MANAJEMEN PROGRAM KEGIATAN DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-MUSTAQIM BAGI REMAJA DI KAWASAN CILEDUG INDAH, TANGERANG SELATAN
SKRIPSI Diajukan Kepada Fakulktas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Ahmad Sulaiman Rofi NIM: 1110053000056
KONSENTRASI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H. / 2015 M.
ABSTRAK Ahmad Sulaiman Rofi, NIM: 1110053000056, Manajemen Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi Remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan, Dibimbing Oleh Drs. Cecep Castrawijaya, MA. Program kegiatan remaja merupakan suatu rancangan tindakan untuk mendatangkan hasil yang lebih besar serta lebih baik dari sumber daya yang dimiliki. Secara umum, program kegiatan remaja dalam usaha pengembangan sumber daya remaja adalah dengan pemberian pendidikan kepada remaja dalam hal non akademik. Usaha ini dilakukan dengan tujuan supaya dapat menghasilkan remaja yang cerdas secara emosional, spiritual, dan sosial. Berdasarkan hal tersebut, penulis bermaksud ingin mengetahui bagaimana manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja di kawasan Ciledug Indah dalam memberikan pendidikan dan pemberdayaan SDM remaja. Perumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana pola manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja di kawasan Ciledug Indah dan bagaimana upaya pengurus masjid dalam memberikan pemahaman ilmu keagamaan pada remaja di Masjid Al-Mustaqim. Manfaat dari penelitian ini secara akademis adalah sebagai wawasan dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam dimensi pemberdayaan remaja dan manfaat secara praktisnya adalah dapat menjadi masukan dan evaluasi dalam peningkatan kualitas bagi SDM pada lingkungan yang bersangkutan. Adapun metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survey, data yang dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Hasil dari penelitian ini diketahui bahwa dalam manajemen program kegiatan remaja pada Masjid Al-Mustaqim di kawasan Ciledug Indah ada dua macam, yakni manajemen dalam pendidikan berbasis kecerdasan emosional dan manajemen dalam pendidikan berbasis kecerdasan spiritual. Manajemen dalam pendidikan berbasis kecerdasan emosional adalah dengan pelatihan kepemimpinan, pelatihan kader dakwah, pelatihan hadrah serta marawis, dan pelatihan bahasa Arab. Untuk manajemen dalam pendidikan berbasis kecerdasan spiritual adalah dengan mengadakan pengajian rutin mingguan dan pelatihan untuk pengurusan jenazah. Dalam pelaksanaannya, semua berjalan sesuai dengan perencanaan dan pengorganisasian tugas-tugasnya. Dan dalam pengawasannya, diawasi secara langsung oleh ketua pelaksana serta ketua masjid atau wakil ketua masjid dan bersifat akuntabel.
Kata kunci: Manajemen, Remaja, Program Kegiatan
iii
KATA PENGANTAR Puji syukur peneliti ungkapkan kepada Allah SWT, karena berkat taufiq, rahmat serta inayah-Nya peneliti dapat menyelesaikan laporan berwujud skripsi ini. Selanjutnya, shalawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, sebagai suri tauladan kita dalam menjalankan kehidupan ini. Ungkapan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua penulis, Bapak H. Ali Ambari dan Ibu Hj. Siti Habibah yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang serta doanya yang selalu mengiringi di setiap langkah penulis dalam menjalankan aktifitas, sehingga skripsi ini dapat penulis selesaikan guna mencapai gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). Selanjutnya, juga yang paling penting penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, diantaranya adalah: 1.
Dr. H. Arief Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr. Suparto, M.Ed, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Dr. Hj. Roudhonah, MA, selaku Wakil Dekan Bidang Administrasi, Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2.
Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah, dan Drs. Sugiharto, MA, selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Dakwah.
iv
3.
Drs. Cecep Castrawijaya, MA, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan banyak masukan kepada penulis, sabar dalam membimbing penulis dan ikhlas meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan arahan, petunjuk, dan saran yang sangat bermanfaat bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.
4.
Para Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi beserta seluruh civitas akademika, yang telah memberikan sumbangsih wawasan keilmuan dan bimbingan selama penulis berada dalam masa-masa perkuliahan.
5.
Segenap Staff Akademik dan Staff Perpustakaan Dakwah serta Perpustakaan Umum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6.
Segenap Pihak
Pengurus Ta’mir Masjid Al-Mustaqim, khususnya H.
Zawawi, S.Ag dan Drs. H. Rif’an Munawwir, yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan proses penelitian ini, serta pengurus masjid lainnya yang terlibat dalam kepengurusan Masjid Al-Mustaqim. 7.
Kepada tim penguji sidang munaqasyah: Dosen penguji I Drs. Sugiharto, MA, Dosen Penguji II H. Mulkanasir, BA, S.Pd, MM. Terima kasih penulis ucapkan atas bimbingan serta arahannya.
8.
Untuk keluarga: Pamanda KH. Ahmad Muchtar Ya’qub, Lc, Pamanda Ustadz H. Abdul Hakim, SH.I, Pamanda H. Ahmad Sahal Ya’qub, S.Pd.I, Tante Hj. Siti Zulaiha, S.Pd, Tante Hj. Siti Zubaidah, S.Pd, Abang Ipar tercinta Deden Setiawan, Kakak tercinta Maudiaturrahman, S.Pd.I, Abang tercinta Chairul Umam, Lc dan adik tersayang Halimatus Sa’diah, keponakan-keponakanku (Muhammad Asyrof Al-Qodir dan Muhammad Fadli Al-Qodir) yang selalu
v
menghibur disaat kejenuhan penulisan skripsi ini dan seluruh keluarga yang selalu menanyakan kapan penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, agar mereka bisa menghadiri acara wisuda penulis. Hal ini menjadi sebuah motivasi bagi penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan cepat. 9.
Rekan dan sahabat seperjuangan yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Khususnya Eko Ariyanto Wibowo, Murni Hikmawati, Fahri Ismanuddin dan Kariza Septavi yang selalu menemani dan membantu penulis dalam banyak hal. Untuk adik kelas dan sahabat tercinta Pondok Pesantren Daarul Rahman, Khoirunnisa yang telah rela menyita waktunya hingga larut malam untuk menemani dan selalu memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk teman-teman MD B (Fahri, Eko, Rika, Iis, Dewi, Azis, Ardiansyah, Rahmat, Nurul, Gilang, Pandu, Ulfah, dan Khadafi), dan sahabat-sahabat lainnya terima kasih atas kerja sama, dukungan, dan semangat kalian untuk penulis. Semoga Allah membalas semua kebaikan dan budi baik mereka dengan
balasan yang setimpal. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penelitian skripsi ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 15 Juli 2015
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK………………………....…………………...………………….............
iii
KATA PENGANTAR…………………………………...………………………...
iv
DAFTAR ISI………………………………………….…..……………………….
vii
BAB I PENDAHULUAN…………….…………..………………………………..
1
A. Latar Belakang Masalah..........................................................................
1
B. Batasan Dan Rumusan Masalah………………………………………..
7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………...
7
1. Tujuan Penelitian……………………………………………….....
7
2. Manfaat Penelitian………………………………………………...
8
D. Metodologi Penelitian……………………………………………….....
9
1. Metode Penelitian………………………………………………....
9
2. Subjek dan Objek Penelitian……………………………………....
9
3. Teknik Pengumpulan Data………………………………………...
10
4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data……………………………..
11
5. Waktu dan Tempat Penelitian……………………………………..
11
6. Teknik Analisis Data……………………………………………....
11
E. Tinjauan Pustaka…………………………………………………….....
12
F. Sistematika Penulisan………………………………………………….
14
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM KEGIATAN...............................................................................................
16
A. Manajemen…….......…………………………………………………...
16
1. Pengertian Manajemen.…………………………………………….. 16 2. Fungsi-fungsi Manajemen………………………………………… B. Program………………………………………………………………
18 21
1. Pengertian Program………………………………………………...
21
2. Dasar Penetepan Program…………………………………………..
22
vii
3. Anggaran Program………………………………………………….
24
C. Remaja...............……………………………………………………….
28
1. Pengertian Remaja.................………………………………………
28
2. Moralitas Remaja..............………………………………………….
33
3. Problematika Remaja….......………………………………………..
35
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID AL-MUSTAQIM……………………
41
A. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Mustaqim………………………………
41
B. Letak Geografis Masjid Al-Mustaqim…………………………………
42
C. Visi, Misi, dan Tujuan Masjid Al-Mustaqim…………………………..
42
D. Program Kegiatan Masjid Al-Mustaqim……………………………….
43
E. Struktur Organisasi Masjid Al-Mustaqim……………………………...
46
F. Sarana dan Prasarana Masjid Al-Mustaqim……………………………
51
BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM KEGIATAN BAGI REMAJA MASJID AL-MUSTAQIM…………………..……………...
54
A. Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid……………………....
54
B. Upaya Pengurus Masjid Dalam Memberikan Pemahaman Ilmu Keagamaan bagi Remaja Masjid Al-Mustaqim........…………….....….
78
BAB V PENUTUP…………………………………………………………………
81
A. Kesimpulan…………………………………………………………….
81
B. Saran……………………………………………………………….......
82
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
84
LAMPIRAN
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Makna manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan. Oleh sebab itu, manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang didalamnya terdapat upaya anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggerakan sumberdaya organisasi yang dimiliki. Dalam sebuah lembaga, jika mendambakan agar tujuan dan programnya dapat tercapai, maka diperlukan penerapan fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan) harus dapat dilaksanakan dengan baik.1 Apabila kepengurusan masjid menggunakan manajemen yang baik, ada banyak manfaat yang dapat diperoleh. Di sini, penulis akan membahas mengenai program kegiatan dalam upaya memberikan pemahaman ilmu keagamaan bagi remaja. Sebelum terlalu jauh menyampaikan tentang program kegiatan, penulis akan menjelaskan bahwa program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih
1
Tengku Rustam, Sosial Masayarakat Secara Holistik, (Semarang:Langit Fajar, 1999), h.
67
1
2
terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.2 Program merupakan kumpulan kegiatan untuk menjalankan misi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana capaian target ditetapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja (performance plan) dan merupakan bagian integral dalam proses perencanaan stratejik dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau pencapaian kinerja serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh. Penetapan program diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan pengalokasian sumber daya organisasi. Dengan demikian, kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian tujuan yang memberikan kontribusi bagi pencapaian visi organisasi. Kegiatan merupakan aspek operasional dari suatu rencana stratejik yang diarahkan untuk mencapai tujuan dan visi organisasi, dan berdimensi waktu tidak lebih dari satu tahun. Dewasa ini umat Islam terus menerus mengupayakan pembangunan masjid, baik di kota-kota besar, kota kecil maupun pelosok pedesaan. Bahkan, hampir di setiap lingkungan perkantoran, di kampus-kampus, di lingkungan pusat kegiatan ekonomi, baik di kantor-kantor pemerintahan maupun di kantor-kantor swasta berdiri dengan megah masjid-masjid dengan berbagai
2
Johny Manuhutu, Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988) h. 64
3
bentuk dan gaya arsitektur. Sebagaimana yang diketahui bersama bahwa masjid merupakan tempat bertaburannya berbagai nilai kebijakan dan nilai kebaikan bagi umat. Semuanya bisa berjalan dengan sukses jika dirangkum dalam sebuah garis kebijakan manajemen masjid.3 Dapat dikatakan bahwa banyak sekali upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tersebut, yaitu dengan menghidupkan fungsi masjid yang sebenarnya dalam suatu pola kegiatan bagi jamaah yang terarah dan terorganisir rapi. Dengan melakukan upaya-upaya ini sehingga diusahakan mampu mengoptimalkan kegiatan jamaah mampu menggali potensi peran masjid lebih baik. Walau demikian masih banyak masjid yang memerlukan pengelolaan dengan baik sehingga kegiatan jamaah mampu terealisasikan dan masjid menjadi makmur karena jamaah semakin bertambah secara signifikan serta dapat memiliki peran secara berkesinambungan untuk pengembangan masjid ke depannya. Hal ini bermula karena masih sangat banyak masjid di Indonesia yang kegiatan jamaahnya masih terbatas sebagai pusat ibadah secara berjamaah.4 Pada sisi lain, acapkali muncul persoalan baru mengenai pengelolaan masjid khususnya dalam pengembangan jamaahnya. Dengan upaya-upaya yang ada dari para pengurus masjid diharapakan dapat mengoptimalkan kegiatan jamaah dan mampu menggali potensi peran masjid lebih baik. Walau demikian masih banyak masjid yang memerlukan pengelolaan dengan baik 3
Nana Rukma na D. W. Masjid dan Dakwah, (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002), Cet.1.
h.1 4
Manajemen Kemasjidan, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah DITJEN BIMAS Islam DEPAG RI,2008), h. 7
4
sehingga kegiatan jamaah mampu terealisasikan dan masjid menjadi makmur karena jamaah semakin banyak dan ramai karena jamaah merasa disejahterakan dengan kegiatan yang telah ditetapkan. Banyak sekali masjid yang kegiatan jamaahnya masih terbatas sebagai pusat ibadah. Kegiatan dalam pengelolaan masjid, ditambah pula dengan kegiatan untuk pengembangan jamaahnya, tentu saja tidak akan terlepas dari aplikasi atau penerapan dari ilmu manajemen. Manajemen yang baik dapat menjadi salah satu faktor yang sangat mendukung bangkitnya kekuatan sebuah masjid. Setiap muslim boleh melakukan shalat di wilayah mana pun di bumi ini, terkecuali di atas kuburan, di tempat yang bernajis, dan di tempat-tempat yang menurut ukuran syariat Islam tidak sesuai untuk dijadiakan tempat shalat. Masjid merupakan tempat orang berkumpul dan melakukan shalat secara berjamaah.5 Jamaah yang beribadah di masjid tentunya berasal dari kalangan orang tua, remaja, dan anak-anak. Para jamaah inilah yang mempunyai kontribusi besar untuk memakmurkan masjid. Yang menjadikan ia sebagai sarana “kemakmuran” adalah kita semua, yang memberi dan menerima ilmu dan segala macam kearifan perikehidupan yang sangat diperlukan untuk pegangan hidup di alam dunia ini.6 Remaja, diharapkan sebagai seorang yang mampu mengenal baik dan buruk. Ada orang berkata remaja merupakan kelompok yang biasa saja, tidak 5
Drs. Moh. E. Ayub, Drs Muhsin MK, H. Ramlan Mardjoned, Manajemen Masjid : Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus Masjid, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), Cet. Ke-1 h.15 6 Drs. H. Ahmad Yani, DR. Acmad Satori Ismail, Menuju Masjid Ideal, (Jakarta: LP2SI Haramain), Cet. 1, h. 89
5
beda dengan kelompok orang-orang yang sering menyusahkan orang tua, tapi disisi lain menganggap bahwa remaja sebagai potensi manusia yang perlu dimanfaatkan.
