PENGARUH INTENSITAS MENGHAFAL AL-QUR’AN TERHADAP KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI (Studi Kasus Santri di Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur’an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang) TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh: INTAN PURWASIH NIM 11107129
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2011
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“dan berbuat baiklah kepada dua orang Ibu Bapak, karib kerabat, anakanak yatim, tetangga yang dekat dan jauh. (an-Nisa’: 36) Dengan kesabaran dan keikhlasan dalam mengerjakan sesuatu akan berbuah kebaikan dalam setiap hasil karyanya Setiap cita-cita harus diraih tanpa harus menunggu, karena menunggu tanpa adanya sebuah usaha akan sia-sia dan percuma Hiasi hati dengan pemikiran yang jernih untuk menghadapi permasalahan kehidupan
PERSEMBAHAN Untuk kedua orang tuaku, Adikku , Sahabatku (Qumi, Dina, Sidah, Umi, Khasun), Ibu Tri Wahyu Hidayati M.Ag., Seseorang yang selalu memotivasiku (Mas Na’man) Sahabat-sahabat seperjuanganku”Seven D’best”.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji hanyalah milik Allah, Rabb yang telah memberikan segala kenikmatan, yang bila lautan dijadikan tinta untuk menuliskan kenikmatan tersebut niscaya akan habis sebelum semua kenikmatan itu tertulis. Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad Saw., sang penegak dasar dakwah beserta kepada keluarga, sahabat, dan orang-orang yang teguh berpegang kepada risalahnya. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun judul skipsi ini adalah “PENGARUH
INTENSITAS
MENGHAFAL
AL-QUR‟AN
TERHADAP
KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR‟AN DUSUN GADING, DESA DUREN, KECAMATAN TENGARAN, KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2011‟‟ Penulisan skripsi ini dapat selesai tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materil. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucakan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga 2. Dra. Siti Asdiqoh, M.Si selaku Kepala Program Studi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga dan selaku dosen pembimbing, yang telah bersedia meluangkan waktu, fikiran , dan tenaga, untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
ABSTRAK
Purwasih, Intan. 2011. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri (Studi kasus Santri di Pondok Pesantren Butanu Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab.Semarang) Tahun 2011 .Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Tri Wahyu Hidayati, M. Ag. Kata Kunci: Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Bustanu Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 .pertanyaan utama yang ingin dijawab oleh penelitian ini adalah: (1). Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2011 ? (2). Bagaimana kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ? (3). Adakah pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ? . Penelitian ini menggunakan metode angket, dokumetasi dan observasi. Subyek penelitian ini sebanyak 50 responden. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaringdata x dan y. Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif. Pengujian hipotesis penelitian menunjukan ada pengaruh yang positif dan signifikan antara intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Bustanu Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011. Hal ini dilihat dari angket intensitas menghafal Al-Qur‟an yang memperoleh nilai tinggi (A) sebanyak 50%, kategori sedang (B) sebanyak 46%, kategori rendah (C) sebanyak 4%, hasil angket perilaku altruistik yang memperoleh kategori nilai tinggi (A) sebanyak 52%, kategori sedang (B) sebanyak 40%, kategori rendah (C) sebanyak 8%. Setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian data tersebut dikonsultasikan dengan r table, dengan jumlah subyek penelitian 50 responden dengan taraf signifikasi 5% diperoleh 0,361, pada taraf signifikasi 1% diperoleh 0,279, dan hasil rxy diperoleh signifikasi 0,542, maka dapat berarti bahwa nilai rxy lebih besar daripada nilai r tabel yakni (0,361 <0,542> 0,279). Jadi hipotesisyang mengatakan ada pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang diterima.
DAFTAR ISI
HALAMAN LOGO ......................................................................................
i
HALAMAN JUDUL ....................................................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ..............................................
iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................
v
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...........................................
vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................
vii
ABSTRAK ..................................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ........................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................
4
C. Tujuan Penelitian ................................................................
4
D. Hipotesis Penelitian .............................................................
5
E. Kegunaan penelitian ...........................................................
7
F. Definisi Operasional ...........................................................
7
G. Metodologi Penelitian.........................................................
7
H. Sistematika Penulisan ………………………………………. BAB II
12
: LANDASAN TEORI A. Menghafal Al-Qur‟an ..........................................................
15
1. Pengertian Menghafal Al-Qur‟an......................................
15
2. Pentingnya Menghafal Al-Qur‟an .....................................
16
3. Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an ..................................
17
4. Keistimewaan Al-Qur‟an ..................................................
19
5. Problematika Menghafal Al-Qur‟an..................................
20
6.
26
Kewajiban Penghafal Al-Qur‟an.......................................
B. Kecerdasan Spiritual ............................................................
28
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual .......................................
28
2. Faktor-faktor Kecerdasan Spiritual ...................................
31
3. Karakteristik Orang yang Memiliki Kecerdasan Spiritual
32
4. Manfaat Kecerdasan Spiritual. ..........................................
33
5. Faktor yang Menghambat Kecerdasan Spiritual . ..............
35
6. Cara Meningkatkan Kecerdasan Spiritual . .......................
37
C. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri .................................................................... 39 BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Sejarah singkat Pondok Pesantren BUQ ..........................
43
2. 3. 4. 5.
43 44 45 46
Masa Perkembangan ......................................................... Letak Geografis ................................................................. Struktur Organisasi ............................................................ Tenaga Edukatif .................................................................
6. Sistem Pendidikan .............................................................. 48 7. Sistem Pengajaran ............................................................. 48 B. Penyajian Data ...................................................................... 50 1. Daftar Responden .............................................................. 50 2. Data Jawaban Angket Tentang Intensitas Menghafal Al-Qur‟an .......................................................................... 53 3. Data Jawaban Angket Tentang Kecerdasan Spiritual Santri ............................................................................... 57 4. BAB IV : ANALISIS DATA A. Analisis Data Intensitas Menghafal Al-Qur‟an .....................
61
B. Analisis Data Kecerdasan Spiritual Santri ............................
66
C. Analisis Data Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri ..................
72
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................
82
B. Saran-saran ..........................................................................
83
C. Penutup ……………………………………………………..
84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL Halaman
1. Tabel.I.
Tenaga Edukatif di Pondok BUQ ....................................... 46
2. Tabel.II.
Sarana dan Prasarana ......................................................... 47
3. Tabel.III.
Daftar Responden .............................................................. 50
4. Tabel.IV.
Daftar Jawaban Angket Intensitas Menghafal Al-Qur‟an ... 53
5. Tabel.V.
Daftar Jawaban Angket Kecerdasan Spiritual ........... ......... 57
6. Tabel.VI.
Data Score dan Nominasi Intensitas Menghafal Al-Qur‟an. 63
7. Tabel.VII.
Distribusi Tingkat Menghafal Al-Qur‟an ........................... 66
8. Tabel.VIII.
Data Score dan Nominasi Kecerdasan Spiritual ................. 68
9. Tabel.IX
Distribusi Tingkat Kecerdasan Spiritual ............................ 71
10. ... Tabel.X
Nilai Variabel X dan Variabel Y ........................................ 73
11. ... Tabel.XI
Tabel Kerja Koefisien Variabel X dan Variabel Y .............. 76
12. ... Tabel.XII Tabel Pembuktian Analisis ................................................. 80
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Instrumen penelitian Lampiran Surat izin penelitian Lampiran Surat keterangan penelitian Lampiran Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pondok Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dengan salah satu tujuannya yaitu mencetak generasi bangsa menjadi insan yang cerdas dan berakhlak mulia, tentu hal ini akan memberi pengaruh terhadap perkembangan berpikir dan berperilaku santri dalam kehidupan mereka. Lingkungan Pondok Pesantren yang sangat religius tentu saja mampu membentuk akhlak santri menjadi baik. (Faizah, 2008:29) Di Indonesia sendiri, bisa kita jumpai banyak sekali Pondok Pesantren yang memprioritaskan materi pembelajaran pada penghafalan Al-Qur‟an. Hal ini menandakan bahwasanya Pondok Pesantren sangat memperhatikan materi pembelajaran berupa hafalan Al-Qur‟an. Karena kita ketahui bersama bila menghafal Al-Qur‟an merupakan suatu perbuatan yang sangat di muliakan oleh Allah SWT. Salah satu cara untuk bisa mewujudkan keinginan Ponpes untuk bisa mencetak generasi yang berakhlak mulia, yaitu dengan mengadakan program menghafal Al-Qur‟an bagi santri. Seperti telah ketahui bersama bahwa, Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan yang sangat terpuji dan mulia. Di dalam Al-Qur‟an juga dijelaskan mengenai keagungan orang-orang yang mempelajari, membaca serta menghafal Al-Qur‟an merupakan keagungan orang-orang pilihan yang dipilih oleh Allah untuk menerima warisan kitab
suci Al-Qur‟an. Selain itu Allah dan Rasulnya juga menjanjikan bagi para pelestarinya yaitu berupa pahala, dinaikkan derajatnya dan diberi kemenangan didunia dan akhirat. Di dalam Al-Qur‟an terkandung pokok-pokok ajaran agama. AlQur‟an merupakan dasar dan sumber utama dari agama islam. Seseorang tidak akan tersesat apabila dalam kehidupannya senantiasa bersandar kepada AlQur‟an, karena Al-Qur‟an senantiasa menjadi petunjuk bagi umatnya. (Quthb, 2004:8) Menghafal Al-Qur‟an merupakan perbuatan yang sangat mulia, karena di dalam Al-Qur‟an terkandung banyak sekali keutamaan yang diperoleh dari menghafal, mempelajari serta mengamalkan isi dari kandungan kitab suci AlQur‟an. Sebagai seorang muslim, apalagi sebagai seorang remaja yang merupakan ujung tombak dari suatu negara, seharusnya memiliki akhlak yang mulia. Diantaranya dengan senantiasa menghafal Al-Qur‟an, karena dengan menghafal Al-Qur‟an seorang muslim akan mendapat pahala. Semakin sering kita menghafal Al-Qur‟an maka hati kita akan menjadi tentram dan damai. Rasa tentram serta damai tersebut menandakan bahwa Al-Qur‟an mempunyai fungsi sebagai syifa‟, penawar hati, atau pengobatan dalam diri kita, ketika kita dihadapkan oleh persoalan hidup yang sedang kita alami. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT, berikut ini:
“Dan, Kami turunkan dari Al-Qur’an sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. . . .” ( QS. Al –Israa’ [ 17]:82). Berdasarkan ayat tersebut, bisa dipahami bila Al-Qur‟an diturunkan Allah kedunia ini untuk menjadi pedoman hidup Manusia dalam menjalankan kehidupan. Perjalanan hidup manusia sendiri tidak luput dari segala permasalahan. Oleh sebab itu, disinilah Al-Qur‟an berperan sebagai penawar hati manusia dikala dihadapkan pada persoalan hidup yang membutuhkan pemecahan masalah. Dalam menyelesaikan persoalan hidup sendiri, kita memerlukan pikiran yang jernih. Hal tersebut kita lakukan guna mencapai hasil yang baik. Telah kita ketahui bersama, bila kemampuan untuk menyelesaikan masalah hidup dibutuhkan sebuah kecerdasan. Kecerdasan yang kita maksudkan, yaitu berupa kecerdasan spiritual. Mayoritas santri di pondok pesantren BUQ suka mengamalkan dan menghafal Al-Qur‟an. Sehingga santri yang menghafal Al-Qur‟an diharapkan untuk berakhlak baik. kepribadian serta akhlak santri yang baik tersebut merupakan cara pengelolaan kecerdasan spiritual yang didapatnya melalui pemaknaan Al-Qur‟an yang mereka hafalkan serta diamalkan dalam kehidupannya. Dari hal tersebut dapat dikaji masalah-masalah islami yang berkaitan dengan sikap keberagamaan santri dalam kehidupan bermasyarakat. Berangkat dari latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an Terhadap kecerdasan spiritual santri” (Studi kasus Pondok Pesantren BUQ
Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011)
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ? 2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ? 3. Adakah pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 ?
C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui intensitas menghafal Al-Qur‟an santri di Pondok pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011. 2. Untuk mengetahui Kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011. 3. Untuk mengetahui adanya pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011.
