LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN LIQUID, SEMISOLID, DAN STERIL Gel Na Diklofenak 1%
Kelompok A2: Tanti Aggraini 145070507111013 Nur Aisyah Widya Ningrum 145070501111021 Rahmania Nadia Sari 145070507111015 Putri Aulia Rahmani 145070501111015 Nilna Jauharotul K 145070500111005 Hamidah 145070500111015 Tsaniya Rizqina 145070501111027
Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang 2015
I. Tujuan Praktikum Tujuan dilaksanakannya praktikum mengenai gel ini adalah: 1. Agar mahasiswa mampu merancang formula sediaan gel. 2. Agar mahasiswa mampu membuat serta melakukan evaluasi sediaan gel. 3. Agar mahasiswa mampu menganalisa pengaruh penggunaan gelling agent terhadap stabilitas sedian emulsi. II. Dasar Teori Sediaan gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspense yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil , molekul organic yang besar terpenetrasi oleh cairan (FI IV,1995). Gel umumnya merupakan suatu sediaan semipadat yang jernih ,tembus cahaya, dan mengandung zat aktif yang merupakan disperse koloid mempunyai kekuatan yang disebabkan oleh jaringan yang saling berikatan pada fase terdispersi (Ansel ,1989). Polimer-polimer yang biasa digunakan untuk membuat gel-gel farmasetik meliputi gom alam tragakan, pektin, karagen, agar, asam alginat, serta bahan-bahan sintetis dan semisintetis seperti metil selulosa, hidroksietilselulosa, karboksimetilselulosa, dan karbopol yang merupakan polimer vinil sintetis dengan gugus karboksil yang terionisasi. Gel dibuat dengan proses peleburan, atau diperlukan suatu prosedur khusus berkenaan dengan sifat mengembang dari gel (Lachman., dkk, 1994). Dasar gel hidrofobik umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik, bila ditambahkan ke dalam fase pendispersi, hanya sedikit sekali interaksi antara kedua fase. Berbeda dengan bahan hidrofilik, bahan hidrofobik tidak secara spontan menyebar, tetapi harus dirangsang dengan prosedur yang khusus.Dasar gel hidrofilik umumnya terdiri dari molekul-molekul organik yang besar dan dapat dilarutkan atau disatukan dengan molekul dari fase pendispersi. Istilah hidrofilik berarti suka pada pelarut. Umumnya daya tarik menarik pada pelarut dari bahan-bahan hidrofilik kebalikan dari tidak adanya daya tarik menarik dari bahan hidrofobik. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan memiliki stabilitas yang lebih besar (Ansel, 1989). Sediaan gel pada umumnya memiliki sifat dan karakteristik tertentu terkait dengan berbagai komponen yang menyertai dan dapat menimbulkan berbagai efek penggunaan antara lain (Felton, 2012): 1. Swelling Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat mengabsorpsi larutan sehingga terjadi pertambahan volume. Pelarut akan berpenetrasi di antara matriks gel
dan terjadi interaksi silang antar polimer di dalam matriks gel yang dapat menyebakan kelarutan komponen gel berkurang. 2. Sineresis Suatu proses adanya kontraksi pada massa gel. Cairan yang terjerat akan keluar dan berada di atas permukaan gel sehingga terbentuk massa gel yang kuat. Proses mekanismenya yaitu terjadinya kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan elastik pada saat pembentukan gel. Adanya perubahan pada kekuatan gel akan mrengakibatkan jarak antar matriks berubah, sehingga memungkinkan cairan bergerak menuju ke permukaan. Natrium diklofenak merupakan suatu anti radang non steroid (Non steroid antiinflamatory drugs, NSAIDs) yang merupakan suatu turunan asam fenil asetat. Natrium diklofenak digunakan pada pengobatan osteoarthritis dan rheumatoid arthritis. Untuk mengurangi efek pada saluran cerna, pendekatan yang dilakukan adalah dengan membuat sediaan transdermal yaitu sistem penghantaran yang memanfaatkan kulit sebagai tempat masuknya obat. Kulit relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia dan dalam keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat yang dapat menimbulkan efek terapetik, baik yang bersifat setempat maupun sistemik (Aiache, 1993). Diklofenak dapat terakumulasi pada cairan sinovia sehingga efek terapi pada persendian menjadi lebih panjang. Untuk meningkatkan fluks obat yang melewati membran kulit, dapat digunakan senyawa-senyawa peningkat penetrasi. Fluks obat yang melewati membran dipengaruhi oleh koefisien difusi obat melewati stratum corneum, konsentrasi efektif obat yang terlarut dalam pembawa, koefisien partisi antara obat dan stratum corneum dan tebal lapisan membran. Peningkat penetrasi yang efektif dapat meningkatkan koefisien difusi obat ke dalam stratum corneum dengan cara mengganggu sifat penghalangan dari stratum corneum (Wilmana, 2007). Peningkat penetrasi dapat bekerja melalui tiga mekanisme yaitu dengan cara mempengaruhi struktur stratum corneum, berinteraksi dengan protein interseluler dan memperbaiki partisi obat, coenhancer atau cosolvent kedalam stratum corneum. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai peningkat penetrasi antara lain air, sulfoksida dan senyawa sejenis azone, pyrrolidones, asam-asam lemak, alkohol dan glikol, surfaktan, urea, minyak atsiri, terpen dan fosfolipid (Swarbrick dan Boylan 1995).
