MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi Devisi Persuteraan Alam Ciomas. Waktu penelitian dimulai dari Juni 2011 sampai dengan Agustus 2011. Materi Ulat Sutera Ulat sutera yang digunakan dalam penelitian ini adalah ulat sutera (Bombyx mori L.) yang merupakan persilangan dari ulat sutera ras Jepang dan ras Cina, dengan kode 108, 808, 806, 903, (kode angka pertama merupakan tempat asal dan angka ketiga merupakan urutan jenis ulat) dan bibit komersial C301 serta BS09 sebagai kontrol. Telur persilangan ulat sutera diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, divisi Persuteraan Alam. Telur bibit komersial C301 diperoleh dari Pusat Pembibitan Ulat Sutera Candiroto, Jawa Tengah dan BS09 diperoleh dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan rehabilitasi Persuteraan Alam Ciomas. Jumlah ulat yang dipelihara 1800 ekor. Bahan-Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kapur dan kaporit dengan dosis 5:95 (ulat kecil) dan 10:90 (ulat besar) sebagai desinfektan, cairan karbol sebagai sanitizer, kapur, formalin dan PK untuk fumigasi, serta daun murbei (M. chatayana) sebagai pakan ulat sutera. Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan digital, sasag, rak, stand untuk sasag, tudung saji, keranjang daun, ember, baskom, pinset, kaca pembesar, bulu angsa (untuk mempermudah menghitung ulat kecil), sapu, alat tulis, kertas parafin, koran bekas (untuk alas), tali rafia, sapu tangan, kain untuk penutup daun, triplek dari fiber (untuk penutup tudung saji), ayakan plastik, sikat, termohigrometer, kamera digital dan seriframe (tempat pengokonan). Seluruh peralatan sekitar 2-3 hari sebelum digunakan dalam pemeliharaan ulat seluruh peralatan disucihamakan menggunakan larutan kaporit 0,5% (5 gram
kaporit dilarutkan dalam 5 liter air) kecuali termohigrometer, timbangan digital dan kamera digital. Prosedur Ruang dan Kandang Pemeliharaan Ruang pemeliharaan ulat berdinding semen, dengan lantai keramik, dan atap asbes serta ventilasi yang cukup. Rak penempatan tundung saji terbuat dari besi dan ukuran ruangan 6 x 4 m. Pada siang hari ruangan dikipasi dengan kipas angin untuk menurunkan suhu dan meningkatkan kelembaban. Ruang pemeliharaan ulat dapat dilihat pada Gambar 5.
(a)
(b)
Gambar 5. (a) Rak Pemeliharaan Ulat Sutera (b) Lantai Ruang Pemeliharaan Pembuatan Desinfektan Desinfektan digunakan sebagai antiseptik untuk menghindari adanya kontaminasi dari bibit penyakit. Kontaminasi dapat disebabkan karena penyakit pada saat pemeliharaan. Ruang didesinfektan dengan menggunakan campuran kaporit dan formalalin. Desinfektan lantai dan alat dibuat dengan mencampurkan 100 gram kaporit dalam 5 liter air. Desinfeksi Ruangan dan Peralatan Pemeliharaan Perlakuan dalam pemberian desinfektan yang ideal untuk ruang dilakukan sebelum pemeliharaan ulat sutera, selama pemeliharaan, dan setelah kegiatan pemeliharaan ulat sutera. Disinfektan sebelum pemeliharaan dilakukan dengan cara fumigasi. Hal ini bertujuan untuk mematikan segala kuman penyakit pada lantai, dinding ruang pemeliharaan, dan alat pemeliharaan yang akan digunakan dalam pemeliharaan. 11
