METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga Untuk memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
MUHAMMAD TAUFIK NIM: 111 12 220
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2016 i
ii
iii
iv
v
vi
Motto
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk” (Q.S. An-Nahl: 125)
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan: 1. Bapak dan Ibu serta Keluarga tercinta yang telah memberikan motivasi dan doanya dengan ikhlas. 2. KH. Maslihuddin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, dan K. Sa‟dullah sebagai guru spiritual dan pencerah hati. 3. Seluruh Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah mendidik dalam memahami agama. 4. Seseorang yang oleh Allah akan dipertemukan penulis dengan rahmat dan anugerah-Nya, semoga kita bersama-sama menggapai cinta dengan RidhoNya. 5. Sahabat-sahabat senasib seperjuangan Pondok Pesantren Sunan Giri. 6. Sahabat-sahabat IAIN Salatiga angkatan tahun 2012 IAIN Salatiga.
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang maha memberikan pengampunan, rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada kita. Semoga kita selalu mensyukurinya. Solawat dan salam semoga tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, para tabi‟in, para ulama, para guru kita dan kepada kita semua, Amin. Syukur Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan karya ilmiah ini dengan berbagai macam usaha, demi menyelesaikan tugas, tanggungjawab, dan kewajiban supaya memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Maka penulis membuat karya ilmiah ini dengan judul “METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA” . Tentunya bantuan dari berbagai pihak ikut serta terselesainya karya ini, maka penulis ucapkan banyak terimakasih kepada: 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK). 3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
ix
4. Ibu Dra. Urifatun Anis M.Pd.I., selaku pembimbing skripsi, yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulisan skripsi ini berjalan lancar sampai selesai. 5. Ibu Dra. Jamiatul Islamiyah M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan pengarahan dan bimbingan selama masa kuliah. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penelitian skripsi ini. 7. Karyawan-karyawati
IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan
serta bantuan. 8. Kedua orang tua penulis Bapak Bahrudin Khumaidi dan Ibu Tri Rahayu, yang
senantiasa membimbing, mendidik dengan sabar dan penuh kasih sayang, serta doa yang tidak pernah luput untuk penulis. 9. KH. Maslihudin Yazid, KH. Muslimin Al-Asy‟ari, K. Sa‟dullah, sertapara
Ustadz Pondok Pesantren Sunan Giri yang telah membantu banyak hal baik doa maupun usaha, terutama dalam hal pemberian informasi mengenai penulisan skripsi ini. Semoga bantuan bapak dan ibu diatas menjadi amal saleh dan mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT. Kritik dan saran pembaca yang budiman akan hadir pada setiap kata dan kalimat. Karena penulis menyadari karya ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
x
xi
ABSTRAK Muhammad Taufik. 2016. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Urifatun Anis, M.pd.I. Kata Kunci: Metode Pembelajaran, Kitab Kuning, Pondok Pesantren Sunan Giri Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui metode-metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri. Pertanyaan yang ingin dijawab pada penelitian ini adalah (1) Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren?, (2) Bagaimana penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri?, (3) Apa saja faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif dengan rancangan studi penelitian lapangan (field research). Pada penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat pengumpulan data dari sumber data primer maupun sekunder. Kesimpulan yang dapat diambil pada penelitian ini adalah: (1) Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren yang digunakan berupa metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi. (2) Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf yakni: metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang pembelajaranya berjenjang dan berkelas-kelas, metode bandongan yakni santri menyimak apa yang disampaikan ustadz, metode sorogan yakni ustadz menyimak apa yang disampaikan santri, metode diskusi sebagai pemecahan masalah, metode hafalan sebagai pengingat materi ajar. (3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri, pertama faktor pendukung berupa pengajian keilmuan dengan waktu yang cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang mengajar adalah alumni PPSG yang terpilih, kedua faktor penghambat berupa materi dan metode yang serba klasik terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana, serta sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab. Berdasarkan penelitian ini Pesantren Sunan Giri telah menggunakan metode pembelajaran kitab kuning sesuai dengan metode-metode adat kepesantrenan. Akan tetapi dukungan baik dari dalam maupun dari luar pesantren sangat dibutuhkan demi berlangsungnya pembelajaran, agar tujuan pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Giri berjalan dengan lancar dan sukses.
xii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO ..........................................................................
ii
HALAMAN DEKLARASI.......................................................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN.................................................
vi
MOTTO.....................................................................................................
vii
PERSEMBAHAN .....................................................................................
viii
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ix
ABSTRAK ................................................................................................
xii
DAFTAR ISI .............................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xvi
BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah................................................
1
B.
Rumusan Masalah .........................................................
4
C.
Tujuan Penelitian ..........................................................
4
D.
Kegunaan Penelitian .....................................................
5
E.
Penegasan Istilah ...........................................................
6
F.
Metode Penelitian .........................................................
10
G.
Sistematika Penulisan ...................................................
15
xiii
BAB II
LANDASAN TEORI A. Pengertian Metode Pembelajaran......................................
17
B. Pengertian Kitab Kuning ...................................................
19
C. Jenis-Jenis Kitab Kuning...................................................
19
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren.
24
1.
Metode Bandongan.....................................................
25
2.
Metode Sorogan .........................................................
26
3.
Metode Diskusi...........................................................
28
4.
Metode Hafalan ..........................................................
30
5.
Metode Klasikal .........................................................
31
BAB III HASIL PENELITIAN A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri ..................
33
1.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri ......
2.
Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri. 37
3.
Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri ............
39
B. Penyelenggaraan Pembelajaran .........................................
40
1.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri ..............
2.
Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok
33
40
Pesantren Sunan Giri ..................................................
40
3.
Pengajar Kitab Kuning ...............................................
45
4.
Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri .................................................. xiv
46
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri............
6.
49
Solusi Untuk Mengatasi Hambatan Dalam Melaksanakan Pembelajaran ......................................
51
BAB IV ANALISIS DATA A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ..........................................................................
53
1.
Kurikulum Pembelajaran............................................
53
2.
Metode Pembelajaran .................................................
55
B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ...........................
57
C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri ..................................................................................... BAB V
58
PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
60
B. Saran ..................................................................................
61
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL Tabel 1: Agenda Harian………………………………………………….. 43 Tabel 2: Agenda Mingguan………………………………………………. 44 Tabel 3: Agenda Bulanan………………………………………………… 45 Tabel 4: Pengajar Kitab Kuning………………………………………….. 45
xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang metode pembelajaran berarti berbicara dunia pendidikan, didalam dunia pendidikan, guru sebagai salah satu komponen pendidikan dan merupakan suatu bidang profesi, mempunyai peranan yang sangat vital didalam proses belajar mengajar untuk membawa anak didiknya kepada kedewasaan dalam arti yang sangat luas. Bahkan boleh dikatakan bahwa keberhasilan suatu proses belajar mengajar ini terletak ditangan guru. Pembelajaran sebagai perubahan dalam kemampuan, sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman atau pelatihan (Darmansyah, 2003: 3). Baik oleh orangtua, guru, dan masyarakat. Oleh karena itu proses belajar mengajar yang dibabaki oleh guru tidak akan pernah tenggelam atau digantikan oleh alat atau lainnya. Pembelajaran pada intinya suatu proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (Majid, 2014: 37). Maka hal itu perlu adanya metode-metode pembelajaran yang dijadikan pedoman untuk guru agar proses belajar mengajar lebih menarik yang nantinya mampu membentuk anak didiknya karena kedewasaan seperti yang diharapkan. Di Indonesia sejauh ini telah memiliki perhatian yang tinggi terhadap masalah pendidikan mulai dari tingkat dasar bahkan pra sekolah (TK atau 1
PAUD) sampai pada Perguruan Tinggi yang telah berkembang dan berperan dalam mencerdaskan anak bangsa. Lain halnya dengan pendidikan formal, masih banyak pendidikan non formal yang tetap memiliki eksistensi yang tinggi dalam kehidupan masyarakat Indonesia baik yang bersifat tradisional maupun yang bersifat modern, semua mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat, serta selalu mendapatkan perhatian dari pemerintah Indonesia, yang salah satunya adalah lembaga pendidikan pondok pesantren. Pesantren sebagai bentuk lembaga pendidikan non formal merupakan salah satu jenis lembaga pendidikan Islam di Indonesia bersifat tradisional, yang tujuan pendidikannya adalah untuk mendalami ilmu-ilmu agama dan mengamalkanya sebagai pedoman dalam hidup sehari-hari atau disebut dengan Tafaqquh Fiddin. Penyelenggaran lembaga pendidikan pesantren berbentuk asrama yang merupakan komunitas tersebut diasuh oleh kiyai atau ulama dan dibantu oleh para ustadz. Tujuan pendidikan di pesantren adalah untuk membentuk watak dan peribadi yang berbudi, berakhlakul karimah, serta sebagai penerus dan penegak agama dan negara. Ini sebabnya pesantren telah diakui sebagai lembaga pendidikan yang telah ikut mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam sejarah pendidikan disebutkan bahwa pesantren adalah sebagai bukti awal kepedulian masyarakat Indonesia terhadap pendidikan, sehingga pesantren juga disebut sebagai lembaga pendidikan pribumi tertua di
2
Indonesia (Depag RI, 2003: 1), dan pesantren telah menjangkau hampir seluruh lapisan masyarakat muslim yang mampu menampung berjuta santri. Semakin banyaknya pesantren yang berdiri yang bersifat modern, tidak menjadikan lemahnya eksistensi pesantren yang masih bersifat Salaf. Terbukti pada salah satu pesantren yang berada dikawasan Kota Salatiga, yaitu Pondok Pesantren Salaf Sunan Giri Krasak, Ledok, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga yang tetap mempertahankan eksistensinya sebagai pondok pesantren yang masih menerapkan metode-metode pembelajaran yang bersifat salafiyah (klasik) seperti metode pembelajaran sorogan, bandongan, musyawaroh, dan sebagainya. Pesantren ini tentunya memiliki keunikan tersendiri dalam proses pembelajaran yang membuat peneliti tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang metode pembelajaran yang telah diterapkan. Pesantren ini juga telah menghasilkan lulusan yang dapat mengembangkan ilmu agama di daerah masing-masing, diantaranya mendirikan pondok pesantren, mendirikan TPA, dan mendirikan majlis ta‟lim. Kajian kitab kuning di Pesantren Sunan Giri mengajarkan kitab besar yang hanya dipelajari di pondok ini se kota Salatiga, semisal kitab „Uqudu AlJuman (sastra arab) dan masih banyak lainya. Pesantren ini terbagi menjadi dua asrama yaitu asrama putra dan asrama putri dengan pengasuh serta pola bimbingan, pengajaran, dan pembelajaran yang sama. 3
Realita yang ada ini, menjadikan ide pokok bagi penulis untuk membedah eksistensi pondok pesantren salaf, dengan memfokuskan pada halhal yang mendasar yang ada pada pondok pesantren tersebut. Sehingga penulis
hendak
melakukan
penelitian
dengan
judul
“METODE
PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC.ARGOMULYO KOTA SALATIGA”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka penelitian ini difokuskan pada rumusan masalah sebagai berikut: 1.
Apa sajakah metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren?
2.
Bagaimana penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga?
3.
Apa saja faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: 1.
Untuk mengetahui metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren.
4
2.
Untuk mengetahui implikasi metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga.
3.
Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam proses pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak baik secara teoritis maupun secara praktis. 1.
