MATERI PEMAHAMAN ALKITAB BULAN MEI 2015
Allah Trinitas yang Memberdayakan
Diterbitkan oleh TPPA GKJ Joglo
PENGANTAR PEMAHAMAN ALKITAB BULAN MEI 2015 Kalau kita membaca Alkitab dengan penuh kejernihan, maka sejak lembar kedua, kita segera sadar bahwa setelah Allah menciptakan langit dan bumi serta segala isinya, dan manusia jatuh dalam dosa, Allah segera mengerjakan tindakan penyelamatan bagi manusia. Lembar demi lembar dan halaman demi halaman Alkitab berikutnya sebenarnya berbicara mengenai rentetan tidakan penyelamatan itu bahkan sampai halaman yang terakhir. Tindakan Allah itu dilaksanakan dengan cara: Allah Yang Mahatinggi
berkenan melibatkan Diri dalam sejarah dan kehidupan manusia. Oleh sebab
itu penyelamatan Allah teranyam dan terjalin dalam sejarah dan kehidupan manusia di dunia. Tindakan-tindakan Allah yang melibatkan Diri dalam sejarah dan kehidupan manusia itu nyata dalam peristiwa-peristiwa di dalam sejarah kehidupan manusia yang memberi makna penyelamatan. Peristiwa-peristiwa yang mempunyai makna penyelamatan itu kita mengerti dari Alkitab dan dari sejarah penyelamatan Allah yang terus berlangsung dalam sejarah gereja sampai saat ini dan seterusnya. Peristiwa-peristiwa itu berpusat pada tiga
peristiwa yaitu : 1). 2). 3).
Peristiwa bangsa Israel. Peristiwa manusiawi Yesus. Peristiwa Roh Kudus.
1. Peristiwa bangsa Israel. Dalam kehidupan bangsa Israel, Allah menganyamkan pelaksanaan penyelamatanNya ke atas manusia. Periode ini mencakup pemilihan nenek moyang bangsa Israel, pembentukan bangsa Israel sejak dari Mesir, keluaran dan perjanjian, sampai ke Kanaan, dan terus sampai dengan kedatangan Tuhan Yesus. 2. Peristiwa Yesus, Peristiwa manusiawi Yesus adalah peristiwa datangnya Allah sendiri, yang dalam pelaksanaan penyelamatanNya melibatkan Diri dalam kehidupan manusia dengan cara yang begitu manusiawi, sesuai dengan nubuat yang
-2-
telah lama diberitahukan dan oleh karena itu dinantikan dalam periode sebelumnya, yaitu dalam "peristiwa bangsa Israel". Secara konkret peristiwa Yesus mencakup kedatanganNya melalui kelahiranNya sebagai anak manusia melalui kuasa Roh Kudus, pelayanan dan pengajaranNya, sampai sengsara, kematian dan kebangkitanNya serta kenaikanNya ke sorga. Itulah pusat dan periode yang ke dua. 3. Peristiwa Roh Kudus. Setelah berakhirnya peristiwa manusiawi Yesus dengan kenaikanNya ke sorga, Allah melaksanakan penyelamataNya dengan cara Ia masuk ke dalam hati manusia, sebagai Kuasa yang bekerja menolong manusia. Bagi yang belum menerima penyelamatan Allah, Kuasa itu menolong menerangi hati agar supaya mampu mengerti bahwa Yesus adalah Allah sendiri yang datang untuk menyelamatkan manusia. Bagi yang sudah menerima keselamatan, Kuasa itu menolong memberi kekuatan agar mampu menghadapi dan mengatasi segala macam penggodaan iman, dan mampu melaksanakan fungsi di dalam pekerjaan penyelamatan Allah. Peristiwa Roh Kudus mencakup peristiwa-peristiwa datang Roh Kudus pada peristiwa Pentakosta dan bekerjanya Roh Kudus dalam hati manusia di seluruh dunia sampai akhir jaman ketika Tuhan Yesus datang menjadi Hakim atas dunia. Inilah pusat dan peristiwa yang ketiga. Tindakan Allah Yang Mahatinggi, tetapi yang berkenan datang dalam diri Yesus dan Roh Kudus, yang dapat memberi kesan ada tiga padahal adalah karya dari satu Allah yang sama itulah yang kemudian dirumuskan dalan ajaran Ketritunggalan Allah. Hubungan antara penyelamatan Allah dengan iman gereja tentang ketritunggalan Allah Gereja awal mengalami sendiri secara amat dekat dan langsung peristiwaperistiwa penyelamatan sebagaimana dijelaskan. Dengan pengalaman iman itu, yang teranyam dalam peristiwa-peristiwa penyelamatan, gereja merumuskan pemahamannya tentang Allah yang telah menyatakan Diri dalam sejarah penyelamatan itu dengan ajaran tentang Trinitas Allah. Rumusan itu merupakan cara gereja memberi penalaran, pegangan imaniah dan kesaksian, dengan menggunakan bahasa jaman (waktu itu) tentang penyelamatan Allah yang telah dialaminya.
-3-
Apa sebenarnya yang dimaksudkan tentang ketritunggalan Allah?
gereja purba dengan rumusan
Meskipun cara pengungkapan keyakinan iman yang berdasarkan pengalaman penyelamatan itu memakai bahasa jaman waktu itu (sehingga mungkin tidak mudah kita mengerti sekarang), namun hal itu telah difungsikan (dipakai oleh Allah) dalam pekerjaan penyelamatanNya, sehingga kita perlu mempertahankan ajaran itu. Bahwa jaman berubah dan pemikiran serta bahasa jaman berubah, itu benar, tetapi yang kita pertahankan adalah latar belakang pengertiannya, yaitu cara Allah melaksanakan penyelamatanNya di dalam sejarah.
Bagaimana rumusan Bapa, Anak dan Roh Kudus itu dapat dijelaskan? Rumusan ketritunggalan Allah itu dapat dijelaskan sbb.: 1. Dalam hubungan dengan masa penyelamatan yang pertama, sebagaimana disaksikan Perjanjian Lama, Allah disebut dan disembah sebagai Allah Bapa. 2. Dalam hubungan dengan masa penyelamatan yang kedua, sebagaimana disaksikan dalam Perjanjian Baru, Allah yang datang ke dalam sejarah manusia dalam Yesus itu disebut dan disembah sebagai Allah Putra. 3. Dalam hubungan dengan masa penyelamatan yang ketiga, sebagaimana disaksikan dalam Perjanjian Baru dan dalam sejarah gereja hingga sekarang, Allah disebut dan disembah sebagai Allah Roh Kudus. Tentang Roh Kudus, karena Ia adalah Allah sendiri, maka Ia juga bekerja pada segala masa, baik dalam peristiwa penciptaan, atau peristiwa-peristiwa penyelamatan Allah. Namun demikian, dalam peristiwa Roh Kudus sebagai salah satu masa penyelamatan dengan wataknya yang khas, Roh Kudus bekerja secara khas sebagai Allah yang bertindak dengan masuk ke dalam hati manusia, dan menolong manusia sehingga percaya kepada Yesus Kristus. Bapa, Anak dan Roh Kudus bukanlah sebutan yang menyatakan hubungan biologis, melainkan menyatakan langkah-langkah Allah dalam keseluruhan pekerjaan penyelamatanNya. Jadi sebutan-sebutan itu untuk menyatakan Allah yang satu dan sama. Kalaupun dalam Alkitab kita membaca Yesus berdoa
kepada Bapa, hal itu kita pahami bahwa Yesus --yaitu Allah yang masuk dan melibatkan Diri dalam kehidupan manusia dengan cara yang begitu manusiawi-- , menempatkan Diri di tempat manusia. Ia juga menggantikan manusia.
Kalau sebutan "Bapa" dipakai dalam ketritunggalan Allah, sebutan itu berhubungan dengan pelaksanaan penyelamatan Allah dalam sejarah manusia. Tetapi kalau sebutan "Bapa" kita pakai dalam doa atau pujian, sebutan itu bermakna sapaan dalam hubungan dengan keselamatan yang telah diterima dan dimiliki oleh orang percaya sebagai anak-anak Tuhan.
