DESKRIPSI MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata (S.1) Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh : NUR KHASANAH 063111072
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nur Khasanah
NIM
: 063111072
Jurusan / Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian / karya saya sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 27 Mei 2011 Saya yang menyatakan,
Nur Khasanah NIM. 063111072
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof. Dr. Hamka KM 1 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185 PENGESAHAN Nama
: Nur Khasanah
NIM
: 63111072
Fakultas/Jurusan Judul Skripsi :
: Tarbiyah /PAI DESKRIPSI MOTIVASI SANTRI DALAM
MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011 Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji FakultasTarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal: 22 Juni 2011 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2011/2012 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah. Semarang, 28 Juni 2011 Dewan Penguji Ketua Sidang,
Sekretaris Sidang,
Amin Farih, M.Ag. NIP. 19710614 200003 1002
Yunita Rahmawati, M.Ag. NIP. 15780627 200501 2004
Penguji I,
Penguji II,
Drs. Ikhrom, M.Ag. NIP. 19650329 199403 1002
Dr. Akhwan Fanani, M.Ag. NIP. 19780930 200315 1001
Pembimbing I,
Pembimbing II
Dra. Muntholi’ah, M.Pd. NIP 19650329 199403 1002
Drs.H. Soediyono, M.Pd. NIP.19460715 197612 100
iii
Semarang, 27 Mei 2011
NOTA PEMBIMBING Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: DESKRIPSI MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011 Nama : Nur Khasanah NIM : 063111072 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing I
Dra. Muntholi’ah, M. Pd. NIP. 19670319 199303 2001
iv
Semarang, 27 Mei 2011
NOTA PEMBIMBING Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan: Judul
: DESKRIPSI MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011 Nama : Nur Khasanah NIM : 063111072 Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam sidang munaqasah. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pembimbing II
Drs.H.Soediyono, M. Pd. NIP. 19460715 197612 1 001
v
ABSTRAK
Judul :Deskripsi Motivasi Santri dalam Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. Nama : Nur Khasanah NIM : 063111072 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1) Jenis motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 2). Latar motivasi santri dalam menghafal AlQur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 3). Perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011 Penelitian menggunakan field research (penelitian lapangan) yang disajikan secara deskriptif. Kemudian data yang telah terkumpul akan diadakan penganalisaan dengan pendekatan deskriptif fenomenologi untuk mengetahui motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun2011. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an terdiri dari tiga santri memiliki motivasi ekstrinsik dan dua santri memiliki motivasi intrinsik. Latar motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an yaitu keinginan untuk memperdalam isi kandungan Al-Qur’an, memelihara ayat-ayat Al-Qur’an agar tetap terjaga, membahagiakan orang tua dan keinginan untuk memperoleh tempat mulia disisi Allah swt. Perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an berbeda-beda yaitu dua santri tahassus lama menggunakan seluruh waktu luang untuk menghafal dan mengulang. Satu santri menggunakan setengah waktu untuk menghafal dan waktu setengah waktu untuk mengulang. Sedangkan dua santri menghafal dan kuliah baik baru atau lama lebih banyak menggunakan waktu malam hingga pagi hari untuk menghafal dan mengulang yang disesuaikan dengan adanya kesibukan kuliah. Selain hal tersebut yang tampak perbedaannya adalah teknik menghafal yaitu menghafal ayat yang lebih mudah, menghafal melihat cermin mendengarkan murattal. Sedangkan taktik secara umum yang di pakai adalah membaca, mengulang-ulang dan melihat terjemahan. Sedangkan perwujudan yang lain memiliki kemiripan yaitu para santri mentarget hafalan baru sebanyak satu halaman per hari. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak, terutama dalam memberi pertolongan dan motivasi kepada rekan-rekan mahasiswa agar senantiasa meningkatkan kualitas penelitian pada masa mendatang.
vi
TRANSLITERASI ARAB LATIN Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada SKB Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan R.I Nomor: 158/1987 dan Nomor: 0543b/Untuk1987. Penyimpangan penulisan kata sandang (al-) disengaja secara konsisten agar sesuai teks Arabnya.
ﺍ
a
ﻁ
t}
ﺏ
b
ﻅ
z}
ﺕ
t
ﻉ
‘
ﺙ
s|
ﻍ
Gh
ﺝ
j
ﻑ
F
ﺡ
h}
ﻕ
Q
ﺥ
kh
ﻙ
K
ﺩ
d
ﻝ
L
ﺫ
z|
ﻡ
M
ﺭ
r
ﻥ
N
ﺯ
z
ﻭ
W
ﺱ
s
ﻩ
H
ﺵ
sy
ﺀ
’
ﺹ
s}
ﻱ
Y
ﺽ
d}
Bacaan madd:
Bacaan diftong:
a> = a panjang
ﻭ = ﹶﺍau ﻱ = ﹶﺍa
i> = I panjang u> = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur alhamdulillah ke hadirat Ilahi Rob, Tuhan semesta alam, dengan ridho dan hidayah-Nya lah semua dapat terjadi, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ini. Dan dengan ketulusan hati yang terdalam, penulis sampaikan ucapan terima kasih atas pemberian dan bantuan dalam bentuk apapun kepada berbagai pihak yang telah ikhlas dan rela. seiring doa jazakumullah khoiro jaza, limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya tercurah kepada kita semua. Amin. Ucapan terima kasih, penulis haturkan kepada : 1. Prof. Dr. H. Muhibbin, M. Ag. selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang 2. Dr. Suja’i, M. Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang 3. Drs. H.Soediyono, M.Pd dan Dra. Muntholi’ah, M. Pd. Selaku Guru Besar Pembimbing skripsi bagi diri penulis. 4. Ibu Nyai Hj. Aufa Abdullah Umar AH beserta Keluarga Besar Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang yang telah mendukung menjadi tempat penelitian dan sekaligus membimbing dalam penelitian ini. 5. Santri Putri Pondok Pesantren
Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan
Semarang yang telah membantu menyelesaikan penelitian. 6. Keluarga besarku; Orang tuaku tercinta Abdul Khafidz dan Ibunda Siti Aminah; kakakku Nur Rohmah, Adik-adiku tercinta Nur Khayati dan Nur Kholifah yang selalu mendampingi perjalanan hidupku dan menjadi pelita hidupku. 7. Sahabat-sahabatku di kos Nusa Indah 1 (Tri Masrifah, Ika Septi Andan Dewi, Rofiatul Khoiriyah, mbak Yani) yang telah memotivasi dan membantu menwujudkan terselesainya skripsi ini. 8. Sahabat- sahabatku Sofiyatun, Endah Chusnul Chotimah dan Ummu Aiman yang senasib seperjuangan
viii
9. Semua pihak yang membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu demi satu, terimakasih. Allah pasti mengembalikan setiap titik debu kebaikan kepadamu kembali. Akhirnya, dengan penuh rendah hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dalam penulisan, materi, bahasa, maupun analisisnya. Oleh karena itulah kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan demi perbaikan penulisan selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini tetap membawa manfaat bagi pengembangan pendidikan Islam dan khasanah bersama. Amin.
Semarang, 27 Mei 2011 Penulis,
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i PERNYATAAN KEASLIAN................................................................................ ii PENGESAHAN .................................................................................................... iii NOTA PEMBIMBING ........................................................................................ iv ABSTRAK .......................................................................................................... v TRANSLITERASI ................................................................................................ vi KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
BAB I :
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Penegasan Istilah ............................................................................. 3 C. Rumusan Masalah ............................................................................ 4 D. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5 E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 5 F. Telaah Pustaka ................................................................................ 5 G. Metodologi Penelitian ...................................................................... 8
BAB II : LANDASAN
TEORI
TENTANG
MOTIVASI
SANTRI
DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN A. Motivasi ......................................................................................... 13 1. Pengertian Motivasi ....................................................................... 13 2. Jenis Motivasi dan Faktor Penyebab Munculnya ............................. 3. Motivasi ......................................................................................... 14 4. Fungsi Motivasi.............................................................................. 21 B. Santri .............................................................................................. 23 1. Pengertian Santri ............................................................................ 23 2. Karakteristik Santri ........................................................................ 23 C. Menghafal Al-Qur’an ..................................................................... 26 1. Pengertian Menghafal .................................................................... 26
x
2. Dasar dan Tujuan Menghafal ......................................................... 27 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an ........... 28 4. Strategi Menghafal Al-Qur’an ....................................................... 31 BAB III : KAJIAN OBYEK PENELITIAN TENTANG MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN
TAHAFFUDZUL
QUR’AN
PURWOYOSO
NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011 1. Tinjauan Historis ........................................................................... 35 2. Tinjauan Geografis ........................................................................ 36 3. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011-2012 ........ 37 4. Kondisi Ustadz Di
Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an
Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011 .............................. 39 5. Keadaan Santri Di PPTQ .............................................................. 39 6. Aktivitas Santri ............................................................................. 41 7. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................... 43 8. Pelaksanaan
Menghafal
Al-Qur’an
di
Pondok
Pesantren
Tahaffudul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Tahun 2011 ................ 43 BAB IV : TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN MOTIVASI SANTRI DALAM
MENGHAFAL
PESANTREN
AL-QUR’AN
TAHAFFUDZUL
QUR’AN
DI
PONDOK
PURWOYOSO
NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011 .................................... 48 BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................... 59 B. Saran-Saran ................................................................................... 60 C. Penutup........................................................................................... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Al-Qur’an adalah kitab yang diturunkan oleh Allah kepada nabi Muhammad sebagai petunjuk bagi umat manusia. Penurunan tersebut di lakukan bagian demi bagian yang dimaksudkan agar nabi Muhammad membacakannya, secara perlahan-lahan. Begitu pula dengan pemeliharaan AlQuran yang mulai dengan pencatatan dalam lembaran-lembaran hingga disusun dalam satu mushaf oleh khalifah Abu Bakar dan disempurnakan oleh Ustman bin Affan. Kemudian Al-Qur’an mulai dicetak diberbagai negara hingga sampai di tangan kita sekarang ini. Al-qur’an yang ada sekarang ini adalah Al-qur’an yang masih asli sesuai yang diajarkan nabi Muhammad kepada para sahabatnya. Hal ini karena kitab Allah yang mulia dan wahyu yang terakhir ke bumi ini di jaga oleh Allah dari segala bentuk pengubahan.1 Firman Allah
∩∪ tβθÝàÏ≈ptm: …çµs9 $‾ΡÎ)uρ tø.Ïe%!$# $uΖø9¨“tΡ ßøtwΥ $‾ΡÎ) Artinya: ”Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya” (Q.S.Al-Hijr:9)2 Dengan jaminan tersebut bukan berarti umat islam terlepas dari tanggung jawab dan kewajiban untuk memelihara kemurniannya. Allah dalam menjaga Al-Qur’an melibatkan para hamba hambanya. Salah satu cara yang dapat dilakukan oleh hambanya untuk memelihara Al-Qur’an adalah menghafalkannya. Menghafal Al-Qur’an bukanlah tugas yang mudah, sederhana, serta bisa dilakukan kebanyakan orang tanpa meluangkan waktu khusus,
1
Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta:Diva Press, 2010) hlm 6 2 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta: Depag RI, 1995), hlm. 391
1
2
kesungguhan mengerahkan kemampuan dan keseriusan. Perilaku tersebut dapat ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi.3 Motivasi yang ada pada seseorang akan mewujudkan sesuatu perilaku yang diarahkan pada tujuan mencapai sasaran yang diinginkan. Berkaitan dengan proses pendidikan pondok Pesantren, khususnya pondok pesantren tahfidzul Quran, motivasi memiliki peranan yang sangat penting bagi santri dalam menghafal al-Qur’an. Peranan motivasi dalam mempelajari tingkah laku seseorang besar sekali. Hal ini disebabkan, motivasi diperlukan
bagi
reinforcement
(stimulus
yang
memperkuat
dan
mempertahankan tingkah laku yang dikehendaki)yang merupakan kondisi mutlak bagi proses belajar, motivasi menyebabkan timbulnya berbagai tingkah laku, dimana salah satu diantaranya mungkin dapat merupakan tingkah laku yang dikehendaki.4 Untuk mencapai tingkah laku yang dikehendaki yaitu menghafalkan Al-Quran, motivasi santri dapat berasal dari dua arah yaitu motivasi yang bersumber tidak dipengaruhi lingkungan, motivasi yang muncul karena pengaruh lingkungannya.5 Berasal dari motivasi yang berbeda-beda, jika diterapkan dalam proses menghafal atau proses belajar motivasi tercermin melalui ketekunan yang tak mudah patah dalam mencapai sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Motivasi juga ditunjukkan melalui intensitas unjuk kerja dalam melakukan suatu tugas.6 Dalam proses menghafal Al-Quran, perwujudan motivasi santri dapat dilihat dari aktivitas yang dapat menunjang dalam menghafal Al-Qur’an. Semakin tinggi taraf motivasi akan semakin mempermudah dalam mencapai keberhasilan dalam menghafalkan Al-Qur’an.
3
M.Nur Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010) hlm 83 4 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008) Cet II hlm 104 5 Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008) Cet IV hlm 33 6 Prasetya Irawan dkk, Teori Belajar, Motivasi, dan Ketrampilan Mengajar, (Jakarta: PAU-PPAI, 1996) hlm 42
3
Bertolak dari pentingnya motivasi dalam menghafal Al-Quran penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih mendalam kedalam bentuk skripsi yang berjudul “DESKRIPSI MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011”
B. PENEGASAN ISTILAH Untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterpretasikan judul skripsi ini, maka penulis perlu menjelaskan istilah, sebagai berikut: 1. Deskripsi Motivasi Santri Deskripsi Motivasi Santri berasal dari tiga kata yaitu: Deskripsi adalah pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci.7 Motivasi berasal dari bahasa latin ”movere” yang berarti “menggerakkan”
yaitu
suatu
kondisi
yang
menyebabkan
atau
menimbulkan perilaku tertentu yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.8 Santri adalah orang yang mendalami agama Islam, orang yang beribadat, orang yang sholeh.9 Yang dimaksud Deskripsi Motivasi Santri dalam penulisan ini adalah pemaparan dengan kata-kata mengenai motivasi santri yang menghafal Al-Qur’an. 2. Menghafal Al-Qur’an Menghafal adalah berusaha meresapkan ke dalam pikiran agar selalu ingat.10 Sedangkan Al-Qur’an menurut bahasa ialah bacaan atau
7
Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta:PT Gramedia, 2008) hlm 320 8 Prasetya Irawan dkk, op cit, hlm 41 9 Tim Penyusun Kamus, op cit, hlm 1224 10 Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka, 2005) Cet III hlm 381
4
yang dibaca, menurut istilah Al-Quran adalah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.11 Berarti menghafal Al-Quran yang dimaksud disini adalah berusaha melafadzkan ayat-ayat al-qur'an tanpa melihat tulisan. 3. Pondok Pesantren Pondok Pesantren merupakan gabungan dua kata yang memiliki arti hampir sama yaitu: Pondok berasal dari bahasa Arab “funduq” yang berati hotel, asrama, rumah dan tempat tinggal sederhana.12 Perkataan pesantren berasal dari kata santri, dengan awalan pe di depan dan akhiran an berarti tempat tinggal para santri.13 Pondok Pesantren yang dimaksud disini adalah pondok pesantren Tahafudzul Quran yang berada di daerah Purwoyoso Ngaliyan Semarang
C. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah di atas maka terdapat permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011: a. Bagaimana jenis motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011? b. Bagaimana latar motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011? c. Bagaimana perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011?
11
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir, (Semarang:PT. Pustaka Putra, 2000) Cet III hlm 3 12 Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005) hlm 62 13 Ibid, hlm 61
5
D. TUJUAN PENELITIAN Berkaitan dengan permasalahan di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011: a. Mengetahui jenis motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. b. Mengetahui latar motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. c. Mengetahui perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011.
E. MANFAAT PENELITIAN Adapun manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Menambah wawasan tentang gambaran (deskripsi) motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 2. Mengetahui jenis, latar, dan perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 3. Membantu meningkatkan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011.
