MAKALAH Penerapan Pancasila Sila Pertama Dalam Kehidupan Beragama Masyarakat Kecamatan Piyungan
Disusun Oleh: Arif Nur Rochmah 11.11.5152 Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan mata kuliah Pendidikan Pancasila
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Abstrak Pentingnya memahami sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Aplikasi Pancasila sila pertama dalam kehidupan umat beragama di Indonesia. Pentingnya meningkatkan kualitas diri.
BAB I A. Latar Belakang Masalah Semakin hari permasalahan semakin kompleks yang terjadi hampir diseluruh bidang kehidupan, ancaman-ancaman datang baik dari dalam dan dari luar sehingga pertahanan pun semakin melemah. Hal yang sangat rentan akan serangan adalah ketahanan nasional. Ini terjadi ketika masyarakat telah berada pada “titik nyaman” yang merupakan sasaran empuk dari penyerangan, salah satunya masalah ideologi. Dari awal kemerdekaan hingga sekarang banyak pihak yang ingin menumbangkan ideologi bangsa Indonesia, Pancasila. Dengan alasan agama tidak sejalan bersama Pancasila maka masyarakat cenderung pro maupun kontra. Dan hal yang disayangkan adalah melupakan etika-etika dalam agama yang luhur dengan alasan “nasionalisme” dan tidak mau dianggap “sok alim”. Terlebih terdapat teori Geert, yaitu teori varian yang terdiri dari abangan, santri dan priyayi yang cenderung mengkelaskan tingkat keimanan seseorang. Maka dengan adanya tulisan ini saya ingin membantu memberikan pemahaman tentang kehidupan beragama yang pada hakikatnya merupakan dasar dari keempat sila yang lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa hubungan Pancasila dengan agama? 2. Bagaimana kehidupan beragama bangsa Indonesia? 3. Apa bukti bangsa Indonesia bangsa yang religius? 4. Bagaimana kenyataan kehidupan beragama bangsa Indonesia sekarang? 5. Mengapa jiwa agamis bangsa Indonesia semakin memudar? 6. Apa saja langkah-langkah untuk mengembalikan semangat alam beragama?
BAB II A. Pendekatan Yuridis “Perlu ditegakkan Etika Kehidupan Berbangsa yang meliputi, etika sosial dan budaya, etika politik dan pemerintahan, etika ekonomi dan bisnis, etika penegakkan hokum yang berkeadilan dan berkesetaraan, etika keilmuan, dan etika lingkungan untuk dijadikan acuan dasar dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara sesuai dengan arah kebijakan dan kaidah pelaksanaanya, serta menjiwai seluruh pembentukan undang-undang.” (Amanat TAP MPR No. 1/MPR/3003) “Ketetapan ini mengamanatkan untuk meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta kepribadian inonesia dalam kehidupan berbangsa. Pokok-pokok etika kehidupan berbangsa mengacu pada cita-cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan, serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya Indonesia. ” (Substansi tentang undang-undang agama ) “Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”(pasal 29 (1)) “Negara menjamin kemerekaan tiap-tiap penuduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaan itu.” (pasal 29 (2)) B. Pembahasan 1. Kehidupan bangsa Indonesia yang beragama Kehidupan berbangsa dan bernegara ini telah diatur sedemikian rupa dengan peraturan-peraturan yang ada. Sepertihalnya yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 bahwa Negara Indonesia menjamin kebebasan bangsa Indonesia untuk menganut agama dan keyakinan sesuai dengan agama masing-masing. Jadi ketika kita telah meyakini suatu agama, kita harus mempertahankan keyakinan itu karena negara melindungi hak warga negara dalam beragama. Negara Indonesia bukan negara agama, tetapi kehidupan beragama sangat dihormati dan dijunjung tinggi. Dimana sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila berikutnya. Mengapa demikian? Karakter seseorang terbentuk secara fitrah yang telah dituliskan Tuhan. Dan bagaimana kualitas hidup manusia ditentukan oleh kualitas hubungan manusia itu dengan Tuhan, apabila hubungan (ibadah) dengan Tuhan baik maka hal-hal yang lain seperti akademik, pekerjaan, dan sosial akan baik pula.
Beragama bukan suatu kewajiban seseorang. Beragama merupakan hak manusia yang dapat dipenuhi oleh individu sesuai dengan cara pemenuhan masing-masing. Manusia beragama karena suatu sebab kebutuhan, yakni merasa tidak berdaya dan butuh perlindungan dari Dzat yang memiliki kekuatan. Seiring dengan berubahnya zaman dengan tuntutan harga diri kemanusiaan dan perkembangan peradaban manusia maka diakuilah hak asasi pribadi (personal rights), salah satunya adalah hak memeluk agama dan beribadah sesuai dengan agama masing-masing.
