e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
PENERAPAN MODEL COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC)UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS DISKUSI PADA SISWA KELAS VIII. 4 SMP NEGERI 2 SINGARAJA L.C. Rosa Dewi, IB. Putrayasa, IA. Md Darmayanti
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: {
[email protected],
[email protected],
[email protected]}@undiksha.ac.id Abstrak Penelitian ini bertujuan (1) mendeskripsikan aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja; (2) mendeskripsikan peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja; dan (3) mendeskripsikan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian ini adalah salah satu guru bahasa Indonesia dan siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, tes, kuesioner, dan wawancara. Data dianalisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada peningkatan aktivitas guru dan siswa dalam membaca pemahaman teks diskusi dalam menerapkan model pembelajaran CIRC. Hasil yang diperoleh juga meningkat; (2) skor rata-rata siswa pratindakan adalah 68. Pada siklus I, skor meningkat menjadi 78,95, dan meningkat pada siklus II menjadi 82,5; dan (3) respons siswa yang berkaitan dengan minat, bakat, sikap, motivasi, dan tujuan juga meningkat dari siklus I ke siklus II, yakni dari 44,07 menjadi 47,11. Peneliti menyarankan agar hasil penelitian ini dapat diterapkan oleh guru bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa. Kata kunci : membaca pemahaman, teks diskusi, model CIRC. Abstract The objective of this research are (1) to describe the activity of the teachers and the students in the implementation of learning model of Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) to increase reading comprehension text discussion ability of the eighth 4 grade students of SMP Negeri 2 Singaraj;, (2) to describe the students enhancement of reading comprehension text discussion ability through Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) learning model of the eighth 4 grade students of SMP Negeri 2 Singaraja; in addition; and (3) to describe students’ respond of the implementation of CIRC learning model for increase the ability of reading comprehension text discussion of the Eighth 4 grade students of SMP Negeri 2 Singaraja. This research was classroom action research. The subject of this research is one of Indonesia language teacher and the eighth 4 grade students of SMP Negeri 2 Singaraja. The method that were used to collect the data were observation, questionnaire test, and interview. The data were analyzed by using quantitative and qualitative analysis technique. The result of research showed that was (1) enhancement of teachers and students activity in learning reading comprehension text discussion process of the implementation of CIRC learning model. The findings clearly increased too; (2) the mean score of the students was 68. In the first cycle the score increased to 78.95 and more increased in cycle II to 82.5; dan (3) the student’s respond which related to their interests, talents, attitudes, motivations, and intensions also increased in cycle I to cycle II from 44.07 to 47.11. The researcher suggest the finding of this research could applied by Indonesia language teachers to increase the students’ reading comprehension text discussion ability. Keywords: comprehension text ability, text discussion, and CIRC model.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
PENDAHULUAN Pada hakikatnya, pendidikan bertujuan meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan peserta didik agar mampu mengikuti pendidikan lebih lanjut dengan memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Dengan adanya pengembangan diri ini, peserta didik akan lebih leluasa mengasah segala kreativitas bahkan, untuk melatih dirinya agar lebih peka dalam menghargai bentuk suatu karya sastra. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila peserta didik mampu memahami yang disampaikan oleh guru yang ditunjukkan dengan hasil pembelajaran yang memuaskan. Proses pembelajaran memerlukan strategi yang variatif agar peserta didik tertarik mengikuti pembelajaran di dalam kelas dengan perasaan yang senang dan nyaman. Adanya keefektifan di dalam sebuah pembelajaran merupakan hal yang penting guna tercapainya kualitas kemampuan dan pengetahuan peserta didik sesuai dengan yang diharapkan (Susanto, 2016: 7). Pembelajaran bahasa Indonesia memiliki peranan yang sangat penting bukan hanya untuk membina keterampilan komunikasi melainkan juga untuk kepentingan penguasaan ilmu pengetahuan. Melalui bahasalah, manusia belajar berbagai macam pengetahuan yang ada di dunia. Oleh karenanya, wajarlah jika para filsuf menganggap bahasa sebagai induk ilmu pengetahuan (Abidin, 2012: 6). Dalam konteks di sekolah, bahasa digunakan para peserta didik bukan hanya untuk kepentingan pembelajaran bahasa melainkan juga untuk mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan yang diajarkan di sekolah. Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif dan efisien dari pemerintah untuk masyarakat merupakan perangkat yang berkewajiban untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Sekolah sebagai lembaga yang berperan membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku peserta didik.
