0123045030715890 2470990 4 1 907 070 044051 0 0 30 413545 !"#$%&'() $*+$!'$"$%&",)&-!' .!&$&$%&'/$0$%1
2
3!'4 09074235 55678799:7:97:
1 4 30450554 30451 30 005490 3 304 2507;09094<017475<07 =0129 044<0350707212 254<035=750<0 29907 >0103 0 69?:7@:766
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya, yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh Gelar Sarjana Satu (S1) di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, Mei 2011
Almahsuri
i
Nama NIM Jurusan Fakultas Judul Skripsi
: Almahsuri : 107044202402 : Administrasi Keperdataan Islam : Syariah dan Hukum : Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA di Kota Tangerang ABSTRAK
Keakuratan arah kiblat merupakan hal yang sangat penting karena merupakan salah satu dari syarat syah sholat. Tujuan penelitian Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah Menengah Atas (SMA) ini untuk mengetahui secara obyektif kesesuaian arah kiblat mushalla yang ada di sekolah -sekolah menengah atas di Kota Tangerang dengan kaidah-kaidah normatif yang terdapat dalam Ilmu Falak, serta untuk mengetahui metode yang digunakan oleh sekolah dalam menentukan arah kiblat. Penelitian ini dilakukan terhadap 30 mushalla SMA di Kota Tangerang pada bulan Maret 2011 hingga April 2011. Alat dan bahan yang digunakan antara lain kompas, Calculator Casio type fx-350MS, gambar segitiga arah kiblat yang dicari, penggaris, busur, alat tulis, flashdisk dan seperangkat komputer dengan Office 2007 dan pedoman wawancara. Pendekatan yang digunakan adalah pendekat kuantitatif dengan analisis deskriptif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data besar sudut arah kiblat mushalla dan arah kiblat seharusnya, data lokasi mushalla, data penyimpangan arah kiblat, selain itu didukung data lintang dan bujur Mekah dan tempat yang akan ditentukan arah kiblatnya, serta profil muhsalla tersebut. Sampel yang diambil berjumlah 30 mushalla (30 sekolah) di enam kecamatan yakni Tangerang, Cipondoh, Pinang, Cimone, Ciledug, dan Karang Tengah dari jumlah keseluruhan 86 sekolah dalam dua belas kecamatan. Teknik pengumpulan data dengan pengukura n langsung di lapangan dan analisis dokumentasi, yaitu dengan mencatat, menyalin dan mempelajari apa yang tersurat dan terlihat dalam setiap arsip dan dokumentasi yang ada, baik berupa data kuantitatif maupun data kualitatif dari instansi (sekolah) yang menjadi obyek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 mushalla/sekolah yang dijadikan sample terdapat tiga mushalla (10%) yang akurat sedangkan sisanya 27 mushalla(90%) tidak akurat. Adapun metode yang digunakan yakni metode taqribi sebanyak 29 sek olah atau 96,7% dengan rincian memakai kompas 11 sekolah (36,7%), bayang-bayang matahari dua sekolah (6,7%), kompas kiblat satu sekolah (3,3%), maupun perkiraan tanpa alat 11 sekolah (36,7%) , sedangkan metode tahqiqi yang hanya dipakai oleh satu sekolah saja atau 3,3% yakni GPS dan sisanya empat sekolah (13,3%) tidak diketahui alat ukurnya. Umumnya pihak sekolah sangat positif menanggapi hasil penelitian ini, kalaupun ada deviasi dari arah yang seharusnya, mereka menerima dengan baik seperti mereka merubah arah atau letak sajadahnya setelah diukur. ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan hidayah -Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul: Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA di Kota Tangerang. Shalawat beserta salam senantias
penulis curahkan kepada pahlawan
revolusioner Islam yang terhebat Nabi Muahmmad SAW, yang telah membawa membawa petunjuk dan pedoman bagi manusia juga kepada para sahabat yang telah berjuang mewariskan nilai-nilai Islam kepada kita semua. Sekalipun skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun ini merupakan suatu hasil usaha maksimal karena dalam proses penyelesaiannya tidak sedik it kesulitan yang dihadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun, berkat pertolongan Allah SWT. yang telah memberikan nikmat -Nya dan kesungguhan kepada penulis serta bantuan dari berbagai pihak akhirnya penullis dapat menyelesaikannya. Mengingat jasa dan bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih kepada:
iii
1. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad Amin Su ma, SH, MA, MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum . 2. Bapak Drs.H.A.Basiq Djalil, SH, MA., selaku Ketua Program Studi Ahwal Al Syakhsiyyah. 3. Bapak. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, MA., selaku dosen pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan memberikan semangat serta selalu setia dan sabar dalam memberikan arahan yang sangat berharga dan mempersembahkan
ilmunya
yang bermanfaat
bagi
penulis
dalam
penyusunan Skripsi ini. 4. Seluruh dosen dan staf pengajar Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mendidik penulis agar menjadi pendidik yang professional dan Islami (berakhlakul
karimah),
sehingga
dapat
mentra nsformasikan
ilmu
pengetahuan yang bermanfaat. 5. Sekolah-sekolah yang menjadi obyek peneletian skripsi ini yang telah membantu dalam memberikan inform asi yang dibutuhkan penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan . 6. Seluruh pegawai Perpustakaan Syariah dan Hukum, Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan Perpustakaan Umum Kota Tangerang, yang telah membantu menyediakan buku -buku yang dibutuhkan. 7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta yang selalu mendo’akan dan mencurahkan perhatian kasih sayang yang terindah, sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik. iv
8. Seluruh teman-teman Jurusan Administrasi Keperdataan Islam Angkatan 2007, yang telah membantu penulis selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan ini dengan baik. Hanya kepada Allah SWT jualah penulis memohon semoga amal baik dari semua pihak yang telah diberikan kepada penulis mendapat balasan ya ng indah dari Allah SWT. Amin. Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan bernilai ibadah, khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Dengan menyadari segala kealfaan dan keterbatasan pengalaman penulis, kualitas skripsi ini jauh dari kesempurn aan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi kesempurnaan skripsi ini yang lebih baik lagi.
Wassalmu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Mei 2011 Penulis
ALMAHSURI
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...........................................................................
i
ABSTRAK .....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
xi
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ..........................................
5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................
6
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................
7
E. Metode Penelitian .....................................................................
8
1. Jenis Penelitian ..................................................................
8
2. Jenis Data dan Sumber Data ..............................................
9
3. Teknik Pengumpulan Data .................................................
10
4. Teknik Analisa Data...........................................................
12
5. Objek Penelitian .................................................................
13
6. Teknik Penulisan ...............................................................
13
F. Sistematika Penulisan ...............................................................
13
vi
BAB II
HUKUM MENGHADAP KIBLAT DALAM SHALAT ............
15
A. Pengertian dan Dasar Hukum ...................................................
15
B. Sejarah Ka’bah dan Menghadap Kiblat ....................................
21
C. Ketepatan Menghadap Kiblat dalam Shalat .............................
25
BAB III METODE DAN PERHITUNGAN ARAH KIBLAT DI KOTA TANGERANG ...............................................................................
33
A. Kondisi Umum Sekolah Menengah Atas di Kota Tangerang ..
33
1. Letak Astronomis Kota Tangerang .....................................
33
2. Data Umum Jumlah SMA di Kota Tangerang ...................
34
B. Metode Penentuan Arah Kiblat ................................................
43
1. Metode Pengukuran Taqribi ................................................
44
2. Metode pengukuran Tahqiqi ................................................
48
C. Rumus Perhit ungan Arah Kiblat .............................................
50
BAB IV PENENTUAN DAN TINGKAT AKURASI ARAH KIBLAT ..
53
A. Pengukuran Arah Kiblat ...........................................................
53
B. Metode yang Digunakan oleh Sekolah ....................................
61
C. Keakuratan Arah Kiblat Mushalla ...........................................
66
1. Akurat .................................................................................
69
2. Kurang Akurat dan Deviasinya ...........................................
70
D. Analisa Penulis .........................................................................
76
vii
BAB V
PENUTUP ......................................................................................
81
A. Kesimpulan ...............................................................................
81
B. Saran-saran ...............................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
85
LAMPIRAN A. Surat Permohonan Data dan Wawancara kepada Dinas Pendidikan Kota Tangerang ....................................................
89
B. Surat Permohonan Data dan Wawancara kepada MUI Kota Tangerang ................................................................................
90
C. Surat Permohonan Data dan Wawancara kepada Sekolah ......
91
D. Daftar Sekolah yang Ada di Kota Tangerang ..........................
92
E. Lembar Persetujuan Penelitian dari Sekolah-sekolah .............
94
F. Hasil Wawancara .....................................................................
103
G. Fatwa MUI tentang Arah Kiblat ..............................................
107
H. Form Pengisian Data mushalla SMA yang Diukur Arah Kiblatnya .................................................................................
viii
115
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Judul Tabel
Halaman
Tabel 1.1
Jumlah Sample Sekolah yang Diteliti .............................
12
Tabel 3.1
Data Umum dan Persentasi Jumlah Sekolah ..................
35
Tabel 3.2
SMA yang ada di Kecamatan Tangerang ......................
35
Tabel 3.4
SMA yang ada di Kecamatan Batuceper .......................
36
Tabel 3.5
SMA yang ada di Kecamatan Jatiuwung .......................
37
Tabel 3.6
SMA yang ada di Kecamatan Benda .............................
37
Tabel 3.7
SMA yang ada di Kecamatan Cipondoh ........................
37
Tabel 3.8
SMA yang ada di Kecamatan Ciledug ...........................
38
Tabel 3. 9
SMA yang ada di Kecamatan Karawaci ........................
39
Tabel 3.10
SMA yang ada di Kecamatan Periuk .............................
40
Tabel 3.11
SMA yang ada di Kecamatan Cibodas ..........................
40
Tabel 3.12
SMA yang ada di Kecamatan Neglasari .........................
41
Tabel 3.13
SMA yang ada di Kecamatan Pinang ............................
41
Tabel 3.14
SMA yang ada di Kecamatan Karang Tengah ................
42
Tabel 3.15
SMA yang ada di Kecamatan Larangan ........................
43
Tabel 4.1
Mushalla yang Menggunakan Bayang bayang M atahari
63
Tabel 4.2
Mushalla yang Menggunakan K ompas ..........................
63
Tabel 4.3
Mushalla yang Menggunakan Kompas K iblat ...............
64
Tabel 4.4
Mushalla yang Menggunakan Metode Perk iraan ...........
64
ix
Tabel 4.5
Mushalla yang Mengunakan Metode tahqiqi .................
65
Tabel 4.6
Mushalla yang Tidak Diketahui Metode Arah Kiblatnya
66
Tabel 4.7
Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA Kota Tangerang ...
67
Tabel 4.8
Mushalla yang Akurat ....................................................
69
Tabel 4.9
Mushalla yang Arahnya Kurang ke Utara Deviasi 1-10 Derajat ............................................................................
Tabel 4.10
Mushalla yang Arahnya Kurang ke utara Deviasi di atas 10 Derajat .......................................................................
Tabel 4.11
72
73
Mushalla yang Arahnya Lebih ke Utara Deviasi 1 sampai 10 Derajat ...........................................................
x
74
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar
Judul Gambar
Halaman
Gambar 3.1
Segitiga Arah Kiblat........................................................
52
Gambar 4.1
Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Tangerang ..................
54
Gambar 4.2
Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Ciledug .......................
55
Gambar 4.3
Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Pinang ........................
56
Gambar 4.4
Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Karang Tengah ...........
57
Gambar 4.5
Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Cipondoh ....................
58
Gambar 4.6
Perbandingan Metode Taqribi dan Tahqiqi ...................
62
Gambar 4.7
Perbandingan Alat Ukur yang Digunakan oleh S ekolah
62
Gambar 4.8
Perbandingan Sekolah yang Akurat dan Tidak Akurat ..
69
Gambar 4.9
Diagram Lingkaran Persentase Kurang A kurat Negatif (-) dan Kurang Akurat Positif (+) Arah Kiblat ..............
Gambar 4.10
72
Arah Kiblat Kota Tangerang (Banten) dan Contoh Deviasi ............................................................................
xi
75
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan masyarakat muslim dalam mengamalkan ajaran agamaya segera menyadarkan mereka akan pentingnya membangun sarana ibadah. Shalat yang disebut-sebut sebagai tiang pokok agama, sering dijadikan ukuran sejauh ma na tingkat keberagaman seseorang. Karenanya, dalam rangka meningkatkan kualitas keberagamannya, pembangunan mushalla atau masjid menjadi kebutuhan bersama. Hal terpenting dalam persiapan pembangunan mushalla atau masjid adalah letak mihrab. Di sebelah man a dan ke arah mana ruang mihrab itu berada selalu menjadi perhatian utama ke arah mana mihrab itu menghadap, kelak menjadi patokan orang orang sekitar untuk mengenali kiblat shalat. 1 Setiap Muslimin diwajibkan untuk menunaikan shalat lima waktu tepat pada waktunya dan harus menghadap kiblat. 2 Para ulama sepakat bahwa menghadap kiblat merupakan syarat sah shalat. Dengan demikian tidak sah shalat yang dilakukan tanpa menghadap kiblat. 3 Bagi orang yang berada di Mekah dan sekitarnya, persoalan
1
Sirril Wafa, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat” , Laporan Penelitian, (Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2002), h. 15 2
h. 25
Depag, “Almanak Hisab Rukyat”, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998),
3
“Kiblat”, dalam Abdul Halim, dkk., “Ensiklopedi Haji dan Umrah” , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), h. 231 1
2
tersebut tidak ada masalah, karena mereka lebih mudah dalam melaksanakan kewajiban itu. Namun, hal ini menjadi persoalan bagi orang yang jauh dari Mekah. Kewajiban seperti itu merupakan hal yang berat, karena mereka tidak pasti bisa mengarah ke Ka’bah secara tepat.
4
Menghadap kiblat itu termasuk salah satu syarat sahnya shalat. Apabila tidak menghadap kiblat, shalatnya tidak sah. Umat Islam di Indonesia pada umumnya meyakini kiblat itu berada di sebelah Barat sehingga identik dengan arah Barat tempat terbenamnya matahari. Akibatnya, bagi mereka shalat itu harus menghadap ke Barat dimanapun mereka berada. Dengan demikian, masalah kiblat itu menjadi masalah “sederhana” yang dapat diketahui dengan diketahuinya arah terbit dan terbenamnya matahari. Ketika mereka masih berada d i wilayah Indonesia, hal tersebut tidak menjadi persoalan. Akan tetapi, persoalannya akan menjadi lain apabila mereka berada di luar wilayah Indonesia seperti yang dialami oleh kaum muslimin Suriname Amerika Latin yang berasal dari Pulau Jawa. Mereka tetap menghadap ke Barat dalam shalatnya, padahal semestinya harus menghadap ke Timur. 5 Secara etimologis, kata kiblat berasal dari Bahasa Arab yaitu qabbala yaqbulu yang artinya menghadap. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kiblat adalah arah ke
4
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 126
5
Maskufa, Ilmu Falak , (Jakarta: GP Press, 2009), h. 123
3
Ka’bah di Mekah pada waktu shalat. 6 Sedangkan dalam bahasa latin disebut Azimuth. Kiblat juga didefinisikan sebagai arah Ka’bah di Mekah yang harus dituju oleh orang yang sedang melakukan shalat, sehingga semua gerakan shalat, baik ketika berdiri, ruku’ maupun sujud senantiasa berimpit dengan arah itu. 7 Sementara itu arah sendiri adalah jarak terdekat dari suatu tempat ke Mekah. Hisab adalah perhitungan, ilmu hisab adalah ilmu hitung atau ilmu pengetahuan yang membahas tentang seluk beluk perhitungan. Hisab arah kiblat a dalah perhitungan untuk mengetahui jarak yang terpendek antara suatu tempat dengan Ka’bah, yaitu suatu arah yang wajib dituju oleh umat Islam ketika melakukan shalat. 8 Penentuan arah kiblat yang dilakukan oleh umat Islam di Indonesia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada. Pertama kali mereka menentukan arah kiblatnya ke Barat dengan alasan Saudi Arabia tempat di mana ka’bah berada terletak di sebelah Barat Indonesia. Hal ini dilakukan dengan kira -kira saja tanpa perhitungan dan pengukuran terlebih dahulu. Oleh karena itu, arah kiblat sama persis dengan tempat matahari terbenam. Dengan demikian arah kiblat itu identik dengan arah Barat. Metode ini jelas tidak akurat karena terdapat penyimpangan yang c ukup besar sekitar 25 derajat.
6
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h.54 7
Muhyiddin Khazin, Kamus Ilmu Falak, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), h. 67
8
Maskufa, Ilmu Falak, h. 124-125
4
Kemudian semakin lama perkembangan tersebut terlihat dari teknologi yang digunakan maupun dari aspek kualitas akurasinya. Pada saat sekarang ini cara dan metode yang sering dipergunakan untuk menentukan arah kiblat adalah (1) dengan menggunakan teori Azimuth kiblat dan (2) menggunakan teori bayang -bayang kiblat.9 Seperti yang dijelaskan di atas kebanyakan orang Indonesia berpendapat bahwa arah kiblat ke arah Barat, sehingga ketika menentukan arah kiblat ketika membangun mushalla dan masjid terkadang tidak menggunakan metode -metode yang sesuai. Padahal Jika kita melihat peta dunia baik dengan peta datar maupun globe maka bila kita menarik garis lurus tepat ke arah Barat maka kita tidak akan menemukan Ka’bah di Mekah, akan tetapi akan menemukan negara Afrika dan Amerika Selatan. Untuk itu, pemahaman bahwa arah kiblat ke arah Barat tersebut harus diubah mulai dari sedini mungkin terutama pada masa sekolah karena sekolah merupakan sarana memperoleh ilmu pengetahuan. Kesenjangan antara teori yang penulis pelajari selama kuliah dengan praktik penentuan arah kiblat di masyarakat serta kurangnya pemahaman masyarakat tentang proses penentuan arah kiblat yang benar membuat penulis merasa hal yang penting dan menarik untuk diteliti permasal ahan tersebut. Guna mendapatkan jawaban yang jelas serta bukti yang konkrit tentang permasalahan tersebut, maka penulis membuat
9
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, h. 139-140
5
penelitian dengan judul “Akurasi Arah Kiblat Mushalla Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang”.