Mungkin
mereka
berbicara
tentang
kelakuan
atau
ketidakpedulian orang dewasa terhadap kelompok mereka atau mungkin ada pula remaja yang mendapat kesan bahwa kelompoknya adalah kelompok minoritas yang punya makna tersendiri, yang mempunyai dunia tersendiri yang sukar dijamah orang tua. Tidak mustahil adanya kesan remaja bahwa kelompoknya adalah kelompok yang bertanggung jawab terhadap bangsa dan masa depan. Adapun masalah yang timbul dihadapi oleh para remaja saat ini, yaitu masalah nilai-nilai moral. Dimana pada diri remaja sering kali dihadapi oleh situasi moral, akhlak dan tingkah laku remaja. Dalam kondisi tersebut perlu dilakukan upaya pembinaan moral kepada para remaja melalui kegiatan keagamaan dan pengkajian dalam pembinaan moral, pembinaan moral dilakukan untuk membangun dan menyempurnakan moral yang kurang baik menjadi lebih baik. Salah satu upaya yang dilakukan dalam pembinaan moral yaitu dengan bimbingan agama. Remaja merupakan tulang punggung dalam upaya memakmurkan masjid. Sebab, apabila remaja tidak terlibat dalam aktivitas masjid. Semangat dalam menghidupkan semangat keislaman di kalangan remaja memang sudah mulai tumbuh, namun belum cukup mumpuni jika dibandingkan dengan jumlah remaja muslim yang ada, khususnya yang berdomisili di sekitar masjid. Ditambah lagi, remaja yang berkenan untuk melakukan kegiatan dalam rangka menghidupkan masjid
6
justru lebih sedikit. Akibatnya, terjadi suatu fenomena yang disebut sebagai fenomena krisis remaja masjid.7 Masjid Al-Mustaqim merupakan tempat ibadah dan peningkatan aktifitas keagamaan yang berorientasi kepada ukhrowi atau yang bersifat akhirat agar seimbang kebutuhan jamaah dari segi dunia dan akhirat. Maka pengurus Masjid Al-Mustaqim mengoptimalkan fungsi masjid dalam hal memakmurkannya. Dilihat dari segi bangunannya Masjid Al-Mustaqim cukup megah dan indah,
namun
tidak
hanya
keindahannya,
program
kegiatan
yang
dilaksanakannya pun begitu banyak serta para pengurus yang konsisten dalam memakmurkan masjid. Masjid ini berada di tengah-tengah masyarakat, maka kemungkinan orang-orang yang datang ke masjid untuk shalat berjamaah dan mengikuti kajian-kajian Islami di Masjid Al-Mustaqim adalah para penduduk sekitar dan para musafir. Dari permasalahan di atas, maka judul skripsi yang penulis ambil adalah “Manajemen Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid AlMustaqim bagi Remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan”. Hal ini bertujuan supaya dapat terbentuknya kesejahteraan lahir dan batin secara utuh serta menyeluruh, terutama bagi kalangan remaja masjid sehingga menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah SWT.
7
Muhammad Thahir, Menciptakan Generasi Muda yang Cinta Masjid, (Jakarta: AlHakim Press), Cet. 3, h. 76
7
B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan masalah dari skripsi ini adalah sebagai berikut: Agar tidak terjadi perluasan mengenai permasalahan dan konsistensi persoalan yang dibahas, maka di dalam skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan ini hanya pada upaya dalam manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja yang dilakukan oleh para pengurus dalam upaya memberikan pemahaman ilmu keagamaan kepada para remaja di Masjid AlMustaqim. 2. Rumusan masalah dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan? b. Bagaimana upaya pengurus masjid dalam memberikan pemahaman ilmu keagamaan pada remaja di Masjid Al-Mustaqim?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk
mengetahui
manajemen
program
kegiatan
Dewan
Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan. b. Untuk mengetahui upaya pengurus masjid dalam memberikan pemahaman ilmu keagamaan pada remaja di Masjid Al-Mustaqim.
8
2. Manfaat Penelitian a. Bagi Akademik Skripsi ini diharapkan dapat menambah cakrawala dan khazanah ilmu pengetahuan khususnya jurusan Manajemen Dakwah, dan umumnya pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Jakarta. b. Bagi Praktisi 1) Untuk mengetahuai aplikasi manajemen yang telah diterapkan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim dalam menjalankan aktifitas dakwahnya. 2) Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang dihadapi oleh Masjid Al-Mustaqim serta mencari tahu bagaimana penyelesaiannya. c. Bagi Masjid Al-Mustaqim 1) Memberikan sumbangsih berupa pemikiran kepada pengurus Masjid Al-Mustaqim tentang cara di dalam meningkatkan manajemen
program
kegiatan
dan
pemahaman
ilmu
keagamaan remaja masjid. 2) Memberikan wawasan intelektual bagi berbagai pihak yang bergelut di dalam kepengurusan masjid.
9
D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif, yaitu dengan menggunakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang atau perilaku yang diamati, kegiatan penelitian ini merupakan data yang diambil dari lapangan penelitian dengan pendekatan survey, data yang dikumpulkan berupa fakta-fakta, gambar dan bukan angka-angka. Dalam hal ini penulis melakukannya dengan mengamati dan mengumpulkan data-data dan kemudian data-data yang diperoleh disusun dan dikembangkan dan selanjutnya dikemukakan dengan seobjektif mungkin kemudian dianalisa.8 2. Subjek dan Objek Penelitian a. Subjek Penelitian Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah Masjid Al-Mustaqim sebagai sarana ibadah dan pengembangan, dalam hal ini penulis mengambil data-data dari
pimpinan dan
pengurus Masjid Al-Mustaqim. b. Objek Penelitian Sedangkan yang menjadi objek penelitian ini, yaitu bagaimana aplikasi manajemen program kegiatan remaja pada Masjid AlMustaqim dalam upaya meningkatkan pemahaman ilmu keagamaan.
8
M. Subhana Dasar-dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2001), Cet. Ke-1.h. 26
10
3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan ini, penulis menggunakan metode kualitatif, menurut Taylor yang dikutip oleh Lexy Moeleong, penelitian kualitatif adalah prosedur sebuah penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau pelaku yang diamati. Dalam
penelitian
ini,
penulis
menggunakan
beberapa
teknik
pengumpulan data, yaitu dengan teknik obserfasi, wawancara, dan dokumentasi, sebagai berikut: a. Observasi Teknik penulisan ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang berkaitan dengan skripsi ini seperti gambaran umum Masjid AlMustaqim keadaan remaja dan pelaksanaan kegiatannya. Untuk itu peneliti mengadakan observasi ke lapangan secara langsung. b. Wawancara Wawancara dilakukan secara langsung dengan ketua Masjid AlMustaqim, yaitu H. Zawawi, S.Ag, sekretaris Muhammad Syarif, dan seksi pendidikan dan dakwah Drs. Usman Syahid, S.Pd, M.Pd dengan tujuan untuk memperoleh data yang akurat tentang berdiri dan perkembangannya, visi, misi serta tujuan didirikannya Masjid Al-Mustaqim, dan bentuk-bentuk kegiatan. c. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan untuk mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian seperti laporan-laporan atau
11
arsip-arsip, literatur-literatur (buku-buku) yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik ini penulis pergunakan untuk mendapatkan data tambahan tentang penelitian yang sedang dibahas dalam skripsi ini.9 4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data Teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan ketekunan pengamatan, yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara yang ada kaitannya dengan proses analisis yang bersifat konstan. Dalam hal ini, penulis akan mengamati secara langsung ke lokasi penelitian di Masjid Al-Mustaqim untuk memperoleh data-data yang diinginkan. 5. Waktu dan Tempat Penelitian a. Waktu Penelitian Waktu penelitian skripsi ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai dengan bulan November 2014. b. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Masjid Al-Mustaqim yang terletak di jalan Pedurenan No. 14, Ciledug Indah, Tangerang Selatan. 6. Teknik Analisis Data Analisis data menurut Patton yang dikutip oleh Lexy Moleong adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu 9
Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), Edisi Revisi, h. 329
12
pola, kategori, dan satuan uraian besar. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptifanalisis terhadap Manajemen Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim dalam meningkatkan pemahaman keagamaan bagi remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan. Penulis mencoba memaparkan segala informasi yang didapat dengan menggabungkan data-data yang telah diperolehnya.
E. Tinjauan Pustaka Sejauh ini, penulis berusaha memantau dan mengamati dengan baik, ternyata belum pernah menemui pembahasan yang sama tentang Manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan. Namun, penulis menemukan beberapa pembahasan yang dapat dikatakan serupa dengan tema ini dari sisi keilmuan Manajemen Masjid, yaitu: 1.
Rudiawan, Manajemen Masjid Astra Dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Karyawan PT. Astra Sunter Jakarta Utara. Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Manajemen Dakwah, Tahun 1431 H/2010 M. Skripsi ini membahas tentang manajemen masjid secara keseluruhan, di mana orientasinya adalah karyawan pada PT. Astra Sunter Jakarta Utara.
2.
Bambang Irawan, Manajemen Masjid Blok A Tanah Abang Dalam Meningkatkan
Aktifitas
Keagamaan
Pedagang
Pada
Pusat
13
Perbelanjaan Grosir Tanah Abang Jakarta Pusat. Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi. Manajemen Dakwah. Tahun 1431 H/2010 M. Pada skripsi ini, pembahasannya adalah menenai manajemen masjid secara keseluruhan yang berorientasi pada para pedagang yang ada di pasar Blok A Tanah Abang, Jakarta Pusat. 3.
Ferianto, Manajemen Masjid As-sinah Dalam Meningkatkan Aktifitas Keagamaan Pedagang Di Pusat Grosir Cililitan (PGC) Jakarta Timur. Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Manajemen Dakwah. 1428 H/2007 M. Pada skripsi, Ferianto membahas manajemen masjid secara keseluruhan. Aplikasi bidang program, Aplikasi bidang kepengurusan, sikap dan perhatian pengurus masjid, Analisis SWOT Masjid As-Sinah. Sedangkan judul skripsi penulis adalah “Manajemen Program
Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Al-Mustaqim bagi Remaja di Kawasan Ciledug Indah, Tangerang Selatan”. Jika dilihat dari segi judul, penelitian ini memang memiliki kesamaan, yaitu meneliti tentang manajemen masjid. Tetapi, dalam segi pembahasan sungguh jauh berbeda isinya secara lengkap. Adapun pembahasan yang terkait mengenai materi skripsi yang akan penulis paparkan secara jelas adalah mengenai manajemen program kegiatan DKM untuk remaja Masjid Al-Mustaqim dalam rangka memberikan pemahaman ilmu keagamaan dan mengembangkan kegiatan-kegiatan bagi para remaja di kawasan Ciledug Indah.
14
F. Sistematika Penulisan Untuk lebih mudah memahami pembahasan dan penulisan pada skripsi ini, maka penulis menguraikan secara terperinci masalah demi masalah yang pembahasannya terbagi menjadi lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I
Pendahuluan Pada bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II
Tinjauan Teoritis Tinjauan teoritis pada penelitian ini adalah: Pengertian manajemen, fungsi-fungsi manajemen. Pengertian program, dasar penetapan program, anggaran program. Pengertian remaja, moralitas remaja, problematika remaja.
BAB III Gambaran Umum Masjid Al-Mustaqim Dalam bab ini menjelaskan tentang gambaran umum masjid AlMustaqim yang meliputi : Sejarah berdirinya Masjid Al-Mustaqim. Letak geografis Masjid Al-Mustaqim. Visi, misi dan tujuan Masjid Al-Mustaqim. Program kegiatan Masjid Al-Mustaqim. Struktur organisasi Masjid Al-Mustaqim. Sarana dan prasarana Masjid AlMustaqim.
15
BAB IV Analisis Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid AlMustaqim bagi Remaja Dalam bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian penulis, yang meliputi: Program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid AlMustaqim bagi remaja serta Upaya pengurus masjid dalam memberikan pemahaman ilmu keagamaan bagi remaja pada Masjid Al-Mustaqim. BAB V
Kesimpulan Menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang menjadi penutup dari pembahasan skripsi.
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG MANAJEMEN PROGRAM KEGIATAN
A. Manajemen 1. Pengertian Manajemen Pengertian manajemen berasal dari bahasa Inggris dengan kata kerja “to manage” secara umum berarti mengurusi.1 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia manajemen berarti proses penggunaan sumberdaya yang efektif untuk mencapai sasaran.2 Makna manajemen mengandung unsur-unsur kegiatan yang bersifat pengelolaan. Oleh sebab itu, manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian, yang didalamnya terdapat upaya anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggerakan sumberdaya organisasi yang dimiliki. Istilah manajemen memiliki berbagai pengertian. Secara universal manajemen adalah penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai sasaran dan kinerja yang tinggi dalam berbagai tipe organisasi profit maupun non profit. Manajemen menurut (Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan – 1985) adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan
1
A.M Kadarman dan Yusuf Udaya, Pengantar Ilmu Manajemen, Buku Panduan Untuk Mahasiswa (Jakarta: Gramedia Pustaka Gama, 2001), Cet Ke-1, h.55 2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai pustaka, 2001), Edisi Ke 111 h.708
16
17
sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.3 Sementara definisi manajemen yang dikemukakan oleh Daft (2003:4)
sebagai
berikut:
“Management
is
the
attainment
of
organizational goals in an effective and efficient manner through planning organizing leading and controlling organizational resources”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan pencapaian tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan, pengorganisasian ,pengarahan dan pengawasan sumberdaya organisasi. Plunket dkk. (2005:5) mendefinisikan manajemen sebagai “One or more managers individually and collectively setting and achieving goals by exercising related functions (planning organizing staffing leading and controlling) and coordinating various resources (information materials money and people)”. Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan satu atau lebih manajer yang secara individu maupun bersama-sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi
dengan melakukan fungsi-fungsi
terkait
(perencanaan,
pengorgnisasian, penyusunan staf, pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya (informasi material uang dan orang).
3
54
Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, h.