III.
Deskripsi Zat Aktif
1. Na Diklofenak (British farmakope, 2009) Pemerian : serbuk hablur berwarna putih, tidak berasa Kelarutan : sukar larut dalam air, larut dalam alcohol (95%), tidak larut dalam kloroform dan eter, sangat mudah larut dalam alcohol metil Rumus molekul : C14H10Cl2N2O2 Titik leleh : 284 0C Titik didih : PH larutan : 7,0 – 8,5 PH stabilitas : Bobot molekul : 318,13 Nama lain : sodium 10 - diklo Nama kimia : sodium [2 – (2,6 – dichlorophenyl) amino phenyl] Wadah dan penyimpanan : dalam wadah yang baik, sejuk dan kering Stabilitas : produknya stabil Inkompatibilitas : Koefisien zat aktif : Sifat khusus : sebagai bahan aktif Struktur kimia :
2. Xanthan Gum (Akoh,2002 ; Anonim,2016 ; Hardik,2012) Pemerian : serbuk berwarna krem, tidak berbau, bebas mengalir, bubuk
halus. Kelarutan : mudah larut di air dan tidak dapat larut dalam ethanol Rumus molekul : C35H49O29 Titik leleh : 270 °C Titik didih : PH larutan : 6-8 PH stabilitas : 3-12 Bobot molekul : 2x106 Nama lain : Xanthane gum, Corn sugar gum; E415; Keltrol; polysaccharide B-1459; Rhodigel; Vanzan NF; Xantural Nama kimia : Wadah dan penyimpanan : dalam wadah yang baik, sejuk dan kering Stabilitas : stabil Inkompatibilitas : Agen pengoksidasi, surfaktan kationik Koefisien zat aktif : -
Struktur kimia :
Sifat khusus : Gelling agent, Stabilizing Agent, Suspending Agent, thickening dan agen pengemulsi
3. Propilen glikol ( FI III hal 534, FI IV hal 712, Hope 592 ) Pemerian : cairan kental, jernih, tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak
berbau, menyerap air pada udara bebas. Kelarutan : dapat bercampur dengan air, dengan aseton dan dengan kloroform. Larut dalam ster dan dalam beberapa minyak esensial, tetapi
tidak dapat bercampur dengan minyak lemak. Rumus molekul : C3H8O2 Titik leleh : - 59 0C Titik didih : 185 0C – 189 0C PH larutan : PH stabilitas : Bobot molekul : Nama lain : propylene glycolum, PG, methyl glycol, methyl ethylene glycol Nama kimia : 1,2 – propanediol [57 – 55 – 6] Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan kering Stabilitas : pada suhu dingin propilen glikol stabil dalam wadah tertutup tetapi pada suhu tinggi di tempat terbuka cenderung untuk mengoksidasi, sehingga menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, asam piruvat, dan asam asetat. Propilen glikol secara kimiawi stabil bila dicampur dengan etanol (95 %), gliserin, atau air. Larutan air dapat disterilkan dengan autoklaf.
