KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DIPANDANG DARI PANCASILA SILA PERTAMA
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA
: HERU ISMA PRATIWI
NPM
: 11.11.5194
KELOMPOK
:E
JURUSAN
: 11-S1TI-08
DOSEN
: Dr. ABIDARIN ROSIDI, MMA
TAHUN AJARAN 2011/2012
ABSTRAKS Penelitian ini merupakan penelitian analisis isi terhadap pasal-pasal yang ada dalam Pancasila. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pancasila mengatur dengan tegas masalah kerukunan antarumat beragama yang tidak terbatas hanya pada intern umat Islam saja, tetapi juga antara umat Islam dengan umat lain. Dari pasal-pasalnya, terlihat bahwa Nabi Muhammad SAW memberikan jaminan kepada semua rakyat Indonesia untuk menjalankan aktivitas agama mereka. Kerukunan hidup beragama di Indonesia pada prinsipnya sudah diatur dengan baik. Munculnya berbagai konflik antarumat beragama lebih dipicu oleh kecilnya kesadaran para penganut agama untuk menaati aturan yang ada. Ada relevansi yang signifikan jika Indonesia sekarang mencanangkan untuk membangun masyarakat madani yang didasarkan pada nilai-nilai madani yang pernah dipraktikkan Nabi Muhammad SAW di Madinah.
Latar Belakang Indonesia memiliki struktur masyarakat yang majemuk yaitu, terdiri dari berbagai suku bangsa, ras, kelompok, dan agama dalam kelompok masyarakat muncul praktek-praktek eksklusif sosial. Praktek eksklusif berdasar agama ini menyebabkan pengabaian, pengasingan dan pencabutan hak atas orang atau sekelompok orang berdasarkan oleh pemahaman ajaran agama. Praktek eksklusif ini sering menimpa kelompok minoritas yaitu kepercayaan dan kelompok sekte keagamaan yang berbeda dari apa yang telah ditentukan oleh negara. Pihak yang mempunyai daya untuk melakukan praktek eksklusif sosial terhadap kaum minoritas ini adalah kaum dominan (kelompok agama yang berkuasa) demi memperoleh kekuatan dan perhatian dari penguasa. Pluralitas agama di Indonesia di satu sisi menjadi kekayaan bangsa namun di sisi lain menjadi ancaman yang berbahaya karena dapat menyebabkan terjadinya disintegrasi sosial di masyarakat, bahkan disintegrasi nasional. Hal inilah yang menjadi alasan penulis untuk membahas bagaimana hubungan antar agama-agama yang ada di Indonesia.Penulis mengangkat masalah hubungan antar kelompok agama ini.
Rumusan masalah 1. Bagaimana bisa terjadinya sengketa atau pertentangan antar umat beragama? 2. Bagaimana bisa terjadinya kasus pemaksaan dalam memeluk agama? 3. Bagaimana agama dipandang dari pancasila?
Pendekatan Yuridis Dalam UUD 1945 Pasal 29 sangat tegas disebutkan bahwa, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing dan untuk beribadat menurut agama dan kepercayaan.
Pendekatan Historis Berdasar sejarah, kaum pendatang telah menjadi pendorong utama keanekaragaman agama dan kultur di dalam negeri dengan pendatang dari India, Tiongkok, Portugal, Arab, dan Belanda. Bagaimanapun, hal ini sudah berubah sejak beberapa perubahan telah dibuat untuk menyesuaikan kultur di Indonesia Hindu dan Buddha telah dibawa ke Indonesia sekitar abad kedua dan abad keempat Masehi ketika pedagang dari India datang ke Sumatera, Jawa dan Sulawesi, membawa agama mereka.Hindu mulai berkembang di pulau Jawa pada abad kelima Masehi dengan kasta Brahmana yang memuja Siva. Pedagang juga mengembangkan ajaran Buddha pada abad berikut lebih lanjut dan sejumlah ajaran Buddha dan Hindu telah memengaruhi kerajaan-kerajaan kaya, seperti Kutai, Sriwijaya, Majapahit dan Sailendra. Sebuah candi Buddha terbesar di dunia, Borobudur, telah dibangun oleh Kerajaan Sailendra pada waktu yang sama, begitu pula dengan candi Hindu, Prambanan juga dibangun. Puncak kejayaan Hindu-Jawa, Kerajaan Majapahit, terjadi pada abad ke-14 M, yang juga menjadi zaman keemasan dalam sejarah Indonesia. Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke-7 melalui pedagang Arab.Islam menyebar sampai pantai barat Sumatera dan kemudian berkembang ke timur pulau Jawa.Pada periode ini terdapat beberapa kerajaan Islam, yaitu kerajaan Demak, Pajang, Mataram dan Banten.Pada akhir abad ke-15 M, 20 kerajaan Islam telah dibentuk, mencerminkan dominasi Islam di Indonesia. Kristen Katolik dibawa masuk ke Indonesia oleh bangsa Portugis, khususnya di pulau Flores dan Timor.
