MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LINGKARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (Suatu Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 1 Tapa)
JURNAL
Oleh Nurhayati Lakare Nim. 411411032
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN IPA JURUSAN MATEMATIKA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 2015
LEMBAR PERSETUJUAN JURNAL
Jurnal yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa pada Materi Lingkaran melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem Based Instruction) Oleh NURHAYATI LAKARE NIM. 411 411 032 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji Pembimbing I
Pembimbing II
Dr. Tedy Machmud, S.Pd, M.Pd
Nursia Bito, S.Pd, M.Pd
NIP. 19690828 199403 1 002
NIP. 19800322 200501 2 003
Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika
Drs. Lailany Yahya, M.Si NIP. 19681219 199403 2 001
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATERI LINGKARAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH (PROBLEM BASED INSTRUCTION) (Suatu Penelitian terhadap Siswa Kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Tata) Nurhayati lakare1, Dr. Tedy Machmud2, Nursia Bito3 411411032 Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo Jalan Jendral Sudirman No. 6 Kota Gorontalo Telepon (0435) 827213 Fax (0435) 827213 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Tapa pada materi lingkaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction). Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-3 SMP Negeri 1 Tapa, yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan atau observasi, dan pemberian tes pada setiap akhir siklus pembelajaran. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada siklus I terdapat 4 dari 18 siswa (22,22%) yang dikenai tindakan memperoleh nilai di atas 60. Persentase keberhasilan siswa pada siklus I ini belum mencapai indikator kinerja yang ditetapkan, untuk itu perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya. Belum tercapainya indikator kinerja pada siklus satu, disebabkan presentase kegiatan guru mencapai 76,59% dan kegiatan siswa hanya mencapai 69,23% pada kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil yang belum mencapai indikator kinerja pada siklus I maka dilaksanakan perbaikan strategi pembelajaran pada siklus II. Hasil tindakan pada siklus II menunjukan bahwa 9 dari 15 siswa (60%) yang mengikuti tes siklus II, memperoleh nilai di atas 60. Hal ini disebabkan persentase kegiatan guru mencapai 92,44% dan kegiatan siswa mencapai 94,54% pada kategori baik dan sangat baik. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa “jika model pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem Based Instruction) diterapkan pada pembelajaran materi lingkaran , maka kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas VIII-3 SMP Negeri I Tapa tahun 2014/1015 dapat meningkat”. Kata Kunci: Kemampuan Pemahaman Konsep, Problem Based Instruction
ABSTRACT
This reserach is aimed to improved the understanding of SMP Negeri 1 Tapa students, class of VIII-3, in regards to tehe concept of circle material by applying problem- based instruction learning model. The srudens of SMP negeri 1 Tapa, class of VIII-3, with 10 male and 11 female studens, were the subject of the current strudy. The research has been conducted in two cycles with 4 components which are: planning, implementation of the action, observation, as well as analysis and reflection. The data have been collected by observing, and giving test in the end of each learning cycle. The result indicated that in the cycle 1, 4 of 18 students (22,22%) which were treated, got score above 60. This percentage of students’ success in cycle I was not achieved the indikator and it must be continued to the next cycle. This indicator that has not been achieved due to the persentage of teachers’ activity is 76,59 and the studens’ persentage achieved 69,23% in category of good ang very good. Based on the first cycle results that was not meet the indicator, the learning strategy has been improved in the cycle II. The treatment outcome of the cycle II showed that 9 of 15 students (60%), which have followed the test, got score above 60. This is due to the teacher activity’s percentage achieved 92,44% while the students’ activity percentage achieved 94,54% in category of good and very good. Therefore, if “the Problem –based Instuction learning model is applied in the course of cycle, the understanding of SMP Negeri 1 Tapa students, class of VIII-3 academic 2014/2015, will be improved. Keywords: Concept Understanding, Problem Based Instruction
1.
Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FMIPA, UNG
2.
Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, UNG
3.
