MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Studi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Agama Islam
Oleh : Nur Hasanudin 11108170
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Studi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga) SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 Pendidikan Agama Islam
Oleh : Nur Hasanudin 11108170
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2012
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
Dr. H.M. Zulfa M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 4 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudara Nur Hasanudin Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga Di Salatiga Asssalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara: Nama
: Nur Hasanudin
NIM
: 111 08 170
Jurusan/progdi : TARBIYAH/PAI Judul
: MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (studi Pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa kali bening kecamatan Tingkir Kota Salatiga)
Dengan ini kami mohon skripsi saudari tersebut di atas supaya segera di munaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 10 Agustus 2012 Pembimbing Dr. H.M. Zulfa M.Ag NIP 19520430 197703 1 001
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama
: Nur Hasanudin
NIM
: 111 08 170
Fakultas
: Tarbiyah
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan karya saya sendiri, bukan hasil megkopi (jiplak) dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiyah.
Salatiga, 08 Agustus 2012 Yang menyatakan
Nur Hasanudin NIM 11108170
KEMENTERIAN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) Jl. Stadion 03 telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail:
[email protected]
SKRIPSI MANAJEMEN PENIDIKAN PESANTREN (Studi Pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) DISUSUN OLEH Nur Hasanudin NIM: 11108170 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 12 September 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
: Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Sekretaris Penguji
: Ilyya Muhsin, S.HI.M.Si
Penguji I
: Drs. A. Bahrudin, M.Ag
Penguji II
: Achmad Maimun, M.Ag
Penguji III
: Dr. H.M. Zulfa, M.Ag
Salatiga, 12 September 2012 Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002
MOTTO
الٌاس كلهن هالكىى اال العالوىى والعالوىى كلهن هالكىى اال العاهلىى والعاهلىى كلهن هالكىى اال الوخلصىى Semua orang akan binasa kecuali orang-orang yang berilmu. Dan semua orang yang berilmu akan binasa kecuali orang-orang yang mengamalkan ilmunya dan kemudian semua orang yang mengamalkan ilmunya akan binasa kecuali orang-orang yang ikhlas (Imam Al-Ghozali)
PERSEMBAHAN
Dengan ketulusan hati dan segenap rasa syukur, skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu dan bapak tercinta yang selalu memberikankan restu, dukungan baik moril maupun materiil 2. Bapak. K. Agus Wahib Sabara, abah Mujtahid Al-Fatah, KH. Slamet Hgufron dan Ibu Nyai Nurhidayati, yang telah mengajarkan banyak ilmu selama penulis di pesantren. 3. Bapak Dr. M. Zulfa M.Ag, yang telah sabar dalam mengarahkan
dan
memberikan masukan-masukan dalam menyusun skripsi ini; 4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan STAIN Salatiga, yang dengan ikhlas membimbing dan mengarahkan penulis. 5. Saudara-saudaraku yang telah mendukungku. 6. Nduk Umi Rochmatul Ummah yang seleu mendukung dan memberi semangat selama penuliasan skripsi ini. 7. Teman-teman PPDQS (Ponpes Darul Qudusissalam) 8. Teman-teman PAI E 2008 (Ghoni, Ugik, Hadi, Fuad, Hasan, Rowi, Slamet, Miftah, Arifah, Yuni, Atika, Sri, Mum, Isma ) dan lain-lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per-satu;
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang maha pemurah, segala puji bagi-Nya yang senantiasa melimpahkan rahmat dan nikmat-Nya. Sholawat salam selalu tercurahkan pada pangkuan nabi Muhammad SAW, yang telah menyampaikan dan membimbing ummat pada jalan yang diridhoi Allah, dengan semangat dalam menebarkan
ilmunya
dan
nur
kemulyaanya.
Sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “MANAJEMEN PENDIDIKAN PESANTREN (Studi Pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432-1433 H).” selanjutnya pada kesempatan ini penulis ucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada : 1. Bapak Dr. Imam sutomo, M.Ag. selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. 2. Ibu Dra. Siti Asdiqoh selaku ketua program setudi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga 3. Bapak Djoko Sutopo selaku dosen pembimbing akademik 4. Bapak DR. H.M Zulfa M.Ag yang telah membimbing dam memberi pengarahan sampai selesai dalam penulisan sekripsi ini. 5. Semua bapak dan ibu dosen serta karyawan STAIN salatiga yang telah memberi bekal pengetahan dan pelayanan kepada penulis 6. Semua masyarakat Pon-Pes PPHM khususnya pengasuh, ustadz, pengurus dan serta santri 7. Bapak dan ibuku serta keluarga yang telah memberi motivasi dan do‟a dalam menyelesaikan skripsi ini 8. Semua teman seperjuangan PAI-E 2008 9. Semua santri Pondodk Pesantren Al-Ghufron Kecandran Salatiga yang selalu member motifasi kepada penulis 10. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
Semoga amal dan budi baik yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi catatan amal kebaikan disisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi masyarakat pecinta ilmu dan pesantren.
Salatiga, 10 Agustus 2012
Penulis
ABSTRAK Hasanudin, Nur, 2012 Manajemen Pendidikan Pesantren (Studi Pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga) Dosen : Dr. H.M. Zulfa M.Ag Kata kunci : Manajemen Pendidikan Pesantren Dalam rangka pesantern menciptakan pendidikan yang sesuai dengan tujuan dan maksud yang disandarkan pada Al-Qur‟an dan Assunah pesantren selalu mengikuti perkembangan pendidikan dengan tidak secara langsung menghilangkan tradisi-tradisi pesantren yang diwariskan dari pesantren jaman dulu baik dalam metode pembelajaran, kurikulum, hukum-hukum dalam pesantren serta bagai mana menetapkan pesantren sebagai suatu kebutuhan semua masyarakat sekitar. Dengan berkembangnya pendidikan dan kebutuhan manusia dalam bidang keilmuan yang harus memiliki keseimbanagan baik ilmu alam (umum) serta ilmu syariat (agama, sehingga pesantren harus mengikuti dengan memberikan pelayanan yang diharapkan santri-santri yang mengikuti kegiatan pendidikan pesantren, salah satu jalan untuk mengimbang kebutuhan santri pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa kalibening kematan Tingkir Kota Salatiga memberikan kelonggaran bagi setiap santri mengikuti pendidikan diluar pesantren yakni pendidikan di lembaga-lembaga pendidikan umum (formal). Namun setelah kebijakan ini diambil pesantren harus mengelola dan mengatur (memanajemen) baik santri, kurikulum, personalia serta sarana prasarana yang dimiliki pesantren dengan benar-benar memperhatikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sehingga benar-benar seimbang antara penegtahuan santri baik dalam keilmuan pesantren dan keilmuan yang diajarkan di sekolah umum. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan diskriptif, dalam pelaksanaan penelitian penulis membutuhkan waktu dua minggu dalam pengumpulan data yang terkait dengan tujuan penelitian baik merodeobservasi, Interviw, wawancara, dan dokumentasi yang semua digunakan peneliti guna mendapatkan data yang falid. Berdasarkan dari hasil penelitian yang melalui proses pengupulan data dan melakukan penarikan kesimpulan tentang bagaimana manajememen pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, menunjukkan bahwa manajemen pendidikan baik dalam kurikulum, personalia, peserta didik dan sarana prasarana yang bertujuan mengoktimalkan pembelajaranyang seimbang bagi para santri yang menempuh pendidikan dalam dua lembaga yang berbeda (pondok dan sekolah umum), telah berperan dengan baik yakni elmen pengurus sebagai koordinator dapat memanajmemen dengan baik yang berakibat pada efektitas belajar santri, sedangkan keadaan lingkungan dan hubungan semua masyarakat pesantren yang memiliki hubungan sangat erat berakibat pada semangat belajar santri.
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..............................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING..........................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..............................................
iii
PENGESAHAN ......................................................................................
iv
MOTTO ...................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ....................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ............................................................................
vii
ABSTRAK ...............................................................................................
ix
DAFTAR ISI ............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................
xv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan masalah ................................................................
7
C. Fokus penelitian ..................................................................
7
D. Definisi operasional .............................................................
8
E. Tujuan dan manfaat penelitian ............................................
10
F. Metodologi Penelitian .........................................................
12
1. Pendekatan dan jenis penelitian ....................................
12
2. Kehadiaran peneliti ........................................................
13
3. Pusat (lokasi) dan subyek peneliti ..................................
13
4. Sumber data ...................................................................
13
5. Tekhnik pengumpulan data ............................................
15
6. Analisis data …… ..........................................................
17
G. Sistematika Penulisan Skripsi ..............................................
19
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren ..........................................
22
2. Tipologi pondok Pesantren .............................................
23
3. Elmen-Elmen Pondok pesantren ... .................................
25
4. Peran Kelembagaan Pondok Pesantren... ........................
31
B. Manajemen Pendidikan Pesantren .......................................
34
1. Pengertian Manajemen .....................................................
34
2. Pengertian Manajemen Pendidikan .................................
38
3. Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren … ............
39
4. Manajemen Kurikulum Pesantren… ................................
41
5. Manajemen Personalia .....................................................
45
6. Manajemen peserta Didik …............................................
49
7. Manajemen Sarana da Prasarana…. .................................
49
8. Manajemen Hubungan masyarakat……….. ....................
51
BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum ................................................................ 1. Sejarah
Berdirinya
Pondok
Pesantren
52
Hidayatul
Mubtadiin .........................................................................
52
2. Visi dan Misi Pesantren .... ..............................................
53
3. Letak Geografis Pesantren ...............................................
55
BAB IV
4. Manajemen Kurikulum (PPHM) ......................................
57
a. Manajemen Kurikulum Pondok pesantren .................
57
b. Model Pembelajaran (PPHM)... .................................
66
c. Evaluasi Pembelajaran (PPHM)... ..............................
70
5. Manajemen Personalia (PPHM) .......................................
70
a. Struktur Organisasi (PPHM)... ...................................
71
b. Keadaan Ustadz.... ......................................................
74
6. Manajemen Peserta Didik ................................................
76
7. Manajemen sarana Prasarana (PPHM) .............................
86
a.
Pengadaan sarana Dan Prasarana... ..........................
87
b.
Pengelolaan Sarana dan Prasaran... ..........................
87
8. Manajemen hubungan Masyarakat ..................................
88
9. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pendidikan ...
90
a.
Faktor Exsternal.... ...................................................
91
b.
Faktor Internal ... ......................................................
91
ANALISIS DATA A. Manajemen Kurikulum (PPHM) .......................................
92
1. Kurikulum (PPHM).....................................................
92
2. Metode Pembelajaran ..................................................
93
a. Klasikal... ..............................................................
94
b. Bandongan.............................................................
95
c. Sorogan.... .............................................................
95
d. Hafalan.. ................................................................
96
e. Pasaran... ...............................................................
97
BAB V
3. Kehasan dan unggulan penerapan pembelajaran (PPHM) ..
97
a. Musafahah (adu lambe)... ......................................
98
b. Memahami Al-Qur‟an... ........................................
100
c. Tadarus dan Simaan Al-Qur‟an.............................
100
4. Evaluasi Pembelajaran (PPHM).... ..............................
101
B. Manajemen personalia (PPHM) ........................................
102
1. Pengadaan Staf Pengurus.. ..........................................
102
2. Pengadaan staf pengajar.. ............................................
103
3. Pelatihan dan Pengembangan Staf … .........................
103
C. Manajemen Peserta Didik (PPHM).. .................................
104
D. Manajemen Sarana Prasarana…........................................
105
E. Manajemen hubungan masyarakat… ................................
106
F. Faktor Pendukung dan Penghambat ..................................
107
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................
109
B. Saran-saran ........................................................................
117
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Gambaran-Gambaran Dan Lokasi PPHM ................................
55
Tabel 2
Jadwal Musafahah Qiroatul Kutub Fikhiah PPHM ..................
58
Tabel 3
Jadwal Dirosah Madrasah diniah PPHM ..................................
60
Tabel 4
Jadwal Musafahah Qiroatul Qur‟an PPHM ..............................
61
Tabel 5
Dirosah Putra ...........................................................................
63
Tabel 6
Jadwal Khitobah Malam Senin .................................................
65
Tabel 7
Jadwal Al-Barjanji malam Jum‟at ............................................
71
Tabel 8
Susunan pengurus putra PPHM ................................................
72
Tabel 9
Susunan pengurus Putri PPHM ................................................
73
Tabel 10
Keadaan Guru/ Ustad PPHM....................................................
73
Tabel 11
Daftar Santri Putra ....................................................................
80
Tabel 12
Daftar Santri Putri.....................................................................
85
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tata tertib Putra PPHM Lampiran 2 Jadwal Hasil Penelitian DI PPHM Lampiran 3 Pedoman Observasi pelaksanaan Pendidikan PPHM Lampiran 4 Pedoman Wawancara Lampiran 5 Transkip Hasil Wawancar Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis Lampiran 7 Surat Bukti penelitian Dari PPHM.. Lampiran 8 Nota Pembimbing Lampiran 9 Keterangan SKK Lampiran 10 Lembar Konsultasi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dunia pesantren penuh dengan aneka pesona, keunikan, kekhasan dan karakteristik pendidikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh institusi lainnya. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam pertama dan khas pribumi yang ada di Indonesia pada saat itu. Tapi, sejak kapan mulai munculnya pesantren, belum ada pendapat yang pasti dan kesepakatan tentang hal tersebut. Belum diketahui secara persis pada tahun berapa pesantren pertama kali muncul sebagai pusat-pusat pendidikan agama di Indonesia. Pesantren yang paling lama di Indonesia namanya Tegalsari di Jawa Timur. Tegalsari didirikan pada ahkir abad ke-18, walaupun sebetulnya pesantren di Indonesia mulai muncul banyak pada akhir abad ke-19 Sebagai “Bapak” lembaga pendidikan Islam Indonesia, pondok pesantren
pada
umumnya
diselenggarakan
oleh
masyarakat
sebagai
perwujutan dari, oleh dan untuk masyarakat. Jauh sebelum Indonesia merdeka, pondok pesantren telah lebih dulu berkembang, selain menjadi akar budaya bangsa
dan agama pesantren merupakan bagian tak terpisahkan dari
pendidikan. yang memiliki tradisi dan cara tersendiri dalam transfren ilmu atau dunia pendidikanya, pesantren yang dalam sejarah pendidikan Islam banyak tantangan terutama pesantren yang ada bersamaan dengan penjajahan belanda pada kala itu, pesantren selalu mendapat sorotan dari pemerintah
kolonial, dan pergerakanya pun selalu di batasi dan di bayang-bayangi oleh aturan pendidikan yang di ajarkan dan di bentuk oleh pemerintah kolonian belanda, seperti pada masa inspektur pendidikan pribumi yang pertama mengatakan ” walaupun saya sangat setuju kalau sekolah pribumi „pesantren dan madrasah‟ diselingi dengan kebiasaan pribumi”, namun saya tidak menerimanya karena kebiasaan tersebut terlalu jelek (Karel A. Steenbrink, 1986:3), sehingga tidak dapat dipakai dalam sekolah pribumi.” Yang dimaksud
kebiasaan jelek oleh kolonial adalah metode membaca teks arab yang hanya dihafal tanpa pengertian. Pada saat itu, hal demikian tidak hanya terjadi pada masa penjajahan namun setelah Indonesia merdeka, sejarah pesantren masih kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah yang menerapkan lembaga pendidikan peninggalan belanda atau yang masih kita temui pada masa sekarang, seperti sekolah-sekolah umum atau formal. Seiring dengan perkembangan pendidikan abad mutahir yang menghendaki adanya sistem pendidikan yang
komprehensif, karena
perkembangan masyarakat dewasa ini yang menghendaki adanya pembinaan siswa/santri yang dilaksanakan secara seimbang antara nilai dan sikap, pengetahuan
kecerdasan,
keterampilan
kemampuan
komunikasi,
dan
kesadaran akan ekologi lingkungan. Dengan kata lain harus seimbang antara IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan IMTAQ (Iman dan Taqwa), sehingga akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat yang didasarkan pada perintah Allah Dalam Al-Qur‟an surat Al-Qashash ayat 77 sebagai berikut
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (Q.S. Al-Qashash: 77 ) Telah beredar pemahaman dikalangan masyarakat tentang adanya dualisme pendidikan, yaitu lembaga pendidikan yang deisebut sebagai lembaga pendidikan umum (lembaga/sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu bumi) dan lembaga pendidikan agama (lembaga/sekolah yang mengajarkan ilmu-ilmu agama) termasuk “pondok pesantren “, karena pesantren merupakan lembaga pendidikan agama yang spesifik di Indonesia, semula pondok pesantren lebih dikenal sebagai lembaga pendidikan agama yang hanya mengajarkan pendidikan agama dan lebih tertutup terhadap pembelajaran ilmu-ilmu umum. Seiring dengan perkembangan zaman, maka terjadilah pergeseran nilai, struktur, dan pandangan dalam sistem dan aspek kehidupan manusia. Di antara aspek tersebut adalah yang berkaitan dengan dunia pendidikan, dengan
berbagai perubahan ini maka pesantren pun mau tidak mau harus dihadapkan dengan problem kebutuhan dan pandangan masyarakan tentang dunia pendidikan, di satu sisi pesantren harus mampu mempertahankan nilai-nilai yang positif sebagai ciri khas kepesantrenan, namun disisi lain pesantren harus menerima hal-hal baru (pembaharuan) yang merupakan kebutuhan masyarakat dalam menghadapi dunia modern. Menurut badan pendidikan Nasional pendidikan pesantren belum sesuai dengan alur pendidikan Indonesia, sehingga lulusan pendidikan pesantren belum mendapatkan pengakuan dalam bentuk ijasah atau surat kelulusan dari Negara, meskipun demikian pendidikan pesantren dengan kultur dan tradisi yang khas masih tetap berjalan hingga kini, perjuangan para pecinta pesantren terus di upayakan agar pesantren mendapatkan pengakuan dan lulusanya dapat setara dengan lulusan pendidikan formal, berdasarkan perjuangan ini pesantren mendapatkan angin segar yang ditiupkan oleh DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) Republik Indonesia tahun 2003 lalu, khususnya bagi pesantren, dengan ditetapkanya Undang-undang (UU) No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.Yang menyebutkan bahwa “ pendidikan keagamaan berbentuk madrasah diniah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis.” Dengan demikian pesantren menjadi salah satu komponen terpenting dalam pendidikan keagamaan, yang menurut undang-undang berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran keagamaan dan/menjadi ahli dalam bidang
keagamaan. Dengan berlakunya UU No 20 tahun 2003 ini maka pondok pesantren dan semua sistem didalamnya telah mendapat pengakuan secara politis dan konstitusional. Namun seiring dengan perkembanganya kini banyak pesantren yang masih menetapkan sistem kurikulum yang salafy tidak terikat dengan BNSP (Badan Standar Nasional Pendidikan) namun pesantren memberikan kelonggaran bagi setiap santrinya untuk belajar di sekolah-sekolah formal, sehingga secara tidak langsung santri yang mengikuti kegiatan diluar pesantren akan memiliki ikatan ganda, pertama santri harus mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada di pesantren kemudian santri juaga harus mengikuti kegiatan dan aturan di sekolah formal yang terkadang jauh dari keberadaan pondok pesantren. Dengan pengelolaan yang seperti model demikian kegiatan santri dalam melakuakan kajian ilmu-ilmu Islam yang diajarkan di pesantren akan berkurang dan pengaruh pergaulan pun pasti menjadi tantangan bagi santri dan lembaga sebagai penanggung jawab anak asuhnya, benturan antara kehidupan dunia luar pesantren dan budaya pesantren pasti bener-benar dirasakan oleh setiap santri yang megikuti kegiatan formal di luar pesantren, maka dengan adanya persoalan demikian penulis ingin mengfokuskan penelitian hanya membatasi bagaimana manajemen pendidikan pesantren dalam menyikapi dan menegelola lembaga pesantren, yang harus mampu menyeimbangkan antara kebutuhan nilai-nilai pesantren dan tantangan dunia modern dan persoalaan yang di hadapi santri dalam mengimbangkan antara khasanah pendidikan
pesantren dalam kajian kitab-kitab kuning “kitab bahasa arab karya ulamak klasik” yang jelas memiliki benturan budaya dengan metode dan kelembagaan dengan sekolah formal serta bagaimana pengelolaan pesantren dalam menghadapi persoalaan yang dihadapinya dalam mengimbagi revolusi pendidikan dan teknologi yang kian menyusup setiap sendi-sendi pendidikan baik pendidikan pesantren, santri serta pendidikan formal. Dengan demikian penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana lembaga dan komponen yang terkait dengan pesantren terutama bidang pendidikan mengorganisasikan dan
memanajemen pendidikanya serta menjadikan
komponenen pendidikan sebgai penunjang pesantren Hidayatul Mubtadiin dalam menciptakan pendidikan yang bermanfaat bagi semua santri. Beberpa hal yang telah terurai ditas merupakan alasan penulis dalam menyusun naskah sekripsi, sehingga penulis memiliki niat dan keinginan meneliti dengan dujul “MANAJEMEM PENDIDIKAN PESANTREN” (Studi pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota salatiga)
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen sistem POAC (Planning, Organizing, Actuanting, dan Controlling) dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga 2. Bagaimana pengelolaan (pengorganisasian kurikulum, personalia, metode, dan sarana penunjang peyelenggaraan pendidikan) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga 3. Bagaimana hubungan pengasuh, para ustadz serta santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga baik dengan masyarakat sekitar. 4. Apa saja faktor penghambat dan pendukung dalam peyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga .
C. Fokus penelitian Dengan berdasarkan latar belakang masalah ini, maka penulis memiliki beberapa hal sebagai fokus penelitian
dan tujuan dalam penelitian
“Manajemen Pendidikan pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin”
yang
meliputi : 1. Manajemen
program
kurikulum
POAC
(Planning,
Organizing,
Aktuanting, dan Controlling ). 2. Manjemen sarana prasarana (pengadaan, pemeliharaan, dan penggunaan alat-alat) sebagai penunjang keterlaksanaan pendidikan pesantren.
3. Manajemen personalia (sumberdaya manusia) sebagai tenaga pengajar pendidikan 4. Manajemen kesiswaan (santri) serta 5.
Manajemen humas Komponen manajemen diatas merupakan suatu bagian yang sangat
penting dalam pengelolaan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin, sehingga penulis memiliki gagasan untuk mengetahui bagaimana upaya lembaga dan perangkat keorganisasiannya memanaj komponenkomponen ini, sehingga benar-benar memiliki kontribusi yang signifikan dalam pengembangan dan pelaksanaan program-program pendidikan yang menyeimbangkan pendidikan yang dibutuhkan santri baik pendidikan formal dalam lembaga pendidikan luar pesantren maupun pendidikan pesantren yang diselenggarakan dalam pondok pesantren.
D. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah pahaman dalam penfsiran judul diatas, maka perlu adanya pembatasan permasalahan yang akan penulis teliti sehingga tidak terjadi pembiasan dalam permasalahan. Dalam hal ini ada beberapa hal yang perlu diketahui maksud dari istilah dalam judul di atas yaitu: 1. Pesantren Istilah pondok berasal dari kata funduk, (bahasa Arab) yang berarti rumah penginapan atau hotel, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga
keagamaan,
yang
memberikan
pendidikan
dan
pengajaran
serta
mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Prof. H.M. Ridwan Nasir 2005:80), Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (2004: 26-27). 2. Manajemen Manajemen adalah usaha-usaha setiap lembaga ataupun organisasi dalam mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada yang memiliki tujuan tertentu dalam suatu organisasi A. Halim Dkk. ( 2005: 70). Berdasarkan manajemen
yang
pengertian
manajemen
dimaksud
penulis
di
atas
meliputi
maka
makna
tindakan-tindakan,
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan terkait sistem pendidikan pesantren Hidayatul Mubtadiin. 3. Manajemen Pendidikan Manajemen
pendidikan
adalah
seni
dan
ilmu
mengelola
sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi
untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Husaini Usman (2006:7)
Manjemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumberdaya pendidikan mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Sumberdaya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam menyelengarakan pendidikan yang meliputi lima hal yaitu: a. Kurikulum b. Sarana prasarana pendidikan c. Personalia (tenaga pengajar/dewan ustadz) d. Kesiswaan (murid/santri) dan e. Humas (hubungan dengan masyarakat) sekitar peyelenggaraaan pedidikan yang disini adalah Pesantren.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Setiap kegiatan atau aktivitas yang disadari mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Adapun tujuan dalam peneltian ini adalah: a. Untuk mengetahui bagaimana
manajemen pendidikan Pondok
Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga b. Untuk mengetahui bagaimana konsep pengelolaan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga
c. Untuk mengetahui bagaimana peran keorganisasian dewan pengasuh, pengurus, serta dewan ustadz dalam menunjang pelaksanaan pendidikan para santri yang mengikuti jenjang pendidikan ganda yaitu pendidikan formal (sekolah umum) dan sekolah pesantren (madrasah diniah dan kajian kitab kuning). d. Untuk mengetahui hubungan komponen pesantren dengan masyarakat sekitar pesantren dan e. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat
penyelenggaraan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga . 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Manfaat teoritis: 1) Memberikan sumbangan dan
memperluas
wawasan
dalam
khasanah keilmuan pesantren 2) Berguna
untuk
mengangkat
citra
bimbingan
pendidikan
keagamaan khususnya dalam dunia pendidikan pesantren 3) Memberikan sumbanagan pikiran dan informasi kepada pengelola pesantren dalam menumbuhkan semangat dalam pengelolaan pesantren dalam menghadapi perkembangan pendidikan indonesia b. Manfaat Praktis: 1) Bagi Pembaca:
a) Memberi
pengetahuan
tantang
manajemen
pendidikan
Pesantren Hidayatul Mubtadiin b) Menjadikan pembaca mengetahui bagaimana pengorganisasian pesantren terkait faktor-faktor (sarana prasarana, SDM dan bidang
akademik)
sebagai
penunjang
penyelenggaraan
pendidikan pesantren dalam menghadapi perkembangan zaman yang terus berubah. 2) Bagi lembaga pendidikan pesantren sebagai fokus penelitian Hasil penelitian ini dapat menjadi acuan dalam memberikan pengetahuan pesantren dalam upaya peningkatan mutu pendidikan bagi para santri dan memberikan sumbangsih pemikiran dan ide terhadap penyelenggaraan pendidikan pesantren. 3) Bagi Peneliti: a) Mempunyai ilmu baru yang bermanfaat b) Sebagai pengetahuan dalam bidang keilmuan dunia pesantren yang terus akan menghadapi tantangan teknologi dan karakter santri dan pesantren.
F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan jenis penelitian Pendekatan penelitian adalah cara pandang dan pilihan peneliti dalam memahami subyek dan subtansi (Tim STAIN Salatiga 2009:18)
dalam sebuah penelitian pendidikan itu terdapat pendekatan yang bisa digunakan, baik pendekatan kualitatif maupun kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan, dalam penelitian kualitatif peneliti adalah istrumen kunci oleh karena itu peneliti membekali diri dengan teori dan wawasan yang digunakan untuk bertanya, menganalisias, dan mengonstruksi obyek yang akan diteliti menjadi lebih jelas. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan study kasus (case study). Yakni study yang meng-explorasikan suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakakan berbagai informasi. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian hadir secara langsung pada obyek (pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin) dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti, yakni dimulai pada hari jum‟at 20 Juli 2012, dalam penelitian lapangan
peneliti
membutuhkan
waktu
2
(dua)
minggu
dalam
menggumpulkan data yang berhubungan dengan fokus penelitian (manajemen pendidikan pesantren) serta mencari info-info untuk melengkapi data yang dibutuhkan. 3. Pusat (lokasi) dan subyek penelitian Tempat/ lokasi pusat penelitian adalah di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga sedangkan yang menjadi fokus subyek penelitian adalah semua komponen
yang terkait dengan penyelenggaraan pendidikan pesantren yang meliputi kurikulum yang diterapakan dalam pesantren, sarana parasarana penunjang penyelenggaraan pendidikan, personalia (dewan guru), kesiswaan (santri) dan hubungan sosial dengan masyarakat sekitar pesantren.
4. Sumber Data Pada tahap ini peneliti, berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang ada hubunganya dengan masalah yang diteliti. Penelitian itu sendiri merupakan suatu kegiatan ilmiah untuk memeperoleh pengetahuan yang benar tentangsesuatu (Ahmad Tanzeh 2009:V) bahwa dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder) a. Data Primer Data primer menurut Nadzir (1988:58) merupakan sumbersumber dasar yang terdiri dari bukti-bukti atau saksi utama dari kejadian (fenomena) objek yang diteliti dan gejala yang terjadi di lapangan. Sumber primer merupakan informasi dan kesaksian seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan panca indra yang lain atau dengan alat mekanis seperti diktafon yaitu alat atau orang pada peristiwa sejarah (gottschalk 17:35) Sumber primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penggalian data dari pesantren Hidayatul Mubtadiin dengan mencari keterangan dari orang yang terlibat secara langsung terutama para santri, pengasuh, pengurus dan dewan asatiz. Sebagai sumber untuk menggali inforrmasi terkait fokus penelitian, untuk medapatkan informasi ini peneliti menggunakan metode wawancara.
b. Data sekunder Data sekunder adalah sumber data yang didapat atau diperoleh secara tidak langsung, data sekunder mencakup data yang diperoleh dari arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan pondok pesantren. Hal ini dilakukan karena data yang digali haruslah valid sehingga peneliti harus melakukan pengamatan secara langsug dan mengobservasi di lapangan yang menghasilkan data yang lengkap dan dapat dipertanggung jawabkan. 5. Tekhnik Pengumpulan Data Dalam penulisan naskah sekripsi ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Hal ini merupakan salah satu jenis metode yang menitik beratkan pada penalaran yang berdasarkan realitas sosial secara objektif dan melalui paradigma fenomenologis, artinya metode ini digunakan atas tiga pertimbangan: pertama, untuk mempermudah pemahaman realitas ganda. Kedua, menyajikan secara hakiki antara peneliti dan realitas, ketiga, metode ini lebih peka dan menyesuaikan diri pada bentuk nilai yang dihadapi. (Moleong, 2001:5) Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan, bahwa metode penelitian kualitatif merupakan pengumpulan data secara mendalam mengenai kegiatan suatu program, prilaku peserta dan interaksi antar manusia secara luas. Dalam hal ini untuk pengumpulan data yang akan di gunakan sebagai penunjang dalam penelitian, maka penulis menggunakan
beberapa langkah yang berkaitan dengan metode penelitian tersebut antara lain : a. Observasi Observasi sering diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan dari sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki, Sutrisno Hadi (2005:136). Metode obserfasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang di jadikan pengamatan. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa observasi adalah tekhnik pengamatan dan pencatatan terhadap letak pesantren kegiatan pendidikan santri, peran dewan ustadz (dewan guru) dan hubungan atau interaksi komponen pesantren dengan masyarakat sekitar Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dan Pengelolaan keorganisasian dalam menunjang terlaksananya kegiatan pendidikan Pesantren. b. Interview Yaitu
metode
yang
berusaha
mendapatkan
keterangan/
pendirian secara lisan dari seorang responden dengan cara bertatap muka (Koenjaraningrat, 1989:129). Dalam arti lain bahwa interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Secara umum yang dimaksud interview adalah cara penghimpunan bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan dan dengan arahan serta dengan tujuan yang telah ditentukan, dalam penelitian ini metode interview
digunakan sebagai metode pengumpulandata dalam pengelolaan pesantren dan bagaimana peran masing-masing dewan pengasuh, Asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan mengorganisir sistem pendidikan pesantren. c. Dokumentasi Adalah metode pengambilan data yang diperoleh dengan bahanbahan yang tersimpan dalam arsip-arsip (Sutrisno Hadi, 1983:289). Definisi lain adalah tekhnik pengumpulan data dari setiap bahan tertulis ataupun film yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik. Dengan kata lain metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mengetahui data mengenai hal-hal atau fariabel berupa catatan, buku, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Metode ini penulis gunakan untuk membantu dalam menggali data tentang pesantren, data pengelolaan sistem pendidikan pesantren baik data fisik maupun non fisik. Dengan metode dokumentasi maka peneliti akan mendapatkan referensi dalam bentuk arsip-arsip baik fisual maupun data-data tertulis yang berkenaan dengan data pesantren yang mencakup sejarah pendirian sesantren, lokasi pesntren, lingkungan serta data-data tentang santri.
Dan
data
pengelolaan
pesantren
yang
meliputi
data
kepengurusan atau keorganisasian pesantren, kurikulum pendidikan pesantren serta data ustadz dan tata tertib pesantren.
6. Analisis Data Analisis data dilakukan sejak awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperoleh,hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan. Menurut Patton dalam Moelong (2007:280), teknik analisis data adalah proses kategori urutan data, menggoganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar, ia membedakanya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap analisis, menjelaskan pola uraian dan mencari hubungan diantara dimensi-dimesi uraian. Dalam penelitian ini mengguanakan analisis diskriptif dan lebih jelasnya menggunakan analisis intraksi (miles dan huberman 1992:15-20). Dalam pengumpulan data dalam penyusunan sekripsi ini penulis menggunakan metode analisis data secara bertahap. Tahapan analisis data adalah proses upaya mencari data secara sistematis atas catatan-catatan wawancara,
pengamatan
dan
dokumentasi
untuk
meningkatkan
pemahaman peneliti atas subyek dan obyek penelitian. Upaya in disebut dengan upaya mencari makna. Ada empat hal yang merupakan bagian dalam analisis ini yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpula.
1) Pengumpulan data Merupakan hasil dari data informasi yang diperoleh dari pengumpulan data baik menggunakan metode wawancara, pengamatan maupun observasi, data yang terkumpul masih berupa data mentah yang belum diolah, sehingga masih perlu dipilih data yang penting dan tidak. 2) Reduksi data Reduksi data dimaksudkan untuk memperoleh data yang lebih fokus dan tajam, karena data yang menumpuk belum dapat memberikan
gambaran
yang
jelas.
Reduksi
data
merupakan
penyederhanaan yang diperoleh dari catatan lapangan sebagai upaya untuk
mengorganisasikan
data
dan
memudahkan
penarikan
kesimpulan. 3) Penyajian data Data yang dihasilkan melalui proses reduksi data akan langsung disajikan sebagai kumpulan informasi terusan yang memberikan
kemungkian
adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan tindakan. Penulis membuat ini dengan naratif guna memperjelas hasil penelitian ini. 4) Kesimpulan Dari hasil pengumpulan data kemudian direduksi dan di verifikasi, pengertian verifikasi adalah pembuktian yaitu proses mencari arti benda-benda, mencatat keteraturan, pola-pola, dan
penjelasan, kemudian data disajikan dan disimpulkan. Kesimpulan yang diverifikasi selama penelitian berlangsung untuk mencari kesimpulan akhir.
G. Sistematika Penelitian Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat dijabarkan sebagai berikut: BAB I
: PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi tentang latar belakang, definisi operasional, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penelitian.
BAB II
: KAJIAN PUSTAKA Pada bab kajian pustaka ini, dikupas berbagai pembahasan teori yang menjadi landasan teoritik penelitian. Khususnya berkaitan dengan fariabel penellitian. Yaitu teori-teori tentang manajemen penunjag penyelenggaraan pendidikan pesantren yang disesuaikan dengan tujuan dan fokus penelitian.
BAB III
: LAPORAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan dilaporkan beberapa hal mengenai lembaga pendidikan yang dijadikan subjek penelitian yakni temuan data yang di dapat peneliti dilapangan sebagai hasil dari proses penelitian terkait dengan tujuan dan fokus penelitian.
BAB IV
: ANALISIS DATA Pada bab analisis data, akan dilakukan analisis terhadap data yang terkumpul, dengan pentahapan, menyimpulkan landasan teori, mendiskripkan hasil wawancara tentang bagaimana komponen
lembaga
pendidikan
pesantren
dalam
memanajemen para santri dan kegiatan pendidikan dalam menyeimbangkan kebutuhan keilmuan dan kemampuan skill para santri dalam mengikuti segala kegiatan pendidikan yang diikuti, baik pendidikan pesantren maupun pendidikan umum diluar pesantren. BAB V
: PENUTUP Mengahiri penulisan sekripsi, pada bab kelima akan diuraikan mengenai kesimpulan akhir dari hasil penelitian, saran-saran yang berhubungan dengan pihak-pihak terkait dari subjek penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 4. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Istilah pondok berasal dari kata funduk, (bahasa Arab) yang berarti rumah penginapan atau hotel, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan ilmu agama Islam (Prof. H.M. Ridwan Nasir 2005:80) pesantren berasal dari kata santri yaitu seseorang yang belajar agama Islam, sehingga dengan demikian pesantren mempunyai arti, tempat orang berkumpul untuk belajar agama Islam. Ada juga yang mengartikan pesantren adalah suatu lembaga pendidikan Islam Indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama Islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (Haidar Putra Daulay 2004: 26-27). Dalam kamus besar bahas Indonesia, pesantren diartikan sebagai asrama, tempat santri, atau tempat murid-murid belajar mengaji. Sedangkan secara istilah pesantren adalah lembaga pendidikan Islam, dimana para santri biasanya tinggal di pondok (asrama) dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan kitab-kitab umum, bertujuan untuk menguasai ilmu agama Islam secara detail, serta mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian dengan menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat (Fenomena, 2005: 72).
Pondok pesantren secara definitif tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan terkandung fleksibilitas pengertian yang memenuhi ciri-ciri yang memberikan pengertian pondok pesantren. Jadi pondok pesantren belum ada pengertian yang lebih konkrit, karena masih meliputi beberapa unsur untuk dapat mengartikan pondok pesantren secara komprehensif . Maka dengan demikian sesuai dengan arus dinamika zaman, definisi serta persepsi terhadap pesantren menjadi berubah pula. Kalau pada tahap awalnya pesantren diberi makna dan pengertian sebagai lembaga pendidikan tradisional, tetapi saat sekarang pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional tidak lagi selamanya benar. 2. Tipologi Pondok Pesantren Seiring dengan laju perkembangan masyarakat, maka pendidikan pesantren baik tempat, bentuk hingga substansinya telah jauh mengalami perubahan. Pesantren tidak lagi sesederhana seperti apa yang digambarkan seseorang, akan tetapi pesantren dapat mengalami perubahan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan zaman. Menurut Yacub yang dikutip oleh Khozin (2006:101) mengatakan bahwasanya ada beberapa pembagian pondok pesantren dan tipologinya yaitu : a. Pesantren Salafi, yaitu pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya
dengan
kitab-kitab
klasik
dan
tanpa
diberikan
pengetahuan umum. Model pengajarannya pun sebagaimana yang
lazim diterapkan dalam pesantren salaf, yaitu dengan metode sorogan dan weton. b. Pesantren Khalafi, yaitu pesantren yang menerapkan sistem pengajaran klasikal (madrasi), memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan. c. Pesantren Kilat, yaitu pesantren yang berbentuk semacam training dalam waktu relatif singkat, dan biasanya dilaksanakan pada waktu libur sekolah. Pesantren ini menitik beratkan pada keterampilan ibdah dan kepemimpinan. Sedangkan santrinya terdiri dari siswa sekolah yang dipandang perlu mengikuti kegiatan keagamaan dipesantren kilat. d. Pesantren terintegrasi, yaitu pesantren yang lebih menekankan pada pendidikan vocasional atau kejuruan, sebagaimana balai latihan kerja di Departemen Tenaga Kerja, dengan program yang terintegrasi. Sedangkan santrinya mayoritas berasal dari kalangan anak putus sekolah atau para pencari kerja. Sedangkan menurut Mas‟ud dkk (2002:149-150). ada beberapa tipologi atau model pondok pesantren yaitu : a. Pesantren yang mempertahankan kemurnian identitas aslinya sebagai tempat menalami ilmu-ilmu agama (tafâqquhû fi-I-din) bagi para santrinya. Semua materi yang diajarkan dipesantren ini sepenuhnya bersifat keagamaan yang bersumber dari kitab-kitab berbahasa arab (kitab kuning) yang ditulis oleh para ulama‟ abad pertengahan. Pesantren model ini masih banyak kita jumpai hingga sekarang, seperti
pesantren Lirboyo di Kediri Jawa Timur, beberapa pesantren di daeah Sarang Kabupaten Rembang, Jawa tengah dan lain-lain. b. Pesantren
yang
memasukkan
materi-materi
umum
dalam
pengajarannya, namun dengan kurikulum yang disusun sendiri menurut kebutuhan dan tidak mengikuti kurikulum yang ditetapkan pemerintah secara nasional sehingga ijazah yang dikeluarkan tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah sebagai ijazah formal. c. Pesantren yang menyelenggarakan pendidikan umum di dalamnya, baik berbentuk madrasah (sekolah umum berciri khas Islam di dalam naungan DEPAG) maupun sekolah (sekolah umum di bawah DEPDIKNAS) dalam berbagai jenjangnya, bahkan ada yang sampai Perguruan Tinggi yang tidak hanya meliputi fakultas-fakultas keagamaan meliankan juga fakultas-fakultas umum. Pesantren Tebu Ireng di Jombang Jawa Timur adalah contohnya. d. Pesantren yang merupakan asrama pelajar Islam dimana para santrinya belajar disekolah-sekolah atau perguruan-perguruan tinggi diluarnya. Pendidikan agama dipesantren model ini diberikan diluar jam-jam sekolah sehingga bisa diikuti oleh semua santrinya. Diperkirakan pesantren model inilah yang terbanyak jumlahnya. 3. Elmen-elmen Pesantren a. Pondok /surau Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional di mana para siswa tinggal bersama dan
dan belajar dibawah bimbingan seorang (atau lebih) guru yang dikenal dengan sebutan “Kiyai” dan asrama/pondok para santri berada dalam linggkungan komplek pesantren dimana Kiyai bertempat tinggal tidak jauh dari keberadaan pondok. Zamakhsyari Dhofier (1983:44) Selain sebagai tempat tinggal pondok/asrama para santri merupakan tempat belajar, bermasyarakat baik dengan sesama santri maupun masyarakat sekitar serta tempat menghabiskan waktu dalam belajar ilmu-ilmu agama Islam. b. Masjid Masjid merupakan elmen yang tidak dapat dipisahkan dengan pesantren dan dianggap sebagai tempat yang paling tepat untuk mendidik para santri, terutama dalam praktek sholat lima waktu yang dilaksnakan secara berjamaah, belajat khutbah dan sembahyang jum‟at, dan pengajian kitab klasik yang biasanya pengajian degan metode bandongan. Zamakhsyari Dhofier (1983:49). Keberadaan masjid juga banyak digunakan para kiyai untuk menyelenggarakan pengajian yang sifatnya umum yakni pengajian kitab-kitab kelasik yang di ikuti oleh para santri dengan masyarakat sekita pesantren. c. Santri Santri/ murid adalah anak-anak/para siswa yang tinggal dan belajar agama dalam sebuah pondok (pesantren), menurut tradisi
pesantren ada dua tipe/kelompok santri yaitu: Zamakhsyari Dhofier (1983: 51). 1) Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dari pesantren dan menetap dalam kelompok pesantren. 2) Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa yang berada di sekeliling pesantren atau daerah yang terjangkau untuk pulang pergi ke pesantren. Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena berbagai alalasan antara lain : 1) Ia ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara lebih mendalam dibawah bimbingan kiyai sebagai pengasuh pesantren 2) Ia ingin memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dalam bermasyarakat sesama santri dam masyarakat sekitar pesantren. 3) Ia ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa disibukan oleh kewajiban pekerjaan sehari-hari di rumah keluarganya. 4) Santri belajar di pesantren karma kemauan orang tua yang ingin anaknya faham dan mahir dalam pendidikan ilmu agama dan bebas dari pergaulan bebas di kampung. d. Kiyai Kyai merupakan elmen paling penting dan esensial dari suatu pesantren dan Kiyai sering kali merupakan pendiri pesantren.