B. Pembatasan dan Rumusan Ma salah 1.
Pembatasan Masalah Untuk membatasi masalah yang akan diteliti maka penulis hanya membahas
tentang pengukuran arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang baik yang negeri maupun swasta yang ada di enam kecamatan yaitu Kecamatan Pinang, Cipondoh, Ciledug, Karang Tengah, Karawaci dan Tangerang. Penulis tertarik melakukan penelitian ini karena lokasi tempat tinggal penulis yang berada di Kota Tangerang serta sekolah merupakan instansi yang terdapat orang -orang berpendidikan, dan Tangerang merupakan salah s atu kota yang Islami seperti tertuang dalam mottonya yaitu akhlakul karimah dan juga Perda -perda yang bernuansa syariah. 2.
Rumusan Masalah Karena orang Indonesia berpendapat bahwa arah kiblat tepat ke arah Barat,
padahal sesungguhnya dalam terori berada ke a rah Barat Laut, sehingga ketika menentukan arah kiblat pada saat membangun mushalla dan masjid tidak menggunakan metode-metode yang sesuai. Termasuk sekolah yang merupakan gerbang ilmu pengetahuan dan terdapat orang -orang yang mempunyai pendidikan. Pemahaman masyarakat bahwa arah kiblat ke arah Barat serta kurangnya pengetahuan masyarakat tentang metode yang tepat dalam menentukan arah kiblat
6
membuat penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pertanyaan sebagai ber ikut: a. Bagaimana akurasi arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang? b. Bagaimana cara penentuan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang dilakukan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keakuratan penghitungan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang. 2. Untuk mengetahui cara SMA di Kota Tangerang dalam menentukan arah kiblat. Adapun manfaat dari diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy) 2. Memberikan masukan kepada pihak sekolah dengan mengoreksi arah kiblat pada mushalla yang tidak tepat arah kiblatnya. 3. Mendapatkan informasi tentang keakuratan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang. 4. Untuk memberikan pengetahuan tentang cara menentukan arah kibl at yang benar.
7
D. Tinjauan Pustaka Adapun penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan persoalan dalam penelitian antara lain: 1. Skripsi yang ditulis oleh Saudara Junaedi tahun 2006 yang berjudul “KEAKURATAN ARAH KIBLAT MASJID DAN MUSHALLA DI WILAYAH CAKUNG JAKARTA TIMUR”. Dalam skripsi tersebut berisi tentang hasil penelitian yang dilakukan oleh Junaedi tentang apakah di wilayah Cakung masih banyak arah kiblat masjid dan mushalla yang tidak akurat. Melihat dari skripsi tersebut, penulis juga melakukan penelitian yang pada intinya sama. Hal yang membedakan dengan penelitian tersebut adalah objek penelitian dimana penulis terfokus pada mushalla saja. Serta lokasi dari penelitian yang berbeda dimana Saudara Junaedi berlokasi di Cakung Jakarta Timur sedangkan penul is di Kota Tangerang. 2. Skripsi yang ditulis oleh Gusti Agung Wibisono tahun 2010 yang berjudul: “KEAKURATAN ARAH KIBLAT MUSHALLA DI WILAYAH BEKASI UTARA”. Skripsi Saudara Gusti berisi tentang keakuratan mushalla -mushalla yang ada di Bekasi Utara dan status tanah mushalla yang ada di Bekasi. Secara substansi, penelitian tersebut sama dengan penelitian yang penulis lakukan. Tapi letak perbedaan berada pada objek penelitian dimana penulis lebih terfokus pada mushalla yang ada di Sekolah Menengah Atas.
8
Penulis tertarik melakukan penelitian di lembaga formal tersebut karena sekolah merupakan gerbang dari masuknya ilmu pengetahuan sehingga dapat merubah pola pikir tentang arah kiblat yang sebenarnya.
E. Metode Penelitian 1.
Jenis Penelitian Untuk penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis,
yang penulis peroleh dari: a.
Penelitian Kepustakaan (library research) Yaitu dengan cara mengumpulkan dan membahas bahan -bahan dari buku, artikel, surat kabar, dan bahan informasi lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
b.
Penelitian Lapangan (field research) Yaitu dengan mengadakan penelitian secara langsung di mushalla -mushalla SMA Kota Tangerang. Penelitan lapangan bertujuan untuk mengevaluasi akurasi arah kiblat bagi mushalla SMA di Kota Tangerang . Mengingat kajian ini bersifat ilmiah penulis berusaha mendapatkan data yang akurat dan bukti-bukti yang benar. Untuk itu
penulis menggunakan jenis
penelitian kuantitatif dengan menggabungkan dengan kajian mendalam (kualitatif) baik secara normatif maupu n empiris. Penelitian bermaksud untuk mendeskripsikan dan memetakan realitas akurasi arah kiblat pada mushalla di SMA Kota Tangerang.
9
Deskriptif analisis merupakan rancangan yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini. Sebab tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai konsep, fakta, sikap serta makna dan implikasi dari masalah yang ingin dipecahkan. 2.
Jenis Data dan Sumber Data Dalam penelitian ini penulis menganalisis faktor -faktor yang melatarbelakangi
penentuan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang. Data yang dihimpun dalam penelitian ini adalah data -data kualitatif dan kuantitatif. Adapun jenis data yang digunakan terdiri atas: a.
Data primer Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti sen diri selama
penelitian berjalan. Hal ini berarti bahwa pada waktu penelitian dimulai, data belum ada, baru ada setelah penelitian berlangsung. 10 Adapun data primer berasal dari observasi langsung yang akan penulis lakukan berupa penghitungan arah kiblat. Selain observasi langsung, penulis juga mewawancarai kepada pihak sekolah tentang proses penentuan arah kiblat saat mushalla dibangun. b.
Data sekunder Data sekunder yang diperoleh dari dokumen atau tulisan -tulisan yang berkaitan
dengan pokok penelitian ini, yang juga didapatkan dari penelitian kepustakaan yang berkaitan arah kiblat. 10
Yayan Sopyan, Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum, (Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hid ayatullah Jakarta, 2009), h. 57
10
Sedangkan sumber data yang didapat berasal dari: 1) Observasi langsung, berupa penghitungan arah kiblat di mushalla SMA. 2) Wawancara, berupa tanya jawab dengan pihak sekolah terkait den gan proses penentuan arah kiblat saat pembangunan mushalla. 3) Dokumen, didapat dari hasil melihat arsip -arsip yang ada di lembaga pemerintahan terutama Dinas Pendidikan Kota Tangerang. 3.
Teknik Pengumpulan Data Dalam
mengumpulkan
data -data
yang akurat
saat
pen elitian,
penulis
menggunakan beberapa teknik, yaitu: a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala -gejala subyek yang diselidiki. 11 Artinya observasi itu suatu metode pengumpula n data dengan cara melakukannya penelitian langsung ke tempat yang dijadikan objek penelitian. b. Interview (wawancara), yaitu cara yang digunakan kalau seseorang untuk tujuan suatu tertentu mencoba mendapat keterangan secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang itu. 12 Wawancara dilakukan dengan cara mengadakan tanya jawab
11
Winarno Surachmad, Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah), (Bandung: C.V Tarsito, 1975), h. 155 12
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT Gramedia, 1985), h. 129
11
langsung dengan guru agama atau guru yang mengetahui proses penentuan arah kiblat saat pembangunan mushalla. c. Dokumentasi, adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen dokumen. 13 Dalam hal ini penulis mengambil dokumen dan arsip -arsip yang ada di lembaga pemerintahan setempat yang dijadikan objek penellitian serta data-data yang diperoleh dari literatur dan referensi yang berhubungan dengan judul penelitian ini. d. Populasi dan Sampel Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang merupakan perhatian peneliti. Yang dijadikan sebagai populasi penelitian penulis yaitu Sekolah Menengah Atas yang ada di Kota Tangerang baik negeri maupun swasta. Sampel merupakan bagian kecil dari suatu populasi, sedangkan populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai karakteristik tertentu dan mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. 14 Dari populasi SMA di Kota Tangerang sebanyak 86 sekolah, yang dijadikan sample sebanyak 30 sekolah di beberapa kecamatan.
13 14
Husaini Usman,dkk., Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 69
Husein Umar, Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 77
12
Teknik yang digunakan untuk memilih sampel adalah dengan menggunakan random sampling (pemilihan secara acak). Dengan kata la in tiap sekolah mempunyai kesempatan yang sama untuk diteliti. Berikut ini adalah tabel rincian yang menjadi sample dalam penelitian ini:
Tabel 1.1 Jumlah Sample Sekolah yang Diteliti N o
Kecamatan
Diteliti
1
Tangerang
7 sekolah
2
Cipondoh
4 sekolah
3
Ciledug
3 sekolah
4
Karang Tengah
7 sekolah
5
Pinang
8 sekolah
6
Karawaci
1 sekolah
Jumlah
4.
Jumlah Sekolah yang
30 sekolah
Teknik Analisa Data Dalam menganalisis data yang penulis dapat dari hasil penelitian, penulis
menggunakan metode sebagai berik ut: a. Metode deskriptif, menggambarkan objek penelitian dan menganalisa data yang terkumpul. Untuk menganalisa penulis mendeskripsikan hasil
13
penelitian serta menggambarkan secara umum keberadaan masalah yang diteliti. b. Metode Korelasikan, yaitu dengan mendefi nisikan dan mengukur variabel secara kuantitatif sehingga dapat diklasifikasikan menjadi mushalla yang akurat arah kiblatnya, tidak akurat serta sudut deviasinya untuk mushalla yang tidak akurat. 5.
Objek Penelitian Dalam penelitan, terdapat objek yang menjad i bahan utama dalam penelitan dan yang menjadi objek penelitan ini adalah mushalla SMA di Kota Tangerang, serta pihak sekolah.
6.
Teknik Penulisan Adapun teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku pedoman penulisan skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sy arif Hidayatullah Jakarta cet. 1 tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan Untuk lebih memudahkan pembahasan dan agar penulisan penelitian ini lebih terfokus dan sistematis, maka penulis mengklasifikasikan permasalahan dalam beberapa bab dengan sistematika penuli san sebagai berikut: BAB Pertama : berisi pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh tentang penelitian ini dengan menguraikan tentang latarbelakang
14
masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, analisa data, dan sistematika penulisan. BAB Kedua : berisi tentang pengertian tentang arah kiblat dan dasar hukumnya. Dalam bab ini juga penulis mengemukakan tentang pengertian kiblat, sejarah Ka’bah dan hukum menghadap kiblat dalam shalat. BAB Ketiga : berisi tentang praktik penghitungan dan pengukuran arah kiblat. Dalam bab ini penulis membagi lagi ke dalam sub bab yang berisi tentang praktik penentuan arah kiblat di masyarakat, pengukuran arah kiblat di mushalla SMA di Kota Tangerang, rumus penghitungan arah kiblat dan praktik pengukurannya. BAB Keempat : berisi tentang temuan -temuan peneltian yang dilakukan di mushalla SMA di Kota Tangerang. Dalam bab ini penulis membagi kedalam sub bab yang berisi tentang data umum mushalla, proses penentuan arah kiblat saat pembangun mushalla dan keakuratan arah kiblat mushalla. BAB V Kelima : merupakan bagian akhir dari penulisan penelitian ini dan memuat penutup yang berisi kesimpulan dan saran -saran.
BAB II HUKUM MENGHADAP KIBLA T DALAM SHALAT
A. Pengertian dan Dasar Hukum Ada beberapa term atau pengertian yang harus dijelaskan untuk mempermudah dalam memahami skripsi ini antara lain akurasi, arah, kiblat dan Ka’bah, karena keempat istilah tersebut sangat erat sekali dengan apa yan g menjadi pokok bahasan dalam skripsi ini. Akurasi secara bahasa berarti ketepatan, kecermatan, ketelitian, kejituan dan keakuratan. 15 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, arah diartikan sebagai jurusan, tujuan atau maksud. 16 Apabila arti arah tersebut diguna kan dalam konteks ini, maka menjadi relatiflah menghadap ke arah Ka’bah itu karena dapat dilakukan dengan menghadap kedua arah yang berlawanan. Oleh karena itu, para ahli astronomi menggunakan arah dalam pengertian jarak terdekat dari suatu tempat ke Meka h yang dapat diukur melalui lingkaran besar. 17 Maka, menurut Hasbi Ash -Shiddieqy, setelah menafsirkan “kiblat” pada ayat 144 surat al -Baqarah dengan “arah kiblat”, kaum muslimin harus mengetahui posisi Baitul Haram dengan metode mempelajari ilmu 15
Aka Kamarulzaman, Kamus Ilmiah Serapan, (Yogyakarta: Absolut, 2005 ), h. 24
16
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 46 17
Jan van den Brink dan marja Meeder, Kiblat Arah Tepat Menuju Mekah , disadur oleh Andi Hakim Nasoetion dari “Mekka”, (Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993), cet 1, h. 2 15
16
Bumi dan ilmu Falak. 18 Arah dalam bahasa Arab disebut jihah atau syathrah dan kadang-kadang disebut juga dengan qiblah yang berasal dari kata qabbala yaqbulu yang artinya menghadap. Kiblat diartikan juga dengan arah ke Ka’bah di Mekkah (pada waktu shalat), sedangkan dalam bahasa latin disebut dengan azimuth, dengan demikian dari segi bahasa kiblat berarti menghadap ke Ka’bah ketika shalat.
19
Kiblat menurut bahasa adalah Bait Al Haram di Mekah, Al Ghurfatu (kamar), kullu baitin murraba’in (setiap bangunan yang berbentu k persegi empat). 20 Dan Ka’bah adalah sebuah bangunan persegi empat yang terletak di tengah -tengah Masjid Al-Haram, tingginya 50 kaki, panjang dinding muka dan dinding belakangnya 40 kaki serta panjang kedua belah sisinya 35 kaki. 21 Ka’bah disebut Ka’bah karena bentuknya yang berbentuk kubus (persegi empat ). Orang-orang Arab menamakan s etiap rumah yang bentuknya persegi empat dengan Ka’bah, atau ia disebut Ka’bah karena keberadaannya yang tinggi dari permukaan bumi atau bisa pula karena ia terpisah dari bang unan yang lain. 22 Adapun dasar hukum tentang menghadap kiblat ketika shalat yaitu surat AlBaqarah aat 144, 149 dan 150 sebagai berikut : 18
TM Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Qur’an al-Madjid An-Nur, (Jakarta : Bulan Bintang, 1966), juz II, h. 12-13 19
Maskufa, Ilmu Falak, h. 124
20
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al Munawir Arab Indonesia (Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan PP “Al -Munawir” Krapyak, 1984), hal, 1305 21 22
Rachmat Taufiq Hidayat, Khazanah Istilah Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), hal, 75
Muhammad Ilyas Abdul Ghani, dkk., Keutamaan dan Sejarah Kota Mekkah dan Madinah , (Jakarta: Akbar, 2005), h. 40
17
( 144 : 2 / ) اﻟﺒﻘﺮة. Artinya :“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang -orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali -kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.” (Q.S Al Baqarah/2: 144) .
: 2 / ) اﻟﺒﻘﺮة. (149-150 Artinya : “Dan dari mana saja kamu keluar (datang), Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil haram, Sesungguhnya ketentuan itu benar -benar sesuatu yang hak dari Tuhanmu. dan Allah sekali -kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan. Dan dari mana saja kamu (keluar), Maka Palingkanl ah wajahmu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arahnya, agar tidak ada hujjah bagi manusia atas kamu, kecuali orang -orang yang zalim diantara mereka. Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takut lah kepadaKu (saja). dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.” (Q.S Al Baqarah/2: 149-150)
18
Dalam ayat-ayat tersebut Allah firman -Nya ﻓﻮل وﺟﮭﻚ ﺷﻄﺮ اﻟﻤﺴﺠﺪ اﻟﺤﺮامsampai tiga kali. Menurut Ibn Abbas, pengulangan tersebu t berfungsi sebagai penegasan pentingnya menghadap kilbat ( ta’kîd). Sementara itu, menurut Fakhruddin al -Razi, pengulangan tersebut menujukkan fungsi yang berbeda -beda. Pada ayat yang pertama (al-Baqarah : 144) ungkapan tersebut ditujukan kepada orang -orang yang dapat melihat ka’bah, sedangkan pada ayat yang kedua (al -Baqarah : 149) ungkapan tersebut ditujukan kepada o rang-orang yang berada di luar M asjidil Haram. Sementara itu, pada ayat yang ketiga (al -Baqarah : 150) ungkapan tersebut ditujukan kepada orang-orang yang berada di negeri -negeri yang jauh. 23 Berdasarkan kedua pendapat tersebut jelaslah bahwa perintah menghadap ki blat itu tidak hanya ditujukan pada mereka yang berada di Makkah dan sekitarnya, tetapi juga bagi semua umat Islam di manapun mereka berada. Didalam ayat ini terdapat persyaratan untuk menghadap kiblat dalam menjalankan setiap shalat, baik yan g wajib maupun yang sunnah. Apabila memungkinkan menghadap kepada dzat Ka’bah tersebut, namun bila tidak memungkinkan maka kepada arahnya saja, da n juga menunjukkan bahwa berpaling dengan badan itu membatalkan shalat karena perintah kepada sesuatu itu berarti larangan dari perkara yang berlawanan dengannya. 24
23
Al Imam Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, Penerjemah Bahrun Abu Bakar, (Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2000), Jilid II, h. 37 24
Syaikh Abdurahman bin Nashir As -Sa’di, Tafsir as-Sa’d. Penerjemah Muhammad Iqbal, (Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006), h. 223
19
Sementara kaum sufi menggarisbawahi bahwa ayat ini memerintahkan mengalihkan wajah, bukan ha ti dan pikiran. Karena hati dan pikiran hendaklah mengarah kepada Allah Swt. Hati dan isinya adalah sesuatu yang gaib, maka sesuai dengan sifatnya itu, ia pun harus mengarah kepada Yang Maha Gaib sedang wajah adalah sesuatu yang nyata, maka ia pun diarahka n kepada sesuatu yang sifatnya nyata, yaitu bangunan berbentuk kubus yang berada di Masjid al Haram itu.
