.
Bhakti dkk (2014) yang mengembangkan
Evaluasi
evaluasi,
cara
sedangkan
program
untuk program
bimbingan
dan
model program bimbingan dan konseling
konseling memiliki tujuan pokok yang tidak
komprehensif
pada
pendidikan
dapat dipisahkan dengan yang lainnya. Pada
menengah di
wilayah
Istimewa
satu sisi evaluasi program bimbingan dan
Yogyakarta program
dan
jenjang
Jawa
bimbingan
Daerah Tengah. dan
Model
konseling
bertujuan
untuk
memperbaiki
konseling
praktik penyelenggaran program bimbingan
komprehesif yang dihasilkan dalam penelitian
dan konseling itu sendiri, dan disisi lain
ini menghasilkan sebuah model hipotetik,
evaluasi merupakan alat untuk meningkatkan
model ini dapat dijadikan sebagai dasar
akuntabilitas
pengambilan keputusan bagi para akademisi
konseling di mata stakeholder, seperti guru,
program
bimbingan
dan
70 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
kepala sekolah, orang tua, dan terutama siswa
memiliki urgensi bagi pesert a didik. Untuk
(Badrujaman, 2011:23).
menguraikan tujuan dari bimbingan dan
Terdapat berbagai model evaluasi dalam
konseling komprehensif sebagai berikut:
dunia pendidikan, setiap model evaluasi
1. Pemahaman lingkungan sekolah
memiliki
masing-masing
2. Pemahaman diri dan orang lain
berkenaan dengan konsep dasar, metode, serta
3. Pemahaman sikap dan perilaku
fokus evaluasi. Model yang sering digunakan
4. Pembuatan keputusan dan pemecahan
karakteristiknya
dalam mengevaluasi program bimbingan dan
masalah
konseling dengan menggunakan model goal
5. Keahlian interpersonal dan komunikasi
attainment, model evaluasi formative dan
6. Kemampuan sukses di sekolah
sumative, model evaluasi responsif, dan
7. Kesadaran
model CIPP (Badrujaman, 2011:58). Berikut ini merupakan model yang sesuai dengan program konseling yang digunakan
karir
dan
perencanaan
pendidikan 8. Kebanggaan
dan
keterlibatan
dalam
masyarakat
“MEASURE” (Stone dan Dahir, 2003).
Bimbingan dan konseling komperhensif
Model ini meliputi Mission (M), Elements
tidak hanya melibatkan guru bimbingan dan
(E), Analyze (A), Stakeholder-Unite (SU),
konseling, tetapi melibatkan pula pimpinan
Reanalyze, Reflect, Refine Result (R), Educate
sekolah,
(E). Model ini secara khusus dapat digunakan
administrasi,
untuk mengevaluasi program bimbingan dan
masyarakat.
Keterlibatan
tersebut
konseling secara komprehensif.
berarti
berdampak
positif
Cobia (2003: 102), evaluasi dilaksanakan
guru
mata
orang
dan
pelaksanaan
tua
program
pelajaran,
staf
siswa,
dan sangat
terhadap
bimbingan
dan
agar guru bimbingan dan konseling dapat
konseling di sekolah Kolaborasi antar semua
melihat sejauh mana program yang sudah
komponen yang ada di sekolah merupakan
dilaksanakan dan mengukur keberhasilan
suatu
program terkait dengan tugas perkembangan
pendidikan.
individu agar individu dapat berkembang
teamwork
Dahir
&
dalam
Stone
(2011
satuan
:
11)
bimbingan
dan
secara optimal.
mengemukakan
PEMBAHASAN
konseling komprehensif merupakan model
Bimbingan dan Konseling Komprehensif
mutakhir yang dikembangkan oleh ASCA
Myrick (2011:42) mengemukakan bahwa Bimbingan
dan
konseling
komprehensif
bahwa
suatu
(American School Counselor Association) mulai tahun 1997. Gysbers & Henderson
Nugraha, Rohiman, Measure: Alternatif Model... 71
(2012:30) premis
mengungkapkan
dasar
yang
Comprehensive
bahwa
menegaskan
school
lima
program,
(2)
mengidentifikasi
tenaga
istilah
profesional yang melaksanakan program, (3)
and
menampilkan kompetensi yang akan dicapai
guidance
counseling adalah:
siswa,
1) Bimbingan dan konseling adalah sebuah
program, (5) membahas bagaimana program
program.
