MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN CARA EFEKTIF (Studi Kasus di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Dalam Ilmu Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam
Oleh : ISMATUN NAFIROH NIM. 131310000436
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA 2015
DEKLARASI
Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan
Jepara, 01 Oktober 2015 Deklarator
Ismatun Nafiroh
ii
ABSTRAK Ismatun Nafiroh (NIM: 131310000436) Menghafal Al-Qur’an Dengan Cara Efektif (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara): Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UNISNU Jepara 2015. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Bagaimana pelaksanaan pengajaran hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara, 2. Bagaimana efektivitas menghafal al-Qur’an pada anak-anak di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara, 3. Bagaimana Hasil Pembelajaran pada pembelajaran anak-anak di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara . Penelitian ini menggunakan metode Kualitatif Lapangan, suatu usaha untuk mengumpulkan data dan menyusun atau kemudian diusahakan adanya analisis dan interpretasi atau penafsiran terhadap data tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1. Secara empiris pelaksanaan pengajaran hafalan al-Qur’an di Pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang sudah baik. Hal ini dapat dilihat dari tujuan pendidikan pesantren yang sesuai dengan target-target yang yang telah ditentukan, 2. Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari prestasi siswa. Meskipun santri/siswa dituntut untuk menghafal al-Qur’an juga harus belajar di Madrasah Ibtidaiyah,3. Pelaksanaan penghafalan al-Qur’an bagi Anak-Anak di Pesantren Roudlotul Qur’an sangatlah sesuai dengan harapan dan tujuan yang didinginkan semula yaitu mampu menghafalkan al-Qur’an 30 juz dengan benar dan tepat secara efektif sesuai dengan target dan waktu yang telah ditentukan. Berdasarkan penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti, dan semua pihak yang membutuhkan informasi di lingkungan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
iii
NOTA PEMBIMBING
Hal :
Nota Persetujuan Pembimbing
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara di Tempat. Assalamu’alaikum Wr.Wb. Setelah meneliti dan mengadakan perbaikan sesuai dengan aturan proses bimbingan, maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudari: Nama
: Ismatun Nafiroh
NIM
: 131310000436
Judul
: Menghafal Al-Qur’an Dengan Cara Efektif (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondan Kedung Jepara) Bersama ini kami mohon kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan agar skripsi saudari diatas segera dimunaqasyahkan. Demikian Nota Pembimbing ini dibuat, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr.Wb. Jepara, Oktober 2015 Pembimbing
Dr. Sa’dullah Assa’idi, M.Ag iv
MOTTO
ﻗﺎل رﺳول ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﯾﮫ: ﻋن ﻋﻠﻰ ﺑﻧﻰ اﺑﻰ طﺎﻟب ﻛرم ﷲ وﺟﮭﮫ ﻗﺎل ﻣن ﻗـرأء اﻟﻘران ﻓﺎﺳﺗظﮭره ﻓﺣل ﺣﻼ ﻟﮫ وﺣرم ﺣراﻣﮫ اد ﺣﻠﮫ ﷲ اﻟﺟﻧﺔ: وﺳﻠم وﺷﻔﻌﮫ ﻓﻰ ﻋﺷر ة ﻣن اھل ﺑﯾﺗﮫ ﻛﻠﮭم ﻗد وﺟﺑت ﻟﮫ اﻟﻧﺎر ) روه اﺣﻣد (واﻟﺗرﻣﯾذى
Artinya : Dari Ali bin abi Thalib R.A ia berkata Rosulullah SAW bersabda : Barang siapa membaca Al qur’an dan menghafalnya, lalu menghalalkan apa yang do halalkannya dan mengharamkan apa yang diharmkannya, maka Allah SWT akan memasukkannya ke dalam syurga dan Allah SWT menjaminnya untuk member syafa’at kepada sepuluh anggota keluarganya dimana mereka semunya telah ditetapkan untuk masuk neraka (H.R Ahmad dan Tirmidzi)
Ali Mustofa Ya’qub, Nasihat nabi Kepada Pembaca dan Penghafal al- Qur’an, (Jakarta Gema Insani Press, 1993), hlm. 35
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN Puji syukur ku ucapkan kepada Rabb-ku Allah SWT, dengan mengucap Alhamdulillahi rabbil ‘alamin……. Skripsi ini kupersembahkan untuk :
Ayahanda tercinta, Bapak Kusairi, Alm.
Ibuku Khotijah yang jadi sumber inspirasiku, yang selalu menangis dalam sujud malamnya untuk mendoakanku.
Suamiku Tercinta Ayah Fredi Fahrudin, S.Pd yang selalu memberikan semangat untuk belajar dan tak henti-hentinya berdo’a untuk keluarga.
Anaku tersayang M. Mirza Jauhari yang selalu memberikan tawa, tangis disaat aku sendang belajar.
Pengasuh Ponpes Roudlatul Qur’an KH. Ahmad Mahfud, Ah
Saudara-saudaraku, mas dan mbak serta keponakan-keponakanku yang lucu sebagai penghibur rasa jenuhku.
Untuk semua guru-guruku yang membimbing dan memberiku banyak ilmu.
Teman-temanku seperjuangan di Kampus UNISNU JEPARA
Semua orang yang selalu memberiku semangat dan mencintaiku. Keluarga Besar MI Al Huda, teman-teman seperjuangan serta anakanak didiku. vii
Dan semua pihak yang tak bisa kusebutkan satu persatu, terima kasih untuk semuanya. KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Segala puji hanya bagi Allah SWT Rabb semesta alam, yang Maha Kuasa memberi kami setetes ilmuNya. Dengan ilmu yang Dia berikan kepada hambanya ini, alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan tugas penulisan skripsi walaupun masih jauh dari kata sempurna. Shalawat dan senantiasa terlimpahkan pada junjungan kami Nabi agung Muhammad SAW yang menjadi penggerak bagi umatnya untuk terlepas dari zaman kebodohan sehingga perjuangan beliau selalu menjadi motivasi dan semangat bagi para penggerak-penggerak dan agen-agen perubahan dalam pendidikan Islam. Skripsi
yang berjudul “MENGHAFAL AL-QUR’AN DENGAN CARA
EFEKTIF (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara)” ini penulis buat untuk memenuhi sebagian persayaratan guna memperoleh gelar sarjana S1 Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan di UNISNU Jepara. Penulis menyadari tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak, baik secara materiil maupun spiritiual, skripsi ini tidak akan selesai sesuai dengan yang ditargetkan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan kami ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
Bapak Prof. Dr. KH. Muhtarom, HM. selaku Rektor UNISNU Jepara. viii
2.
Bapak Drs. Akhirin Ali, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UNISNU Jepara.
3.
Bapak Dr. Sa’dullah Assa’idi,M.Ag. selaku Dosen Pembimbing yang telah
mencurahkan
segenap
pikiran
dan
tenaganya
dalam
membimbing penulisan skripsi ini. 4.
Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan di UNISNU Jepara, yang telah membimbing dan mencurahkan ilmu serta berbagi pengalaman dengan kami.
5.
Segenap karyawan di lingkungan UNISNU Jepara.
6.
Bapak Kusairi (Alm), Ibu Khotijah, Ayah Fredi dan anaku yang lucu M. Mirza Jauhari terima kasih karena kalian menjadi orang yang paling sempurna bagiku. Takkan pernah bisa ku membalas jasa-jasa beliau. Untuk Kakak, Mbak, keponakan-keponakanku semua.
7.
Pengasuh Ponpes Roudlatul Qur’an KH. Ahmad Mahfud, Ah., sebagai pembimbing jiwaku dengan mencurahkan ilmu-ilmu agamanya serta membimbingku untuk mengenal dan menghafal kalam-kalam Allah (Al Qur’an) sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang.
8.
Teman-temanku seperjuangan di UNISNU, bersama kalian ku gapai cita-citaku, bersama kalian aku bertambah ilmu, bersama kalian adalah saat-saat yang berharga yang akan selalu kurindukan dan tak akan kulupakan I wanna stop loving you....friend.
9.
Teman-teman seperjuangan di UNISNU Jepara, kita berjuang bersama, kita raih cita-cita bersma. ix
10.
Seluruh keluarga besar MI Al Huda Jondang Kedung Jepara. Temanteman pendidik seperjuangan, dan anak-anak didiku dari kelas I sampai kelas VI yang telah memberi do’a, memberi motivasi dan selalu memberi semangat untuk penulis.
11.
Dan semua pihak yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terima kasih untuk do’a, semangat, motivasi, dan bantuan berupa apapun itu semoga Allah membalas semua amal kalian. Amin, Demikian
yang bisa penulis sampaikan, semoga Allah membalas
semua amal baik semuanya dengan balasan yang berlipat ganda, Amin. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak sekali kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhirnya penulis hanya bisa berharap, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi semua pihak, untuk penulis pribadi dan untuk pembaca pada umumnya demi kemajuan pendidikan Islam di masa-masa yang akan datang. Amin....ya Rabbal ‘Alamin. Jepara,
Oktober 2015 Peneliti
Ismatun Nafiroh
x
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN DEKLARASI ..................................................................................
ii
ABSTRAK ...........................................................................................................
iii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ..................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................
v
HALAMAN MOTTO ..........................................................................................
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .........................................................................
vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii DAFTAR ISI ........................................................................................................
xi
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................
1
B. Penegasan Istilah ..................................................................................
4
C. Rumusan Masalah .................................................................................
6
D. Tujuan Penelitian ..................................................................................
7
E. Metodologi Penelitian ..........................................................................
8
F. Sistematika Panulisan ..........................................................................
12
BAB II. LANDASAN TEORI METODOLOGI PENGHAFALAN AL-QUR’AN A. Proses Menghafal Al Qur’an ................................................................
14
B. Strategi Menghafal Al Qur’an ..............................................................
30
C. Petunjuk Teknis Menghafal Al Qur’an .................................................
34
D. Petunjuk Pelaksanaan Menghafal Al-Qur’an ........................................
35
BAB III. KAJIAN OBYEK PENELITIAN GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA xi
A. Letak Geografis .....................................................................................
37
B. Sejarah Berdirinya Pesantren ...............................................................
38
C. Mekanisme Pengelolaan Pesantren ......................................................
40
D. Latar Belakang Keberadaan Santri .......................................................
53
E. Pelaksanaan Pengajaran Hafalan Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an ..................................................................................
57
BAB IV. ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Efektifitas Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara ............................................................
80
B. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara ....................................................................................................
92
C. Hasil yang dicapai oleh Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang dalam Kefektifannya Menghafal Al Qur’an ....................................... 109 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................... 1١٥ B. Saran-saran ........................................................................................... 1١٦ C. Kata Penutup ........................................................................................ 11٧ DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur’an yang mengandung seluruh ilmu pengetahuan adalah salah satu karunia Allah yang sangat besar manfaatnya bagi kehidupan manusia. Macam karunia ini tidak mungkin didapat oleh manusia tanpa melalui proses yang panjang, dan proses itu diantaranya adalah pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu fenomena sosial yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu dan masyarakat serta melibatkan orang tua yaitu ayah dan ibu, pendidik (guru), lingkungan dan masyarakat itu sendiri. Sebagian dari masyarakat adalah anak, sebagai individu yang pada prinsipnya memiliki akal sehat yang dapat dan harus dimanfaatkan untuk mencari ilmu.
Potensi
tersebut
memberi
kemungkinan
kepada
anak
untuk
mengembangkan kepribadiannya, akalnya yang dilatar belakangi kesadaran berpikir yang dimiliki oleh anak-anak.1 Dalam perkembangan kepribadian, akal pikiran dan potensinya anak yang melalui fase-fase perkembangan tertentu, anak memerlukan bimbingan, pengajaran, pengendalian dan kontrol baik dari orang tua maupun pendidik. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan perkembangan anak agar mampu berperan serta secara berkesinambungan dalam pembangunan 1
Abdullah Nashih Ulwan, Pendidikan Anak menurut Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Penj. Khalilullah Masykur Hakim, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990), hlm. Pengantar, No. VII, oleh M.D. Dahlan.
1
2
manusia yang selalu berkembang dan juga mampu beramal shalih dalam arti berakhlak mulia selama dalam upaya mencari kebahagiaan di dunia dan akhirat. 2 Dengan demikian, pendidikan terhadap anak dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam pembentukan manusia agar menjadi insan yang sempurna (insan kamil) atau memiliki kepribadian utama. Berdasarkan asumsi di atas, maka diperlukan adanya pendidikan anak yang dapat membantu menyelesaikan problem yang dihadapi masyarakat muslim dewasa ini. Semisal semakin gencarnya pengaruh modernisme yang menuntut lembaga pendidikan formal untuk memberikan ilmu pengetahuan umum dan ketrampilan
sebanyak-banyaknya kepada peserta didik yang menyebabkan
terdesaknya mereka (khususnya umat Islam) untuk memperoleh bekal kegamaan yang cukup memadai. Maka dari itu hendaknya pendidikan menyentuh seluruh aspek yang bersinggungan langsung dengan kebutuhan perkembangan individu anak, baik itu dari ilmu agama maupun ilmu umum agar mereka dapat hidup dan berkembang sesuai dengan ajaran Islam yang kaffah. Pendidikan yang dilaksanakan umat Islam Indonesia salah satunya adalah lembaga pesantren, dimana pesantren tersebut merupakan suatu bentuk lembaga pendidikan agama yang spesifik Indonesia (indigenous).3 Dunia pesantren telah menarik perhatian para ahli baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk melakukan studi guna mengungkap dan memahami
2
Ali al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, Penj. H.M. Arifin, 1994), hlm. 5.
3
hal ihwalnya. 4 Namun demikian, bukan berarti aneka per-masalahannya sudah terselesaikan secara tuntas. Masih ada hal-hal yang unik (suigeneris) dan belum tersentuh oleh rangkaian studi tersebut, yaitu Pesantren Roudlotul Qu’an Jondang Kedung Jepara. Yakni sebuah pesantren khusus untuk anak-anak usia 6 atau 7-12 tahun setingkat dengan SD atau MI dan khusus untuk anak laki-laki bukan pendidikan kanak-kanak atau TK. Pendidikan utamanya adalah menghafal alQur’an dan diajarkan pula ilmu-ilmu agama seperti aqidah, ibadah, akhlak, tauhid dan bahasa Arab dasar. Disamping itu anak-anak belajar di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Huda Jondang Kedung Jepara
dengan status Terakreditasi B yang
mengajarkan ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan umum. Model pesantren diatas sangatlah unik dalam dunia pendidikan umat Islam di Indonesia, karena bila dilihat dari segi usia santrinya memang jauh berbeda dengan jenis pesantren secara umum yang biasanya mengasuh santri remaja hingga dewasa. 5 Oleh sebab itu, dengan kehadiran dan eksistensi lembaga semacam Pondok Pesantren tersebut diharapkan kelak akan muncul generasi muda muslim yang benar-benar memahami Islam sekaligus mempunyai kapabilitas dan kesadaran untuk menyebarluaskan pengetahuannya di tengahtengah lingkungan masyarakat. 3
Manfred Ziemek, Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, Cet. I, 1986), hlm. 7. Studi sebagaimana dimaksud antara lain dilakukan oleh Karel A. Steenbrink dalam Pesantren, Madrasah, dan Sekolah, Dawam Rahrdjo (Ed.) dalam Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, Zamakhsari Dhofier dalam Tradisi Pesantren, dan berbagai karya tulis seperti Direktori Pesantren. 5 M. Dawam Rahardjo (Ed), Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, cet.III, 1985) hlm.2. 4
4
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka penulis tertarik untuk meneliti secara lebih mendalam dan menyeluruh tentang keberadaan
Pondok
Pesantren
Roudlotul
Qur’an
Jondang
dari
segi
penghafalannya yang efektif. Oleh karena itu dalam skripsi ini penulis fokuskan pada masalah Menghafal al-Qur’an Secara Efektif dan Benar pada anak-anak di pesantren tersebut.
B. Penegasan Istilah Untuk dapat mengambil suatu pengertian yang jelas dan terhindar dari kesalah pahaman (misunderstanding) dalam memahami judul skripsi di atas, yaitu: Menghafal Al Qur’an Dengan Cara Efektif (Studi kasus di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara), maka penulis perlu menjelaskan maksud dan arti dari berbagai istilah yang ada pada judul tersebut. 1. Efektifitas Efektifitas adalah ketepat gunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan. 6. Jadi efektifitas disini berarti bahwa hasil yang dicapai dalam menghafal
al-
Qur’an bagi anak-anak di Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang haruslah sesuai dengan harapan dan tujuan yang diinginkan semula yaitu mampu menghafalkan al-Qur’an dengan benar dan tepat secara efektif 30 juz. 2. Penghafalan al-Qur’an
5
Penghafalan adalah usaha untuk meresapkan sesuatu kedalam fikiran agar selalu ingat sehingga dapat mengucapkannya kembali diluar kepala dengan tanpa melihat buku atau catatan 7. Sedangkan al-Qur’an adalah kitab suci agama Islam yang memuat firman Tuhan Yang Maha Esa yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad yang disusun dalam 30 juz yang terdiri dari 114 surat, dibagi dalam 6666 ayat dan disusun pada zaman Abu Bakar. 8 Menurut Munawar Khalil “bahwa firman Allah itu dinamakan al-Qur’an maksudnya adalah agar ia menjadi bacaan atau selalu dibaca oleh segenap bangsa manusia terutama oleh para pemeluk agama Islam 9. Jadi dalam penulisan skripsi ini, Penghafalan al-Qur’an adalah usaha para santri di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara untuk meresapkan lafadz-lafadz al-Qur’an ke dalam pikiran sehingga selalu teringat dan dapat mengucapkan kembali dengan tanpa melihat pada mushaf. 3. Studi Kasus Studi kasus adalah pendekatan untuk meneliti gejala sosial dengan menganalisis satu kasus secara mendalam dan utuh. Dalam hal ini, studi kasus yang peneliti lakukan adalah menganalisis tentang segala hal yang berkaitan
6
hlm.128.
7
Pius A. Partanto dan M. Dahlan al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), hlm. 333. Ma’ud Khasan Abdul Qohar, Kamus Istilah Pengetahuan Populer, (Yogyakarta: Bintang Pelajar, t.th), hlm. 18. 9 Munawar Khalil, al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadhani, t.th), hlm. 1. 8
6
dengan Penghafalan pada anak-anak yang ada di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jeparasecara mendalam dan utuh. 4. Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang adalah tempat menghafal al-Qur’an yang semua santrinya adalah anak laki-laki yang berusia 6 atau 7 tahun sampai 12 tahun, dimana para santrinya mendapatkan perhatian dan pengawasan secara ketat atas segala kegiatannya. Hal itu disebabkan karena para ustadz yang mengasuh di pesantren tersebut juga berada dalam satu asrama bersama para santri. Dari penegasan beberapa istilah di atas, dapat diambil pengertian bahwa yang dimaksudkan oleh judul skripsi ini adalah suatu penelitian lapangan tentang keefektifan menghafal al-Qur’an
dari anak-anak secara
menyeluruh di Pondok Pesantran Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara . C. Rumusan Masalah Dari uraian di atas, maka dapatlah disusun rumusan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Efektifitas Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara? 2. Apa saja Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara?
7
3. Bagaimana Hasil Yang Dicapai Oleh Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Dalam Keefektifannya Menghafal al-Qur’an?
D. Tujuan Penelitian Secara umum, studi ini bertujuan untuk mencari data dan informasi yang kemudian dianalisis dan ditata secara sistematis dalam rangka menyajikan gambaran yang semaksimal mungkin tentang efektivitas Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara. Tujuan tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Untuk Mengetahui Efektifitas Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara? 2. Untuk Mengetahui Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Proses Menghafal Al Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara? 3. Untuk Mengetahui Hasil Yang Dicapai Oleh Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Dalam Keefektifannya Menghafal al-Qur’an? Kegunaan yang diperoleh dalam penelitian, yaitu: 1. Bagi Pondok Pesantren yang menjadi fokus perhatian hasil studi ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas
8
pengasuhan dan pendidikan santri, mengingat sejauh ini jarang ada studi yang khusus membicarakan Pondok Pesantren. 2. Bagi kalangan akademisi, khususnya yang berkecimpung dalam dunia pendidikan Islam. Hasil studi ini diharapkan bermanfaat paling tidak sebagai tambahan informasi untuk memperluas wawasan (insight) guna sama-sama memikirkan masa depan Pondok Pesantren di negara ini pada khususnya dan masa depan pendidikan Islam pada umumnya. 3. Bagi penulis sendiri, dapat memberikan kontribusi pada khasanah sejarah pendidikan Islam khusunya pesantren.
