MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL MUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016
SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh : MILATUR RODIYAH NIM: 111-12-184
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
i
ii
iii
iv
v
MOTTO
ُآن َو َعلَّ َمه َ َْخ ْي ُر ُكم ْ َم ْه تَ َعلَّم َْالقُر “ Orang yang paling baik diantara kalian adalah seseorang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya “. (HR.Bukhori)
vi
PERSEMBAHAN Alhamdulillahirobbil’alamin dengan rahmat dan hidayah Allah SWT skripsi ini telah selesai. Skripsi ini saya persembahkan kepada: 1. Ibu Siti Puji Astutik dan Bapak Puryadi yang senantiasa memberikan nasehat dan telah mendidikku dari kecil sampai menikmati kuliah S1 di IAIN Salatiga ini, serta tidak lelah mendoakan tanpa henti untuk menjadi pribadi yang bermanfaat untuk sesama. 2. Adik-adiku tersayang Atsiilah Khoirun Nisa‟ dan Muhammad Bachrul Ulum yang selalu memberikan semangat untuk terus menjadi pribadi yang tangguh. 3. Ibu Nyai Hj. Siti Zulaicho AH selaku pengasuh pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-muntaha yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya. 4. Mas Ali Wachid Murtadlo yang selalu memberikan doa”, semangat, motivasi dan kasih sayang yang tiada henti. 5. Aidul, putrek, one, bu kum, mak jannah, sopi, dek hurun, apip, mb pitri, mb faizah, sukenul, mafa dan seluruh sahabatku PPTQ al-Muntaha yang selalu membersamai dalam setiap langkah.
vii
KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak rahmat dan hidayah-Nya, sehingga bisa menikmati indahnya Islam di dunia ini. Sholawat serta salam selalu tercurahkan pada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman kegelapan hingga zaman yang terang benderang dan yang selalu dinantikan syafaatnya di hari kiamat kelak. Segala syukur penulis panjatkan sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas
akhir
skripsi
dengan
judul
“MANAJEMEN
PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN ALMUNTAHA KELURAHAN CEBONGAN KECAMATAN ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016” Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar S1 Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan di dalamnya. Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak penulis tidak akan bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.
Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2.
Bapak Suwardi, M.Pd. selaku dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
viii
4.
Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mencurahkan pikiran, tenaga, dan pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5.
Bapak Yedi Efriadi, M.Ag. selaku pembimbing akademik.
6.
Seluruh dosen dan karyawan IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah hingga menyelesaikan skripsi ini.
7.
Pengasuh, ustadzah, dan santri PPTQ al-Muntaha Salatiga yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di pondok pesantren tersebut.
8.
Bapak, ibu, keluarga, dan seluruh pihak yang selalu mendorong dan memberikan motivasi dalam menyelesaikan kuliah di IAIN Salatiga.
9.
Keluarga Ma‟had Putri IAIN Salatiga, PAI E, Keluarga PPL SMP Muhammadiyah Suruh dan Kelompok KKN posko 25 yang telah memberikanku pengalaman hidup yang luar biasa. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi semua orang pada umumnya. Saran dan kritik yang membangun sangat diperlukan dalam kesempurnaan skripsi ini.
Salatiga, 1 September 2016 Penulis
Milatur Rodiyah NIM. 111-12-184
ix
ABSTRAK Rodiyah, Milatur. 2016. “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga” Pembimbing: Fatchurrohman, M.Pd. Kata kunci: Manajemen Pembelajaran, Pondok Pesantren, Tahfidzul Qur’an Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Argomulyo Kecamatan Cebongan Kota Salatiga. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1) Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha. 2) Problematika yang dihadapi dalam manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha. Penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (field research) dengan metode kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Subyek penelitian adalah santri, ustadzah, pengasuh, dan pengelola pondok pesantren. Temuan penelitian menunjukkan bahwa 1) manajemen pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengawasan pembelajaran, dan pengevaluasian. Perencanaan pembelajaran terdiri dari proses penentuan tujuan, metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an, menentukan materi pembelajaran dan menentukan sistem penilaian pembelajaran yang dilakukan. Proses pengorganisasian pembelajaran terdiri dari sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya, proses pelaksanaan pembelajaran meliputi pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan, bandongan dan metode pemberian hukuman, sedangkan media yang digunakan berupa media cetak dan media elektronik seperti kitab al-Qur‟an dan Terakhir adalah pengawasan serta evaluasi pembelajaran. Pengawasan terhadap pembelajaran dilakukan oleh penanggung jawab pembelajaran tahfidzul Qur’an yaitu pengasuh/asatidz pondok. Sedangkan evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat. 2) Problematika terkait pembelajaran tahfidzul Qur’an terdiri dari problematika pengelola, pengurus, dan santri. Problematika terkait pengelola yaitu masih minimnya jumlah guru/ustadz sedangkan santri kurang disiplin sehingga ketika kegiatan pembelajaran berlangsung mengakibatkan pembelajaran kurang berjalan lancar. Problematika selanjutnya datang dari pengurus yaitu sikap pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta kesulitan dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang mereka gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih fokus bermain gadget.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i HALAMAN BERLOGO ................................................................................. ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... v MOTTO ........................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................ vii KATA PENGANTAR ..................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................... xi DAFTAR ISI .................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 A. Latar Belakang .............................................................................. 1 B. Rumusan Masalah ......................................................................... 4 C. Tujuan Penelitian........................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian......................................................................... 5 E. Penegasan Istilah ........................................................................... 6 F. Metode Penelitian .......................................................................... 7 G. Sistematika Penulisan.................................................................... 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................... 16 A. Manajemen Pembelajaran .............................................................. 16 B. Pondok Pesantren ........................................................................... 25
xi
C. Tahfidzul Qur‟an ............................................................................ 31 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 38 A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga .................................. 37 B. Temuan Penelitian ......................................................................... 45 1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha .................................................................. 45 2. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ................................. 59 BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 63 A. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha ........................................................................ 63 B. Problematika Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha........................................................ .74 BAB V PENUTUP ........................................................................................... .79 A. Kesimpulan.................................................................................... .79 B. Saran .............................................................................................. .80 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... .83 RIWAYAT HIDUP PENULIS ........................................................................ .84 LAMPIRAN-LAMPIRAN...............................................................................
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri ......................................................... 44 Tabel 3.2 Kegiatan Ekstrakurikuler Santri ....................................................... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar SKK 2. Nota Pembimbing Skripsi 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian 4. Surat Keterangan Melakukan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Instrumen Pengumpulan Data 7. Kode Penelitian 8. Hasil Wawancara 9. Daftar Santri 10. Daftar Pengajar 11. Daftar Prestasi Santri 12. Dokumentasi
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an kitab yang sangat mengagumkan bagi orang-orang yang mau menggunakan akal dan mata hati untuk memikirkan dan merenungkannya. Hifzhi al-Qur’an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat alFatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Di dalam diri setiap muslim terdapat hasrat yang kuat untuk menghafal al-Qur‟anul karim. AlQur‟an adalah kitab suci agama islam yang abadi, petunjuk bagi seluruh umat manusia. Barang siapa yang mengamalkannya, maka ia akan mendapat pahala; barang siapa menyuruh padanya, maka ia telah ditunjuki pada jalan yang lurus; barang siapa yang berpegang teguh padanya, maka ia telah berpegang tali yang kuat yang tidak akan pernah terpecah-pecah ; dan barang siapa yang berpaling darinya dan mencari petunjuk selainnya, maka ia telah sangat sesat (Badwilan, 2009:264). Diantara cara Allah menjaga kemurnian al-Quran adalah dia menjadikan sebagian dari hambaNya menjadi para penghafal al-Quran. Membaca al-Qur‟an termasuk ibadah yang paling utama yang dijadikan sebagai upaya untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebagaimana dalam firman-Nya:
1
“sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang kami anugrahkan kepadanya secara diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi.” (QS. Faathir [35]: 29). Untuk menyukseskan program program tahfidz suatu lembaga harus memiliki manajemen yang baik. Manajemen dapat diartikan sebagai sebuah proses khas, yang terdiri dari tindakan-tindakan; perencanaan, pengorganisasian, penggiatan, dan juga pengawasan. Ini semua juga dilakukan untuk menentukan atau mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia, dan juga sumbersumber lainnya (Sunarto, 2005:71). Perencanaan merupakan bagian awal yang terpenting dari suatu kerja. Perencanaan merupakan fungsi pemulaan dalam manajemen (Suparlan, 2014:43). Memang menyelenggarakan pembelajaran menghafal al-Qur‟an bukanlah persoalan mudah, melainkan dibutuhkan pemikiran dan analisis mendalam dari hal perencanaan, metode, alat dan sarana prasarana, target hafalan, evaluasi hafalan dan sebagainya. Oleh karena itu dibutuhkan pula manajemen pembelajaran alQur‟an yang tepat dan betul-betul dapat memahami kondisi anak. Manajemen pembelajaran menghafal al-Qur‟an
yang terdiri dari
bagaimana bentuk perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan. Gairah umat islam dalam Al-Qur‟an jika diperhatikan dewasa ini semakin meningkat. Banyak lembaga yang mengunggulkan program 2
tahfidz dengan lahirnya banyak lembaga tahsin dan tahfidz atau bahkan di lembaga-lembaga pendidikan formal. Tumbuhnya lembaga-lembaga kealQur‟anan, baik kecil maupun besar, baik swasta maupun memiliki keterkaitan
dengan
pemerintah
setempat.
Bahkan,
statistiknya
menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan. Begitu saja, di sekolahsekolah umum unggulan yang berbasis islam (biasanya menggunakan istilah “Islam Terpadu”, seperti SDIT), menggunakan tahfidz (hafalan alQur‟an), sebagai salah satu program unggulan dan menjadi core kompetensinya. Salatiga sendiri ada beberapa lembaga program tahfidz diantaranya, SD tahfidz An-nida, rumah tahfidz, pondok pesantren tahfidzul
quran
al-Muntaha.
Tentu
saja,
ini
merupakan
suatu
perkembangan yang positif, terutama dalam upaya memelihara otentisitas al-Quran. Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian indonesia (Madjid, 1997:3). Salah satunya pondok pesantren al-Muntaha. Ini merupakan sebuah pondok pesantren khusus putri yang memiliki takhassus pada bidang hafalan alQur‟an, dengan corak pesantren semi tradisional-modern. Semua santri dikonsentrasikan untuk menghafal, namun bagi yang belum sanggup membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar diperkenankan juga mengaji al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia
3
bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Sudah banyak sekali prestasi yang diraih oleh santri maupun alumni pondok pesantren al-Muntaha. Antara lomba MTQ juara I, MHQ juara I, Syarhil Qur‟an juara II, Kaligrafi Juara 1, English Debate juara II, Pidato bahasa inggris juara I, Stand up comedy juara harapan II dan Cipta puisi juara II. Sebagai salah satu pondok tahfidz di Salatiga, Pondok Pesantren al Muntaha telah melahirkan banyak santri yang berhasil menghafal al Qur‟an dengan baik. Keberhasilan ini tentu didorong oleh sistem manajemen pondok yang baik. Dari latar belakang inilah peneliti bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “MANAJEMEN PEMBELAJARAN PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR’AN AL-MUNTAHA
KELURAHAN
CEBONGAN
KECAMATAN
ARGOMULYO KOTA SALATIGA TAHUN 2016” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016?
4
2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Salatiga Tahun 2016? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui problematika dalam manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec. Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016. D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis maupun teoritis, antara lain : a. Manfaat teoritis Memberikan sumbangan pemikiran terhadap wacana pendidikan agama Islam khususnya di bidang pendidikan tahfidzul qur‟an. b. Manfaat Praktis 1. Bagi Pondok Pesantren: untuk memberi gambaran sistem manajemen pondok pesantren yang baik guna melahirkan para hafidz al Qur‟an.
5
2. Bagi Masyarakat: untuk memberi pengetahuan mengenai pondok pesantren yang memiliki sistem manajemen yang unggul. 3. Bagi Peneliti: untuk menambah pengetahuan mengenai manajemen pondok pesantren tahfidzul qur‟an. E. Penegasan Istilah 1. Manajemen pembelajaran Manajemen
pembelajaran
terdiri
dari
dua
kata,
yaitu
manajemen dan pembelajaran. Istilah pembelajaran (instruction) bermakna sebagai upaya untuk membelajarkan seseorang atau kelompok orang melalui berbagai upaya (effort) dan berbagai strategi, metode, dan pendekatan kearah pencapaian tujuan yang telah direncanakan (Majid, 2012:109). Sedangkan menurut George R. Terry Manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakantindakan
perencanaan,
pengorganisasian,
penggerakan,
dan
pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Sunarto, 2005:71). Sedangkan menurut Mary Parker Follet , telah mendefinisikan manajemen sebagai seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini bermakna bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan mengarahkan orang lain untuk secara sinergi mencapai tujuan organisasi (Suparlan, 2014:41).
6
2. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an Pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan nasional. Dari segi historis pesantren tidak hanya identik dengan makna keislaman, tetapi juga mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Lembaga pendidikan yang sudah ada sejak dulu (madjid, 1997:3). Sedangkan tahfidz atau menghafal merupakan bahasa indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperoleh melalui pengamatan. Sedangkan menurut istilah hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal alQur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nash dengan maksud beribadah, memelihara kalam Allah (Munjahid, 2007:74). Kita akan mengetahui berbagai anugrah dan keistimewaan agung yang diperoleh para penghafalnya (Syinqithi, 2011:4). Jadi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an merupakan suatu lembaga yang khusus pada bidang hafalan alQur‟an. F. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendeketan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, Menurut Moleong (2008:6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
7
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Sedangkan menurut Bogdan dan Tylor dalam Meoleong (2009:4). Metode Kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup laporan dan foto-foto. Jadi hasil penelitian ini adalah berupa deskripsi atau gambaran manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kota Salatiga Tahun 2016. 2. Kehadiran Peneliti Peneliti hadir secara langsung pada obyek penelitian dalam rangka pengumpulan data yang dilaksanakan peneliti tinggal di obyek penelitian, sehingga peneliti terlibat secara langsung dan aktif dalam rangka pengumpulan data. 3. Lokasi Lokasi pesantren Jl. Soekarno-Hatta no 39, Kel. Cebongan, Kec. Argomulyo, Kota salatiga. Terletak di tepi jalan utama Solo-Semarang,
8
sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada diantaranya Masjid, Laudry, dan Rumah Makan Barokah. 4. Sumber Data Pada tahap ini, peneliti berusaha mencari dan mengumpulkan berbagai sumber data yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini terdapat data utama (primer) dan data pendukung (skunder). a. Data Primer Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010:22). Adapun yang terlibat secara langsung sebagai sumber data primer berasal dari santri, pengurus pondok, ustadz ustadzah pondok, dan pengasuh Pondok Pesantren al-Muntaha Salatiga. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumendokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman video, dan benda-benda yang dapat memperkaya
data
primer
menggunakan
data
sekunder
(Arikunto, ini
untuk
200:20).
Peneliti
memperkuat
dan
melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun sumber data sekunder yang digunakan adalah buku-buku
9
yang terkait dengan manajemen pembelajaran, arsip-arsip, dokumen, catatan dan laporan Pondok Pesantren al-Muntaha. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah : a.
