MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh M. ARIFIN NIM 11110001 JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2014 i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara: Nama
: M. Arifin
NIM
: 11110001
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014
telah kami setujui untuk dimunaqasyahkan. Salatiga, 25 Agustus 2014 Pembimbing
Drs. Bahroni, M. Pd. NIP: 196408181994031004
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: M. Arifin
NIM
: 11110001
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa, skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Salatiga, 22 Agustus 2014 Yang menyatakan,
M. Arifin NIM: 11110001
iii
iv
v
MOTTO Jalani Hidup dengan Rasa Cinta karena Dengan Cinta Akan Mampu Mengubah Segalanya dan Dengan Cinta Hidup Akan Lebih Bermakna
vi
PERSEMBAHAN Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik moril maupun materiil. 2. Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu mendo’akanku dan telah banyak mengajarkan ilmu selama penulis dipesantren. 3. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam mengarahkan
dan
memberikan
masukan-masukan
dalam
menyusun skripsi ini. 4. Seluruh
Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan
ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di kampus STAIN Salatiga tercinta. 5. Semua civitas akademika, para pegawai kampus STAIN Salatiga dengan kesediaan dan keikhlasannya telah berpartisipasi melayani, membantu mensukseskan tugas dan kewajiban penulis selama belajar di STAIN Salatiga. vii
6. Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang. 7. Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang selalu memberi nasehat dan do’anya. 8. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AlFalah, yang telah memberi penulis perhatian dan dukungan dalam belajar. 9. Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat tahun dalam menempuh perkuliahan. 10.Pembaca yang budiman.
viii
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya, serta kita harapkan pertolongan dan kita minta ampunan-nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada junjungan serta panutan kita, beliau nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing umat pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan ilmuNya dan nur kemulyaanNya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAM AL- FALAH DUKUH KEC. SIDOMUKTI KOTA SALATIGA 2014”
Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya: 1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikan restu, dukungan baik moril maupun materiil. 2. Bapak K. H. Zoemri RWS dan Ibu Nyai H. Latifah, yang selalu mendo’akanku dan telah banyak mengajarkan ilmu selama penulis dipesantren. ix
3. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. yang telah ikhlas dan sabar dalam mengarahkan
dan
memberikan
masukan-masukan
dalam
menyusun skripsi ini. 4. Seluruh
Bapak dan Ibu Dosen STAIN Salatiga, yang dengan
ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis selama belajar di kampus STAIN Salatiga tercinta. 5. Semua civitas akademika, para pegawai kampus STAIN Salatiga dengan kesediaan dan keikhlasannya telah berpartisipasi melayani, membantu mensukseskan tugas dan kewajiban penulis selama belajar di STAIN Salatiga. 6. Kakak dan adik-adik tersayang, yang selalu menghibur dan memotivasi penulis untuk terus maju dan berjuang. 7. Seluruh saudara penulis dari keluarga besar bapak dan ibu, yang selalu memberi nasehat dan do’anya. 8. Seluruh keluarga besar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AlFalah, yang telah memberi penulis perhatian dan dukungan dalam belajar.
x
9. Teman-teman PAI angkatan 2010 senasip seperjuangan yang telah menemani, membantu dan memberi motivasi penulis selama empat tahun dalam menempuh perkuliahan. 10.Pembaca yang budiman. Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah Swt. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi masyarakat pecinta ilmu dan pesantren. Salatiga, 25 Agustus 2014 Penulis M. Arifin NIM: 111 10 001
xi
ABSTRAK Arifin, M. 2014. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah Di Pondok Pesantren AlFalah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing
: Drs. Bahroni M.Pd.
Kata kunci
: Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah.
Dalam rangka pesantren menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan dan maksud yang disandarkan pada Al- Qur’an dan Assunnah, pesantren selalu mengikuti perkembangan pendidikan, dengan tidak secara langsung menghilangkan tradisi-tradisi pesantren yang diwariskan dari pesantren jaman dulu, baik dalam tata tertib santri, metode pembelajaran, kurikulum, sarana prasarana yang diberikan untuk santri. Dengan berkembangnnya pendidikan dan kebutuhan manusia dalam bidang keilmuan yang harus memiliki keseimbangan baik ilmu alam (umum) serta ilmu syariat (agama), sehingga pesantren harus mengikuti dengan memberikan pelayanan yang diharapkan santri-santri yang mengikuti dengan pendidikan pesantren, salah satu jalan untuk mengimbangi kebutuhan santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga memberikan kelonggaran bagi setiap santri mengikuti pendidikan diluar pesantren yakni pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan umum (formal). Namun setelah kebijakan ini diambil, pesantren harus mengelola dan mengatur (memanajemen) baik tata tertib santri, pendidikan, serta sarana prasaran yang dimiliki pesantren dengan memperhatikan tujuan yang hendak dicapai, sehingga benar-benar seimbang antara pengetahuan santri, baik dalam keimuan pesantren dan keilmuan yang diajarkan di sekolah. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif. Dalam pelaksanaan penelitian penulis membutuhkan waktu tiga minggu untuk pengumpulan data yang terkai dengan tujuan penelitian, baik metode observasi, interview, wawancara, dan dokumentasi, yang semua digunakan peneliti guna mendapatkan data yang valid. Berdasarkan dari hasil penelitian yang melalui proses pengumpulan data dan melakukan penarikan kesimpulan tentang bagaimana manajemen pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga, menunjukkan bahwa manajemen pesantren berbasis sekolah baik manajemen kmurikulu dan program pengajaran, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan, manajemen, keuangan dan pembiayaan, manajemen sarana dan prasarana pendidikan, manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat manajemen layanan khusus yang bertujuan mengoptimalkan pendidikan yang seimbang bagi para santri yang menempuh pendidikan dalam dua lembaga yang
xii
berbeda yakni pesantren dan sekolah umum, telah berperan baik yakni pengasuh, dewan asatidz, dewan pengurus dan lingkungan pesantren yang memiliki hubungan sangat erat berakibat pada keefektifan pendidikan pesantren berbasis sekolah.
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………...................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….....................
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ……………………….....................
iv
PENGESAHAN …………………………………………………….................... v MOTTO …………………………………………………………….................... vi PERSEMBAHAN ………………………………………………….................... vii KATA PENGANTAR ……………………………………………....................
ix
ABSTRAK ………………………………………………………….................... xii DAFTAR ISI ………………………………………………………..................... xiv DAFTAR TABEL ………………………………………………….................... xix DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………...................
xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah …………………………............................ 1 B. Fokus Penelitian ……………………………………………............. 3 C. Tujuan dan Manfaat Penelitia ....…………………………………..... 4 D. Penegasan Istilah ……………………………………………............ 6 E. Metode Penelitian ………………………………………….............. 9 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ………………………............. 10 2. Kehadiran Peneliti ………………………………………........... 10 3. Lokasi Penelitian …………………………………………......... 11 4. Sumber Data …………………………………………................ 11
xiv
5. Prosedur Pengumpulan Data ……………………………............ 12 6. Analisis Data …………………………………………................ 15 F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren 1. Pengertian Pesantren …………………………………..... 20 2. Sistem Pengajaran Pesantren……………………………... 21 3.
Elemen-Elemen Sebuah Pesantren………………………... 26
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) …………… 35 2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………………. 35 3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ………... 36 4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran………... 38 b. Manajemen Tenaga Kependidikan………………….....
39
c. Manajemen Kesiswaan…………………………….....
39
d. Manajemen Keuangan Dan Pembiayaan……………......
40
e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan………......
41
f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat ..........
43
xv
g. Manajemen Layanan Khusus…………………………........
44
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah 1. Sejarah Singkat Berdirinya PPTI Al-Falah……………............
47
2. Letak Geografis PPTI Al-Falah..................................................
48
3. Dasar dan Tujuan......................................................................... 48 4. Keadaan Santri............................................................................. 51 5. Struktur Organisasi Kepengurusan.............................................. 51 B. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah 1. Manajemen Komponen-Komponen Pesantren a.
Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran................ 55
b.
Manajemen Tenaga Kependidikan……………….............. 62
c.
Manajemen Kesiswaan…………………………................. 65
d.
Manajemen Keuangan dan Pembiayaan………….............. 66
e.
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan…................. 68
f.
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat............ 71
g.
Manajemen Layanan Khusus……………………................ 72
C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah 1. Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah…………………………………………………............ 81 xvi
2. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah…………………………………………............... 82
BAB IV PEMBAHASAN A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran……............... 84 2. Metode Pendidikan Pesantren…………………………............. 85 a.
Metode Sorogan................................................................... 86
b.
Metode Weton...................................................................... 86
c.
Metode Hafalan……………………………………............... 87
3. Kehasan dan Keunikan Pesantren Al-Falah dalam Penerapan Model Pembelajaran ……………………………….................. 87 4. Evaluasi Pendidikan Pesantren Al-Falah…………................... 88 B. Tenaga Kependidikan ...................................................................
89
C. Manajemen Kesiswaan………………………………..................
91
D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan .......................................
92
E.
Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan………................... 93
F.
Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat...................... 94
G. Manajemen Layanan Khusus…………………………................... 95
H. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTI Al-Falah................................................. 96
xvii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan …………………………………………… 99 B. Saran …………………………………………………. 109 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL Tabel 1
Data Santri Putra Pesantren AL-Falah
Tabel 2
Data Santri Putri Pesantren AL-Falah
Tabel 3
Struktur Kepengurusan PPTI Al-Falah Masa Bakti 2013/2014
Tabel 4
Jadwal Kegiatan Santri
Tabel 5
Nama-nama Pengajar Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah
Tabel 6
Pemasukan dan Pengeluaran Syahriyah
xix
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Pedoman Obsevasi Pelaksanaan MBS di PPTI Al-Falah Lampiran 2 Pedoman Wawancara Lampiran 3 Transkip Hasil Wawancara Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis Lampiran 5 Surat Bukti Penelitian dari PPTI Al-Falah Lampiran 6 Nota Pembimbing Lampiran 7 Keterangan SKK Lampiran 8 Lembar Konsultasi
xx
xxi
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: M. Arifin
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 17 Juni 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Mulawarman, Blok. J, Rt. 13 / Rw Ds. Kerta Bumi, Kec. Kuaro, Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
Pendidikan
: 1. SDN 04 Timpik Kec. Susukan, kab. Semarang. 2. MTsN Susukan, Kab. Semarang. 3. MA Subulussallam Kuaro Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
xxii
4. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH Salatiga. 5. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an “ Ar- Rahman” Ambarawa 5. STAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 25 Agustus 2014
M. Arifin 11110001
xxiii
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin disadari, tantangan dunia pesantren semakin besar dan berat di masa kini dan mendatang. Paradigma ”mempertahankan warisan lama yang masih relevan dan mengambil hal terbaru yang lebih baik” benar-benar penting untuk direnung ulang (A‟la, 2006: V). Mengapa penting? Pertama, dunia pesantren
tidak bisa hanya mempertahankan
tradisi lama belaka. Sebab, tradisi lama itu tidak mesti relevan untuk kekinian kita. Kedua, hal tidak kalah penting untuk direnungkan dalam rangka mengambil hal terbaru yang lebih baik adalah mengungkai secara cerdas problem kekinian kita dengan pendekatan-pendekatan kontemporer. Tidak bisa disangkal bahwa modernitas telah menawarkanbanyak hal untuk dipikirkan dan direnungkan, terutama bagi insan-insan pesantren. Pada lapisan luarnya, teknologi modern muncul sebagai buah manisyang bisa dicecap siapa saja dari berbagai belahan dunia. Pada lapisan dalamnya, berupa paradigma dan pandangan dunia, modernitas juga telah merubah cara pandang lama terhadap dunia dan manusia. Dalam konteks
ini,
pilihan
terbaik
bagi
insan-insan
pesantren
adalah
mendialogkannya dengan paradigma dan pandangan dunia yang telah diwariskan oleh generasi pencerahan Islam. Dari dialog sehat ini diharapkan akan muncul sintesi-sintesis baru yang lebih segar dan menggairahkan. 1
Kerangka pemikiran diatas membawa kita pada perlunya memposisikan warisan masa lalu hanya sebagai “teman dialog” bagi modernitas dengan segala produk yang ditawarkannya. Menutup diri untuk berdialog dengan konteks kekinian adalah kebodohan yang tidak pantas dibanggakan. Insan-insan pesantren ditantang untuk secara cerdas dan lincah, membaca khazanah lama dan baru dalam frame yang tidak terpisah. Masa laludihadirkan dengan terang dan jujur, lalu dihadapkan dengan kekinian kita. Boleh jadi, masa lalu tersebut akan tampak basi dan tidak relevan, namun tidak menutup kemungkinan masih ada potensi yang dapat dikembangkan untuk zaman sekarang. Melihat proses dan sistem manajemen, terlihat nilai pentingnya sebuah ketrampilan manajerial dalam lembaga pesantren. Mungkin saja sebuah pesantren akan berjalan meski tanpamanajemen, namun jalannya pesantren tersebut akan mengalami Faktor Penghambat begitu besar. pesantren akanberjalan apa adanya, tanpa ada ruh yang jelas kemana pesantren itu diarahkan dan dikendalikan.Dalam kondisi ini apakah mungkin pesantren akan bertahan/berkembang besar? Yang mungkin adalah pesantren itu akan semakin lemah. Dalam hal ini lembaga pesantren Al-Falah mencoba menyikapi sebuah tantangan zaman dengan berbagai trobosan terhusus dalam pengelolaan manajemen pesantren. Meskipun dalam sebuah teori pengelolah pesantren tidak atau kurang tahu dengan nama manajemen pesantren yang diterapkan tersebut, tetapi kurang lebih manajemen pesantren yang diterapkan di pesantren Al-Falah menyerupai
2
dengan teori manajemen yaitu yang sering disebut dengan manajemen berbasis sekolah (MBS), dari manajemen yang diterapkan apakah dalam pengelolaan pesantren Al-Falah mengalami peningkatan perkembangan kualitas output santri atau semakin lemah dan apa yang menjadi Faktor Penghambat dan bagaimana solusi pengelola pesantren dalam menyikapi Faktor Penghambat-Faktor Penghambat tersebut? Dari beberapa hal yang telah terurai diatas merupakan alasan penulis dalam manyusun naskah skripsi, sehingga penulis memiliki niat dan keinginan meneliti dengan judul “MANAJEMEN PESANTREN BERBASIS SEKOLAH DI PONDOK PESANTREN TARBIYATUL ISLAMAL-FALAH”. B. Fokus Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang diatas dapat dikemukakan beberapa fokus masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen pesantren berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatigayang meliputi: a. Manajemen kurikulum dan program pengajaran? b. Manajemen tenaga kependidikan? c. Manajemen kesiswaan? d. Manajemen keuangan dan pembiayaan? e. Manajemen sarana dan prasarana pendidikan? f. Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat?
3
g. Manajemen layanan khusus? 2. Apa Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui manajemen pesantren berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga yang meliputi: 1) Manajemen kurikulum dan program pengajaran 2) Manajemen tenaga kependidikan 3) Manajemen kesiswaan 4) Manajemen keuangan dan pembiayaan 5) Manajemen sarana dan prasarana pendidikan 6) Manajemen hubungan sekolah dengan masyarakat 7) Manajemen layanan khusus b. Untuk mengetahui Faktor Pendukung dan Penghambatmanajemen pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
4
a. Manfaat Teoritis 1) Memberikan sumbangan dan memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pesantren. 2) Berguna untuk mengangkat citra bimbingan pendidikan keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan pesantren. 3) Memberikan sumbangan pemikiran dan informasi kepada pengelola pesantren dalam menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pesantren dalam menghadapi perkembangan pendidikan Indonesia. b. Manfaat Praktis 1) Bagi pembaca. a) Memberi pengetahuan
tentang manajemen
pesantren
berbasis sekolah dalam pencapaian tujuan pesantren dan sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.. b) Memberi pengetahuan kelemahan dan Faktor Pendukung pesantren berbasis sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. 2) Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai focus penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan pengetahuan pesantren dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi para santri dan memberikan sumbangsih pemikiran ide terhadap penyelenggaraan pendidikan pesantren.
5
3) Bagi peneliti a) Mendapatkan pengalaman dan ilmu baru yang bermanfaat b) Sebagai pengetahuan dalam bidang keilmuan dunia pesantren yang terus akan menghadapi tantangan teknologi yang sangat memberi pengaruh perubahan pada karakter santri dan pesantren D. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penafsiran judul diatas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti, sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul diatas yaitu:
1. Managemen Istilah Managemen dapat diartikan sebagai sebuah proses menggunakan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran (Tim Penyusun, 2002:708). 2. Pesantren Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa
6
“santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseoarang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi, 2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138) Pengertian pesantren diatasmengindikasikan bahwa pesantren merupakan sebuah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam. 3. Basis Istilah Basis bisa diartikan dengan dasar atau pokok dasar (Poerwadarminta, 1966:95). Berdasarkan pengertian basis tersebut, maka makna basis yang dimaksud penulis adalah pengelolahan manajemen pesantren yang lebih identik dengan manajemen pesantren kuno atau berpusat pada kebijakan pengasuh, tatapi dalam hal ini pesantren Al-Falah sudah mulai memperbarui dan menerapkan sebuah manajemen pesantren yang dalam pengelolahannya dilakukan secara bersama dalam pengambilan keputusan secara partisipatif dari semua
7
warga pesantren baik ketua yayasan, pengasuh dewan asatidz, pengurus harian, maupun wali santri, dalam teori sebuah manajemen lembaga pendidikan sering disebut dengan manajemen berbasis sekolah. 4. Sekolah Sekolahadalah tempat anak belajar (Daradjat, 2011:72). Dalam hal ini sekolahjuga bisa diartikan sebagai lingkungan pendidikan formal dimana adanya interaksi antara seorang guru dan siswa untuk menyalurkan sebuah pengetahuan, dan berjalannya lembaga tersebut sesuai dengan sistem atau menejemen kelembagaan pendidikan yang telah ditetapkan.
5. Manajemen Berbasis Sekolah Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional (Raharjo, 2003:5). 6. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah adalah manajemen
berbasis sekolah yang diterapkan pada
lembaga pesantren. Sebuah penerapan pengolahan lembaga pesantren berdasarkan teori MBS, yang mana tidak bisa dipungkiri bahwa
8
pentingnya
dalam
mengelola
lembaga
pesantren
dibutuhkan
manajemen yang tepat, sehingga dalam pengelolahan lembaga ini akan lebih terarah dan tepat sasaran dalam sebuah tujuan yang diharapkan. E. Metode Penelitian Metode merupakan cara dalam melakukan penelitian. Metode juga bisa juga dikatakan sebagai alat bedah untuk mengungkap permasalahan yang ada dalam ruang lingkup penelitian. Metode penelitian memiliki karakteristik yang berbeda-beda sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih (Maslikhah, 2013:66). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis metode kualitatif maka mencakup beberapa hal diantaranya:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti dalam memahami subjek dan substansi (STAIN Salatiga, 2008:18). Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan, dalam penelitian kualitati peneliti adalah instrumen kunci, oleh karena itu peneliti membekali diri dengan teori dan wawasan yang digunakan untuk bertanya, menganalisis, dan mengontruksi obyek yang akan diteliti menjadi lebih jelas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan study kasus (case study), yakni study yang meng-explorasikan suatu masalah
9
dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai informasi. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian PondokPesantren
hadir
secara
Tarbiyatul
langsung
Islam
pada
Al-Falah,
obyek dalam
yakni rangka
pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti, yakni dimulai pada hari rabu, 11 april 2014, dalam penelitian lapangan, peneliti membutuhkan waktu 3 (tiga) minggu dalam mengumpulkan data yang berhubungan dengan focus penelitian manajemen pesantren berbasis sekolah, serta mencari info-info untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
3. Pusat dan Subyek Penelitian Tempat/ lokasi pusat penelitian adalah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kecamatan Sidomukti Kota Salatiga, sedangkan yang menjadi focus subyek penelitian adalah komponen yang terkait dengan manajemen pesantren yang meliputi tata tertip santri, penyelenggaraan pendidikan, sarana prasarana, dewan asatidz, dewan pengurus, santri, dan prestasi santri. 4. Sumber Data Pada tahap ini peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk
10
memperoleh pengetahuan yang benartentang sesuatu hal dengan menggunakan prosedur penelitian yang baik Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder). a. Data Primer Data primermenurut Suryabrata (1995:84) merupakan data yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertamanya atau sumber-sumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan. Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penggalian data dari pesantren Al-Falah dengan mencari keterangan dari orang yang terlibat secara langsung terutama para santri, pengasuh, pengurus, dan dewan asatidz. Sebagai sumber untuk menggali informasi terkai focus penelitian, untuk mendapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara. b. DataSekunder Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencakup data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan pondok pesantren.
