MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan, yaitu dari bulan Januari sampai Februari 2011. Pelaksanaan penelitian dilakukan di peternakan kambing perah Cordero, peternakan kambing perah Prima Fit, peternakan kambing perah milik Bapak Purwadi dan PT Gizi Dewata Utama. Analisa susu dilakukan di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Materi Penelitian Ternak Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kambing Peranakan Etawah betina laktasi yang tidak dibatasi umur dan bobot badan. Kambing yang diamati berjumlah 51 ekor yang terdiri dari 13 ekor pada peternakan Cordero (kondisi A), 13 ekor pada peternakan Prima Fit (kondisi B), 12 ekor pada peternakan milik Bapak Purwadi (kondisi C) dan 13 ekor pada PT Gizi Dewata Utama (kondisi D). Kambing Peranakan Etawah yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 1. (a). Kambing PE Kondisi A, (b). Kambing PE Kondisi B, (c). Kambing PE Kondisi C, (d). Kambing PE Kondisi D.
15
Peralatan Peralatan yang digunakan adalah alat tulis, timbangan pakan untuk menimbang pakan, gelas ukur untuk mengukur produksi susu dan alat serta bahan untuk analisa komposisi susu yang ada di Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Prosedur Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi peternakan (kondisi) dipilih berdasarkan ketentuan yaitu memiliki induk kambing PE yang sedang laktasi. Peternakan yang memiliki ketentuan tersebut akan dijadikan sebagai tempat penelitian. Pengukuran Konsumsi Pakan Konsumsi
pakan
diukur
dengan
menghitung
jumlah
pemberian
pakan/ekor/hari dan jumlah pakan yang tersisa/ekor/hari dalam gram. Pengukuran konsumsi pakan dilakukan pada setiap pemberian pakan dengan menggunakan timbangan pakan yang digunakan di masing-masing kondisi. Analisa Kualitas Pakan Sampel pakan yang diambil dari masing-masing kondisi dianalisa oleh Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penghitungan Rasio Pakan Hijauan dan Konsentrat Rasio pakan hijauan dan konsentrat diperoleh dengan menghitung jumlah pakan hijauan dan konsentrat yang diberikan dalam satuan gram, kemudian mengalikan dengan persentase bahan kering hasil analisa hijauan dan konsentrat. Hasil perkalian pakan hijauan dijumlahkan dengan hasil perkalian pakan konsentrat. Selanjutnya hasil dari perkalian jumlah pakan hijauan yang diberikan dengan persentase bahan kering analisa dibagi dengan hasil penjumlahan dari perkalian pakan hijauan dan konsentrat kemudian dikali 100%, begitu juga dengan pakan konsentrat.
16
Pengukuran Produksi Susu Pengukuran produksi susu dilakukan pada tiap ekor ternak dengan menggunakan gelas ukur, hasil produksi susu dikonversi dari mililiter ke gram. Selain produksi susu, interval pemerahan dan berapa kali dilakukan pemerahan setiap hari juga diamati. Analisa Kualitas Susu Sampel susu dari masing-masing kondisi diambil sebanyak 250 ml pada setiap satu kali analisa dan dibawa ke Laboratorium Ilmu Produksi Ternak Perah, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor untuk dilakukan analisa komposisi susu yakni berat jenis, kadar bahan kering, kadar lemak, kadar bahan kering tanpa lemak (BKTL), kadar protein dan gross energi. Berat Jenis Susu. Pengukuran berat jenis dilakukan 3 jam setelah pemerahan atau apabila temperatur suhu 20-300C. Sampel susu sebanyak 200 ml dihomogenkan, kemudian dimasukkan ke dalam tabung. Berat jenis dan suhunya dicatat. Berat jenis susu diukur dengan laktodensimeter yang telah ditera pada suhu 27,50C. Hasil pengukuran berat jenis dengan menggunakan laktodensimeter tersebut dibakukan pada suhu 27,50C. Kadar Bahan Kering Susu. Penentuan kadar bahan kering dilakukan dengan menggunakan Rumus Fleischmann yaitu : Kadar bahan kering %
1, 23 L
2,71
100 (BJ - 1) BJ
Keterangan : L = lemak BJ = berat jenis Kadar Protein Susu. Penentuan kadar protein dilakukan dengan metode titrasi formol (FAO, 1977). Susu sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer, lalu ditambahkan 0,4 ml kalium oksalat jenuh dan 1 ml phenophtalein 1% sebagai indikator. Larutan tersebut dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda, kemudian diberi dua mililiter formalin 40% dan warna merah muda akan hilang. Larutan tersebut dititrasi kembali dengan NaOH 0,1 N sampai timbul warna merah muda. Banyaknya NaOH yang digunakan dicatat (a gram).
