METODE MENGHAFAL AL-QUR’AN (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga) SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
OLEH NI’MAH KHOIRIYAH NIM: 11111046
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN) SALATIGA 2016
ii
iii
iv
v
MOTTO
َﻣ ْﻦ َﺟ ﱠﺪ َو َﺟ َﺪ “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapatkannya”
َُﺧ ْﻴـ ُﺮ ُﻛ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻌﻠﱠ َﻢ اﻟْﻘُﺮْا َن َو َﻋﻠﱠ َﻤﻪ "Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari}
vi
PERSEMBAHAN Atas rahmat dan ridho Allah SWT, skripsi ini penulis persembahkan untuk orangorang yang penulis sayangi: 1. Orang tuaku tercinta H. Suharto Al-Abdul Hamid dan Hj. Sukamti AlIstiqomah yang senantiasa tiada hentinya memberikan kasih sayangnya, nasihat, semangat dan keikhlasan do’a yang selalu tercurah kepada penulis, hormat dan baktiku kan selalu tertuju untuk mu. 2. Kakakku Mas Arief Zaenuddin dan Mbak Siti Roichatun, Adikku Hidayatur Rohmaniyah, juga keponakan tercinta Naila Faizatur Rosyida terima kasih atas do’a, cinta, motivasi dan dukungan kalian. 3. Bapak dan Abah yai Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan yang selalu membimbing serta memberikan ilmu dan nasihatnya sehingga mampu memberikan keteduhan dan kedamaian ketika penulis mengaji dan hidup mandiri. Semoga Allah memberikan umur panjang, kesehatan dan ketaqwaan, dalam membimbing generasi penerus agama. 4. Sahabatku tercinta Khuzaimah, Nidhaul Husna, Ema Siti Rohyani yang telah memberikan sebuah makna kebersamaan, kehangatan, semangat, motivasi dan arahan yang berarti bagi penulis. 5. Keluarga besar Pondok Pesantren Salafyah Pulutan terkhusus santri putri. 6. Teman-teman seperjuangan keluarga besar Al-Khidmah Kota Salatiga dan Alkhidmah Kampus IAIN Salatiga. 7. Sahabat-sahabati ku keluarga besar PMII Komisariat Joko Tingkir Salatiga
vii
8. Keluarga besar dan kanda-yunda JQH Al-Furqon yang telah memberi wawasan dan pelajaran berorganisasi yang loyal dan kebersamaan. 9. Keluarga besar Racana Kusuma Dilaga Woro Sri Kandhi dan BRIGSUS Naga Sandhi yang memberikan wawasan dan pelajaran juga pengalaman baru bagi penulis serta kebersamaan dan kedisiplinan dalam berorganisasi yang solid.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas karunia rahmat, nikmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Metode Menghafal Al-Qur’an (Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga). Sholawat dan salam semoga senantiasa tersanjungkan kepada junjungan agung Nabi Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari peradaban zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang dengan kesempurnaan agama Islam juga yang dinanti-nantikan syafaatnya kelak di hari akhir. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan semua pihak yang terkait. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.
Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
2.
Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3.
Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan PAI.
4.
Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah ikhlas dalam membimbing, memberikan nasihat, arahan, serta masukanmasukan yang sangat membangun dan pengorbanan waktunya untuk penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.
ix
5.
Bapak M.Gufron, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik yang selalu memberikan bimbingan, arahan dan motivasi bagi penulis selama aktif di perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu dosen serta seluruh petugas admin Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian berlangsung.
7.
Abah KH. Achmad Mudzakir dan Ibu Nyai Hj. Sayyidah Bashiroh pengasuh Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Abah KH.Munawir Munajad pengasuh Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah memberikan izin penelitian dan memberikan informasi bagi penulis
8.
Mbak Ana Faizah beserta keluarga besar Pondok Pesantren Sabilul Huda, dan Mbak Faizah Wahyu Hidayah, Mbak Annifatul Lailia beserta keluarga besar Pondok Pesantren Nazzalal Furqon yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan penyelesaian skripsi.
9.
Bapak dan Ibu tercinta yang selalu mendidik, mencurahkan pengorbanan, kasih sayang, nasehat, motivasi, dukungan dan do’a restu yang tiada henti bagi keberhasilan studi penulis.
10. Teman-teman tercinta dan keluarga besar Pondok Pesantren Salafiyah Pulutan Lor, Salatiga. 11. Teman seperjuangan angakatan 2011 terkhusus PAI B yang telah berjuang dan belajar bersama di IAIN Salatiga. 12. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi dan dorongan dalam penulisan skripsi ini.
x
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Salatiga, 24 Februari 2016 Penulis
xi
ABSTRAK Khoiriyah, Ni’mah. 2015. Metode Menghafal Al-Qur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati, M.Ag. Kata Kunci : Metode Menghafal Al-Qur’an Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Pondok pesantren tahfizhul qur’an, yaitu pondok pesantren yang mengkhususkan diri dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, pondok pesantren khusus menghafal Al-Qur’an yang mana setiap lembaga pendidikannya mempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pembelajarannya dan terkhusus pada metode-metode yang digunakan dalam pendidikan penghafalan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti merumuskan ke dalam dua pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga? (2) Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga?. Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Wawancara peneliti lakukan kepada pengasuh dan beberapa santri yang menghafalkan Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga. Hasil temuan penelitian menunjukkan: (1) Metode yang digunakan di PP. Sabilul Huda adalah tidak diterapkan metode khusus, metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode semaan sesama tahfidz, deresan wajib 1 hari 3 juz, dan metode yang digunakan di PP. Nazzalal Furqon adalah tidak diterapkan metode khusus, metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode semaan sesama tahfidz, metode muroja’ah kelompok, metode deresan wajib ¼ juz. (2) Persamaan metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an di PP.Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga adalah metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode semaan dengan sesama tahdfidz, dan metode deresan wajib 3 juz. (3) Perbedaan metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an antara santri di PP Sabilul Huda Banyubiru, yaitu: metode deresan wajib 3 juz, sedangkan di PP Nazzalal Furqon Salatiga adalah metode muroja’ah kelompok, dan metodederesan ¼ juz.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................
i
HALAMAN BERLOGO..............................................................................
ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING...........................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iv
HALAMAN DEKLARASI..........................................................................
v
HALAMAN MOTTO .................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN...................................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
ABSTRAK ...................................................................................................
xii
DAFTAR ISI................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xviii
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakangMasalah ............................................................................
1
B. Fokus Penilitian......................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................
5
D. ManfaatPenelitian....................................................................................
5
E. PenegasanIstilah ......................................................................................
6
F. Metode Penelitian
9
G. Sistematika Penulisan.............................................................................
14
BAB II LANDASAN TEORI A. Al-Qur’an. ...........................................................................................
16
1. Pengertian Al-Qur’an ........................................................................
16
2. Nama-nama Al-Qur’an. .....................................................................
17
3. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an.....................................................
18
xiii
B. Adab Membaca Al-Qur’an ......................................................................
21
C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an...........................................................
25
D. Metode Menghafal Al-Qur’an.................................................................
30
1. Metode Wahdah..................................................................................
30
2. Metode Kitabah. .................................................................................
30
3. Metode Sima’i. ...................................................................................
31
4. Metode Gabungan...............................................................................
31
5. Metode Jama’......................................................................................
32
6. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz. ..............................
32
7. Metode Takrir. ....................................................................................
32
8. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal.. ..............
33
9. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an............
34
BAB III PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN A. GambaranUmumPondok Pesantren ........................................................
38
1. Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul HudaBanyubiru ..........
38
a. Sejarah berdirinya Pondok Pesantren. ...........................................
38
b. Lokasi Pondok Pesantren...............................................................
41
c. Tujuan Pondok Pesantren. .............................................................
41
d. Struktur Kepengurusan. .................................................................
42
e. Sarana Dan Prasarana. ...................................................................
43
f. Keadaan Santri ...............................................................................
44
g. Program Kegiatan. .........................................................................
44
2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga . ................................................................................
48
a. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren. .........................................
48
b. Lokasi Pondok Pesantren. ............................................................
50
c. Visi dan Misi . ..............................................................................
51
d. Sarana dan Prasarana . ..................................................................
51
e. Keadaan Santri..............................................................................
52
f. Program Kegiatan. ........................................................................
53
xiv
B. Temuan Penelitian...................................................................................
55
1. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP. Sabilul huda. ...........................
55
2. Metode Menghafal Al-Qur’an di PP. Nazzalal furqon.......................
58
3. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an. ....................................
62
a. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Sabilul huda. ....
62
b. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an PP. Nazzalal furqon.............................................................................................
64
BAB IV ANALISIS DATA A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda. ........
66
B. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ...
69
C. Persamaan Metode Menghafal Al-Qur’an...............................................
72
D. Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur’an...............................................
78
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren………………………………………………………………...
80
1. Kelebihan Metode Menghafal Al-Qur’an…………………………….
80
2. Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an…………………………..
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan...............................................................................................
83
B. Saran.........................................................................................................
85
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….
86
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP PENULISAN
xv
DAFTAR LAMPIRAN 1. SuratPermohonanIzinMelakukanPenelitian 2. SuratKeteranganMelakukanPenelitian 3. LembarKonsultasi 4. DaftarPertanyaan 5. Hasil Wawancara 6. Daftar Foto/ Gambar 7. Daftar SKK
xvi
DAFTAR GAMBAR 1. Bagian Depan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon 2. Wawancara dengan Salah Satu Santri 3. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an Santri PP.Nazzalal Furqon 4. Kegiatan Muroja’ah Kelompok di PP. Nazzalal Furqon 5. Kegiatan Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz di PP. Nazzalal Furqon 6. Kegiatan Mengaji Kitab di PP. Nazzalal Furqon 7. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Abah Yai di PP. Sabilul Huda 8. Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Ibu Nyai di PP. Sabilul Huda 9. Kegiatan Deresan Wajib 1 Hari 3 Juz di PP. Sabilul Huda 10. Kegiatan Mengaji Kitab di PP. Sabilul Huda
xvii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an merupakan mu’jizat terbesar dan mulia yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Al-Qur’an yang secara harfiah berarti “bacaan sempurna” merupakan suatu nama pilihan Allah yang sangat tepat, karena tiada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis lima ribu tahun yang lalu yang dapat menandingi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia itu (Syihab,1999:3) Al-Qur’an adalah sumber utama ajaran Islam dan pedoman hidup bagi setiap muslim. Al-Qur’an bukan sekedar memuat petunjuk tentang hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan sesamanya (hablum min Allah wa hablum min an-nas), serta manusia dengan alam sekitarnya (hablum min ‘alam). Untuk memahami ajaran Islam secara sempurna diperlukan pemahaman terhadap kandungan Al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari secara sungguh-sungguh dan konsisten. (Al Munawar,2002:3) Dalam
Al-Qur’an terdapat
berbagai
ilmu pengetahuan
yang
manfaatnya yang sangat besar dan luar biasa bagi manusia untuk dipelajari. Adapun berbagai macam ilmu pengetahuan dan manfaat tersebut tidak mudah dan tidak mungkin untuk diperoleh tanpa adanya proses pendidikan.
1
2
Proses pendidikan adalah suatu usaha yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu dalam kelangsungan sepanjang hidup di lingkup masyarakat. Dalam mempelajari ilmu agama, salah satunya adalah ilmu AlQur’an, dapat dijumpai di lembaga-lembaga pendidikan seperti pendidikan di lingkup pesantren. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan ke-agamaan yang mempunyai kekhasan tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren, yang biasa disebut dengan istilah pondok atau pondok pesantren. Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah panjang dan unik. Sesuatu yang unik pada dunia pesantren ialah begitu banyak variasi antara satu pesantren dengan pesantren yang lain. Namun begitu, dalam berbagai aspek dapat ditemukan kesamaan umum dan variabel
struktural
seperti
dalam
bentuk
kepemimpinan,
organisasi
kepengurusan, dewan pengasuh atau kiai juga dewan asatidz atau dewan guru dan bagian lainnya. Begitu juga halnya dengan pesantren yang biasa disebut dengan pondok pesantren tahfizhul qur’an, yaitu pondok pesantren yang mengkhususkan diri dalam mempelajari ilmu-ilmu Al-Qur’an, pondok pesantren khusus menghafal Al-Qur’an yang mana setiap lembaga pendidikannya mempunyai karakteristik masing-masing dalam proses pembelajarannya dan terkhusus
pada
metode-metode
yang
digunakan
dalam
pendidikan
3
penghafalan untuk menghasilkan para penghafal Al-Qur’an yang berkualitas. Di zaman sekarang ini sudah banyak lembaga-lembaga atau instansi pendidikan umum baik lembaga pendidikan negeri dan lembaga pendidikan swasta yang di dalamnya mengkhususkan untuk mempelajari berbagai ilmu Al-Qur’an seperti contoh sistem tahfizh Al-Qur’an atau dalam menghafal ayat Al-Qur’an dari sebagian surat-surat Al-Qur’an atau surat-surat pendek sebagaimana di kalangan pendidikan SD-sederajat, SMP-sederajat, dan SMAsederajat bahkan di jenjang perguruan tinggi seperti di Kampus IAIN Salatiga ini dalam proses perkuliahannya terdapat mata kuliah Al-Qur’an, dan ciri khas dalam mata kuliah tersebut adalah identik dengan menghafalkan sebagian dari surat-surat Al-Qur’an yaitu sepertisurat-surat pendek atau suratsurat Al-Qur’an pilihan.
Hal tersebutlah yang menarik penulis untuk
mengadakan penelitian guna mengetahui karakteristik dua pesantren yang mengkhususkan dalam pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an) sebagai pendidikan utamanya, tanpa menghilangkan tradisi kitab kuning didalamnya. Pesantren yang menjadi objek penelitian ini adalah Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah dan Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru yang merupakan pesantren takhassus Al-Qur’an. Dimana pendidikan utamanya adalah pendidikan Al-Qur’an (menghafal Al-Qur’an), disamping itu diajarkan juga ilmu-ilmu agama lainnya, seperti ilmu nahwu, tajwid, fiqih, akhlak, tarikh dan lain sebagainya. Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah pondok pesantren tahfizhul Qur’an yang mana para santri tidak hanya tertuju pada pendidikan di
4
pesantren, melainkan santri diperbolehkan mengikuti pendidikan formal di tingkat sekolah. Sedangkan di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ini adalah sebuah pondok pesantren takhassus menghafal Al-Qur’an yang notabenenya benar-benar khusus untuk menghafal Al-Qur’an, yang mana di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ini santri tidak diperbolehkan mengikuti pendidikan formal di luar pesantren karena murni di fokuskan untuk mempelajari Al-Qur’an di lingkup pesantren saja. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan di atas, penulis bermaksud mencari karakteristik masing-masing pesantren dalam metode menghafal Al-Qur’an dengan menggunakan studi komparasi atau perbandingan. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Metode Menghafal Al-Qur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Salatiga”. B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan di atas, maka fokus penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga? 2. Apakah perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga?
5
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang telah dirumuskan maka, penelitin ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga. 2. Untuk mengetahui perbedaan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga. D. Manfaat Penelitian Dari tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Secara teoritik Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pengajaran Al-Qur’an, khususnya mengenai metode dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan mengetahui metode tahfizhul qur’an di pondok pesantren yang menjadi obyek peneliti, dapat memberikan manfaat motivasi dan semangat dalam menghafal dan juga bermanfaat di bidang ilmu lainnya. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini secara praktis, akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi pengajaran Al-Qur’an di pondok pesantren, dan tambahan informasi
6
wawasan ilmu sebagai acuan untuk meningkatkan kualitas dalam menghafal Al-Qur’an bagi para generasi qur’ani. E. Penegasan Istilah Sebelum penulis membahas lebih lanjut yang menjadi inti pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain ; 1. Metode Dari segi bahasa metode berasal dari dua kata yaitu “metha” (melalui) dan “hodos” (jalan, cara). Dengan demikian dapat diartikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang dilalui untuk mencapai suatu tujuan. (Munir, 2006: 6) 2. Menghafal Al-Qur’an Menghafal dalam bahasa Indonesia yang berarti menerima, mengingat, menyimpan dan memproduksi kembali tanggapan-tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan. (Munjahid, 2007: 74). Dalam kamus bahasa Arab kata menghafal berasal dari kata hafizha-yahfazhuhifzhan ( )ﺣﻔﻆ ﯾﺤﻔﻆ ﺣﻔﻈﺎyang artinya memelihara, menjagadan menghafal dengan daya ingatan atau memori.Sedangkan Al-Qur’an juga merupakan bahasa Arab yang artinya bacaan atau yang dibaca. Menghafal Al-Qur’an yang biasa dijuluki dengan sebutan hifzhi alQur’an adalah menghafal Al-Qur’an, mengingat atau menjaga kemurnian Al-Qur’an sesuai dengan urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani yaitu dari surat al-Fatihah hingga surat an-Nas dengan maksud beribadah,
7
memelihara kalam Allah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi dan Rasul terakhir dengan perantaraan Malaikat Jibril yang ditulis dalam beberapa mushaf yang dinukil (dipindahkan) kepada kita dengan jalan mutawatir. (Munjahid, 2007: 73-74) 3. Studi Komparasi Studi adalah pelajaran, penggunaan waktu dan fikiran untuk memperoleh
ilmu
pengetahuan,
dapat
juga
berarti
penyelidikan.
