LAPORAN PROGRAM P2M DANA DIPA
PELATIHAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) PADA GURU-GURU PEMBINA DAN ANGGOTA PMR MADYA SEKECAMATAN BANJAR, KABUPATEN BULELENG TAHUN 2014
dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes (0015108402) Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or (0017037903) dr.Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes (0021067910)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor : 68/UN48.15/LPM/2014
JURUSAN PENJASKESREK FAKULTAS OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2014
i
HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
a. Judul Program
: “Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
(P3K) pada Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014. b. Jenis Program
: Pelatihan
c. Bidang Kegiatan
: Sosial dan Kesehatan
d. Identitas Pelaksana
:
1. Ketua - Nama
: dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes
- NIP
: 198410152009121005
- NIDN
: 0015108402
- Pangkat/Gol
: Penata Muda Tingkat I/IIIb
- Alamat Kantor : FOK Undiksha - Alamat Rumah : Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Buleleng 2. Anggota 1 - Nama
: Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or
- NIP
: 197903172008121005
- NIDN
: 0017037903
- Pangkat/Gol
: Penata Muda Tingkat I/IIIa
- Alamat Kantor : FOK Undiksha - Alamat Rumah : Gang Bumi Asih II no.9 Pemaron, Singaraja-Bali 3. Anggota 2 - Nama
: dr.Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes
- NIP
: 197906212008122002
- NIDN
: 0021067910
- Pangkat/Gol
: Penata Muda Tingkat I/IIIb
- Alamat Kantor : FOK Undiksha
ii
iii
Ringkasan. “Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014.” Oleh : dr. Putu Adi Suputra, S.Ked., M.Kes,Gede Eka Budi Darmawan, S.Pd., M.Or dr. Ni Putu Dewi Sri Wahyuni,S.Ked.,M.Kes
Ringkasan. Pada hari Senin tanggal 18 Agustus 2014 telah dilakukan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dalam bentuk Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K) pada Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya seKecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng Tahun 2014 yang dilaksanakan di Aula SMP N 1 Banjar. Peserta yang di berjumlah 40 orang berasal dari pembina, dan PMR Madya Se-Kecamatan Banjar. Adapun tujuan dari program pengabdian ini adalah: Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru-guru pembina PMR dan siswa anggota PMR Se- Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dalam bidang P3K, Mempersiapkan guru-guru pembina PMR SLTP se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang berkualitas untuk dapat memberikan pembinaan tentang P3K. Meningkatkan pemahaman , mentalitas dan kesigapan dari setiap anggota PMR dan guru-guru pembina PMR. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi, sesi pertama adalah penyampaian materi dan sesi ke dua adalah praktek.Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah : metode ceramah, Metode praktek, metode diskusi metode pelatihan dengan pendekatan modeling. Kegiatan ini telah berhasil meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina PMR tentang P3K dan kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR meningkat.
iv
PRAKATA Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya laporan kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Aula SMP N 1 Banjar dapat terlaksana dengan baik. Laporan dibuat dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan kegiatan dan memberikan informasi tentang proses perencanaan dan pelaksanaan dari awal hingga akhir kegiatan serta hasil yang didapat dari pelaksanaan kegiatan ini. Penulis menyadari bahwa isi dari laporan ini jauh dari kesempurnaan, sehingga perlu sumbangsih dari para pembaca terutama hal yang terkait tentang tata tulis dan substansi laporan. Terlaksananya kegiatan ini dari awal hingga pembuatan laporan berkat bantuan dari berbagai pihak, melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam- dalamnya kepada 1.
Prof.Dr. Ketut Suma, M.S selaku ketua LPM Undiksha Singaraja atas bantuannya dalam hal memberikan fasilitas sehubungan dengan pengurusan dana untuk pelaksanaan kegiatan.
2.
Prof. Dr. I Nyoman Kanca, M.S selaku dekan FOK Undiksha Singaraja yang telah memberikan kemudahan dalam pengurusan ijin peminjaman alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan.
3.
Mitra dari UPP dan PMR Madya di Kecamatan Banjar, yang telah menfasilitasi
dan
memberikan
ijin
menggunakan
lapangan
untuk
terlaksananya kegiatan P2M ini. 4.
Para peserta, atas kerjasamanya dalam mengikuti pelatihan sehingga pelaksanaan P2M dapat berjalan sesuai rencana
5.
Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas segala bantuannya baik pemikiran maupun material pada kegiatan ini Demikian laporan pengabdian pada masyarakat ini, semoga atas segala
bantuan yang diberikan mendapat imbalan yang sepadan dari Tuhan Yang Maha Esa. Singaraja, 27 Agustus 2014 Penulis
v
DAFTAR ISI Halaman Halam Judul.........................................................................................................
i
Halaman Pengesahan ...........................................................................................
ii
Ringkasan ..........................................................................................................
iii
Kata Pengantar ....................................................................................................
v
Daftar Isi..............................................................................................................
vi
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................