11
Hal ini dilakukan karena data yang digali haruslah valid sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsung dan
mengobservasi
dilapangan
yang
menghasilkan
data
yanglengkap dan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan naskah skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode yang menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif dan melalui paradigma fenomenologis, artinya metode ini digunakan atas tiga pertimbangan: pertama, untuk mempermudah pemahaman realitas ganda. Kedua, menyajikan secara hakiki antara peneliti dan realitas. Ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri pada bentuk nilai yang dihadapi. (Moelong, 2003:5) Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan suatu program, perilaku peserta dan interaksi antar manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan data yang akan digunakan sebagai penunjang dalam penelitian, maka penulis menggunakan beberapa langkah yang berkaitan dengan metode penelitian tersebut antara lain: a. Observasi Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki
12
(Hadi, 1995:136). Metode observasi adalahcara menghimpun bahan-bahan yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa observasi adalah teknik pengamatan dan pencatatan terhadap letak pesantren
kegiatan
pendidikan
santri,
model
manajemen
pesantrenberbasis sekolahatau pengelolahan kelembagaan dalam menunjang terlaksanakan kegiatan pendidikan pesantren, Faktor Pendukung dan kelemahan pesantren berbasis sekolah. b. Interview Yaitu metode yang berusaha mendapatkan keterangan/ pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap muka (Koenjaraningrat, 1997:129). Dalam arti lain bahwa interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara umum yang dimaksud interview adalah cara penghimpunan bahanbahan keteranga yang dilaksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini metode interview digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam pengelolahan pesantren dan bagaimana peran masingmasing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan mengorganisir sistem pendidikan pesantren. c. Dokumentasi Adalah metode pengambilan data yang diperoleh dengan
13
bahan-bahan yang tersimpan dalam arsip-arsip berupa catatan pribadi, surat pribadi, buku harian, laporan kerja, notulen rapat, catatan kasus, rekaman kaset, rekaman video, foto, dan lain sebagainya (Sukandarrumidi, 2004: 101). Metode ini penulis gunakan untuk membantu dalam menggali data tentang pesantren, data pengelolahan sistem pendidikan pesantren baik data fisik maupun nonfisik. Dengan
metode
dokumentasi
maka
peneliti
akan
mendapatkan referensi dalam bentuk arsip-arsip baik fisual maupun data-data tertulis yang berkenaan dengan data pesantren yang mencakup sejarah pendirian pesantren, lokasi pesantren, lingkungan serta data-data tentang santri,dan data pengelolahan pesantren yang meliputi data kepengurusan atau keorganisasiaan pesantren, kurikulum pendidikan pesantren serta data asatidz dan tata tertib pesantren. 6. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperoleh. Hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan. Teknik analisis data mencakup proses kategori urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian
14
dasar, ia membedakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mncari hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Dalam pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode analisis data secara bertahab. Tahapan analisis data adalah proses upaya mencari data secara sistematis atas catatan-catatan wawancara, pengamatan dan dokumentasi untuk meningkatkan
pemahaman
peneliti
atas
subyek
dan
obyek
penelitian,upaya ini disebut dengan upaya mencari makna. Ada empat hal yang merupakan bagian dalam analisis ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. a. Pengumpulan Data Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data, baik menggunakan metode wawancara, pengamatan, maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data yang penting dan tidak. b. Reduksi Data Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih focus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat memberikan gambaran yang jelas. Reduksi data merupakan penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai
15
upaya untuk mengorganisasikan data dan memudahkan penarikan kesimpulan. 1) Penyajian Data Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data, akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang membaerikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini. 2) Kesimpulan Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan diverifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, polapola, dan penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan
yang
diverifikasikasi
selama
penelitian
berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir. F. Sistematika Penelitian Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA
16
Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya berkaitan dengan fariabel penelitian yaitu teori-teori tentang
manajemen
penunjang
penyelenggaraan
pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan tujuan dan focus penelitian. BAB III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan subyek penelitian yakni temuan data yang didapat peneliti dilapangan sebagai hasil dari proses penelitian terkait dengan tujuan dan focus penelitian.
BAB IV
: ANALISIS DATA Pada bab analisis data, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan landasan teori, mendiskripsikan hasil wawancara tentang bagaimana komponen lembaga pendidikan pesantren dalam memanajemen para santri dan kegiatan pendidikan dalam
menyeimbangkan
kebutuhan
keilmuan
dan
kemampuan skill para santri dalam mengikuti segala kegiatan pendidikan yang diikuti, baik pendidikan pesantren maupun pendidikan umum diluar pesantren.
17
BAB V : PENUTUP Mengahiri penulisan skripsi, pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subyek penelitian.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pesantren 1. Pengertian Pesantren Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe didepan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri. Sedangkan asal usul kata “santri”, dalam pandangan Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata yang berasal dari sanskerta yang artinya melek huruf, pendapat ini didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang Jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dan berbahasa Arab. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini menetap (Yasmadi, 2005:61). Di Indonesia istilah pesantren lebih popular dengan sebutan pondok pesantren. Lain halnya dengan pesantren, pondok berasal dari bahasa Arabfunduq, yang berarti hotel, asrama, rumah, dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996:138). Pengertian pesantren diatas, mengindikasikan bahwa pesantren merupakan lembaga pendidikan tradisional Islam untuk memahami,
19
menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam (tafaqquh fi al –din). Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keasliyan Indonesia (indigenous). Sebab, lembaga yang serupa pesantren ini sebenarnya sudah ada sejak pada masa kekuasaan Hindu-Buddha. Sehingga Islam tinggal meneruskan dan mengIslamkan lembaga pendidikan yang sudah ada. Tentunya ini tidak berarti mengecilkan peranan Islam dalam memelopori pendidikan di Indonesia(Madjid, 1997:5). 2. Sistem Pengajaran Pesantren Pengajian dasar di rumah-rumah, di langgar dan di masjid diberikan secara individual. Seorang murid mendatangi seorang guru yang akan membacakan beberapa baris Al-Qur‟an atau kitab-kitab bahasa Arab dan menerjemahkannya kedalam bahasa Jawa. Pada gilirannya, murid mengulangi dan menerjemahkan kata demi kata sepersis
mungkin
seperti
yang
dilakukan
gurunya.
Sistem
penerjemahan dibuat sedemikian rupa sehingga para murid diharapkan mengetahui baik arti maupun fungsi kata dalam suatu kalimat bahasa Arab. Dengan demikian para murid dapat belajar tatabahasa Arab langsung dari kitab-kitab tersebut. Murid diharuskan menguasai pembacaan dan terjemahan tersebut secara tepat
20
dan hanya bisa
menerima tambahan pelajaran bila telah berulang-ulang mendalami pelajaran sebelumnya. Para guru pengajian dalam taraf ini selalu menekankan kualitas dan tidak tertarik untuk mempunyai murid lebih dari tiga atau empat orang. Jika dalam seluruh hidup guru tersebut ia berhasil
menelorkan
sekitar
sepuluh
murid
yang
dapat
menyelesaikannya pengajian dasar ini, dan kemudian melanjutkan pelajaran dipesantren, ia akan dianggap sebagai guru yang berhasil. Sistem individual ini dalam sistem pendidikan Islam tradisional disebut sistem sorogan yang diberikan dalam pengajian kepada muridmurid yang telah menguasai pembacaan Al-Qur‟an. Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid antara 5 sampai 500 mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan baik arti maupun keterangan tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekolompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru. Dalam pesantren kadang-kadang diberikan juga sistem sorogan tetapi hanya diberikan kepada santrisantri baru yang masih memerlukan bimbingan individual (Dhofier, 1988:28).
21
Sistem sorogan dalam pengajian ini merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan sistem pendidikan Islam tradisional, sebab sistem ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi dari murid. Kebanyakan murid-murid pengajian dipedesaan gagal dalam pendidikan dasar ini. Disamping itu banyak diantara mereka yang tidak menyadari bahwa mereka seharusnya mematangkan diri pada tingkatan soroganini sebelum dapat mengikuti pendidikan selanjutnya di pesantren, sebab pada dasarnya hanya murid-murid yang telah
menguasai
sistem
sorogansajalah
yang
dapat
memetik
keuntungan dari sistem bandongan di pesantren.Sistem sorogan terbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab. Dalam sistem bandongan, seorang murid
tidak harus
menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak menerjemahkan kata-kata yang mudah. Dengan cara ini, kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Sistem bandongan, karena dimaksudkan untuk muridmurid tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem sorogansecara intensif.
22
Kebanyakan pesantren, terutama pesantren-pesantren besar, biasanya
menyelengarakan
bermacam-macam
halaqah
(kelas
bandongan), yang mengajarkan mulai dari kitab-kitab elementer sampai ketingkatan tinggi, yang diselengarakan setiap hari kecuali hari jum‟at, dari pagi-pagi buta setelah sembahyang subuh, sampai larut malam. Penyelengaraan bermacam-macam kelas bandongan ini dimungkinkan olehsuatu sistem yang berkembang di pesantren di mana kyai seringkali memerintahkan santri-santri senior yang melakukan praktek mengajar dalam halaqah. Santri senior
yang
melakukan praktek mengajar ini mendapat titel ustadz(guru). Para asatidz (guru-guru) ini dapat dikelompokkan kedalam kelompok, yaitu yang masih yunior (ustad muda), dan yang sudah senior, yang biasanya sudah menjadi anggota kelas musyawarah. Satu dua ustadz senior yang sudah matang dengan pengalaman mengajarkan kitabkitab besar akan memperoleh gelar “kyai muda”. Dalam sistem musyawarah, sistem pengajarannya sangat berbeda dari sistem sorogandan bandongan. Para siswa harus mempelajari sendiri kitab-kitab yang ditunjuk. Kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu seminar dan lebih banyak dalam bentuk tanyajawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab, dan merupakan latihan bagi para siswa untuk menguji
keterampilannya
dalam
menyadab
sumber-sumber
argumentasi dalam kitab-kitab klasik. Sebelum menghadap kyai, para
23
siswa biasanya menyelenggarakan diskusi terlebih dahulu antara mereka sendiri dan menunjuk salah seorang jurubicara untuk menyampaikan kesimpulan dari permasalah yang disodorkan oleh kyainya. Baru setelah itu diikuti dengan diskusi bebas. Mereka yang akan mengajukan pendapat diminta untuk menyebutkan sumber sebagai dasar argumentasi. Mereka yang dinilai oleh kyai cukup matang untuk menggali sumber-sumber referensi, memiliki keluasan bahan-bahan bacaan dan mampu menemukan atau menyelesaikan problem-problem terutama menurut sistem mazhab Syafi‟i akan diwajibkan menjadi pengajar untuk kitab-kitab tingkat tinggi. Para kyai muda ini
biasanya akan menulis komentar-komentar atau
pendapat-pendapat dalam sistem seperti yang telah saya uraikan tadi mudahlah untuk mengerti bahwa dalam kompleks pesantren, dari kyai (sebagai pimpinan tertinggi peantren), kyai muda, asatidz, santri senior, sampai kepada yunior, tercipta suatu kelompok masyarakat yang berjenjang-jenjang yang didasarkan pada kematangan dalam bidang pengetahuan agama Islam. Hubungan antara pengajian dan lembaga-lembaga pesantren sangat penting dalam arti bahwa keduanya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Keduannya senantiasa mengalami proses alamiyah dan perjuangan intensif untuk dapat hidup lebih langgeng; itulah sebabnya, dalam kenyataannya, kita senantiasa dapat menyaksikan bahwa antara pengajian dan lembaga-lembaga
24
pesantren seringkali terjadi suatu bandulan atau pergeseran yang tajam. Dengan kata lain, kita bisa menyimpulkan bahwa kebanyaka pesantren tumbuh, berkembang, dan berasal dari lembaga-lembaga pengajian, dan banyak sekali pesantren-pesantren yang mati dan meninggalkan sisa-sisanya dalam bentuk lembaga-lembaga pengajian disebabkan kurangnya kepemimpinan organisasi. Banyak contoh tentang pesantren yang mengalami nasib serupa itu, seperti Pesantren Cepaka di Surabaya, Pesantren kademangandi Bangkalan Madura, Pesantren Maskumambang di Gresik, dan Pesantren Jamsaren di Surakarta. 3. Elemen-Elemen Sebuah Pesantren Pondok, masjid, santri, pengajaran kitab-kitab Islam klasik danKyai merupakan lima elemen dasar dari tradisi pesantren. Ini berarti bahwa suatu lembaga pengajian yang telah berkembang hingga memiliki kelima elemen tersebut, akan berubah statusnya menjadi pesantren. Di seluruh Jawa, orang biasanya membedakan kelas-kelas pesantren dalam tiga kelompok, yaitu pesantren kecil, menengah dan pesantren besar. Pesantren yang tergolong kecil biasanya mempunyai jumlah santri dibawah seribu dan pengaruhnya terbatas pada tingkatan kabupaten. Pesantren menengah biasanya mempunyai santri antara 1.000 sampai dengan 2.000 orang, memiliki pengaruh dan menarik santri-santri dari beberapa kabupaten dan provinsi. Beberapa pesantren besar memiliki popularitas yang dapat menarik santri-santri dari seluruh
Indonesia.
Pesantren
25
Gontor
di
Ponorogo,
Jawa
Timurmisalnya, bahkan menarik sejumlah santri dari luar negeri, antara lain Malaysia, Brunei, Singapura, Thailand dan Filipina. a. Pondok Sebuah pesantren pada dasarnya adalah sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswanya tinggal bersama dan belajar di bawah bimbingan seorang guru yang lebih dikenal dengan sebutan “kyai”. Asrama untuk para siswa tersebut berada
dalam lingkungan komplek pesantren di mana kyai
bertempat tinggal, yang juga menyediakan sebuah masjid untuk beribadah, ruang untuk belajar dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain. Komplek pesantren ini biasanya dikelilingi dengan tembok untuk dapat mengawasi keluar dan masuknya para santri sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pada kebanyakan pesantren, dahulu seluruh komplek merupakan milik kyai. Tetapi sekarang, kebanyakan pesantren tidak semata-mata dianggap milik
kyai saja, melainkan milik
masyarakat. Hal ini di sebabkan karena para kyai sekarang memperoleh
sumber-sumber
keuangan
untuk
mengongkosi
pembiayaan dan perkembangan pesantren dari masyarakat. Banyak pula komplek pesantren yang kini sudah berstatus wakaf, baik wakaf yang diberikan kyai yang terdahulu, maupun wakaf yang berasal dari orang-orang kaya. Walaupu demikian, para kyai masih tetap memiliki kekuasaan mutlak atas pengurusan komplek
26
pesantren tersebut. Para penyumbang sendiri beranggapan bahwa para kyai berhak memperoleh dana dari masyarakat; dan dana tersebut dianggap sebagai milik Tuhan, dan para kyai diakui sebagai institusi ataupun pribadi yang dengan nama Tuhan mengurus dana masyarakat tersebut. Dalam praktek memang jarang
sekali
diperlukan
campurtangan
masyarakat
dalam
pengurusan dana-dana tersebut. Ada alasan utama dalam hal perubahan sistem pemilikan pesantren. Pertama, dulu pesantren tidak memerlukan pembiayaan yang besar, baik karena jumlah santrinya tidak banyak, maupun karena kebutuhan akan jenis dan jumlah alat-alat bangunan dan lain-lainnya relatif sangat kecil. Kedua, baik kyainya, maupun tenaga-tenaga pendidik yang membantunya, merupakan bagian dari kelompok-kelompok mampu di pedesaan, dengan demikian mereka dapat
membiayai sendiri bak kebutuhan kehidupannya
maupun kebutuhan penyelenggara kehidupan pesantren. Hal ini tidak berarti bahwa semua kyai dilahirkan kaya. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa banyak kyai harus berjuang keras dari bawah untuk mengembangkan pesantrennya, dan hanya kemudian mereka menjadi kaya. Dengan kata lain, proses atau jalan bagi pesantren untuk dapat memiliki sumber-sumber kekayaan yang cukup tidak hanya satu. Sebagaimana dapat diterangkan oleh etik ekonomi para kyai yang menganggap kekayaan semata-mata milik Allah;
27
seabagai “amanah” (titipan) dari Allah, kekayaan hanya boleh dibelanjakan untuk kepentingan keagamaan, dengan etik ini, para kyai beranggapan bahwa kekayaan tidak boleh dibelanjakan semata-mata untuk kepuasan fisik. Faktor lainnya ialah pretise sosial yang amat tinggi yang dimiliki oleh para kyai; dan prestise ini mengakibatkan atau menghasilkan jalan yang mudah untuk memperoleh kekayaan. Karen kedua factor tersebut, maka para kyai dengan mudah dapat membiayai kebutuhan pesantren. Pondok, asrama bagi para santri, merupakan ciri khas tradisi pesantren, yang membedakannya dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yang berkembang di kebanyakan wilayah Islam di negera-negara lain. Bahkan sistem asram ini pula yang membedakan pesantren dengan sistem pendidikan suraudi daerah Minangkabau. b. Masjid Masjid merupakan elemen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sembahyang lima waktu khutbah dan sembahyang Jum‟at, dan pengajaran kitabkitab Islam klasik. Kedudukan masjid sebagai pusat pendidikan dalam tradisi pesantren merupakan manifestasi universalisme dari sistem pendidikan Islamtradisioanal. Dengan kata lain kesinambungan
28
sistem pendidikan Islam yang berpusat pada masjid sejak masjid al Qubba didirikan dekat Madinah pada masa Nabi Muhammad saw tetap terpancar dalam sistem pesantren. Sejak zaman Nabi, masjid telah menjadi pusat pendidikan Islam. Di manapun kaum muslimin berada, mereka selalu menggunakan masjid sebagai tempat pertemuan, pusat pendidikan, aktivitas administrasi dan cultural. Hal ini telah berlangsung selama 13 abad. Bahkan dalam zaman sekarangpun di daerah di mana umat Islam belum begitu berpengaruh oleh kehidupan Barat, kita temukan para ulama yang dengan penuh pengabdian mangajar murid-murid di masjid serta memberi wejangan dan anjuran kepada murid-murid tersebut untuk meneruskan tradisi yang terbentuk sejak zaman permulaan Islam itu. c. Pengajaran Kitab-kitab Islam Klasik Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik terutama
karangan-karangan
ulama
yang
menganut
faham
Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren. Tujuan utama pengajaran ini ialah untuk mendidik calon-calon ulama. Para santri yang tinggal di pesantren untuk jangka waktu pendek (misalnya kurang dari satu tahun) dan tidak bercita-cita menjadi ulama, mempunyai tujuan untuk mencari pengalaman dalam hal pendalaman perasaan keagamaan. Kebiasaan semacam ini terlebih-lebih dijalani pada
29
waktu bulan Ramadhan, sewaktu umat Islam diwajibkan berpuasa dan menambah amalan-amalan ibadah antara lain sembahyang sunnah, membaca Al Qur‟an dan mengikuti pengajian. Para santri yang tinggal sementara seperti ini janganlah kita samakan dengan para santri yang tinggal bertahun-tahun di pesantren yang tujuan utamanya ialah untuk menguasai berbagai cabang pengetahuan Islam. Sekarang,
meskipun
kebanyakan
pesantren
telah
memasukkan pengajaran pengetahuan umum sebagai suatu bagian penting dalam pendidikan pesantren, namun pengajaran kitab-kitab Islam klasik tetap diberikan sebagai upaya untuk meneruskan tujuan utama pesantren mendidik calon-calon ulama, yang setia kepada faham Islam tradisional. Keseluruhan kitab-kitab klasik yang diajarkan di pesantren dapat digolongkan kedalam 8 kelompok: 1. Nahwu dan saraf; 2. Fiqh; 3. Usul fiqh; 4. Hadist; 5. Tafsir; 6. Tauhid; 7. Tasawuf; 8.Etika; dan9. Cabang-cabang lain seperti Tarikh dan Balaghah. d. Santri Menurut pengertian yang dipakai dalam lingkungan orangorang pesantren, seorang alim hanya bisa disebut kyai bilamana memiliki pesantren dan santri yang tinggal dalam pesantren tersebut untuk mempelajari kitab-kitab Islam klasik. Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga
30
pesantren. Walaupun demikian, menurut tradisi pesantren, terdapat 2 kelompok santri: 1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetab dalam kelompok pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggung jawab mengurusi kepentingan pesantren sehari-hari, mereka juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri muda tentang kitab-kitab dasar dan menengah, dalam sebuah pesantren yang besar dan masyhur akan terdapat putera-putera kyai dari pesantren-pesantren lain yang belajar di sana, mereka ini biasanya akan menerima perhatian istimewa dari kyai; karena para putra kyai ini akan memainkan peranan yang sangat penting dalam kelanjutan kepemimpinan lembagalembaga pesantren. 2) Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekeliling pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren. Untuk mengikuti pelajarannya di pesantren, mereka bolak-balik (nglajo)dari rumahnya sendiri. Biasanya perbedaan antara pesantren besar dan pesantren kecil dapat dilihat dari komposisi santri kalong. Semakin besar sebuah pesantren, akan semakin besar jumlah santri mukimnya. Dengan kata lain,
31
pesantren kecil akan memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim. Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai-berbagai alasan: 1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab lain yang membahas Islam secara lebih mendalam di bawah bimbingan kyai yang memimpin pesantren tersebut; 2) ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian maupun hubungan dengan pesantren-pesantren yang terkenal, 3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukkan oleh kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya. Di samping itu, dengan tinggal di sebuah pesantren yang sangat jauh letaknya dari rumah sendiri ia tidak mudah pulang-balik meskipun kadang-kadang menginginkannya. e. Kyai Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren, ia seringkali bahkan merupakan pendirinya. Sudah sewajarnya bahwa pertumbuhan suatu pesantren semata-mata bergantung kepada kemampuan pribadi kyainya. Menurut asal-usulnya, perkataan kyai dalam bahasa Jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang saling berbeda:
32
1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap keramat; umpamanya,‟‟Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan Kereta Emas yang ada di Keraton Yogyakarta. 2) Gelar kehormatan untuk orang-orang tua pada umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya. Selain gelar kyai, ia juga sering disebut orang alim (orang yang dalam pengetahuan Islamannya). Perlu ditekankan di sini bahwa ahli-ahli pengetahuan Islam di kalangan umat Islam disebut ulama. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan.Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kyai. Namun di zaman sekarang, banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat gelar “kyai” walaupun mereka tidak memimpin pesantren. Dengan kaitan yang sangat kuat dengan tradisi pesantren, gelar kyai biasanya dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional (Dhofier 1988: 55).
B. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
33
1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong pengambilan keputusan bersama/partisipatif dari semua warga sekolah dan masyarakat untuk mengelola sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
(Raharjo, 2003:5).
Otonomi yang demikian, akan membuat sekolah memiliki kewenangan yang lebih besar dalam mengelola sekolahnya, sehingga sekolah lebih mandiri. Sekolah lebih berdaya dalam mengembangkan programprogram yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensinya. Pengambilan keputusan bersama/partisipatif, akan meningkatkan rasa memiliki tanggung jawab
dan dedikasi warga sekolah terhadap
sekolahnya. Namun demikian MBS diharapkan tidak memberi peluang terhadap kenginan individu/kelompok untuk menguasai/mengelola sekolah tanpa partisipasi warga sekolah dan masyarakat. Jadi pada intinya manajemen berbasis sekolah ialah memberikan kewenangan terhadap sekolah untuk melakukan pengelolaan dan perbaikan kualitas secara terus menerus (Umiarso & Gojali, 2010:70). 2. Tujuan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) bertujuan untuk: a. Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumberdaya yang tersedia.
34
b. Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam menyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan bersama/partisipatif. c. Meingkatkan
tanggung
jawab
sekolah
kepada
orang tua,
masyarakat , dan pemerintah tentang mutu sekolahnya. d. Meningkatkan kompetisi yang sehat antar sekolah tentang mutu pendidikan yang akan dicapai (Raharjo, 2003:5). 3. Konsep Dasar Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) MBS adalah model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar kepada sekolah dan mendorong sekolah untuk melakukan pengambilan keputusan secara bersama/partisipatif untuk memenuhi kebutuhan sekolah atau untuk mencapai tujuan sekolah dalam kerangka pendidikan nasional. Manajemen
Berbasis
Sekolah
(MBS)
juga
merupakan
paradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan
agar sekolah leluasa
mengelola sumber daya dan sumber dana dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggab terhadap
kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan (Raharjo, 2003:8).
35
Otonomi dapat diartikan sebagai kewenangan/kemandirian yaitu kemandirian dalam mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan tidak tergantung. Istilah otonomi juga sama dengan istilah “swa”, misalnya swakelola, swadana, dan swalayan. Jadi otonomi sekolah adalah kewenangan sekolah untuk mengatur dan mengurus kebutuhan warga sekolah yang didukung kemampuan tertentu sesuai dengan peraturan perundang-undangan pendidikan nasional yang berlaku. Pengambilan keputusan bersama/partisipatif adalah suatu cara untuk mengambil suatu keputusan
melalui penciptaan lingkungan
yang terbuka dan demokratik, dimana warga sekolah dan masyarakat akan terlibat secara langsung untuk proses pengambilan keputusan dalam pencapaian tujuan sekolah. Sehingga semua warga sekolah dan masyarakat akan bertanggung jawab dan berdedikasi sepenuhnya untuk mencapai tujuan sekolah. Makin besar tingkat partisipasi, makin besar pula tanggung jawab dan dedikasinya. Tentu saja harus mempertimbangkan keahlian, batas kewenangan, dan relevansinya dengan tujuan pengambilan keputusan sekolah. Sekolah mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tingkat kemandirian tinggi sebaliknya ketergantungan rendah; bersifat adaptif dan antisipatif serta proaktif; memiliki jiwa kewirausahaan tinggi; bertanggung jawab terhadap kinerja sekolah; memiliki control yang ketat terhadap manajemen dan sumberdayanya; memiliki control yang
36
kuat terhadap kondisi kerja; komitmen yang tinggi pada pada dirinya; dan prestasi merupakan acuan bagi penilitiannya. Adapun yang dapat memandirikan/memberdayakan warga sekolah adalah: pemberian kewenangan; pemberian tanggung jawab; pekerjaan yang bermakna; kebersamaa dalam pemecahan masalah sekolah; variasi tugas; pemberian kepercayaan dan penghargaan terhadap semua warga sekolah. 4. Manajemen Komponen-Komponen Sekolah Istilah
manajemen
sekolah
terjemahan
dari
“school
management”, dan akan melihat bagaimana manajemen substansisubstansi pendidikan di suatu sekolah atau manajemen berbasis sekolah agar dapat berjalan dengan tertib, lancar dan benar-benar terintegrasi dalam suatu sistem kerja sama untuk mencapai tujuan secar efektif dan efisien. Hal yang paling penting dalam implementasi manajemen berbasis sekolah adalah manajemen terhadap komponenkomponen sekolah itu sendiri. Sedikitnya terdapat tujuh komponen sekolah yang harus di kelola dengan baik dalam rangka MBS, yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, serta manajemen layanan khusus lembaga pendidikan (Mulyasa, 2004:39).
37
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Manajemen kurikulum dan program pengajaran merupakan bagian dari MBS. Manajemen kurikulum dan program pengajaran mencakup kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian kurikulum. Perencanaan dan pengembangan kurikulum nasional pada umumnya telah dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional pada tingkat pusat. Karena itu level sekolah yang paling penting adalah bagaimana merealisasikan dan menyesuaikan kurikulum tersebut dengan kegiatan pembelajaran. Di samping itu, sekolah juga bertugas dan berwewenang untuk mengembangkan kurikulum muatan lokal sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan lingkungan setempat. b. Manajemen Tenaga Kependidikan Keberhasilan MBS sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern. Manajemen
tenaga
kependidikan
atau
manajemen
personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang
38
optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan, adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai
posisi
dan
standar
perilaku,
memaksimalkan
perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tujuan individu dan organisasi c. Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan salah satu bidang operasional MBS. Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik, melainkan meliputi aspek yang lebih luas yang secara operasional dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan untuk mengatur berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancar, tertib dan teratur, serta mencapai tujuan pendidikan sekolah. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, bidang manajemen kesiswaan
39
sedikitnya memiliki tiga tugas
utama yang harus diperhatikan, yaitu penerimaan murid baru, kegiatan kemajuan belajar, serta bimbingan dan pembinaan disiplin. d. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS, yang menuntut kemampuan sekolah untuk merencankan,
melaksanakann
dan
mengevaluasi
serta
mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada masyarakat dan pemerintah. Dalam
penyelenggaraan
pendidikan,
keuangan
dan
pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah
merupakan
komponen
produksi
yang menentukan
terlaksananya kegiatan-kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya, baik itu yang disadari
maupun tidak disadari. Komponen keuangan dan
pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya, agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang
40
tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini penting, terutama dalam rangka MBS, yang memberikan kewenagan kepada sekolah untuk mencapai dan memanfaatkan berbagai sumber dana sesuai dengan keperluan masing-masing sekolah karena pada umumnya dunia pendidikan selalu dihadapkan pada masalah keterbatasan dana, apa lagi dalam kondisi krisis seperti sekarang ini. e. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan. Manajemen sarana dan prasaran pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan
41
perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, penghapusan serta penataan. Manajemen saran dan prasarana yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Di samping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar. f. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisian. Sebaliknya sekolah juga harus menunjang pencapai tujuan atau pemenuhan kebutuhan masyarakat, khususnya kebutuhan pendidikan. Oleh karena itu, sekolah berkewajiban untuk memberi penerangan
masyarakat.
42
Sebaliknya,
sekolah
juga
harus
mengetahui dengan jelas apa kebutuhan, harapan, dan tuntutan masyarakat, terutama terhadap sekolah. Dengan perkataan lain, antara sekolah dan masyarakat harus dibina suatu hubungan yang harmonis Jika hubungan sekolah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hubungan dan kerja sama yang baik antara sekolah dan masyarakat, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang sekolah yang bersangkutan. Melalui hubungan yang harmonis tersebut diharapkan tercapai tujuan hubungan sekolah dengan masyarakat, yaitu terlaksanakannya proses pendidikan di sekolah secara produktif, efektif, dan efisien sehingga menghasilkan lulusan sekolah yang produktif dan berkualitas. Lulusan yang berkualitas ini tampak dari pengusaan peserta didik terhadap ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap, yang dapat dijadikan bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang berikutnya atau hidup di masyarakat sesuai dengan asas pendidikan seumur hidup. g. Manajemen Layanan Khusus Manajemen
layanan
khusus
meliputi
manajemen
perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. Manajemen
43
komponen-komponen tersebut merupakan merupakan bagian penting dari MBS yang efektif dan efisien. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berlangsung begitu pesat pada masa sekarang menyebabkan guru tidak bisa lagi melayani kebutuhan anak-anak akan informasi, dan guru-guru juga tidak bisa mengandalkan apa yang diperolehnya di bangku sekolah. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melalui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu kosong di sekolah maupun di rumah. Di samping itu, juga memungkinkan guru untuk mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi, misalnya belajar individual. Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Sekolah sebagai satuan pendidikan yang bertugas dan bertanggungjawab melaksanakan proses pembelajaran, tidak hanya bertugas mengembangkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu”manusia yang memiliki kesehatan jasmani dan
44
rohani” (UUSPN, bab II pasal 4). Untuk kepentingan tersebut, di sekolah-sekolah dikembangkan program pendidikan jasmani dan kesehatan, menyediakan pelayanan kesehatan sekolah melalui usaha kesehatan sekolah (UKS), dan berusaha meningkatkan program pelayanan melalui kerja sama dengan unit-unit dinas kesehatan setempat. Di samping itu, sekolah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para pegawai yang ada sekolah agar mereka dapat belajar dan melaksanakan tugas dengan tenang dan nyaman(Mulyasa, 2004:24).
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran
Umum
Pondok
Pesantren
FalahDukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga.
45
Tarbiyatul
IslamAl-
1. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam “Al-Falah” berdiri pada tahun 1986, yang diasuh oleh KH. Zoemri RWS bersama istri beliau Hj. Nyai Latifah. Pondok pesantren tersebut berdiri diatas tanah milik pribadi yang mendapat dorongan dari masyarakat sekitar dan pemerintahan kota setempat. K. H. Zoemri RWS pada mulanya menerima dan menampung para santri putra dan putri dari lingkungan sekitar, yang kemudian diikuti oleh santri putra-putri dari daerah sekitarnya. Seiring dengan berkembangan zaman, Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah dituntut pula untuk menampung aspirasi masyarakat yang membutuhkan pendidikan lebih mapan lagi. Untuk itu pada tahun 1990, K. H. Zoemri RWS mendirikan madrasah diniyah dengan materi pelajaran khusus pelajaran agama. Adapun frekuensi pendidikan adalah 6 tahun, pendidikan ini diwajibkan bagi santri putra maupun putri. Melihat keadaan santri Al Falah yang mayoritas berpendidikan formal, maka pengajian Madrasah Diniyah dimulai ba‟da Ashar (15.30 WIB), ba‟da Magrib sampai ba‟da Isya‟ (+ jam 21.00), dan ba‟da Subuh sampai jam 6 pagi. Lima tahun berikutnya, tepatnya pada tahun 1995 pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al Falah
menambah kurikulum pembelajaran berupa ekstra
pesantren antara lain: Kaligrafi, Khitobah, Qiro‟atul Qur‟an, Bahasa Arab, dan Menjahit. Pendidikan ekstra ini didirikan dengan dasar,
46
santri mampu berkreasi dan mempunyai skill untuk terjun di masyarakat. Dan mampu mengubah masyarakat yang terbelakang menjadi masyarakat yang berkembang. Sepuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2005 karena melihat tantangan zaman yang semakin menggejolak dan bahkan santri dituntut untuk bisa mensikapinya maka pada tahun tersebut didirikan SMK Al-Falah dengan dua jurusan Otomotif dan Tata Busana. 2. Letak Geografis Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Terletak di Jl. Bima No. 02, Dukuh, Sidomukti, Kota Salatiga dan terletak di ujung selatan kota Salatiga, yang berdekatan dengan Kab. Semarang. 3. Dasar dan TujuanPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah a. Dasar Al-Qur‟an dan As-Sunnah merupakan landasan dasar yang dipakai oleh Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran, sehingga hasilnya akan lebih terarah dan fitrah yang dimilikinya akan lebih terjaga dari berbagai kemungkinan dalam perjalanan peradababan umat manusia dewasa ini. Pemahaman terhadap Al-Qur‟an dan AsSunnah tersebut dijabarkan dalam sikap dan perilaku santri, maka dasar tersebut adalah sebagai berikut: 1) Dasar atau asas yang akan memberi ruh di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah adalah Al-Qur‟an dan As-Sunnah.
47
2) Al-Qur‟an dan As-Sunnah digunakan sebagai neraca dan ukuran dalam segala pelaksana pendidikan dan pengajaran. 3) Dengan dasar dan pengertian tersebut diatas, maka sikap dan perilaku sehari-hari yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah
harus
mencerminkan
suatu
pelaksanaan disiplin, yaitu disiplin terhadap diri sendiri dan disiplin terhadap Allah SWT. b. Tujuan Pada dasarnya tujuan Pondok Pesantren
Tarbiyatul
IslamAl-Falah mempunyai tujuan yang sangat segnifikan, yaitu: 1) Tujuan Umum Membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi mubaligh Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya.
2) Tujuan Khusus a) Pembinaan suasana hidup dalam Pondok Pesantren sebaik mungkin sehingga berkesan pada jiwa anak didiknya (santri). b) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran ilmu agama Islam.
48
c) Mengembangkan sikap beragama dan praktek-praktek beribadah. d) Mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam pondok pesantren dan sekitarnya. e) Memberikan pendidikan dan keterampilan civic dan kesehatan kepada santri. f) Mengusahakan
perwujudan
segala
aktivitas
dalam
pesantren yang mungkin mencapai tujuan umum tersebut. g) Membantu sumber daya santri yang memiliki nilai dan sikap agamawan, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan komunikasi dan kesadaran akan ekologi lingkungan. h) Melahirkan dan menciptakan alumni pesantren yang figur keilmuan yang begitu tangguh dan mampu memainkan propertinya pada masyarakat secara umum. i) Menciptakan santri yang berbasis IMTAQ dan IPTEK.
4. Keadaan SantriPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Adapun santri yang belajar di PPTI Al-Falah pada tahun ajaran ini 2013-2014 mengalami peningkatan, sampai saat ini santri yang belajar di PPTI Al-Falah ada sebanyak 257, santri yang terdiri dari 114 santri putra dan 143 santri putri. Dan sudah menjadi anjuran dari pengasuh pesantren Al-Falah, bagi santri yang berkenginan mengikuti
49
pendidikan dipesantren Al-Falah wajib baginya tinggal menetap di asrama pesantren yakni biasa dipanggil santri mukim. Hal itu dimaksudkan untuk mempermudah dewan pengurus maupun pengasuh dalam mengkoordinir para santri dalam menjalankan peraturan yang telah ditetapkan. TABEL 3.1 DATA SANTRI PUTRA “PPTI AL FALAH” TAHUN 2014” No
Nama
Alamat
1.
Adib Wahyu.M
Lemahbang,Rt 02/05,Karangjati,Bergas,SMG.
2.
Adi Prastowo
Kintelan, Rt. 31/05 Pasekan, Ambarawa, Semarang
3.
Ahmad Fajar Fauzi
4.
Ahmad Dayu.M
Setro, Rt. 02/03 Mendongan, Sumowono, Semarang (50062) Wanar Rt 02/02,Tersono,Batang.
5.
Ahmad Faozi
Pagertengah,Jogoyasan,Rt 01/01 Ngablak,MGL.
6.
Digulan,Pandean,Kec.Ngablak,MGL.
7.
Ahmad Fauzi Ahmad Ihya Ulumudin
8.
Ahmad Lazim
Nglorog Rt 01/ Rw 05 Pringsurat, (56272),TMG.
9.
Jl. Brigjen Katamso,Rt 01/07 Susukan, Ungaran
10.
Ahmad Lukman Hakim Ahmad Muhlasin
11.
Achmad Mutohar
Dompon,rt:11,rw:04,Giling,Pabelan,SMG
12.
Ahmad Nur Khakim
Candi wetan, rt:3, rw:1 Ngasinan, Grabag, Magelang
13.
Ahmad Nurul Mujib
14.
Ahmad Hadziqun Nuha
Gondangsari, Rt. 02/02 Mendongan, Sumowono, Semarang Krajan Wujil, rt:05, rw:02, Wujil, Bergas, Kab.SMG
15.
Ahmad Khasani
Pakis Tengah, rt:01,rw:01 Pakis, MGL 56193
16.
Akif Khumaidullah A.
Wanar, rt:02, rw:02 Wanar, Tersono, Batang
17.
Alfian Wahyu Praditya
Buluk, Rt. 01/01 Gilirejo, Wonosegoro, Boyolali
18.
Alinta Zeki Syihab
Pucung,Rt:03,Rw:04,Bancak,Semarang 50772
19.
Ali Mustain
Brakas,Terkesi,Klambu,Grobogan,Jateng
20.