Dosen Jurusan Matematika, FMIPA, UNG
PENDAHULUAN Pemahaman konsep merupakan pengetahuan yang dipelajari secara bermakna dan terintegrasi baik mengenai suatu topik, termasuk banyak hubungan logis diantara berbagai konsep dan gagasan spesifik (Ormrod, dalam Indrianti dkk, 2008: 344). Penguasan konsep merupakan tingkatan hasil belajar siswa sehingga dapat mendefinisikan atau menjelaskan sebagian atau mendefinisikan bahan pelajaran dengan menggunakan kalimat sendiri. Dengan kemampuan siswa menjelaskan atau mendefinisikan, maka siswa tersebut telah memahami konsep atau prinsip dari suatu pelajaran meskipun penjelasan yang diberikan mempunyai susunan kalimat yang tidak sama dengan konsep yang diberikan tetapi maksudnya sama. Untuk dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika harus didukung oleh beberapa faktor, diantaranya penguasaan guru akan materi pelajaran, tersedianya alat sarana dan prasarana, penguasaan metode pembelajaran dan kemampuan guru untuk memilih metode atau model pembelajaran yang tepat, sesuai materi yang diajarkannya sehingga tujan yang telah ditetapkan dapat tercapai secara optimal. Namun kenyataan di lapangan sangat berbanding terbalik dari apa yang diharapkan. Dewasa ini, selama proses pengajaran terkadang siswa hanya pasif menghapal, melihat apa yang dijelaskan guru dan bertanya apa yang telah disampaikan guru tentang konsep. Jarang siswa diberi arahan untuk bersifat kritis dalam upaya menemuka materi yang tersirat dari pelajaran matematika yang telah
dipelajarinya. Guru hanya menerapkan pembelajaran konvesional, pembelajaran konvesional merupakan pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh guru selama ini. Padahal kemampuan pemahaman konsep ini sangat penting dan wajib dimiliki oleh setiap siswa. Pentingnya kemampuan pemahaman konsep matematik juga tercantum pada tujuan pembelajaran matematika menurut Depdiknas tahun 2006 (dalam Wardani, 2015: 206) yaitu memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru matematika yang ada di SMP N 1 Tapa bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa dalam pembelajaran matematika masih sangat rendah, terutama pada materi geometri salah satunya materi lingkaran. Mereka masih sangat sulit untuk menangkap konsep yang tersirat dalam materi yang telah mereka pelajari, sehingga siswa kurang tertarik dan kurang aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dari fakta tersebut dapat kita lihat bahwa pemahaman konsep siswa masih sangat minim. Hal ini dikarenakan pembenahan pendidikan matematika sekolah belum berhasil dan penggunaan metode dan model pembelajaran masih kurang tepat. Rendahnya pemahaman konsep siswa dapat dilihat dari hasil tes awal kemampuan pemahaman konsep yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 Maret di SMP N 1 Tapa. Berdasarkan hasil tes awal kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh siswa per indikator adalah menyatakan ulang sebuah konsep yaitu 10% kategori sangat rendah, mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhinya atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut yaitu 50% kategori
sangat rendah, menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu yaitu 47,5% kategori sangat rendah, mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah yaitu 42,5% kategori sangat rendah. Sehingga rata-rata dari yang diperoleh siswa per indikator adalah 37,5% kategori sangat rendah. Dari hasil tes awal tersebut terlihat bahwa tingkat pemahaman konsep siswa masih tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan kebanyakan siswa hanya dapat mengidentifikasi unsur-unsur yang diketahui dan yang ditanyakan, sedangkan untuk menerapkan konsep secara algoritma pada pemecahan masalah masih salah atau hanya memberikan jawaban spekulasi. Hamdani, dkk (2012: 82) mengatakan bahwa pemahaman konsep sangat diperlukan bagi siswa yang sudah mengalami proses belajar. Pemahaman konsep yang dimiliki siswa dapat digunakan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada kaitan dengan konsep yang dimiliki. Dalam pemahaman konsep siswa tidak hanya sebatas mengenal tetapi siswa harus dapat menghubungkan satu konsep dengan konsep yang lain. METODOLOGI Tempat penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Tapa. SMP Negeri 1 Tapa. Selurus subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Tapa pada tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah keseluruhan 224 siswa. untuk kemudian diambil subjek yang akan diteliti 21 siswa dengan mengambil satu kelas yang heterogen yaitu kelas VIII-3.