mengidentifikasi
klien
dari
dilaksanakan, (6) menawarkan arah yang
2) Program bimbingan dan konseling adalah perkembangan dan komprehensif.
kolaborasi antar staf (team-building approach). 4) Program
bimbingan
dan
konseling
dikembangkan melalui serangkaian proses sistematis sejak dari perencanaan, desain,
5) Program bimbingan dan konseling ditopang
Konseling
terdiri dari empat komponen program yaitu (1) kurikulum bimbingan, (2) perencanaan
sistem. Komponen tersebut sangat penting program.
menyediakan
Kurikulum inti
dari
bimbingan penekanan
perkembangan dari program. Tingkat dan
Komprehensif Schmidt
Model program bimbingan komprehensif
untuk
oleh kepemimpinan yang kokoh.
dan
program bimbingan konseling dibuat.
individu, (3) layanan responsif, (4) dukungan
implementasi, evaluasi, dan keberlanjutan.
Bimbingan
rasional pada program, (7) menyampaikan prinsip dan standar etika yang menjai dasar
3) Program bimbingan dan konseling melibatkan
Program
(4)
(2008:92)
menjelaskan
tiga
tujuan dan kompetensi dari K-12. Fokus pada
pendekatan dalam program bimbingan dan
tugas
konseling komprehensif. Pendekatan yang
sebagai dasar layanan dalam kelompok kecil
dikembangkan
(bimbingan kelas).
yaitu
model
program
bimbingan komprehensif yang dikembangkan Gysbers, model bimbingan konseling yang dikembangkan Schmidt, dan model ASCA. a. Model program bimbingan komprehensif oleh Gysbers dan Henderson Program merupakan
bimbingan struktur
pertama
perkembangan
semua
siswa,
dan
b. Model bimbingan konseling perkembangan Scmidt Schmidt pendekatan
(2008:93)
menyampaikan
bimbingan
konseling
perkembangan hampir sama dengan model komprehensif yang jelas
program
bimbingan
komprehensif dan
yang
dikembangkan
Gysbers
Henderson.
dengan pendekatan programatik. Model ini
Myrick
menganjurkan
memiliki tiga struktur komponen: definisi,
menyelenggrakan kurikulum untuk fokus
rasional, dan asumsi. Penjelasan komponen
pada tujuan: (1) Memahami lingkungan
program yaitu (1) menguraikan misi dari
sekolah, (2) memahami diri dan lainnya, (3),
untuk
72 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
memahami sikap dan perilaku, (4) layanan ini
manajemen (management system), (4), proses
terintegrasi dlaam kurikulum sekolah, (5)
pertanggungjawaban (accountability process).
kemampuan komunikasi interpersonal, (6)
Model Program Bimbingan dan Konseling
kemampuan sukses sekolah, (7) kesadaran
Komprehensif
dan perencanaan karir, (8) keterlibatan dalam
Sridadi
masyarakat.
Myrick
menganjurkan
tujuh
(2009:41)
model
merupakan
suatu representasi atau formalisasi dalam
prinsip sebuah program perkembangan yaitu:
bahasa
tertentu dari suatu
sistem
nyata
(1) beroriatasi pada seluruh siswa, (2)
(realitas). Jadi, model adalah representasi dari
terorganisir, (3) program berututan dan
suatu objek, benda atau ide-ide dalam bentuk
flesibel, (4) terintgrasi dalam kurikulum
yang lain dengan entitasnya.
sekolah, (5) melibatkan seluruh personil
Model dibuat berdasarkan tujuan yang
sekolah, (6) membantu siswa belajar efektif
akan dilakukan peneliti, dengan harapan
dan
mememiliki
efisien,
profesional
(7)
menyediakan
sebagai
konselor
penyedia
layanan
manfaat
model
Sridadi (2009: 42) :
c. Model ASCA
1. Pembantu untuk berfikir.
program
ini
menggunakan
2. Pembantu untuk berkomunikasi.
berbagai konsep yang berasal dari Gysbers,
3. Alat dan latihan.
Myrick dan pendukung komprehensif serta
4. Alat prediksi.
layanan
5. Pembantu dalam percobaan.
program
perkembangan.
