Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
MENINGKATKAN PEMAHAMAN TENTANG MATERI BATU-BATUAN MELALUI METODE KARYA WISATA Rumiyanti (11130045 – ST) Mahasiswa Pendidikan Geografi IKIP Veteran Semarang Abstrak Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaranmenuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengenalkan kepada siswa mengenai metode karya wisata (2) Mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam kegiatan belajar memahami materi batu-batuan (3) Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengenal, memahami, dan menjelaskan mengenai materi batu-batuan. Permasalahan yang dihadapi siswa dalam belajar batu-batuan yaitu Hasil belajar siswa belum sesuai dengan harapan guru dengan kurangnya penjelasan yang lebih rinci mengenai materi dengan menggunakan metode karya wisata, Kurangnya minat siswa untuk belajar mengenal dan mempelajari IPS serta Kurangnya fasilitas dalam proses pembelajaran sehingga membuat siswa tidak tertarik / tidak antusias dalam menerima pembelajaran. Dengan menggunakan metode karya wisata siswa menemukan hal baru dalam belajar sehingga menumbuhkan semangat siswa untuk mempelajari materi batu-batuan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas praktek pembelajaran IPS secara berkesinambungan sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak. Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 siklus, yaitu siklus I dan siklus II. Objek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pilangsari Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I belum nampak hasil yang diharapkan dari penggunaan metode sebelumnya pada pembelajaran batu-batuan dengan nilai aspek kognitif 40%, afektif 49.65%, Psikomotorik 36.91% Pe. Sedangkan pada siklus II sudah menunjukkan hasil yang diharapkan dari penggunaan metode karya wisata pada pembelajaran batu-batuan yaitu dengan nilai aspek kognitif 89.41%, afektif 88%, dan psikomotorik 92,21%. Peserta didik sudah bisa menyesuaikan diri terhadap kegiatan pembelajaran menggunakan metode karya wisata. Beberapa peserta didik sudah berani bertanya kepada guru tentang materi batu-batuan. Kata kunci: Metode karya Wisata, Penelitian Tindakan kelas, Batu-batuan PENDAHULUAN Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan pada Sekolah Dasar. IPS Mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab (Hardini, 2012:172) Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang meliputi guru dan siswa yang saling bertukar informasi. Pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa dan siswi atau dalam lingkungan yang luas, yaitu JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
82
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa dan siswi yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia. Dalam kegiatan belajar mengajar IPS membahas manusia dengan lingkungannya dari berbagai sudut ilmu sosial pada masa lampau, sekarang, dan masa mendatang, baik pada lingkungan yang dekat maupun lingkungan yang jauh dari siswa dan siswi. Oleh karena itu, guru IPS harus sungguh-sungguh memahami apa dan bagaimana bidang studi IPS itu. IPS yang juga dikenal dengan nama social studies adalah kajian mengenai manusia dengan segala aspeknya dalam sistem kehidupan bermasyarakat. IPS mengkaji bagaimana hubungan manusia dengan sesamanya di lingkungan sendiri, dengan tetangga yang dekat sampai jauh. IPS juga mengkaji bagaimana manusia bergerak dan memenuhi kebutuhanhidupnya. Dengan demikian, IPS mengkaji tentang keseluruhan kegiatan manusia. Kompleksitas kehidupan yang akan dihadapi siswa nantinya bukan hanya akibat tuntutan perkembangan ilmu dan teknologi saja, melainkan juga kompleksitas kemajemukan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, IPS mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berhubungan dengan manusia dan juga tindakan-tindakan empatik yang melahirkan pengetahuan tersebut. Pusat Kurikulum mendefinisikan Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan suatu pendekatan interdisipliner dariaspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya (Pusat Kurikulum, 2006: 5). Pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaranmenuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. (Hardini, 2012: 172) Dalam pembelajaran ini, Guru menggunakan metode karya wisata. Keberhasilan metode karya wisata harus didukung adanya kerjasama antara guru dan siswa. Maksudnya guru harus mampu memotivasi siswa untuk mengikuti pelajaran dengan metode karya wisata ini, dan bagi siswa harus memiliki sikap yang positif terhadap pemberlakuan kebijaksanaan tersebut. Sikap adalah cenderung relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baikatau buruk terhadap orang atau barang tertentu. Jadi dengan adanya sikap yang positif dari siswa terhadap pengajaran dengan metode karyawisata diharapkan dapat menjadikan kegiatan belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang lebih baik.Fakta di lapangan tersebut memberikan inspirasi sekaligus motivasi bagi peneliti untuk melakukan tindakan peningkatan pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman Tentang Materi Batu-Batuan Melalui Metode Karya Wisata di Kelas V SD Negeri Pilangsari Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014” JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
