6 MANAJEMEN ORGANISASI PONDOK PESANTREN
Faruq Tri Fauzi* *STAI Muhammadiyah Tulungagung
[email protected] Abstract Boarding organization was important in order to deliver the organization's progress. Role of Pesantren help in learning framework motivation organizational behavior related to creativity. Thus management education is the dominant factor in the framework of a nation's progress. Stigma would adversely boarding school management Pesantren in the state seems to have not gone right. Entering the era of globalization today, the existence of Pesantren as the oldest Islamic institution in the state would be managed manaj with more professional if do not want to be left as the stakeholder community. Today's global current information and knowledge to make the world more accessible community. For it not to look for the possibility that once made Pesantren Islamic study center and a practitioner at once, that in time became interested in it and left the service user community. To the mutual duty of the governor / nanny Pesantren do and make efforts and improve strategies so that Pesantren as Islamic educational institutions have their own special features in time reference of Muslims in the world. They will then be turned toward Pesantren and make Pesantren as the primary alternative community education. Kata kunci: Organisasi, Manajemen, Pondok Pesantren, Visi Misi, Nilai- nilai.
Pendahuluan Secara sederhana dan dalam pengertian yang umum, organisasi diartikan sebagai struktur dan pembagian tugas. Stephen P. Robbins mendefinisikan organisasi sebagai berikut, “Organization is a consciously coordinated social
76 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
units, composed of two or more people, that function on a relatively continuous basis to achieve a common goal or set of goals” (Robbins, 1986:5). Pandangan yang lain datang dari Gibson. Menurutnya, “Organisasi pada dasarnya merupakan suatu bentuk kerja sama antar individu dan merupakan pula proses penggabungan aktivitas untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya” (Gibson, 1997:8). Pada hakekatnya organisasi tidak akan mampu berdiri sendiri. Organisasi merupakan bagian dari sistem yang lebih besar dengan memuat banyak unsur lain seperti pendidikan, politik, pemerintahan, dan organisasi lainnya.Lebih lanjut lagi Robbins menjelaskan bahwa suatu organisasi dibangun untuk mencapai tujuan, karenanya harus fleksibel, tidak kaku, memiliki sistem terbuka, rasional dan konstelatif serta mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi (Yudiati, 2005:44). Menurutnya organisasi memiliki paling tidak 4 pilar utama, yakni : (1) Organisasi sebagai sistem; (2) Adanya pola aktivitas; (3) Adanya sekelompok orang; (4) Adanya tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Dari
pengertiantersebut
terdapatduakatakuncidalamorganisasiyaitu:
sekumpulanorangdansistem. Dua hal tersebut tidak bias terpisahkan dan saling terkait satu sama lain. Artinya tidak bias dikatakan organisasi jika hanya ada sekumpulan orang tanpa adanya system yang mengatur. Begitu juga sebaliknya, bukan organisasi jika hanya ada suatu system tetapi tidak ada yang menjalankan system tersebut. Organisasi pesantren memang penting dalam rangka mengantarkan kemajuan organisasi. Pesantren berperan membantu dalam rangka pembelajaran perilaku organisasi berkaitan dengan memotifasi kreatifitas. Dengan demikian manajemen pendidikan merupakan faktor yang dominan dalam kerangka kemajuan suatu bangsa. Stigma buruk akan manajemen pondok pesantren (Pondok Pesantren) di negeri ini nampaknya belum lenyap betul. Jeleknya manajemen Pondok Pesantren menyebabkan institusi pendidikan nonformal ini dianggap sebagai lembaga pendidikan yang tetap melanggengkan status qua- nya sebagai institusi pendidikan yang tradisional, konservatif, dan terbelakang. Anehnya institusi pendidikan ini
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
