MATERI PEMAHAMAN ALKITAB BULAN MEI 2015 Perempuan Disekitar Jalan Salib
Diterbitkan oleh TPPA GKJ Joglo
Pengantar Pemahaman Alkitab Bulan April 2015 Adalah bukan sebuah kebetulan, kalau saksi pertama kebangkitan Kristus adalah perempuan. Kalau dalam Kejadian 3 perempuan lebih dulu jatuh dalam godaan Iblis, Perjanjian Baru sebaliknya : mau menjawab bahwa perempuan lebih dulu menjadi saksi kemenangan atas dosa, yaitu kebangkitan. Pesan Alkitab jelas : Gereja dan masyarakat perlu menghargai laki-laki dan perempuan sederajat.. Benang merah dimana Allah juga memfungsikan perempuan dalam rencana keselamatan dan dalam pelayanan sebenarnya tampak jelas sejak manusia jatuh dalam dosa seperti tertulis dalam Kejadian 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Jejak berikutnya muncul dalam nubuat nabi Yesaya tentang Imanuel : Yesaya 7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel, dan nubuat itu digenapi dalam peristiwa kelahiran Yesus, seperti Matius mengingatkan dan mengutip kembali nubuat itu—: Matius 1:21- 23 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. Puncak dari penghargaan Yesus adalah ketika perempuan justru menjadi saksi dalam penyaliban, penguburan, dan pasti yang terpenting adalah saksi pertama kebangkitanNya dalam diri Maria Magdalena dan perempuanperempuan lainnya. Markus 16:1, 2 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Penelusuran peran perempuan dalam karya penyelamatan Allah jelas : Allah memakai laki-laki, tetapi juga perempuan. Dalam masyarakat Yahudi kuno sekitar jaman Yesus, kaum perempuan termasuk kelas terbawah bersama para budak dan anak-anak. Sulit untuk
-2-
memahami bagaimana status mereka yang terpinggir (marginal) seperti itu. Perbedaan status laki-laki dan perempuan adalah bagaikan siang dengan malam. Satu dari enam bagian Misynah (Buku yang memuat Hukum agama dan adat Yahudi) dipakai untuk menjelaskan peraturan tentang perempuan, terutama tentang ketidak-sucian ibadah yang disebabkan oleh karena haid! Dan tentang itu saja terdiri dari tidak kurang 79 pasal! Tentu saja tidak satu pasalpun di situ membahas kaum pria. Dalam masyarakat Yahudi kuno, anak gadis biasanya ditunangkan pada usia 12 tahun, dan setahun kemudian menikah. Sedihnya, seorang anak dapat dijual oleh ayahnya sebagai budak, atau memaksanya menikah dengan siapa saja yang menjadi pilihan ayahnya, sebelum ia berusia 12 tahun.Sesudah usia itu ia tidak dapat dipaksa menikah dengan orang di luar persetujuannya. Dalam sebuah pernikahan, sang ayah biasanya menerima sejumlah banyak uang dari menantunya. Oleh sebab itu anak perempuan sering berarti sama dengan tenaga kerja yang murah atau sumber keuntungan bagi sang ayah untuk mendapatkan mas kawin. Tugas seorang istri dalam masyarakat Yahudi kuno adalah melahirkan anak lelaki. Bila sebuah keluarga tak dikaruniai anak, kesalahan segera dialamatkan kepada pihak istri. Ia dianggap mandul, dan itu dianggap hukuman illahi. Bila anak laki-laki lahir, ada suka cita besar dalam keluarga. Bila yang lahir perempuan, yang ada kekecewaan dan dukacita. Ada sebuah doa yang biasa diucapkan laki-laki Yahudi kuno. Doa itu sebenarnya “sadis”, dan “arogan”, tetapi itulah doa seorang laki-laki Yahudi kuno. Begini bunyinya : “Aku bersyukur kepada Allah, karena aku tidak dilahirkan sebagai seorang perempuan..” Sungguh sebuah kesombongan yang amat kejam. Bukankah setiap orang dilahirkan oleh seorang ibu yang adalah perempuan? Kaum perempuan juga disingkirkan dari kehidupan publik. Jika harus ke luar rumah, mereka harus menutup diri dengan 2 helai cadar untuk menyembunyikan identitasnya. Pernah terjadi seorang imam kepala di Yerusalem bahkan tidak mengenali ibunya sendiri, ketika ia menuduhnya berzinah. Kelompok yang lebih ketat lagi bahkan mengharuskan kaum perempuan mereka tinggal di rumah, dan sehelaipun rambut di atas kepala mereka tak boleh terlihat. Di tempat umum, perempuan dilarang tampil. Secara sosial, adalah sebuah pantangan bagi pria untuk berada berdua dengan seorang perempuan. Seorang pria tak boleh memandang perempuan yang sudah menikah atau menegurnya bila bertemu di jalan. Seorang perempuan (istri) dapat diceraikan bila kedapatan berbicara dengan seorang laki-laki di jalan. Jadi perempuan harus tinggal di rumah. Kehidupan sosial adalah milik pria.
-3-
Di rumah, ia terkurung dengan tugas-tugas kerumah-tanggan. Sebenarnya ia tidak lebih dari seorang budak bagi suaminya. Oleh karena itu, ia harus tunduk kepada suaminya seperti seorang hamba kepada majikan. Jika bahaya mengancam, nyawa suaminya-lah yang pertama-tama harus diselamatkan. Dalam hukum Yahudi, hanya suami mempunyai hak untuk menceraikan isterinya. Isteri tidak. Menyedihkan menjadi seorang perempuan dalam masyarakat seperti itu! Seorang perempuan tunduk kepada banyak hal yang ditabukan (dipantangkan) menurut Hukum Torat. Perempuan tidak boleh mempelajari Hukum Torat yang kudus, tidak boleh menghampiri Ruang Mahakudus dalam Bait Suci, atau melewati tempat yang khusus untuk kaum lelaki. Pada masa haid dan masa penyucian diri sesudah haid, dilarang memasuki bahkan pelataran luar sekalipun, dalam Bait Suci. Mereka tidak boleh mengajar, mengucapkan berkat sesudah makan, tidak dapat menjadi saksi sebab biasanya mereka dianggap tidak dapat dipercaya ! Bahkan dalam struktur bahasa Ibrani, kata sifat untuk : saleh, adil, benar, suci, tidak ada bentuk femininum (perempuan) nya. Sungguh betapa wanita direndahkan ! Menurut hukum Yahudi, seorang perempuan tak memenuhi syarat untuk menjadi saksi dalam pengadilan. Mereka dianggap pembohong, lemah dan emosional. Itulah sebabnya ketika pada Minggu Paskah, Maria Magdalena membawa berita tentang kubur yang kosong, Petrus dan murid lain sulit percaya, karena kebiasaan hukum yang sudah sedemikian melekat, membuat mereka tidak bisa mempercayai kesaksian, bila yang menyaksikan adalah seorang perempuan. Ketika masyarakat dan budaya demikian meminggirkan perempuan, Yesus justru memberi penghargaan, tempat yang wajar dan mengasihi-nya. Memang, diukur dengan ukuran masyarakat, agama dan budaya pada jamannya, sikap Yesus itu adalah sebuah penjungkir-balikan sistem nilai. Tetapi sebenarnya sistem nilai itulah yang sudah terjungkir-balik, dan Yesus mengembalikannya sebagaimana dulu laki-laki perempuan dijadikan Allah. Perlakuannya memberikan tempat yang sama bagi laki-laki dan perempuan di hadapan Allah. Para rabi Yahudi biasanya tidak mengijinkan wanita melakukan seperti yang dilakukan oleh murid-murid (perempuan) Yesus. Begitu ketatnya aturan, sehingga bahkan seorang rabi pernah berkata : lebih baik membakar hukum dari pada membiarkan seorang wanita mempelajarinya. Wow.. mengerikan! Kita mengerti sekarang mengapa Yesus bersikap begitu terhadap perempuan.
-4-
MATERI PA REMAJA
PEREMPUAN : BUKAN ATASAN, BUKAN BAWAHAN TETAPI PENOLONG YANG SEPADAN Kejadian 2 : 8 – 25
Hai teman-teman remaja, yuk sekali-kali kita melihat diri kita sendiri. Siapakah sih kita, apa sih yang dimaksud dengan “remaja”. Nah, kalo kita sudah tahu tentang diri kita sendiri, berarti kita bisa tahu dong bagaimana harus bersikap dan bertingkah laku sebagai anak Tuhan, terlebih dalam memperlakukan teman remaja kita yang putri / wanita, atau bagaimana bersikap sebagai remaja putri yang dihargai dan dihormati oleh teman-teman remaja yang lain. Sudah siap? Mari kita mulai……
PENGERTIAN REMAJA Remaja identik dengan usia belasan tahun sehingga dalam bahasa inggris ”remaja” juga disebut dengan istilah “Teenager”, atau sering juga disebut adolescent. Akan tetapi remaja tidak hanya diidentifikasi berdasarkan usia, tetapi juga bisa dari kehidupan yang penuh dengan keceriaan,warna-warni,dan permulaan usia mengenal lawan jenis. Selain itu, remaja mulai bertemu dengan nilai-nilai dan norma-norma baru yang berbeda dengan nilai dan norma yang dikenal saat anak-anak. Remaja juga pada umumnya mulai merasakan kegelisahan dalam hubungan dengan orang tua dan teman-teman sebaya; ingin menunjukkan kemandirian di satu sisi, tetapi di sisi lain belum dapat melepaskan diri sepenuhnya dari pengawasan dan ketergantungan dari orang tua. Hayo, siapa yang merasakan hal yang sama? Coba ceritakan pengalamanmu tentang hal ini !
CIRI-CIRI FISIK DAN PSIKOLOGIS Masa remaja juga biasanya dikaitkan dengan masa “puber” atau pubertas. Istilah “puber” kependekan dari “pubertas”, berasal dari bahasa Latin. Pubertas berarti kelaki-lakian dan menunjukan kedewasaan yang dilandasi oleh sifat-sifat kelaki-lakian dan ditandai oleh kematangan fisik. Dengan demikian, masa pubertas meliputi masa peralihan dari masa anak sampai tercapainya kematangan fisik, yakni dari umur 12 tahun sampai 15 tahun. Pada masa terlihat perubahan-perubahan jasmaniah / bentuk fisik berkaitan dengan proses kematangan jenis kelamin. Remaja merupakan masa
-5-
peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yakni antara usia 12 sampai 21 tahun. Mengingat pengertian remaja tersebut menunjukan masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batasan umurnya. Tetapi setidaknya dapat dikatakan bahwa masa remaja dimulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik yakni pada usia 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada anak perempuan sedangkan pada anak lakilakiumumnya terjadi di atas 12 tahun. Dalam literatur Barat, remaja juga disebut sebagai adolescent dan masa remaja disebut sebagai adolescentia atau adolesensia. Beberapa tokoh psikologi menekankan pembahasan masa remaja pada perubahan-perubahan penting. Misalnya, perubahan penting pada fungsi inteligensia, perubahan berhubungan dengan perkembangan cara memandang lawan jenis, perubahan dalam hubungan dengan orangtua dan cita-cita, peralihan dari ketergantungannya dalam keluarga menuju ke kehidupan “mandiri” atau timbulnya perasaan baru tentang identitas dalam diri.