18
Manajer sendiri menurut Plunket dkk. (2005:5) merupakan people who are allocate and oversee the use of resources, atau dengan kata lain manajer merupakan orang yang mengatur dan mengawasi penggunaan sumber daya. Lewis dkk.(2004:5) mendefinisikan manajemen sebagai: “the process of administering and coordinating resources effectively and efficiently in an effort to achieve the goals of the organization.” Pendapat tersebut kurang lebih mempunyai arti bahwa manajemen merupakan proses mengelola dan mengkoordinasi sumber daya-sumber daya secara efektif dan efisien sebagai usaha utk mencapai tujuan organisasi. Menurut Mary Parker Follet yg dikutip oleh Handoko (2000:8) manajemen merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain utk melaksanakan berbagai tugas yg mungkin diperlukan.4 2. Fungsi-Fungsi Manajemen Mengenai fungsi-fungsi manajemen ini terdapat banyak sekali pandangan-pandangan yang berbeda satu sama lain di kalangan sarjana tentang perumusannya. Penulis mengambil pandangan dari salah seorang sarjana yang bernama George R. Terry, yang merumuskan fungsi-fungsi
4
Rahmat, Definisi Manajemen, disalin dari website: http://blog.re.or.id/definisimanajemen.html
19
daripada manajemen yang disingkat menjadi POAC, yakni sebagai berikut.5 a. Planning (Perencanaan) Planning dapat diartikan sebagai keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang dalam hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Perencanaan ialah perencanaan tentang apa yang akan dicapai, yang kemudian memberikan pedoman, garis-garis besar apa yang akan dituju. Perencanaan merupakan suatu persiapan (preparation) untuk tindakantindakan kemudian.6 b. Organizing (Pengorganisasian) Pengertian organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 1) Organisasi sebagai alat dari manajemen Ialah organisasi sehingga
sebagai
memberikan
wadah/tempat manajemen bentuk
manajemen
yang
memungkinkan manajemen dapat bergerak, atau dapat dikaitkan. 2) Organisasi sebagai fungsi manajemen Ialah organisasi dalam arti dinamis (bergerak), yaitu organisasi memberi kemungkinan tempat manajemen
5
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h. 36 6 Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan Manajemen, h. 37
20
bergerak dalam batasan-batasan tertentu. Dengan kata lain, dinamis berarti, bahwa organisasi itu bergerak dengan mengadakan pembagian pekerjaan. Organisasi
adalah
sekelompok
orang
yang
bekerjasama dalam struktur dan koordinasi tertentu dalam mencapai serangkaian tujuan tertentu.7 Penulis
mendefiniskan
organisasi
sebagai
sekumpulan orang atau kelompok yang memiliki tujuan tertentu dan berupaya untuk mewujudkan tujuannya tersebut melalui kerja sama. c. Actuating (Pelaksanaan) Pelaksanaan adalah suatu upaya dalam pembimbigan dan penggerakan orang-orang yang menjadi bawahannya agar kelompok tersebut menjalankan tugasnya dengan senang hati, suka dan mau bekerja secara sadar dan penuh tanggung jawab terhadap tugas yang harus diselesaikan tanpa menunggu atasan. d. Controlling (Pengendalian/Pengawasan) Menurut Mc. Farland pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, dan kebijakan yang telah ditentukan.Jelasnya pengawasan harus berpedoman terhadap hal-hal berikut: 7
Ernie Tisnawati Sule dan Kurniawan Saefullah, PengantarManajemen (Jakarta: Kencana, 2005), Cet Ke-1, h.4.
21
1) Rencana (Planning) yang telah ditentukan. 2) Perintah
(orders)
terhadap
pelaksanaan
pekerjaan
(performance). 3) Tujuan. 4) Kebijakan yang telah ditentukan sebelumnya.8
B. Program 1. Pengertian Program “A programme is collection of interrelated project designed to harmonize and integrated various action an activities for achieving averral policy abjectives” (suatu program adalah kumpulan proyekproyek yang berhubungan telah dirancang untuk melaksanakan kegiatankegiatan yang harmonis dan secara integraft untuk mencapai sasaran kebijaksanaan tersebut secara keseluruhan.9 Program merupakan kumpulan kegiatan untuk menjalankan misi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dimana capaian target ditetapkan setiap tahun selama kurun waktu tertentu yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu rencana kinerja (performance plan) dan merupakan bagian integral dalam proses perencanaan stratejik dan merupakan dasar yang kuat untuk mengendalikan dan memantau
8
Maringan Masry Simbolon, Dasar-Dasar Adimistrasi Dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004), h.61. 9 Muhammad Turmudzi, Community Development, (Jakarta: Visimedia, 196) h. 57
22
pencapaian kinerja serta lebih menjamin suksesnya pelaksanaan rencana jangka panjang yang sifatnya menyeluruh. Program terbaik didunia adalah program yang didasarkan pada model teoritis secara jelas, yakni sebelum menentukan masalah sosial yang ingin diatasi dan memulai melakukan intervensi, maka sebelumnya harus ada pemikiran yang semestinya adalah sebuah pemikiran serius terhadap bagaimana dan mengapa masalah itu terjadi dan apa yang menjadi solusi terbaik.10 Selain itu, suatu program merupakan sebuah operasi tiap-tiap individu yang untuk kegunaannya dalam penjadwalan dapat dipandang sebagai suatu satuan kegiatan terkecil yang tidak dirinci lagi.11 Sedangkan menurut Rusman Abdul Gandhi, program merupakan upaya yang dibagi dalam tipe-tipe pekerjaan secara terperinci sesuai dengan tata laksanananya dan pekerjanya.12 2. Dasar Penetapan Program Program adalah unsur pertama yang harus ada demi terciptanya suatu kegiatan. Di dalam program dibuat beberapa aspek, disebutkan bahwa di dalam setiap program dijelaskan mengenai: a. Tujuan kegiatan yang akan dicapai. b. Kegiatan yang diambil dalam mencapai tujuan. c. Aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui. d. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan. 10
Syafiq Tarmansyah, Sosial Entrepeneur, (Yogyakarta: Bintang Ilmu, 2000) h. 76 Istimawan Husodo, Kajian Sosial Masyarakat, (Jakarta: Bharata, 1996) h. 97 12 Subandrio, Indonesia Bergerak, (Bandung: Remaja Karya, 1995) h. 42 11
23
e. Strategi pelaksanaan. Melalui program, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk diopersionalkan. Hal ini sesuai dengan pengertian program yang diuraikan.13 Dalam penetapan program, sebuah organisasi tentunya berporos pada pembaruan kegiatan yang sedang dijalan atau yang akan dilakukan sebagai usaha terencana. Semua itu didasari oleh alasan yang jelas, dan substantif serta mengarah pada terwujudnya sebuah program yang baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan sekedar demi perubahan itu sendiri. Program merupakan sebuah rancangan bagian dari sebuah kegiatan yang mempunyai kedudukan sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan. Mengingat pentingnya peranan program didalam sebuah kegiatan organisasi serta dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusunan program tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Dalam pengembangan program, tentu landasannya tidak hanya diperlukan bagi para penyusun program atau program tertulis yang sering disebut juga sebagai program ideal, akan tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana program sebagai bahan untuk dijadikan instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi program. Penyusunan dan pengembangan program tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai
13
Johny Manuhutu, Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Pustaka Jaya, 1988) h. 64
24
landasan yang kuat agar mampu dijadikan dasar pijakan dalam melakukan
proses
penyelenggaraan
pendidikan,
sehingga
dapat
memfasilitasi tercapainya sasaran dari pelaksanaan program tersebut pembelajaran secara lebih efektif dan efisien kepada para stakeholder.14 Untuk penetapan program, tentunya berporos pada pembaruan kegiatan yang sedang dijalan atau yang akan dilakukan sebagai usaha terencana. Semua itu didasari oleh alasan yang jelas, dan substantif serta mengarah pada terwujudnya sebuah program yang baik, dalam arti yang seluas-luasnya, bukan sekedar demi perubahan itu sendiri. Program merupakan sebuah rancangan bagian dari sebuah kegiatan yang mempunyai kedudukan sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan program, pihak-pihak yang terkait dan tercantum dalam rancangan pelaksanaan, tentunya diharapkan agar saling berkoordinasi satu dengan lainnya agar pengintegrasian dari sebuah sistem kerja dapat berjalan serentak serta dapat mencakup pada kepentingan masyarakat secara holistik.15 3. Anggaran Program Anggaran merupakan sejumlah uang yang dihabiskan dalam periode tertentu untuk melaksanakan suatu program. Tidak ada satu perusahaan pun yang memiliki anggaran yang tidak terbatas, sehingga proses penyusunan anggaran menjadi hal penting dalam sebuah proses
14
Zulfikar Baharuddin, Program Kegiatan Suatu Organisasi Massa, (Jakarta: Piramedia, 2000), h. 12 15 Amiri Abdurrachim, Dasar-dasar Pengabdian Sosial, (Jakarta: Sinar Surya Press, 2002), h. 31
25
perencanan. Secara garis besar, proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua, yakni dari atas ke bawah (top-down) dan dari bawah ke atas (bottom-up). 16 Dari atas ke bawah (top-down) merupakan proses penyusunan anggaran tanpa penentuan tujuan sebelumnya dan tidak berlandaskan teori yang jelas. Proses penyusunan anggaran dari atas ke bawah ini secara garis besar berupa pemberian sejumlah uang dari pihak atasan kepada para karyawannya agar menggunakan uang yang diberikan tersebut untuk menjalankan sebuah program. Terdapat lima metode penyusunan anggaran dari atas ke bawah : a. Metode kemampuan (The affordable method) adalah metode dimana perusahaan menggunakan sejumlah uang yang ada untuk kegiatan operasional dan produksi tanpa mepertimbangkan efek pengeluaran tersebut. b. Metode pembagian semena-mena (Arbitrary allocation method) merupakan proses pendistribusian anggaran yang tidak lebih baik dari metode sebelumnya. Metode ini tidak berdasar pada teori, tidak memiliki tujuan yang jelas, dan tidak membuat konsep pendistribusian anggaran dengan baik. c. Metode
persentase
penjualan
(Percentage
of
sales)
menggambarkan efek yang terjadi antara kegiatan iklan dan promosi yang dilakukan dengan persentase peningkatan penjualan 16
Haryanto Sukowati, Komunikasi Terintergrasi Dalam Organisasi, (Yogyakarta: Digglosia,1996), h. 77
26
di lapangan. Metode ini mendasarkan pada dua hal, yaitu persentase penjualan dan sejumlah pengembalian yang diterima dari aktivitas periklanan dan promosi yang dilakukan. d. Melihat pesaing (Competitive parity) karena sebenarnya tidak ada perusahaan yang tidak mau tahu akan keadaan pesaingnya. Tiap perusahaan akan berusaha untuk melakukan promosi yang lebih baik dari para pesaingnya dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar. e. Pengembalian investasi (Return of investment) merupakan pengembalian keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan terkait dengan sejumlah uang yang telah dikeluarkan untuk iklan dan aktivitas promosi lainnya. Sesuai dengan arti katanya, investasi berarti penanaman modal dengan harapan akan adanya pengembalian modal suatu hari.17 Dari bawah ke atas (bottom-up) merupakan proses penyusunan anggaran berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan anggaran ditentukan belakangan setelah tujuan selesai disusun. Proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas merupakan komunikasi strategis antara tujuan dengan anggaran. Terdapat 3 metode dasar proses penyusunan anggaran dari bawah ke atas, yakni: a. Metode tujuan dan tugas (Objective and task method) dengan menegaskan pada penentuan tujuan dan anggaran yang disusun
17
Ibid
27
secara beriringan. Terdapat 3 langkah yang ditempuh dalam langkah ini, yakni penentuan tujuan, penentuan strategi dan tugas yang harus dikerjakan, dan perkiraan anggaran yang dibutuhkan untuk mencapai tugas dan strategi tersebut. b. Metode pengembalian berkala (Payout planning) menggunakan prinsip investasi dimana pengembalian modal diterima setelah waktu tertentu. Selama tahun pertama, perusahaan akan mengalami rugi dikarenakan biaya promosi dan iklan masih melebihi keuntungan yang diterima dari hasil penjualan. Pada tahun kedua, perusahaan akan mencapai titik impas (break even point) antara biaya promosi dengan keuntungan yang diterima. Setelah memasuki tahun ketiga, barulah perusahaan akan menerima keuntungan penjualan. Strategi ini hasilnya dirasakan dalam jangka panjang. c. Metode
perhitungan
kuantitatif
(Quantitative
models)
menggunakan sistem perhitungan statistik dengan mengolah data yang dimasukkan dalam komputer dengan teknik analisis regresi berganda (multiple regression analysis). Metode ini jarang digunakan karena kompleks dalam pemakaiannya.18 Setelah mengetahui berapa anggaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan
program,
hal
selanjutnya
adalah
bagaimana
mengalokasikan anggaran yang tersedia. Mengalokasikan anggaran
18
Haryanto Sukowati, Komunikasi Terintergrasi Dalam Organisasi, h. 79
28
berarti melakukan pembagian dana secara sistematis berdasarkan keseluruhan anggaran yang dimiliki perusahaan untuk melangsungkan program
tersebut.
Hal-hal
yang
perlu
dipertimbangkan
dalam
pengalokasian anggaran mencakup potensial pasar, ukuran dan segmen pasar, kebijakan perusahaan, skala ekonomi periklanan, dan karakteristik perusahaan.
C. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja adalah suatu tingkat berasal dari kata latin “adolescere” yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam bahasa Inggris kata “adolescent” diartikan sebagai suatu priode perkembangan manusia yang dimulai dengan masa cukup umur (puber) dan berakhir dengan tercapainya kematangan sebagai orang dewasa.19 Remaja adalah masa pencarian identitas. Kalau pada masa sebelumnya penyesuaian diri dengan standar kelompok dianggap jauh lebih penting dari pada individualitas, atau kalu pada masa, lalu anak merasa puas apabila dirinya telah menjadi sama dengan teman-temannya dalam segala hal, akan tetapi sekrang masa remaja ini yang paling penting atau yang didampakannya adalah mencari dan menemukan identitas dirinya.20 19
Danuyansa Asih Wardji, (ed), Enslikopedi Psikologi, (Jakarta: Arcam, 1996), cet. Ke-
1, h. 8 20
Mohammad Ansori, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 9
29
Di samping itu, remaja merupakan masa yang terbilang sangat penting, sangat kritis, dan sangat rentan, karena apabila melewati masa remajanya dengan kegagalan, kemungkinan akan menemukan kegagalan dalam perjalanan kehidupan pada masa berikutnya. Sebaliknya bila masa remaja itu diisi dengan penuh kesuksesan, kegiatan yang produktif dan berhasil guna dalam rangka menyiapkan diri untuk memasuki tahapan kehidupan selanjutnya, kemungkinan manusia itu akan mendapatkan kesuksesan dalam perjalanan kehidupannya. Menurut Rahman Sayuti, remaja adalah zona transisi secara menyeluruh dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Dalam aplikasinya, banyak yang mengalami kelabilan sikap yang disebabkan karena penyesuaian tingkah laku serta gejolak diri akan pengakuan dari lingkungan sekitarnya.21 Namun demikian, definisi mengenai remaja dibagi menjadi beberapa sisi, yakni sisi hukum, sisi pekembangan fisik, sisi menurut WHO, dan sisi menurut sosio psikologis.22 a. Definisi remaja menurut hukum Konsep remaja baru berkembang setelah abad kedua puluh, maka dalam berbagai undang-undang yang ada di berbagai negara di dunia tidak mengenal istilah remaja. Begitu pun di Indonesia, konsep remaja tidak dikenal dalam undang-undang yang berlaku.