Inkompatibilitas : propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen
pengoksidasi seperti kalium permanganate. Koefisien partisi zat aktif : Sifat khusus : wetting agent. Stuktur kimia :
4. Metil paraben ( FI III hal 378, FI IV hal 551, Hope hal 441) Pemerian : serbuk hablur halus , putih, hamper tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau bau khas
lemah, mempunyai rasa membakar. Kelarutan : sukar larut dalam air, dalam benzene dan dalam karbon tetraklorida. Mudah larut dalam etanol dan dalam eter. Larum dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol (95%) P, dan dalam 3 bagian aseton P, larut dalam 60 bagian gliserol P panas dan dalam 40 bagian minyak lemak nabati panas. Jika didinginkan larutan
tetep jernih. Rumus molekul : C8H8O3 Titik leleh : 125 0C – 128 0C Titik didih : PH larutan : 3 – 6 PH stabilitas : Bobot molekul : 152,15 Nama lain : methylis parabenum, nipagin M, methyl parahydrobenzoate Nama kimia : methyl – 4 – hydroxybenzoate Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan kering Stabilitas : larutan metal paraben di PH 3 – 6 di sterilisasi dengan autoklaf pada suhu 120 0C selama 20 menit tanpa dekomposisi. Larutan pada PH 3 – 6 stabil ( kurang dari 10 % dekomposisi ) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar sedangkan larutan pada PH 8 atau lebih akan terhidrolisis sangan cepat ( 10 % atau lebih pada suhu kamar ) Inkompatibilitas : aktivitas antimikroba metal paraben dan paraben lainnya jauh berkurang dengan adanya surfaktan nonionic seperti
polisorbat 80 sebagai akibat dari micellization. Namun propilen glikol (10 %) telah terbukti mempotensi aktivitas antimikroba dari paraben dengan adanya surfaktan nonionic dam mencegah interaksi antara metal paraben dan polisorbat. Metil paraben inkompatibel dengan bahan lain seperti bentoit, magnesium trisilikat, bedak, tragakan, natrium alginate, minyak esensial, sorbitol dan atropine. Hal ini juga bereaksi dengan berbagai gula dan gula alcohol terkait. Metal paraben berubah warna dengan adanya besi dan tergantung
pada hidrolisis pleh basa lemah atau sama kuat. Koefisien partisi zat aktif : Safat khusus yang penting untuk formulasi : sebagai pengawet Struktur kimia :
5. Propil paraben ( FI III hal 535, FI IV hal 713, Hope hal 596) Pemerian : serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa Kelarutan : sangat sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, dan dalam eter, sukar larut dalam air mendidih, larut dalam 3,5 bagian etanol (95%), dalam 3 bagian aseton, dalam 140 bagian gliserol dan dalam 40
bagian minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida. Rumus molekul : C10H12O3 Titik leleh : 95 0C – 98 0C Titik didih : PH larutan : 3 – 6 PH stabilitas : Nama lain : propylis parabenum, propagin, nipasol Wadan dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempay yang sejuk dan kering Stabilitas : larutan propil paraben di PH 3 – 6 di sterilisasi dengan autiklaf tanpa dekomposisi. Larutan pada PH 3 – 6 stabil ( kurang dari 10 % dekomposisi ) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar sedangkan larutan PH 8 atau lebih akan terhidrolisis sangat cepat ( 10% atau lebih pada suhu kamar setelah sekitar 60 hari )
Inkompatibilitas : propil paraben inkompatibel dengan bahan lain seperti magnesium silikat, magnesium trisilikay, oksida besi kuning, dan warna laut, sehingga mengurangi efektivitas pengawet. Propil paraben berubah warna dengan adanya besi dan
bergantung pada hidrolisis oleh basa lemah dan asam kuat. Koefisien partisi zat aktif : Sifat khusus yang penting untuk formulasi : sebagai pengawet Struktur kimia :
6.
Aquades ( FI III hal 96 ) Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa Kelarutan : Rumus molekul : H2O Titik leleh : Titik didih : 100 0C PH larutan : 7 PH stabilitas : Bobot molekul : 16,02 Nama lain : aqua destilata, air suling Nama kimia : Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik Stabilitas : Inkompatibilitas : Koefisien pasrtisi zat aktif : Sifat khusus yang penting untuk formulasi : sebagai pelarut Struktur kimia :
7. Gliserin (FI III hal 271, dan HOPE 283) Pemerian : cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa hangat, jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat
memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20 0C Kelarutan : dapat bercampur dengan air dan dengan etanol (95%), praktis
tidak dalam kloroform, dalam eter dan minyak lemak Rumus molekul : C3H8O3 Titik leleh : 290 0C (dengan dekomposisi) Titik didih : 17,8 0C PH larutan : PH stabilitas : Bobot molekul : 92,10 Nama lain : glycerolum Nama kimia : propane – 1,2,3 – triol [56 – 81 – 5] Wadah dan penyimpanan : dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari cahaya, ditempat sejuk dan kering Stabilitas : gliserin adalah higroskopis. Gliserin murni tidak rentan terhadap oksidasi oleh suasana penyimpanan biasa, bisa terurai pada pemanasan dengan evolusi akrolein beracun. Campuran gliserin dengan air, etanol (95%), dan PG yang membuat stabil secara kimia Inkompatibilitas : gliserin dapat meledak jika bercampur dengan oksidator kuat seperti cranium trioksida, potassium klorat, atau kalium permanganate. Dalam larutan encer, reaksi berlangsung pada tingkat lebih lambat dengan beberapa produk oksidasi yang terbentuk. Gliserin berubah warna menjadi hitam bila terkena cahaya atau kontak dengan seng oksida atau dasar bismuth nitrat. Sebuah kontaminasi besi dengan gliserin bertanggung jawab untuk warna gelap dalam campuran yang mengandung fenol, salisilat dan tanin. Gliserin membentuk kompleks asam borat, gliserol, asam
borat yang merupakan asam kuat dari asam borat Koefisien pasrtisi zat aktif : Sifat khusus yang penting untuk formulasi : sebagai pembasah Struktur kimia :
IV.
