UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ARLIKA RAHAYU, S.Farm. 1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK SAMMARIE BASRA JL. BASUKI RACHMAT NO. 31 JAKARTA TIMUR PERIODE 16 SEPTEMBER – 25 OKTOBER 2013
LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Apoteker
ARLIKA RAHAYU, S.Farm. 1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 ii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
iv
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil‘alamin, penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Sammarie Basra yang berlokasi di Jalan Basuki Rachmat No.31 Jakarta Timur yang berlangsung dari tanggal 16 September – 25 Oktober 2013. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang dengan penuh ketulusan hati memberikan bimbingan, arahan, dan dukungan kepada penulis selama menjalankan PKPA dan ketika menyusun laporan PKPA dan Tugas Umum ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada: 1.
Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.
2.
Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M. S., Apt., selaku Pj.S. Dekan Fakultas Farmasi UI sampai dengan 20 Desember 2013
3.
Dr. Harmita, Apt., selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan kegiatan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
4.
T. Nebrisa Z., S.Farm., Apt., MARS selaku Pembimbing I, yang telah memberikan kesempatan, bimbingan, pengarahan serta nasehat kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra
5.
Widia, S.Si., Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek, yang telah memberikan pengarahan dan penjelasan kepada penulis selama kegiatan PKPA di Apotek SamMarie Basra.
6.
Dra. Rosmala Dewi, Apt., selaku pembimbing II dari Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, yang telah bersedia memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan laporan ini.
7.
Karyawan dan karyawati Apotek SamMarie Basra atas perhatian dan kerjasamanya.
8.
Seluruh staf pengajar dan sekretariat Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. v
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
9.
Keluarga tercinta, atas besarnya kasih sayang dan doa yang tak pernah putus mengiringi setiap langkah perjalanan hidup penulis.
10.
Seluruh teman-teman Apoteker Angkatan 77 Universitas Indonesia atas kebersamaan, kerjasama dan kesediaan berbagi suka dan duka, dukungan dan semangat yang diberkan kepada penulis.
11.
Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dan dukungannya kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan PKPA ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis dapatkan selama kegiatan PKPA ini dapat berguna bagi penulis di masa mendatang dan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis
Depok, Januari 2014
vi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Arlika Rahayu, S. Farm Program Studi : Apoteker Judul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur Periode 16 September - 25 Oktober 2013 Apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Saat ini, pelayanan kefarmasian yang dilakukan dalam Apotek telah mengalami pergeseran orientasi dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Sebagai konsekuensi nya, Apoteker dituntut meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung baik kepada pasien maupun kepada tenaga kesehatan lain. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada 16 September – 25 Oktober 2013 di Apotek SamMarie Basra guna memberikan perbekalan bagi para calon Apoteker untuk menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama masa kuliah secara praktis dan langsung kepada pasien di Apotek. Kegiatan PKPA tersebut memberikan pengetahuan langsung mengenai peran dan fungsi Apoteker dalam pelayanan kefarmasian dan pengelolaan Apotek.
Kata Kunci xiii+84 halaman Daftar Pustaka
:.Praktek Kerja Profesi Apoteker, Apotek SamMarie Basra, pelayanan kefarmasian, Pharmaceutical Care. : 29 lampiran : 18 (1987-2012)
viii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
ABSTRACT
Name Study Program Title
: Arlika Rahayu, S. Farm : Apothecary :.Report of Pharmacist Internship Program at Sammarie Basra Pharmacy Basuki Rachmat Street No. 31 Jakarta Timur Time Period September 16 - October 25, 2013
Pharmacy is a place where do pharmacy work and distribution of pharmaceutical and other medical supplies to the public. Pharmacy became one of health care facility to realize the achievement of optimal health status for the community. Currently, pharmaceutical services are performed in the pharmacy has undergone a shift in the orientation of the drug to patients who are referred to the Pharmaceutical Care. As a consequence, Pharmacist required to increase the knowledge, skills, and behaviors in order to carry out the direct interaction to patients either to other health professionals. Pharmacists Internship Program (PIP) conducted on September 16 to October 25, 2013 at the SamMarie Basra Pharmacy to provide supplies for prospective pharmacists to apply the knowledge they have learned during the course in a practical and direct to patients in pharmacies. The PIP activities provide direct knowledge of the role and functions of pharmacists in pharmaceutical care and pharmacy management. Key Words
xiii+84 pages Bibliography
:. Pharmacist Internship Program, SamMarie Basra Pharmacy , pharmaceutical services, Pharmaceutical Care. : 29 appendixes : 18 (1987-2012)
ix
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN SAMPUL .................................................................................... i HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS............................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................................................................................................... vii ABSTRAK ....................................................................................................... viii ABSTRACT..................................................................................................... ix DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiii BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 1 1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1 1.2 Tujuan ...................................................................................... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM ....................................................................... 2.1 Pengertian Apotek ................................................................... 2.2 Landasan Hukum Apotek ........................................................ 2.3 Tugas dan Fungsi Apotek......................................................... 2.4 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek .............................. 2.5 Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek ................. 2.6 Petugas Apotek ....................................................................... 2.7 Pencabutan Surat Izin Apotek ................................................. 2.8 Pengelolaan Apotek.................................................................. 2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi ................................... 2.8.2 Pengelolaan Keuangan ................................................... 2.8.3 Administrasi ................................................................... 2.9 Sediaan Farmasi di Apotek ...................................................... 2.10 Pelayanan Apotek .................................................................... 2.10.1 Pelayanan Resep .......................................................... 2.10.2 Promosi dan Edukasi .................................................... 2.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care) ............................ 2.11 Prosedur Pengelolaan Resep..................................................... 2.12 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek................. 2.12.1 Pengelolaan Narkotika di Apotek................................. 2.12.2 Pengelolaan Psikotropika di Apotek ............................
3 3 3 4 5 6 11 14 16 16 19 19 20 24 25 27 28 29 30 30 33
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA ........... 3.1 Sejarah Singkat ........................................................................ 3.2 Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek ............................ 3.3 Struktur Organisasi .................................................................. 3.4 Kegiatan di Apotek .................................................................. 3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi ....................
35 35 35 35 37 37
x
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang .......................... 3.4.3 Penjualan ........................................................................ 3.5 Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika ................................. 3.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika ......................... 3.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika .................... 3.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika ............... 3.5.4 Laporan Penggunaan narkotika dan Psikotropika .........
38 38 39 39 40 40 40
BAB 4 PEMBAHASAN ............................................................................. 4.1 Sumber Daya Manusia ............................................................. 4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek ................................................ 4.3 Struktur Organisasi................................................................... 4.4 Pengelolaan Apotek..................................................................
41 41 41 42 43
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................... 47 5.1 Kesimpulan .............................................................................. 47 5.2 Saran ........................................................................................ 47 DAFTAR ACUAN ......................................................................................... 48 LAMPIRAN ................................................................................................... 50
xi
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Penandaan Obat Bebas ............................................................... 21 Gambar 2.2. Penandaan Obat Bebas Terbatas ................................................ 21 Gambar 2.3. Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas ............................. 22 Gambar 2.4. Penandaan Obat Keras ............................................................... 22 Gambar 2.5. Penandaan Narkotika .................................................................. 24
xii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Formulir APT-1 ........................................................................
50
Lampiran 2. Formulir APT-2 .........................................................................
51
Lampiran 3. Formulir APT-3 .........................................................................
52
Lampiran 4. Formulir APT-4 .........................................................................
56
Lampiran 5. Formulir APT-5 .........................................................................
57
Lampiran 6. Formulir APT-6 .........................................................................
59
Lampiran 7. Formulir APT-7 .........................................................................
60
Lampiran 8. Formulir APT-9 .........................................................................
61
Lampiran 9. Formulir APT-11 .......................................................................
62
Lampiran 10. Formulir APT-12 .......................................................................
64
Lampiran 11. Formulir APT-13 .......................................................................
65
Lampiran 12. Formulir APT-14 .......................................................................
66
Lampiran 13. Denah Lokasi Apotek SamMarie Basra ....................................
68
Lampiran 14. Desain Apotek SamMarie Basra ...............................................
69
Lampiran 15. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra ...........................
70
Lampiran 16. Denah ruangan Apotek SamMarie Basra .................................
71
Lampiran 17. Form resep ................................................................................
72
Lampiran 18. Salinan resep..............................................................................
73
Lampiran 19. Etiket obat .................................................................................
74
Lampiran 20. Plastik pembungkus obat ..........................................................
75
Lampiran 21. Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra ...........................
76
Lampiran 22. Alur Pemesanan Obat ...............................................................
77
Lampiran 23. Surat Pesanan ............................................................................
78
Lampiran 24. Faktur pembelian ......................................................................
79
Lampiran 25. Kartu stok barang ......................................................................
80
Lampiran 26. Surat Pesanan Narkotika ...........................................................
81
Lampiran 27. Surat Pesanan Psikotropika ......................................................
82
Lampiran 28. Laporan penggunaan narkotika ................................................
83
Lampiran 29. Laporan penggunaan psikotropik .............................................
84
xiii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1027/Menkes/SK/IX/2004
tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek adalah tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi serta perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Apotek menjadi salah satu sarana pelayanan kesehatan untuk mewujudkan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Pelayanan kefarmasian tersebut merupakan suatu tugas dan tanggung jawab apoteker pengelola apotek dalam melaksanakan pengelolaan baik secara teknis farmasi maupun non teknis farmasi di apotek. Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 bahwa pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas dari pasien. Sebagai konsekuensi perubahan oriental tersebut apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku agar dapat meningkatkan interaksi langsung dengan pasien dalam bentuk pemberian informasi, monitoring penggunaan obat, dan mengetahui tujuan akhir terapi sesuai harapan dan terdokumentasi dengan baik. Apoteker harus memahami dan menyadari kemungkinan terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) dalam proses pelayanan. Oleh sebab itu apoteker dalam menjalankan praktik harus sesuai standar yang ada untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Apoteker harus mampu berkomunikasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam menetapkan terapi untuk mendukung penggunaan obat yang rasional. Agar calon apoteker dapat memahami dan melihat secara langsung bagaimana sebenarnya peran, tugas dan tanggung jawab dari seorang apoteker dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dan mengelola apotek, maka
1
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
dilakukan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Apotek SamMarie Basra pada tanggal 16 September – 25 Oktober 2013.
1.2
Tujuan Tujuan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek SamMarie
Basra yang diselenggarakan oleh Fakultas Farmasi Universitas Indonesia adalah: a. Memahami peran dan fungsi Apoteker Pengelola Apotek di Apotek. b. Memahami dan melihat secara langsung proses pengelolaan apotek yang dilakukan oleh Apoteker Pengelola Apotek baik secara teknis farmasi maupun non teknis farmasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN UMUM
2.1
Pengertian Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Sementara menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, dalam ketentuan umum dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker dan apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 51 Tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.
2.2
Landasan Hukum Apotek Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan masyarakat
yang diatur dalam: 1.
Undang – Undang antara lain: a. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan b. Undang - Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika c. Undang - Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika
2.
Peraturan Pemerintah antara lain: a. Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian b. Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1990 tentang Masa Bakti Apoteker, yang disempurnakan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 184/Menkes/Per/II/1995. 3
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
c. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas PP No. 26 tahun 1965 tentang Apotek 3.
Peraturan Menteri Kesehatan antara lain: a. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian b. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
695/Menkes/Per/VI/2007 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Kesehatan No. 184 tahun 1995 tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Masa Bakti dan Izin kerja Apoteker. c. Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek 4.
Keputusan Menteri Kesehatan antara lain: a. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.922/MenKes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. b. Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
2.3
Tugas dan Fungsi Apotek (Syamsuni, 2006) Apotek memiliki tugas dan fungsi sebagai berikut:
a. Tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan; b. Sarana farmasi untuk melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat atau bahan obat; c. Sarana penyaluran perbekalan farmasi dalam menyebarkan obat-obatan yang diperlukan masyarakat secara luas dan merata.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
5
2.4
Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993,
persyaratan yang harus dipenuhi oleh apotek adalah sebagai berikut : a.
Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker, atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi lainnya yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.
b.
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi.
c.
Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1027/MENKES/SK/
IX/2004, disebutkan bahwa : a.
Sarana apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat.
b.
Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c.
Apotek harus dapat dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d.
Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi risiko kesalahan penyerahan.
e.
Masyarakat harus diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.
f.
Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, bebas dari hewan pengerat, serangga.
g.
Apotek memiliki suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin. Apotek harus memiliki :
a.
Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien.
b.
Tempat untuk menempatkan informasi bagi pasien, termasuk penempatan brosur atau materi informasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
6
c.
Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien.
d.
Ruang racikan.
e.
Keranjang sampah yang tersedia untuk staf maupun pasien. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu dan barangbarang lain yang tersusun dengan rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan.
2.5
Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Walikota Depok Nomor 65 Tahun 2012 disebutkan
bahwa persyaratan pemberian izin apotek adalah sebagai berikut: Persyaratan pemberian izin apotek: a.