Observasi Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Asmani, 2011:23). Metode observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan yang digunakan dengan mengadakan pengamatan fenomena-fenomena yang dijadikan pengamatan. Adapun cara yang digunakan adalah mengadakan pengamatan langsung di pondok pesantren al-Muntaha dengan cara melihat dan pengindraan lainnya. Observasi secara langsung mempunyai maksud untuk mengamati dan melihat langsung kegiatankegiatan manajemen yang dilakukan. Dalam observasi ini yang menjadi objeknya antara lain aktifitas kegiatan pembelajaran sehari-hari yang di lakukan oleh pengasuh dan dewan asatidz. b. Wawancara Wawancara adalah suatu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid (Asmani, 2011:122). Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan dengan wawancara terbuka dan terstruktur karena informan atau narasumber mengetahui
10
bahwa
mereka
sedang
diwawancarai,
penelitian
sudah
menetapkan dan menyimpan pertanyaan-pertanyaan yang tersusun secara sistematis. Dalam penelitian ini metode wawancara digunakan sebagai metode pengumpulan data dalam pembelajaran pesantren dan bagaimana peran masingmasing dewan pengasuh, asatidz, pengurus serta santri dalam menerapkan dan mengorganisir sistem pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an. c. Dokumentasi Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2002:148). Dokumentasi dalam penelitian ini di perlukan untuk memperkuat data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu dengan cara mengumpulkan data yang berupa catatan tertulis dari Pondok Pesantren al-Muntaha. 6. Analisis Data Analisis data digunakan awal penelitian hingga akhir pengumpulan data yang bersifat terbuka dan induktif, sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi reduksi data, perbaikan dan ferifikasi atas data yang diperole hal ini dimaksudkan untuk lebih mempermudah pemahaman dan kejelasan.
11
Menurut Moleong (2008:280) analisis data adalah proses mengorganisasaikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data. 7. Pengecekan Keabsahan Data Menurut Moleong (2008:324) ada empat kriteria yang digunakan
yaitu:
(transferability),
kepercayaan
ketergantungan
(credibility),
(dependability),
keteralihan dan
kepastian
(confirmability). Pada penelitian ini, peneliti memakai kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan ini berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti memperpanjang penelitian dengan melakukan observasi secara terus menerus sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi data yaitu teknik pemerikasaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain (Moleong, 2008:330). Pada teknik ini peneliti melakukan triangulasi dengan terknik yaitu dengan jalan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan triangulasi dengan sumber yaitu dengan cara membandingkan data hasil wawancara antar narasumber terkait serta membandingkan data hasil dokumentasi antar dokumen.
12
8. Tahap-Tahap Penelitian Pelaksanaan penelitian terdiri dari empat tahap yaitu: tahap sebelum ke lapangan, tahap pekerjaan lapangan, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan yang ditempuh sebagai berikut: a. Tahap Sebelum ke lapangan Tahap ini meliputi kegiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma teori, penjajakan alat peneliti, permohonan izin kepada subyek yang diteliti, dan konsultasi fokus penelitian. b. Tahap Pekerja Lapangan Tahap ini meliputi pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan peran pembelajaran pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha. Data ini diperoleh dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. c. Tahap Analisis Data Menurut Miles dan huberman yang dikutip Sugiono (2007:337) aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. 1) Mereduksi atau merangkum data, memiliki hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. 2) Penyajian data dalam uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya naratif.
13
3) Penarikan kesimpulan berupa penemuan baru yang belum pernah ada. d. Tahap Penulisan Laporan Tahap penulisan laporan adalah tahap penyusunan data-data hasil temuan penelitian secara sistematis. Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya mencakup semua kegiatan penelitian mulai dari tahap awal penelitian sampai tahap akhir yaitu tahap penarikan kesimpulan. Setelah itu melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan, saransaran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian ditindaklanjuti hasil bimbingan tersebut dengan penulis skripsi yang sempurna. G. Sistematika Penulisan Dalam penelitian ini, penulis menyusun kedalam 5 (lima) bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II: KAJIAN PUSTAKA. Membahas secara tuntas judul yang ada sesui dengan teori yang mendukungnya. Yaitu pengertian manajemen pembelajaran dan pondok pesantren tahfidzul Qur‟an. BAB III: PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN. Berisi Gambaran Umum Pondok Pesantren al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga Tahun 2016 yang meliputi sejarah singkat pesantren, visi dan
14
misi, letak geografis, profil pondok, struktur kepengurusan, sumber dana, daftar santri, jadwal pelajaran, jadwal kegiatan harian, struktur organisasi, tata tertib pondok. BAB IV: PEMBAHASAN. Meliputi manajemen pembelajaran pondok pesantren, problematika yang dihadapi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha. BAB V: PENUTUP. Meliputi kesimpulan dan saran.
15
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Pembelajaran 1. Pengertian Manajemen Pembelajaran Manajemen
pembelajaran
terdiri
dari
dua
kata,
yaitu
manajemen dan pembelajaran. Secara bahasa (etimologi) manajemen berasal dari kata kerja “to manage” yang berarti mengatur (Hasibuan, 2007:1). Adapun menurut istilah (terminologi) terdapat banyak pendapat mengenai pengertian manajemen salah satunya menurut George R. Terry manajemen adalah suatu proses khas yang terdiri atas tindakantindakan yang dicapai melalui
perencanaan, pengorganisasian,
pergerakan, dan pengendalian untuk menentukan serta mencapai tujuan melalui pemanfaatan SDM dan sumber daya lainnya (Hasibuan, 2007:3). Selanjutnya,
mengenai
pembelajaran
berasal
dari
kata
“instruction” yang berarti “pengajaran”. Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses interaksi antara anak dengan anak, anak dengan sumber belajar, dan anak dengan pendidikan (Mansur, 2007:163). Menurut Undang-undang Ri No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
16
Dari beberapa pengertian diatas dapat dikatakan bahwa manajemen
pembelajaran
merupakan
usaha
untuk
mengelola
pembelajaran yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran guna mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. 2. Fungsi-fungsi Manajemen Pembelajaran Dalam kegiatan manajemen pembelajaran ini terdapat fungsi manajemen yang harus dilaksanakan. Diantaranya yaitu perencanaan pembelajaran,
pengorganisasian
pembelajaran,
pelaksanaan
pembelajaran, dan pengawasan pembelajaran yang juga meliputi kegiatan evaluasi pembelajaran. a. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses
penyusunan
materi
pelajaran,
penggunaan
media,
penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17).
17
b. Pengorganisasian Pembelajaran Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan
untuk
siapa
materi
itu
diberikan,
bagaimana
cara
menyampaikan, serta kapan pelajaran itu akan diberikan. Menentukan materi pembelajar berarti melakukan kegiatan pengelolaan materi pembelajaran, hal ini harus memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108). Dengan demikian pelajaran yang akan diajarkan dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan pondok pesantren guna menunjang tercapainya target program pondok yang sedang dikembangkan. Usman mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010: 146). Pengorganisasian pembelajaran menurut Syaiful Sagala (2010:143) meliputi beberapa aspek :
18
1) Menyediakan fasilitas, perlengkapan dan personel yang diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan pelaksanaan
pembelajaran
yang
diperlukan
untuk
menyelesaikannya. 2) Mengelompokkan komponen pembelajaran dalam struktur sekolah secara teratur. 3) Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi pembelajaran. 4) Merumuskan
dan
menetapkan
metode
dan
prosedur
pembelajaran. c. Pelaksanaan Pembelajaran Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai panduan yang telah dirancang dengan memanfaatkan dan menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai sesuai rencana. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan seorang guru harus memiliki keterampilan dalam penyampaian materi pelajaran dan mampu menggunakan metode mengajar
19
secara tepat. Oleh karena itu penguasaan terhadap metode pembelajaran baik metode konvensional maupun inkonvensional merupakan hal yang urgen. Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Suwardi, 2007:61). Jadi metode pembelajaran adalah cara yang diguna-kan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Penggunaan metode belajar mengajar harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, kemampuan guru, anak didik, materi yang dipelajari, ketersediaan fasilitas atau alat, dan durasi waktu belajar. Diantara jenis-jenis metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam KBM adalah sebagai berikut: 1. Metode pembiasaan Metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap,dan bertindak sesuai dengan ajaran, norma, dan aturan yang berlaku (Arief, 2002:110). 2. Metode keteladanan Metode keteladanan adalah cara mengajar yang dilakukan dengan memberikan contoh-contoh yang baik yang dapat dicontoh atau ditiru dari seseorang oleh orang lain (Arief, 2002:117). 3. Metode pemberian ganjaran
20
Metode pembelajaran ini dilakukan dengan cara memberikan ganjaran atau hadiah atas perilaku baik maupun keberhasilan belajar peserta didik sebagai pendorong dan motivasi belajar (Arief, 2002:127). 4. Metode pemberian hukuman Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). 5. Metode ceramah Metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai (Arief, 2002:136). Dalam pengertian lain ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaian bahan secara lisan oleh guru di muka kelas (Usman, 2002:34). 6. Metode tanya jawab Metode tanya jawab yaitu penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab (Arief, 2002:140). Pada pendapat lain metode tanya jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan guru menjawab pertanyaan (Usman, 2002:43).
21
7. Metode Sorogan Sorogan berasal dari bahasa Jawa (sorog) yang artinya menyodorkan (Nasir, 2005:110). Metode sorogan ialah sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk
membaca
dan
menguraikan
isi
kitab
ataupun
menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150). 8. Metode bandongan/weton Metode bandongan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku Islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. Metode bandongan atau sistem weton ini merupakan metode belajar tertua di pondok pesantren menyertai metode sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu pesantren (Nasir, 2005:113). 9. Metode drill Menurut Rustiyah dalam Arief (2002:174) metode drill adalah suatu teknik yang dapat diartikan dengan suatu cara mengajar di mana siswa melaksanakan latihan-latihan agar
22
memiliki keterampilan ataupun ketangkasan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. 10. Metode kerja kelompok Metode kerja kelompok ialah cara menyajikan materi pelajaran di mana siswa dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok tertentu untuk menyelesaikan tugas yang telah ditetapkan dengan cara bersama dan bergotong royong (Arief, 2002:196). Selain metode yang tepat efektivitas pembelajaran juga dipengaruhi oleh ketepatan penggunaan media belajar. Media pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Diantara media belajar yang dapat digunakan adalah gambar/poster, slides, video, buku teks, modul, dan lainlain. d. Pengawasan dan Evaluasi Pengawasan adalah suatu konsep yang luas yang dapat diterapkan pada manusia, benda dan organisasi. Pengawasan dimaksudkan untuk memastikan anggota organisasi melaksanakan apa yang dikehendaki dengan mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi serta memanfaatkan untuk mengendalikan organisasi (Hasibuan, 2007:197).
23
Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang dari rencana semula. Dalam melakukan pengawasan pembelajaran
ini
seorang
pemimpin
ataupun
guru
harus
mengetahui dan memahami program pembelajaran yang telah direncanakan, sehingga diharapkan tidak ada satupun celah lolos dari pengawasan. Kegiatan pengawasan dalam pembelajaran ini biasanya diikuti dengan evaluasi untuk mengetahui pencapaian tujuan pembelajaran sehingga kemudian dilaksanakan perbaikan pada kegiatan berikutnya. Evaluasi menurut National Committee on Evaluation dari UCLA (Stark & Thomas, 1994:12) yang dikutip oleh Widoyoko (2009:4) berarti kegiatan pemilihan, pengumpulan, analisis, dan penyajian
informasi
yang
dapat
digunakan
sebagai
dasar
pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya. Dengan demikian evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya. Kegiatan evaluasi pembelajaran ini diawali dengan pengukuran hasil belajar, kemudian penilaian, dan setelah dua kegiatan tersebut selesai barulah dilaksanakan evaluasi.
24
Sedangkan
evaluasi
pembelajaran
merupakan
proses
sistematis untuk memperoleh informasi tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan pengajaran secara optimal. Dengan demikian evaluasi hasil belajar menetapkan baik buruknya hasil dari kegiatan pembelajaran. Sedangkan evaluasi pembelajaran menetapkan baik buruknya proses dari kegiatan pembelajaran. B. Pondok Pesantren 1. Pengertian Pondok Pesantren Istilah pondok pesantren berasal dari kata funduk, (bahasa arab) yang berarti rumah penginapan, sedangkan pondok pesantren adalah lembaga keagamaan yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta mengembangkan dan menyebarkan agama islam (Nasir, 2005:80). Pendapat lain tentang pesantren adalah suatu lembaga pendidikan islam indonesia yang bersifat “tradisional” untuk mendalami ilmu tentang agama islam dan mengamalkannya sebagai pedoman hidup keseharian (Dauly, 2004:27). Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitarnya, dengan sistem asrama (pemondokan di dalam komplek) dimana santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang sepenuhnya di bawah kedaulatan kepemimpinan seorang atau beberapa orang kyai (Farida, 2007:8). Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional islam untuk mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan
25
ajaran islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman prilaku sehari-hari (Rofiq, 2005:1). Pondok pesantren secara definisi tidak dapat diberikan batasan yang tegas, melainkan makna yang luas tentang pengertian yang memberikan cirri-ciri pondok pesantren, pada zaman dahulu Pondok adalah tempat pendidikan tradisional yang di kelola oleh kyai, bunyai dan ada muridnya melakukan kegiatan pembelajaran untuk mendalami ilmu agama Islam dan ilmu yang lainnya, sampai sekarang pondok pesantren ini berkembang luas mempunyai pengertian yang luas sesuai dengan kebutuhan di era sekarang ini. 2. Macam-macam pesantren Seiring dengan perkembangan di masa sekarang, pondok pesantren baik tempat, sistem pengajaran, sistem pengorganisasin yang telah mengalami perubahan. Pesantren di zaman sekarang ada yang sudah tidak memakai kebiasaan-kebaisaan tradisional pada zaman dahulu, akan tetapi pesantren ini mengalami perubahan sesuai dengan berkembangnya zaman dimasa sekarang. a. Pondok Pesantren Tradisional Pesantren yang tetap mempertahankan pelajarannya dengan kitab-kitab klasik dan tanpa di berikan pengetahuan umum, model pengajarannyapun lazim diterapkan dalam pesantren salafi yaitu dengan metode sorogan dan wetonan (Ghazali, 2003:14). b. Pondok pesantren Modern
26
Yaitu pesantren yang menerapkan sisitem pengajaran klasikal (madrasah) memberikan ilmu umum dan ilmu agama, serta juga memberikan pendidikan keterampilan (Ghazali, 2003:14). c. Pondok Pesantren Campuran/kombinasi Berbagai macam pondok pesantren yang berkembang pada masa sekarang, pasti mempunyai kelebihan sendiri-sendiri untuk mencetak manusia sebagai khalifah di bumi (khalifatu filard), untuk menghidupkan agama Allah dengan berbagai cara menurut ajaran agama islam. 3. Elemen-elemen pondok pesantren Pondok pesantren bukan hanya terbatas dengan kegiatankegiatan pendidikan keagamaan melainkan mengembangkan diri menjadi suatu lembaga pengembangan masyarakat, oleh karena itu pondok pesantren sejak semula merupakan ajang mempersiapkan kader masa depan dengan perangkat-perangkat sebagai berikut (Ghazali, 2003:18). a. Masjid Masjid pada hakikatnya merupakan sentral kegiatan mulimin baik dalam dimensi ukhrawi maupun maknawi masjid memberikan indikasi sebagai kemampuan seorang abdi dalam mengabdi kepada Allah yang disimbolkan dengan adanya masjid (Ghazali, 2003:19). b. Pondok Pondok adalah asrama bagi para santri yaitu sebuah asrama pendidikan Islam tradisional dimana para siswa tinggal bersama
27
dan belajar dibawah bimbingan seorang atau lebih guru yang di kenal dengan sebutan kyai (Ghofur, 2009: 9). c. Kyai/Nyai Ciri yang paling memasyarakat di pondok pesantren adalah kyai. kyai pada hakikatnya adalah gelar yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai ilmu dibidang agama dalam hal ini agama Islam (Ghazali, 2003:22). d. Santri Istilah
santri
hanya
ada
di
pesantren
sebagai
pengejawantahan adanya peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh seorang kyai yang memimpin sebuah pesantren, oleh karena itu santri pada dasarnya berkaitan erat dengan keberadaan kyai dan pesantren (Ghozali, 2003:24). Santri terbagi menjadi dua: 1) Santri Mukim Santri mukim adalah para santri datang tempat yang jauh sehingga ia tinggal dan menetap di pondok (asrama) pesantren (Maksum, 2003:14). 2) Santri Kalong Adalah santri yang berasal dari wilayah sekitar pesantren sehingga mereka tidak memerlukan untuk tinggal dan menetap di pondok pesantren mereka bolak balik dari rumahnya masing-masing (Maksum, 2003:15).
