MANFAAT AGROFORESTRI BAGI MASYARAKAT DI ZONA REHABILITASI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
SAHRI MAIDA SINAGA
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang ditebitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis dan telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Desember 2013 Sahri Maida Sinaga NIM E34090002
ABSTRAK SAHRI MAIDA SINAGA. Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri. Dibimbing oleh ERVIZAL A.M. ZUHUD dan AGUS HIKMAT. Pengelolaan zona rehabilitasi Taman National Meru Betiri (TNMB) menerapkan konsep agroforestri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keanekaragaman spesies tanaman agroforestri untuk meningkatkan pendapatan masyarakat zona rehabilitasi TNMB serta mengkaji manfaat ekologi dari sistem agroforestri. Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, observasi lapang dan wawancara kepada 87 responden dari 17 kelompok tani. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 22 spesies tanaman pokok dan 12 spesies tanaman sela di lahan rehabilitasi Desa Curahnongko. Jumlah individu tertinggi dari tanaman pokok adalah nangka (Artocarpus integra) yaitu sebanyak 754 individu. Pendapatan tertinggi adalah dari hasil penjualan tanaman durian (Durio zibethinus). Total pendapatan rata-rata petani dari tanaman agroforestri sekitar Rp 37.937.000 per tahun. Manfaat ekologi dari agroforestri antara lain mengurangi bencana erosi dan banjir, menjadi habitat satwaliar serta mengurangi emisi karbon. Kata kunci: pendapatan, tanaman agroforestri, zona rehabilitasi ABSTRACT SAHRI MAIDA SINAGA. Agroforestry Benefit for Local Community in Rehabilitation Zone of Meru Betiri National Park. Supervised by ERVIZAL A.M. ZUHUD and AGUS HIKMAT . The rehabilitation zone of Meru Betiri National Park (TNMB) is managed by applying agroforestry system to plant the land with staple and tumpangsari crops simultaneously. The objectives of this research are to analyze the species diversity of agroforestry crops to increase the income of society in rehabilitation zone of Meru Betiri National Park and examine the ecology benefit from agroforestry system. Data were collected using 3 different methods, which are literature review, field observation, and interview 87 respondents from 17 farmer groups. The results indicate that there are 22 species of staple crops and 12 species of tumpangsari crops in rehabilitation area of Curahnongko village. The highest number of staple plant is jackfruit (Artocarpus integra) that is counted 754 individu. The highest income is from the sale of durian (Durio zibethinus). Farmer’s average income from agroforestry plants approximately Rp 37.937.000 per year. The ecology benefit from agroforestry system such as reduce erosion, flood disaster and carbon emission. Keywords: agroforestry crops, income, rehabilitation zone
MANFAAT AGROFORESTRI BAGI MASYARAKAT DI ZONA REHABILITASI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
SAHRI MAIDA SINAGA
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013
Judul Skripsi Nama NIM
: Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri : Sahri Maida Sinaga : E34090002
Disetujui oleh
\
Dr Ir Agus Hikmat, MScF Pembimbing II
Prof Dr Ir Ervizal A M Zuhud, MS Pembimbing I
Diketahui oleh
MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi Nama NIM
: Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri : Sahri Maida Sinaga : E34090002
Disetujui oleh
Prof Dr Ir Ervizal A M Zuhud, MS Pembimbing I
Dr Ir Agus Hikmat, MScF Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, serta doa restu dan dukungan yang tulus dari orangtua sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Penelitian yang berjudul Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Meru Betiri ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Februari 2013. Terima kasih kepada Bapak Prof Dr Ir Ervizal A.M. Zuhud, MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF selaku dosen pebimbing yang telah memberikan bantuan dan arahannya dalam penyelesaian karya ilmiah ini. Terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Sapnir Rasyid Sinaga (Ayah), Ibu Emida Nora (Ibu), Rizki Hamdani (Abang), serta adik-adik yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis selama ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Hadi Dharma dan Kaswinto S Hut selaku pemandu lapang dalam pengambilan data dari Lembaga Swadaya Masyarakat lokal Konservasi Alam Indonesia Lestari (KAIL). Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman IMATAPSEL 46 khususnya Novi, Yeni, Aldi, Habibi, Aziz, Adil dan Arman sebagai keluarga kedua selama di bogor ini yang selalu memberikan motivasi, canda dan tawa kepada penulis. Selanjutnya terima kasih kepada teman-teman Himakova Anggrek Hitam 46 khususnya kepada Alya Faryanti, Dyah Nurfitriana, Gayuh Bumi dan Wulandari yang selalu bersedia membantu dan memberi dukungan kepada penulis serta terima kasih kepada semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2013 Sahri Maida Sinaga
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Tujuan
1
Manfaat
2
METODE
2
Waktu dan Lokasi
2
Obyek dan Alat
2
Jenis Data yang dikumpulkan
2
Analisis Data
4
HASIL DAN PEMBAHASAN
5
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
5
Kelompok Tani Desa Curahnongko
7
Spesies Tanaman Agroforestri Desa Curahnongko
8
Waktu Panen Tanaman Agroforestri
12
Manfaat Ekonomi Tanaman Agroforestri
14
Manfaat Keberadaan Agroforestri Bagi TNMB
17
Keanekaragaman Manfaat Tanaman Pokok
19
Rekomendasi Pengayaan Spesies Lahan Rehabilitasi
19
SIMPULAN DAN SARAN
21
Simpulan
21
Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN
25
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jenis data yang dikumpulkan Jumlah pengambilan responden kelompok tani Jumlah anggota kelompok tani Spesies tanaman pokok zona rehabilitasi Desa Curahnongko Asal tanaman pokok Desa Curahnongko Resort Andongrejo Waktu panen tanaman pokok Waktu panen tanaman sela Nilai jual spesies tanaman pokok Nilai jual spesies tanaman sela Keanekaragaman manfaat tanaman pokok
3 4 7 9 11 13 14 15 16 19
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7
Kelompok umur penduduk Desa Curahnongko Mata pencaharian penduduk Desa Curahnongko Luas penggunaan lahan penduduk Persentase tingkat pendidikan responden Tanaman pokok kedawung, nangka dan sukun Tanaman sela di bawah tanaman pokok Tanaman Pueraria javanica
6 6 6 6 10 12 17
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Peta Taman Nasional Meru Betiri
25
Karakteristik responden Jumlah jenis dan indivisu tanaman pokok masing-masing petani Jumlah jenis tanaman sela masing-masing petani Rekapitulasi pendapatan petani (Y1 dan Y2)
26 29 33 37
PENDAHULUAN Latar Belakang Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) merupakan salah satu taman nasional yang memiliki zona rehabilitasi atas Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam Nomor: 185/ Kpts/ DJ-V/ 1999 tanggal 13 Desember 1999. Pelaksanaan rehabilitasi hutan ini banyak melibatkan masyarakat setempat serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal bernama Konservasi Alam Indonesia Lestari (KAIL). KAIL (2004) menyebutkan bahwa pada tahun 1998 telah terjadi pembabatan hutan jati secara besar-besaran. Selama kurang lebih enam bulan, maka sekitar 4.000 ha hutan jati tersebut telah habis dijarah dan dijadikan sebagai lahan pertanian. Hal tersebut disebabkan dulunya masyarakat belum banyak dilibatkan secara aktif dalam pengelolaan hutan serta minimnya akses dan kontribusi ekonomi dari TNMB. Sehingga pada akhirnya berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam, maka sekitar 4.000 ha areal lahan bekas jati tersebut ditetapkan sebagai zona rehabilitasi. Pada dasarnya rehabilitasi adalah upaya pemulihan fungsi dan kondisi hutan yang telah rusak melalui kegiatan penanaman, pengayaan dan pemeliharaan spesies dengan tumbuhan asli setempat (Purwaningsih 2006). Pengelolaan zona rehabilitasi TNMB adalah dengan menerapkan konsep agroforestri. Agroforestri merupakan suatu cara mengelola hutan yang sekaligus dapat meningkatkan poduksi hasil pertanian sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan. Raintree (1982) diacu dalam Hairiah et al. (2003), menjelaskan bahwa kehadiran sistem agoforestri sangat diperlukan saat ini, karena terdapat dua keuntungan yang bisa didapat yaitu keuntungan ekonomis dan ekologis. Agroforestri dipilih sebagai solusi untuk pengelolaan lahan yang optimal agar meningkatkan intensitas panen yang mampu memberikan tambahan hasil baik fisik maupun finansial (Sinclair FL 1999). Tujuan dari kegiatan penanaman di lahan rehabilitasi ini selain berfungsi untuk mengembalikan kondisi hutan yang telah gundul, juga berfungsi sebagai sumber pendapatan untuk meningkatkan taraf ekonomi bagi masyarakat lokal melalui hasil tanaman yang dapat dipasarkan. Berbagai aktivitas dalam pengelolaan lahan rehabilitasi tersebut difasilitasi oleh LSM KAIL yang awalnya berkolaborasi dengan Fakultas Kehutanan IPB serta berbagai stakeholder lain yang terkait. Tingkat keberhasilan konservasi hutan taman nasional dipengaruhi banyak faktor, salah satunya adalah terkait dengan masalah kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan serta pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap kegiatan rehabilitasi (Purwaningsih 2006). Seperti mandat dari kongres taman nasional sedunia pada tahun 2003 bahwa pengelolaan kawasan konservasi harus mampu memberikan manfaat ekonomi para pihak yang berkepentingan termasuk masyarakat yang tinggal di dalam dan sekitar kawasan. Apabila kondisi ekonomi masyarakat semakin membaik dan diikuti dengan tingkat kesadaran dalam melestarikan hutan meningkat, maka diharapkan gangguan masyarakat terhadap taman nasional pun akan berkurang.
2
Orientasi pengelola TNMB dengan kebutuhan masyarakat harus diselaraskan, agar tujuan akhir dari pengelolaan TNMB tercapai yaitu kelestarian. Peningkatan pendapatan masyarakat dan keberlanjutan pengelolaan rehabilitasi bisa dikolaborasikan. Pemilihan spesies tanaman agroforestri yang tepat perlu diperhatikan agar menunjang pendapatan masyarakat. Spesies tanaman yang ditanam masing-masing petani di lahan rehabilitasi cukup beragam. Masingmasing spesies tanaman mempunyai manfaat ekonomi yang berbeda pula. Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengidentifikasian spesies tanaman agroforesatri yang memiliki nilai ekonomi tinggi bagi masyarakat setempat.
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keanekaragaman spesies tanaman agroforestri yang mempunyai manfaat untuk meningkatkan pendapatan masyarakat di zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri. Manfaat 1.
2.
Memberikan informasi mengenai spesies tanaman agroforestri yang memiliki manfaat ekonomi untuk menunjang pendapatan masyarakat petani di zona rehabilitasi TNMB. Memberikan rekomendasi spesies tanaman agroforestri kepada pengelola dan petani rehabilitasi untuk menyempurnakan program rehabilitasi TNMB.
METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2013. Lokasi penelitian dilakukan di zona rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri, Desa Curahnongko, Resort Andongrejo Kecamatan Tempungrejo, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Peta kawasan rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri disajikan pada Lampiran 1. Obyek dan Alat yang Digunakan Obyek yang diteliti adalah areal agroforestri zona rehabilitasi khususnya Resort Andongrejo dengan kelompok tani yang terlibat dalam program rehabilitasi TNMB. Alat yang digunakan yaitu panduan wawancara dan kuisioner, thally sheet, kamera, alat perekam, alat tulis, pita ukur, tali, kompas dan phi band untuk mengukur diameter tanaman. Jenis Data Jenis data yang dikumpulkan dan metode pengumpulan data dijelaskan pada Tabel 1.
3
No Spesies Data 1
2
Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan Data yang Diambil Sumber Data
Kondisi umum Kondisi petani
3
Kondisi tanaman
Metode
Kantor Balai TNMB
Studi literatur
Karakteristik responden Luas lahan garapan/ kk Spesies tanaman/ kk Jumlah tanaman/ kk Waktu Panen tanaman /tahun/kk Hasil panen/ tanaman /ha/ kk Tahun tanam/kk Tahun mulai menggarap
Masyarakat petani
Observasi/ survei lapang Wawancara
Spesies tanaman Tinggi Diameter Kesehatan tanaman Kondisi tempat tumbuh Tahun tanam/ tanaman
Areal agroforestri
Wawancara/ suvei lapang Studi literatur
Letak Iklim Curah hujan Jenis tanah Monografi Desa
Metode Pengambilan Data Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapang, wawancara dan studi literatur. Wawancara dilakukan secara semi tersruktur dengan menggunakan kuisioner berupa daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Wawancara semi terstruktur termasuk dalam kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara secara tersruktur (Sugiyono 2010). Pengambilan responden ini dilakukan terhadap 17 kelompok tani dengan jumlah total 675 petani. Jumlah responden petani ditentukan menggunakan persamaan Slovin (1960) diacu dalam Sevilla (1993).
keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = error/ perbedaan maksimum antara contoh dengan proporsi populasi yang dapat diterima untuk tingkat kepercayaan yang diberikan. Intensitas sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah 10%.
4
Berdasarkan jumlah rata-rata kelompok tani yakni 17 kelompok dari jumlah total 675 petani, maka perhitungan jumlah responden sebagai berikut:
Tabel 2 Jumlah Pengmbilan responden kelompok tani No Kelompok tani ∑ Anggota (Orang) ∑ Responden(Orang) 1 Sumber urip 39 2 Kapuran 26 3 Sido makmur 45 4 Sengoro 22 5 Sumber ayem 30 6 Lestari alam I 54 7 Karya makmur 31 8 Seng lestari 29 9 Lestari alam II 31 10 Ragil putra 43 11 Gumuk suru 48 12 Kelir abadi 30 13 Mekar sari I 72 14 Ketangi semi 53 15 Sidodadi 24 16 Proliman 66 17 Sumber mulyo 32 Jumlah 675 87 Hasil perhitungan tersebut menghasilkan jumlah responden yang berbeda untuk setiap kelompok tani (Tabel 2). Penentuan responden pada setiap kelompok dilakukan secara simple random sampling yaitu penentuan sampel secara acak sederhana dengan melakukan undian terhadap populasi petani pada setiap kelompok. Kriteria responden adalah penggarap lahan yang benar-benar mengikuti kegiatan rehabilitasi. Wawancara dilakukan dengan mengunjungi rumah responden satu per satu serta dengan mengumpulkan kelompok tani di rumah ketua kelompok tani.
Analisis Data Pengolahan data mengenai pendapatan petani dari hasil agroforestri menggunakan perhitungan sederhana. Persamaan yang digunakan sebagai berikut: Keterangan: Yi = Pendapatan petani i (Rupiah/ha/tahun) Kj =Nilai ekonomi komoditas spesies 1,2….n (Rupiah/ha/tahun)
5
Perhiungan pendapatan petani ini dibatasi hanya hasil perolehan dari tanaman agrorefstri yang ditanam di zona rehabilitasi, baik dari tanaman pokok maupun tanaman sela tanpa memperhitungkan pendapatan diluar kegiatan rehabilitasi dan pengeluaran yang dikeluarkan oleh petani tersebut. Data disajikan bentuk tabulasi sederhana untuk mendapatkan gambaran tentang variabelvariabel yang diamati. Manfaat kegiatan agroforestri bagi masyarakat sekitar kawasan dan taman nasional terkait ekologi dipaparkan secara deskriptif.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Secara geografis Desa Curahnongko tertelak 8º 23’ 02” - 8º 25’ 00” LS dan 113º 44’ 32” - 113º 45’15” BT. Monografi Desa tahun (2010) menjelaskan mengenai kondisi fisik berdasarkan luas, ketinggian, topografi, tanah, curah hujan rata-rata, dan iklim. Desa Curahnongko memiliki luas 28,34 Km2. Desa ini terletak pada ketinggian ± 200 mdpl, dengan kondisi topografi yang sebagian besar adalah berupa bukit-bukit yang landai sampai dengan yang sangat curam. Memiliki jenis tanah yang merupakan asosiasi Alluvial Regosol Coklat dan Latosol dengan solum 30 cm. Berdasarkan klasifikasi Schmidt dan Ferguson wilayah ini termasuk dalam tipe iklim D, dengan curah hujan rata-rata per tahun adalah 2.500 mm, dan suhunya 25ºC. Adapun batas wilayah Desa Curahnongko secara administratif yaitu sebelah Utara berbatasan dengan Desa Wonoasri Kecamatan Tempurejo, sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Andongrejo dan di sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sabrano Kecamatan Ambulu. Kepadatan penduduk desa berupa kepadatan geografis. Luas lahan Desa Curahnongko adalah 28,34 Km2 dengan jumlah penduduk 6.764 jiwa, sehingga kepadatan geografisnya 238 jiwa/km2. Jika kepadatan penduduk ini terus bertambah, dikhawatirkan tingkat ancaman dan gangguan terhadap kawasan taman nasional akan lebih tinggi pula. Jumlah penduduk desa penelitian berdasarkan spesies kelamin, kelas umur dan persentase usia kerja (Gambar 1). Tingkat pendidikan penduduk Desa Curahnongko beragam mulai dari Sekolah Dasar hingga Akademi atau Perguruan Tinggi. Berdasarkan monografi Desa Curahnongko tahun 2010 menunjukkan bahwa persentase tertinggi berada pada warga dengan lulusan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (68,12%), kemudian Sekolah Menengah Atas (15,56%), Sekolah Menengah Pertama (10,31%), dan yang persentase terkecil adalah warga yang lulusan Akademi atau perguruan tinggi (6,01%). Warga yang lulusan perguruan tinggi adalah warga yang rata-rata menjadi perangkat desa ataupun pegawai negeri sipil.
6
Gambar 1 Kelompok umur penduduk Desa Curahnongko Mata pencaharian warga sebagian besar adalah sebagai petani (Gambar 2). Hal ini mendukung kegiatan rahabilitasi di TNMB yang memerlukan keterampilan peserta program rehabilitasi dibidang pertanian. Tidak sedikit warga yang memiliki pekerjaan dua sekaligus. Pagi bertani, siang atau sore berdagang. Banyak pula warga yang menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri.
Gambar 2 Jenis pekerjaan penduduk Desa Curahnongko
Gambar 3 Persentase areal penggunaan lahan penduduk Desa Curahnongko Lahan Desa Curahnongko digunakan untuk untuk sawah, ladang atau tegal. Halaman seluas 384,3 ha. Penggunaan lahan untuk ladang/ tegal yang terluas,
7
sebesar 239,142 ha, sawah seluas 63,2 ha dan luas halaman 42 ha. Jumlah kepala keluarga di Desa Curahnongko 2.064 orang. Rata-rata penggunaan lahan desa curahnoongko oleh setiap KK sebesar 0,18 ha (Gambar 3). Kelompok Tani di Desa Curahnongko Resort Andongrejo Sejak zona rehabilitasi ditetapkan dan pengolahan lahan melibatkan masyarakat setempat, sejak itu pula kelompok tani mulai terbentuk. Pembentukan kelompok tani pada Resort Andongrejo ini dikoordinir oleh LSM Konservasi Alam Indonesia Lestari (KAIL). Lembaga ini bertugas untuk mendampingi masyarkat kelompok tani dalam pengurusan areal rehabilitasi. LSM ini tetap bekerja sama dengan pihak TNMB. Terbentuknya kelompok tani memudahkan dalam pengelolaan areal rehabilitasi karena masing-masing kelompok tani mempunyai acara pertemuan. Untuk membahas kegiatan dan evaluasi kerja tahunan diadakan rapat anggota petani tahunan atau yang dikenal dengan nama RAT yang diketuai oleh salah satu petani yang ditunjuk sebagai ketua kelompok tani Desa curahnongko. Hasil penelitian di Resort Andongrejo tepatnya di Desa Curahnongko menunjukkan bahwa terdapat 17 kelompok tani dengan jumlah anggota berbeda pada masing-masing kelompok (Tabel 3). Tabel 3 Jumlah anggota kelompok tani di Desa Curahnongko No Nama Kelompok Ketua Kelompok Jumlah Anggota 1 Sumber urip Sugi 39 2 Kapuran Sutris 26 3 Lestari Alam II Ahmad Yani 45 4 Sengoro Hamid 22 5 Sumber Ayem Soirin 30 6 Lestari alam I Ngatiar 54 7 Karya Makmur Wandi 31 8 Seng Lestari Salam 29 9 Proliman Boniran 31 10 Ragil Putra Sugianto 43 11 Gumuk Suru Parman 48 12 Selir Abadi Boiran 30 13 Mekar Sari Giri 72 14 Ketangi Semi Misijan 53 15 Sidodadi Sari 24 16 Sido Makmur Paikun 66 17 Sumber Mulya Sumardi 20 Total 675 orang Sumber: KAIL (2010)
Kelompok tani merupakan gabungan dari beberapa warga yang mendapatkan hak untuk menanami lahan di lokasi tertentu di lahan rehabilitasi yang berbeda di resort ini. Kelompok tani tersebut disatukan berdasarkan kedekatan tempat tinggal dan lahan garapan. Kelompok tani memiliki hak untuk
8
menanam tanaman di lahan rehabilitasi dan juga berhak memanfaatkan hasil panen tuntuk dijual dengan kesepakatan tidak menebang pohon tersebut. Informasi mengenai karakteristik reponden tersaji pada Lampiran 1. Suatu kelompok tani dengan kelompok tani lainnya sebenarnya tidak memiliki karakteristik yang bisa membedakan. Namun ada beberapa kelompok tani kinerjanya bagus dan hasil panen terus meningkat dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini diketahui karena kelompok tersebut berhasil mendapatkan penghargaan dari KAIL. Salah satu yang mempengaruhi bagus tidaknya suatu kelompok tani adalah ketua kelompok tani masing-masing. kelompok tani yang kinerjanya bagus biasanya karena ketua kelompoknya aktif mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kendala dan permasalahan anggota kelompoknya dalam menggarap lahan rahabilitasi. Secara tidak langsung hal ini tentunya sangat mempengaruhi hasil panen dan pendapatan petani. Di samping itu ketua kelompok juga mendatangi lahan garapan anggota kelompoknya yang terlihat tidak aktif. Spesies Tanaman Agroforestri di Zona Rehabilitasi TNMB Desa Curahnongko Resort Andongrejo Pramulardi (1991) diacu dalam Siregar (2005), menyatakan bahwa konsep dasar dari sistem agroforestri adalah tanaman selingan di antara tanaman pokok selama pertumbuhannya tidak mempengaruhi dan dipengaruhi tanaman pokok. Berdasarkan penelitian yang dilakukan praktek agroforestri yang terdapat di zona rehabilitasi TNMB termasuk ke dalam praktek agroforestri sederhana. Sistem agroforestri sederhana merupakan suatu sistem pertanian dimana pepohonan di ditanam secara tumpangsari dengan satu atau lebih jenis tanaman semusim (De Foresta dan Michon 1997). Perpaduan dalam sistem ini menyempit menjadi satu unsur pohon yang memiliki peran ekologi dan ekonomi penting, seperti kemiri, cengkeh, aren dan sebagainya, dan unsur tanaman musiman seperti jagung, pisang, cabe dan lainnya (Hairiah et al. 2003). Oleh sebab itu ada 2 kategori spesies di lahan rahabilitasi TNMB yaitu tanaman pokok dan tanaman sela. Spesies Tanaman Pokok Jumlah individu pohon per spesies pada tabel 4 terdapat dua bagian. Luasan 415 ha merupakan luasan seluruh lahan petani rehabilitasi Desa Curahnongko, sedangkan luasan 30 ha merupakan total luas lahan rehabilitasi dari 87 responden yang masing-masing petani berbeda luas lahannya. Sebagian besar tanaman ditanam pada tahun 2000 setelah areal taman nasional tersebut ditetapkan sebagai zona rehabilitasi. Masing-masing spesies tanaman pokok memiliki jumlah individu yang berbeda. Masing-masing petani memiliki spesies yang berbeda pula. Bibit tanaman pokok diberikan oleh taman nasional atas permintaan masyarakat petani. Maka dari itu spesies tanaman pokok yang ada di lahan rehabilitasi sebagian besar adalah tanaman buah agar petani memperoleh pendapatan dari hasil tanaman tersebut (Gambar 4). Adapun tanaman pokok yang ditanam masyarakat di zona rehabilitasi di Desa Curahnongko Resort Andongrejo sebanyak 22 spesies (Tabel 4).