Menurut asal usul perkataan Kiyai dalam bahasa jawa dipakai untuk tiga jenis gelar yang berbeda : Zamakhsyari Dhofier (1983:55). 1) Sebagai gelar kehormatan bagi barang-barang yang dianggap kramat umpamanya “Kyai Garuda Kencana” dipakai untuk sebutan kereta emas di kraton Yogyakarta. 2) Golongan kehormatan pada orang-orang tua pada umumnya. 3) Gelar yang diberikan oleh masyarakat kepada seseorang ahli agama Islam yang memiliki atau menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab Islam klasik kepada para santrinya dan selain gelar Kiyai ia juga sering disebut orang Alim (orang yang dalam/mahir dalam pengetahuan Islamya). e. Metode Pengajaran Dalam Pendidikan Pesantren Dalam
pengajara
atau
penyampaian
pendidikan
seorang
ustadz/guru maka harus bisa menyampaikan materi sesuai dengan keadaan siswa sehingga siswa tidak merasa bosan hal ini sesuai dengan hadits rosul yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam ringkasan Shohih Muslim sebagai berikut :
ى بِا ْلوَىْعِظَ ِة فِى الْاٌََا ِم ِلرَاهٍَْ ِة َ ْى ٌَ َتخَىّلُى َ ل اهللِ صَلَى اهللَ عَلٍَْ ِه وَسََلنَ كَا َ ى رَسُ ْى َ َا ) هـ142/8( الّسَاهَةِ عَلٌٍََْا Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW mengamat-amati waktu untuk memberikan pengajaran kepada kami agar kami tidak merasa jemu (H.R Muslim 8: 142-S.M)
Maka berdasarkan hadits diatas dalam pesantren menerapkan beberapa metode pengajaran sebagai berikut: 1) Metode sorogan Sorogan berasal dari kata sorog (bahasa jawa), yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapan kiyai atau Ustadz (badal atau asisten kiyai). metode sorogan merupakan belajar secara indifidual, dimana seorang
santri
berhadapan langsung demgan kiyai atau ustadz, metode sorogan merupakan sisitem pembelajaran yang paling efektif sebagai metode pembelajaran
bagi
seorang
murid/santri
dalam
taraf
awal
pembelajaran, system ini terbukti dapat membimbing murid secara langsung (prifat) bagi para santri yang lebih menitik beratkan pada pengembangan perorangan dibawah bimbingan seorang kiyai/ustadz secara langsung. Dengan sistem sorogan santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika berlangsung kegiatan membaca kitab yang langsung disimak (didengarkan) oleh ustadz. 2) Metode wetonan/bandongan Wetonan berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pelaksanaan pembelajaran (pengajian) dilaksanakan pada waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudah shalat fardhu. Metode weton merupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiyai yang
menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat catatan arti padanya (Maknani). Metode bandongan/wetonan dilakukan oleh seorang kiyai atau ustadz terhadap sekelompok santri untuk mendengankan atau menyimak apa yang dibacakan oleh kiyai dari sebuah kitab. 3) Metode musyawarah/bahtsul masa‟il Metode musyawarah atau dalam bahasa lain sering disebut dengan istilah bahtsul masa‟il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa santri dengan jumlah tertentu membentuk khalaqoh yang dipimpin langsung oleh kiyai atau ustadz, atau santri senior, untuk membahas atau mengkaji sustu pertsoalan yang telah ditentukan sebelumnya. Dalam pelaksanaanya, para santri dengan bebas mengajukan pertanyaan-pertanyan atau pendapatnya. Dengan demikian metode musyawarah
lebih
menitik
beratkan
pada
kemampauan
perseorangan di dalam menganalisis dan memecahkan suatu persoalan dengan argument logika yang mengacu pada kitap-kitab tertentu. 4) Metode pasaran (pasan/kilatan) Metode pembelajaran pasaran dalam bahasa jawa pasanan atau sering juga disebut dengan metode kilatan, yaitu metode pembelajaran
kitab
klasik
(kitab
kuning)
yang
biasanya
dilaksanakan pada waktu dan bulan-bulan tertentu, pada umumnya
metode pasaran digunakan pada tiap bulan ramadhan, dalam metode pasaran (kilatan) murid-murid (para santri) berkumpul membentuk halakoh dalam masjid atau tempat lain dengan membawa kitab dan mendengarkan seorang kiyai atau ustad yang membacakan kitab tertentu, yang pada umumnya adalah kitab fikih, kemudian para santri menuliskan arti pada kitab gundul (kitab kuning yang belum memiliki arti) atau yang sering disebut dalam bahasa jawa dengan istilah maknani. Metode pasaran hampir sama dengan metode bandongan hanya saja dalam pelaksanaanya dalam tenggang khatamnya ditentukan dalam waktu tertentu. 4.
Peran Kelembagaan Pondok Pesantren a. Peran pesantren melalui pendidikan Islam dalam perjuangan melawan penjajah Dalam peperkembangan pondok pesantren, tidak dapat dipungkiri pernah terjadi gap atau jurang pemisah antara pondok pesantren dan pemerintah/penjajah (penguasa). Pondok pesantren pada masa penjajah bergerak dalam memobilisasi masyrakat untuk melakukan perlawanan yang terus menerus terhadap pemerintah.
Sikap
demikian
tentu
berlawanan
dengan
kepentingan pemerintah penjajah, untuk itu, penjajah belanda sempat mengeluarkan peraturan yang membatasai ruang gerak pendidikan agama, antara lain setiap guru agama Islam yang akan mengajar harus memiliki izin dari pemerintah, langgar, surau,
madrasah, dan pondok pesantren diawasi, karena dianggap sebagai tempat untuk mendidik kesadaran rakyat melawankan penjajah. Sikap pemerintah yang demikian semakin mendorong semangat para tokoh agama dan ulamak untuk berjuang melawan belanda melalui jalur pendidikan agama baik madrasah maupun pondok pesantren, hal-hal yang berkaitan dengan pemerintah, selalu ditentang dan ditolak oleh kalangan pondok pesantren, karena dipastikan melemahkan perlawanan rakyat. Derektorat Agama RI (2003:12) b. Peran pesantren dalam pendidikan moral dan kecerdasan anak bangsa Peran pendidikan keagamaan dalam pencerdasan anak bangsa yang disebutkan dalam “badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BPKNIP) yang bertindak selaku parlemen pada tanggal 27 desember 1945 tentang pembaharuan pendidikan antara lain menyarankan : “Madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakikatnya ialah satu alat dan sumber pendidikan dalam pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa tuntunan dan bantuan materil dari pemerintah.” Derektorat Agama RI (2003:13). Pondok
pesantren
sebagai
satu-satunya
lembaga
pendidikan yang secara fokus sebagai pembentukan individu yang intensif dan menyeluruh dalam suatu lingkungan yang
terjaga dan terawasi. Konsep-konsep pendidikan moral dalam pesantren dalam pembinaan pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam dalam Al-qur‟an dan hadits menuju terbentuknya keperibadian utama menurut ukuran-ukuran ajaran Islam. Abdul Mukti Bisri (2002:2) Sedangkan tujuan pendidikan Islam dalam pesantren menurut Imam Bawani (1991:79) adalah “suatu proses dan galian, pembentukan, pendayagunaan, dan pengembangan fikir, zikir dan kreasi manusia, melelui pengajaran bimbingan, latihan dan pengabdian, yang dilandasi dan dinafasi oleh nilai-nilai ajaran Islam, sehingga terbentuk pribadi muslim sejati, mampu mengontrol,
mengatur
dan
merekayasa
kehidupan
yang
dilakukan sepanjang zaman dengan sepenuh tanggung jawab semata-mata untuk ibadah kepada Allah SWT”. Keberadaan pendidikan pesantren memiliki peran dalam pembinaan humanis yang berperan dalam pengembangan pendidikan Islam dan sesuai dengan tujuan pendidikan Islam pada Al-Qur‟an yakni pendidikan pesantren harus memiliki karakter sebagai berikut: 1) Fungsi Tafaqquh fi al din (pendalaman pengetahuan tentang agama) 2) Fungsi tarbiyah al akhlaq (pembentukan kepribadian /budi pekerti)
3) Lembaga pendidikan yang memadu pendidikan integralistik, humanistik, pragmatik, idealistik dan realistik. 4) Pusat rehabilitasi sosial (banyak keluarga yang mengalami kegoncangan
psikologi
spiritual
akan
mempercayakan
penyeklamatannya pada pesantren) 5) Sebagai pencetak manusia yang punya keseimbangan trio cerdas, yakni Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) Dan kecerdasan Spiritual (SQ). Peran dan tujuan pesantren yang telah di paparka ini dapat bener-benar terwujud dan sesuai dengan tujuan pendidikan maka pesantren harus bisa dan memanajemen lembaganya.
5.Manajemen pendidikan pesantren 1.
Pengertian Manajemen Kata manajemen bersal dari bahasa latin, yaitu dari asal kata “manus” yang berarti tangan dan “agire” yang berarti melakukan, katakata itu di gasung menjadi kata kerja menjadi kata “manager” yang artinya menagani, managere diterjemahkan dalam bahasa ingris dalam bertuk kata kerja to managere, dengan kata benda managemen, kemudian diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang memiliki arti pengelolaan. Dr. Husain Usman, (2006:6)
Manajemen adalah pemanfaatan sumberdaya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksud. EM Zulfajri, (dalam kamus lengkap bahasa Indonesia 2005:547) Manajemen juga merukapan usaha-usaha setiap lembaga atau pun organisasi dalam mengembangkan dan memimpin suatu tim kerjasama atau kelompok orang dalam satu kesatuan, dengan memanfaatkan sumberdaya yang ada yang memiliki tujuan tertentu dalam suatu organisasi. Rr. Suhartini, (2005:70). Berdasarkan manajemen
yang
pengertian
manajemen
dimaksud
penulis
di
meliputi
atas
maka
makna
tindakan-tindakan,
perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga perawatan terkait pendidikan pesantren, hal ini dilakukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan
melalui
pemanfaatan
sumberdaya
manusia
dan
juga
sumberdaya lainya, George R Terry, (1972). Dari pengertian di atas dapat diketahui manjemen adalah applied science (ilmu aplikatif), dimana jika dijabarkan menjadi sebuah proses tindakan meliputi beberapa hal A. Halim Dkk, (dalam manajemen Pesantren 2005 : 73) a. Perencanaan (planning) Perencanaan adalah sejumlah kegiatan yang ditentukan sebelumnya untuk dilaksanakan pada suatu priode tertentu dalam rangka mencapai tujuan yang ditetapkan. Perencanaan menurut
Bintoro Tjokroaminoto ialah proses mempersiapkan kegiatan secara sistematis yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan perencanaan menurut Handoko (2003) meliputi pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi dan penentuan tujuan-tujuan organisasi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran, dan standar yang dibutuhkan untuk meencapai tujuan. Dr. Husaini Usman (2006:48) Fungsi perencanaan mencakup penetapan tujuan, standar, penentuan aturan-prosedur, dan pembuatan rencana serta ramalan (prediksi) apa yang dikirakan akan terjadi. Dalam manajemen pendidikan perencanaan memiliki manfaat antara lain sebagai : 1) Setandar pelaksanaan dan pengawasan dalam setiap program pendidikan yang akan dilaksanakan 2) Penyusunan sekala prioritas, baik sasaran maupun kegiatan pendidikan yang akan diselenggarakan dan akan ditetapkan. 3) Alat memudahkan dalam berkoordinasi dengan pihak terkait semua komponen penyelenggara pendidikan. b. Pengorganisasian (organizing) Dalam pengorganisasian dalam pelaksanaan program-program pendidikan maka pengorganisasian memiliki fungsi yang meliputi: 1) Pemberian tugas yang terpisah kepada masing-masing pihak 2) Membentuk bagian, mendelegasikan atau menetapkan jalur wewenang dan tanggung jawab serta sistem komunikasi
3) Serta mengkoordinir kerja setiap bawahan atau komponen dalam suatu tim kerja yang solid dan terorganisir. c. Penggerakan (aktuating) Setelah kegiatan perencanaan/pengorganisasian pimpinan perlu dapat menggerakkan kelompok secara efektif dan efisien kearah pencapaian tujuan, dalam penggerakan ini pimpinan membutuhkan pelbagai
sarana
yang
meliputi
komunikasi,
kepemimpinan,
perundingan-perundingan (musyawarah), pemberian intruksi dan lainlain. Dengan pergerakan ini, pemimpin mengerakkan anggota secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. d.
Pengawasan (controlling) Pengawasan dalam manajemen suatu lembaga merupakan suatu bentuk evaluasi dalam setiap kegiatan-kegiatan yang akan terlaksana dan telah terlaksana, sehingga hasil dan rencana pelaksanaan sesuai dengan yang telah di susun dan ditetapkan. Melalui empat tahap itulah manajemen dapat bergerak, namun hal ini sangat bergantung dengan tingkat kepemimpinan seorang manajer. Artinya adalah proses manajerial sebuah organisasi akan bergerak apabila manajernya mengerti dan faham secara benar akan apa yang dilakukan (prinsip POAC) yang prosesnya saling berkaitan dan saling menentukan satu sama lain antar komponen organisasi.
2. Pengertian Manajemen Pendidikan Manajemen
pendidikan
adalah
seni
dan
ilmu
mengelola
sumberdaya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi
untuk memiliki kekuatan sepiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Husaini Usman (2006:7) Manjemen pendidikan dapat pula didefinisikan sebagai seni dan ilmu
mengelola
sumberdaya
pendidikan
untuk
mencapai
tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien. Sumberdaya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam menyelengarakan pendidikan. Husaini Usman (2006:7) Manjemen pendidikan adalah sebagai suatu proses atau sistem pengelolaan. Kegiatan-kegiatan pengelolaan pada suatu sistem pendidikan yang bertujuan untuk keterlaksanaan proses belajar mengajar yang mencakup tujuan umum dan tujuan khusus yang semuanya bermaksud mengubah nasib kaum yang berda dalam kebodohan dan berusaha menjadi yang diharapkan Allah yang mengemban misi sebagai kholifah dimuka bumi hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Ar- Ra‟du ayat :11 yakni
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya dan sekalikali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Q.S Ar-Ra‟du : 11) a. Tujuan umum manajemen pendidikan Secara umum manajemen pendidikan bertujuan untuk menyusun suatu sistem pengelolaan yang meliputi: 1) Organisasi kurikulum 2) Pengelolaan dan ketenagaan (personalia) 3) Pengelolaan sarana dan prasrana 4) Pengelolaan kesiswaan 5) Penngelolaan hubungan dengan masyarakat, yang
mendukung
terlaksanaanya proses pembelajaran yang relevan, efektif dan efisien yang menunjang tercapainya suatu tujuan pendidikan. b. Secara khusus manajemen pendidikan bertujuan terciptanya sistem pengelolaan yang relefan, efektif, efisien yang dapat dilaksanakan dan mencapai sasaran dengan suatu pola struktur organisasi pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas antara pimpinan/pengelola program, tenaga tata usaha, dan tenaga pembinaan/pembimbing. 3. Pengertian Manajemen Pendidikan Pesantren
Hamzah (1994: 32) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan Manajemen Pendidikan Pesantren adalah aktivitas memadukan sumbersumber pendidikan pesantren agar terpusat dalam usaha untuk mencapai tujuan pendidikan pesantren, yang telah ditentukan. Dengan kata lain manajemen
pendidikan
merupakan
mobilisasi
segala
sumberdaya
pendidikan Pesantren untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Manajemen dalam arti mengatur (mobilisasi) segala sesuatu agar dilakukan degan baik tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam sebab dalam Islam arah gayah (tujuan) yang jelas landasan yang kokoh dan kaifiyah yang benar merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah SWT. Dalam Setiap organisasi termasuk pendidikan pondok pesantren memiliki aktifitas-aktifitas pekerjaan tertentu dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Salah satu aktivitas tersebut adalah manajemen. Dengan pengetahuan manajemen pengelola pondok pesantren bisa mengangkat dan menerapkan prinsip-prinsip dasar serta ilmu yang ada di dalam Al-Qur‟an dan Hadis ke dalam lembaga pesantren. Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain komponen tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum, kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran, sarana prasarana, evaluasi dan lain sebagainya. Berbagai
komponen ini karen dilakukan tanpa perencanaan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya alami dan tradisional.
4. Manajemen Kurikulum Pesantren a.
Pengertian Kurikulum Abdul Aziz Dkk. (2007: 86) Kurikulum pesantren adalah kehidupan yang ada dalam pesantren tidak hanya dalam hal pengajian, madrasah diniah melainkan semua kegiatan yang dilakukan santri selama 24 jam di pesantren. Kurikulum adalah segala pengalaman pendidikan yang diberikan oleh sekolah/ madrasah/ lembaga pendidikan yang lain kepada seluruh anak didiknya baik yang dilakukan di dalam maupun diluar sekolah atau madrasah dan lembaga pendidikan yang lain. Suryosubroto (2004: 32). Dalam pengertian konvensional, kurikulum sering dimaksud sebagai perangkat mata pelajaran yang harus ditempuh atau diterima peserta didik untuk memperoleh ijazah (surat tanda kelulusan). Dr. Baharuddin, Moh.Makin (2010: 56). Dari beberapa pandangan yang dikemukakan oleh para tokoh diatas dapat disimpulkan bahwa pandangan ini memiliki makna yang sangat luas, apapun yang dapat memberikan pengalaman belajar positif bagi peserta didik, baik berupa bahan pelajaran, kondisi lingkungan sekolah maupun pesantren, figure guru/ustadz, kiyai, pola interaksi antar personal dan kultur yang ada di sekolah/ madrasah/ pesantren, serta metode-metode yeng digunakan dalam pembelajaran dinamakan kurikulum.
b. Tiga Macam Gambaran Kurikulum menurut Tim Pakar Universitas Negeri Malang. (2003). 1) Separated subject curriculum Kurikulum model ini menyajikan bahan pelajaran dalam berbagai macam mata pelajaran (subjek) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas dan dikotomis antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainyaatau antara kelas
yang satu dengan kelas
yang lainya.
Bentuk ini
mengakibatkan sulitya peserta didik untuk mempunyai pemahaman yang komprehensif terhadap disiplin pengetahuan tertentu. 2) Correlated curriculum Kurikulum jenis ini menghendaki agar mata pelajaran satu dengan yang lain ada hubungan atau bersangkut paut meskipun batas-batas yang satu dengan yang lainya masih dipertahankan. 3) Integrated curriculum Kurikulum ini diorganisasikan dalam bentuk unit-unit tanpa adanya mata pelajaran atau bidang studi, pembelajaran dilakukan dengan unit teching dan materinya menggunakan unit lesson, pelajaran disusun oleh guru dan peserta didik mengandung suatu masalah yang luas, menggunakan metode problem solving, dan kurikulum bentuk ini meniadakan batas-batas antara bagian mata pelajaran dan menyajikanya dalam bentuk unit atau keseluruhan.
c. Prinsip Kurikulum Pesantren Abdul Aziz Dkk. (2007: 86). Kurikulum yang berkembang di pesantren menunjukkan prinsip yang tetap. 1) Kurikulum ditunjuk untuk mencetak ulama di kemudian hari. Di dalamnya terdapat paket mata pelajaran pengalaman, dan kesempatan yang harus ditempuh oleh santri. 2) Struktur dasar kurikulum adalah pengajaran pengetahuan agama dalam segenap tingkatan dan layanan pendidikan dalam bentuk bimbingan kepada santri secara pribadi dan kelompok. Bimbingan bersifat menyeluruh pelajaran,
tidak hanya dalam penguasaan materi
melainkan
menyangkut
pembentukan
karakter,
peningkatan kapasitas, pemberian kesempatan, dan tanggung jawab yang dipandang memadahi bagi lahirnya lulusan yang dapat mengembangkan diri dan atau meneruskan misi pesantren. 3) Secara keseluruhan kurikulum pesantren bersifat fleksibel, setiap santri berkesempatan menyusun kurikulumnya sendiri secara penuh. karena kebutuhan santri berbeda-beda sesuai dengan panggilan dirinya, misi keluarga, tuntutan masyarakat, dan kehasyan kemampuanya. Sedangkan tujuan kurikulum yang mengacu pada tujuan pendidikan islam menurut H.M. Ridlwan Nasir (2005: 62) adalah membentuk diri pribadi manusia yang memancarkan sinar keimanan yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling
mengembangkan
dirinya
kepada
kholiq-nya.
Keyakinan
dan
keimananya berfungsi sebagai penyuluh akar budi yang sekaligus mendasari
ilmu
pengetahuanya,
bukan
sebaliknya,
keimanan
dikendalikan oleh akal budinya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mujadilah ayat 11 Artinya:
"Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Q.S Al-Mujadilah : 11)
d. Jenis kurikulum utama dalam pesantren. Abdurrahman Wahid (2001:151) 1) kurikulum pengajian nonsekolah, dimana santri belajar pada beberapa orang kyai/guru dalam sehari semalamnya, kurikulum ini meskipun memiliki jenjang sendiri, dan sangat fleksibel dalam arti pembuatan kurikulumya itu sendiri bersifat individual oleh masingmasing santri.
2) Kurikulum sekolah tradisional (madrasah salafiah), dimana pelajaran telah diberikan di kelas dan disusun berdasarkan kurikulum tetap yang berlaku untuk semua santri. e. Karkteristik Kurikulum Islam Menurut Abdurrahman An-Nahlawi (1983: 196) kurikulum Islam harus memenuhi beberapaa ketentuan : 1) Memiliki sistem pengajaran dan materi yang selaras denagan fitrah manusia dan bertujuan untuk mensucikan manusia, memelihara dari penyimpangan, dan menjaga keselamatan fitrah manusia. 2) Harus mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu memurnikan ketaatan dan peribadatan hanya kepada Allah. 3) Harus sesuai dengan tingkatan pendidikan baik dalam hal karakteristik, tingkat pemahaman, jenis kelamin dan tugas-tugas kemasyarakatan yang telah dirancang dalam kurikulum. 4) Memperhatikan
tujuan-tujuan
masyarakat
yang
realistis,
menyangkut penghidupan dan bertitik tolak dari keislaman yang ideal, seperti merasa bangga menjadi umat Islam. 5. Manajemen Personalia a. Pengertian Manajemen Personalia/Sumber Daya Manusia (SDM) Manajemen personalia adalah teknik atau prosedur yang berhubungan dengan pengelolaan SDM didalam suatu organisasi. Pengelolaan dan pendayagunaan personalia dalam suatu lembaga baik tenaga edukatif maupun tenaga administrative secara
efektif dan efisien banyak tergantung pada kemapuan kepala sekolah/ madrasah/ lembaga pendidikan lainya baik seabgai manajer naupun kepala lembaga pendidikan tersebut. (Suryosubroto 2004:86). Personalia adalah komponen yang bertanggung jawab dalam uapaya mencapai tujuan dalam pendidikan, maka personali memiliki tanggung jawab yang sagat besar, sesuai hal ini Allah berfirman:
… ... Artinya: "Maka hendaklah yang menerima amanah, menunaikan amanah yang telah dipertaruhkan kepadanya" (Q.S Al-Baqarah : 283) b. Prinsip Dasar Manajemen Personalia meliputi : 1) Dalam pengembangan suatu lembaga pendidikan baik sekolah/ madrasah/ pesantren, sumberdaya manusia adalah komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya kegiatan baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga. 2) Sumberdaya manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga menunjang tercapainya tujuan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan. 3) Kultur dan suasana organisasi lembaga pendidikan serta prilaku manajerialnya sangat
berpengaruh pada pencapaian tujuan
pengembangan sekolah/ madrasah/ pesantren. 4) Manajemen personalia di sekolah/ madrasah/ pesantren pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga (guru/ustadz, staf
administrasi, peserta didik, orang tua dan stakeholder) dapat berkerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah/ badrasah/ pesantren Dr. Baharuddin, Moh. Makin mengkutip (Dalam Hasbullah,2006:113). c. Manajemen Sumberdaya Manusia meliputi: 1) Perencanaan, penarikan tenaga dan seleksi personalia 2) Pelatihan dan pengembangan tenaga pengajar 3) Penilaian prestasi d. Perencanaan Kebutuhan Sumberdaya Manusia Secara spesifik perencanaan SDM melibatkan kegiatan forecasting
(memperkirakan) kebutuhan SDM suatu organisasi
(personalia lembaga pendidikan), sekaligus merencanakan langkahlangkah pemenuhanya. Secara umum tujuan strategi perencanaan SDM adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan dan ketersediaan tenaga personalia dalam suatu lembaga pendidikan dan untuk mengembangkan programprogram dalam rangka meminimalisir penyimpangan-penyimpangan atas dasar kepentingan individu dan organisasi. Dr. Baharuddin, Moh. Makin (2010:62). e.