KEBUTUHAN-KEBUTUHAN PSIKOLOGIS REMAJA Remaja pada umumnya merindukan pengalaman baru, rasa aman, respon, dan pengakuan. Remaja seringkali merasa bahwa rumah tempat kita tinggal telah memberi rasa tidak aman dan penolakan (dilarang-larang, diatur, dan lain sebagainya). Kebutuhan psikologis lain adalah penerimaan oleh kelompoksosial di sekitarnya. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan kasih sayang dalam lingkungan dekat dalam rumah, penghormatan dari teman-teman sebaya dan apresiasi dari orangtua atau guruguru.Bersamaan dengan kebutuhan ini, pada umumnya juga memiliki kebutuhan untuk “memberi dan menerima” untuk menunjukan rasa kasih sayang, merasakan penghormatan, mengekspresikan penghargaan.Kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan untuk mempelajari hal-hal baru, kebutuhan untuk mengalami “petualanganpetualangan segar”.Hal ini tercermin dengan mencoba hal-hal baru, dan melakukan tindakan yang tidak pernah dilakukan sebelumnya.
REMAJA YANG TUMBUH SEBAGAI PRIA YANG MENGHORMATI PEREMPUAN DAN PEREMPUAN YANG DIHORMATI PRIA Nah, sekarang teman-teman tahu kan kalau secara fisik maupun psikis sedang “berubah”. Selain itu muncul pula kebutuhan-kebutuhan atau keinginan-keinginan baru yang sebelumnya tidak dirasakan saat masih TK atau SD. Remaja cewek ataupun cowok sama, sedang ingin banget merasakan hal-hal yang baru. Teman-teman pasti sudah mulai merasa malu, perasa, sedih, ingin menonjolkan diri, pengen tampil ganteng / cantik. Dan yang jelas, pasti sudah mulai tertarik pada teman lawan jenisnya kan. Hayo ngaku ! Nggak apa-apa, sebagai kebutuhan untuk “memberi dan menerima” dan menunjukkan kasih sayang, wajar kok kalau cowok suka sama cewek atau sebaliknya. Tapi yang perlu diperhatikan adalah, bagaimana sikap dan cara kita (baik cowok maupun cewek) mengekspresikan kebutuhan saling sayang atau “memberi
-6-
dan menerima” itu. Ingat, cowok dan cewek diciptakan sepadan, bukan yang satu (cowok) lebih tinggi dari yang lain (cewek) atau sebaliknya.“ TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya,yang sepadan dengan dia”(Kej 2:18). Kata “penolong” sama sekali tidak bermakna rendah, justru ada sesuatu yang tidak dimiliki pria sehingga perlu seorang “penolong”. Perhatikan juga kata “sepadan” yang berarti “di samping” atau “di hadapan”. Jadi “penolong yang sepadan” diartikan dengan “mitra yang sepantar di hadapan” atau “mitra yang saling melengkapi”. Jadi jelas tidak ada yang lebih tinggi diantara satu sama lain. “Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging. Dan dari rusukyang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu.” (Kej 2 : 22 - 23). Mengapa Tuhan mengambil perempuan dari tulang rusuk (tulang sisi) pria? Perempuan tidak diciptakan dari tulang kepala supaya tidak menguasai pria, atau tidak diciptakan dari tulang kaki supaya diinjak-injak oleh pria.Ini menunjukkan bahwa perempuan diciptakan sejajar dengan pria. Perempuan bukan atasan, bukan pula bawahan, namun mitra sejajar, memiliki hak dan kedudukan yang samauntuk dihormati dan menghormati, serta memikul tanggung jawab yang sama, tidak saling menyalahkan. Untuk itulah hai para cowok, ekspresikanlah kebutuhan: untuk memberi dan menerima kasih sayang, menjadi pelindung cewek, merasa dibutuhkan cewek, dengan cara yang terpuji. Menyayangi dan melindungi tidak perlu dengan meluk-meluk cewek disembarang tempat. Menghargai dan memuji cewek tidak perlu dengan kata-kata yang kotor. Menyayangi dan melindungi justru dilakukan dengan cara melindungi kehormatan dan kesucian cewek. Menunjukkan kejantanan dan ketampanan juga tidak perlu dilakukan dengan cara yang aneh-aneh, ekstrim, dan mengancam kesehatann dan keselamatan jiwa seperti merokok, menggunakan narkoba, atau boncengin cewek kebut-kebutan di jalan. Cowok jantan itu adalah cowok yang melindungi keselamatan dirinya sendiri dan keselamatan ceweknya (bayangin, gimana kamu bisa dianggap jantan untuk melindungi cewek jika kamu sakit-sakitan karena rokok atau narkoba atau kakinya pincang karena jatuh dari motor? Yang ada ntar ceweknya cari cowok lain yang lebih sehat :-p. Jadi jangan konyol ya!!). Cowok jantan juga bukan cowok yang punya banyak pacar atau suka gonta ganti pasangan. Cowok jantan adalah cowok yang setia. Cewek akan merasa terhormat jika bisa memiliki cowok yang berprestasi, disiplin, tidak omdo (memiliki komitmen), setia, dan mau bekerja keras.Hargailah teman wanitamu bukan sebagai sebagai teman yang bisa dipermainkan dan diinjak-injak martabatnya, ingat, teman wanitamu kelak adalah penolongmu yang sepadan. Bukan bawahan. Sedangkan engkau hai para cewek, engkau adalah teman yang sepadan buat cowok. Kalau engkau ingin dihormati, bersikaplah sebagai wanita yang terhormat.Hati-hati
-7-
bersikap, jangan ngelendot (bersender) sembarangan ke cowok (walaupun kamu suka cowok itu), baik seumuran maupun yang lebih tua / dewasa. Ingat, seusia remaja apalagi dewasa sudah merasakan nafsu birahi.Jangan sampai nanti membuat cowok tergoda dan memperlakukan kamu tidak sopan, dan menganggap kamu sebagai cewek murahan atau gampangan.Jangan merasa puas hanya karena punya modal wajah cantik, rambut bagus, kulit putih, atau postur tubuhnya proporsional. Wanita adalah penolong pria yang sepadan, yang bisa diajak berdiskusi, bertukar pikiran, saling memberi masukan, bisa membantu memecahkan masalah. Bagaimana bisa menjadi penolong yang sepadan jika ditanya tentang pengetahuan yang umum-umum saja nggak tahu, nggak pernah baca, kurang wawasan?Kalau ingin dihargai dan dihormati cowok, jadilah cewek yang tidak hanya mengandalkan kecantikan fisik, tetapi jugainner beauty, memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas, punya kepandaian dan keahlian, sehingga kamu lebih percaya diri dan tidak merasa minder dihadapan cowok, dan akan membuat cowok berpikir seribu kali jika ingin merendahkan dan melecehkan. Namun walaupun memiliki kepandaian dan wawasan, tetap harus rendah hati dan setia, karena wanita bukan atasan, tapi penolong yang sepadan. Dan bagi teman-teman semua, para cowok dan cewek, marilah bersikap dan berperilaku benar dan hati-hati.Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan fisik menjadi dewasa, sudah mulai muncul rasa suka satu sama lain, muncul nafsu birahi, rasa malu, ingin dihargai dan dibutuhkan. Teman-teman boleh saja hidup didalam masa yang ingin mencoba hal-hal yang baru, ingin mengalami petualangan yang baru. Jalani semua perubahan dan keinginan untuk berbuat hal yang baru dengan tetap menjaga kesucian dan kehormatan masing-masing dan tetap takut akan Tuhan.
BAHAN DISKUSI: 1. Coba ceritakan perbedaan dan perubahan-perubahan apa yang dirasakan antara masa anak-anak dan masa remaja saat ini? 2. Coba ceritakan pergaulan antara cowok dan cewek yang selama ini kamu alami (di sekolah, lingkungan rumah, atau di gereja). 3. Mari kita berkhayal, jika nanti kita ingin punya pasangan hidup. Apa yang akan teman-teman lakukan saat mencari pacar? Kriterianya seperti apa? Bagaimana kalian akan bersikap saat pacaran? Bagaimana jika sudah menjadi suami istri?
-8-
PEMUDA
MENGHORMATI PEREMPUAN SEBAGAI PENOLONG YANG SEPADAN Kitab Kejadian 2 : 8-25
1.