25
Dalam suatu riwayat diceritakan ada seorang laki -laki masuk ke masjid kemudian ia shalat dan saat itu ada Rasulullah sedang duduk di salah satu sudut masjid. Setelah shalat orang itu mendatangi Rasulullah dan memberi salam kepada beliau dan Rasulpun menjawabnya dan memerintahkan orang tersebut mengulangi shalatnya, lalu laki-laki tersebut mengulangi shalatnya dan kembali mendatangi Rasul dengan memberi salam, namun Rasul memerintahkan orang tersebut untuk mengulangi shalatnya lagi. Kemudian setelah pengulangan yang kedua, orang tersebut meminta diajari oleh Rasul. Rasul lalu bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim : .26 اذا ﻗﻤﺖ اﻟﻰ اﻟﺼﻼة ﻓﺎﺳﺒﻎ اﻟﻮﺿﻮء ﺛﻢ اﺳﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻛﺒﺮ: .م. ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻰ ص: ﻗﺎل. ع.ﻋﻦ اﺑﻰ ھﺮﯾﺮة ر () رواه اﻟﺒﺨﺎري و ﻣﺴﻠﻢ
25
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al -Qur’an Vol. 1, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 350 26
Ash-Shon’ani, Subulus Salam, (Bandung: Ad-Dahlan,t.th), Juz I, h. 133
20
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda: Apabila engkau hendak menunaikan shalat maka sempurnakanlah wudu, lalu menghadaplah ke ki blat kemudian bertakbirlah” (HR. Bukhari dan Muslim) Rasulpun mengajari orang tersebut tata cara shalat yang benar yakni setelah takbir kemudian membaca Al Fatihah dan ayat Al Qur’an yang dihafal, lalu ruku’ dengan thuma’ninah, berdiri sempurna, sujud deng an thuma’ninah, lalu duduk dengan thuma’ninah, lalu sujud dengan thuma’ninah, kemudian bangun dan duduk dengan thuma’ninah. Rasulullah telah mengajarkan tatacara shalat yang sempurna, setelah sebelumnya beliau menyaksikan ada seorang laki -laki yang melakukan shalat secara sembarangan di dekat beliau. Rasulullah mengajarkan tatacara shalat setelah lelaki itu meminta kepada beliau mengajarkannya. Ini sebagai bukti betapa bijaknya Rasulullah dalam menuntun umatnya kea rah kesempurnaan beribadah. 27 Hadis ini memperkuat perintah menghadap kiblat yang terdapat dalam AlQur’an, meskipun para ulama sepakat tentang Ka’bah sebagai kiblat seluruh umat Islam dalam melaksanakan shalat, akan tetapi dalam tataran teknis dan taata laksana menghadap kiblat terdapat varian per bedaan pendapat terutama pada territorial daerah yang jauh dari Ka’bah.
27
Ahmad Mujab Mahalli, Hadis-hadis Ahkam Riwayat Asy -Syafi’i, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 172
21
B. Sejarah Ka’bah dan Menghadap Kiblat Ada sejumlah pandangan seputar bangunan Ka’bah dan awal pembangunannya. Dikatakan bahwa cipataan pertama Allah Swt. di Bumi ialah Ka’bah, baru kemudian bumi yang dibentangkan di bawahnya. Jadi, Ka’bah merupakan perut bumi dan titik awal penciptaan. Dikatakan pula bahwa pembangunan Ka’bah dilakukan sebanyak lima kali, atau sepuluh kali. Yang jelas, kalangan sejarawan, ahli tafsir, dan ahli hadis sepakat bahwa Ka’bahlah rumah ibadah pertama yang didirikan untuk menyembah Allah Swt. 28 Satu pendapat menyatakan bahwa Ka’bah pertama kali dibangun oleh para malaikat selang 2000 tahun sebelum Nabi Adam diciptakan. Mereka berhaji ke sana yang kemudian juga diikuti Nabi Adam. Sepeninggal Nabi Adam, Ka’bah dibangun kembali oleh putranya yang bernama Nabi Syis. Belakangan Ka’bah ini dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim bersama putranya, Ismail. Ka’bah dibangun tanpa atap, namun dilengkapi dengan pintu yang terlet ak pada sisi sebelah barat dan timur. Ketika selesai membangun Ka’bah, Ibrahim diperintahkan Tuhan agar mendekati gunung Thabir untuk menyeru kepada manusia akan kewajiban haji kepada Bait Al ‘Atiq (rumah kuno) ini. 29
28
Ablah Muhammad al-Kahlawi, Buku Induk Haji dan Umrah untuk Wanita, (Jakarta: Zaman, 2009), h. 43 29
“Ka’bah”, Cyril Glasse penerjemah Ghufron A. Mas’adi, Ensiklopedi Islam (ringkas) Cyril Glasse Ed. 1., Cet. 2, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 199
22
Cerita tentang siapa yang membangun Ka ’bah secara otentik dijelaskan sendiri oleh Allah di dalam Al Qur’an, bahwa yang membangunnya adalah Nabi Ibrahim bersama putranya, Nabi Ismail. 30 Dalam surat Al Baqarah (2) ayat 127, Allah Swt. berfirman: )اﻟﺒﻘﺮة.
( 127 : 2 / Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar -dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan Kami terimalah daripa da Kami (amalan kami), Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS. Al Baqarah/2 : 127) Pada waktu membangun Ka’bah itu, usia Nabi Ibrahim diperkirakan sekitar 100 tahun. Setelah memperoleh perintah dari Allah, maka Ibrahim datan g ke (cikal bakal) kota Mekkah, di mana Ibrahim pernah meninggalkan Siti Hajar dan Ismail sewaktu bayi. Mekkah pada waktu itu telah menjadi kota yang cukup ramai, dan menjadi tempat persinggahan para kafilah dan pedagang, karena di dekatnya ada sumur zam zam. Kalau kita membaca ayat tersebut, kita mendapat kesan bahwa dasar -dasar Baitullah itu sudah ada. Nabi Ibrahim dan Ismail tinggal meninggikannya saja. Bahkan, banyak penafsir yang menyimpulkan bahwa Nabi Ibrahim memang telah mendapat perintah yang detil tentang pembangunan Ka’bah itu. Sehingga bentuk dan lokasi Baitullah itu memang telah menjadi pilihan Allah. Dikisahkan juga bahwa
30
Agus Mustofa, Pusaran Energi Ka’bah, (Surabaya: PADMA Press, 2003), h. 93
23
lokasi sumur zam-zam maupun baitullah itu ditunjukkan oleh Malaikat Jibril atas perintah Allah. 31 Setelah Nabi Ismail as wafa t, pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh keturunannya, lalu Bani Jurhum, dan Bani Khuza’ah yang memperkenalkan penyembahan berhala. Selanjutnya pemeliharaan Ka’bah dipegang oleh kabilah -kabilah Quraisy yang merupakan generasi penerus garis keturunan Nabi Ismai l as. Menjelang kedatangan Islam, Ka’bah dipelihara oleh Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad Saw. Ia menghiasi pintunya dengan emas yang ditemukan ketika menggali sumur zam -zam.32 Dikala kaum muslimin mengerjakan shalat fardhu atau sunnah, dimana saja mereka berada semua menghadap ke arah yang satu, inilah yang dinamakan kiblat.
33
Semula umat Islam shalat dengan Baitulmakdis di Palestina sebagai kiblat, namun setelah datang perintah Allah untuk mengalihkan kiblat ke Baitullah di Mekah, maka berpindahlah kiblat umat Islam sejak turunnya ayat untuk berkiblat ke Ka’bah .34 Pada masa masih di Mekkah atau sebelum hijrah ke Madinah Nabi Muhammad SAW dan kaum muslimin dalam shalatnya menghadap ke Baitullah. Setelah hijrah ke Madinah kiblat dipindahkan ke arah Baitulma kdis di Yerussalem. Perpindahan arah kiblat ini dengan tujuan agar kaum Yahudi Bani Israil bisa tertarik kepada ajaran
31
Agus Mustofa, Pusaran Energi Ka’bah, h. 94
32
Moh. Murtadho, Ilmu Falak Praktis, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h. 137
33
H. Fachruddin Hs., Ensiklopedia Al Qur’an, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 608 -609
34
“Kiblat”, dalam Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia , (Jakarta: Djambatan, 1992), h. 563
24
Nabi Muhammad SAW, akan tetapi yang terjadi justru sebaliknya. Hal ini mereka manfaatkan untuk melecehkan risalah beliau dengan berkata,
“Muhammad
menginginkan tempat kelahirannya, dan tak berapa lama lagi dia akan kembali menganut agama kaumnya”. 35 Ibnu Katsir (w.774 H/1373 M; mufasir) di dalam kitabnya, Tafsir Al Qur’an al Azim (Tafsri Al-Qur’an yang Agung) menceritakan bahwa setelah hijra h ke Madinah, Nabi SAW bersama kaum muslimin diperintahkan oleh Allah SWT untuk berkiblat ke sebuah batu cadas (sakhrah) di Baitulmakdis, Yerusalem. Hal itu membuat orang Yahudi yang merupakan mayoritas penduduk Madinah merasa bangga karena di dalam beribadah mereka berkiblat ke sana. Sementara itu, Nabi SAW sangat ingin berkiblat ke Ka’bah, masjidilharam, sehingga sering berdo’a kepada Allah SWT agar mengabulkan keinginannya itu. Pada tahun ke-2 H, setelah Nabi SAW berkiblat ke Baitulmakdis selama lebih k urang enam belas bulan, Allah SWT memerintahkan kepada Nabi SAW untuk berkiblat ke Masjidilharam dengan firman -Nya dalam surat Al Baqarah ayat 144, seperti yang dikemukankan di atas. Perintah itu turun ketika Nabi SAW bersama sebagian kaum muslimin baru saja melaksanakan dua rakaat dari shalat dzuhur di Masjid Bani Salamah. Pada dua rakaat pertama Nabi SAW berkiblat ke Baitulmakdis, kemudian
35
Muhammad Ali Ash-Shabuny, Tafsir Tematik Surat Al-Baqarah-Al-An’am, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2000) cet 1, h. 29
25
pada rakaat kedua berkiblat ke Masjidilharam, sehingga Masjid Bani Salamah disebut dengan Masjid Qiblatain (Masjid Du a Kiblat). 36
C. Ketepatan Menghadap Kiblat dalam Shalat Shalat adalah pekerjaan hamba yang beriman dalam situasi menghadapkan wajah dan sukmanya kepada Zat Yang Maha Suci. Maka manakala shalat itu dilakukan secara tekun dan kontinu, menjadi alat pendidikan r ohani manusia yang efektif, memperbaharui dan memelihara jiwa serta memupuk pertumbuhan kesadaran. Makin banyak shalat itu dilakukan dengan kesadaran bukan dengan paksaan dan tekanan apa pun, berarti sebanyak itu rohani dan jasmani dilatih berhadapan denga n Zat Yang Maha Suci. 37 Namun dalam menjalankan perintah shalat tersebut harus memenuhi syarat dan rukun yang telah ditetapkan syari’, yang diantaranya adalah menghadap kiblat. Tidak ada perbedaan dikalangan ulama bahwa keharusan menghadap kiblat merupakan salah satu syarat sahnya shalat. 38 Semua ulama mazhab sepakat bahwa Ka’bah itu adalah kiblat bagi orang yang dekat dan dapat melihatnya. Tetapi mereka berbeda pendapat tentang kiblat bagi orang yang jauh dan tidak dapat melihatnya. Hanafi, Hambali, dan s ebagian 36
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Azim. “Kiblat”, dalam Abdul Azis Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, vol.1 (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996), h. 946
25
37
Nazaruddin Razak, Dienul Islam, (Bandung: PT. Alma’arif, 1973), h. 233
38
Depag, Almanak Hisab Rukyat, (Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998), h.
26
kelompok dari Imanmiyah berpedapat bahwa kiblatnya orang yang jauh adalah arah di mana letaknya Ka’bah berada, bukan Ka’bah itu sendiri. Sedangkan Syafi’i dan sebagian kelompok dari Imamiyah berpendapat wajib menghadap Ka’bah itu sendiri, baik bagi orang yang dekat maupun bagi orang yang jauh. Kalau dapat mengetahui arah Ka’bah itu sendiri secara pasti (tepat), maka ia harus menghadap ke arah tersebut. Tapi bila tidak, maka cukup dengan perkiraan saja. 39 Menurut madzhab Hanafi orang yang shalat tida k lepas dari dua keadaan; (a) mampu untuk melakukan shalat dengan menghadap kiblat atau (b) melakukan shalat tetapi tidak mampu untuk menghadap kiblat. Jika ia mampu melakukannya, maka ia wajib shalat dengan menghadap kiblat. Jika ia termasuk orang yang da pat melihat Ka’bah, maka kiblatnya adalah bangunan Ka’bah ( ‘ain al-ka’bah) tersebut, yaitu dari arah mana saja ia melihatnya. Sehingga, seandainya ia melenceng dari bangunan Ka’bah, tanpa menghadap pada salah satu bagian banguann Ka’bah, maka shalatnya tidak sah. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt: ( 150 : 2 / ) اﻟﺒﻘﺮة.. “...Dan dimana saja kamu (sekalian) berada, Maka Palingkanlah wajahmu ke arah Ka’bah…” (Q.S Al Baqarah/2 : 150) Jika ia tidak melihat Ka’bah, maka ia wajib menghadap ke arahnya ( jihat alka’bah), yakni kepada dinding-dinding mihrab (tempat shalatnya) yang dibangun dengan tanda-tanda yang menunjuk pada arah Ka’bah, bukan menghadap kepada 39
Muhammad Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali, (Jakarta: Lentera, 1999), h. 77
27
bangunan Ka’bah. Dengan demikian, kiblatnya ada lah arah Ka’bah bukan bangunan Ka’bah. 40 Dalam madzhab Syafi’i terdapat dua pendapat tentang masalah ini pertama, menghadap ke bangunan Ka’bah ( ‘ain al-ka’bah), dan kedua, menghadap ke arah Ka’bah (jihat al-ka’bah). Sebagian madzhab Syafi’i berpendapat ba hwa orang yang dekat ataupun jauh dari Ka’bah diwajibkan menghadap ‘ain Ka’bah (bangunan Ka’bah) atau udaranya yang bersambung (lurus) dengannya. Akan tetapi bagi yang dekat diwajibkan untuk menghadap ‘ain Ka’bah atau udaranya itu dengan yakin, misalnya de ngan cara melihat atau menyentuhnya dan lain sebagainya yang dapat memberikan suatu keyakinan. Sedangkan yang jauh dari Ka’bah maka hendaknya ia menghadap ‘ain Ka’bah secara dzan (dugaan kuat), bukan hanya sekedar menghadap ke arahnya, berdasarkan pendapat yang mu’tamad (kuat). 41 Adapun dalil menurut Al Qur’an yaitu zhahirnya firman Allah : (144 : 2 / )اﻟﺒﻘﺮة... “Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram..” (Q.S Al Baqarah/2 : 144) Sedang bentuk pengambil an dalil (istidlal) mereka itu adalah bahwa yang dimaksud “syathr” yaitu arah yang tepat bagi orang yang sedang shalat dan mengena
40
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, (Jakarta: Pustaka Darus Sunnah, 2010), h. 18-19 41
Abdurrahman Al-Jaziri, Fiqh Empat Madzhab, (tt: Daarul Ulum Press, 1996), h. 42
28
dalam menghadapnya maka dengan demikian menghadap ‘ainul ka’bah menjadi wajib.42 Serta berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Juraij dari Atha, dari Ibnu Abbas, bahwa Nabi Saw bersabda : واﻟﺤﺮام ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻻ رض ﻓﻲ ﻣﺸﺎ رﻗﮭﺎ وﻣﻐﺎ رﺑﮭﺎ ﻣﻦ, واﻟﻤﺴﺠﺪ ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻟﺤﺮام,اﻟﺒﯿﺖ ﻗﺒﻠﺔ ﻻھﻞ اﻟﻤﺴﺠﺪ 43
.اﻣﺘﻲ
Artinya : “Baitullah (Ka’bah) adalah kiblat bagi orang -orang yang shalat di Majid al Haram, Masjid al Haram adalah kiblat bagi orang -orang yang shalat di Tanah Haram. Dan Tanah Haram adalah kiblat bagi penduduk bumi dari umatku yang berada di belahan bagian timur dan bagian barat.” Hadis ini juga diriwayatkan oleh Imam Al Baihaqi dalam kitabnya Al Sunan Al Kubra.44 Hadis ini berkaitan dengan pengulang an kata “Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram” dalam surat Al Baqarah ayat 144, 149 dan 150. Menurut Ibnu Abbas hukum menghadap arah kiblat bagi yang ada di Masjid, Luar Masjid dan luar Tanah Haram adalah sebagai berikut: 45 1. Yang ada di Masjidilharam (Melihat Ka’bah) Arah kiblat yang melihat Ka’bah adalah bangunan Ka’bah itu sendiri, sehingga tidak sah shalat yang tidak menghadap banguan Ka’bah. 2. Yang ada di Luar Masjidilharam (Tidak melihat Ka’bah) 42
Muhammad Ali Ash-Shabuni, Terjemahan Ayat Ahkam Ash -Shabuni, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008), h. 71 43
Al Imam Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, h.6
44
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, h. 51
45
Al Imam Ibnu Kasir Ad Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, h. 37
29
Arah kiblat yang ada di luar Masjidilharam atau di sekitar tanah suci Mekkah sehingga tidak dapat melihat bangunan Ka’bah maka arah kiblatnya adalah Masjidilharam sebagai maksud menghadap ke arah Kiblat secara dzan atau dugaan kuat. 3. Yang di Luar Tanah Haram (Penjuru Dunia) Arah kiblat yang berada di luar Tan ah Haram atau berada di penjuru dunia maka arah kiblatnya adalah Tanah Haram. Sementara mereka yang berpendapat bahwa yang wajib adalah menghadap arah Ka’bah (jihat al-ka’bah) berargumentasi dengan hadis Abu Hurairah ra. bahwa Nabi Saw bersabda: ( ) رواه اﻟﺘﺮ ﻣﺬى46. ﻣﺎ ﺑﯿﻦ اﻟ ﻤﺸﺮق واﻟﻤﻐﺮب ﻗﺒﻠﺔ Artinya : ”Diantara Timur dan Barat terdapat Kiblat” (HR. At Turmudzi) Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim : 47
. اذا ﻗﻤﺖ اﻟﻰ اﻟﺼﻼة ﻓﺎﺳﺒﻎ اﻟﻮﺿﻮء ﺛﻢ اﺳﺘﻘﺒﻞ اﻟﻘﺒﻠﺔ وﻛﺒﺮ: .م. ﻗﺎل اﻟﻨﺒﻰ ص: ﻗﺎل. ع.ﻋﻦ اﺑﻰ ھﺮﯾﺮة ر () رواه اﻟﺒﺨﺎري و ﻣﺴﻠﻢ
Artinya : “Dari Abu Hurairah r.a. Nabi saw bersabda: bila hendak salat maka sempurnakanlah wudu, lalu menghadaplah ke kiblat kemudian takbir ”. (HR. Bukhari dan Muslim) Secara jelas, hadis ini menunjukkan bahwa semua arah a ntara timur dan barat adalah kiblat. Sebab, seandainya kewajiban itu berupa menghadap ke bangunan
46 47
Ash-Shon’ani, Subulus Salam, (Bandung: Ad-Dahlan,t.th), Juz I, h. 133
Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim ibn al -Mughiroh bin Bardazbah al -Bukhory, Shahih al-Bukhori, Jilid 1, (Kairo: Dar al-Hadits, 2004), h. 110
30
Ka’bah secara tepat, tentu shalat jamaah dengan shaf yang panjang melewati garis yang lurus ke Ka’bah adalah tidak sah. Begitu pula dua orang yang berjauhan jaraknya, kemudian shalat dengan menghadap pada kiblat yang sama, maka shalatnya tidak sah, karena menghadap ke bangunan Ka’bah tidak dapat dilakukan oleh jamaah pada shaf yang panjang (melebihi batas lebar bangunan Ka’bah). 48 Menghadap ke arah kiblat meru pakan salah satu syarat yang harus dipenuhi sebelum mengerjakan shalat, namun diperbolehkan tidak menghadap kiblat dalam dua hal yaitu: 1. Dalam keadaan sangat ketakutan 2. Waktu shalat sunnah dalam perjalanan di atas kendaraan 49 Apabila orang yang dalam ketaku tan, orang yang sedang sakit, orang yang dalam keadaan terpaksa, tak sanggup menghadap kiblat, maka boleh mereka bershalat ke arah yang selain arah kiblat. 50 Karena situasi perang yang sangat genting, tidak mungkin lagi bisa meninggalkannya, dan tidak pula bisa menunda waktunya, maka boleh shalat tidak menghadap kiblat. Allah berfirman: ( 239 : 2 / … ) اﻟﺒﻘﺮة
Artinya : “Jika kamu dalam Keadaan takut (bahaya), Maka Shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan…” (QS: Al Baqarah/2: 239)
48
Ali Mustafa Yaqub, Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah, h. 38
49
Moch Anwar, Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib Ditambah Dalil -Dalil Al Qur’an dan Hadis, (Bandung: PT. Alma’arif, 1991), h. 43 50
Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Shalat, (Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 2001), h. 80
31
Bolehnya meninggalkan kiblat dalam shalat sunat dikala bepergian itu kalau sudah tidak mungkin lagi untuk menghadap kiblat. Orang yang naik kapal laut tidak boleh meninggalkan arah kiblat sebab besar kemungkinan bisa menghadap kiblat.