Model
ASCA berfokus pada akuntabilitas program dan menekankan pada hasil siswa.
adalah
kepemimpinan,
Model
Program
Bimbingan
dan
Konseling Komprehensif yang dikembangkan
Empat tema yang memayungi model ASCA
telah
dihasilkan. Berikuf fungsi model menurut
konseling.
Model
yang
advokasi,
terdiri dari: 1. Kerangka berfikir (fondation),
kolaborasi,perubahan sistematik. Empat tema
landasan program
ini atau area kemampuan penting untuk
tentang:
konselor sekolah untuk digunakan untuk
a. Rasional
menolong seluruh siswa untuk sukses dalam
b. Visi dan Misi
bidang akaemik, karir, pribai sosial. ASCA
c. Tujuan
memiliki
empat
komponen
d. Deskripsi kebutuhan
kerangka
pikir
(foundation),
penting (2)
(1)
sistem
penyampaian (delivery system), (3) sistem
2. Standar perkembangan
berisi
yang menjelaskan
Kompetensi:
domain
(pribadi-sosial-belajar-
Nugraha, Rohiman, Measure: Alternatif Model... 73
karir) ditambah dengan domain kultur
tujuan yang ingin di capai dalam suatu
Indonesia (religious-demokratis).
kegiatan evaluasi.
a. Delivery : berisi tentang komponen program (ASCA)
pengukuran yang jelas.
b. Manajemen Sistem yaitu
c. Evaluasi melibatkan berbagai unsur yang
c. Sistem Akuntabilitas Evaluasi
Program
profesional. Dalam program bimbingan
Bimbingan
dan
adalah
mengumpulkan bekerjanya informasi
kegiatan
informasi
sesuatu
yang
tersebut
dan konseling di tuntut keterlibatan pihakpihak yang benr-benar profesional dalam
Konseling Komprehensif Evaluasi
b. Evaluasi yang efektif memerlukan kriteria
tentang selanjutnya
digunakan
bidang bimbingan dan konseling secara keseluruhan. d. Menuntut umpan balik dan tindak lanjut
untuk
(follow-up) sehingga hasilnya dapat di
menentukan alternatif yang tepat dalam
gunakan untuk membuat kebijakan atau
mengambil sebuah keputusan (Arikunto dan
keputusan.
Jabar, 2009:2). Pendapat yang lain Worthen
menyangkut:
& Sanders (2002:129) menjelaskan bahwa
1) Personalia
Adapun
kemampuannya
obtaining, and providing useful information
penambahan tenaga.
dengan
baik
harus
didasari
pengelolaan program yang efektif dan sesuai dengan
pinsip-prinsip
suatu
terlibat
dan
menggantikan
atau
2) Jenis kegiatan dan pelaksanaannya di
Terlaksananya program bimbingan dan konseling
dapat
yang
“evaluation is the process of delineating,
for judging decision alternatives”.
keputusan
program
bimbingan dan konseling. Gibson
susun berdasarka prioritas kegiatan dan subjek yang di tangani. 3) Pembiayaan, waktu dan fasilitas lainnya harus dipertimbangkan.
dan
e. Evaluasi yang efektif hendaknya terencana
Mitchell (Sukardi, 2008:255) mengemukakan
dan berkesinambungan. Hal ini berarti
beberapa prinsip yang harus diperankan
bahwa evaluasi program bimbingan dan
dalam penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan
konseling bukan merupakan kegiatan, yang
program bimbingan dan konseling, yaitu
bersifat
sebagai berikut:
kegiatan
a. Evaluasi yang efektif menuntut pengenalan
berkesinambungan.