Sebagai tenaga pendidik, guru harus memberikan stimulus untuk merangsang bakat dan minat peserta didik agar peserta didik lebih termotivasi dan tertarik dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, dengan diterapkannya kurikulum 2013, guru hendaknya lebih kreatif dalam proses pembelajaran. Bukan sebaliknya, menghambat guru mencapai tujuan dalam pembelajaran. Untuk mengatasi permasalahan ini, guru diharapkan lebih kreatif dalam menentukan model dan media pembelajaran yang tepat. Dengan diterapkannya Kurikulum 2013, menjadikan peran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran yang lain. Peran bahasa Indonesia menjadi penting dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya karena berfungsi mengantarkan kandungan materi dari semua sumber kompetensi kepada peserta didik ke dalam semua mata pelajaran. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus dikuasai oleh peserta didik sebagai bekal untuk memahami semua mata pelajaran yang tergabung dalam Kurikulum 2013. Peran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 semakin ditingkatkan dan tanggung jawab peningkatan peran bahasa pemersatu bangsa kini berada di pundak Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian dan Kebudayaan (Kemendikbud), yang siap memberikan penambahan pelatihan guru, khususnya, guru bahasa Indonesia. Guru bahasa Indonesia pun dituntut untuk memiliki wawasan yang lebih baik. Salah satu persoalan penting yang sering dilupakan oleh para pendidik, yaitu membuat peserta didik memahami yang disampaikan di depan kelas. Kurikulum 2013 ini lebih menekankan pada cara atau metode dan strategi yang digunakan pendidik untuk mengajar. Hal ini terkait dengan hasil yang diperoleh peserta didik dalam bentuk nilai. Metode dan strategi yang digunakan pendidik sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dan kesuksesan sebuah pembelajaran (Abidin, 2012: 8).
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal tempat untuk para peserta didik menuntut ilmu. Begitu banyaknya pemasalahan pendidikan di Indonesia, salah satunya adalah permasalahan mengenai peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka pembaharuan sistem pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melakukan pembaharuan Kurikulum Nasional, yaitu penerapan Kurikulum 2013 pada tahun ajaran baru 2013/2014. Kurikulum 2013 adalah yang berlaku dalam Sistem Pendidikan Indonesia. Kurikulum ini merupakan kurikulum tetap yang diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan kurikulum 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) yang telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Diterapkan Kurikulum 2013 ini untuk mendorong peserta didik atau siswa mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, menalar, dan mengomunikasikan yang mereka peroleh atau mereka ketahui setelah menerima materi pembelajaran. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan Kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya. Melalui pendekatan itu, diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan jauh lebih baik sehingga mereka akan lebih kreatif, inovatif, dan lebih produktif. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berperan membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajarkan peserta didik akan pentingnya pembelajaran bahasa. Mengingat fungsi penting pembelajaran bahasa, sudah selayaknya pembelajaran bahasa di sekolah dilaksanakan dengan sebaikbaiknya. Pembelajaran bahasa haruslah diorientasikan pada pembentukan kemampuan berbahasa Indonesia dan pembentukan kemampuan keilmuan yang lainnya. Pembelajaran bahasa harus dikembangkan menjadi pembelajaran yang multifungsi melalui penciptaan pembelajaran yang harmonis, bermutu, dan bermartabat. Pembelajaran yang harmonis merupakan kondisi pembelajaran yang mampu merangsang guru dan peserta didik