51
Selain sedang dalam ketakutan maupun dalam perjalanan, dalam keadaan tertentu orang yang sakit juga boleh tidak menghadap arah kiblat, adapun ketika kondisi orang yang sedang sakit bila hendak shalat maka hukum menghadap kiblatnya adalah sebagai berikut : 1. Orang yang sakit selama masih bisa harus melakukan shalat wajib dengan berdiri meskipun tidak tegak, atau bersandar pada dinding, atau betumpu pada tongkat dengan menghadap kiblat. 2. Bila sudah tidak mampu berdiri maka hendaknya shalat dengan duduk. Yang lebih utama yaitu dengan posisi kaki menyilang di bawah paha saat berdiri dan ruku dan juga menghadap kiblat. 3. Bila sudah tidak mampu duduk maka hendaknya ia shalat berbaring miring dengan bertumpu pada sisi tubuhnya dengan menghadap kiblat, dan sisi tubuh sebelah kanan lebih utama sebagai tumpuan. Bila tidak memungkinkan menghadap kiblat maka ia boleh shalat menghadap kemana saja, dan shalatnya sah, tidak usah mengulanginya lagi. 4. Bila tidak bisa shalat miring maka ia shalat terlentang dengan kaki menuju arah kiblat. Yang lebih utama kepalanya agak ditinggikan sedikit agar bisa 51
Moh. Rifa’i, dkk., Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar, (Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978), h. 62
32
menghadap kiblat. Bila tidak mampu yang demikian itu maka ia bisa shalat dengan batas kemampuannya (tidak menghadap kiblat) dan nantinya tidak usah mengulang lagi. 52
52
Syaikh Muhammad bin Shalih Al -Utsaimin, Tata Cara Bersuci dan Shalat bagi Orang yang Sakit, artikel diakses pada tanggal 21 Juni 2011 pada http://www.abuayaz.co.cc/2010/05/tata -carabersuci-dan-shalat-bagi-orang.html
BAB IIII PERHITUNGAN DAN PENGUKURAN ARAH KIBLAT DI KOTA TANGERANG
A. Kondisi Umum Sekolah Menengah Atas di Kota Tangerang 1.
Letak Astronomis Kota Tangerang Secara astronomis wilayah Kota Tangerang berada antara 6º 6 LS - 6º 13 LS
dan 106º 36 - 106º - 42º BT dengan luas wilaya h 184,23 Km² termasuk Bandara Sukarno Hatta seluas 19,69 Km² . Letak Kota Tangerang tersebut sangat strategis karena berada di antara Ibukota Negara DKI Jakarta dan Kabupaten Tangerang. Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 13 Tahun 1976 tentang Pengembang an Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi), Kota Tangerang merupakan salah satu daerah penyangga Ibukota Negara DKI Jakarta. 53 Kota Tangerang secara administratif merupakan kota yang berada di Provinsi Banten dengan letak geografis dibagi menjadi 13 Kecamatan. Adapun kecamatan yang ada di Kota Tangerang terdiri dari: a. Tangerang b. Jatiuwung c. Batuceper d. Benda 53
Anne Ahira, “Mengenal Profil Kota Tangerang”, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari Anneahira.com 33
34
e. Cipondoh f. Ciledug g. Karawaci h. Priuk i. Cibodas j. Neglasari k. Pinang l. Karang Tengah m. Larangan Sedangkan batas wilayahnya adalah sebagai sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tangerang Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi DKI Jakarta Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tangerang 2. Data Umum Jumlah SMA Kota Tangerang Perkecamata n Menurut data umum mushalla SMA yang ada di Kota Tangerang berjumlah 86 sekolah. Dengan banyaknya sekolah yang ada di Kota Tangerang menandakan bahwa Kota Tangerang adalah salah satu kota yang sangat memperhatikan dunia pendidikan. Dari 86 sekolah tersebut ada 15 SMA Negeri dan 71 SMA Swasta, serta ada empat yang tidak memiliki mushalla karena sekolah tersebut khusus untuk siswa yang beragama nasrani yakni SMA St. Thomas Aquino di Kecamatan Karawaci, SMA
35
Markus di Kecamatan Pinang, SMA Kristen Kanaan di Kecamatan Tangerang, dan SMA Santa Patricia di Kecamatan Benda. Adapun rincian jumlah SMA yang ada di tiap kecamatan di Kota Tangerang adalah sebagai berikut : Tabel 3.1 Data Umum dan Persentasi Jumlah Sekolah No
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Tangerang Jatiuwung Batuceper Benda Cipondoh Ciledug Karawaci Priuk Cibodas Neglasari Pinang Karang Tengah Larangan Jumlah
Jumlah sekolah 13 1 3 3 15 8 12 4 6 2 10 8 1 86
Persentasi jumlah sekolah 15,1% 1,2% 3,5% 3,5% 17,4% 9,3% 13,9% 4,6% 6,9% 2,3% 11,6% 9,3% 1,2% 100%
Jadi, jumlah SMA yang paling banyak berada di kecamatan Cipondoh dengan jumlah 15 sekolah
(17,4%) dan sekolah yang paling sedikit jumlahnya ada di
kecamatan Jatiuwung dan larangan dengan 1 sekolah (1,2%). Tabel 3.2 SMA yang ada di Kecamatan Tangerang No
Nama Sekolah
1
SMAN 1 Tangerang
Kepala Sekolah Prastowo, M.Pd
Alamat Jl. Daan Mogot no 50 Tangerang
Status Negeri
36
2
SMAN 2 Tangerang
Drs. Tatang Sutardy, M.Pd
3
SMAN 7 Tangerang
Drs. M. Hidayat Arifin
4
SMA Al Husna
Drs. Ahmad
5
SMA Syekh Yusuf
Drs. Nasrul Burnawi
6
SMA Yuppentek 1
Drs. H. YM. Kodhiat, B.Sc
7
SMA Agape BKKK
H. Moediono
8
SMA Yuppentek 4
H. Sumino Yudi Astono, S.Pd
9
SMA Kristen Kanaan
David Tjahyadi, S.E
10
SMA Setia Bhakti
Drs. Sergius Kelang
11
SMA Muhammadiyah 3
Abdul Rohim
12
SMA Harapan Bangsa
Widodo
13
SMA Plus Abdi Negara
Drs. Agus Irawan Gutawa
Jl. Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan 1 no 2 Tangerang Jl. A Damyati 43-45 Tangerang Jl. Maulana Yusuf no 1 Babakan Ujung Tangerang Jl. P. Kemerdekaan I no 1 Tangerang Jl. Kebon Jahe 2 Tangerang Jl. P. Kemerdekaan I no 1 Tangerang Jl. Sukamanah V no 11 Sukasari Tangerang Jl. Kisamaun no 171 Tangerang Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33 Cikokol Jl. Pulau Putri Raya Kav. 10 Kota Modern Tangerang Jl Perintis Kemerdekaan II Cikokol Tangerang
Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Tabel 3.4 SMA yang ada di Kecamatan Batuceper No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMA Islam Al Ayaniyah
Dra. Hj. Sholeha HS
2
SMA Al Mu’in
Rahmatulloh
Alamat Jl. Halim Perdana Kusuma no 56-60 Tangerang Jl. Maulana
Status Swasta Swasta
37
3
SMA Manbaul Ulum
Drs. H. Abdul Kholiq Mahfudz
Hasanudin no 94 Poris Jaya Batuceper Jl. KH. Kilin Batujaya Batuceper
Swasta
Tabel 3.5 SMA yang ada di Kecamatan Jatiuwung No
Nama Sekolah
1
SMAN 11 Tangerang
Kepala Sekolah Rep. bahuweda, S.Pd
Alamat Jl. Raya Serang Jatiuwung
Status Negeri
Tabel 3.6 SMA yang ada di Kecamatan Benda No 1 2
Nama Sekolah SMA Mutiara Bangsa
Kepala Sekolah -
2
SMAN 14 Tangerang
Drs. H. B. Masruri, MM
3
SMA Santa Patricia
Dra. Romies Lumban Gaol
Alamat Jl. Husein Sastranegara no. 29 B, Jurumundi Benda Jl. Pembangunan I Darussalam II Batusari Komplek Duta Garden G.7 No.45, 46, 47 Benda Tangerang
Status Swasta Negeri
Swasta
Tabel 3.7 SMA yang ada di Kecamatan Cipondoh No 1
Nama Sekolah SMA Muhamadiyah 2
2
SMA YP Karya
3
SMA Islam Asy Syukriyah
Kepala Sekolah Alamat Dra. Nimi Jl. KH Maulana Has Fujianti 63 Cipondoh Tangerang Drs. H. Jl. KH. Hasyim Syamsudin Ashari Km 3 Cipondoh Suharis Mohamad Dace, Jl. KH. Hasyim S.Pd Ashari Cipodoh
Status Swasta Swasta Swasta
38
4
SMA Al Wasatiyah
Drs. Akhmad Sujai, MM
5
SMA Harapan Jaya II
6
SMA Miftahussa’adah
M. Syarifudin, Us, S.Pd
7
SMAN 10 Tangerang
8
SMA Mutiara Bangsa
Drs. Tatang Mordio Syukrul Mahfudhi, S.Pd
9
SMA Poris Indah
Bennyati Sitorus
10
SMA Plus Ibadurrahman
Badru Tamam
11
SMA Nusa Bangsa
12
SMA Islam Darul Hasan
Hj. Eva Dian Nurmala, S.Pd
13
SMA Plus Ibnu Rusydi
Drs. Makmun Santanur
14
SMA Daarul Qur’an Internasional
-
15
SMA Terpadu PP Daarul Amanah
-
Aminah, S.Ag
-
Jl. Assolihin Dongkal Ciponoh Indah Jl. H. Mansur no 25 Gondrong Cipondoh Ketapang Rt 004/05 Cipondoh Jl. KH. Ashari Kp. Sasak Cipondoh Jl. Poris Indah Jaya no 88 Cipondoh Jl. Raya Poris Indah Blok A No. 60-67 Poris Indah Jl. KH. Hasyim Ashari Gg. Masjid Kel. Kenanga Jl. Irigasi Kampung Gunung Cipondoh Jl. Sipon Cipondoh Makmur Tangerang Jl. Maulana Hasanudin Cipondoh Makmur Jl. Kampung Ketapang No. 35 Ketapang Cipondoh Jl. KH. Hasyim Ashari Gg. Jambu Blok C Kenanga
Swasta Swasta Swasta Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
Tabel 3.8 SMA yang ada di Kecamatan Ciledug No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMA Muhamadiyah I
Wowo Permana
2
SMA Yuppentek 2
Djamin, S.Pd
3
SMA Mojopahit
Drs. A. Ismail
Alamat Jl. Raden Fatah No. 63 Sudimara Barat Ciledug Rl. Raden Fatah KM 1 Ciledug Jl. H. Mencong
Status Swasta Swasta Swasta
39
4
SMA Budi Mulya
Drs. H. Moh. Suryadi S., S.E
5
SMA Fatahillah
Hasanudin A. Ghani
6
SMA Annurmaniyah
Irmayani
7
SMA At-Thahirin
Subur Supriadi
8
SMAN 13 Tangerang
Drs. H. Sudiyono
Ciledug Tangerang Jl. Hos Cokroaminoto No. 1 Ciledug Jl. Masjid IX RT 02/07 Sudimara Timur Ciledug Jl. Dr. Cipto Mangun Kusumo Ciledug Jl. Raden Fatah KM 1 Ciledug Komp. Griya Kencana II Sudimara Barat Ciledug Tangerang
Swasta
Tabel 3. 9 SMA yang ada di Kecamatan Karawaci No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMAN 4 Tangerang
Drs. H. Empik Sukmadadi
2
SMAN 5 Tangerang
Drs. Lilik Istifa
SMA Perguruan
Drs. BR. Ismaryadi MHS
3 Buddhi 4
SMA Nusa Putra
Muntap Suyanto, S.Pd
5
SMA Nusantara 1
Hesti Yuniasih, S.E
SMA St. Thomas
Dra. Th. Sri Sulandhari
7
SMA Puspita
Dartini, S.Pd
8
SMA Dharma Putra
FX. Hari Hadi
6 Aquino
Alamat Jl. Padasuka 1 Pabuaran Tumpeng Tangerang Jl. Ciujung Raya no 3 Perumnas 1 Tangerang Jl. Imam Bonjol no. 41 Tangerang Jl. Teuku Umar no. 12 Kel. Nusa Putra Tangerang Jl. Cisadane V Perumnas I Tangerang Jl. Kapling Surya Pabuaran Jl. Cisadane IV no. 124 Perumnas I Tangerang Jl. Otto
Status Negeri Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
40
Purwanto 9
SMA PGRI 109
Drs. Iyus Usin Ruspendi
10
SMA Islamic Centre
Drs. Atje Affandi
11
SMA Babussalam
Budi Irawan, S.Ag
12
SMA Citra Kasih
Lidia Heryani
Iskandardinata no.80 Tangerang Jl. Untung Suropati II Cimone Jl. Ciujung Raya no. 4 Perumnas I Tangerang Jl. Merdeka Gg. Pesantren I no. 47 Pabuaran Jl. Delta Raya Perumahan Cimone Permai Karawaci
Swasta Swasta Swasta Swasta
Tabel 3.10 SMA yang ada di Kecamatan Periuk No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah Drs. H. Muhammad
1
SMA Mandiri 99
2
SMA Yislah
3
SMAN 15 Tangerang
-
4
SMA Citra Bangsa
-
H. Halimi
Alamat Periuk/Villa Mutiara Pluit Km 4 Jl. Al Hidayah Sangiyang Jaya Periuk Jl. Villa Tangerang Regenci Periuk Jl. Moh. Toha Raya no 168D Periuk
Status Swasta Swasta Negeri Swasta
Tabel 3.11 SMA yang ada di Kecamatan Cibodas No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMA Daan Mogot
Dra. H. R. Marjam
2
SMA Pribadi 2
Koesnan, BA
3
SMA Raudah Darmawiyah
Muhjiddin
Alamat Jl. Gatot Subroto KM 5 Jatiuwung Tangerang Jl. Kavling Pemda I no 5 Tangerang Jl. H. Jasirin no 45 Jatiuwung
Status Swasta Swasta Swasta
41
4
SMAN 8 Tangerang
Hikmat, MM
5
SMA Dian Harapan
Enda Tri Mandalawati, M.Sc
6
SMA Muhamadiyah 4
-
Tangerang Jl. Besi Raya Perumnas II Cibodas Jl. Mentawai no. 21 Lippo Karawaci Utara Cibodas Jl. Sawo VI (Ujung) Perumnas I Cibodas
Negeri Swasta Swasta
Tabel 3.12 SMA yang ada di Kecamatan Neglasari No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMAN 6 Tangerang
Drs. Soetrisno
2
SMA Islam Al Hasyimiyyah
-
Alamat Jl. Nyimas Melati no 2 Karanganyer Neglasari Jl. Sukamandi Rt. 01/09 no. 1 Karang Sari
Status Negeri Swasta
Tabel 3.13 SMA yang ada di Kecamatan Pinang No
Nama Sekolah
Kepala Sekolah
1
SMAN 9 Tangerang
Drs. Lili Kusmaya
2
SMA Prasetya
Rudiyanto, S.E, S.Pd
3
SMA Dharma Bhakti
Drs. Sutang Suprianto
4
SMA Al Mubarok
Maad, S.Pd
5
SMA Daarul Muqorrobin
Madi Haidi, S.Pd
6
SMA Bina Insani
IR. Ady Kahar
Alamat Jl. H. Jali no. 9 Kel. Kunciran Jaya Tangerang Jl. Komplek Pepabri Kunciran Pinang Jl. KH. Hasyim Ashari Gg. Bhakti Pinang Jl. KH. Madja Panunggangan Pinang Jl. H. Jali Kunciran Jaya Pinang Jl. H. Mansyur Prapatan Gondrong
Status Negeri Swasta Swasta Swasta Swasta Swasta
42
7
SMA Ki Hajar Dewantoro
8
SMA Islam Az Zamir
9
SMA Assyakirin
10
SMA Markus
Drs. Jamin Nuraili, Lc RM. Soemarjono
no. 3 Pinang Jl. KH. Hasyim Ashari Km. 9 Pinang Jl. Lumba-lumba no. 3 Kunciran Indah Pinang Jl. KH. Hasyim Ashari 7 Pinang Jl. MH. Thamrin Km 415 Kebon Nanas
Swasta Swasta Swasta Swasta
Tabel 3.14 SMA yang ada di Kecamatan Karang Tengah No
Nama Sekolah
1
SMAN 3 Tangerang
2
SMA Budi Luhur
3
SMA Yadika 3
Kepala Sekolah Drs. Tata Suandana Dra. Hj. Jennelly Yusuf Drs. J. Sihombing, PSc, Ak
4
SMA Manggala
Drs. Arbani
5
SMA PGRI 117
Jayakarta. S.Pd
6
SMA Kosgoro
7
SMA Khairul Falah
8
SMA Daarul Qur’an Nasional Plus
Drs. Ahmad Masduki Dra. Hj. R. Y. Helmaya -