28
e. Pengkajian kitab-kitab kuning Secara lughowi (bahasa) kitab kuning diartikan sebagai kitab
yang
berwarna
kuning,
kerena
kertas-kertas
yang
dipergunakan berwarna kuning atau karena terlalu lamanya kitab tersebut tersimpan sehingga berwarna kuning (Ghofur, 2009: 28). Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kuning yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh ulama-ulama zaman dahulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti : fiqih, hadist, tafsir, maupun tentang akhlaq. 4. Metode Pengajaran Dalam Pondok Pesantren Di bawah ini disebutkan metode pembelajaran di pondok pesantren sebagai berikut : a. Sorogan Metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri yang
menitik
beratkan
pada
pengembangan
kemampuan
perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74). b. Bandongan Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok
29
peserta didik, atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86). c. Metode musyawarah (Bahtsul Masail) Metode musyawarah atau dalam istilah lain biasa disebut dengan bahtsul masail merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar (Departemen Agama RI, 2003:92). d. Metode Hafalan Muhafadzoh Kegiatan belajar santri dengan cara menghafal suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan seorang ustadz/kyai, santri diberi tugas untuk menghafal bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu (Departemen Agama RI, 2003:100). Metode ini menjadikan santri untuk berlatih kebiyasaan istiqomah (ajek) karena dalam menghafal ini santri harus mengulang-ulang bacaan atau lafadz yang di hafalkan sesuai tarjet yang di tentukan, juga melatih kecerdasan otak santri untuk mengingat-ingat materi pembelajaran, biasanya metode ini di tekankan pada pelajaran alatnya (nahwunya) seperti, jurumiyah, tasrif, imriti dan alfiyah ibnu malik, tetapi ada juga pelajaran lain di pondok pesantren yang mengguakan metode hafalan ini. 5. Fungsi Pondok Pesantren Fungsi pondok pesantren sebagai berikut :
30
1) Pesantren sebagai lembaga pendidikan 2) Pondok pesantren sebagai lembaga dakwah 3) Pondok pesantren sebagai lembaga sosial Fungsi
pondok
pesantren
disini
sangat
mempengaruhi
menjadikan citra pondok pesantren benar-benar baik untuk mencetak generasi yang Islami dan siap untuk di terjunkan ketengah-tengah masyarakat untuk diharapkan menyebarkan ilmu-ilmu Islam yang telah di dapatkannya ketika di pondok pesantren. C. Tahfidzul Qur’an 1. Pengertian Tahfidzul Qur’an Menurut istilah, yang dimaksud dengan hifzhi al-Qur‟an adalah menghafal al-Qur‟an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani mulai dari surat al-Fatihah hingga surat al-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah yang merupakan mu‟jizat yang diturunkan kepada nabi dan Rasul terakhir dengan perantara Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir (Munjahid, 2007:74). Sedangkan al-Qur‟an secara bahasa artinya “bacaan”. Menurut Ali as-Sabuni dalam bukunya at-Tibyan definisi al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad, penutup para nabi dan rasul, dengan perantara Jibril, dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
31
secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surah al-Fatihah dan ditutup dengan Surah an-Nas (Faizah, 2008: 97). Dengan demikian, yang dimaksud dengan tahfidz al-Qur‟an adalah menghafal al-Qur‟an mulai dari surat Al-Fatihah sampai Surat An-Nas dengan tujuan beribadah kepada Allah, menjaga memelihara kalam Allah. 2. Hukum Menghafal al-Qur’an Menghafal al-Qur‟an adalah fardhu kifayah. Apalagi sebagian orang melakukannya maka gugurlah dosa dari yang lain. Tidak ada sesuatu yang lebih baik selain mempelajari al-Qur‟an. Karena didalamnya. Terkandung ilmu-ilmu agama yang merupakan dasar bagi beberapa ilmu syariat yang menghasilkan pengetahuan manusia tentang Tuhannya dan mengetahui perintah agama yang diwajibkan dalam aspek ibadah dan muamalah (Badwilan, 2009: 23-24). 3. Syarat-syarat Tahfidz al-Qur’an Seorang penghafal harus mempunyai persiapan yang matang agar proses menghafal berjalan dengan baik dan benar, yaitu: (1) Niat yang Ikhlas, (2) Meminta izin orang tua atau suami, (3) Mempunyai tekad yang besar dan kuat, (4) Istiqomah, (5) Memanfaatkan waktu yang tepat, (6) Lancar membaca al-Qur‟an (Wahid, 2014: 27). Menurut Sugianto (2004: 52), seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah.
32
Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan alQur‟an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam menghafal al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa penghafal al-Qur‟an harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya (Ahsin, 2000: 49). Dalam surat Az-Zumar ayat 11 Allah berfirman: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepadaNya dalam (menjalankan) agama.” (Depag, 2009: 747). Syarat terpenting menghafal al-Qur‟an adalah mempunyai niat yang ikhlas dan menjadikan hafalan al-Qur‟an serta perhatian padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya. b. Memiliki Keteguhan dan Kesabaran Keteguhan dan kesabaran merupakan hal yang terpenting bagi orang yang sedang proses menghafal al-Qur‟an. Dalam proses menghafal al-Qur‟an akan banyak sekali ditemui berbagai macam kendala, seperti: jenuh, gangguan lingkungan karena bising atau
33
gaduh, gangguan batin atau karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang dirasa sulit menghafalnya (Ahsin, 2000: 50). Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting bagi seorang penghafal al-Qur‟an. Seorang yang teguh dan sabar tidak akan mudah putus asa dengan cobaan yang menghampirinya. c. Istikomah (kontinuitas) Menghafal al-Qur‟an harus istiqomah (kontinuitas) dalam arti memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat maupun disiplin terhadap materi-materi hafalan (Sugianto, 2004:54) d. Meninggalkan maksiat Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan yang harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur‟an saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur‟an (Badwilan, 2009: 131). e. Meminta ijin orang tua atau suami Hal ini juga ikut mendukung dalam keberhasilan sang penghafal al-Qur‟an. Dengan izin mereka, maka sang penghafal alQur‟an dapat leluasa manfaatkan waktunya (Wahid, 2014:30). f. Lancar membaca al-Qur‟an Sebelum menghafal al-Qur‟an, sangat dianjurkan agar sang penghafal al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam membaca al-
34
Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Al-Qur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin-nadzar (dengan melihat tulisan) (Wahid, 2014: 52). Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa, para calon hafidz dan hafidzah yang sedang dalam proses menghafal alQur‟an harus memahami syarat-syarat tersebut di atas dan diusahakan untuk memenuhinya. 4. Metode Tahfidz al-Qur’an Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal al-Qur‟an. a. Metode wahdah, yaitu menghafal satu persatu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalkannya. b. Metode kitabah, yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalkan pada secarik kertas yang telah tersedia. c. Metode gabungan, yaitu gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah, hanya saja pada kitabah lebih berfungsi untuk uji coba terhadap ayat yang telah dihafalkan. d. Metode jama’, yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif yang dipimpin oleh seorang instruktur. (Ahsin, 2000: 22-24). Menurut abdul aziz abdur Rouf ada beberapa cara dalam menghafal al-Qur‟an, yaitu :
35
1. Memahami ayat yang akan dihafal Ayat-ayat yang akan dihafal difahami terlebih dahulu. Dapat digunakan menggunakan terjemah al-Qur‟an Departemen Agama. Lebih ideal kalau difahami melalui kitab tafsir, hingga terasa makna yang luasdalam setiap ayatnya. 2. Mengulang-ulang sebelum menghafal Mendengarkan murattal melalui al-Qur‟an digital, MP3/4, Handphone, computer dan lain sebagainya. 3. Menulis sebelum menghafal Menulis ayat yang dihafal dengan tangan sendiri dapat mempercepat proses menghafal. Dengan menulis ayat-ayat alQur‟an dengan tangan sendiri dan indra penglihatan akan membantu hafalan masuk dalam memori otak (Wahid, 2014: 100). Dari beberapa metode diatas seorang penghafal al-Qur‟an dapat menggunakan salah satu metode tersebut sebagai pedoman dalam menghafal al-Qur‟an.
36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Paparan Data Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Cebongan Argomulyo Salatiga 1. Profil Pondok Pesantren al-Muntaha Nama Pondok Pesantren
: Pondok Pesantren Tahfidz al-Muntaha
No. Statistik
: 510033730016
NPWP
: 31.539.851.1-505.00
Alamat Jalan
: Soekarno-Hatta no. 39
Kelurahan
: Cebongan
Kecamatan
: Argomulyo
Kota/kabupaten
: Kota Salatiga
Provinsi
: Jawa Tengah
Badan Penyelenggara
: Yayasan al-Muntaha Salatiga
Nama Pengasuh
: Hj. Siti Zulaecho, AH
Status Tanah
: Wakaf
Akta Notaris
: Yayasan al-Muntaha Salatiga, no. 44 tgl 30 Mei 2012 MUHAMMAD FAUZAN, SH
(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha). 2. Sejarah Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Yayasan pondok pesantren ini didirikan pada tahun 1993, dilatarbelakangi adanya keinginan masyarakat sekitar pada yayasan 37
pendidikan yang mampu menampung dan memberikan pengajaran pada anak-anak mereka yang menginginkan anaknya menjadi hafidz. Pesantren ini diasuh oleh Hj. Siti Zulaicho, AH. Beliau adalah alumnus Ponpes BUQ Betengan Demak. Sejak kecil beliau sudah mengikuti event-event MTQ dalam cabang tahfidzh baik di tingkat propinsi Jawa Tengah hingga tingkat Nasional, dan beberapa kali menjadi juara. Hampir satu dekade ini diberi mandat untuk menjadi juri pada MTQ baik ditingkat Kota maupun tingkat propinsi. Pada tahun pertama pondok pesantren hanya mendapatkan murid baru 4 orang santri, dan santri tersebut baru berasal dari daerah sekitar, dulu masih bertempat tinggal satu rumah dengan pengasuh. Pada tahun 1996 dimaksukkan lembaga al-azar kedalam aktanotaris. Kemudian pada tahun 2012 al-azar berpindah nama menjadi yayasan al-muntaha yang sekarang dikelola oleh ibu siti zulaecho sendiri. Pondok pesantren al-Muntaha merupakan salah satu komponen lembaga yang berjuang mendidik masyarakat dengan pendidikan secara holistik, yaitu dengan memberikan pendidikan agama maupun dengan keilmuan dan kemampuan lain agar dapat membekali peserta didik siap menjadi agen perubahan. Dengan program unggulan hafalan al-Qur‟an, pengajian mingguan, semaan mingguan. Pondok pesantren ini sejak awal memang khusus putri yang memiliki takhassus pada bidang hafalan al-Qur‟an, dengan corak pesantren semi tradisional-modern. Semua santri dikonsentrasikan untuk menghafal, namun bagi yang belum sanggup membaca al-Qur‟an dengan baik dan
38
benar diperkenankan juga mengaji al-Qur‟an bin-nazhar. Pesantren ini tidak memberi batasan waktu dan usia bagi para santri, terbuka bagi mahasiswi, pelajar tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, maupun santri yang hanya ingin berkonsentrasi belajar mondok saja. Dengan semakin berkembangnya pondok pesantren ini sekarang jumlah santri sudah mencapai 56 santri, dari berbagai daerah sampai luar jawa. (Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha) 3. Letak Geografis Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Lokasi pesantren terletak ditepi jalan utama Solo-Semarang, sangat strategis dan mudah transportasi. Fasilitas pendukung yang ada diantaranya Masjid, Laudry, dan warung al-Barokah. Pondok pesantren ini beralamat dijalan. Soekarno-Hatta no. 39, Kelurahan. Cebongan, Kecamatan. Argomulyo, Kota Salatiga. a. Barat
: Eks Pabrik Mega Rager
b. Timur
: Perumahan Tingkin Indah
c. Utara
: Pinus Shofenir dan Persewaan
d. Selatan
: Lampu Merah Jalan Pondok Joko Tingkir
(Dokumen di PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha) 4. Visi dan Misi Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha a. Visi Mencetak muslimah penghafal al-Qur‟an yang berakhlakul karimah. b. Misi 1. Menyelenggarakan ta‟lim al-Qur‟an yang komprehensif.
39
2. Membimbing santri menjadi muslimah yang berkarakter. (Hasil Observasi, 18-06-2016, di Pondok Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha) 5. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah media/alat/bahan dalam melaksanakan suatu pembelajaran. Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan prasarana, diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8 kamar mandi santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio. (W/U/NU/17-06-2016/08.30). 6. Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Pengurus pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga berada di bawah yayasan al-Muntaha yang dipimpin oleh Hj. Siti Zulaecho, AH yang mampu melakukan tanggung jawab sesuai dengan jabatan yang sudah di pegang, untuk lebih mengetahui pengurus pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha kota salatiga, penulis menyusun daftar nama pengurus sebagai berikut: Pengurus Pondok Pesantren Tahfidzul al-Qur‟an al-Muntaha Masa Bakti 2016 - 2017 : Pembina
: Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH Nashif „Ubbadah, Lc
Ketua
: Maghfirotul Mafachir
Wakil Ketua
: Ela Izzatul Laila
Sekertaris I
: Miratus Sa‟adah
40
Sekertaris II
: Eka Yuniyanti
Bendahara I
: Siti Zubaedah
Bendahara II
: Nurul Lailatul Hidayah
Seksi-Seksi Seksi Keamanan Ketua
: Afif Fatimatuz Zahro
Anggota
: Nurul Khikmah Dahlia Dwi Kusuma W Siti Shofiyanti
Seksi Pendidikan Ketua
: Annisa Isnaeni Hikmah
Anggota
: Eva Roviana Tri Oktaviani
Seksi Kebersihan Ketua
: Zahrotul Fuadah
Anggota
: Avi Naila Fitriana, Rizkiana Kadarwati, Annisa Rizkiyandini
Seksi Koperasi Ketua
: Milatur Rodiyah
Anggota
: Hurun‟in Ika Fatmawati 41
Seksi Kesehatan Ketua
: Yusi Dahmayanti
Anggota
: Dewi Endriyani Heni Purwina Himatul Uliyah
Seksi PHBI Ketua
: Mir‟atul Azizah
Anggota
: Humaida Fatwati Dewi Rahmawati Putri Parameswari
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha,17-06-2016) 7. Keadaan Guru/Ustadz Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama yang harus dimiliki adalah hafidz dan bersanad walaupun masih dalam proses minimal harus sudah mencapai 10 juz, menguasai ilmu tajwid, bacaan baik dan profesional, insyaallah tujuan, visi dan misi dalam pendidikan akan tercapai. Apalagi dalam hal al-Qur‟an. ( Sebagian kecil ustadz yang mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang orang yang sudah hafidz dan sebagian besar masih dalam proses hafidz. Ada 3 ustadz yang mengajar di PP tahfidzul Qur‟an al-muntaha. Namun, terkadang jika
42
ustadz tidak bisa mengajar maka diganti santri yang memang sudah ditunjuk bu nya’i yang mengajar khusus bidang tahfidz (SZ,17-06-2016). 8. Keadaan Santri Dari hasil wawancara dengan NU pada 17 Juni 2016 diperoleh data bahwa PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki 52 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri bin-nadzor ada 25. Ratarata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi, seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari 56 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan petani (NU, 17-06-2016). 9. Kegiatan Pembelajaran Dalam melaksanakan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha, maka disusunlah jadwal kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini : Tabel. 3.1 Jadwal Kegiatan Harian Santri No
Waktu
1.