9
Tabel 4 Spesies tanaman pokok agroforestri zona rehabilitasi TNMB Jumlah (ind) No Nama lokal Nama ilmiah Famili 415 Ha 30 Ha 1 Petai Parkia speciosa Fabaceae 5217 632 2 Kedawung Parkia timoriana Fabaceae 4021 580 3 Nangka Artocarpus integra Moraceae 1900 754 4 Asam Tamarindus indica Fabaceae 1099 312 5 Mangga Mangifera indica Anacardiaceae 918 458 6 Kepuh Sterculia foetida Sterculiaceae 758 80 7 Alpukat Persea americana Lauraceae 226 76 8 Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiaceae 208 92 9 Pakem Pangium edule Flacourtiaceae 146 34 10 J.mente Anacardium Anacardiaceae 112 16 occidentale 11 Sukun Artocarpus communis Moraceae 86 25 12 Mengkudu Morinda citrifolia Rubiaceae 77 40 13 Pinang Areca catechu Arecaceae 72 89 14 Kluwih Artocarpus altilis Moraceae 63 8 15 Melinjo Gnetum gnemon Gnetaceae 48 14 16 Jambu Biji Psidium guajava Myrtaceae 37 20 17 Sirsak Annona muricata Annonaceae 37 9 18 Durian Durio zibethinus Bombacaceae 34 4 19 Kenitu Chrysophylum cainito Sapotaceae 29 6 20 Joho Lawe Vitex quinata Verbenaceae 25 10 21 Jeruk nipis Citrus aurantifolia Rutaceae 23 0 22 Rambutan Nephelium lappaceum Sapindaceae 22 0 23 Anggrung Trema orientalis Ulmaceae 18 0 24 Mahoni Swietenia macrophylla Meliaceae 13 0 25 Kedondong Spondias dulcis Anacardiaceae 12 10 26 Waru Hibiscus simillis Malvaceae 11 0 27 Jengkol Pithecellobium lobatum Fabaceae 3 2 Jumlah 15.265 3277 Spesies yang banyak ditanam oleh petani responden adalah nangka (Artocarpus integra) sebanyak 754 individu. Selanjutnya petai (Parkia speciosa), dengan jumlah 632 individu, dan kedawung (Parkia timoriana) sebanyak 580 indivu. Ketiga spesies tersebut merupakan jumlah yang banyak ditemukan dibandingkan spesies lainnya. Spesies yang paling sedikit ditanam oleh petani yaitu jengkol (Pithecellobium lobatum). Spesies tanaman pokok yang terdapat di lahan rehabilitasi Desa Curahnongko tidak semua ada di lahan rehabilitasi setiap petani responden. Spesies tersebut antara lain jeruk nipis (Citrus aurantifolia), anggrung (Trema orientalis), mahoni (Swietenia macrophylla), waru (Hibiscus similis), dan rambutan (Nephelium lappaceum). Spesies yang telah berbuah sebanyak 17 spesies, antara lain petai (Parkia speciosa), nangka (Artocarpus integra), mangga (Mangifera indica), kemiri (Aleurites moluccana), kluwih (Artocarpus altilis), alpukat (Persea americana), pakem (Pangium edule), kedawung (Parkia timoriana), durian (Durio zibethinus), sirsak (Annona muricata), sukun (Artocarpus communis ), joho lawe (Vitex
10
quinata), jambu biji (Psidium guajava), megkudu (Morinda citrifolia), asam (Tamarindus indica), pinang (Areca catechu) dan melinjo (Gnetum gnemon). Tanaman yang belum menghasilkan buah sebanyak empat spesies yaitu jengkol (Pithecellobium lobatum), jambu mente (Anacardium occidentale) dan kedondong (Spondia dulcis).
(a)
(b)
(c)
Gambar 4 Tanaman pokok (a)Kedawung, (b)Nangka, dan (c)Sukun Pada dasarnya penerapan sistem agroforestri yang seharusnya ditanam adalah komponen tanaman kehutanan dan pertanian pada satu lahan secara bersamaan. Berdasarkan Tabel 4 yang merupakan tanaman kehutanan hanya kedawung (Parkia timoriana) sedangkan yang lainnya adalah tanaman buah. Hal ini menunjukkan konsep agroforestri tidak sesuai dengan yang disebutkan di pustaka. Oleh sebab itu pihak taman nasional perlu memperhatikan hal tersebut. Selain itu tanaman pokok yang ditanam sebagian besar bukan merupakan tanaman asli setempat. Padahal rehabilitasi merupakan kegiatan untuk memulihkan fungsi dan kondisi hutan yang telah rusak dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan serta pengkayaan melalui spesies tanaman asli setempat (Purwaningsih 2006). Berdasarkan data dasar LSM Konservasi Alam Indonesia Lestari (KAIL) teridentifikasi dua kategori asal tanaman pokok yaitu tanaman asli (endemik) dan tanaman berasal dari luar (eksotik). Data mengenai asal tanaman pokok yang berasal dari Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) tersaji pada Tabel 5. Jumlah tanaman eksotik sebanyak 14 spesies sedangkan jumlah tanaman asli hanya 8 spesies. Hal ini menunjukkan bahwa spesies tanaman eksotik lebih banyak dibandingkan dengan tanaman asli setempat. Oleh karena itu perlu adanya perhatian dari pihak TN Meru Betiri maupun petani rehabilitasi agar keanekaragaman spesies tanaman asli setempat diperkaya. Hal ini dilakukan agar spesies tanaman asli terus dibudidayakan oleh petani untuk mencegah kepunahan spesies juga. Tanaman asli yang dapat ditambah berupa tanaman berkayu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
11
Tabel 5 Asal tanaman pokok lahan rehabilitasi Desa Curahnongko TNMB No Tanaman asli Tanaman eksotik Nama lokal Nama ilmiah Nama lokal Nama ilmiah 1 Kedawung Parkia timoriana Petai Parkia speciosa 2 Kepuh Sterculia foetida Nangka Artocarpus integra 3 Kemiri Aleurites moluccana Mangga Mangifera indica 4 Pakem Pangium edule Alpukat Persea americana 5 Sukun Artocarpus communis Jambu mente Anacardium occidentale 6 Pinang Areca catechu Mengkudu Morinda citrifolia 7 Kenitu Chrysophylum cainito Kluwih Artocarpus altilis 8 Jowo lawe Vitex quinata Melinjo Gnetum gnemon 9 Jambu biji Psidium guajava 10 Asam Tamarindus indica Sirsak Annona muricata 11 Durian Durio zibethinus 12 Jengkol Pithecellobium lobatum 13
Kedondong
Spondias dulcis
Sumber: KAIL (2010)
Spesies Tanaman Sela Adapun persyaratan menjadi tanaman sela antara lain berumur lebih pendek daripada tanaman pokok, tidak menjadi pesaing bagi tanaman pokok dalam memenuhi kebutuhan pertumubuhan, serta dapat memeperbaiki kesuburan tanah. Tanaman sela tersebut ditanam dibawah tanaman pokok (Gambar 5). Adapun spesies tanman sela yang terdapat di lahan regabilitasi petani antara lain: Padi (Oryza sativa), jagung (Zea mays), pisang (Musa paradisiaca), kacang tanah (Arcahis hypogaea), singkong (Manihot esculenta), peje (Pueraria javanica), cabai rawit (Capcisum frutescecs), laos (Alpinia galanga), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), temu hitam (Curcuma aeruginosa), kunir merah (Curcuma domestica), temu putih (Curcuma zedoaria).