-4-
MATERI PA REMAJA
Pengakuan Iman Rasuli: Mudah Diucapkan Namun Penuh Tantangan Matius 26 : 30 – 35; Matius 26 : 69 – 75 Pada setiap kebaktian minggu kita mengucapkan sebuah pengakuan iman kepada Tuhan, Allah kita. Pengakuan iman yang umum dipakai di seluruh dunia adalah Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea-Konstantinopel dan pengakuan Iman Athanasius. Dalam mengucapkan pengakuan iman sering kita mengawalinya dengan ucapan: “Bersama dengan gereja-gereja di segala tempat dan jaman…” Ini berarti pengakuan iman kita itu mengikatkan diri kita dalam kesatuan Roh dengan gereja segala abad-abad yang lampau, gereja pada masa kini maupun gereja yang akan datang. Suatu ikatan yang tidak terbatas pada ruang dan waktu. Pengakuan iman mempersatukan kitadengan sesama pengikut Kristus, baik dengan mereka yang masih hidup maupun dengan mereka yang telah meninggal di segala abad dan tempat. ASAL USUL Pengakuan iman yang kita gunakan sekarang adalah Pengakuan Iman Rasuli. Mengapa disebut pengakuan iman rasuli? Gereja menyebutnya sebagai “Pengakuan Iman Rasuli” karena isi dari Credo (Bahasa Latin) dalam Pengakuan Iman tersebut dihayati dan diimani sesuai dengan pengakuan para rasul dan jemaat Kristen perdana. Kredo ini adalah rumusan ajaran dasar Gereja perdana, yang dibuat berdasarkan amanat agung Yesus untuk menjadikan segala bangsa muridnya, membaptiskan mereka dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Matius 28:18-20). Karena itu, dari kredo ini kelihatan bahwa doktrin sentralnya adalah Allah Tritunggal. Sampai pada abad ke-15 banyak orang percaya bahwa pengakuan iman Rasuli ini ditulis oleh para rasul. Setiap rasul menyumbangkan satu bagian untuk pengakuan iman ini. Menurut legenda, setelah kenaikan Tuhan Yesus para murid bermufakat untuk merumuskan dasar iman mereka kepada Yesus Kristus. Maka setelah menerima pencurahan Roh Kudus pada hari Pentakosta,
-5-
para rasul menyusun bersama-sama pengakuan iman rasuli ini.Yang memulainya adalah Petrus dengan berkata, “Aku percaya kepada Allah, Bapa yang Maha Kuasa, pencipta langit dan bumi.” Andreas menambahkan, “Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita. Yakobus melanjutkan dengan, “Yang dikandung olehRoh Kudus…” Dan seterusnya; sampai Matius menyelesaikannya dengan berkata, “dan kehidupan yang kekal. Amin.”Tetapi ini hanyalah sebuah cerita dan bukan fakta yang sebenarnya. Rumusan yang paling awal dari pengakuan iman jemaat mula-mula adalah “Yesus adalah Tuhan” (I Korintus 12: 3). Rumusan ini dipandang terlalu pendek sebagai pokok iman bagi agama kristen yang sedang berkembang dengan pesat pada masa itu. Gereja pada masa perkembangannya yang pesat ini memerlukan pokok-pokok iman yang dapat menjadi pedoman yang jelas bagi warganya agar tidak “diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.” (Efesus 4: 14). Pengakuan iman rasuli dalam penyusunannya mengalami proses yang cukup panjang. Pengakuan iman ini lahir dari pergumulan jemaat kristen di kota Roma dalam mendidik warga jemaatnya dan melawan para penyesat-penyesat yang memberitakan ajaran-ajaran palsu. Jemaat di Roma menambahkan pengakuan iman yang singkat tersebut di atas dengan pokok-pokok pengakuan yang mengarah pada pemahaman akan Allah yang Tritunggal yang bahannya diambil dari bagian-bagian Perjanjian Baru. Pada tahun 150 M pengakuan iman rasuli telah tercantum dalam “SYMBOLUM ROMANUS” (Bahasa Yunani, pengakuan iman jemaat kristen di Roma); dengan rumusan pengakuan iman sebagai berikut : 1. Aku percaya kepada Allah, Bapa yang mahakuasa, 2. Dan kepada Yesus kristus, anakNya yang tunggal, Tuhan kita, 3. Dan kepada Roh Kudus; gereja yang kudus, dan kebangkitan daging. Seiring dengan berjalannya waktu, rumusan pengakuan iman rasuli terus disesuaikan, sampai dengan tahun 700M rumusan pengakuan iman rasuli mencapai bentuk seperti yang kita gunakan sekarang. MAKNA PENGAKUAN IMAN RASULI Terlepas dari beberapa rumusan pengakuan iman yang ada, makna yang paling dalam pengakuan iman rasuli adalah pokok ajaran Kristen tentang Allah
-6-
Tritunggal. Makna iman Kristen tercantum di dalamnya. Pengakuan iman juga merupakan identitas pengikrarnya. Jadi kalau kita menyebutkan pengakuan iman, berarti identitas kita sebagai orang Kristen yang mengakui Allah Tritunggal langsung kelihatan. Fungsi lain dari pengakuan iman adalah memberi batasan terhadap ajaran yang benar dan ajaran yang menyimpang, karena dalam pengakuan iman dengan tegas menyebutkan “bukan begitu yang aku percayai, namun yang begininih yang benar”. Aku sebagai pribadi yang mengambil keputusan untuk beriman kepada Allah di dalam Tuhan Yesus Kristus, dan tidakk epada yang lainnya. Oleh karena itu rumusan pengakuan iman beberapa kali mengalami penambahan, pengurangan, dan perubahan (lihat ASAL USUL). Selain itu, fungsi yang lain adalah mengulang kembali janji baptis dan pengakuan percaya/sidi, sehingga kita setiap kebaktian melaksanakan pembaharuan janji baptis dan pengakuan percaya/sidi. Apapun rumusan yang digunakan, tanpa disadari pengakuan iman adalah pengakuan yang mengandung resiko. Ya, kita sekarang bisa mengucapkannya dengan lantang, yang bukan saja mengaku percaya tentang Kristus, namun lebih dalam lagi mengaku percaya kepada Kristus. Kita meyakini bahwa Kristus adalah juruselamat kita. Kita meyakini bahwa Yesus Kristuslah yang harus kita taati, bukan yang lain. Keyakinan itu seharusnya kita ucapkan bukan hanya secara liturgi dalam ibadah, namun kita ikrarkan didalam setiap kehidupan kita, setiap hari. Karena disitulah kepercayaan, kesetiaan dan ketaatan kita kepada Kristus diuji setiap saat. Dalam keadaan aman, mudah bagi kita menjalaninya. Namun dalam situasi yang tidak aman dan membahayakan, apakah kita bisa tetap dengan lantang mengucapkan pengakuan imanitu? Rasul Petrus pernah mengalami hal ini. Ketika dalam keadaan aman, Rasul Petrus dengan lantang berkata “Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup”. Namun ketika Tuhan Yesus ditangkap, semua murid menyingkir menjauhi-Nya. Mereka menutup identitas masing-masing. Namun seorang perempuan mengenali Petrus dan berkata “Engkau juga selalu bersama-samaYesus, orang Galilea itu” (Mat. 26:69). Petrus langsung menyangkal “Aku tidak tahua pa yang engaku maksud”(Mat 26: 70). Lalu Petrus pergi. Kemudian ad alagi orang yang mengenali Petrus “Orang ini bersama-sama denganYesus, orang Nasaret itu” (Mat 26: 71). Petrus menyangkal lagi “Aku tidak kenal orang itu” (Mat 26: 72). Kemudian semua orang menunjuk dan berkata “Pasti engkau salah seorang dari mereka, itu nyata dari bahasamu” (Mat 26: 73). Dan untuk ketiga kalinya Petrus mengutuk dan menyangkal “Aku tidak kenal orang itu” (Mat 26: 714).
-7-
Ternyata tidak mudah bukan mengucapkan satu pengakuan iman, karena pada saat itu iman, ketaatan, dan kesetiaan kita diuji. Bukan hanya sekedar janji liturgis saja. BAHAN DISKUSI: 1. Bagaimana seharusnya sikap kita saat mengucapkan pengakuan iman rasuli? 2. Jika kita diejek oleh saudara kita yang tidak seiman: “Orang Kristen Allahnya ada 3 (tiga)”, apa sikap yang harus kita lakukan sehubungan dengan pengakuan iman rasuli yang tiap minggu kita ucapkan?
-8-
MATERI PA PEMUDA
Benarkah Allahnya Orang Kristen Satu? Injil Yohanes 14 :1-17
A. Pendahuluan Kick Andy salah satu acara unggulan di salah satu stasiun TV terkenal, beberapa tahun yang lalu pernah mengangkat suatu episode tentang “Kepala Sekolahku Seorang Pemulung”. Episode ini menceritakan bagaimana seorang yang bernama Pak Mahmud, yang pada pagi hari ia menjalankan aktifitasnya sebagai kepala sekolah swasta di Jakarta, ternyata pada sore hari ia juga mempunyai kegiatan lain sebagai pemulung di tempat pembuangan akhir sampah, disamping itu pada malam harinya ia juga masih dengan setia merawat istrinya yang sakit mengidap kanker otak. Artinya kita dapat melihat sosok Pak Mahmud sbb : 1.
