PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI (PPSP) TAHUN 2014
LAPORAN STUDI EHRA (E
(ENVIRONMENTAL HEALTH RISK
ASSESMENT)
Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera Utara
Logo Kabupaten/Kota
`DISIAPKAN OLEH : POKJA SANITASI KABUPATEN DAIRI PROVINSI SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan
kekuatan dan kemudahan serta limpahan-Nya sehinggaTim Studi EHRA (Studi
Environmental Health Risk Assessment) dapat selesai menyusunan Laporan Studi EHRA Kabupaten Dairi sehingga tergambarkan kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan. Studi EHRA ini dapat dijadikan sebagai Informasi dasar dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi ke pada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi serta menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi akan pentingnya pelaksanaan studi EHRA bagi seluruh anggota pokja dan tim studi EHRA yang kemudian akan dijadikan sebagai data primer dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Dairi. Secara substansi, hasil Studi EHRA ini dapat memberi data ilmiah dan faktual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota sektor sanitasi yang menjadi obyek studi meliputi limbah cair domestik, limbah padat/sampah dan drainase lingkungan, serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) termasuk praktek Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang telah diarahkan sesuai dengan lima pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keberhasilan penyusunan Laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) tidak terlepas dari dukungan semua pihak terkait dalam proses penyusunan maupun dalam pelaksanaan Studi. Untuk itu Pemerintah Kabupaten Dairi
menyampaikan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan
pihak -pihak terkait atas peran aktifnya dalam melaksanakan Studi EHRA. Dalam penyusunan ini kami meyakini adanya kelemahan dalam metode maupun penyajian. Maka dari itu kami harapkan masuk an dan saran dari berbagai pihak yang bersifat konstruksi dalam rangka penyempurnaan Studi EHRA ini. Semoga hasil studi EHRA ini dapat dijadikan salah satu dasar perencanaan pembangunan Sanitasi di Kabupaten Dairi ke depan. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan dan penyelesaian laporan Studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Dairi ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala upaya kita bersama dalam membangun Kabupaten Dairi senantiasa mendapatkan Petunjuk serta Ridho dari Tuhan Yang Maha Esa.
Ketua Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi/ Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi
JULIUS GURNING, S.Sos, M.Si PEMBINA UTAMA MUDA NIP. 19580212 197603 1 001
RINGKASAN EKSEKUTIF Studi EHRA (Enviromental Health Risk Assassment) ini dilakukan terhadap 2.500 responden yang tersebar pada 63 Desa di 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi dengan tujuan untuk melakukan Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan sehingga didapat gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat yang beresiko terhadap Kesehatan lingkungan, dapat dijadikan sebagai Informasi dasar dalam penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan dan memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi serta menumbuhkan kesepahaman dan kesamaan persepsi akan pentingnya pelaksanaan studi EHRA bagi seluruh anggota pokja dan tim studi EHRA. Dalam studi EHRA ini, Pokja AMPL Kabupaten Dairi menetapkan seluruh kecamatan sebagai area studi sehingga dapat memberikan gambaran secara keseluruhan di Kabupaten Dairi. Unit sampling utama (Primary Sampling) pada Studi EHRA adalah RT (Rukun Tetangga) dan dipilih secara random berdasarkan total RT di semua Dusun/ Lingkungan. Dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah dipilih menjadi Target Area Studi sementara jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT minimal 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan minimal 40 responden. Pemilihan desa yang menjadi area studi EHRA di Kabupaten Dairi dilakukan dengan cara stratifikasi desa dan random sampling. Pertama – tama yang dilakukan adalah stratifikasi 169 Desa/Kelurahan yang ada di Kabupaten Dairi dikategorikan berdasarkan 4 kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP yaitu kepadatan penduduk, angka kemiskinan, daerah/wilayah yang dialiri sungai/drainse/saluran irigasi dan daerah yang terkena banjir. Dari hasil stratifikasi tesebut didapatkan hasil strata 0 s.d strata 3 pada 169 desa/kelurahan. Kemudian menentukan jumlah desa yang akan diambil sebagai area studi dengan cara membagi jumlah responden yang sudah ditetapkan yaitu sebesar 2.500 Responden di bagi jumlah sampel per desa/kelurahan yaitu 40 responden, sehingga didapatkan hasil pembagian tersebut adalah 63 Desa. Adapun Responden dalam studi EHRA adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Berdasarkan Hasil kajian Studi EHRA yang telah di lakukan maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi sebagai berikut : Indeks Resiko Sanitasi untuk sumber air di Kabupaten Dairi pada 15 kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 43, strata 1 = 49, strata 2 =49, strata 3 = 53. Berdasarkan studi EHRA bahwa area risiko sumber air terlihat bahwa untuk semua kelurahan/desa menggunakan sumber air yang terlindungi dengan persentase tidak tercemar 78,7 % (berupa sumber air dari PDAM air ledeng, kran umum, hidran umum, sumur bor pompa tangan, sumur gali terlindungi, air hujan serta air isi ulang) dan beresiko tercemar 21.3%. Sedangkan yang menggunakan sumber air tidak terlindung yang tidak aman 53,5 %, yang aman 46,5%. Pada semua kelurahan/desa, sebesar 56,4 % dari total responden tidak pernah mengalami kelangkaan air dan hanya 43,6 % yang pernah mengalami kelangkaan air. Indeks Resiko Sanitasi untuk persampahan di Kabupaten Dairi pada 15 kecamatan Area Studi EHRA Tahun 2014, menunjukkan bahwa angka yang cukup tinggi yaitu Strata 0 = 92, Strata 1 = 87, Strata 2 = 96 dan Strata 3 = 45. Hal ini dapat terlihat juga pada hasil studi EHRA, pada tabel area berisiko persampahan 95,4 % pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi tidak memadai, frekuensi pengangkutan sampah juga tidak memadai sebesar 83,3 %, waktu pengangkutan sampah tidak tepat waktu sebanyak 100 % dan pengolahan sampah setempat tidak diolah sebesar 81,1 %. Untuk itu perlu perhatian yang serius dari pemerintah daerah dalam hal sektor Persampahan mengingat cakupan Pengelolaan persampahan masih sangat kurang. Hal tersebut akan dapat berdampak buruk terhadap kualitas lingkungan sekitarnya, seperti : Bau, Pemandangan Tidak Sedap, Tempat Perindukan Vektor Penyakit, Rawan Banjir dan Sumber Pencemaran pada Sumber Air Bersih. Indeks Resiko Sanitasi untuk air limbah domestik di Kabupaten pada 15 Kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan angka sebesar 59 untuk strata 0, strata 1 = 64, strata 2 = 60 dan strata 3 = 55. Berdasarkan hasil studi EHRA bahwa untuk air limbah domestik sebanyak 33 4 % tangki septik tidak aman dan tangki septik yang aman sebesar 67 %. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 98,7 % dan 1,3 % yang aman. Pencemaran karena SPAL yang tidak aman sebesar 60,4 % sedangkan yang aman sebesar 39,6 %. Indeks Resiko Sanitasi untuk banjir/genangan pada 15 kecamatan area studi EHRA Tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 14, strata 1 = 15, strata 2 = 16, strata 3 = 44, dan diketahui 15,7 % menyatakan adanya genangan air (banjir) sedangkan 84,3 % menyatakan tidak ada genangan air. Indeks Resiko Sanitasi untuk Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada 15 kecamatan area studi EHRA tahun 2014 menunjukkan pada strata 0 = 46, strata 1 = 57, strata 2 = 58 dan strata 3 = 44. Bahwa sebagian besar responden sebanyak 91,6 % tidak melakukan CTPS di 5 (lima) waktu penting, baru sebanyak 8,4 % yang melakukannya. Untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja baru sebanyak 52,1 % sedang 47,9 % lantai dan dinding jamban bebas dari tinja. Jamban bebas dari kecoa dan lalat baru sebanyak sebanyak 50,1 % sedang 49,9 % tidak bebas dari kecoa dan lalat. Untuk Perilaku BABS sebanyak 54 % yang menyatakan tidak BABS sedang 46 % menyatakan masih
BAS. Dari hasil pengamatan ada sabun di dekat jamban baru 28,5 % sedang 71,5 % tidak ada sabun di dekat jamban. Berdasarkan gambaran diatas maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi. Penyebab rawan sanitasi untuk desa/kelurahan pada strata 0 adalah persampahan (92 %), air limbah domestik (59%), PHBS (46%), Sumber air (43 %) dan Genangan air (14%). Penyebab rawan sanitasi strata 1 adalah persampahan (87%), air limbah domestik (64%), PHBS (57%), sumber air (49%), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (57%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi strata 2 adalah persampahan (96%), air limbah domestik (60 %), air limbah domestik (60 %), PHBS (58%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi 3 adalah air limbah domestik (55%), sumber air (53%.) persampahan (45%), PHBS (44%) dan genangan air (26%). Hal ini dapat diihat pada tabel 3.8. dan gambar 3.21. Berdasarkan sektornya tergambarkan bahwa risiko sanitasi di Kabupaten Dairi yang tertinggi adalah di Persampahan, kemudian Air Limbah Domestik, Sumber Air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Genangan air. Masyarakat Kabupaten Dairi masih banyak yang membuang sampah tanpa diolah dan bahkan di bakar dan dibuang ke Sungai dan Danau. Penduduk Kabupaten Dairi yang hampir 54 % memiliki Jamban Pribadi namun masih juga yang melakukan BABS juga tidak dilengkapi dengan SPAL sehingga Limbah Tinja langsung dibuang ke Sungai,Parit, Laut atau Drainase, baik secara langsung maupun tidak langsung. Di dalam PHBS, masyarakat masih ada yang BABS dan banyak yang tidak melakukan CTPS di lima waktu penting. Hal ini akan menjadi pusat perhatian bagi pemerintah dan pemerhati sanitasi dalam menangani Risiko Sanitasi yang terjadi di Kabupaten Dairi. Tidak terlepas dari itu peningkatan perubahan prilaku masyarakat terkait sanitasi yang jauh lebih baik dari saat ini juga perlu dilaksanakan dan berbagai pembangunan yang harus mengarah untuk pembangunan sanitasi sehingga akan mengurangi Indeks Risiko Sanitasi yang terjadi di Kabupaten Dairi.
DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar...................................................................................................................... Ringkasan Eksekutif ............................................................................................................ Daftar Isi ................................................................................................................................. Daftar Tabel ........................................................................................................................ Daftar Gambar ........................................................................................................................ BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................................... 1.1. Latar Belakang .............................................................................................................. 1.2. Tujuan dan Manfaat ....................................................................................................... 2 1.3. Waktu Pelaksanaan Studi EHRA .................................................................................. 2 BAB II METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA 2.1. Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi ................................... 3 2.2. Penentuan Strata Desa/Kelurahan ................................................................................ 4 2.3. Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi ................................................. 9 2.4. Penentuan RT dan Responden di Lokasi di Area Studi ................................................ 17 2.5. Karakteristik Enumerator dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya .............................. 21 2.6. Analisis Data.................................................................................................................... 22 BAB III HASIL STUDI EHRA 3.1. Informasi Responden ......................................................................................................... 23 3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ............................................................................... 25 3.3. Pembuangan air kotor/llimbah tinja manusia dan lumpur tinja .......................................... 28 3.4. Drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir ...................................................... 32 3.5. Pengerlolaan air minum rumah tangga ............................................................................... 39 3.6. Perilaku Hygiene dan Sanitasi ............................................................................................ 41 3.7. Kejaidan Penyakit Diare ..................................................................................................... 45 3.8. Indeks Resiko Sanitasi ....................................................................................................... 47 BAB IV PENUTUP 4.1. Kesimpulan ...................................................................................................................... 52 4.2. Hambatan/Kendala ............................................................................................................ 53 4.3. Saran ................................................................................................................................. 53 LAMPIRAN
i ii iv v vi 1 1
DAFTAR TABEL No. Tabel
Keterangan
Halaman
Tabel 2.1.
Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko......................
10
Tabel 2.2
Stratifikasi desa di Kabupaten Dairi......................................................................
10
Tabel 2.3.
Hasil Strata Desa di Kabupaten Dairi...................................................................
14
Tabel 2.4.
Penentuan Jumlah Desa Target Area Studi Berdasarkan Jumlah Responden Yang diambil sebagai sampel .............................................................................
18
Tabel 2.5
Kecamatan dan Desa Terpilih untuk Study EHRA di Kabupaten Dairi.................
19
Tabel 3.1
Informasi Responden .............................................................................................
24
Tabel 3.2
Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA ................................
26
Tabel 3.3
Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA ......................
28
Tabel 3.4
Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA .................................
33
Tabel 3.5
Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA ..........................................
39
Tabel 3.6
Area Berisiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA ..........
42
Tabel 3.7
Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA ..............................
46
Tabel 3.8
Indeks Resiko Sanitasii di Kabupaten Dairi ................................................................ 48
Tabel 3.9
Kategori Daerah Berisiko Sanitasi .............................................................................. 48
Tabel 3.10
Nilai Indeks Resiko Sanitasi pada setiap Kecamatan dan Desa .................................. 50
DAFTAR GAMBAR No. Gambar
Keterangan
Gambar 2.1 ..........
Halaman
Distribusi Strata Desa/Kelurahan untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA 18
Gambar 3.1
Grafik Pengelolaan Sampah
............................................................................. Gambar 3.2
Grafik Perilaku Praktik Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga
..................... Gambar 3.3
27 Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar
...................................................... Gambar 3.4
29
Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja
............................................................... Gambar 3.5
29
Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik
............................................... Gambar 3.6
30
Grafik Praktik Pengurasan Tanki Septik
............................................................. Gambar 3.7
27
31
Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
........................
32
Gambar 3.8
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir
.....................
34
Gambar 3.9
Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin
........................ Gambar 3.10
34 Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir
................................................. Gambar 3.11
35
Grafik Lokasi Genangan di Sekitar Rumah
............................................................ Gambar 3.12
36
Grafik Persentase Kepemilikan SPAL
.................................................................... Gambar 3.13
Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga
............................................... Gambar 3.14
37
Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi
................................................................. Gambar 3.15
37
38
Grafik Pencemaran SPAL
........................................................................................ Gambar 3.16
Grafik Akses Terhadap Air Bersih
............................................................................. 40 Gambar 3.17
Grafik Sumber Air Minum dan Memasak
.................................................................... 41 Gambar 3.18
Grafik CTPS di Lima Waktu Penting
............................................................................ 43
38
Gambar 3.19
Grafik Waktu Melakukan CTPS
.....................................................................................44 Gambar 3.20
Grafik BABS
..................................................................................................................45 Gambar 3.21
Grafik Indeks Resiko Sanitasi
.........................................................................................49
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
SK Tim Studi EHRA
Lampiran 2
Tabel Hasil Studi EHRA
Lampiran 3
Dokumentasi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi
Penilaian Resiko Kesehatan
Lingkungan (Studi EHRA) adalah sebuah survey partisipatif di tingkat Kabupaten/kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga. Data yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SKK) Dairi. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena : 1.
Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat;
2.
Data terkait dengan sanitasi dan higiene terbatas dan data sanitasi umumnya tidak bisa dipecah sampai kelurahan/desa serta data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda;
3.
Isu sanitasi dan higiene masih dipandang kurang penting sebagaimana terlihat dalam prioritas usulan melalui Musrenbang;
4.
Terbatasnya kesempatan untuk dialog antara masyarakat dan pihak pengambil keputusan;
5.
EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa;
6.
EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di kabupaten/kota dan kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa; Studi EHRA berfokus pada fasilitas sanitasi dan perilaku masyarakat, seperti:
A. Fasilitas sanitasi yang diteliti mencakup: 1. Sumber air minum, 2. Layanan pembuangan sampah, 3. Jamban, 4. Saluran pembuangan air limbah rumah tangga.
B. Perilaku yang dipelajari adalah yang terkait dengan higinitas dan sanitasi dengan kepada STBM: 1.
Buang air besar
2.
Cuci tangan pakai sabun,
3.
Pengelolaan air minum rumah tangga,
4.
Pengelolaan sampah dengan 3R
5.
Pengelolaan air limbah rumah tangga (drainase lingkungan)
mengacu
1.2. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah: 1.
Mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku masyarakat yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan
2.
Informasi dasar yang valid dalam penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan
3.
Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi
4.
Mendapatkan data primer sebagai salah satu bahan penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Dairi.
