MEDIA PEMBINAAN
Menteri Agama RI H. Suryadharma Ali beserta isteri saat menyaksikan penampilan kesenian siswa-siswa madrasah usai melepas peserta Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama di lapangan Gasibu Bandung.
Para peserta Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama
Para Peserta Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama.
Hj. Nurbaeti Saeroji Ketua DWP dan pengurus Kanwil Kemenag Prov. Jabar hadir pada acara silaturahmi dengan tokoh masyarakat dan tokoh keagamaan.
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
3
Salam Redaksi Assalamu’alaikum Wr. Wb. Nuansa kasih sayang menyelimuti bulan Desember tatkala kita mengenang sosok manusia yang paling berjasa dalam kehidupan ini. Peringatan hari ibu menyadarkan pada peran penting seorang ibu dalam menghadirkan, merawat, membesarkan hingga kita eksis di tengah kehidupan ini. Agama mengajarkan kita untuk menghormati jasa ibu yang kasih sayangnya tiada terhenti dan terbeli. Pada edisi kali ini, Majalah Media Pembinaan menghadirkan beberapa tulisan yang mengangkat tema tentang peranan ibu yang harus senantiasa kita hormati. Kasih sayang terhadap sesama pun dapat memberikan warna damai dalam kehidupan ini. Wujudnya adalah kerukunan hidup baik internal dan eksternal umat beragama. Nuansa kerukunan menghangatkan kota Bandung yang dingin ketika ribuan orang dari lintas umat beragama berjalan bersama menyerukan kerukunan dalam “Gerak Jalan Kerukunan”, menjadi informasi yang akan diturunkan dalam edisi MP kali ini. Selain itu liputan khusus mengenai raihan prestasi Kontingen Jawa Barat dalam ajang KSM dan Aksioma menjadi berita yang tak kalah pentingnya untuk disimak. Kita berharap agar di penghujung tahun ini dan menjelang tahun yang baru nuansa kasih sayang dan balutan kerukunan memberikan suasana sejuk dan damai dalam kehidupan kita. Selamat menyimak suguhan informasi dari meja redaksi Majalah Media Pembinaan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Pada terbitan Edisi Januari 2014, Kajian Utama MP akan mengupas isu-isu aktual yang terjadi akhir-akhir ini dan Kajian yang sesuai dengan momen di bulan Januari. Kepada Yth. Pembaca Setia MP Assalamu’laikum Wr. Wb. Dipermaklumkan dengan hormat, dengan ini kami mengundang pembaca setia MP/masyarakat umum/mahasiswa/pelajar untuk mengirim naskah informasi, artikel dan khutbah Jum’at sesuai dengan rubrikasi yang kami sajikan dalam MP, dengan ketentuan sebagai berikut: • Naskah diketik rapi 1,5 spasi, maksimal 2 halaman polio; dan akan diutamakan jika dilengkapi dengan soft copy, termasuk di dalamnya terdapat foto penulis atau foto lainnya sebagai ilustrasi yang sesuai dengan tema tulisan yang dikirim; untuk kiriman berita harap dilengkapi dengan foto dokumentasi kegiatan; • Diketik menggunakan format file Microsoft word 2003/2007 dengan font Times New Roman; • Naskah diterima redaksi selambat-lambatnya tanggal 5 awal bulan; • Redaksi berhak untuk mengubah judul dan isi naskah dengan tidak mengubah esensinya; • Naskah yang tidak dimuat akan dikirim kembali jika dilengkapi dengan amplop dan perangko secukupnya; • Naskah wajib disertai fotokopi KTP penulis, Contact Person (Nomor telepon); • Setiap naskah yang dimuat akan diberi honorarium, untuk itu harap menyertakan no. rekening bank; • Naskah dikirim ke alamat “Redaksi Media Pembinaan” Jl. Jenderal Sudirman no. 644 Bandung atau melalui email:
[email protected] Wassalamu’alaikum wr. Wb. Bandung, Desember 2013 REDAKSI
4
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
DA F TA R I S I
Daftar Isi ISSN 2089-3183
KAJIAN UTAMA Memahami Pola Perumusan Kurikulum 2013
8
Harry Chaerudin Achmad, S.Pd
Madrasah Kebanggaanku
10
Menatap Wajah Baru Kehumasan
12
Metode Penyuluhan Agama Islam Pada Penderita Sakit
14
Mengurai Disparitas Guru Madrasah Sebuah Tuntutan
16
Menggali Potensi Sumber Bantuan Dana Peningkatan Sarana Prasarana Untuk Madrasah
18
Manajemen Pendidikan dan Pembangunan Berdasarkan Al-Qur’an
20
H. Eddy Mulyadi Wijaya Tri Budiono, S. Sos
Didin Nasiruddin
Drs. H. Dede Saepul Uyun, M. Ag
Dr. Mulyawan Safwandy Nugraha, M. Ag., M. Pd.
KH. Su’udi, S.Pd.I
Cover Depan: Kegiatan Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah Tingkat Nasional Tahun 2013 di Malang Jawa Timur dibuka oleh Menag RI.
INSPIRASI Rindu Kembali Ke Tanah Suci
40
Kasih Ibu Sepanjang Jalan
42
Proteksi Agama dan Masyarakat dari Ancaman Pornografi
44
Aktualisasi Diri Perempuan Dalam Rumah Tangga
46
21
Galeri Foto
23
Fokus Berita
H. Imam Nur Suharno Momon Herdiyanto
Muhamad Rafiuddin, S.Sos
PELAJARAN BAHASA
Imas Rohaeni
48
Pelajaran Bahasa Indonesia
49
Pelajaran Bahasa Inggris
50
Pelajaran Bahasa Arab
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
Rubrik Pembaca Assalamu’alaikum Wr. Wb Perkenalkan nama saya Ibu Hj. Kuraesin, dari Babakan Ciparay. Mohon penjelasan redaksi MP, bagaimana cara mengajukan izin pendirian Majelis Taklim. Wassalam Wa’alaikum Salam Wr. Wb. Terima kasih atas pertanyaan ibu Kuraesin,menanggapi pertanyaan ibu, dapat kami sampaikan sebagai berikut : Syarat-syarat umum pengajuan ijin pendirian Majelis Ta’lim meliputi: a. Memiliki Pengelola/penanggungjawab yang tetap dan berkesinambungan; b. Mempunyai tempat untuk menyelenggarakan kegiatan ta’lim; c. Mempunyai Ustadz/Mualim yang memberikan pembelajaran secara rutin dan berkesinambungan; d. Jama’ah yang terus menerus mengikuti pembelajaran minimal 30 orang; e. Kurikulum atau bahan ajar berupa kitab, buku, pedoman atau rencana pelajaran yang terarah; f. Kegiatan pendidikan yang teratur dan berkala. Syarat-syarat administrasi pengajuan pendirian Majelis Ta’lim meliputi: a. Surat permohonan pendirian Majelis Ta’lim dari Yayasan Pendiri atau Pendiri. b. Proposal Pendirian Majelis Ta’lim. c. Surat Keputusan Yayasan atau Surat Keputusan Pendiri tentang Pendirian Penyelenggaraan Majelis Ta’lim. d. Rekomendasi dari KUA Kecamatan. Prosedur pengajuan ijin pendirian dan perpanjangan ijin operasional penyelenggaraan Majelis Ta’lim meliputi: 1) Pengusul mengirimkan/menyerahkan berkas proposal ke Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 2) Pengusul akan menerima bukti penerimaan berkas dari Tata Usaha Kementerian Agama Kabupaten/Kota. 3) Seksi Penamas pada Kementerian Agama Kabupaten/Kota memeriksa kelengkapan berkas. 4) Berkas yang memenuhi syarat akan dilanjutkan untuk dinilai oleh Seksi Penamas dan atau tim, Sedangkan berkas yang kurang/tidak memenuhi persyaratan akan dikembalikan ke pengusul untuk disempurnakan dan dapat diajukan kembali. 5) Kementerian Agama Kabupaten/Kota melalui Seksi Penamas akan melakukan konfirmasi dan/atau visitasi jika diperlukan. 6) Kementerian Agama Kabupaten/Kota akan memberikan Surat Keputusan ijin pendirian dan menerbitkan Piagam Terdaftar pada Kementerian Agama Kabupaten/Kota beikut dengan Nomor Statistik. 7) Kementerian Agama Kabupaten/Kota akan memberikan Surat Keputusan perpanjangan ijin penyelenggaraan Majelis Ta’lim yang bersangkutan. 8) Apabila Kementerian Agama Kabupaten/Kota telah memberikan Surat Keputusan tentang pendirian dan atau perpanjangan ijin penyelenggaraan Majelis Ta’lim mengirimkan atau melaporkan kepada Kementerian Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat. Berkas borang/proposal disusun dengan sistematika sebagai berikut: (1) Sampul depan. (2) Surat permohonan ijin pendirian atau perpanjangan ijin. (3) Daftar Isi. (4) Uraian, berisi sekurang-kurangnya: a. Pendahuluan, uraian tentang pentingnya pendirian atau perpanjangan ijin Majelis Ta’lim sebagai jaminan mutu penyelenggaraan pendidikan. b. Progress report tentang keberadaan atau penyelenggaraan Majelis Ta’lim meliputi aspek akademik, SDM, peserta didik, manajemen atau tata kelola, dan sarana-prasarana. c. Analisis terhadap aspek edukasi atau pembelajaran, Sumber daya manusia, peserta didik, manajemen atau tata kelola, dan sarana-prasarana. d. Pendukung lain yang diperlukan. e. Penutup. f. Lampiran. Demikian semoga bermanfaat dan dapat menjadi pedoman. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Redaksi
5
6
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
EDITORIAL
SIKAP TEGAS
(Sebuah Renungan di Akhir Tahun Masehi) KETUA PENGARAH H. Saeroji ANGGOTA PENGARAH: H. M. Athoillah H. Dah Saepullah H. Munadi H. Iding Samarkondy H. A. Buchori H. A. Sukandar PIMPINAN REDAKSI/ PENANGGUNG JAWAB: H. E. Nadzier Wiriadinata REDAKTUR PELAKSANA: H. Yudi Yusupyandhi REDAKTUR/PENYUNTING: H. Slamet H. Ahmad Sa’dudin H. Dede Saeful Uyun H. Moh. Denny Hidayat Umaran H. Ahmad Nizar H. Isman Suroso H. Jamaludin H. Iman Aminuddin KEPALA TATA USAHA: H. Wawa Wahyudin SEKRETARIS REDAKSI: H. Maman Suherman WAKIL SEKRETARIS REDAKSI: Yusuf Nurochmat BENDAHARA: H. A. Handiman Romdony WAKIL BENDAHARA: H. Kosam STAFF REDAKSI: Hj. Tuti Herawati Hj. Siti Sadiah Uzar Achmad Hj. Kania Budhi Utami Nandang Rahayu Priyana Wahyuni Mohamad Rifa’i FOTOGRAFER: Deden Darmawan Tri Budiono DESAIN GRAFIS Deden Faried Moh. Yusuf SIRKULASI/PEMASARAN: Koperasi Karya Pada Kementerian Agama Kanwil Provinsi Jawa Barat ALAMAT REDAKSI: Jl. Jenderal Sudirman 644 Telp. 6032008 Pes. 28 Fax. 022-6037850 email:
[email protected] Bandung (40183) Terbit tiap bulan. Isi diluar tanggung jawab percetakan.
H. E. Nadzier Wiriadinata
P
enyadapan yang dilakukan pihak Australia terhadap beberapa petinggi kita dan tindakan-tindakan pelecehan seksual dan hak asasi manusia oleh beberapa negara terhadap para TKW yang dikirim ke negara-negara tersebut semakin membuktikan kepada kita betapa negara tercinta ini begitu lemah. Pemerintah sepertinya bingung harus bertindak apa. Kebingungan ini, hemat penulis, merupakan akibat dari ketidakpercayaan diri yang begitu parah, yang akhirnya melahirkan ketidakmampuan pemerintah untuk bersikap tegas. Konsekwensi logisnya, kita selaku bangsa seringkali dilecehkan oleh bangsa lain. Malaysia yang serumpun dengan kita pun bahkan tidak jarang melakukan hal yang sama terhadap kita, baik selaku bangsa maupun secara individual melalui para TKI yang bekerja disana. Belum lagi permasalahan-permasalahan internal lainnya didalam negeri. Aksi tawuran (antar siswa, antar mahasiswa, antar warga, bahkan antar aparat) yang seringkali berulang , kemudian masih maraknya tindakan kriminal para anggota genk, menjamurnya oknum wartawan dan LSM bodong serta permasalahanpermasalahan akut lainnya semakin memperkuat dugaan kita betapa Indonesia sebagai sebuah negara memang lemah dan rapuh. Kelemahan tersebut secara begitu nyata termanifestasikan dalam bentuk ketidaktegasan pemerintah pada aspek apapun, termasuk didalamnya aspek penegakan hukum. Ketegasan sejatinya adalah cerminan kualitas pribadi seseorang. Ketegasan adalah lawan dari sikap plintat-plintut, bimbang, dan penuh keraguan. Dalam kehidupan yang semakin kompleks, kompetitif serta penuh ketidakpastian ini, seseorang, siapapun dia, yang ingin menjaga harga diri dan martabatnya, tentunya akan dituntut untuk bersikap tegas. Ketegasan adalah perwujudan dari sebuah sikap yang menandakan bahwa seseorang tahu apa yang harus dilakukan. Ketegasan sebagai sebuah sikap juga merupakan buah/hasil dari ketajaman daya analisis seseorang akan hakekat permasalahan yang dihadapinya. Ketegasan juga mencerminkan sebuah kesadaran akan pentingnya konsistensi dalam bertindak sesuai aturan yang ada. Ketegasan pun sangat terkait erat dengan harkat martabat dan proses pencitraan positif karena sikap tersebut memberikan kepastian dan rasa aman yang sangat diharapkan masyarakat. Sebuah reformasi birokrasi dipastikan akan sangat sulit bisa diimplementasikan di negara ini dan di institusi manapun secara utuh manakala pemimpinnya senantiasa diliputi oleh kebimbangan dan keraguan. Selain itu juga, sulit diharapkan akan lahir sebuah kebijakan yang memberikan rasa keadilan bila pemimpinnya berjiwa plinplan/plintat-plintut. Karenanya, ketegasan adalah sebuah sikap yang akan mampu menciptakan kondusivitas untuk tegaknya sebuah keadilan. Bangsa ini sepertinya sangat merindukan sosok pemimpin yang tegas. Sayangnya, kerinduan tersebut sepertinya masih sebatas mimpi indah yang entah kapan dapat teraktualisasikan dalam kehidupan nyata. Yang pasti, hiruk pikuk politik dengan segala kemunafikannya tidak lagi mampu memuaskan rasa rindutersebut. Selamat datang tahun 2014! Tahun baru senantiasa memberikan harapan baru dan semangat baru.
B E R I TA U TA M A
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
7
Kloter 1 Mendarat Lebih Awal
T
epat pukul 12.15 Wib, pesawat yang membawa jamaah haji kloter 1 Debarkasi Jakarta Bekasi mendarat dengan selamat di landasan Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (21/10). Pendaratan ini 20 menit lebih awal dari jadwal yang telah ditentukan, yaitu jam 12.35 Wib. Kepulangan jamaah haji Kloter 1 asal Kab. Sukabumi ini disambut dengan penuh kehangatan oleh Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji yang didampingi oleh Kabag Keagamaan Pemprov Jawa Barat, Ma’mur Rizal. Kakanwil melalui pengeras suara di dalam pesawat mengucapkan selamat datang kepada para jamaah haji yang telah tiba dengan selamat di tanah air. Jamaah haji Kloter 1 berjumlah sebanyak 448 orang jamaah yang terdiri dari 438 orang jamaah asal Kab. Sukabumi, 1 orang jamaah dari Kab. Bandung yang Kakanwil melalui pengeras suara di dalam pesawat mengucapkan selamat datang kepada para jamaah haji Kloter 1 yang telah tiba dengan selamat di merupakan mutasi (Tanazul) dari kloter 34, 2 orang jamaah dari Kab. Bogor mutasi kloter 33, dan 1 orang tanah air. dari Kab. Sukabumi mutasi dari kloter 23 serta petugas haji yang berjumlah 6 orang. Tercatat dalam kloter 1, jamaah haji yang wafat sebanyak 1 orang atas nama Enat Tohi Ihob Binti Toni (77 Tahun). Para jamaah sesuai mendarat di bandara langsung dibawa ke Asrama Haji Debarkasi Jakarta – Bekasi, untuk mengambil air zam zam serta pengurusan barang bawaan. Selanjutnya para jamaah dipulangkan ke tempat asal masing-masing dengan menggunakan bis yang telah disediakan oleh panitia PPIH daerah. Tri
Sekretaris Ditjen PHU Pantau Pemulangan Kloter 7
S
ekretaris Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kemenag RI, H. Ceppy Supriatna, memantau pelaksanaan pemulangan jamaah haji Kloter 7 asal Kab. Cianjur di Asrama Haji Debarkasi Jakarta-Bekasi, Rabu malam (23/10). Pada kesempatan tersebut SekDitjen menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan para jamaah mengenai pelayanan terhadap para jamaah haji baik di tanah air maupun saat di tanah suci. Dari hasil perbincangannya tersebut terungkap beberapa kemajuan dalam pelayanan jamaah haji, meskipun masih ada kekurangan yang harus diperbaiki di masa yang akan datang. Salah satunya adalah pelayanan katering jamaah. Pelayanan katering pada tahun ini, dengan sistem nasi kotak (box), relatif lebih tertib dan dapat melayani jamaah dengan baik. Diakui oleh SekDitjen bahwa sangat sulit untuk mengatur jamaah untuk antri dalam sistem parasmanan. Oleh karena itu, menurutnya sistem box lebih efektif meskipun bila dilihat SekDitjen PHU, H. Ceppy Supriatna berbincang-bincang dengan para dari menu belum dapat menyesuaikan dengan selera para jamaah mengenai pelayanan terhadap para jamaah haji baik di tanah air maupun saat di tanah suci. jamaah. Secara umum pelayanan haji tahun ini lebih baik. SekDitjen pada kesempatan tersebut menegaskan bahwa Kementerian Agama akan senantiasa meningkatkan pelayanan lebih baik terhadap para jamaah. Menurutnya jamaah haji asal Jawa Barat telah terkenal dengan kesantunannya dan memiliki suasana kebathinan yang lebih halus. Ia berharap semoga jerih payah yang telah dilalui oleh para jamaah dapat diganti dengan gelar haji mabrur. Tri
8
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
MEMAHAMI POLA PERUMUSAN KURIKULUM 2013 Harry Chaerudin Achmad, SPd*
“Elemen perubahan yang ada pada kurikulum 2013 diantaranya adalah sebagai berikut : Karena diturunkan dari kebutuhan, maka Kompetensi Lulusan (SKL) harus mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang demi menjawab tantangan baik internal seperti terkikisnya nilai-nilai pendidikan, moral dan agama serta karakter bangsa maupun eksternal seperti Globalisasi dan hasil PISA, TIMSS dan PIRLS”
I
MPLEMENTASI kurikulum 2013 telah dilaksanakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada awal tahun ajaran 2013/2014 lalu. Terlepas dari adanya sikap pro dan kontra yang mengiringi perjalanan kurikulum 2013 ini, secara obyektif kita harus menyadari bahwa seiring dengan perubahan dan perkembangan jaman yang bergerak demikian cepat, maka Perbaikan, Pengembangan, Penyempurnaan, perubahan ataupun penggantian kurikulum mutlak harus dilakukan. Kementerian agama juga telah memutuskan untuk melaksanakan implementasi kurikulum 2013 pada tahun depan, maka oleh karena itu semua pihak hususnya pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan kementerian agama harus segera bersiap-siap untuk menyongsong implementasi kurikulum 2013 ini. Sebagai dasar untuk bisa memahami kurikulum 2013, kita bisa mengkajinya dari pola pikir yang menjadi arah rancangan perumusan kurikulum 2013. Mengenai hal ini
kurikulum 2013 disusun berdasarkan hasil pertimbangan dan evaluasi dari pola kurikulum sebelumnya. Kurikulum sebelumnya memakai pola sebagai berikut : 1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari standar isi. 2) Standar isi dirumuskan berdasarkan tujuan mata pelajaran (standar kompetensi lulusan mata pelajaran) yang dirinci menjadi standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran. 3) Pemisahan antara mata pelajaran pembentuk sikap, pembentuk keterampilan dan pembentuk pengetahuan. 4) Kompetensi diturunkan dari mata pelajaran. 5) Mata pelajaran lepas satu dengan yang lain, seperti sekumpulan mata pelajaran terpisah. 6) Kurikulum adalah bagian dari standar isi. Sedangkan Pola Perumusan Kurikulum 2013 Arah rancangannya adalah sebagai berikut : 1) Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan. 2) Standar isi diturunkan dari standar kompetensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. 3) Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, keterampilan dan pengetahuan. 4)
K A J I A N U TA M A
Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai, 5) Semua mata pelajaran diikat oleh Kompetensi Inti (tiap kelas). 6) Kurikulum adalah turunan dari SKL, SI, Proses dan Penilaian Dari pola perumusan kurikulum 2013 diatas, maka kita bisa melihat bahwa elemen perubahan yang ada pada kurikulum 2013 diantaranya adalah sebagai berikut: Karena diturunkan dari kebutuhan, maka Standar Kompetensi Lulusan (SKL) harus mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara berimbang demi menjawab tantangan baik internal seperti terkikisnya nilai-nilai pendidikan, moral dan agama serta karakter bangsa maupun eksternal seperti Globalisasi dan hasil PISA, TIMSS dan PIRLS yang menyatakan bahwa Lebih dari 95% siswa Indonesia ternyata hanya memiliki kemampuan menjawab sampai level menengah saja, sementara beberapa negara dikawasan Asia Tenggara siswanya sudah mampu mencapai level tinggi dan advance. Selanjutnya, mengkaji dari SKL, maka Materinya (Standar Isi) juga harus ada keseimbangan antara materi, Hal ini untuk mendukung kemampuan sikap, keterampilan, dan pengetahuan sehingga semua konten mendukung ketiga kompetensi diatas secara berimbang. Semua ini tidak mungkin bisa berjalan baik jika tidak didukung oleh proses pembelajaran (Standar Proses) yang optimal. Oleh karena itu dalam kurikulum 2013 ini Pendidik dituntut tidak hanya fokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi saja tetapi harus juga bisa melengkapinya dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menalar, Menyajikan, dan Mencipta. Maka untuk itu proses pembelajaran tematik integratif yang menjadi ciri kurikulum 2013 tidak bisa hanya memakai pendekatan pembelajaran konfensional saja tetapi harus menggunakan pendekatan scientific, inquiry learning, discovery learning, project based learning dlsb. Konsep Teacher centered atau guru sebagai pusat pembelajaran dan satu-satunya sumber belajar menjadi tidak relevan lagi. Selain daripada itu, agar proses pembelajaran berjalan optimal, maka belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi bisa juga diadakan di lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat. Dengan proses pembelajaran seperti yang dijelaskan diatas, maka jelas ini akan berimbas kepada Sistem Penilainnya (Standar Penilaian). Dengan sistem authentic assessment, Penilaian tidak hanya sebatas pada KD saja, tetapi juga pada level Kompetensi Inti dan SKL. Pendidik harus mampu memanfaatkan portofolio sebagai instrumen utama penilaian dan penilaian mandiri. Sehingga pada akhirnya Penilaian bisa mengukur semua aspek secara obyektif dari mulai kompetensi sikap, keterampilan, sampai dengan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil. Pada akhirnya nanti, hasil penilaian ini harus tergambar pada buku laporan pendidikan peserta didik (Raport). Semua ini tentu saja harus didukung juga oleh Standar sarana-prasarana, Standar pembiayaan dan
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
9
Pendidik dituntut tidak hanya fokus pada Eksplorasi, Elaborasi, dan Konfirmasi saja tetapi harus juga bisa melengkapinya dengan Mengamati, Menanya, Mengolah, Menalar, Menyajikan, dan Mencipta. Maka untuk itu proses pembelajaran tematik integratif yang menjadi ciri kurikulum 2013 tidak bisa hanya memakai pendekatan pembelajaran konfensional saja tetapi harus menggunakan pendekatan scientific, inquiry learning, discovery learning, project based learning dlsb.