Formulasi dan Rasionalisasi Formula
4.1 Formula R/
Na Diklofenak
1%
Xanthan Gum
3,5%
Metil Paraben
0,18%
Propil Paraben
0,02%
Propilen Glikol
5,5%
Gliserin
15%
Aquades
ad 100%
4.2 Rasionalisasi Formula Dalam praktikum gel ini digunakan bahan aktif yaitu Na diklofenak sebanyak 1%. Na diklofenak merupakan serbuk hablur berwarna putih dan tidak berasa. Na diklofenak berfungsi sebagai analgesic. Basis gel yang digunakan dalam formulasi ini adalah xanthan gum, yang berfungsi sebagai gelling agent dan dapat membentuk konsistensi seperti gel tetapi mudah dituang dan disebar (Wasitaatmadja, 1997). Propilen glikol digunakan sebagai zat pengikat penetrasi (enhancer), hal ini didasarkan pada sifat dari PG yang termasuk kelas poliol dimana memiliki mekanisme aksi dengan cara mengganggu susunan lipid intraseluler, sehingga diharapkan penambahan PG dapat mempercepat penetrasi kedalam stratum corneum hingga berdifusi ke pembuluh kapiler (Arikumalasari, dkk., 2013). Dalam formulasi ini juga digunakan gliserin sebanyak 15% dimana dalam formulasi gel transdermal konsentrasi yang digunakan adalah 15%. Dalam formula ini gliserin digunakan sebagai cosolven dan humektan. Penggunaan gliserin sebagai humektan adalah untuk mencegah terjadinya sinersis pada gel (Nurdianti, 2015). Sediaan gel ini menggunakan pengawet, yaitu kombinasi antara metil paraben dan propil paraben. Dalam buku HOPE, biasanya penggunaan metil paraben dikombinasikan dengan propil paraben dengan perbandingan 9:1, yaitu metil paraben dengan presentase 0,18% (rentang 0,02%-0,3%) dan propil paraben dengan presentase 0,02% (rentang 0,01%-0,6%). Dalam formulasi ini juga digunakan aquadest yang berfungsi sebagai pembawa dan pelarut untuk melarutkan bahan-bahan yang mudah larut dalam air.
V.
Perhitungan.
Jumlah yang digunakan 5 pot dengan label massa 5 x 30 gram = 165 gram Massa terpindahkan 1 pot Massa dilebihkan 10%
= 33 gram = 165 gram
Bobot jenis 1 pot 1. Na Diklofenak 1pot = (1% x 30 gram)+10% = 3,3 gram 5pot = 3,3 gram x 5 = 16,5 gram 2. Xanthan Gum 1 pot = (3,5% x 30 gram)+10% = 1,155 gram 5 pot = 1,155 gram x 5 = 5,775 gram 3. Gliserin 1 pot = (15% x 30 gram)+10% = 4,95 gram 5 pot = 4,95 gram x 5 = 24,75 gram 4. Propil Paraben 1 pot = (0,02% x 30 gram)+10% 5 pot = 0,0066 gram x 5 5. Metil Paraben 1 pot = (0,18% x 30 gram)+10% 5 pot = 0,0594 gram x 5
= 0,0066 gram = 0,033 gram = 0,0594 gram = 0,297 gram
6. Propilen Glikol 1 pot = (5,5% x 30 gram)+10% = 1,815 gram 5 pot = 1,815 gram x 5 = 9,075 gram 7. Aquades ad 100% 1 pot = 100%- (1%+3,5%+15%+5,5%+0,18%+0,02%) = 74,8% = (74,8% x 30 gram) + 10% = 22,44 + 10% = 24,684 = 25 mL 5 pot = 25 mL x 5 = 125 mL Aquades untuk mucilage xanthan gum 5x massa xanthan gum = 5 x 5,775
= 28,875 gram = 28,875 mL ~ 29 mL VI.