Pengadaan Staf (sumberdaya manusia) Aktifitas
pokok
fungsi
pengdaan
meliputi
pelaksanaan
rekrutmen calon tenaga yang sesuai dengan prfesi dan bidang serta karakteristik yang sesuai dengan tenaga yang diperlukan dan
penempatan penugasan/ penguasaan staf, Dr. Baharuddin, Moh. Makin mengkutip Imron (2003:73). Rekrutmen adalah usaha mencari dan mendapatkan tenaga kerja yang potensial dengan jumlah dan mutu yang memadahi, sehingga organisasi dapat memilih personalia yang cocok dengan kebutuhan jabatan yang tersedia. f.
Penilaian Prestasi Menurut Rouland and Ferris adalah cara menentukan seberapa produktif staf (personalia) tersebut dan apakah ia dapat berkerja efektif di masa yang akan datang, sehingga baik staf, organisasi dan masyarakat akan mendapat keuntungan, Dr. Baharuddin, Moh. Makin (2010:62).
g. Pelatihan dan Pengembangan Fungsi ini merupakan suatu usaha peningkatan prestasi kerja para personalia saat ini dan masa akan datang, dalam peningkatan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam belajar. Ada dua model program pelatihan dan pengembangan yang dapat dilaksanakan adalah: 1) on the job program, yakni pelatihan yang dilaksanakan berdasarkan pengalaman langsung dalam bekerja dan organisasi tertentu. 2) Ot the job program, yakni model pelatihan diluar jabatan yang dilaksanakan
secara
formal
melalui
program-program
pemberdayaan dan peningkatan kualitas personalia.
6. Manajemen Peserta Didik Manajemen peserta didik menunjuk pada pekerjan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan pencatatan murid, semenjak dari proses penerimaan sampai saat murid meninggalkan sekolah/ madrasah/ pesantren atau lembaga yang menyelenggarakan pendidikan tertentu. Suryosubroto (2004: 74). Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik, mulai dari masuk pada lembaga penyelenggara pendidikan sekolah/ madrasah/ pesantren sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik. Yang memiliki tujuan mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran, sehingga dapat belajar lancar, tertib, da tertur, serta dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 7. Manajemen Sarana dan Prasarana a. Pengertian Manajemen sarana prasarana Sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk mempermudah pekerjaan, maksud atau tujuan, syarat, upaya Dsb. Sedangkan Prasarana memiliki arti segala yang merupakan penunjang utama terseenggaanga suatu proses. EM Zulfajri, kamus lemgkap Bahasa Indonesia (2005:547) Sedangkan manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagimana mengatur dan mengelola saran dan prasarana pendidikan
secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Menurut Dr. Baharuddin, Moh. Makin mengutip dalam Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang, manajemen sarana prasarana pendidikan adalah “proses kerjasama pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien” (Pakar,2003:86) Manajemen sarana dan prasarana adalah kegiatan mengatur dan mengelola sarana dan prasarana pendidikan, yang bertujuan agar dapat memberikan kontribusi yang optimal terhadap proses pendidikan dalam mencapai tujuanya. Dr. Baharuddin, Moh. Makin (2010:62). b. Tahapan-tahapan sarana-prasarana 1) Perencanaan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan 2) Pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan 3) Penghapusan sarana dan prasarana pendidikan c. Fungsi manajemen sarana dan prasarana Menurut Tim Pakar Manajemen Universitas Negeri Malang,(2003) adalah : 1) Untuk mengupayakan pengadaan sarana dan prasarana sekolah/ madrasah/ pesantren melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah/ madrasah/ pesantren memiliki sarana yang baik sesuai dengan dana yang efisien. 2) Untuk mengupayakan pemakaian sarana dan prasarana sekolah/ madrasah/ pesantren secara tepat dan efisien.
3) Untuk mengupayakan pemeliharaan sarana dan prasarana selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap waktu diperlukan oleh semua personalia madrasah/ sekolah/ pesantren. 8. Manajemen Hubungan Masyarakat Humas merupakan fungsi manajemen yang diadakan untuk menilai dan menyimpulkan sikap-sikap publik, menyesuaikan policy dan prosedur instansi atau organisasi untuk mendapatkan pengertian dan dukungan masyarakat (dalam Hasbullah, 2006:124). a. Hal-hal yang perlu dikemukakan dalam kegiatan kehumasan yakni : 1) Melaporkan tentang pikiran-pikiran yang berkembang dalam masyarakat tentang masalah pendidikan sekolah/ madrasah/ pesantren. 2) Membantu kepala sekolah/ madrasah/ pesantren bagaimana memperoleh
bantuan
dan
kerjasama
dalam
pelaksanaan kegiatan yang berwawasan pendidikan.
mendukung
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum 1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin sudah berdiri kokoh sejak tahun 1926 M yaitu masa kolonial penjajahan belanda, di bawah naungan ulama besar yang bernama KH. Abdul Halim dan diteruskan oleh putra-putranya di antaranya yaitu KH. Abda Abdul Malik,
yang letak perkembanganya tepat di sebuah
perkampungan di Desa Kalibening, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Awal mula dari pesantren tersebut adalah pengajian Al-Qur'an yang diasuh oleh Ibu Ny. Hj. Miskiyah Hisyam (Putri KH. Hisyam) dari Petak Susukan. Sepeninggalan KH. Abdul Halim Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin mengalami kekosongan, kemudian dirintis dan dikembangkan
lagi oleh
putranya yang ke-5 yaitu KH. Abda' Abdul Malik menjadi Pondok Pesantren dan Madrasah Salafiyah "Hidayatul Mubtadiin" sampai sekarang. Yang mengajarkan kitab-kitab kuning, Falaqiyah, Faroid, ilmu Nahwu-Shorof mulai dari Al Imrithi sampai Jauharul Maknun dan lain-lainnya. Sistem pembelajaran di pesantren dan madrasah tersebut dibagi menjadi empat tahap yaitu tingkat TPA, Ibtida'iyah, tingkat Tsanawiyah, dan tingkat Aliyah.
2. Visi Dan Misi a. Visi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin merupakan sub-sistem dalam Pendidikan Nasional di Indonesia, yang dikelola oleh Masyarakat secara otonom. Visi Pendidikan Pondok Pesantren mengarah pada pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus dapat membentuk santri yang : 1) Menguasai ilmu-ilmu fiqih, tasawuf, nahwu sorof dan tauhitd serta ilmuilmu bantu yang lainya. 2) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pengembangan ahklak bangsa. 3) Berahklakul karimah dan berkepribadian luhur 4) Memahami dan Mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). 5) Memiliki kepedulian yang tinggi terhadap masalah-masalah lingkungan hidup. 6) Berwawasan kerakyatan dan peduli terhadap kemajuan serta kesejah teraan bangsa Indonesia. b. Misi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin antara lain : 1) Menggelorakan semangat pemurnian ajaran Islam, sesuai dengan ajaran “Ahlussunah Wal Jama’ah” yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadis serta Ijma’ dan Qiyas. 2) Membina budaya kesholihan (Kesholihan Individual dan Kesholihan social) Dan Budaya Kefakiran ( Asketisme Intelektual ) di kalangan santri dan masyarakat.
3) Mengembangkan Budaya Prestasi dan sikap Produktif di kalangan santri dan masyarakat. 4) Mendukung, Mengamalkan, dan melaksanakan Pembangunan Nasional di segala bidang secara proaktif, dinamis, ihlas dan bertanggung jawab. c. Tujuan Adapun tujuan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin adalah : 1) Berjiwa Islam, berwawasan kebangsaan dan berkepribadian utuh. 2) Bersikap terbuka dan tanggab terhadap perkembangan Ilmu-ilmu bahasa arab, Fiqih, ilmu-ilmu agama Islam, kemajuan IPTEK dan masalah yang di hadapi masyarakat. 3) Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan yang di milikinya sesuai dengan bidangnya dalam kegiatan produktif dan pelayanan kepada masyarakat. 4) Menguasai dasar-dasar ilmu agama Islam beserta metodologi bidang keahlian, sehingga mampu memahami, menjelaskan dan merumuskan cara penyelesaian masalah yang ada di kawasan keahlianya serta mampu berpikir, besikap dan bertindak sebagai ilmuan islam sekaligus sebagai Ulama.
3. Letak Geografi Pondok Pesantren Hidatatul Mubtadiin Berada di Jl. Raden Fatah 20 Kalibening, Kec. Tingkir, Kota Saltiga, di tengah pemukiman penduduk yang beragama Islam 100% , samping Masjid Al-Muttaqin, yang memiliki luas tanah 520 M². Tabel I GAMBARAN – GAMBARAN DAN LOKASI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
1
Nama Pondok
PONDOK
PESANTREN
HIDAYATUL
MUBTADIIN Berdiri
Th. 1926
Pengelola
Yayasan
Pesantren
Hidayatul
Mubtadiin
Salatiga Alamat
Jl. Raden Patah No. 20 Kalibening, RT/W. 06/01 Kec. Tingkir, Kota Salatiga, Jawa Tengah
No.Telp 2. Pengasuh PPHM Pendidikan 3. Lurah PPHM Pendidikan
(0298) 311315. KH Abda' Abdul Malik SMA Abdul Ghofur SMA
4. Kondisi Pondok a) Jumlah guru/ustadz
32 orang terdiri dari : ustadz dan ustadzah
b) Jumlah Santri
121 orang yang terdiri dari : 90 Putra dan 31 putri.
c) Sarana dan Prasarana 1 masjid , 6 ruang kelas , 1 lokal aula pertemuan, 1 lokal ruang ustazd, 1 lokal kantor administrasi , 1 lokal perpustakaan mini, 9 kamar tidur, 1 kamar tamu, 1 gudang, 1 kantin, 9 kamar mandi/toilet, 1 kamar UKS. d) Media Pendidikan
3 unit computer, 2 unit TV, 2 unit mesin Jahit, dan 2 set alat Rebana.
e) Fasilitas lain
Lapangan Sepak bola, Sound System.
5. Kondisi Lingkungan a) Gedung Pon-pes
Sudah tidak menampung jumlah santri, perlu dipugar dan tambah ruang belajar
b) Lokasi Pon-pes
Di tengah pemukiman penduduk, samping Masjid Muttaqin, luas tanah 520 M2
c) Ekonomi Wali Santri d) Potensi Santri
Rata-rata penghasilan per bulan 400.000,- 800.000,Ekonomi
Santri
di
bawah
rata-rata,
kemampuan membayar living Cost Per anak Rp.13.000/bln.
4. Manajemen Kurikulum Pondok Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga a. Manajemen Kurikulum pondok pesantren Kurikulum yang diterapkan di pesantren ini adalah model kurikulum para ulama’ salaf ala pesantren, dalam penentuan mata pelajaran baik dalam pendidikan dengan metode klasikalnya (madrasah diniah) dan mata pelajaran kitab-kitab kuning dengan metode bembelajaran salafnya (bsndongan
dan
sorogan)
Pondok
Pesantren Hidayatul
Mubtadiin
menetapkan dengan cara Musyawarah dewan Asatidz, yang kemudian hasil dari musyawarah di aturke (disampaikan) pada pengasuh, dan kemudian pengasuh menilai dan menimbang hasil dari musyawarah dewan asatiz. Dalam proses pembelajaranya untuk lebih mempermudan penyampaian dewan asatidz (dewan guru) maupun penerimaan santri dalam memamahami pelajaran, maka pesantren mengelompokkan para santri dengan sistem kelas dan tingkat kemampuan santri. Penentuan dan pengelompokan santri digambarkan oleh Sabarrudin (yang merupakan dewan asatidz dan koordinator pendidikan) sebagai berikut (25/07/12 11.00): “Untuk menentukan kelas dan kitab kuning yang akan dipelajari maka setelah penerimaan santri baru diadakan tes seleksi, yang mana tes bertujuan untuk mengukur kemampuan awal dan penempatan kelas pada madrasah diniah”.
Lebih jelasnya kurikulum di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H, dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel II JADWAL MUSYAFAHAH QIROATUL KUTUB FIQHIYAH PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN KALIBENING SALATIGA 1431/1432 H
Kelas
Musyafah Eri Aji S
Musyafih
Maqro'
Imam Syafrudi
M Mahmudi P
تحفة الوبتدي
6 Ibtidaiyah F Abdurrohman Z M Mutolib S Alhakam A S Wafa A Anhar Zamroni Artun Zulman H Khoirul Umam
ابً شجاع
1Tsanawiyah Agus M Khusnul Muhid Shobaruddin M Abd Aziz Khoirul Anam,
Khoirul Huda M Wahyudi Lilik Masluki Muktafin M Rifki M Rif’ani A Mukhoyar Almuddasir Fajar Aly S
Mustaqim
Ismail Slamet Arifin Imam Syafiie 2Tsanawiyah
M Alwi Izzudin M Ulil A
فتح القرٌب االولى
M Khoiruddin M Damawi M Sulaiman M Mujib Agus eko S Nasikhul Umam Sholominanto Abdurrohman A Zidni A M
Khoiruddin
Imam Sutoyo
فتح القرٌب الثاًى
3 Tsanawiyah M khoirul Anwar M Yasin
Damanhuri
M Syarif H 1 Aliyah
M Khamim
Muhlisin
فتح الوعٍي
االولى
M Syamsul K Hasanuddin A Fariq AK A Subekti Ach. Mufid Slamet R M Syukron M Badaruddin Khoirul Hadi 2 Aliyah
Nur Wahidin
Mahfudzi
فتح الوعٍي الثاًى
Nuryanto
فتح الوعٍي الثالث
M Ulil Wafa Nur Faizin A Taufiq M Amiruddin 3 Aliyah
Suprapto Nur cholis Rozin Makfi
Munawwibun : Abd Ghofur Sholihin
Tabel III JADWAL PELAJARAN MADRASAH DINIAH TINGK TSANAWIYAH PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN KALIBENING SALATIGA 1431/1432 H الفصل تذارس القرءان
Mustaqim
Senin
ثالث رسائل
Samsuddin
Selasa
سفاء الجىان
Zamroni
Rabu
فصالتان
Mustaqim
Kamis
المحافظت
Sobaruddin
Jum’at
Zaenal Arifin
Sabtu
سلم التىفيق
Miftahul huda
Senin
العشماوي
Khoirudin
Selasa
Miftahul huda
Rabu
اداب العالم والمتعلم
Zainal arifin
Kamis
المحافظت
Mustaqim
Jum’at
Sobaruddin
Sabtu
فتح رب البريت
Abdul khafidz
Senin
مجالس السىيت
Abdul qodir
Selasa
عمذة السالك
Khoiruddin
Rabu
مجالس السىيت
Abdul qodir
Kamis
المحافظت
Solikhin
Jum’at
كيالوي
Miftahul huda
Sabtu
1 Tsanawiyah
2 tsanawiyah
سلم التىفيق
سلم المىاجاث
3 Tsanawiyah
الفصل مىهاج العابذيه
Ahmad mufid
Senin
كاشفت السجا
Muhlisin
Selasa
مىهاج العابذيه
Ahmad mufid
Rabu
كاشفت السجا
Muhlisin
Kamis
المحافظت
M. umar syafi’i
Jum’at
مختصر جذا
Khoiruddin
Sabtu
درة الىاصحيه
Nuryanto
Senin
رياض الصالحيه
S holihin
Selasa
درة الىاصحيه
Nuryanto
Rabu
رياض الصالحيه
S holihin
Kamis
المحافظت
Nuryanto
Jum’at
ابه عقيل الثاوي
Nuryanto
Sabtu
مىهاج القىيم
Abdul qodir
Senin
تىبيه الغافليه
Abdul ghofur
Selasa
مىهاج القىيم
Abdul qodir
Rabu
تىبيه الغافليه
Abdul ghofur
Kamis
المحافظت
Mahfudi
Jum’at
تىبيه الغافليه
Abdul ghofur
Sabtu
1 Aliyah
2 Aliyah
3aliyah
Keterangan : Tidak dicantumkanya hari minggu karena merupakan hari libur
Tabel IV
JADWAL MUSYAFAHAH QIROATUL QUR'AN PON PES HIDAYATUL MUBTADIIN KALIBENING SALATIGA
No
MUSYAFAH
MUSYAFIH
Nasikhul Umam Sholiminanto 1.
A Zidni Anwar M
Mahfudhi
M Yasin Ahmadi M Anhar Artun Zulhan H 2.
Fajar Ali Shodiqin
Khoiruddin
Khoirul Umam M Mujib Faris Abdurrohman Zuhad M Mahmudi 3.
Saifullah Al-Hakam
Ulil Absor
Agus Muslimin M Abdul Aziz 4.
Khoirul Amam
Mutholib
Khoirul Huda Lilik Masluki M Rifqi Khusnul Muhid M Sidqul Wafa M Syukron M Rif’ani 5.
Mustaqiem M Wahyudi M Mukhoyyar Syamsul M Amiruddin Khoirul Hadi
6
Nur Wahidin
Nuryanto
M Ulil Wafa Nur Faizin Ismail A Taufiq 7
Badaruddin Suprapto Nur Kholis
Damanhuri
M Anwar Rozin Makfi 8
Imam Sutoyo
M Umar S
Khoiruddin Fariq AK M Alwi I Abdurrohman 9
Muhlisin Syarif Hidaytullah M Khamim Al Mudatsir Imam Syafi’i
10
Damawi
Sholihin
Sulaiman Hasanuddin
Tabel V DIROSAH PUTRA 1. HARIAN NO
1.
WAKTU Sebelum subuh
KEGIATAN Membaca Al-Qur’an (anjuran)
Subuh awal 2.
Pengajian bandongan Hadroti Syeh dan Ustadz-ustadz lain
3.
Subuh tsani
Pengajian Kitab Ihya’ Ulumuddin
4.
07.00
Piket
Subuh Tsalis
Pengajian kitab- kita bandongan atau sekolah
5.
6.
umum Ba’da dhuhur
Tartilul Qur’an wa ma’nan
Ba’da Asar
1. Pengajian Tafsir Jalalein
7.
2. Praktek ibadah 3. Dzikiran, do’aiyah, dan suratan pendek
8.
16.00 Istiwa’
Musyawaroh
9.
Sebelum maghrib
Membaca Al-Qur’an (anjuran)
10.
Ba’da jama’ah maghrib
Dirosah MHM Pengajian kitab bandongan :
11.
21.00
1. Oleh Hadhrotussyaikh 2. Oleh Ustadz
2. MINGGUAN
NO
WAKTU
KEGIATAN
1.
Kamis sore
Ziaroh ke Maqom
2.
Malam jum’at
3.
-
Ba’da maghrib
-
Jam 20.30
I’tikaf di masjid Jam’iyah Al Berjanji
Jum’at -
Ba’da subuh
-
Jam 06.30 istiwa
-
Jam 09.00 istiwa
-
Ba’da Jum’at
Mujahadah Sholawat Nariyah Mukhafadhoh Olahraga Wajar Dik Das
4.
Malam Ahad (21.30)
5.
Ahad
6.
-
Jam 08.00 WIB
-
Jam 10.00 WIB
Malam senin
Ruhsoh Nonton TV
Musyafahah kutub fiqh Ruhsoh Nonton TV Khitobiyah
Tabel VI JADWAL KHITOBIYAH MALAM SENIN NO
KAMAR
CATATAN
1.
05/ Imarotul Ma’had
Pembukaan
2.
10/ Ibnu Hamdun
Setelah Pembukaan di lanjutkan
3.
09/ Sirojul Huda
4.
08/ Ittihadul Muta’alimin
5.
06/ Ibnu Malik
6.
04/ Hujrotul Muhajirin
7.
03/ Muadz Ibnu Amr
8.
02/ Darut Tholibin
9.
01/ Al Ghozali
kamar10 lalu berkesinambungan.
TABEL VII JADWAL AL BERJANJI MALAM JUM’AT NO
KAMAR
CATATAN
1.
05/ Imarotul Ma’had
Pembukaan
2.
01/ Al Ghozali
Setelah Pembukaan di lanjutkan
3.
02/ Darut Tholibin
4.
03/ Muadz Ibnu Amr
5.
04/ Hujrotul Muhajirin
6.
06/ Ibnu Malik
7.
08/ Ittihadul Muta’alimin
8.
09/ Sirojul Huda
9.
10/ Ibnu Hamdun
kamar 01 lalu berkesinambungan.
b. Model Pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/ 1433 H Dalam pelaksanaan pembelajaran pesantren menggunakan model pembelajaran salafy namun pesantren juga menggunakan model klasikal dalam tingkatan madrasahnya. Sesuai dengan hasil obserfasi peneliti tentang metode pembelajaran di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H sebagai berikut:
1) Klasikal Pada perkembanganya pondok pesantren sudah banyak yang menggunakan model pembelajaran klasikal (madrasi) yaitu dengan membentuk suatu madrasah dengan membagi menjadi
beberapa kelas, model klasikal diterapkan pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H adalah dengan membentuk madrasah yang terdiri dari lima kelas (Lihat Tabel III), sesuai dengan pengamatan proses pembelajaran madrasah berlangsung dengan sistematis, karena semua santri sudah mempersiapkan materi yang akan diajarkan oleh guru (ustad/ustazah). Sistem klasikal diterapkan dalam pendidikan pondok pesantren yang kegiatanya berlangsung bakda (setelah) shalat magrib sampai dengan selesai, dilaksanakanya kegiatan setelah magrib
karna
mempertimbangkan
beberapa
hal,
menurut
pemaparan Abdul Ghofur (ketua/lurah) pondok pesantren putra sebagai berikut: (a) Sebagian santri menempuh pendidikan umum diluar pesantren yang seringkali sampai sore. (b) Memberi kesempatan santri untuk mengoktimalkan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan exstrakulikuler pada sekolah formal (bagi santri yang mengikuti pendidikan formal) (c) Beberapa santri sambil berkerja (d) Melihat waktu malam santri dapat fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarnakan suasana pedesaan yang tenang.