Alamat Jl. KH. Hasyim Ashari Ciledug Tangerang Jl. Raden Saleh 999 Karang Tengah Jl. Raden Saleh 11 Ciledug Jl. Hos Cokroaminoto Gg Ilyas no 63 K. Tengah Jl. Hos Cokroaminoto no 41 Karang Tengah Jl. Komp. Lap. Rawa Kambing Jl. Raden Saleh no 56 Karang Mulya Jl. Sandong Raya Rt. 03/05 Kel. Pondok Pucung
Status Negeri Swasta Swasta
Swasta
Swasta Swasta Swasta Swasta
43
Tabel 3.15 SMA yang ada di Kecamatan Larangan No
Nama Sekolah
1
SMAN 12 Tangerang
Kepala Sekolah Drs. Nandang Suryana
Alamat Jl. Barokah 1 Larangan Utara
Status Negeri
B. Metode Penentuan Arah Kiblat Orang yang tidak mengetahui Kiblat, maka ia wajib menyelidiki, berusaha dan berijtihad sampai ia mengetahuinya atau memperkirakan bahwa kiblat ada di satu arah tertentu. Tapi bila tetap tidak bisa mengetahuinya dan juga tidak dapat memperkirakannya, maka menurut empat mazhab dan sekelompok d ari Imamiyah bahwa ia shalat ke mana saja yang disukainya dan sah shalatnya. Dan tidak wajib mengulanginya lagi, menurut Syafi’i. 54 Perhitungan arah kiblat adalah perhitungan untuk mengetahui dan menetapkan ke arah mana Ka’bah di Mekkah itu dilihat dari su atu tempat di permukaan bumi ini, sehingga semua gerakan orang yang sedang melaksanakan shalat, baik ketika berdiri, ruku’, maupun sujudnya selalu berimpit dengan arah yang menuju Ka’bah.
55
Untuk
dapat mengetahui serta memperkirakan arah kiblat maka yang pe rlu ditelaah adalah tentang cara atau metode menentukan arah kiblat. Berdasarkan referensi yang ada,
54
h. 77 55
Muhammad Jawad Mughniyah , Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali,
Muhyiddin Khazin, Ilmu Falak Dalam Teori dan Praktek , (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2005), Cet. II, h. 49
44
terdapat beberapa model yang biasa dilakukan dalam menentukan arah kiblat. Ditinjau dari tata kerja pengukuran maupun dari hasil yang diperoleh dapat dibed akan menjadi dua macam. 1.
Metode Pengukuran Taqribi (menggunakan acuan perkiraan) Model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk cara -cara
yang sederhana. Data yang diperlukan cukup dengan mengetahui titik mata angin utama, yakni barat, timu r, utara dan selatan. Biasanya yang melakukan pengukuran telah memiliki pengetahuan dasar yang sederhana perihal posisi Ka’bah ditinjau dari tempat/lokasi pengukuran. Dengan bekal pengetahuan arah mata angin utama tersebut, maka letak Ka’bah dari tempat pe ngukuran cukup dikenali apakah lurus, miring ke kanan, atau miring ke kiri. Soal seberapa besar angka kemiringannya cukup ditentukan secara kira-kira belaka. Karena penggunaan data perkiraan atau data rata rata yang dijadikan acuan, maka pengukuran seperti ini dimasukan ke dalam metode taqribi. 56 Data utama yang diperlukan dalam metode pengukuran taqribi ini hanya arah mata angin, sehingga hasil pengukurannya memiliki tingkat akurasi rendah. Untuk mengetahui arah mata angin cara yang digunakan pun bermacam -macam. Adapun cara-cara menentukan arah mata angin yang biasa dilakukan antara lain: a.
Menggunakan pisau silet
56
Sirril Wafa, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat” , Laporan Penelitian, h. 16
45
Pusat magnit pada titik utara bumi dapat dicari melalui pisau silet. Caranya dengan menempatkan pisau silet di atas permukaan air dengan syarat jangan sampai tenggelam. Tunggu sampai pisau silet bergerak mencari posisi, dan setelah stabil, pisau silet telah menemukan posisi arah utara, yang ditunjukkan sebuah ujungnya dan ujung yang lain adalah arah selatan. Selanjutnya tinggal membuat garis tegak lu rus terhadap garis utara selatan, maka didapatlah titik barat dan titik timur. Dari titik barat selanjutnya digeser sedikit ke arah kanan menurut selera pengukur. Di situlah ditentukannya arah kiblat untuk Indonesia. b.
57
Menggunakan kompas Cara yang paling mudah adalah dengan menggunakan kompas magnetis. Tetapi perlu diketahui bahwa kompas magnetis ini mempunyai banyak kelemahan, diantaranya: 1) Kompas magnetis ini peka terhadap benda -benda logam yang berada di sekitarnya. 2) Kutub utara magnit yang merupakan alat u tama dlama kompas itu, tidak selalu berhimpit dengan kutub selatan bumi, sehingga penunjukkan kompas tidak selalu tepat menunjukkan arah utara selatan. 58
57
Sirril Wafa, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat” , Laporan Penelitian, h. 17 58
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya , (Bandung: PT Refika Adit ama, 2007), h. 89
46
Setelah arah utara selatan ditemukan, dengan mudah arah timur dan barat bisa ditemukan. Proses selanjut nya sama seperti cara-cara yang ditempuh pada penggunaan media pisau silet. Selain itu, ada pula pengukuran dengan kompas kiblat. Kompas kiblat merupakan alat yang mudah digunakan untuk menentukan arah kiblat suatu tempat, sebab dengan meletakkan kompas te rsebut pada suatu tempat, jarumnya akan secara otomatis mengarah atau menunjukkan arah kiblat yang dicari. Teknisnya sama dengan kompas magnetis, bedanya kompas kiblat tidak diputar dan caranya dimulai dari 10. Untuk kota -kota di pulau Jawa, kode angka yan g ditetapkan adalah 7,5. Meskipun demikian, hasil yang diperoleh tetap merupakan perkiraan (tidak akurat) sebab pengaruh dari grafitasi dan gaya magnet sangat besar sehingga menyebabkan penyimpangan yang relatif besar. 59 Serta penyamarataan kode angka untuk seluruh kota di Pulau Jawa ini menunjukkan bahwa arah kiblat yang ditunjukkan oleh panah kompas macam ini besifat taqribi. c.
Menggunakan tongkat istiwa Cara lain yang lebih teliti adalah dengan menggunakan aapa yang dinamakan “tongkat istiwa”. Langkah -langkah yang ditempuh dalam kegiatan ini adalah sebagai berikut:
59
A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi) , (Jakarta: Amzah, 2009), h. 122
47
1) Tegakkan sebuah tongkat (kayu, bambu atau besi) yang lurus, sepanjang 1,5 meter, lebih panjang tentu lebih baik, tegak lurus dengan bumi, di atas tempat akan dibuat masjid. Tempat (menegakkan tong kat) tersebut harus terbuka dan tidak terhalang oleh sinar matahari sepanjang hari. 2) Buat satu atau beberapa “lingkaran sepusat” sekeliling tongkat tersebut. Titik pusat lingkaran (lingkaran -lingkaran tersebut berhimpit dengan tempat berdirinya tongkat) 3) Perhatikan saat bayang-bayang ujung tongkat menyentuh lingkaran, pada pagi hari (sebelum dzuhur) dan sore hari (sesudah dzuhur) lalu beri tanda titik. Jadi ada dua buah titik pada masing -masing lingkaran tersebut, yaitu titik pada waktu pagi dan titik pada w aktu sore. 4) Hubungkan kedua titik tersebut dengan sebuah garis lurus dan inilah garis arah timur barat. 60 Selanjutnya ditentukan seperti cara -cara yang diterangkan sebelumnya. Selain itu, Pada waktu tertentu matahari akan berada persis di atas Ka’bah. Matahari akan berada di atas Ka’bah berlangsung selama dua kali dalam setahun, yaitu: 1) Pada tanggal 27 Mei (tahun kabisat) atau 28 mei (tahun basithah) pukul 16.18 WIB.
60
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya , h. 99
48
2) Pada tanggal 15 Juli (tahun kabisat) atau 16 Juli (tahun basithah) pukul 16.27 WIB.61 Pada waktu-waktu tersebut setiap benda yang terkena sinar matahari akan memiliki bayangan yang mengarah ke arah Ka’bah asalkan benda tersebut berada di tempat yang mengalami masa siang yang sama dengan Ka’bah. Bila kita mau mengukur arah Qiblat di waktu -waktu tersebut, kita cukup mempersiapkan sebuah tongkat, tali, dan pasak atau paku. Pasanglah tongkat di tempat terbuka. Bila matahari bersinar di waktu -waktu tersebut, dan bayangan tongkat sudah nampak jelas, tinggal ditarik garis lurus dengan tali. Itulah arah Qiblatnya. 2.
Metode pengukuran tahqiqi (metode pengukuran yang akurat) Metode ini dikerjakan melalui perhitungan matematis dengan menggunakan
rumus-rumus ilmu ukur segitiga ( spherical trigonometry). Perhitungan dimaksudkan untuk mencari sudut arah kiblat, yak ni sudut dari sebuah segitiga bola yang sisi sisinya terbentuk dari lingkaran -lingkaran besar saling berpotongan melalui titik Ka’bah, kota/lokasi pengukuran dan titik utara. Selanjutnya melalui modifikasi rumus, untuk posisi di Indonesia misalnya, hasil y ang diperoleh sudut arah kiblatnya bisa terbaca sekian derajat dari titik barat ke arah utara atau dari titik utara ke arah barat. Hal penting yang harus diperhatikan dalam metode tahqiqi ini adalah kita harus mengetahui lintang Mekkah, bujur Mekkah, linta ng tempat, dan bujur tempat. Garis 61
Maskufa, Ilmu Falak, h.143
49
lintang (latitude) adalah garis khayal yang melingkari bumi sejajar dengan garis khatulistiwa dan digunakan untuk mengukur jarak dari khatulistiwa. Garis bujur (longitude) adalah garis khayal yang ditarik dari kutub utar a ke kutub selatan. Garis bujur digunakan untuk mengukur jarak barat dan timur. 62 Sedangkan lintang tempat adalah jarak dari tempat dimaksud ke khatulistiwa bumi yang diukur sepanjang garis bujur. Khatulistiwa adalah lintang nol (0), dan titik kutub bumi adalah lintang 90 derajat. Jadi nilai lintang tempat berkisar antara 0 derajat sampai 90 derajat. Sedangkan yang dimaksud dengan bujur tempat adalah jarak dari tempat dimaksud ke garis bujur yang melalui kota Greenwich dekat London. 63 Mengingat arah kiblat in i berkaitan dengan lintang dan bujur Mekkah, maka untuk keseragaman digunakan pedoman Keputusan Badan Hisab dan Rukyat Departemen Agama RI, yang menetapkan lintang kota Mekkah 21°25’ utara dan bujurnya adalah 39°50 timur. 64 Sedangkan untuk data lintang dan bujur tempat dapat diambil dari buku-buku falak atau lebih akurat lagi dengan menggunakan GPS (Global Positioning System) .
62
“Garis Lintang dan Bujur”, dalam Julian Holland, Ensiklopedia Geografi : Ens iklopedia Geografi Dunia Untuk Pelajar dan Umum, (Jakarta: PT Lentera Abadi, 2003), h. 473 63
Encup Supriatna, Hisab Rukyat dan Aplikasinya , (Bandung: PT Refika Aditama, 2007), h. 71
64
A. Jamil, Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi) , h. 109-110
50
C. Rumus Perhitungan Arah Kiblat Dalam melakukan hisab arah kiblat digunakan ilmu ukur bola atau segitiga bola mengingat bumi ini men yerupai bola. Berkenaan dengan hisab arah kiblat ada beberapa data yang diperlukan, selain beberpa rumus yang dapat digunakan. Selanjutnya, dalam proses perhitungan arah kiblat diperlukan alat hitung yaitu daftar logaritma atau kalkulator. Namun, pada saat ini rumus-rumus yang dipakai dalam penentuan arah kiblat sudah memakai ilmu ukur segitiga bola
(Spherical
Trigonometri) maka penggunaan scientific calculator akan lebih memudahkan proses perhitungan bila dibandingkan dengan daftar logaritma. Data pendukung yang diperlukan dalam perhitungan sudut arah kiblat ini adalah: a. Lintang tempat (lokasi pengukuran) b. Garis bujur tempat (lokasi pengukuran) c. Lintang Mekkah (Ka’bah) d. Garis bujur Mekkah (Ka’bah) Adapun rumus yang digunakan untuk mencari sudut arah kiblat adal ah rumus ilmu ukur segitiga bola (spherical trigonometry).65
Keterangan:
65
Q
: arah kiblat
tp
: bujur tempat
tp
: lintang tempat
K
: bujur Ka’bah
Maskufa, Ilmu Falak, h. 136
K
: lintang Ka’bah
51
Hasil yang diperoleh dari rumusan tersebut adalah sudut arah kiblat dihitung dari titik utara ke arah barat, berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Atau bisa dari titik barat ke arah utara dengan cara 90° (sudut antara utara dan barat) dikurangi dengan arah kiblat hasil perhitungan tersebut. Setelah besaran sudut arah kiblat dipero leh, maka untuk praktik pengukurannya harus dipersiapkan terlebih dahulu keempat arah mata angin utama. Penentuan arah mata angin bisa dilakukan dengan tongkat istiwa atau kompas penunjuk arah setelah dikoreksi dengan angka magnetic variation (untuk pulau Jawa koreksinya sebesar -1 derajat [-1°]). Sudut kemiringan arah kiblat dari titik barat atau titik utara selanjutnya bisa diukur dengan penggaris busur atau lebih akurat lagi dengan rumus tangent a (tg a) atau cotangent (cotg a). 66 Adapun cara menentukan s udut kemiringan arah kiblat dengan menggunakan segitiga adalah sebagai berikut: 67 a. Tentukan garis utara selatan pada pelataran yang betul -betul datar b. Tentukan jarak A dan B pada garis utara selatan itu (misalnya: 10 cm) c. Pada titik B buat gari tegak lurus ke arah barat d. Dengan perhitungan goneometris atau tangent a (tg a) Tan a X AB =
Ket.