Pendahuluan: Pria dari Mars dan Wanita dari Venus Seorang psikolog, John Gray Ph.D, menulis suatu buku yang terkenal berjudul ‘Men are from Mars, Women are from Venus’. Buku tersebut pertama kali diterbitkan pada tahun 1992 dalam bahasa Inggris. Buku tersebut termasuk dalam kategori buku yang sangat laris karena telah terjual sebanyak 50 juta copy di seluruh dunia. Untuk masyarakat Indonesia, pada tahun 2007 penerbit Gramedia telah menerbitkan buku tersebut dalam edisi bahasa Indonesia. Apa cerita pengantar buku tersebut? Untuk memahami pengantar buku tersebut, kita diajak oleh penulisnya untuk membayangkan bahwa para pria tinggal di planet Mars dengan aturan dan kebiasaan yang telah mendarah daging. Sementara itu, para wanita tinggal di planet Venus dengan aturan dan adat yang lain dan telah mendarah daging pula. Suatu ketika, konon, pria di planet Mars meneropong Venus melalui teleskop dan menemukan bahwa penduduk Venus sangatlah menarik. Timbullah perasaan-perasaan aneh yang mereka belum kenal, yaitu perasaan cinta. Dengan segera pria Mars mencari jalan untuk pergi ke Venus. Bagaimana sikap para wanita di Venus terhadap kedatangan penghuni Mars tersebut? Para wanita di Venus menyambut para pria dari Mars dan membuka hati mereka bagi perasaan-perasaan cinta yang belum mereka kenal sebelumnya. Kaum pria dan kaum wanita segera akrab, berkumpul bersama, melakukan segala hal bersama, dan saling berbagi perasaan. Karena berasal dari planet yang berbeda, para pria dan wanita sadar bahwa mereka saling berbeda namun mereka berbahagia dengan perbedaan tersebut. Selama bertahun-tahun mereka saling mempelajari perbedaan antara para pria dan wanita, menghargai perasaanperasaan yang berbeda antara mereka, dan menghargai kebutuhan-kebutuhan yang berlainan antara para pria dan wanita. Mereka hidup bahagia dalam cinta dan harmoni. Karena sesuatu hal, maka mereka semua berpindah ke planet Bumi. Namun sayangnya, ketika sampai di Bumi mereka tiba-tiba mengalami “gagal ingat”. Baik pria maupun wanita lupa bahwa mereka berasal dari planet yang
-9-
berbeda. Sehingga, pada suatu pagi para pria dan wanita tersebut bangun dan mulai saling bertengkar karena mereka menemukan banyak perbedaan diantara mereka: perbedaan perasaan, perbedaan tanggapan terhadap suatu peristiwa, dan perbedaan tanggapan terhadap perbuatan lawan jenisnya. Mereka tidak ingat lagi bahwa mereka sebenarnya memang harus berbeda. Kita semua merasakan bahwa pertengkaran dan pertentangan itu tetap terjadi sampai detik ini. Cerita fiksi di atas telah menjadi suatu pengantar yang unik dan menarik tentang pembahasan mengenai perbedaan pria dan wanita. John Gray, sang penulis, dalam bab-bab selanjutnya pada bukunya, telah memberikan berbagai pandangan dan solusi untuk membuat para pria dan wanita menemukan kembali cinta dan harmoni antar mereka. Diskusi: Para peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pria dan kelompok wanita. Diskusi untuk kelompok pria: apa yang Anda sukai dan tidak Anda sukai dari sikap/sifat para teman wanita? Diskusi untuk kelompok wanita: apa yang Anda sukai dan tidak Anda sukai dari sikap/sifat para teman pria? Setelah 15 menit, kedua kelompok digabung dan kemudian secara bergantian mempresentasikan hasil diskusi kelompok masing-masing untuk didiskusikan lagi.
2.
Tinjauan Alkitabiah: Pria dari Taman Eden dan Wanita juga dari Taman Eden (Kejadian 2: 8-25) Setelah kita menyadari bahwa perbedaan antara pria dan wanita adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, kita akan meninjau apa yang tercantum pada Alkitab mengenai hal tersebut. Kejadian 2 : 8-25 dengan jelas telah menggambarkan kepada kita mengenai penciptaan manusia pertama dari tanah, penempatan manusia untuk memelihara dan menikmati taman Eden, serta penciptaan perempuan dari tulang rusuk manusia pertama. a. Tuhan membuat taman di Eden dan Menempatkan Manusia CiptaanNya Di Sana (Kejadian 2: 8-17) Kitab Kejadian 2: 8-9 memberitakan mengenai karya Allah berupa suatu taman di Eden. Tuhan menciptakan berbagai pohon yang indah dan pohon yang berbuah lezat dan ditumbuhkannya pada taman itu. Kejadian 2 : 9-14 melukiskan mengenai keindahan taman Eden yang dialiri oleh berbagai sungai. Tuhan menempatkan manusia pertama ciptaanNya pada taman Eden tersebut untuk memelihara dan mengusahakan taman Eden. Oleh berkat karunia Tuhan, manusia pertama tersebut memperoleh berbagai kenikmatan dan kebebasan. Sang manusia diijinkan untuk bermain di taman tersebut dan memakan dengan bebas semua jenis buah-buahan yang tumbuh. Dari semua kebebasan dan kesenangan manusia pertama tersebut, Tuhan hanya
- 10 -
memberikan satu larangan: manusia pertama tersebut dilarang untuk memakan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. b. Tuhan Memberikan Penolong Yang Sepadan bagi Manusia Pertama (Kejadian 2 : 18-25) Tuhan melihat bahwa sang manusia pertama berdiam di taman Eden seorang diri. Karena Tuhan tahu bahwa tidak baik kalau manusia tersebut seorang diri saja, maka Dia menjadikan seorang penolong yang sepadan bagi sang manusia tadi. Dari tanah Tuhan telah membentuk hewan-hewan dan burungburung dan diberikanNya kepada manusia pertama tadi untuk diberi nama. Namun segala rupa hewan dan burung tersebut tentunya tidak sepadan dengan manusia tersebut. Lalu Tuhan menciptakan manusia kedua yang berasal dari tulang rusuk manusia pertama tadi yang diambil sewaktu dia sedang tidur. Manusia kedua tersebut dibawa kepada manusia pertama agar menjadi penolong yang sepadan. Manusia pertama telah menamai manusia kedua tersebut ‘perempuan’ karena dia berasal dari tulang rusuk dan daging manusia pertama. Karena itu, kelak, laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan perempuan yang menjadi istrinya. Bangsa Israel sangat menyadari kepedihan dari rasa sepi, sunyi, sendiri dan sebatang kara. Untuk itu, Tuhan merencanakan suatu pertolongan, agar manusia tidak merasakan kepedihan dari rasa sepi itu. Kata ‘neged’ yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan kata ‘penolong’ memiliki arti jodoh, imbangan atau padanan. Dengan kata itu hendak dikatakan bahwa pertolongan itu serupa dan seimbang, tetapi tidak sama. Pertolongan itu merupakan tambahan dan pelengkap bagi kekurangan manusia dan meniadakan rasa sepinya. Manusia laki-laki diperhadapkan dengan satu tokoh yang diciptakan untuk dicocokkan, disesuaikan, dan dipadankan dengannya. Manusia laki-laki dan perempuan ditentukan untuk bertemu, berjumpa, berteman, bersahabat, bergaul bersama, menjalin interaksi timbal balik yang cocok untuk saling mengisi. Manusia laki-laki tanpa perempuan, menjadi kurang lengkap. Demikian pula sebaliknya. Keduanya berbeda, namun saling mengisi. Perbedaan itu bukan dalam hal derajatnya, namun dalam keunikan mereka sebagai mahluk yang diciptakan dan dibentuk oleh Allah secara khas sebagai hasil tangan-Nya sendiri- bandingkan dengan kekhasan hasil karya handmade (Yesaya 44:2, Yeremia1:5).
- 11 -
3. Renungan: Menghormati Perempuan, Menghargai Perbedaan.
Gambar di atas adalah suatu lelucon yang meledek anggota marinir Amerika yang sedang menjalani pelatihan. Dengan bersusah payah beberapa anggota marinir mengangkat suatu balok. Sebuah balok lain yang mirip ternyata dapat diangkat dengan mudah oleh seorang wanita Russia (musuh Amerika pada saat perang dingin pada era sebelum tahun 1990). Gambar tersebut sekilas lucu, namun pada sisi lain menampilkan suatu stereotype terhadap kaum perempuan. Gambar tersebut muncul karena ada anggapan bahwa kaum perempuan adalah kaum yang lemah. Anggapan bahwa kaum perempuan itu mempunyai banyak kelemahan juga masih ada dalam kehidupan kita sehari-hari. Banyak pria yang menganggap bahwa teman perempuannya hanyalah merepotkan karena mereka dianggap kurang bisa berpikir logis, bawel, dan mau menangnya sendiri. Para pria juga sering mengabaikan hak perempuan untuk mengekspresikan diri, misalnya menyalahkan cara berpakaian ataupun cara berjalan perempuan jika terjadi pelecehan seksual. Padahal, dalam kehidupan modern kaum perempuan dapat pula mensejajarkan diri mereka dengan kaum pria. Banyak kaum perempuan yang bekerja di luar rumah untuk membantu keuangan keluarga. Bahkan banyak wanita telah mampu mencapai posisi yang sangat tinggi dan menakhodai perusahaan-perusahaan besar berskala internasional maupun menjadi menteri di banyak negara. Kita tentunya ingat akan Karen Agustiawan yang telah menjadi Direktur Utama Pertamina pada tahun 2009-2014, demikian juga Megawati Soekarnoputri yang telah menjadi Presiden kita pada tahun 2001-2004. Jadi, antara kaum pria dan wanita sebenarnya tidaklah ada yang lebih unggul secara mutlak. Tidak ada yang berhak mengatakan bahwa kaum perempuan mempunyai kodrat untuk selalu menurut kepada kaum pria. Tidak ada kodrat yang menyatakan bahwa kaum perempuan hanya boleh hidup di balik pintu rumah. Pria
- 12 -
dan wanita memang berbeda, tetapi bukan berarti ada suatu kaum yang lebih hebat. Suatu riset internasional yang dipublikasikan oleh kompas.com pada 3 Desember 2013 menyatakan bahwa memang ada perbedaan antara kaum pria dan wanita seperti digambarkan oleh John Gray di atas. Salah satu kesimpulan riset tersebut adalah: bila perempuan dan laki-laki diberi tugas yang melibatkan kemampuan logika dan intuisi maka perempuan akan lebih baik. Namun jikalau aksi instan yang diperlukan (misalnya berenang) maka pria akan lebih baik. Kita harus memahami bahwa kaum pria dan kaum wanita akan selalu berbeda, akan tetapi justru perbedaan tersebut akan membuat kaum pria dan wanita saling membutuhkan dan saling melengkapi.
4. Diskusi. a. Apa harapan terhadap kawan-kawan perempuan Anda sehingga mereka bisa menjadi teman-teman yang baik bagi Anda? (diharapkan para pria yang menjawab). Apa harapan terhadap kawan-kawan pria Anda sehingga mereka bisa menjadi teman-teman yang baik bagi Anda? (diharapkan para perempuan yang menjawab) b. Dari Keluaran 2 : 8-25 kita telah belajar bahwa Tuhan memberikan seorang penolong yang sepadan bagi manusia pertama. Menurut Anda semua, bagaimanakah gambaran seorang penolong yang sepadan bagi Anda? Jelaskan secara rinci. c.