03.00-03.30
Jenis Kegiatan Jamaah Sholat Qiyamul Lail (Wajib setiap malam jum‟at)
2.
04.30-04.45
Jamaah sholat subuh
43
3.
05.00-06.00
Makan pagi dan mandi
4.
06.00-07.30
Kegiatan mengaji al-Qur‟an (Setiap hari minggu simaan bersama)
5.
ISTIRAHAT
6.
14.00-15.00
Kegiatan mengaji al-Qur‟an (bagi yang di pondok)
7.
15.30-16.30
Mengaji kitab (setiap kamis dan sabtu)
8
17.00-17.30
Makan sore
9.
17.55-18.15
Jamaah sholat magrib dan tadarusan
10. 18.15-18.50
Kegiatan mengaji al-Qur‟an (bagi yang bin-nadzor)
11. 18.50-20.00
Jamaah sholat isya‟
12. 20.00-21.30
Tahfidz (setoran murajaah hafalan)
13
ISTIRAHAT
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha) Para santri pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha juga diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain:
44
a. Qiyamullail, karena pada 1/3 malam adalah salah satu waktu mustajabah. b. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan. c. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri d. Tahfidz
sehabis
isya
sehabis
isya‟
adalah kegiatan setoran
pengulangan hafalan yang telah dihafal sebanyak ¼ juz atau lebih. e. Setiap hari minggu santri tahfidz melakukan kegiatan simaan bersama bu nya‟i dengan tujuan untuk menguji sampai mana kemampuan santri. Tabel 3.2 Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri No
Hari
Waktu
Jenis Kegiatan
1.
Minggu
14.00-15.00
Pelatihan Tilawatil Qur‟an
2.
Minggu
08.00-09.00
Pelatihan Tartil Qur‟an
3.
Jum‟at
16.00-17.00
Seni rebana
4.
Minggu
10.00-11.00
Merias, Menjahid
5.
Jum‟at
20.30-21.30
Khitobah
(Dokumen PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha) B. Temuan Penelitian
45
1. Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Pada bagian ini, akan dipaparkan hasil penelitian berupa fungsi manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengevaluasian yang diselenggarakan di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha cebongan argomulyo salatiga. a. Perencanaan Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber ditemukan
beberapa
pernyataan
yang
mendukung
proses
perencanaan. 1) Tujuan Pembelajaran Tujuan program pembelajaran terlihat dari pernyataan NU selaku pemimpin pondok pesantren: “Agar santri dapat menghafal, santriwati mampu memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu mengajarkan al-Qur‟an” (W/U/NU/08-08-2016/20.30 WIB). SZ selaku pengasuh pondok pesantren berpendapat hampir sama terkait tentang tujuan pembelajaran tahfidzul Qur‟an. “Agar santri diharapkan dapat mengetahui, memahami bagaimana sebaiknya membaca dan menghafalkan al-Qur‟an dengan baik dan benar” (W/U/SZ/07-08-2016/16.00 WIB). 2) Metode Pembelajaran
46
Terkait metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an NU menyatakan: “Di pondok ini menggunakan dua metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan taqrir, taqrir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang bandongan contohnya seperti kegiatan minggu legi” (W/U/NU/08-08-2016/20.31). Pernyataan mengenai metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an juga diungkapkan IF: “Metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan metode sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya‟i, murojaah yaitu santri mengulangulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca ayat per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul hurufnya, rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para tahfidz sebagai upaya untuk menjaga hafalannya” (W/U/IF/08-08-2016/16.22). Penjelasan
mengenai
metode
pembelajaran
juga
diungkapkan oleh ER : “Kalau disini mengajinya menggunakan metode sorogan, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh jika dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum lancar mengulang” (W/S/ER/09-08-2016/10.00). Hal sama diungkapkan FNR: “Disini itu menggunakan metode sorogan dan bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu untuk menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan juga setiap minggu legi simaan bersama semua santri tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i (FNR/S/07-082016/09.00).
47
Hal ini selaras dengan hasil observasi, terlihat bahwa semua santri maju satu satu untuk menyetorkan hafalannya masing-masing
kepada
bu
nyai/ustadzah
(O/09-08-
2016/06.00). 3) Materi Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Ketika
peneliti
menggali
data
mengenai
sistem
pembelajaran atau materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an, berikut ini pendapat beberapa narasumber: ER menyampaikan: “Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an diampu langsung oleh para asatidz dan asatidzah dan semuanya mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul Qur‟an pada umumnya” (W/S/ER/09-08-2016/10.20). MM mengungkapkan: “Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an” (W/S/MM/08-08-2016/10.20). Mengenai materi pembelajaran juga disampaikan oleh IF: “Materi pelajaran yang diajarkan dipondok yaa al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk diberikan kepada santri agar santri dapat membaca alQur‟an dengan baik dan benar. (W/U/IF/08-082016/16.32). Sebagai
pengelola,
pembelajaran:
48
NU
memaparkan
materi
“Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah, tajwid. Pemberian materi ini dengan tujuan untuk santri baru diberi kursus kemampuan dasar agar yang baru mengikuti bisa mengejar kemampuan yang telah dimiliki santri senior” (W/U/NU/08-082016/20.39). Dari hasil observasi terlihat santri pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha pada hari minggu jam 14.30 berkumpul di aula mengikuti kegiatan belajar tilawah bersama ustadzah
NH,
setelah
sholat
magrib
santri
mengikuti
pembelajaran tajwid yang diampu langsung oleh ustadz NU (O/08-08-2016/14.30). 4) Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur‟an Cara penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an berikut menurut beberapa pendapat narasumber: IF menyampaikan: “Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang namun sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar maka disuruh mengulang” (W/U/IF/08-08-2016/16.03). Ungkapan hampir sama juga diungkapkan oleh ER: “Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri cara menghafalnya banyak kesalahan maka harus mengulang sampai benar benar lancar” (W/S/ER/0908-2016/10.35). SZ menyampaikan: “Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an untuk penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para 49
santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan makhorijul huruf” (W/U/SZ/07-08-2016/16.03). Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8 juni 2016 terlihat santri yang sudah selesai setoran perlembar sampai satu juz, kemudian santri disuruh menyetorkan ¼ sampai 1 juz sekali duduk, apabila lancar lanjut juz berikutnya apabila tidak lancar maka mengulang. (O/08-6-2016/06.23).
b. Pengorganisasian Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil struktur organisasi pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-muntaha sebagai dituturkan NU: “Pastinya terdiri dari Pengasuh, ketua pimpinan, ketua pengurus” (W/U/NU/08-08-2016/20.03). Hal serupa hampir sama juga diungkapkan ER: “Struktur organisasi pondok dibentuk seperti pada umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua saling bekerja sama sesuai dengan tugasnya masingmasing” (W/S/ER/09-08-2016/10.35). Peneliti juga menanyakan mengenai penyusunan jadwal MM mengungkapkan: “Mengenai penyusunan jadwalnya sudah bagus, namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang, tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai, diantaranya tentang tajwid dan makharijul huruf” (W/S/MM/08-08-2016/10.23). IF juga mengungkapkan:
50
“Penyusunan jadwal disusun dengan kebutuhan santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam 06.30 pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00. untuk rutinan di adakan pada hari libur sekolah (W/U/IF/08-08-2016/16.25). Peneliti lanjut menanyakan siapa pengajar kegiatan pembelajaran di pondok ini, NU mengungkapkan: “Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pengajar atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh atau pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara gak bisa mengajar diganti santri yang memang sudah dipercaya untuk mengganti mengajar (W/U/NU/08-082016/21.23). NH memaparkan: “Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri sama anak dan menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar maka diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk menggantikan beliau mengajar (W/S/NH/07-082016/16.03). Hal ini terlihat dengan hasil observasi bahwa pengajar kegiatan pembelajaran di pondok al-muntaha pada jam 06.00 adalah pengasuh atau bisa di panggil bu nya’i mengajar santrinya di aula, pada siang jam 13.30 ustadzah IF yang mengajar tahfidz di tempat aula dengan secara berkala dapat dibantu atau diwakili oleh santri yang memang sudah dipercaya bu nya’i untuk mengganti mengajar (O/07-08-2016/06.00). SZ mengungkapkan mengenai kondisi saran dan prasarana: “Kondisi sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran selama ini masih kurang , selain al-Qur‟an yang untuk individu seharusnya ada tambahan buku panduan tajwid dan makharijul huruf untuk pegangan wajib
51
individu dalam pembelajaran tahfidznya (W/S/SZ/07-082016/16.32). FNR mengungkapkan: “Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya sarpra dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh al-Qur‟an” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 9 agustus 2016 terlihat tidak terdapat almari untuk menaruh alQur‟an, banyak al-Qur‟an yang berceceran dimeja mengaji (O/096-2016/09.34). c. Pelaksanaan Proses
pelaksanaan
pembelajaran
tahfidzul
Qur‟an
diperoleh dari beberapa narasumber sebagai berikut: IF mengungkapkan: “Proses pelaksanaan dilakukan di lingkungan pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua dilakukan di dalam gedung aula (W/U/IF/08-082016/16.55). MM menjelaskan: “Pelaksanaan proses pembelajaran didalamnya alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan (W/S/MM/08-08-2016/09.45). Lebih lanjut sebagai pengelola sekaligus ustadzah, SZ memaparkan: “Proses pembelajaran yang diterapkan diponpes hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang telah direncanakan” (W/U/SZ/07-08-2016/16.45).
52
Keterangan hampir sama di utarakan ustadzah tahfidz, FNR: “Alhamduillah sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2 santri yang kurang disiplin mengaji” (W/U/IF/08-08-2016/16.54). Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa terlihat semua santri mengikuti kegiatan pembelajaran pada pagi pukul 06.0007.30 di mana santri berjejeran maju satu-satu untuk menyetorkan hafalannya pada bu nya‟i (O/08-08-2016/20.14). Sebagai
santri,
NH
menggambarkan
bagaimana
pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an menyatakan: “Pembelajaran tahfidzul Qur‟an merupakan pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an (W/S/NH/0508-2016/15.00). MA menjelaskan bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfizul Qur‟an: “Metode yang digunakan untuk individu dengan membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan kata demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode yang diterapka disini ada beberapa, diantaranya metode sima‟i (W/S/MA/09-08-2016/15.30). Sebagai pengurus pendidikan, ER memaparkan: “Untuk metode pembelajaran dalam pelaksanaannya untuk setoran dan murojaah santri ada 3 waktu yang ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dan malam jam 19.15 WIB. Untuk mengatur dan membagi antara setoran murojaah itu diserahkan pada para santri itu sendiri. (W/S/ER/09-08-2016/10.02). H mengungkapkan:
53
“Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur ngaji yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon (W/S/H/09-08-2016/09.42). Berdasarkan hasil observasi pada hari Jum‟at terlihat semua santri yang suci setelah melakukan jamaah sholat subuh mereka tetap berkumpul di aula untuk melaksanakan kegiatan ayatan dimana santri membaca 1 ayat kemudian bergilir dengan teman yang lain (O/06-08-2016/05.45). Peneliti menanyakan tentang prestasi yang dicapai santri, NU menjelaskan: “Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dll mulai dari tingkat daerah sampai tingkat kota” (W/S/NU/08-08-2016/20.50). Penjelasan yang sama juga diungkapkan IF: “Banyak prestasi yang dicapai terutama untuk lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dll” (W/U/IF/08-082016/16.00). H mengungkapkan: “Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap perlombaan (W/S/H/08-08-2016/10.09). Hal ini terlihat dalam buku dokumentasi PP tahfidzul Qur‟an al-Muntaha bahwa yang telah dicapai oleh santri mulai dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain (O/08-08-2016/10.34). Sebagai ketua pengurus MM mengungkapkan beberapa media yang digunakan dalam pembelajaran:
54
“Media yang digunakan dalam pembelajaran kami sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras suara spiker (W/S/MM/08-08-2016/10.23). AZ menjelaskan: “Medianya ya al-Qur‟an dan MP3” (W/S/SZ/07-082016/16.08). Hal ini sesuai dengan hasil observasi bahwa beberapa santri ketika membuat setoran hafalan di aula maupun di kamar mengunakan al-Qur‟an dan MP3 (O/07-08-2016/16.02).
d. Pengawasan dan pengevaluasian Terkait sistem pengawasan dan evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren al-muntaha Cebongan Salatiga NU Menyatakan: “Ada yang langsung ketika pelaksanaan, membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku laporan dan absen dan di adakan simaan minggu legi. Pengawasan dari pengurus bagian pendidikan untuk mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak bagi yang tidak mengikuti pembelajaran dalam hal ini pengurus bertanggung jawab pada pengasuh” (W/U/NU/08-082016/20.54). SZ menjelaskan mengenai evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an: “Untuk proses evaluasi kami lihat dari beberapa metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil para santri dalam upaya belajar di pondok pesantren” (W/U/SZ/07-08-2016/16.00). IF memaparkan:
55
“Proses evaluasinya dengan setiap santri sudah selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya. Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu setelah itu baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka dinyatakan lanjut ke juz selanjutnya dan apabila belom lancar maka harus mengulang” (W/U/IF/08-082016/16.07). Lebih lanjut MM menambahkan: “Proses evaluasi ada simaan perbulan setiap minggu legi dan tartilan perminggu dan setiap minggu kliwon, tartilan di simakkan teman kemudian baru di tes bu nya‟i” (W/S/MM/08-08-2016/10.35). Berdasarkan hasil observasi terlihat pada hari minggu jam 07.00-07.30
santri
yang
menghafal
al-Qur‟an
disimakkan
temannya kemudian pada saat minggu legi baru di simakkan langsung oleh bu nya’i (O/08-08-2016/07.35). Peneliti lanjut menanyakan tentang pengevaluasian untuk materi tajwid dan tilawatil Qur‟an, NH mengungkapkan: “Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an kami menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk maju ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari” (W/U/NH/07-08-2016/15.00). Lanjut NU mengungkapkan : “Untuk pengevaluasian materi tajwid santri ditunjuk satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari (W/U/NU/08-08-2016/20.45). Pernyataan hampir sama juga di paparkan MM: “Di sini cara evaluasinya dengan cara santri ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan melafalkan apa yang sudah mreka pelajari, baik dari materi tajwid maupun tilawatil Qur‟an (W/S/MM/08-082016/10.34).
