Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah Promosi Kepariwisataan di Indonesia 1)
Andeka Rocky Tanaamah, 2)Theophilus Wellem Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia Email:
[email protected]
Abstract The poor information provided in Indonesian tourism has been the obstacle in developing this area of business. However, the development of information technology becomes a gold opportunity for the growth of Indonesian tourism. This technology belongs to the semantic web technology, which has more advances than web technology. Semantic web technology is an application that has high database support capability and also can be applied on the great quantity machines. By applying this semantic web technology in this field, the tourism problems in Indonesia will be solved, especially in term of increasing the number of foreign tourist to Indonesia.
Keywords: Tourism, Information and Technology, Semantic Web Technology.
1. Pendahuluan Potensi Perkembangan pariwisata yang pesat saat ini, telah menjadi perhatian utama setiap negara untuk mengembangkannya. Dari sisi pendapatan yang diterima sektor pariwisata merupakan sektor yang memilliki investasi kecil tetapi kemanfaatan yang diperoleh sangat besar. Bukan hal yang mengherankan apabila pada tahun 2004, penerimaan Indonesia dari sektor pariwisata mencapai US$ 4,8 milyar. Apalagi jika kondisi keamanan yang terus membaik penerimaan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2009 bisa mencapai US $10-15 milyar (Santosa, 2002). Dilain pihak, hal yang patut diperhatikan juga adalah terjadinya pergeseran tujuan wisata. Dimana pada tahun 1950-an, dominasi tujuan wisata berada pada negara Eropa Barat dan Amerika Utara (total 97% dari wisatawan dunia). Namun pada tahun 1999, tingkat kunjungan ke negara Eropa Barat dan Amerika Utara menurun menjadi 62%. Sedangkan sisanya menyebar ke negara Asia Timur dan Pasifik. Penurunan ini disebabkan karena terjadi pergeseran dari pola konsumsi wisatawan yang pada saat ini memiliki selera wisata tinggi dan lebih berfokus pada produk-produk budaya (culture), dan peninggalan sejarah (heritage), serta yang 135
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 bersifat natural (ekowisata). Jika dimanfaatkan dengan baik, maka potensi-potensi ini akan menjadi keuntungan, karena Indonesia merupakan negara yang memiliki sejumlah besar peninggalan bersejarah, kekayaan atraksi budaya yang unik, nature, maupun ekowisata yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Kecenderungan perilaku wisatawan pada saat ini adalah bagaimana mereka mendapatkan informasi dan kepastian dari tempat mereka. Ketika melakukan perjalanan maka segala persoalan administratif dan biaya-biaya lainnya sudah teratasi. Oleh karena itu, wisatawan membutuhkan suatu sarana yang dapat membuka komunikasi interaktif antara wisatawan dengan daerah tujuan wisata. Teknologi Semantik Web dipandang sebagai sarana dan solusi dalam memecahkan beberapa kendala pariwisata, seperti informasi tentang penginapan, fasilitas, aktraksi (events), objek wisata, dan tarif atau biaya yang berlaku dalam daerah tujuan wisata.oleh karena itu, kehadiran Semantik Web dalam pengembangan kepariwisataan merupakan faktor yang perlu dikembangkan untuk mengatasi persoalan-persoalan pariwisata. Tulisan ini merupakan suatu kajian terhadap pemanfaatan Semantik Web berbasiskan ontology dalam pengembangan kepariwisataan. Oleh karena itu, dalam tulisan ini terbagi atas beberapa topik yaitu 1) Pendahuluan; 2) Tinjauan kepariwisataan berbasis teknologi informasi di Indonesia ; 3) Tinjuan Semantik Web dan ontology dan; 4) Semantik Web sebagai solusi masalah promosi kepariwisataan di Indonesia, yang terbagi atas aplikasi Semantik Web dalam pemecahan masalah kepariwisataan, dan model Semantik Web sebagai solusi masalah kepariwisataan di Indonesia; 5) Penutup. 