Apa yang harus kita perbuat bersama agar kaum perempuan menjadi pribadi yang terhormat dan sejajar dengan pria? (diharapkan ada pandangan dari para pria dan para perempuan)
\
- 13 -
MATERI PA IBU-IBU
MENJADI WANITA YANG LAYAK DIHORMATI 1 Petrus 3 : 1-5
PENDAHULUAN Jaman telah berubah, posisi dan kedudukan wanita mulai mendapat porsi yang jauh lebih baik dibanyak tempat. Meski budaya-budaya tertentu tetap menempatkan wanita dalam posisi jauh lebih rendah, namun secara umum kemajuan jaman menumbuhkan kesadaran tentang perlunya menempatkan wanita pada posisi yang lebih tinggi. PA kali ini menyoroti secara khusus tentang wanita. Dalam Alkitab meski budaya Yahudi menempatkan wanita berada di bawah posisi pria, yang dipandang lebih lemah, tidak memiliki kuasa, namun Tuhan ternyata banyak memakai kaum yang sering dipandang berderajat lebih rendah tersebut justru sebagai alat untuk menyelamatkan umatNya, bahkan dalam peristiwa Paskah wanitalah yang mendapat keistimewaan untuk menyaksikan kebangkitanNya untuk yang pertama kali. Kita mungkin bisa menengok kembali kisah-kisah wanita "hebat" di dalam cerita Alkitab. Kita ingat Hawa yang diciptakan sebagai penolong sepadan Adam, kita ingat Miryam yang menyelamatkan Musa, Debora, Ester yang menjadi pahlawan bangsanya, Hana, Maria, dll. Para wanita itu tidak dipandang rendah oleh Tuhan, mereka diberi kesempatan dan keistimewaan untuk ambil peran yang tidak "kecengan", mereka dihormati dan dikenang sebagai wanita yang baik dihadapan manusia maupun dihadapan Tuhan. Saat inipun kita banyak menyaksikan atau barangkali kita telah menjadi bagian didalamnya, wanita-wanita "perkasa" yang menjadi tulang punggung keluarga, wanitawanita yang berjuang mati-matian untuk keluarganya, wanita yang kadang melupakan deritanya demi orang-orang yang dicintainya. Wanita-wanita yang menjadi pahlawan bagi anaknya, suaminya, keluarganya. Wanita-wanita yang kepadanya layak kita beri hormat yang setinggi-tingginya. Namun seiring perkembangan jaman, disisi lain kitapun menyaksikan wanita-wanita yang kebablasan. Emansipasi kadang berjalan "over dosis". Wanita menjadi sosok yang lebih berani, lebih tangguh, merasa mandiri, berhak memutuskan apa-apa sendiri, namun juga kebablasen untuk tidak menjaga martabatnya sendiri. Banyak judul-judul berita yang kadang membuat sesama wanitapun "ngelus dada". Wanita lebih berani melakukan tindakan tercela, perselingkuhan, pencurian, sumber keonaran, sumber perpecahan, bahkan kasus Hawa seolah terulang. Wanitalah yang menjadi biang kerok sumber munculnya berbagai permasalahan, sehingga mereka dicaci maki, dijadikan sasaran murka, dihina, direndahkan.
- 14 -
HARUSKAH WANITA DIHORMATI? PA kali ini adalah PA yang sifatnya reflektif bagi kita kaum ibu. Melalui perikop 1 Petrus 3: 1-5 kita akan belajar untuk mengerti bagaimana sebaiknya wanita Kristen bersikap, berperilaku, sehingga wanita layak untuk dihormati, tidak hanya oleh suami, anak, namun juga oleh orang-orang disekeliling kita. Secara khusus ayat-ayat ini memang memberi tuntunan kepada kita bagaimana hidup bersama suami isteri, namun secara spesifik memberi tuntunan kepada kita kaum wanita, bagaimana wanita kristen harus berperilaku dan menempatkan diri. Awal perikop diawali dengan kata "tunduklah". Dalam budaya Yahudi, wanita memang mendapat tempat lebih rendah dari laki-laki. Bangsa kita yang mayoritas berbudaya Patriakat-pun juga demikian. Tunduk berarti patuh, nurut, merunduk, seolah menempatkan wanita begitu rendah dan tidak memiliki hak sedikitpun untuk menengadah, sehingga jaman dahulu sangat jarang isteri yang membantah suami, sangat jarang isteri yang berani melawan suami meski suaminya salah. Isteri/wanita berada pada posisi pasif, "nrimo wis kodrate". Namun jaman terus bergeser, kesadaran untuk memposisikan wanita pada posisi setara/sepadan mulai tumbuh. Wanita mulai ditempatkan pada posisi yang lebih baik. Meski beberapa budaya tampak melemahkan wanita, namun Alkitab sejatinya mengajarkan, bagaimana kedudukan wanita dan bagaimana wanita harus dihormati. Wanita diciptakan sebagai "penolong yang sepadan" Kejadian2:18, artinya tidak menempatkan wanita lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan laki-laki dipandang tidak baik bila seorang diri saja. Tuhan tidak hanya menciptakan wanita sebagai teman, namun lebih tinggi derajadnya adalah sebagai penolong. Sebagai penolong jelas wanita adakalanya memiliki posisi yang sederajad bahkan dalam situasi tertentu kadang lebih kuat. Demikian juga, hukum ke-5 dari 10 hukum Tuhan " Hormatilah ayah ibumu" Keluaran 20:12, jelas tidak diskriminatif hanya ayah saja yang dihormati tetapi juga ibu(wanita). Bahkan dalam perikop ini ayat 7 tertulis "Hormatilah mereka (isteri/wanita) sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan supaya doamu tidak terhalang." Ya, wanita terutama ibu layak untuk mendapatkan bagian untuk dihormati, namun kehormatan itu tentunya bukan sesuatu yang terjadi secara otomatis atau terberi. Ketika orang lain diminta untuk menghormati kita, benarkah kita sudah layak sebagai wanita, sebagai ibu yang dihormati?. Ini adalah pertanyaan reflektif yang harus kita jawab. Bagaimana kita akan dihormati orang lain kalau perilaku kita tidak terhormat. Kita seringkali mendengar kasus pelecehan wanita, aniaya wanita, KDRT wanita. Kita sering mendengar tudingan negatif ibu ini ibu itu, begini dan begitu, pantas saja kalau suaminya, anaknya begitu. Pantas saja kalau teman-temannya menjauh dan lain sebagainya. Seolah-olah sebuah pembenaran ketika ia menjadi tidak dihormati, dihakimi dan dilecehkan karena perilakunya yang tidak terpuji.
WANITA YANG LAYAK UNTUK DIHORMATI
- 15 -
Dalam beberapa kursus kepribadian ada tips-tips bagaimana caranya untuk menjadi wanita terhormat atau dihormati. Sebagian besar hanya mengulas tentang halhal yang sifatnya lahiriah. Berikut ini salah satu contoh tips-tipsnya: 1. Berpenampilan mempesona dengan pakaian dan perhiasan yang elegant, wangi, bersih, sehat dan rapih 2. Mengerti etika komunikasi yang baik : santun, anggun, sopan, kalem, berwibawa 3. Mengerti etika pergaulan berbagai kelas strata sosial, mis; paham "table manner", etiket dipergaulan sosial, paham cara berjalan, berbicara, duduk yang benar dan beretika 4. Berwawasan pengetahuan luas, dst Hampir semuanya mengatur hal-hal lahiriah yang terlihat secara kasat mata, untuk mendapatkan kehormatan dari orang lain. Namun dalam bahasan kita kali ini, ada sebuah petunjuk yang luar biasa mendalam dan berdampak sangat berarti baik bagi orang lain/suami maupun bagi diri. Kelakuan isteri yang terpuji, yang hidup dalam kesalehan, yang memakai perhiasan batiniah yang tersembunyi, dengan perhiasan yang tidak binasa, yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga dimata Allah. Wanita yang hidup dalam kesalehan, adalah wanita yang mampu menerapkan cara hidup yang senantiasa berdasarkan pada perintah Allah. Wanita yang tidak egois dan sombong, yang keakuannya tinggi. Wanita yang tidak kebablasen menerapkan emansipasi. Wanita yang mampu menjaga martabat diri dengan selalu bersandar pada petunjukpetunjuk Firman Allah. Wanita yang tidak terfokus pada tampilan ragawi semata. Bukan berarti kita tidak boleh dandan, memakai baju bagus, dan memakai perhiasan, namun bagaimana kita menghiasi manusia batin kita dengan hal-hal yang baik, hal yang lemah lembut, hal yang menenteramkan, yang mendamaikan, yang menyelamatkan. Bahkan dalam perikop ini diingatkan dengan tegas... "perhiasanmu janganlah secara lahiriah yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah." Dalam suratnya kepada Timotius, Paulus mengingatkan para prempuan agar mereka mendandani diri dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah (1 Timotius 2:10). Memberi perhatian pada penampilan itu perlu, namun berpenampilan dengan kecantikan dari dalam itu lebih penting. Wanita harus mampu berperan sebagai pembawa kebaikan, kedamaian, ketentraman. Wanita harus mampu menempatkan diri sebagai teladan kesalehan untuk hidup menjaga kemurnian, yang akan berdampak positif bagi suami, keluarga dan lingkungannya. Dan karena itulah ia akan mendapatkan hormat, bukankah ada firman tertulis "perempuan yang baik hati beroleh hormat"(Amsal 11:16a). PA kali ini tidak mengajar kita untuk gila mengejar hormat, namun lebih kepada upaya bagaimana kita berusaha untuk dapat menampilkan diri sebagai wanita yang layak untuk dihormati dan tidak hanya menuntut untuk dihormati.
- 16 -
RENUNGAN Kita tidak sedang mengejar hormat, namun mari kita renungkan, bahwa kita perlu bersyukur, Allah menempatkan wanita sebenarnya pada posisi yang tidak kalah terhormatnya dengan laki-laki. Bahkan Allah memberikan kita keistimewaan untuk berperan sebagai penolong yang sepadan. Banyak memang kasus wanita yang diperlakukan dengan sangat tidak adil, dan tidak terhormat. Budaya-budaya tertentu kadang begitu merendahkan wanita. Namun kita perlu bersyukur, meski bangsa kita berbudaya patriakad, namun wanita telah mendapat kedudukan yang cukup baik, baik dalam wilayah domestik keluarga maupun dalam kemasyarakatan. Kita perlu menjaga kehormatan yang sudah Tuhan anugerahkan ini, dengan selalu introspeksi diri. Sudahkah kehormatan itu kita jaga dengan perilaku yang berkenan dihadapan Tuhan, atau jangan-jangan kita telah melakukan emansipasi yang kebablasan melalui perilaku-perilaku yang tidak terpuji dan bukan menjadi wanita yang semestinya berperan sebagai pembawa damai, ketentraman, kelembutan, dan kesalehan, namun justru menjadi pemicu perpecahan, pelanggaran, keonaran dan permusuhan bagi keluarga, lingkungan, dan masyarakat kita. Semoga kita tetap mampu menjaga kemurnian hati dan kebaikan, dan kehormatan itu akan datang dengan sendirinya.
