METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN PONDOK PESANTREN DAARUL QUR’AN (SANTRI USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA) COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2012
SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kependidikan Islam
Oleh MAIDATUL FAIZAH NIM 111 08 048
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara : Nama
: Maidatul Faizah
NIM
: 11108048
Jurusan / Progdi
: Tarbiyah / Pendidikan Agama Islam
Judul
: METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN PONDOK PESANTREN DAARUL QUR‟AN (SANTRI USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA) COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2012
Telah kami setujui untuk dimunaqosyahkan.
Salatiga, Agustus 2012 Pembimbing
H. Agus Ahmad Su’aidi, Lc, M.A NIP. 150369044
SKRIPSI METODE PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN PONDOK PESANTREN DAARUL QUR’AN (SANTRI USIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA) COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2012
DISUSUN OLEH: MAIDATUL FAIZAH NIM: 111 08 048 Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Tarbiyah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, pada tanggal 30 Agustus 2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kependidikan Islam (S.Pd.I). Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji
:Suwardi, M.Pd
__________________
Sekretaris Penguji
:Dra. Siti Asdiqoh, M.Si
__________________
Penguji I
: Dr. H. Muh. Saerozi, M.Ag
__________________
Penguji II
:Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
__________________
Penguji III
:H. Agus Ahmad Su‟aidi, Lc, M.A
__________________
Salatiga, 30 Agustus 2012
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP: 19580827 198303 1002
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Maidatul Faizah
NIM
: 111 08 048
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, buka jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah Salatiga,
Agustus 2012
Yang menyatakan,
MAIDATUL FAIZAH
MOTTO
Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya (HR. Bukhori)
Berusahalah untuk selalu menjadi orang yang SUKSES
Man Propose God Dispossed
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Kedua orang tuaku tersayang yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang sepanjang masa, kesabaran yang tiada tara, dan keikhlasan do‟anya. 2. IbuNyaiHj.Zulaikho yang saya hormati dan selalu saya harapkan ridho dan berkah ilmunya. 3. Babe dan Bunda Minuk yang selalu menyayangi dan memberi support kepadaku. 4. Kakakku Mas Sofan, kedua adikku Afid dan Ika, terima kasih atas motivasi, semangat, dan kasih sayang yang kalian berikan. 5. Mas Arul yang selalu memberikan do‟a, semangat, motivasi, dan kasih sayang yang tiada henti. 6. Dik Dana, Dik Jumarudin, Dik Zufar, terima kasih atas kesediaan kalian untuk memberikan informasi dan ilmu dalam menghafal Al-Qur‟an. 7. Dik Uut, Dik Titin, Dik Mazid, yang selalu aku repotkan. Terima kasih atas kasih sayang, bantuan dan semangat yang kalian berikan. 8. Sahabat-sahabatku di Pondok Al-Azhar sevisi dan semisi yang sangat aku sayangi dan banggakan. 9. Temanku PAI B‟08, Ani, Risa, Jannah, Zee, Ocek, Oziex, Painu, Ana, Nur, terima kasih atas kasih saying dan motivasi yang kalian berikan. Ku kan kenang selalu masa-masa saat bersama. Persahabatan yang tulus akan terjaga.
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum, Wr.Wb. Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan ni‟mat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Daarul Qur‟an (Santri Usia Sekolah Menengah Pertama) Colomadu Karanganyar Tahun 2012”. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Beliaulah Rosul utusan Allah yang membimbing umat manusia dari zaman jahiliyah sampai pada zaman yang modern ini. Yang kita nantikan syafa‟atnya di yaumul qiyamah. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan Islam (S.Pd.I) di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya pihak yang membantu dan membimbing. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M. Pd selaku ketua jurusan tarbiyah STAIN Salatiga. 3. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku ketua progdi PAI STAIN Salatiga. 4. H. Agus Ahmad Su‟aidi, Lc, M.A selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah mendidik dan membekali berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 6. Bapak Agus Ma‟arif Arifin, Lc, selaku pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar yang telah memberikan izin dan kesempatan untuk penelitian. 7. Bapak Agus Muslim, AH selaku pembimbing tahfidz di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar yang bersedia memberikan ilmu kepada peneliti. 8. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mendidik, membimbing serta memotivasi kepada penulis, baik moral, finansial, maupun spiritual. 9. Keluarga besar Pondok Pesantren Daarul Qur‟an yang telah membantu dalam memberikan informasi untuk keperluan skripsi. 10. Babe dan Mas Arul yang selalu setia dan sabar mengantar serta menunggu saat penelitian. 11. Teman-teman PAI B angkatan 2008 yang telah memberikan bantuan dan dukungannya. 12. Teman-teman tercinta di Pondok Tahfidzul Qur’an Al-Azhar, khususnya kamar 9 (dik Uut, dik Titin, mbak Umul, dan mbak Fafa). 13. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik semoga amal kebaikannya diterima disisi Allah SWT.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak lepas dari keterbatasan dan kekurangan, untuk itu peneliti menerima saran maupun kritik yang sekiranya dapat peneliti gunakan sebagai perbaikan dalam penyusunan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Amin. Wassalamu'ailaikum Wr. Wb Salatiga, Agustus 2012
MAIDATUL FAIZAH NIM 111 08 048
ABSTRAK Faizah, Maidatul. 2012. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Daarul Qur’an (Santri Usia Sekolah Menengah Pertama) Colomadu Karanganyar Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Salatiga. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing H. Agus Ahmad Su‟aidi, Lc, M.A. Kata kunci: Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Usia SMP adalah masa awal remaja. Mereka banyak mengalami perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah. Psikologi anak usia SMP juga masih labil. Usia labil ini kadang membuat orang tua kualahan dalam mengatasi anaknya. Ditambah lagi dengan pemikiran untuk mempermudah sistem hidup. Anak sekolah tujuannya bukan mencari ilmu, akan tetapi bagaimana setelah lulus dia dapar kerja dan menghasilkan uang. Akibatnya pada saat ini perilaku atau akhlak anak menurun. Dalam kondisi seperti itu bagaimana mungkin anak bisa minat dalam menghafal Al-Qur‟an dan pendidikannya juga unggul. Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin mengetahui lebih dalam bagaimana metode pembelajaran, Implementasi, serta kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran efektif diterapkan pada anak penghafal Al-Qur‟an usia SMP di Pondok Daarul Qur‟an. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang metode, implementasi, serta kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tahfidzulQur’an pada anak usia SMP. Pendekatanyang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2012 di desa Sanggir, Paulan, Colomadu, Karanganyar tahun 2012. Inforaman adalah 3 santri, 1 staf pengajaran Al-Qur‟an, dan 1 Pimpinan Daarul Qur‟an. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi dan wawancara. Kemudian data ditranskrip menjadi data yang lengkap. Transkrip data di analisis dengan metode deduktif, induktif. Hasil penelitian menunjukkan metode yang diterapkan dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an adalah metode wahdah, metode sima’i, metode menghafal per hari satu halaman, metode pengulangan umum. Implementasi metode tersebut secara global terbagi dua waktu yakni ba‟da Subuh dan ba‟da Isya‟. Untuk kelebihan dan kekurangan, selama ini tidak ada kekurangan yang terlihat jelas. Hal itu terlihat dari hasil pembelajaran yang selalu melampaui target.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................
i
HALAMAN LOGO STAIN .....................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ........................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................
v
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
vii
HALAMAN KATA PENGANTAR .........................................................
vii
HALAMAN ABSTRAK ...........................................................................
xi
HALAMAN DAFTAR ISI .......................................................................
xii
HALAMAN DAFTAR TABEL ...............................................................
xv
HALAMAN LAMPIRAN ........................................................................
xvi
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................................
1
B. Fokus Penelitian ..................................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................................
4
D. Manfaat Penelitian ..............................................................................
5
E. Penegasan Istilah .................................................................................
5
F. Metode Penelitian................................................................................
7
1. Pendekatan dan JenisPenelitian ......................................................
7
2. Kehadiran Peneliti ..........................................................................
8
3. LokasiPenelitian .............................................................................
8
4. SumberData .......................................................................................... 8 5. MetodePengumpulan Data .................................................................... 10 6. AnalisisData .......................................................................................... 12 7. PengecekanKeabsahan Data ................................................................. 13 8. Tahap-Tahap Penelitian ........................................................................ 13 G. SistematikaPenulisan ................................................................................. 14 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Karakteristik Anak Usia SMP 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan ........................................ 16 2. Fase Perkembangan Anak Usia SMP .................................................... 17 3. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia SMP .................................... 18 B. Pendidik/Guru 1. Pengertian Pendidik/Guru .................................................................... 20 2. Syarat-Syarat Guru ............................................................................... 21 3. Peranan Guru ........................................................................................ 21 C. Tahfidzul Qur’an 1. Pengertian Tahfidzul Qur’an ................................................................. 23 2. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Qur’an ............................................... 24 3. Syarat-Syarat Tahfidzul Qur’an ............................................................ 25 4. Kaidah-Kaidah Penting dalam Tahfidzul Qur’an .................................. 29 D. Metode Tahfidzul Qur’an........................................................................... 33 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Daarul Qur‟an 1. Letak Geografis Pondok Pesantren Daarul Qur‟an ............................... 36
2. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Daarul Qur‟an ........................... 36 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Qur‟an ................................... 38 4. Sarana dan Prasarana ............................................................................. 39 5. Struktur Organisasi ................................................................................ 40 6. Keadaan Guru/ Ustadz ...........................................................................
40
7. Keadaan Santri ......................................................................................
42
8. Program Pembelajaran ..........................................................................
42
9. Kegiatan Pembelajaran ..........................................................................
45
B. Temuan Penelitian 1. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ............................................... 49 2. Implementasi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an ........................ 52 3. Evaluasi Pembelajaran Tahfizhul Qur’an.............................................. 53 BAB IV PEMBAHASAN A. MetodePembelajaranTahfizhul Qur’an ...................................................... 54 B. ImplementasiMetodePembelajaranTahfizhul Qur’an ................................ 57 C. KelebihandanKekuranganMetodePembelajaranTahfidzul Qur’an ............ 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................................ 62 B. Saran ........................................................................................................... 63 C. Penutup....................................................................................................... 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
TABEL 3.1
Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Qur‟an ................41
TABEL 3.2
Data Asatidz Pondok Pesantren Daarul Qur‟an.......................... 42
TABEL 3.3
Program Pembelajaran Semester ................................................ 45
TABEL 3.4
Jadwal Kegiatan Harian Santri ................................................... 46
TABEL 3.5
Jadwal Ekstrakurikuler Santri..................................................... 48
DAFTAR LAMPIRAN 1. DaftarRiwayatHidup 2. Laporan SKK 3. Nota DosenPembimbingSkripsi 4. LembarKonsultasi 5. SuratIzinPenelitian 6. SuratPernyataanTelahMeneliti 7. Pedoman Wawancara 8. Hasil Wawancara 9. Data PendapatanMenghafalSantri
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Al-Qur‟an merupakan kitab yang berfungsi sebagai sumber hikmah, cahaya mata dan akal bagi siapa saja yang ingin memikirkan dan merenungkannya. Di samping itu Al-Qur‟an juga merupakan undang-undang Allah yang kokoh yang memberikan kebahagiaan bagi yang menjadikannya pegangan dalam kehidupan. Al-Qur‟an sendiri menyatakan dirinya sebagai petunjuk, peringatan, pelajaran, obat dan rahmat, pembeda antara yang hak dan yang batil, dan pemberi kabar gembira (Munjahid, 2007:9). Al Hafidz AsSuyuthi berkata: Pengajaran Al-Qur‟an adalah dasar dari prinsip-prinsip Islam. Anak-anak tumbuh di atas fitrahnya dan cahaya-cahaya hikmah yang masuk ke dalam kalbu mereka sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan cahaya hitamnya yang dilekati kotoran-kotoran maksiat dan kesesatan (Badwilan, 2009:229-230). Diantara sebab kebahagiaan keluarga muslim dan yang biasanya hilang dari pandangan saat ini adalah keterikatan keluarga mereka dengan Al-Qur‟an, khususnya
jika
anak-anak
mereka
termasuk
penghafal
Al-Qur‟an.