D. Definisi Operasional Untuk menghindari kemungkinan terjadinya penafsiran yang berbeda dengan maksud utama penulis dalam penggunaan kata pada judul penelitian ini, perlu penjelasan beberapa istilah pokok maupun kata-kata yang menjadi variabel penelitian, sebagai berikut : 1. Pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an Secara rinci, setiap kata tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut: a. Pengaruh Pengaruh adalah daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu (benda orang dan sebagainya) yang berkuasa atau berkekuatan ghoib. (Departemen Pendidikan Nasional, 2002:731) b. Intensitas Adalah Keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. (Ibid,438) c. Al-Qur‟an Al-Qur‟an adalah kalam Allah yang bernilai mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad dengan perantara Malaikat Jibril. (Faizah, 2008:97) Berdasarkan definisi di atas yang di maksud intensitas menghafal Al-Qur‟an adalah tingkat keseringan dalam menghafal Al-Qur‟an. Untuk mengukur adanya intensitas menghafal Al-Qur‟an, dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut: a. Kesungguhan dalam menghafal Al-Qur‟an.
b. Fokus saat menghafal Al-Qur‟an. c. Perhatian atau konsentrasi. d. Minat dalam diri kita. e. Keaktifan dalam menghafal Al-Qur‟an. f. Motivasi yang tinggi. 2. Kecerdasan Spiritual Danah Zohar dan Ian Marshall mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif. Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi kita. (Agustian, 2001:46). Untuk mengukur adanya kecerdasan spiritual santri, dapat ditentukan dengan indikator sebagai berikut: a. Tingkat kesadaran yang tinggi. b. Kemampuan bersifat fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif). c. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit. d. Kemampuan menghadapi dan memanfaatkan penderitian. e. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal. ( Danah Zohar dan Ian Marshall, 2000: 14)
E. Hipotesis Penelitian Penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut : Ada pengaruh positif antara intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri.
F. Kegunaan Penelitian 1. Teoritis Secara teoritis penelitian ini akan memberi wawasan dan pengetahuan
mengenai
pengaruh
intensitas
menghafal
Al-Qur‟an
kaitannya dengan kecerdasan spiritual santri. Penelitian ini akan bermanfaat bagi keilmuan. 2. Praktis Dapat menjadikan masukan bagi masyarakat dalam menjalankan kehidupan sosial dan masyarakat.
G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan rancangan penelitian a. Pendekatan penelitian Pendekatan penelitian yang penulis gunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif korelasional karena, penelitian ini bertujuan untuk memproleh jawaban atas suatu pernyataan yang spesifik sejak awal tentang variabel X dan Y. Penelitian ini tidak meneliti hubungan antara intensitas hafalan dan tingkat hafalan santri. b. Rancangan penelitian
Rancangan penelitian non eksperimen 2. Populasi Populasi adalah seluruh penduduk yang di maksudkan untuk selidiki (Hadi, 1977:220). Dalam penelitian ini sebagai populasi adalah para santri di Pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang tahun 2011, yang berjumlah 150 santri. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi (Hadi, 1977:221) penulis melakukan penelitian dilapangan, dalam menentukan sampel sesuai dengan pendapat Suharsini Arikunto (1998:155), bahwa apabila subyeknya kurang dari seratus orang maka diambil sampel antara10-25% atau 20-25% atau lebih. Maka dalam hal ini penulis mengambil sampel 50 responden, dari populasi 150 santri. Teknik sampling yaitu cara atau teknik yang digunakan untuk mengambil sampel (Hadi, 1977:222) Dalam
pengambilan
sampel
pada
penelitian
ini,
penulis
menggunakan teknik stratified sampling (sampel berstrata/bertingkat) yaitu teknik pengambilan sampel populasi yang berstrata atau bertingkat. Jadi pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dari santri yang berumur 16 tahun keatas. 3. Metode Penelitian Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat di gunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. (Suharsini,1990:134)
Penulis dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut: a. Angket Angket ini adalah tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri. b. Interview atau wawancara Interview adalah percakapan dengan bertatap muka dengan tujuan memeperoleh informasi aktual, untuk menaksir dan menilai kepribadian individu, atau untuk tujuan-tujuan konseling atau penyuluhan. (Kartini : 187) Menurut penulis bahwa interview adalah suatu proses tanya jawab secara lisan yang penulis gunakan untuk uji validitas angket dan lembar penilaian. c. Observasi Sebagai metode ilmiah, observasi biasa diartikan pengamatan dan pencatatan dengan cara sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. (Sutrisno:1994:136) Observasi adalah bentuk penelitian dengan pengamatan langsung maupun tidak langsung. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi yang sifatnya umum.
g. Dokumentasi Dokumentasi adalah berupa barang-barang yang tertulis, yaitu mencari data-data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan lain sebagainya. (Suharsini, 1990:206) 4. Instrumen Penelitian Instrumen pengumpulan data penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. (Suharsini, 1990:206) Dalam instrumen penelitian ini untuk mendukung metode pengumpulan data penulis menggunakan angket dan lembar penilaian, dengan demikian ada metode angket dan instrumen angket, serta instrumen lembar penelitian. Penulis menggunakan metode wawancara tidak terstruktur. 5. Analisis Data Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya yang harus ditempuh yaitu analisis data. Analisis data ini dimaksudkan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan dalam penelitian yang kemudian dapat diinformasikan lebih lanjut sebagai hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya atau kevalidatanya. Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan dua macam tekhnik sebagai berikut :
a. Analisis Data b. Data yang terkumpul mula-mula disusun, dijelaskan, kemudian di analisis pendahuluan. Dalam hal ini penulis menggunakan berbagai macam metode untuk mendapatkan semua data yang dibutuhkan. Selanjutnya mengklasifikasikan dan menganalisis sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas situasi objek yang penulis teliti. Setelah data terkumpul, maka diberi kriteria dan diberi tabulasi dalam bentuk tabel prosentase. Untuk menganalisis ini, penulis menggunakan rumus : P
F 100% N
Keterangan : P
=Prosentase
N =Jumlah populasi F
=Frekuensi (Suharsini, 1990:142)
a. Analisis lanjutan Setelah data terkumpul langkah selanjutnya adalah analisis data untuk mendapatkan kesimpulan data dalam penelitian. Untuk mencari ada tidaknya intensitas menghafal Al-Quran terhadap kecerdasan spiritual santri. Penulis menggunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut :
rxy
(X )(Y ) N 2 2 ( X ) 2 ( Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
X
: variabel pengaruh
Y
: variabel terpengaruh
N
: jumlah responden
(Suharsini, 1990:142)
H. Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini disusun terdiri dari lima bab yang secara sistematis dijabarkan sebagai berikut : BAB I
Pendahuluan Pada pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, definisi operasional, hipotesis, metodologi penelitian serta sistematika penulisan skripsi.
BAB II
Landasan Teori Pada bab ini, diuraikan sebagai pembahasan teori yang yang menjadi landasan teoritik penelitian, yaitu tentang pengertian menghafal
Al-Qur‟an,
keutamaan
menghafal
Al-Qur‟an,
problematika menghafal Al-Qur‟an dan solusinya, kiat-kiat memelihara hafalan Al-Qur‟an. Selain dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan menghafal
Al-Qur‟an
dibahas
pula
pengertian
Kecerdasan
Spiritual, isi Kecerdasan Spiritual, manfaat Kecerdasan Spiritual, faktor yang menghambat Kecerdasan Spiritual, dan cara mengasah Kecerdasan Spiritual. Bab III
Laporan Hasil Penelitan Pada bab ini dilaporkan tentang keadaan responden, lokasi, sejarah berdirinya, keadaan santri dalam proses menhafal Al-Qur‟an. Data tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an dan kecerdasan spiritual.
Bab IV
Analisa Data dan Pengujian Hipotesis, meliputi : A. Analisis tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an. B. Analisis tentang kecerdasanspiritual santri. C. Analisis tentang pengaruh intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri.
Bab V
Penutup Berisi tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup. Demikian sistematika penulisan skripsi ini. Untuk bagian akhir adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Intensitas Menghafal Al-Qur’an 1. Pengertian Al-Qur‟an Al-Qur‟an adalah kitab suci kaum muslimin yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Melalui malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. (Sugianto, 2004:15) Al-Qur‟an merupakan mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan diturunkan kepada Rasullulah SAW untuk mengeluarkan manusia dari suasana gelap menuju suasana yang terang, serta membimbing mereka ke jalan yang lurus. (Quthb, 2004:8) Al-Qur‟an merupakan kitab suci
yang harus kita jaga
kemurniannya. Oleh karena itu, sebagai umat muslim yang baik kita diperintahkan untuk menjaga kemurnian Al-Qur‟an dengan jalan menghafalkannya. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya “ ( QS. Al-Hijr: 9) Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah menurunkan kitab suci Al-Qur‟an ini sebagai pedoman hidup manusia. Allah memerintahkan kepada manusia agar senantiasa menjaga kemurnian Al-Qur‟an. Karena
dengan cara tersebut akan menambah rasa iman. Dari pernyataan tersebut Kita sebagai manusia diwajibkan untuk membentengi diri kita dengan perisai iman. Dan salah satu cara yang bisa kita lakukan yaitu membaca, menghafalkan dan mengamalkan dari isi Al-Qur‟an. Dengan cara tersebut maka kita nanti akan berada pada golongan orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. 2. Pengertian Intensitas Menghafal Al-Qur‟an a. Pengertian Intensitas Intensitas adalah keadaan tingkatan atau ukuran intensnya. ( Ibid,438) Jadi, yang dimaksud disini adalah Santri dalam menghafal AlQur‟an. Karena tingkatan hafalan Santri sendiri ada yang sedang, rendah dan tinggi. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas Ada banyak sekali hal yang bisa mempengaruhi intensitas, diantaranya yaitu : 1) Perhatian atau Konsentrasi Segala sesuatu yang membuat kita paham akan sesuatu dengan perhatian penuh terhadap objek. 2) Minat Keinginan dalam diri seseorang untuk berbuat sesutau. 3) Keaktifan Melakukan suatu tindakan secara berulang-ulang.
4) Motivasi Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk bertindak melakukan sesuatu. (Sugianto, 2004:123-124) 3. Pentingnya menghafal Al-Qur‟an Perintah untuk membaca serta menghafalkan Al-Qur‟an berasal dari kata Bahasa Arab iqra’. Dalam hal ini iqra’ atau perintah membaca bukan sekedar membaca tapi dalam kamus-kamus bahasa kata iqra’ berarti meyampaikan, memahami, menghafalkan serta mengamalkan. (Badwilan, 2009:15) Dari penjelasan diatas maka yang dimaksud intensitas menghafal Al-Qur‟an adalah rutinitas menghafal Al-Qur‟an yang disertai dengan kesungguhan menelaah, mendalami, serta meneliti kandungan Al-Qur‟an. Perintah membaca Al-Qur‟an merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat Manusia. Karena membaca, menghafal, serta mengamalkan Al-Qur‟an akan mengantarkan manusia mencapai derajad kemanusiaan yang sempurna, sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa manusia adalah syarat
utama guna membangun
peradaban. (Depdiknas, 2002:140). 4. Keutamaan-Keutamaan Menghafal Al-Qur‟an Sudah diuraikan sebelumnya bahwa, membaca Al-Qur‟an saja tanpa menghafalkannya, maka Allah SWT akan memberikan balasan
pahala yang begitu besar baik di dunia, maupun di akhirat kelak. Apalagi bagi mereka yang mampu menghafal Al-Qur‟an tentu Allah SWT akan memberikan pahala yang lebih besar kepada orang yang menghafalkan Al-Qur‟an. Berikut ini beberapa keutamaan maupun faedah dari menghafal Al-Qur‟an: a. Allah memberikan kedudukan yang tinggi dan terhormat diantara manusia lain. Namun, hal ini jangan sekali-kali dijadikan tujuan utama dalam menghafal Al-Qur‟an, karena sesungguhnya tujuan utama kita yaitu untuk mengharapkan Ridha dari Allah SWT. Termasuk sebaik-baik umat. sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw :
َ)البخارى رواه( اللَيْلِ وَأَصْحَابِ اْلقُرْآنِ حَمَْلةُ أُّمَتِيْ فُ أَشْر “Yang paling mulia di antara ummatku adalah Orang yang hafal AlQuran dan ahli Shalat malam.” (HR. Bukhari). Dari hadits tersebut sangatlah jelas, bahwa kita sebagai umat Manusia kelak akan diberikan kedudukan yang terhormat dan mulia disisi Allah SWT apabila kita menghafal Al-Qur‟an serta ahli shalat malam. c. Orang yang hafal Al-Qur‟an selalu diliputi dengan rahmat Allah, selalu mengagungkan kalam Allah dan mendapatkan Cahaya Allah ta‟ala. Mengagungkan kalam Allah dengan cara membaca, menghafal, serta mengamalkan dari isi kandungan Al-Qur‟an dalam kehidupan seharihari. d. Yang paling berhak memimpin. Rasulullah Saw. Bersabda :
ُ)المسلم رواه( اهللِ بِ لِكِتَا أقْرَ ُؤهُمْ اْلقَوّْمُ يَإُّم
“Yang lebih berhak memimpin suatu kaum adalah yang bagus bacaan Al-Qurannya”. (HR.Muslim). Hadist tersebut menjelaskan bahwa Orang yang berhak memimpin suatu Negara atau Pemerintahan, yaitu Orang yang fasih dan bagus dalam membaca Al-Qur‟an. e.