DISKUSI 1. Dijaman ini menurut ibu-ibu apakah artinya bahwa wanita harus tunduk kepada suami? Bagaimana menurut Alkitab kedudukan seorang wanita dihadapan lakilaki? 2. Banyak kasus kita lihat yang menjadikan wanita tidak dihormati baik oleh suami, anak maupun orang-orang disekelilingnya. Menurut ibu-ibu kira-kira apa penyebabnya? 3. Apa yang telah ibu-ibu upayakan dalam menjalankan peran sebagai wanita/ibu, sehingga ibu-ibu layak untuk dihormati? Silahkan sharing
- 17 -
MATERI PA UMUM 1
PEREMPUAN dan PASKAH Lukas 23 : 56b.-24:12 -------------------------------------------------
1. PENDAHULUAN : PASKAH LAMA dan PASKAH BARU Kata “paskah” berasal dari bahasa Ibrani “pesakh”, yang adalah kata kerja yang secara lurus berarti “melewatkan”, dan dalam konteks Keluaran atau eksodus dari Mesir, istilah itu bermakna “menyelamatkan”. Malaikat Tuhan “melewatkan” rumah-rumah orang Israel dari tulah kematian anak sulung. Pada hari raya Paskah itu, ada anak domba jantan berumur sekitar setahun yang disembelih sebagai korban. Domba itu disebut anak domba Paskah. Pengorbanan anak domba paskah inilah yang menjadi symbol dari penebusan. Darah anak domba itu dioleskan di tiang / gawang pintu rumah orang Israel sebagai tanda pengorbanan, dan atas tanda darah itu mereka terhindar dari penghukuman Allah. Berabad-abad perayaan Paskah itu dirayakan oleh orang Israel sebagai peringatan akan kebebasan mereka dari Mesir dan itulah makna terdalam dari hari raya itu bagi mereka. Paskah dan pengorbanan anak domba itu sebenarnya sebuah symbol dari keselamatan yang akan dikerjakan Allah. Mengapa symbol? Karena tidak mungkin kehidupan dan keselamatan manusia ditebus dengan seekor domba. Penebusan melalui pengorbanan dan darah domba itu pasti symbol dari sesuatu yang jauh lebih besar dan mendalam. Kristus-lah anak doma itu. Oleh sebab itu ketika Yohanes Pembaptis melihat Yesus yang muncul di tepi sungai Yordan ia mengatakan kepada umat tentang Yesus : Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia (Yohanes 1:29). Ketika orang Yahudi sedang merayakan Paskah di Yerusalem, maka penyaliban dan kematian serta kebangkitan Yesus terjadi. Puncak dari penebusan dan penyelamatan itu terjadi ketika Yesus mengalahkan kuasa maut dan bangkit dari antara orang mati. Simbol yang telah sekian lama
- 18 -
dihayati itu kini terlaksana dan terwujud nyata. Nubuat yang lama dinubuatkan itu kini digenapi. Ada 2 paskah yang terjadi dalam waktu yang sama : paskah lama orang Yahudi dan Paskah dengan anak Domba Yesus Kristus. Paskah simbolis dan Paskah yang sebenarnya. Dengan kebangkitan Kristus itu, maka keselamatan atas manusia nyata dan dimulai. Berita kemenangan itulah yang dinyatakan oleh Yesus yang menyatakan Diri kepada murid-muridNya. Dan kabar baik itulah yang disebut Injil.
2. SAKSI SAKSI KEBANGKITAN : PEREMPUAN JUGA? Adalah bukan sebuah kebetulan, kalau saksi pertama kebangkitan Kristus adalah perempuan. Kalau dalam Kejadian 3 perempuan lebih dulu jatuh dalam godaan Iblis, Perjanjian Baru sebaliknya : mau menjawab bahwa perempuan lebih dulu menjadi saksi kemenangan atas dosa, yaitu kebangkitan. Pesan Alkitab jelas : Gereja dan masyarakat perlu menghargai laki-laki dan perempuan sederajat.. 3.
Benang merah dimana Allah juga memfungsikan perempuan dalam rencana keselamatan dan dalam pelayanan sebenarnya tampak jelas sejak manusia jatuh dalam dosa seperti tertulis dalam Kejadian 3:15 Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya." Jejak berikutnya muncul dalam nubuat nabi Yesaya tentang Imanuel : Yesaya 7:14 Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel, 4.
Dan nubuat itu digenapi dalam peristiwa kelahiran Yesus, seperti Matius mengingatkan dan mengutip kembali nubuat itu—: Matius 1:21- 23 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita. 5.
Puncak dari penghargaan Yesus adalah ketika perempuan justru menjadi saksi dalam penyaliban, penguburan, dan pasti yang terpenting adalah saksi pertama kebangkitanNya dalam diri Maria Magdalena dan perempuanperempuan lainnya : Markus 16:1, 2 Setelah lewat hari Sabat, Maria Magdalena dan Maria ibu Yakobus, serta Salome membeli rempah-rempah
- 19 -
untuk pergi ke kubur dan meminyaki Yesus. Dan pagi-pagi benar pada hari pertama minggu itu, setelah matahari terbit, pergilah mereka ke kubur. Bacaan
kita Lukas 23 : 56b.-24:12 menyaksikan hal yang sejajar dengan apa yang dilaporkan juga oleh Markus di sini. Uraian dengan mencoba menelusuri benang merah rencana penyelamatan yang Allah kerjakan serta penggenapannya nyata menunjukkan bahwa Allah juga memakai perempuan dalam melaksanakan rencanNya itu. Bahkan saksi pertama dari kemenangan Paskah itu ternyata di”berikan” kepada perempuan.
3. KEDUDUKAN PEREMPUAN DALAM SISTEM HUKUM AGAMA dan MASYARAKAT YAHUDI KUNO. Menurut hukum Yahudi waktu itu, seorang perempuan tak memenuhi syarat untuk menjadi saksi dalam pengadilan. Mereka dianggap pembohong, lemah dan emosional. Itulah sebabnya ketika pada Minggu Paskah, Maria Magdalena membawa berita tentang kubur yang kosong, Petrus dan murid lain sulit percaya, karena kebiasaan hukum yang sudah sedemikian melekat, membuat mereka tidak bisa mempercayai kesaksian, bila yang menyaksikan adalah seorang perempuan. Namun Yesus justru memberi kehormatan bagi perempuan yang dianggap “sumber dosa” (yang bikin Adam jatuh dalam dosa), dianggap lemah dan tak dapat dipercaya, tersisih, dsb. Mereka itu justru adalah saksi-saksi dalam kebangkitan dan dalam kerajaanNya. Ketika masyarakat dan budaya demikian meminggirkan perempuan, Yesus justru memberi penghargaan, tempat yang wajar dan mengasihi-nya. Memang, diukur dengan ukuran masyarakat, agama dan budaya pada jamannya, sikap Yesus itu adalah sebuah penjungkir-balikan sistem nilai. Tetapi sebenarnya sistem nilai itulah yang sudah terjungkir-balik, dan Yesus mengembalikannya sebagaimana dulu laki-laki perempuan dijadikan Allah. di Salah satu sikap yang paling mencolok adalah ketika Ia bercakap-cakap dengan seorang perempuan Samaria di sumur Yakub (Yoh.4). Lha kok bercakap-cakap berdua dengan seorang perempuan Samaria di sumur, di siang bolong lagi, dan ketika tak seorangpun mengambil air ; lha wong melewati daerah orang Samaria saja, bagi seorang Yahudi yang saleh dan terhormat, adalah sebuah pantangan. Ada tiga kehinaan melekat pada orang ini : perempuan, ke-Samaria-annya Dan bahwa ia seorang yang suka main serong. Dan… Yesus meminta seteguk air kepadanya!
- 20 -
Dengan sikapNya yang “aneh” itu Yesus tidak hanya bersikap ramah kepada perempuan itu, tapi Ia bahkan sudah mendobrak 5 aturan sosial Yahudi yang berlaku waktu itu : (1) melewati dan memasuki “wilayah haram”, (2) bercakap-cakap sendirian dengan seorang perempuan (haram bagi laki-laki Yahudi), (3) dengan perempuan yang rendah, peserong atau pezinah (ia sedang terlibat dalam hubungan gelapnya dengan laki-laki yang ke 6, semua orang tahu, dan seorang rabi Yahudi pantang bahkan memandang-nya atau menatap wajahnya sekalipun). (4) Bukan hanya perempuan pezinah, ia adalah perempuan Samaria. (5) Dan yang terakhir, ia meminta seteguk air kepada “makhluk najis” itu.. Sikap dan tingkah laku yang tak pernah terjadi itu telah mengejutkan perempuan Samaria itu dan para murid. “Masakan Engkau, seorang Yahudi minta minum kepadaku, seorang Samaria?” ungkap si perempuan. Dan muridmuridNya pun ”heran karena Ia sedang bercakap-cakap dengan seorang wanita” (Yoh. 4 : 9. 27). Aneh! Dan itu secara radikal membongkar temboktembok pemisah dan kotak-kotak sosial serta agama dan gender yang mengungkung kehidupaan manusia dalam kebencian. Kisah perjumpaan Yesus dengan Martha dan Maria dalam Luk.10:38-42 juga memberi kepada kita pelajaran. Mungkin Anda selama ini memahaminya berbeda dan tidak sampai disini. Biasanya, kita hanya memahami bahwa Martha jengkel terhadap Maria karena saudaranya itu tak membantunya di dapur, dan sebaliknya Yesus mengritik Martha karena ia memilih yang “jasmani”, sementara Maria dipuji karena ia memilih yang “rohani”. Sebenarnya, masalahnya tak sesederhana itu. Ada sejumlah “hukum” bagi perempuan yang sungguh membelenggu yaitu: perempuan hanya bertugas mengurus makanan, ia dilarang mempe-lajari Torat, bercakap-cakap dengan seorang rabi, dsb. Itulah yang menjeng-kelkan Martha sebagai wanita yang masih memegang tradisi dan menilai Maria telah melakukan penyimpangan. Maria hanyalah satu contoh. Selain dia ada banyak perempuan yang percaya kepada Yesus, menyertaiNya di depan publik, menjadi bagian dari murid Yesus. Beberapa di antaranya bahkan mendukung keuangan bagi pelayanan para murid (Luk. 8:1-3). Para rabi Yahudi biasanya tidak mengijinkan wanita melakukan seperti yang dilakukan oleh murid-murid (perempuan) Yesus. Begitu ketatnya aturan, sehingga bahkan seorang rabi pernah berkata : lebih baik membakar hukum dari pada membiarkan seorang wanita mempelajarinya.
