PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI ( STUDI KASUS BLOK RAJEGWESI SPTN I SARONGAN )
LAILATUL QOMARIAH
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
PENGEMBANGAN EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI ( STUDI KASUS BLOK RAJEGWESI SPTN I SARONGAN )
LAILATUL QOMARIAH E34104074
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan
DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN Lailatul Qomariah. E34104074. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan). Di bawah bimbingan Tutut Sunarminto dan Eva Rachmawati. Taman Nasional Meru Betiri ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Nomor: 277/Kpts-VI/1997 Tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha. Permasalahan yang dihadapi oleh TNMB berupa keberadaan perkebunan di dalam kawasan dan adanya buruh perkebunan dengan tingkat pendapatan yang sangat rendah memberi peluang menjadi perambah/pelaku perusakan hutan (RKT TNMB 2008). Disisi lain TNMB kaya akan keanerakagaman hayati dan bentang alam yang bisa dijadikan daya tarik wisata, diantaranya Blok Rajegwesi yang menawarkan potensi daya tarik wisata alam maupun budaya karena Rajegwesi memiliki ciri khas dengan kehidupan masyarakat nelayannya. Tujuan utama penelitian adalah membuat suatu rancangan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Blok Rajegwesi. Untuk itu, penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara, yaitu mengetahui (a) potensi sumberdaya ekowisata yang terdapat di Blok Rajegwesi, (b) karakteristik masyarakat Blok Rajegwesi, (c) persepsi, motivasi, partisipasi dan minat masyarakat terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat serta (d) minat, persepsi dan motivasi pengunjung terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Pengambilan data responden masyarakat dan pengunjung dilakukan dengan metode wawancara dan kuesioner yang kemudian datanya diolah dengan menggunakan sistem tabulasi. Selanjutnya, data hasil tabulasi dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif. Sementara itu, rencana pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi dirumuskan dengan menggunakan pendekatan analisis SWOT. Sumberdaya ekowisata yang berada di Rajegwesi berupa Pantai Rajegwesi, Teluk Hijau, Teluk Damai, Stone Beach, Goa Jepang, dan habitat Rafflesia serta budaya masyarakatnya seperti kehidupan masyarakat nelayan, perayaan petik laut, dan petilasan Ki Ageng Wilis. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi didasarkan pada 3 (tiga) hal, yaitu (1) potensi sumberdaya wisata yang terdapat di Rajegwesi, (2) persepsi dan motivasi masyarakat yang sangat mendukung sekali adanya pengembangan ekowisata di Rajegwesi, serta (3) minat pengunjung yang tinggi terhadap objek wisata alam di TNMB. Pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang dapat dilakukan di Rajegwesi yaitu bentuk ekowisata edukatif dengan program kegiatan yang ditawarkan adalah Adventure at Rajegwesi dan Rajegwesi Beach Tour. Peran masyarakat dalam program kegiatan tersebut terlihat dengan adanya bentuk partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan dan pembagian keuntungan ekonomi. Proses pembagian keuntungan ekonomi dilakukan sesuai kesepakatan yang telah ditentukan antara masyarakat dengan pengelola. Kata Kunci: Rajegwesi, ekowisata, masyarakat.
ABSTRACT Lailatul Qomariah. E34104074. Community Based Ecotourism Development in Meru Betiri National Park (Case Study Rajegwesi Block SPTN I Sarongan). Under Supervision of Tutut Sunarminto and Eva Rachmawati. The area of Meru Betiri became national park based on Minister Forestry Decision about directing of Meru Betiri National Park No: 277/Kpts-VI/1997 on 23rd May 1997 with 58.000 Ha width. The problems faced by MBNP are the existence of plantation inside the area and the existence of plantation labour with very low income; which give them the opportunity to become invader / an agent of deforestation (RKT MBNP 2008). In the other side, MBNP have highly biodiversity richness and unique landscape that can be used as tourism object, like Block Rajegwesi that offers the potency of tourism attraction and culture also, because this area is unique in the way life of its fisherman society. The main objective of this research is to create the design of ecotourism development based on community in Rajegwesi. There for, this research has spesific objectives, those are to know (a) the potency of ecotourism sources in Rajegwesi, (b) characteristics of Rajegwesi society, (c) perception, motivation, participation, and enthusiasm of Rajegwesi society about ecotourism development base on community also (d) enthusiasm, perception and motivation of visitor in ecotourism development base on community. Data of responders society and visitors was collected by using interview and qutionnaire method. Then, data was processed and analyzed by using tabulation and descriptive analysis. Meanwhile, the planning of community based ecotourism development in Rajegwesi was formulated by using SWOT analyse approachment. Ecotourism sources in Rajegwesi are Rajegwesi Beach, Green Bay, Peace Bay, Stone Beach, Japan Cave, and Rafflesia habitat also the culture are the fishery life, Petik Laut celebration, and Ki Ageng Wilis cemmetery. Community based ecotourism development in Rajegwesi relied on 3 (three) matters, those are (1) the potency of tourism sources in Rajegwesi (2) perception and motivation of i society which is very support the ecotourism development in Rajegwesi, also (3) high visitor enthusiasme to object of ecotourism in MBNP. Community based ecotourism development which can be doing in Rajegwesi are education torism model based with activity program offered are Adventure at Rajegwesi dan Rajegwesi Beach Tour. The role of society in the activity program can be seen in model of participation where the society are involved in process of planning, decision making, implementation and sharing profit.). The process of profit sharing is conducted according to agreement which have been determined by among society with organizer.) Key words: Rajegwesi, ecotourism, community.
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa Skripsi berjudul ”Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan)” adalah benar-benar hasil karya saya sendiri dengan bimbingan komisi pembimbing dan belum pernah digunakan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis, telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.
Bogor, Februari 2009
Lailatul Qomariah NRP. E34104074
Judul Skripsi : Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan) Nama : Lailatul Qomariah NRP : E34104074
Menyetujui: Komisi Pembimbing
Ketua,
Anggota,
Ir.Tutut Sunarminto, M.Si NIP. 131 878 494
Eva Rachmawati, S.Hut NIP. 132 312 032
Mengetahui: Dekan Fakultas Kehutanan IPB,
Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. NIP. 131 578 788
Tanggal Lulus :
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Pelaksanaan penelitian berlangsung selama 1 bulan terhitung Tanggal 3 Juli sampai 5 Agustus 2008. Lokasi pelaksanaan kegiatan penelitian ini adalah di Taman Nasional Meru Betiri, Kabupaten Banyuwangi. Penyusunan skrispsi ini merupakan salah satu syarat wajib untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang disusun oleh penulis sebagai syarat wajib tersebut berjudul ”Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan)”. Penulis menyadari bahwa isi skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Akan tetapi, penulis berharap semoga skripsi ini tetap dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Bogor, Februari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian skripsi, diantaranya: 1. Orang tuaku tercinta (Mudjiono dan Noerhajani) dan adik-adikku tersayang (Ali Mukhtar dan Irmaniah) yang selalu memberikan semangat dan doa serta dukungan materi. 2. Ir. Tutut Sunarminto, M.Si dan Eva Rachmawati, S.Hut selaku dosen pembimbing yang telah memberikan nasehat, bantuan, bimbingan serta perhatian sehingga penulisan skripsi ini selesai tepat pada waktunya. 3. Dr. Ir. Arzyana Sunkar, M. Sc selaku dosen pembimbing dan untuk kesabaran serta arahan bagi penulis selama pembuatan proposal penelitian sebelum digantikan oleh Eva Rachmawati, S.Hut. 4. Dr. Ir. Iin Ichwandi, M.ScF.Trop selaku wakil dosen penguji Departemen Manajemen Hutan dan Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, MS selaku wakil dosen penguji Departemen Hasil Hutan untuk kesediaannya menjadi dosen penguji dan untuk kesabaran serta arahan bagi penulis. 5. Ir. Herry Subagiadi, M.Sc selaku Kepala Balai TNMB beserta seluruh staff dan pegawai TNMB yang telah banyak membantu selama penulis melaksanakan penelitian di TNMB. 6. RM. Wied Widodo, S.Hut selaku Ketua SPTN I Sarongan beserta seluruh staff kantor Sarongan (Pak Andik, Pak Didin, Pak Dzul, Pak Giyanto, Pak Saiful, Pak Slamet, Mas Ali, Mas Beni, Mas Jumadi, Mas Alfian dan lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu). Terima kasih kesediannya memberikan bimbingan dan arahan serta bantuannya selama penulis melaksanakan penelitian di SPTN I Sarongan. 7. Seluruh mahasiswa KSH 41 yang pada umumnya telah banyak membantu dan menjadi teman dalam suka maupun duka, khususnya mahasiswa satu bimbingan (Heru Kurniawan, S.Hut dan Melincah U. Naibaho). 8. Sahabat-sahabat terbaik yang mewarnai hidupku (Puteri, Dita, Afin, Ade, Linda, Kathy, Dede, Eko, Sulfan, Ucenk, Febi, Sefty, Diah, Melly). Terima
kasih untuk persahabatan, kepercayaan, dan pembelajaran penuh arti selama ini. 9. Teman-temanku di kosan Pondok Iswara tercinta (Weni, Ratih, Enay, Rina, Nona, Ismi, Uci) yang selalu memberikan dorongan semangat serta doanya. 10. Aa’ku Deni Ismanto yang selalu setia mendampingi baik dalam suka maupun duka dan selalu memberikan semangat serta doanya. 11. Semua pihak yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi tetapi namanya tidak dapat disebutkan satu persatu.
Bogor, Februari 2009
Penulis
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Penulis dilahirkan di Surabaya pada Tanggal 24 November 1986 dari pasangan Mudjiono dan Noerhajani sebagai anak pertama dari tiga bersaudara. Pada Tahun 1992, penulis memulai pendidikan dasar di SD Muhammadiyah 11 Surabaya. Pada Tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 3 Surabaya yang kemudian dilanjutkan dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi lagi di SMA Negeri 2 Surabaya pada Tahun 2001. Pada Tahun 2004 penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa Program Studi Konservasi Sumberdaya Hutan, Institut Pertanian Bogor. Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam beberapa kegiatan organisasi kemahasiswaan di luar kampus seperti menjadi anggota HIMASURYA (Himpunan Mahasiswa Surabaya) dan pengurus di HIMAKOVA (Himpunan Mahasiswa Konservasi). Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan, pada Tahun 2008 penulis melaksanakan penelitian mengenai ”Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Taman Nasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan”. Penelitian yang dilaksanakan selama ± 1 bulan tersebut dibimbing oleh Ir. Tutut Sunarminto, M.Si dan Eva Rachmawati, S.Hut.
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL .......................................................................................... xi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................................... 1 B. Tujuan ................................................................................................. 2 C. Manfaat ............................................................................................... 3 D. Batasan Konsep...................................................................................
3
E. Kerangka Pemikiran........................................................................... . 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional.................................................................................... 6 B. Ekowisata ............................................................................................. 7 C. Ekowisata Berbasis Masyarakat........................................................... 9 D. Pengembangan Ekowisata.................................................................... 10 E. Penawaran dan Permintaan Pariwisata................................................. 13 F. Motivasi ............................................................................................... 14 G. Minat .................................................................................................... 14 H. Persepsi ................................................................................................ 14 I. Masyarakat Lokal dan Partisipasinya................................................... 15 J. Analisis SWOT.................................................... ................................ 19 III. KONDISI UMUM LOKASI A. Sejarah .................................................................................................. 21 B. Luas dan Letak Kawasan ..................................................................... 21 C. Topografi .............................................................................................. 22 D. Iklim ..................................................................................................... 22 E. Tanah dan Geologi ............................................................................... 23 F. Flora dan Fauna..................................................................................... 23 G. Aksesibilitas.......................................................................................... 24 H. Demografi Masyarakat Blok Rajegwesi............................................... 25
I. Zonasi TNMB....................................................................................... 27 J. Kebijakan dan Peraturan Perundangan................................................. 30 IV. METODE TUGAS AKHIR A. Waktu dan Lokasi ................................................................................ 32 B. Alat ....................................................................................................... 33 C. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 33 D. Metode Penentuan Responden ............................................................. 34 E. Analisis Data ........................................................................................ 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Sumberdaya Ekowisata di Rajegwesi ..................................... 38 1. Bentang Alam ................................................................................ 38 2. Keanekaragaman Hayati ................................................................ 40 3. Budaya Masyarakat ........................................................................ 41 B. Peta Penyebaran Potensi Sumberdaya Ekowisata di Rajegwesi……..
43
C. Masyarakat ........................................................................................... 44 1. Persepsi Masyarakat ....................................................................... 44 2. Partisipasi Masyarakat ................................................................... 46 3. Motivasi Masyarakat....................................................................... 47 4. Minat Masyarakat............................................................................ 47 D. Pengunjung........................................................................................... 48 1. Karakteristik ................................................................................... 49 2. Motivasi dan Minat Pengunjung .................................................... 51 3. Persepsi Pengunjung ...................................................................... 51 E. Kapasitas Masyarakat Untuk Terlibat dalam Pengembangan Ekowisata.............................................................................................. 52 F. Analisis dan Strategi Pengembangan dengan Analisis SWOT ............ 53 G. Konsep Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi 61 H. Program Kegiatan Ekowisata di Rajegwesi.................................... ..... 62 I. Peran Masyarakat dalam Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi..................................................... 64 KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................
67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 69
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Matriks SWOT ..................................................................................
20
Tabel 2. Macam-Macam Alat untuk Penelitian ..............................................
32
Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Tugas Akhir ...........................
34
Tabel 4. Data Titik-Titik Koordinat Potensi Sumberdaya Ekowisata.............
43
Tabel 5. Persepsi Masyarakat terhadap Kawasan...........................................
45
Tabel 6. Bentuk Partisipasi Masyarakat..........................................................
46
Tabel 7. Motivasi Masyarakat .........................................................................
47
Tabel 8. Minat Masyarakat..............................................................................
48
Tabel 9. Data Jumlah Pengunjung Tahun 2003-2007 .....................................
48
Tabel 10.Jumlah Pengunjung Berdasarkan Asal..............................................
49
Tabel 11. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Umur...........................................
49
Tabel 12. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Pendidikan..................................
50
Tabel 13. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Pekerjaan.....................................
51
Tabel 14. Motivasi dan Minat Pengunjung…………………………………..
51
Tabel 15. IFAS (Internal Factor Analysis Summary)........................................
54
Tabel 16. EFAS (External Factors Analysis Summary)………………………. 54 Tabel 17. Alternatif Strategi dalam Analisis SWOT Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi…………………………………… 56 Tabel 18.Bentuk Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi 62
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran .......................................................................
5
Gambar 2. Contoh Kegiatan Pengembangan Ekowisata di KTD-Sebangau ...
11
Gambar 3. Struktur Masyarakat Menurut Mata Pencaharian ..........................
26
Gambar 4. Struktur Masyarakat Menurut Tingkat Pendidikan ........................
26
Gambar 5. Peta Zonasi di TNMB ....................................................................
29
Gambar 6. Peta Wilayah Kerja di TNMB........................................................
32
Gambar 7. Pantai Rajegwesi ............................................................................
38
Gambar 8. Teluk Hijau dan Teluk Damai ........................................................
39
Gambar 9. Stone Beach ..................................................................................
39
Gambar 10. Goa Jepang ...................................................................................
40
Gambar 11. Rafflesia....................................................................................... .
41
Gambar 12. Kegiatan Nelayan Setelah Pulang Melaut ....................................
42
Gambar 13. Petilasan Ki Ageng Wilis .............................................................
43
Gambar 14. Peta Potensi Sumberdaya Ekowisata di Rajegwesi……………..
44
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Matriks Analisis SWOT ..............................................................
73
Lampiran 2. Kuesioner Masyarakat.................................................................
74
Lampiran 3. Kuesioner Pengunjung..................................................................
77
Lampiran 4. Data Monografi Rajegwesi Tahun 2008………………………..
81
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kawasan hutan Meru Betiri pada awalnya berstatus sebagai hutan lindung yang kemudian berubah menjadi Suaka Margasatwa berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 276/Kpts./Um/6/1972 Tanggal 6 Juni 1972 dengan tujuan utama perlindungan terhadap jenis Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica). Pada perkembangan berikutnya status Meru Betiri berubah menjadi Taman Nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tentang penunjukan Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) Nomor: 277/Kpts-VI/1997 Tanggal 23 Mei 1997 seluas 58.000 Ha yang terletak pada dua wilayah kabupaten yaitu, Kabupaten Jember seluas 37.585 Ha dan Kabupaten Banyuwangi seluas 20.415 Ha. TNMB menghadapi beberapa permasalahan yang dapat mengganggu keutuhan dan kelestarian kawasan berupa keberadaan perkebunan di dalam kawasan TNMB karena orientasi perusahaan yang dominan mengarah kepada profit (keuntungan) tanpa mempertimbangkan aspek ekologis kawasan serta adanya buruh perkebunan dengan tingkat pendapatan yang sangat rendah memberi peluang menjadi perambah/pelaku perusakan hutan (RKT TNMB 2008). Aktivitas masyarakat sekitar kawasan dalam memanfaatkan sumber daya alam di kawasan TNMB juga cenderung mengarah pada tindakan merusak dan mengancam keberadaan kawasan TNMB sulit dicegah dan dikendalikan, serta cenderung mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Contoh dari beberapa kasus pelanggaran hutan yang melibatkan masyarakat antara lain kasus pencurian kayu balok yang terjadi di STPN I Sarongan pada tahun 2007 sebanyak 236 batang, pencurian bambu sebanyak 500 batang, dan perambahan kawasan seluas 150 ha (Buku Statistik Balai TNMB 2007). TNMB yang terletak di pantai selatan Jawa Timur merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang kaya akan keanekaragaman hayati dan keindahan alam yang menjadi daya tarik wisata. Potensi alam yang dikembangkan menjadi obyek wisata di TNMB terdapat di dua lokasi (resort) yaitu Bandealit dan Sukamade. Obyek wisata yang menyajikan keindahan panorama alam di dua lokasi tersebut 1
meliputi Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Teluk Hijau, Pantai Permisan, Teluk Meru dan Teluk Bandealit. Mackinnon (1990) menjelaskan bahwa keberhasilan pengelolaan banyak bergantung pada kadar dukungan dan penghargaan yang diberikan kepada kawasan yang dilindungi oleh masyarakat disekitarnya. Sejalan dengan hal itu, untuk mengurangi tekanan terhadap hutan oleh masyarakat, maka masyarakat lokal dapat diberdayakan dalam kegiatan ekowisata yang berbasis masyarakat mengingat begitu banyak pula potensi sumberdaya alam di TNMB yang berpotensi menjadi daya tarik wisata. Selain dapat meningkatkan kualitas kehidupan dalam masyarakat lokal, ekowisata ini juga memberikan keuntungan di bidang ekonomi bagi taman nasional. Adanya hubungan yang bersifat ekonomi antara masyarakat sekitar Rajegwesi dengan kawasan TNMB yaitu adanya ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya yang berada di kawasan TNMB untuk itulah penelitian pengembangan ekowisata berbasis masyarakat dilakukan di Resort Rajegwesi.
B. Tujuan Penelitian Tujuan
utama
penelitian
adalah
untuk
membuat
suatu
rancangan
pengembangan ekowisata di TNMB, khususnya di Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan, dengan melibatkan peran masyarakat lokal. Untuk itu, penelitian ini memiliki beberapa tujuan antara, yaitu: a.
Mengetahui potensi sumberdaya ekowisata yang terdapat di Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan, meliputi bentang alam (topografi), keanekaragaman hayati (keunikan/kekhasan flora dan fauna) dan adat istiadat/budaya masyarakat Rajegwesi sebagai daya tarik wisata,
b.
Mengetahui karakteristik masyarakat Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan meliputi potensi sumber daya manusianya (mata pencaharian, tingkat pendidikan, dsb),
c.
Mengetahui persepsi, motivasi, partisipasi dan minat masyarakat Blok Rajegwesi terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat, dan
2
d.
Mengetahui minat, persepsi dan motivasi pengunjung terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat.