E. Metodologi Penelitian 1. Pendekatan Pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif, dimana penelitian ini mempunyai ciri khas yang terletak pada tujuannya, yakni mendeskripsikan tentang segala sesuau yang berkaitan dengan keseluruhan kegiatan pada proses penghafalan al-Qur’an bagi anakanak di pesantren Roudlotul Qur’an Jondang untuk mencapai tujuan yang diinginkan, yaitu santri mampu menghafal al- Qur’an dengan fasih dan jelas secara efektif 30 juz sesuai dengan target dan waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu sasaran penelitian ini adalah pola-pola yang berlaku dan mencolok berdasarkan atas perwujudan dan gejala-gejala yang ada pada kehidupan manusia. Jadi pendekatan ini sebagai prosedur penelitian yang
9
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati dan diarahkan pada latar alamiah dan individu tersebut secara holistik (menyeluruh).10 2. Sumber Data Data–data yang dijadikan acuan dalam penelitian ini diambil dari berbagai sumber, diantaranya : a. Para Ustadz dan pengasuh pondok Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara yang dapat membantu memberikan keterangan secara menyeluruh mengenai berbagai aktivitas baik didalam proses belajar mengajarnya di madrasah maupun dalam pengajaran hafalan al-Qur’annya di pesantren. b. Santri, Orang tua santri dan sebagian masyarakat yang juga ikut berperan serta memberikan keterangannya mengenai berbagai keadaan di pondok pesantren guna melengkapi proses penelitian penulis. c. Berbagai buku dan laporan tentang kegiatan di pondok pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara.
3. Metode pengumpulan Data
10
Lexy J.M. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. XIV, 2001), hlm. 3.
10
Metode pengumpulan data dipergunakan untuk memperoleh data yang diperlukan, baik yang berhubungan dengan studi literatur maupun data yang dihasilkan dari data empiris. Mengenai sumber empirik, penulis menggunakan beberapa metode, diantaranya yaitu: a. Observasi/ pengamatan yaitu metode pengumpulan data dengan mengulas dan mencatat secara sistematis kejadian atau fenomena yang sedang diteliti. 11 Pengamatan dilakukan pertama kali pada aktivitas anak-anak santri dalam menghafal al-Qur’an dan kegiatan lainnya. b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang menggunakan pedoman berupa pertanyaan yang diajukan langsung kepada obyek untuk mendapatkan respon secara langsung, 12 dimana interaksi yang terjadi antara pewancara dan obyek penelitian ini menggunakan interview bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh data yang lebih luas dan mendalam.13 Wawancara disini adalah dengan kyai, sebagian pengurus, ustadz, guru, orang tua santri, santri, dan masyarakat sekitarnya. c. Dokumentasi, yaitu metode untuk mencari data mengenai hal atau variabel yang dapat dijadikan sebagai informasi untuk melengkapi data-data penulis, baik data primer maupun sekunder, sebagai sumber data yang
11
Ibnu Hadjar, Dasar-Dasar Metodologi Pembahasan Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), hlm. 125. 12 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, Cet. VIII, 1998), hlm. 104.
11
dapat dimanfaatkan untuk menguji dan menafsirkan. Metode ini digunakan untuk mengetahui data perkembangan jumlah santri, aktivitas santri setiap hari, susunan pengurus pesantren dan yang lainnya. d. Metode Angket Penelitian dengan angket adalah cara pengumpulan data yang berupa suatu daftar yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang menjadi sasaran dari angket tersebut. 14Angket ini penulis gunakan untuk mendapatkan data dari sebagian santri yang berjumlah 40 santri. Walaupun data yang ditampilkan hanya 40 responden saja, namun menurut Mujib sudah termasuk contoh atau sampel. 15 Karena penggunaan sampel untuk gambaran umum dapat dikatakan bila populasi dibawah 100 maka digunakan sampel sebesar 50% dan diatas 100 sebesar 10-20%.
4. Limitasi data Di dalam penggunaan data-data diatas hanya dibatasi sebatas data dan laporan tentang : a. Lokasi pesantren dan sejarah berdirinya. b. Profil dan biografi Kyainya. c. Mekanisme pengelolaan pesantren. d. Latar belakang keluarga santri.
13 14
Lihat Lexy, Op. Cit., hlm. 137. Sutrisno Hadi, Metodologi Research,Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989),hlm.158.
12
e. Pelaksanaan pendidikan di pesantren yang meliputi peserta didik dan pendidik serta materi,metode dan sarana pendidikan yang digunakan.
5. Teknik Analisis data Berdasarkan pada tujuan penelitian yang akan dicapai, maka dimulai dengan menelaah seluruh data yang sudah tersedia dari berbagai sumber yaitu pengamatan, wawancara dan dokumentasi dengan mengadakan reduksi data yaitu data-data yang diperoleh di lapangan dirangkum dengan memilih hal-hal yang pokok serta disusun lebih sistematis sehingga mudah dikendalikan. Maka dalam hal ini penulis menggunakan analisa data kualitatif, dimana data dianalisa dengan metode deskriptif analisis non statistik yang meliputi cara berfikir induktif , yaitu penulis berangkat dari pengetahuan yang bersifat khusus untuk menilai suatu kejadian umum. 16 F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam skripsi ini dibagi lima bab, supaya lebih rinci penulis uraikan isi kandungan tulisan ini dalam masing-masing bab, yaitu: Bab I : Berupa pendahuluan yang mengantarkan pembaca kepada latar belakang masalah, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.
15 16
Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1989),hlm. 100. Op-Cit, hlm.42.
13
Bab II : Berisikan tentang Landasan Teori Metodologi Penghafalan alQur’an yang meliputi Pengertian Penghafalan al-Qur’an, Strategi Menghafal alQur’an, Petunjuk Teknis Menghafal al-Qur’an, Petunjuk Pelaksanaan Menghafal al-Qur’an. Bab III : Kajian Obyek Penelitian Berisikan tentang Gambaran umum Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara yang mencakup letak geografisnya,sejarah berdirinya, pengelolaannya dan latar belakang dan keberadaan santri serta pelaksanaan pengajaran hafalan al-Qur’annya. Bab IV : Berupa Analisis Hasil Penelitian yang menerangkan tentang pembahasan hasil studi, yaitu mengenai efektifitas
menghafal al-Qur’an di
pesantren, faktor-faktor pendukung dan penghambatnya serta hasil yang dicapai santri dalam menghafal al-Qur’an. Bab V : Berupa bab terakhir, dalam pembahasan skripsi ini berupa kesimpulan, saran-saran, dan penutup.
BAB II LANDASAN TEORI METODOLOGI PENGHAFALAN AL-QUR’AN
A. Proses Menghafal al-Qur’an 1. Pengertian Penghafalan al-Qur’an Penghafalan sebenarnya berasal dari kata kerja menghafal, dan menghafal itu sendiri penerjemahan dari bahasa Arab yaitu;
ﺣﻔﻆ ﯾﺤﻒ ﺣﻔﻈﺎ
yang berarti memelihara, menjaga, menghafal. 1 dalam kamus Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menghafal berasal dari kata hafal yang artinya “telah masuk dalam ingatan, dapat mengucapkan diluar kepala”. 2 Sedangkan pengertian al-Qur’an dapat dikemukakan dalam beberapa pendapat: a. Dalam Ensiklopesi Islam al-Qur’an adalah “kalam (perkataan) Allah yang diwahyukan pada nabi Muhammad S.A.W, melalui Malikat Jibril dengan lafadz dan maknanya. al-Qur’an menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam dan berfungsi sebagai petunjuk atau
1 2
Abdul Hamid Zahwan, Kamus Arab Indonesia (Semarang; Makmur Graha, 1989), hlm.10 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Op.Cit. hlm.333
14
15
pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.3 b. Menurut Ali as-Shabuni al-Qur’an adalah “firman yang tidak ada tandingannya (mu’jizat) yang diturunkan pada nabi Muhammad S.A.W dengan perantaraan malaikat Jibril AS, tertulis dalam Mushaf yang sampai pada umat Islam dengan jalan mutawatir, dinilai beribadah bagi yang membacanya, dimulai dari al-Fatihah dan di akhiri dengan surat an-Nas”.4 Jadi penghafalan al-Qur’an adalah “proses membaca serta mencamkan al-Qur’an dengan tanpa melihat tulisan al-Qur’an (diluar kepala) secara berulang-ulang agar senantiasa ingat dalam rangka memperoleh sejumlah ilmunya. Apabila seseorang telah benar-benar hafal ayat-ayat al-Qur’an secara keseluruhan maka Ia disebut “al Hafidz”, istilah itu yang pergunakan di Indonesia. Dan istilah “al-Hafidz” dimungkinkan berpijak pada segi bahasanya al-hifdzu yang berarti hafal. Namun ada perbedaan prinsip antara hafidz al-Qur’an dengan hafidzhafidz selain al-Qur’an, seperti hafidz hadits, Syair atau hikmah.5
3 4 5
Ensiklopesi Islam IV, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993, hlm 132. Muhammad Ali As-Shabuni, Pengantar Studi al-Qur’an (Bandung; al-Ma’arif 1996),hlm 18 Abdurrab Nawabuddin, Teknik Manghafal al-Qur’an (Bandung; Sinar Baru, 1991),hlm.25
16
Perbedaan ini disebabkan oleh dua perkara prinsipil, yaitu; a. Orang yang hafal secara tidak sempurna seluruh al-Qur’an, atau orang yang hafal hanya separuh atau sepertiga dari al-Qur’an tidak mennyempurnakan dan tidak melengkapi hafalannya, maka tidak disebut hafidz. b. Memelihara secara kontinyu dan senantiasa menjaga yang dihafal supaya tidak lupa. Orang yang hafal al-Qur’an kemudian lupa atau lupa sebagian saja atau bahkan seluruhnya karena meremehkan dan lengah tanpa suatu alasan yang dapat diterima seperti sakit atau tua bangka, maka ini tidak disebut hafidz, dan tidak berhak digelari hamil al-Qur’an al-Karim
2. Dassar dan Tujuan Pendidikan Menghafal al-Qur’an Dasar yang dijadikan sebagi landasan untuk pengajaran menghafal al-Qur’an disebut sebagi nash al-Qur’an, al-Hadits, dan pendapat ulama. Adapun dasar dari nash al-Qur’an yaitu;
17
a. surat al-Qomar ayat 17; {١٧: } اﻟﻘﻤﺮ
Artinya : “dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran.” (QS. al-Qomar: 17).6 b. Surat al A’la ayat 6-7;
Artinya : “kami akan membaca (al-Qur’an) kepadamu (Muhammad) maka kamu tidak akan lupa kecuali Allah menghendaki (QS. al A’la ayat : 6-7).7 Sedangkan tujuan pendidikan menghafal al-Qur’an adalah : “Untuk membina dan mengembangkan serta meningkatkan para penghafal al-Qur’an, baik kualitas maupun kwantitasnya dan mencetak kader-muslim yang hafal al-Qur’an, memahami dan mendalami isinya serta berpengetahuan luas dan berakhlaqul karimah.”9 Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan menghafal alQur’an adalah : a. Untuk menjaga kemurnian al-Qur’an b. Untuk membina dan mengembangkan serta meningkatkan jumlah para penghafal al-Qur’an, baik kualitas maupun kwantitasnya dan mencetak
6
R.H.A. Soenarjo, al-Qur’an dan Terjemahannya, , Jakarta, 1997, hlm.879. Ibid, hlm.1051. ٨ Muhaimin Zen, Pedoman Pembinaan Tahfidhul Qur’an, Jakarta, 1983, hlm.26 7
18
kader-kader muslim yang hafal al-Qur’an, memahami dan mendalami isinya serta berpengetahuan luas dan berakhlaqul karimah.
3. Syarat-Syarat Menghafal al-Qur’an Seseorang yang ingin berhasil dalam menghafal al-Qur’an, harus memahami syarat sebagai berikut : a. Mempunyai niat ikhlas dari calon penghafal Niat mempunyai peranan yang sangat penting dalam melakukan sesuatu, antara lain sebagai motordalam usaha untuk mencapai tujuan. Demikian halnya dengan menghafal al-Qur’an, tanpa adanya suatu niat yang jelas maka perjalanan menuju seorang yang hafidz mudah sekali terganggu oleh kendala yang setiap saat melemahkannya. Niat yang berorientasi ibadah akan memacu tumbuhnya ketenangan dalam menghafal al-Qur’an, tidak lagi menjadi beban yang dipaksakan, akan tetapi sebaliknya ia akan menjadi kesenangan dan kebutuhan, firman Allah : {١١ : } اﻟﺰﻣﺮ
Artinya : “Katakanlah sesungguhnya aku perintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama” (QS. Az-Zumar : 11).10
10
R.H.A. Soenarjo, Op.Cit,.hlm. 747
19
Keteguhan dan kesabaran merupakan syarat yang sangat penting dalam proses menghafal al-Qur’an, karena orang yang menghafal disamping harus sanggup untuk menghafal juga melakukan pengulangan materi ayat yang sedang dan telah dihafal. Proses ini benar-benar memerlukan kesabaran dan ketabahan, keteguhan dan kesabaran senantiasa dapat memelihara hafalan. Karena memang kunci melakukan penghafalan al-Qur’an adalah ketekunan mengulang-ngulang ayat-ayat yang telah dihafalkan. Rasulullah sendiri telah mensinyalir kenyataan seperti ini dalam sabdanya : Artinya : Rasulullah bersabda : peliharalah (hafalan) al-Qur’an dengan mengulang-ngulang. Demi dzat yang diriki (Muhammad) dalam kekuasaan-Nya (hafalan) al-Qur’an itu lebih mudah lepas dari pada unta yang terikat pada suatu pengikat”. (HR. Bukhari Muslim).12
b. Menjauhi sifat tercela (madzmumah) Perbuatan maksiat dan tercela adalah perbuatan yang harus dijauhi oleh penghafal al-Qur’an, karenanya mempunyai pengaruh besar terhadap perkembangan jiwa dan mengusik ketenangan hati yang sedang menghafal al-Qur’an. 12
hlm.50-51.
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, Jakarta, Bumi Aksara,1994.
20
c. Izin orang tua wali Ada izin orang tua atau wali memberikan pengertian bahwa : 1) Orang tua atau wali telah merelakan waktu kepada anak atau orang yang dibawah perwaliannya untuk menghafal al-Qur’an 2) Merupakan dorongan moral yang amat besar bagi tercapainya hafalan al-Qur’an, karena bila tidak ada izin dari orang tua atau wali akan membawa pengaruh batin yang kuat sehingga penghafal menjadi bimbang dan kacau fikirannya. 3) Penghafal al-Qur’an mempunyai kebebasan dan kelonggaran waktu sehingga ia merasa bebas dari tekanan yang menyesakkan dadanya, dan dengan pengertian yang besar dari orang tua akan memperlancar proses menghafal al-Qur’an.
d. Mampu membaca dengan baik Sebelum seorang penghafal pada periode menghafal, seharusnya terlebih dahulu meluruskan dan memperlancar ejaannya. Sebagian besar ulama bahkan tidak memperkenankan anak didik yang diampunya untuk menghafal al-Qur’an Sebelum ia menghatamkan al-Qur’an bin-Nadhor (dengan melihat tulisan). Hal ini dimaksudkan agar dalam menghafal benar-benar lurus dan lancar membacanya serta ringan lisannya untuk mengucapkan fonetik Arab.
21
e. Kontinuitas dalam menghafal Yang dimaksud dengan kontinuitas disini adalh disiplin segalagalanya, baik yang berhubungan dengan materi-materi yang dihafalkan atau dengan pengertian lain, seorang penghafal al-Qur’an harus istiqomah sebagaiman diperinttahkan dalam firman Allah ;
{١١٢:}اﻟﮭﺪ Artinya : “Maka tetaplah pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan juga orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampui batas, sesungguhnya Dia maha melihat apa yang kamu kerjakan”.(QS. Hud : 112).15
4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hafalan al-Qur’an Untuk menjadi seorang penghafal al-Qur’an yang berhasil harus memperhatikan factor-faktor yang mempengatuhinya, diantaranya : a. Usia cocok (Ideal) Tingkat usia seseorang berpengaruh terhadap keberhasilan menghafal al-Qur’an. Walaupun tidak ada batasan usia tertentu secara mutlak untuk memulai menghafal al-Qur’an. Seorang penghafal al-Qur’an yang berusia masih muda akan lebih potensial daya serapnya terhadap materi-materi yang dibaca, dihafal atau didengar ketimbang dengan mereka yang yang berusia lanjut, meskipun tidak bersifat mutlak. Dalam hal ini,
15
R.H.A. Soenarjo, Op.Cit,.hlm. 334
22
ternyata usia dini atau anak-anak lebih mempunyai daya rekam yang kuat terhadap sesuatu yang dilihat, didengar atau dihafal.
Disebutkan juga dalam buku psikologi perkembangan, bahwa : anak-anak yang berumur 6-7 tahun dianggap matang untuk belajar disekolah dasar, jika : 1)
kondisi jasmani yang cukup sehat dan kuat untuk melakukan tugas disekolah.
2)
Ada keinginan belajar.
3)
Perkembangan perasaan sosial telah memadai.
4)
Sarat-sarat lain; -
Fungsi jiwa (daya ingat, cara berfikir, daya pendengaran sudah berkembang yang diperlukan untuk belajar membaca).
-
Anak telah memperoleh cukup pengalaman dari rumah untuk dipergunakan sebagai dasar bagi pelajaran permulaan karena pengajaran pada apa yang telah diketahui oleh anak-anak.17
b. Manajemen Waktu Diantara penghafal al-Qur’an, ada yang memhafal secar khusus, artinya tidak ada kesibukan lain, seperti sekolah/ kuliah, mengajar dan 17
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rajawali Press, 1992, hlm.52-53
23
lainnya. Bagi mereka yang tidak mempunyai kesibukan lain dapat mengoptimalkan
seluruh
kemampuan
dan
memaksimalkan
seluruh
kemampuan dan memaksimalkan seluruh kapasitas waktu untuk menghafal dan akan lebih cepat selesai. Sebaliknya, bagi mereka yang mempunyai kesibukan lain harus pandai-pandai memanfaatkan waktu. Dan disinilah diperlukan manajemen waktu yang dianggap sesuai dan baik, yaitu : 18 1) Waktu Sebelum terbit fajar 2) Setelah fajar hingga terbit matahari 3) Setelah bangun dari tidur siang 4) Setelah shalat 5) Waktu antara magrib dan Isya’ Jadi, pada prinsipnya setiap waktu dapat mendorong timbulnya ketenangan dan terciptanya konsentrasi adalh baik sekali untuk menghafal al-Qur’an.18
c. Tempat Menghafal Agar proses menghafal al-Qur’an dapat berhasil, maka diperlukan tempat yang ideal untuk terciptanya konsentrasi. Kriteria tempat yang ideal untuk menghafal al-Qur’an, yaitu :19 1) Jauh dari kebisingan 18
Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Al Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara: 1994.,hlm.58-60
24
2) Bersih dan suci dari kotoran dan najis 3) Cukup ventilasi untuk terjaminnya pergantian udara 4) Tidak terlalu sempit 5) Cukup penerangan 6) Mempunyai temperatur yang sesuai dengan kebutuhan 7) Tidak memungkinkan timbulnya gangguan, yakni jauh dari telephon, ruang tamu dan tempat itu biasa untuk ngobrol. Jadi pada dasarnya, tempat menghafal harus dapat menciptakan suasan yang penuh untuk konsentrasi dalam menghafal al-Qur’an
d. Materi Menghafal al-Qur’an Materi adalah “isi yang diberikan kepada siswa pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar”.20 Sedangkan materi yang diberikan dalam menghafal al-Qur’an berupa materi bacaan, yang terdiri dari : 1) Makhraj al-huruf “yaitu tempat asal keluarnya huruf, ada lima tempat diantaranya :
19 20
-
Keluar dari lubang mulut
-
Keluar dari tenggorokan
-
Keluar dari lidah
Ibid, hlm. 61 Nana Sujana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.1989.hlm.67.