Kegunaan Secara Teoritis a. Untuk menambah wawasan dalam rangka pengembangan pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan yang masih eksis di negeri ini. b. Untuk menambah pengetahuan tentang berbagai macam metode pembelajaran kitab kuning di pesantren sebagai sarana dalam proses pembelajaran. c. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai reverensi bagi peneliti berikutnya.
2.
Kegunaan Praktis a. Bagi peneliti, sebagai bahan pengetahuan dan pengalaman tentang bagaimana pembelajaran yang diterapkan di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. 5
b. Sebagai bahan pertimbangan bagi pihak Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga untuk lebih memperbaiki metode pembelajaran kitab kuning yang ada. c. Sebagai masukan bagi masyarakat pada umumnya untuk lebih memperhatikan
putra-putrinya
dengan
mengarahkan
pada
pendidikan yang menciptakan Akhlakul Karimah seperti Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. E. Penegasan Istilah Untuk menghindari adanya salah penafsiran dan supaya mudah dalam memahami penelitian ini yang berjudul “METODE PEMBELAJARAN KITAB KUNING DI PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI KRASAK KEC. ARGOMULYO KOTA SALATIGA”, maka penulis perlu memaparkan penegasan istilah-istilah dalam judul tersebut. 1.
Metode Pembelajaran a. Metode Berikut penjelasan tentang pengertian kata metode: 1) Aat Syafaat, Sohari Sahrani, dan Muslih (2008: 39) menjelaskan bahwa metode berasal dari bahasa latin meta yang berarti melalui dan hodos yang berarti jalan ke atau cara ke. Dalam bahasa Arab, metode disebut tariqoh, artinya jalan, cara, sistem atau ketertiban dalam mengerjakan sesuatu. Menurut istilah,
6
metode ialah suatu sistem atau cara yang mengatur suatu citacita. 2) Metode menurut Abudin Nata (1997: 91) dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Kesimpulan peneliti dari pemaparan metode menurut tokoh diatas bahwa metode adalah cara/jalan menuju tujuan. b. Pembelajaran Pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang belajar (Depdiknas, 2008: 17). Menurut Aminudin Rosyad (2003: 11) pembelajaran merupakan proses yang terjadi yang membuat orang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik melakukan proses belajar sesuai dengan rencana pengajaran yang telah diprogramkan. Pengertian tentang metode dan pembelajaran diatas penulis menyimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah cara atau jalan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh seseorang untuk menjadikan orang belajar sesuai tujuan yang diprogramkan. 2.
Kitab Kuning Pada masa lalu, pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren (Dhofier, 1994: 50). Wolfgang Karcher menyebutkan 7
sebagian besar pelajaran pesantren memfokus pada kitab-kitab lama dan bahasa arab (kitab kuning) dan kajian-kajian kontroversi didalamnya (trj. Sonhaji, 1988: 254). Pada umumnya kajian kitab kuning di pondok pesantren berupa nahwu, sorof, fiqih, aqidah, tasawuf, hadis dan lain sebagainya. Dinamakan kitab kuning karena memang kertas yang digunakan dalam kitab-kitab tersebut berwarna kuning. Maklum saja istilah ini bertujuan memudahkan orang dalam menyebut. Sebutan kitab kuning ini adalah khas Indonesia. Ada juga yang menyebutnya kitab gundul. Ini karena disandarkan pada kata perkata dalam kitab yang tidak berharokat, bahkan tidak ada tanda bacanya sama sekali, tak seperti layaknya kitab-kitab belakangan. Istilah kitab kuno juga sebutan lain kitab kuning (Ali Yafi, 1988: 3). Penggalian hazanah budaya Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang membedakan dengan lembaga pendidikan lainnya. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah menjadi karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar mengajar di pesantren (Ismail, 1997: 116-117). Kesimpulanya bahwa kitab kuning merupakan kitab-kitab Islam klasik atau kitab-kitab lama dalam bahasa arab karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah (dicetak menggunakan kertas berwarna kuning) yang merupakan ciri khas dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren. 8
3.
Pondok Pesantren a. Pondok Pondok yang digunakan dalam bahasa jawa berarti madrasah dan asrama sebagai tempat mengaji dan belajar agama Islam (Purwodarminto, 2006: 906). Pondok berasal dari bahasa arab funduq, yang berarti hotel, asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana (Hasbullah, 1996: 138). Pada intinya pondok merupakan tempat tinggal para santri, berbentuk rumah yang berkamar-kamar yang digunakan demi kelangsungan proses belajar mengajar. b. Pesantren Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri (Dhofier, 1994: 18). Sedangkan
asal
usul
kata
“santri”, dalam
pandangan
Nurcholish Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri”, sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya Melek Huruf. Kedua, pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa jawa, dari kata “cantrik”, berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru ini pergi menetap (Yasmadi, 2002: 61-62).
9
Pesantren adalah asrama dan tempat murid-murid belajar mengaji dan menuntut ilmu terutama yang berkaitan dengan agama Islam (Purwodarminto, 2006: 884). Pondok pesantren berarti asrama dan madrasah yang digunakan untuk tempat belajar mengaji dan menuntut ilmu dalam bidang agama Islam yang pembelajaranya masih menggunakan model-model dan metode-metode pembelajaran terdahulu (tradisional). F. Metode Penelitian 1.
Pendekatan Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri (Bogdan & Taylor, 1992: 21-22). Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, dan sebagainya) pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tepat sebagaimana adanya. Adapun landasan pemikiran adalah berdasarkan pada suatu gejala yaitu fenomenologis. Pendekatan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitanya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong, 2002: 9). 10
2.
Lokasi Penelitian Lokasi penelitian pada skripsi ini adalah di Pondok Pesantren Sunan Giri yang beralamatkan di Jl. Argowilis, Dsn. Krasak, Kel. Ledok, Kec. Argomulyo, Kota Salatiga.
3.
Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Peneliti kualitatif sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data, dan membuat kesimpulan atas temuanya (Sugiyono, 2009: 220). Seluruh proses dalam penelitian yang melakukanya adalah peneliti itu sendiri.
4.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2009: 225). Sedangkan sumber data primer yang langsung didapat oleh peneliti adalah kiyai, ustadz, dan para santri Pondok Pesantren Sunan Giri.
11
b. Data Sekunder Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2009: 225). Dokumen yang didapat dari lokasi pondok, profil pondok, sejarah pondok, visi-misi pondok. Data sekunder merupakan data penguat untuk melengkapi informasi yang telah ditemukan. 5.
Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data tentang metode pembelajaran kitab kuning yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Sunan Giri, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu: a. Metode Observasi Metode observasi adalah suatu metode penelitian yang digunakan dengan jalan pengamatan suatu obyek dengan seluruh indra. Jadi observasi dapat dilakukan melalui
penglihatan,
pendengaran, peraba dan pengecap (Arikunto, 1999: 146). Metode observasi ini merupakan metode yang utama yang digunakan dalam penelitian, lebih mendominasikan pengamatan secara langsung terhadap Pondok Pesantren Sunan Giri. Penelitian secara langsung memberikan gambaran data yang lebih baik dengan langsung terjun dilapangan.
12
b. Metode Interview Interview adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara bertanya secara langsung kepada responden (Furchan, 1992: 23). Peneliti secara langsung menemui narasumber dan memberikan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema yang diangkat. Dalam penelitian ini tentunya yang menjadi narasumber adalah kiyai, ustadz, dan para santri Pondok Pesantren Sunan Giri, dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan metode pembelajaran kitab kuning yang telah diterapkan di pesantren. Metode pengumpulan data interview ini merupakan pendukung dari metode pengamatan, jadi sekali terjun ke lapangan peneliti juga mewawancarai narasumber yang terkait. c. Metode Dokumentasi Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2009: 240). Dokumentasi memberikan informasi yang lebih konkrit mengenai sejarah, letak geografisnya, visi-misi, stuktur organisasi dan lain sebagainya. 6.
Analisis Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam 13
pola, memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2009: 244). 7.
Pengecekan Keabsahan Data Untuk memperoleh keabsahan data, maka peneliti menggunakan teknik trianggulasi, adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2009: 331). Ada dua macam trianggulasi yang digunakan, yaitu: a. Trianggulasi Sumber Data Trianggulasi sumber data berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama (Sugiyono, 2011: 241). b. Trianggulasi Metode Trianggulasi metode dilakukan dengan cara mengecek derajat kepercayaan
penemuan
hasil
penelitian
beberapa
teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moleong, 2011: 331). 8.
Tahap-tahap Penelitian Menurut Moleong (2009: 127-148) tahap-tahap penelitian kualitatif harus memuat:
14
a. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan yaitu memperhatikan segala macam persoalan dan segala macam persiapan sebelum peneliti terjun kedalam
kegiatan
penelitian,
berupa:
menyusun
rancangan
penelitian, mengurus perizinan kepada pihak pondok pesantren, menjajaki dan menilai keadaan, memilih dan memanfaatkan informasi, serta menyiapkan perlengkapan penelitian. b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti harus bersungguh-sungguh dalam memahami latar penelitian dan mempersiapkan diri dengan segala daya dan upayanya, memasuki lapangan dengan berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap Analisis Data Pada tahap ini dikemukakan konsen analisis data juga dipersoalkan bahwa analisis data itu dibimbing oleh usaha untuk menemukan data dan kesimpulan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam lima bab, secara sistematis dapat digambarkan sebagai berikut:
15
1. Bab I Pendahuluan Pada bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Landasan Teori Landasan
teori
pada
bab
ini
meliputi:
Pengertian
metode
pembelajaran, Pengertian kitab kuning, Jenis-jenis kitab kuning, Metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak Kec. Argomulyo kota Salatiga. 3. Bab III Hasil Penelitian Pada bab ini berisi: Kondisi umum pondok pesantren dan penyelenggaraan pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga. 4. Bab IV Analisis Data Penganalisisan data pada skipsi ini adalah Metode pembelajaran kitab kuning, faktor pendukung dan penghambat pembelajaran kitab kuning, dan upaya untuk mengatasi faktor-faktor penghambat pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga. 5. Bab V Penutup Pada bab lima meliputi: Kesimpulan, Saran-saran.
16
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Metode Pembelajaran Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa “metode” adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksana kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa metode mengandung arti adanya urutan kerja yang terencana, sistematis dan merupakan hasil eksperimen ilmiah guna mencapai tujuan yang telah direncanakan (Armai, 2002: 87). Sementara itu pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Oemar Hamalik menjelaskan pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran (2001: 57). Menurut Uno (2009: 65) metode pembelajaran adalah cara-cara yang digunakan pengajar atau instruktur untuk menyajikan informasi atau pengalaman baru, menggali pengalaman peserta belajar, menampilkan unjuk kerja peserta belajar, dan lain-lain. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa metode belajar adalah suatu cara yang ditempuh dalam menyajikan materi atau pelajaran yang akan disampaikan untuk mencapai tujuan tertentu.
17
Pentingnya penggunaan metode dalam mengajar diungkapkan oleh Zuharini (1983: 79), yaitu karena metode merupakan salah satu komponen dari pada proses pendidikan, metode merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar, dan metode merupakan alat kebulatan dalam suatu sistem pendidikan. Dalam pemilihan suatu metode yang hendak digunakan dalam pembelajaran, Abu al Ainain (dalam Nafi‟, 2007: 70) mengingatkan ada 6 prinsip untuk menentukan baik tidaknya metode pendidikan Islam dilihat dari filsafat pendidikan Islam, yaitu: 1.