4. RENUNGAN dan DORONGAN - 21 -
Pesan Alkitab yang kita pelajari jelas : Gereja dan masyarakat perlu menghargai laki-laki dan perempuan sederajat. Bagaimana dalam masyarakat kita? Berikut cuma sekedar contoh. Perempuan disebut “kanca wingking” (teman belakang). “Swarga nunut neraka katut” (Kalau masuk surga sekedar nunut, kalau suaminya jahat, betapapun baiknya perempuan, ya katut masuk neraka bersama suaminya). Dalam hal warisan : “Sepikul segendhongan”. (Anak- laki-laki dapat sepikul atau dua bagian, perempuan cuma segendongan atau satu bagian). Tugasnya ? (Maaf, bahasanya agak kasar) “Macak, masak, manak”. Tem-patnya? “Dapur, sumur, kasur”. Orang Belanda dan Jerman-pun membatasi, di Kitchen, kammer, kerken. Pokoknya perempuan harus melayani laki-laki, tinggal di rumah, dan tidak boleh terlalu berperan di masyarakat. Dengan kata lain, tempat perempuan : domestik, tempat laki-laki : publik. Kartini sudah lahir, dan menjadi pahlawan bagi kesetaraan hak-hak perempaun dan laki-laki, tapi tampaknya budaya yang didominasi kaum laki-laki tidak gampang berubah, termasuk yang berasal dari para perempuan sendiri. Bagaimana GKJ? Sebagai bagian dari masyarakatnya, harus diakui dulu juga agak diskriminatif terhadap perempuan. Tapi ada kemajuan. Ini bebera-pa data gerejawi : Sekitar tahun 30-an, yang berhak memilih anggota Majelis hanya warga laki-laki dewasa. Sekitar tahun 50-an, perempuan punya hak memilih, tapi tidak punya hak untuk dipilih. Tahun 60-an, pada prinsip-nya perempuan dapat dipilih untuk menduduki jabatan gerejawi, jadi secara prinsip sebenarnya boleh menjadi pendeta. Tapi Perempuan pertama ditahbiskan menjadi pendeta (bukan pendeta jemaat) baru pada tahun 1991. Sekarang? Memang sudah ada beberapa perempuan pendeta di GKJ tapi jumlahnya baru sekitar 30+ orang. Mengembangkan Komisi Warga Dewasa saja di banyak GKJ masih susah. Kalau perempuan dicampur dengan laki-laki dalam satu komisi kategorial, tidak bisa. Mengapa ? Karena ada banyak sekali perbedaan, termasuk yang berakar dari nilai budaya yang tak setara. Kesetaraan gender dalam kehidupan gereja sebenarnya amat indah sebagai salah satu kesaksian di tengah masyarakat dan kehidupan beragama, budaya. Mari kita sungguh-sungguh memberlakukannya, mulai dari rumah, gereja, sekolah, masyarakat, hukum, dst. Yesus sudah memulainya 2000 tahun yang lalu, masakan kita belum memberlakukannya!
5. BAHAN DISKUSI 1. Mengapa menerapkan kesetaraan gender tidak mudak dalam masyarakat kita? Laki-laki atau perempuan yang menjadi factor?
- 22 -
2. Bagaimana keadaan yang sebenarnya ada dalam keluarga dan gereja sekarang, apakah sudah bisa menjadi kesaksian bagi masyarakat umum? 3. Apakah laki-laki siap memberi tempat dan dukungan, dan perempuan siap untuk layak, untuk berperan, dihormati dan dihargai?
MATERI PA UMUM 2
PEREMPUAN ADALAH PENOLONG YANG SEPADAN DAN LAYAK DIHORMATI Kitab Kejadian 2 : 8-25, Surat 1 Petrus 3 : 7
A.
PENDAHULUAN Perempuan adalah sosok yang paling awal yang kita kenal dan yang paling awal pula yang berinteraksi dengan kehidupan manusia. Sebelum manusia lahir ke dunia pun, mereka sudah berinteraksi dengan ibunya selama sembilan bulan dalam kandungannya, belum ketika ia lahir dan tumbuh dewasa tak terhitung berapa banyak kita akan berinteraksi dengan sosok perempuan. Alkitab juga mencatat banyak hal tentang perempuan, bahkan tidak jauh-jauh dari perayaan Paskah yang baru saja kita hayati, kita juga boleh belajar bagaimana Allah memakai perempuan sebagai pribadi pertama yang mendapat karunia Tuhan, untuk bersaksi atas kebangkitan Kristus. Peran-peran seperti ini tentunya bukan suatu peran yang kebetulan, tatapi karena memang Allah mempunyai rencana dan berkenan memakainya untuk menunjukkan kemuliaanNya. Beberapa peran dari sosok perempuan dalam Alkitab yang dapat kita baca antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Hawa, Ibu Semua Manusia (Kejadian 3) Hagar, Orang Asing Yang Diterima Tuhan (Kejadian 16:1-16; 21:1-21) Rahab, Pelacur Berhati Emas (Yosua 2:1-24) Debora, Putri Ksatria (Hakim-hakim 4 & 5) Yael, Wanita Biasa Berhati Singa (Hakim-hakim 4:17-24; 5:6,24) Ruth, Teman Yang Setia (Kitab Ruth) Ester, Ratu Yang Berani dan Bijaksana (Kitab Ester) Maria, Ibu Yesus (Lukas 1:26-38, 1:39-56, 2:1-7, 2:21-38, 2:41-52, 4:16-30, 8:19-21) 9. Wanita Samaria di Depan Sumur (Yohanes 4:1-30) 10. Maria Magdalena, Wanita Dengan Cinta Yang Besar (Matius 27:55-56,
- 23 -
Markus 14:40-41, Matius 28:1-9, Yohanes 20:18) Selain nama-nama yang disebutkan diatas, ada juga perempuan-perempuan dari berbagai usia yang disebutkan dalam Alkitab dan menjadi contoh baik. Mereka tidak disebutkan namanya, tetapi mereka menjadi alat bagi Tuhan untuk menyampaikan maksud-Nya. Misalnya, seorang anak perempuan yang menjadi pelayan istri Naaman. Ia muncul dalam kisah Naaman Disembuhkan (2 Raja-raja 5:2,3). Gadis muda yang tidak disebutkan namanya ini menjadi pembuka jalan bagi Naaman untuk mengetahui dan menemukan jalan bagi kesembuhan sakit kustanya. Lalu kemudian ia memutuskan untuk tidak lagi menyembah allah lain selain Tuhan-nya Elia (2 Raja-raja 5:17). Di sisi yang lain, Alkitab juga menceritakan bagaimana seorang laki-laki dapat jatuh ke dalam dosa juga karena seorang wanita. Lihat bagaimana Daud yang tergoda oleh sosok Batsyeba dan akhirnya ia menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya. Namun dari sosok Batsyeba pula, kita dapat belajar bagaimana Allah juga tetap memberikan kasih karunia bagi setiap orang berdosa yang mau bertobat dan mau memulai kehidupan yang baru di dalam Tuhan, yaitu dengan memberikan mereka seorang anak yang kelak akan dikenal sebagai Raja Israel yang bijaksana yaitu Raja Salomo.
B.
KEHADIRANNYA MERUPAKAN RENCANA DAN KEHENDAK ALLAH. Allah menciptakan perempuan dari tulang rusuk laki-laki dan menjadikannya seorang perempuan (ay 21-22). Dari sini jelas bahwa kehadiran perempuan bukan karena permintaan laki-laki, tetapi karena kasih karunia Allah, yang melihat bahwa sosok laki-laki ciptaannya memerlukan penolong yang sepadan. Jadi kehadirannya merupakan suatu rencana dan kehendak Allah itu sendiri (ayat 18). IA menyediakan penolong bagi laki-laki, suatu pribadi yang dapat membantu dan memberi semangat yang melengkapi kekurangannya. Kata ‘neged’ yang diterjemahkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan kata ‘penolong’ memiliki arti jodoh, imbangan atau padanan. Dengan kata itu hendak dikatakan bahwa ‘penolong’ yang diberikan Tuhan itu adalah penolong yang serupa dan seimbang, tetapi tidak sama. Pertolongan itu merupakan tambahan dan pelengkap bagi kekurangan manusia dan meniadakan rasa sepinya. Manusia laki-laki diperhadapkan dengan satu tokoh yang diciptakan untuk dicocokkan, disesuaikan, dan dipadankan dengannya. Manusia laki-laki dan perempuan ditentukan untuk bertemu, berjumpa, berteman, bersahabat, bergaul bersama, menjalin interaksi timbal balik yang cocok untuk saling mengisi. Manusia laki-laki tanpa perempuan, menjadi kurang lengkap. Demikian pula sebaliknya. Keduanya berbeda, namun saling mengisi. Perbedaan itu bukan dalam hal derajatnya, namun dalam keunikan mereka sebagai mahluk yang diciptakan dan dibentuk oleh Allah secara khas sebagai hasil tangan-Nya sendiri (Yesaya 44:2, Yeremia1:5). Sebagaimana karya handmade atau buatan tangan,
- 24 -
tidak ada yang sama persis, demikian pula manusia bukan hanya jenis manusia laki dan perempuan, namun setiap manusia secara pribadi memiliki ciri khasnya sendiri, yang unik dan berbeda dengan yang lain. Itulah yang membuat manusia berharga di mata Tuhan. Demikian pula, sesuatu yang dibuat dengan tangan menjadi tinggi nilainya. Kita dapat membandingkan, batik tulis jauh bernilai tinggi daripada batik yang dibuat dengan sablon atau cetak. Perempuan juga mempunyai peran yang tidak kecil. Allah memberikan hak yang sama kepada Hawa, yaitu kehendak bebas. Mereka memiliki kebebasan untuk dapat memilih apa yang baik dan buruk. Maka kurang tepat kalau masih ada anggapan bahwa kehadiran perempuan malah menjadi penghalang bagi seorang laki-laki, justru kita secara bersama mendapat mandat dari Allah untuk mengelola dan memelihara ciptaanNya (ayat 15). Oleh sebab itu sudah sewajarnya sebagai laki-laki haruslah memberikan hormat dan tempat bagi perempuan. Bukan hanya karena ia seorang perempuan, tetapi juga karena ia adalah pribadi yang dihadirkan oleh Allah sendiri, sebagai penolong yang sepadan bagi laki-laki. Dari kitab Kejadian kita juga dapat belajar bahwa perempuan yang semestinya dapat menjadi penolong, tetapi justru membuat keputusan dan melanggar perintah Allah atas buah terlarang dan kemudian membagi pengalamannya ini dengan Adam, yang pada akhirnya kita dapat melihat keduanya jatuh ke dalam dosa. Ular membuka percakapan dengan Hawa. Ular mempertentangkan perkataannya dengan Firman Tuhan. Perkataan ular itu menimbulkan keragu-raguan terhadap Allah. Oleh karena perkataan Tuhan dikeraskan dan dilebih-lebihkan oleh ular, “Segala pohon dalam taman ini janganlah kamu makan buahnya”. Padahal Tuhan berfirman, “Semua pohon dalam taman ini boleh kau makan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kau makan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, patilah engkau mati.” Dengan perkataannya, ular menggambarkan kepada perempuan batas-batas kemanusiaannya, seolah-olah hal tersebut sebagai sesuatu yang buruk. Ia meyakinkan perempuan, bahwa hukum Allah adalah berdasarkan kekikiran hatiNya. Ular mempertentangkan perkataannya dengan Firman Allah. Ular menyangksikan kebenaran Firman Allah. Menaruh curiga dan meragukan Firman Allah, itulah pekernaan iblis, itulah akar segala dosa manusia. Hawa terhisab masuk percakapan dengan ular yang membawanya pada ketidaktaatan kepada Allah. Pada saat itulah, Hawa gagal melaksanakan tugasnya untuk menjadi ‘penolong yang sepadan’ bagi Adam. Namun, kesalahan itu tidak dapat ditimpakan kepada Hawa saja. Adam pun turut mengambil peran dalam keberdosaan mereka. Sebab, ia membiarkan dirinya terbawa godaan dan bujukan. Adam dan Hawa melupakan perintah yang diberikan Tuhan kepada mereka.