Tergolong manusia yang paling tinggi derajatnya di surga.
f. Orang yang menghafal Al-Qur‟an termasuk Orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an. Dan Allah akan memberikan keutamaan kepada orang yang menyibukkan diri dengan Al-Qur‟an lebih besar dari orang lain. Hal tersebut memberikan pengertian kepada kita, bahwa hidup di Dunia ini kita sudah diberikan nikmat Allah yang begitu besar, berupa nikmat sehat, waktu, dan kesempatan. Dari nikmat yang begitu banyak tersebut dari Allah, maka kita harus memanfaatkan
waktu
luang
kita
untuk
membaca
terlebih
menghafalkannya. g. Orang yang hafal Al-Qur‟an menemani para Nabi kelak di Hari Akhir dan termasuk dalam golongan orang yang tidak peduli terhadap hisab, tidak terkejut sewaktu sangkakala ditiup dan tidak susah pada hari kegelisahan yang sangat besar. ( Sugianto, 2004:37-41) 5. Keistimewan Al-Qur‟an Salah satu keistimewaan Al-Qur‟an adalah mudah dihafal diluar kepala, mudah diingat, dan juga mudah difahami. Allah berfirman:
“Dan sungguh telah kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” ( Al-Qamar[54]: 17). Hal ini karena dalam lafal-lafal Al-Qur‟an, struktur kalimat, dan ayat-ayatnya terdapat harmoni, keselarasan, dan kemudahan yang membuat ia mudah dihafal oleh mereka yang benar-benar ingin menghafalnya, memasukkanya ke dalam dada, dan menjadikannya sebagai wadah Al-Qur‟an. Karena itulah kita dengan mudah menjumpai ribuan, bahkan puluhan ribu orang-orang Muslim yang menghafal Al-Qur‟an. (Qaradhawi, 2007: 27) Selain itu, Keistimewaan Al-Qur‟an dintaranya, yaitu: a. Mereka yang membaca Al-Qur‟an dan bacaan itu menambah iman mereka serta menimbulkan rasa tenang. b. Membuat hati tenang dan damai. c. Mendapatkan pahala dari Allah SWT. d. Didalam Al-Qur‟an banyak sekali terdapat kata-kata hikmah yang sangat berharga bagi kehidupan. Menghafal Al-Qur‟an berarti menghafal banyak kata-kata hikmah. e. Hafalan Al-Qur‟an membuat orang dapat berbicara dengan fasih dan benar, dan dapat membantunya dalam mengeluarkan dalil-dalil dengan ayat-ayat
Al-Qur‟an
dengan
cepat
ketika
menjelaskan
atau
membuktikan suatu permasalahan. ( Badwilan, 2009: 42 ) 6. Problematika menghafal Al-Qur‟an Setiap kali kita melakukan suatu amalan, terlebih bila amalan tersebut dapat mendatangkan adanya pahala pasti untuk mencapainya
sangatlah tidak mudah. Permasalahan akan muncul disaat kita mempunyai sebuah keinginan untuk menghafal Al-Qur‟an. Berikut akan dijelaskan beberapa problem yang bisa saja muncul disaat kita melakukan aktifitas menghafal Al-Qur‟an. Problem tersebut diantaranya, yaitu: 1. Ayat-ayat yang sudah dihafal lupa lagi Lupa adalah lawan dari ingat. Lupa adalah suasana tidak ingat yang bukan dalam keadaan mengantuk atau tidur. Lupa merupakan suatu problem yang tidak hanya dialami oleh sebagian kecil penghafal Al-Qur‟an, namun hampir seluruh para penghafal Al-Qur‟an mengalaminya. Hal yang biasa terjadi adalah bahwa ayat yang dihafal di pagi hari telah hafal dengan lancar, namun disaat mengerjakan soal lain, sore harinya tidak membekas, bahkan bila dicoba langsung diperdengarkan (disetorkan) kepada guru pembimbing, satu ayat pun tidak ada yang terbayang. Ahli psikologi “Ebbinghaus” merupakan salah seorang pionir yang menyelidiki persoalan ingatan. Hasil percobaan menunjukkan, sesudah satu jam 50% dari bahan yang dipelajarinya akan dilupakan; sesudah sembilan jam 8% lagi yang dihafalkan, sesudah dua hari tambah lagi 6% dan sesudah 1 bulan bertambah 7% lagi. Dengan kata lain 70% dari jumlah yang dilupakan dalam sebulan terjadi pada satu jam pertama (50/71 x 100%). Jadi alangkah lebih ekonomis bila secepat mungkin kita menyegarkan ingatan tanpa menunggu lebih lama lagi. (Badwilan, 2009:100)
Dengan demikian, solusi yang harus dilakukan adalah sebagaimana penjelasan sebagai berikut: a. Tidak meninggalkan hafalan baru terlalu lama, karena hafalan baru sangat mudah hilang. b. Mengulangi hafalan. Lupa terkadang mencapai puncaknya sehingga sulit untuk mengulangi apa yang telah dihafal. Maka disini harus diulangi sejumlah hafalan yang telah hilang. Pengetahuan modern mengatakan bahwa materi yang dilupakan persis setelah dihafal akan memerlukan waktu yang lebih sedikit dari pada waktu untuk menghafal suatu teks yang tidak pernah dipelajari sebelumnya. Jadi mengulang-ulang hafalan yang lupa itu lebih mudah dari pada menghafal materi yang baru. c. Mendengarkan dari yang lain, termasuk kaset. Seseorang sekalipun cerdas namun ia tidak bisa menghindarkan dirinya dari segi-segi kelemahannya dan harus lupa terhadap sebagian apa yang diketahuinya. d. Mengerti akan makna dan arti dari materi yang telah dihafal serta berupaya untuk merenungkannya. Mengetahui dan merenungkan makna-makna Al-Qur‟an adalah merupakan tujuan diturunkannya kitab yang mulia itu. Merenungkan dan memikirkan nya saat membaca itu akan membantu dan menetapkannya dalam hati. 2. Banyak ayat serupa tetapi tidak sama Di dalam menghafal Al-Qur‟an akan kita jumpai ayat yang
serupa namun tidak sama. Maksudnya pada awalnya sama dan mengenai yang sama pula, tetapi pada pertengahan atau akhir ayatnya berbeda, atau sebaliknya, pada awalnya tidak sama tetapi pada pertengahannya atau akhir ayatnya sama sebagaimana contoh berikut:
Surat Al-Baqarah ayat 35:
“Dan kami berfirman: “Hai Adam, diamilah oleh kamu dan istrimu surga ini dan makanlah makanan-makanannya yang banyak lagi baik di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu dekati pohon ini yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang dzalim. Serupa dengan surat Al-A‟raf 19:
“(Dan Allah berfirman): “Hai Adam, bertempat tinggallah kamu dan istrimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) dimana saja yang kamu sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua orang-orang yang dzalim.” Adapun cara penyelesaian masalah tersebut dengan memberi catatan pinggir pada Al-Qur‟an yang dipakai untuk menghafal bahwa ayat tersebut sama dengan hal berapa, atau surat apa, juz berapa dan ayat keberapa, kemudian ayat-ayat yang serupa tersebut diberi garis bawah. Bila perlu diketahui sejarah turunnya ayat bila ada. Bila tidak, cukup dibaca terjemahannya untuk mengetahui peristiwa atau isi kandungan ayat tersebut. 3. Gangguan Asmara
Persoalan itu muncul karena mayoritas penghafal Al-Qur‟an itu berada pada jenjang usia pubertas, sehingga mulai tertarik dengan lawan jenis. Hal ini dianggap wajar karena proses alamiah yang muncul pada masa pubertas tersebut. Persoalan ini bisa diantisipasi dengan tidak membiarkan bergaul secara bebas dengan lawan jenisnya, atau dipalingkan pada kegiatan-kegiatan yang lebih bermanfaat, seperti olahraga, membaca buku ilmu pengetahuan, dan lain-lain. Namun juga terkadang gangguan asmara ini bukan merupakan suatu gangguan yang berarti bahkan bisa dijadikan sebagai pemicu semangat dalam menyelesaikan hafalan Al-Qur‟an jika yang bersangkutan bisa menyikapinya dengan bersifat kedewasaan. 4. Sukar Menghafal Keadaan ini bisa terjadi karena beberapa faktor, antara lain tingkat intelegensi quesioner (IQ) yang rendah, pikiran sedang kacau, badan kurang sehat atau fresh, kondisi di sekitar sedang gaduh sehingga sulit untuk berkonsentrasi, dan lain-lain. Persolan ini sebenarnya bisa diantisipasi sendiri oleh penghafal karena dialah yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 5. Melemahnya Semangat Menghafal Al-Qur‟an Hal ini bisa terjadi pada waktu menghafal berada pada juz-juz pertengahan. Ini disebabkan karena dia melihat pekerjaan yang harus digarap masih panjang. Untuk mengantisipasinya dengan kesabaran yang terus-menerus dan punya keyakinan (optimis) kalau pekerjaan
menghafal ini akan berangsur-angsur bisa terlewati dan sampai khatam. 6. Tidak Istiqomah Problem ini pun sering dihadapi oleh penghafal Al-Qur‟an. Penyebabnya antara lain terpengaruh teman-teman yang bukan penghafal Al-Qur‟an untuk mengadakan aktivitas yang tidak ada kaitannya dengan belajar, sehingga banyak waktu yang terbuang siasia. (Sugianto, 2004:100-104) 7.
Hikmah menghafal Al-Qur‟an Al-Qur‟an dalam ajaran Islam dinilai sebagai ibadah, Orang yang membacanya terlebih bila menghafalnya, maka akan dijanjikan pahala disisi Allah Swt. Selain itu bisa membuat kehidupan orang tersebut senantiasa merasa tentram dan damai. Hal tersebut bisa terjadi, karena dalam melaksanakan aktivitas hidupnya senantiasa berpedoman pada Al-Qur‟an yang Sudah tertanam dalam hati dan fikirannya. (Amrullah, 2008:33)
8. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan oleh penghafal Al-Qur‟an Di dalam kehidupan ini kita tidak pernah terlepas dari yang namanya kewajiban. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang harus dilakukan. Hal ini yang juga harus dilakukan oleh penghafal AlQur‟an. Kewajiban tersebut , yaitu: a. Hendaknya ia ikhlas dalam mempelajari Al-Qur‟an, semata-mata karena Allah SWT. Hendaknya ia mewajibkan dirinya sendiri untuk membaca Al-Qur‟an, di waktu siang maupun malam, di dalam shalat maupun di luar shalat, agar tidak sampai lupa. b. Hendaklah ia senantiasa memuji Allah, mensyukuri nikmatnikmat-Nya, berdzikir, tawakal dan hanya meminta tolong kepadaNya,
mencintain-Nya,
berpegang
teguh
pada-Nya,
selalu
mengingat mati, dan memohon kebahagiaan kepada-Nya. c. Hendaklah ia takut kepada dosa-dosanya, mengharapkan ampunan Tuhan, lebih banyak merasa takut saatsehat sebab ia tidak tahu kapan hidupnya ber-akhir, lebih mengharap rahmat Allah (raja’) pada masa menjelang ajal tiba. d. Hendaklah ia mengetahui (kecenderungan) manusia yang hidup pada zamannya, menjaga diri dari penguasa, menjaga kemurnian, kebersihan, dan keselamatan jiwanya, berjihad melawan dorongan nafsu sekuat tenaga. e. Hendaklah ia bertaqwa kepada Allah, mendekatkan diri kepadaNya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
f. Hendaklah ia mengambil sikap menjauhi jalan syubhat, sedikit tertawa, sedikit bicara dalam majlis Al-Qur‟an -juga majlis laindengan pembicaran yang tidak berfaidah serta menempatkan diri sebagai orang yang bijak dan lemah lembut. g. Hendaklah ia bersikap rendah hati (tawadu’) terhadap orang-orang fakir, menjauhi sifat takabbur dan ujub, menjaga jarak dengan dunia dan kesenangannya jika khawatir adanya fitnah yang akan menimpa jiwanya, meninggalkan perdebatan, danmenempatkan dirinya sebagai orang yang sopan dan beradab. h. Hendaklah ia menjadi sosok yang orang lain aman dari gangguannya, orang lain mengharap kebaikannya, orang lain selamat dari keburukan-keburukannya, tidak mendengarkan orang di dekatnya yang membicarakan aib orang lain, bergaul dengan orang yang dapat membantunya mengerjakan kebaikan dan menunjukkan pada kejujuran dan akhlak mulia sehingga ia bisa menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji itu, tidak mengacuhkannya begitu saja. i.
Hendaklah ia juga mempelajari hukum-hukum Al-Qur‟an (ilmu fiqih), sehingga mengetahui maksud-maksud Allah dan hal-hal yang diwajibkannya.
j.