83
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
KAJIAN PUSTAKA Pengertian Batuan Batuan (Rocks) adalah bahan padat bentukan alam yang umumnya tersusun oleh kumpulan atau kombinasi dari satu macam mineral atau lebih. Menurut Tim Bina IPA (2008: 121) Adapun batubatuan itu terdiri dari beberapa jenis, yaitu : 1) Batuan Beku Batuan yang terbentuk dari proses pembekuan/pengkristalan magma dalam perjalanannya menuju permukaan bumi, termasuk hasil aktivitas gunung api. a) Batuan beku dalam = batuan plutonik, batuan yg membeku jauh di bawah permukaan bumi, contoh: granit b) Batuan beku korok/gang = batuan intrusif / hipabisal, batuan yg membeku sebelum sampai ke permukaan bumi, contoh: granit porfir c) Batuan beku luar/leleran = batuan ekstrusif / efusif, batuan yg membeku di permukaan bumi, contoh: batuan vulkanis 2) Batuan Endapan Batuan yang terbentuk dari proses pengendapan bahan lepas (fragmen) hasil perombakan/pelapukan batuan lain yang terangkut dari tempat asalnya oleh air, es atau angin, yang kemudian mengalami proses diagenesa/pembatuan (pemadatan dan perekatan). a) Batuan sedimen klastik / mekanis = batuan yg terendapkan dari hasil rombakan batuan asal, contoh: konglomerat, breksi, batupasir, serpih, napal, batulempung b) Batuan sedimen organik = batuan yg berasal dari endapan bahan organis (binatang & tumbuhan), contoh: batugamping, batubara, batu gambut, diatomit c) Batuan sedimen kimiawi = batuan endapan akibat proses kimiawi, contoh: evaporit, travertin, anhidrit, halit, batu gips] d) Batuan sedimen piroklastik = batuan endapan hasil erupsi gunungapi berupa abu/debu, contoh: tufa 3) Batuan Malihan Batuan yang terbentuk dari proses perubahan batuan asal (batuan beku maupun sedimen), baik perubahan bentuk/struktur maupun susunan mineralnya akibat pengaruh tekanan dan/atau temperatur yang sangat tinggi, sehingga menjadi batuan yang baru. a) Batuan metamorf kontak/sentuh/termal = batuan malihan akibat bersinggungan dengan magma, contoh: marmer, kuarsit, batutanduk b) Batuan metamorf tekan/dinamo/kataklastik = batuan malihan akibat tekanan yang sangat tinggi, contoh: batusabak, sekis, filit c) Batuan metamorf regional/dinamo-termal = batuan malihan akibat pengaruh tekanan dan temperatur yang sangat tinggi, contoh: genes, amfibolit, grafit JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
84
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
4) Meteorit Meteorit adalah masa batuan sisa meteor yang berasal dari angkasa luar (biasanya pecahan asteroid) yang jatuh ke permukaan bumi akibat pengaruh gravitasi bumi. Meteorit ini dibagi menjadi tiga bagian yaitu: a) Meteorit Batu (Stony Meteorites) contoh : meteorit Jati-Pengilon, Selakopi, Glanggang, Cilimus, Jumapalo, Bandong, Meester Cornelis b) Meteorit Besi (Iron Meteorites) contoh : meteorit Prambanan & Rembang c) Meteorit Campuran (Mixture Meteorites) Contoh : Meteorit Batu, Meteorit Besi dan Meteorit Campuran Pengertian Karya Wisata Kata “ Karya wisata” berasal dari karya yang artinya kerja dan wisata yang berarti pergi. dengan demikian “ karya wisata berarti pergi bekerja, atau berpergian kesuatu tempat untuk bekerja, atau untuk tujuannya”. di dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar, pengertian karya wisata adalah Bahwa murid- murid akan mempelajari suatu obyek ditempat mana obyek itu terdapat. Dengan demikian, apa yang disebut dengan bekerja sebenarnya yang dimaksud ialah mempelajari sesuatu. (Jusuf Djajadisastra, 1981:10) Karya wisata atau field trip dalam pengertian pendidikan adalah kunjungan siswa keluar sekolah untuk mempelajari obyek tertentu sebagai bagian integral dari kegiatan kurikulum di sekolah, atau dengan kata lain bahwa karya wisata adalah suatu kunjungan kesuatu tempat di luar kelas yang dilaksanakan sebagai bagian integral dari seluruh kegiatan akademis dan terutama dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Karya wisata pada umumnya didorong oleh motivasi, mencari keterangan tentang hal tertentu, melatih sikap anak, membangkitkan minat, mengembangkan apresiasi, menikmati pengalamanpengalaman baru. (Fatah Syukur, 2005: 114).
METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas praktek pembelajaran mengenal Batuan secara berkesinambungan sehingg dapat meningkatkan hasil belajar anak. Penelitian tindakan kelas merupakan proses pengkajian melalui sistem yang berdaur ulang dari berbagai kegiatan pembelajaran yang terdiri atas empat tahap yang saling terkait dan berkesinambungan. Tahap-tahap tersebut yaitu: Perencanaan (Planning), Pelaksanaan (Action), Pengamatan (Observing), dan refleksi (reflecting).
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
85
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Setting Penelitian Penelitian dilakukan di SD Negeri Pilangsari 2 Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak, karena Peneliti bertugas di tempat tersebut sebagai Pendidik. Dengan penelitian pembelajara di Sekolah Dasar tempat tugas Peneliti sendiri, tentunya akan memudahkanbagi peneliti dalam memperoleh data sekaligus hasil dari penelitian akan langsung dapat diaplikasikan dalam pembelajaran selanjutnya. Nama Sekolah
: SD Negeri Pilangsari
Alamat
: Jalan
: Jalan Raya Demak – Wonosalam
Desa
: Pilangsari
Kecamatan
: Wonosalam
Kabupaten
: Demak
Provinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 595716
Status Tanah
: Milik Desa
Status Bangunan
: Milik Pemerintah
Status IMB
: Resmi
Jumlah Siswa
: 175
Jumlah siswa kelas 5 (Subjek penelitan) Perempuan
: 13
Laki-laki
: 16
Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri Pilangsari 2 Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Jumlah siswa kelas 5 (Subjek penelitan) Perempuan
: 13
Laki-laki
: 16
Fokus Penelitian Fokus penelitian untuk melakukan penelitian adalah selama 3 bulan waktu perencanaan sampai penulisan laporan hasi tersebut dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2014. 1. Kegiatan Siklus I
Waktu
a) Persiapan
22 Maret 2014
b) Pelaksanaan
23 Maret 2014
2. Kegiatan Siklus II
Waktu
a) Persiapan
28 Maret 2014
b) Pelaksanaan
29 Maret 2014 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
86
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Sumber Data 1. Sumber Data Lisan Berupa hasil wawancara antara Peneliti dengan subjek yang diteliti 2. Sumber Data Tulisan Berupa study literatur, buku laporan perkembangan siswa, serta data-data tertulis lainnya. 3. Observasi Berupa hasil pengamatan Peneliti terhadap unsur-unsur yang tampak dalam obyek penelitian dalam bentuk test Prosedur Penelitian Prosedur penelitian untuk memperoleh data tentang proses dan hasil yang dicapai pada penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengamatan 4. Refleksi Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan beberapa metode untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan antara lain sebagai berikut: 1. Observasi 2. Dokumentasi 3. Test
HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian Siklus I a. Rencana, Tindakan dan Pengamatan Sebagian besar siswa kelas lima SD Negeri Pilangsari beranggapan bahwa mata pelajaran IPS mempunyai tingkat kesulitan kedua setelah matematika. Penggunaan strategi mengajar yang tepat akan membantu menghilangkan anggapan dari siswa tersebut. Dalam hal ini penerapan metode dan pemanfaatan media pembelajaran secara tepat. Sebelum menerapkan metode karyawisata dalam penyampaian materi, penulis selaku pelaku penelitian menggunakan metode caramah. Tepat kiranya ketika materi yang berupa serangkaian cerita disampaikan melalui ceramah, namun menjadi kurang tepat manakala guru tidak mampu menguasai seluruh materi, maka pembelajaran menjadi bersifat kaku. Sedangkan bagi siswa akan menanamkan pada dirinya segudang hafalan dimana yang terjadi adalah mereka tidak menyukai mata pelajaran tersebut. Mungkin hanya ada beberapa yang menyukai namun masih banyak pula yang tidak suka Dari hasil pengamatan sikap oleh peneliti selaku pelaku (guru) disini, ketika penyampaian materi lewat ceramah, sikap siswa yang nampak adalah mereka bercerita sendiri, ngantuk, JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