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran.Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan.Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan. Perubahan penting terhadap agama-agama juga terjadi sepanjang era Orde Baru. Antara tahun 1964 dan 1965, ketegangan antara PKI dan pemerintah Indonesia, bersama dengan beberapa organisasi, mengakibatkan terjadinya konflik dan pembunuhan terburuk di abad ke-20. Atas dasar peristiwa itu, pemerintahan Orde Baru mencoba untuk menindak para pendukung PKI, dengan menerapkan suatu kebijakan yang mengharuskan semua untuk memilih suatu agama, karena kebanyakan pendukung PKI adalah ateis. Sebagai hasilnya, tiap-tiap warganegara Indonesia diharuskan untuk membawa kartu identitas pribadi yang menandakan agama mereka. Kebijakan ini mengakibatkan suatu perpindahan agama secara massal, dengan sebagian besar berpindah agama ke Kristen Protestan dan Kristen Katolik.Karena Konghucu bukanlah salah satu dari status pengenal agama, banyak orang Tionghoa juga berpindah ke Kristen atau Buddha.
Pembahasan Di Bekasi, tak jauh dari Jakarta, sekelompok saudara-saudara kita dari Front Pembela Islam (FPI) mengancam keselamatan sesama saudara-saudari Indonesia mereka sendiri. Tinggal di Jakarta atau berbatasan dengan Jakarta tidak serta-merta membuat penduduknya civilized ya? Masing-masing pihak dalam kasus seperti di Bekasi itu mempunyai alasannya sendiri-sendiri yang benar menurut persepsi mereka. Hanya saja, apa yang benar bagi satu pihak belum tentu ditangkap secara benar apalagi diterima sebagai sebuah kebenaran oleh pihak lain. Belum lagi, Kristen-Islam mempunyai sejarahnya tersendiri berisi hal-hal yang menyenangkan dan menyedihkan.Kadang, hubungan kedua pengikut agama ini bisa menjadi sangat sensitif kalau kedua belah pihak tidak mengutamakan dialog dan sikap saling mengerti. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, Komnas HAM mengatakan selama puluhan tahun masih terjadi pemaksaan terselubung terhadap para pemeluk kepercayaan. Komnas menyimpulkan hal itu dari hasil pemetaan atas kebebasan beragama di Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Pemaksaan terselubung ini terjadi terutama di sector pendidikan, kesehatan, tenaga kerja dan kependudukan. Komnas HAM merekomendasikan sejumlah hal kepada pemerintah antara lain menjamin tidak terjadi lagi pemaksaan terselubung dan melakukan penegakan hukum jika ditemukan kasus - kasus pemaksaan agama. Penelitian Komnas HAM ini dilakukan di enam daerah di tiga provinsi yaitu : Banten, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Ketiga daerah ini dipilih karena di ketiga provinsi itulah Komnas HAM paling banyak menerima laporan – laporan kasus kekerasan kebebasan beragama. Selainitu, ketiga provinsi ini memiliki perda - perda yang membatasi kebebasan beragama. Penelitian ini dilakukan akhir tahun 2008 hingga pertengahan tahun 2009. Pancasila berdiri karena sejarah, dengan demikian pancasila menunjukan bahwa bangsa Indonesia mempunyai budaya dan adab ke Timuran yang luhur. Dalam catatan sejarah, sebelum Islam masuk ke Indonesia, bahkan dari abad ke 2-
