Leader Class sebagai Solusi Krisis Kualitas Kepemimpinan di Indonesia Perubahan zaman yang dinamis dan kemajuan teknologi yang semakin pesat dirasa mulai memudarkan batas-batas Negara di dunia ini. Kondisi seperti ini dapat memberi dampak positif dan dapat pula berdampak negatif terhadap eksistensi sebuah negara. Dampak positif yang dapat dirasakan salah satunya yaitu kemudahan dalam berkomunikasi dan akses informasi yang bersifat global, sehingga memungkinkan bagi sebuah Negara untuk mendapatkan informasi faktual dan penting untuk meningkatkan kualitas suatu Negara melalui perbaikan di segala bidang kehidupan. Namun selain dampak positif terdapat pula dampak negatif, salah satunya yaitu pudarnya nilai-nilai nasionalisme pada generasi penerus bangsa. Pudarnya jiwa nasionalisme ini menyebabkan krisis moral atau bahkan krisis kepemimpinan. Jika terjadi krisis kepemimpinan, maka akan sangat membahayakan kondisi sebuah Negara karena bisa mengalami kehancuran. Semangat nasionalisme pada generasi muda yang semakin pudar ini perlu diperkuat lagi dengan berbagai upaya salah satunya melalui pendidikan yang bermuatan nilai-nilai karakter kebangsaan. Penguatan
jiwa
nasionalisme
pada
generasi
muda
melalui pendidikan
merupakan langkah yang sangat efektif karena proses pendidikan di sekolah yang dialami siswa merupakan rangkaian pengalaman hidup yang akan dijadikan bekal kelak ketika Ia dewasa. Penggunaan Kurikulum 2013 atau sering diistilahkan Kurikulum Bermuatan Karakter Kebangsaan pun nampaknya sangat tepat diterapkan pada kondisi sekarang. DeVos (1998) mendefinisikan karakter bangsa sebagai berikut. The term “national character” is used to describe the enduring personality characteristic and unique life style found among the populations of particular national states. Dari pernyataan
tersebut
tampak
bahwa
karekter
kebangsaan
digunakan
untuk
menggambarkan kepribadian dan gaya hidup tertentu yang terdapat pada suatu bangsa. Dari gambaran tersebut maka karakter kebangsaan dapat dimunculkan dan dibentuk melalui pembiasaan secara terus menerus pada suatu bangsa. Kegiatan
Kepramukaan yang diharuskan pada kurikulum 2013 dapat membentuk mentalitas yang baik pada diri siswa. Melalui kegiatan tersebut pula siswa mampu memposisikan diri sebagai bagian dari warga Negara yang bijak dan senantiasa mengedepankan kecintaan terhadap bangsa dengan tetap menjaga persatuan dan menjunjung tinggi nilai-nilai luhur perjuangan para pahlawan pada masa lampau. Mengingat pentingnya peranan para pemimpin bangsa bagi kemajuan Negara kelak di masa mendatang, maka selain pendidikan kepramukaan siswa juga perlu dibekali dengan kompetensi kepemimpinan yang baik pula karena di tangan para pemimpinlah maju atau mundurnya bangsa ini kita pertaruhkan. Pembekalan kompetensi kepemimpinan pada generasi penerus bangsa perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah melalui pengadaan sistem pendidikan yang memuat unsur kepemimpinan. Salah satu bentuk pendidikan yang memuat unsur kepemimpinan ialah Leader Class.
Seperti dikutip oleh penulis dari laman
http://www.setkab.go.id mengenai pendidikan gratis di Kabupaten Cilacap, dijelaskan bahwa Leader Class (Kelas Kepemimpinan) merupakan kelas unggulan khusus untuk membentuk calon pemimpin bangsa. Tujuan didirikannya kelas ini adalah untuk menciptakan pemimpin bangsa yang benar-benar berkualitas dan mumpuni dalam mengemban amanahnya demi kemajuan Negara kita. Setidaknya dengan adanya Leader Class ini akan menjamin ketersediaan pemimpin di masa mendatang yang telah dibekali kompetensi kepemimpinan secara matang. Leader Class yang tengah dilaksanakan pada tahun 2012/2013 ini baru diterapkan pada tingkat SMP dan SMA dengan proses seleksi masuk yang ketat hingga diperoleh benih unggul untuk diberi bekal kepemimpinan secara komprehensif. Dibukanya Leader Class ini sekaligus menandakan babak baru sistem pedidikan yang berjalan saat ini dari yang semula berorientasi pada keahlian kerja, lalu berorientasi pada karakter, dan sekarang berorientasi pada kepemimpinan. Setidaknya dari sistem pendidikan ini mampu menghasilkan figur yang dapat memimpin khususnya dirinya sendiri dan juga memimpin orang lain atau lingkungan sekitar. Pada taraf yang lebih tinggi mampu memimpin Bangsa dan Negara kita. Seidaknya ada lima hal yang
nampaknya perlu kita jadikan bahan pertimbangan dalam menyambut babak baru sistem pendidikan berbasis kepemimpinan ini, yaitu: Pertama, penyediaan tenaga pendidik ahli di bidangnya. Jika kita ibaratkan, seorang empu yang baik akan mampu menempa/membuat pedang yang berkualitas. Demikian pula ketika kita menerapkan pendidikan berbasis kepemimpinan maka perlu menyediakan tenaga pendidik yang benar-benar ahli di bidang kepemimpinan, telah memiliki rekam jejak yang baik, dan tidak pernah melakukan pelanggaran sekecil apapun. Untuk pemenuhan kebutuhan tenaga pendidik ini tidak terlalu sulit karena banyak kita temui Sumber Daya Manusia yang berkualitas dengan skill kepemimpinan yang
telah
teruji
dan
terbukti.