77
tetap diminati masyarakat dan tetap eksis dari tahun ke tahun. Namun demikian tidak sedikit di antara Pondok Pesantren yang ada, yang dulu memiliki banyak santri kemudian menjadi tidak berpenghuni. Hingga belakangan muncul Pondok Pesantren tanpa santri. Memasuki era globalisasi saat ini, keberadaan Pondok Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di negeri ini tentu harus dikelola (manaj) dengan lebih professional jika tidak ingin ditinggalkan masyarakat sebagai stakeholder. Arus global saat ini menjadikan dunia informasi dan pengetahuan semakin mudah diakses masyarakat. Untuk itu tidak menaruh kemungkinan Pondok Pesantren yang dulu dijadikan pusat kajian keislaman dan pengamalannya sekaligus, pada saatnya menjadi tidak diminati dan ditinggalkan masyarakat sebagai pengguna jasa. Hal ini sangat beralasan karena kecenderungan masyarakat saat ini dalam mengkaji, memahami dan mengamalkan ajaran keagamaan dari hasil penelitian penulis cenderung mengalami kesadaran. Mereka menjadi santri dalam ruang global, dalam dunia maya, yang kehadiarannya tanpa terikat dengan sekat dinding dan pagar yang tinggi mengelilingi dan membatasi aktivitas kesehariannya. Menurut Handoko (1999: 6-7) urgensi pengembangan manajemen bagi sebuah organisasi termasuk di sini untuk Pondok Pesantren yakni: 1. Untuk mempermudah organisasi (Pondok Pesantren) mencapai tujuan yang diharapkan. 2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan, sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan
dalam
organisasi
seperti
pemilik
dan
tenaga
pendidik/kependidikan, peserta didik, orang tua, masyarakat, pemerintah dan yang lainnya. 3. Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas kerja organisasi dalam rangka meraih tujuan yang ada.
78 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan manajemen sangat urgen bagi Pondok Pesantren dalam menghadapi globalisasi. Eksistensi manajemen sangat dibutuhkan Pondok Pesantren itu sendiri. Karena tanpa manajemen, semua usaha akan menjadi sia-sia, tidak terarah dan pencapaian tujuan Pondok Pesantren yang ada akan lebih sulit dan tidak optimal.
Hakikat Organisasi Stephen seorang dosen di San Diego University menggambarkan organisasi dengan sebuah cerita yang diberi judul Celestical Seasoning. Ia bercerita mengenai sepasang suami istri yang pada tahun 1971 di Amerika Serikat memulai berjualan obat-obatan dari tanaman. Diracik sendiri. Sepasang suami istri tersebut bernama Mio Siegel dan John. Dari mulai bisnis yang ditangani sendiri, hingga ternyata berkembang pesat. Tak pelak membutuhkan bukan beberapa orang tambahan pekerja, tetapi struktur yang jelas mengenai pembagian kerja. Dari situlah dikenalkan bagaimana organisasi terbentuk dan apa hakikat organisasi. Dalam era globalisasi ini, perspektif tentang organisasi mulai mengalami perkembangan. Organisasi tidak hanya dikaji sebagai suatu ilmu administratif tetapi telah menjangkau seluruh lini pembelajaran dan ilmu pengetahuan. Stephen dalam bukunya yang berjudul: “Organizaion Theory; Structure, Design &Application” merangkum teori awal organisasi dan perkembangannya. Mulai dari system tertutup yang dianut organisasi pada abad 18-19, manajemen audit, cerita mengenai F. Taylor hingga Miles & Soagan. Stephen bukan hanya memaparkan teori struktur organisasi yang dikemukakan oleh Mintzberg (Sederhana, Birokrasi Profesional, Mesin Birokrasi, Divisi dan Adokrasi), tetapi juga mengemukakan bahasan baru. Ada 3 jenis struktur yang utama, yakni sentralisasi, formalitas dan kompleksitas. 3 variabel tersebut yang menjadi pembeda. Dikatakan pula bahwa penyebab terjadinya struktur dalam perspektif industrialisasi bermula dari proses industri, kemudian menjadi strategi dan berakhir pada pembuatan struktur organisasi. Jika dikaitkan dengan perkembangan ilmu yang lebih relevan saat ini, maka istilah yang cukup mendekati untuk mewakili strate gi adalah proses bisnis.