1
1.1 Analisis Situasi ..................................................................................
4
1.2 Identifikasi Perumusan Masalah. ........................................................
5
1.3 Tujuan Kegiatan. ...............................................................................
6
1.4.Manfaat Kegiatan ...............................................................................
6
1.5.Khalayak Sasaran ...............................................................................
6
BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ................................................................................
7
2.1.Difinisi Pertolongan Pertama ..............................................................
7
2.2.Prinsip-Prinsip Pertolongan Pertama ...................................................
8
2.3.Penilaian Pertolongan Pertama............................................................
9
BAB 3 METODOLOGI PELAKSANAAN ........................................................
12
3.1.Kerangka Pemecahan Masalah............................................................
12
3.2.Metode Kegiatan ................................................................................
12
3.3.Keterkaitan .........................................................................................
13
3.4. Rancangan Evaluasi ...........................................................................
13
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................
14
4.1.Hasil Pelaksanaan Kegiatan ................................................................
14
4.2.Pembahasan ........................................................................................
15
vi
BAB 3 SIMPULAN DAN SARAN .....................................................................
20
3.1.Simpulan ...........................................................................................
20
3.2.Saran ..................................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN MATERI LAMPIRAN FOTO KEGIATAN LAMPIRAN ABSENSI PESERTA
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN Cedera dan kesakitan dalam bekerja dapat membunuh lebih dari 2 juta orang setiap tahunnya diseluruh dunia. Setiap orang yang sudah pernah menerima pelatihan tentang pertolongan pertama berharap ilmu yang sudah diterima tidak pernah diaplikasikan. Akan tetapi pertolongan pertama yang efektif pada kejadian kesakitan yang mendadak dapat membuat perbedaan yang signifikan antara hidup dan mati, penyembuhan cepat dan penyembuhan lama, kecacatan permanen dan sementara (Dean and Mulligan, 2009). Pertolongan pertama (first aid) adalah penanganan atau perawatan awal dari terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai menunggu pengobatan definitif dapat diakses. Penyakit yang dapat sembuh sendiri atau cedera yang minor tidak perlu memerlukan perawatan medis yang lebih lanjut, setelah dilakukan pertolongan pertama. Biasanya
terdiri dari
beberapa kasus yang sederhana, dimana teknik pertolongan pertama dapat diberikan kepada individu untuk melakukan hal tersebut dengan peralatan yang minimal. Hal ini dikarenakan tenaga medis seperti dokter dan perawat tidak akan selalu ada apabila ada kejadian penyakit dan kecelakaan yang memerlukan pertolongan segera. Sehingga diperlukan suatu anggota non medis yang mempunyai kemampuan dan pengetahuan tentang metode penopang hidup dan pertolongan pertama. Dan yang lebih penting lagi adalah diperlukan tindakan cepat dan efektif dalam mempertahankan hidup dan dapat meminimalkan terjadinya kecacatan. (Anonim, 2002). P3K (first aid) pertama kali diterapkan pada abad 11, yaitu untuk mengobati dan menolong para ksatria berperang. Kemudian pada tahun 1859, seorang yang bernama Henry Dunant mengajak para penduduk desa untuk menolong korban perang solferino dengan mengaplikasikan P3K. Kemudian 4 tahun kemudian, di geneva swiss terdapat pertemuan yang melibatkan empat Negara, yang merupakan awal mulanya palang merah. Di Indonesia sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan disebut Palang Merah Indonesia. Berdiri pada
tanggal 17 september 1945. Peran PMI adalah membantu pemerintah di bidang sosial
kemanusiaan,
terutama
tugas
kepalangmerahan
sebagaimana