87
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
melamun bahkan melakukan aktifitas diluar materi seperti menggambar ataupun bermain teka-teki dengan temannya. Hanya ada beberapa orang saja yang memperhatikan, selain itu siswa jarang terlihat bertanya ataupun berpendapat. Siswa menjadi terlihat pasif. Ketika akan menyampaikan contoh peristiwa atau bukti benda, guru hanya menyajikan dalam bentuk gambar, sehingga tidak begitu menarik perhatian siswa. karena siswa tidak mampu meraba, merasa dan menyentuh benda tersebut, yang ada hanya bayangan difikiran mereka. Hal ini menjadikan siswa tidak maksimal dalam mengikuti pembelajaran. Dalam hal nilai sekalipun menunjukkan bahwa siswa belum berhasil sebab hanya ada empat dari tujuh belas siswa yang nilainya melebihi KKM. Tabel 1. Aspek Penilaian Siklus 1 NO
Aspek yang dinilai
Persentase
1
Kognitif
40 %
2
Afektif
49,65 %
3
Psikomotorik
36,91%
b. Refleksi Setelah dilaksanakan pengamatan atas tindakan pembelajaran, selanjutnya diadakan refleksi terhadap kegiatan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi siklus I adalah guru dalam pelaksanaan pembelajaran belum berhasil, sebab dari beberapa aspek hasil belajar siswa belum menunjukkan nilai persentase 80%, ternyata masih berada di bawah ukuran yang telah ditetapkan. Sehingga dalam hal ini guru dianggap belum berhasil. Hasil Penelitian Siklus II a. Rencana, Tindakan dan Pengamatan Proses perencanaan penelitian menentukan materi pada siklus 2 yaitu mengenai Batuan. Materi tersebut selanjutnya ditulis pada RPP yang lengkap dengan soal latihan serta instrumen penelitian. Berpedoman pada RPP, guru merencanakan tempat tujuan wisata yang ada hubungannya dengan materi yang akan disampaikan yaitu Gunung Api Purba, Pantai Indrayanti dan Pantai Sudak. Agar lebih efektif dalam menentukan tujuan wisata maka mensurvei langsung ke lokasi yang sudah direncanakan sebelumnya. Pada obyek ini peserta didik mampu mengamati apa saja yang ada hubungannya dengan materi, selain itu mereka dapat merasakan, memegang dan melihat secara langsung bahan pelajaran. Dengan demikian akan merangsang minatnya, sebab kegiatan tersebut mampu memberikan kebebasan, yang sebelumnya kegiatan belajar hanya cenderung dilakukan di dalam kelas dengan berbagai perangkat, suasana sama sehingga membosankan. Ketika obyek wisata sudah ditetapkan langkah yang ditempuh guru selanjutnya adalah menentukan jadwal pemberangkatan wisata yaitu tanggal 29 Maret 2014, kemudian menginformasikan kepada siswa mengenai kegiatan yang akan dilakukan dan beberapa peralatan JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
88
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
yang dibutuhkan. Terakhir membentuk siswa menjadi beberapa kelompok tujuannya adalah agar anak dapat berlatih berkomunikasi dengan lainnya. Demi lancarnya kegiatan di lokasi, guru juga memberikan penjelasan kepada siswa mengenai obyek yang akan dikunjungi. Pengajaran dilakukan secara klasikal dan dalam penyampaian materi hanya secara singkat, sebab anak dituntut untuk menemukan sendiri bahan yang dipelajari melalui pengamatan di obyek wisata. Jika waktu yang ditetapkan berakhir tugas siswa selanjutnya adalah membuat ramgkuman mengenai pengamatan yang telah dilakukan. Guru memberikan penilaian terhadap laporan hasil kunjungan. Kemudian guru memberikan bimbingan kepada siswa untuk menyimpulkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada pembelajaran siklus I melalui hasil laporan kelompok dan pemberian test tertulis pada masingmasing siswa. Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami masalah atau kesulitan dalam melakukan tugas yang diberikan. Guru mengadakan pengamatan terhadap aktifitas siswa dan hasilnya serta memberikan penilaian. Pada dasarnya sikap anak sebelum dan sesudah pelaksanaan metode karyawisata mengalami permasalahan yang berbeda. Dari paparan masalah setelah penerapan menggambarkan adanya minat siswa. Peneliti menggunakan sistem Penilaian Acuan Patokan (PAP). Penilaian acuan patokan lebih mengutamakan apa yang dapat dilakukan peserta didik, kemampuan yang sudah dan belum dicapai, setelah manyelesaikan program pembelajaran. Sistem penilaian ini tidak membandingkan prestasi seorang peserta didik dengan peserta didik lain tetapi membandingkan dengan standar tujuan yang harus dicapai. Jika tidak mencapai tujuan berarti gagal dan harus diulang. Guru tidak menghitung rata-rata kelas sebab kriterianya sudah pasti. Oleh karena itu cara penilaian ini sangat baik digunakan guru pada saat berlangsungnya proses pembelajaran. (Farikhah, 2006:50). Dalam praktiknya peneliti menggunakan ukuran nilai ideal 90-100 dengan skor lima. Peserta didik dikatakan tuntas manakala menunjukkan nilai persentase 80%. Peneliti mengadakan penilaian dalam berbagai aspek diantaranya 1) Aspek kognitif Ketetapan isi laporan 2) Aspek Afektif, komponen yang dinilai: a) Menyiapkan alat dan bahan b) Melakukan kegiatan c) Laporanhasil kegiatan d) Produk hasil kegiatan e) Kemampuan berdiskusi 3) Aspek psikomotorik, komponen yang dinilai: a) Keaktifan b) Kreatifitas JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
89
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
c) Kerjasama d) Menemukan masalah e) Memecahkan masalah f) Keberanian berpresentasi g) Berpendapat h) Menghargai orang lain dan lingkungan Pelaksanaan siklus II berjalan lancar dan sangat baik.peneliti menganalisis materi siklus II termasuk kesukaran tinggi. Hasil dari pembelajaran siklus II dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Aspek Penilaian Siklus 2 NO
Aspek yang dinilai
Persentase
1
Kognitif
89,41 %
2
Afektif
88 %
3
Psikomotorik
92,21 %
b. Refleksi Seluruh siswa terlibat aktif baik kelompok maupun individu dalam mengerjakan tugas. Kerjasama dalam kelompok baik, saling membantu antara satu dengan yang lainnya. Siswa antusias mengikuti pembelajaran pada materi kenampakan buatan ini. Percaya diri nampak jelas yang ditunjukkan oleh masing-masing siswa dalam berdiskusi. Pembahasan Dari gambaran tabel persiklus menunjukkan peningkatan yang bagus mengenai penyampaian materi IPS melalui metode karyawisata. Agar lebih jelas lagi berikut tersaji kurva hasil penilaian per aspek Kognitif Grafik 1. Kurva Hasil Penilaian Kognitif
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
90
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Keterangan: K0
: Kognitif Pasiklus
K1
: Kognitif Siklus I
K2
: Kognitif Siklus II
K3
: Kognitif Siklus III Aspek Afektif Grafik 2. Kurva Hasil Penilaian Afektif
Keterangan ; A0
: Afektif Pasiklus
A1
: Afektif Siklus I
A2
: Afektif Siklus II
A3
: Afektif Siklus III Aspek Psikomotorik Gafik 3. Kurva Hasil Penilaian Psikomotorik
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
91
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
Keterangan : P1
: Psikomotorik Siklus I
P2
: Psikomotorik Siklus II
P3
: Psikomotorik Siklus III