Bersumber dan diambil dari jiwa ajaran dan akhlak Islam yang mulia, sehingga menjadi bagian terpadu dengan materi dan tujuan pendidikan Islam.
2.
Fleksibel, dapat menerima perubahan dan penyesuaian dengan keadaan dan suasana proses pendidikan.
3.
Selalu menghubungkan teori dengan praktik, proses belajar dengan amal, dan harapan dengan pemahaman secara terpadu.
4.
Menghindarkan cara-cara mengajar yang bersifat meringkas, karena ringkasan-ringkasan
itu
merusak
kemampuan-kemampuan
rinci
keilmuan yang berguna. 5.
Menekankan kebebasan peserta didik untuk berdiskusi, berdebat dan berdialog dengan cara sopan dan saling menghormati.
18
6.
Menghormati hak dan kedudukan pendidik untuk memilih metode yang menurutnya sesuai dengan watak pelajaran dan warga belajar yang mengikutinya.
B. Pengertian Kitab Kuning Pengajaran kitab-kitab Islam klasik, terutama karangan-karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah, merupakan satu-satunya pengajaran formal yang diberikan dalam lingkungan pesantren (Dhofier, 1994: 50). Sistem pembelajaran Islam dengan melalui budaya kitab-kitab klasik salah satu unsur yang terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang membedakanya dengan lembaga pendidikan yang lainnya. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan desiminasi ilmu-ilmu ke-Islaman, terutama yang bersifat kajian-kajian klasik (Yasmadi, 2002: 67). Hal inilah yang menjadikan ciri khas pesantren, yakni sebagai sebuah lembaga pendidikan dengan materimateri yang diajarkan adalah hasil karya-karya ulama kuno. Pada intinya kitab kuning merupakan kitab-kitab Islam klasik atau kitabkitab lama dalam bahasa arab karangan ulama yang menganut faham Syafi‟iyah yang merupakan ciri khas dalam proses belajar mengajar di pondok pesantren. C. Jenis-Jenis Kitab Kuning Menurut Said Aqil Sirajd (2004:335) kitab kuning diklarifikasikan dalam empat kategori: Dilihat dari kandungan maknanya, dilihat dari kadar 19
pengajianya, dilihat dari kreatifitas penulisanya, dan dilihat dari penampilan urainnya. 1.
Dilihat Dari Kandungan Maknanya Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu: a) Kitab yang berbentuk penawaran atau penyajian ilmu secara polos (naratif) seperti sejarah, hadis, dan tafsir. b) Kitab yang menyajikan materi yang berbentuk kaidah keilmuan, seperti nahwu, sorof, ushul fiqih, dan mustalah hadis (istilah-istilah yang berkenaan dengan hadis).
2.
Dilihat Dari Kadar Pengajianya Kitab kuning dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a) Mukhtasar yaitu kitab yang tersusun secara ringkas dan menyajikan pokok-pokok masalah, baik muncul dalam bentuk nadhom atau syi‟ir (puisi) maupun dalam bentuk nasr (prosa). b) Syarah yaitu kitab yang memberikan uraian panjang lebar, menyajikan argumentasi ilmiah secara komparatif dan banyak mengutip ulasan para ulama dengan argumentasi masing-masing. c) kitab kuning yang penyajian materinya tidak terlalu ringkas dan juga tidak terlalu panjang (mutawasithoh).
20
3.
Dilihat Dari Kreatifitas Penulisanya Kitab kuning dapat dikelompokkan menjadi tujuh macam, yaitu: a) Kitab yang menampilkan gagasan baru, seperti kitab Ar- Risalah (kitab ushul fiqih) karya Imam Syafi‟i, Al-„Arud Wa Al-Qowafi (kaidah-kaidah penyusunan sya‟ir) karya Imam Khalil bin Ahmad Farahidi, atau teori-teori ilmu kalam yang dimunculkan oleh Washil bin „Atho‟, Abu Hasan al Asy‟ari, dan lain-lain. b) Kitab yang muncul sebagai penyempurnaan terhadap karya yang telah ada, seperti kitab nahwu (tata bahasa arab) karya Imam Sibawaih yang menyempurnakan kitab Abu Aswad Ad-Duwali. c) Kitab yang berisi keterangan (syarah) terhadap kitab yang telah ada, seperti kitab hadis karya Ibnu Hajar Al-Asqolani yang memberikan komentar terhadap kitab Shahih Bukhari. d) Kitab yang meringkas karya yang panjang lebar, seperti kitab Lubb Al-Usul (buku tentang ushul fiqih) karya Zakariya Al-Ansori sebagai ringkasan dari Jam‟u Al-Jawami‟ (buku tentang ushul fiqih) karya As-Subki. e) Kitab yang berupa kutipan dari berbagai kitab lain seperti „Ulumu Al-Quran (buku tentang ilmu-ilmu Al-Quran) karya Al-„Aufi. f)
Kitab yang memperbarui sistematika kitab yang telah ada, seperti kitab Ihya‟ „Ulumu Ad-Din karya Imam Al-Ghozali.
21
g) Kitab yang berisi kritik, seperti kitab Mi‟yaru Al-„Ilmi (sebuah buku yang meluruskan kaidah-kaidah logika) karya Al-Ghozali. 4.
Dilihat Dari Penampilan Urainnya Kitab memiliki lima dasar, yaitu: a) Mengulas pembagian sesuatu yang umum menjadi khusus, sesuatu yang ringkas menjadi terperinci, dan seterusnya. b) Menyajikan redaksi yang teratur dengan menampilkan beberapa pernyataan dan kemudian menyusun kesimpulan. c) Membuat ulasan tertentu ketika mengulangi uraian yang dianggap perlu, sehingga penampilan materinya tidak acak-acakan dan pola pikirnya dapat lurus. d) Memberikan batasan-batasan jelas ketika penulisnya menurunkan sebuah definisi. e) Menampilkan beberapa ulasan dan argumentasi yang dianggap perlu. Sedangkan dari cabang keilmuanya Nurcholis Madjid mengemukakan
kitab ini mencakup ilmu-ilmu: fiqih, tauhid, tasawuf, dan nahwu sorof. Atau dapat juga dikatakan konstrentasi keilmuan yang berkembang di pesantren pada umumnya mencakup tidak kurang dari 12 macam disiplin keilmuan: Nahwu, sorof, balaghoh, tauhid, fiqih, ushul fiqih, qawaid fiqhiyah, tafsir, hadis, musthalihul hadis, tasawuf, dan mantiq (1997: 28-29).
22
Martin Van Bruinessen (dalam Yasmadi,2002: 69-70) merinci kekayaan hazanah kitab-kitab klasik yang dipelajari di pondok pesantren yang sesuai dengan kategori keilmuan sebagai berikut: 1.
Dalam ilmu fiqih dipelajari kitab-kitab sebagai berikut: Fathu Al-Mu‟in, I‟anatu Ath-Tholibin, Taqrib, Fathu Al-Qorib, Kifayatu Al-Akhyar, Bajuri, Minhaju Ath-Tholibin, Minhaju Ath-Thulab, Fathu Al-Wahab, Minhaju Al-Qowim, Safinah, Kasyifatu As-Saja, Sullamu Al-Munajat, „Uqudu Al-Lujain, Sittin, Muhadzab, Bughyatu Al-Mustarsyidin, Mabadi Fiqhiyyah, dan Fiqhu Al-Wadhih. Untuk kelengkapan ilmu fiqih biasanya juga dikenal ilmu ushul fiqih yang mempelajari kitab-kitab: Lathaifu Al-Isyarat, Jam‟u Al-Jawami‟, Faroidu Al-Bahiyyah, Waroqot, Al-Asybah wa Al-Nadlair, Bayan, dan Bidayatu Al-Mujtahid.
2.
Dalam ilmu sorof mempelajari: Kaylani (syarah Kaylani), Maqshud (syarah Maqshud), Amtsilatu Al-Tashrifiyah, dan Bina‟.
3.
Dalam ilmu nahwu: Al-Imriti (syarah Al-Imriti), Al-Jurumiyah (syarah Al-Jurumiyah), Mutammimah, Asymawi, Al-Fiyah Ibnu Malik,AlFiyahIbnu „Aqil, Dahlan Al-Fiyah, Qothru Al-Nada, Awamil, Qawaidu Al-I‟rob, Nahwu Wadlih, dan Qawaidu Al-Lughoh.
4.
Sedangkan dalam ilmu balaghoh: Jauharu Al-Maknun, „Uqudu AlJuman, dan lain sebagainya.
5.
Dalam bidang tauhid: Ummu Al-Barahin, Sanusiyah, Daqusi, Syarqawi, Kifayatu Al-Awam, Tijanu Adh-Dhurari, Aqidatu Al-Awam, Nuru Al23
Zulam, Jawahiru Al-Kalamiyah, Husnu Al-Hamidiyah, Aqidatu AlIslamiyah. 6.
Dalam ilmu tafsir: Al-Jalalain, Tafsir Al-Munir, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Baidhawi, Jami‟u Al-Bayan, Al-Maraghi, dan Tafsiru Al-Manar.
7.
Dan kitab-kitab hadis: Bulughu Al-Maram, Subulu As-Salam, Riyadhu As-Sholihin, Shahih Bukhari, Tajridu As-Shorih, Jawahiru Al-Bukhari, Shahih Muslim, Arba‟in An-Nawawi, Majalishu As-Saniyah, Duratu AnNashihin, dan lain-lain.
8.
Dalam ilmu tasawuf: Ta‟limu Al-Muta‟alim, Washaya, Akhlaqu Li AlBanat, Akhlaqu Li Al-Banin, Irsyadu Al-„Ibad, Minhaju Al-Abidin, AlHikam, Risalatu Al-Mu‟awanah wa Al-Mudzaharah, Bidayatu AlHidayah, Ihya‟ Ulumu Ad-Din, dan lain sebagainya.
D. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Metode pembelajaran kitab kuning merupakan cara-cara yang digunakan dalam proses kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pembelajaran kitab kuning. Metode-metode pembelajaran diharapkan agar sesuai dengan keadaan dan kondisi suatu lembaga pendidikan, kiyai, maupun santri itu sendiri. Berikut akan dijelaskan macam-macam metode pembelajaran kitab kuning yang biasa berlaku di pondok pesantren:
24
1.
Metode Bandongan Metode
pembelajaran ini
biasanya
berlangsung satu jalur
(monolog), yakni kiyai membacakan, menerjemahkan, dan kadangkadang memberi komentar, sedang santri atau anak didik mendengarkan penuh perhatian sambil mencatat makna harfiah (sah-sahan)-nya dan memberikan simbol-simbol I‟rob (kedudukan kata dalam struktur kalimat)-nya (Barizi, 2002: 65). Armai (2002: 154) mengungkapkan dalam bukunya bahwa metode bandongan adalah kiyai menggunakan bahasa daerah setempat, kiyai membaca, menerjemahkan, menerangkan kalimat demi kalimat kitab yang dipelajarinya, santri secara cermat mengikuti penjelasan yang diberikan oleh kiyai dengan memberikan catatan-catatan tertentu pada kitabnya masing-masing dengan kode-kode tertentu sehingga kitabnya disebut kitab jenggot karena banyaknya catatan yang menyerupai jenggot seorang kiyai. Lebih lanjut Armai juga menjelaskan tentang kelebihan dan kekurangan metode bandongan yaitu: a.
Kelebihan metode bandongan 1) Lebih cepat dan praktis untuk mengajar santri yang jumlahnya banyak. 2) Lebih efektif bagi murid yang telah mengikuti sistem sorogan secara intensif. 25
3) Materi
yang
diajarkan
sering
diulang-ulang
sehingga
memudahkan anak untuk memahaminya. 4) Sangat efisien dalam mengajarkan ketelitian memahami kalimat yang sulit dipelajari. b.