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
79
Organisasi Pondok Pesantren dan Sistem pengelolaannya Organisasi adalah sistem kerjasama kelompok orang untuk mencapai tujuan bersama (Hadari Nawawi, 1989: 27). Suatu kegiatan akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan apabila ditopang dengan pengorganisasian yang baik. Hal ini berlaku pula pada pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang ada di Indonesia. Untuk merealisasi hal tersebut sangat dibutuhkan perencanaan yang matang dan sistematik agar tercapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan pesantren. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Hadari Nawawi bahwa: Langkah pertama dalam pengorganisasian diwujudkan melalui perencanaan dengan menetapkan bidang-bidang/fungsi- fungsi yang termasuk ruang lingkup kegiatan yang akan diselenggarakan oleh suatu kelompok. Keseluruhan pembidangan itu sebagai suatu kesatuan merupakan total sistem yang bergerak ke arah satu tujuan (Hadari Nawawi, 1989: 27). Pada umumnya semua kelompok masyarakat menginginkan organisasinya menggunakan sistem yang sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan yang maksimal sesuai keinginan. Namun, dalam kenyataan di pesantren banyak yang tidak memiliki organisasi
yang
baik.
Keadaan
ini selain dipengaruhi oleh
kepemimpinan Kyai sebagai pemegang kebijakan pesantren yang harus dipatuhi juga dipengaruhi oleh sifat konfensionalisme dari pesantren tersebut. Untuk pengembangan pesantren dibutuhkan pengorganisasi yang jelas dengan bentuk yang sederhana, namun menggambarkan tujuan, tugas-tugas pokok dan unsur-unsur kerja organisasi pesantren. Kesederhanaan tersebut untuk menjamin
fleksibilitas
akan
memungkinkan
adanya
perubahan
atau
pengembangan. Secara teoritik organisasi pesantren bisa berbentuk kompleks atau berbentuk sederhana. Adapun bentuk sederhana organisasi pesantren berdasarkan Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren yang ada sebagaimana disampaikan oleh Abd. Rachman Shaleh, et. al. (1985: 59) adalah sebagai berikut:
80 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN (Bentuk Sederhana)
GAM BA R 1
Sedangkan bentuk organisasi pesantren yang lebih kompleks menurutnya (Abd. Rachman Shaleh, et. al., 1985: 60) sebagai berikut: Struktur Organisasi Pondok Pesantren (Komprehensif)
GAM BA R 2
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
81
Dalam struktur organisasi pondok pesantren di atas, baik yang sederhana maupun yang komprehensif terdapat hal- hal pokok yang perlu diperhatikan dalam penyusunan pembagian tugas dan wewenang dalam suatu organisasi. Hal ini sebagaimana pula telah dijelaskan dalam Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren sebagai berikut: 1.
Pengelompokan kerja ke dalam satuan-satuan organisasi didasarkan atas kesamaan sifat pelaksanaan tugasnya masing- masing.
2.
Menjauhkan sesuatu fungsi menyeluruh dan tunggal bagi setiap satuan organisasi dengan menitik-beratkan tercapainya kegiatan yang terpadu.
3.
Menekankan koordinasi pada bagian kerja dan pelaksanaan kegiatan dalam seluruh organisasi.
4.
Menempatkan fungsi dan tugas pokok yang penting pada tingkat jenjang organisasi yang sesuai, demikian pula fungsi- fungsi yang sederajat pada tingkat yang sama.
5.
Memberikan kesempatan terhadap
perluasan sewajarnya
terhadap
kegiatan-kegiatan melalui satuan organisasi yang ada. 6.
Menentukan saluran perintah dan tanggung jawab organisasi melalui garis komando lini dan staf (Depag RI., 1988: 25).
Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang setepattepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapka n oleh suatu pesantren.