dipersyaratkan dalam ketentuan Konvensi-Konvensi Jenewa 1949 yang telah diratifikasi oleh pemerintah Republik Indonesia pada tahun 1958 melalui UU No 59. Kini jaringan kerja PMI tersebar di 30 Daerah Propinsi / Tk.I dan 323 cabang di daerah Tk.II serta dukungan operasional 165 unit Transfusi Darah di seluruh Indonesia. Palang Merah Remaja atau PMR adalah wadah pembinaan dan pengembangan anggota remaja yang dilaksanakan oleh Palang Merah Indonesia. Terdapat di PMI Cabang seluruh Indonesia dengan anggota lebih dari 1 juta orang. Anggota PMR merupakan salah satu kekuatan PMI dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
kemanusiaan dibidang kesehatan
dan siaga
bencana,
mempromosikan Prinsip-Prinsip Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional, serta mengembangkan kapasitas organisasi PMI. Pelatihan P3K pada PMR dilaksanankan oleh PMI, yang merupakan payung dari terbentuknya PMR. Perekrutan anggota PMR berdasarkan target usia: (1) 10 - 12 tahun (PMR Mula), (2) 12 - 15 tahun (PMR Madya), (3) 15 - 17 tahun (PMR Wira) . Untuk mendirikan atau menjadi anggota palang merah remaja disekolah, harus diadakan Pendidikan dan Pelatihan Diklat untuk lebih mengenal apa itu sebenarnya PMR dan sejarahnya mengapa sampai ada di Indonesia, dan pada diklat para peserta juga mendapatkan sertifikat dari PMI. Dan baru dianggap resmi menjadi anggota palang merah apabila sudah mengikuti seluruh kegiatan yang diadakan oleh palang merah remaja disekolah (Palang Merah Indonesia, 2008). PMR atau junior red cross dibentuk di amerika pertama kali pada tahun 1917, yang merupakan respon dari banyaknya minat siswa dalam kegiatan palang merah. Pada tahun 1933 di amerika jumlah anggota palang merah remaja kurang dari 6,6 juta orang, dan pada tahun 1938 melonjak menjadi lebih dari 9 juta orang. Dan pada tahun 1964 menjadi 17 juta lebih anggota (First Aid, 2010). Di kanada sebagian penduduknya sudah pernah mendapat pelatihan tentang P3K (first aid training) dan menurut pemerintah yang bersangkutan, bahwa hal itu belum cukup, karena beranggapan bahwa kesehatan adalah hak yang paling mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu. Menurut yayasan
jantung dan stroke yang ada di kanada menyarankan bahwa pelatihan P3K khususnya tentang CPR (cardiopulmonary resuscitation) harus dijadikan undangundang informal yang mengharuskan setiap warga negaranya memiliki pengetahuan tentang P3K. Di amerika 55 dari 100.000 penduduk menderita serangan jantung setiap tahunnya, dan ini membuktikan bahwa perlunya bagi penduduk baik itu siswa maupun masyarakat umum untuk mendapat pengetahuan dan pelatihan tentang P3K, sehingga mengurangi resiko kematian bagi korban (Anonim, 2010). Di berbagai negara pelatihan first aid, dibagi menjadi beberapa level, bervariasi tergantung dari negara masing-masing dan berapa jam pelatihan yang diberikan. Sebagai contoh, di kanada pelatihan P3K dibagi menjadi 3 level yaitu emergency first aid yang diberikan selama 8 jam mencakup pelatihan CPR, pendarahan, tersedak, dan hal lainnya yang berhubungan dengan kejadian gawat darurat. Yang kedua adalah standard first aid yang diberikan selama 16 jam mencakup pelatihan pada emergency first aid ditambah dengan pelatihan tentang gigitan ular, keracunan,luka bakar, trauma mata, trauma dada, trauma leher. Dan terakhir adalah medical first responder yang diberikan selama 40 jam. Ini sebagai bukti bahwa Negara tersebut sangat konsisten dan serius dalam memberikan pelatihan-pelatihan yang bersifat gawat darurat, guna meningkatkan status kesehatan masyarakatnya, dengan mengurangi resiko kematian bagi korban (First Aid, 2010) Beberapa pengetahuan dan ketrampilan yang diberikan pada saat pelatihan P3K adalah bagaimana kita menangani korban dengan cedera kepala, penanganan korban kecelakaan, memindahkan korban dengan cara yang baik dan benar, penanganan penyakit jantung, penanganan luka bakar, penanganan fraktur tulang, penanganan tenggelam, sampai tentang penanganan jalan nafas. Di amerika serikat, jumlah dolar setiap tahun yang dikeluarkan berkaitan dengan cedera/trauma melampaui 400 miliar dolar, ini termasuk biaya asuransi, kerugian material, pengeluaran medis dan lain sebagainya. Pada tahun 1990 cedera yang tidak disengaja menyebabkan 3,2 juta kematian dan 312 juta penderita di seluruh dunia yang memerlukan perhatian. Pada tahun 2000 kematian akan mencapai 3,8 juta dan pada tahun2020, cedera/trauma akan
