MAKALAH TENTANG PANCASILA SEBAGAI KARAKTER DAN JATI DIRI BANGSA
STMIK “AMIKOM” YOGYAKARTA OLEH : NAMA
: GALIH MANUNGGAL PUTRA
NIM
: 11.12.5794
KELOMPOK
: HAK ASASI
PROGRAM STUDI : S1 JURUSAN
: SISTEM INFORMASI
DOSEN
: MUHAMMAD IDRIS P, Drs,. MM.
KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena hanya atas limpahan dan rahmat Karunia-Nyalah, saya dapat menyelesaikan makalah tentang “Pancasila Sebagai Karakter Bangsa” ini dengan lancar tiada suatu aral yang berarti selama proses penulisan. Makalah ini saya susun untuk memenuhi tugas dari bapak Muhammad Idris untuk membuat sebuah makalah, dan untuk menambah pengetahuan tentang bab mata kuliah Pancasila. Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak / Ibu Dosen yang telah membimbing saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Proposal ini sangat jauh dari kesempurnaan oleh karena itu saya selaku penyusun makalah mengharap kesediaan pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya. Akhir kata “tiada gading yang tak retak” , maka atas segala kekurangan dalam tulisan ini, saya sangat mengharap saran-saran dari berbagai pihak. Untuk selanjutnya saya juga berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan digunakan sebaik-baiknya.
Sleman, 22 Oktober 2011
Penyusun
PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Dijaman sekarang banyak masyarakat Indonesia yang sudah mengesampingkan pancasila, mereka sudah seperti kehilangan jati dirinya, realitas menunjukkan bahwa kesadaran kebangsaan rakyat Indonesia saat ini mengalami kemunduran. Hal ini dapat dilihat pada fenomena yang berkembang dalam masyarakat, sebagai contoh berita tentang memanasnya masyarakat papua terhadap kinerja pemerintah, kasus ini terjadi karena masyarakat papua merasa bahwa mereka dipinggirkan dan hak-hak mereka tidak dipenuhi oleh pemerintah. Hal tersebut memicu masyarakat papua untuk melakukan ancaman kepada pemerintah yaitu jika mereka masih tidak diperhatikan, mereka akan memisahkan diri dari Indonesia. Hal tersebut tentu menjadi bukti bahwa kesadaran kebangsaan mayarakat papua mulai memudar dan mengalami kemunduran. Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa kemunduran wawasan kebangsaan sudah merupakan realitas dan perlu penanganan segera dengan kesungguhan hati agar dapat membangkitkan kembali wawasan kebangsaan masyarakat untuk Memperkokoh Karakter dan Jati-diri Bangsa.
2. RUMUSAN MASALAH Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa sekarang ini mereka sudah mulai melakukan hal-hal yang sebenarnya menyimpang dari nilai-nilai yang terkandung di batang tubuh pancasila, dan itu menjadi lebih parah karena perilaku menyimpang yang telah mereka lakukan akhirnya membudaya dan menjadi sulit dipisahkan dari kehidupan mereka. Hal tersebut tentu akan mempengaruhi keeksistensian pancasila sebagai karakter bangsa. Masyarakat Indonesia kini seakan acuh tak acuh dengan keberadaan pancasila yang sebenarnya mempunyai fungsi yang besar dan mendasar dalam mengatur kehidupan bangsa Indonesia. Mereka lebih memilih untuk mengutamakan kebudayaan bangsa lain yang terkenal dengan kebebasannya, namun di Indonesia dalam menyikapi kebudayaan asing yang masuk terlalu berlebihan dan akhirnya menyimpang dari nilai-nilai pancasila yang ada. Hal tersebut tentunya akan mengubah karakter bangsa dan jika tidak segera ditanggulangi bukan tidak mungkin bangsa Indonesia ini akhirnya menjadi bangsa yang hidup tanpa jati diri.
3. PENDEKATAN a. Historis Dilihat dari sejarah sebenarnya Pancasila sejak dahulu telah mencerminkan sebuah ciri khas bangsa Indonesia, Itu dibuktikan salah satunya yaitu pancasila mampu mempersatukan bangsa Indonesia ini yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya, agama dan lainlain yang antara satu sama lain berbeda. Ini salah satu karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang bangsa lain tidak memilikinya
b. Sosiologis Dilihat dari segi kemasyarakatannya, pancasila mampu mencerminkan karakter dan jati diri masyarakat Indonesia yang terkenal dengan nilai-nilai luhur yang mereka miliki dan tidak dimiliki oleh bangsa lain. Selain itu pancasila mencerminkan perilaku masyarakat Indonesia yang mampu untuk menerima perbedaan, hal itu karena Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, agama, budaya, dan lain-lain, namun pancasila mampu untuk menyatukan semua keragaman tersebut menjadi satu dan masyarakatnya sendiri mau untuk menerima perbedaan tersebut.