Membiasakan anak-anaknya untuk menghafal Al-Qur‟an dari semenjak kecil adalah salah satu upaya mendidik anak dengan baik. Sehingga bisa menyesuaikan diri dengan zaman, dibarengi dengan bangunan yang kuat diikat dengan agamanya. Apalagi usia menginjak remaja yakni usia SMP yang sangat memerlukan pondasi agama.
Usia SMP adalah masa awal remaja. Mereka banyak mengalami perubahan, baik jasmaniah maupun ruhaniah. Mereka yang sebelum masa remaja menurut perkataan orang tua, kini sering mulai suka membantah. Yang biasanya rajin untuk berangkat mengaji, mulai tampak malas mengaji. Usia yang labil ini kadang membuat orang tua kualahan dalam mengatasi anaknya. Ditambah lagi dengan pemikiran manusia yang mempermudah sistem hidup (Khan, 2002:69). Anak sekolah sebagian cenderung bukan untuk memperoleh ilmu, akan tetapi memperoleh ijasah yang bisa digunakan untuk mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang. Oleh karena itu, minat anak mengkaji ilmu agama dan minat orang tua untuk memasukkan anak di dunia pesantren juga berkurang. Dalam kondisi seperti itu sulit bagi anak bisa menghafal Al-Qur‟an dan pendidikannya formalnya juga unggul. Metode pembelajaran apa yang tepat untuk diterapkan sehingga bisa mencetak generasi Qur‟ani, yang tidak hanya cerdas dalam ilmu umum, tapi juga mampu membawa anak cerdas dalam menyikapi kehidupan yang sangat diwarnai budaya barat ini. Dari permasalahan di atas, maka pendidikan saat ini juga semakin beragam. Baik sekolah formal, informal maupun non formal banyak macamnya. Misalnya saja Pesantren. Pesantren atau pondok pesantren adalah lembaga
pendidikan
keagamaan
Islam
berbasis
masyarakat
yang
menyelenggarakan pendidikan diniyah atau secara terpadu dengan jenis pendidikan lainnya (PP No.55, 2007:1.4). Pondok pesantren secara luas mengkaji tentang pendidikan agama Islam. Di dalamnya, kita bisa mendapat berbagai ilmu keislaman yang sangat banyak. Untuk menunjang pendidikan santri maka banyak pesantren yang pendidikannya dilengkapi dengan
membuka sekolah formal. Santri tidak hanya mengaji di pondok, tetapi juga mengikuti sekolah umum sesuai dengan tingkatnya. Program dan metode pembelajaran yang ditawarkan sangat kreatif dan inovatif agar meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap lembaganya. Biasanya ada kekhususan yang sangat ditekuni oleh pondok tersebut, misalnya bidang kequr‟anan atau bidang keilmuan tertentu. Sehingga masyarakat sering menyebutnya dengan Pondok Qur’an atau Pondok Kitab. Salah satu pondok yang baru ini adalah PONDOK PESANTREN DAARUL QUR‟AN Colomadu Karanganyar. Pondok Pesantren Daarul Qur‟an adalah pondok yang berbasis Qur‟ani, yang merupakan cabang dari pondok Daarul Qur‟an milik Ustadz Yusuf Mansur yang berada di Jawa Barat. Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu tersebut dikhususkan bagi anak usia SMP untuk menghafal Al-Qur‟an tanpa mengesampingkan sekolahnya, dengan program 4 tahun anak mampu menghafal lebih dari 15 juz. Peneliti memilih pondok tersebut karena tertarik dengan anak usia SMP telah mampu menghafal Al-Qur‟an padahal juga harus menempuh sekolah umum. Pondok yang berdiri sekitar 4 tahun ini mampu menunjukkan kualitas dan kuantitas yang baik. Di samping itu, latar belakang santri yakni berasal dari kaum dhu‟afa dan yatim piatu. Mereka selama mengikuti pendidikan wajib berada di asrama/ pondok serta dibebaskan dari segala biaya. Berdasarkan kajian terhadap beberapa buku tentang metode dalam menghafal Al-Qur‟an, maka penulis terinspirasi untuk meneliti dengan judul “METODE
PEMBELAJARAN
PESANTREN
DAARUL
TAHFIDZUL
QUR’AN
(SANTRI
QUR’AN
PONDOK
USIA
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA) COLOMADU KARANGANYAR TAHUN 2012”. B. Fokus Penelitian Dari pemaparan di atas maka penelitian ini berfokus pada: 1. Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an apakah yang diterapkan di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar? 2. Bagaimana implementasi dari metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar? 3. Apakah kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Karanganyar? C. Tujuan Penelitian Tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. 2. Untuk mengetahui implementasi dari metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. 3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian Dari tujuan tersebut, penelitian ini diharapkan memberikan manfaat: 1. Secara teoritik
Dapat menambah wawasan dan keilmuan dalam bidang pengajaran Al-Qur‟an, khususnya mengenai metode efektif dalam menghafalkan AlQur‟an. Dengan mengetahui metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an, dapat memberikan motivasi atau semangat dalam menghafal yang tidak hanya dapat diterapkan pada menghafal Al-Qur‟an saja, akan tetapi pada mata ilmu yang lain. 2. Secara praktis Hasil penelitian ini secara praktis, akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam mengembangkan dan meningkatkan kompetensi pengajaran Al-Qur‟an di pondok pesantren, khususnya pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. Selain itu juga dapat menambah pengalaman dan pengetahuan bagi lembaga lain tentang metode yang efektif dalam menghafalkan Al-Qur‟an yang diterapkan di pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. E. Penegasan Istilah Sebelum
penulis
membahas
lebih
lanjut
yang
menjadi
inti
pembahasan, maka perlu penulis jelaskan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul di atas antara lain : 1. Metode adalah cara yang tersusun dan teratur untuk mencapai tujuan (Haryanto, 2003:267). 2. Pembelajaran adalah suatu sistem yang terdiri atas berbagai komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain. Dapat juga diartikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar atau perubahan individu yang dirancang oleh orang lain (Rusman, 2011:1). 3.
Istilah Tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan Al-Qur‟an. Kata tahfidz merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi ( )حفظ – يحفظ – تحفيظyang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan hafal. Dengan demikian tahfidzul Qur’an dapat berarti menjadikan (seseorang) hafal Al-Qur‟an. Adapun AlQur’an secara bahasa berarti “bacaan”. Adapun yang dimaksud tahfidzul Qur’an di sini adalah bidang studi yang berisi tentang tata cara untuk menjadikan peserta didik dapat menghafal Al-Qur‟an berikut menjaga hafalannya.
4. Pondok pesantren Pondok pesantren adalah suatu lembaga pendidikan yang menyediakan asrama atau pondok (pemondokan) sebagai tempat tinggal bersama sekaligus tempat belajar para santri dibawah bimbingan Kyai (DEPAG RI, 2001:8). Istilah pesantren berasal dari kata pe-santri-an, dimana kata “santri” berarti murid dalam bahasa Jawa. Istilah pondok berasal dari bahasa Arab Funduuq yang berarti penginapan (Yunus, 2005: 324).
5.
Daarul Qur‟an Daarul Qur‟an adalah nama sebuah pondok pesantren yang terletak di kampung Sanggir RT 02 RW 03 desa Paulan Colomadu Karanganyar. Pondok Pesantren Daarul Qur‟an adalah sebuah asrama pendidikan Islam
atau tempat untuk belajar agama Islam, Khususnya untuk para penghafal Al-Qur‟an. Jadi yang dimaksud dengan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an adalah penelitian ilmiah tentang cara mengubah individu untuk dapat menghafalkan Al-Qur‟an sesuai dengan yang diterapkan di pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. F. Metode Penelitian Kedudukan metode penelitian sangat penting dalam suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian merupakan teknik atau cara yang digunakan demi keberhasilan penelitian sesuai hasil yang diinginkan. Metode yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu dengan membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar.
2. Kehadiran Peneliti Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dengan mengunjungi lokasi dan terlibat secara langsung dalam aktivitas santri, terutama dalam usahanya memperoleh data dan berbagai informasi. Maka dalam
penelitian ini dibutuhkan waktu sekitar 2 bulan. Dimulai pada bulan akhir Mei sampai awal bulan Juli. 3. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini bertempat di Pondok Daarul Qur‟an ini terletak di kampung Sanggir RT 02 RW 03 desa Paulan, Colomadu, Karanganyar. 4.
Sumber Data Menurut Lofland, sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Moeleong, 1989:157). Hal-hal itu dapat diuraikan sebagai berikut: a. Kata-kata dan tindakan Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat melalui catatan tertulis atau perekaman video/audio tapes, pengambilan foto, atau film. Untuk itu diperlukannya menentukan subyek penelitian. Subyek penelitian yang akan diteliti adalah pimpinan pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar, staf pengasuhan santri bagian Al-Qur‟an, staf pengajar, dan santri yang terlibat langsung dalam pelaksanaan dan penerapan metode pembelajaran tahfidzul Qur’an. b. Sumber tertulis Sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi
(Moeleong, 1989:159). Peneliti juga akan mencari informasi dan dokumen dari Pondok Pesantren Daarul Qur‟an yang terkait sejarah dengan berdirinya, perkembangan pendidikannya (dari aspek program pembelajarannya, pendidik, peserta didik) dan yang lebih khusus lagi tentang metode pembelajarannya. Selain subyek penelitian, dibutuhkan teknik sampling. Sampling berkaitan dengan pembatasan jumlah dan jenis sumber data yang akan digunakan dalam penelitian. Pemikiran mengenai sampling ini hampir tidak bisa dihindari oleh peneliti mengingat berbagai keterbatasan, seperti waktu, tenaga dan biaya. Dalam penelitian kualitatif teknik sampling digunakan dalam rangka membangun generalisasi teoritik. Sampling yang diambil juga lebih selektif. Jenis teknik sampling yang digunakan adalah “purposive sampling”, dengan kecenderungan peneliti untuk memilih informan yang dianggap mengetahui informasi dan masalah yang mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap (Suprayogo, 2003:165). Dengan demikian penulis akan menentukan sumber wawancara yaitu pimpinan pondok berjumlah 1 orang, staf pengasuhan santri bagian Al-Qur‟an berjumlah 1 orang, serta santri yang mengikuti program tahfidzul Qur’an berjumlah 3 orang. c. Foto Ada dua kategori yang dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri (Bogdan dan Biklen, 1982:102). Pentingnya foto bagi peneliti
sebagai penguat data wawancara maupun tertulis. Maka setiap mendapatkan
data
sesuai
kebutuhan,
peneliti
akan
berusaha
mengambil gambar atau foto sebagai lampiran bukti penelitian. d. Data Statistik Penelitian Kualitatif juga sering menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian (Moeleong, 1989:162). Dalam hal tersebut, peneliti juga akan menggunakan data statistik bila dirasa perlu. 5. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan sumber data di atas, metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel baik itu berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, notulen rapat, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 1989: 30). Metode ini digunakan untuk mendapatkan data tentang guru/ustadz pengajar dalam melaksanakan pembelajaran tahfidzul Qur’an, siswa/santri yang mengikuti program, jadwal kegiatan, struktur kepengurusan, dan kajian historis pondok pesantren. b. Metode Observasi
Metode
observasi
yaitu
pengumpulan
data
dengan
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap sumber data. Dalam hal ini peneliti akan langsung melakukan pengamatan terhadap metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar untuk memperoleh gambaran tentang syarat yang harus dipenuhi untuk mengikuti pembelajaran tahfidz. Di samping itu metode ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran umum tentang pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. c. Metode Wawancara Metode wawancara/interview adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara
(interviewee)
yang
memberikan
jawaban
atas
pertanyaan itu (Moeleong, 1989:186). Peneliti akan melakukan wawancara untuk mendapatkan data yang dibutuhkan tentang syaratsyarat untuk mengikuti pembelajaran tahfidzul Qur’an dan metode yang diterapkan dalam pembelajaran tahfidzul Qur’an. Sedangkan yang menjadi sumber adalah pimpinan pondok dan staf pengasuhan santri bagian Al-Qur‟an. Metode ini penulis lakukan yaitu untuk memperoleh gambaran bagaimana syarat-syarat yang ditetapkan untuk mengikuti pembelajaran tahfidzul Qur’an dan metode yang diterapkan dalam pembelajaran tersebut. 6. Analisis Data
Dalam bukunya Moeleong (1989:248), menyebukan pendapat Janice Mc Drury (Collaborative Group Analysis of Data, 1999) tentang tahapan analisis data kualitatif, yaitu sebagai berikut: a. Membaca/mempelajari data, menandai kata-kata kunci dan gagasan yang ada dalam data. b. Mempelajari kata-kata kunci itu, berupaya menemukan tema-tema yang berasal dari data. c. Menuliskan „model‟ yang ditemukan. d. Koding yang telah dilakukan. Di samping itu digunakan juga kerangka berfikir secara deduktif yaitu berfikir dengan berlandaskan pada pengetahuan umum yang kemudian digunakan untuk menilai fakta-fakta atau hal-hal yang khusus. Peneliti terjun ke tempat tujuan guna mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan mengambil kesimpulan dari kegiatan-kegiatan yang ada di tempat penelitian.