Pondok Pesantren dan Globalisasi Pondok pesantren sejatinya merupakan institusi pendidikan Islam nonformal, swasta yang eksistensinya sejak munculnya mengalami perubahan dan perkembangan, serta tetap bertahan dengan karakteristiknya yang khas. (Masyhud, dkk, 2003: 4). Di antara Pondok Pesantren tersebut dalam perjalanannya ada yang telah melakukan perubahan dan banyak pula yang masih mempertahankan system
82 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
pendidikan tradisionalnya. Untuk itu secara umum Pondok Pesantren dalam penerapan manajemennya boleh dikata masih konvensional dan menghadapi kendala serius menyangkut ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kurang professional pula. Hal ini misalnya dapat dilihat dari tiadanya pemisahan yang jelas antara yayasan, pemimpin madrasah, guru dan staf administrasi, tidak adanya transparansi pengelolaan sumber-sumber keuangan, belum terdistribusinya peran pengelolaan pendidikan, banyaknya penyelenggaraan administrasi yang tidak sesuai dengan standar, serta unit-unit kerja tidak berjalan sesuai aturan baku organisasi.(Masyhud, dkk, 2003: 8, 16). Pondok Pesantren yang sesungguhnya memiliki potensi pendidikan dan pengembang masyarakat (Saefudin Zuhri & Marzuki Wahid, dkk, 1999). Sampai kapan pun Pondok Pesantren tentu tetap dibutuhkan jika dalam dunia globalisasi saat ini mampu menyuguhkan dirinya kepada pengguna jasa (stakeholder) dengan pola dan menu yang dibutuhnya masyarakat sesuai dengan konteks zaman yang ada. Selanjutnya perlu di ketahui bahwa dunia global saat ini ditandai dengan arus pergerakan yang bebas lintas batas geografis dari barang, jasa, orang-orang, keahlian dan gagasannya. Pergerakan yang bebas tersebut relative tidak terhambat oleh batas-batas artifisial seperti tarif. Dunia global ini secara signifikan memperluas dan membuat lingkungan persaingan semakin kompleks. (Murtha, Lenway & Bagozzi, 1998: 97-114). Kondisi seperti ini sesungguhnya menuntut agar Pondok Pesantren mau dan berani mereposisi diri. Mengingat eksistensinya menjadi salah satu agant of change masyarakat muslim maka pihak pengelola/pengasuh Pondok Pesantren yang ada dalam arus globalisasi ini harus mempertimbangkan ulang peluang, tantang, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki Pondok Pesantren tersebut. Sebab menurut para pakar manajemen strategis seperti Hitt, Ireland & Hoskisson (2001: 12) bahwa dalam dunia global seperti saat ini tentu akan memunculkan peluang dan tantangan tersendiri.
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
83
Selanjutnya mereka juga mengatakan bahwa globalisasi adalah penyebaran inovasi ke seluruh dunia dan penyesuaian politis dan budaya yang menyertai pernyebaran tersebut. Globalisasi mendorong integrasi internasional. (Hitt,dkk, 2001: 14). Dengan demikian globalisasi akan meningkatkan kisaran peluang bagi Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada sekaligus berkompetisi di lingkungan persaingan abad 21 di era millennium ketiga ini. Menurut Hamilton (1999) seperti yang dikutib Hitt,dkk (2001: 16) bahwa dalam lingkungan persaingan abad 21, daya saing strategis akan didapatkan hanya oleh mereka yang mampu memenuhi standar global yakni kualitas yang bisa diterima internasional. Standar ini tidak statis, membutuhkan usaha, memerlukan perbaikan terus menerus. Untuk itu menjadi tugas bersama para pengelola/pengasuh Pondok Pesantren melakukan upaya dan membuat serta meningkatkan strategi agar Pondok Pesantren sebagai institusi pendidikan Islam yang memiliki ciri khas tersendiri pada saatnya menjadi rujukan umat Islam di dunia. Mereka kemudian menjadi berpaling menuju Pondok Pesantren dan menjadikan Pondok Pesantren sebagai alternative utama tempat pendidikan masyarakat.