C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pihak pengelola untuk dijadikan acuan sebagai proses dalam pengembangan ekowisata di TNMB khususnya di Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan manfaat agar terjadi suatu peningkatan bagi kesejahteraan seluruh komponen masyarakat dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam setiap penyelenggaraan ekowisata di TNMB.
D. Batasan Konsep a. Ekowisata: Memiliki pengertian yang sama dengan ekoturisme atau wisata ekologi, yang berarti wisatawan menikmati keanekaragaman hayati dengan tanpa melakukan aktifitas yang menyebabkan perubahan pada alam, atau hanya sebatas mengagumi, meneliti dan menikmati serta berinteraksi dengan masyarakat lokal dan obyek wisata tersebut. b. Ekowisata berbasis masyarakat: Ekowisata dapat menciptakan nilai ekonomi untuk kawasan konservasi seperti taman nasional. Wisatawan mengunjungi kawasan taman nasional untuk memahami dan menghargai nilai-nilai dimana taman nasional tersebut didirikan dan wisatawan mendapatkan keuntungan berupa pengetahuan dan pengalaman pribadi. Adanya kunjungan dari wisatawan ke kawasan taman nasional tentu saja memberikan keuntungan secara finansial bagi taman nasional yang dapat dimanfaatkan taman nasional untuk biaya operasional. Berbasis masyarakat berarti haruslah ada peranan dari masyarakat dalam setiap kegiatan ekowisata dan masyarakat haruslah memperoleh manfaat dari pengusahaan ekowisata, ada kendali atas pengembangan ekowisata dalam rangka mengurangi dampak negatif terhadap kawasan, budaya dan kehidupan sosial mereka serta terlibat dalam pengelolaan aktifitas ekowisata.
3
E. Kerangka Pemikiran Masyarakat Ekowisata (The Ecotourism Society, 1991 dalam Wood, 1996 dalam Lash, 1997) mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengkonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Ekowisata dalam definisi ini dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni sebagai: (1) produk, merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. (2) pasar, merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya pelestarian lingkungan dan (3) pendekatan pengembangan, merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan (Damanik, 2006). TNMB yang terletak di pantai selatan Jawa Timur merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang kaya akan keanekaragaman hayati dan keindahan alam yang menjadi daya tarik wisata. Salah satu obyek wisata di TNMB yang berpotensi untuk dilakukan pengembangan ekowisata terdapat di Resort Rajegwesi dengan pantainya yang menjadi daya tarik wisata. Rajegwesi berlokasi di desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Data yang tercatat di Sarongan sampai Agustus 2007, pemukim Blok Rajegwesi setiap tahunnya bertambah ±8 kepala keluarga. Pertumbuhan pemukim dusun Rajegwesi setiap tahunnya terus bertambah, apabila dibiarkan berlarut-larut kemungkinan akan berubah menjadi perkampungan besar dan akan mengancam keberadaan serta keutuhan kawasan TNMB. Untuk mengatasinya perlu dilakukan sesegera mungkin upaya pengelolaan pemukim Blok Rajegwesi dengan menata mereka sehingga menjadi satu kesatuan dalam pengelolaan kawasan TNMB. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan adanya enclave di Rajegwesi adalah adanya pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat, yaitu dengan melibatkan peran masyarakat Rajegwesi keseluruhannya dalam pengelolaannya. Harapan ke depan dengan adanya pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Blok Rajegwesi dapat memberikan dampak positif bagi kedua belah pihak yaitu
4
pihak TN dan masyarakat Rejegwesi itu sendiri. Adapun dampak positif tersebut adalah: a. Tersedianya lapangan kerja bagi masyarakat b. Terciptanya sumber pendapatan masyarakat yang beraneka ragam. c. Tertatanya pemukim Rajegwesi dengan rapih d. Terkendalinya ketergantungan masyarakat terhadap potensi sumber daya alam yang berada di kawasan TNMB. Motivasi dan persepsi pengunjung dapat menentukan keinginan dari pengunjung untuk melakukan jenis wisata apa yang diiinginkan karena dapat memberikan pengalaman berharga dan membuat pengunjung memiliki apresiasi terhadap lingkungan. Masyarakat sebagai bagian dari kawasan memiliki peranan penting dalam partisipasi dan interaksi terhadap kegiatan wisata sehingga manfaat dari pelaksanaan kegiatan wisata dapat dirasakan oleh masyarakat Kerangka penelitian yang secara garis besar menggambarkan keseluruhan kegiatan penelitian yang dilakukan, disajikan pada Gambar 1.
Taman Nasional Meru Betiri
Manajemen
Sumberdaya wisata
Bentang alam
Masyarakat
Keunikan flora dan fauna
Karakteristik
Ekowisata
Wisatawan
Kebudayaan
Persepsi
Motivasi
Minat
Pengembangan ekowisata berbasiskan masyarakat Gambar 1. Kerangka Pemikiran
5
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Taman Nasional PP No. 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam menjelaskan bahwa Kawasan Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk keperluan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Suatu kawasan ditunjuk sebagai kawasan Taman Nasional, apabila telah memenuhi kriteria sebagai berikut 1) kawasan yang ditetapkan mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelangsungan proses ekologis secara alami; 2) memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan maupun satwa dan ekosistemnya serta gejala alam yang masih utuh dan alami; 3) memiliki satu atau beberapa ekosistem yang masih utuh; 4) memiliki keadaan alam yang asli dan alami untuk dikembangkan sebagai pariwisata alam; dan 5) merupakan kawasan yang dapat dibagi ke dalam zona inti, zona pemanfaatan, zona rimba, dan zona lain yang karena pertimbangan kepentingan rehabilitasi kawasan, ketergantungan penduduk sekitar kawasan, dan dalam rangka mendukung upaya pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, dapat ditetapkan sebagai zona tersendiri. Sesuai dengan batasan UU No. 5 Tahun 1990 bahwa taman nasional dikelola dengan sistem zonasi, maka pemanfaatan potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya di taman nasional dilakukan berdasarkan penataan zonasi. Pemanfaatan Taman Nasional untuk tujuan ilmu pengetahuan dan penelitian dilakukan pada seluruh zona dengan izin Kepala Balai Taman Nasional. Untuk tujuan pendidikan dilakukan pada zona rimba, zona pemanfaatan wisata dan zona pemanfaatan lainnya. Sedangkan untuk tujuan pariwisata alam dilakukan pada zona pemanfaatan intensif, dan secara terbatas pada zona rimba. Guna mendukung kepentingan pemanfaatan oleh masyarakat setempat akan hasil hutan non kayu dikembangkan adanya zona pemanfaatan tradisional dan zona pemanfaatan khusus (Riyanto, 2005). 6
Taman Nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang mengandung aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata dan minat khusus. Kedua bentuk pariwisata tersebut yaitu ekowisata dan minat khusus, sangat prospektif dalam penyelematan ekosistem hutan. Pengembangan kawasan yang demikian ini yang menguntungkan bagi kelestarian hutan (Fandeli, 2005).
B. Ekowisata Masyarakat Ekowisata Internasional (The Ecotourism Society) (1991) mengartikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang bertanggung jawab dengan cara mengonservasi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (responsible travel to natural areas that conserves the environment and improves the well-being of local people) (Epler Wood, 1996 dalam Lash, 1997). Dari definisi ini ekowisata dapat dilihat dari tiga perspektif, yakni sebagai (1) produk, (2) pasar, dan (3) pendekatan pengembangan. Sebagai produk, ekowisata merupakan semua atraksi yang berbasis pada sumberdaya alam. Sebagai pasar, ekowisata merupakan perjalanan yang diarahkan pada upaya-upaya
pelestarian
lingkungan.
Akhirnya
sebagai
pendekatan
pengembangan, ekowisata merupakan metode pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pariwisata secara ramah lingkungan. Di sini kegiatan wisata yang bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat lokal dan pelestarian lingkungan sangat ditekankan dan merupakan ciri khas ekowisata. Pihak yang berperan penting dalam ekowisata bukan hanya wisatawan tetapi juga pelaku wisata lain (tour operatour) yang memfasilitasi wisatawan untuk menunjukkan tanggungjawab tersebut (Damanik, 2006). TIES (2000) dalam Damanik (2006), beberapa prinsip ekowisata yang dapat diidentifikasi dari beberapa definisi ekowisata di atas, yakni sebagai berikut 1) mengurangi dampak negatif berupa kerusakan atau pencemaran lingkungan dan budaya lokal akibat kegiatan ekowisata; 2) membangun kesadaran dan penghargaan atas lingkungan dan budaya di destinasi wisata, baik pada diri wisatawan, masyarakat lokal maupun pelaku wisatawan lainnya;
7
3) menawarkan pengalaman-pengalaman positif bagi wisatawan maupun masyarakat lokal melalui kontak budaya yang lebih intensif dan kerjasama dalam pemeliharaan atau konservasi ODTW; 4) memberikan keuntungan finansial secara langsung bagi keperluan konservasi melalui kontribusi atau pengeluaran ekstra wisatawan; 5) memberikan keuntungan finansial dan pemberdayaan bagi masyarakat lokal dengan menciptakan produk wisata yang mengedepankan nilai-nilai lokal; 6) meningkatkan kepekaan terhadap situasi sosial, lingkungan, dan politik di daerah tujuan wisata; dan 7) menghormati hak asasi manusia dan perjanjian kerja, dalam arti memberikan kebebasan kepada wisatawan dan masyarakat lokal untuk menikmati aktraksi wisata sebagai wujud hak asazi, serta tunduk pada aturan main yang adil dan disepakati bersama dalam pelaksanaan transaksi-transaksi wisata. The Ecotourism Society (dalam Fandeli 2002:115-116) terdapat delapan prinsip yang bila dilaksanakan maka ekowisata menjamin pembangunan ecological friendly dari pembangunan berbasis kerakyatan 1) mencegah dan menanggulangi dampak dari aktifitas wisatawan terhadap alam dan budaya yang disesuaikan dengan sifat dan karakter alam dan budaya setempat; 2) pendidikan konservasi lingkungan, mendidik wisatawan dan masyarakat setempat akan pentingnya arti konservasi; 3) pendapatan langsung untuk kawasan, mengatur agar kawasan yang digunakan untuk ekowisata dan manajemen pengelola kawasan pelestarian dapat menerima langsung penghasilan atau pendapatan; 4) partisipasi masyarakat baik dalam perencanaan maupun pengawasan; 5) keuntungan secara nyata terhadap ekonomi masyarakat; 6) menjaga keharmonisan dengan alam; 7) pada umumnya lingkungan alam mempunyai daya dukung lebih rendah dengan daya dukung kawasan buatan; dan 8) peluang penghasilan pada porsi yang besar terhadap negara. Semua pengertian di atas, mengarah kepada pemahaman terhadap aktifitas berwisata atau mengunjungi kawasan alam dengan niat obyektif untuk melihat,
8
mempelajari, mengagumi keindahan alam, flora, fauna termasuk aspek-aspek budaya baik di masa lampau maupun sekarang yang mungkin terdapat di kawasan tersebut.
C. Ekowisata Berbasis Masyarakat Ekowisata berbasis masyarakat mengambil dimensi sosial ekowisata adalah suatu langkah lebih lanjut dengan mengembangkan bentuk ekowisata dimana masyarakat lokal yang mempunyai kendali penuh, dan keterlibatan di dalamnya baik itu di manajemen dan pengembangannya, dan proporsi yang utama menyangkut sisa manfaat di dalam masyarakat (WWF International, 2001). Ekowisata berbasis masyarakat dapat membantu memelihara penggunaan sumberdaya alam dan penggunaan lahan yang berkelanjutan. Lebih dari itu, memelihara kedua-duanya adalah tanggung jawab kolektif dan inisiatif individu di dalam masyarakat tersebut. Selagi definisi dan penggunaan dari bentuk terminologi CBT dan ekowisata berbasis masyarakat bisa berubah-ubah dari satu negeri atau daerah [bagi/kepada] yang lain, tidaklah menjadi masalah yang berarti tentang sebuah nana, tetapi hanyalah prinsip sosial dan tanggung jawab lingkungan disetiap tindakan (The International Ecotourism Society, 2006) WWF (World Wide Fund for Nature) Guidelines for Community-Based Ecotourism Development (2001) menyebutkan syarat-syarat untuk memutuskan pengembangan bisnis ekowisata sebagai berikut a. kerangka ekonomi dan politik yang mendukung perdagangan yang efektif dan investasi yang aman; b. perundang-undangan di tingkat nasional yang tidak menghalangi pendapatan dari wisata diperoleh dan berada di tingkat komunitas lokal; c. tercukupinya hak-hak kepemilikan yang ada dalam komunitas lokal; d. keamanan pengunjung terjamin; e. resiko kesehatan yang relative rendah, akses yang cukup mudah ke pelayanan medis dan persediaan air bersih yang cukup; dan f. tersedianya fasilitas fisik dan telekomunikasi dari dan ke wilayah tersebut. Adapun syarat-syarat dasar untuk pengembangan ekowisata berbasis masyarakat seperti tercantum dalam buku tersebut adalah
9
a. lanskap atau flora fauna yang dianggap menarik bagi para pengunjung khusus atau bagi pengunjung yang lebih umum; b. ekosistem yang masih dapat menerima kedatangan jumlah pengunjung tertentu tanpa menimbulkan kerusakan; c. komunitas lokal yang sadar akan kesempatan-kesempatan potensial, resiko dan perubahan yang akan terjadi, serta memiliki ketertarikan untuk menerima kedatangan pengunjung; d. adanya struktur yang potensial untuk pengambilan keputusan komunitas yang efektif; e. tidak adanya ancaman yang nyata-nyata dan tidak bisa dihindari atau dicegah terhadap budaya dan tradisi lokal; f. penaksiran pasar awal menunjukkan adanya permintaan yang potensial untuk ekowisata, dan terdapat cara yang efektif untuk mengakses pasar tersebut. Selain itu juga harus diketahui bahwa pasar potensial tersebut tidak terlalu banyak menerima penawaran ekowisata. Sesuai dengan yang tercantum dalam Guidelines for Community-Based Ecotourism Development (2001) aspek dari komunitas untuk terlibat dalam pengembangan ekowisata, adalah a. kemampuan menjadi tuan rumah penginapan b. keterampilan dasar bahasa inggris c. keterampilan komputer d. keterampilan pengelolaan keuangan e. keterampilan pemasaran f. keterbukaan terhadap pengunjung
D. Pengembangan Ekowisata Pengembangan ekowisata di suatu kawasan erat kaitannya dengan pengembangan obyek dan daya tarik wisata alamnya (ODTWA). Menurut Departemen Kehutanan (2007) keseluruhan potensi ODTWA merupakan sumber daya ekonomi yang bernilai tinggi dan sekaligus merupakan media pendidikan dan pelestarian lingkungan. Lebih rinci Departemen Kehutanan (2007) menjelaskan pengembangan ODTWA sangat erat kaitannya dengan peningkatan
10
produktifitas sumber daya hutan dalam konteks pembangunan interaksi berbagai kepentingan yang melibatkan aspek kawasan hutan, pemerintah, aspek masyarakat, dan pihak swasta di dalamnya. Contoh kegiatan pengembangan ekowisata di suatau kawasan dapat dilihat pada Gambar 2 .
Gambar 2. Contoh kegiatan pengembangan ekowisata di KTD-Sebangau
Suprana (1997), dalam pengembangan pariwisata alam di kawasan pelestarian alam memiliki strategi pengembangan dan program pengembangan Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) di kawasan hutan, antara lain 1. Strategi pengembangan ODTW Pengembangan potensi ODTW untuk menunjang tujuan pembangunan khususnya pengembangan pariwisata mencakup aspek-aspek perencanaan pembangunan, kelembagaan, sarana prasarana dan infrastruktur, pengusahaan pariwisata alam, promosi dan pemasaran, pengelolaan kawasan, sosial budaya dan sosial ekonomi, penelitian pengembangan, dan pendanaan. 2. Program pengembangan ODTW Pembangunan ODTW khususnya pengembangan ODTW dapat diwujudkan dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan: (a) Inventarisasi potensi, pengembangan dan pemetaan ODTW, (b) Evaluasi dan penyempurnaan kelembagaan pengelola ODTW, (c) Pengembangan dan pemantapan sistem pengelolaan ODTW, (d) Pengembangan sistem perencanaan, (e) Penelitian dan pengembangan manfaat, (f) Pengembangan sarana prasarana dan infrastruktur, (g) Perencanaan dan penataan, (h) Pengembangan pengusahaan pariwisata alam dan (i) Pengembangan sumber daya manusia. Adanya pengembangan wisata di suatu tempat akan memberikan berbagai keuntungan baik bagi masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Mackinnon et al (1990) menyatakan bahwa pengembangan pariwisata di dalam dan disekitar kawasan yang dilindungi merupakan salah satu cara terbaik untuk mendatangkan 11
keuntungan ekonomi kawasan terpencil, dengan cara menyediakan kesempatan kerja masyarakat setempat, merangsang pasar setempat, memperbaiki sarana angkutan, dan komunikasi. Muntasib et al. (2004) menyatakan beberapa prinsip dasar pengembangan ekowisata, yaitu 1) berhubungan/kontak langsung dengan alam (Touch with nature); 2) bengalaman yang bermanfaat secara pribadi dan sosial; 3) bukan wisata massal; 4) program-programnya membuat tantangan fisik dan mental bagi wisatawan; 5) interaksi dengan masyarakat dan belajar budaya setempat; 6) adaptif (menyesuaikan) terhadap kondisi akomodasi pedesaan; dan 7) pengalaman lebih utama dibanding kenyamanan. Usman
(1999)
mengemukakan
bahwa
pengembangan
ekowisata
Indonesia, hal yang penting dan perlu diperhatikan adalah keikutsertaan masyarakat
setempat
dalam
setiap
kegiatan
kepariwisataan.
Konsep
pengembangan wisata dengan melibatkan atau mendasarkan kepada peran serta masyarakat (community based ecotourism), pada dasarnya adalah memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di daerah-daerah yang menjadi obyek dan daya tarik wisata untuk mengelola jasa-jasa pelayanan bagi wisatawan. Peran Pemerintah Kabupaten Jember dan Banyuwangi dalam membantu pengelolaan kawasan ekowisata di Taman Nasional Meru Betiri sangat penting. Beberapa kebijakan Pemerintah Daerah khususnya PEMDA Jember telah dituangkan dalam Peraturan Daerah. Seperti misalnya, Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 4 Tahun 2002 tentang pengawasan dan pengendalian pengelolaan hutan. Dalam konsideran menimbang huruf b Peraturan Daerah Kabupaten Jember Nomor 4 Tahun 2002 tersirat adanya pengakuan dari Pemerintah Daerah Kabupaten Jember bahwa hutan saat ini telah mengalami penurunan kualitas. Kebijakan PEMDA Banyuwangi dalam kaitannya dengan kebijakan perlindungan kawasan hutan dan pengelolaan kawasan ekowisata termasuk taman nasional hingga saat ini adalah nol karena belum ada produk hukum yang diterbitkan PEMDA Kabupaten Banyuwangi maupun Keputusan Bupati Banyuwangi (Riyanto, 2005).