Kekurangan metode bandongan 1) Metode ini dianggap lamban dan tradisional, karena dalam penyampaian materi sering diulang-ulang. 2) Guru lebih kreatif dari pada siswa, karena proses belajarnya berlangsung satu jalur (monolog). 3) Dialog antara guru dan murid tidak banyak terjadi sehingga murid cepat bosan. 4) Metode bandongan ini kurang efektif bagi murid yang pintar karena materi yang disampaikan sering diulang-ulang sehingga terhalang kemajuanya (2002: 155-156).
2.
Metode Sorogan Metode sorogan adalah pengajian yang merupakan permintaan dari seorang atau beberapa orang santri kepada kiyainya untuk diajari kitab tertentu, pengajian sorogan biasanya hanya diberikan kepada santrisantri yang cukup maju, khususnya yang berminat hendak menjadi kiyai (Madjid, 1997: 28). Zamakhsyari Dhofier menjelaskan Metode sorogan adalah seorang murid mendatangi guru yang akan membacakan beberapa baris Al26
Quran atau kitab-kitab bahasa arab dan menerjemahkan kata demi kata kedalam bahasa tertentu yang pada giliranya murid mengulangi dan menerjemahkan kata perkata sepersis mungkin seperti yang dilakukan gurunya (1994: 28). Adapun kelebihan dan kekurangan metode sorogan adalah sebagai berikut: a.
Kelebihan metode sorogan 1) Terjadi hubungan yang erat dan harmonis antara guru dengan murid. 2) Memungkinkan bagi seorang guru untuk mengawasi, menilai dan membimbing semaksimal kemampuan seorang murid dalam menguasai bahasa arab, serta murid mendapatkan penjelasan yang pasti tanpa harus mereka-reka tentang interpretasi suatu kitab karena berhadapan dengan guru secara langsung yang memungkinkan terjadinya tanya jawab. 3) Guru dapat mengetahui secara pasti kualitas yang telah dicapai muridnya. 4) Santri yang IQ nya tinggi akan cepat menyelesaikan pelajaran (kitab), sedangkan yang IQ nya rendah ia membutuhkan waktu yang cukup lama.
27
b.
Kekurangan metode sorogan 1) Tidak efisien karena hanya menghadapi beberapa murid (tidak lebih dari 5 orang), sehingga kalau menghadapi murid yang banyak metode ini kurang begitu tepat. 2) Membuat murid cepat bosan karena metode ini menuntut kesabaran, kerajinan, ketaatan, dan disiplin pribadi. 3) Murid kadang hanya menangkap kesan verbalisme semata terutama mereka yang tidak mengerti terjemahan dari bahasa tertentu.
3.
Metode Diskusi Metode diskusi dapat diartikan sebagai jalan untuk memecahkan sesuatu permasalahan yang memerlukan jawaban alternatif yang dapat mendekati kebenaran dalam proses belajar mengajar (Armai, 2002: 149150). Didalam forum diskusi atau munadhoroh ini, para santri biasanya mulai pada jenjang menengah, membahas atau mendiskusikan suatu kasus dalam kehidupan masyarakat sehari-hari untuk kemudian dicari pemecahanya secara fiqih. Dan pada dasarnya para santri tidak hanya belajar memetakan dan memecahkan suatu permasalahan hukum namun didalam forum tersebut para santri juga belajar berdemokrasi dengan menghargai pluralitas pendapat yang muncul dalam forum (Nafi‟ dkk, 2007: 69).
28
Berikut kelebihan dan kekurangan metode diskusi menurut Armai (2002: 148-149): a.
Kelebihan metode diskusi 1) Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikiranya kepada masalah yang sedang didiskusikan. 2) Dapat menaikkan prestasi kepribadian individu, seperti sikap toleransi, demokrasi, berfikir kreatif, sistematis, sabar dan sebagainya. 3) Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami oleh siswa atau santri, karena mereka mengikuti proses berfikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
b.
Kekurangan metode diskusi 1) Kemungkinan ada siswa yang tidak ikut aktif, sehingga diskusi baginya hanyalah merupakan kesempatan untuk melepaskan tanggungjawab. 2) Sulit menduga hasil yang dicapai, karena waktu yang dipergunakan untuk diskusi cukup panjang.
4.
Metode Hafalan Suatu teknik yang dipergunakan oleh seorang pendidik dengan menyerukan anak didiknya untuk menghafalkan sejumlah kata-kata (mufrodad), atau kalimat-kalimat maupun kaidah-kaidah. Tujuan teknik ini adalah agar anak didik mampu mengingat pelajaran yang diketahui 29
serta melatih daya kognisinya, ingatan dan fantasinya (Muhaimin, 1993: 276). a.
Kelebihan metode hafalan 1) Cara baik untuk mengingat pelajaran sekaligus melatih daya ingat santri. 2) Bagi santri yang menyukai metode ini akan mendukung pemahaman terhadap kitab.
b.
Kekurangan metode hafalan 1) Memungkinkan akan terjadi kebosanan pada diri santri jika metode ini dijalankan terus menerus. 2) Bagi santri yang ingatanya minim akan menyita banyak waktu, karena waktu belajar hanya digunakan untuk menghafal.
5.
Metode Klasikal Metode klasikal di pondok pesantren merupakan penyesuaian dari perkembangan sekolah formal modern. Metode ini hanya mengambil sistem sekolah umum dengan model berjenjang seperti Sekolah Dasar (Madrasah Diniyah Ibtidaiyah), Sekolah Menengah Pertama (Madrasah Diniyah Tsanawiyah), Sekolah Menengah Atas (Madrasah Diniyah Aliyah), dan Perguruan Tinggi (Ma‟had Ali).Akan tetapi materi yang diajarkan pada pesantren tetap menggunakan kitab kuning dengan perpaduan metode bandongan, sorogan, hafalan, musyawarah dan sebagainya. 30
Abdurrahman Wahid akrab dengan panggilan Gus Dur menjelaskan bahwa pemberian pengajaran tradisional ini dapat berupa pendidikan formal di sekolah atau madrasah dengan jenjang pendidikan yang bertingkat-tingkat, maupun pemberian pengajaran
dengan sistem
halaqoh (lingkaran) dalam bentuk pengajian weton dan sorogan. Ciri utama dari pengajian tradisional ini adalah cara pemberian pengajaranya yang ditekankan pada penangkapan harfiyah (letterlijk) atas suatu kitab (teks) tertentu. Pendekatan yang digunakan ialah menyelesaian pembacaan kitab (teks) tersebut, untuk kemudian dilanjutkan dengan pembacaan kitab (teks) lain. Ciri utama ini masih dipertahankan hingga dalam sistem sekolah atau madrasah, sebagaimana dapat dilihat dari mayoritas sistem pendidikan di pesantren dewasa ini (2010: 71). Meskipun pemberian pengajaran bersitem sedemikian rupa, Gus Dur nampaknya masih berpendapat bahwa pemberian pengajaran tradisional di pesantren masih bersifat non klasikal (tidak didasarkan pada unit mata pelajaran), walaupun di sekolah atau madrasah yang ada di pesantren dicantumkan juga kurikulum klasikal (2010: 71-72). Akan tetapi paling tidak madrasah yang ada di pesantren telah berjalan dan berkurikulumkan klasikal. 6.
Metode Tanya Jawab Suatu metode di dalam pendidikan dimana guru bertanya dan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya (Armai, 2002: 13531
136). Metode Tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab. 7.
Metode Ceramah Metode ceramah adalah penerangan atau penuturan secara lisanoleh guru terhadap kelas (Rama, 2001: 133). Metode inilah yang selama ini seringdigunakan dalam pengajaran di dalam kelas pada pesantren. Metode ceramah dalam pengajaran kitab kuning di lembaga pendidikan formal dapat digunakan apabila guru ingin menyampaikan hal-hal
baru
yang
merupakan
penjelasan
atau
generalisasi
darimateri/bahan pengajaran yang disampaikan. Menurut Nana Sudjana, metode ceramah ini wajar digunakan apabila guru ingin mengajarkan topik baru, tidak ada sumber bahan pelajaran pada siswa, dan menghadapi sejumlah siswa yang cukup banyak (Sudjana, 2000: 78). 8.
Metode Demonstrasi Metode ini merupakan suatu metode mengajar dimana guru atau orang lain yang sengaja diminta atau murid sendiri memperlihatkan pada seluruh kelas tentang suatu proses atau suatu kaifiyah melakukan sesuatu (Zuharini, 1993: 82). Metode demonstrasi dapat diterapkan oleh pengajar kitab kuning untuk mendemonstrasikan materi-materi yang telah diajarkan, seperti sholat, wudlu, dan sebagainya.
32
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum Pondok Pesantren Sunan Giri 1.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sunan Giri Pondok Pesantren Salafiyah Sunan Giri ini terletak di kota Salatiga, tepatnya di Jl. Argowilis No. 15-16 Krasak Ledok Argomulyo Salatiga. Pesantren ini pada mulanya dirintis oleh Kiyai Muslimin Al-Asy'ari pada tahun 1992, dengan jumlah santri yang sedikit yakni delapan orang. Pesantren ini belum diberi nama, belum memiliki tempat menetap (pondok), belum memiliki tempat belajar. Sehingga segala aktifitas para santri belum sesuai dengan adat kepesantrenan. Para santri sendiri masih tinggal bersama dirumah kiyai dan di masjid. Ditahun yang sama Kiyai Muslimin berinisiatif mengajak musyawarah dengan para kiyai setempat yakni Kiyai Maslihuddin, Kiyai Zumrani, dan Kiyai Sa‟dullah supaya mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang berasaskan Islam. Pada musyawarah itu akhirnya memutuskan nama pesantren sekaligus kepengurusan dewan masyayikh. Pesantren ini dinamakan dengan Sunan Giri. Nama Sunan Giri sendiri diambil (ngalap berkah) dari Pondok Pesantren dan Madrasah Hidayatul Mubtadiin (PP-MHM), Ngunut, Tulungagung, Jawa timur. Nama Sunan Giri merupakan usulan dari salah satu masyayikh sekaligus 33
ditunjuk sebagai ketua masyayikh, beliau merupakan alumni PP-MHM Ngunut, yakni Kiyai Maslihuddin. Kiyai Maslihuddin merupakan alumni Pondok Pesantren Madarasah Hidayatul Mubtadiin Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, beliau ketika masih menyantri di PP-MHM merupakan pimpinan (lurah pondok) di salah satu unit pondok yakni Unit Sunan Giri, Pesantren Hidayatul Mubtadiin. Alasan inilah yang membuahkan hasil diberikanya nama pesantren yang berada di dukuh krasak argomulyo dengan nama Sunan Giri. Nama ini pun telah disepakati oleh para dewan masyayikh. Peresmian Pondok Pesantren Sunan giri pada tahun 1992, di resmikan langsung oleh KH. Ali Shodiq Umam, pengasuh PP-MHM Ngunut, Tulungagung, Jawa Timur, dengan simbol peletakan batu pertama. Adapun nama-nama dewan masyayikh Pondok Pesantren Sunan Giri adalah : a.
Romo Kiyai H. Maslikhuddin Yazid
b.
Romo Kiyai H. Muslimin Al-Asy'ari
c.
Romo Kiyai H. Zumroni
d.