Salinan/ fotocopy surat tanda registrasi apoteker (STRA), surat izin praktik apoteker (SIPA) atau surat keterangan SIPA dalam proses perizinan;
b.
Salinan/Fotocopy Kartu Tanda Penduduk Apoteker penanggung jawab Apotek dan pemilik modal;
c.
Salinan/Fotocopy denah bangunan apotek disertai ukuran dan peta lokasi;
d.
Surat
yang mengatakan status bangunan
dalam
bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak; e.
Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua) orang (untuk apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk apotek 24 jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII farmasi, S1 farmasi, apoteker pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII farmasi dan S1 farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
f.
Asli dan salinan/fotokopi surat izin atasan bagi pemohon pegawai negeri sipil, anggota ABRI, dan pegawai instansi pemerintah lainnya;
g.
Akte perjanjian kerjasama apoteker penanggung jawab apotek dengan pemilik modal; Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
7
h.
Surat pernyataan pemilik modal tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat;
i.
Fotokopi IMB Apotek (IMB Sosial Budaya);
j.
Fotokopi Surat Izin Gangguan/HO;
k.
Foto copy NPWP Pemilik Sarana;
l.
Rekomendasi organisasi profesi (IAI);
m. Rekomendasi dari kepala puskesmas setempat; n.
Asli dan salinan/fotokopy daftar terperinci alat kelengkapan apotek;
o.
Surat pernyataan dari apoteker penanggung jawab tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi apoteker penanggung jawab di apotek lain.
p.
Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). Permohonan izin Apotek karena penggantian pemilik modal dengan
melampirkan : a.
Salinan/fotokopi KTP pemilik modal;
b.
Salinan/fotokopi denah bangunan;
c.
Surat
yang menyatakan status bangunan
dalam
bentuk akte hak
milik/sewa/kontrak; d.
Akte perjanjian kerja sama apoteker penanggung jawab Apotek dengan pemilik modal;
e.
Surat pernyataan pemilik modal tidak terlibat pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat;
f.
Surat izin apotek asli;
g.
NPWP pemilik modal;
h.
Izin mendirikan bangunan Apotek (IMB Sosial budaya);
i.
Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua) orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24 jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1 Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
8
Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping; Surat izin gangguan (HO); j.
Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). Jika ada penggantian penanggung jawab, apotek mengajukan permohonan
dengan melampirkan : a.
Salinan/fotokopi kartu tanda penduduk apoteker penanggung jawab apotek dan pemilik modal;
b.
Salinan/ fotokopi STRA, SIPA, lolos butuh (untuk lulusan di luar Provinsi Jawa Barat);
c.
Surat izin Apotek asli;
d.
Surat pernyataan dari Apoteker penanggung jawab tidak bekerja tetap pada perusahaan farmasi lain dan tidak menjadi apoteker penanggung jawab di Apotek lain;
e.
Asli dan salinan surat izin atasan bagi pemohon Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI dan Polri, dan pegawai instansi pemerintah lainnya;
f.
Asli surat pemutusan kerjasama antara apoteker penanggung jawab dan pemilik modal dengan 2 (dua) orang saksi;
g.
Surat pengunduran diri apoteker penanggung jawab lama dengan dilampirkan surat pernyataan akan bertanggung jawab sampai dengan surat izin apotek atas nama apoteker penanggung jawab yang baru diterbitkan bermaterai 6000;
h.
Surat pernyataan tidak keberatan apoteker penanggung jawab yang lama digantikan oleh penanggung jawab yang baru;
i.
Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua) orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24 jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1 Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
j.
Fotokopi akte perjanjian kerjasama apoteker penanggung jawab apotek dengan pemilik modal;
k.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi (IAI); Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
9
l.
IMB Apotek (sosial budaya);
m. Surat izin gangguan (HO); n.
Surat Pernyataan pemilik modal menyanggupi menyelesaikan pergantian apoteker dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan, apabila sampai dengan waktunya tidak selesai maka bersedia melakukan penutupan apotek (bermeterai 6000). Permohonan izin apotek karena pindah lokasi dengan melampirkan :
a.
Salinan/fotokopi kartu tanda penduduk apoteker penanggung jawab apotek dan pemilik modal;
b.
salinan/fotokopi denah bangunan apotek disertai ukuran dan peta lokasi;
c.
surat yang menyatakan status bangunan dalam bentuk akte hak milik/sewa/ kontrak;
d.
IMB Apotek (sosial budaya);
e.
surat izin gangguan (HO);
f.
rekomendasi dari kepala puskesmas setempat;
g.
Surat Izin apotek asli;
h.
Daftar tenaga kefarmasian selain apoteker penanggung jawab minimal 2 (dua) orang (untuk Apotek non 24 jam), minimal 4 (empat) orang (untuk Apotek 24 jam) dengan melampirkan ijazah, surat sumpah (SMF, DIII Farmasi, S1 Farmasi, Apoteker Pendamping), surat lolos butuh (bagi lulusan luar provinsi Jawa Barat), Surat Tanda Registrasi Tenaga Teknis Kefarmasian (STRTTK) dan Surat Izin Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian (SIKTTK) untuk DIII Farmasi dan S1 Farmasi, STRA dan SIPA untuk apoteker pendamping;
i.
Fotokopi Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan (SPPL). Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
No.1332/Menkes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 mengenai Tata Cara Pemberian Izin Apotek adalah sebagai berikut: a.
Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir APT-1.
b.
Dengan
menggunakan
formulir
APT-2
Kepala
Dinas
Kesehatan
Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
10
untuk melakukan pemeriksaan terhadap kesiapan apotek melakukan kegiatan. c.
Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambatlambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat dengan menggunakan contoh formulir APT-3.
d.
Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam (b) dan (c) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi dengan menggunakan contoh formulir APT-4.
e.
Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana dimaksud ayat (c) atau pernyataan ayat (d) Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan SIA dengan menggunakan contoh formulir APT-5.
f.
Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM dimaksud ayat (c) masih belum memenuhi syarat. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12 (dua belas) hari mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan contoh formulir APT-6.
g.
Terhadap Surat Penundaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (f), Apoteker diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam jangka waktu satu bulan sejak tanggal Surat Penundaan.
h.
Apabila apoteker menggunakan sarana pihak lain, maka penggunaan sarana dimaksud wajib didasarkan atas perjanjian kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.
i.
Pemilik sarana yang dimaksud (poin h) harus memenuhi persyaratan tidak pernah terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat sebagaimana dinyatakan dalam surat penyataan yang bersangkutan.
j.
Terhadap
permohonan
izin
apotek
yang
ternyata
tidak memenuhi
persyaratan APA dan atau persyaratan apotek atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
11
setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya (12) dua belas hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasannya dengan menggunakan formulir model APT-7.
2.6
Petugas Apotek Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek terdiri dari :
a.
Satu orang Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi Surat Izin Apotek (SIA).
b.
Apoteker Pendamping, yaitu apoteker yang bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.
c.
Apoteker Pengganti, yaitu apoteker yang menggantikan Apoteker Pengelola Apotek selama Apoteker Pengelola Apotek tersebut tidak berada di tempat lebih dari 3 (tiga) bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola Apotek di apotek lain.
d.
Asisten Apoteker adalah mereka yang berdasarkan peraturan perundangundangan berhak melakukan pekerjaan kefarmasian sebagai Asisten Apoteker. Tenaga lainnya yang diperlukan untuk mendukung kegiatan di apotek
terdiri dari : a.
Juru resep adalah petugas yang membantu pekerjaan Asisten Apoteker.
b.
Kasir adalah petugas yang bertugas menerima uang dan mencatat pemasukan serta pengeluaran uang.
c.
Pegawai tata usaha adalah petugas yang melaksanakan administrasi apotek dan membuat laporan pembelian, penjualan, penyimpanan dan keuangan apotek. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes/SK/X/2002,
disebutkan bahwa apoteker adalah Sarjana Farmasi yang telah lulus dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, yang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di Indonesia sebagai apoteker. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktek, dan Izin Kerja Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
12
Tenaga Kefarmasian. Berdasarkan permenkes ini, setiap tenaga kefarmasian wajib memiliki surat tanda registrasi. Untuk tenaga kefarmasian yang merupakan seorang apoteker, maka wajib memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA). Setelah memiliki STRA, apoteker wajib memiliki surat izin sesuai tempat kerjanya. Surat izin tersebut dapat berupa Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) untuk apoteker yang bekerja di fasilitas pelayanan kefarmasian atau Surat Izin Kerja Apoteker (SIKA) untuk apoteker yang bekerja di fasilitas produksi atau distribusi farmasi. Dokumen yang dipersiapkan untuk pengajuan Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA) yaitu: a.
Foto copy ijazah apoteker
b.
Foto copy surat sumpah / janji apoteker
c.
Foto copy surat kompetensi profesi yang masih berlaku
d.
Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yang memiliki surat izin praktik
e.
Surat pernyataan akan memenuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi
f.
Pas foto terbaru berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 (dua) lembar dan ukuran 2x3 sebanyak 2 (dua) lembar Apoteker yang telah memiliki SP atau SIK wajib mengganti SP atau SIK
dengan STRA dan SIPA/SIKA dengan cara mendaftar melalui website Komite Farmasi Nasional (KFN). Setelah mendapatkan STRA, Apoteker wajib mengurus SIPA dan SIKA di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilakukan. STRA dikeluarkan oleh Menteri, dimana Menteri akan mendelegasikan pemberian STRA kepada KFN. STRA berlaku selama lima tahun dan dapat diregistrasi ulang selama memenuhi persyaratan. Untuk memperoleh SIPA atau SIKA, Apoteker mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota tempat pekerjaan kefarmasian dilaksanakan. Permohonan SIPA atau SIKA harus melampirkan: a.
Fotokopi STRA yang dilegalisir oleh KFN;
b.
Surat pernyataan mempunyai tempat praktek profesi atau surat keterangan dari pimpinan fasilitas pelayanan kefarmasian atau dari pimpinan fasilitas produksi atau distribusi/penyaluran; Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
13
c.
Surat rekomendasi dari organisasi profesi;
d.
Pas foto berwarna ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar dan 3 x 4 cm sebanyak dua lembar. Dalam mengajukan permohonan SIPA sebagai Apoteker pendamping
harus dinyatakan permintaan SIPA untuk tempat pekerjaan kefarmasian pertama, kedua, atau ketiga. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus menerbitkan SIPA atau SIKA paling lama dua puluh hari kerja sejak surat permohonan diterima dan dinyatakan lengkap. Tugas dan kewajiban apoteker di apotek adalah sebagai berikut : a.
Memimpin seluruh kegiatan apotek, baik kegiatan teknis maupun non teknis kefarmasian sesuai dengan ketentuan maupun perundangan yang berlaku
b.
Mengatur, melaksanakan, dan mengawasi administrasi
c.
Mengusahakan agar apotek yang dipimpinnya dapat memberikan hasil yang optimal sesuai dengan rencana kerja dengan cara meningkatkan omset, mengadakan pembelian yang sah dan penekanan biaya serendah mungkin
d.
Melakukan pengembangan usaha apotek Wewenang dan tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek meliputi
(Umar, 2011): a.
Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan
b.
Menentukan sistem (peraturan) terhadap seluruh kegiatan
c.
Mengawasi pelaksanaan seluruh kegiatan
d.
Bertanggung jawab terhadap kinerja yang dicapai. Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/Menkes/SK/X/2002
Pasal 19 disebutkan bahwa apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, maka APA harus menunjuk Apoteker Pendamping. Apoteker Pendamping adalah apoteker yang telah bekerja di apotek di samping Apoteker Pengelola Apotek dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek. Apabila APA dan Apoteker Pendamping karena hal-hal tertentu berhalangan melakukan tugasnya, APA menunjuk Apoteker Pengganti. Apoteker Pengganti yaitu apoteker yang menggantikan APA selama APA tersebut tidak berada di tempat lebih dari tiga bulan secara terus-menerus, telah memiliki Surat Izin Kerja (SIK) dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
14
Penunjukkan Apoteker Pendamping/Pengganti harus dilaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat dengan menggunakan formulir model APT-9. Apoteker Pendamping dan Apoteker Pengganti wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan. Apabila Apoteker Pengelola Apotek berhalangan melakukan tugasnya lebih dari dua tahun secara terus-menerus, Surat Izin Apotek atas nama Apoteker yang bersangkutan dapat dicabut. Pada Pasal 24, dijelaskan apabila Apoteker Pengelola Apotek meninggal dunia, maka: 1.
Ahli waris Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan dalam waktu 2 x 24 jam kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
2.
Apabila pada apotek tersebut tidak terdapat Apoteker Pendamping, maka laporan wajib disertai penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras, dan kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.
3.
Penyerahan dibuat Berita Acara Serah Terima dengan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan formulir model APT-11 dengan tembusan kepada Kepala Balai POM setempat.