(e) Sebagian ustaz merupakan masyarakat kampung sekitar pesantren yang memiliki waktu longgar hanya pada malam hari. 2) Bandongan Bandongan yang dalam pembahasan didepan disebut juga dengan istilah wetonan yaitu hampir menyerupai halakoh , akan tetapi di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga lebih dikenal dengan sebutan bandongan. Pelaksanaan metode ini digambarkan oleh Ustadz Umar Syafi‟I (23/7/12:21:08) sebagai berikut : "Pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca kitab kuning, kemudian santri menyimak serta memaknani (menuliskan arti), sesuai yang dibaca ustadz, terkadang ustadz menjelaskan hal-hal yang sekiranya muskil (sulit dipahami)”. 3) Sorogan Telah dijelaskan sebelumnya bahwa metode sorogan adalah dengan cara santri maju satu persatu kehadapan ustaz untuk membaca kata-kata dalam kitab dan dalam membaca ayat-ayat AlQur‟an kemudian ustadz menyimak dan membenarkan jika ada kesalahan. Dalam pelaksanaan metode ini di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dari hasil pengamatan sebagai berikut: “Para santri berbaris dengan lurus dan rapi di hadapan ustadz ustazah. Kemudian satu persatu secara bergiliran menghadap agar lebih dekat jaraknya dengan ustadz atau ustadzah tersebut santri membaca Al-Qur’an dan Kitab kuning, sedangkan ustadz atau ustadzah menyimak (mendengarkan) dengan seksama, apabila santri membaca
teks kitab salah membenarkan”. Menurut
Samsul
ataupun Hadi
kurang
(salah
satu
benar santri
ustadz putra)
(25/07/12:10.15) penerapan metode sorogan sangatlah membatu dalam memulai membaca kitap untuk mencapai taraf awal latihan membaca dan memahami kitab kuning dan Al-Qur‟an secara mahir.
4) Hafalan (mukhafadloh) dan Metode hafalan juga termasuk metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, metode hafalan diterapkan para santri dalam menghafal bait-bait nadhoman kitabkitab alat (nahwu, sharaf dan tajwid), yang kemudian disetorkan (dilafalkan) di depan ustadz/ustazah pada pelajaran
yang
ditentukan. 5) Pasaran/kilatan Metode pembelajaran kilatan diterapkan di pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga hanya pada bulan Ramadhan. Dalam pelaksanaanya pelaksaan metode ini tidak hanya diikuti oleh para santri melainkan masarakat sekitar pesantren. Menurut keterangan salah satu ustadz bahwa secara rasional metode kilatan kurang evektif bagi santri yang belum mahir dalam penguasaan kosakata dalam memahami kitab, namun beliau menanggapi pandangan ini dengan penjelasan sebagai berikut : “dengan kilatan santri memang tidak langsung memahami isi kitab yang dipelajari, akan tetapi satu hal yang perlu digarisbawahi adalah dalam rangka untuk tabarrukan (mengharab suatu kebaikan) dari mu’allif (pengarang kitab) para ulamak terdahulu dan mengharap kebaikan dari tempat pelaksanaan”
c. Evaluasi pembelajaran pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433
Dalam
rangka
untuk
mengetahui
hasil
dari
tujuan
pembelajaran yang diharapkan, dan sesuai tingkat kemampuan santri dalam
penguasaan
keilmuan
yang
diajarkan,
maka
melalui
musyawarah dewan ustadz menetapkan adanya evaluasi. pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/14 33 H, telah terencana secara sistematis. Evaluasi juga diadakan dengan mengadakan berbagai macam perlombaan pada ahir tahun ajaran, kegiatanini diselenggarakan selain untuk mengetahui tingkat kemampuan santri dalam penguasaan materi yang dilombakan juga sebagai refresing melepas ketegangan setelah mengikuti tes semester. 5. Manajemen Personalia Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H,
Manajemen personalia adalah teknik atau prosedur yang berhubungan dengan pengelolaan SDM (sumberdaya manusia) didalam suatu organisasi. Pengelolaan dan pendayagunaan personalia dalam suatu lembaga baik tenaga edukatif maupun tenaga administrative secara efektif dan efisien banyak tergantung pada kemapuan kepala sekolah/ madrasah/ lembaga pendidikan lainya baik seabgai manajer naupun kepala lembaga
pendidikan tersebut. (Suryosubroto 2004: 86). Berdasarkan penjelasan tentang pengertian majeman personalia ini, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H, memiliki sistem keorganisasian sebagai berikut : a. Struktur Organisasi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kec, Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/133 H Tabel VIII SUSUNAN PENGURUS PUTRA PONDOK PESANTREN PUTRI HIDAYATUL MUBTADIIN KALIBENING SALATIGA
PENGASUH KH ABDA’ ABDUL MALIK
KETUA ABDUL GHOFUR
SEKRETARIS
BENDAHARA
DAMAN HURI S.Pd.I
M UMAR SYAFI'I
DIROSAH NURYANTO
KEAMANAN
SEKSI
KHORUDDIN MUHLISIN Srd
SHOLIHIN HUMAS
KESRA
PERLENGKAPAN
MUHLISIN Brg
ZAKARIA AA
ABDUL HAFIDH
SHOBARUDDIN
MIFTAHUL HUDA
M. FAUZI
ABDUL QODIR ZAMRONI
KETUA KAMAR
TABEL IX SUSUNAN PENGURUS PUTRI PONDOK PESANTREN PUTRI HIDAYATUL MUBTADIIN KALIBENING SALATIGA
PERIODE 1428 / 1430 H. ( 2008 PENGASUH
KH ABDA’ ABDUL MALIK
KETUA Endang Styowati
SEKRETARIS
BENDAHARA
Lisamah
Maesaroh
DIROSAH
KEAMANAN
SEKSI Siti Jazriah
Zainul Masniyah
KETUA KAMAR
Dalam pengadaan staf organisasi (dewan pengurus) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H menentukan dan memilih santri yang akan masuk dalam dewan pengurus melalui beberapa faktor kecakapan antara lain : 1) Dalam bidang keilmuan santri telah mahir 2) Santri memiliki kepribadian yang baik 3) Santri mukim 4) Memiliki wibawa dalam mengasuh dan membimbing para santri yang lain. b. Keadaan Ustadz
Sedangkan dalam pengadaan staf pengajar sebagai dewan guru (ustadz) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H menentukan dengan beberapa kecakapan atau kriteria antara lain : 1) Telah menempuh pendidikan madrasah diniah sampai tingkat Aliah Tsani 2) Memiliki kemampuan yang mahir dalam mata pelajaran yang akan di ajarkan 3) Sepenuhnya mendapat dawuh restu (utusan) dari pengasuh pesantren.
Dalam pembinaan dan peningkatan sumberdaya manusia (dewan ustadz) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, memberikan kesempatan pada setiap ustadz mengikuti kajian-kajian kitab yang secara langsung
pembelajaranya kepada pengasuh, seperti mengikuti kajian dengan metode bandongan dan pendidikan madrasah tingkat atas yang hanya di ikuti oleh dewan pengasuh dan ustadz Ustadz Pondok Pesantren.Hidayatul Mubtadiin ada dua golongan yaitu ustadz yang berasal dari Warga Kalibening Sendiri yang telah lulus belajar di suatu pesantren dan ustadz yang berasal dari luar warga Kalibening yaitu santri lulusan pondok ini dan yang masih menjabat sebagai pengurus pondok pesantren. Adapun jumlah ustadz ialah 33 orang, adapun perinciannya sebagai berikut:
Tabel X KEADAAN GURU/ USTADZ PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Jumlah No
Pendidikan
Jumlah Hari
Terahir
Mengajar
Mata
Nama
Pelajaran
1.
KH Abda’ Abdul Malik
MAN
2
1
2.
Abd Rohim
MTS
2
2
3.
Abd Roziq
SMA
2
3
Jumlah No
Pendidikan
Jumlah Hari
Terahir
Mengajar
Mata
Nama
Pelajaran
4.
Achmad DJK
SMA
4
3
5.
Achmad Sahal Mufid
SMP
2
2
6.
Agus HS
D II
3
2
7.
Ma’shum AA
SMP
4
3
8.
Masykur Suyuthi
SMP
3
1
9.
Misri Basthoni
SMP
1
2
10.
Muhdi Aziz
SMP
1
2
11.
Muhyiddin CN
SMU
2
2
12.
Munadzir
SMP
2
2
13.
Mustaqiem
SMP
3
2
14.
Mutho’un
SMP
3
2
15.
Ridwan Amd
D II
1
2
16.
Sabiqun
SMP
2
3
17.
KH Zumroni
SMU
2
2
Jumlah No
Pendidikan
Jumlah Hari
Terahir
Mengajar
Mata
Nama
Pelajaran
18. Thohir Ach
SMU
2
2
19.
Zahroni
SMP
2
2
20.
Achmad Saltuth
SMA
1
1
21.
F Mubarokah
SMP
2
2
22.
Su’aidah
SMP
4
2
23.
Lisamah
MAN
4
2
24.
Abd Ghofur
SMEA
3
3
25.
Khoiruddin
SMP
4
4
26.
M Umar S
SMEA
5
3
27.
Nuryanto
MTS
4
3
28.
M.Amiruddin
MTS
4
3
SD
3
3
S1
1
1
MAN
4
3
29. Zamroni 30.
Ridwan, S.Ag
31.
Mahfudhi
Jumlah No
Pendidikan
Jumlah Hari
Terahir
Mengajar
Mata
Nama
Pelajaran
32.
Sukiman
SMA
3
3
33.
SN Fatihah
MTS
3
3
34.
Daman Huri S, Ag
S1
3
2
Dari data dewan ustadz diatas perlu diketahui bahwa semua ustadz tidak mukim dipesantren melainkan ada beberapa ustadz berasal dari masyarakat sekitar pesantren dan juga alumni pesantren. 6. Manajemen Peserta Didik
Dari penjelasan makna manajemen peserta didik pada bab dua dapat dipahami bahwa manajemen peserta didik adalah upaya penataan peserta didik, mulai dari masuk pada lembaga penyelenggara pendidikan sekolah/ madrasah/ pesantren sampai dengan mereka lulus, dengan cara memberikan layanan sebaik mungkin kepada peserta didik. Yang memiliki tujuan mengatur kegiatan-kegiatan peserta didik agar menunjang proses pembelajaran, sehingga dapat belajar lancar, tertib, dan tertur, serta dapat memberikan kontribusi bagi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dalam penerimaan peserta didik baru Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, tidak
menentukan dan mengharuskan pada tiap-tiap tahun ajaran baru melainkan jika ada santri yang mendaftar baik pada awal maupun pertengahan tahun ajaran pesantren menerimanya, namun dalam penentuan kelas dan jenis kitab yang di ikuti santri baru harus mengikuti tes seleksi yang di ampu oleh dewan ustadz. Peseta didik (santri) Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga, sebagian besar merupakan santri yang menempuh pendidikan pesantren dan juga mengikuti jenjang pendidikan formal di lembega-lembaga pendidikan umum yakni Madrasah Ibtidaiah (MI), Sekolah menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Dan Perguruan Tinggi. Meskipun santri terikat dengan pendidikan pada pesantren namun para santri yang mengikuti kegiatan pendidikan formal (sekolah umum) mendapat izin untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan pendidikan formal secara penuh baik intra kulikuler maupun exstrakulikuler, dengan cataan : a. Setiap santri aktif dalam mengikuti kegiatan pendidikan di pesantren b. Setiap santri memberikan keterangan kepada dewan asatidz jikan mengikuti kegiatan exstrakulikuler pada sekolah formal yang mengganggu keikut sertaan dalam mengikuti kegiatan pendidikan pesantren. Adapun tata-tertib santri sebagai berikut :
TATATERTIB PONDOK PESANTREN PUTRA HIDAYATUL MUBTADIIN PERIODE 1431 / 1432 H ( 2010 / 2011 M ) I.
AL-WAJIBAT ( KEWAJIBAN ) a. Menjunjung tinggi kehormatan santri. b. Berpeci tanpa miqot. c. Mengikuti dirosah PP/MHM, Musyawaroh, Mujahadah Nariyah, Mujahadah Al-Qur'an, dan Musyafahah. d. Minta izin Pengasuh dan Pengurus bila pulang atau bepergian. e. Membayar I'anah Syahriyah atau I'anah lain yang ditentukan. f.
II.
Saling menghormati dan tolong-menolong.
AL-MANHIYAT ( LARANGAN ) a. Melanggar semua hukum Syara’ b. Bergaul antara Ajnabi dan Ajnabiyah. c. Menggunakan hak milik orang lain tanpa izin. d. Menonton hiburan tanpa Rukhsoh. e. Keluar Ma'had ( Asrama ) setelah pukul 23.30 WIB. f.
Memperlihatkan aurot di depan umum dan berpakaian kurang sopan
g. Menyalah gunakan kewenangan sarana dan prasarana PP/MHM. h. Masuk kamar lain dalam keadaan kosong. i. III.
Mengikuti pengajian tanpa seizin pengasuh atau pengurus. AL-MA'MUROT ( ANJURAN )
a. Menjalankan Sholat berjamaah. b. Menjalankan berbagai Riyadhoh. c. Membudayakan Salam.
d. Membudayakan disiplin, mandiri, dan giat belajar. e. Ziaroh ke maqom. f.
Menjaga kebersihan.
Kalibening, 4 Dzulqo’dah 1425 H Mengetahui Pengasuh PPHM
Ketua PPHM
KH.ABDA'ABDUL MALIK
ABDUL GHOFUR
TABEL XI DAFTAR SANTRI PUTRA-PUTRI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIEN TAHUN PELAJARAN 2011-2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kamar
Nama
Alamat
TTL
Nama Orang Tua
Lulusan
1
A Saidun
Rembes 15/05, Gunungtumpeng, Suruh, SMG
Kab. Semarang, 11-05-1987
Subandi
SMK
1
A Sidqul Wafa
Kepundung 05/04, Reksosari, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 17-02-1997
H. Mahasin
SD
1
A Zidni Anwar M
Kepundung 05/04, Reksosari, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 14-08-1994
H. Mahasin
SMP
1
Ahmad Mukhoyar
Boyolali 18/03, Sidorejo, Cepogo, Boyolali
Kab. Boyolali, 26-12-1994
Kusnanto
SMP
1
Ahmad Taufiq
Puwang 09/07, Wringin Putih, Bergas, SMG
Kab. Semarang, 03-11-1988
Busaeri
SMA
1
Ismail
Segiri 06/02, Segiri, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 11-09-1992
Slamet
SMP
1
Jalaludin Muhammad K.
Gedongan 01/02, Kecandran , Sidorejo, Salatiga
Kota, Salatiga, 04-06-1995
Zaini
SD
1
M. Dani Abdullah
Krajan 08/01, Dadapayam, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 17-05-1997
Khumrodi
SD
9.
10.
11.
12.
1
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
Setingen 11/01, Mlilir, Bandungan, Semarang
Kab. Semarang, 10-11-1993
Rohimun
SMP
1
Muktafin
Rembes 15/05, Gunungtumpeng, Suruh, SMG
1
Nur Rohman
Kirang, Sukorejo, Suruh, SMG
Kab. Semarang, 14-11-1989
Supani
SMP
1
Soliminanto
Sawur 04/06, Terban, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 30-03-1994
Ishak
SD
Piyoto, Bandungan, Bandungan, Semarang
Kab. Semarangk, 2609-1994
A. Nduhri
SMP
Gintungan02/05, Bandungan, Bandungan, SMG
Kab. Semarang, 14-03-1994
Nasikhun A.
SMP
Gunungtengis 01/01, Pucung, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 20-03-1994
Edi Prayitno
SMP
Irvanianto
13.
14.
Mufadholin
SMP
Miridoyong
2
Khoirul Hadi
2
Nur Faizin
2
Slamet Riyadi
2
Sukron Makmun
Gumuk,Tengaran, Semarang
Kab. Semarang, 06-06-1992
Tupar
SMP
3
A. Fariq AlKhuzaeni
Ngadirekso, Sumowono, Smg
Kab. Semarang, 03-11-1992
Abdul Wahib
SMK
3
Abdul Rohman
Duren 04/05, Kecandran, Sidomukti, Salatiga
Kota Salatiga , 28-09-1992
Kaslan
SMP
3
Anang Susanto
Kaliloko 03/06, Kedungringin, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 28-07-1996
Siswanto
SD
3
Chusnul Muchit
Sepakung 01/01, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 14-10-1996
Ihsanuri
SD
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
3
Imam Syafrudi
Kawedusan, Ngadirekso, Sumowono,Semarang
Kab. Semarang, 11-01-1992
3
M. Asy'ari
Mlilir 01/04, Mliler, Bandungan, Semarang
Kab. Semarang, 27-11-1992 Kab. Semarang, 04-10-1994
Kab. Semarang, 08-07-1988
3
M. Mustofa
Doplang II 02/03, Pakis, Bringin, Semarang
3
M. Nur Kholiq
Pucung, Bancak, Semarang
3
M. Slamet Arifin
Pucung, Bancak, Semarang
3
Rozin Makfi
Kepundung 06/04, Reksosari, Suruh, Smg
Kab. Semarang. 28-10-1991
3
Sholihun
Sepakung, Banyibiru, Semarang
21 Januari 1991
4
4
Pucung 04/03, Ahmad Faizin Pucung, Bancak, Semarang Ahmad Subekti
4
Fatkurokhim
4
Feri Fajar Wanto
4
Heru Susanto
4
Luqman Alhakim
Mujiman
SMP
Salamun
SMK
Slamet Mashudi
SMP
Salim
SD
SD
Kab. Semarang, 06-05-1994
Maksudi
SMP
Ihsanuri
SMP
Aminudin
SMP
Nuri- Nurhadi
SMA
Marsinem
SD
Ngesti Boga II 04/02, Jayaloka, Lubuk Linggau
Kab. Lubuk Linggau, 08-121988
Banjarsari 02/08, Bancak, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 09-08-1993
Pucung 04/03, Pucung, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 21-12-1993
Jartini
SMA Alternat if
Kab. Semarang, 29-05-1995
Khabibus Sholeh
SD
Pucung 04/03, Pucung, Bancak,
Semarang
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. 42. 43. 44.
45.
46.
47.
M. Khoirul Anam
Pucung 04/03, Pucung, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 27-08-1997
Sutarmuji
SD
4
M. Sulaiman
Banjarsari 02/08, Bancak, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 29-10-1994
Marsiah
SD
4
Nanang Qosim
Pucung 04/03, Pucung, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 19-11-1994
Suyitno
SD
4
Syarif Hidayatullah
Legowo 03/05, Duren, Bandungan, Semarang
Kab. Semarang, 13-02-1992
M. Zumdi
SMP
5
Abdul Ghofur
4
Pekalongan
SMK
Jetis, Wonokerto,Bancak, Smg
5
Abdul Hafidh
5
Abdul Qodir
5
Ahmad Mufid
5
Daman Huri
5
Khoirudin
Kepundung, Reksosari, Semarang
Kab. Semarang, 07-03-1983
5
M Umar Syafi’i
Gompyong,Cukil,Teng aran SMG RT 16 RW 06
Kab.Semarang, 26- 02-1984
5
M Zaenal Arifin
Jetis, Wonokerto, RT 03/04, Bancak, Smg
Kab. Semarang, 25-07-1988
Mahfudhi
Malian,Tukang RT 01/03, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 07-08-1985
5
SMP
SMP Babadan , Duren,RT 21/04, Tengaran, Smg.
Kab. Semarang, 16-03-1987
Sahid
Boro, Kedungringin
SMP S1
Antiyah
SMP
Muhammad Sholeh
SMK
Syamsuddin
SMP
Sudarmin
S1
48.
49.
50.
51.
52.
53. 54. 55. 56.
57.
58.
59.
5
Muhlisin
5
Mustaqim
5
Nuryanto
5
Shobaruddin
Srandil, Sepakung, Banyubiru, Semarang RT 02
Kab. SEMARANG, 1005-1984
Sarman
SMP
Senggrong, Terban, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 11-08-1983
Darlin
SMP
Kendel, Kemusu, Boyolali, RT03/01
Kab. Boyolali1,3-071984
Sumardi
SMP
SD
5
Sholikhin
Praguman, Pasekan RT02/06, Ambarawa, Smg
Kab. Semarang, 17-08-1985
5
Miftahul Huda
Wonosari, Candisari, Ampel Boyolali
Kab. Boyolali, 06-04-1989
5
Syamsuddin
5
Zakaria A A
5
Zamroni
Bancak
6
Agus Eko Suponco
Jatisari 02/03, Gedanganak, Ungaran, Semarang
Kab. Semarang, 15-08-1988
Ariyanto
Jambehan 01/07, Karang Jati, Wonosegoro, BYL
Muslimun
SMP
Abu Masykur
SMP
Kirang Banjarsari, Bancak
SMP Kab. Semarang, 18-02-1984
Tasmin
SMP SD
Farchanuddin
SMA
Kab. Boyolali , 05-10-1988
Romlan
SMP
Badarudin
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 16-06-1993
Pujiono
SMP
6
Joko Susilo
Jambehan 02/07, Karang Jati, Wonosegoro, BYL
Kab. Boyolali, 10-10-1991
Kunjaini
6
M Habib Zaemuri
Seworan 01/04, Ketoyan, Wonosegoro,
Kab. Boyolali, 14-11-1990
6
6
Zamhari
SMP
BYL
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71. 72.
M Hamim
Srandil 01/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 13 -01-1994
Paidi
SD
6
M Ulil Wafa
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 04-12-1992
Ngadimin
SMP
6
M. Hasanudin
Bantal, RT 06/01, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 10-11-1991
Samsudin
SMP
6
M. Khoirudin
Gompyong 16/06, Cukil, Tengaran, Semarang
Kab. Semarang, 11-01-1996
Nuryono
6
M.Anwar Romdhoni
Mbaok 01/04, Ujungujung, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 15-01-1998
Nur Wahid
6
Zainuddin
Jengkol, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 13-04-1996
Muslim
6
Damawi
Kab. Brebes, 0707-1993
Rakuadi
SD
8
Chabib Ulin Nuha
Purwodadi, Godong, Grobogan
Kab. Grobogan, 10-11-1995
Supriyanto
SD
8
M Syamsul Khoiri
Jetis, wonowkerto, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 14-09-1992
Jumeri
SMP
8
M Ulil Abshor
Tompak, Kaang Gondang, Pabelan, Semarang.