21 22
Rahman Sayuti, Psikologi Dasar, (Solo : Pustaka Klewer, 1994), h. 45 Ibid
30
Dalam hukum perdata memberikan batas usia 21 tahun (atau kurang asalkan sudah menikah) untuk menyatakan kedewasaan seseorang. Bagi seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah masih memerlukan wali dalam melakukan tindakan hukum perdata. Pada hukum pidana, usia 18 tahun (atau kurang, asalkan sudah menikah) merupakan batasan usia dewasa seseorang.anak-anak yang kurang dari 18 tahun masih menjadi tanggung jawab orang tuanya jika melanggar hukum pidana. Tingkah laku yang melaanggar hukum pun tidak disebut sebagai kriminalitas, namun disebut sebgai kenakalan. Namun jika kenakalan remaja sudah membahayakan masyarakat dan patut dijatuhi hukuman oleh negara, sedangkan orang tuanya tidak mampu mendidik remaja tersebut, maka remaja tersebut menjadi tanggung jawab negara, dan dimasukkan ke dalam lembaga pemasyarakatan khusus anak-anak atau dimasukkan ke lembaga rehabilitasi lainnya. Undang-undang lainnya juga tidak mengenal konsep remaja, misalnya pada undang-undang kesejahteraan anak, menganggaap semua orang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum menikah dianggap sebagai anak-anak dan memiliki hak yang sama dengan anak-anak yang lainnya (dalam hal perlindungan, pendidikan dll). Pada undang-undang lalu lintas menetapkan bats 18 thaun untuk mendptkan SIM A, 21 tahun untuk mendapatkan SIM B1, dan 16
31
tahun untuk mendaptkan SIM C. Undang-undang ini tidak memberikan perlakuan khusus bagi mereka yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Pada undang-undang perkawinan, memberi batasan usia minimal melakukan pernikahan yaitu untuk wnit 16 tahun, dan untuk pria 19 tahun. Meskipun demikian, jika usia remaja belum 21 tahun, masih diperlukan ijin orang tua untuk menikahkan orang tersebut. b. Definisi remaja berdasarkan perkembangan fisik Seseorang dikatakan remaja jika ia sudah mengalami perubahan biologis pubertas. Perubahan ini merupakan tanda akhir masa anak-anak, yang berkibat pada peningkatan pertumbuhan berat dan tinggi badan, perubahan dalam proporsi dan bentuk tubuh, dan pencapaian kematangan seksual. Pubertas dimulai dengan peningkatn tajam pada hormon seks. Perubahan fisik ini mempengaruhi emosi yang semakin sensitif daan suaasana hati yang cepat berubah. Remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik dimana alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Masa pematangan fisik remaja wanita dimulai dengan haid pertama (menstruasi) yang biasanya terjadi pada usia 11-15 tahun sedangkan pada pria saat pertama kali mengalami mimpi basah yaitu pada usia 12-16 tahun. Namun ternyata pendapat ini tidak
32
dapat menjadi patokan, karena puberitas ini tergantung pada kondisi masing-masing individu. c. Definisi remaja menurut WHO Tahun 1974, WHO memberikan definisi yang lebih konseptual mengenai remaja. Dalam definisi ini mencakup tiga kriteria yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO, remaja merupakan suatu masa di mana individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai
kematangan
seksual
dan
individu
mengalami
perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa. WHO menetapkan batasan usia konkritnya adalah berkisar antara 10-20 tahun. Kemudian WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian yaitu remaja awal 10-14 tahun, dan remaja akhir 15-20 tahun. d. Definisi remaja berdasarkan sosio psikologis Entropy adalah keadaan di mana kesadaran manusia belum tersusun rapi. Meskipun seseorang telah memiliki banyak pengetahuan, perasaan dan lain-lain, namun hal tersebut belum saling terkait dengan baik. Negentropy adalah keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, sehingga pengethauan yang dimiliki seseorang saling terkait, yang akhirnya mengakibatkan orang yang bersangkutan merasa dirinya sebagai kesatuan yang
33
utuh dan bisa bertindak dengan tujun yang jelas, sehingga bisa mempunyai tanggung jawab dan semangat kerja yang tinggi. Konflik dalam diri remaja yang seringkali menimbulkan masalah pada remaja tergantung pada lingkungan masyarakatnya. Tekanan dan tuntutan dari masyarakatlah yang dapat menimbulkan konflik dalam diri remaja, dan pada akhirnya dapat menimbulkan krisis remaja. Maka, masa remaja sering kali disebut sebagai masa storm and stress (badai dan tekanan).23 Dengan demikian, masa remaja menjadi kunci sukses dalam memasuki tahapan kehidupan selanjutnya. 2. Moralitas Remaja Moral berasal dari bahasa latin “Mores” berarti adat kebiasaan. Maksud moral ialah sesuai ide-ide yang umum diterima tentang tindakan manusia, mana yang baik dan wajar. Dalam bahasa Indonesia, terdapat beberapa perkataan yang makna dan tujuannya sama atau hampir sama dengan moral ialah akhlaq (Arab) etika (Yunani). Moralitas remaja yang kami maksud disini adalah akhlaq, tingkah laku, tindakan dan ide-ide yang dijalankan oleh remaja dengan penilaian baik dan wajar.24 Masa remaja adalah masa yang sangat peka terhadap agama dan akhlaq. Remaja dalam menghadapi problema-problema remaja sering labil, karena belum mempunyai pegangan yang kuat. Pendidikan moral adalah pengembangan nilai-nilai atau tata cara untuk mewujudkan titik 23 24
122
Sarwono, Psikologi, (Jakarta : Raja Grafindo, 2002), h. 25 Enok Kuraesin, Perkembangan Psikologi Terapan, (Jakarta: Wijaya Muda, 2000) h.
34
optimal moral, sehingga dapat bersikap dengan baik dan dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk sehingga dapat hidup bermasyarakat dengan baik. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya. Tidak kalah pentingnya, sekarang remaja harus mengendalikan perilakunya sendiri, yang sebelumnya menjadi tanggung jawab orang tua dan guru. Pada masa remaja, laki-laki dan perempuan telah mencapai apa yang oleh Piaget disebut tahap pelaksanaan formal dalam kemampuan kognitif.
Sekarang
kemungkinan
untuk
remaja
mampu
menyelesaikan
mempertimbangkan suatu
masalah
semua dan
mempertanggungjawabkannya berdasarkan suatu hipotesis atau proporsi. Sehingga ia dapat memandang masalahnya dari berbagai sisi dan menyelesaikannya dengan mengambil banyak faktor sebagai dasar pertimbangan.
35
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh masyarakat dan kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa terus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang dialami waktu anak-anak. Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi
yang
siap
untuk
dikembangkan.
Karena
itu,
melalui
pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. 3. Problematika Remaja Problematika remaja di zaman modern ini termasuk masalah terpenting yang dihadapi semua masyarakat di dunia, baik masyarakat muslim maupun non muslim. Hal ini dikarenakan para pemuda dalam masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak
36
dalam pikiran maupun jiwa mereka, yang sering menyebabkan mereka mengalami keguncangan dalam hidup dan mereka berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan diri dari berbagai masalah tersebut. Dan itu semua tidak mungkin terwujud kecuali dengan (kembali kepada ajaran) agama dan akhlak Islam, yang keduanya merupakan penegak (kebaikan dalam) masyarakat, (sebab terwujudnya) kemaslahatan dunia dan akhirat, dan sebab turunnya berbagai kebaikan dan berkah (dari Allah Ta‟ala) serta hilangnya semua keburukan dan kerusakan.25 Agama Islam sangat memberikan perhatian besar kepada upaya perbaikan mental para pemuda. Karena generasi muda hari ini adalah para pemeran utama di masa mendatang, dan mereka adalah pondasi yang menopang masa depan umat ini. Oleh karena itulah, banyak ayat Al-Qur‟an dan hadits Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam yang menghasung kita untuk membina dan mengarahkan para pemuda kepada kebaikan. Karena jika mereka baik maka umat ini akan memiliki masa depan yang cerah, dan generasi tua akan digantikan dengan generasi muda yang shaleh, insya Allah.26 Agama Islam sangat memberikan perhatian besar dalam masalah terhadap generasi muda, terbukti dengan banyaknya hadits Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam yang berisi pujian bagi pemuda yang taat kepada Allah dan hadits lainnya yang berisi himbauan kebaikan khusus bagi para pemuda. 25
Yudisman, Psikologi Agama, (Jakarta: Wiyata Publishing, 2001) h. 211 Keterangan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam kitab Min musykilaatisy syabaab hal. 5-6) dengan ringkas dan sedikit penyesuaian. 26
37
Diantara hadits-hadits tersebut adalah: Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu „anhu bahwa
Rasulullah
shallallahu
„alahi
wa
sallam
bersabda
:
َس ْث َعح: ال َ َصلَّي للاُ َعلَ ْي َِ َّ َسل َّ َن ل َ ضيَي اللاُ َع ٌَُْ ع َِي الٌَّثِ ِّي ِ َّ ع َْي أتِي ُُ َر ي َْرجَ َر ِ َّ َشا ب ًَ َشأ في ِعثَا َد ِج للا، ِإ َهام عَا دل: ََُّي ُِظلُُِّ ْن للا فِي ِظلِّ َِ يَْْ َم لَ ظ َّل إلَّ ظل َّذَفَ َّرلَا،َِ اِجْ رَ َو َعا َعلَ ْي،ِ َّ َر ُجالَ ِى ذ ََحات َّا فِي للا،اج ِد ِ َّ َرجُل لَ ْلثَُُ ُه َعلَّك فِي ال َو َس،ذعلى ُ َّ َرجُل َد َع ْرَُ اِ ْه َرأج َذ،َِ َعلَ ْي ُ َ إًِِّي أخ: فَمَا َ َل،ال ق َ ص َّد ٍ ص َ َ َّ َرجُل ذ،َاف للا َ ٌْ اخ َه ٍ ة َّ َج َو ْ اض ْ َ ف،ٍَ َص َدل ُ ِأخفَاَُا َحرَّى لَ ذَ ْعلَ َن ِش َوالَُُ َها ذُ ٌْف د َ َ َّ َرجُل َذ َك َر للاَ خَ الِيًا فَف،ٌَُُك يَ ِو ْي َ ِت ٍَُع ْيٌَا Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau bersabda: “ Ada tujuh kelompok yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali naungan-Nya yaitu: Pemimpin yang adil, remaja yang senantiasa beribadah kepada Allah ta‟alaa, seseorang yang senantiasa hatinya dipertautkan dengan masjid, dua orang yang saling cinta mencintai karena Allah dimana keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, seorang laki-laki yang ketika dirayu oleh wanita bangsawan lagi rupawan, lalu menjawab: “sesungguhnya saya takut kepada Allah”, seseorang yang mengeluarkan shadakah kemudian ia merahasiakannya sampai-sampai tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan seseorang yang berdzikir kepada Allah di tempat yang sunyi kemudian kedua matanya meneteskan air mata”. (HR.Bukhari dan Muslim). 27 Hadits yang diriwayatkan oleh „Uqbah bin „Amir radhiallahu „anhu bahwa Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta‟ala benar-benar kagum terhadap seorang pemuda yang tidak memiliki shabwah.” Artinya: pemuda yang tidak
27
HR. Bukhari (no. 1357) dan Muslim (no. 1031).
38
memperturutkan hawa nafsunya, dengan dia membiasakan dirinya melakukan kebaikan dan berusaha keras menjauhi keburukan28. Hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin „Affan radhiallahu „anhu bahwa Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam bersabda, “Wahai para pemuda, barangsiapa di antara kamu yang mampu menanggung beban pernikahan (memberi nafkah lahir dan batin), maka hendaknya dia menikah, karena itu lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaknya dia berpuasa, karena itu merupakan pengekang syahwat baginya.”29 Adapun pemuda yang istiqamah (baik akhlaknya) adalah pemuda yang beriman (kepada Allah Ta‟ala) dalam arti yang sebenarnya, dia meyakini agama Islam, mencintai, merasa cukup dan bangga dengannya. Mengamalkan Islam merupakan target utamanya, dan lalai dari agama merupakan kerugian yang nyata baginya. Dia adalah pemuda yang selalu beribadah kepada Allah dengan mengikhlaskan agamanya bagi-Nya semata-mata dan tidak ada sekutu baginya. Pemuda yang selalu meneladani Rasulullah shallallahu „alahi wa sallam dalam (semua) ucapan dan perbuatannya, karena dia meyakini beliau sebagai utusan Allah dan panutan yang (harus) diteladani. Pemuda yang mendirikan shalat secara sempurna sesuai dengan kemampuannya, karena dia yakin
28
HR Ahmad (2/263), ath-Thabrani dalam Al-Mu‟jamul Kabir (17/309) dan lain-lain, dinyatakan shahih dengan berbagai jalurnya oleh syaikh Al-Albani dalam Ash-Shahiihah (no. 2843). 29 HR Al-Bukhari (no. 4779) dan Muslim (no. 1400).
39
bahwa shalat memiliki banyak manfaat dan kebaikan dalam agama maupun dunia, bagi diri pribadi dan masyarakat. Adapun golongan yang kedua adalah pemuda yang menyimpang akidahnya, buruk tingkah lakunya, tertipu dengan dirinya sendiri dan tenggelam dalam keburukan hawa nafsunya. Dia tidak mau menerima nasehat kebenaran dari orang lain dan tidak mau menjauhkan dirinya dari kebatilan, egois dalam tindak-tanduknya, seolah-olah dia diciptakan untuk kekal di dunia dan dunia diciptakan untuk dirinya saja. Dia adalah pemuda yang membangkang dan tidak mau tunduk kepada kebenaran, serta tidak mau meninggalkan kebatilan. Golongan yang ketiga adalah pemuda yang kebingungan dan terombang-ambing di persimpangan jalan, sebenarnya dia telah mengetahui dan meyakini kebenaran serta hidup di masyarakat yang baik, akan tetapi pintu-pintu keburukan terbuka lebar di hadapannya melalui berbagai media dan sarana, berupa pendangkalan akidah, penyimpangan akhlak, kerusakan amal perbuatan, adat dan kebiasaan buruk, serta serangan berbagai macam kebatilan, yang membuatnya terkurung dalam pergolakan pikiran dan mental. Dia berdiri di depan berbagai macam gelombang fitnah ini dalam keadaan bingung dan tidak mengetahui, „Apakah semua pemikiran dan tingkah laku modern ini yang benar, ataukah adat-istiadat dari nenek moyang dan masyarakatnya yang baik?‟ Maka jadilah dia bimbang dan guncang dalam menentukan pilihan, sehingga terkadang dia mengikuti yang ini dan terkadang yang
40
itu. Golongan pemuda ini akan mengalami keburukan dalam hidupnya, maka dibutuhkan pendorong yang kuat untuk membimbing mereka ke jalan yang baik dan benar, dan ini sangatlah mudah dengan Allah menghadirkan seorang juru dakwah yang mengajak kepada kebaikan dengan bijaksana, dan dilandasi ilmu serta niat yang baik.”30
30
Keterangan syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin dalam kitab Min Musykilaatisy Syabaab hal.. 6-12dengan ringkas dan sedikit penyesuaian.