2.7
Pencabutan Surat Izin Apotek Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.1332/MENKES/SK/X/2002
Pasal 25 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat mencabut surat izin apotek apabila: a. Apoteker tidak lagi memenuhi kewajibannya untuk menyediakan, menyimpan dan menyerahkan sediaan farmasi yang bermutu baik dan keabsahannya terjamin. Sediaan farmasi yang karena sesuatu hal tidak dapat digunakan dan dilarang untuk digunakan, harus dimusnahkan dengan cara dibakar atau ditanam atau dengan cara lain yang ditetapkan oleh Menteri. b. Apoteker Pengelola Apotek (APA) berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 (dua) tahun secara terus menerus. c. Terjadi pelanggaran terhadap Undang – Undang obat keras Nomor St. 1937 No. 541, Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, UndangUndang No.5 tahun 1997 tentang psikotropika, Undang-Undangh No.22 tahun Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
15
1997 tentang narkotika, serta ketentuan peraturan perundang-undangan lain yang berlaku. d. Surat Izin Kerja Apoteker Pengelola Apotek dicabut. e. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundangundangan di bidang obat. f. Apotek tidak dapat lagi memenuhi persyaratan mengenai kesiapan tempat pendirian apotek serta kelengkapan sediaan farmasi dan perbekalan lainnya baik merupakan milik sendiri atau pihak lain. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebelum melakukan pencabutan harus berkoordinasi dengan Kepala Balai POM setempat. Pelaksanaan pencabutan Surat Izin Apotek dilakukan setelah dikeluarkan: a.
Peringatan secara tertulis kepada Apoteker Pengelola Apotek sebanyak 3 kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan dengan menggunakan contoh Formulir APT-12.
b.
Pembekuan izin Apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan Apotek dengan menggunakan contoh Formulir APT-13. Pembekuan Izin Apotek sebagaimana dimaksud dalam poin (b) di atas,
dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan ini dengan menggunakan contoh formulir APT-14. Pencairan Izin Apotek dimaksud di atas dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat. Apabila Surat Izin Apotek dicabut, Apoteker Pengelola Apotek atau Apoteker Pengganti wajib mengamankan perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengamanan yang dimaksud wajib mengikuti tata cara sebagai berikut : a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika, obat keras tertentu dan obat lain serta seluruh resep yang tersedia di apotek. b. Narkotika, psikotropika, dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
16
c. Apoteker Pengelola Apotek wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi yang dimaksud dalam poin (a).
2.8
Pengelolaan Apotek Seluruh upaya dan kegiatan apoteker untuk melaksanakan tugas dan fungsi
pelayanan apotek disebut pengelolaan apotek. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 922/MENKES/PER/X/1993 pengelolaan apotek meliputi: a.
Pengelolaan teknis kefarmasian meliputi pembuatan, pengelolaan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, penyimpanan, penyerahan obat atau bahan obat, pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi lainnya. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi lainnya yang diberikan baik kepada dokter, tenaga kesehatan lainnya, maupun kepada masyarakat, pengamatan dan pelaporan mengenai khasiat, keamanan, bahaya dan atau mutu obat serta perbekalan farmasi lainnya.
b.
Pengelolaan non teknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia, pelayanan komoditas selain perbekalan farmasi dan bidang lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek. Secara garis besar pengelolaan apotek dapat dijabarkan sebagai berikut:
2.8.1 Pengelolaan Perbekalan Farmasi a.
Perencanaan Kegiatan yang termasuk dalam proses perencanaan adalah pemilihan jenis,
jumlah, dan harga dalam rangka pengadaan dengan tujuan mendapatkan jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, serta menghindari kekosongan obat. Dalam perencanaan pengadaan sediaan farmasi seperti obatobatan dan alat kesehatan, maka perlu dilakukan pengumpulan data obat-obatan yang akan dipesan. Data obat-obatan tersebut biasanya ditulis dalam buku defekta, yaitu jika barang habis atau persediaan menipis berdasarkan jumlah barang yang tersedia pada bulan-bulan sebelumnya. Beberapa pertimbangan yang harus dilakukan Apoteker Pengelola Apotek di dalam melaksanakan perencanaan pemesanan barang, yaitu memilih Pedagang Besar Farmasi (PBF) yang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
17
memberikan keuntungan dari segala segi, misalnya harga yang ditawarkan sesuai, ketepatan waktu pengiriman, diskon dan bonus yang diberikan sesuai, jangka waktu kredit yang cukup, serta kemudahan dalam pengembalian obat-obatan yang hampir kadaluarsa. Sesuai
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, maka
dalam
membuat
perencanaan
pengadaan
sediaan
farmasi
perlu
memperhatikan: 1.
Pola penyakit, maksudnya adalah perlu memperhatikan dan mencermati pola penyakit yang timbul di sekitar masyarakat sehingga apotek dapat memenuhi kebutuhan masyarakat tentang obat-obat untuk penyakit tersebut.
2.
Tingkat perekonomian masyarakat di sekitar apotek juga akan mempengaruhi daya beli terhadap obat-obatan.
3.
Budaya masyarakat dimana pandangan masyarakat terhadap obat, pabrik obat, bahkan iklan obat dapat mempengaruhi dalam hal pemilihan obatobatan khususnya obat-obatan tanpa resep. Demikian juga dengan budaya masyarakat yang lebih senang berobat ke dokter, maka apotek perlu memperhatikan obat-obat yang sering diresepkan oleh dokter tersebut.
b.
Pengadaan Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993
tentang PBF, menyebutkan bahwa pabrik farmasi dapat menyalurkan produksinya langsung ke PBF, apotek, toko obat, apotek rumah sakit, dan sarana kesehatan lain. Pengadaan barang di apotek meliputi pemesanan dan pembelian. Pembelian barang dapat dilakukan secara langsung ke produsen atau melalui PBF. Proses pengadaan barang dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu: 1.
Tahap persiapan, dilakukan dengan cara mengumpulkan data barang-barang yang akan dipesan dari buku defekta, termasuk obat baru yang ditawarkan pemasok.
2.
Pemesanan dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan (SP), minimal dibuat 2 lembar (untuk pemasok dan arsip apotek) dan ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIPA.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
18
Pengadaan atau pembelian barang di apotek dapat dilakukan dengan cara antara lain (Anief, 1998): 1.
Pembelian dalam jumlah terbatas yaitu pembelian dilakukan sesuai dengan kebutuhan dalam waktu pendek, misalnya satu minggu. Pembelian ini dilakukan bila modal terbatas dan PBF berada dalam jarak tidak jauh dari apotek, misalnya satu kota dan selalu siap untuk segera mengirimkan obat yang dipesan.
2.
Pembelian berencana dimana metode ini erat hubungannya dengan pengendalian persediaan barang. Pengawasan stok obat atau barang dagangan penting sekali, untuk mengetahui obat yang fast moving atau slow moving, hal ini dapat dilihat pada kartu stok. Selanjutnya dilakukan perencanaan pembelian sesuai dengan kebutuhan.
3.
Pembelian secara spekulasi merupakan pembelian dilakukan dalam jumlah yang lebih besar dari kebutuhan, dengan harapan akan ada kenaikan harga dalam waktu dekat atau karena ada diskon atau bonus. Pola ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu jika diperkirakan akan terjadi peningkatan permintaan. Hal ini apabila spekulasinya benar akan mendapat keuntungan besar, tetapi cara ini mengandung resiko obat akan rusak atau kadaluarsa.
c.
Penyimpanan Obat dengan bentuk sediaan padat, sediaan cair, atau setengah padat
disimpan secara terpisah. Hal tersebut dilakukan untuk menghindari zat-zat yang bersifat higroskopis. Serum, vaksin, dan obat-obat yang mudah rusak atau meleleh pada suhu kamar disimpan dalam lemari pendingin. Penyusunan obat dapat dilakukan secara alfabetis untuk mempermudah dan mempercepat pengambilan obat saat diperlukan. Pengaturan pemakaian barang di apotek sebaiknya menggunakan sistem FEFO (First Expired First Out) dan FIFO (First In First Out), sehingga obat-obat yang mempunyai waktu kadaluarsa lebih singkat disimpan paling depan dan memungkinkan diambil terlebih dahulu.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
19
2.8.2 Pengelolaan Keuangan Laporan keuangan yang biasa dibuat di apotek adalah: a.
Laporan Rugi-Laba Laporan
laba-rugi
adalah
laporan
akuntansi
keuangan
yang
menggambarkan tentang jumlah penjualan, biaya pembelian barang, biaya operasional, biaya tetap, dan laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu. b.
Neraca Laporan akuntansi keuangan yang menggambarkan tentang kondisi harta
(aktiva), hutang (pasiva) dan modal sendiri (ekuity) yang dimiliki apotek pada tanggal tertentu. Aktiva adalah investasi di dalam perusahaan dan pasiva merupakan sumber-sumber yang digunakan untuk investasi tersebut. Oleh karena itu, dapat dilihat dalam neraca bahwa jumlah aktiva akan sama besar dengan pasiva. Aktiva dikelompokkan dalam aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar berisi kas, surat-surat berharga, piutang, dan persediaan. Aktiva tetap dapat berupa gedung atau tanah, sedangkan pasiva dapat berupa hutang dan modal. c.
Laporan Hutang-Piutang Laporan yang berisi utang yang dimiliki apotek pada periode tertentu
dalam satu tahun disebut laporan hutang, sedangkan laporan piutang berisikan piutang yang ditimbulkan karena transaksi yang belum lunas dari pihak lain kepada pihak apotek.
2.8.3 Administrasi Kegiatan yang biasa dilakukan dalam proses administrasi apotek meliputi: a.
Administrasi
umum,
kegiatannya
meliputi
membuat
agenda
atau
mengarsipkan surat masuk dan surat keluar, pembuatan laporan-laporan seperti, laporan narkotika dan psikotropika, pelayanan resep dengan harganya, pendapatan, alat dan obat KB, obat generik, dan lain-lain. b.
Pembukuan meliputi pencatatan keluar dan masuknya uang disertai buktibukti pengeluaran dan pemasukan.
c.
Administrasi penjualan meliputi pencatatan pelayanan obat resep, obat bebas, dan pembayaran secara tunai atau kredit.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
20
d.
Administrasi pergudangan meliputi, pencatatan penerimaan barang, masingmasing barang diberi kartu stok, dan membuat defekta.
e.
Administrasi pembelian meliputi pencatatan pembelian harian secara tunai atau kredit dan asal pembelian, mengumpulkan faktur secara teratur. Selain itu dicatat kepada siapa berhutang dan masing-masing dihitung besarnya hutang apotek.
f.
Administrasi piutang, meliputi pencatatan penjualan kredit, pelunasan piutang, dan penagihan sisa piutang.
g.
Administrasi kepegawaian dilakukan dengan mengadakan absensi karyawan, mencatat kepangkatan, gaji, dan pendapatan lainnya dari karyawan.
2.9
Sediaan Farmasi di Apotek Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Pemerintah menetapkan beberapa peraturan mengenai “Tanda” untuk membedakan jenis-jenis obat yang beredar di wilayah Republik Indonesia agar pengelolaan obat menjadi mudah. Beberapa peraturan tersebut antara lain yaitu: a. UU No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika b. UU RI No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. c. Kepmenkes RI No. 2396/A/SK/VIII/86 tentang Tanda Khusus Obat Keras Daftar G. d. Kepmenkes RI No. 347/Menkes/SK/VIII/90 tentang Obat Wajib Apotek. e. Kepmenkes RI No. 2380/A/SK/VI/83 tentang Tanda Khusus Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. f. Permenkes RI No.688/Menkes/Per/VII/1997 tentang Peredaran Psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
21
Berdasarkan ketentuan peraturan tersebut, maka obat dapat dibagi menjadi beberapa golongan yaitu (Umar, 2011) 1. Obat Bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®
Gambar 2.1 Penandaan Obat Bebas
2. Obat Bebas Terbatas Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam.
Gambar 2.2 Penandaan Obat Bebas Terbatas
Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a.
P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®, Ultraflu®, dan Fatigon®.
b.
P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine gargle®, Listerin® dan Minosep®. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
22
c.
P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten® krim, dan Fosen enema®
d.
P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e.
P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax® Suppositoria
f.
P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol® Suppositoria. P. No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya
P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan
P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan
P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar
P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan
P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan
Gambar 2.3 Tanda Peringatan pada Obat Bebas Terbatas
3. Obat Keras Obat-obat
yang
mempunyai
khasiat
mengobati,
menguatkan,
mendesinfeksi, dan lain-lain, pada tubuh manusia, baik dalam bungkusan atau tidak yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan disebut obat keras. Tanda khusus obat keras yaitu lingkaran merah dengan garis tepi hitam dan huruf K di dalamnya yang ditulis pada etiket dan bungkus luar.
Gambar 2.4 Penandaan Obat Keras
Obat keras merupakan obat yang hanya bisa didapatkan dengan resep dokter dan dapat diulang tanpa resep baru bila dokter menyatakan pada resepnya “boleh diulang“. Obat-obat golongan ini antara lain obat jantung, obat diabetes,
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
23
hormon, antibiotika, beberapa obat ulkus lambung, semua obat suntik, dan psikotropika. 4.