Para muridnya akan mengenal Pak Mahmud sebagai kepala sekolahnya,
2.
Orang-orang di tempat pembuangan akhir sampah akan melihatnya ia sebagai pemulung,
3.
Istrinya akan mengenal ia sebagai suami sekaligus perawat yang baik.
Orang yang tidak mengenal Pak Mahmud secara lengkap pasti akan mengira bahwa kegiatan dari pagi, siang dan malam hari sepertinya dilakukan oleh tiga pribadi yang berbeda - beda, namun kalau kita perhatikan ternyata baik itu sebagai kepala sekolah, pemulung maupun sebagai perawat, dilakukan oleh satu pribadi yang sama yaitu Pak Mahmud itu sendiri. Sama seperti kita apabila tidak mengenal Allah dengan baik, maka juga akan mengira bahwa antara Allah , Tuhan Yesus dan Roh Kudus adalah suatu pribadi yang berbeda. Ilustrasi di atas bukan untuk membandingkan antar Pak Mahmud dan Allah, tetapi pesan yang ingin disampaikan adalah kita dapat mengenal suatu pribadi secara utuh hanya apabila kita mengenalnya dengan baik dan tidak sepotong - potong.
-9-
Setiap hari minggu dalam ibadah kita mengikrarkan iman kita di depan Tuhan dengan mengucapkan pengakuan Iman Rasuli secara bersama - sama. Pengakuan yang terdiri dari 12 pasal ini kalau kita cermati sebenarnya dapat kita kelompokan menjadi tiga bagian yaitu bagian pertama mengenai Allah Bapa dan penciptaanNya, bagian yang ke dua mengenai Allah Anak dan penebusan kita dan bagian yang ke tiga mengenai Allah Roh Kudus dan pengudusan kita. Artinya setiap minggu ,sebagai anak - anak Tuhan telah mengikrarkan iman kita akan Ketritunggalan Allah di dalam pribadi Allah, Yesus dan Roh Kudus. B. Ketritunggalan Allah. Tritunggal atau Trinitas apabila kita cari dalam Alkitab pasti tidak akan kita temukan, karena memang hal ini tidak tertulis Tritunggal/Trinitas secara langsung di dalam Alkitab. Istilah Tritunggal ini dipergunakan untuk menggambarkan secara jelas tentang keberadaan Allah melalui kesaksian kesaksian yang ada di dalam Alkitab. Istilah ini memang tidak mudah untuk dapat dipahami, bahkan dari istilah ini seringkali kita juga disudutkan dengan pertanyaan seperti : Orang Kristen menyembah tiga Allah. Kata Tritunggal terdiri dari kata Tri yang berarti tiga dan Tunggal yang berarti satu, jadi Tritunggal adalah tiga yang satu. Lalu tiga apanya dan satu apanya ? Kesaksian Alkitab mencatat bahwa yang dimaksud dengan tiga adalah Tiga cara beradanya Allah di tengah - tengah manusia yaitu cara berada sebagai Bapa, cara berada sebagai manusia dalam diri Yesus, yang disebut dengan Anak dan cara berada sebagai Roh Kudus, namun semua itu adalah satu pribadi. Dalam Pokok - Pokok Ajaran Gereja Kristen Jawa (PPAG) dijelaskan berdasarkan dari kesaksian di dalam Alkitab bahwa keberadaan Allah dalam sejarah penyelamatan di bagi menjadi tiga yaitu : 1.
Dalam hubungan dengan peristiwa Bangsa Israel sebagaimana tertulis dalam kitab Perjanjian Lama, Allah dikenal sebagai Bapa.
2.
Dalam hubungan dengan peristiwa manusiawi Yesus sebagaimana tertulis dalam kitab Perjanjian Baru, Allah dikenal juga sebagai Anak.
3.
Dalam hubungan dengan peristiwa Roh Kudus, sebagaimana tertulis dalam kitab Perjanjian Baru dan di dalam sejarah gereja hingga kini, Allah dikenal juga sebagai Roh Kudus.
- 10 -
Dengan memahami bahwa ke tiga hal tsb adalah satu pribadi maka ketika kita membaca Allah Bapa menciptakan langit dan bumi , maka dalam proses penciptaannya tsb dikerjakan juga oleh Allah Sang Anak dan Allah Sang Roh Kudus, demikian juga ketika kita membaca Tuhan Yesus menebuh dosa kita di kayu salib, itu artinya dalam karya penebusan tsb Yesus ( Sang Anak) juga bersama Sang Bapa dan Sang Roh Kudus, (Yoh 14 : 11) “Percayalah kepada-
Ku, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku; atau setidak-tidaknya, percayalah karena pekerjaan-pekerjaan itu sendiri.” Demikian pula ketika Roh Kudus berkarya maka Sang Bapa dan Sang Anak sejatinya ada di dalamNya juga, karena Allah Bapa adalah sepenuhnya Tuhan yang sama, Allah Anak (Yesus Kristus) adalah sepenuhnya Tuhan yang sama dan Allah Roh Kudus juga sepenuhnya Tuhan yang sama, sehingga hanya ada satu Tuhan seperti tertulis dalam kitab Ulangan 6 : 4 "Dengarlah, hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!" C. Allah Bapa dan Kristus. Kristus atau sering kita kenal dengan Tuhan Yesus adalah Allah Sang Anak, namun dengan istilah Allah Sang Anak ini justru kita sering dihadapkan kepada pertanyaan Allah koq punya Anak, Allah kog menikah. Pertanyaan seperti ini sepertinya lahir dari pemahaman bahwa sosok anak dan bapak, merupakan hubungan yang dihasilkan secara bilogis, kalau hal ini yang dipahami jelas keliru. Karena Allah tidak pernah memperanakan dan Allah juga tidak diperanakan. Dalam pekerjaan di kantor kita mengenal anak buah, tentunya yang dimaksud anak disini bukan anak secara bilogis dari sang atasan (bapak buah) dan secara organisasi seorang atasan dapat menyuruh anak buahnya untuk melakukan suatu pekerjaannya, namun tidak jarang bapak buah ini juga turun langsung mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dapat dikerjakan oleh sang anak buah. Artinya ketika sang atasan ini sedang mengerjakan perkejaan anaknya ia sebenarnya sedang menjadi sang anak buah. Pertanyaannya kenapa Allah juga perlu susah - susah menjadi manusia, Allah kan Maha Kuasa , IA dapat menyuruh malaikat untuk melakukannya atau hanya bersabda maka terjadilah. Namun hal ini tidak dilakukan oleh Allah, justru Allah ingin dapat menyatakan diriNya kepada ciptaanNya, dan ingin agar yang dikomunikasikannya adalah Allah itu sendiri. Oleh karena itu haruslah ada semacam perantara yang dapat dikenal oleh manusia yaitu dalam rupa
- 11 -
manusia melalui Yesus Kristus (Luk 1 : 35), sehingga Yesus bukanlah ciptaan Allah, tetapi Ia adalah Allah itu sendiri yang pada saat itu keberadaannya menjadi manusia. Melalui perikop yang kita baca ini dengan tegas Tuhan Yesus ingin menyatakan kesatuanNya dengan Sang Bapa di surga. Untuk hal ini terkadang orang menuntut bukti yang jelas, sepertinya keseharian dengan Tuhan tidaklah cukup menjadi bukti, seperti yang terjadi pada Filipus meski sudah menjadi murid Tuhan ia masih meminta Tuhan untuk menunjukan buktinya (14 : 8). Tuhan Yesus tidak percaya dengan pertanyaan Filipus ini, Ia cukup heran bahwa seorang yang selama ini cukup dekat denganNya masih meminta bukti (ayat 9) .” Kata Yesus kepadanya: ”Telah sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?, namun kembali kita dapat melihat bagaimana Yesus kembali menerangkan bahwa Ia dan Allah adalah satu “ Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; coba bandingkan juga dengan Yoh 10 : 30 Yesus berkata : "Aku dan Bapa adalah satu" . Demikian juga dengan Tomas logika kemanusiawiannya mengalahkan imannya, ia tidak percaya bahwa guru yang selama ini bersama - sama dengan dia, bahkan yang sudah sering memperlihatkan mukjizat di depannya, adalah Anak Allah yang sanggup bangkit lagi. Berbekal logikanya, ia hanya akan percaya (perlu bukti), hanya apabila ia sudah mencucukan jarinya dibekas luka pada lambung Tuhan Yesus. Meskipun pada akhirnya Alkitab juga mencatat bagaimana Tomas mengakui kekeliruannya itu dan membuat pengakuan iman yang luar biasa dengan mengucapkan "Ya Tuhanku dan Allahku!" (Yoh 20 : 28). Pengucapan ini bukan sekedar simbol atau sekedar kata - kata yang keluar dari bibirnya, dengan mengucapkan “Ya Tuhanku “ , artinya Tomas secara sadar merendahkan diri dihadapan Tuhan dan mengakui bahwa Tuhanlah yang memiliki segala apa yang ada pada dirinya, tidak selesai disini ia juga menutupnya dengan mengucapkan “Ya Allahku” artinya setelah sadar bahwa Tuhanlah yang memilikinya, ia pun sadar untuk menyerahkan semuanya kepada Allah, karena Allahlah yang berkuasa atas segala apa yang menjadi milikNya. Sungguh suatu sikap totalitas akan iman dan hormat kepada Sang Kalik sebagai kesatuan yang Agung, yang perlu kita hayati setiap kita mengirarkan pengakuan Iman Rasuli kita. D. Renungan
- 12 -
Memang dengan pengalaman dan keterbatasan manusia agak sulit untuk mengerti istilah Tritunggal, jelas diperlukan pemahaman yang utuh dan mengerti betul cara keberadaan Allah dalam berinteraksi dengan kita. Namun apabila kita perhatikan sebenarnya dari awal kita melihat Tuhan dengan cara seperti ini . Coba perhatikan kata KITA sebagai kata ganti jamak dalam Kejadian 1 : 26 "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa
Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi “ .
Artinya pekerjaan yang dilakukan Allah Sang Bapa juga Pekerjaan Allah Sang Anak (Yoh 5 : 19), maka percaya kepada Tuhan Yesus juga sama percaya kepada Sang Bapa. Percaya (iman) menjadi modal utama,bukan logika justru yang kita kedepankan. Oleh karena itu semua anak Tuhan perlu senantiasa bertumbuh didalam iman dengan baik, bukan malah mengedapankan logika logika manusia yang mempunyai keterbatasan. Oleh karena itu melalui sabdaNya Tuhan Yesus tidak pernah akan meninggalkan kita, Ia justru akan senantiasa menolong kita untuk dapat bertahan sampai akhir jaman. Dalam ayat 16 - 17 kita dapat melihat bagaimana cara Tuhan akan menolong dan hadir di tengah-tengah kita. Allah hadir dengan cara yang lain, yaitu Allah Sang Roh Kudus yang sejatinya Allah itu sendiri berkenan hadir untuk menjagai kita, memang dunia ( logika manusia) tidak dapat mengenalnya tetapi kita (iman kita) sebagai anak - anak Tuhan akan mengenalNya. Sama seperti Filipus atau Tomas, kadang kita sebagai anak - anak yang selama ini mengaku sudah cukup kenal Tuhan pun, masih meminta bukti dari Tuhan. Namun sama seperti Tomas, kita pun belum terlambat dengan pengakuannya iman yang luar biasa “ Ya Tuhan ku dan Allahku” melalui Pengakuan Iman Rasuli yang senantiasa kita ikrarkan setiap minggu bahwa kita percaya kepada Allah Bapa Sang pencipta..., juga percaya Kepada Yesus Kristus Anaknya yang tunggal ......, dan juga percaya kepada Roh Kudus....demikian dan seterusnya. E.
Diskusi
1. Apakah anda pernah ditanya Tuhanmu koq ada tiga, apabila sekarang ditanyakan hal ini bagaimana anda akan menjelaskannya ? 2. Menurut anda pelajaran apa yang dapat diambil dari sikap Tomas dan Filipus ini ? 3. Menurut anda apakah saat ini Allah juga hadir di dalam kehidupan anda
- 13 -
masing-masing , coba jelaskan ?
MATERI PA IBU-IBU
AKU MEMAHAMI YANG AKU IMANI Matius 1:18-25, Lukas 1:30-35 PERTANYAAN YANG MENGEDERKAN Seorang ibu yang sedang mengikuti katekisasi, menjadi gelagapan ketika seorang tetangga tanpa diduga bertanya, “Mengapa kamu sekarang ikut-ikutan menyembah kepada 3 Tuhan?” Ibu tadi tertegun sejenak, tidak tahu harus menjawab bagaimana. Pertanyaan itu membuatnya berpikir lagi, “Apakah benar yang dikatakannya?” Pertanyaan itu sekaligus menimbulkan pertanyaan baru dalam dirinya, ketika ia mengikuti ibadah di gereja. Ia mendengar Yesus disebut sebagai Anak Allah. Kadang, ia mendengar Tuhan disebut juga sebagai Bapa. Namun dalam doa, orang-orang Kristen juga menyebut dirinya sebagai anak. Sebagai orang yang baru belajar tentang kekristenan, pertanyaanpertanyaan itu membuatnya berpikir tentang “Siapa Allah yang sebenarnya? Mana yang benar, kata gereja atau kata tetangga?” Pertanyaan-pertanyaan itu tidak membuatnya menghentikan proses katekisasi. Sebaliknya, ibu tersebut justru semakin giat dan bertanya banyak hal kepada pengajar katekisasi, untuk mencari kejelasan tentang apa yang diimani oleh orang Kristen. Ia tetap percaya bahwa Yesus adalah Tuhan, Juru Selamatnya. Dan ia mau belajar tentang hal itu. Supaya dapat menjelaskan dan mempertanggung jawabkan imannya kepada orang yang bertanya kepadanya. Siapapun itu! Pernahkah ibu-ibu juga diperhadapkan para situasi seperti ibu tadi? Jika belum, bisa jadi suatu saat kita akan menghadapi pertanyaan yang sama. Entah itu dari orang asing yang kita temui di bus, di rumah sakit atau dimanapun, atau mungkin dari saudara, teman, anak-anak kita atau dari cucucucu kita. Karena itu, sangat perlu bagi kita untuk belajar lebih dalam lagi
- 14 -
tentang apa yang kita imani. Agar kita benar-benar memahami iman kita. Supaya kita tidak menjadi keder ketika saat itu tiba.
APA YANG AKU IMANI Setiap hari Minggu dalam ibadah, kita mengucapkan apa yang kita imani dengan mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli. Kebanyakan dari kita tentu hafal di luar kepala kalimat demi kalimat yang tertulis dalam Pengakuan Iman Rasuli. Begitu hafalnya, sehingga kerap kali ketika kita mengucapkannya, kalimat-kalimat tersebut meluncur begitu saja dari bibir kita. Begitu hafalnya pula maka ketika mengucapkannya, seringkali menjadi kurang menghayati kata demi kata. Sekalipun pengakuan itu diawali dengan kata-kata “Aku percaya”. Bukan ‘kami’ atau ‘kita’. Artinya, tidak dapat tidak, Pengakuan Iman Rasuli menjadi persoalan pribadi kita dalam mempertanggung jawabkan keputusan kita untuk percaya pada isi pengakuan tersebut. Ketika kita mengucapkan Pengakuan Iman Rasuli, kita memberi kesaksian pada orang lain atas apa yang kita imani. Untuk itu, semestinyalah kita memahami benar apa yang tertuang dalam Pengakuan Iman Rasuli. Pengakuan Iman Rasuli berisi pengakuan kita kepada Allah yang karya penyelamatan-Nya atas manusia dilakukan melalui 3 cara berada. Dengan 3 cara Allah mendatangi kita itu, maka kita menyebut Allah yang satu itu dengan sebutan Allah Bapa, Allah Anak dan Allah Roh Kudus. -
-
-
Allah Bapa adalah Allah yang datang dalam kehidupan manusia dengan cara seperti seorang Bapa. Terdapat dalam pasal 1. Dari Allah-lah lahir segala ciptaan. Ia berkuasa atas alam semesta ini. Itu tergambar dalam peristiwa Bangsa Israel. Allah Anak adalah Allah yang menyelamatkan manusia dengan cara datang sebagai manusia dalam diri Yesus Kristus. Terdapat dalam pasal 2 sampai 7. Sedangkan Allah Roh Kudus adalah Allah yang menyelamatkan manusia dengan cara datang sebagai Roh Kudus. Terdapat dalam pasal 8-12.