2. Tinjauan Kepariwisataan Berbasis Teknologi Informasi di Indonesia World Tourism Organization (WTO), menyatakan bahwa pada tahun 2010 jumlah kunjungan wisatawan dunia akan mencapai 1,046 milyar orang, dan pada tahun 2020 akan mencapai 1,602 milyar orang. Untuk kawasan asia timur dan pasifik pada tahun 2010 mencapai 231 juta, dan pada tahun 2020 mencapai 438 juta. Jika ditinjau dari sisi sumbangan terhadap pendapatan dunia mencapai US$ 2 trilyun (2020). Jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia baru mencapai sekitar 5 juta jiwa pada 2004 jauh dibawah Malaysia dan Thailand yang telah mencapai diatas 10 juta jiwa dan Singapura yang lebih dari 7 juta jiwa pada periode yang sama. Pertanyaannya adalah mengapa pariwisata kunjungan wisatawan manca negara kalah dibandingkan dengan malaysia dan Singapura? Paket wisata Indonesia belum dikemas dengan baik, promosi dan pemasaran belum optimal, yang disebabkan oleh ketersediaan informasi pariwisata yang kurang up to date. Serta tidak di dukung oleh infrastruktur yang memadai. Disamping itu, produk pariwisata yang dimiliki belum terintegrasi dalam sebuah sistem yang baik. Hal ini dapat dilihat dalam www.indonesia-tourism.com, yang merupakan portal promosi pariwisata Indonesia. Dalam portal ini, informasi yang di berikan tidak menyeluruh dan tidak membuka celah komunikasi interaktif dengan wisatawan. Portal pariwisata Indonesia hanya menyediakan informasi-informasi pariwisata yang lebih terkosentrasi pada Jakarta dan Bali, dan tidak memberikan informasi 136
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem) secara menyeluruh tentang potensi-potensi pariwisata yang tersebar di seluruh tanah air.Meskipun terkonsentrasi pada Jakarta dan Bali, portal pariwisata yang di tampilkan hanya sebatas informasi tentang objek dan atraksi wisata, informasi hotel, akamodasi, dan souvernir. Setelah mengetahui informasi ini, wisatawan tidak dapat melakukan pemesanan. Hal ini menyebabkan wisatawan tidak mendapatkan kepastian ketika memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Jakarta atau Bali. Disamping itu, permasalahan lainnya yang juga memiliki peranan penting adalah portal pariwisata Indonesia tidak terintegrasi dengan perusahaan penerbangan dan perusahaan rental mobil yang ada. Akibatnya wisatawan tidak memiliki referensi tentang perusahaan penerbangan dan mobil yang ada di Indonesia. Wisatawan harus menghubungi travel agen untuk mendapatkan informasi dan pemesanan ketika ke Indonesia. Akibatnya wisatawan harus menunggu informasi dari travel agen untuk mendapatkan kepastian tentang akomodasi, penerbangan, dan semua biaya yang di keluarkan ketika melakukan kunjungan.
Gambar 1 Homepage www.Indonesia-tourism.com
Paparan di atas menunjukkan bahwa portal pariwisata Indonesia masih sebatas menampilkan informasi yang statis dan tidak komunikatif. Meskipun Indonesia memiliki objek wisata dan aktrasi wisata yang sangat beragam dan banyak, jika tidak didukung dengan penyediaan informasi yang up to date, komunikatif dan tidak dapat memberikan kepastian pada wisatawan, maka akan berdampak pada tingkat kunjungan wisatawan manca negara. Padahal sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi pariwisata yang tersebar diseluruh tanah air. Disamping itu, ada berbagai peninggalan pra sejarah, budaya, dan ekowisata yang tersebar merata. Hal ini menunjukkan bahwa sebagai negara yang memiliki potensi pariwisata besar, 137