Romo Kiyai Sa'dulloh Sampai saat ini, jumlah santri yang belajar ilmu agama di Pondok
Pesantren Sunan Giri sudah mencapai 373 orang. Bisa dikatakan pondok ini sangat kecil jika dilihat dari jumlah santri yang ada pada saat ini. 34
Namun pembelajaran yang diberikan di pondok ini tidak kalah dibandingkan dengan pondok lain yang ada di wilayah Salatiga dan sekitarnya. Adapun kitab yang saat ini dikaji, antara lain : a.
Awwamil Al-Jurjani
b.
Al-Jurumiyah
c.
Al-Imriti
d.
Alfiyah Ibnu Malik
e.
Jauharu Al-Maknun
f.
'Uqudu Al-Juman Pengkajian kitab di Sunan Giri tidak hanya itu saja, namun masih
banyak lagi kemungkinan kurikulumnya sama dengan kitab-kitab yang dikaji di pondok-pondok yang lainnya. Berikut adalah identitas lengkap lembaga pendidikan Islam Pondok Pesantren Sunan Giri: a.
Nama Pondok Pesantren
: Sunan Giri
b.
Status
: Yayasan
c.
Nomor Telp /Hp
: (0298)322179
d.
Alamat
: Jalan Argowilis No. 15-16Krasak, Ledok,
Argomulyo, Salatiga
1)
Kelurahan
: Ledok
2)
Kecamatan
: Argomulyo 35
3) e.
Kota
: Salatiga
Nama Pendiri
:
1) KH. Muslimin Al-Asyari 2) KH. Maslihuddin Yazid 3) Alm. KH. Zumroni 4) K. Sa‟dullah f.
Tahun Berdiri
: 1992
g.
Nama Pengasuh
:
1) KH. Maslihuddin Yazid 2) KH. Muslimin Al-Asyari 3) K. Sa‟dullah h.
Nama Yayasan
: Sunan Giri
i.
Status Yayasan
: Diakui
j.
Waktu Belajar
: Ba‟da Maghrib
k.
Tempat Belajar
: Gedung Madrasah
l.
Status Tempat Belajar
: Milik Sendiri
m. Status Tanah Rencana Gedung
: Milik Sendiri
n.
Luas Tanah
: 627 m2
o.
No. Sertifikat Tanah
: 110311061003542
p.
Luas Bangunan
: 300 m2
q.
Rombongan Belajar
: 13 rombongan belajar 36
r.
s.
Keadaan siswa
:
1) Laki – laki
: 223 Orang
2) Perempuan
: 150 Orang
Sumber dana
: 1. Swadaya Santri 2. Para Donatur Masyarakat 3. Pemerintah Daerah 4. Kementerian Agama 5. Usaha lain yang halal
2.
Latar Belakang Pendirian Pondok Pesantren Sunan Giri Kebutuhan akan pengetahuan ilmu agama pada zaman modern ini harus tetap dikembangbiakan, mengingat generasi muda saat ini telah banyak mengikuti budaya-budaya luar yang keluar dari garis syariat Islam. Perkembangan teknologi justru tidak dapat digunakan dan dimanfaatkan sesuai kebutuhan yang semestinya, rusaknya moral anak bangsa yang telah membuat keresahan masyarakat, serta pemilihan teman bergaul yang tidak baik, inilah yang membuat lembaga pendidikan Islam Pondok Pesantren Sunan Giri berbulat tekat ingin sekali membantu, membimbing, mendidik dan menunjukkan jalan yang baik kepada generasi bangsa sesuai tuntunan ajaran syariat agama Islam. Berikut ini merupakan alasan berdirinya Pesantren Sunan Giri berdasarkan data yang diperoleh peneliti. Berdasarkan Anggaran Dasar 37
dan Anggaran Rumah Tangga (AD-ART) Pondok Pesantren Sunan Giri, alasan berdirinya pondok pesantren ini adalah: a.
Pesantren ini didirikan berdasarkan sumber hukum Islam yang empat dan juga perundangan negara, sesuai pada AD-ART bab II (Visi, Misi, Landasan, Asas, dan Prinsip), Pasal 4 berbunyi: Pesantren
ini
berlandaskan
kepada Al-Qur‟an, Hadis,
Ijma‟,
Qiyas serta perundangan yang berlaku. b.
Pada bab III (Fungsi, Peran, Tujuan, dan Usaha), pasal 7: Pesantren
berfungsi
sebagai
pusat
tholabu
al-`ilmi,
pembinaan akhlaqu al-karimah, kegiatan dakwah, pengembangan keterampilan, dan kepedulian sosial di lingkungan Pondok Pesantren Sunan Giri dan masyarakat pada umumnya. c.
Pasal 8, Pesantren berperan : 1) Merintis, menyelenggarakan dan membina kegiatan-kegiatan pendidikan dakwah dan kegiatan sosial di Pondok Pesantren Sunan Giri 2) Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak dalam rangka kegiatan kepesantrenan. 3) Mempublikasikan seluruh kegiatan yang ada dalam binaan Pondok Pesantren Sunan Giri.
d.
Pasal 9: 1) Terwujudnya generasi yang ber akhlaqu al-karimah. 38
2) Terbentuknya
generasi
yang
berpengetahuan
luas
dan
berkhidmat pada masyarakat. 3) Melindungi
secara
legal
terhadap
kegiatan-kegiatan
positif yang ada didalam dan diluar lingkungan pesantren. 4) Meningkatkan kualitas akhlak, ibadah, skill, dakwah para santri dan para alumni. 3.
Data Pengurus Pondok Pesantren Sunan Giri a.
Pengasuh
: KH. Maslihuddin Yazid : KH. Muslimin Al-Asy‟ari : K. Sa‟dullah
b.
Ketua Umum
: Musbichin Wahid
c.
Sekretaris
: Abdul Aziz
d.
Bendahara
: Ma‟mun Zuhri
e.
Kepala Bagian 1) Pendidikan
: Muhammad Toni Azka
2) Keamanan
: Ridholillah
3) Humas
: Mutakalim
4) Perlengkapan : Agus Rohani 5) Kebersihan
: Solahuddin Al-Ayubi
39
B. Penyelenggaraan Pembelajaran 1.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Sunan Giri Visi: a.
Pesantren
merupakan syiar
tholabu
al-„ilmi dan
sumber
pengetahuan Islam untuk mencapai Ridho Allah SWT. b.
Mencetak kader-kader ulama dan menciptakan masyarakat Islami yang berhaluan ahlu as-sunnah wa al-jama‟ah.
Misi: a.
Mempersiapkan pribadi umat yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, dan berkhidmat kepada agama, masyarakat dan negara.
b.
Mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan umum menuju terbentuknya kader ulama yang taqwa.
2.
Kurikulum Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Kurikulum pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri tentunya masih berkisar pada kajian ke-Islaman. Pengkajian kitab-kitab dipesantren ini ada dua jenis, yaitu: Madrasah Diniyah (formal) dan pengajian kitab diluar madrasah (non formal). Adapun pembelajaran di Madrasah Diniyah juga dibagi menjadi dua: Madrasah Diniyah sore yang dimulai pukul 15:00-16:30 WIB (untuk jenjang Ibtidaiyah kelas 1-5)dan
40
Madrasah Diniyah malam
dimulai pukul 18:30-21:00 WIB (untuk kelas 6 Ibtidaiyah, jenjang Tsanawiyah, dan jenjang Aliyah). Berikut ini merupakan mata pelajaran (kitab-kitab) yang dikaji sesuai jenjang pendidikan berdasarkan data yang diperoleh peneliti: a.
Madrasah Diniyah (Formal) 1) Madrasah Diniyah Ibtidaiyah a) Kelas 1 mempelajari: Tahaji, Fasholatan, Doa‟iyah, Yan Bu‟a,danAl-Quran. b) Kelas 2 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Do‟aiyah, Tarikh Islam, Bahasa Arab,danYan Bu‟a. c) Kelas 3 mempelajari: Fasholatan, Al-Quran, Tauhid Jawi, Tarikh Islam, Bahasa Arab, dan Yan Bu‟a. d) Kelas 4 mempelajari: Hidayatu As-Sibyan, Al-Quran, Alaa laa, Mabadi Fiqh, Akhlaq Jawi,dan Aqidatu Al-Awam. e) Kelas 5 mempelajari: Tashilu Al-Mubtadi, Tuhfatu AlAthfal, „Izzu Al-Adab, Khoridatu Al-Bahiyah, Taisiru AlKholaq, dan Tuhfatu Al-Mubtadiin. f) Kelas
6
mempelajari:
Al-Jurumiyah,
Qo‟idatu
As-
Sorfiyah(juz 1), I‟lal, Tasrif Isthilahi, Nuru Al-Yaqin, Sulamu At-Taufiq, Washoya,dan Hidayatu As-Sibyan.
41
2) Madrasah Diniyah Tsanawiyah a) Kelas 1 mempelajari: Al-Imriti, Tashrif Lughowi, AlMaqsud, Qo‟idatu As-Sorfiyah (juz 2), Al-I‟lal, Tahliyah, Fathu Al-Qorib,dan Jawahiru Al-Kalamiyah. b) Kelas 2 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 1), Qowa‟idu Al-I‟rob, I‟rob, Fathu Al-Qorib, Ta‟limu AlMuta‟alim, dan Mukhtaru Al-Ahadis. c) Kelas 3 mempelajari: Al-Fiyah Ibnu Malik (juz 2), Kifayatu Al-„Awam, Rohabiyah, Waroqot, Mushtholahu Al-hadis, Mukhtaru Al-Ahadis, danFathu Al-Mu‟in. 3) Madrasah Diniyah Aliyah a) Kelas 1 mempelajari: Jawaharu Al-Maknun, Jam‟u AlJawami‟, Faroidu Al-Bahiyah, Fathu Al-Mu‟in, Sulamu AlMunawwaroq, dan „Ilmu Al-„Urudh. b) Kelas 2 mempelajari: „Uqudu Al-Juman, Fathu Al-Mu‟in, Lathoifu Al-Isyarot, Jam‟u Al-Jawami‟, dan Kifayatu AlAtqiya‟. c) Kelas 3 mempelajari: „Uqudu Al-Juman, Fathu Al-Mu‟in, Jam‟u Al-Jawami‟, Durusu Al-Falakiyah, dan Kifayatu AlAtqiya‟.
42
4) Ma‟had Ali Tingkatan Ma‟had Ali merupakan jenjang pendidikan tertinggi di Sunan Giri. Tingkatan ini diperuntukkan bagi para ustadz dan pengurus yang telah menyelesaikan pendidikan dijenjang Aliyah. Adapun kitab yang dikaji yakni kitab Mau‟idhotu Al-Mukminindan Waroqot. Waktu pembelajaran Ma‟had Ali dimulai pukul 18:45 WIB sampai pukul 20:00 WIB. b.