12
E. Penawaran dan Permintaan Pariwisata (Supply and Demand) Recreation demand atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan permintaan rekreasi menurut Avenzora (2003) adalah tentang: (1) siapa yang meminta; (2) apa dan berapa banyak yang diminta, dan (3) kapan diminta. Sedangkan recreation supply atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan penawaran rekreasi dapat dipahami melalui pengertian tentang : (1) apa dan berapa banyak yang dapat diberikan, (2) kapan dapat diberikan, dan (3) kepada siapa dapat diberikan. Penawaran pariwisata yang berupa produk kepariwisataan terdiri atas tiga komponen yaitu atraksi wisata, jasa wisata dan angkutan wisata (Soekadijo, 2000). Suatu daerah dapat dijadikan tempat tujuan wisata kalau kondisinya mendukung sehingga ada yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata. Segala sesuatu yang dapat dikembangkan menjadi atraksi wisata disebut sebagai modal atau sumberdaya kepariwisataan. Sumberdaya yang dapat menarik kedatangan wisatawan ada tiga yaitu alam, kebudayaan, dan manusia itu sendiri. Menurut Avenzora (2003), sumberdaya wisata dapat didefinisikan sebagai “suatu ruang tertentu dengan batas-batas tertentu yang mengandung elemenelemen ruang tertentu yang dapat : (1) menarik minat orang untuk berekreasi, (2) menampung kegiatan rekreasi, dan (3) memberikan kepuasan orang berekrasi”. Sumberdaya wisata juga identik dengan istilah ruang atau space. Space merupakan suatu ruang tertentu dengan batas-batas tertentu yang memiliki daya tarik tertentu berupa air, udara, tanah dan sebagainya yang mampu menarik orang untuk berekreasi atau berwisata dan menampung orang untuk melakukan kegiatan wisata. Sudarto (1999) menyatakan unsur paling penting yang menjadi daya tarik dari sebuah daerah tujuan wisata adalah: 1) kondisi alam, contoh hutan hujan tropis dan terumbu karang; 2) kondisi flora dan fauna yang unik, langka & endemik, seperti rafflesia, badak jawa, komodo, orang utan; 3) kondisi fenomena alam seperti gunung Krakatau dan danau Kelimutu; dan 4) kondisi adat & budaya, seperti Baduy, Toraja, Bali dan Sumba.
13
F. Motivasi Setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh motif tertentu. Tanpa motivasi orang tidak akan berbuat apa-apa. Motivasi adalah suatu bentuk dorongan minat dan hati yang menjadi penggerak utama seseorang, sesebuah keluarga atau organisasi untuk mencapai apa yang diinginkan (Suhaidin, 2008). Motif didefinisikan sebagai suatu alasan/dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu/melakukan tindakan/bersikap tertentu. Suatu motif umumnya terdapat dua unsur pokok yaitu unsur dorongan/kebutuhan dan unsur tujuan. Proses timbal balik antara kedua unsur tersebut terjadi dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi oleh hal-hal di luar dari manusia, misalnya keadaan cuaca, kondisi lingkungan dan sebagianya. Oleh karena itu dapat saja terjadi perubahan motivasi dalam waktu relatif singkat, jika ternyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau tidak mungkin terpenuhi (Handoko, 1992) dalam (Naibaho, 2002).
G. Minat Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang. Minat dan motivasi memiliki hubungan dengan segi kognisi, namun minat lebih dekat pada perilaku (Abadi, 2006).
H. Persepsi Persepsi adalah pandangan atau penilaian seseorang terhadap obyek tertentu
yang
dihasilkan
oleh
kemampuan
mengorganisasi
pengamatan.
Selanjutnya persepsi ditentukan oleh dua faktor dalam diri individu (faktor internal) dan faktor luar individu (faktor eksternal). Faktor internal meliputi kecerdasan, minat, emosi, pendidikan, pendapatan, kapasitas alat indera dan jenis kelamin. Faktor eksternal meliputi pengaruh kelompok, pengalaman masa lalu dan perbedaan latar belakang sosial budaya. Pandangan atau penilaian ini dipengaruhi oleh pengalaman, kebiasaan, dan kebutuhan (Kayam, 1985) dalam (Entebe, 2002).
14
I. Masyarakat Lokal dan Partisipasinya Partisipasi menurut Ndraha (1987) meliputi tiga hal yaitu partisipasi dalam memikul beban pembangunan (beban fisik dan non fisik), partisipasi dalam pertanggungjawaban atas pelaksanaan pembangunan dan partisipasi dalam menerima kembali hasil pembangunan. Ife (2005) mengemukakan beberapa keadaan atau kondisi seseorang akan berpartisipasi yaitu 1) jika kegiatan tersebut penting bagi mereka; 2) mereka merasa bahwa tindakan mereka akan membuat suatu perubahan; 3) diakui dan dihargai adanya perbedaan-perbedaan partisipasi; dan 4) kemungkinan mereka untuk berpartisipasi Anonim (2003) dalam Abikusno (2005) menyatakan bahwa prinsip partisipasi masyarakat adalah dilibatkannya masyarakat setempat secara optimal melalui
musyawarah
dan
mufakat
dalam
kegiatan
perencanaan
dan
pengembangan. Adapun kriteria yang dimaksudkan dalam kegiatan pelibatan masyarakat tersebut antara lain adalah (1) melibatkan masyarakat setempat dan pihak-pihak terkait lain dalam proses perencanaan dan pengembangan ekowisata; (2) membuka kesempatan dan mengoptimalkan peluang bagi masyarakat untuk mendapatkan keuntungan dan berperan aktif dalam kegiatan ekowisata; (3) membangun hubungan kemitraan dengan masyarakat setempat untuk melakukan pengawasan dan pencegahan terhadap dampak negatif yang ditimbulkan; (4) meningkatkan keterampilan masyarakat setempat dalam bidang-bidang yang berkaitan dan menunjang pengembangan wisata; (5) mengutamakan peningkatan ekonomi lokal dan menekan tingkat kebocoran pendapatan (leakage) serendah-rendahnya; (6) meningkatkan pendapatan masyarakat. Jain (2000) ada tujuh macam tipe partisipasi yang ada pada masyarakat, antara lain 1) partisipasi pasif, tipe partisipasi yang tidak memperhitungkan tanggapan partisipan dalam pertimbangan dan hasilnya telah terlebih dahulu ditetapkan. Informasi hanya dibagikan pada external institusi;
15
2) partisipasi dalam pemberian informasi, orang memberikan jawaban atas pertanyaan dimana mereka tidak punya kesempatan untuk mempengaruhi dalam konteks wawancara dan seringkali hal baru tidak dibagikan; 3) partisipasi dalam bentuk konsultasi, orang dikonsultankan dan pendapat mereka termasuk ke dalam hitungan tetapi mereka tidak termasuk dalam pembuatan keputusan; 4) partisipasi aktif, meliputi orang yang memberikan dorongan dalam materi dan dorongan langsung untuk pelayanan yang disediakan. Dalam beberapa contoh kasus, tidak adanya peraturan yang dimasukkan sekalipun dorongan tersebut telah berakhir; 5) partisipasi fungsional, partisipasi terjadi dengan pembentukan dalam grup dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Seperti partisipasi pada umumnya terjadi hanya setelah keputusan utama telah diambil; 6) partisipasi interaktif, orang berperan aktif dalam menghasilkan informasi dan analisis berikutnya yang mengarah kepada rencana aksi dan implementasinya. Hal itu melibatkan metodologi yang berbeda dalam mencari bermacam-macam perspektif
lokal. Dengan demikian melibatkan orang
dalam pembuatan keputusan mengenai penggunaan dan kualitas informasi; dan 7) pergerakan pribadi, tipe partisipasi yang bebas dari campur tangan pihak luar. Orang berpartisipasi dan mengambil inisiatif untuk mengganti sistem. Mereka mengembangkan kontak untuk masukan dari luar tetapi tetap menguasai kontrol atas sumberdaya. Beberapa contoh bentuk partisipasi dalam wisata berbasis masyarakat (Jain, 2000) 1) partisipasi dalam perencanaan, partisipan memainkan peranan penting dalam menyampaikan informasi, analisisnya dan pemanfaatan berikutnya yakni dalam proses pembelajaran dan perencanaan. Aspek penting untuk masyarakat berdasarkan kepariwisataan adalah partisipasi dalam menilai pilihan dan ekonominya serta kemungkinan konservasinya; 2) partisipasi dalam pelaksanaan dan perjalanan prosesnya, wisata berbasis masyarakat memerlukan pelaksanaan struktur dan penyusunan untuk menjalankan
aktifitas.
Partisipan
memegang
peranan
penting
untuk
16
melaksanakan aktifitas,
menyusun
institusi
dan
dalam
operasi
perusahaan; dan 3) partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen, partisipan memainkan peran penting dalam pilihan, desain dan manajemen wisata berbasis masyarakat, termasuk perusahaan wisata, aktifitas konservasi, monitoring serta evaluasi; dan 4) partisipasi dalam pembagian keuntungan ekonomi, dalam hal ini perbedaan yang dibuat mengenai tingkatan dalam pengambilan keputusan dalam pemilihan aktifitas ekonomi yang menghasilkan keuntungan. Perbedaan awal antara tipe ini dan ”perbuatan awal...kepemilikan”, bahwa partisipan hanya mempunyai sedikit atau tidak dikatakan dalam aktifitas pilihan. Pelaksanaan ekowisata harus melibatkan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pengelolaan dan pemantauan karena masyarakat lokal, terutama penduduk asli yang bermukim di kawasan wisata, menjadi salah satu pemain kunci dalam pariwisata. Dengan demikian, kegiatan wisata alam diharapkan mampu mengupayakan keuntungan finansial sekaligus sebagai alternatif peningkatan taraf hidup masyarakat Masyarakat harus diperlakukan sebagai subyek pembangunan karena sesungguhnya merekalah yang akan meyediakan sebagian besar atraksi sekaligus menentukan kualitas produk wisata. Selain itu masyarakat lokal merupakan ”pemilik” langsung atraksi wisata yang dikunjungi sekaligus dikonsumsi wisatawan. Air, tanah, hutan, dan lanskap yang merupakan sumberdaya pariwisata yang dikonsumsi oleh wisatawan dan pelaku wisatawan lainnya berada di tangan mereka. Kesenian yang menjadi salah satu daya tarik wisata juga hampir sepenuhnya milik mereka. Oleh sebab itu perubahan-perubahan yang terjadi di kawasan wisata akan bersentuhan langsung dengan kepentingan mereka. Tidak jarang, masyarakat lokal sudah terlebih dahulu terlibat dalam pengelolaan aktivitas pariwisata sebelum ada kegiatan pengembangan dan perencanaan. Oleh sebab itu peran mereka terutama tampak dalam bentuk penyediaan akomodasi dan jasa guiding dan penyediaan tenaga kerja. Selain itu masyarakat lokal biasanya juga mempunyai tradisi dan kearifan lokal dalam pemeliharaan sumberdaya pariwisata yang tidak dimiliki oleh pelaku pariwisata
17
lainnya (Damanik, 2006). Sedangkan menurut Rahardjo (2005) selain yang disebutkan oleh Damanik, bentuk keterlibatan
yang dapat dilakukan oleh
masyarakat lokal antara lain 1) membentuk joint venture dengan tour operator dimana masyarakat menyediakan lebih banyak service sedangkan pihak swasta hanya fokus pada promosi dan pemasaran; 2) menyediakan layanan kepada tour operator; 3) menyewakan lahan kepada pihak tour operator. Dalam hal ini masyarakat masih memungkinkan untuk melakukan monitoring atas dampak dari aktifitas wisata; 4) mengembangkan program sendiri secara mandiri; dan 5) bekerja sebagai staf tour operator baik full time atau part time Masyarakat sekitar kawasan taman nasional sebagai bagian integral dari kawasan taman nasional dapat berperan serta baik secara langsung maupun tak langsung. Masyarakat lokal tidak hanya sebagai “host communities” dalam kegiatan ekowisata, tetapi sebagai pengelola yang juga memiliki kewenangan dalam menentukan di setiap aktifitas yang berkaitan dengan ekowisata tersebut. Peran serta masyarakat tersebut dalam suatu kawasan konservasi akan terlihat seberapa jauh manfaat yang akan diperoleh masyarakat sekitar. Pengembangan ekowisata dengan keterlibatan masyarakat lokal relatif mudah dilaksanakan karena memiliki beberapa keunikan 1) jumlah wisatawan berskala kecil sehingga lebih mudah dikoordinir dan dampak yang akan ditimbulkan terhadap alam relative kecil dibanding pariwisata massal; 2) ekowisata
berbasis
masyarakat
lokal
memiliki
peluang
dalam
mengembangkan atraksi-atraksi wisata yang berskala kecil sehingga dapat dikelola dan lebih mudah diterima oleh masyarakat lokal; 3) dengan peluang yang dimiliki masyarakat lokal dalam mengembangkan obyek-obyek wisata yang ada di sekitarnya akan memberikan peluang lebih besar pula dalam partisipasi masyarakat lokal dalam pengambilan keputusan; dan
18
4) memberikan
pemahaman
sustainability)
serta
pentingnya
meningkatkan
keberlanjutan penghargaan
budaya
(cultural
wisatawan
terhadap
kebudayaan lokal.
J. Analisis SWOT SWOT
adalah
singkatan
Strengths
(kekuatan)
dan
Weaknesses
(kelemahan) yang merupakan lingkungan internal serta Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) yang merupakan lingkungan eksternal. Rangkuti (2006) menulis
bahwa
analisis
SWOT
didasarkan
pada
logika
yang
dapat
memaksimalkan Strengths dan Opportunities, namun secara bersamaan dapat meminimalkan Weaknesses dan Threats Analisis
SWOT
digunakan
untuk
mengidentifikasi
relasi-relasi
sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya yang lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumberdaya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Agak berbeda dengan studi kelayakan, analisis sumberdaya ekowisata sudah harus menghasilkan sintesis yang akan dijadikan basis proyek. Oleh sebab itu semua pihak, khususnya masyarakat lokal, perlu mengetahui apa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh kawasan dan objek ekowisata tersebut. Menurut Damanik (2006), agar hasil analisis SWOT sebaiknya menggambarkan 1) perkembangan produk dan pasar ekowisata itu sendiri; 2) organisasi dan kelembagaan pariwisata; 3) peluang-peluang pengembangan inti kegiatan ekowisata (core activities) ; dan 4) jasa-jasa dan kegiatan lain yang mungkin dikembangkan. Menurut Santoso dan Tangkilisan (tanpa tahun) menyebutkan bahwa ada beberapa strategi yang diperoleh dari teknik analisa SWOT ini sebagai berikut 1) strategi SO (Strength Opportunity): memperoleh keuntungan dari peluang yang tersedia di lingkungan eksternal ; 2) strategi WO (Weakness Opprtunity): memperbaiki kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang dari lingkungan luar ; 3) strategi ST (Strength Threat): menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar ; dan
19
4) strategi WT (Weakness Threat): memperkecil kelemahan internal dan menghindari ancaman yang datang dari lingkungan luar Adapun contoh pembuatan matriks SWOT dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Matriks SWOT Faktor
Kekuatan (Strengths) Menentukan faktor-faktor yang merupakan kekuatan internal
Faktor Eksternal Peluang (Opportunity) Menentukan faktor-faktor yang merupakan peluang eksternal
Kelemahan (Weakness) Menentukan faktor-faktor yang merupakan kelemahan internal
Strategi S-O Menghasilkan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi W-O Menghasilkan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan kelemahan
Ancaman (Threat) Menentukan faktor-faktor yang merupakan ancaman eksternal
Strategi S-T Strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi T-W Menghasilkan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
Internal
20
III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Taman Nasional Meru Betiri pada awal pembentukannya ditetapkan sebagai hutan lindung yang merupakan keputusan dari Besluit van Den, Direktur Landbouw Neveirheiden Handel, No. 7347/B pada Tanggal 29 Juli 1931 serta Besluit Directur van Economische Zaken No. 5751 Tanggal 28 April 1938. Tanggal 6 Juni 1972, Kawasan Meru Betiri ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan luas 50.000 hektar berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 267/Kpts/Um/6/1972, untuk perlindungan Harimau Jawa (Phantera tigris sondaica). Statusnya kemudian berubah menjadi calon Taman Nasional pada Tanggal 14 Oktober 1982 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 736/Kpts/Mentan/X/82 dan resmi menjadi Taman Nasional melalui Surat Keputusan No. 277/Kpts-VI/97 dengan luas 58.000 hektar.
B. Luas dan Letak Kawasan Taman Nasional Meru Betiri seluas 58.000 Ha terdiri atas 57.155 Ha daratan dan 845 ha perairan. Secara administrasi pemerintahan, Taman Nasional Meru Betiri terletak di wilayah Kabupaten Jember (37.585 Ha) dan Kabupaten Banyuwangi (20.415 Ha). Di dalam kawasan TNMB terdapat areal perkebunan seluas 2.155 Ha yaitu Perkebunan Sukamade Baru dan Perkebunan Bandealit. Secara geografis Taman Nasional Meru Betiri terletak diantara 8021’-8034’ LS dan 113037’-113058’ BT. Batas administratifnya adalah Sebelah Utara
:
PT. Perkebunan Treblasala dan PT. Perhutani RPH Malangsari dan Curahtakir
Sebelah Timur :
Desa
Sarongan,
Kecamatan
Pesanggaran
Kabupaten
Banyuwangi, PTPN XII Sumberjambe, Perkebunan PT. Sukamade Sebelah Selatan :
Samudera Indonesia
21
Sebelah Barat
:
Desa Curahnongko, Andongrejo, Sanenrejo Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember PTPN XII Kalisanen, PTPN XII Kota Blater, PT. Perhutani RPH Sabrang Terate dan Perkebunan PT. Bandealit
C. Topografi Taman Nasional ini terletak pada ketinggian antara 0-1200 m dpl. Keadaan topografi TNMB pada umumnya bergelombang, berbukit, dan bergunung-gunung. Kawasan di bagian selatan berbukit-bukit dan makin kearah pantai keadaan semakin bergelombang. Ketinggian tempat berkisar antara 900 hingga 1.223 m dpl. Gunung yang terdapat di kawasan ini antara lain Gunung Permisan (587 m), Gunung Meru (343 m), dan Gunung Betiri (1.233 m). Semuanya terletak di sebelah barat. Taman Nasional Meru Betiri berbatasan dengan beberapa tempat yaitu di sebelah selatan dengan Gunung Sumbudadung (520 m), Gunung Sukamade (363 m), Gunung Rajegwesi (181 m), dan Gunung Benteng (222 m), di bagian timur dengan Gunung Gendeng (9893 m) dan Gunung Lumberpacet (760 m). Daerah dengan topografi yang agak landai antara lain disekitar Teluk Rajegwesi seluas 1.316 ha yang sudah merupakan tanah desa, di isekitar Teluk Sukamade seluas 22 ha dan di bagian timur seluas 50 ha. Pada umumnya keadaan topografi disepanjang pantai berbukit-bukit sampai bergunung-gunung dengan tebing yang curam. Hanya sebagian kecil pantai datar yang berpasir, yaitu dari timur ke barat; Pantai Rajegwesi, Pantai Sukamade, Pantai Permisan, Pantai Meru, dan Pantai Bandealit. Pantai-pantai ini merupakan kawasan yang mempunyai nilai ilmiah dan pariwisata yang tinggi.
D. Iklim Berdasarkan klasifikasi iklim Schmidt dan Ferguson, kawasan TNMB bagian utara dan timur termasuk tipe iklim B, sedangkan bagian lainnya termasuk
22
tipe iklim C. Curah hujan rata-rata antara 2.300 sampai dengan 4.000 mm/tahun dengan rata-rata bulan kering 4 bulan dan bulan basah 7 bulan. Kawasan TNMB banyak dipengaruhi oleh banyaknya angin munson, dimana bulan November sampai bulan Maret angin bertiup dari arah barat yang mengakibatkan turun hujan, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan April sampai bulan Oktober.
E. Tanah dan Geologi Secara umum keadaan tanah di TNMB merupakan gabungan dari jenis alluvial, regosol coklat, dan sebagian besar merupakan komplek latosol. Keadaan tanah ini sangat erat hubungannya dengan proses geologis daerah yang bersangkutan, yaitu tanah dengan bahan induk yang berasal dari batuan alluvial vulkanik. Tanah di bagian selatan merupakan campuran tanah mediteran kuning yang kurang subur, sedangkan di bagian utara tanahnya subur karena mengandung batuan vulkanik. Tanah alluvial umumnya terdapat di daerah lembab dan tempat-tempat rendah sampai daerah pantai. Sedangkan regosol dan latosol umumnya terdapat pada lereng dan puncak gunung.
