MAKALAH PENERAPAN PANCASILA dalam PEMBENTUKAN KARAKTER
Disusun oleh : Gita Ramadanita Qamaril NIM 11.11.5055 S1 Teknik Informatika
Kelas: 11-S1 TI-06 (Kelompok D)
Di ajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mata Kuliah Pancasila Dosen
Drs. Tahajudin Sudibyo
STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011
Abstrak Perilaku-perilaku di Indonesia di era globalisasi saat ini cukup memprihatinkan, serta mengalami penurunan kualitias.Yang secara kasat mata dapat kita lihat dengan perilakuperilaku yang terjadi dimasyarakat, seperti berkurangnya sopan santun, sex bebas, mabukmabukan, tawuran, kebut-kebutan, berjudi, membolos, dan lain sebagainya.Yang ditenggarai kurangnya pengawasan orang tua serta akses internet yang begitu mudah saat ini. Selain globalisasi pengaruh menurunnya kualitas bangsa juga karena terjadinya penurunan akhlak serta adanya beberapa penyakit hati.Pada dasarnya, pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesema, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan.Cara penanggulangan dengan meningkatakan pembinaan terhadap pendidikan agama, pancasila dan kewarga-negaraan dengan meningkatkan pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pengaruh globalisasi merupakan pengaruh yang cukup besar dalam penyebab penurunan karakter.Dimana dalam globalisasi tersebut dapat mempengaruhi nilai-nilai pancasila yang menyebabkan akhlak maupun perilaku generasi muda.Terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa.
BAB I A. Latar belakang Perilaku generasi muda Indonesia di era globalisasi saat ini cukup memprihatinkan, serta mengalami penurunan kualitias.Yang secara kasat mata dapat kita lihat dengan perilaku-perilaku yang terjadi dimasyarakat, seperti berkurangnya sopan santun, sex bebas, mabuk-mabukan, tawuran, kebut-kebutan, berjudi, membolos, dan lain sebagainya. Dapat kita ambil salah satu contoh tentang pandangan terhadap merokok. Sejak usia dini banyak anak sekolah dasar yang sudah mengenal rokok, pada umumnya adalah lakilaki. Hal ini terjadi bukan hanya di tingkat sekolah dasar, bahkan sampai ke jenjang perguruan tinggi.Adapun mereka mengenal rokok dari teman-teman sepermainan maupun melihat dari orang tua dan orang-orang sekitar.Mereka merokok pun bukan atas kehendak sendiri namun akibat ajakan dari teman yang sudah lebih dulu merasakan rokok dan mereka pun merokok tanpa sepengetahuan orang tua. Adanya istilah “Tidak merokok bukan cowok”, merupakan alasan yang cukup kuatagar merokok.Selain itu sebagian dari mereka mencoba merokok karena alasan untuk menghilangkan atau mengurangi beban pikiran.Namun anggapan itu tidaklah benar yang ada merokoklah yang membuat gelisah sehingga mereka selalu ingin merokok, atau yang lebih kita kenal dengan kecanduan. Dampak negatif dari
merokok tak akan menjadi
penghalang bagi para pecandu, akhirnya yang akan terjadi adalah keterpurukan bangsa. Peran media saat ini telah banyak membawa dampak yang buruk terhadap generasi muda, tentang gaya hidup di jaman modern yang jauh dari budaya nenek moyang kita sebagai budaya timur. Seperti halnya kehidupan malam sering didominasi oleh generasi muda, diskotek menjadi tujuan utama.Di dalam diskotek itu mereka mulai mengenal dengan miras dan obat-obatan terlarang, yang di awali dengan coba-coba. Selain itu, dengan kurangnya pengawasan orang tua terhadap pergaulan anak muda dan didukung akses internet yang dapat diakses siapa saja. Maka penyebaran sex bebas pun
dapat dengan mudahnya meluas atau menyebar ataupun sampai kepada generasi muda saat ini. B. Rumusan Masalah 1. Penyebab penurunan kualitas generasi muda ? 2. Bagaimama caramenanggulanginya ? 3. Apa hubungannya dengan penerapan pancasila ?
BAB II A. Pendekatan Pembangunan karakter bangsa adalah upaya sadar untuk memperbaiki dan meningkatkan seluruh perilaku yang mencakup adat istiadat, nilai-nilai, potensi, kemampuan, bakat, dan pikiran bangsa. Dewasa ini pergaulan maupun gaya hidup kita sudah banyak yang menyimpang dari ajaran agama atau pun sedikit demi sedikit telah tercampur dengan gaya hidup barat. Gaya hidup anak zaman sekarang sangat berbeda dengan zaman dulu atau sebelum melenium. Dimana kita belum mengenal yang namanya HP, laptop, internet dan alat-alat canggih lainnya pada usia 7 tahun keatas. Dalam era globalisasi ini sudah sangat banyak sekali alat komunikasi yang canggih, dimana masih dalam usia yang sangat dini sudah mengenal alat-alat komunikasi canggih tersebut. Dan dimana dengan sangat mudah mereka mengakses sesuatu apa pun untuk mencari informasi yang mereka butuhkan atau pun hiburan-hiburan. Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa diantara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan akhlak mulia. B. Pembahasan 1. Globalisasi Globalisasi adalah suatu fenomena khusus dalam peradaban manusia yang bergerak terus dalam masyarakat global dan merupakan bagian dari proses manusia global itu. Kehadiran teknologi informasi dan teknologi komunikasi mempercepat akselerasi proses globalisasi ini. Globalisasi menyentuh seluruh aspek penting kehidupan.