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 persoalan yang di hadapi Indonesia adalah bagaimana produk-produk pariwisata yang dimiliki diketahui oleh wisatawan. Berkaca dari permasalahan di atas, maka semakin memperkuat apabila kita ingin menarik wisatawan dan meningkatkan kunjungan wisatawan manca negara ke Indonesia, maka kita perlu menyelesaikan persoalan informasi dan kepastian kepada wisatawan. Oleh karena itu, kehadiran Semantik Web merupakan solusi yang perlu segera dikembangkan dalam rangka meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan manca negara di Indonesia. Pariwisata dan Teknologi Informasi Data dari Internet World Stats (2007) menunjukan pertumbuhan pengguna internet diseluruh dunia dalam 6 tahun terakhir (2000 - Maret 2007) meningkat lebih dari 200% dari tahun-tahun sebelumnya, khusus untuk kawasan Asia angka pertumbuhan mencapai 248%, dan dengan populasi 3,7 Miliar jiwa, benua Asia menduduki peringkat pertama jumlah pengguna internet sebesar 36% dari total pengguna Internet seluruh dunia (sekitar 400 Juta orang). Peningkatan yang cukup signifikan ini menandakan potensi besar yang bisa didapat oleh pariwisata dunia. Khusus untuk pengguna internet di Indonesia mencapai angka 18 Juta orang pada awal tahun 2007. Sedang penggunaan internet untuk mencari daerah wisata di Indonesia baru mengalami peningkatan tajam pada tahun 2005. Pada saat ini, terdapat 46 ISP (Internet Service Provider) yang ada di Indonesia. Meskipun yang bisa beroperasi sebesar 35 ISP. Teknologi informasi telah memberikan dampak pada promosi, pemasaran, dan penjualan pariwisata. Dimana dampak ini muncul akibat pemanfaatan internet dalam melakukan tranformasi radikal dalam industri pariwisata yang disebabkan karena pada saat ini masyarakat mencari tujuan pariwisata di internet. Khususnya untuk negara berkembang, tidak banyak kasus yang mengambil manfaat dari kesempatan pariwisata baru. Berdasarkan studi kasus di Afrika, pembaharuan dan pemasaran pariwisata dilakukan dalam konteks internasional, dengan mengacu pada pelayanan providers negara maju. Hal ini dapat meningkatkan transaksi penjualan dan menghasilkan keuntungan yang sangat besar (85%). Demikian pula dengan Carabia (80%), atau Asia yang ditunjukkan oleh Thailand (70%) dan India (40%), [3]. Dilain pihak, tingginya pemanfaatan internet ini disebabkan karena telah terjadi pergeseran paradigma perubahan nilai pariwisata, dalam industri pariwisata. Pada saat ini, telah industri pariwisata lebih menekankan pada komunikasi yang efektif dengan konsumen. Hal ini yang menjadi kunci dan prioritas perusahaan yang bergerak dalam bidang pariwisata. Di lain pihak, pada masa lalu, ada nilai perubahan yang kaku, yang disepakati sebagai aturan oleh berbagai pemasok, perantara, maupun konsumen dalam menghimpun informasi [4]. Guna memahami perubahan nilai pariwisata, maka dapat dilihat dalam Gambar 2. Mengacu pada Gambar 2, terlihat bahwa internet telah melakukan revolusi terhadap distribusi pariwisata. Dimana setiap industri mengkonsumsi dan memainkan untuk membeli produk pariwisata secara online. Hal ini menjadi keuntungan bagi industri pariwisata, yang mana produk-produk yang dimiliki langsung diketahui oleh wisatawan. Disisi lain, bagi wisatawan, mereka memiliki referensi tentang berbagai produk-produk pariwisata, dan dapat dijadikan landasan dalam pengambilan 138
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem) keputusan untuk melakukan perjalanan. Aplikasi teknologi informasi pariwisata Indonesia masih sebatas penampilan informasi, halaman teks, dan penyediaan gambar semata, tanpa adanya komunikasi interaktif antara supplier pariwisata dengan client. Pemanfaatan teknologi informasi saat ini belum dapat mengatasi beberapa permasalahan seperti 1) kerjasama sistem dalam hal informasi dan service, 2) heterogenitas informasi diantara perbedaan sistem, yang menyangkut class semantik dan class representasi, 3) kepekaan terhadap dampak perubahan data, yang mana struktur konflik harus membedakan antara fully mappable dan partially or nonmappable. Lebih jauh, permasalahan yang juga muncul adalah pada saat konsep yang dipilih memiliki memiliki standar yang baku, dan tidak memiliki pertalian dengan konsep yang lain, maka konsep tersebut tidak dapat dipetakan.