Pengajian Kitab Kuning Diluar Madrasah (Non Formal) Pembelajaran kitab kuning diluar madrasah ini dibagi menjadi tiga agenda: yakni agenda harian, agenda mingguan, dan agenda bulanan. Berikut ini adalah jadwal pengajian kitab kuning non formal berdasarkan data yang diperoleh dari Sie Pendidikan Pondok Pesantren Sunan Giri: 1) Agenda Kegiatan Harian Tabel 1: Agenda Harian No 1
Waktu Ba‟da Subuh
Peserta
2
Kitab
Tempat
Sorogan Al-quran 5 Ibtidaiyah
Ba‟da Soroga n
Qori’
6 Ibtidaiyah 1,2,3Tsana wiyah 1,2,3 Tsanawiyah
43
U.AnasMukh lison U.NurKholis Yazid
Mabadi Fiqh Fiqh Wadlih Tuhfatu K. Sa‟dulloh t Thulab KH. Jawahi Muslimin Al- r
Aula bawah Serambi Masjid Masjid Masjid
07:30 WIB
3
08:30 WIB
4
Ba‟da Dluhur
5
1, 2, 3 Aliyah dan Ma`had Aly 2 Tsanawiyah ke-atas 2 Tsanawiyah ke-bawah Umum 3 Tsanawiyah ke-atas
KH. Maslikhudin Yazid
Alfiyah awalke bawah
K. Sa‟dulloh
16.00
7
16:30 Ba‟da Maghri Madrasah b Ba`da Umum Dirosah
9
bukhori Ihya‟ Ulumud din Tanwir ul Iqbas Arbain Nawaw i Akhlaq ul Banin Fathul Wahab dan Dahlan Tankih ul Qoul
KH. Mabadi Muslimin Al 1 Fiqh Asy`ari Syawir madrasah
6
8
Asy‟ari KH. Maslikhudin Yazid KH. Muslimin AlAsy‟ari Nyai. Hj. Fatimah Puji Rahayu KH. Maslikhudin Yazid
Umum
U. H. Abdul Tibbun Qodir Nabi
Madrasa h Masjid
Ndalem Madrasa h
Ndalem
Madrasa h Masjid
Masjid
2) Agenda Kegiatan Mingguan Tabel 2: Agenda Mingguan No
Waktu
1
Malam Selasa
2
Malam
Jenis Kegiatan Musyawarah Kamar Pendalaman Diskusi Pendalaman
44
Kelas
Pembimbing
Ibtidaiyah
Sie Pendidikan dan 2,3 Aliyah KH. Maslihuddin Sie Pendidikan KH. Maslihuddin
Tsanawiyah Aliyah Aliyah
3 4 5 6 7
Sabtu
Diskusi
Kamis Sore Malam Jumat Kondisi onal Kondsi onal Jumat pagi
Pengajian Ta‟lim Jam‟iyyah
Tsanawiyah Ibtidaiyah Umum
Sie Pendidikan KH. Maslihuddin
Santri Sunan Sie Jam‟iyah Giri Santri Sunan Sie Pendidikan Sorogan kitab Giri Setoran Nadlom Lalaran
Santri Sunan Sie Pendidikan Giri Santri Sunan Sie Pendidikan Giri
3) Agenda Kegiatan Bulanan Tabel 3: Agenda Bulanan No Jenis Kegiatan 1 Diklat 2 Bahsul Matsail
3.
Waktu Sabtu Pon Kondidional
Pengajar Kitab Kuning Berikut adalah keadaan pengajar kitab kuning di Pesantren Sunan Giri berdasarkan data yang diperoleh peneliti: Tabel 4: Pengajar Kitab Kuning No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pengajar KH. Maslihuddin Yazid KH. Muslimin Al-Asy‟ari K. Sa‟dullah Ustadz Slamet Rosyidi Ustadz Yasin Ustadz Muhlison Ustadz Anas Muhlison Ustadz Nadhir Ustadz Mutho‟un
45
No 15 16 17 18 19 20 21 22 23
Pengajar Ustadz H. Abdul Qodir Ustadz Nur Kholis Yazid Ustadz Jamali Ustadz Musbihin Wahid Ustadz Nurtadho Ustadz Slamet Ihsan Ustadz Dzawil Ustadz Sanusi Ustadz Mutakallim
10 11 12 13 14 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
4.
Ustadz Misbah Ustadz Yahya Hanafi Ustadz Mufid Ustadz Fauzan Ustadz Musta‟in Ustadz M. Rosyidi Ustadz Ratno Mustofa Ustadz Ali Mustofa Ustadz Hasan Ali Ustadz Agus Rohani Ustadz Yusuf Ustadz Abdul Aziz Ustadz Ibnu Rosyadi Ustadzah Atina AS Ustadz Kalim
24 25 26 27 28 39 40 41 42 43 44 45 46 47
Ustadz Ma‟mun Zuhri Ustadz Eka Setia Budi Ustadz Nur Wahid Ustadz Imam Qusayri Ustadz Da‟i Sholih Ustadz Burhanudin Ustadz Ridho Lillah Ustadz Sholahuddin Ustadz Ali Mahfudz Ustadz Yasin Mustofa Nyai Hj. „Aidah Shodaqoh Ustadzah Hj. Fatimah Puji Ustadzah Isma Ustadzah Asiyah
Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Metode pembelajaran merupakan cara berlangsungnya proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan kaidah pembelajaran. Sedangkan Pesantren Sunan Giri sendiri telah menerapkan metode pembelajaran sesuai dengan ciri khas kepesantrenan. Menurut lurah pondok yakni Ustadz Musbichin Wahid mengatakan bahwa metode pembelajaran yang digunakan di Pesantren Sunan Giri masih menggunakan sistem ala pesantren (klasikal, bandongan, hafalan, sorogan, musyawaroh) sejak dulu hingga sekarang. Berikut adalah hasil wawancara dengan Ustadz Musbichin yang dilaksanakan pada tanggal 22 juli 2016, di kantor PPSG, tentang metode pembelajaran kitab kuning yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri:
46
Peneliti
: Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakandi Pesantren ini?
Narasumber
: Yaaa…seperti pesantren yang lain juga kang…ada bandongan,
hafalan,
klasikal,
trusss
sorogan,musyawarah juga… Peneliti
: Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana?
Narasumber
: Kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren)mbah yai membaca kitab trus kita memberikan makna…istilahnya ngesahi….
Peneliti
: Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?
Narasumber
: Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz yang ngajar…
Peneliti
: Yang klasikal sendiri bagaimana pak?
Narasumber
: Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetepkitabkuning yang dipelajari….pembelajaranya di kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah…
47
Peneliti
: Kemudian sorogan itu apa Pak?
Narasumber
: Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada belajar apa gak….kan modelnya gini kang…santri itu disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab, menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti ditanya-tanya alasan, kok dibaca gini kenapa...i‟robnya gimana, tasrifnya gimana…macem-macem….jadi santri dirusuh betul serius belajar kitab…
Peneliti
: Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni metode musywaroh. Bagaimana keterangan njenengan tentang metode musyawaroh?
Narasumber
: Metode ini juga bagus kang….jadi santri berkumpul membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu sampai empat anak…itu nanti bergilir….smua santri dapet jatah….intinya metode ini untuk pemecahan masalah
bagaimana
pelajaranya…
48
mereka
paham
dengan
5.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri a. Faktor Pendukung Dalam melaksanakan proses pendidikan di Pondok Pesantren Sunan Giri terdapat beberapa faktor pendukung antara lain, kesabaran para Kiyai dan Ustadz dalam membimbing para murid, ketekunan dan keuletan para santri dalam mengikuti pelajaran, dan dukungan dari masyarakat disekitar pondok pesantren yang mempunyai kerja sama yang baik. Begitu pentingnya faktor tersebut, sehingga pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik jika hanya dengan menggunakan peralatan seadanya, seperti pena dan kertas saja. Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz sebagai sekretasis Pondok Sunan Giri pada tanggal 22 Juli 2016, di kamar 13 PPSG: Peneliti
: Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan Giri?
Narasumber
: Yang jelas jenjang pendidikan yang cukup lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning lebih
dalam
dan
paham…sebagaimana
yang
diutarakan kitab ta‟limu al muta‟alim “nak golek 49
ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu harus lama)”…biar paham betul.. Peneliti
: Kira-kira masih ada faktor lain gak pak selain tadi?
Narasumber
: Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul keadaan pondok,,, ada semangat ustadz, semangat santri…dan sebagainya…
b. Faktor Penghambat Dalam
melaksanakan
proses
pembelajaran
dipesantren
tentunya terdapat beberapa hambatan yang dirasakan oleh pengurus pondok, ustadz, maupun oleh para santri. Diantaranya adalah kurangnya sarana dan prasarana, dan karakter santri yang berbeda dalam proses belajar mengajar. Berikut hasil wawancara peneliti dengan Ustadz Burhanudin pada tanggal 23 Juli 2016, di Kantor PPSG: Peneliti
: Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya kegiatan belajar mengajar kitab kuning di Pondok ini?
Narasumber
: Banyak kang Topik…antaranya Sarana prasarana, Ruang belajar sedikit dan sempit buat menampung jumlah santri 50
35 dalam kelas dengan ukuran
4X6…..hal ini kurang efisien.., kemudiankeadaan santri yang kadang ada yang nyambungan dan kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru sulit mengkondisikan kelas…, Kemudian media pembelajaran, papan tulis yang masih pakek kapur itu juga kurang relevan hehehe 6.
Solusi
Untuk
Mengatasi
Hambatan
Dalam
Melaksanakan
Pembelajaran Dalam kegiatan proses pembelajaran tentunya banyak permasalahan yang memperlambat target atau tujuan pendidikan, seperti yang telah dipaparkan diatas. Hambatan-hambatan tersebut bisa teratasi dengan cara/solusi yang tepat. Solusi itu bisa timbul dari dalam maupun dari luar lembaga pesantren. Solusi untuk mengatasi hambatan-hambatan pembelajaran di Pondok Pesantren Sunan Giri diantaranya menjalankan aturan-aturan atau undang-undang pesantren yang telah berlaku, menjalankan kurikulum sesuai dengan semestinya, dan menjalankan syarat-syarat mencari ilmu bagi santri sebagaimana disebutkan dalam kitab ta‟limmuta‟alim (cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, adanya pengajar, waktu belajar yang lama).
51
Berikut hasil wawancara peneliti dengan narasumber Ustadz Abdul Aziz dan Ustadz Burhanudin pada tanggal 24 Juli 2016, di kamar 13 PPSG: Peneliti
: Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak Burban dulu, kemudian baru Pak Aziz.
Ustadz Burhan : Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim lagi… syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu adalah cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, ada yang mengajar, waktu belajar itu lama…saya kira kalau itu dicermati sudah cukup…. Ustadz Aziz
: Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya lah…ya kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan itu…kurikulum yang ada tinggal dijalani semestinya aja….
52
BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri 1. Kurikulum Pembelajaran Pembelajaran merupakan proses interaksi, pentransferan ilmu pengetahuan dan pengalaman oleh pendidik kepada peserta didik. Begitu juga dalam dunia pesantren, proses pembelajaran di dunia pesantren melalui interaksi antara kiyai dan santri, tentunya dengan menggunakan metode khusus ala pesantren bersifat klasik. Merupakan ciri khas pesantren dalam penyampaian materi bahwa kitab kuning karangan para ulama dari dulu hingga sekarang masih eksis dan semakin digemari didunia pesantren. Kitab-kitab yang diajarkan di pesantren ini pada umumnya karangan dari ulama yang bermazhab Syafi‟iyah. Alasan pesantren
menggunakan
kitab-kitab
karangan
ulama
Syafi‟iyah
dikarenakan hampir seluruh masyarakat muslim di Indonesia adalah bermazhab Syafi‟iyah. Hal ini lah yang menyebabkan mazhab Syafi‟iyah akan semakin kuat di Indonesia yang didukung melalui
pesantren-
pesantren diseluruh tanah air. Jika dilihat dari tampilan kitab-kitab yang dikaji di pesantren semuanya berbahasa arab. Materi ini tentunya menunjukkan arti bahwa tujuan pendidikan pesantren adalah bagaimana para santri mampu 53
memahami sumber hukum Islam yang utama (al-Quran dan Hadis). Ilmu nahwu, tasrif, balaghoh, tafsir dan ilmu-ilmu lainya dipesantren hanya berupa materi pendukung pemahaman terhadap Al-Quran dan Hadis. Berikut ini materi pendukung untuk memahami isi Al-Quran dan Hadis: a.