Komparasi atau analisis komparatif menggunakan logika perbandingan. Menurut Aswarni Sudjud, penelitian komparasi akan dapat menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja. Dapat juga membandingkan kesamaan dan perbedaan pandangan orang, grup, negara, terhadap kasus, terhadap orang, peristiwa atau terhadap ideide. (Arikunto, 2010: 310) Jadi, studi komparasi adalah suatu pelajaran atau penyelidikan tentang perbandingan antara benda satu dengan benda yang lain, dapat dilihat dari segi kesamaan benda dan perbedaan benda. 4. Pondok Pesantren Menurut M. Arifin kata pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam yang tumbuh serta diakui masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (komplek) di mana santri-santri menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
8
sepenuhnya berada di bawah kedaulatan dari leadership seorang atau beberapa orang kiai dengan ciri-ciri khas yang bersifat karismatik serta independen dalam segala hal. (Qomar, tt: 2) 5. Sabilul Huda Sabilul Huda adalah nama pondok pesantren yang terletak di daerah Krajan Tegaron Banyubiru. Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah sebuah asrama pendidikan Islam atau tempat untuk mempelajari agama Islam khususnya untuk menghafal Al-Qur’an. 6. Nazzalal Furqon Nazzalal Furqon adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga. Pondok Pesantren Nazzalal Furqon adalah sebuah asrama pendidikan Islam yang tidak jauh berbeda dengan Pondok Pesantren Sabilul Huda yang mana notabenenya adalah tempat untuk belajar agama Islam khususnya bagi para tahfizhul qur’an atau para penghafal Al-Qur’an. F. Metode Penelitian Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan demi keberhasilan sesuai hasil yang diinginkan. metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian
9
deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon. 2. Kehadiran Peneliti Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri, terutama dalam usahanya dalam memperoleh data dan berbagai informasi. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Pesantren Sabilul Huda terletak di Desa Krajan Tegaron Banyubiru dan di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon di Jl.Raya Tingkir Tengah Salatiga. 4. Sumber Data Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moeleong, 1989:157). Data dalam penelitian adalah semua data yang diperoleh dari informan yang dianggap penting dan juga dihasilkan dari dokumentasi yang menunjang. Data yang penulis peroleh berasal dari unsur-unsur yang terkait dengan judul yang diteliti. Diantaranya pengasuh pondok pesantren, santri, dan ustadz di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon. 5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi :
10
a. Observasi Menurut Marshall, menyatakan bahwa melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. (Sugiyono, 2013: 226) Pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data. Dalam hal ini peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon untuk memperoleh gambaran umum tentang metode menghafal AlQur’an pada objek yang diteliti. b. Wawancara Menurut Esterberg, wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang atau lebih untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono,2013: 231) ciri utama dari wawancara adalah kontak langsung atau bertatap muka antara peneliti dengan narasumber atau informan untuk mendapatkan sumber-sumber data atau informasiinformasi data yang di-butuhkan oleh peneliti. Wawancara ini dilakukan kepada pengasuh pondok pesantren (kiai), ustadz dan santri yang sedang proses tahfizhul qur’an di pondok pesantren tersebut. c. Dokumen Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu teknik pengumpulan data yang didapatkan bisa berbentuk tulisan,
11
gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2013: 240)
metode ini digunakan untuk memperluas pengamatan dan
wawasan juga dalam pengumpulan data dari kedua pondok tersebut. 6. Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik analisis diskriptif komparatif. a. Analisis deskriptif Metode ini sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan keadaan subjek/ objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1990: 100) analisis ini di-gunakan untuk mengetahui keadaan atau fakta-fakta yang terdapat pada kedua pondok pesantren yang diteliti dalam metode menghafal Al-Qur’an. b. Analisis komparatif Analisis komparatif merupakan logika perbandingan komparasi yang dibuat adalah komparasi fakta-fakta replikatif. Dari komparasi fakta-fakta dapat dibuat konsep atau abstraksi teoritisnya. Dari komparasi dapat dibuat generalisasi untuk membantu memperluas daya prediksinya. (Muhadjir, 1994: 88) analisis ini digunakan untuk mengetahui perbandingan dan persamaan metode menghafal Al-Qur’an dari kedua pondok pesantren yang diteliti.
12
7. Pengecekan keabsahan data Untuk keabsahan data dalam penelitian ini ditentukan dalam menggunakan
kriteria
kreadibilitas.
Hal
ini
dimaksudkan
untuk
membuktikan bahwa apa yang berhasil dikumpulkan sesuai dengan kenyataan yang ada dalam latar penelitian. Metode yang digunakan dalam pengecekan keabsahan data yaitu : a. Triangulasi sumber Yaitu membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu yang berbeda. b. Triangulasi metode Yaitu pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data dengan metode yang sama (Moeleong, 2008: 330-331) 8. Tahap-tahap penelitian Tahap ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. a. Tahap pra-lapangan Dalam tahap ini, peneliti harus menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, menyiapkan perlengkapan penelitian. Untuk penelitian ini karna menggunakan perbandingan antar dua tempat yang berbeda yaitu melakukan penelitian di Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren
13
Nazzalal Furqon, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan, serta menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Dibagi atas tiga bagian, yaitu: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri (2) memasuki lapangan, dan (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data Penulis menganalisis hasil temuan data dari penelitian baik secara lisan ataupun tulisan. (Moeleong, 2008: 127-148) G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut ; 1. Bagian Awal Pada bagian awal meliputi ; sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. 2. Bagian inti Pada bagian inti terdiri dari beberapa bab, yaitu ;
14
Bab I ; Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II ; Landasan Teori. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi ; pengertian dan keutamaan Al-Qur’an, adab membaca Al-Qur’an, keutamaan menghafal Al-Qur’an, dan metode menghafal Al-Qur’an. Bab III ; Paparan data dan hasil penelitian. Berisi tentang gambaran umum dari kedua pondok pesantren yang meliputi : sejarah berdirinya, letak geografis,
visi
dan
misi,
struktur
kelembagaan,
sarana
dan
prasarana,keadaan santri, program kegiatan. Hasil wawancara tentang metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga. Bab IV ; Analisis Data. Bab ini berisikan tentang analisis komparasi metode menghafal Al-Qur’an antar kedua pondok pesantren , dari segi penerapan, persamaan dan perbedaannya. Bab V ; Penutup. Pada bab ini berisikan kesimpulan, dan saran. 3. Bagian akhir Pada bagian akhir ini termuat ; daftar pustaka, riwayat hidup penulis dan lampiran-lampiran.
15
BAB II LANDASAN TEORI A. Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur’an Kitab suci kaum muslimin yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui Malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya, secara populer dirujuk dengan nama Al-Qur’an ()اﻟﻘﺮان. Menurut Djalal (2013: 4) secara bahasa kata Al-Qur'an merupakan mashdar yang maknanya sinonim dengan kata qira'ah (bacaan). Al-Qur'an dengan arti qira'ah ini, sebagaimana dalam firmanAllah SWT :
Artinya: “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkan-nya (di dadamu) dan (membuatmu) pandai membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya maka ikutilah bacaannya itu”. (QS. Al-Qiyamah/75:17-18) Ada pendapat para ulama' lain yang menerangkan pengertian AlQur'an menurut bahasa ini, yakni: a. Az-Zujaj (wafat 311 H) mengatakan bahwa lafal Al-Qur'an itu berupa isim sifat, ikut wazan fu'lan yang diambil dari kata: Al-Qar'u yang berarti kumpul pula. Sebab, semua ayat, surah, hukum-hukum, dan kisah-kisah Al-Qur'an itu berkumpul menjadi satu. Al-Qur'an mengumpulkan intisari semua kitab-kitab suci dan seluruh ilmu pengetahuan. Sesuai dengan firman Allah swt:
16
Dan Kami turunkan kepadamu Al kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri. (Q.S. An-Nahl/16: 89 ) b. Al-Farra' (wafat 207 H) mengatakan, bahwa kata Al-Qur'an itu berupa Artinya:
isim musytaq ikut wazan fu'lan, diambil dari lafal Al-Qara'in, bentuk jamak dari kata qarinah yang berarti bukti. Kitab Al-Qur'an dinamakan demikian, karena sebagiannya membuktikan kebenaran sebagian yang lain. (Djalal, 2013: 5-6) Menurut istilah yang dikutip dari Muhammad Ali Ash-Shobuny, AlQur’an adalah kalam Allah yang melemahkan tantangan musuh (mu’jizat) yang diturunkan kepada Nabi atau Rasul yang terakhir dengan perantara Malaikat Jibril, tertulis dalam beberapa mushaf, dipindahkan (dinukil) kepada kita secara mutawatir, merupakan ibadah dengan membacanya, dimulai dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Nas. (Munjahid, 2007: 25-26). 2. Nama-nama Al-Qur'an Selain memiliki nama Al-Qur'an, menurut Thanthawi (2013: 30-32) wahyu yang diterima oleh Rasulullah saw tersebut juga memiliki nama yang lain, di antaranya yaitu: a. Al-Furqan, karena kitab suci ini membedakan antara yang benar dan yang salah. Allah swt berfirman:
17
Artinya: "Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqan (AlQur'an) kepada hamba-Nya, agar ia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam." (QS. Al-Furqaan/25: 1) b. Al-kitab, hal ini didasarkan pada firman-Nya
Artinya: "Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hambaNya Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya." (QS. Al-Kahfi/18: 1). c. Adz-Dzikr, di dalam Al-Qur'an disebutkan:
Artinya: "Dan Al-Qur'an ini adalah suatu kitab (peringatan) yang mempunyai berkah yang telah Kami turunkan. Maka, mengapakah kamu mengingkarinya?" (QS. Al-Anbiyaa'/21: 50)
3. Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an Sebagaimana kita ketahui Al-Qur'an sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw sebagai pedoman umat manusia, dengan begitu Al-Qur'an sudah pasti mempunyai keutamaan-keutamaan yang luar biasa bagi umat manusia, diantaranya: a. Al-Qur’an adalah cahaya Al-Qur’an sebagai cahaya yang akan menerangi perjalanan hidup seorang hamba dan menuntunnya menuju keselamatan adalah cahaya AlQur’an dan cahaya iman. Allah berfirman:
18
Artinya: " Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura/42: 52) b. Al-Qur'an sebagai rahmat, petunjuk dan obat, Allah swt berfirman:
Artinya: "Wahai umat manusia! Sungguh telah datang kepada kalian nasehat dari Rabb kalian (yaitu Al-Qur'an), obat bagi penyakit yang ada dalam dada, hidayah, dan rahmat bagi orang-orang yang beriman." (QS. Yunus/: 57) (http://muslim.or.id) Al-Qur'an begitu besar kemuliaannya, Menurut Sugianto (2004: 3234) di dalam Al-Qur'an banyak sekali keutamaan yang di dapat-kan, seperti halnya keutamaan-keutamaan membaca Al-Qur'an sebagai berikut: 1. Membaca Al-Qur’an di dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah. Dan orang yang membacanya dijanjikan pahala di sisi Allah swt. 2. Al-Qur’an dapat memberikan syafa’at kepada para pembacanya dan dapat memasukkannya ke dalam surga.