Gambar 2 Nilai Perubahan Tradisional Pariwisata [4]
3. Tinjuan Semantik Web dan Ontology Pada saat ini, Semantik Web telah mengantar evolusi WWW ke tingkat pemanfaatan yang lebih baik. Apalagi jika dikaitkan dengan visi pengembangan web kedepan yang menekankan pada dua hal yaitu: pertama membuat web semakin baik sebagai media kolaborasi, dan kedua web semakin dapat dipahami oleh mesin, yang lebih menekankan pada pemberian keterangan data maka akan membuat informasi tersebut dapat dipahami oleh mesin. Semantik Web merupakan perluasan dari web, yang lebih mendukung database agar dapat dibaca oleh mesin. Hal ini disebabkan karena web lebih menyandarkan diri pada rancangan manusia yang 139
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 terkait dengan dokumen, halaman teks dan gambar. Sedangkan Semantik merupakan perluasan dari web, yang memiliki kemampuan daya dukung database serta kumpulan informasi besar dan dapat diproses oleh mesin. Oleh karena itu, Semantik Web memiliki kemampuan besar dalam menampung informasi yang besar serta dapat memberikan informasi tersebut secara efektif dan efisien berdasarkan kebutuhan pencari informasi. Untuk mengembangkan Semantik Web, maka beberapa hal dibutuhkan seperti (1) Mengembangkan bahasa dan terminologi, yang mana bahasa yang digunakan untuk mengeskpresikan sesuatu yang dapat membuat mesin lebih bisa memahami dengan meta informasi untuk dokumen; (2) Mengembangkan tool dan arsitektur baru yang menggunakan bahasa dan terminologi tersebut untuk mengakses, merubah dan integrasi informasi. Mengembangkan aplikasi yang memberikan sebuah tingkat pelayanan baru kepada pemakai dengan Semantik Web [6]. Awal pendekatan untuk pengintegrasian semantik adalah sebagian besar didasarkan pada penggunaan dari thesauri untuk menterjemahkan antar kosa kata (vocabularies) yang spesifik. Pendekatan ini akan tergantung pada domain dari thesauri, seperti masalah yang dinyatakan pada pengintegrasian ontology secara global. Suatu aspek yang rumit dari penciptaan Web Semantik adalah untuk memungkinkan para pemakai yang bukanlah ahli secara logika untuk menciptakan mesin yang mampu membaca isi yang lebih detil yang mendekati ke pemecahan dari semantik yang tidak sejenis untuk pengintegrasian/interaperabilitas semantik. Ontology merupakan penjelasan secara spesifik akan sebuah konsep yang saling berbagi pada domain khusus dalam sistem komputer. Oleh karena itu, ontology secara eksplisit mendefinisikan tipe konsep dan batasan yang digunakan dalam memberikan arti formal yang dipahami oleh mesin [6]. Pada dasarnya ontology memiliki bentuk dan tingkat yang sangat beragam dari yang memiliki tingkat semantik lemah sampai tinggi. Untuk memahami bentuk dan tingkatan ontology , maka dapat dilihat dalam Gambar 3, yang menunjukkan spekrum yang ditimbulkan oleh ontology. Berdasarkan Gambar 3, terlihat bahwa Taksonomi (taxonomy) dipandang sebagai sebuah struktur dengan minimal informasi hirarki. Thesaurus merupakan memberikan dengan pengayaan vokabulary sebuah kata, seperti sinonim, antonim, homografi, hirarki, asosiatif, dan sebagainya. Conceptual model membawa tingkat thesaurus dan taksonomi ke bentuk formal dengan knowledge yang semakin kompleks sedangkan logical domain theory dilakukan penambahan fungsi dengan model yang semakin kaya, kompleks, konsisten dan pengertian yang detail dari knowledge. Model yang akan digunakan sebagai keterangan dalam Semantik Web dan ontology sebagai penunjang jaringan sistem produksi diawali dengan lapis 1 (XML, XMLS) dan lapis 2 (RDF, RDFS). XML adalah sebenarnya bukan sebuah bahasa, lebih sesuai dikatakan sebagai sebuah aturan sintaks untuk membuat bahasa markup yang lebih semantik pada domain tertentu. Dengan kata lain, kita menggunakan XML untuk mengembangkan bahasa baru. XML Schema (XMLS) adalah sebuah definisi dari XML untuk memberikan aturan untuk sebuah dokumen XML seperti analoginya pada database konvensional, sebuah XMLS bagaikan data dictionary, sementara XML adalah data di Xbasenya. 140
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem) Resources Description Framework (RDF) merupakan sebuah bahasa formal yang berbasiskan XML, URL dan unicode. Sedangkan RDF dipandang sebagai sebuah dasar untuk pemrosesan metadata, yang mana metadata dalam web dapat di kodekan, dipertukarkan dan dipergunakan. Oleh karena itu, RDF terdiri dari tiga jenis bagian (triple) subyek-predikat-obyek, dimana bisa disebut juga sebagai a)Resources adalah bagian dari sumber informasi, dalam era Internet di representasikan dalam alamat web atau URL, ini disebut subyek atau obyek. b)Property adalah sebuah karakteristik dari atribut atau relasi untuk menjelaskan sumber, ini disebut juga predikat. RDF tidak dapat dipandang sebagai langkah melakukan pendefinisian semantik secara langsung dari setiap sumber, tetapi lebih berfungsi untuk memberikan penjelasan agar dapat dipahami oleh mesin untuk mempermudah pertukaran data. Sedangkan RDF Schema (RDFS) merupakan sebuah lapisan diatas RDF dan merupakan sebuah set standard sederhana dari sumber RDF yang memungkinkan untuk membuat vokabulary RDF sendiri. Jika ditinjau dari sisi model, maka Model dari RDFS memiliki kemiripan dengan yang digunakan oleh object oriented, yaitu dengan memiliki class, relation, property dan instance.