Ilmu alat (nahwu dan sorof), tujuan pembelajaran pada materi ini adalah agar para santri mengetahui susunan dan makna bahasa arab dimulai dari perkata (mufrodanya) hingga perkalimat-kalimat, maupun mengetahui asal usul dan perubahan-perubahan sebuah kata dan kalimat. Dari pembelajaran ini diharapkan agar santri mengetahui secara dalam makna yang diharapkan dari kata tersebut.
b.
Ilmu balaghoh dan mantiq, kajian pada ilmu balaghoh dan mantiq ini ditujukan agar para santri tidak membaca mentah-mentah makna yang terkandung dalam bahasa arab, dikarenakan bahasa arab sering kali menggunakan kata majas, atau menggunakan pinjaman kata, sehingga sering kali kelompok tertentu salah mengartikan dan menafsirkan Al-Quran dan Hadis.
c.
Ulumul Quran (ilmu-ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran) termasuk didalamnya: tafsir, asbabun nuzul, tajwid, qiro‟ati, nasikh mansukh dan lainya. Ilmu-ilmu ini termasuk pedukung dalam memahami teks dalam Al-Quran. Agar santri mengetahui betul alasan, tujuan diturunkannya ayat demi ayat Al-Quran. 54
d.
Ilmu hadis, termasuk Mustholahu Al-Hadis dan Hadis-Hadis (Shohih Bukhori, Shohih Muslim, Sunan Ibnu Majah, Mukhtaru AlHadis dan sebagainya) yang mendukung menafsirkan isi Al-Quran.
e.
Ilmu ushul fiqih dan ilmu fiqih. Ushul fiqih yakni ilmu pengambilan dalil dan menggali hukum dari suatu ayat. Sedangkan ilmu fiqih merupakan hukum-hukum hasil dari para ulama yang diambil dari Al-Quran dan Hadis. Setidaknya, keilmuan diatas mampu mendukung untuk memahami
Al-Quran dan Hadis, sehingga santri mengetahui aturan, perintah, dan larangan Allah. Sebagaimana tujuan kehidupan manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Bahan ajar diatas adalah karangan ulama masa kejayaan Islam.Berbeda dengan materi yang diajarkan disekolah umum, materi yang diajarkan bersifat kreatif, artinya ada pembaruan dalam materi. 2. Metode Pembelajaran `Selanjutnya mengenai metode yang diterapkan di sekolah umum dan di pesantren pun sudah berbeda. Di sekolah umum metode yang digunakan adalah metode–metode baru, sesuai dengan perkembangan zaman, yang disesuaikan dengan keadaan siswa, sedangkan di pesantren, metode yang digunakan adalah metode klasik (warisan para ulama) berupa metode bandongan, sorogan, klasikal dan sebagainya yang menolak metode pembaruan. Didunia pesantren yang dipentingkan adalah 55
bagaimana menumbuhkan jiwa santri yang berakhlakul karimah sesuai dengan aturan syariat Islam sekaligus menghidup-hidupkan (nguri-uri dan ngalap berkah) dari para ulama dahulu. Justru dari pembelajaran yang bersistem klasik inilah pesantren terbukti mampu mendidik anak menjadikan pribadi yang baik. Pesantren telah mampu mendidik anak menjadi diri yang soleh dan solehah. Pembelajaran dipesantren meskipun bersifat klasik, namun santri tidak hanya disuruh untuk belajar mampu membaca sebuah kitab saja, akan tetapi santri dituntut langsung untuk mengamalkan isi dari kitab tersebut, sehingga antara belajar dan praktek berjalan bersamaan, seperti kata pepatah arab “al-„ilmu bilaa „amalin kasy-syajaroti bilaa tsamrotin”, nampaknya pepatah ini sangat tepat ditujukan kepada pesantren, yang telah mampu menerapkan ilmu sekaligus bagaimana cara pengamalan ajaran kitab. Sebuah kritikan perlu disampaikan bahwa didunia pesantren nampaknya agak tidak peduli dengan perkembangan dunia yang serba menggunakan elektronik (bukan berarti tidak peduli sama sekali). Adanya pesantren menolak perkembangan zaman bukan tidak beralasan, bahwa pesantren telah mengetahui dampak dari kemajuan zaman yang merusak moralitas anak bangsa. Nampaknya dalam hal ini pesantren lebih mengutamakan pendidikan dan pengetahuan tentang agama secara mendalam dibandingkan dengan perkembangan dunia modern. 56
Lebih dasar lagi, demi terlaksananya metode pembelajaran yang efektif, guru merupakan tokoh utama atau yang bertanggung jawab besar dalam tercapainya tujuan pendidikan. Oleh karena itu guru harus mampu menguasai
materi
belajar
sekaligus
mampu
menguasai
metode
pembelajaran. Dalam hal ini tentunya tertuju pada penguasaan metode pembelajaran kitab kuning yang biasa terlaku di pesantren. B. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri 1. Faktor Pendukung Peneliti setuju jika pesantren harus tetap melaksanakan proses belajar dengan menggunakan ke-khasan dari pesantren. Faktor pendukung yang benar-benar sebagai penentu kemajuan dan perkembangan lembaga pendidikan adalah terletak bagaimana lembaga itu sendiri mengelola pesantren, disamping ustadz sebagai tokoh utama keberhasilan suatu pendidikan. Selain itu, perlu dingat bahwa pesantren sangat erat kaitanya dengan istilah “barokah”, entah bagaimana proses barokah itu berjalan, akan tetapi pesantren telah mengakuinya dan meyakininya bahwa barokah adalah bagian yang sangat penting dalam penentuan keberhasilan seorang santri. Meskipun santri sendiri tidak paham isi kitab, tapi jika santri telah mendapatkan barokah atau ridho dari kiyai, maka santri menjadi paham
57
materi kitab. Hal ini peneleti meyakininya jika barokah itu disertai dengan usaha keras dari santri. 2. Faktor Penghambat Faktor penghambat pembelajaran kitab kuning dikembalikan lagi pada sistem kerja pesantren atau aturan-aturan pesantren. Pada penelitian ini Pesantren Sunan Giri dalam masalah kepengurusan
nampak
masih
sulit
untuk
melaksanakan
dan
mengembangkan program kerja pondok. Hal ini dikarenakan santri yang belajar ilmu di Pesantren Sunan Giri datang dengan berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda, membuat pesantren ini kesulitan untuk mengatur dan menjalankan aturan yang ada. C. Upaya Untuk Mengatasi Faktor-Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Berbagai komplek persoalan-persoalan proses pembelajaran yang timbul dari berbagai arah, baik dari kelembagaan, pengajar, maupun dari santri. Persoalan-persoalan ini bukan tidak ada jalan keluar, begitu banyak solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Semisal, metode bandongan yang diterapkan pada proses pembalajaran di pondok pesantren, metode ini dalam pemahaman kitab kurang begitu relevan, karena pengajar hanya membacakan kitab, mendektekan kata perkata yang diikuti santri dengan jumlah banyak, dan hanya sedikit menjelaskan isi dari kitab yang diajarkan. Menurut peneliti metode bandongan ini harus tetap dilaksanakan, demi menjaga adat 58
kepesantrenan, akan tetapi disela-sela pembacaan kitab kuning yang dibaca, juga harus dijelaskan secara mendetail sehingga murid paham betul isi kandungan yang disampaikan didalam kitab. Karena menurut peneliti metode bandongan bagi santri terasa keberatan jika tidak ada penjelasan dari pengajar tentang masalah-masalah yang telah disampaikan. Sebenarnya hambatan-hambatan yang dirasakan Pesantren Sunan Giri bisa teratasi melalui sistem kelembagaan itu sendiri, bagaimana pesantren menjalankan programnya, bagaimana ketegasan dan kebijakan pesantren, harus diberjalankan sesuai dengan semestinya.
59
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri (PPSG) Krasak kec. Argomulyo kota Salatiga telah berjalan sesuai dengan adat kepesantrenan yang serba klasik, materi yang diajarkan adalah kitab karangan ulama kuno yang bermazhab Syafi‟iyah. 1. Metode Pembelajaran Kitab Kuning pada pondok pesantren yang biasa digunakan adalah metode klasikal, bandongan, sorogan, diskusi, hafalan, tanya jawab, ceramah, dan demonstrasi. 2. Penerapan metode pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri sesuai dengan metode warisan turun temurun dari para ulama salaf yakni: a) metode klasikal (perpaduan metode konvensional) yang pembelajaranya berjenjang dan berkelas-kelas, b) metode bandongan yakni santri menyimak/mengikuti apa yang disampaikan ustadz, c) metode sorogan yakni ustadz menyimak/mengikuti apa yang disampaikan santri, d) metode diskusi sebagai pemecahan masalah, dan e) metode hafalan adalah metode untuk mengingat materi ajar.
60
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran kitab kuning di Pondok Pesantren Sunan Giri Faktor Pendukung yaitu: Pengajian keilmuan dengan waktu yang cukup lama, materi ilmu alat (nahwu dan sorof) yang dikaji secara rinci dan mendalam, peraturan pondok yang cukup ketat, dan ustadz yang mengajar adalah alumni PPSG yang terpilih. Faktor Penghambat yaitu: Materi dan metode yang serba klasik terkadang membuat santri mudah bosan, kurangnya sarana dan prasarana, sulitnya pentranslitan (penerjemahan) bahasa kitab. B. Saran 1. Bagi Pondok Pesantren Sunan Giri Telah diketahui materi ajar (kitab kuning) dan metode pembelajaran yang diterapkan di Pesantren Sunan Giri keduanya bersifat klasik dan konvensional, maka diharapkan lembaga melakukan ide yang inovatif agar pembelajaran berjalan dengan lancar dan juga melakukan pengembangan dana keuangan pondok semisal pengembangan KOPONTREN. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini masih bersifat global yang hanya berkisar pada metode pembelajaran saja. Maka diharapkan bagi peneliti selanjutnya agar meneliti secara lebih rinci terutama pada perkembangan pondok, ustadz dan para santri.
61
3. Bagi Masyarakat Umum Diharapkan agar orangtua lebih mempertimbangkan pendidikan anaknya, karena pendidikan sangat berpengaruh kepada perkembangan dan moral anak. Seperti menyerahkan putra putrinya di pesantren yang sesuai dengan ajaran syariat Islam.
62
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1999. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Armai, Arief. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Perss. Barizi, Ahmad. 2002. Pendidikan Integratif: Akar Tradisi & Integrasi Keilmuan Pendidikan Islam. Malang: UIN Maliki Press. Darmansyah, Dasim. 2003. Model Pembalajaran Berbasis Portofolio Sosiologi. Bandung: Genesindo. Depdiknas. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Dhofier, Zamakhsyari. 1994. Tradisi Pesantren, studi tentang pandangan hidup kyai. Jakarta: LP3ES. Furchan, Arief. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional. Hamalik, Oemar. 2001. Cetakan Ketiga. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah. 1996. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan. Ismail, Faisal. 1997. Paradigma Kebudayaan. Karcher, Wolfgang. trj. Sonhaji Saleh. 1988. Dinamika pesantren: kumpulan makalah seminar internasional “the role of pesantren in education and community development in indonesia”. Jakarta: P3M. Madjid, Nurcholish. 1997. Bilik-Bilik Pesantren, Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Moleong. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: edisi revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
63
Muhaimin, dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda Karya. Nata, Abudin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Rosyad, Aminudin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press. Sirajd, Said Aqil. 2004. Pesantren Masa Depan. Cirebon: Pustaka Hidayah. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta. Syafaat, Aat, Sohari Sahrani & Muslih. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam mencegah Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Uno, B. Hamzah. 2009. Model Pembelajaran: Menciptakan Proses Belajar Mengajar Yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara. Wahid, Abdurrahman. 2010. Menggerakkan Yogyakarta: LKiS Yogyakarta.