F. Flora dan Fauna Taman Nasional Meru Betiri memiliki 5 formasi ekosistem yaitu formasi hutan hujan tropis, formasi hutan mangrove, formasi hutan pantai, formasi hutan rawa dan formasi hutan bambu. Keadaan ini menyebabkan tingginya keanekaragaman flora dalam kawasan. Data statistik Balai TNMB tahun 2005 menunjukkan sejumlah 386 jenis tumbuhan yang telah teridentifikasi. Taman nasional ini merupakan habitat flora fauna dalam kawasan. Beberapa tumbuhan langka yaitu bunga Rafflesia (Rafflesia zollingeriana), dan beberapa jenis tumbuhan lainnya seperti bakau (Rhizophora sp.), api-api (Avicennia sp.), waru (Hibiscus tiliaceus), nyamplung (Calophyllum inophyllum), rengas (Gluta renghas), bendo (Artocarpus elasticus), dan beberapa jenis tumbuhan obat.
23
Dari segi keaneragaman fauna TNMB memiliki 202 jenis fauna yang telah teridentifikasi yang meliputi kelas mamalia sebanyak 25 jenis, aves 170 jenis dan reptilia sebanyak 7 jenis. Selain itu, TNMB memiliki potensi satwa dilindungi yang terdiri dari 29 jenis mamalia, dan 180 jenis burung. Satwa tersebut diantaranya Banteng (Bos javanicus javanicus), Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), Macan tutul (Panthera pardus melas), Ajag (Cuon alpinus javanicus), Kucing hutan (Prionailurus bengalensis javanensis), Rusa (Cervus timorensis russa), Bajing terbang ekor merah (Iomys horsfieldii), Merak (Pavo muticus), Penyu belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan Penyu ridel/lekang (Lepidochelys olivacea). Sedangkan Rusa (Cervus timorensis) merupakan satwa eksotik TNMB (Riyanto, 2005). Resort Rajegwesi termasuk daerah yang memiliki beberapa tipe habitat yaitu habitat hutan pantai, hutan pegunungan dataran rendah dan lahan-lahan rehabilitasi yang digunakan masyarakat untuk tanaman pertanian serta areal hutan mangrove yang tidak terlalu luas. Jenis-jenis tumbuhannya yaitu jenis bambu, jenis Rotan, Bendo (Artocarpus elasticus), Timo (Kleinhovia hospita), Bungur/Ketangi (Lagerstomia speciosa), Nyamplung (Callophylum inophylum), Ketapang (Terminalia catappa), Ubi Laut (Ipomea pes-caprae) dan jenis –jenis mangrove Nipah (Nypah fructicans) dan jenis Bruguiera (data primer PKLP IPB 2008).
G. Aksesibilitas Aksesibilitas untuk menuju resort Rajegwesi ini dapat dicapai melalui jalan darat dari Jember dan Banyuwangi yaitu : 1. Jalur Jember-Glenmore-Trebesalak-Sarongan-Sukamade (Kawasan TNMB bagian Timur) sepanjang 103 km dapat ditempuh dalam waktu 4-5 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Pemandangan sepanjang perjalananan cukup menarik terutama pemandangan alam.
24
2. Jalur
Jember-Genteng-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade
(Kawasan
TNMB bagian timur) sepanjang 109 km dapat ditempuh dengan waktu 3,5 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. 3. Jalur Banyuwangi-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade (Kawasan TNMB bagian Timur) sepanjang 109 km ditempuh dalam waktu 3,5 jam dengan kendaraan bermotor.
H. Demografi Masyarakat Blok Rajegwesi Pemukim di Blok Rajegwesi dimulai sejak tahun 1938 yang semula berjumlah 10 KK (kepala keluarga) seluas ± 28,5 Ha (informasi masyarakat Rajegwesi). Pemukim tersebut hingga bulan Agustus 2007 jumlahnya terus bertambah, tercatat berjumlah 247 KK seluas ± 41,8 Ha (data terlampir). Blok Rajegwesi termasuk dalam sebuah Dusun dengan nama Dusun Krajan yang terdiri dari 1 Rukun Warga (RW) dan 3 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif pemerintahan Blok Rajegwesi termasuk Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Sarana prasarana yang telah ada di Blok Rajegwesi antara lain jaringan listrik PLN, sarana ibadah (Masjid) dan mushalla, sarana pendidikan (SDN 5 Sarongan), jalan kendaraan roda empat kelas III dengan pengerasan aspal dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Bangunan rumah yang dimiliki pemukim sebagian besar permanen dan sebagian kecil non permanen bahkan terdapat beberapa bangunan rumah yang juga dilengkapi dengan bangunan toko kelontong. 1. Karakteristik Mayarakat Blok Rajegwesi a. Matapencaharian Mayoritas mata pencaharian masyarakat Rajegwesi adalah sebagai nelayan. Adapun aktivitas masyarakat Rajegwesi yang mayoritas sebagai nelayan tradisional merupakan modal utama untuk dijadikan suatu atraksi ekowisata yang dapat menarik wisatawan. Persentase struktur masyarakat menurut matapemcaharian utama dapat dilihat pada Gambar 3.
25
Nelayan
10% 16%
Petani 52%
2% 14%
Wiraswasta Purn PNS Nelayan+tani
6%
Buruh
Gambar 3. Struktur masyarakat menurut mata pencaharian utama (data primer)
b. Pendidikan Sebagian besar tingkat pendidikan masyarakat Rajegwesi masih tergolong rendah. Sebanyak 72% masyarakat Rajegwesi hanya tamatan dari sekolah dasar (SD), sedangkan untuk pendidikan tertinggi hanya sampai pada tingkat sekolah menengah atas (SMA) sebanyak 4%. Persentase struktur masyarakat menurut tingakat pendidikan dapat dilihat pada Gambar 4. 4% SD
24% 72%
SMP SMA
Gambar 4. Struktur masyarakat menurut tingkat pendidikan (data primer)
c. Agama Mayoritas penduduk di kawasan Blok Rajegwesi memeluk agama Islam. Sesuai data yang terdapat dalam data monografi Kampung Rajegwesi Tahun 2008, masyarakat yang memeluk agama Islam sebanyak 577 jiwa, agama Budha sebanyak 41 jiwa, dan agama Kristen sebanyak 30 jiwa. d. Bahasa Bahasa yang mereka gunakan adalah bahasa jawa Banyuwangian (Osing) dan kadang-kadang memakai bahasa madura. Hal ini dapat diperhatikan dari dialek dan logat masyarakat dalam pembicaraan kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dikarenakan mayoritas penduduk berasal dari Banyuwangi dan sekitarnya. e. Budaya Masyarakat Rajegwesi mempunyai adat istiadat petik laut pada awal tahun hijriah. Mereka mengadakan semacam syukuran di tepi laut sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang mereka peroleh. Mereka
26
juga berharap dengan mengadakan syukuran tersebut, semoga dikemudian hari tetap menghasilkan panen dan semoga tidak ada aral melintang dalam bernelayan. 2. Kelembagaan Masyarakat di Rajegwesi Adanya kelembagaan masyarakat di Rajegwesi merupakan suatu wadah bagi masyarakat untuk menyampaikan beberapa aspirasinya atau sebagai macam bentuk eksistensi masyarakat terhadap lingkungan sekitar. Macam-macam kelembagaan masyarakat yang terdapat di Rajegwesi antara lain kelompok jama’ah tahlil yang dilakukan tiap malam jum’at, kelompok kesebelasan sepak bola, kelompok rukun nelayan, POKMASWAS (Kelompok Masyarakat Pengawas) kemudian untuk keperluan penanganan wisata di Rajegwesi akan segera dibentuk suatu lembaga dalam waktu dekat (data primer hasil wawancara dengan Ketua RT 3 di Blok Rajegwesi). Lembaga masyarakat yang menangani wisata di Rajegwesi tersebut dibentuk oleh masyarakat yang beranggotakan dan diketuai oleh masyarakat Rajegwesi itu sendiri sedangkan pihak TNMB berperan sebagai pembina dan penanggung jawab.
I. Zonasi TNMB Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya menyatakan bahwa taman nasional adalah sebuah kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi. Zonasi ini dimaksudkan untuk mengefektifkan pengelolaan taman nasional sehingga dapat berfungsi secara optimal. Pada Tanggal 13 Desember 1999 melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan dan Konservasi Alam Nomor: 185/Kpts/DJ-V/1999, ditentukan zonasi TNMB. Zona inti seluas 27.915 Ha (warna merah) terletak di bagian timur dan sebagian bagian barat kawasan TNMB; dimana pada zona ini mutlak dilindungi, di dalamnya tidak diperbolehkan adanya perubahan apapun TNMB oleh aktivitas manusia. Kegiatan yang diperbolehkan pada zona ini hanya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.
27
Zona rimba seluas 22.622 Ha (warna kuning) terletak di bagian barat dan sebagian kecil bagian selatan kawasan. Pada zona ini dapat dilakukan kegiatan sebagaimana kegiatan pada zona inti dan kegiatan wisata alam yang terbatas. Zona pemanfaatan intensif seluas 1.285 Ha (warna hijau) terletak di Pantai Bandealit, Pantai Sukamade, dan Pantai Rajegwesi kawasan TNMB. Pada zona ini dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti dan zona rimba, dan diperuntukkan bagi pusat pembangunan sarana/prasarana dalam rangka pengembangan kepariwisataan alam dan rekreasi. Zona rehabilitasi seluas 4.023 Ha (warna coklat) terletak di bagian utara dan sebagian kecil bagian timur kawasan TNMB, dimana pada zona ini dapat dilakukan kegiatan rehabilitasi kawasan yang sudah rusak akibat perambahan. Zona penyangga seluas 2.155 Ha (warna biru) terletak di areal bekas perkebunan PT. Bandealit Kabupaten Jember dan PT. Sukamade Baru Kabupaten Banyuwangi. Zona ini adalah zona yang dikelola secara khusus dimana merupakan bagian dari sistem pengelolaan taman nasional, bertujuan untuk mengakomodir kepentingan perlindungan dan pelestarian taman nasional, wisata alam dan wisata agro. Peta zonasi TNMB, disajikan pada Gambar 5.
28
Gambar 5. Peta Zonasi di TNMB Sumber : Balai Taman Nasional Meru Betiri
29
J. Kebijakan dan Peraturan Perundangan Kebijakan dan peraturan perundangan pengelolaan TNMB berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Konservasi sumberdaya
alam
hayati dan ekosistemnya dilakukan melalui kegiatan pemanfaatan secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan pemanfaatan kondisi lingkungan kawasan pelestarian alam (Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam) dengan tetap menjaga kelestarian kawasan dan pemanfaatan jenis tumbuhan dan satwa liar dengan memperhatikan kelangsungan potensi, daya dukung dan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor
18
Tahun
1994
tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam. Pengusahaan pariwisata alam berupa usaha sarana pariwisata dilaksanakan sesuai dengan asas konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya untuk meningkatkan gejala keunikan dan keindahan alam yang terdapat dalam zona pemanfaatan taman nasional. Jenis usaha pariwisata alam berupa usaha akomodasi, makanan dan minuman, sarana wisata tirta, angkutan wisata, cinderamata, sarana wisata budaya. Usaha pariwisata dilaksanakan dengan persyaratan luas kawasan yang dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana pariwisata alam maksimum 10% dari luas zona pemanfaatan taman nasional, bentuk bangunan bergaya arsitektur budaya setempat dan tidak merubah bentang alam yang ada Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 167/Kpts-II/1994 tentang Sarana dan Prasarana Pengusahaan Perusahaan Pariwisata Alam di kawasan Pelestarian Alam. Sarana dan prasarana pengusahaan pariwisata alam dapat dibangun di zona pemanfaatan taman nasional dengan dibebani ijin pengusahaan pariwisata alam. Areal ijin pengusahaan pariwisata alam yang dapat dimanfaatkan untuk pembangunan sarana dan prasarana maksimum 10%.
30
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1991 tentang Kehutanan. Asas dan tujuan penyenggaraan kehutanan yaitu asas manfaat dan lestari, kerakyatan, keadilan, kebersamaan, keterbukaan dan keterpaduan. Penyelenggaraan kehutanan bertujuan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan dengan menjamin keberadaan hutan dengan luasan yang cukup dan sebaran yang proporsional, mengoptimalkan aneka fungsi hutan yang meliputi fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi untuk mencapai manfaat lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi yang seimbang dan lestari, meningkatkan daya dukung daerah aliran sungai, meningkatkan kemampuan untuk mengembangkan kapasitas dan keberdayaan masyarakat secara partisipatif, berkeadilan dan berwawasan lingkungan sehingga mampu menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi serta ketahanan terhadap akibat perubahan eksternal dan menjamin distribusi dan manfaat yang berkeadilan dan berkelanjutan.
31
IV. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juli – Agustus (30 hari) 2008. Berlokasi di Resort Rajegwesi SPTN I Sarongan TNMB, khususnya di Blok Rajegwesi pada bulan Juli 2008. Penentuan blok Rajegwesi sebagai lokasi penelitian dilakukan secara purposive berdasarkan letaknya terhadap kawasan, yaitu daerah yang berada di dalam kawasan TNMB. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta Wilayah Kerja di TNMB Sumber : Balai Taman Nasional Meru Betiri
32
B. Alat Alat yang digunakan untuk penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Macam-macam alat untuk penelitian No.
Nama Alat
1. 2 3.
Kamera Tape recorder Geographic Position System (GPS)
4.
Arc View
Kegunaan Untuk dokumentasi Alat bantu wawancara Untuk mengambil titik-titik koordinat dalam pembuatan peta Program di komputer untuk mengolah data hasil pengambilan titik-titik koordinat dari GPS
C. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi literatur, verifikasi dan pengamatan langsung di lapangan, wawancara serta penyebaran kuesioner. Studi literatur dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi penelitian yaitu di Resort Rajegwesi yang kemudian diverifikasi di lapangan. Setelah mengetahui potensi-potensi ekowisata yang terdapat di resort Rajegwesi yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil wawancara dan studi literatur maka dilakukan verifikasi yaitu melakukan pengamatan langsung pada lokasi-lokasi obyek wisata alam di Resort Rajegwesi yang kemudian dilakukan pengambilan titik-titik koordinat pada masing-masing potensi obyek ekowisata yang berada di sekitar Resort Rajegwesi dengan menggunakan alat GPS. Jenis dan teknik pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.
33
Tabel 3. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data Tugas Akhir Jenis Data
Data
1. Potensi sumberdaya ekowisata meliputi bentang alam (topografi), keanekaragaman hayati (keunikan/kekhasan flora dan fauna), adat istiadat/budaya 2. Karakteristik masyarakat Rajegwesi meliputi potensi sumber daya manusianya (mata pencaharian, tingkat pendidikan,dsb) 3. Persepsi, partisipasi, dan keinginan masyarakat Rajegwesi terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat 4. Minat, persepsi dan motivasi pengunjung terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat
Primer
Sekunder
1. Kondisi umum kawasan 2. Perkembangan wisata di Rajegwesi 3. Peta kawasan
Teknik Pengumpulan Data Studi literatur, Observasi Lapang, kuesioner dan wawancara.
Studi literatur dan wawancara.
Sumber Data
Balai TNMB, masyarakat, dan pengunjung
Balai TNMB dan pengelola
D. Metode penentuan responden D.1. Masyarakat Penentuan responden untuk masyarakat dilakukan dengan menggunakan dengan metode Snowball sampling dan sosiometri. Metode Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang dilakukan secara berantai terhadap informan pangkal sampai dengan informan kunci. Wawancara akan dihentikan ketika data yang terkumpul sudah mencapai titik jenuh, yaitu jawaban yang diperolah menunjukkan kesamaan atau tidak ada informasi yang baru (Susiyanto, 2006). Sedangkan metode sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang (10 - 50 orang), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel, 1985). 34
Metode snowball sampling dan sosiometri digunakan untuk mendapatkan data tentang sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di desa tersebut. Pengambilan datanya menggunakan panduan wawancara. Data tentang persepsi, motivasi, partisipasi dan minat masyarakat diambil dengan menggunakan kuesioner. Jumlah responden ditentukan berdasarkan heterogenitas dari populasi Resort Rajegwesi itu sendiri yang dipilih secara acak berurutan dari data penduduk baik wanita maupun pria. Jadi kita mengambil responden yang sebelumnya sudah kita acak secara berurutan dari data penduduk yang tercatat di kantor balai desa. Wawancara menggunakan metode snowball dan sosiometri didapatkan hasil 12 responden yang dianggap sebagai tokoh yang dituakan dan yang mengetahui seluk beluk tentang sumber daya alam, cerita sejarah dan peninggalan bersejarah di Rajegwesi. Mereka itu diantaranya adalah staf dan pegawai kantor Balai Desa Sarongan, kepala Desa Sarongan, ketua dan anggota BPD, masingmasing ketua RT di Rajegwesi, juragan ikan, dan sesepuh di Rajegwesi. Penyebaran kuesioner untuk memperoleh data tentang partisipasi, persepsi, motivasi, dan minat masyarakat didapatkan 50 responden yang tersebar di 3 (tiga) RT di Rajegwesi. D.2. Pengunjung Pengambilan data tentang motivasi, persepsi dan minat pengunjung menggunakan kuisioner. Penentuan responden terlebih dahulu ditentukan secara stratifikasi, responden dikelompokkan menjadi tiga yaitu perorangan (1-2 orang), grup kecil (3-10 orang), dan grup besar (lebih dari 10 orang). Pengelompokan ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pengambilan data tentang bentuk wisata perorangan/tunggal ataukah kelompok. Kemudian di lapangan, penentuan responden secara stratifikasi tersebut dilakukan secara accidental artinya responden yang diperoleh secara kebetulan dikarenakan jumlah pengunjung tiap hari tidak diketahui secara pasti. Penyebaran kuesioner untuk pengunjung didapatkan 35 responden wisatawan asing dan 32 responden wisatawan domestik.
35
E. Analisis Data Data yang didapat dari hasil wawancara, verifikasi, pengamatan lapang, studi pustaka dan penyebaran kuesioner diolah dengan cara tabulasi data dan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Data titik-titik koordinat pada lokasi obyek wisata alam di Rajegwesi diolah menggunakan program Arc View di komputer, yang selanjutnya menghasilkan suatu peta penyebaran potensi sumberdaya wisata alam di Resort Rajegwesi. Hasil analisis deskriptif lalu dianalisis lebih dalam dengan pendekatan SWOT (strength, weakness, opportunity, and threat) yang digunakan untuk menyusun perencanaan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi. Analisis SWOT dimaksudkan untuk mengetahui gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Blok Rajegwesi serta peluang dan ancaman yang dihadapi. Sebelum dibuat matrik SWOT terlebih dahulu ditentukan faktor strategi eksternal (EFAS) dan faktor strategi internal (IFAS) yang ditentukan dengan caracara sebagai berikut (Rangkuti, 2006) 1. Menyusun 5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan dalam kolom 1. 2. Masing-masing faktor dalam kolom 2 diberi bobot mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi. 3. Menghitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (sangat baik) sampai dengan 1 (di bawah ratarata) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi. Variabel yang positif diberi nilai mulai dari +1 sampai +4 (sangat baik) sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikannya. 4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor
36
pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (sangat baik) sampai dengan 1,0 (di bawah rata-rata). 5. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 tentang alasan pemilihan faktor-faktor yang terdapat di kolom 1 dan bagaimana skor pembobotannya dihitung. 6. Menjumlahkan skor pembobotan pada kolom 4 sehingga diperoleh total skor pembobotan yang menunjukkan bagaimana unit analisis bereaksi terhadap faktor-faktor strategis baik eksternal maupun internalnya. Pemilihan faktor-faktor strategis eksternal dan internal ditentukan berdasarkan kondisi di lapangan saat penelitian dan data-data yang telah dikumpulkan baik itu data primer maupun data sekunder. Selanjutnya penyusunan faktor-faktor strategis eksternal dan internal dibuat dalam matrik SWOT. Matrik SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 2006). Jadi penyusunan strategi berdasarkan faktor-faktor strategis eksternal dan internal yang ada. Dari analisa SWOT tersebut muncul 4 (empat) strategi, yaitu strategi SO, ST, WO, dan WT. Kemudian langkah selanjutnya yaitu menentukan prioritas strategi mana yang lebih diutamakan. Caranya dengan menjumlahkan nilai kode pembobotan dari tiap strategi yang telah ditentukan dalam matrik SWOT. Total skor yang terbesar menjadi prioritas strategi yang paling utama dan urutan strategi selanjutnya berdasarkan urutan total skor.