Kenaikan nilai prosentase di sebabkan oleh : 1. Materi telah sesuai dengan kemampuan siswa. 2. Siswa lebih dapat memahami materi karena media pembelajaran ada pada lingkungan mereka secara konkrit sehingga jelas 3. Siswa antusias mengikuti pelajaran dengan metode karyawisata, tanya jawab, diskusi, pengamatan, dan wawancara menarik bagi siswa untuk berinteraksi dengan lingkungan. 4. Metode karyawisata, penugasan, dan diskusi sesuai dengan karakteristik siswa Kelas V yang cenderung lebih suka dengan teman-teman di sekitarnya dan lingkungan. 5. Rencana pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik. Dan telah melaksanakan penyesuaian rencana pembelajaran dengan memanfaatkan benda- benda yang ada di sekitar siswa. 6. Memberi perhatian khusus terhadap siswa yang berkebutuhan khusus . 7. Program telah sesuai dengan tingkat kemampuan, kompetensi dasar indikator, tujuan, dan pengelolaan yang mendukung keberhasilan pembelajaran. 8. Pelaksanaan pembelajaran sesuai urutan langkah- langkah pembelajaran serta penggunaan waktu yang efektif dan efisien. 9. Dengan
melaksanakan prosedur
yang
pernah
di
jalankan
dan meningkatkan inovasi
pembelajaran
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Peneliti di SD Negeri Pilangsari Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Tahun Pelajaran 2013/2014 dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Dari hasil penelitian, pembelajaran melalui metode karya wisata membawa dampak positif baik bagi guru maupun siswa. Guru dapat mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya, sedangkan siswa mendapatkan hasil belajar dan pengalaman belajar yang menyenangkan. 2. Hasil observasi menunjukkan perbedaan mengenai beberapa aspek KBM, sebelum dan sesudah penerapan metode karya wisata. Hasil laporan berupa nilai kognitif pada siklus 1 adalah 40% dan siklus 2 adalah 89,41%. Nilai aspek afektif pada siklus 1 adalah 49,65% dan siklus 2 88%. Nilai aspek psikomotorik pada siklus 1 adalah 36,91% dan siklus 2 adalah 92,21%.
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
92
Vol. 2 No. 1 Oktober 2014
DAFTAR PUSTAKA
Adriany, Norma, Ir.2010. Petunjuk Praktikum Batuan. Balikpapan. Fatah Syukur NC. 2005. Teknologi Pendidikan. Semarang: Rasail Jusuf Djajadisastra. 1981. Metode- Metode Mengajar. Bandung: Angkasa Krismawati. 2009. Upaya Meningkatkan Pembelajaran IPS Melalui Metode Karya WisataKelas V Madrasah Ibtidaiyah Baran Kecamatan Ambarawa Kecamatan Semarang Tahun Pelajaran 2009/2010. Semarang: STAIN Salatiga Mulyasa, E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetnsi, Konsep, Karakteeristik dan Implementasinya. Bandung: Remaja Rosdakarya Fathurrahman, Pupuh. 2007. Strategi Pembelajaran. Bandung: Insan Media Hardini, Asriani. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu. Yogyakarta: familia. Nisbah,
Faisal.
2013.
Pengertian
dan
Tujuan
Pelajaran
IPS
di
Sekolah
Dasar.
http://faizalnizbah.blogspot.com/2013/10/pengertian-dan-tujuan-pelajaran-ips-di.html (Diaskes pada tanggal 12 Februari 2013) Prayito. 2008. Metode Karya Wisata. http://prayito-matematika.blogspot.com/2008/12/metode-karyawisata.html (diakses pada 07 Februari 2013) Roestiyah NK. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Sudjana, Nana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: SInar Baru Algensindo. Sukmadinata, Nana Sayodih. 2005. Metode Penelitian Tindakan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Suharsimi Arikunto, 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara Wahyono, Iyandri Tiluk. 2013. Hakikat Pembelajaran IPS. http://gudangartikels.blogspot.com/2013/01/hakikat-pembelajaran-ips.html. (Diaskespada tanggal 12 Februari 2013) Yaba. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Progaram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Makassar: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar
JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN GEOGRAFI |
93