AKU MEMAHAMI YANG AKU IMANI Apabila kita membaca dan meneliti Alkitab, maka kita akan menemukan di sana sini ayat-ayat Alkitab yang menyiratkan keberadaan Allah yang menghampiri manusia dengan 3 cara berada yang disebut dengan ajaran
- 15 -
Trinitas atau Tritunggal. Ajaran ini sudah tersirat mulai dari buku pertama dalam PL (Kej.1:1,2,26). Demikian pula, mulai dari buku pertama PB kita sudah dapat membaca ayat-ayat yang menyiratkan tentang Allah Tritunggal itu, seperti yang menjadi dasar PA kita kali ini. Injil Matius adalah buku yang ditulis untuk dibaca oleh orang Yahudi. Mereka mengenal atau setidaknya pernah mendengar kisah-kisah dan nubuat-nubuat dalam kitab mereka, yang saat ini kita sebut dengan Kitab Perjanjian Lama. Oleh karena itu, penulis Injil Matius banyak mengutip bagian-bagian dalam PL untuk menunjukkan kepada para pembaca bahwa apa yang terjadi merupakan penggenapan dari janji Tuhan. Salah satu penggenapan itu adalah kehadiran Yesus di dunia. Yesus-lah Imanuel (=Allah menyertai kita) yang dijanjikan oleh Allah. Yesus adalah pengenapan nubuat dalam Yes. 7:14. Imanuel itu adalah Allah sendiri. Ia benar-benar Allah. Allah yang Maha Tinggi itu hendak menyatakan diri-Nya kepada manusia yang terbatas. Karena itu, Allah menggunakan cara yang sebisa mungkin dapat dipahami oleh manusia. Allah datang dengan cara yang sangat manusiawi. Ia tidak datang seperti pemain sulap yang tiba-tiba muncul tiba-tiba menghilang, suatu cara yang sulit dimengerti manusia. Allah hadir di tengah dunia melalui rahim seorang perempuan (Gal.4:4), sebagaimana manusia pada umumnya. Bedanya, IA dikandung bukan oleh karena perbuatan manusia, namun oleh karena Roh Kudus. Matius menuliskan bahwa setelah
Yusuf mengambil Maria sebagai isterinya, ia tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus
(Mat.1:24,25). Penulis hendak memberikan kesaksian dan mengajak pembaca untuk meyakini bahwa Yesus benar-benar dikandung dari Roh Kudus. Yesus yang dilahirkan oleh Maria adalah Allah yang sama, yang telah berbicara kepada para nabi pada jaman PL. Allah yang Maha Tinggi itu menjadi sama seperti manusia, menjalani kehidupan sehari-hari di dunia, merasa lapar, haus, sedih hingga menangis, marah, berjalan-jalan, tidur, duduk makan bersama para sahabat, mengalami penderitaan dan mati. Namun, Allah yang 100 % manusia itu, juga adalah Allah yang 100% Allah, yang tidak sama dengan manusia. Alkitab memberikan kesaksian, kerap kali Allah menyatakan kemuliaan-Nya dalam diri Yesus. Di taman Getsemane, ketika sepasukan prajurit mau menangkap Dia, maka di waktu Ia menjawab mereka : “Akulah Dia”, mereka mundur dan jatuh ke tanah (Yohanes 18:6). Suatu kali Yesus menghardik angin dan danau yang membuat orang ketakutan. Ia berkata kepada angin dan danau untuk diam dan tenang. Lalu angin
- 16 -
menjadi reda dan danau menjadi teduh. Semua orang yang menyaksikan hal tersebut menjadi takut dan bertanya, “Siapa gerangan orang ini?” Mereka seperti berhadapan dengan suatu misteri atau rahasia yang tak mampu mereka singkap (Markus 4:41). Ini hanya sebagian contoh. Masih banyak hal-hal misteri lain yang disaksikan oleh Alkitab tentang Allah. Seperti kebangkitan-Nya dari kematian lalu kisah kenaikan-Nya ke surga. Peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus ke surga menjadi tonggak baru bagi Allah untuk memperkenalkan diri-Nya dengan cara berada yang berbeda. Allah yang dikenal dalam wujud manusia Yesus, sekarang memperkenalkan diri dalam wujud Roh Kudus.
RENUNGAN Ketika kita membahas tentang Allah, hal pertama yang harus selalu kita ingat adalah bahwa kita ini sedang membicarakan Pencipta kita. Ciptaan tidak akan mungkin melebihi Pencipta-Nya. Allah adalah pribadi yang diselimuti misteri. Misteri Ilahi. Misteri itu tak terjangkau oleh akal manusia. Untuk dapat memahami Allah dan mempertanggungjawabkan iman kita kepada orang lain, maka rumusan yang dapat kita gunakan adalah Allah yang satu itu datang kepada manusia melalui 3 cara berada. Untuk mencari, mengenal, menemukan dan kemudian memahami Allah, kita harus berangkat dari iman. Kita akan gagal total jika mencoba memahami Allah Tritunggal dengan mengabaikan iman pada Yesus sebagai Juru Selamat. Kita harus bersedia lebih mengedepankan iman katimbang segala kaidah ilmu pengetahuan. Dengan cara itu, maka kita dapat menjawab apabila diperhadapkan pada pertanyaan, benarkan orang Kristen menyembah 3 Tuhan? Dengan tegas kita bisa katakan, bahwa kita menyembah kepada Satu Tuhan. Logika matematika tidak dapat digunakan untuk memahami Allah. Sebab, kebenaran Allah lebih tinggi daripada kebenaran menurut norma ilmu matematika. Demikian pula, untuk memahami sebutan Yesus adalah Anak Allah, kita tidak dapat menggunakan kaidah ilmu biologi. Bahwa yang disebut anak adalah hasil dari hubungan biologis seorang perempuan dan laki-laki. Kita juga tidak dapat menggunakan kaidah yang mengatakan bahwa sebutan anak selalu mengacu pada keturunan menurut darah dan daging.
- 17 -
Bagaimana itu mungkin terjadi? Itulah pertanyaan Maria. Pertanyaan ini sama halnya dengan pertanyaan kita, bagaimana seorang perempuan dapat mengandung begitu saja? Malaikat Gabriel menjawab kebingungan Maria itu dengan mengatakan. “Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang
Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kau lahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.” (Luk.1:35). Jelaslah, bahwa Allah-lah yang
membuat segala sesuatu itu mungkin terjadi. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil (Luk.1:37). Nyatalah bahwa kebenaran manusia dengan ilmu pengetahuannya, tidak akan mampu menembus kemisteriusan kuasa Allah. Dengan demikian, ketika kita memuji Tuhan, berdoa atau dalam kesempatan lain menyebut Allah sebagai Bapa dan kita adalah anak, maka haruslah dipahami bahwa sebutan itu merupakan penggambaran hubungan kita dengan Allah. Manusia (kita) digambarkan seperti anak. dan Allah seperti Bapa kita. Kita adalah anak-anak Allah, maka sebagai anak yang berbakti kita patut menaati segala perintah dan tunduk dibawah kuasa Bapa kita. Sebagai anak maka kita semestinya memiliki relasi yang baik dengan Bapa kita. MengenalNya dengan baik seperti kita mengenal Yesus yang diceritakan dalam Alktiab. Dan peka terhadap suara-Nya yang berkata-kata kepada kita melalui Roh Kudus dalam peristiwa hidup sehari-hari.
Pertanyaan Diskusi 1. Setelah ibu-ibu belajar bersama tentang ajaran Allah Trinitas, hal-hal apakah yang baru ibu ketahui dan menambah wawasan ibu-ibu tentang Allah? 2. Ada kalangan tertentu yang mengaku-ngaku Kristen, menolak ajaran tentang Allah Tritunggal. Menurut mereka, ketritunggalan Allah seperti yang diimani gereja sepanjang abad, tidak Alkitabiah. Sebab tidak dituliskan di dalam Alkitab. Menurut mereka, Yesus Kristus bukan Allah. Bagaimanakah pendapat dan sikap ibu-ibu apabila ibu-ibu berhadapan dengan orang yang berpandangan seperti ini? 3. Menurut ibu-ibu bagaimanakah ajaran Allah Tritunggal ini semestinya mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari? Apakah wujud konkret yang dapat kita rasakan dalam hidup sehari-hari?
- 18 -
MATERI PA UMUM 1
ALLAH YANG HIDUP, YANG BERKARYA DALAM BERBAGAI CARA Yohanes 1:1-3, 14; 14:16; 15:26. -----------------------------------------------------
PENDAHULUAN Materi PA bulan ini mungkin adalah salah satu materi PA yang paling sulit. Kita akan belajar mengenai ketritunggalan Allah, sebuah dogma atau pokok ajaran yang dianut gereja sejak awal, tetapi yang juga menjadi sebuah perdebatan panjang. Bahkan dogma itu juga menjadi bagian yang terus menerus diserang baik oleh agama tertentu maupun oleh aliran rasionalisme yang sangat memutlakkan pikiran / ratio manusia. Kita belajar untuk memahami dogma itu, dan belajar menjawab seranganserangan yang dilontarkan dan menemukan keyakinan dan kedamaian yang mendalam dalam iman kita kepada Tuhan. Umumnya serangan itu berkisar di antara : Allah tidak memiliki anak dan diperanakkan; Allah tidak dapat dipersekutukan, bahwa doktrin trinitas tidak berdasarkan Alkitab, dan tidak rasional kalau tiga itu satu dan satu itu tiga.