19
3. Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan orang mukmin 4. Al-Qur’an sebagai obat dan penawar Menurut Syu'aib (2012: 47-49) keutamaan membaca dan mengkaji Al-Qur'an telah disebutkan dalam firman Allah swt:
Artinya: "Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah swt, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terangterangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi agar Allah swt menyempurnakan kepada mereka pahala mereka dan menambah kepada mereka dari anugerah-Nya. Sesungguhnya Allah swt Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri." (QS. Fathir/35:29-30) Dan juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan dari Aisyah radhyallahu 'anha:
اﻟْﻤَﺎ ِﻫ ُﺮ: ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َ ْل اﻟﻠﱠ ِﻪ ُ َﺎل َرﺳُﻮ َ ﻗ: َﺖ ْ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨـﻬَﺎ ﻗَﺎﻟ ِ ﺸﺔَ َر َ َِﻋ ْﻦ ﻋَﺎﺋ ُُﻮ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﺷَﺎ ﱞق ﻟَﻪ َ َوﻫ, وَاﻟﱠﺬِي ﻳَـ ْﻘ َﺮأُ اﻟْﻘ ُْﺮأَ َن َوﻳَـﺘَﺘَـ ْﻌﺘَ ُﻊ ﻓِ ْﻴ ِﻪ,َِام اﻟْﺒَـ َﺮَرة ِ ﺴ َﻔ َﺮةِ اﻟْ ِﻜﺮ ﺑِﺎﻟْﻘ ُْﺮأَ ِن َﻣ َﻊ اﻟ ﱠ ( ١٩٥/٢ أَ ْﺟﺮَا ِن رواﻩ ﻣﺴﻠﻢ Artinya: Dari Aisyah radhyallahu ‘anha, dia berkata, “Rasulullah saw telah bersabda, ‘Orang yang membaca Al-Qur'an dengan fasih dan lancar akan dikelompokkan dengan orang-orang yang mulia. Orang yang membaca Al-Qur’an dengan tidak lancar, namun ia berupaya untuk membacanya, maka ia akan mendapat dua pahala.’”{Riwayat Muslim 2/195} (Al-Albani, 2012: 802)
20
Apabila di suatu lingkungan ada seorang penghafal Al-Qur’an, ia berhak
untuk
didahulukan
menjadi
imam
atau
pemimpin
dalam
permasalahan agama, lebih-lebih dalam ibadah sholat. Dan Ibnu Mas'ud AlAnshari Al-Badri ra., meriwayatkan dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda :
ﺴﻨﱠ ِﺔ ﻓَِﺎ ْن ﻛَﺎﻧـُﻮْا ﻓِﻰ ﷲ ﻓَِﺎ ﱠن ﻛَﺎﻧـُﻮْا ﻓِﻰ اﻟْ ِﻘﺮَاءَةِ ﺳَﻮَاءً ﻓَﺄَ ْﻋﺎَ ُﻣ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟ ﱡ ِ َﺎب ا ِ ﻳَـ ُﺆ ﱡم اﻟْﻘ َْﻮ َم أَﻗْـ َﺮُؤ ُﻫ ْﻢ ﻟِ ِﻜﺘ ُﺴﻨﱠ ِﺔ ﺳَﻮَاءً ﻓَﺄَﻗْ َﺪ ُﻣ ُﻬ ْﻢ ِﻫ ْﺠ َﺮًة ﻓَِﺈ ْن ﻛَﺎﻧُﻮا ﻓِﻰ اﻟْ ِﻬ ْﺠ َﺮةِ ﺳَﻮَاءً ﻓَﺄَﻗْ َﺪ ُﻣ ُﻬ ْﻢ ِﺳﺎْﻣًﺎ َوﻻَ ﻳـ َُﺆﱠﻣ ﱠﻦ اﻟ ﱠﺮ ُﺟﻞ اﻟ ﱡ اﻟ ﱠﺮ ُﺟ َﻞ ﻓِ ْﻲ ُﺳ ْﻠﻄَﺎﻧِِﻪ َوﻻَ ﻳَـ ْﻘﻌُ ْﺪ ﻓْ ْﻲ ﺑَـ ْﻴﺘِ ِﻪ َﻋﻠَﻰ ﺗَ ْﻜ ِﺮَﻣﺘِ ِﻪ إِﻻﱠ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ Artinya: "Orang yang menjadi imam dalam suatu masyarakat adalah orang yang paling hafal kitab Allah (Al-Qur’an) di antara mereka. Apabila mereka sama dalam hafalan maka yangmaka yang lebih dahulu masuk Islam. Sungguh, jangan sekali-kali seorang lakilakimenjadi imam atas laki-laki lain di hadapan orang tersebutdan jangan duduk di rumahnya sebagai bentuk penghormatan kecuali atas izinnya." {HR. Muslim}(Zawawie, 2011: 77-78) B. Adab Membaca Al-Qur’an Dinamakan kitab suci,membaca Al-Qur'an di dalam ajaran Islam di nilai sebagai ibadah. Diwajibkan untuk memperbanyak membaca Al-Qur’an. Sebab, membaca Al-Qur’an dapat mengangkat derajat, menghapus segala kejelekan, mendidik akhlak, mencerahkan jiwa,serta orang yang membacanya dijanjikan pahala di sisi Allah. Allah Swt berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya, orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi ” (QS. Al-Faathir/35: 29) Terkait dengan hal ini,Rasulullah Saw bersabda :
21
َوﻟَ ِﻜ ْﻦ,ْف ٌ ﺣَﺮ: ْل ُ ﻻَ أَﻗـُﻮ, وَاﳊَْ َﺴﻨَﺔُ ﺑِ َﻌ ْﺸ ِﺮ أَ ْﻣﺜَﺎﻟِﻬَﺎ,ٌﺴﻨَﺔ َ َﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻓَـﻠَﻪُ َﺣ ِ َﻣ ْﻦ ﻗَـ َﺮأَ ﺣ َْﺮﻓًﺎ ِﻣ ْﻦ ﻛِﺘ ) رواﻩ اﻟﺒﺨﺎري اﻟﻢ.ْف ٌ َو ِﻣ ْﻴ ٌﻢ ﺣَﺮ,ْف ٌ َو ﻻَ ٌم ﺣَﺮ,ْف ٌ ِﻒ ﺣَﺮ ٌ أَﻟ ( واﻟﺘﺮﻣﺬي واﻟﺤﺎﻛﻢ Artinya: “Barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, maka ia akan mendapatkan sebuah kebaikan. Dan satu kebaikan tersebut dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak pernah berkata alif laam miim itu satu huruf, akan tetapi alif itu satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.”{HR. Bukhori dan Tirmidzi }(Al-Albani, 2013: 236-237) Di dalam buku Ahsin (2000: 32-34) diterangkan dalam membaca kitab suci Al-Qur’an pun terdapat anjuran-anjuran atau etika yang dianjur-kan bagi orang yang membaca Al-Qur’an untuk dapat memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Membaca Al-Qur’an sesudah berwudhu, karena ia termasuk dzikrullah yang paling utama. Rasulullah saw bersabda:
( ﻀﻞُ ِﻋﺒَﺎ َدةِ أُ ﱠﻣﺘِﻰ ﺗ َِﻼ َوةُ اﻟْﻘ ُْﺮاَ ُن ) رواﻩ اﻟﺒﻴﻬﻘﻰ َ ْأَﻓ “Dari An-Nu’man bin Basyir r.a., bahwa Nabi saw bersabda: Yang paling utama dari ibadah umatku adalah membaca Al-Qur’an.” {HR.Al-Baihaqi}. 2. Membacanya di tempat yang suci dan bersih. Ini dimaksudkan untuk menjaga keagungan Al-Qur’an. 3. Membacanya dengan khusyu’, tenang dan penuh hikmat. Allah berfirman:
Artinya:"Dan mereka menyungkur atas muka mereka sambil menangis dan mereka bertambah khusyu'."(QS. Al-Isra'/17: 109)
22
4. Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca. 5. Membaca ta’awudz sebelum membaca ayat Al-Qur’an. Allah berfirman:
Artinya:
"Apabila kamu membaca Al-Qur'an hendaklah meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. AnNahl/16: 98)
6. Membaca basmalah pada setiap permulaan surah, kecuali permulaan surah At-Taubah. 7. Membacanya dengan tartil. Allah berfirman:
Artinya: "Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan." (QS. AlMuzamil/73: 4) 8. Tadabur/ memikir terhadap ayat-ayat yang dibacanya. Allah berfirman:
Artinya: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu yang penuh dengan berkah supaya kamu memperhatikan ayat-ayatnya." (QS. Shaad/38: 29) 9. Membacanya dengan jahr, karena membacanya dengan jahr yakni dengan suara yang keras lebih utama, sebagaimana diterangkan dalam hadits Nabi berikut ini:
23
َﻋ ْﻦ ﺧَﺎﻟِ ِﺪ ﺑْ ِﻦ,ٍَﺤ ْﻴ ِﺮ ﺑْ ِﻦ َﺳ ْﻌﺪ ِ َﻋ ْﻦ ﺑ,ﱠﺎش ٍ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ إِ ْﺳ َﻤ ِﻌ ْﻴﻞُ ﺑْ ُﻦ َﻋﻴ: َﺴ ُﻦ ﺑْ ُﻦ َﻋ َﺮﻓَﺔ َ َﺣ ﱠﺪﺛَـﻨَﺎ اﻟْ َﺤ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ ْﺖ َرﺳ ُ َﺳ ِﻤﻌ: َﺎل َ ﻗ, ﺑْ ِﻦ ﻋَﺎ ِﻣ ٍﺮ
َﻋُ ْﻘﺒَﺔ
َﻋ ْﻦ, ﻀ َﺮِﻣ ﱢﻲ ْ َﻋ ْﻦ َﻛﺜِْﻴ ِﺮ ﺑْ ِﻦ ُﻣ ﱠﺮَة اﻟْ َﺤ, َﻣ ْﻌﺪَا َن
ُﺴ ﱡﺮ ﺑِﺎﻟْﻘ ُْﺮأَ ِن ِ وَاﻟْﻤ, ﺼ َﺪﻗَ ِﺔ اﻟْﺠَﺎ ِﻫ ُﺮ ﺑِﺎﻟْﻘ ُْﺮأَ ِن ﻛَﺎﻟْﺠَﺎ ِﻫ ِﺮ ﺑِﺎﻟ ﱠ: ْل ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـﻘُﻮ َ .ِﺼ َﺪﻗَﺔ ُﺴ ﱢﺮ ﺑِﺎﻟ ﱠ ِ ﻛَﺎﻟْﻤ Artinya : Al-Hasan bin Arafah menceritakan kepada kami, Ismail bin Ayasy menceritakan kepada kami, dari Bahir bin Sa’ad, dari Khalid bin Ma’dan, dari Katsir bin Murrah Al-Hadhrami, dari Uqbah bin Amir, ia berkata, aku mendengar Rasulullah saw bersabda: “Orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara keras sama dengan orang yang bershadaqah secara terang-terangan. Sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan suara pelan, maka ia sama dengan orang yang bershadaqah secara sembunyisembunyi.”(Al-Albani, 2013: 240) 10. Membaguskan bacaannya dengan lagu yang merdu.
ﻣَﺎ أَ ِذ َن: ُﻮل ُ ﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻳَـﻘ َ ُﻮل اﻟﻠﱠ ِﻪ َ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨﻪُ أَﻧﱠﻪُ َﺳ ِﻤ َﻊ َرﺳ ِ َﻋ ْﻦ أَﺑِﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮةَ َر . ﻳَ ْﺠ َﻬ ُﺮﺑِ ِﻪ, ْت ﻳَـﺘَـﻐَﻨﱠﻰ ﺑِﺎﻟْﻘ ُْﺮأَ ِن ِ ﺸ ْﻲ ٍء ﻣَﺎ أَ ِذ َن ﻟِﻨَﺒِ ﱟﻲ َﺣ َﺴ ِﻦ اﻟﺼﱠﻮ َ ِاﻟﻠﱠﻪَ ﻟ Artinya:Dari Abu Hurairah ra., bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, “Allah memperbolehkan melagukan sesuatu menyamai bacaan seorang nabi yang bersuara bagus dalam melagukan Al-Qur’an dengan suara yang kuat.” {HR. Muslim 2/192} (Al-Albani, 2012: 806)
C. Keutamaan Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur'an merupakan suatu perbuatan yang sangat ter-puji dan mulia. Karena menghafal adalah dasar dari pembelajaran Al-Qur'an yang mana Al-Qur'an diturunkan kepada Rasulullah melalui Malaikat Jibril secara bertahap atau mutawatir. Menghafal Al-Qur'an mengandung sikap meneladani Nabi saw. Di sini akan dijelaskan terlebih dahulu pengetahuan mendasar menghafal Al-Qur'an, yaitu:
24
Secara etimologi, menghafal merupakan bahasa Indonesia yang berarti menerima,
mengingat,
menyimpan,
memproduksi
kembali
tanggapan-
tanggapan yang diperolehnya melalui pengamatan. Menghafal dalam bahasa Arab berasal dari kata hafizha-yahfazhuhifzhan ( )ﺣَ ﻔِﻆَ_ﯾَﺤْ ﻔَﻆُ_ﺣِ ْﻔﻈًﺎyang artinya : memelihara, menjaga, dan menghafal. Orang yang hafal seluruh Al-Qur’an, oleh masyarakat dijuluki atau diberi gelar sebagai seorang yang (hafizh). Pada zaman Rasulullah saw saat menerima wahyu dan mengajarkan AlQur’an kepada para sahabat dengan cara hafalan. Karena Nabi Muhammad saw adalah seorang nabi yang ummi, yakni tidak pandai membaca dan menulis. Setelah suatu ayat diturunkan dan diterima oleh beliau, maka segeralah beliau menghafalnya dan segera pula beliau mengajarkan kepada para sahabatnya, sehingga benar-benar me-nguasainya, serta menyuruhnya agar mereka mereka menghafalnya. (Ahsin, 2000: 5-6) Orang-orang yang mempelajari, membaca, atau menghafal Al-Qur’an merupakan orang-orang pilihan yang memang dipilih Allah untuk menerima warisan kitab suci Al-Qur’an.
25
Artinya: “Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang Amat besar.” (QS. Al-Faathir/35: 32) Dan disebutkan dalam hadits, Rasulullah saw bersabda:
ﱠﺎس ِ إِ ﱠن اﻟِﻠﱠ ِﻪ َﻋ ﱠﺰ َو َﺟ ﱠﻞ اَ ْﻫ ِﻠ ْﻴ َﻦ ِﻣ َﻦ اﻟﻨ: .م.ْل اﻟﻠﱠ ِﻪ ص ُ َﺎل َرﺳُﻮ َ ﻗ:َﺎل َ ﺿ َﻲ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋ ْﻨﻪُ ﻗ ِ َﺲ َر ٍ َﻋ ْﻦ اَﻧ ُﺻﺘُﻪ اَ ْﻫ ُﻞ اﻟْﻘ ُْﺮاَ ِن ُﻫ ْﻢ اَ ْﻫﻞُ اﻟﻠﱠ ِﻪ َوﺧَﺎ ﱠ: َﺎل َ ْل اﻟﻠﱠ ِﻪ ؟ ﻗ َ ِﻗ ْﻴ َﻞ َﻣ ْﻦ ُﻫ ْﻢ ﻳَﺎ َرﺳُﻮ: َﺎل َﻗ ( ) رواﻩ اﺣﻤﺪ واﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ واﻟﺪارﻣﻰ واﻟﻨﺴﺎء Artinya: “Dari Anas r.a. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Sesunngguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia. Kata Anas selanjutnya: Lalu Rasulullah saw ditanya: Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Yaitu AhlulQur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa baginya. ” {HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i, Ad-Darami}. (Ahsin, 2000: 26-27) Ada beberapa keutamaan menghafal Al-Qur’an menurut hadits Rasulullah saw, diantaranya adalah sabda Rasulullah Saw. Sebagai berikut:
ح ُ ﻳَـﻔ ُْﻮ,ُﻮ ِﻣ ْﺸ ًﻜﺎ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ َﺟﺮَا ﺑِ َﻤ ْﺤﺸ ﱟ,ُ ﻓَِﺈ ﱠن َﻣﺜَ َﻞ اﻟْﻘُﺮْا ِن ﻟِ َﻤ ْﻦ ﺗَـ َﻌﻠّ َﻤﻪُ ﻓَـ َﻘ َﺮأَﻩ,ُﺗَـ َﻌﻠّﻤُﻮْا اﻟﻘُﺮْا َن وَاﻗْـ َﺮء ُْوﻩ َاب أ َْو ﻛِﻴَﺎ َﻋﻠَﻰ ٍ ِﻲ ﺟ َْﻮﻓِ ِﻪ ﻓَ َﻤﺜَـﻠُﻪُ َﻛ َﻤﺜ َِﻞ َﺟﺮ ْ ُﻮ ﻓ َ ِرﻳْ ُﺤﻪُ ﻓِ ْﻲ ُﻛ ﱢﻞ َﻣﻜَﺎ ٍن َوَﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻌﻠّ َﻤﻪُ ﻓَـﻴـ َْﺮﻗُ ُﺪ َوﻫ ْﻚ ٍ ِﻣﺴ Artinya:“Pelajarilah Al-Qur’an dan bacalah, sesungguhnya perumpama-an orang yang mempelajari Al-Qur’an dan membacanya adalah seperti tempat air penuh dengan minyak wangi misik, harumnya menyebar ke mana-mana. Barang siapa yang mempelajarinya kemudian ia tidur dan di dalam hatinya terdapat hafalan Al-Qur’an adalah seperti tempat air yang tertutup dan berisi minyak wangi misik”. {HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, serta Ibnu Hibban}. Dari hadits ini nampak jelas keutamaan menghafal Al-Qur’an, hingga Rasulullah mengibaratkan seperti minyak misik, dengannya berarti seseorang
26
yang memakainya memberikan bau wangi kepada orang-orang dan lingkungan di sekelilingnya. Dengan demikian orang yang menghafal Al-Qur’an diharapkan dan hampir dapat dipastikan dapat memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungan. Begitulah balasan Allah kepada orang yang menghafal Al-Qur’an. Dalam hadits yang lain juga dijelaskan bahwa cahaya penghafal Al-Qur’an nanti di akhirat akan dapat menyentuh kedua orang tuanya yang hal ini semua disebabkan berkah Al-Qur’an. (Munjahid, 2007: 73-75) Masyarakat memberikan kedudukan yang tinggi pada orang yang menghafal Al-Qur’an, ini didukung oleh beberapa hadits Rasulullah. Berikut ini adalah keutamaan menghafal Al-Qur’an antara lain, adalah: a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat di antara manusia lain. Dari Umar bin Khaththab ra., bahwa Nabi Muhammad saw telah bersabda:
ﻀ ُﻊ ﺑِ ِﻪ اﻵ َﺧ ِﺮﻳْ َﻦ َ ََﺎب أَﻗـْﻮَاﻣًﺎ َوﻳ ِ إِ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ ﻳـ َْﺮﻓَ ُﻊ ﺑِ َﻬﺬَا اﻟ ِﻜﺘ Artinya: “Sesungguhnya Allah mengangkat derajat kamu dengan kitab ini dan menjatuhkan yang lain.” {HR. Muslim} b. Termasuk sebaik-baik umat. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
َُﺧ ْﻴـ ُﺮ ُﻛ ْﻢ َﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻌﻠﱠ َﻢ اﻟْﻘُﺮْا َن َو َﻋﻠﱠ َﻤﻪ Artinya: "Sebaik-sebaik orang di antara kamu adalah orang yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya."{HR. Bukhari} (Al-Albani, 2013: 736) c. Orang yang hafal Al-Qur’an selalu diliput dengan rahmat Allah, dan mendapatkan cahaya Allah. d. Yang paling berhak memimpin. Rasulullah saw bersabda:
27
َﺎب اﻟﻠﱠ ِﻪ ِ ﻳـ َُﺆ ﱡم اﻟﻘ َْﻮمُ أَﻗْـ َﺮُؤ ُﻫ ُﻢ اﻟْ ِﻜﺘ Artinya: "Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang paling bagus bacaan Al-Qur'annya." {HR. Muslim} e. Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga. f. Orang yang hafal Al-Qur’anmenemani para Nabi kelak di hari akhir dan termasuk golongan yang tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut sewaktuwaktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari kegelisahan yang sangat besar. (Sugianto, 2004: 37-40) Untuk mencapai kemuliaan atau keutamaan menghafal di atas, maka perlu diperhatikan dalam hal yang berkaitan dengan menghafal Al-Qur'an, Menurut Sugianto (2004: 52-54) sebelum memulai untuk menghafalkan AlQur'an, seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat,yaitu: 1. Persiapan pribadi, yakni niat yang ikhlas dari calon penghafal, keinginan, pandangan dan usaha keras serta tanpa adanya paksaan dari siapa pun. 2. Bacaan Al-Qur'an yang benar dan baik, hal ini diutamakan dalam langkah menghafalkan Al-Qur'an. Dengan demikian, akan menghasilkan hafalan yang benar dan baik pula. 3. Mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang sudah menikah. Karena hal ini juga dapat mendukung dalam proses menghafal AlQur'an. 4. Memiliki sifat mahmudah (terpuji) yakni, menerapkan dalam hidup yang amar ma'ruf nahi munkar . 5. Kontinuitas (Istiqomah) dalam menghafal Al-Qur'an, yakni memiliki kedisiplinan, baik disiplin waktu, tempat, maupun disiplin materi hafalan.