7. Pengecekan keabsahan data Pemeriksaan keabsahan data didasarkan atas kriteria tertentu. Kriteria ini terdiri atas derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability),
kebergantungan
(dependability),
dan
kepastian
(confirmability). Masing-masing kriteria tersebut menggunakan teknik pemeriksaan sendiri-sendiri. Kriteria derajat kepercayaan pemeriksaan datanya dilakukan dengan teknik perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan anggota. Peneliti akan melakukan
perpanjangan keikutsertaan dalam aktifitas santri dan membandingkan berbagai sumber, metode, atau teori dengan mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengeceknya dengan berbagai sumber data, memanfaatkan berbagai metode agar pengecekan kepercayaan data dapat dilakukan. Kriteria kebergantungan dan kepastian pemeriksaan dilakukan dengan teknik auditing. 8. Tahap-tahap penelitian Tahap ini terdiri dari tahap pra-lapangan, tahap pekerjaan lapangan, dan tahap analisis data. a. Tahap pra-lapangan Dalam tahapan ini, peneliti harus menyusun rancangan penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan
menilai
lapangan,
memilih
dan
memanfaatkan
informan,
menyiapkan perlengkapan penelitian. Untuk penelitian di Pondok Daarul Qur‟an ini, maka peneliti menyusun rancangan penelitian berupa rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan dalam penelitian, memilih dan menentukan informan, serta meyiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam penelitian. b. Tahap pekerjaan lapangan Dibagi atas tiga bagian, yaitu: (1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, (2) memasuki lapangan, (3) berperan serta sambil mengumpulkan data. c. Tahap analisis data
Menganalisa hasil temuan data dari penelitian baik secara lisan ataupun tulisan. G. Sistematika Penulisan Skripsi ini akan penulis susun dengan sistematika sebagai berikut: 1) Bagian Awal Pada bagian awal meliputi: Sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran. 2) Bagian Inti Pada bagian inti terdiri dari beberapa bab, yaitu: Bab I: Pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. Bab II: Kajian Pustaka. Pada bab ini akan diuraikan berbagai teori yang menjadi landasan teoritik penelitian, meliputi: Pengertian metode pembelajaran tahfidzul Qur’an, dasar, tujuan dan syaratnya. Karakteristik anak usia SMP baik perkembangan dan pertumbuhan dari segi jasmani dan rohani. Bab III: Paparan data dan hasil penelitian. Berisi tentang gambaran umum pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar yang meliputi: Sejarah berdirinya, letak geografis, visi dan misi, struktur kelembagaan, sarana dan prasarana, keadaan guru/ustadz, keadaan santri, program pembelajaran, dan kegiatan pembelajaran. Hasil wawancara tentang
metode pembelajaran, implementasi metode pembelajaran, serta evaluasi metode pembelajara tahfidzul Qur’an di pondok pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar. Bab IV: Analisis Data. Bab ini berisikan tentang analisis metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di pondok pesantren Daarul Qur‟an, dari segi penerapan, kelebihan dan kekurangannya. Bab V: Penutup. Bab terakhir ini berisikan kesimpulan, saran, dan kata penutup. 3) Bagian Akhir Pada bagian akhir ini termuat: daftar rujukan, lampiran-lampiran, dan riwayat hidup penulis.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Karakteristik Anak Usia SMP Untuk mengetahui karakteristik anak usia SMP dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangannya. Pada pembahasan ini akan lebih ditekankan pada perkembangan karakteristik anak usia SMP. 1. Pengertian Pertumbuhan dan Perkembangan Perkembangan diartikan sebagai suatu proses perubahan yang lebih dapat mencerminkan sifat-sifat mengenai gejala psikologis yang tampak. Sedangkan arti pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif pada material sesuatu sebagai akibat dari adanya pengaruh lingkungan (Abu Achmadi, 2005:7). Menurut Desmita (2010:10), pertumbuhan adalah peningkatan dalam ukuran dan struktur, seperti pertumbuhan badan, kaki, kepala jantung kaki dan sebagainya. Dari definisi di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa perkembangan adalah suatu proses perubahan yang bersifat kualitatif yang menuju kesempurnaan psikologi. Sedangkan pertumbuhan adalah perubahan kuantitatif yakni suatu pertambahan atau kenaikan dalam ukuran dari bagian tubuh atau dari organisme sebagai suatu keseluruhan.
2. Fase Perkembangan Anak Usia SMP
Masa usia sekolah menengah bertepatan dengan masa remaja. Untuk memudahkan pembicaraan, masa remaja masih diperinci lagi atas beberapa masa: a. Masa Pra-Remaja Istilah masa pra-remaja digunakan untuk menunjukkan suatu masa yang langsung mengikuti masa pueral, biasanya berlangsung hanya dalam waktu relatif singkat. Masa ini ditandai oleh sifat-sifat negatif pada si remaja, sehingga seringkali masa ini disebut dengan masa negatif. Sifat negatif itu dapat diringkas (1) Negatif dalam prestasi, baik jasmani maupun prestasi mental (2) Negatif dalam sikap sosial, baik dalam bentuk menarik diri dari masyarakat (negatif pasif), maupun dalam bentuk agresif terhadap masyarakat (negatif aktif) (Abu Achmadi, 2005:42). b. Masa remaja Di dalam fase atau masa negatif untuk pertama kalinya remaja sadar akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya. Kesepian di dalam penderitaan, yaitu tidak ada orang yang dapat mengerti dan memahaminya dan tidak ada yang dapat menenangkannya. Selanjutnya dibutuhkan adanya teman yang dapat memahami dan menolongnya, teman yang dapat turut merasakan suka dan dukanya. Di sinilah mulai tumbuh dalam diri remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipuja-puja. Kemudian akan
terbentuk pandangan hidup atau cita-cita hidup dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di dalam eksplorasi remaja. c. Masa remaja akhir Setelah si remaja dapat menemukan sistem nilai yang diikutinya, dia dapat menentukan pendirian hidupnya. Pada dasarnya telah tercapailah masa remaja akhir dan telah terpenuhilah tugas-tugas perkembangan masa remaja, yaitu menemukan pendirian hidup dan masuk dalam masa dewasa awal (Abu Achmadi, 2005:43-45). 3. Aspek-Aspek Perkembangan Anak Usia SMP a. Aspek intelektual anak usia SMP Istilah “intelektual” menunjukkan kata benda intelek yang berarti
“cendekiawan”
atau
“cerdik
pandai”.
Intelektual
juga
menunjukkan suatu aktivitas berfikir. Adapun inteligen berarti “kecerdasan”. Inteligensi adalah kemampuan untuk masalah atau produk yang dinilai di dalam satu atau lebih latar budaya (Baharuddin, 2010:113). Dalam proses pendidikan, intelektual atau intelegensi menentukan perkembangan berpikir seseorang dalam hal belajar. Intelektual atau daya pikir berkembang sejalan dengan pertumbuhan saraf otaknya. Inteligensi akan membantu melahirkan potensi intelektual yang besar. Karakteristik intelektual pada anak usia SMP adalah bahwa ia sudah mampu memecahkan masalah yang abstrak, dapat berfikir ilmiah, mengembangkan kepribadiannya. Pikiran anak SMP sering
dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang tua. b. Aspek kemampuan bahasa anak usia SMP Perkembangan bahasa anak SMP terkait dengan perkembangan kognitif, dan bersamaan dengan kehidupannya dalam proses belajar di sekolah maupun di dalam masyarakat luas yang akan menyebabkan perbedaan antara anak satu dengan yang lain. Remaja umumnya mampu mengomunikasikan bahasa dalam berpikir dan bertindak dalam interaksinya dengan orang lain. c. Aspek moral anak usia SMP Moral merupakan suatu kebutuhan penting bagi remaja, terutama
sebagai
pedoman
menemukan
identitas
dirinya,
mengembangkan hubungan personal yang harmonis, dan menghindari konflik-konflik peran yang selalu terjadi dalam masa transisi. Tingkat penalaran moral remaja berada pada tahap konvensional. Pada tingkat ini moralitas remaja sudah lebih matang. Mereka sudah mengenal konsep moralitas seperti kejujuran, keadilan, kesopanan, kedisiplinan dan sebagainya. Walaupun anak remaja tidak selalu mengikuti prinsipprinsip tersebut menggambarkan keyakinan yang sebenarnya dari pemikiran moral konvensional (Desmita, 2010:263).
d. Aspek emosi pada anak usia SMP
Menurut Biehler (1972), ciri emosional remaja usia 12-15 tahun adalah sebagai berikut: 1) Pada usia ini seorang siswa/anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka. 2) Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri. 3) Ledakan-ledakan kemarahan mungkin bisa terjadi. Hal ini sering terjadi akibat dari kombinasi ketegangan psikologi, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup. 4) Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya yang disebabkan kurang percaya diri. 5) Siswa SMP mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin menjadi marah apabila mereka ditiru dengan gaya guru yang bersikap sok tahu. B. Pendidik/Guru 1. Pengertian Pendidik adalah figur yang memegang peranan penting dalam kegiatan proses pembelajaran. Menurut H.M. Arifin (1995:163), “salah satu faktor pendukung yang menentukan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas adalah guru”. Secara etimologi, istilah guru berasal dari bahasa India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dari sengsara”. Dalam bahasa Arab guru dikenal dengan al-mu’alim atau alustadz yang bertugas memberikan ilmu serta membangun aspek
spiritualitas
manusia
(Arifin,1995:164).