25
-
Keluar dari bibir
-
Keluar dai hidung
2) “Ilmu tajwid yaitu, “ilmu yang mempelajari tentang pemberian huruf akan hak-haknya dan mustahaknya, seperti tafhim, tarqieq, qolqolah, mad dan lain-lain”.21 3) Kefasihan dalam membaca 4) Kelancara dalam membaca Setelah materi bacaan diberikan dan santri dapat menguasainya, maka selanjutnya diberi materi hafalan yang menghafal ayat-ayat al-Qur’an, ayat demi ayat.
e. Metode Menghafal al-Qur’an Metode berasal dari Bahasa Yunani (Greeka) yaitu “metha” dan “hodos”. “metha” berarti melalui atau melewati, sedang “hodos” berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu. 22 Faktor methode tidak boleh diabaikan dalam proses menghafal alQur’an, karena methode akan ikut menentukan berhasil atau tidaknya tujuan menghafal- al-Qur’an. Makin baik metode, makin efektif pula dalam
21 22
Minan Zuhri, Pelajaran Tajwid, Kudus, Menara Kudus. 1981, hlm.1 Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, Solo, Ramadhani, 1993. hlm,66
26
pencapaian tujuan. Adapun metode menghafal al-Qur’an dapat penulis kutipkan dari berbagai ahli tahfidz al-Qur’an 1) Menurut Muhaimin zen23 Ada metode yang dapat dipergunakan untuk menghafal al-Qur’an, yaitu tahfidz dan takrir. a). Tahfidz yaitu menghafal materi baru yang belum pernah dihafal. Caranya : -
pertama kali terlebih dahulu penghafal membaca bin-nadhar (dengan
melihat
mushaf)
materi-materi
yang
akan
diperdengarkan dihadapan instruktur minimal tiga kali. -
Setelah dibaca bin-ndhor dan terasa ada banyangan lalu dibaca dengan hafalan (tanpa melihat mushaf) minimal tiga kali dalam satu kalimatt dan maksimal tidak terbatas. Apabila sudah dibaca dan minimal 3 kali belum hafal maka perlu ditingkatkan sampai hafal betul dan tidak boleh menambah materi baru.
-
Setelah satu kalimat tersebut ada dampaknya dan menjadi hafal dengan lancar lalu ditambah dengan rangkaian kalimat berikutnya, sehingga menjadi sempurna satu ayat. Materimateri itu selalu dihafal sebagaimana halnya menghafal pada
23
Muhaimin Zein, Op.Cit, hlm.248-251
27
materi pertama, kemudian dirangkaikan dengan mengulangulang materi atau kalimat yang telah lewat minimal tiga kali dalam satu ayat dan maksimal tidak terbatas sampai betul-betul hafal, maka tidak boleh pindah ke materi ayat berikutnya. -
Setelah materi satu ayat ini di kuasai hafalannya dengan hafalan yang betul-betul lancar, maka diteruskan dengan menambah materi ayat-ayat baru dengan membaca bin-nadhor terlebih dahulu dan mengulang-ulang sebagaimana materi pertama.
-
Setelah mendapat hafalan dua ayat dengan baik dan lancar tidak terdapat kesalahan lagi, maka hafalan tersebut diulangulang mulai dari ayat pertama dirangkai dengan ayat kedua minimal tiga kali dan maksimal tidak terbatas. Begitu pula meningkat ke ayat-ayat berikutnya sampai kebatas waktu yang disediakan habis dan pada materi yang telah ditargetkan.
-
Setelah materi yang ditentukan menjadi hafal dengan baik dan lancar, lalu hafalan ini diperdengarkan di hadapan instruktur untuk
mendapatkan
seperlunya.
petunjuk-petunjuk
dan
pengajaran
28
-
Waktu menghadap instruktur pada hari kedua, penghafal memperdengarkan materi baru yang sudah ditentukan dan mengulang materi dari hari pertama, begitu pula pada hari
-
pertama, kedua dan ketiga selalu diperdengarkan untuk lebih memantapkan hafalannya.
b). Takrir : yaitu “mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada instruktur” dalam hal ini pertmbangan antara tahfidz dan takrir adalah satu banding sepuluh, artinya apabila penghafal mempunyai kesanggupan hafalan baru atau tahfidz dalam satu hari dua halaman, maka harus diimbangi dengan takrir 20 halaman, (satu juz), tepatnya materi tahfidz satu juz yang terdiri dari dua puluh halaman, harus mendapat imbangan takrir sepuluh kali. 2. Menurut Drs Ahsin Wijaya al-Hafidz24 a). Metode ( thariqoh) Wahdah yaitu menghafal satu satu persatu ayat yang hendak dihafalnya. Untuk mencapai hafalan awal setiap ayat dibaca sebanyak sepuluh kali atau lebih, hingga proses ini dengan sindirinya mampu mengkondifikasikan ayat-ayat yang dihafalnya, bukan saja dalam bayangannya akan tetapi hingga benar-benar mampu memberikan gerak refleksi lisan. 24
Ahsin Wijaya, Ahsin Wijaya, Bimbingan Praktis Al Qur’an, (Jakarta: Bumi Aksara: 1994.,) hlm.63-66
29
b) Metode ( thariqoh ) Kitabah yaitu penghafal terlebih dahulu menulis ayat-ayat yang akan dihafalnya pada secarik kertas , kemudian ayatayat tersebut dibaca sehingga lancar dan benar bacaannya kemudian dihafalkannya. 3. Metode (thariqoh) Sima’I yaitu metode dengan mendengarkan bacaan untuk dihafalnya, dengan cara : a) Mendengarkan langsung dari guru yang membimbingnya dan mengajarnya. b) Merekam terlebih dahulu ayat-ayat yang akrab dihafalnya kedalam pita kaset sesuai dengan kebutuhan dan secara seksama sambil mengikuti secara perlahan-lahan. 4. Metode ( thariqoh ) Gabungan yaitu gabungan antara metode wahdah dan metode kitabah, hanya saja kitabah disini lebih memiliki fungsional untuk proses uji coba terhadap ayat-ayat yang telah dihafalnya. Maka setelah selesai ayat-ayat yang telah dihafalnya kemudian penghafal menulis ayat-ayat yang telah dihafalnya itu diatas secarik kertas yang telah disediakan untuk secara hafalan pula. 5. Metode ( Thariqoh ) Jama’ yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif, yakni ayat-ayat yang yang dihafalnya dibaca secara bersamasama dipimpin oleh seorang instruktur. Setelah ayat yang akan dihafalnya telah mampu mereka baca dengan lancar dan benar, penghafal selanjutnya menirukan bacaan instruktur sedikit demi
30
sedikit mencoba melepaskan mushaf dan seterusnya, sehingga ayat yang sedang dihafalnya itu sepenuhnya masuk kedalam ingatannya.
f. Evaluasi Hafalan al-Qur’an Evaluasi merupakan salah satu rangkaian system penghafalan al-Qur’an yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Disamping itu evaluasi berfungsi untuk mengetahui sejauh mana suatu metode menghafal yang digunakan dapat berhasil untuk mengetahui kekurangan serta kelebihan yang diperoleh dari hasil evaluasi, yang ahirnya kita berusaha mencari perbaikan. Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation yang berarti “penentuan nilai atau mengadakan serangkaian penilaian” 25 Sedangkan menurut Eddy Suwarji Kartawijaya, evaluasi adalah “perkiraan kenyataan atas dasar ukuran nilai tertentu dalam rangka situasi yang khusus dan tujuan yang ingin dicapai. 26 Jadi dapat disimpulkan bahwa evaluasi menghafal al-Qur’an adalah suatu
kegiatan
penilaian,
pengukuran
dan
penafsiran
terhadap
perkembangan belajar para siswa mengikuti kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang telah diterapkan.
25
Tayar Yusuf, Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta, Raja Grafindo Persada.1995. hlm. 209 26 Eddy Soewardi Kartawijaya, Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar, Bandung, Sinar Baru,1982. hlm.3
31
B. Strategi Menghafal al-Qur’an Strategi/cara menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an pada dasarnya yang terpenting adalah adanya minat yang besar dari santri dalam menghafal al-Qur’an dan didukung oleh keaktifan santri dan ustadznya dalam proses penghafalan al-Qur’an. Ada beberapa strategi yang digunakan dalam menghafal al-Qur’an :27 1
Strategi pengulangan ganda Untuk mencapai tingkat hafalan yang baik tidak cukup dengan sekali atau dua kali proses, namun penghafalan itu harus diulang-ulang. Karena pada dasarnya Ayat-ayat al-Qur’an itu walaupun mudah di hafal namun juga cepat hilangnya. Maka, supaya Ayat-ayat al-Qur’an tidak lepas harus di ulang secara terus menerus, yaitu dimulai dari pagi hari sampai pagi hari lagi. Pengulangan ganda disini adalah jika pada waktu pagi hari telah mendapatkan hafalan satu muka, maka pada sore harinya di ulang kembali sampai pada tingkat hafalan yang mantap. Semakin banyak pengulangan, maka semakin kuat peletakan hafalan itu dalam ingatan. Lisan pun akan membentuk gerak reflek untuk menghafalnya. 28
2
Tidak beralih pada ayat berikutnya, sebelum benar-benar hafal
27 28
Ahsin Wijaya, Op. Cit, hlm. 67 Ibid. hlm. 68
32
Strategi penghafalan ini membutuhkan kesabaran dan kontinuitas, sebab pada umumnya seseorang menghafal al-Qur’an ingin cepat menghafal banyak dan cepat menghatamkannya, sehingga ketika ada ayat-ayat yang belum hafal secara sempurna maka ayat-ayat itu dilewati begitu saja., karena pada dasarnya ayat-ayat tersebut lafadznya sulit untuk dihafal..Ketika akan mengulang kembali ayat tersebut, menyulitkan sendiri bagi penghafal. Maka dari itu diusahakan lafadz-lafadz yang dihafal harus sudah lancar agar mudah untuk mengulang kembali. 3
Memperhatikan ayat-ayat serupa Di tinjau dari aspek makna, lafadz dan susunan atau struktur bahasanya diantara ayat–ayat dalam al-Qur’an banyak yang terdapat keserupaan atau kemiripan antara satu dengan yang lainnya. Ada beberapa ayat dalam al-Qur’an yang hampir sama redaksinya, kalau penghafal tidak pernah memperhatikan, maka dia akan sulit untuk menghafalnya, dimana sering kebolak-balik, maka dari itu ayat –ayat yang menpunyai kemiripan dengan ayat yang lainnya di kelompokkan secara tersendiri, sehingga dengan begitu si penghafal dapat membedakannya dan semoga itu menjadi bahan perhatian.
4
Menghafal Urut-urutan ayat yang dihafalnya dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hafal ayat-ayatnya
33
Untuk mempermudah proses ini, biasanya digunakan al-Qur’an pojok.Dengan mushaf seperti ini, maka penghafal akan lebih mudah membagibagi sejumlah ayat dalam rangka menghafal rangkaian ayat-ayatnya, sehingga di samping hafal bunyi masing-masing ayatnya ia juga hafal tertib ayatayatnya. 5
Menggunakan satu jenis mushaf Seorang penghafal akan lebih mudah menghafal al-Qur’annya bila menggunakan satu jenis mushaf, walau tidak ada keharusan menggunakannya. Hal ini perlu diperhatikan, karena bergantinya penggunaan satu mushaf kepada mushaf lain akan membingungkan pola hafalan dalam bayangannya. Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
bahwa
aspek
visual
sangat
mempengaruhi dalam pembentukan pola hafalan. 6
Memahami (pengertian) Ayat-Ayat yang Dihafalnya Memahami pengertian, kisah atau asbabun nuzul yang terkandung dalam ayat yang sedang dihafalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat menghafal al-Qur’an. Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat dalam suatu ayat. Dengan demikian maka penghafal yang menguasai bahasa arab dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak mendapatkan kemudahan dari pada mereka yang tidak mempunyai bekal penguasaan bahasa arab sebelumnya.
7
Disetorkan pada seorang pengampu
34
Menghafal al-Qur’an memerlukan adanya bimbingan yang terus menerus dari seorang pengampu, baik untuk menambah setoran hafalan baru atau untuk takrir yakni mengulang kembali ayat-ayat yang telah disetorkannya terdahulu. Menghafal al-Qur’an dengan sistem setoran kepada pengampu akan lebih baik dibanding dengan menghafal sendiri dan jug akan memberikan hasil yang berbeda.29
C. Petunjuk Teknis Menghafal al-Qur’an Sebelum memulai menghafal perlu memperhatikan hal-hal seperti berikut: Pertama, penggunaan al-Qur’an. Di dalam menghafal al-Qur’an, ada alQur’an khusus untuk menghafal yang terkenal namanya “al-Qur’an pojok” atau “al-Qur’an Sudut” Yakni al-Qur’an yang setiap halaman diakhiri dengan akhir ayat al-Qur’an pojok ini yang berciri khas mempunyai 15 baris dalam setiap halamannya dan setiap juznya berisi 20 halaman, akan sangat praktis untuk menghafal dan membantu ingatan. Oleh karena itu hampir semua orang Indonesia yang menghafal al-Qur’an menggunakan al-Qur’an tersebut. Kedua, perlu diperhatikan bacaan-bacaan yang disunatkan sebelum membaca al-Qur’an, do’a atau sholawat misalnya: Ketiga, perlu diperhatikan jumlah banyaknya hatam didalam membaca al-Qur’an. Sebelum memulai menghafal al-Qur’an dianjurkan sekurangkurangnya sudah pernah tamat membaca al-Qur’an tujuh kali dengan bacaan yang 29
Ibid,hlm. 72
35
benar dan fasih lagi bertajwid sehingga dalam pelaksanaan menghafal nanti tidak lagi membetulkan bacaan-bacaan yang salah.30 Oleh karena itu di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an sebelum masuk menjadi santri di situ haruslah melalui seleksi yang ketat, setidaknya sudah hatam Turutan dengan fasih lagi bertajwid sebab tidaklah mungkin harus menamatkan terlebih dahulu al-Qur’an sebanyak tujuh kali. Agar hasil yang di capai oleh santri di pesantren tersebut benar-benar sesuai dengan target yang diharapkan. D. Petunjuk Pelaksanaan Menghafal al-Qur’an Dalam menghafal al-Qur’an setelah mengikuti teori-teori dan petunjuk teknis serta mematuhi segala ketentuan yang telah di kemukakan, maka untuk menentukan program berikutnya dapat ditentukan dengan mengukur kemmpuan yang ada pada dirinya serta dapat menyesuikan daya kemampuan berfikir, situasi dan kondisi pada lingkungan masing-masing. Menghafal al-Qur’an ini dapat diatur dalam program-program sebagai berikut : 1. Program Khusus menghafal Yang dimaksud program khusus menghafal yaitu semua waktu yang telah ditentukan dikhususkan untuk menghafal al-Qur’an saja tanpa disertai belajar pengetahuan lain atau pekerjaan lain. 2. Program di dalam pendidikan Formal 30
H.A.Muhaimin Zein, Problematika Menghafal al-Qur’an (Jakarta; Pustaka al-Husna 1985),
36
Pengelolaan pendidikan Tahfidzul al-Qur’an dapat juga dilakukan di dalam pendidikan formal, sehingga nantinya akan menghsilkan hafidz dan hafidzah yang berpengetahuan tinggi atau sarjana yang hafal al-Qur’an dan dapat pula mencetak kader-kader intelektual yang hafidzul al-Qur’an. Akan tetapi pendidikan formal ini dapat dilakukan pada sekolah menengah dan pada perguruan tinggi.31 Akan tetapi program-program yang diatur dalam teori tersebut sangatlah berbeda dengan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, karena pesantren tersebut yang notabene santrinya adalah anak-anak yang berusia masih kecil haruslah selain belajar menghafalkan al-Qur’an juga harus belajar dalam pendidikan formal dimana setara dengan sekolah dasar.Oleh sebab itu disinilah keunikan pesantren ini, karena dapat mencetak kader-kader hafidz kecil yang juga berpengetahuan umum.
hlm. 246-248 31 Ibid, hlm. 252 &255
BAB III KAJIAN OBYEK PENELITIAN GAMBARAN UMUM PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA
A. Letak Geografis Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara adalah suatu lembaga pendidikan di desa Jondang yang orientasi utama pendidikannya adalah bagaimana para santri yang belajar di pondok itu dapat menghafal alQur’an dengan fasih dan jelas secara efektif 30 juz sesuai dengan waktu dan batasan usia santri yang telah ditentukan, Karena batasan usia 6-12 tahun, maka letak geografis lembaga tersebut haruslah mempunyai peranan besar dalam rangka membantu untuk mengantarkan santri pada tujuan final. Secara geografis, Pondok Pesantren Jondang Kedung Jeparatelah menempati lokasi yang strategis, dimana jaraknya dari pusat kota Jepara kurang lebih 3 ½ Km.Tepatnya di Desa Jondang Kecamatan Kedung Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah, sehingga jarak yang cukup jauh dari pusat kota tersebut dapat menghindarkan pesantren dari keramaian dan kebisingan kota yang dapat mengganggu terlaksananya pendidikan di pesantren. Adapun batas – batas Wilayah yang berbatasan dengan Desa Jondang adalah : 37
38
Sebelah Utara
: Desa Bugel
Sebelah Timur
: Desa Sowan Lor
Sebelah Barat
: Desa Bulak Baru
Sebelah Selatan
: Desa Wanusobo
Disamping mempunyai letak yang strategis, pesantren juga mempunyai posisi areal yang cukup luas, yaitu kurang lebih 2660 M2 dimana diatasnya telah didirikan pondok sekaligus Madrasah Ibtidaiyahnya beserta sarana dan prasarana yang memadai.1 Untuk bisa menjangkaunya pun para pengunjung tidak akan mengalami kesulitan karena pesantren tersebut terletak di tepi jalan yang lumayan dekat menuju ke , MI. Al Huda dan MTs. Matholiul Huda Bugel, sehingga dapat dijangkau dengan mudah oleh kendaraan umum maupun kendaraan pribadi, hal itu sangat membantu bagi orang-orang yang berkepentingan dengan lembaga tersebut. B. Sejarah Berdirinya Pesantren Berdirinya suatu lembaga tidak bisa dipisahkan dengan sejarah yang menyebabkan suatu lembaga itu perlu diadakan keberadaannya, hal ini karena sejarah itu memuat tentang siapa pendirinya, tujuan yang diharapkan, waktu dan latar belakangnya, maka dari sinilah suatu lembaga dapat mempunyai nilai dan arti. 1
Dikutip dari data fasilitas pondok Roudltul Qur’an Jondang.
39
Demikian juga dengan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jeparayang merupakan pondok Tahfidz anak-anak pertama yang berdiri di desa Jondang, juga tidak terlepas dengan sejarah keberadaannya. Secara historis Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang berdiri pada tanggal 17 Agustus 2003 dan didirikan oleh KH. Marwan dari Jragon Demak bersama dibantu oleh para ulama’ dan agniya’ desa Jondang yang selanjutnya berdiri di bawah kepengurusan Yayasan Roudlotul Qur’an.2 Tujuan didirikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an ini adalah untuk mencetak kader-kader yang hafal al-Qur’an sejak dini, sedangkan yang mendasari atau yang melatarbelakangi berdirinya Pondok Pesantren Yanbu’
al-Qur’an
adalah sebagai berikut: Pertama; sebelum Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an didirikan, sebagian besar orang-orang Desa Jondang. yang memiliki putra, banyak dikirim dan dipondokkan ke pesantren Kudus
untuk belajar membaca
al-Qur’an
dengan benar, baik, fasih, dan lancar selama dua tahun. Setelah anak-anak mereka selesai (hatam) dari pesantren Kudus, maka kemudian muncul pemikiran ke mana harus meneruskan pendidikan al-Qur’an anak-anak mereka tersebut?. Dari kenyataan atau fakta tersebut, karena tidak didapatkan pendidikan lanjutan untuk khusus al-Qur’an terutama di Desa Jondang, maka di antara para wali tersebut yang jumlahnya sekitar sepuluh orang kemudian menghadap pada Hadrotussyaikh KH. Ahamad Mahfudh di rumah beliau untuk mengutarakan keinginannya agar 2
Op.Cit.