66
a
: sudut arah kiblat
AB
: Garis Utara Selatan (misalnya: 10 cm)
Sirril Wafa, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat” , Laporan Penelitian, h. 22 67
Maskufa, Ilmu Falak, h. 139
52
Hasil dari perhitungan ini adalah garis BC e. Terakhir kedua garis yaitu A dan C dihubungkan satu sama lain menjadi garis AC. Garis AC inilah garis arah kiblat. Barat C
Ket: garis AC : Arah Kiblat sudut BAC : Sudut arah kiblat
Selatan
A
Gambar 3.1 Segitiga Arah Kiblat
B
Utara
BAB IV PENENTUAN DAN TINGKAT AKURASI ARAH KIBLAT
A. Pengukuran Arah Kiblat Penelitian arah kiblat untuk syathrah di Kota Tangerang ini perhitungannya menggunakan metode tahqiqi, mengingat metode ini lebih memberikan akurasi yang tinggi. Selain itu, kemiringan arah kiblat yang dihasilkan melalui metode ini lebih memberikan kepastian. Pengguna an rumus spherical trigonometry dalam metode ini dengan sendirinya telah memperhitungkan bahwa sisi -sisi permukaan bumi bukanlah sisi-sisi yang datar, tetapi sisi -sisinya merupakan sisi -sisi yang melengkung sebagaimana lengkungan pada bola. Mengenai praktik pengukurannya, penulis menggunakan data yang diperoleh dari situs www.qiblalocator.com, untuk menentukan lintang tempat dan bujur tempat dengan mengambil dua angka untuk derajat menit serta kompas sebagai penunjuk arah. Masalah tentang penyimpangan jaru m kompas dari pusat magnet yang sebenarnya telah diupayakan koreksiannya melalui data koreksi magnetic variation, yang untuk Kota Tangerang dan sekitarnya sebesar -1 derajat. Berikut ini adalah rincian arah kiblat dan kemiringan berdasarkan rumus spherical trigonometry dan rumus tangent atau goniometry dari beberapa kecamatan yang menjadi obyek dalam penelitian adalah sebagai berikut:
53
54
1.
Kecamatan Tangerang
Lintang tempat (tp) : -6°10’41,88’’
Lintang Mekkah (K) : 21° 25
Bujur tempat (tp)
Bujur Mekkah (K)
: 106°37’54,8’’
: 39° 50
Shift tan (cos (-)6°10’41,88’’ X tan 21° 25’ : sin
- sin (-)
6°10’41,88’’ : tan 66°47’54,8’’) 1/x = shift 0° 64°48’28,44’’ Dari perhitungan itu maka arah kiblat untuk Kecamatan Tangerang adalah 64°48’28,44’’ (U-B) dari titik Utara ke arah Barat atau 90° - 64°48’28,44’’ = 25°11’31,56’’ (B-U) dari titik Barat ke arah Utara. Adapun azimutnya adalah 360° -64°48’28,44’’ = 295°11’31,5’’ Sedangkan untuk sudut kemiringannya menggunakan rumus goneometris ya itu: Tan 64°48’28,44’’ X AB = Tan 64°48’28,44’’ X 10 = 2,125868959 X 10 cm = 21,25868959 cm C
21,25 cm Utara
Selatan A
10 cm
B
Gambar 4.1 Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Tangerang
55
2.
Kecamatan Ciledug
Lintang tempat (tp) : -6°13’12’’
Lintang Mekkah (K) : 21° 25
Bujur tempat (tp)
Bujur Mekkah (K)
: 106°42’48,2’’
: 39° 50
Shift tan (cos (-)6°13’12’’ X tan 21°25’ : sin 66°52’48,2’’ – sin (-) 6°13’12’’ : tan 66°52’48,2’’) 1/x = shift 0° 64°48’56 ,11’’ Dari perhitungan itu maka arah kiblat untuk Kecamatan Ciledug adalah 64°48’56,11’’ (U-B) dari titik Utara ke arah Barat atau 90° - 64°48’56,11’’ = 25°11’3.89’’ (B-U) dari titik Barat ke arah Utara. Adapun azimutnya adalah 360° -64°48’56,11’’ = 295°11’3,89’’ Sedangkan untuk sudut kemiringannya menggunakan rumus goneometris yaitu: Tan 64°48’56,11’’ X AB = Tan 64°48’56,11’’ X 10 = 2,126609576 X 10 cm = 21,26609576 cm C
21,26 cm Utara
Selatan A
10 cm
B
Gambar 4.2 Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Ciledug
56
3.
Kecamatan Pinang
Lintang tempat (tp) : -6°13’21’’ Bujur tempat (tp)
Lintang Mekkah (K) : 21° 25
: 106°41’28,6’’
Bujur Mekkah (K)
: 39° 50
Shift tan (cos (-)6°13’21’’ X tan 21°25’ : sin 66°51’ 28,6’’ – sin (-)6°13’21’’ : tan 66°51’28,6’’) 1/x = shift 0° 64°48’33,16’’ Dari perhitungan itu maka arah kiblat untuk Kecamatan Pinang adalah 64°48’33,16’’ (U-B) dari titik Utara ke arah Barat atau 90° - 64°48’33,16’’= 25°11’26,84’’ (B -U) dari titik Barat ke arah Utara. Adapun azimutnya adalah 360° -64°48’33,16’’= 295°11’26,8’’ Sedangkan untuk sudut kemiringannya menggunakan rumus goneometris yaitu: Tan 64°48’33,16’’X AB = Tan 64°48’33,16’’ X 10 = 2,125995265 X 10 cm = 21,25995265 cm
21,26 cm Utara
Selatan A
10 cm
B
Gambar 4.3 Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Pinang
57
4.
Kecamatan Karang Tengah
Lintang tempat (tp) : -6°12’57,24’’ Bujur tempat (tp)
Lintang Mekkah (K) : 21° 25
: 106°42’59’’ Bujur Mekkah (K)
: 39° 50
Shift tan (cos (-)6°12’57,24’’ X tan 21°25’ : sin 66°52’59’’ – sin (-) 6°12’57,24’’ : tan 66°52’59’’) 1/x = shift 0° 64°49’3,41’’ Dari perhitungan itu maka arah kiblat untuk Kecamatan Karang Tengah adalah 64°48’33,16’’ (U-B) dari titik Utara ke arah Barat atau 90° - 64°49’3,41’’= 25°10’56,59’’ (B-U) dari titik Barat ke arah Utara. Adapun azimutnya adalah 360° -64°49’3,41’’= 295°10’56,5’’ Sedangkan untuk sudut kemiringannya menggunakan rumus goneometris yaitu: Tan 64°49’3,41’’ X AB = Tan 64°49’3,41’’ X 10 = 2,126805039 X 10 cm = 21,26805039 cm
21,26 cm Utara
Selatan A
10 cm
B
Gambar 4.4 Segitiga Arah Kiblat Kecamatan Karang Tengah
58
5.
Kecamatan Cipondoh
Lintang tempat (tp) : -6°12’9,72’’
Lintang Mekkah (K) : 21° 25
Bujur tempat (tp)
Bujur Mekkah (K)
: 106°40’40,4’’
: 39° 50
Shift tan (cos (-) 6°12’9,72’’ X tan 21°25’ : sin 66°50’40,4’’ – sin (-)6°12’9,72’’ : tan 66°50’40,4’’) 1/x = shift 0° 64°48’43,01’’ Dari perhitungan itu maka arah kiblat untuk Kecamatan Cipondoh adalah 64°48’43,01’’ (U-B) dari titik Utara ke arah Barat atau 90° - 64°48’43,01’’= 25°11’16,99’’ (B-U) dari titik Barat ke arah Utara. Adapun azimutnya adalah 360° -64°48’43,01’’= 295°11’16,9’’ Sedangkan untuk sudut kemiringannya menggunakan rumus goneometris yaitu: Tan 64°48’43,01’’X AB = Tan 64°48’43,01’’ X 10 = 2,126258888 X 10 cm = 21,26258888 cm
21,26 cm Utara
Selatan A
10 cm
B
Gambar 4.5 Segitiga Arah Kiblat Ke camatan Cipondoh
59
Setelah diketahui arah kiblat dan sudut kemiringan selanjutnya penulis melakukan perhitungan arah kiblat di mushalla SMA di Kota Tangerang dengan cara: a.
Menentukan terlebih dahulu garis barat dan timur dengan kompas Kompas adalah alat pen unjukan arah mata angin oleh jarum yang ada padanya.
Jarum kompas ini terbuat dari logam magnetis yang dipasang sedemikian rupa sehingga dengan mudah bergerak menunjukkan arah utara. Hanya saja arah utara yang ditunjukkan olehnya bukan arah utara sejati (k utub utara), melainkan titik utara magnit, sehingga untuk mendapatkan arah utara sejati perlu ada koreksi variasi magnit (Magnetic variation ) terhadap arah jarum kompas. Magnetic variation, yang untuk Kota Tangerang dan sekitarnya sebesar -1 derajat. Menetukan titik barat dan timur dengan kompas dapat dilakukan dengan cara: 1) Letakakkan kompas di tempat yang datar serta bebas dari medan magnit (logam yang mengandung zat besi dan semacamnya) 2) Periksalah jarum yang ada padanya, upayakan ia dapat bergerak bebas 3) Jarum kompas yang (biasanya) berwarna merah atau kebiru -biruan senantiasa menunjukkan arah utara. 4) Bentangkan benang atau semacamnya di atas kompas searah dengan jarum kompas
60
5) Buatlah titik U pada arah yang menunju titik utara dan buatlah titik S pada arah yang menunju titik selatan 68 6) Untuk memperoleh arah utara sejati, perlu dikoreksi vasiasi magnit, dengan demikian sudah diperoleh arah utara dan selatan sejati b.
Menentukan arah kiblat dengan busur derjat Menentukan arah kiblat dengan busur derajat sangat prak tis dan mudah dengan
langkah langkah sebagai berikut: 1) Membuat/menentukan titik pada garis utara selatan, katakan titik U pada titik utara dan S pada titik selatan 2) Dengan menggunakan siku, buat garis tegak lurus dengan garis utara selatan , yaitu garis timur barat 3) Pada titik pusat perpotongan garis utara selatan dan timur barat buat titik, katakanlah titik A 4) Busur derajat yang telah disiapkan titik pusatnya letakkan pada titik A dan memanjang mengikuti garis utara selatan (berimpit) 5) Titk 90 derajat (nol derajat) pada busur tepat di titi k utara, sedangkan titik 0 derajat dan 180 derajat berimpit dengan tit ik barat dan timur 6) Hitung mulai dari 90 derajat sampai berapa besar derjat yang akan dicari ditentukan arah kiblatnya, lalu beri titik (katakana Q) 7) Hubungkan titk A dengan titk Q, garis A -Q adalah arah kiblat yang dicari. 68
h. 13
Muhyiddin Khazin, Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat, (Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004),
61
B. Metode yang Digunakan oleh Sekolah Pada umumnya untuk di setiap sekolah dalam membuat akurasi arah kiblat di setiap mushalla berbeda-beda, baik itu meotde pengukurannya maupun alat ukur yang dipakai sehingga tingkat keakuratannya pun berbeda pula. Akan tetapi pihak sekolah yang ada di Kota Tangerang tidak jauh dari pengukuran yang menggunakan metode taqribi maupun metode tahqiqi. Adapun metode yang digunakan untuk membuat akurasi arah kiblat d i mushalla di SMA Kota Tangerang dengan menggunakan metode taqribi yaitu: 1. Bayang-bayang matahari = 2 sekolah (6,7%) 2. Silet (untuk menunjukan arah utara selatan) = tidak ada 3. Kompas = 11 sekolah (36,7%) 4. Kompas kiblat = 1 sekolah (3,3%) 5. Perkiraaan (tanpa alat) = 11 sekolah (36,7%) Jadi mushalla yang menggunakan metode taqribi ini sebanyak 25 mushalla atau sekolah (83,4%) dan alat ukur yang digunakannya pun tergolong tradisional. Sedangkan metode tahqiqi hanya terdapat pada satu mushalla (3,3%), yakni mushalla yang ada di SMA Al Mubarok, mushalla tersebut cara perhitungan kiblatnya menggunakan ilmu hisab yakni dengan alat -alat modern seperti GPS dan segitiga siku-siku. Sedangkan sisanya yakni sebanyak empat mushalla (13,3%) yang tidak diketahui metode penentuan a rah kiblatnya, hal ini pihak sekolah yang ada tidak mengetahui siapa yang mengukur arah mushalla tersebut atau bagaimana cara
62
menentukan arah kiblat mushalla tersebut. Hal ini dikarenakan bangunan mushalla yang dibuat sudah terlalu tua atau lama sehingga p ihak sekolah tidak mengetahuinya. Berikut ini perbandingan metode dan alat ukur yang digunakan oleh pihak sekolah dalam menentukan arah kiblat.
Gambar 4.6 Perbandingan Metode yang Digunakan Sekolah
Gambar 4.7 Perbandingan Alat Ukur yang Digunakan
63
Adapun rincian mushalla yang menggunakan metode taqribi (bayang -bayang matahari, kompas, kompas kiblat, dan perkiraan (tanpa alat)) atau (83,4%) yakni: Tabel 4.1 Mushalla yang Menggunakan Bayang -bayang Matahari No
Nama Sekolah
Nama Mushalla
1
SMA N 7 Tangerang
An Nur
2
SMA Assyakirin
Assyakirin
Alamat Jl.Perintis Kemerdekaan 1 no 2 Tangerang Jl. KH. Hasyim Ashari 7 Pinang
Alat Ukur Bayangbayang matahari Bayangbayang matahari
Tabel 4.2 Mushalla yang Menggunakan Kompas No
Nama mushalla
Nama sekolah
1
SMA Bina Insani
Bina Insani
2
SMA Al Husna
Al Husna
3
SMA Islam Az Zamir
Akhlakul Karimah
4
SMA N 13 Tangerang
-
5
SMA At Thahirin
At Thahirin
6
SMA Budi Mulya
Budi Mulya
Alamat Jl. H. Mansyur Prapatan Gondrong no. 3 Pinang Jl. A Damyati 4345 Tangerang Jl. Lumba-lumba no. 3 Kunciran Indah Pinang Komp. Griya Kencana II Sudimara Barat Ciledug Tangerang Jl. Raden Fatah KM 1 Ciledug Jl. Hos Cokroaminoto No. 1 Ciledug
Alat ukur Kompas Kompas Kompas
Kompas
Kompas Kompas
64
7
SMA Khairul Falah
Kafah Unggul
8
SMA PGRI 117
-
9
SMA N 4 Tangerang
At Taqwa
10
SMA Islam Assyukriyah
Assyukriyah
11
SMA Daarul Muqorrobin
Muqorrobin
Jl. Raden Saleh no 56 Karang Mulya Jl. Hos Cokroaminoto no 41 Karang Tengah Jl. Padasuka 1 Pabuaran Tumpeng Tangerang Jl. KH. Hasyim Ashari Cipodoh Jl. H. Jali Kunciran Jaya Pinang
Kompas
Kompas
Kompas Kompas Kompas
Tabel 4.3 Mushalla yang Menggunakan Kompas Kiblat No 1
Nama Mushalla
Nama Sekolah SMA Ki Hajar Dewantoro
Al Abror
Alamat Jl. KH. Hasyim Ashari Km. 9 Pinang
Alat Ukur Kompas Kiblat
Tabel 4.4 Mushalla yang Menggunakan Metode Perkiraan No
Nama Mushalla
Nama Sekolah
1
SMA Dharma Bhakti
Dharma Bhakti
2
SMA Prasetya
Al Ikhlas
3
SMA N 10 Tangerang
-
Alamat Jl. KH. Hasyim Ashari Gg. Bhakti Pinang Jl. Komplek Pepabri Kunciran Pinang Jl. KH. Ashari Kp. Sasak Cipondoh
Alat Ukur Perkiraan Perkiraan Perkiraan
65
4
SMA Budi Luhur
As Suhanah
5
SMA Yadika 3
Baitus Shalihin
6
SMA N 3 Tangerang
Nurul Huda
7
SMA Kosgoro
-
8
SMA Syekh Yusuf
An Nahl
9
SMA Manggala
-
10
SMA Yupentek 1
As Sholihin
11
SMA Plus Abdi Negara
Abdi Negara
Jl. Raden Saleh 999 Karang Tengah Jl. Raden Saleh 11 Ciledug Jl. KH. Hasyim Ashari Ciledug Tangerang Jl. Komp. Lap. Rawa Kambing Jl. Maulana Yusuf no 1 Babakan Ujung Tangerang Jl. Hos Cokroaminoto Gg Ilyas no 63 K. Tengah Jl. P. Kemerdekaan I no 1 Tangerang Jl Perintis Kemerdekaan II Cikokol Tangerang
Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Perkiraan
Sedangkan yang menggunakan metode tahqiqi ada satu mushalla (3,3%) yakni: Tabel 4.5 Mushalla yang Menggunakan Metode Tahqiqi (alat ukur GPS) No 1
Nama Sekolah
Nama Mushalla
SMA Al Mubarok
Al Mubarok
Alamat Jl. KH. Madja Panunggangan Pinang
Alat Ukur GPS
66
Sedangkan mushalla yang t idak diketahui metode arah kiblatnya sebanyak empat mushalla atau (13,3%). Tabel 4.6 Mushalla yang Tidak Diketahui Metode Arah Kiblatnya No
Nama Sekolah
Nama Mushalla
1
SMA N 2 Tangerang
Bahrul Ulum
2
SMA N 1 Tangerang
Ulil Albab
3
SMA Harapan Jaya 2
Harapan Jaya
4
SMA YP Karya
As Saidah
Alamat Jl. Taman Makam Pahlawan Taruna Tangerang Jl. Daan Mogot no 50 Tangerang Jl. H. Mansur no 25 Gondrong Cipondoh Jl. KH. Hasyim Ashari Km 3 Cipondoh
Alat Ukur Tidak Diketahui Tidak Diketahui Tidak Diketahui Tidak Diketahui
Tidak diketahuinya metode yang digunakan dikarenakan mushalla yang dibuat sudah terlalu tua atau lama sehingga pihak sekolah tidak mengetahuinya.