Penelitian ini merupakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Pelaksanaan penelitian tindakan berlangsung dalam siklus berulang. Banyaknya siklus yang dilaksanakan nantinya disesuaikan dengan dampak dari pelaksanaan tindakan. Apabila pada akhir pelaksanaan siklus I hasil evaluasi siswa belum mencapai indikator, maka akan dilaksanakan siklus tambahan yaitu siklus II. Siklus tambahan akan terus dilaksanakan sampai hasil evaluasi siswa memcapai indikator. Secara garis besar terdapat emapat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, (4) refleksi. Hubungan dari komponen-komponen dari penelitian tindakan ini dipandang sebagi siklus yang dapat digambarkan sebagai berikut. Perencanaan Refleksi
SIKLUS I
Pelaksanaan
Pengamatann Perencanaan SIKLUS II
Pelaksanaan
Pelaksanaan
Pengamatann
? Gambar 3.1. Hubungan Komponen-komponen Penelitian Tindakan Kelas Arikunto dkk (2008: 16)
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan kegiatan guru menyajikan materi berdasarkan model pembelajaran Problem Based Instruction pada pembelajaran siklus I terdapat pada lampiran . Berikut ini data rata-rata hasil pengamatan guru pada siklus I. Tabel 4.1. Rata-rata Hasil Pengamatan Kegiatan Guru Siklus I.
No
Kriteria yang
Jumlah
Diamati dan Dinilai
(J)
Nilai (N)
J N
Persentase
-
4
-
-
1
Sangat Baik (SB)
2
Baik (B)
12
3
36
%
3
Cukup (C)
5
2
10
21,27%
4
Kurang (K)
1
1
1
2,12%
Total
18
57
100
Pengamatan kegiatan siswa yang dilakukan oleh teman sejawat selama proses pembelajaran berlangsung. Pengamatan kegiatan siswa difokuskan pada 11 aspek. Hasil pengamatan kegiatan siswa dalam proses kegitan belajar mengajar terdapat pada lampiran . Berikut ini rata-rata hasil pengamatan kegiatan siswa siklus I.
Tabel 4.2. Rata-rata Hasil Pengamatan Kegiatan Siswa pada Siklus I.
No
Kriteria yang
Jumlah
Diamati dan Dinilai
(J)
Nilai (N)
J N
Persentase -
1
Sangat Baik (SB)
-
4
-
2
Baik (B)
6
3
18
%
3
Cukup (C)
3
2
6
23,07%
4
Kurang (K)
2
1
2
11,53%
Total
11
26
100
Untuk mengukur tingkat daya serap siswa atau kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi unsur-unsur, keliling dan luas lingkaran, dilakukan evaluasi tertulis menggunakan tes essay (tes uraian). Soal yang diberikan berjumlah 14 butir soal. Berikut ini hasil nilai tes tertulis siklus I Tabel 4.3. Persentase nilai tes tertulis siklus I No 1
Skor Capaian Kurang dari
2 Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase (%)
14
77,77
4
22,22
18
100
Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa pada materi lingkaran dengan lebih akurat, maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes tertulis siklus I. Analisis hasil tes tertulis dilakukan untuk mengetahui ketercapainya tiap indikator keberhasilan pemahaman konsep matematika siswa. Berikut hasil analisis tes tertulis siklus I siswa.
Tabel 4.4. Persentase indikator kemampuan pemahaman konsep Persentase
Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep
(%)
Kemampuan menyatakan ulang konsep yang dipelajari.