Warga negara merupakan aspek penting dalam negara. Peranan aktif warga negara merupakan tunas terbentuk dari kehidupan berbangsa yang baik. Ada pun peran warga negara dalam agama mempengaruhi kebijakan negara agar tetap bersifat religius, menciptakan tri kerukunan umat beragama, menyediakan sarana dan prasarana ibadah serta mendirikan organisasiorganisasi keagamaan. 2. Bukti bangsa Indonesia bangsa religius Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang agamis. Negara-negara di dunia telah mengakuinya sejak dahulu. Banyak faktor-faktor yang memperkuat statement bangsa Indonesia bangsa yang religius. Hal itu masih lestari hingga sekarang. Beberapa aspek tersebut adalah: a.
b.
c.
Banyak peninggalan-peninggalan bersejarah yang ditemukan yang berbau agama. Sebagai contoh Candi Prambanan yang beralirkan Hindu, Candi Borobudur yang beralirkan Budha, prasasti, peninggalan kerajaan-kerajaan serta makam-makam. Dari peninggalan-peninggalan tersebut terdapat tulisan-tulisan kuno bahkan pahatan-pahatan yang menggambarkan betapa nenek moyang bangsa Indonesia sangat taat kepada Tuhan. Budaya dan tradisi leluhur yang masih lestari. Kadang kita tidak tahu asal muasal suatu budaya yang sering kita lakukan bahkan tidak tahu kapan awal budaya itu ada. Misal ada kembar mayang dalam adat pernikahan, tukar cincin dalam pernikahan, kenduri, selamatan orang meninggal (memperingati kematian seseorang), tedak siten, mitoni, dan masih banyak lagi. Dari budaya-budaya itulah kemudian terjadi asimilasi sebagai contoh dalam kenduri. Dahulu orang-orang kenduri yang melakukan hanya orang hindu sekarang tidak. Orang islam pun begitu hanya saja mantra-mantra umat hindu dibacakan doa-doa sesuai dengan doa umat islam. Kepercayaan masyarakat yang bersumber dari pengetahuan nenek moyang. Kepercayaan ini ada yang bersifat rasional maupun bersifat irasional. Kepercayaan yang bersifat rasional seperti ketika masyarakat melihat bintang untuk menentukan masa tanam dan kecepatan angin ketika hendak melaut. Sedang kepercayaan bersifat irasional seperti larangan pergi pada waktu tertentu dan larangan mengenakan pakaian berwarna hijau ketika di pantai selatan.
3. Fakta pada masyarakat saat ini Masyarakat di Indonesia memang mengakui adanya Tuhan atau suatu Dzat yang memiliki kekuatan melebihi kekuatan manusia untuk mengendalikan alam raya. Meski pun berbeda agama namun tetap beribadah sesuai dengan agama masing-masing. Disinilah bangsa Indonesia sebagai hamba Tuhan memikili kewajiban untuk meng-Esa-kan Tuhan. Mungkin dari cara berbicara dan berpakaian masih mencerminkan sebagai umat beragama. Namun cerminan itu tidak selalu benar. Orang-orang yang memiliki jabatan mungkin tidak selamanya “konsisten” akan janjinya ketika belum mendapatkan suatu jabatan. Seperti yang pernak dikatakan oleh seorang bijak, “Kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan”. Tentu jika orang tersebut berpegang teguh akan agamanya maka akan teringat bahwa
manusia memang tidak akan mengetahui perbuatan buruk yang dilakukan namun Sang Pencipta pasti melihat dan menyadari bahwa suatu hari nanti semua perbuatan akan dipertanggungjawabkan pada-Nya. Sayangnya manusia seperti itu tipe orang yang sebenarnya tahu tetapi tidak mau tahu. Itu merupakan krisis yang telah menjadi virus akut yang menyebar diseluruh masyakat. Bahkan para produsen makanan, pedagang juga anak kecil sudah pandai berbohong hanya untuk memenuhi keinginan yang sebenarnya tidak begitu penting. Tentu hal ini lebih untuk mengais pundipundi uang ataupun yang lainnya, sesuatu yang berbau materialis. 4. Faktor-faktor penyebab terkikisnya jiwa religius Iman seseorang itu seperti air di pantai, ada kalanya pasang pun kala surut. Ketika pasang seseorang akan menjadi hamba Tuhan yang taat dan ketika surut disebabkan oleh kealfaan maupun hal lain. Penyebab-penyebab itu bisa datang dari dalam diri seseorang maupun dari luar. Pemahaman yang minim tentang agama membuat orang bertindak sesuka hati tanpa mengetahui arah yang benar. Minim pemahaman juga dapat diartikan sebagai pemahaman parsial. Yakni pemahaman tentang agama yang tidak utuh dan hanya ditelan mentah-mentah bahkan ada juga yang sama sekali tidak ingin tahu betapa indah hidup dengan agama itu. Orang-orang yang mempelajari tentang hukum dan ilmu tata negara sebenarnya juga belajar tentang tata cara beragama, hanya saja tidak menyadari untuk diindahkan dalam kehidupan. Dalam dasar Negara, pembukaan, Undang-Undang Dasar Tahun 1945, kitab perundang-undangan dan lain sebagainya. Sebagai contoh sesuatu yang tidak asing lagi yang dahulu sering kita dengar, pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Pada alenia ketiga dapat kita petik bahwa bangsa Indonesia mengakui adanya Tuhan dan hukum Tuhan, “…Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa…”, yang disusul dengan hukum etis, “…dengan didorong oleh keinginan luhur...”