MATERI PEMAHAMAN ALKITAB BULAN MARET 2015
Menghayati Paskah Dengan Kesediaan Meneladani Pengorbanan Kristus Diterbitkan oleh TPPA GKJ Joglo
MENGHAYATI PASKAH LEBIH DALAM Pengantar Jemaat yang dikasihi Tuhan, tema besar buku materi PA yang ditetapkan untuk menjadi bingkai materi-materi PA pada bulan Maret ini adalah "MENGHAYATI PASKAH DENGAN KESEDIAAN MENELADANI PENGORBANAN KRISTUS". Tema ini sesuai dengan siklus kalender gereja, di mana pada bulan Maret kita masih berada dalam suasana minggu-minggu prapaskah, yaitu prapaskah 2 sampai dengan prapaskah 6 (minggu palmarum). Dalam masa prapaskah atau masa persiapan sebelum perayaan Paskah ini, kita diajak untuk menghayati sengsara Kristus melalui beberapa peristiwa yang dialami oleh-Nya, seperti puasa, kesengsaraannya dan pengorbanan hingga mati di kayu salib. Dengan menghayati apa yang dialami oleh Kristus dengan lebih dalam, diharapkan kita dapat meneladani-Nya dengan mengejawantahkan kasih kita dalam hidup sehari-hari.
Paskah Kristen Berakar dari Paskah Yahudi Perayaan atau pesta Paskah sesungguhnya sudah dilakukan oleh orang Yahudi sejak zaman Perjanjian Lama. Perayaan ini merupakan sebuah perayaan yang besar. Di mana orang-orang Yahudi dari berbagai tempat akan berbondongbondong datang ke Yerusalem untuk bersama-sama merayakan Paskah. Perayaan Paskah dalam tradisi kekristenan sesungguhnya merupakan perayaan yang alitabiah. Perayaan ini tercantum dalam alkitab. Dirayakan dengan sukacita yang ditandai dengan kemeriahan. Namun sayang, kurangnya penghayatan kita terhadap makna Paskah seringkali membuat perayaan Paskah kurang grengseng apabila dibandingkan dengan perayaan yang lain, yang justru tidak ada dalam alkitab. Padahal, Yesus pun rajin datang ke Yerusalem untuk ikut merayakan Paskah (Luk.2:41). Perayaan Paskah yang diadakan oleh orang Kristen memang berakar dari Paskah Yahudi. Namun, memiliki makna yang berbeda. Kata paskah atau paska berasal dari kata bahasa Ibrani pesakh yang secara harafiah berarti lewat atau melewati. Materi PA Maret 2015
-2-
Penyebutan nama perayaan ini, sesuai dengan peristiwa yang hendak dikenang melalui perayaan tersebut. Konteksnya dapat kita baca dalam Keluaran 12, yaitu pada peristiwa keluarnya bangsa Israel dari tanah perbudakan di Mesir. Tepatnya, dalam peristiwa pemberitahuan sampai dengan pemberian tulah kesepuluh oleh Tuhan, yaitu kematian semua anak sulung di tanah Mesir, baik manusia mau pun binatang. Pada waktu itu Allah memberitahukan bahwa bangsa Mesir akan membiarkan mereka pergi setelah Allah memberikan tulah kesepuluh. Untuk itu mereka diperintahkan untuk bersiap diri agar tulah kematian anak sulung itu tidak menimpa keluarga-keluarga orang Israel. Allah memberi perintah agar setiap keluarga Israel mengambil anak domba yang kemudian disebut dengan anak domba paskah. Anak domba itu harus disembelih. Dagingnya diolah untuk dimakan dan sebagian darahnya dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas setiap rumah orang Israel. Ketika hari itu tiba, Allah akan berjalan melewati (=pesakh) setiap rumah. Pada setiap rumah yang bertanda darah, Allah akan melewatinya. Tetapi tidak demikian pada rumah-rumah yang pintunya tidak bertandakan darah. Dalam rumah itu setiap anak sulung, baik manusia maupun binatang akan mati. Allah memerintahkan, agar peristiwa ini terus diingat oleh bangsa Israel secara turun temurun. Bahkan Allah sendiri memberikan bimbingan bagaimana cara merayakan peristiwa penting dalam sejarah keselamatan Allah ini. Tuhan memberikan nama perayaan itu sebagai paskah bagi Tuhan (12:11). Sebuah peringatan bahwa Tuhan melewati rumah-rumah orang Israel di Mesir, ketika Ia menulahi orang Mesir, tetapi menyelamatkan rumah-rumah orang Israel (Kel. 12:27). Kematian tidak menimpa mereka karena ada anak domba paskah yang mati dan darahnya menjadi tanda bagi Tuhan untuk melewati rumah-rumah tempat mereka berada.
Makna Paskah bagi Kita Dalam Perjanjian Baru, Yesus memberikan makna baru terhadap makna perayaan Paskah. Dalam Injil Matius 26:2, ketika Yesus memberitahukan penderitaan yang Materi PA Maret 2015
-3-
akan dialami-Nya, Yesus berkata kepada para murid, "Kamu tahu, bahwa dua hari lagi akan dirayakan Paskah, maka Anak Manusia akan diserahkan untuk disalibkan." Yesus menyebut dirinya sebagai Anak Manusia yang akan dikorbankan dalam perayaan Paskah. Yohanes pembaptis menyebut Yesus sebagai 'Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia.' (Yoh.1:29). Dengan demikian, Paskah dalam Perjanjian Baru memiliki makna : - Yesus adalah Anak Domba Paskah itu. IA mati dengan disalib untuk menyelamatkan manusia dari dosa. Paskah bisa disebutkan sebagai tindakan Allah mengasihi manusia, dengan mengorbankan anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus. Yesus menjadi ‘anak domba Allah’ penebus dosa manusia. - Percaya kepada Yesus yang disalibkan itu, akan membawa manusia kepada keselamatan dan kehidupan kekal. Sebab ia akan bebas dari belenggu dosa. Hidupnya tidak lagi dikuasai oleh dosa, melainkan ia akan hidup dalam pertobatan, dalam perdamaian dengan Tuhan dan sesama. Yesus berkata dalam Yoh. 14:12, “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab Aku pergi kepada Bapa.” Siapakah kita, sehingga Tuhan mengatakan bahwa kita akan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari yang IA lakukan? Pekerjaan-pekerjaan besar itu adalah pekabaran injil yang melampaui pelayanan Yesus di dunia. Hal ini karena Yesus akan pergi kepada Bapa, yang artinya waktu pelayanan Yesus secara fisik di dunia akan selesai dan akan diteruskan oleh para murid. Para murid akan mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan besar itu, hanya jika mereka percaya kepada Yesus yang disalibkan dan bangkit. - Paskah juga menjadi peristiwa kemenangan Kristus atas maut. Melalui kebangkitan-Nya, kuasa maut telah terlewati. Kebangkitan itu juga menunjukkan Kristus yang berkuasa atas kehidupan dan kematian. Dengan demikian, paskah bukanlah ritual tahunan biasa. Perayaan Paskah adalah pusat iman kita yang perlu kita rayakan dengan penghayatan dalam iman kepada Yesus Kristus, sang Anak Domba Paskah.