1.3. Waktu Pelaksanaan Kegiatan pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Dairi dimulai pertengahan bulan Mei dan selesai pada akhir bulan September tahun 2014. Pelaksanaan Studi EHRA dimulai dari sosialisasi kepada Petugas – Petugas Kesehatan di Kabupaten Dairi, rapat – rapat persiapan pelatihan dan pelaksanaan Studi EHRA, pelaksanaan pelatihan Koordinator Kecamatan dan Supervisor yang dilaksanakan pada tanggal 22 s.d 24 Juni Tahun 2014 dan Pelatihan Enumerator dan Entry Data yang dilaksanakan pada tanggal 25 s.d 27 Juni Tahun 2014. Pelaksanaan Studi EHRA oleh Enumerator di lapangan di mulai dari tanggal 1 Juli s.d 30 bulan Juli 2014. Entry Data mulai di mulai dari 1 Agustus sampai 30 Agustus 2014. Analisis data Studi EHRA sampai pembuatan laporan studi EHRA dikerjakan bulan September 2014.
BAB 2 METODOLOGI DAN LANGKAH STUDI EHRA EHRA adalah studi yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menerapkan 2 (dua) teknik pengumpulan data, yakni 1) wawancara (interview) dan 2) pengamatan (observation). Pewawancara dan pelaku pengamatan dalam EHRA adalah Enumerator yang dipilih oleh Dinas Kesehatan dibantu dari Kepala Puskesmas. Enumerator yang dipilih adalah orang yang berasal dari Kecamatan tersebut dan merupakan kader. Sementara Sanitarian bertugas menjadi Supervisor dan Kepala Puskesmas menjadi Koordinator Kecamatan selama pelaksanaan survey. Sebelum pelaksanaan Studi EHRA, Koordinator Kecamatan, Supervisor dan enumerator diwajibkan mengikuti pelatihan enumerator selama 3 (tiga) hari. Materi pelatihan mencakup dasar-dasar wawancara dan pengamatan; pemahaman tentang instrumen EHRA; latar belakang konseptual dan praktis tentang indikator-indikator; uji coba lapangan; dan diskusi perbaikan instrumen. Pelaksanaan pengumpulan data lapangan dan umpan balik hasil EHRA dipimpin dan dikelola langsung oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi dengan arahan dan bimbingan dari Pokja Sanitasi Kabupaten. Selanjutnya, data EHRA diharapkan menjadi bahan untuk mengembangkan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Dairi dan juga menjadi masukan untuk mengembangkan strategi sanitasi dan program-program sanitasi Kabupaten. Adapun metodologi dalam pelaksanaan Studi EHRA sebagai berikut : 1. Persiapan studi EHRA, langkah-langkah dalam pelaksanaan : - Kesepahaman tentang studi EHRA; Dinas Kesehatan mengadakan pertemuan yang melibatkan seluruh petugas Kesehatan yang ada di Kabupaten Dairi yang membahas mengenai latar belakang, tujuan dan manfaat studi EHRA - Melakukan pembentukan tim studi EHRA mencakup; penanggungjawab studi, koordinator studi, anggota tim pelaksana studi EHRA, koordinator kecamatan, supervisor, tim entri data, tim analisis data dan enumerator yang akan ditugaskan untuk pengumpulan data - Metode pelaksanaan studi EHRA; menyepakati metode yang cocok untuk digunakan dalam pelaksanaan studi EHRA di Kabupaten. 2. Penentuan area studi EHRA, yang bertujuan untuk : - Menetapkan desa/kelurahan lokasi area studi - Menetapkan jumlah dan nama desa/kelurahan terpilih sebagai target area studi - Menetapkan Dusun dan jumlah responden untuk tiap desa/kelurahan target area studi 3. Pelatihan koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data, tujuannya ; - Teridentifikasinya koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data - Terlaksananya pelatihan untuk koordinator kecamatan, supervisor, enumerator dan petugas entri data - Tersusunnya rencana studi EHRA 4. Pelaksanaan studi EHRA, output ; - Penyiapan Logistik dan Kelengkapan Studi Kuesioner dipersiapkan sejumlah 110 % x total jumlah responden dan lembar spot check sejumlah 5 % x total jumlah responden
- Terisinya Kuesioner dengan lengkap oleh enumerator yang kemudian di cek oleh Supervisor dan Koordinator Kecamatan - Terisinya lembar spotcheck oleh supervisor Supervisor melakukan spot check di lapangan secara individual melakukan wawancara singkat dengan kuesioner yang telah disediakan dan kemudian menyimpulkan apakah wawancara benarbenar terjadi dengan standar yang ditentukan. Spot check dilakukan sebanyak 5 % dari jumlah responden yang di data di satu lokasi, pengambilan responden tersebut dilakukan secara acak. Terisinya laporan harian dan rekap harian oleh supervisor 5. Pengolahan dan analisa studi EHRA, tujuannya ; - Tersedia kuesioneryang siap untuk dientri dengan menggunakan software Epi Data versi 3.1 - Dihasilkannya data hasil entri yang siap untuk dianalisis engan menggunakan software SPSS - Dihasilkannya tabel hasil analisis studi EHRA sampai penentuan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) dan skor studi EHRA untuk setiap strata wilayah studi EHRA Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagia terjadinya penurunan kualitas hidup, keehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sekotr sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan, resiko sanitasi dalam hal ini adalah hasil dari analisis Studi EHRA. 2.1 Penentuan Kebijakan Sampel Pokja Sanitasi Kabupaten Sampel adalah bagian dari populasi, dimana anggota sampel adalah anggota yang dipilih dari populasi. Oleh karena itu pengambilan sampel di daerah populasi yang telah ditetapkan sebagai target area studi. Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Dalam hal ini RT di Kabupaten Dairi adalah Dusun dan Rumah Responden dipilih dengan menggunakan cara aka yang bertujuan agar seluruh Dusun memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai Dusun Area Studi dan rumah di Dusun Area Studi memiliki kesempatan yang sama sebagai sampel. Artinya, penentuan Dusun dan Rumah Tangga Responden bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun keinginan responden itu sendiri. Jumlah sampel Dusun per Desa/Kelurahan minimal 8 Dusun dan jumlah sampel per Dusun sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Ibu atau anak perempuan yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun. Pokja Sanitasi Kabupaten Dairi dalam menentukan kebijakan sampelnya berpengaruh langsung pada penentuan jumlah desa area studi yang mana kebijakan sampel studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah Jumlah Responden tertentu. Sampel dalam Studi EHRA di Kabupaten Dairi adalah sebanyak 2.500 responden. Untuk penentuan jumlah desa, Studi EHRA mengikuti panduan pelaksanaan studi EHRA dengan memakai rumus sebagai berikut : X Ndk = -----------------40
X
: Jumlah Responden yang diambil dalam Skala Kabupaten
40
: Maksimal jumlah responden dalam satu desa target area studi
Ndk
: Jumlah Desa Target Area Studi
Berarti Jumlah Desa di Kabupaten Dairi yang menjadi Desa Target Area Studi adalah :
X
2.500
Ndk = ------------------ = --------------- = 62,5≈ 63 Desa 40 40 Desa Target Area Studi di Kabupaten Dairi dalam pelaksanaan Studi EHRA adalah 63 Desa Kegiatan Studi EHRA memerlukan keterlibatan berbagai pihak dan tidak hanya bisa dilaksanakan oleh Pokja Kabupaten/Kota semata. Agar efektif, Pokja Sanitasi Kabupaten/Kota diharapkan bisa mengorganisir pelaksanaan secara menyeluruh. Adapun susunan Tim EHRA sebagai berikut (Lampiran 1) : 1. Penanggung jawab
: Sekretaris Daerah Kabupaten Dairi
2. Koordinator Studi Ketua
: Kepala Dinas Kesehatan Kab. Dairi
Wakil Ketua
: Kabid Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi
3. Anggota
:
a. Kabid Prasarana dan Tata Ruang Bappeda Kabupaten Dairi b. Kabid Pembinaan Kehidupan Masyarakat Bapemmas – PD Kabupaten Dairi c. Kabid Kebersihan dan Perumahan Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Dairi d. Kasi PenyehatanLingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi e. Kasi Pengendalian dan Penyehatan Lingkungan Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Dairi f.
Ruben Bonangmanalu (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi)
g. Lehon M. Sinaga (staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) h. Anita Pasaribu (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi) i.
Sasmita Manik (Staf Dinas Kesehatan Kabupaten Dairi)
4. Koordinator kecamatan a. Kepala Puskesmas Batang Beruh b. Kepala Puskesmas Huta Rakyat c. Kepala Puskesmas Sitinjo d. Kepala Puskesmas Sumbul e. Kepala Puskesmas Pegagan Julu II f.
Kepala Puskesmas Silalahi
g. Kepala Puskesmas Sopobutar h. Kepala Puskesmas Bakal Gajah i.
Kepala Puskesmas Parongil
j.
Kepala Puskesmas Kentara
k. Kepala Puskesmas Berampu
:
l.
Kepala Puskesmas Bunturaja
m. Kepala Puskesmas KM 11 n. Kepala Puskesmas Tigalingga o. Kepala Puskesmas Gunung Sitember p. Kepala Puskesmas Kutabuluh q. Kepala Puskesmas Tigabaru r.
Kepala Puskesmas Sigalingging
5. Supervisor a.
:
Sanitarian Batang Beruh
b. Sanitarian Puskesmas Huta Rakyat c. Sanitarian Puskesmas Sitinjo d. Sanitarian Puskesmas Sumbul e. Sanitarian Puskesmas Pegagan Julu II f.
Sanitarian Puskesmas Silalahi
g. Sanitarian Puskesmas Sopobutar h. Sanitarian Puskesmas Bakal Gajah i.
Sanitarian Puskesmas Parongil
j.
Sanitarian Puskesmas Kentara
k. Sanitarian Puskesmas Berampu l.
Sanitarian Puskesmas Bunturaja
m. Sanitarian Puskesmas KM 11 n. Sanitarian Puskesmas Tigalingga o. Sanitarian Puskesmas Gunung Sitember p. Sanitarian Puskesmas Kutabuluh q. Sanitarian Puskesmas Tigabaru r.
Sanitarian Puskesmas Sigalingging
6. Tim Entry data
:
a. Josua Johan Pandapaotan Sipayung, SST : Staf Badan Pusat Statistik b. Jaksen Ferry Judo Lingga, S.Si
; Staf Badan Pusat Statistik
c. Johannes Situmorang
: Staf Bappeda
d. Riani Habean
: Staf Dinas Kesehatan
e. Junipar Silalahi
: Staf Dinas Kesehatan
f.
: Staf Dinas Kesehatan
Veni T Sigalingging
g. Susi Kartika Ayu
: Staf Dinas Kesehatan
h. Dulimar Sihombing
: Staf Dinas Kesehatan
i.
Herni Rosni Dora
: Staf Dinas Kesehatan
j.
Elfrida Naibaho
: Staf Dinas Kesehatan
7. Tim Analisis data 8. Enumerator
: Pokja Kabupaten Dairi :
1) Rahmayanti Chaniago (Desa/Kel : Kota Sidikalang) 2) Herlina Siburian (Desa/Kel : Huta Gambir dan Huta Rakyat) 3) Odorlina W Tamba (Desa/Kel : Kalang Simbara) 4) Adi Candra Banurea (Desa/Kel : Karing) 5) Ita Sigalingging (Desa/Kel : Lae Hole I dan Parbuluan)
6) Hombarlan Simbolon (Desa/Kel : Parbuluan II dan III) 7) Rita Helena Lumban Tobing (Desa/Kel : Tanjung Beringin I dan Dolok Tolong) 8) Romauli Sihaloho (Dsa/Kel : Pegagan Julu I dan V) 9) Sondang Sitanggang (Desa/Kel : Pegagan Julu VII dan X) 10) Ridawati Simarmata (Desa/Kel : Barisan Nauli dan Perjuangan) 11) Dumei Silva Sitorus (Desa/Kel : Urek Mbelin dan Bakal Gajah) 12) Natanael Napitupulu (Desa/Kel : Bongkaras dan Polling Anak – Anak) 13) Polsen Sinaga (Desa/Kel; Lae Rambong) 14) Eva Pandiangan (Desa/Kel : Sirata) 15) Juni Sinurat (Desa/Kel : Sumbul Tengah) 16) Johammad Sinaga (desa/Kel : Bertungan Julu dan Lau Pak – Pak) 17) Perukuren Tarigan (Desa/Kel : Ujung Teran) 18) Sehken Sembiring (Desa/Kel : Lau Sireme dan Lau Bagot) 19) Devi Yusnani (Desa/Kel : Mbinanga) 20) Rafles Sinambela (Desa/Kel : Linggaraja, Bandar Huta Usang dan Linggaraja II) 21) Wanner Manik (Desa/Kel : Kuta Usang) 22) Meidi Sitanggang (Desa/Kel : Sitinjo Induk) 23) Rollin Saragaih (Desa/Kel : Kentara dan Sumbul) 24) Pangaloan Lumbangaol (Desa/Kel : Lumban Toruan dan Sempung Polling) 25) Riannes Nahampun (Desa/Kel : Sinampang, Buntu Raja dan Sihorbo) 26) Wendi Sianturi (Desa/Kel : Huta Imbaru) 27) Jon Hendra Lumbangaol (Desa/Kel : Juma Siulok) 28) Nursaini Tinendung (Desa/Kel : Tambahan, Lae Nuaha, Sigambir – gambir) 29) Samaini Nadeak (Desa/Kel : Gunung Meriah) 30) Lindauli Munte (Desa/Kel : Tualang) 31) America Gultom (Desa/Kel : Jambur Indonesia) 32) Olivia Sembiring (Desa/Kel : Lae Luhung) 33) Sertina Simbolon (Desa/Kel : Gundaling) 34) Lelly Ginting (Desa/Kel : Tuppak raja, Bukit dan Lau Kersik) 35) Korinta Sembiring (Desa/Kel : Kuta Buluh dan Balandua) 36) Yossi Sembiring (Desa/Kel : Kuta Gamber) 37) Lindawati Sirait (Desa/Kel : Lau Tawar dan Lau Meciho) 38) Idawati Ginting (Desa/Kel : Gunung Tua) 39) Sarmaulina Sitanggang (Desa/Kel : Silalahi II) 40) Rusia Rumasingap (Desa/Kel : Paropo dan Paropo I) 2.2 Penentuan Strata Desa/Kelurahan dalam Studi EHRA Desa Area Studi dalam populasi mempunyai karakteristik geografi dan demografi yang sangat variatif (heterogen) agar keanekaragaman karakteristik tersebut bermakna bagi analisa studinya dan agar tidak terambil hanya dari kelompok tertentu saja maka desa area studi dilakukan stratifikasi terlebih dahulu sebelum diambil sampelnya secara random (Stratified Random Sampling). Stratifikasi Desa dimaksudkan untuk mengklasifikan desa sesuai dengan strata/tingkatan resiko kesehatan lingkungan dari faktor geografi dan demografi .
Penetapan Strata dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut: 1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa. 2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut: (∑ Pra-KS + ∑ KS-1) Angka kemiskinan = ---------------------------------- X 100% ∑ KK
3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat 4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut. Berdasarkan kriteria di atas, strata wilayah Kabupaten Dairi imenghasilkan katagori strata sebagaimana diperlihatkan pada tabel 2.1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area studi pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area studi pada strata yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten Dairi. Tabel 2.1. Kategori Strata Berdasarkan Kriteria Indikasi Lingkungan Berisiko Katagori Strata
Kriteria
Strata 0
Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.
Strata 1
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 2
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 3
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Strata 4
Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko
Penentuan Strata dilakukan oleh Tim Studi EHRA bersama – sama dengan Kepala Puskesmas dan Sanitarian Puskesmas berdasarkan data – data yang diberikan oleh Kecamatan. Strata wilayah di Kabupaten Dairi menghasilkan katagori strata sebagaimana dipelihatkan pada tabel 2.2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada strata tertentu dianggap memiliki karakteristik yang
identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area studi pada suatu strata akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area studi pada strata yang sama.