Penimbangan Nama Bahan Na Diklofenak Xanthan Gum Propil Paraben Metil Paraben Gliserin Propilen Glikol Aquades
VII.
1 pot (33 gram) 0,33 gram 1,155 gram 0,0066 gram 0,0594 gram 4,95 gram 1,815 gram 25 ml
5 pot (165 gram) 1,65 gram 5,775 gram 0,0339 gram 0,297 gram 24,75 gram 9,075 gram 125 ml
Prosedur
Metil Paraben - Ditimbang 0,297 gram - Dilarutan dengan propilen glikol 5 mL dalam beaker glass Larutan 1
Propil Paraben - Ditimbang 0,033 gram - Dilarutkan dengan propilen glikol 4 mL dalam beaker glass Larutan 2
Na diklofenak - Ditimbang 16,5 gram - Dilarutkan dengan gliserin 19, 6 mL dalam beaker glass Larutan 3
Xanthan - Ditimbang 5,775 gram -Gum Dikembangkan di dalam mortir hangat dengan air sebanyak 29 mL selama 15 menit - Diaduk menggunakan stamper ad homogen - Ditambahkan larutan 3 secara perlahan aduk ad homogen
-
Ditambahkan larutan 1 secara perlahan aduk ad homogen Ditambahkan larutan 2 secara perlahan aduk ad homogen Ditambahkan aquades 96 mL aduk ad homogen Dimasukan kedalam pot gel masing-masing 30 mg Dimasukkan kedalam kemasan sekunder
Metil Paraben VIII. Evaluasi 1. Uji Organoleptis Tujuan : Untuk mengetahui apakah sediaan telah sesuai dengan keinginan Prinsip
pembuat jika ditinjau dari segi warna, bau, tekstur, dan konsistensi. : membandingkan warna, bau, tekstur, dan konsistensi sediaan
dengan pewarna, pembau, dan bahan tambahan lain yang digunakan. Metode : kontak langsung dengan indra penglihatan, peraba, dan pebau. Penafsiran Hasil : Warnanya putih bening, tidak beraroma, tektur nya lembut, dan konsistensinya kenyal 2. Uji Penetapan pH Tujuan : Mengetahui pH sediaan Prinsip : Dengan menggunakan indikator pH (kertas pH) Metode : Sediaan diukur pH nya dengan meletakkan indicator (kertas pH) di dalam
sediaan selama beberapa saat. Kemudian kertas pH yang mengalami perubahan warna sesuai dengan pH sediaan dibandingkan dengan
kertas pembanding untuk mengetahui pH sediaan. Penafsiran Hasil : 4,5-6,5 3. Uji Homogenitas Tujuan :Untuk mengetahui apakah sediaan krim telah homgen. Prinsip :Diamati secara visual partikel yang tersebar. Metode : Ditotolkan secukupnya sediaan diatas gelas objek kemudian ditutup dengan gelas objek lainnya dan ditekan hingga sediaan merata. Kemudian dilihat bagaimana persebaran partikel dalam sediaan. Penafsiran Hasil : Sediaan partikel tersebar merata. 4. Uji Daya Sebar Tujuan : Untuk mengetahui penyebaran krim pada kulit Prinsip : Pengukuran diameter sediaan yang ditutup dengan kaca penutup Metode
dan diberi beban. : 0,5 gram gel diletakkan diatas kaca transparan kemudian ditutup dengan kaca transparan yang lain dan dibiarkan selama ± 5 detik sehingga bisa didapatkan diameter daerah yang terbentuk. Selanjutnya
diatas kaca ditambahkan beban sebesar 50, 100, 200 dan 500 gram dan daerah yang terbentuk diamati serta diukur diameternya (Safitri, 2013). Penafsiran Hasil : krim tersebar merata dengan diameter yang cukup besar. 5. Uji Daya Lekat Tujuan : Untuk mengetahui daya lekat krim Prinsip : Diukur kecepatan memisahnya kaca penutup dengan kaca objek yang telah diberi sediaan dan telah diberi beban sebesar 1kg. Metode
: 0,25 gram gel diletakkan diantara 2 gelas objek, lalu ditekan dengan beban 1 kg selam 5 menit. Setelah itu beban diangkat dari gelas objek, kemudian dua gelas objek tersebut dipisahkan dan waktu yang dibutuhkan untuk memisahkan kedua gelas objek tersebut dicatat (Arikumalasari, dkk., 2013).