F. TELAAH PUSTAKA Sebelum penulis mengadakan penelitian tentang motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di Pondok Pesantren Tahafudzul Quran Purwoyoso
6
Ngaliyan Semarang Tahun 2011, penulis dengan segala kemampuan yang ada berusaha menelusuri dan menelaah berbagai hasil kajian antara lain: Skripsi yang ditulis oleh Barokatun (073111489) yang berjudul “Upaya Meningkatkan Motivasi Menghafal Al-Qur’an Melalui Metode Kitabah di Pondok Pesantren Uswatun Hasanah Mangkang Kulon Semarang” Hasil skripsinya menyatakan bahwa upaya meningkatkan motivasi dilakukan dengan: memberi perhatian khusus kepada santri yang kurang lancar menghafal al-qur'an dengan cara santri yang sudah hafal membantu santri yang kurang hafal, membangkitkan semangat santri dengan memberi pujian bagi santri yang bisa menghafal dengan lancar dan fasih, menggunakan metode kitabah dan mengadakan tes menghafal al-qur'an santri secara teratur.14 Hasil penelitian yang ditulis oleh Bahrudin (3104164) yang berjudul “Deskriptif Jaudah Tahfidz Al-Quran di Pondok Pesantren Madrosatul Quranil Azizyah Bringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009”Skripsi membahas tentang gambaran jaudah tahfidz al quran(upaya meningkatkan hafalan Al-Qur'an) harus dilakukan oleh dua pihak yaitu: 1. Upaya Meningkatkan jaudah tahfidz al-qur'an oleh ustadz meliputi takhmis al-qur'an, tasbi al-qur'an, murajaah secara umum, menghatamkan murajaah secara umum, menghatamkan murojaah hafalan al-qur'an sebulan sekali, takrir dalam shalat, konsentrasi melakukan murojaah terhadap lima juz terlebih dahulu dan mengulang-ngulang pada waktu yang ditentukan.15 2. Upaya meningkatkan jaudah tahfidz al-qur'an oleh santri yaitu dengan sikap semangat dan niat ikhlas, kontinyu dalam bertakrir , simaan atau takrir dengan teman pondok, takrir di dalam shalat, tanya jawab atau
14
Barokatun, Upaya meningkatkan motivasi menghafal al-qur'an melalui metode kitabah di pondok pesantren uswatun hasanah mangkang semarang, (Semarang: Koleksi Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009) , hlm 55 15 Bahrudin, Deskripsi Jaudah Tahfidz Al-Qur'an Santri Hafidz Al-Qur'an di Pondok Pesantren Madrosatul Quranil Azizyah Beringin Ngaliyan Semarang Tahun 2008/2009, (Semarang: Koleksi Skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009)hlm 56
7
tebak-tebakan ayat, berusaha tadarus dengan suara keras, istirahat yang teratur, berdoa.16 Buku ”Motivasi dan Kepribadian” yang merupakan karangan Abraham H. Maslow. Secara garis besar buku ini menerangkan tentang teori motivasi manusia yang didasarkan pada tingkat kebutuhan yang paling rendah menuju ke tingkatan berikutnya. Kebutuhan tersebut yaitu: Kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan rasa memiliki dan ras cinta, kebutuhan akan harga diri, serta kebutuhan akan perwujudan diri.17 Kajian ”Teori Motivasi dan Pengukurannya” oleh Dr. Hamzah B Uno, M.Pd. memaparkan berbagai macam teori motivasi seperti teori motivasi kerja, teori keadilan, teori sasaran, teori motivasi kesehatan. Akan tetapi yang lebih menonjol dalam pembahasanya adalah teori motivasi dari sudut pandang motivasi belajar, motivasi kerja, motivasi berprestasi.18 Dan pengukurannya diarahkan dalam bidang pendidikan. Berasal dari teori yang bermacam-macam dan berbeda pandangan, salah satu teori yang dikemukakan
adalah teori
hierarki kebutuhan Maslow. Dalam dunia pendidikan dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan peserta didik, agar dapat mencapai hasil belajar yang maksimal dan sebaik mungkin. Misalnya, guru dapat memahami keadaan peserta didik secara perorangan, memelihara suasana belajar yang baik, keberadaan peserta didik, memperhatikan lingkungan belajar.19 Menurut penulis kebutuhan yang harus dipenuhi termasuk kebutuhan fisiologis dan rasa aman. Buku berjudul “Motivasi teori dan Penelitiannya” merupakan karangan E.Koeswara yang membahas tentang teori motivasi yang berbedabeda sesuai dengan pandangan dan pendekatannya masing-masing.20 Seperti teori insting, fisiologi motivasi, teori dorongan, motivasi insentif, motivasi belajar, motivasi kognitif, motivasi sosial dan atribusi, motivasi pertumbuhan. 16
Ibid, hlm 58 AbrahamH.Maslow, Motivasi Kepribadian I, (Bandung:Remaja Rosdakarya offset, 1993) Cet IV hlm 43-57 18 Hamzah B.Uno, op cit., hlm 2 19 Ibid, hlm 7 20 E.Koeswara, Motivasi Teori dan Penelitiannya, (Bandung:Angkasa, 1989) Cet X hlm 2 17
8
Subjek penelitiannya pun berbeda-beda dengan yaitu para peneliti yang menggunakan hewan bagi mereka yang menggunakan pendekatan biologis dan behavioristik, yang subjeknya manusia adalah para peneliti motivasi pendekatan kognitif. Metode yang digunakan pun berbeda dimulai dari rancangan eksperimen subjek tunggal dengan variabel yang ditentukan dan dimanipulasi, sampai wawancara lapangan.21
G. METODOLOGI PENELITIAN 1. Fokus Penelitian Sesuai dengan obyek kajian skripsi ini, maka penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research, yakni penelitian yang dilakukan di kancah atau medan terjadinya gejala-gejala yang diselidiki.22 Dalam hal ini penelitian difokuskan pada motivasi santri dalam menghafal Al-Quran di pondok pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 2. Pendekatan Penelitian Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif yaitu merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.23 3. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Metode Interview Interview merupakan alat pengumpulan data dengan cara menggunakan sejumlah pertanyaan lisan.24 Metode ini digunakan untuk mewawancarai sejumlah santri tentang motivasinya dalam menghafal Al-Quran, pada interview tersebut peneliti menggunakan
21
Ibid,hlm 6 Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I (Yogyakarta: Andi offset, 2003),Cet XXXIX hlm 10 23 Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003) hlm 157 24 S.Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000) Cet III hlm 165 22
9
instrumen pedoman wawancara di bantu juga dengan tape recorder, dan buku lapangan. Yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Tahafudzul Qur'an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 20011. b. Metode Observasi Observasi atau yang disebut pula dengan pengamatan meliputi kegiatan
pemusatan
perhatian
terhadap
suatu
objek
dengan
menggunakan seluruh indra.25 Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung terhadap perwujudan motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an, yaitu pelaksanaan serta proses menghafal al-qur'an santri, waktu yang digunakan dalam menghafal al-Qu’ran santri, target ayat dalam menghafal setiap hari, metode santri dalam menghafal al-qur'an, teknik menulang hafalanya baik sendiri maupun bersama santri lain serta keadaan geografis pondok pesantren, sarana prasarana di pondok pesantren yang dapat membantu meningkatkan hafalan santri. c. Dokumentasi Dokumentasi dari asal kata dokumen, yang artinya barangbarang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki
benda-benda
tertulis
seperti
buku-buku,
majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya.26 Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan sejarah berdirinya, tujuan didirikan, nama dan letak geografis, struktur kepengurusan, jadwal kegiatan santri, tata tertib dalam menghafalkan al-Qur’an, yang berasal dari dokumen-dokumen Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 4. Metode Analisa Data Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, 25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002) Ed. Revisi V hlm 133 26 Ibid, hlm 135
10
menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.27 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kualitatif yang diimbangkan ke arah penelitian naturalistik (penelitian setting alami) dengan pendekatan fenomenologis (berdasar fakta di lapangan).28 Analisis tersebut di gunakan untuk menganalisis tentang : 1) Jenis motivasi santri dalam menghafal al-qur'an yang dapat dikategorikan motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. 2) Latar motivasi yaitu faktor yang menyebabkan motivasi santri menghafal al-qur'an seperti untuk meraih penghargaan, kehormatan, prestasi, ataupun perwujudan diri. 3) Perwujudan motivasi seperti proses menghafal al-qur'an, waktu yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an, target ayat yang harus dihafal setiap hari, metode yang digunakan dalam pembelajaran, teknik yang digunakan santri dalam mengulang hafalannya yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi di Pondok Pesantren Tahafudzul Qur'an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. 5. Keabsahan Data Dalam penelitian kualitatif yang diuji validitas adalah datanya. Pengajuan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara, antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negative dan member check.29 Sedangkan dalam penelitian ini, untuk menguji validitas data digunakan teknik triangulasi sumber, yaitu dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber. Data target setoran dan kedisiplinan setoran diuji validitas pada pengasuh( Bu Nyai), data waktu menghafal, mengulang hafalan, pengggunaan waktu luang untuk menghafal, teknik yang digunakan serta tempat untuk menghafal 27
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV.Alfabeta, 2008) hlm 89 Sukardi, op cit hlm 158 29 Sugiyono, op cit hlm 121 28
11
diuji validitas data melalaui santri lain yang tinggal satu kamar. Kemudian data tersebut dideskripsikan, dikategorikan, mana pandangan yang sama dan yang berbeda sehingga menghasilkan kesimpulan. Tabel data, pengumpulan data dan sumber data No 1
Data Jenis motivasi menghafal
Metode Pengumpulan Data Wawancara
Wawancara santri
Wawancara
Wawancara santri
Wawancara dan
Wawancara santri dan
observasi
aktifitas santri
Wawancara dan
Wawancara santri dan
observasi
aktifitas santri
Sumber data
al-Qur’an 2
Latar motivasi menghafal al-Qur’an
3
4
Waktu menghafal
Target hafalan per hari
mencapai target 5
Waktu mengulang hafalan
Wawancara dan
Wawancara santri dan
observasi
aktifitas mengulang hafalan
6
Penyetoran hafalan
Wawancara dan
Wawancara santri dan
observasi
aktifitas penyetoran santri
7
Metode menghafal
Wawancara dan
Wawancara santri dan
observasi
proses penggunaan metode
8
9
Proses menghafal
Wawancara dan
Aktifitas menghafal
(pelaksanaan)
observasi
santri
Media menghafal al-
Wawancara dan
Wawancara santri dan
Qur’an
observasi
penggunaan media dalam menghafal alQur’an
12
10
Kedisiplinan menghafal
Observasi
Rutinitas menghafal santri
11
Istirahat dan kegiatan lain
Observasi
Istirahat santri
12
Lingkungan pondok
Observasi
Lingkungan pondok
pesantren 13
Sarana prasarana
pesantren Observasi
Sarana prasarana di lingkungan pondok pesantren
14
Evaluasi menghafal santri
Observasi
Aktifitas evaluasi hafalan santri
15
Sejarah berdiri pondok
Dokumentasi
pesantren
Dokumen sejarah berdiri pondok pesantren
16
Tujuan berdirinya pondok
Dokumentasi
pesantren
Dokumen tujuan berdirinya pondok pesantren
17
Letak geografis pondok
Dokumentasi dan
Dokumen letak
pesantren
Observasi
geografis dan letak pondok pesantren
18
Struktur kepengurusan
Dokumentasi
Dokumen struktur kepengurusan
19
Jadwal menghafal al-
Dokumentasi
Qur’an 20
Tata tertib/sanksi
Dokumen jadwal kegiatan santri
Dokumentasi
Dokumen tata tertib/sanksi santri
BAB II LANDASAN TEORI TENTANG MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN
A. Motivasi 1. Pengertian Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti “menggerakkan” yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu yang member arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.1 Arthur S.Reber dan Emily mengatakan bahwa motivasi (motivation) merupakan sebuah pemberi energi perilaku.2 Istilah motivasi dapat definisikan sebagai keadaan internal individu yang melahirkan kekuatan, kegairahan, dinamika dan tingkah laku pada tujuan. Atau dalam pengertian lain, motivasi merupakan istilah yang digunakan untuk menunjuk sejumlah dorongan,
keinginan,
kebutuhan
dan
kekuatan.3
Mc.
Clelland
mendefinisikan motivasi sebagai : “The redintegration by a cue of a change in an affective situation”. Dalam konteks ini redintegration membulatkan kembali proses psikologi dalam kesadaran sebagai akibat adanya rangsangan suatu peristiwa di dalam lingkungannya. Cue merupakan penyebab tergugahnya afeksi dalam diri individu. Affective situation (disebut juga affective situation), asumsi Mc.Clelland bahwa setiap orang memiliki situasi afeksi yang merupakan dasar semua situasi motif.4
1
Prasetya Irawan dkk, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar, (Jakarta:PAU-PPAI, 1996), hlm. 42. 2 Arthur S.Reber dan Emily S.Reber, Kamus Psikologi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 596 3 Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2008), Cet. II, hlm. 107. 4 Ibid
13
14
Sedangkan motivasi menurut S.Nasution dalam buku Ramayulis adalah menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga anak itu mau melakukan apa yang dapat dilakukannya.5 Dari beberapa definisi diatas, penulis dapat mengemukakan bahwa motivasi adalah daya (kekuatan) yang mendorong seseorang (baik dari dalam ataupun dari luar) melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Jenis Motivasi Dan faktor Penyebab Munculnya Motivasi Dorongan atau motivasi memiliki makna yang sangat besar dalam belajar. Apabila terdapat motivasi yang kuat untuk mencapai tujuan tertentu dan kondisi memungkinkan, orang akan berusaha sekuat tenaga untuk mempelajari cara-cara yang tepat untuk mencapai tujuan tersebut.6 Menghafal Al-Qur’an pun banyak ditentukan oleh motivasi, makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pembelajaran tersebut. Karena motivasi menentukan intensitas usaha seseorang dalam menghafal al-Qur’an. Dengan kata lain seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam menghafal al-Qur’an, tidak mungkin melakukan aktifitas al-Qur’an dengan baik. a. Jenis Motivasi 1) Motivasi Intrinsik Motivasi
intrinsik
adalah
penghargaan
internal
yang
dirasakan seseorang jika mengerjakan tugas.7 Atau perbuatan individu yang benar-benar didasari oleh suatu dorongan (motif) yang tidak dipengaruhi dari lingkungan.8 Apabila seseorang memiliki motivasi tersebut dalam dirinya maka ia akan sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. 5
Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2005) Cet. IV, hlm. 117. 6 Muhammad Utsman Najati, “Al-Qur’an Wa Ilm Nafsi”, terj. Amirussodiq dkk, Psikologi Qur’ani , (Surakarta: Aulia Press, Solo, 2008), hlm.198. 7 M. Ghufron dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm.84. 8 Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya, (Jakarta: PT bumi Aksara, 2008), Cet.IV, hlm 33
15
Dalam menghafal al-Qur’an, motivasi intrinsic sangat diperlukan terutama untuk mendisiplinkan dirinya dalam menghafal ataupun mengulang hafalannya sendiri. Jadi seseorang yang tidak memiliki motivasi intrinsik sulit sekali melakukan aktivitas belajar terus-menerus. Karena seseorang yang memiliki motivasi tersebut selalu ingin maju dalam belajar. Keinginan itu dilatarbelakangi oleh pemikiran yang positif, bahwa materi yang dipelajari sekarang akan dibutuhkan dan berguna kini dan dimasa yang akan datang.9 Begitu pula motivasi pada diri seseorang yang menghafal al-Qur’an, untuk menjaga hafalannya yang akan dibutuhkan dan berguna kini maupun dimasa yang dating. Diantara hal-hal yang termasuk motivasi intrinsik adalah alas an, minat, kemauan, perhatian, sikap. a) Alasan Alasan adalah yang menjadi pendorong (untuk berbuat).10 Alasan juga berarti kondisi psikologis yang mendorong untuk melakukan suatu pekerjaan. Jadi Alasan dalam menghafal AlQur’an adalah kondisi psikologis seseorang yang mendorong untuk melakukan aktivitas menghafal. Seorang santri akan berhasil dalam menghafal al-Qur’an apabila di dalam dirinya terdapat alasan positif atau dorongan kuat untuk menghafal. b) Minat Atau Kemauan Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin basar minatnya.11 Minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap suatu hal, karena ia 9
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.150. Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), Cet.III, hlm.27. 11 Djaali, op.cit., hlm. 654. 10
16
merasa mempunyai kepentingan (hubungan) dengan hal tersebut. Begitu pula dengan menghafal al-Qur’an, tidak akan berhasil jika tidak disertai dengan minat. Hadist Nabi:
ﺻﱠﻠﻰ ﺍﷲ ﷲ ِ ﻮ ﹶﻝ ﺍ ﺳ ﺭ ﺖ ﻌ ﻤ ﺳ ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ ﻨﻋ ُ ﻲ ﺍﷲ ﺿ ﺭ ﺏ ﺨ ﱠﻄﺎ ﹺ ﺑ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ ﺮ ﻤ ﻋ ﻦ ﻋ ١٢ ﺕ ﻴﺎﻤﺎ ﹸﻝ ﹺﺑﺎﻟﹺﻨ ﻋ ﻤﺎ ﹾﺍ َﻷ ﻧﻮ ﹸﻝ ﹺﺇ ﻳ ﹸﻘ ﻢ ﺳﱠﻠ ﻭ ﻪ ﻴﻋﹶﻠ “Diriwayatkan dari Umar ibnu Khaththab bahwa Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya”(HR Bukhari )13 Niat dalam hadist di atas tidak bisa disamakan dengan motivasi dalam kajian psikologi. Niat adalah bagian dari perilaku atau permulaan dari perilaku. Sedangkan motivasi adalah kebutuhan yang muncul sebagai bentuk implikasi dari adanya niat, yang lalu menuntut pemikiran atas suatu pekerjaan dan merealisasikannya.14 Dengan
adanya
niat
maka
motivasi
dalam
menghafalkan al-Qur’an akan terbentuk, karena niat sudah tertanam dalam hati dan jiwa santri. Jika minat itu ada pada diri santri kemungkinan basar dalam proses menghafal al-Qur’an akan berhasil. Akan tetapi sebaliknya jika minat itu tidak ada dalam diri peserta didik kemungkinan keberhasilan dalam menghafal al-Qur’an sangat kecil. Karena dalam menghafal alQur’an diperlukan minat yang besar untuk mencapai tujuan yang diinginkan. c) Perhatian Perhatian merupakan hal terpenting di dalam menghafal al-Qur’an. Akan berhasil atau tidaknya proses menghafal,
12
Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Matan al-Bukhari, (Libanon : Darul Fikr, t.th) Juz.4., hlm. 158. 13 Muhammad Ustman Najati, op.cit., hlm.654 14.
Ibid.