bekerja secara aktif sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing. Dalam hal ini, guru melaksanakan berbagai perannya, baik sebagai mediator, fasilitator, motivator, evaluator, konduktor, transformator, maupun berbagai peran lainnya, baik peran dalam bidang pembelajaran, administrasi, konseling maupun sosial. Di sisi lain, peserta didik mampu secara aktif memperoleh pengetahuan dan pengalaman bahasa berlandaskan kinerja konstruktivis. Pembelajaran bermutu merupakan kondisi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan pembelajaran artinya, pembelajaran yang dilaksanakan benar-benar diarahkan guna memcapai pembentukan kompetensi pada peserta didiknya. Pembelajaran ini dicerminkan oleh adanya aktivitas guru dan peserta didik yang dinaungi oleh prinsip pembelajaran yang tepat, dijiwai oleh pendekatan pembelajaran yang relevan, dan difasilitasi oleh model dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan, karakteristik peserta didik serta konteks sosial kemasyarakatan. Pembelajaran yang demikian akan menghasilkan lulusan yang cerdas, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Pembelajaran yang bermartabat merupakan pembelajaran yang mencerminkan adanya nilai-nilai dan norma budaya bangsa yang hidup dalam situasi pembelajaran. Kondisi ini dicerminkan dengan adanya hubungan yang baik antara peserta didik, guru, dan seluruh elemen pendidikan, kepercayaan peserta didik terhadap elemen sekolah dan sebaliknya, serta tercerminnya budaya baik dalam setiap gerak dan irama pembelajaran (Abidin, 2012: 7). Kehadiran Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) telah membawa perubahan yang mendasar dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Pada Kurikulum 2006, mata pelajaran bahasa Indonesia lebih mengedepankan pada keterampilan berbahasa (dan bersastra), sedangkan dalam Kurikulum 2013, pembelajaran bahasa Indonesia digunakan sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan menalar. Perubahan ini terjadi dilatarbelakangi oleh
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
kenyataan bahwa kemampuan menalar peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Hal ini diketahui dari studi Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, hanya lima persen peserta didik Indonesia yang mampu memecahkan persoalan yang membutuhkan pemikiran, sedangkan sisanya 95 persen hanya sampai pada level menengah, yaitu memecahkan persoalan yang bersifat hapalan. Ini membuktikan, bahwa pendidikan Indonesia baru berada pada tatanan konseptual. Untuk itu, pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu solusi, yaitu dengan menjadikan bahasa sebagai penghela ilmu pengetahuan dan pembelajaran berbasis teks (Agusrida, 2013:1). Kurikulum 2013 pada pembelajaran teks diskusi mata pelajaran bahasa Indonesia secara umum bertujuan agar peserta didik mampu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Kompetensi dasar yang dikembangkan berdasarkan keempat keterampilan tersebut saling berhubungan dan saling mendukung dalam pengembangan tiga ranah utamanya, yakni pembelajaran berbahasa, bersastra, dan pengembangan literasi. Pembelajaran berbahasa Indonesia adalah pembelajaran tentang teori-teori kebahasaindonesiaan dan cara penggunaannya yang efektif. Peserta didik belajar tentang fungsi bahasa Indonesia sebagai sarana berinteraksi secara efektif, membangun dan membina hubungan, mengungkapkan dan mempertukarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap berbahasa. Peserta didik mampu berkomunikasi secara efektif, membuat kalimat yang tertata dengan baik, termasuk ejaan dan tanda baca. Pemahaman tentang bahasa sebagai penghela pengetahuan dan komunikasi diharapkan dapat menjadikan peserta didik sebagai penutur bahasa Indonesia yang komunikatif dan produktif (Kemendikbud, 2016: 1). Peranan mata pelajaran bahasa Indonesia adalah membina dan mengembangkan kepercayaan diri peserta didik sebagai komunikator, pemikir imajinatif, dan warga negara Indonesia yang melek literasi dan informasi. Pembelajaran bahasa Indonesia pada
hakikatnya adalah membelajarkan peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai tujuan dan fungsinya. Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis; menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara; memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan; menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual; serta kematangan emosional dan sosial; menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa; dan menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia (Agusrida, 2013: 1). Untuk mengimplementasikan tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia tersebut, pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 disajikan dengan menggunakan pendekatan berbasis teks. Teks dapat berwujud teks tertulis dan lisan. Teks merupakan ungkapan pikiran manusia yang lengkap yang di dalamnya memiliki situasi dan konteks (Agusrida, 2013: 3). Dengan kata lain, belajar bahasa Indonesia tidak sekadar memakai bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi, tetapi perlu juga mengetahui makna atau memilih kata yang tepat yang sesuai tatanan budaya dan masyarakat pemakainya. Pembelajaran bahasa Indonesia disuguhkan pada peserta didik bertujuan melatih peserta didik terampil berbahasa dengan menuangkan ide dan gagasannya secara kreatif dan kritis. Mahsun (2005: 39) menyatakan dalam pembelajaran bahasa ada dua komponen yang harus di pelajari, yaitu masalah makna dan bentuk. Kedua unsur tersebut harus hadir secara stimulan dan keduanya harus ada. Namun, pemakai bahasa harus menyadari bahwa komponen makna menjadi unsur utama dalam pembentuk bahasa, dan karena itu bahasa menjadi sarana pembentukan pikiran manusia. Untuk itu, guru perlu
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
menyadari bahwa kemampuan berpikir yang harusnya dibentuk dalam bahasa adalah kemampuan berpikir sistematis, terkontrol, empiris, dan kritis. Sesuai kesepakatan, kemampuan berpikir tersebut disebut dengan berpikir metodologis yang hanya dapat dicapai melalui pembelajaran teks berdasarkan pendekatan ilmiah/saintifik. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013 berbasis teks bertujuan agar dapat membawa peserta didik sesuai perkembangan mentalnya dan menyelesaikan masalah kehidupan nyata dengan berpikir kritis (Agusrida, 2013: 3). Dalam penerapannya, pembelajaran bahasa Indonesia memiliki prinsip, yaitu sebagai berikut. a. Bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata kumpulan kata atau kaidah kebahasaan. b. Penggunaan bahasa merupakan proses pemilihan bentuk-bentuk ke bahasan untuk mengungkapkan makna. c. Bahasa bersifat fungsional, artinya penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dipisahkan dari konteks karena bentuk bahasa yang digunakan mencerminkan ide, sikap, nilai, dan ideologi pemakai/penggunanya. d. Bahasa merupakan sarana pembentukan berpikir manusia. Dengan prinsip di atas, pembelajaran bahasa berbasis teks membawa implikasi metodologis pada pembelajaran yang bertahap. Hal ini diawali dari kegiatan guru membangun konteks, dilanjutkan dengan kegiatan pemodelan, membangun teks secara bersama-sama, sampai dengan membangun teks secara mandiri. Kegiatan ini dilakukan karena teks merupakan satuan bahasa yang mengandung pikiran dengan struktur yang lengkap. Guru harus benar-benar meyakini bahwa pada akhirnya peserta didik mampu menyajikan teks secara mandiri. Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks yang ada dalam kurikulum 2013 sudah diterapkan di beberapa Kabupaten yang ada di Bali. Salah satunya
adalah kabupaten Buleleng. Kabupaten Buleleng memiliki beberapa SMP yang menerapkan Kurikulum 2013, salah satunya adalah SMP Negeri 2 Singaraja. Penelitian ini akan diadakan di SMP Negeri 2 Singaraja. Sekolah ini peneliti pilih karena 1) SMP Negeri 2 Singaraja mendapat predikat akreditasi A; 2) SMP Negeri 2 Singaraja merupakan salah satu sekolah menengah favorit yang ada di Singaraja, tentunya guru-guru yang mengajar di sekolah tersebut berkompeten dan siswasiswi di sekolah tersebut memiliki kualitas yang bagus dalam bidang akademik ataupun nonakademik; dan 3) SMP Negeri 2 Singaraja merupakan salah satu sekolah yang menggunakan serta menerapkan Kurikulum 2013. Pembelajaran bahasa Indonesia dalam kurikulum 2013 mengalami perubahan yang mendasar, yaitu berbasis teks. Dalam pembelajarannya, menggunakan pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Putu Widi Ciptaningsih, S.Pd., selaku guru bahasa Indonesia kelas VIII.4 di SMP Negeri 2 Singaraja. Beliau menerangkan bahwa kelas VIII memiliki 15 kelas di antaranya kelas VIII.1 hingga kelas VIII.15. Kelas VIII.4 dipilih sebagai kelas penelitian karena di kelas tersebut kemampuan siswa masih kurang dalam memahami membaca teks diskusi. Dalam penerapan Kurikulum 2013 berbasis teks yang salah satu teks yang akan dipelajari adalah teks diskusi. Dari hasil wawancara, Kurikulum 2013 telah mengalami 2 kali revisi, yang pertama tahun 2014 dan kedua pada tahun 2016. Penerapan Kurikulum 2013 saat ini di sekolah masih menggunakan model pembelajaran problem solving, based learning, kontruktivis, dan sebagainyadalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain itu, keikutsertaan dan antusias siswa-siswi dalam belajar masih kurang dalam kegiatan membaca dengan nilai yang kurang dari nilai KKM, yaitu 75 sehingga proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan efisien. Dari 38 orang siswa yang mendaptkan nilai tuntas hanya