c. Yuridis Dilihat dari segi hukum, pancasila mampu memberikan pandangan hukum yang jelas bagi bangsa Indonesia dengan cara yang menyesuaikan dengan keadaan masyarakatnya. Sehingga itu menjadi sebuah karakteristik tersendiri bagi hukum di Indonesia. Pancasila mampu memberikan pandangan hukum, karena di dalam batang tubuh pancasila itu sendiri telah terdapat norma-norma yang bersifat memaksa dan bisa berfungsi sebagai hukum.
4. PEMBAHASAN Pengertian : 1. Karakter Karakter sering diberi padanan kata watak, tabiat, perangai atau akhlak. Dalam bahasa Inggris character diberi arti a distinctive differentiating mark, tanda yang membedakan secara khusus. Karakter adalah keakuan rohaniah, het geestelijk ik, yang nampak dalam keseluruhan sikap dan perilaku, yang dipengaruhi oleh bakat, atau potensi dalam diri dan lingkungan. Karakter juga diberi makna the stable and distinctive qualities built into an individual’s life which determines his response regardless of circumstances. Dengan demikian karakter adalah suatu kualitas yang mantap dan khusus, sebagai pembeda, yang terbentuk dalam kehidupan individu yang menentukan sikap dalam mengadakan reaksi terhadap rangsangan dengan tanpa terpengaruh oleh situasi lingkungan sewaktu. Karakter terbentuk oleh faktor endogeen atau dalam diri dan faktor exogeen atau luar diri. Sebagai contoh rakyat Indonesia semula dikenal bersikap ramah, memiliki hospitalitas yang tinggi, suka membantu dan peduli terhadap lingkungan, dan sikap baik yang lain; dewasa ini telah luntur tergerus arus global, berubah menjadi sikap yang kurang terpuji, seperti egois, mementingkan diri sendiri, mencaci maki pihak lain, mencari kesalahan pihak lain, tidak bersahabat dan sebagainya. Hal ini mungkin saja didorong oleh keinginan untuk bersaing sebagai salah satu kompetensi yang harus dikembangkan dalam era globalisasi. Karakter dapat berubah akibat pengaruh lingkungan, oleh karena itu perlu usaha membangun karakter dan menjaganya agar tidak terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan dan menjerumuskan. Ada ahli yang berpendapat bahwa manusia bersifat unik, tercipta dalam perbedaan individual, nampak dalam tingkat kecerdasan, dalam kemampuan ungkapan emosional dan manifestasi kemauan. Manusia juga dibekali oleh Tuhan dengan kemampuan untuk membedakan yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk, meski ukuran benarsalah dan baik-buruk mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan yang dialami oleh manusia dan tantangan zamannya. Dengan demikian moral dan karakter pada manusia melekat secara kodrati, namun selalu mengalami perkembangan sesuai dengan pertumbuhan dan tantangan yang dihadapi. Karakter membentuk ciri khas individu atau entitas, suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas, sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas lain. Kualitas yang menggambarkan suatu karakter bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud, yang akan selalu nampak secara konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas dalam menghadapi setiap permasalahan.