Gambar 3 Spekrum Ontology [6]
Class adalah kumpulan dari obyek yang memiliki kesamaan karakter. Relation adalah sifat hubungan antar kelas. Property adalah karakter dari sebuah kelas. Instances adalah sebuah obyek yang merupakan anggota sebuah kelas. Jika ditinjau dari sisi proses interaperabilitas, ada tiga model untuk mengatasi perbedaan semantik dalam memanfaatkan ontology, yaitu Model pertama adalah dengan membuat ontology yang dipahami secara bersama oleh semua sumber informasi. Pendekatan ini sangat tersentral dan cocok untuk sumber informasi yang statis dan relasinya sangat tinggi, sering diistilahkan dengan merging ontology. Model kedua adalah, 141
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 setiap sumber informasi memiliki ontology masing-masing dan dalam proses interaperabilitas akan dilakukan mapping dari satu ontology ke ontology lainnya. Model ini mendukung otonomi dari sumber informasi, tetapi membutuhkan banyak maping ontology yaitu sebanyak Ó(n-1), ini disebut model mapping ontology. Model ketiga adalah dengan mengembangkan ontology referensi / common ontology, sehingga pemetaan hanya dilakukan antara sumber dan ontology referensi. Ini jelas sangat mengurangi jumlah maping menjadi sebesar n, tetapi permasalahannya adalah bagaimana membangun ontology referensi yang bisa menjadi acuan dari sebuah domain. Model ketiga ini disebut dengah model ontology hybrid, karena merupakan gabungan dari ide model ke satu dan ke dua [6].
4. Semantik Web sebagai Solusi Masalah Promosi Kepariwisataan di Indonesia Aplikasi Semantik Web dalam Pemecahan Masalah Kepariwisataan Santosa secara tegas menyatakan bahwa Internet tidak semata-mata hanya merupakan temuan teknologi belaka, tetapi juga merupakan guru untuk mendidik manusia menemukan berbagai informasi (termasuk informasi pariwisata) yang diinginkannya, sehingga membuat hidup jauh lebih mudah (to make life much easier). Wisatawan kini tidak sabar menunggu informasi yang biasanya diberikan melalui biro jasa perjalanan ataupun organisasi lainnya. Mereka lebih senang mencari sendiri apa yang ada dibenaknya sehingga mampu meyakinkan bahwa produk yang dipilihnya adalah yang terbaik. Lebih jauh Santosa (2004) menyatakan bahwa pada saat perjalanan wisata dibeli pada umumnya hanyalah membeli informasi yang berada di komputer melalui reservation systemnya, yang dibeli oleh wisatawan hanyalah “hak” untuk suatu produk, jasa penerbangan ataupun hotel [7]. Ada beberapa contoh kelas-kelas antara perbedaan standar identifikasi dalam domain pariwisata [4]: • Contoh perbedaan penamaan terlihat dalam kesetaraan konsep, yang mana memiliki penamaan yang berbeda dalam standar yang berbeda. Hal ini dapat dilihat dalam fully mappable semantic clash.
Tabel 1 Perbedaan Nama
• Contoh perbedaan posisi, terlihat dalam penyetaraan konsep, yang mana memiliki posisi yang berbeda dalam struktur standar. Hal ini dapat dilihat dalam fully mappable semantic clash.