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
16 orang (42,11%) sedangkan 22 orang (57,89%) mendapatkan nilai tidak tuntas. Hal ini menjadi pertanda bahwa ketuntasan pembelajaran membaca belum tercapai. Berdasarkan hal tersebut, peneliti akan menerapkan model pembelajaran kooperatif, yakni CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) dalam kegiatan membaca, khususnya membaca teks diskusi. Peneliti memilih teks diskusi untuk diteliti karena teks diskusi merupakan salah satu teks dalam pelajaran bahasa Indonesia. Teks diskusi adalah salah satu jenis teks yang memberikan dua pendapat mengenai suatu hal. Pendapat tersebut tentu ada yang selaras dan juga ada yang bertentangan. Teks diskusi (discussion text) bisa didefinisikan sebagai sebuah teks yang berisi tentang sebuah wacana yang bermasalah (Kemendikbud, 2014: 91). Wacana yang bermasalah ini adalah wacana yang memiliki dua kubu antara pro (mendukung) dan kontra (penentang), antara pendukung isu dan penentang isu. Masalah yang dihadirkan dalam teks diskusi nantinya akan didiskusikan berdasarkan dua sudut pandang tersebut (point of view) tersebut, pro (pendukung) dan kontra (penentang). Tujuan komunikatif dari teks diskusi itu sendiri adalah untuk mengetengahkan suatu masalah atau isu yang ditinjau paling tidak dari dua sudut pandang, sebelum sampai pada suatu kesimpulan atau rekomendasi. Jadi sederhananya, teks diskusi adalah tulisan yang mengulas sebuah masalah (isu) dengan disertai argumen/pendapat baik yang mendukung maupun yang menentang isu tersebut serta diakhiri dengan simpulan atau rekomendasi penulis. Pembelajaran teks diskusi dengan menggunakan model strategi pembelajaran CIRC dapat membantu siswa dalam pembelajaran di kelas. Model CIRC ini dikembangkan oleh Steven dan Slavin dan merupakan model yang komprehensif untuk pelajaran membaca dan menulis makalah. Model ini mengatur supaya peserta didik belajar atau bekerja dengan cara berkelompok. Peserta didik dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberi tugas membaca secara terpisah, kemudian
masing-masing anggota kelompok membuat intisari materi yang dibaca. Ketika perwakilan satu orang kelompok sedang menyajikan materi yang dibacanya, kelompok lain menyimak, membuat pertanyaan, dan melengkapi bagian yang masih kurang lengkap (Sani, 2014: 193). Kelebihan model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) juga dikemukakan oleh Slavin (2010: 202-204), antara lain 1) Model pembelajaran kooperatif tipe Cooperative Integrated Reading and Composition amat tepat untuk meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi pembelajaran; 2) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang; 3) Peserta didik termotivasi pada hasil secara teliti karena bekerja dalam kelompok; 4) Para peserta didik dapat memahami makna soal dan saling mengecek pekerjaan; 5) Membantu peserta didik yang lemah dalam memahami tugas yang diberikan, dan 6) Meningkatkan hasil belajar khususnya dalam menyelesaikan soal yang diberikan guru. Dengan kelebihan yang dimiliki model pembelajaran CIRC dapat membantu guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran diskusi kelompok di dalam kelas. Hal ini juga memberikan kesempatan untuk berperan lebih aktif dan memotivasi peserta didik berdiskusi kelompok bersama dengan teman sekelasnya sehingga guru bukan lagi sebagai pusat pembelajaran di kelas. Sebelum penelitian ini direncanakan, peneliti menemukan hasil penelitian lain terkait model pembelajaran. Penelitian pertama dilakukan oleh Afpri Yantini tahun 2014 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Responsif pada Siswa Kelas VIII.I SMP Negeri 1 Gerokgak”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha. Dengan menerapkan model pembelajaran CIRC, kemampuan siswa dalam membaca responsif bisa meningkat dengan sangat baik.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Penelitian kedua dilakukan oleh Hela Irawadi tahun 2015 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karya Ilmiah di Kelas XII AP I SMK Negeri 1 Seririt”, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui langkah-langkah penerapan model pembelajaran CIRC dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis karya ilmiah di kelas XII. AP I SMK Negeri 1 Seririt, (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa di kelas XII. AP I SMK Negeri 1 Seririt dalam menulis karya ilmiah melalui penerapan model pembelajaran CIRC, dan (3) mengetahui respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam menulis karya ilmiah di kelas XII. AP I SMK Negeri 1 Seririt. Penelitian ketiga dilakukan oleh Fitriana tahun 2010 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Pokok Bahasan Segiempat”, program studi Pendidikan Matematika, Universitas Muhammadiyah Surakarta. Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui peningkatan keterampilan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika pada pokok bahasan segiempat di kelas VII melalui model pembelajaran cooperative tipe CIRC dan (2) mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan segiempat melalui model pembelajaran cooperative tipe CIRC. Berdasarkan uraian di atas, terdapat pemikiran peneliti untuk menerapkan model CIRC untuk aktivitas guru dan siswa dalam penerapan model CIRC, meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi, dan respons siswa terhadap penerapan model pembelajaran CIRC. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk melengkapi sisi lain penelitian-penelitian yang sudah ada. Oleh karena itu,
diangkatlah penelitian yang berjudul “Penerapan Model Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Teks Diskusi pada Siswa Kelas VIII. 4 SMP Negeri 2 Singaraja”. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (classroom action research). Subjek dalam penelitian ini adalah salah satu guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas VIII.4 dan siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja. Objek penelitian yang pertama adalah aktivitas guru dan siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja selama pembelajaran membaca pemahaman teks diskusi dengan menerapkan model pembelajaran CIRC. Objek penelitian kedua adalah kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja. Objek penelitian ketiga adalah respons siswa kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja terhadap penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa. Penelitian tindakan kelas ini menghasilkan data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa angkaangka, yaitu hasil observasi, hasil tes yang dilakukan siswa, dan hasil kuesioner siswa. Data kualitatif berupa data mengenai respons dan hasil observasi guru dan siswa setelah dikonversikan ke dalam kriteria tertentu serta hasil wawancara terhadap siswa dalam belajar mengajar. Observasi peneliti lakukan terhadap kegiatan siswa dan guru ketika pembelajaran berlangsung. Metode observasi yang dilakukan berupa kegiatan observasi nonpartisipatif. Peneliti tidak ikut secara aktif dalam proses belajar mengajar, tetapi mengamati dan melakukan pencatatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan situasi yang menyertainya. Pencatatan dilakukan pada lembar observasi yang telah disiapkan. Peneliti sudah menyediakan 17 item untuk guru dan 10 item untuk siswa dan disertai dengan penilaian berupa skala bertingkat dari 1 sampai dengan 5. Skala 5 menandakan aktivitas guru dan siswa berada pada tingkat sangat aktif berturut-
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
turut hingga skala 1 yang berada pada kategori tidak aktif. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif atau tingkat penguasaan materi pembelajaran. Metode tes dapat dikatakan suatu cara untuk mengadakan penilaian berupa tugas yang harus dikerjakan oleh siswa sehingga menghasilkan skor. Dalam penelitian ini, metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca pemahaman teks diskusi melalui penerapan model pembelajaran CIRC di kelas VIII.4 SMP Negeri 2 Singaraja. Tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa pertanyaan-pertanyaan yang dibuat oleh peneliti dan guru bahasa Indonesia. Pertanyaan yang dibuat berhubungan dengan materi yang diberikan. Hasil tes ini akan menampakkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa. Hasil tes ini akan dianalisis dengan teknik analisis data kuantitatif dan kualitatif yang akan dijabarkan dalam analisis data. Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respons siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yaitu responden menjawab pertanyaan berdasarkan sejumlah alternatif pilihan jawaban yang telah disediakan. Dalam lembar kuesioner, peneliti menyediakan 10 pernyataan dan disertai dengan pilihan jawaban dengan penilaian dari rendah ke tinggi (1-5). Skor 5 menandakan aktivitas siswa berada pada kategori sangat aktif berturut-turut hingga pada skor 1 yang berada pada kategori tidak aktif. Metode wawancara adalah suatu metode dengan cara mengajukan pertanyaan kepada subjek penelitian terkait dengan materi dalam penelitian yang dilaksanakan. Dalam wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan sebuah situasi atau fenomena yang terjadi dan hal ini tidak dapat ditemukan melalui metode observasi dan metode angket. Peneliti akan melakukan wawancara dengan siswa kelas VIII.4 di SMP Negeri 2 Singaraja. Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara terstruktur, yakni pedoman wawancara