Adapun hasil stratifikasi desa di Kabupaten Dairi
berdasarkan empat kriteria diatas dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.2. Stratifikasi Desa di Kabupaten Dairi Kecamatan Sidikalang
Berampu
Sitinjo
Parbuluan
Sumbul
No
Desa
Padat + + + + + + + + + +
Kriteria Stratifikasi Miskin DAS + + + + + + + + + + + + + + + + +
Banjir -
Strata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
Sidiangkat Batang Beruh Bintang Hulu Kalang Simbara Bintang Kalang Kota Sidikalang Belang Malum Kuta Gambir Huta Rakyat Bintang Mersada Berampu Karing Banjar Toba Pasi Sambaliang Sitinjo Panji Dabutar Sitinjo I Sitinjo II Parbuluan II Parbuluan I Parbuluan V Parbuluan III Parbuluan IV Parbuluan VI Lae Hole
1 0 0 0 0 2 1 2 2 2 0 1 0 1 0 0 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2
28
Bangun
-
-
+
-
1
29
Lae Hole I
-
-
-
-
0
30
Lae Hole II
-
-
-
-
0
31
Bangun I
-
-
-
-
0
32
Pegagan Julu V
-
+
+
-
2
33
Pegagan Julu IV
+
+
-
-
2
34
Pegagan Julu II
+
+
-
-
2
35
Pegagan Julu I
+
-
+
-
2
36
Pegagan Julu III
-
+
+
-
2
37
Pegagan Julu VI
-
+
+
-
2
38
Pegagan Julu VII
-
+
+
-
2
39
Pegagan Julu VIII
-
+
+
40
Pegagan Julu IX
-
+
+
-
2
41
Pegagan Julu X
-
+
+
-
2
2
Silahisabungan
Silima Punga - Punga
Lae Parira
42
Tanjung Beringin
+
-
+
-
2
43
Dolok Tolong
+
+
+
-
3
44
Kuta Gugung
-
+
+
-
2
45
Pargambiran
+
-
-
-
1
46
Perjuangan
+
-
+
-
2
47
Sileuh – leuh Parsaoran
+
+
+
-
3
48
Pangguruan
-
+
+
-
2
49
Tanjung Beringin I
-
-
-
-
0
50
Barisan Nauli
-
+
+
-
2
51
Silalahi I
+
+
+
-
3
52
Silalahi II
+
+
+
-
3
53
Paropo
+
+
+
-
3
54
Silalahi III
+
+
+
-
3
55
Paropo I
+
+
+
-
3
56
Lae Rambong
+
+
-
-
2
57
Lae Ambat
+
+
-
-
2
58
Lae Panginuman
-
-
-
-
0
59
Sumbari
-
-
-
-
0
60
Bakal Gajah
-
+
-
-
1
61
Uruk Belin
-
-
-
-
0
62
Siboras
-
-
-
-
0
63
Bonian
-
-
-
-
0
64
Bongkaras
-
-
-
-
0
65
Tungtung Batu
-
+
-
-
1
66
Longkotan
+
+
-
-
2
67
Parongil
+
-
-
-
1
68
Siratah
-
-
-
-
0
69
Polling Anak – Anak
-
+
-
-
1
70
Palipi
-
-
-
-
0
71
Lae Pangaroan
-
+
-
-
1
72
Sumbul
-
-
+
-
1
Siempat Nempu
Siempat Nempu Hulu
73
Kentara
-
-
+
-
1
74
Lae Parira
-
-
+
-
1
75
Bulu Duri
-
-
+
-
1
76
Sempung Polling
+
-
+
-
2
77
Pandiangan
-
+
-
2
78
Lumban Toruan
-
-
+
-
1
79
Lumban Sihite
-
-
+
-
1
80
Kaban Julu
-
-
+
-
1
81
Sinampang
-
+
-
-
1
82
Sihorbo
-
+
-
-
1
83
Soban
-
+
-
-
1
84
Adiannangka
-
+
+
-
2
85
Bunturaja
-
-
+
-
1
86
Gomit
-
+
-
-
1
87
Jumantuang
-
+
-
-
1
88
Jumasiulok
-
+
+
-
2
89
Jumategu
-
+
+
-
2
90
Sosor Lontung
-
+
+
-
2
91
Huta Imbaru
-
-
+
-
1
92
Maju
-
+
-
-
1
93
Adian Gupa
-
+
-
-
1
94
Tambahan
-
+
-
-
1
95
Kuta Tengah
-
+
-
-
1
96
Lae Nuaha
+
+
-
-
2
97
Sungai Raya
-
+
-
-
1
98
Gunung Meriah
-
+
-
-
1
99
Sigambir – gambir
-
+
+
-
2
100
Silumboyah
-
+
-
-
1
101
Pangaribuan
-
+
-
-
1
102
Tualang
-
+
-
-
1
103
Bakal Julu
-
+
+
-
2
104
Sipoltong
-
+
+
+
3
105
Pandan
-
+
+
-
2
+
Siempat Nempu Hilir
Tiga Lingga
Gunung Sitember
106
Lae Itam
-
+
+
-
2
107
Pardomuan
-
+
+
-
2
108
Jambur Indonesia
-
+
+
-
2
109
Simungun
-
+
+
-
2
110
Janji
-
+
+
-
2
111
Lae Markelang
-
+
-
-
1
112
Lae Luhung
-
+
+
-
2
113
Sopo Butar
-
+
+
-
2
114
Lae Sering
-
+
+
-
2
115
Lae Haporas
-
+
-
-
1
116
Sumbul Tengah
-
-
-
-
0
117
Ujung Teran
-
+
-
-
1
118
Jumagerat
-
+
-
-
1
119
Sarintonu
-
-
-
-
0
120
Palding
-
-
-
-
0
121
Bertungen Julu
-
-
-
-
0
122
Sukandebi
-
-
-
-
0
123
Lau Molgap
-
-
-
-
0
124
Lau Pakpak
-
-
-
-
0
125
Lau Mil
-
+
-
-
1
126
Lau Bagot
-
+
+
-
2
127
Tigalingga
+
-
-
+
2
128
Lau Sireme
-
+
-
-
1
129
Palding Jaya Sumbul
-
-
-
-
0
130
Bukit Lau Kersik
+
-
-
-
1
131
Gunung Sitember
+
+
-
-
2
132
Batu Gungun
+
-
-
-
1
133
Gundaling
-
+
-
-
1
134
Rante Besi
-
-
-
-
0
135
Kendit Liang
-
+
-
-
1
136
Lau Rebah
-
+
-
-
1
137
Tupak Raja
+
-
-
-
1
Pegagan Hilir
Tanah Pinem
138
Tanjung Saluksuk
-
-
+
-
1
139
Simanduma
-
+
-
-
1
140
Bandar Huta Usang
-
+
+
-
2
141
Lingga Raja I
-
+
-
-
1
142
Onan Lama
-
+
+
-
2
143
Bukit Tinggi
-
-
+
-
1
144
Laksa
-
+
-
-
1
154
Simartugan
-
+
+
-
2
146
Mbinanga
-
-
-
-
0
147
Kuta Usang
-
+
-
-
1
148
Lingga Raja II
-
+
+
-
2
149
Perik Mbue
-
+
+
150
Bukit Baru
-
-
+
-
1
151
Renun
-
-
+
+
2
152
Pasir Tengah
+
-
-
-
1
153
Pamah
+
-
+
+
3
154
Kuta Buluh
+
-
-
-
1
155
Tanah Pinem
+
-
-
-
1
156
Kempawa
-
+
-
-
1
157
Kuta Gamber
-
+
-
-
1
158
Lau Perimbon
-
+
-
-
1
159
Harapan
+
-
+
-
2
160
Gunung Tua
-
+
+
-
2
161
Suka Dame
-
+
-
-
1
162
Lau Tawar
+
-
-
-
1
163
Mangan Molih
-
-
+
-
1
164
Lau Njuhar
-
+
+
+
3
165
Liang Jering
-
+
+
-
2
166
Alur Subur
-
+
+
-
2
167
Balandua
+
-
-
-
1
168
Pasir Mbelang
+
-
-
-
1
169
Sinar Pagi
-
+
+
-
2
2
Adapun hasil Stratatifikasi Desa Di Kabupaten Dairi sebagai berikut : Tabel 2.3 Hasil Strata Desa Di Kabupaten Dairi. Strata Strata 0
Kecamatan
Jumlah Desa
Sidikalang
5 Desa
Desa Batang Beruh Bintang Hulu Kalang Simbara Bintang Bintang Mersada
Berampu
3 Desa
Karing Pasi Sambalang
Parbuluan
3 Desa
Lae Hole I Lae Hole II Bangun I
Sumbul Silima Punga
1 Desa Punga
–
Tanjung Bangung 1 Lae Panginuman
8 Desa
Simbari Uruk Berlian Siboras Bonian Bongkaras Siratan Palipi
Tiga Lingga
8 Desa
Sumbul Tengah Sarintonu Pakling Bertungen Julu Sukandebi Lau Molgap Lau Pak - pak Pakling Jaya Sumbul
Gunung Sitember
1 Desa
Rante Besi
Strata 1
Pegagan Hilir
1 Desa
Mbinanga
Sidikalang
2 Desa
Sidiangkat Kota SIdikalang
Berampu
2 Desa
Berampu Banjar Toba
Sitinjo
3 Desa
Sitinjo Panji Dabutar Sitinjo II
Parbuluan
5 Desa
Parbuluan I Parbuluan II Parbuluan III Parbuluan V Bangun
Sumbul Silima Punga
Punga
–
1 Desa
Pengambiran
5 Desa
Bakal Gajah Tungtung Batu Parongil Poling Anak – Anak Lae Pangaroan
Lae Parira
7 Desa
Sumbul Kentara Lae Parira Bulu Duri Lumban Toruan Lumban Sihite Kaban Julu
Siempat Nempu
9 Desa
Sinampang Sihorbo Sorban Bunturaja Gomit Jumantuang
Huta Imbaru Maju Adian Gupa Siempat Nempu Hulu
7 Desa
Tambahan Kuta Tengah Sungai Raya Gunung Meriah Situmboyah Pangaribuan Tualang
Siempat Nempu Hilir
2 Desa
Lae Markelang Lae Haporas
Tiga Lingga
4 Desa
Ujung Teran Jumagerat Lau Mil Lau Sireme
Gunung SItember
6 Desa
Bukit Lau Kersik Batu Gungun Gundaling Kendit Liang Lau Rebah Tupak Raja
Pegagan Hilir
7 Desa
Tanjung Saluksuk Simanduma Lingga Raja I Bukit Tinggi Laksa Kuta Usang Bukit Baru
Tanah Pinem
12 Desa
Pasar Tengah Kuta Buluh Tanah Pinem Kempawa
Kuta Gamber Lau Perimbon Suka Dame Lau Tawar Mangan Molih Liang Jering Balan Dua Pasar Mbelang Strata 2
Sidikalang
4 Desa
Kalang Belang Maum Kuta Gambir Huta Rakyat
Sitinjo
1 Desa
Sitonjo 1
Parbuluan
3 Desa
Parbuluan IV Parbuluan VI Lae Hole
Sumbul
15 Desa
Pegagan Julu I Pegagan Julu II Pegagan Julu III Pegagan Julu IV Pegagan Julu V Pegagan Julu VI Pegagan Julu VII Pegagan Julu VIII Pegagan Julu IX Pegagan Julu X Tanjung Beringin Kuta Gugung Perjuangan Pangguruan Barisan Nauli
Silima Punga
Punga
–
3 Desa
Lae Rambong
Lae Ambat Longkotan Lae Parira
2 Desa
Sempu Polling Pandiangan
Siempat Nempu
4 Desa
Adiannangka Juma Siuluh Jumategu Sosor Lontung
Siempat Nempu Hulu
4 Desa
Lae Nuaha Sigambir – gambir Bakal Julu Pandan
Siempat Nempu Hilir
8 Desa
Lae Itam Pardomuan Jambur Indonesia Simungun Janji Lae Luhung Sopo Butar Lae Sering
Tiga Lingga
2 Desa
Lau Bagot Tiga Lingga
Gunung Sitember
1 Desa
Gunung Sitember
Pegagan Hilir
5 Desa
Bandar Huta Usang Onan Lama Simartungan Lingga Raja II Perik Mbue
Tanah Pinem
5 Desa
Renun Harapan Sinar Pagi Alur Subur Gunung Tua
Strata 3
Sumbul
2 Desa
Dolok Tolong Sileuh Parsaoran
Silahi Sabungan
5 Desa
Silalahi I Silalahi II Paropo Silalahi III Paropo I
Siempat Nempu Hulu
1 Desa
Sipoltong
Tanah Pinem
2 Desa
Pamah Lau Njuhar
2.3 Penentuan Jumlah Desa/Kelurahan Target Area Studi Proses pemilihan desa sebagai target area studi, pada dasarnya dilakukan dengan teknik random atau acak dimana semua desa/kelurahan mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan desa target area studi EHRA. Setelah mendapatkan jumlah desa target area studi dengan memakai rumus diatas sebanyak 63 desa maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA secara random. Perhitungan jumlah desa target area studi tiap strata sesuai proporsi desa/kelurahan dengan komposisi strata desa/kelurahan hasil stratifikasi diatas sebagai berikut : Tabel 2.4 Penentuan Jumlah Desa Target Area Studi Berdasar Jumlah Responden yang Diambil Sebagai Sampel Jumlah & Persentase Desa Strata
Tiap Strata
Jumlah Desa yang diambil sebagai Desa Target Area Studi
Jumlah
%
Jumlah
%
Strata 0
30
18
11
18
Strata 1
72
42
27
42
Strata 2
57
34
21
34
Strata 3
10
6
4
6
Strata 4
0
0
0
0
Jumlah
169
100
63
100
Hasil Strata desa/kelurahan di Kabupaten Dairi yang terdiri atas 63 desa/ kelurahan menghasilkan distribusi sebagai berikut: 1) Strata 0 sebanyak 11 desa (18 %) 2) Strata 1 sebanyak 27 desa (42 %) 3) Strata 2 sebanyak 21 desa (34 %)
4) Strata 3 sebanyak 4 desa (6 %) 5) Strata 4 sebanyak 0 desa (0%). Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam strata tersebut dapat dilihat pada grafik dibawah ini.
Distribusi Strata Untuk Penetapan Lokasi Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun 2014 0% 6%
Strata 0
18%
Strata 1 34%
Strata 2 Strata 3
42%
Strata 4
Gambar 2.1. Distribusi Strata desa/kelurahan untuk penetapan lokasi studi EHRA Setelah dihitung jumlah desa target area studi setiap strata maka dilanjutkan dengan pemilihan desa target area studi secara random per strata sampai tercapai jumlah desa target area. sesuai perhitungan jumlah desa target area studi di setiap stratanya. Adapun Interval strata untuk penentuan desa yaitu interval Strata 0 = 3, Interval Strata 1 = 3,Interval Strata 2 = 3, Interval Strata 3 = 2 dan Internval Strata 4 = 0. Hasil pemilihan ke- 63 desa/ kelurahan disajikan dalam tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 2.5 Kecamatan dan Desa Terpilih Untuk Study EHRA Kabupaten Dairi Tahun 2014
Strata Strata 0
Kecamatan
No
Desa
Jumlah Responden
Sidikalang
1
Kalang Simbara
40
Berampu
2
Karing
40
Parbuluan
3
Lae Hole I
40
Sumbul
4
Tanjung Beringin I
40
Silima Punga – Punga
5
Uruk Belin
40
6
Bongkaras
40
7
Siratah
40
8
Sumbul Tengah
40
9
Bertungen Julu
40
Tiga Lingga
Strata 1
10
Lau Pakpak
40
Pegagan Hilir
11
Mbinanga
40
Sidikalang
1
Kota Sidikalang
40
Sitinjo
2
Sitinjo Induk
40
Parbuluan
3
Parbuluan II
40
4
Parbuluan III
40
5
Bakal Gajah
40
6
Poling Anak - Anak
40
7
Kentara
40
8
Sumbul
40
9
Lumban Toruan
40
10
Sinampang
40
11
Buntu raja
40
12
Huta Imbaru
40
13
Siharbo
40
14
Tambahan
40
15
Gunung Meriah
40
16
Tualang
40
17
Ujung Teran
40
18
Lau Sireme
40
19
Tupak Raja
40
20
Gundaling
40
21
Bukit Lau Kersik
22
Lingga Raja I
40
23
Kuta Usang
40
24
Kuta Buluh
40
25
Kuta Gamber
40
26
Lau Tawar
40
27
Balan Dua
40
1
Huta Gambir
40
2
Huta Rakyat
40
Parbuluan
3
Parbuluan IV
40
Sumbul
4
Pegagan Julu V
20
5
Pegagan Julu VII
40
6
Pegagan Julu X
40
Silima Punga – Punga
Lae Parira
Siempat Nempu
Siempat Nempu Hulu
Tiga Lingga
Gunung Sitember
Pegagan Hilir
Tanah Pinem
Strata 2
Sidikalang
7
Pegagan Julu I
40
8
Perjuangan
40
9
Barisan Nauli
40
Silima Punga – Punga
10
Lae Rembong
40
La Parira
11
Sempung Poling
40
Siempat Nempu
12
Juma Siulok
40
Siempat Nempu Hulu
13
Lae Nuaha
40
14
Sigambir – Gambir
40
15
Jambur Indonesia
40
16
Lae Luhung
40
Tiga Lingga
17
Lau Bagot
40
Pegagan Hilir
18
Bandar Huta Usang
40
19
Lingga Raja II
40
20
Harapan
40
21
Gunung Tua
40
Sumbul
1
Dolok Tolong
40
Silaahi Sabungan
2
Silalahi I
40
3
Paropo
40
4
Paropo 1
40
Siempat Nempu Hilir
Tanah Pinem
Strata 3
2.4. Penentuan RT dan Responden di Area Studi Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan harus dikumpulkan sebelum memilih RT. Adapun tahapan penentuan RT terpilih, sebagai berikut.