BAB III GAMBARAN UMUM MASJID AL-MUSTAQIM
A. Sejarah Berdirinya Masjid Al-Mustaqim Masjid Al-Mustaqim bukan hanya tempat ibadah melainkan suatu syiar Islam yang perlu diberdayakan fungsinya, yaitu dengan kegiatan-kegiatan yang bersifat keagamaan dan pendidikan. Bangunan Masjid Al-Mustaqim yang sederhana, tapi mencukupi untuk para jamaah yang berada disekitar masjid, dibandingkan dengan beberapa waktu lalu bahwa masyarakat melakukan shalat di surau-surau. Tujuan dari didirikannya Masjid Jami AlMustaqim adalah agar dapat memberikan manfaat di bidang keagamaan, sosial dan pemberdayaan masyarakat. Dengan mengajak masyarakat untuk ikut serta dalam melanjutkan pembangunaan dan penyempurnaan masjid AlMustaqim, Khususnya tampilan kulit luarnya seperti, pengecetan atap beton dinding luar, serta bangunan sekolah untuk taman kanak-kanak dan taman pendidikan Al-Qur’an/TPA.1 Semenjak didirikan pada tahun 1991, Masjid Al-Mustaqim ini sudah mengalami pembangunan sebanyak dua tahapan, tahap yang pertama dilaksanakan pada tahun 1999 dan tahapan yang ke dua dilakukan mulai tanggal 2008. Dengan bentuk masjid yang diuraikan di atas kegiatan agama semakin berkembang, tidak hanya sebatas sebagai tempat ibadah fardhu tiap waktu shalat. Akan tetapi juga kegiatan taklim dengan mendatangkan guru
1
Data dari Masjid Al-Musatqim (Tangerang: Masjid Al-Mustaqim, 2015) h. 5
41
42
tetap yang terjadwal, peringatan dan perayaan hari raya Islam, pengajian bulanan, mingguan, dan kegiatan remaja juga ikut berkembang sejalan dengan kegiatan orang tua mereka, kegiatan ini berlangsung sampai beberapa tahun ke depan sampai kemudian para pengurus masjid dan yayasan merasa perlu meningkatkan bangunan masjid menjadi lebih besar dan lebih baik lagi.
B. Letak geografis Masjid Al-Mustaqim Masjid Al-Mustaqim berkapasitas sekitar 450 jamaah, yang dibangun di atas lahan seluas kurang lebih 1200 meter persegi di Jalan Anggrek Merah, No. 17, RT:009, RW:07, Ciledug Indah, Tangerang Selatan. 1. Sebelah Barat berbatasan dengan rumah penduduk. 2. Sebelah Timur berbatasan dengan jalan raya. 3. Sebelah Utara berbatasan dengan pemakaman. 4. Sebelah Selatan berbatasan dengan rumah penduduk.2
C. Visi, Misi dan Tujuan Masjid Al-Mustaqim 1) Visi Dapat menjadi pusat berkembangnya syi’ar keislaman yang terunggul di kawasan Ciledug. 2) Misi a. Memakmurkan masjid Al-Mustaqim. b. Memberikan sarana serta prasarana ibadah yang sebaik-baiknya.
2
Ibid, h. 7
43
c. Menerima dan menyalurkan zakat, infaq dan shadaqah bagi yang membutuhkan. d. Meningkatkan pemahaman ilmu keagamaan dan melaksanakan syi’ar keagamaan sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an serta Sunnah Rasul. e. Memberikan bantuan kepada korban bencana alam, pengungsi, tuna wisma, fakir miskin, janda-janda tua yang miskin, dan santunan kepada orang yang meninggal dunia, lembaga pendidikan yang mebutuhkan bantuan, dan untuk melestarikan lingkungan hidup. 3) Tujuan a. Memberikan sumbangsih dalam bidang keagamaan dan sosial kemasyarakatan. b. Agar terciptanya umat yang aman, damai, tentram dan berada dalam naungan Allah SWT. c. Agar terbangunnya rasa solidaritas yang tinggi dan positif dalam kehidupan bermasyarakat.
D. Program Kegiatan Masjid Al-Mustaqim Fungsi dan peranan tentunya sama, baik itu masjid yang terdapat di kota besar maupun masjid yang ada di desa. Masjid adalah tempat untuk beribadah, khususnya untuk mendirikan shalat yang wajib maupun shalat
44
sunnah. Berbicara mengenai program-program kerja masjid, berikut ini adalah program-program yang terdapat di dalam masjid Al-Mustaqim : 1. Pengajian Bulanan Dilaksanakan untuk umum pada setiap hari Minggu malam senin pada awal bulan di masjid Al-Mustaqim. Penceramahnya KH. Usman Mustofa,
M.Pd
penceramah
membawakan
tema
materi
yang
berkesinambungan. 2. Pengajian Mingguan Diadakan setiap hari senin malam selasa, materi yang dipelajari dalam pertemuan ini yaitu membahas Fiqh dengan mendatangkan Ustadz Drs. Kosasih, MA. 3. Pengajian ibu-ibu a) Hari Kamis pada minggu pertama dengan penceramah Hj. Neneng Kurnia, S.Ag dengan membahas materi makna surat yang ada didalam Al-qur’an. b) Hari kamis minggu kedua dengan penceramah Ust. Ahmad Sofyan dengan membahas materi Fiqh Fathul Qarib. c) Hari kamis minggu ketiga dengan penceramah Ust. H. Bustami materi pembacaan yasin berjamaah. d) Hari Kamis minggu keempat dengan penceramah Ust. Surana, MA materi yang disampaikan tentang pengajian umum.
45
4. Pengajian Remaja Diadakan pada setiap hari Sabtu dengan materi pembacaan AlQur’an beserta tajwidnya secara benar, dan membahas fiqh ibadah serta fiqh muamalah dengan penceramah Ust. Tafsiruddin Muhammad.3 5. Membentuk Panitia Hari Besar Islam a. Ramadhan dan Idul Fitri di antaranya : 1) Mengadakan shalat tarawih dan tadarus Al-qur’an tiap usai tarawih. 2) Menyiapkan penceramah untuk ceramah setiap ba’da isya selama bulan ramadhan. 3) Menerima zakat fitrah, zakat maal, shodakoh, infaq, dan menyalurkan kepada yang berhak menerimanya. 4) Menyelenggarakan shalat Idul Fitri. 5) Mengadakan takbiran. b. Idul Adha 1) Bekerja sama dengan warga RT lain untuk memberikan surat edaran hewan qurban. 2) Menerima dan mendistribusikan daging hewan qurban kepada yang berhak menerimanya. 3) Menyelenggarakan shalat Idul Adha berikut menyediakan khotibnya.4
3 4
Data dari Masjid Al-Musatqim (Tangerang: Masjid Al-Mustaqim, 2015) h. 9 Ibid, h. 10
46
E. Struktur Organisasi Masjid Al-Mustaqim Menurut pandangan dari Suwiryo mengenai organisasi adalah kerja sama diantara beberapa orang untuk mencapai tujuan dengan mengadakan pembagian dan peraturan kerja yang menjadi ikatan kerja sama dalam organisasi itu demi mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan Mulyanto mengatakan bahwa struktur organisasi ialah suatu kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut, serta wewenang dan tanggung jawab setiap anggota organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut. Adapun struktur organisasi kepengurusan Masjid Jami’ Al-Mustaqim dapat dilihat pada gambar 1:
Gambar 1 : STRUKTUR ORGANISASI MASJID AL-MUSTAQIM, TANGERANG SELATAN
Dewan Pembina
Dewan Pengawas
Dewan Pertimbangan Ketua Umum
Sekretaris Umum
Bidang Pengumpulan
Subbag Umum Subbag Humas Subbag Infokom Pelaksana ZIS
Bidang Dana
Bidang Pemberdayaan
Seksi Himpun Dana
Seksi pemberdayaan remaja
Seksi Bina Muzakki
Seksi Bina SDM
Seksi Kas
Seksi Akuntansi
Sumber : Keputusan Dewan Pembina Subbag Tata Usaha
Seksi Bina Mustahik
47
Seksi Pengumpulan
Seksi Penyaluran
Masjid Al-Mustaqim Nomor: 19/MASQIM/SK/VI/2010
48
Berikut adalah susunan kepengurusan personalia Masjid jami’ AlMustaqim : Pelindung : 1) Lurah Pedurenan 2) Ketua Binrohis RW 07 Ciledug Indah 3) Ketua RW 07 Ciledug Indah 4) Ketua RT 001 sampai RT 018 di Ciledug Indah Pendiri : H. Sumargo Ilman Pembina : 1) Drs. Ari Subagyo 2) Ust. Ismaidil Alam 3) Sudarno, S.Pd, M.pd Pengawas : Kusmanaji, M.Si Pengurus Ketua : H. Zawawi. S. Ag Wakil Ketua : Drs. H. Rifian Munawwir Sekretaris : Muhammad Syarif
49
Wakil Sekretaris : Syahrul Romadoni Hasyim Pembantu Sekretaris : Fabian Nursalim Bendahara : Suseno Aji Wakil Bendahara : Kusmindar Tim Pendukung : 1. Ketua Divisi Pengembangan Dakwah dan Pendidikan Umat : Drs. Usman Syahid, S.Pd, M.Pd Anggota : 1) Subhan Saputra 2) Idrus mardani 3) Maksum Malaka 2. Ketua Divisi Sarana dan Prasarana : Drs. Sumadi Baharuddin Anggota : 1) Catur Karwoto 2) Luqman Syahidin 3) Turdi 4) Syahril Muhammad
50
3. Ketua Divisi Peralatan dan Perlengkapan : Hadi Suhartanto Utomo Anggota : 1) Ikhsanul Muttaqin 2) Jon Erman 3) Marsono 4) Yadi Supeno 4. Ketua Divisi Hubungan Masyarakat : Drs. Haryanto Anggota : 1) Miswah 2) Mulyadi 3) Herpani Umar 4) Yasuma 5) Kuncoro Paksi 5. Pembantu Umum : 1) Suraji 2) Hafidin 3) Hasanal 4) Herdiyanto Kusri 5) Supriyadi 6) Mahfud Djalil
51
7) Yasa Dirja5
F. Sarana dan Prasarana Masjid Al-Mustaqim 1. Ruang Ibadah Ruang ibadah adalah ruang yang memang sudah disediakan secara khusus untuk melaksanakan kegiatan ibadah, seperti shalat fardhu, shalat jum’at, shalat idul fitri, dan shalat idul adha dengan karpet yang bersih, diberi tanda shaf (barisan) shalat dengan garis, mimbar yang baik bagi khotib. Di samping itu ruangan masjid Al-Mustaqim dilengkapi dengan kipas angin, sound system yang baik sehingga ketika adzan berkumandang jelas terdengar, tempat penyimpanan Al-qur’an, jam lonceng ada dua buah yang satu di pojok kanan dan yang satu ada di pojok sebelah kiri, serta kotak amal yang baik dan dalam jumlah banyak. 2. Ruang Sekertariat Di masjid, ruangan ini biasanya disebut dengan sekertariat atau kantor masjid, yang memiliki kegunaan yaitu melakukan kegiatan administrasi dan segala hal yang terkait dengan pengelolaan masjid dengan sebaik-baiknya. 3. Ruang Wudhu dan Toilet Jamaah masjid wanita, yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan jamaah pria, perlu mendapatkan pelayanan khusus dari pihak pengurus masjid. Pelayanan khusus ini antara lain berupa tempat
5
Data dari Masjid Al-Musatqim (Tangerang: Masjid Al-Mustaqim, 2015) h. 12
52
wudhu yang bersih untuk pria dan untuk wanita yang tertutup karena menyangkut aurat jamaah yang harus tertutup. Di Masjid Al-Mustaqim ini tempat wudhu toilet laki-laki berada di sebelah kanan dan perempuan ada di sebelah kiri dari pintu samping masjid, Tempat wudhu dan toilet begitu bersih dan disertai dengan adanya cermin cukup besar. 4. Gudang Masjid Al-Mustaqim banyak memiliki banyak barang inventaris. Ada banyak barang-barang atau inventaris masjid Al-Mustaqim yang digunakan hanya pada waktu tertentu saja seperti karpet, kotak amal, dan lain-lain. Selama tidak digunakan, maka barang-barang tersebut disimpan di dalam gudang. 5. Tempat Penitipan Sepatu dan Sandal Jamaah yang datang ke masjid untuk beribadah perlu mendapatkan pelayanan dari pengurus masjid. Sering kali terjadi jamaah yang tertukar atau hilang sepatu dan sandalnya sehingga hal ini menjadi salah satu faktor jamaah enggan shalat di masjid oleh karena itu dibuatlah tempat penitipan sepatu dan sandal untuk para jamaah. Di masjid Al-Mustaqim tempat penitipan dan penyimpanan sandal dan sepatu yang terletak dibagian utara masjid di dekat toilet ruang wudhu wanita. 6. Halaman Dengan semakin bertambahnya jumlah jamaah masjid, maka pengurus masjid menyediakan halaman masjid yang luas, supaya dapat
53
menampung jamaah yang hendak melaksanakan shalat di ruang utama masjid yang sudah tidak memadai lagi, maka dari pengurus masjid menyisihkan sebagian tanah yang kemudian digunakan sebagai halaman masjid. 7. Dapur Masjid Dapur masjid Al-Musatqim terletak di bagian belakang masjid, berdekatan dengan gudang. Dapur masjid menyimpan berbagai peralatan masak-memasak, seperti kompor, wajan, termos, gelas, piring dan sebagainya.6
6
Ibid, h. 14
BAB IV ANALISIS PROGRAM KEGIATAN DEWAN KEMAKMURAN MASJID AL-MUSTAQIM BAGI REMAJA
A. Program Kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid Berikut ini adalah program kegiatan ilmu keagamaan yang dibuat oleh remaja Masjid Al-Mustaqim, yaitu : 1. Pengajian Mingguan Diantara perkara mulia yang hendaknya menjadi kesibukan kita adalah menuntut ilmu syar‟i yang bersumber dari Al Qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam. Karena ilmu yang bersumber dari keduanya adalah cahaya dan pelita bagi pemiliknya, sehingga nampak jelas baginya kegelapan kebatilan dan kesesatan. Orang yang memiliki ilmu akan dapat membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebatilan, sunnah dan bid‟ah. Maka ilmu adalah perkara mulia yang hendaknya menjadi perhatian setiap muslim, perkara yang harus diutamakan. Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengeluarkan umat manusia dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya Islam, sehingga menjadi benar-benar umat yang baik dan terbaik yang pernah ada di muka bumi ini. Maka seorang Muslim tidak akan bisa melaksanakan agamanya dengan benar, kecuali dengan belajar Islam yang benar berdasarkan Al-
54
55
Qur‟an dan As-Sunnah menurut pemahaman Salafush Shalih. Agama Islam adalah agama ilmu dan amal karena Nabi shallallaahu „alaihi wa sallam diutus dengan membawa ilmu dan amal shalih. Rasulullah shallallahu „alayhi wa sallam bersabda:
َْللاُْلَ َُْْطَ ِسٗقًاْإِلَْٔ ْال َجٌَّ ِة َّْ ْيْ َسلَكَْْطَ ِسٗقًاَْٗ ْلتَ ِوسُْْفِ٘ َِْْ ِع ْل ًواْ َسِ ََّْل ْْ َه Artinya : Barangsiapa yang menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju Surga.1 Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Fath ayat 28:
ْ ِ٘ٗيْْ ْال َحقْْل َْْٔٗيْ ُكل َِْْ َّ َكف ِْ ُظ ِِ َسٍُْْ َعلَْٔالد ِ ُُ َْْْالَّ ِرْٕأَزْ َس َلْْ َزسُْلََُْْبِ ْالُِدَْْٓ َّ ِد اّللِْ َش ِِ٘دًا َّْ ِب Artinya :“Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi.” Pengajian mingguan ini dilaksanakan tiap malam sabtu ba‟da Isya dengan kajian tilawah Al-Qur‟an dan pemahaman artinya, dan juga ilmu-ilmu lain yang diajarkan oleh Ustadz dan Ustadzah dari lingkungan
Masjid
Al-Mustaqim.