Menakar Eksistensi Pondok Pesantren Untuk mewujudkan harapan seperti di atas, bahwa Pondok Pesantren menjadi alternative utama tempat pendidikan masyarakat dunia maka para pengelola/pengasuh Pondok Pesantren saat ini harus mau menakar akan eksistensi Pondok Pesantren mereka. Untuk itu Visi, misi, tujuan, nilai karakteristik Pondok Pesantren tentu harus dicanangkan. Studi kelayakan dan perencanaan strategi juga harus dilakukan. Ini semua merupakan bagian pengembangan manajemen Pondok Pesantren yang harus diketahui dan diaplikasikan oleh para pengelola/pengasuh Pondok Pesantren yang ada dalam rangka meraih impian yang diharapkan.
84 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
Mencangkan visi, misi, nilai- nilai, tujuan Pondok Pesantren tentu sangat penting. Hal ini karena keberadaannya memperjelas arah mana yang hendak dituju, jenis institusi seperti apa yang mereka harapkan nantinya. Dalam hal ini pakar manajemen dan ekonomi Indonesia Renald Kasali (2011) mengatakan bahwa organisasi-organsiasi/perusahaan besar yang memiliki daya saing global memiliki visi yang jelas dan tidak bertele-tele.
Pertama tentang Visi Stetemen visi ini mengisyaratkan tujuan puncak dari sebuah institusi dan untuk apa visi itu dicapai. Visi yang baik tidak perlu bertele-tele, tetapi harus singkat, langsung dan menunjukkan tujuan puncak institusi. (Edward Sallis, 2010: 216). Hal senada juga dikemukakan Reuben Mark, CEO dari Colgate. Ia menegaskan bahwa visi hendaknya yang jelas dan harus semakin masuk akal secara internasional, sederhana tetapi membangkitkan semangat (Brian Dumaine, 1989: 50). Menurut Fred R. David (2002: 83) bahwa pernyataan visi menjawab pertanyaan “Kita ingin menjadi seperti apa?” dan visi diperlukan untuk memotivasi kerja secara efektif. Beberapa contoh visi institusi dalam dunia komersil, “IBM adalah layanan”, Disneyland: “Kami menciptakan kegembiraan”. Perusahaan computer: “Kami membuat computer tercepat di dunia”, Perusahaan telekomunikasi: “Pelayanan telepon untuk setiap orang”. Visi Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy (1961) yakni: Mencapai bulan sebelum dekade ini berakhir. Delapan tahun kemudian pada 20 Juli 1969, Neil Armstrong dan Buzz Aldrin mendarat ke bulan sehingga Amerika merasa percaya diri lagi. Pada hal sebelumnya Uni Soviet mengejutkan dunia dengan meroketkan satelit ke orbit Bumi dan Yuri Gagarin menjadi manusia pertama ke ruang angkasa. Pada saat itu Amerika dan masyarakatnya hanya menjadi penonton dengan takjub dan kagum serta penuh dengan kekuatiran. Melihat kondisi sebagian besar Pondok Pesantren di masyarakat tentu menjadi menimbulakan keprihatinan dan kekuatiran akan eksistensinya di masa yang akan datang. Sebab masyarakat Pondok Pesantren saat ini nampaknya hanya
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
85
menjadi penonton yang takjub dan kagum terhadap perkembangan sain dan teknologi serta belum mampu menjadi produsen yang memberi manfaat bagi masyarakat dunia. Hal ini seperti yang terjadi pada masyarakat Amerika yang F. Kennedy menjadi Presidennya tatkala melihat Negara Uni Soviet kala itu. Kalau John F. Kennedy dengan visinya mampu mengembalikan kepercayaan diri masyarakatnya, tentu para Kyai pengelola/pengasuh Pondok Pesantren juga harus bisa. Kalau Rasulullah Saw mampu mewujudkan masyarakat Madani yang berperadaban tinggi, maka sebagai pewaris Nabi tentu juga menjadi suatu hal keharusan pula. Tinggal kita mau dan berani apa tidak melakukan perubahan dan pengembangan ke arah sana. Mungkin di sini Kementerian Agama RI khususnya bagian pondok pesantren perlu mencanangkan Visi Besar Pondok Pesantren Indonesia yakni Menjadi Sentral Pendidikan Masyarakat Internasional.