Materi PA Maret 2015
-4-
Siklus Paskah Dalam sejarah perkembangan kekristenan, paskah kemudian dikembangkan untuk menolong jemaat dapat menghayati perayaan ini secara lebih mendalam. Siklus paskah pun dibuat berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh Yesus. Diantaranya adalah : - Peristiwa Yesus berada di padang gurun, berpuasa di sana selama 40 hari dan kemudian dicobai oleh iblis. Peristiwa ini terjadi pada masa persiapan sebelum Yesus melakukan pelayanan-Nya di dunia. - Peristiwa Yesus memasuki kota Yerusalem. Dirayakan dalam ibadah Minggu Palma atau Palmarum (Palm Sunday). - Peristiwa Yesus mengadakan perjamuan malam terakhir dan pembasuhan kaki. Hal penting dalam peristiwa ini adalah pemberian perintah baru yang diberikan oleh Yesus seusai IA memberikan contoh melalui pembasuhan kaki para murid. Perintah baru itu adalah perintah untuk saling mengasihi (Yoh. 13:34,35). Perintah kedua adalah, tentang penetapan perjamuan sebagai peringatan akan Yesus (Luk.22:19). Perintah ini menjadi dasar diadakannya Perjamuan Kudus. - Peristiwa Yesus berada dalam kubur - Peristiwa kebangkitan Yesus yang ditandai dengan kubur yang kosong. Kenaikan Yesus 1
2
3
4
5
6
2
Minggu-minggu Pra Paskah Rabu Abu
3
4
5
Minggu-minggu Paskah
Palmarum
Kamis Putih Jumat Agung Sabtu Sunyi PASKAH
Pekan Suci
Materi PA Maret 2015
-5-
6
7 PENTAKOSTA
MATERI PA REMAJA
Puasa : Mensyukuri Anugerah Keselamatan, Menguatkan Iman, dan Belajar Memberi Lukas 5:33-35, Matius 17:14–21, Yesaya 58:3-7 I. Aktifitas 1 : Tantangan tanpa gadget. Seluruh gadget di silent atau dipindahkan ke nada getar, kemudian dikumpulkan seluruhnya di satu tempat. Seluruh peserta PA tidak membawa dan tidak mengoperasikan gadget selama PA berlangsung. II. Apa itu puasa? Sering mendengar atau melihat yang seperti ini? Saat bulan puasa, kita akan sering melihat hal seperti ini:
Materi PA Maret 2015
-6-
Kata puasa sudah sangat lazim kita kenal sebagai kegiatan atau ibadah tidak makan dan tidak minum. Namun apakah kita tahu arti kata puasa itu sendiri? Puasa berasal dari dua kata dalam bahasa Sansekerta, yaitu: upa dan wasa. . Jadi upawasa, atau yang kemudian pengucapannya menjadi puasa, adalah cara mendekatkan diri dengan Tuhan. Jadi bukan cuma soal makan dan tidak minum doang. Puasa adalah pelatihan mental dan spiritual yang tujuannya mengubah sikap manusia. Sikap yang diubah adalah sikap yang buruk, sehingga menjadi baik. Orang yang berpuasa adalah orang yang terus melatih diri menjadi baru di dalam sikap yang baik. Salah satu cara berpuasa adalah tidak makan dan minum, yang maksudnya adalah melatih sikap spiritual dengan pelatihan badani. Contoh gampangnya, kalau kamu bisa nahan lapar, maka kamu melatih sikap sabar menunggu waktu saat kamu sudah boleh makan. Melatih fisik (nahan lapar) = melatih mental (sabar menunggu diperbolehkan makan). Nah kalau misalnya nih kamu lagi puasa, tapi kemudian bilang ”boleh lah nggak semangat, kan lemes nggak makan”, atau “boleh lah marah-marah dikit, kan kalau lapar bawaannya kesel”, atau yang dipikirin jam buka puasa melulu, kira-kira tujuan puasanya tercapai nggak? Coba diskusikan !! III. Puasa Dalam Alkitab Puasa nggak asing lagi lho dalam Alkitab.Kata Ibrani untuk “puasa” adalah tsum, tsom, dan ‘inna nafsyό, yang kira-kira artinya: merendahkan diri dengan berpuasa. Nah, umat waktu itu melakukan puasa punya banyak sebab, antara lain: a. Ungkapan dukacita (I Samuel 31:13; 2 Samuel 1:12; 3:35; Nehemia 1:4; Ester 4:3; Mazmur 35:13-14). b. Pernyataan Pertobatan (I Samuel 7:6; I Raja-raja 21:27; Nehemia 9:12; Daniel 9:3-4; Yunus 3:5-8). c. Merendahkan diri di hadapan Allah(Ezra 8:21; Mazmur 69:11). d. Memperoleh bimbingan dan pertolongan dari Tuhan (Keluaran 34:28; Ulangan 9:9; 2 Samuel 12:16-23; 2 Tawarikh 20:3-4). e. Puasa yang Berhubungan dengan Ibadat (Imamat 16:29,30). f. Menyiapkan Diri Sebelum Tugas Besar dari Allah (Mat 4:2 ; Kis 13:1-3) Materi PA Maret 2015
-7-
g. Meneguhkan penatua (majelis) (Kis. 14:23) h. Menyembah Allah dan Mengucap Rasa Syukur(Lukas 2:37) IV. Puasa Bagi Umat Kristen Puasa bagi umat Kristen bersifat sukarela dan personal. SUKARELA artinya nggak wajib atau nggak harus. Lukas 5:33-35 mengisahkan ketika Yesus menjawab pertanyaan orang-orang Farisi tentang murid-murid-Nya yang tidak diajarkan berpuasa sebagaimana para murid Yohanes Pembaptis. Yesus menjawab: “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki disuruh berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Tetapi akan datang waktunya, apabila mempelai itu diambil dari mereka, pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”. Yesus tidak melarang praktek puasa, tetapi Ia mengatakan bahwa saatnya akan tiba kala murid-murid berduka karena terpisah sesaat dari Kristus, dan saat itulah mereka berpuasa (Mat. 9:14-17; Mrk. 2:18-22; Luk. 5:33-39). Puasa murid-murid Kristus adalah puasa dalam perjanjian yang baru, yang selalu mengingat bahwa Yesus selalu patuh, berserah, dan bergantung diri kepada Allah, Yesus itu mau menyerahkan hidup-Nya demi manusia (memberi nyawa-Nya lho, Dia sayang banget sama manusia). Jadi bukan karena kita mau selamat trus kita puasa, tapi kita puasa karena kita mengenang dan bersyukur atas keselamatan yang kita dapatkan melalui penderitaan Yesus. Mungkin tujuan Yesus waktu itu adalah, kalau Yesus sudah nggak ada, pada sedih nggak sih, kira-kira murid-murid masih pada ingat Yesus nggak, masih bersyukur nggak atas pengorbanan Yesus, kangen dan selalu pengen deket nggak walaupun hanya dekat di hati. Setiap saat ada kerinduan seperti itu nggak dari murid-murid Yesus dulu dan sekarang (kita). Keinginan untuk dekat dengan Tuhan dimanapun dan kapanpun inilah yang membuat puasa orang Kristen bersifat sukarela, nggak diatur waktunya kapan atau bulan apaharus puasa. Tuhan akan tahu, iman kamu oke nggak dari hal ini. Kalo oke, kamu akan selalu ingin deket sama Tuhan, dengan cara berpuasa dan berdoa. PERSONAL, artinya puasa dijalankan seorang pribadi, namun tidak bersama-sama dengan jemaat lain. (Kalau Ibadah Minggu kan komunal atau bersama-sama dengan jemaat lain).
Materi PA Maret 2015
-8-
Tapi ada saat dimana kita menghayati satu masa dengan cara kita berpuasa pada saat itu, yang dilakukan bareng-bareng oleh gereja-gereja diseluruh dunia, yaitu masa Pra Paskah, yaitu 40 hari sebelum hari Minggu Paskah (tanpa dihitungnya hari Minggu, sebab hari Minggu adalah hari kemenangan). Masa Pra-Paskah dimulai pada hari Rabu, yang biasa disebut juga dengan Rabu Abu. Nah selama 40 hari itu, umat Kristen (dan Katolik) berpuasa. Tujuannya agar kita berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dengan memahami kesengsaraan Tuhan Yesus yang telah menderita untuk kita. Tuhan tuh sudah ngorbanin diriNya, diperlakukan tidak adil, dihina, disiksa sampai akhirnya mati diatas kayu salib. Nah kita nyoba ikut ngerasain sengsara Yesus itu dengan cara puasa. Makanya karena menghayati sengsara, dalam puasa ini kita menjauhkan diri dari kenikmatan dan kesenangan sendiri. Menahan lapar dan haus. Mau memberi dan rela berkorban bagi sesama kita yang menderita. Kalau kita ikut ngerasain sengsara melalui puasa, maka kita akan makin menghargai pengorbanan Tuhan Yesus dan makin paham kalau Tuhan tuh cinta banget sama manusia sehingga Dia rela mati di kayu salib. Kita belajar seperti Yesus sabar nahan sengsara, pemaaf, murah hati dan peduli kepada manusia.
MOTIVASI Ingat ya, bahwa motivasi berpuasa adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan semakin menguatkan iman kita. Kalau kita dekat dengan Tuhan dengan cara berpuasa dan berdoa, kekuatan iman kita bertambah agar kita bisa melawan: dosa, kesulitan, dan kelemahan kita. Ada lho masalah atau kesulitan yang hanya bisa melalui berdoa dan berpuasa, seperti apa yang dicontohkan Yesus ketika para murid-Nya bertanya kepada-Nya, “Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?” Yesus menjawab, “Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu. Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa dan berpuasa” (Matius 17:14–21). Nah mungkin kita punya masalah yang berat banget, kita bisa lawan dengan cara puasa dan doa tadi, Materi PA Maret 2015
-9-
karena puasa dan doa semakin mendekatkan diri kita dengan Tuhan, otomatis iman kita bertambah kuat.
SIKAP Dan jangan lupa, Tuhan Yesus nggak pengen kita pamer dan kasih tahu ke orang-orang kalau kita lagi puasa.Puasa tuh urusannya dengan Tuhan, maka Tuhan Yesus berkata:”Supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya Bapamu yang ada di tempat yang tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu.” (Matius 6:16-18). Dan nggak boleh juga mentangmentang lagi puasa trus permisif (jadi alesan) misalnya “kan lagi puasa, lemes, boleh dong belajarnya nggak semangat”. Justru kita harus kelihatan seger, semangat, kayak lagi nggak puasa.
BIMBINGAN Gereja memang tidak mengharuskan kita berpuasa, tetapi dapat memberikan bimbingan kalau ada umat yang pengen puasa. Ini nih contoh bimbingan untuk puasa: 1.