ALLAH YANG MENJADIKAN LANGIT, BUMI dan SEGALA ISINYA. Allah yang kita kenal dalam Alkitab kita adalah Allah yang hidup. Ia bukan Allah yang tetap tinggal di dalam sorga dan tidak pernah menyatakan diri kepada manusia. (Sebenarnya, beberapa agama secara langsung atau tidak, beberapa agama memahami Allah yang tetap berada dalam sorga dan tidak
- 19 -
menyatakan Diri kepada manusia, selalu memakai perantara dalam berkatakata dan bertindak, Allah yang “jauh”). Allah kita bahkan dinyatakan dalam Alkitab sebagai Allah yang menciptakan langit dan bumi, dan yang sesudah itu tidak membiarkan ciptaanNya dalam kesendirian, tetapi disertai dan diselamatkan. Yang peduli dan datang, bahkan datang sendiri untuk menyelamatkan manusia. Pada awal pernyataan Alkitab, dinyatakan Allah menciptakan langit dan bumi. Lalu dalam mempersiapkan jalan keselamatan Ia memilih bapa-bapa leluhur dan akhirnya suatu umat yang melalui dan di dalamnya Messias akan lahir. Allah yang mencipta dan berkenan terus menyertai dan memberkati itulah yang dikenal dalam PL sebagai Abba, Bapa, Dalam pernyataanNya itu ia berkenan memakai berbagai cara yang dapat dipahami dan dirasa oleh manusia. Ia juga mengambil rupa manusia, menderita, bahkan mati dikayu salib, mengalahkan maut dan bangkit kembali. Itulah ALLAH YANG HADIR DALAM PENYELAMATAN. Ia juga berkenan terus menolong dan menyertai dalam Roh.
ALLAH YANG MENGERJAKAN KESELAMATAN BAGI MANUSIA Ketika masanya tiba, Ia berkenan datang sendiri menjadi serupa dengan kita, manusia, seperti Ia sejak awal menjanjikannya. Injil Yohanes menuliskan dengan caranya yang khas : Pada mulanya adalah Firman; Firman itu
bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Lalu timbul pertanyaan kita : kalau yang datang ini juga Allah sendiri, lalu apa hubungannya dengan Allah yang menciptakan langit dan bumi yang sudah kita kenal sebagai Bapa? Di sini seolah-olah ada dua Allah, padahal Yesus Kristus adalah Allah yang berkenan memakai cara berada menjadi manusia ketika ia memasuki sejarah manusia. Maka gereja purba memakai ungkapan untuk menggambarkan hubungan Yesus yang datang dengan Allah yang kita sebut Bapa itu dengan ungkapan yang diambil pada jamannya : Anak Allah.
- 20 -
Bagi yang tak paham, ungkapan itu segera menimbulkan arti biologis ; yaitu allah beranak dan diperanakkan. Makna sebutan Anak Allah pastilah dalam konteks kuno bukan berarti anak dalam arti biologis. Bahkan kalau kita bersikap sederhana dan tulus, sekarangpun dalam jaman modern kata “anak” tidak selalu bermakna biologis. Sebenarnya sebutan Anak Allah sudah dikenal dalam PL dan dipakai untuk menyebut mereka yang dibangkitkan Allah (Mzm.29:1; 89:6; Ul.32:8), atau mereka yang baik, yang berperilaku seperti Allah ( Yoh. 1:12,13; Yoh. 10:3436, Luk. 6:35, Mat. 5:9, 45, Sf.5:1 dan ayat-ayat lainnya.) Kadang-kadang istilah ‘anak Allah” juga dipakai untuk menyebut umat Israel secara keseluruhan (Kel.4:22; Yes 43:6, Roma 9:4 dsb) dan juga raja, untuk menyebut hubungan mereka dengan Allah dan bahwa Allah memelihara dan melindungi mereka serta hubungan ketaatan serta pelayanan mereka bagi Allah. Oleh sebab itu, menjelang jaman PB, gambaran Messias juga sudah mulai digambarkan atau disebut dengan Anak Allah. Doa-doa yang menyebut Allah sebagai Abba juga mulai dihayati. Dalam hubungan seperti itulah Yesus memakai istilah “Anak” untuk menyatakan hubunganNya dengan Bapa sehingga Ia mengajar murid-muridNya Doa Bapa Kami. Lebih dari itu, secara khusus, sebagai Anak, Dialah satu-satunya yang sanggup menyatakan Bapa kepada manusia. Dalam beberapa pernyataan Alkitab, semakin nyata bagaimana Bapa menyapa Yesus sebagai AnakNya, misalnya dalam peristiwa baptisan dan pemuliaan (Mark. 1:11; 9:7). Dalam kotbah Petrus sesudah kebangkitan pada hari raya Pentakosta, makin jelaslah sebutan Kristus sebagai Tuhan (Kis. 2:36) dan ayat itu menjadi kunci bagi keilahian Kristus. Dalam Ibrani 2:10-17 sekali lagi ungkapan itu memperjelas keillahian Kristus.
ALLAH YANG MEMIMPIN dan MENYERTAI HIDUP ORANG PERCAYA Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus bukan hanya ada pada waktu tertentu, tetapi ada dan bekerja sepanjang masa, dalam penciptaan dan dalam penyelamatan. Mungkin dalam PL memang agak tampak bahwa Roh Allah lebih merupakan kekuatan dan tindakan Allah yang ‘impersonal”., tetapi nyata bahwa Allah bekerja secara nyata melalui dan di dalam RohNya. Dalam PB
- 21 -
karya Roh Kudus tampak lebih mengarah dari yang “jasmani” kepada yang “rohani”, dari yang lahiriah kepada yang batiniah, menyangkut pembaharuan watak dan spiritual. Dalam berbagai bagian Alkitab PL karya Roh Kudus nyata dalam berbagai hal: penciptaan, melengkapi manusia bagi pelayanan, memimpin dan mengilhami para nabi, menghasilkan kehidupan manusia yang bermoral, dan dalam menubuatkan datangnya Messias. Dalam PB, karya Roh menjadi lebih luas, tetapi bila diringkas maka ia disebut sebagai Penghibur, Penasehat, Pembela dan Sumber kekuatan yang semuanya memungkinkan manusia memahami karya Allah dalam Yesus dan menguatkan manusia untuk insaf dan percaya, bersaksi, dan menguduskan mereka sampai kepada keselamatan yang kekal.
PENGAKUAN IMAN RASULI DAN TRINITAS. Setiap minggu dalam ibadah, kita mengucapkan pasal-pasal pengakuan iman rasuli yang terdiri atas 12 pasal. Sadarkah Anda bahwa dengan mengucapkan pasal-pasal itu kita sedang mengungkapkan kembali keyakinan kita dengan tuntunan iman para rasul tentang Allah yang Hidup, yang berkarya dengan berbagai cara dalam lintasan sejarah manusia? Dengan Pengakuan iman itu, para rasul juga seperti sedang membuat “ringkasan tentang Siapa Allah yang kepadaNya kita beriman, dan bagaimana Allah itu berkarya dalam sejarah penyelamatan. Meski pasal itu berjumlah 12, coba sekarang kita bagi tiga bagian : 1; 2-7; dan 8-12. Dengan membagi menjadi 3 bagian seperti itu tampaklah bayangbayang trinitas, yaitu bahwa Allah yang Satu itu berkarya dalam penciptaan sebagai Bapa, dalam penyelamatan dalam Yesus Kristus, dan dalam memimpin hidup orang percaya dalam Roh Kudus. Apakah itu tiga Allah? Bukan! Ketiga cara berada dalam berkarya itu dikerjakan oleh Allah yang Satu dan sama. Meyakini bahwa cara berada yang berulang kali dipakai oleh Allah dalam rangka penyelamatan manusia, Bapa Putra dan Roh Kudus, meski memiliki cara berada dan ciri khas yang berbeda, tetapi ketiganya itu adalah pernyataan Diri dari Allah yang sama dan satu, gereja purba merumuskan kepercayaan tentang trinitas. Memang tidak ada ayat-ayat Alkitab yang berbunyi : “Allah itu Trinitas”, tetapi penghayatan akan pernyataan-pernyataan dalam sepanjang ungkapan Alkitab, menyiratkan yang demikian.