142
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem)
Tabel 2 Perbedaan Posisi
• Contoh Perbedaan cakupan konsep, ada beberapa potongan informasi yang memiliki perbedaan standar, memiliki perbedaan cakupan. Dalam hal ini ada beberapa potongan informasi dapat merepresentasikan satu konsep atau beberapa konsep. Hal ini dapat dilihat dalam fully mappable semantic clash.
Tabel 3 Perbedaan Cakupan Konsep
• Contoh perbedaan level abstraksi, beberapa informasi merupakan representasi dari perbedaan level abstraksi. Hal ini terlihat dalam partially mappable semantik clash.
Tabel 4 Perbedaan Level Abstraksi
• Contoh perbedaan glanularity, beberapa informasi merepresentasikan dari perbedaan level glanularity. Hal ini terlihat dalam partially mappable semantik clash.
Tabel 5 Perbedaan Glanularity
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, maka dalam membangun konsep Semantik Web dalam pariwisata perlu melibatkan ontology dalam rangka keharmonisan pada level konseptual. Hal ini disebabkan karena Semantik Web pada dasarnya akan mengakses berbagai informasi yang beragam dari berbagai sumber dan didukung dengan berbagai hubungan kerjasama. Oleh karena itu, dalam 143
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 mengaplikasikan ontology dalam Semantik Web diperlukan aturan penghubung yang memiliki peran dalam pemproses data dari berbagai sumber data serta memperbaiki dalam rangka efektivitas untuk digunakan oleh aplikasi. Dalam Gambar 4, terlihat bagaimana proses Semantik Web berbasiskan ontology dijabarkan dalam beberapa tahap. Dimulai dari export ontology , dimana pada tahap ini terjadi proses pengiriman dari media penyimpanan ontology ke proses pemetaaan yang dilanjutkan dengan normalisasi konseptual dan pemetaan semantik. Berdasarkan hal tersebut, maka diperoleh normalisasi data yang menjadi bagian dalam melakukan rekonsiliasi semantik. Berdasarkan rekonsiliasi semantik, maka diperoleh Tourism Information Board (Gambar 5). Mengacu pada Gambar 4, terlihat secara konseptual alur proses pemetaan sistem semantik yang diawali dengan harmonisasi perantara. Hal ini menjadi kerangka dasar dalam proses pengembangan Semantik Web dalam pariwisata. Secara gamblang, pada Gambar 5, memperlihatkan bagaimana proses Semantik Web dan ontology bekerjasama dalam menghasilkan suatu proses pemetaan sistem semantik untuk akamodasi. Dilain pihak, pemanfaatan Semantik Web terlihat dalam perusahaan travel yang mengandalkan service jasa. Dengan mengandalkan Global Distributed System (GDS), maka kita mengakses secara real time terhadap informasi dan harga penerbangan, hotel, rental mobil. Kehadiran Open Travel Consorsium (OTA), telah membantu memberikan informasi tentang biaya dan harga yang berlaku di tempat wisata. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka alur ontology medan pelayanan Travel Web Services terlihat dalam Gambar 6.
Gambar 4 Mediator Harmonisasi [4]
144
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem)
Gambar 5 MEK Pemetaan Sistem Semantik [4]
Gambar 6 An OTA Compliant Service Functionality Ontology [8]
Berdasarkan paparan Gambar 6, dalam travel Web Services, seorang wisatawan dapat mengakses informasi penerbangan, rental mobil, hotel, golf, serta pelayanan asuransi yang diperoleh. Jika wisatawan merasa tertarik, maka ia akan dapat memperoleh informasi lebih detail, contohnya dalam penerbangan, dimana wisatawan tersebut akan memperoleh informasi tentang jadwal penerbangan, informasi detail penerbangan, nomor penerbangan, serta dapat melakukan pemesanan langsung. Lebih dari pada itu, jika wisatawan ingin melakukan pemesanan, maka wisatawan tersebut dapat melakukan permintaan dengan struktur ontology seperti pada Gambar 7, yang diawali dengan catatan informasi travel, type pos, informasi tujuan pasti, pesawat yang akan dipergunakan, dan informasi tentang catatan 145
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 pesawat,serta permintaan informasi harga. Dalam Catatan Informasi Travel, terbagi atas dua aspek yaitu tipe informasi wisatawan, dan permintaan kursi. Dalam tipe informasi wisatawan, terbagi lagi atas tipe penumpang (Kuantitas) dan tipe penerbangan wisatawan yang menginformasikan tentang nama wisatawan, telepon, dan alamat. Berdasarkan pemahaman tersebut, maka wisatawan dapat memperoleh informasi dan harga secara detail sehingga wisatawan tersebut dapat langsung melakukan pemesanan. Semantik Web dengan dukungan ontology dapat membantu mengatasi missing informasi yang dihadapi oleh wisatawan.Oleh karena itu, dalam pengembangan kepariwisataan sangat diperlukan ketersediaan informasi yang menyeluruh guna membantu wisatawan dalam melakukan perjalanan ke suatu lokasi wisata.