17
perhatian akan turut menentukan. Disamping factor lain yang mempengaruhinya. Menurut Sumadi suryabrata perhatian adalah “pemusatan psikis tertuju pada suatu objek”.15 Berdasar pengertian tersebut bahwa perhatian adalah pemusatan suatu aktivitas jiwa yang disertai kesadaran dan perasaan tertarik pada suatu objek, berarti dalam setiap melakukan usaha diperlukan adanya perhatian, agar usaha tersebut dapat berjalan dengan baik. d) Sikap Sikap adalah suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat.16 Sikap belajar ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Sikap belajar yang positif akan menimbulkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi disbanding dengan sikap belajar yang negatif. Peranan sikap bukan saja ikut menentukan
apa
yang
dilihat
seseorang,
bagaimana
ia
melihatnya.17 Sikap akan membawa pengaruh yang penting terhadap diri seseorang sebagai penyebab atau hasil dari kelakuan. Sikap belajar yang positif berwujud adanya ketertarikan diri santri dalam menghafalkan al-Qur’an. Sikap belajar negative ditunjukkan dengan malasnya dalam menghafal dan mengulang hafalannya. Sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, terlebih jika terdapat kesempatan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap ikhlas mampu untuk memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan yang akhirnya akan mencapai keberhasilan.
15
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta :Rajawali Pers, 2010), hlm.14. Djaali, op.cit., hlm. 114. 17 Ibid., hlm 116. 16
18
2) Motivasi Ekstrinsik Motivasi ekstrinsik pada dasarnya merupakan tingkah laku yang digerakkan oleh kekuatan eksternal individu.18 Motivasi ekstrinsik merupakan daya penggerak yang dapat menambah kekuatan dalam menghafal al-Qur’an, sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Motivasi ekstrinsik meliputi : a) Orang tua Keluarga merupakan pendidikan yang pertama dan utama. Dalam keluarga dimana anak akan di asuh dan dibesarkan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak terutama kepribadian dan kemajuan pendidikan.19 Anak yang dibesarkan dalam lingkungan orangtua yang tahu tentang pendidikan agama dapat member pengaruh besar terhadap anaknya dalam bidang tersebut seperti memberikan arahan untuk mempelajari ten tang al-Qur’an ataupun pendidikan sesuai dengan keinginan orangtua. b) Guru Guru memiliki peranan yang sangat unik dan sangat komplek di dalam proses belajar-mengajar, dalam mengantarkan siswa kepada taraf yang dicita-citakan. Oleh karena itu setiap rencana kegiatan guru harus dapat didudukkan dan dibenarkan semata-mata demi kepentingan peserta didik, sesuai dengan profesi dan tanggungjawabnya.20 Guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak hanya di sekolah formal, tetapi dapat juga di masjid, rumah ataupun pondok pesantren.
18
M.Ghufron dan Rini Risnawati, loc.cit. M.Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.130. 20 Sardiman A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: CV Rajawali, 1992), Cet.IV hlm.123. 19
19
Dalam
hal
ini
seorang
santri
termotivasi
untuk
menghafalkan al-Qur’an dapat ditopang oleh arahan dan bimbingan seorang guru sebagai motivator. c) Teman atau sahabat Teman merupakan partner dalam belajar. Keberadaannya sangat diperlukan menumbuh dan membangkitkan motivasi. Seperti melalui kompetisi yang sehat dan baik, sebab saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Baik persaingan individual ataupun kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.21 Terkadang
seorang
anak
lebih
termotivasi
untuk
melakukan suatu kegiatan seperti menghafalkan al-Qur’an karena meniru ataupun menginginkan seperti apa yang dilakukan temannya. d) Masyarakat Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman diluar sekolah. Disamping itu kondisi orang-orang desa atau kota tempat ia tinggal juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya.22 Anak-anak
yang
tumbuh
berkembang
didaerah
masyarakat yang kental akan agamanya dapat mempengaruhi pola pikir seorang anak untuk menghafalkan al-Qur’an sesuai dengan lingkungan masyarakatnya. Semua perbedaan sikap dan pola pikir pada anak merupakan
salah
satu
akibat
pengaruh
dari
lingkungan
masyarakat dimana mereka tinggal. b. Penyebab Munculnya Motivasi Sebuah motivasi merupakan suatu kondisi yang terbentuk dari berbagai tenaga pendorong yang berupa desakan, motif, kebutuhan dan 21 22
Ibid., hlm. 92. M. Dalyono, Op.cit., hlm. 131.
20
keinginan. Untuk menyederhanakan pembahasan keempat macam tenaga pendorong tersebut akan disebut dengan satu istilah yang umum yaitu motif.23 Kebutuhan atau motif
adalah satu definisi keniscayaan yang
menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam diri manusia baik disebabkan oleh cacat materi ataupun non materi.24 Kebutuhan menyebabkan adanya dorongan dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu menuju ke arah tercapainya suatu tujuan. Ketika seseorang memiliki kebutuhan dan dorongan kuat untuk mencapai suatu tujuan, maka
keberhasilan
mencapai
tujuan
yang
dapat
memuaskan
kebutuhannya. Dalam hal menghafalkan al-Qur’an, Para santri menganggap bahwa menghafalkan al-Qur’an merupakan suatu kebutuhan untuk dirinya sendiri. Kebutuhan tersebut dapat berasal dari iming-iming pahala bagi orang yang menghafalkan al-Qur’an, dan mengharap rahmat Allah.
Hingga
mereka
termotivasi
untuk
menunaikan
ibadah
menghafalkan al-Qur’an. Sesuai dengan permasalahan motivasi santri dalam menghafalkan al-Qur’an. Berikut akan dipaparkan motif yang berkaitan dengan hal tersebut: 1) Motif Prestasi Motif berprestasi (need of achievement) yaitu motif yang berkompetisi baik dengan dirinya atau dengan orang lain dalam mencapai prestasi yang tertinggi.25 Motif berprestasi dalam menghafalkan al-Qur’an dapat berbentuk melalui belajar dalam lingkungannya. Misalnya, lingkungan keluarga, tuntutan orang tua atau lingkungan kultur tempat seseorang dibesarkan. Lingkungan tersebut dijadikan sebagai acuan bagi seorang santri dalam menghafal al-Qur’an ataupun dalam belajar lain. 23
Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), Cet.V ,hlm.64. 24 Muhammad Utsman Najati, op.cit., hlm. 655. 25 Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm.70.
21
2) Motif Penghargaan(Motif harga diri) Motif harga diri yaitu motif untuk mendapat pengenalan, Pengakuan, penghargaan dan penghormatan dari orang lain.26Dalam masa pendidikannya individu mendapatkan penghargaan dari orang lain dan diterima dalam lingkungannya. Kebutuhannya akan harga diri memotivasi seseorang untuk bisa bersaing dan melakukan segala sesuatu dengan professional. Kaitan dengan menghafal al-Qur’an, akan sangat baik jika seseorang santri melakukan hal tersebut untuk memperoleh ridho Allah meskipun disisi lain juga berimplikasi pada penghargaan, pujian, penghormatan atas dirinya terhadap sesama. 3) Motif Aktualisasi Diri Dalam hierarki Maslow, kebutuhan ini ditempatkan paling atas dan berkaitan dengan keinginan pemenuhan diri. Ketika semua kebutuhan lain sudah dipuaskan, seseorang ingin mencapai secara penuh
potensinya.27Potensi
yang
dimiliki
seseorang
perlu
diaktualisasikan dalam berbagai bentuk sifat, kemampuan dan kecakapan nyata. Melalui berbagai upaya belajar dan pengalaman individu berusaha mengaktualisasikan semua potensi yang dimiliki.28 Sejak
lahir
manusia
memiliki
potensi,
yang
dapat
diaktualisasikan pada lingkungan yang kondusif. Seperti seorang anak yang dari kecil memiliki potensi yang unggul dalam membaca al-Qur’an dan ingin mengembangkan kemampuan dan kecakapan yang secara nyata dimiliki dengan menghafalkan al-Qur’an bahkan dapat termotivasi untuk mempelajari al-Qur’an pada taraf yang lebih tinggi.
26
Ibid., hlm. 68. Hamzah B.Uno, op.cit., hlm. 42. 28 Nana Syaodih Sukmadinata, loc.cit. 27
22
3. Indikator Motivasi Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam individu untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan ketrampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu yang mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguhsungguh belajar dan bermotivasi untuk mencapai prestasi. Motivasi belajar bisa tumbuh karena faktor intrinsik atau faktor dari dalam diri manusia yang disebabkan oleh dorongan atau kebutuhan belajar, harapan dan cita-cita. Faktor ekstrinsik juga mempengaruhi dalam motivasi belajar. Faktor tersebut dapat berupa adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif dan kegiatan belajar yang menarik. Hakikat dari motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam dan dari luar diri siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan pada tingkah laku pada umumnya dan keinginan untuk belajar lebih semangat lagi. Indikator motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut: a. Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar b. Adanya keinginan, semangat dan kebutuhan dalam belajar c. Memiliki harapan dan cita-cita masa depan d. Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar e. Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar yang baik Menurut Martin Handoko untuk mengetahui kekuatan belajar siswa, dapat di lihat dari beberapa indikator sebagai berikut: a. Kuatnya kemauan untuk berbuat b. Jumlah waktu yang di sediakan untuk belajar c. Kerelaan meninggalkan kewajiban atau tugas lain d. Ketekunan dalam mengerjakan tugas Sedangkan menurut Sardiman A.M. indikator motivasi belajar yaitu: a. Tekun menghadapi tugas b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)
23
c. Lebih senang bekerja mandiri d. Cepat bosan pada tugas-tugas rutin e. Dapat mempertahankan pendapatnya Apabila seseorang memiliki indikator tersebut berarti seseorang itu memiliki motivasi yang tinggi. Kegiatan belajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri, serta yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada sesuatu yang rutinitas. Begitu pula motivasi santri dalam menghafal Al-Qur’an, santri yang memiliki indikator seperti : kuatnya kemauan untuk menghafal, tekun (istiqomah) dalam menghafal, ulet dalam menghadapi hambatan, kerelaan meninggalkan tugas yang tidak mendukung dalam menghafal, ketekunan dalam mengulang (memuraja’ah) hafalannya.29
4. Fungsi Motivasi Menurut Sardiman A.M, fungsi motivasi meliputi : a. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi. Motivasi dalam hal ini merupakan motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan. b. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya. c. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. Seorang siswa yang akan menghadapi ujian dengan harapan dapat lulus, tentu akan melakukan kegiatan belajar dan tidak melakukan kegiatan selain belajar dan tidak akan menghabiskan waktunya untuk bermain kartu atau membaca komik, sebab ia tidak serasi dengan tujuan. 29
http : //teori pembelajaran. blogspot. com / 2008/ 09/ meningkatkan- motivasi – belajar.html 23 Juni pukul 13.30
24
Disamping itu, motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.30 Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata motivasi memiliki dua fungsi : 1) Mengarahkan ( directional function) Dalam mengarahkan kegiatan, motivasi berperan mendekatkan atau menjauhkan individu dari sasaran yang akan dicapai. Apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, maka motivasi berperan mendekatkan dan bila sasaran tidak diinginkan oleh individu maka motivasi berperan menjauhi sasaran. Karena motivasi berkenaan dengan kondisi yang cukup komplek, maka motivasi dapat berperan mendekatkan sekaligus menjauhkan sasaran. 2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (Activating and energizing function) Motivasi juga dapat berfungsi mengaktifkan atau meningkatkan kegiatan. Suatu perbuatan atau kegiatan yang tidak bermotif atau motifnya sangat lemah, akan dilakukan dengan tidak sungguh-sungguh, tidak terarah dan kemungkinan besar tidak akan membawa hasil. Sebaliknya apabila motivasinya besar atau kuat, maka akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, terarah, dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan keberhasilannya lebih besar.31 Dari beberapa fungsi yang telah dipaparkan diatas, penulis dapat menyimpulkan bahwa motivasi dapat mendorong, mengarahkan, mengaktifkan,
atau
meningkatkan
kegiatan
menghafalkan al-Qur’an untuk mencapai tujuannya.
30 31
Sardiman A.M.op.cit., hlm.85. Nana Syaodih Sukmadinata, op.cit., hlm. 62-63.
bagi
santri
yang
25
B. Santri 1. Pengertian Santri Asal-usul kata santri dalam pandangan Nurcholis Madjid dapat dilihat dari dua pendapat. Pertama, pendapat yang mengatakan bahwa “santri” berasal dari perkataan “sastri” sebuah kata dari bahasa sansekerta yang artinya “melek huruf”. Pendapat ini menurut Nurcholis Madjid agaknya didasarkan atas kaum santri adalah kelas literary bagi orang jawa yang berusaha mendalami agama melalui kitab-kitab bertulisan dengan bahasa arab. Kedua pendapat yang mengatakan bahwa perkataan santri sesungguhnya berasal dari bahasa Jawa dari kata “cantrik” berarti seseorang yang selalu mengikuti seorang guru kemana guru itu pergi menetap.32 Menurut Amien Haedari mengatakan bahwa santri adalah siswa atau murid yang belajar di pesantren.33 2. Karakteristik santri Pada umumnya santri terbagi dalam dua kategori yaitu: a. Kategori santri mukim Yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan menetap di pesantren. Santri mukim yang paling lama dan menetap di pesantren. Santri mukim yang paling lama tinggal (santri senior) di pesantren tersebut biasanya merupakan satu kelompok tersendiri yang memegang tanggungjawab mengurusi kepentingan pesantren seharihari. Santri senior juga memikul tanggungjawab mengajar santri-santri yunior tentang kitab dasar dan menengah. b. Kategori santri kalong Yaitu para santri atau siswa yang berasal dari desa-desa sekitar pesantren. Mereka bolak-balik (nglajo) dari rumahnya sendiri. Para santri kalong berangkat ke pesantren ketika ada tugas belajar dan aktivitas belajar lainnya. 32 33
Yasmadi, Modernisasi Pesantren, (Ciputat: Quantum Teaching, 2005), hlm.61-62 HM.Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren, (Jakarta: IRD Press, 2004), hlm.35.
26
Apabila di pesantren memiliki lebih banyak santri mukim daripada santri kalong, maka pesantren tersebut adalah pesantren besar. Sebaliknya pesantren kecil memiliki lebih banyak santri kalong daripada santri mukim. Seorang santri lebih memilih menetap di suatu pesantren karena tiga alasan yaitu : berkeinginan mempelajari kitab-kitab lain yang membahas islam secara mendalam langsung dibawah bimbingan seorang santri yang memimpin pesantren tersebut; berkeinginan memperoleh pengalaman kehidupan pesantren
baik dalam bidang
pengajaran, keorganisasian, maupun hubungan dengan pesantrenpesantren lain ;berkeinginan memusatkan perhatian studi di pesantren tanpa harus disibukkan dengan kewajiban sehari-hari di rumah.34 Sedangkan santri yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian ini adalah santri yang mukim dan menghafalkan al-Qur’an di Pondok pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011. C. Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Menghafal Al-Qur’an Menghafal Al-Qur’an adalah membaca berulang-ulang sehingga menghafal dari satu ayat ke ayat berikutnya, dari satu surat kesurat lainnya dan begitu seterusnya sehingga genap tiga puluh juz. 35 Menurut Ahmad Salim Badwilan dalam menghafal Al-Qur’an mengharuskan pembacaan yang berulang-ulang, dan penguatan hafalan membutuhkan pengulangan yang terus-menerus.36 Jadi menghafalkan Al-Qur’an adalah melafadzkan ayat-ayat AlQur’an tanpa melihat tulisan dan berusaha meresapkan kedalam pikiran agar selalu ingat. 34
Ibid., hlm. 35-36 Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu gampang, (Yogyakarta :Mutiara Madia, 2009), hlm. 20-21 36 Ahmad Salim Badwilan, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, (Jogjakarta : Diva Press, 2009 ), hlm. 20 35
27
2. Dasar dan Tujuan Menghafal Al-Qur’an Menghafal al-Qur’an merupakan suatu sikap dan aktivitas yang mulia, dengan mengagungkan al-Qur’an dalam bentuk menjaga serta melestarikan semua keaslian al-Qur’an baik dari tulisan maupun pada bacaan dan menghafal nya, sikap dan aktifitas tersebut dilakukan dengan dasar dan tujuan sebagai berikut: a. Dasar Menghafal Al-Qur’an Menghafal al-Qur’an hukumnya adalah “fardhu kifayah”. Apabila sebagian orang melakukannya, maka gugurlah dosa dari yang lain.37 Artinya apabila ada sejumlah orang yang menghafalkan alQur’an maka gugurlah kewajiban tersebut dari yang lainnya. Rasulullah saw adalah seorang hafidz pertama, imam para ahli qiro’ah, dan suri tauladan orang-orang muslim. Oleh karena Rasulullah memberikan contoh dalam sikap beliau dengan wujud menghafalkan al-Qur’an, maka menghafalkan al-Qur’an yang dilakukan oleh umat rasulullah baik sejak beliau masih hidup maupun sampai sekarang, juga merupakan sunnah yang beliau. Dan Allah memudahkan AlQur’an untuk dihafal sebagaimana firmannya:
∩⊂⊄∪ 9Ï.£‰•Β ÏΒ ö≅yγsù Ìø.Ïe%#Ï9 tβ#uöà)ø9$# $tΡ÷œ£o„ ô‰s)s9uρ dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Q.S.Al-Qamar :32)38 b. Tujuan Menghafal Al-Qur’an Pemeliharaan dan penghafalan al-Qur’an yang dilakukan kaum muslimin pada dasarnya dilatarbelakangi oleh beberapa tujuan, yang diantaranya adalah: 1) Agar tidak terjadi pergantian atau pengubahan pada al-Qur’an baik dari redaksinya (yaitu ayat-ayat dan suratnya) maupun pada bacaannya. Sehingga al-Qur’an tetap terjamin seperti segala isinya 37
Ibid., hlm.23. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta :Depag RI, 1995),
38
hlm.881.