Hendaknya dia mengetahui mana ayat Makkiyah dan Madaniyah, sehingga ia bisa membedakan seruan-seruan Allah untuk untuk
para hamba-Nya di masa awal islam, hal-hal yang diwajibkan Allah pada masa Islam awal. (Qaradhawi, 2007:70-73) Apabila
seorang
penghafal
Al-Qur‟an
berhasil
meraih
tingkatan-tingkatan diatas, berarti ia mahir Al-Qur‟an, memahami AlQur‟an dan menjadi orang yang dekat dengan Allah. Keterangan yang sudah disebutkan itu tidak akan membawa manfaat apapun sehingga orang yang bersangkutan mengikhlaskan hatinya karena Allah, baik ketika
belajar
Al-Qur‟an
ataupun
sesudah
mempelajarinya,
sebagaimana telah diuraikan didepan. Seorang penuntut ilmu yang memulai amalannya dengan niat mencari kehormatan dan kemuliaan dunia teruslah berusaha untuk memahami ilmu, hingga nanti tampak ada yang salah dalam i‟tikadnya. Lalu ia bertaubat dari kekeliruan itu dan memurnikan niatnya karena Allah. Dengan demikian, ilmu itu akan membawa manfaat baginya dan menjadikan bagus keadaannya.
B. Kecerdasan Spiritual 1. Pengertian kecerdasan spiritual Sebelum membahas lebih jauh tentang kecerdasan spiritual, maka terlebih dahulu di sini kita perlu menyinggung sedikit tentang IQ dan EQ. Maka akan disinggung sedikit tentang Kecerdasan Intelektual dan Emosional Sebagaimana diketahui, IQ atau kecerdasan intelektual sejauh ini lebih merujuk pada aspek kecerdasan logik-matematik dan kecerdasan verbal-linguistik semata. Dalam konteks tersebut, kecerdasan dipandang bersifat tunggal dan tak dapat berubah. Artinya, tak ada kecerdasan lain di luar IQ, dan sekali IQ sesorang sudah divonis (misalnya seseorang itu pintar, atau bodoh atau sedang-sedang saja) . Kecerdasan emosional ini, menurut penelitian Goleman, lebih menentukan keberhasilan dan kebahagian seseorang dibanding kecerdasan intelektual (IQ). Dan kecerdasan emosi (EQ) perlu dipandang sebagai landasan bagi penggunaan IQ secara efektif. Harus diakui kecerdasan intelektual dan kecerdasan emotional memiliki peran penting dalam kehidupan dan keberhasilan seseorang. Namun harus digaris bawahi bahwa memiliki kecerdasan intelektual dan kecerdasan emosional saja belumlah cukup dalam menjamin kebahagiaan hidup. Sehingga diperlukan keseimbangan antara kecedasan intelektual dan kecerdasan emosional. Untuk menyeimbangkan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan emosional diperlukan kecerdasan lain. Kecerdasan itu disebut dengan “kecerdasan spiritual”.
(http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=436950944275) Demikian tadi sudah dijelaskan mengenai IQ dan EQ. Untuk selanjutnya akan dijelaskan mengenai apa itu SQ atau kecerdasan spiritual. Kecerdasan berasal dari kata cerdas yang berarti Sempurna perkembangan akal budinya (untuk berpikir, mengerti dan sebagainya). Sedangkan kecerdasan yaitu perbuatan mencerdaskan kesempurnaan perkembangan akal budi. ( depdiknas, 2007 :105 ). Spiritual yaitu berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, makhluk lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Jadi dapat dipahami, bahwa Kecerdasan spiritual merupakan Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menampakkan diri dan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya atau kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseoarang, lebih bermakna dibanding yang lain. ( Zohar dan Marshal, 2000:1). Adapun kecerdasan spiritual dalam pandangan Islam adalah kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap perilaku dan kegiatan. Dalam Islam sendiri memandang bahwa kecerdasan spiritual berkaitan dengan sifat istiqamah, kerendahan hati, berusaha dan berserah diri, ketulusan, keseimbangan, integritas dan penyempurnaan itu semua dinamakan Akhlakul Karimah. ( Agustian, 2005 :280 ) Dari pengertian tersebut, kecerdasan spiritual santri yang
dimaksudkan yaitu sikap santri dalam melaksanakan kehidupannya yaitu harus berperilaku baik atau bersifat akhlakul karimah. Kecerdasan yang bisa digunakan santri dalam memaknai hidupnya dengan nilai-nilai spiritual yang ada dalam dirinya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecedasan seseorang Ada banyak sekali faktor yang bisa mempengaruhi kecerdasan seseorang. Oleh karena itu, tidak mengherankan bila kecerdasan yang dimiliki setiap individu akan berbeda antara individu yang satu dengan yang lainnya. Hal ini bisa saja terjadi karena kita ketahui bersama, bila kecerdasan seseorang bisa dipengaruhi oleh faktor intern maupun faktor eksteren. Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa faktor yang bisa mempengaruhi kecerdasan, yaitu: a. Pembawaan; pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir. b. Kematangan; tiap organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembaangan. c. Pembentukan; pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi kecerdasan. d. Minat dan pembawaan yang khas; minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.Dalam diri
manusia
terdapat
dorongan-dorongan
(motif-motif)
yang
mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar. e. Kebebasan ; kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih
metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah. (Muallifah, 2009:177) 3. Karakteristik Orang yang memiliki kecerdasan spiritual, yaitu : Bila sebelumnya sudah dijelaskan mengenai faktor pembentuk kecerdasan seseorang,
maka selanjutnya akan dibahas mengenai
karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spiritual. Setelah kecerdasan spiritual sudah terbentuk pada diri seseorang tentu saja orang yang memiliki kecerdasan spiritual didalam dirinya akan muncul karakter atau ciri yang membedakan antara orang yang satu dengan yang lain. Berikut karakteristik orang yang memiliki kecerdasan spiritual diantaranya, yaitu: a. Memiliki prinsip dan visi yang kuat b. Kesatuan dan keragaman c. Kemampuan bersikap fleksibel d. Tingkat kesadaran diri tinggi e. Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit f. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai g. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu h. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal (berpandangan holistik) i.
Kecenderungan nyata untuk bertanya “Mengapa” atau “Bagaimana jika” untuk mencari jawaban yang mendasar
j.
Memiliki kemudahan untuk bekerja melawan konvensi
k. Senang berbuat baik
l.
Senang menolong orang lain
m. Telah menemukan tujuan hidupnya n. Punya sense of humor yang baik (http://personalityrahmanugraheni.wordpress.com/) 4. Manfaat Kecerdasan Spiritual Banyak sekali manfaat yang diperoleh, bila kita mampu cerdas spiritual. Adapun manfaat dari kecerdasan spiritual diantaranya, yaitu : a. Kecerdasan spiritual dapat menjadikan kita kreatif. Kita menghadirkan kecerdasan spiritual ketika ingin menjadi luwes, berwawasan luas, atau spontan secara kreatif. b. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk berhadapan dengan masalah eksistensial, yaitu saat kita secara pribadi merasa terpuruk, terjebak oleh kebiasaan, kekhawatiran dan masalah masalalu kita akibat penyakit dan kesedihan. c. Kecerdasan spiritual adalah pedoman saat kita berada
“di ujung”.
“ujung “ adalah suatu tempat bagi kita untuk menjadi sangat kreatif. Kecerdasa spiritual, pemahaman kita yang dalam dan intuitif akan makna dan nilai, merupakan petunjuk bagi kita saat berada diujung. Kecerdasan spiritual adalah hati nurani kita. d. Kecerdasan spiritual menjadikan kita lebih cerdas secara spiritual beragama.
e. Kecerdasan spiritual memungkinkan kita untuk menyatukan hal-hal yang bersifat intrapersonal dan interpersonal, serta menjembatani kesenjangan antara diri dan orang lain. f. Kita menggunakan kecerdasan spiritual untuk mencapai perkembangan diri yang lebih utuh karena kita memiliki potensi untuk itu. g. Kecerdasan spiritual dapat membantu di dalam menghadapi masalah baik dan buruk, hidup dan mati, dan asal-usul sejati dari penderitaan dan keputusasaan manusia. ( Zohar dan Marshal, 2000:12-13) Dari berbagai manfaat kecerdasan spiritual tersebut, tentu saja akan menjadikan manusia menjadi insan kamil yang sesuai dengan ajaran Agama Islam. Akhlakul karimah akan dimiliki oleh mereka yang mampu mengaplikasikan kecerdasan spiritual dalam kehidupannya. Baik dalam kehidupan pribadi, sosial, maupun dalam bermasyarakat. 5. Faktor- Faktor yang menghambat kecerdasan spiritual. Di dalam melakukan suatu keinginan, kemauan, serta tindakan tentu saja tidak semudah yang kita fikirkan. Hal tersebut tidak lepas dari adanya suatu hambatan dalam melakukannya. Begitu juga bila kita inigin memiliki kecerdasan spiritual. Berikut akan disebutkan faktor apa saja yang bisa menghambat kecerdasan spiritual. Faktor-faktor tersebut adalah: a. Prasangka negatif Orang yang hidup pada lingkungan yang negatif cenderung alam fikirannya selalu berprasangka negatif dan curiga kepada orang lain. Sebaliknya, orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih
mampu melindungi pikirannya. b. Pengaruh prinsip hidup Prinsip hidup yang dianut dan diyakini telah menciptakan berbagai tipe pemikiran dengan tujuannya masing-masing. Setiap orang terbentuk sesuai dengan prinsip yang dianutnya. Namun, prinsip yang tidak sesuai dengan suara hati akan berakhir dengan kegagalan, baik kegagalan lahiriah maupun kegagalan batiniah.
c. Pengaruh pengalaman Pengalaman
kehidupan
dan
lingkungan
akan
sangat
mempengaruhi cara berpikir seseorang, yang pada akhirnya berakibat pada terciptanya sosok manusia bentukan dari lingkungan sosialnya. d. Pengaruh kepentingan Seringkali suara hati kita turut andil memberi informasi maha penting dalam menentukan prioritas. Tapi sering kali pula suara hati tersebut diabaikan oleh nafsu sesaat atau kepentingan tertentu dalam mencapai keuntungan
jangka
pendek,
yang
justru
seringkali
mengakibatkan kerugian jangka panjang. e. Pengaruh sudut pandang Sudut pandang yang berbeda dalam menyelesaikan suatu permasalahan hidup akan berdampak pada hasil yang akan dicapai. Dalam kehidupan harus mampu menyelesaikan masalah dengan arif bijaksana, penuh dengan rasa tanggung jawab, dan mampu memaafkan kesalahan orang lain. f. Pengaruh pembanding Paradigma penilaian dalam pikiran kita begitu mudah berubah dalam hitungan detik saja. Kita bisa bayangkan, betapa lingkungan dengan cepatnya menciptakan dan mengubah pikiran kita setiap saat.
g. Pengaruh literatur Bahwasanya buku-buku dan ilmu pengetahuan dari barat yang acap kali dijadikan pegangan atau kiblat juga penuhanan ilmu sesungguhnya sudah tidak pada tempatnya lagi. Yang ada hanyalah : Sang Pencipta dan Pemilik Ilmu, yaitu Allah Tuhan semesta alam. (Agustian, 2005 : 74) 6. Meningkatkan kecerdasan spiritual Mana yang disebut mata batin? Jika mata lahir memiliki jalur saraf dan pusat penglihatan diotak, apakah demikian juga mata batin? Jawaban, iya.Mata batin memiliki pusat diotak spiritual. Mata
batin pusatnya ada
pada seluruh bagian otak. Otak spiritual memadukan semua informasi yang diserap. Jika pohon yang dilihat, yang tampak adalah kepaduan dan kesatuan seluruh bagiannya.(Agustian, 2005:98) Pengertian tersebut memberikan pengertian bila kita bisa menyerap informasi yang ada melalui mata batin atau mata hati kita. Maka tidak heran bila sering ada orang yang bilang bila kita bisa melihat sesuatu melalui mata batin kita sendiri. Agar lebih optimal hasil yang ingin dicapai maka kita bisa meningkatkan mata batin kita yang berpusat di otak spiritual. Ada cara untuk meningkatkan kecerdasan spiritual. Cara yang bisa kita lakukan, yaitu
dengan meningkatkan penggunaan proses tersier
psikologis kita, yaitu dengan kecenderungan kita untuk bertanya mengapa, untuk mencari keterkaitan antara segala sesuatu, untuk membawa
kepermukaan asumsi – asumsi mengenai makna dibalik atau didalam sesuatu, menjadi lebih suka merenung, sedikit menjangkau diluar diri kita, bertanggung jawab, lebih sadar diri, lebih jujur terhadap diri sendiri, dan lebih pemberani. Melalui penggunaan kecerdasan spiritual kita secara lebih terlatih dan melalui kejujuran serta keberanian diri yang dibutuhkan dalam mengasah kecerdassan spiritual kita.
(Danah Zohar dan Ian
Marshall, 2000: 15) Dari keterangan tersebut bisa kita pahami, bila kecerdasan spiritual bisa kita asah atau kita tingkatkan. Peningkatan kecerdasan spiritual bisa kita mulai dari diri kita sendiri. Apabila diri kita punya niat untuk melakukannya maka hasil yang didapatkan akan lebih terasa maksimal. 7. Langkah-langkah menuju kecerdasan spiritual Berikut ini langkah-langkah ataupun cara yang bisa dilakukan serta dipelajari manusia dalam kehidupannya agar memiliki kecerdasan spiritual dalam dirinya. Langkah-langkah tersebut, yaitu: a. Menyadari di mana saya sekarang b.
Merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah
c. Merenungkan tentang dirinya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam d. Menemukan dan mengatasi rintangan e. Menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju f. Menetapkan hati saya pada sebuah jalan g. Tetap menyadari bahwa ada banyak jalan
( http://www.untag-sby.ac.id)
C. Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Al-Qur‟an adalah wahyu dari Allah Swt yang diturunkan kepada malaikat Jibril untuk menjadi pedoman hidup Manusia. Oleh karena itu manusia mempunyai kewajiban dimuka bumi ini untuk menjaga kemurnian dari kitab suci Al-Qur‟an dengan cara menghafalkannya. Masyarakat memandang bahwa mereka yang mampu menghafal Al-Qur‟an maka dalam kehidupannya akan diliputi dengan rahmat Allah Swt. Oleh karena itu tidak mengherankan bila masyrakat sangat menghormati mereka. Menghafal AlQur‟an akan memberikan syafa‟at kepada para penghafalnya. Kelak nanti akan dijanjikan surga oleh Allah SWT. Sesuai dengan sabda Rasulullah Saw, berikut ini :
َ)المسلم رواه( ِبهِ صْحَا لِأَ شَفِيْعًا اْلقِيَا َّمةِ يَوّْمَ يَأْتِيْ فَاَِّنهُ اِقْرَؤُواْلقُرْآن “Bacalah Al-Quran maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat nanti sebagai syafa’at kepada pemiliknya. “ ( HR. Muslim ) Hadist tersebut menjelaskan bila suatu saat nanti telah datang hari kiamat, maka bagi mereka yang menghafal Al-Qur‟an akan diberikan pertolongan dari Allah SWT. Dari manfaat tersebut maka banyak santri yang memperdalam ilmunya mengenai materi hafalan Al-Qur‟an. Al-Quran sendiri mempunyai fungsi sebagai syifa‟. Oleh sebab itu, Al-Qur‟an dapat berguna sebagai obat atau penawar hati santri dikala mereka harus dihadapkan pada permasalahan
hidup. Upaya untuk menghadapi serta bisa memecahkan peroalan hidup tersebut Para santri harus memiliki sebuah kecerdasan. Kecerdasan yang dimaksudkan disini yaitu kecerdasan spiritual. Kececerdasan spiritual harus kita miliki, karena Kecerdasan spiritual merupakan Kecerdasan untuk menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu kecerdasan untuk menampakkan diri dan perilaku hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya atau kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseoarang, lebih bermakna dibanding yang lain. ( Zohar dan Marshal, 2000:1). Dari keterangan tersebut, maka dapat dipamami bila Para Santri yang menghafal Al-Qur‟an maka akan memiliki kecerdasan spiritual yang baik dalam menghadapi kehidupannya. Namun, semua itu tergantung juga bagaimana sikap seorang santri dalam mengelola kecerdasan spiritual yang dimilkinya. Karena sudah dijelaskan sebelumnya bila kecerdasan spiritual bisa diasah atau ditingkatkan. Tentu saja hal ini akan memberikan dampak pada tingkatan kecerdasan spiritual Mereka. Selain itu manusia yang sempurna adalah manusia yang bergerak dengan kesadaran dan arah tujuan yang jelas sehingga apa yang dilakukan bermakna. Kecerdasan spirituallah yang akan menununtun kita untuk kembali menjadi keseimbangan hidup melalui pencarian, pemahaman, penghayatan terhadap apa yang kita sebut sebagai makna. Seseorang yang mempunyai SQ yang tinggi maka dia akan memiliki kesadaran yang penuh dan bermakna. Hidup yang bermakna berarti dia bisa mempersembahkan prestasi yang
terbaik untuk dirinya, keluarga dan masyarakatnya. Dengan pengaktualisasian diri, maka prestasi itu dapat dicapai diperkuat lagi dengan kecerdasan spiritual yang akan mengarahkan pencapaian prestasi. Di dalam Kitab suci Al-Qur‟an juga menjelaskan, sebelum bumi dan manusia diciptakan, ruh manusia telah mengadakan perjanjian dengan Allah, Allah bertanya kepada jiwa manusia: ”Bukankah aku Tuhanmu?” lalu ruh manusia menjawab: “Ya, kami bersaksi!”. Bukti adanya perjanjian ini adalah menurut Muhamad Abduh ialah adanya fitrah iman dalam jiwa manusia, hal tersebut dipertegas dengan adanya suara hati manusia, suara hati Tuhan yang terekam dalam jiwa manusia. Karena itu, bila manusia hendak berbuat keburukan, pasti akan dilarang oleh suara hati nuraninya sendiri, karena Tuhan tidak menghendaki kemungkaran. Jikalau manusia tetap mengerjakan perbuatan yang tidak baik, maka suara hatinya akan bernasihat. Begitu usai berbuat, ia akan menyesalinya. Mac Scheler mengatakan penyesalan adalah „tanda kembali‟ –nya seseorang kepada Tuhan. Itulah pengakuan bahwa manusia adalah makhluk spiritual. (Agustian, 2001:73). Dari hal tersebut bisa kita pahami bahwa kecerdasan spiritual harus kita miliki terutama disini para santri karena sudah seyogyanya bila santri yang khususnya penghafal Al-Qur‟an bisa mengelola kecerdasan spiritual yang dimilikinya dengan baik.
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi ObjekPenelitian 1. SejarahSingkatBerdirinyaPondokPesantrenBustanuUsysyaqil Qur‟an (BUQ) PondokPersantrenBustanuUsysyaqil Qur‟an (BUQ) berdiri pada tahun 1989 oleh KH.Abdulloh Hanif yang berasal dari dusun Gading, desa Duren, kecamatanTengaran, kabupaten Semarang, sedangkan istri beliau Hj. Anis Toharoh yang berasal dari desa Rimbu lor, Karangawen, Demak. Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ) semula khusus mengajarkan Al-Qur‟an dengan mengguna kansis temsorogan di lingkungan kerabat dan tetangga dekat. Dengan perkembangan santri yang selalu bertambah, yang datang dari berbagai daerah, maka didirikan madrasah diniyah. Mulai awal berdirinya sampai sekarang pondok BUQ selalu mengalami peningkatan dalam jumlah santri maupun bentuk dan banyaknya bangunan fisik. Sampai saat ini santri putra dan putri tercatat kurang lebih 150 santri yang bermukim di pondok. 1. Masa perkembangan Pondok pesantren BUQ Gading santrinya sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat potensi alumnus cukup memadai, sehingga pondok pesantren BUQ Gading pada periode berikutnya berkembang dengan cukup pesat. Cirikhas yang dimiliki para alumni pondok pesantren BUQ Gading yaitu bentuk khufadz atau penghafal Al Qur‟an, selain itu
banyak alumni yang sudah dapat membaca dan menterjemahkankitabkitab dengan bahasa yang benar serta dapat menganalisa kandungan dan uraiannya. KH. Abdulloh Hanif tidak hanya belajar Al-Qur‟an atau kitab saja, akan tetapi juga diajarkan rasa kemandirian. Yaitu waktu pagi dan siang sebagian santri khususnya santri putra setelah melaksanakan sholat Dhuha secara berjama‟ah mereka diajak langsung oleh beliau bertanam, berdagang, dan lain sebagainya sehingga para santri setelah pulang kekampung halamannya tidak canggung lagi. 2. Letak Geografis Pondok Pesanten BUQ Gading, Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Pondok pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ) terletak di Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Adapun batas-batas wilayah pondok pesantren BUQ adalah sebagai berikut : a. Sebelah utara berbatasan dengan desa Babadan b. Sabelah selatan berbatasan dengan desa Karangwuni c. Sebelah barat berbatasan dengan desa Ragilan d. Sebelah timur berbatasan dengan desa Tanubayu
3. StrukturOrganisasi
PENGASUH PONDOK KH. ABDULLOH HANIF
KETUA 1 KETUA 2
BENDAHARA 1 : NUQMAN H BENDAHARA 2 : DEWI M
: ABDUL HARIS : KHUMAIDAH
SEKRETARIS 1 : LUKMAN SEKRETARIS 2 : UMAYYAH
SEKSI KEBERSIHAN
SEKSI KEAMANAN
SEKSI PERLENGKAPAN
IBDAL M
ALI M
MIFTAKHUL H
ABDUL M
S. KAMALA
LIA Q A
LAILA K
NUR K
SEKSI PENDIDIKAN
5. Tenagaedukatif madrasah diniyah Table. 1 Tenagaedukatif di pondok BUQ Gading, Duren, Kec.Tengaran, Kab. Semarang No
Asatidz/Asatidzah
Pelajaran
1. 1.
UstadzKhamami
Qiro‟ah
2. 2.
UstadzNurkholis
Fiqihdantauhid
3. 3.
UstadzZainurrokhim
Iqro‟
4. 4.
UstadzChadiq Maulana
Tarikh
5. 5.
Ustadzfatkhurrohman
Tauhid
6. 6.
UstadzZaini Mahmud
Tarikh
7. 7.
UstadzWahyuHidayat S
Iqro‟
8. 8.
UstadzNurul Qomar
Iqro‟
9. 9.
UstadzahRochati
Tajwid
10. 10.
Ustadzah Ana khumairoh
Fiqih
11. 11.
Ustadzah Eni Imaniyah
Bahasaarab
12. 12.
UstadzahAnissa‟adah
Do‟a
13. 13.
Ustadzah Irma millati
AkhlakdanFiqih
14. 14.
UstadzahAinatul M
Do‟a
15. 15.
UstadzahSitiKamalah
Akhlak
16. 16.
UstadzahMustaghfiroh
Fiqih
4. Sarana dan Prasarana Dalam proses belajar mengajar akan belajar dengan lancar bila mana didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai. Keadaan sarana dan prasarana di pondok pesantren BUQ gading cukup memadai , untuk lebih jelasnya dapat dilihat table bibawah ini : Tabel. 2 SaranadanPrasarana No
Nama/jenisbarang
Jumlah
Keadaan
1
Kamarsantri
13 ruang
Baik
2.
Kantor pondok
2 ruang
Baik
3.
Ruangtamu
2 ruang
Baik
4.
Aula
2 ruang
Baik
5.
Kamarmandi/WC
13 ruang
Baik
6.
Tempatwudhu
2 ruang
Baik
7.
Ruangpertemuan
2 ruang
Baik
8.
Koperasi
1 ruang
Baik
9.
Tempatriadhoh
2 ruang
Baik
10.
Dapur
2 ruang
Baik
11.
Gudang
2 ruang
Baik
12.
Garasi
1 ruang
Baik
13.
Computer
2 buah
Baik
4. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Bustanu Usysyaqil Qur‟an (BUQ)
a. Sistem sorogan yaitu suatu metode dimana santri menyodorkan kitabnya dihadapan kyai atau ustadz kemudian membacanya, dan apabila terdapat kesalahan, kyai atau ustadz membetulkannya. b. Sistem weton atau biasa disebut sistem badongan atau halaqoh yaitu metode dimana seorang kyai atau ustadz membaca dan menjelaskan sebuah kitab, dikerumuni oleh sejumlah santrinya, masing-masing santri memegang kitabnya sendiri, mendengarkandan mencatat keterangan dari gurunya itu. 8. Sistempengajaran Belajar dan mengaji dipondok merupakan kegiatan pokok di pondok pesantren BUQ
yang keduanya tercakup dalam program
pendidikan terpadu yang saling terkait. Maka hal ini pondok pesantren BUQ mempunyai sistem pengajaran antara lain : a. Sistem Tahafudzul Qur‟an Pondok pesantren BUQ Gading mengkhususkan mempelajari Al Qur‟an (menghafal Al Qur‟an sebanyak 30 juz), dengan cara sekali tatap muka (seminggu 6 kali). Setiap santri wajib mengajukan undakan atau tambahan hafalannya sesuai dengan kemampuan masing-masing (kuranglebih 2 halaman) dan menyemakkan deresan kepada pengasuh. Dengan sistem seperti ini diharapkan santri dapat hafal Al-Qur‟an dalam waktu kurang lebih 2 sampai 4 tahun.
Pengajian Al Qur‟an terbagi atas 3 tingkatan yaitu : 1) Tingkat juz Amma, yaitu menghafal juz 30 2) Tingkat Bin Nadhor, yaitu membaca keseluruhan juz dalam Al Qur‟an 3) Tingkat Bil Ghoib, yaitu menghafal keseluruhan juz dalam Al Qur‟an b. Sistem madrasah Dalam sistem ini santri dididik di madrasah diniyah yang didalamnya mempelajari kitab-kitab seperti fiqih, tauhid, akhlak, tajwid dan lain sebagainya. Adapun kitab yang digunakan sebagai pegangan di madrasah diniyah sesuai dengan kurikulum yang ditentukan oleh pondok pesantren. c. Sistem kilatan Sistem ini merupakan sistem mengaji beberapa kitab tertentu dengan waktu relativ singkat (kurang lebih 1 bulan) dapat selesai. Biasanya waktu yang digunakan untuk kilatan yaitu pada bulan ramadhan. Adapun kitab yang dipelajari dalam system kilatan yaitu: 1) Tajwid
(Syifa’uljanan,
Fuchfatulathfal,
Hidayatul
mustafid,
Jazariyah, Fatchulmanan, dan lain sebagainya) 2) Fiqih (fasolatan, Durusu alfiqhiyyah, Ghoyatuttaqrib, Sulamtaufiq, dansebagainya) 3) Qurrotul’uyun, Kitab an-nikah, Risalat al-makhid
B. Penyajian Data 1. Adapun daftar nama responden ada dalam tabel sebagai berikut : Tabel. 3 DaftarResponden N
NamaResponden
Umur
1.