Mengurutkan RT per Dusun/Lingkungan per kelurahan/desa
Menentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil. Jumlah total RT kelurahan : X. Jumlah RT yang akan diambil : Y Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan) misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z
Untuk menentukan RT pertama, maka dilakukan secara kocokan atau mengambil secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.
Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.
Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri.
2.5. Karakteristik Enumertor dan Supervisor serta Wilayah Tugasnya Secara penuh pengumpulan data pada studi EHRA dilakukan oleh Enumerator yang bertanggungjawab untuk tiap desa/kelurahan area studi. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi yang hasilnya ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: pewawancara/Enumerator, responden, materi pertanyaan (kuesioner/daftar pertanyaan) dan situasi pada saat wawancara. Agar hasil wawancara mempunyai mutu yang baik, pewawancara harus menyampaikan pertanyaan kepada responden dengan baik dan jelas. Kalau perlu pewawancara harus menggali lebih lanjut jawaban responden yang belum jelas (probing) sehingga responden mau menjawab dengan jujur. Pewawancara hanya boleh secara berulang-ulang membacakan pertanyaan yang persis sama dan tidak boleh sedikitpun diubah oleh pewawancara. Perbedaan karakteristik pewawancara dengan responden sering juga sangat mempengaruhi hasil wawancara. Seorang pewawancara dari tingkat sosial tinggi harus dapat menyesuaikan diri dengan responden yang mempunyai tingkat sosial rendah, sehingga kecanggungan dalam pelaksanaan wawancara akan mengakibatkan responden enggan memberikan informasi/fakta yang sebenarnya Materi pertanyaan yang disampaikan dalam wawancara dapat juga mempengaruhi hasil wawancara. Pertanyaan yang peka/sensitif sering menyebabkan responden merasa enggan untuk menjawab, sehingga kemungkinan jawaban bukan fakta yang sebenarnya. Oleh karena itu sebaiknya pertanyaan yang peka/sensitif dihindari atau bila tetap ada, maka dapat ditanyakan pada akhir wawancara. Situasi atau lingkungan wawancara seperti waktu, tempat, keberadaan orang ketiga dan sikap masyarakat setempat terhadap pelaksanaan studi dapat juga mempengaruhi hasil wawancara. Dengan demikian keterampilan dan kemampuan pewawancara untuk beradaptasi dengan responden dan lingkungan menjadi kunci dalam keberhasilan wawancara dan validitas data. Pemilihan supervisor dan enumerator untuk pelaksanaan Studi EHRA sepenuhnya merupakan kewenangan Tim Studi EHRA. 2.5.1. Enumerator Enumerator yang melakukan wawancara dan observasi di 63 desa studi EHRA Kabupaten Dairi berjumlah 40 orang, dimana mereka adalah kader - kader aktif di masing-masing Desa/Kelurahan (Kader PKK, Posyandu dan Kader Desa Siaga) yang menjadi lokasi survey dengan latar belakang pendidikan minimal setingkat SLTP. Pemilihan kader yang disesuaikan dengan lokasi area survey diharapkan enumerator bisa lebih paham mengenai karakteristik target survey. Adapun nama-nama enumerator tersebut ada di Lampiran SK Tim Studi EHRA Kabupaten Dairi Tahun 2014 2.5.2. Supervisor Supervisor wilayah di 63 desa studi EHRA berjumlah 18 orang mewakili dari 18 puskesmas yang membawahi 63 desa studi EHRA tersebut. Semua supervisor adalah sanitarian atau pengelola program kesehatan lingkungan di puskesmas. Tugas utama Supervisor Studi EHRA selama pelaksanaan studi adalah:
a. Menjamin proses pelaksanaan studi sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan b. Menjalankan arahan dari koordinator kecamatan dan Pokja Kabupaten/Kota c. Mengkoordinasikan pekerjaan enumerator d. Memonitor pelaksanaan studi EHRA di lapangan e. Melakukan pengecekan/ pemeriksaan hasil pengisian kuesioner oleh Enumerator f. Melakukan spot check sejumlah 5% dari total responden g. Membuat laporan harian dan rekap harian untuk disampaikan kepada Koordinator kecamatan 2.6. Analisis Data Kuesioner yang sudah diisi sebanyak 2.500 dari hasil wawancara enumerator terhadap responden di entri datanya menggunakan software EHRA kemudian di gabung data seluruh responden dengan cara merubah bentuk data dari epiinfo ke bentuk SPSS (menggunakan software Statransfer.7) untuk analisis data dengan ekstensi*sav). Kemudian dilakukan analisis data dengan software SPSS (syntax) melalui proses cleaning data, proses analisis dan penghitungan Indeks Risiko Sanitasi (IRS) yang keluarannya dalam bentuk tabel dan grafik, dengan maksud agar data EHRA dapat digunakan sebagai informasi yang dapat dimanfaatkan dalam Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman Kabupaten Dairi.
BAB 3 HASIL STUDI EHRA 3.1. Informasi Responden Pelaksanaan Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun 2014 dilaksanakan pada 63 Desa dari 169 Desa yang ada di 15 Kecamatan. Responden pada Studi EHRA ini adalah ibu atau anak perempuan yang sudah menikah dan berumur antara 18 s/d 60 Tahun. Adapun jumlah responden yang dijadikan sebagai sampel dalam pelaksanaan studi EHRA berjumlah sebanyak 2.500 responden, yang terdapat dalam 15 (lima belas) kecamatan se Kabupaten Dairi. Untuk mengetahui informasi terhadap seluruh reponden yang dilakukan pada pelaksanaan studi dibagi dalam beberapa kriteria, seperti kelompok umur, status rumah yang ditempati, pendidikan terakhir responden, layanan kesehatan yang dimiliki serta apakah responden mempunayi anak. Berdasarkan hasil
studi EHRA yang telah dilakukan, diperoleh hasil informasi Responden dengan variabel – variabel sebagai berikut : Kelompok Umur Responden terbanyak pada kisaran umur antara > 45 tahun sebesar 936 responden (37.5%) dan sebesar 1.446 orang (44,5 %) berada pada kisaran umur 26 – 45 tahun. Status dari Rumah yang ditempati Responden terbanyak adalah milik sendiri sebanyak 1.662 responden (66 ,5%) dan milik orang tua sebanyak 466 orang (18,6%). Untuk pendidikan terakhir responden sebagai berikut pendidikan SD sebanyak 772 responden (30,9), SMP sebanyak 671 orang (26,8 %), SMA sebanyak 713 orang (28,5 %). Untuk kepemilikan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dari kelurahan
hanya 35,2 % atau
sebanyak 881 responden. Responden yang memiliki jaminan terhadap pelayanan kesehatan sangat sedikit hanya berkisar 23, 2 % atau 581 responden dari 2.500 responden. Rata – rata responden pada studi EHRA mempunyai anak. Informasi lebih detail tentang responden yang dipilih secara acak atau random sampling pada tingkatan unit terkecil (Rukun Tetangga) disetiap Kelurahan/desa pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut ini.
Tabel 3.1. Informasi Responden Studi EHRA di Kabupaten Dairi Tahun 2014
34
3.2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Tujuan dari pengelolaan sampah rumah tangga menurut UU No. 18 Tahun 2008 adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah rumah tangga. Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumberdaya. Dari sudut pandang kesehatan lingkungan, pengelolaan sampah dipandang baik jika sampah tersebut tidak menjadi media berkembang biaknya bibit penyakit serta sampah tersebut tidak menjadi medium perantara menyebarluasnya suatu penyakit. Syarat lainnya yang harus dipenuhi, yaitu tidak mencemari udara, air dan tanah, tidak menimbulkan bau (tidak mengganggu nilai estetis), tidak menimbulkan kebakaran dan yang lainnya Studi EHRA mempelajari sejumlah aspek terkait dengan masalah penanganan sampah, yakni : 1) Kondisi sampah disekitar lingkungan rumah tangga, 2) Cara pembuangan sampah yang utama, 3) Praktik pemilahan/pemisahan sampah, dan 4) Pengangkutan sampah bagi rumah tangga yang menerima layanan pengangkutan sampah. Dari sisi layanan pengangkutan, EHRA melihat aspek frekuensi atau kekerapan ketepatan waktu dalam pengangkutan. Meskipun sebuah rumah tangga menerima pelayanan, resiko kesehatan tetap tinggi bila frekuensi pengangkutan sampah terjadi lama dari satu minggu sekali. Sementara, ketepatan pengangkutan digunakan untuk menggambarkan seberapa konsisten ketetapan/kesepakatan tentang frekuensi pengangkutan sampah yang berlaku. Di banyak kota di lndonesia, penanganan sampah merupakan masalah yang memprihatinkan. Dalam banyak kasus, beban sampah yang diproduksi rumah tangga ternyata tidak bisa ditangani oleh sistem persampahan yang ada. Untuk mengurangi beban di tingkat kota, banyak pihak mulai melihat pentingnya pengelolaan di tingkat rumah tangga, yakni dengan pemilahan sampah dan pemanfaatan atau penggunaan ulang sampah, misalnya sebagai bahan untuk kompos. Untuk pengelolaan sampah berdasarkan hasil survey EHRA pada skala kabupaten, dapat dilihat pada tabel 3.2 dan Gambar 3.1.
Tabel 3.2. Area Berisiko Persampahan Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Berdasarkan tabel 3.2 dibawah, diketahui 95,4 % pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi tidak memadai, frekuensi pengangkutan sampah juga tidak memadai sebesar 83,3 %, waktu pengangkutan sampah tidak tepat waktu sebanyak 100 % dan pengolahan sampah setempat tidak diolah sebesar 81,1 %. Pada gambar 3.1 dibawah, pengelolaan sampah di Kabupaten Dairi yang paling banyak adalah dibakar sebesar 71,6%, 16,8 % dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan, dikumpulkan dan dibuang ke TPS sebesar 4,2 %, dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang 3,9 %, dibiarkan saja sampai membusuk 1,4 % dan lain – lain 0,6 %. Dari hasil Survey di atas sangat jelas bahwa pengelolaan sampah oleh masyarakat di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya adalah dengan cara di bakar sehingga ini yang harus menjadi perhatian pemerintah Daerah untuk meningkatkan cakupan layanan sampah.
36
Pengelolaan Sampah Berdasarkan Strata Di Kabupaten Dairi Tahun 2014 Tidak tahu
100%
0,3 -
90%
20,6
80%
1,5 0,3 0,8
0,1 0,4 9,7 0,5 0,7 3,4 2,4
0,1 0,7 25,3
10,6 1,3 0,6 3,1 0,6
0,1 0,4 16,8 1,2 0,8 3,1 1,4
1,9 1,2 4,1 0,5
70%
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk Dibiarkan saja sampai membusuk
60% 50%
76,0
81,9
71,9
40%
71,6
63,9
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
30% 20% 10% 0%
Lain-lain
4,1 0,3
6,6 0,4
2,2 0,1
1,9 -
0
1
2
3
Dibakar
4,4 0,2
Strata
Dikumpulkan dan dibuang ke TPS
Total
Dikumpulkan oleh kolektor informal yang mendaur ulang
Gambar 3.1. Grafik Pengelolaan Sampah
Pratik Pemilahan Sampah Oleh Rumah Tangga Di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 61,1
66,7
76,5
66,7
69,3
38,9
33,3
23,5
33,3
30,7
0
1
2
3
50% 0%
Strata Dipilah/Dipisahkan
Total Tidak Dipilah/Dipisahkan
Gambar 3.2. Grafik Perilaku Praktik Pemilihan Sampah oleh Rumah Tangga Berdasarkan hasil survey EHRA Persentase praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga di Kabupaten
37
Dairi sebanyak 69,3 % masyarakat tidak memilah sampahnya, sementara hanya 30,7 %
Masyarakat yang memilah sampah. Hal ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran dan minat Masyarakat dalam memilah sampah.
3.3. Pembuangan Air Kotor/Limbah Tinja Manusia dan Lumpur Tinja Kebiasaan Buang Air Besar (BAB) dapat menjadi salah satu faktor resiko tercemarnya lingkungan termasuk sumber air, khususnya bila praktik BAB itu dilakukan di tempat yang tidak memadai. Tempat yang tidak
memadai
bukan
hanya
tempat
BAB
di
ruang
terbuka
saja
seperti
di
sungai
pantai/laut/kebun/pekarangan/selokan/parit/got, tetapi termasuk sarana jamban yang mungkin dianggap nyaman di rumah namun sarana penampungan dan pengolahan tinjanya yang tidak kedap air dan berjarak terlalu dekat dengan sumber air minum. Berikut grafik persentase keluarga yang memiliki jamban. Tabel 3.3. Area Berisiko Air Limbah Domestik Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Berdasarkan tabel 3.3 diatas, diketahui area berisiko air limbah domestik berdasarkan hasil studi EHRA bahwa 33 4 % tangki septik tidak aman dan tangki septik yang aman sebesar 67 %. Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik tidak aman sebesar 98,7 % dan 1,3 % yang aman. Pencemaran karena SPAL yang tidak aman sebesar 60,4 % sedangkan yang aman sebesar 39,6 %.
38
Persentase Tempat Buang Air Besar di Kabupaten Dairi Tahun 2014 1% 0% 5%
Jamban Pribadi
7%
MCK/WC Umum WC Helikopter Sungai/Pantai/laut
18% 53% 6%
Selokan/Parit/Got 8%
2%
Kebun/Pekarangan
Lubang Galian Lainnya
Gambar 3.3. Grafik Persentase Tempat Buang Air Besar Berdasarkan hasil studi EHRA, masyarakat di Kabupaten Dairi yang memiliki jamban pribadi, yaitu sebanyak 53%. Tetapi masih terdapat masyarakat yang buang air besar ke kebun/pekarangan yaitu sebanyak 18%, 5 % ada yang BAB di Selokan/Parit/Goot, ada juga yang BAB dii sungai/Pantai/Laut sebesar 6 % dan sebanyak 7% masyarakat membuang air besar ke lubang galian. Angka ini menunjukkan masih tingginya angka/jumlah masyarakat yang buang air besar sembarangan.
Tempat Penyaluran Akhir Tinja di Kabupaten Dairi Tahun 2014 0%
Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah
35%
Langsung ke drainase 55%
Sungai/danau/pantai Kolam/sawah
0% 1% 1% 0%
7% 1%
Kebun/tanah lapang Tidak tahu
Gambar 3.4. Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja Tempat penyaluran akhir tinja sebagian besar masyarakat Kabupaten
Dairi sebanyak 55%
menggunakan tanki septik, sebanyak 35% responden mengatakan tidak tahu,7% menggunakan penyaluran akhir tinjanya langsung ke cubluk/lubang tanah. Selain daripada itu ada yang menggunakan pipa sewer, langsung ke drainase, ke kebun/tanahlapang, kolam/sawah dan sungai,/danau/pantai. Penjelasan mengenai tempat penyaluran akhir tinja di Kabupaten Dairi dapat dilihat pada gambar 3.4 diatas.
39
Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
3,0
3,1
5,4
-
3,6
Tidak tahu Tidak pernah
95,2
95,5
91,1
100,0
94,2
Lebih dari 10 tahun Lebih dari 5-10 tahun yang lalu
0,9 0,4 -
0,2 0,9
0,6 0,8 1,2
0
1
2
-
0,4 0,7 0,5
3
Strata
1-5 tahun yang lalu 0-12 bulan yang lalu
Total
Gambar 3.5. Grafik Waktu Terakhir Pengurasan Tanki Septik Dari gambar 3.5 diatas, menunjukkan grafik waktu terakhir pengurasan tanki septik di Kabupaten Dairi. Secara keseluruhan, masing-masing strata desa/kelurahan rata-rata masyarakatnya tidak pernah melakukan penyedotan tinja. Dengan jumlah total dari keseluruhan masyarakat yang tidak pernah melakukan penyedotan tinja sebanyak 94,2%. Sisanya 2,2 % mengatakan tidak pernah, lebih dari 10 tahun. Pada strata 3, 100 % responden mengatakan tidak pernah melakukan penyedotan tinja, sementara pada strata 0 s.d strata 2 hampir rata 95 % mengatakan tidak pernah melakukannya.