Standar Pengelolaan. Masalah yang umum terdengar oleh Penulis berkaitan dengan implementasi kurikulum 2013 adalah diantaranya: • Bagaimana Pelajaran yang merupakan ciri khas Kementerian Agama? • Bagaimana saya harus mengelola pembelajaran sesuai semangat kurikulum 2013 ? • Bagaimanakah langkah-langkah dalam proses pembelajaran thematic integrative ? • Apa itu pendekatan saintifik, inquiry lerning, discovery learning, project based learning ? • Bagaimana cara menilainya ? Seperti apa menerapkan authentic assesment, dan portofolio? • Karena berisi sikap, pengetahuan dan keterampilan, Bagaimana nanti bentuk dan pengisian raportnya? Untuk menjawab semua permasalahan diatas, maka sudah selayaknya apabila semua pihak yang berkepentingan dengan kemajuan madrasah memikirkan dan merumuskan langkah yang tepat untuk melaksanakan sosialisasi, diklat atau apapun namanya yang menyentuh kebutuhan riil madarasah, agar para pendidik dan tenaga kependidikan dilingkungan kementerian agama sudah siap ketika Kurikulum 2013 betul-betul dilaksanakan tahun depan. * Guru IPS MTs Negeri Sumedang
10
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
MADRASAH
KEBANGGAANKU H. EDDY MULYADI WIJAYA* “Penyebaran dan pemerataan jumlah guru juga patut diperhitungkan agar jumlah guru tidak bertumpuk di satu madrasah, rasionya harus ditakar secara kuantitatif berdasarkan perimbangan kualifikasi guru madrasah yang sudah tersedia.”
U
NDANG-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa lembaga pendidikan madrasah merupakan lembaga pendidikan formal yang tidak bisa dipisahkan dari sistem pendidikan nasional. Lembaga pendidikan formal yang dikelola dan berada di bawah naungan Kementerian Agama ini berbentuk Raudhatul Athfal (RA), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), yang secara yuridis mempunyai kesetaraan dengan lembaga pendidikan sekolah di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam beberapa hal madrasah mempunyai keunikan tersediri, dimana porsi pembelajaran keagamaan lebih dominan dan intensif ketimbang pembelajaran lainnya. Oleh sebab itu madrasah mempunyai ciri tersediri dan inilah yang “membedakan” antara madrasah dengan sekolah. Namun secara keseluruhan proses pembelajaran sama saja dengan proses yang dilaksanakan di sekolah. Artinya, berbicara Raudhatul Athfal (RA), sama saja berbicara Taman Kanak-Kanak (TK), demikian juga dengan Madrasah Ibtidaiyah (MI) sama saja membicarakan Sekolah Dasar (SD). Membahas persoalan Madrasah Tsanawiyah (MTs) juga begitu, artinya kita juga membahas tentang Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Aliyah (MA) berarti pula membincangkan Sekolah Menengah Atas (SMA). Madrasah lahir dan dibesarkan oleh semangat yang menjunjung tinggi komitmen keagamaan. Jika melihat perkembangan madrasah dari tahun ke tahun, posisi madrasah di tengah masyarakat khususnya masyarakat yang beragama Islam, telah membuat madrasah tetap bertahan bahkan cenderung semakin diminati oleh masyarakat. Kekuatan masyarakat yang diikat oleh semangat keagamaan inilah yang membuat madrasah mampu bertahan di tengah gelombang kompetisi dunia pendidikan nasional yang terus berjalan. Sekalipun
disana-sini berdiri lembaga pendidikan yang sudah masuk dalam katagori “go international” atau bertaraf internasional, madrasah tetap saja bertahan seiring dengan dinamika masyarakat yang terus mendukungnya. Kecintaan dan kebanggaan masyarakat terhadap madrasah, terbukti terus meningkat. Oleh karena itu perkembangan madrasah dari tahun ke tahun patut diapresiasi karena baik jumlah lembaga maupun siswanya terus bertambah. Kondisi ini tentu saja membuat dinamika pendidikan madrasah semakin berkembang dan pemerintahpun bergairah untuk terus mendorong kemajuan madrasah. Bantuan-bantuan untuk madrasah terus mengalir guna memenuhi kebutuhan pengelolaan madrasah yang sesuai dengan standar nasional pendidikan. Mulai dari bantuan sarana, bantuan kesiswaan, guru, termasuk di dalamnya adalah bantuan peningkatan mutu manajemen madrasah. Namun demikian, jika menakar perhitungan persentase antara jumlah madrasah negeri dan madrasah swasta, di provinsi Jawa Barat saja menunjukan perimbangan yang tidak ideal. Jumlah madrasah negeri masih sedikit jika dibandingan dengan jumlah madrasah swasta. Fakta ini tentu saja menjadi hambatan yang cukup berarti pada saat berbagai pihak mencoba menghapus kecenderungan masyarakat terhadap pemikiran “negeri mainded” dalam menyekolahkan anakanaknya. Bagaimanapun juga, harus diakui jika masyarakat kita masih sangat terobsesi terhadap sekolah/madrasah negeri daripada kepada sekolah/madrasah swasta. Semua orang tua ngotot ingin memasukan anaknya ke sekolah atau madrasah negeri daripada sekolah atau madrasah swasta. Oleh sebab itu proses penegerian madrasah nampaknya harus terus diupayakan agar kepercayaan yang diberikan masyarakat terhadap madrasah bisa tetap dipertahankan. Proses penegerian ini perlu dilakukan seiring dengan penyaluran bantuan lainnya kepada madrasah swasta karena bagaimanapun madrasah swasta masih perlu dukungan bantuan dan layanan madrasah negeri. Yayasan sebagai representasi dari masyarakat penyelenggara madrasah, mayoritas masih mengandalkan bantuan dari pemerintah untuk menghidupi dan melanjutkan perjuangannya dalam mengelola pendidikan di madrasah. Demikian juga dalam hal mengakses hubungan instansional, madrasah negeri masih diharapkan bisa terus menjembatani kepada madrasah swasta. Betapapun demikian, diantara persaingan negeri dan swasta tersebut tetap saja terjalin hubungan kuat diantara keluarga madrasah yang diikat oleh komitmen keagamaan tadi. Untuk menjadikan madrasah sebagai kebanggaan semua pihak tentunya diperlukan berbagai strategi pengelolaan yang penerapannya untuk memosisikan madrasah pada posisi yang terhormat, diakui dan dirasakan manfaatnya. Dilain pihak, strategi pengelolaan madrasah harus terus diperbaharui sejalan dengan dinamika perkembangan zaman yang terus berubah. Strategi ini disamping bermanfaat untuk
K A J I A N U TA M A
pengembangan madrasah dikemudian hari, juga mampu beroreintasi pada konsep dasar madrasah, bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang senantiasa menjunjung tinggi nilai moral (moral value). Strategi ini selanjutnya harus bisa membuka wawasan dan keyakinan masyarakat bahwa madrasah adalah lembaga pendidikan yang posisinya sebagai jembatan emas untuk menuju masa depan yang lebih baik. Pada gilirannya nanti madrasah akan menjadi lembaga pendidikan kebanggaan masyarakat, karena madrasah adalah lembaga pendidikan yang berbasis pada penanaman nilai-nilai moral, keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, serta budi pekerti luhur. ******** Beberapa strategi yang mungkin bisa dilaksanakan oleh para pengeola pendidikan madrasah, antara lain pertama : strategi pengembangan kelembagaan. Strategi ini lebih menekankan kepada aspek penataan, penyusunan peta penyebaran aksebilitas madrasah, serta menentukan kelayakan program dan / atau satuan pendidikan madrasah dalam bentuk akreditasi. Menata lembaga madrasah dari aspek kelembagaan identik dengan menyusun skema tentang profil sebuah madrasah dan menjaring data tentang keseluruhan informasi yang menyangkut madrasah. Dengan cara ini masyarakat akan dengan mudah mendapatkan informasi tentang madrasah dan tidak sulit untuk mengaksesnya. Masyarakat harus tahu apa itu madrasah, bagaimana keadaannya, dan dimana lokasinya. Selanjutnya madrasah pun harus mempunyai identitas tentang kelayakannya. Maka sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Akreditasi Sekolah/Madrasah, madrasah harus diakreditasi dengan maksud agar mutu dan kelayakan madrasah bisa diketahui. Lewat akreditasi ini, pada akhirnya akan didapat informasi tentang seberapa besar mutu, kualitas dan kelayakan madrasah dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Disamping itu pula, menata kelembagaan madrasah bisa disebut juga sebagai sebuah bentuk pertanggungjawaban dari madrasah kepada publik tentang kualitas pelayanan pendidikan yang diselenggarakan oleh madrasah. Menata kelembagaan madrasah akan bisa menghapuskan anggapan masyarakat tentang madrasah sebagai “lembaga pendidikan kelas dua”. Strategi kedua, menata dan meningkatkan mutu tenaga pendidik dan kependidikan. Strategi ini lebih menitikberatkan kepada persoalan bagaimana membentuk sosok guru dan tenaga tata usaha secara profesional dan proporsional dalam menjalankan tugas profesinya. Yang diurai dalam strategi ini bukan bagaimana menjaring jumlah guru madrasah sebanyak-banyaknya tanpa memperhatikan kualitas, tetapi bagaimana menjaring, memetakan, menyebarkan dan menyempurnakan kualitas guru madrasah agar semakin merata, baik dan berkompetensi tinggi. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru dituntut untuk menjadi tenaga yang profesional, yaitu guru yang standar pengetahuan, kemampuan dan kemauannya memenuhi kompetensi sehingga yang bersangkutan layak untuk melaksanakan tugasnya sebagai tenaga pendidik. Secara akademik, guru-guru madrasah mulai dari RA sampai dengan MA terbukti sudah memenuhi standar akademik karena mereka telah memiliki ijazah minimal S.1. Bahkan di beberapa madrasah sudah banyak guru dan kepala madrasah yang kualifikasi pendidikannya sudah S.2 bahkan S.3. Namun kualifikasi pendidikan yang telah dimilikinya itu tidak menjadi jaminan bahwa guru madrasah telah profesional. Oleh karena itu perlu terus dilakukan peningkatan mutu tenaga pendidik dengan cara memperbanyak kegiatan-kegiatan workshop, penataran, diklat, dan pembinaan yang mengarah kepada penambahan pengetahuan, kemampuan dan memotivasi kemauan guru untuk melaksanakan profesinya disamping pemberian reward dalam bentuk tunjangan-tunjangan fungsional dan profesi. Penyebaran dan pemerataan jumlah guru juga patut diperhitungkan agar jumlah guru tidak bertumpuk di satu madrasah, rasionya harus ditakar secara kuantitatif berdasarkan perimbangan kualifikasi guru madrasah yang sudah tersedia. Terlebih dengan skema sertifikasi guru sekarang, perhitungan beban mengajar guru harus menjadi perhatian
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
11
utama agar rasional, relevan dan obyektif. Hal ini pada gilirannya nanti akan sangat berpengaruh terhadap peran dan fungsi guru di sebuah madrasah sekaligus menjadi acuan terhadap hasil pembelajaran yang dicapai oleh seorang guru madrasah. Strategi ketiga, peningkatan akses dan sarana prasarana madrasah. Sudah menjadi bukti bahwa keberadaan madrasah di tiap daerah mayoritas bertumpuk di pedesaan. Oleh sebab itu tidak heran jika akses menuju madrasah masih cukup sulit dijangkau oleh masyarakat perkotaan. Namun demikian pertumbuhan madrasah di perkotaan pun sudah mulai menjamur sehingga aksesnya juga semakin terbuka. Seiring dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat kepada madrasah, maka pemenuhan sarana dan prasaranapun nampaknya tidak boleh diabaikan. Bicara masalah sarana madrasah, tentunya tidak bisa dilepaskan dari gencarnya bantuan pemerintah terhadap pemenuhan sarana madrasah baik dalam bentuk bantuan rehabilitasi ruang kelas, bantuan pembangungan ruang kelas baru, maupun bantuan alat peraga dan alat laboratorium yang implikasinya sangat signifikan sekali terhadap profil madrasah. Namun masalah mulai muncul manakala pemenuhan sarana kepada madrasah yang berasal dari bantuan pemerintah, mulai tidak merata dan terkesan bertumpuk pada satu titik. Konsekuensinya tentu saja membuat madrasah yang aksesnya sulit dijangkau bertahan dalam kondisi sarana yang seadanya. Oleh karena itu perlu dibuat peta obyektif tentang penyebaran bantuan sarana serta kondisi ril kemampuan madrasah di tiap daerah. Strategi keempat, peningkatan dan pemberdayaan kesiswaan. Strategi ini perlu menyeimbangkan dengan bobot muatan kurikulum di setiap jenjang pendidikan madrasah agar pemberdayaan kesiswaan tidak lepas dari substansi materi pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum. Kiat ini bisa dibangun dengan meningkatkan volume kegiatan kesiswaan agar siswa madrasah merasa yakin bahwa dirinya tidak minder dan bangga menjadi siswa madrasah. Oleh karena itu kegiatan semacam Kompetisi Sains Madrasah (KSM), Kompetisi Pendidikan Agama Islam dan Sains (KOMPASS) Madrasah dan kegiatan pemberdayaan kesisiwaan lainnya di madrasah harus terus dikembangkan. Bahkan saat ini sudah banyak prestasi siswa madrasah yang diraih pada level nasional maupun regional, baik pada prestasi akademik maupun non akademik yang membuktikan bahwa kegiatan kesiswaan perpengaruh besar terhadap kualitas pembelajaran siswa. Dari kegiatan-kegiatan tersebut siswa madrasah akan menanamkan kepercayaan dan keyakinan diri bahwa sebagai siswa madrasah dia mampu berprestasi dan tidak kalah dengan siswa sekolah. Membangun semangat kemadrasahan pada diri siswa melalui kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler adalah sebuah upaya yang patut dipersiapkan. Kesadaran akan kemadrasahan akan mendorong siswa tetap bangga terhadap madrasah dan merasa menjadi bagian dari keluarga madrasah. Bahkan yel “Madrasah YES, FIGHT AND WIN !” yang digagas oleh Prof. Dr. H. Dedi Djubaedi, M.Ag, mantan Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI, hendaknya menjadi motto setiap siswa madrasah. Madrasah masa depan adalah madrasah yang secara kelembagaan, ketenagaan, sarana prasarana dan kegiatan kesiswaannya mampu berkembang tidak hanya mengarah kepada peningkatan kecerdasan akal atau kognitif (Intellectual Quetion) saja, melainkan dapat membangkitkan semangat untuk mengasah dan memperkuat pengolahan hati, rasa dan karsa (Emotional Quetion) serta secara sadar dan penuh keyakinan bisa mengaplikasikan kecerdasan spiritual (Spiritual Quetion). Dengan demikian madrasah harus diciptakan sebagai lembaga pendidikan yang tidak hanya kuat pada akar ilmu saja, melainkan kokoh dalam amaliyahnya. Tidak hanya kuat dalam tatanan intelektual siswanya saja tetapi kuat pula pada benteng imannya. Insya Allah dengan berbagai ikhtiar yang ikhlas, madrasah akan menjadi kebanggaan kita semua.
* Kepala Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Subang
12
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
Menatap Wajah Baru Kehumasan (Analisis terhadap Peran Fungsi Kehumasan Pasca PMA No. 13 Tahun 2012)
Tri Budiono, S.Sos* “Peran strategis dari Subbagian Informasi dan Humas adalah menjadi pusat dari berhimpunnya data dan informasi dari setiap unit kerja yang ada untuk dapat disampaikan kepada publik.”
P
ERAN kehumasan di lingkungan Kementerian Agama kian menampakkan fungsinya seiring dengan tugas pokok dan fungsinya yang semakin spesifik, khusus dan tanpa terbebani tugas lain yang sesungguhnya tidak ada kaitannya secara fungsional dengan tugas kehumasan. Hal ini diawali dengan diberlakukannya PMA No. 13 Tahun 2012 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama dan dipertajam dengan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Nomor: SJ/B.VIII/2/HM.00/ 4044 /2013, Tentang Optimalisasi Tugas dan Fungsi Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat. Bila melihat peraturan sebelumnya, yaitu KMA No. 373 Tahun 2002, peran kehumasan merupakan merupakan bagian dari fungsi Subbagian Hukum, Humas dan KUB. Hal ini termaktub dalam Pasal 10 yang berbunyi “Melakukan pelayanan dan pembinaan di bidang penyiapan peraturan perundangundangan, penyiapan bahan penyelesaian kasus, hubungan masyarakat, keprotokolan, dan pembinaan kerukunan umat
beragama”. Dari peraturan tersebut terlihat bahwa peran kehumasan akan sangat tidak efektif karena beban kerja bercampur dengan fungsi-fungsi kerja lain yang sesungguhnya memerlukan fokus dan konsentrasi kerja penuh. Pelayanan hukum, penyelesaian kasus keagamaan, pembinaan kerukunan, dan keprotokolan merupakan aktivitas yang sangat jauh keterkaitannya dengan fungsi kehumasan. Selain itu, fungsi-fungsi kerja tersebut sangat tidak memungkinkan untuk dilaksanakan secara bersamaan dan sulit menghasilkan kerja yang optimal. Tugas kehumasan dalam PMA No. 13 Tahun 2012 lebih spesifik. Pasal 13 ayat 4 menyatakan bahwa Subbagian Informasi dan Humas mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan urusan pengelolaan informasi dan hubungan masyarakat. Tugas ini lebih rinci dijelaskan dalam bentuk Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Agama RI Nomor: SJ/ B.VIII/2/HM.00/ 4044 /2013, Tentang Optimalisasi Tugas dan Fungsi Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat. Sebanyak tujuh point utama tertuang dalam edaran tersebut tentang tugas dari subbagian ini. Dari tujuh point tersebut, ada tiga tugas utama yang dimiliki oleh Subbagian Informasi dan Humas yaitu pengelolaan pelayanan Kehumasan, Data dan
K A J I A N U TA M A
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Dengan tugas pelayanan kehumasan, Subbagian Informasi dan Humas menjadi garda terdepan dalam pembangunan citra positif bagi Kementerian Agama melalui penyebaran informasi berkenaan dengan aktivitas lembaga dalam bentuk dan media apapun baik cetak, elektronik, website, media luar ruang maupun konferensi pers. Tugas kehumasan ini pula menuntut Subbagian Informasi dan Humas dapat membangun hubungan yang baik dengan lembaga yang menjadi mitra kerja lembaga, seperti Pemerintah daerah, DPRD, Satuan Kerja Perangkat Daerah, serta dengan instansi lainnya yang menjadi pemangku kepentingan Kementerian Agama di tingkat Provinsi. Pengelolaan data dan informasi yang baik telah menjadi tuntutan sebagai bahan pengambilan kebijakan lembaga yang strategis, tepat sasaran serta menjadi bahan rujukan yang dapat mengukur akuntabilitas Kementerian Agama. Hal yang unik dalam struktur organisasi pada tingkat Kantor Wilayah berdasarkan PMA No. 13 Tahun 2012 adalah terdapatnya seksi yang menangani khusus pengelolaan data dan informasi pada setiap bidangnya. Hal ini menandakan bahwa data dan informasi merupakan hal terpenting yang harus dikelola dengan baik. Kebijakan ini sangat sejalan dengan Undang-undang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Pengelolaan data dan informasi yang baik akan menjadi dasar yang mencerminkan transparansi dan akuntabilitas suatu lembaga publik. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses dan memahami informasi yang dibutuhkannya dari lembaga publik tersebut. Peran strategis dari Subbagian Informasi dan Humas adalah menjadi pusat dari berhimpunnya data dan informasi dari setiap unit kerja yang ada untuk dapat disampaikan kepada publik. Sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undangundang No. 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik bahwa setiap badan publik harus memiliki pejabat yang bertanggung jawab di bidang penyimpanan, pendokumentasian, penyediaan, dan/atau pelayanan informasi di badan publik, atau yang lebih dikenal dengan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID). Berdasarkan KMA No. 200 Tahun 2012 tentang PPID Kementerian Agama, jabatan PPID untuk tingkat Kanwil dijabat oleh Kepala Subbagian Informasi dan Humas. Dalam Surat Edaran Sekjen Kementerian Agama RI Nomor: SJ/B.VIII/2/HM.00/ 4044 /2013, peran PPID ini diperkuat sebagai bagian dari pelayanan data, informasi dan layanan lain sesuai dengan tugas dan fungsinya kepada instansi/lembaga lain dan masyarakat. Dengan fungsi PPID ini, Subbagian Informasi dan Humas dituntut pula untuk mampu mengkoordinasikan pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data lintas bidang/unit kerja di tingkat provinsi. Selain berfungsi sebagai PPID, dalam tugasnya memberikan pelayanan data dan informasi, Subbagian Informasi dan Humas memiliki amanat dalam mengelola pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elekronik (Agensi/Sub Agensi LPSE), membantu pelaporan pelaksanaan anggaran secara elektronik (e-MPA), serta penyiapan rohaniwan yang diperlukan oleh instansi lain untuk keperluan pengambilan sumpah jabatan. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri dalam mempercepat proses penyampaian data dan informasi. Dalam hal ini Subbagian Informasi dan Humas memiliki kewenangan penuh dalam hal pelayanan berbasis TIK yang
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
13
“Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri dalam mempercepat proses penyampaian data dan informasi. Dalam hal ini Subbagian Informasi dan Humas memiliki kewenangan penuh dalam hal pelayanan berbasis TIK yang meliputi pengelolaan website Kantor Wilayah, jaringan VPN-IP (Virtual Private Network - Internet Protocol), LAN (Local Area Network), telepon berbasis internet, video conference, layanan e-mail resmi Kementerian Agama, serta layanan lainnya yang berbasis TIK.”