Annas Mas‟ud
Karang, Rt. 03/04, Tegaron, Bnyubiru, Semarang
Kencana Mulia, Rembang, Muara Enim
Karangrandu Rt.03 Rw.01,Jumo,Kedungjati,Grobogan
50
21.
Arif Hidayatullah
Dompon Rt11/4, giling, Pabelan SMG
22.
Basit Chusnil Mubarak
Tiban ,rt:02,rw:05,Bumirejo,Mumgkid,Magelang
23.
Danang Adi Setiawan
Keseneng, rt:01,rw:02 Keseneng, Sumowono, SMG
24.
Ponco reso,jembaran.Kab.SMG.
25.
Dedi Setiawan Eka Sepnanda
26.
Eka Yahya
Jengkol, rt:03,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
27.
Ervin Askar Shodiq
Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
28.
Faisal Arif Riza Majid
Citromanggisan, rt:2,rw:2, Kalijoso, Secang, Magelang
29.
Faishal Karim
Breyon, Rt. 09/03 Polobogo, Getasan, Semarang
30.
Ganang Fathurohman
Bawang,rt:08,rw:01, Ketawang,Grabag, Magelang
31.
Galih Januar Irawan
Kroyo, Rt. 06/06 Bringin, Semarang
32.
Gunawan.L.A
Karang asemRt02/06,Ketapang,Susukan,SMG.
33.
Ilham Ery Kusuma
Talun, rt:06, rw:07 Bergas Lor, Bergas, kab.Semarang
34.
Ilham Maulana
Banding,rt:04,rw:02, Banding,Beringin, Kab. Semarang
35.
Ikhsan Maulana
Ngaser Lor, Rt. 06/02 Jetis, Bandungan, SMG
36.
Ikhsanuddin
Lemah Ireng,Rt 01/03 Baween,SMG.
37.
Imam Adi
Caban Gunung, Rt. 02/05 Kartoharjo, Grabag, MGL
38.
Krajan Rt 08/Rw 02,Kedung Ringin,Kab.SMG.
39.
Imam Tabroni Irham M.
40.
Irvan Ireng Saputro
Gintungan,Rt:01,Rw:05,Bandungan,Bandungan,SMG
41.
Is‟adurrofiq Almuhibbi
Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, Semarang
42.
Jalaludin
Krajan Kidul, rt:03,rw:04 Wirogomo, Banyubiru, SMG
43.
Jihan Abdillah
Dukuh Rt 03/01 Krajan,Sidomukti,SLTG.
44.
Kholid Anwar
Tumbu, Rt. 04/01 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang
45. 46.
Lailul Muna Lucky Rifqi Setiawan
Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, SMG Kemadu, Rt 28/08. Pasekan, Ambarawa, Semarang
47.
Ma‟ruf Irsyad
Curug, Rt. 03/04 Margohayu, Karangawen, Demak
48.
Mega Aji P
Nogosaren,Rt 02/Rw 1,Getasan,SMG.
49.
Mohtar Syarif
Karang Rejo,Rt 02/02,Pabelan,SMG.
50.
Muhaimin
Gintungan Rt. 05/05, Bandungan, Semarang
51.
M. Agil Syahputra
Sinom, Rt 07/02 Weleri, Kendal
52.
M. Ainul Yaqin
Curug, Rt. 02/04 Margohayu, Karangawen, Demak (59566)
Wonorejo, Rt. 04/01Wonorejo, Pringapus, Semarang
Prigi Jero Rt 1/2 Sumberrejo,Bonang, Demak.
51
53.
M. Alfaian Jauhari
Bendan Rt.11 RW. 03,Kebonsari,Wonoboyo,TMNGG
54.
M. Al Jauharil M.
Jengkol, rt:01,rw:03 Losari, Pakis Magelang, 56193
55.
M. Alwi Syarif
Bonorejo,rt 01/05Blotongan, Sidorejo, Salatiga
56.
M. Anwar Salim
Indrosari Rt 03/03, Indrosari, Bulus Pesantren Kebumen
57.
M. Arifin
Sumber,Rt 13/02,Timpik,susukan,SMG.
58.
M. Arsyad
Tumbu 02/02 Purwodadi, Tegalrejo, Magelang.
59.
M. Eka Prastiyo
Jengkol, Rt.03/03, Losari, Pakis, Magelang
60.
M. Fahrurrozi
Gendor, Rt. 03/04 Banding, Bringin, Semarang
61.
M. Fatkhurrahman
Sarirejo Rt 04/01 Guntur,Demak.
62.
Rembes, Rt 16/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG
63.
M. Fatkhur Rozak M. Fitroni
64.
M. Habib Alwi
Ngipik, Rt. 05/02 ngipik, Pringsurat, Temanggung
65.
M. Hanif
Senden,Rt.04 Rw.09,Batur,Getasan,Semarang
66.
M. Ichsan Hidayat
Ds. Ledok, rt:03,rw:06, Kauman Kidul, Sidorejo, SLTG
67.
M. Ihsan Nurtaufik
Gedangan, Rt 03/05 Tuntang, Semarang
68. 69.
M.Khoerul Anam M. Khoirul Munzilin
Pabelan rt 06/02 Ngasinan,Grabag,MGL. Rembes Rt. 17/05 Gunungtumpeng, Suruh, SMG
70.
M.Mufid
Nglorog,Pringsurat,TMG.Rt 02/05
71.
M. Munawir
Pulutan,Rt 07/02,Kebonan, Boyolali.
72.
M. Mustofa
Ds. Sumber sari, Tungkal jaya, Musi Banyuasin
Gunungtumpeng Rt.15 Rw.05,Gunungtumpeng,Suruh,Semarang
73.
M. Nur Hamim Jayuli
Krajan Tengah, Rt 02/02 Meteseh, Boja, Kendal
74.
M. Rabani
Gintungan, rt:1,rw:5, Bandungan, Bandungan, kab. Semarang
75.
M. Rifan Abdul Latif
Ploso, Rt. 01/03 Pabelan, SMG
76.
M.Rohman.A
Candi sidomulyo,Secang,MGL.
77. 78.
M. Salim.Khoeruddin M. Sidkon Wafa
Gedangan,Bendo Rt 01/03 Tuntang,SMG. Krajan,Rt:08,Rw;02,Kedungringin,Suruh,Semarang
79.
M. Syamsul Anwar
Candi Rt. 02/06 Ampel, Boyolali
80.
M. Syarif Hidayatullah
Karangtalun, rt: 07,rw:14, Karangtalon, Tanon, Sragen
81.
M.Ilham Ganda Mulyadi M. Misbah
Jl.Kyai Mojo,No.02 Rt 03/03,Ungaran Barat. Santan, Rt. 01/02 Kuwarsani, Jambu, Semarang (50663)
82.
52
83.
87.
Nur Fuad Gandi Nur Khakim
Toksongo Rt03/01,Nglorog,Pringsurat,TMG. Krajan Kidul, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, SMG (50664) Jl.HOS Cokroaminoto,Rt 01/08,No. 605,Ngablak,Ungaran. Jl.Kyai Mojo,No.02,Rt 03/03,Ungaran Barat. Gintungan,Rt 06/05,Bandungan.
88.
Nurrohman Wahid
Wurut, rt:06, rw:01, Wonotirto, Bulu, Temanggung
89.
Nur Kholis
Bulusari, Rt07/01, Bulusari, Gandrung, Cilacap
90.
Nurul Huda
Baran, Ketapang, Susukan, Semarang
91.
Puja Kresno P.
Gowongan,Rt.07/01,Kalijambe,Kec.Bringin Kab,SMG.
84. 85. 86.
92. 93.
Mustofa Nasrul Mahqin Nur Ahdian
Puji Pangestoni
Mangli, Rt. 02/04 Suborejo, Pringsurat, Temanggung 56272 Kalibendo, Rt. 01/01 Candi, Bandungan, Semarang
94.
Raditya Krisna Al Farooq Rahmat Saputra
95.
Rahmat Yuli.S
Negri Mulya, Rt. 04/04 Gunung labuhan, Waykanan, Sum-Sel Butuh,Dlimas,Tegalrejo,Rt 01/09,MGL.
96.
Riko Tekto
Krajan Kidul, rt:03, rw:04 Wirogomo Banyubiru,kab.SMG
97.
Rio Ma‟arif Saputra
Pabelan Rt. 01/01 Panbelan, Semarang
98.
Rohmat Khabib
Batur, Rt. 04/ 09 Batur, Getasan, SMG
99.
SubkhanM.
Mekarsari,Rt 14/06,Kampar,Riau,SUM-SEL.
100. TB. Nurbi‟in
Banyusari Lor, Rt. 01/08 Banyusari, Grabag, Magelang
101. Tri Wahono
Nogosaren,Gejayan,Rt 08/02,Getasan,SMG.
102. Turmudzi
Madu, Batur Rt 01/02, Getasan Semarang
103. Wigi Pujiyadi
Wirogomo, Rt. 03/04 Wirogomo, Banyubiru, Semarang
104. Yoan Prima Hening W.
Pundingan,Rt:03,Rw:01,Sumongawi,Getasan,Semarang
105. Yulfan Ibnu Makruf
Pondansari, Rt. 02/02 Bergas Lor, Semarang
106. Yusuf Adi Wijaya
Soti Kulon, rt:16,rw:8, Sidomulyo, Candimulyo, MGL
107. M.Aqil Albieruni
Getasan, Rt.02/Rw.01, Kel.Getasan, Kec.Getasan, SMG
108. Tsani Muh. Rofi‟udin
Kesono, Tuntang, Semarang
109. Zeni Rahmanto
Sidomulyo, rt:3, rw: 1, Rejosari, Bandongan, Magelang
53
TABEL 3.2 DATA SANTRI PUTRI “PPTI AL FALAH” TAHUN 2014” No 1 2
Nama santri Afina Ainul Iza Aina Nur Lailyta
3
Ainatun Nafi‟ah
4 5
Alfiah Amri Mirfaqoh Amalia.Y
Alamat Tlogorejo, Rt. 01/01 Grabag, Magelang Karanganom,Rt 06 /Rw 02,Weleri,Kendal. Kintelan, Rt. 16 / 05 Pasekan, Ambarawa, Semarang Pabelan, Rt. 02/03 Pabelan, Semarang Jelok, RT 05/01, Tuntang Semarang.
6
Amalya Puji.L
Perbalan,Rt 01/Rw 08,Gunung pati,SMG.
7
Amilatul Asna
8
Amiratun Nauval
9 10 11 12 13 14 15 16
18 19 20 21
Amrih Sulistyani Ani Maftuchah Ani Muslikhah Ani Nurfiana Anida Kumalasari Anif Melani Anis Nurur.R Anisa Nandya Anni Mursyidatu Zahro‟ Anny Maftukhah Ariyana Ashiyatul Lailiyah Fz. Asna Nafisah
Gentan, rt:2, rw:1, Kebumen, Banyubiru, SMG. Prampelan Rt.02 Rw.06,Blotongan,Sidorejo,Salatiga Tegalmelik, Rt. 02/04 Gebugan, Bergas, SMG. Tambakan, Rt02/11, Gubug, Grobogan Ngawen, Rt 01/03 Boto putih, Tembarak, TMG. Larangan,Rt 02/05,Lanjan,Sumowono,SMG. Krajan, Dungringin, Rt;09/02 Suruh,Kab.SMG Ngasem Lor, Rt. 06/02 Jetis, Bandungan, SMG Getasan,Rt 04/01,Kec.Getasan,Kab.SMG. Sukoharjo,RT01/03,Kalimanggis,Subah,Batang.
22
Atik Rakhmawati
23
Ayu Widy Astuti
24
Candra Arum Sari
25 26 27
Dewi Maslahah Dewi Mustika Dina Fatmawati
17
Wijin Rt.05 Rw.02,Bergas,Semarang Sangiran, Rt. 01/04 Keputan, Blado, Batang Dukuh,Rt 02/ 06,Ngarngosari,Ampel,Boyolali. Asemdoyong Rt.12 Rw.02,Taman,Pemalang Gelaran,Rt 03/ Rw 04,Bandungan,SMG. Welahan, Rt. 01/01 Kel. Kedung Sari Mulyo, Welahan, Jepara Regunung, Rt. 28/07 Karanggondang, Tengaran, Semarang Wonorejo, Rt. 01/02 Wonorejo, Pringapus, Semarang Krajan tengah, rt:2, rw:2, Meteseh,Boja,Kendal Bakalan, Rt. 10/06 Banjarsari, Grabag, Magelang Dsn.Pucung Rt 04/04 kec.Bancak,Kab.SMG.
54
28
Dwi Astuti
29
Dwi Mayawati
30 31
Edenia Aisha Pramesti Eka Rini
32
Eka Sri Rejeki
33
Eko Putri Larasati
34 35
Endang Pratiwi Erma Nahdliyatul F. Eva Nor Fithrotul Hidayah
36
Tungkal jaya, Rt. 01/05 Musi, Banyuasin Gagatan, Rt. 03/02 Kemiri Timur, Subah, Batang (51262) Rowosari, Rt. 03/05 Meteseh, Boja, Kendal Lengkong, Rt 30/09 Pasekan Ambarawa,SMG. Karanganom, Rt. 11/03 Karanganom, Weleri, Kendal (51355) Tanggulangin,rt:4,rw:1, Pandean, Ngablak, Kab. Magelang Gendor, Rt. 03/04 Banding, Bringin, Semarang Bentisan,Rt 01/02,Sukomarto,Jumo,TMG. Jatisono, Rt06/03 Jatisono, Gajah, Demak
37
Evi Arfiyanti
Tempel Rt.01 Rw.01,Klumpit,Karanggede,Boyolali
38
Evie Yunianti
Ds,Kedawung,Rt.04/02,Susukan,Banjarnegara.
39 40
Fida ZulfatunM. Fina I.
41
Fitri Yaningsih
42 43 44
Fitriyanti Wahyuni Fitrotul Ummah Futhicha Elma D N
45
Gledis Angelika Putri
46
Indah Dewanti
47
Indah Sutanti
48
Indah Ziyadatul.A
49
Intan Erni S.S.
50
Iriana Sofianti
51
Istikomah
52 53 54
Istriyani Khanifah Khayaulin Najah
Kembang,Rt 10/03, Sumogawe Getasan SMG Kedayon,Rt 06/01 Wates,Kec.Getasan,Kab.SMG. Dsn. Bamban, Rt. 03/04 Lembu, Bancak, Kab. Semarang Kencana Mulia, Rambang,Muara Enim, SUMSEL Sabetan, Rt. 04/07 Wedung, Demak Candran Rt 03/01 Sidomukti Salatiga Ringin Anom, Rt. 01/01 Ledok, Argomulyo, Salatiga Sinom,Rt;10,Rw:02,Karangganom,Weleri,Kendal Gondangan, Rt. 02/05 Ngadikerso, Sumowono, Semarang Bentisan,Rt 01/02,Sukomarto,jumo,TMG. Watugajah, rt:1,rw:8, Candirejo, Pringapus, Semarang Klecung, Rt.05 Rw.01 Dolojan, Karanggede, Boyolali Kediwongso, Rt. 02/02 Sukodadi, Bandongan, MGL Bleder Rt. 04/05 Ngasinan, Grabag, Magelang Tempel,Rt 01/01,Klumpit,Karanggede,BYL. Peterongan,Rt 09/04,Tegalrejo,MGL.
55
55 56 57
Khoirotun Nisak Khusnul Khotimah Kunti Masykuroh
58
Laela Rahmadani
59
Lailatul Janah
60
Laily Nur Rofiqoh
61
Lala Khuzilah
62 63
Lala Kurnia Sari Latifah Ari Nurjanah
64
Latifatul Muta‟arofah
65
Lu‟luk Suroya
66 67 68 69
Lutfiyah.D Luthfiah Umi Khasanah Mafaza C.P Maslikhatul.W
70
Masruroh
71
Meila Sari
72 73 74 75 76 77 78 79
Mia Setyorini Miftakhur Rohmah Miftakhussa‟adah Mufidatul Latifah Mufti Wahyu Khabibah Musyayidah Mutamimah Nadziroh Nur.C
80
Nafi‟atul Ummayah
81
Naryanti
82
Nedi Fatul Umamah
Krajan, Rt. 03/01 Putatsari, Grobogan (58152) Kerisik, Rt. Suruh, Semarang Krajan,Banding,Rt 03/III,Bringin,SMG.p Jonggrangan Rt.03 Rw.07 Rapah,Banyubiru,Semarang Cabanjurang Rt.02 Rw.04 Kartoharjo,Grabag ,Magelang Rowokasam, Rt. 01/03 Rowoboni, Banyubiru, Semarang Ds. Kalirandu, Rt. 04/04 Kalirandu, Patarukan, Pemalang Soklatan,Rt:02,Rw:03,bajangan,Bringin,Semarang Perbalan, Rt. 03/08 Gunung pati, Semarang Dusun Jurang, Rt. 04/07 Bedono, Jambu, Semarang Jl. Melati, Rt. 001/001 Trahean, Teweh Selatan, Barito Utara Jelok, RT 05/01, Tuntang Semarang Girirejo, Rt. 01/06 Klumpit, Karanggede, Boyolali Lemah IrengRt 02/ Rw 01.Bawen,SMG. Gemawang,Rt 04/03,Munding,Bergas,SMG. Ngawensari,Rt.04 Rw.01 Ngawensari,Ringinarum, Kendal Karanganom, Rt. 13/03 Karanganom, Weleri, Kendal Ngablak,Rt 21/07,Kadirejo,Pabelan,SMG. Duren, Rt 15 rw 3 Duren,Tengaran, Semarang Gentan, Rt 05/08, Truko,Kec.Bringin,Kab.SMG. Gentan,Kebumen,RT 02/01,Banyubiru,SMG. Kedawung, Rt. 03/02, Susukan, Banjarnegara Rejosari Kidul,Rt 02/ 04 Tuntang, SMG Selo duwur,Batur,Rt Getasan,Semarang Jl.Yamin,No.30,Ungaran Barat,SMG. Dsn, Srandil, Rt 02/17 Sedakung, Banyubiru, Semarang Giritirto Rt. 07/02 Kebonagung, Bandongan, Magelang Dsn. Legowo, rt:2,rw:1, Duren, Bandungan, Kab. Smg
56
83
Ngamilatul Marzuqoh
84
Ni‟matul Karimah
85 86
Nihayatul Khasanah Nila Umniyati
87
Nindi Nada Sakina
88
Novi Dian Amaliya
89 90 91
Novi Dika Fatmala Novia Alfatikha Nur Afifah Aswfiati
Jambe, Rt. 03/05 Dadapayam, Suruh, Semarang (5077) Suruhan, Rt. 02/04 Jubelan, Sumowono, Semarang Segiri, rt 15/02, Segiri, pabelan, Semarang Selo nduwur, Rt. 02/16 Batur, Getasan, Semarang Tlogan, Rt. 02/10 Waypetay, Semberjaya, Lampung Barat Kaligintung, Rt. 01/ 14 Kalinegoro, Mertoyudan, Magelang Lembu, Rt 02/02, Bancak, Semarang Krajan, Rt. 02/02 Mboro, Suruh, Semarang Wujil,Rt.07 Rw.02,Bergas,Kab.SMG
92
Nur Ani Syadiah
Madu,Batur,Getasan,Semarang Rt 02/04
93
Nur Chaisatul Chusna
94 95 96 97 98
Nur Fandilah Nur Fitriana Nur Fitriani Nur Hasanah Nur Hidayah
99
Nur Hidayah
100
102
Nur Malita Nur Wakhidatun Nasekhah Nur Zulfa.F
103
Nurul Wachidah
104
Nuryatul Afifah
105
Rani Setiawati Renita Ayu Mustika Sari
101
106 107
Resta Indrianty
108
Rima Ayu Marlita
109
Risa Rosiana Sugiyanto
Dawung Rt01/02, Pringapus, Pringapus, Semarang Batur Kidul, rt:1,rw:14, Batur, Getasan, Kab. Smg Jln.Mawar Kenangka,Bergas kidul,Bergas,SMG Jln.Mawar Kenangka,Bergas kidul,Bergas,SMG. Banding,Rt 04/II,Bringin,SMG. Carikan,Rt 02/ Rw 07,truko,Bringin,SMG. Pengkol, Rt. 02/11 Sendangharjo, Karangrayung, Grobogan Dompon,Rt.11 Rw.04,Giling,Pabelan,Semarang Ds. Blerong, Rt. 04/03 Blerong, Guntur, Demak Kemiri,Ngablak, Rt 01/02, Wonosegoro,Boyolali. Truko Rt. 01/02 Branjang, Ungaran Barat, Semarang Rejosari kidul, Rt. 02/04 Rowosari, Tuntang, Semarang Tlepakan, Rt. 02/05 Tuntang, Semarang Pringapus Rt.18 Rw.06,Krandonlor,Suruh,Semarang Tlogorejo, rt:1, rw:1, Tlogorejo, Grabag, Magelang Jl. Sinoman rt:04, rw:04, Sidorejo Lor, Sidorejo, Salatiga Tawangrejo Rt. 07/01 Kunduran, Blora
57
110 111 112 113 114
Riska Nely.F Riyana Rodliyatus.S Rustianah Savika Ayu Lukmawati
115
Sayyidatul Hajar
116
Septi Kurnia Safitri
117
Septia Ayu Wulandari
118 119
121 122 123 124
Siti Ariyani Siti Izzatul Ummah Siti Lutfia Septianingrum Siti MalikahNS Siti Marfu‟ah Siti Munawaroh Siti Musyarofah
125
Siti Nur Fadhilah
126
Siti Nurul Taufiqi R.