C. Keakuratan Arah Kiblat Mushalla Tingkat akurasi dalam praktik pengukuran arah kiblat ditentukan ol eh bagaimana caranya menggunakan metode taqribi maupun tahqiqi sesuai dengan prosedur yang baik. Hal itu untuk meminimalisasi kelemahan pada masing -masing metode tersebut. Untuk menganalisis konsep arah kiblat ini sesuai dengan hasil perhitungan yang penulis lakukan sebelumnya bahwa arah kiblat di tiap kecamatan yakni untuk 25 derajat dari barat ke utara. Sehingga penulis dalam melakukan pengukuran
67
menemukan sebagian mushalla yang akurat dan juga yang tidak akurat. Adapun hasil penelitian terhadap arah kibl at mushalla yang ada di SMA di Kota Tangerang secara keseluruhan adalah sebagai berikut: Tabel 4.7 Akurasi Arah Kiblat Mushalla SMA Kota Tangerang No Nama Sekolah
Kecamatan Alat Ukur
1
SMAN Tangerang
2
SMAN 2 Tangerang Tangerang
3
SMA Al Husna
4
SMAN Tangerang
5
SMA Yupentek 1
Tangerang
Perkiraan
-25°
6
SMA Syekh Yusuf
Tangerang
Perkiraan
-23°
Perkiraan
-15°
Kompas
-10°
Kompas
-13°
Perkiraan
-10°
7 8 9 10 11 12 13
1
Tangerang
Tangerang 7
Karawaci
SMA Plus Abdi Tangerang Negara SMAN 4 Karawaci Tangerang SMA Islam Cipondoh Assyukriyah SMAN 10 Cipondoh Tangerang SMA YP Karya
Cipondoh
SMA Harapan Jaya Cipondoh 2 SMA Ki Hajar Pinang Dewantoro
14
SMA Assyakirin
Pinang
15
SMA Bhakti
Pinang
Dharma
Tidak diketahui Tidak diketahui Kompas Bayangbayang matahari
Deviasi
Tidak diketahui Tidak diketahui Kompas kiblat Bayangbayang matahari Perkiraan
+8° -20° 0° -8°
-5° -10° -15°
Hasil Penelitian Tidak akurat Tidak akurat Akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat
-10°
Tidak akurat
-20°
Tidak akurat
68
16
SMA Zamir
17
Islam
Az
Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat Tidak akurat
Pinang
Kompas
-10°
SMA Bina Insani
Pinang
Kompas
-20°
18
SMA Prasetya
Pinang
Perkiraan
-10°
19
SMA Al Mubarok
Pinang Karang SMA Kosgoro Tengah SMAN 3 Karang Tangerang Tengah Karang SMA Yadika 3 Tengah Karang SMA Budi Luhur Tengah Karang SMA Khairul Falah Tengah Karang SMA PGRI 117 Tengah Karang SMA Manggala Tengah
GPS
0°
Perkiraan
+3°
Perkiraan
-5°
Perkiraan
-8°
Perkiraan
-7°
Kompas
-15°
Kompas
-3°
Perkiraan
+5°
27
SMA At Thahirin
Ciledug
Kompas
-4°
28
SMA Budi Mulya
Ciledug
Kompas
-10°
Kompas
0°
Akurat
Kompas
-17°
Tidak akurat
20 21 22 23 24 25 26
29 30
SMAN 13 Ciledug Tangerang SMA Daarul Pinang Muqorrobin
Dari hasil penelitian tersebut tiga sekolah (10%) saja yang arah kiblat mushallanya akurat sedangkan sisanya yakni 27 sekolah (90%) arah kiblatnya tidak akurat.
69
Gambar 4.8 Perbandingan Sekolah yang Akurat dan Tidak Akurat Adapun rincian mushalla SMA yang akurat dan tidak akurat adalah sebagai berikut: 1.
Mushalla yang akurat Adapun untuk mushalla yang akurat arah kiblatnya menurut perhitungan penulis
diantaranya ada tiga mushalla (10%) yakni mushalla yang ada di SMA Al Husna, SMAN 13 Tangerang, dan SMA Al Mubarok. Tabel 4.8 Mushalla yang Akurat No
Nama Sekolah
1
SMA Al Husna
2
SMAN 13 Tangerang
3
SMA Al Mubarok
Nama Mushalla
Alat Ukur
Keakuratan
Hasil
Al Husna
Kompas
25°
Akurat
-
Kompas
25°
Akurat
Al Mubarok
GPS
25°
Akurat
Dari ketiga sekolah tersebut dua sekolah yang menggunakan alat ukur kompas atau menggunakan metode taqribi dan satu se kolah menggunakan alat ukur GPS atau
70
metode tahqiqi. Jadi, kebanyakan mushalla SMA yang akurat di Kota Tangerang menggunakan kompas dikarenakan kompas selain mudah cara penggunaannya juga praktis untuk dipakai di kalangan masyarakat sedangkan GPS merupakan alat canggih yang harganya cukup mahal sehingga orang jarang yang memilikinya serta cara penggunaaannya yang lebih sulit dibandingkan dengan kompas. 2.
Mushalla yang Kurang Akurat dan Deviasinya (Penyimpangannya) Mushalla yang kurang akurat disebabkan oleh b eberapa faktor diantaranya tidak
mengikuti prosedur dengan baik dalam melakukan praktik pengukurannya. Sehingga kebanyakan dari mereka tidak memperhatikan kaidah -kaidah yang benar pada saat pengukuran. Kalau pada kenyataannya seperti itu maka tidak menutup kemungkinan mushalla SMA di Kota Tangerang yang sudah diukur arah kiblatnya masih banyak yang tetap menyimpang dari arah sebenaranya, dikarenakan tidak mengikuti prosedur/tata cara yang baik. Berdasarkan pengelompokkan derajat deviasi (penyimpangan) arah kiblat temuan di lapangan dengan arah kiblat sebenarnya, mushalla -mushalla yang dijadikan sampel dikelompkkan ke dalam tiga kategori, yaitu: a.
Akurat apabila arah hadap m ushalla tepat, sesuai dengan hasil hitungan akurasi arah kiblat.
b.
Negatif atau minus (-), bila arah hadap mushalla kurang dari hasil hitungan akurasi arah kiblat.
c.
Positif atau plus (+), bila arah hadap mushalla melebihi hasil hitungan akurasi arah kiblat
71
Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa dari 30 mushalla sampel yang diteliti, 27 mushalla di antaranya tidak akurat dan memiliki derajat deviasi yang beragam (tabel 4.6). Dari 27 mushalla yang diteliti nilai ketidaktepatan arah kiblatnya itu, ditemukan bahwa 24 mushalla (80%) yang akurasi arah kiblatnya kurang. Yang dimaksud dengan “akurasi arah kiblatnya kurang” adalah nilai arah kiblat mushalla itu bernilai negatif, kurang atau minus ( -) dari nilai akurasi yang akurat, yang tepat atau yang seharusnya). Kalau dilakukan pembulatan arah kiblat yang akurat itu untuk Kota Tangerang adalah 6 5 derajat dari titik Utara ke Barat atau 25 derajat dari titik Barat ke Utara. Temuan data ternyata yang dominan adalah nilai kurang, negatif atau minus, seperti dipaparkan di atas. Hal tersebut membuktikan bahwa anggapan arah kiblat mushalla SMA di Kota T angerang cenderung ke arah Barat, berdasarkan hasil temuan penelitian ini adalah benar -benar terbukti, misalnya SMA Yupentek 1( -25°), SMA Syekh Yusuf (-23°), SMA Bina Insani ( -20°), SMAN 2 Tangerang ( -20°). Angka negatif atau minus 25 derajat menunjukkan a rah kiblat masjid tersebut tepat mengarah ke barat. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa dari 27 mushalla yang arah kiblatnya tidak akurat, ternyata ditemukan 3 mushalla (10 %) yang tingkat akurasi arah kiblatnya lebih yakni SMAN 1 Tangerang (+8°), SMA Ma nggala (+5°) dan SMA Kosgoro (+3°). Yang dimaksud dengan “akurasi arah kiblat lebih” adalah nilai arah hadap masjid itu bernilai positif atau plus (+) dari nilai akurasi yang seharusnya atau dari angka ketepatan arah kiblat.
72
Gambar 4.9 Diagram Lingkaran Persentase Kurang Akurat Negatif ( -) dan Kurang Akurat Positif (+) Arah Kiblat Untuk mushalla yang arahnya kurang ke utara sudut deviasi yang dihasilkan beragam. Mushalla yang keakuratannya kurang ke utara dari mulai 1 -10 derajat ada 12 mushalla (40%), dan di atas 10 derajat kurang ke utara ada 12 mushala (40%). Untuk mushalla yang arahnya kurang ke utara deviasi yang paling kecil 3 derajat (kurang ke utara) dan yang paling tinggi sebesar 25 derajat kurang ke utara). Adapun rincian dari mushalla yang arahnya kurang ke utara adalah sebagai berikut: Tabel 4.9 Mushalla yang Arahnya Kurang ke Utara Deviasi 1-10 derajat No
Nama Sekolah
1
SMA At Thahirin
2
SMA N 3 Tangerang
Nama Mushalla At Thahirin Nurul Huda
Alat Ukur
Hasil Pengukuran 21° Barat ke Kompas Utara Tidak 20° Barat ke Diketahui Utara
Deviasi 4° Kurang ke Utara 5° Kurang ke Utara
73
3 4 5 6 7 8 9
Tidak Diketahui BayangSMA Assyakirin Assyakirin bayang Matahari SMA Islam Az Akhlakul Kompas Zamir Karimah BayangSMA N 7 Tangerang An Nur bayang Matahari Budi SMA Budi Mulya Kompas Mulya Baitus SMA Yadika 3 Perkiraan Shalihin As SMA Budi Luhur Perkiraan Suhanah SMA YP Karya
As Saidah
10
SMAN 4 Tangerang
At Taqwa
Kompas
11
SMAN Tangerang
-
Perkiraan
12
SMA PGRI 117
-
Kompas
10
20° Barat ke 5° Kurang ke Utara Utara 15° Barat ke 10° Kurang Utara ke Utara 15° Barat ke 10° Kurang Utara ke Utara 17° Barat ke 8° Kurang ke Utara Utara 15° Barat ke 10° Kurang Utara ke Utara 17° Barat ke 8° Kurang ke Utara Utara 18° Barat ke 7° Kurang ke Utara Utara 10° Kurang 15° ke Utara 15° Barat ke 10° Kurang Utara ke Utara 22° Barat ke 3° Kurang ke Utara Utara
Tabel 4.10 Mushalla yang Arahnya Kurang ke Utara Deviasi di atas 10° No 1 2 3
Nama Mushalla SMA Dharma Dhama Bhakti Bhakti SMA Ki Hajar Al Abror Dewantoro Bahrul SMAN 2 Tangerang Ulum Nama Sekolah
4
SMA Syekh Yusuf
An Nahl
5
SMA Khairul Falah
Kafah Unggul
Alat Ukur
Hasil Pengukuran 5° Barat ke Perkiraan Utara Kompas 10° Barat ke Kiblat Utara Tidak 5° Barat ke Diketahui Utara 2° Barat ke Perkiraan Utara 10° Barat ke Kompas Utara
Deviasi 20° Kurang ke Utara 15° Kurang ke Utara 20° Kurang ke Utara 23° Kurang ke Utara 15° Kurang ke Utara
74
6
SMA Harapan Jaya 2
Perkiraan
7
SMA Bina Insani
Bina Insani
Kompas
8
SMA Prasetya
Al Ikhlas
Perkiraan
9
SMA Assyukriyah
Assyukriyah Kompas
10
SMA Yupentek 1
As Sholihin
11 12
SMA Plus Abdi Abdi Negara Negara SMA Daarul Muqorrobin Muqorrobin
Perkiraan Perkiraan Kompas
15° Barat Utara 5° Barat Utara 15° Barat Utara 12° Barat Utara 0° Barat Utara 10° Barat Utara 8° Barat Utara
ke 10° Kurang ke Utara ke 20° Kurang ke Utara ke 10° Kurang ke Utara ke 13° Kurang ke Utara ke 25° Kurang ke Utara ke 15° Kurang ke Utara ke 17° Kurang ke Utara
Adapun mushalla yang arahnya lebih ke utara dengan deviasinya 1 sampai 10 derajat ada tiga mushalla (10%). Untuk mushalla yang arahnya lebih ke utara dengan sudut deviasi paling kecil sebesar tiga (lebih ke utara) dan paling ting gi delapan derajat (lebih ke utara) Tabel 4.11 Mushalla yang Arahnya Lebih ke Utara 1 -10 Derajat Nama Mushalla
Alat Ukur Tidak Ulil Albab Diketahui
No
Nama Sekolah
1
SMAN 1 Tangerang
2
SMA Manggala
-
Perkiraan
3
SMA Kosgoro
-
Perkiraan
Hasil Pengukuran 33° Barat ke Utara 30° Barat ke Utara 28° Barat ke Utara
Deviasi 8° Lebih ke Utara 5° Lebih ke Utara 3° Lebih ke Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tingkat deviasi kurang atau bernilai minus lebih tinggi daripada daripada persentase mushalla dengan tingkat
75
deviasi lebih atau bernilai plus. Hal ini menunjukkan bahwa kebany akan mushalla SMA di Kota Tangerang tepat ke barat. Bila diteruskan akan ke arah Afrika dan seterusnya, bukan Ka’bah, Mekah. Seharusnya, arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang adalah ke arah Barat Laut, yaitu 25° dari sumbu barat atau 65° dari sumbu Utara (gamber 4.10).
Gambar 4.10 Arah Kiblat Kota Tangerang (Banten) dan Contoh Deviasi
76
D. Analisa Penulis Pada hakikatnya, kiblat adalah suatu arah yang menyatukan arah segenap umat Islam di seluruh dunia dalam melaksanakan shalat. Meskipun titik arah itu sendiri bukanlah objek yang disembah oleh manusia yang beragama Islam ketika melaksanakan shalat. Shalat seorang muslim pada hakikatnya bukan menyembah ka’bah, melainkan bersujud kepada Allah, Tuhan semesta alam. Jika bukan dalam keadaan darurat, shalat seseorang tidak sah bila tidak menghadap kiblat. Ijtihad arah kiblat digunakan seseorang yang berada di luar tanah suci Makkah atau bahkan di luar negara Arab Saudi. Bagi yang tidak tahu arah dan ia tidak dapat mengira Kiblat Dzan nya maka ia boleh meng hadap kemanapun yang ia yakini sebagai Arah Kiblat. Namun bagi yang dapat mengira maka ia wajib ijtihad terhadap arah kiblatnya. Ijtihad dapat digunakan untuk menentukan arah kiblat dari suatu tempat yang terletak jauh dari Masjidil Haram. Diantaranya ad alah ijtihad menggunakan posisi rasi bintang, bayangan matahari, arah matahari terbenam dan perhitungan segitiga bola maupun pengukuran menggunakan peralatan modern. Bagi lokasi atau tempat yang jauh seperti Indonesia, ijtihad arah kiblat dapat ditentukan melalui perhitungan falak atau astronomi serta dibantu pengukurannya menggunakan peralatan modern seperti kompas, GPS, theodolit dan sebagainya. Penggunaan alat-alat modern ini akan menjadikan arah kiblat yang kita tuju semakin tepat dan akurat. Dengan b antuan alat dan keyakinan yang lebih tinggi maka hukum Kiblat Dzan akan semakin mendekati Kiblat Yakin. Dan sekarang kaidah -kaidah
77
pengukuran arah kiblat menggunakan perhitungan astronomis dan pengukuran menggunakan alat-alat modern semakin banyak digunaka n secara nasional di Indonesia dan juga di negara -negara lain. Bagi orang awam atau kalangan yang tidak tahu menggunakan kaidah tersebut, ia perlu taqlid atau percaya kepada orang yang berijtihad. Untuk itu, penulis melakukan ijtihad dalam menentukan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang untuk dapat menambah keyakinan dalam beribadah kepada Allah Swt, dengan menggunakan rumus spherical trigonometry yang telah penulis pelajari. Berdasarkan apa yang penulis dapat dari hasil penelitian, penulis menganalis is bahwa dari beberapa temuan penelitian diatas ada beberapa asumsi yang secara signifikan terbukti di lapangan. Pertama, asumsi bahwa arah kiblat m ushalla di Indonesia ada kecenderungan ke arah Barat terbukti dengan dominannya arah hadap mushalla yang bernilai (-) minus yakni sebanyak 24 mushalla (80%) dibandingkan yang bernilai (+) plus yakni sebanyak 3 mushalla (10%) dan akurat (10%). Padahal pada tahun 2010 lalu Komisi Fatwa MUI mengeluarkan revisi fatwa MUI No 3 Tahun 2010 bahwa arah kiblat Indonesia adalah barat dengan fatwa MUI No 5 Tahun 2010 bahwa arah kiblat Indonesia adalah barat laut dengan posisi bervariasi sesuai kawasan masing-masing (garis lintang dan garis bujur). Namun, tetap saja masyarakat (sekolah) berasumsi bahwa arah kiblat cenderung ke arah Barat.