28
6. Sanggup memelihara hafalan Al-Qur'an dengan baik, seorang penghafal AlQur'an haruslah mempunyai tekad kuat untuk selalu menjaga hafalannya dengan baik. 7. Mempunyai mushaf sendiri atau mushaf khusus untuk menghafal dan tidak berganti-ganti mushaf dari mulai menghafal sampai khatam menghafal. Karena dengan ini akan dapat mempermudah penghafal untuk menghafal Al-Qur'an melainkan dapat membantu mengingat tulisan bahkan tata letak ayat hafalan. D. Metode Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an merupakan salah satu kegiatan belajar. Di dalam menghafal Al-Qur’an ada beberapa model atau metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal AlQur’an, dan bisa memberikan bantuan kepada para penghafal dalam mengurangi kepayahan dalam menghafal Al-Qur’an. Metode-metode itu di antara lain ialah: a. Metode Wahdah Yang dimaksud dengan metode ini, yaitu menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atauberulang-ulang sesuai kemampuan penghafal sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu meng-kondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya dalam bayangannya, hingga dapat membentuk
29
gerak refleks pada lisannya. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. b. Metode Kitabah Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Kemudian ayat ter-sebut dibaca hingga lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya. c. Metode Sima’i Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal tulis dan baca Al-Qur’an. Menurut Munjahid (2007:120) menghafal Al-Qur’an dengan metode mendengarkan (sima’i) ini memiliki keuntungan, seorang penghafal akan cepat lancar baik sambungan antar ayat satu dengan ayat berikutnya. Namun metode ini juga terdapat kelemahan yaitu pada jangka panjang jika seorang penghafal lupa akan sulit untuk mengingatnya, karena tidak ada bayangan terhadap tulisan dan letak ayat pada mushaf.
30
d. Metode Gabungan Menurut Ahsin (2000: 65-66) metode ini merupakan gabungan antara metode pertama dan metode kedua, yakni metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah (menulis) di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Kelebihan metode ini adalah adanya fungsi ganda, yakni berfungsi untuk menghafal dan sekaligus berfungsi untuk pemantapan hafalan. Karena dengan menulis akan memberikan kesan visual yang mantap. Menurut Munjahid (2007: 120) dari metode-metode di atas dapat dipilih oleh seorang penghafal Al-Qur’an sesuai dengan keinginan dan kecocokan atau kondisi masing-masing. e. Metode Jama’ Yang dimaksud metode ini, ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang instruktur. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilang-kan kejenuhan, di samping akan banyak membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya. f. Metode Semaan dengan Sesama Teman Tahfizh Menurut Alawiyah Wahid (2014:98-99) maksud dengan metode ini adalah semaan Al-Qur’an atau tasmi’ (memperdengarkan hafalan kepada orang lain), misalnya kepada sesama teman tahfidz atau kepada senior yang lebih lancar merupakan salah satu metode untuk tetap memelihara hafalan
31
supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan semaan Al-Qur’an bersama seperti halnya kegiatan rutin pondok pesantren di tiap minggunya. g. Metode Mengulang atau Takrir Menurut Alawiyah Wahid (2014:75) metode takrir maksudnya adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah dihafalkan atau hafalan yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara terus-menerus dan istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga, berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru atau yang lain. h. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an sebelum Menghafal Selain metode di atas, Alawiyah Wahid (2014:102-103) juga mengemukakan suatu metode untuk mempercepat menghafalkan Al-Qur’an ialah memperbanyak membaca Al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkan Al-Qur’an. Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah dalam meng-hafalkannya. Semakin sering membaca
Al-Qur’an
(bin-nadzri),
maka
akan
semakin
mudah
menghafalkan. Contohnya, jika seseorang sering membaca surat AlFaatihah dan Yaasiin atau surat-surat lain yang sering dibaca, maka lama kelamaan menjadi hafal dengan sendirinya karena seringnya dibaca. Hal tersebut sering dilakukan oleh ulama-ulama salaf. Mereka mempraktikkan metode sering membaca Al-Qur’an atau materi lainnya
32
sampai menjadi hafal dengan sendirinya. Dan metode tersebut juga sangat cocok dan dapat membantu bagi orang-orang yang mempunyai daya ingat agak lemah. i. Menyetorkan Hafalan kepada Guru yang Tahfidz Al-Qur’an Setiap santri atau murid ataupun seseorang yang menghafalkan AlQur’an wajib menyetorkan hafalannya kepada seorang guru, atau kiai. Hal ini bertujuan agar bisa diketahui letak kesalahan ayat-ayat yang dihafalkan. Dengan menyetorkannya kepada seorang guru, maka kesalahan tersebut dapat diperbaiki. Sesungguhnya, menyetorkan hafalan kepada guru yang tahfidz merupakan kaidah baku yang sudah ada sejak zaman Rasulullah saw. Pada dasarnya, Al-Qur’an diambil dengan cara talaqqi (berguru kepada ahlinya), dan sangat di sarankan untuk belajar dari lisan para ulama yang mempunyai keahlian atau pakar mengenai lafal-lafal Al-Qur’an. Sehingga, seorang murid
tidak
terjerumus
dalam
kekeliruan
ketika
membaca
atau
mengucapkan ayat-ayat Al-Qur’an Al-Karim. Dengan demikian, menghafal Al-Qur’an kepada seorang guru yang ahli dan paham mengenai Al-Qur’an sangat diperlukan bagi sang calon penghafal supaya bisa menghafal Al-Qur’an dengan baik dan benar. (Alawiyah Wahid, 2014: 78-80) Pada prinsipnya semua metode di atas baik sekali untuk dijadikan pedoman menghafal Al-Qur’an, baik salah satu di antaranya, atau digunakan semua sebagai alternatif atau kompilasi metode di atas agar berkesan
33
tidak monoton, sehingga dengan demikian dapat menghilangkan kejenuh-an dalam proses menghafal Al-Qur’an. Menurut Badwilan (2009: 50-55) terdapat beberapa kaidah-kaidah penting yang harus diperhatikan bagi penghafal juga dapat membantu dalam proses menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut: 1. Ikhlas Barang siapa yang ingin dimuliakan Allah dengan menghafal AlQur’an, maka ia harus niatkan untuk mencari keridhaan Allah. 2. Memperbaiki ucapan dan bacaan Dasar kebenaran suatu perbuatan dan kesesuaiannya dengan sunnah (syariat). Barang siapa yang ingin menghafal Al-Qur’an maka ia harus mempelajarinya dari guru yang menguasainya dengan baik. 3. Penentuan ukuran hafalan harian Menghadirkan sejenis komitmen harian bagi orang yang ingin menghafal Al-Qur’an. Dengan mengkhususkan sejumlah ayat untuk dihafal setiap hari, satu atau dua halaman setiap harinya. 4. Memperkuat hafalan yang telah dilakukan sebelum pindah pada halaman lain. Yaitu dengan cara mengulang hafalan tersebut di setiap ada waktu longgar, di waktu sholat atau kapan pun itu. Semua itu akan membantu memperkuat hafalan yang telah dilakukan. 5. Memakai satu mushaf yang digunakan untuk menghafal.
34
Kaidah ini dapat membantu dalam penghafalan Al-Qur’an. Bahwa manusia menghafal dengan melihat sama halnya menghafal dengan mendengar. Posisi-posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam benak penghafal, sebab seringnya membaca dan melihat pada mushaf. 6. Menyertai hafalan dengan pemahaman Yaitu dengan memahami ayat-ayat yang dihafalnya serta mengetahui keterkaitannya antara sebagian ayat satu dengan ayat lainnya. 7. Mengikat hafalan dengan mengulang dan mengkajinya bersama-sama. Diutamakan bagi penghafal Al-Qur’an untuk melakukan pengulangan hafalan dengan penghafal lain, karena dalam hal itu terkandung banyak kebaikan, juga untuk memperkuat hafalan. Dan Munjahid (2007: 113-119) menambahkan paparannya dengan kiat praktis dan efektif dalam menghafal Al-Qur’an, di antaranya: (a). Memelihara diri dari hadats, karena Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan dari dzat yang suci, maka untuk dapat melekatkan hafalan pada hati seseorang, dibutuhkan kesucian diri. Di antaranya upaya dengan memelihara diri dari hadats kecil dan besar. Terutama pada saat menyentuh dan membaca Al-Qur’an. (b). Sholat dan berdo’a, bagi seorang penghafal Al-Qur’an agar cepat hafal dan dapat melekat kuat hafalannya di dalam dada, banyak sekali ikhtiarikhtiar khusus yang dilakukan. Di antaranya dengan sholat-sholat sunah yang dikhususkan untuk dapat melekatkan hafalan, dan lain sebagainya.
35
(c). Berkonsentrasi, yang dimaksud konsentrasi di sini adalah terfokusnya pikiran dan ingatan seorang penghafal Al-Qur’an pada ayat-ayat yang sedang dihafal, atau dengan niat menjaga hafalan Al-Qur’annya. (d). Memilih model atau metode menghafal yang tepat, karena model atau metode menghafal yang dimiliki seseorang dengan lainnya kadang tidak sama, karena setiap orang mempunyai porsi daya ingat yang berbeda-beda. Artinya tiap orang memiliki model atau gaya menghafal yang berbeda dengan lainnya.
36
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren 1.
Gambaran Umum Pondok Pesantren Sabilul Huda Banyubiru a.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Sabilul Huda Di tanah Krajan RT.04 RW.02 Desa Tegaron Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang sekitar tahun 1960 didirikannya sebuah pondok pesantren yang diprakarsai oleh KH.Abdul Ghoni, KH.Abdullah dan KH. M.Syaifullah. Konon cerita pada saat itu adaseorang santri yang ikut pada KH. M.Syaifullah (pengasuh pertama pondok pesantren Sabilul Huda) untuk ikut belajar mengaji kepada beliau, namun pada saat itu belum terdapat bangunan pondok pesantren, hanya santri tersebut ikut di rumah beliau/ ndalem KH. M.Syaifullah. Selang beberapa waktu banyak berdatangan santri yang ikut mengaji atau berguru dengan beliau, hingga akhirnya KH.Abdul
Ghoni
(kakek
mertua
dari
KH.
M.Syaifullah)
memutuskan untuk mendirikannya sebuah pesantren, yang mana fisik bangunan pesantren tersebut KH.Abdul Ghoni sendiri yang merancang dan mendirikannya dengan dibantu oleh anak beliau yang bernama KH.Abdullah (mertua dari KH.M.Syaifullah) menurut cerita, uniknya dalam proses pendirian pondok pesantren ini KH.Abdul Ghoni sendiri yang mengerjakan dalam membuat materialnya yaitu batu bata yang terbuat dari tanah liat, langsung dari
37
tangan beliau sendiri yang membuat dengan mengolah semacam rupa hingga menjadi batu bata dan beliau me-nyusun langsung batu bata tersebut sampai berdirinya tembok pesantren untuk pertama kalinya. Pada proses pembangunan pondok pesantren pada waktu itu belum diberi nama. Baru pada tahun 1970 diberi nama "Pondok Pesantren Sabilul Huda". Adapun yang ditunjuk sebagai pengasuh pertama pada waktu itu adalah KH. M.Syaifullah. Wawasan pertama untuk mendirikan lembaga pendidikan yang murah dan terjangkau oleh seluruh masyarakat, telah mengharuskan pesantren ini untuk membina masyarakat seluasluasnya, dan berupaya untuk selalu menunjukkan jalan alternatif menuju hidayah Allah dan itu merupakan suatu yang diharapkan dari nama Pondok Pesantren Sabilul Huda ini. Pondok Pesantren Sabilul Huda ini awalnya ini adalah pondok pesantren berbasis salaf atau sistem pengajiannya adalah mengkaji kitab-kitab kuning.Seiring berjalannya waktu, pondok pesantren mengalami perkembangan yang pesat, yang awalnya hanya terdapat santri putra saja, kemudian pada tahun 1975 M sudah mulai menerima santri putri. Hingga beberapa waktu kemudian pondok pesantren mengalami perkembangan yang relatif baik, dengan terus bertambahnya santri yang menimba ilmu di pondok pesantren tersebut.
38
Dengan semakin bertambahnya jumlah santri, pendidikan di pondok pesantren dituntut pula dengan adanya suatu perkembangan yang lebih berarti, oleh karena itu sejak tahun 1991 didirikanlah madrasah diniyyah yang kemudian disusul dengan adanya santri huffazh (penghafal Al-Qur'an) dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPA) pada tahun 1992 M. Dengan begitu perkembangan pembelajaran di pondok pesantren banyak diminati dengan pembelajaran ilmu-ilmu Al-Qur'an yang di bantu pe-ngasuhannya oleh
KH.Achmad
Mudzakir
al-Hafizh
(menantu
dari
KH.
M.Syaifullah) dan juga oleh istrinya Hj. Sayyidah Bashiroh alHafizhah (putri KH. M.Syaifullah).Pada saat itulah pondok pesantren mengalami perkembangan yang pesat hingga tahun 2000 M. Pada tahun2000-an Pondok Pesantren Sabilul Huda perkembangannya mengalami pasang surut, karena pada era saat itu terjadinya krisis moneter yang juga berdampak pada pondok pesantren yang mengalami berkurangnya santri, namun dengan begitu tidak menjadi suatu penghalang untuk tetap berjuang mensyiarkan agama Islam. Hingga saat ini Pondok Pesantren Sabilul Huda masih berdiri kokoh dan pembelajaran pondok pesantren masih berjalan seperti apa yang ada meski tidak begitu banyaknya seperti waktu itu.Pada tahun 1999 KH. M.Syaifullah wafat dan pengasuhan Pondok Pesantren Sabilul Huda diasuh oleh KH.
39
Achmad Mudzakir al-Hafizh sampai sekarang, dengan 30 santri putri dan 10 santri putra pada tahun ini. b. Lokasi Pondok Pesantren Sabilul Huda Tegaron Banyubiru Alamat Pondok Pesantren:
c.