127
Siti Ulfa Marfuah
128
Slamet Musyarofah
129
Sopiya Nurohmah
130 131 132
Sri Hartati Suniar Siwi Mahanani Syarifatul Ulfah
133
Tri Mulyani
134
Trisma Zulita Sari
135
Ulfa Arfiani
136
Ulum Mufaidah
137
Umi Mu‟alimah
120
Gendol, Rt 01/02, Klopo,Tegalrejo,MGL. Rembes,Rt 15/5 Gunung Tumpeng,Suruh,SMG. Jambe, Rt 07/05, Dadapayam,Suruh,SMG. Babadan RT 01/03 Gedung Banyubiru Semarang Ngradinan, Rt. 02/06 Tingkir Lor, Salatiga Jl. Bantas Kalirandu-Iser Km 01 Rt. 03/04 Patarukan, Pmlng Kauman Lor, Rt. 14/01 Pabelan, Semarang Sukamulya III Rt.19 Rw.06,Payolebar,Singkuk,Saralangan Jeruk Wangi Rt 05/06 Bedono Jambu Semarang Sinom, Rt. 07/02 Karanganom, Weleri, Kendal Prampelan Rt.02 Rw.06,Blotongan,Sidorejo,Salatiga Glinggang,Rt 03/03,Kendel,Kemusu,Boyolali. Sungai binjai,Martapura,Oku timur,SUM-SEL. Ngadikerso,Rt 01/01,Smowono,Bndungan,SMG. Lembu Rt.02 Rw.02,Bancak,Semarang Tlatar, Rt. 05/01Krogowanan, Sumogawe, Magelang (56481) Karangsari, Rt 04/04, Sugihmanik, Tanggungharjo, Grobogan Krajan Rt. 02/11 Mboro, Suruh, Semarang Kintelan, Rt. 03/01 Kaponan, Pakis, Magelang (56193) Jatisuno, Rt. 06/03 Jatisuno, Gajah, Demak (59581) Salam, Rt 01/01 Randuacir, Argomulyo, Salatiga Jurang, Rt 04/03, Bandongan, MGL (56151) Ngablak, Rt. 15/04 Tanjung, Klego, Boyolali Kintelan Rt.31 Rw.05,Pasekan,Ambarawa,Kab.Semarang Kencana Mulia, Rt. 03/01 Rambang, Muara Enim, Sum-Sel Dsn. Jlegong, rt:2,rw:3, Ngadikerjo, Sumowono, Kab, Smg Kencana Mulya, Rambang, Muara Enim, PLG, SUMSEL Penggung,Rt 01/04,Karang
58
140 141 142 143 144
Umi Rodliyah Umi Safrotun Masy‟adah Uswatun Chasanah Uswatun Hasanah Uswatun.K Vani Listianti Widha Indrati
145
Zulfa Nur Azizah
146 147
Zumrotus Sa‟adah Zuni Ma‟rifah
138 139
jati,Wonosegoro,Boyolali Bandung, Rt. 01/03 Bandung, Wonosegoro, BYL. Pada‟an, Rt. 02/01 Pada‟an, Pabelan, SMG Poncoruso, Rt. 06/02, Bawen, Semarang Gintungan Rt.01 Rw.05,Bandungan,Semarang Krajan,Kedungringin,Rt 10/03,Suruh,SMG. Kelirandu, Rt. 04/04 Petarukan, Pemalang Tambak Selo,Pasekan,Rt 05/ 02 AMB,SMG. Watulempes, Rt. 01/02 Jlumpang, Bancak, Semarang (50772) Poncoruso, Rt. 08/02 Bawen, Semarang Banjaran Rt. 03/04 Magersari, Ngablak, Magelang
5. Struktur Organisasi KepengurusanPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Lembaga pondok pesantren yang ada di Dukuh Salatiga, dibawah naungan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah yang dipimpin Bapak K. H. Zoemri RWS. Adapun struktur organisasi pondok pesantren Al-Falah terdiri dari pengasuh atau pelindung yang membawahi secara langsung pengurus harian. Pengurus harian bertugas melaksanakan kebijaksanaan yang digariskan oleh pengasuh, masing-masing tentang pengelolaan pondok baik maslah pendidikan maupun masalah non pendidikan.Para pengurus dipilih melalui pemilihan secara langsung oleh seluruh santri, kemudian disetujui dan disahkan dari pengasuh/pelindung. Para pengurus tersebut terdiri dari Ketua Umum, Sekretaris, Bendahara, Wakil-wakil Ketua, Pembantu Umum serta dilengkapi dengan seksiseksi.
59
Bangunan pesantren terdiri dari berbagai komplek yang masing-masing komplek terdapat ketua komplek. Ketua komplek di bantu ketua kamar yang mana bertanggung jawab penuh terhadap komplek masing-masing.
Tabel 3.3 Struktur kepengurusan PPTI Al-Falah masa bakti 2013/2014 Pengasuh PPTI AL-FALAH
: K. H. MuhammadZoemri RWS
Dewan Penasehat
: Ust. Nur Shoim
Dewan Keamanan Pusat
: Ust. Ahmad Dayu Mustaufit
Dewan Asatidz
: Ust. Ali Musta‟in
Ketua
: 1. Ust. Gunawan Laksono Aji 2. Evie Yunianti
Sekretaris
:1. Akif Khumaidullah A. 2. Asyhiyatul Lailiyah
Bendahara
: 1. Rohman Amrulloh 2. Riyana
Diklat
: 1.M. Nurul Huda 2.Ihya Ulumuddin 3. Siti Nurul T. R. 4. Ulum Mufaidah 5. Istriyani
Keamanan
: 1. Subkhan Masykuri 2. Mohtar Syarif 3. Nadziroh N. Ch. 4. Sayyidatul Hajar 5. Dewi Mustika
Perlengkapan
: 1.Fatkhurrahman
60
2. Rahmat Saputra 3. Erlita Nur Aini Kebersihan
: 1. Nur Kholis 2. M.Anwar Salim 3. Fitrotul Ummah 4. Nur Wakhidatunnasekhah 5. Ani Muslikhah
Ketua Komplek A
: Rahmat Yuli Setiawan
Ketua Komplek C Putra
: Ust. Muhammad Munawir
Ketua Komplek B dan D
: Sopiya Nururahma
Ketua Komplek C Putri
: Uswatun Khasanah
Ketua Komplek E
: Ani Maftukhah
B. Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan paradigma baru pendidikan,
yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah
(pelibatan masyarakat) dalam kerangka kebijakan pendidikan nasional. Otonomi diberikan
agar sekolah leluasa mengelola sumber daya dan
sumber dana dengan
mengalokasikannya sesuai dengan prioritas
kebutuhan, serta lebih tanggab terhadap kebutuhan setempat. Pelibatan masyarakat dimaksudkan agar mereka lebih memahami, membantu, dan mengontrol pengelolaan pendidikan (E. Mulyasa, 2011:24). Dalam hal ini lembaga pesantren yang telah ikut berkiprah dalam dunia pendidikan di Indonesia tetap kokoh mengepakkan sayapnya ikut
61
serta dalam
memberikan pelayanan pendidikan terhadap masyarakat
secara luas, dengan menejemen pesantren yang diterapkan pesantren AlFalah selalu berusaha mencetak lulusan-lulusan yang berkualitas yang mampu meneruskan perjuangan para gurunya sampai mampu mengemban amanah dalam bangku pemerintahan.Salah satu pengendikan Bapak Kiai Zoemri RWS (pengasuh pesantren Al-Falah) dalam mengelola pesantren Al-Falah yaitu: “Berbekal pengalam yang didapatkan dari pesantren-pesantren kurang lebih 7 (tujuh) pesantrendimana saya menjadi santri di pesantrenpesantren tersebut, dibangunlah pesantren Al-Falah dengan manajemen pesantren yang ada sesuai dengan manajemen pesantren dimana pengasuh sebelumnya nyantri tanpa mengetahui secara jelas sebuah teori yakni manajemen berbasis apa dalam mengelolah pesantren Al-Falah tersebut? Dan manajemen pesantren yang diterapkan di pesantren AlFalah ini lebih menyerupai atau berkiblat dengan manajemen pesantren yang diterapkan di pesantren API Tegal Rejo Magelang yang diasuh oleh mbah kiai Chudhori almaghfurlah.Dengan berjalannya waktu alhamdulillah pesantren Al-Falah semakin berkembang sampai sekarang ini”.
Setelah melakukan pengkajian sebuah teori tentang manajemen lembaga pendidikan dan melakukan
penelitian, peneliti menemukan
sebuah kesamaan antara manajemen berbasis sekolah dengan manajemen yang diterapkan di pesantren terhusus pesantren Al-Falah. Dibawah ini komponen-komponen manajemen pesantren berbasis sekolah yangtelah diterapkan di pesantren Al-Falah: 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Kurikulum ala “Pesantren Salafi” merupakan kurikulum yang masih diterapkan di pesantren Al-Falah, dengan pengkajian kitab-kitab
62
ulama‟-ulama‟ salafi, seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam ghazali, kitab Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Maliki dan masih banyak kitab yang lain yang sering disebut dengan kitab kuning/kitab gundulan, karena ciri kitab yang dikaji
tulisan
Arab
tanpa harakat,
dengan
berbagai
metode
pembelajaran yang telah diterapkan. pesantren Al-Falah selalu berusah keras dalam memenej pendidikan santri mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, maupun pengevaluasian pendidikan, sehingga diharapkan pesantren Al-Falah mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada para santri secara baik dan proposional, mampu mencetak santri-santri yang berkualitas, santri-santri yang ahli pikir dan ahli dzikir yang akan menyebarkan keilmuanya kepada masyarakat secara luas. Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut raker, sebagaimana pengamatan peneliti selama nyantri di pesantren AlFalah: “Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut rakeryang dilaksanakan oleh ketua baru terpilih, pengurus terpilih terhusus seksi pendidikan dan pelatihan (Diklat), para asatidz, dan didampingi pengasuh guna menentukan mata pelajaran yang akan dikaji dan ustadz pengampu pelajaran trsebut selama satu tahun pelajaran, raker biasa dilaksankan setelah terpilihnya ketua pesantren baru”.
63
Dalam rapat kerja PPTI Al-Falah tahun ajaran 2013/2014 telah menetapkan pelajaran-pelajaran yang dikaji dan asatidz/dzah yang mengampu pelajaran tersebut selama setahun masa pembelajaran yaitu dapat dilihat pada tabel: a. Data Kegiatan Para Santri Pesantren Al-Falah: 1) Jadwal harian santri Tabel 3.4 NO KEGIATAN
WAKTU
1.
Qiyamul Lail
.......... - 04.30 WIB
2.
Jama‟ah Shalat Subuh
04.30 – 05.00 WIB
3.
Madrasah Diniah
05.00 – 06.00 WIB
4.
Sekolah Formal
06.00 – 14.00 WIB
5.
Istirahat
14.00 – 15.30 WIB
6.
Jama‟ah Shalat ‟Asyar
15.30 - 16.00 WIB
7.
Madrasah Diniyah
16.00 – 17.00 WIB
8.
Makan Sore
17.00 – 18.00 WIB
9.
Jama‟ah Shalat Maghrib
18.00 – 18.30 WIB
10.
Sorogan Al- Qur‟an
18.30 – 19.00 WIB
11.
Jama‟ah Shalat Isya‟
19.00 – 19.30 WIB
12.
Madrasah Diniah
19.30- 21.00 WIB
13.
Musyawarah dan Muthola‟ah
21.00 – 22.00 WIB
14.
Sleeping Beauty
22.0 - ....................
64
2) Progam mingguan a) Pembelajaran qiro‟ah. b) Pembelajaran khitobah. c) Shalawat al- barjanji. d) Pembelajaran khotbah Jum‟at. e) Pembelajaran perawatan jenazah. f) Pembelajaran kaligrafi. g) Pembelajaran rebana. h) Pembelajaran do‟a&tahlil. 3) Progam tahunan a) Haflah akhirossanah (pengajian Akbar) b) Ziarahkuburkewaliyullah. c) Pelatihanpemotonganhewanqurban. d) Peringatanharibesar Islam. e) Halal bi halal santri. f) Halal bi halal walisantri. g) Bukabersama. h) Pengajian kilatan ramadhan. i) Imam &bilalshalattarawih j)
Piket lebaran
k) Haul simbah Sulaiman b. Model Pendidikan Pondok Pesantren
65
Adapun metode-metode pembelajaran yang digunakan dalam pesantrenAl-Falah guna mengkaji dan mendalami kitabkitab yang dikajinya adalah: 1) MetodeSorogan 2) Metode Weton 3) Metode Hafalan 4) Metode Pelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian Berikut ini akan diuraikan satu persatu yaitu: 1) MetodeSorogan Telah dijelaskan di depanistilah sorogan adalah berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri bergilir menyodorkan kitabnya di hadapan Kyai atau badal (pembantu).Sesuai dengan pengamatan peneliti di pesantren Al-Falah dalam penerapan metode sorogan sebagai berikut: “Progam pembelajaran di pesantren Al-Falah yang menggunakan sistem sorogan yaitu pembelajaran Al-Qur’an dan kitab-kitab klasik yang belum bersakal yang kemudian di terjemahkan ketika pembelajaran oleh bapak kiai atau ustadz yang lain. Dalam penerapan metode ini para santri duduk bersama di aula atau kelas-kelas santri untuk tadarus/muroja’ah maqrak atau bab yang akan disorogkan, setelah ustadz hadzir kemudian diikuti do’a bersama para santri maju satu persatu membaca maqra atau bab dalam kitabdi hadapan ustadz (istilah adu lambe). Metode soroganterbukti sangat efektif sebagai taraf pertama bagi seorang murid yang bercita-cita menjadi seorang 66
alim. Sistem ini memungkinkan seorang guru mengawasi, menilai dan membimbing secara maksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa Arab. 2) MetodeWeton Metode
utama sistem pengajaran di lingkungan
pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut metodeweton.
Dalam
metode
ini
sebagaimana
yang
disampaikan kang Gunawan (salah satu ustadz): “sekelompok santrimendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku Islam dalam bahasa Arab. Setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok kelas dari metode bandongan ini disebut halaqah yang arti bahasanya lingkaran murid, atau sekolompok siswa yang belajar dibawah bimbingan seorang guru”.
Dalam metodebandongan, seorang murid tidak harus menunjukkan bahwa ia mengerti pelajaran yang sedang dihadapi. Para kyai biasanya membaca dan menerjemahkan kalimat-kalimat secara cepat dan tidak menerjemahkan katakata yang mudah. Dengan cara ini, kyai dapat menyelesaikan kitab-kitab pendek dalam beberapa minggu saja. Metode bandongan, karena dimaksudkan untuk murid-murid tingkat tinggi, hanya efektif bagi murid-murid yang telah mengikuti sistem sorogansecara intensif. 3) Metode Hafalan
67
Metode hafalan diterapkan di pesantren Al-Falah dalam rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi pelajaran, terutama materi kitab-kitab alatyakni nahwu dan shorof yang memiliki nadhom-nadhom(bait-bait) ringkasan dari isi kitab yang dipelajari sehingga akan lebih mudah dalam memahaminya, dan metode hafalan juga dimaksudkan agar santri melatih ingatan menjadi kuat dalam mengingat materimateri
pelajaran, dan sebagai upaya mendidik santri
memanfaatkan waktu luang untuk menghafal. 4) Metode Pelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian Sebagaimana disampaikan mbak Indah (salah satu pengurus diklat) Metode pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian merupakan salah satu metode pembelajaran pada santri AlFalah dengan bentuk seminar atau pelatihan praktek secara langsung. Biasanya metode ini telah diselenggarakan dalam sebuah program pelatihan dari beberapa lembaga yang memiliki hubungan yang baik dengan pesantren Al-Falah. Program ini merupakan salah satu kehasan dalam sebuah metode pendidikan santri yang mana belum tentu diterapkan di pesantren-pesantren yang lain.
Sebagaimana pengamatan peneliti lembaga-lembaga yang memberikan pelatihan-pelatihan pada santri Al-Falah diantaranya: a) Kapolres menyelenggarakan pendidikan “Anti NAPSA dan Kenakalan Remaja”. b) Puskesma Kali Cacing menyelengarakan pendidikan “Kesehatan Santri”.
68
c) Suara Merdeka menyelengarakan pendidikan “Gerakan Santri Menulis”. d) CSS Morra IAIN Wali Songo Semarang menyelengarkan pendidikan “Ilmu Falak”. e) Kemenag Provinsi Jawa Tengah menyelenggarakan pendidikan “Pengembangan Kelembagaan Pesantren”. f) Dan masih banyak lagi pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian santri.
2. Manajemen Tenaga Kependidikan Keberhasilan MBS dalam pesantren sangat ditentukan oleh keberhasilan pengasuh dan staff–staff yang terkait dalam mengelola tenaga kependidikan yang tersedia di pesantren. Dalam hal ini, peningkatan produktivitas dan prestasi kerja dapat dilakukan dengan meningkatkan perilaku manusia di tempat kerja melalui aplikasi konsep dan teknik manajemen personalia modern. Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan pesantren Al-Falah bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, sesuai dengan pengamatan peneliti selama di pesantren Al-Falah dalam penetapan para asatidz/dzah di pesantren Al-Falah sesuai dengan hasil musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah senior dan ketua pesantren,
ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir, berkarakter
baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya pada pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru.
69
tenaga pendidik
(ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah terdiri dari lulusan pesantrenyang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren (lillahita’ala) tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun. Adapun dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga, adakalanya ustadz yang sambil usaha buka warung atau usaha yang lain. Seperti contoh sesuai pengamatan peneliti tentang beberapa usaha-usaha para asatidz di pesantren Al-Falah “Ustadz Shoim yang sudah memiliki keluarga dan dikaruniai satu putra, beliau memiliki usaha warung seperti kantin santri yaitu “rizquna” dan warnet “sallimna” yang cukup besar, ustadz Gunawan kalau pagi sampai siang ikut mengajar di SMP IT Tengaran, ustadz Edi dari pagi sampai siang ikut berkecimpung di bagian tata usaha SMK Al-Falah. Sebuah prinsip
para asatidz/dzah pesantren Al-Falahyang
sangat luar biasa sesuai pengendikane pengasuh pesantren Al-Falah yaitu ”barang siapa yang menolong agama Allah, Allahpun akan menolongnya dan akan menetapkanya didalam kedudukan yang mulia, dan saya bekerja dengan Allah, Juragan yang paling kaya” . Dari beberapa prinsip itulah para asatidz/dzah di pesantren AlFalah bersedia dengan ikhlah dan istiqomah mengapdikan dirinya untuk membimbing santri di pesantren. Adapun nama-nama pengajar Al-Falah dapat terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 3.5 Nama Pengajar Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah 70
No. Nama
Alamat
Asal Pesantren
1.