78
Jika asumsi bahwa arah kiblat ke Barat maka akan terjadi penyimpangan yang cukup besar yakni sekitar 25 derajat. Hal ini berarti telah terjadi penyimpangan sebesar 3641,75 km ke sebelah kiri ka’bah. 69 Kedua latar belakang pendidikan, lembag a terkait yang dianggap kompeten tidak melakukan penyuluhan dan pengukuran terhadap sekolah -sekolah yang ada di Tangerang yakni tentang keakuratan arah kiblat yang sangat kental nuansa sainsnya. Hal ini terbukti oleh temuan bahwa mushalla yang tidak akurat jauh lebih banyak yakni 90% dibandingakan mushalla yang tidak akurat sebesar 10%. Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan beberapa sumber yang penulis wawancarai yang diantaranya dengan Bapak H. Moh. Abror selaku Guru Agama SMA Yupentek 1 Tangerang mengungkapkan bahwa “Tidak ada penyuluhan dari lembaga terkait mengenai penentuan arah kiblat, kecuali jika kita memintanya”. 70 Berdasarkan wawancara penulis dengan MUI Kota Tangerang, mengemukan bahwa dalam hal pengukuran arah kiblat masyarakatlah yang lebi h aktif artinya jika masyarakat tidak meminta bantuan maka tidak diukur arah kiblatnya. Kemudian selama ini tidak ada pihak sekolah yang meminta bantuan MUI untuk diukur arah kiblatnya. Selain itu, MUI Kota Tangerang juga melakukan pelatihan tentang falakiyah kepada MUI Kecamatan dan KUA. 71
69
Penyimpangan 1˚ bila dikonversi ke dalam jarak mencapai 145,67 km
70
Wawancara Pribadi dengan H. Moh. Abror. Tangerang, 3 Mei 2011.
71
Wawancara Pribadi dengan A. Rofki. Tangerang, 4 April 2011.
79
Ketiga, kurangnya pemahanan pihak sekolah akan cara atau metode tahqiqi, yang dapat dipakai dalam menentukan arah kiblat yang akurat terbukti dengan dominanannya metode taqribi yang dipakai oleh pihak sekolah yakni sebany ak 29 sekolah atau 96,7%, dibandingakan dengan metode tahqiqi yang hanya dipakai oleh satu sekolah saja atau 3,3%. Jadi, wajar jika dari hasil penelitan penulis 27 atau 90% terdapat mushalla yang tidak akurat disebabkan oleh metode yang digunakan oleh sekolah hanya berdasarkan perkiraan saja tanpa memanfaatkan teknologi yang canggih pada saat sekarang ini. Selain itu, ketidakpedulian pihak sekolah mengenai cara menentukan arah kiblat mengakibatkan hasilnyapun sangat tidak akurat dikarenakan pihak sekolah hanya mengira-ngira saja arah kiblat tersebut. Selain itu, pihak sekolah juga tidak meminta bantuan dari pihak yang mengerti tentang cara menentukan arah kiblat seperti MUI dan Depag. Atau mungkin pihak sekolah beranggapan bahwa jika mengadakan penyuluhan maka memerlukan biaya, padahal pembangunan dan pengelolaan mushalla saja hanya dari siswa dan yayasan yang menaungi sekolah swasta. Dari wawancara yang penulis lakukan ada dua sekolah yang mendapat bantuan dalam pendirian maupun pengelolaan mushalla diant aranya SMAN 4 Tangerang yang mendapat dana bantuan sebesar Rp. 10.000.000, - dari Pemerintah Kota Tangerang. 72 Adapun sekolah yang lain dalam pendirian dan pengelolaannya berasal dari siswa/i, guru dan juga yayasan selaku pemilik sekolah yang berstatus swast a.
72
Wawancara Pribadi dengan Khasam Bisri. Tangerang 3 Mei 2011.
80
Keempat, gempa bumi yang sering terjadi di Indonesia tidak memberikan pengaruh yang besar akan perubahan arah kiblat, karena pada dasarnya untuk menentukan keakuratan adalah dengan cara ijtihad menggunakan ilmu yang sesuai dengan zaman. Hal ini juga diu ngkapkan oleh Bapak A. Rofki, anggota MUI Kota Tangerang, “Perubahan arah kiblat karena gempa bumi tidak terlalu signifikan tetapi yang paling utama ialah ketidaktahuan masyarakat akan metode yang baik dalam menentukan arah kiblat.” 73 Berdasarkan fakta yang telah penulis ungkapkan tersebut di atas, maka terhadap mushalla yang tidak akurat cukup dengam mengubah shafny a saja dan tidak perlu untuk membongkar ulang mushalla karena hal itu bisa membuat ker esahan dimasyarakat dan memerlu kan banyak biaya. Selain i tu, bagi penduduk Indonesia yang berada di sebelah timur Masjidil Haram, pada dasarnya cukup menghadap arah Ka’bah (jihat ka’bah), yaitu ke arah Barat Laut. Menurut penulis ini sudah cukup dan sudah sah shalatnya. Kalaupun melenceng beberapa derajat, menur ut penulis itu dapat dimaafkan, selama masih mengarah ke Barat. Karena pada hakikatnya hal terpenting dalam shalat adalah mengahadap Illahi Sang Pencipta Alam.
73
Wawancara Pribadi dengan A. Rofki. Tangerang, 4 April 2011.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dipaparkan pada Bab sebelumn ya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa : 1.
Tingkat akurasi mushalla Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Tangerang dapat dikatakan cukup rendah keakuratannya dikarenakan jumlah persentase mushalla yang akurat lebih kecil dibandingkan persentase mus halla yang tidak akurat. Dari 30 mushalla/sekolah yang dijadikan sample terdapat tiga mushalla (10%) yang akurat sedangkan sisanya 27 mushalla(90%) tidak akurat. Dari 27 mushalla (90%) mushalla yang tidak akurat, memiliki derajat deviasi yang beragam. Berdasarkan hasil penelitian, nilai ketidaktepatan arah kiblat ditemukan bahwa 24 mushalla (80%) yang akurasi arah kiblatnya kurang. Yang dimaksud dengan akurasi arah kiblatnya kurang adalah nilai arah kiblat mushalla itu bernilai negatif, kurang atau minus ( -) dari nilai akurasi yang akurat, yang tepat atau yang seharusnya). Kalau dilakukan pembulatan arah kiblat yang akurat itu untuk Kota Tangerang adalah 65 derajat dari titik Utara ke Barat atau 25 derajat dari titik Barat ke Utara. Dan tiga mushlla (10%) ya ng akurasi arah kiblatnya lebih. Yang dimaksud dengan akurasi lebih adalah nilai arah kiblat mushalla itu bernilai negatif, lebih
81
82
atau plus (+) dari nilai akurasi yang tepat yakni 65 derajat dari titik Utara ke Barat atau 25 derjaat dari titik Barat ke Uta ra. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase tingkat deviasi kurang atau bernilai minus lebih tinggi daripada daripada persentase mushalla dengan tingkat deviasi lebih atau bernilai plus. Hal tersebut membuktikan bahwa anggapan arah kiblat mushalla SMA di Kota Tangerang cenderung ke arah Barat. Jika dirinci lebih lanjut, berdasarkan derajat kemiringannya (deviasi) terdapat 12 mushalla (40%) yang deviasinya antara satu sampai sepuluh derajat kurang ke utara dengan deviasi paling kecil sebesar tiga d erajat. Kemudian untuk deviasi di atas sepuluh derajat kurang ke utara terdapat 12 mushalla (40%) dengan deviasi paling besar 25 derajat. Sedangkan untuk mushalla yang deviasinya lebih terdapat 3 mushalla (10%) dengan derajat kemiringan terkecil tiga deraj at lebih ke utara dan terbesar delapan derajat lebih ke utara. 2.
Dari hasil penelitian di atas, di setiap sekolah dalam hal cara membuat akurasi arah kiblat di setiap mus halla berbeda-beda, baik itu metode pengukurannya maupun alat ukur yang dipakai sehingga tingkat keakuratannya pun berbeda juga. Dari berbagai cara yang dipakai oleh sekolah dalam menentukan arah kiblat, metode yang digunakan tidak terlepas dari metode taqribi dan tahqiqi. Maksud dari metode taqribi yaitu bahwa dalam menentuakan arah kiblat h anya menggunakan acuan perkiraan dan model yang digunakan dalam metode ini biasanya mengambil bentuk cara -cara yang sederhana. Sedangkan maksud dari metode tahqiqi yaitu metode pengukuran arah kiblat yang akurat dan metode ini
83
dikerjakan melalui perhitunga n matematis dengan menggunakan rumus -rumus ilmu ukur segitiga (spherical trigonometry) maupun menggunakan alat -alat teknologi yang canggih seperti GPS (Global Positioning System) . Adapun cara yang digunakan untuk membuat akurasi arah kiblat mushalla di SMA Kota Tangerang dengan menggunakan metode taqribi yaitu yang menggunakan bayang-bayang matahari dua sekolah (6,7%), menggunakan kompas sebanyak 11 sekolah (36,7%), menggunakan kompas kiblat sebanyak satu sekolah (3,3%), dan berdasarkan perkiraaan (tanpa a lat) sebanyak 11 sekolah (36,7%). Jadi mushalla yang menggunakan metode taqribi ini sebanyak 25 mushalla atau sekolah (83,4%) dan alat ukur yang digunakannya pun tergolong tradisional. Sedangkan metode tahqiqi hanya terdapat pada satu mushalla (3,3%), yakn i mushalla yang ada di SMA Al Mubarok, mushalla tersebut cara perhitungan kiblatnya menggunakan ilmu hisab yakni dengan alat -alat modern seperti GPS dan segitiga siku-siku. Sedangkan sisanya yakni sebanyak empat mushalla (13,3%) yang tidak diketahui metode penentuan arah kiblatnya, hal ini pihak sekolah yang ada tidak mengetahui siapa yang mengukur arah mushalla tersebut atau bagaimana cara menentukan arah kiblat mushalla tersebut. Hal ini dikarenakan bangunan mushalla yang dibuat sudah terlalu tua atau lam a sehingga pihak sekolah tidak mengetahuinya.
84
B. Saran 1. Untuk pihak sekolah, hendaknya memperhatikan arah kiblat mushalla di sekolahnya masing-masing karena dengan keakuratan arah kiblat maka akan membuat ketenangan dalam menajalankan ibadah. Selain itu, pih ak sekolah juga mengadakan kegiatan mengenai penentuan arah kiblat kepada para siswa dengan meminta bantuan dari pihak -pihak atau lembaga yang kompeten sehingga siswa dapat mempunyai pengetahuan tentang arah kiblat sehingga ketika di masyarakat dapat dipra ktikan dengan baik. 2. Lembaga yang berwenang hendaknya menjadikan pengukuran arah kiblat sebagai agenda dalam program kerja baik di tingkat Pusat maupun daerah sampai ke KUA maupun melakukan penyuluhan ke sekolah -sekolah sebagai bekal bagi para siswa dan gur u ketika berada di masyarakat dengan memberikan pelatihan teori dan praktik mengenai pengukuran arah kiblat. 3. Masyarakat luas pada umumnya dan pihak sekolah pada khususnya hendaknya cerdas dalam menyikapi ketidakakuratan arah kiblat masjid di lingkungan mereka tinggal. Dengan demikian, syarat menghadapkan muka ke arah kiblat betul-betul terpenuhi, sesuai dengan ketentuan nash (al -Qur’an dan Hadits Nabi Muhammad SAW). 4. Untuk mushalla yang tidak akurat tidak perlu khawatir mengenai ibadah shalat yang lalu dengan kiblat yang dulu kiranya tidak menjadi masalah. Oleh karena itu, meluruskan arah kiblat menjadi bisa menambah kemantapan ibadah shalat.
85
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’an dan Terjemahnya Ad Dimasyqi, Al Imam Ibnu Kasir. Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim. Penerjemah Bahrun Abu Bakar. Bandung : Sinar Baru Algensindo, 2000. Al-Bukhory, Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim ibn al -Mughiroh bin Bardazbah. Shahih al-Bukhori Jilid 1. Kairo: Dar al-Hadits, 2004. Al-Jaziri, Abdurrahman. Fiqh Empat Madzhab. tt: Daarul Ulum Press, 1996. Al-Kahlawi, Ablah Muhammad. Buku Induk Haji dan Umrah untuk Wanita. Jakarta: Zaman, 2009. Anwar, Moch. Fiqih Islam Tarjamah Matan Taqrib Ditambah Dalil -Dalil Al Qur’an dan Hadis. Bandung: PT. Alma’arif, 1991. As-Sa’di, Syaikh Abdurahman b in Nashir. Tafsir as-Sa’di. Penerjemah Muhammad Iqbal. Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006. Ash-Shabuni, Muhammad Ali. Terjemahan Ayat Ahkam Ash -Shabuni. Surabaya: PT Bina Ilmu, 2008. Al-Kautsar, 2000.
. Tafsir Tematik Surat Al -Baqarah-Al-An’am. Jakarta: Pustaka
Ash-Shon’ani. Subulus Salam Juz 1. Bandung: Ad-Dahlan, t.th Ash-Shiddieqy, TM Hasbi, Tafsir al-Qur’an al-Madjid An-Nur. Juz II. Jakarta : Bulan Bintang, 1966. Den Brink, Jan van dan Meeder, Marja. Kiblat Arah Tepat Menuju Mekah , disadur oleh Andi Hakim Nasoetion dari “Mekka”. Jakarta: Litera Antar Nusa, 1993, Cet ke-1. Depag. “Almanak Hisab Rukyat”. Jakarta: Proyek Pembinaan Badan Peradilan Agama, 1998. Fachruddin Hs., Ensiklopedia Al Qur’an. Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992.
86
“Garis Lintang dan Bujur. ” Dalam Julian Holland, Ensiklopedia Geografi : Ensiklopedia Geografi Dunia Untuk Pelajar dan Umum. Jakarta: PT Lentera Abadi, 2003: hal. 473 Ghani, Abdul. dkk. Keutamaan dan Sejarah Kota Mekkah dan Madinah. Akbar, 2005.
Jakarta:
Hasbi Ash Shiddieqy, Teun gku Muhammad. Pedoman Shalat. Semarang: PT Pustaka Rizky Putra, 1991. Hidayat, Rachmat Taufiq. Khazanah Istilah Al-Qur’an. Bandung: Mizan, 1996. Husaini Usman,dkk., Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 2008. Jamil, A. Ilmu Falak (Teori dan Aplikasi). Jakarta: Amzah, 2009. Kamarulzaman, Aka. Kamus Ilmiah Serapan. Yogyakarta: Absolut, 2005. Khazin, Muhyiddin. Cara Mudah Mengukur Arah Kiblat. Yogyakarta: Buana Pustaka, 2004. , Kamus Ilmu Falak. Yogyakarta: Buana Pustaka, 200 5. “Ka’bah”, Cyril Glasse penerjemah Ghufron A. Mas’adi, Ensiklopedi Islam (ringkas) Cyril Glasse Ed. 1., Cet. 2. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999: hal. 199. Katsir, Ibnu. Tafsir Al Qur’an Al Azim “Kiblat.” Dalam Abdul Azis Dahlan, dkk, ed., Ensiklopedi Hukum Islam, vol.1. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1996: hal. 946. “Kiblat.” Dalam Abdul Halim, dkk., “Ensiklopedi Haji dan Umrah” . Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002: hal. 231. “Kiblat.” Dalam Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1992: hal. 563 Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia, 1985. Mahalli, Ahmad Mujab, Hadis-hadis Ahkam Riwayat Asy -Syafi’i, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003. Maskufa. Ilmu Falak. Jakarta: GP Press, 2009.
87
Mughniyah, Muhammad Jawad. Fiqih Lima Mazhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hambali. Jakarta: Lentera, 1999. Munawir, Ahmad Warson, Kamus Al Munawir Arab Indonesia. Yogyakarta: Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan P P “Al-Munawir” Krapyak, 1984. Murtadho, Moh,.Ilmu Falak Praktis. Malang: UIN Malang Press, 2008. Mustofa, Agus. Pusaran Energi Ka’bah. Surabaya: PADMA Press, 2003. Razak, Nazaruddin. Dienul Islam. Bandung: PT. Alma’arif, 1973. Rifa’i, Moh. dkk., Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar . Semarang: PT Karya Toha Putra, 1978. Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al -Qur’an Vol. 1. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Sopyan, Yayan. Metode Penelitian Untuk Mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum. Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Supriatna, Encup. Hisab Rukyat dan Aplikasinya . Bandung: PT Refika Aditama, 2007. Surachmad, Winarno. Dasar dan Teknik Research (Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: C.V Tarsito, 1975. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988. Umar, Husein. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004. Wafa, Sirril, dkk., “Akurasi Arah Kiblat Masjid dan Mushalla di Wilayah Ciputat” , Laporan Penelitian, 2002, Jakarta: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Yaqub, Ali Mustafa. Kiblat Antara Bangunan dan Arah Ka’bah. Jakarta: Pustaka Darus-Sunnah, 2010. Ahira, Anne “Mengenal Profil Kota Tangerang”, artikel diakses pada tanggal 25 April 2011 dari Anneahira.com
88
Al-Utsaimin, Syaikh Muhammad bin Shalih, Tata Cara Bersuci dan Shalat bagi Orang yang Sakit, artikel diakses pada tanggal 21 Juni 2011 pada http://www.abuayaz.co.cc/2010/05/tata -cara-bersuci-dan-shalat-bagi-orang.html Wawancara Pribadi dengan A. Rofki. Tangerang, 4 April 2011. Wawancara Pribadi dengan H. Moh. Abror. Tangerang, 3 Mei 2011. Wawancara Pribadi dengan Khasam Bisri. Tangerang 3 Mei 2011.