Secara
terminologi,
pendidik/guru/ustadz adalah orang yang tugasnya terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua aspeknya, baik spiritual, emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek lainnya (Suparlan, 2005:1112). 2. Syarat-Syarat Guru Untuk menjadi guru tidaklah mudah seperti yang dibayangkan orang selama ini. Guru yang baik adalah guru yang profesional. Guru profesional adalah guru yang menguasai pembelajaran (Baharuddin, 2010:195). Dia juga mampu untuk mengatur pembelajaran, memilih metode yang efektif dalam mengajar dengan baik dan selektif. Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki syarat-syarat khusus dan harus mengetahui tentang kependidikan. Menurut Nurdin (2010:130), ada beberapa syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru. Diantaranya, sehat jasmani dan ruhani, berilmu pengetahuan luas, berlaku adil, berwibawa, ikhlas, menguasai bidang yang ditekuni. 3. Peranan Guru Sehubungan dengan tugasnya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing, maka diperlukan adanya berbagai peranan pada diri guru. Menurut Sardiman (2009:144-146), ada beberapa peranan guru:
a. Informator Guru sebagai sumber informasi bagi anak didiknya dalam rangka untuk memperoleh pengetahuan.
b. Organisator Guru merupakan pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran, dan lain-lain. c. Motivator Guru sebagai motivator ini berarti guru harus mampu meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Merangsang dan memberikan dorongan serta mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses pembelajaran d. Direktor Guru dalam hal ini harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan. e. Inisiator Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ideide itu hendaknya ide yang kreatif dan dapat dicontoh oleh peserta didiknya. f. Fasilitator Guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses pembelajaran.
g. Mediator Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa. h. Evaluator
Guru menilai anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya. Guru menilai bagaimana tingkat hafalan dan akhlak anak saat mengikuti tahfidzul Qur’an serta melakukan perbaikan terhadap anak-anak yang belum bisa mengikuti metode pembelajaran. C. Tahfidzul Qur’an 1. Pengertian Tahfidzul Qur’an Istilah Tahfidzul Qur’an merupakan gabungan dari dua kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu tahfidz dan Al-Qur‟an. Kata tahfidz merupakan bentuk isim mashdar dari fiil madhi ( )حفظ – يحفظ – تحفيظyang mengandung makna menghafalkan atau menjadikan hafal (Yunus, 2005:324). Sedangkan Al-Qur‟an secara bahasa berarti “bacaan”. Secara istilah, Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang tiada tandingannya (mukjizat), diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para Nabi dan Rasul dengan perantaraan malaikat jibril, dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta mempelajarinya suatu ibadah (Ash-Shabuuny, 1991:15). Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya Al Qur'an itu benar-benar firman (Allah yang dibawa oleh) utusan yang mulia (Jibril) (19),Yang mempunyai kekuatan, yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah yang mempunyai 'Arsy(20), Yang ditaati di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya(21)” (QS. At-Takwir: 19-21). Dengan demikian, yang dimaksud
tahfidzul Qur’an adalah
menghafal Al-Qur‟an sesuai urutan yang terdapat dalam mushaf Utsmani
mulai dari surat Al-Fatihah hingga surat An-Nas dengan maksud beribadah, menjaga dan memelihara kalam Allah. 2. Dasar dan Keutamaan Tahfidzul Qur’an Pembelajaran Al-Qur‟an merupakan anugerah Allah kepada seorang guru dan juga kepada pelajar. Seperti dalam ayat-ayat di bawah ini:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi”(QS. Fatir:29).
Artinya: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orangorang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar” (QS. Al-Isra:9). Ahli Al-Qur‟an adalah kelompok dari pilihan umat ini. Mereka adalah orang-orang yang mulia, utama dan terhormat. Mereka adalah orang-orang yang akan menempati tempat yang tinggi dan kedudukan mulia ketika mereka menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an (Badwilan, 2009: 230).
Menurut Badwilan dalam bukunya Panduan cepat menghafal AlQur’an “Menghafal Al-Qur‟an telah dipermudah bagi seluruh manusia. Tidak ada kaitannya dengan kecerdasan ataupun usia”. Berdasarkan hal itu, banyak orang yang telah berusia lanjut menghafalnya, bahkan juga dihafal oleh orang-orang yang bahasa induknya bukan bahasa Arab, lebih lagi untuk anak-anak saat ini. Dengan teknologi dan fasilitas yang beragam, bisa dimanfaatkan sebagai media menghafal Al-Qur‟an. Dan ditemukannya berbagai metode yang inovatif seharusnya bisa lebih banyak lagi kader-kader tahfidzul Qur’an. 3. Syarat-Syarat Tahfidzul Qur’an Menurut Ahsin (1994:48-54), ada beberapa hal yang harus terpenuhi sebelum seseorang memasuki periode menghafal Al-Qur‟an diantaranya; (1) mampu mengosongkan benaknya dari pikiran-pikiran dan teori-teori, atau permasalahan yang sekiranya akan mengganggu, (2) niat yang ikhlas, (3) memiliki keteguhan dan kesabaran, (4) istiqomah, (5) menjauhkan diri dari maksiat dan sifat-sifat tercela, (6) izin orang tua, wali, atau suami, mampu membaca dengan baik. Menurut Sugianto (2004:52), seorang penghafal hendaknya memenuhi beberapa syarat yang berhubungan dengan naluri insaniyah. Adapun syarat-syarat tersebut adalah persiapan pribadi, bacaan Al-Qur‟an yang benar dan baik, mendapat izin dari orang tua, wali, dan suami bagi wanita yang telah menikah, memiliki sifat mahmudah, kontinuitas dalam menghafal Al-Qur‟an, sanggup memelihara hafalan, memiliki mushaf sendiri.
Dari beberapa pendapat di atas maka, dapat disimpulkan bahwa seorang penghafal Al-Qur‟an mempunyai syarat sebagai berikut: a. Niat yang ikhlas Kita wajib mengikhlaskan niat, memperbaiki tujuan, dan menjadikan hafalan Al-Qur‟an serta perhatian padanya hanya karena Allah, mendapat surga, dan keridhaan-Nya. Niat yang ikhlas dan sungguh-sungguh akan mengantar seseorang ke tempat tujuan, akan membentengi atau menjadi perisai terhadap kendala-kendala yang mungkin akan datang merintanginya. Allah berfirman:
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama”( QS. Az-Zumar:11). Dari Umar bin Khattab r.a. Ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW, bersabda:
Artinya: “Sesungguhnya sah dan tidaknya amal itu tergantung pada niat. Dan yang dianggap bagi tiap orang apa yang diniatkan. Maka siapa berhijrah semata-mata karena Allah dan Rasulullah, maka hijrah itu di terima oleh Allah dan Rasulullah. Dan barang siapa yang berhijrah karena keuntungan dunia yang dikejarnya, atau karena perempuan yang akan dikawininya, maka hijrahnya terhenti pada apa yang ia niatkan”. (HR. Bukhori-Muslim, Al-kita>bu bud u al-wahyu, bab bud u al-wahyu: 1). b. Memiliki keteguhan dan kesabaran
Kunci utama keberhasilan menghafal Al-Qur‟an adalah ketekunan menghafal dan mengulang-ulang ayat-ayat yang telah dihafalnya. Dalam proses menghafal Al-Qur‟an akan banyak sekali ditemui berbagai kendala, mungkin jenuh, gangguan batin, atau mungkin karena menghadapi ayat-ayat tertentu yang mungkin dirasakan sulit menghafalnya, terutama dalam menjaga kelestarian menghafal Al-Qur‟an. Karena itu, keteguhan dan kesabaran dalam menjaga hafalan mutlak diperlukan seperti diperinahkan Nabi dalam hadits berikut:
Artinya: “Peliharalah Al-Qur’an itu. Demi dzat yang diri Muhammad dalam kekuasaan-Nya, Al-Qur’an itu lebih cepat terlepas daripada unta yang terikat dalam ikatannya”. (HR. Bukhori, Al-kita>bu fad}a>ilu al-Qur’a>n, bab istid}h}ka>ru al-Qur’a>n wa ta’a>hadahu:4645). Oleh karena itu, keteguhan dan kesabaran menjadi penting bagi seorang penghafal. Di samping itu, seorang yang teguh dan sabar tidak akan mudah untuk putus asa, serta mampu menyelesaikan masalah dan cobaan yang menghampirinya. c. Istiqomah (kontinuitas) Istiqomah yaitu konsisten, yakni tetap menjaga keajekan dalam proses menghafal Al-Qur‟an. Seorang penghafal Al-Qur‟an harus senantiasa menjaga kontinuitas dan konsistensinya dalam menghafal. Seorang yang konsisten akan sangat menghargai waktu. Dari Abu Sa‟id al-Khudri r.a dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda: Allah SWT berfirman:
Artinya: “Barangsiapa selalu (disibukkan) dengan membaca AlQur’an dan dzikir kepada-Ku sehingga ia tidak sempat memohon apaapa kepada-Ku, maka ia akan Kuberi anugerah yang paling baik, yang diberikan kepada orang-orang yang memohon kepada-Ku”. (HR.Tirmidzi, Al-kita>bu fad}a>ilu al-Qur’an, bab man s}h}ag^h~alahu al-Qur’a>n: 2850). d. Menjauhkan diri dari maksiat dan sifat tercela Perbuatan maksiat dan sifat tercela merupakan perbuatan yang harus dijauhi bukan hanya bagi para penghafal Al-Qur‟an saja, akan tetapi juga kaum muslimin pada umumnya. Keduanya mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati orang yang sedang dalam proses menghafal Al-Qur‟an. Dalam kitab Ta’limul Muta’alim karangan Syeikh AzZarnuji, dikatakan:
“Yang menjadi sebab-sebab hafal antara lain adalah bersungguhsungguh, keajekan/kontinuitas, sedikit makan, memperbanyak sholat malam, dan memperbanyak membaca Al-Qur’an. Adapun yang menyebabkan menjadi pelupa antara lain ialah: perbuatan maksiat, banyaknya dosa, bersedih karena urusan-urusan keduniaan, banyaknya kesibukan (yang kurang berguna),dan banyak hubungan (yang tidak mendukung)” (As‟ad, 1978:78). e. Izin dari orang tua, wali, atau suami Tujuan dari izin ini untuk menciptakan saling pengertian antara kedua belah pihak sehingga penghafal mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu untuk menghafal.
f. Mampu membaca dengan benar dan baik Sebelum seorang penghafal melangkah ke periode menghafal, seharusnya ia terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar bacaannya. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal Al-Qur‟an sebelum terlebih dahulu ia mengkhatamkan Al-Qur‟an bin nadhor (dengan membaca) (Ahsin, 1994:54). 4. Kaidah-Kaidah Penting dalam Tahfidzul Qur’an Ada beberapa kaidah umum yang diharapkan bisa membantu mereka yang ingin menghafal Al-Qur‟an, agar mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi atau sebagian darinya jika tidak bisa dicapai seluruhnya. Tekad itu hanya datang kepada seorang yang memiliki keteguhan (Badwilan, 2009:105). Beberapa kaidah penting yang harus diperhatikan yakni: a. Konsisten dengan satu rasm mushaf hafalan Termasuk yang bisa membantu hafalan secara sempurna adalah jika seorang penghafal menjadikan satu mushaf khusus tidak gantiganti secara mutlak. Karena manusia dapat mengingat tidak lain dengan melihat, dengan melihat gambaran ayat juga posisi-posisi ayat dalam mushaf bisa melekat dalam pikiran. b. Berguru pada ulama’ yang hafidz Berguru pada ulama dalam menghafal Al-Qur‟an sangat penting agar ilmu yang diperolehnya benar (shahih), sanadnya bersambung pada Nabi Muhammad SAW sehingga kebenarannya
terjamin (Munjahid, 2007:112). Selain itu di dalam membaca AlQur‟an ada bacaan-bacaan tertentu yang tidak dapat hanya dipelajari lewat tulisan karena bacaan tersebut menuntut untuk dipraktikkan secara langsung di depan seorang yang ahli Qur‟an. c. Memilih dan memanage waktu dengan baik Ada beberapa waktu yang dianggap baik untuk menghafalkan Al-Qur‟an, antara lain: waktu sebelum datang fajar, setelah shalat subuh, dan waktu diantara baghrib dan isya‟ (Badwilan, 2009:196). Di samping itu, seorang penghafal juga harus pandai untuk memanage waktu demi menjaga kelancaran hafalannya. Yang dimaksud di sini adalah kemampuan seorang santri penghafal Al-Qur‟an dalam membagi waktunya untuk seluruh kegiatan harian yang harus dikelola secara baik dan teratur sehingga semua programnya dapat berjalan lancar. Bagi seorang penghafal yang tidak punya kesibukan lain selain menghafal, lebih dapat berkonsentrasi dan lebih punya kesempatan sehingga lebih mudah dan ringan dibanding dengan yang memilki kesibukan lain misalnya sekolah, kuliah, kerja, dan lain sebagainya. Namun demikian seorang yang sibuk dengan kegiatan juga sangat mungkin mampu menghafal Al-Qur‟an dengan syarat memilki minat yang tinggi didukung mental yang ulet dan usaha yang giat. d. Menentukan target hafalan setiap hari Bagi orang yang ingin menghafal Al-Qur‟an wajib menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari. Perhatikan perkiraan berikut ini (Badwilan, 2009:199-202):
1. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari satu ayat saja, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 17 tahun, 7 bulan, 9 hari. 2. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 2 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 8 tahun, 9 bulan, 18 hari. 3. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 3 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 5 tahun, 10 bulan, 13 hari. 4. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 4 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 4 tahun, 4 bulan, 24 hari. 5. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 5 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 3 tahun, 6 bulan, 7 hari. 6. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 6 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 11 bulan, 4 hari. 7. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 7 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 6 bulan, 3 hari. 8. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari 8 ayat, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 2 tahun, 2 bulan, 12 hari.
9. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari satu wajah, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 1 tahun, 8 bulan, 12 hari. e. Mengulangi secara rutin Pengulangan ini bertujuan untuk menjaga hafalan. Seorang penghafal Al-Qur‟an harus mempunyai wirid rutin, minimal 1 juz setiap hari. Dengan pengulangan rutin dan pemeliharaan yang berkesinambungan, hafalan akan terus dan langgeng. f. Penggunaan tahun-tahun yang tepat untuk menghafal Menurut Badwilan (2009:116), tahun yang tepat untuk menghafal yang benar-benar telah disepakati, yaitu dari umur 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya, manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini merupakan tahun-tahun menghafal cepat. Menghafal pada usia ini sangat cepat, dan kelupaan masih lambat sekali. D. Metode-Metode Tahfidzul Qur’an Ada beberapa metode yang mungkin bisa dikembangkan dalam rangka mencari alternatif terbaik untuk menghafal Al-Qur‟an. Menurut Ahsin (2000:63), ada beberapa metode untuk memudahkan menghafal Al-Qur‟an: 1. Metode Wahdah Yang dimaksud metode ini adalah menghafal satu per satu terhadap ayat-ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal setiap ayat bisa dibaca sebanyak sepuluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian
penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangan akan tetapi hingga membentuk gerak refleks pada lisannya. 2. Metode Kitabah Kitabah artinya menulis. Pada metode ini penghafal menulis terlebih dahulu ayat-ayat yang akan dihafalnya. Kemudian ayat tersebut dibaca hingga lancar dan benar bacaannya. Metode ini cukup praktis dan baik, karena di samping membaca dengan lisan, aspek visual menulis juga akan sangat membantu dalam mempercepat terbentuknya pola hafalan dalam bayangannya. 3. Metode Sima’i Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih dibawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur‟an. 4. Metode Gabungan Metode ini merupakan metode gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah. Hanya saja kitabah di sini lebih memiliki fungsional sebagai uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka dalam hal ini, setelah selesai menghafal ayat yang dihafalnya, kemudian ia mencoba menuliskannya di atas kertas yang disediakan untuknya. 5. Metode Jama’
Metode jama’ adalah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang dihafal secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin seorang instruktur. Cara ini termasuk metode yang baik untuk dikembangkan, karena akan dapat menghilangkan kejenuhan, disamping akan membantu menghidupkan daya ingat terhadap ayat-ayat yang dihafalkannya. Menurut Munjahid (2000:77-80), ada metode yang dapat digunakan bagi para penghafal, yakni metode menghafal dengan pengulangan penuh, metode menghafal dengan tulisan, metode menghafal dengan memahami makna, metode menghafal dengan bimbingan guru. Menurut Dahlan (2004:44), ada 9 kunci pembelajaran Al-Qur‟an pada anak, yang dapat dipraktikkan dan diterjemahkan ke dalam bentuk permainan di antaranya membaca, mencari dan menemukan, menebak dan menerka, tanya jawab, menjelaskan, mengamati, menginderai, menghitung.
BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Pondok Daarul Qur’an Gambaran yang penulis maksud di sini adalah urain singkat mengenai situasi dan kondisi PP Daarul Qur‟an Karanganyar yang terletak di Kampung Sanggir Rt.02 Rw.07 Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, yang kemudian dijadikan lokasi penelitian oleh penulis. Uraian singkat itu meliputi: sejarah berdirinya, letak geografis, struktur organisasi, visi dan misi, keadaan santri dan ustadz, sarana dan fasilitas pendidikan, kegiatan belajar, dll. 1. Letak Geografisnya PP Daarul Qur‟an Karanganyar yang berada di kampung Sanggir desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar mempunyai batas batas antara lain: - Sebelah Utara
: TK Dharma Wanita 2
- Sebelah Timur
: Sawah
- Sebelah Selatan
: Perumahan Paulan resident
- Sebelah Barat
: Kampung Sanggir
(Dokumen di PP Daarul Qur‟an tahun 2012) 2. Sejarah Berdirinya Pada tahun 2005, Ustadz Yusuf Mansur dengan “Wisata Hati” mengadakan tausiyah di
kota Solo dan sekitarnya, dengan tema
“Keajaiban Sedekah dan Menghidupkan Sunnah”. Tema tersebut telah
menyadarkan para jama‟ah yang pernah mengikuti Ustadz Yusuf Mansur. Sedekah bukan bermanfaat untuk orang lain saja, melainkan nilai dan manfaatnya akan kembali pada diri orang yang bersedekah juga. Sedekah ibarat empat mata pisau, yaitu dapat mengundang datangnya rizki, menyembuhkan penyakit, menghilangkan penderitaan dan kesulitan hidup serta memanjangkan umur. Banyak kalangan mulai bersimpati dengan “Wisata Hati” dan metode Syi‟ar Ustadz Yusuf Mansur. Sebut saja di wilayah Karanganyar. Berawal dari keinginan bersama untuk lebih dekat dengan Ustadz Yusuf Mansur maka diselenggarakanlah inspiring seminar pada tanggal 29 Maret 2008 di pendapa gedhe Solo Balai Kota Surakarta yang dihadiri Ustadz Yusuf Mansur Sendiri. Di forum inilah kemudian dilaunching komunitas Wisata Hati Solo Raya. Menyadari potensi Syi‟ar dan dakwah yang semakin besar, pengurus komunitas Wisata Hati Solo Raya merasa perlu untuk melembagakan organisasi. Merekapun kemudian merujuk ke lembaga yang telah dikembangkan oleh Ustadz Yusuf Mansur yaitu yayasan Daarul Qur‟an Nusantara. Maka akhirnya, di wilayah Solo Raya didirikanlah Yayasan Daarul Qur‟an Surakarta yang telah dicatat melalui notaris Toto Susmonohadi,SH yang berkedudukan di Jalan Dr. Wahidin No.39 Penumpin, Laweyan Surakarta. Niat dan tekad pengurus Wisata Hati untuk mendirikan lembaga pendidikan yaitu PP Daarul Qur‟an dengan SMP Daarul Qur‟an atas kehendak Allah SWT dapat terwujud. Hal ini berkat wakaf tanah dan
bangunan lengkap dengan masjid seluas 600 m2 dari keluarga Bapak Haji Susanto Tjakrasoekarno yang berlokasi di Kampung Sanggir Rt 02/Rw 07 Desa Paulan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar. PP Daarul Qur‟an Karanganyar, diresmikan Oleh Bupati Karanganyar Hj. Rina Iriani Sri Ratnaningrum S.Pd, M.Hum dan Ustadz Yusuf Mansur pada tanggal 8 Juni 2008. Dan saat ini PP Daarul Qur‟an dipimpin oleh Bapak Agus Ma‟arif Arifin, Lc. Dengan 95 santri dan 7 ustadz khusus dalam bidang Al-Qur‟an (Dokumen PP Daarul Qur‟an tahun 2012). 3. Visi dan Misi Pondok Pesantren Daarul Qur‟an mempunyai Visi dan Misi yaitu: VISI :
Menumbuhkembangkan kesadaran sosial dan spiritual Qur‟ani pada diri siswa (peserta didik) yang berilmu, beramal dan bertaqwa, terdidik dan berbudaya dengan makna dan nilai yang terwujud dalam aksi nyata, sehingga menjadi siswa
yang
memiliki keindahan moral, berakhlak mulia dan memiliki kompetensi sesuai dengan minat bakatnya. MISI :
1. Terbentuknya jiwa yang merdeka/Huriyah Tamah yaitu jiwa yang merdeka sejati lahir dan batin. 2. Mewujudkan sikap Mahabbah bi rauhillah, yaitu sikap dan perilaku yang
didasarkan atas jiwa kekeluargaan dan
kebersamaan yang kokoh. 3. Meningkatkan
kualitas
sumber
daya
manajeman
dan
pengajar/guru agar produktif, siap dengan perubahan, mandiri, maju, berdaya saing, berwawasan lingkungan yang
berkelanjutan dalam rangka memberdayakan seluruh civitas dengan mengembangkan kemampuan, keahlian, bakat siswa dan peningkatan fasilitas/media dalam proses belajar mengajar. (Hasil observasi, 30-05-2012, di Pondok Daarul Qur‟an) 4. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah alat/media/bahan dalam melaksanakan suatu pembelajaran. Di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an, ada beberapa sarana dan prasarana, Diantaranya adalah 2 masjid dan perangkatnya, 1 kantor kepala sekolah/pimpinan, 1 kantor asatidz, 1 perpustakaan, 10 toilet santri dan ustadz, 1 toilet wanita, 6 asrama santri, 2 papan pengumuman, 5 Almari kantor, Qur‟an pojok Kudus milik sejumlah santri dan ustadz, dan buku-buku yang berkaitan dengan hafalan dan ilmu Al-Qur‟an (Hasil observasi, 30-05-2012, di Pondok Daarul Qur‟an).
5. Struktur Organisasi Adapun Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Qur‟an sebagai berikut: Tabel. 3.1 Struktur Organisasi Pondok Pesantren Daarul Qur’an PIMPINAN H. Agus Ma‟arif Arifin, Lc
BENDAHARA
SEKRETARIS
Ahmad Syuhaib Hisyam
Hisyam Zamroni, S.Sn
Sie.Kesantrian
Sie.Kesehatan
Agus Muslim
Solehuddin Ewo
Sie. Keamanan
Sie. Dapur
Halimi, S.PdI
Iqbal
Sie. Tahfizh
Sie. Dakwah & Sosial
Abdullah Muslim, SThI
Hisyam Zamroni, S.Sn Abdul Kholiq
(Hasil observasi, 1-06-2012, di Pondok Daarul Qur‟an) 6. Keadaan Guru/Ustadz Guru/ustadz yang mengajar di pondok pesantren Daarul Qur‟an harus memenuhi berbagai syarat. Syarat yang utama harus dimiliki adalah Hafidz
dan
Profesional.
Seorang
pengajar
sangat
diperlukan
keprofesionalan dalam bekerja. Dengan prosfesional, Insyaallah tujuan, visi, dan misi dalam pendidikan akan tercapai. Apalagi dalam hal AlQur‟an. Semua ustadz yang mengajar khususnya bidang tahfidz adalah orang-orang yang sudah hafidz dan ahli dalam bidang Al-Qur‟an dan ilmu Al-Qur‟an. Ada 7 ustadz di PP Daarul Qur‟an yang mengajar khusus bidang tahfidz (AA, 25-06-2012).
Tabel. 3.2 Data Asatidz di Pondok Daarul Qur’an NO 1
2
NAMA Ust.H.Agus
LULUSAN
JABATAN
Ma‟arif S-1, Al.Azhar, Kairo, Pemimpin
Arifin, Lc.