terhadap tujuan-tujuan program. Ini berarti perlu adanya kejelasan mengenai tujuan-
insidental, yang
melainkan
proses
sistematis
dan
74 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
Model Evaluasi Program Bimbingan dan
mendemonstrasikan
Konseling Komprehensif
membantu menggiring elemen data kritis ke
Model evaluasi bimbingan dan konseling komprehensif
yang
akan
dikembangkan
arah
yang
membantu
bahwa
positif.
konselor
MEASURE
mengorganisir
menunjukkan
(2011:29)
bahwa
MEASURE ialah cara pemanfaatan informasi
MEASURE terdiri dari enam aspek proses
untuk menargetkan elemen data kritis, seperti
akuntabilitas
konselor
rating daya serap siswa, nilai ujian tes, dan
sekolah mengevaluasi program bimbingan
rating studi lanjutan, dan penggunaan data
dan konseling komprehensif. MEASURE
tersebut
singkatan dari: Mission, Element, Analiyze,
khusus yang mengkaitkan konseling sekolah
Stakeholder-Unite, Result, Educate. Model
dengan agenda sekolah (Dahir dan Stone,
evaluasi
2011: 30)
yang
membantu
MEASURE
memaksimalkan
kemampuan beradaptasi di program konseling sekolah. Model MEASURE juga mendukung akuntabilitas Model National ASCA
2.
untuk
kerja
dan
adalah model MEASURE. Dahir and Stone mengungkapkan
hasil
usaha
akan
konselor.
mengembangkan
strategi
Tahapan penggunaan model MEASURE Dahir
dan
Stone
(2011:
29)
yang
mengembangkan model MEASURE sebagai
membantu konselor sekolah mengevaluasi
proses untuk melakukan akuntabilitas layanan
program
konseling yeng terdiri dari enam langkah.
bimbingan
dan
konseling
komprehensif (Dahir dan Stone, 2011:17).
Langkah pertama adalah penentuan Misi,
1.
Konsep MEASURE
yang melibatkan menyelaraskan kegiatan
Dahir dan Stone (2011:29), MEASURE
konseling sekolah dengan tujuan sekolah dan
adalah proses enam langkah akuntabilitas
program. Langkah kedua, Elemen dalam hal
yang
sekolah
ini melibatkan data yang relevan dan yang
menunjukkan bagaimana program mereka
harus dikumpulkan. Langkah ketiga adalah
mempengaruhi data kritis, komponen tersebut
Menganalisis, yang melibatkan pemeriksaan
berasal dari rapor sekolah yang merupakan
data dengan cara yang berbeda, termasuk
landasan dasar akuntabilitas. MEASURE
memisahkan data di elemen dan dengan
singkatan dari: Mission, Element, Analiyze,
karakteristik atau situasi siswa. Langkah
Stakeholder-Unite, Result, Educate.
keempat
membantu
konselor
MEASURE ialah proses secara langsung
adalah
melibatkan
Pimpinan
berbagai
Unit,
program
yang
konseling
yang dirancang untuk mendukung tujuan tim
sekolah yang digunakan untuk mempengaruhi
kepemimpinan
siswa
sekolah
dan
dan
menentukan
tujuan
yang
Nugraha, Rohiman, Measure: Alternatif Model... 75
diinginkan. Langkah kelima adalah Result
prestasi
(analisa ulang) yang melibatkan refleksi atas
negatif elemen data anda.
data untuk menentukan kegiatan masa depan
siswa,
mempengaruhi
d. Stakeholder-Unite
:
secara
Identifikasi
yang tepat dalam program ini. Langkah
stakeholder agar termasuk dalam tim yang
terakhir adalah Mendidik, yang melibatkan
akan terlibat dalam penanganan perubahan
menginformasikan
positif pada elemen data kritis. Seluruh
para
pemangku
kepentingan, termasuk mahasiswa, dari apa
anggota
yang terkait
dari
yang ditemukan dan apa yang akan dilakukan
sekolah
internal
eksternal
selanjutnya
dilibatkan.