- 22 -
Bukan sedang mengatakan bahwa Allah kita tiga, bukan sedang mengatakan bahwa Allah beranak dan diperanakkan, bukan pula sedang mencoba matematika baru 1+1+1=1, tetapi sedang menyaksikan bahwa yang menyatakan Diri dengan cara yang berbeda itu sebenarnya Allah yang Esa. Meski mungkin gereja tidak sempurna dalam membahasakannya, dan manusia memang tidak dapat mencerna dan menyelidiki keadaan Allah Sang Pencipta akal budi manusia, tetapi dengan rendah hati kita menyadari keterbatasan rasio, dan menyikapinya dengan iman.
PERTANYAAN UNTUK DISKUSI : 1. Bagaimana jawab Anda, bila orang mengatakan kepada Anda bahwa dogma / ajaran Trinitas itu tidak berdasarkan Alkitab, sebab tidak ada satu ayatpun yang mengatakan bahwa Allah adalah Tritunggal? 2. Bagaimana jawab Anda, bila orang mengatakan kepada Anda bahwa Allah orang Kristen beranak dan diperanakkan? 3. Bagaimana jawab Anda bila orang mengatakan bahwa dogma Trinitas adalah tidak rasional, tidak masuk akal, karena 1+1+1= 3, sementara orang Kristen bernalar 1+1+1=1 ? 4. Bagaimana Anda menjelaskan Trinitas dengan pertolongan Pengakuan Iman Rasuli?
- 23 -
MATERI PA UMUM 2
Trinitas , Allah Yang Esa Dalam Tiga Cara Berada
Yohanes 10 : 22 – 38 ; 1 Yohanes 5 : 6 – 12 ; Ibrani 1 : 1 - 4
LATAR BELAKANG Alkisah, suatu hari Agustinus (354-430), seorang pemimpin gereja mula- mula, berjalan-jalan di tepi laut sambil memikirkan misteri Trinitas. Di sana ia melihat seorang anak kecil sedang bermain kerang laut. Anak itu menggali lubang di pasir, berjalan ke arah laut, mengisi kerangnya dengan air, lalu menumpahkan air laut itu ke dalam lubang galiannya. Agustinus lalu bertanya, “Kamu sedang apa?” Anak kecil itu menjawab, “Saya mau menuangkan laut ke dalam lubang ini.” Lalu Agustinus berpikir, Sama seperti anak tersebut, itulah yang sedang saya coba lakukan. Misteri Trinitas bagaikan lautan yang tak terbatas. Dan saya tengah berdiri di tepi lautan itu, berusaha memasukkan semua misteri yang tak terbatas tersebut ke dalam pikiran saya yang terbatas. “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalanNya!” (Roma 11 : 33). Seorang bapa gereja, Gregory Nazianzus yang menjabat uskup Konstantinopel pada abad ke 4 menyatakan : “Adalah sulit membayangkan Allah, merumuskan-Nya dalam kata-kata adalah suatu kemustahilan…. Dalam pandangan saya, tidak mungkin mengungkapkan Dia dan lebih tidak mungkin lagi membayangkan-Nya.” Inilah seharusnya yang menjadi kesadaran kita bahwa “yang terbatas tidak mampu menampung Yang
- 24 -
Tak-Terbatas” – finitum non capax Infiniti. Allah senantiasa lebih besar daripada setiap konsep dan gambaran yang dapat dibuat oleh manusia (Deus semper maior). Oleh karena itu, akal manusia tidak dapat menjangkau realitas Allah secara sempurna dan tuntas. Bahasa manusia pun terbatas untuk mengungkapkan Dia, dan tidak dapat menampung realitas-Nya. Trinitas adalah doktrin gereja dan misteri Allah yang merupakan “jantung iman” kita sebagai orang percaya. Namun harus diakui, kita sendiri seringkali merasa gamang ketika menghadapi pertanyaan mengenai Trinitas. Kita sering “tidak percaya diri” ketika harus menjelaskan hal ini, terutama jika harus menjelaskannya kepada orang lain yang memiliki latar belakang yang berbeda. Bersandar pada logika yang mendasarkan pada kemampuan rasionalitas manusia belaka, seperti pengetahuan mengenai hal yang (bersifat) biologis dan matematis, justru berpotensi membuat kita gagal dalam memahami esensi dari Trinitas.
PENDAHULUAN Untuk memahami Trinitas, maka ada baiknya kalau kita menengok kembali sejarah perjalanan umat Allah (bangsa Israel). Perumusan Doktrin Trinitas tidak terlepas dari sejarah kepercayaan orang Yahudi. Kita sadar, kekristenan lahir di Israel, dan ini berkaitan erat dengan hidup dan karya Yesus. Orang Israel memahami dan menghayati Allah sebagai “Yang-Transenden-danImanen”. Pemahaman dan penghayatan ini tampak nyata di dalam Perjanjian Lama. Dalam kitab 1 Raja-Raja tampak jelas suatu penggambaran Allah Yang Transenden, yang kehadiran-Nya tidak dapat tertampung oleh sesuatu apapun di jagat raya ini, termasuk Bait Suci. “Tetapi benarkah Allah hendak diam di atas bumi? Sesungguhnya langit, bahkan langit yang mengatasi segala langit pun tidak dapat memuat Engkau, terlebih lagi rumah yang kudirikan ini.” (1 Raj 8 : 27). Allah Yang Transenden juga tidak dapat dikurung oleh waktu. Dia memiliki ketetapan dan kesetiaan yang tidak pernah berlalu. “Dengarlah Aku, hai Yakub, dan engkau Israel yang Kupanggil! Akulah yang tetap sama, Akulah yang terdahulu, Akulah juga yang terkemudian!” (Yes 48 : 12). Di dalam Perjanjian Lama, transendensi Allah mewujud dalam kesadaran akan kekudusan. Kekudusan adalah kekhasan hakikat Allah yang membedakan Dia dari segala sesuatu yang ada di dunia. “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya : Kudus, kudus, kuduslah TUHAN semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!” (Yes 6 : 3).
- 25 -
Selain gambaran Allah Yang Transenden, Perjanjian Lama juga memberikan gambaran Allah Yang Imanen. Gambaran Allah yang hadir di dalam kehidupan manusia ini terungkap melalui kesaksian orang Israel yang hidup bersama Allah. Contohnya kesaksian Yakub. Ketika memberkati Efraim dan Manasye, anak-anak Yusuf, Yakub berkata: “Nenekku dan ayahku, Abraham dan Ishak, telah hidup di hadapan Allah; Allah itu, sebagai Allah yang telah menjadi gembalaku selama hidupku sampai sekarang, dan sebagai Malaikat yang telah melepaskan aku dari segala bahaya, Dialah kiranya yang memberkati orangorang muda ini sehingga namaku serta nama nenek dan bapaku, Abraham dan Ishak, termasyhur oleh karena mereka dan sehingga mereka bertambahtambah menjadi jumlah yang besar di bumi.” (Kejadian 48 : 15 - 16). Allah Yang Imanen adalah Allah yang terlibat di dalam sejarah kehidupan ciptaan-Nya. Dia bukanlah Allah yang duduk diam di singgasana kebesaranNya. Dia hadir di dalam ciptaan-Nya dan sangat peka akan penderitaan umatNya. “Akulah TUHAN, Aku akan membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir, melepaskan kamu dari perbudakan mereka dan menebus kamu dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat. Aku akan mengangkat kamu menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu, supaya kamu mengetahui bahwa Akulah, TUHAN, Allahmu, yang membebaskan kamu dari kerja paksa orang Mesir. Dan Aku akan membawa kamu ke negeri yang dengan sumpah telah Kujanjikan memberikannya kepada Abraham, Ishak dan Yakub, dan Aku akan memberikannya kepadamu untuk menjadi milikmu; Akulah TUHAN.” (Kel 6 : 5 - 7) Di dalam Perjanjian Lama, pemahaman mengenai Allah yang imanen membuahkan kesadaran akan kedekatan. Kedekatan ini dirasakan orang Israel melalui sejarah kehidupan mereka. Orang Israel tidak memandang peristiwaperistiwa kehidupan dunia sebagai tampilan yang telanjang begitu saja. Mereka menyelaminya lantaran peristiwa-peristiwa kehidupan (dipandang) memuat makna yang kaya. Inilah yang disebut “pemaknaan hidup”. Pemaknaan hidup ini menggiring mereka kepada kesadaran akan kedekatan dengan Allah, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi ciptaan-Nya, bahwa Allah itu baik, kasih-setia-Nya untuk selama-lamanya (Mzm 136).