(a)
(b)
Gambar 5 (a) Tanaman jagung di bawah tanaman pokok, (b) tanaman kacang tanah di bawah tanaman pokok
12
Spesies tanaman sela kebanyakan adalah berupa tanaman palawija, namun ada satu spesies merupakan tanaman crops atau penutup tanah yaitu Pueraria javanica yang dikenal petani dengan nama peje. Asal mula tanaman ini adalah dari PT. Perkebunan Nusantara yang letaknya bersebelahan langsung dengan Desa Curahnongko. Tanaman ini biasa digunakan untuk menyuburkan lahan perkebunan karet. Waktu Panen Tanaman Agroforestri Faktor lingkungan akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Faktor iklim di dalamnya termasuk suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara dan angin. Unsur-unsur ini sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tanaman. Perbedaan regional dalam topografi, geografi dan cuaca menyebabkan terjadinya perbedaan dalam tanaman, pola tanam, metode bercocok tanam dan situasi sosio-ekonomi. Semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah suhu tempat tersebut. Demikian juga intensitas matahari semakin berkurang. Muwin (2007) menjelaskan tanaman berbuah yang ditanam di dataran rendah berbunga lebih awal dibandingkan dengan yang ditanam pada dataran tinggi. Waktu Panen Tanaman Pokok Kemampuan tanaman pokok untuk dapat berproduksi dan dipanen di setiap waktu akan menguntungkan masyarakat. Masyarakat akan lebih memperhatikan hasil produksi tanaman yang selalu ada pada setiap bulan. Tabel 6 Waktu panen tanaman pokok zona rehabilitasi TNMB Bulan No Nama Spesies 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 Parkia speciosa x x x x 2 Parkia timoriana x 3 Artocarpus integra x x x x x x x x x x 4 Tamarindus indica x 5 Mangifera indica x 6 Persea americana x x x x x 7 Aleurites moluccana x x x 8 Pangium edule x x 9 Artocarpus x x x x communis 10 Morinda citrifolia x x x x x x x x x x 11 Areca catechu 12 Artocarpus altilis x x x x 13 Gnetum gnemon x x x 14 Psidium guajava x x x x x x x x x x 15 Annona muricata x 16 Durio zibethinus x x 17 Vitex quinata x x Jumlah Spesies 5 8 8 4 5 7 5 7 6 8 Keterangan: x = dapat dipanen pada bulan tersebut
11
12
x x
x
x
x x
x x x x x x x
x x x
10
7
x
13
Jika tanaman pokok bisa dipanen setiap waktu maka pemusatan perhatian masyarakat akan tertuju pada lahan rehabilitasi. Hal ini bertujuan agar pengambilan hasil hutan dalam kawasan taman nasional berkurang oleh masyarakat. Hasil wawancara kepada petani di lahan rehabilitasi Desa Curahnongko mengenai waktu panen tanaman pokok tersaji pada Tabel 6. Petani hanya dapat memanen 5 (Lima) spesies tanaman pada bulan pertama. Jumlah spesies tanaman yang dapat dipanen paling banyak adalah pada bulan November yaitu sebanyak 10 spesies. Spesies yang dapat dipanen pada bulan November antara lain nangka (Artocarpus integra), asam (Tamarindus indica), alpukat (Persea americana), mengkudu (Morinda citrifolia), pinang (Areca catechu), kluwih (Artocarpus altilis), melinjo (Gnetum gnemon), jambu biji (Psidium guajava), joho lawe (Vitex quinata) dan durian (Durio zibethinus). Spesies yang bisa dipanen sepanjang tahun seperti jambu biji (Psidium guajava) dan mengkudu (Morinda citrifolia) tetap saja tidak menguntungkan petani karena tidak diminati pasar di daerah tersebut. Sehingga hasil panennya hanya dikonsumsi sendiri. Tanaman asam (Tamarindus indica) dapat dipanen sepanjang tahun (Mujenah 1993). Hal ini berbeda dengan fakta di lapang, petani hanya dapat mengambi hasil panen tanaman asam satu kali dalam setahun yaitu pada bulan Oktober hingga November. Waktu Panen Tanaman Sela Tanaman palawija merupakan tanaman musiman dimana waktu panennya rata-rata hanya setahun sekali. Spesies tanaman sela kebanyakan dipanen pada akhir musim kemarau. Adapun data waktu panen tanaman sela disajikan pada Tabel 7. Tabel 7 Waktu panen tanaman sela Bulan No Nama Spesies 1 2 3 4 5 6 7 1 Oryza sativa x X 2 Zea mays x 3 Musa paradisiaca x 4 Manihot esculenta X x 5 Arachis hypogaea 6 Puerarria javanica x 7 Capsicum x frutescens 8 Alpinia galanga x 9 Curcuma x xantorrhiza 10 Curcuma x aeruginosa 11 Curcuma zedoaria x 12 Curcuma domestica x Jumlah Spesies 3 0 0 1 1 1 6 Keterangan: x = dapat dipanen pada bulan tersebut
8
9
10
11
12
x x x x
x x x x
x
x
x
x
x x 7
x x 6
0
0
3
14
Tabel 7 menunjukkan tanaman sela dapat dipanen rata-rata pada bulan Juli hingga Agustus. Spesies tersebut antara lain: jagung (Zea mays), peje (Pueraria javanica), kacang tanah (Arachis hypogaea), serta empat spesies tanaman obat. Manfaat Ekonomi Agroforestri Bagi Masyarakat Keberadaan program rehabilitasi dengan sistem agroforestri sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitar TNMB baik dari sisi ekologi maupun ekonomi. Secara ekonomi sistem agroforestri sangat menguntungkan dalam hal: (a) peningkatan keluaran karena produknya lebih bervariasi seperti pangan, serat, kayu bakar dan lainnya, (b) memperkecil kegagalan panen karena gagal atau meurunnya panen dari salah satu komponen masih dapat ditutupi oleh komponen lain, dan (c) meningkatnya pendapatan petani karena input yang diberikan akan memberikan output yang berkelanjutan (Lahjie 2004 diacu dalam Hutapea 2005). Penelitian Purwaningsih tahun 2006 dengan 30 responden kelompok tani menunjukkan bahwa nilai dari kontribusi agroforestri terhadap pendapatan total petani lebih dari 20%. Kontribusi agroforestri di Desa Curahnongko adalah sebesar 30%. Perhitungan ini dilakukan ketika tanaman pokok belum banyak yang berbuah. Jika persentase kontibusi dihitung pada saat ini kemungkinan akan lebih besar lagi. Maka dari itu penerapan sistem agroforestri ini sangat didukung oleh masyarakat setempat khususnya petani. Salah satu manfaat adanya agroforestri adalah bisa memberikan banyak produk. Adanya diversifikasi yang tinggi dalam agroforestri diharapkan mampu memenuhi kebutuhan pokok masyarakat, dan petani kecil sekaligus terlepas dari ketergantungan terhadap produk-produk dari luar. Hal tersebut juga dijelaskan oleh Schalik dan Noordwijk (2003) bahwa keunggulan sistem agroforestri dibanding sistem penggunaan lain salah satunya adalah produktivitas. Produk total sistem tumpangsari atau agroforestri jauh lebih tinggi dibandingkan pada monokultur. Adanya tanaman tumpangsari memberikan keuntungan, karena kegagalan satu komponen/spesies tanaman dapat ditutup oleh keberhasilan komponen/spesies tanaman lainnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan 87 responden didapatkan informasi mengenai rata-rata pendapatan petani dari hasil penjualan masing-masing spesies tanaman pokok per hektar untuk tiap tahunnya berkisar antara Rp 100.000 hingga Rp 6.000.000. Terdapat 10 spesies yang mulai dapat dijual di daerah tersebut. Nilai jual dan produksi panen per hektar dari 10 spesies tanaman pokok tersebut disajikan pada Tabel 8. Harga jual merupakan salah satu hal yang mempengaruhi tingginya pendapatan petani selain dari jumlah jenis yang dimiliki. Harga jual yang rendah dikarenakan tempat ini merupakan sumber hasil pertanian dan juga karena petani menjual hasil panennya kepada tengkulak bukan ke pasar langsung. Harga yang ditetapkan oleh tengkulak berbeda-beda tergantung harga di pasar saat itu. Jumlah individu masing-masing spesies tanaman pokok disajikan pada lampiran 3.
15
No
Tabel 8 Nilai jual spesies tanaman pokok zona rehabilitasi TNMB Produksi Nilai jual Y1/ Spesies (kg/tahun/Ha) (Rp/Kg) tahun/Ha
1 Petai (Parkia speciosa ) 2 Nangka (Artocarpus integra) 3 Asam (Tamarindus indica) 4 Mangga (Mangifera indica) 5 Kemiri (Aleurites moluccana) 6 Pakem (Pangium edule) 7 Alpukat (Persea americana) 8 Kluwih (Artocarpus altilis) 9 Pinang (Areca catechu) 10 Durian (Durio zibethinus) Total
175 100 50 40 50 90 50 60 25 300
1.600 1.500 20.000 3.000 2.000 5.000 3.000 1.000 2.500 20.000
280.000 150.000 1.000.000 120.000 100.000 450.000 150.000 60.000 62.000 6.000.000 8.372.500
Keterangan: Y1 : Pendapatan petani dari tanaman pokok
Sebanyak 2 spesies yang nilai jualnya tinggi dibandingkan spesies lainnya yaitu asam (Tamarindus indica) dan durian (Durio zibethinus). Nilai jual asam mencapai Rp 20.000 per kilogram sedangkan durian Rp 20.000 per buahnya. Harga jual spesies lainnya berkisar antara Rp 1.000 hingga Rp 5.000 per kilogramnya. Harga jual ini termasuk rendah jika dibandingkan harga di pasaran pada umumnya. Tanaman petai (Parkia speciosa) harga jualnya rendah namun tanaman ini justru yang paling laku dipasarkan. Oleh sebab itu jika petani memperoleh hasil panen yang banyak maka pendapatannya juga akan tnggi. Harga jual terendah yaitu pada kluwih (Artocarpus altilis) hanya Rp 1.000 per kilogram. Hasil tanaman nangka (Artocarpus integra) berupa buah yang dijual dalam bentuk tewel atau nangka mentah. Pemanfaatan tanaman nangka (Artocarpus integra) tidak hanya untuk dimakan lagsung, tetapi diolah dalam bentuk keripik yang disebut keripik nangka. Sejak tahun 2011 dicetuskan pembuatan keripik nangka yang dikelola secara industri rumah tangga (home industry) oleh masyarakat setempat. Harga jual keripik nangka Rp 10.000 per bungkus. Pendapatan rata-rata petani dari hasil panen tanaman pokok adalah sebesar Rp 8.372.000 per hektar per tahun. Pendapatan tersebut menurut petani masih rendah namun petani menutupinya dengan pendapatan dari tanaman sela. Pendapatan petani dari hasil penjualan tanaman sela lebih tinggi dibandingkan tanaman pokok (Tabel 9). Tanaman sela yang mayoritas tanaman pertanian tidak membutuhkan waktu lama untuk dipanen sedangkan tanaman pokok sebaliknya. Selain itu tanaman pertanian juga merupakan tanaman yang umumnya dibutuhkan oleh masyarakat guna keperluan sehari-hari sehingga harga jualnya lebih tinggi dibandingkan tanaman pokok.
16
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Tabel 9 Pendapatan petani dari tanaman sela Produksi Harga Nama Spesies (kg) Jual/kg Padi (Oryza sativa) 1700 3.500 Jagung (Zea mays) 1500 1.200 Kacang Tanah (Arachis hypogaea) 650 6.200 Peje (Pueraria javanica) 140 93.000 Ketela (Manihot esculenta) 650 1.200 Pisang (Musa paradisiaca) 10 11.000 Cabe rawit (Capsicum frutescens) 270 5.000 Temu ireng (Curcuma aeruginosa) 25 1.000 Temu putih (Curcuma zedoaria) 50 1.000 Laos (Alpinia galanga) 50 1.000 Kunir merah (Curcuma domestica) 100 3.000 Temulawak (Curcuma xantorrhiza) 50 2.000
Total
Y2 5.950.000 1.800.000 403.0000 13.020.000 780000 110.000 1.350.000 25.000 50.000 50.000 300.000 100.000 27.565.000
Keterangan: Y2 : Pendapatan petani dari hasil tanaman sela
Harga jual dari tanaman tersebut sangat beragam dari mulai Rp 1.000 hingga Rp 93.000 per kilogramnya. Spesies yang harga jual nya rendah merupakan spesies tanaman obat antara lain kunir merah (Curcuma domestica), temulawak (Curcuma xantorrhiza), temu hitam (Curcuma aeruginosa), temu putih (Curcuma zedoaria). Harga jual yang rendah ini membuat pendapatan yang diperoleh oleh petani juga rendah. Jika dilihat dari produksi per hektar per tahun nya maka yang paling banyak adalah padi (Oryza Sativa) mencapai 1.700 kg per petani, namun harga jualnya hanya Rp 3.500 per kilogram. Hal ini berbeda dengan satu spesies yang harga jualnya paling tinggi diantara yang lain yaitu tanaman peje (Pueraria javanica) (Gambar 6). Tanaman ini sangat bermanfaat dalam mempercepat pertumbuhan tanaman karet dan berpotensi sebagai pakan ternak (Tistama dan Sumarmadji 2009). Pueraria javanica merupakan jenis pupuk hijau yang ketersediaannya cukup banyak ditemui di lapangan. Leguminosae ini merupakan tanaman yang mampu menghasilkan bahan organik tinggi dan meningkatkan kesuburan tanah karena mampu memfiksasi nitrogen melalui bintil akar tanaman (Arsyad dkk 2011). Bentuk buahnya berupa biji atau polong-polongan yang bewarna cokelat kehitaman. Wilayah yang merupakan penghasil utama benih peje adalah wilayah yang mempunyai periode kering tegas seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur (Angkapradipta 1984). Karena permintaan biji peje di pasaran meningkat, menyebabkan harga jual biji peje juga tinggi. Harga jual per kilogramnya paling tinggi diantara spesies lainnya mencapai Rp 93.000. Hasil panen yang diperoleh dijual melalui tengkulak. Rata-rata pendapatan petani dari penjualan tanaman sela adalah Rp 27.565.000 per tahun.