Aisyah
20 tahun
2.
Siti Tafiroh
17 tahun
3.
Rachma
18 tahun
4.
Maimunatur Rohmah
18 tahun
5.
Rofiq Al Hakim
22 tahun
o
6.
Muhim Fitroh
20 tahun
7.
Uswatun Chasanah
21 tahun
8.
Siti Masruroh
21 tahun
9.
Oktaviani Kartika Putri
21 tahun
10.
Desi Novita Sari
18 tahun
11.
Salzha Latifah
17 tahun
12.
Zhosyita Melani
17 tahun
13.
Sayidati Khodijah
20 tahun
14.
Kaylila Suhandono
18 tahun
15.
Anna Al-Thafunnisa
17 tahun
16.
Saula Sasa Bila
17 tahun
17.
Siti Kamala
17 tahun
18.
Septiyana
17 tahun
19.
Annisaunnaja
19 tahun
N o
NamaResponden
Umur
20.
Faza Faizah
24 tahun
21.
Anik Ainur Rohmah
19 tahun
22.
Febia
17 tahun
23.
Lisa Andriani
17 tahun
24.
Anis Sa‟adah
18 tahun
25.
Lia Fahrani
17 tahun
26.
Chusna Safarina
17 tahun
27.
Wardah Alaikum
17 tahun
28.
Rachma Indiani
17 tahun
29.
Vivi vaidah
17 tahun
30.
Anggraini
23 tahun
31.
Nur Rachmawati
24 tahun
32.
Lutfia Muthoharoh
17 tahun
33.
Choirul Ana
18 tahun
34.
Malikhatin Naziah
27 tahun
35.
Saylia Putri
17 tahun
36.
Rina S
17 tahun
37.
Dwi Fitriani
23 tahun
38.
Eka Fitriana
19 tahun
39.
Devina Anggraini
17 tahun
40.
Rahma Izna
18 tahun
41.
Ramandani
20 tahun
N o
NamaResponden
Umur
42.
Nabila D
18 tahun
43.
Desi Novita
18 tahun
44.
Lisa Septiana
17 tahun
45.
Ummayah
17 tahun
46.
Fredita Anjarsari
18 tahun
47.
Febia Erna
17 tahun
48.
Kamalah
25 tahun
49.
Isti Faizah
18 tahun
50.
Sri Rezeki
19 tahun
2. Data Tentang Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur’an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an dan data tentang kecerdasan spiritual. Untuk memperoleh data tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual maka penulis menyebar angket sebanyak 20 pertanyaan kepada 50 responden, dengan menggunakan 3 alternatif jawaban. Adapun ketentuan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Untuk jawaban a, mendapat skor 3 2. Untuk jawaban b, mendapat skor 2 3. Untuk jawaban c, mendapat skor 1 Adapun hasil angket yang diberikan responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel. 4 Daftar hasil jawaban Tentang Intensitas Menghafal Al-Qur’an Santri Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 N o
Jawaban
Nilai
Jumlah
NamaResponden A
B
C
3
2
1
1.
Aisyah
6
3
1
18
6
1
25
2.
Siti Tafiroh
9
1
0
27
2
0
28
3.
Rachma
5
4
1
15
8
1
24
4.
Maimunatur Rohmah
6
4
0
18
8
0
26
N o
Jawaban
Nilai
Jumlah
NamaResponden A
B
C
3
2
1
5.
Rofiq Al Hakim
6
3
1
18
6
1
25
6.
Muhim Fitroh
6
4
0
18
8
0
26
7.
Uswatun Chasanah
8
1
1
24
2
1
27
8.
Siti Masruroh
7
0
3
21
0
3
24
9.
Oktaviani Kartika Putri
8
1
1
24
2
1
27
10.
Desi Novita Sari
7
0
3
21
0
3
24
11.
Salzha Latifah
6
3
1
18
6
1
25
12.
Zoshyita Melani
9
1
0
27
2
0
28
13.
Sayidati Khodijah
9
1
0
27
2
0
28
14.
Kaylila Suhandono
9
1
0
27
2
0
28
15.
Anna Al Tafunnisa
9
1
0
27
2
0
28
16.
Saula Sasa Bila
7
0
3
21
0
3
24
17.
Siti Kamala
9
1
0
27
2
0
28
18.
Septiyana
7
0
3
21
0
3
24
19.
Annisaunnaja
7
3
0
21
6
0
27
20.
Faza Faizah
4
5
1
12
0
1
20
21.
Anik Ainur Rohmah
6
3
1
18
6
1
25
22.
Febia
9
1
0
27
2
0
28
23.
Lisa Andriani
8
1
1
24
2
1
27
24.
Anis Sa‟adah
7
2
1
21
4
1
20
25.
Lia
9
1
0
27
1
0
28
26.
Chusna Safarina
7
0
3
21
0
3
24
N o
Jawaban
Nilai
Jumlah
NamaResponden A
B
C
3
2
1
27.
Wardah Alaikum
9
1
0
27
2
0
28
28.
Rachma Indriani
7
2
1
21
4
1
26
29.
Vivi Vaidah
8
2
0
24
4
0
28
30.
Anggraini
6
3
1
18
6
1
25
31.
Nur Rachmawati
9
1
0
27
2
0
28
32.
Lutfia Muthoharoh
7
1
0
21
2
0
24
33.
Choirul Ana
9
1
0
27
2
0
28
34.
Malikhatin Naziyah
7
0
3
21
0
3
24
35.
Saylia Putri
7
0
3
21
0
3
24
36.
Rina S
7
2
1
21
4
1
26
37.
Dwi Fitriani
6
4
0
18
8
0
26
38.
Eka Fitriana
9
1
0
27
2
0
28
39.
Devina Anggraini
6
3
1
18
6
1
25
40.
Rahma Izna
5
1
4
15
2
4
21
41.
Ramandani
6
3
1
18
6
1
25
42.
Nabila D
8
2
0
24
4
0
28
43.
Desi Novita
6
4
0
18
8
0
26
44.
Lisa Septiana
8
2
0
24
4
0
28
45.
Ummayah
7
3
0
21
6
0
27
46.
Fredita Anjarsari
7
2
1
21
4
1
26
47.
Febia Erna
5
4
1
15
8
1
24
48.
Kamalah
8
2
0
24
2
0
26
N o
Jawaban
Nilai
Jumlah
NamaResponden A
B
C
3
2
1
49.
Isti Faizah
8
2
0
24
2
0
26
50.
Sri Rejeki
6
4
0
18
8
0
26
Demikian angket tentang intensitas menghafal Al-Qur‟an yang penulis himpun dari 50 santri dengan cara menyebarkan angket.
3. Data hasil jawaban tentang kecerdasan spiritual santri Tabel. 5 Daftar hasil jawaban Tentang Kecerdasan Spiritual Santri Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 Jawaban
Nilai
No NamaResponden
Jumlah A
B
C
3
2
1
1.
Aisyah
5
3
2
15
6
2
23
2.
Siti Tafiroh
9
1
0
27
2
0
29
3.
Rachma
8
2
0
24
4
0
28
4.
Maimunatur Rohmah
9
1
0
27
2
0
29
5.
Rofiq Al Hakim
6
3
1
18
6
1
25
6.
Muhim Fitroh
6
4
0
18
8
0
26
7.
Uswatun Chasanah
9
1
0
27
2
0
29
8.
Siti Masruroh
8
2
0
24
4
0
26
9.
Oktaviani Kartika Putri
7
3
0
21
6
0
27
10. Desi Novita Sari
3
6
1
9
12
1
22
11. Salzha Latifah
9
1
0
27
2
0
29
12. Zoshyita Melani
7
3
0
21
6
0
27
13. Sayidati Khodijah
9
1
0
27
2
0
29
14. Kaylila Suhandono
9
1
0
27
2
0
29
15. Anna Al Tafunnisa
9
1
0
27
2
0
29
16. Saula Sasa Bila
5
5
0
15
10
0
25
17. Siti Kamala
8
2
0
24
4
0
28
Jawaban
Nilai
No NamaResponden
Jumlah A
B
C
3
2
1
18. Septiyana
7
2
1
21
4
1
26
19. Annisaunnaja
3
6
1
9
12
1
22
20. Faza Faizah
8
2
0
24
4
0
28
21. Anik Ainur Rohmah
5
3
2
15
6
2
23
22. Febia
6
1
3
18
2
3
23
23. Lisa Andriani
7
2
1
21
4
1
26
24. Anis Sa‟adah
7
3
0
21
6
0
27
25. Lia
7
3
0
21
6
0
27
26. Chusna Safarina
6
4
0
18
8
0
26
27. Wardah Alaikum
7
2
1
21
4
1
26
28. Rachma Indriani
3
6
1
9
12
1
22
29. Vivi Vaidah
9
1
0
27
2
0
29
30. Anggraini
9
1
0
27
2
0
29
31. Nur Rachmawati
7
2
1
21
4
1
26
32. Lutfia Muthoharoh
9
1
0
27
2
0
29
33. Choirul Ana
9
1
0
27
2
0
29
34. Malikhatin Naziyah
7
3
0
21
6
0
27
35. Saylia Putri
4
6
0
12
12
0
24
36. Rina S
4
6
0
12
12
0
24
37. Dwi Fitriani
5
1
4
15
2
4
21
38. Eka Fitriana
8
2
0
24
4
0
28
39. Devina Anggraini
6
4
0
18
8
0
26
Jawaban
Nilai
No NamaResponden
Jumlah A
B
C
3
2
1
40. Rahma Izna
8
2
0
24
4
0
28
41. Ramandani
7
2
1
21
4
1
26
42. Nabila D
6
3
1
18
6
1
25
43. Desi Novita
5
1
4
15
2
4
21
44. Lisa Septiana
9
1
0
27
1
0
29
45. Ummayah
8
2
0
24
4
0
28
46. Fredita Anjarsari
8
2
0
24
4
0
28
47. Febia Erna
8
2
0
24
4
0
28
48. Kamalah
9
1
0
27
2
0
29
49. Isti Faizah
9
1
0
27
1
0
29
50. Sri Rejeki
7
3
0
21
6
0
27
Demikian angket tentang kecerdasan spiritual yang penulis himpun dari 50 santri dengan cara menyebarkan angket.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini akan mengadakan analisis data yang telah terkumpul. Analisis data tersebut digunakan untuk memperoleh jawaban atas pokok permasalahan yang diajukan, yaitu : 1. Bagaimana intensitas menghafal Al-Qur‟an di pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. 2. Bagaimana kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. 3. Seberapa besar pengaruh intetensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri di pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara intensitas menghafal AlQur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri, maka data yang diperoleh akan dianalisis dengan analisis statistik. Berdasarkan
permasalahan
diatas,
untuk
menjawab permasalahan
penelitian nomor satu dan dua, akan dilakukan analisis data dengan analisis prosentase. Sedangkan untuk menjawab tujuan penelitian nomer tiga, penulis akan menggunakan analisis teknik product moment sebagai berikut:
rxy
(X )(Y ) N 2 2 ( X ) 2 ( Y ) 2 X Y N N XY
Keterangan : rxy
: koefisien korelasi antara X dan Y
X
: variabel pengaruh
Y
: variabel terpengaruh
N
: jumlah responden
A. Variabel intensitas menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang. Untuk mempermudah dalam penganalisaan pada variabel ini, penulis akan menentukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari lebar interval, untuk mempermudah kategori prosentase tinggi, sedang, dan rendah. Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada santri mengenai intensitas menghafal Al-Qur‟an, jumlah kategori
jawaban
responden
dapat diketahui lebar intervalnya adalah dari 10 item pertanyaan, diperoleh nilai t tertinggi yaitu 29, dan nilai terendah 21. Jadi intervalnya: Interval dicari dengan rumus: i
( Xt Xr ) 1 ki
Keterangan : i
: interval
Xt
: nilai tertinggi
Xr
: nilai terendah
Ki
: kelas interval (tinggi, sedang, rendah) i
( Xt Xr ) 1 ki
i
(29 21) 1 3
i
(8) 1 3
i
9 3
i3
2. Menetapkan klasifikasi
mengenai
intensitas menghafal Al-Qur‟an
Berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah serta lebar interval, maka tingkat intensitas menghafal Al-Qur‟an dapat diklasifikasikan
sebagai
berikut: Nilai 27 - 29 masuk kategori tinggi ( A ) Nilai 24 – 26 masuk kategori sedang ( B ) Nilai 21 – 23 masuk kategori rendah ( C ) Sesuai dengan perhitungan diatas, maka hasil penelitian mengenai intensitas menghafal Al-Qur‟an di pondok pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, kec. Tengaran, kab. Semarang, adalah sebagai berikut:
TABEL 6 Data score dan Nominasi Intensitas Menghafal Al-Qur’an di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, kec. Tengaran, Kab Semarang No.