28
sebagaimana ketika diturunkan Allah dan diajarkan oleh rasulullah kepada umatnya. 2) Agar dalam pembacaan al-Qur’an yang diikuti dan dibaca kaum muslimin tetap satu arahan yang jelas sesuai standar yaitu mengikuti qiraat mutawatir.39 Yaitu mereka yang telah menerima periwayatan yang jelas dan lengkap yang termasuk dalam qiraah sab’ah. 3) Agar kaum muslimin yang sedang menghafal Al-Qur’an atau yang telah hafidz (penghafal Al-Qur’an) berakhlak dengan akhlak alQur’an, seperti halnya nabi Muhammad saw.40 3. Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur’an Terdapat beberapa hal yang dapat membantu dalam menghafal alQur’an yaitu: a) Pena Pena merupakan alat yang dapat membantu hafalan yang dapat dipergunakan untuk mencatat dan member tanda pada ayat-ayat atau kalimat-kalimat yang memiliki kemiripan atau kesamaan antara yang satu dengan yang lainnya (al-ayaat al-mutasybihat) b) Simaan Simaan yang dimaksud disini adalah saling memperdengarkan dan memperdengarkan bacaan antara dua orang atau lebih. Jika yang lain
membaca
(memperdengarkan)
maka
yang
lainnya
akan
mendengarkan dan ini bergantian seterusnya hingga setiap orang mendapat kesempatan membaca. c) Bahasa Arab Bahasa
arab
merupakan
bahasa
al-Qur’an.
Tentunya
pemahaman terhadap bahasa arab tersebut sangat membantu dalam menghafal yaitu dengan pemahaman arti ayat yang dibaca. Namun hal 39
Howard M. Federsipel, “Popular Indonesian Literature of the Qur’an” terj. Kajian AlQur’an di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1996)hlm.200. 40 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm.203.
29
ini baru merupakan anjuran karena tidak semua orang dapat memahami semua ayat-ayat yang dibaca atau dihafal. d) Usia Kemampuan menghafal seorang manusia sangat beragam dan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Umur menjadi hal yang sering dibicarakan bagi orang yang akan menghafal al-Qur’an. Semakin tinggi usia seseorang maka akan semakin menurun daya kemampuannya dalam menghafal. Sedangkan usia emas bagi penghafal al-Qur’an adalah pada usia memasuki jenjang sekolah dasar. Pada usia tersebut kemampuan menghafal al-Qur’an lebih mudah. Akan tetapi selain hal tersebut yang lebih penting adalah motivasi seseorang dalam menghafal al-Qur’an. e) Inteligensi (Kecerdasan) Intelegensi merupakan bawaan sejak lahir dan berbeda-beda bagi setiap orang. Semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang semakin mudah untuk menghafal al-Qur’an. Namun hal tersebut bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi dalam menghafal al-Qur’an. Karena dalam menghafalkan al-Qur’an juga dibutuhkan kesungguhan bagi orang yang menghafal. f) Lingkungan Sebagai manusia salah satunya adalah merupakan makhluk sosial. Kita tidak bisa memungkiri bahwa lingkungan mempunyai peranan penting dalam pembentukan kebiasaan dan kepribadian seseorang. Dalam hal menghafal al-Qur’an pun hal tersebut patut menjadi perhatian. Supaya seseorang dapat membuat lingkungan menjadi kondusif, baik untuk menghafal ataupun muraja’ah al-Qur’an.41 Sedangkan beberapa penghambat dalam menghafal Al-Qur’an meliputi:
41
Zaki Zamani dan M.Syukron, op.cit., hlm. 58-67.
30
1) Malas, Tidak Sabar, dan Berputus asa Malas adalah kesahan yang sering terjadi. Tidak terkecuali dalam menghafal al-Qur’an. Karena setiap hari harus bergelut dengan rutinitas yang sama, tidak aneh jika suatu ketika seseorang dilanda kebosanan. Malas juga dapat timbul dari energi positif yang tidak disalurkan dengan baik. Energi tersebut adalah izzah atau keinginan dalam hati. Karena tidak dikelola dengan baik izzah tersebut menjadi sifat terburu-buru dan tidak sabar. Seperti seseorang yang ingin menghafal banyak ayat dengan waktu yang terlalu singkat sehingga hasilnya tidak maksimal. 2) Tidak Bisa Mengatur Waktu Dalam sehari terdapat dua puluh empat jam yang berlaku bagi setiap orang. Kaitan dengan menghafal al-Qur’an, waktu yang telah ditentukan tersebut harus optimal. Seorang penghafal alQur’an dituntut untuk lebih pandai mengatur waktu dalam menggunakannya, baik untuk urusan dunia terlebih hafalannya. Meskipun terdapat banyak kesibukan, akan tetapi yang terpenting adalah keahliannya dalam mengatur waktu bagi hafalannya. Apabila hal tersebut tidak dapat dilaksanakan, orang tersebut akan melalaikan kewajibannya dalam menghafal al-Qur’an. 3) Sering Lupa Sebagian orang penghafal al-Qur’an mengatakan bahwa hafalan yang telah dihafal cepat hilang. Lupa dalam hafalan bukan sesuatu yang mengherankan. Akan tetapi yang lebih penting adalah bagaimana kita terus berusaha menjaga hafalan yang diperoleh dengan cara muraja’ah, metode yang tepat bagi masing-masing penghafal dan mencurahkan segala kemampuan untuk menghafal.42
42
Ibid., hlm. 69-72.
31
4. Strategi Menghafal Al-Qur’an Strategi atau cara menghafal al-Qur’an pada dasarnya yang terpenting adalah adanya motivasi dan minat santri serta keaktifan santri dalam mentakrir hafalannya. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an yaitu : a. Memilih waktu yang tepat dalam menghafal al-Qur’an Memilih waktu yang tepat merupakan faktor yang sangat penting dalam mengajarkan materi.43 Ataupun dalam menghafal alQur’an. Ada beberapa waktu yang dianggap baik untuk menghafal alQur’an antara lain: waktu sebelum dating isya, setelah shalat subuh, dan waktu diantara shalat maghrib dan isya. Disamping itu, ada penelitian ilmiah yang menguatkan bahwa waktu tengah hari juga merupakan konsentrasi yang paling utama, tetapi sebagian besar ulama cenderung pada dua waktu pertama dan kedua.44 Akan tetapi jika para penghafal al-Qur’an memiliki banyak kesibukan, maka waktu yang tepat adalah disesuaikan dengan kondisi masing-masing penghafal. b. Menggunakan media mutakhir dalam menghafal al-Qur’an Menghafal al-Qur’an bukan merupakan hal yang mudah. Sebagian orang yang sedang menghafal al-Qur’an suatu saat dapat menemui kebosanan. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan melakukan variasi dalam menggunakan sarana pendidikan, sekaligus berupaya terus memperbarui sarana sesuai karakteristik anak.45Atau penghafal. Diantara sarana yang digunakan yaitu mendengarkan kaset, menonton contoh proses menghafal dengan video, atau komputer dll.
43
Sa’d Riyadh, Agar Anak Mencintai dan Hafal Al-Qur’an, (Bandung: Irsyadul Baitus Salam, 2007), hlm.43. 44 Ahmad Salim Badwilan, op.cit., hlm.35. 45 Sa’d Riyadh, op.cit., hlm.35.
32
c. Menentukan Ukuran Hafalan Harian Menghadirkan sejenis komitmen harian bagi orang yang menghafal
al-Qur’an
dianggap
mampu
mempermudah
dalam
menghafal. Dalam hal ini seorang penghafal al-Qur’an harus menentukan jumlah ayat yang harus dihafal setiap harinya, dalam satu atau dua halaman.46 Penentuan tersebut tentu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Akan tetapi hal ini harus dilakukan secara rutin hingga memperoleh tambahan setiap harinya. d. Memperkuat hafalan yang diperoleh sebelum pindah pada halaman yang lain Seseorang yang mulai menghafal al-Qur’an tidak sepantasnya berpindah pada hafalan baru sebelum memperkuat hafalan yang telah ia lakukan sebelumnya secara sempurna. Salah satu hal yang dapat membantu memecahkan masalah ini adalah mengulang hafalan tersebut disetiap ada waktu longgar, kapanpun itu, seperti pengulangan hafalan diwaktu di waktu shalat wajib dan sunnah, waktu menunggu shalat dll. Semua itu akan membantu memperkuat hafalan yang telah dilakukan. e. Menggunakan satu mushaf Manusia menghafal dengan melihat sama halnya menghafal dengan mendengar. Posisi-posisi ayat dalam mushaf akan tergambar dalam bentuk penghafal, sebab seringnya membaca dan melihat pada mushaf. Oleh karena itu jika seorang penghafal ada yang mengganti mushafnya, maka hal itu bisa menyebabkan kekacauan pikiran. Berpegang pada satu mushaf saja adalah satu hal paling baik. Untuk itu, mushaf yang paling diutamakan adalah mushaf penghafal yang halaman-halamannya dimulai dan akhiri dengan ayat.
46
Ahmad Salim Badwilan, op.cit., hlm 52.
33
f. Menyertai Hafalan dengan Pemahaman Diantara yang membantu penghafal dalam menghafal alQur’an adalah memahami ayat-ayat yang dihafalnya serta mengetahui keterkaitan antara sebagian ayat satu dengan yang lainnya. Yang harus diperhatikan adalah keterikatan antara penghafalan dan pemahaman secara bersama-sama. Salah satunya menyempurnakan yang lain dan memperkuatnya, disamping tidak bisa dipisahkan oleh keadaan apapun. g. Mengikat Awal surat dengan Akhir Surat Setelah selesai melakukan penghafalan al-Qur’an secara utuh, yang paling baik bagi seorang penghafal adalah jangan beralih dulu kepada surat lain kecuali jika telah dilakukan pengikatan (pengaitan) antara awal surat yang dihafal dengan akhir surat. Dengan demikian, penghafalan setiap surat membentuk satu kesatuan yang terhubung dan kuat, yang tidak terpisahkan. h. Mengikat Hafalan dengan Mengulang dan mengkajinya bersama-sama Selain mengikat awal dan akhir surat, cara yang lain untuk memperkuat hafalannya adalah dengan mengulang-ulang hafalan dan mengkaji bersama-sama terus menerus. Diutamakan untuk melakukan pengulangan hafalan dengan penghafal yang lain karena dalam hal ini terkandung banyak kebaikan, di satu sisi membantu memperkuat hafalan, dan disisi lain membantu memperbaiki hafalan yang masih salah. Ketekunan mengkaji secara bersama ini akan mempermudah pengulangan yang berkesinambungan, disamping lantaran sebab manusia biasanya akan semangat jika disertakan dengan yang lain daripada menghafal sendiri.47 i. Disetorkan pada seorang pengampu Ada keyakinan sebagian ulama yang menegaskan akan pentingnya keberadaan seseorang syeikh dalam menghafal al-Qur’an. Seseorang tidak akan mampu menghafal sedikitpun tanpa adanya 47
Ibid., hlm.53-55.
34
seorang syaikh, atau tidak akan mungkin bisa menguasai hukumhukum tajwid jika tidak adanya seorangpun yang mendengarkan bacaan dan mengoreksinya.48 Menghafal al-Qur’an memerlukan adanya bimbingan dari seorang pengampu baik untuk menambah hafalan baru atau mengulang hafalan. Hal ini dia anggap akan lebih baik dibanding dengan menghafal sendiri dan juga memberikan hafalan yang baik sesuai dengan arahan pembimbing.
48
Abdud Dakhim Al-Kahil, Metode Mudah Menghafal Al-Qur’an, (Jakarta:Etos Publishing, 2010), hlm.71-72.
BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN TENTANG MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011
1. Tinjauan Historis Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an berdiri atas inspirasi dari K.H.Abdullah Umar AH. Menurut cerita, rumah yang dijadikan pondok pesantren itu adalah milik seorang penghulu yang bernama Ramelan. Rumah itu telah lama dihuni oleh fakir miskin yang tidak jelas arah tujuan hidupnya. Rumah itu letaknya hanya sekitar beberapa meter dari Masjid Besar Kauman Semarang. Melihat hal itu kemudian KH. Umar AH. mempunyai gagasan untuk membeli rumah tersebut dengan tujuan untuk menjadikan rumah tersebut sebagai pondok pesantren yang khusus menghafal Al-Qur’an. Yang menjadi alasannya adalah beliau sangat menyayangkan apabila rumah yang letaknya sangat dekat dengan masjid itu hanya digunakan untuk hal-hal yang kurang bermanfaat. Kemudian pada tahun 1972 berdirilah pondok pesantren yang diberi nama Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an (PPTQ) dan KH.Abdullah Umar AH. Bertindak sebagai pengasuh dan pengajarnya. Jumlah santri yang masuk pondok pesantren tersebut pertama kali ada sekitar 20 orang dan semuanya adalah santri putra, yang dahulunya bertempat di rumah penghulu tersebut. Pada Tahun 1973 Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an mulai menerima santri putri yang jumlahnya tidak lebih dari santri putra. Untuk santri putri mengambil tempat di kampung Malang, tetapi itu hanya sementara karena pada tahun 1985 semua berpindah dibelakang Masjid Kauman Semarang. Sejak saat itulah banyak santri yang berdatangan dari berbagai daerah di Jawa Tengah. Kemudian ada yang berasal dari Jawa Barat dan Jawa Timur bahkan ada juga yang berasal dari luar Jawa. Selanjutnya dalam usaha untuk mengembangkan pondok pesantren ini KH. Abdullah Umar menambah bangunan gedung di daerah Purwoyoso Ngaliyan Semarang. Pada bulan Oktober 1991 gedung tersebut sudah dapat ditempati oleh
35
36
santri putri, sedangkan yang semula ditempati oleh santri putri kini di tempati oleh santri putra . Sejak tahun 2000 pondok pesantren tahaffudzul Qur’an ini baru menerima mahasiswi yang berminat untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an sebagai santri. Karena santri pondok ini semakin lama semakin berkurang dan pondok kelihatan sepi, sejak tahun tersebut mahasiswi diterima sebagai santri meskipun sebelumnya KH.Abdullah Umar AH. Beranggapan bahwa santri mahasiswi yang mondok disini tidak bersungguh-sungguh dalam menghafal Alqur’an sehingga tidak diijinkan tinggal di pondok ini. Karena letak pondok putra dan pondok putri yang berpisah jauh, maka untuk mengurus pondok diserahkan pada putra-putra beliau. Pondok putra dipercayakan pada Gus Musthofa AH (adik Gus Azka) dan pondok putri di percayakan kepada Gus Azka AH. Pada tanggal 16 Maret 2001 KH. Abdullah Umar AH. sowan ke hadirat Ilahi Robbi. Jenazah Abunya dimakamkan di Pegandon Kendal ditengah pusara kedua istrinya yang telah mendahului. Pada tanggal 4 April 2006 pengasuh pondok putri, KH. Azka Abdullah Umar AH. Meninggal dunia dan sebagai penggantinya adalah istri beliau yaitu Ibu Siti Jamzatur Rohmah AH. Pada pertengahan bulan Mei 2007 diadakan rapat keluarga besar KH.Abdullah Umar AH. Di Pondok Pesantren Putri Tahaffudzul Qur’an. Hasil dari rapat tersebut memutuskan bahwa yang menjadi pengasuh pondok pesantren putri tahaffudzul Qur’an adalah Umi Aufa Abdullah Umar AH. Sejak saat itu dan sampai sekarang yang menjadi pengasuh Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an adalah Umi Aufa Abdullah Umar AH.1
2. Tinjauan Geografis Pondok Pesantren yang menjadi obyek Penelitian ini adalah ”Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an” yang nama tersebut merupakan pemberian dari KH. Abdullah Umar AH. Pondok pesantren ini dikhususkan untuk menghafal AlQur’an. Akan tetapi selain menghafal Al-Qur’an dalam pondok ini juga diajarkan ilmu lain. Seperti pengkajian kitab Tafsir Jalalain, Kitab Usfuriyah, kitab
1
Data Diambil dari Dokumen Pondok Pesanteren Tahafudzul Qur’an.
37
Ta’limul Muta’alim, Kitab Nihayatuz Zain, Kitab Tambighul Ghofilin serta kegiatan lain seperti membaca Asmaul Husna dan Nariyahan dll. KH. Abdullah Umar AH. Memiliki gagasan mendirikan Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an yang bertujuan untuk : a. Tempat khusus menghafalkan Al-Qur’an b. Untuk meramaikan dan memakmurkan ayat-ayat suci Al-Qur’an serta melestarikannya. c. Untuk membantu para santri yang bersungguh-sungguh berkeinginan dan bercita-cita menghafal Al-Qur’an tetapi terbentur oleh biaya. (Tidak memiliki biaya untuk mondok) Sehingga santri yang menuntut ilmu tersebut dapat mengembangkan potensi dalam hal menghafal Al-Qur’an dan memperoleh pengetahuan berdasar pembelajaran kitab-kitab lain yang tersebut di atas. Lokasi Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an atau biasa disingkat (PPTQ) memiliki dua lokasi yaitu : pertama di belakang Masjid Kauman Semarang Utara sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putra. Kedua, di daerah Segaran Baru RT 03 RW XI Purwoyoso Ngaliyan Semarang sebagai Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putri. Sedangkan Pondok Pesantren yang menjadi obyek penelitian ini adalah Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an bagian putri yang berlokasi di Kelurahan Purwoyoso Ngaliyan Semarang. Adapun batas wilayah yang berbatasan dengan pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an adalah sebagai berikut : Sebelah utara berbatasan dengan pemukiman Purwoyoso, sebelah selatan berbatasan dengan pemukiman Purwoyoso, sebelah barat
berbatasan dengan
swalayan Aneka Jaya, sebelah timur berbatasan dengan pemukiman Purwoyoso.
3. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011-2012 Organisasi sangat penting dan sangat berperan demi suksesnya programprogram pada suatu pesantren. Hal ini sangat diperlukan agar satu program
38
kegiatan dengan program yang lain tidak berbenturan. Serta lebih terarah tugas dari masing-masing personal pelaksana pendidikan. Selain itu organisasi diperlukan dengan tujuan agar terjadi pembagian tugas yang seimbang dan obyektif, yaitu memberikan tugas sesuai dengan kedudukan dan kemampuan masing-masing orang. Struktur organisasi pesantren merupakan komponen yang sangat diperlukan dalam suatu pesantren, terutama dari segi pelaksanaan kegiatan pesantren. Dalam rangka pencapaian tujuan, struktur organisasi hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan suatu pesantren. Adapun yang dimaksud struktur organisasi disini adalah seluruh tenaga yang berkecimpung dalam kepengurusan di pondok pesantren Tahafudzul Qur’an ini. Adapun struktur organisasi kepengurusan pondok pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang periode 2011-2012 adalah sebagai berikut: a. Pengasuh
: Umi Aufa Abdullah Umar AH. K.H. Muhibbin Syah
b. Ketua
: Novita Asyrofahnti
c. Wakil Ketua
: Himmatul Aliyah
d. Sekretaris
: Nurus Saniatun Rofiah
e. Seksi-seksi
:
1. Seksi Pendidikan
: Hilyatun Nida Ida Nur Chamidah Rifa’ah
2. Seksi Keamanan
: Wilda Wahyuni Siti Sofiyah
3. Seksi Kebersihan
: Nayla Qoni’ah Laili Hidayatun Nisa
4. Seksi Perlengkapan
2
: Yuniarti 2
Data di ambil dari Buku Induk Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011
39
4. Kondisi Ustadz Di Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011 Ustadz (guru, kyai) memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar-mengajar. Para ustadz menjadi tumpuan para santri dalam memecahkan berbagai persoalan yang mereka hadapi dan menjadi suri tauladan bagi para santri di PPTQ. Selain itu mereka dituntut untuk menggantikan peran menggantikan fungsi orang tua santri dalam mendidik dan membimbing para santri agar memiliki akhlaqul karimah serta ilmu pengetahuan yang tinggi serta para santri lebih termotivasi dalam menghafal Al-Qur’an. Ustadz yang mengajar di PPTQ ada 6, yaitu : Pertama, Umi Aufa Abdullah Umar AH. Beliau adalah pengasuh harian sekaligus ustadzah yang mengajar ngaji Al-Qur’an para santri putri. Kedua, Bp. KH. Muhibbin Syah. Beliau adalah suami Umi Aufa Abdullah Umar AH. Selain sebagai pengasuh harian beliau juga mengajar ngaji kitab Tafsir Jalalain. Ketiga, Bapak M. Sholeh yang mengajar Nihayatuz Zein. Keempat, Bapak Shulton yang mengajar kitab Tambihgul Ghofilin. Kelima, Gus Muhammad Amin yang mengajar kitab Ta’limul Muta’alim dan kitab Usfuriyah. Keenam, Nur Hanif Laili yang mengajar Tilawatil Qur’an.
5. Keadaan Santri Di PPTQ Santri yang belajar di PPTQ pada tahun 2011 ini sebanyak 62 orang. Mereka tidak hanya berasal dari kota Semarang saja, tetapi mereka juga datang dari segala penjuru daerah di Jawa dan luar Jawa. Para santri yang belajar di pondok ini ada yang berasal dari Demak, Kendal, Pati, Rembang, Kudus, Tegal, Brebes,
Grobogan,
Magelang,
Cirebon,
Kebumen,
Banyumas,
Batang,
Pekalongan, dan Riau, Sumatra. Mereka semua datang dengan latar belakang yang sangat beragam. Ada beberapa santri yang sebelum mondok di pondok ini sudah pernah mondok ditempat lain. Ada juga santri yang belum pernah mondok sama sekali. Bahkan ada santri dengan latar belakang putri seorang kyai yang biasa disebut dengan ”Ning”. Sebagian besar santri yang belajar di pondok ini adalah seorang
40
mahasiswi. Sebagian lagi bukan seorang mahasiswi dan biasa disebut sebagai santri takhasus. 55 orang santri adalah mahasiswi IAIN Walisongo dengan berbagai jurusan di empat fakultas IAIN Walisongo dan 7 orang santri takhasus. Santri di PPTQ di bedakan menjadi 2 yaitu santri bil-ghoib dan santri binnadhor. a. Santri bil-ghoib adalah santri yang belajar Al-Qur’an dengan menghafal ayatayat Al-Qur’an tanpa melihat tulisannya. Santri bil-ghoib yang ada di PPTQ sebanyak 56 orang.3 b. Santri Bin-Nadhor adalah santri yang belajar Al-Qur’an dan membaca ayatayat Al-Qur’an dengan melihat tulisannya. Santri bin-nadhor yang ada di PPTQ sebanyak 6 orang.4 Tabel Nama Santri Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Tahun 2011 No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 3
Nama Santri Afifatul Chusna Ainu Zumrudiana Aluh Zahraini Ana Ulfa Ikhtiarsih Durrotun Nafisah Elvi Laili Hidayatika Fadliyah Hilyatun Nida Himmatul Aliyah ’06 Himmatul Aliyah ’09 Himmatul Aliyah ’10 Ida Nur Chamidah Ina Aini Fadhilah Ismaunah Izzatul Istifaqoh Izzatul Maula Fitri Khoirotul Mustabsyiroh Khoirul Muti’ah Laili Syarifah Laily Hidayatun Nisa Linatul Af’idah Milani Tsalisul Aqwa Naelatul Inayah
No. 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
Nama Santri Nur Asiyah Nur Hayati Nur Laila Zahra Nurul Atiqoh Nurus Saniatin Rofi’ah Reni Lestiani Rifa Fauziyah Rifa’ah Rofi Lailatun Hanaum Rohma Istinganah Sokhifatun Siti Nurul Inayatul Hikmah Siti Rizanatul Faizah Siti Sofiyah Siti Uchtafiah Sri Wahyuningsih Sussiyanti Syifa Az-Zahra Tsani Rahmawati Umi Nadzifah Fiky Ulya Milati Wachidatun Nazilah Wahda Yunia Rahma
Berdasar Buku Presensi Santri Bil-Ghoib PPTQ Tahun 2011. Hasil Wawancara dengan Ketua Pengurus Pondok Saudari Novita Asyrofahnti tanggal 30 Maret 2011 4
41
24 25 26 27 28 29 30 31
Naelatut Thoyyibah Nailil Ulfa Naylina Qoni’ah Novita Asrofahnti Nur Aini Ulfiyah Nur Alfu Laila Nur Aliyah
55 56 57 58 59 60 61 62
Wilda Wahyuni Wiwik Listyawati Yuniarti Khotma Ayyida Yeni Widianty Dian Baity Tan’imy Sisa Rahayu Afifatul Masruroh
Para santri yang belajar di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an ini mayoritas adalah dari kalangan mahasisiwi. Di pondok tersebut para santri dibiasakan untuk hidup mandiri dan tidak menjadi beban orang lain termasuk orang tua. Mereka juga dibiasakan untuk senantiasa mau berkorban demi kepentingan menghafal Al-Qur’an, menghormati guru, saling tolong menolong, sopan santun, menghargai orang lain memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan peka terhadap kondisi orang lain, masyarakat dan lingkungan sekitar.
6. Aktivitas Santri Para santri di Pondok Pesantren ini telah memiliki jadwal kegiatan seharihari yang harus dilaksanakan dan dipatuhi selama mereka berada di pondok dan selain melaksanakan kuliah di kampus. Adapun jadwal kegiatan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel Jadwal Kegiatan Santri Di Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an Tahun 2011 Hari 1 Senin
Selasa
Waktu 2 03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 05.00 - 06.00 06.00- selesai 16.00 – selesai 18.00 – 18.45 19.00 - selesai 03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 06.00 – selesai
Kegiatan 3 Membaca Asmaul Husna Sholat subuh membaca slalawat nariyah 99 x Belajar bersama Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan kelompok Shalat Isya berjamaah dan Mengaji Tajwid Membaca Asmaul Husna Sholat subuh berjama’ah dan belajar bersama Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib
42
16.00- -selesai 18.00 – 18.45
Rabu
19.00 - selesai 03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 06.00 – selesai 16.00- -selesai 18.00 – 18.45 19.00 - selesai
Kamis
03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 05.00 - 06.00 06.00- selesai 16.00 – selesai 18.00 – 18.45
Jum’at
19.00 - selesai 02.00 – selesai 03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 06.00- selesai 18.00 – 18.45 19.00 - selesai
Sabtu
Minggu
03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 06.00- selesai 08.30 – 09.00 10.00- 11.30 16.00- selesai 18.00 – 18.45 19.00 - selesai 03.00 – 03.15 04.00 - 05.00 06.00 – selesai 09.00 – selesai
Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat Maghrib berjamaah dan Tartilan Kelompok Shalat Isya berjamaah dan Mudzakaroh /Muhadhoroh Membaca Asmaul Husna Shalat subuh berjama’ah dan belajar bersama Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan kelompok Shalat Isya berjamaah dan Tilawatil Qur’an/ Tartilan bersama pengasuh Membaca Asmaul Husna Shalat subuh berjama’ah dan membaca ayat kursi 99x Belajar bersama (menghafal atau mengulang hafalan) Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat maghrib berjama’ah,yasin tahlil dan tartilan kelompok Shalat Isya berjama’ah dan Jami’iyahan Shalat tasbih berjamaah Membaca Asmaul Husna Shalat subuh berjama’ah dan membaca shalawat nabi Ziarah ke Makam Ayah Azka (Alm) Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan kelompok Shalat Isya berjama’ah, mengaji kitab Ushfuriyah dan kitab Ta’limul Muta’allim Membaca Asmaul Husna Shalat subuh berjama’ah dan belajar bersama Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Roan Akbar Mengaji kitab Nihayatuz Zain Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan kelompok Shalat Isya berjama’ah dan Sima’an Al-Qur’an Membaca Asmaul Husna Shalat subuh berjama’ah dan belajar bersama Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat duha berjamaah
43
10.00- 11.30 16.00- selesai 18.00 – 18.45 19.00 - selesai
Mengaji kitab Tambighul Ghofilin Mengaji Al-Qur’an bin-Nadhor dan bil-Ghoib Shalat maghrib berjama’ah dan tartilan kelompok Shalat Isya berjama’ah dan Menaji tafsir jalalain
Sesuai dengan jadwal kegiatan yang telah disebutkan, setiap santri wajib mengikutinya. Selain hal tersebut santri juga harus mematuhi tata tertib yang telah ditentukan. Dan akan dikenakan sanksi jika tidak mematuhinya. Tata Tertib Pondok Pesantren Tahafudzul Qur’an antara lain: a.
Santri wajib mengikuti seluruh kegiatan pondok
b.
Santri wajib berpakaian sopan, memakai baju muslimah pada saat mengaji
c.
Santri wajib berada di pesantren sebelum jamaah maghrib, dilarang menginap di kamar lain, dilarang membawa HP
d. Santri yang akan pulang harus meminta izin pengasuh dll.
7. Waktu Dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data tentang motivasi santri dalam menghafal AlQur’an di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan, maka penelitian ini dilaksanakan pada : Tempat Penelitian : Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Waktu penelitian :
Tanggal 30 April – 13 Mei 2011 serta tambahan perpanjangan waktu untuk keperluan melengkapi data.
8. Pelaksanaan Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang Tahun 2011 Santri pondok pesantren tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan yang ingin menghafal al-Qur’an, harus memenuhi ketentuan yang di berikan oleh pengasuh. Hal ini dilakukan agar mempersiapkan santri dalam proses
44
menghafal tidak mengalami kesulitan. Ketentuan tersebut yaitu jika santri berniat untuk menghafal maka santri harus mendapat izin dari pengasuh untuk menghafal Al-Qur’an. Apabila menurut pengasuh santri tersebut belum baik makharijul hurufnya atau bacaanya maka santri diharuskan membaca AlQur’an secara bin-nadzar hingga mendapat izin dari pengasuh untuk menghafalkan Al-Qur’an. Akan tetapi apabila seorang santri berniat menghafal dan menurut pengasuh bacaan dan makharijul hurufnya baik, diperbolehkan langsung menghafal.5 Menghafal Al-Qur’an merupakan program utama dalam pesantren ini, oleh karena itu terdapat banyak kegiatan ataupun materi tentang menghafal Al-Qur’an yaitu : 1. Kegiatan Harian a. Selesai shalat subuh :Setoran hafalan baru atau mengulang hafalan yang di peroleh b. Selesai shalat ashar : mengulang hafalan yang diperoleh atau menambah hafalan baru c. Selesai shalat maghrib : tartilan kelompok 2. Kegiatan Mingguan a. Hari sabtu (Ba’da shalat isya) : simaan Al-Qur’an Simaan dilakukan pada malam ahad (ba’da isya) secara bergiliran. Bagi beberapa santri yang namanya keluar dalam undian harus di sima’ (memperdengarkan hafalan) dan penyimak (mendengar hafalan) adalah satu kelompok santri yang ditunjuk untuk menyimak hingga akhir simaan. Sedangkan santri lain menyimak akan tetapi tidak diwajibkan sampai akhir simaan. Hingga semua santri mendapat giliran untuk disimak dan menyimak. b. Hari Rabu (Ba’da isya) : Tartilan bersama pengasuh Tartilan mingguan ini di adakan malam Kamis setelah selesai shalat Isya’. Perbedaan dengan tartilan harian adalah apabila pada tartilan harian santri yang membaca secara tartil di simak oleh 5
Hasil wawancara santri beberapa penghafal Al-Qur’an tanggal 30 Maret 2011
45
kelompoknya (beberapa santri lain) sedangkan pada tartilan mingguan semua santri membaca tartil bersama-sama dan dikoreksi langsung oleh pengasuh. Akan tetapi tartilan mingguan ini tidak selalu di adakan, karena terkadang tartilan tersebut diganti dengan tilawatil Al-Qur’an untuk menambah ketrampilan santri dalam melantunkan ayat Al-Qur’an. 3. Mekanisme menghafal Al-Qur’an Ada beberapa tahapan kegiatan setoran kepada pengasuh yaitu : a) Menyetorkan halaman baru (Undaan) Dalam menyetorkan hafalan baru biasanya santri menyetorkan sebanyak satu halaman atau lebih sesuai dengan kemampuan santri yang dilaksanakan setelah shalat subuh ataupun shalat ashar. b) Mengulang hafalan yang diperoleh (Deresan) Hafalan yang telah diperoleh harus di perdengarkan kembali kepada ustadz (pengasuh), jumlah hafalan yang harus diperdengarkan kembali sedikitnya seperempat juz yang dilakukan setelah shalat subuh atau shalat ashar. c) Menyetorkan hafalan baru dan memperbaiki bacaan Hal ini dilakukan oleh santri baru ataupun santri lama yang ingin memperbaiki bacaannya. Yaitu dilakukan pada pagi hari (ba’da shalat subuh) dan dengan menyetorkan halaman baru dan pada sore hari (ba’da shalat ashar) membaca atau secara bin- nadzar untuk memperbaiki bacaan ataupun memantapkan bacaannya.6 4. Sarana prasarana pendukung menghafal Al-Qur’an Sarana prasarana yang mendukung santri dalam kegiatan menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan antara lain kamar santri sebagai tempat tinggal sekaligus ruang untuk menghafal atau mengulang hafalan. Selain itu terdapat mushola yang merangkap sebagai ruang aula yang digunakan untuk melaksanakan seluruh kegiatan santri dalam mengaji ataupun shalat jamaah.
6
Hasil wawancara dengan saudari Dian Baity Tan’imy tanggal 31 Maret 2011
46
Dan beberapa sarana yang menunjang lainnya seperti perlengkapan sound system, perlengkapan belajar (Al-Qur’an dan meja belajar), papan informasi, papan tulis, CD Murattal serta perlengkapan mengajar lainnya. Sarana non fisik yang mendukung dalam menghafalkan Al-Qur’an adalah pembelajaran ilmu tajwid yang dimaksudkan agar para Santri Mengetahui hukum-hukum bacaan dan makharijul huruf dalam menghafal Al-Qur’an. Selain ilmu tajwid, di pondok pesantren ini diadakan mengaji tafsir jalalain yang diharapkan dapat membantu pemahaman tentang terjemah ataupun isi dari ayat Al-Qur’an. 5. Tempat pelaksanaan menghafal Letak pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang terletak disamping swalayan Aneka jaya. Keramaian Aneka Jaya terkadang terdengar sangat jelas hingga waktu malam. Untuk itu pondok pesantren berusaha menciptakan tempat senyaman mungkin demi menunjang keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Yaitu didukung dengan adanya mushola dan aula untuk kegiatan mengaji, kamar santri yang nyaman, serta bangku di depan kamar dan area pondok pesantren yang dapat di gunakan sebagai tempat menghafal Al-Qur’an. 6. Metode Dalam Menghafal Metode yang digunakan dalam menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan adalah metode sorogan yaitu menyetorkan satu persatu ayat yang sudah di hafal dari awal hingga akhir ayat yang diperoleh. Dalam proses menghafal, biasanya santri menghafal
dengan
mengingat-ingat atau membayangkan letak ayat yang dihafal, untuk itu para santri menggunakan mushaf khusus untuk menghafal. Selain itu untuk menunjang keberhasilan hafalannya selalu dilaksanakan takrar atau mengulang hafalan. Metode pengulangan hafalan dilaksanakan setelah santri Menghafal sendiri ayat Al-Qur’an. Hal ini dilakukan agar ayat Al-Qur’an yang telah dihafal melekat dalam pikiran sehingga tidak mudah lupa.