Biasanya umat berpuasa pada Rabu Abu dan Jumat Agung dan berpantang makan daging atau jenis pantangan lain yang ditentukan sendiri oleh pribadi yang mau puasa.Misalnya tidak merokok, pantang gula, pantang garam, pantang pesta, pantang hiburan, dsb. Gereja Katolik menyusun aturan berpuasa yakni: untuk remaja umur 14 tahun ke atas pantang daging, garam, rokok, jajan, dan lain-lain, dilaksanakan pada Rabu Abu, Jumat Agung, dan setiap hari Jumat. Hayoo siapa yang sudah umurnya sudah 14 tahun? Jangan kalah sama remaja yang lain dong.
2.
Tujuan puasa untuk berhemat dan menahan diri sangat bermanfaat bagi disiplin. Hasil penghematan itu dapat untuk derma atau diberikan ke orang lain. Uang rokok, pesta pora, hiburan, dapat diirit dan disumbangkan kepada orang miskin dan kegiatan kemanusiaan. Puasa merupakan sarana untuk “membuka belenggu-belenggu kelaliman, Materi PA Maret 2015
- 10 -
melepaskan tali-tali kuk, memerdekakan orang yang teraniaya, membagikan rotimu kepada yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!”” (Yes 58:3-7). Intinya, menahan diri dari kesenangan pribadi untuk kemudian hasilnya dipakai (dipersembahkan) untukmemberi dan menolong orang lain. Nah memberi juga bukan sekedar memberi materi, tapi juga memberi maaf, pengampunan, memberi perhatian dan kasih sayang. Bukankan itu yang Yesus berikan untuk kita lewat kematian-Nya? Nah, aksi apa yang kita bisa lakukan dalam hal ini? Namun bimbingan ini adalah bimbingan minimal, kita boleh melakukan pantang-pantang yang lain (lebih dari yang diatas), yang jelas harus dalam tujuan ingin dekat dengan Tuhan,menahan diri dari kesenangan pribadi, bukan hanya sekedar pantang makanan atau minuman saja. V. Aktifitas 2 : Belajar membuat bimbingan puasa untuk diri sendiri. Coba kamu buat bimbingan puasa buat dirimu sendiri, puasa / pantang apa yang akan kamu lakukan selama masa pra paskah ini, dengan mengisi hal-hal berikut ini : a. Pantang makanan : …………………………………………………..... ....................................................................................................... b. Pantang selain makanan: ……………………………………………… ....................................................................................................... c. Penghematan yang akan kamu lakukan: ………………………………… ....................................................................................................... d. Penghematan akan kamu berikan untuk : ……………………………….. ....................................................................................................... e. Puasa ini akan kamu lakukan kapan? …………………………………. ....................................................................................................... Nah, kalau kamu mau berlatih puasa, coba isi daftar diatas sebagai panduanmu sendiri.Tidak harus semuanya kok. Misalnya kamu cuma mau pantang makanan saja boleh kok. Waktunya juga boleh satu atau dua hari saja, atau setiap Jumat juga boleh.Sukarela. Coba terapkan secara pribadi dengan disiplin jika kamu ingin menghayati masa pra paskah tahun 2015 ini Materi PA Maret 2015
- 11 -
dengan puasa. Ingat, puasa ini ibadah personal (pribadi) kamu sama Tuhan, jadi harus serius.
DISKUSI 1.
Coba ceritakan apa hubungan antara Aktifitas 1: tantangan tanpa gadget, dengan pengertian puasa yang sudah kamu baca? Apakah kamu akan melanjutkan aktifitas ini setelah PA ini sebagai bentuk puasa selama masa pra paskah? Kira-kira kapan waktu yang tepat kamu akan puasa tanpa gadget?
2.
Jika kamu mengisi Aktifitas 2, membuat bimbingan puasa buat kamu sendiri, apakah kamu akan melakukannya selama masa pra paskah ini? Mengapa?
Materi PA Maret 2015
- 12 -
MATERI PA PEMUDA
Mau Berkorban Tetapi Tidak Mau Menderita, “Mana Mungkin !” Surat 1 Petrus 2 : 18 - 25 A. Pendahuluan FaxNew.com pada tanggal 18 Oktober 2011, pernah memuat sebuah perjuangan dan pengorbanan dari seorang ibu yang menolak perawatan kanker yang mungkin akan menyelamatkan hidupnya, namun ia lebih memperhatikan risiko atas kehidupan dari janin yang sedang dikandungnya. Diceritakan bahwa pada bulan Maret 2011, seorang ibu bernama Stacie Crimm (41th) yang tinggal di daerah Oklahoma diberitahu oleh seorang dokter bahwa ia tengah mengandung seorang bayi, dimana sebelumnya ia pernah diiagnosa bahwa ia tidak akan pernah bisa memiliki seorang bayi. Kabar ini tentunya sangat membahagiakan baginya, namun ditengah kebahagian ini pada bulan Juli melalui CT scan, ia juga didiagnosa oleh dokter bahwa ia juga mengidap penyakit kanker kepala dan leher. Pada bulan Agustus, diketahui bahwa penyakit tsb semakin parah. Disatu sisi ada kebahagiaan karena ia akan mempunyai seorang anak. Namun disisi lain ia juga sedih karena ia terkena kanker yang mulai memburuk dan sadar bahwa perawatan kanker yang dilakukan akan berdampak buruk bagi janin yang sedang dikandungnya. Suatu pilihan yang sulit yang harus diambil oleh Stacie Crimm terlebih lagi ia hanyalah seorang ibu tunggal (tanpa suami), namun akhirnya dengan penuh kesadaran dan kebesaran hati, ia memilih untuk tidak melakukan pengobatan atas kanker yang dideritanya, dengan harapan bahwa janin yang sedang dikandungnya tidak terkontaminasi oleh proses penyembuhan yang akan dilakukan. Suatu pengorbanan yang luar biasa yang dilakukan oleh Stacie Crimm, ada keputusan yang sulit yang harus diambil serta ada kesadaran untuk menanggung penderitaan demi sang buah hati dapat lahir dengan selamat. Ia tidak takut apa yang akan terjadi pada dirinya justru ia lebih takut akan apa Materi PA Maret 2015
- 13 -
yang terjadi pada penerusnya kelak. Ia tuliskan dalam media tsb bahwa "Saya khawatir tentang bayi ini, dan saya harap saya dapat hidup cukup lama untuk memiliki bayi ini." Tak lupa ia juga memberikan pesan kepada Phillips (kakaknya), bahwa jika terjadi sesuatu padanya, ia mau mengasuh anaknya tsb. Pada bulan September bayi perempuan itu lahir melalui caesar dengan sehat dan sempurna, ibunya sempat melihat namun karena kesehatannya yang semakin memburuk, tiga hari kemudian setelah melahirkan, Stacie Crimm meninggal dunia, dan bayinya selanjutnya diasuh oleh kakaknya, seperti apa yang ia janjikan kepada adiknya sebelum meninggal. Coba diskusikan hal ini + selama 10 menit , pelajaran apa yang anda dapatkan dari bacaan di atas?