Nama
Score
Nominasi
1.
Aisyah
29
A
2.
Siti Tafiroh
29
A
3.
Rachma
29
A
4.
Maimunatur Rohmah
27
A
5.
Rofiq Al Hakim
27
A
6.
Muhim Fitroh
29
A
7.
Uswatun Chasanah
29
A
8.
Siti Masruroh
27
A
9.
Oktaviani Kartika Putri
28
A
10.
Desi Novita Sari
28
C
11.
Salzha Latifah
27
B
12.
Zosyita Melani
26
A
13.
Sayidati Kodijah
26
A
14.
Kaylila Suhandono
28
A
15.
Anna Al Thafunnisa
27
A
16.
Saula Sasa Bila
27
B
17.
Siti Kamala
26
A
18.
Septiyana
28
B
19.
Annisaunnaja
27
A
No.
Nama
Score
Nominasi
20.
Faza Faizah
27
C
21.
Anik Ainur Rohmah
27
B
22.
Febia
26
A
23.
Lisa Andriani
26
A
24.
Anis Sa‟adah
26
C
25.
Lia Kumalasari
28
A
26.
Chusna Safarina
26
B
27.
Wardah Alaikum
24
A
28.
Rachma Indriani
26
A
29.
Vivi Vaidah
26
A
30.
Anggraini
24
B
31.
Nur Rachmawati
25
A
32.
Luthfia Muthoharroh
26
B
33.
Choirul Ana
25
A
34.
Malikhatin Naziyah
26
B
35.
Saylia Putri
26
B
36.
Rina S
28
A
37.
Dwi Fitriani
28
A
38.
Eka Fitriani
26
A
39.
Devina Anggraini
28
B
40.
Rahma Izna
25
B
41.
Ramandani
28
A
42.
Nabila D
25
B
No.
Nama
Score
Nominasi
43.
Desi Novita
25
B
44.
Lisa Septiana
28
A
45.
Ummayah
25
B
46.
Fredita Anjarsari
28
A
47.
Febia Erna
24
B
48.
Kamalah
21
C
49.
Isti Faizah
21
C
50.
Sri Rejeki
24
B
Berdasarkan
tabel
score dan nominasi
tersebut diatas dapat
dikelompokkan dalam prosentase berdasarkan tiga kriteria. Rumus prosentase: P
F 100% N
Keterangan: P : Prosentase F : Frekuensi N : Nilai a. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori tinggi, yaitu: P
F 25 100% 100 % 0,5 100% 50% N 50
b. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori sedang, yaitu: P
F 23 100% 100 % 0,46 100% 46% N 50
c. Prosentase menghafal Al-Qur‟an dalam kategori rendah, yaitu: P
F 2 100% 100 % 0,04 100% 4% N 50
Tabel 7 Distribusi tingkat menghafal Al-Qur’an di pondok pesantren BUQ
No
Intensitas Menghafal AlQur’an
Frekuensi
Prosentase
1
Tinggi
25
50%
2
Sedang
23
46%
3
Rendah
2
4%
Total
50
100%
Dari perhitungan diatas, maka prosentase dari masing-masing Intensitas Menghafal Al-Quran
termasuk kategori
tinggi yaitu 50%,
kategori sedang 46%, dan kategori rendah 4%.
B. Variabel Kecerdasan Spiritual Santri Untuk mempermudah dalam penganalisaan pada variabel ini, penulis akan menentukan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mencari lebar interval, untuk mempermudah kategori prosentase tinggi, sedang, dan renda Berdasarkan angket yang telah diberikan kepada santri mengenai kecerdasan spiritual, jumlah kategori
jawaban
responden
dapat
diketahuilebar intervalnya adalah dari 10 item pertanyaan, diperoleh nilai t
tertinggi yaitu 30, dan nilai terendah 22. Jadi intervalnya: Interval dicari dengan rumus: i
( Xt Xr ) 1 ki
Keterangan : i
: interval
Xt
: nilai tertinggi
Xr
: nilai terendah
Ki
: kelas interval (tinggi, sedang, rendah) i
( Xt Xr ) 1 ki
i
(30 22) 1 3
i
(8) 1 3
i
9 3
i3
2. Menetapkan klasifikasi mengenai kecerdasan spiritual Berdasarkan nilai tertinggi dan nilai terendah serta lebar interval,maka tingkat kecerdasan spiritual dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Nilai 28 - 30 masuk kategori tinggi
(A)
Nilai 25 – 27 masuk kategori sedang ( B ) Nilai 22 – 24 masuk kategori rendah ( C )
Sesuai dengan perhitungan diatas, maka hasil penelitian mengenai kecerdasan spiritual di pondok pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds Duren, kec. Tengaran, Kab. Semarang sebagai berikut: TABEL 8 Data score dan Nominasi Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ, Dsn. Gading, Ds. Duren, kec. Tengaran, Kab Semarang No.
Nama
Score
Nominasi
1.
Aisyah
29
A
2.
Siti Tafiroh
30
A
3.
Rachma
29
A
4.
Maimunatur Rohmah
30
A
5.
Rofiq Al Hakim
28
B
6.
Muhim Fitroh
28
B
7.
Uswatun Chasanah
29
A
8.
Siti Masruroh
29
B
9.
Oktaviani Kartika Putri
27
A
10.
Desi Novita Sari
29
A
11.
Salzha Latifah
27
A
12.
Zosyita Melani
28
A
13.
Sayidati Kodijah
29
A
14.
Kaylila Suhandono
29
A
15.
Anna Al Thafunnisa
26
A
16.
Saula Sasa Bila
26
B
No.
Nama
Score
Nominasi
17.
Siti Kamala
29
A
18.
Septiyana
29
B
19.
Annisaunnaja
28
C
20.
Faza Faizah
29
A
21.
Anik Ainur Rohmah
29
A
22.
Febia
28
C
23.
Lisa Andriani
29
B
24.
Anis Sa‟adah
28
A
25.
Lia Kumalasari
27
A
26.
Chusna Safarina
22
B
27.
Wardah Alaikum
22
B
28.
Rachma Indriani
26
C
29.
Vivi Vaidah
27
A
30.
Anggraini
28
A
31.
Nur Rachmawati
25
B
32.
Luthfia Muthoharroh
28
A
33.
Choirul Ana
26
A
34.
Malikhatin Naziyah
28
A
35.
Saylia Putri
26
B
36.
Rina S
27
B
37.
Dwi Fitriani
28
C
38.
Eka Fitriani
27
B
39.
Devina Anggraini
27
B
No.
Nama
Score
Nominasi
40.
Rahma Izna
29
A
41.
Ramandani
29
A
42.
Nabila D
25
B
43.
Desi Novita
25
B
44.
Lisa Septiana
22
C
45.
Ummayah
27
B
46.
Fredita Anjarsari
27
B
47.
Febia Erna
25
B
48.
Kamalah
25
B
49.
Isti Faizah
22
C
50.
Sri Rejeki
25
B
Berdasarkan
tabel
score dan nominasi
tersebut diatas dapat
dikelompokkan dalam prosentase berdasarkan tiga kriteria. Rumus prosentase: P
F 100% N
Keterangan: P
: Prosentase
F
: Frekuensi
N
: Nilai
a. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori tinggi, yaitu: P
F 25 100% 100 % 0,5 100% 50% N 50
b. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori sedang, yaitu: P
F 21 100% 100 % 0,42 100% 42% N 50
c. Prosentase Tingkat Kecerdasan Spiritual dalam kategori rendah, yaitu: P
F 4 100% 100 % 0,08 100% 8% N 50
Tabel 9 Analisis Tingkat Kecerdasan Spiritual Santri Distribusi Tingkat Kecerdasan Spiritual di pondok pesantren BUQ Tingkat Kecerdasan
No
Frekuensi
Spiritual
Prosentase
1
Tinggi
25
50%
2
Sedang
21
42%
3
Rendah
4
8%
Total
50
100%
Dari perhitungan diatas, maka prosentase dari masing-masing tingkat kecerdasan spiritual termasuk kategori tinggi yaitu 50%, kategori sedang 21%, dan kategori rendah 8%
C. Analisis
Pengaruh
Intensitas
Menghafal
Al-Qur’an
Terhadap
Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 Tujuan analisis ini adalah untuk mengetahui
adakah pengaruh
intensitas menghafal Al-Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual santri. Tentang pengaruh antara kedua variabel diatas (variabel X dan variabel Y) penulis mempunyai hipotesis sebagai berikut: “ Intensitas menghafal AlQur‟an mempunyai pengaruh yang positif dengan kecerdasan spiritual santri “ Dalam analisis ini penulis menggunakan satatistik teknik
product
moment. Adapun langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Mencari variabel X ( intensitas menghafal Al-Qur‟an) dan variabel Y (Kecedasan Spiritual). 2. Memasukkan tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dan mengkuadratkan serta mengkalikannya. 3. Setelah mengetahui nilai kelompok antara variabel X dan variabel Y, hasil product dari variabel X kuadrat dan Y kuadrat perkalian antar variabel X dan Y serta tinggi rendahnya, maka langkah selanjutnya adalah mengetahui rxy.
4. Langkah –langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: a. Mencari Nilai Variabel X dan Y Tabel 10 Nilai Variabel X dan Variabel Y
No.
Nama
Jumlah score intensitas menghafal Al-Qur’an (X)
Jumlah score kecerdasan spiritual (Y)
1.
Aisyah
29
29
2.
Siti Tafiroh
29
30
3.
Rachma
29
29
4.
Maimunatur Rohmah
27
30
5.
Rofiq Al Hakim
27
28
6.
Muhim Fitroh
29
28
7.
Uswatun Chasanah
29
29
8.
Siti Masruroh
27
29
9.
Oktaviani Kartika Putri
28
27
10.
Desi Novita Sari
28
29
11.
Salzha Latifah
27
27
12.
Zosyita Melani
26
28
13.
Sayidati Kodijah
26
29
14.
Kaylila Suhandono
28
29
15.
Anna Al Thafunnisa
27
26
16.
Saula Sasa Bila
27
26
17.
Siti Kamala
26
29
18.
Septiyana
28
29
No.
Nama
Jumlah score intensitas menghafal Al-Qur’an (X)
Jumlah score kecerdasan spiritual (Y)
19.
Annisaunnaja
27
28
20.
Faza Faizah
27
29
21.
Anik Ainur Rohmah
27
29
22.
Febia
26
28
23.
Lisa Andriani
26
29
24.
Anis Sa‟adah
26
28
25.
Lia Kumalasari
28
27
26.
Chusna Safarina
26
22
27.
Wardah Alaikum
24
22
28.
Rachma Indriani
26
26
29.
Vivi Vaidah
26
27
30.
Anggraini
24
28
31.
Nur Rachmawati
25
25
32.
Luthfia Muthoharroh
26
28
33.
Choirul Ana
25
26
34.
Malikhatin Naziyah
26
28
35.
Saylia Putri
26
26
36.
Rina S
28
27
37.
Dwi Fitriani
28
28
38.
Eka Fitriani
26
27
39.
Devina Anggraini
28
27
40.
Rahma Izna
25
29
No.
Nama
Jumlah score intensitas menghafal Al-Qur’an (X)
Jumlah score kecerdasan spiritual (Y)
41.
Ramandani
28
29
42.
Nabila D
25
25
43.
Desi Novita
25
25
44.
Lisa Septiana
28
22
45.
Ummayah
25
27
46.
Fredita Anjarsari
28
27
47.
Febia Erna
24
25
48.
Kamalah
21
25
49.
Isti Faizah
21
22
50.
Sri Rejeki
24
25
b. Memasukkan kedalam tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dan mengkudratkan dan mengkalikannya. Tabel 11 Tabel kerja koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y dan mengkuadratkan serta mengkalikannya No
X
Y
X2
Y2
XY
1.
29
29
841
841
841
2.
29
30
841
900
870
3.
29
29
841
841
841
4.
27
30
729
900
810
5.
27
28
729
784
756
6.
29
28
841
784
812
7.
29
29
841
841
841
8.
27
29
729
841
783
9
28
27
784
729
756
10.
28
29
784
841
812
11.
27
27
729
729
729
12.
26
28
676
784
728
13.
26
29
676
841
754
14.
28
29
784
841
812
15.
27
26
729
676
702
16.
27
26
729
676
702
17.
26
29
676
841
754
18.
28
29
784
841
812
No
X
Y
X2
Y2
XY
19.
27
28
729
784
756
20.
27
29
729
841
783
21.
27
29
729
841
783
22.
26
28
676
784
728
23.