17
Gambar 6 Tanaman tumpangsari peje (Pueraria javanica) Jumlah pendapatan rata-rata petani dari tanaman agroforestri (tanaman pokok dan tanaman sela) yaitu Rp 37.937.000 per tahun. Lahan agroforestri bagi sebagian besar masyarakat yang berada di zona rehabilitasi merupakan sumber penghidupan. Namun sebagian petani mempunyai pekerjaan lain mencukupi kebutuhan sehari-hari. Manfaat Keberadaan Agroforestri Bagi TNMB Adanya kegiatan rehabilitasi, gangguan hutan milik taman nasional oleh masyarakat sekitar kawasan semakin berkurang. Masuknya masyarakat di daerah penyangga ke dalam hutan untuk mencari berbagai jenis hasil hutan menjadi ancaman bagi kelestarian kawasan. Berdasarkan hasil penelitian terlihat sumber mata pencaharian masyarakat sebagian besar adalah petani. Sebelum ada zona rehabilitasi dengan sistem agroforestri pendapatan masyarakat tergantung dari hutan, namun sejak kegiatan agroforestri berjalan perhatian masyarakat untuk mengambil hasil hutan beralih menjadi lebih fokus mengolah lahan dengan menanam tanaman agroforestri. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa petani mulai ke lahan dari pukul 07.00-16.00 WIB. Hal ini menunjukkan petani banyak menghabiskan waktunya di lahan garapan sehingga petani tidak akan memikirkan lagi untuk masuk ke dalam kawasan dan mengambil hasil hutan. Dengan demikian ekosistem kawasan TNMB akan terjaga serta kerusakan kawasan akibat perambahan oleh masyarakat semakin kecil. Kegiatan rehabilitasi melalui tanaman pokok diharapkan dapat memulihkan lahan yang gundul agar menjadi hutan kembali. Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilakukan oleh taman nasional, maka tingkat keberhasilan tanaman di wilayah Resort Andongrejo dan Curahnongko adalah sebesar 57% (BTNMB 2004 diacu dalam Puwaningsih 2006). Hasil penelitian juga menunjukkan pemulihan kondisi hutan sudah terlihat dari keberhasilan tanaman pokok yang ditanam oleh petani Desa Curahnongko walaupun belum semua spesies berbuah. Kembalinya kondisi lahan yang gundul menjadi bervegetasi akan memberikan dampak yang berarti bagi kehidupan satwaliar di sekitarnya. Lahan rehabilitasi yang memiliki banyak vegetasi tersebut telah dijadikan tempat makan dan bersarangnya satwaliar. Agroforestri TNMB merupakan bagian dari ruang terbuka hijau yang memiliki peran penting bagi masyarakat di sekitarnya. Kanopi pohon-pohon areal agroforestri yang menutupi kawasan zona rehabilitasi TNMB membuat aliran permukaan yang menyebabkan erosi jauh lebih rendah daripada
18
lahan yang terbuka tanpa pohon. Hal ini terbukti dari hasil wawancara kepada petani. Biasanya setiap tahun desa ini mengalami adanya tanah longsor dan banjir, namun sejak adanya agroforestri peristiwa tersebut tidak pernah lagi terjadi. Kegiatan pemulihan suatu lahan yang telah rusak melalui penanaman serta pengkayaan spesies juga dapat mengurangi konsentrasi CO2 di atmosfer. Biomassa yang tinggi yang terkandung dari kawasan TNMB yang luas dapat dipastikan sangat berpengaruh dalam menciptakan iklim mikro di daerah tersebut. Hal ini diungkapkan oleh Brown et al. (1993) diacu dalam Purwaningsih (2006) bahwa pengurangan emisi karbon pada areal konversi yang mengalami degradasi lahan dapat dikurangi dengan penanaman kembali (perkebunan, agroforestri, reforestasi dan aforestasi), sehingga emisi karbon tanah yang mengikat dapat kembali ditangkap melalui fotosintesis. Keanekaragaman Manfaat Tanaman Pokok Tanaman pokok yang terdapat di zona rehabilitasi memiliki manfaat yang beragam bergantung spesiesnya. Manfaat tanaman antara lain bisa dijadikan obat, bahan pangan, pakan ternak, bahan pewarna, bahan bangunan, tanaman hias, kayu bakar serta kerajinan tangan (Tabel 12). Tabel 10 Manfaat spesies tanaman pokok lahan rehabilitasi No 1
2 3
4
Manfaat Tumbuhan obat
Tumbuhan hias Tumbuhan penghasil pangan
Tumnbuhan penghasil pakan ternak 5 Tumbuhan penghasil zat warna 6 Tumbuhan penghasil kayu bakar 7 Tumbuhan penghasil tali anyaman 8 Tumbuhan penghasil bahan bangunan Sumber: Heyne K (1987)
Spesies tanaman Artocarpus integra, Parkia speciosa, P. timoriana, Morinda citrifolia, Tamarindus indica, Mangifera indica, Artocarpus communis, Artocarpus altilis, Aleurites moluccana, Psidium guajava, Anacardium occidentale, Pangium edule, Annona muricata, Chrysophylum cainito, Sterculia foetida, Areca catechu, Persea americana, Pithecellobium lobatum. Chrysophylum cainito. Artocarpus integra, Parkia speciosa, P. timoriana, Tamarindus indica, Mangifera indica, A. communis, Artocarpus altilis, Aleurites moluccana, Anacardium occindentale, Chrysophyllum cainito, Annona muricata, Areca catechu, Durio zibethinus, Gnetum gnemon, Persea americana, Psidium guajava, Pithecellobium lobatum. Artocarpus integra, Mangifera indica, Anacardium occindentale. Morinda citrifolia, Sterculia foetida, Artocarpus integra. Anacardium occidentale, Switenia macrophyla, Psidium guajava. Artocarpus integra. Artocarpus communis, Sterculia foetida, Durio zibethinus.
19
Rekomendasi Pengembangan Program Zona Rehabilitasi Beberapa upaya perlu dilakukan guna menyempurnakan program rehabilitasi khususnya pada penggunaan sistem agroforestri yang diterapkan oleh Taman Nasional Meru Betiri. Hal ini dilakukan agar tujuan masyarakat lokal dan pihak TN Meru Betiri secara bersama dapat terwujud. Pengayaan Spesies Lahan Rehabilitasi Menurut Nair (1993) dalam sistem agroforestri dikenal adanya beberapa interaksi yang bersifat positif pada wilayah pertemuan antara pohon dan tanaman semusim (tree-crop interface). Manajemen ruang temu kehutanan dan pertanian (agroforestri) didasarkan pada tindakan silvikultur dan agronomi baik secara pararel atau seri. Dengan demikian dalam agroforestri, silvikultur dan agronomi menjadi dasar dalam menentukan keberlangsungan agroforestri. Berdasarkan penelitian telah disebutkan sebelumnya bahwa pada lahan rehabilitasi Desa Curahnongko, dari 22 spesies hanya 1 (satu) spesies yang merupakan tanaman kehutanan yaitu kedawung (Parkia timoriana) sedangkan yang 21 spesies lainnya adalah tanaman buah. Maka dari itu perlu adanya pengayaan spesies tanaman kehutanan di lahan rehabilitasi tersebut. Hal ini dilakukan agar konsep agroforestri berjalan seperti seharusnya. Selain itu juga perlu memperhatikan asal tanaman yang ditanam. Diperlukan juga pengayaan spesies asli setempat seperti kedawung (Parkia timoriana), kepuh (Sterculia foetida), kemiri (Aleurites moluccana), pinang (Areca catechu), kenitu (Chrysophylum cainito) dan joho lawe (Vitex quinata) karena spesies asli TNMB lebih sedikit ditanam dibandingkan spesies eksotik. Supratini (2009), menyebutkan bahwa spesies tanaman yang direkomendasikan di lahan rehabilitasi Resort Wonoasri dapat diadopsi untuk Resort Curahnongko. Hal ini dikarenakan kondisi lahan dan tanah kedua Resort tersebut tidak berbeda. Tanaman yang direkomendasikan untuk ditanam di lahan rehabilitasi ini antara lain cabai jawa (Piper retrofractum), pule pandak (Rauwolfia serpentina), pulai (Alstonia scholaris), kapulaga (Amomum cardamomum), aren (Arenga pinnata), langsat (Lansium domesticum), cempedak (Artocarpus champeden), suren (Toona sureni), kemukus (Piper cubeba), iles-iles (Amorphophallus sp.), serta bendoh (Artocarpus elasticus). Tanaman tersebut belum ada di lahan rehabilitasi Desa Curahnongko. Sebagian besar tanaman yang direkomendasikan merupakan tanaman obat. Selain dari pengayaan spesies tanaman tersebut, perlu juga adanya kebijakan pengelolaan zona rehabilitasi TNMB untuk melakukan domestikasi dan budidaya jenis kayu komersial sebagai bahan baku bangunan, perabot rumah tangga (furniture), badan perahu, bahan baku minyak wangi dan lain-lain (Zuhud 2010). Jenis kayu komersial yang sering diambil masyarakat dari TNMB antara lain: kayu garu (Chicoceton divergen), kayu kembang rekisi (Michelia velutina), kayu suren (Toona sureni), kayu sapen (Pometia tomentosa), kayu kepuh (Sterculia foetida), kayu bendo (Artocarpus elasticus), kayu bindung (Tetrameles nudiflora), kayu takir (Duabanga moluccana), kayu putat (Plachonella elasticus), dan kayu bungur (Lagerstoemia speciosa).