MEASURE
dalam
program.
memberikan
akuntabilitas
data
akuntabilitas
dihasilkan,
kekhususan
e. Result : Bahkan jika hasil yang ditargetkan telah tercapai, masih ada refleksi dan
banyak
perbaikan yang perlu dilakukan. Apakah
contoh penerapan model untuk program
hasil usaha tiap orang menunjukkan bahwa
konseling sekolah yang disediakan (Dahir dan
intervensi
Stone, 2011: 107).
memindahkan elemen data kritis ke arah
menggunakan
secara
bagaimana
harus
data
Berikut
dan
Model
dan
komunitas
namun
lengkap,
enam
langkah
tahapan Model
dan
strategi
berhasil
yang positif. f. Educate
:
Sebarkan
kepada
para
MEASURE dengan memeriksa tujuan umum
stakeholder internal dan eksternal akan
pada sekolah, yaitu
perubahan dalam elemen data yang ditarget
a. Mission : Menghubungkan rancangan,
yang menunjukkan dampak positif dari
implementasi, dan manajemen program konseling sekolah sesuai dengan misi
g. Model
evaluasi
MEASURE
sekolah dan tujuan dari rencana tahunan
memaksimalkan kemampuan beradaptasi
upaya pengembangan sekolah.
di program konseling sekolah. Model
b. Element
c.
program konseling sekolah.
tim
MEASURE juga mendukung akuntabilitas
kepemimpinan sekolah, identifikasi dan
Model National ASCA (Stone & Dahir,
periksa elemen data kritis dalam rencana
2011). Berikut tahapan model MEASURE
pengembangan sekolah.
yang dikembangkan antara lain. Hal
Analiyze : Analisa elemen data kritis untuk
tersebut bisa dilihat di tabel 1 di bawah ini.
menentukan
sebagai
area
anggota
yang
bermasalah.
Analisis akan memperlihatkan hambatan institusional
dan
lingkungan
terhadap
76 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
Tabel 1
IMPLIKASI
Tahapan model MEASURE Model MEASURE Mission (Misi)
Element (Elemen)
Analyze (Analisa)
bagus ketika diterapkan dalam evaluasi Deskripsi
layanan BK selama satu semester. Hal ini Bagian misi berisi misi program bimbingan dan konseling memiliki kesesuaian dengan misi sekolah dan tujuan dari rencana program tahunan sekolah. Penilaian terkait program bimbingan dan konseling mendukung misi sekolah dan berkontribusi pada perkembangan siswa. Bagian elemen berisi pengembangan program bimbingan dan konseling yang berdasarkan dari identifikasi kebutuhan siswa. Konselor sekolah harus mencermati dan menganalisis kesesuaian kebutuhan siswa dan kesesuian penyusunan program Bagian analyze berisi data hasil analisa sebagai bahan memahami kebutuhan siswa terkait pengembangan program. Analisa program akan menunjukan standar pengembangan program bimbingan dan konseling yang menjadi fokus pengembangan bagi peserta didik agar mencapai perkembangan optimal.
StakeholderUnite (Dukungan pihak sekolah)
Bagian dukungan pihak sekolah berisi peran pihak sekolah dan strategi yang dilakukan masing-masing pihak sekolah dalam mendukung program bimbingan dan konseling.
Result (Hasil)
Bagian hasil berisi target dan pencapaian dalam program bimbingan dan konseling. Target dan pencapaian menjadi dasar evaluasi program bimbingan dan konseling.
Educate (Mendidik)
Model evalusi MEASURE sangatlah
Bagian mendidik berisi menginformasikan pada pihak sekolah terkait hasil evaluasi program bimbingan dan konseling sekolah. Menginformasikan hasil program bimbingan dan konseling sekolah adalah langkah penting dalam proses akuntabilitas dan kunci untuk mengumpulkan dukungan bagi program tersebut.
sangatlah bagus guna perbaikan layanan BK dan peningkatan kualitas layanan BK serta profesionalitas guru BK di sekolah. Semua elemen sekolah dan stakeholder sekolah minimal mengetahui program BK yang ada di sekolah. Stakeholder sekolah berfungsi untuk penyempurnaan layanan BK, baik itu kepala sekolah, guru, wali kelas, tata usaha, karyawan, kantin dan seluruh warga sekolah mampu untuk bekerjasama dan mensukseskan
layanan
BK
di
sekolah.