37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Potensi Sumberdaya Ekowisata di Blok Rajegwesi 1. Bentang Alam 1.1 Pantai Rajegwesi Blok Rajegwesi merupakan pintu gerbang masuk kawasan TNMB dari arah timur melalui Desa Sarongan Kecamatan Pesanggaran Kabupaten Banyuwangi. Pantai Rajegwesi memiliki ombak relatif kecil dibandingkan dengan pantai selatan lainnya sehingga masyarakat sekitar kawasan memanfaatkannya untuk tempat pelabuhan kapal-kapal nelayan penangkap ikan sekaligus sebagai tempat pelelangan ikan. Banyak kegiatan yang dilakukan oleh wisatawan di pantai ini antara lain memancing terutama didaerah tanjungan, berenang, berperahu, berjemur matahari (sunbath) dan menyaksikan nelayan tradisional mencari ikan dan menjual pada tengkulak di tempat pelelangan ikan (TPI). Fasilitas yang ada di Pantai Rajegwesi berupa gapura, pos tiket, dan information centre. Keindahan pantai Rajegwesi dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Pantai Rajegwesi
1.2 Teluk Damai dan Teluk Hijau Pemandangan pantai yang dapat dinikmati setelah Rajegwesi yaitu Teluk Damai dan Teluk Hijau. Sesuai dengan namanya air laut disini tidak berwarna biru seperti layaknya air laut tetapi berwarna hijau. Hal ini menandakan perairan tersebut dangkal sehingga sinar matahari dapat menembus air dan menjadikan alga atau ganggang dapat tumbuh dengan subur. Selain itu, teluk ini memiliki arus
38
laut yang begitu tenang dan berpasir putih. Teluk ini juga dikelilingi oleh gugusan bukit dengan ketinggian mencapai 200 meter sehingga membuat suasana di teluk menjadi damai dan nyaman karena terlindung sengatan matahari. Aktivitas yang dilakukan oleh wisatawan di teluk ini adalah berenang, memancing, berjemur (sunbath), dan menikmati keindahan pasir putih. Keindahan teluk Hijau dan teluk Damai dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Teluk Hijau (kiri) dan Teluk Damai (kanan)
1.3 Stone Beach Stone Beach atau pantai berbatu merupakan salah satu kekayaan dan keunikan di Taman Nasional Meru Betiri. Tidak banyak aktifitas yang dilakukan oleh wisatawan saat berada di pantai ini karena mereka belum mengetahui benar tentang keberadaan pantai ini. Akan tetapi sebenarnya bila dikembangkan potensi yang ada di pantai ini, aktifitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan di pantai ini antara lain berjemur dan pijat refleksi sambil menikmati panorama alam. Keindahan Stone beach disajikan pada Gambar 9.
Gambar 9. Stone Beach
1.4 Goa Jepang Sebenarnya goa Jepang yang dimaksud disini bukanlah seperti goa pada umumnya, lebih tepatnya adalah sebuah bunker tempat perlindungan bekas peninggalan tentara Jepang saat peperangan. Didalamnya berupa ruangan 39
berbentuk persegi. Kondisi akses menuju goa ini banyak terdapat semak-semak sehingga menyebabkan perjalanan menjadi kurang nyaman bagi wisatawan. Selain itu tidak adanya papan interpretasi tentang sejarah goa Jepang menyebabkan wisatawan yang mengunjunginya kurang memperoleh pengetahuan mengenai sejarah goa tersebut. Keberadaan Goa Jepang dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Goa Jepang
2. Keanekaragaman Hayati Resort Rajegwesi termasuk daerah yang memiliki beberapa tipe habitat yaitu habitat hutan pantai, hutan pegunungan dataran rendah dan lahan-lahan rehabilitasi yang digunakan masyarakat untuk tanaman pertanian serta areal hutan mangrove yang tidak terlalu luas. Jenis-jenis tumbuhannya yaitu jenis bambu, jenis rotan, Bendo (Artocarpus elasticus), Timo (Kleinhovia hospita), Bungur/Ketangi (Lagerstomia speciosa), Nyamplung (Callophylum inophylum), Ketapang (Terminalia catappa), Ubi Laut (Ipomea pes-caprae) dan Jenis –jenis mangrove Nipah (Nypa fructicans) dan jenis Bruguiera (PKLP TNMB 2008). Selain jenis-jenis tumbuhan tersebut, di Rajegwesi mempunyai satu jenis tumbuhan langka yang terletak tidak jauh dari Goa Jepang. Sekitar ± 150m dari Goa Jepang terdapat habitat rafflesia (Rafflesia zolingeriana kds). Jenis ini merupakan endemik Taman Nasional Meru Betiri. Selain itu, habitat rafflesia ini dapat dijumpai di Pantai Sukamade dan di Blok Krecek Andongrejo. Aktifitas yang dapat dilakukan oleh wisatawan adalah pengamatan proses mekarnya bunga rafflesia. Pada umumnya rafflesia mekar sepanjang tahun asal pohon inang ada. Waktu mekar selama + 7 hari. Tumbuhan Rafflesia disajikan pada Gambar 11.
40
Gambar 11. Rafflesia
3. Budaya Masyarakat 3.1 Aktivitas Nelayan Potensi ekowisata yang bisa dikembangkan dari Rejegwesi adalah aktifitas masyarakat nelayannya. Kegiatan mereka ketika akan pergi untuk melaut dan setelah melaut bisa dijadikan semacam atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan. Para wisatawan juga bisa ikut merasakan pengalaman bernelayan dengan mengikuti kegiatan nelayan untuk melaut. Hal ini memberikan nuansa yang baru bagi wisatawan karena mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kehidupan nelayan. Aktivitas masyarakat dimulai tiap harinya pada pukul 3 pagi, mereka melakukan berbagai macam persiapan sebelum keberangkatan mereka melaut seperti mempersiapkan jala dan lain sebagainya. Setengah jam kemudian barulah mereka berangkat melaut hingga pukul 7 pagi untuk menjaring ikan lemuru. Namun untuk menjaring ikan tongkol dilakukan dari pukul 3 sore hingga pukul 7 pagi. Biasanya kegiatan yang dilakukan para nelayan setelah melaut yaitu melepaskan ikan-ikan yang terjerat pada jaring. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh nelayan saja tapi para istri juga ikut membantu suaminya serta beberapa tetangga. Dari kegiatan ini tampak sekali rasa gotong royong diantara masyarakat begitu erat. Kegiatan nelayan setelah pulang dari melaut disajikan pada Gambar 12.
41
Gambar 12. Kegiatan Nelayan Setelah Pulang Dari Melaut
3.2 Budaya Petik Laut Kebanyakan pemukiman nelayan di kawasan pantai selatan mempunyai suatu budaya petik laut, semacam syukuran di tepi laut pada awal tahun hijriah. Begitu juga dengan masyarakat di Rajegwesi, tiap awal tahun hijriah mereka juga melakukan syukuran tersebut ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas hasil panen yang mereka peroleh selama setahun terakhir. Mereka menghantarkan beberapa sesaji yang diletakkan di atas kapal dan dilepaskan ke laut dengan harapan dikemudian hari tetap menghasilkan panen dan semoga tidak ada aral melintang dalam bernelayan. Budaya ini juga bisa dijadikan sebagai atraksi ekowisata yang menarik jika wisatawan kebetulan datang berkunjung sewaktu syukuran ini sedang berlangsung. Pada saat penelitian berlangsung tidak bertepatan dengan perayaan petik laut di Rajegwesi sehingga peneliti tidak mendapatkan dokumentasi tentang perayaan tersebut. 3.3 Petilasan Ki Ageng Wilis Selain menyimpan keindahan panorama alam dan ombak yang relatif kecil, pantai Rajegwesi juga memiliki potensi wisata sejarah dan religi. Di pantai dekat pemukiman masyarakat terdapat batu karang yang diatasnya ada sebuah petilasan yang mirip sebuah makam. Petilasan ini diyakini sebagai tempat peristirahatan terakhir Ki Ageng Wilis atau yang lebih dikenal dengan makam Mbah Agung. Uniknya adalah batu karang yang menjadi makam Mbah Agung ini lebih besar dan
tidak hancur walaupun ombak menerjang. Hal ini berbeda dengan batu
karang di sekitar pantai yang hancur akibat hempasan ombak laut. Oleh karena itu, petilasan ini dianggap keramat oleh masyarakat Rajegwesi dan tak jarang pula
42
masyarakat menaruh beberapa sesajian di sekeliling petilasan sekedar untuk mencari wangsit atau mencari “ilmu”. Petilasan Ki Ageng Wilis ini berpotensi untuk menjadi wisata rohani dan wisata sejarah. Sebagai wisata rohani, makam ini dikeramatkan oleh warga sekitar Rajegwesi. Tak heran pula selain dikunjungi oleh warga sekitar Rajegwesi, banyak masyarakat luar yang datang juga ke makam ini baik untuk ziarah maupun mencari pesugihan sehingga banyak sesajen disekitar makam. Sebagai wisata sejarah, Ki Ageng Wilis merupakan bagian dari Kerajaan Banyuwangi. Konon ceritanya, Ki Ageng Wilis ini melakukan pemberontakan di Kerajaan Banyuwangi. Karena usahanya tidak berhasil, dia pergi dan menetap di Rajegwesi. Petilasan Ki Ageng Wilis dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Petilasan Ki Ageng Wilis
B. Peta Penyebaran Potensi Sumberdaya Ekowisata di Rajegwesi Pengambilan titik-titik koordinat potensi sumberdaya ekowisata di Rajegwesi dilakukan pada tanggal 24 Juli 2008. Pengambilan titik tersebut menggunakan GPS (Geographic Position System). Data titik-titik koordinat yang didapat dari GPS disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Titik Koordinat Potensi Sumberdaya Ekowisata No. Name Description Time Position
Altitude
Depth
Proximity
1.
GJG
Goa Jepang
10:54:28am
S8 33.747
E113
56.024
298 ft
2.
MKM
Makam
09:42:38am
S8 33.608
E113
56.112
66 ft
3.
PRF
Plot Rafflesia
11:38:59am
S8 33.874
E113
56.203
149 ft
4.
STB
Stone Beach
12:53:32pm
S8 33.633
E113
55.500
64 ft
5.
TDM
Teluk Damai
12:23:49pm
S8 33.600
E113
55.761
260 ft
6.
THJ
Teluk Hijau
01:29:54pm
S8 33.851
E113
55.402
63 ft
43
Setelah memperoleh data titik-titik koordinat kemudian data tersebut diolah menjadi sebuah peta potensi menggunakan Arc View. Petapotensi sumberdaya ekowisata di Rajegwesi disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14. Peta Potensi Sumberdaya Ekowisata di Rajegwesi
C. Masyarakat 1. Persepsi Masyarakat Persepsi masyarakat terhadap kawasan sekitar (50%) masyarakat menganggap kawasan hutan TNMB adalah milik negara yang dikelola oleh PHKA. Masyarakat menyadari bahwa wilayah yang ditempati sekarang adalah milik negara dan
44
masuk ke dalam kawasan TNMB. Anggapan yang lain sebesar 30% kawasan hutan TNMB adalah milik negara dan memang sebaiknya dikelola PHKA namun masyarakat juga mengharapkan diberi sedikit hak garap dari kawasan TNMB sekedar untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Hak garap yang masyarakat maksud adalah tanah babatan yang sedang masyarakat garap supaya tidak ditutup oleh PHPA. Namun ada juga yang beranggapan kawasan hutan TNMB adalah milik masyarakat sehingga yang mengelola pun seharusnya masyarakat bukan PHKA, yaitu sekitar 20%. Masyarakat beralasan wilayah yang ditempati sekarang sudah menjadi hak milik karena masyarakat sudah membayar semacam pungutan kepada pihak pemkab tapi tetap saja masyarakat tidak mempunyai bukti sertifikat kepemilikan tanah. Persepsi masyarakat terhadap kawasan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Persepsi masyarakat terhadap kawasan Persepsi Masyarakat
Jumlah (%)
Kawasan hutan TNMB adalah milik negara yang dikelola oleh PHKA
50
Kawasan hutan TNMB adalah milik negara namun masyarakat berhak ikut mengelola
30
Kawasan hutan TNMB adalah milik masyarakat
20
Meskipun timbul berbagai macam persepsi masyarakat terhadap kawasan akan tetapi masyarakat juga tetap menyadari bahwa menjaga kelestarian kawasan itu sangat penting sekali oleh karena itu 100% responden menyatakan bahwa pemanfaatan kawasan tidak boleh secara berlebihan. Persepsi masyarakat terhadap kawasan tersebut menjadi sesuai bila sebagian besar mendukung adanya pengembangan kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan
masyarakat
di
Rajegwesi
seperti
kegiatan
pengembangan ekowisata. Sebanyak 47 orang (94%) mendukung adanya kegiatan pengembangan ekowisata di Rajegwesi dan sekitar 3 orang (6%) yang menyatakan tidak setuju. Masyarakat menyatakan siap untuk berpatisipasi asalkan sesuai dengan kemampuan SDM mereka. Alasan masyarakat yang tidak menyetujui adanya pengembangan wisata di Rajegwesi lebih dikarenakan pertimbangan moral. Masyarakat beranggapan bila nantinya ada pengembangan wisata di Rajegwesi dikhawatirkan akan menimbulkan dampak negatif bagi 45
perkembangan moral masyarakat dikarenakan adanya perbedaan kultur dengan wisatawan mancanegara. 2. Partisipasi Masyarakat Bentuk partisipasi yang masyarakat inginkan adalah partisipasi dalam tiap pelaksanaan kegiatan ekowisata dan perjalanan prosesnya serta partisipasi dalam pembagian keuntungan ekonomi (Jain, 2000). Bentuk partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Bentuk partisipasi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Rajegwesi Bentuk partisipasi masyarakat
Jumlah responden
Partisipasi dalam perencanaan
4
Partisipasi dalam pelaksanaan dan perjalanan prosesnya serta pembagian keuntungan ekonomi
40
Partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen
-
Partisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pembuatan keputusan dan manajemen, serta pembagian keuntungan ekonomi
6
Jadi tabel 6 menjelaskan bahwa masyarakat secara umum ingin secara langsung terlibat dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan ekowisata dan menginginkan adanya sharing profit Proses pelaksanaan sharing profit tersebut dilakukan setelah adanya kesepakatan antara pihak pengelola TNMB dengan masyarakat. Hal tersebut tidak terlepas dari suatu kendala yaitu ada pada keterbatasan keterampilan yang mereka miliki sehingga mereka masih butuh bimbingan atau pendampingan pada awalnya. Pendampingan kepada masyarakat tersebut perlu dilakukan untuk mengawal jalannya proses, karena dalam penerapan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat tidak bisa dilakukan secara instan. Pendampingan merupakan suatu proses antara untuk mencapai kemandirian pengelolaan sehingga proses ini dapat dihentikan setelah masyarakat siap untuk melaksanakannya secara mandiri. Pendampingan pada masyarakat dapat dilakukan pada kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain berupa pendampingan dalam hal boga, pembuatan dan pemasaran souvenir, Bahasa Inggris dasar, etika pelayanan, manajemen, akuntansi sederhana untuk warung,
46
identifikasi jenis-jenis flora dan fauna dan inventarisasi Obyek Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA). Pendampingan dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya. Untuk kegiatan identifikasi flora-fauna dan inventarisasi ODTWA pendampingan dapat dilakukan oleh Balai TNMB dan perguruan tinggi bidang kehutanan. Untuk Bahasa Inggris, boga dan etika pelayanan, pendampingan dapat dilakukan oleh perguruan tinggi bidang pariwisata dan Dinas Pariwisata. Sedangkan untuk manajemen, akuntansi sederhana, pembuatan dan pemasaran souvenir, pendampingan dapat dilakukan oleh praktisi bidang industri rumah tangga dan Dinas Perindustrian. 3. Motivasi Masyarakat Motivasi masyarakat merupakan hal yang harus menjadi bahan pertimbangan dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi. Hal ini dikarenakan setiap tindakan manusia digerakkan dan dilatarbelakangi oleh motif tertentu
(Suhaidin,
2008).
Oleh
karena
itu
untuk
mengadakan
suatu
pengembangan ekowisata yang berbasis masyarakat perlu memperhatikan motivasi
masyarakat
pengembangan
untuk
ekowisata.