merupakan penyebab kematian ketiga untuk semua kelompok umur. Di 39 negara yang mempunyai data lengkap, didapat bahwa 70 persen kematian dan cedera disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas (KLL). Di selandia baru kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian tertinggi, yaitu 2,5 kali lipat dibandingkan inggris. Di Indonesia angka kecelakaan lalu lintas tergolong tinggi yaitu dalam kurun waktu 2004-2008 60.809 kejadian, dan sebanyak 15.963 orang tewas. (First Aid, 2010) 1.1 ANALISIS SITUASI Setiap hari pada saat kita melakukan perawatan dengan gejala yang mengkhawatirkan, seperti merawat luka, pada saat itulah kita sudah menerapkan dengan apa yang disebut pertolongan pertama pada kecelakaan. Pertolongan pertama pada kecelakaan merupakan aspek penting pada kehidupan sehari-hari, baik itu dirumah,dijalan, disekolah, maupun di kantor, karena kejadian yang merupakan darurat perlu segera ditangani di tempat kejadian. Sesuai dengan definisi dari pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) adalah usaha-usaha untuk menangani korban dengan segera di tempat kejadian. Prinsip-prinsip P3K adalah tindakan yang dilakukan segera, mempertahankan hidup korban, mengurangi penderitaan, mencegah pengotoran luka dan penderitaan lanjutan serta merujuk korban ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Prinsip-prinsip P3K ini sangat dianggap perlu bagi semua lapisan masyarakat, karena dengan P3K kita dapat membantu orang atau korban sampai benar-benar mendapat perawatan medis professional. P3K bisa dilakukan oleh baik itu masyarakat umum ataupun siswa, sampai pertolongan medis professional tiba untuk menangani korban (Saubers,Nadine, 2008) Kecamatan Banjar yang mempunyai luas wilayah terbesar ketiga setelah Kecamatan Gerokgak dan Kecamatan Busungbiu, dimana sebagian besar topografi wilayah kecamatan Banjar adalah perbukitan. Akses pelayanan kesehatan yang cukup jauh menyebabkan penanganan korban kejadian kegawat daruratan seperti kecelakaan lalu lintas dan bencana menjadi lambat. Hal ini menyebabkan angka kematian dan kecacatan pada korban menjadi meningkat. Menurut data Satlantas Polres Buleleng, angka kecelakaan lalu lintas di wilayah
Banjar tahun 2012, menempati urutan ketiga setelah Singaraja dan Seririt, yaitu sebanyak 21 kasus dengan 4 orang meninggal. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan beberapa Pembina PMR pada SLTP se-Kecamatan Banjar dan beberapa siswa SLTP yang ikut PMR ditemukan bahwa pelatihan-pelatihan P3K yang diberikan oleh PMI sangat jarang sekali dan hanya 1 orang Pembina dari masing-masing sekolah yang mendapat pelatihan langsung dari PMI. Beberapa orang pembina mengatakan dan menyarankan untuk diadakannya pelatihan P3K secara lebih lengkap dan terarah, karena mereka menganggap pelatihan yang diberikan selama ini sangat kurang sekali dan rentang waktu diberikan pelatihan cukup lama yaitu setiap 5 tahun, disamping itu juga jumlah pembina yang dilatih cukup terbatas. Dimana pembina itu sendiri harus membina sedikitnya 100 orang siswa PMR. Dari 100 orang siswa PMR tersebut, tidak ada siswa yang mendapat pelatihan langsung dari PMI. Sehingga perlu diadakannya pelatihan-pelatihan tentang P3K yang bersifat formal, diluar dari PMI. Dengan tujuan untuk meningkatkan status kesehatan disekolah masing-masing pada khususnya dan status kesehatan masyarakat pada umumnya. Serta selalu sigap jika menemukan kejadian gawat darurat, yang perlu penanganan medis segera, baik itu dijalan, dirumah, dikantor, maupun di sekolah. Menurut kepala UPP kecamatan banjar memang benar pelatihan-pelatihan P3K masih dirasakan sangat kurang sekali diberikan baik pada pembina PMR maupun pada siswa itu sendiri, sehingga bisa berakibat kurang sigapnya anggota PMR dalam menangani kejadian gawat darurat yang mungkin terjadi baik disekolah maupun dimasyarakat karena PMR merupakan bagian terdepan bidang kesehatan baik disekolah maupun dimasyarakat. 1.2 Identifikasi Perumusan Masalah. Berdasarkan hasil analisis situasi diatas dapat ditemukan beberapa masalah antara lain : a. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina PMR tentang P3K b. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang P3K c. Kurangnya kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR
1.3 Tujuan Kegiatan. Adapun tujuan dari program pengabdian ini adalah: a. Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada guru-guru pembina PMR dan siswa anggota PMR Se- Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng dalam bidang P3K b. Mempersiapkan guru-guru pembina PMR SLTP se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng yang berkualitas untuk dapat memberikan pembinaan tentang P3K. c. Meningkatkan pemahaman , mentalitas dan kesigapan dari setiap anggota PMR dan guru-guru pembina PMR. 1.4 Manfaat Kegiatan. Manfaat yang diharapkan usai memberikan “Pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan pada guru-guru pembina dan anggota PMR madya sekecamatan
Banjar”,
adalah
dapat
meningkatkan
pemahaman,
mental,
pengetahuan, dan keterampilan guru-guru Pembina dan siswa PMR SLTP dalam bidang P3K sehingga dapat menguasai tentang penanganan korban ditempat kejadian secara sigap, cepat, dan terarah apabila ditemukan kejadian gawat darurat. 1.5 Khalayak Sasaran. Adapun sasaran pada pengabdian pada masyarakat ini adalah para siswa PMR madya dan guru guru pembina PMR se-Kecamatan Banjar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Pertolongan Pertama Pertolongan pertama (first aid) adalah penanganan atau perawatan awal dari terjadinya suatu penyakit atau kecelakaan. Hal ini dapat biasanya dilakukan oleh orang yang bukan ahli dalam menangani kejadian sakit atau cedera, sampai menunggu pengobatan definitif dapat diakses. Kecelakaan atau kejadian yang tidak diinginkan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Kejadian ini dapat berupa suatu insiden kecil atau suatu bencana yang melibatkanpenderita dalam jumlah besar. Orang pertama yang akan memberikan pertolongan adalah mereka yang berada ditempat kejadian. Mereka yang berupaya memberikan pertolongan ini memiliki berbagai tingkat pengetahuan mulai dari yang tidak mempunyai pengetahuan pertolongan pertama dan tidak terlatih sampai yang sudah berpengalaman dan terlatih. Ada waktu antara pertolongan di lokasi kecelakaan sampai korban dapat memperoleh pertolongan oleh tenaga medis di fasilitas kesehatan, sehingga masa tenggang inilah yang harus diisi oleh orang pertama yang terdekat dengan korban yang telah memiliki keterampilan pertolongan pertama. Pertolongan yang diberikan harus menjadi satu kesatuan pertolongan korban dari lapangan sampai perawatan lanjutan di rumah sakit (Armstrong et al, 2002). Pertolongan ini dikenal dengan Pelayanan Gawat Darurat. Pelayanan ini dibagi dalam dua fase : a.Fase Pra Rumah Sakit Pada fase ini dilakukan perawatan di tempat kejadian dengan atau tanpa melakukan transportasi penderita ke fasilitas kesehatan. Konsep dasar dari pertolongan pertama adalah memberikan bantuan hidup dasar dan mempertahankan nyawadengan melakukan tindakan pertolongan pertama secepatnya setelah kejadian.
b.Perawatan Rumah Sakit Perawatan pada fase inik seharusnya tidak dibedakan. Keduanya harus saling menunjang, fase pra rumah sakit dilakukan dengan baik sehingga rumah sakit tinggal melanjutkan apa yang sudah dilakukan dan tidak mundur kembali dan kalau perlusistem rujukan harus diaktifkan. Sistem inilah yang sebenarnya dikenal dengan sistem pelayanan gawat darurat terpadu (Armstrong et al, 2002) 2.2 Prinsip Dasar Pertolongan Pertama a. Menjaga keselamatan diri sendiri, anggota tim, penderita dan orang sekitarnya. Menjaga keselamatan diri sendiri adalah wajib dilakukan oleh pelaku Pertolongan Pertama sebelum menolong penderita. Disadari kita tidak akan mampu memberikan pertolongan bila kita sendiri mengalami cedera, sebelum mencapai penderita atau pada saat sedang menolong penderita, sehingga keselamatan diri dantim harus menjadi prioritas. Masalah keselamatan mencakup bahaya dari orang orang sekitar, bangunan yang tidak stabil, api, ledakan, hewan buas dan bahaya lainnya. b. Dapat Menjangkau Penderita Sebagai penolong kita harus mampu untuk menjangkau penderita, baik dalam kendaraan, ditengah kerumunan massa, terperangkap dalam bangunan, kalau perlu gunakan alat-alat sederhana. Dalam kasus kecelakaan
atau
bencana,
kemungkinan
pelaku
penolong
harus
memindahkan penderita lain untuk dapat menjangkau penderita yang lebih parah. Namun ingat keselamatan (para) penolong selalu nomor satu. Jangan berupaya melampui batas kemampuan. c. Dapat Mengenali dan Mengatasi Masalah yang Mengancam Nyawa. Ingatlah bahwa kita berada di lokasi kecelakaan untuk menyelamatkan nyawa, maka selayaknyalah kita mengenali dan mengatasi keadaan yang mengancam nyawa. d. Meminta Bantuan / Rujukan Pelaku pertolongan pertama harus bertanggungjawab sampai bantuan rujukan mengambil alih penangan penderita. Hubungi segera ambulans dan fasilitas kesehatan terdekat.