20
Peningkatan Nilai Tambah Produk-Produk dari Lahan Rehabilitasi Produk-produk yang melimpah pada periode panen dari tanaman pokok di lahan rehabilitasi dan perlu ditingkatkan nilai tambahnya, melalui pengembangan industri pengolahan pascapanen, proses pembuatan dan pengemasan produk serta pemasaran dengan harga jual yang tinggi. Beberapa hasil panen spesies yang cukup melimpah namun kurang diminati pasar di daerah tersebut antara lain jambu biji (Psidium guajava) dan mengkudu (Morinda citrifolia). Untuk menambah nilai ekonomi dari hasil panen tanaman ini salah satunya adalah dengan cara didistribusikan ke daerah luar Jember yang diketahui banyak peminatnya. Maka dari itu perlu adanya upaya pengemasan produk hasil panen yang benar oleh petani serta sistem distribusi yang tepat. Hal ini bisa dibantu oleh LSM KAIL agar hasil panen petani dapat bernilai ekonomi sehingga pendapatan petani juga akan meningkat. Berbagai jenis tanaman obat di lahan rehabilitasi petani ketika dipanen langsung dijual ke tengkulak atau ke pasar di desa tersebut. Upaya untuk meningkatkan nilai tambah dari tanaman obat salah satunya adalah dengan mendirikan atau menciptakan pabrik jamu. Hal ini sudah diterapkan di Desa Andongrejo yang bersebalahan dengan Desa Curahnongko. Namun pembuatan jamu-jamuan ini masih sangat tradisional dan belum menggunakan alat. Produk jamu yang dihasilkan juga masih dijual kepada penduduk sekitar. Proses pembuatan jamu tersebut dikerjakan oleh ibu-ibu setempat, dan mereka memproduksi berdasarkan pesanan saja. menyikapi hal tersebut perlu adanya perhatian dari TN Meru Betiri untuk melakukan pelatihan, penyuluhan dan pendampingan dalam pengolahan pasca panen agar masyarakat setempat bisa mengembangkannya menjadi industri obat dan jamu dalam kemasan yang lebih menjual, sehingga dapat dipasarkan ke luar daerah yang akan meningkatkan pendapatan petani. Kebijakan Pengelola TN Meru Betiri Terhadap Keberlanjutan Rehabilitasi Selama ini hubungan antara masyarakat dengan TN Meru Betriri belum menunjukkan kolaborasi. Terdapat perbedaan visi antara masyarakat sekitar hutan dengan pengelola taman nasional yang harus dikolaborasikan agar menjadi visi bersama. Jika tidak, maka akan sulit terwujudnya konservasi taman nasional, yang terjadi malah dampak negatif kepada masyrakat lokal dan juga kesrusakan hutan. Masyarakat hutan yang masih miskin materi dan pengetahuan saat ini masih berfikir dan menyikapi sumberdaya hutan sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi hidup keluarganya. Mereka lebih mementingkan untuk memenhui kebutuhan hidup mereka. Ada hal yang masih diragukan dan dikhawatirkan oleh masyarakat petani rehabilitasi, yaitu terkait kesepakatan tenggat waktu berakhirnya program rehabilitasi tersebut. Saat ini hidup petani sangat tergantung dari agroforestri di lahan rehabilitasi yang mereka garap. Kegiatan rehabilitasi ini sudah berjalan kurang lebih selama 13 tahun, namun belum ada kepastian tenggat waktu berakhirnya program rehabilitasi dan hak untuk mewariskan pekerjaan sebagai petani penggarap kepada keluarganya ketika petani tersebut meninggal dunia. Petani menyadari bahwa yang mereka garap itu adalah lahan milik taman nasional. Namun petani juga menginginkan untuk dapat terus memanfaatkan lahan tersebut sebagai sumber pendapatan mereka. Apabila lahan tersebut tidak lagi difungsikan untuk kegiatan rehabilitasi, petani mengharapkan ada pekerjaan
21
pengganti untuk para masyarakat petani sekitar kawasan. Maka dari itu, perlu adanya pembuatan regulasi atau peraturan perundangan yang mengatur hal ini, agar tidak ada lagi kekhawatiran masyarakat khususnya petani.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kegiatan agroforestri di zona rehabilitasi telah menyumbangkan nilai ekonomi bagi masyarakat khususnya petani yang terlibat dalam program rehabilitasi. Berdasarkan penelitian, teridentifikasi sebanyak 10 spesies tanaman pokok dan 12 spesies tanaman sela. Spesies tanaman pokok yang paling tinggi nilai jualnya adalah asam (Tamarindus indica) dan durian (Durio zibethius) sedangkan untuk spesies tanaman sela-nya yaitu biji peje (Pueraria javanica). Pendapatan total rata-rata petani dari tanaman agroforestri adalah Rp Rp 37.937.000 per hektar per tahun. Saran Perlu adanya bimbingan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat petani rehabilitasi oleh pihak TNMB dan LSM KAIL dalam pengolahan hasil lahan rehabilitasi baik dalam hal pengemasan dan pendistribusian hasil panen ke luar daerah agar dapat meningkatkan nilai tambah masyarakat. Perlu juga pembuatan regulasi (peraturan perundangan) terkait pelaksanaan program rehabilitasi agar ada kepastian hukum antara pihak TNMB dengan masyarakat sekitar kawasan khususnya petani.
DAFTAR PUSTAKA Angkapradipta P. 1984. Tanaman penutup tanah di perkebunan karet. Makalah disampaikan pada Seminar Satu Hari Tentang Tanaman Penutup Tanah di BPP Bogor 10 September 1984. 14p. Arsyad AR, Farni Y, Ermadani. 2011. Aplikasi pupuk hijau (Calopogonium mucunoides dan Pueraria Javanica) terhadap air tanah tersedia dan hasil kedelai. J. Hidrolitan. 2(1):31–39. Dewi YN. 2007. Pengambilan sumberdaya hutan berkhasiat obat oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Meru Betiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. De Foresta, Michon G. 1997. The Agroforet Alternative To Imperata Grasslands: When Smallholder Agriculture And Forestry Reach Sustainability. Agroforestry system. 36: 105-120. De Foresta , Kusworo A, Michon G, Djatmiko WA. 2000. Ketika kebun berupa hutan - Agroforest khas Indonesia - Sumbangan masyarakat bagi pembangunan berkelanjutan. International Centre for Research in
22
Agroforestry, Bogor, Indonesia; Institut de Recherche pour le Développement, France; dan Ford Foundation, Jakarta, Indonesia. Hairiah K, Sardjono MA, Sarnurdin S. 2003. Pengantar agroforestry. Bahan ajaran I. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF). Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia.Jakarta (ID): Badan Penelitian dan Pengembangan Indonesia Hutapea T. 2005. Pengembangan agroforestri berkelanjutan di daerah aliran sungai (Studi kasus di DAS Ciliwung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Idrus M. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial Pendekatan Kualitatif dan Kuatitatif. Ed ke-2. Yogyakarta (ID): Erlangga. [ICRAF] International Centre for Research in Agoforestry. 2000. Ketika kebun berupa hutan: Agroforest khas indonesia sebuah sumbangan masyarakat. Bogor (ID): World Agroforestry Centre. [KAIL] Konservasi Alam Indonesia Lestari. 2010. Daftar tanaman pokok taman nasional meru betiri. Jember (ID): KAIL. Koswara S. 2006. Sukun sebagai cadangan pangan alternatif [Internet]. [diunduh 2013 Mar 20]. Tersedia pada: www.ebook.com. Mujenah. 1993. Interaksi masyarakat dengan tumbuhan obat di kawasan Taman Nasional Meru Betiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [Menhut] Menteri Kehutanan. 2002. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 8205/Kpts-II/2002 tentang Pedoman Rehabilitasi di Kawasan Taman Nasional. Menteri Kehutanan. Jakarta (ID). Nair R. 1993. An Introduction to Agorofrestry. Netherlands (NL): Kluwer Academic Publishers Purwaningsih. 2006. Studi manfaat kegiatan rehabilitasi dalam peningkatan pendapatan masyarakat dan reduksi gangguan terhadap kawasan Taman Nasional Meru Betiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Siregar SM. 2005. Potensi budidaya jati [Internet]. [diunduh 2013 Apr 15]. Tersedia pada: http://library.usu.ac.id/download/fp/hutanedi%20batara10.pdf. Schalik CP, Noordwijk MV. 2003. Agroforestry and Biodiversity. Bogor (ID). International Centre for Research in Agroforestry (ICRAF). Siclair FL.1999. General Classification of Agroforestry Practice. Netherland (NL): Kluwer Academic Publisher (46): 161-180. Sevilla CG, Ochave JA, Punsalam TW, Regala BP, Uriarte GG. 1993. Pengantar Metode Penelitian. Tuwu A, Syah A, penerjemah. Jakarta (ID): Universitas Indonesia Press. Terjemahan dari: An Introduction to Research Methods. Sugiyono 2010. Etode Penelitian Secara Kualitatif [Internet]. [diunduh 2013 Jan 13]. Tersedia pada: http:// Supraptini A . 2009. Tinjauan keanekaragaman tanaman pokok yang berguna di lahan rehabilitasi untuk mendukung kesejahteraan masyarakat lokal di taman nasional meru betiri [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Tistama R, Sumarmadji. 2009. Usaha peningkatan produksi dan viabilitas biji kacangan Pueraria javanica melalui induksi pembungaan [Internet]. [diunduh 2013 Apr 27]. Tersedia pada: http:/ Pembungaan Legume Pueraria javanica.html.
23
Zuhud EAM. 2010. Mengembangkan konservasi berdasarkan industri dari Zona Rehabilitasi di Taman Nasional Meru Betriri. Bogor (ID): International Tropical Timnber Organization.