yang telah disusun secara sistematis oleh peneliti. Hasil wawancara akan digunakan untuk mendapatkan data mengenai respons siswa mengenai penerapan model pembelajaran CIRC untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Pelaksanaan siklus I menemui beberapa hambatan sehingga berpengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Hambatan-hambatan tersebut adalah alokasi waktu, pembagian kelompok, ketidakfokusan siswa membaca, dan bahan bacaan yang terlalu panjang. Hambatanhambatan di atas, dapat diperbaiki pada siklus II sehingga diperoleh hasil yang lebih baik daripada hasil siklus I. Secara keseluruhan hasil dalam penelitian ini dibahas sebagai berikut. Berdasarkan hasil tes pada siklus I, terdapat dua orang siswa yang tidak tuntas. Pada saat diwawancarai, dua orang siswa diantaranya merupakan siswa yang mendapatkan nilai tidak tuntas. Dua orang siswa itu menyatakan kurang memahami artikel yang diberikan, yakni mengenai Dampak Teknologi Elektronik Bagi Remaja Masa Kini. Artikel yang dibagikan pada masing-masing kelompok terlalu panjang sehingga beberapa siswa merasa cepat bosan untuk membaca artikel yang dibagikan oleh guru dalam pembelajaran. Ini karena siswa merasa cepat mengantuk membaca artikel yang terlalu panjang. Hal ini mengakibatkan mereka mendapatkan nilai yang rendah dibandingkan dengan siswa yang lainnya. Bonomo (dalam Somadayo, 2011: 5) menyatakan bahwa membaca merupakan suatu proses memetik serta memahami arti atau makna yang terkandung dalam bahasa tulis (reading is bringging). Pada siklus II terjadi peningkatan aktivitas, baik pada guru maupun siswa. Hasil itu menunjukkan ada peningkatan aktivitas pada siklus I sampai dengan pada tindakan siklus II. Skor rata-rata aktivitas yang diperoleh pada siklus I adalah 3,45 (kategori cukup aktif) meningkat menjadi 4,65 (kategori sangat aktif) pada siklus II. Hal ini terlihat pada saat siswa
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
mengerjakan tugas dalam kelompoknya masing-masing dan pada saat presentasi. Meningkatnya sil aktivitas belajar siswa ini sangat berpengaruh terhadap pengaruh peningkatan hasil belajar siswa. Selain aktivitas belajar siswa, peneliti juga mengamati aktivitas mengajar guru. Aktivitas yang ditunjukkan oleh guru selalu berpedoman pada langkah-langkah pembelajaran yang ada pada RPP dan scenario model pembelajaran CIRC. Skor yang diperoleh guru pada siklus I adalah 72 dengan rata-rata 4,2 (kategori dilakukan dengan baik) dan meningkat menjadi 79,5 dengan rata-rata 4,68 (kategori dilakukan dengan sangat baik). Lie (2005: 6) menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Ia juga menambahkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran gotong royong sehingga mampu membuat siswa untuk bekerja sama memecahkan masalah. Selain itu, adanya peningkatan kemampuan membaca khususnya kemampuan membaca pemahaman teks diskusi. Pada saat refleksi awal, yaitu dalam pratindakan skor rata-rata yang diperoleh siswa adalah 68 (kategorinya sangat kurang). pada saat siklus I skor ratarata meningkat menjadi 78,95 (kategorinya cukup). Walaupun belum mencapai kriteria keberhasilan, namun secara kuantitas sudah ada peningkatan sebesar 10,95. Pada siklus II, skor rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 82,5 (kategorinya baik). Jika dibandingkan dengan pencapaian peningkatan kemampuan membaca pemahaman antara pratindakan dan siklus II terjadi peningkatan sebesar 14,5. Jika dilihat dari ketuntasan belajar, pembelajaran pada siklus II ini sudah dapat dikatakan tuntas karena dari 38 orang siswa, 34 (89,47%) orang mendapatkan nilai di atas KKM sedangkan 4 (10,53%) orang mendapatkan nilai di bawah KKM, walaupun masih ada 4 orang siswa yang masih tidak tuntas karena kemampuan membaca pemahamannya masih kurang serta ketika diberikan tugas keempat siswa tidak mengerjakannya dengan baik dan kurang fokus.