Arus globalisasi saat ini telah menimbulkan pengaruh terhadap perkembangan budaya bangsa Indonesia .Derasnya arus informasi dan telekomunikasi ternyata menimbulkan sebuah kecenderungan yang mengarah terhadap memudarnya nilai-nilai pelestarian budaya. Perkembangan 3T (Transportasi, Telekomunikasi, dan Teknologi) mengkibatkan berkurangnya keinginan untuk melestarikan budaya negeri sendiri .Budaya Indonesia yang dulunya ramah-tamah, gotong royong dan sopan berganti dengan budaya barat, misalnya pergaulan bebas. Hal lain yang merupakan pengaruh globalisasi adalah dalam pemakaian bahasa indonesia yang baik dan benar (bahasa juga salah satu budaya bangsa). Sudah lazim di Indonesia untuk menyebut orang kedua tunggal dengan Bapak, Ibu, Pak, Bu, Saudara, Anda dibandingkan dengan kau atau kamu sebagai pertimbangan nilai rasa. Sekarang ada kecenderungan di kalangan anak muda yang lebih suka menggunakan bahasa Indonesia dialek Jakarta seperti penyebutan kata gue (saya) dan lu (kamu). Selain itu kita sering dengar anak muda mengunakan bahasa Indonesia dengan dicampur-campur bahasa inggris seperti OK, No problem dan Yes’, bahkan kata-kata makian (umpatan) sekalipun yang sering kita dengar di film-film barat, sering diucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kata-kata ini disebarkan melalui media TV dalam film-film, iklan dan sinetron bersamaan dengan disebarkannya gaya hidup dan fashion . Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia . 2. Penurunan Akhlak Presiden SBY (26 juli 2010) menyatakan bahwa Negara kita telah mengalami degradasi alias Penurunan Etika, Moral, Sopan Santun, yang lebih dikenal dengan “Akhlak Mulia”. Jauh-jauh pada masa Penjajahan sampai masa era Orde Baru, Bangsa
kita dikenal dengan Bangsa yang Adat Istiadatnya, Budayanya kental dengan Budaya Timur, dimana sangat Sopan, masih mengutamakan Musyawarah untuk Mufakat, mendahulukan kepentingan Masyarakat dan Negara diatas kepentingan Pribadi dan Golongan, Hormat, Sopan kepada yang Tua atau yang dituakan, hormat kepada Guru, menghargai sesama Manusia. Namun sekarang setelah era reformasi, apa yang kita lihat sekarang ini? Tidak lebih adalah praktek Liberalisme atau “kebebasan”, adalah praktek Siapa Loe, sapa Gue, bahkan ada istilah sekarang ini, bahasa “DL”, “UL”, “HL”, yang artinya: “Derita Loe”, “Urusan Loe”, “Hidup Loe”. Bahasa gaul sebagai akibat perkembangan dari Pergaulan bebas dikalangan anak-anak muda yang meliputi anak remaja sampai orang tua, mengakibatkan terjadinya “Degradasi Moral”, dimana telah terjadi penurunan Akhlak, penurunan Moral, penurunan saling simpati, saling menghargai, saling memiliki, saling gotong royong, saling menyapa, namun meningkatnya rasa empati, rasa ingin menang sendiri, rasa egoisme, rasa hanya ingin dimengerti tanpa ingin mengerti orang lain, rasa ingin diperhatikan tanpa ingin memperhatikan perasaan orang lain, tidak menjaga perasaan orang lain, namun pengen menguasai sesuatu hal tanpa memberikan peluang kepada orang lain. Begitulah kirakira apa yg kita lihat dan rasakan dalam kehidupan bermasyarakat sekarang ini. 3. Beberapa penyakit hati yang berbahaya dalam pembentukkan karakter a. Sombong Sering orang karena jabatan, kekayaana atau pun kepintaran akhirnya menjadi sombong dan menganggap rendah orang lain. Sesungguhnya Allah menyediakan neraka jahannam bagi orang yang sombong.Oleh karena itu kita tidak boleh sombong karena saat kita lahir tidak mempunyai kekuasaan apa-apa, kekayaan apaapa, bahkan pakaian, serta kecerdasan. b. Kagum akan diri sendiri Ini mirip dengan sombong.Kita merasa bangga atau kagum pada diri sendiri.Padahal seharusanya kita tahu bahwa semua nikmat yang kita dapat itu berasal dari Allah.