B. Menderita untuk tujuan yang lebih besar. Perikop yang menjadi bahan bacaan yang mendasari PA kita kali ini merupakan bagian dari surat Rasul Petrus yang pertama. Surat ini ditujukan kepada jemaat yang tersebar di bagian utara Asia Kecil. Tapi, Asia yang dimaksud pada waktu itu berbeda dengan Asia yang kita mengerti sekarang melalui peta dunia loh. Daerah Asia Kecil yang disebutkan pada masa itu, sekarang disebut dengan daerah Turki. Dalam pasal 1 ayat 1, disebutkan, jemaat yang menjadi tujuannya adalah jemaat yang berada di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Mereka disebut juga dengan jemaat diaspora, yang artinya menyebar. Karena memang, mereka adalah jemaat yang tersebar dari Yerusalem pasca peristiwa pentakosta. Sebagian jemaat adalah penduduk di sana, namun sebagian lagi adalah orang-orang yang berasal dari Yerusalem. Karena itu, mereka juga disebut sebagai orangorang perantau. Mereka bekerja di sana, bersama dengan penduduk asli. Oleh karena mereka memiliki gaya hidup dan kepercayaan yang berbeda dengan penduduk asli, seringkali mereka menghadapi tekanan-tekanan dan penganiayaan dalam hidup sehari-hari. Dalam suratnya inilah, Petrus memberikan nasihat dan penghiburan kepada jemaat, agar mereka memiliki cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka menghadapi tekanan, misalnya difitnah sebagai orang Materi PA Maret 2015
- 14 -
durjana, orang yang memfitnah itu dapat melihat kebenarannya melalui perbuatan-perbuatan baik yang dilakukan oleh jemaat (1 Pet.2:12). Untuk itu, Petrus memberikan nasihat-nasihat tentang bagaimana mereka menjalani hidup bersama dengan orang lain. Ia memberikan nasihat tentang hidup sebagai warga dimana mereka tinggal, ia juga mengajarkan agar jemaat menghormati semua orang, mengasihi saudara-saudara, takut kepada Allah dan menghormati raja. Pada perikop yang kita baca ini, secara khusus Petrus memberikan nasihat kepada para hamba. Ia menasihatkan hendaknya para hamba tunduk penuh ketakutan kepada tuan mereka. ‘Takut’ yang dimaksudkan bukan berarti rasa takut dalam arti yang negatif, oleh karena yang kita takuti itu mengancam keselamatan diri kita. ‘Takut’ yang dimaksudkan disini adalah ‘takut’ oleh karena hormat, atau respek (alkitab NIV : respect). Rasa respek terhadap tuannya karena menyadari tugasnya sebagai seorang hamba kepada tuannya. Respek itu akan membuat hamba melakukan apapun yang diperintahkan oleh tuannya, betapapun sulit dan berat yang harus ia tanggung. Hubungan hamba-tuan ini sekaligus digunakan oleh Petrus untuk mengajarkan tentang hidup beriman kepada Tuhan Yesus Kristus. Jemaat adalah hamba, dan Tuhan Yesus Kristus adalah tuannya. Bagian surat Petrus ini mengajarkan kepada kita bagaimana sikap hidup sebagai seorang hamba. Seorang hamba yang menyadari siapa dirinya dihadapan tuannya, akan memiliki mentalitas taat. Ia mau menerima perlakuan apapun yang diterima dari tuannya. Meskipun terkadang perlakukan tsb membuat menderita. Petrus juga mengingatkan kita, meskipun status hanya hamba, tetapi mentalitasnya adalah mentalitas yang mau belajar untuk mengasihi tuannya. Petrus mengingatkan bahwa sebagai anak Tuhan, kita dipanggil untuk rela berkorban, artinya rela untuk menderita, rela untuk menerima perlakukan yang tidak adil atau sebagai seorang hamba yang rela menderita karena suatu perlakuan yang seharusnya tidak ia terima dari tuannya yang tidak mengenal Kristus (baca : dunia yang tidak mengenal Kristus). Tentu hal ini bukan perkara yang mudah untuk kita jalani, terlebih apabila kita punya anggapan bahwa dengan mengikut Kristus, pasti semuanya akan indah, pasti semuanya lancar, tidak ada cemooh, tidak ada perlakuan yang tidak adil. Ups...... ternyata semua itu salah. Karena sebuah pengorbanan memerlukan kerelaan Materi PA Maret 2015
- 15 -
untuk menderita. Namun suatu penderitaan yang dilakukan karena alasan yang benar. Keputusan yang dilakukan oleh Stacie Crimm di atas merupakan suatu wujud pengorbanan adanya kesadaran untuk rela menderita, namun untuk tujuan yang jauh lebih besar yang lebih diutamakan yaitu kehidupan yang lebih lanjut dari calon penerusnya (anaknya) tsb. Bagaimana dengan kita sebagai anak - anak Tuhan, sudahkah kita juga siap dengan kerelaan untuk berkorban dan sadar melalui pengorbanan ini, ada penderitaan atas ketidak adilan yang mesti kita tanggung, karena pengorbanan itu sendiri sudah mengandung makna adanya kerelaan untuk tunduk pada suatu situasi dan menderita untuk tujuan yang lebih besar, tujuan yang lebih besar dari kita adalah kemulian bagi Tuhan itu sendiri. C. Meneladani Pengorbanan Kristus. Dalam masa-masa pra paskah ini, kita diingatkan kembali akan arti pengorbanan Kristus. Meskipun Ia tidak berdosa namun Ia rela menderita dengan diperlakukan tidak adil (ay. 21-23). Kristus telah mengajarkan kepada kita, tidak hanya pada kerelaannya untuk menderita, namun juga dalam hal “penundukan” diri-Nya kepada penguasa dunia yang berlaku sewenang-wenang kepadaNya. Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, Ia tunduk pada kehendak Allah. Pengorbanan dan ketaatanNya adalah untuk menggenapkan kehendak Allah yaitu memikul dosa manusia. Dengan mengikut Kristus, bahwa kita harus sadar dari awal, rela menderita untuk mendapat perlakuan yang tidak seharusnya kita terima seperti; ditolak dilingkungan kerja, dijauhi oleh teman bermain, susah mencari jodoh, susah mencari kerja, susah naik pangkat atau perlakuan-perlakuan tidak adil lainnya. Tetapi jangan lupa bahwa Kristus sendiri telah memberikan teladan bagi kita akan arti sebuah pengorbanan. Dia tidak berbuat dosa, ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan mencaci maki, ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam bahkan Ia rela mati untuk menanggung dosa-dosa kita (ay 21-24). Oleh karena itu dalam penghayatan masa pra paskah ini, setiap kita yang mengaku sebagai anak-anak Tuhan sudah seharusnya dapat meneladani hal ini. Pribadi seorang Kristen sejati tidak dipengaruhi oleh situasi, bahkan ketika ia diperlakukan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan Materi PA Maret 2015
- 16 -
mengampuni dan tetap berbuat kebajikan dan dengan sadar melakukan semuanya itu atas dasar ketaatan kepada kehendak dan kasih karunia Allah yang telah ia terima. D. Renungan. Seringkali kita protes kepada Tuhan dan mengatakan bahwa saya sudah banyak berkorban, bahkan menderita tetapi kenapa Tuhan sepertinya tidak sayang kepada saya, “Kenapa harus saya, sepertinya kok saya dibiarkan menghadapi semua ini?’ Banyak petanyaan-pertanyaan yang bersifat protes kepada Tuhan. Sebagai Pemuda Kristen maka seharusnya kita juga meneladani pengorbanan Kristus, meskipun diperlakukan tidak adil oleh situasi yang ada, kita harus tetap tunduk dan taat supaya mereka boleh mengenal keselamatan dari Kristus. Sikap tunduk ini bukan berarti kita akan mengikuti semua hal secara membabi buta, sikap tunduk yang Petrus tekankan adalah sikap tidak melawan, tidak menentang, tetapi juga tidak menjalankan perintah bila hal itu berlawanan dengan kehendak Tuhan. E. Diskusi 1. Apa arti pengorbanan yang dapat kita pelajari dari Kristus ? 2. Apakah kalian pernah melakukan suatu pengorbanan? Pengorbanan seperti apa yang pernah kalian lakukan, ceritakan bagaimana perasaan kalian pada saat itu ? 3. Bagaimana sebaiknya sebagai anak Tuhan meneladani pengorbanan Kristus di dalam menjalani kehidupan sehari - hari?
Materi PA Maret 2015
- 17 -
MATERI PA IBU-IBU
TIDAK SEKEDAR PENDERITAAN TETAPI PENGORBANAN 1 Petrus 2: 18-25; Kejadian 22: 1-19 Judul PA ibu-ibu kali ini terasa berat sekali. Tidak sekedar penderitaan tetapi pengorbanan. Tidak semua penderitaan itu pengorbanan, sebab penderitaan itu kadang bersifat pasif, "terberi", namun pengorbanan memiliki makna yang lebih dalam, aktif, disadari, dan tahu serta siap menghadapi resiko yang merugikan, berat, bagi diri. Masa pra-Paskah kali ini kita tidak hanya fokus pada penderitaan yang Kristus alami, namun terlebih dari itu adalah pengorbanan luar biasa yang Ia lakukan untuk menebus orang berdosa yang sangat Ia kasihi. Menghayati penderitaan Kristus saat menjelang Paskah cukup mudah kita lakukan dengan membaca melalui Alkitab, atau melihat cerita, melalui film. Kita mudah terharu biru ketika menyaksikan visualisasi penderitaan Kristus sebelum kematianNya, namun menghayati pengorbanan Kristus, kadang kurang menjadi perhatian yang sungguh-sungguh kita hayati dan teladani dalam hidup. Kita sering tidak mudah berkorban, jangankan bagi orang lain, untuk diri sendiripun kadang tidak mudah melakukannya. Kasih yang kita terapkan masih sering dilandasi oleh "itungitungan" untung dan rugi, dilandasi oleh "itung-itungan" menyenangkan bagi kita atau tidak dsb. Mari kita simak kisah dibawah ini.