Seluruh alat yang digunakan dalam pemeliharaan baik yang bersentuhan langsung dengan ulat sutera maupun tidak, dimasukkan ke dalam ruang pemeliharaan saat akan didesinfeksi. Proses desinfeksi ruang pemeliharaan dilakukan setelah seluruh ruangan bibersihkan, lubang ventilasi udara, jendela, dan pintu ditutup rapat. Penutupan bertujuan untuk menghindari keluarnya gas formalin desinfektan dari ruangan. Setiap 10 m2 diperlukan PK 25 gram dan formalin 0,5 liter. Proses fumigasi yaitu PK (Permanganat Kalicus) dituangkan pada wadah lalu ditambahkan formalin. Seketika itu juga akan keluar asap dengan bau menyengat. Penyemprotan desinfektan dilakukan 4 hari sebelum kegiatan pemeliharaan. Ruang pemeliharaan yang telah difumigasi, lantai dibersihkan kembali dengan menggunakan larutan campuran 100 gram kaporit dalam 5 liter air. Hal ini dilakukan untuk mengurangi bau menyengat yang masih tersisa. Persiapan Ruang Pemeliharaan Langkah awal sebelum melakukan pemeliharaan ulat sutera yaitu persiapan ruang pemeliharaan. Dilakukan desinfeksi sebelum pemeliharaan ulat berlangsung. Desinfeksi bertujuan untuk mematikan segala kuman-kuman penyakit pada lantai, dinding ruangan pemeliharaaan dan alat-alat pemeliharaan yang akan dipergunakan. Desinfeksi menggunakan dengan larutan kaporit atau formalin dengan konsentrasi 0,5%. Seluruh ruangan disemprot dengan larutan kaporit sebanyak 1-2 liter larutan per meter persegi luas ruangan. Penyemprotan dilakukan sekitar 5 hari sebelum digunakan untuk pemeliharaan. Fumigasi dilakukan 2 kali yaitu 7 hari dan 2 hari sebelum ruangan digunakan. Penetasan dan Pemindahan Ulat Telur yang akan ditetaskan 10 hari sebelumnya dimasukan ke dalam inkubasi setelah dikeluarkan dari cold storage. Kelembaban pada saat inkubasi adalah 75% 80% dan suhu penyimpanan 20-25 ºC. Apabila telur terlihat bintik biru (blue body) sekitar 2-3 hari sebelum menetas, kemudian telur dimasukan ke ruang gelap. Setelah telur banyak yang sudah menetas kemudian penutup dibuka dan letakan pada ruang terang serta diberi penerangan secukupnya agar ulat yang belum menetas terangsang untuk menetas.
12
Setelah telur sudah menetas semua kemudian dipindahkan ke kotak pemeliharaan, dan sasag dialasi kertas parafin atau kertas minyak. Pemindahan dilakukan sekitar pukul 08.00-09.00 WIB. Tutup kotak penetasan dibuka, kemudian diletakan di atas sasag sehingga ulat menyebar pada sasag. Kemudian ulat didesinfeksi tubuhnya dengan menggunakan kapur halus dan kaporit. Perbandingan kapur 95% dan kaporit 5%. Beberapa menit kemudian ulat diberi pakan daun murbei (M. chatayana) yang dipotong-potong antara 0,5 – 1 cm. Pada sasag diberi penutup dan dibuka saat pemberian pakan untuk menjaga suhu dan kelembaban serta gangguan binatang lain. Pemberian Pakan Pemberian pakan dilakukan tiga kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore. Pakan yang diberikan yaitu daun murbei (M. chatayana). Untuk mempermudah ulat mengkonsumsinya daun dipotong-potong. Instar I potongan sekitar 0,5 – 1 cm, instar II antara 1,5 – 2 cm, instar III antara 3 – 4 cm, dan untuk instar IV dan V daun tidak dipotong-potong langsung diberikan. Instar IV dan instar V pemberian pakan dilakukan empat kali yaitu pagi, siang, sore dan malam. Setiap setelah pemberian pakan, sasag tempat pemeliharaan ditutup dengan penutup untuk mencegah dimangsa oleh binatang dari luar. Perlakuan Saat Pergantian Kulit Setiap pergantian instar ulat mengalami tidur dan berganti kulit. Apabila ulat kurang lebih 90% tidur, kemudian ditaburi kapur dan daun kering agat ulat tidak makan. Setelah ulat bangun ditaburi desinfektan untuk melindungi kulitnya yang masih sensitive. Kemudin sekitar 30 menit setelah pemberian desinfektan diberi pakan (Gambar 6). Penimbangan Ulat Setiap Awal Instar dan Akhir Instar Mengetahui pertumbuhan ulat dilakukan penimbangan setiap awal instar dan akhir instar. Pengukuran bobot tubuh dilakukan dengan cara menimbang 30% dari ulat sutera yang dipelihara dan diambil secara acak pada setiap pergantian instar sebelum pemberian pakan pertama.