40
mendirikan Pondok Pesantren khusus untuk usia anak-anak sebagai kelanjutan dari pendidikan al-Qur’an di Desa Jondang. Usaha untuk mendirikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an di Desa Jondang ini mendapat perhatian dari berbagai kalangan, baik itu dari para pengusaha, birokrat, maupun pendidik,dan dengan bantuan dari para kyai dan para agniya’ Desa Jondang dan sekitarnya, dan kemudian dimulailah realisasi pendirian dan pembangunan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an yang akhirnya terealisasi keberadaannya dan diresmikan pemakaiaanya pada tanggal 17 Agustus 2003 yang selanjutnya diberi nama oleh KH. Ahmad Mahfudh dengan nama Pondok Pesantren Huffadz Roudlotul Qur’an.3 C. Mekanisme Pengelolaan Pesantren Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara merupakan pondok pesantren milik pribadi kyai dan keluarganya, seperti halnya pesantrenpesantren pada umumnya.4 Pendiri pesantren Roudlotul Qur’an Jondang
KH. Ahmad Mahfudh
dalam kepemimpinannya hanyalah sebagai pengasuh, penasehat dan dewan tertinggi pertimbangan. Sedangkan dalam pengelolaannya diserahkan kepada ustadz Sarimun Muhammad Muhajir di desa Jondang..
3
Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir (Ketua pengurus harian AnakAnak Raoudlotul Qur’an Jondang) pada tanggal 01 Mei 2015 4 Nurcholis Madjid, Merumuskan kembali Tujuan Pesantren, dalam M. Dawam Rahardjo (Ed), Pergulatan Dunia Pesantren (Jakarta: P3M, Cet. I, 1985), h.6.
41
Untuk perkembangan selanjutnya sampai sekarang ini, akhirnya pengasuhan santri mendapat prioritas perhatian dengan menempatkan murobbi (pengasuh santri) yang khusus menangani kehidupan sehari-hari santri yanpa mengajar al-qur’an. Kebijakan dirasakan banyak manfaatnya dan santri sedikit banyak mendapatkan perhatian dan bimbingan secara penuh dari petugas murobbi. Karena dalam satu gedung menempatkan 3-4 orang murobbi. Jadi murobbi disini adalah yang bertanggung jawb penuh atas keseluruhan aktifitas santri mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi.5 Sudah barang tentu kebijakan-kebijakan yang diterapkan di Pondok Pesantren
Roudlotul
Qur’an
sasaran
akhirnya
dari
seluruh
hierarki
kepemimpinan pesantren tidak lain adalah pelayanan sebaik-baiknya kepada para santri baik dalam rangka mereka di komplek pesantren maupun di Madrasah Ibtidaiyah. Dalam hal ini penulis akan memberikan keterangan tentang pola kepemimpinan pesantren.
5
Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir pesantren pada tanggal 02 Mei 2015.
(guru al-qur’an) di kantor
42
Tabel I Pola Kepemimipinan Pesantren 6
Pelindung
Yayasan Roudlotul Quran
Staf Kyai/ Dewan Pimpinan
Bagian pendidikan dan
Bagian pesantren
Administrasi
Staf Pengurus
Staf Murobbi
Santri
Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah lembaga pendidikan tahfidz al-Qur’an khusus anak-anak yang kepengurusannya dibawah naungan Yayasan Roudlotul Qur’an , sehingga struktur kepengurusan dan personalia pelaksanaan pendidikan dan pengajarannya adalah :
PELINDUNG
: 1. PETINGGI JONDANG
43
PENASEHAT
: 1. KH. AHMAD MAHFUDZ, AH 2. KH.BUJADI
KETUA
: 1. SARIMUN MUHAMMAD MUHAJIR 2. NUR HAMIM
SEKRETARIS
: 1. ZAKA AINUN NAJIB 2. SAMUJIB
BENDAHARA
: 1. WIJIYARSO : 2. MUNADHIFAH
SEKSI-SEKSI
PEMBANGUNAN
: 1. EDI RIYANTO 2. ABDUL MUHITH 3. AHMAD MUSTAGHFIRIN 4. MUKRIMUN
KEAMANAN
: 1. ABDUR ROZAQ 2. AGUS RIYANTO 3. SAKA SUHARDI 4. EDY HARYANTO
6
2015.
Dikutip dari bagian data Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an ketika observasi tanggal 5 Mei
44
HUMAS
: 1. TAUFIQ ISMAIL 2. MUKARNO 3. KHANAFI 4. UMAR SHIDIQ
Adapun struktur organisasi yaitu susunan untuk penempatan orang-orang didalam suatu kelompok dengan mempunyai fungsi masing-masing, sehingga tersusun suatu pola kerja yang tertur dan bertujuan untuk tercapainya suatu kelompok. Struktu organisasi yang ada di Pondok Pesantren Roudltul Qur’an adalah sebagaimana dikutip dari dokumentasi pesantren yang susunannya sebagai berikut :
45
TABEL II STRUKTUR ORGANISASI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA PEMBINA PPRQ
PENGURUS PPRQ
SEKRETARIS
Tata Usaha
Pendidikan
SEKSI-SEKSI
Keamanan
BENDAHARA
Ketertiban
Tahfid MI
Asrama
Bahasa
Bahasa Arab
Konsumsi
Sholat
Maktubat Jum’at
Berjanji
Olah Raga
46
TABEL III DATA SANTRIWAN SANTRIWATI PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA TAHUN 2015 NO.
NAMA
L/P
ALAMAT
1.
Abdul Wahib
L
Babalan Wedung Demak
2.
Ubaidillah
L
Mencho Wedung Demak
3.
Indra
L
Mencho Wedung Demak
4.
Mohmammad Alif
L
Pekalongan
5.
Takul Alifa
L
Mranggen
6.
Saiful Hadi
L
Jondang Kedung Jepara
7.
Abdul Muis
L
Menganti Kedung Jepara
8.
Iskandar
L
Pekalongan
9.
Agung
L
Kedung Wedung Demak
10.
Agus
L
Jondang Keduang Jepara
11.
Didik
L
Pekalongan
12.
Hery Lestari
L
Bugel Kedung Jepara
47
13.
Imam Bonjol
P
Jondang Kedung Jepara
14.
Hermanto
P
Jondang Kedung Jepara
15.
M. Zainudin
P
Jondang Kedung jepara
16.
Abdul Rozaq
P
Wanusobo Kedung Jepara
17.
Fathur Rozaq
P
Jondang Kedung Jepara
18.
Sofirin
P
Jondang Kedung Jepara
19.
Subhan
P
Babalan Wedung Demak
20.
Ulin Nuha
P
Babalan Wedung Demak
21.
Kamal
P
Babalan Wedung Demak
22.
Hamid M
P
Rau Kedung Jepara
23.
Mudzakir
P
Karimun Jawa Jepara
24.
Faesal H
P
Brebes
25.
Guril
P
Karimun jawa Jepara
26.
Imam
P
Karangrandu Pecangaan Jepara
27.
Soleh
P
Jondang Kedung Jepara
28.
Umam
P
Sinaggul Mlonggo
48
29.
Burhanuddin
P
Sinanggul Mlonggo
30.
Abdan Syakuta
P
Mencho Wedung Demak
31.
Munis
P
Mencho Wedung Demak
32.
Ikfil Hasan
P
Kedung Wedung Demak
33.
Azam Adnani
P
Troso Pecangaan Jepara
34.
Rizqi Majistra Abdi
P
Jondang Kedung Jepara
35.
Ali Nizar
L
Babalan Wedung Demak
40.
Feri
P
Wanusobo Kedung Jepara
41.
Novia Nur Indah. R.
P
Jondang Kedung Jepara
42.
Nur Azizah
P
Bugel Kedung Jepara
43.
Nurul Hasanah
P
Bugel Kedung Jepara
44.
Nur Yana
P
Jondang Kedung Jepara
45.
Nur Jannah
P
Jondang Kedung Jepara
46.
Rini
P
Jondang Kedung Jepara
47.
Rina
P
Jondang Kedung Jepara
48.
Rifana
P
Jondang Kedung Jepara
49
59.
Rondliyah
P
Jondang Kedung Jepara
50.
Ririn Antianingsih
P
Jondang Kedung Jepara
51.
Siti Fatimah
P
Jondang Kedung Jepara
52.
Selly Nur Indah R.
P
Jondang Kedung Jepara
53.
Siti Nur jannah
P
Jondang Kedung Jepara
54.
Sriamah
P
Jondang Kedung Jepara
55.
Halimatussa’diyah
P
Wanusobo Kedung Jepara
56.
Siti Maemonah
P
Jondang Kedung Jepara
57.
Abdul Wahib
L
Wanusobo Kedung Jepara
58.
Ubaidillah
L
Jondang Kedung Jepara
59.
Indra
L
Jondang Kedung Jepara
60.
Mohammad Alif
L
Jondang Kedung Jepara
61.
Takul Alifa
L
Jondang Kedung Jepara
62.
Syaiful Hadi
L
Jondang Kedung Jepara
63.
Abdul Muis
L
Jondang Kedung Jepara
64.
Iskandar
L
Jondang Kedung Jepara
50
65.
Agung
L
Jondang Kedung Jepara
66.
Agus
L
Jondang Kedung Jepara
67.
Didik
L
Jondang Kedung Jepara
68.
Hery Lestari
L
Jondang Kedung Jepara
69.
Imam Bonjol
L
Jondang Kedung Jepara
70.
Hermanto
L
Jondang Kedung Jepara
71.
M. Zainudin
L
Jondang Kedung Jepara
72.
Abdul Rozak
L
Jondang Kedung Jepara
73.
Fathur Rozak
L
Jondang Kedung Jepara
74.
Shofirin
L
Jondang Kedung Jepara
75.
Subhan
L
Jondang Kedung Jepara
76.
Takim
L
Jondang Kedung Jepara
77.
Taufik Zumawan
L
Jondang Kedung Jepara
78.
Syaifudin
L
Jondang Kedung Jepara
79.
Widodo
L
Jondang Kedung Jepara
80.
Joko
L
Jondang Kedung Jepara
51
81.
Yayang
L
Jondang Kedung Jepara
82.
Abdul Haris
L
Wanusobo Kedung Jepara
83.
Arbi Wafa
L
Jondang Kedung Jepara
84.
Firman
L
Jondang Kedung Jepara
85.
Nurrohman
L
Jondang Kedung Jepara
86.
Handoko
L
Jondang Kedung Jepara
87.
Hakim
L
Jondang Kedung Jepara
88.
Janu
L
Jondang Kedung Jepara
89.
Fiul
L
Jondang Kedung Jepara
90.
Andi Abdillah
L
Jondang Kedung Jepara
91.
Bayu
L
Jondang Kedung Jepara
92.
Faiz
L
Jondang Kedung Jepara
93.
Syamsul Arif
L
Jondang Kedung Jepara
94.
Sufron
L
Jondang Kedung Jepara
96.
Nur Yadi
L
Jondang Kedung Jepara
97.
Abdul GHofur
L
Jondang Kedung Jepara
52
98.
Miftahul Ulum
L
Jondang Kedung Jepara
99.
Jures Fikri Nugroho
L
Jondang Kedung Jepara
100.
Rudiansyah
L
Jondang Kedung Jepara
Sedangkan apabila dilihat dari segi pembiayaan atau pendanaan bahwa sumber pendanaan yang utama adalah Pondok Pesantren Roudlotul Quran adalah dari orang tua santri yaitu biaya bayar SPP atau syahriah sebesar 300 ribu perbulan. Penggunaan dana ini lebih diarahkan untuk kebutuhan santri termasuk kesehatan dan kegiatan ekstra kurikuler santri. Untuk pembangunan gedung pesantren yang dalam perkambangannya khususnya akhir-akhir ini dana lebih banyak dari bantuan dan simpatisan pesantren baik itu dari sebuah lembaga instansi swasta maupun perorangan terutama dari para aghniya’ masyarakat Jondang, sedangkan bantuan dari instansi pemerintah khususnya Kabupaten Jepara untuk pembuatan gedung sementara ini belum ada, hanya bantuan yang bersifat ringan saja, misalnya buku bacaan dan alat-alat tulis. Dana SPP atau syahriah santri, di samping untuk kebutuhan santri, juga diberikan untuk membayar gaji atau honorarium ustadz baik guru al-Qur’an maupun guru MI. Namun ada juga yang tidak terduga datangnya, yaitu dana dari orang-orang tua santri yang kaya,7 mereka memberikan syahriah dan sumbangan
7
Wawancara dengan Ustadz Arifin Noor pada tanggal 6 Mei 015
53
yang tidak sedikit nilainya, karena mereka melihat bahwa untuk mengelola Pondok Pesantren yang benar berkualitas dan bermutu membutuhkan dana dan pembiayaan banyak apalagi anak-anak tersebut sambil belajar di MI. Dengan begitu dari pihak pengurus pesantren lebih diringankan lagi dari segi pembiayaan, sehingga mereka tidak perhatian penuh dengan urusan dana. Untuk masuk pertama apabila anak diterima sebagai santri di Pondok Pesantren Roudlotul Quran membayar biaya yang cukup banyak, yaitu: membayar 4 stel baju seragam sebesar Rp200.000, bantuan syahriah atau SPP sebesar Rp 300.000 dan uang pangkal /sumbangan pembangunan sebesar Rp.2.000.000 (Dua Juta Rupiah) dengan cara dibayar dimuka sebagai uang pangkal Rp. 500.000 dan pelunasannya Rp.1.500.000 dapat diangsur dalam waktu jangka waktu 2 (dua) tahun Dana pembayaran SPP atau syahriah santri mulai dari perkembangan awal pesntren sampai akhir mengalami kenaikan. Kenaikan ini melihat dan menyesuaikan kebutuhan santri dan juga kesejahteraan para ustadz. D. Latar Belakang Keberadaan Santri Santri di pondok pesantren Roudlotul Quran ini adalah anak laki-laki yang berusia antara 6-12 tahun atau usia anak sekolah dasar. Untuk tahun ajaran 1436-1437/2014-2015 santri yang ada di pesantren ini berjumlah 109 yang terbagi menjadi 19 kelompok dimana dalam satu kelompok tersebut diawasi oleh seorang ustadz.
54
Adapun secara global jumlah santri di Pesantren ini kami kelompokkan sesuai dengan masing-masing kelas sekolah formal (MI), gambarannya adalah sebagaimana tercantum dalam tabel berikut ini:
TABEL III DATA JUMLAH SANTRI PONPES ROUDLOTUL QUR’AN8 No
Kelas
Jumlah santri
1.
Satu
17
2.
Dua
13
3.
Tiga
19
4.
Empat
10
5.
Lima
15
6.
Enam
26
Jumlah
100
Ditinjau dari segi asal daerah para santri maka mereka tidak hanya berasal dari daerah Jepara, Demak tetapi di antara mereka banyak juga yang berasal dari daerah-daerah lain, diantaranya adalah dari Jawa Tengah sendiri.9 Untuk bisa masuk dan belajar di pondok pesantren Tahfidz anak-anak ini tidaklah sama seperti sekolah-sekolah dasar formal yang lain pada umumnya
8
Dikutip dari Buku Laporan Tiap Bagian Pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Periode 1423-1424.
55
karena pesantren ini mempunyai persyaratan tersendiri yang harus dipenuhi oleh seorang calon siswa atau calon santri baru, Adapun persyaratan-persyaratan tersebut adalah: 1. Berumur 6-7 tahun. 2. Berbadan sehat, dengan menyerahkan surat keterangan dari dokter 3. Mengisi formulir pendaftaran. 4. Menyerahkan foto copy akta kelahiran serta menunjukkan aslinya. 5. Menyerahkan pas foto hitam putih berpecis ukuran 3x4 sebanyak 5 lembar. 6. Menyerahkan foto kopi ijazah TK atau Raport SD (bila ada). 7. Memenuhi biaya administrasi Rp 10.000. 8. No 2 s.d no.5 dimasukkan dalam stop map warna biru. Syarat penerimaan adalah lulus seleksi tahap I (pertama) dan tahap II (kedua). Seleksi tahap I dilaksanakan sekitar awal bulan maret dengan materi sebagai berikut: (a) Baca ayat-ayat al-Qur’an (b) Kecepatan hafala /kekuatan daya ingat. (c) Tes IQ. (d) .Hafalan surat wajib. (e) Hafalan surat bebas. 9
Dikutip dari data santri,Mengenal dari Dekat Pondok Huffadz anak-anak Roudlotul Qur’an,h.13
56
Seleksi tahap II, khususnya bagi peserta yang lulus seleksi pada tahap I. (a) Dalam seleksi tahap II dimaksudkan para calon santri baru setelah lulus pada seleksi tahapI akan dites/diuji coba selama satu bulan (dalam karantina), hal ini demi untuk kelancaran / mempermudh proses seleksi. (b) Seleksi tahap II dilaksanakan mula sekitar pertengahan maret – pertengahan april. (c) Membayar dan/kontribusi seleksi tahap II selama dalam karantina ( 1 bulan) sebesar 200.000. untuk kebutuhan konsumsi, cuci pakaian, asrama, kegiatan, kesehatan dan lain-lain. Bagi santri yang dinyatakan lulus seleksi tahap I dan II (diterima) diharap memenuhi keuangan sebagai berikut : (a) Uang 4 stel baju seragam
:
200.000
(b) Uang pangkal pertama
:
500.000
(c) I’anah syahriah / SPP 1 bulan
:
300.000
Jumlah
: 1.000.000
Sedangkan bagi santri yang tidak bisa lulus dalam seleksi tahap II, maka akan dikembalikan pada walinya. Setelah seorang anak telah ditetapkan masuk menjadi santri di pondok Tahfidz anak-anak Roudlotul Qur’an maka dalam pondok tersebut semua santri
57
harus mengikuti, mematuhi dan melaksanakan semua aturan-aturan yang semuanya telah ditentukan oleh yayasan pondok secara terjadwal.10 E. Pelaksanaan Pengajaran Hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an 1. Aktifitas di lokal Pesantren Menjelang subuh di pagi hari, para santri sudah dibangunkan untuk mandi, persiapan sholat subuh, mengaji al-Qur’an, makan pagi, dan persiapan untuk sekolah di MI. Dalam aktifitas semacamnya,, aspek kedisiplinan, kerapian, kebersihan, ibadah, akhlak dan lain sebagainya juga termasuk dalam jenis pengajaran didalamnya. Fokus perhatian dalam pelaksanaan pengajaran hafalan al-Qur’an di sini adalah kegiatan belajar mengajar yang secara berlangsung berorientasi pada kurikulum atau materi pelajaran, metode pendidikan, sarana pendidikan dan tujuan utama Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jeparayaitu terciptanya kemampuan santri anak-anak dalam menghafal alQur’an dengan fashih, lancar, baik dan benar secara efktif 30 juz. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut terlihat jelas dalam aktifitas sehari-harinya di aula pesantren, masjid dan di MI. Aktifitas santri telah dijadwalkan dalam bentuk kegiatan santri, yaitu sebagai berikut: 11
10
Wawancara dengan ustadz samujib (pengurus dan ustadz al-qur’an) di kantor pada tanggal 7 Mei 2015. 11 Op-Cit, h. 12
58
a
Harian 04.00 – 04.30
Bangun tidur,mandi pagi, persiapan sholat jama’ah shubuh
04.30 – 04.45
Sholat jama’ah subuh
04.45 –06.45
Mengaji al-Qur’an
06.45 – 07.30
Latihan percakapn bahasa Arab, bahasa Inggris, sarapan pagi, persiapan masuk sekolah
07.30 – 12.00
Masuk sekolah formal
12.00 - 1 2.50
Sholat Jama’ah Dzuhur, makan siang, mengambil pakaian bersih, Persiapan tidur siang.