KISAH PENGORBANAN SEORANG IBU DARI TAIWAN Sebuah kisah lama yang terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan. Ada seorang pemuda bernama Tobi (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan pandai bergaul. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, kariernya meningkat pesat dan dalam beberapa tahun sudah menjadi manager. Gajinya pun lumayan. Ia dikenal sebagai sosok yang humoris dan menyenangkan, bahkan putri pemilik perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus kepada Tobi. Ia tinggal dengan seorang wanita tua yang secara fisik tampilannya sangat seram. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru Materi PA Maret 2015
- 18 -
mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit di bagian kiri dan belakang. Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung Tobi. Walau demikian, dengan keterbatasan fisik yang ada, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan rumah tangga dari membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci dan lain-lain. Perhatian dan kasih sayang ia curahkan kepada anak satu2-nya Tobi. Melihat kenyataan ini tidak cukup mudah bagi Tobi untuk mengakuinya didepan umum. Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa wanita cacat dirumahnya, Tobi selalu menjawab wanita itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. “Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan.” jawab Tobi. Betapa pilunya hati sang ibu mendengar ini. Tetapi ia tetap diam, tidak protes, tidak murka. Ia telan ludah pahit dalam hidupnya itu sendiri. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Pada suatu hari sang ibu jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. Mau tidak mau Tobilah yang harus menggantikan pekerjaan ibunya, mulai mengurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ia juga harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali mencari pembantu, kalaupun ada mahal sekali). Hal ini membuat Tobi stress dan uring-uringan di rumah. Pada suatu hari, ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari ibunya, Tobi melihat sebuah box kecil. Di dalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang seorang wanita berjiwa pahlawan yang telah menyelamatkan anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang wanita menderita luka bakar cukup serius sedang anak dalam dekapannya tidak terluka sedikitpun. Walau sudah usang, Tobi cukup dewasa untuk mengetahui siapa wanita cantik di dalam foto dan siapa wanita pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Ya, Materi PA Maret 2015
- 19 -
foto itu adalah Ibu kandungnya. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata Tobi menetes keluar tanpa bisa dibendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, Tobi langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang ibupun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. “Yang sudah-sudah nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi”. Singkat cerita, setelah sembuh, Tobi tidak lagi malu mengakui dan membawa Ibunya keluar dari rumah. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, Tobi tidak peduli. (catatan: diambil dari internet)
Diskusikan : 1. Mengapa seorang ibu mau berkorban sedemikian rupa untuk Tobi, pengorbanan apa saja yang ia berikan untuk Tobi? 2. Sulitkah melakukan pengorbanan seperti ibu Tobi? Kalau sulit mengapa, kalau mudah jelaskan alasannya, silahkan sharing pengalaman ibu-ibu
MAKNA PENGORBANAN Dalam bahasa Indonesia makna kata pengorbanan adalah kesediaan seseorang untuk melakukan dan atau memberikan yang ia miliki bagi orang lain tanpa memperhitungkan dampak kerugian bagi dirinya sendiri. Di dalam pengorbanan ada muatan penderitaan, dan kerugian. Bisa menderita dan rugi secara fisik, mental, bisa juga secara material. Pengorbanan justru dilakukan oleh orang yang tidak bersalah. Orang yang menderita karena berdosa (ay 19-20) bukanlah sedang melakukan pengorbanan. Memasuki bulan pra-Paskah, orang Kristen mulai kembali diingatkan tentang penderitaan, sengsara, pengorbanan dan kematian Kristus. Peristiwa pahit, getir, memilukan, yang tidak hanya berhenti pada penderitaan saja, namun suatu pengorbanan yang tiada tara Sang Kristus bagi umat manusia yang dikasihiNya. Dalam kitab Kejadian 22, Abraham karena keteguhan imannya yang kuat, siap melakukan kehendak Allah untuk melakukan pengorbanan, mempersembahan Iskak sebagai korban bakaran. Hati ayah mana yang tidak hancur ketika anak yang dikasihinya diminta Tuhan untuk dikorbankan. Ia harus kehilangan, ia harus kehilangan anak yang sangat ia cintai. Materi PA Maret 2015
- 20 -
Namun tidak ada keluh, tidak ada protes, tidak ada keengganan untuk mengikuti perintah Allah. Abraham tidak pasif diam saja. Ia aktif bertindak melakukan perintah Allah meski secara manusiawi, apa yang dengan sadar akan ia lakukan adalah suatu pengorbanan yang begitu besar dan berat, ia tidak hanya kehilangan ternak tapi anak, hal yang pasti sangat memilukan hatinya. Namun, karena keteguhan imannya inilah Allah akhirnya melimpahkan berkatNya. Dimasa pra-Paskah ini kitapun merunut kembali kisah sengsara, kematian Kristus. Bagaimana Ia harus menghadapi pencobaan di bukit, bagaimana Ia harus menghadapi cemoohan, penghinaan, siksaan mental dan fisik, bagaimana Ia merelakan dirinya tergores bilur-bilur akibat cambukan tentara Romawi. Bahkan dalam Yesaya 52 :13 - Yes 53 : 10, kita memperoleh gambaran yang luar biasa buruk tentang rupa Kristus akibat siksa manusia. Namun ia bergeming, tak ada satupun umpatan, penyesalan dan keluhan. Bisa saja Ia melepaskan diri dari siksaan itu, seperti yang dicemoohkan orang Yahudi, bisa saja Ia mempertahankan ke- Allah-anNya dengan menunjukkan kuasaNya. Namun semuanya tidak Ia lakukan. Kemanusiawian Kristus sadar penuh, inilah cawan yang harus Ia lalui, meski secara manusiawi menahan derita yang begitu hebat, dan harus mengalami cedera fisik yang demikian hancur, bahkan penistaan yang begitu hina. Namun Kristus sadar inilah kehendak Bapa, Ia korbankan/tanggalkan ke-Allah-anNya seketika kedalam alam maut sebagai bukti kasihNya yang begitu besar pada umat manusia yang sangat dikasihiNya sebagai tebusan bagi umat yang berdosa. Pengorbanan yang tiada tandingannya, sangat mahal, tebusan yang tidak ternilai harganya.
PERENUNGAN dan PENGHAYATAN Didalam 1 Petrus 2:18-25, Surat Petrus ditujukan kepada jemaat Kristen yang tersebar di wilayah Asia Kecil (Turki masa kini), agar mereka sadar bahwa mereka akan menanggung penderitaan karena iman mereka. Oleh karena itu dalam surat ini mereka diingatkan untuk salah satunya menjaga perilaku layaknya orang percaya, yang sarat dengan perbuatan tidak tercela, yang hidup layaknya hamba Allah, yang menghormati semua orang, mengasihi saudara-saudara, patuh pada penguasa, dan takut akan Allah. Mereka diingatkan untuk hidup menjadi teladan kebaikan bagi sekelilingnya pun meski harus menanggung dan menghadapi situasi yang tidak menyenangkan, bahkan harus menanggung penderitaan. Bukan penderitaan sebagai akibat melakukan kesalahan dan dosa, Materi PA Maret 2015
- 21 -
namun penderitaan karena iman mereka. Kristus telah memberikan keteladanan yang luar biasa bagi kita orang percaya. Ia tidak menderita karena berbuat dosa. Tipu tidak ada dalam mulutNya. Ketika Ia dicaci, Ia tidak membalas dengan caci maki, ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam, tetapi Ia menyerahkannya pada Dia yang mengutusya. Ia telah mengorbankan dirinya untuk memikul dosa kita supaya manusia berdosa dibenarkan. Sebagai seorang ibu, kita pasti sudah sangat akrab dengan pengorbanan, mungkin kita tidak memiliki pengalaman se heroik yang dilakukan ibunya Tobi pada kisah di Taiwan di atas. Namun seorang ibu secara kodrati sadar atau tidak secara alamiah telah belajar melakukan pengorbanan, ketika ia bertaruh nyawa untuk melahirkan anaknya. Namun dalam kehidupan, kita sering kali melihat kenyataan, bahwa tidak semua ibu ikhlas melakukan pengorbanan untuk keluarganya. Banyak diantara kita yang mengeluh akan berbagai hal yang telah kita lakukan namun seolah tidak mendapat balasan atau penghargaan. Tidak sedikit ibu yang telah merasa terlalu menderita dan berkorban banyak, ya waktu, ya pikiran, ya tenaga, ya semuanya untuk keluarganya namun justru mendapat perlakuan yang tidak semestinya baik dari suami maupun anak-anaknya, seperti yang dialami ibunya Tobi ketika Tobi belum Tobiatt (bertaubat). Namun melalui PA ini kita mendapatkan keteladanan luar biasa dari Kristus. Ia tidak hanya menderita, namun ia mengorbankan dirinya untuk mengasihi kita. Pengorbanan memang tidak menuntut balasan, pengorbanan juga tidak menuntut penghargaan dan pujian. Namun pengorbanan tidak hanya akan mendatangkan sukacita bagi orang lain, namun juga bagi diri kita. Dengan meneladani Kristus, dengan menghayati dan menyerap apa yang telah Kristus lakukan untuk kita, maka kitapun akan dimampukan untuk melakukannya bila kita tetap fokus pada keteladanan Kristus. Seperti halnya Abraham ikhlas dan tulus serta fokus kepada kehendak Allah, maka iapun memperoleh berkat yang luar biasa dari Tuhan.
Materi PA Maret 2015
- 22 -
DISKUSI : 1. Menurut ibu-ibu, apakah setiap penderitaan itu selalu pengorbanan? Jelaskan! 2. Kita telah belajar memahami bagaimana Kristus tidak hanya menderita tetapi melakukan pengorbanan untuk kita orang berdosa, oleh karena alasan apakah Kristus melakukan pengorbanan untuk kita? 3. Sebagai ibu bagaimana cara kita menghayati dan menyerap keteladanan pengorbanan Kristus itu dalam hidup kita? 4. Mari sharing, benarkah selama ini kita telah menghayati makna pengorbanan sebagai ibu dengan meneladani Kristus?