17
Aquadest sebanyak 10 ml dimasukkan ke dalam tabung erlenmeyer, lalu ditambahkan 0,4 ml kalium oksalat jenuh dan 1 mililiter phenophtalein 1% sebagai indikator. Larutan tersebut dititrasi lagi dengan NaOH 0,1 N sampai berwarna merah muda. Banyaknya NaOH yang digunakan dicatat (b ml). Kemudian dikalikan dengan faktor formol susu kambing. Faktor formol didapatkan dari kadar protein susu berdasarkan hasil analisis dengan metode Kjeldahl dibagi dengan banyaknya (ml) NaOH 0,1 N yang dipakai untuk titrasi tersebut. Kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus : % Kadar Protein
(a
b) x 1,95 (faktor formol)
Keterangan : a = banyaknya NaOH yang digunakan pada titrasi pertama b = banyaknya NaOH yang digunakan pada titrasi kedua Kadar Lemak Susu. Penentuan kadar lemak dilakukan dengan metode Gerber (Sudono et al. 1989). H2SO4 sebanyak 10 ml dengan konsentrasi 91-92% dimasukkan ke dalam butirometer, ditambakan 11 ml susu dan 1 mililiter amyalkohol p.a. Butirometer ditutup dengan sumbat karet dan dikocok perlahanlahan sampai homogen, kemudian butirometer dimasukkan ke dalam penangas air dengan suhu 65-700C selama 10 menit. Setelah itu butirometer disentrifugasi selama 5 menit dengan kecepatan 1200 putaran/menit. Kemudian butirometer tersebut dimasukkan ke dalam penangas air lagi selama 5 menit. Kemudian dibaca pada skala yang terdapat pada butirometer. Kadar BKTL Susu. Penentuan kadar BKTL dihitung dengan mengurangi kadar bahan kering dengan kadar lemaknya. Kadar Energi Bruto Susu. Penentuan gross energi susu dapat dilakukan setelah ditentukan kadar abu susu dan kadar karbohidrat susu, lalu menggunakan rumus: GE (kalori/g)
(4 x Protein)
(9 x Lemak)
(4 x KH)
Kadar Abu Susu. Analisis kadar abu menggunakan metode AOAC, yaitu metoda pembakaran menggunakan pemanasan dengan tanur suhu 400-6000C maka semua zat organik akan terbakar. Penetapan kadar abu dilakukan dengan prosedur terlebih dahulu siapkan cawan yang sebelumnya telah dipanaskan dalam tanur 400-6000C kemudian didinginkan dalam eksikator dan ditimbang berat cawan (X).