47
Metode lain yang biasa digunakan santri adalah mendengar dan memperdengarkan hafalan. Hal ini dilakukan dengan menyimak santri lain, baik secara tartil kelompok ataupun dalam kegiatan simaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren. Simaan dalam hal ini dapat dijadikan evaluasi mingguan bagi hafalan santri.
BAB IV TEMUAN DAN HASIL PENELITIAN MOTIVASI SANTRI DALAM MENGHAFAL AL-QUR’AN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUDZUL QUR’AN PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG TAHUN 2011
Pondok Pesantren Tahaffudzul Qur’an merupakan lembaga pendidikan yang khusus bergerak dalam bidang agama, lembaga tersebut juga merupakan lembaga penting dalam mempelajari Al-Qur’an bagi para santrinya. Proses pembelajaran yang ada di dalamnya lebih menekankan pada pendidikan membaca dan menghafalkan Al-Qur’an serta di dukung dengan materi tambahan lainnya. Banyak santri termotivasi nyantri di pondok tersebut untuk belajar membaca AlQur’an,
menghafalkan Al-Qur’an ataupun alasan lain. Dari hal tersebut
menyebabkan, banyak ragam motivasi yang dimiliki para santri dalam menghafalkan Al-Qur’an. Motivasi yang beragam disebabkan oleh pola pikir, pengalaman yang mereka peroleh dari tempat mereka tinggal. Adapun motivasi dalam menghafalkan Al-Qur’an di pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan Semarang tahun 2011, akan di analisis dengan mengelompokkan motivasi tersebut menjadi beberapa kelompok menjadi jenis motivasi, latar motivasi, dan perwujudan motivasi. Analisis disesuaikan dengan data hasil wawancara dan observasi. Daftar Nama santri yang di wawancara dan observasi : No.
Nama Santri
Keterangan
1.
Rifa Fauziyah
Santri tahassus (lama)
2.
Sussiyanti
Santri tahassus (lama)
3.
Dian Baity Tan’imy
Santri tahassus (baru)
4.
Wilda Wahyuni
Menghafal dan kuliah (lama)
5.
Nurus Saniatin Rofiah
Menghafal dan kuliah (baru)
48
49
Sedangkan analisis motivasi adalah sebagai berikut : 1. Rifa Fauziyah Motivasi
Rifa
Fauziyah
dalam
menghafal
Al-Qur’an
“Yang
menghendaki pertama dari orang tua terus kemudian di pondok kan disini saya jadi pingin akhirnya kemauan sendiri juga”. Berdasar pernyataannya dapat diketahui motivasi Rifa Fauziyah dalam menghafal Al-Qur’an adalah motivasi ekstrinsik yaitu arahan orang tuanya. Meskipun motivasi Rifa Fauziyah berasal dari orang tuanya akan tetapi peranan motivasi dari luar juga sangat besar pengaruhya untuk membangkitkan aktivitas dan gairah dalam belajar menghafal Al-Qur’an. Sedangkan
alasan
menghafal
Al-Qur’an
nya
adalah
“Ingin
memperdalam isi Al-Qur’an dan mengamalkannya ”Pernyataan tersebut merupakan dorongannya dalam menghafal Al-Qur’an yang muncul dari dirinya sendiri atau dapat juga di katakana sebagai motivasi intrinsik. Dalam hierarki kebutuhan Abraham Maslow hal tersebut juga termasuk dalam motif aktualisasi diri yaitu setelah menghafal Al-Qur’an ia menginginkan agar dapat memperdalam dan mengamalkannya yang di tempatkan dalam tingkat tertinggi diantara kebutuhan lainnya. Dengan motif inilah seseorang mampu mandiri, menghadapi segala kesulitan yang di hadapinya dengan ketetapan hati untuk terus belajar menghafal Al-Qur’an. Keinginan setelah menghafal sesuai dengan jawaban Rifa Fauziyah “Menghafal Al-Qur’an dibutuhkan biasanya untuk menjadi guru Qur’an sehingga bias mengamalkan ilmu Al-Qur’an. Hal tersebut merupakan keinginan setelah motivasi tersebut diaktualisasikan dalam menghafal AlQur’an yaitu setelah khatam dalam menghafal Al-Qur’an ia menginginkan untuk menjadi guru Qur’an sehingga potensi yang dimiliki dapat dikembangkan dalam mengajar Al-Qur’an. Yang mendorong rifa Fauziyah bertahan di pondok pesantren dalam menghafal Al-Qur’an adalah karena ia memiliki keinginan menghafal AlQur’an hingga khatam. Tujuan tersebut dapat sebagai motivasi yang akan
50
menentukan keberhasilan suatu pekerjaan sekalipin aktivitas tersebut harus di iringi dengan ketrampilan dalam menghafal dan mengulang. Sikap tersebut merupakan salah satu indikator ia memiliki motivasi tinggi dalam menghafal Al-Qur’an seperti ia memiliki kemauan kuay untuk menghafal dan mengkhatamkan Al-Qur’an, Waktu yang digunakan untuk menghafal oleh Rifa Fauziyah adalah “Untuk menghafal Al-Qur’an biasanya habis magrib, karena sudah ketentuan (Wajib Belajar), kalau sendiri waktu luang saya gunakan untuk menghafal, istirahat juga digunakan untuk sambil menghafal”. Sesuai dengan pengamatan, ia secara disiplin mengikuti kegiatan menghafal yaitu setelah sholat magrib yang merupakan jam wajib belajar. Sedangkan untuk menghafal sendiri dilakukan pada waktu luang terutama setelah setoran pagi dimulai setelah pukul 08.30 yaitu ketika santri non tahassus kuliah dan suasana pondok sepi. Sesuai dengan pernyataan teman satu kamar bahwa “Mbak Rifa setiap waktu luang menghafal dan mengulang sampai capek” menghafal dan mengulang juga dilakukan pada malam hari setelah selesai kegiatan pondok hingga lancar ( Pukul 20.30 – 22. 00 ). Serta setelah shalat subuh menjelang setoran pagi. Ia menggunakan waktu yang ada secara semaksimal mungkin dan rela meninggalkan tugas lain untuk menghafal Al-Qur’an. Meskipun Sardiman A.M. menyatakan bahwa salah satu indikator motivasi belajar adalah “cepat bosan pada tugas tugas rutin”. Akan tetapi walaupun dia bergelut dengan rutinitas yang sama yaitu menghafal Al-Qur’an ia tetap melakukannya dengan rajin untuk menambah hafalan ataupun memuraja’ahnya. Ia menambah setoran untuk hafalan baru sesuai dengan pernyataan sendiri yaitu “Biasanya setoran sudah ditentukan sama umi (Ibu nyai) minimal satu halaman untuk undaan dan seperempat juz untuk deresan. Dari pribadi masing-masing berbeda, saya menambah hafalan baru satu kaca (satu halaman) untuk deresan setengah juz. Sesuai dengan pernyataan Ibu nyai “Mbak Rifa selalu setoran tidak setoran hanya kalau sakit dan berhalangan.
51
Mbak Rifa setiap pagi membuat hafalan baru satu halaman dan deresan setengah juz begitu pula setoran sore” Teknik yang biasa digunakan “Saya menghafal ayat per ayat terus lihat terjemahnya mengangan-angan artinya dan menggunakan Al-Qur’an pojok”. Sesuai dengan pernyataan santri sekamarnya teknik yang digunakan pertama diulang-ulang, lihat terjemahnya terus di cari ayat yang sama dan di catat pada buku dan tempat yang sering digunakan untuk menghafal yaitu di kamar kadang di mushola”. Menurut penulis, perwujudan motivasinya (Keadaan motivasi) seimbang dengan motivasi dalam menghafal Al-Qur’an. Disamping itu, ia merupakan santri tahassus dan dapat mengupayakan menghafal AlQur’an dengan sebaik mungkin. Sehingga dorongan yang menyebabkan ia termotivasi memberikan arah yang positif dan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yang diinginkan. 2. Sussiyanti Motivasi Sussiyanti adalah “Dulu awalnya tidak kepikiran untuk menghafal tapi lihat teman-teman, jadi ada niatan dari diri sendiri” Jawaban tersebut merupakan motivasi Sussiyanti dalam menghafal Al-Qur’an, motivasi awalnya adalah motivasi ekstrinsik yaitu teman-teman pondoknya yang sebagian besar menghafalkan Al-Qur’an. Teman-temannya merupakan dorongan bagi dirinya sendiri untuk meniatkan dirinya sendiri dalam menghafal Al-Qur’an. Sehingga lingkungan tempat ia belajar member dampak besar pada seseorang dan dapat mengalihkan motivasi ektrinsik pada motivasi intrinsik. Sedangkan dorongan dalam menghafal Al-Qur’an sesuai dengan pernyataannya yaitu “Ingin memperdalam ilmu agama (isi kandungan AlQur’an)” Pernyataan yang berbunyi “Ingin memperdalam ilmu agama (Isi kandungan
Al-Qur’an)
merupakan
pernyataan
yang
menuju
pada
pengembangan diri atau motif aktualisasi diri. Keinginan setelah khatam dalam menghafalkanya sesuai pernyataan yaitu “Bisa menjaga Al-Qur’an itu, bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain” Dilihat dari jawaban tersebut Sussiyanti dalam menghafal Al-Qur’an
52
mempunyai tujuan yaitu dapat menjaga Al-Qur’an serta bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Motivasi muncul dari dirinya tetapi kemunculannya karena terdorong oleh adanya unsure lain, dalam hal ini adalah tujuan. Dan tujuan itu menyangkut kebutuhan yaitu untuk menjaga Al-Qur’an itu sendiri agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Waktu yang digunakan untuk menghafal sesuai jawabannya yaitu “Waktunya biasanya siang, malam habis sholat isya” Selain hal tersebut sesuai pernyataan santri dekatnya, “Waktu yang digunakan Mbak Susi ya setiap waktu luang karena emang dia santri tahasus jadinya kegiatannya ndarus terus berhenti kalau mandi, tidur kalau capek, guyon-guyon dikit”. Tersedianya jumlah waktu yang lebih banyak dapat menjadikan santri lebih termotivasi untuk belajar menghafal karena waktu tersebut dapat menambah konsentrasi dalam menghafal. Dalam menyetorkan hafalannya ia membuat pernyataan yaitu “Target tiap harinya kalau undaan satu halaman, deresan sebisanya kadang seperempat atau setengah juz untuk deresan” Begitu pula dengan pernyataan Ibu nyai “Mbak Susi setoran terus setiap pagi dan sore. Pagi satu halaman, sore ngulang yang tadi terus di lanjutkan deresan seperempat
juz secara terus-menerus”. Aktivitas
penyetoran kepada Bu Nyai yang ditentukan batas minimal dalam menyetorkan merupakan tantangan bagi santri sehinnga para santri lebih termotivasi untuk mendapat target tersebut. Sedangkan waktu mengulang yaitu setelah tadi di setorkan diulangulang lagi sampai sore ada lagi, terus malam mengulang lagi sampai bisa”. Sesuai pengamatan waktu yang digunakan untuk mengulang hafalannya adalah setelah setoran pagi sampai menjelang setoran sore (08.30 – 16.00) dan malam hari setelah kegiatan mengaji. Pernyataan dari santri lain yaitu “Mbak Susi setiap ada waktu luang di gunakan untuk mengulang kadang sekali duduk sampai sejam bahkan lebih biasanya dia lebih sering di mushola ndarusnya”
53
Teknik yang biasa digunakan Sussiyanti sesuai pernyataannya sendiri yaitu “Pakai Al-Qur’an yang ada tafsiran, mendengarkan murattal biasa juga pakai MP3” Sesuai dengan pernyataan santri lain, tekniknya yaitu ngulang-ngulang biasanya belum lancar diulang lagi di ulang sampai lancar”l Al-Qur’an. Di pondok pesantren ini juga tidak ditentukan metode dalam menghaf.Meskipun teknik merupakan hal yang sepele akan tetapi hal itu sangat mendukung untuk mencapai prestasi dalam menghafal agar santri dapat menyesuaikan dengan keinginan dan lebih berminat untuk menghafal. Menurut penulis, perwujudan motivasi tersebut digunakan oleh Sussiyanti semaksimal mungkin yaitu dalam waktu luang ia menggunakan waktunya untuk menghafal dan mengulangulang. 3. Dian Baity Tan’imy Motivasi menghafal Al-Qur’an sesuai pernyataannya yaitu “Karena disuruh orang tua, aku enggak pengin banget menghafal ”Dari pernyataan tersebut, motivasi menghafal Al-Qur’annya merupakan motivasi ekstrinsik yaitu perintah orang tua.Orang tua Dian Baity mencoba memberikan latihan menghafal dengan memondokkan anaknya di pondok tahfidzul Qur’an. Sehingga motivasi menghafalnya muncul untuk memenuhi perintah orang tua. Dorongan dalam menghafal nya yaitu “Kan di suruh orang tua, jadi ingin membahagiakan orang tua”. Meskipun motivasi intrinsik lebih utama akan tetapi motivasi ektrinsik sangat menunjang terbentuknya kemauan serta perilaku dalam menghafal AlQur’an. Dalam hierarki kebutuhan Maslow hal ini dapat di kategorikan sebagai kebutuhan penghargaan atau keinginan mendapat pengakuan dari orang tuanya dalam menghafal Al-Qur’an. Waktu yang digunakan sesuai pernyataannya “Kalau menghafalnya sore, kalau pagi itu bin-Nadzor.” Sesuai pernyataan santri lain “Waktu untuk menghafal siang setelah waktu dhuhur terus malam setelah selesai kegiatan pondok”. Dan sesuai observasi, ia menghafalkan apabila ada waktu luang yaitu setelah setoran pagi (08.30) dan malam setelah selesai kegiatan pondok.
54
Sama dengan santri tahassus
lain ia memiliki waktu luang lebih
banyak di banding dngan santri menghafal dan kuliah.Di saat penelitian berlangsung ia masih menggunakan separuh waktu untuk menghafal dan se[paruh waktu untuk memperbaiki bacaan secara bin-nadzor. Berbanding lurus dengan waktu luangnya. Meskipun ia santri baru akan tetapi sudah dapat mencapai juz dua Al-Qur’an .Rutinitas setoran
yang biasa disetorkan satu wajah dalam sehari
semampuku” dan pernyataan Ibu Nyai terkait dengan setoran yang dilakukan oleh Dian Baity Tan’imy yaitu “Kalau Mbak Dian Karena masih baru, masih perlu waktu untuk adaptasi sehingga dalam sehingga kadang tidak mesti setoran, dan setorannya biasanya satu halaman untuk undaan dan seperempat deresannya” sedangkan waktu untuk mengulang sesuai jawabannya yaitu” Kalau hafalan belum bisa terus ngulang kalau belum bisa ngulang-ngulang lagi”. Motivasi dalam mencapai target belum dapat di capai secara maksimal sesuai dengan pernyataan bu nyai tersebut. Meskipun hal tersebut terjadi akan tetapi bu nyai tetap memberikan respon positif dengan memaklumi dan memberikan nasehat secara langsung kepada santri yang bersangkutan dan memaklumi bahwa santri baru masih memerlukan adaptasi dalam proses pembelajarannya. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa ia mengusahakan apabila ada waktu jika belum lancar akan mengulang-ulang hingga lancar. Sesuai pengamatannya, apabila belum lancar, ia menggunakan waktu untuk mengulang-ulang untuk mempersiapkan setoran. Strategi yang biasa digunakan ialah “Pakai Satu mushaf sama ayat yang ada artinya”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui teknik yang digunakan tidak jauh berbeda dengan santri lain yaitu menggunakan Al-Qur’an pojok dan satu mushaf. Walaupun teknik yang digunakan untuk menghafal terbilang biasa akan tetapi hal tersebut merupakan cara yang dapat membantu dalam menghafal Al-Qur’an.
memperoleh prestasi
55
4. Wilda Wahyuni Motivasi
menghafal
Al-Qur’an
dalam
pernyataannya
yaitu
“Menghafal keinginan diri sendiri dan dorongan orang tua” motivasinya termasuk motivasi intrinsik yaitu berasal dari dirinya sendiri dengan mendapat dukungan orang tua. Motivasi intrinsik dimiliki oleh Wilda Wahyuni jika ia termotivasi belajar menghafal Al-Qur’an semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam ayat Al-Qur’an. Selain itu ia secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan motivasi dari luar.Dalam menghafal Al-Qur’an motivasi ini sangat di perlukan terutama dalam keistiqomahan menghafal dan mengulang-ulang hafalan. Sedangkan latar belakang motivasi menghafal sesuai pernyataanya yaitu “Saya menghafal karena ada tempat yang lebih mulia bagi yang menghafal Al-Qur’an, dengan menghafal dan membaca artinya kita tahu isi Al-Qur’an
dan
kandungannya
meskipun
secara
bertahap”.