Hal
ini
bermanfaat
untuk
menajamkan kecerdasan spiritual pada remaja, khususnya remaja di wilayah Ciledug Indah, Tangerang Selatan.2 Adapun metode yang dipakai di dalam pengajian Mingguan dan pengajian Bulanan tersebut, antara lain: a. Penyampaian Materi
1
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh Muslim (no. 2699), Ahmad (II/252, 325), Abu Dawud (no. 3643), At-Tirmidzi (no. 2646), dan Ibnu Majah (no. 225). 2 Wawancara dengan pembina remaja masjid Al-Mustaqim, pada tanggal 17 Mei 2015
56
Pengurus menggunakan metode penyampaian materi tersebut dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan tentang fiqh keagamaan yang lebih luas lagi, agar para remaja mengerti dan mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari. b. Diskusi Interaktif Adapun metode diskusi dan tanya jawab dilakukan untuk lebih mengakrabkan dan memberikan suasana yang santai namun serius serta menjawab semua pertanyaan dari remaja masjid Al-Mustaqim. c. Memberikan Materi Secara Kontinyu Tujuannya agar remaja dapat lebih memahami isi dari materi yang disampaikan oleh para ustadz, sehingga para remaja itu tidak melupakan materi-materi sebelumnya. Remaja masjid Al-Mustaqim ini tidak hanya diberikan pembelajaran di masjid saja, melainkan juga para remaja mengikuti berbagai pelatihan yang diadakan oleh pengurus masjid. Berikut 4 (empat) peninjauan dari segi fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan) yang disesuaikan dengan program kegiatan Pengajian Mingguan yang telah dan akan dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim: 3 1) Ditinjau dari segi perencanaan, pihak Masjid Al-Mustaqim sudah membuat beberapa perencanaan yang terkait dengan pengajian mingguan, diantaranya yaitu :
3
Wawancara dengan H. Zawawi, S.Ag (ketua masjid) serta Drs. Usman Syahid (ketua divisi pendidikan dan dakwah), pada tanggal 17 Mei 2015
57
a) Menyelenggarakan rutinitas pengajian secara berkala baik mingguan, bulanan dan tahunan. b) Penetapan hari untuk pelaksanaan pengajian. c) Penetapan jam pelaksanaan pengajian, dan d) Penetapan guru yang akan mengajarkan. 2) Kemudian ditinjau dari segi pengorganisasian, pihak Masjid AlMustaqim
sudah
menyusun
beberapa
tugas
yang
harus
dilaksanakan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah, diantaranya yaitu: a) Mengajukan tenaga pengajar (guru) untuk pelaksanaan pengajian rutin. b) Bekerjasama mengusahakan
dengan
anggota
pendanaan
atau
bidang
lain
pembiayaan
untuk kegiatan
pengajian. c) Melaporkan setiap pemasukan dan pengeluaran biaya pengajian secara tertulis kepada ketua atau bendahara setiap setelah acara diselenggarakan. 3) Ditinjau dari segi pelaksanaan, penanggungjawab program kegiatan pengajian mingguan ini adalah Seksi Pendidikan dan Dakwah, yang bertanggung jawab secara penuh terhadap kegiatan tersebut kepada ketua dan wakil ketua. Adapun bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah dalam program kegiatan pengajian mingguan ini, diantaranya yaitu :
58
a) Menentukan 2 (dua) orang pengajar tetap, yang akan mengisi jadwal pengajian setiap malam sabtu ba‟da isya (sebanyak empat kali dalam sebulan). b) Memberikan konfirmasi terhadap pengajar jika pengajar berhalangan untuk hadir dan segera mencari guru pengajar lain untuk mengisi pengajian mingguan tersebut. c) Melaksanakan dan menghitung dana yang dihimpun dari infaq para jamaah pada pengajian mingguan tersebut. d) Mengalokasikan hasil penghimpuanan dana tersebut untuk operasional pengajian mingguan. e) Membuat laporan dalam segala bentuk tanggung jawab yang telah di delegasikan terhadap Seksi Pendidikan dan Dakwah kepada ketua dan wakil ketua Masjid Al-Mustaqim setiap bulannya. 4) Pada segi pengawasan, penanggungjawab program pengajian mingguan dikontrol secara langsung oleh ketua masjid atau wakil ketua masjid. Pengawasan tersebut dilakukan oleh ketua masjid dengan dua cara yaitu peninjauan secara langsung oleh ketua masjid tanpa sepengetahuan dari Koordinator Seksi Pendidikan dan Dakwah serta pengawasan yang dilakukan oleh orang lain atas perintah ketua masjid. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh ketua masjid, diantranya yaitu :
59
a) Apakah program kegiatan pengajian mingguan berjalan dengan lancar atau tidak? Jika ketua masjid menemukan kendala didalamnya, maka ketua masjid langsung menegur koordinator seksi pendidikan dan dakwah setelah selesainya pengajian dan langsung mencarikan solusi yang tepat agar tidak terjadi lagi dalam pengajian berikutnya. b)
Apakah program kegiatan pengajian mingguan berjalan tepat waktu (on schedule)? Jika ketua masjid menemukan permasalahan yang membuat pengajian mingguan tersebut telat dalam memulainya, maka ketua masjid akan menanyakan dengan seksi pendidikan dan dakwah apa penyebab yang membuat telat dimulainya pengajian mingguan tersebut, serta ketua akan berkoordinasi dengan koordinator
seksi
pendidikan
dan
dakwah
untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada didalamnya, c) Apakah program kegiatan pengajian mingguan tersebut diisi oleh guru pengajar tetap yang sesuai dalam perencanaanya? Jika berbeda, maka ketua akan bertanya kepada koordinator seksi pendidikan dan dakwah, apa yang menjadi penyebab guru pengajar tetap berhalangan untuk hadir? Dan langsung menunjuk guru pengganti yang telah disiapkan oleh ketua masjid bersama koordinator seksi pendidikan dan dakwah.
60
d) Apakah anggaran dana yang dialokasikan untuk pengajian mingguan cukup dari hasil infaq jamaah pengajian mingguan tersebut? Jika ada kekurangan dana dalam pelaksanaan pengajian mingguan tersebut, biasanya ketua masjid akan memberikan perintah terhadap bendahara agar mengeluarkan anggaran hasil dari ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah) secukupunya untuk menjalankan pelaksanaan program kegiatan pengajian mingguan. 2. Pelatihan Bahasa Arab Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan ilmu, dan salah satu cara untuk bisa mendapatkan ilmu adalah dengan melalui proses pendidikan. Pendidikan juga merupakan hal yang sangat diperhatikan oleh agama Islam. Hal ini ditunjukan dengan adanya kewajiban bagi setiap muslim untuk mencari ilmu, sebagaimana yang disabdakan oleh Rasulullah Shalallahu „Alaihi Wassalam:4
ْ ُطَلَب ْٗضةٌْ َعلَْٔ ُكلْ ُه ْسلِ ٍن َ ْال ِع ْل ِنْفَ ِس Artinya: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap muslim”. Allah juga menyebutkan tentang keutamaan ilmu, yakni di dalam Al Qur‟an Surat Al-Mujadilah ayat 11 :
4
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 224), dari Shahabat Anas bin Malik radhiyallahu „anhu, lihat Shahiih al-Jaami‟ish Shaghiir (no. 3913)
61
ْ َِٗآَُِّٗاْالَّ ِرْٗيَْْاَ َهٌُْْ آْاِ َذاْقِ٘ َْلْْلَ ُك ْنْْتَفَ َّسحُْْ اْف ْْحَْْللاُْْلَ ُك ْن ِ ِْٔال َو َجل ِ سْْفَا ْف َسحُْْ اَْٗ ْف َس ْ ُّْْْْْْالَّ ِرْٗيَْْاُّْ ت ّْْْْ ٍ اْال ِع ْل َنْْد ََز َج َ ت َ َّاِ َذاْقِ٘ َْلْْا ًْ ُش ُزّْ اْفَا ًْ ُش ُزّْ اَْٗسْ فَ ِعَْْللاُْْالَّ ِرْٗيَْْاَ َهٌُْْ اْ ِه ٌْ ُك ْن َللاُْْبِ َواْتَ ْع َولُْْ ىَْْخَ بِ ْ٘ ٌْس Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis.” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu.” maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu, dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Pembahasan tentang pendidikan di dalam Islam, tentu tidak terlepas dari pembahasan mengenai bahasa Arab. Hal ini karena sumber utama agama Islam yaitu Al-Qur‟an dan Al-Hadits keduanya menggunakan bahasa Arab. Kemudian dalam posisinya sebagai bahasa Al-Qur‟an dan Al-Hadits, tentunya bahasa Arab menjadi salah satu yang harus dipelajari, dikuasai atau minimal dipahami oleh seorang muslim agar ia dapat memahami hukum-hukum dari syariat Islam dengan baik tanpa menyimpang dari makna yang ada dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits. Tentang pentingnya belajar bahasa Arab, maka Umar bin Khattab Radhiyallahu „Anhu berkata: “Belajarlah bahasa Arab, karena sesungguhnya bahasa Arab itu adalah bagian dari agama kalian”. Bahasa Arab dan Al-Qur‟an merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, dimana bahasa Al-Qur‟an adalah bahasa Arab. Hal ini telah Allah tegaskan di dalam firman-Nya QS. Asy Syura‟ : 7, yang berbunyi:
62
ْ َّ َك َرلِكَ ْأَّْ َح ٌَْ٘اْإِلَ ْ٘كَ ْقُسْ آًًاْ َع َْسبًِّ٘اْلِتُ ٌْ ِر َزْأُ َّم ْاّْتُ ٌْ ِر َزَْْْٗ َم َ ََِّْ َه ْيْ َحْْ ل َ ْٓالقُ َس ْ ِقْف ٌ ّْٗفَ ِس ٌ ْٗبْفِ٘ َِْفَ ِس ْ٘س َ ْٗز َ ْال َج ْو ِع ََْل َ ْٖال َجٌَّ ِة ِ قْفِْٖال َّس ِع Artinya : “Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Al Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka”. Maka untuk bisa menguasai isi Al-Qur‟an, seseorang harus mengetahui bahasa Arab dengan baik. Dengan mempelajari Al-Qur‟an inilah seorang muslim bisa mengetahui tentang hukum-hukum mengenai sholat, zakat, do‟a, dan amalan-amalan ibadah lainnya yang bisa menjadi media untuk berkomunikasi dengan Rabb-Nya. Dalam kenyataannya, selain sebagai alat komunikasi dengan sesama manusia, bahasa Arab juga merupakan alat komunikasi antara manusia dengan Allah Ta‟ala yang terwujud dalam bentuk sholat, do‟a dan dzikir. Kemudian dengan adanya perkembangan zaman, muncullah bahasa Arab sebagai bahasa yang diakui oleh dunia Internasional. Bahkan bahasa Arab dijadikan bahasa resmi oleh sebagian negaranegara di dunia khususnya yang berada di kawasan Timur Tengah. Selain itu negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam seperti Indonesia pun secara tidak langsung turut menyebarluaskan bahasa Arab. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan Islam baik formal maunpun non formal di Indonesia yang mengajarkan bahasa Arab.
63
Dengan demikian, Masjid Al-Mustaqim membuat program, yakni pelatihan bahasa Arab. Di mana pelatihan bahasa Arab ini diajarkan dari dasar. Karena tidak semua remaja di wilayah Ciledug Indah berasal dari sekolah Islam atau Kampus Islam. Bahkan, yang berasal atau memiliki background dari sekolah Islam atau kampus Islam pun belum tentu bisa bahasa Arab dengan baik dan benar. Tujuannya adalah agar menghasilkan remaja yang paham dengan bahasa Arab, sehingga bahasa Arab tidak kalah dengan bahasa Inggris di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kancah global.5 Berikut 4 (empat) peninjauan dari segi fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan) yang disesuaikan dengan program kegiatan Pelatihan Bahasa Arab yang telah dan akan dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim:6 1) Ditinjau dari segi perencanaan, pihak Masjid Al-Mustaqim sudah membuat beberapa perencanaan yang terkait dengan program kegiatan pelatihan Bahasa Arab, diantaranya yaitu : a) Menyelenggarakan program kegiatan pelatihan Bahasa Arab setiap hari Senin dan Rabu. b) Penetapan hari untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Bahasa Arab. c) Penetapan jam untuk pelaksanaan pelatihan Bahasa Arab.