Psikotropika Zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika yang
berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku disebut psikotropika. Penggolongan dari psikotropika berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika adalah: a.
Psikotropika golongan I adalah Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: etisiklidina, tenosiklidina, metilendioksi metilamfetamin (MDMA).
b.
Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, fensiklidin.
c.
Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: amobarbital, pentobarbital, siklobarbital.
d.
Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: diazepam, estazolam, etilamfetamin, alprazolam. Berdasarkan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, disebutkan bahwa
psikotropika golongan I dan II telah dipindahkan menjadi narkotika golongan I sehingga lampiran mengenai psikotropika golongan I dan II pada UU No. 5 tahun 1997 dinyatakan tidak berlaku lagi. 5. Narkotika Berdasarkan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
24
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Gambar 2.5 Penandaan Narkotika
Narkotika dibagi menjadi 3 golongan, yaitu: a.
Narkotika Golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kokain, opium, heroin, ganja.
b.
Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: morfin, petidin, normetadona, metadona.
c.
Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: kodein, norkodeina, etilmorfina.
2.10
Pelayanan Apotek Peraturan yang mengatur tentang Pelayanan Apotek adalah Peraturan
Menteri Kesehatan No. 922/Menkes/Per/X/1993 yang meliputi: a. Apotek wajib melayani resep dokter, dokter gigi, dan dokter hewan. Pelayanan resep ini sepenuhnya atas tanggung jawab Apoteker Pengelola Apotek, sesuai dengan keahlian profesinya yang dilandasi pada kepentingan masyarakat. b. Apotek tidak diizinkan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. c. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang diresepkan, apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter penulis resep untuk pemilihan obat yang lebih Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
25
tepat. d. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan obat yang diserahkan kepada pasien e. Apoteker wajib memberikan informasi mengenai penggunaan obat secara tepat, aman, dan rasional atas permintaan masyarakat. f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau penulisan resep yang tidak tepat, Apoteker harus memberitahukan kepada dokter penulis resep. Apabila atas pertimbangan tertentu dokter penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib melaksanakan secara tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep. g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker. h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka waktu 3 tahun. i. Resep dan salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis resep atau yang merawat penderita, penderita yang bersangkutan, petugas kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan yang berlaku. j. Apoteker Pengelola Apotek, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti diizinkan menjual obat keras tanpa resep yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek, yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan Republik Indonesia. 2.10.1 Pelayanan Resep (Kementerian Kesehatan RI, 2004) a.
Skrining Resep Apoteker melakukan kegiatan skrining resep yang meliputi: 1. Memeriksa kelengkapan persyaratan administrasi: nama dokter, nomor SIP, alamat dokter, tanggal penulisan resep, tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, nama pasien, alamat pasien, umur pasien, jenis kelamin pasien, dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian yang jelas dan informasi lainnya. 2. Memeriksa kesesuaian farmasetik seperti bentuk sediaan, dosis, inkompatibilitas, stabilitas, cara dan lama pemberian. 3. Melakukan pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain). Jika ada Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
26
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. b.
Penyiapan Obat Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,
mengemas, dan memberikan etiket pada wadah. Suatu prosedur tetap harus dibuat untuk melaksanakan peracikan obat, dengan memperhatikan dosis, jenis, dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitasnya. Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus dilakukan sebelum obat diserahkan kepada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien. c.
Informasi Obat Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah
dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi cara pemakaian obat, jangka waktu pengobatan, cara penyimpanan obat, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi. d.
Konseling Apoteker harus memberikan konseling mengenai sediaan farmasi dan
perbekalan kesehatan lainnya sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari bahaya penyalahgunaan atau penggunaan obat yang salah. Untuk penderita penyakit seperti kardiovaskular, diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan konseling secara berkelanjutan. e.
Monitoring Penggunaan Obat Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan
pemantauan
penggunaan
obat
terutama
untuk
pasien
tertentu
seperti
kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
27
2.10.2 Promosi dan Edukasi Promosi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan inspirasi kepada masyarakat sehingga termotivasi untuk meningkatkan derajat kesehatannya secara mandiri. Edukasi adalah kegiatan pemberdayaan masyarakat dengan memberikan pengetahuan tentang obat dan pengobatan serta mengambil keputusan bersama pasien setelah mendapatkan informasi, untuk tercapainya hasil pengobatan yang optimal. Apoteker harus memberikan edukasi dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apabila masyarakat ingin mengobati diri sendiri (swamedikasi) untuk penyakit ringan, dengan memilihkan obat yang sesuai. Apoteker juga harus berpartisipasi secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi informasi antara lain dengan penyebaran leaflet atau brosur, poster, penyuluhan, dan lain-lain. Berdasarkan
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Nomor
919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria obat yang dapat diserahkan tanpa resep harus memenuhi kriteria sebagai berikut : a.
Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun.
b.
Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit.
c.
Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
d.
Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
e.
Obat
dimaksud
memiliki
resiko
khasiat
keamanan
yang
dapat
dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri. Prosedur tetap dalam pelaksanaan swamedikasi sebagi berikut: a.
Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang ingin melakukan swamedikasi
b.
Menggali informasi dari pasien meliputi: 1. Tempat timbulnya gejala penyakit 2. Seperti apa rasanya gejala penyakit 3. Kapan mulai timbul gejala dan apa yang menjadi pencetusnya 4. Sudah berapa lama gejala dirasakan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
28
5. Ada tidaknya gejala penyerta 6. Pengobatan yang sebelumnya sudah dilakukan c.
Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan kemampuan ekonomi pasien dengan menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan obat wajib apotek
d.
Memberikan informasi tentang obat yang diberikan kepada pasien meliputi: nama obat, tujuan pengobatan, cara pakai, lamanya pengobatan, efek samping yang mungkin timbul, serta hal-hal lain yang harus dilakukan maupun yang harus dihindari oleh pasien dalam menunjang pengobatan. Bila sakit berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.
e.
Mendokumentasikan data pelayanan swamedikasi yang telah dilakukan
2.10.3 Pelayanan Residensial (Home Care) Apoteker sebagai pemberi pelayanan (care giver) diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang diberikan kepada pasien yang dilakukan di rumah khususnya untuk kelompok lanjut usia dan pasien dengan penyakit kronis serta pasien dengan pengobatan paliatif . Tujuannya adalah pasien yang karena keadaan fisiknya tidak memungkinkan datang ke apotek masih mendapatkan pelayanan kefarmasian secara optimal. Pasien yang memerlukan pelayanan home care diantaranya : a.
Pasien lanjut usia yang tidak mampu lagi memenuhi aktivitas dasar seharihari misal : mandi, makan, minum, memakai baju secara mandiri
b.
Pasien dengan penyakit kronis dan memerlukan perhatian khusus tentang penggunaan obatnya, interaksi obat dan efek samping obat
c.
Pasien yang memerlukan obat secara berkala dan terus menerus misal: pasien TB Jenis layanan home care:
a.
Informasi penggunaan obat
b.
Konseling pasien
c.
Memantau kondisi pasien pada saat menggunakan obat dan kondisinya setelah menggunakan obat serta kepatuhan pasien dalam minum obat Home care dapat dilakukan dengan 2 cara:
a.
Dengan kunjungan langsung ke rumah pasien Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
29
b.
2.11
Dengan melalui telepon
Prosedur Pengelolaan Resep (Kementerian Kesehatan RI dan Ikatan Apoteker Indonesia, 2011) Tujuan prosedur pengelolaan resep adalah untuk pelaksanaan kegiatan
pencatatan, pengarsipan, penyiapan laporan dan penggunaan laporan untuk mengelola sediaan farmasi. Prosedur dalam pengelolaan resep adalah sebagai berikut: b.
Resep asli dikumpulkan berdasarkan tanggal yang sama dan diurutkan sesuai nomor resep
c.
Resep yang berisi narkotika dipisahkan atau digaris bawah dengan tinta merah
d.
Resep yang berisi psikotropika digaris bawah dengan tinta biru
e.
Resep dibendel sesuai kelompoknya, setiap hari dan dibendel per bulan
f.
Bendel resep diberi tanggal, bulan dan tahun yang mudah dibaca dan disimpan di tempat yang telah ditentukan.
g.
Penyimpanan bendel resep dilakukan secara berurutan dan teratur sehingga memudahkan untuk penelusuran resep
h.
Resep
yang
diambil
dari
bendel
pada
saat
penelusuran
harus
dikembalikan pada bendel semula tanpa merubah urutan i.
Resep yang telah disimpan selama 3 (tiga) tahun atau lebih, dimusnahkan sesuai tata cara pemusnahan. Prosedur pemusnahan resep bertujuan untuk pelaksanaan kegiatan
pemusnahan resep yang telah disimpan 3 (tiga) tahun atau lebih. Prosedur pemusnahan resep adalah sebagai berikut: a.
Menyiapkan administrasi (berupa laporan dan berita acara pemusnahan sediaan farmasi dan alat kesehatan).
b.
Menetapkan jadwal, metoda dan tempat pemusnahan
c.
Menyiapkan tempat pemusnahan
d.
Tata cara pemusnahan : 1. Resep narkotika dihitung jumlahnya 2. Resep lain ditimbang Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
30
3. Resep dihancurkan, lalu dikubur atau dibakar e.
Membuat laporan pemusnahan resep yang sekurang-kurangnya memuat : a. Waktu dan tempat pelaksanaan pemusnahan resep b. Jumlah resep narkotika dan berat resep yang dimusnahkan c. Nama apoteker pelaksana pemusnahan resep d. Nama saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
f.
Membuat berita acara pemusnahan yang ditandatangani oleh apoteker dan saksi dalam pelaksanaan pemusnahan resep
2.12
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika di Apotek
2.12.1 Pengelolaan Narkotika di Apotek Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009, Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang. Pengendalian dan pengawasan narkotika, di Indonesia merupakan wewenang Badan POM. Untuk mempermudah pengendalian dan pengawasan narkotika maka pemerintah Indonesia hanya memberikan izin kepada PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. untuk mengimpor bahan baku, memproduksi sediaan dan mendistribusikan narkotika di seluruh Indonesia. Hal tersebut dilakukan mengingat narkotika adalah bahan berbahaya yang penggunaannya dapat disalahgunakan. Secara garis besar pengelolaan narkotika meliputi pemesanan, penyimpanan, pelayanan, pelaporan dan pemusnahan (Umar, 2011). a. Pemesanan Narkotika Untuk memudahkan pengawasan maka apotek hanya dapat memesan narkotika ke PBF PT. Kimia Farma dengan menggunakan Surat Pesanan (SP) khusus narkotika, yang ditandatangani oleh APA, dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan terdiri dari empat rangkap. Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA, nomor
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
31
Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika. b. Penyimpanan Narkotika Apotek harus mempunyai tempat khusus untuk menyimpan narkotika dan harus dikunci dengan baik. Tempat penyimpanan narkotika di apotek harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut (Keputusan Menteri Kesehatan RI No 28, 1987): 1.
Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.
2.
Harus mempunyai kunci yang kuat.
3.
Dibagi dua, masing-masing dengan kunci yang berlainan. Bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta persediaan
narkotika
sedangkan
bagian
kedua
dipergunakan
untuk
menyimpan narkotika yang dipakai sehari-hari. 4.
Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x 100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut melekat pada tembok atau lantai.
5.
Lemari khusus tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain selain narkotika, kecuali ditentukan oleh Menteri Kesehatan.
6.
Anak kunci lemari khusus harus dipegang oleh pegawai yang dikuasakan.
7.
Lemari khusus harus ditempatkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum.
c. Pelayanan Narkotika Berdasarkan Undang-undang RI Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika bahwa hal yang harus diperhatikan dalam penyerahan narkotika antara lain: 1.
Penyerahan narkotika hanya dapat dilakukan oleh apotek, rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, balai pengobatan dan dokter.
2.
Apotek hanya dapat menyerahkan narkotika kepada rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat, apotek lainyya, balai pengobatan, dokter, dan pasien
3.
Rumah sakit, apotek, pusat kesehatan masyarakat, dan balai pengobatan hanya dapat menyerahkan narkotika kepada pasien berdasarkan resep dokter.
4.
Penyerahan narkotika oleh dokter hanya dapat dilaksanakan untuk menjalankan praktik dokter dengan memberikan narkotika melalui suntikan dan menolong orang sakit dalam keadaan darurat dengan memberikan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
32
narkotika melalui suntikan atau menjalankan tugas di daerah terpencil yang tidak ada apotek 5.
Narkotika dalam bentuk suntikan dalam jumlah tertentu yang diserahkan oleh dokter hanya dapat diperoleh di apotek.
d. Pelaporan Narkotika (Dirjen Binfar Alkes, 2011) Undang-Undang
Berdasarkan
Permenkes
RI
Nomor
1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan pada pasal 539, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, serta penyajian data dan informasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan, pengolahan, dan penyajian Data Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika dari unit pelayanan. Dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan data pelaporan tersebut Direkorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menggunakan Sistem Pelaporan dalam bentuk software aplikasi yaitu Sistem Pelaporan narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses secara online Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika telah disosialisasikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan juga telah dilakukan Training of Trainer (TOT) bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kemampuan pengoperasian SIPNAP tersebut. SIPNAP terdiri dari software tingkat Unit Pelayanan (Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit); Software Tingkat Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelaporan ke Provinsi dan Pusat dilakukan melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet. e.