meliputi pengelolaan website Kantor Wilayah, jaringan VPN-IP (Virtual Private Network - Internet Protocol), LAN (Local Area Network), telepon berbasis internet, video conference, layanan e-mail resmi Kementerian Agama, serta layanan lainnya yang berbasis TIK. Wajah kehumasan di tingkat Kantor Wilayah Kementerian Agama telah mulai menampakan kesempurnaannya seiring dengan diberlakukannya perangkat-perangkat peraturan yang mengatur baik secara langsung maupun tidak langsung terkait dengan fungsi kehumasan. Perangkat peraturan tersebut baik berupa Undang-undang, PMA, KMA maupun Surat Edaran, telah menuntut serta mendorong pada bentuk kehumasan yang lebih profesional, modern dan mampu membangun citra positif Kementerian Agama di hadapan publik. Perangkat peraturan yang terkait dengan fungsi kehumasan ini pula yang harus menjadi basis utama dalam pengambilan kebijakan terkait dengan penyelenggaraan fungsi kehumasan tersebut. Kebijakan anggaran, penyediaan Sumber Daya Manusia, serta penyediaan infrastruktur pendukung sudah semestinya diarahkan untuk membangun kehumasan yang profesional dan modern. Tidak dapat dielakan lagi bahwa ke depan wajah kehumasan akan menjadi representasi bagi wajah lembaga. Pelayanan data dan informasi yang transparan, profesional dan berkredilibitas akan memberikan kontribusi positif bagi akuntabilitas lembaga di mata publik. Kita berharap dengan pemberlakuan PMA No. 13 Tahun 2012, yang telah membuat fungsi kehumasan dalam struktur organisasi Kantor Wilayah lebih spesifik, peran kehumasan dapat berjalan lebih profesional sehingga dapat tercapainya pelayanan yang prima kepada publik. * Staf pada Subbagian Informasi dan Humas Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat
14
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
METODE PENYULUHAN AGAMA ISLAM PADA PENDERITA SAKIT
Didin Nasiruddin* “Konseling Islami adalah suatu aktivitas memberi bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang dibimbing (penderita sakit) dalam hal bagaimana seharusnya dia dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul”
D
ALAM dua dekade terakhir, penelitian tentang efek agama mengalami berkembangan pesat. Secara gamblang, banyak penelitian dalam bidang psikologi, psikiatri, medis, kesehatan masyarakat, sosiologi dan epidemiologi yang membuktikan efek positif dari keterlibatan agama dalam kesehatan fisik dan mental manusia. Beberapa penelitian telah dilakukan di Amerika Serikat, Denmark, Finlandia, dan Taiwan yang bertujuan untuk melihat hubungan antara agama serta kesehatan mental dan fisik manusia. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil bahwa 25-30% individu yang aktif dalam menjalankan kegiatan agama memiliki usia lebih panjang dibandingkan dengan yang tidak. Tingkat keaktifan beragama diukur dengan berbagai cara, antara lain dengan mengukur tingkat kepercayaan pada agama, maupun frekuensi kunjungan dan keikutsertaan dalam kegiatan ibadah (shalat, berdoa, dan atau membaca kitab suci). Bimbingan agama terhadap masyarakat penderita sakit adalah salah satu bentuk aktifitas kepenyuluhan agama yang penting dilakukan, mengingat keberadaan orang-orang sakit di tengah-tengah masyarakat seringkali
terabaikan, terutama dalam masalah kebutuhan spiritualnya, dan seringkali si sakit sendiri tidak menyadari dan meyakini bahwa yang menimpanya tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Inilah saat-saat yang penting dimana perlu adanya pembinaan mental spiritul dan dilanjutkan pengobatan sebagai bentuk dakwah. Dalam memberikan penyuluhan pada masyarakat penderita sakit dibutuhkan metode yang tepat agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu menggugah penderita sakit kembali ke jalan yang diridhai-Nya, diantaranya dengan metode psikoterapi dan konseling islami, dzikir, do’a dan pembacaan Al-Qur’an yang kemudian disempurnakan dengan pengobatan konvensioanl ataupun alternatif. Psikoterapi dan Konseling Islami Psikoterapi Islami adalah upaya penyembuhan jiwa (nafs) manusia secara rohaniyyah yang didasarkan pada tuntutan Al-Quran dan Al-Hadis, dengan metode analisis esensial empiris serta ma’rifat terhadap segala yang tampak pada manusia. Psikoterapi Islami mempercayai bahwa keimanan dan kedekatan terhadap Allah SWT. akan menjadi kekuatan yang sangat berarti bagi perbaikan problem kejiwaan seseorang. Psikoterapi
K A J I A N U TA M A
Islami tidak semata-mata membebaskan orang-orang dari penyakit, tetapi juga perbaikan kualitas kejiwaan seseorang. Sementara konseling Islami adalah suatu aktivitas memberi bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang dibimbing (penderita sakit) dalam hal bagaimana seharusnya dia dapat mengembangkan potensi akal pikirannya, kejiwaannya, keimanan dan keyakinan serta dapat menanggulangi problematika hidup dan kehidupannya dengan baik dan benar secara mandiri yang berparadigma kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul. Dzikir dan berdo’a Allah SWT. berfirman dalam QS. Ar-Ra’d: 28, “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tentram.” Secara umum dzikir adalah perbuatan mengingat Allah SWT. dan keagungan-Nya. Dalam arti khusus dzikir adalah menyebut nama Allah SWT. sebanyak-banyaknya dengan memenuhi tata tertib, metode, rukun dan syarat sesuai yang diperintah oleh Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan do’a adalah suatu cara untuk bermunajat kepada Allah SWT. dalam rangka memohon pertolongan agar dilapangkan jalan menuju kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Do’a itu harus beriringan dengan keyakinan dan penuh pengharapan, yaitu sikap yang memastikan diri bahwa sesuatu yang dilakukannya akan berhasil. Dalam hal ini, seorang muslim harus yakin bahwa do’anya pasti didengar oleh Allah SWT. dan dikabulkan apa yang menjadi harapannya. Prof. Dr. Dadang Hawari dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menyatakan bahwa berdo’a dan berdzikir merupakan bentuk komitmen keagamaan seseorang yang merupakan unsur penyembuh penyakit atau sebagai psikoterapeutik yang mendalam. Do’a dan dzikir merupakan terapi psikoreligius yang dapat membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme yang paling penting selain obat dan tindakan medis. Secara psikologis, mengingat Allah SWT. dalam alam kesadaran akan menimbulkan penghayatan akan kehadiran-Nya yang senantiasa mengetahui segala tindakan yang nyata maupun yang tersembunyi. Selain itu, pelaksanaan zikir yang dilakukan dengan sikap rendah hati dan suara yang lemah lembut akan membawa dampak relaksasi dan ketenangan. Untuk itulah zikir selalu dipandang sebagai salah satu metode dalam psikoterapi sufistik. Membaca Al-Qur’an Al-Qur`an merupakan sarana terapi utama. Sebab di dalamnya memuat resep-resep mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit jiwa manusia. Tingkat kemujarabannya sangat tergantung seberapa jauh tingkat sugesti keimanan pasien. Sugesti itu dapat diraih dengan mendengar dan membaca, memahami dan merenungkan, serta melaksanakan isi kandungannya.
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
15
“Bimbingan agama terhadap masyarakat penderita sakit adalah salah satu bentuk aktifitas kepenyuluhan agama yang penting dilakukan, mengingat keberadaan orang-orang sakit di tengahtengah masyarakat seringkali terabaikan, terutama dalam masalah kebutuhan spiritualnya, dan seringkali si sakit sendiri tidak menyadari dan meyakini bahwa yang menimpanya tidak lepas dari kehendak Allah SWT. Inilah saat-saat yang penting dimana perlu adanya pembinaan mental spiritul dan dilanjutkan pengobatan sebagai bentuk dakwah.” Masing-masing tahapan perlakuan terhadap AlQur`an dapat mengantarkan penderita sakit ke alam yang dapat menenangkan dan menyejukkan jiwanya. Allah SWT. berfirman, “Dan kami turunkan dari Al-Qur`an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orangorang yang beriman.” (QS. Al-Isra`: 82). Al-Qurthubi dalam tafsirnya menyebutkan, ada dua pendapat dalam memahami term syifa` dalam ayat tersebut; pertama, terapi bagi jiwa yang dapat menghilangkan kebodohan dan keraguan, membuka jiwa yang tertutup, dan menyembuhkan jiwa yang sakit, kedua, terapi yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Al-Faidh Al-Kasyani dalam tafsirnya menilai lafadz-lafadz Al-Qur`an dapat menyembuhkan penyakit badan, sedangkan maknamaknanya dapat menyembuhkan penyakit jiwa Pada prinsipnya penyuluhan agama Islam (dakwah) adalah suatu usaha untuk merealisasikan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat untuk memperoleh keridhaan Allah SWT. Dan penyuluhan agama Islam pada penderita sakit sangat penting dilakukan untuk memperkokoh dan membangun sikap mental spiritualnya, sehingga ada ketawakalan terhadap Allah SWT. dalam dirinya selama merasakan sakit, dan jika kondisi terburuk terjadi (kematian) diharapkan mati dalam keadaan husnul khotimah.
* Penyuluh Agama Islam Kec. Lemahwungkuk Kota Cirebon
16
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
Mengurai Disparitas Guru Madrasah Sebuah Tuntutan
Drs. H. Dede Saepul Uyun, M.Ag*
D
ISPARITAS tenaga pendidik (guru) Madrasah di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kabupaten / Kota, telah mendorong terhadap konsentrasi semua elemen pendidikan untuk lebih memikirkan dan melakukan berbagai upaya penataan dan pemerataan tenaga pendidik (guru) madrasah di seluruh jenjang pendidikan mulai dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA) terlepas antara Negeri dan Swasta. Sehingga di masa yang akan datang layanan pendidikan dapat dirasakan oleh masyarakat yang berada diseluruh pelosok daerah tak terkecuali daerah terpencil yang sampai saat ini belum menikmatinya secara optimal sesuai cita-cita bangsa sebagaimana amanat Undang Undang Dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pendidikan harus diselenggarakan berdasarkan prinsip keadilan dan merata, sehingga semua warga mendapat kesempatan yang sama untuk memperoleh layanan pendidikan. Layanan pendidikan yang merata dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, serta tanpa diiringi diskriminasi. Pendidikan diperlukan untuk mempersiapkan anak-anak usia sekolah dengan landasan keilmuan yang baik, agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, pendidikan yang berkualitas sehingga mampu memberi konstribusi pada upaya meningkatkan daya saing dan membangun kualitas bangsa masa depan, terutama dalam menghadapi tantangan zaman dan perkembangan ilmu
“Mudah-mudahan Perber ini dapat segera direalisasikan oleh dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dengan tujuan membangun komitmen, meningkatkan kemampuan dan kerjasama untuk pemetaan dan analisis kecukupan dan kebutuhan tenaga pendidik (guru) pada tingkat satuan pendidikan di Kecamatan dan Kabupaten / Kota, identifikasi alternatif dan menetapkan kebijakan dalam penataan dan pemerataan tenaga pendidik (guru) serta penyusunan rencana implementasi kebijakan”
pengetahuan dan teknologi. Untuk mewujudkan amanat Undang Undang Dasar 1945 (mencerdaskan bangsa) tersebut, negara telah memenuhi anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari APBN, tahun 2013 saja terhitung total anggaran untuk pendidikan mencapai Rp. 330 triliun yang digunakan untuk membiayai fungsi pendidikan, termasuk yang berada di 17 Kementerian di luar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) dan Kementerian Agama (Kemenag), diharapkan masyarakat benar-benar mendapatkan layanan pendidikan yang semestinya sesuai amanat Undang-Undang dimaksud. Tantangan yang dihadapi oleh dunia pendidikan begitu kompleks, mulai dari munculnya gelombang informasi yang serba cepat dan gampang, teknologi canggih, sampai dengan tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan yang semakin
K A J I A N U TA M A
tinggi. Ini berimbas kepada penyelenggara pendidikan saat ini, yang mana tenaga pendidik dituntut agar dapat mengeluarkan output (anak didik) seperti keinginan masyarakat yang mampu bersaing (survive) dalam berbagai kondisi. Dari sudut kaca mata ini profesionalisme tenaga pendidik (guru) menjadi harapan dan bahkan sebagai jaminan terhadap keberhasilan dunia pendidikan yang kian dipacu oleh perkembangan dan perubahan zaman, sehingga amat sangat logis seandainya tuntutan dan harapan ini diletakan pada pundak para tenaga pendidik (guru), karena mereka telah diamanati negara untuk mencerdaskan bangsa, dan diberikan penghargaan yang luar biasa, salah satunya melalui program sertifikasi yang bertujuan untuk menciptakan tenaga pendidik profesional yang sekaligus berdampak pada tingkat kesejahteraannya. Profesionalitas tenaga pendidik (guru) khususnya dilingkungan Madrasah sampai saat ini dampaknya terhadap peserta didik (siswa) belum dirasakan secara optimal sebagaimana yang diharapkan, kendatipun mereka itu telah menyandang guru profesional berdasarkan bidang masing-masing yang dibuktikan dengan sertifikat yang jasa profesinya telah dinikmati. Oleh karena itu, saat ini masyarakat terus menunggu kesungguhan tenaga pendidik (guru) untuk menujukkan profesionalitas mereka dalam proses pembejaran dan transformasi ilmu pengetahuan sesuai keahliannya, sehingga peserta didik (siswa) dan masyarakat benar-benar dapat menyaksikan dan membuktikan secara nyata keporfesionalan para tenaga pendidik dalam membangun sebuah kekuatan anak bangsa menjelang perhelatan dalam dunia pendidikan dengan bangsa lain yang duiakui telah lebih maju. Belum meratanya layanan pendidikan di hampir seluruh Kabupaten / Kota akibat terjadinya disparitas jumlah tenaga pendidik (guru) yang ada belum terposisikan secara proporsional (berdasarkan kebutuhan) di setiap madrasah pada semua jenjang pendidikan, sehingga layanan pendidikan terhadap masyarakat tidak merata, salah satu penyebabnya yaitu karena tidak seimbangnya kekuatan tenaga pendidikan (guru) dan jumlah peserta didik (siswa) pada masing-masing Madrasah, disamping ketersediaan lembaga pendidikan yang berjauhan dan sulit di tempuh. Sebagai akibat manajemen penanganan tenaga pendidik yang tidak didasarkan pada analisis kebutuhan Madrasah, maka berdampak pada tidak meratanya distribusi tetapi, begitu pula pemindahan atau pengalihan guru pada umumnya diprakarsai oleh guru secara individual berdasarkan kepentingan mereka sendiri dan bukan kepentingan Madrasah atau instansi / lembaga atau bahkan mungkin lebih dari kebutuhan pribadi. Kondisi seperti itu menunjukkan masih terdapat suatu kelemahan dalam aspek pengelolaan, pengaturan dan belum munculnya gagasan atau inovasi solutif yang difokuskan pada gerakan penertiban dan penataan secara komprehensif terhadap tenaga pendidik pada lembaga pendidikan di setiap daerah dan kesungguhan untuk melakukan pembenahan secara holistik. Wal hasil terjadilah disparitas potensi tenaga pendidik (guru) di daerah-daerah tertentu yang berdampak pada sulitnya pendistribusian tenaga pendidik sesuai kebutuhan, jika kenyataan ini terus dibiarkan tanpa ada langkah-langkah konkrit upaya pembenahan dan penataan demi terwujudnya pemerataan layanan pendidik kepada masyarakat, maka hal ini akan berujung menjadi persoalan tersendiri bagi para tenaga pendidik (guru) dan bahkan bagi Kementerian Agama di masa mendatang. Problematika ini sungguh cukup menyesakkan dan memprihatinkan apabila sejak dini tidak diprakarsai untuk mulai
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
17
“Belum meratanya layanan pendidikan di hampir seluruh Kabupaten / Kota akibat terjadinya disparitas jumlah tenaga pendidik (guru) yang ada belum terposisikan secara proporsional (berdasarkan kebutuhan) di setiap madrasah pada semua jenjang pendidikan, sehingga layanan pendidikan terhadap masyarakat tidak merata”
ditata dan diatur sedemikian rupa, karena realita ini pada akhirnya akan mempersulit terhadap pemenuhan kewajiban setiap tenaga pendidik (guru) dalam melaksanakan tugasnya, walaupun diakui langkah ini memerlukan kesiapan, kesungguhan, kerja keras dan waktu yang lama, namun rasa optimis ini harus dibangun dan dimulai karena akan memberikan nuansa baru bagi para tenaga pendidik dan peserta didik ke depan, sebaliknya jika realita ini tetap dibiarkan tanpa ada usaha untuk melakukan penataan dan penertiban pasti akan lebih menyulitkan dan menjadi problem besar dan kompleks yang harus dipikul semua pihak yang terkait dengan pendidikan baik lembaga/ institusi, pemerhati, akademisi dan lain sebagainya. Kita menyambut gembira dengan lahirnya Peraturan Bersama Lima Menteri (Menteri Kebudayaan dan Pendidikan, Menteri Dalam Negeri, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Menteri Agama, dan Menteri Keuangan) Nomor : 5 Tahun 2011 tentang Penataan dan Pemerataan Guru Pegawai Negeri Sipil, mudah-mudahan Perber ini dapat segera direalisasikan oleh dilingkungan Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat dengan tujuan membangun komitmen, meningkatkan kemampuan dan kerjasama untuk pemetaan dan analisis kecukupan dan kebutuhan tenaga pendidik (guru) pada tingkat satuan pendidikan di Kecamatan dan Kabupaten / Kota, identifikasi alternatif dan menetapkan kebijakan dalam penataan dan pemerataan tenaga pendidik (guru) serta penyusunan rencana implementasi kebijakan, dengan prinsip-prinsip pengambilan kebijakan yakni distribusi tenaga pendidik atau guru berorientasi pada kebutuhan belajar siswa bukan kebutuhan guru, peningkatan efektifitas pembelajaran, mengurangi disparasi mutu pendidikan serta peningkatan efisiensi pemanfaatan sumberdaya pendidikan.
* Kepala Seksi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Prov. Jabar
18
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
Menggali Potensi Sumber Bantuan Dana Peningkatan Sarana Prasarana Untuk Madrasah Dr. Mulyawan Safwandy Nugraha, M.Ag., M.Pd.* “Dengan sarana dan prasarana yang memadai, masyarakat akan menaruh kepercayaan agar anakanaknya digiring ke madrasah untuk menuntut ilmu. Namun kita juga tidak bisa menutup mata. Di satu pihak, terdapat keterbatasan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk peningkatan sarana dan prasarana bagi madrasah, di pihak lain, jumlah madrasah yang membutuhkan bantuan tersebut sangat banyak”
Fenomena praktik penyimpangan program bantuan dana peningkatan sarana dan prasarana berupa rehab bangunan atau ruang kelas baru di lingkungan madrasah tentu membuat kita prihatin. Membaca tulisan Agus Warcham di media ini (edisi No.08/XL November 2013:18-20), tentunya membuat kita harus introspeksi dan benar-benar menyadari bahwa membangun madrasah yang menjadi harapan ummat harus diperjuangkan dengan kesungguhan. Mengingat hal tersebut merupakan salah satu tindakan korupsi maka kita berharap pola pemberian bantuan tidak disalahgunakan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab dengan memanfaatkan bantuan pada madrasah sebagai ladang dalam mencari keuntungan (hal.20). Hal itu terjadi pasti ada sebab. Tulisan ini ingin memaparkan bagaimana seharusnya sikap pengelola madrasah, terutama swasta dalam menggali potensi sumber bantuan dana peningkatan sarana dan prasarana. Seperti kita maklum, perbandingan jumlah madrasah swasta dan negeri sangat tajam. Dari sekitar 67.000 madrasah, baik
madrasah ibtidaiyah, madrasah tsanawiyah, maupun madrasah aliyah, atau setingkat SD, SMP dan SMA, sekitar 91 persen di antaranya didirikan dan dikelola swasta. Ini menunjukkan peran masyarakat di bidang pendidikan sangat besar. ”Jumlah madrasah yang berkualitas memang terus bertambah. Namun, secara keseluruhan, mutu madrasah belum lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah umum sehingga perlu terus perbaikan,” kata Nur Syam, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama. Nur Syam mengatakan, madrasah menampung sekitar 20 persen dari total siswa di Indonesia. Peningkatan mutu madrasah masih terkendala dengan masih banyaknya madrasah yang belum terakreditasi. Dari 67.000 madrasah, yang sebagian besar menangani anak-anak dari keluarga tak mampu secara ekonomi, baru 68 persen yang terakreditasi. Adapun untuk guru madrasah, lanjut Nur Syam, baru sekitar 57 persen yang mengikuti sertifikasi. Sebagai perbandingan, jumlah lembaga pendidikan di bawah Kemdikbud saat ini sebanyak 130.563
K A J I A N U TA M A
SD negeri dan 12.689 SD swasta serta 17.714 SMP negeri dan 12.152 SMP swasta. Selain itu, terdapat 5.034 SMA negeri dan 6.002 SMA swasta. Bagi masyarakat yang mengelola madrasah, memiliki sarana dan prasarana yang kondusif tentu menjadi keinginan yang kuat. Dengan sarana dan prasarana yang memadai, masyarakat akan menaruh kepercayaan agar anak-anaknya digiring ke madrasah untuk menuntut ilmu. Namun kita juga tidak bisa menutup mata. Di satu pihak, terdapat keterbatasan pemerintah dalam mengalokasikan anggaran untuk peningkatan sarana dan prasarana bagi madrasah, di pihak lain, jumlah madrasah yang membutuhkan bantuan tersebut sangat banyak. Tentu ini harus dicarikan solusi yang efektif. Meningkatnya anggaran pemerintah untuk pendidikan, tidak secara otomatis memengaruhi ketersediaan anggaran yang mencukupi untuk meningkatkan sarana dan prasarana. Madrasah swasta adalah pihak yang sangat merasakan langsung tentang urgen dan mendesaknya penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Tidak jarang apapun dilakukan agar mendapatkan bantuan, baik secara politis, organisasi, primordial, emosional dan lain-lain. Para praktiknya, temuan Agus Warcham sedikit banyaknya membuktikan hal tersebut. Menurut penulis, perlu ada reorientasi pemikiran tentang pengelolaan madrasah. Semangat masyarakat untuk mendirikan madrasah, begitu besar. Namun kadang tidak memperhatikan sisi mutu. Idealnya, sebelum izin operasional pendirian madrasah diajukan, sarana dan prasarana madrasah harus sudah ada dan memadai. Nyatanya tidak demikian. Berharap mendapat bantuan dari pemerintah, bukan sebuah kesalahan. Tapi mengharapkan bahwa hanya dari pemerintahlah, masyarakat akan mendapat bantuan sarpras, itu adalah hal yang tidak tepat. Siapa saja yang dapat pengelola madrasah jadikan sumber pemberi bantuan? Yang pertama dan paling dekat adalah Masyarakat itu sendiri. Di satu lokasi tempat madrasah itu berdiri, pasti ada orang islam yang kaya raya. Namun kenapa orang kaya itu tidak membantu secara full tentang pendirian madrasah, termasuk peningkatan sarprasnya? Penulis menduga, cara berpikir ummat islam yang kaya tentang uang ini juga perlu ada pemikiran baru. Bahwa ibadah pada Allah SWT dalam hal harta, tidak hanya dengan mendermakan pada panti asuhan, orang miskin, sabilillah dll. Atau bukan hanya dengan berumrah tiap dua bulan sekali dan sebagainya. Membantu menyediakan kelengkapan madrasahpun, jika diniatkan untuk menegakkan kalimat Allah dengan harapan lahirnya generasi muslim yang soleh dan cerdas, penulis yakini sebagai sebuah ibadah dan jihad yang mulia di sisi Allah SWT. Kedua adalah pihak swasta. Dalam hal ini perusahaan atau lembaga yang menghasilkan keuntungan. Bahkan pemerintah mendorong peran swasta dengan lahirnya kewajiban CSR (Corporate Social Responsibility) bagi peningkatan kualitas hidup masyarakat. Tidak sedikit perusahaan yang telah mengelontorkan dana CSR-nya untuk sekolah dan juga madrasah. Ketiga adalah alumni. Mengelola alumni sehingga menjadi kekuatan besar, tentu akan berdampak pada kebaikan madrasah. Hal ini harus diseriusi oleh pengelola pendidikan madrasah agar mereka dapat diajak untuk membantu peningkatan sarana dan prasarana. Masalahnya di lapangan adalah pengelola madrasah itu sendiri. Pihak Yayasan sebagai payung lembaga madrasah
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
19
“Perlu ada reorientasi pemikiran tentang pengelolaan madrasah. Semangat masyarakat untuk mendirikan madrasah, begitu besar. Namun kadang tidak memperhatikan sisi mutu. Idealnya, sebelum izin operasional pendirian madrasah diajukan, sarana dan prasarana madrasah harus sudah ada dan memadai. Nyatanya tidak demikian. Berharap mendapat bantuan dari pemerintah, bukan sebuah kesalahan. Tapi mengharapkan bahwa hanya dari pemerintahlah, masyarakat akan mendapat bantuan sarpras, itu adalah hal yang tidak tepat.” dan kepala madrasah sebagai pelaksana harus secara berani mengubah mindset dan sungguh-sungguh membuktikan jihadnya mengelola madrasah dengan berani jujur, akuntabel, siap diaudit (internal dan eksternal) dan open management (apalagi dalam bidang keuangan) sehingga melahirkan confidence (sikap percaya diri dari dalam ke luar). Sikap-sikap ini akan memberikan Trust (sikap percaya, dari luar ke dalam) kepada orang-orang kaya dan dermawan, pihak swasta dan alumni untuk memberikan bantuan pada madrasah dalam melengkapi sarana dan prasarana. Jika Confidence dan trust bertemu pada tempat yang tepat, maka akan melahirkan komitmen. Komitmen ini akan menjadi driver (pendorong) yang kuat untuk lahirnya pikiran sikap yang mengarah pada kualitas. Tidak berlebihan kiranya jika penulis memiliki harapan bahwa jika pengelola madrasah melakukan upaya-upaya secara mandiri seperti diuraikan di atas, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitar, maka orientasi pengelolaan madrasah akan fokus pada peningkatan mutu lembaga dan daya saing outputnya. Jika itu terjadi, maka Pengawasan akan dilakukan secara serius oleh berbagai pihak karena berkaitan dengan amanah yang berat. Hal tersebut paling tidak menghindarkan para pengelola madrasah untuk berurusan dengan aparat penegak hukum atau pihak lainnya yang tidak bertanggung jawab, hanya karena “tergoda” untuk berbuat curang dengan dana bantuan dari pemerintah. Sikap pesimis tanpa idealisme dibarengi dengan kemalasan untuk berubah, tentu hanya akan menambah daftar panjang penyelewengan, kecurangan, dan korupsi sehingga madrasah masih jauh dari harapan ummat Islam. Mari jadikan madrasah sebagai ladang ibadah sehingga menjadi pilihan pertama dan utama ummat. Ayo ke madrasah, insya Allah lebih baik!