Mesir
pondok
Lutfi Akbar SpdI
S-1, STAIN
Staf
pengajar
Al-Qur‟an 3
Ahmad
Syuhaib SMA-C, IPS, 2010
Hisyam 4
Halimi S.PdI
Staf
pengajar
Al-Qur‟an S-1, STAIMUS
Staf
pengajar
Al-Qur‟an 5
Abdullah muslim SthI
S-1, UIN 2010
Staf
pengajar
Al-Qur‟an 6
7
Agus Muslim
Sholehuddin Ewo
MA Salafiah 97‟, PP Staf
pengajar
Dar Al-Qur‟an
Al-Qur‟an
SMA
Staf
pengajar
Al-Qur‟an 8
Abdul Kholiq
SMA
Staf
pengajar
Al-Qur‟an 9
Hisyam Zamroni S.Sn
S-1
DKV
2012 (Dokumen PP Daarul Qur‟an, 3-06-2012) 7. Keaadaan Santri
UDINUS Staf
pengajar
Al-Qur‟an
PP Daarul Qur‟an memiliki 95 santri, semuanya santri laki-laki. Kelas VII ada 27 santri, kelas VIII ada 19 santri, kelas IX ada 16 santri, dan kelas takhasus ada 33 santri. Rata-rata santri berusia sekitar 12-15 tahun. Mereka juga rata-rata berasal dari sekitar Solo. Namun ada juga yang berasal dari luar daerah ataupun provinsi, seperti Bengkulu, Jakarta, Bandung, Ngawi, Purwodadi dan lain sebagainya. Untuk tingkat ekonomi keluarga, karena Pondok Daarul Qur‟an tujuan utamanya adalah merekrut dari kaum dhu‟afa maka dari 95 santri, rata-rata orang tua anak bekerja sebagai pekerja swasta dan petani (AA, 17-06-2012). 8. Program Pembelajaran Di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an ada 2 program perpaduan antara sekolah dan pondok. Santri/peserta didik tidak hanya fokus pada menghafal Al-Qur‟an saja, akan tetapi mereka juga menempuh sekolah formal dan kedua program tersebut bisa berjalan dengan seimbang. Dengan demikian, ada 2 program pembelajaran yakni formal dan non formal. a. Program formal Program formal yang harus diikuti anak/ santri di Pondok Daarul Qur‟an adalah pendidikan sekolah sesuai dengan Sisdiknas yaitu di SMP Daarul Qur‟an. Kurikulum diikuti sesuai apa adanya. Tidak ada pengurangan materi atau jam untuk kegiatan menghafal. b. Program non formal
Program ini tidak lain adalah kegiatan yang dilakukan dalam usaha untu mempersiapkan santri menghafal Al-Qur‟an. Ada 2 program pondok: 1) Program Takhasus Program Takhasus adalah program persiapan sebelum masuk SMP. Dalam program ini semua mata pelajarannya adalah agama, kecuali ada matematika dan bahasa Inggris. Selain itu, anak diberi motivasi-motivasi, syarat-syarat, serta kaidah-kaidah tentang menghafal Al-Qur‟an. Dalam takhasus ini juga, mereka mulai diajarkan menghafal surat-surat pendek seperti juz 30. Salah satu fungsi dari program takhasus ini adalah untuk menyamakan atau mentashih bacaan. Disamping itu, untuk melatih anak agar ketika nanti masuk SMP mereka tidak kaget antara menghafal Al-Qur‟an dan menerima pelajaran sekolah.
2) Program Semester Program semester ini sering juga disebut dengan sistem target. Di sini anak sudah punya kesiapan dan dasar untuk mampu mengikuti sekolah formal disertai dengan menghafal Al-Qur‟an. Mereka sudah bisa mengkondisikan diri untuk membagi waktu antara menghafal dan mengikuti pelajaran. Program ini dibagi menjadi 3 bagian. Lihat tabel di bawah ini: Tabel. 3.3 Program Semester
KELAS Kelas VII
Kelas VIII
Kelas IX
SEMESTER
HAFALAN
Semester I
Juz 1-Juz 3
Semester II
Juz 3-Juz 5
Semester III
Juz 6-Juz 8
Semester IV
Juz 8-Juz 10
Semester V
Juz 11-Juz 13
Semester VI
Juz 13-Juz 15
Tabel di atas adalah batas minimal yang harus dihafalkan anak. Ketika anak tidak memenuhi target di atas, maka akibatnya anak tidak akan dinaikkan kelas meskipun nilai sekolah formalnya baik dan memenuhi syarat kenaikan kelas (AA, 25-06-2012).
9. Kegiatan Pembelajaran Dalam melaksanakan program pembelajaran perpaduan antara formal dan non formal di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an, maka disusunlah jadwal kegiatan santri sebagaimana tertera dalam tabel di bawah ini: Tabel. 3.4 Jadwal Kegiatan Harian Santri NO 1
WAKTU 03.00-03.30
JENIS KEGIATAN Qiyamullail
2
03.30-04.30
Sahur (puasa senin dan kamis)
3
04.30-04.45
Sholat Subuh
4
04.45-06.00
Kegiatan setoran hafalan (menambah hafalan baru)
5
06.00-07.00
Makan pagi dan mandi
6
07.00-07.40
Masuk kelas jam pertama
7
07.40-08.20
Masuk kelas jam kedua
8
08.20-09.00
Masuk kelas jam ketiga
9
ISTIRAHAT
10
09.45-10.25
Masuk kelas jam keempat
11
10.25-11.05
Masuk kelas jam kelima
12
11.05-11.40
Masuk kelas jam keenam
13
11.40-12.15
Masuk kelas jam ketujuh
14
12.15-12.50
Masuk kelas jam kedelapan
15
12.50-13.20
Sholat Dzuhur dan muraja’ah
16
13.20-14.00
Makan siang
17
14.00-15.00
Tidur siang
18
15.00-15.20
Sholat Ashar
19
15.20-16.00
Kegiatan muraja’ah
20
16.00-16.30
Pemberian kosa kata (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris)
21
16.30-17.30
Mandi dan ke Masjid
22
17.40-17.55
Ta’jil puasa (Senin dan Kamis)
23
17.55-18.15
Sholat Maghrib dan tadarrus
24
18.15-18.50
Makan malam/ buka puasa (Senin dan Kamis)
25
18.50-20.00
Shalat Isya‟
26
20.00-21.00
Tahfidz (setoran muraja’ah hafalan)
27
21.00-21.45
Belajar malam terbimbing
Para santri Pondok Pesantren Daarul Qur‟an juga diharuskan melakukan kesunahan-kesunahan antara lain: a. Qiyamullail, karena pada 1/3 akhir malam adalah salah satu waktu mustajabah. b. Puasa Senin dan Kamis yang diyakini
akan mempermudah
menghafal Al-Qur‟an. Puasa dapat meningkatkan kekuatan responsif. Di samping itu, ketika berpuasa, anak akan lebih menjaga hati, perkataan, dan akhlaknya. c. Setoran hafalan sehabis sholat subuh. Mereka memilih waktu habis subuh untuk setoran hafalan yang baru karena pikiran pada waktu subuh masih jernih, sehingga anak akan lebih mudah untuk menghafal dan membentuk hafalan. d. Kegiatan muroja’ah dilakukan sendiri oleh masing-masing santri di masjid dengan pengawasan ustadz. e. Tahfidz sehabis isya‟ adalah kegiatan setoran pengulangan hafalan yang telah di hafal sebanyak ¼ juz/ lebih.
f. Belajar terbimbing dilaksanakan sehabis sorogan Al-Qur‟an malam. Segala sesuatu apabila diawali dengan Al-Qur‟an akan menjadi indah. Belajar terbimbing adalah belajar mata pelajaran umum (SMP) secara bersama di masjid dengan didampingi ustadz. Tabel. 3.5 Jadwal Kegiatan Ekstrakurikuler Santri NO
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
1
Sabtu
16.30-17.30
Pelatihan tilawah Al-Qur‟an
2
Ahad
16.00-17.00
Kegiatan pramuka
3
Senin
16.30-17.30
Pelatihan tartil Al-Qur‟an
4
Kamis
19.30-21.00
Latihan pidato
5
Kamis
16.00-16.30
Pemberian kosa kata Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
6
Sabtu
16.00-16.30
Pemberian kosa kata Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
7
Jum‟at
08.00-10.00
Morning Convertation, Jum‟at bersih, Olah raga
8
Jum‟at
16.00-17.30
Seni rebana
PROGRAM WAJIB NO
HARI
WAKTU
JENIS KEGIATAN
1
Selasa
16.00-16.30
Muhadatsah dan kosa kata Bahasa Arab Takhassus dan VII SMP
2
Rabu
16.00-16.30
Muhadatsah dan kosa kata Bahasa Arab kelas VIII dan IX SMP
3
Kamis
12.50-13.20
Conversation
English
Takhasus dan VII SMP 4
Sabtu
12.50-13.20
Conversation
English
kelas
VIII dan IX SMP (Dokumen PP Daarul Qur‟an tahun 2012)
B. Temuan Penelitian Hasil dari proses wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an a. JM (15 tahun) JM adalah santri PP Daarul Qur‟an kelas VIII SMP. Dia sudah mampu menghafal Al-Qur‟an 20 Juz. Cara JM dalam menghafal AlQur‟an yaitu dengan menghafal Al-Qur‟an ayat per ayat. Dia menambah hafalan 1 halaman sampai satu lembar per hari. Seperti ungkapan JM berikut ini: Cara saya dalam menghafal, saya menghafal per ayat. Misalnya kalau saya menambah hafalan 1 kaca/halaman, maka
saya baca dulu sampai lancar, kemudian saya hafal per ayat diulangi terus sampai lancar. Kemudian baru ke ayat yang berikutnya. Kalau muroja‟ah biasanya seperempat juz yang saya setorkan. Setiap hari harus muraja’ah minimal 1 juz dengan cara sima‟ menyima‟. Kami saling bergantian dalam menyima‟ hafalan (JM, 20-06-2012). b. DN (15 tahun) DN adalah santri PP Daarul Qur‟an kelas VIII SMP, Dia sudah mampu menghafal Al-Qur‟an 15 Juz. Cara DN dalam menghafal AlQur‟an dengan mencari tempat yang sesuai, tenang, dan menghafal per ayat. Dia juga menghafal setiap hari 1 halaman sampai 1 lembar. Seperti yang diungkapkan DN berikut ini: Saya kalau menghafal harus cari tempat yang sesuai. Kalau bisa tempat yang tenang, sehingga saya bisa lebih berkonsentrasi dalam menghafal. Kalau menambah hafalan biasanya 1 kaca/halaman setiap hari, tapi kadang juga sampai satu lembar. Cara saya menambah/ membuat hafalan baru, saya baca ayat yang mau saya hafalkan, kemudian saya hafalkan per ayat. Setelah satu ayat bisa, baru ke ayat yang dua, kemudian saya ulangi lagi dari ayat pertama. Seperti itu terus, sampai satu kaca. Kemudian saya minta tolong teman untuk menyima‟ hafalan tambahan yang baru saya buat tadi. Kalau muraja’ah biasanya setiap sorogan ¼ juz. Untuk waktunya, setoran hafalan baru setiap ba‟da subuh, kalau muraja‟ah ba‟da isya (DN, 21-06-2012). c. ZF (14 tahun) ZF adalah salah satu santri PP Daarul Qur‟an kelas VII SMP. Dia sudah menghafal Al-Qur‟an 7 Juz. Cara ZF dalam menghafal AlQur‟an dengan menghafal per ayat. Kemudian diulang sampai lancar. Seperti ungkapan ZF berikut ini: Cara saya menghafal Al-Qur‟an yaitu dengan menghafal per ayat. Sebelum menghafal, biasanya saya membaca bin nadhor dulu, agar tepat dan benar dalam menghafal nanti. Kemudian baru dihafalkan per ayat dan diulang sampai lancar (ZF, 22-06-2012). d. AM (33 tahun)
AM adalah salah satu staf pengajar Al-Qur‟an dan pengurus kesantrian. Ia sudah mendidik santri Daarul Al-Qur‟an selama 2 tahun. Ia menjelaskan cara/metode dalam menghafal Al-Qur‟an anak. Diantaranya; metode menghafal per ayat, metode pengulangan 4 kali setoran, metode sehari 1 halaman/kaca, dan metode sima’i. Seperti ungkapan AM berikut ini: Cara menghafal Al-Qur‟an bagi anak, maka kita terapkan beberapa metode. Misalnya; metode menghafal per ayat. Satu ayat kita hafal, kemudian nambah 2 ayat, ketika mau nambah 3 ayat, maka kita ulangi dari ayat pertama. Ketika anak sudah menambah sampai 1 juz, maka kita wajibkan anak untuk mengulang 4 kali setoran. Tidak boleh menambah hafalan lagi kalau belum mengulang 4 kali setoran. 4 kali itu, dimana setiap setoran 2 lembar setengah/ ¼ juz. Karena hal itu akan menambah kekuatan hafalan anak. Selain itu, antara menambah hafalan baru dan mengulang hafalan hafalan lama akan lebih mudah manambah hafalan baru. Di sini anak juga diwajibkan untuk setor hafalan baru minimal 1 kaca/halaman setiap hari ba‟da subuh. Selain itu, sebelum anak setoran hafalan baru, maka kita suruh bin nadhor dulu. Misal, hari selasa anak akan menambah hafalan halaman ke dua, maka hari senin dia harus sudah setor bin nadhor hafalan yang akan dibuat. Hal itu kami terapkan agar anak dalam menghafal bisa tepat dan benar (AM, 23-06-2012). e. AA (33 tahun) AA adalah orang yang bertanggung jawab atas segala aktivitas di PP Daarul Qur‟an. AA dalam memilih program dan metode pembelajaran di PP Daarul Qur‟an adalah program takhasus dan semester dengan menggunakan metode per ayat, 1 hari 1 muka/halaman, dan sima’i. Seperti ungkapan dari AA berikut ini: Untuk tata cara anak menghafal Al-Qur‟an, sebelum anak masuk di sini, maka ada MOS (Masa Orientasi Santri). Ada interview terlebih dahulu, kemudian diberi pengarahan, sehingga ia menjadi mantap untuk menghafal Al-Qur‟an. Dulu waktu saya di Mesir, saya mempunyai guru dalam menghafal beliau bernama Syeikh Muhammad Syarif bin Sayyid. Beliau mengajarkan kepada
saya agar menghafal Al-Qur‟an 1 hari 1 muka/halaman. Kemudian metode ini saya terapkan kepada anak didik di Daarul Qur‟an. Selain itu, ada metode sima’i yakni anak membaca kemudian disima‟ oleh guru, apabila salah maka dibenarkan langsung oleh guru. Untuk menambah hafalan baru, maka kita beri cara menghafal per ayat (AA, 25-06-2012). Dari lima informan di atas, metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an dengan menggunakan metode menghafal per ayat, metode sima’i, metode menghafal 1 hari 1 muka, metode muraja‟ah ¼ juz.