Alamat lengkap
: Krajan I RT/04 RW/02
Dusun
: Tegaron
Desa Kelurahan
: Tegaron
Kecamatan
: Banyubiru
Kabupaten
: Semarang
Provinsi
: Jawa Tengah
Kode Pos
: 50664
Nomor Telepon
: 0813 2536 6771
Email
:
[email protected]
Tujuan Pondok Pesantren Sabilul Huda Secara umum tujuan pendidikan Pondok Pesantren Sabilul Huda ialah menanamkan dan memantapkan Ruhul Islam dalam kehidupan beragama secara perorangan maupun bermasyarakat, berdasarkan keikhlasan beribadah serta mengamalkan syari'at Islam secara murni. Berangkat dari masyarakat dewasa ini, Pondok Pesantren Sabilul Huda menjabarkan ke dalam tujuan-tujuan khusus untuk menjadikan santrinya:
40
a. Memiliki ilmu dasar Al-Qur'an dan syri'at Islam Ahlus Sunnah Waljama'ah. b. Memiliki
kemampuan
dasar
untuk
merumuskan
dan
menyampaikan gagasan dakwah Islamiyah. c. Memiliki ketrampilan dengan dasar pengalaman syari'at Islam Ahlus Sunnah Waljama'ah. d. Memiliki sifat mandiri dalam kehidupan sehari-hari. e. Memiliki kecakapan dasar untuk memimpin organisasi atas dasar inisiatif, partisipasi dan swadaya mereka sendiri. f. Memiliki bekal ilmu dan pengetahuan untuk dapat me-lanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. g. Memiliki akhlaqul karimah dan uswatun hasanah di tengahtengah lingkungannya baik itu dalam keluarga maupun di masyarakat luas. d. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Sabilul Huda Pengasuh Pondok Pesantren
: KH. Achmad Mudzakir al-Hafidz
Susunan Pengurus Pondok Pesantren Putra : Ketua
: Muchammad Hayat
Sekretaris&Bendahara
: Darusman
Sie.Keamanan
: Miftachurrohman
Sie.Kebersihan
: Achmad Mufid Masykur
41
Susunan Kepengurusan Pondok Pesantren Putri: Ketua
: Ana Faizah
Sektretaris
: 1). Khisna Faizatul Muna 2). Arifah Septiana
Bendahara
: Azizatus Sholikhah
Sie.Keamanan
: 1). Nurul Wafiyah 2). Dwi Windarti
Sie.Kebersihan
: 1). Kuni Masrochah 2). Ikhwatun Hasanah
e.
Sarana Dan Prasarana Pondok Pesantren Sabilul Huda Tabel. 3.1 Data Sarana Dan Prasarana PP Sabilul Huda No.
Fasilitas
Jumlah
1
Kamar Santri Putri
6
2
Kamar Mandi Putri
3
3
Ruang Kantor Pondok Putri
1
4
Mushola
1
5
Ruang Dapur
2
6
Kamar Tamu
1
7
Kamar Santri Putra
4
8
Kamar Mandi Putra
1
9
Kantor Pondok Putra
1
10
Telepon
1
42
f.
Keadaan Santri Pondok Pesantren Sabilul Huda Pondok Pesantren Sabilul Huda memiliki 30 santriwati. Yang terdiri dari 13 santriyang menghafal Al-Qur'an, dan 17 santri yang tidak/ belum menghafal Al-Qur'an. Dan 10 santriwan yang terdiri dari 4 santriwan penghafal Al-Qur'an dan 6 santriwan yang tidak/ belum menghafal Al-Qur'an.
g.
Program Kegiatan Pondok Pesantren Sabilul Huda 1. Pendidikan atau Pengajian Al-Qur'an Pengajian di Pondok Pesantren Sabilul Huda di bagi menjadi lima tingkatan: a) Memakai metode qiro'ati, iqro' atau metode lainnya, dilanjutkan ghorib dan tajwid praktis, metode ini untuk santri atau anak-anak atau pemula (santri dewasa yang sama sekali belum pernah belajar membaca Al-Qur'an). b) Menghafal Juz 'Amma, yaitu menghafal juz 30 Al-Qur'an (Surat An-Naba’ sampai Surat An-Nas) secara fasih dan benar. c) Bin-Nazhar, yaitu belajar membaca Al-Qur'an 30 juz secara fasih dan benar, dan dilanjutkan dengan menghafal tujuh surat-surat pilihan yaitu menghafal Surat Yasiin, Surat AsSajadah, Surat Al-Mulk, Surat Ar-Rahman, Surat AlWaqi'ah, Surat Ad-Dukhan dan Surat Al-Kahfi. Pelaksanaan pengajian Al-Qur’an bin-nadzar ini dilakukan dengan cara
43
sorogan (santri menghadap ke pak.yai/ bu.nyai
secara
bergantian) d) Bil-Ghaib, yaitu menghafal Al-Qur'an 30 juz secara fasih dan benar dengan syarat harus sudah khatam belajar membaca Al-Qur'an 30 juz (Bin-Nazhar), dan diharuskan mengikuti pengajian tafsir Al-Qur'an/ Al-Qur'an dengan artinya serta kitab yang berkaitan dengan ilmu Al-Qur'an (Ulumul Qur'an). Begitu juga dengan pengajian Al-Qur’an yang bil-ghaib ini pelaksanaannya juga bersamaan dengan pengajian Al-Qur’an bin-nadzar, dan waktunya di jadikan satu majelis. e) Qiro'ah Sab'ah, yaitu belajar mengetahui bacaan imam yang tujuh serta rowinya dengan syarat harus sudah khatam bilghaib dengan sempurna. 2. Dirosatul Kutub/ Pengajian Kitab-kitab Kuning Pengajian kitab-kitab kuning adalah merupakan pendidikan yang paling awal di ajarkan di Pondok Pesantren Sabilul Huda dengan cara sorogan/ prifat dan bandongan/ klasikal sejak berdirinya pondok pesantren sampai sekarang. Dan telah di tetapkan target bagi santri sebagai berikut: a.
Target Sorogan/ Prifat: santri diharapkan dapat menguasai pembelajaran fasholatan, doa-doa harian, tahlil, hafalan Kitab Jurumiyyah, menarqib Kitab Safinatun Naja, Riyadhul
44
Badi'ah, Ta'limul Muta'alim, Sullamut Taufiq, Tashrif/ Shorof, menarqib Kitab Taqrib. b.
Target Bandongan/ klasikal meliputi Tafsir Al-Qur'an, Ulumul Qur'an, Fiqih dan Tasawuf. Pengajian kitab dibaca pada waktu ba'da Maghrib dan Subuh
setelah pengajian Al-Qur'an dan waktu pagi sekitar jam 09.0010.30. Adapun setiap kegiatan di bulan Ramadhan adalah waktu yang terbanyak untuk mengkaji kitab-kitab kuning. Tabel. 3.2 Jadwal Kegiatan Harian Santri No
Waktu
Jenis Kegiatan
1
03.00
Bangun tidur, sholat malam
2
04.45
Sholat subuh berjamaa'ah
3
05.00
Pengajian Al-Qur'an
4
06.00
Pengajian kitab
5
07.00
Istirahat dan sholat dhuha
6
08.00
Pengajian kitab
7
09.00
Istirahat (sarapan, tadarus dll)
8
12.00
Persiapan sholat dhuhur
9
12.30
Sholat dhuhur berjama'ah
10
13.00
Pengajian Al-Qur'an
11
14.00
Istirahat (tadarus)
45
12
15.30
Sholat ashar berjama'ah
13
16.00
Makan sore
14
16.30
Istirahat (mandi, tadarus)
15
18.00
Sholat maghrib berjama'ah
16
18.45
Pengajian Al-Qur'an
17
19.30
Pengajian kitab
18
20.00
Sholat isya' berjamaah
19
21.30
Tadarus bersama (belajar)
20
22.30
Istirahat malam
Tabel. 3.3 Jadwal Mengaji Kitab PP.Sabilul Huda No
Hari
Waktu
Kegiatan
Pengampu
1
Senin
06.00-07.00
Nahwu
Ustadzah.
(Jurumiyyah)
Meria Lutfah
19.30-20.30
Tajwid (Fathul KH. Achmad Mannan) Mudzakir
2
Selasa
06.00-07.00
Tafsir Al-Qur'an
19.30-20.30
Risalatul Mahidh
Ustadzah. Azizatus Sholichah
3
Rabu
06.00-07.00
Nashaihul Ibad
KH. Achmad
46
4
5
6.
Kamis
Sabtu
Minggu
19.30-20.30
Khulashoh
06.00-07.00
At-Tibyan
19.30-20.30
Muhtarul Hadits
06.00-07.00
Tafsir Al-Qur'an
19.30-20.30
Fiqih (Safinah)
19.30-20.30
Belajar menulis
Mudzakir
pegon
2.
Gambaran Umum Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga. a.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir Tengah Salatiga didirikan sendiri oleh Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh bersama dengan istri tercinta beliau Ibu Nyai Hj.Robithoh alHafizhah (Almh) pada tahun 1981. Sejarah berdirinya pondok pesantren ini sangat unik karena berbeda dengan sejarah berdirinya pondok pesantren pada umumnya, dan tidak bisa lepas dari sejarah hidup pendirinya sendiri. Pada awalnya Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh menimba ilmu di Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang yang diasuh oleh Simbah KH. Chudlori (Alm.) selama enam tahun untuk memperdalam keilmuan agama, khususnya pada penguasaan ilmu kitab kuning. Setelah lulus dari Pondok Pesantren API, beliau
47
memutuskan untuk menyempurnakan pengembaraan tholabul 'ilminya dengan menghafalkan Al-Qur'an di Pondok Pesantren Yambu'a Kudus yang diasuh oleh seorang kyai Khos Simbah KH. Arwani Amin (Alm.). Di pondok tersebut Bapak KH.Munawir Munajad alHafizh ngalap barokah kepada sang guru selama tujuh tahun. Tidak cukup sampai di situ, pengembaraan Bapak KH.Munawir Munajad al-Hafizh berlanjut dengan nyantri di Pondok Pesantren Langitan Tuban yang diasuh oleh Simbah KH. Abdullah Faqih selama dua tahun. Yang membuat istimewa adalah ternyata Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh adalah satu-satunya santri yang pertama hafal AlQur'an yang nyantri di pondok pesantren tersebut. Pada saat yang bersamaan, istri Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh yaitu Ibu Nyai Hj.Robithoh al-Hafizhah juga merupakan santriwati yang telah banyak menimba ilmu agama dengan nyantri di Pondok Pesantren Yambu'a Kudus selama tiga tahun dan berulang kali nyantri selama puasa (kilatan atau posonan) di beberapa pondok pesantren, seperti di Pondok Pesantren daerah Payaman Magelang, Pondok Pesantren Al-Muayyad Solo, dan di Pondok Pesantren Langitan Tuban. Sejarah pendirian Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Tingkir Tengah yang unik bermula saat Bapak KH. Munawir Munajad alHafizh menyunting idaman hati Ibu Nyai Hj. Robithoh al-Hafizhah pada tahun 1981. Pada saat pernikahan itulah Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh mendapat kado pernikahan yang lain dari pada
48
yang lain, yaitu kado pernikahan yang berwujud "seorang santri". Santri yang dimaksud adalah anak dari seorang petani yang berasal dari daerah Grabag yang kagum dengan kedalaman ilmu Bapak KH. Munawir Munajad al-Hafizh dan akhirnya menitipkan anaknya tersebut untuk ikut belajar dengan beliau. Dari cikal satu "santri kado" itulah Pondok pesantren Nazzalal Furqan berdiri dan berkembang pesat hingga sekarang. Dari awal tahun berdirinya 1981 sampai tahun 1988 pondok pesantren ini baru ada santri putri sebanyak 5 orang, hingga pada tahun 1990 baru bertambahnya 1 santri putra yang belajar Al-Qur'an dengan beliau. (Hariri, 2011: 44-45) Dari tahun 1981 pondok pesantren ini telah mencetak hafizh dan hafizhah yaitu kurang lebih dari 1000-an santri. Pada tahun ini jumlah santri yang ada sebanyak 100 santriwan dan 200 santriwati. b. Lokasi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Alamat Pondok Pesantren: Jalan
: Gang Saroja
Dusun
: Ngepos
Desa/Kelurahan
: Tingkir Tengah
Kecamatan
: Tingkir
Kodya
: Salatiga
Kode Pos
: 50745
Nomor Telepon/Fax
: (0298) 314375
49
c.
Visi dan Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan 1) Visi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Tingkir "Menjaga Al-Qur'an sampai mati" 2) Misi Pondok Pesantren Nazzalal Furqan a) Mencetak hafizh dan hafizhah yang fasih dalam membaca dan menghafal Al-Qur'an b) Meningkatkan keimanan dan ketaqwaan santriwan dan santriwati. c) Membentuk perilaku Islami dalam kehidupan sehari-hari.
d. Sarana dan prasarana Pondok Pesantren Nazzalal Furqan Untuk menunjang kegiatan belajar di Pondok Pesantren ini, beberapa sarana dan prasarana pendukung telah tersedia. Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu apa saja yang ada di pondok pesantren tersebut serta berupa fisik, baik benda bergerak maupun tidak bergerak dan berfungsi membantu semua aktifitas kegiatan belajar. Tabel. 3.4 Data Sarana dan Prasarana Ponpes Nazzalal Furqon Tingkir Salatiga Tahun 2015 No
Jenis
Jumlah
Ket
1
Kamar Santri Putri
18
Baik
2
Kamar Mandi Putri
11
Baik
3
Mushola Putri
1
Baik
50
e.
4
Ruang Dapur Putri
2
Baik
5
Kamar Santri Putra
8
Baik
6
Kamar Mandi Putra
6
Baik
7
Ruang Dapur Putra
3
Baik
8
Mushola Putra
1
Baik
9
Puskestren
1
Baik
10
Kamar Tamu
3
Baik
11
Kantin
1
Baik
12
Koperasi
1
Baik
13
Mobil Inventaris
2
Baik
14
Alat Rebana
2 set
Baik
15
Sound System
2 set
Baik
16
Telepon
3
Baik
Keadaan Santri Secara global jumlah santri di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon di tahun ini adalah 100 santriwan dan 215 santriwati. Mereka semua berasal dari berbagai daerah.
f.
Program Kegiatan Tabel. 3.5 Jadwal Kegiatan Harian No. Waktu
Kegiatan
Keterangan
1
Tahajud
Semua santri
03.30
51
2
04.30
Jama’ah Sholat Subuh
Semua santri
3
05.00-06.00
Muroja’ah
Santri bin-nadzar
4
06.00-07.00
Piket harian pondok
Semua santri
5
07.00-07.30
Istirahat (mandi dan Semua santri makan)
6
07.30-09.00
Sholat dhuha
Semua santri
7
09.00-10.00
Pengajian Al-Qur’an
Santri bin-nadzar
8
10.00-10.30
Deresan
Semua santri
9
10.30-12.00
Istirahat
10
12.00-12.30
Persiapan dan jamaah Semua santri sholat dzuhur
11
12.30-13.30
Ayatan bin-nadzar
Semua santri binnadzar
12
13.30-14.30
Deresan
Semua santri
13
14.30-15.00
Istirahat mandi
14
15.00-15.30
Persiapan dan jamaah Semua santri sholat ashar
15
15.30-17.15
Pengajian Al-Qur’an
Santri
bin-nadzar
dan bil-ghaib 16
17.15-17.45
Istirahat makan
17
17.45-18.15
Persiapan dan jamaah Semua santri sholat maghrib
52
18
18.15-19.00
Yasinan
Semuasantri
19
19.00-19.15
Jamaah sholat isya
Semua santri
20
19.15-20.30
Pengajian Al-Qur’an
Santri bil-ghaib
21
20.30-21.00
Deresan kelompok
Santri bil-ghaib
22
21.00-22.00
Deresan
23
22.00
Istirahat malam
Tabel. 3.6 Jadwal Kegiatan Mingguan No. Hari Selasa
Waktu 20.00-
Kegiatan
Pengampu
Mengaji Kitab
1.
K.Basyirun 21.00
Fathul Qorib
13.30Mengaji Kitab
Ustadzah
Kifayatun Nisa’
Ma’inatul H
Dzibaan
-semua santri
Mengaji Tajwid
Ustadzah
15.00 Kamis 2. 20.0021.30 08.3009.30 Anisatul K
Jum’at 3. 13.30Tartilan
Semua santri
Mengaji Kitab
K.M Nasir
15.00 4.
Minggu
20.00-
53
21.00
Sullamut Taufiq
B. Temuan Penelitian 1.
Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang metode menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda adalah sebagai berikut: a.
Hj.Sayyidah Hj.Sayyidah adalah pengasuh dari PP Sabilul Huda atau orang yang bertanggung jawab atas segala aktivitas di PP Sabilul Huda. Metode menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda tidak terdapat metode khusus, namun terdapat metode dengan test hafalan disetiap tahunnya. Seperti ungkapan dari Hj. Sayyidah berikut ini: “Untuk tata cara santri menghafal Al-Qur’an di sini santri tersebut harus mengawali dengan mengkhatamkan hafalan juz 30 (juz ‘amma) dan menyelesaikan membaca Al-Qur’an 30 juz (bin-nadzar) secara baik dan benar. Meski santri tersebut sudah pernah menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren lain, tetap ia harus mengulang dari awal. Dan ditekankan kepada santri baru untuk diutamakan dalam belajar makharijul huruf dengan baik dan benar.Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karena dalam proses menghafal ini sesuai kemampuan masing-masing santri.Namunmetode yang digunakan untuk mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan Al-Qur’an pojok cetakan Kudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
b.