56
Hal ini sesuai dengan hasil observasi pada tanggal 8 agustus 2016 bahwa, terlihat semua santri yang mengikuti kegiatan pembelajaran tajwid dan tilawatil Qur‟an di tunjuk satu-satu oleh ustadz maupun ustadzah untuk melafalkan atau mempraktekkan apa yang sudah dipelajari (O/08-08-2016/14.45). Mengenai proses pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an, MM menerangkan: “Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/10.25). Hal senada diungkapkan oleh IF: “Pengawasan langsung oleh pengasuh, para asatidzasatidzah dan pengurus sudah berjalan namun masih kurang terkontrol terkadang masih ada santri yang tidak mengikuti kegiatan” (W/U/IF/08-08-2016/17.00). Selaku santri, juga mengungkapkan keluh kesah tentang pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an, NH menyatakan: “Dilakukan oleh pengasuh di bantu asatidzasatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik terutama dari segi pembelajaran alQur‟an” (W/S/NH/07-08-2016/15.23). SZ juga mengungkapkan : “Dari pelaksanaan pembelajarannya sudah bagus, dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok” (W/S/SZ//0708-2016/16.34). Alasan selanjutnya diungkapkan FNR:
57
“Kedisiplinan di pondok ini masih kurang, dari pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan dipastikan semua santri ikut dalam kegiatan” (W/S/FNR/07-082016/09.14). Ketika peneliti mengajukan pertanyaan tentang adakah hukuman ketika santri tidak mengikuti kegiatan, berikut pernyataan beberapa dari narasumber: MM selaku ketua pengurus pondok memaparkan: “Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol dengan baik” (W/S/MM/07-08-2016/09.45). Hal yang sama diungkapkan oleh H: “Hukumannya ada mbak kalau dipodok namanya takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya kadang disuruh bersih-bersih pondok” (W/S/H/09-082016/10.00). “Takzirannya didenda 5.000 mbak”(W/S/HS/07-082016/09.08). Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 7 agustus 2016. Bahwa, ada beberapa santri yang ketahuan tidak mengikuti pembelajaran kemudian dari pengurus pendidikan langsung menegur sang anak dan menyatat nama sang anak dalam buku pelanggaran (O/07-08-2016/19.02). Ketika ditanya lebih lanjut mengenai pembelajaran tahfidzul Qur‟an dipondok pesantren al-muntaha, beberapa narasumber mengungkapkan: FNR memaparkan: 58
“Bagus, sebelum bandongan 1 juz, santri diharapkan menyetorkan tiap ¼ juz, terus kalau sudah hafal 5 juz diwajibkan taqrir 1-5, 5-1 naik turun, begitu pula seterusnya” (W/S/FNR/07-08-2016/09.45). Hal senada diungkapkan AFZ: “Pembelajarannya sudah bagus, setiap hafalan sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan ¼ juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz sekali duduk mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh lanjut juz setelahnya, apabila belom lancar maka harus mengulang” (W/S/AFZ/09-08-2016/07.45). DM mengungkapkan: “Bagus, di sini setiap bulan sekali setiap minggu legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu nya’i menggunakan sound dan pengeras suara (W/S/DM/08-082016/08.34). H mengatakan: “Di sini bu nyai tidak memberi paksaan dalam menghafal. Sesuai dengan kemampuan santri, dari bu nyai tidak pernah menarjet. Misalnya hari ini harus setor 1 lembar (W/S/H/09-08-2016/09.50). 2. Problematika
Manajemen
Pembelajaran
Pondok
Pesantren
Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Ketika peneliti mengajukan pertanyaan mengenai problematika pengelola terkait pembelajaran tahfidzul Qur‟an, berikut ini keterangan narasumber. “Kesulitan dalam pemerataan pengawasan dan evaluasi pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola, mengalami kesulitan” (W/U/NU/08-08-2016/20.49). Selaku pengasuh SZ juga menjelaskan:
59
“Minimnya guru/pengajar sehingga menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya” (W/U/SZ/07-08-2016/16.10). Lanjut IF mengungkapkan: “Santri kurang disiplin pembelajaranpun masih kurang 2016/16.20).
saat mengaji, waktu lama” (W/U/IF/08-08-
Hal ini sesuai dengan hasil observasi yang dilaksanakan pada tanggal 8 agustus 2016 bahwa terlihat pada kegiatan pembelajaran siang hari pukul 13.30 banyak santri yang telat mengaji, ketika bu nyai atau ustadzah sudah datang ke aula hanya ada 3 atau 4 santri yang berada di aula (O/08-08-2016/14.00). Lanjut menanyakan problematika pembelajaran tahfidzul Qur’an, menyatakan :
pengurus
dalam
Sebagai ketua kepengurusan MM menyatakan: “Karena pengurus juga santri, dimana dia juga mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an” (W/S/MM/07-08-2016/10.32). Peneliti mengajukan pertanyaan tentang problematika santri terkait dengan pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut ini keterangan beberapa santri. Sebagai seorang penghafal al-Qur‟an ER menjelaskan: “Kesulitan dalam mengatur waktu untuk muroja’ah, dll. Karena adanya media elektronik yang menjadi salah satu pengganggu kecil dalam pembelajaran” (W/S/ER/O9-082016/10.20). 60
NU juga mengungkapkan: “Karna pondok ini diperbolehkan membawa barang elektronik, ternyata juga berdampak santri lebih banyak waktu mainan elektronik, ketimbang muroja‟ah (W/U/NU/08-082016/21.01).
FNR memaparkan: “Penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar” (W/S/FNR/07-08-2016/09.21). NH sama menjelaskan: “Ketika sudah bermain handphone lupa segalanya mbak, niatnya mau nderes, gak jadi” (W/S/NH/07-082016/15.00). Hal ini terlihat beberapa santri tangan yang satu memegang alQur‟an
dan
yang
satunya
memegang
handphone
(O/07-08-
2016/16.04). Ketika peneliti menanyakan solusi apa yang diberikan untuk problematika pembelajaran tahfidzul Qur’an, berikut pernyataan beberapa narasumber: “Yang diharapkan bisa menepati waktu pembelajaran pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk pembelajaran di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus memberi motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran” (W/S/NU/08-08-2016/21.05). IF menyatakan:
61
“Mungkin bisa menambah guru atau pengajar baru, agar setiap santri dapat terkontrol dengan baik dalam pengawasan dan pengevaluasiannya” (W/U/IF/08-08-2016/16.36). Pengasuh juga memaparkan, SZ: “Menaati peraturan dan harus lebih disiplin lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes” (W/U/SZ/07-082016/16.02).
ER juga mencoba memberi solusi: “Solusi yang saya coba tawarkan yaitu evaluasi ulang manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada diponpes. Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz (W/S/ER/09-08-2016/10.17). FNR Menjelaskan: “Solusinya ya harus pintar-pintar memanaj waktu, harus bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP (W/S/FNR/0708-2016/09.48). Hal senada juga diungkapkan NH: “Harus pintar membagi waktu, dimana ada saatnya bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain (W/S/NH/0708-2016/15.00).
62
BAB IV PEMBAHASAN A. Manajemen Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren alMuntaha Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di Pondok Pesantren al-Muntaha menunjukkan bahwa fungsi manajemen pembelajaran terbagi menjadi 4 bagian. 1. Perencanaan Pembelajaran Perencanaan pembelajaran adalah aktivitas pengambilan suatu keputusan mengenai sasaran dan tujuan pembelajaran, strategi dan metode yang harus dilakukan, siapa pelaksana tugas untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam pengertian lain perencanaan pembelajaran diartikan sebagai proses penyusunan materi pelajaran, penggunaan media, penggunaan pendekatan dan metode, dan penilaian dalam suatu alokasi waktu yang akan dilaksanakan pada masa tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan (Majid, 2008:17). Setiap program yang akan berlangsung, membutuhkan perencanaan yang matang, termasuk pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha. Proses perencanaan pembelajaran tahfidzul Qur’an pondok pesantren al-Muntaha dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:
63
a. Penentuan tujuan Tujuan belajar yang jelas dan terukur merupakan aspek penting untuk menentukan keberhasilan siswa melalui proses pembelajaran (Sanjaya, :42). Setiap kegiatan pembelajaran seorang pengajar juga menentukan target belajar atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Setiap kegiatan wajib diikuti oleh seluruh santri yaitu sejumlah 52 orang pada jadwal yang telah ditentukan. Pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha tidak didahului dengan penyusunan rencanaan pembelajaran terlebih dahulu. Akan tetapi, kegiatan pembelajarannya sudah disusun sejak awal berdirinya pondok. Tujuan pembelajaran tahfidzul Qur’an pondok pesantren al-Muntaha menurut beberapa narasumber adalah agar santri diharapkan dapat mengetahui serta memahami bagaimana cara membaca dan menghafalkan Al-Qur‟an dengan baik dan benar. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan Wahid (2014:52) bahwa sebelum menghafal Al-Qur‟an, sangat dianjurkan agar sang penghafal Al-Qur‟an lebih dahulu lancar dalam membaca Al-Qur‟an. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal AlQur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an binnadzar (dengan melihat tulisan).
64
b. Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an Selanjutnya, mengenai metode pembelajaran tahfidzul Qur’an dipondok pesantren al-Muntaha. Metode atau cara yang ditempuh
dalam
pembelajaran
tahfidzul
Qur’an
dengan
menggunakan dua metode yaitu metode sorogan dan bandongan. Hal ini dilakukan dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya’i dan setiap satu bulan sekali simaan bersama semua santri dan bu nya’i . Simaan adalah sebuah kegiatan dimana salah satu santri menghafal dan diperhatikan oleh seluruh santri dan ustadzah yang akrab dipanggil bu nya’i. Sebagaimana disebutkan Departemen Agama RI metode sorogan adalah kegiatan pembelajaran bagi santri yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan (individu) di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai (Departemen Agama RI, 2003:74). Arief juga menyebutkan metode sorogan ialah sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150). Sedangkan metode bandongan yaitu metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan. Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap sekelompok peserta didik,
65
atau santri untuk mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86 c. Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an Menentukan kegiatan
materi
pengelolaan
pembelajaran
materi
berarti
pembelajaran,
melakukan
hal
ini
harus
memperhatikan prinsip keragaman anak, tujuan moral (kognitif, emosional, dan kinetik) dan aspek psikologis lain (Maimun dan Fitri, 2010:108). Materi pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah dan tajwid. tahsinul Qur‟an adalah memperindah dan memperbaiki bacaan alQur‟an secara benar sesui dengan kaidah ilmu tajwid, tilawah adalah membaca al-Qur‟an dengan bacaan yang menampakkan huruf-hurufnya dan berhati-hati dalam melafadzkannya agar lebih mudah untuk memahami makna-makna yang terkandung di dalamnya selanjutnya tajwid adalah ilmu tentang tatacara membaca al-Qur‟an
yang baik dan benar, baik cara melafalkan huruf,
membunyikan hukum nun dan tanwin, bacaan mad, hukum waqaf wal ibtida‟ dan lain-lain yang terkait dengan cara membaca alQur‟an yang baik dan benar. Semuanya
mengarah
pada
dasar-dasar
pembelajaran
tahfidzul Qur’an yang diampu langsung oleh asatidz dan asatidzah.
66
Hal ini bertujuan agar santri dapat membaca Al-Qur‟an dengan baik dan benar. d. Penilaian Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Fungsi penilaian menurut Suharsimi Arikunto (dalam Mulyadi, 2010:11) Fungsi penilaian pendidikan ada beberapa hal, yaitu: (a) Penilaian berfungsi sebagai penempatan, (b) Penilaian berfungsi selektif, (c) Penilain berfungsi sebagai pengukur keberhasilan , (d) Penilaian berfungsi diagnostik. Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren al-Muntaha dengan cara melalui setoran langsung ke bu nya’i melihat dari bacaan dan hafalan para santri sudah sesuai tajwid dan makharijul huruf atau belum. Jika dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri menghafalnya terdapat banyak kesalahan maka harus mengulang hafalannya sampai benar-benar lancar. 2. Pengorganisasian Pembelajaran Pengorganisasian pembelajaran adalah keseluruhan proses pengelompokan pendidikan, peserta didik, materi dan sumber belajar serta sarana prasarana dan media belajar sehingga tercipta suatu proses pembelajaran yang dapat berjalan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan pengorganisasian ini akan ditentukan materi materi pelajaran beserta siapa pengajarnya dan untuk siapa
67
materi itu diberikan, bagaimana cara menyampaikan, serta kapan pelajaran itu akan diberikan (Maimun dan Fitri, 2010:108). Dari beberapa keterangan narasumber diperoleh hasil bahwa kondisi sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran selama ini masih kurang. Menurut SZ seharusnya tidak hanya Al-Qur‟an saja, akan tetapi para santri wajib memiliki buku panduan berupa buku yang membahas tentang tajwid dan makharijul huruf. Mengenai jadwal pelajaran sudah tersusun dengan baik. Materi yang diajarkan di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah dan tajwid. Usman juga mendefinisikan pengorganisasian merupakan penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya (Usman, 2010: 146). Struktur organisasi pembelajaran pondok pesantren al-Muntaha meliputi pengasuh, ketua pimpinan, ketua pondok, wakil pondok, ketua pendidikan beserta jajaran. Pengasuh pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha adalah SZ pengasuh selaku ustadzah tahfidz. Sedangkan pemimpinnya adalah NU dan yang mengatur pembelajaran adalah pengurus meliputi ketua, wakil dan bagian sie pendidikan 3. Pelaksanaan Pembelajaran Di dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran ini, seorang pendidik melaksanakan proses kegiatan belajar mengajar sesuai
68
panduan
yang
telah
dirancang
dengan
memanfaatkan
dan
menggunakan unsur-unsur belajar seperti, materi/bahan ajar, sumber belajar, media belajar, strategi, dan metode belajar sehingga peserta didik mau dan bisa belajar dengan senang dan sungguh-sungguh guna mencapai tujuan pembelajaran untuk itu perlu adanya penggunaan penggunaan
metode
dan
media
dalam
penyampaian
materi
pembelajaran. Metode menurut Suwardi (2007:61) adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efekstif dan efisien. Jadi metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Metode pembelajaran yang dapat digunakan di Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an alMuntaha bermacam-macam jenisnya, beberapa diantaranya yaitu: a. Metode sorogan, yaitu sebuah sistem belajar di mana para murid satu persatu menghadap guru untuk membaca dan menguraikan isi kitab ataupun menyetorkan hafalan (Arief, 2002:150. Pengajaran dengan pola sorogan dilaksanakan dengan jalan santri yang biasanya menyorogkan sebuah kitab kepada ibu Nyai atau ustadzah. Apabila ada salahnya, kesalahan itu langsung dibenarkan seketika itu juga oleh ibu Nyai atau ustadzah tersebut. Pemakaian metode diatas dimaksud sebagai upaya mempelajari al-Qur‟an di pondok pesantren al-Muntaha. b. Metode bandongan. Metode ini juga disebut dengan metode wetonan, pada metode ini berbeda dengan metode sorogan.
69
Metode bandongan dilakukan oleh seorang kyai atau ustadz terhadap
sekelompok
peserta
didik,
atau
santri
untuk
mendengarkan atau menyimak apa yang dibacanya dari sebuah kitab (Departemen Agama RI, 2003:86). Sedangkan menurut Zamakhsyari Dhofier dalam Arief (2002:153) adalah metode belajar di mana sekelompok murid (jumlah banyak) mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan sering kali mengulas buku islam dalam bahasa Arab, kemudian setiap murid memperhatikan bukunya sendiri dan membuat catatan (baik arti maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah fikiran yang sulit. Metode ini juga digunakan dalam pembelajaran tahfidz di mana pada minggu legi semua santri tahfidz mengikuti kegiatan simaan yang dipimpin langsung oleh bu nya‟i (Wawancara ER). metode bandongan di pondok pesantren al-Muntaha diawali dengan ustadzah yang sering dipanggil bu nya‟i membaca ayat alQur‟an kemudian dilanjut salah satu santri menghafal di depan seluruh santri dan ustadzah. c. Metode pemberian hukuman, adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan memberikan hukuman atas perilaku tidak baik atau kesalahan peserta didik (Arief, 2002:131). Metode ini diberlakukan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, yaitu bagi santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran. Hukumannya ialah santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan
70
pembelajaran akan dikenakan denda sebesar 5.000 dan juga membersihkan sekeliling pondok. Hal ini bertujuan agar santri lebih disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Unsur pembelajaran selanjutnya yang juga ikut andil dalam upaya
mencapai
tujuan
pembelajaran
adalah
media.