Kedua tentang Misi Sementara misi sangat berkaitan dengan visi, memberi arahan yang jelas baik untuk masa sekarang maupun akan datang serta membuat visi memperjelas alasan, kenapa sebuah institusi berbeda dari institusi- institusi yang lain, harus diterjemahkan ke dalam langkah-langkah penting yang dibutuhkan dalam memanfaatkan peluang yang ada dalam institusi. (Edward Sallis, 2010: 216). Menurut Fred R.David (2002: 82-83) pernyataan misi menjawab pertanyaan “Apa bisnis kita?”. Dari hasil penelitian yang membandingkan pernyataan misi dari perusahaan daftar Fortune 500 dengan prestasi baik dan perusahaan dengan prestasi jelek sampai pada kesimpulan bahwa yang berprestasi baik mempunyai pernyataan misi yang lebih lengkap ketimbang yang berprestasi rendah. Untuk
itu
para
pengelola
organisasi
harus
berhati- hati
dalam
mengembangkan pernyataan misinya. Menurut Edward Sallis (2010: 217), para pengelola organisasi dalam menyusun statemen misi hendaknya mengingat beberapa poin bahwa pernyataan misi:
86 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
1.
Harus mudah diingat
2.
Harus mudah dikomunikasikan
3.
Harus memperjelas sifat dasar bisnis
4.
Harus ada komitmen terhadap peningkatan mutu
5.
Harus berupa statemen tujuan jangka panjang dari sebuah organisasi
6.
Harus difokuskan pada pelanggan
7.
Harus fleksibel
Ada beberapa contoh
statemen
misi.
Misi
Hightown
School:
“Memberikan mutu pendidikan yang terbaik kepada para pelajarnya”. Misi MidCounty College of Arts and Teknologi: “Penyedia utama program-program akademik dan kejuruan bermutu yang fleksibel bagi lulusan sekolah dan remajaremaja di wilayah tersebut”.
Ketiga tentang Nilai-Nilai Nilai-nilai dari sebuah organisasi merupakan prinsip-prinsip yang menjadi dasar operasi dan pencarian organisasi tersebut dalam mencapai visi dan misinya. Nilai-nilai tersebut mengekspresikan kepercayaan dan cita-cita institusi. Ia harus singkat padat, mudah diingat dan harus bisa dikomunikasikan, mengemudikan organisasi dan memberikan arah, menyediakan tujuan yang konsisten, sesuai dengan lingkungan yang ada, menancapkan hubungan kuat baik dengan pelanggan maupun dengan staf. (Edward Sallis, 2010: 218) Adapun contoh nilai- nilai: 1.
Kita mengutamakan para pelajar kita
2.
Kita bekerja dengan standar integritas professional tertinggi
3.
Kita bekerja sebaga tim
4.
Kita memiliki komitmen terhadap peningkatan yang kontinyu
5.
Kita memberi kesempatan yang sama pada semua
6.
Kita akan memberikan mutu pelayanan tertinggi
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
87
Keempat tentang Tujuan Setelah visi, misi dan nilai- nilai telah ditetapkan, ketiganya harus diterjemahkan ke dalam tujuan-tujuan yang bisa tercapai. Tujuan sering diekspresikan sebagai sasaran dan cita-cita, diekspresikan dalam metode yang terukur sehingga hasil akhirnya dapat dievaluasi dengan menggunakan metode tersebut. Tujuan harus realistis dan dapat dicapai. (Edward Sallis, 2010: 219)
Pentingnya Studi Kelayakan Menurut Herry Erlangga (2007) studi kelayakan usaha (feasibility study of business)adalah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus.Studi kelayakan bertujuan untuk secara objektif dan rasional mengungkap kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman bisnis yang ada atau usaha yang diusulkan. Untuk itu bagi pengelola/pengasuh Pondok Pesantren tentu sangat penting melakukan studi kelayakan ini dalam rangka untuk mengetahui kelayakan eksistensi Pondok Pesantren tersebut, lebih- lebih dalam memasuki abad millennium ketiga ini. Selanjutnya untuk mengetahui kelayakan eksistensi Pondok Pesantren di era globalisasi ini maka dapat menggunakan analisis SWOTyakni : 1.