Pemusnahan Narkotika Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 28/Menkes/Per/I/1978
pasal 9 mengenai pemusnahan narkotika, APA dapat memusnahkan narkotika yang rusak, kadaluarsa, dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan dalam pelayanan
kesehatan
dan/atau
untuk
pengembangan
ilmu
pengetahuan.
Pemusnahan narkotika dilakukan dengan pembuatan berita acara yang sekurangkurangnya memuat: tempat dan waktu (jam, hari, bulan, dan tahun); nama pemegang izin khusus, APA atau dokter pemilik narkotika; nama, jenis, dan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
33
jumlah narkotika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Berita acara pemusnahan narkotika tersebut dikirimkan kepada Suku Dinas Pelayanan Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Balai Besar POM setempat.
2.12.2 Pengelolaan Psikotropika di Apotek Ruang lingkup pengaturan psikotropika adalah segala hal yang berhubungan dengan psikotropika yang dapat mengakibatkan ketergantungan. Tujuan pengaturan psikotropika yaitu: a.
Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan.
b.
Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.
c.
Memberantas peredaran gelap psikotropika. Secara garis besar pengelolaan psikotropika meliputi:
a. Pemesanan Psikotropika Kegiatan ini memerlukan surat pesanan (SP), dimana satu SP bisa digunakan untuk beberapa jenis obat. Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek lainnya, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter, dan pasien dengan resep dokter. Tata cara pemesanan adalah dengan menggunakan SP yang ditandatangani oleh APA dilengkapi dengan nama jelas, stempel apotek, nomor SIK dan SIA. Surat pesanan dibuat rangkap 3, dua lembar untuk PBF dan 1 lembar untuk arsip apotek. Satu SP untuk beberapa jenis obat psikotropika. b. Penyimpanan Psikotropika Kegiatan ini belum diatur oleh perundang-undangan, namun karena kecenderungan penyalahgunaan psikotropika, maka disarankan untuk obat golongan psikotropika diletakkan tersendiri dalam suatu rak atau lemari khusus. c.
Pelaporan Psikotropika Undang-undang
Berdasarkan
Permenkes
RI
Nomor
1575/Menkes/PER/XI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan pada pasal 539, Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, serta Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
34
penyajian data dan informasi Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan, pengolahan, dan penyajian Data Penggunaan Obat Narkotika dan Psikotropika dari unit pelayanan. Dalam melaksanakan aktivitas pengelolaan data pelaporan tersebut Direkorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menggunakan Sistem Pelaporan dalam bentuk software aplikasi yaitu Sistem Pelaporan narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) yang dapat diakses secara online Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika telah disosialisasikan ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kab/Kota dan juga telah dilakukan Training of Trainer (TOT) bagi petugas Dinas Kesehatan Provinsi untuk meningkatkan kemampuan pengoperasian SIPNAP tersebut. SIPNAP terdiri dari software tingkat Unit Pelayanan (Apotek, Puskesmas dan Rumah sakit); Software Tingkat Dinas Kesehatan Kab/Kota dan Pelaporan ke Provinsi dan Pusat dilakukan melalui sistem Pelaporan Online melalui Jaringan Internet. d. Pemusnahan Psikotropika Pada pemusnahan psikotropika, Apoteker wajib membuat berita acara dan disaksikan oleh pejabat yang ditunjuk dalam tujuh hari setelah mendapat kepastian. Menurut pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1997, pemusnahan psikotropika dilakukan apabila berkaitan dengan tindak pidana, psikotropika yang diproduksi tidak memenuhi standar dan persyaratan bahan baku yang berlaku, kadaluarsa, serta tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan. Pemusnahan psikotropika dilakukan dengan
pembuatan berita acara yang sekurang-kurangnya memuat
tempat dan waktu pemusnahan; nama pemegang izin khusus; nama, jenis, dan jumlah psikotropika yang dimusnahkan; cara pemusnahan; tanda tangan dan identitas lengkap penanggung jawab apotek dan saksi-saksi pemusnahan. Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah untuk menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan,
mencegah
terjadinya
penyalahgunaan
psikotropika
dan
memberantas peredaran gelap psikotropika.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK SAMMARIE BASRA
3.1
Sejarah Singkat Apotek SamMarie Basra berdiri pada tanggal 7 Desember 2005,
berdasarkan atas akta notaris Herawati, SH No. 7 tahun 2005. Apotek SamMarie Basra di bawah naungan SamMarie Healthcare Group.
3.2
Lokasi, Bangunan, dan Tata Ruang Apotek Apotek ini awalnya berlokasi di lantai 1 Gedung Samudra, dan saat ini
berlokasi di lantai dasar gedung Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) SamMarie Basra Jalan Basuki Rachmat No 31 Jakarta Timur. Apotek berada dipinggir jalan dua arah, yang dilalui oleh kendaraan umum, sehingga mudah dijangkau oleh pasien dengan kendaraan umum serta memiliki halaman parkir yang cukup luas untuk kendaraan pribadi. Lokasi apotek dapat dilihat pada Lampiran 13. Bangunan Apotek memilik satu lantai yang terdiri dari ruang tunggu, tempat penerimaan resep dan penjualan obat, ruang peracikan, penyimpanan obat, alkes dan arsip, serta wastafel. Loket kasir, tempat istirahat pegawai dan toilet digunakan bersama dengan RSIA SamMarie Basra. Desain apotek dapat dilihat pada Lampiran 14 dan 15. Sedangkan denah apotek dapat dilihat pada Lampiran 16. Apotek memiliki ruang peracikan yang terpisah dengan ruang tunggu sehingga terhindar dari pandangan langsung konsumen. Ruang peracikan cukup luas sehingga karyawan dapat leluasa bergerak. Ruang tunggu apotek tidak terlalu besar karena biasanya pasien menunggu di ruangan tunggu RSIA.
3.3
Struktur Organisasi Pemilik Sarana Apotek (PSA) ini adalah PT SamMarie Primafiat yang
dikelola oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA). Apoteker Pengelola Apotek bertanggung jawab atas keseluruhan kegiatan di Apotek. Agar manajemen apotek dapat berlangsung dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal, suatu apotek harus mempunyai struktur organisasi serta pembagian tugas dan tanggung 35
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
36
jawab yang jelas. Apotek mempunyai beberapa orang karyawan dengan rincian sebagai berikut (dapat dilihat pada Lampiran 21): Tenaga Teknis Farmasi yang terdapat di dalam Apotek SamMarie Basra yaitu terdiri dari : 1. Apoteker Pengelola Apotek
: 1 orang
2. Asisten Apoteker
: 5 orang
Tenaga kerja di Apotek SamMarie Basra secara bergantian bekerja berdasarkan shift-shift yang telah dibagi, yaitu shift pagi hingga siang (pukul 07.00 -14.00), shift siang hingga malam (pukul 14.00-21.00), dan shift malam hingga pagi (pukul 21.00 - 07.00). Adapun tugas dan fungsi tiap karyawan yang ada di apotek SamMarie Basra adalah sebagai berikut: a. APA (Apoteker Pengelola Apotek) Tugas dan tanggung jawab APA sebagai berikut: 1.
Menyelenggarakan pelayanan kefarmasian yang sesuai dengan fungsinya (apotek sebagai tempat pengabdian profesi) dan memenuhi segala keperluan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.
2.
Memimpin
seluruh
kegiatan
manajerial
apotek
termasuk
mengkoordinasikan dan mengawasi dinas kerja Asisten Apoteker (AA) antara lain mengatur daftar giliran kerja, menetapkan pembagian beban kerja, dan tanggung jawab masing-masing karyawan. 3.
Bertanggung jawab terhadap kelancaran administrasi dan penyimpanan dokumen penting.
4.
Memberikan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada pasien untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.
5.
Melaksanakan pelayanan swamedikasi
6.
Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
37
b. Asisten Apoteker Tugas dan fungsi AA sebagai berikut: 1.
Mendata keperluan barang
2.
Mengatur, mengawasi, dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat di ruang peracikan.
3.
Memberi harga-harga untuk resep-resep yang masuk dan memeriksa kelengkapan resep.
4.
Melayani permintaan obat bebas dan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, menyiapkan obat, meracik, menulis etiket, mengemas, sampai dengan menyerahkan obat.
5.
Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan kepada pasien meliputi bentuk sediaan obat, jumlah obat, nama obat, nomor resep, nama pasien kemudian menyerahkan obat kepada pasien dan memberikan informasi tentang penggunaan obat tersebut serta informasi tambahan lain yang diperlukan.
6.
Mencatat keluar masuk barang
7.
Melakukan pengecekan terhadap obat-obat yang mempunyai kadaluarsa
8.
Menyusun daftar masuknya barang dan menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya.
9.
3.4
Membuat salinan resep bila diperlukan.
Kegiatan di Apotek Pengadaan atau pembelian perbekalan farmasi, penyimpanan barang,
pembuatan obat racikan, dan penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan di apotek. 3.4.1 Pengadaan/Pembelian Perbekalan Farmasi Apoteker Pengelola Apotek dan AA membuat surat pesanan (SP) untuk melakukan pengadaan perbekalan farmasi yang dilaksanakan melalui pembelian secara kredit dan dibayar satu kali setiap bulan yaitu 30 hari setelah pemesanan. Sebelum dilakukan pengadaan obat terlebih dahulu dilakukan perencanaan pengadaan obat berdasarkan kebutuhan dan berdasarkan buku defecta. SamMarie Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
38
Healthcare Group memiliki unit usaha berupa Pedagang Besar Farmasi (PBF) yaitu Tramedifa. Barang-barang yang dipesan, kemudian diantar dan disertai dengan faktur sebagai tanda bukti penyerahan barang. Untuk pemesanan cito disampaikan melalui telepon, dimana SP menyusul ketika barang diantar. Barang yang diterima, diperiksa keadaan fisiknya, tanggal kadaluarsa, jenis, dan jumlah barang sesuai dengan yang tertera pada faktur dan SP. Asisten Apoteker dan APA akan menandatangani faktur barang yang diterima apabila barang yang diterima sesuai dengan pesanan. Faktur asli diberikan kepada distributor dan lembar kopinya disimpan. Bila sudah cocok dengan faktur maka barang yang diterima diinput ke komputer dan kartu stok.Alur pemesanan obat di Apotek SamMarie Basra dapat dilihat di Lampiran 22. Adapun contoh surat pesanan dan faktur pembelian dapat dilihat pada Lampiran 23 dan 24.
3.4.2 Penyimpanan dan Pengeluaran Barang Barang diterima disimpan berdasarkan bentuk sediaan dan alfabetis dengan sistem FIFO (First in First Out). Setiap jenis obat yang disimpan disertai dengan kartu stok (contoh kartu stok dapat dilihat pada Lampiran 25). Obat bebas, obat bebas terbatas, suplemen makanan, Over The Counter (OTC), dan beberapa alat kesehatan diletakkan di etalase. Obat keras (generik dan paten) diletakkan pada lemari dalam, sedangkan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus. Obat yang membutuhkan penyimpanan khusus pada suhu rendah, disimpan dalam lemari pendingin.
3.4.3 Penjualan Kegiatan penjualan yang dilakukan meliputi pelayanan resep, penjualan obat bebas dan alat kesehatan. Pelayanan resep dokter terdiri dari resep yang dibayar tunai dan resep yang dibayar kredit melalui kasir RSIA. a. Penjualan Resep yang dibayar tunai Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar secara tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar tunai.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
39
b. Penjualan Resep yang dibayar kredit Permintaaan obat tertulis dari dokter untuk pasien dan dibayar tidak secara tunai disebut sebagai penjualan resep yang dibayar kredit. Pasien melakukan pembayaran melalui jasa perusahaan asuransi yang pembayarannya secara berjangka, berdasarkan perjanjian yang telah disetujui bersama. Tagihan dibebankan kepada perusahaan yang bersangkutan. Apotek mengadakan kerja sama dengan empat belas perusahaan asuransi diantaranya Admedika, Gami medilum, Medika Plaza, PT. Interpay Kalindo, dan lain-lain. c. Penjualan OTC Barang yang dijual tanpa resep dokter disebut penjualan OTC, dan meliputi obat bebas dan obat bebas terbatas,obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan.