. Sehingga agama menjadi prioritas utama dalam hidup berbanga dan bernegara. Kita merasa aman dan nyaman ketika tidak mengetahui suatu ancaman yang nyata. Sesuatu yang kadang terlihat tidak ada masalah, justru menyimpan masalah yang dijaga kerahasiaanya dari dunia luar. Sebagai contoh ketika terdapat kontroversi dalam suatu organisasi agama yang terjadi karena anggota-anggotanya lebih mengedepankan logika daripada bisikan hati nurani. Umat beragama yang beragam di Indonesia tentu sangat memerlukan dukungan materiil dan non-materiil juga dukungan yang dari lingkungan sekitarnya. Sesuatu yang dirasa sepele adalah dukungan yang utama yakni dukungan dari keluarga. Dengan alasan terlalu sibuk mencari sesuap nasi pendidikan agama sering terabaikan sehingga kebutuhan akan rohani seseorang belum terpenuhi. Selain dukungan dari keluarga diperlukan juga dukungan-dukungan dari pemerintah yang dirasa masih kurang. Selama ini seolah-olah pemerintah
kurang dalam urusan ini. Seperti ketika terjadi konflik antara umat muslim dengan umat nasrani. Hingga kini mungkin masih terjadi di berbagai tempat. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran yang bersifat melecehkan suatu agama menjadikan masyarakat bertindak melewati batas-batas norma. Banyak sedikitnya pencitraan diri masyarakat Indonesia saat ini mendapat pengaruh dari media masa dan perkembangan IPTEK. Kemajuan yang diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang lebih baik malah berdampak buruk. Hal ini karena manusia-manusia tidak tepat dalam penggunaan teknologi. Sebagai contoh kamera, ketika seseorang kameramen menggunakan kameranya untuk mengambil gambar obyek yang baik tentu bermanfaat untuk dokumentasinya. Beda ketika seorang yang tidak beretika mengambil gambar-gambar yang vulgar maka kerugian dan kerusakan moral dampaknya. 5. Solusi untuk meningkatkan kualitas takwa kepada tuhan Di Indonesia terdapat suatu lembaga non-formal yang bergerak untuk agama islam yakni MUI. MUI ini berfungsi untuk menjawab ketidakpuasan terhadap peranan pemerintah dalam mengatur kehidupan beragama. Fatwafatwa yang dikeluarkan pun sesuai dengan syariat agama islam. Sehingga peran MUI ini sangat membantu umat Islam menyikapi fenomena-fenomena kehidupan yang terdapat dalam zona abu-abu (sesuatu yang masih diragukan). Untuk mengasah kepekaan batin seseorang dilakukan acara ESQ. Acara ini berisikan motivasi-motivasi yang membangun agar terbentuk jiwa-jiwa yang taat kepada Tuhan. Sugesti-sugesti yang diberikan pada acara ini biasanya menyentuk hati sehingga setelah acara ESQ diharapkan pesertanya semangat untuk beribadah. Masing-masing agama memiliki cara tersendiri dalam menjalankan kewajibannya dalam beribadah. Untuk lebih dekat dengan Tuhan umat beragama sering mengadakan pembaharuan ilmu (mengkaji ilmu agama secara berkelompok). Umat Islam mengadakan pengajian-pengajian, mentoring, liqo’, tahfidz maupun yang lainnya. Sedang umat nasrani berkumpul pada malam hari di salah satu rumah umat nasrani untuk melakukan sembayang bersama. Ketika hari raya Idul Kurban ada beragam kegiatan keagamaan umat Islam untuk merayakan hari bahagia itu. Acara yang sering dilakukan pasca penyembelihan hewan kurban adalah pawai akbar yang diikuti dari berbagai kampung di daerah Piyungan dan sekitarnya. Dengan tema yang setiap tahun berbeda menuntut kreatifitas dari masing-masing peserta untuk unjuk kebolehan.
BAB III Kesimpulan Kita perlu meningkatkan pemahaman dan pengamalan Pancasila sila pertama sehingga terwujud masyarakat Indonesia yang cerdas, bermoral, dan agamis dalam kondisi lingkungan yang kondusif.
Referensi Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.2007.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia: Bahan Tayang Materi Sosialisasi Putusan Majelis Permusyawaratan Republik Indonesia.Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia: 2007.
_____.2007.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia: Bahan Tayang Materi Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Sekretariat Jendral Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia: 2007. Kaelan.1996.Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Paradigma: Yogyakarta. Thontowi, Jawahir.2002.Islam, Politik, dan Hukum.Madyan Press: Yogyakarta. Sri Winarsih, dkk.2007.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMK-MAK Kelas X Semester II.MGMP PKn Propinsi DIY: Yogyakarta. Sukardi, dkk.2008.Pendidikan Kewarganegaraan untuk SMK-MAK Kelas X Semester I.MGMP PKn Propinsi DIY: Yogyakarta. Rusmarsini.____.Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester 1.MKP: Jawa Tengah.