40
Pratek Pengurasan Tanki Septik Berdasarkan Strata di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 80% 72,7
60%
80,0
67,4
72,2 Tidak tahu
40%
Dikosongkan sendiri 18,2
20% 0%
16,3
9,1 -
12,0 8,0 -
14,0 2,3
0
1
2
-
15,2
Membayar tukang
11,4 1,3
Layanan sedot tinja
3
Strata
Total
Gambar 3.6. Grafik Pratik Pengurasan Tanki Septik Dilihat dari masing-masing strata desa/kelurahan yang melakukan praktik pengurasan tanki septik, untuk strata 3 jumlah masyarakat yang melakukan pengurasan tanki septik 100 % mengatakan tidak tahu, pada strata 0 72,7 % mengatakan tidak tahu, strata 1 yang mengatakan tidak tahu sebanyak 80 %, strata 2 sebanyak 67,4%. Responden yang memanfaatkan layanan sedot tinja sebanyak 2,3 %, pada strata 2, pada strata 0 dan 1 responden tidak ada yang melakukan praktik sedot tinja dengan memanfaatkan layanan sedot tinja. Pratik pegurasan tanki septik yang dilakukan sendiri pada strata 0 sebesar 18,2 %, strata 1 sebesar 12,0 %, strata 3 16,3 % dengan rata – rata total sebesar 15,2 %.
Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 80% 60% 40% 20% 0%
61,1
71,3
65,5
59,4
67,0
38,9
28,7
34,5
40,6
33,0
0
1
2
3
Strata Tidak aman
Total Suspek aman
Gambar 3.7. Grafik Persentase Tanki Septik Suspek Aman dan Tidak Aman
41
Secara keseluruhan, lebih dari separoh masyarakat yang mempunyai tanki septik suspek aman seperti yang di tunjukkan pada gambar 3.7 diatas yaitu sebanyak 67,0% sedangkan tanki septik yang tidak aman hanya sebanyak 33 %. Masing-masing strata juga menunjukkan persentase tanki septik dengan suspek aman jumlahnya lebih banyak dari tanki septik suspek tidak aman. Dapat dilihat, pada strata 0 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 61,1%, pada strata 1 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 71,3%, pada strata 2 tanki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 65,15 dan pada strata 3 jumlah tangki septik masyarakat dengan suspek aman sebanyak 59,4%.
3.4. Drainase Lingkungan/Selokan Sekitar Rumah dan Banjir Bagian ini menyajikan drainase lingkungan/selokan sekitar rumah dan banjir. Dua hal yang diukur mencakup yaitu saluran pembuangan air limbah dan genangan air di dekat rumah. Drainase merupakan salah satu fasilitas dasar yang dirancang sebagai sistem guna memenuhi kebutuhan masyarakat dan merupakan komponen penting dalam perencanaan kota (perencanaan infrastruktur khususnya). Secara umum, drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dari sudut pandang yang lain, drainase adalah salah satu unsur dari prasarana umum yang dibutuhkan masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih, dan sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air (sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah) dan atau bangunan resapan. Selain itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir. Kegunaan saluran drainase antara lain : 1. Mengeringkan daerah becek dan genangan air sehingga tidak ada akumulasi air tanah. 2. Menurunkan permukaan air tanah pada tingkat yang ideal. 3. Mengendalikan erosi tanah, kerusakan jalan dan bangunan yang ada. 4. Mengendalikan air hujan yang berlebihan sehingga tidak terjadi bencana banjir. Bagian ini menyediakan informasi mengenai kondisi saluran air rumah tangga di Kabupaten Dairi . Saluran air merupakan salah satu objek yang diperhatikan EHRA karena saluran yang tidak memadai beresiko memunculkan berbagai penyakit dan resiko genangan/banjir. Sebagian besar di Kabupaten Dairi resiko genangan/banjir sangat kecil. Berdasarkan data studi EHRA terkait genangan air disajikan dalam tabel 3.4, gambar 3.8, gambar 3.9, dan gambar 3.10.
42
3.4.1. Genangan Air Tabel 3.4. Area Berisiko Genangan Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Berdasarkan tabel 3.4 diatas, diketahui 15,7 % menyatakan adanya genangan air (banjir) sedangkan 84,3 % menyatakan tidak ada genangan air.
Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 99% 98% 97%
0,3 1,5
0,5 0,3 1,8
1,5
0,5
96% 95% 94%
0,7 1,2
0,5 0,6
Tidak tahu
1,8
2,0 0,9
96,6
0,6 -
0,8 99,4
96,9
96,4
95,2
Sekali atau beberapa dalam sebulan Beberapa kali dalam setahun Sekali dalam setahun
93% 92% 0
1
2
3
Total
Tidak pernah
Strata
Gambar 3.8. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Pernah Mengalami Banjir
Berdasarkan Survey EHRA di Kabupaten Dairi, persentase rumah tangga yang pernah mengalami Banjir, sebanyak 96,4 % masyarakat tidak pernah mengalami Banjir, sekitar 1,8% masyarakat yang beberapa kali dalam setahun mengalami banjir dan 0,8% masyarakat yang mengalami Banjir sekali dalam setahun.
43
Kesimpulannya berdasarkan Survey EHRA bahwa persentase rumah tangga di Kabupaten Dairi yang mengalami banjir sangat kecil.
Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 80% 60% 40% 20% 0%
76,9
73,5
23,1
26,5
22,0
0
1
2
78,0
76,4
100,0
Tidak 23,6
-
Ya
3
Strata
Total
Gambar 3.9. Grafik Persentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin Pada gambar 3.9 diatas menunjukkan bahwa 100 % rumah tangga responden strata 3 tidak mengalami banjir, pada strata 2 (78%), strata 1 (73.5%) dan strata 0 (76.9%), Secara keseluruhan pada tingkat Kabupaten Dairi bahwa sebanyak 76,4% rumah tangga tidak mengalami banjir secara rutin setiap tahunnya dan hanya 23,6% rumah tangga yang mengalami banjir rutin.
Lama Air Mengenang Jika Terjadi Banjir di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
10,0 40,0
6,3 6,3 50,0
-
3,7 7,4 3,7 -
3,7 5,6 3,7 7,4 Tidak tahu
29,6
37,0 100,0
Satu hari
30,0 20,0
37,5
55,6
42,6
1
2 Strata
Setengah hari Antara 1 - 3 jam
0
Lebih dari 1 hari
Kurang dari 1 jam
3 Total
Gambar 3.10. Grafik Lama Air Menggenang Jika Terjadi Banjir Pada tingkat Kabupaten Dairi, lama air menggenang jika terjadi banjir di rumah tangga dengan waktu kurang dari 1 jam (42,6%), antara 1 – 3 jam (37%), setengah hari (7,4 %), satu hari (3,7%), lebih dari 1 hari
44
(5,6%) dan tidak tahun (3,7 %). Untuk strata 3, 100 % responden mengataakn lama air mengenang jika terjadi banjir antara 1 – 3 jam.
Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Lainnya
10%
Di dekat bak penampungan
30%
Di dekat kamar mandi
37% Series1
Di dekat dapur
37%
Dihalaman rumah
68% 0%
20%
40%
60%
80%
Gambar 3.11. Grafik Lokasi Genangan Di Sekitar Rumah Berdasarkan hasil survey EHRA, lokasi genangan di sekitar rumah yang terjadi di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya sekitar 68% adalah di halaman rumah, selanjutnya di dekat kamar mandi dan di dekat dapur masing – masing sebesar 37 %, sedang di dekat bak penampungan sebesar 30 % dan 10 % mengatakan di tempat lainnya. 3.4.2. Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL) Berhubungan dengan permasalahan banjir, ada satu hal yang paling mendasar dan sangat vital dan yang dapat mempengaruhi tingkat pencemaran lingkungan yang terjadi pada skala rumah tangga. SPAL adalah bangunan yang digunakan untuk mengumpulkan air buangan dari kamar mandi. tempat cuci, dapur dari lain-lain (bukan dari peturasan/jamban), sehingga air limbah tersebut dapat tersimpan atau meresap ke dalam tanah dan tidak menjadi penyebab penyebaran penyakit serta tidak mengotori lingkungan permukiman. SPAL ada yang berbentuk tipe sumuran (umumnya digunakan untuk muka air tanah tinggi) dan tipe parit (umumnya digunakan untuk muka air tanah rendah). SPAL yang sehat harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Departemen Kesehatan RI, 1996) : Tidak mencemari sumber air bersih Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi sarang nyamuk Tidak menimbulkan bau Tidak menimbulkan becek-becek atau pandangan yang tidak menyenangkan
45
Kepemilikan saluran pembuangan air limbah (SPAL) di rumah tangga pada tingkat Kabupaten dapat digambarkan pada gambar 3.12 berikut ini :
Persentase Kepemilikan SPAL di Kabupaten Dairi tahun 2014 38% Ya
62%
Tidak ada
Gambar 3.12. Grafik Persentase Kepemilikan SPAL Berdasarkan hasil study EHRA yang telah dilakukan pada masyarakat Kabupaten Dairi bahwa responden sekitar 62 % tidak mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) dan hanya sekitar 38% rumah tangga yang mempunyai saluran pembuangan air limbah (SPAL) walaupun sifatnya sederhana dan belum tertata dengan baik seperti got atau saluran terbuka, galian tanah tetapi rata-rata saluran pembuangan akhir di buang ke sungai atau rawa-rawa, dan itupun tidak terawat dengan baik dari tumpukan sampah dan sendimentasi pasir dan tanah yang terbawa arus air.
Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan Strata 100% 50% 0%
85,8
85,2
84,3
74,4
84,3
Tidak ada genangan air
14,2
14,8
15,7
25,6
15,7
Ada genangan air (banjir)
0
1
2
3
Total
Strata
Gambar 3.13. Grafik Akibat Tidak Memiliki SPAL Rumah Tangga Berdasarkan hasil studi EHRA dan dapat dilihat pada gambar 3.13 maka didapat 15,7 % responden mengatakan bahwa akibat tidak adanya SPAL yang terbangun telah mengakibatkan terjadinya/adanya genangan air di lingkungan rumah mereka. Sekitar 84,3 % responden mengatakan bahwa dengan adanya SPAL maka tidak akan adanya genangan air yang terjadi di lingkungan rumah mereka.
46
Persentase SPAL yang Berfungsi Berdasarkan Strata Di Kabupaten Dairi Tahun 2014 Tidak ada saluran
100% 90% 80%
31,4
41,8
70% 60% 50% 40% 30%
2,2 3,3 8,0 4,6
4,9 3,2
31,5
21,2
45,6
2,5 1,9
35,7 Tidak bersih dari sampah, tapi saluran kering
4,0 3,4 27,6
Tidak bersih dari sampah, saluran tersumbat
29,3
Tidak bersih dari sampah, tapi masih dapat mengalir
35,0
27,6
20% 10%
36,7
34,1
31,6 18,0
15,0
0% 0
1
2
3
Ya, bersih atau hampir selalu bersih
Total
Strata
Gambar 3.14. Grafik Persentase SPAL yang Berfungsi Berdasarkan Gambar 3.14, dapat terlihat bahwa SPAL di Kabupaten Dairi yang berfungsi sebanyak 29,3 % bersih atau hampir selalu bersih, ,27,6% tidak bersih dari sampah tapi masih dapat mengalir, 3,4 % tidak bersih dari sampah dan saluran tersumbat, 4 % tidak bersih dari sampah tapi saluran kering dan 35,7 % mengatakan tidak ada saluran.
Pencemaran SPAL Berdasarkan Strata di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 44,3
36,2
41,6
40,0
39,6
55,7
63,8
58,4
60,0
60,4
50% Ya, aman Tidak aman
0% 0
1
2
3
Total
Strata
Gambar 3.15. Grafik Pencemaran SPAL Gambar 3.15 tersebut diatas menjelaskan bahwa pada strata 0 mempunyai pencemaran oleh SPAL sebanyak 55,7%, dan sebanyak 44,3% tidak terjadi pencemaran oleh SPAL. Pada strata 1, terdapat sebanyak 63,8 % terjadi pencemaran karena SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 36,2%. Pada strata 2, terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 58,4% dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 41,6%. Sedangkan pada strata 3, yang terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 60,4% dan tidak terjadi
47
pencemaran oleh SPAL sebanyak 39,6%. Secara keseluruhan nilai persentase rata-rata dari masing-masing strata terdapat 60,4% terjadi pencemaran oleh SPAL dan tidak terjadi pencemaran oleh SPAL sebanyak 39,6%.
3.5. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga Sub-bab ini menyajikan informasi mengenai pengelolaan air bagi rumah tangga di Kabupaten Dairi. Hal yang diteliti dalam EHRA terdiri dari 2 (dua) hal utama, yakni 1) Sumber Air dan 2) Pengolahan, penyimpanan dan penanganan air yang baik dan aman. Kedua aspek ini memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat resiko kesehatan bagi anggota di suatu rumah tangga. Dari sisi jenis sumber diketahui bahwa sumber-sumber air memiliki tingkat keamanannya tersendiri, Ada jenis-jenis sumber air minum yang secara global dinilai sebagai sumber yang relatif aman, seperti air botol kemasan, air ledeng/PDAM, sumur bor, sumur gali terlindungi, mata air terlindungi dan air hujan (yang ditangkap, dialirkan dan disimpan secara bersih dan terlindungi). Di lain pihak, terdapat sumber-sumber yang memiiiki resiko yang lebih tinggi sebagai media transmisi patogen ke dalam tubuh manusia, di antaranya adalah, sumur atau mata air yang tidak terlindungi dan air permukaan, seperti air kolam, sungai, waduk ataupun danau. Tabel 3.15 dan gambar 3.16 menunjukkan akses terhadap sumber air di Kabupaten Dairi dan gambar 3.17 menunjukkan sumber air minum dan masak dari sumber air yang relatif aman. Tabel 3.5 Area Risiko Sumber Air Berdasarkan Hasil Studi EHRA
Berdasarkan tabel 3.5 mengenai area risiko sumber air, terlihat bahwa untuk semua kelurahan/desa menggunakan sumber air yang terlindungi dengan persentase tidak tercemar 78,7 % (berupa sumber air dari PDAM air ledeng, kran umum, hidran umum, sumur bor pompa tangan, sumur gali terlindungi, air hujan serta air isi ulang) dan beresiko tercemar 21.3%. Sedangkan yang menggunakan sumber air tidak terlindung yang tidak aman 53,5 %, yang aman 46,5%. Pada semua kelurahan/desa, sebesar 56,4 % dari total responden tidak pernah mengalami kelangkaan air dan hanya 43,6 % yang pernah mengalami kelangkaan air.
48
49 5,2% 3,4% 2,0% MASAK
MINUM
LAINNYA
,3%
AIR DARI WADUK/DANAU
22,5% 21,4%
AIR DARI SUNGAI
140,0%
AIR HUJAN
MATA AIR TIDAK TERLINDUNGI
80,0%
MATA AIR TERLINDUNGI
,2%
AIR SUMUR GALI TIDAK TERLINDUNGI
1,1%
AIR SUMUR GALI TERLINDUNGI
6,8%
AIR SUMUR POMPA TANGAN
60,0%
AIR KRAN UMUM-PDAM/PROYEK
AIR HIDRAN UMUM-PDAM
,0% AIR LEDENG DARI PDAM
20,0%
AIR ISI ULANG
AIR BOTOL KEMASAN
GRAFIK PENGGUNAAN SUMBER AIR DI KABUPATEN DAIRI TAHUN 2014
180,0%
160,0%
40,2%
120,0%
100,0%
21,4%
16,4%
14,6% GOSOK GIGI
40,0% CUCI PAKAIAN
5,8% CUCI PIRING DAN GELAS
Gambar 3.16. Grafik Akses Terhadap Air Bersih
LAINNYA 5,8% 5,8% AIR DARI WADUK/DANAU ,2% AIR DARI SUNGAI
21,6%
AIR HUJAN
21,8%
36,2%
36,9%
MATA AIR TIDAK TERLINDUNGI
22,3%
22,4%
MATA AIR TERLINDUNGI
21,6%
21,8%
AIR SUMUR GALI TIDAK… 1,8% 1,8% MINUM
AIR SUMUR GALI TERLINDUNGI 3,4% 3,4%
MASAK
AIR SUMUR POMPA TANGAN 5,0% 5,2% AIR KRAN UMUM-PDAM/PROYEK
17,2%
17,2%
AIR HIDRAN UMUM-PDAM 7,0% 6,9% AIR LEDENG DARI PDAM 12,5% 14,2% AIR ISI ULANG 7,2% 2,6% AIR BOTOL KEMASAN 1,3% ,2% ,0%10,0%20,0%30,0%40,0%50,0%60,0%70,0%80,0%
Gambar 3.17. Grafik Sumber Air Minum dan Masak Dari gambar 3.17 grafik sumber air minum dan masak diatas maka diketahui bahwa air yang dipergunakan untuk masak
dan minum sebanyak 36,9 % adalah menggunakan air hujan, 22,4 %
menggunakan mata air tidak terlindungi, 21,8 % menggunakan mata air terlindungi dan 17,2 % menggunakaan air kran umum-PDAM proyek dan 14,2 % dari air ledeng dari PAM.