e. Memberikan Pertolongan Dengan Cepat danTepat Berdasarkan Keadaan Korban Carilah masalah / gangguan penderita dan berikan Pertolongan Pertama dengan menggunakan peralatan sesedikit mungkin. Masalah penderita dapat kita peroleh dari informasi yang diperoleh ditempat kejadian, saksi dan penderita itu sendiri, serta melakukan pemeriksaan dan penilaian penderita. Berdasarkan semua informasi ini kita memberikan pertolongan sesuai dengan kemampuan dan wewenang kita. Pertolongan pertama dapat sederhana saja misalnya menenangkan penderita. f. Membantu Pelaku Pertolongan Pertama Lainnya. Kita mungkin merupakan tim kedua yang tiba di lokasi, maka menjadi kewajiban kita untuk membantu tim yang sudah ada. g. Mempersiapkan Penderita untuk Ditransportasi ( dipindahkan ) Pengangkatan dan pemindahan penderita hanya dilakukan bila perlu. Jangan
sampai
tindakan
ini
mengakibatkan
cedera
baru
yang
memperparah keadaan penderita (Susilo dkk, 2008). 4.3 Penilaian Pertolongan Pertama Langkah - langkah penilaian dini ( Wyatt et al, 2005) : a. Kesan umum Tentukan terlebih dahulu penderita adalah kasus trauma atau kasus medis. Kasus trauma adalah kasus yang biasanya disebabkan oleh suatu ruda paksa/ trauma yang jelas terlihat, tidak jelas terlihat, dan atau teraba, misalnya kasus perdarahan, luka terbuka, patah tulang, penurunan kesadaran. Kasus medis adalah kasus yang diderita oleh seseorang tanpa ada riwayat rudapaksa, misalnya sesak nafas, nyeri dada dan lain - lain. b.Pemeriksaan respon Untuk menentukan tingkat respon seseorang penderita berdasarkan rangsangan yangdiberikan penolong ada empat tingkatan : A = Awas (Penderita sadar dan mengenali keberadaannya lingkungan serta waktu)
S = Suara (Penderita hanya menjawab / bereaksi bila dipanggil atau mendengar suara. N = Nyeri (Penderita hanya bereaksi terhadap rangsangan nyeri yang diberikan penolong,misalnya dicubit, ditekan pada titik tulang dada). T = Tidak Respon (Penderita tidak bereaksi terhadap rangsangan apapun yang diberikan oleh penolong) c. Memastikan jalan nafas terbuka dengan baik Cara menentukan keadaan jalan nafas tergantung dari keadaan penderita apakah ada respon atau tidak. Pasien dengan respon baik Perhatikan pada saat penderita menjawab pertanyaan penolong. Adakah gangguan dari suara atau gangguan berbicara. Pasien yang tidak respon Bila penderita tidak menderita / cidera spinal gunakan teknik angkat dagu tekandahi. Sebaliknya bila ada kecurigaan maka gunakan teknik perasat pendorongan rahang bawah. d .Penilaian pernafasan Periksa ada tidaknya nafas dengan cara lihat, dengar, dan rasakan selama 3-5 detik.Ini bertujuan apakah nafas penderita cukup untuk dapat mempertahankan hidupnya, bila ternyata penderita tidak bernafas maka segera lakukan nafas buatan. e. Menilai sirkulasi dan menghentikan perdarahan berat. Penderita respon, Periksalah nadi radial (pergelangan tangan), pada bayi periksalah pada nadi brakial (bagian dalam lengan atas). Penderita tidak respon, Periksalah nadi karotis (leher) selama lima sampai 10detik. Bila tidak ada nadi segera mulai tindakan resusitasi jantung paru. f. Hubungi bantuan Apabila dirasakan perlu segera minta bantuan rujukan, pesan yang disampaikan harus singkat, jelas dan lengkap. Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa sudah harus ditanggulangi sebelum pemeriksaan fisik. Dalam penilaian dini perlu
dipertimbangkan prioritas transportasi penderita, apakah harus sesegera mungkin atau dapat ditunda
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 . Kerangka Pemecahan Masalah. 1. Melakukan observasi dan wawancara kepada guru-guru pembina PMR, siswa SLTP dan Kepala UPP Kecamatan Banjar terkait Pelatihan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan 2. Mengadakan Kerjasama dengan Kantor Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Banjar untuk meminta izin melakukan kegiatan pengabdian pada masyarakat khususnya bagi guru-guru Pembina PMR madya dan PMR madya 3. Menyampaikan surat undangan sebagai peserta pelatihan kepada guruguru pembina PMR madya dan siswa SLTP PMR Madya 4. Melaksanakan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat dalam bentuk pelatihan, ceramah, demonstrasi pertolongan pertama pada kecelakaan bagi Guru-Guru Pembina dan Anggota PMR Madya se-Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng 5. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan kegiatan Pengabdian pada Masyarakat 6. Menyusun
laporan
penyelenggaraan
kegiatan
Pengabdian
pada
Masyarakat 3.2 .Metode Kegiatan. Metode yang dipergunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah a. Metode ceramah yaitu untuk menyampaikan materi-materi tentang P3K. b. Metode praktek atau demonstrasi yaitu untuk mendemonstrasikan bagaimana menangani korban di tempat kejadian secara sigap dan cepat. c. Metode diskusi yaitu untuk mendiskusikan kembali materi yang telah disampaikan sehingga terjadi interaksi timbal balik antara para peserta dengan peserta dan antara peserta dengan pelatih. d. Metode pelatihan dengan pendekatan modelling yaitu dengan penerapan metode pelatihan ini para peserta dapat secara langsung mengikuti pelatihan tentang P3K dengan memakai alat peraga dan model.