ikut
Motivasi
berpartispasi masyarakat
dalam
setiap
terhadap
kegiatan
pengembangan
ekowisata di Rajegwesi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Motivasi masyarakat terhadap pengembangan ekowisata di Rajegwesi No 1 2 3
Uraian Meningkatkan taraf hidup Memperkenalkan Rajegwesi Menambah pengetahuan
Jumlah (orang)
Persentase (%)
44 5 1
88 10 2
Tabel 7 menjelaskan bahwa alasan masyarakat yang paling dominan atas dukungannya terhadap adanya pengembangan wisata di Rajegwesi adalah untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Masyarakat mempunyai persepsi bahwa apabila kawasan Rajegwesi terkenal maka makin banyak wisatawan yang datang berkunjung dan pendapatan masyarakat pun akan ikut bertambah. 4. Minat Masyarakat Minat mempunyai karakteristik pokok yaitu melakukan kegiatan yang dipilih sendiri dan menyenangkan sehingga dapat membentuk suatu kebiasaan dalam diri seseorang (Abadi, 2006). Minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam 47
pengembangan ekowisata di Rajegwesi bermacam-macam seperti yang terlihat di Tabel 8 Tabel 8. Minat masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengembangan ekowisata di Rajegwesi Minat Masyarakat
Jumlah (%) 48 20 10 8 8 6
Jasa transportasi Warung Pemandu wisata Berjualan souvenir Parkir Homestay
D. Pengunjung Berdasarkan informasi pengelola bahwa pengunjung banyak datang ke Taman Nasional Meru Betiri berkisar pada bulan Juni dan Agustus. Pada bulan tersebut, musim di Indonesia adalah musim kemarau atau musim summer di negara lain. Pada musim ini banyak digunakan wisatawan mancanegara untuk berlibur khusunya berjemur atau sunbath. Aktifitas ini bia dilakukan di Taman Nasional Meru Betiri karena sebagian besar objek wisata adalah pantai. Bagi wisatawan domestik, bulan Juni – Agustus merupakan musim libur sekolah. Musim libur ini banyak dimanfatkan oleh keluarga untuk berkumpul dengan rekreasi. Data jumlah pengunjung TNMB pada tahun 2003-2007 disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Data jumlah pengunjung tahun 2003 – 2007 Tahun 2002
Domestik 4298
Mancanegara 665
Jumlah 4963
2003
3450
346
3796
2004
3529
445
4085
2005
2863
415
3278
2006
1738
473
2211
2007 1655 Sumber : Statistik TNMB 2007
457
2112
Pengkajian terhadap karakteristik, motivasi, minat, dan persepsi dilakukan kepada 32 responden pengunjung domestik dan 30 responden pengunjung potensial mancanegara yang melakukan wisata di Rajegwesi dan Sukamade. Dikatakan
pengunjung
potensial
dikarenakan
wisatawan
mancanegara
mengunjungi Rajegwesi hanya sebagai tempat transit sementara sedangkan tujuan utama mereka adalah atraksi penyu di Sukamade. Sedangkan untuk wisatawan domestik, berdasarkan informasi dari pengelola dan warga sekitar, pantai
48
Rajegwesi bila hari minggu ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik dan biasanya kebanyakan dari daerah Banyuwangi dan sekitarnya. Jumlah pengunjung yang menjadi responden sangat minim, hal tersebut dikarenakan pada saat itu bukan merupakan musim kunjungan dan cuaca yang kurang mendukung untuk berwisata (musim hujan). 1. Karakteristik pengunjung a. Karakteristik pengunjung berdasarkan asal Keindahan pantai Rajegwesi tidak hanya dikunjungi oleh pengunjung dari dalam negeri saja tetapi juga oleh pengunjung luar negeri meskipun pantai Rajegwesi ini hanya dijadikan sebagai transit saja yang kemudian melanjutkan perjalanan ke pantai Sukamade. Meskipun akses yang ditempuh menuju pantai Rajegwesi dan pantai Sukamade sangat jauh dan cukup sulit tapi tidak mengurangi animo pengunjung untuk mengunjunginya. Hal tersebut dikarenakan kondisi sumberdaya wisata dan keindahan panorama alam yang ditawarkan kedua pantai tersebut masih alami selain atraksi penyu di Sukamade yang menjadi daya tarik wisata di TNMB. Karakteristik jumlah pengunjung berdasarkan asal disajikan pada Tabel 10. Tabel 10. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Asal Wisatawan
Domestik
Asal Banyuwangi Jember Bondowoso Situbondo Total Asal
Mancanegara
Belanda Swiss Jerman Swedia Italia Inggris Rusia Total
Jumlah 17 12 2 1 32 Jumlah 17 6 4 4 2 1 1 35
b. Karakteristik pengunjung berdasarkan umur Hasil pengkajian terhadap karakteristik pengunjung domestik dan mancanegara berdasarkan umur diperoleh hasil bahwa sebagian besar pengunjung yang melakukan kegiatan wisata di Rajegwesi sebagian besar berasal dari kelompok usia 11-20 tahun dan 21-30 tahun yang dikategorikan dalam kelompok 49
remaja. Rata-rata pengunjung adalah pelajar atau mahasiswa yang ingin berekreasi untuk memanfaatkan waktu liburan sekolah. Karakteristik jumlah pengunjung berdasarkan umur disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah Pengunjung Berdasarkan Umur Wisatawan Domestik
Mancanegara
Usia 11-20 tahun 31-40 tahun 21-30 tahun 41-50 tahun 51-60 tahun Total Usia 21-30 tahun 41-50 tahun 31-40 tahun Total
Jumlah 18 5 4 4 1 32 Jumlah 24 8 3 35
c. Karakteristik pengunjung berdasarkan pendidikan Pengunjung yang mengunjungi pantai Rajegwesi didominasi oleh pengunjung yang berpendidikan SMP dan SMA, yang dikarenakan oleh aspek keingintahuan dan apresiasi yang cukup besar dari kalangan tersebut untuk melakukan wisata di kawasan Taman Nasional. Disamping itu, informasi mengenai TNMB menurut responden mudah didapatkan karena pengunjung yang berasal dari kalangan sekolah atau akademis dapat mencari informasi dari berbagai sumber, baik itu teman maupun media lainnya sehingga lebih memotivasi untuk berkunjung. Karakteristik jumlah pengunjung berdasarkan pendidikan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. Jumlah Pengunjung Domestik Berdasarkan Pendidikan Tingkat Jumlah SMP
16
SMA
12
Sarjana
3
SD
1
Total
32
d. Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan Karakteristik pengunjung berdasarkan pekerjaan, pengunjung yang datang mengunjungi pantai Rajegwesi didominasi oleh pengunjung yang berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa dan pengunjung yang berwiraswasta, karena
50
faktor biaya dan waktu luang dari pengunjung tersebut mampu mendorong keinginan untuk mengisi waktu luang dengan melakukan wisata alam. Karakteristik jumlah pengunjung berdasarkan pekerjaan disajikan pada Tabel 13. Tabel 13. Jumlah pengunjung berdasarkan pekerjaan Wisatawan Wiraswasta Domestik Mancanegara
Pekerjaan Pelajar/mahasiswa Karyawan
10 6
14 15
Jumlah Guru
5 9
3 3
32 35
2. Motivasi dan Minat pengunjung Hasil pengkajian terhadap motivasi pengunjung atau wisatawan baik itu wisatawan
domestik
maupun
mancanegara
menunjukkan
bahwa
minat
pengunjung mengunjungi TNMB adalah untuk menikmati keindahan panorama alam pantai di Rajegwesi, atraksi penyu di Sukamade. Untuk wisatawan mancanegara berminat mengunjungi TNMB dikarenakan ingin melihat atraksi penyu di Sukamade sedangkan untuk wisatawan domestik berminat mengunjungi TNMB karena ingin mengetahui pemandangan pantai Rajegwesi. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa pengunjung yang melakukan kunjungan ke TNMB memiliki alasan untuk santai, kesenangan, petualangan, dan rekreasi untuk menghabiskan waktu liburan yang panjang. Mereka ingin berekreasi sambil melepas rasa penat setelah selama ini melakukan aktivitas rutin mereka seharihari. Motivasi dan minat pengunjung untuk mengunjungi TNMB disajikan pada Tabel 14. Tabel 14. Motivasi dan minat pengunjung mengunjungi TNMB Motivasi dan minat pengunjung Melihat penyu di Sukamade Menikmati keindahan alam TNMB Tracking Camping
Jumlah (%) 52 40 5 3
3. Persepsi Pengunjung Hasil wawancara dengan responden pengunjung baik itu domestik ataupun mancanegara
sama-sama
menyatakan
kekagumannya
akan
keindahan
pemandangan pantai Rajegwesi. Tetapi mereka menyayangkan kurangnya fasilitas wisata yang terdapat di pantai Rajegwesi, seperti fasilitas penginapan, toilet umum, shelter, warung makan dsb. Begitu juga aksesibilitas menuju pantai
51
Rajegwesi, mereka mengeluh mengenai kondisi jalannya yang buruk dan menginginkan adanya perbaikan jalan. Kesan pengunjung yang menyatakan kekaguman akan indahnya pemandangan pantai Rajegwesi namun minim fasilitas wisata sebesar 60%. Selain itu ada yang menyatakan pemandangan pantai Rajegwesi biasa saja ditambah lagi akses menuju pantai yang cukup sulit serta minimnya fasilitas wisata sebesar 40%.
E. Kapasitas Masyarakat untuk Terlibat dalam Pengembangan Ekowisata Sesuai dengan yang tercantum dalam Guidelines for Community-Based Ecotourism Development (2001) aspek dari komunitas untuk terlibat dalam pengembangan ekowisata, adalah a. kemampuan menjadi tuan rumah penginapan b. keterampilan dasar bahasa inggris c. keterampilan komputer d. keterampilan pengelolaan keuangan e. keterampilan pemasaran f. keterbukaan terhadap pengunjung Selain aspek-aspek kapasitas yang dinyatakan oleh WWF Internasional tersebut, penulis melihat aspek lain dari kapasitas masyarakat yaitu nilai-nilai dalam masyarakat. Kapasitas masyarakat ini menggambarkan kemampuan dan kemauan masyarakat untuk teribat dalam pengembangan dan pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi. a. Kemampuan Menjadi Tuan Rumah Penginapan Hasil wawancara dengan masyarakat bahwa masyarakat Rajegwesi ternyata sudah pernah ada yang menyediakan rumahnya sebagai penginapan bagi turis asing. Masyarakat mengatakan bahwa turis-turis asing yang telah menginap di rumahnya sangat senang sekali dengan pelayanan yang diberikan oleh masyarakat, baik itu penyajian makanan ataupun sikap ramah tamah yang ditunjukkan oleh masyarakat. Namun ada juga masyarakat yang keberatan bila turis menginap di rumahnya karena masyarakat beralasan dikhawatirkan pengaruh kehidupan turis akan membawa dampak negatif bagi kehidupan masyarakat.
52
Selain itu masyarakat juga beralasan bahwa kondisi rumah yang tidak layak untuk dijadikan suatu penginapan bagi turis. b. Kemampuan Dasar Bahasa Inggris Kemampuan dasar masyarakat dalam percakapan bahasa inggris bisa dikatakan cukup baik. Hal ini terlihat saat di lapangan masyarakat ada yang menjadi guide ketika turis datang berkunjung ke Rajegwesi. Masyarakat segera membuka percakapan dengan bahasa inggris walaupun agak sedikit terbata-bata, oleh karena itu perlu banyak pelatihan agar kemampuan Bahasa Inggris masyarakat menjadi lancar. c. Keterbukaan Terhadap Pengunjung Keterbukaan terhadap pengunjung yang datang merupakan faktor pendukung penting dalam pengembangan ekowisata. Masyarakat Rajegwesi memiliki sikap yang relatif terbuka dalam menerima kedatangan pengunjung. Hal ini terlihat saat wawancara dengan masyarakat dan observasi di lapang, masyarakat selalu bersikap ramah ataupun menyapa kepada tiap pengunjung yang datang baik itu pengunjung domestik maupun luar negeri.
F. Analisis SWOT Untuk Penentuan Strategi Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi Untuk menentukan strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi TNMB dilakukan dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats). Sebagai unit analisis adalah masyarakat Rajegwesi. Dengan demikian kondisi dari dalam masyarakat yang bersifat negatif (kelemahan) dipandang sebagai faktor internal, sedangkan faktor-faktor dari luar masyarakat yang merupakan peluang dan ancaman disebut sebagai faktor eksternal. Selanjutnya dilakukan pemilihan faktor internal dan eksternal sebagai berikut: 1. Faktor Internal dan Eksternal (IFAS dan EFAS) Pemilihan faktor-faktor strategis internal dilakukan berdasarkan kekuatan dan kelemahan yang dimilki Rajegwesi yang disajikan pada Tabel 15.
53
Tabel 15. IFAS (Internal Factor Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Internal Kekuatan (a) Daya tarik kawasan yang masih alami (keindahan pemandangan pantai Rajegwesi). (b) Adanya budaya khas dan beberapa peninggalan sejarah di Rajegwesi (petik laut, petilasan Ki Ageng Wilis) (c) Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekowisata di Rajegwesi (d) Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung (e) Keamanan pengunjung terjamin Kelemahan (a) Banyaknya sarana dan prasarana pengelolaan yang sudah rusak dan tidak memadai (b) Latar pendidikan masyarakat yang masih rendah (c) Kurangnya kemampuan pelaku wisata alam di Rajegwesi (d) Kemampuan modal masyarakat untuk membuka usaha masih rendah TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
0,20
4
0,8
Dikembangkan
0,20
4
0,8
Dikembangkan
0,10
3
0,3
Meningkatkan taraf hidup
0,10 0,05
3 3
0,3 0,15
Bersikap ramah -
0,15
1
0,15
Perlu perbaikan
0,05 0,10
2 2
0,10 0,20
Hanya sampai SD Perlu banyak pelatihan
0,05
2
0,10
Komentar
Keuangan yang terbatas 1,00
2,9
Pemilihan faktor-faktor strategis eksternal dilakukan berdasarkan peluang dan ancaman yang dimilki Rajegwesi yang disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. EFAS (External Factors Analysis Summary) Faktor-faktor Strategis Eksternal Peluang (a) Kemampuan dasar Bahasa Inggris masyarakat yang cukup baik (b) Lokasi Rajegwesi yang berdekatan dengan Bali (c) Pasar masih terbuka luas (d) Berkembangnya berbagai media cetak dan elektronik yang begitu pesat, yang merupakan suatu peluang besar untuk memasyarakatkan TNMB secara lebih luas. (e) Minat pengunjung yang tinggi terhadap wisata alam di TNMB. Ancaman (a) Adanya kompetitor/pesaing pantai wisata yang ada di Banyuwangi selain pantai Rajegwesi (b) Kurangnya dana pengelolaan yang dianggarkan TNMB untuk pengelolaan wisata di Rajegwesi (c) Aksesibilitas yang sulit dijangkau TOTAL
Bobot
Rating
Bobot x Rating
Komentar
0,05
3
0,15
0,15 0,10 0,10
4 3 3
0,6 0,3 0,3
0,15
4
0,6
0,10
2
0,2
Perlu hati-hati
0,15
1
0,15
0,20 1,00
1
0,2 2,5
Perlu investasi tambahan Diperhatikan
Tidak terlalu lancar Modal yang sangat penting Dimanfaatkan secara maksimal Dimanfaatkan secara maksimal Dimanfaatkan secara maksimal
54
Tabel 15 dan 16 menjelaskan bahwa arah pengembangan yang dilakukan harus lebih memprioritaskan pemanfaatan dan pembenahan terhadap faktor internal. Hal ini ditentukan berdasarkan skor total bobot x rating antara tabel EFAS dan IFAS. Skor total bobot x rating tabel IFAS adalah 2,9 sedangkan skor total bobot x rating tabel EFAS adalah 2,5. Apabila dilihat dengan menggunakan skala nilai antara 1-4, tabel IFAS memiliki poin yang lebih mendekati skala nilai 4. Pembenahan dan pemanfaatan keunggulan-keunggulan faktor internal dilakukan dengan tetap memperhatikan faktor-faktor eksternal yang dalam hal ini adalah peluang yang tersedia. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Rajegwesi yaitu bentang alam yang menarik serta budaya masyarakat yang akan dikembangkan
adalah
faktor-faktor
internal
yang
harus
diprioritaskan
pemanfaatannya.
2. Analisis SWOT Penentuan konsep pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi dilakukan dengan menggunakan pendekatan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang terkait dengan kondisi yang ada di lapangan. Analisis terhadap kekuatan, kelemahan dan peluang serta ancaman merupakan dasar pertimbangan yang akan mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi (Lampiran1). I. Identifikasi Faktor-faktor Internal A. Identifikasi Kekuatan (Strenght) 1. Daya tarik kawasan yang masih alami (keindahan pemandangan pantai) 2. Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekowisata di Rajegwesi 3. Adanya budaya khas dan beberapa peninggalan sejarah di Rajegwesi 4. Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung 5. Keamanan pengunjung terjamin B. Identifikasi Kelemahan (Weakness) 1. Banyaknya sarana dan prasarana pengelolaan yang sudah rusak dan tidak memadai 2. Kemampuan modal masyarakat untuk membuka usaha masih rendah
55
3. Latar pendidikan masyarakat yang masih rendah 4. Kurangnya kemampuan pelaku wisata alam di Rajegwesi II. Identifikasi Faktor-faktor Eksternal A. Identifikasi Peluang (Opportunities) 1. Kemampuan dasar Bahasa Inggris masyarakat yang cukup baik 2. Lokasi Rajegwesi yang berdekatan dengan Bali 3. Berkembangnya berbagai media cetak dan elektronik yang begitu pesat, yang merupakan suatu peluang besar untuk memasyarakatkan TNMB secara lebih luas 4. Minat pengunjung yang tinggi terhadap wisata alam di TNMB 5. Pasar masih terbuka luas B. Identifikasi Ancaman (Threats) 1. Adanya kompetitor / pesaing pantai wisata yang ada di Banyuwangi selain pantai Rajegwesi 2. Kurangnya dana pengelolaan yang dianggarkan TNMB untuk pengelolaan wisata di Rajegwesi 3. Aksesibilitas yang sulit dijangkau
3. Strategi SWOT Untuk
mengetahui
strategi
mana
yang
menjadi
prioritas
untuk
dilaksanakan maka disusun alternatif strategi dalam analisis SWOT (lampiran 2) dengan menjumlahkan semua kode pembobotan yang terangkum dalam satu strategi pengelolaan. Alternatif strategi dalam analisis SWOT pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Alternatif strategi dalam analisis SWOT pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi Strategi Kode Pembobotan Total Prioritas SO 1. Mengembangkan program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang menggabungkan potensi alam dan budaya yang dimiliki Rajegwesi untuk menarik pengunjung (S1-S5, O1-O4) 2. Mengenalkan atau mempromosikan program kegiatan ekowisata yang ada di Rajegwesi (S1-S3, O1-O4)
S1+S2+S3+S4+S5+O1+O2+O3+
4,15
1
3,85
2
O4+O5
S1+S2+S3+O1+O2+O3+O4+O5
56
Strategi
Kode Pembobotan
Total
Prioritas
1. Pengadaan perbaikan jalan menuju dan di Rajegwesi agar arus transportasi menjadi lancar (S4,T3) WO
S4+T3
0,35
5
1. Pengadaan perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk memenuhi kepuasan pengunjung (W1,O5) 2. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui pengadaan berbagai macam pelatihan teknis dan manajerial (W2-W3, O1-O5)
W1+O5
0,75
4
W2+W3+O1+O2+O3+O4+O5
2,25
3
W4+T2
0,3
6
ST
WT 1. Menarik investor untuk kelancaran pengelolaan wisata di Rajegwesi (W4,T2)
Berdasarkan analisis SWOT terhadap faktor internal dan faktor eksternal maka disusun strategi pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi (tabel matriks SWOT terlampir), yaitu: 1. Mengembangkan program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang menggabungkan potensi alam dan budaya yang dimiliki Rajegwesi untuk menarik pengunjung 2. Mengenalkan atau mempromosikan program kegiatan ekowisata yang ada di Rajegwesi 3. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui pengadaan berbagai macam pelatihan teknis dan manajerial 4. Pengadaan perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk memenuhi kepuasan pengunjung 5. Pengadaan perbaikan jalan menuju dan di Rajegwesi agar arus transportasi menjadi lancar 6. Menarik investor untuk kelancaran pengelolaan wisata di Rajegwesi a. Mengembangkan program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang menggabungkan potensi alam dan budaya yang dimiliki Rajegwesi Strategi ini dipilih untuk memanfaatkan peluang dengan mengoptimalkan kekuatan yang ada sebagaimana matriks SWOT pada lampiran. Potensi alam dan budaya yang dimiliki sangat berpeluang untuk dikembangkan sebagai suatu paket 57
wisata yang menggabungkan kedua potensi tersebut yaitu bentang alam yang ada di Rajegwesi dan kebudayaan yang unik dan khas dari masyarakat Rajegwesi. Pengembangan ini berdasarkan minat pengunjung yang tinggi terhadap wisata alam di TNMB yang kemudian akan ditambahkan unsur budaya pada suatu paket wisata agar lebih menarik pengunjung. b. Mengenalkan atau mempromosikan program kegiatan ekowisata yang ada di Rajegwesi Kegiatan informasi dan promosi Rajegwesi perlu dilakukan secara lebih luas melalui berbagai media, tidak hanya dari mulut ke mulut, baik itu media cetak maupun media elektronik. Optimalisasi kegiatan promosi sebagai media informasi tersebut diperlukan tidak hanya untuk kepentingan memperkenalkan Rajegwesi kepada masyarakat luas tetapi juga untuk kepentingan mempopulerkan kegiatan ekowisata sebagai salah satu aset yang dimiliki Banyuwangi dalam kegiatan kepariwisataan. Kegiatan promosi tersebut dapat berupa: a. Pembaharuan dan penyebaran leaflet, booklet, pamflet, sticker, film, poster, kalender dan lain-lain b. Pemasangan billboard di luar kawasan tentang obyek dan daya tarik kawasan Rajegwesi di tempat-tempat yang strategis dan dapat dengan mudah diketahui masyarakat luas c. Promosi melalui media cetak maupun media elektronik d. Pembaharuan informasi di web-site TNMB tiap waktu (selalu up-date) e. Promosi melalui buku Lonely Planet Guidebook (buku guiding internasional yang dipakai oleh para turis kebanyakan) f. Menjalin kerjasama/kemitraan dengan biro-biro perjalanan yang ada di Banyuwangi dan pihak-pihak lain yang berhubungan dengan kegiatan pariwisata c. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui pengadaan berbagai macam pelatihan teknis dan manajerial Strategi ini didasarkan untuk meminimalkan kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Strategi ini dipilih mengingat masih rendahnya latar belakang pendidikan masyarakat dan kurangnya kemampuan
58
pelaku wisata alam di Rajegwesi antara lain dalam hal pemanduan, penyediaan makanan, keterampilan membuat souvenir, dan pengelolaan usaha ekonomi. Masyarakat Rajegwesi pada dasarnya telah mengenal kondisi kawasan dengan baik karena masyarakat memiliki intensitas yang cukup tinggi dalam berinteraksi dengan kawasan. Disamping itu masyarakat juga memiliki kemampuan dalam menyikapi kondisi alam, perubahan lingkungan yang terjadi akan dengan mudah dan cepat direspon. Namun demikian modal tersebut masih perlu
diasah
keberhasilan
melalui
kegiatan-kegiatan
pengelolaan
berbasis
keterampilan
masyarakat.