Materi PA Maret 2015
- 23 -
MATERI PA UMUM 1
PUASA Matius 6 : 16 – 18
1. PUASA DALAM BERBAGAI PANDANGAN Puasa terdapat dalam hampir semua agama, meski masing-masing memahaminya secara berbeda. Dalam bahasa Ibrani, kata “puasa” diperguna-kan kata ( צוםtsom, mirip dengan bahasa Arab yang di-Jawa-kan “siyam”) yang artinya “mengurangi asupan makanan bagi tubuh sebagai bentuk dukacita atau penyesalan” (Theological Words of Old Testament Lexicon). Secara lahiriah puasa sering berhubungan dengan mengurangi atau memantang bahkan meniadakan makan dan minum. Namun demikian, puasa dalam arti yang benar dan mendalam pastilah bukan perbuatan yang sekedar berhubungan dengan hal mengurangi atau tidak makan dan minum. Puasa mempunyai maknanya yang lebih dalam, dalam hubungan dan sikap manusia dengan Tuhan. a. DALAM PERJANJIAN LAMA Dalam agama dan masyarakat Yahudi, puasa biasanya dimengerti sebagai tindakan merendahkan diri di hadapan Allah. Berpuasa dapat dilakukan sendirisendiri atau bersama. Pada waktu tertentu yang diatur, atau berhubungan dengan suatu keadaan. Biasanya puasa juga berhubungan dengan peristiwa dukacita dan pernyataan pertobatan, dan dilakukan untuk memperoleh bimbingan dan kekuatan / pertolongan Allah. Beberapa catatan Alkitabiah tentang puasa dalam PL misalnya : 1. Puasa Musa, 40 hari 40 malam tidak makan dan minum (Kel 24:16 dan Kel 34:28). 2. Puasa pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh (Im. 16 :29-31). 3. Puasa perkabungan, misalnya atas kematian Saul dan Yonathan (2 Sam 1 : 12) 4. Puasa Daud, tidak makan dan semalaman berbaring di tanah untuk memohon kesembuhan (2 Sam. 12:16). 5. Puasa Elia, 40 hari 40 malam berjalan kaki (1 Raj 19:8). 6. Puasa yang diserukan Yosafat untuk Memohon petunjuk dan jawaban Tuhan (2 Tawarik 20:1-3) 7. Puasa yang diserukan Ezra untuk memohon perlindungan (Ezra 8:21). Materi PA Maret 2015
- 24 -
8. Puasa pengakuan dosa bangsa (Nehemia 9 : 1, 2 ). 9. Puasa Ester, 3 hari 3 malam tidak makan dan minum untuk memperoleh kekuatan untuk melaksanakan tugas yang besar dan sukar (Est 4:16). 10. Puasa Ayub, 7 hari 7 malam tidak bersuara (2:13). 11. Puasa Daniel, 10 hari hanya makan sayur dan minum air (Dan 1:12 ) doa dan puasa (Dan 9:3), berkabung selama 21 hari (Dan 10:2). 12. Puasa Yunus, 3 hari 3 malam dalam perut ikan (Yunus 1:17). 13. Puasa Niniwe, 40 hari 40 malam tidak makan, tidak minum dan tidak berbuat jahat (Yunus 3:7) Pada masa Yesus, orang Yahudi memiliki berbagai praktek puasa. Orang Parisi yang saleh ketat berpuasa tiap hari Senen dan Kamis (Lukas 18 : 12). Mungkin dari sinilah kebiasaan “Nyenen-Kemis” dalam masyarakat kita. Sejumlah besar catatan tentang puasa dalam PL menunjukkan hubungan yang dekat dengan perendahan diri, keprihatinan, pertobatan, penyesalan, memohon bimbingan Tuhan, baik secara pribadi maupun secara massal. Dari pembacaan teks di atas nampak juga bahwa berpuasa memiliki suatu nilai yang berharga dan menggerakkan suatu perubahan dalam kehidupan. Berpuasa bukan saja bentuk perendahan diri di hadapan Tuhan namun juga penyerta agar dalam berdoa kita lebih sungguh-sungguh dan benar. b. DALAM PERJANJIAN BARU Dalam PB catatan tentang puasa misalnya terdapat dalam : 1. Puasa Hana, berpuasa dan berdoa (Lukas 2 : 37 ). 2. Puasa Yesus, 40 hari 40 malam tidak makan (Mat 4:2) 3. Puasa Yohanes Pembabtis, tidak makan dan tidak minum (Mat 11:18) 4. Puasa Paulus, 3 hari 3 malam tidak makan, tidak minum dan tidak melihat (Kis 9:9) dan dalam berbagai penderitaan dan pergumulan (II Kor 6: 5 dan 11:27 ). 5. Puasa Jemaat mula-mula, untuk menguatkan Paulus dan Barnabas dalam pelayanan (Kis 13:2-3) dan dalam menyiapkan dan menyerahkan pelayanan penatua kepada Tuhan (Kis 14).
2. KRITIK TERHADAP PRAKTEK PUASA. a. DALAM PERJANJIAN LAMA Khususnya pada jaman nabi-nabi, ketika puasa telah menjadi bagian dari aturan keagamaan yang penting, puasa justru mengalami erosi makna. Umat melakukan puasa dengan cukup “saleh” tetapi sekaligus melakukan hal-hal yang Materi PA Maret 2015
- 25 -
sebaliknya. Itulah sebabnya Yesaya mengecam keras praktek puasa mereka dan menyerukan pembaharuan ibadat. Tentang itu, Yesaya dan Zakharia menyerukan kritik keras (BACA Yes. 58:3-6) dan Zakh 7:5). Tuhan tidak berkenan atas puasa mereka dan tidak berkenan untuk memperhatikan dan mendengar, karena sesungguhnya, pada hari puasa mereka, mereka masih tetap mengurus urusan mereka, dan mereka mendesak-desak semua buruh mereka. Mereka berpuasa sambil berbantah dan berkelahi serta memukul dengan tinju dengan tidak semena-mena. Dengan cara berpuasa seperti itu suara mereka tidak akan didengar oleh Tuhan. Tuhan menghendaki pembaharuan sehingga puasa mereka bukan seke-dar perbuatan simbolis seperti pura-pura merendahkan diri, menundukkan kepala seperti gelagah dan membentangkan kain karung dan abu sebagai lapik tidur. ”Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggubelenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk”.
b. DALAM PB. Orang Yahudi pada jaman Yesus, dan rupanya murid-murid Yesus juga, berpuasa sebagaimana diatur dalam kehidupann agama. Namun demikian, Yesus mengingatkan murid-muridNya agar ketika mereka berpu-asa, mereka harus memiliki motivasi dan sikap yang murni dan bersih. Ja-ngan memiliki tujuan untuk mendapat pujian dan kebanggaan serta kesom-bongan rohani. Dalam Matius 6:16-18 Yesus mengingatkan : "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu." Yesus mengajarkan murid-muridNya agar kalau mereka berpuasa, mereka berhadapan dengan Allah, dan bukan dengan manusia. Namun ketika ditanya mengapa murid-muridNya tidak berpuasa seperti murid-murid Yohanes dan banyak orang Yahudi, Yesus menjawab bahwa Ia tidak menolak puasa, tetapi tidak layak bagi murid-muridNya untuk berpuasa ketika “Mempelai Laki-laki” (yaitu Yesus Kristus) sedang berada bersama-sama dengan mereka. Ada waktunya nanti, mereka itu juga berpuasa. Dalam Kisah Rasul, Para Rasul berpuasa sebelum mereka memilih para utusan Injil dan memilih para Tua-tua. Materi PA Maret 2015
- 26 -
Namun di atas semua itu, tanpa kelakuan yang benar dan sikap kerendahan hati, puasa akan menjadi sia-sia. Tidak makan dan minum, sebenarnya adalah “tanda-tanda lahiriah” dari olah rohani yang lebih dalam, di mana manusia sedang sangat memperhadapkan diri di hadapan Tuhan.