K. H. Zoemri RWS
Pon-Pes Al-Falah Salatiga
PP. API Tegalrejo
2.
Nyai Hj. Latifah
Pon-Pes l- Falah Salatiga
PP. Masithoh Salatiga
3.
Ustdz. Nur Sho‟im
Dukuh, Salatiga
PP. API Tegalrejo
4.
Ustdzh. Rofiqotul A
Dukuh, Salatiga
PPHM Jawa Timur
5.
Ustdz. Ali Musta‟in
Klambu, Grobogan
PP. Al-Falah Salatiga
6.
Ustdz. Edi Roemli
Ambarawa
PP. Al-Falah Salatiga
7.
Ustdz. M. Arifin
Paser, Kal-Tim
PP. Al- Huda Susukan
8.
Ustdz. Gunawan LA
Susukan, Kab. Semarang
PP. Bina Insani Sskn.
9.
Ustdz. A. Dayu M.
Tersono, Batang
PP. Darul Ma‟arif Btg.
10.
Ustdz. Syukur Q.
Salatiga
PP. Al-Falah Salatiga
11.
Ustdzh. Indah Z.A.
Temanggung
Asrama SW. Magelng
12.
Ustadzh. Erma N.
Temanggung
Asrama SW. Magelng
13.
Ustdzh. Umi M.
Wonosegoro, Boyolali
PP. Al-Falah Salatiga
14.
Ustdzh. Nur H.
Sumatra
PP. Al-Falah Salatiga
15.
Ustdzh. S. Malikah
Karang Gede, Boyolali
PP. Al-Falah Salatiga
16.
Ustdz. Rahmad Y. S
Tegalrejo, Magelang
PP. Al-Falah Salatiga
3. Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan dalam Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah mencakup penerimaan baru, pengelompokan kamar tidur santri, pengelompokan santri dalam proses belajar dan proses evaluasi kegiatan belajar santri.
71
Sebagaimana di sampaikan ustadz Gunawan (lurah pesantren Al-Falah) manajemen kesiswaan di pesantren Al-Falah sebagai berikut: ”Dalam penerimaan santri baru pesantren Al-Falah membentuk sebuah kepanitiaan kecil yang mencakup ketua, sekretaris, bendahara dan anggota. Dari terbentuknya kepanitian tersebut akan bertanggung jawab penuh atas penerimaan santri baru dan diahir tahun ajaran tersebut akan melaporkan pertanggung jawaban atas program kerja yang dijalankannya selama setahun, mencakup jumlah santi baru, keuangan yang masuk dan keluar dan lain-lain. Dalam mengatur kamar santri baru panitia penerimaan baru menggunakan sistem penyesuai umur dan jenjang sekolah santri baru, dari itu supaya santri baru lebih mudah melakukan penyesuain dengan teman barunya karena kesamaan jenjang sekolah atau kesetaraan umurnya Berbeda dengan pengelompokan santri dalam proses belajar, dalam hal ini pesantren Al-Falah memberikan keluasaan santri baru untuk memilih jenjang pendidikan yang akan diikuti disesuaikan dengan kemampuaan santri masing-masing dalam penguasaan pendidikan pesantren. Data susunan kepengurusan PSB (penerimaan santri baru)AlFalah tahun ajaran 1434/1435H: Ketua
: Akif Khumaidullah
Sekretaris
: Asyiatul L. F.
Bendahara
: Ani
72
Anggota
: Semua Pengurus
4. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Tidak
bisa
dipungkiri
berjalannya
sebuah
lembaga
sangatdipengaruhi oleh adanya pendanaan dan manajemen keuangan yang baik. Dalam hal ini pesantren Al-Falahberusaha memenej keuangan dari pemasukan sampai pengolahan pengeluaran keuangan dengan baik, sehingga dengan manajemen keuangan yang baik tersebut mampu mencukupi kebutuhan santri baik dari fasilitas sarana prasarana maupun kebutuhan yang lain dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana disampaikan mbak Riyana (selaku bendahara pesantren Al-Falah) sebagai berikut: “Berbekal pengalaman pengasuh dalam mengembangkan pesantren dari mulai berdiri sampai sekarang ini dan semua itu dijalankan dalam waktu yang tidak sebentar tetapi sudah bertahuntahun bahkan berpuluh tahun dan dibantu dewan pengurus khususnya bendahara pesantren keuangan pesantren dapat dimenej dengan baik dan mampu mencukupi kebutuhan santri”. Beberapa sumber pemasukan pendanaan pesantren Al-Falah yaitu: a. Pembayaran syahriah santri setiap 3 bulan sekali. b. Pembayaran uang pembangunan bagi santri baru. c. Infaq dari masyarakat. d. Bantuan pendanaan pembangunan pesantren dari pemerintah. Adapun pengeluaran pesantren dapat dibagi kedalam dua bagian yakni pengeluaran guna pengembangan pembangunan gedung 73
pesantren. Dalam hal ini tanggung jawab memenej pemasukan dan pengeluaran dilimpahkan kepada Ustadz Edi Romli yang dibantu oleh ketua pesantren, pengasuh dan ketua yayasan dan pengeluaran guna memenuhi kebutuhan santri dalam sehari-hari, dalam hal ini pengurus harian bagian bendaharalah yang dilimpahi tanggung jawab dalam memenej pemasukan dan pengeluaran keuangan pesantren dibantu ketua pesantren dan pengasuh. Sehingga dengan adanya pihak-pihak yang memegang dan memenej keuangan tersebut dapat dikatakan keuangan pesantren dapat termenej dengan baik. Adapun pengeluaran yang paling pokok di pesantren Al-Falah yaitu: a. Listrik b. PDAM c. Kebutuhan sekretaris d. Rapat pengurus bulanan e. Perlengkapan penunjang kebutuhan kesaharian santri f. Adapun para asatidz/dzah pesantren Al-Falah sifatnya lillahita’ala tanpa uang gaji. Pada halaman berikutnya peniliti cantumkan daftar tabel pemasukan dan pengeluaran keuangan pesantren Al-Falah tepatnya keuangan syahriyah sebagai berikut:
74
75
76
77
78
79
80
81
5. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Unit-unit bangunan komplek pesantren yang terletak di Jl. Bima, No. 02, Ngemplak, Kelurahan Dukuh, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga berada diatas tanah seluas ± 4.000 m2, yang statusnya adalah hak milik yayasan Al-Falah. Peningkatan fasilitas sarana prasarana pesantren Al-Falah yang begitu cepat dipengaruhi dari beberapa hal dan yang paling utama yakni
penerapan manajemen
sarana dan prasarana yang baik, dari perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan, dengan didorong adanya sumber pemasukan dana untuk pembangunan sarana pesantren dan manajemen keuangan yang baik. Disampaikan kang Gunawan (lurah pesantren Al-Falah) tentang manajemen sarana dan prasarana pesantren Al-Falah yaitu:
82
“Semua dana yang telah masuk guna meningkatkan fasilitas sarana prasarana pesantren tidak sebanding dengan fasilitas yang telah ada atau tidak akan cukup untuk mendanai fasilitas sarana prasaran pesantren Al-Falah yang ada dalam jangka waktu yang relatif pendek, tetapi dari itulah salah satu keistemewaan pesantren yang mana dengan kemampuan pengasuh sebagai manajerial dan didukung oleh kemandirian santri mampu memenej dana yang masuk yang bisa dikatakan minim untuk mencukupi semua kebutuhan didalam pesantren. Adapun mengenai sarana dan prasarana yang ada di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah adalah sebagai berikut: a. Masjid b. Asrama Komplek A dengan luas bangunan 4×9 m, 2 lantai; 6 Ruang. Lantai 1untuk ruang aula tempat sholat berjama‟ah santri putra dan ruang madrasah diniyah kelas 1 wustho dan lantai 2; 5 ruang asrama santri putra dari kamar A1-A5. c. Asrama Komplek B dengan luas bangunan 8×24 m, 2 lantai: 10 ruang asrama santri putri dari kamar B7-B16. d. Asrama Komplek C 3 lantai; 16 ruang. 1) Lantai 1; 9 ruang: 3 ruang asrama santri putri yakni kamar C17-C19, 2 ruang asrama ketua pesantren yakni kamar C20, 4 ruang asrama santri putra yakni kamar C21-C24. 2) Lantai 2; 4 ruang : 1 ruang gudang, 1 ruang asrama santri putri yakni kamar C30, 1 ruang bahasa, 1 ruang asrama santri putra yakni kamar C31 3) Lantai 3; 3 ruang yakni ruang madrasah diniyah kelas 1 ula putri, 2 ula putri dan 3 ula/ 2 wustho.
83
e. Asrama Komplek D; 2 ruang asrama santri putri yakni kamar D25 dan D26 f. Asrama Komplek E; 3 ruang asrama santri putri yakni kamar E26E29 g. Gedung Baru 2 lantai: 1) Lantai 1; dapur, ruang makan putra dan putri, kantor utama pesantren, dan ruang tamu. 2) Lantai 2; 2 ruang madrasah diniyah yakni kelas 1 ula putra dan 2 ula putra.
h. Sarana-sarana yang lain: 1) 10 ruang kamar mandi + wc 2) Aula utama 3) Sumur 4) Tempat cuci dan area jemuran 5) Kolah wudhu 6) Aliran listik 11.550 watt 7) Ruang perpustakaan 8) Ruang poskestren 9) Ruang koperasi 10) Ruang pos jaga 11) Area parkir
84
Dalam perawatan sarana dan prasarana pesantren yang telah ada mengikut peran aktifkan pengasuh, para asatidz/asatidzah, para santri, pengurus harian terhusus pengurus seksi perlengkapan, yang menjadi koordinator, pendataan dan penyimpanan sarana parasarana yang ada. 6. Manajemen Hubungan Pesantren dengan Masyarakat Manajemen humas yang diterapkan di dalam Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falahsebagaimana disampaikan kang Gunawan (lurah pesantren Al-Fala) sebagai berikut: “bisa dirasakan secara langsung telah ditanamkannya pada diri santri sejak dini sebuah interaksi aktif dengan warga sekitar pesantren, rasa kepedulian dan rasa tanggap terhadap masyarakat sekitar pesantren. Salah satu contoh kecil ketika ada kegiatan masyarakat seperti hajatan, pengajian akbar kampung, atau ketika mengetahui ada masyarakat yang terkena musibah, santri Al-Falah langsung terjun mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut.
Ketika di pesantren Al-Falah mengadakan acara besarpun pesantren Al-Falah tidak terlepas dari mengikut peran aktifkan masyarakat untuk membantu mengsukseskan acara yang diadakan pesantren Al-Falah tersebut, sehingga dari hal-hal kecil dari beberapa kegiatan interaksi dengan masyarakat terbentuk hubungan yang harmonis. Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren, lembaga atau santri-santri pesantren Al-Falah membangun hubungan yang baik dengan wali santri, pesantren-pesantren lain baik pesantrenpesantren di sekitar pesantren Al-Falah atau pesantren-pesantren di
85
luar kota, pemerintahan kota Salatiga, Kemenag, maupun lembagalembaga yang lain, seperti koran Suara Merdeka dan lain sebagainya. Sehingga dengan terbentuknya hubungan yang baik dengan berbagai lini akan sangat mendukung perkembangan dan peningkatan kualitas pesantren terhusus membantu mengsukseskan kegiatan belajar mengajar santri di pondok Al-Falah. 7. Manajemen Layanan Khusus Manajemen layanan khusus MBS meliputi
pesantren sesuai dengan teori
manajemen keamanan pesantren, perpustakaan dan
kesehatan santri. a. Manajemen Keamanan Pesantren perlu memberikan pelayanan keamanan kepada santri agar mereka dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar secara nyaman. Dalam hal ini perlu dibentuk sebuah tata tertib yang mampu mengikat semua kegiataan santri sehingga dapat berjalan dengan baik. Sebagaimana pengendikan bapak kiai pada para santri pentingnya adanya tata tertib yaitu: “Bisa dikatakan tata tertib atau peraturan dalam lembaga pesantren ini diibaratkan tali pengikat atau sebuah benteng yang akan mengontrol, memberi pembatas-pembatas dan menstabilitaskan ketertiban pesantren. Tanpa tata tertib pesantren akan berjalan tanpa pengendali sehingga pesantren tidak akan terkontrol. Dalam hal ini tata tertib PPTI Al-Falahdibagi kedalam dua bagian yaitu tata tertib yang sifatnya umum yakni berlaku untuk
86
semua santri baik putra maupun putri dan tata tertib yang sifatnya khusus yakni adanya pengelompokan-pengelompokan. Tata tertib ini secara umum dibuat oleh pengasuh pesantren, adapun pegembangan tata tertib yang sifatnya khusus ditentukan oleh pengurus pesantren dalam rapat pengurus, dari hasil rapat pengurus tersebut diajukan kepada pengasuh untuk meminta pertimbangan dan pengesahan, setelah pengasuh memberi pengesahan atas tata tertib yang telah ditetapkan, pengurus seksi keamanan atau ketua pesanten (lurah pesantren) akan mengumumkan tata tertib tersebut kepada para santri baik melewati pengumuman secara lisan atau diketik dan ditempel di dinding yang sekiranya para santri bisa membacanya, sehingga diharapkan para santri akan mengingatingat dan menjalankan tata tertip yang telah ditetapkan. Adapun tata tertib pesantren yaitu: 1) Sifatnya Umum a) Kewajiban Santri (1) Berakhlaqul karimah. (2) Mengikuti pelajaran sesuai kelas masing-masing. (3) Mengikuti shalat berjama‟ah. (4) Mengikuti semua kegiatan yang diadakan. (5) Mentaati semua peraturan yang sudah ditentukan. (6) Izin bila meninggalkan pondok.
87
(7) Menjaga
keamanan,
ketertiban,
kebersihan,
dankeindahan. (8) Menjaga almamater. b) Larangan Santri (1) Santri putra memasuki komplek putri dan sebaliknya. (2) Menggunakan hak milik orang lain tanpa ijin. (3) Menggunakan barang elektronik. (4) Keluar dimalam hari. (5) Ketentuan-ketentuan yang tidak tercantum menjadi hak
dan wewenang pengurus
harian dan dewan
keamanan. 2) Sifatnya Khusus a) Peraturan (Putri) PPTI Al-Falah Jenis pelanggaran dan sanksinya: (1) Tidak jama‟ah (a) Pembinaan (b) Membaca al- Qur‟an 30 menit/bersih-bersih (berlaku kelipatannya). (2) Tidak mengikuti KBM PPTI Al-falah (a) Pembinaan (b) Menulis istighfar 250 kali (berlaku kelipatannya). (3) Pulang tanpa ijin (menginap) dan molor
88
(a) Pembinaan (b) Membaca Al-Qur‟an 3 jam dan bersih-bersih selama 3 hari (berlaku kelipatannya). (4) Keluar tanpa ijin tidak menginap (hari libur) (a) Pembinaan (b) Membaca al berjanji/Bersih-bersih. (5) Pacaran dan sejenisnya (a) Pembinaan (b) Tidak boleh ijin keluar pondok selama 3 bulan. (c) Bersih-bersih selama 1 minggu. (d) Di gebyur. Larangan-larangan lainnya yaitu; (1) Mencuri (2) Ngiras (makan diwarung). (3) Ghosob (memakai barang orang lain tanpa seizin pemiliknya) dan ngendong (bermain atau tidur di kamar teman lain). Keterangan: (1) Apabila peraturan masih sering dilanggar maka hukuman ditambah dan wali dipanggil. (2) Ta‟ziran dilaksanakan jam 21.00 WIB. (3) Peraturan berlaku bagi semua santri.
89
Ketentuan-ketentuan yang belum tercantum diatas menjadi wewenang pengurus. b) Peraturan PPTI Al-Falah (Putra) Jenis pelanggaran dansangsinya: (1)Keluar pondok tanpa izin (hari libur) dan meninggalkan jama‟ah. (a) Pembinaan (b) Membaca Al-Qur‟an 30 menit (menulis/menghafal). (c) Adzan (d) Bersih-bersih (2) Internet, playstation, pulang tanpa izin, menginap diluar pondok. (a) Pembinaan (b) Membaca Al-Qur‟an 1 jam (menulis/menghafal). (c) Bersih-bersih pondok selama 3 hari/lebih. (3) Pacaran (a) Membaca Al-Qur‟an selama 30 menit/lebih sebelum adzan subuh/maghrib selama 1 minggu + adzan. (b) Di gebyur + berdiri 1 jam. (4) Mencuri (a) Pembinaan
90
Ta‟ziran (hukuman) mengambil dari ta‟ziran poin awal sampaiakhir yang dikira pantas bagi sipelanggar. Keterangan : (a) Apabila peraturan masih sering dilanggar maka orang tua akan dipanggil (dikembalikan kepada orang tua). (b) Ta‟ziran dilaksanakan jam 22.00 WIB. (c) Ketentuan-ketentuan yang belum tercantum diatas menjadi wewenang pengurus. Dibawah ini akan dihaturkan tatacara perijinan santri PPTI AlFalah: a) Meninggalkan Pondok (Menginap) a) Mengambil buku izin dikantor kepada sekretaris dengan membayar Rp.1000 b) Meminta izin kepada bapak pengasuh c) Meminta izin kepada ketua d) Meminta izin kepada keamanan e) Meminta surat izin meninggalkan pengajian kelas kepada keamanan f) Mengembalikan buku izin kekantor b) Meninggalkan Pondok (tidak menginap) a) Mengambil kartu izin dikantor kepada sekretaris dengan membayar Rp.500,
91
b) Meminta izin kepada ketua pesantren c) Meminta izin kepada keamanan d) Apabila meninggalkan pengajian kelas, maka minta surat izin kepada keamanan e) Mengembalikan kartu izin kekantor Keterangan a) Apabila perijinan tidak sesuai dengan ketentuan diatas maka santri dianggap meninggalkan pondok tanpa izin. b) Apabila buku dan kartu izin santri tidak lengkap administrasinya, maka tidak boleh izin. c) Santri pulang dijemput orang tua. b. Manajemen Perpustakaan Dalam
sebuah
lembaga
pendidikan
perpustakaan
merupakan hal yang sangat penting yang perlu diadakan karena dari ketersediaan perpustakaan tersebut sangatlah membantu santri
atau
para
asatid/dzah
dalam
mengembangkan
keilmuaannya. Dalam hal ini pesantren Al-Falahpun sesuai pengamatan peneliti juga menyediakan fasilitas perpustakaan, dengan sekretaris pesantren menjadi penanggung jawab pengelolaan perpustakaan
pesantren dari pengadaan buku, pendataan dan
peminjaman
dengan
dibantu
pengurus-pengurus
lainnya.