untuk
Keteramilan
mendukung yang
dapat
direkomendasikan adalah pelatihan-pelatihan yang bersifat teknis dan manajerial karena dalam pengelolaan berbasis masyarakat, masyarakat berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan. Jenis pelatihan yang dapat mendukung pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi antara lain ketempilan dalam hal identifikasi jenis-jenis flora fauna, inventarisasi ODTWA, boga, pembuatan dan pemasaran souvenir, etika pelayanan, manajemen dan akuntansi sederhana. Dalam hal penyelenggaraan pelatihan tersebut perlu adanya kerjasama dengan pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidangnya. Untuk kegiatan identifikasi flora-fauna dan iventarisasi ODTWA diperlukan kerjasama dengan Balai TNMB dan perguruan tinggi di bidang kehutanan. Untuk boga dan etika pelayanan, kerjasama dapat dilakukan dengan perguruan tinggi bidang pariwisata dan Dinas Pariwisata. Sedangkan untuk manajemen, akuntansi sederhana, pembuatan dan pemasaran souvenir, kerjasama dapat dilakukan dengan praktisi bidang industri rumah tangga dan Dinas Perindustrian. d. Pengadaan perbaikan sarana dan prasarana wisata Dalam rangka mendukung keberhasilan kegiatan ekowisata di TNMB, ketersediaan sarana prasarana ekowisata sangat diperlukan. Namun yang menjadi obyek dalam kegiatan ekowisata di TNMB adalah keunikan, keindahan, keaslian dan kelangkaan serta keanekaragaman hayati sumberdaya alam dan budaya masyarakat, maka di dalam pengembangan sarana prasarana dan fasilitas pendukung baik dalam jumlah, jenis, bentuk dan bahan yang akan digunakan haruslah memperhatikan prinsip-prinsip kelestarian sumberdaya alam hayati dan
59
ekosistemnya serta memperhatikan sifat-sifat kealamiannya dan arsitektur daerah masyarakat setempat. Oleh karena itu, dalam pengembangan sarana prasarana harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut: a. Tidak boleh melakukan perubahan bentang alam b. Pembukaan vegetasi yang ada dilakukan seminimal mungkin c. Bahan-bahan yang digunakan tidak mengganggu keberadaan tumbuhan, satwa dan ekosistem yang ada d. Bentuk bangunan dibuat sealami mungkin denga tetap memperhatikan kelestarian sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya serta arsitektur daerah masyarakat setempat e. Bangunan yang dibangun benar-benar merupakan pendukung kegiatan ekowisata bukan merupakan obyek wisata buatan yang akhirnya mengganggu keberadaan potensi sumberdaya alam di kawasan TNMB f. Jumlah jenis, bentuk dan tata letak sarana prasarana harus didasarkan atas arahan yang tertuang dalam rencana pengelolaan taman nasional itu sendiri e.
Pengadaan perbaikan jalan menuju dan di Rajegwesi Strategi ini dipilih untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan
memanfaatkan kekuatan yang ada sebagaimana matriks SWOT pada lampiran. Aksesibilitas menuju Rajegwesi yang sulit dijangkau dan kondisi jalan menuju dan di Rajegwesi yang kurang bagus menyebabkan turunnya minat jumlah pengunjung untuk mengunjungi Rajegwesi. Solusinya adalah segera mengadakan perbaikan menuju dan di Rajegwesi agar arus transportasi menjadi lancar dan kepuasan pengunjung menjadi terpenuhi. f. Menarik investor untuk kelancaran pengelolaan wisata di Rajegwesi Strategi ini dipilih untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman yang ada sebagaimana matriks SWOT pada lampiran. Kelemahan modal masyarakat yang rendah diatasi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Peluang yang dapat dimanfaatkan adalah adanya dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan ekowisata di kawasan TNMB dan kebijakan mengenai ekowisata berbasis masyarakat. Selain itu adanya hubungan kerjasama antara Balai TNMB dengan instansi terkait, termasuk lembaga donor memungkinkan adanya kerjasama dalam pemberian bantuan modal.
60
Modal masyarakat sekitar secara umum tergolong rendah. Hal ini terlihat dari jenis usaha yang dilakukan masyarakat sekitar. Pada umumnya mereka mengusahakan warung sederhana, pedagang asongan, pemandu wisata,, toilet, parkir, perlengkapan wisata, dan homestay yang dikelola secara apa adanya dan tidak membutuhkan modal besar. Hal ini berbeda dengan usaha penginapan besar ataupun restoran mewah yang pemiliknya biasanya bukan penduduk setempat dan merupakan pemilik modal besar. Kurangnya dana pengelolaan yang dianggarkan TNMB unttuk pengelolaan wisata di Rajegwesi menyebabkan pengelolaan wisata di Rajegwesi agak tersendat dan kurang lancar. Oleh karena itu TNMB harus berupaya untuk menarik investor dengan tujuan menutupi kuranganya dana pengelolaan dan untuk memabntu masyarakat yang masih kekurangan modal untuk membuka usaha. Upaya tersebut memerlukan juga adanya dukungan kebijakan pemerintah daerah terhadap pengembangan ekowisata di Rajegwesi dan kebijakan mengenai ekowisata berbasis masyarakat tersebut memungkinkan adanya upaya menarik investor dari pemerintah daerah. Kerjasama dengan pemerintah daerah terutama diperlukan bagi pengelolaan ekowisata berbasis masyarakat di luar kawasan Rajegwesi guna mendukung kegiatan ekowisata di dalam kawasan Rajegwesi.
G. Konsep Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi Konsep pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi ditentukan berdasarkan analisis SWOT serta analisis supply dan demand di Rajegwesi yaitu adanya potensi alam dan budaya masyarakat Rajegwesi, persepsi dan partisipasi masyarakat, serta karakteristik dan minat pengunjung. Konsep pengembangan ekowisata berbasis masyarakat yang bisa dilakukan di Rajegwesi disajikan pada Tabel 18.
61
Tabel 18. Bentuk Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di Rajegwesi Konsep program Wisata alam dan wisata edukatif
Wisata budaya dan wisata edukatif
Sumberdaya yang digunakan Pantai Rajegwesi, Teluk Hijau, Teluk Damai, Stone Beach
Peranan Stakeholder
Aktivitas Pengunjung
Masyarakat sebagai perencana dan pelaksana kegiatan, pihak TNMB sebagai penanggung jawab kegiatan
Aktivitas masyarakat nelayan, budaya petik laut, petilasan Ki Ageng Wilis
Masyarakat sebagai perencana dan pelaksana kegiatan, pihak TNMB sebagai penanggung jawab kegiatan
1. Menikmati keindahan bentang alam di Rajegwesi 2. Mengenal flora fauna di Rajegwesi 3. Melakukan aktivitas wisata bahari seperti berenang, memancing, dsb Mengenal budaya masyarakat Rajegwesi
Manfaat yang dirasakan pengunjung 1. Kepuasan menikmati keindahan bentang alam terpenuhi 2. Menambah pengetahua n tentang jenis flora fauna di Rajegwesi Menambah pengetahuan tentang budaya masyarakat di Rajegwesi
H. Program Kegiatan Ekowisata di Rajegwesi Berdasarkan konsep pengembangan ekowisata berbasis masyarakt di Rajegwesi maka program ekowisata yang dapat dikembangkan di Rajegwesi terdapat dua program kegiatan ekowisata, yaitu: a. Adventure at Rajegwesi (1) Tema : Memahami sosial budaya masyarakat Rajegwesi dan mengungkap gejala alam yang ada (2) Tujuan: -
Wisatawan
dapat
memahami
dan
merasakan
suasana
kehidupan
masyarakat -
Mengungkap legenda dari salah satu contoh gejala alam seperti makam Ki Ageng Wilis
-
Menambah rasa cinta dan peduli untuk memelihara serta melestarikan alam
(3) Lokasi: Kampung Rajegwesi (4) Waktu: wisata ini dilakukan 2 hari 1 malam (5) Aktivitas: bersifat out door
62
(6) Materi kegiatan yang dilakukan adalah: -
Mengungkap legenda sejarah makam Ki Ageng Wilis
-
Interpretasi kehidupan masyarakat (adat istiadat masyarakat)
-
Interpretasi mata pencaharian masyarakat (nelayan, pembuatan gula aren)
(7) Fasilitas: penginapan atau homestay, pemandu, snack, makan, obat-obatan, dan transportasi Definisi Kegiatan Setiba di lokasi pengunjung terlebih dahulu melapor terlebih dahulu ke pos penjagaan, pengunjung dapat memilih menginap di penginapan atau sistem homestay di rumah penduduk. Setelah itu pengunjung dapat menikmati suasana kampung Rajegwesi, melihat keseharian masyarakat Rajegwesi, dan mengunjungi makam Ki Ageng Wilis didampingi oleh masyarakat sekitar yang sebelumnya telah diberi pelatihan sebagi interpreter. Malamnya pengunjung dapat beristirahat untuk persiapan acara selanjutnya yaitu menangkap ikan bersama nelayan. Pengunjung bangun pada pukul 3 pagi untuk ikut membantu nelayan melakukan persiapan sebelum keberangkatan seperti mempersiapkan jala ikan yang akan digunakan. Pukul 4 pagi pengunjung bersama nelayan berangkat melaut menangkap ikan dan biasanya pukul 7 pagi sudah kembali lagi ke daratan. Setibanya di daratan pengunjung membantu nelayan melepas ikan yang terjerat di jala. Kemudian kegiatan ditutup dengan acara bakar-bakar ikan, pengunjung dapat memkar sendiri ikan hasil tangkapannya tadi bersama nelayan atau dapat juga dimasak oleh masyarakat di warung-warung makan yang tersedia di sekitar pantai. b. Rajegwesi Beach Tour (1) Tema: Memahami ekosistem kawasan Rajegwesi (2) Tujuan: -
Wisatawan dapat merasakan suasana alam di kawasan Rajegwesi
-
Menggali informasi mengenai kondisi lingkungan kawasan Rajegwesi
-
Mengenalkan ekosistem kawasan Rajegwesi
-
Menambah rasa cinta dan peduli untuk memelihara serta melestarikan alam
63
(3) Lokasi: Kampung Rajegwesi (4) Waktu: wisata ini dilakukan 3 hari 2 malam (5) Aktivitas: bersifat out door (6) Materi kegiatan yang dilakukan adalah: -
Nature tracking
-
Camping
-
Bird watching
(7) Fasilitas: penginapan atau homestay, tenda, bahan dan materi kegiatan, pemandu, peralatan pengamatan, snack, makan, obat-obatan, dan transportasi Definisi Kegiatan Setiba di lokasi pengunjung terlebih dahulu melapor terlebih dahulu ke pos penjagaan, setelah itu pengunjung dapat beristirahat sementara di pos penjagaan sebelum melanjutkan perjalanan camping ke teluk hijau. Perjalanan dilanjutkan nature tracking ke teluk hijau sembari pengunjung dapat menikmati suasana kampung Rajegwesi, melihat keseharian masyarakat Rajegwesi, dan mengunjungi makam Ki Ageng Wilis. Selama perjalanan pengunjung didampingi oleh masyarakat sekitar yang sebelumnya telah diberi pelatihan sebagai interpreter, dapat meakukan aktivitas bird watching pula atau pengamatan satwa lainnya. Esok harinya pengunjung dijemput oleh masyarakat menggunakan perahu kembali ke pantai Rajegwesi sehingga pengunjung dapat menikmati bentang alam Rajegwesi secara keseluruhan. Setibanya di Rajegwesi pengunjung dapat beristirahat di penginapan atau homestay di rumah penduduk. Sore harinya kegiatan dilanjutkan dengan mengikuti aktivitas nelayan menangkap ikan. Malam harinya kegiatan ditutup dengan acara api unggun dan bakar-bakar ikan hasil tangkapan pengunjung bersama nelayan.
I. Peran
Masyarakat
dalam
Pengembangan
Ekowisata
Berbasis
Masyarakat di Rajegwesi Pada
pengembangan
kegiatan
ekowisata
berbasis
masyarakat
di
Rajegwesi, peran atau partisipasi dari masyarakat itu sendiri mempunyai peranan
64
yang sangat penting sekali. Hal ini sesuai dengan Jain (2000) yang menyatakan bentuk partisipasi masyarakat dalam wisata berbasis masyarakat antara lain, yaitu: 1) partisipasi dalam perencanaan, 2) partisipasi dalam pembuatan keputusan dan manajemen, 3) partisipasi dalam pelaksanaan dan perjalanan prosesnya, dan
4) partisipasi dalam pembagian keuntungan ekonomi. Begitu pula pada pengembangan program kegiatan ekowisata Adventure at Rajegwesi dan Rajegwesi Beach Tour peran masyarakat sangat penting sekali untuk mendukung keberhasilan program tersebut. 1. Partisipasi dalam Perencanaan Masyarakat yang tergabung dalam sebuah lembaga yang menangani wisata di Rajegwesi sebelumnya melakukan perencanaan tentang pengadaan program pengembangan ekowisata di Rajegwesi. Hal ini juga memungkinkan pihak pengelola TNMB juga ikut menyumbangsih pikiran tentang perencanaan wisata di Rajegwesi. Namun tetap saja masyarakat yang mempunyai peranan atau andil yang cukup besar untuk merencanakan program pengembangan ekowisata tersebut. 2. Partisipasi dalam Pembuatan Keputusan dan Manajemen Tahap selanjutnya setelah perencanaan adalah pembuatan keputusan tentang program pengembangan ekowisata yang sepenuhnya berada di tangan masyarakat Rajegwesi. Disini pihak pengelola TNMB hanya berperan sebagai pembina dan penanggung jawab program saja. 3. Partisipasi dalam Pelaksanaan dan Perjalanan Prosesnya Tahap selanjutnya setelah pembuatan keputusan adalah pelaksanaan program tersebut serta perjalanan prosesnya. Masyarakatlah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan program serta proses perjalanannya karena sebelumnya masyarakat terlebih dahulu membuat konsep perencanaannya dan telah membuat keputusannya. Untuk perjalanan prosesnya masyarakat bisa dibantu oleh pihak pengelola TNMB untuk mengevaluasi dari setiap program kegiatan yang berjalan.
65
4. Partisipasi dalam Pembagian Keuntungan Ekonomi Tahap yang terakhir yaitu tentang sharing profit atau pembagian keuntungan ekonomi. Sebelumnya harus tercapai kesepakatan dulu antara pihak pengelola TNMB selaku pembina dan penanggung jawab dengan masyarakat Rajegwesi selaku perencana dan pelaksana program kegiatan. Bila sudah tercapai kesepakatan maka tahap pembagian keuntungan ekonomi akan berjalan dengan lancar.
66
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Potensi sumberdaya ekowisata yang terdapat di blok Rajegwesi yang dapat dijadikan daya tarik wisata berupa bentang alamnya dan budaya dari masyarakat Rajegwesi itu sendiri. Budaya tersebut antara lain kehidupan dan aktivitas nelayan Rajegwesi serta perayaan Petik Laut tiap awal tahun hijriah. 2. Persepsi masyarakat terhadap kawasan yaitu mereka menganggap kawasan hutan TNMB adalah milik negara yang dikelola oleh PHPA. Namun masih ada yang menganggap kawasan hutan TNMB adalah milik masyarakat, hal ini menjadi potensi timbulnya konflik dalam pengelolaan kawasan TNMB. 3. Sebagian besar masyarakat mendukung adanya pengembangan wisata di Rajegwesi, hal ini dilatarbelakangi oleh motivasi masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Sedangkan bentuk partisipasi yang diinginkan masyarakat dalam kegiatan pengembangan ekowisata di Rajegwesi adalah masyarakat ingin secara langsung terlibat dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan ekowisata dan menginginkan adanya sharing profit. Hal ini disebabkan masyarakat menyadari akan keterbatasan keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki. 4. Pengunjung
yang
mengunjungi
TNMB
rata-rata
berprofesi
sebagai
pelajar/mahasiswa berusia sekitar 15-25 tahun dengan motivasi pengunjung sebagian besar didominasi untuk melihat penyu di Sukamade dan menikmati keindahan alam di TNMB. Hal ini menunjukkan bahwa wisata yang bisa dikembangkan di Rajegwesi berdasarkan minat pengunjung dan potensi yamng dimiliki Rajegwesi adalah wisata edukatif. 5. Program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang dapat ditawarkan di Rajegwesi yaitu Adventure at Rajegwesi dan Rajegwesi Beach Tour. Peran masyarakat dalam program kegiatan tersebut terlihat dengan adanya bentuk partisipasi masyarakat dalam proses perencanaan, pembuatan keputusan, pelaksanaan dan pembagian keuntungan ekonomi. 67
6. Pengembangan ekowisata di Rajegwesi memungkinkan terjadinya permasalahan baru bagi TNMB yaitu membesarnya enclave di Rajegwesi akibat animo pendatang yang ingin meningkatkan taraf hidup dari adanya pengembangan ekowisata tersebut.
B. Saran 1. Merealisasikan pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di Rajegwesi dengan menerapkan strategi pengembangan ekowisata berdasarkan analisis SWOT, yaitu a) mengembangkan program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang menggabungkan potensi alam dan budaya yang dimiliki Rajegwesi untuk menarik pengunjung b) mengenalkan atau mempromosikan program kegiatan ekowisata yang ada di Rajegwesi c) peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui pengadaan berbagai macam pelatihan teknis dan manajerial d) pengadaan perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk memenuhi kepuasan pengunjung e) pengadaan perbaikan jalan menuju dan di Rajegwesi agar arus transportasi menjadi lancar f) menarik investor untuk kelancaran pengelolaan wisata di Rajegwesi 2. Perlu adanya penyuluhan secara intensif tentang awasan TNMB kepada masyarakat Rajegwesi mengingat masih adanya persepsi masyarakat yang masih menganggap kawasan hutan TNMB adalah milik masyarakat. 3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai kelembagaan bila terjadi ancaman atau dampak negatif terhadap masyarakat Rajegwesi yaitu enclave makin membesar di kawasan TNMB.
68
DAFTAR PUSTAKA Abadi, Muhammad Afzan. 2006. Upaya Meningkatkan Minat Baca Pada Anak. Skripsi. Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam. Fakultas Adab. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Yogyakarta. http://almaipii.multiply.com/journal/item/4 [4 Februari 2008] Abikusno, Rhinomuraena Murtoaji. 2005. Studi Pengembangan Potensi Kawasan Wisata Pemandian Air Panas Sari Ater Hot Spring Resort (Ciater), Kabupaten Subang, Jawa Barat. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan. Insititut Pertanian Bogor. Anonim. 1998. Peraturan Pemerintah No. 68 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Departemen Kehutanan. Jakarta. Avenzora, Ricky. 2003. Ekotourisme: Evaluasi Konsep. Media Konservasi Vol. No.2 Juni 2003 : 75-84. Damanik, Janianton and Helmut F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata. Dari Teori ke Aplikasi. Pusat Studi Pariwisata (PUSPAR) UGM dan ANDI Press. Yogyakarta. Denman R. 2001. Guidelines For Community-Based Ecotourism Development. UK: WWF International. Assets.panda.org/download/guidelinesen [12 Mei 2008] Departemen Kehutanan Republik Indonesia. 2007. Kemungkinan Meningkatkan Ekowisata.http://www.dephut.go.id./informasi/PHPA/mphpa1.html [6 September 2008] Entebe, Rini Fitriah. 2002. Studi Perencanaan Pengembangan Ekowisata Pada Sempadan Ruas Aliran Sungai Sa’dan (Studi Kasus di Kecamatan Makale, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan). Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Faklutas Kehutanan. Insititut Pertanian Bogor. Fandeli, Chafid dan Muhammad Nurdin. 2005. Pengembangan Ekowisata Berbasis Konservasi di Taman Nasional. Fakultas Kehutanan UGM, Pusat Studi Pariwisata UGM, dan Kantor Kementerian Lingkungan Hidup. Yogyakarta. Ife, J. 2005. Community Development. Longman London. Jain, Nandita.Wendy Lama. Renzino Lepcha. 2000. Community–based Torism for 67 Conservation and Development: A Resource Kit. The Mountain Institute. Washington, USA.