18
Sejumlah sampel ditimbang ±5 gram dan dimasukkan ke dalam cawan kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat awal (Y). Kemudian sampel dibakar di atas hot plate sampai tidak berasap lalu dimasukkan dalam tanur untuk diabukan pada suhu 400-6000C. Setelah abu menjadi putih seluruhnya didinginkan dalam eksikator, lalu sampel ditimbang kembali untuk mendapatkan berat akhir (Z). Penentuan kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus : % Kadar Abu
(Z
X)
Y
x 100 %
Keterangan : X = berat cawan Y = berat awal Z = berat akhir Produksi Kadar Komposisi Susu Produksi kadar komposisi susu dihitung berdasarkan bahan kering susu yang dihasilkan. Produksi kadar komposisi susu meliputi produksi bahan kering, protein kasar, lemak kasar, BKTL dan gross energi susu, dihitung dengan cara: 1) Produksi bahan kering susu (gram/ekor/hari) = produksi susu (ml/ekor/hari) x BJ x kadar bahan kering susu (%) 2) Produksi protein susu (gram/ekor/hari) = produksi susu (ml/ekor/hari) x BJ x kadar bahan kering susu (%) x protein susu (%) 3) Produksi lemak susu (gram/ekor/hari) = produksi susu (ml/ekor/hari) x BJ x kadar bahan kering susu (%) x lemak susu (%) 4) Produksi BKTL susu (gram/ekor/hari) = produksi susu (ml/ekor/hari) x BJ x kadar bahan kring susu (%) x BKTL susu (%) 5) Produksi gross energi susu (gram/ekor/hari) = produksi susu (ml/ekor/hari) x BJ x kadar bahan kring susu (%) x gross energi susu (kalori/gram) Efisiensi Produksi Susu Efisiensi produksi susu adalah perbandingan antara produksi susu dengan konsumsi pakan yang dinyatakan dalam persen. Efisiensi produksi susu yang dihitung adalah efisiensi produksi bahan kering susu, protein susu, lemak susu dan gross energi susu, dihitung dengan cara :
19
1) Efisiensi Produksi Bahan Kering Susu (%)
Produksi Bahan Kering Susu x 100 Konsumsi Bahan Kering
2) Efisiensi Produksi Protein Susu (%)
Produksi Protein Susu x 100 Konsumsi Protein Kasar
3) Efisiensi Produksi Lemak Susu (%)
Produksi Lemak Susu x 100 Konsumsi Lemak
4) Efisiensi Produksi Gross Energi Susu (%)
Produksi Gross Energi Susu x 100 Konsumsi Gross Energi
Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan merupakan data primer. Data primer diperoleh dengan cara mengukur langsung konsumsi pakan dan produksi susu kambing perah dari masing-masing kondisi, melihat hasil analisa kualitas pakan dan kualitas susu. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji t untuk membandingkan empat peternakan yaitu peternakan Cordero (kondisi A yaitu peternakan yang berada pada ketinggian tempat 700 meter di atas permukaan laut dan menggunakan rasio pakan hijauan dan konsentrat 36:64), peternakan Prima Fit (kondisi B yaitu peternakan yang berada pada ketinggian tempat 350 meter di atas permukaan laut dan menggunakan rasio pakan hijauan dan konsentrat 40:60), peternakan milik Bapak Purwadi (kondisi C yaitu peternakan yang berada pada ketinggian tempat 300 meter di atas permukaan laut dan menggunakan rasio pakan hijauan dan konsentrat 50:50) dan PT Gizi Dewata Utama (kondisi D yaitu peternakan yang berada pada ketinggian tempat 500 meter di atas permukaan laut dan menggunakan rasio pakan hijauan dan konsentrat 64:36). Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), rumus uji t yang digunakan adalah sebagai berikut:
t hitung
(x 1 x 2 ) s (x 1 x 2 )
Dimana
s (x 1
x2 )
s 12
n1
s 22
n2
20
Dengan derajat bebas effektif sebesar dbeff, dimana
db
s 12 n1 eff
s 12 n1
s 22 n2 2
n1 1
2
s 22 n2 n2
2
1
Keterangan: t
= Nilai t hitung
x
= Nilai rataan
s
= Simpangan baku
n
= Jumlah individu sampel/ukuran contoh
Peubah yang Diamati Peubah yang diamati dalam penelitian ini adalah jenis pakan hijauan dan konsentrat, rasio pemberian pakan hijauan dan konsentrat, konsumsi pakan, produksi susu, kualitas susu dan efisiensi produksi susu.
21