* Pengawas Madrasah Aliyah Kemenag di Kabupaten Sukabumi
20
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
K A J I A N U TA M A
* Auditor pada Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI
20
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
KH. Su’udi, S.Pd.I* “Apabila pondasi ini telah tertanam dengan kuat dan bagus, maka manusia tidak akan terpengaruh oleh hal-hal dari luar yang bisa membawa kepada kesyirikan, baik itu syirik kecil maupun syirik besar”
D
K A J I A N U TA M A
Manajemen Pendidikan dan Pembangunan Berdasarkan Al-Quran
I AWAL Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 1-3, Allah Ta’ala berfirman, yang artinya: “ Alif Laam Miim, itulah kitab (Al-Quran) yang tidak ada keraguan di dalamnya yang menjadi petunjuk bagi orang yang yang bertaqwa, yaitu orang-orang yang beriman kepada yang ghaib, mendirikan shalat, dan menginfaqkan dari apa yang telah Allah rizkikan pada mereka”. Dalam ayat tersebut, secara gamblang dapat kita temukan struktur manajemen pendidikan dan pembangunan masyarakat yang diberikan oleh Allah Ta’ala kepada manusia, khususnya kaum muslim umat Nabi Muhammad SAW., agar kaum muslim menjadi kaum yang maju dan unggul, baik dari sisi hubungan dengan Allah SWT., maupun hubungan dengan sesama makhluk-Nya. Rumusan manajemen pendidikan dan pembangunan berdasarkan ayat tersebut terdiri atas tiga hal, yaitu: (1) membangun dan menguatkan keimanan atau ketauhidan, (2) mendirikan shalat, dan (3) menginfaqkan harta yang telah Allah rizkikan. Dari ketiga hal tersebut, muaranya atau tujuannya adalah terbentuknya pribadi yang bertaqwa kepada Allah SWT. dan apabila pribadi yang bertaqwa sudah terbentuk, maka kesejahteraan umat, baik lahir maupun batin. Penjelasan secara lebih detail adalah bahwa pondasi awal yang kemudian mempengaruhi struktur bangunanbangunan yang lain dalam manusia adalah pondasi keimanan, terutama keimanan kepada Allah SWT. Apabila pondasi ini telah tertanam dengan kuat dan bagus, maka manusia tidak akan terpengaruh oleh hal-hal dari luar yang bisa membawa kepada kesyirikan, baik itu syirik kecil maupun syirik besar. Kalau pondasi ini sudah menancap dengan kuat, maka akan selalu tertanam perasaan bahwa semua terjadi atas kuasa dan kehendak Allah. Contoh, apabila dia sakit lalu dia minum obat kemudian ternyata sakitnya sembuh, dia tidak akan berkata bahwa sembuhnya karena obat, tapi sembuhnya karena Allah dengan sebab lantaran obat. Selain itu, dengan kuatnya keimanan yang menancap di dalam hati, maka akan membuat selalu merasa dilihat dan didengar oleh Allah sehingga akan selalu berusaha meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah dan selalu meningkatkan kedekatannya pada Allah dengan semakin menjalankan perintah-perintah-Nya. Dari bangunan pondasi tersebut, lalu akan terbentuk orang-orang yang yuqiimuuna ash-shalaat (mendirikan shalat), bukan sekedar ya’maluuna ash-shalaat (mengerjakan shalat). Karena mendirikan shalat sudah tentu mengerjakan shalat, sedangkan mengerjakan shalat belum tentu mendirikan shalat.
Dari mendirikan shalat itu, maka akan terbentuklah pribadipribadi yang tawadlu’ (rendah hati), sabar, bersyukur, khusyu’, berhusnuzh zhan, bermanfaat bagi makhluk yang lain, dan akhlaq-akhlaq terpuji lainnya. Sehingga, terciptanya dunia yang damai, aman, dan tentram benar-benar terwujud, karena Allah pun sudah berfirman inna ash-shalaata tanhaa ‘an al-fakhsyaa’ wa al-munkar (sesungguhnya shalat mencegah perbuatan keji dan munkar), yang mana secara otomatis akan mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang maju dan unggul. Baik unggul dalam hal perilaku dan akhlak, maupun unggul dalam hal kecerdasan dan inovasi. Bukankah ulama-ulama ahli sains dan sosial terdahulu seperti al-Biruni, al-Khawarizmi, Ibnu Sina, Ibnu Khaldun, alGhazali, dan lain-lain merupakan dari golongan orang-orang yang mendirikan shalat? Manajemen ketiga adalah pengembangan ekonomi dan pemanfaatannya untuk kepentingan sosial (agama dan Negara) sesuai dengan wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun. Akan tetapi, sebelum mengamalkan wa mimmaa razaqnaahum yunfiquun, terlebih dahulu kita harus melakukan penguatan ekonomi. Sebagai contoh, di Indramayu terkenal dengan mangganya, maka seharusnya mangga Indramayu itu dikemas sedemikian rupa agar menarik, dipilih mana yang bagus-bagus, lalu dipasarkan dengan baik pula atau di supermarket-supermarket yang berkelas. Kalau pengemasannya bagus, produknya bagus, maka supermarket-supermarket pun akan bersedia memasarkannya. Maka meskipun mangga Indramayu, tetapi tetap berharga, dihargai mahal, dan tetap berkelas. Selain itu, penguatan ekonomi juga harus dilakukan secara bergotong-royong, dan terorganisir, baik berupa koperasi atau pun yang lain. Sehingga bisa terjalin kerjasama yang saling menopang, saling menguatkan, bukan saling menjatuhkan. Ketika sudah mempunyai perekonomian yang kuat, maka hasil perekonomian itu dimanfaatkan untuk kemanfaatan dan kemashlahatan umat Islam. Seperti untuk pengembangan dan kemajuan pendidikan agama, baik itu madrasah maupun pesantren, untuk memberi modal ke saudara-saudara muslim yang lain. Sehingga angka pengangguran bisa berkurang, dan angka kesejahteraan bisa meningkat. Wal hasil, pengamalan secara total terhadap manajemen yang telah dirumuskan oleh Allah Ta’ala dalam ayat tersebut merupakan salah satu upaya pengentasan dari problematika yang sekarang ini masih membelit bangsa dan negara Indonesia khususnya, dan umat Islam umumnya. Allah Ta’ala memberi masalah kepada hamba-Nya dengan memberi solusinya juga, bukan? Wallahu a’lam. * Pengasuh PP. Al-Qodiriyyah Losari-Cirebon
Galeri Foto
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
21
Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat Drs. H. Saeroji, MM foto bersama dengan para official KSN Provinsi Jawa Barat pada acara pembukaan KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat Drs. H. Saeroji, MM saat hadir pada acara pembukaan KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
Kabag TU Dr. H. Athoillah, M.Ag didampingi Kabid Madrasah Drs. H. Dah Saefullah, M.MPd dan Kasi Kesiswaan Drs. H. Hotimul Manan, M.MPd foto bersama dengan atlit dan official KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
(Tengah) Kabid Madrasah Drs. H. Dah Saefullah, M.MPd foto bersama dengan para atlit KSN dari Jawa Barat yang menjadi juara dalam salah satu cabang olah raga di KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
22
MEDIA PEMBINAAN
No. 09/XL Desember 2013
Galeri Foto Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat saat membacakan laporan di hadapan Menteri Agama RI H. Suryadharma Ali pada acara Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama di lapangan Gasibu Bandung.
Pejabat eselon III, dan Pejabat IV Kanwil Kemenag Prov. Jabar foto bersama dengan panitia Gerak Jalan Kerukunan Umat Beragama di lapangan Gasibu Bandung.
Kabag TU Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat Dr. H. Athoillah, M.Ag hadir pada acara silaturahmi dengan tokoh masyarakat dan tokoh keagamaan.
Gubernur Jawa Barat H. Ahmad Heryawan saat dengan IGRA Nisa Kab. Ciamis pada acara Hasta Mitra Pendidikan di Gedung Pakuan Bandung.
Menag RI Sambut Kloter Terakhir Debarkasi Jakarta-Bekasi
M
enteri Agama RI, H.Suryadharma Ali menyatakan bahwa perbaikan terhadap pelayanan haji untuk tahun depan harus dilakukan. Pernyataan ini disampaikannya pada acara Penutupan Operasional Penyelenggaraan Ibadah Haji Tahun 2013 M / 1434H dan sekaligus Penyambutan Kloter Terakhir Debarkasi Jakarta-Bekasi, di Aula Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (18/11). Upaya peningkatan tersebut di antaranya penghematan waktu selama di tanah suci yang diringkas dari 40 hari menjadi 30 sampai 35 hari. Hal ini mengingat psikologis jamaah yang terlalu lama menunggu kedatangan pesawat yang mengantar pulang. Untuk hal itu, Menteri Agama berencana untuk menggunakan pesawat dengan kapasitas angkut yang lebih banyak, yang biasanya berdaya angkut 300 sampai 400 orang menjadi 800 orang. Menteri Agama akan melakukan koordinasi dengan Menteri Perhubungan agar bandara-bandara haji dapat dilandasi oleh pesawat yang berkapasitas besar tersebut. Secara umum Menteri Agama menilai pelayanan haji tahun ini sangat baik, rata-rata jamaah mengaku sangat puas terhadap pelayanan haji tahun ini. Sementara itu Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, H. Anggito Abimanyu, dalam laporannya menyampaikan bahwa tingkat ketepatan waktu penerbangan haji tahun ini mencapai 90%, angka 90% untuk Maskapai Penerbangan Garuda Indonesia, dan 91% untuk Saudi Airlines. Sedangkan jamaah haji yang wafat sejumlah 281 orang, menurun dibandingkan tahun kemarin yang berjumlah 425 orang. Dirjen PHU juga menyampaikan bahwa pada tahun ini PPIH melakukan beberapa inovasi-inovasi dalam meningkatkan pelayanankepada jamaah, sekaligus juga melakukan perjanjian-perjanjian internasional. Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji, menyatakan bahwa jamaah haji Jawa Barat yang tergabung dalam Embarkasi/ Debarkasi Jakarta Bekasi, jamaah yang berangkat berjumlah 30.215 orang, jamaah yang pulang berjumlah 30. 158 orang, jamaah yang pulang dengan pesawat reguler sebanyak 10 orang dan jamaah yang wafat di tanah suci sebanyak 41 orang, sedangkan yang masih tinggal di tanah suci karena sakit sebanyak 6 orang. Secara umum penyelenggaraan ibadah haji tahun ini lebih baik, Kakanwil mengungkapkan bahwa penerbangan haji tepat waktu, bahkan jamaah datang lebih awal dari jadwal. Kloter 68 merupakan kloter terakhir bagi Debarkasi Jakarta-Bekasi, yang membawa jamaah haji asal Kab. Bekasi, kab. Bandung, Kota Bandung, dan Kab. Bekasi. Hadir pada acara penyambutan kloter terakhir tersebut, Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, pejabat di lingkungan Ditjen PHU Kemenag RI, Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, Kakanwil Kemenag Prov. DKI Jakarta, Danlanud Halim Perdanakusuma, Pejabat dari Maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Saudia Airlines. Tri
S
Nuansa Kerukunan Hangatkan kota Bandung
elama seharian, nuansa kerukunan menghangatkan suasana Kota Bandung, sabtu (16/11). Sebanyak 20.100 orang mengikuti Gerak Jalan Kerukunan yang diselenggarakan oleh Kanwil Kementerian Agama Prov. Jawa Barat, yang terdiri dari dari Majelis-majelis Agama Tingkat Provinisi dan FKUB sebanyak 130 orang, Ormas Keagamaaan sebanyak 270 orang, pegawai Kementerian Agama se- Jawa Barat baik tingkat Kanwil dan Kab./Kota sebanyak 18.500 orang, lembaga adat dan paguyuban sebanyak 90 orang. Start dan Finish berlangsung di Lapangan Gasibu Bandung, yang dipimpin langsung oleh Menteri Agama RI H. Suryadharma Ali. Gerak Jalan Kerukunan yang mengambil moto “Kerukunan Umat Beragama sebagai Pilar Kekuatan Bangsa,” menjadi simbol kerukunan antar umat beragama di Jawa Barat sebagai provinsi dengan tingkat kemajemukan beragama penduduknya yang tinggi, juga mematahkan pandangan beberapa pihak bahwa Jawa Barat memiliki tingkat intoleransi tinggi. Gerak jalan dimeriahkan dengan pembagian doorprize berhadiah umrah, serta pameran produk halal. Gerak jalan kerukunan diikuti pula oleh beberapa tokoh lintas agama, para pejabat baik di tingkat pusat maupun di tingkat kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat. Tampak pada kesempan tersebut Menteri Perumahan Rakyat RI, H. Djan Faried, Dirjen Bimas Islam Abdul Djamil, Dirjen Bimas Hindu Triguna, Dirjen Bimas Buddha Joko Wuriyanto, Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Mubarok, Kepala Pusat Informasi dan Hubungan Masyarakat Zubaidi, Ketua MUI Jabar KH Hafidz Utsman, dan sejumlah tokoh dan pemuka agama-agama lainnya. Pada kesempatan itu turut pula satu tim dari kanwil Kemenag Sulsel yang dipimpin langsung oleh Kepala Kanwilnya. Sebelumnya, Silahturahmi Tokoh Agama Jawa Barat digelar sebagai bagian dari rangkaian kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Grand Pasundan Bandung, Jum’at (15/11). Hadir pada kesempatan tersebut sebanyak 500 orang yang terdiri dari pimpinan organisasi lintas agama, majelis agama dan tokoh agama. Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji, mengungkapkan bahwa suasana keagamaan di Jawa Barat cukup kondusif. Setiap terjadi konflik dapat ditangani dengan baik karena Kanwil Kemenag selalu melakukan komunikasi dan kerjasama dengan seluruh elemen masyarakat. Selain itu kanwil Kemenag juga melakukan kegiatan seperti diskusi serta kegiatan penyadaran nilai-nilai kerukunan bukan hanya menyentuh tataran elit namun juga kepada para pemuda. Bersamaan dengan lomba gerak jalan tersebut, Menteri Agama Suryadharma Ali juga mengkampanyekan produk halal. Kampanye dimaksudkan untuk mendorong para produsen memproduksi makanan dan barang halal. Termasuk para pedagang hendaknya dapat menggunakan label halal untuk menjamin kualitas barangnya. Di sisi lain, Menag berharap Rancangan Undang-Undang (RUU) Jaminan Produk Halal bisa segera diselesaikan pembahasannya di DPR. Menag memantau secara langsung penggunaan barang halal dan thayyib di salah satu restoran, pasar tradisional dan juga pasar modern. tri
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
23
fokusBerita Komisi A DPRD Prov. Jawa Barat Kunjungi Asrama Haji Debarkasi Jakarta Bekasi
R
ombongan Komisi A DPRD Prov. Jawa Barat, yang dipimpin langsung oleh ketua komisi, Drs. H. Yusuf Puadz, kunjungi Asrama Haji Debarkasi Jakarta Bekasi, Rabu (28/10). Rombongan diterima oleh Kakemenag Kota Bekasi, H. Abd. Rosyid, Kakemenag Kab. Bekasi, H. Jaja Jaelani, Kepala Seksi Akomodasi, Transportasi dan Perlengkapan Haji, H. Ajam Mustajam. Tujuan kunjungan yang dilakukan oleh komisi yang menangani bidang pemerintahan ini selain untuk meninjau Asrama Haji, juga untuk melakukan konfirmasi berkenaan permohonan hibah atas status tanah Asrama Haji, dari Pemprov ke Kementerian Agama, sebagaimana yang diajukan oleh Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ketua Komisi, H. Yusuf Puadz. Sebagai komisi yang di antara tugasnya menangani pertanahan dan kekayaan daerah, komisi A tengah mengkaji proses hibah ini. H. Anwar Yasin, salah satu anggota komisi A, mengungkapkan bahwa Komisi A tengah Kakemenag Kota Bekasi H. Abd. Rosyid memandu Anggota Komisi A DPRD Prov. Jawa Barat yang dipimpin oleh H. Yusuf Puadz saat memantau fasilitas asrama haji mengkaji baik secara teknis, kemanfaatan dan payung Debarkasi Jakarta-Bekasi. hukum yang menaunginya sehingga tidak berdampak hukum yang tidak diinginkan. Pengalihan status tanah ini bertujuan untuk peningkatan fasilitas asrama haji sehingga dapat meningkatkan pelayanan kepada para jamaah haji. Seusai beraudiensi, para anggota Komisi A di didampingi oleh pejabat Kemenag, meninjau fasilitas yang ada di Asrama Haji . tri
Kemenag Kota Depok Miliki Kepala Kantor Baru
K
antor Kemenag Kota Depok memiliki Kepala Kantor baru setelah Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, H Saeroji, melantik dan mengambil sumpah, Drs. H. A. CHALIK MAWARDI, M.Ag., Kepala Sub Bagian Tata Usaha Kantor Kemenag Kota Bogor menjadi Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Depok menggantikan Drs. H. O. NUR MUHAMMAD, M.M. yang memasuki purna bakti, di Aula Usisa Al Maula Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, Jum’at (08/11). Dalam pengarahannya Kepala Kanwil memberikan apresiasi kepada H O Nur Muhammad. Menurutnya, ia patut menjadi salah satu panutan generasi selanjutnya karena sampai memasuki purna bakti tidak pernah ada masalah yang krusial apalagi berbenturan dengan ranah hukum. Selanjutnya bagi pejabat yang baru dilantik, Kakanwil mengamanatkan agar prestasi yang telah dicapai agar pertahankan bahkan ditingkatkan, di antaranya jalinan komunikasi kedinasan yang baik dengan instansi terkait serta penyusunan dan pelaksanaan program kerja yang baik. Dalam acara pelantikan ini hadir para pejabat di lingkungan Kantor Wilayah Kemenag Provinsi Jawa Barat, para pejabat dari Kemenag Kota Depok, para pejabat dari Kemenag Kota Bogor dan keluarga pejabat yang dilantik. Sofyani
24 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
fokusBerita Kasubag Informasi dan Humas: LPSE Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat Mulai Beroperasi Tahun 2014
K
asubbag Informasi dan Humas, H. E. Nadzier Wiriadinata, menargetkan awal tahun anggaran 2014 Layanan Pengadaan Barang/jasa Secara Elektronik (LPSE) untuk tingkat kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat akan mulai dioperasikan. Dengan demikian secara otomatis LPSE di Kankemenag Kab./Kota yang telah ada terintegrasi satu pintu di kanwil. Hal ini diungkapkannya saat pelaksanaan Diklat di Tempat Kerja (DDTK) pengelola LPSE di ruang LPSE Kompleks Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, Jl. Jend. Sudirman Bandung, Sabtu (26/10). DDTK yang dilaksanakan selama sehari ini diikuti oleh perwakilan dari Sub Bagian yang berada di bawah Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat. Tampil sebagai nara sumber Kasubid Pengembangan TIK Pinmas Kemenag RI, Irfan Sembiring, ST, beserta staf, Wildan Afandi, ST. Sesuai dengan Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, bahwa seluruh pengadaan Barang/jasa harus melalui layanan pengadaan secara elektronik yang disebut dengan LPSE. Berkaitan dengan hal itu, Sekretaris Jenderal Kemenag RI melalui Surat Edaran Nomor: SJ/B.VIII/2/ HM.00/ 4044 /2013, Tentang Optimalisasi Tugas dan Fungsi Subbagian Informasi dan Hubungan Masyarakat, menegaskan bahwa pengelolaan pelayanan pengadaan barang dan jasa secara elekronik (Agensi/Sub Agensi LPSE) merupakan tugas dari Subbag Informasi dan Humas sebagai bagian dari pelayanan data dan informasi. LPSE Kanwil Kemenag Prov. Jawa Barat kini telah memiliki ruangan tersendiri yang dilengkapi dengan perangkat pendukung seperti komputer dan jaringan internet. Menjelang pengoperasiannya, pengelola LPSE tengah berbenah diri melakukan persiapan baik secara infrastruktur maupun SDM. red
Kakemenag Sumedang yang Baru Sambut Kedatangan Jamaah Haji
K
epala Kantor Kementerian Agama Kab. Sumedang yang baru, Dr. H. Cece Hidayat, M.Si., menyambut kedatangan Jamaah Haji asal Kab. Sumedang yang tergabung dalam Kloter 20 di Asrama Haji Debarkasi Jakarta-Bekasi, Rabu (30/10). Momentum kedatangan para jamaah haji ini menjadi ajang memperkenalkan diri sebagai Kakemenag yang baru dilantik, Jum’at (11/10) yang lalu, sekaligus memohon doa dukungan dari para jamaah untuk kesuksesannya dalam memimpin Kantor Kementerian Agama Kab. Sumedang. Dr. H. Cece Hidayat, M.Si., dilantik menggantikan H. Ilih Permana yang telah memasuki masa purnabhakti. Ia merupakan putra daerah yang lahir dan dibesarkan di Kab. Sumedang. Pada kesempatan tersebut ia memohon do’a kepada jamaah agar Kementerian Agama Kab. Sumedang dapat senantiasa memberikan pelayanan prima kepada masyarakat. Ia mengajak agar para jamaah haji tetap istiqomah menjaga semangat ibadahnya, sebagaimana ketika berada di tanah suci. Selain itu ia juga mengajak kepada masyarakat Kab. Sumedang pada umumnya untuk menjaga kerukunan agar tidak ada bentrok atau konflik di tengah masyarakat. Kloter 20 mendarat dengan selamat di Bandara Halim Perdanakusuma 30 menit lebih awal dari yang telah dijadwalkan yaitu pukul 06.05 WIB. Jumlah jamaah yang tergabung dalam kloter ini sebanyak 450 orang yang terdiri dari 440 orang jamaah asal Kab. Sumedang, 2 orang asal Kab. Ciamis, 2 orang asal Kota Bogor dan 6 orang petugas haji. red
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
25
fokusBerita Kontingen Jabar Raih Peringkat 2 pada AKSIOMA
&
Peringkat 3 pada KSM Tingkat Nasional Tahun 2013
S
EBANYAK 65 siswa/siswi Madrasah Ibtidaiyah, Tsanawiyah, dan Aliyah mewakili Jawa Barat untuk mengikuti Kompetisi Sains Madrasah (KSM) dan Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) Tingkat Nasional, yang diselenggarakan di Malang, JawaTimur. Kegiatan yang berlangsung dari tanggal 5 sampai 9 Nopember 2013 ini dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan pengembangan pengetahuan, skill, intelektual, kreativitas, dan sikap mental serta jasmani yang sportif. Selain itu, kegiatan ini dimaksudkan sebagai media untuk mengukur kompetensi dan kualitas madrasah. Kepala Kanwil Kemenag Jabar dalam arahannya saat melepas keberangkatan kontingen Jawa Barat tersebut menyatakan bahwa para peserta/atlit harus menjaga nama baik Jawa Barat, baik dari aspek perilaku selama berada di lokasi pertandingan maupun prestasi yang diraihnya. Semboyan “Sing bisa, kudu bisa, sabisa-bisa dan pasti bisa” harus melandasi semangat dalam bertanding. Adapun bidang-bidang yang diperlombakan dalam Kompetisi Sains Madrasah (KSM) adalah Matematika, Biologi, Kimia, Ekonomi, dan Geografi. Sementara cabang-cabang yang dilombakan dalam Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) adalah atletik, bulutangkis, tenis meja, MTQ, pidato (Bahasa Arab dan Bahasa Inggris), dan kaligrafi. Kegiatan KSM dan AKSIOMA tersebut secara resmi telah ditutup hari Jum’at malam (8/11/13) oleh Sekjen Kemenag RI, Bahrul Hayat, Phd. Berdasarkan pengumuman yang dibacakan oleh panitia, Kontingen Jawa Timur menjadi juara umum di dua kegiatan tersebut. Informasi rinci perolehan medali 3 besar adalah sebagai berikut:
26 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
1. Lomba KSM. Posisi pertama diduduki Kontingen Jawa Timur dengan raihan 7 medali emas dan 4 perak. Kemudian di posisi kedua, Kontingen Provinsi Banten dengan perolehan medali 7 emas, 2 perak, dan 1 perunggu. Sementara yang bertengger di posisi ketiga adalah Kontingen Provinsi Jawa Barat dengan raihan medali 4 emas, 6 perak dan 1 perunggu. 2. Lomba AKSIOMA. Kontingen Provinsi Jawa Timur menduduki posisi pertama dengan raihan medali 7 medali emas, 5 perak dan 4 perunggu. Disusul Kontingen Provinsi Jawa Barat dengan perolehan 5 medali emas, 0 perak dan 4 perunggu. Di posisi ketiga, Kontingen DI Yogjakarta dengan perolehan medali 4 emas, 2 perak dan 0 perunggu.