- 25 -
Kisah ini menjadi pengingat untuk kaum perempuan agar dapat menjaga diri dalam pergaulan, memiliki pengendalian diri yang baik sehingga ia dapat memerankan tugasnya sesuai dengan rencana Tuhan, yaitu menjadi penolong yang sepadan bagi kaum laki-laki. Sehingga ia menjadi layak untuk dihormati, bukan malah bertindak yang dapat menjauhkan sikap hormat itu sendiri. Demikian pula dengan kaum laki-laki, hendaknya mereka tetap menempatkan Tuhan sebagai yang terpenting dalam hidupnya.
C.
SALING MENGHORMATI SEBAGAI SESAMA PEWARIS Dalam interaksi laki-laki dengan perempuan khususnya dalam hal berumah tangga (1 Petrus 3 : 7 ), Petrus mengingatkan para suami (laki - laki) agar hidup bijaksana dengan isterinya (perempuan). Bijaksana artinya tidak ada sifat mementingkan diri sendiri, tatapi ada pengertian satu sama lain, dan para suami juga diingatkan agar menghindari perilaku yang tidak adil dan tidak semestinya terhadap istrinya, dan dapat menjadi teladan bagi istrinya. Selain hidup bijaksana, para suami juga diingatkan harus menghormati istrinya sebagai teman pewaris yang setara dari kasih karunia dan keselamatan Allah. ‘Hormatilah’ artinya sengaja memberikan hormat dengan rela dan suka cita, karena menyadari bahwa istrinya adalah perempuan yang dihadirkan oleh Tuhan sebagai penolongnya dan juga teman pewaris dari kasih karunia Allah Disamping itu Rasul Petrus juga mengingatkan para istri, bagaimana seharusnya bersikap di dalam kehidupan berumah tangga. Seperti rencana Allah menghadirkan perempuan bagi laki-laki, para istri pun harus senantiasa mencintai dan menolongnya sesuai kehendak Allah (1 Petrus 3:1-6) . Apabila kehidupan suami istri yang tidak disertai dengan kehidupan yang penuh pengertian dan penghormatan sebagai sesama anak Allah, maka akan merusak interaksinya dengan Allah itu sendiri. Perasaan tidak menghargai dan perilaku yang mementingkan diri sendiri, dapat memicu kemarahan, dan ketika itu terjadi mustahil dalam keluarga ada interaksi yang efektif dengan Tuhan melalui do’ado’a yang kita panjatkan.
D.
RENUNGAN Janji Tuhan untuk menyediakan penolong yang sepadan, tidak diperuntukan hanya bagi Adam saja. Artinya Tuhan tidak hanya menjadikan seorang penolong bagi Adam, tetapi juga penolong bagi setiap laki-laki pada masa sekarang. Juga perlu kita ketahui bahwa sejak dari permulaan manusia sudah diciptakan sebagai laki-laki dan perempuan, keduanya sama-sama ahli waris baik sebagai gambar Allah maupun penguasa atas bumi (kej 1 : 27), artinya keduanya perlu saling menghormati satu sama lain karena sebagai pribadi yang sama - sama mendapat mandat Allah untuk memelihara dan mengelola warisanNya.
- 26 -
Kita juga diingatkan bahwa sebagai perempuan secara pribadi maupun secara bersamaan dengan laki - laki dapat menjadi kreatif dan juga merusak apa yang telah Allah ciptakan buat umat manusia. Dari sosok Hawa kita dapat belajar bahwa perlunya berhati - hati dalam membuat pilihan dan menyelaraskan antara keinginan kita dengan kehendak Allah, sebelum akhrinya mereka secara bersama jatuh ke dalam dosa, karena tidak mengindahkan laranganNya. Begitu juga dalam hubungan suami - istri , secara bersama - sama perlu tumbuh rasa hormat satu sama lain dan wanita sebagai penolong yang sepadan kiranya perlu melengkapi dan mengingatkan suaminya untuk tetap tekun dan setia memegang janji Tuhan, untuk tetap menjaga anugerah keselamatan yang Tuhan telah berikan, dimana pada akhirnya suami juga harus mampu melihat bahwa istrinya semakin hari semakin menjadi penolong yang sepadan dengan dia. Dengan sikap penuh kasih dan hormat terhadap istri , maka tidak ada terlintas sedikitpun pikiran para suami, bahwa istrinya adalah seorang penghambat, justru pada akhirnya sebagai suami kita dapat berkata seperti Adam, "Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku".
E.
DISKUSI 1.
Menurut Bapak/Ibu, mengapa Allah perlu menciptakan perempuan bagi lakilaki sejak mulanya, dan menyebut perempuan sebagai penolong yang sepadan? Apakah yang dikehendaki Tuhan dengan rencana-Nya itu?
2.
Menurut Bapak/Ibu apakah yang dimaksud dengan sikap seorang istri yang tunduk kepada suami dan apa juga yang dimaksud dengan seorang suami yang mengasihi istri ?
3.
Menurut Bapak/Ibu kegiatan-kegiatan seperti apakah yang dapat dilakukan oleh seorang istri untuk dapat menjadi penolong yang sepadan bagi suami dan peran suami seperti apa yang perlu dilakukan terhadap istri agar dapat menjadi penolong yang sepadan ?
- 27 -
Materi PA Adiyuswa (untuk peserta)
PEREMPUAN ADIYUSWA, JADILAH TELADAN DALAM BERBUAT BAIK! Bacaan : Injil Yohanes 19:25-27, Surat Titus 2:3-7a
Ayat untuk dihafalkan : Titus 2:7a “Jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.”
A. PENDAHULUAN Presiden Pertama RI, Dr. Ir. Soekarno, adalah seorang tokoh politik yang juga seorang aktivis perempuan. Pemikiran beliau berkenaan dengan derajat hidup yang harus dimiliki kaum perempuan dituangkan dalam buku berjudul “Sarinah: Kewadjiban Wanita dalam Perdjoangan Republik Indonesia”, yang diterbitkan pertama kali pada tahun 1951. Buku itu ditulis ketika beliau merefleksikan keadaan kaum hawa Indonesia yang ketika itu hidup dalam kondisi yang memprihatinkan, setidaknya ketika kaum perempuan Indonesia berada dalam penjara tradisi. Ia juga mengkritisi bagaimana agama-agama yang tumbuh di Indonesia, kurang dapat mendukung para perempuan untuk dapat mengembangkan potensi mereka. Hal itu membuat para perempuan kurang menyadari harga diri mereka yang mulia, sebagai perempuan yang memiliki kekuatan untuk ikut serta membangun bangsa. Menurut beliau mengatur kehidupan negara dan masyarakat berarti berbicara tentang laki-laki dan perempuan. Dalam buku tersebut, Bung Karno menegaskan bahwa perempuan Indonesia memiliki peranan aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan yang kemudian pada akhirnya juga dituntut untuk mengisi kemerdekaan. Kaum perempuan dituntut untuk menjadi pribadi merdeka, cerdas, visioner dan disiplin. Oleh karena mereka kelak melahirkan generasi penerus bangsa. Ditubuh merekalah anak-anak yang
- 28 -
dikandungnya kelak jadi penerus bara revolusi dan anti kolonialisme. Satu-satunya yang membedakan antara laki-laki dan perempuan adalah perbedaan fisik. Bung Karno mengatakan, kaum perempuan harus menempatkan dirinya sebagai pribadi yang bermartabat, setidaknya dalam konteks pendidikan. Ilmu pengetahuan harus dijadikan pegangan bagi kelompok perempuan karena mereka adalah guru yang paling pertama bagi anaknya kelak. Kaum perempuan, menjadi rekan yang bekerja sama dengan kaum laki-laki untuk ‘mencetak’ generasi bangsa yang tangguh. Tugas perempuan yang cukup berat itulah yang membuat Bung Karno menghormati dan menghargai perempuan sebagai mahluk yang mulia.
B. PERAN PEREMPUAN DAN LAKI-LAKI YANG TERJUNGKIRBALIK Pemikiran Bung Karno mengingatkan kita pada kesaksian Alkitab tentang peran laki-laki dan perempuan. Alkitab memberikan kesaksian bahwa dunia yang diciptakan oleh Allah ini, diserahkan kepada manusia : laki-laki dan perempuan, untuk dijaga dan dihuni (Kej. 1:25,26). Allah mengatakan bahwa laki-laki dan perempuan yang mendapatkan mandat untuk memelihara ciptaan-Nya ini adalah sepadan (Kej.1:18). Perempuan akan menjadi penolong yang sepadan dengan laki-laki. Namun, dalam pelaksanaan mandat itu, terjadi penyimpanganpenyimpangan terhadap maksud Allah. Tata tertib, budaya, hukum dan bahasa yang diciptakan oleh manusia memposisikan perempuan sebagai pihak yang lemah. Bukan lagi sebagai ‘penolong yang sepadan’ bagi laki-laki. Dampaknya, alkitab yang ditulis dalam budaya patriakhi, dimana laki-laki memiliki kedudukan lebih tinggi daripada kaum perempuan, ‘seolah-olah’ ikut mendukung pendapat tersebut. Bagian yang seolah mendukung hal tersebut misalnya, jarang disebutkannya nama perempuan dalam alkitab. Ketika Tuhan Yesus memberikan makan kepada 5.000 orang, penulis Alkitab hanya menghitung kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan dan anak-anak tidak masuk dalam hitungan. Masyarakat membuat maksud Allah yang menempatkan perempuan sebagai mahluk yang sepadan dengan laki-laki, yang sama-sama memiliki tugas mulia dalam rangka mengelola kehidupan di atas bumi ini, menjadi terjungkirbalik. Dalam konteks seperti itulah, Yesus hadir diantara umat. Kehadiran Yesus mengembalikan kedudukan perempuan pada tempatnya yang semula. Perempuan sama berharganya dan sama haknya dihadapan Tuhan. Hal itu nampak misalnya, dalam sikap Yesus yang membiarkan Maria duduk dekat kaki Yesus dan terus mendengarkan perkataan-Nya (Luk.10:39).