3.5
Pengelolaan Narkotika dan Psikotropika Pengelolaan obat golongan narkotika dan psikotropika memerlukan
pengawasan yang khusus. Hal tersebut dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya penyalahgunaan yang dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya, tidak saja bagi pengguna tetapi juga bagi masyarakat lainnya. Pengelolaan terhadap narkotika dan psikotropika meliputi : 3.5.1 Pengadaan Narkotika dan Psikotropika Pembelian narkotika pada Pedagang Besar Farmasi (PBF) Kimia Farma sebagai distributor tunggal, pembelian tersebut dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika rangkap 4 dimana satu surat pesanan hanya berlaku untuk 1 jenis narkotika dan ditandatangani oleh Apoteker Pengelola Apotek (APA) dengan mencantumkan nama jelas, nomor SIK, nomor SIA, jabatan, alamat rumah, nama apotek serta stempel apotek. Pada pesanan psikotropika dapat dilakukan pada Pedagang Besar Farmasi resmi khususnya untuk penyaluran psikotropika rangkap 3 dengan menggunakan surat pesanan psikotropika. Contoh Surat Pesanan Narkotika dan Psikotropika dapat dilihat pada Lampiran 26 dan 27.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
40
3.5.2 Penyimpanan Narkotika dan Psikotropika Tempat khusus untuk menyimpan narkotika yaitu : lemari khusus yang terbuat dari kayu yang dibagi dua, masing-masing dilengkapi dengan kunci yang disimpan khusus dalam lemari obat. Bagian pertama untuk menyimpan persediaan narkotika sedangkan bagian kedua untuk menyimpan psikotropika. Lemari ini tidak digunakan untuk menyimpan obat atau barang lain selain narkotika dan psikotropik.
3.5.3 Pelayanan Resep Narkotika dan Psikotropika Apotek hanya melayani resep yang mengandung narkotika dari resep asli atau salinan resep yang berasal dari apotek SamMarie Basra yang belum dilayani. Narkotika yang dikeluarkan dicatat dalam software pemakaian narkotika untuk laporan penggunaan narkotika. Untuk psikotropika yang dipakai juga dicatat dalam software pemakaian psikotropika.
3.5.4 Laporan Penggunaan Narkotika dan Psikotropika Setiap bulan, apotek wajib membuat laporan narkotika berdasarkan pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika serta psikotropika di masukkan ke dalam sebuah software khusus. Hasil data laporan dikirim ke Seksi Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Jakarta Timur dalam bentuk softcopy dengan tembusan ke Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan dalam bentuk hardcopy. Contoh laporan penggunaan narkotik dan psikotropik dapat dilihat pada lampiran 28 dan 29.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 4 PEMBAHASAN
4.1. Sumber Daya Manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku Apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan Apotek, Apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, kemampuan berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif. Apotek SamMarie Basra ini dikelola oleh Ibu Widia, S. Si., Apt sebagai Apoteker Pengelola Apotek (APA) dan Pengelolaan juga dibantu oleh ke 5 (lima) Asisten Apoteker (AA).
4.2 Lokasi dan Tata Ruang Apotek Apotek SamMarie Basra ini berlokasi di pinggir jalan raya Basuki Rachmat No 31, Jakarta Timur. Ditinjau dari lokasinya, apotek ini cukup strategis karena berada di daerah padat penduduk dan jalan yang ramai lalu lintas kendaraan bermotor. Tetapi apotek ini tidak mempunyai papan nama yang dapat terlihat dari luar karena berada didalam RSIA SamMarie Basra lantai dasar, sehingga masyarakat sekitarnya kurang mengetahui keberadaan apotek ini. Apotek SamMarie Basra ini terletak di dalam RSIA SamMarie Basra yang memiliki tempat parkir yang cukup luas sehingga memudahkan pasien untuk memarkir kendaraannya. Selain itu juga kompetitor apotek ini terletak cukup jauh dari RSIA SamMarie Basra. Tata ruangan di apotik SamMarie Basra didesain secara sederhana dimana terdiri dari ruang tunggu, ruang pelayanan, ruang peracikan, yang mendukung pelaksanaan kegiatan apotek sehingga dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pada ruang pelayanan Apotek SamMarie Basra terdapat papan nama apotek, serta etalase obat Over The Counter (OTC) yang sudah tertata dengan baik dan penataan barang-barang di etalase ruang pelayanan dipisahkan antara sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan. Sediaan farmasi yang terdiri dari obat-obat 41 Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
42
bebas dan bebas terbatas ditata berdasarkan bentuk sediaan dan kelas terapinya. Pada penataan ini diperhatikan pengaturan warna kotak kemasan. Hal ini diperlukan untuk menarik minat pelanggan dalam membeli. Perbekalan kesehatan dan rumah tangga, seperti perlengkapan bayi, susu formula, kosmetika, shampoo, dan alat kesehatan tertentu seperti perban disusun berdasarkan jenisnya masingmasing. Obat-obat resep atau obat-obat keras ditata di etalase ruang peracikan berdasarkan bentuk sediaan dan disusun menurut bentuk sediaan dan alfabetis untuk memudahkan pengambilan obat.. Ruang tunggu apotek dilengkapi dengan kursi, pendingin ruangan, dan ditambah dengan adanya televisi sehingga pasien dapat merasa nyaman selama menunggu obat yang membutuhkan waktu penyiapan atau peracikan yang cukup lama. Ruang peracikan terpisah dari ruang pelayanan resep sehingga konsumen tidak dapat melihat langsung proses peracikan obat, apabila ruang peracikan dapat dilihat langsung oleh konsumen maka akan meningkatkan kewaspadaan dan kehati-hatian petugas dalam bekerja. Pada ruang peracikan, penyimpanan obat disusun berdasarkan alfabetis dan bentuk sediaan (tablet, sirup, krim, salep, obat tetes, dan obat suntik).
Obat-obatan yang memerlukan penyimpanan khusus
seperti supositoria, ovula, vaksin, dan insulin disimpan dalam lemari pendingin. Ruang peracikan terdapat 2 meja yang dapat digunakan oleh petugas dimana meja pertama terdapat alat timbang, lumpang dan alu dan meja yang kedua terdapat peralatan seperti alat untuk membungkus puyer, etiket dan plastik obat. Kedua meja ini kurang besar sehingga cukup mempersulit petugas dalam menyiapkan obat.
4.3. Struktur Organisasi Struktur organisasi Apotek SamMarie Basra cukup sederhana dengan SDM yang terdiri dari PSA, Apoteker Pengelola Apotek (APA), dan Asisten Apoteker (AA). Untuk jam kerjanya baik APA maupun AA dibagi menjadi 3 shift. Pada masing-masing shift, setiap karyawan yang bertugas menjalankan fungsi ganda mulai dari pengadaan, Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
43
pembelian, penjualan, pelayanan dan dokumentasi. Tidak adanya pembagian tugas yang jelas, akan mengakibatkan setiap karyawan harus saling berkoordinasi untuk mempertanggungjawabkan tugasnya masing-masing. Peranan apoteker dalam
bidang pelayanan
kefarmasian meliputi
perencanaan keperluan obat, pengadaan dan pendistribusian sediaan farmasi dan alat kesehatan, serta pelayanan informasi obat. Oleh karena itu, seorang apoteker dituntut untuk memiliki pengetahuan yang baik dalam bidang kefarmasian meliputi penilaian mutu obat, dosis, indikasi, kontra indikasi, efek samping, cara pakai dan sebagainya. Selain itu, apoteker juga harus memiliki kemampuan manajerial yang baik agar apotek yang dipimpinnya semakin maju. Kemampuan manajerial diantaranya berupa kemampuan pengelolaan sumber daya manusia, fasilitas, dan peraturan apotek yang merupakan aset berharga.
4.4. Pengelolaan Apotek a. Pengadaan Barang Proses pengadaan dan pemesanan barang di Apotek SamMarie Basra dilakukan berdasarkan buku permintaan (defecta) dengan memperhatikan arus barang, fast moving atau slow moving. Pemesanan dan pembelian obat di apotek biasanya dilakukan dengan membuat surat pemesanan (SP) yang ditandatangani APA (dua rangkap) atau Asisten Apoteker kepada PBF (Pedagang Besar Farmasi). Barang yang sudah dipesan biasanya akan dikirim oleh PBF pada hari yang sama ketika obat tersebut dipesan. Obat-obat yang diterima oleh apotek dari PBF diperiksa terlebih dahulu sesuai dengan surat pesanan barang, dilihat jumlah barang, tanggal kadaluarsa dan kemasannya. Setelah selesai diperiksa kemudian faktur ditandatangani oleh APA/AA yang bertugas. Faktur akan disimpan dan dicatat dalam kartu stok dan sistem inventory obat. Faktur asli akan diserahkan ke apotek dan PBF menerima tanda tukar faktur. Bila faktur akan jatuh tempo, maka dilakukan pembayaran kepada PBF secara tunai oleh bagian keuangan RSIA. Saat barang atau obat diterima dari PBF, dilakukan pencatatan ke dalam kartu stok meliputi nomor dokumen, nomor batch, tanggal penerimaan barang, nama barang, jumlah barang, dan tanggal kadaluarsa. Pengeluaran barang atau obat dicatat dalam kartu stok dan diinput ke dalam komputer. Barang atau obat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
44
yang diterima maupun yang dikeluarkan harus dicatat dalam kartu stok dan sistem komputer yang terdiri dari dua warna, yaitu warna putih untuk sediaan oral (obat dalam), dan warna hijau untuk sediaan topikal (obat luar). Dilakukan pula pengecekan jumlah dan sisa barang/obat yang tertera dalam kartu stok dengan persediaan yang ada dalam lemari penyimpanan. Pemesanan narkotika dan psikotropika dilakukan dengan menggunakan surat pemesanan khusus dan ditandatangani oleh APA. SP untuk Narkotika ditujukan kepada PT. Kimia Farma sebagai distributor tunggal narkotika di Indonesia, sementara untuk psikotropika dapat melalui PBF Tramedifa. Surat pesanan narkotika terdiri dari 4 rangkap, yaitu untuk diberikan ke PBF (PT. Kimia Farma), Balai POM, pabrik obat (PT. Kimia Farma), dan arsip, sedangkan untuk psikotropika menggunakan surat pemesanan rangkap tiga yang diserahkan kepada PBF Tramedifa, Balai POM, dan sebagai arsip. Untuk mendokumentasikan jumlah obat yang masuk dan keluar, Apotek SamMarie Basra memiliki kartu stok, yang masing-masing obat kartu stoknya dijadikan satu dan disimpan didalam wadah penyimpanan. Pencatatan stok obat disesuaikan dengan sistem inventory obat yang ada di komputer dan jumlah barang yang tersedia. Blanko kartu stok obat di Apotek SamMarie Basra dapat dilihat pada Lampiran 13.
b. Penyimpanan Barang Obat disimpan berdasarkan bentuk sediaan, secara alfabetis dan dibedakan antara obat generik dengan obat nama dagang, sehingga memudahkan dalam pengambilan barang dan meniadakan resiko tertukarnya barang. Di apotek SamMarie Basra terdapat gudang untuk menyimpan alat kesehatan. Pengantaran obat oleh Pedagang Besar Farmasi (PBF), yang merupakan milik SamMarie Healthcare Group, dilakukan pada hari yang sama dengan hari pemesanan. Hal ini menguntungkan bagi apotek, karena tidak perlu menumpuk persediaan barang yang akan menyebabkan over stock. Pengeluaran obat dilakukan dengan menggunakan kombinasi dari sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired first out) dimana untuk sistem FIFO, penyimpanan berdasarkan pada obat Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
45
yang pertama kali masuk, sedangkan sistem FEFO berdasarkan pada obat yang memiliki expire date terdekat. Untuk narkotika dan psikotropika disimpan dalam lemari khusus di dalam lemari obat keras dengan keadaan terkunci. Penyimpanan narkotika dan psikotropika sama seperti penyimpanan yang lainnya yaitu berdasarkan alfabetis namun untuk penyimpanan narkotika dan psikotropika ini tidak dipisahkan berdasarkan bentuk sediaan terkecuali obat yang membutuhkan perlakuan khusus dimana penyimpanan tersebut di dalam kulkas.
c. Penjualan Apotek SamMarie Basra melayani pelayanan obat, baik obat bebas maupun obat berdasarkan resep. Apotek SamMarie Basra melayani obat-obat racikan berdasarkan resep-resep dokter anak maupun dokter kulit. Untuk pelayanan resep Apoteker melakukan skrining resep meliputi persyaratan administratif, kesesuaian farmasetik dan pertimbangan klinis. Dimulai dari penerimaan resep oleh petugas apotek, pemberian harga, penimbangan/peracikan, pengemasan, hingga penyerahan obat dan pelayanan informasi obat oleh petugas apotek yang dilakukan oleh orang yang sama. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan penelusuran bila terjadi penyimpangan. Tahapan pelayanan resep di Apotek SamMarie Basra dimulai dari penerimaan resep. Resep kemudian di skrining kelengkapan dan ketersediaan obatnya. Selanjutnya karyawan apotek akan melakukan penginputan obat ke komputer untuk mengetahui biaya yang harus dibayar pasien. Setelah diketahui biaya yang harus dibayar oleh pasien selanjutnya pasien menuju ke kasir untuk melakukan pembayaran. Resep yang telah dibayar dapat langsung disiapkan untuk obat nonracik atau diracik untuk obat racikan. Pengerjaan resep di apotek SamMarie Basra dapat dikatakan cukup cepat. Setelah itu, obat dikemas dan dilakukan pemberian etiket. Pada etiket harus ditulis secara lengkap tanggal, nama pasien, dan aturan pakainya. Etiket harus dituliskan dengan jelas agar tidak menimbulkan persepsi yang salah bagi pasien. Etiket yang digunakan juga harus benar, apakah etiket putih atau biru. Selanjutnya, obat-obat yang telah dikemas dan diberi etiket diperiksa kembali oleh Asisten Apoteker. Pada bagian ini akan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
46
diperiksa kesesuaian obat yang diminta konsumen, seperti jumlah, kekuatan obat, aturan pakai, dan penulisan kopi resep. Pada saat penyerahan obat di apotek SamMarie Basra, pemberian informasi mengenai obat yang diberikan kepada pasien sudah cukup baik.
d. Pelaporan Pelaporan yang dilakuakan oleh Apotek SamMarie Basra antara lain: 1. Pelaporan penggunaan narkotika dan psikotropika yang dilakukan setiap bulan kepada Suku Dinas Jakarta Timur. Dalam pelaporan tersebut tertera nama obat satuan, nama PBF, saldo awal obat, saldo akhir obat, dan penggunaan obat. 2. Pelaporan penjualan Apotek SamMarie Basra selama 1 bulan
e. Penyimpanan Resep Penyimpanan resep di Apotek SamMarie Basra sudah dilakukan dengan baik. Dalam satu bulan resep yang diterima disatukan dan disimpan dalam kotak dan diberi label yang jelas.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 a.