Penafsiran Hasil : sediaan memiliki daya lekat yang baik. IX. NO 1 2
3
4
5
6
7
8
Tabel Pengamatan Proses Pembuatan Sediaan Alat dan bahan disiapkan Disiapkan aquades sebanyak 29 mL dan diapnaskan diatas penangas air Ditimbang Na Diklofenak sebanyak 16,5 gram dengan menggunakan neraca analitik Ditimbang Xanthan Gum sebanyak 5,775 gram dengan menggunakan neraca analitik Disiapkan gliserin sebanyak 24,75 mL dengan menggunakan beaker glass yang telah dikalibrasi Ditimbang propil paraben sebanyak 0,033 gram dengan menggunakan neraca analitik Ditimbang metil paraben sebanyak 0,297 gram dengan menggunakan neraca analitik Disiapkan propilen glikol sebayak 9,075 mL dengan menggunakan beaker glass yang telah dikalibrasi
Hasil Alat dan bahan telah siap Aquades telah diapanskan di penangas air sebanyak 29 mL Didapatkan Na Diklofenak sebanyak 16,5 gram Didapatkan Xanthan Gum sebanyak 5,775 gram Didapatkan gliserin sebanyak 24,75 mL
Didapatkan propil paraben sebanyak 0,033 gram Didapatkan metil paraben sebanyak 0,297 gram Didapatkan propilen glikol sebanyak 9,075 mL
9
Dibuat mortir hangat untuk membuat mucilago xanthan gum Diambil aquades yang telah dipanaskan dengan beaker glass yang telah dikalibrasi sebanyak 29 mL Dituangkan (10) ke dalam mrotir hangat Ditaburkan perlahan (4) xanthan gum di atas (11) jangan sampai menggumpal dan dibiarkan selama 15 menit ad mengembang Aduk (12) ad menjadi mucilago Dilarutkan Na diklofenak dengan gliserin didalam beaker glass di aduk ad larut Dilarutkan propil paraben dengan sebagian propilen glikol (dibagi 2) di aduk ad larut Dilarutkan metil paraben dengan sebagian propilen glikol (dibagi 2) di aduk ad larut Dimasukkan (15) kedalam (13) diaduk ad homogen Dimasukkan (16) ke dalam (13) diaduk ad homogen Dimasukkan (14) ke dalam (13) diaduk ad homogen Ditambahkan aquades sebanyak 79 mL diaduk ad homogen ad jadi gel (20) ditimbang masing-masing 30 gram untuk setiap pot Dilakukan uji evaluasi Pot gel diberi label, dikemas dan diberi brosur
10
11 12
13 14
15
16
17 18 19 20
21 22 23
X.
Mortir hangat telah disiapkan Aquades sebanyak 29 mL didalam beaker glass
Aquades didalam mortir hangat Mucilago setalh 15 menit dan mengembang
Mucilago telah siap Gliserin dan Na diklofenak telah diaduk ad larut Propil paraben dan propilen glikol telah diaduk ad larut Metil paraben dan propilen glikol telah diaduk ad larut (17) diaduk ad homogen (18) diaduk ad homogen (19) diaduk ad homogen (20) diaduk ad homoen ad tekstur dan konsistensi sediaan seperti gel Gel telah dikemas didalam pot dan diberi label Sediaan telah di uji evaluasi Gel telah siap
Tabel Evaluasi Sediaan
No Parameter 1 Organoleptis
Spesifikasi Bau: tidak berbau Warna: putih bening Tekstur: lembut Konsistensi: kenyal, agak kaku
Hasil Bau: tidak berbau Warna: putih keruh Tekstur: lembut Konsistensi: kenyal
2 3
Uji pH Uji
4,5-6,5 Sediaan homogen, tidak ada
pH1: 7, pH2: 7, pH3: 7 Sediaan homogen, tidak ada
4
Homogenitas Uji Daya
bercak putih pada sediaan Daya lekat tinggi
bercak putih pada sediaan Daya lekat baik
5
Lekat Uji daya sebar
Sediaan tersebar merata, rentangnya 5-7 cm
T1: 9 detik, T2: 9 detik, T3: 9 detik Beban 50 gram B1: 0,999 gram K1: 70,763 gram Diameter: 5,1 cm B2: 1,0015 gram K2: 68,633 gram Diameter: 4,2 cm B3: 1,016 gram K3: 66,989 gram Diameter: 5,8 cm Beban 100 gram B1: 1,017 gram K1: 70,54 gram Diameter: 5,1 cm B2: 1, 008 gram K2: 69,68gram Diameter: 5,4 cm B3: 1, 018gram K3: 68,79 gram Diameter: 5,3 cm Beban 200 gram B1: 1,012 gram K1: 70,763 gram Diameter: 5 cm B2: 1,003 gram K2: 68,791 gram Diameter: 5,3 cm B3: 1,014 gram K3: 70,542 gram Diameter: 5 cm
Beban 500 gram B1: 1,021 gram K1: 70,012 gram Diameter: 7 cm B2: 1,007 gram K2: 69,812 gram Diameter: 6,8 cm B3: 1,051 gram K3: 69,921 gram 7
XI.