Berdasar
pernyataan tersebut latar belakang menghafalnya adalah untuk meraih penghargaan akan tetapi penghargaan tersebut ditujukan kepada Allah SWT untuk mendapat pahala dan tempat mulia dengan menghafalkan Al-Qur’an. Dorongan dari dalam dirinya akan lebih membentuk sikap belajar yang tinggi . Sebelum ia mendapat tambahan motivasi dari luar ia sudah memiliki Al-Qur’an minat untuk menghafal Al-Qur’an. Peranan sikap belajar yang tinggi akan ikut menentukan intensitas kegiatan belajar. Dan keinginan setelah mengkhatamkan hafalannya adalah “Tentunya bisa mengamalkan, minimal ngajar ngaos”. Menurut penulis pernyataan tersebut termasuk dalam motif aktualisasi diri karena ingin mengembangkan potensinya dengan mengajar mengaji (ngaos) Waktu yang digunakan untuk menghafal sesuai jawabannya yaitu “Waktu malam hari sepertiga malam kalau bangun dan fajar. Sama dengan pernyataan santri lain bahwa “Wilda Wahyuni menghafal pada pagi setelah shalat subuh kalau siang kuliah tapi kalau sepertiga malam enggak hafalan”.
56
Target setoran setiap hari yang biasa dilakukan sesuai pernyataannya adalah “Saya untuk setiap setoran sebenarnya ada target satu halaman kadang mundak kadang enggak” pernyataan Ibu Nyai bahwa ia tidak selalu setoran karena mungkin ada kesibukan kuliah. Biasanya kalau setoran untuk hafalan baru satu halaman dan seperempat juz untuk mengulang (deresan)”. Dalam penyetoran sesuai yang di nyatakan bu Nyai bahwa ia tidak selalu setoran karena terdapat kesibukan kuliah. Bila dikaitkan antara minat belajar dengan aktivitas pencapaian target setoran ia belum dapat melakukannya secara maksimal. Akan tetapi bila di lihat dari sudut lain, seorang santri menghafal dan kuliah memiliki persoalan yang lebih rumit di banding dengan santri tahassus. Ia harus membagi waktu kuliah dan menghafal. Sedangkan waktu mengulang-ulang hafalan sesuai jawabannya yaitu “Mengulang pada malam hari, sesempat kita”. Santri lain mengatakan bahwa “Waktu mengulangnya bareng sama menghafalnya, dihafal terus diulang”. Sedangkan teknik yang digunakan dalam menghafal yaitu “Menghafal satu ayat terus membaca arti dan saya bisa menghafal di depan cermin kan bisa langsung melihat makharajnya sekalian pembenaran” Begitu pula dengan pernyataan santri lain bahwa “Wilda Wahyuni dalam menghafal memiliki teknik yang sama dengan santri lain
yaitu
menghafal dan melihat arti dan memang yang saya lihat dia sering menghafal di depan cermin”.Penggunaan cermin sebagai media dalam menghafal akan akan membantu mempercepat proses menghafal, dimungkinkan dalam pengguanaan cermin beberapa indra berinteraksi dengan ayat yang akan dihafal dan memberi kenyamanan sehingga dapat meningkatkan motivasi menghafal. Dalam perwujudan motivasinya, ia membagi waktu yaitu waktu siang untuk kuliah dan malam untuk menghafal, sehingga menambah hafalan baru dan setoran hafalannya belum dapat dilakukan secara maksimal dalam setiap harinya. Akan tetapi apabila ia belum mendapat hafalan baru untuk di setorkan ia menggantinya dengan menyetorkan hafalan yang di peroleh.
57
5. Nurus Saniyatin Rofi’ah Motivasi menghafal Al-Qur’an n sesuai pernyataannya yaitu “Ya dari diri sendiri tidak ada paksaan dari siapapun” pernyataan tersebut menyebutkan bahwa motivasi dalam menghafal Al-Qur’an nya adalah motivasi intrinsik yang berasal dari diri sendiri Sedangkan dorongan dalam menghafalnya yaitu “Saya menghafal karena tergugah hatinya bahwa Al-Qur’an pedoman hidup kita. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa dari dalam dirinya ia sadar bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang harus di pelajari. Dengan adanya motivasi intrinsik tersebut merupakan suatu motivasi yang berkekuatan besar dan dapat menjadikannya merasa nyaman dan menyenangkan dalam menghafal Al-Qur’an. Keinginan setelah khatam sesuai pernyataannya yaitu “Yang pasti dapat menjaganya otomatis, dan dapat mengamalkan. Yang utama menjaga agar tidak luput dari ingatan” motif tersebut dapat tergolong motif aktualisasi diri karena ia ingin mengembangkan potensi dalam menghafal yaitu ingin menghafal dan setelah khatam ingin menjaga dan mengamalkan. Keinginan untuk khatam dijadikan sebagai sarana untuk mencapai tujuan yaitu agar dapat menjaga dan mengamalkan ayat Al-Qur’an dan menambah motivasi agar dapat membagi waktu antara kuliah dan menghafal. Waktu yang digunakan untuk menghafal sesuai pernyataannya yaitu “Saya menghafal tidak tentu, menurut saya yang paling penting hati tenang biasanya waktu subuh, siang nggak tentu”. Santri lain mengatakan bahwa “Kalau malam habis kegiatan ngaos kalau lainnya enggak pasti dan ia biasa menghafal di bangku sekitar kamar santri. Dalam proses menghafal sendiri, ia juga memilih waktu dan tempat yang kondusif meskipun tidak ditentukan waktunya, ketenangan hati nmenjadi motivasi dalam dirinya. Tempat yang nyaman dan menyenangkan mendorong untuk terus menambah hafalannya. Setorannya hafalan yang dilakukan sesuai jawabannya yaitu “Setoran satu halaman pernah, dua halaman pernah. Saya dalam hafalan ada target tapi kuliah juga mempengaruhi, yaitu satu
halaman untuk hafalan baru dan
58
murajaah biasanya seperempat juz.” Pernyataan ibu Nyai tentang setoran Nurus Saniyatin Rofi’ah yaitu “Nurus selalu setoran biasanya satu halaman untuk hafalan baru dan seperempat halaman untuk murojaah tapi terkadang juga setengah juz”. Dengan persoalan membagi waktu menghafal dan tugas kuliah yang sangat mempengaruhi aktivitas menghafal, ia tetap memiliki sikap motivasi tinggi seperti pernyataan Ibu Nyai bahwa ia selalu setoran dan memuraja’ah hafalannya. Sedangkan teknik yang digunakan Nurus Saniyatin Rofi’ah adalah “memahami arti dan dalam
menghafalnya mencari ayat yang mudah
walaupun ayat itu letaknya tidak diawal halaman”. Strategi memilih ayat yang lebih mudah juga dapat menambah perhatian konsentrasi karena disesuaikan dengan keinginannya dealam menghafal. Dalam perwujudan motivasi menghafal Al-Qur’annya
ia
tidak
menentukan waktu menghafal dan mengulang tetapi sangat di tentukan pada ketenangan hatinya terlebih tugas dan aktivitas kuliah juga sangat mempengaruhi hafalannya. Meskipun seperti itu ia tetap mencoba untuk menambah hafalan baru.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari tahap demi tahap pembahasan skripsi ini, maka dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis motivasi santri pondok pesantren Tahaffudzul Qur’an Purwoyoso Ngaliyan dalam menghafalkan Al-Qur’an terdiri dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Santri yang memiliki motivasi intrinsik sesuai dengan hasil penelitian sebanyak dua orang yaitu berasal dari diri sendiri. Sedangkan santri yang memiliki motivasi ekstrinsik sebanyak tiga orang yaitu dua santri motivasinya berasal dari dorongan orang tua dan satu santri motivasinya berasal dari tempat santri tinggal. 2. Latar motivasi atau penyebab munculnya motivasi Santri dalam menghafal Al-Qur’an berbeda-beda yaitu keinginan untuk memperdalam isi kandungan Al-Qur’an, memelihara ayat-ayat Al-Qur’an agar tetap terjaga, membahagiakan orang tua, Keinginan untuk memperoleh tempat yang mulia di depan Allah swt dan keinginan beribadah. 3. Perwujudan Motivasi dalam menghafal Al-Qur’an pun berbeda-beda yaitu dua santri takhassus lama menggunakan seluruh waktu luang untuk menghafal dan mengulang. Satu takhassus baru menggunakan setengah waktu untuk menghafal dan setengah untuk membaca secara bin-nadzar. Sedangkan dua santri menghafal dan kuliah baik baru atau lama lebih banyak menggunakan waktu malam hingga pagi hari untuk menghafal ataupun mengulang-ulang hafalan. Selain hal itu yang lebih tampak perbedaannya adalah teknik dalam menghafal yaitu membaca ayat dan memahami arti secara berulang-ulang, menghafalkan ayat yang lebih mudah, menghafal dengan melihat cermin, mendengarkan murattal dan memilih tempat sepi untuk menghafal. Sedangkan perwujudan yang lain memiliki banyak kemiripan antara santri satu dengan santri lain yaitu para
59
60
santri mentarget hafalan baru sebanyak satu halaman dan upaya mencapai target hafalan dengan mengulang-ulang hafalan berulang-ulang.
B. Saran Berdasar hasil penelitian, dapat dimasukkan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi para santri menghafal Al-Qur’an hendaknya memiliki motivasi yang di bangun sejak awal dan berkelanjutan serta memantapkan niat dari diri sendiri sehingga dalam mewujudkan motivasi sungguh
tidak
terdapat
paksaan
dan
dapat secara sungguh-
mampu
mempertahankan
motivasinya hingga khatam dalam menghafalkan Al-Qur’an. 2. Dorongan santri dalam menghafal Al-Qur’an berbeda-beda akan tetapi akan lebih baik jika dorongan dalam menghafal Al-Qur’an tidak hanya untuk kepentingan dunia tetapi diniatkan untuk beribadah dan mendapat ridho Allah swt 3. Untuk membantu mewujudkan motivasi santri dalam menghafal AlQur’an setiap santri hendaknya memiliki kesadaran untuk menciptakan suasana tenang demi terciptanya suasana yang nyaman dalam menghafalkan Al-Qur’an.
C. Penutup Demikianlah penulisan skripsi ini, dengan mengucap syukur Alhamdulillah mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi penulis khususnya, pembaca umumnya serta dapat memetik ilmu, hikmah dan pengetahuan dari tulisan ini. Meskipun telah berusaha semaksimal mungkin, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.
DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: CV Rajawali, 1992, Cet.IV . Abi Abdillah Muhammad bin Isma’il Al-Bukhari, Matan al-Bukhari, Libanon : Darul Fikr, t.th Juz.4. Al-Kahil, Abdud Dakhim, Metode Mudah Menghafal Al-Qur’an, Jakarta:Etos Publishing, 2010. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2002 Ed. Revisi V . Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Sejarah dan Pengantar Ilmu AlQuran dan Tafsir, Semarang:PT. Pustaka Putra, 2000 Cet III . Badwilan, Ahmad Salim, Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an, Jogjakarta : Diva Press, 2009 . Dalyono, M., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Jakarta :Depag RI, 1995. Djaali, Psikologi Pendidikan, Jakarta:PT Bumi Aksara, 2008 Cet II . Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002. Federsipel, Howard M., “Popular Indonesian Literature of the Qur’an” terj. Kajian Al-Qur’an di Indonesia, Bandung: Mizan, 1996. Ghufron ,M., dan Rini Risnawati S, Teori-Teori Psikologi, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid I Yogyakarta: Andi offset, 2003,Cet XXXIX. Haedari, .Amin dkk, Masa Depan Pesantren, Jakarta: IRD Press, 2004, .35. Irawan, Prasetya dkk, Teori Belajar, Motivasi dan Ketrampilan Mengajar, Jakarta:PAU-PPAI, 1996. Koeswara, E., Motivasi Teori dan Penelitiannya, Bandung:Angkasa, 1989 Cet X Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000 Cet III .
Maslow, Abraham H,. Motivasi Kepribadian I, Bandung:Remaja Rosdakarya offset, 1993 Cet IV . Najati, Muhammad Utsman, “Al-Qur’an Wa Ilm Nafsi”, terj. Amirussodiq dkk, Psikologi Qur’ani , Surakarta: Aulia Press, Solo, 2008. Qardhawi, Yusuf, Berinteraksi dengan Al-Qur’an, Jakarta: Gema Insani Press, 1999. Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2005 Cet. IV. Reber, Arthur S., dan Emily S.Reber, Kamus Psikologi, Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2010. Riyadh, Sa’d, Agar Anak Mencintai dan Hafal Al-Qur’an, Bandung: Irsyadul Baitus Salam, 2007. Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV.Alfabeta, 2008 . Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologis Proses Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009, Cet.V . Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta :Rajawali Pers, 2010. Tim Penyusun kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005, Cet.III. Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Jakarta:PT Gramedia, 2008 . Uno, Hamzah B., Teori Motivasi dan Pengukurannya, Jakarta: PT bumi Aksara, 2008, Cet.IV. Yasmadi, Modernisasi Pesantren, Ciputat: Quantum Teaching, 2005. Zaki Zamani dan M. Syukron Maksum, Menghafal Al-Qur’an itu gampang, Yogyakarta :Mutiara Madia, 2009. http: / / teoripembelajaran. Blogspot. com/2008/09/meningkatkan motivasimotivasi-belajar. html
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1. Nama Lengkap
: Nur Khasanah
2. Tempat Tanggal Lahir
: Kebumen, 9 September 1987
3. NIM
: 063111072
4. Alamat Asal
: Ds. Jeruk Agung RT 01 RW 04 Klirong Kab. Kebumen
5. Pendidikan Formal : a. SD Negeri 1 Jeruk Agung,
Lulus tahun 2000
b. MTs N 1 Klirong
Lulus Tahun 2003
c. MAN 1 Kebumen
Lulus Tahun 2006
d. Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, Jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2006
Demikian riwayat hidup ini penulis buat dengan sebenar-benarnya.
Semarang, 27 Mei 2011 Penulis
Nur Khasanah 063111072
INSTRUMEN VALIDASI DATA
1. Wawancara Kepada Pengasuh a. Berapa halaman yang disetorkan saudari ….pada setoran pagi ? b. Berapa halaman yang disetorkan saudari …pada setoran sore ? c. Dalam seminggu apakah saudari….selalu rutin setoran ? 2. Wawancara Kepada Santri Lain a. Kapan waktu yang digunakan saudari…. Untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ? b. Apabila ada waktu luang apakah saudari ….menggunakan untuk mengulang dan menghafal ? c. Dalam seminggu apakah saudari….selalu menyetorkan hafalannya kepada pengasuh (ibu Nyai) ? d. Apakah anda tahu teknik yang di pakai untuk menghafal oleh saudari…? Jika tahu apa tekniknya ? e. Berapa lama saudari…dalam sekali menghafal ? f. Dimana tempat yang digunakan saudari…untuk menghafal dan mengulang ?
Lampiran Validasi data
1. Wawancara Kepada Pengasuh •
Rifa Fauziyah P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Rifa Fauziyah pada setoran pagi ? R : “ Undaan satu halaman dan deresan setengah juz “. P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Rifa Fauziyah pada setoran sore ? R: “Sama kaya pagi”. P : Apa dalam seminggu saudari Rifa Fauziyah selalu rutin setoran ? R : “Dia selalu setoran kecuali saat sakit dan halangan karena orang kan ada sakitnya juga”
•
Sussiyanti P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Rifa Fauziyah pada setoran pagi ? R : “Undaan satu halaman dan deresan seperempat juz “ P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Rifa Fauziyah pada setoran sore ? R: “Setoran sore digunakan untuk mengulang yang tadi pagi dan hafalan yang di peroleh”. P : Apa dalam seminggu saudari Rifa Fauziyah selalu rutin setoran ? R : “ Ya, setoran terus kecuali ada halangan ”
•
Dian Baity Tan’imy P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Dian Baity Tan’imy pada setoran pagi ? R : “ sama undaan satu halaman dan deresan seperempat juz “. P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Dian Baity Tan’imy pada setoran sore ?
R: “Kemarin-kemarin setoran sore memang masih bin-nadzor tapi sekarang sudah bil-ghaib kadang setoran undaan kadang deresan saja”. P : Apa dalam seminggu saudari Dian Baity Tan’imy selalu rutin setoran ? R : “Kadang tidak, tapi masih di ma’fu soalnya santri baru masih perlu adaptasi” •
Wilda Wahyuni P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Wilda Wahyuni pada setoran pagi ? R : “ Undaan satu halaman dan deresan seperempat juz “. P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Wilda Wahyuni pada setoran sore ? R: “Kalau sudah lancer undaan, kalau belum bisa deresan”. P : Apa dalam seminggu saudari Dian Wilda Wahyuni selalu rutin setoran ? R : “Tidak mesti, mungkin karena kadang banyak tugas kuliah”
•
Nurus Saniyatin Rofi’ah P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah pada setoran pagi ? R : “ Undaan satu halaman dan deresan kadang setengah kadang seperempat juz “. P : Berapa halaman yang disetorkan saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah pada setoran sore ? R: “Kalau pas undaan satu halaman, kalau tidak biasanya muraja’ah awal setengah atau seperempet juz”. P : Apa dalam seminggu saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah selalu rutin setoran ? R : “Dia rutin setoran tapi kadang-kadang deresan saja “
2. Wawancara Kepada Santri lain •
Rifa Fauziyah P : Kapan waktu yang di gunakan saudari Rifa Fauziyah untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ? R : “Mbak Rifa, setiap saat setiap hari ngafalin dan mengulang ngulang berhenti kalau masak dan tidur “ P:
Berarti bila ada waktu luang selalu di gunakan untuk menghafal dan mengulang ?