3.3 Keterkaitan. Institusi yang dilibatkan dalam pengabdian pada masyarakat ini adalah Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng dalam hal ini adalah UPP Kecamatan Banjar, SLTP negeri se-Kecamatan Banjar dan Universitas Pendidikan Ganesha 3.4 Rancangan Evaluasi. Kemampuan, pengetahuan, dan ketrampilan peserta pelatihan akan dievaluasi dengan tanya jawab dan demonstrasi. Para peserta pelatihan diharapkan mampu menguasai teori dan praktek tentang pelatihan P3K seperti (a). materi prinsip dasar P3K, (b). penilaian korban, (c). gangguan umum pada korban seperti gangguan kesadaran, pernapasan, dan peredaran darah (teori dan praktek), (d). gangguan lokal pada korban seperti patah tulang, pendarahan dan luka, (e). resusitasi jantung paru (teori dan praktek), (f) pembalutan dan pembidaian (teori dan praktek), (g) pengangkutan orang luka (teori dan praktek), (h) praktek simulasi atau demonstrasi P3K Keberhasilan penyelenggaraan kegiatan pengabdian masyarakat ini dapat dilihat dari hasil evaluasi sepanjang pelaksanaan kegiatan yaitu : 1) Ketekunan dan keterlibatan para peserta pelatihan dalam melibatkan diri pada pelaksanaan kegiatan pelatihan ini; 2) Terjadinya peningkatan
pemahaman,pengetahuan,
mental dan tentang P3K melalui tugas, tanya jawab, demonstrasi dan pelatihan; 3) Para peserta memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup dalam memberikan pembinaan pada siswa masing-masing 4) Indikator keberhasilan yaitu peserta pelatihan dapat menguasai tentang penanganan korban di tempat kejadian secara sigap, cepat dan terarah. Dan juga para peserta mengetahui bagaimana berkoordinasi untuk menangani korban di tempat kejadian.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.
4.1 Hasil Pelaksanaan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan pada hari Senin (18 Agustus 2014 mulai pukul 09.00-14.00 WITA, bertempat di Aula SMP N 1 Banjar. peserta yang di berjumlah 40 orang berasal dari pembina, dan PMR Madya Se-Kecamatan Banjar. Fasilitator dalam kegiatan ini berjumlah 1 orang yaitu Bapak dr I Ketut Indra Purnomo, S.Ked., M.Kes Pemaparan materi pelatihan dan sosialisasi dilakukan dengan memberikan materi dan pelatihan pertolongan pertama pada kecelakaan. Secara rinci materi dan praktek yang dibahas adalah : 1 Materi pertolongan pertama pada kecelakan secara umum. 2 Tujuan pertolongan pertama 3 Kreteria pelaku pertolongan pertama. 4 Kewajiban pertolongan pertama 5 Fase-fase pertolongan pertama 6 Alat perlindungan diri pada pelaku pertolongan pertama 7 Cedera jaringan lunak. 8 Jenis luka 9 Cara penagnan luka dan pembalutan. 10 Perawatan luka terbuka. 11 Perawatan luka tertutup. 12 Cedera pada otot. 13 Patah tulang 14 Cara pembidaian pada cedara patah tulang. 15 Penanganan luka gigitan ular. 16 Penanganan gigitan anjing. 17 Cedera pada kepala. 18 Resusitasi jantung paru. Materi yang disampaikan adalah materi yang erat kaitannya dengan kejadian kecelakan yang sering dialami oleh masyarakat. Sehingga anggota PMR
Madya memiliki pengetahuan, wawasan dan pengalaman terkait pertolongan pertama pada kecelakan yang di temukan di masyarakat. 4.2 Pembahasan. Selama kegiatan P2M ini, para PMR Madya dan Guru Pembina PMR tampak terlihat sangat intens. Banyak pertanyaan muncul terutama pada saat pemeberian materi dan praktek. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa PMR Madya dan Guru Pembina PMR masih belum mengetahui secara terstruktur terkait dengan pertolongan pertama padaelakaan, apalagi pada saat penyampaian materin patah tulang dan penanganannya, luka gigitan ular, gigitan anjing, cedera pada kepala dan pada saat praktek pembidaian. Sejalan dengan analisis permasalahan yang ditemukan dilapangan antara lain : a. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina PMR tentang P3K. b. Kurangnya pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang P3K c. Kurangnya kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR Selama kegiatan P2M permasalahan tersebut sudah bisa diselesaikan dengan baik oleh narasumber. Salah satu ketrampilan yang harus dimiliki oleh oleh PMR madya dan guru pemibina PMR tentang P3K adalah terkait materi patah tulang dan praktek melakukan pembidaian. Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang , baik seluruhnya atau hanya sebagian saja. Penyebab Terjadinya gaya yang melampaui batas elastisitas jaringan tulang sehingga jaringan tulang rusak. Gejala dan tanda terjadi patah tulang: 1. terjadi perubahan bentuk 2. Daerah yang patah nyeri & kaku saat ditekan 3. Bengkak disertai memar 4. Terjadi gangguan fungsi gerak 5. Terdengar suara berderik 6. Mungkin terlihat bagian yang patah
Berikut ini adalah gambar patah tulang.