3.6. Perilaku Hygiene dan Sanitasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Telah ditetapkan 10 (sepuluh) indikator untuk menetapkan apakah sebuah rumah tangga telah mempraktekkan PHBS. Kesepuluh indikator tersebut merupakan sebagian dari semua perilaku yang harus dipraktekkan di rumah tangga dan dipilih karena dianggap mewakili atau dapat mencerminkan keseluruhan perilaku. Dalam studi EHRA di Kabupaten ini ini dibatasi hanya perilaku hygiene dan sanitasi yang mencakup perilaku cuci tangan pakai sabun (CTPS) di 5 (lima) waktu penting dan buang air besar (BAB). Berdasarkan hasil studi EHRA, di dapatkan hasil sebagai berikut : untuk CTPS di lima waktu penting hanya 8,4 % yang melakukanya, untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja 52,1 %, jamban bebas dari kecoa dan lalat 50,1 %, keberfungsian penggelontor 58 %, ada sabun di dalam atau di dekat jamban 28,5 %, pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air sebesar 29,1% dan Perilaku BABS sebesar 54 %.
50
Tabel 3.6. Area Risiko Perilaku Higiene dan Sanitasi Berdasarkan Hasil Studi EHRA Di Kabupaten Dairi
Berdasarkan tabel 3.6 mengenai area risiko PHBS, terlihat
bahwa sebagian besar responden
sebanyak 91,6 % tidak melakukan CTPS di 5 (lima) waktu penting, baru sebanyak 8,4 % yang melakukannya. Untuk lantai dan dinding jamban bebas dari tinja baru sebanyak 52,1 % sedang 47,9 % lantai dan dinding jamban bebas dari tinja. Jamban bebas dari kecoa dan lalat baru sebanyak sebanyak 50,1 % sedang 49,9 % tidak bebas dari kecoa dan lalat. Untuk Perilaku BABS sebanyak 54 % yang menyatakan tidak BABS sedang 46 % menyatakan masih BAS. Dari hasil pengamatan ada sabun di dekat jamban baru 28,5 % sedang 71,5 % tidak ada sabun di dekat jamban.
3.6.1. Cuci Tangan Pakai Sabun CTPS merupakan perilaku sehat yang terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran penyakit menular seperti diare, ISPA, flu burung serta penyakit kulit lainnya. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kedua tangan kita adalah salah satu jalur utama masuknya kuman penyakit ke dalam tubuh. Sebab, tangan adalah anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan mulut dan hidung. Penyakit-penyakit yang umumnya timbul karena tangan yang berkuman, antara lain: diare, kolera, ISPA, cacingan, flu, dan Hepatitis
A.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa penyebab terbesar meninggalnya balita dan anak-anak Indonesia adalah penyakit diare dan ISPA. Waktu-waktu cuci tangan pakai sabun yang perlu dilakukan seorang ibu/ pengasuh untuk mengurangi risiko balita terkena penyakit-penyakit yang berhubungan dengan diare mencakup 5 (lima) waktu penting yakni,
51
1) sesudah buang air besar (BAB), 2) sesudah menceboki pantat anak, 3) sebelum menyantap makanan, 4) sebelum menyuapi anak, dan terakhir adalah 5) sebelum menyiapkan makanan bagi keluarga. Kelima waktu penting tersebut adalah sebelum makan, sesudah buang air besar (BAB), sebelum memegang bayi, sesudah menceboki anak dan sebelum menyiapkan makanan. Tujuan dilakukannya CTPS di 5 (lima) waktu penting adalah untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus dan bakteri. Dan dari hasil uji ilmiah, cuci tangan pakai sabun sangat tepat dan efektif untuk mencegah penularan penyakit. Sepuluh jenis penyakit yang dapat dicegah dengan CTPS adalah diare, penyakit saluran pernapasan, disentri, iritasi kulit, biang keringat, radang tenggorokan, mata merah, jerawat, bau badan dan typus.
CTPS di Lima Waktu Penting 8%
Tidak Ya
92%
Gambar 3.18. Grafik CTPS di Lima Waktu Penting Berdasarkan hasil wawancara dalam Studi EHRA didapatkan hasil bahwa perilaku responden dalam pelaksanaan CTPS (Cuci Tangan Pakai Sabun) di lima 5 waktu penting baru 8 % yang melakukannya . Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat di kabupaten Dairi yang belum sepenuhnya menyadari akan pentingnya melakukan CTPS di lima 5 waktu penting sebagai salah satu bentuk praktek higene. Untuk itu perlu dilaksanakan program pemicuan kepada masyarakat untuk peningkatan melakukan CTPS dalam kehidupan sehari – hari.
52
Waktu Melakukan CTPS di Kabupaten Dairi Tahun 2014 Lainnya
9%
Sebelum sholat
9%
Setelah memegang hewan
41%
Sebelum menyiapkan masakan
25%
Sebelum memberi menyuapi…
14%
Setelah makan
17%
Series1
Sebelum makan
49%
Setelah dari buang air besar
42%
Setelah menceboki bayi/anak
25%
Sebelum ke toilet2% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60%
Gambar 3.19. Grafik Waktu Melakukan CTPS Berdasarkan gambar 3.19, tentang waktu melakukan CTPS di Kabupaten Dairi yang paling tinggi persentasenya yaitu pada sebelum makan (49 %), setelah memegang hewan (41 %) dan setelah buang air besar (42 %).
3.6.2. Buang Air Besar Sembarangan (BABS) Perilaku Buang Air Besar yang tidak sehat ini misalnya buang air besar di sungai , buang air besar di pekarangan atau tanah terbuka, di parit, buang air besar di saluran irigasi sawah dan buang air besar besar di pantai atau laut yang menjadi sarana penyularan penyakit yang membahayakan kesehatan manusia.
Persentase Pratik BABS di Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 80%
61,6
48,5
54,7
60%
68,8
54,0
40% 20%
38,4
51,5
Tidak BABS 45,3
31,3
46,0
Ya, BABS
0% 0
1
2
3
Total
Strata
Gambar 3.20. Grafik Persentase Penduduk yang Melakukan BABS
53
Untuk praktik buang air besar sembarangan (BABs) di Kabupaten Dairi masih cukup tinggi, terlihat yang digambarkan dalam grafik persentase praktik BABs (gambar 3.20). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa masih ada anggota keluarga yang masih melakukan praktek BABs sebesar 46 %. Strata 1 memiliki angka BABs paling tinggi sebesar 51,5%, strata 2 sebesar 45,3 % yang masih BABS, sedangkan pada strata 1 dan strata 2 berkisar pada 38,4 % dan 31,3 %.
3.7. Kejadian Penyakit Diare Penyakit berbasis lingkungan merupakan masalah yang belum teratasi dengan baik di Indonoesia, salah satunya adalah penyakit diare yang berkaitan dengan sanitasi dan perilaku hidup tidak sehat di masyarakat. Dampak negatif dari keberadaan penyakit tersebut di masyarakat jika tidak dapat diatasi maka akan menyebabkan kerugian yang tak terhitung nilainya baik secara materi maupun hilangnya nyawa jika penderita tidak mendapat pertolongan dengan baik. World Bank’s Water and Sanitation Program For East Asia and Pacific ( (WSP – EAP) tahun 2008 mengungkapkan bahwa kerugian ekonomi akibat sanitasi buruk di Indonesia diperhitungkan mencapai 56 triliun per tahun. Kerugian ekonomi ini ditimbulkan antara lain oleh 90 juta/tahun kasus diare dan 23.000 kematian/tahun akibat diare (ITB, 2008). Menurut World Health Organization (WHO), diarea adalah buang air besar (BAB) 3 kali atau lebih dalam sehari semalam (24 jam) yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang berdarah. Berdasarkan penelitian Wohangara (2012) dan Hardi (2012) ada hubungan yang signifikan kebiasaan mencuci tangan, tersedianya sarana air bersih dan kepemilikan jamban yang sehat dengan kejadian diare.
54
Tabel 3.7 Kejadian Diare pada Penduduk Berdasarkan Hasil Studi EHRA Di Kabupaten Dairi
Tabel 3.7 diatas menjelaskan bahwa berdasarkan kajian yang dilakukan di 63 desa di Kabupaten Daire dengan total responden sebesar 2.500 responden, maka terlihat kejadian Diare yang terjadi di Kabupaten Dairi. Di Kabupaten Dairi, waktu yang paling dekat masing-masing anggota keluarga yang terkena diare 9,1% banyak terjadi di lebih dari 6 bulan yang lalu, 6,6 % terjadi pada 3 bulan, 6,1 % terjadi pada 1 bulan terakhir sedangkan 5,4 % terjadi pada 1 minggu terakhir pada saat waktu kajian studi EHRA dilaksanakan. Anggota keluarga yang mengalami kejadian Diare ini paling banyak di derita oleh anak balita 37,8%, anak – anak non balita sebanyak 26,6%, orang dewasa perempuan 26,3 %, orang dewasa laki – laki 12,9%, anak remaja perempuan 11,3%, dan anak remaja laki – laki 7,7%
3.8. Indeks Risiko Sanitasi (IRS) Resiko Sanitasi diartikan sebagai terjadinya penurunan kualitas hidup, kesehatan, bangunan dan atau lingkungan akibat rendahnya akses terhadap layanan sanitasi dan perilaku higiene dan sanitasi. Indeks Resiko Sanitasi (IRS) diartikan sebagai ukuran atau tingkatan resiko sanitasi, dalam hal ini adalah hasil dari analisis
55
Studi EHRA. Manfaat penghitungan Indeks Resiko Sanitasi (IRS) adalah sebagai salah satu komponen dalam menentukan area beresiko sanitasi. Adapun Komponen Indeks Resiko Sanitasi, yaitu: 1. Sumber Air 2. Air Limbah Domestik 3. Persampahan 4. Genangan Air 5. Perilaku Higiene dan Sanitasi Tabel 3.8 Indeks Risiko Sanitasi Di Kabupaten Dairi Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL 1.1 Sumber air terlindungi
KATEGORI
0
1
2
3
%
%
%
%
Tidak, sumber air berisiko tercemar
15,2
13,2
28,1
55,6
Ya, sumber air terlindungi
84,8
86,8
71,9
44,4
63,9
52,0
52,5
44,4
36,1
48,0
47,5
55,6
38,7
42,8
45,0
53,8
61,3
57,2
55,0
46,3
38,9
28,7
34,5
40,6
61,1
71,3
65,5
59,4
100,0
100,0
97,7
-
-
-
2,3
-
55,7
63,8
58,4
60,0
44,3
36,2
41,6
40,0
95,6
93,1
97,7
98,1
4,4
6,9
2,3
1,9
100,0
75,0
100,0
-
-
25,0
-
-
100,0
100,0
100,0
-
72,2
80,1
86,4
81,3
27,8
19,9
13,6
18,8
14,2
14,8
15,7
25,6
85,8
85,2
84,3
74,4
1.2 Penggunaan sumber air tidak terlindungi.
Ya
1.3 Kelangkaan air
Ya
Tidak
Tidak 2.1 Tangki septik suspek aman
Tidak Ya
2.2 Pencemaran karena pembuangan isi tangki septik
Ya
2.3 Pencemaran karena SPAL
Ya
Tidak
Tidak 3.1 Pengelolaan sampah
Tidak Ya
3.2 Frekuensi pengangkutan sampah
Tidak memadai
3.3 Ketepatan waktu pengangkutan sampah
Tidak tepat waktu
3.4 Pengolahan sampah setempat
Tidak diolah
memadai
diolah 4.1 Adanya genangan air
Ya Tidak
5.1 CTPS di lima
56
Tidak
waktu penting
91,8
91,0
92,6
90,6
8,2
9,0
7,4
9,4
30,4
52,1
53,2
33,8
69,6
47,9
46,8
66,3
38,7
58,0
45,6
44,4
61,3
42,0
54,4
55,6
35,6
47,5
40,2
30,0
64,4
52,5
59,8
70,0
65,7
73,1
78,1
39,4
34,3
26,9
21,9
60,6
13,1
31,0
37,1
12,5
86,9
69,0
62,9
87,5
38,4
51,5
45,3
31,3
61,6
48,5
54,7
68,8
Ya 5.2.a. Apakah lantai dan dinding jamban bebas dari tinja?
Tidak
5.2.b. Apakah jamban bebas dari kecoa dan lalat?
Tidak
5.2.c. Keberfungsian penggelontor.
Tidak
Ya
Ya
Ya 5.2.d. Apakah terlihat ada sabun di dalam atau di dekat jamban?
Tidak
5.3 Pencemaran pada wadah penyimpanan dan penanganan air 5.4 Perilaku BABS
Ya,Tercemar
Ya
Tidak tercemar Ya, BABS Tidak
Tabel 3.9 Katagori Daerah Berisiko Sanitasi
Total Indeks Risiko Max Total Indeks Risiko Min Interval Katagori Area Berisiko Kurang Berisiko Berisiko Sedang Risiko Tinggi Risiko Sangat Tinggi
57
Batas Nilai Risiko 273 200 18 Batas Bawah 200 219 239 258
Keterangan
Batas Atas 218 238 257 276
Grafik Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Dairi Tahun 2014 100% 90% 80%
46 14
57
58
44
15
16
26
87
96
45
70% 60%
92
50%
3. PERSAMPAHAN.
40% 30%
55 59
64
60
43
49
49
2. AIR LIMBAH DOMESTIK.
20% 10%
5. PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT. 4. GENANGAN AIR.
53 1. SUMBER AIR
0% STRATA 0 STRATA 1 STRATA 2 STRATA 3
Gambar 3.21. Grafik Indeks Resiko Sanitasi (IRS) Berdasarkan kajian yang di lakukan di 63 Desa/Kelurahan di Kabupaten Dairi dengan total responden yaitu 2.500 responden, maka tergambarkan kondisi risiko sanitasi yang ada di Kabupaten Dairi. Penyebab rawan sanitasi untuk desa/kelurahan pada strata 0 adalah persampahan (92 %), air limbah domestik (59%), PHBS (46%), Sumber air (43 %) dan Genangan air (14%). Penyebab rawan sanitasi strata 1 adalah persampahan (87%), air limbah domestik (64%), PHBS (57%), sumber air (49%), Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (57%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi strata 2 adalah persampahan (96%), air limbah domestik (60 %), air limbah domestik (60 %), PHBS (58%) dan genangan air (15%). Penyebab rawan sanitasi 3 adalah air limbah domestik (55%), sumber air (53%.) persampahan (45%), PHBS (44%) dan genangan air (26%). Hal ini dapat diihat pada tabel 3.8. dan gambar 3.21. Berdasarkan sektornya tergambarkan bahwa risiko sanitasi di Kabupaten Dairi yang tertinggi adalah di Persampahan, kemudian Air Limbah Domestik, Sumber Air, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Genangan air.
58
59
Dari tabel di atas tampak bahwa ada 4 Desa yang kurang berisiko 11 Desa berisiko Tinggi dan ada 48 Desa yang berisiko sangat tinggi.Hal ini akan menjadi pusat perhatian bagi pemerintah dan pemerhati sanitasi dalam menangani risiko-risiko sanitasi yang terjadi di kabupaten Dairi.Tidak terlepas dari itu peningkatan perubahan prilaku masyarakat terkait sanitasi yang jauh lebih baik dari saat ini juga perlu dilaksanakan dan berbagai pembangunan yang harus mengarah untuk pembangunan sanitasi sehingga akan mengurangi indeks risiko buruk yang terjadi di Kabupaten Dairi.