berbagai buku bacaan atau kitab-kitab disediakan dan kapanpun
92
yang berkenan meminjam dipersilahkan,dengan catatan melalui prosedur peminjaman buku yang telah ditetapkan pesantren. Sehingga dari keterbukaan tersebut sangatlah membantu santri dalam mengembangkan pengetahuaannya. c. Manajemen Kesehatan Layanan kesehatan dimanapun sangat diperlukan terhusus dalam sebuah lembaga pendidikan pesantren yang notabene semua santri mukim bertahun-bertahun di pesantren tersebut, berbagai penyakit sering diderita para santri, penyakit kulit atau yang sering dikenal dengan nama “gudik”, merupakan salah satu penyakit yang sering diderita para santri, bahkan ada sebuah ungkapan “kalau santri belum gudikan belum sah dianggap menjadi santri”, karena saking populernya penyakit tersebut di pesantren manapun. Dalam hal inipun sesuai pengendikan kang Gunawan (sebagai lurah pesantren Al-Falah) yaitu: “pesantren Al-Falah memberikan pelayanan kesehatan kepada semua santri, dengan dibentuknya sebuah kepengurusan yang disebut pengurus POSKESTREN (pos kesehatan pesantren), pengurus ini yang akan selalu siap melayani santri yang sekiranya mengalami permasalahan kesehatan. Selain itu ada dokter husus dari puskesmas yang siap melayani santri setiap minggunya yakni tiap hari rabu, sehingga sekiranya pengurus poskestren belum mampu merawat santri, santripun bisa langsung konsultasi dan berobat dengan dokter yang lebih ahli”. Pesantren Al-Falah merupakan salah satu pesantren yang mendapatkan pelayanan kesehatan dari pemerintah yakni
93
POSKESTREN yang mana tidak banyak pesantren di sekitarnya mendapatkan
pelayanan
kesehatan
tersebut,
dengan
pendampingan dokter khusus dan alat-alat kesehatan yang lengkap, sehingga dari fasilitas tersebut sangat memberikan pelayanan yang lebih pada santri Al-Falah dibanding santri-santri di pesantren lain. Data susunan kepengurusan POSKESTREN Al-Falah tahun ajaran 1434/1435H: Ketua
: Ali Musta‟in
Sekretaris
: Dwi Mayawati
Bendahara
: Hajar
Anggota
: 1. Taufiqiyah 2. Anwar Salim
Tugas-tugas pengurus POSKESTREN meliputi: 1) Memberikan pertolongan pertama pada santri yang sakit 2) Menjalin komunikasi dengan dokter dan pihak puskesmas 3) Pengadaan obat sesuai resep dokter 4) Merawat fasilitas POSKESTREN yang telah tersedia C. Faktor Pendukung dan Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PPTIAl-FalahDukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. 1. Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah
94
Dalam pelaksana pendidikan sangat mungkin baik lembaga sebagai penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustadz sebagai koordinator dan santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami sesuatu yang dapat menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan pengelolaan manajemen pesantren. Menurut mbak Evi (lurah pesantren Al-Falah putri) faktor pendukung dalam pelaksanaan Manajemen pesantren berbasis sekolah yaitu: a. Tersusunnya program kerja pengurus secara rapi dari awal tahun ajaran setelah diadakannya pelantikan kepengurusan baru. b. Selalu diadakan evaluasi program kerja dengan diadakan rapat secara rutin satu minggu sekali setiap malam jum‟at dan setiap awal bulan yang melibatkan semua pengelola pesantren dari pengasuh, dewan asatidz, dan pengurus harian, sehingga pengelola pesantren lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman
bagi
pemanfaatan
dirinya
sehimgga
dapat
mengoptimalkan
sumber daya yang tersedia untuk memajukan
pesantren dan pengelola pesantren lebih mengetahui komponen pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan
dalam
proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. c. Adanya keterbukaan dan kerja sama yang baik antara pengelola pesantren dengan orang tua santri dan lembaga-lembaga di luar
95
pesantren, sehinnga dari itu pesantren dapat secara cepat merespon anspirasi dari berbagai pihak, sehingga akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. 2. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah diPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Berbagai usaha pesantren Al-Falah dalam menerapkan dan mengelolah manajemen pesantren berbasis sekolah tidak terlepas juga dari berbagai Faktor Penghambat menghadang yang menjadikan kurang maksimalnya pihak pengelola pesantren Al-Falah dalam meningkatkan kualitas pesantren, baik secara fisik maupun non fisik. Diantara faktor penghambat yang dihadapi pihak pengelolah manajemen
pesantren
berbasis
sekolah
di
Pesantren
Al-
Falahsebagaiman di sampaikan kang Gunawan (lurah pesantren) dan pengurus-pengurus yang lain yaitu: a. Regenerasi pengelolah pesantren yang kurang stabil. b. Kurangnya pengalaman pihak pengelolah pesantren terhusus pihak pengurus harian dalam mengelolah manajemen pesantren berbasis sekolah yang telah di terapkan. c. Kurangnya sikap konsisten dan keloyalitasan pengurus harian dalam menjalankan tugas kepengurusannya. d. Kurangnya komunikasi dengan baik antara pengasuh, pengurus, orang tua santri dan santri.
96
e. Sumber
dana
yang
tidak
menentu
mengakibatkan
tidak
kontinyunya pesantren dalam pembangunan. f. Pengaruh budaya global masuk kedalam dunia pesantren yang mengakibatkan degradasi moral santri.
97
BAB IV ANALISIS DATA A. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H 1. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaran Manajemen kurikulum dan program pengajaran MBS yang telah diterapkan di pesantren Al-Falah mencakup kurikulum yang diterapkan di pesantren Al Falah, dalam hal ini kurikulum ala pendidikan Pesantren Salaf merupakan kurikulum yang diterapkan di Pesantren Al-Falah, dengan pengkajian kitab-kitab ulama‟-ulama‟ salafi, seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam ghazali, kitab Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Maliki dan masih banyak kitab yang lain yang sering disebut dengan kitab kuning/kitab gundulan, karena ciri kitab yang dikaji tulisan Arab tanpa harakat, dengan berbagai metode pembelajaran yang telah diterapkan Sebuah
perencenaan,
pelaksanaan,
penilaian
pendidikan
maupun pengevaluasian kurikulum yang telah diterapkan, diharapkan pesantren Al-Falah mampu memberikan pelayanan pendidikan kepada para santri secara baik dan proposional, mampu mencetak santri-santri yang berkualitas, santri-santri yang ahli pikir dan ahli dzikir yang akan menyebarkan keilmuanya kepada masyarakat secara luas.
98
Dalam merencanakan pelaksanaan KBM (kegiatan belajar mengajar) yang akan dijalankan dalam masa satu tahun pelajaran, di Pesantren Al-Falah diadakan rapat kerja atau sering disebut raker yang dilaksanakan oleh ketua baru terpilih, pengurus terpilih terhusus seksi pendidikan dan pelatihan (Diklat), para asatidz, dan didampingi pengasu, guna menentukan mata pelajaran yang akan dikaji dan ustadz pengampu pelajaran tersebut selama satu tahun pelajaran.Raker biasa dilaksanakan setelah terpilihnya ketua pesantren baru. Dalam rapat kerja PPTI Al-Falah tahun ajaran 2013/2014 telah menetapkan pelajaran-pelajaran yang dikaji dan asatidz/dzah yang mengampu pelajaran tersebut selama setahun masa pembelajaran yaitu dapat dilihat pada tabel bab III. 2. Metode Pendidikan Pesantren Sebagai pesantren yang tergolong pesantren salaf, pesantren Al-Falah dalam upaya pencapaian tujuan pembelajaran menggunakan metode-metode pembelajaran akan diuraikan di bawah ini yaitu:
a. MetodeSorogan Model pembelajaran sorogan yang diterapkan sebagai saran belajar Al-Qur‟an dan memahami tata bahasa dalam sebuah kalimat kitab-kitab klasik dinilai sangat efektif karena dapat
99
memberikan hasil yang sempurna bagi santri untuk dapat membaca
Al-Qur‟an
dengan
tartil(sesuai
tajwid
baik
makhorijul huruf, panjang pendek dan waqofnya) dan lancar, mengetahui tata bahasa dan qaidah(maqsud) dalam membaca kitab bahasa Arab. b. MetodeWeton Metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren terhusus pesantren Al-Falah ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut metode weton. Dalam metode ini sekelompok santri (antara 5 sampai 90) mendengarkan seorang ustadz
yang membaca,
menerjemahkan,
menerangkan
dan
seringkali mengulas kitab-kitab klasik berbahasa Arab. Setiap murid memperhatikan kitabnya sendiri dan membuat catatancatatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. c. Metode Hafalan Metode hafalan diterapkan pesantren Al-Falah dalam rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi pelajaran, terutama materi kitab-kitab alat yakni nahwu dan shorof yang memiliki nadhom-nadhom (bait-bait) ringkasan dari isi kitab yang dipelajari sehingga akan lebih mudah dalam memahaminya, dan metode hafalan juga dimaksudkan agar santri melatih ingatan menjadi kuat dalam mengingat materi-materi
100
pelajaran, dan
sebagai upaya mendidik santri memanfaatkan waktu luang untuk menghafal. 3. Kehasan dan keunikan pesantren Al-Falah dalam penerapan model pembelajaran yang belum tentu diterapkan di pesantren-pesantren lain Metode pelatihan-pelatihan pengembangan keahlian santri dari luar pesantren. Metode
pelatihan-pelatihan
pengembangan
keahlian
merupakan salah satu metode pembelajaran pada santri Al-Falah dengan bentuk seminar atau pelatihan praktek secara langsung, biasanya metode ini telah diselenggarakan dalam sebuah program pelatihan dari beberapa lembaga yang memiliki hubungan yang baik dengan pesantren Al-Falah. Program ini merupakan salah satu kehasan dalam sebuah metode pendidikan santri yang mana belum tentu diterapkan di pesantren-pesantren yang lain dan metode ini sangat menambah keluasan pengalaman para santri. 4. Evaluasi Pendidikan Pesantren Al-Falah Evaluasi pendidikan yang diterapkan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga tahun ajaran 1434/1435H yaitu dengan mengadakan rapat interen pengasuh, dewan asatidz/dzah dan pengurus harian untuk mengevaluasi seberapa jauh pencapaian peningkatan kualitas pendidikan santri dengan manajemen pesantren
yang telah dijalankan dan melaporkan
101
pertanggung jawaban setiap staff kepengurusan atas tugas yang dijalankan selama satu tahun ajaran, dari hasil musyawarah tersebut bisa dijadikan batu pijakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan pesantren pada tahun ajaran yang akan datang. Selain itu juga pesantren Al-Falah mengadakan berbagai cabang perlombaan akhir tahun pelajaran yang diikuti para santri, misalnya lomba qiroatul Qur‟an, qiroatul kutub, cerdas cermat dan lain-lain, dengan tujuan dengan diadakannya berbagai cabang perlombaan
tersebut
menjadi
buah
evaluasi
terhusus
dewan
asatidz/asatidzah seberapa jauh penguasaan santri terhadap materi yang telah diajarkan dan memberikan semangat santri dalam berlombalomba dalam kebaikan. B. Manajemen Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan pesantren Al-Falahbertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimalsesuai dengan hasil musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah senior dan ketua pesantren ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir, berkarakter baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya pada pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru,
tenaga pendidik
(ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah terdiri dari lulusan 102
pesantren yang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren (lillahita’ala) tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun. Adapun dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga adakalanya ustadz yang sambil usaha buka warung atau usaha yang lain. Sebuah prinsip para asatidz/dzah pesantren Al-Falahyang sangat luar biasa yaitu ”barang siapa yang menolong agama Allah, Allahpun akan menolongnya dan akan menetapkanya didalam kedudukan yang mulia”, salah satu perkataan dari pengasuh pesantren Al-Falah yang bisa dikuti para santrinya yaitu ”Saya kerja dengan Allah, Juragan yang paling kaya”. Dari beberapa prinsip itulah para asatidz/dzah di pesantren AlFalah bersedia dengan ikhlah dan istiqomah mengabdikan dirinya untuk membimbing santri di pesantren. C. Manajemen Kesiswaan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Dengan pembentukan sebuah kepanitian kecil yang akan fokus dalam pengurusan santri baru meliputi ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, pesantren Al-Falah akan lebih mudah dalam mengkafer santrisantri baru tersebut, dan berusaha memberikan pelayanan kepada santri baru dengan baik secara maksimal. Di akhiri dengan akan diadakan LPJ (laporan pertanggung jawaban) kepanitian tersebut atas tugas yang dijalankan dalam masa satu tahun ajaran. Manajamen kesiswaan lembaga pesantren salafi terdapat perbedaan dengan manajemen kesiswaan yang diterapkan di dalam lembaga sekolah 103
umum terhusus penerimaan peserta didik, kalau di dalam lembaga pesantren dalam hal ini pesantren Al-Falah tidak mengharuskan santri bisa mendaftarkan diri tepat di awal tahun ajaran tetapi setiap saat ketika ada santri yang akan mendaftarkan diri pasti diterima secara tulus, tanpa membedakan-bedakan antaran calon santi satu dengan yang lain. D. Manajemen Keuangan dan Pembiayaan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS yang telah diterapkan di pesantren Al-Falah, yang menuntut kemampuan pesantren untuk merencankan, melaksanakann dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada pengelolahlembaga pesantren secara umum dan masyarakat. Dalam hal ini pesantren Al-Falah telah cukup mampu mengelola keuangan dengan baik, hal itu dapat dibuktikan dengan termenejnya keuangan keuangan dari pemasukan sampai pengolahan pengeluaran keuangan dengan baik dan pada akhir jabatan selalu diadakan laporan pertanggung jawaban pengelola keuangan pesantren, sehingga dengan manajemen keuangan yang baik tersebut mampu mencukupi kebutuhan santri baik dari fasilitas sarana prasarana maupun kebutuhan yang lain
104
dalam kehidupan sehari-hari dan pada laporan dari bendahara setiap rapat pengurus satu bulan sekali, pengelola pesantren dalam megelola keuangan jarang mengalami kurang dari pemasukan yang menimbulkan hutang. Berbekal pengalaman pengasuh dalam mengembangkan pesantren dari mulai berdiri sampai sekarang ini dan semua itu dijalankan dalam waktu yang tidak sebentar tetapi sudah bertahun-tahun bahkan berpuluh tahun dan dibantu dewan pengurus khususnya bendahara pesantren keuangan pesantren dapat dimenej dengan baik dan mampu mencukupi kebutuhan santri.
E. Manajemen Sarana dan Prasarana Pendidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Dalam MBS telah dipaparkan tugas dalam manajemen sarana dan prasarana yang meliputi perencanaan, pengadaan, pengawasan dan penyimpanaan inventaris. Hal itu di dalam pesantren Al-Falahpun telah berusaha menerapkan, yang sekarang ini bisa peneliti rasakan fasilitas sarana dan prasarana yang diberikan pesantren sangat baik, sehingga dengan sebuah harapan bersama fasilitas yang tersedia akan memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan santri.
105
Peningkatan fasilitas sarana prasarana pesantren Al-Falah yang begitu cepat dipengaruhi dari beberapa hal dan yang paling utama yakni penerapan manajemen sarana dan prasarana yang baik, dari perencanaan, pengadaan dan pemeliharaan, dengan didorong adanya sumber pemasukan dana untuk pembangunan sarana pesantren dan manajemen keuangan yang baik. Semua dana yang telah masuk guna meningkatkan fasilitas sarana prasarana pesantren tidak sebanding dengan fasilitas yang telah ada atau tidak akan cukup untuk mendanai fasilitas sarana prasaran pesantren AlFalah yang ada dalam jangka waktu yang relatif pendek, tetapi dari itulah salah satu keistemawaan pesantren yang mana dengan kemampuan pengasuh sebagai manajerial dan didukung oleh kemandirian santri mampu memenej dana yang masuk yang bisa dikatakan minim untuk mencukupi semua kebutuhan didalam pesantren. F. Manajemen Hubungan Sekolah dengan Masyarakat Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Dalam teori MBS hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik di sekolah. Dalam hal ini, sekolah (pesantren) sebagai sistem sosial merupakan bagian integral dari sistem sosial yang lebih besar, yaitu masyarakat. Sekolah
106
(pesantren) dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau pendidikan secara efektif dan efisian Manajemen humas yang diterapkan di dalam Pondok Pesantren Tarbiyatul
IslamAl-Falah
bisa
dirasakan
secara
langsung
telah
ditanamkannya pada diri santri sejak dini sebuah inetraksi aktif dengan warga sekitar pesantren, rasa kepedulian dan rasa tanggap terhadap masyarakat sekitar pesantren. Salah satu contoh kecil, ketika ada kegiatan masyarakat seperti hajatan, pengajian akbar kampung, atau ketika mengetahui ada masyarakat yang terkena musibah, santri Al-Falah langsung terjun mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut. Ketika di pesantren Al-Falah mengadakan acara besarpun pesantren Al-Falah tidak terlepas dari mengikut peran aktifkan masyarakat untuk membantu mengsuseskan acara yang diadakan pesantren Al-Falah tersebut, sehingga dari hal-hal kecil dari beberapa kegiatan interaksi dengan masyarakat terbentuk hubungan yang harmonis. Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren, lembaga atau santri-santri pesantren Al-Falah membangun hubungan yang baik dengan wali santri, pesantren-pesantren lain, baik pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah atau pesantren-pesantren di luar kota, pemerintahan kota Salatiga, Kemenag, maupun lembaga-lembaga yang lain, seperti koran Suara Merdeka dan lain sebagainya. Sehingga dengan terbentuknya hubungan yang baik dengan berbagai lini, akan sangat mendukung perkembangan dan peningkatan kualitas pesantren terhusus
107
membantu
mengsukseskan
kegiatan
belajar
mengajar
santri
di
pesantrenAl-Falah. G. Manajemen Layanan Khusus Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAlFalah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Tahun Ajaran 1434/1435H Manajemen
layanan
khusus
pesantren
Al-Falah
meliputi
manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan pesantren dalam hal itu sesuai dengan teori MBS. Komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari manajemen pesantren Al-Falah yang efektif dan efisien. Belum tentu pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah memberikan fasilitas tersebut terhusus pada manajemen perpustakaan dan kesehatan. Termasuk Faktor Pendukung
dan kehasan pesantren Al-Falah
dibandingkan dengan pesantren-pesantren lain yang berhubungan dengan manajemen layanan khusus, dalam penilitian dan merasakan secara langsung manajemen layanan khusus yang tersedia telah terkonsep secara rapi dari kepengurusan, fasilitas pendukung dan berbagai program kerja yang akan dijalankan. H. Faktor Pendukung dan PenghambatManajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dalam pelaksanaan manajemen kelembagaan pesantren, pesantren Al-Falah menerapkan manajemen berbasis sekolah atau yang sering disingkat MBS, tidak akan mungkin terlepas dari sebuah nilai plus atau
108
Faktor Pendukung dari MBS yang telah diterapkan tersebut. Di lain sisi dalam sebuah perjalan penerapan MBS, pesantren Al-Falahpun mengalami beberapa Faktor Penghambat yang menjadi sebuah penghambat dalam pelaksanan dan pencapaian hasil akhir secara maksimal. Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya bahwa faktor pendukung mengelolaan manajemen pesantren berbasis sekolah akan berusaha pengelola pertahankan dan ditingkatkan, sedangkan faktor penghambat meliputi faktor-fakto yang secara berkelanjutan dapat dikoordinir dan diminimalisir oleh dewan pengurus sebagai koordinator.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga tahun ajaran 1434/1435H dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. ManajemenPesantren Berbasis Sekolah dalam Pencapaian Tujuan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatigayang meliputi:
109
a. Manajemen Kurikulum dan Program Pengajaranyang menggunakan asas POAC (Planning, Organizing, Actuanting, dan Controling) pada Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatigasebagai berikut: 1) kurikulum pendidikan yang diterapkan di pesantren AlFalahmenggunakan
sistem ala
“Pesantren Salafi”, yakni
pengkajian kitab-kitab kuning karya ulama‟-ulama‟ salaf, seperti kitab Ihya‟ Ulumuddin karya Imam Ghazali, kitab Alfiyah karya Imam Abi „Abdillah Muhammad Jamaluddin Bin Maliki dan masih banyak kitab yang lain, dalam dunia pesantren sering juga disebut kitab Gundulan, karena kitab yang
akan
dikaji
kebanyakan
kitab
yang
tidak
bersyakal/harakat. 2) Perencanaan kurikulum yang akan diselenggarakan dalam proses pembelajaran di PPTI Al-Falah melalui musyawarah dewan ustadz dan pengurus harian yang kemudian disampaikan ke pengasuh yang menetapkan komposisi pelajaran dalam masing-masing tingkat kelas setiap tahun ajaran baru. 3) Dalam pengorganisasian kurikulum PPTI Al-Falah menerapkan keorganisasian melalui pemberia tanggung jawab secara penuh kepada masing-masing dewan asatidz yang dipantau oleh dewan
pengurus
bidang
pendidikan,
sedangkan
dalam
mengorganisasir mata pelajaran pesantren melalui dewan
110
ustadz membuat jadwal mata pelajaran untuk tiap-tiap tingkat kelas, pelajaran bandongan dan sorogan, dan kegiatan-kegiatan rutinan secara sistematis dan masuk dalam undang-undang pesantren. 4) Dalam
pelaksanaan
kurikulum
PPTI
Al-Falah
yakni
menyelenggarakan pendidikan dalam beberapa metode yaitu: a) MetodeSorogan b) Metode Weton c) MetodeHafalan d) MetodePelatihan-pelatihan Pengembangan Keahlian 5) Sedangkan dalam pengawasan PPTI Al-Falah sepenuhnya oleh penasuh pesantren secar langsung memberikan amanah kepada tiap-tiap
asatidz
sebagai
pembantu
pengasuh
dalam
penyampaian ilmu pada santri. b.