C. PANDANGAN YESUS TERHADAP MARIA, SEBAGAI PEREMPUAN Melalui apa yang disaksikan dalam Injil Yohanes 19:25-27, kita dapat belajar bagaimana ‘cara’ Yesus memandang seorang perempuan. Secara khusus seorang perempuan tua yang melahirkan-Nya, yaitu Maria. Menurut Injil Yohanes, ketika
- 29 -
Tuhan Yesus disalibkan, ada 3 Maria yang berdiri di dekat salib, yaitu Maria ibu Yesus, Maria isteri Kleopas yang juga saudara Maria, dan Maria Magdalena. Berdiri juga di sana, murid yang dikasihi-Nya. Injil Yohanes tidak menceritakan detil apa yang dilakukan oleh mereka, kecuali ‘berdiri dekat salib Yesus’. Perasaan kehilangan yang mendalam memang seringkali sulit untuk digambarkan. Nampaknya, injil Yohanes justru hendak menggambarkan perasaan yang campur aduk dari orang-orang yang mengasihi Yesus ini dengan ungkapan yang minim, yaitu dengan ‘berdiri dekat salib’. Perasaan Maria ibu-Nya, tentulah sangat hancur. Sama hancurnya ketika seorang ibu atau ayah menyaksikan anaknya yang menderita amat sangat. Dalam kisah penyaliban Yesus yang diceritakan oleh ketiga injil lainnya, ditunjukkan para perempuan yang melihat kepada Yesus. Sedangkan dalam Injil Yohanes tidak disebutkan para perempuan ini memandang kepada Yesus. Sebaliknya, justru disebutkan, Yesuslah yang ‘melihat’ kepada Maria ibunya dan murid yang dikasihi serta murid-murid yang lain. Mungkin, penulis Injil ingin menceritakan kisah penyaliban Yesus dari sudut pandang Yesus. Di depan mata-Nya ia melihat perempuan yang melahirkannya hanya bisa memandanginya tanpa mampu mengucapkan sepatah kata. Seorang anak yang begitu mengasihi ibu-Nya, yang selalu memikirkan kebaikan ibu dan keluarga-Nya, tentulah Yesus memikirkan apa yang akan terjadi pada ibundanya setelah kepergian-Nya nanti. Segala sakit yang ditanggungnya tidak seberapa apabila dibandingkan dengan besarnya kasih-Nya kepada Maria. Yesus tidak memandang kepada diri-Nya sendiri. Tidak mengasihani diri sendiri. Yesus memandang perempuan yang melahirkan-Nya itu dengan penuh rasa empati. Maria, sebagai seorang ibu harus memperoleh perlindungan, rasa aman dan jaminan keselamatan di masa tuanya. Harus ada orang yang menjadi pelindungnya, yang menjadi temannya, yang memberikan sapaan dan yang mendampinginya secara spiritual. Maria memerlukan seseorang untuk menggantikan posisi Yesus. Mengingat konteks hidup masyarakat saat itu membuat kedudukan Maria menjadi lemah tanpa kehadiran Yesus sebagai puteranya. Oleh karena itu, Yesus membangun relasi antara Maria dan ‘murid yang dikasihi-Nya’. Yesus berkata, “Ibu, inilah anakmu!”, “Inilah ibumu!”.
D. PEREMPUAN TUA SEBAGAI TELADAN DALAM BERBUAT BAIK Sikap Yesus yang demikian terhadap ibu-Nya, bukan berarti para perempuan menjadi pihak yang lemah. Peran perempuan yang penting dapat dilihat dalam bagian alkitab yang lain. Dalam Titus 2:3-7a, Paulus memberikan nasihat kepada para perempuan tua untuk memanfaatkan pengalaman hidup yang mereka miliki untuk mendidik generasi muda. Didikan itu mencakup kehidupan beribadah, kehidupan dalam keluarga dan masyarakat. Waktu luang yang banyak, yang dimiliki para perempuan adiyuswa
- 30 -
hendaknya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang berguna. Sebab, waktu luang yang dibiarkan kosong akan membuat menggoda para perempuan untuk bercakapcakap tentang hal-hal yang kosong (fitnah). Paulus juga menasehatkan agar mereka jangan diperbudak oleh banyak anggur. Tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik, terutama kepada perempuan-perempuan muda. Sehingga mereka cakap dalam mengatur rumah tangganya. Hidup dengan bijaksana dan menjaga kesucian keluarga, baik hati dan taat kepada suaminya. Sifat-sifat tadi mencerminkan kepribadian baik seorang perempuan pada zaman itu. Nasihat Paulus kepada para adiyuswa perempuan ini tidak hanya agar mereka mendidik para perempuan muda. Namun juga agar mereka mendidik para laki-laki muda. Dalam ayat 6, dikatakan “nasihatlah mereka (para laki-laki muda) supaya mereka menguasai diri dalam segala hal.” Dengan demikian, maka para perempuan yang sudah sepuh ini, dapat menjadikan diri mereka sebagai teladan yang bagi generasi penerus dalam berbuat baik.
E. REFLEKSI Perempuan bernama Sarinah yang menjadi judul buku Bung Karno adalah seorang perempuan desa yang mengasuh beliau pada masa kanak-kanak. Konon, Sarinahlah yang mengajari Bung Karno untuk mencintai rakyat. Ajarannya itu bergulir setiap pagi. Ketika Sarinah memasak, Sukarno selalu duduk di samping Sarinah. Pada saat-saat seperti itulah Sarinah bertutur, “Karno, pertama engkau harus mencintai ibumu. Kemudian, kamu harus mencintai rakyat jelata. Engkau harus mencintai manusia umumnya.” (Cindy Adam, Soekarno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia). Perkataan Sarinah itulah yang selalu mengisi otak dan hati Bung Karno, sebelum makanan mengisi perutnya. Sarinah berasal dari kalangan ‘orang kecil’, pengalaman-pengalaman hidupnya itulah yang mendorongnya untuk mengajarkan kepada Sukarno bagaimana ‘orang besar’ seharusnya memperlakukan ‘orang kecil’. Sekalipun Sarinah adalah seorang perempuan sederhana yang tidak mengenyam pendidikan, tetapi Sarinah memiliki kebesaran budi. Apa yang dilakukan oleh Ibu Sarinah mampu menjadi penggerak bagi Bung Karno untuk menggerakkan sebuah bangsa yang menjunjung harkat kaum perempuan dan membangkitkan harga diri kaum perempuan. Segala tuturan Sarinah sedikit banyak ikut menjadi dasar dalam segala pandangan Bung Karno sehingga ia dapat menjadi tokoh politik yang besar dan dikagumi oleh dunia. Pada zamannya, nama ‘Sarinah’ menjadi inspirasi bagi para perempuan untuk maju dan memandang diri mereka sebagai perempuan yang memiliki harga diri. Masihkah semangat ‘Sarinah’ ini hidup dalam diri para perempuan adiyuswa saat ini? Pertanyaan ini patut kita refleksikan dalam terang firman Tuhan. Paulus memberikan nasihat kepada orang-orang tua, baik kepada perempuan tua maupun kepada para laki-laki tua. Para laki-laki yang tua hendaknya hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan (Tit.2:2). Demikian pula, para perempuan hendaknya dapat menjadi teladan dalam
- 31 -
berbuat baik bagi orang-orang yang lebih muda, baik itu perempuan muda maupun laki-laki muda. Dengan kekayaan pengalaman yang dimiliki, para perempuan tua dapat mendidik generasi penerus bagaimana cara hidup yang semestinya sebagai seorang Kristen, dalam hidup berkeluarga maupun bermasyarakat. Tentu akan menjadi indah apabila adiyuswa-adiyuswa Kristen dapat terus tanpa henti menanamkan nilai-nilai kebaikan Yesus setiap saat. Ketika mengantar dan menemani cucu bermain, ketika menyuapi mereka, ketika duduk duduk santai, dalam setiap kesempatan kepada generasi penerus. Segala pengajaran yang ditanamkan itu akan terus tergiang dan mewarnai kehidupan generasi penerus kita. Dengan cara itu, para adiyuswa memberikan warisan yang bersifat kekal kepada anak cucu, lebih berharga daripada warisan rumah, tanah, puluhan mobil, bongkahan emas permata atau harta benda dunia lainnya.
PERTANYAAN DISKUSI? 1. Diatas kayu salib, Yesus melihat Maria dan membangun ikatan kekeluargaan antara Maria dan murid yang dikasihi. Maria sebagai perempuan tua yang pantas untuk dihormati, dilindungi, dihargai dan memperoleh jaminan keamanan dan kesejahteraan hidup. - Menurut Bapak-bapak Adiyuswa, bagaimanakah seharusnya Bapak-bapak memandang dan memperlakukan para perempuan yang sudah lanjut usia? - Menurut ibu-ibu Adiyuswa, bagaimanakah seharusnya Ibu-ibu bersikap terhadap kaum Bapak dan bagaimanakah ibu-ibu memandang diri sendiri? 2. Dalam Titus 2:3-7a, Paulus memberikan nasihat kepada para perempuan tua agar mereka cakap dalam mendidik perempuan muda untuk memiliki kebaikan-kebaikan sesuai dengan konteks jaman waktu itu. Apabila nasihat Paulus tersebut kita tarik dalam kehidupan saat ini, menurut bapak/ibu adiyuswa, apakah yang perlu kita ajarkan atau wariskan kepada generasi penerus kita agar kehidupan mereka sebagai orang Kristen tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain?
- 32 -
Catatan : ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... - 33 -
...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ...................................................................................................................... ......................................................................................................................
- 34 -