OTA_AirAailRQ
Traveler Info Summary Type
Traveler Information Type Seat Requested POS_Type Origin Destination Information Type
PassengerTypeQuantityType Air Traveller Type Person Name Type middleName
Specific Flight In So Type
namePrefix
Air Search Prefis Type
givenName
Price Request Information Type
surname Telephone Type phoneNumber areaCityCode countryAccess Addres Type country streetNmbr bldgRoom cityName
Gambar 7 Pemanfaatan OTA dalam Pelayanan Ontology Pemesanan Jadwal Penerbangan [9]
Model Semantik Web sebagai Solusi Masalah Kepariwisataan Indonesia Seperti yang telah dipaparkan di awal, bahwa Semantik Web memiliki peranan besar dalam mengatasi permasalahan-permasalahan pariwisata. Semantik Web di pandang sebagai solusi berbasis teknologi yang dapat mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapi oleh wisatawan, terkait dengan perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan tersebut. Sebagai negara yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, maka 146
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem) Indonesia tidak lagi hanya mengandalkan pendapatan dari sektor-sektor migas, namun Indonesia juga dapat mengandalkan pariwisata dalam meningkatkan pendapatan negara. Oleh karena itu, aplikasi Semantik Web berbasis ontology merupakan prasyarat yang dapat dipilih. Dengan berbagai keragaman informasi tentang penerbangan, hotel, rental mobil, restaurant, rekreasi, dan asuransi yang dimiliki, maka diperlukan suatu tools yang secara efektif dapat mengolah informasiinformasi dalam skala besar.
Gambar 8 Model Semantik Web sebagai Solusi Masalah Kepariwisataan Indonesia
Gambar 8 merupakan model Semantik Web yang dapat dikembangkan pada layanan penerbangan dan perhotelan. Dimana dalam model ini, proses yang ditekankan adalah penyediaan informasi dan pemesanan secara online dan terintegratif yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Model travel web service secara terintegrasi menampilkan 5 jenis layanan yaitu layanan penerbangan, layanan rental mobil, layanan perhotelan, layanan event/ aktivitas, layanan rekreasi, dan layanan asuransi. Namun karena keterbatasan tempat, maka dalam tulisan ini lebih memperhatikan dalam layanan penerbangan dan layanan hotel. Dalam layanan penerbangan, informasi lebih dikonsentrasikan pada informasi tentang penumpang, tipe booking, tipe pencarian referensi pesawat, tipe informasi tujuan penumpang, tipe inputing data, dan tipe 147
Jurnal Teknologi Informasi - Aiti, Vol.6. No. 2, Agustus 2009:101-200 permintaan informasi harga. Ketika wisatawan mendapatkan informasi tersebut, maka wisatawan dapat memilih untuk menentukan tujuan dan melakukan permintaan kursi. Berdasarkan permintaan tersebut, maka wisatawan dapat mengisi identitas mereka sebagai bukti bahwa mereka memakai jasa layanan penerbangan tersebut. Dilain pihak, untuk layanan perhotelan, maka penyediaan informasi di kosentrasikan pada keterangan tentang wisatawan, tipe alamat, tipe telepon, tipe booking, dan komunikasi lewat email. Ketika wisatawan mendapatkan informasi yang lengkap, maka mereka dapat melakukan pemesanan untuk menginap di hotel tersebut. Oleh karena itu, maka wisatawan dapat memberikan waktu kedatangan dan waktu kepulangan. Peranan Semantik Web untuk mengatasi persoalan-persoalan kepariwisataan di Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang harus segera di implemetasikan. Apalagi pada saat ini, perkembangan teknologi informasi sudah begitu pesat digunakan oleh negara-negara penghasil wisatawan, seperti Amerika, Negara-negara Eropa, Jepang, Australia, dan lain sebagainya.