Media
pembelajaran adalah sesuatu hal yang berfungsi sebagai perantara penyampaian pesan atau informasi dalam proses pembelajaran (Suwardi, 2007:76). Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di pondok pesantren hanya menggunakan media berupa buku/kitab al-Qur‟an. Penggunaan media elektronik berupa MP3 dari handphone. Suksesnya kegiatan pembelajaran di pondok al-Muntaha terlihat dari
prestasi yang diraih oleh santri dalam berbagai
perlombaan seperti MHQ, tilawah, syahril qur‟an, CCQ, dan lain-lain. Pada perlombaan MHQ tahun 2015 yang melipui tilawah, syahril tilawah dan pidato mendapat juara 1 seprovinsi jawa tengah yang diwakili oleh santri dewi Rahmawati, Ana rizkiyandini, Nurul hidayah. 4. Pengawasan dan Evaluasi Pembelajaran Pengawasan pembelajaran adalah suatu kegiatan untuk memperoleh kepastian apakah pelaksanaan kegiatan pembelajaran telah dilakukan sesuai perencanaan yang telah dibuat atau justru menyimpang dari rencana semula. Evaluasi ialah kegiatan pemilihan,
71
pengumpulan, analisis, dan penyajian informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan serta penyusunan program selanjutnya (Widoyoko, 2009:4). Jadi evaluasi pembelajaran adalah kegiatan memilih, mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi mengenai kegiatan pembelajaran untuk digunakan sebagai dasar mengambil keputusan dan menyusun program pembelajaran selanjutnya. Pengawasan pembelajaran di pondok pesantren al-Muntaha sebagian besar dilakukan oleh pengurus dan dewan asatidz-asatidzah, tetapi pengasuh pun ikut mengawasinya secara tidak langsung. Dalam hal ini yang berperan aktif dalam pengawasan kegiatan pembelajaran adalah pengurus bagian pendidikan. Mengenai evaluasi pembelajaran belum dilakukan secara formal melalui tes tertulis, tetapi evaluasi pembelajaran dilakukan secara langsung baik oleh ustadzah maupun pengasuh atau yang membantu. Pembelajaran
tahfidzul
Qur‟an
rata-rata
guru/ustadzah
melakukan evaluasi langsung setelah santri selesai menyetorkan hafalan per satu lembar sampai mencapai 1 juz. Setelah santri menyetorkan hafalan sampai 1 juz kemudian santri menyetorkan hafalan 1 juz sekali duduk. Hal ini merupakan upaya untuk mengetahui sejauh mana kemampuan santri dalam menghafal Al-Qur‟an. Jika dari bacaan dan menghafal diketahui bahwa masih banyak yang salah maka
72
harus mengulang hafalannya dan apabila diketahui tidak banyak kesalahan maka boleh melanjutkan menghafal ke juz berikutnya. Selain itu untuk materi tertentu seperti tajwid dan tilawatil Qur‟an evaluasi dilakukan dengan cara tes, ustadz maupun ustadzah menunjuk santri untuk maju kedepan dan menyuruh santri untuk melafalkan apa yang sudah dipelajari dari ustadzah. Dari kegiatan tes itu tidak dilakukan penilaian, tetapi para ustadz-ustadzah hanya mengamati
dan
kemudian
melakukan
pembenahan
dalam
pembelajarannya atau mengulang penjelasan terhadap materi tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan dalam kegiatan pembelajaran tahfidzul Qur’an tersebut evaluasi dilakukan dengan tes lisan baik dengan bacaan maupun hafalan. Pembelajaran tahfidz juga dievaluasi dengan cara bandongan. Dimana setiap 1 bulan sekali tepat pada saat minggu legi, seluruh santri tahfidz diwajibkan mengikuti kegiatan simaan 30 juz secara bergilir yang dipimpin langsung oleh ibu Nyai. Hal ini dengan tujuan agar santri selalu mengingat hafalan dan saling mengoreksi apabila ada bacaan yang salah ibu Nyai atau teman sebaya bisa langsung membenarkan. Dalam hal ini apabila ibu Nyai atau ustadzah tidak dapat memimpin simaan, maka ibu Nyai menunjuk langsung santri yang telah diberi kepercayaan untuk memimpin simaan. Untuk hafalan tahfidz bu Nyai tidak memiliki target. Jumlah ayat yang disetorkan tidak dibatasi baik jumlah minimal maupun
73
maksimalnya, hal ini lebih disesuaikan dan diserahkan kepada kemampuan hafalan masing-masing santri. Hal tersebut bertujuan agar santri tidak merasa dipaksa dalam menghafal Al-Qur‟an, melihat bahwa mayoritas santri adalah pelajar maka waktunya dibagi antara sekolah dan hafalan yang terpenting santri dapat menghafal dengan bacaan benar, lancar dan tartil. Pada saat tertentu diadakan lomba tahfidz. Bu nya’i menunjuk beberapa santri untuk melakukan tes terlebih dahulu dengan cara ayat acak yang kemudian santri melanjutkannya. Dengan demikian untuk pembelajaran tahfidz pada saat pemilihan lomba bu nya’i melakukan kegiatan evaluasi dengan cara tes lisan, jika sudah benar dan lancar maka santri tersebut boleh diajukan dalam lomba tingkat kota maupun provinsi tetapi jika belum benar dan masih kurang lancar maka tidak dapat diajukan untuk mengikuti lomba. Dari pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an sudah terlaksana dengan baik. Namun, terkadang masih ada santri yang kurang disiplin mengikuti kegiatan pembelajaran. Masih kurangnya ketegasan pengurus, sehingga masih banyak anak yang sering melanggar tidak mengikuti kegiatan pmbelajaran. B. Problematika dalam Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Niat yang kuat dan sungguh-sungguh akan mengantarkan seseorang ketempat tujuan dan akan membentengi atau menjadi perisai
74
terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya (Ahsin, 2000: 49). Hasil penelitian menunjukkan kendala-kendala yang dialami santri pada saat menghafal Al-Qur‟an walaupun dengan niat yang kuat dan sungguh-sungguh tetapi kendala-kendala itu tetap datang menghampiri. Dari keterangan beberapa narasumber, dapat disimpulkan bahwa problematika yang ada bersumber pada santri, pengurus, pengelola dan barang elektronik yang telah menjadi problematika tahfidzul Qur’an. Berikut ini adalah beberapa problematika yang dialami pengelola, pengurus santri beserta solusinya. 1. Problematika pengelola Pengasuh dan guru yang kompeten sudah ada, tetapi jumlahnya masih belum seimbang dengan santri yang diasuh. Seperti yang dikatakan oleh SZ bahwa minimnya guru atau pengajar sehingga menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik, terutama dari segi pembelajaran. Problematika lain juga disampaikan oleh IF bahwa santri kurang disiplin pada saat mengaji akibatnya guru yang menunggu santrinya bukan santri yang menunggu guru atau ustadzahnya. Untuk menciptakan suasana belajar santri di pesantren yang tertib, penerapan disiplin belajar santri menjadi menu wajid yang harus diperhatikan oleh para pengasuh dan pengajar santri agar tercipta alumni-alumni yang memiliki kepribadian unggul. Disiplin adalah suatu keadaan tata tertib dimana orang-orang yang bergabung
75
dalam suatu organisasi tunduk pada peraturan-peraturan yang telah ada dengan rasa senang hati (Imron,2011:172). Solusinya adalah melakukan pengkaderan guru mengaji tetap, yang bisa diambil dari santri yang hafalan al-Qur‟annya sudah mencapai banyak. Hal itulah yang nantinya akan membantu pengasuh dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan menegakkan disiplin asrama yang ada. Sebagaimana di pondok Tahfidz Yanbuul Qur‟an Kudus yang menerapkan sistem pengkaderan dan reorganisasi. (Pengurus Ponpes Kudus). Dengan demikian kegiatan dan disiplin pondok akan tetap dapat berjalan meski jumlah pengasuh belum seimbang dengan jumlah santri, selain itu bisa dengan mengubah jadwal kegiatan yang sekiranya pada waktu itu pengajar dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik. 2. Problematika Pengurus Kepengurusan pondok pesantren tahfidzul Qur’an al-Muntaha sudah terorganisasi dengan baik dan berjalan sesuai dengan tugas masing-masing. Namun, dalam hal ini pengurus masih kurang tegas dalam pelaksanaan tugas terutama bagian kepengurusan pendidikan, seperti yang dijelaskan MM bahwa pengurus juga termasuk santri, dimana dia juga mempunyai kewajiban untuk belajar terkadang juga merasa kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an.
76
Masalah lain menurut penjelasan ER, masih kurangnya komunikasi yang baik antara pengelola, pengurus dan santri akibatnya banyak santri yang menyepelekan ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Solusinya adalah mengevaluasi ulang manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada di ponpes al-Muntaha. Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz. Dengan demikian akan tercipta hubungan dan kerjasama yang baik antara pengelola, pengurus dan santri. 3. Problematika Santri Di zaman yang sangat modern seperti saat ini, perkembangan teknologi terus berkembang seiring perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin tinggi. Teknologi diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi kehidupan manusia dalam melakukan aktifitas sehari-hari dan memberikan nilai yang positif. Namun demikian, walaupun pada awalnya diciptakan untuk menghasilkan manfaat positif, disisi lain juga memungkinkan digunakan untuk hal negatif. Menurut Ash-Shiddieqy (2009:78) Orang yang menghafal alQur‟an lebih cenderung membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk muroja‟ah atau mengulang-ulang hafalannya. Sedangkan orang yang memegang atau menggunakan gadged hatinya akan cenderung berkeinginan untuk menggunakan aplikasi
yang ada didalamnya,
sehingga akan menyita banyak waktu serta konsentrasi dan bahkan
77
akan mengurangi jumlah waktu kegiatan aktifitasnya yang diantaranya adalah menghafal al-Qur‟an. Seperti halnya di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an alMuntaha. dimana santri diperbolehkan membawa barang elektronik seperti handphone dan laptop. Kecuali, pada saat pembelajaran berlangsung santri tidak diperbolehkan membawa HP maupun laptop. Hampir 99 % santri membawa HP dan laptop karna memang sebagian besar santri dari kalangan anak sekolah atau mahasiswa. Dilihat dari segi kegunaannya, HP tidak terlalu membawa pengaruh positif terhadap santri, akan tetapi justru banyak pengaruh negatifnya. Contohnya penjelasan dari FNR penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai, santri hanya mengaji beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar. Dari sini terlihat bahwa barang elektronik sangat memberikan dampak yang negatif daripada dampak yang positif. Solusi yang dapat ditawarkan yaitu santri harus lebih bisa membagi waktu antara mengaji dan bermain gadget atau Hp.
78
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen pembelajaran tahfidzul qur’an di pondok pesantren al-Muntaha terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi pembelajaran. Perencanaan terdiri dari penentuan tujuan, metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an, menentukan materi pembelajaran dan menentukan sistem penilaian pembelajaran yang dilakukan di pondok. Pada bagian pengorganisasian terdapat sarana dan prasarana yang menunjang pembelajaran, pengelolaan pendidik dan peserta didik/santri, materi, serta waktu pelaksanaan pembelajaran. Kemudian pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode sorogan, bandongan dan metode pemberian hukuman, sedangkan media yang digunakan berupa media cetak dan media elektronik seperti kitab alQur‟an
dan
Mp3.
Terakhir
adalah
pembelajaran. Pengawasan terhadap
pengawasan
serta
evaluasi
pembelajaran dilakukan oleh
penanggung jawab pembelajaran tahfidzul Qur‟an yaitu pengasuh/asatidz pondok. Sedangkan evaluasi secara formal tidak ada, tetapi lebih ditekankan secara praktis dan lisan yang dilakukan setiap saat. Problematika terkait pengelola yaitu masih minimnya jumlah guru/ustadz sedangkan santri kurang disiplin sehingga ketika kegiatan 79
pembelajaran berlangsung mengakibatkan pembelajaran kurang berjalan lancar. Problematika selanjutnya datang dari pengurus yaitu sikap pengurus yang kurang tegas dalam menjalankan tugas serta kesulitan dalam mengawasi atau mengatur santri. Hal ini dikarenakan pengurus merupakan bagian dari santri yang juga mengikuti kegiatan pembelajaran. Kemudian problematika juga datang dari santri yaitu adanya gadget yang mereka gunakan justru menghambat hafalan mereka karena santri lebih fokus bermain gadget. B. Saran 1. Penyelenggaraan pembelajaran tahfidzul Qur’an dengan ciri khas memberikan materi tahfidzul Qur’an maupun dengan keilmuan dan kemampuan lain hendaknya lebih ditingkatkan dan dimantapkan. 2. Pondok pesantren al-Muntaha sebaiknya dapat menambah jumlah ustadz yang ahli dalam bidang tahfidzul Qur’an supaya pembelajaran menjadi lancar. 3. Pelaksanaan
tahfidzul
pembelajaran
Qur’an
sebaiknya
lebih
ditertibkan, dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, dan kedisiplinan yang sudah ditetapkan hendaknya diterapkan dengan sungguh-sungguh sehingga tujuan dari pembelajaran tahfidzul Qur’an yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
80
DAFTAR PUSTAKA Ahsin, W Alhafidz. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara. Arief, Armani. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta: Ciputat Press. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Suatu Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Jakarta Rineka Cipta. Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta: DIVA Press (Anggota IKAPI). Depag. 2009. al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta Timur: LPMA. Departemen Agama Ri. 2003. Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Jakarta Faizah, Nur. 2008. Sejarah al-Qur’an. Jakarta: CV. Artha Rivera Farida Anik 2007. Modernisasi Pesantren. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama. Ghofur, abd. 2009. Pendidikan Anak Pengungsi. Malang: UIN Malang Press Ghozali, Bahri. 2003. Pesantren Berwawasan Lingkungan. Jakarta: CV. Prasasti Habibillah. 2011. Kiat Mudah Menghafal al-Qur’an. Surakarta: Gazza Media. Haidar Putra Daulay. 2004. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Halim dkk. 2008. Manajemen Pesantren. Yogyakarta: PT LKIS Pelangi Aksara. Madjid, Nurcholis. 1997. Bilik Bilik Pesantren. Jakarta: Para Madina. Maimun, Agus dan Agus Zainul Fitri. 2010. Madrasah Unggulan: Lembaga Pendidikan Altrnatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press. Majid, Abdul. 2005. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Maksum dkk. 2003. Pola Pembelajaran Pendidikan Pesantren, Jakarta: Departemen Agama Ri. Malayu S P, Hsibuan. 2007. Manajemen : Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: PT bumi Aksara. Mansur, Muslich. 2007. KTSP pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.
Moeloeng, J Lexy. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Munjahid. 2007. Strategi Menghafal al-Qur’an 10 Bulan Khatam. Jogjakarta: Idea Press. Nasir, Ridlwan. 2005. Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rofiq A dll. 2005. Pemberdayaan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat-kiat Praktis Menghafal al-Qur’an. Bandung: Munjahid Press. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta. Suparlan. 20013. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: PT Bumi Aksara. Suwardi. 2007. Manajemen Pembelajaran. Salatiga: STAIN Salatiga Press. Usman, Basyiruddin. 2002. Metode Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press. Wafa, abu khalid. 2013. Cepat dan Kuat Menghafal al-Qur’an. Sukoharjo: Aslama Publishing. Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal al-Qur’an. Jogjakarta: Diva Press (Anggota IKAPI).