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
27
fokusBerita
Pentingnya Kearsipan Bagi Instansi Pemerintah
Kemenag Cianjur Selenggarakan Sosialisasi Tata Kelola Kearsipan
K
eberadaan arsip bagi suatu instansi pemerintah merupakan sebagai bukti rekaman atau suatu peristiwa yang sangat penting untuk dikelola dengan sebaik-baiknya demi terwujudnya optimalisasi fungsi pemerintah dalam memberikan informasi kepada masyarakat yang membutuhkan. Sebagai wujud nyata perhatian instansi pemerintah khususnya Kementerian Agama Kantor Kab. Cianjur terhadap kearsipan, menyelenggarakan kegiatan sosialisasi tata kelola kearsipan di lingkungan Kementerian Agama Kantor Kab. Cianjur, Selasa-Rabu (29-30/10), di Hotel Delaga Biru Pacet Cianjur. Kepala Kemenag Cianjur, H. Dadang Ramdani, dalam sambutannya mengatakan, salah satu tujuan dari sosialisasi tentang tata kelola kearsipan ini adalah upaya untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, sikap dan semangat pengabdian untuk dapat melaksanakan tugas jabatan dibidang
kearsipan. “Kearsipan harus dikelola dengan baik dan benar, sehingga siapa saja yang membutuhkan data arsip menjadi tidak susah dan tidak berbelit-belit”, tutur Ka. Kemenag. Sementara itu, peserta yang mengikuti kegiatan ini menurut Kasubag TU, H. Asep Hapidudin, mengatakan 45 orang peserta yang mengkuti kegiatan ini yang terdiri dari utusan dari satker kemenag cianjur, satker madrasah dan utusan dari KUA se-kabupaten Cianjur. Sedangkan yang menjadi narasumber dalam penyampaian materi ini, tambah Asep Hapidudin, yaitu dari Kemenag Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat dan Balai Diklat Kemenag Provinsi Jawa Barat. Sementara itu, Kasubag Umum Kemenag Kanwil Prov. Jawa Barat, Yudhi Yusupyandi, mengatakan dalam pemaparan materinya menegaskan bahwa, “Tata kelola kearsipan itu harus ada dan penting, walaupun dalam kenyataannya tidak terlepas dari berbagai permasalahan pengelolaan arsip itu sendiri seperti, pengetahuan yang kurang dan persepsi pengelola arsip yang berbeda,” tegas Kasubag Umum. Gumilar
Tahun Pelajaran 2013/2014 Tahun Prestasi Bagi MAN 1 Bandung
T
ahun ajaran 2013/2014 merupakan tahun yang penuh prestasi bagi MAN 1 Bandung. Dengan prestasi tersebut semakin mengokohkan eksistensi madrasah sebagai lembaga pendidikan yang unggul dan prestatif dalam mencetak peserta didiknya. Secara beruntun prestasi gemilang berhasil diraih oleh para peserta didik MAN 1 Bandung di tahun 2013. Diawali dengan olimpiade terbuka se-Jawa Bali yang digelar di kota Malang, (19/10). Dede Hilmi, peserta didik dari jurusan IPA berhasil meraih penghargaan harapan pertama untuk mata pelajaran Kimia. Selanjutnya ia juga akan kembali ke kota Malang, sebagai wakil Jawa Barat pada Kompetisi Sains Madrasah (KSM) tingkat Nasional yang akan dilaksanakan pada bulan November 2013. Di tingkat provinsi, peserta didik MAN 1 Kota Bandung mampu mengukir prestasi dengan meraih juara III Lomba Debat tentang “Cinta Tanah Air” yang diselenggarakan Kemenhankam di Markas Komando Distrik Militer (KODIM) Bandung (07/10), yang diwakili oleh peserta didik Maulana (IPA F), Rahmat (IPS A), dan Taufik (IPS A). Selanjutnya pada tanggal 10-11 bulan yang sama kembali MAN 1 Kota Bandung mencatatkan prestasi 3 orang peserta didiknya yaitu Maulana (IPA F), Amel (IPA C), dan Satria (IPA E) sebagai juara ke-2 Lomba Debat se-Bandung Raya dengan tajuk “Sikap Apatis Generasi Pemula” di Universitas Komputer (UNIKOM) Jurusan Hubungan Internasional. Tentu saja pretasi lainnya akan siap diukir dengan pembinaan yang intensif. Kepala MAN 1 Bandung, H. Awaludin mengungkapkan prestasi yang diperoleh merupakan hasil dari program berkelanjutan MAN 1 Bandung bidang kurikulum dan kesiswaan yang diusung setiap Pembina prestasi akademis dari setiap MGMP di MAN 1 Kota Bandung. Mereka mencanangkan pembinaan dan pelatihan intensif sepanjang tahun untuk menghasilkan peserta didik yang berprestasi untuk dilombakan di berbagai kegiatan dan tingkatan. Humas MAN 1 Bandung
28 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
Kakanwil Prov. Jawa Barat Lakukan Pembinaan Pegawai Di Lingkungan Kemenag Kota Bandung
fokusBerita
K
epala Kementerian Agama Kantor Wilayah Prov. Jawa Barat Drs. H. Saeroji, MM menghadiri acara pembinaan pegawai dilingkungan Kemenag kota BandungKamis (17/10). Hadir dalam acara tersebut Kepala Kemenag Drs. H. Cecep Kosasih, MM, Kasubbag TU Drs. H. Tamami, Para Kepala Seksi dan Pegawai dilingkungan Kemenag Kota Bandung. Kepala kemenag kota Bandung Drs. H. Cecep Kosasih, MM dalam sambutannya menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala Kementerian Agama Kantor Wilayah Prov. Jawa Barat Drs. H. Saeroji, MM atas kesediannya memberikan pembinaan pegawai dilingkungan Kemenag kota Bandung. Kepala Kemenag Kanwil Prov. Jawa Barat Drs. H. Saeroji, MM dalam arahannya menyampaikan apresiasi yang besar atas terselenggaranya acara pembinaan ini, serta ucapan terima kasih kepada keluarga besar kemenag kota Bandung. Selanjutnya kepada seluruh pegawai dilingkungan kementerian agama kota Bandung untuk selalu menjaga semangat reformasi dan birokrasi, selalu mengendepankan profesionalisme dalam bekerja dan memberikan pelayanan kepada masyarakat. Agus Saparudin
MAN Cirebon 1 Selenggarakan Pelatihan Guru BK
S
alah satu filosofi yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah “pendidikan untuk membangun masa, kini dan masa depan yang lebih baik dari masa lalu dengan berbagai kemampuan intelektual, kemampuan berkomunikasi, sikap sosial kepedulian dan berpartisipasi untuk membangun kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik”. Untuk itu dituntut adanya peran maksimal Guru Bimbingan Konseling (BK) danWali Kelas dalam memberikan layanan konseling terhadap peserta didik Guna mewujudkan kerjasama antara Guru BK dan Wali Kelas dalam usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, sosial, belajar, serta perencanaan dan pengembangan karier, MAN Cirebon 1 menyelenggarakan kegiatan pelatihan guru Bimbingan Konseling se KKM MAN Cirebon 1 di AULA MAN Cirebon 1, Senin (21/10), dengan Tema “Pelatihan Guru Bimbingan Konseling Guna Meningkatkan Pelayanan Konseling Individual, Konseling Kelompok, Bimbingan Kelompok Dan Bimbingan Klasikal Dalam Proses Pembelajaran Sesuai Dengan Peminatan Peserta Didik”. Kegiatan ini dihadiri oleh walikelas dan Guru BK se-KKM MAN Cirebon 1 dengan narasumber Dr. Hj. Uliah, M.Si. Selaku Lektor Kepala pada Mata Kuliah Psikologi Konseling dan Ketua Bidang Kajian Psikologi Umum dan Agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Ketua MDC Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat. Adapun materi yang disampaikannya adalah: Pertama, Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Mutu Madrasah. Kedua, Penguatan Tugas dan Fungsi Guru Bimbingan dan Konseling di Madrasah. Kepala MAN Cirebon 1 menyambut baik kegiatan ini, dalam sambutannya ia mengharapkan setelah pelatihan ini guru BK beserta wali kelas mampu meningkatkan kerjasama yang baik dalam layanan terhadap peserta didik baik dalam kehidupan pribadi, sosial, belajar maupun perencanaan karier. Sehingga terwujud out put yang bisa diterima di Perguruan Tinggi Negeri favorit, dunia kerja maupun lingkungan masyarakat pada umumnya.
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
29
fokusBerita Pelantikan Pejabat Di Lingkungan Kemenag Kab Bandung Barat
Kakanwil Lepas Keberangkatan Kontingen Porsadin Nasional I
K
enjadi juara umum merupakan target utama yang diamanatkan oleh Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat, H. Saeroji, kepada kontingen Jawa Barat pada Pekan Olahraga dan Seni Diniyah (Porsadin) Nasional I Tahun 2013 di Museum Purna Bhakti Pertiwi TMII Jakarta, 22 – 24 Nopember 2013. Target ini disampaikan Kakanwil saat melepas keberangkatan Kontingen Porsadin Jawa Barat di Wisma BKM, Jl. Burangrang Bandung, Kamis (21/11). Selain Kakanwil, Kabid Urais, H. A. Sukandar dan Kabid Penais, H. Munadi turut hadir dalam acara pelepasan tersebut. Pada Porsadin kali ini, Jawa Barat menurunkan 18 orang peserta dan 11 orang ofisial. Peserta porsadin nasional utusan Jawa Barat merupakan peserta yang menjadi juara terbaik pada pelaksanaan Porsadin II Tingkat Provinsi Jawa Barat tahun 2012 yang digelar di Kab. Bogor. Adapun jenis perlombaan yang diikuti diantaranya cerdas cermat oleh utusan Kab. Indramayu, pidato putera oleh utusan Kota Tasikmalaya, Pidato Puteri oleh utusan Kota Tasikmalaya, Hifdzil Qur’an Putera oleh utusan Kab. Sukabumi, Hifdzil Qur’an Puteri oleh utusan Kab. Tasikmalaya, Lari Sprint Putera oleh utusan Kab. Sukabumi, Lari Sprint Puteri oleh utusan Kab. Karawang dan Futsdal oleh utusan Kota Bandung. Pada pembukaan Porsadin Nasional I akan digelar pula silahturahim akbar guru diniyah tingkat nasional. Jawa Barat akan menurunkan sebanyak 17.510 orang guru diniyah se-Jawa Barat dengan menggunakan 324 bus pda kegiatan silahturahim tersebut. df
epala Kantor Kemenag Kab. Bandung Barat Drs. H. Asep Ismail, M.Si, melantik tiga pejabat eselon IV dan satu pejabat fungsional di lingkungan Kantor Kementerian Agama Kab. Bandung Barat, Senin (11/11). Acara pelantikan berlangung dengan khidmat di Aula Kantor Kementerian Agama Kab. Bandung Barat, Jl. GA Manulang yang disaksikan oleh pejabat lainnya. Pejabat yang dilantik yaitu H. Abdurrahim, S.Ag, M.Si, yang tadinya menjabat sebagai Kasubbag TU menjadi Kasi Madrasah, H. Nunung Wardiana, S.H, M.MPd, yang tadinya menjabat sebagai Kasi Madrasah menjadi Kasi PHU, H. Agus Mulyadi, S.Ag, M.Si, Kasi PHU menjadi Kasubbag TU dan Yuyun, S.Pdi diangkat menjadi Kepala Sekolah MIS Bojong Ranca, Kec. Cipongkor. Kepala Kemenag Kab. Bandung Barat berpesan agar para pejabat yang telah dilantik tersebut dapat menjalankan tugas dengan amanah dan tanggungjawab, karena rotasi pejabat adalah sesuatu yang lumrah dilakukan di lingkungan Kementerian Agama dan bertujuan untuk mengadakan pembaruan dan peningkatan kinerja Instansi. “Saya percaya akan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, amanah, dan bertanggung jawab,” ucap Kepala Kantor. Usai memimpin upara pelantikan, Kepala Kantor memberikan kata sambutan dan arahan kepada 4 pejabat yang dilantik tersebut. Serta menyampaikan ucapan selamat dan menyalami satu per satu para pejabat yang dilantik. Arif Kurniawan
32 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
M
fokusBerita Para Kepala KUA se-Kota Bandung Mengikuti Orientasi Kehumasan Dan Pemberitaan
K
ehumasan kota Bandung menyelenggarakan kegiatan Orientasi Kehumasan dan Pemberitaan untuk para Kepala KUA Se Kota Bandung. Kegiatan yang dilaksanakan di Hotel Newton Bandung, Selasa (22/10), tersebut dihadiri oleh Kasubbag TU Kota Bandung Drs. H. Tamami. Sedangkan narasumber kegiatan orientasi kehumasan itu adalah Kasubag Informasi dan Humas Kemenag Kanwil Provinsi Jawa Barat Drs. H. E. Nadzier Wiriadinata, M.M.Pd. Drs. H. Tamami dalam sambutannya menyampaikan bahwa Humas dalam persepsi awam dapat diartikan sebagai juru foto atau pengantar surat. Humas dalam tataran teori dan bingkai undang-undang maka makna humas menjadi sangat strategis. Tugas pokok kehumasan seperti yang tercantum dalam undangundang No. 9 Tahun 2010 adalah meningkatkan, serta memelihara citra dan reputasi positif instansi pemerintah dengan menyediakan informasi tentang kebijakan, program, dan kegiatan instansi. Secara sederhana maka tugas humas adalah membangun dan menjaga citra sebuah institusi atau lembaga. Humas merupakan ujung tombak bagi sebuah Lembaga atau Institusi/organisasi dalam membangun hubungan komunikasi internal dan eksternal. Bagaimana membentuk komunikasi yang baik untuk menciptakan citra positif organisasi atau instansi atas dasar menghormati kepentingan bersama. Dalam Pemerintahan, Kehumasan memiliki peran yang sangat strategis dalam melakukan fungsi manajemen dalam bidang komunikasi dan informasi yang persuasif dan komunikatif untuk menciptakan hubungan yang harmonis dengan publiknya melalui berbagai sarana kehumasan dalam rangka menciptakan citra yang positif bagi instansi pemerintah. Hal ini senada seperti yang diatur dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2011 Tentang Pedoman Umum Tata Kelola Kehumasan Di Lingkungan Instansi Pemerintah. “Kepala KUA sebagai pimpinan kantor kementerian agama di tingkat kecamatan tentunya dituntut untuk mengetahui dan memahami tugas dan fungsi kehumasan karena ditingkat tersebut tanggung jawab tugas dan fungsi kehumasan ada dipundak Kepala KUA. Tidak jarang kita dengar Kepala KUA sering kewalahan menghadapi wartawan yang tidak jelas surat kabarnya atau LSM yang tidak terdaftar di Kesbangpol karena tidak faham kehumasan, Kode etik Jurnalistik dan UU KIP. Untuk itu orientasi ini dianggap sangat penting sebagai media pembelajaran bagi para Kepala KUA untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasannya tentang tugas dan fungsi kehumasan, Kode etik Jurnalistik dan UU KIP.” Lanjutnya. Agus Saparudin
A
Temu Karya Widyaiswara
khir Oktober 2013, Pusdiklat Tenaga Administrasi Kemenag menyelenggarakan Temu Karya Nasional Widyaiswara, kegiatan tersebut berlangsung selama empat hari dari tanggal 23 s.d. 26 Oktober 2013 di Solo, dibuka secara resmi oleh Kapusdiklat Tenaga Administrasi H. Muhaimin Luthfi. Dalam sambutanya Kapusdiklat menyatakan bahwa Kegiatan ini sengaja digelar dalam rangka memacu Widyaiswara untuk lebih meningkatkan keterampilan Widyaiswara dalam membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI). Selama ini KTI menjadi sesuatu yang memberatkan tidak hanya bagi Widyaiswara, tetapi juga bagi para guru dan dosen, diluar masalah kemampuan membuat KTI, penyebab lain malasnya membuat KTI adalah media untuk mempublikasikannya masih kurang, selain itu juga bagi KTI yang dibuat Widyaiswara nilai angka kreditnya kecil disbanding dengan KTI yang dibuat oleh dosen/guru, menyadari hambatan tersebut, Pusdiklat harus memfasilitasi Widyaiswara dalam membuat KTI. Temu Karya tersebut dihadiri oleh 30 orang Widyaiswara yang harus mempresentasikan karya tulisnya di hadapan para evaluator, dan presentasi tersebut merupakan bagian akhir dari penilain masing-masing KTI peserta, karena KTI mereka sebelumnya sudah dikirim untuk dinilai oleh evaluator ahli dari berbagai bidang. Sebelumnya pada tanggal 3-5 Oktober 2013 seluruh peserta mengikuti pembekalan sesuai dengan PerkaLAN nomor 9 Tahun 2008 tentang KTI Wdiyaiswara yang diberikan oleh Dr. Tri Widodo dari LAN, selanjutnya materi Kaidah Dalam Penulisan KTI oleh Prof. Ridwan Lubis, dan KTI Dalam Konteks Diklat oleh Dr. I Nyoman Yoga Segara. Pada akhir kegiatan Temu Karya Widyaiswara tersebut diumumkan KTI terbaik yang dibuat Widyaiswara, dan KTI karya Widiyanto utusan Widyaiswara dari BDK Surabaya terpilih terbaik pertama, dan terbaik kedua adalah Nana Umar Sumarna dari BDK Bandung, dan terbaik ketiga diraih Makmun Widyaiswara BDK Surabaya, selamat kepada para pemenang, semoga bermanfaat.
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
33
fokusBerita
Drs. H. A. Chalik Mawardi, M.Ag, Memulai Aktivitasnya Sebagai Kakemenag Kota Depok yang Baru
Majelis Taklim Lahir Dari Rahim Umat Islam
Kakankemenag Kota Depok, Drs. H. A. Chalik Mawardi, M,Ag saat bertatap muka dengan Walikota Depok Ir. H. Nur Mahmudi Is’mail, M.Si di Masjid Agung Baitul Kamal Pemda Kota Depok.
M
ajelis Taklim merupakan salah satu kaifiat dakwah dan tarbiyah islamiyah yang sampai saat ini masih tetap eksis dan di perlukan sebagai pusat kajian ilmu – ilmu islam yang berbasis masyarakat . kata Drs. H. Tatang Iskandar (Kasi PD Pontren) saat menyampaikan laporan kegiatan Workshop majelis taklim yang di ikuti 60 peserta dari tiap Kecamatan yang terdiri dari pengurus majelis taklim dan pendidik Al qu’an, dengan menghadirkan pemateri Kabid PD pontren Prov. Jawa Barat, Kabag Kesra Pemda Ciamis, Ketua DMI, Ketua BKMM Kab. Ciamis, Dosen IAID Darussalam dan dari unsur Kemenag Kab. Ciamis di Hotel Parahiangan ( 16/10/2013 ). Kegiatan yang berlangsung selama dua hari itu merupakan suatu upaya Kementerian Agama Kab. Ciamis dalam menghadapi dunia digital dan meningkatkan mutu pengelolaan mejelis taklim agar tetap selaras dengan model zaman dari masa ke masa tanpa melepas prinsip – prinsip dasar majelis taklim. Di katakannya kita harus jeli dan pintar menghadapi dunia digital dan semoga prinsip – prinsip dasar majelis taklim dari masa ke masa tidak terlepaskan walau dengan adanya perubahan zaman, tambah H. Tatang. PLT Kepala Kemenag Ciamis Moh. Aip Maftuh S, Ag. M. Pd. menambahkan, mejelis taklim adalah lembaga pendidikan non formal yang benar – benar milik umat islam, dan lahir dari rahim umat islam itu sendiri. Tugas majelis taklim adalah membawa masyarakat untuk belajar, agar umat islam pada umumnya menjadi lebih pintar dan maju, dan keberadaan majelis taklim bisa dikatakan ilmiah apabila mejelis taklim tersebut dapat di terima oleh masyarakat secara umum, katanya saat membuka Workshop tersebut. WN
34 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
U
sai dilantik menjadi Kepala Kantor Kementerian Agama kota Depok yang baru menggantikan Drs. H. O. Nur Muhamad, MM yang telah memasuki masa purna bhakti (1/11/2013), Drs. H Khalik Mawardi, M.Ag yang dilantik pada hari Jumat, (08/11/2013) mengawali aktifitasnya dengan memimpin langsung pelaksanaan apel pagi (senin, 11/11/2013) yang diadakan di halaman Kankemenag Kota Depok, diikuti oleh segenap pejabat, Pengawas Madrasah, dan pegawai di lingkungan Kankemenag Kota Depok. Dalam amanatnya, Kakemenag menyampaikan tentang pentingnya kerja sama yang memiliki arti sama-sama bekerja, Menyongsong remunerasi pada instansi Kementerian Agama yang akan di gulirkan pada awal 2014, maka sebagai konsekwensi dari pemberian remun tersebut adalah, setiap pegawai akan dituntut untuk memiliki kualitas kerja yang baik, Lebih jauh H. Chalik Mawardi menambahkan bahwa,”Antara pimpinan dengan staff haruslah saling mendukung dan menguatkan agar mampu melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya dengan baik, namun yang perlu diingat, bahwa Seorang PNS atau yang nantinya akan disebut Aparatur Sipil Negara (ASN) itu pada prinsipnya adalah pelayan, baik dia sorang pimpinan ataupun pelaksana, yang artinya: harus mampu dan mau memberikan pelayanan sesuai dengan peraturan atau perundang-undangan yang berlaku, dan bukan justru minta dilayani”. Selanjutnya Untuk menjalin kerjasama dengan jajaran Pemerintah kota Depok, Kakankemenag Kota Depok melakukan silaturrahim sekaligus melakukan audiensi dengan Walikota Depok dan disambung dengan turut menghadiri orientasi dengan anggota Dewan hakim MTQ ke-14 tk. Kota Depok (13/11/2013), bertempat di balai Kota Depok, didampingi oleh segenap jajaran pejabat di lingkungan Kemenag Kota Depok. Sebelumnya Menjabat sebagai Kakankemenag Kota Depok, Drs. H Chalik Mawardi, M.Ag telah mengabdi selama lebih dari 20 tahun pada Kemenag Kota Bogor dan jabatan terakhir sebagai Kasubag Tata Usaha pada Kantor Kementerian Agama Kota Bogor. Lan Stiawan
fokusBerita
Karawang Bershalawat
L
ebih dari 10 ribu orang jamaah bershalawat bersama di Lapang Karangpawitan Karawang Sabtu (9/11) malam. Diiringi dengan musik hadroh marawis, mereka melantunkan shalawat sebagai tanda penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW. Bupati Karawang, Drs. H. Ade Swara, MH dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang hadir dan telah mensukseskan acara tersebut. “Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada Kementerian Agama yang telah mensukseskan acara malam ini”, tegasnya. Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Karawang H. Edy Yusuf, S.Ag, MM, sangat respon dengan kegiatan Karawang Bershalawat tersebut. Karenanya, meskipun ia masih lelah karena baru pulang haji 3 hari sebelumnya (5/11), ia langsung mengkoordinasikan seluruh komponen Kementerian Agama untuk mensukseskan acara tersebut. “Bagi saya, untuk kepentingan syiar agama tidak ada kata lelah” kata H. Edy dengan yakin. Ia mengintruksikan seluruh pejabat untuk menyiapkan pasukan binaannya agar dihadirkan pada acara itu. Menurut H. Edy Yusuf, Karawang akan selalu bergoyang, tapi goyangnya adalah goyangnya para ahli dzikir dan ahli shalawat. “Kalau 10 ribu orang bershalawat dengan ikhlas dan khusyuk, saya yakin Allah jadikan Karawang sebagai negeri yang berkah” tegasnya. Ia melanjutkan, “Kegiatan Karawang Bershalawat adalah momentum untuk kembali kepada para ulama dan ajarannya”. Dengan kegiatan ini, H. Edy ingin memasyarakatkan shalawat dan menshalawatkan masyarakat. Di akhir pembicaraannya, Ia menyampaikan terima kasih kepada para pejabat di lingkungan Kemenag Karawang dan seluruh masyarakat yang telah mendukung dan mensukseskan acara tersebut. Kasubag TU, Drs. H. Maman Rahman, M.Pd.I, sebagai penanggungjawab di lapangan, menjelaskan bahwa seluruh unsur Kemenag terlibat dalam acara ini, hadir 30 KUA dengan para tokoh agama dan masyarakatnya, penyuluh dengan 300 majelis taklimnya, DTA dengan 2.000 pasukannya, TPQ dan Pesantren dengan 1000 santrinya, madrasah dengan 1000 siswanya, dan lain sebagainya. “Alhamdulillah, untuk kegiatan keagamaan seperti ini, masyarakatpun sangat respon” kata H. Maman. Sehingga, lanjut H. Maman, tidak ada kendala apapun dalam mempersiapkan acara ini. Acara itu sendiri menampilkan beberapa penceramah, antara lain : KH. Nur Albar dari Jakarta, Habib Jufri al-Mustofa dari Purwakarta, dan KH. Ahmad Salimul Afif dari Bandung sebagai penceramah utama. Zel.