Kesimpulan Peran dan fungsi apoteker pengelola apotek di Apotek SamMarie Basra telah melaksanakan peran dan fungsinya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b.
Pengelolaan teknis kefarmasian maupun non teknis kefarmasian telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan peraturan yang berlaku.
5.2 a.
Saran Untuk meningkatkan jumlah pengunjung apotek, sebaiknya dibuat papan nama tersendiri khusus untuk apotek sehingga masyarakat lebih mengetahui akan adanya apotek tersebut.
b.
Agar pelayanan kefarmasian dapat berjalan setiap saat, perlu seorang apoteker pendamping, sehingga selalu tersedia apoteker di jam kerja apotek
c.
Untuk meningkatkan pelayanan yang lebih optimal perlu diperjelas tanggung jawab masing – masing karyawan apotek.
d.
Hendaknya
sarana
dan
prasarana
harus
lebih
diperhatikan
dan
disempurnakan agar pelayanan terhadap masyarakat lebih optimal yang pada akhirnya untuk kemajuan apotek. e.
Hendaknya Pelayanan Informasi Obat dan mengenai swamedikasi lebih ditingkatkan.
47
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Anief, Moh. (1998). Manajemen Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Direktorat Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan dan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia. (2011). Pedoman Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004). Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2006) Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2011). Profil Kefarmasian dan Alat Kesehatan Tahun 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (1987). Peraturan Menteri Kesehatan No.28/Menkes/PER/1978 tentang Penyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 918/Menkes/Per/X/1993 Tentang Pedagang Besar Farmasi (PBF). Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (1993). Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 922/Menkes/PER/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2004). Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027 Tahun 2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
48
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
49
Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2011). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta. Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika. Jakarta. Presiden RI. Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Syamsuni. (2006). Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi. Jakarta: EGC. Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana. Walikota Depok. (2012). Peraturan Walikota Depok Nomor 65 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Perizinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Depok
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Lampiran 1. Formulir APT-1 FORM. APT- 1
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
Nomor Lampiran Perihal
Permohonan Izin Apotik
Kepada Yth ; Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di-
Bersama ini kami mengajukan permohonan untuk. mendapatkan izin Apotik dengan data - data sebagai berikut: 1.
Pemohon : Nama Pemohon Nomor Surat Izin Kerja / Surat Penugasan Nomor Kartu Tanda Penduduk Alamat dan Nomor telepon Pekerjaan Sekarang NPWP
2.
Apotik Nama Apotik Alamat Nomor Telepon Kecamatan Propinsi
3.
Dengan menggunakan sarana : Nama Pemilik Sarana Alamat Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Milik sendiri/pihak lain
Bersama Permohonan ini kami lampirkan : 1.
Salinan/Foto copy Surat izin Kerja Apoteker
2.
Salinan/foto copy Kartu Tanda Penduduk
3.
Salinan/foto copy denah bangunan
50
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
51
Lampiran 2. Formulir APT-2 FORM. APT- 2 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Nomor Lampira n Perihal
Permohonan Izin Apotik
Kepada Yth. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota/Balai POM di-
Sehubungan dengan surat permohonan dari Apoteker ..................... Nomor ............................ Tanggal ................................ Perihal permohonan izin Apotik, maka dengan ini kami tugaskan Saudara segera melaksanakan pemeriksaan terhadap permohonan Apotik .............................. di alamat ....................................... hasil pelaksanaan pemeriksaan tersebut supaya disampaikan kepada kami dalam bentuk Berita Acara ( Form APT-3) selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak surat ini diterima. Demikianlah untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
NIP. Tembusan Kepada Yth ; 1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Arsip.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
52
Lampiran 3. Formulir APT-3 FORM. APT- 3 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002
TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK BERITA ACARA PEMERIKSAAN APOTIK Pada hari ini tanggal Bulan tahun kami yang bertanda tangan di bawah ini 1. Nama Pangkat Jabatan NIP 2.
Nama Pangkat Jabatan NIP
Berdasarkan surat tugas dari Kepaia Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Nomor.....................tanggal..................... tahun ..................... telah melakukan pemeriksaan setempat terhadap : Nama Apotik Alamat Kabupaten/Kotamadya Propinsi NO
PERINCIAN
HASIL PEMERIKSAAN PERSYARATAN
KENYATAAN
PENILAIAN TMS
I
MS
Bangunan 1. Sarana Apotek
Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi.
2. Bangunan Apotik sekurang-kurang-nya memiliki ruangan khusus untuk a. Ruang peracikan
- ada sesuai
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
53
dan penyerahan resep.
kebutuhan
b. Ruangan Administrasi dan kamar kerja apoteker.
- ada sesuai kebutuhan
c. WC
- ada sesuai kebutuhan
3. Kelengkapan bangunan calon Apotik : a. Sumber air
harus memenuhi persyaratan kesehatan
- Sumur PAM/sumur pompa dll
b. Penerangan
Harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek Harus berfungsi dengan baik sekurangkurangnya dua buah.
- PLN/generator
c. Alat pernadam kebakaran.
- Petromak,dll ............buah Dengan ukuran ............lb ............lb
d. Ventilasi
e. Sanitasi
4. Papan Nama
Yang baik serta Memenuhi persyaratan Hygiene Harus baik serta memenuhi persyaratan hygiene lainnya.
Berukuran Minimal : Panjang : 60 cm Lebar : 40 cm
- Jendela....bh - Ventilasi....bh
- Saluran pembuangan limbah: ada/tidak - Bakbak/tempat pembuangan sampah: ada/tidak
: Berukuran : Panjang.....cm Lebar.....cm Dengan tulisan......
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
54
Dengan tulisan o Hitam diatas dasarputih. o Tinggi huruf minimal: 5 cm Tebal : 5 cm: II
PERLENGKAPAN 1. Alat pembuatan pengolahan dan peracikan: a. Timbangan miligram dengan anak timbangan yang sudah ditera. b. Timbangan gram dengan anak timbangan yang sudah ditera.
- minimal 1 set
- minimal 1 set
- Ada/tidak
- Ada/tidak
c. Perlengkapan lain disesuaikan dengan kebutuhan 2. Perlengkapan dan alat perbekalan farmasi: a. lemari dan rak untuk penyimpanan obat b. lemari pendingin
c. lemari untuk penyim panan narkotika dan psikotropika. Kebutuhan
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan - ada dengan jumlah sesuai kebutuhan - ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Ada/tidak - Ada/tidak - Ada/tidak....... buah
3. Wadah pengemas dan pebungkus - ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
a. Etiket
b. Wadah pengemas dan pembungkus untuk penyerahan
- Ada/tidak....... buah
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Ada/tidak........ buah
- ada dengan jumlah sesuai
- Ada/tidak....... buah
4. Alat administrasi a. Blanko pesenan obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
55
kebutuhan b. Blanko kartu stok obat
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Ada/tidak....... buah
c. Blanko salinan resep
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Ada/tidak....... buah
d. Blanko faktur dan blanko penjualan
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
e. Buku pencatatan narkotika
f.
Buku pesanan obat narkotika
g. Form laporan obat narkotika
5. 1. Buku standar yang diwajibkan
III
2. Kumpulan peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan apotik
- ada dengan jumlah sesuai kebutuhan - ada dengan jumlah sesuai kebutuhan - ada dengan jumlah sesuai kebutuhan - Farmakope Indonesia Edisi terbaru 1 buah - Ada dengan jumlah sesuai kebutuhan
- Ada/tidak....... buah - Ada/tidak........ buah
- Ada/tidak....... buah - Ada/tidak....... buah - Ada/tidak....... buah - Ada/tidak - Ada/tidak
TENAGA KESEHATAN 1. Apoteker Pengelola Apotik
- ada
..........orang
2. Apoteker Pendamping
..........orang
3. Asisten Apoteker
..........orang
Demikianlah Berita Acara kami buat sesungguhnya dengan penuh tanggung jawab Berita Acara dibuat dalam rangkap 3(tiga) dan dikirim kepada : 1. Kepada Dinas Kesehatan Propinsi 2. Pemohon satu rangkap 3. Satu rangkap arsip Mengetahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ....................................................... NIP yang membuat berita acara mi. 1……….......................... NIP. 2………................... NIP.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
56
Lampiran 4. Formulir APT-4
FORM.APT- 4 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Nomor Lampiran Perihal
Pernyataan siap metakukan Kegiatan
Kepada Yth. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota di-
Menunjuk Surat Permohonan kami Nomor : .............. tanggal ........... dan menunjuk ketentuan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MENKES/ SK/X/2002 Pasal 7 ayat (4) dan (5), dengan ini kami laporkan bahwa Apotik ........................ yang beralamat di Jalan ................................. Kabupaten ............................ telah siap untuk melaksanakan kegiatan. Demikianlah untuk diketahui dan atas permohonannya diucapkan terima kasih Apoteker Pengelola Apotik
SIK. Tembusan Kepada Yth 1. 2.
Menteri Kesehatan Rl di Jakarta Kepala Dinas Kesehatan Propinsi ..............
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
57
Lampiran 5. Formulir APT-5 FORM APT-5
LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK SURAT IZIN APOTIK Nomor ................................... KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA MEMBACA
:
1. Surat permohonan ....................................................... tanggal ...................................... untukmemperoleh izin Apotik. MENIMBANG : Bahwa pemohon telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan dan permohonan dapat disetujui, oleh karena itu menganggap perlu menetapkan dengan suatu Surat Keputusan. MENGINGAT:1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1): 2. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1 9 9 2 Nomor 100. Tarnbahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3 67 1); 4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698); 5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pernerintah Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3839): 6. Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pernerintah Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor. 40. Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3169); 8. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lemoaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 3637); 9. Peraturan Pemerintah Rl No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediam Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara R1 Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1998 Nomor 3781); 10.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
58
Daerah Otonomi (Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 3952). 11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/IX/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/Menkes/ Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin Apotik. MEMUTUSKAN MENETAPKAN PERTAMA
: :
Memberikan Ijin Apotik kepada Nama Alamat Surat Ijin Kerja Nomor Nama Apotik Alamat Apotik Kecamatan Kabupaten/Kotamadya Propinsi
: : : : : : : :
tgl…..
Dengan menggunakan sarana : Milik sendiri/ Milik pihak lain Nama pemilik sarana : Akte perjanjian kerjasama : Nomor Tanggal :............ Yang dibuat dihadapan Notaris Di. :............ Dengan ketentuan sebagai berikut :
KEDUA
1. Izin Apotik ini berlaku untuk Apoteker atau Apoteker bekerja sama dengan Pemilik sarana Apotik, di lokasi dan sarana sebagaimana tersebut diatas. 2. Penyelenggaraan Apotik, harus selalu mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. : Surat Keputusan ini dicabut kembali apabila terjadi hal hal dimaksud dalam Pasal 7 ayat (5) Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1331/MENKES/SK.IX/2002 tentang ketentuan dan tata cara Pemberian Izin Apotik Ditetapkan di ……………………… Pada tanggal………………… …….. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ……………………………………………….
Tembusan Kepada Yth : 1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
59
Lampiran 6. Formulir APT-6 FORM. APT-6 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Nomor Lampiran Perihal Penundaan Pemberian Izin Apotik
Kepada Yth. Apoteker ..... di-
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor ...................Tanggal .......................perihal permohonan izin Apotik, maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami belum dapat menyetujui permohonan izin tersebut karena :
1 .......................................................................................... 2........................................................................................... 3 ..........................................................................................