Sehingga ketika semua stakeholder sekolah mendukung dan mengetahui program BK, maka program BK akan berjalan dengan efektif dan efisien. Model Evaluasi MEASURE terdiri dari enam aspek proses akuntabilitas yang terdiri dari : a. Misi b. Elemen c. Analisis d. Dukungan pihak Sekolah e. Hasil f.
Mendidik
PENUTUP
Kesimpulan Alternatif model evaluasi MEASURE memaksimalkan
kemampuan
beradaptasi
program bimbingan dan konseling di sekolah.
Nugraha, Rohiman, Measure: Alternatif Model... 77
Dengan model evaluasi MEASURE maka semua
stakeholder
sekolah
mampu
memahami pentingnya akan layanan BK di sekolah. Visi dan misi BK sejalan dengan visi dan misi sekolah, sehingga program BK akan tepat
sasaran
sesuai
dengan
apa
yang
diharapkan oleh sekolah. Model evaluasi MEASURE yang terdiri dari
enak
aspek
tersebut
dilaksanakan
sesuai
dengan
haruslah urutannya
sehingga, evaluasi yang dilaksanakan berjalan dengan efektif dan efisien. Saran Dengan
adanya
model
evaluasi
MEASURE ini diharapkan : 1. Guru BK dan semua stakeholder sekolah mampu
memahami
akan
pentingnya
layanan BK, dikarenakan BK merupakan bagian intergral dari proses pendidikan di sekolah. 2. Kepala sekolah, guru mata pelajaran, wali kelas
dan
semua
warga
sekolah
mendukung terselenggaranya layanan BK dengan efektif dan efisien. 3. Orang tua dan masyarakat berperan aktif sebagai salah satu bagian dari proses layanan BK untuk ikut dalam pemberian masukan kepada pihak sekolah khususnya kepada BK. DAFTAR RUJUKAN American School Counselor Association. 2012. The ASCA National Model: A
Frame work For School Counseling Program. Second Edition. Alexandria, VA: Author. Badrujaman, A. 2011. Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Bahkti, Caraka P. 2014. Model Program Bimbingan dan Konseling Komprehensif. Tesis. Semarang: Universitas Negeri Semarang. Cobia. D.C. 2003. Handbook of school Counseling. New jersey: Pearson education Cobia, D. C., & Henderson, D. A. 2009. Developing An Effective and Accountable School Counseling Program. Second Edition. Upper Saddle River, New jersey, Columbus, Ohio: Pearson Merrill Prentice Hall.Kartadinata, Sunaryo. 2011. Menguak Tabir Bimbingan dan Konseling sebagai Upaya Pedagogis. Bandung: UPI Press Dahir, Carol A & Stone, Carolyn B. 2007. School counselor accountability A MEASURE of success (2nd ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson. . 2009. School Counselor Accountability: The Path to Social Justice and Systemic Change. Journal of Counseling & Development. Winter 2009. Volume 87. . 2011. School Counselor Accountability: A MEASURE of Student Succes. New Jearsey : Pearson.Gysbers, N.C. & Henderson P. 2012. Developing and Managing Your School Guidance and Counseling Program Fourth Edition. Alexandria : American Counseling Assosiation. Myrick, Robert D. 2011. Developmental Guidance and Counseling : A Practical Approach Fifth edition. Minneapolis : Educational Media Corporation. Permendiknas No 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
78 Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling, Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 67-78
Schmidt, John J. 2008. Counseling in Schools : Comprehensive Programs of Responsive Service for All Student. Boston : Pearson. Sridadi, B. 2009. Pemodelan dan Simulasi Sistem: Teori, Aplikasi dan Contoh Program dalam Bahasa. Jakarta: Informatika.