Siswa menjadi sangat senang dan aktif mengikuti pembelajaran membaca pemahaman teks diskusi. Rasa senang dan aktif tersebut dapat dilihat dari rata-rata respons yang diberikan oleh siswa dalam pembelajaran ini. Sebagian besar siswa memberikan respons yang sangat baik terhadap tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada siklus I skor rata-rata respons siswa adalah 44,07 (kategori setuju), kemudian skor rata-rata respons siswa meningkat menjadi 47,11 (kategori sangat setuju) pada siklus II. Siswa merasa senang melakukan pembelajaran ini karena divariasikan dengan penerapan model pembelajaran CIRC. Hal ini terbukti dari pendapat siswa yang menjadi sangat bersemangat membaca, siswa merasa lebih mudah memahami topik yang dibaca, dan merasa lebih cepat menemukan informasi bacaan dengan membaca pemahaman teks diskusi dalam penerapan model pembelajaran CIRC. Temuan ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Slavin (1995:35) bahwa model pembelajaran CIRC ini memiliki beberapa keunggulan, yakni (1) memberikan pengalaman dan membuat kegiatan belajar anak didik menjadi relevan dengan tingkat perkembangan anak; (2) memberikan kesempatan bagi siswa untuk memilih kegiatan belajar sesuai dengan minat siswa dan kebutuhan anak; (3) membuat kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama; (4) merupakan pembelajaran terpadu yang menumbuhkembangkan keterampilan berpikir anak; (5) model pembelajaran CIRC merupakan pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat bermanfaat sesuai dengan permasalahan yang ditemui dalam lingkungan anak; (6) merupakan pembelajaran terpadu yang dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna; (7) dapat menumbuhkembangkan interaksi sosial anak, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan menghargai gagasan orang lain; (8) model pembelajaran CIRC dapat membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan, dan aspirasi guru dalam mengajar.
e-Journal Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Vol: 6 No: 1 Tahun:2017
Jadi, penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks diskusi siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan skror rata-rata yang diperoleh siswa pada siklus II dibandingkan dengan skor rata-rata pada siklus I. aktivitas belajar siswa juga mengalami peningkatan yang terlihat pada siklus I dan siklus II. Untuk mengurangi/ mengatasi beragam permasalahan yang ditemui oleh guru ataupun siswa dalam pembelajaran membaca, khususnya membaca pemahaman teks diskusi siswa, guru dapat mengaplikasikan model pembelajaran CIRC ini. Model pembelajaran CIRC dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan alternative dalam upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman siswa. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus. 2012. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Refika Aditama Afpri Yantini, Made. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Responsif Pada Siswa Kelas VIII.1 SMP Negeri 1 Gerokgak. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Undiksha. Agusrida. 2013. Pembelajaran Bahasa Indonesia Dalam Kurikulum 2013: Sebuah Kajian Dalam Mata Diklat Penerapan Kurikulum 2013. http://bdkpadang.kemenag.go.id/index .php?Option=com_content&view=artic le&id=674:agusridadsember&catid=41 :top-headlines&Itemid=158(diakses tanggal 15 Agustus 2016). Asmani, Jamal Ma’mur. 2016. Tips Efektif Cooperative Learning. Yogyakarta: Diva Press (Anggota IKAPI). Fitriana, Sinta. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Pokok Bahasan Segiempat. Artikel. Tersedia pada http//jurnalonline.undiksha.ac.id/…/artikel/pdf
(diakses pada hari Jumat, 19 Agustus 2016). Hela Irawadi, Made. 2015. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Menulis Karya Ilmiah Di Kelas XII AP.1 SMK Negeri 1 Seririt. Skripsi (tidak diterbitkan).Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS Undiksha. Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan untuk Kelas VIIISMP/MTs. Jakarta: Kemendikbud. Kemendikbud. 2016. Silabus Mata Pelajaran Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (Smp/Mts). Jakarta Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning. Jakarta : PT. Grasindo Mahsun. 2005. Pengajaran Bahasa: Tahapan, Strategi, Metode, dan Tehniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sani, Ridwan Abdullah. 2014. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Slavin, R. E. 1995. Cooperative Learning :Reaseacrh, and Practice. Second edition.Terjemahan. Boston. Alyin dan Bacon. Slavin, Robert E. 2010. Cooperative Learning (Teori, Riset, dan Praktik). Bandung: Nusa Media. Somadayo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta : Graha Ilmu. Susanto, Hadi. 2016. Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition.https://bagawanabiyasa. wordpress.com//2016/01/07/modelpembelajaran-cooperative-integratedreading-and-composition//(diakses tanggal 15 Agustus 2016).