3. BEBERAPA CATATAN Pertama perlu diketahui bahwa puasa itu bukan diet seperti untuk melangsingkan tubuh ataupun menjaga kesehatan, jadi bukan hanya sekedar pantang makan dan minum saja. Diet dan puasa itu secara prinsip berbeda. Diet hanya “puasa jasmaniah” saja, sedangkan puasa adalah juga mena-han diri dari segala sesuatu yang dilarang Allah. Menahan diri dari segala macam godaan. Perlu diketahui juga bahwa puasa bukan untuk “menghu-kum” tubuh, tapi untuk memusatkan perhatian pada Tuhan. Jadi yang teru-tama dan yang pertama dari puasa adalah tindakan merendahkan diri di hadapan Tuhan, memperbanyak hubungan dan penyesuaian dengan kehen-dak dan bimbinganNya, dan dengan demikian untuk sementara kita mengu-rangi apaapa yang lain seperti makan-minum, kesenangan duniawi dsb. Berpuasa dalam Alkitab pada umumnya berarti tidak makan dan tidak minum selama waktu tertentu, jadi bukan hanya menjauhkan diri dari beberapa makanan tertentu saja (Est 4:16; Kel. 34:28). Umat Kristen pada umumnya melakukan puasa menjelang Paskah atau dilakukan dengan cara berpantang. Gereja Kristen Protestan tidak mewajibkan untuk berpuasa, sedangkan Katolik mewajibkan untuk berpuasa pada masa pra-paskah. Banyak orang menyalah-artikan apa yang tercantum dalam Matius 17:21 seakanakan apabila kita hanya berdoa saja, doa kita kurang afdol dan kurang di dengar oleh Allah. Banyak orang berpikir melalui tindakan berpuasa dengan sendirinya menjamin bahwa Allah akan mendengar dan mengabulkan seluruh doa kita (Yes 58:3-4) Untuk menentang ini para nabi menyatakan, bahwa tanpa kelakuan yang benar, tindakan berpuasa adalah sia-sia (Yes 58:5-12; Yer 14:11; Za 7)
Puasa merupakan ibadah, maka pelaksanaannya tidaklah seharusnya dipaksakan. Relasi dengan Allah adalah soal keyakinan pribadi dan tidak ada seorang pun yang seharusnya memaksakannya. Namun permasalahannya adalah, jika puasa itu adalah ibadah apakah puasa perlu dilegalkan atau diwajibkan dalam hukum agama? Jika demikian kenyataannya, berarti relasi manusia dengan Allah adalah sesuatu yang dapat (bahkan harus) dipaksakan. Dalam “pemaksaan” semacam itu orang harus dipaksa untuk melakukan syariat, dan kalau tidak melakukan, akan dikenai sanksi. Materi PA Maret 2015
- 27 -
Yesus juga mengajarkan agar murid-muridNya untuk berpuasa. Tuhan Yesus berkata: “Dan apabila kamu berpuasa,…” (Mat 6:16). Kata apabila dikatakanNya kepada para murid. sehingga ada suatu saat kita akan berpuasa. Hanya waktunya sebaiknya tidak diwajibkan oleh agama, karena niat berpuasa timbul dari masing-masing pribadi. Apa yang Yesus ajarkan ketika kita berpuasa? Sedapat mungkin agar tidak ada orang lain yang tahu jika kita berpuasa. Biar hanya Tuhan yang tahu dan memberi perkenan kepada kita. Oleh karena itu agama Kristen tidak mewajibkan waktu puasa. Lalu mengapa murid-murid Yesus tidak berpuasa ketika Ia bersama mereka? Karena puasa adalah untuk berseru kepada Allah, sedangkan Yesus adalah Imanuel (=Allah yang ada nyata dekat bersama kita). Jadi jika Allah ada di tengah-tengah mereka, mereka tidak berpuasa. Puasa dalam PL yang dilakukan secara rutin oleh bangsa Israel adalah untuk menantikan kedatangan Mesias, Penyelamat bangsa Israel yang dijanjikan dalam kitab Taurat dan kitab para nabi. Sedangkan dalam PB, Mesias telah datang dan berkarya. Keselamatan sudah datang, dan kita berpuasa untuk menjaga keselamatan yang sudah kita miliki.
4. RENUNGAN Kehidupan masyarakatr kita cenderung amat konsumptif dan egois. Dalam masyarakat yang demikian, praktek puasa sebenarnya amat baik untuk memerangi penyakit itu, dan secara mendasar mengembalikan sikap rendah hati di hadapan Tuhan. Sayang, dalam banyak hal bahkan pada masa puasa, iklan TV, pasar, mall, hotel, produk makanan, minuman, pakaian, kemewahan, dsb. berlomba untuk menarik masyarakat agar membeli dan menikmati. Tak jarang, bahkan anggaran belanja untuk makanan dan konsumsi lain pada masa puasa lebih banyak dan boros dan konsumtif, katimbang ketika tidak sedang berpuasa. Doa, penyesalan, pengendalian diri dan pertobatannya malah kurang. Puasa, pertama-tama adalah olah rohani. Yang jasmani hanya mengikuti dan mendukungnya.
POKOK-POKOK DISKUSI 1. Apakah makna terdalam dari kegiatan keagamaan yang disebut “puasa” itu sebenarnya? 2. Apakah tidak seharusnya orang Kristen berpuasa? 3. Bagaimana di dalam kehidupan kekristenan kita melakukannya? 4. Mengapa dalam gereja kita sepertinya ada keraguan tentang puasa. Wajib atau tidak, kapan kita berpuasa / bagaimana caranya? Materi PA Maret 2015
- 28 -
MATERI PA UMUM 2
PENDERITAAN KRISTUS SEBAGAI TELADAN 1 Petrus 2 : 18 – 25 LATAR BELAKANG Surat Petrus yang Pertama ditujukan kepada para pendatang, yaitu komunitas Yahudi Kristen yang tersebar di daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Mereka semula adalah bagian dari masyarakat Yahudi yang tinggal di kota Roma, yang kemudian terusir karena pilihannya untuk bertobat dan mengikut Kristus. Pertobatan ini telah menjadikan mereka berbeda dengan sebagian besar orang Yahudi yang tinggal di Roma pada waktu itu, dan memunculkan ketegangan ataupun pertikaian dengan kelompok Yahudi lainnya yang masih kuat mempertahankan kepercayaan dan tradisinya yang lama. Dalam perkembangannya kemudian, kelompok Yahudi Kristen ini dianggap sebagai pengacau, karena keberadaannya telah menyebabkan timbulnya keresahan di dalam masyarakat. Bahkan mereka juga dituduh (lebih tepatnya dijadikan kambing hitam) sebagai pelaku pembakaran kota Roma. Orang Yahudi Kristen juga sangat rentan untuk dicurigai sebagai kelompok anti pemerintah Romawi dan berpotensi melawan otoritas negara. Hal ini karena penolakannya untuk memberikan korban kepada kaisar yang dianggap sebagai bentuk penyembahan berhala. Mereka memahami institusi negara (kaisar) bukanlah hal yang sakral, sehingga tidak layak untuk diperlakukan sebagaimana mereka memuliakan dan menyembah Allah. Keteguhan iman mereka inilah, yang membuat mereka harus “berhadap-hadapan” dengan pemerintah pada saat itu. Kemudian kepada mereka ditimpakan stigma negatif (oleh penguasa pada waktu itu mereka disebut sebagai pemberontak dan pembuat rusuh), mereka mengalami penganiayaan, dan akhirnya mereka terusir dari kota Roma. Mereka juga harus menghadapi sikap bermusuhan dari kaum sebangsanya sendiri, yaitu dari kelompok Yahudi yang tidak beriman kepada Kristus. Akhirnya, sebagai pendatang, mereka juga harus menjadi “orang asing” di daerah yang baru. Situasi tertindas, terusir dan terasing seperti ini, membuat mereka menderita. Hidup menjadi tidak mudah. Materi PA Maret 2015
- 29 -
PENDAHULUAN Persoalan hidup dan penderitaan adalah hal yang umum dan pasti pernah dialami oleh setiap orang selama hidupnya. Penderitaan berkaitan dengan pengalaman hidup yang pahit dan menyakitkan, yang setiap orang selalu berusaha untuk menghindarinya. Ada tiga jenis penderitaan yang sering dihadapi manusia, yaitu : bersifat fisik (menderita sakit penyakit), bersifat psikis (perasaan tertekan, ketakutan dan terintimidasi), serta bersifat sosial (merasa terasing dan terkucilkan). Orang yang sedang menderita umumnya merasa galau dan mudah terombang-ambing, dan bila mereka tidak memiliki “pegangan” (baca : iman) yang kuat, maka akan sangat mudah untuk kembali tergelincir ke kebiasaan lamanya. Jemaat ataupun komunitas Yahudi Kristen di daerah Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia yang dituju Surat Petrus yang Pertama seperti dipaparkan di atas tentunya telah memenuhi kriteria “menderita” ini. Surat ini berusaha untuk meneguhkan dan menguatkan iman mereka agar tetap setia dan berpegang teguh pada janji Kristus. Mereka hendaknya rela dan tahan menderita, sambil menyadari bahwa penderitaan mereka merupakan ujian apakah mereka betul-betul percaya kepada Kristus. Penderitaan Kristus ditampilkan sebagai sebuah model bagi jemaat yang sedang mengalami permusuhan dan penderitaan. Sebagaimana penderitaan Kristus telah membawa-Nya kepada kemuliaan, demikian pula mereka yang menderita karena iman kepada Kristus akan mengalami kemuliaan. Bagi sebagian orang, penderitaan seringkali diartikan sebagai hukuman karena perbuatan dosa. Ada anggapan bahwa orang yang mengalami penderitaan - baik itu sakit, musibah, dan lain sebagainya - sering dianggap sebagai upah atas dosa yang telah diperbuatnya. Betul bahwa sejak jatuh ke dalam dosa, penderitaan hidup menjadi bagian tak terpisahkan dari diri manusia. Namun ternyata bagi Tuhan, penderitaan yang dialami manusia bukan semata-mata karena dosa. Ada juga penderitaan yang memang diizinkan Tuhan agar nama-Nya dipermuliakan. Itulah yang dimaksud oleh Rasul Petrus dalam perikop yang kita baca kali ini. Penderitaan seperti itulah yang dialami oleh Yusuf, putra Yakub. Bertahun-tahun ia mengalami kesengsaraan sebagai budak dan orang tahanan. Demikian pula dengan Paulus, yang harus mengalami berbagai kesengsaraan demi melayani Tuhan (2 Kor. 24-28). Namun mereka tetap tekun dan setia, sebab mengetahui adanya rencana Tuhan di balik itu semua. Saat bertemu dengan saudarasaudaranya, Yusuf berkata bahwa semua yang dialaminya merupakan bagian dari Materi PA Maret 2015