2. Jatidiri Bangsa Jatidiri yang dalam bahasa Inggris disebut identity adalah suatu kualitas yang menentukan suatu individu atau entitas sedemikian rupa sehingga diakui sebagai suatu pribadi yang membedakan dengan individu atau entitas yang lain. Kualitas yang meng-gambarkan suatu jatidiri bersifat unik, khas, yang mencerminkan pribadi individu atau entitas dimaksud. Jatidiri merupakan pencerminan individu atau suatu entitas yang mempribadi dalam diri individu atau entitas yang selalu nampak dengan konsisten dalam sikap dan perilaku individu atau entitas yang bersangkutan dalam menghadapi setiap permasalahan. Ada sementara pihak yang membedakan antara pengertian identitas diri dan jatidiri. Identitas diri lebih menggambarkan pe-nampilan lahiriah dalam bentuk sikap dan perilaku yang membaku dan mempribadi seperti ramah, pemarah, introvert, extravert, optimistik, pesimistik, dan sebagainya. Sedang jatidiri adalah kualitas yang menggambarkan integritas individu atau suatu entitas, sebagai karunia Tuhan, yang mencerminkan harkat dan martabat individu atau entitas dimaksud secara utuh. Jatidiri mengandung nilai-nilai dasar yang akan memberikan corak terhadap jatidiri bagi pendukungnya. Jatidiri suatu bangsa yang menganut faham individualistik liberalistik akan berbeda dengan jatidiri suatu bangsa yang menganut faham kolektivistik, sosialistik atau kegotong royongan. Demikian pendapat mereka. Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang merupakan pengejawantahan dari konsep religiositas, humanitas, nasionalitas, sove-reinitas dan sosialitas. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila. Jatidiri bangsa merupakan hal ihwal atau perkara yang sangat esensial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kehilangan jatidiri bangsa sama saja dengan kehilangan segalanya, bahkan akan berakibat tereliminasinya negara-bangsa. Oleh karena itu bila kita tetap menghendaki berdaulat dan dihargai sebagai negara-bangsa dalam percaturan internasional, perlu menjaga eksistensi dan kokohnya jatidiri bangsa. Pengalaman sejarah menunjukkan bahwa hanya bangsa yang memiliki karakter yang kokoh dan tangguh mampu mengatasi krisis yang dihadapi oleh negara-bangsa dengan berhasil baik. Jatidiri bangsa akan nampak dalam karakter bangsa yang merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur bangsa . Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur bangsa terdapat dalam dasar negara Negara Kesatuan Republik Indonesia yakni Pancasila, yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Membangun jatidiri bangsa Indonesia berarti membangun jatidiri setiap manusia Indonesia, yang tiada lain adalah membangun Manusia Pancasila.
Dalam rangka membangun jatidiri Manusia Pancasila, setiap manusia Indonesia wajib memahami konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila, untuk difahami, didalami, serta diimplementasikan dalam kehidupan yang nyata, baik dalam kehidupan politik, ekonomi, sosial budaya dan hankam. Membangun karakter bangsa yang merupakan pencerminan jatidiri bangsa merupakan suatu kerja terus menerus tanpa henti. Oleh karena itu perlu di rancang suatu program yang mantap, berkesinambungan, dan terpadu mengenai Program Memperkokoh Karakter dan Jatidiri Bangsa. Program tersebut meliputi: (a) tujuan yang hendak diwujudkan, (b) materi yang diperlukan dalam pembangunan karakter dan jatidiri bangsa, (c) organisasi atau lembaga penyelenggara, (d) pelaksana, (e) sarana dan prasarana, serta (f) pendanaan pendukungnya. Mengingat begitu mendasarnya masalah pembinaan karakter bangsa, maka harus ditangani oleh lembaga pemerintah melalui Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Pendidikan Nasional dan kementerian lain terkait. Sasaran utama dalam pembangunan karakter dan jatidiri bangsa adalah para pendidik, tenaga kependidikan dan para pemimpin masyarakat. Bila para pendidik, tenaga kependidikan dan para pimpinan masyarakat telah memiliki karakter dan jatidiri seperti yang diharapkan maka masyarakat luas akan segera mengikutinya. Suatu realitas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih bersifat ikutan. Di atas telah dikemukakan bahwa pendekatan yang ditempuh dalam rangka membina karakter bangsa dengan cara membangun karakter setiap manusia Indonesia. Dalam rangka membangun jatidiri manusia Indonesia akan menyentuh tiga dimensi yakni dimensi pribadi, dimensi warganegara, dan dimensi tenaga pembangunan dalam mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya, yakni Manusia Pancasila. Untuk itulah perlu difahami karakter manusia sebagai pribadi, sebagai warganegara dan sebagai tenaga pembangunan. Pembangunan karakter bangsa diarahkan untuk mewujudkan karak-ter tiga dimensi tersebut. 1. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Pribadi Manusia Pancasila sebagai pribadi bertitik tolak dari suatu gagasan bahwa manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, wajib beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Manusia Pancasila meyakini akan kodrat yang dikaruniakan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga selalu rela menerima ketentuanNya, ber-syukur terhadap segala nikmat karuniaNya dan selalu bersikap sabar terhadap cobaan-Nya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, manusia Pancasila dibekali dengan berbagai nafsu, baik yang dapat merusak maupun membangun diri sendiri dan pihak lain. Adapun nafsu yang merusak seperti sifat jahil, iri, dengki, pendendam, serakah, malas, mudah tersinggung, gampang marah, beringas, dan sebagainya; Sedangkan sifat yang baik adalah cinta dan kasih sayang, simpati, empati, memiliki ciri tenang, lembut, lembah manah, suka melayani, berbakti dan sebagainya. Manusia Pancasila mampu mengendalikan diri terhadap nafsu yang bersifat merusak, serta menyalurkan secara tepat nafsu yang bersifat membangun.