5
Wawancara dengan Ust. Ismaidil Alam (pembina remaja masjid Al-Mustaqim), pada tanggal 17 Mei 2015 6 Wawancara dengan H. Zawawi, S.Ag (ketua masjid) serta Drs. Usman Syahid (ketua divisi pendidikan dan dakwah), pada tanggal 17 Mei 2015
64
d) Penetapan guru yang akan mengajarkan pelatihan Bahasa Arab. e) Penetapan tempat untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Bahasa Arab. 2) Kemudian ditinjau dari segi pengorganisasian, pihak Masjid AlMustaqim
sudah
menyusun
beberapa
tugas
yang
harus
dilaksanakan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah, diantaranya yaitu : a) Mengajukan tenaga pengajar (guru) untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Bahasa Arab. b) Bekerjasama mengusahakan
dengan
anggota
pendanaan
atau
bidang
lain
pembiayaan
untuk kegiatan
pelatihan Bahasa Arab. c) Melaporkan setiap penerimaan dan pengeluaran biaya kegiatan pelatihan Bahasa Arab secara tertulis kepada ketua atau bendahara setiap sebulan sekali. 3) Ditinjau dari segi pelaksanaan, penanggungjawab program kegiatan pelatihan Bahasa Arab ini adalah Seksi Pendidikan dan Dakwah, yang bertanggung jawab secara penuh terhadap kegiatan tersebut kepada ketua dan wakil ketua. Adapun bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah dalam program kegiatan pelatihan Bahasa Arab ini, diantaranya yaitu :
65
a) Menentukan 2 (dua) orang pengajar tetap, yang akan mengajar pelatihan Bahasa Arab dengan jadwal setiap hari senin dan rabu ba‟da asar (sebanyak dua kali dalam seminggu). b) Memberikan konfirmasi terhadap pengajar jika pengajar berhalangan untuk hadir dan segera mencari guru pengajar lain untuk mengajar pelatihan Bahasa Arab tersebut. c) Melaksanakan dan menghimpun dana dari pembayaran para remaja sebesar Rp 20.000,- perbulannya dalam kegiatan pelatihan Bahasa Arab tersebut. d) Mengalokasikan hasil penghimpunan dana tersebut untuk operasional pelatihan Bahasa Arab. e) Membuat laporan dalam segala bentuk tanggung jawab yang telah di delegasikan terhadap Seksi Pendidikan dan Dakwah kepada ketua dan wakil ketua Masjid Al-Mustaqim setiap bulannya. 4) Pada segi pengawasan, penanggungjawab program pelatihan Bahasa Arab dikontrol secara langsung oleh ketua masjid atau wakil ketua masjid. Pengawasan tersebut dilakukan oleh ketua masjid dengan dua cara yaitu peninjauan secara langsung oleh ketua masjid tanpa sepengetahuan dari Koordinator Seksi Pendidikan dan Dakwah serta pengawasan yang dilakukan oleh
66
orang lain atas perintah ketua masjid. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh ketua masjid, diantaranya yaitu : a) Apakah program kegiatan pelatihan Bahasa Arab berjalan dengan lancar atau tidak? Jika ketua masjid menemukan kendala didalamnya, maka ketua masjid langsung menegur koordinator seksi pendidikan dan dakwah setelah selesainya pelatihan Bahasa Arab dan mencarikan solusi yang tepat agar tidak terjadi lagi dalam pelatihan Bahasa Arab berikutnya. b) Apakah program kegiatan pelatihan Bahasa Arab berjalan tepat waktu (on schedule)? Jika ketua masjid menemukan permasalahan yang membuat pelatihan Bahasa Arab tersebut telat
dalam
memulainya,
maka
ketua
masjid
akan
menanyakan dengan seksi pendidikan dan dakwah apa penyebab yang membuat telat dimulainya pelatihan Bahasa Arab tersebut, serta ketua akan berkoordinasi dengan koordinator
seksi
pendidikan
dan
dakwah
untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada didalamnya. c) Apakah program kegiatan pelatihan Bahasa Arab tersebut diisi oleh guru pengajar tetap
yang sesuai dalam
perencanaannya? Jika berbeda, maka ketua akan bertanya kepada koordinator seksi pendidikan dan dakwah, apa yang menjadi penyebab guru pengajar tetap berhalangan untuk
67
hadir? Dan langsung menunjuk guru pengganti yang telah disiapkan oleh ketua masjid bersama koordinator seksi pendidikan dan dakwah. d) Apakah anggaran dana yang dialokasikan untuk pelatihan Bahasa Arab cukup dari perhimpunan dana para remaja pelatihan Bahasa Arab tersebut? Jika ada kekurangan dana dalam pelaksanaan pelatihan Bahasa Arab tersebut, biasanya ketua masjid akan memberikan perintah terhadap bendahara agar mengeluarkan anggaran hasil dari ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah)
secukupnya
untuk
menjalankan
pelaksanaan program kegiatan pelatihan Bahasa Arab. 3. Pelatihan Hadrah dan Marawis Hadrah dan Marawis Seni Bernafaskan Islam mampu mengkikis dan menjauhi aktifitas yang mudharat dan mendekatkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, pihak dari Masjid Al-Mustaqim menyelenggarakan kegiatan berupa pelatihan hadrah dan marawis. Alhamdulillah Group dari Masjid Al-Mustaqim yang terdiri dari para remaja Ciledug Indah seringkali mendapat undangan dalam acara-acara keagamaan dan resepsi pernikahan. Selain itu, seringkali menjuarai lomba marawis tingkat kelurahan dan kecamatan. Berikut 4 (empat) peninjauan dari segi fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan)
68
yang disesuaikan dengan program kegiatan Pelatihan Hadrah dan Marawis yang telah dan akan dilaksanakan oleh pengurus Masjid AlMustaqim:7 1) Ditinjau dari segi perencanaan, pihak Masjid Al-Mustaqim sudah membuat beberapa perencanaan yang terkait dengan program kegiatan Pelatihan Hadrah dan Marawis, diantaranya yaitu : a) Menyelenggarakan program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. b) Penetapan hari untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis, setiap hari Selasa dan Kamis. c) Penetapan jam untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. d) Penetapan guru yang akan mengajarkan pelatihan Hadrah dan Marawis. e) Penetapan tempat untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. f) Penetapan anggaran untuk pembelian satu set lengkap alat Marawis dan Hadrah. 2) Kemudian ditinjau dari segi pengorganisasian, pihak Masjid Al-Mustaqim sudah menyusun beberapa tugas yang harus
7
Wawancara dengan H. Zawawi, S.Ag (ketua masjid) serta Drs. Usman Syahid (ketua divisi pendidikan dan dakwah), pada tanggal 17 Mei 2015
69
dilaksanakan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah, diantaranya yaitu : a) Mengajukan tenaga pengajar (guru) untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. b) Bekerjasama dengan
anggota bidang lain untuk
mengusahakan pendanaan atau pembiayaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. c) Melaporkan setiap pemasukan dan pengeluaran biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis secara tertulis kepada ketua atau bendahara setiap sebulan sekali. d) Mencarikan
informasi
mengenai
penyelenggaraan
perlombaan Hadrah dan Marawis baik antar kelurahan, antar kecamatan maupun antar provinsi. 3) Ditinjau dari segi pelaksanaan, penanggungjawab program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis ini adalah Seksi Pendidikan dan Dakwah, yang bertanggung jawab secara penuh terhadap kegiatan tersebut kepada ketua dan wakil ketua. Adapun bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah dalam program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis ini, diantaranya yaitu : a) Menentukan 2 (dua) orang pengajar tetap, yang akan mengajar pelatihan Hadrah dan Marawis dengan jadwal
70
setiap hari selasa dan kamis ba‟da asar (sebanyak dua kali dalam seminggu). b) Memberikan konfirmasi terhadap pengajar jika pengajar berhalangan untuk hadir dan segera mencari guru pengajar lain untuk mengajar pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut. c) Melaksanakan dan menghimpun dana dari pembayaran para remaja sebesar Rp 30.000,- perbulannya dalam kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut. d) Mengalokasikan hasil penghimpunan dana tersebut untuk operasional kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. e) Mendaftarkan perlombaan yang berkaitan dengan kegiatan Hadrah dan Marawis baik antar kelurahan, antar kecamatan maupun antar provinsi. f) Membuat laporan dalam segala bentuk tanggung jawab yang telah di delegasikan terhadap Seksi Pendidikan dan Dakwah kepada ketua dan wakil ketua Masjid AlMustaqim setiap bulannya. 4) Pada segi pengawasan, penanggungjawab program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis dikontrol secara langsung oleh ketua masjid atau wakil ketua masjid. Pengawasan tersebut dilakukan oleh ketua masjid dengan dua cara yaitu peninjauan
71
secara langsung oleh ketua masjid tanpa sepengetahuan dari Koordinator Seksi Pendidikan dan Dakwah serta pengawasan yang dilakukan oleh orang lain atas perintah ketua masjid. Adapun pengawasan yang dilakukan oleh ketua masjid, diantaranya yaitu : a) Apakah program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis berjalan dengan lancar atau tidak? Jika ketua masjid menemukan kendala didalamnya, maka ketua masjid langsung menegur koordinator seksi pendidikan dan dakwah setelah selesainya kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis dan mencarikan solusi yang tepat agar tidak terjadi lagi dalam kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis berikutnya. b) Apakah program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis berjalan tepat waktu (on schedule)? Jika ketua masjid menemukan permasalahan
yang membuat
pelatihan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut telat dalam memulainya, maka ketua masjid akan menanyakan dengan seksi pendidikan dan dakwah apa penyebab yang membuat telat dimulainya kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut, serta ketua akan berkoordinasi dengan koordinator seksi pendidikan dan
72
dakwah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada didalamnya. c) Apakah program kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut diisi oleh guru pengajar tetap yang sesuai dalam perencanaannya? Jika berbeda, maka ketua akan bertanya kepada koordinator seksi pendidikan dan dakwah, apa yang menjadi penyebab guru pengajar tetap berhalangan untuk hadir? Dan langsung menunjuk guru pengganti yang telah disiapkan oleh ketua masjid bersama koordinator seksi pendidikan dan dakwah. d) Apakah anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis cukup dari perhimpunan dana para remaja kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis tersebut? Jika ada kekurangan dana dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis
tersebut,
memberikan
biasanya
perintah
ketua
terhadap
masjid
akan
bendahara
agar
mengeluarkan anggaran hasil dari ZISWAF (Zakat, Infaq,
Shadaqah)
secukupnya
untuk
menjalankan
pelaksanaan kegiatan pelatihan Hadrah dan Marawis. 4. Pelatihan Kader Muslim Tidak hanya membekali dengan ilmu-ilmu, tetapi remaja Masjid Al-Mustaqim butuh yang namanya regenerasi. Oleh karena itu, pihak
73
Masjid Al-Mustaqim mengadakan pelatihan kader muslim dan muslimah. Pelatihan ini bertujuan untuk: a) Melatih untuk berorganisasi. b) Melahirkan kader-kader pemimpin yang mampu menjadi problem solver dilingkungannya. c) Membangun kader yang Islami, cerdas, santun, dan lugas. d) Sebagai tempat pembinaan pribadi muslim dan muslimah.8 Berikut 4 (empat) peninjauan dari segi fungsi manajemen (perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan) yang yang disesuaikan dengan program kegiatan Pelatihan Kader Muslim yang telah dan akan dilaksanakan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim:9 1) Ditinjau dari segi perencanaan, pihak Masjid Al-Mustaqim sudah membuat beberapa perencanaan yang terkait dengan program kegiatan pelatihan Kader Muslim, diantaranya yaitu : a) Menyelenggarakan program kegiatan LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Masjid) dan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. b) Penetapan hari untuk pelaksanaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. c) Penetapan jam untuk pelaksanaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim.
8
Wawancara dengan Ust. Ismaidil Alam (pembina remaja masjid Al-Mustaqim), pada tanggal 17 Mei 2015 9 Wawancara dengan H. Zawawi, S.Ag (ketua masjid) serta Drs. Usman Syahid (ketua divisi pendidikan dan dakwah), pada tanggal 17 Mei 2015
74
d) Penetapan guru dan pemateri yang akan mengajarkan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. e) Penetapan tempat untuk pelaksanaan kegiatan pelatihan Kader Muslim. f) Penetapan anggaran untuk pelaksanaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. g) Penetapan alat perlengkapan dan konsumsi untuk program kegiatan pelatihan Kader Muslim. 2) Kemudian ditinjau dari segi pengorganisasian, pihak Masjid AlMustaqim sudah menyusun beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh Seksi Pendidikan dan Dakwah, diantaranya yaitu : a) Mengajukan tenaga pengajar (guru) dan pemateri untuk pelaksanaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. b) Bekerjasama
dengan
anggota
bidang
lain
untuk
mengusahakan pendanaan atau pembiayaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim. c) Melaporkan setiap pemasukan dan pengeluaran biaya pelaksanaan kegiatan pelatihan Kader Muslim secara tertulis kepada ketua atau bendahara. 3) Ditinjau dari segi pelaksanaan, penanggungjawab program kegiatan pelatihan Kader Muslim ini adalah Seksi Pendidikan dan Dakwah, yang bertanggung jawab secara penuh terhadap kegiatan tersebut kepada ketua dan wakil ketua, namun dalam pelaksanaannya
75
bersinergi dengan Seksi Peralatan dan Perlengkapan. Adapun bentuk tanggung jawab yang dilakukan oleh kedua Divisi bidang tersebut dalam program kegiatan pelatihan Kader Muslim ini, adalah: a) Menentukan 1 (satu) orang pengajar dan 1 (satu) orang pemateri, yang akan mengajar kegiatan pelatihan Kader Muslim. b) Memberikan konfirmasi terhadap pengajar dan pemateri jika pengajar berhalangan untuk hadir dan segera mencari pengajar lain untuk mengajar kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut. c) Melaksanakan dan menghimpun dana dari pembayaran para remaja
sebesar
Rp
50.000,-
perorang,
setiap
dalam
pelaksanaan program kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut. d) Mengalokasikan hasil penghimpunan dana tersebut untuk operasional kegiatan pelatihan Kader Muslim. e) Membuat laporan dalam segala bentuk tanggung jawab yang telah di delegasikan terhadap Seksi Pendidikan dan Dakwah kepada ketua dan wakil ketua Masjid Al-Mustaqim setiap setelah kegiatan pelatihan Kader Muslim selesai dilaksanakan.
76
f) Mempersiapkan segala bentuk konsumsi, alat perlengkapan dan fiksasi tempat yang dilaksanakan oleh Seksi Peralatan dan Perlengkapan. g) Memberikan pengawasan yang ketat, aman dan teratur oleh semua pengurus Masjid Al-Mustaqim terhadap seluruh remaja peserta kegiatan pelatihan Kader Muslim, dikarenakan pelaksanaan kegiatan pelatihan Kader Muslim bertempat diluar
Masjid
Al-Mustaqim
Komplek
Ciledug
Indah,
Tangerang Selatan. 4) Pada segi pengawasan, penanggungjawab program kegiatan pelatihan Kader Muslim dikontrol secara langsung oleh ketua masjid atau wakil ketua masjid. Beberapa pihak pengurus masjid (baik
ketua,
wakil,
ataupun
sekretaris
masjid)
juga
ikut
berpartisipasi ke lokasi kegiatan pelatihan Kader Muslim untuk mengontrol
jalannya
kegiatan
penanggungjawab program.
tersebut
bersama
dengan
Adapun pengawasan lain
yang
dilakukan oleh ketua masjid, diantaranya yaitu : a) Apakah program kegiatan pelatihan Kader Muslim berjalan dengan lancar atau tidak? Jika ketua masjid menemukan kendala
didalamnya,
maka
ketua
masjid
langsung
menanyakan kepada koordinator seksi pendidikan dan dakwah setelah selesainya kegiatan pelatihan Kader Muslim dan
77
mencarikan solusi yang tepat agar tidak terjadi lagi dalam kegiatan pelatihan Kader Muslim berikutnya. b) Apakah program kegiatan pelatihan Kader Muslim berjalan tepat waktu (on schedule)? Jika ketua masjid menemukan permasalahan yang membuat pelatihan kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut telat dalam memulai acaranya, maka ketua masjid akan menanyakan dengan seksi pendidikan dan dakwah apa penyebab yang membuat telat dimulainya kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut, serta ketua akan berkoordinasi dengan koordinator seksi pendidikan dan dakwah untuk menyelesaikan permasalahan yang ada didalamnya. c) Apakah anggaran dana yang dialokasikan untuk kegiatan pelatihan Kader Muslim cukup dari perhimpunan dana para remaja kegiatan kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut? Jika ada kekurangan dana dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan Kader Muslim tersebut, biasanya ketua masjid akan memberikan perintah terhadap bendahara agar mengeluarkan anggaran hasil dari ZISWAF (Zakat, Infaq, Shadaqah) secukupnya
untuk
menjalankan
pelaksanaan
kegiatan
pelatihan Kader Muslim. d) Apakah ada hambatan atau gangguan yang datangnya dari ekstern Kepengurusan Masjid baik dari faktor cuaca alam,
78
faktor keamanan maupun faktor kenyamanan? Jika ada hambatan dalam faktor alam cuaca, biasanya ketua masjid membuat prakiraan cuaca agar kegiatan yang dilaksanakan di ruangan terbuka atau alam terbuka tidak terganggu. Adapun untuk faktor keamanan dan kenyamanan seringkali ketua masjid
mengajak
beberapa
petugas
keamanan
seperti
satpam/security guna untuk mengawasi dan mengamani jalannya acara kegiatan tersebut dengan baik.