Windar Windar adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2013, dia berusia 23 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul
54
Huda sejak tahun 2014. Sekarang sudah mampu menghafal AlQur’an 6 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena keinginan dari diri sendiri dan dukungan dari orang tua. Cara Windar dalam menghafal Al-Qur’an yaitu dengan dibaca dan dihafalkan ayat per ayat. Dia menghafal setiap hari 1 halaman sampai 1 lembar. Seperti yang diungkapkan Windar berikut ini: “Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu dengan saya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya menghafalnya ayat per ayat sampai lancar, setelah itu baru saya ulangi lagi atau tikrar sampai saya benar-benar hafal 1 pojok/halaman itu. Dan biasanya saya dapat menambah hafalan sebanyak satu pojok/ halaman sampai satu lembar dalam satu hari.” (Windar, 06-09-2015) c.
Azihah Azihah adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2011, dia berusia 19 tahun, dan mulai menghafal di PP Sabilul Huda sejak tahun 2013 sampai sekarang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 22 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena kemauan ia sendiri, dukungan orang tua juga dorongan dari sang guru. Cara Azihah dalam menghafal Al-Qur’an yaitu dengan menghafal Al-Qur’an ayat per ayat. Dia menambah hafalan 3 halaman sampai 5 halaman per hari. Seperti ungkapan Azihah berikut ini: “Cara saya dalam menghafal, seperti saya menambah hafalan 1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah lancar satu ayat baru saya lanjutkan ke ayat yang lain. Setelah itu baru saya ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar). Kemudian minta di sima’kan oleh teman yang lain.” (Azihah, 06-092015)
55
d.
Anafa Anafa adalah santriwati PP Sabilul Huda sejak tahun 2005, dia mulai menghafalkan Al-Qur’an pada tahun 2007 pada saat menginjak usia ke 20 tahun dan dia sudah dapat mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya sekitar pada tahun 2011. Menghafalkan AlQur’an adalah keinginan besar dari dirinya sendiri dan sangat didukung oleh kedua orang tuanya. Cara Anafa menghafal AlQur’an yaitu dengan metode ayat per ayat, dalam sehari ia mampu menambah hafalan Al-Qur’an 2 sampai 3 pojok/ halaman. Seperti yang Anafa paparkan sebagai berikut: “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatam sekarang ini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojok ayat Al-Qur’an setelah itu baru saya hafalkan dari ayat per ayat, begitu dan seterusnya sampai lanyah dan lancar. Dan untuk menjaganya dalam sehari ada tadarus wajib yaitu mentadarus hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis sebanyak 3 juz dengan syarat tidak boleh diselingi dengan kegiatan apapun.” (Anafa, 16-09-2015)
e.
Viani Viani adalah santriwati PP.Sabilul Huda sejak tahun 2011, berusia 16 tahun, ia mulai menghafalkan Al-Qur’an pada bulan Agustus tahun 2015, sekarang ia sudah mampu menghafalkan AlQur’an juz 1. Ia menghafalkan Al-Qur’an karena keinginannya sendiri dan didukung orang tuanya. Cara Viani menghafalkan AlQur’an dengan cara menghafal ayat per ayat. Dalam 1 hari ia mampu
56
menambah hafalan 2 sampai 3 pojok. Seperti ungkapan Viani berikut ini: “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya baca berulang-ulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya. Dan sekarang ini saya belum didawuhi untuk muroja’ah atau deresan langsung pada bu nyai, karena saya baru mulai masih menghafal ayat juz 1, jadi fokus untuk undakan atau hafalan tambahan.” (Viani, 16-09-2015) Dari lima informan di atas, metode menghafal Al-Qur’an di Pondok
Pesantren
Sabilul
Huda
dengan
menggunakan
metode
memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode menghafal ayat per ayat, metode takrir, metode semaan dengan sesama teman tahfidz, dan tadarusan wajib 1 hari 3 juz. 2.
Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti di PP Nazzalal Furqon adalah sebagai berikut: a.
KH.Munawir KH.Munawir adalah pengasuh sekaligus penanggung jawab segala kegiatan aktifitas mengaji Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon. KH.Munawir dalam memilih metode menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon tidak ada metode khusus, melainkan secara langsung sorogan kepada kiai. Seperti ungkapan KH.Munawir berikut ini: “Di sini untuk metode mengaji Al-Qur’an terutama menghafal Al-Qur’an tidak ada metode khusus melainkan terserah pada santri dan menurut kemampuan masing-masing santri. Dengan harapan di sini santri sregep atau rajin dalam mengaji, mentadarus atau menjaga Al-Qur’an dengan sebaik-
57
baiknya sampai akhir hayat. Saya hanya mengarahkan sesuai kaidah membaca yang benar dalam santri membaca atau menghafal Al-Qur’an, ketika waktu mengaji Al-Qur’an dengan cara sorogan kepada saya secara langsung.” (KH.Munawir, 10-09-2015) b.
Sari Sari adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun 2014, dia berusia 19 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon pada bulan akhir tahun 2014, sampai sekarang sudah mampu menghafalkan Al-qur’an 4 juz. Menghafal Al-Qur’an adalah kemauan Sari sendiri dan dukungan dari orang tua-nya. Cara Sari dalam menghafalkan Al-Qur’an dengan dihafal ayat per ayat. Dalam 1 hari dia dapat menambah hafalan 2 sampai 3 pojok/ halaman. Seperti ungkapan Sari berikut ini: “Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya saya membuat hafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnya saya baca dahulu atau bin-nadzari semua agar benar bacaannya, kemudian baru saya hafalkan dengan ayat per ayat. Setelah itu saya minta tolong kepada teman lain untuk menyimakkan.” (Sari, 16-09-2015)
c.
Ruhah Ruhah adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun 2009, dia berusia 23 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon pada tahun 2010 sekarang sudah mampu menghafal Al-qur’an 12 juz. Dia menghafal Al-Qur’an karena keinginan dirinya sendiri dan sangat didukung oleh orang tuanya. Cara Ruhah dalam menghafal Al-Qur’an dengan menghafal ayat per ayat. Dalam 1 hari
58
ia dapat menambah hafalan 1 pojok/halaman Al-Qur’an. Seperti paparan Ruhah sebagai berikut: “Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar. Setelahitu baru disima’kan oleh teman yang lain.” (Ruhah, 16-09-2015) d.
Rosyi Rosyi adalah santriwati di PP Nazzalal Furqon sejak tahun 2010, dia berusia 22 tahun dan mulai menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon mulai bulan awal tahun 2011, sampai sekarang sudah mampu menghafal Al-Qur’an 25 juz. Dia menghafal AlQur’an adalah keinginannya sendiri yang didukung penuh oleh kedua orang tuanya. Cara Rosyi dalam menghafal Al-Qur’an dengan di hafal ayat per ayat. Dalam 1 hari dia mampu menghafal ayat AlQur’an 2 pojok/ halaman. Seperti ungkapan Rosyi berikut ini: “Cara saya menghafal Al-Qur’an yaitu dengan saya mendarus sendiri, kalau untuk membuat atau menambah hafalan baru awalnya saya baca terus menerus atau diulang berkali-kali, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat. Kalau untuk deresan atau muroja’ah, kami lakukan dengan muroja’ah bersama secara berkelompok setelah mengaji Al-Qur’an bakda isya’ dengan membaca tiap santri ¼ juz disema’kan oleh senior yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an dengan cara sorogan satu per satu.” (Rosyi, 16-09-2015)
e.
Zahwa Zahwa adalah santriwati PP Nazzalal Furqon sejak bulan Maret 2010, dan pada bulan itu juga dia sudah mulai menghafal AlQur’an
pada
usia
19
tahun,
sekarang
ia
sudah
mampu
59
mengkhatamkan hafalan Al-Qur’annya pada Juli 2014. Zahwa menghafal Al-Qur’an karena keinginannya sendiri dan didorong oleh orang tuanya. Sebelum mulai menghafal ia menata niatnya dengan mepersiapkan diri sebaik-baiknya untuk bisa lebih fokus pada hafalan Al-Qur’annya. Cara yang dilakukan Zahwa pada saat menambah hafalannya dulu dengan cara dihafalkan ayat per ayat, seperti paparan Zahwa berikut ini: “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an yaitu dihafal ayat per ayat, yang awalnya saya baca dulu 1 pojok Al-Qur’an itu berkali-kali kemudian baru saya hafalkan ayat per ayat. Biasanya saya dalam 1 hari mampu menghafalkan sampai 1 lembar atau 2 pojok. Untuk menyetorkan undakan atau menambah hafalan kepada ibu.nyai (ketika ibu.nyai masih sugeng) hanya satu kali waktu bakda subuh, selain itu digunakan deresan ¼ juz kepada abah.yai bakda isya’.” (Zahwa, 20-09-2015) Dan dapat ditemukan dari paparan lima informan di atas, dari pengasuh mengatakan menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon tidak terdapat metode khusus dalam menghafal AlQur’an, karena semua sesuai kemampuan santri. hanya saja metode yang biasa digunakan sesuai ungkapan dari 4 informan lain adalah memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode ayat per ayat, metode takrir, muroja’ah ber-sama secara berkelompok yaitu satu majelis muroja’ah tiap kelompok terdapat 9 orang, dan tiap orangnya menghafalkan ¼ juz dengan cara sorogan yang disema’ langsung oleh santri senior, metode deresan wajib 1 hari ¼ juz dan metode semaan sesama teman tahfidz.
60
3.
Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an Setiap metode memiliki waktu yang paling tepat untuk diterapkan. Begitu jugadengan berbagai metode atau berbagai cara yang diterapkan di PP Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga. Selain waktu yang digunakan terdapat juga kiat-kiat atau riyadhah untuk menjaga hafalan Al-Qur’an. Implementasi dari berbagai metode dan kiatkiat menjaga hafalan yang tersebut di atas, seperti ungkapan-ungkapan dari informan berikut ini: a.
Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Sabilul Huda 1) Hj. Sayyidah “Untuk pengajian santri yang masih menghafal juz amma sebelum maju sorogan kepada saya, santri tersebut harus disima’kan terlebih dulu kepada santri senior. Dan untuk santri bin-nadhar ketika sudah selesai membaca 30 juz AlQur’an diharuskan menghafal tujuh surat pilihan yaitu Surat As-Sajadah, Surat Yasiin, Surat Ad-Dukhan, Surat Waqi’ah, Surat Ar-Rahman, Surat Al-Kahfi dan Surat Al-Mulk. Meski nantinya santri tersebut tidak melanjutkan dalam menghafal Al-Qur’an, tetapi itu sebagai bekal hidup. Dan setiap tahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalan yang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satu santri dengan satu santri yang lain saling menyima’ dan dipantau langsung oleh abah yai/ ibu nyai. Nasihat untuk menjaga hafalan, santri diharapkan bisa menjaga wudhunya, ajek jama’ah sholat lima waktu setiap hari, sholat sunah 4 rokaat setelah sunah tahajud.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
2) Windar “Saya membuat hafalan baru 2 pojok ayat Al-Qur’an dalam satu hari dengan metode ayat per ayat, dan waktu yang saya suka untuk menambah hafalan adalah pada saat pagi bakda dhuha dan bakda dhuhur, biasanya paling lama setengah jam. Kemudian sorogan kepada ibu nyai mengajukan undakan atau hafalan baru sebanyak dua kali pada waktu
61
bakda subuh dan bakda dhuhur, dan untuk muroja’ah ¼ juz saya lakukan waktu bakda maghrib. Dan kiat untuk menjaga hafalan sregep sholat dhuha tiap hari, dan dulu saya pernah mendapat ijazah berupa dzikir “Rotibul Hadad” dari Langitan.” (Windar, 06-09-2015) 3) Azihah “Kalau untuk menambah hafalan baru yang biasa saya lakukan pada waktu sekitar jam 11.00, bakda ashar dan bakda isya’, dalam waktu-waktu tersebut saya mampu menghafalkan minimal 3 pojok ayat Al-Qur’an dan maksimal ¼ juz, dan paling lama 1 jam. Kemudian pada saat mengaji kepada ibu nyai, saya manfaatkan waktu dua kali undakan atau menambah hafalan yaitu bakda dhuhur dan bakda maghrib dan satu kali deresan atau muroja’ah-nya bakda subuh. Dan kiat untuk menjaga hafalan sregep untuk berjama’ah sholat lima waktu.” (Azihah, 06-09-2015) 4) Anafa “Sebelum mengkhatamkan hafalan saya, cara saya dalam menambah hafalan baru dengan metode ayat per ayat, dan saya lebih suka pada waktu bakda dhuha, bakda dhuhur dan bakda isya’. Dan untuk menjaga hafalan saya tiap hari harus mengkhatamkan 3 juz dalam waktu satu majelis, dan itu sering saya lakukan pada waktu bakda dhuha. Kiat untuk menjaga hafalan harus sregep-sregep deres dengan niat menjaga Al-Qur’an.” (Anafa, 16-09-2015)
5) Viani “Waktu yang sering saya lakukan untuk menambah hafalan ini pada waktu bakda dhuha sekitar jam sembilan pagi, bakda dhuhur dan bakda isya’ rata-rata maksimal membutuhkan waktu paling lama 1 jam per 1 pojok ayat AlQur’an. Dan untuk menjaga hafalan sering mentadarus atau muroja’ah setiap hari.” (Viani, 16-09-2015) Dari berbagai implementasi waktu yang dipaparkan oleh informan di atas, mayoritas waktu yang efektif digunakan dalam menghafal Al-
62
Qur’an di PP. Sabilul Huda adalah bakda dhuha, bakda dhuhur dan bakda isya.
b. Implementasi Metode Menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon 1) KH. Munawir “Untuk mengaji Al-Qur’an terutama santri baru diutamakan untuk belajar makharijul huruf yaitu panduan utama sebelum belajar membaca Al-Qur’an dengan dibimbing oleh seniornya. Dengan begitu santri sudah terlatih dengan bacaan yang benar pada saat nantinya sorogan kepada saya. Sebelum melangkah pada tahap hafalan santri diharuskan sudah hafal juz 30 dan selesai bin-nadzar 30 juz. Dan untuk kiat khusus dengan nasihat agar santri dapat sregep mengaji dan bertekad untuk menjaga Al-Qur’an sampai mati.” (KH.Munawir, 10-09-2015) 2) Ruhah “Waktu yang biasa saya gunakan untuk menambah hafalan baru, saya lebih enak pada waktu ba’da ashar itu untuk membuat hafalan baru, dan ba’da subuhnya saya gunakan untuk melancarkan hafalan saya itu. Pada waktu-waktu tersebut dalam sehari saya mampu menghafalkan 1 pojok. Dan paling lama waktu saya mentadarus 1½ jam sampai 2 jam. Kiat menjaga hafalan bagi saya rajin-rajin deres atau muroja’ah, mengistiqomahkan membaca Surat Yasiin dan Surat Thaha setiap bakda Sholat Maghrib.” (Ruhah, 16-092015) 3) Sari “Kalau saya sering menggunakan waktu untuk menambah hafalan yaitu pada waktu malam hari sekitar jam 10 malam, pagi bakda subuh dan bakda ashar maksimal saya gunakan tiap waktunya ½ jam sampai 1 jam. Dalam sehari saya mampu menambah hafalan 2 sampai 3 pojok. Kiat saya untuk menjaga hafalan berusaha untuk istiqomah deres Al-Qur’an, sering di bin-nadzari dan sebelum memulai dalam menghafal diawali dengan bertawashul pada guru-guru.” (Sari, 16-092015)
63
4) Rosyi “Untuk menambah hafalan saya lebih suka pada waktu bakda tahajud dan bakda subuh maksimal tiap waktunya 1 jam, dan dalam satu hari biasanya saya mampu menambah 2 pojok. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan terus dimuthala’ah, sering melakukan sema’an, tiap hari membaca 1 juz. Pernah mendapatkan ijazah dengan melakukan dalail Al-Qur’an dan puasa daud selama 3 tahun dari Simbah K.Yasiin Srumbung.” (rosyi, 16-09-2015) 5) Zahwa “Waktu yang sering saya gunakan dalam menambah hafalan saya lebih suka pada waktu bakda subuh karena pada waktu tersebut pikiran masih fresh, dan situasi yang sepi seperti bakda tahajud lebih mudah untuk menghafal. Dalam satu hari saya mampu menambah hafalan 2 pojok/ 1 lembar. Dan setelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk bisa menjaga hafalan saya, untuk itu tiap harinya dan anjuran dari Abah yai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼ juz. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an (membaca ulang hafalan) dan pernah mendapat ijazah untuk melakukan puasa daud selama 1 tahun, dan sebelum mulai mentadarusnya dikhususkan untuk hadroh atau hadiah fatichah kepada para Nabi, dan guru-guru.” (Zahwa, 20-092015) Dari berbagai implementasi waktu yang dipaparkan oleh informan di atas, mayoritas waktu yang efektif digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an di PP. Nazzalal Furqon adalah bakda tahajud, bakda subuh, bakda dhuha, dan bakda ashar.