43,51
Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi 43,05
atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. Kemampuan menggunakan dan memanfaatkan serta memilih
43,05
prosedur atau operasi tertentu. Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma pada pemecahan
40,27
masalah. Rata-rata
42,47
Hasil pengamatan guru yang menyajikan materi berdasarkan model pembelajaran Problem Based Instruction terdapat pada lampiran. Berikut rata-rata hasil pengamatan kegiatan guru selama proses pembalajaran. Tabel 4.5. Rata-rata persentase hasil pengamatan guru
No
Kriteria yang
Jumlah
Diamati dan Dinilai
(J)
Nilai (N)
J N
Persentase
1
Sangat Baik (SB)
1
4
4
%
2
Baik (B)
15
3
45
84,90%
3
Cukup (C)
2
2
4
7,54%
4
Kurang (K)
-
1
-
Total
18
53
100
Pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat yang bertindak sebagai observer. Pengamatan aktivitas siswa difokuskan pada 11 aspek aktivitas siswa. Berikut rata-rata hasil pengamatan aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Tabel 4.6. Rata-rata persentase hasil aktivitas siswa
No
Kriteria yang
Jumlah
Diamati dan Dinilai
(J)
Nilai (N)
J N
Persentase
1
Sangat Baik (SB)
1
4
4
%
2
Baik (B)
8
3
24
82,75%
3
Cukup (C)
2
2
4
13,79%
4
Kurang (K)
-
1
-
-
29
100
Total
untuk mengukur daya serap atau tingkat pemehaman konsep siswa pada materi hubungan sudut pusat, panjang busur dan luas juring, dilakukan evaluasi dengan mengunakan tes essay (tes uraian) dengan jumlah soal yaitu 8 butir soal. Berikut ini rata-rata hasil tes kemampuan pemahaman konsep siswa. Tabel 4.7. Persentase nilai tes siklus II No 1
Skor Capaian Kurang dari
2 Jumlah
Jumlah Siswa
Persentase (%)
6
40%
9
60%
15
100
Untuk mengetahui tingkat pemahaman konsep siswa secara lebih akurat pada materi hubungan titik pusat, panjang busur dan luas juring, maka perlu dilakukan analisis terhadap hasil tes tertulis pada siklus II. Analisis hasil tes tertulis dilakukan untuk mengetahui tercapainya indikatort keberhasilan pemahaman konsep siswa pada materi hubungan titik pusat, panjang busur dan luas juring. Berikut ini hasil analisis tes tertulis siklus II.
Tabel 4.8. Persentase indikator kemampuan pemahaman konsep
Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Kemampuan menyatakan ulang konsep yang dipelajari.
Persentase (%) 65
Kemampuan mengklasifikasikan objek-objek berdasarkan dipenuhi atau tidaknya persyaratan yang membentuk konsep tersebut. Kemampuan menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu.
63,33
68,33
Kemampuan menerapkan konsep secara algoritma pada pemecahan 73,33
masalah. Rata-rata
67,5
Dari hasil penelitian, baik pada siklus I maupun siklus II menunjukan adanya peningkatan kualitas pembelajaran, baik menyakut aspek-aspek kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru maupun aspek-aspek aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Peningkatan kualitas pembelajaran dan tindakan yang dilakukan pada pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction telah dilakukan berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya, sehingga tindakan yang dilakukan telah memenuhi indikator keberhasilan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Instruction.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematika siswa di kelas VIII-3 SMP Negeri I Tapa mengalami peningkatan setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Instruction), khususnya pada materi lingkaran. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamdani, Dedy dkk. 2012. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif dengan Menggunakan Alat Peraga terhadap Pemahaman Konsep Cahaya kelas VIII di SMP Negeri I Bengkulu. ISSN 1412-3617. Tersedia http://www.google.co.id/url?q=http://repository.unib.ac.id/6693/1/10.%2520 Isi%2520vol%2520x%25202012%2520%2520Dedy%2520Hamdani%2520079088.pdf&sa=U&ved=0CBIQFjAAahUKEwiD2KrjjpbGAhWmJKYKHd6k AHI&usg=AFQjCNFY_ztG5RLHK9NSlCKZOoKG1idjug. Diakses 30 Desember 2014. Indrianti, Wahyu dkk. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Erlangga. Wardani, Sri. 2015. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTS untuk Optimalisasi Tujuan Mata Pelajaran Matematika. Yogyakarta: Depdiknas PPP-Pendidikan dan Tenaga Pendidik Matematika. [online], tersedia di http://p4tkmamatematika.org/file/produk/paket%20fasilitas%/smp/analisis% 20si%20dan%20skl%20matematika%20smp.pdf. Diakses tanggal 30 Januari 2015.