1 24
Lampiran 1 Peta Taman Nasional Meru Betiri
2
Lampiran 2 Karakteristik responden petani lahan rehabilitasi TNMB No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Nama Suparman b Pairin Sumadi Aini Mujari Tumiran Muah Sari Parman Miseri Wasil Suwandi Parmin Musliman Soirin Subakir Poniran Agus Misgi Tosan b Poniti Dullah Teguh
Umur (tahun) 50 50 47 51 48 53 70 55 60 41 40 60 60 55 47 73 50 45 60 37 45 50 40
L/P L L L L L L P L L L L L L L L L L L L L L L
Keluarga 3 3 5 2 4 5 2 6 2 6 4 4 2 5 3 2 7 6 4 4 3 4 2
Pendidikan SD SD SD TS TS SD TS SD SD SD SD SD SD SD SD SD TS TS TS SMP SD SD SD
Alamat curahnongko Curahnongko Cuahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko curahnongko Curahnongko Cuahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko
Kelompok Tani Lestari alam 2 Lestari alam 2 Lestari alam 2 Lestari alam 2 Lestari alam 2 Sidodadi Sidodadi Sidodadi Karya makmur Karya makmur Karya makmur Karya makmur Sumber ayem Sumber ayem Sumber ayem Sumber ayem Proliman Proliman Proliman Proliman Mekar sari 1 Mekar sari 1 Mekar sari 1 25
3 26
Lampiran 2 Karakteristik responden petani lahan rehabilitasi TNMB (lanjutan) No Nama Umur (tahun) L/P Keluarga Pendidikan 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46
Suparto Mulyono Jono Dudi Sugiri Wagirin Suwito Ngatiar Kasmidi Sakir Legiman a Legiman b Tungkal Yani Sumari Sutriso Sadir Bibit Sukidi Sunar Kadut Paidi b Kliwon
45 35 30 32 50 40 46 47 48 51 47 52 51 53 45 37 60 56 60 82 49 49 47
L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L L
3 4 5 3 4 6 2 2 2 2 2 3 3 2 5 2 5 6 2 3 8 4 4
TS SD SD SD SMP SD SD SD SD SD SD SD SD SD TS SD TS SD SD SD SD SD SD
Alamat
Kelompok tani
Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko
Mekar sari 1 Mekar sari 1 Mekar sari 1 Mekar sari 1 Mekar sari 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 Lestari alam 1 lestari alam 1 Kapuran Kapuran Kapuran Kapuran Ragil putra Ragil ptra Ragil ptra Ragil ptra Ragil ptra
4
Lampiran 2 Karakteristik responden petani lahan rehabilitasi TNMB (lanjutan Nama Umur (tahun) L/P Keluarga Pendidikan No 74 Samadi 31 L 4 SD
Alamat Curahnongko
Kelompok tani Sumber urip
75
Tohari
34
L
4
SD
Curahnongko
Sumber urip
76
Raianto
35
L
4
SD
Curahnongko
Sumber urip
77
Sumardi
30
L
3
SD
Curahnongko
Sumber mulyo
78
Eko
42
L
4
SD
Curahnongko
Sumber mulyo
79
Seniman b
45
L
5
SD
Curahnongko
Sumber mulyo
80
Iisnawi
62
L
4
SD
Curahnongko
Kelir abadi
81 85 86 87
Suwaji Salam Poniti Sukari
51 51 40 40
L L L L
5 3 6 4
SD SD SD SD
Curahnongko Curahnongko Curahnongko Curahnongko
Kelir abadi Seng lestari Seng lestari Seng lestari
Ketengan: TS : Tidak Sekolah , SD : Sekolah Dasar, SMP : Sekolah Menengah Pertama
Lampiran 3 Jumlah jenis dan individu tanaman pokok masing-masing petani No 2 3 4
Nama Pairin sumadi b paini
a 20 22 10
b 15 12 8 7
c 17 11 17
d 22 8 5 4
e 15 10 13
f
g
h
Jenis Tanaman Pokok i j k l m n o
3 2 2
p
q
r
s
t
u
v
JITP 52 70 61 40
JJTP 3 6 6 5 27
5 28
Lampiran 3 Jumlah jenis dan individu tanaman pokok masing-masing petani (lanjutan) Jenis Tanaman Pokok No Nama a b c d e f g h i j k l m n 5 7 3 6 Tumiran 9 13 8 6 5 2 2 7 Muah 10 8 15 7 3 2 3 8 Sari 10 7 30 11 5 3 9 Parman 25 11 4 8 3 1 10 Miseri 12 10 17 4 2 11 Wasil 23 8 15 6 12 Suwandi 13 5 20 25 3 4 13 Parmin 5 21 25 4 7 14 Musliman 7 11 22 8 10 3 5 15 Soirin 5 10 7 4 2 2 16 Subakir 7 9 10 7 15 5 4 5 3 5 17 Poniran 15 10 8 3 5 18 Agus 5 15 10 4 19 Misgi 15 3 3 20 Tosan b 15 4 Poniti 21 11 15 Dullah 22 12 Teguh 23 15 20 Mulyono 24 11 17 10 Jono 25 10 20 Dudi 26 5 17 Sugiri 27 10 8 12 5 10 2 1 1 1 2
J o
p
3
3
q
r
s
t 5
u
v
4 6 4 5 1
2
ITP 20 60 48 66 52 50 52 70 62 66 30 100 42 34 21 19 26 12 25 38 30 22 55
JJTP 4 7 7 6 6 6 4 6 5 7 6 18 4 3 2 2 2 1 1 3 2 2
6
Lampiran 3 Jumlah jenis dan individu tanaman pokok masing-masing petani (lanjutan) No
Nama
29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Suwito Ngatiar Kasmidi Sakir Legiman Legiman Tungkal Yani Sumari Sutriso Sadir Bibit Sukidi Sunar Kadut Paidi b Kliwon Legimin Misijan
48
Togoka
a b c d 7 5 7 12 10 12 8 10 9 11 6 4 7 5 6 4 12 7 15 15 10 4 11 5 5 6 8 3 4 6 7 4 7 11 3 7 5 4 7 4 3 6 6 7 8 3 7 6 8 4 9 11 4 5 7 10 8
4 3
f 6 3 3 3
l
m
7
3
2
7
2
2
9
2 2
11 2 10 3
3 2
10 8
1
n
o
p
q
r
s
t
u
v
JITP JJTP 24 4 57 6 21 3 29 4 22 4 24 4 22 2 15 1 41 7 22 4 28 5 24 4 21 3 22 5 19 3 30 5 20 6 20 2 26 4 4 32 18 3
29
10 7
e 5 10
Jenis Tanaman Pokok g h i j k
7 30
Lampiran 3 Jumlah jenis dan individu tanaman pokok masing-masing petani (lanjutan) No
Nama
50 51 52 53 54 55 56 58 59 60 61 57 62 63 64 65 66 67 68 69 70
Suyono Tomo Togok b Sidik Sulis Pak no Misno b Didi Suyono Gamun Budiyono Misrun Paijan Karjan Saji Tumiran Kadeni Misno a Katimun Supiono Sukirno
a 10 5 5 7 4 5 6 7 6 5 3 4 8 7 5 4 3 4 3
b 3 5 5 4 4
c 7 7 7 6 6
d 4 6 4 8
e 5 4 4 11
f
g
Jenis tanaman Pokok h i j k l m 3 5 3
J n
o
p
3 6
4 15
6 20 6 5
10 11 6
4 7
3 5 5 4
8 6 10 15 6 8 5
8 4 5 5
4 2
3 4 3 10 6
3 3 3
3 3
8 7
2 3
4 4 4
2 7
2 3
5
3
q
r
s
t u
v
ITP 27 19 28 28 18 17 18 20 28 34 37 20 18 22 18 23 24 22 22 15 29 26
JJTP 5 4 6 4 2 3 4 2 5 4 6 4 3 5 3 3 5 4 3 3 7
8
Lampiran 3 Jumlah jenis dan individu tanaman pokok masing-masing petani (lanjutan) Jenis Tanaman Pokok No Nama a b c d e f g h i j k l m n o p 10 16 25 50 Suparman 72 10 14 11 10 4 3 8 5 73 Sukardi 11 20 5 3 74 Samadi 10 10 12 5 9 5 7 75 Tohari 5 10 10 Rianto 76 10 12 10 5 7 77 Sumardi 7 8 10 5 6 3 5 4 3 5 4 4 3 7 78 Eko 6 11 15 14 8 5 79 Seniman 8 7 5 10 4 5 4 80 Iisnawi 10 11 10 5 9 Suwaji 81 12 15 10 11 4 3 3 4 5 4 82 Wagino 11 10 13 10 5 4 5 6 8 7 4 83 Boiran 11 10 13 15 7 5 7 5 4 9 7 6 7 84 Karyono 12 15 15 13 Karyono 85 12 15 15 13 86 Salam 7 6 7 10 87 Poniti 8 17 15 88 Sukari 15 17 Total 610 580 754 312 458 80 76 92 34 16 25 40 89 8 14 20
J q r s
t
u v
3
6
9 4 6 10
5
0
J
ITP
JTP
101 65 39 58 25 44 77 59 43 45 71 25 101 55
8 4 7 3 5 15
55
4
30
4
40
3
32
2 414
3255
6 5 5 10 7 14 4
31
9 32 Keterangan: JJTP : Jumlah jenis tnaman pokok a= petai, b=keawung, c=nangka, d=asam, e=mangga, f=kepuh, g=alpukat, h kemiri, i=pakem, j=jambu mente, k=sukun, l=mengkudu, m= pinang, n=kluwih, o=melinjo, p=jambu biji, q=sirsak, r=durian, s=knitu, t=joho lawe, u=jeruk nipis, v=rambutan, w=anggrung, x=kedondong, y=waru, z=jengkol. Lampiran 4 Jumlah jenis tanman sela masing-masing petani No nama usia tahun tanam A 1 suparman b 50 2002 1 2 Pairin 50 2002 3 sumadi b 47 2002 1 4 paini 51 2002 1 5 mujari 48 2002 6 Tumiran 53 1999 1 7 Muah 70 1999 8 Sari 55 1999 9 Parman 60 2000 10 Miseri 41 2000 11 Wasil 40 2002 12 Suwandi 60 2000 13 Parmin 60 2001 1 14 Musliman 55 2002 1 15 Soirin 47 2004 1 16 Subakir 73 2001 1 17 Poniran 50 1999 18 Agus 45 2000 19 Misgi 60 2000 20 Tosan b 37 2000 1
B
C
D
E 1 1 1
1
1 1
1 1 1
F 1 1 1 1 1
G
H
1
1 1 1 1
1 1
1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1
1 1
1
1
1 1 1
1 1 1
1
I
J
1
K
1
1
L
1
JJTS 4 3 3 3 3 2 5 2 4 5 2 3 4 2 2 1 3 2 1 4
10
Lampiran 4 Jumlah jenis tanaman sela masing-masing petani (lanjutan No nama usia tahun tanam A B 21 Poniti 45 2005 22 Dullah 50 2005 23 Teguh 40 2005 24 Mulyono 35 2005 1 25 Jono 30 2005 1 26 Dudi 32 2005 1 27 Sugiri 50 2000 1 28 Wagirin 40 200 1 29 Suwito 46 2002 1 1 30 Ngatiar 47 2002 1 1 31 Kasmidi 48 2002 1 1 32 Sakir 51 2002 33 Legiman a 47 2002 1 1 34 Legiman b 52 2002 1 1 35 Tungkal 51 2001 1 1 36 Yani 53 2002 1 1 37 Sumari 45 2004 1 38 Sutriso 37 2004 1 39 Sadir 60 2004 1 40 Bibit 56 2004 1 41 Sukidi 60 2001 1 42 Sunar 82 2002 43 Kadut 49 2002 1 1 44 Paidi b 49 2002 1 1 45 Kliwon 47 2002 1 46 Legimin 46 2002 1
C
D
E
F 1 1
1
1
1 1 1
1
1 1
1 1 1 1
1 1
1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1
1
1
1 1 1
1
1 1 1 1
1 1
G
H
I
J
K
L
JJTS 1 1 0 4 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 2 5 3 4 3 2 2 3 4 3 33
11 34
Lampiran 4 Jumlah jenis tanaman sela masing-masing petani (lanjutan) Nama Petani Usia Tahun tanam No A B 44 2004 47 Misijan 1 1 46 2004 48 Togok a 42 2004 49 Sugit 1 1 51 2004 50 Suyono 1 1 51 2004 51 Tomo 1 1 45 2004 52 Togok b 46 2004 53 Sidik 42 2004 54 Sulis 88 2004 55 Pak no 1 1 54 2004 56 Misno b 46 2001 57 Misrun 1 1 55 2001 58 Didi 1 1 40 2001 59 Suyono 1 1 50 2001 60 Gamun 1 1 Budiyono 49 2001 61 1 1 Paijan 52 2001 62 1 1 48 2001 63 Karjan 1 1 56 2001 64 Saji 1 1 48 2001 65 Tumiran 1 1 50 2001 66 Kadeni 1 1 49 2002 67 Misno a 1 70 2008 68 Katimun
C
D 1
E 1 1
F
1
1
1
1
1 1 1
1 1
G
1 1 1
1 1
1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1
1 1 1
1 1
1 1 1
H
I
J
K
L
JJTS 3 3 3 3 3 3 0 2 2 2 5 6 4 5 3 4 5 4 3 5 1 1