c. Iri dan dengki Allah melarang kita iri pada yang lain karena rezeki yang mereka dapat sesuai dengan usaha mereka dan sudah jadi ketentuan Allah. Dengki lebih parah daripada iri. Orang yang dengki merasa susah jika melihat orang lain senang dan merasa senang jika orang lain susah. Pada hakikatnya, kedengkian bisa menghancurkan pahala-pahala kita. Perubahan sifat yang ada dalam hati ini, terjadi dengan sangat cepat. Semua itu terjadi semata karena kekuasaan yang dimiliki Allah SWT. Dia-lah yang membolakbalikkan hati kita sesuai dengan kehendak-NYA. Perilaku-perilaku diatas merupakan beberapa penyebab penurunan kualitas atau penghambat pembentukkan karakter.Pada dasarnya, pendidikan karakter adalah suatu system penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesema, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Pendidikan karakter kini menjadi isu utama pendidikan. Selain sebagian dari proses pembentukkan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter diharapkan menjadi pondasi utama dalam menyukseskan Indonesia Emas 2025. Menurut Ryan & Bohlin (1999), karakter merupakan suatu pola perilaku seseorang. Orang yang berkarakter baik memiliki pemahaman tentang kebaikan, menyukai kebaikan, dan mengerjakan kebaikan tersebut.Orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. David Elkind & Freddy Sweet Ph.D (2004) menyatakan bahwa pendidikan karakter merupakan upaya-upaya untuk membantu peserta didik memahami, peduli, dan berperilaku sesuai nilai-nilai etika yang berlaku.Lebih lanjut dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara
atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya. Adapun cara menggulangi masalah di atas dengan mengembangkan karakter melalui tahap pengetahuan (knowing), pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit) (Direktorat Pembinaan SMP, 2010). Karakter tidak terbatas pada pengetahuan saja.Seseorang yang memiliki pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai dengan pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan kebaikan tersebut.Karakter juga menjangkau wilayah emosi dan kebiasaan diri. Dengan demikian diperlukan tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing (pengetahuan tentang moral), moral feeling atau perasaan (penguatan emosi) tentang moral, dan moral action atau perbuatan bermoral. Hal ini diperlukan agar peserta didik dan atau warga sekolah lain yang terlibat dalam sistem pendidikan tersebut sekaligus dapat memahami, merasakan, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai kebajikan (moral). Peserta didik harus merasakan bentuk-bentuk sikap seperti kesadaran akan jati diri, percaya diri, kepekaan terhadap derita orang lain (emphaty),cinta kebenaran, pengendalian diri, serta kerendahan hati. Selain itu meningkatakan pembinaan terhadap pendidikan agama, pancasila dan kewarga-negaraan dengan meningkatkan pemahaman dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.Memfilter terhadap budaya asing dengan meningkatkan internalisasi budaya asli, pemahaman terhadap nilai-nilai budaya asing dan analisis kesesuaiannya dengan nilai budaya asli. Hubungannya dengan pancasila yaitu yang pada hakekatnya pendidikan pancasila adalah upaya sadar diri suatu masyarakat dan pemerintah suatu Negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerusnya, selaku warga masyarakat, bangsa dan Negara secara berguna (berkaitan dengan kemampuan
spiritual) dan bermakna (berkaitan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik) serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait
dengan konteks dinamika
internasionalnya.
budaya,
bangsa,
Negara,
dan hubungan
BAB III Kesimpulan dan Saran Pengaruh globalisasi merupakan pengaruh yang cukup besar dalam penyebab penurunan karakter.Dimana dalam globalisasi tersebut dapat mempengaruhi nilai-nilai pancasila yang menyebabkan akhlak maupun perilaku generasi muda.Terutama dalam sila pertama yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Maka dari itu kita harus berusaha menyaring budaya-budaya asing yang tidak semua berpengaruh buruk terhadap perilaku generasi muda.Dengan menjunjung tinggi nilai pancasila maupun UUD 1945.Serta mulai menanamkan pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Daftar Pustaka
Salimin, Saridi.2011.Membentuk Karakater yang Cerdas.Tulungagung, Cahaya Abadi David Elkind & Freddy Sweet Ph.D. 2004.How to do character education. (http://www.goodcharacter.com/Article_4.html) Direktorat Pembinaan SMP. 2010. Panduan Pendidikan Karakter. (Depdiknas: Jakarta). Ryan Kevin and Bohlin Karen. 1999. Building character in schools. (San Fransisco: John Willey & Sons) Pokja, Tim.2005.Konsepsi Penanggulangan Pengaruh Negatif Globalisasi pada Nilai-Nilai Budaya Bangsa Indonesia.Departemen Pertahanan RI http://buletinlitbang.dephan.go.id/index.asp?mnorutisi=5&vnomor=14 http://lomba.kompasiana.com/ib-1000-tulisan/2010/07/29/sudah-biaya-pendidikan-mahalakhlak-dan-moral-pun-degradasi-potret-pendidikan-negara-kita/ diakses tanggal 27 Oktober 2011 http://rendhi.wordpress.com/makalah-pengaruh-globalisasi-terhadap-eksistensi-kebudayaandaerah/ diakses tanggal 27 Oktober 2011 http://www.tugaskuliah.info/2010/01/manfaat-pendidikan-pancasila-dalam.html