2. Implementasi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Setiap metode memiliki waktu yang paling tepat untuk diterapkan. Begitu juga dengan metode-metode atau cara-cara yang diterapkan di Pondok
Pesantren
Daarul
Qur‟an
Colomadu
Karanganyar.
Implementasi dari berbagai metode tersebut di atas, seperti ungkapan dari informan berikut ini: a. JM (15 tahun) Saya membuat hafalan baru dengan menghafal ayat per ayat pada saat pagi hari setelah qiyamullail, kemudian disima‟ kan oleh ustadz setiap ba‟da subuh, kalau muraja’ahnya ba‟da isya‟. Untuk muraja’ah 1 juz saya lakukan setiap kali ada waktu kegiatan muraja’ah (JM, 20-06-2012). b. DN (15 tahun) Kalau saya menambah hafalan baru setelah selesai qiyamullail, setiap ba‟da qiyamullail kita wajib membuat hafalan baru minimal 1 kaca/halaman, kalau pagi membuat hafalan, pikirannya masih fresh, segar. Kemudian disima‟ ustadz. Kalau setoran muraja’ahnya setiap ba‟da subuh (DN, 21-06-2012). c. ZF (14 tahun)
Saya membuat hafalan baru pada waktu pagi hari, kemudian ba‟da subuh disima‟ oleh ustadz. Kalau muraja’ah wajib setiap ba‟da isya‟. Kalau muraja‟ah sendiri, ya ikut jadwal yang berlaku (ZF, 22-06-2012). d. AM (33 tahun) Anak-anak biasanya menambah hafalan pada waktu pagi hari ba‟da subuh. Untuk setoran muraja’ahnya setiap ba‟da isya‟. Selain ba‟da isya‟, juga ada jadwal untuk muraja‟ah sendiri (AM, 23-06-2012). e. AA (33 tahun) Di sini kita tetapkan untuk pelaksanaan program dan metode pembelajarannya. Anak wajib menambah hafalan setiap pagi ba‟da jama‟ah sholat subuh. Dipilih waktu pagi hari, karena pikiran anak masih fresh, bersih, belum terkena pengaruh sekolah atau lainnya. Sehingga anak akan lebih mudah dan cepat hafal. Untuk muraja’ah ke ustadz setiap ba‟da isya‟. Selain ba‟da isya‟, anak juga wajib muraja’ah sendiri yang dilaksanakan secara bersamaan di masjid sesuai jadwal kegiatan santri (AA, 25-062012). 3. Evaluasi Pembelajaran Evaluasi pembelajaran dalam menghafal Al-Qur‟an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar dilaksanakan dengan (AA, 25-06-2012): a. Diadakannya sima‟an bulanan 15 juz pada minggu ke-2. Yang membaca adalah anak-anak yang malas mengaji atau hafalannya agak susah untuk mencapai standar minimal hafalan. Diharapkan dengan adanya kegiatan itu, anak yang malas akan menjadi rajin dan mereka pasti juga merasa malu dengan temannya jika gagal tampil di depan teman-temannya. b. Diberikan motivasi untuk membangun kembali semangat anak dalam menghafal Al-Qur‟an yang dilaksanakan setiap minggu.
c. Diakhir semester apabila anak tidak mencapai target hafalannya, maka diberikan waktu 2 minggu yakni waktu liburan untuk digunakan berusaha mencapai hafalan yang belum selesai.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Dari hasil observasi dan wawancara di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an, ditemukan beberapa metode yang digunakan dalam menghafal AlQur‟an bagi santri usia SMP, yaitu sebagai berikut: 1. Metode Wahdah Para informan mengungkapkan dalam menghafal Al-Qur‟an mereka menggunakan cara menghafal ayat per ayat. Terutama dalam membuat hafalan baru. Hal ini peneliti temukan dalam wawancara berikut: Cara saya dalam menghafal, saya menghafal per ayat. Misalnya kalau saya menambah hafalan 1 kaca/halaman, maka saya baca dulu sampai lancar, kemudian saya hafal per ayat diulangi terus sampai lancar. Kemudian baru ke ayat yang berikutnya (JM, 20-06-2012). Cara menghafal Al-Qur‟an bagi anak, maka kita terapkan beberapa metode. Misalnya; metode menghafal per ayat. Satu ayat kita hafal, kemudian nambah 2 ayat, ketika mau nambah 3 ayat, maka kita ulangi dari ayat pertama (AM, 23-06-12). Menurut Ahsin (2000:63), salah satu metode dalam menghafal AlQur‟an adalah metode wahdah. Metode wahdah adalah cara menghafal ayat-ayat satu per satu. Untuk menghafalkan satu ayat maka ayat tersebut dibaca sebanyak sepuluh kali, atau lebih sehingga proses ini mampu membentuk pola dalam bayangannya. Dengan demikian penghafal akan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangan akan tetapi hingga membentuk gerak refleks pada lisannya.
Metode wahdah ini ternyata juga diterapkan di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an. 2. Metode Sima’i Selain metode wahdah, dalam menghafal Al-Qur‟an dapat juga digunakan metode sima’i seperti yang diungkapkan informan berikut ini: Sebelum anak setoran hafalan baru, maka kita suruh bin nadhor dulu. Misal, hari selasa anak akan menambah hafalan halaman ke dua, maka hari senin dia harus sudah setor bin nadhor hafalan yang akan dibuat. Hal itu kami terapkan agar anak dalam menghafal bisa tepat dan benar (AA, 23-06-2012). Setiap hari harus muraja‟ah minimal 1 juz dengan cara sima’ menyima’. Kami saling bergantian dalam menyima‟ hafalan (JM, 20-06-2012). Dalam bukunya, Ahsin (2000:63) menyebut metode ini dengan metode sima’i. Sima’i artinya mendengar. Yang dimaksud dengan metode ini adalah mendengarkan sesuatu bacaan untuk dihafalkannya. Metode ini akan sangat efektif bagi penghafal yang mempunyai daya ingat ekstra, terutama bagi penghafal tunanetra, atau anak-anak yang masih di bawah umur yang belum mengenal baca tulis Al-Qur‟an. 3. Menghafal Per Hari Satu Halaman Metode ini diterapkan sebagai implementasi program semester di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an. Siswa/santri Daarul Qur‟an wajib menghafal setiap hari 1 kaca/halaman. Seperti ungkapan informan berikut ini: Kalau saya, menambah hafalan baru setelah selesai qiyamullail, setiap ba‟da qiyamullail kita wajib membuat hafalan baru minimal 1 kaca/halaman, kalau pagi membuat hafalan, pikirannya masih fresh, segar (DN, 21-06-2012). Dulu waktu saya di Mesir, saya mempunyai guru dalam menghafal beliau bernama Syeikh Muhammad Syarif bin Sayyid. Beliau mengajarkan kepada saya agar menghafal Al-Qur‟an 1 hari
1 muka/halaman. Kemudian metode ini saya terapkan kepada anak didik di Daarul Qur‟an (AA, 23-06-2012). Menghafal per hari satu halaman, akan memudahkan kita ketika dalam muraja’ah dan menarget hafalan. Dalam buku Badwilan (2000:202), bagi orang yang ingin menghafal Al-Qur‟an wajib menentukan batasan hafalan yang disanggupinya setiap hari. Apabila menghafal Al-Qur‟an sehari satu wajah, berarti anda menghafal Al-Qur‟an seluruhnya dalam rentang waktu 1 tahun, 8 bulan, 12 hari. 4. Metode Pengulangan Umum Informan mengatakan ada metode pengulangan umum yang dilaksanan oleh semua santri yang tambahan hafalannya sudah mencapai 1 juz, mereka diwajibkan mengulang dengan 4 kali setoran. Setiap maju yang disetorkan sebanyak 2 lembar setengah atau ¼ juz. Hal ini diungkapan oleh informan di bawah ini: Ketika anak sudah menambah sampai 1 juz, maka kita wajibkan anak untuk mengulang 4 kali setoran. Tidak boleh menambah hafalan lagi kalau belum mengulang 4 kali setoran. 4 kali itu, dimana setiap setoran 2 lembar setengah/ ¼ juz. Karena hal itu akan menambah kekuatan hafalan anak. Selain itu, antara menambah hafalan baru dan mengulang hafalan hafalan lama akan lebih mudah manambah hafalan baru (AM, 23-06-2012). Metode pengulangan umum adalah suatu metode yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan hafalan anak. Di samping itu, metode ini sebagai penyempurna dari metode wahdah, metode sima’i, dan metode menghafal per hari satu halaman. B. Implementasi Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Implementasi dari berbagai metode yang diterapkan di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an sebagai berikut:
1. Metode Wahdah Metode ini dilaksanakan ketika mereka sedang membuat hafalan baru. Biasanya mereka terapkan pada waktu dini hari setelah qiyamullail. Mereka memilih waktu pagi hari karena pikiran masih fresh, jernih, belum terbebani dengan lain-lain. Seperti ungkapan informan berikut: Kalau saya menambah hafalan baru setelah selesai qiyamullail, setiap ba‟da qiyamullail kita wajib membuat hafalan baru minimal 1 kaca/halaman, kalau pagi membuat hafalan, pikirannya masih fresh, segar (DN, 21-06-2012). Anak wajib menambah hafalan setiap pagi ba‟da jama‟ah sholat subuh. Dipilih waktu pagi hari, karena pikiran anak masih fresh, bersih, belum terkena pengaruh sekolah atau lainnya. Sehingga anak akan lebih mudah dan cepat hafal (AA, 25-062012). Dari informan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode wahdah ini dilaksankan oleh santri ketika mereka akan menambah hafalan baru. Santri Daarul Qur‟an menerapkan metode tersebut pada pagi hari setelah kegiatan qiyamullail. Karena saat pagi hari pikiran masih fresh dan jernih. sehingga anak akan lebih mudah dalam menghafal. Menurut Badwilan (2009:196), ada beberapa waktu yang dianggap baik untuk menghafalkan Al-Qur‟an, antara lain: waktu sebelum datang fajar, setelah shalat subuh, dan waktu di antara baghrib dan isya‟.