Kab. Semarang, 01-09-1988
Khori Ihsanudin
SMP
8
M. Khoironi
Galeh, RT 03/03, Wonokerto, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 09-01-1993
Mudiono
SMP
8
M. Sukron Makmun
Jetis, Wonokerto, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 18-06-1993
Sukirman
SMP
8
M. Yasin
Kab. Klaten, 07-
Siamto
SMP
6
Tegalan 05/02,
SD
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
Juwiran, Juwereng, Klaten
09-1993
Muttholib
Jetis, Wonokerto, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 23-08-1986
8
Nur Kholis
Jetis, Wonokerto,Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 08-07-1991
8
Suprapto
Jetis, Wonokerto, Bancak, Semarang
9
A Taslim
9
Imam Sutoyo
9
9
8
Nuskak
SMP
Samyudi
SMP
Kab Semarang, 09-07-1988
Nuskak
SMP
Glegang, Kemusu, Boyolali
Kab. Boyolali, 12-11-1992
Paimin
SMP
Godegan 01/01, Jembrak, Pabelan, Semarang
Kab. Semarang, 26-11-1987
Siti Kaliyah
SMA
Irawan Haryono
Pucung, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 25-04-1994
Muhnasrudin
SMP
Khoirul Umam
Ciplen 06/02, Sukorejo, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 29-08-1997
Abdul Jalil
SD
9
M Amirudin
Penggung 01/01, Penggung, Wonosegor, BYL
Kab. Boyolali, 17-11-1989
Muntyamah
SMP
9
M. Alwi Asegaf Izuddin
Kab. Semarang, 27-02-1996
Fauzi
SD
9
Nasikhul Umam
Lestri 05/25, Kedung Ringin, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 25-11-1995
M. Salamun
SD
9
Nur Wahidin
Gagan 03/01, Kendel, Kemusu, Boyolali
Kab. Boyolali, 1603-1992
Giman
SMP
10
A. Mufid Aji W.
Kepundung 03/04, Reksosari, Suruh,
Kab. Semarang, 13-12-1993
Asrori
SMK
Pucung, RT 03/03, Bancak, Semarang
Semarang
85.
86.
87.
88.
89.
90.
10
Agung Saputro
Kepundung, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 06-12-1995
10
Ahmad Anhar
Kepundung 06/04, Reksosari, Suruh, Semarang
10
Artun Zulaman Habibi
10
Suyadi
SD
Kab. Semarang, 26-08-1997
Zarkoni
SD
Kepundung 08/04, Reksosari, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 23-06-1996
Risman
SD
Fajar Ali Shodiqin
Kepundung, Suruh RT 06/04, Suruh, Semarang
Kab. Semarang, 23-12-1995
Maksudi
SD
10
Imam Syafi’i
Baok, Ujung-ujung RT 01/04, Pabelan ,Semarang
Kab. Semarang, 29-05-1996
Rohmad
SD
10
Muhammad Mujib
Ngelosari 01/01, Jombaran, Tuntang, Semarang
Kab. Smg, 0412-1994
Rokhmad
SMP
TABEL XII DAFTAR SANTRI PUTRI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIEN TAHUN PELAJARAN 2011-2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Kamar
1
1
1
1
1
1
Nama
Alamat
TTL
Nama Orang Tua
Indah Sari N.I
Gomyong 16/06, Cukil, , Tengaran, Smg
Kab. Smg, 0706-1989
M. Sholeh
Siti Jazriah
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 27-04-1990
Mursidi
Siti Mahmudah
Banjarsari 02/08, Bancak, Bancak, Semarang
Kab. Semarang, 06-06-1990
Tasmin
Siti Sarofah
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Semarang, 27-08-1989
Ngadimin
Tulastri
Kendel 03/01,Kendel, Kemusu, , Boyolali
Kab. Boyololai, 30-10-1989
Sumardi
Umi Afifah
Jetis 03/04, Wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 0206-1991
Sujud
Umi Masro‟ah
Glompong 01/03, Tempuran, Bringin, Semarang
Kab. Smg, 1310-1990
Dastin
Elok Faiqoh
Jambeyan 02/07, Karangjati, Wonosegoro, BYL
Kab. Boyolali, 10-06-1993
Abdul Rokhim
Nurkhayati
Gintungan 03/05, Bandungan, Bandungan,Smg
Kab. Smg, 0512-1994
Ma’ruf
Kab. Boyolali, 06-09-1994
Nuri
1
2
2
2
Risnawati
Jambeyan 03/07, Karangjati, Wonosegoro,
BYL
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Tri Utami
Bungkel 02/04, Pucung, Bancak, Smg
Kab. Smg, 2109-1993
Salim
Umi Kholifah
Ngonto 02/02, Candi, Bandungan, Smg
Kab. Smg, 2612-1993
Sunardi
2
Vina Afidatus S
Bungkel 03/03, Pucung, Bancak, Smg
Kab. Smg, 2404-1995
Muhlisin
2
Yuli Khoton Nasikhah
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubitu, Semarang
Kab. Smg, 1002-1997
Ismun
3
Nila Nur Astuti
Kledoan 02/01, Sumberjo, Ngablak, Magelang
Kab. Magelang, 01-12-1994
Rubadi
3
Nur Isnaini Febriana
Tawang Sari 02/01, Grogolan, Karanggede, Byl
Kab. Byl, 08-021994
Buseri
3
Siti Aisyah Putri J
Kepundung, Reksosari, RT/RW 08/04, Suruh
Kab. Agam, 3112-1992
Risman
Tri Nur Janah
Banyuanyar 02/03, Banyuanyar, Ampel, Boyolali
Kab. Byl, 03-121994
Sarno
4
Eka Susilaningsih
Jetis 03/04, wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 0710-1992
Jumeri
4
Endang Setiawati
Jetis 03/04, Wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 3011-1991
Tasripan
Istiqomah
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Smg, 2912-1995
Sumyadi
Siti Aminah
Ginggang 06/03, Kendel, Kemusu, Byl
Kab. Byl, 26-121994
Sukidi
Siti Masruroh
Srandil 02/14, Sepakung, Banyubiru, Semarang
Kab. Smg, 1005-1997
Sarman
Jetis 02/04, wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 1203-1993
Nushak
2
2
3
4
4
4
4
Siti Zumrotun
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
5
5
5
5
5
5
5
Devindaningty as
Nanggulan 03/01,Kutowinangun, Tingkir, Salatiga
Kota Salatiga, 03-12-1994
Susyamto
Lisna Triyani
Jambeyan 03/07, Karangjati, Wonosegoro, Boyolali
Kab. Byl, 11-101992
Bejo
Nurul Hidayah
Jambeyan 03/07, Karangjati, Wonosegoro, Boyolali
Kab. Byl, 05-031993
Juli
Siti Mutmainnah
Jetis 02/04, Wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 0510-1994
Pasmin
Siti Rosyidah
Jetis 01/04, Wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 3107-1991
Kasrin
Siti Ubaidah
Srandil, Sepakung, Banyubiru, Smg
Kab. Smg, 0204-1993
Juremi
Siti Zumaroh
Jetis 01/04, Wonokerto, Bancak, Smg
Kab. Smg, 1408-1992
Slamet
7. Manajemen Sarana Prasarana Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Manajemen sarana prasarana adalah suatu kegiatan bagimana mengatur dan mengelola saran dan prasarana pendidikan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Berdasarkan teori tentang pengertian manajemen sarana prasarana ini, Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening
Kecamatan Tingkir
Kota
Salatiga memiliki sarana prasarana sebagai pendukung terlaksananya pendidikan yang diselenggarakan berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai yakni meliputi: 1 masjid , 6 ruang kelas , 1 lokal aula pertemuan, 1 lokal ruang ustazd, 1 lokal kantor administrasi , 1 lokal
perpustakaan mini, 9 kamar tidur, 1 kamar tamu, 1 gudang, 1 kantin, 9 kamar mandi/toilet, 1 kamar UKS. 3 unit computer, 2 unit TV, 2 unit mesin Jahit, dan 2 set alat Rebana. Lapangan Sepak bola, Sound System. a. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dalam
pengadaan sarana dan prasarana Pesantren Hidayatul
Mubtadiin Dusun Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga adalah
keputusan dewan asatizd yang diperoleh melalui musyawarah mufakkat yang diadakan setiap ahirsemester.
b. Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dalam pelaksanaan pengelolaan yang mencakup perawatan dan penggunaan sarana dan prasarana dibedakan menjadi dua kategori 1) Sarana Prasarana Elektronik Sarana dan prasarana elektronik merupakan sarana yang sepenuhnya dalam perawatan dan penempatanya khusus diruang kantor dewan pengurus, namun dalam penggunaan sarana prasarana ini tidak hanya untuk dewan pengurus melainkan semua santri, namun dengan prosedur penggunaan yang ditetapkan dewan pengurus.
Peneliti mengutip dari penuturan Nuryanto (pengurus putra) yang merupakan koordinator keamaan Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga sebagai berikut : “Semua santri boleh menggunakan sarana elektronik baik televise, computer dan alat rebana namun harus mematuhi prosedur yang telah ditetapkan dewan pengurus”
2) Sarana Prasarana Non Elektronik Sarana dan prasarana non elektronik Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga meliputi 1 lokal ruang ustazd, 1 lokal kantor administrasi , 1 lokal perpustakaan mini, 9 kamar tidur, 1 kamar tamu, 1 gudang, 1 kantin, 9
kamar
mandi/toilet, 1 kamar UKS , dalam pengunaan sepenuhnya berlaku untuk semua masyarakat pesantren baik dewan pengurus maupun santri, namun dalam perawatan sarana dibentuk daftar piket yang bertujuan agar perawatan berjalan secara efektif dan evisien. 8. Manajemen Hubungan Masyarakat Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dalam upaya meng-optimalkan semua kegiatan pendidikan pondok pesantren maka semua kegiatan selain mendapat dukungan dari semua elmen yang berbeda dalam pesantren maka pesantren harus mendapatkan dukungan dari masyarakat sekiatar pesantren, Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga memiliki hubungan yang sangat erat
dengan masyarakat baik pengasuh, pengurus, dewan asatidz serta santri, hal ini terlihat dari antusias warga dalam mendukunng semua kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pesantren seperti pengajian dengan metode bandongan pada bulan ramadhan, pengadaan haflah akhirusanah dan pemberian ta’jil (jaburan) kepada semua santri selama Bulan Ramadhan. Hal ini di sampaikan oleh Imam Sutoyo (salah satu santri putra) sebagai berikut(27/07/12 21:10) : “Abah kiyai selain sebagai pengasuh pesantren, beliau merupakan tokoh dan imam bagi masyarakat desa kalibening, jika warga memiliki hajat yasinan, nariahan dan selamatan sering kali mengundang para dewan asatidz dan tidak jarang juga diundang untuk menjadi imam tahlil, setiap warga memiliki hajatan misal pernikahan, aqiqoh dan sunatan sering mengundang santri untuk mengisi sholawat dengan rebana yang dimiliki pesantren, dan yang paling seru apabila bulan puasa tiba setiap berbuka puasa semua menu berbuka untuk santri merupakan sedekah masyrakat kampung sekitar pesantren. Yang unik dari sedekah ini tiap pagi santri bergiliran menaruh tempat menu tak’jil untuk berbuka dan kemudian sore menjelang magrib santri yang mendapat giliran mengambil makanan dibawa kepesantren sebagai menu berbuka, kegiatan ini telah berjalan cukup lama. “
Keharmonisan antara semua elmen pesantren dan masyarakat dapat tercipta karena keberadaan pesantren berada ditengah-tengah pemukiaman warga tanpa adanya pagar yang memisahkan antara rumah penduduk dan pesantren. 9. Faktot Pendukung Dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Dalam setiap pelaksanaan lembaga pendidikan baik sekolah umum (formal) maupun pendidikan nonformal seperti pesantren pasti menghadapi banyak faktor baik yang mendukung maupun faktor yang menghambat terlaksananya program-program dan proses pedidikan, berkaitan dengan ini kegiatan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga juga menghadapi hal demikian. Menurut ustadz Muhlisin (wakil ketua) 23/07/2012 20.30 WIB , faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan pesantren dibedakan menjadi dua yakni pengaruh exsternal dan pengaruh internal yaitu : a. Faktor exsternal meliputi: 1) Faktor lingkungan yang hampir 100% masyarakatnya muslim, sehingga kecintaan terhadap santri yang belajar di pesantren sangat baik yang berakibat pada semangat belajar santri. 2) Pondok pesantren bertempat di area yang sejuk meskipun ditengahtengah pemukiman penduduk 3) Letak pondok pesantren berada jauh dari jalan raya, sehingga berpengaruh terhadap kedisiplinan santri dalam mengikuti setiap kegiatan pelajaran karna jika akan bepergian meninggalkan pesantren (absen) menjadi malas.
b. Faktor internal meliputi : 1) Setiap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang tidak bersamaan dengan pelaksanaan pendidikan formal yaitu bagi para santri yang mengikuti. 2) Pendidikan madrasah dilaksanakan pada malam hari, sehingga santri yang letih setelah mengikuti pendidikan formal dapat beristirahat sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 3) Kedisiplinan semua santri dikoordinir dengan sepenuh hati oleh dewan pengurus Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga menurut Samsul Hadi (ketua kamar B) 25/07/2012 11.17 WIB meliputi : a. Motifasi santri yang heterogen, misalnya santri memiliki niat awal sekolah formal bukan pesantren atau dalam bahasa jawa (sekolah nyambi mondok) yang berakibat pada kurang tekun dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran tertentu. b. Fasilitas pendukung proses pembelajaran belum sepenuhnya mencukupi seperti komputer sebagai pengembangan life skill santri.
BAB IV ANALISIS
A. Manajemen Kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. 1. Kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Telah disebutkan pada tabel II dan III tentang kitab-kitab yang dipelajari pada pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H, sesuai dengan masing-masing tingkatan kelasnya, sesuai dengan predikat sebagai pondok pesantren salaf namun memberikan kelonggaran bagi para santri mengikuti jenjang pendidikan formal diluar pesantren, dipondok pesantren ini sama sekali tidak memasukkan kurikulum yang bersifat umum seperti mata pelajaran yang diselenggarakan pada sekolah-sekolah formal. Dapat dilihat susunan mata pelajaran yang sistematis yaitu dari tingkat yang mendasar baru kemudian dilanjutkan pada tingkat selanjutnya yang komposisi mata pelajaranya lebih tinggi dan linier, menurut Tim Pakar Universitas Negeri Malang, muatan kurikulum yang diterapkan pesantren model ini merupakan bentuk correlated curriculum yang mana kurikulumnya “menghendaki agar mata pelajaran satu dengan yang lainya
ada hubungan atau bersangkut paut meskipun batasan-batasan yang satu dengan yang lainya masih dipertahankan” seperti pada keterangan hasil penelitian bab III pada tabel II dan III yang menggambarkan kajian kitabkitab fikih yang dari tingkat awal tuhfatul mubtadiy sampai fathul mu’ien. Selain daripada itu pada tingkat kelas I mata pelajaran yang diajarkan adalah kitab dasar sebagai pembentuk pola pikir dan prilaku seperti kitab-kitab akhlak yang dipelajari merupakan kitab Akhlakul Banien dan kitab syarah Alala sedanngkan dalam kitab fiqih yaitu kitab fikih dari fikih I, II, III yang kandungnya merupakan ilmu fikih tingkat pemula seperti bab Toharah, istinja dan bab Shalat. 2. Model pembelajaran pesantren Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Sebagi pondok pesantren yang termasuk salafi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H yakni memiliki beberapa metode yang sesuai dengan tujun peneliti yang ingin mengetahui dan memaparkan bagaimana konsep pengelolaan pendidikan yang diselenggarakan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H yang mencakup metode atau model pembelajaran yang ditrapkan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran, dalam data hasil penelitian dipaparkan beberapa model pembelajaran yang akan dibahas sebagai berikut:
a. Klasikal Model pembelajaran ini diterapkan untuk mempermudah materi pembelajaran yang sesuai pada tingkatanya sehingga madrasah yang terdiri dari tujuh kelas ini masing-masing mempelajari kitab sesuai dengan tingkatanya yakni kelas (ibtida’) sebagai pemula, maka materi yang diberikan adalah materi yang paling dasar dan juga sebagai dasar pada materi-materi berikutnya yang diajarkan dan dikembangkan di kelas atasnya. Madrasah yang dilaksanakan setelah sholat maghrib yang waktunya hanya sekitar kurang lebih 60 atau 50 menit untuk satu mata pelajaran, waktu ini bukanlah waktu yang lama sebagai proses pembelajaran, akan tetapi dalam kenyataanya dapat dilaksanakan dengan efektif karena materi yang dipelajari telah dipersiapkan sebelumnya (muroja’ah) oleh para santri sendiri, sehingga ustadz cukup langsung menjelaskan, memberi contoh dan evaluasi. Dalam pelaksanaanya metode klasikal yang diterapakan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H setelah (bakda) magrib yaitu dengan mempetimbangkan beberapa hal diantaranya: (f) Sebagian santri menempuh pendidikan umum diluar pesantren yang seringkali sampai sore.
(g) Memberi
kesempatan
santri
untuk
mengoptimalkan
dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler pada sekolah formal (bagi santri yang mengikuti pendidikan formal) (h) Beberapa santri sambil berkerja (i) Melihat waktu malam santri dapat fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarnakan suasana pedesaan yang tenang. (j) Sebagian ustadz merupakan masyarakat kampung sekitar pesantren yang memiliki waktu longgar hanya pada malam hari. Beberapa pengurus
dan
alasan ustadz/
diatas
merupakan
ustadzah
untuk
komitmen menciptakan
pengasuh, suasana
pembelajaran yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai harapan para ustadz/ ustadzah. b. Bandongan Metode bandongan adalah metode pembelajaran yang bersifat satu arah, karena santri hanya berposisi sebagai penyimak dan pendengar, tidak ada komunikasi yang aktif antara santri dengan ustadznya namun santri dengan metode bandongan dapat belajar menulis bahasa jawa menggunakan hahasa arab (Arab pegon) pada keterangan tiap-tiap kata dalam kitab yang dipelajari sesuai kemampuan santri. c. Sorogan Model pembelajaran sorogan yang diterapkan sebagai sarana belajar Al-Qur‟an dan penarkiban (mencari dan memahami tata bahasa
dalam sebuah kalimat) kitab-kitab ulamak klasik dinilai sangat efektif karena dapat memberikan hasil yang sempurna bagi santri untuk dapa membaca Al-Qur‟an dengan tartil (sesuai tajwid baik makhorijul huruf, panjang pendeknya dan waqof) dan lancar, mengetahui tata bahasa dan qoidah (maksud) dalam membaca kita bahasa arab. Memperhatikan dari proses pelaksanaanya terdapat sebuah pendidikan yang secara langsung menerapkan isi kitab ta’limul muta’alim yakni mendidik santri untuk senantiasa bersikap tawadlu’ (menghormati) terhadap gurunya secara langsung. Selain dari pada itu juga diajarkan belajar bersaban dan disiplin karena harus bersabar menunggu giliran sesuai urutan, dari sinilah dapat disimpulkan bahwa sorogan merupakan model pembelajaran bersifat langsung secara individu. d. Hafalan (mukhafadhoh) Metode hafalan diterapkan dalam rangka untuk mempermudah santri dalam mengingat materi pelajaran, terutama materi kitab-kitab alat yakni nahwu dan sharof yang memiliki nadhom-nadhom (bait-bait) ringkasan dari isi kitab yang dipelajari sehingga akan lebih mudah dalam memahaminya, dan metode hafalan juga dimaksudkan agar santri melatih ingatan menjadi kuat dalam mengingat materi–materi pelajaran, dan sebagai upaya mendidik santri memanfaatkan waktu luang untuk menghafal.
e. Pasaran/ kilatan Dalam penjelasanya pelaksanaan model kilatan adalah seperti model bandongan, hanya saja dalam kilatan santri dituntut harus dikhatamkan (diselesaikan) pada waktu tertentu dan penerapanya juga hanya pada waktu tertentu. Dari segi efektivitas telah dijelaskan bahwa yang menjadi tujuan utama dalam model pembelajaran ini adalah bukan pemahaman, melainkan dalam bahasa pesantren disebutkan bermaksud ingin tabarrukan (mengharapkan manfaat) dan ridlho serta kemanfaatan ilmu dari pengarang kitab. Dan selain itu juga disebutkan dengan kilatan santri akan lebih banyak memiliki pembendaharaan kitab kuning yang sudah dimaknani (diartikan), karena para ustadz menilai tanpa adanya pembelajaran
kilatan
yang
membutuhkan
banyak
kitab,
dan
pelaksanaanya wajib diikuti semua santri semangat membeli banyak kitab tidak ada, maka dengan pengajian ikilatan santri akan membeli bamembeli banyak kitab yang suatu saat pasti memiliki manfaat sebagai rujukan (referensi) dalam memecahkan masalah-masalah hukum dalam menghadapi kehidupan dimasyarakat. 3. Kehasan dan Keunikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga dalam Penerapan Model Pembelajaran yang Tidak Diterapkan Dalam Pondok Pesantren Lain
a. Musafahah (adu lambe) Qiroatul Kutub Musafahah adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin dalam rangka memberikan tambahan waktu belajar dalam mengkaji kitab fikih yang disesuaikan dengan kitab-kitab yang dipelajari pada madrasah diniah yaitu kitab abi suja‟, fathul qorib dan fathul mu‟in. 1) Pelaksanaan kegiatan musafahah qiroatul kutub Musafahah qiroatul kutub dalam pelaksanaanya hampir serupa dengan pembelajaran dengan metode sorogan, namun dalam musafahah qiroatul kutub siswa dikelompokkan dalam kelompokkelompok kecil yang masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 santri yang didampinggi satu ustadz sebagai tutor, dalam kegiatan ini santri tidak hanya membaca kitab untuk dirinya sendiri seperti dalam sorogan melainkan santri membaca dengan nada keras yang disimak oleh ustadz dan santri-santri lain dalam satu kelompok, santri yang membaca akan dibenerkan oleh sanrti lain apabila membacanya ada kesalahan baik nahwu, shorof dan makna, namun jika santri belum mampu membenarkan maka baru ustadz yang membenarkan dan membahas qoidah dan makna yang belum diketahui santri. Waktu pelaksanaanya dilaksanakan setiap hari minggu pukul 08.00 WIB, dilaksanakannya pada hari minggu karena pada hari minggu santri yang mengikuti kegiatan sekolah formal libur,
sehingga kegiatan dapat diikuti oleh semua santri. Jadwal kegiatan dapat dilihat pada bab III tabel V dalam kegiatan mingguan. 2) Kelebihan dan kekurangan musafahah qiroatul kutub Dalam penerapan metode ini memiliki kelebihan antra lain: (a) Ustadz
dapat
memantau
kemajuan
dan
kekurangan
kemampuan tiap santri dalam membaca dan murothi kitab yang dibaca tiap mingguya (b) Dengan musafahah santri dapat menerapkan ilmu-ilmu nahwu shorof secara langsung dan langsung di koreksi oleh rekan santri lain dan ustadz (c) Santri memiliki motivasi dalam mempersiapkan kegiatan musafahah (d) Dengan kelompok kecil santri dapat fokus dan terorganisir dalam setiap pelaksanaanya Metode ini memiliki kekurangan yaitu apabila ustadz sebagai tutor berhalangan maka kegiatan akan terganggu dan harus menggabung dengan kelompok lain, sehingga kelompok menjadi besar dan mengurangi tingkat efektifitas belajar.
b. Membaca dan memahami Al-Qur‟an Kegiatan
pembelajaran
ini
dilaksanakan
dalam
mengasah kemampuan para ustaz dalam membaca,
rangka maknani
(mengartikan) dan memahami tiap kata, ayat dan surat dalam AlQur‟an yang secara langsung di simak oleh para ustadz yang lain dan pengasuh sebagi tutor dalam pelaksanaan ini, yang menjadi rujukan adalah kitab Tafsir Jalalain. 1) Kelemahan dan kelebihan Dalam penerapan metode ini memiliki kelebihan antra lain: a) Meningkatkan kemampuan uastadz secara langsung dalam memahami dan maknani Al-Qur‟an b) Pengasuh dapat memantau kemampuan dan kekurangan masing-masing ustadz c) Dapat digunakan sebagai sarana pengembangan kemampuan ustadz sebagai pengajar para santri. Selain kelebihan metode ini juga memiliki kekurangan yakni apabila pengasuh berhalangan kegiatan akan kurang maksimal karna tidak secara langsung diampu oleh pengasuh. c. Tadarus dan Simaan Al-Qur‟an Meskipun sebagai pondok pesantren kitab pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga juga mengembangkan kemampuan dalam belajar Al-Qur‟an hal ini terbukti ada beberapa santri hafidz (telah hafal Al-Qur‟an) dan
santri yang dalam proses menghafal, dalam kegiatan mingguan pesantren mengadakan kegiatan simakan Al-Qur‟an yang dibaca oleh santri yang telah khatam, dan diikuti santri dan masyarakat. 4. Evaluasi pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Evaluasi yang diterapkan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H dapat dinilai sudah sistematis yakni ada evaluasi tiap akhir semester, evaluasi ini khusus dalam pembelajaran dengan model klasikalnya. Sedangkan dalam pembelajaran yang lain seperti pembelajaran dengan metode sorogan dan bandongan untuk kitab-kitab fikih, nahwu, sorof serta Al-Qur‟an pesantren menyelenggarakan lomba-lomba yang meliputi lomba membaca kitab,tartil Al-Qur‟an dan lomba kaligrafi. Dari uraian pembahasan tentang manajemen kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H diatas telah memenuhi unsur-unsur teori manajemen secara mendasar yang implementasinya untuk mencapai tujuan dan visi misi pesantren.