KKG PAI Tawang Selenggarakan Orientasi Kurikulum 2013
K
elompok Kerja Guru (KKG) Agama Kec. Tawang Kota Tasikmalaya menyelenggarakan orientasi kurikulum 2013 mapel Agama di Aula SDN Pengadilan, Sabtu (26/10). Guru agama SD se-Kecamatan Tawang hadir pada acara itu. Dibuka secara langsung oleh Kepala UPTD Pendidikan Kec. Tawang Dra. Tati Supriatini, M.Pd. Hadir pula pengawas Agama Dra. Hj. Oneng Hasunah dan para kepala sekolah di lingkungan komplek SD Pengadilan. Dalam kegiatan tersebut panitia menghadirkan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 dan penyusun Buku Panduan Implementasi Kurikulum 2013 mapel agama, yang berasal dari Kota Tasikmalaya, yaitu Ilam Maolani, S.Ag. M.Pd. Ilam menjelaskan bahwa kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 dan 2006. Dari 8 Standar Nasional Pendidikan, hanya 4 standar yang mengalami perubahan, yaitu standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian. “Kurikulum 2013 tidak boleh ditakuti oleh para guru, justru harus dihadapi dengan penuh kesiapan dan optimisme. Kurikulum 2013 ini nuansa religius dan pendidikan karakternya sangat kental. Terbukti dengan adanya Kompetensi Inti 1 yang berkaitan dengan sikap spiritual dan Kompetensi Inti 2 yang berhubungan dengan sikap sosial”, begitu kata Ilam. Selain menghadirkan instruktur nasional, diisi juga oleh narasumber dari unsur pengawas disdik, Dedi Rukmadi, S.Pd, M.Si, yang memberikan materi tentang kebijakan kurikulum 2013. “Implementasi kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap sampai tahun 2015. Saat ini di Kec. Tawang baru tiga sekolah yang telah melaksanakan kurikulum 2013, yaitu SDN Galunggung, SDN Citapen, dan SD Al-Muttaqin, itu pun baru kelas 1 dan 4”, begitu kata Dedi. Menurut Ketua Panitia Penyelenggara, Caswita, MA., kegiatan ini merupakan salah satu program kerja dari KKG PAI Kec. Tawang. “Bertujuan untuk memberikan pemahaman mendasar tentang kurikulum 2013 dan pembekalan awal bagi guru yang akan mengikuti diklat kurikulum di tingkat Kota Tasikmalaya. Dengan adanya orientasi ini seluruh guru PAI sudah siap sedini mungkin dalam mengahadapi perubahan kurikulum”, pungkasnya. Caswita
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
35
fokusBerita Kemenag Kab. Kuningan Gelar Dialog Interaktif Tokoh Agama
S
ebagai upaya mempertahankan kerukunan antar umat beragama khususnya di Kabupaten Kuningan, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Kuningan mengadakan kegiatan dialog interaktif antar tokoh umat beragama di Aula Wisma Permata Kab. Kuningan, Rabu (12/11). Kegiatan yang melibatkan tokoh dan ormas lintas agama dengan diikuti 40 ( empat puluh) orang peserta perwakilan dari para tokoh Agama Islam, Kristen, Katholik, Budha , dan Konghucu serta para pejabat Kantor Kemenag Kab. Kuningan. Dalam sambutan dan arahannya Kepala Kantor Kemenag Kab. Kuningan Drs. H. Agus Abdul Kholik mengatakan Dialog Interaktif Tokoh Agama merupakan salah satu wujud upaya terciptanya kerukunan umat beragama di Kabupaten Kuningan. Hal ini sejalan dengan salah satu tujuan yang tertuang pada visi dan misi Kementerian Agama yaitu meningkatkan pelayanan dan pembinaan kehidupan umat beragama. Ia menambahkan bahwa pada dasarnya kedudukan manusia di sisi Allah Tuhan Yang Maha Esa adalah sama, yang membedakan terbatas pada masalah keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan. Dalam Islam manusia dilahirkan sebagai kholifah di muka bumi, dan sebagai insan tentunya harus bisa menjaga serta memelihara alam semesta, menciptakan perdamaian, kerukunan, keharmonisan, membawa amanah, taat pada aturan hukum, saling membantu dan melengkapi. “Dan kita harus diyakini tidak ada satu agama pun yang memerintahkan umatnya untuk berbuat pengrusakan di muka bumi ini.” Ujar Kakemenag. Tentunya sebagai solusi demi terwujudnya keharmonisan dan kerukunan umat beragama harus dimulai dari diri kita, para tokoh agama harus menjadi suri tauladan bagi umatnya dan menjadi jembatan komunikasi serta penyambung tali silaturahmi antar umat beragama tambah Kakemenag. Tak kalah pentingnya bahwa setiap pemeluk agama harus bisa memahami / mendalami ajarannya dengan sungguh sungguh dan benar, sehingga dari pemahaman ini diharapkan sebagai fundamen dalam mengemban tugas di muka bumi ini. ZZ
36 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
Kemenag Kota Banjar Gelar Temu Tokoh Agama
K
emenag Kota Banjar menggelar acara temu TokohTokoh Agama Se-Kota Banjar Tahun 2013, di Aula RM. Primarasa Selasa (29/10). Kegiatan yang mengusung tema “MELALUI TEMU TOKOH-TOKOH AGAMA KITA BANGUN KOTA BANJAR YANG DINAMIS, AGAMIS DAN HARMONIS” dibuka langsung oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kota Banjar Drs. H. Undang Munawar, M.Pd.,dan dihadiri oleh50 peserta dari berbagai tokoh Agama yaitu perwakilan dari Islam, Kristen, Katolik, Konghucu dan Hindu. Dalam sambutannya H. Undang menyampaikan bahwa keberagaman Agama yang ada di Indonesia ini adakalanya memicu bentrokan atau ketidak harmonisan antar umat beragama, sehingga terjadilah keadaan yang tidak nyaman, tidak aman, tidak tenteram dan terciptalah perpecahan. “Upaya kita sebagai tokoh agama meminimalisir bentrokanbentrokan atau konflik antar umat beragama yang timbul disebabkan oleh ketidakseragaman tersebut”. Kata Undang “Kewajiban kita (tokoh Agama .red) menciptakan keadaan yang nyaman, aman, tentram dan damai di negara Indonesia ini.Kita harus hidup berdampingan secara damai antar umat beragama. Dan itu adalah tugas yang harus kita laksanakan.” Imbuhnya. Diakhir sambutannya, Kepala Kanmenag Kota Banjar berharap terciptanya keamanan dan ketertiban, dan melaluitemu tokoh ini diharapkan dapat menciptakan kesepakatankesepakatan yang positif sehingga terciptanya kerukunan antar umat beragama yang dinamis, agamis dan harmonis. Yang menjadi pemateri dalam acara tersebut adalah Drs. KH. Iskandar Efendi, S.H.I. dengan judul materi “Membangun Kerukunan Antar Umat Beragama dalam Perspektif Sosiologis” dan Drs. H. Kaswad, M.Pd.I dengan judul materi “Format Ideal Kerukunan Umat Beragama”. Opik
fokusBerita MTQ Ke-XV Tingkat Kota Bekasi Tahun 2013 Di Kec. Pondok Melati
P
awai ta’aruf menjadi kegiatan pembuka dalam MTQ ke-xv Tingkat Kota Bekasi bertempat dikampung sawah wilayah Kec. Pondok Melati yang diselenggarakan mulai dari tgl, 22 s/d 25 Oktober 2013. Pelajar, Ormas islam, Kelompok pengajian Majlis ta’lim,dan utusan dari masing-masing kecamatan, memeriahkan pawai tersebut. Sambutan warga Kota Bekasi atas kegiatan tersebut cukup antusias dengan berbondong-bondong ke pinggir jalan untuk menyaksikan pawai yang sangat meriah apalagi dimeriahkan dengan marching band, marawis, kasidah, beduk dan lantunan syair shalawat-shalawat nabi. Acara pembukaan MTQ ke- xv di buka oleh Wakil Walikota Bekasi, H. Ahmad Syaekhu, selain itu acara ini dihadiri pula oleh para pejabat Pemkot Kota Bekasi, Unsur Muspida, Para Kepala Badan/Dinas/Kantor/Bagian/Camat/Lurah se Kota Bekasi,Kepala Kantor dan Pejabat Kementerian AgamaKota Bekasi, ketua MUI, Pengurus LPTQ, Dewan Hakim, Tokoh Masyarakat dan Alim Ulama se-Kota Bekasi. Adapun yang di lombakan pada MTQ in, diantaranya Tilawah dewasa, remaja, dan qiro’at sab’ah, Tilawah anak, murotal,dan cacat netra, MHQ 1 dan 5 juz, MHQ 10,20 dan 30 juz, Tafsir B.Arab, B. Indonesia, B. Inggris, Fahmil dan Syarhil Qur’an, serta Kaligrafi dan M2IQ Melalui MTQ ini diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan minat masyarakat khususnya generasi muda untuk terus mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan isi kandungan Alqur’an, MTQ yang secara rutin setiap tahun diselenggarakan, bukan hanya menampilkan kemampuan seni baca Alqur’an saja tetapi juga sudah meningkat pada pendalaman subtansi pemahaman nilai-nilai isi kandungan Alqur’an sesuai dengan visi misi Kota. Menurut Wakil Walikota Bekasi H. Ahmad Syaekhu, MTQ selain merupakan sarana efektif bagi pengembangan dan peningkatan kualitas pemahaman Alqur’an juga merupakan syiar Islam yang memiliki arti penting dan strategis bagi umat islam kedepan khususnya di Kota Bekasi. Ade
Pembinaan Manajemen Kemakmuran Masjid Dan Sosialisasi Sistem Informasi Masjid (SIMAS) Tingkat Kota Cirebon
S
eksi Bimas Islam Kemenag Kantor Kota Cirebon menyelenggarakan Pembinaan Manajemen Kemakmuran Masjid Dan Sosialisasi Masjid ( SIMAS ) di Hotel Victory Kota Cirebon, Jum’at (15/11). Dalam sambutan pembukaan Kepala Kemenag Kota Cirebon Drs.H.ABUDIN M.Ag mengatakan bahwa masjid memiliki fungsi strategis dalam masyarakat Islam, selain tempat Ibadah, Masjid juga berfungsi sebagai media pembangunan umat , masjid dapat berkembang menjadi pusat pendidikan, pengajian, sekaligus sebagai pusat Ilmu, maka Dewan Kemakmuran Masjid dan pengurus harus dapat membina Masyarakat tentang ajaran Islam yang menjadi rahmat bagi semesta alam . Sehingga ajaran Islam dapat dipedomani dalam kehidupan dan menjadi landasan etika dan moral dalam masyarakat. Disampaikan juga masalah manajemen masjid dan Informasi Masjid memang perlu dilakukan Perbaikan Masjid menjadi tempat kegiatan masyarakat yang cukup kuat apalagi bagi kaum muslim. Apabila masjid tidak ada yang mengelolah maka masjid tidak akan terawat, bahkan sampai kotor , maka harus diawali dengan kualitas Sumber Daya Manusia dalam hal ini Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid harus mempunyai visi dan misi. Selanjutnya Kementerian Agama merupakan upaya untuk meningkatkan proses kesejahteraan masjid, yang harusnya bisa menerapkan materi pembudayaan masjid yang dipelajari sehingga tidak ada bagi masjid yang tidak ada pengurusnya. Dalam Laporannya Ketua Pelaksanaan Kasi Bimas Islam, Drs. H. Yasin, M.Pd. menyampaikan bahwa untuk mengikuti perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang kian mudah dan cepat keakuratan data maka informasi di tempat-tempat ibadah umat Islam di Indonesia menjadi acuan untuk terwujudnya sistem informasi masjid ( SIMAS ). Tujuan diselenggarakannya pembinaan ini diantaranya untuk menyebarluaskan informasi pentingnya data, menstandarkan sistem pendataan, dan mempermudah pencarian data informasi. Kegiatan ini diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari unsur pelaksanaan KUA Kecamatan se- Kota Cirebon sebanyak 5 Orang, Pengurus DKM sebanyak 16 Orang, dan Penyuluh Fungsional sebanyak 9 Orang. TOMMY
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
37
fokusBerita U
Goethe University Frankfurt Jerman Apresiasi Majalah Gema Madrasah
niversitas terkemuka di Jerman tepatnya di Kota Frankfurt yaitu Goethe University Frankfurt Jerman mengakui dan mengapresiasi kehadiran majalah Gema Madrasah yang dibuat oleh Perkumpulan Guru Madrasah (PGM) Kabupaten Bogor. Ya, itu setelah pengurus PGM pada awal bulan Oktober lalu bertemu dengan para petinggi kampus ternama di Jerman tersebut. Bahkan, dalam pertemuan tersebut antara pengurus PGM dan para akademisi sempat diselenggarakan dialog untuk mengetahui lebih dalam tentang perkembangan pendidikan yang di Kabupaten Bogor terutama mengenai madrasah. Kehadiran para pengurus PGM itu atas undangan Goethe University Frankfurt Jerman. Ketua DPD PGM Kabupaten Bogor Agus Ridhalah, SH,. MH mengungkapkan bahwa hal ini bisa menjadi pintu masuk universitas terkemuka dunia dalam memandang pendidikan di Indonesia terutama proses pendidikan madrasah. “Dan mereka mengapresiasi kehadiran kita terutama dengan Majalah Gema Madrasah,” kata Agus. Apalagi, ketika rombongan memberikan beberapa majalah Gema Madrasah kepada audiens mereka kagum dan akhirnya melihat secara utuh potret pendidikan madrasah di Kabupaten Bogor karena mereka bisa melihat secara langsung dari berita-berita yang ada di dalam majalah.“ Sementara itu, Perwakilan Goethe University Frankfurt Jerman Prof. Dr. Arndt Graf mengungkapkan merasa terhormat bisa bertemu dengan para tokoh pendidikan di Kabupaten Bogor dan merasa bangga bisa memperoleh informasi seputar pendidikan madrasah dari PGM terutama setelah menerima majalah Gema Madrasah. “Ini sesuatu yang langka dan patut diapresiasi serta dikembangkan, karena kita bisa mengetahui informasi seputar pendidikan madrasah melalui media ini. Jadi, bukan hanya orang dalam yang mengetahui madrasah orang diluar madrasah pun bisa mengakses informasinya, ” kata Graf. Bahkan dirinya, meminta kepada PGM untuk menerbitkan website Gema Madrasah hal itu untuk memudahkan tukar menukar informasi karena dirinya berjanji akan terus berkomunikasi dan mempelajari pendidikan madrasah. “Kalau bisa ada website-nya majalah ini, biar kita di Jerman bisa memantau dan mengakses informasi-informasinya,” tandasnya. dei
Kemenag Kab Bogor Selenggarakan Bimbingan dan Dakwah
B
anyaknya paham dan sekterian dalam masyarakat membuat penyuluh agama islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Bogor merapatkan barisan. Bertajuk Orientasi bimbingan dan dakwah di era interkulturalisme sebanyak 42 Penyuluh Agama Islam PNS mengikuti kegiatan di Aula MUI Kab Bogor, Senin (21/10). Hadir sebagai pembicara Wakil Rektor I Universitas Djuanda Bogor Dr. H. Endin Mujahidin, M.Si dengan materi Strategi Bimbingan Penyuluh Agama di Kab Bogor dan Ketua Prodi Bimbingan Penyuluhan Islam Pada Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dra. Rini Laili Prihatin dengan materi Konseling Islam: Terapis untuk permasalahan masyarakat perkotaan, M.Si, serta Ketua MUI Kab Bogor Dr. KH. Mukri Aji dengan materi sinergisitas ulama dan umaroh dalam pembinaan ummat di Kab Bogor. “Banyaknya paham dan sekterian atau kelompok-kelompok masyarakat tentunya harus diimbangi dengan pemahaman keagamaan yang baik,”kata Kepala Kemenag Kab Bogor Dr. H. Suhendra, MM. Untuk itu, kata dia, peran penyuluh agama islam PNS sangat vital dan dibutuhkan masyarakat karena ketika masyarakat bertanya soalsoal keagamaan yang benar tentu penyuluh harus bisa memberikan penjelasan. “Eranya sudah sangat terbuka, masyarakat bisa bertanya soal apa saja dan kita harus mampu memberikan pemahaman yang benar,”ujarnya. Sementara itu, Kepala Seksi Penerangan Agama Islam, Zakat dan Wakaf H. Ahyan Maemun, M.Pd,I menyatakan, penguatan nilai-nilai keagamaan pada era kekinian patut menjadi perhatian bersama. “Makanya berbagai metode bimbingan dan dakwah diera interkulturalisme wajib dipahami penyuluh agama islam,”kata Ahyan. Pemahaman itu, sambung dia, bisa dengan berbagai cara yang dimiliki masing-masing penyuluh agama islam karena memang setiap penyuluh memiliki wilayah kerja masing-masing. “Pemahaman tiap penyuluh berbeda karena wilayah kerjanya berbeda juga,”pungkasnya. dei
38 MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
fokusBerita MAN Cipasung Terus Mendulang Prestasi
Satu medali emas, satu perak dan 2 perunggu yang diraih siswa MAN Cipasung dalam KSM dan AKSIOMA di Malang, awal November lalu.
M
adrasah kembali membuktikan diri sebagai tempat terbaik bagi para peserta didik untuk meraih prestasi. Bagi madrasah, prestasi menjadi tolok ukur kesuksesan dalam mendidik para peserta didik. Inilah yang ditampilkan oleh MAN Cipasung Kab. Tasikmalaya. dengan prestasi yang diraih para peserta didiknya, MAN Cipasung membuktikan diri bahwa madrasah tidak bisa dipandang sebelah mata. Setelah sukses di ajang KSM (Kompetis sains Madrasah) dan AKSIOMA (ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah) di Malang beberapa waktu yang lalu dengan meraih satu medali emas (Cabang Tenis Meja), satu medali perak (cabang Fisika) dan 2 medali perunggu (Bulutangkis), siswa MAN Cipasung kembali berjaya dengan meraih predikat juara umum dalam “Festival Kampung Arab”, sebuah ajang pentas nasional yang rutin digelar oleh Jurusan Bahas Arab Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Cabang yang berhasil diraih adalah Juara 1 Lomba Pidato Bahasa Arab, Juara 2 Lomba Puisi Bahasa Arab, Juara 2 Lomba Kaligrafi, Juara 2 Lomba Nasyid, dan Juara harapan 1 Lomba Nahwu. Selain itu tim MAN Cipasung juga meraih 6 besar dalam Turnamen Fisika yang juga digelar UPI pada waktu bersamaan. “Mudah-mudahan segala hal yang telah diraih oleh siswa siswi kami ini, bisa menjadi motivasi bagi mereka dan juga bagi teman-temannya untuk lebih semangat lagi dalam mengejar prestasi dan cita—cita di masa mendatang,” demikian harapan dari Kepala Madrasah, Dra Hj. Neng Ida Nurhalida, MPd seperti yang disampaikannya kepada MP (Majalah Media Pembinaan-red).