Uji Freeze
Sediaan stabil di suhu rendah
thaw
(4°C) dan suhu tinggi (40°)
Diameter: 6,9 cm Stabil
Pembahasan Setelah dilakukan pembuatan sediaan gel Na diklofenak 1% dengan
gelling agent xanthan gum sebanyak 5 pot dimana masing-masing pot berisi 30 mg sediaan dengan formula yang terdiri dari Na diklofenak, xanthan gum, propil paraben, metil paraben, propilen glikol, gliserin dan aquades. Hasil uji organoleptik didapatkan sediaan gel berwarna putih keruh, tidak beraroma, memiliki tekstur lembut dan konsistensinya kenyal. Hasil uji organoleptik ini sudah sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan kecuali pada warna sediaan, warna yang diharapkan yaitu putih jernih namun hasil sediaan menunjukkan sediaan yang putih keruh. Hal ini mungkin dikarenakan dari pengaruh xanthan gum sebagai basis gel. Karena berdasarkan pemerian, xanthan gum merupakan serbuk berwarna krem dan berdasarkan banyak percobaan gel yang dilakukan oleh penelitian sebelumnya yang menggunakan xanthan gum juga didapatkan hasil sediaan yang berwarna sedikit keruh. Pada uji homogenitas didapatkan hasil bahwa sediaan homogen, yaitu terlihat secara visual bahwa pada sediaan tidak terdapat granul-granul putih yang artinya bahan aktif sudah terdispersi merata di dalam basis. Pada percobaan sediaan gel ini dilakukan uji pH dengan kertas pH dan diperoleh pH=7, pH yang
diperoleh ini kurang sesuai dengan spesifikasi yaitu 4,5-6,5 (pH kulit), namun untuk sediaan topical pH 7 masih diperbolehkan untuk digunakan di kulit karena masih dalam kondisi netral. Uji daya lekat dilakukan sebanyak 3x uji dan didapatkan hasil yang sama yaitu pada uji pertama diperoleh waktu 9 detik, pada uji kedua diperoleh waktu 9 detik dan pada uji ketiga diperoleh 9 detik, sehingga diperoleh rata-rata uji daya lekat yaitu 9 detik. Pada uji daya sebar dilakukan 4x uji dengan beban yang berbeda, dimana setiap beban dilakukan 3 kali pengujian. Pengujian pertama dengan beban 50 gram, diameter yang didapatkan yaitu 5,1 cm, 4,2 cm, dan 5,8 cm sehingga rata-rata diameter yang didapatkan pada beban 50 gram ini adalah 5,03 cm. pengujian kedua dengan beban 100 gram diameter yang didapatkan yaitu 5,1 cm, 5,4 cm, dan 5,3 cm sehingga rata-rata diameter yang didapatkan yaitu 5,27. Pengujian ketiga dengan beban 200 gram diameter yang didapatkan yaitu 5 cm, 5,3 cm dan 5 cm sehingga rata-rata yang didapatkan 5,1 cm. pengujian keempat dengan beban 500 gram yang didapatkan yaitu 7 cm, 6,8 cm dan 6,9 cm sehingga rata-rata yang didapatkan 6,9 cm. berdasarkan hasil yang diperoleh, pemberian beban dengan berat yang berbeda-beda dapat dikatakan baik dan memasuki rentang 5-7 cm. pada grafik dapat dilihat terjadi peningkatan secara signifikan dari pemberian beban 200 gram ke 500 gram. Hal ini dapat disebabkan karena terjadinya peningkatan beban yang cukup besar pula. Sedangkan penurunan pada grafik dari beban 100 gram ke 200 gram dapat disebabkan karena ketidaksamaan berat bahan dan berat kaca yang digunakan pada masing-masing uji berbeda. Pada beban 100 gram bahan yang digunakan sedikit lebih banyak sehingga dapat diperoleh diameter yang lebih besar.