5. Simpulan Pariwisata disadari sebagai sektor yang memiliki peranan besar dalam meningkatkan pendapatan negara atau suatu daerah. Apalagi terkait erat dengan potensi objek dan aktivitas-aktivitas pariwisata yang diwisata. Namun persoalan yang muncul adalah bagaimana wisatawan dapat memperoleh informasi yang terkait dengan objek dan aktivitas serta harga yang ada dalam suatu daerah? Disamping itu, permasalahan lain yang juga muncul adalah permasalahan integratif system yang mendukung ketersediaan informasi secara menyeluruh masih menjadi persoalan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang pariwisata seperti peninggalan bersejarah, wisata alam, budaya, ekowisata, maupun aktivitas-aktivitas pariwisata lainnya. Namun persoalan yang dihadapi adalah keterbatasan jaringan promosi dan informasi tentang promosi pariwisata Indonesia. Hal ini yang menyebabkan mengapa pariwisata Indonesia tertinggal di banding negara Malaysia dan Singapura. Aplikasi Semantik Web merupakan salah satu solusi di dalam mengatasi persoalan kepariwisataan Indonesia. Teknologi Semantik Web merupakan perluasan dari teknologi web yang lebih menekankan pada komunikasi interaktif antara produsen pariwisata dan client (wisatawan). Pemanfaatan teknologi Semantik Web dalam pengembangan kepariwisataan Indonesia berdampak pada penyediaan informasi sampai pada pemesanan secara online yang dapat dilakukan oleh wisatawan. Namun yang perlu diperhatikan pengaplikasian teknologi Semantik Web adalah ketersediaan sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dalam menjalankan teknologi ini. Oleh karena itu, kesadaran tentang pemanfaatan teknologi Semantik Web dalam pariwisata Indonesia perlu didukung oleh ketersediaan sumberdaya manusia yang memiliki kemampuan beradaptasi dengan dengan teknologi ini. Di tinjau dari sisi kemanfaatan, maka dapat dikatakan bahwa Semantik Web dapat dijadikan solusi dalam penyelesaian masalah promosi pariwisata. Namun perlu diperhatikan juga bahwa dalam pemanfaatan ini diperlukan keterlibatan pihak-pihak 148
Semantik Web sebagai Solusi Pemecahan Masalah (Tanaamah dan Wellem) yang selama ini berkiprah dalam bidang teknologi informasi. Hal ini perlu dilakukan guna mendapatkan sinergi antara pariwisata dan teknologi informasi. 6. Daftar Pustaka [1] [2] [3] [4] [5] [6]
[7] [8]
[9]
www.Indonesia-tourism.com. Esti, Ratih Kusumaning.2006.Prospek Industri Pariwisata Indonesia, Economic Review (24). UNCTAD. 2005. E-Tourism in Developing Countries, More Links and Fewer Leaks. Issues Brief Number 8. Hendriksson, Riina.2005. Semantic Web and E-Tourism. Departemen of Computer Science: Helsinki University. Silvie, P.A.Service dan Semantik Web, eBdesk News Letter Building Community. Edisi Juli – Agustus 2006. Wulandari Lily, Wicaksana I Wayan Simri. 2006. Semantik – Web Solusi Interoperabilitas Informasi Sebagai Penunjang Jaringan Sistem Produksi. Univeristas Gunadarma. Santosa Setyanto P.2002.Pengembangan Pariwisata Indonesia. www.google.com. Dogac, A., Y. Kabak, G. Laleci, S. Sinir, A. Yildiz, A. 2004. Tumer SATINE Project : Exploiting Web Services in the Travel Industry . eChallenges 2004 (e-2004), 27 - 29 October 2004. Vienna: Austria. Dogac, A., Kabak Y., Laleci, G. , Sinir S., Yildiz A., Kirbas S., Gurcan Y. 2004. Semantikally Enriched Web Services for Travel Industry. ACM Sigmod Record, Vol. 33, No. 3, September 2004.
149