- 30 -
rencana Tuhan untuk memelihara kehidupan (Kejadian 45 : 5 - 9). Sedangkan Paulus menyatakan bahwa justru karena penderitaannyalah berita Injil semakin tersebar (Filipi 1 : 12 - 14). PEMBAHASAN Ancaman penderitaan seperti yang kita baca dari Surat I Petrus 2: 18-25 adalah nyata. Mereka dicemooh dan dikucilkan oleh masyarakatnya (kaum Yahudi) sendiri. Mereka juga ditindas, terancam dan mendapatkan perlakuan yang tidak adil dari negara (pemerintah Romawi), serta terusir dari kota Roma. Kemudian mereka hidup sebagai pendatang di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia Kecil dan Bitinia. Namun di tempat barupun mereka menghadapi kesukaran-kesukaran hidup. Sebagai pendatang dan minoritas (orang Kristen), mereka harus menghadapi prasangka negatif dari masyarakat lokal, dan perlakuan yang diskriminatif dari penguasa setempat. Keadaan ini betul-betul membuat mereka terpuruk. Namun dalam situasi yang demikian, Petrus tetap menasehati mereka untuk tetap setia dalam menjalani kehidupan iman dan tanggung-jawabnya. Dalam relasi dengan negara (penguasa) – bisa juga dimaknai dalam hubungan tuan dan hamba –, maka orang Kristen harus tetap tunduk dan taat. Meskipun dalam ketertundukan dan ketaatan itu mereka diperlakukan dengan tidak adil dan ditindas (1 Petrus 2 : 18). Apalagi bila penderitaan yang mereka alami itu terjadi karena pilihan mereka untuk mengikut Kristus. Sebab adalah kasih karunia, jika seorang karena sadar akan kehendak Allah menanggung penderitaan yang tidak harus ia tanggung (1 Petrus 2 : 19). Penundukan diri tidak sama dengan mengikuti perintah secara buta. Sikap tunduk yang Rasul Petrus maksudkan di sini adalah sikap tidak melawan, tidak menentang, tetapi juga tidak menjalankan perintah bila berlawanan dengan kehendak Allah. Tentu saja sikap ini akan mendatangkan resiko, yaitu kemurkaan sang tuan (penguasa), dalam bentuk hukuman ataupun penindasan. Namun Petrus menjelaskan, bila memang harus menderita karena ketaatan kepada Allah, justru itu adalah kasih karunia. Kasih karunia memang tidak selalu berupa kenikmatan hidup. Dalam penderitaan pun, bila itu dialami karena sadar sedang melakukan kehendak Allah, maka itu pun juga kasih karunia. Selanjutnya, penderitaan dalam konteks di atas, juga dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk meneladani penderitaan Kristus, yang walaupun tidak berdosa namun diperlakukan dengan tidak adil, dan bahkan dihukum mati di kayu salib Materi PA Maret 2015
- 31 -
(1 Petrus 2 : 21 - 23). Kristus adalah teladan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya. Oleh karena itu, mengikuti jejak Kristus adalah panggilan bagi setiap orang Kristen. Kristus adalah teladan, tidak hanya dalam kerelaan-Nya untuk menderita, tetapi juga dalam “penundukan” diri-Nya kepada penguasa dunia yang berlaku sewenang-wenang terhadap diri-Nya, karena ia tunduk pada kehendak Allah. Kristus rela diperlakukan tidak adil dan tidak membalas, karena Ia mau menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Penderitaan yang Kristus alami adalah untuk menggenapkan kehendak Allah, yaitu memikul dosa manusia. Jadi jika Kristus telah menunjukkan teladan demikian, maka sudah seharusnya para pengikut-Nya pun bersikap seperti Dia. Di dalam penderitaan karena diperlakukan tidak adil dan ditindas, mereka harus tetap tunduk dan taat. Dengan bersikap demikian, maka hal ini diharapkan akan membuka hati para penindas tersebut (tuan dan penguasa), dan mereka juga boleh mengenal keselamatan dari Kristus. Bahkan lebih dari itu mereka tidak hanya kenal tapi bertobat dan percaya kepada-Nya. RENUNGAN Kecenderungan manusia saat mengalami penderitaan dan ketidakadilan adalah membalas dengan setimpal apa yang telah orang lakukan terhadap dirinya. Sejarah kehidupan manusia, senantiasa diwarnai dengan kekerasan dan balas dendam. Hal ini seperti lingkaran setan yang tak berkesudahan. Namun teladan Kristus telah meruntuhkannya. Kita tahu, bahwa saat Kristus menderita, ketika Ia dicaci-maki, Ia tidak membalas dengan caci-maki, ketika Ia diperlakukan dengan kejam dan tidak adil, Ia tidak membalas dengan mengancam. Dalam penderitaan-Nya, Ia tidak berbuat dosa. Teladan Kristus mengajarkan untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, melainkan dengan kasih dan kesediaan untuk berkorban. Sebab penghakiman adalah bagian Allah, bukan bagian kita. Allah-lah hakim yang adil yang menghakimi manusia dan membalaskan kejahatan seseorang. Kristus adalah teladan kita dalam ketaatan “penundukan” diri, maka kita wajib meneladani Dia. Sikap dan pribadi orang Kristen sejati semestinya tidak terpengaruh oleh situasi. Bahkan ketika ia diperlakukan dengan tidak adil, ia bukan hanya tidak membalas melainkan mengampuni dan tetap berbuat kebajikan dan dengan sadar melakukan semuanya itu atas dasar kehendak dan kasih karunia Allah. Surat Petrus mengajarkan tiga hal tentang bagaimana seharusnya kita memaknai penderitaan yang menghampiri hidup kita, yaitu : (1) menjadikan penderitaan Materi PA Maret 2015
- 32 -
sebagai latihan bagi diri sendiri untuk menjalani hidup sebagaimana yang diteladankan Kristus semasa hidup-Nya; (2) menjadikan penderitaan sebagai kesempatan untuk menjadi saksi bagi orang lain (termasuk orang yang menyebabkan kita menderita) tentang siapa Kristus dan apa yang telah dilakukanNya bagi kita orang berdosa; dan (3) menjadikan penderitaan sebagai bukti pemeliharaan Allah yang tiada putusnya atas orang-orang percaya. Tentu saja tidak mudah menjalani hidup yang demikian, karena itu Tuhan janjikan bahwa Ia akan menjadi Gembala yang bukan hanya memelihara secara fisik, tetapi juga jiwa kita (1 Petrus 2 : 25). Jika ketiganya ada di dalam iman kita, maka kita tidak akan sibuk dengan upaya-upaya pembalasan terhadap orang lain yang justru makin menunjukkan bahwa sikap kita masih jauh dari apa yang Kristus kehendaki. Masalah dan penderitaan bagi orang percaya merupakan suatu proses pemurnian dan pendewasaan iman yang harus dilewati. Kita semestinya percaya dan meyakini bahwa Tuhan senantiasa menjaga dan memelihara umat-Nya. Dengan mengerti maksud Tuhan di balik masalah dan penderitaan yang kita alami, maka kita akan sadar bahwa kita tidak sendirian menghadapinya, karena Kristus senantiasa menyertai dan memberi kekuatan kepada kita. Di balik masalah dan penderitaan yang kita alami selalu ada maksud mulia Tuhan bagi kita, karena itu tetaplah kuat dan jangan mengeluh. Kita tidak tahu apa rencana Tuhan melalui setiap penderitaan yang kita alami. Apa pun itu, pastikanlah iman kita tidak kandas saat menjalaninya. DISKUSI 1. Mengapa penderitaan Kristus disebut sebagai teladan bagi orang beriman ? Jelaskan ! 2.
Orang percaya memahami bahwa penderitaan hidup yang dialaminya, selain sebagai sarana untuk pemurnian dan pendewasaan iman, juga adalah suatu bentuk kesaksian. Jelaskan !
3.
Pernahkah anda mengalami peristiwa-peristiwa pahit dan menyakitkan (penderitaan) dalam hidup anda ? Bagaimanakah anda menyikapi dan melepaskan diri dari penderitaan tersebut ? Jelaskan ! Materi PA Maret 2015
- 33 -
Catatan : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... Materi PA Maret 2015
- 34 -
Catatan : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... Materi PA Maret 2015
- 35 -
Catatan : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... Materi PA Maret 2015
- 36 -