60
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan Environmental Health Risk Assessment Study atau Studi EHRA adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat Kabupaten. Adapun nanfaat Studi EHRA dari aspek promosi dengan keterlibatan kader/petugas kesehatan adalah : 1)
Kader memiliki akses yang leluasa untuk datang ke rumah-rumah dan diterima oleh RT/ RW dan warga penghuni rumah
2)
Kader umumnya memahami wilayah desa sehingga mempermudah mencari rumah yang dipilih secara acak (random).
3)
Sebagai pembelajaran bagaimana mengumpulan data dari rumah ke rumah serta mengetahui bagaimana pengelolaan sampah rumah tangga, jamban keluarga, sumber–sumber air serta pilihan sarana CPTS. Studi EHRA ideal dilaksanakan secara berkala minimal 3 (tiga) tahun dan studi
pertama ini
merupakan pengalaman atau pembelajaran untuk studi EHRA selanjutnya. Pengulangan studi EHRA beberapa tahun kemudian dapat merupakan bagian dari kegiatan Monitoring dan Evaluasi (Monev) kegiatan EHRA yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Rencana pemanfaatan hasil Studi EHRA di Kabupaten adalah sebagai berikut : 1)
Sebagai bahan advokasi pembangunan sanitasi di Kabupaten Dairi serta pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten sampai dengan tingkat desa/kelurahan
2)
Untuk memahami kondisi sanitasi dan higienitas serta perilaku-perilaku masyarakat pada skala rumah tangga.
3)
Data yang dikumpulkan dari studi EHRA akan digunakan Pokja Kabupaten sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih Sanitasi, penetapan area beresiko dan Strategi Sanitasi Kabupaten ( SSK ) Kabupaten Dairi
61
4.2. Kendala Dalam pelaksanaan kajian EHRA (Environmental Health Risk Assessment) kendala dan hambatan yang terjadi hanya saja terjadi pada pemahaman masyarakat terhadap pertanyaan yang kurang paham sehingga enumerator harus menjelaskan secara detail dan menggali lebih mendalam untuk mendapatkan pertanyaan yang sesuai dengan lembar pertanyaan dan akses rumah responden yang cukup jauh.
4.3. Saran Agar pelaksanaan studi EHRA lebih optimal, maka disarankan untuk melakukan beberapa hal, antara lain : 1. Untuk pemilihan jawaban Ya dan Tidak pada Kuesioner sebaiknya konsisten karena pada pertanyaan – pertanyaan, karena ada yang Nilai 1 = Ya, Nilai 2 = Tidak, sedangkan pada pertanyaan lainnya ada yang Nilai 1 = Tidak, Nilai 2 = Ya. 2.
Dalam pemilihan supervisor dan enemurator untuk melaksanakan Studi EHRA haruslah sesuai dengan kriteria dengan latar belakang pendidikan sebaiknya minimal SLTA dan memiliki pengetahuan tentang sanitasi agar lebih memudahkan pemahaman tentang Studi EHRA dan memahami area study dan isi kuesioner EHRA.
3. Supervisor serta Enemurator harus memahami tata cara pelaksanaan survey, pemahaman kuesioner, teknik wawancara dan pengamatan serta cara mengisi jawaban dengan benar, agar pengisian tidak terdapat kesalahan. 4. Koordinator dan supervisor menjamin proses pelaksanaan survey sesuai dengan kaidah dan metoda pelaksanaan Studi EHRA yang telah ditentukan
dan melakukan pengawasan terhadap kinerja
enumerator di lapangan. 5.
Koordinator dan Supervisor lapangan harus teliti memeriksa kuesioner dari enumerator sebelum diserahkan kepada tim entry data
62
Tabel 1 Identitas Wilayah VARIABEL
n 30
% 7,7
40
% 3,6
0
-
40
Berampu
40
10,3
Parbuluan
40
Sumbul
41
Kode Kecamatan Sidikalang Sitinjo
n 80
% 9,4
3,6
0
0
-
10,3
81
10,6
0
n
n
%
%
0
-
150
6,0
-
0
-
40
1,6
0
-
0
-
40
1,6
7,4
39
4,6
0
-
160
6,4
-
220
25,8
39
24,4
300
12,0
0
-
0
-
0
-
120
75,0
120
4,8
20,6
40
3,6
120
14,1
0
-
240
9,6
Lae Parira
0
-
160
14,6
0
-
0
-
160
6,4
Siempat Nempu
0
-
160
14,6
50
5,9
0
-
210
8,4
Siempat Nempu Hulu
0
-
117
10,7
82
9,6
1
0,6
200
8,0
Siempat Nempu Hilir
0
-
0
-
80
9,4
0
-
80
3,2
117
30,2
83
7,6
40
4,7
0
-
240
9,6
0
-
120
10,9
0
-
0
-
120
4,8
Pegagan Hilir
40
10,3
80
7,3
80
9,4
0
-
200
8,0
Tanah Pinem
0
-
177
16,1
63
7,4
0
-
240
9,6
Huta Rakyat
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Kuta Gambir
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Kota Sidikalang
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Kalang Simbara
30
7,7
0
-
0
-
0
-
30
1,2
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Karing
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Lae Hole I
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Parbuluan II
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Parbuluan III
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Parbuluan IV
0
-
1
0,1
39
4,6
0
-
40
1,6
Barisan Nauli
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Pegagan Julu 1
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Perjuangan
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Dolok Tolong
1
0,3
0
-
0
-
39
24,4
40
1,6
Pegagan Julu V
0
-
0
-
20
2,3
0
-
20
0,8
Pegagan Julu VII
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Pegagan Julu X
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Paropo
0
-
0
-
0
-
40
25,0
40
1,6
Paropo 1
0
-
0
-
0
-
40
25,0
40
1,6
Silalahi 1
0
-
0
-
0
-
40
25,0
40
1,6
Bakal Gajah
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Polling Anak - Anak
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Bongkaras
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Urukmblin
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Lae Rambong
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Lumban Toruan
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Sempung Polling
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Kentara
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
sumbul
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Sinampang
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Buntu Raja
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Sihorbo
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Jumasiulok
0
-
0
-
50
5,9
0
-
50
2,0
Hutaimbaru
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Sigambir gambir
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Gunung Meriah
0
-
38
3,5
2
0,2
0
-
40
1,6
Lae Nuaha
0
-
0
-
39
4,6
1
0,6
40
1,6
Silima Pungga2
Tiga Lingga Gunung Sitember
Sitinjo Induk
Tanjung Beringin 1
Siratah
63
n
Total 3
80
Silalahi Sabungan
Kode Kelurahan/Desa
Strata Desa/Kelurahan 1 2
0
KATEGORI
VARIABEL
n Tualang
0
-
39
% 3,6
% 0,1
n
Tambahan
0
-
40
Lae Luhung
0
-
Jambur Indonesia
0
-
40
n
3,6
0
0
-
0
-
10,3
0
Lau Sireme
0
-
Lau Bagot
0
-
Lau Pak Pak
37
Ujung Teran
0
n
n
%
%
0
-
40
1,6
-
0
-
40
1,6
40
4,7
0
-
40
1,6
40
4,7
0
-
40
1,6
-
0
-
0
-
40
1,6
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
9,5
3
0,3
0
-
0
-
40
1,6
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Tupak Raja
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Gundaling
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Bukit Lau Kersik
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Kuta Usang
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
40
10,3
0
-
0
-
0
-
40
1,6
Lingga Raja I
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Lingga Raja II
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Bandar Huta Usang
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
Lau Tawar
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Kuta Buluh
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Kuta Gamber
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Harapan
0
-
17
1,5
23
2,7
0
-
40
1,6
Balan Dua
0
-
40
3,6
0
-
0
-
40
1,6
Sumbul Tengah
Mbinanga
64
%
Total 3
1
Bertungen Julu
Hubungan Responden dengan Kepala Keluarga
Strata Desa/Kelurahan 1 2
0
KATEGORI
Gunung Tua Istri Anak perempuan yg sudah menikah
0
-
0
-
40
4,7
0
-
40
1,6
368
94,8
1054
96,0
835
97,8
153
95,6
2410
96,4
20
5,2
44
4,0
19
2,2
7
90
3,6
4,4
Tabel 2 Informasi Responden
VARIABEL
n <= 20 tahun 21 - 25 tahun 26 - 30 tahun 31 - 35 tahun 36 - 40 tahun 41 - 45 tahun > 45 tahun Milik sendiri Apa status dari rumah yang anda Rumah dinas tempati saat ini? Berbagi dengan keluarga lain Sewa Kontrak Milik orang tua Lainnya Tidak tahu Tidak sekolah formal Apa pendidikan terakhir anda? SD SMP SMA SMK Universitas/Akademi Ya Apakah ibu mempunyai Surat Tidak Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa/kelurahan? Ya Apakah ibu mempunyai Kartu Tidak Asuransi Kesehatan bagi Keluarga Miskin (ASKESKIN)? Ya Apakah ibu mempunyai anak? Tidak Kelompok Umur Responden
65
Strata Desa/Kelurahan 1 2
0
KATEGORI
%
n
%
n
Total 3 %
n
%
n
%
1 13 44 63 62 39 166 286 4 7 19 12 58 1 1 12 154 86 101 23 12 101 287
0,3 3,4 11,3 16,2 16,0 10,1 42,8 73,7 1,0 1,8 4,9 3,1 14,9 0,3 0,3 3,1 39,7 22,2 26,0 5,9 3,1 26,0 74,0
3 46 112 189 196 166 386 736 21 11 48 89 193 0 0 36 325 325 301 60 51 342 756
0,3 4,2 10,2 17,2 17,9 15,1 35,2 67,0 1,9 1,0 4,4 8,1 17,6 3,3 29,6 29,6 27,4 5,5 4,6 31,1 68,9
4 45 122 139 134 105 300 563 6 5 39 73 165 3 0 55 241 223 264 46 25 362 492
0,5 5,3 14,4 16,4 15,8 12,4 35,3 65,9 0,7 0,6 4,6 8,5 19,3 0,4 6,4 28,2 26,1 30,9 5,4 2,9 42,4 57,6
0 3 19 23 12 19 84 77 0 0 28 2 50 3 0 16 52 37 47 3 5 76 84
1,9 11,9 14,4 7,5 11,9 52,5 48,1 17,5 1,3 31,3 1,9 10,0 32,5 23,1 29,4 1,9 3,1 47,5 52,5
8 107 297 414 404 329 936 1662 31 23 134 176 466 7 1 119 772 671 713 132 93 881 1619
0,3 4,3 11,9 16,6 16,2 13,2 37,5 66,5 1,2 0,9 5,4 7,0 18,6 0,3 0,0 4,8 30,9 26,8 28,5 5,3 3,7 35,2 64,8
96 292
24,7 75,3
227 871
20,7 79,3
174 680
20,4 79,6
84 76
52,5 47,5
581 1919
23,2 76,8
380 8
97,9 2,1
1035 63
94,3 5,7
802 52
93,9 6,1
149 11
93,1 6,9
2366 134
94,6 5,4
Tabel 3 Berapa jumlah anak laki-laki yang tinggal di rumah ini
VARIABEL
n Kurang dari 2 tahun
2-5 tahun
6-12 tahun
Lebih dari 12 tahun
Strata Desa/Kelurahan 1 2
0
KATEGORI
%
n
%
n
Total 3 %
n
%
0
351
90,5
931
84,8
750
% 87,8
n 150
93,8
2182
87,3
1
36
9,3
145
13,2
102
11,9
9
5,6
292
11,7
2
1
0,3
17
1,5
1
0,1
1
0,6
20
0,8
3
0
-
1
0,1
1
0,1
0
-
2
0,1
4
0
-
2
0,2
0
-
0
-
2
0,1
6
0
-
1
0,1
0
-
0
-
1
0,0
7
0
-
1
0,1
0
-
0
-
1
0,0
0
304
78,4
832
75,8
641
75,1
132
82,5
1909
76,4
1
77
19,8
227
20,7
176
20,6
25
15,6
505
20,2
2
6
1,5
36
3,3
24
2,8
3
1,9
69
2,8
3
1
0,3
2
0,2
5
0,6
0
-
8
0,3
4
0
-
1
0,1
2
0,2
0
-
3
0,1
5
0
-
0
-
6
0,7
0
-
6
0,2
0
248
63,9
709
64,6
580
67,9
114
71,3
1651
66,0
1
108
27,8
289
26,3
212
24,8
33
20,6
642
25,7
2
24
6,2
90
8,2
55
6,4
10
6,3
179
7,2
3
7
1,8
9
0,8
7
0,8
2
1,3
25
1,0
4
1
0,3
1
0,1
0
-
1
0,6
3
0,1
0
214
55,2
605
55,1
439
51,4
55
34,4
1313
52,5
1
105
27,1
290
26,4
247
28,9
52
32,5
694
27,8
2
44
11,3
146
13,3
99
11,6
36
22,5
325
13,0
3
10
2,6
46
4,2
52
6,1
14
8,8
122
4,9
4
10
2,6
8
0,7
13
1,5
2
1,3
33
1,3
5
3
0,8
2
0,2
4
0,5
1
0,6
10
0,4
6
1
0,3
1
0,1
0
-
0
-
2
0,1
7
1
0,3
0
-
0
-
0
-
1
0,0
Jumlah anak laki- ,00 laki 1,00
89
22,9
204
18,6
134
15,7
30
18,8
457
18,3
129
33,2
361
32,9
313
36,7
47
29,4
850
34,0
2,00
91
23,5
315
28,7
218
25,5
44
27,5
668
26,7
3,00
45
11,6
135
12,3
129
15,1
20
12,5
329
13,2
4,00
23
5,9
56
5,1
40
4,7
10
6,3
129
5,2
5,00
6
1,5
15
1,4
16
1,9
5
3,1
42
1,7
6,00
3
0,8
7
0,6
4
0,5
4
2,5
18
0,7
7,00
0
-
2
0,2
0
-
0
-
2
0,1
8,00
2
0,5
2
0,2
0
-
0
-
4
0,2
13,00
0
-
1
0,1
0
-
0
-
1
0,0
66
Tabel 4 Berapa jumlah anak perempuan yang tinggal di rumah ini Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL Kurang dari 2 tahun
2-5 tahun
6-12 tahun
Lebih dari 12 tahun
Jumlah anak perempuan
Jumlah anak laki-laki dan perempuan yang ada dalam rumah
67
0
KATEGORI
1
Total
2
3
n
%
0
n 348
% 89,7
n 981
% 89,3
n 748
% 87,6
n 155
% 96,9
2.232
89,3
1
39
10,1
97
8,8
94
11,0
5
3,1
235
9,4
2
1
0,3
11
1,0
8
0,9
-
-
20
0,8
3
-
-
6
0,5
3
0,4
-
-
9
0,4
4
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
5
-
-
-
-
1
0,1
-
-
1
0,0
6
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
7
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
0
300
77,3
887
80,8
679
79,5
134
83,8
2.000
80,0
1
73
18,8
184
16,8
159
18,6
20
12,5
436
17,4
2
13
3,4
27
2,5
16
1,9
6
3,8
62
2,5
3
2
0,5
-
-
-
-
-
-
2
0,1
0
245
63,1
762
69,4
597
69,9
125
78,1
1.729
69,2
1
108
27,8
271
24,7
194
22,7
27
16,9
600
24,0
2
28
7,2
55
5,0
53
6,2
6
3,8
142
5,7
3
7
1,8
7
0,6
9
1,1
2
1,3
25
1,0
4
-
-
3
0,3
1
0,1
-
-
4
0,2
0
235
60,6
683
62,2
496
58,1
70
43,8
1.484
59,4
1
106
27,3
281
25,6
228
26,7
61
38,1
676
27,0
2
30
7,7
104
9,5
84
9,8
21
13,1
239
9,6
3
14
3,6
26
2,4
29
3,4
6
3,8
75
3,0
4
1
0,3
2
0,2
9
1,1
2
1,3
14
0,6
5
2
0,5
-
-
6
0,7
-
-
8
0,3
6
-
-
2
0,2
2
0,2
-
-
4
0,2
,00
109
28,1
316
28,8
217
25,4
46
28,8
688
27,5
1,00
112
28,9
405
36,9
288
33,7
51
31,9
856
34,2
2,00
93
24,0
240
21,9
205
24,0
39
24,4
577
23,1
3,00
50
12,9
88
8,0
93
10,9
19
11,9
250
10,0
4,00
16
4,1
29
2,6
32
3,7
2
1,3
79
3,2
5,00
7
1,8
9
0,8
15
1,8
1
0,6
32
1,3
6,00
1
0,3
6
0,5
2
0,2
2
1,3
11
0,4
7,00
-
-
3
0,3
1
0,1
-
-
4
0,2
8,00
-
-
-
-
1
0,1
-
-
1
0,0
12,00
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
14,00
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
,00
38
9,8
80
7,3
50
5,9
10
6,3
178
7,1
1,00
59
15,2
171
15,6
139
16,3
30
18,8
399
16,0
2,00
79
20,4
247
22,5
161
18,9
33
20,6
520
20,8
3,00
71
18,3
247
22,5
196
23,0
24
15,0
538
21,5
4,00
60
15,5
176
16,0
136
15,9
30
18,8
402
16,1
5,00
35
9,0
92
8,4
82
9,6
14
8,8
223
8,9
6,00
26
6,7
47
4,3
49
5,7
7
4,4
129
5,2
7,00
10
2,6
20
1,8
26
3,0
7
4,4
63
2,5
8,00
8
2,1
11
1,0
11
1,3
2
1,3
32
1,3
9,00
1
0,3
-
-
1
0,1
2
1,3
4
0,2
10,00
-
-
2
0,2
2
0,2
-
-
4
0,2
11,00
1
0,3
2
0,2
1
0,1
-
-
4
0,2
12,00
-
-
1
0,1
-
-
1
0,6
2
0,1
14,00
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
25,00
-
-
1
0,1
-
-
-
-
1
0,0
Tabel 5 Bagaimana kondisi sampah di lingkungan RT/RW rumah ibu Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
KATEGORI
Banyak sampah Tidak berserakan atau Ya bertumpuk di sekitar lingkungan
0
1
Total
2
3
n
%
24
% 15,0
1059
42,4
54,9
136
85,0
1441
57,6
625
73,2
59
36,9
1594
63,8
43,8
229
26,8
101
63,1
906
36,2
838
76,3
637
74,6
68
42,5
1878
75,1
13,7
260
23,7
217
25,4
92
57,5
622
24,9
n 131
% 33,8
n 519
% 47,3
n 385
% 45,1
257
66,2
579
52,7
469
293
75,5
617
56,2
95
24,5
481
335
86,3
53
n
Banyak lalat di sekitar tumpukan sampah Banyak tikus berkeliaran
Tidak
Banyak nyamuk
Tidak
149
38,4
486
44,3
389
45,6
26
16,3
1050
42,0
Ya
239
61,6
612
55,7
465
54,4
134
83,8
1450
58,0
Banyak kucing dan Tidak anjingmendatangi Ya tumpukan sampah
358
92,3
790
71,9
676
79,2
89
55,6
1913
76,5
30
7,7
308
28,1
178
20,8
71
44,4
587
23,5
Tidak
359
92,5
887
80,8
786
92,0
110
68,8
2142
85,7
29
7,5
211
19,2
68
8,0
50
31,3
358
14,3
Menyumbat saluran Tidak drainase Ya
326
84,0
972
88,5
800
93,7
133
83,1
2231
89,2
62
16,0
126
11,5
54
6,3
27
16,9
269
10,8
Tidak
302
77,8
803
73,1
638
74,7
40
25,0
1783
71,3
86
22,2
295
26,9
216
25,3
120
75,0
717
28,7
375
96,6
1091
99,4
807
94,5
159
99,4
2432
97,3
13
3,4
7
,6
47
5,5
1
,6
68
2,7
Bau busuk yang menggangu
Ada anak-anak yang bermain di sekitarnya Lainnya
Ya Tidak Ya
Ya
Ya Tidak Ya
68
Tabel 6 PENGELOLAAN SAMPAH RUMAH TANGGA.