7 M perkembangan agama Hindu dan Budha sangat mewarnai dalam kehidupan sehari-hari. Lain daripada itu yang hidup didalam hutan belantara menganut animisme. Walaupun demikian mereka masih berusaha mencari Tuhan. Kendati penemuan, atau hasil pencariannya salah, sehingga tumbuh keyakinan dan mempertuhankan batu kayu dan sebagainya. Dalam segi mencari Tuhan bisa kita hargai, namun dalam meyakini kepada selain Tuhan Yang Maha Esa, tidak bisa kita terima. Dan tidak bisa kita benarkan. Setelah baginda Nabi Muhammad Saw dilahirkan dan diangkat menjadi Rasul. Perkembangan Islam sangat pesat walaupun tidak terlepas dari kendala yang dihadapi. Perkembangan tersebut sampai ke Timur Jauh, India dan Afrika. Dengan bukti ada dua sahabat Rasul yang meninggal di Cina, dan ada juga yang dimakamkan di Afrika; Libiya. Dan ada murid sahabat (Tabiin) yang dimakamkan di India. Abad kedua hijriyah mengalirlah pedagang-pedagang Islam yang terdiri dari ulama-ulama. Sebab dengan melalui perdagangan lebih mudah untuk berkomunikasi dan bisa lebih jauh dalam menjalin ke akraban. Dari itu tiga agama berkembang menjadi dasar kehidupan sehari-hari bagi setiap penganutnya. Dan meyakini semuanya baik bagi penganutnya. Mayoriti pada waktu itu adalah Hindu dan Budha, terutama Hindu. Pada akhirnya Islam menjadi agama mayoritas. Dalam kehidupan para penganutnya saling menjaga kerukunan. Sehingga hampir tidak ada peluang bagi penjajah pada waktu itu untuk memecah belah. Disisi lain muncul pengaruh Kristen dan kepercayaan-kepercyaan dengan pasang surut silih berganti. Budi pekerti yang sudah ada telah terwarnai oleh nilainilai budi pekerti agama. Diantaranya budi pekeri itu dapat dilihat dari penggunaan bahasa, seperti adanya tingkatan berbahasa; penggunaan bahasa terhadap orang tua, antar kaula muda atau sebaya. Dari karakter bahasa tersebut menunjukan karakter adat dan budaya yang luhur dan diwariskan turun temurun.
Dilihat luasnya wilayah Indonesia dan banyaknya kepulauan-kepulauan, Indonesia di kenal sebagai negara maritime. Dengan itu sangat jelas heterogen dan pluralisme yang ada. Maka dipandang sangat perlu adanya pemersatu, yang bisa dijadikan idiologi Negara, dan dapat dengan mudah diterima oleh bangsa Indonesia. Maka lahirlah pancasila yang diprakarsai oleh tokoh-tokoh agamis, negarawan, intelektual, ilmuan dan didukung oleh nasionalis. Tidak cukup hanya itu saja, maka untuk menunjang kekuatannya dilindungi dan di beck-up oleh agama. Ini tidak berarti Pancasila diatas agama atau melebihinya. Sama sekali bukan itu yang dimaksud. Tetapi kemuliaan Pancasila, kehormatan, dan kesaktiannya karena di beck-up oleh agama. Dibuktikan peristiwa 1965, lahirlah kesaktian pancasila. Pada saat itu Pancasila akan dihancurkan oleh oknum-oknum bangsa sendiri. Oknum yang berkblat kepada bangsa yang tidak meyakini Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi upaya makar itu kandas tidak berhasil. Maka sudah sepantasnya bangsa ini memperthankannya dan mensyukurinya. Pancasila mampu melindungi pluralitas yang ada, dan menjadi idiolgi Negara,
maka Pancasila akan memperkokoh pertahanan Nasional dan
memperkokoh NKRI. Sebab Pancasila akan dimiliki semua pihak. Bila pancasila itu tumbuh pada diri setiap anak bangsa dengan diperkokoh atau di beck-up oleh agamanya, maka kekuatan, kesatuan, persatuan semakin erat terjalin dan tidak akan mudah digoyahkan.