PEMBAHASAN
- 26 -
Sejarah bangsa Israel dalam Kitab Suci penuh dengan tragedi dan penderitaan. Paling tidak kita dapat melihatnya dari penaklukan dan penjajahan bangsabangsa asing atas Israel. Berturut-turut: Asyur, Babilonia, Persia, Yunani, Romawi, berhasil menaklukkan dan menjajah Israel. Dalam masa tragis dan sengsara tersebut, di Israel, berkembang apa yang dinamakan tradisi apokaliptik. Secara sederhana, tradisi ini menggambarkan pertentangan antara kekuatan yang jahat dan yang baik, antara gelap dan terang. Penggambaran realitas yang cenderung dualisme ini mengisyaratkan suatu jeritan pengharapan umat akan Allah Yang-Transenden-dan-Imanen. Umat berharap, Allah Yang-Transenden-dan-Imanen itu mau membebaskan mereka dari tragedi dan penderitaan. Pengharapan umat secara konkret adalah berupa “kedatangan seorang Raja Damai.” Raja ini diharapkan mampu membebaskan umat dan membawa umat ke dalam keselamatan atau shalom (Yes 11 : 1 – 10). Ia disebut sebagai antara lain: Mesias, Anak Manusia, Anak Daud, Anak Allah. Pengharapan akan Mesias terus berlangsung sampai pada zaman Yesus. Ini bisa dipahami lantaran pada masa Yesus Israel tetap di bawah penaklukan dan penjajahan Romawi. Tampaknya pengharapan akan Mesias berkembang ke arah hal-hal politis (yang bersifat partikular), yakni pengharapan akan kehadiran “tokoh” yang mampu memulihkan Israel. Yesus adalah salah seorang yang pada gilirannya dianggap sebagai Mesias. Awalnya Yesus dianggap sebagai Mesias dalam pengertian particular untuk bangsa Israel (Mat 20 : 2 – 28 ; Mrk 10 : 35 – 45 ; Kis 1 : 6). Hal ini bisa dipahami karena Yesus memang berjuang untuk kedamaian bangsanya melalui khotbah-khotbah, mujizat dan juga penentangan-Nya terhadap apapun bentuk penindasan yang melahirkan penderitaan, baik yang dilakukan oleh institusi pemerintah (pada saat itu) maupun institusi keagamaan (Yahudi). Tidak jarang Yesus pun menyatakan diri-Nya sebagai pemenuhan kabar baik Kerajaan Allah (Luk 4 : 18 – 21 ; Mat 11 : 2 – 6 ; Luk 7 : 18 - 23). Pada perkembangan kemudian Yesus pun dianggap sebagai Mesias dalam pengertian universal untuk dunia (Yoh 3 : 16). Pergeseran anggapan ini merupakan hasil dari perenungan (refleksi) para murid atas hidup dan karya Yesus. Dalam hal ini, Yesus menjadi Kristus (Khristos, bhs. Yunani: ‘Yang Diurapi’). “Pemberita Injil Kerajaan Allah” itu telah menjadi “Yang Diberitakan”, The Proclaimer Became the Proclaimed. Di dalam Yesus Kristus, Allah telah menyatakan diri-Nya, telah melawat umat-Nya (Luk 7 : 16 ; 19 : 44).
- 27 -
Sejak pergeseran anggapan tentang Yesus tersebut, orang-orang Kristen merumuskan pengakuan imannya menjadi : “Yesus Kristus adalah Tuhan.” (Flp 2 : 11 ; 1 Kor 12 : 3) Bagi Paulus, pengakuan iman ini dimungkinkan karena pekerjaan Roh Allah saja (1Kor 12 : 3). Dari sini kita melihat bagaimana refleksi umat Kristen sampai kepada pengakuan akan ketuhanan Yesus Kristus dan pengakuan akan pekerjaan Roh Allah atau Roh Kudus. Lebih lanjut Paulus menyatakan demikian: “Sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan.” (Kol 2 : 9). Injil Yohanes mengungkapkan, Yesus Kristus dipahami sebagai Firman Allah yang telah menjadi manusia, sebagai penyataan Allah di dunia (Yoh 1:1, 14, 18). Dan hubungan antara Yesus Kristus dengan Allah itu satu : “Barangsiapa percaya kepada-Ku, ia bukan percaya kepada-Ku, tetapi kepada Dia, yang telah mengutus Aku; dan barangsiapa melihat Aku, ia melihat Dia, yang telah mengutus Aku.” (Yoh 12 : 44 - 45). Hal mana diperkuat kembali “Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu.” (Yoh 17 : 22). Perihal keterkaitan dengan Roh Kudus, Injil Yohanes menyebutkan Roh Kudus itu adalah Penolong lain, Penghibur (Yunani: Parakletos) yang dijanjikan Yesus Kristus. Roh Kudus dinyatakan sebagai Roh Kebenaran yang akan menyertai dan tinggal di dalam para pengikut Kristus. (Yoh 14 : 15 - 26). Kemudian, Gereja mula-mula mulai memasukkan rumusan liturgis yang menyatakan pengakuan iman akan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus (2 Kor 13 : 13 ; Mat 28 : 19), yang ditegaskan di dalam 1 Yohanes 5 : 7, sebagai berikut: “Sebab ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga : Bapa, Firman dan Roh Kudus) dan ketiganya adalah satu...”.
RENUNGAN Dari pembahasan di atas, sangatlah jelas walaupun secara eksplisit, tidak pernah tertulis di Alkitab istilah “Trinitas”, namun melalui berbagai peristiwa yang telah dialami oleh umat-Nya, Allah menyatakan diri-Nya sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Kata “Trinitas” digunakan untuk menjelaskan ketritunggalan Allah, yaitu Allah yang terdiri dari tiga Pribadi yang berada bersama dalam kekekalan. Dengan demikian, maka pengajaran gereja tentang misteri Allah Trinitas hendaknya dipahami sebagai penyataan Allah dalam sejarah umat-Nya.
- 28 -
Secara umum, ada dua cara yang dilakukan untuk mengupayakan pemahaman tentang “Allah”. Yang pertama adalah manusia yang berinisiatif, yaitu: manusia yang mencari Allah melalui berbagai upaya baik secara filosofis maupun secara spiritual (pengalaman rohaniah). Dan yang kedua adalah Allah yang berinisiatif, yaitu Allah yang berkenan menyatakan diri-Nya. Teologi iman Kristen jelas menolak cara pertama, sebab manusia tidak mampu mencari Allah dengan kekuatan dan pengertiannya sendiri. Kalau upaya tersebut dilakukan, maka yang diperoleh hanyalah “penyataan Allah yang bersifat umum dan subyektif”. Karena itu teologi iman Kristen senantiasa mendasarkan kepada anugerah Allah yang berkenan menyatakan diri-Nya kepada para hamba-Nya. Dengan demikian manusia diperkenankan mengenal diri Allah karena Allah menyingkapkan hakikat diri-Nya. Allah yang berinisiatif menyatakan diri-Nya untuk dikenal oleh umat. Sehingga sebagian rahasia diri dan kehendak Allah dikenal oleh umat yang percaya. Yesus adalah suatu cara Allah untuk menyatakan diri. Dengan demikian, Yesus sungguh-sungguh Allah, karena hanya sebagai Allah, Ia bisa menyelamatkan dunia. Dengan pemahaman ini, maka Bapa, Anak, dan Roh Kudus hanya merupakan nama atau cara penampakan (prosopa, topeng) yang berbeda dari Allah yang sama. Konsep Trinitas tidak akan muat jika dimasukkan dalam kerangka logika umum. Juga tidak dapat sepenuhnya dianalisa oleh akal kita. Namun tak ada ada alasan untuk menganggap Trinitas sekadar penemuan para ahli teologi. Pernyataan bahwa Allah Yang Esa menyatakan diri sebagai Bapa, Anak, dan Roh Kudus semata-mata adalah usaha untuk menjelaskan ajaran Kitab Suci (Yoh 10 : 29 – 30). Mempercayakan hidup kita kepada Trinitas Allah berarti mulai memandang kebesaran-Nya sebagai Pencipta, Penebus, dan Penolong kita dengan kacamata iman. Bukankah masuk akal jika Allah tunggal yang kita sembah, tempat kita menyerahkan hidup kita, pastilah jauh lebih besar daripada pengertian kita yang terbatas?
DISKUSI 1. Menurut anda apakah yang disebut Trinitas itu ? Jelaskan ! 2. Apakah anda setuju bahwa Trinitas adalah “jantung iman” orang Kristen ? Jelaskan !
- 29 -
3. Agama Kristen adalah monotheis (percaya kepada Allah yang esa), namun juga percaya pada Trinitas. Bagaimana anda memahami dan menjelaskan mengenai hal ini !
- 30 -