INSTRUMEN PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data harus disesuaikan dengan rumusan masalah: 1. Bagaimana manajemen pembelajaran pondok peserta tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016? 2. Apa problematika manajemen pembelajaran pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kel Cebongan Kec Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016? Dari rumusan masalah tersebut, dibuat kisi-kisi pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. A. Pedoman observasi 1. Gambaran umum PonPes al-Muntaha dan kondisi pembelajaran tahfidzul Qur’an 2. Kegiatan dan jadwal pembelajaran tahfidzul Qur’an 3. Manajemen pembelajaran tahfidzul Qur‟an (perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, pengawasan dan evaluasi pembelajaran) B. Pedoman wawancara No. Rumusan Masalah Pertanyaan Narasumber 1. Manajemen Pembelajaran a. Perencanaan Bagaimana proses Pengasuh, Pembelajaran perencanaan perencanaan ustadz dan pembelajaran di pondok santri pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha 1. Apa tujuan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an ? 2. Apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an ? 3. Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul qur‟an ? 4. Bagaimana penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an ? b. pengorganisasian
Bagaimana proses pengorganisasian
Pengurus, santri dan ustadz-
pembelajaran di pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha 1. bagaimana penyusunan jadwal pelajaran tahfidzul Qur‟an? 2. bagaimana keadaan ustadz dan santri? 3. bagaimana kondisi sarpra yang menunjang pembelajaran tahfidzul qur‟an di pondok almuntaha? 4. bagaimana pembagian tugas dalam struktur organisasi pondok almuntaha ?
ustadzah
c. pelaksanaan
Bagaimana pelaksana pembelajaran di pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha 1. bagaimana proses di dalamnya ? 2. metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? 3. adakah prestasi yang telah berhasil dicapai oleh santri? 4. media apa yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Pengurus, santri, ustadzustadzah
d. pengawasan dan evaluasi
1. Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di pondok pesantren Tahfidzul Qur‟an alMuntaha? 2. Bagaimana pengawasan pembelajaran tahfidzul
Santri dan Ustadzustadzah
Qur‟an? 2.
Problematika
C. Pedoman dokumentasi Meliputi:
Bagaimana problematika yang dialami 1. santri ? 2. pengelola ? 3. pengurus ? 4. bagaimana solusinya ?
Pengelola, santri, pengurus
a. b. c. d. e. f. g. h. i.
Profil pondok pesantren sejarah singkat Pondok Pesantren al-Muntaha Letak geografis visi dan misi Struktur kepengurusan ekstrakurikuler prestasi santri buku absen santri foto-foto kegiatan pembelajaran tahfidzul
Qur‟an
PonPes
KODE PENELITIAN
1. Narasumber a. Asatidz 1) Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ) 2) Nashif „Ubbadah, L.c (NU) 3) Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF) b. Santri 1) Eva Roviana (ER) 2) Magfirotul Mafakhir (MM) 3) Fitriani Ni‟matur R (FNR) 4) Nurul Hidayah (NH) 5) Afif Fatimatuz Zahra (AFZ) 6) Hurun‟in (H) 7) Mir‟atul Azizah (MA) 8) Dewi Maslahah (DM) 2. Metode Kode
Metode Penelitian
W
Wawancara
O
Observasi
D
Dokumentasi
3. Kategori Data Kode Keterangan S
Santri
U
Ustadz/ustadzah
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber : Fitriani Ni‟matur Rohmah (FNR) Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016 Waktu : 09.00 Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak Fitri, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an alMuntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”. Narasumber : owalaaah.. iya silahkan mbak Peneliti : Bagaimana metode pembelajaran di pondok al-muntaha? Narasumber : Disini itu menggunakan metode sorogan dan bandongan mbak, dimana santri maju satu per satu untuk menyetorkan hafalannya kepada ustadzah dan juga setiap minggu legi simaan bersama semua santri tahfidz dipimpin langsung oleh bu nya‟i. Peneliti : Bagaimana kondisi sarpra yang menunjang pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Bisa dilihat sendiri mbak kurangnya sarpra dipondok pesantren, seperti tidak ada almari untuk menaruh alQur‟an. Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Alhamduillah sudah berjalan sesuai dengan yang direncanakan mbak, walaupun kadang masih ada 1 2 santri yang kurang disiplin mengaji. Peneliti : Adakah keluh kesah mengenai pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Kedisiplinan di pondok ini masih kurang, dari pengurus harusnya sering mengontrol santri, dan dipastikan semua santri ikut dalam kegiatan. Peneliti : Bagaimana problematika yang dialami anda dalam menghafal al-Qur‟an? Narasumber : Penghambat terberat dalam proses menghafal yaitu ketika sudah bermain gadget bisa lupa waktu apalagi ketika menonton film waktu muraja’ah hampir tidak ada. Dampaknya ketika mengaji sudah dimulai hanya mengaji beberapa ayat saja dan itupun tidak lancar. Peneliti : Adakah solusi untuk problematika tersebut?
Narasumber : Solusinya ya harus pintar-pintar memanaj waktu, harus bisa seimbang antara mengaji dan bermain HP. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak fitri, maaf menggangu Narasumber : sama-sama mbak milaa, gak papa mbak.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Wawancara Narasumber : Heni Safitri (HS) Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016 Waktu : 14.45 Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an alMuntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”. Narasumber : Iya mbak Peneliti : Adakah hukuman ketika santri tidak mengikuti kegiatan? Narasumber : Ada mbak, kalau disini namanya ta‟ziran, biasanya didenda 5.000 mbak. Peneliti : Langsung di tegur atau gimana? Narasumber : Biasanya langsung ditegur mbak. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya, maaf mengganggu Narasumber : iya mbak, sami-sami. HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber : Nurul Hidayah (NH) Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016 Waktu : 15.00 Tempat Wawancara : Depan Ponpes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”. Narasumber : Sore juga mbak, iya silahkan Peneliti : Siapa pengajar dalam pembelajaran di pondok ini? Narasumber : Pengajarnya dari bu nya‟i sendiri sama anak dan menantunya, terkadang kalo beliau gak bisa mengajar maka diganti oleh santri yang sudah ditunjuk bu nya‟i untuk menggantikan beliau mengajar. Peneliti : Menurut anda pembelajaran tahfidzul Qur‟an itu apa?
Narasumber : Pembelajaran tahfidzul Qur‟an merupakan pembelajaran yang megarah pada al-Qur‟an. Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha? Narasumber : Untuk evaluasi tilawatil Qur‟an kami menggunakan dengan cara santri ditunjuk ustadzah untuk maju ke depan dan melafalkan apa yang sudah dipelajari. Peneliti : Bagaimana proses pengawasan dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Dilakukan oleh pengasuh di bantu asatidz-asatidzah dan para pengurus, namun belom berjalan dengan baik, mungkin karna minimya pengajar tahfidz sehingga menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟an. Peneliti : Adakah problematika santri terkait dengan menghafal al-Qur‟an? Narasumber : Ketika sudah bermain handphone lupa segalanya mbak, niatnya mau nderes, gak jadi. Peneliti : Adakah solusi ? Narasumber : Harus pintar membagi waktu, dimana ada saatnya bermain HP, mengaji dengan kegiatan yang lain Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya Narasumber : Iya mbak sama-sama.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Wawancara Narasumber : Hj. Siti Zulaicho, AH (SZ) Hari, Tanggal : Minggu, 07-08-2016 Waktu : 16.00 Tempat Wawancara : Ruang tamu Bu Nyai Jabatan : Pengasuh/Ustadzah 2. Transkip Wawancara Peneliti : Assalamu‟alaikum buk, mohon maaf mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud mewawancarai ibuk terkait skripsi kulo yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun 2016” Narasumber : Njih mbak mila, monggo nopo seng ajeng ditangkletke Peneliti : Apa tujuan program pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : tujuan nipun njih meniko agar santri diharapkan dapat mengetahui, memahami bagaimana sebaiknya membaca dan menghafal al-Qur‟an dengan baik dan benar. Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran teng pondok mriki? Narasumber : Penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an untuk penilaian kami melihat dari bacaan dan hafalan para santri apakah sudah sesuai dan benar tajwid dan makhorijul huruf. Peneliti : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes al-Muntaha? Narasumber : Proses pembelajaran yang diterapkan diponpes hampir 90% terlaksana sesuai perencanaan yang telah direncanakan. Peneliti : Media apa saja yang digunakan dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Medianya ya al-Qur‟an dan MP3. Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha? Narasumber : Untuk proses evaluasi kami lihat dari beberapa metode yang diterapkan yaitu ayatan dan rutinan. Dan kegiatan tersebut kita memantau kurang atau telah berhasil para santri dalam upaya belajar di pondok pesantren. Peneliti : Adakah keluh kesah tentang pengawasan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Dari pelaksanaan pembelajarannya sudah bagus, dari pengurus masih kurang tegas, sehingga masih ada santri yang tidak mengikuti kegiatan pondok. Peneliti : Adakah problematika yang dialami pengelola atau ustadzah dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Minimnya guru/pengajar sehingga menyebabkan keadaan santri yang tidak sepenuhnya bisa terkontrol dengan baik, terutama dari segi pembelajaran al-Qur‟annya. Peneliti : Adakah solusi yang diberikan untuk santri yang kurang disiplin dalam mengikuti pembelajaran? Narasumber : Menaati peraturan dan harus lebih disiplin lagi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di ponpes. Peneliti : Matur suwun ibuk atas waktunya, ngapunten ganggu. Narasumber : Njih mbak mila, mboten noponopo.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Wawancara Narasumber : Dewi Maslahah (DM) Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016 Waktu : 08.34 Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an alMuntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Narasumber : Siap mbak mil, silahkan Peneliti : Sebelumnya, lagi sibuk gak ni mbak? Narasumber : Kebetulan lago nganggur mbak. Peneliti : Bagaimana menurut sampean pembelajaran tahfidzul Qur‟an di pondok pesantren ini? Narasumber : Bagus, di sini setiap bulan sekali setiap minggu legi ada simaan 30 juz di simak langsung dengan bu nya’i menggunakan sound dan pengeras suara Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak Narasumber : Iya mbak... sama-sama.
Hasil Wawancara 1.
2.
Identitas Narasumber Narasumber : Magfirotul Mafakhir (MM) Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016 Waktu : 10.00 Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha Jabatan : Santri/Ketua Pengurus Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016” Narasumber : Pagi juga mbak mila, iyaa Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Untuk pelajaran tahfidzul Qur‟an disini meliputi al-Qur‟an, tajwid, tilawah, tahsinul Qur‟an. Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Mengenai penyusunan jadwalnya sudah bagus, namun dalam penerapannya masih banyak yang kurang, tidak sesuai dengan apa yang sudah dipelajarkan dari nyai, diantaranya tentang tajwid dan makharijul huruf. Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Pelaksanaan proses pembelajaran didalamnya alhamdulillah sudah berjalan dengan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Peneliti : Adakah yang dicapai santri ? Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap perlombaan. Peneliti : Media apa yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Media yang digunakan dalam pembelajaran kami sederhana yaitu al-Qur‟an, MP3, kitab tajwid, pengeras suara spiker Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di ponpes tahfidzul Qur‟an al-Muntaha? Narasumber : Di sini cara evaluasinya dengan cara santri ditunjuk ustadz-ustadzah untuk maju satu satu dan melafalkan apa yang sudah mreka pelajari, baik dari materi tajwid maupun tilawatil Qur‟an.
Peneliti : Bagaimana proses pengawasan tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol dengan baik. Peneliti : Adakah hukuman bagi santri yang tidak mengikuti kegiatan pembelajaran? Narasumber : Pengawasan langsung dilakukan oleh pengasuh dan pengurus namun masih kurang sepenunya terkontrol dengan baik. Peneliti : Adakah problematika pengurus dalam proses pembelajaran? Narasumber : Karena pengurus juga santri, dimana dia juga mempunyai kewajiban untuk belajar juga kadang merasa kesulitan untuk mengatur dan memberikan pengarahan kepada para santri dalam proses pembelajaran tahfidzul Qur’an. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak mafa, maaf mengganggu. Narasumber : iya mbak mila, sama-sama, biasa aja mbak saya juga kebetulan lagi nganggur.
Hasil Wawancara 1. Identitas Wawancara Narasumber : Inayatul Fuaida, S.Pd.I (IF) Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016 Waktu : 16.00 Tempat Wawancara : Warung Depan Jabatan : Ustadzah 2. Transkip Wawancara Peneliti : Assalamu‟alaikum ustadzah, mohon maaf mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud mewawancarai ustadzah terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an alMuntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun 2016” Narasumber : Njih mbak mila, silahkan. Peneliti : apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an diponpes mriki? Narasumber : Metode atau cara yang ditempuh dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an dengan menggunakan metode sorogan dan bandongan. Dengan cara setoran yaitu pengajuan atau setor bacaan dan hafalan langsung kepada bu nya‟i, murojaah yaitu santri mengulang-ulang bacaan atau hafaln, ayatan yaitu membaca ayat per-ayat untuk mengevaluasi tajwid dan makhorijul hurufnya, rutinan yaitu kegiatan rutin bulanan bagi para tahfidz sebagai upaya untuk menjaga hafalannya. Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Materi pelajaran yang diajarkan dipondok yaa al-Qur‟an dan tajwid materi ini sangat penting untuk diberikan kepada santri agar santri dapat membaca al-Qur‟an dengan baik dan benar Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Melalui setoran langsung kebunya‟i, jika dinyatakan lancar santri dinyatakan tidak mengulang namun sebaliknya jika santri setorannya tidak lancar maka disuruh mengulang. Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Penyusunan jadwal disusun dengan kebutuhan santri dimana mayoritas santri adalah para pelajar. Jadi untuk jadwal pembelajaran dimulai dari subuh hingga jam 06.30 pagi. Dan dimulai lagi jam 16.00 hingga jam 21.00. untuk rutinan di adakan pada hari libur sekolah. Peneliti : Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an?
Narasumber : Proses pelaksanaan dilakukan di lingkungan pondok mbak, untuk pelaksanaan pembelajaran semua dilakukan di dalam gedung aula. Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri? Narasumber : Banyak prestasi yang dicapai terutama untuk lomba-lomba MTQ daerah, CCQ, dan lain-lain. Peneliti : Bagaimana proses evaluasi pembelajaran di pondok pesantren tahfidzul Qur‟an al-Muntaha? Narasumber : Proses evaluasinya dengan setiap santri sudah selesai menyetorkan 1 juz dan mau naik juz selanjutnya. Maka diwajibkan bagi santri menyetorkan ¼ juz dulu setelah itu baru menyetorkan 1 juz, apabila lanca maka dinyatakan lanjut ke juz selanjutnya dan apabila belom lancar maka harus mengulang. Peneliti : Adakah problematika yang dialami pengelola dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Santri kurang disiplin saat mengaji, waktu pembelajaranpun masih kurang lama. Peneliti : Solusi apa yang dapat ditawarkan untuk masalah tersebut? Narasumber : Mungkin bisa menambah guru atau pengajar baru, agar setiap santri dapat terkontrol dengan baik dalam pengawasan dan pengevaluasiannya. Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, maaf mengganggu. Narasumber : Iya mbak, mboten nopo-nopo.