64
BAB IV ANALISIS DATA
A. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Sabilul Huda Dilihat dari hasil temuan observasi dan wawancara di PP Sabilul Huda. Sebenarnya tidak terdapat metode khusus dalam menghafal Al-Qur’an, hanya saja santri berinisiatif sendiri untuk menggunakan metode atau sesuai kemampuan santri. Hal ini peneliti temukan dalam wawancara berikut: “Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karena dalam proses menghafal ini sesuai kemampuan masing-masing santri. Namun metode yang digunakan untuk mempermudah dalam menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan Al-Qur’an pojok cetakan Kudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015) Dan ditemukan beberapa metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu sebagai berikut: 1. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal Dari para informan mengungkapkan cara yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur’an yaitu mereka melakukan dengan membaca AlQur’an sebelum menghafal, terutama dalam menambah hafalan. Seperti ungkapan dalam isi wawancara berikut: “Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar.” (Azihah, 06-09-2015) “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatam sekarang ini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojok ayat Al-Qur’an itu, setelah itu baru saya hafalkan dari ayat per ayat begitu dan seterusnya sampai lanyah dan lancar.” (Anafa, 16-09-2015)
65
“Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya baca berulangulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya. Dan sekarang ini saya belum didawuhi untuk muroja’ah atau deresan langsung pada bu nyai, karena saya baru mulai masih menghafal ayat juz 1, jadi fokus untuk undakan atau hafalan tambahan.” (Viani, 16-092015) 2. Metode ayat per ayat (Wahdah) Selain menggunakan metode di atas, para informan juga mengungkapkan dalam menghafalkan Al-Qur’an mereka menggunakan metode dengan cara menghafal ayat per ayat atau metode wahdah. Terutama dalam menambah hafalan baru. Sebagaimana telah diungkapkan oleh informan dalam wawancara sebagai berikut: “Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu dengan saya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya menghafalnya ayat per ayat sampai lancar.” (Windar, 06-09-2015) “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an dengan saya baca berulangulang, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya.” (Viani, 16-09-2015) 3. Metode takrir atau mengulang Metode ini biasa digunakan santri atau para informan dalam menghafal Al-Qur’an, di mana santri sudah mampu menghafal dengan ditakrir atau diulang kembali, harapannya supaya hafalan yang dihafalkannya tersebut tetap terjaga dan menjadikan lancar dan berkualitas dalam menghafal Al-Qur’an. Seperti ungkapan informan berikut: “Cara saya menghafal ketika menambah hafalan baru yaitu dengan saya baca terlebih dahulu 1 halaman, baru saya menghafalnya ayat per ayat sampai lancar, setelah itu baru saya ulangi lagi atau tikrar sampai saya benar-benar hafal 1 pojok/halaman itu. Dan biasanya saya dapat menambah hafalan sebanyak satu pojok/ halaman sampai satu lembar dalam satu hari.” (Windar, 06-09-2015)
66
“Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah lancar satu ayat baru saya lanjutkan ke ayat yang lain. Setelah itu baru saya ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar). Kemudian minta di sima’kan oleh teman yang lain.” (Azihah, 06-09-2015) 4. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh Metode ini diterapkan di PP Sabilul Huda sebagai program implementasi disetiap tahunnya pada bulan hijriah dengan diadakannya test ujian hafalan antar santri yang menghafal atau bil-ghaib. Seperti ungkapan informan berikut ini: “Dan setiap tahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalan yang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satu santri dengan satu santri yang lain saling menyima’ dan dipantau langsung oleh abah kyai/ibu nyai.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015)
5. Metode menghafal satu hari tiga juz Metode ini diterapkan sebagai implementasi program yang dikhususkan pada santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an, yaitu diharuskan setiap harinya mengkhatamkan dengan menghafal Al-Qur’an minimal 2 sampai 3 juz dan maksimal 5 juz dalam satu majelis, begitu pula adab dalam melaksanakan kegiatan ini harus menghafal dengan khidmat tidak boleh diselingi dengan kegiatan apapun, tujuan agar dapat fokus dalam hafalan Al-Qur’annya. Seperti ungkapan informan berikut: “Bagi santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an dianjurkan untuk tetap mentadarus atau muroja’ah hafalannya setiap hari dalam satu majelis minimal 2-3 juz hafalan dan maksimal 5 juz, supaya tidak mudah lupa dengan hafalan yang sudah didapat.” (Hj. Sayyidah, 0309-2015)
67
“Dan untuk menjaganya dalam sehari ada tadarus wajib yaitu mentadarus hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis sebanyak 3 juz dengan syarat tidak boleh diselingi dengan kegiatan apapun.” (Anafa, 16-09-2015) Dalam menjaga hafalan banyak sekali hal yang dilakukan seperti yang telah disampaikan Munjahid (2007: 117), berkonsentrasi yang di maksud disini adalah terfokusnya pikiran dan ingatan seorang penghafal Al-Qur’an pada ayat-ayat yang sedang dihafalnya. Kegiatan ini diterapkan dengan tujuan untuk menjaga hafalan Al-Qur’an dengan baik. B. Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Gambaran metode menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon dari hasil temuan melalui observasi dan wawancara kepada informan, ditemukan paparan dari informan bahwa proses mengaji hafalan Al-Qur’an di PP Nazzalal
Furqontidak
menggunakan
suatu
metode
khusus
dalam
menghafalkan Al-Qur’an, seperti ungkapan informan berikut: “Di sini untuk metode mengaji Al-Qur’an terutama menghafal Al-Qur’an tidak ada metode khusus melainkan terserah kepada santri dan menurut kemampuan masing-masing santri. Dengan harapan di sini santri sregep atau rajin dalam mengaji, mentadarus dan menjaga hafalan AlQur’annya dengan baik sampai akhir hayat.” (KH.Munawir, 10-092015) Selain itu juga ditemukan beberapa metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an di PP Nazzalal Furqon, yaitu sebagai berikut: 1. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal Metode ini sering dilakukan oleh para informan dalam menghafal Al-Qur’an, karena dengan metode ini dapat memudahkan informan dalam
68
proses menghafalkan ayat-ayat Al-Qur’an, sebagaimana dari paparan informan berikut ini, diantaranya: “Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar.” (Ruhah, 16-09-2015)
2. Metode ayat per ayat (wahdah) Selain metode di atas, Para informan juga mengungkapkan dalam menghafal Al-Qur’an mereka menggunakan cara menghafal ayat per ayat atau metode wahdah, terutama dalam menambah hafalan baru. Seperti paparan informan berikut ini: “Cara saya menghafal Al-Qur’an yaitu dengan saya mendarus sendiri, kalau untuk membuat atau menambah hafalan baru awalnya saya baca terus menerus atau diulang berkali-kali, setelah itu baru saya hafalkan ayat per ayat.” (Rosyi, 16-09-2015) “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an yaitu dihafal ayat per ayat, yang awalnya saya baca dulu 1 pojok ayat Al-Qur’an itu berkali-kali kemudian baru saya hafalkan ayat per ayat.” (Zahwa, 20-09-2015)
3. Metode takrir Metode takrir atau mengulang hafalan, yaitu metode implementasi dalam bentuk menjaga hafalan agar hafalan Al-Qur’an menjadi tambah lancar dan melekat kuat dengan baik. dalam hal ini ditemukan pada informan yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz, berikut ungkapan dari informan : “Dan setelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk bisa menjaga hafalan saya, untuk itu tiap harinya dan anjuran dari Abah yai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼ juz. Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an (membaca ulang hafalan) dan
69
pernah mendapat ijazah untuk melakukan puasa daud selama 1 tahun, dan sebelum mulai mentadarusnya dikhususkan untuk hadroh atau hadiah fatichah kepada Nabi, guru-guru.” (Zahwa, 20-09-2015) 4. Metode muroja’ah kelompok Metode ini yang dimaksud adalah dalam suatu kegiatan satu majelis, yang mana dalam satu kelompok terdapat 9-10 santri penghafal Al-Qur’an dengan disema’kan oleh seorang santri penghafal Al-Qur’an yang sudah khatam atau senior dengan sorogan satu per satu, dan tiap peserta kelompok tersebut tiap santri membacakan hafalannya sebanyak ¼ juz dari hafalan yang sudah di dapatkannya. Seperti ungkapan informan berikut ini: “Kalau untuk deresan atau muroja’ah, kami lakukan dengan muroja’ah bersama secara berkelompok setelah mengaji Al-Qur’an bakda isya’ dengan membaca tiap santri ¼ juz disema’kan oleh senior yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an dengan cara sorogan satu per satu.” (Rosyi, 16-09-2015) 5. Metode deresan wajib ¼ juz dalam sehari Metode ini adalah bentuk implementasi yang biasa dilakukan oleh santri penghafal Al-Qur’an yang sudah khatam hafalan 30 juz dengan tujuan supaya hafalannya tetap terjaga dengan baik. adapun seperti hasil wawancara beerikut ini: “Dan setelah khatam tanggungjawab saya lebih besar untuk lebih menjaga hafalan saya, dan untuk tiap harinya juga anjuran dari Abah yai untuk muroja’ah atau deresan wajib sehari ¼ juz.” (Zahwa, 20-092015) 6. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh Para informan mengungkapkan bahwa dalam kegiatan proses menghafal selain menggunakan metode-metode di atas, metode semaan
70
sesama tahfizh ini dilakukan pada saat santri selesai menghafalkan hafalan tambahannya, untuk memperlancar hafalan yang di dapat. Seperti ungkapan informan berikut: “Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya saya membuat hafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnya saya baca dahulu atau bin-nadzari semua agar benar bacaannya, kemudian baru saya hafalkan dengan ayat per ayat. Setelah itu saya minta tolong kepada teman lain untuk menyimakkan.” (Sari, 16-09-2015) “Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar. Setelah itu baru disima’kan oleh teman yang lain.” (Ruhah, 16-092015) C. Persamaan Metode Menghafal Al-Qur’an Dilihat dari hasil temuan Observasi dan wawancara di PP. Sabilul Huda Banyubiru dan PP Nazzalal Furqon Salatiga ditemukan beberapa persamaan dalam metode atau tata cara dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu seperti berikut ini : 1. Tidak diterapkan metode khusus Dari hasil temuan wawancara di PP. Sabilul Huda dan PP. Nazzalal Furqon, sebenarnya tidak terdapat metode khusus dalam menghafal AlQur’an, hanya saja para santri berinisiatif sendiri untuk meng-gunakan metode yang sesuai kemampuan santri. Hal ini peneliti temukan dalam wawancara berikut: a. PP. Sabilul Huda : “Di pondok pesantren ini tidak diterapkan metode khusus, karena dalam proses menghafal ini sesuai kemampuan masing-masing santri. Namun metode yang digunakan untuk mempermudah dalam
71
menghafal Al-Qur’an, santri diwajibkan menggunakan Al-Qur’an pojok cetakan Kudus.” (Hj. Sayyidah, 03-09-2015) b. PP. Nazzalal Furqon: “Di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon untuk metode mengaji AlQur’an terutama menghafal Al-Qur’an tidak ada metode khusus melainkan terserah pada santri dan menurut kemampuan masingmasing santri. Dengan harapan di pondok ini santri sregep atau rajin dalam mengaji, mentadarus atau menjaga Al-Qur’an dengan baik sampai akhir hayat.” (KH.Munawir, 10-09-2015)
Munjahid (2007: 119) memaparkan kiat praktis dan efektif dalam menghafal Al-Qur’an, salah satu diantaranya adalah Memilih model atau metode menghafal yang tepat, karena model atau metode menghafal yang dimiliki seseorang dengan lainnya kadang tidak sama, karena setiap orang mempunyai porsi daya ingat yang berbeda-beda. Artinya tiap orang memiliki model atau gaya menghafal yang berbeda dengan lainnya. 2. Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal Metode ini digunakan para informan atau santri penghafal AlQur’an dalam proses menghafal Al-Qur’an, seperti yang diungkapkan oleh para informan berikut ini: a. PP. Sabilul Huda: 1) “Cara saya dalam menghafal, semisal saya menambah hafalan 1 pojok/halaman, awalnya saya baca dahulu berulang-ulang kemudian saya angan-angan dan sambil menghafal ayat per ayat sampai lancar.” (Azihah, 06-09-2015) 2) “Cara saya menghafalkan Al-Qur’an sebelum saya khatam sekarang ini yaitu saya tadarus dahulu berkali-kali 1 pojok ayat Al-Qur’an itu, setelah itu baru saya hafalkan dari ayat per ayat begitu dan seterusnya sampai lanyah dan lancar.” (Anafa, 16-09-2015)
72
b. PP. Nazzalal Furqon: “Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar.” (Ruhah, 16-09-2015) Alawiyah Wahid (2014:102-103) juga mengemukakan suatu metode untuk mempercepat menghafalkan Al-Qur’an ialah memperbanyak membaca Al-Qur’an sesering mungkin sebelum menghafalkan Al-Qur’an. Yang mana tujuannya untuk mengenal terlebih dahulu ayat-ayat yang hendak dihafalkan dan tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga lebih mudah dalam menghafalkannya. Semakin sering membaca AlQur’an
(bin-nadzri),
maka
akan
semakin
mudah
menghafalkan.