Tidak
menutup
kemungkinan
pula
untuk
mendatangkan/merekrut pemimpin daerah sebagai tenaga pendidik atau sekedar memberikan kuliah umum berkait dengan kepemimpinan yang sedang berlangsung sesuai kondisi terkini sehingga pemahaman siswa akan selalu terbarukan. Kedua, adanya kurikulum yang jelas serta monitoring dan evaluasi (monev) berkala. Kejelasan rancangan kurikulum akan mendukung kelancaran pelaksanaan Leader Class karena dengan rancangan yang jelas maka semua elemen pendidikan dapat melangkah dengan mudah. Ini juga akan memperkecil miskomunikasi antar unsur pendidikan dan pada akhirnya tujuan pendidikan ini dapat tercapai dengan mudah. Alangkah baiknya masyarakat juga diberi ruang untuk turut berpartisipasi serta mengawasi kemajuan pelaksanaan Leader Class. Ini dikarenakan kelak masyarakatlah yang akan dipimpin oleh siswa Leader Class tersebut. Dengan kata lain masyarakat adalah penggunanya. Ketiga, tersedianya sarana dan prasarana yang lengkap. Sarana dan prasarana merupakan unsur penunjang keberhasilan sistem pendidikan. Sarana yang dimaksud mulai dari sarana akademik maupun non akademik. Sarana yang bersifat akademik misalnya ruang belajar yang kondusif dan peralatan belajar yang lengkap. Sementara itu sarana non akademik dapat berupa tempat ibadah, tempat olah raga, atau fasilitas internet. Selain itu juga jika memungkinkan perlu dibuatkan asrama supaya siswa benar-benar terkondisikan dengan baik.
Keempat, adanya forum diskusi/ dialog ilmiah kepemimpinan. Forum diskusi untuk membahas isu-isu faktual merupakan hal yang sangat vital. Dapat dikatakan inilah jantungnya sistem pembelajaran berbasis kepemimpinan. Selain mengkaji secara teoretis dari para ahli terdahulu, juga diperlukan wawasan isu kekinian yang luas supaya calon pemimpin masa depan dapat memahami kondisi riil saat ini dan masa mendatang. Dengan memahami kondisi dan prediksi ke depan, calon pemimpin masa depan dapat merancang strategi kepemimpinan yang tepat serta mampu membawa bangsa ini bersaing dengan bangsa-bangsa lain dari seluruh penjuru dunia hingga meraih kejayaan. Forum diskusi/dialog ini hendaknya menghadirkan tokoh pemimpin yang sedang berkibar namanya dengan harapan supaya siswa lebih termotivasi dan mampu meningkatkan prestasi. Kelima, Kerjasama dengan instansi pemerintah dan swasta. Networking merupakan aspek yang memiliki pengaruh besar dalam keberhasilan program Leader Class. Mengingat kelak ketika memimpin bangsa ini siswa akan diberi kepercayaan penuh baik oleh pemerintah maupun pihak swasta, oleh karena itu sudah sepantasnya membangun kepercayaan melalui berbagai program kerjasama yang dibuktikan dengan adanya nota kesepahaman antar keduabelah pihak (MoU). Nota kesepahaman ini akan sangat mempermudah Leader Class untuk mengadakan acara-acara baik yang bersifat akademik maupun non akademik pada instansi pemerintah maupun swasta. Kegiatan yang berlangsung pada berbagai instansi tersebut dapat dijadikan sebagai ajang pembuktian kualitas kepemipinan para calon pemimpin bangsa sekaligus membangun kepercayaan yang tinggi. Kelima hal tersebut tentu hanyalah sebagian kecil sudut pandang yang menurut penulis perlu diperhatikan dalam menyongsong babak baru pendidikan berbasis kepemimpinan. Lebih dari itu tentu masih terdapat banyak sekali aspek yang menurut pembaca perlu kita kaji lebih dalam lagi. Pada akhirnya, semoga niat baik kita untuk membentuk pemimpin yang bijaksana dan berbudi luhur mendapat ridho Allah SWT Tuhan YME. sehingga Bangsa Indonesia dapat berjaya dan menjadi bangsa yang disegani di mata dunia.
Daftar Pustaka De Vos George A. 1998. “National Character”. In Sills David L (ed). International Encyclopedia of the social Sciences. New York: Macmillan Company and the Free Press. Desk Informasi. 2014. Pelaksanaan Pendidikan Gratis di Cilacap. http://www.seetkab.go.id/mobile/pro-rakyat-12339-pelaksanaan-pendidikan-gratis-dicilacap.html diakses pada tanggal 19 September pkl 18.39 WIB.