PORSADIN Tingkat Kab. Bekasi Tahun 2013
P
erhelatan Pekan Olahraga dan Seni Madrasah Diniyah (PORSADIN) tingkat Kabupaten Bekasi tahun 2013 berlangsung meriah. Ratusan santri dan guru pembimbing dari DTA (Diniyah Takmiliyah Awaliyah) se-Kabupaten Bekasi tumpah ruah mengikuti perhelatan yang dibuka secara resmi Kepala Bagian Administrasi Kesejahteraan Rakyat (Kabag Kesra) Pemda Bekasi, H. Abdilah Majid, SH, MM. Kegiatan ini diselenggarakan selama sehari di Pondok Pesanteren Al-Barkah, Cikarang Utara, Kab. Bekasi, Sabtu (19/10). Bupati Bekasi dalam sambutannya sebagaimana yang dibacakan oleh Kabag Kesra, sangat mengapresiasi kegiatan ini. PORSADIN diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam pengembangan bakat dan prestasi bidang olah raga dan seni di lingkungan diniyah. Olah raga dan seni, disamping menyehatkan fisik dan menumbuhkan kreatifitas, juga mengingatkan kita akan pentingnya sportifitas serta nilai-nilai kejujuran dalam kehidupan. Momen ini bisa dijadikan ajang kompetisi, sekaligus lapangan persemaian nilai-nilai karakter bangsa yang luhur. “Melalui PORSADIN, diharapkan dapat tercipta masyarakat yang unggul dalam iman dan taqwa (imtaq), mampu berkompetisi dengan negara-negara lain, serta mempercepat perwujudan masyarakat Indonesia yang lebih madani”, ujarnya. Kepala Seksi PD & Pontren selaku Ketua Panitia, Drs. H. Ubaidillah, S.Ag., MM., menjelaskan bahwa kontingen pemenang PORSADIN tingkat Kabupaten ini, akan mewakili Kabupaten Bekasi mengikuti PORSADIN di tingkat provinsi. Adapun cabang yang diperlombakan meliputi Tahfidz Juzz Amma, Kaligrafi, Cerdas Cermat DTA, dan Futsal. Keluar sebagai juara umum dalam PORSADIN ini yaitu: dari cabang Tahfidz Juzz Amma diperoleh DTA Sirojul Huda, cabang Kaligrafi diperoleh DTA Nurul Yaqien, cabang Cerdas Cermat diperoleh DTA Sirojul Huda, dan dari cabang Futsal diperoleh DTA Al-Barkah. Saripudin Hidayat
MEDIA PEMBINAAN | No. 09/XL Desember 2013
39
40
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
INSPIRASI
H Imam Nur Suharno, MPdI*
RINDU KEMBALI KE TANAH SUCI
K
INI jamaah haji telah kembali ke negaranya masing-masing. Rindu ingin kembali ke Tanah Suci. Itulah kalimat yang selalu menggelayuti perasaan setiap jamaah haji setibanya dari Tanah Suci Makkah Al-Mukarramah. Mengapa perasaan itu selalu menghiasi hati setiap jamaah haji? Selain tarikan keutamaan ibadah di Tanah Suci, seperti lipatan pahala sampai 1000 kali lipat jika beribadah di Masjid Nabawi dan 100.000 kali lipat jika beribadah di Masjidil Haram (HR Ahmad), sebenarnya ada hal lain yang menjadi alasan bagi jamaah haji selalu rindu kembali ke Tanah Suci. Pertama, merasa amalan yang dikerjakan selama di Tanah Suci kurang maksimal. Kedua, khawatir amal yang sedikit itu tidak diterima. Ketiga, tidak dapat melaksanakan rukun, wajib, dan sunah-sunah
haji secara sempurna. Hal ini mungkin terjadi karena kondisi kesehatan dan fisik jamaah. Terlepas dari itu semua, ada satu tarikan kenikmatan spiritual yang sangat tinggi yang tidak dapat di rasakan oleh orang lain, kecuali oleh para jamaah haji sendiri. Karena itu, ada beberapa amalan pasca-ibadah haji yang hendaknya selalu dikerjakan oleh setiap jamaah haji setibanya dari Tanah Suci Makkah AlMukarramah agar kenikmatan spiritualitas itu tetap terpelihara. Pertama, penuh harap dan banyak berdoa. Perasaan takut (khauf) saja tidak cukup, harus diimbangi dengan perasaan penuh harap (raja’) kepada Allah SWT. Sebab, perasaan khauf tanpa raja’ dapat menyebabkan putus asa. Sebaliknya, perasaan raja’ saja tanpa khauf dapat menyebabkan perasaan sombong.
INSPIRASI
Karena itu, berharap diterimanya amal disertai perasaan takut amalnya ditolak akan mewariskan sikap tawadhu’ (rendah hati). Di saat harapannya terwujud, ia akan memohon kepada-Nya agar menerima amalannya. Sikap seperti inilah yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Dalam firman Allah SWT, “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasardasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah [2]: 127). Kedua, memperbanyak istighfar. Meskipun seseorang telah berupaya secara maksimal untuk menyempurnakan amal ibadahnya, tetap akan menyisakan kekurangan. Karena itu, Allah mengajarkan kepada kita bagaimana menghilangkan kekurangan itu, yaitu dengan memperbanyak istighfar setelah melaksanakan ibadah. Allah SWT berfirman setelah menyebut manasik haji, “Kemudian bertolaklah kamu dari tempat bertolaknya orang-orang banyak (‘Arafah) dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS AlBaqarah [2]: 199). Ketiga, memperbanyak amal saleh. Sesungguhnya amal saleh adalah ibarat pohon yang baik, yang membutuhkan siraman dan perawatan agar tumbuh dan menjadi kokoh, lalu memberikan buahnya. Dan, di antara tanda kemabruran haji adalah bertambah baiknya amal dan akhlak seseorang sekembalinya dari haji. Rasulullah SAW bersabda, “Haji mabrur (yang diterima) itu tidak memiliki balasan kecuali surga.” Ketika ditanyakan kepada beliau, apa tanda mabrurnya? Rasulullah SAW bersabda, “Yaitu memberi makan (kepada orang) dan bagus ucapan.” (HR Thabrani). Artinya, seseorang yang telah melaksanakan ibadah haji hendaknya semakin peduli terhadap kaum muslimin, seperti memperbanyak infak dan bersedekah untuk orang-orang yang membutuhkan, dan meningkatkan peran dakwah di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, ia semakin mulia dengan murah senyum dan sapaannya yang lembut serta salam yang menyejukkan. Keempat, memperbanyak dzikir. Hal ini ditegaskan melalui firman Allah SWT, “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan)
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
41
“ Rasulullah SAW bersabda, “Haji mabrur (yang diterima) itu tidak memiliki balasan kecuali surga.” Ketika ditanyakan kepada beliau, apa tanda mabrurnya? Rasulullah SAW bersabda, “Yaitu memberi makan (kepada orang) dan bagus ucapan.” (HR Thabrani).
” nenek moyangmu, atau (bahkan) berdzikirlah lebih banyak dari itu.“ (QS Al-Baqarah [2]: 200). Teriring salam dan doa semoga Allah SWT menjadikan haji yang telah kita tunaikan sebagai haji yang mabrur, sa’i yang masykur, dosa yang diampuni, dan menjadikan amal-amal kita sebagai amalan saleh yang diterima di sisi-Nya. kita berharap selain keinginan kembali ke Tanah Suci dapat terkabulkan, juga berharap semoga saudara-saudara kita kaum muslimin yang belum berkesempatan ke Tanah Suci dimudahkan oleh Allah.
* Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (SETIA) Husnul Khotimah, Kuningan Jawa Barat
42
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
INSPIRASI
MOMON HERDIYANTO*
KASIH IBU SEPANJANG JALAN
P
ADA masa Rasulullah saw, ada seorang ibu yang lumpuh tidak bisa berjalan, ketika ibadah haji oleh anaknya digendong, dari mulai tawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah, mabit dan melontar jumrah di Mina sampai selesai ibadah haji. Lalu anak tersebut melapor kepada Rasulullah saw, bahwa ia dengan ikhlas telah menggendong ibunya untuk mengerjakan ibadah haji, apakah ia sudah termasuk berbakti kepada ibunya. Kata Rasulullah saw, “Ya kamu telah berbakti kepada ibumu, namun kamu takkan mampu membalas cinta kasih ibumu yang ia berikan sejak kau lahir sampai hari ini.” Peribahasa mengatakan bahwa “Kasih ibu sepanjang jalan,kasih anak sepanjang penggalan,” Artinya cinta atau kasih sayang seorang ibu sejak anaknya lahir sampai dewasa, walaupun anaknya sudah beranak lagi, bahkan
bercucu, cinta seorang ibu tidak akan luntur. Walaupun anaknya nakal, wajahnya jelek, bentuk tubuhnya tidak menarik, bagi seorang ibu akan tetap akan mencintai anaknya. Bila anaknya soleh, cinta karena solehnya, bila anaknya nakal, cinta karena nakalnya. Dalam ajaran Islam ada empat konsep tentang cinta atau kasih sayang, yaitu : 1. Mahabbah, artinya cinta atau kesenangan sesaat yang bisa menimbulkan kebosanan. Contohnya kita cinta atau senang kepada HP, bila tahun berikutnya keluar HP model baru, HP lama dijual atau ditukar dengan HP yang baru. Kita cinta atau senang kepada mobil, bila tahun berikutnya keluar mobil model baru, mobil lama dijual atau ditukar dengan mobil yang baru. Cinta kepada Rasul yang biasa disebut dengan mahabah ? namun bila kata mahabah diartikan seperti tersebut diatas sebenarnya
INSPIRASI
kurang pas, karena cinta kepada Rasul bukan cinta sesaat, cinta kepada Rasul tidak terbatas oleh waktu dan tempat, dengan ikhlas sepenuh hati kita melakukan segala perintahnya dan menjauhi segala larangannya tanpa pamrih atau terpaksa. Maka cinta kepada Rasul sebenarnya termasuk mawwadah. 2. Mawwadah, artinya cinta atau kasih sayang yang abadi dan tak ada habisnya, seperti cinta antara suami istri atau cinta seorang ibu kepada anaknya. Sejelek apapun wajah istri atau suami nya, karena adanya mawwadah tetap yang tercantik atau tertampan, dibandingkan dengan istri atau suami orang. Sesuai dengan firman Allah swt. dalam surat Ar Rum ayat 21 : “dan aku jadikan mawwadah warrahmah (cinta dan kasih sayang) diantara kalian”. Jadi yang menjadi landasan untuk membentuk keluarga sakinah adalah “mawwadah warrahmah” bukan “mahabbah”. Bila para artis terkenal suka kawin cerai, pasti landasan mereka menikah adalah “mahabbah” bukan “mawwadah”, setelah bosan mereka berganti pasangan. Karena mawwadah seorang ibu tetap mencintai anaknya, walaupun nakal, wajahnya jelek, bentuk tubuhnya tidak menarik,. Bila anaknya soleh, cinta karena solehnya, bila anaknya nakal, cinta karena nakalnya. Kepada yang sulung dan yang bungsu, anak laki-laki atau wanita, yang cantik/tampan atau tidak, kecintaan seorang ibu kepada anaknya sama saja. 3. Rahmah, rahman atau rahmi seperti pada kalimat “silaturrahmi”, artinya cinta yang tidak terbatas dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin, warna kulit, suku bangsa, agama dll. seperti cinta Allah swt. kepada makhluknya, laki-laki perempuan, yang berkulit putih atau hitam, suku bangsa Arab, Indonesia, Eropa, Amerika, Aprika, yang beragama Islam atau non muslim, yang rajin ibadah atau yang tak pernah beribadah, semuanya diberi rizki dan kehidupan di dunia ini. Maka dalam silaturrahmi, khususnya “Silaturrahmi Idul Fitri” mestinya kita tidak membeda-bedakan jenis kelamin, warna kulit, suku bangsa, agama dll. laki-laki perempuan, berkulit putih atau hitam, WNI atau WNA, beragama Islam atau non muslim, yang rajin ibadah atau yang tak pernah beribadah, semuanya harus diperlakukan sama, demikian juga dalam kehidupan sosial bermasyarakat, semua tetangga harus kita perlakukan sama dan memberikan hak yang sama kepada mereka. 4. Rahim,yaitu cinta atau kasih sayang Allah swt nanti di akhirat yang akan diberikan hanya kepada mereka yang beriman saja. Kata para ahli tafsir, rahman Allah yang diberikan kepada semua mahkluk di dunia ini baru 1 % saja dan rahim Allah yang 99 % nanti akan diberikan di akhirat kepada mereka yang beriman. Cinta (rahman) Allah yang baru diberikan 1 %, sudah terasa oleh kita demikian nikmatnya, walaupun diperebutkan oleh ber milyar makhluk, apalagi nanti di akhirat, rahim Allah yang 99 % tak akan terbayang bagaimana nikmatnya. Namun diantara kita lebih senang berjuang memperebutkan
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
43
“
Karena mawwadah seorang ibu tetap mencintai anaknya, walaupun nakal, wajahnya jelek, bentuk tubuhnya tidak menarik,. Bila anaknya soleh, cinta karena solehnya, bila anaknya nakal, cinta karena nakalnya. Kepada yang sulung dan yang bungsu, anak lakilaki atau wanita, yang cantik/ tampan atau tidak, kecintaan seorang ibu kepada anaknya sama saja.
”
rahman Allah yang hanya 1 %, dan hanya sedikit yang giat bekerja atau beramal shaleh untuk mendapatkan rahim Allah yang 99 % di akhirat nanti. Bukan tidak boleh mencari kesenangan dunia, namun sebaiknya kita tidak melupakan bekal untuk kehidupan akherat nanti. Sesuai dengan firman Allah swt. “Dan carilah olehmu apa yang Allah berikan untuk kebahagiaan di akhirat dan janganlah kamu melupakan nasibmu di dunia ini.” Maksudnya adalah bahwa kita bekerja dan beramal shaleh di dunia ini adalah dalam rangka mencari bekal untuk kehidupan akhirat nanti. Rasulullah saw. bersabda bahwa “dunia ini adalah ladang amal untuk dipetik buahnya nanti di akhirat.” Bila di dunia banyak beramal baik (shaleh), maka insya Allah nanti di akhirat kita akan memetik buah kebaikan, namun bila dunia banyak beramal jelek (salah), maka nanti di akhiratpun kita akan memetik buah kejelekan. Wallahu alam. * Ketua Umum Forum Komunikasi Imam dan Khotib (FKIK) Kota Bandung
44
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
INSPIRASI
Muhamad Rafiuddin, S. Sos*
Proteksi Agama dan Masyarakat Dari Ancaman Pornografi
M
araknya aksi dan tontonan pornografis yang di tengah masyarakat Indonesia dewasa ini baik melalui media elektronik (TV, CD, Internet, Gadget dan lain sebagainya) atau juga tontonan harian pola dan gaya berbusana masyarakat, tutur dan sikap-sikap berrnada pornografis, memang telah menjadi ancaman serius terhadap pembangunan karakter bangsa. Betapa massifnya pornografi di masyarakat hingga menembus berbagai kalangan dan usia. Contoh terakhir kita terhenyak dengan munculnya video asusila anak yang dilakukan di lingkungan sekolah. Pemicu dari itu semua sebagaimana laporan Kantor berita Antara adalah, bahwa 90% tindak penyimpangan seksual yang terjadi di Indonesia disebabkan karena pornografi. Laporan ini menguatkan risetVictor B Cline (1986) mengenaitahapan – tahapan reaksi pornografi yakni: Addiction, pikiran tidak tenang, selalu ingin melihat materi-materi pornografi. Escalation, tuntutan untuk meningkatkan kadar materi pornografi yang dilihat. Desensitization, tidak peduli bahaya pornografi, .dan puncaknya Act-out, melampiaskan hasrat. Fenomena degradasi etika ini adalah dampak dari modernisasi yang tidak terantisipasi dan disikapi dengan baik, globalisasi dan revolusi teknologi yang tidak dibarengi dengan kesiapan mental masyarakat yang kemudian memaksa mereka untuk “menelan” sampah hasil globalisasi. Lagkah yang terbaik untuk menanggulanginya adalah dengan memperkuat peran agama dan masyarakat sebagai lembaga proteksi.
Proteksi Agama. Agama sebagai tuntunan dan pedoman manusia mempunyai pandangan seputar pornografi, dalam hal ini, Islam meletakkan masalah pornografi danporno aksi sebagai bagian dari kebutuhan naluriah.Kebutuhan naluriah ini lain dengan kebutuhan fisik manusia. Jika kebutuhan fisik tedorong dari faktor internal manusia yang mutlak dipenuhi karena terkait dengan kelangsungan hidup manusia seperti makan dan minum, adapun kebutuhan naluriah tidak mutlak dipenuhi sebab kebutuhan jenis ini dating akibat factor eksternal. Tuntutan pemenuhan kebutuhan naluriah dapat dialihkan pada halhal lain. Termasuk dalam kategori kebutuhan jenis ini adalah Dorongan seksual. Pornografi dan pornoaksi adalah sarana efektif untuk memunculkan dorongan seksual ini. Karena itu, wajar jika banyak kasus pemerkosaan atau pelecehan seksual lainnya disebabkan oleh karena pelakunya sering menonton pornografi dan pornoaksi. Ini artinya, pornografi dan pornoaksi menjadi piranti bagi timbulnya perzinahan. Islam sendiri secara tegas menyerukan untuk menjauhi zina sebab tergolong perbuatan yang keji (Q.S. al-Isra [17]:32). Maka, sangat jelas dalam pandangan Islam pornografi dan pornoaksi tegas dilarang dengan alasan apapun Pemahaman Islam tersebut berfungsi sebagai proteksi internal manusia dari bahaya pornografi. Jika ingin termasuk dalam kategori hamba yang taqwa, Perilaku hamba dituntut menyesuaikan dirinya dengan ajaran agama yang termaktub
INSPIRASI
dalam Firman Allah disegala situasi.Dalam konteks ini, islam memberikan perangkat akhlak dan syariat untuk menjaga perilaku manusia dari perbuatan asusila mulai dari pembatasan aurat, perintah nikah, hingga himbauan berpuasa untuk menekan hasrat tersebut. Proteksi Masyarakat Bentuk proteksi agama yang bersifat konsep dan doktrin internal perlu di jadikan kesadaran dan nilai bersama dalam masyarakat untuk menguatkan proteksi masyarakat terhadap pornografi. Karena pornografi saat ini tidak dapat lagi disebut private problem, namun karena dampaknya beralih pada public problem bahkan mengarah pada policy problem karena dampaknya yang semakin fatal. Penguatan dapat dilakukan dengan pemberdayaan lembaga – lembaga yang ada pada masyarakat yaitu ; Lembaga keluarga Riset Norton Online Family 2010 menunjukkan 96 persen anak-anak Indonesia pernah membuka konten negatif di internet. Parahnya lagi, sebanyak 36 persen orang tua tidak tahu apa yang dibuka anaknya karena pengawasan yang minim. Dalam laporan tersebut, hanya satu dari tiga orang tua tahu tentang yang dilihat anak-anak mereka ketika online, padahal anak-anak menghabiskan 64 jam untuk online setiap bulan. Riset ini menunjukan lemahnya pengawasan keluarga, padahal dalam sebuah struktur sosial peran orang tua dan keluarga begitu besar dalam mempengaruhi tatanan masyarakat. Penguatan lembaga keluarga untuk memproteksi lingkungan dari pornografi dapat dilakukan dengan membangun system pengawasan. Efektifitas pengawasan keluarga tentunya harus didukung dengan pemahaman orang tua tentang teknologi informasi.Selain itu, peningkatan komunikasi dalam lingkup keluarga perlu diciptakan sebagai sarana berbagi rasa dan bertukar pikiran. Lembaga Pendidikan Penguatan Lembaga pendidikan dapat dilakukan melalui pendekatan program dan metode pembelajaran. Pada era keterbukaan saat ini, sekolah harus bekerja lebih keras dan bijak. Ekspansi media dan informasi perlu disikapi dengan cerdas agar lebih dimanfaatkan untuk meningkatkan kreatifitas anak. Konsep literasi media atau melek media setidaknya perlu dicoba. Literasi media sendiri berarti kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi dan mengkomunikasikan sebuah pesan yang disampaikan oleh media. Literasi media diperlukan siswa agar memiliki kemampuan dalam menggunakan media massa. Dalam hal ini sekolah berfungsi menjadi guidance. Cara efektif agar siswa melek media adalah dengan pembelajaran melalui proses interaksi tentang media. Sekolah juga harus merumuskan program untuk menekan dampak negatif media.Tentunya tanpa mengekang kreativitas siswa dalam menggunakan media. Dengan kata lain, penggunaan media lebih diarahkan kepada sisi produktif siswa. Hal penting yang patut dilakukan pendidikan adalah bersikap lebih terbuka dan proporsional terhadap pendidikan seks. Pembelajaran maupun dialog masalah seks, sampai sementara ini mungkin hanya berlaku dikalangan terdidik dan kalangan masyarakat perkotaan saja. Banyak kalangan menengah (pendidikan dan ekonomi) kebawah –yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia- lebih memilih sikap ambigu dalam merespon tradisiini.Mereka cenderung akan lebih memilih sikap mendengar sambil berdiam diri (tanpa reaksi),
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
45
“
Riset Norton Online Family 2010 menunjukkan 96 persen anak-anak Indonesia pernah membuka konten negatif di internet. Parahnya lagi, sebanyak 36 persen orang tua tidak tahu apa yang dibuka anaknya karena pengawasan yang minim. Dalam laporan tersebut, hanya satu dari tiga orang tua tahu tentang yang dilihat anak-anak mereka ketika online, padahal anakanak menghabiskan 64 jam untuk online setiap bulan
”
atau juga menolak tetapi tanpa memberikan solusi ataupun usaha membelajarkan diri berimajinasi dengan pengetahuan alternative seputar sex yang memadai, bersih, aman dan benar. Lihat saja contoh kasus yang kerap dapat kita temui di kalangan santri siswa kelas menengah atau juga beberapa jamaah taklim yang ketika menerima materi tentang pelajaran fiqih yang mengupas soal masalah hubungan intim atau penjelasan tentang organ sensitive tertentu, mereka akan cenderung menyambutnya dengan gemuruh sorakan dan gurauan. Dalam artian, bahwa mereka pada dasarnya ingin mendengar, mempelajari dan menganalisa hal tersebut, tetapi terbentur dengan faktor ketabuan untuk membicarakannya dimuka publik. Dan inilah yang kemudian melahirkan sikap ambigu mereka (menerima tetapi menolaknya). Padahal sesungguhnya tema dan materi pembahasan masalah etika dan norma seks telah dibahas secara rinci –dan vulgar- oleh para ulama fikih salaf sejak ratusan tahun yang lalu. Dan fenomena ini merupakan gambaran akan “ketidaktabuan” dan keterbukaan fiqih Islam dalam pembahasan mengenai masalah seks yang merupakan tema kemanusiaan. Pornografi adalah kegelisahan bersama, Secara tegas pemerintah pun telah mengeluarkan UU Anti Pornografi dan Pornoaksi yang dikuatkan dengan satuan gugus tugas dimana Menteri Agama duduk sebagai ketua hariannya. Komitmen pemerintah ini tentunya perlu dikuatkan melalui jalur kultural yaitu melalui pendidikan agama dan budaya yang harus diterapkan. Bagaimanapun undang-undang yang paling efektif adalah proteksi masyarakat sendiri di lingkungan sosial dan keluarga.