69
Lash, Gail Ms. 1997. What Is Community – Based Ecotourism. In Ecotourism For Forest Conservation and Community Development (Jeffrey Bornemeir, Michael Victor and Pactrick B. Durst). Proceeding of RECOFTC an Internasional Seminar, Chiang Mai. Thailand. MacKinnon, J and Kathy MacKinnon, Graham Child, Jim Thorsel. 1990. Pengelolaan Kawasan Yang Dilindungi di Daerah Tropika. Harry Harsono (Terj). Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Muntasib E. K. S. H, Ricky A, Eva R, Yun Y, dan Resti M. 2004. Rencana Pengembangan Ekowisata Kabupaten Bogor. Laporan Akhir. Laboratorium Rekreasi Alam. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB dan Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kabupaten Bogor. Naibaho, Hendra Asmara. 2002. Studi Perilaku Pengunjung Dalam Kegiatan Ekowisata di Taman Nasional Gunung Halimun. Skripsi. Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan. Faklutas Kehutanan. Insititut Pertanian Bogor. Ndraha. 1987. Metodologi Penelitian Pembangunan Desa. Bina Aksara. Jakarta. Rahardjo, Budi. 2005. Ekotourisme Berbasis Masyarakat dan Pengelolaan Sumberdaya Alam. PUSTAKA LATIN. Bogor. Rangkuti F. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis (Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Riyanto, Budi. 2005. Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan dalam Perlindungan Kawasan Pelestarian Alam. Lembaga Pengkajian Hukum Kehutanan dan Lingkungan. Bogor. Santosa SP. Tangkilisan HNS. Tanpa tahun. Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata. PT. Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia (YPAPI). Yogyakarta. Soekadijo, R. G. 2000. Anatomi Pariwisata. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sudarto G. 1999. Ekowisata: Wahana Pelestarian Alam Pengembangan Ekonomi Berkelanjutan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yayasan Kalptaru Bahari bekerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia. Bandung. Suhaidin, Tahaimin. 2008. Artikel Motivasi dan Pembangunan Diri : Definisi, Pengertian, dan Motivasi Takrifan Motivasi. http://www.ugmc.bizland.com/ak-ertimotivasi.htm [4 Februari 2008]
70
Suprana, N. 1997. Pengembangan Pariwisata Alam Di Kawasan Pelestarian Alam: Suatu Peluang, Ekonomi, Peran Serta Masyarakat dan Ramah Lingkungan Dalam Pengembangan Obyek Wisata Alam. Prosiding Pelatihan dan Lokakarya Perncana Pariwisata Berkelanjutan. ITB. Bandung. Usman. M. 1999. Peluang Pengembangan Ekoturisme Indonesia sebagai Andalan Alternatif Kepariwisataan Nasional, Makalah Pada Seminar Prospek dan Manajemen Ekoturisme Memasuki Milenium Ketiga. Departemen Kehutanan. Bogor. Jawa Barat. Winkel,WS.1985.MateriSosiometri.http://fransiscamudji.freehostia.com/Pemaha man%20Individu%20I/MATERI15.pdf. [12 Mei 2008]
71
Lampiran 1. Matriks SWOT Faktor Internal
Faktor Eksternal Peluang (O) 1. Kemampuan dasar Bahasa Inggris masyarakat yang cukup baik 2. Lokasi Rajegwesi yang berdekatan dengan Bali 3. Pasar masih terbuka luas 4. Berkembangnya berbagai media cetak dan elektronik yang begitu pesat, yang merupakan suatu peluang besar untuk memasyarakatkan TNMB secara lebih luas 5. Minat pengunjung yang tinggi terhadap wisata alam di TNMB Ancaman (T) 1. Adanya kompetitor/pesaing pantai wisata yang ada di Banyuwangi selain pantai Rajegwesi 2. Kurangnya dana pengelolaan yang dianggarkan TNMB untuk pengelolaan wisata di Rajegwesi 3. Aksesibilitas yang sulit dijangkau
Kekuatan (S) 1. Daya tarik kawasan yang masih alami (keindahan pemandangan pantai Rajegwesi) 2. Adanya budaya khas dan beberapa peninggalan sejarah di Rajegwesi (petik laut, petilasan Ki Ageng Wilis) 3. Adanya keinginan masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan pengembangan ekowisata di Rajegwesi 4. Keterbukaan masyarakat terhadap pengunjung 5. Keamanan pengunjung terjamin
Kelemahan (W) 1. Banyaknya sarana dan prasarana pengelolaan yang sudah rusak dan tidak memadai 2. Latar pendidikan masyarakat yang masih rendah 3. Kurangnya kemampuan pelaku wisata alam di Rajegwesi 4. Kemampuan modal masyarakat untuk membuka usaha masih rendah
Strategi (SO) 1. Mengembangkan program kegiatan ekowisata berbasis masyarakat yang menggabungkan potensi alam dan budaya yang dimiliki Rajegwesi untuk menarik pengunjung (S1-S5, 01-O5) 2. Mengenalkan atau mempromosikan program kegiatan ekowisata yang ada di Rajegwesi (S1-3, O1-O5)
Strategi (WO) 1. Pengadaan perbaikan sarana dan prasarana wisata untuk memenuhi kepuasan pengunjung (W1,O5) 2. Peningkatan kemampuan SDM masyarakat melalui pengadaan berbagai macam pelatihan teknis dan manajerial (W2-W3, O1-O5)
Strategi (ST) 1. Pengadaan perbaikan jalan menuju dan di Rajegwesi agar arus transportasi menjadi lancar (S4,T3)
Strategi (WT) 1. Menarik investor untuk kelancaran pengelolaan wisata di Rajegwesi (W4,T2)
Lampiran 2. Kuesioner untuk masyarakat sekitar kawasan
KUESIONER MASYARAKAT
No. Responden
:
Tanggal
:
A. Data Pribadi 1. Umur
:
2. Jenis kelamin
:
3. Asal/tempat tinggal
:
4. Pendidikan terakhir
:
5. Pekerjaan
:
B. Persepsi masyarakat terhadap kawasan 1. Pendapat Saudara tentang kawasan hutan TNMB? a. Hutan yang angker tidak boleh diganggu b. Hutan milik masyarakat c. Hutan tidak dimiliki oleh siapapun sehingga boleh dimanfaatkan oleh siapapun d. Hutan yang dikelola oleh pihak pengelola Balai TNMB e. Lainnya………………………………………………. 2. Manfaat yang diperoleh dengan adanya kawasan TNMB? a. Sumber mata air
d. Sumber obat-obatan tradisional
b. Sumber kayu bakar
e. Sumber mata pencaharian
c. Tempat rekreasi
f. Lainnya……………………….
3. Apakah Rajegwesi merupakan daerah yang potensial untuk kegiatan wisata alam? a. Ya, karena………………………………………………………………. b. Tidak, karena…………………………………………………………… 4. Apakah anda setuju Rajegwesi dikembangkan menjadi objek wisata? a. Ya
b. Tidak 74
5. Menurut anda apa yang dapat dikembangkan dari Rajegwesi untuk dijadikan objek wisata? a. Keindahan pemandangan alamnya (pantai Rajegwesi/Teluk Hijau) b. Upacara - upacara adat c. Wisata petualang/tracking d. Keanekaragaman satwa dan tumbuhan e. Lainnya.................................................................................. 6. Apabila akan dikembangkan sebagai objek wisata, sarana dan prasarana apa saja yang harus diadakan atau ditambah? a. Perbaikan jalan b. Perbaikan sarana ibadah c. Pengadaan sarana transportasi d. Pengadaan stand penjualan souvenir/oleh-oleh khas e. Pengadaan stand penjualan makanan khas f. Pengadaan penginapan g. Lainnya............................................................................................ 7. Manfaat yang diperoleh dengan adanya kegiatan wisata di Rajegwesi? a. Kondisi jalan menjadi baik b. Membuka lapangan kerja/ada kesempatan berwirausaha c. Bisa berinteraksi dengan pengunjung d. Terkenalnya kawasan Rajegwesi e. Tidak ada manfaat yang dirasakan f. Lainnya…………………………. 8. Apakah anda berkeinginan untuk ikut terlibat dalam pengembangan Rajegwesi sebagai objek wisata? a. Ya
b. Tidak
9. Apa yang akan anda lakukan jika ada pengembangan wisata di Rajegwesi? a. Membuka warung b. Menjadi pemandu wisata c. Ikut menjaga kawasan Rajegwesi tetap asri, bersih, dan alami
75
d. Ikut menjaga keamanan sekitar kawasan Rajegwesi e. Lainnya………………………………………….. 10. Apabila anda berkeinginan untuk ikut terlibat dalam pengembangan wisata di Rajegwesi namun terdapat hambatan, kira-kira apa saja hambatan yang anda punya? a. Terbatasnya keterampilan b. Keterbatasan pendidikan dan pengetahuan c. Terbatasnya modal d. Terbatasnya waktu e. Terbatasnya tenaga f. Lainnya........................................................................................................ 11. Apa alasan anda untuk ikut terlibat dalam kegiatan wisata di Rajegwesi? a. Meningkatkan taraf hidup b. Meningkatkan pengetahuan dan wawasan c. Menjaga dan memelihara sumberdaya alam (flora fauna) d. Melestarikan budaya tradisional e. Memperkenalkan Rajegwesi (keindahan alam dan budaya) 12. Apa yang akan anda lakukan terhadap pengunjung terutama para turis? a. Bersikap ramah b. Tersenyum dan menyapa c. Cuek saja d. Lainnya............................................................................. C. Harapan terhadap pengembangan wisata di Rajegwesi 1. Apa harapan Saudara kedepannya dengan adanya pengembangan ekowisata di Rajegwesi? a. Membuka lapangan kerja baru b. Peningkatan kesejahteraan masyarakat c. Kawasan Rajegwesi menjadi terkenal d. Kondisi jalan dan jaringan komunikasi menjadi lebih baik e. Lainnya…………………………………………………
76
Lampiran 3. Kuesioner untuk pengunjung
KUESIONER PENGUNJUNG
No. Responden
:
Tanggal
:
A. Data Pribadi 1. Umur
:
2. Jenis kelamin
:
3. Asal/tempat tinggal
:
4. Pendidikan terakhir
:
5. Pekerjaan
:
6. Alokasi dana untuk berwisata per bln (Rp)
:
B. Motivasi pengunjung 1. Apakah yang memotivasi anda untuk berwisata? a. Adanya waktu luang b. Adanya anggaran biaya untuk berwisata c. Adanya objek wisata yang ingin dikunjungi d. Lainnya………………………………………………… 2. Berapa banyak waktu luang yang anda punya untuk berwisata? a. 1x dalam 1 minggu
c. 1x dalam 1 tahun
b. 1x dalam 1 bulan
d. Lainnya………………………….
3. Banyaknya anggaran biaya yang anda perlukan untuk tiap kali berwisata? ……………………………………………………………………………. 4. Objek wisata yang anda sukai untuk berwisata? a. Pantai
d. Perkebunan
b. Gunung
e. Lainnya…………………………..
c. Curug/air terjun
77
C. Persepsi pengunjung 1. Apakah anda mengenal istilah wisata bahari?(jika tidak, berhenti menjawab) a. Ya
b. Tidak
2. Dibawah ini ada beberapa contoh jenis kegiatan wisata bahari. Sebutkan jenis wisata bahari yang paling anda sukai? (jawaban boleh lebih dari 1) a. Sun set
e. Swimming
b. Bersampan
f. Surfing/berselancar
c. Diving/menyelam
g. Memancing
d. Snorkeling
h. Lainnya………………………………
3. Menurut anda seperti apakah suatu lokasi dinyatakan sesuai untuk dilakukan wisata bahari ? a. Memiliki panorama pantai yang indah b. Pantai yang landai dengan ombak yang besar c. Memiliki keunikan atau ciri khas d. Terdapat berbagai habitat dan ekosistem seperti terumbu karang, hutan bakau, dsb e. Lainnya………………………………………………………… 4. Menurut anda fasilitas seperti apa saja untuk suatu lokasi yang dinyatakan sesuai untuk wisata bahari? a. Akomodasi (penginapan, rumah makan, bar) b. Telekomunikasi c. Penerangan d. Penyewaan alat-alat untuk kegiatan wisata bahari e. Souvenir f. Pelayanan kesehatan g. Lainnya........................................................................... 6. Menurut anda seberapa pentingkah keterlibatan masyarakat dalam kegiatan wisata bahari dan sebutkan alasannya? a. Penting, karena................................................................ b. Tidak terlalu penting, karena...........................................
78
c. Tidak penting karena....................................................... 9. Jika menurut anda penting, seperti apakah keterlibatan masyarakat tersebut? a. Sebagai pemandu wisata/tour guide b. Penjual makanan (rumah makan) c. Penyedia penginapan (homestay) d. Pedagang souvenir e. Lainnya....................................................................... 5. Pantai-pantai apa saja yang anda ketahui di TNMB? a. Pantai Bandealit
d. Stone beach
b. Pantai Sukamade
e. Lainnya................................................
c. Pantai Rajegwesi 6. Dari beberapa pantai yang disebutkan di no.5 apakah ada yang tidak anda ketahui? a. Ada (lanjut no.7)
b. Tidak (lanjut no. 8)
7. Supaya diketahui, apakah saran anda? a. Diiklankan lewat media elektronik (radio/televisi) b. Iklan lewat internet c. Iklan lewat media cetak (koran/brosur/leaflet) d. Pasang iklan lewat agen travel e. Lainnya............................................................. 8. Darimana anda mengetahui informasi tersebut? a. Teman
d. Radio atau televisi
b. Leaflet/brosur
e. Agen travel
c. Internet
f. Lainnya..............................................
9. Sebutkan pantai yang paling anda sukai di TNMB dari yang anda ketahui? ....................................................................................................................... 10. Pernahkah anda berkunjung ke pantai tersebut? a. Pernah, berapa kali......................................(lanjut no.12) b. Tidak pernah (lanjut no.11)
79
11. Mengapa anda tidak pernah mengunjungi pantai tersebut? a. Belum ada waktu luang b. Belum ada anggaran biaya untuk berkunjung c. Lainnya.......................................................... 12. Apakah anda merasa puas setelah mengunjungi pantai tersebut? a. Ya (lanjut no. 15)
b. Tidak (lanjut no.13)
13. Mengapa anda merasa tidak puas? ........................................................................................................... 14. Supaya dapat memenuhi kepuasan pengunjung, apakah saran anda? ............................................................................................................. 15. Apakah anda berkeinginan untuk mengunjungi kembali? a. Ya
b. Tidak
D. Minat pengunjung 1. Kegiatan yang anda lakukan di TNMB? a. Berkemah/camping
d. Menikmati keindahan alam
b. Melihat penyu di Sukamade
e. Lainnya…………………………….
c. Tracking 2. Apakah anda pernah berkunjung ke tempat wisata yang sejenis dengan TNMB? a. Belum pernah b. Pernah, yaitu ………………. 3. Selain mengunjungi tempat wisata yang alami, tempat wisata yang paling sering anda kunjungi ? ………………………………………………………………………………….
80
Lampiran 4. Data Monografi Rajegwesi Tahun 2008
DATA MONOGRAFI KAMPUNG RAJEGWESI
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Kampungan Desa Kecamatan Kabupaten Propinsi Data keadaan bulan/tahun
: Rajegwesi : Sarongan : Pesanggaran : Banyuwangi : Jawa Timur : Mei 2008
A. BIDANG PEMERINTAHAN I. UMUM 1. Luas dan batas wilayah a. Luas kampung Rajegwesi : 28 Ha b. Batas wilayah 1. Sebelah Utara : Kawasan Hutan Lindung 2. Sebelah Timur : Kawasan Hutan Lindung 3. Sebelah Selatan : Lautan Indonesia 4. Sebelah Barat : Kawasan Hutan Lindung 2. Kondisi geografis a. Ketinggian tanah dari permukaan laut : 3 m b. Banyaknya curah hujan : 2000 mm/th c. Topografi : Rendah 3. Orbitasi (jarak dari Pusat Pemerintahan Desa) a. Jarak dari Pusat Pemerintahan Desa : 3 Km b. Jarak dari Pemerintahan Kecamatan : 19 Km c. Jarak dari Ibukota Kabupaten : 90 Km II. PERTANAHAN 1. Peruntukan a. Jalan b. Sawah c. Tegalan d. Pemukiman e. Pekuburan
: 10 Ha : 5,875 Ha : 7 Ha : 5 Ha : 0,25 Ha
III. KEPENDUDUKAN 1. Jumlah penduduk menurut a. Jenis kelamin 1. Pria
: 343 jiwa
81
2. Wanita : 305 jiwa Jumlah : 648 jiwa b. Jumlah kepala keluarga : 237 jiwa c. Kewarganegaraan : Indonesia 2. Jumlah penduduk menurut agama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan YME a. Islam : 577 jiwa b. Kristen : 30 jiwa c. Hindu : d. Budha : 41 jiwa 3. Jumlah penduduk menurut pendidikan a. Tidak tamat SD : 116 jiwa b. SD : 71 jiwa c. SMP : 32 jiwa d. SMA : 18 jiwa e. Sarjana : 1 jiwa 4. Jumlah penduduk menurut mata pencaharian a. Karyawan 1. Pegawai Negeri Sipil : 1 jiwa 2. ABRI : 1 jiwa 3. Swasta : 21 jiwa b. Wiraswasta/pedagang : 10 jiwa c. Tani : 10 jiwa d. Pertukangan : 97 jiwa e. Buruh : 5 jiwa f. Pensiunan : 2 jiwa g. Nelayan : 101 jiwa IV. JUMLAH TINGKAT PERANGKAT 1. RW : 1 unit 2. RT : 3 unit V. KEAMANAN KAMPUNG 1. Jumlah Hansip 2. Ketentraman dan ketertiban a. Pos Kamling b. Pos PPA B. BIDANG PEMBANGUNAN 1. Sarana peribadatan a. Masjid b. Musholla 2. Sarana olahraga a. Lapangan sepak bola
: 4 jiwa : 3 unit : 1 unit
: 1 buah : 1 buah : 1 buah
82
3. Sarana perhubungan a. Jalan kampung b. Jalan desa c. Jembatan
: 2,5 Km : 1 Km : 2 buah
4. Perdagangan/jasa a. Toko pracangan : 4 buah b. Warung makan : 5. Perumahan dan jenis pemukiman a. Rumah permanen : 21 buah b. Rumah semi permanen : 104 buah c. Rumah non permanen : 96 buah C. 1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BIDANG KEMASYARAKATAN Keagamaan a. Majelis Ta’lim : Kelompok…….anggota Kesehatan a. Dukun khitan/sunat : b. Dukun bayi : 1 jiwa Olahraga a. Sepak bola : 1 kesebelasan b. Voli : 1 perkumpulan Alat transportasi a. Sepeda gunung : 115 buah b. Sepeda motor : 35 buah c. Mobil pribadi : 2 buah Pengairan a. Bendungan kecil : 1 buah b. Saluran air : 300 m Pertanian a. Padi : 5,875 Ha dan 23,75 ton b. Jagung : 3 Ha dan 4,5 ton c. Ketela pohon : 1 Ha dan 4 ton Perkebunan a. Kelapa : 5 Ha dan 2,5 ton b. Kopi : 3 Ha dan 1,8 ton Ternak a. Kambing : 45 ekor b. Ayam kampung : 215 ekor c. Sapi : 41 ekor Sarongan, 28 Mei 2008 KEPALA DESA SARONGAN Muhammad Basuni 83