13
Gambar 6. Pemberian Desinfektan Penimbangan Sisa Pakan Penimbangan sisa pakan dilakukan pada pagi hari, untuk mengetahui jumlah konsumsi ulat setiap harinya. Penimbangan dilakukan dengan menggunakan timbangan digital dan timbangan duduk. Pembersihan Sasag dan Pencegahan Penyakit Pemeliharaan ulat sutera agar tidak mudah terkena penyakit yaitu dilakukan pembersihan alas pada sasag. Pada ulat kecil penggantian alas dilakukan pada saat setelah ulat bangun dan pemberian desinfektan. Sasag dibersihkan dengan mengganti alas koran. Fase ulat besar penggantian alas dilakukan setiap hari. Ruang pemeliharaan lantai dibersihkan. Pengokonan Ulat mulai memproduksi kokon pada akhir instar V, yakni pada umur 22 hingga 25 atau 26 hari. Tanda-tanda ulat akan mengokon adalah tidak makan, tubuhnya bening, dan gelisah. Ulat yang sudah memperlihatkan tanda-tanda akan mengokon kemudian diletakkan di alat pengokonan (seriframe) (Gambar 7). Sekitar lima hari setelah ulat mengokon, kokon dapat dipanen. Kokon yang sudah dipanen dibersihkan dari flosnya.
14
Gambar 7. Pengokonan Ulat Sutera Rancangan Percobaan Perlakuan Perlakuan terdiri atas persilangan antara Ras Jepang dengan Ras Cina kode 108, 806, 808, dan 903 beserta resiproknya serta bibit komersial C301 dan BS09. Penelitian ini terdiri atas enam taraf perlakuan dengan tiga ulangan. H1
: betina kode 808 disilangkan dengan jantan kode 108
H2
: betina kode 903 disilangkan dengan jantan kode 806
H3
: betina kode 806 disilangkan dengan jantan kode 903
H4
: betina kode 108 disilangkan dengan jantan kode 808
H5
: bibit ulat sutera komersial C301
H6
: bibit ulat sutera komersial BS09
Model Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap, model rancangan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut : Yij = µ + τi + εij
15
Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan persilangan ke-i dan kelopok ke-j
µ
= Rataan umum pengamatan persilangan
τi
= Pengaruh persilangan pada taraf ke-i (i = H1, H2, H3, H4, H5, H6)
εij
= Pengaruh galat percobaan persilangan ke-i pada kelopok ke-j
Uji lanjut yang digunakan bila hasil analisis ragam berbeda nyata yaitu Uji banding Tukey. Peubah yang Diamati 1.
Peubah yang akan diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Bobot badan larva setiap instar, dapat dihitung dengan cara berat badan awal instar dikurangi berat badan akhir instar.
2.
Pakan yang dikonsumsi ulat, dapat dihitung dengan cara bobot daun awal dikurangi bobot daun akhir (penimbangan dilakukan setiap hari).
3.
Konversi pakan dihitung dengan cara konsumsi berat kering dibagi pertambahan bobot badan Konversi pakan = Konsumsi berat kering Pertambahan bobot badan
4.
Mortalitas ulat dihitung dengan cara jumlah larva awal instar dikurangi jumlah larva akhir instar, dibagi jumlah larva awal instar dikali 100%.
16