Jenis patah tulang : 1. Patah Tulang tertutup 2. Patah Tulang terbuka Penanganan patah tulang. 1. Prinsip penanganan patah tulah adalah imobilisasi
2. Tujuan imobilisasi adalah untuk mengurangi kerusakan jaringan dan meringankan nyeri 3. Dilakukan dengan pembidaian Macam macam bidai. 1. Bidai keras
2. Bidai yang dapat dibentuk.
3. Bidai Traksi The image cannot be display ed. Your computer may not hav e enough memory to open the image, or the image may hav e been corrupted. Restart y our computer, and then open the file again. If the red x still appears, y ou may hav e to delete the image and then insert it again.
4. Bidai gendong atau bebat
Walau membidai dengan alat atau cara apapun ada ketentuan yang berlaku pada semua pembidaian. 1. Sedapat mungkin informasikan rencana tindakan kepada penderita 2. Paparkan seluruh bagian yang cedera dan rawat perdarahan bila ada 3. Selalu buka atau bebaskan pakaian pada daerah sendi sebelum membidai. Buka perhiasan di daerah patah atau di bagian distal 5. Siapkan alat-alat selengkapnya 6. Jangan berupaya merubah posisi bagian yang cedera. Upayakan membidai dalam posisi ketika ditemukan 7. Jangan berusaha memasukkan bagian tulang yang patah 8. Bidai harus meliputi dua sendi dari tulang yang patah. Ukur bidai pada anggota badan yang sehat 9. Bila cedera pada sendi, bidai kedua tulang yang mengapit sendi tersebut. Upayakan juga membidai sendi distalnya. Akhirnya setelah kegiatan berakhir terungkap bahwa waktu kegiatan selama 1 hari, tidak cukup untuk mempelajari dan mempraktekkan materi pertolongan pada kecelakaan. PMR madya dan guru pembina harus di bekali dan di ajarkan praktek berkali-kali terkait pertolongan pertama pada kecelakan, sehingga PMR madya dan guru pembina PMR menjadi pelaku yang professional dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN.
5.1 Simpulan. Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari hasil kegiatan P2M ini adalah : 1. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan yang dimiliki oleh guru pemibina PMR tentang P3K meningkat. 2. Ketrampilan yang dimiliki oleh PMR tentang penanganan P3K meningkat. 3. Kuantitas pelatihan P3K bagi para guru pembina dan PMR meningkat.
5.2. Saran-saran. Beberapa hal yang dapat disarankan dalam kegitan P2M ini adalah : 1. Waktu kegiatan P2M perlu ditambah. 2. Pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan PMR madya dan guru pemibina PMR tentang P3K perlu ditingkatkan lagi. 3. Permasalahan P3K sering terjadi makan perlu dilakukan pelatihan pada masyarakat dan pihak kepolisian selaku pelaku yang sering menemukan kecelakaan, sehingga penanganannya bisa professional.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002, First Aid, Headquarters Department of The Army, The Navy, and The Air Force, Texas, USA Saubers, Nadine, 2008, The Everything First Aid Book, Adams Media, Massachusetts, USA Wyatt, J.P et al, 2005, Oxford Handbook of Accident and Emergency Medicine, Oxford University Press Armstrong, Vivien et al, 2002, Home Emergency Guide, DK Publishing, New York Susilo, Juliati dkk, 2008, Pertolongan Pertama Palang Merah Remaja Madya, Palang Merah Indonesia Pusat, Jakarta Anonim, 2010, “Pros and Cons of First Aid Training?”, Canadian Medical Association Journal, vol. 182, no. 12. Dean, R and Mulligan, J, 2009, “ Management of Procedures and Reactions Following First Aid” Nursing Standard, vol. 24, no. 11, pp. 35-39 “First Aid”, (2010, October 26- last update), Available at : http://en.wikipedia.org/wiki/First_aid (Accessed : 2013, August 30) “Palang Merah Indonesia”, (2008-last update), Available at : http://www.pmi.or.id/ina (Accessed : 2013, August 30)
LAMPIRAN FOTO KEGIATAN
Acara Pembukaan P2M
Laporan Ketua Panitia
Pemaparan Materi P2M
Pemaparan Materi P2M
Praktek Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Praktek Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan
Acara Penutupan Kegiatan P2M