Tradisi:
Esai-Esai
Pesantren.
Yasmadi. 2002. Modernisasi Pesantren, Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. Zuharini. 1993. Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.
64
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri Nama
: Muhammad Taufik
Tempat, Tanggal lahir : Banyuasin, 24 Februari 1994 Agama
: Islam
Kewarganegaraan
: Indonesia
Alamat
: Dana Mulya, Kec. Pulau Rimau, Kab. Banyuasin, Prov. Sumatera Selatan
B. Jenjang Pendidikan 1.
SD Negeri 9 Sumber Rejeki, Banyuasin, lulus pada tahun 2006
2.
MTs Darul Muttaqin, Banyuasin, lulus pada tahun 2009
3.
SMA Islam Darul Muttaqin, Banyuasin, lulus pada tahun 2012
65
LAMPIRAN: CONTOH KITAB KUNING A. Kitab ihya‟ „Ulumi Ad-Din
B. Kitab „Uqudu Al-Juman
66
67
C. Kitab Al-Fiyah Ibnu Malik
68
LAMPIRAN: GAMBAR PONDOK PESANTREN SUNAN GIRI
69
LAMPIRAN: PEDOMAN WAWANCARA
1.
Wawancara Tentang Metode Pembelajaran Kitab Kuning Peneliti
: Muhammad Taufik
Narasumber
: Ustadz Musbichin Wahid
Hari, Tanggal
: Jumat, 22 September 2016
Tempat
: Kantor PPSG
Hasil wawancara : Peneliti
: Menurut Pak Ustadz metode apa saja yang digunakan di Pesantren ini?
Narasumber
:
Yaaa…seperti
pesantren
yang
lain
juga
kang…ada
bandongan, hafalan, klasikal, trusss sorogan, musyawarah juga…, tapi umumnya ya 5 itu....... Peneliti
: Metode bandongan sendiri itu yang bagaimana pak?
Narasumber
: Owhhh itu kayak gini kang…semisal didalam mesjid itu (isyaroh ke masjid Darunnajah di lokasi pesantren) mbah yai membaca kitab trus kita memberikan makna…istilah tepatnya ngesahi….
Peneliti
: Kemudian yang metode hafalan bagaimana pak?
Narasumber
: Kalu hafalan ya biasa…santri cuma disuruh menghafal pelajaran atau nadhoman yang kemaren dipelajari atau yang besok dipelajari…trus nanti disetorkan ke ustadz yang ngajar…
Peneliti
: Yang klasikal sendiri bagaimana pak?
Narasumber
: Klasikal itu kayak di sekolah umum...formal…tapi tetep kitab kuning yang dipelajari….pembelajaranya di kasih kelas-kelas atau jenjang…jadi ada jenjang ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah…
Peneliti
:Kemudian sorogan itu apa Pak?
Narasumber
: Naaahhh….kalu yang metode ini saya lebih suka…sebab guru tau betul perkembangan santrinya...mereka pada belajar apa 70
gak….kan modelnya gini kang…santri itu disuruh ngadep ustadznya...trus santri itu baca kitab, menerangkan apa yang dibaca tadi…kemudian nanti ditanya-tanya alasan, kok dibaca gini kenapa...i‟robnya gimana, tasrifnya gimana…macemmacem….jadi santri dirusuh betul serius belajar kitab… Peneliti
: Terakhir dari yang dikatakan njenengan tadi Pak, yakni metode musywaroh/diskusi. Bagaimana keterangan njenengan tentang metode ini?
Narasumber
: Metode ini juga cukup bagus kang….jadi santri berkumpul membahas suatu pelajaran...nanti ada yang mimpin satu sampai empat
anak…itu
jatah….intinya
nanti
metode
bergilir….smua ini
untuk
santri
pemecahan
dapet masalah
bagaimana mereka paham dengan pelajaranya… 2.
Wawancara Tentang Faktor Pendukung Pembelajara Kitab Kuning Peneliti
: Muhammad Taufik
Narasumber
: Ustadz Abdul Aziz
Hari, Tanggal
: Jumat, 22 September 2016
Tempat
: Kamar 13 PPSG
Peneliti
: Menurut pak Aziz, faktor apa yang mendukung terlaksananya pembelajaran di Pesantren Sunan Giri?
Narasumber
:
Yang
jelas
jenjang
pendidikan
yang
cukup
lama….memungkinkan santri belajar kitab kuning lebih dalam dan paham…sebagaimana yang diutarakan kitab ta‟limu al muta‟alim “nak golek ilmu iku seng sue mangsane (kalau cari ilmu itu harus lama)”…biar paham betul tentang materinya.. Peneliti
: Kira-kira masih ada faktor lain gak Pak selain tadi?
Narasumber
: Banyak lah…antara lain ustadz yang mengajar di Pesantren ini ya alumni sini juga, jadi tahu betul keadaan pondok, tau
71
keadaan
santri,,,
trus
ada
semangat
ustadz,
semangat
santri…dan sebagainya… 3.
Wawancara Tentang Faktor Penghambat Pembelajaran Kitab Kuning Peneliti
: Muhammad Taufik
Narasumber
: Ustadz Burhanudin
Hari, Tanggal
: Sabtu, 23 September 2016
Tempat
: Kantor PPSG
Peneliti
: Faktor apa saja, yang menghambat terlaksananya kegiatan belajar mengajar kitab kuning di Pondok ini?
Narasumber
: Banyak kang Topik…antara lain Sarana prasarana, Ruang belajar sedikit dan sempit buat menampung jumlah santri 35 dalam kelas dengan ukuran 4X6…..hal ini kurang efisien.., kemudian keadaan santri yang kadang ada yang nyambungan dan kadang juga ada yang gak nyambungan…disini guru sulit mengkondisikan kelas…, Kemudian media pembelajaran, papan tulis yang masih pakek kapur itu juga kurang relevan hehehe......
4.
Wawancara
Tentang
Solusi
Untuk
Mengatasi
Hambatan
Dalam
Melaksanakan Pembelajaran Kitab Kuning Peneliti
: Muhammad Taufik
Narasumber 1
: Ustadz Burhanudin
Narasumber 2
: Ustadz Abdul Aziz
Hari, Tanggal
: Minggu, 24 September 2016
Tempat
: Kantor PPSG
Peneliti
: Menurut bapak-bapak ini solusi apa untuk mengatasi hambatan atau kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar di Pondok Sunan Giri ini? Di mulai dari Pak Burban dulu, kemudian baru Pak Aziz.
72
Ustadz Burhan
: Kalau saya kang…kembalikan lagi pada kitab ta‟lim lagi… syarat supaya hasil dalam mencari ilmu itu adalah cerdas, ada kemauan, sabar, memiliki bekal, ada yang mengajar, waktu belajar itu lama…saya kira kalau itu dicermati sudah cukup….
Ustadz Aziz
: Kalau saya ya kang, sebagai pengurus….pesantren ini tentunya ada aturan-aturan atau undang-undangnya lah…ya kita tinggal tegakkan aja bareng-bareng aturan itu…kurikulum yang ada tinggal dijalani semestinya aja….
73
SKK
Nama Nim Jurusan Dosen PA
: Muhammad Taufik : 11112220 : Pendidikan Agama Islam : Dra. JamiatulIslamiyah, M. Pd.
NO NAMA KEGIATAN 1 OPAK STAIN Salatigadengantema: ProgresifitasKaumMuda, KunciPerubahan Indonesia Oleh DEMA STAIN Salatiga 2 OrientasiPengenalanAkademikdanKemahasis waan (OPAK)JurusanTarbiyah STAIN Salatiga,dengantema: MewujudkanGerakanMahasiswaTarbiyahSeb agaiTonggakKebangkitanPendidikan Indonesia Oleh HMJ TarbiyahSTAIN Salatiga 3 Seminar Regional: Indonesia Satu Oleh MENWA STAINSalatiga 4 Tabligh Akbar Bertajuk: TafsirTematikDalamUpayaMenjawabPersoal an Israel danPalestina. LandasanQS. Al-Fath: 26-27 Oleh JQH STAIN Salatiga 5 Seminar Nasional: KepemimpinandanMasaDepanBangsa Oleh HMI CabangSalatiga 6 Seminar Nasional: AhlussunnahWaljamaahdalamPerspektif Islam Indonesia OlehDemaSTAINSalatiga 7 Tes Semester Dua Oleh Madrasah DiniyahSalafiyahSunanGiri 74
PELAKSANAN 5-7 September 2012
SEBAGAI Peserta
NILAI 3
8-9 September 2012
Peserta
2
29 Oktober 2012
Pesarta
4
1 Desember 2012
Peserta
2
23 Februari 2013
Peserta
8
26 Maret 2013
Peserta
8
14 Juni 2013
Peserta
2
8
9 10
11
12
13
14
15 16
17 18
19
Talk Show: How to be a Successful Creative Preneur to Face ASEAN Economic Community 2015 Oleh CEC STAIN Salatiga Tes Semester Dua Oleh Madrasah DiniyahSalafiyahSunanGiri SarasehanPesantrenDenganTema: MengukuhkanPeranSantriPondokPesantren di Era GlobalisasiMelaluiDakwahdanSeni Oleh PP-MHM PemasyarakatanPemahamanKoperasiMelalui GerakanKewirausahaanNasional OlehDeputiBidangPengembanganSumberDay aManusia Monitoring danEvaluasiPascaPelatihanCalonWirausaha OlehDeputiBidangPengembanganSumberDay aManusia KajianIntensifMahasiswa:Fenomena Islam di Salatiga Oleh LDK DarulAmalSalatiga PotretKebudayaan Papua Bagian Dari Kekayaan Indonesia Oleh FORMASI FestifalSeni Islam Santri (FSIS) OlehIttihadulMubtadi-ien PiagamPenghargaan: DalamRangkaLombaPraHaflahMuwada‟ahA khirussanah PP-MHM OlehPondokPesantrenHidayatulMubtadi-ien Seminar Nasional: KesehatanIslami Oleh WISATAHATI Seminar Nasional: JiwaMudaBeraniBerwirausaha Oleh DISPERINDAGKOP & UMKM Salatiga PiagamPenghargaan: Seminar PeluangdanTantanganPengembangan Green
75
7 April 2014
Peserta
2
16 Mei 2014
Peserta
2
9 Juni 2014
Peserta
2
21 Juni 2014
Peserta
2
21 Juni 2014
Peserta
2
28 November 2014
Peserta
2
11 Desember 2014
Peserta
2
26 Mei 2015
Peserta
2
26 Mei 2015
Peserta
2
10 Agustus 2015
Peserta
8
30 Oktober 2015
Peserta
8
6 November 2015
Peserta
2
20 21
Bussinessbagi KUKM Oleh Biro Perencanaan PelatihanKewirausahaanPembuatanAbonIkan OlehPondokPesantrenSunanGiri PelatihanKewirausahaanPertukangan OlehPondokPesantrenSunanGiri
76
6-8 Januari 2016
Panitia
3
17-19 Januari 2016
Panitia
3
77
78