26
29
676
841
754
24.
26
28
676
784
728
25.
28
27
784
729
756
26.
26
22
676
484
572
27.
24
22
576
484
528
28.
26
26
676
676
676
29.
26
27
676
729
702
30.
24
28
576
784
672
31.
25
25
625
625
625
32.
26
28
676
784
728
33.
25
26
625
676
650
34.
26
28
676
784
728
35.
26
26
676
676
676
36.
28
27
784
729
756
37.
28
28
784
784
784
38.
26
27
676
729
702
39.
28
27
784
729
756
40.
25
29
625
841
725
41.
28
29
784
841
812
No
X
Y
X2
Y2
XY
42.
25
25
625
625
625
43.
25
25
625
625
625
44.
28
22
784
484
616
45.
25
27
625
729
675
46.
28
27
784
729
756
47.
24
25
576
625
600
48.
21
25
441
625
525
49.
21
22
441
484
462
50.
24
25
576
625
600
1.322
1.357
35.114
37.041
35.979
Mencari nilai r xy Setelah mengetahui kelompok variabel X dan Y, hasil product dari X2 dan Y2 perkalian antara X dan Y serta serta tinggi rendahnya, maka langkah selanjutnya adalah untuk mengetahui penulis pergunakan adalah teknik demikian untuk mengetahui
r xy. Adapun rumus yang
korelasi product moment. Dengan
Pengaruh Intensitas Menghafal Al- Qur‟an
Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011, dapat diketahui sebagai berikut:
rxy
(X )(Y ) N 2 2 ( X ) 2 ( Y ) 2 X Y N N XY
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
rxy
(1322)(1357) 50 2 (1322) (1357) 2 35114 37041 50 50 35979
1793954 50 1747688 1841449 35114 37041 50 50 35979
35979 35879,08. (35114 34953,76)(37041 36828,98) 99,92 (160,24)(212,02)
99,92 33974,085 99,92 184,23
rxy 0,542
Dalam pembuktian analisis ini penulis akan membandingkan nilai r product moment obyektif ( ro ) dengan nilai r tabel ( rt ). Untuk memahami secara jelas penulis jelaskan dengan tabel di bawah ini:
Tabel 12 Pembuktian Analisis r tabel ro
5%
1%
Kesimpulan
N : 50
N : 50
Ada pengaruh yang positif
0,542
antara intensitas menghafal Alrt : 0,279
rt : 0,361
Qur‟an terhadap kecerdasan spiritual
santri
di
Pondok
pesantren BUQ Dsn. Duren, Ds. Gading, Kec. Tengaran, Kab. Semarang tahun 2011
Nilai ro yang diperoleh 0,542 dengan nilai ro itu dapat diadakan pengetesan, apakah nilai ro tersebut signifikan pada taraf 5% atau 1%, bila dionsultasikan kedalam harga rt product moment dengan N=50 pada taraf signifikansi 5% diperoleh 0,542. Bilangan tersebut diatas menunjukkan batas signifikan dengan nilai ro berada diatas batas signifikan dengan nilai r 0 berada diatas batas signifikan yaitu 0,279 (5%) . Dengan demikian,
nilai yang diperoleh
signifikan karena ro >rt. Jadi
Pengaruh
Intensitas
Menghafal
Al-Qur‟an
Terhadap
Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds.
Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011 adalah signifikan. Dengan melihat analisa diatas dapat disimpulkan hipotesis yang penulis ajukan yaitu, “Ada pengaruh yang positif antara Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011”. Jadi hipotesisnya berbunyi: “Pengaruh Intensitas Menghafal AlQur‟an Terhadap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang Tahun 2011” dapat diterima
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan mengenai Pengaruh Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadaap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten
Semarang
Tahun 2011 yang telah dipaparkan dari Bab I sampai Bab IV dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, yaitu: a. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori tinggi, ada 25 santri (50 %) b. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori sedang, ada 23 santri (46%) c. Intensitas Menghafal Al-Qur‟an pada kategori rendah, ada 2 santri (4 %) 2. Tingkat Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dsn. Gading, Ds. Duren, Kec. Tengaran, Kab. Semarang, yaitu: a. Tingkat Kecerdasan Spiritual
pada kategori tinggi, ada 25 santri
(52 %) b. Tingkat Kecerdasan Spiritual pada kategori sedang, ada 21 santri (40 %)
c. Tingkat Kecerdasan Spiritual pada kategori rendah, ada 4 santri (8%) 3. Berdasarkan analisa selanjutnya dengan menggunakan rumus product moment diperoleh nilai r o = 0,542 yang lebih besar dari nilai rt, baik pada taraf signifikansi 5% (0,279) maupun 1% (0,361) sehingga hipotesis yang diajukan diterima. Artinya ada Pengaruh yang positif antara Intensitas Menghafal Al-Qur‟an Terhadaap Kecerdasan Spiritual Santri di Pondok Pesantren BUQ Dusun Gading, Desa Duren, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Tahun 2011.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah diperoleh dari hasil penelitian maka, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Santri Santri merupakan seorang yang dihormati di masyarakat. Oleh karena itu, dengan kedudukan kehormatan yang dimilikinya untuk selalu menjaganya
dengan sikap yang baik. Dan dengan kedudukan tersebut
semakin menjadikan dirinya semakin dekat dengan Allah Swt. 2. Bagi Masyarakat Kepada masyarakat hendaknya lebih bisa menerima
segala
anugerah yang telah diberikan kepada Allah Swt. Dengan cara tersebut maka diri kita akan selalu dilingkupi rahmat darinya. Setiap permasalahan yang ada hendaklah diselesaikan dengan fikiran yang jernih. Maknai hidup ini dengan penuh kegiatan yang bisa mendekatkan diri kita kepada Allah Swt.
C. Penutup Syukur Alhamdulilah atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan selesainya Penulisan skripsi ini semoga dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi dunia pendidikan di Indonesia. Penulis sadar bahwa skripsi ini tidak terlepas dari berbagai kekurangan di sana-sini. Namun semua ini telah penulis kerjakan secara maksimal. Untuk itu penulis mengharap saran serta koreksi yang menyempurnakan skripsi ini. Dengan saran tersebut semoga mampu memberikan semangat bagi penulis untuk memperbaiki karya-karya selanjutnya. Kemudian penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu demi kelancaran penulisan skripsi ini. Semoga dapat bermanfaat kepada kita semua. Amin . . . . . . . . . .
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual. CV. Arga, Jakarta. Alhafidz, Ahsin. 1994. Bimbingan Praktis Menghafal Al-Quran. Bumi Aksara, Jakarta. Amrullah, Fahmi. 2008. Ilmu Al-Qur’an Untuk Pemula. CV. Arta Rivera, Jakarta Barat. Arikunto, Suharsini. 1990. Manajemen Penelitian. CV. Rineka Cipta, Jakarta. Arikunto, Suharsini. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta, Jakarta. Badwilan, Ahmad Salim. 2009. Panduan Cepat Menghafal Al-Qur’an. Diva Press, Yogyakarta. Danah Zohar dan Ian Marshall. 2000. Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berpikir Integralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan. Pustaka Mizan, Bandung. Ensiklopedia Islam Jilid 4. 2002. Depdiknas Pusat Pembukuan Bagian Proyek Buku Agama Pendidikan Dasar. PT Ikhtiar Van Houve, Jakarta Hadi, Sutrisno. 1994. Metodologi Research. Andi Offset, Yogyakarta. (http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=436950944275) http:/personalityrahmanugraheni.wordpress.com/ ( http://www.untag-sby.ac.id)
Kartono, Kartini. 1990. Pengantar Metodologi Research Sosial. Mandar Maju, Bandung. Muallifah. 2009. Psycho Islamic Smart Parenting. Diva Press, Yogyakarta. Qaradhawi, Yusuf. 2007. Menumbuhkan Cinta Kepada Al-Qur’an. Mardhiyah Press, Yogyakarta. Sugianto, Ilham Agus. 2004. Kiat Praktis Menghafal Al-Quran. Mujahid Press, Bandung.
INSTRUMEN PENELITIAN ANGKET PENILAIAN MENGENAI INTENSITAS MENGHAFAL ALQUR’AN DAN KECERDASAN SPIRITUAL SANTRI DI PONDOK PESANTREN BUSTANU USYSYAQIL QUR’AN Dsn. GADING, Ds. DUREN Kec. TENGARAN, Kab.SEMARANG TAHUN 2011
IdentitasResponden Nama
: ……………………………………………
Umur
: ……………………………………………
Petunjuk mengerjakan
Sebelum menjawab terlebih dahulu isi identitas anda
Pilihlah salah satu jawaban di bawah ini dengan tanda silang (X) pada huruf a, b, atau c
Pilihlah jawaban dengan jujur dan sesuai dengan apa yang anda lakukan
Kerahasiaan data anda dijamin peneliti.
A. Angketintensitas menghafal Al-Qur’an 1. Mengapa anda tertarik untuk menghafal Al-Qur‟an ? a. Untuk mendekatkan diri pada Allah b. Untuk memenuhi harapan orang tua c. Karena ingin menang lomba menghafal Al-Quran
2. Apa harapan anda mengikuti kegiatan menghafal Al-Qur‟an ? a. Berharap pahala dari Allah b. Kebanggaan orang tua c. Ingin dihormati dimasyarakat 3. Siapa yang memotivasi anda untuk menghafal Al-Qur‟an ? a. Diri sendiri b. Orang tua c. Teman 4. Saat anda menghafal Al-Qur‟an, apa yang anda lakukan ? a. Saya berusaha dapat menghafal Al-Qur‟an dengan khusu‟, di tempat sepi b. Saya menghafal Al-Qur‟an di kamar dengan teman-teman c. Saya menghafal Al-Qur‟an sambil mendengarkan musik 5. Berapa lama anda menghafal satu halaman dari mushaf Al-Qur‟an pojok ? a. Setengah jam b. Satu jam c. Lebih dari satu jam 6. Saat anda sibuk, apakah anda menyempatkan diri untuk menghafal AlQur‟an ? a. Saya tetap menyempatkan diri b. Terkadang saja saat ada kemauan c. Saya tidak menghafal Al-Qur‟an sama sekali
7. Berapa kali anda menghafal dalam satu hari ? a. Tiga kali atau lebih b. Dua kali c. Satu kali 8. Berapa kali anda menyetorkan hafalan kepada kyai atau guru ? a. Dua kali atau lebih b. Satu kali c. Tidak pasti 9. Berapa banyak hafalan baru yang anda dapatkan dalam sehari ? a. Dua halaman atau lebih b. Satu halaman c. Kurang dari satu halaman 10. Dalam sehari, berapa banyak anda mengulang hafalan yang sudah didapat sebelumnya ? a. Lebih dari satu juz b. Satu juz c. Setengah juz
B. Angkettentangkecerdasan spiritual 1. Apakah anda melakukan kewajiban sholat lima waktu dengan baik ? a. Saya melakukannya dengan baik b. Kadang-kadang saja c. Saya melakukan sholat dengan terpaksa 2. Apakah anda selalu mematuhi nilai-nilai agama dimanapun anda berada ? a. Saya akan berusaha mematuhinya b. Saya tidak akan mematuhinya c. Saya ragu akan hal tersebut 3. Bila anda sedang ibadah apa yang anda lakukan benar-benar dari kesadaran diri sendiri ? a. Saya menyadarinya dengan sepenuh hati b. Saya kurang menyadarinya c. Saya tidak menyadari 4. Bila ada waktu luang apa anda menggunakan waktu untuk hal-hal yang kurang penting ? a.
Saya tidak melakukannya
b.
Saya kadang-kadang melakukannya
c.
Saya tidak pernah melakukannya
5. Dalam menjalani kehidupan dibutuhkan visi hidup. Apa anda memiliki visi hidup ? a. Saya mempunyai visi hidup b. Saya kurang memahami visi hidup c. Saya tidak memiliki visi hidup sama sekali 6. Apabila mendapatkan musibah, apa yang anda lakukan ?
a. Saya akan menerima dan tetap bertawakal kepada Allah b. Saya akan menerima tanpa bertawakal kepada Allah c. Saya akan mengeluh 7. Apabila anda sakit apa yang anda lakukan ? a. Saya akan berobat b. Saya akan bertawakal c. Saya akan mengeluh 8. Apakah anda sering berfikir tentang makna hidup ini ? a. Saya sering memikirkannya b. Saya kadang-kadang memikirkannya c. Saya tidak pernah memikirkannya 9. Dalam kehidupan tentunya manusia memiliki keinginan atupun cita-cita. Bagaimana anda menggapai cita-cita tersebut ? a. Saya akan berusaha dan bertawakal b. Saya akan berusaha dengan semaksimal mungkin c. Saya akan bertawakal saja karena apa yang terjadi sudah menjadi takdir Tuhan 10. Apakah anda setuju, jika saya mengatakan siswa cerdas itu karena nilai raportnya yang tinggi saja ? a. Saya sangat setuju b. Saya merasa ragu akan hal tersebut c. Saya tidak setuju