B. Manajemen personalia Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Dalam pengelolaan sumberdaya manusia yang memiliki prinsip sumberdaya manusia adalah komponen paling penting dalam menunjang berlangsungnya kegiatan baik pendidikan maupun keorganisasian lembaga dan Sumber Daya Manusia akan berperan secara optimal, jika dikelola dengan baik, sehingga menunjang tercapainya tujuan dari lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan. 1. Pengadaan staf pengurus Dari paparan hasil penelitian dikemukakan bahwa perencanaan dan pengadaan staf pengajar (ustadz) keorganisasian Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H menetapkan beberapa kecakapan yang harus dimiliki yaitu a. Dalam bidang keilmuan santri telah mahir b. Santri memiliki kepribadian yang baik c. Santri mukim d. Memiliki wibawa dalam mengasuh dan membimbing para santri yang lain. Namun
selain
keckapan-kecakapan
mendapatkan restu dari romo kiyai (pengasuh).
tersebut
santri
harus
2. Pengadaan staf pengajar (ustadz) Sama halnya dengan pengadaan staf pengurus pengadaan staf pengajar juga Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/ 1433 H memiliki beberapa kecakapan yang harus dimiliki oleh santri yang penulis paparkan dalam bab hasil penelitian. 3. Pelatihan dan pengembangan staf Dalam pelatihan dan pengembangan staf baik staf pengajar maupun pengurus Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/ 1433 H belum memiliki program khusus pengembangan dan pelatihan, namun dalam pengembangan dan pelatihan pesantren memberikan prinsip jalan ditempat, maksudnya dalam pengembangan serta pelatihan dilakukan masing masing individu sebagai staf dengan tetap mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan atas titah pengasuh, yang dikhususkan untuk para staf pengurus dan ustadz seperti setiap ustad mengikuti pengajian yang langsung dari pengasuh, dan mengikuti jenjang pendidikan madrasah diniyah yang belum
diselesaikan,
sedangkan
staf
pengurus
pelatihan
dan
pengembangannya melalui kegiatan mengajar sesuai tingkat kemampuan dan kelas yang diampunya, karna dengan demikian para staf akan terus belajar dan membenahi kekurangngan-kekurangan yang akan terus dibenahi sehingga menjadi tenaga yang professional sesuai basic masing-masing individu.
Sedangkan dalam penilain prestasi Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H tidak melakukan penilaian prestasi resmi kepada setiap staf baik pengurus maupun tenaga pengajar (ustadz/ ustadzah).
C. Manajemen peserta didik Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Peserta didik yang merupakan subyek dalam pmbelajaran, hal ini memberikan
perhatian
tersendiri
oleh
lembaga
pendidikan
sebagai
penyelenggara, dalam memanajemen peserta didik sejak dari penerimaan sampai pelepasan (akhirusanah) dalam Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H sesuai paparan dari hasil penelitian bahwa dalam penerimaan peserta didik tidak mengharuskan sesuai tahun ajaran baru melainkan setiap ada santri baru kapanpun waktunya pasti deterima dengan penuh ketulusan. Dalam
pengelolaannya
(mengasuh)
para
santri
yang
sangat
membutuhkan pedidikan secara seimbang baik pendidikan umum dan agama Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/ 1433 H memberikan wewenang dan kebebasan pada setiap santri dalam mengikutinya namun harus sesuai dengan koridor yang telah ditetapkan pesantren. Dengan demikian dalam pengelolaanya baik pengasuh dewan asatidz (guru) dan pengurus memberikan kelonggaran dalam menempuh pendidikan
ganda yakni pendidikan umum dan pendidikan pesantren yang merupakan sama-sama ilmu yang harus dimiliki santri dalam bermasyarakat kelak, namu setiap santri wajib mengikuti aturan dan ketentuan yang ditetapkan pengasuh melalui dewan pengurus.
D. Manajemen sarana prasarana Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Manajemen
sarana
prasarana
yang
merupakan
penunjang
terselenggaranya pendidikan pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/ 1433 H yang mencakup perencanaan, pengadaan dan perawatan Dalam perencanaan pengadaan dan perawatan pesantren mengadakan musyawarah
yang
melibatkan
pengasuh,
pengurus,
yang
bertujuan
membentuk tim pelaksana dan pengawas, dalam musyawarah ini
hanya
merencanakan sarana dan prasarana yang bersangkutan dengan pengadaan yang bersifat intern maksudnya hanya hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat pesantren yang mencakup santri dan pengurus, dalam perencanaan ini sesuai paparan pada bab hasil penelitian. Sedangkan dalam perencanaan pengadaan sarana prasarana yang besifat umum seperti pembangunan masjid yang fungsinya untuk santri dan masyarakat sekitar, perencanaan pun dilaksanakan oleh pengurus, pengasuh dan masyarakat dalam bentuk musyawarah.
Dalam pengadaan sarana prasarana Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H melaksanakan sesuai hasil perencanaan yakni pengadaan harus disepakati oleh dewan ustadz, pengurus baru kemudian disampaikan dan diridhoi oleh pengasuh, yang pelaksanaanya pada tiap-tiap dibutuhkan namun secara agenda dilaksanakan pada ahir semester. Kemudian dalam perawatan dan pngelolaanya berdasarkan keputusan pegurus sebagai koordinator dan pengawas dalam semua kegiatan perawatan dan pengelolaan. Dari tiga hal yang diselenggarakan mengenai manajemen sarana prasarana tersebut telah sesuai dengan prinsip dasar manajemen sarana dan prasarana yakni sebagi penunjang terselenggaranya proses pendidikan pesantren yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran yang dicita-citakan pesantren.
E. Manajemen
hubungan
masyarakat
Pondok
Pesantren
Hidayatul
Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Dalam manajemen humas (hubungan masyarakat) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun
ajaran
1432/1433
H
menetapkan
koordinator
dalam
jajaran
kepengurusan yang fungsinya sesuai dalam visi pesantren dalam poin 6 (enam) yakni “berwawasan kerakyatan dan peduli terhadap kemajuan dan serta kesejahtraan bangsa Indonesia”. Sesuai dengan pengertianya manajemen
humas yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga memiliki tujuan seperti dalam hasil penelitian yang menitik beratkan pada keharmonisan bermasyarakat, karna keharmonisan akan melahirkan kepedulian dan dukungan yang berakibat pada semangat belajar santri dalam lingkungan yang kondusif. Dalam hubungan masyarakat, pesantren memiliki hubungan yang dikatakan sangat baik dan dalam hubunganya memiliki khas tersendiri yang mungkin tidak dimiliki pesantren lain, hubungan ini seperti dalam bab III tentang bagaimana masyarakat menjamin buka puasa semua santri yang caranya sanyat unik dan tidakditemukan di pesantren lain yaitu santri tiap pagi mengantarkan tempat (wadah) untuk ta’jil pada rumah-rumah penduduk yang pada soreharinya menjelang berbuka santri mengambil. Dalam pengadaan kegiatan yang bersifat umum masyarakat sangat berperan baik dalam pendanaan kegiatan maupun tenaga, dalam pendanaan masyarakat tidak diminta berapa jumlah iuran melainkan menawarkan bahkan pernah masyarakat ingin menanggung semua dana kegiatan.
F. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dalam pelaksanaan pendidikan sangat mungkin baik lembaga sebagai penyelenggara, pengasuh sebagai supervisi, ustaz sbagai koordinator dan
santri sebagai subyek, menemukan dan mengalami sesuatu yang dapat menghambat dan pendukung dalam melaksanakan pendidikan. Dari penemuan yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya bahwa bahwa faktor pendukung mencakup faktor exsternal (lingkungan dan masyarakat) dan faktor internal (pesantren dan masyarakatnya), sedangkan faktor pengambat meliputi faktor-faktor yang secara berkelanjutan dapat di koordinir oleh dan diminimalis oleh dewan pengurus sebagai koordinator.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang dilaksanakan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H dapat dipaparkan sebagai berikut: 1. Manajemen kurikulum yang menggunakaan asas manajemen POAC (Planning, Organizing, Actuanting dan Controlling) pada Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H sebagai berikut : a. Kurikulum yang diterapkan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H, merupakan kurikulum ala ulamak salaf yang mana muatan pelajaran mencakup kitab-kitab fiqih, nahwu, shorof dan akhlak merupakan karya-karya ulamak pada zaman klasik (dulu/kuno). b.
perencanaan kurikulum yang akan diselenggarakan dalam proses pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga melalui musyawarah dewan ustadz dan pengurus yang kemudian di sampaikan ke pengasuh yang menetapkan komposisi pelajaran dalam masing-masing tingkat kelas dan dalam pelajaran kitab-kitab dengan metode bandongan dan sorogan pada setiap tahun ajaran baru.
c. Dalam pengorganisasian kurikulum Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H menerapkan keorganisasian melalui pemberian tanggung jawab secara penuh kepada masing-masing dewan asatidz yang di pantau oleh dewan pengurus bidang pendidikan, sedangkan dalam mengorganisir mata pelajaran pesantren melalui dewan ustadz membuat jadwal mata pelajaran untuk tiap-tiap tingkat kelas, dirosah (pelajaran) bandongan dan sorogan, dan kegiatan-kegiatan rutinan secara sistematis dan masuk dalam undang-undang pesantren. d. Dalam
pelaksanaanya
kurikulum
Pondok Pesantren
Hidayatul
Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H yakni menyelenggarakan pendidikan dalam dua jenis metode yaitu: 1) Metode pembelajaran ulamak salaf dengan metode bandongan, sorogan dan mukhafadhoh (hafalan). Dan 2) Metode pembelajaran kontemporer (masa kini) yaitu pembelajaran dengan sistem klasikal, metode ini digunakan pesantren dalam pembelajaran ilmu-ilmu nahwu, shorof, tajwid, fiqih dan akhlak. 3) Metode yang hanya diterapkan dalam Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yaitu metode yang lebih menitik beratkan pada aplikasi penguasaan materi-materi pembelajaran, metode ini yaitu Musafahah (adu lambe) Qiroatul Kutub.
Musafahah adalah kegiatan pembelajaran yang diselenggarakan oleh
pondok
pesantren
Hidayatul
Mubtadiin
dalam
rangka
memberikan tambahan waktu belajar dalam mengkaji kitab fikih yang disesuaikan dengan kitab-kitab yang dipelajari pada madrasah diniah yaitu kitab abi suja‟, fathul qorib dan fathul mu‟in. Membaca dan memahami Al-Qur‟an Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan dalam rangka mengasah kemampuan para ustaz dalam membaca, maknani (memgartikan) dan memahami tiap kata, ayat dan surat dalam Al-qur‟an yang secara langsung di simak oleh para ustadz yang lain dan pengasuh sebagi tutor dalam pelaksanaan ini, yang menjadi rujukan adalah kitab Tafsir Jalalaien. e. Sedangkan dalam pengawasan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H sepenuhnya oleh pengasuh pesantren yang secara langsung memberikan amanah kepada tiap-tiap ustadz/ ustadzah sebagai pembantu pengasuh dalam penyampain ilmu pada para santri. 2. Manajemen personalia Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H Dalam manajemen personalia yang mencakup keorganisasian, pengadaan staf pengurus dan staf ustadz pesantren melalui pengasuh memberikan kesempatan pada setiap santri, namun harus sesuai dengan kecakapan dan kreteria yang telah ditetapkan. Yaitu :
a. Dalam pengadaan staf pengajar (ustadz) harus memiliki kriteria sebagai berikut : 4) Dalam bidang keilmuan santri telah mahir 5) Santri memiliki kepribadian yang baik 6) Santri mukim 7) Memiliki wibawa dalam mengasuh dan membimbing para santri yang lain. c. Sedangkan dalam pengadaan staf pengajar sebagai dewan guru (ustadz) Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga tahun ajaran 1432/1433 H menentukan dengan beberapa kecakapan atau kriteria antara lain : 1) Telah menempuh pendidikan madrasah diniah sampai tingkat Aliah Tsani 2) Memiliki kemampuan yang mahir dalam mata pelajaran yang akan diajarkan 3) Sepenuhnya mendapat dawuh restu (utusan) dari pengasuh pesantren. Upaya penentuan kreteria ini dimaksudkan untuk benar-benar selektif dalam pengadaan masing-masing staf yang bardampak pada kualitas santri dan tercapainya tujuan pembelajaran. 3. Manajemen peserta didik Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Manajemen peserta didik dalam Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga mencakup penerimaan santri baru, pengelompokan santri dalam proses pembelajaran, keorganisasian santri, dan evaluasi kegiatan pembelajaran santri. Dalam mengatur kegiatan santri yang mengkikuti kegiatan pembelajaran terbagi menjadi dua tipe kegiatan yakni pembelajaran yang diikuti diluar pesantren (sekolah formal/ umum) dan sembellajaran yang diikuti dalam pesantren (madrasah diniyah), pengasuh yang melalui dewan pengurus menetapkan kegiatan madrasah diniah dilaksanakan setelah para santri belajar di sekolah umum yakni dilaksanakan setelah sholat magrib. Hal ini dilakukan agar santri benar-benar bisa fokus dengan setiap pelajaran yang ia ikuti baik dalam pendidikan formal maupun pendidikan dalam pesantren. Dalam manajemen peserta didik (santri) selain dalam pembelajaran mata pelajaran, pesantren menetapkan undang-undang (tata tertib) bagi para santri yang memiliki tujuan kedisiplinan dan membentuk manusia yang memiliki iman dan takwa sesuai visi dan misi pesantren. 4. Manajemen sarana dan prasarana Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dalam manajemen sarana dan prasarana Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga menetapkan sesuai pada konsep manajemen sarana dan prasarana, yang mencakup kegiatan perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan perawatan
yang penetapanya dan pelaksanaanya secara musyawarah menjunjung asas kebersamaan sesuai koridor masing-masing melalui hak-hak santri, pengurus, ustadz dan masyarakat serta hak bersama. Manajemen sarana dan prasarana merupakan alat pendukung dan penunjang yang sangat penting dalam pencapaian tujuan pendidikan yang diselenggarakan
Pondok
Pesantren
Hidayatul
Mubtadiin
Dusun
Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. 5. Manajemen huamas Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Manajemen humas yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga memiliki tujuan seperti dalam hasil penelitian yang menitik beratkan pada keharmonisan bermasyarakat, karena keharmonisan akan melahirkan kepedulian dan dukungan yang berakibat pada semangat belajar santri dalam lingkungan yang kondusif. 6. Faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan pendidikan Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang medukung dan menghambat dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kali Bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga yaitu:
Menurut ustadz Muhlisin (wakil ketua) 23/07/2012 20.30 WIB, faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan pesantren dibedakan menjadi dua yakni pengaruh exsternal dan pengaruh internal yaitu: c. Faktor exsternal meliputi: 4) Faktor lingkungan yang hampir 100% masyarakatnya muslim, sehingga kecintaan terhadap santri yang belajar di pesantren sangat baik yang berakibat pada semangat belajar santri. 5) Pondok pesantren bertempat di area yang sejuk meskipun ditengahtengah pemukiman penduduk 6) Letak pondok pesantren berada jauh dari jalan raya, sehingga berpengaruh terhadap kedisiplinan santri dalam mengikuti setiap kegiatan pelajaran karna jika akan bepergian meninggalkan pesantren (absen) menjadi malas. d. Faktor internal meliputi: 4) Setiap kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan waktu yang tidak bersamaan dengan pelaksanaan pendidikan formal yaitu bagi para santri yang mengikuti. 5) Pendidikan madrasah dilaksanakan pada malam hari, sehingga santri yang letih setelah mengikuti pendidikan formal dapat beristirahat sebelum kegiatan pembelajaran dimulai. 6) Kedisiplinan semua santri dikoordinir dengan sepenuh hati oleh dewan pengurus
Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiien Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga menurut Samsul Hadi (ketua kamar B) 25/07/2012 11.17 WIB meliputi : c. Motifasi santri yang heterogen, misalnya santri memiliki niat awal sekolah formal bukan pesantren atau dalam bahasa jawa (sekolah nyambi mondok) yang berakibat pada kurang tekun dalam mengikuti kegiatan-kegiatan pembelajaran tertentu. d. Fasilitas
pendukung
proses
pembelajaran
belum
sepenuhnya
mencukupi seperti komputer sebagai pengembangan life skill santri.
B. Saran-saran 1. Kepada pengasuh Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Pondok pesantren sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran dalam banyak hal terutama mencetak generasi yang mummpuni baik IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi) dan IMTAK (iman dan takwa) hendaknya harus memiliki keorganisasian yang benar-benar mampu menciptakan semua kegiatan dalam pendidikan pesantren, sehingga dalam pelatihan dan pengembangan para kader tenaga pengajar harus bener-benar mendapat perhatian dan sentuhan. Sehingga kualitas sumberdaya yang telah baik akan menjadi lebih baik untuk generasi yang akan datang.
2. Kepada para ustadz/ustadzah Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kali bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Pengelolaan peserta didik dalam pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam, dalam pembelajaran yang merupakan sarana pengembangan dan pentransferan dari seorang guru terhadap peserta didiknya. Dalam rangka mencapai titik puncak tujuan pembelajaran maka bagi pihak ustadz/ustadzah hendaknya selalu memperhatikan semua kegiatan santri dan dengan memperbaiki kualitas pembelajaran yang telah dilaksanakan. 3. Kepada semua santri Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Dusun Kali bening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga Man jada wa jada kata mutiara ini hendaknya selalu tertanam dalam setiap diri santri, karena motifasi yang terus menerus ada akan selalu memberikan kekuatan dalam setiap kegiatan pendidikan para santri yang menharapkan keberhasilan. Tata-tertib yang disusun hendaknya benar-benar menjadi suatu hukum yang slalu ditaati dan bukti dari santri yang mementingkan kedisiplinan dan kebersihan, sehingga anggapan pesantren tempat kumuh tidak terbuti dan hanya ungkapan orang yang tak cinta dengan pesantren.
DAFTAR PUSTAKA
Dhofier, zamakhsari, Tradisi Pesantren, LP3ES, Yogyakarta, 1988 Hadi, Sutresno, Metodologi Researt Jilid II, Andi Offset, Yogyakarta,1995 Moelong, lexsy. J., Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2003 Poerwadarmintha, WJS., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai pustaka, Jakarta 2006 Online : http//www.manajemen pesantren.com Departemen Agama RI, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniah, Perumbuhan Dan Perkembangan, Jakarta, 2002 Pidarta Made. DR. Manajemen Pendidikan Indonesia, PT. Bina Aksara, Jakatra, 1988 Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniah, Jakarta, 2003 Usman, Husani. Dr Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, PT Bumi Aksara, 2006 Hamalik, Oemar. Dr. Manajemen Pengembangan Kurukulum, PT Rosda Karya, Bandung, 2008 H.Baharudin, Moh. Makin, Manajemen Pendidikan Islam, UIN-Maliki Press, malang, 2010 Dahri, Harapandi, Dr, Modernisasi Pesantren, DEPAG RI Balai Pengembangan Agama, Jakarta, 2007 Natsir, Ridwan. A.M. Dr, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005 Majid, Abdul, Dian Andayani, S.Pd.I, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2005 Wahid, Abdurrahman, Menggerakkan Tradisi, PT. LKiS Pelangi Aksara, Yogyakarta, 2007 A.
Steenbrink karel, Pesantren madrasah sekolah, LP3ES, Yogyakarta, 1986
Hasbullah. Drs, Sejarah Pendidikan Islam di Indinesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995 Nasir, Ridlwan Dr, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal, PT pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2005
الوعهد االسال هٍة الّسلفٍة هداٌة الوبتدئٍي PONDOK PESANTREN PUTRA
HIDAYATUL MUBTADI-IEN KALIBENING - SALATIGA TENGAH Alamat : Jl. Raden Patah 20 Kalibening RT/W 01/III PO- JAWA BOX 183 Salatiga ( 0298 ) 311315
TATATERTIB PONDOK PESANTREN PUTRA HIDAYATUL MUBTADI-IEN PERIODE 1431 / 1432 H ( 2010 / 2011 M ) I.