Strenght / Kekuatan
2.
Weakness / Kelemahan
3.
Opportunity / Peluang
4.
Threat /Ancaman
Hasil Feasibility Study (FS) pada prinsipnya digunakan untuk antara lain : 1.
Merintis usaha baru
2.
Mengembangkan usaha yang sudah ada
3.
Memilih jenis usaha atau investasi/proyek yang paling menguntungkan.
Adapun pihak yang memerlukan FS di antaranya: 1.
Pihak wirausaha (pemilik perusahaan )
88 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
2.
Pihak investor dan penyandang dana;
3.
Pihak masyarakat dan pemerintah.
Menurut Edward Sallis (2010: 221-222), analisis SWOT sejatinya merupakan alat yang umum digunakan dalam perencanaan strategis dan merupakan alat yang efektif dalam menempatkan potensi institusi. SWOT dapat dibagi ke dalam dua elemen yakni analisis internal yang berkonsentrasi pada prestasi institusi itu sendiri dan analisis lingkungan. Uji kekuatan dan kelemahan pada dasarnya merupakan audit internal tentang seberapa efektif performa institusi. Sementara peluang dan ancaman berkonsentrasi pada konteks eksternal atau lingkungan. Untuk itu pentingnya pengujian ini (SWOT) adalah untuk memaksimalkan kekuatan, meminimalkan kelemahan, mereduksi ancaman dan membangun peluang. Kebutuhan pelanggan dan konteks kompetitif tempat institusi beroperasi sesungguhnya
merupakan dua
mengembangkan dikembangkan
strategi dengan
variable kunci dalam
jangka
panjang
berbagai
metode
institusi. yang
membangun atau Strategi
dapat
ini
harus
memungkinkan
institusi/Pondok Pesantren mampu mempertahankan diri dalam menghadapi kompetisi serta mampu memaksimalkan daya tariknya bagi para pelanggan, pengguna jasa, stakeholder. Jika pengujian tersebut dipadukan dengan pengujian misi dan nilai, maka akan ditemukan sebuah identitas institusi/Pondok Pesantren atau karakteristik mutu yang berbeda dari para pesaingnya. Draft/Instrumen Melakukan Studi Kelayakan Pondok Pesantren 1. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan 2. Buat visi, misi, nilai- nilai dan tujuan 3. Deskripsikan kondisi objek Pondok Pesantren 4. Buat analisis SWOT yang menyangkut kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap Pondok Pesantren. Dalam menyusun analisis ini, perlu mempertimbangkan: Dinamika dan perubahan masyarakat, Perkembangan iptek, Kebutuhan pemerintah, masyarakat daerah, propinsi, nasional,
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
89
internasional, Kerja sama yang sudah terjalin, baik dari dalam atau luar negeri. 5. Melakukan need assesment yaitu upaya mendapatkan informasi bahwa Pondok Pesantren yang ada sesuai dengan kebutuhan atau harapan calon santri (peserta didik), masyarakat (stakeholder). Instrumen untuk melakukan pengukuran berupa: Survey atas minat santri/siswa, masyarakat/lembaga lain terhadap Pondok Pesantren. 6. Melakukan analisis proyeksi (trend projection) yakni melihat kecenderungan pendidikan yang dibutuhkan masyarakat globalisasi. 7. Melakukan teknik delphi yaitu mencari informasi ke agen tertentu tentang persebaran
peserta
didik/anak-anak
banyak
berada
di
institusi
pendidikan/Pondok Pesantren mana. Hal ini bisa ditanyakan kepada kepala sekolah, para orang tua dan yang lain. 8. Melakukan analisis job market yakni analisis terhadap kemanfaatan dan keunggulan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik sehingga output/outcome lima tahun kedepan dapat diterima dan dibutuhkan pasar (marketable). Untuk itu dalam melakukan analisis ini perlu diperhatikan: Perkembangan Pondok Pesantren-Pondok Pesantren yang ada di era globalisasi, perkembangan pasar/masyarakat globalisasi akan kebutuhan alumni Pondok Pesantren. 9. Melakukan analisis market share yaitu strategi membagi peluang kerja dari lulusan yang akan dihasilkan beberapa Pondok Pesantren yang sama. Sehingga tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Untuk itu perlu ada konsorsium sehingga market share bisa dibicarakan. 10. Melakukan analisis tentang kualifikasi SDM,
tenaga kependidikan,
kurikulum, sarana dan prasarana, pendanaan, potensi dan pelung kerja sama yang bisa dibangun baik berskala local hingga internasional.