12
Lampiran 4 Jumlah jenis tanman sela masing-masing petani (lanjutan) No Nama Petani Usia Tahun tanam A B C D E F G H I J K L JJTS 35 1999 69 Supiono 1 1 60 1999 70 Sukirno 1 1 60 2008 71 Kamari 1 1 1 1 4 56 1999 72 Suparman 1 1 Sukardi 45 2004 73 1 1 Samadi 31 1999 74 1 1 1 3 34 1999 75 Tohari 1 1 35 1999 76 Rianto 1 1 1 3 30 1999 77 Sumardi 1 1 42 1999 78 Eko 1 1 1 1 1 1 6 45 1999 79 Seniman b 1 1 1 3 62 2001 80 Iisnawi 1 1 2 51 Suwaji 2002 81 1 1 1 3 60 Wagino 2002 82 1 1 1 1 4 57 2001 83 Boiran 1 1 1 3 35 2004 84 Karyono 1 1 2 51 2000 85 Salam 1 1 1 1 1 5 40 2004 86 Poniti 1 1 1 1 4 40 2004 87 Sukari 1 1 Keterangan : JJTS = jumlah jenis tanaman sela a= padi, b=jagung, c=ketla pohon, d=kacang tanah, e=pisang, f=Pj, g=cabe rawit, h=temu hitam, i=temu putih, j=temulawak, k=kunir merah, l=laos. 35
13
36
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan petani ( Y1 dan Y2) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
Nama
Usia
Tahun tanam
Luas Lahan
JJTP
suparman b Pairin sumadi b paini mujari Tumiran Muah Sari Parman Miseri Wasil Suwandi Parmin Musliman Soirin Subakir Poniran Agus Misgi Tosan b Poniti
50 50 47 51 48 53 70 55 60 41 40 60 60 55 47 73 50 45 60 37 45
2002 2002 2002 2002 2002 1999 1999 1999 2000 2000 2002 2000 2001 2002 2004 2001 1999 2000 2000 2000 2005
0,5 0,25 0,5 0,25 0,5 0,125 0,25 1 0,25 0,25 0,25 0,25 0,125 0,25 0,25 0,125 0,25 0,125 0,25 0,25 0,25
3 6 6 5 4 7 7 6 6 6 4 6 5 7 6 18 5 4 3 2 2
Y1/ha/tahun (Rp) 200.000 980.000 1.220.000 720.000 820.000 24.320.000 100.000 1.870.000 5.100.000 732.000 1160000 4.980.000 484.000 536.000 0 15.120.000 2.360.000 226.000 0 0 1.200.000
JJTS 4 3 3 3 3 2 5 2 4 5 2 3 4 2 2 1 3 2 1 4 1
Y2/ha/tahun (Rp) 81.550.000 141000000 42300000 71640000 15100000 24320000 1900000 140200000 20600000 8752000 4600000 43480000 47200000 110000000 8280000 7200000 12040000 22240000 4800000 21400000 11500000
Total 81.750.000 141.980.000 43.520.000 72.360.000 15.920.000 48.640.000 2.000.000 142.070.000 25.700.000 9.484.000 5.760.000 48.460.000 47.684.000 110.536.000 8.280.000 22.320.000 14.400.000 22.466.000 4.800.000 5.350.000 12.700.000
14
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan petani ( Y1 dan Y2) (lanjutan) No 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Nama
Usia
Tahun tanam
Luas Lahan
JJTP
Dullah
50
2005
Teguh
40
2005
Mulyono
35
2005
Jono
30
2005
Dudi Sugiri Wagirin Suwito Ngatiar Kasmidi Sakir Legiman a Legiman b Tungkal Yani Sumari Sutriso Sadir Bibit Sukidi Sunar Kadut
32
2005 2000 200 2002 2002 2002 2002 2002 2002 2001 2002 2004 2004 2004 2004 2001 2002 2002
0,25 0,25 0,25 0,25 0,125 0,5 0,25 0,25 0,25 0,5 0,25 0,75 0,5 0,25 0,5 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
2 1 1 3 2 2 4 6 3 4 4 4 2 1 7 4 5 4 3 5 3 5
50 40 46 47 48 51 47 52 51 53 45 37 60 56 60 82 49
Y1/ha/tahun (Rp) 300.000 280.000 4.504.000 1.000.000 120.000 180.000 36.250 10.100.000 1.004.000 75.000 160.000 466.000 200.000 0 500.000 64.000 324.000 60.000 0 920.000 1.640.000 1.700.000
JJTS 1 0 4 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4 2 5 3 4 3 2 2
Y2/ha/tahun (Rp) 32000000 0 44400000 23960000 32800000 3980000 26800000 17620000 65280000 17000000 143400000 5780000 8500000 7990000 8250000 6760000 24480000 41600000 5760000 92784000 106000000 10600000
Total (Rp) 32.300.000 280.000 48.904.000 24.960.000 32.920.000 4.160.000 26.836.250 27.720.000 66.284.000 17.075.000 143.560.000 6.246.000 8.700.000 7.990.000 8.750.000 6.824.000 24.804.000 41.660.000 5.760.000 93.704.000 107.640.000 12.300.000 37
15 38
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan petani ( Y1 dan Y2) (lanjutan) No
Nama
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 61
Paidi b Kliwon Legimin Misijan Togok a Sugit Suyono Tomo Togok b Sidik Sulis Pak no Misno b Misrun Didi Suyono Gamun Budiyono Paijan Karjan Saji Tumiran Kadeni Budiyono
Usia
Tahun tanam
Luas Lahan
JJTP
49 47 46 44 0.5 42 51 51 45 46 42 88 54 46 55 40 50 49 52 48 56 48 50 49
2002 2002 2002 2004 0.5 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2004 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001 2001
0,25 0,125 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,25 0,5 0,5 0,25 0,5 0,75 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,5 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
6 2 4 4 3 5 4 6 4 2 3 4 2 3 5 4 6 4 5 3 3 5 4 4
Y1/ha/tahun (Rp) 640.000 1.320.000 680.000 1.000.000 180.000 470.000 45.000 1.000.000 680.000 0 940.000 700.000 54.000 700.000 1.660.000 1.400.000 1.300.000 748.000 434.000 2.100.000 1.120.000 1.120.000 1.424.000 748.000
JJTS 3 4 3 3 3 3 3 3 3 0 2 2 2 5 6 4 5 3 4 5 4 3 5 3
Y2/ha/tahun (Rp) 9500000 37600000 4800000 6740000 117950000 42400000 8620000 16080000 10620000 0 104400000 6640000 8066666,667 180200000 44920000 70400000 54440000 23800000 11020000 69360000 63600000 84000000 60980000 23800000
Total (Rp) 10.140.000 38.920.000 5.480.000 7.740.000 118.130.000 42.870.000 8.665.000 17.080.000 11.300.000 0 105.340.000 7.340.000 8.120.667 180.900.000 46.580.000 71.800.000 55.740.000 24.548.000 5.944.000 66.820.000 64.720.000 85.120.000 62.404.000 24.548.000
16
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan petani ( Y1 dan Y2) (lanjutan) No 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
Nama Paijan Karjan Saji Tumiran Kadeni Misno a Katimun Supiono Sukirno Kamari Suparman Sukardi Samadi Tohari Rianto Sumardi Eko Seniman b Iisnawi Suwaji Wagino
Usia
Tahun tanam
Luas Lahan
JJTP
Y1/ha/tahun (Rp)
JJTS
52
2001 2001 2001 2001 2001 2002 2008 1999 1999 2008 1999 2004 1999 1999 1999 1999 1999 1999 2001 2002 2002
0,5 0,25 0,25 0,25 0,25 0,125 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25 0,5 0,5 0,75 0,25 0,5
5 3 3 5 4 3 3 7 6 4 8 4 7 3 5 15 6 7 4 10 11
434.000 2.100.000 1.120.000 1.120.000 1.424.000 3.760.000 120.000 0 200.000 400.000 1.120.000 0 292.000 640.000 0 2.580.000 205.000 38.000 226.000 600.000 700.000
4 5 4 3 5 1 1 1 1 4 1 1 3 1 3 1 6 3 2 3 4
48 56 48 50 49 70 35 60 60 56 45 31 34 35 30 42 45 62 51 60
Y2/ha/tahun (Rp) 11020000 69360000 63600000 84000000 60980000 38400000 200000 4800000 5040000 72640000 32000000 8400000 18600000 6400000 38400000 300000 18400000 24600000 4320000 25200000 37500000
Total (Rp) 5.944.000 66.820.000 64.720.000 85.120.000 62.404.000 42.160.000 320.000 4.800.000 5.240.000 73.040.000 33.120.000 8.400.000 18.892.000 7.040.000 38.400.000 2.880.000 18.605.000 24.638.000 4.546.000 25.800.000 38.200.000 39
17 40
Lampiran 5 Rekapitulasi Pendapatan petani ( Y1 dan Y2) (lanjutan) No
Nama Petani
Usia
Tahun tanam
Luas
JJTP
Y1/ha/tahun (Rp)
JJTS
Y2/ha/tahun (Rp) 60520000 4.133.000 22160000 11.400.000 3.200.000 3038595667
Toral (Rp)
57 Boiran 2001 0,25 14 1.710.000 3 62.230.000 35 Karyono 2004 0,75 4 200.000 2 4.333.000 51 Salam 2000 0,5 4 506.000 5 22.666.000 40 Poniti 2004 0,5 3 480.000 4 11.880.000 40 Sukari 2004 0,5 2 100.000 1 3.300.000 Total 29,125 119.353.250 3.131.748.917 Keterangan : JJTP= Jumlah jenis tanaman pokok, JJTS= Jumlah jenis tanaman sela Y1 = pendapatan petani hasil produksi tanaman pokok, y2 = pendapatan petani dari hasil produksi tanaman sela.
83 84 85 86 87
41
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kabupaten Indra giri Hulu, Riau pada tanggal 20 Mei 1991 sebagai anak kedua dari lima bersaudara pasangan Sapnir Rasyid Sinaga dan Emida Nora. Pada tahun 2003 penulis melanjutkan ke SMPN 1 Sungai Lala dan lulus pada tahun 2006, setelah itu melanjutkan ke SMAN 5 Padangsidimpuan Sumatera Utara dan lulus pada tahun 2009. Penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan IPB pada tahun 2009 melalui jalur Ujian Saringan Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif pada kegiatan HIMAKOVA di Kelompok Pemerhati Mamalia (KPM). Pada tahun 2011 penulis mengikuti kegiatan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Tangkuban Perahu-Cikeong dan tahun 2012 mengikuti kegiatan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW), Sukabumi. Penulis pernah mengikuti kegiatan Raflesia pada tahun 2011 di Taman NasionalGunung Halimun Salak. Pada tahun 2013 penulis melakukan kegiatan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Kawasan Konservasi dan Hutan Lindung (Dit. PJLKKHKL). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, penulis melakukan penelitian “Manfaat Agroforestri Bagi Masyarakat di Zona Rehabilitasi Taman Nasional Meru Betiri” di bawah bimbingan Prof Dr Ir H Ervizal A.M Zuhud, MS dan Dr Ir Agus Hikmat, MScF.