12.50 – 14.35
Tidur siang
14.35 – 15.05
Bangun tidur mandi sore, persiapan sholat jama’ah Ashar
15.05 – 15.25
Sholat jama’ah Ashar
15.25 – 16.45
Mengaji al-Qur’an
16.45 – 17.30
Istirahat, bermain, perpustakaan
17.30 – 17.45
persiapan Sholat Jama’ah Maghrib
17.45 – 18.00
Sholat jama’ah Maghrib
18.00 – 19.20
Mengaji al-Qur’an
19.20 – 19.35
Sholat Jamaah Isya’
19.35 – 19.50
Makan Malam
19.50 – 20.45
Mengaji al-Qur’an
59
b
20.45 – 21.00
Melipat pakaian ( kelas III – VI ), persiapan tidur
21.00 – 04.00
Tidur Malam
Mingguan - Tahlil Bersama - Berjanzi - Mudarosah
c
.Bulanan - Kerja Bakti masal - Latihan Pramuka - Sambangan
d
Semesteran - Ulangan Umum Semesteran - Ujian Sima’an al-Qur’an - Pembagian raport Formal - Pembagian Raport al-Qur’an
e
Tahunan - Penerimaan santri baru - Peringatan Hari Besar Islam - Peringatan 17 Agustus - Seleksi peserta wisuda Khotmil Qur’an - Wisuda Khotmil Qur’an - Liburan Akhir Tahun
60
- Ebta,Ebtanas santri kelas VI - Study Tour (Kls VI) - Pelepasan santri baru Demikianlah jadwal kegiatan sehari-hari santri dengan perincian tidur selama 8 jam , mengaji al-Qur’an selama 5 jam 45 menit, sekolah di MI selama 4 jam 30 menit, sholat, makan , main-main selama 6 jam 15 menit,jadi apabila dijumlahkan semuanya ada 24 jam. Pelaksanaan pendidikan di lokal pesantren diperuntukkan untuk pengajaran al-Qur’an yaitu menghafal al-qur’an 30 juz dengan baik dan benar. Dalam pengajaran al-Qur’an yang tempatnya berpisah-pisah dilaksanakan di dalam Musholla, aula pesantren dan tempat pemondokan santri. Di dalam Musholla terbagi menjadi 4 bagian yang di tempatkan di sudut Musholla. Di Aula pesantren yang tempatnya bersebelahan dengan kantor terdiri dari 3 bagian pengajaran al-Qur’an, kemudian pengajaran al-Qur’an di tempatkan di lokasi pemondokan santri. Jadi semua pemondokan santri mempunyai aula sendiri meskipun ukurannya tidak terlalu besar tapi cukup untuk menampung santri kurang lebih 20 orang. Aktifitas pendidikan al-Qur’an sehari-hari di lokal pesantren secara umum berjalan lancar, akan tetapi bukan berarti tidak ada masalah. Diantara hambatan yang terkadang muncul bersumber dari kemampuan santri tertentu dalam menghafal al-Qur’an. 2.
Kurikulum Pendidikan al-Qur’an
61
Pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an adalah lembaga pendidikan yang program utamanya adalah pendidikan al-Qur’an (hafal alQur’an). Dalam pendidikan al-Qur’an, materi yang ada adalah meliputi tashih, makhroj, tashih huruf, tajwid dan tahfidz. Materi-materi tersebut terutama materi tahfidz diselenggarakan 5 kali pertemuan dalam setiap hari, waktunya adalah: -
Selesai sholat shubuh berjamaah untuk menambah hafalan
-
Selesai sholat dzuhur berjama’ah untuk melancarkan hafalan
-
Selesai sholat ashar berjama’ah untuk melancarkan hafalan
-
Menjelang waktu sholat maghrib untuk evaluasi hafalan al-Qur’an
-
Selesai sholat maghrib jama’ah untuk melancarkan Hafalan Adapun pelaksanannya adalah secara klasikal yaitu semua santri yang
berjumlah 109 santri dibagi menjadi 17 kelompok,masing – masing kelompok di asuh oleh seorang ustadz. Untuk pembagian kelompok ini didasarkan kepada jumlah juz yang telah di hafal, sedangkan prosesnya adalah semua santri satu persatu menghadap ustadz untuk membacakan al-Qur’an baik itu secara bil al-Nadzor maupun bil Al- Ghoib. Pelaksaanaan adanya tashih makhroj, tashih huruf dan tashih tajwid tergabung dalam kurikulum yang dijelaskan dalam buku pengajaran yaitu buku-buku tajwid yang digunakan di madrasah. Untuk pendidikan kelas 1 dan 2 MI buku tajwid yang digunakan adalah buku tajwid Qiro’ati yaitu pelajaran ilmu ilmu tajwid praktis karangan
62
H. Dahlan Salim zarkasyi. Buku tajwid ini adalah buku tajwid tingkat dasar yang digunakan dibeberapa TPA di kota Jepara. Untuk pendidikan kelas 3 dan 4 MI buku tajwid yang diberikan adalah buku tajwid Tuhfat al-Athfal dan kitab Hidayat As-Sibyan, keduanya kaanngan Ahmad Muthohar bin Abdurrahman Al-Maraqi dan karangan Abi Abdul Hamid Zahuli Anwar terbitan Toha Putra Semarang. Buku tajwid ini adalah buku tajwid yang berupa nazoman atau ba’it dalam syair yang mudah dipahami. Untuk pendidikan kelas 5 dan 6 MI buku tajwid yang diberikan adalah buku tajwid Mukhrtashor an-Nahj al-Hadid fi fan al-Tajwid karangan Ahmad muhyiddin al-Mujawwaz dan Muhyiddi al-ghozali. Buku Tajwid ini adalah buku tajwid yang berupa syarkh keterangan dalam arti bukan nazoman dan bahasannya lebih luas.12 Pada dasarnya bahan pelajaran yang berupa buku-buku tajwid yang diberikan kepada para santri itu semuanya hampir sama karena buku-buku tersebut menjelaskan tentang makhroj-makhroj dan huruf yang ada di dalam al-Qur’an, nmun saja pembahsannya ada yang lebih luas. Pokok-pokok bahan pengajaran yang dapat dijelaskan dari beberapa buku tajwid di atas adalah tentang -
Makhroj al-huruf
-
Hukum nun mati dan tanwin
63
-
Hikum bacaan mad
-
Hukum tafhim, huruf Qolqolah dan bacaan tipis
-
Bacaan imalah, bacaan isymam, bacaan nabil, bacaan tahlil, bacaan saktah, sifat-sifat huruf Syamsiyah dan Qomariyah, tanda waqof dan lain sebagainya. Hukum-hukum bacaan yang telah yang telah diterangkan diatas
adalah yang sering digunakan dalam bacaan al-Qur’an maka santri diharapkan dapat membaca al-Qur’an dengan baik dan benar. Penerapan kurikulum pendidikan al-Qur’an itu dilakukan dalam madrasah yang ada didalam kelas baik itu kelas I sampai kelas VI dan waktunya memang tidak banyak, namun cukup untuk mengajarkan tajwid pada para santri, sedangkan dalam praktek pembacaan dan penghafalan al-Qur’an itu dipraktekkan dalam pengajaran al-Qur’an yang dilaksanakan diluar jam sekolah, dan dalam kegiatan ini santri dapat mempraktekkan makhroj al huruf dan pentashihan huruf kepada ustadz al-Qur’an, sedangkan dalam pentashihan hafalan dilaksanakan setelah praktek makhroj dan pentashihannya selesai dengan bagus, dengan mengulang bacaan-bacaan alQur’an sampai benar. Kurikulum pendidikan al-Qur’an dalam pelaksanaannya telah diorganisir lewat MI dengan baik dan prakteknya dilaksanakan dalam belajar menghafal al-Qur’an, jadi lebih sistematis dan terkoordinasi. 12
Wawancara dengan Bp.KH. Ahmad Mahfudh di kediaman beliau tanggal 10 Mei 2015
64
Dalam pentashihan hafalan al-Qur’an bahwa pentashih utama dan pertama yng menjadi evaluator tertinggi adalah Kyai, dalam hal ini adalah K.H. Ahmad Mahfudh. Sebelum masuk kepada pen-tashih utama dan pertama para santri harus belajar dengan para ustadz al-qur’an sekaligus pentashih tingkat awal.13 Metode pendidikan al-Qur’an
3.
Metode pendidikan yang dimaksudkan dalam skripsi ini adalah metode pendidikan al-Qur’an yaitu cara yang dipakai dalam mengajarkan al-Qur’an. Metode yang berarti jalan, cara yang tepat untuk melaksanakan sesuatu.14 Atau dikatkn cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan. 15 Jadi yang dimaksud dalam skripsi ini adalah cara-cara yang digunakan oleh para ustadz al-Qur’an dalam mengajarkan al-Qur’an kepada para santri dan juga oleh para santri dalam menghafal al-Qur’an, karena metode merupakan faktor yang mempunyai peranan penting dalam usaha untuk mencapai target yang baik. 13
Abdul Wahab, Pesantren al-Qur’an Kank-Kanak Studi Tentang Program Pendidikan di Pondok Huffadz Yanbu’al-Qur’an Jondang Kedung Jepara(Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2001),h. 105 14 Soegardo Poerbakawatja, Ensiklopedi Pendidikan (Jakarta : Gunung Agung,1976),h.96 15 Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,1988),h. 682.
65
Untuk lebih memudahkan dalam mengungkapkan permasalahan tentang metode pendidikan al-Qur’an, maka dalam hal ini penulis akan mengungkapkan secara keseluruhan berdasarkan pada informasi dan fakta lapangan yang berhsil penulis kumpulkan. Namun sebelum masuk pembahasan tentang metode pendidikan dalam menghafal al-Qur’an, maka perlu diketahui tentang teknik pedidikan menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren yanbu’ al-Qur’an, yakni teknik semacam klasikal informal yaitu semua santri yang berjumlah 109 santri16 dibagi secara berkelompok yang jumlah kelompoknya ada 19 dan masingmasing kelompok terdiri dari 9-11 santri dengan didampingi oleh seorang ustadz al-qur’an yang selalu menyertai dlam aktifitas menghafal. Dengan terlibatnya langsung seorang ustadz maka dia akan banyak membantu para santri untuk mudah dalam menghfal al-Qur’an. Metode yang diterapkan Pondok Pesantren yanbu’ al-Qur’an kepada para santri untuk menghafal al-Qur’an dalam sistem pendidikannya secara umum berbeda dengan metode-metode yang diberlakukan dalam kegiatn belajar mengajar sistem formal seperti di madrasah. Perbedaan ini dikarenakan adanya perbedaan tentang materi dan tujuan pembelajaran.
16
Data terakhir tahun 2014 santri pesntren Roudlotul Qur’an.
66
Metode-metode untuk menghafal al-Qur’an yang digunakan dan berlaku di pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an adalah sebagai berikut : a Metode Musyafahah Metode musyafahah adalah metode belajar menghafal al-Qur’an yang antara ustadz dengan santri terlibat dan berkumpul dalam satu majlis yang selanjutnya memberikan materi hafalan kepada santri secara satu persatu. Metode musyafahah dalam proses belajar mengajar menghafal al-Qur’an mempunyai peranan yang besar terhadap kualitas hafalan santri, karena pada penggunaan metode ini santri hanya mengambil bacaan dari ustadz secara apa adanya. Di pesantren yanbu’ al-Qur’an metode musyafahah mempunyai peranan yang sangat besar yang dapat mengantarkan santri kecil menjadi hafidz (penghafal al-Qur’an) yang berkualitas sehingga pelaksanaan metode ini sangat diperhatikan tentang pentingnya pengunaan metode ini sangat diperhatikan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, penjelasanya adalah sebagaimana di kemukakan langsung
oleh ustadz Musthofa dan juga
dikemukakan langsung kepada penulis yang menjelaskan sebagai berikut: 1. Untuk santri yang kurang lancar dan semua santri pada umumnya terlebih dahulu mendengarkan bacaan dari ustadz.
67
2. Untuk santri yang memang sudah benar-benar lancar dalam menghafal maka pada setiap kali habis menyetor kepada ustadz kemudian memberi tugas untuk menghafal ayat berikutnya yang terlebih dahulu disimak bacaannya bin al nadzor.17 Dipergunakannya metode musyafahah tersebut adalah untuk meluruskan bacaan santri dengan bacaan ustadz sehingga dari sanad yang sama akan menghasilkan/ memperoleh hasil bacaan yang sama, dan setelah bacaan santri dirasa benar dan baik, maka langkah selanjutnya santri melancarkn sendiri pda waktu-waktu menghafal al-Qur’an atau pada waktu yang lainnya sampai benar-benar lancar, baru kemudian santri dapat menyetor hafalannya bil ghoib ( tanpa melihat al-Qur’an ), hal ini berlangsung terus setiap hari sampi santri memasuki hafalan baru. Untuk lancarnya metode menghafal ini, pernan ustadz sangat dominan.Hal ini dikarenakan santri mengambil sepenuhnya dari ustadz dalam hal membaca maupun menghafal sampai pada kulits hafalannya. b. Metode setor Istilah
setor
dalam
aktifitas
menghafal
al-Qur’an
adalah
memperdengarkan hafalan-hafalan baru kepada ustadz. Kegiatan setor ini wajib dilakukan semua santri yang menghafal al-Qur’an. Karena pada waktu
17
Hasil Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir (Ustadz al-qur’an) pada tanggal 7 Mei 2015.
68
setor inilah maka hafalan santri disimak oleh ustadz ,sehingga dengan metode setor hafalan santri juga dapat terpelihara kebenarannya. Kegiatan setor hafalan al-Qur’an di Pondok Pesantren yanbu’ alQur’an secara umum materi dan caranya adalah sama dengan pondok pesantren Huffadz dewasa atau pondok huffadz lainnya. Adapun caranya adalah santri secara satu persatu memperdengarkan hafalan-hafalan baru yang telah dihafalnya kepada ustadz. Sebelum sampai kepada tahap setor hafalan terlebih dahulu bacaan santri harus disimak atau didengar oleh ustadz pada, pada langkah ini santri membacanya adalah dengan melihat pada mushaf langsung (bi al-nadzor) yang biasanya dilakukan setelah sholat jama’ah shubuh. Kegiatan wajib setor hafalan bagi santri ini rata-rata santri menyetor hafalannya setengah halaman penuh, satu halaman sampai satu setengah halaman penuh. Hal ini berdasarkan angket yang penulis sebarkan pada sebagian para santri.18 Sedangkan waktu yang digunakan untuk setor hafalan dapat dilakukan setiap waktu pada waktu-waktu balajar al-Qur’an yang pembagiannya sebagai berikut : 1) Setelah sholat Shubuh berjama’ah/jam 05.15 sampai jam 06.30 2) Setelah sholat Ashar berjama’ah/jam 15.45 sampai jam 17.00 3) Setelah sholat Maghrib berjama’ah/jam 18.30 sampai jam 19.15
69
Kemampuan setor hafalan bagi santri di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jeparasangat beragam, sehingga banyak sedikitnya setor tidak dibatasi, tetapi semua itu disesuaikan dengan kemampuan hafalan santri sendiri.Untuk mengetahui frekwensi santri dalam hal setor hafalan dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini sebagai jawaban santri item no. 04 dengan pertanyaan “Berapa halaman hafalan yang adik setor setiap hari ?”
TABEL IV Kemampuan Santri Pondok Pesantren Al-Qur’an untuk Setor Hafalan
No.Item
04
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Setengah halaman
10
25.00%
b. Satu halaman
25
62.50%
c. Lebih satu halaman
5
12.50%
40
100%
Jumlah
Tabel tersebut diatas menjelaskan bahwa 10 santri dari 40 santri responden menyatakan bahwa dalam sehari mampu setor hafalan 18
Angket yang penulis sebarkan ada 40 angket yang dibagikan pda 40 santri dari 109 santri.
½
70
halaman, 25 santri mampu setor hafalan 1 halaman, dan 5 santri menyatakan mampu setor hafalan 1 halaman lebih, sehingga dapat diketahui bahwa kemampuan santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an frekwensi setor hafalannya beragam. Setor hafalan yang merupakan kegiatan rutinitas harian Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, namun dalm prakteknya terkadang seorang sntri juga pernah mengalami hambatan sehingga ia tidak dapat melakukan setor hafalan. Menanggapi masalah tersebut, jalan keluarnya adalah dengan menunda setor pada hari berikutnya atau dengan melakukan pengulangan (takrir) hafalannya. Namun jika ketidakmampuan setor hafalan itu disengaja oleh santri dan melebihi tiga hari, maka akan diberlakukan sanksi atau hukuman yang sifatnya
mendidik,
antara
lain
adalah
penambahan
hafalan,
dan
memperbanyak materi takrir. Metode takrir ini mempunyai efek yang besar sekali untuk memelihara hafalan sehingga pelaksanannya sngat dibutuhkan dan sangat ditekankan oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an. Langkah ini dimaksudkan agar santri tambah rutin dan rajin menghafal sehingga diharapkan santri mampu menempuh target yang telah ditentukan. b Metode Takrir
71
Metode takrir adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah diperdengarkan kepada ustadz-ustadz yang fungsinya adalah untuk menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak terjadi kelupaan. Metode takrir atau disebut juga dengan metode latihan (driel) adalah suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran yang sudah diberikan. Dalam pendidikan agama, metode ini sering dipakai untuk melatih ulangan pelajaran al-Qur’an dan praktek ibadah.19 Untuk itu metode hafalan ini tepat untuk menjaga dan memperlancar hafalan, namun hafalan yang sudah diperdengarkan kepada ustadz yang semula sudah dihafal dengan baik dan lancar, kadangkala masih terjadi kelupaan lagi bahkan kadang-kadang menjadi hilang sama sekali, oleh karena itu perlu diadakan takrir atau mengulang kembali hafalan yang telah diperdengarkan kepada para ustadz tadi.20 Sewaktu takrir, materi yang diperdengarkan kehadapan ustadz harus selalu seimbang dengan tahfidz yang sudah dikuasainya. Jika tidak, boleh terjadi bahwa takrir jauh ketinggalan dari tahfidznya. Dalam hal ini perimbangan antara tahfidz dan takrir adalah satu banding sepuluh, artinya apabila penghafal mempunyai kesanggupan hafalan baru atau tahfidz dalam satu dari dua halaman, maka harus diimbangi takrir dua puluh halaman (satu
19
Zuhairini,dkk, Metodik Khusus Pendidikan Agama Dilengkapi Dengan Sistem Modul dan Permainan Simulasi (Surabaya: Usaha Nasional,1983), h.106. 20 Muhaimin Zein,Tata Cara/Problematika menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk-Petunjuknya (Jakarta: Pustaka al-Husna,1985), h. 250.
72
juz). Tepatnya materi tahfidz satu juz yang terdiri dari dua puluh halaman, harus dapat imbangan takrir sepuluh kali, begitu seterusnya 21. Pelaksanaan metode takrir disini adalah pada setiap kali setor terdapat perbandingan antara materi yang disetor dengan materi yang di-takrir.
Posisinya
adalah
sebelum
santri
setor
hafalan
atau
memperdengarkan tambahan hafalan. Frekwensi takrir ini bervariasi disesuaikan dengan kemampuan setor hafalannya dan rata-rata santri mentakrir ¼ juz atau empat halaman. Adapun untuk bahan takrir yang tidak masuk dalam materi setor maka hal itu disesuaikan dengan banyaknya ayat yang telah dihafalnya. Takrir ini adalah takrir harian. Takrir harian ini dirinci dengan rincian, bagi santri yang jumlah hafalannya antara 1-10 juz maka materi takrirnya antara seperempat atau setengah juz, sedangkan santri yang hafalannya telah mencapi dua puluh juz maka materi takrirnya adalah antara setengah sampai satu juz atau antara 10-20 halaman, dan untuk santri yang hafalannya telah mencapai 10 juz terkhir sampai yang sudah hatam maka materi takrirnya adalah satu juz atau lebih. Diterapkannya metode takrir ini adalah untuk mengembangkan antara
banyaknya
hafalan
secara
keseluruhan
dengan
kemampuan
menambah hafalan untuk setiap hari, sehingga adanya metode takrir ini diharapkan tidak terjadi kelupaan terhadap ayat-ayat yang telah dihafal, 21
Ibid, h. 251.
73
dengan demikian maka dalam kegiatan menghafal metode takrir sangat diperlukan. 22 c Metode Mudarosah Metode mudarosah dalam istilah menghafal al-Qur’an adalah santri secara bersama-sama dalam satu majlis secara satu persatu dan bergantian menghafal al-Qur’an Metode ini biasanya dilakukan untuk melancarkan ayat-ayat yang telah dihafal secara bersama-sama. Langkah ini selanjutnya disebut dengan istilah sema’an hafalan yang dimulai dari juz awal sampai selesai. Di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, pelaksanaan metode mudarosah ini dilakukan dengan dua cara yaitu: 1) Mudarosah ayatan: yaitu setiap santri membaca bil al ghoib satu ayat kemudian ayat selanjutnya diteruskan oleh santri beriktnya. Pelaksanaan mudarosah ayatan ini dilakukan satu minggu sekali setiap hari jum’at yang wajib diikuti oleh semua santri dan dilaksanakan dimasjid pesantren. 2) Mudarosah halaman (pojokan): yaitu setiap santri membaca secara bil ghoib (hafalan) satu halaman kemudian digantikan oleh santri yang berikutnya. Mudarosah halaman atau pojokan ini dilakukan satu bulan sekali tiap hari jum’at dan biasanya dikhususkan bagi santri yang telah 22
Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir (Ustadz Senior Al-Qur’an) di kediamannya pada tanggal 8 Mei 2015.