Daya Sebar Sediaan Gel 8 7 6 5 4 3 Diameter Daya Sebar (cm)
Column2
2 1 0
Evaluasi terakhir yang dilakukan pada sediaan yaitu uji freeze thaw, pada uji freeze thaw ini sediaan di letakkan di dalam lemari pendingin dengan suhu 4°C selama 48 jam, kemudian dipindahkan ke dalam oven dengan suhu 40°C selama 48 jam. Hasil yang didapatkan yaitu, pada saat sediaan dikeluarkan dari kulkas sediaan masih dalam kondisi baik (stabil dan homogen) dan ketika di uji pH, hasilnya tetap menunjukkan pH 7 yang artinya tidak mengalami perubahan pH dari sebelum di masukkan lemari pendingin. Kemudian setelah di dalam oven selama 48 jam, sediaan diamati dan menunjukkan hasil yang masih tetap homogen dan stabil, untuk uji pH nya pun tetap yaitu 7. Hal ini menandakan bahwa sediaan gel yang dibuat sudah tepat, karena sediaan tidak mengalami kerusakan setelah diberikan perlakuan yang ekstrim (freezethaw).
Gb. 1 Sediaan Gel Hasil Uji Freeze thaw
XII.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang didapatkan formulasi yang dibuat sudah sesuai karena sedian gel secara garis besar sudah memenuhi spesifikasi dari uji yang dilakukan, sediaan gel dengan bahan aktif Na dikklofenak dan gelling agent xanthan gum sudah sesuai dengan spesifikasi organoleptik kecuali untuk warna. Xanthan gum sebagai gelling agent dengan konsentrasi yang cukup sedikit (3,5%) sudah mampu membuat gel dengan konsistensi dan tekstur yang baik serta stabilitas gel dengan gelling agent ini sangat baik. XIII.
Daftar Pustaka
Aiache, 1993, Farmasetika 2: Biofarmasi, terjemahan Widji Soeratri, Airlangga University Press, Surabaya, 156-177, 213-224, 450-470. Akoh, C.C. dan Min, D.B., 2002, "Food Lipid Chemistry, Nutrition, And Biotechnology", Second Edition, Marcel Dekker, INC. New York. Anonim.2016. Xanthan Gum . http://www.chemicalbook.com/ProductMSDSDetail CB3735028_EN.htm. diakses tanggal 25 Maret 2016. Ansel HC. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi . UI Press. Jakarta. Arikumalasari, dkk. 2013. Optimasi HPMC Sebagai Gelling Agent dalam Formula Gel Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L.). Jurnal Farmasi Udayana. Bali British Pharmacopoeia Commission. 2004. British Pharmacopoeia 2004, Volume 2. Stationery Office, UK. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979.Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Depkes RI. Jakarta. Felton, L. 2012. Remington Essentials of Pharmaceutics. Pharmaceutical Press. London. Hardik; Patel Mr. Nishant Upadhyay M.Pharm 2012. A Review Article of Xanthan Gum. BMCP SURAT JOURNAL CLUB 1. Bhagwan Mahavir College of Pharmacy. India.
Lachman, L, Lieberman, H, A, dkk. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III, Penerbit Universitas Indonesia. UI - Press, Jakarta. Nurdianti, Lusi. 2015. Formulasi dan Evaluasi Gel Ibuprofen dengan Menggunakan Viscolam Sebagai Gelling Agent. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada. Vol 14. Safitri, Nabila Ayu. Strawberry (Fragaria
2013.Optimasi
Formula
Sediaan
Krim
Ekstrak
xananassa). Universitas Brawijaya. Malang. Rowe, Raymond C., Paul J Sheskey., Marian E quinn. Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th edition. Pharmaceutical Press. London. Swarbrick, J. dan Boylan, J., 1995, Percutaneous Absorption, in Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, Volume 11, Marcel Dekker Inc., New York, 413-445. Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. UI Press. Jakarta Wilmana, P.F., 2007, Analgesik-Antipiretik, Analgesik-Antiinflamasi Non Steroid dan Obat Pirai, dalam Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, S.G.Ganiswara, R. Setiabudy, F.D Suyatna, Purwantyastuti, Nafrialdi, Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 217-218.