Karena Pancasila
menjadi sebab tumbuhnya
Nasionalisme dan bebas dari kepentingan politik atau tidak akan menjadi bemper kepentingan politik. Sehingga tumbuh mekar secara murni kecintaan kepada agama, tanah air dan bangsa. Dari itu akan menjadi cermin bagi bangsa lain.
KESIMPULAN Dari pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, ditarik beberapa kesimpulan mengenai masalah yang terjadi antara agama-agama di Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1. Di Indonesia masih banyak terjadi konflik yang disebabkan oleh agama itu sendiri. Hal ini disebabkan oleh kurangnya toleransi antar umat beragama karena masih merasa agama yang mereka anut adalah yang paling benar. 2. Di bebarapa daerah Indonesia masih terdapat organisasi masyarakat Islam yang dominan di beberapa daerah Indonesia yang dapat menyebabkan timbulnya suatu keadaan yang memarginalkan kelompok lain. 3. Banyak aturan-aturan baru dari suatu agama yang membuat rumit agama itu sendiri sehingga menimbulkan pertentangan dengan norma-norma yang ada, yang mengakibatkan konflik. 4. Penyebab utama terjadinya konflik agama adalah disebabkan oleh pengaruh kelompok agama itu sendiri yang sangat dominan di masyarakat. Selain itu agama juga menjadi alat bagi kaum elite tertentu untuk mempertahankan kekuasaannya. Dari sekian banyak kasus yang telah diuraikan, pemerintah sudah berupaya
mengeluarkan
kebijkan-kebijakan
untuk
menangggulangi
atau
menyelesaikan konflik tersebut.Namun, penerapan upaya tersebut kurang maksimal karena masih banyak sifat egois dari masing-masing penganut agama yang fanatik sehingga implementasi dari peraturan yang dimaksudkan memerlukan sosialisansi dan pemanhaman dari semua pihak.
SARAN Saran dari penyusun dalam menghadapi masalah hubungan antar agama ini adalah kembali kepada diri individu masing-masing.Karena umat antar agama seharusnya memiliki keterbukaan dalam menanggapi dan melihat perbedaan yang ada di antara mereka.Selain itu, sangat diharapkan kebijakan dari pemerintah untuk mengambil langkah dalam menyelesaikan malasah konflik yang terjadi antar agama-agama di Indonesia.
REFERENSI Narwoko, J.Dwi dan Suyanto, Bagong.Sosiologi : Teks pengantar & terapan. Jakarta: Kencana, 2004 Soekanto, Soerjon. Teori Sosiologi : Tentang Pribadi Dalam Masyarakat. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982 Thayib, Anshari dkk.HAM dan Pluralisme Agama. Surabaya: Pusat Kajian Strategi dan Kebijakan (PKSK), 1997 Republik Indonesia, Undang‐undang Dasar 1945, pasal 29. J.Dwi Narwowko dan Bagong Suyanto, “Sosiologi : Teks pengantar & terapan”, (Jakarta, Kencana, 2004), h.240. Soerjono Soekanto, “Teori Sosiologi: Tentang Pribadi dalam Masyarakat”, (Jakarta, Gahlia Indonesia, 1982), h.7. Lucia Ratih Kusumadewi, “Sosial antar Kelompok Agama di Indonesia”, (Bahan ajar, mata kuliah sistem sosial Indonesia, FISIP UI), h.2 H.A. Masyhur Effendi, “Ham dan Integritas Nasional (Sebuah Harapan)”, dalam Ham dan Pluralisme Agama, (Surabaya: Pusat Kajian dan Strategi dan Kebijakan, 1997), h.11. J.Dwi Narwowko dan Bagong Suyanto, “Sosiologi : Teks pengantar & terapan”, (Jakarta, Kencana, 2004), h.117.