74
menghatamkan Hafalan. Pelaksanaan santri mudarosah ini dilakukan di aula pusat,.23 Metode mudarosah ini sangat efektif untuk mendukung program menghafal al-Qur’an sehingga hafalan-haflan yang telah dihafal akan tetap aman dalam memori para santri. Metode Mudarosah ini disebut dengan metode Jama’ yaitu cara menghafal yang dilakukan secara kolektif dimana ayat-ayat yang dihafal itu dibaca secara kolektif atau bersama-sama dipimpin oleh seorang instruktur atau ustadz.24 d Metode Tes Hafalan Metode tes hafalan adalah usaha yang dilakukan oleh pihak Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang untuk menilai keadaan hafalan santri dengan penekanannya pada materi kecepatan bacaan yang meliputi makhroj maupun tajwidnya. Pelaksanaan tes ini dilakukan ketika seorang santri telah mencapai pada batasan hafalan tertentu yaitu juz 1-10, juz 11-20 dan juz 2130, sedangkan yang bertindak sebagai pengujinya sendiri bukanlah ustadz al-Qur’an santri masing-masing, namun dalam hal ini adanya pihak tersendiri yang berwenang untuk menguji. 25
23 24
h. 66
25
Ibid. Ahsin W. Al-Hafidz, Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir di kantor pada tanggal 15 Mei 2015
75
Tindak lanjut dari pelaksanaan tes ini adalah untuk memperbaiki hafalan santri bila hafalan santri itu dinilai kurang baik sebelum ia melangkah pada materi hafalan yang selanjutnya. Pelaksanaan tes hafalan ini dilakukan satu minggu sekali yaitu dari hari jum’at sore yang dilakukan secara bergantian antar kelompok. Setelah seorang santri dinyatakan lulus dan telah mampu menghatamkan hafalan 30 juz, maka santri telah mampu menghafal materi menghafal secara keseluruhan dalam satu majlis yang dihadapkan pada ahli al-Qur’an, ustadz dan teman-temannya. Tes ini adalah merupakan tes terakhir bagi santri yang telah hafal dan biasanya dilakukan satu tahun sekali yaitu pada bulan Sya’ban. Kelima metode pendidikan al-Qur’an yang penulis telah paparkan diatas merupakan metode menghafal al-Qur’an yang telah dicoba dan teruji selama 17 tahun yaitu mulai periode awal tahun 1986 sampai periode sekarang 2003, dan metode ini telah memberikan hasil yang baik bagi kesuksesan semua komponen pendidikan khususnya dalam
materi
penghafalan al-qur’an bagi para santri. Namun dengan keberhasilan itu semua hrus ditingkatkan dalam pengajaran khususnya bagi ustadz al-Qur’an yang akan menghadapi santri-santri yang berbeda dengan santri-santri dahulu, karena dimungkinkan saja bahwa dengan metode yang bagus, tetapi dalam penanganan santri begitu komplek yang tidak begitu serius akan menghasilkn hasil yang kurng baik juga.
76
4.
Evaluasi Hafalan Untuk dapat menilai dan mengukur sampai dimana keberhasilan yang dicapai dalam menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an , maka diperlukan evaluasi. Adapun evaluasi yang diterapkan dipondok ini adalah : a . Evaluasi harian yaitu evaluasi yang dilakukan setiap hari pada jam setoran hafalan
al-Qur’an.
Setiap
santri
melaporkan
dan
mempertanggungjawabkan hafalannya kepada ustadz pembimbingnya masing-masing pada saat kegiatan pengajian. Perkembangan hafalan tersebut setiap harinya dicatat dalam buku pemantau kemajuan santri program tahfidz al-Qur’an, didalamnya berisi nilai hafalan, tambahan hafalan baru, pengulangan dan peringatan. b . Evaluasi bulanan yaitu evaluasi yang dilaksanakan sebulan sekali. Dalam pelaksanaan evaluasi ini, yang mengevaluasi adalah langsung oleh pengasuh pondok, yakni KH. Ahmad Mahfudh. c . Evaluasi Tahunan yaitu evaluasi yang dilaksanakan satu tahun sekali yaitu bulan Romadlon atau menjelang santri akan pulang ke rumah sebagai masa
77
liburan, yang dievaluasi adalah sampai batas hafalan yang diperoleh dan dievaluasi oleh ustadz pembimbing.26
TABEL V27 KEADAAN TAMBAHAN HAFALAN SANTRI
No
26
Tambahan Pertahun
N
F
%
109
1
0,54
1
10 juz
2
9 juz
7
1,60
3
8 juz
5
2,68
4
7 juz
6
3,20
5
6 juz
11
16,58
6
5 juz
12
11,76
7
4 juz
14
12,84
8
3 juz
17
19,79
9
2 juz
21
21,93
10
1 juz
11
5,88
11
0 juz
6
3,20
Abdul Wahab, Pesantren Al-Qur’an Kanak-Kanak Studi tentang Program Pendidikan di Pondok Huffadz Yanbu’ Al-Qur’an Kanak-Kanak Kudus Jawa Tengah(Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2001), h. 106. 27 Dokumentasi Pondok Pesantren Raoudlotul Qur’an’.
78
Jumlah
109
109
100,00
Data tersebut menunjukkan bahwa tambahan hafalan santri setiap tahunnya beragam. Dari 109 anak santri, mereka yang mampu menambh hafalannya hingga 10 juz hanya seorang santri ( 0,54 ), 9 juz 7 santri (1,60 ), 8 juz 5 santri ( 2,68 ), 7 juz 6 santri ( 3,20 ), 6 juz 12 santri (16,58 ), 5 juz 11 santri ( 11,76 ), 4 juz 7 santri ( 12,84 ), 3 juz 8 santri ( 19,79 ), 2 juz 9 santri (21,93 ), 1 juz 11 santri ( 5,88 ), dan yang tidak menambah hafalan karena sudah hatam ada 6 santri ( 3,20 ). Dengan demikian, jika diambil rata-rata tambahan hafalan santri setiap tahunnya sekitar 5-6 juz. Ini berarti target yang diharapkan pesantren yang menghendaki tambahan hafalan santri setiap tahunnya 5-6 juz dan hal ini cukup baik karena hampir mendekati pada keberhasilan, meskipun harus ditingkatkan dalam penghafalannya bagi para santri yang memang kecerdasannya itu masih kurang. Adapun aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi, baik itu evaluasi harian, evaluasi bulanan maupun evaluasi tahunan adalah : 1) Makhraj al huruf , yaitu bagaimana mengucapkan satu huruf hijaiyah dari asal tempat keluarnya. 2) Tajwid, yakni bagaimana mengucapkan rangkaian kalimat yang benar seperti bacaan tafkhim, qalqalah dan lain sebagainya.
79
3) Tilawah atau bacaan terhadap ayat-ayat al-Qur’an 4) Kefasihan dalam membaca 5) Kelancaran dalam membaca 6) Hafalan Evaluasi yang dilaksanakan tersebut, dimaksudkan untuk menentukan naik atau tidaknya ke ayat, halaman juz berikutnya. Atau sebagai suatu proses pendadaran untuk dapat menyambung gelar al Hafidz. Bagi santri yang hafalannya belum dinyatakan lulus, maka belum atau tidak dapat naik ke halaman atau juz berikutnya. Demikian juga dengan santri yang dievaluasi dan nilainya masiah kurang, maka harus bertadarus lagi.
BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Efektifitas Menghafal al-Qur’an di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara. Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara ini mempunyai target dan tujuan untuk mencetak seorang Hafidz kecil sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Oleh karena itu jika pendidikan di pesantren tersebut ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan perlu dikenali, untuk itu diperlukan pengkajian usaha pendidikan hafalan al-Qur’an yang efektif. Jika pendidikan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an telah melahirkan hasil dengan mencetak hafidz. Hasil itu sendiri adalah merupakan buah dari suatu aktifitas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Keberhasilan dalam proses belajar mengajar adalah berhasilnya siswa atau santri untuk memenuhi target dalam belajar, dan penulis maksudkan disini adalah kemampuan santri untuk menyelesaikan program menghafal dengan target-target yang telah ditetapkan sehingga menjadi generasi hafidz al-Qur’an. Suatu hasil yang dimaksud dalam proses pencapaiannya supaya lebih efektif banyak dipengaruhi oleh berbagai hal, antara lain adalah metode yang digunakan, materi yang diberikan, lingkungan dan sarana belajar serta pendidik dan anak didik.
80
81
Keefektifan dalam menghafal al-Qur’an disini adalah diukur dengan ketepatan waktu dalam menghafal sesuai dengan target dan tujuan yang telah ditentukan serta hal-hal dan elemen-elemen disekitarnya yang berpengaruh dalam proses penghafalan al-Qur’an anak-anak santri untuk mencapai target dan tujuan tersebut. Adapun target-target itu adalah sebagai berikut : 1 - Kelas I
: Target yang ditetapkan adalah melancarkan bacaan dan menghatamkan bacaan secara bi al nazor minimal 3 kali serta menghafaljkan juz 30 (juz ‘Amma)
- Kelas II : Target yang ditetapkan adalah 5 juz yaitu mulai dari juz 1-juz 5 - Kelas III: Target yang ditetapkan adalah santri mampu menghafal 6 juz yaitu dari
juz 6 sampai juz 11
- Kelas IV : Target yang ditetapkan adalah 6 juz yaitu dari juz 12-juz 17 - Kelas V : Target yang ditetapkan adalah 6 juz yaitu dari juz 18-juz 23 - Kelas VI : Target yang ditetapkan adalah 6 juz yaitu dari juz 24-29
Dengan disusun dan dirincinya tujuan dengan target-target seperti tersebut diatas, maka segala upaya akan difokuskan untuk mencapai sasaran sesuai target, meskipun target tersebut disusun dengan didasarkan pada strata pendidikan formal. Dalam pelaksanaannya semua santri yang berjumlah 109 1
Wawancara dengan ustadz Sarimun Muhammad Muhajir (Ketua pengurus harian AnakAnak Raoudlotul Qur’an Jondang) pada tanggal 01 Mei 2015
82
santri (tahun 2014/2015 ) dibagi menjadi berkelompok dengan didasarkan pada frekwensi hafalan santri dan didasarkan pula pada kelas santri di MI menjadikan teknik pelaksanaannya secara klasikal yaitu semua santri yang berjumlah 109 tadi dibagi menjadi 19 kelompok dimana masing-masing kelompok diasuh oleh seorang ustadz. Untuk pembagian kelompok ini didasarkan kepada jumlah juz yang telah dihafal, sedangkan prosesnya adalah semua santri satu persatu menghadap ustadz untuk membacakan al-qur’an baik itu secara bi al nadzor dengan membaca langsung pada mushaf maupun secara bil-al- ghoib (hafalan). Sistem pengajaran al-Qur’an diatas masih menggunakan metode tradisional yaitu metode sorogan,dimana dalam satu kelompok yang terdiri dari 911 santri maju menyetor hafalan al-qur’an kepada ustadznya masing-masing secara satu persatu, oleh karenanya hal ini menuntut pendidik/ ustadz dan santrinya harus benar-benar hafal di luar kepala. Maka penulis berpendapat metode sorogan yang terdiri dari 9-11 santri dari 1 ustadz tetap harus dipertahankan, sebab dengan metode ini semua dituntut untuk mendapatkan hasil yang efektif dan bagus, baik dari pendidik maupun dari anak didik. Hal ini telah terbukti pada rata-rata tambahan hafalan santri setiap tahunnya sekitar 5-6 juz.2ini berarti target yang diharapkan pesantren yang menghendaki tambahan hafalan santri setiap tahunnya 5-6 juz hampir mendekati
2
Dapat dilihat pada survey santri tentang evaluasi tahunan di bab III
83
pada keberhasilan, meskipun masih harus ditingkatkan dalam penghafalannya bagi santri yang mempunyai kecerdasan terbatas. Sedangkan sistem pengajaran di madrasah yang menggunakan metode klasikal membekali santri agar menguasai dasar-dasar ilmu agama islam dan pengetahuan umum.Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an menyelenggarakan pendidikan formal madrasah ibtidaiyah kelas 1 s/d kelas VI dengan mengikuti kurikulum Departemen Agama dan ditambah dengan materi pelajaran lokal. Penambahan muatan kurikulum muatan local itu dimaksudkan untuk menambah pengetahuan santri agar lebih mendalam dalam penguasaan ilmu pengetahuan agamanya.3 Untuk mengetahui kurikulum pendidikan Madrasah Ibtidaiyah Tahfidz al-Qur’an Jondang akan dijelaskan berikut ini :
3
Wawancara dengan K.H. Ahmad Mahfudh ( Pengasuh Anak-Anak Jondang) pada tanggal 01 Mei 2015.
Raoudlotul Qur’an
84
Tabel VI Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Al Huda Jondang Kedung Jepara4
No
Mata Pelajaran
1
PPKN
2
Pendidikan Agama Islam
Jenjang Kelas MI Tahfidz Al-Qur’an I
II
III
IV
V
VI
Jmlh
2
2
2
2
2
2
12
a.al-Qur’an Hadits
2
2
2
2
2
2
12
b.Aqidah Akhlaq
2
2
2
2
2
2
12
c.Fiqh
2
2
2
2
2
2
12
d.Sejarah Keb.Islam
-
-
2
2
2
2
8
e.Bahasa Arab
-
-
-
2
2
2
6
3
Bahasa Indonesia
6
6
4
4
4
4
28
4
Matematika
6
6
4
4
4
4
28
5
Ilmu Penget. Alam
-
-
2
2
2
2
8
6
Ilmu Penget.Sosial
-
-
2
2
2
2
8
7
Muatan Lokal a.Bahasa Daerah
2
2
2
-
-
-
6
b.Bimb. Tulis Arab
2
1
2
2
2
2
11
c.Tauhid
2
2
1
1
1
-
7
d.Fiqh
2
2
1
1
1
-
7
e.Akhlaq
2
2
2
1
1
-
8
f.Nahwu
-
-
1
1
1
1
4
g.Shorof
-
-
1
1
1
1
4
h.Bahasa Inggris
-
-
-
1
1
1
3
4
Mei 2015.
Sumber diambil dari data admistrasi MI Al Huda Jondang Kedung Jepara, pada tanggal 01
85
i.Ke-Nu-an
2
1
2
2
2
2
11
j.Tajwid
2
2
-
-
-
-
4
Jumlah
36
36
36
36
36
36
216
Selanjutnya untuk mengevaluasi santri di madrasah dilakukan dengan dua cara yaitu: evaluasi proses dan evaluasi hasil belajar. Evaluasi proses dilakukan setiap kali pertemuan mengenai keaktifan santri yang mencakup kebersihan, kerapian, kedisiplinan dan termasuk juga mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan di kelas serta berani berbicara di kalas. Sedangkan evaluasi hasil pembelajaran biasanya dilakukan pada akhir program setelah program itu dianggap
selesai,yaitu
dengan
tes
formatif
berupa
tes
harian,
semesteran/caturwulan, sedangkan evaluasi belajar tahap akhir atau disingkat EBTA disebut dengan tes sumatif dilaksanakan setelah akhir tahun ajaran sebagai penilaian terakhir atas prestasi santri. Kedua
sistem
pengajaran
yang
dilaksanakan
di
Pondok
PesantrenRoudlotul Qur’an keduanya berjalan tanpa hambatan sesuai dengan rencana sehingga sistem tersebut menghasilkan output yang baik. Siswa atau santri yang baik yang menghasilkan output yang baik pula tentunya tidak terlepas dari faktor pendidik dan anak didik. Ketika faktor pendidik
86
dan anak didik dapat menerima kedua sistem tersebut maka hubungan keduanya sangat erat dan kuat. Perlu diketahui bahwa anak didik diseleksi secara ketat,5begitu juga dengan para pendidiknya, baik itu ustadz al-Qur’an, MI maupun Murobbi (pengasuh). Penseleksian peserta didik dilaksanakan pada awal pendaftaran dan anak yan diterima sanggup memenuhi criteria, yaitu sebagai berikut: 1. Harus berumur 6/7 tahun 2. Dapat membaca huruf hijaiyah (al-Qur’an) 3. Dikarantina 3 bulan di pesantren tanpa ditemani orang tua maupun saudara 4. Tidak boleh ngompol (kencing di pakaian) saat tidur atau sudah tamyiz 5. Sanggup menghafal al-Qur’an dan sekolah di MI 6. Pendaftran dibatasi, pesantren hanya menerima 30 santri pertahun.
Dengan kriteria yang begitu ketat maka calon santri yang mendaftarkan diri harus diseleksi secara ketat dan dibatasi karena yang mendaftar dari orang tua santri banyak dari berbagai penjuru daerah Indonesia (khususnya Jawa). Mengapa hal ini dilaksanakan, karena dengan begitu anak akan tahan dan betah tinggal di pesantren dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik,tanpa
5
Seleksi penerimaan santri anak-anak Roudltul Qur’an berlaku dan berjalan saat kepemimpinan pesantren dipegang oleh K.H. Muhajir dengan pertimbangan pemikiran bahwa seleksi santri akan dapat membantu santri apakah dia mampu untuk menghafal atau tidak dan juga mempermudah ustadz mendidiknya.