90 Edukasi, Volum e 0 1, No mor 01, Ju ni 201 3: 0 75- 091
Penutup Dengan pengorganisasian yang baik, pelaksanaan kerja dan pelaksanaan dari perencanaan pesantren akan mendapatkan bagian-bagian yang setepattepatnya. Penetapan orang-orangnya dilakukan secara obyektif sesuai dengan kemampuan dibidangnya masing- masing. Organisasi berfungsi sebagai alat dari pada manajemen untuk mencapai tujuan yang diharapkan oleh suatu pesantren. Sehingga, kedepan, pondok pesantren akan menjadi sebuah organisasi yang mampu berbicara dan bersaing di kancah globalisasi yang selalu menuntut adanya inovasi, kreatifitas, keberlanjutan, survival, sinkronisasi, dan dinamisasi.
M anajemen Organisasi Pondok Pesantren – Faruq Tri Fauzi
91
DAFTAR PUSTAKA
Bagozzi, Richard P., Murtha, Thomas P., Lenway, Stefanie Ann. Global Mind Sets and Cognitive Shifts in A Complex Multinational Corporation, Artikel dari Strategic Management Journal vol. 19 no. 2, 1998. Edward, Sallis, Total Quality Management in Education, Alih Bahasa Ahmad Ali Riyadi, Yogyakarta: IRCiSod, 2010. Erlangga, H. 2007. Analisis Kelayakan Bisnis, http://kelayakanbisnis.blogspot.com/2007/09/analisis-kelayakan-bisnis.html, diakses pada 12 April 2008. Fred R. David, Manajemen Strategis, Buku 1 Edisi 12, terj. Dono Sunardi, Jakarta: Salemba Empat, 2009. Gibson, L., James, Organisasi dan Manajemen, Surabaya: Erlangga, 1997. Handoko, T. Hani, Manajemen, Yogyakarta: BPFE, 1999. Hitt, Micahel A., R. Duane Ireland, Robert E. Hoskisson, Manajemen Strategis: Daya Saing dan Globalisasi; Konsep, Buku 1, Edisi keempat, terjemahan, Risa Rimendi, Jakarta: Salemba Empat, 2001. Judge & Robbins, Organizational Behavior 13th Edition. Pearson Education, Inc. Inggris: Publishing as Prentice Hall, 2009. Masyhud, dkk., Manajemen Pondok Pesantren, Jakarta: Duta Pustaka, 2003. Nawawi, Hadari, Kepemimpinan Mengefektifkan Organisasi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1997. Shaleh, Rahman, Abdul, Pedoman Pembinaan Pondok Pesantren, Jakarta: Depag RI, 1985. Winardi, J, Manajemen Perilaku Organisasi, Jakarta: Kencana Prenda Media Group, 2004. Yudiati R.A.T.K, Restrukturisasi: Menuju Birokrasi Publik yang Efektif, Bandung: Asli Mandiri, 2005. Zuhri, Saefudin, Pendidikan Pesantren di Persimpangan Jalan dalam Marzuki Wahid dkk., (peny), Pesantren Masa Depan “Wacana Pemberdayaan dan Transformassi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999.