Manusia Pancasila adalah makhluk mono-dualis, yang bermakna sebagai makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial, makhluk jasmani sekaligus makhluk rokhani. Hal ini merupakan kodrat yang ditentukan oleh Tuhan, maka manusia tidak mungkin hidup seorang diri, tetapi selalu terikat dalam kelompok manusia yang disebut komunitas, baik itu namanya keluarga, masyarakat, ataupun negara-bangsa. Manusia Pancasila menyadari dan meyakini bahwa kehidupan di dunia ini hanya berlangsung sementara dan berlangsung dalam rangkaian dengan kehidupan lebih lanjut di akhirat. Manusia tidak hanya terdiri atas materi yang nampak, tetapi menyatu dengan zat yang tidak nampak yang menyebabkan manusia dapat hidup. Manusia Pancasila menyadari bahwa dirinya sebagai mikrokosmos menyatu dengan alam semesta sebagai makrokosmos. Sebagai konsekuensi dari pandangan monodualistik ini, maka manusia Pancasila tidak dapat melepas-kan diri dari lingkungan dan alam sekitarnya, serta dari kehidupannya di masa yang akan datang. Ia tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri pada masa kini, tetapi juga memper-hitungkan kehidupan setelah hidup di dunia ini. Manusia Pancasila juga bersifat monopluralis. Ia adalah makhluk pribadi yang hidup dalam kondisi kemajemukan dilihat dari keaneka-ragaman agama yang dipeluk dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat, keanekaragaman adat budaya, suku dan sebagainya. Sehingga pola hidup manusia Pancasila bersifat inklusif, tidak merasa dirinya yang paling benar, paling hebat dan sebagainya. Kebenaran dapat saja terjadi pada pihak lain. Manusia Pancasila dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai kemampuan dasar seperti kemampuan berfikir, perasaan, kemauan, budi nurani dan berkarya. Untuk dapat memanifestasikan kemampuan dasar tersebut, Tuhan mengaruniai kepada manusia suatu bekal berupa kebebasan, yang merupakan hak untuk memilih dan menentukan sikap dan pendiriannya. Penerapan kebebasan tersebut harus diselenggarakan secara etis dan ber-tanggung jawab. Manusia Pancasila dalam berhubungan dengan sesama manusia didudukkan sesuai dengan kodrat, harkat, martabat dan kesetaraanya, tanpa membedakan suku, agama, ras, keturunan dan antar golongan sehingga tidak terjadi diskriminasi dan eksploi-tasi antar sesama manusia. Dengan demikian manusia diperlakukan secara adil dan ber-adab. 2. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Warga-negara Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, seorang manusia tidak hanya berkedudukan sebagai pribadi, tetapi juga sebagai seorang warganegara dari suatu negarabangsa. Sebagai seorang warganegara, manusia Pancasila wajib memahami hak dan kewajibannya, serta fungsinya dalam hidup berbangsa dan bernegara. Ia harus memahami dasar negara yang dijadikan landasan (a) mengatur tata hubungan sesama warganegara, (b) mengatur tata hubungan warganegara dengan lembaga-lembaga negara, (c) tata cara memperjuangkan haknya serta melaksanakan segala kewajiban dan fungsinya sebagai warganegara.