87
begitu mungkin banyak santri yang tertinggal dari teman-temannya, dan hal ini akan mengganggu proses belajar mengajar. Hal ini dapat diamati dengan keberhasilan santri dalam belajar di madrasah yang rata-rata nemnya diatas angka 6,akan tetapi adajuga yang kurang cerdas dan kurang pintar, banyak tidur, sakit-sakitan dan senang menyendiri sehingga mereka harus diberi pengajaran tambahan untuk mengejar temantemannya. Pengamatan ini terdapat juga pada pengajaran al-Qur’an dengan hafalan, banyak santri yang mudah menghafal hanya sampai kelas 4 MI saja yakni telah menghatamkan al-qur’an 30 juz bil ghoib, tetapi yang banyak sampai kelas 6 MI. Karena memang faktor kecerdasan dean kedisiplinan santri dalam menghafal yang mempengaruhi cepat tidaknya santri dalam menghafal.6 Kalau melihat kedua sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an, santri dituntut mandiri untuk dapat mengikuti dengan baik mentaatinya, karena tidak menutup kemungkinan setiap tahun ada santri yang keluar dari pesantren dengan alasan tidak kuat dalam menghafal dan banyaknya mata pelajaran MI, alasan tidak betah dan tidak tahan tinggal di pesantren, alasan orang tua tidak tega melihat anaknya kurang terurusi,alasan anak mlaas dan belum mampu untuk menghafal. Faktor-faktor ini semua yang
6
Op-Cit, Wawancara dengan Kh. Ahmad Mahfudh
88
mengakibatkan para pengurus berpikir lebih serius bagaimana menghadapi faktor tersebut. Hal diatas merupakan tantangan bagi pendidik terutama ustadz alQur’an karena sebagian besar waktu digunakan untuk belajar menghafal alQur’an. Pendidik di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an benar-benar santri dewasa yang senior yang lama pengabdiannya khususnya ustadz al-Qur’an. Ratarata pendidik usianya diatas 25 tahun namun tidak ada dari mereka yang bergelar sarjana hanya tamatan aliyah atau pesantren, sedangkan murobbi sebagian dari pondok pesantren gontor Ponorogo jawa timur dan rata-rata masih muda usianya yaiut diatas 20 tahun dan belum hafal al-qur’an. Hal ini bebeda dengan pendidik di madrasah yang sebagian besar dari lulusan aliyah atau sederajat. Dengan keberagaman pendidik tersebut memang akan ada roda perjalanan pendidikan yang dapat menghasilkan output yang memuaskan semua pihak, baik oleh pengurus maupun orang tua santri. Secara makro gambaran sistem pelaksanaan pengajaran hafalan Al Qur’an yang ada di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an cukup baik, karena setelah melihat hasil yang dicapai telah memenuhi target dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan secara mikro, sistem pelaksanaan pengajaran hafalan Al Qur’an diprogramkan kedalam struktur kurikulum baik dalam materi, metode dan tujuannya. Antara materi, metode dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan dan berusaha saling mengembngkan sehingga benar-benar tercapai
89
efektifitas (tepat guna) dan efisien (berhasil guna) yang konsisten dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan Islam yang hendak dicapai. 7 Apabila melihat kurikulum pendidikan secara luas di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an bahwa kurikulum yang diterapkan di MI adalah 70% agama,30% umum,dan ditambah dengan kurikulum local sebagai materi yang menambah dan memperkuat pendidikan agama lebih-lebih oleh madrasahyang berada di lingkungan pondok pesantren. 8 Sedangkan pendidikan al-Qur’an dengan hafalan menggunakan kurikulum tersendiri. Antara kurikulum, metode dan tujuan serta sarana pendidikan kalau dilihat dari segi keefektifannya telah memenuhi syarat dan ketiganya harus mendukung dan menghasilkan tujuan yang diharapkan dan dicapai. Tujuan pendidikan pesantren harus didukung dan ditopang oleh semua komponen yang lainnya, karena tujan adalah faktor yang sangat penting dalam suatu proses, hal ini karena tujuan itu akan mampu mengarahkan semua aktifitas dalam proses dan bentik aktifitas yang perlu dilakukan sehingga pencapaian tujuan adalah buah dari aktifitas. Sedangkan tujuan pendidikan Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an sebagai tujuan utama, disamping juga pendidikan di madrsah yang akan mencetak seorang hafidz yang berpengetahuan luas. Karena pentingnya tujuan menghafal al-Qur’an tersebut maka hendaknya penanaman al-qur’an dilakukan sejak dini. 7 8
H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan ( Jakarta : Bumi Aksara, Cet.II, 1993 ),h.77 A. Malik Fajar, Madrasah dan Tantangan Modernitas ( Bandung: Mizan,1999),h.90
90
Dengan penanaman al-Qur’an sejak dini maka diharapkan akan mendapatkan nilai keimanan dari al-Qur’an sampai anak tersebut menjadi dewasa. Dengan adanya tujuan yang harus dicapai maka materi, metode, dan sarana harus dapat mendukung dan mengantarkan tujuan tersebut sesuai dengan harapan. Materi yang diberikan baik di pesantren maupun di madrasah semuanya mendukung bagi santri mendalami agama dan sebagian besar materi yang diberikan adalah pendidikan agama. Sedangkan mengenai metode dalam pengajaran al-Qur’an menurut penulis sudah berjalan bagus. . Sedangkan metode dalam pengajaran madrasah masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan, meskipun hasil akhir bagus tetapi harus tetap dievaluasi. Evaluasi pendidikan menunjukkan bahwa rata-rata siswa menunjukkan hasil yang baik, akan tetapi dalam proses belajar untuk menuju ketujuan akhir perlu di evaluasi lebih lanjut. Para santri atau siswa telah dibebani dengan materi yang banyak dan juga menghafal al-Qur’an, serta dengan waktu belajar materi madrasah yang begitu sedikit yaitu hanya belajar dikelas sewaktu anak sekolah dan diluar itu santri harus menghafal, mengakibatkan anak merasa terbebani secara psikhologis dan seakan-akan santri memaksakan belajarnya agar tercapai tujuan semuanya. Itulah kejadian yang penulis lihat dan amati, namun dengan itu semua seakan-akan santri tampak senang dan tidak merasa memikul beban yang sangat berat. Hal itu nampak dari sebagian besar siswa yang dapat dianggap baik dan cukup, sedangkan untuk siswa yang lemah dan kurang kecerdasannya, beban itu merupakan tekanan yang berat bagi dia, sehingga menyebabkan siswa sakit ,
91
malas, bahkan keluar dari pesantren .Peristiwa itu semua adalah fenomena yang terjadi di pesantren dan untuk mengatasi siswa yang kurang kecerdasannya, maka hal ini adalah tugas pendidik atau ustadz yang dibantu oleh pengasuh. Untuk sarana pendidikan yang ada di Pondok PesantrenYanbu’
al-
Qur’an dapat dikatakan sebagi sarana yang cukup lengkap yang meliputi banyak fasilitas pendidikan yang memadai yaitu mulai perpustakaan, ruang komputer, masjid, sarana olah raga, sampai asrama santri. Sarana pandidikan dengan fasilitas yang memadai dapat dikatakan sebagai sarana sekolah unggulan dengan catatan bahwa perekrutan siswa yang sangat selektif berdasarkan kapasitas intelektual dan pertimbangan lain yang melingkupinya serta dengan kurikuluim yang ideal. 9 Dengan begitu kadang-kadang sekolah unggulan yang memiliki fasilitas yang lengkap dapat dianggap sebagai sekolah elit muslim atau sekolah islam unggulan.10 Dengan begitu apakah Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an dapat dikatakan sebagai sekolah unggulan?. Apabila ditinjau dari sarana pendidikan yang memadai dapat dikatakan sebagai sekolah unggulan, dan apabila ditinjau dari kurikulumnya dan seleksi siswa menurut penulis belum dapat dikatakan sebagai sekolah unggulan, hal ini penulis mendasarkan pada problem siswa yang banyak mengeluh kurang dapat mengikuti pelajaran karena terbebani dengan
9
Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi Dan Modernisasi Menuju Millenium Baru (Jakarta: Logos), 1996, Hal. 73-76. 10 Ibid.
92
banyaknya materi dan banyaknya hafalan, karena anak disamping menghafal alQur’an juga menghafal materi-materi pelajaran di sekolah. B. Faktor-Faktor Pendukung Dan Penghambat Dalam Proses Menghafal al-Qur’an Di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara 1. Faktor yang mendukung Efektifitas Menghafal al-Qur’an Faktor pendukung yang dimaksudkan disini adalah faktor-faktor yang keberadaannya turut membantu dalam meningkatkan hasil hafalan baik dalam segi kualitatif maupun kuantitatif. Faktor-faktor pendukung yang ada adalah: a. Faktor usia santri Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah lembaga pendidikan yang semua santrinya anak-anak usia SD (6/7-12 Th.). Karena materi yang diberikan adalah menghafal, maka usia santri sangat berpengaruh, sebab pada usia anak-anak tersebut daya ingatnya masih tinggi dan belum banyak dipengaruhi dengan pengalaman-pengalaman dari lingkungannya, dengan pertimbangan hal tersebut diharapkan kemampuan menghafal bisa lancar dan terus berkembang.
b. Faktor kecerdasan santri Pada intinya aktifitas menghafal adalah dominasi kerja otak untuk mampu menangkap dan menyimpan stimulus dengan kuat sehingga
93
kecerdasan otak mempunyai peran yang besar untuk cepat lambatnya menghantarkan seorang santri menjadi hafidz. Karena kecerdasan otak mempunyai peran yang besar maka untuk mengetahui kapasitas kecerdasan santri, Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dalam penerimaan santri baru selalu mengadakan seleksi atau tes kecerdasan bagi calon santri dengan dua tahap. Hal ini sebagaimana tercantum dalam persyaratan untuk menjadi santri Roudlotul Qur’an. c. Faktor tujuan menghafal Tujuan adalah hasil final yang ingin dicapai oleh suatu aktifitas, sehingga untuk bisa mencapai hasil tersebut segala segala usaha dan upaya atau segala metode akan di tempuh demi tercapainya maksud. Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an adalah lembaga tahfidz yang mempunyai tujuan agar santri mampu menghafal al-Qur’an secara utuh demi terpeliharanya al-Qur’an, Oleh karena itu Pesantren ini telah menetapkan cara-cara yang harus di tempuh oleh santri untuk dapat secepat mungkin mencapai hasil dengan melibatkan berbagai hal antara lain: -
Keterlibatan Ustadz al-Qur’an secara langsung dalam tiap kelompok
-
Tempat untuk menghafal al-Qur’an yang mendukung
-
Pembagian santri menjadi berkelompok yang disesuaikan dengan frekwensi hafalan santri.
-
Penggunaan Mushaf al-Qur’an khusus yang disebut al-Qur’an pojok
-
Pengaturan Belajar al-Qur’an yang tepat.dll.
94
Dilibatkannya faktor-faktor tersebut diatas adalah agar hasil atau tujuan yang diharapkan baik oleh pondok maupun yang diharapkan oleh orang tua santri dapat tercapai dengan hasil yang memuaskan sesuai dengan yang diharapkan
d. Faktor Minat Menghafal al-Qur’an Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhdap sesuatu baik berupa benda maupun aktifitas, minat ini sering disebut dengan gairah atau keinginan dan yang dimaksud dalam skripsi ini adalah minat santri Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an Jondang untuk selalu rajin menghafal al-Qur’an. Dalam aktifitas menghafal ataupun dalam aktifitas proses belajar mengajar pada umumnya faktor minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap hasil yang akan dicapai sebab kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. 11 Karena minat itu sifatnya kejiwaan maka posisi ustadz atau guru diharapkan dapat menumbuh suburkan dan mengembangkan minat santri agar santri atau murid mau melaksankan suatu aktifitas yang diharapkan. Minat santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang dalam menghafal
al-Qur’an secara umum adalah sama dengan balajar pada
umumnya, hal ini dapat kita lihat pada tabel dibawah ini yang merupakan 11
Drs. Moh. Uzeir Usman, Menjadi Guru Profesional ( Bandung: PT.Remaja Rosda Karya,1992),h.22
95
jawaban santri atas item no . dengan pertanyaan “Bagaimana perasaan adik dalam menghafal al-Qur’an?”12
12
Hasil tanya jawab dengan santri item no.
96
TABEL VII Minat Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang
No Item
05
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Senang
17
42,50%
b. Biasa-biasa saja
20
50,00%
c. Tidak senang
3
7,50%
40
100%
Jumlah
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa 17
santri responden
menyatakan senang dalam menjalankan aktifitas menghafal dan 20
santri
lainnya menyatakan biasa-biasa saja serta 3 santri menyatakan tidak senang. Atas kondisi tersebut diatas maka perlu ditingkatkan kesadaran santri atau minatnya dalam menghafal, peningkatan minat ini bisa dilakukan melalui pendekatan oleh ustadz atau bisa juga melalui yayasan Roudlotul Qur’an yaitu dengan penambahan fasilitas.
e. Faktor waktu menghafal Pengaturan waktu menghafal al-Qur’an sangat perlu untuk diperhatikan apalagi untuk Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an yang semua
97
santrinya adalah anak-anak, yang tentunya belum mampu untuk memanaj waktunya,dan karena santrinya disamping belajar menghafal al-Qur’an juga belajar pendidikan formal di MI, maka pembagian waktu mampunyai peranan yang tinggi untuk lancarnya proses penghafalan al-Qur’an. Alokasi waktu untuk menghafal al-Qur’an sepenuhnya ditetapkan oleh yayasan. Hal ini diharapkan terjadinya rutinitas santri dalam menghafal. Adapun waktu-waktu yang ditetapkan oleh yayasan santri untuk belajar seperti sudah tertulis dalam bab sebelumnya, yaitu : Pagi hari setelah sholat subuh berjama’ah digunakan untuk menambah / memulai hafalan baru Sore hari setelah sholat ashar berjama’ah digunakan untuk melancarkan hafalan / setor hafalan. Malam hari setelah sholat mghrib berjama’ah digunakan untuk melancarkan / setor hafalan. Dengan ditetapkannya waktu-waktu untuk belajar al-Qur’an seperti tersebut diatas, maka diharapkan keefektifan menghafal al-Qur’an di Pondok PesantrenRoudlotul
Qur’an
Jondang
dapat
berjalan
dengan
baik.
Ditetapkannya hafalan waktu pagi hari sebagai waktu untuk menambah hafalan adalah sangat tepat dan sesuai dengan yang diharapkan santri,hal ini dapat kita lihat dalam tabel dibawah ini yang merupakan jawban santri item
98
no. 06 dengan pertanyaan “ Menurut adik, Kapan waktu yang tepat untuk menghafal ?”13
13
Ibid,item no. 06
99
TABEL VIII Waktu Yang Tepat Untuk Menghafal
No.Item
06
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Pagi ba’da sholat subuh
27
67.50%
b. Sore ba’da sholat ashar
5
12,50%
c. Malam ba’da sholat maghrib
8
20,00%
40
100%
Jumlah
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa 27 santri menyatakan waktu pagi ba’da sholat subuh sebagai waktu yang tepat untuk menambah hafalan, 5 santri menyatakan waktu sore ba’da sholat ashar sebagai waktu yang tepat untuk menambah hafalan, dan 8 santri menyatakan waktu malam ba’da sholat maghrib sebagai waktu yang tepat untuk menambah hafalan. Dipilihnya waktu pagi untuk menambah hafalan oleh para santri, karena pada waktu tersebut kondisi jasmani santri masih segar setelah istirahat malam.
f. Faktor lingkungan
100
Faktor lingkungan adalah hal diluar santri yang keberadaannya dapat mendukung terlaksananya proses penghafal al-Qur’an , diantara faktor lingkungan yang berpengaruh adalah: -
Kondisi Pondok Karena semua aktifitas menghafal al-Qur’an santri di pusatkan di dalam pondok , maka perlu diciptakan kondisi pondok yang kondusif yang mampu menunjang pelaksanaan menghafal. Tentang kondisi pesantren, para santri yang belajar di pondok rata-rata
sudah
cukup
menyenangkan
dan
mampu
mendukung
terlaksananya semua aktifitas menghafal, hal ini dapat kita lihat dalam tabel yang merupakan jawabn pr santri atas pertanyan item no. 07 dengan pertanyaan “ Menurut adik Apakah pesantren ini menyenangkan untuk menghafal al-Qur’an?”14
TABEL IX Tentang Situasi dan Kondisi Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an No.Item
14
Ibid,Item no. 07
Alternatif Jawaban
f
Persentase
101
07
a. Menyenangkan
6
15,00%
b. Cukup menyenangkan
28
70,00%
c. Kurang menyenangkan
6
15,00%
40
100%
Jumlah
Tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa rata-rata santri di Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an Jondang yaitu 28 santri dari sampel responden menyatakan bahwa kondisi pondok cukup menyenangkan dan mendukung pelaksanaan aktifitas menghafal, hal ini karena posisi letaknya cukup jauh dari pusat kota dan tersedianya fasilitas yang cukupm untuk santri. - Kodisi tempat menghafal Tempat menghafal yang dimksudkan disini adalah tempat berlangsungnya kegiatn menghafal bagi santri, karena yang menjadi obyek materi adalah penghafalan al-Qur’an maka tempat yang digunakan haruslah suci sesuai dengan kondisi al-Qur’an yang suci. Tentang maslah tempat untuk menghafal maka santri Jondang cenderung memilih masjid sebagai tempat yang cocok.. Hal ini sebagaimana tergambar dalm tabel dibawaah yang merupakan jawaban
102
para santri ats pertanyaan item no. 08 dengan pertanyaan “ Menurut Adik dimana tempat yang tepat untuk menghafal al-Qur’an?”15
TABEL X Tempat Yang Cocok Bagi Santri Untuk Menghafal
No.item
08
Alternatif Jawaban
f
Persentase
a. Di Masjid
37
92,50%
b. Di Kamar Asrama
3
7,50%
c. Di Halaman Pondok
0
0%
40
100%
Jumlah
Tabel tersebut membuktikan bahwa masjid merupakan sentral dari kegiatan menghafal al-Qur’an bagi santri di Pondok PesantrenYanbu’ al-Qur’an Jondang. Hal ini karena 37 santri menyatakan masjid sebagai tempat yang cocok untuk menghafal, namun karena kapasitasnya terbatas maka sebagin santri terpaksa ada yang di tempatkan di aul asrama.
-
15
Peranan aktif ustadz
Ibid, Item no. 08
103
Terlibat langsungnya seorang ustadz dalam aktifitas menghafal mempunyai pengaruh yang besar secara langsung terhadp santri , hal ini karena perhatian ustadz terhadap santri akan mampu mendorong semakin semangatnya seorang santri. Disini deorang ustad mempunyai fungsi yaitu sebagai penyambung sanad dari kyai kepada santri dan juga sebagai pengatur kondisi waktu menghafal. Intensitas interaksi antara santri dan ustadz al-Qur’an. diperlukan supaya terjalin komunikasi yang erat diantara keduanya. Hal ini disebabkan karenna bentuk hubungan ustadz dan santri membawa implikasi terhadap kadar hasil belajar yang dicapai oleh santri. Kadar hasil belajar yang yang dapat diramalkan sebagai akibat hubungan ustadz dan dan santri adalah pengembangan diri santri secara bebas, pembentukan memori (ingatan) pada santri, dan pembentukan pemahaman pada santri.16Dan dengan adanya pemahaman kepada
para santri , proses
belajar mengajar dapat berjalan secara efektif, sebab ustadz mengetahui ntentang keadaan dan kebutuhan masing-masing santri.17 Perhatian ustadz di Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an Jondang terhadap santri dirasakan sudah baik dan penuh perhatian terhadap semua santri, hal ini terlihat dalam tabel berikut sebagai jawaban dari pertanyaan
16
H. Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar(Bandung: Sinar Baru Algensindo,Cet III,1996 )h.44 17 S. Nasution, didaktik Asas-Asas Mengajar(bandung: Jemmars,edisi V,1986),h.25
104
item no. 09 dengan pertanyaan " Bagaimna perhatian ustadz al-Qur’an kepada adik?"18
18
Ibid, Item no.09
105
TABEL XI Perhatian Ustadz Kepada Santri Pada Waktu Menghafal
No.Item
Alternatif Jawaban
F
Persentase
a. Sangat Baik
29
72,50%
b. Biasa-Biasa saja
9
22,50%
c. Kurang baik
2
5,00%
40
100%
09
Jumlah
Tabel tersebut menunjukkan bahwa 29 santri responden menyatakan bahwa perhatian para ustadz di Pondok PesantrenRoudlotul Qur’an Jondang terhadap aktifitas santri menghafal sudah baik. Dengan baiknya perhatian ustadz maka efek yang muncul adalah semakin bersemangat dan merasa nyamannya santri dalam menghafal sehingga rencana menghafal dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan target yang diharapkan.
g. Faktor yang menghambat Efektifitas Penghafalan al-Qur’an Faktor penghambat adalah factor-faktor yang keberadaannya akan mengganggu terhadap usaha pencapaian tujuan yaitu tujuan menghafal al-
106
Qur’an. Faktor-faktor penghambat ini datangnya bisa dalam diri santri ataupun dari luar santri. Adapun faktor-faktor yang dirasakan sering mengganjal santri dalam menghafal adalah : -
Munculnya sifat malas pada diri santri.
-
Kesulitan santri dalam menghafal.
-
Kelupaan santri terhadap ayat-ayat yang telah dihafal.
-
Masih kurang ustad untuk al-Qur’an
-
Kebanyakan bermain.19 Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas maka langkah-langkah yang
diambil oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah : -
Menjadwal semua kegiatan harian santri
-
Pengawasan yang ketat terhadap santri
-
Menerapkan sangsi-sangsi untuk santri.