Hasil Wawancara 1. Identitas Narasumber Narasumber : Nashif „Ubbadah, Lc (NU) Hari, Tanggal : Senin, 08-08-2016 Waktu : 20.00 Tempat Wawancara : Ruang Tamu Bu Nyai Jabatan : Pembina 2. Transkip Wawancara Peneliti : Assalamu‟alaikum gus, mohon maaf mengganggu waktu panjenengan saya kesini bermaksud mewawancarai gus nashif terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an alMuntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota tahun 2016” Narasumber : Owalah, iya mbak, monggo. Peneliti : Apa tujuan pembelajaran tahfidzul Qur‟an di ponpes mriki? Narasumber : Tujuannya itu, agar santri dapat menghafal, santriwati mampu memahami isi dari al-Qur‟an dan mampu mengajarkan al-Qur‟an. Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Dipondok ini menggunakan dua metode mbak, metode sorogan dan bandongan. Kalau sorogan mencakup setoran dan taqrir, tarir itu mengulang yang sudah dihafal. Kalau yang bandongan contohnya seperti kegiatan minggu legi. Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an yang ada dipondok meliputi hafalan, tahsinul Qur‟an, tilawah, tajwid. Pemberian materi ini dengan tujuan untuk santri baru diberi kursus kemampuan yang telah dimiliki santri senior. Peneliti : Bagaimana pembagian tugas dalam struktur organisasi pondok al-Muntaha? Narasumber : Pastinya terdiri dari pengasuh, ketua pimpinan, ketua pengurus. Peneliti : Siapa pengajar kegiatan pembelajaran tahfidzul Qur’an ? Narasumber : Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa pengajar atau ustadzah di pondok ini yaitu langsung dari pengasuh atau pengelola pondok terkadang kalau pengasuh ada acara gak bisa mengajar diganti santri yang memang sudah dipercaya untuk mengganti mengajar. Peneliti : Adakah prestasi yang telah berhasil dicapai oleh santri?
Narasumber : Prestasi yang dicapai banyak sekali mulai dari MHQ, tilawah, syahril Qur‟an dan lain-lain mulai dari tingkat daerah sampai provinsi. Peneliti : Bagaimana proses pengawasan dan evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Ada yang langsung ketika pelaksanaan, membenarkan bacaan yang keliru dengan melalui buku laporan dan absen dan diadakan simaan minggu legi. Pengawasan dari pengurus bagian pendidikan untuk mempelajari tahfidz, pengurus juga menindak bagi yang tidak mengikuti pembelajaran, dalam hal ini pengurus bertanggung jawab pada pengasuh. Peneliti : Bagaimana pengevaluasian untuk materi tajwid? Narasumber : Untuk pengevaluasian materi tajwid santri ditunjuk satu per satu dan mempraktekkan apa yang sudah dipelajari. Peneliti : Bagaimana problematika pengelola atau ustadz dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Kesulitan dalam pemerataan pengawasan dan evaluasi pembelajaran para santri. Karena banyaknya santri untuk memperhatikan perindividu dari para pengurus, pengelola, mengalami kesulitan. Peneliti : Menurut njenengan solusi apa yang dapat mengatasi permasalahan tersebut? Narasumber : Yang diharapkan bisa menepati waktu pembelajaran pelaksanaan, ada waktu yang lebih longgar untuk pembelajaran di pagi dan siang hari dan juga harusnya pengurus memberi motivasi agar santri dapat disiplin dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Peneliti : Bagaimana sarana prasarana yang ada dipondok ini? Narasumber : Pondok Pesantren Tahfidzul Qur‟an alMuntaha sudah memiliki gedung sendiri. Ada beberapa sarana dan prasarana, diantaranya adalah 1 gedung aula, 14 ruang kamar santri, 8 kamar mandi santri, 1 ruang dapur, tempat wudlu dan 1 audio. Peneliti : Bagaimana keadaan santri ponpes alMuntaha? Narasumber : PP Tahfidzul Qur‟an al-Muntaha memiliki 52 santri, semuanya santri putri. Santri bil-ghoib ada 31 dan santri binnadzor ada 25. Rata-rata santri berusia 12-24 tahun. Mereka juga rata rata berasal dari sekitar salatiga. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi, seperti riau, kalimantan, purwodadi, demak dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi pondok ini terbuka untuk berbagai kalangan maka dari 56 santri, rata-rata orang tua santri bekerja sebagai pekerja swasta dan petani. Peneliti : Terimakasih gus atas waktunya Narasumber : iya mbak, gak papa.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber : Afif Fatimatuz Zahra (AFZ) Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016 Waktu : 07.45 Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”. Narasumber : Njih mbak, silahkan Peneliti : Menurut anda, bagaimana sistem pembelajaran tahfidzul Qur‟an di PonPes ini? Narasumber : Pembelajarannya sudah bagus, setiap hafalan sudah mencapai 1 juz, santri harus mengulang menyetorkan ¼ juz, setelah selesai baru menyetorkan langsung 1 juz sekali duduk mengaji. Apabila sudah lancar maka boleh lanjut juz setelahnya, apabila belom lancar maka harus mengulang. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak Narasumber : Iya, sama-sama mbak.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Wawancara Narasumber : Hurun‟in (H) Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016 Waktu : 09.45 Tempat Wawancara : Aula Ponpes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi dek, saya bermaksud mewawancarai adek terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016”. Narasumber : Njih mbak mil, silahkan Peneliti : Untuk kegiatan ayatan dan rutinan dilaksanakan pada hari apa? Narasumber : Untuk ayatan dilaksanakan pada hari libur ngaji yaitu hari jum‟at jam 05.30 hingga 06.15 sedangkan rutinan dilaksanakan pada hari ahad legi dan ahad kliwon. Peneliti : Adakah prestasi yang dicapai oleh santri dalam perlombaan tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Setau saya ada beberapa prestasi tahfidz disetiap tahunnya, dan alhamdulillah kebanyakan menang dalam setiap perlombaan. Peneliti : Adakah hukuman untuk santri yang melanggar tidak mengikuti kegiatan pembelajaran? Narasumber : Hukumannya ada mbak kalau dipodok namanya takziran, kalau gak mengaji di dendan 5.000 kalau gak ya kadang disuruh bersih-bersih pondok. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya dek, maaf mengganggu Narasumber : iya mbak sami-sami, enggak mbak.
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber : Eva Roviana S.Ey (ER) Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016 Waktu : 10.00 Tempat Wawancara : Aula PonPes al-Muntaha Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat pagi mbak, perkenalkan nama saya Milatur Rodiyah dari IAIN Salatiga bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Tahun 2016” Narasumber : O.. ya mbak. Silahkan. Peneliti : Apa metode pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Kalau disini mengajinya menggunakan metode sorogan mbak, yaitu melalui setoran langsung kepengasuh jika dinyatakan lancar tidak mengulang kalau belum lancar mengulang. Peneliti : Bagaimana materi pembelajaran terkait tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Materi pembelajaran tahfidzul Qur‟an diampu langsung oleh para astatidz dan asatidzah dan semuanya mengarah pada dasar-dasar pembelajaran tahfidzul Qur‟an pada umumnya. Peneliti : Bagaimana penilaian pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Dalam taqrir hafalan memiliki kesalahan paling sedikit bacaan maka tidak mengulang, kalau santri cara menghafalnya banyak kesalahan maka harus mengulang sampai benarbenar lancar. Peneliti : Bagaimana penyusunan jadwal pelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Struktur Organisasi pondok dibentuk seperti pada umumnya. Terdapat ketua, bendahara, sekertaris, sie kebersihan, keamanan, pendidikan, kesehatan dan semua saling bekerja sama sesuai dengan tugasnya masing-masing. Peneliti : Metode apa yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Untuk metode pembelajaran dalam pelaksanaannya untuk setoran dan muroja‟ah santri ada 3 waktu yang ditetapkan yaitu pagi jam 06.00, siang 13.30 dam malam jam 19.15 WIB. Untuk mengatur dan membagi antara setoran murojaah itu diserahkan pada para santri itu sendiri
Peneliti : Mengenai problematika mbak apa yang dialami santri saat ini? Narasumber : Masalahnya itu kesulitan dalam mengatur waktu untuk muraja‟ah, dll. Karena adanya media elektronik yang menjadi salah satu pengganggu kecil dalam pembelajaran. Peneliti : Solusi apa yang dilakukan ? Narasumber : Solusi yang coba saya tawarkan yaitu evaluasi ulang manajemen pembelajaran dan organisasi yang ada diponpes. Serta, dibangunnya komunikasi yang baik atau seluruh penduduk ponpes baik pengurus, santri maupun asatidz. Peneliti : Terimakasih mbak atas waktunya, mohon maaf mengganggu Narasumber : Iya mbak, sama-sama. Enggak kok
HASIL WAWANCARA 1. Identitas Narasumber Narasumber : Mir‟atul Azizah S.Pd.I (MA) Hari, Tanggal : Selasa, 09-08-2016 Waktu : 15.30 Tempat Wawancara : Depan Aula PonPes Jabatan : Santri 2. Transkip Wawancara Peneliti : Selamat sore mbak, saya bermaksud mewawancarai mbak terkait skripsi saya yang berjudul “Manajemen Pembelajaran Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an al-Muntaha Kelurahan Cebongan Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga. Narasumber : Iya mbak, silahkan Peneliti : Baik, langsung saja ya mbak. Bagaimana metode yang digunakan dalam pembelajaran tahfidzul Qur‟an? Narasumber : Metode yang digunakan untuk individu dengan membaca bin nadzor terlebih dahulu kemudian dihafalkan kata demi kata dan ayat demi ayat. Namun untuk metode yang diterapka disini ada beberapa, diantaranya metode sima‟i. Peneliti : Terimakasih untuk waktunya mbak Narasumber : Iya sama-sama mbak.
Daftar Nama Santri Pondok Pesantren al-Muntaha Daftar Nama Santri Bil-Ghoib No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31.
Nama Santri Afif Fatimatuz Z Afi Nela Fitriani Annisa Isnaeni Annisa Rizkiyandini Azizatun Ni‟amah Dahlia Kusuma W Dewi Endriyani Dewi Maslahah Dewi Rahmawati Durrotun Nisak Eka Yuniayanti Ella Izzatul L Eva Roviana Fitriani Ni‟matur R Hana Lu‟luin Nihayah Himatul Uliyah Hurun‟in Irdian Zuhdiana Magfirotul Mafakhir Maria Rosyidah Milatur Rodiyah Miratul Azizah Miratus Saadah Nurul Khikmah Nurul Lailatul H Rizkiyana Kadarwati Shofiyanti Siti Khotijah Siti Zubaidah Tri Oktaviani Zahrotul Fuadah
Alamat Demak Magelang Grobogan Susukan Sragen Sragen Boyolali Kendal Temanggung Grobogan Purworejo Grobogan Semarang Kalimantan Purworejo Purworejo Demak Salatiga Bojonegoro Solo Grobogan Temanggung Grobogan Kebumen Boyolali Kebumen Pati Pati Purworejo Riau Magelang
Keterangan Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi SMA Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi SMA Mahasiswi Mahasiswi S1 Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Santr Mahasiswi SMA Mahasiswi Guru Mahasiswi Guru Mahasiswi Mahasiswi Santri Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi Mahasiswi
Daftar Santri Bin-Nadzor No. NAMA SANTRI ALAMAT KETERANGAN 1. Ana Wahyuningsih Lampung MTs 2. Ani Sofia Purworejo Mahasiswi 3. Anik Yuliyanti Jepara Guru 4. Dewi Islamiyati Tuntang SMP 5. Diyah Puji L Ungaran Mahasiswi 6. Erna Rahma E Grobogan Mahasiswi 7. Faradelis Yumna Suruh MTs 8. Farichatul Chusna Magelang Mahasiswi 9. Heni Purwina Bogor Mahasiswi 10. Humaida F Salatiga Mahasiswi 11. Ika Fatma W Temanggung Mahasiswi 12. Nur Afni R Susukan SMA 13. Nur Ika Kumalasari Magelang Mahasiswi 14. Noviyana Dwi K Temanggung Mahasiswi 15. Putri Parameswari Bandongan Mahasiswi 16. Rani Arum Salatiga SMA 17. Ridha Kusuma W Grobogan Mahasiswi 18. Salsabila Salatiga SD 19. Siti Faizah Kalimantan Mahasiswi 20. Siti Miskiyah Bawen SMA 21. Siti Yuliyanti Grobogan SMA 22. Tsania Fathiyatul R Salatiga MTs 23. Uswatun Khasanah Temanggung Mahasiswi 24. Vina Auliyasari Grobogan SMA 25. Yusi Dahmayanti Ungaran Mahasiswi (Sumber : Buku absen santri bil-ghoib dan bin-nadzor)
Daftar Nama Guru Pondok Pesantren al-Muntaha No. Nama Guru Ny. Hj. Siti Zulaecho, AH 1.
2.
Nashif „Ubbadah, Lc
3.
K. Fauzan
4.
Inayatul Fu‟aida, S.Pd.I
Mengajar a. al Qur‟an b. Nashoikhul Ibad
a. Tafsir Jalalaen b. Fathul Khorib c. Tajwid Majmuati Mawalidu Wad‟iyah (Ndhiba‟) al Qur‟an
Daftar Nama Prestasi Santri Pondok Pesantren al-Muntaha Daftar Prestasi Santri Pondok Pesantren No 1. 2.
Nama Siti Kholisoh Eliyati
Penyelenggara Event LPTQ Salatiga MTQ, 2001 LPTQ Salatiga MTQ, 2006
3. 4.
Siti Faizah Maimunatur R
LPTQ Salatiga LPTQ Salatiga
MTQ, 2008 MTQ, 2008
5.
Innayatul F
MTQ, 2009
6.
Innayatul F
7.
Sri Suharyanti
STAIN Salatiga STAIN Salatiga LPTQ Salatiga
8.
Arin Romizah, Siti Faizah & Khoirun Nisa Martini
LPTQ Semarang
MTQ, 2009
LPTQ Salatiga
MTQ, 2010
Uswatun Hasanah Shofia Magfur
LPTQ Salatiga
MTQ, 2010
LPTQ Salatiga
MTQ, 2010
9. 10. 11.
MTQ, 2009 MTQ, 2009
Prestasi Juara 1 Juara 1 MHQ Juara 1 Juara 1 MHQ 1 Juz Juara 1 MHQ 1 Juz Juara 1 MHQ 5 Juz Juara II MTQ Juara I Syahril Qur‟an Juara III MHQ 5 Juz Juara II MHQ 1 Juz Juara I
12. 13.
Inayatul F Maidatul Fuaida
LPTQ, Salatiga MTQ, LPTQ, Salatiga MTQ, 2010
14.
Innayatul F
STAIN Salatiga
MTQ, Mahasiswa
15.
Fachul Hidayah
LPTQ, Semarang
MTQ, 2011
MHQ Juara II Juara III MHQ 10 Juz Juara I MHQ 1 Juz
Juara II English Debate 16. Farikhatul LPTQ, MTQ, 2011 Juara I Walidah Semarang Kaligrafi 17. Gaby Candini LPTQ, Salatiga Nasional, JuaraI 2013 Wusyu Taijiquan 18. Inayatul F Kemenag, Pospeda, Juara I Salatiga 2013 Pidato Bahasa Inggris 19. Khuloqot Nur Kemenag, Pospeda, Juara II Salatiga 2013 Stan Up Comedy 20. Shofia Magfur Kemenag, Pospeda, Juara II Salatiga 2013 Cipta Puisi 21. Dewi LPTQ Provinsi MHQ,2015 Juara I Rahmawati, Jawa Tengah Tilawah, Ana Syahril Rizkiyandini, Tilawah, Nurul Hidayah Pidato (Sumber : Proposal Pembangunan Pondok Pesantren al-Muntaha)
FOTO KEGIATAN PONDOK PESANTREN AL-MUNTAHA
Simaan ahad legi
Simaan ahad kliwon
Kegiatan tahsinul Qur‟an
Kegiatan tilawatil Qur‟an
Sorogan al-Qur‟an
Bandongan kitab dan tajwid
Santri bil ghoib bersama pengasuh
Pengurus PP al-Muntaha
Kegiatan khitobah
Peneliti bersama pengasuh