Manajemen Tenaga Kependidikan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Dalam pengadaan staf pengajaran Sesuai dengan hasil musyawarah pengasuh, para asatidz/dzah senior dan ketua pesantren ditetapkannya tenaga pengajar yang mahir, berkarakter baik, berwibawa, mumpuni dan bersedia mengabdikan dirinya pada pesantren setiap menginjak tahun ajaran baru, tenaga pendidik (ustadz) Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah terdiri dari lulusan pesantren yang berusaha mengabdikan diri untuk pesantren
111
(lillahita‟ala) tanpa menerima uang gaji dari santri sedikitpun. Adapun dalam mencukupi kebutuhan diri dan keluarga adakalanya ustadz yang sambil usaha buka warung atau usaha yang lain. c. Manajemen Kesiswaan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAlFalah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Manajemen
kesiswaan
dalam
Pondok
Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah mencakup penerimaan santri baru, pengelompokan kamar tidur santri, pengelompokan santri dalam proses belajar dan proses evaluasi kegiatan belajar santri. Dengan pembentukan sebuah kepanitian kecil yang akan fokus dalam pengurusan santri baru meliputi ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota, pesantren Al-Falah akan lebih mudah dalam mengkafer santri-santri baru tersebut, dan berusaha memberikan pelayanan kepada santri baru dengan baik secara maksimal.
Diakhiri
dengan
akan
diadakan
LPJ
(laporan
pertanggung jawaban) kepanitian tersebut atas tugas yang dijalankan dalam masa satu tahun ajaran. d. Manajemen
Keuangan
dan
PembiayaanPondok
Pesantren
Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber daya yang secara lansung menunjang efektivitas dan efesiensi pengelolaan pendidikan. Hal tersebut lebih terasa lagi dalam implementasi MBS yang telah diterapkan di pesantren Al-Falah,
112
yang menuntut kemampuan pesantren untuk merencankan, melaksanakann dan mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada pengelolahlembaga pesantren secara umum dan masyarakat. Beberapa sumber pemasukan pendanaan pesantren AlFalah yaitu: 1) Pembayaran syahriah santri setiap 3 bulan sekali. 2) Pembayaran uang pembangunan bagi santri baru. 3) Infaq dari masyarakat. 4) Bantuan pendanaan pembangunan pesantren dari kementerian Agama. Adapun pengeluaran pesantren dapat dibagi kedalam dua bagian yakni pengeluaran guna pengembangan pembangunan gedung pesantren , dalam hal ini tanggung jawab memenej pemasukan dan pengeluaran dilimpahkan kepada Ustd. Edi Romli yang dibantu oleh ketua pesantren, pengasuh dan ketua yayasan dan pengeluaran guna memenuhi kebutuhan santri dalam seharihari, dalam hal ini pengurus harian bagian bendaharalah yang dilimpahi tanggung jawab dalam memenej pemasukan dan pengeluaran keuangan pesantren dibantu ketua pesantren dan pengasuh.
113
Adapun pengeluaran yang paling pokok di pesantren AlFalah yaitu: 1) Listrik 2) PDAM 3) Kebutuhan sekretaris 4) Rapat pengurus bulanan 5) Perlengkapan penunjang kebutuhan kesaharian santri Dalam mengevaluasi serta mempertanggung jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada pengelolahlembaga pesantren secara umum dengan diadakan LPJ akhir kepengurusan oleh pengelolah keuangan pesantren terhusus pengurus yang menjabat sebagai bendahara. e. Manajemen Sarana dan Prasarana PendidikanPondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Manajemen sarana prasarana yang merupakan penunjang pemenuhana kebutuhan bersama di pesantren Al-Falah mencakup perencanaan, pengadaan dan perawatan. Dalam perencanaan, pengadaan dan perawatan sarana dan prasarana pesantren dengan mengadakan musyawarah yang melibatkan pengasuh dan pengurus yang bertujuan membentuk tim pelaksana dan penentuan kebutuhan-kebutuhan apa yang perlu segera dipenuhi.
114
Dalam perawatan sarana dan prasarana pesantren yang telah ada mengikut peran aktifkan pengasuh, para asatidz/asatidzah, para santri, pengurus harian terhusus pengurus seksi perlengkapan, yang menjadi
koordinator,
pendataan
dan
penyimpanan
sarana
parasarana yang ada. Dari tiga hal yang diselenggarakan mengenai manajemen sarana dan prasarana tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar manajemen sarana dan prasarana yakni sebagai penunjang terselenggaranya proses pendidikan pesantren yang efektif dan efisien. f. Manajemen Pondok
Hubungan
Pesantren
Pesantrendengan
Tarbiyatul
MasyarakatSekitar
IslamAl-Falah
Dukuh
Kec.
Sidomukti Kota Salatiga Manajemen humas yang dilaksankan Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah telah ditanamkan pada diri santri sejak dini sebuah interaksi aktif dengan warga sekitar pesantren, rasa kepedulian dan rasa tanggap terhadap masyarakat sekitar pesantren. Selain berinteraksi dengan masyarakat sekitar pesantren, lembaga atau santri-santri pesantren Al-Falah juga membangun hubungan yang baik dengan wali santri, pesantren-pesantren lain baik pesantren-pesantren di sekitar pesantren Al-Falah atau pesantren-pesantren di luar kota, pemerintahan kota Salatiga,
115
Kemenag, maupun lembaga-lembaga yang lain seperti koran Suara Merdeka dan lain sebagainya. Dari hal-hal kecil berupa beberapa kegiatan interaksi dengan masyarakat dan lingkungan sekitar akan terbentuk hubungan yang harmonis, sehingga dengan terbentuknya hubungan yang baik dengan berbagai lini, akan sangat mendukung perkembangan dan peningkatan kualitas pesantren terhusus membantu mengsukseskan kegiatan belajar mengajar santri di pondok Al-Falah.
g. Manajemen
Layanan
KhususPondok
Pesantren
Tarbiyatul
IslamAl-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Manajemen layanan khusus pesantren Al-Falah meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan pesantren. komponen-komponen tersebut merupakan bagian penting dari manajemen pesantren Al-Falah yang efektif dan efisian, belum tentu
pesantren-pesantren
memberikan
fasilitas
di
tersebut
sekitar terhusus
pesantren pada
Al-Falah manajemen
perpustakaan dan kesehatan. 2. Faktor Pendukung dan PenghambatManajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga
116
Dalam pelaksana pendidikan sangat mungkin baik lembaga sebagai penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustadz sebagai koordinator dan santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami sesuatu yang dapat menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan pengelolaan manajemen pesantren. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada beberapa hal yang menjadi sebuahFaktor Pendukung dan Penghambatdalam penerapan manajemen berbasis sekolah di dalam lembaga pesantren Al-Falah.
a.Faktor Pendukung Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di PondokPesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatigafaktor pendukung dalam pelaksanaan Manajemen pesantren berbasis sekolah yaitu: 1) Tersusunnya program kerja pengurus secara rapi dari awal tahun ajaran setelah diadakannya pelantikan kepengurusan baru. 2) Selain sikap loyalitas pengurus terhadap tanggung jawabnya untuk mengurus pesantren, juga selalu diadakan evaluasi program kerja dengan diadakan rapat secara rutin satu minggu sekali setiap malam jum‟at dan setiap awal bulan yang melibatkan semua pengelola pesantren dari pengasuh, dewan asatidz, dan pengurus harian, sehingga pengelola pesantren lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehimgga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk 117
memajukan pesantren dan pengelola pesantren lebih mengetahui komponen
pendidikan
didayagunakan
yang
akan
dikembangkan
dan
dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat
perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3) Adanya keterbukaan dan kerja sama yang baik antara pengelola pesantren dengan orang tua santri dan lembaga-lembaga di luar pesantren, sehinnga dari itu pesantren dapat secara cepat merespon anspirasi dari berbagai pihak, sehingga akan berupaya semaksimal mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu pendidikan yang telah direncanakan. b. Faktor Penghambat Manajemen Pesantren Berbasis Sekolah di Pondok Pesantren Tarbiyatul IslamAl-Falah Diantara faktor penghambat yang dihadapi pihak pengelolah manajemen pesantren berbasis sekolah di Pesantren Al-Falah sebagaiman di sampaikan kang Gunawan (lurah pesantren) dan pengurus-pengurus yang lain yaitu: 1) Regenerasi pengelolah pesantren yang kurang stabil. 2) Kurangnya pengalaman pihak pengelolah pesantren terhusus pihak pengurus harian dalam mengelolah manajemen pesantren berbasis sekolah yang telah di terapkan. 3) Kurangnya kemampuan para santri dalam memenej waktu untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di pesantren maupun luar pesantren.
118
4) Kurangnya sikap konsisten dan keloyalitasan pengurus harian dalam menjalankan tugas kepengurusannya. 5) Kurangnya komunikasi dengan baik antara pengasuh, pengurus, orang tua santri dan santri. 6) Sumber
dana
yang
tidak
menentu
mengakibatkan
tidak
kontinyunya pesantren dalam pembangunan. 7) Kurangnya kepedulian para santri dalam merawat sarana prasarana yang telah tersedia. 8) Pengaruh budaya global masuk kedalam dunia pesantren yang mengakibatkan degradasi moral santri. B. Saran 1. Kepada Pengasuh Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran dalam banyak hal terutama mencetak generasi yang mumpuni baik IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAK (iman dan takwa) hendaknya harus memiliki manajemen dan keorganisasian yang benar-benar mampu mengelola lembaga pesantren tersebut dengan baik. Pengadaan berbagai pelatihan dan pengembangan para kader tenaga pengajar, pengurus harian maupun para santripun salah satu bentuk upaya menciptakan kualitas sumber daya yang telah baik akan menjadi lebih baik untuk menyongsong masa depan yang gemilang.
119
2. Kepada Pengurus Harian Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga Dalam pengelolahan manajemen kelembaga pesantren tidak cukup dalam bentuk perencanaan-perancanaan saja tetapi yang harus jauh lebih diperhatikan dan dilaksanakan yaitu adanya sikap konsisten, loyalitas, pengorbanan dan tindakan nyata dengan penuh keihlasan dan semangat perjuangan dalam mengelolah pesantren menuju yang lebih baik. 3. Kepada Santri Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam Al-Falah Dukuh Kec. Sidomukti Kota Salatiga. Dengan adanya kita sebagai santri diatur oleh sebuah peraturan supaya kita menjadi teratur, maka taatilah peraturan pesantren yang telah ditetapkan. Selain itu dengan tekad yang kuat dan ikhtiar yang maksimal baik ikhtiar lahiriah maupun bathiniah kita, mari kita banggakan orang-orang yang sangat mencintai kita dengan penuh perjuangan dan pengorbanan, mereka mengharapkan prestasi dan kesuksesan akan kita raih.
120
121
122
RIWAYAT HIDUP PENULIS
123
Nama
: M. Arifin
Tempat, Tanggal Lahir
: Kab. Semarang, 17 Juni 1991
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Jl. Mulawarman, Blok. J, Rt. 13 / Rw Ds. Kerta Bumi, Kec. Kuaro, Kab. Paser, Prov. Kal-Tim
Pendidikan
: 1. SDN 04 Timpik Kec. Susukan, kab. Semarang. 2. MTsN Susukan, Kab. Semarang. 3. MA Subulussallam Kuaro Kab. Paser, Prov. KalTim 4. Pondok Pesantren Al-Huda Petak Kec. Susukan, Kab. Semarang 5. Pondok Pesantren Tarbiyatul Islam AL FALAH Salatiga. 6. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an “ ArRahman”Ambarawa 7. STAIN Salatiga Jurusan Pendidikan Agama Islam.
124
Demikian daftar riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 25 Agustus 2014
M. Arifin 11110001
125
126
127
128
SURAT KETERANGAN KEGIATAN
Nama :M. Arifin
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Nim
Dosen Pembimbing: Drs. Bahroni, M. Pd.
: 111 10 001
Jurusan : Tarbiyah
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
KEGIATAN Orientasi Pengenalan Akademik dan Kemahasiswaan (OPAK) STAIN Salatiga Tahun 2010 UPT Perpustakaan “ User Uducation “ STAIN Salatiga PABITTAQO STAIN Salatiga “ IhyaulLughotul „Arobiyyahwa Tanamaytiha Fi Jaami‟ah” PAB JQH STAIN Salatiga “CerdasdanMuliaDe ngan Al Qur‟an” Seminar Nasional “ National Workshop Of Entrepreneurship and Basic Cooperation 2010 Bedah Novel “BumiCinta” BersamaUstdz. Habiburrahman El Shirazy, Lc
TANGGAL PELAKSANAAN
JABATAN
POINT
23-27 Agustus 2010
Peserta
3
20-25 September 2010
Peserta
3
30 Oktober 2010
Peserta
3
13 November 2010
Peserta
3
19 Desember 2010
Peserta
6
30 Januari 2011
Peserta
3
129
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Islamic Public Speaking Training (IPST) LDK STAIN Salatiga “MembentukSosok Muslim Yang MahirPidato” Praktikun KepramukaanJurusa nTarbiyahSTAIN Salatiga MTQ III JQH STAIN Salatiga ”MelaluiMTQ Kita RaihPrestasiMenjadi InsanQur‟ani” Ibtida‟ LDK STAIN Salatiga “CatatanHarianMah asiswaRabbani” PAB JQH STAIN Salatiga “MembangunPribadi IslamidenganNilaiQ ur‟ani” SK (Surat Keputusan) Kepala UPK STAIN Salatiga Pengangkatan Pengurus JQH Masa Bakti 2010/2011 Praktikum Etika Profesi Keguruan STAIN Salatiga Praktikum Komputer Multimedia STAIN Salatiga PelatihanPenggunaa nMaktabahSyamilah danMengetik Arab Cepat PAB STAIN Salatiga Public Hearing
09 April 2011
Peserta
2
22-27 Juli 2011
Peserta
5
28 September 2011
Panitia
3
08-09 Oktober 2011
Peserta
3
03-04 Desember 2011
Panitia
3
03 Januari 2012
Pengurus
3
10 Februari 2012
Peserta
3
14-15 Februari 2012
Peserta
3
17 Maret 2012
Peserta
3
27 Maret 2012
Peserta
2
130
17.
18.
19. 20.
21.
22.
23.
24.
25.
SEMA STAIN Salatiga “ MeningkatkanKepek aandanTransparansi KinerjaLembagaMe nujuKampusyangA manah” Workshop Leadership DEMA STAIN Saltiga “MenumbuhkanJiwa KepemimpinanYang Ideal danDemokratis” Seminar Regional “ PeranMahasiswaDal amMengawali BLSM (BLT) TepatSasaran“ GorahMassal JQH STAIN Saltiga GorahMassal JQH STAIN Salatiga Seminar NasionalKristologiD anTabligh Akbar” MembangunPemaha man Agama MenujuKhoirulUm mah” PelatihanMengatasi KecemasanTampildi DepanUmumbiroKo nsultasiPsikologiTaz kia Ziarah Waliyullah PPTIAl-Falah “Study Banding di PTIQ, PSQ,UIN SyarifHidayatullah Jakarta” JQH STAIN Salatiga Khotmil Kutub “ Anggun dalam Bermoral, Unggul dalam Intelektual”
06-08 April 2012
Panitia
3
03 Mei 2012
Peserta
5
12 Mei 2012
Panitia
2
12 Mei 2012
Peserta
2
20 Mei 2012
Peserta
6
09 Juni 2012
Peserta
3
06 Juli 2012
Panitia
2
10-11 Juli 2012
Peserta
3
20 Juli 2012
Panitia
3
131
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
PPTIAl-Falah “GerakanSantriMen ulis” SarasehanJurnalistik SuaraMerdeka PesantrenKilatdi SMPN 09 Salatiga PAB JQH STAIN Salatiga” MembentukParadig maQur‟anidenganPa ncaIndra Akal DanHati” 1 Muharram “ Perbaharui Hati dengan Kebaikan” PPTIAl-Falah “TafsirTematikdala mUpayaMenjawabP ersoalan Israel danPalestina”JQH STAIN Salatiga TafsirTematik “SihirdalamPerspekt if Al Qur‟an danHukum Negara” JQH STAIN Salatiga “PelatihanStrategiSu ksesKuliah” Biro KonsultasiPsikologi Tazkia Halaqoh Alim Ulama Se-Jawa Tengah &DIYPPTIAl-Falah Khotmil Kutub “Meningkatkan Kualitas Moral, Intelektual,Dan Spiritual Santri” PPTIAl-Falah Pelatihan Hisab Wa Rukyat “Perbedaan
03 Agustus 2012
Peserta
3
06-11 Agustus 2012
Pemateri
4
17-18 November 2012
Panitia
3
25 November 2012
Panitia
3
01 Desember 2012
Panitia
3
04 Mei 2013
Panitia
3
08 Juni 2013
Peserta
3
23-24 Juni 2013
Panitia
3
31 Juni 2013
Panitia
3
20-21 Juli 2013
Panitia
3
132
36
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Penentu Awal Bulan Qomariyah dan Hisab Praktis Arah Kiblat” PPTIAlFalah Akhirussanah KeXXPPTIAl-Falah Taspona “Mewujudkan Santri Sejati yang Konsisten Sebagai Generasi Penuntun Bangsa” PPTIAlFalah Halal bi Halal “Peran Orang Tua Terhadap Semangat Belajar Santri Demi Terwujudnya Generasi yang Berakhlaqul Karimah” PPTIAlFalah MTQ V JQH STAIN Salatiga “ MTQ WahanaApresiasiUn tukMencetakInsanQ u‟ani” Pawai Ta‟aruf “Membentuk Karakter Santri Sebagai Insan Kamil 3yang Kreatif” PPTIAl-Falah Pawai Ta‟aruf “Hati Suci Modal Hidup Abadi” PPTIAlFalah SR-NU Salatiga “PelajarBerkualitasT anpa HIV/AIDS, PelajarBerakhlakTa npa DiskriminasiPelaku HIV/AIDS”.
25 Juli 2013
Panitia
2
28 Juli 2013
Panitia
3
20 Agustus 2013
Panitia
3
23 Oktober 2013
Panitia
3
13 November 2013
Panitia
3
12 Januari 2014
Panitia
3
06 April 2014
Panitia
3
133
43.
44.
45.
46. 47. 48. 49.
Isra‟ Mi‟raj “ Semangat Membangun Generasi Muslim Yang Berkualitas” PPTIAl-Falah Festifal Ramadhan KKN STAIN Salatiga Bekerjasama dengan Pemuda Desa Ngablak Halal bi Halal “Memaafkan Dan Dimaafkan Sebagai Modal Awal Perbaikan Akhlaq” PPTIAl-Falah Salatiga SK “Penerimaan Santri Baru2010/2011” SK “Ustadz PPTIAlFalah 2011/2012” SK “Ustadz PPTIAlFalah2012/2013 ” SK “Ustadz PPTIAlFalah 2013/2014”
27 Mei 2014
Panitia
3
02-03 Juli 2014
Panitia
3
10 Agustus 2014
Panitia
3
12 Agustus 2014
Ketua
3
12 Agustus 2014
Ustadz
3
12 Agustus 2014
Ustadz
3
12 Agustus 2014
Ustadz
3
Jumlah Point
129
Salatiga, 1 September 2014 Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaandan Kerjasama
Moh.Khusen, M. Ag, MA. NIP. 197412121999031003
134
135
136
137
138
139
140
141