-
Menarik santri Roudlotul Qur’an pusat untuk membantu menjadi ustad disini. Dari segi materi hafalan yang sering dirasakan sebagai hambatan
bagi terlaksananya proses hafalan al-Qur’an bagi santri anak-anak disini adalah adanya beberapa ayat yang hampir sama dengan ayat yang lainnya. Langkah yang ditempuh untuk mengatasinya adalah ustadz yang bersangkutan diharapkan memberikan penekanan pada ayat-ayat yang hampir sama
107
tersebut, sebagai contoh ayat yang hampir sama dengan ayat al-Qur’an yang lain adalah sebagai berikut : Antara Q.S. Al-Baqarah ayat 27 dengan Q.S. Arra’d ayat 25, ayatnya sebagai berikut:
(٢٥ ٥ )اﻠﺒﻘﺮ Artinya: (Yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperntahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi mereka itulah orang-orang yang rugi (Q.S Al-Baqarah: 27).20
(٢٥:Өﬞ ƶǚ )
Artinya: Orang-Orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi. Orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Q.S. Arra’d: 25).21 Q.S. Al-Baqarah ayat 34 dengan Q.S Al-Isra’ ayat 61 dan Q.S. AlKahfi ayat 50, ayatnya adalah sebagai berikut:
19
Hasil Wawancara dengan Bapak Ustadz Arifin Noor,tanggal September 2003. Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989), Hal. 13. 21 Ibid, Hal. 373. 20
108
(٣٤ ٥ )اﻠﺒﻘﺮ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah kamu kepada Adam maka sujudlah mereka kecuali Iblis, ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir (Q.S. Al-Baqarah: 34).22
(٣٤ ) اﻻاﺴﺮاﺀ
Artinya: Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah kamu semua kepada adam”lalu mereka sujud kecuali Iblis, dia berkata apakah aku akan sujud kepada orang yang engkau ciptakan dari tanah (Q.S Al-Isra’: 61).23
(٠٥ )اﻠﺤﻒﻰ
Artinya: Dan ingatlah ketika kami berfirman kepada adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis, dia adalah golongan jin maka ia mendurhakai perintah Tuhannya (Q.S. Al-Kahfi: 50).24 Demikian itulah diantara beberapa ayat yang hampir mempunyai kesamaan dengan ayat-ayat al-Qur’an lainnya sehingga keberadaannya perlu mendapat perhatian baik dari ustadz maupun dari santri sendiri. 22
Ibid, Hal. 14 Ibid, Hal.433 24 Ibid, Hal.451 23
109
C. Hasil Yang Dicapai Oleh Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Dalam Keefektifannya Menghafal al-Qur’an. Hasil merupakan buah dari suatu aktivitas baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dikerjakan. Keberhasilan dalam proses pengajaran hafalan al-Qur’an adalah berhasilnya santri untuk memenuhi target dalam belajar. Yang kami maksudkan disini adalah kemampuan santri untuk menyelesaikan program menghafal dengan target-target yang telah ditetapkan. Dari 40 santri yang menjadi sample responden sebagai sumber data tentang segala aktivitas menghafal al-Qur’an di Pesantren tersebut maka dalam masalah hasil menghafal ini dapat kami peroleh informasi bahwa dari 40 sampel tersebut sudah terdapat 16 santri yang telah mendapat gelar Hafid al-Qur’an Adapun hasil yang diperoleh oleh seluruh santri yang menjadi sample penelitian adalah tercantum dalam tabel sebagai berikut :
110
TABEL XII Daftar Hasil Hafalan Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Sesuai Dengan Tingkat Pendidikan Formal
No
Nama
Kelas Pend.Formal
Jml.Hafalan
01.
Abdul Wahib
III MI
12 Juz
02.
Ubaidillah
III MI
14 Juz
03.
Indra
III MI
10 Juz
04.
Mohmammad Alif
III MI
20 Juz
05.
Takul Alifa
III MI
20 Juz
06.
Saiful Hadi
III MI
10 Juz
07.
Abdul Muis
III MI
7 Juz
08.
Iskandar
III MI
24 Juz
09.
Agung
III MI
6 Juz
10.
Agus
III MI
13 Juz
11.
Didik
IV MI
30 Juz
12.
Hery Lestari
IV MI
9 Juz
13.
Imam Bonjol
IV MI
14 Juz
14.
Hermanto
IV MI
30 Juz
15.
M. Zainudin
IV MI
19 Juz
111
16.
Abdul Rozaq
IV MI
30 Juz
17.
Fathur Rozaq
IV MI
15 Juz
18.
Sofirin
IV MI
13 Juz
19.
Subhan
V MI
17 Juz
20.
Ulin Nuha
V MI
29 Juz
21.
Kamal
V MI
27 Juz
22.
Hamid M
V MI
30 Juz
23.
Mudzakir
V MI
30 Juz
24.
Faesal H
V MI
30 Juz
25.
Guril
V MI
27 Juz
26.
Imam
V MI
19 Juz
27.
Soleh
V MI
30 Juz
28.
Umam
V MI
30 Juz
29.
Burhanuddin
VI MI
30 Juz
30.
Abdan Syakuta
VI MI
30 Juz
31.
Munis
VI MI
28 Juz
32.
Ikfil Hasan
VI MI
30 Juz
33.
Azam Adnani
VI MI
30 Juz
34.
Rizqi Majistra Abdi
VI MI
30 Juz
35.
Ali Nizar
VI MI
30 Juz
36.
Feri
VI MI
22 Juz
112
37.
M. Zaim Darojat
VI MI
30 Juz
38.
Lutfi
VI MI
26 Juz
39.
Asyik M
VI MI
29 Juz
40.
Aufal Marom
VI MI
30 Juz
113
Dari tabel tersebut maka kita dapat mengetahui hasil-hasil yang telah dicapai oleh santri secara keseluruhan dan apabila dirinci sesuai dengan target masing-masing tahap maka hasil diatas telah sesuai atau bahkan telah melampaui dari target yang ditetapkan oleh yayasan. Adapun perinciannya sebagai berikut : 1. Santri kelas 3 target yang ditetapkan adalah hafalan juz 6 sampai juz 11 sedangkan yang telah dicapai telah mampu menghafal antara juz 6 sampai juz 24. 2. Santri kelas 4 target yang ditetapkan adalah hafalan juz 12 sampai juz 17 sedangkan hasil yang telah dicapai ada yang mampu menghatamkan hafalan. 3. Santri kelas 5 target yang ditetapkan adalah hafal dari juz 18 sampai juz 23 dan hasil yang telah dicapai adalah ada yang mampu menghatamkan hafalan. 4. Santri kelas 6 target yang telah ditetapkan adalah hafalan dari juz 24 sampai juz 29 dan hasil yang dicapai sebagian besar santri telah mampu menghatamkan al-Qur’an. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an dalam kegiatan operasional proses pendidikan hafid al-Qur’an telah berhasil mencapai target-target yang telah ditetapkannya, hal ini merupakan usaha yang sangat menggembirakan umat Islam karena tercipta kader-kader Islam yang telah hafal al-Qur’an dan diharapkan dapat menjaga keaslian al-Qur’an
114
Kader-kader hafidz yang telah dihasilkan oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an Jondang dari periode pertama hingga kesepuluh Th 2015 M sejumlah 6 santri dengan perincian sebagai berikut: 25 Periode pertama
(2004-2006)
: 12 Santri
Periode kedua
(2006-2007)
: 4 Santri
Periode ketiga
(2007-2008)
: 10 Santri
Periode keempat
(2008-2009)
: 14 Santri
Periode kelima
(2009-2010)
: 10 Santri
Periode keenam
(2010-2011)
: 12 Santri
Periode ketujuh
(2011-2012)
: 4 Santri
Periode kedelapan
(2002-2013)
: 4 Santri
Periode kesembilan
(2013-2014)
: 6 Santri
Periode kesepuluh
(2014-2015)
: 10 Santri
Santri tahun pelajaran ini yang sudah hatam namun belum wisuda sejumlah 6 Santri, dan yang sudah hatam dan diwisuda adalah 10 Santri.
25
Data dari catatan pondok pesantren Roudlotul Qur’an Jondang
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang telah penulis uraikan dimuka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara makro gambaran sistem pelaksanaan pengajaran hafalan Al Qur’an yang ada di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an cukup baik, karena setelah melihat hasil yang dicapai telah memenuhi target dan tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan secara mikro, sistem pelaksanaan pengajaran hafalan Al Qur’an diprogramkan kedalam struktur kurikulum baik dalam materi, metode dan tujuannya. Antara materi, metode dan tujuan pendidikan harus saling berkaitan dan berusaha saling mengembngkan sehingga benar-benar tercapai efektifitas (tepat guna) dan efisien (berhasil guna) yang konsisten dan relevan dengan tujuan akhir pendidikan Islam yang hendak dicapai Pelaksanaan Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah di Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari prestasi siswa. Meskipun santri/siswa dituntut untuk menghafal al-Qur’an juga harus belajar di Madrasah Ibtidaiyah. 2. Faktor-Faktor Pendukung adalah -
Faktor usia santri
-
Faktor kecerdasan santri
-
Faktor tujuan menghafal
-
Faktor Minat Menghafal al-Qur’an
-
Faktor waktu menghafal
-
Faktor –Faktor Penghambat adalah:
-
Munculnya sifat malas pada diri santri.
1١٥
116
-
Kesulitan santri dalam menghafal.
-
Kelupaan santri terhadap ayat-ayat yang telah dihafal.
-
Masih kurang ustad untuk al-Qur’an
-
Kebanyakan bermain.
-
dan Penghambat dalam Proses Menghafal Al Qur’an di Pesantren AnakAnak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara. Untuk mengatasi hal-hal tersebut diatas maka langkah-langkah yang
diambil oleh Pondok Pesantren Roudlotul Qur’an adalah : -
Menjadwal semua kegiatan harian santri
-
Pengawasan yang ketat terhadap santri
-
Menerapkan sangsi-sangsi untuk santri.
-
Menarik santri Roudlotul Qur’an pusat untuk membantu menjadi ustad disini.
3. Hasil Yang Dicapai Oleh Santri Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Dalam Keefektifannya Menghafal al-Qur’an Dari 40 santri yang menjadi sample responden sebagai sumber data tentang segala aktivitas menghafal al-Qur’an di Pesantren tersebut maka dalam masalah hasil menghafal ini dapat kami peroleh informasi bahwa dari 40 sampel tersebut sudah terdapat 16 santri yang telah mendapat gelar Hafid al-Qur’an B. Saran-saran 1.Kepada Pihak Kyai dan Pengurus Di harapkan bahwa sistem pendidikan yang ada di Pesantren tetap dipertahankn dengan baik, dan perlu peningkatan dalam kurikulum yang sangat menunjang emosi dan kreatifitas anak, sehingga bakat dan potensi yang dimiliki oleh anak tidak hilang begitu saja, disamping itu perlu adanya hiburan atau
117
musik yang dimasukkan dalam kegiatan pendidikan. Dari segi kesehatan, pengurus harus bekerja keras bagaimana mengurusi anak agar kesehatn dan kenyamanan anak terjamin. Hal itu semua adalah untuk kebaikan dan peningkatan pesantren supaya menjadi pesantren anak-anak yang ideal. 2.. Kepada Para Pendidik Para pendidik baik di Pesantren (ustadz al-Qur’an) maupun pendidik MI diharapkan agar lebih banyak belajar dan mengetahui tentang dunia pendidikan khususnya pendidikan anak-anak. Perlu adanya peningkatan kualitas pendidik. C. Penutup Alhamdulillah rabbil ‘Alamin, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq serta hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini keterbatasan yang ada pada penulis, maka saran, kritik yang konstruktif selalu penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat memberikan manfa’at khususnya bagi penulis dan umumnya bagi mereka yang mengkajinya.
DAFTAR PUSTAKA Abdul Qohar, Ma’ud Khasan. Kamus Istilah Pengetahuan Populer, (Yogyakarta: Bintang Pelajar, t.th) Ahsin W., Bimbingan Praktis Menghafal Al-Qur’an (Jakarta: Bumi Aksara, 1994) Ali As-Shabuni, Muhammad. Pengantar Studi al-Qur’an (Bandung; al-Ma’arif 1996) al-Jumbulati, Ali. Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, Penj. H.M. Arifin, 1994) al-Jumbulati, Ali. Perbandingan Pendidikan Islam, (Jakarta: Rineka Cipta, Penj. H.M. Arifin, 1994) As’ad, Aliy. Terjemahan Ta’limul Muta’allim Bimbingan Bagi Penuntut Ilmu Pengetahuan, (Kudus, Menara Kudus, 1978) Dawam Rahardjo, M. Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, cet.III, 1985) Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang : Toha Putra, 1989) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka,1988) Dokumentasi data fasilitas pondok Roudltul Qur’an Jondang. Dr. H. Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar(Bandung: Sinar Baru Algensindo,Cet III,1996 )
Ensiklopesi Islam IV, PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 1993 Hadi, Sutrisno Metodologi Research,Jilid I, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989) Hadjar, Ibnu. Dasar-Dasar Metodologi Pembahasan Kualitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996) Hamid Zahwan, Abdul. Kamus Arab Indonesia (Semarang; Makmur Graha, 1989) Hamid Zahwan.
Abdul, Kamus Arab Indonesia (Semarang; Makmur Graha,
1989) J.M. Moleong, Lexy. Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. XIV, 2001) Khalil, Munawar. al-Qur’an dari Masa ke Masa, (Semarang: Ramadhani, t.th) Muhadjir, Noeng. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rake Sarasih, Cet. VIII, 1998) Nashih Ulwan, Abdullah. Pendidikan Anak menurut Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Anak, Penj. Khalilullah Masykur Hakim, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1990) Nawabuddin, Abdurrab. Teknik Manghafal al-Qur’an (Bandung; Sinar Baru, 1991) Nawabuddin, Abdurrab. Teknik Manghafal al-Qur’an (Bandung; Sinar Baru, 1991) A. Partanto, Pius. dan al-Barry, M. Dahlan. Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994) Soenarjo, R.H.A. al-Qur’an dan Terjemahannya, Yayasan Penyelenggaraan Penerjemahan al-Qur’an, Jakarta, 1997
Soewardi Kartawijaya, Eddy. Pengukuran dan Hasil Evaluasi Belajar, Bandung, Sinar Baru,1982) Studi sebagaimana dimaksud antara lain dilakukan oleh Karel A. Steenbrink dalam Pesantren, Madrasah, dan Sekolah, Dawam Rahrdjo (Ed.) dalam Pergulatan Dunia Pesantren Membangun Dari Bawah, Zamakhsari Dhofier dalam Tradisi Pesantren, dan berbagai
karya tulis seperti Direktori
Pesantren. Sujan Nana. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung, Sinar Baru.1989 Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung : Tarsito, 1989) Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995) Wahab, Abdul. Pesantren Al-Qur’an Kanak-Kanak Studi tentang Program Pendidikan di Pondok Huffadz Yanbu’ Al-Qur’an Kanak-Kanak Kudus Jawa Tengah(Surabaya : IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2001) Wijaya, Ahsin. Bimbingan Praktis Menghafal al-Qur’an, Jakarta, Bumi Aksara,1994. Yusuf, Tayar. Metodologi Pengajaran Agama dan Bahasa Arab, Jakarta, Raja Grafindo Persada.1995 Zein, H.A.Muhaimin. Problematika Menghafal al-Qur’an (Jakarta; Pustaka alHusna 1985) Zen, Muhaimin. Pedoman Pembinaan Tahfidhul Qur’an, Jakarta, 1983 Ziemek,Manfred. 1986)
Pesantren dalam Perubahan Sosial, (Jakarta: P3M, Cet. I,
Zuhairi, Metodologi Pendidikan Agama, Solo, Ramadhani, 1993 Zuhri, Minan. Pelajaran Tajwid, Kudus, Menara Kudus. 1981 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Jakarta, Rajawali Press, 1992
BIODATA PENULIS
Nama
: Ismatun Nafiroh
Nim
: 131310000436
Tempat/Tgl. Lahir : Jepara, 23 April 1990 Alamat
: Jondang Rt 01 Rw 02 Kedung Jepara
Pendidikan Formal : 1. SD N Jondang 2. MTs. Matholi’ul Huda Bugel 3. MA. Matholi’ul Huda Bugel 4. UNISNU Jepara Fak. Tarbiyah Angk. 2010 Demikian riwayat hidup ini kami buat untuk diketahui semestinya.
Jepara, Oktober 2015 Peneliti
ISMATUN NAFIROH NIM : 131310000436
DAFTAR ANGKET TANYA JAWAB DENGAN SANTRI PESANTREN ANAK-ANAK ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA Nama Santri: …………………………….. 1. Bagaimana perasaan adik mondok di pesantren sekarang ini ? a. senang
b. biasa-biasa saja
c. tidak senang
2. Berapa juz yang adik hafal sampai sekarang? a. juz 1-10
b. juz 11-12
c. juz 21-30
3. Bagaimana adik mulai menghafal Al-Qur’an setiap hari? a. dengan terlebih dahulu mendengar bacaan dari ustadz b. dengan membaca Al-qur’an yang dihafal secara berulang-ulang c. dengan mendengar bacaan dari ustadz dan juga membaca sendiri 4. Berapa halaman hafalan yang adik setor setiap hari? a. ½ halaman
b.1 halaman
c. lebih 1 halaman
5. Bagaimana perasaan adik dalam menghafal al-Qur’an? a. senang
b. biasa-biasa saja
c. tidak senang
6. Menurut adik, kapan waktu yang tepat untuk menghafal Al-Qur’an? a. pagi hari
b. sore hari
c. malam hari
7. Menurut adik, apakah pesantren ini menyenangkan untuk menghafal Al-Qur’an? a. menyenangkan b. cukup menyenangkan
c. kurang menyenangkan
8. Menurut adik,dimana tempat yang paling tepat untuk menghafal? a. di masjid
b. di kamar asrama
c. di halaman pondok
9. Bagaimana perhatian ustadz Al-Qur’an kepada adik? a. sangat baik
b. biasa-biasa saja
c. kurang baik
10. Bagaimana kondisi yang adik inginkan ketika menghafal Al-Qur’an? a. ingin selalu ditunggui ustadz b. ingin selalu sendirian c. ingin selalu bersama dengan teman 11. Menurut adik bagaimana menghafal Al-Qur’an? a. mudah
b. cukup mudah
c. sulit
12. Menurut adik, bagaimana menjaga hafalan Al-Qur’an?
a. mudah
b. cukup mudah
c. sulit
13. Menurut adik, apakah menghafal Al-Qur’an itu ada pengaruhnya dalam belajar di madrasah? a. mengganggu
b. cukup mengganggu
c. biasa-biasa saja
14. Menurur adik apa saja yang mengganggu dalam menghafal Al-Qur’an? a. sering lupa terhadap ayat yang telah dihafal b. santri yang malas atau sakit-sakitan c. teman yang suka bermain 15. Menurut adik, apakah adik selalu ingat orang tua? a. selalu ingat dan rindu b. hanya ingat dan rindu sewaktu dikunjungi orang tua c. biasa-biasa saja
PEDOMAN WAWANCARA
A. Ditujukan Kepada Pengurus Pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara 1. Tentang letak geografis pondok, meliputi
a.
Tempat lokasi pondok Tahfidz anak-anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara
b. Kondisi daerah di sekitar pondok Tahfidz anak-anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara
Jarak pondok dari pusat kota kudus
2. Tentang sejarah berdirinya pondok Tahfidz anak-anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara, meliputi :
a.
Waktu berdirinya pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara
b. Tokoh yang mendirikan pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara c. Latar belakang berdirinya pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara 3. Tentang struktur organisasi pondok Tahifdz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara 4. Kondisi personalia pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara, meliputi : a. Kondisi pengurus pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara b. Kondisi ustadz dan karyawan di pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara c. Kondisi para santri di pondok Tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara 5. Tentang sarana dan prasarana pondok tahfidz Anak-Anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara a. Sarana-sarana yang dimiliki pondok b. Prasarana yang dimilki oleh pondok
6. Tentang pelaksanaan menghafal Al-Qur’an di pondok Tahfidz Anak-anak Roudlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara a. Tehnik pendidikan Tahfidz b. Metode-metode yang dipersiapkan untuk pengajaran tahfidz c. Faktor pendukung dan penghambat yang di hadapi dalam proses tahfidz.
ﻟﺠﻨﺔ ﺣﻔﻠﺔ ﻟﺤﺘﻢ اﻟﻘﺮ ا ن اﻻﺳﻠﻤﻰ
PONDOK PESANTREN ROUDLOTUL QUR’AN JONDANG KEDUNG JEPARA KODE POS. 59463
SURAT KETERANGAN No : ١٦/PPRQ/IX/2015
Yang bertanda tangan di bawah ini saya : Nama
: K.H AHMAD MAHFUDH, AH, S.Pd I
Jabatan
: Pengasuh PONPES Roudlotul Qur’an Jondang
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa : Nama
: ISMATUN NAFIROH
NIM
: 1313100000436
Program Studi
: Fakultas Tarbiyah PAI Universitas Islam Nahdlatul Ulama’ (Unisnu)
Jepara. Berdasarkan surat ijin penelitian dari UNISNU Jepara. Nama diatas benar-benar telah mengadakan penelitian dalam rangka penyusunan Skripsi dengan judul “ Menghafal Al Qur’an Dengan Cara Efektif (Studi Kasus di Pesantren Anak-Anak Pesantren Rodlotul Qur’an Jondang Kedung Jepara)”. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 Mei 2015 s.d 06 Juni 2015 di Pesantren Roudlotul Qur’an Kedung Jepara. Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Jepara, September 2015 Pengasuh PONPES Roudlotul Qur’an Jondang
K.H AHMAD MAHFUDH, AH, S.Pd I