2. Metode Sima’i Metode ini dilaksanakan ketika mereka sorogan ba‟da subuh, ba‟da isya‟, dan kegiatan muraja’ah. Caranya yakni anak menghadap ustadz dengan menyetor hafalannya. Apabila salah, maka langsung
dibenarkan atau para santri pada waktu kegiatan muraja’ah saling menyima‟kan. Seperti ungkapan di bawah ini: Ada metode sima’i yakni anak membaca kemudian disima‟ oleh guru, apabila salah maka dibenarkan langsung oleh guru (AA, 25-062012). Sebelum anak setoran hafalan baru, maka kita suruh bin nadhor dulu. Misal, hari selasa anak akan menambah hafalan halaman ke dua, maka hari senin dia harus sudah setor bin nadhor hafalan yang akan dibuat (AM, 23-06-2012). Kalau muroja‟ah biasanya seperempat juz yang saya setorkan. Setiap hari harus muraja’ah minimal 1 juz dengan cara sima‟ menyima‟. Kami saling bergantian dalam menyima‟ hafalan (Jumarudin, 20-062012). 3. Metode Menghafal per Hari Satu Halaman Metode ini dilaksanakan pada waktu akan menambah hafalan dengan menggunakan metode wahdah dan sima’i. Anak mempunyai kewajiban untuk menghafal sehari satu muka/halaman. Metode ini terkait dengan target pembelajaran yang ditetapkan di Pondok Daarul Qur‟an. 4. Metode Pengulangan Umum Metode ini dilaksanakan ketika tambahan hafalan mencapai 1 juz. Mereka diwajibkan 4 kali setoran untuk mengulang hafalan. Setiap kali setoran, santri membaca ¼ juz. Metode ini dilaksanakan pada waktu setoran muraja’ah ba‟da isya‟. Metode ini diterapkan agar anak lebih kuat hafalannya. Metode ini akan membiasakan anak untuk selalu menjaga hafalannya. C. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an
Kelebihan dan kekurangan dari metode yang diterapkan di Pondok Daarul Qur‟an sangat berkaitan dengan perkembangan anak usia SMP, guru dan program pembelajaran, seperti ungkapan di bawah ini: Untuk kelebihan metode pembelajaran di Pondok Daarul Qur‟an ini saya rasa cukup efektif pembelajarannya. Karena anak-anak di sini terbukti melebihi target. Ketika kita targetkan 15 Juz lulus SMP. Maka kelas IX sudah ada yang hafalannya mencapai 30 juz. Untuk kekuranganya, mungkin ketika anak-anak bacaannya kurang bagus maka akan menghambat kita dalam menerapkan metode pembelajaran tersebut. Anak-anak masih perlu terus dibimbing karena masih usia bermain. Mereka belum sepenuhnya mandiri dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan menghafal Al-Qur‟an (AM, 23-062012). Saya kira, metode pembelajaran yang saya terapkan di Pondok Daarul Qur‟an ini tidak ada kekurangannya. Terbukti anak-anak banyak yang melebihi target hafalan yang diwajibkan di Pondok ini. Meskipun usia anak SMP itu labil, tapi dengan adanya motivasi, dorongan, dan Al-Qur‟an ini, anak insyaallah akan mudah diatur dan diterapkan metode pembelajaran apapun (AA, 25-06-2012). Dari hasil wawancara di atas, maka penulis menilai sebagai berikut: 1. Kelebihan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an a. Metode Wahdah Cara yang digunakan santri dalam membuat hafalan baru dengan menghafal per ayat. Dengan metode ini akan mempermudah membentuk pola dalam bayangannya dan mampu mengkondisikan ayat-ayat yang dihafalkannya bukan saja dalam bayangan akan tetapi hingga membentuk gerak refleks pada lisannya.
b. Metode Sima’i Kelebihan dari metode sima’i
ini pada bacaan anak.
Bacaannya akan lebih fasih dan benar karena disima‟ langsung oleh
ustadz. Di samping itu, anak akan yakin dan mantap dalam hafalannya serta sanadnya pun juga jelas. c. Metode Menghafal per Hari Satu Halaman Kelebihan dari metode ini berkaitan dengan target hafalan. Adanya kewajiban menghafal setiap hari satu muka, maka anak akan terbiasa terbentuk dalam pikirannya setiap menambah hafalan satu muka/halaman. Anak akan lebih cepat dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an. Karena usia SMP adalah usia yang masih sangat mudah dalam menghafal. Menurut Badwilan (2009:116), tahun yang tepat untuk menghafal yang benar-benar telah disepakati, yaitu dari umur 5 tahun hingga kira-kira 23 tahun. Alasannya, manusia pada usia ini daya hafalannya bagus sekali, bahkan masa ini merupakan tahun-tahun menghafal cepat. Menghafal pada usia ini sangat cepat, dan kelupaan masih lambat sekali. d. Metode Pengulangan Umum Kelebihan dari metode pengulangan umum ini yaitu hafalan anak akan lebih kuat. Dengan melihat usia SMP yang kadang susah diatur, maka metode ini sangat efektif untuk diterapkan bagi para penghafal khususnya bagi usia SMP. 2. Kekurangan a. Metode Wahdah Kekurangan metode ini adalah menuntut waktu yang lama karena banyak pengulangan di dalamnya. Karena kemampuan masing-
masing anak berbeda, maka waktu yang dibutuhkan dalam menghafal juga berbeda. b. Metode Sima’i Kekurangan dari metode sima’i adalah anak akan mudah bosan karena mereka hanya duduk dan mendengarkan bacaan baik secara bin nadhor atau bil ghoib. Dilihat dari usia, anak SMP tidak mudah dalam melaksanakan suatu kegiatan yang hanya mendengar. c. Metode Menghafal Per Hari Satu halaman Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda. Tidak semuanya bisa menghafal per hari satu halaman/muka. Maka dengan metode ini anak kadang merasa terbebani. d. Metode Pengulangan Umum Sebelum anak mampu menggunakan metode ini, dia tidak boleh menambah hafalan baru. Meskipun metode ini memperkuat hafalan, tetapi metode ini akan menghambat anak dalam menambah hafalan baru, sehingga anak akan lebih lama dalam menyelesaikan hafalannya.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan observasi di atas, maka penulis dapat menyimpulkan metode pembelajaran tahfidzul Qur’an sebagai berikut: 1. Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an pada siswa SMP dapat menggunakan metode wahdah (menghafal per ayat), metode sima’i (menyima‟ bacaan Al-Qur‟an), metode menghafal per hari satu muka/halaman, dan metode pengulangan umum. 2. Implementasi/Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Implementasi dari beberapa metode tersebut di atas, secara garis besar dilaksanakan pada waktu tertentu. Untuk metode wahdah dilaksanakan pada pagi hari setelah qiyamullail. Waktu dini hari akan lebih efektif dalam membuat hafalan baru karena pikiran masih fresh dan jernih. Metode sima’i dilaksanakan ketika kegiatan muraja’ah bersama atau waktu setor hafalan baik bin nadhor maupun bil ghoib. Metode menghafal per hari satu halaman diterapkan pada waktu menambah hafalan. Ini adalah cara untuk menarget hafalan anak. Metode pengulangan umum dilaksanakan ketika anak muraja’ah hafalan dihadapan ustadz. Ketikan anak telah mencapai 1 juz hafalan tambahannya, metode pengulangan umum ini juga diterapkan dengan 4 kali setoran dengan ¼ juz setiap sorogan.
3. Kelebihan dan Kekurangan dari Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Kelebihan dari metode di atas adalah anak cepat dalam menghafal, serta hafalannya juga kuat dan terjaga. Metode tersebut di atas sangat efektif diterapkan bagi anak-anak usia SMP. Terbukti di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an hafalan anak-anak banyak yang melebihi target. Kekurangan dari berbagai metode di atas terkait dengan perkembangan anak yang berbeda. Metode pembelajaran tersebut tidak bisa diterapkan pada semua anak. Ketika anak-anak bacaannya kurang bagus maka akan menghambat penerapan metode pembelajaran. Metode wahdah akan membutuhkan ketelitian, kesabaran, dan waktu yang cukup lama. Dengan metode sima’i anak akan mudah bosan. Karena mereka hanya duduk dan mendengarkan bacaan baik secara bin nadhor atau bil ghoib. Metode pengulangan umum berfungsi untuk memperkuat hafalan, tetapi metode ini juga akan menghambat anak dalam menambah hafalan baru, sehingga anak akan lebih lama dalam menyelesaikan hafalannya. B. Saran Diharapkan studi tentang metode pembelajaran tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren Daarul Qur‟an kampung Sanggir desa Paulan Colomadu Karanganyar ini, dapat disempurnakan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut dari segi lain, sehingga dapat memberikan gambaran yang lengkap pada metode pembelajaran tahfidzul Qur’an. Untuk itu peneliti menyarankan halhal sebagai berikut:
1.
Metode pembelajaran tahfidzul Qur’an yang diterapkan di Pondok Daarul Qur‟an sudah sangat efektif. Oleh karena itu, metode pembelajaran tersebut dapat dijadikan teladan bagi pondok pesantren lainnya yang berbasis Qur‟ani.
2.
Pondok Daarul Qur‟an Colomadu Karanganyar yang sudah memiliki program dan metode pembelajaran efektif ini agar tetap menjaga dan meningkatkan kualitas sehingga tetap bermanfaat bagi masyarakat.
3.
Perlu adanya metode pengulangan yang lebih menguatkan daya ingat bagi siswa/santri. Misalnya metode muraja’ah ayatan yang dilaksanakan dalam satu majlis, di mana santri secara urut dan bergantian membaca satu ayat.
4.
Usia SMP adalah usia efektif dalam menghafal. Sebaiknya orang tua dapat mendorong anaknya memanfaatkan kesempatan ini untuk menghafal Al-Qur‟an.
C. Penutup Alhamdulillah, dengan ridho-Nya akhirnya skripsi dengan judul “Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an Pondok Pesantren Daarul Qur’an
(Santri
Usia
Sekolah
Menengah
Pertama)
Colomadu
Karanganyar Tahun 2012” dapat penulis selesaikan dengan niat dan kesungguhan hati. Namun penulis merasa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dalam tata bahasa maupun argumentasi. Maka, penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis khususnya. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
A. Hamijaya, Nunu, Nunung K.Rukmana. 70 Cara Mudah Bergembira Bersama Al-Qur’an. Bandung: Marja‟ Abu Achmadi, Munawar Sholeh. Psikologi Perkembangan. 2005. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ahsin, W Al-Hafizh. Bimbingan Praktis menghafal Al-Qur’an. 2000. Jakarta: Bumi Aksara Arifin. Kapita Selekta Pendidikan (Islam dan Umum). 1995. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsemi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. 2006. Jakarta: PT Rineka Cipta Asmani, Jamal Ma‟mur. Tips Menjadi Guru Inspiratif Kreatif dan Inovatif. 2009. Yogyakarta: Diva Press. Badwilan, Ahmad Salim. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. 2009. Yogyakarta:Diva Press. Baharuddin. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan. 2010. Yogyakarta: ArRuzz Media. Dawson, Chaterine. Metode Penelitian Praktis. 2010. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Desmita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. 2010. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Dimyati, Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. 2006. Jakarta: PT Rineka Cipta. Eriyanto. Teknik Sampling, Analisis Opini Publik. 2007. Yogyakarta: LKIS. Hariyanto, Dany. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Praktis. 2003. Surakarta: Delima. J. Moeleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif. 2005. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Khan, Wahiduddin. Menjadi Generasi Qur’ani. 2002. Yogyakarta:Mitra Pustaka. Munjahid. Strategi Menghafal Al-Qur’an10 Bulan Khatan. Yogyakarta: Idea Press.
Nurdin, Muhammad. Kiat menjadi Guru Profesional. 2010. Jakarta: Ar-Ruzz Media. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. 2009. Jakarta: Rajawali Pers. Silbermen, Mel. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terj.Sarjuli. 2009. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Sugianto, Ilham Agus. Kiat Praktis Menghafal Al-Qur’an. Bandung: Munjahid Press. Suparlan. Menjadi Guru Efektif. 2005. Yogyakarta: Hikayat. Suprayogo,Imam, Thobroni. Metode Penelitian Sosial Agama. 2003. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. 1972. Jakarta: Hidakarya Agung.