Seorang warganegara terikat pada segala peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan tidak dapat menghindari serta mengingkari terhadap hukum positif yang sah dan berlaku. Penyimpangan dari ketentuan hukum akan dikenai sanksi hukum. Sesuai dengan ketentuan, bahwa norma hukum bersifat memaksa, harus dipatuhi oleh setiap warganegara tanpa kecuali. Kepatuhan dan ketaatan warga-negara terhadap segala peraturan perundang-undangan yang berlaku merupakan sasaran pembinaan karakter yang harus dikembangkan. Seorang warganegara terikat pada negara-bangsanya. Ia harus merasa dirinya sebagai warga dari suatu negara-bangsa, bangga terhadap negara-bangsanya, cinta dan rela berkorban demi negara-bangsanya. Seorang warganegara adalah seorang patriot bangsa, selalu menjaga persatuan atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. Dengan demikian wawasan kebangsaan merupakan sasaran pembinaan karakter warganegara. 3. Jatidiri Manusia Pancasila sebagai Tenaga Pembangunan Sebagai tenaga pembangunan, manusia Pancasila harus memiliki profesionalitas serta ketrampilan yang diperlukan dalam berproduksi atau memberikan pelayanan. Seorang tenaga kerja Pancasila memiliki semangat juang yang tinggi demi negara bangsanya dan untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Ia adalah pekerja yang jujur, tangguh, handal, tekun, rajin, pantang menyerah, bertanggung jawab serta memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai sukses. Sehingga manusia Panca-sila sebagai tenaga pembangunan adalah tenaga kerja yang berani dan mampu bersaing dengan tenaga kerja dari manapun jua. Dari gambaran di atas nampak bahwa karakter yang perlu dikembangkan dalam membentuk jatidiri manusia Indonesia tiada lain adalah karakter yang bermuatan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila baik Pancasila sebagai pandangan hidup dalam membentuk manusia yang berakhlak mulia, Pancasila sebagai dasar negara yang bermuatan konsep dan prinsip yang dipergunakan sebagai acuan dalam bersikap dan bertingkah laku sebagai seorang warganegara dengan baik, sehingga memahami serta mampu menerapkan hak dan kewajibannya, serta berwawasan kebangsaan maupun Pancasila sebagai ideologi nasional yang memberikan arahan dalam melaksanakan pembangunan. Namun pada kenyataannya, proses-proses pembangunan karakter tersebut tidak sejalan dengan apa yang terjadi sekarang ini. Sebagai contoh berita yang sedang marak dikabarkan yaitu tentang “memanasnya masyarakat papua terhadap kinerja pemerintah pusat”. Hal ini dipicu oleh masyarakat papua yang merasa bahwa kaum mereka selalu dipinggirkan dan tidak mendapatkan perhatian yang sama dengan masyarakat Indonesia yang berada di daerah lain. Mereka menuntut sebuah keadilan, namun jika mereka tidak mendapatkannya, mereka mengancam akan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini tentu akan sangat merugikan bagi bangsa Indonesia, karena di tanah papua sendiri sebenarnya terdapat banyak daerah yang memiliki pesona tersendiri yang tentunya sayang jika hal tersebut hilang dari Indonesia. Dari kutipan berita ini membuktikan bahwa proses pembangunan karakter bangsa tidak berhasil, karena masyarakat papua sendiri tidak mendapatkan haknya dan tentu mereka tidak akan melaksanakan kewajibannya sebagai
rakyat Indonesia sebagai mana mestinya. Jika hal tersebut terjadi bukan tidak mungkin pancasila akan kehilangan fungsinya sebagai karakter dan jatidiri bangsa, karena pancasila sendiri tidak mampu mempertahankan keutuhan bangsa Indonesia yang sebenarnya itu menjadi salah satu karakteristik dari pancasila itu sendiri. Agar hal tersebut tidak terjadi, maka pemerintah seharusnya lebih adil dan merata dalam memberikan kebijakankebijakannya kepada seluruh rakyat Indonesia sesuai dengan seluruh isi kandungan dari pancasila, terutama kepada masyarakat yang berada paling jauh dengan pusat pemerintahan dan para masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan, karena hal tersebut rawan sekali terjadi kesenjangan sosial yang dapat menyebabkan pecahnya bangsa Indonesia ini. Maka dari itu pemerintah harus lebih tanggap lagi dalam menghadapi permasalahan yang ada, karena mereka adalah seorang pemimpin, jika mereka mau menerima sebuah jabatan, maka mereka harus benar-benar bertanggung jawab dengan apa yang telah dilimpahkan kepada mereka.
5. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan : Kehadiran pancasila sendiri masih belum mampu untuk membangun karakter dan jatidiri bangsa Indonesia. Namun sebenarnya permasalahannya bukan terletak pada pancasilanya, namun pada kinerja pemerintah yang tidak mampu untuk melaksanakan fungsi pancasila dengan sempurna, hal tersebut tentu akan semakin mempersulit upaya untuk membangun karakter dan jati diri bangsa Indonesia ini.
Saran : Sebaiknya pemerintah mulai menata diri untuk melakukan kinerjanya agar lebih baik lagi, mereka harus berusaha agar mampu melaksanakan fungsi dari pancasila, karena pancasila sebagai dasar negara terutama sebagai pembangun karakter dan jati diri bangsa Indonesia, maka mereka harus bekerja keras demi kemajuan bangsa Indonesia, karena bila negara Indonesia menjadi negara yang maju, tentu secara otomatis negara Indonesia akan memiliki karakteristik dan jatidiri yang kuat.
6. REFERENSI www.google.co.id : Program memperkokoh karakter dan jatidiri bangsa http://syahrulkirom.blogspot.com/2011/06/pancasila-landasan-etik-berbangsa.html