R : “Ya, kalau waktu luang slalu digunakan untuk menghafal dan mengulang” P : Dalam seminggu apa saudari Rifa Fauziyah selalu menyetorkan kapada ibu Nyai ? R : “Selalu baik setoran pagi dan sore “ P : Apakah anda tahu teknik yang di gunakan Rifa Fauziyah dalam menghafal ? bagaimana tekniknya ? R : “Tahu, pertama di ulang-ulang terus lihat terjemahan kalau ada ayat yang sama di tulis di buku catatan “ P : Berapa lama saudari Rifa Fauziyah dalam sekali menghafal ? R: “Sampai lelah biasanya lebih dari satu jam” P : Dimana tempat yang digunakan saudari Rifa Fauziyah untuk menghafal dan mengulang ? R : “Di kamar kadang juga di mushola “ •
Sussiyanti P:
Kapan waktu yang di gunakan saudari Sussiyanti untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ?
R:
“Ya kalau ada waktu luang, istirahat kalau mandi dan tidur, memang santri tahasus jadi kegiatannya ya ndarus terus “
P:
Berarti bila ada waktu luang selalu di gunakan untuk menghafal dan mengulang ?
R:
“Ya, selalu”
P : Dalam seminggu apa saudari Sussiyanti selalu menyetorkan kapada ibu Nyai ? R : “Selalu setoran pagi dan sore “ P : Apakah anda tahu teknik yang di gunakan Sussiyanti dalam menghafal ? bagaimana tekniknya ? R : “Tahu,tekniknya di ulang-ulang kalau yang belum nyantel di ulangulang lagi“ P:
Berapa lama saudari Sussiyanti dalam sekali menghafal ?
R:
“ Lebih dari satu jam, satu setengah jam”
P:
Dimana tempat yang digunakan saudari Sussiyanti untuk menghafal dan mengulang ?
R: •
“Di kamar mushola seringnya “
Dian Baity Tan’imy P : Kapan waktu yang di gunakan saudari Dian Baity Tan’imy untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ? R : “Ba’da subuh, malam habis kegiatan pondok terus kalau ada waktu luang “ P : Apabila ada waktu luang selalu di gunakan untuk menghafal dan mengulang ? R : “Ya, buat menghafal dan mengulang” P : Dalam seminggu apa saudari Sussiyanti selalu menyetorkan kapada ibu Nyai ? R : “ Iya selalu setoran kalau enngak halangan. Kadang kalau belum bias deresan “ P : Apakah anda tahu teknik yang di gunakan Dian Baity Tan’imy dalam menghafal ? bagaimana tekniknya ? R : “Biasa, Di ulang-ulang sama lihat terjemahan“ P : Berapa lama saudari Dian Baity Tan’imy dalam sekalai menghafal ? R : “ Satu jam” P : Dimana tempat yang digunakan Dian Baity Tan’imy untuk menghafal? R : “Di pojok mushola dan tangga atas “
•
Wilda Wahyuni P : Kapan waktu yang di gunakan saudari Wilda Wahyuni untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ? R : “ Pagi ba’da subuh, malam habis kegiatan pondok “ P : Apabila ada waktu luang selalu di gunakan untuk menghafal dan mengulang ? R : “Ya, tapi tidak semua waktu luangnya saya tahu, kadang-kadang dia luang saya kuliah” P : Dalam seminggu apa saudari Wilda Wahyuni selalu menyetorkan kapada ibu Nyai ? R : “ Iya selalu setoran kalau dalam seminggu pasti ada undaannya“ P : Apakah anda tahu teknik yang di gunakan Wilda Wahyuni dalam menghafal ? bagaimana tekniknya ? R : “Sama kaya yang lain, di ulang-ulang Cuma saya sering lihat kalau menghafal di depan cermin “ P : Berapa lama saudari Wilda Wahyuni dalam sekali menghafal ? R: “ Setengah jam, untuk memperlancar bacaanya biasanya satu jam” P : Dimana tempat yang digunakan saudari Wilda Wahyuni untuk menghafal dan mengulang ? R : “Di kamar atau mushola “
•
Nurus Saniyatin Rofi’ah P : Kapan waktu yang di gunakan saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah untuk menghafal dan mengulang Al-Qur’an ? R : “ Kalau malam habis kegiatan pondok , pagi habis subuh “ P : Apabila ada waktu luang, apakah saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah selalu menyetorkan kepada ibu Nyai ? R : “Kalau ada waktu luang sebisa mungkin nderes” P : Dalam seminggu apa saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah selalu menyetorkan kapada ibu Nyai ? R : “ Tergantung dianya kalau bisa setoran ya setoran. Kalau pas kuliah sampai sore enggak setoran “
P : Apakah anda tahu teknik yang di gunakan Nurus Saniyatin Rofi’ah dalam menghafal ? bagaimana tekniknya ? R : “Kurang tahu…soalnya kalaungapalin enggak ada suaranya “ P : Berapa lama saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah dalam sekali menghafal ? R: “Kalau pas waktu luang berjam-jam, kalau mau kuliah paling setengah jam” P : Dimana tempat yang digunakan saudari Nurus Saniyatin Rofi’ah untuk menghafal dan mengulang ? R : “ Kalau di kamar enggak ada orang di kamar, terus kadang di depan kamar (teras) “
PEDOMAN WAWANCARA
1. Siapa yang menghendaki saudara menghafal AL-Qur’an? 2. Mengapa anda menghafal Al-Qur’an? 3. Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an? 4. Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal? 5. Berapa halaman yang saudara setorkan perhari? 6. Kapan waktu anda mengulang hafalan? 7. Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan? 8. Apa reknik yang anda gunakan untuk membantu hafalan anda sendiri? 9. Apa saja metode yang diterapkan Pondok Pesantren dalam menghafal AlQur’an? 10. Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di Pesantren ini ? 11. Apa saja media di Pondok Pesantren yang dapat membantu anda menghafal AlQur’an? 12. Apakah lingkungan Pondok Pesantren terasa nyaman untuk menghafal Al – Qur’an? 13. Bagaimana Evaluasi menghafal Al- Qur’an di Pondok Pesantren ini ?
•
Rifa Fauziyah Tanggal 31 Mei 2011 Waktu : 08.30 WIB Tempat : Kamar Santri
P : Siapa yang menghendaki saudari menghafal Al- Qur’an ? R : “Yang menghendaki pertama orang tua terus kemudian dipondokkan di sini saya jadi pengen akhirnya kemauan sendiri juga” P : Mengapa anda menghafalkan Al-Qur’an ? R : “Ingin memperdalam isi Al-Qur’an dan mengamalkannya” P : Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an ? R : “Menghafal Al-Qur’an dibutuhkan, biasanya untuk guru Qur’an sehinnga bisa mengamalkan ilmu Al-Qur’an “ P : Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal ? R : “Untuk menghafal biasanya habis maghrib karena sudah ketentuan (wajib belajar).Kalau sendiri kadang juga waktu luang saya gunakan untuk menghafal, istirahat juga di gunakan untuk menghafal “ P : Berapa halaman yang saudara setorkan per hari ? R : “Biasanya menambah hafalan baru satu kaca, untuk deresan setengah juz yang di peroleh “ P : Kapan waktu anda mengulang hafalan ? R : “Dari pribadi masing-masing berbeda, saya enggak kuliah kalau ada waktu luang mengulang” P : Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan ? R : “Enggak mesti, secapeknya sampai lancar” P : Apa teknik yang anda gunakan untuk membantu mempercepat hafalan anda sendiri ? R : “Ya menghafal per ayat, lihat terjemahannya mengangan-mengangan artinya dan menggunakan Al-Qur’an pojok” P : Apa saja metode yang di terapkan pondok pesantren dalam menghafal Al-Qur’an ?
R : “Enggak ditentukan, metode terserah kita Cuma kalau penyetoran hafalan menggunakan metode setoran biasa” P : Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pesantren ini ? R : “Prosesnya biasa tinggal kalau punya kemauan menghafal izin sama Umi kalau sudah di perbolehkan tinggal menghafal sesuai perintah “ P : Apa saja media di pondok pesantren yang dapat membantu anda menghafal Al-Qur’an ? R : “Sound system. CD murattal tapi sekarang jarang di stel lagi. Kalau ilmu yang mendukung ilmu tajwid sama tafsir jalalain” P : Apakah lingkungan pesantren terasa nyaman untuk menghafal Al-Qur’an ? R : “Nyaman Cuma karena sekarang ada renovasi jadinya banyak sedikit ada suara yang mengganggu” P : Bagaimana evaluasi menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren ini ? R : “Evaluasi langsung sama Umi, simaan dan tartilan kelompok “ •
Sussiyanti P : Siapa yang menghendaki saudari menghafal Al- Qur’an ? R : “Dulu awalnya tidak kepikiran untuk menghafal, tapi lihat teman-teman di pondok, sekarang sudah ada niatan dari diri sendiri” P : Mengapa anda menghafalkan Al-Qur’an ? R : “Ingin memperdalam isi kandungan Al-Qur’an ” P : Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an ? R : “Bisa menjaga Al-Qur’an itu sendiri, bermanfaat bagi diri saya sendiri dan orang lain“ P : Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal ? R : “Waktu biasanya siang, malam sehabis shalat isya dan waktu luang “ P : Berapa halaman yang saudara setorkan per hari ? R : “Target tiap harinya kalau undaan satu halaman, deresan sebisanya kadang seperempat juz“ P : Kapan waktu anda mengulang hafalan ?
R : “Waktu mengulang setelah tadi disetorkan di ulang-ulang lagi sampai sore terus setoran lagi, malam mengulang juga sampai bisa” P : Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan ? R : “Mengulangnya sampai lancar” P : Apa teknik yang anda gunakan untuk membantu mempercepat hafalan anda sendiri ? R : “Tekniknya pakai Qur’an yang ada tafsinnya, dengerin murattal, biasa juga MP3” P : Apa saja metode yang di terapkan pondok pesantren dalam menghafal Al-Qur’an ? R : “Sorogan, kalau saya sendiri kadang hafalan sama teman sendiri “ P : Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pesantren ini ? R : “ Kalau mau menghafal izin Umi kalau sudah di perbolehkan mulai menghafal sampai selesai “ P : Apa saja media di pondok pesantren yang dapat membantu anda menghafal Al-Qur’an ? R : “ Murattal, sound system . Kalau ilmu yang mendukung ilmu tajwid sama tafsir jalalain” P : Apakah lingkungan pesantren terasa nyaman untuk menghafal Al-Qur’an ? R : “Nyaman tapi kalau malam ada suara berisik dari Aneka jaya soalnya dekat aneka jaya ” P : Bagaimana evaluasi menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren ini ? R : “Evaluasi harian sama Umi,ada simaan yang mingguan dan rutin setelah shalat maghrib tartilan kelompok “ •
Dian Baity Tan’imy Tanggal 1 Juni 2011 Waktu : 08.30 WIB Tempat : Kamar Santri
P : Siapa yang menghendaki saudari menghafal Al- Qur’an ? R : “Orang tua, saya enggak pengen menghafal”
P : Mengapa anda menghafalkan Al-Qur’an ? R : “Disuruh orang tua, terus bias membahagiakan orang tua” P : Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an ? R : “Kalau sudah khatam hafalannya sekolah lagi sama neruske sekolah enggak pengen ngajar Al-Qur’an atau yang lainnya“ P : Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal ? R : “Kalau menghafal sore, kalau pagi bin-nadzor “ P : Berapa halaman yang saudara setorkan per hari ? R : “Yang di setorkan satu wajah, semampuku“ P : Kapan waktu anda mengulang hafalan ? R : “Kalau pas setoran belum lancer habis itu ngulang-ngulang lagi” P : Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan ? R : “Ngulang-ngulang sampai lancar” P : Apa teknik yang anda gunakan untuk membantu mempercepat hafalan anda sendiri ? R : “ Pakai satu mushaf sama yang ada artinya” P : Apa saja metode yang di terapkan pondok pesantren dalam menghafal Al-Qur’an ? R : “Enggak ada Cuma setoran pagi sama sore“ P : Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pesantren ini ? R : “ Bilang sama Umi kalau saya masih baru jadinya masih bin-nadzor tapi menghafal juga “ P : Apa saja media di pondok pesantren yang dapat membantu anda menghafal Al-Qur’an ? R : “ Murattal, ada ilmu tajwid juga” P : Apakah lingkungan pesantren terasa nyaman untuk menghafal AlQur’an? R : “Nyaman nggak nyaman, kadang ada yang ngobrol jadi tergoda pengen ikut ” P : Bagaimana evaluasi menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren ini ? R : “Ya sama Umi langsung di setorkan hafalannya, simaan ada juga“
•
Wilda Wahyuni Tanggal 2 Juni 2011 Waktu : 08.30 WIB Tempat : Kamar Santri
P : Siapa yang menghendaki saudari menghafal Al- Qur’an ? R : “Diri sendiri dan dorongan orang tua” P : Mengapa anda menghafalkan Al-Qur’an ? R : “karena ada tempat yang lebih mulia bagi yang menghafal Al-Qur’an” dengan menghafal dan membaca artinya kita tahu isi Al-Qur’an meskipun secara bertahap. P : Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an ? R : “Tentunya bias mengamalkan, minimal ngajar ngaos“ P : Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal ? R : “Waktu karena selain ngaji ada kuliah jadi malam hari, sepertiga malam kalau bangun dan fajar “ P : Berapa halaman yang saudara setorkan per hari ? R : “Yang di setorkan sebenarnya ada target setiap hari satu halaman tapi kaadang mundak kadang gak“ P : Kapan waktu anda mengulang hafalan ? R : “Mengulang malam hari, sesempat kita Kalau pagi gak sore ngulang juga” P : Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan ? R : “berapa kalinya gak mesti, ya mesti lancar” P : Apa teknik yang anda gunakan untuk membantu mempercepat hafalan anda sendiri ? R : “Menghafal satu ayat terus membaca arti, dan biasanya saya saya menghafal didepan cermin biar biar melihat makhroj huruf sekalian pembenaran” P :Apa saja metode yang di terapkan pondok pesantren dalam menghafal AlQur’an ? R : “Metode setoran( sorogan), simakan dengan santri lain“ P : Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pesantren ini ?
R : “ Kalau niat menghafal Bilang sama Umi, terus menunggu izin baru mulai menghafal menunggu selesai “ P : Apa saja media di pondok pesantren yang dapat membantu anda menghafal Al-Qur’an ? R : “ CD Murattal, Sounsistem, terus ilmu tajwid” P : Apakah lingkungan pesantren terasa nyaman untuk menghafal AlQur’an? R : “Nyaman ” P : Bagaimana evaluasi menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren ini ? R : “Evaluasi melalui setoran sama umi, simakan, tartilan kelompok“ •
Nurus Saniyatin Rofi’ah P : Siapa yang menghendaki saudari menghafal Al- Qur’an ? R : “Diri sendiri tidak ada paksaaan dari siapapun” P : Mengapa anda menghafalkan Al-Qur’an ? R : “Karena tergugah hatinya bahwa Al-Qur’an adalah pedokan hidup kita” P : Apa yang anda harapkan setelah menghafal Al-Qur’an ? R : “Dapat menjaganya otomatis, dan dapat mengamalkan. Yang utama menjaga agar tidak luput dari ingatan “ P : Kapan Waktu yang saudara gunakan untuk menghafal ? R : “tidak tentu, menrut saya yang paling penting hati tenang, kadang waktunya setelah sholat subuh, siang, gak tentu “ P : Berapa halaman yang saudara setorkan per hari ? R : “satu halaman pernah, dua halaman pernah ada target tapi kuliah juga mempengaruhi“ P : Kapan waktu anda mengulang hafalan ? R : “Gak tentu” P : Berapa kali saudara mengulang hafalan yang akan disetorkan ? R : “Berkali – kali sampai lancar” P : Apa teknik yang anda gunakan untuk membantu mempercepat hafalan anda sendiri ?
R : “ Pemahaman arti, terus kalau menghafal mencari kata – kata yang mudah walaupun itu letak ayatnya ditengah” P : Apa saja metode yang di terapkan pondok pesantren dalam menghafal Al-Qur’an ? R : “Metode setoran bareng Umi“ P : Bagaimana proses pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pesantren ini ? R : “ pelaksanaan biasa, tinggal bilang sama Umi setelah diizinkan mulai menghafal “ P : Apa saja media di pondok pesantren yang dapat membantu anda menghafal Al-Qur’an ? R : “ Soun sistem, ilmu tajwid juga ada ” P : Apakah lingkungan pesantren terasa nyaman untuk menghafal Al-Qur’an? R : “Nyaman sekali” P : Bagaimana evaluasi menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren ini ? R : “Evaluasinya langsung sama Umi, semakan, tartilan kelompok juga ada“
DOKUMENTASI KEGIATAN AN PENELITIAN DI PONDOK PESANTREN TAHAFFUD FUDZUL QUR’AN PU PURWOYOSO NGALIYAN SEMARANG
Aktivitas simaan santri
Aktivitas tartilan kelompok
Aktivitas setoran kepada pengasuh
Aktivitas wawancara dengan santri
Salah alah satu sarana pendukung menghafal Al-Qur'an
Kegiatan simaan dengan santri