B. Upaya
Pengurus
Masjid
dalam
Memberikan
Pemahaman
Ilmu
Keagamaan bagi Remaja pada Masjid Al-Mustaqim Di dalam meningkatkan pemahaman ilmu keagamaan pada remaja Masjid Al-Mustaqim. ada beberapa hal yang dilakukan oleh pengurus masjid tersebut, antara lain: 1. Mengadakan program pengajian umum selama satu bulan dua kali Pelaksanaan pengajian ini, pihak masjid kerapkali mengundang para ustadz, kiai, bahkan habaib agar semakin menambah pengetahuan para pemuda dan pemudi mengenai ilmu keagamaan. Pengajian ini pada intinya memang dikhususkan untuk para generasi muda. Walaupun demikian, sejauh ini dalam pelaksanaan pengajian ini memberikan respon yang sangat baik dari masyarakat umumnya sangat baik.10 10
Data dari Masjid Al-Mustaqim
79
2. Melibatkan remaja dengan mengadakan kegiatan yang positif baik yang bersifat rohani maupun jasmani. Selain melibatkan para orangtua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, tidak luput pula bahwa para pengurus Masjid AlMustaqim berupaya untuk melibatkan remaja yang ada di Ciledug Indah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif, dengan tujuan supaya remaja mampu mengontrol dirinya dan mempunyai keimanan yang kuat sehingga tidak terjerumus di dalam lembah kemaksiatan.11 3. Mengadakan pelatihan menjadi imam shalat. Sebagaimana yang diketahui secara bersama bahwa setiap laki-laki tentunya akan menjadi imam dalam shalat. Dalam hal ini, para pengurus masjid mengadakan kajian dan pelatihan agar para remaja laki-laki mampu menjalankan tugasnya kelak, upaya pengurus masjid tidak hanya mengadakan pelatihan untuk menjadi imam shalat fardhu saja, tetapi juga shalat dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pengurus masjid sangat menyadari bahwa di masa depan nanti para generasi muda akan menjadi penerus bangsa ini. Bila sejak awal para remaja laki-laki sudah dididik dengan sebaik-baiknya, tentu akan memberikan kebanggaan tersendiri bagi agama, nusa, dan bangsa.12 4. Memberikan pelatihan terhadap remaja tentang tata cara mengurus jenazah.
11 12
Ibid Data dari Masjid Al-Mustaqim
80
Pelatihan mengenai tata cara mengruus jenazah dimulai dari memandikan sampai penguburan jenazah, baik jenazah laki-laki maupun jenazah perempuan. Dalam hal ini, para remaja Masjid AlMustaqim diharapkan mampu dan sadar akan tugasnya menjadi seorang muslim. Upaya pengurus disini ingin memberikan pengetahuan kepada remaja akan hal tolong menolong terhadap seorang muslim, dengan mengajarkannya
bagaimana
memandikannya
sampai
pengurusan
dengan
jenazah
menguburinya
dimulai karena
dari
dengan
membekali remaja dari sekarang nantinya akan ada hasil yang positif.13
13
Ibid
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari beberapa bab yang telah dijelaskan, maka penulis mengambil kesimpulan : 1. Manajemen program kegiatan Dewan Kemakmuran Masjid yang diterapkan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim ini, sudah cukup baik dan dapat menunjang kecerdasan emosional serta spiritual para remaja masjid.
Pasalnya,
dengan
beberapa
program
kegiatan
yang
diselenggarakan oleh pengurus Masjid Al-Mustaqim, cukup membawa dampak yang positif bagi para remaja dalam kehidupan sehari-harinya. Dan dalam proses yang berkelanjutan sudah memberikan banyak perubahan yang positif kepada para remajanya sesuai dengan harapan pengurus masjid. 2. Upaya pengurus masjid dalam peningkatan ilmu keagamaan pada remaja Masjid Al-Mustaqim dalam pelaksanannya, pengurus masjid melakukan beberapa upaya yang dinilai cukup strategis, yakni: membimbing, mengarahkan, dan memotivasi kepada remaja agar upaya yang dilakukan pengurus berjalan sesuai harapan yang diinginkan. Bahkan implementasi pengurus masjid dalam melaksanakan beberapa program kegiatan remaja tersebut, dilakukan dengan manajemen yang
81
82
baik, terstruktur dan sistematis. Sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Dewan Kemakmuran Masjid (DKM). B. Saran Salah satu upaya untuk peningkatan masjid dalam mengembangkan dakwah Islam dan pengembangan remaja masjid, penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut: 1. Sebaiknya para pengurus lebih fokus dalam menangani persoalanpersoalan yang berhubungan dengan masjid sebagai pusat ibadah dan kajian Islam bagi masyarakat sekitar. 2. Semestinya sistem manajemen masjid dikelola dan diarahkan secara lebih profesional. 3. Sokongan dana harus lebih dideraskan dan dibanyakkan, mengingat karena setiap program kegiatan masjid tentunya membutuhkan biaya. 4. Diharapkan pengurus masjid dapat merekrut para remaja Ciledug Indah sebagai pengendali roda pendidikan spiritual, emosional, dan sosial pada Masjid Al-Mustaqim. 5. Program kegiatan yang positif harus ditambah lagi, mengingat era globalisasi yang semakin kuat arusnya, sehingga harus dibendung dengan pemahaman agama yang lebih kuat. 6. Meningkatkan dan memperbaiki sistem manajemen masjid dalam penetapan SOP (Standard Operasional Prosedur) secara tertulis. 7. Melakukan draft pengarsipan dalam segala bentuk pengeoperasionalan masjid dari surat menyurat, program kegiatan, keuangan, dan lain
83
sebagainya. Agar supaya dokumen yang terdahulu tersimpan dengan baik, sehingga dapat digunakan kembali dikemudian hari.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrachim, Amiri, Dasar-dasar Pengabdian Sosial (Jakarta : Sinar Surya Press, 2002) Ansori, Muhammad, Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik (Jakarta: Bumi Aksara, 2004) Anuraga, Usman, Kewirausahaan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008) Ayub, Moh, Dkk, Manajemen Masjid : Petunjuk Praktis Bagi Para Pengurus Masjid, (Jakarta : Gema Insani Press, 1996) Baharuddin, Zulfikar, Program Kegiatan Suatu Organisasi Massa (Jakarta : Piramedia, 2000) DEPAG RI, Manajemen Kemasjidan, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah DITJEN BIMAS Islam DEPAG RI, 2008) DEPAG RI, Pedoman Pemberdayaan Masjid (Jakarta: Depag RI, 2009) El-Zidani, Sultan, Pengantar Manajemen Terapan (Jakarta : Gagasmedia, 2006) Hakim, Atang Abdul, Filsafat Umum (Bandung :Pustaka Setia, 2006) Hasibuan, Malayu, S.P, Dasar-Dasar Perbankan. (Jakarta : Bumi Aksara, 2004) Husodo, Istiawan, Kajian Sosial Masyarakat (Jakarta : Bharata, 1996) Kuraesin, Enok, Perkembangan Psikologi Terapan (Jakarta : Wijaya Muda, 2000) Manuhutu, Johny, Pemberdayaan Masyarakat (Jakarta : Pustaka Jaya, 1988) Mautana, Manusia dan Alam (Jakarta : Lentera Dipantara, 2001) Moleong, J, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006) Mujid, Abdul, Kamus Istilah Fiqih (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994) 84
85
Multazam, Jimmy, Manajemen Keuangan (Jakarta : KOMMIT, 2004) Rukmana , Nana, Masjid dan Dakwah (Jakarta: Al-Mawardi Prima, 2002) Sarwono, Psikologi (Jakarta : Raja Grafindo, 2002) Sayuti, Rahman, Psikologi Dasar (Solo : Pustaka Klewer, 1994) Senduk, Safir, Anggaran Keuangan Sederhana (Bandung : Muzan, 2008) Simbolon, Masry, Maringan, Dasar-Dasar Adimistrasi dan Manajemen (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004) Songge, M, Pesan Risalah Masyarakat Madani (Jakarta: PT. Media Citra, 2001) Subandrio, Indonesia Bergerak (Bandung : Remaja Karya, 1995) Subhan Saputra, Ensiklopedia Iman (Bandung : Jendela, 2000) Subhana, M, Dasar-dasar Penelitian Ilmiah (Bandung : CV. Pustaka Setia, 2001) Sukowati, Haryanto, Komunikasi Terintergrasi Dalam Organisasi (Yogyakarta : Digglosia, 1996) Sutanto, Agus, Manajemen Bisnis Terpadu (Jakarta : Gagasmedia, 2005) Tarmansyah, Syafiq, Sosial Entrepeneur (Yogyakarta : Bintang Ilmu, 2000) Tengku Rustam, Sosial Masayarakat Secara Holistik, (Semarang : Langit Fajar, 1999) Thahir, Muhammad, Menciptakan Generasi Muda yang Cinta Masjid (Jakarta : Al Hakim Press) Turmudzi, Muhammad, Community Development (Jakarta : Visimedia, 1999) Umami, Ida, Psikologi Remaja (Yogya : PT. Tiara Wacana, 1999) Usmana, Isma, Ilmu Organisasi (Jakarta : Pelangi Baru, 2007) Wardji, Danuyansa Asih, Enslikopedi Psikologi (Jakarta : Arcam, 1996)
86
Yani, Ahmad, Menuju Masjid Ideal (Jakarta : LP2SI Haramain, 2008) Yudisman, Psikologi Agama (Jakarta : Wiyata Publishing, 2001) Zainuddin, Filsafat Ilmu (Jakarta : Lintas Pustaka, 2006) Zurinal, Fiqh Ibadah (Jakarta : Lembaga Penelitian Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah, 1997)
DAFTAR PERTANYAAN (INTERVIEW) Pewawancara
: Ahmad Sulaiman Rofi
Narasumber
: H. Zawawi, S.Ag
Jabatan
: Ketua Masjid Al-Mustaqim
Hari/Tanggal Wawancara
: Minggu, 17 – Mei – 2015
Tempat Wawancara
: Kantor Masjid Al-Mustaqim
1.
Apa saja program untuk pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) remaja pada Masjid Al-Mustaqim? Jawab a. Kegiatan pengajian mingguan, dilaksanakan setiap malam sabtu ba’da Isya dengan kajian tilawah Qur’an dan pemahaman artinya, dan juga ilmu-ilmu lain yang diajarkan oleh Ustadz serta Ustadzah dari lingkungan Masjid AlMustaqim. Hal ini bermanfaat untuk menajamkan kecerdasan spiritual pada remaja, khususnya remaja di wilayah Ciledug Indah, Tangerang Selatan. b. Masjid Al-Mustaqim membuat beberapa program, diantaranya yakni pelatihan bahasa Arab. Di mana pelatihan bahasa Arab ini diajarkan dari dasar. Karena tidak semua remaja di wilayah Ciledug Indah berasal dari sekolah Islam atau Kampus Islam. Bahkan, yang berasal atau memiliki background dari sekolah Islam atau kampus Islam pun belum tentu bisa bahasa Arab dengan baik dan benar. Tujuannya adalah agar menghasilkan remaja yang paham dengan bahasa Arab, sehingga bahasa Arab tidak kalah
dengan bahasa Inggris di dalam kehidupan sehari-hari dan dalam kancah global. c. Hadrah dan Marawis Seni Bernafaskan Islam mampu mengkikis dan menjauhi aktifitas yang mudharat dan mendekatkan kecintaan kepada Allah dan Rasul-Nya. Dengan demikian, pihak dari Masjid Al-Mustaqim menyelenggarakan kegiatan berupa pelatihan hadrah dan marawis. Alhamdulillah Grup dari Al-Mustaqim yang terdiri dari para remaja ciledug Indah sering diundang dalam acara acara keagamaan dan resepsi pernikahan. Selain itu, seringkali menjuarai lomba marawis tingkat kelurahan dan kecamatan. d. Tidak hanya membekali dengan ilmu-ilmu, tetapi remaja Masjid AlMustaqim butuh yang namanya regenerasi. Oleh karena itu, pihak Masjid Al-Mustaqim mengadakan pelatihan kader muslim dan muslimah. Pelatihan ini bertujuan untuk : 1) Melatih untuk berorganisasi. 2) Melahirkan kader – kader pemimpin yang mampu menjadi problem solver dilingkungannya. 3) Membangun kader yang Islami, cerdas , santun, lugas. 4) Sebagai tempat pembinaan pribadi muslim dan muslimah.
2.
Lalu bagaimana cara mengatur (me-manage) program-program tersebut? Jawab Kami sistemnya adalah membuat perencanaan kegiatan. Mau seperti apa kegiatannya. Lalu kita minta orang-orang yang bersedia untuk menjadi panitia pelaksana dan penanggungjawab. Lalu dimulai pelaksanaannnya sesuai dengan
rencana kegiatan yang sudah dibuat. Setelah itu, kami juga sambil kontrol. Apakah program berjalan sesuai rencana atau ada yang melenceng. Biasanya kami pengurus masjid turun langsung untuk mengontrol dan menanyakan ke penanggungjawab serta panitia kegiatan.
3.
Apakah ada kendala saat berjalannya program kegiatan yang dijalankan Pengurus DKM? Jawab Kendala sejauh ini tentu ada. Karena tidak ada yang sempurna di dunia ini, selain Allah dan Rasulullah. Kendala hanya guru yang agak telat datang atau yang tidak datang. Kalau guru yang tidak datang, selalu memberikan konfirmasi kabar sebelumnya.
4.
Untuk apa tujuan program tersebut dibuat? Jawab Untuk memberdayakan SDM (Sumber Daya Manusia) remaja di lingkungan Ciledug Indah ini. Agar supaya para remaja tidak terpengaruh dan mengikuti aktifitas-aktifitas remaja lainnya yang tidak jelas dan melakukan hal-hal yang negatif, maka kami pengurus masjid menghimbau para remaja untuk mengikuti segala kegiatan yang ada pada Masjid Al-Mustaqim. Sehingga akhirnya para remaja telah disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang positif dari Masjid AlMustaqim.
5.
Apa saja upaya yang dilakukan pengurus Masjid Al-Mustaqim dalam memberikan ilmu keagamaan bagi remaja? Jawab a.
Mengadakan program pengajian umum selama satu bulan dua kali Pelaksanaan pengajian ini, pihak masjid kerapkali mengundang para ustadz, kiai, bahkan habaib agar semakin menambah pengetahuan para pemuda dan pemudi mengenai ilmu keagamaan. Pengajian ini pada intinya memang dikhususkan untuk para generasi muda. Walaupun demikian, sejauh ini dalam pelaksanaan pengajian ini memberikan respon yang sangat baik dari masyarakat umumnya.
b. Melibatkan remaja dengan mengadakan kegiatan yang positif baik yang bersifat rohani maupun jasmani. Selain melibatkan para orangtua yang sudah banyak makan asam garam kehidupan, tidak luput pula bahwa para pengurus masjid Al-Mustaqim berupaya untuk melibatkan remaja yang ada di Ciledug Indah untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif, dengan tujuan supaya remaja mampu mengontrol dirinya dan mempunyai keimanan yang kuat sehingga tidak terjerumus di dalam lembah kemaksiatan. c.
Mengadakan pelatihan menjadi imam shalat. Setiap laki-laki tentunya akan menjadi imam dalam shalat. Dalam hal ini, para pengurus masjid mengadakan kajian dan pelatihan agar para remaja laki-laki mampu menjalankan tugasnya kelak, upaya pengurus masjid tidak hanya mengadakan pelatihan untuk menjadi imam shalat fardhu saja, tetapi juga shalat dua hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pengurus masjid sangat menyadari bahwa di masa depan nanti para generasi muda akan menjadi
FOTO DOKUMENTASI