Contohnya, jika seseorang sering membaca surat Al-Faatihah dan Yaasiin atau surat-surat lain yang sering dibaca, maka lama kelamaan menjadi hafal dengan sendirinya karena seringnya dibaca. 3. Metode wahdah (ayat per ayat) Dari para informan mengungkapkan dalam menghafalkan AlQur’an mereka menggunakan dengan cara menghafal ayat per ayat atau metode wahdah. Terutama dalam menambah hafalan baru. Sebagaimana ungkapan informan di bawah ini: a. PP. Sabilul Huda : 1) Cara Windar dalam menambah hafalan baru yaitu dengan dibaca terlebih dahulu 1 halaman, setelah itudihafalnya ayat per ayat sampai lancar. (Windar, 06-09-2015)
73
2) Cara Viani menghafalkan Al-Qur’an dengan dibaca berulang-ulang, setelah itu dihafalkan ayat per ayat, begitu seterusnya. (Viani, 1609-2015) b. PP. Nazzalal Furqon : 1) Cara Ruhah menghafal Al-Qur’an dengan di bin-nadzari atau dibaca 1 pojok/ halaman sampai sepuluh kali atau lebih, kemudian dihafalkan dari ayat per ayat sampai lancar setelah itu baru disima’kan oleh teman yang lain. (Ruhah, 16-09-2015) 2) Cara Zahwa menghafalkan Al-Qur’an yaitu dengan dibaca dulu 1 pojok Al-Qur’an itu berkali-kali kemudian baru dihafalkan ayat per ayat. (Zahwa, 20-09-2015) Menurut Ahsin (2000: 63), salah satu metode dalam menghafal AlQur’an adalah metode wahdah. Metode ini adalah cara menghafal satu per satu terhadap ayat–ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal, setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali atau berulang-ulang sesuai kemampuan penghafal sehingga proses ini mampu membentuk pola bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat
yang dihafalkannya dalam
bayangannya, hingga dapat
membentuk gerak refleks pada lisannya. Demikian selanjutnya, sehingga semakin banyak diulang maka kualitas hafalan akan semakin representatif. 4. Metode takrir atau mengulang Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa metode takrir ini digunakan dengan kepercayaan untuk menjaga dengan baik hafalan AlQur’an yang sudah dihafalkan. Seperti ungkapan dari para informan dari kedua pondok pesantren berikut :
74
a. PP. Sabilul Huda : 1) Cara Windar dalam menghafal Al-Qur’an yaitu ia baca terlebih dahulu, kemudian dilanjut dengan metode wahdah sampai lancar, setelah itu baru ditikrar sampai ia benar-benar hafal 1 pojok / 1 halaman itu. (Windar, 06-09-2015) 2) Cara Azihah dalam menghafalawalnya ia baca dahulu berulangulang kemudian menghafal ayat per ayat sampai lancar, setelah itu baru ia ulangi lagi dari ayat pertama sampai ayat terakhir (tikrar). (Azihah, 06-09-2015) b. PP. Nazzalal Furqon :
Kiat saya untuk menjaga hafalan yaitu dengan tikrar-an (membaca ulang hafalan) dan pernah mendapat ijazah untuk melakukan puasa daud selama 1 tahun, dan sebelum mulai mentadarusnya dikhususkan untuk hadroh atau hadiah fatichah kepada Nabi, guruguru. (Zahwa, 20-09-2015) Dalam bukunya Alawiyah Wahid (2014:77) metode takrir maksudnya adalah mengulangi kembali hafalan yang sudah dihafalkan atau hafalan yang sudah disetorkan kepada guru atau kyai secara terusmenerus dan istiqomah. Ini bertujuan supaya hafalan yang sudah dihafalkan tetap terjaga, berkualitas baik, kuat dan lancar. Mengulang bisa dilakukan dengan sendiri atau didengarkan oleh guru atau yang lain. 5. Metode semaan dengan sesama teman tahfizh Metode ini adalah metode yang melibatkan antara sesama tahfidz yang mana antara satu tahfidz melakukan semaan dengan tahfidz lainnya, bisa dilakukan dua orang atau secara berkelompok. Seperti dalam ungkapan informan berikut ini:
75
a. PP. Sabilul Huda : Setiap tahunnya di bulan Rabi’ul Awal diadakannya test hafalan yang dilakukan oleh santri bil-ghaib yang mana antara satu santri dengan satu santri yang lain saling menyima’ dan dipantau langsung oleh abah kyai/ibu nyai. (Hj. Sayyidah, 03-09-2015) b. PP. Nazzalal Furqon : 1) Cara saya dalam menghafal Al-Qur’an setiap harinya saya membuat hafalan ayat baru seumpama 1 pojok itu awalnya saya baca dahulu atau bin-nadzari semua agar benar bacaannya, kemudian baru saya hafalkan dengan ayat per ayat. Setelah itu saya minta tolong kepada teman lain untuk menyimakkan. (Sari, 16-092015) 2) Cara saya menghafal Al-Qur’an biasanya saya bin-nadzari terlebih dahulu atau dibaca 1 pojok/halaman sampai sepuluh kali atau bisa lebih. Kemudian saya hafalkan dari ayat per ayat sampai lancar. Setelah itu baru disima’kan oleh teman yang lain. (Ruhah, 16-092015)
Menurut Alawiyah Wahid (2014:98-99) maksud dengan metode ini adalah Semaan Al-Qur’an atau Tasmi’ (memperdengar-kan hafalan kepada orang lain), misalnya kepada sesama teman tahfidz atau kepada senior yang lebih lancar merupakan salah satu metode untuk tetap memelihara hafalan supaya tetap terjaga, serta bertambah lancar. Kegiatan ini bisa dilakukan dengan semaan Al-Qur’an bersama seperti halnya kegiatan rutin pondok pesantren di tiap minggunya. D. Perbedaan Metode Menghafal Al-Qur’an Selain terdapat persamaan dalam keduanya ditemukan pula perbedaan terapan metode menghafal Al-Qur’an antara PP. Sabilul Huda dan PP. Nazzalal Furqon, sebagaimanayang disebutkan di bawah ini:
76
1. Metode muroja’ah Metode ini sama halnya dengan mengulang kembali hafalan AlQur’an yang sudah pernah dihafal dengan bertujuan untuk menjaga hafalan Al-Qur’an supaya tetap terjaganya hafalan dengan baik. Dan metode ini bisa dilakukan secara berkelompok atau dilakukan sendiri. Sebagaimana yang telah menjadi rutinitas di kedua pondok pesantren berikut ini : a. PP. Nazzalal Furqon, dengan menggunakan metode ini sudah men-jadi rutinitas bagi para santri atau informan di pondok pesantren, dan dilakukan secara berkelompok pada waktu setelah mereka selesai kegiatan mengaji Al-Qur’an kepada bapak yai, sebagaimana telah diungkapkan oleh informan sebagai berikut: Kalau untuk deresan atau muroja’ah bersama secara berkelompok setelah mengaji Al-Qur’an ba’da isya’ itu membaca ¼ juz disima’kan oleh senior dengan cara sorogan atau bergantian. (Rosyi, 16-09-2015) b. PP. Sabilul Huda kegiatan metode muroja’ah ini dilakukan oleh individu secara langsung pada waktu kegiatan mengaji Al-Qur’an kepada ibu nyai atau abah yai, seperti ungkapan informan berikut ini: Untuk sorogan kepada ibu nyai mengajukan undakan atau hafalan baru sebanyak dua kali pada waktu bakda subuh dan bakda dhuhur, dan untuk muroja’ah ¼ juz dilakukan waktu bakda maghrib. ( Windar, 06-09-2015 )
2. Metode deresan wajib Metode deresan wajib ini sama halnya dengan mentadarus hafalan Al-Qur’an yang dilakukan setiap harinya oleh para informan. Dan metode
77
deresan wajib ini biasa dilakukan oleh santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz, yang mana dengan ini santri dapat benar-benar menjaga hafalannya agar tidak mudah lupa. Namun dalam metode ini dari kedua pondok pesantren yang diteliti terdapat perbedaan dalam penerapan metode tersebut, yaitu sebagai berikut : a. PP. Sabilul Huda, metode deresan wajib ini adalah bentuk implementasi yang harus atau wajib dilakukan santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz dengan tuntutan dalam setiap harinya men-takrir 3 juz hafalan Al-Qur’an dalam satu majelis. Seperti ungkapan informan berikut : Santri bil-ghaib yang sudah khatam 30 juz ayat Al-Qur’an, untuk menjaga hafalan di tiap harinya wajib mengkhatamkan 3 juz ayat Al-Qur’an dalam waktu satu majelis, dan itu sering saya lakukan pada waktu bakda dhuha. (Anafa, 16-09-2015) b. PP. Nazzalal Furqon, implementasi metode deresan wajib ini dilakukan juga oleh para santri yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz dengan tujuan sama untuk menjaga hafalan Al-Qur’an, yaitu dengan mengulang atau mentadarus kembali hafalannya dalam waktu 1 hari menghafalkan ¼ juz Al-Qur’an dengan sorogan langsung kepada abah yai. Seperti ungkapan informan berikut ini : Setelah mengkhatamkan hafalan Al-Qur’an, yang saya lakukan untuk tanggungjawab menjaga hafalan anjuran dari abah yai untuk melaksanakan deresan wajib sehari menghafal ¼ juz. (Zahwa, 20-09-2015)
78
E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren 1.
Kelebihan Metode Menghafal Al-Qur’an a.
Metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal Cara yang digunakan santri dalam membuat hafalan baru dengan terlebih dahulu membaca ayat yang akan dibacanya berulang kali agar tidak asing dengan ayat-ayat tersebut, sehingga mudah dalam menghafalkannya. Karena bagi para penghafal Al-Qur’an bahwa dengan metode atau tehnik apapun yan dilakukan tidak akan terlepas dari pembacaan ayat secara berulang-ulang sampai dapat mengucapkan tanpa melihat mushaf.
b.
Metode wahdah Dalam menambah hafalan baru, santri juga menggunakan metode wahdah atau menghafal ayat per ayat. Dengan metode ini akan
membentuk
pola
dalam
bayangannya
dan
mampu
mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangan akan tetapi hingga dapat membentuk gerak refleks pada lisannya. c.
Metode takrir atau mengulang Kelebihan dari metode ini adahalah dengan tujuan menjaga kualitas hafalan Al-Qu’an yang sudah didapatkan agar tidak mudah lupa, dengan cara mengulang kembali hafalannya.
79
d.
Metode semaan sesama dengan teman tahfizh Kelebihan dari metode ini yakni membantu teman yang tahfizh dalam memelihara hafalannya dengan cara sama-sama menyima’ atau mendengarkan secara bergantian.
e.
Metode deresan wajib Tujuan metode ini adalah untuk menjaga hafalan Al-Qur’an bagi santri yang sudah khatam hafalan 30 juz Al-Qur’an agar hafalan-nya tetap kuat, selain itu juga agar disetiap harinya mempunyai waktu untuk selalu mentadarus Al-Qur’an.
f.
Metode muroja’ah kelompok Kelebihan dari metode ini adalah agar santri tidak merasa jenuh dalam setiap kegiatan mengaji Al-Qur’an, dalam satu kelompok tersebut dapat berinteraksi bersama dalam hafalan AlQur’an.
2.
Kekurangan Metode Menghafal Al-Qur’an Secara garis besar dilihat dari segi kekurangan dari semua metode yang terdapat di kedua pondok pesantren ini adalah menghabiskan banyak waktu yang digunakan, ketelitian terhadap bacaan ayat-ayat AlQur’an dan juga membutuhkan kesabaran yang ekstra bagi peng-hafal Al-Qur’an. Karena pada saat santri sudah mampu menghafal ayat AlQur’an sebanyak satu juz hafalan, diwajibkan untuk melakukan pengulangan hafalan dan itu dilakukan secara terus menerus.
80
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil kesimpulan dari penelitian Metode Menghafal AlQur’an Studi Komparasi Pondok Pesantren Sabilul Huda dan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon, telah ditemuakan beberapa metode yang terdapat di masing-masing dari kedua pondok pesantren yang penulis teliti, yaitu: 1.
Di Pondok Pesantren Sabilul Huda metode yang digunakan santri dalam menghafal Al-Qur’an adalah metode memperbanyak membaca AlQur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode takrir, metode semaan sesama teman tahfidz, dan metode menghafal 1 hari 3 juz.
2.
Di Pondok Pesantren Nazzalal Furqon ditemukan metode-metode yang digunakan santri dalam proses menghafal Al-Qur’an adalah: metode memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode wahdah, metode muroja’ah kelompok, metode takrir, metode deresan wajib ¼ juz dalam 1 hari, dan metode semaan dengan sesama teman tahfidz.
3.
Dari hasil temuan antar kedua pondok pesantren yang diteliti, terdapat persamaan dan perbedaan metode yang digunakan para informan dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu: a. Persamaan metode menghafal Al-Qur’an yang digunakan antara kedua pondok pesantren yang diteliti yakni, bahwa tidak terdapat metode khusus dalam menghafal Al-Qur’an antar keduanya, namun
81
dalam cara keseharian atau metode-metode yang digunakan hampir sama yaitu dengan menggunakan metode wahdah, memperbanyak membaca Al-Qur’an sebelum menghafal, metode takrir dan metode semaan sesama teman tahfizh. b. Selain itu juga ditemuakan beberapa perbedaan dalam metode menghafal Al-Qur’an, diantaranya: 1) Di PP Sabilul Huda menggunakan metode deresan wajib 3 juz setiap hari khusus untuk santri yang sudah khatam menghafal AlQur’an 30 juz, sedangkan 2) Di PP Nazzalal Furqon menggunakan metode deresan wajib tiap harinya ¼ juz untuk yang sudah khatam hafalan Al-Qur’an 30 juz, dan metode muroja’ah kelompok setelah mengaji Al-Qur’an bakda isya’. 4.
Kelebihan dan kekurangan Dari beberapa metode yang digunakan santri dalam menghafal AlQur’an terdapat kelebihan dan kekurangan dalam setiap pelaksanaan-nya, yaitu a. Kelebihan dari setiap metode di atas adalah dapat membantu santri dalam proses menghafalkan Al-Qur’an dan menjaga hafalan AlQur’annya. b. Kekurangan secara garis besar dari metode-metode di atas adalah menghabiskan banyak waktu yang digunakan, ketelitian terhadap
82
bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dan juga membutuhkan kesabaran yang ekstra bagi peng-hafal Al-Qur’an. B. Saran Berdasarkan dari hasil penelitian lapangan yang penulis lakukan, dengan uraian di atas, ada beberapa saran yang diajukan menyangkut penelitian ini, yaitu: 1. Pondok Pesantren Dilihat karakteristik dari kedua pondok pesantren yang berbeda, mulai tahapan-tahapan awal sebelum melangkah pada menghafal AlQur’an sampai tahapan menghafal Al-Qur’an sudah mumpuni dalam mencetak generasi qur’an yang lebih konsisten terhadap apa yang sudah menjadi tanggungjawab dalam belajar dan menjaga Al-Qur’an. 2. Santri Dengan berbagai macam metode, dan banyak pula yang dilakukan dalam menghafal Al-Qur’an melalui metode-metode tersebut. Tetap menjaga kontinuitas dan berusaha istiqomah dalam menjaga hafalan AlQur’an dengan baik.
83
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Al-Karim Al-Albani, Muhammad Nashiruddin. 2013a. Ringkasan Shahih Bukhari IV. Jakarta: Pustaka Azzam. __________. 2013b. Shahih Sunan At-Tirmidzi (3). Jakarta: Pustaka Azzam. __________. 2012. Ringkasan Shahih Muslim II. Jakarta: Pustaka Azzam. __________. 2007. Shahih Sunan Abu Daud (I). Jakarta: Pustaka Azzam. Al Hafidz, Ahsin W. 2000. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur'an dan Rahasia-rahasia Keajaibannya. Jogjakarta: Diva Press Djalal, Abdul. 2013. Ulumul Qur'an. Surabaya: CV Dunia Ilmu Hariri, Ahmad. 2011. Korelasi Intensitas Metode Bimbingan Guru dengan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren Nazzalal Furqon Tingkir 2011. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Moeleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Munir, M. 2006. Metode Dakwah . Jakarta: Prenada Media Munjahid. 2007. Strategi Menghafal Al-Qur’an 10 Bulan Khatam. Yogyakarta: Idea Press Qomar, Mujamil. Tanpa tahun. Pesantren: Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. Shihab, M.Quraish. 1999. Wawasan Al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i Atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan.
84
Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung: Mujahid Press Sugiyono. 2013. Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. CV Alfabeta. Syu'aib, Syeikh Abdul. Tanpa tahun. Menjiwai Qur'an. Terjemahan oleh Muh. Alif. 2012. Yogyakarta: Mumtaz. Thanthawi, Muhammad Sayyid. 2013. Ulumul Qur’an Teori & Metodologi. Jogjakarta: Ircisod Wahid, Wiwi Alawiyah. 2014. Cara Cepat Bisa Menghafal Al-Qur’an. Jogjakarta: Diva Press Zawawie, Mukhlishoh. 2011. Pedoman Membaca, Mendengar, dan Menghafal Al-Qur’an. Solo: Tinta Medina. http://muslim.or.id/9030/html : Keutamaan-keutamaan Al-Qur’an
LAMPIRAN
Bagian Depan Pondok Pesantren Nazzalal Furqon
Wawancara dengan Salah Satu Santri
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an Santri PP. Nazzalal Furqon
Kegiatan Muroja’ah Kelompok di PP. Nazzalal Furqon
Kegiatan Semaan dengan Sesama Teman Tahfidz di PP.Nazzalal Furqon
Kegiatan Mengaji Kitab di PP.Nazzalal Furqon
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Abah Yai di PP. Sabilul Huda
Kegiatan Mengaji Al-Qur’an dengan Ibu Nyai di PP. Sabilul Huda
Kegiatan Deresan Wajib 1 Hari 3 Juz di PP.Sabilul Huda
k
Kegiatan Mengaji Kitab di PP.Sabilul Huda