* Penyuluh Agama Islam Kec. Tambun Utara Kab. Bekasi
46
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
INSPIRASI
Imas Rohaeni*
Aktualisasi Diri Perempuan dalam Rumah Tangga
K
ita sering mendengar ungkapan “Perempuan adalah tiang Negara”. Hancur atau majunya suatu Negara tergantung bagaimana kondisi perempuan yang ada di dalamnya. “Dibalik keberhasilan setiap pembesar, ada perempuan”. Dan banyak lagi ungkapan-ungkapan lain yang berkaitan dengan keberadaan perempuan. Melihat ungkapan tersebut betapa perempuan adalah sosok yang luar biasa yang sangat memberikan peran penting dalam kemajuan suatu Negara. Sejak 14 abad lalu, Islam telah memperhatikan pentingnya kedudukan dan peran perempuan. Menurut pandangan Islam, perempuan memiliki posisi penting dalam keluarga dan masyarakat. Oleh karena itu, perempuan memiliki tugas-tugas dan peran tertentu yang dimulai dari keluarga hingga ke berbagai lembaga di masyarakat. Banyak perempuan yang berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya dengan cara bekerja diluar rumah, dengan memiliki bermacam-macam profesi, Islam tidak melarang bagi perempuan yang ingin melakukan itu selama tidak keluar dari nilai-nilai agama dan kodratnya sebagai perempuan, hanya kita sering beranggapan bahwa aktualisasi diri perempuan adalah dengan cara bekerja diluar rumah, memiliki karir yang bagus dll, padahal harus kita renungkan bahwa tugas perempuan di keluarga adalah tugas yang paling utama, perempuan dengan tidak bekerja diluar rumah pun, mereka telah berusaha mengaktulisasikan diri nya dengan melakukan berbagai perannya dalam rumah tangga yaitu aktualisasi sebagai seorang istri dan seorang ibu. A. Sebagai seorang istri Sebagai seorang istri, perempuan harus menumbuhkan suasana yang kondusif, harmonis, dan mampu mendorong suami untuk hal-hal yang positif. Istri sebagai pendamping suami berfungsi sebagai teman, penasehat dan motivator. 1. Sebagai Teman Sebagai seorang teman, seorang istri diharapkan bisa menjadi teman yang baik bagi suaminya, bisa diajak bicara berdiskusi untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh suami, kemudian berusaha juga menjadi pendengar yang baik terhadap
masalah-masalah, ketidak puasan, keluhan-keluhan, selama ditempat pekerjaannya yang mungkin akan dibawanya kerumah. Di sinilah istri harus dapat mengurangi beban suami dengan cara mendengarkan apa yang dirasakan suami, memberikan sumbangan ide/gagasan terhadap apa yang dihadapai oleh suami, sehingga beban yang dirasakan suami pun akan sedikit lebih berkurang, yang pada akhirnya akan memberi ketenangan kepada suami. 2. Sebagai Penasihat Suami adalah manusia biasa yang tidak akan luput dari kesalahan, disini istri sebaiknya memberi nasihat dan bimbingan agar suami dapat berjalan di jalan yang benar tidak menyimpang dari nilai-nilai agama dan sosial. Selain itu suami kadang menghadapi masalah yang sulit, nasihat istri pun sangat dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. 3. Sebagai Motivator Suami juga perlu meningkatkan kemajuan dalam segala hal baik dalam bidang pekerjaan maupun dalam bidang social kemasyarakatan. Di sini peran istri adalah memberikan dorongan atau motivasi pada suami, memberi semangat agar bisa maju dan lebih baik dalam segala hal. Istri tidak boleh terlalu berambisi terhadap karir atau kedudukan suami serta banyak menuntut terhadap suami. Karena jika suami tidak mampu ini akan menimbulkan hal-hal negatif pada diri suami. B. Sebagai seorang Ibu Perempuan mengaktualisasikan dirinya sebagai seorang ibu yang memainkan peran penting di dalam rumah tangga. Peran penting ibu dalam rumah tangga diantaranya, yaitu: 1. Ibu sebagai pemenuh kebutuhan anak Kebutuhan seorang anak meliputi kebutuhan jasmani (fisik) dan rohani (psikis,social,spiritual). a. Kebutuhan Fisik Merupakan kebutuhan sandang, pangan dan papan. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, seorang ibu hendaknya memenuhi kebutuhan anak sewajarnya, tidak berlebih-lebihan. Pemenuhan kebutuhan anak secara berlebihan, akan menimbulkan pribadi
INSPIRASI
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
anak yang kurang sehat di masa yang akan datang. b. Kebutuhan Psikis Meliputi kebutuhan terhadap kasih sayang, rasa aman, diterima, dan dihargai. Dalam pemenuhan kebutuhan ini, seorang ibu harus mampu menciptakan situasi yang aman bagi anak-anaknya. Ibu diharapkan dapat membantu anak apabila mereka menemui kesulitan dengan penuh kasih sayang. Cinta kasih yang diberikan ibu pada anak, akan mendasari bagaimana anak bersikap terhadap orang lain. Seorang ibu harus mendengarkan dan menerima pendapat anaknya, serta mampu menciptakan komunikasi secara terbuka dengan anak karena ini dapat menumbuhkan percaya diri merasa dihargai, diterima, dan diakui keberadaanya. c. Kebutuhan sosial Kebutuhan ini diperoleh anak dari luar lingkungan keluarganya, dalam pemenuhan kebutuhan ini, ibu hendaknya memberi kesempatan bagi anak seluas-luasnya untuk bersosialisasi dengan teman sebaya. Namun tetap dalam pengawasan yang tepat. d. Kebutuhan Spiritual Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan anak atas agamanya, kewajibannya sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, kewajibannya sebagai manusia, mencakup juga tentang pendidikan akhlak nya. Untuk memenuhi kebutuhan ini seorang ibu hendaknya memberikan pendidikan agama yang kuat yang dimulai dari keluarganya. 2. Ibu Sebagai Teladan Para pakar pendidikan mengajarkan bahwa keteladanan
47
adalah media pendidikan yang paling efektif dan berpengaruh dalam menyampaikan tata nilai kehidupan. Dalam hal ini ibulah orang yang paling tepat untuk berperan sebagai teladan pertama bagi anaknya karena sejak anak lahir, ia akan selalu melihat dan mengamati gerak gerik atau tingkah laku ibunya. Dari tingkah laku ibunya itulah anak akan senantiasa melihat dan meniru yang kemudian diterapkan dalam kehiduapnnya. Maka dari itu seorang ibu harus mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya, yaitu seorang ibu harus memiliki karaker, memiliki akhlak yang baik, kepribadian yang mulia dan memiliki ketakwaan yang tinggi, karena kekuatan figur seorang ibu akan membuat anak mampu untuk menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh diambil dari lingkunganya. Demikianlah beberapa contoh aktualisasi perempuan dalam rumah tangga, aktualisasi diri perempuan tidak harus selalu bekerja di luar rumah, tetapi dengan melaksanakan peran dengan sebaikbaiknya dalam rumah tangga, perempuan pun telah berusaha mengaktualisasikan dirinya. Ini tentu bukan merupakan hal yang mudah, tetapi yang penting adalah ada kemauan dan usaha untuk selalu belajar supaya menjadi seorang istri dan ibu yang berkualitas yang mampu mengantarkan suami dan anaknya kepintu gerbang kesuksesan dunia dan akhirat. Aamiin. Wallahu a’lam.
* Guru Pada MTS Assalam Majalaya
Berita Duka
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat beserta seluruh Keluarga Besar Kementerian Agama Se-Jawa Barat, mengucapkan
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Raji’un KH. T. Abdullah Hisan Zahiri bin KH. Khuldan Zahir, ayahanda H. Nur Muhlis Hiari, S. Ag, Kepala MIS Tanwiriyah Kp. Sindanglangka Kec. Karangtengah Kab. Cianjur, usia 78 th, wafat Kamis 10 Oktober 2013 pukul 16.55 WIB dimakamkan di Komp. Pesantren Tanwiriyah Kec. Karangtengah Kab. Cianjur. H. Shalahuddin Karim bin Bpk. Sayuti, Mantan Kasi Urais Kemenag Kota Bandung, suami dari Ibu Iis Sholihat (Widyaswara BDK Bandung), wafat pada Minggu 27 Oktober 2013 pukul 04.10 WIB di Kp. Cieunteung Ds. Sukamanah Kec. Malangbong Garut. Dimakamkan di makam keluarga Mbah Rangga Malangbong Bpk. M. Atang bin Emo, Bpk. Mertua dari Tatang Tajudin (Staf Bid. PAIS Kanwil Kemenag Prov. Jabar), wafat pada Jum’at 1 November 2013 pukul 20.30 WIB di RSHS Bandung, dimakamkan di makam keluarga Sindanglaya Mandalajati Bandung.
Toyib Mahmud, Kepala Madrasah Ibtidaiyah YUPI Kec. Soreang Kab. Bandung, wafat pada Minggu 17 November 2013 Semoga Almarhum/Almarhumah mendapat limpahan magfiroh Allah SWT, diterima amal ibadahnya dan para keluarga yang ditinggalkan diberi karunia kesabaran, ketabahan serta ketawakalan dalam menerima musibah ini. Amin yaa robbal ’alamiin Kepala Kanwil Kemenag Prov. Jabar
Drs. H. Saeroji, MM
48
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
PELAJARAN
BAHASA INDONESIA
MENGENAL KESUSASTRAAN DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA(Bag. 3) Diasuh Oleh : Wina Wiwaha, M.Pd.
PROSA
Prosa adalah karangan bebas yang tidak terikat oleh banyaknya baris, banyaknya suku kata, serta tidak terikat oleh irama dan rimanya seperti dalam puisi. Menurut zamannya prosa dapat dibedakan menjadi : I. Prosa lama II. Prosa baru I. PROSA LAMA Yang termasuk dalam prosa lama ialah : a. Hikayat Merupakan kisah tentang kehidupan raja-raja atau dewa-dewa. Dalam hikayat biasanya melukiskan kesaktian atau kehebatan pelakunya. b. Ceita-cerita Panji Disebut pula hikayat yang berasal dari kesusasteraan jawa yang berkisah tentang 4 kerajaan di pulau Jawa yaitu : Kerajaan Jenggala, Kediri, Ngurawan dan Singosari. c. Cerita berbingkai Merupakan cerita yang didalamnya pula ada ceritanya. Cerita dalam cerita itu disebut cerita sisipan. Kadangkala cerita sisipan itu didalamnya ada pula cerita. Sehingga cerita berbingkai ini menjadi cerita yang bersusun-susun. d. Tambo Sebuah cerita sejarah yang tidak sepenuhnya mengandung kebenaran, karena dicampurkan dengan halhal yang tidak masuk akal. e. Dongeng Ialah cerita yang lahir dari khayalan pengarangnya, jadi dongeng bukan merupakan cerita yang benar-benar terjadi. Menurut isinya dongeng dapat dibedakan menjadi : 1. Dongeng yang lucu 2. Fabel 3. Sage 4. Legenda II. PROSA BARU Bila dalam prosa lama kita dibawa pada alam khayal atau santai, namun dalam prosa baru kita dibawa pada peristiwa-peristiwa yang kita hayati dan alami tiap hari.
Prosa Baru dapat dibedakan menjadi : a. Roman Cerita yang melukiskan sesuatu kehidupan manusia,baik perbuatan lahir maupun peristiwa-peristiwa batinnya. Menurut isinya roman dibedakan menjadi: 1. Roman Bertenden. 2. Roman Masyarakat. 3. Roman Sejarah. 4. Roman Jawa. 5. Roman Detektif. 6. Roman Adat. 7. Roman Picisan. b. Novel Bila dalam Roman biasanya dikisahkan seluruh kisah hidup tokohnya, dari masa kanak-kanak hingga dewasa sampai meninggal dunia, tetapi dalam novel yang dilukiskan hanya sebagian dari hidupnya tokoh cerita, yaitu bagian hidupnya yang merubah nasib tokoh tersebut. Bila Roman beraliran romantik, sedangkan novel beraliran realisme ( kenyataan). 1. Unsur Instrinsik Adapun unsur instrinsik, yaitu unsur pembangun cerita yang berasal dari dalam cerita itu sendiri. Unsur ini meliputi: 1) Tema, merupakan gagasan pokok cerita yang diangkat pengarang dalam novelnya. Tema dapat menyangkut segala persoalan di kehidupan. Antara lain masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, keagamaan, dan sebagainya. 2) Penokohan, merupakan pelaku dalam cerita. 3) Amanat, merupakan pesan yang disampaikan pengarang kepada pembaca melalui cerita dalam novel. Untuk menemukan sebuah amanat cerita, tidak cukup mdengan membaca dua atau tiga paragraf saja, melainkan harus membaca keseluruhan ceritanya. 4) Setting, merupakan tempat, suasana, dan waktu terjadinya cerita dalam novel.
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
PELAJARAN
BAHASA INGGRIS
49
English Corner by: H. Sudiyono, M.M.
[email protected]
MAIN NATURAL RESOURCES A natural resource is anything people can use which comes from nature. People do not make natural resources, but gather them from the earth. To know further about some main natural resources, here will be provided some of them ; i.e. air, water, and wind energy. Air, (as E.F. Darley and J.T. Middleton) said, is an important natural resources, vital to animals and plants. The major chemical constituents of air at the earth’s surface are primarily nitrogen, 78 per cent, and oxygen, 21 per cent, while the minor constituents are carbon dioxide, water vapor, and a variety of other compounds amounting to 1 per cent.Air has many uses. Some of them are as follows: (1) Air contains oxygen, which is essential for life. All living things respire by breathing in air. The air we breathe in is inhaled air. The air we breathe out is exhaled air. (2) Air supports burning or combustion. The oxygen present in air is essential for burning. We burn fuels to cook food, generate heat and electricity, run industries and drive vehicles. The presence of nitrogen reduces the activity of oxygen. If air contained mostly oxygen, even small fires would turn into huge explosions! (3) The nitrogen present in air is essential for the growth of plants. Plants take in nitrogen directly from the air or from the soil. (4) A layer of ozone gas present high up in the atmosphere protects us from the harmful ultraviolet rays of the sun. Also during daytime, the atmosphere prevents excessive heat from the sun from reaching us. At night, the atmosphere traps the surface heat and prevents it from escaping. (5) Moving air, called wind, has great force. It enables the movement of sailboats and gliders. It runs windmills, which are used to generate electricity. Wind also helps in the dispersal of seeds. (6) Compressed air is used in a number of ways. It is used to fill tyres. Many machines make use of compressed air. For example, machines used in mining and digging and the drill used by dentists work on compressed air. (7) Carbon dioxide is taken from air by plants for photosynthesis, the process of making their food. The air we breathe out contains carbon dioxide. Exhaled air can be tested for the presence of carbon dioxide. Water is a chemical compound with the chemical formula H 2O. A water molecule contains one oxygen and two hydrogenatoms connected by covalent bonds. Water is a liquid at standard ambient temperature and pressure, but it often co-exists on Earth with its solid state, ice, and gaseous state, steam (water vapor). Water also exists in a liquid crystal state near hydrophilic surfaces.Water covers 71% of the Earth’s surfaceand is vital for all known forms of life. On Earth, 96.5% of the planet’s water is found in seas and oceans, 1.7% in groundwater, 1.7% in glaciers and the ice caps of Antarctica and Greenland, a small fraction in other large water bodies, and 0.001% in the air as vapor, clouds (formed of solid and liquid water particles suspended in air), and precipitation. Only 2.5% of the Earth’s water is freshwater, and 98.8% of that water is in ice and groundwater. Less than 0.3% of all freshwater is in rivers, lakes, and the atmosphere, and an even smaller amount of the Earth’s freshwater (0.003%) is contained within biological bodies and manufactured products.Water on Earth moves continually through the water cycle of evaporation and transpiration (evapotranspiration), condensation, precipitation, and runoff, usually reaching the sea. Evaporation and transpiration contribute to the precipitation over land.Safe drinking water is essential to humans and other lifeforms even though it provides no calories or organicnutrients. Water plays an important role in the world economy, as it functions as a solvent for a wide variety of chemical substances and facilitates industrial cooling and transportation. Approximately 70% of the fresh water used by humans goes to agriculture. Wind power is the conversion of windenergy into a useful form of energy, such as using wind turbines to make electrical power, windmills for mechanical power, windpumps for water pumping or drainage, or sails to propel ships.Large wind farms consist of hundreds of individual wind turbines which are connected to the electric power transmission network. For new constructions, onshore wind is an inexpensive source of electricity, competitive with or in many places cheaper than fossil fuel plants. Small onshore wind farms provide electricity to isolated locations. Utility companies increasingly buy surplus electricity produced by small domestic wind turbines. Offshore wind is steadier and stronger than on land, and offshore farms have less visual impact, but construction and maintenance costs are considerably higher.Wind power, as an alternative to fossil fuels, is plentiful, renewable, widely distributed, clean, produces no greenhouse gas emissions during operation and uses little land. The effects on the environment are generally less problematic than those from other power sources. As of 2011, Denmark is generating more than a quarter of its electricity from wind and 83 countries around the world are using wind power to supply the electricity grid. In 2010 wind energy production was over 2.5% of total worldwide electricity usage, and growing rapidly at more than 25% per annum.Wind power is very consistent from year to year but has significant variation over shorter time scales. As the proportion of windpower in a region increases, a need to upgrade the grid, and a lowered ability to supplant conventional production can occur. Power management techniques such as having excess capacity storage, geographically distributed turbines, dispatchable backing sources, storage such as pumped-storage hydroelectricity, exporting and importing power to neighboring areas or reducing demand when wind production is low, can greatly mitigate these problems. In addition, weather forecasting permits the electricity network to be readied for the predictable variations in production that occur. Sources/adopted from : Wikipedia.org
50
PELAJARAN
M E D I A P E M B I N A A N No. 09/XL Desember 2013
BAHASA ARAB
Diasuh Oleh : Dr. H. Izzuddin Musthafa, MA
Bagian ke- 82
MEDIA PEMBINAAN
Para oficial KSN Prov. Jawa Barat berpose usai menyaksikan pertandingan bulu tangkis.
Oficial dan atlit KSN Provinsi Jawa Barat berfoto usai acara pembukaan KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
Kepala Subag Informasi dan Humas Drs. H. Nadzier Wiriadinata, M.MPd hadir dalam acara pembukaan KSN Tingkat Nasional di Malang Jawa Timur.
Kasubag Humas dan Informasi berfoto dengan official KSN Jawa Barat saat akan memasuki arena pertandingan di Malang Jawa Timur.
Edisi
No. 09/XL Desember 2013
Menteri Agama RI H. Suryadharma Ali, Dirjen PHU H. Anggito Abimanyu, Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat H. Saeroji, Karo Yansos H. Dadi Iskandar dan Kabid PHU H. Buchori foto bersama usai acara penjemputan jamaah haji kloter 68 di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta.
Kakanwil Kemenag Prov. Jawa Barat H. Saeroji, Bunda PAUD Hj. Netty Heryawan, Karo Yansos Pemprov. Jawa Barat H. Dadi Iskandar dan Ketua PW IGRA Hj. Siti Latifah memainkan angklung sebagai tanda dimulainya Muswil IGRA Jawa Barat.
KHUTBAH JUMAT
MENGENANG JASA KAUM IBU OLEH: REDAKSI MP
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada Rasulullah, panutan dalam segala kehidupan, yaitu Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan diberikan juga kepada keluarganya dan para sahabatnya serta semua pengikutnya yang selalu setia kepadanya sampai akhir zaman. Mari kita bersyukur ke hadirat Allah, atas curahan rahmat yang tidak pernah berhenti, semenjak berada di rahim ibu, lalu ibu melahirkan kita ke alam dunia yang fana ini dengan susah payah, menyusui dengan susah payah pula, membesarkan dan mendidik dengan penuh
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
Khutbah kedua diserahkan kepada para khatib
1
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
8
kasih sayang, sampai akhirnya kita dalam keadaan kita masing-masing sekarang. Semoga kita digolongkan kepada golongan orang-orang yang selalu bersyukur ni’mat kepada-Nya, dapat menghormati dan berbuat baik kepada para pahlawan yang berjasa dan selalu berada pada jalan yang diridlai-Nya. Manusia dilahirkan ke alam dunia yang fana ini dengan dianugerahi berbagai keistimewaan. Ada yang dianugerahi keistimewaan pada salah satu panca indranya, seperti kelebihan pada indra lihat atau indra dengar atau indra rasa. Ada yang dianugerahi keistimewaan pada akalnya dengan kejeniusannya dan ada pula yang dianugerahi keistimewaan pada kekuatan fisiknya. Semua keistimewaan ini merupakan anugerah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang harus disyukuri, antara lain dengan menggunakannya dalam hal-hal yang diridlai oleh Allah SWT. Keistimewaan manusia yang paling utama terletak pada sejauh mana ia dapat memberi manfaat terhadap orang lain. Nabi saw bersabda
“Minta izin kepada Nabi seorang laki-laki untuk ikut berperang. Nabi bertanya masih mempunyai ibukah kamu? Laki-laki itu menjawab, masih. Lalu Nabi bersabda: Jagalah Ibumu, karena surga itu ada di bawah kakinya. “(HR. Ibnu Majah) Kita bangsa Indonesia sangat menghargai dan menghormati jasa ibu, yaitu agar dapat kesejahteraan lahir dan batinnya. Dengan mengenang jasa ibu. marilah kita melangkah lebih maju dengan meningkatkan kepedulian kepada sesama, terutama kepada kaum ibu yang paling berjasa kepada kita. Tanpa mereka, entah bagaimana nasib kita. Mari kita baca do’a untuk ibu bapak kita setiap setelah shalat lima waktu:
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan kedua ibu bapakku. Sayangilah mereka seperti halnya mereka telah membesarkan aku dengan penuh kasih sayang.”
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain.” (al-Hadits) Ibu adalah sosok manusia yang paling bermanfaat untuk orang lain. Jasa ibu yang paling menonjol dipaparkan dalam Al-Quran sebagai berikut:
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
2
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
7
Sehubungan dengan jasa ibu yang luar biasa, Rasulullah SAW telah melebihkannya daripada ayah dalam perbuatan baik anak-anaknya dalam sabdanya sebagai berikut
“Dan kami perintahkan kepada manusia berbuat baik kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan sangat susah payah, dan menyapih dari susuannya dalam dua tahun ... “ (QS. Luqman, 31 : 14) Menurut ayat di atas, ada dua macam jasa ibu yang paling dominan, yaitu : 1. Mengandung Wanita yang sedang mengandung terkekang kebebasannya; yang memiliki hobi olah raga berhenti, apalagi pada saat ngidam, serba tidak enak, makan tidak enak, tidur tidak nyaman, sudah hamil besar keelokan tubuhnya hilang, pantas kalau Allah menggambarkan dengan sangat susah payah. 2. Menyusui sampai menyapihkan. Menyusui merupakan pekerjaan yang luar biasa beratnya, terutama malam hari pada saat tidur nyenyak. Tanpa ada keluhan dari ibu, kapanpun dan dalam keadaan apapun, sang ibu akan melayani tuntutan anaknya untuk menyusu. Tanpa menghitung waktu, dijalaninya tuntutan itu dengan kerelaan hati. Pada ayat lain, kepayahan ibu itu lebih dirinci lagi, yaitu sebagai berikut :
Telah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah SAW, lalu bertanya siapakah yang lebih pantas mendapat persahabatan yang baik daripadaku? Nabi menjawab ibumu. Laki-laki itu bertanya kemudian siapa lagi? “Nabi menjawab: “Ibumu” Laki-laki itu bertanya: “kemudian siapa lagi?”. Nabi menjawab: “Ibumu”. Laki-laki itu bertanya: “Kemudian siapa lagi “Nabi menjawab Bapakmu” (H.R. Bukhari dan Muslim) Menurut Hadits di atas, perbandingan ibu dengan ayah dalam perbuatan baik anak-anaknya adalah 3 berbanding 1 . Hal ini menunjukkan keistimewaan kaum ibu yang diberikan oleh Rasulullah SAW, bahkan dalam Hadits lain, mengurus ibu lebih diutamakan dari pada mengikuti perang di jalan Allah.
“ Kami perintah kepada manusia supaya berbuat baik KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
3
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
6
kepada ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, melahirkannya dengan susah payah pula, mengandungnya sampai menyapih dari susuannya tiga puluh bulan... “(QS. al-Ahqaf, 46 : 15) 3. Melahirkan. Perjuangan kaum ibu berjuang antara hidup dan mati dalam melahirkan. Kaum ibu merelakan segalanya untuk keselamatan kelahiran anaknya, baik harta, maupun tenaga, maupun nyawa. Selain semua yang disebut di atas, dekapan dan kasih sayang ibu merupakan pendidikan utama yang mewarnai kepribadian anak. Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembab selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ah, dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia; Dan rendabkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagamana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS.al-Isra, 17 23 - 24) Perbuatan baik terhadap ibu bapak menurut ayat di atas adalah 1. Tidak mengucapkan kata-kata yang akan menyakiti hatinya, seperti ucapan “aah”; 2. Tidak membentaknya, 3. Menyampaikan ucapan-ucapan yang mulia (enak didengar dan enak pula di hati); 4. Merendahkan diri di hadapannya; 5. Mendo’akannya.
“ Tidak ada satu bayipun kecuali dilahirkan dalam fitrah, maka ibu-bapaknyalah yang meyahudikannya. menasranikannya dan memajusikannya”(HR. Bukhari dan Muslim) Betapa besar dan banyaknya jasa orang tua kepada manusia, khususnya ibu. Karena itu Allah mewajibkan kepada segenap manusia supaya berbuat baik kepada kedua orang tuanya, terutama ibu. Bentuk-bentuk perbuatan baik terhadap ibu bapak dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Isra’, 17:23 dan 24: KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
4
KHUTBAH JUM’AT | MEDIA PEMBINAAN No. 09/XL Desember 2013
5