VARIABEL
Strata Desa/Kelurahan 1 2
0
KATEGORI n
1
% 0,3
4
% 0,4
1
% 0,1
16
4,1
72
6,6
19
279
71,9
834
76,0
Dibuang ke dalam lubang dan ditutup dengan tanah
3
0,8
26
Dibuang ke dalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah
1
0,3
Dibuang ke sungai/kali/laut/danau
1
Dibiarkan saja sampai membusuk
Bagaimana sampah Dikumpulkan oleh kolektor informal yang rumah tangga mendaur ulang dikelola? Dikumpulkan dan dibuang ke TPS Dibakar
Dibuang ke lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk
n
n
Total 3 n
n
%
%
0
-
6
0,2
2,2
3
1,9
110
4,4
545
63,9
131
81,9
1789
71,6
2,4
4
0,5
1
0,6
34
1,4
37
3,4
35
4,1
5
3,1
78
3,1
0,3
8
0,7
10
1,2
1
0,6
20
0,8
6
1,5
5
0,5
16
1,9
2
1,3
29
1,2
80
20,6
107
9,7
216
25,3
17
10,6
420
16,8
Lain-lain
0
-
4
0,4
6
0,7
0
-
10
0,4
Tidak tahu
1
0,3
1
0,1
1
0,1
0
-
3
0,1
Tabel 7 Pemilahan Sampah Rumah Tangga Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
Tidak Apakah ibu Dipilah/dipisahkan melakukan pemilahan sampah di rumah sebelum Dipilah/Dipisahkan dibuang?
1
7
% 38,9
11
61,1
n
Total
2
27
% 33,3
54
66,7
n
3
12
% 23,5
39
76,5
n 1
% 33,3
2
66,7
n
% 47
30,7
106
69,3
Tabel 8 Bagaimana sampah rumah tangga dikelol Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
Total
1
%
Sampah organik/sampah basah
Tidak
1
2
% 50,0
1
% 100,0
4
66,7
Ya
0
-
2
50,0
0
-
2
33,3
Plastik
Tidak
0
-
2
50,0
1
100,0
3
50,0
Ya
1
100,0
2
50,0
0
-
3
50,0
Tidak
0
-
1
25,0
1
100,0
2
33,3
Ya
1
100,0
3
75,0
0
-
4
66,7
Kertas
Tidak
1
100,0
4
100,0
1
100,0
6
100,0
Besi/logam
Tidak
0
-
1
25,0
1
100,0
2
33,3
Ya
1
100,0
3
75,0
0
-
4
66,7
Lainnya,
Tidak
1
100,0
4
100,0
1
100,0
6
100,0
Tidak tahu
Tidak
1
100,0
4
100,0
1
100,0
6
100,0
69
n
n
% 100,0
Gelas/kaca
n
2
Tabel 9 PENLAYANAN SAMPAH RUMAH TANGGA. Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
Seberapa sering petugas mengangkut sampah dari rumah?
Total
1 %
n
2
Beberapa kali dalam seminggu Tidak pernah
0
-
1
% 25,0
1
100,0
2
Tidak tahu
0
-
1
n
n
%
%
0
-
1
16,7
50,0
1
100,0
4
66,7
25,0
0
-
1
16,7
Dari pengalaman, Sering terlambat dalam sebulan terakhir Tidak tahu ini, apakah sampah selalu diangkut tepat waktu?
0
,0
1
25,0
0
,0
1
16,7
1
100,0
3
75,0
1
100,0
5
83,3
Apakah layanan Ya pengangkutan sampah Tidak oleh petugas sampah dibayar?
0
,0
1
25,0
0
,0
1
16,7
1
100,0
3
75,0
1
100,0
5
83,3
Kepada siapa ibu membayarnya ?
Pemungut uang samapah dari Perusahaan
0
,0
1
100,0
0
,0
1
100,0
Berapa biaya yang dikeluarkan dalam sebulan untuk membayar layanan sampah?
0
1
25,0
3
8,3
1
6,3
5
8,9
1
3
75,0
32
88,9
15
93,8
50
89,3
2
0
,0
1
2,8
0
,0
1
1,8
Tabel 10 Dimana anggota keluarga yang sudah dewasa bila ingin buang air besar Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
jamban pribadi MCK/WC Umum
118
48
898
35,9
270
69,6
648
59,0
572
67,0
112
70,0
1602
64,1
Tidak
374
96,4
930
84,7
784
91,8
155
96,9
2243
89,7
14
3,6
168
15,3
70
8,2
5
3,1
257
10,3
381
98,2
1081
98,5
841
98,5
157
98,1
2460
98,4
7
1,8
17
1,5
13
1,5
3
1,9
40
1,6
346
89,2
1024
93,3
823
96,4
133
83,1
2326
93,0
Tidak
Ke kebun/pekarangan
Tidak
Ya Ya
Ke selokan/parit/got Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak tahu
Tidak Ya
70
% 41,0
n 282
% 33,0
n
%
Ya
Tidak
n 450
n
Tidak
Ke sungai/pantai/laut
Lainnya,
3 % 30,0
Ya
ke lubang galian
Total
2
% 30,4
Ya Ke WC helikopter
1
42
10,8
74
6,7
31
3,6
27
16,9
174
7,0
297
76,5
855
77,9
669
78,3
130
81,3
1951
78,0
91
23,5
243
22,1
185
21,7
30
18,8
549
22,0
379
97,7
1002
91,3
833
97,5
143
89,4
2357
94,3
9
2,3
96
8,7
21
2,5
17
10,6
143
5,7
364
93,8
976
88,9
802
93,9
146
91,3
2288
91,5
24
6,2
122
11,1
52
6,1
14
8,8
212
8,5
384
99,0
1094
99,6
836
97,9
158
98,8
2472
98,9
4
1,0
4
0,4
18
2,1
2
1,3
28
1,1
388
100,0
1090
99,3
851
99,6
160
100,0
2489
99,6
0
-
8
0,7
3
0,4
0
-
11
0,4
Tabel 11 Apakah masih ada orang di luar anggoata keluarga yang sering BAB di tempat terbuka Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI
Anak laki-laki umur 5- Tidak 12 tahun Ya Anak perempuan umur 5-12 tahun
Tidak
Remaja laki-laki
Tidak
n 781
% 71,1
n 698
% 81,7
98
25,3
317
28,9
156
18,3
296
76,3
793
72,2
745
92
23,7
305
27,8
333
85,8
957
55
14,2
335
Tidak
Perempuan dewasa
Tidak
1864
74,6
65
40,6
636
25,4
87,2
98
61,3
1932
77,3
109
12,8
62
38,8
568
22,7
87,2
769
90,0
102
63,8
2161
86,4
141
12,8
85
10,0
58
36,3
339
13,6
86,3
959
87,3
808
94,6
107
66,9
2209
88,4
53
13,7
139
12,7
46
5,4
53
33,1
291
11,6
321
82,7
945
86,1
767
89,8
106
66,3
2139
85,6
67
17,3
153
13,9
87
10,2
54
33,8
361
14,4
315
81,2
957
87,2
781
91,5
105
65,6
2158
86,3
73
18,8
141
12,8
73
8,5
55
34,4
342
13,7
342
88,1
1005
91,5
806
94,4
116
72,5
2269
90,8
46
11,9
93
8,5
48
5,6
44
27,5
231
9,2
342
88,1
1000
91,1
803
94,0
110
68,8
2255
90,2
Ya Laki-laki tua
Tidak Ya
Perempuan tua
Tidak Ya
Masih ada tapi tidak jelas siapa
Tidak
Lainnya,
Tidak
46
11,9
98
8,9
51
6,0
50
31,3
245
9,8
299
77,1
694
63,2
606
71,0
77
48,1
1676
67,0
Ya
89
22,9
404
36,8
248
29,0
83
51,9
824
33,0
380
97,9
1088
99,1
836
97,9
156
97,5
2460
98,4
8
2,1
10
,9
18
2,1
4
2,5
40
1,6
Tidak
239
61,6
745
67,9
557
65,2
126
78,8
1667
66,7
Ya
149
38,4
353
32,1
297
34,8
34
21,3
833
33,3
Ya Tidak ada
%
95
Ya
n
n
% 59,4
Ya Laki-laki dewasa
3
% 74,7
Ya
Tidak
Total
2
n 290
Ya Remaja Perempuan
1
Tabel 12 KEPEMILIKAN JAMBAN PRIBADI. Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
Apakah di rumah Ibu mempunyai jamban pribadi?
71
Kloset jongkok leher angsa Kloset duduk siram leher angsa
1
Total
2
3
n
%
270
% 69,6
n 665
% 60,6
n 579
% 67,8
n 113
% 70,6
1627
65,1
118
30,4
433
39,4
275
32,2
47
29,4
873
34,9
Tabel 13 PEMBUANGAN AIR KOTOR/LIMBAH TINJA MANUSIA, DAN LUMPUR TINJA. Strata Desa/Kelurahan
VARIABEL
0
KATEGORI n
Kapan tangki septik terakhir dikosongkan
%
250
n 505
% 59,1
n 109
% 68,1
1451
58,0
Kloset Duduk Leher Angsa Plengsengan
4
1,0
9
,8
6
,7
2
1,3
21
,8
2
,5
3
,3
22
2,6
0
,0
27
1,1
Cemplung
7
1,8
62
5,6
35
4,1
0
,0
104
4,2
125
32,2
437
39,8
286
33,5
49
30,6
897
35,9
231
59,5
553
50,4
483
56,6
106
66,3
1373
54,9
3
,8
5
,5
10
1,2
0
,0
18
,7
14
3,6
92
8,4
64
7,5
6
3,8
176
7,0
2
,5
8
,7
10
1,2
0
,0
20
,8
8
2,1
2
,2
6
,7
0
,0
16
,6
2
,5
0
,0
0
,0
0
,0
2
,1
3
,8
14
1,3
5
,6
1
,6
23
,9
Tidak Punya Kloset Tangki septik Pipa sewer Cubluk/lobang tanah Langsung ke drainase Sungai/danau/pan tai Kolam/sawah
125
32,2
424
38,6
276
32,3
47
29,4
872
34,9
0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak tahu
20
8,7
39
7,1
43
8,9
4
3,8
106
7,7
58
25,1
197
35,6
142
29,4
37
34,9
434
31,6
71
30,7
107
19,3
121
25,1
34
32,1
333
24,3
70
30,3
163
29,5
102
21,1
29
27,4
364
26,5
12
5,2
47
8,5
75
15,5
2
1,9
136
9,9
0-12 bulan yang lalu 1-5 tahun yang lalu Lebih dari 5-10 tahun yang lalu Lebih dari 10 tahun Tidak pernah
0
,0
1
,2
6
1,2
0
,0
7
,5
1
,4
5
,9
4
,8
0
,0
10
,7
1
,4
1
,2
4
,8
0
,0
6
,4
2
,9
1
,2
3
,6
0
,0
6
,4
219
95,2
528
95,5
440
91,1
106
100,0
1293
94,2
7
3,0
17
3,1
26
5,4
0
,0
50
3,6
0
,0
0
,0
1
2,3
0
,0
1
1,3
1
9,1
2
8,0
6
14,0
0
,0
9
11,4
Dikosongkan sendiri Tidak tahu
2
18,2
3
12,0
7
16,3
0
,0
12
15,2
8
72,7
20
80,0
29
67,4
0
,0
57
72,2
Dikubur di halaman Lainnya
1
9,1
0
,0
2
4,7
0
,0
3
3,8
1
9,1
2
8,0
1
2,3
0
,0
4
5,1
Tidak tahu
9
81,8
23
92,0
40
93,0
0
,0
72
91,1
30
7,7
109
9,9
96
11,2
6
3,8
241
9,6
86
22,2
279
25,4
226
26,5
40
25,0
631
25,2
118
30,4
318
29,0
341
39,9
29
18,1
806
32,2
154
39,7
392
35,7
191
22,4
85
53,1
822
32,9
105
27,1
256
23,3
138
16,2
18
11,3
517
20,7
11
2,8
56
5,1
98
11,5
13
8,1
178
7,1
64
16,5
206
18,8
176
20,6
19
11,9
465
18,6
12
3,1
75
6,8
55
6,4
1
,6
143
5,7
Siapa yang Layanan sedot mengosongkan tangki tinja septik Ibu Membayar tukang
Apakah anak balita di Ya, sangat sering rumah ibu masih terbiasa buang air Ya, kadangbesar di lantai, di kadang kebun, Tidak biasa Tidak tahu Ibu biasanya Ke WC/Jamban membuang tinja anak Ke tempat kemana? sampah Ke kebun/pekaranga n/jalan Ke sungai/selokan/go t Lainnya Tidak tahu
72
n
% 53,5
Tidak tahu
Apakah ibu tahu, kemana lumpur tinja dibuang pada saat tangki septik dikosongkan?
3
n 587
Kebun/tanah lapang Tidak tahu Sudah berapa lama tangki septik ini dibuat/dibangun?
Total
2
% 64,4
Jenis kloset apa yang Klosset Jongkok anda pakai di rumah Leher Angsa
Kemana tempat penyaluran buangan akhir tinja?
1
9
2,3
15
1,4
44
5,2
2
1,3
70
2,8
187
48,2
490
44,6
343
40,2
107
66,9
1127
45,1
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
Tabel Area Berisiko
90
91
92
93