AL-WAJIBAT ( KEWAJIBAN ) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
II.
Menjunjung tinggi kehormatan santri. Berpeci tanpa miqot. Mengikuti dirosah PP/MHM, Musyawaroh, Mujahadah Nariyah, Mujahadah Al-Qur'an, dan Musyafahah. Minta izin Pengasuh dan Pengurus bila pulang atau bepergian. Membayar I'anah Syahriyah atau I'anah lain yang ditentukan. Saling menghormati dan tolong-menolong. AL-MANHIYAT ( LARANGAN )
1. 2. 3.
Melanggar semua hukum Syara’ Bergaul antara Ajnabi dan Ajnabiyah. Menggunakan hak milik orang lain tanpa izin.
4. 5.
Menonton hiburan tanpa Rukhsoh. Keluar Ma'had ( Asrama ) setelah pukul 23.30 WIB.
6. 7. 8.
Memperlihatkan aurot di depan umum dan berpakaian kurang sopan Menyalah gunakan kewenangan sarana dan prasarana PP/MHM. Masuk kamar lain dalam keadaan kosong.
9.
Mengikuti pengajian tanpa seizin pengasuh atau pengurus.
III. AL-MA'MUROT ( ANJURAN ) 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Menjalankan Sholat berjamaah. Menjalankan berbagai Riyadhoh. Membudayakan Salam. Membudayakan disiplin, mandiri, dan giat belajar. Ziaroh ke maqom. Menjaga kebersihan.
Kalibening, 4 Dzulqo’dah 1425 H Mengetahui Pengasuh PPHM
KH.ABDA'ABDUL MALIK
Ketua PPHM
ABDUL GHOFUR
JADWAL HASIL PENELITIAN TENTANG MODEL PEMBELAJARAN DI PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN DUSUN KALI BENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA TAHUN AJARAN 1432-1433 H No
Hari / Tnggal
Kerja peneliti
1
jum‟at 19 juli 2012
Survey dan mohon ijin penelitian
2
Jum‟at 19 juli 2012
A) Wawancara I, tentang
Sejarah pondok pesantren
Visi dan misi pondok pesantren
Letak geografis pondok pesantren
Struktur
organisasi
pondok
pesantren
Tata tertib pondok pesantren
B) Dokumentasi data-data yang relevan 3
4
5
Sabtu 20 juli 2012
Selasa 23 juli 2012
Observasi lingkungan pesantren, meliputi
Keadaan sarana dan prasarana
Keadaan guru
Keadaan santri
A) Wawancara II, tentang
Kurikulum pondok pesantren
Metode
Kamis 25 juli 2012
pembelajaran
pesantren
Manajemen personalia
pondok
Manajemen sarana prasarana
Manajemen humas
B) Dokumentasi data-data yang relevan C) Observasi kegiatan pembelajaran santri 6
Sabtu 27 juli 2012
Wawancara III dengan informan yaitu para santri yang meliputi :
Penerimaan santri baru dan kegiata seleksi untuk penentuan klasikal madrasah diniah
Bagaimana
hubungan
santri
masyarakat 7
Kamis 2012
08
Agustus Permohonan surat keterangan penelitian
dengan
PEDOMAN OBSERFASI TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN HIDAYATUL MUBTADIIN DUSUN KALI BENING KECAMATAN TINGKIR KOTA SALATIGA No A
Aspek yang diamati Lingkungan pondok pesantren 1. Gambaran umum lokasi pondok pesantren (letak geografis) 2. Keadaan dan kondisi fisik pondok pesantren a. Keadaan sarana dan prasarana b. Keadaan guru c. Keadaan santri
B
1. Manajemen pendidikan pondok pesantren a. Manajemen kurikulum pondok pesantren b. Manajemen personalia c. Manajemen kesiswaan d. Manajemen sarana prasarana e. Manajemen humas 2. Faktor-faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren
PEDOMAN WAWANCARA A. Untuk pengasuh 1. Bagaimana awal mula (sejarah) berdirinya pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin? 2. Apa visi dan misi pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin ? 3. Bagaimana letak geografi Hidayatul Mubtadiin ? B. Untuk pengurus/ ustadz 1. Bagimana manajemen kurikulum pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin ? 2. Bagai mana pengurus menetapkan sistem klasikal pada santri baru ? 3. Bagaimana
manajemen kegiatan-kegiatan pendidikan Hidayatul
Mubtadiin ? 4. Dalam pelaksanaan pembelajaran pasti ada evaluasi, untuk pesantren Hidayatul Mubtadiin bagaimana bentuk evaluasi pembelajaranya ? 5. Bagaimana manajemen personalia dalam menentukan staf-staf baik pengurus maupun ustadz ? 6. Dalam menciptakan kedisiplinan pada santri bagaimana pengurus sebagai koordinator menyikapi ? 7. Untuk santri sebagian ada yang menempuh pendidikan formal diluar pesantren, bagaimana pengelolaanya agar santri dapat mengikuti semua pendidikan baik dalam pesantren laupun luar pesantren secara efektif sebagai langkah mencapai tujuan pendidikan pesantren ?
8. Sarana dan prasana apa saja yang dimiliki pesantren Hidayatul Mubtadiin dan bagaimana pengelolaanya ? 9. Bagaimana hubungan masyarakat kampung sekitar pesantren dengan masyarakat Pesantren ? 10. Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren Hidayatul Mubtadiin ? C. Untuk santri 1. Apakah santri yang mengikuti pendidikan formal selalu aktif mengikuti pendidikan pesantren ? 2. Bagimana pengurus mengatur waktu santri yang mengikuti pendidikan formal agar bisa mengikuti semua kegiatan pesantren ? 3. Apakah santri diperbolehkan menggunakan sarana elektronik yang ditempatkan diruang kantor pengurus ? 4. Menurut anda bagaimana hubungan santri dengan masyarakat sekitar pesantren?
TRANSKIP HASIL WAWANCARA Kode
:1
hari / tanggal : 19 juli 2012 Topik I
: survey dan permohonan izin penelitian
Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin berada di tengah-tengah pemukiman warga desa kalibening namun memiliki suasana yang sejuk dan asri karena terletak di penggiran desa.Pada hari ini saya datang Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin dan tiba di pesantren pukul 08.00 WIB. Kedantangan saya yang pertama ini dalam rangka memohon ijin penelitian kepada pengasuh dan pengurus Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin. Dengan niat ingin silaturrahim dan mohon izin saya langsung menuju kerumah pengasuh pesantren yaitu KH Abda‟ Abdul Malik, saya disambut dengan hangat oleh romo yai. Tanpa banyak basa basi saya langsung mengutarakan maksud dan tujuan soan : “begini pak, maksud kedatangan saya yang pertama silaturrahim kepada bapak dan keluarga kedua kalinya saya ingin mohon izin untuk penelitian di Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin kegiatan ini untuk menyelesaikan tugas skrisi saya .” Setelah saya selesai matur romo kyai kemudian menjawab “ iya, iya silahkan! Apa saja yang diperlukan silahkan bilang dan cari dan sekiranya butuh keterangan tentang pesantren dari saya silahkan bilang” “ njeh (iya) pak trimakasih dengan ini saya juga minta ijin dalam beberapa hari sering mengunjungi pesantren guna pengumpulan data penelitian.” “ya silahkan !
Kode
:2
hari / tanggal : 19 juli 2012 Topik II
: sejarah berdirinya Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin desa kalibening
kecamatan tingkir kota salatiga
Pada malam itu melanjutkan tentang izin saya memohon penjelasa berdirinya Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin kepada romo kyai namun romo kyai mempersilahkan kepada saya jika membutuhkan data pesantren baik sejarah, letah geografis dan visi misi yang lebih rinci untuk menemui kang Umar Syafi‟I sebagai pengurus. Karena melihal romo kyai yang sedang sayah (istirahat) saya kemudian memohon izin untuk kepesantren guna menemui kan Umar Syafi‟I dan saya tutup dengan mohon do‟a restu dari kyai. Kode
:3
hari / tanggal : 25 juli 2012 Topik I
: manajemen kurikulum Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin
Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Pada tanggal 25 juli saya kembali mengunjungi pondok pada kali ini saya mengfokuskan pada pengamatan dan pengambilan data melalui wawancara dengan staf pengajar dan pengurus, tepat pukul 09.12 WIB saya bertemu dengan pak lurah pesantren yaitu ustadz Abdul Ghofur , setelah saling tegur sapa saya langsung memulai pada maksud dantujuan saya, pertama saya menanyakan "bagaimana menentukan mata pelajran pada tiap-tiap tingkatan baik untuk madrasah diniah maupun pengajian kitab fiqiahnya ? Ustad menjawab “ penentuan mata pelajaran sebenarnya sudah disusun sejak dulu sebelum saya disini, jadi dalam kepengurusan saya hanya mengikuti yang telah ada namun tiap-tiap akan memasuku ajaran baru kami dewan pengurus dan dewan ustadz mengagendakan musyawarah yang membahas apakah mata pelajaran yang telah ada memerlukan tambahan atau cukup. Jika memerlukan tambahan maka harus disepakati dewan ustadz baru
kemudian hasil musyawaran disampaikan pengasuh, jika pengasuh mengiyakan maka hasil musyawarah ditetapkan dan dilaksanakan”. Saya melanjutkan pada pertanyaan selanjutnya “disini kan sebagian besar santrinya mengikuti pembelajaran pada pendidikan formal diluar pesantren dengan demikian bagaimana anda beserta staf mengatur waktu agar santri bisa mengikuti semua kegiatan pandidikan di pesantren ini”. ? Ustadz menjawab “untuk kegiatan-kegiatan pembelajaran seperti madrasah diniah kami memilih waktu pada malam hari yaitu setelah magrib sampai dengan selesai, sedangkan pengajian kitab fikih dan musyafahah dapat dilihat pada jadwal kegiatan pendidikan pesantren. Saya kembali bertanya “ apakah penentuan waktu madrasah diniah pada malam hari hanya mempertimbangkan santri yang mengikuti sekolah formal saja ? Ustadz menjawab “ sebenarnya tidak, selain hal itu juga mempertimbangkan beberapa hal antara lain : a. Sebagian santri menempuh pendidikan umum diluar pesantren yang seringkali sampai sore. b. Memberi kesempatan santri untuk mengoktimalkan dalam mengikuti kegiatan-kegiatan exstrakulikuler pada sekolah formal (bagi santri yang mengikuti pendidikan formal) c. Beberapa santri sambil berkerja d. Melihat waktu malam, santri dapat fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dikarnakan suasana pedesaan yang tenang. e. Sebagian ustaz merupakan masyarakat kampung sekitar pesantren yang memiliki waktu longgar hanya pada malam hari. Kode
:4
hari / tanggal : 23 juli 2012 Topik II
: metode pembelajaran di Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin
Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Malam itu kira-kira jam menunjukkan pukul 21.08 WIB. Suasana pesantren masih ramai karena malam itu merupakan malam ke 3 dibulan Ramadhan tahun 1433 H, saya melanjutkan wawancara dengan menemui salah satu ustadz yaitu ustadz Umar Syafi‟I dan saya langsung pada maksud dan tujuan dan langsung mengajukan pertanyaan “ kang metode apa saja yang diterapkan dalam kegiatan pembelajaran pesantren ini ?
di
“Ustadz menjawab, metode yang digunakan sama dengan pondokpondok dahulu yaitu dengan metode sorogan, bandongan, hafalan dan kilatan, serta musafahah yang merupakan ciri khas pesantren ini”. “ apakah metode bandongan sama dengan yang digunakan pada umumya kang” ? “Ustadz menjawab, ia sama sama saja yaitu "Pelaksanaan metode bandongan adalah dengan cara ustadz membaca kitab kuning, kemudian santri menyimak serta memaknani (menuliskan arti), sesuai yang dibaca ustadz, terkadang ustadz menjelaskan hal-hal yang sekiranya muskil (sulit dipahami)”. Kode
:5
hari / tanggal : 25 juli 2012 Topik III
: Evaluasi pembelajaran pesantren
Setelah mendpat apa yang saya inginkan tentang metode padal malam tanggal 25 pukul 10.40 WIB saya kembali mengunjungi pesantren untuk memperoleh keterangan tentang evaluasi pembelajaran, terkait evaluasi saya menemui salah satu pengugus Kang Nuryanto dan bertanya. “ kang apakah madrasah diniah Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga juga diadakan evaluasi ? “pengurus menjawab iya, untuk evaluasi diadakan dengan model ter pada tiap ahir semester, selain evaluasi dalam bentuk tes kami juga menyelenggarakan lomba-lomba misal lomba membaca kitab, hafalan nadhman dan khitobah, yang biasanya diadakan pada setelah tes semester kedua dan sebelum haflah dilaksanakan.”
Kode
:6
hari / tanggal : 25 juli 2012 Topik I
: Manajemen Personalia Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Untuk mengetahui bagaimana penetapan dan pengkaderan staf ustadz dan pengurus, saya bertemu dengan ustadz Nuryanto (25/07/12 11.03 ) sambil
berbincang saya juga sambil bertanya tentang manajemen personalia Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga “ kang yang menetapkan santri diangkat mejadi pengurus dan ustadz itu siapa kang ? “ ustaddz menjawab, untuk pengurus itu dari hasil musyawarah dewan pengurus yang senior dan hasil musyawarah disampaikan pada pengasuh untuk mendapatkaan restu, untuk pengurus harus memiliki kreteria yang telah ditetapkan yaitu : 4) Dalam bidang keilmuan santri telah mahir 5) Santri memiliki kepribadian yang baik 6) Santri mukim 7) Memiliki wibawa dalam mengasuh dan membimbing para santri yang lain. “Sedangkan untuk dewan ustadz apakah sama juga kang” ? “Untuk ustadz sebenarnya beberapa yang merangkap jadi pengurus namun jika ditanyakan kreterianya sebagi berikut misalnya” : 1. Telah menempuh pendidikan madrasah diniah sampai tingkat Aliah Tsani 2. Memiliki kemampuan yang mahir dalam mata pelajaran yang akan di ajarkan 3. Sepenuhnya mendapat dawuh restu (utusan) dari pengasuh pesantren.
Kode
:7
hari / tanggal : 21 juli 2012 Topik I
: manajemen peserta didik Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Untuk menetahui bagaimana mengelola peserta didik terutama dalam menciptakan kedisiplinan saya menayakan kepada salah satu pengurus “Dalam menciptakan kedisiplinan pada santri bagaimana pengurus sebagai koordinator menyikapi ? “Pengurus menjawab, utuk meciptakan kedisiplinan santri dewan pengurus yang melalui sie keamanan menetapkan undang-undang
tata tertib yang harus dilaksanakan semua santri dan tata-tertib disampaikan pada pengasuh guna mendapatkan restu.” Kode
:8
hari / tanggal : 21 juli 2012 Topik II
:
keaktifan
santri
dalam
mengikuti
pembelajaran
yang
diselenggarakan pesantren Setelah berwawancara dengan pengurus tentang kedisiplinan santri penulis kemudian menemui santri untuk wawancara tentang bagaimana kedisiplinan santri dalam mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan pondok pesantren, pada kesempatan itu peneliti menemui salah satu santri putra yaitu Samsul Hadi 22.03 WIB kemudian berbincang. “Kang Samsul Apakah santri yang mengikuti pendidikan formal selalu aktif mengikuti pendidikan pesantren ? Kang samsul menjawab “ yang saya tau selama ini begitu, semua santri aktif dikarnakan waktu penyelenggaraan kegiatan pesantren telah diatur sedemikian rupa oleh pengurus, agar tidak berbenturan dengan kegiatan para santri yang mengikuti pendidikan di sekolah umum missal kegiatan madrasah diniah dilaksakan pada malam hari, dimana pada malah hari santri sudah berkumpul di pesantren”. Kode
:9
hari / tanggal : 21 juli 2012 Topik I
: Manajemen Sarana Prasarana Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening
Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Untuk menguatkan hasil observasi serta penegelolaanya tentang sarana prasarana yang dimiliki Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga penulis melakukan wawancara kepada ustadz Umar Sayafi‟I yaitu dengan berbincabg sambil menjelaskan “ kang bagaimana pengelolaan sarana dan prasarana yang dimiliki pondok ?”
Ustadz menjawab o…untuk pengelolaan terutama yang terkait fasilitas umum seperti gedung, masjid, ruang kelas dll, baik pengurus maupun santri bersama-sama merawat dengan baik yaitu dengan membuat jadwal piket. “terus untuk sarana dan prasarana yang umum tapi khusus seperti computer, alat rebana dan TV bagaimana kang ? “untuk yang beruapa elektronik sebenarnya bebas juga menggunakan missal santri meu ngetik tugas za silahkan ngetik sendiri tapi harus sesuai peraturan misal tidak boleh ketungkul dan meninggalkan kegiatan di pondok dll. Begitu juga denga menonton TV.” Kode
: 10
hari / tanggal : 25 juli 2012 Topik I
: faktor pendukung dan penghambat proses pembelajaran Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin Desa Kalibening Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
Selain melekukan interfiw dan pengamatan tentang faktor-faktor pendukung dan penghambat
pembelajaran
penulis
melakukan
wawancara
yakni
yang
dilaksanakan pada pukul 11.17 WIB “Kang Apa saja faktor pendukung dan penghambat pendidikan pesantren Hidayatul Mubtadiin”? “Kang menjawab yang saya rasakan selama saya disini itu banyak factor missal yang mendukung itu lingkungan dan masyarakat yang akrap dengan cah-cah santri, kegiatan-kegiatan diatur sesuai waktu yang enak untuk semua santri. Sedangkan yang menjadi penghambat misalnya itu teman bisa missal temen yang kurang memiliki semangat belajar terkadang mempengaruhi, fasilitas yang ada gitu kayaknya.” Kode
: 11
hari / tanggal : 27 juli 2012 Topik I
: Hubungan Masyarakat Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin
Pada tanggal 27 penulis kembali mengunjungi pesantren guna menggali data tentang bagaimana hubungan pesantren (pengasuh, pengurus dan santri) dengan
masyarakat sekitar pesantren, peneliti dalam upaya mendaptkan data dengan wawancara dengan salah satu santri yaitu kang Imam Sutoyo (27/07/12 21:10) dengan mengajukan pertanyaan “ kang bagaimana hubungan masarakat dengan pesantren (pengasuh, pengurus dan santri) hidayatul Mubtadiin ini.”? Kang Imam Sutoyo menjawab “Abah kiyai selain sebagai pengasuh pesantren, beliau merupakan tokoh dan imam bagi masyarakat desa kalibening, jika warga memiliki hajat yasinan, nariahan dan selamatan sering kali mengundang para dewan asatidz dan tidak jarang juga diundang untuk menjadi imam tahlil, setiap warga memiliki hajatan misal pernikahan, aqiqoh dan sunatan sering mengundang santri untuk mengisi sholawat dengan rebana yang dimiliki pesantren, dan yang paling seru apabila bulan puasa tiba setiap berbuka puasa semua menu berbuja untuk santri merupakan sedekah masyrakat kampung sekitar pesantren. Yang unik dari sedekah ini tiap pagi santri bergiliran menaruh tempat menu tak’jil untuk berbuka dan kemudian sore menjelang magrib santri yang mendapat giliran mengambil makanan dibawa kepesantren sebagai menu berbuka, kegiatan ini telah berjalan cukup lama. “
DAFTAR SKK
No 1
2
3
4
Nama Kegiatan
Waktu
Orientasi program studi dan
25 s/d 27
pengenalan kampus (OPSPEK)
Agustus 2008
Kegiatan buka bersama dan
15 sebtember
bedah film oleh LDK
2008
Kegiatan buka bersama oleh
22 sebtember
(CEC)
2008
Kegiatan penerimaan anggota
15 s/d 16
baru dalam “English friendship
november 2008
Status
Nilai
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
camp” (CEC) 5
6
Kegiatan sarasehan keagamaan
5 sebtember
dewan mahasiswa (DEMA)
2008
Juara 3 MHQ dalam lomba
2 april 2009
Peserta
3
2 april 2009
Peserta
3
Seminar Nasional Ekonomi
9 November
Peserta
6
Syariah Oleh kelompok studi
2009
Musabaqoh Tilawatil Qur‟an (MTQ) Mahasiswa oleh JQH 7
Kegiatan Musabaqoh Tilawatil Qur‟an I oleh JQH Kampus
8
Ekonomi Islam Perbangkan syariah
9
10
Kegiatan penerimaan anggota
12 desember
Panitia
3
baru (PAB)
2009
Kegiatan penerimaan anggota
12 mei 2009
Peserta
3
27 mei 2010
Panitia
3
SK (surat kputusan)ketua
10 November
Pengurus
3
STAIN Salatiga dalam
2009
23 Juni 2010
Peserta
4
Kegiatan Praktikum
15 s/d 17
Peserta
3
Kpramukaan oleh Jurusan
Pebruari 2010
Peserta
2
Peserta
3
baru (MAPABA) II oleh PMII 11
Kegiatan Musabaqoh Tilwatil Qur‟an (MTQ) II oleh JQH
12
pengngkatan pengurus JQH STAIN 13
Juara II STQ Putra Cabang 5 juz dan Tilawah Umum dalam MTQ Kota Salatiga
14
Tarbiyah STAIN Salatiga 15
Surat LULUS Bimbingan Baca
20 Maret 2010
Tulis Al-Qur‟an Oleh Jurusan Tarbiyah STAIN salatiga 16
Surat LULUS dalam Praktikum 1 Desember Metodologi Pendidikan Agama Islam Oleh Jurusan Tarbiyah STAIN salatiga
2010
17
Partisipasi Dalam penerimaan
13 Novenber
Panitia
3
Anggta Baru (PAB) JQH
2010
27 Juli 2011
Peserta
3
Kegiatan Karang Pamitran
28 s/d 30
Peserta
3
Pembina Gugus Depan,
Desember 2011
18 Maret 2012
Panitia
3
25 Maret
Panitia
3
STAIN Salatiga 18
Pelatihan kewirausahaan (Enterpreneursip) Di sentral Oleh-Oleh Bali Cah Ayu
19
Gerakan Pramuka Kuartir Ranting Tengaran Kab, Semarang 20
Kegiatan bersama lomba TPQ se- kelurahan mangunsari oleh mhasiswa KKN STAIN Salatiga
21
Kegiatan Jalan Santai masyarakat Kecamatan Sidomukti Salatiga
Total
65 Salatiga 10 Agustus 2012 Pembantu ketua Bidang kemahasiswaan
Drs. Agus Waluyo M.Ag. NIP. 19752112000031001