Selanjutnya kepada Saudara kami minta melengkapi kekurangan tersebut selambat - lambatnya dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat ini Demikianlah untuk dimaklumi, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota……
…………………………………………………….. Tembusan Kepada Yth ; 1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
60
Lampiran 7. Formulir APT-7 FORM. APT-7 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA Nomor Lampiran Perihal
Penolakan Izin Apotik
Kepada Yth. Apoteker Pengelola Apotik di–
Sehubungan dengan surat Saudara Nomor ...................Tanggal .......................perihal Permohonan Izin Apotik, maka dengan ini kami beritahukan bahwa kami tidak dapat menyetujui permohonan tersebut karena :
1 .......................................................................................... 2........................................................................................... 3 .......................................................................................... Demikianlah untuk diketahui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota……
………………………………………………….. Tembusan Kepada Yth ; 1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
61
Lampiran 8. Formulir APT-9 FORM. APT-9 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA : ......................................... Lampiran : Perihal : Lampiran penunjukan Apoteker pendamping/ Apoteker pengganti Kabupaten/Kota Nomor
Kepada Yth, Kepala Dinas di –
Dengan hormat, Menunjuk pada pasal 19 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1332/MENKES/ SK/X/2002 tentang ketentuan dan tata cara Pemberian Izin Apotik. Maka dengan ini kami laporkan bahwa kami telah menunjuk Apoteker Pendamping/ Apoteker Pengganti pada Apotik ............................... sebagai berikut: Nama : Alamat : Nomor SIK : Jangka waktu penunjukan : Untuk Apoteker Pengganti : Yang kami pastikan bahwa yang bersangkutan tidak bekerja pada usaha farmasi dan tidak bertindak sebagai Apoteker Pengelola, Apoteker Pendamping atau Apoteker Pengganti pada Apotik lain Bersama mi kami lampirkan : 1. Salinan/Foto copy Surat Izin Kerja Apoteker 2. Salinan / Foto copy Kartu Tanda Penduduk 3. Surat Pernyataan kesediaan bekerja sebagai Apoteker pendamping/pengganti. Demikianlah laporan kami, atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih
Apoteker Pengelola Apotik
Tembusan Kepada Yth ; 1 . Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
62
Lampiran 9. Formulir APT-11 FORM. APT-11 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
BERITA ACARA PENYERAHAN UNTUK PENGAMANAN RESEP NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA KARENA APOTEKER PENGELOLA APOTIK MENINGGAL DUNIA Padahari ini .....................tanggal ...................bulan................ tahun ............... Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor. 1332/MENKES/SK/X/ 2002. tentang ketentuan dan Tata Cara Izin Apotik, Kami yang bertanda tangan dibawah ini : A. Ahli waris Apoteker Pengelola Apotik Nama Alamat Nama Apotik Alamat Apotik B. 1. Dengan di saksikan oleh Nama Jabatan Nomor SIK 2. Dengan di saksikan oleh Nama Jabatan Nomor SIK Telah melakukan penyerahan untuk pengamanan 1. Resep - resep Resep dari tanggal ............................. sampai dengan tanggal........................ berjumlah ...................lembar. 2. Narkotika sebagaimana tercantum dalarn daftar terlampir. 3. Obat keras tertentu / Bahan Berbahaya dan obat lainnya sebagaimana daftar terlampir. 4. Kunci-kunci lemari tempat penyimpanan Narkotika sebanyak ..................buah. 5. Kunci-kunci lemari tempat penyimpanan obat keras tertentu dan Bahan Berbahaya serta obat lainnya sebanyak ....................buah . 6. Lain - lain yang dianggap perlu Kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota Nama NIP Serah terirna dilakukan Alasan serah terima Karena Apoteker Pengelola Apotik meninggal dunia dan pada Apotik tidak terdapat Apoteker Pendamping. Demikianlah Berita Acara ini karni buai sesunguhnya dengan penuh tanggun jawab. Berita Acara ini dibuat daiam rangkap 4 (empat) dan dikirimkan kepada: 1. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi..................................... 2. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ........................................... 3. Satu sebagai Arsip. Yang Menerima,
Yang Menyerahkan. Ahli Waris, Apoteker Pengelola Apotik yang lama
SIK .......................................
SIK .......................................
Saksi-saksi : 1 ............................................ SIK. 2............................................ SIK.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
63
DAFTAR PERINCIAN NARKOTIKA YANG DISERAH TERIMAKAN NO.
NAMA NARKOTIKA.
JUMLAH
KETERANGAN
DAFTAR PERINCIAN OBAT KERAS TERTENTU / BAHAN BERBAHAYA DAN OBAT LAINNYA YANG DISERAH TERIMAKAN NO. URUT
NAMA OBAT KERAS TERTENTU/BAHAN BERBAHAYA LAINNYA
JUMLAH
KETERANGAN
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
64
Lampiran 10. Formulir APT-12 FORM. APT-12 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
DINAS KESEHATAN KABUPATEN / KOTA................. Nomor Lampiran Perihai
Peringatan ke ................... Tentang Pelaksanaan Ketentuan Perizinan Apotik
Kepada Yth,
di -
Sesuai dengan izin Apotik Nomor......................tanggal ................atas nama .............dengan lokasi.......................setelah kami mengadakan pemeriksaan ternyata Apotik Saudara tidak memenuhi ketentuan perizinan yang berlaku. Antara lain :
1. 2. 3. Sehubungan dengan hal tersebut diatas, kami minta Saudara untuk memenuhi ketentuan perizinan yang berlaku. Demikianlah untuk kiranya menjadi perhatian Saudara. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .............. Ternbusan Kepada Yth , 1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta. 2. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
65
Lampiran 11. Formulir APT-13 FORM. APT-13 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
NOMOR................................... SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA MEMBACA :
Surat Peringatan ter tul is Dinas Kabupaten/Kota Nomor: ............... tanggal .......................................... Perihal peringatan ke 3 pelaksanaan ketentuan perizinan apotik atas nama ...................... MENIMBANG : Bahwa Apotik........telah melakukan pelanggaranpelanggaran :
1 .................................................................. 2 ................................................................... 3 ...................................................................
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1); 2. Undang-undang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 100, Tarnbahan Lembaran Negara Nomor 3495); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3 67 1); 4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotik (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698); 5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pernerintah Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3839); 6. Undang-undang Nornor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah ( Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
66
Lampiran 12. Formulir APT-14 FORM. APT-14 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN NOMOR : 1332/MENKES/SK/X/2002 TENTANG : KETENTUAN DAN TATACARA PEMBERIAN IZIN APOTIK
NOMOR................................... SURAT KEPUTUSAN KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA MEMBACA :
Berita Acara Hasil Pemeriksaan Tim Dmas Kesehatan Kabupaten/Kota Nomor:................................. tanggal ...................... perihal usul pencairan Apotik atas nama................ MENIMBANG : bahwaApoteker Pengelola Apotik telah memenuhi kembali Persyaratan Apotik ........................yaitu :
1 ................................................................. 2.................................................................. 3.................................................................. 4..................................................................
MENGINGAT : 1. Undang-Undang Obat Keras (St. 193 7 Nomor 54 1); 2. Undang-undang No. 23Tahun 1992tentang Kesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1992 Nomor 100.Tarnbahan Lembaran Negara Nomor 3495): 3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Rl Nomor 3 67 1); 4. Undang-undang No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika (Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 67.Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1997 Nomor 3698); 5. Undang-undang No.22 Tahun 1999 tentang Pernerintah Daerah (Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1999 Nomor 3839); 6. Undang-undang Nornor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor. 72 tahun 1999 Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3848 ); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 1980 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor. 26 tahun 1965 tentang Apotik; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1980 Nomor. 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor. 3169); 8. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1996 Nomor 3637); 9. Peraturan Pemerintah Rl No. 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediam Farmasi dan Alat Kesehatan (Lembaran Negara R1 Tahun 1998 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 1998 Nomor 3781); Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
67
10.Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi (Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Rl Tahun 2000 Nomor 3952). 11.Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/IX/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 922/ Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian i zin apotik, Jo. Peraturan Menteri Kesehatan Rl No. 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata cara Pemberian izin Apotik MEMUTUSKAN MENETAPKAN: Pertama: Mencabut kembali Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota .............. Nomor .............tanggal ......................tentang pembekuan izin Apotik Kedua: Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan Ditetapkan di : ....................................... Pada tanggal: ....................................... Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Tembusan Kepada Yth ; 1. Menteri Kesehatan Rl di Jakarta 2. Kepala Dina's Kesehatan Propinsi
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
68
Lampiran 13. Denah Lokasi Apotek SamMarie Basra
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
69
Lampiran 14. Desain Apotek SamMarie Basra
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
70
Lampiran 15. Desain ruang racik Apotek SamMarie Basra
a. Meja racik obat
b. Lemari penyimpanan obat
c. Lemari penyimpanan alat kesehatan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
71
Lampiran 16. Denah Ruangan Apotek SamMarie Basra
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
72
Lampiran 17. Form resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
73
Lampiran 18. Salinan Resep
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
74
Lampiran 19. Etiket Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
75
Lampiran 20. Plastik Pembungkus Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
76
Lampiran 21. Struktur Organisasi Apotek SamMarie Basra
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
77
Lampiran 22. Alur Pemesanan dan Penerimaan Obat
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
78
Lampiran 23. Surat Pesanan
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
79
Lampiran 24. Faktur Pembelian
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
80
Lampiran 25. Kartu Stok Barang
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
81
Lampiran 26. Surat Pesanan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
82
Lampiran 27. Surat Pesanan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
83
Lampiran 28. Laporan Penggunaan Narkotika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
84
Lampiran 29. Laporan Penggunaan Psikotropika
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
PEMBUATAN LAY OUT OTC (OVER THE COUNTER) APOTEK SWALAYAN SAMMARIE BASRA
TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER
ARLIKA RAHAYU, S. Farm. 1206329392
ANGKATAN LXXVII
FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................ii HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................iii KATA PENGANTAR .....................................................................................iv DAFTAR ISI ....................................................................................................vi DAFTAR GAMBAR........................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................viii BAB 1. PENDAHULUAN ................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Tujuan......................................................................................................... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 3 2.1 Lay Out ....................................................................................................... 3 2.2 Sediaan Farmasi di Apotek ........................................................................ 3 2.3 Penjualan Over The Counter (OTC).......................................................... 3 BAB 3. PEMBAHASAN....................................................................................... 6 3.1 Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra.................... 7 BAB 4. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 11 4.1 Kesimpulan................................................................................................. 11 4.2 Saran........................................................................................................... 11 DAFTAR ACUAN ............................................................................................... 12 LAMPIRAN........................................................................................................... 13
ii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1.
Tanda peringatan obat bebas terbatas.................................... 4
Gambar 3.1.
Usulan desain lay out Apotek SamMarie Basra.................... 7
iii
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1.
Usulan lay out Apotek Swalayan SamMarie Basra.................. 13
Lampiran 2.
Usulan lay out 3D Apotek Swalayan SamMarie Basra............ 14
iv
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/MENKES/SK/IX/2004 apotek adalah tempat tertentu, dimana dilakukan pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian dijelaskan bahwa apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker. Desain apotek dan pengelolaan penataan ruang yang baik memberikan kepuasan dan kenyaman pelanggan (konsumen dan tenaga kerja). Pengelolaan barang dagangan atau perbekalan farmasi di apotek tidak sama halnya dengan pengelolaan barang kebutuhan rumah tangga (customer goods), karena perbekalan farmasi khususnya obat, bahan obat dan racun memiliki sifat yang dapat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia baik fisik ataupun psikis, yang apabila pengelolaannya ditangani oleh orang yang tidak memiliki disiplin ilmu kefarmasian, maka pengelolaan perbekalan farmasi tersebut, mulai dari pemesanan, penyimpanan, pendistribusian sampai penggunaannya di masyarakat akan dapat membahayakan kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menjaga keamanan penggunaan perbekalan farmasi dari hal tersebut, maka pemerintah telah mengatur tata caranya, baik untuk obat keras atau obat yang hanya diserahkan melalui resep dokter ataupun obat yang obat bebas, OTC (Over The Counter) (Umar, 2011). Sesuai dengan ketentuan peraturan yang ditetapkan pemerintah dan berdasarkan sifat obatnya sendiri, maka ruang penyimpanan obat dapat dibagi menjadi 2 yaitu ruang penyimpanan obat keras dan ruang penyimpanan obat bebas (Umar, 2011). OTC atau Over The Counter adalah yang dapat dibeli tanpa resep dokter berupa obat bebas, obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetik, dan alat 1
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
2
kesehatan tertentu. Penataan obat di ruang penjualan obat OTC ini menjadi penting untuk menarik perhatian pembeli sehingga memerlukan penataan yang baik, salah satu penataan perbekalan farmasi ini dapat dibuat secara apotek swalayan
dimana
tetap
memperhatikan
beberapa
pertimbangan
dalam
penataannya salah satu di antaranya adalah mengenai lay out. Lay out merupakan tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar-masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.
1.2
Tujuan a. Mengatur tata letak yang baru dan menarik di apotek dengan penempatan sediaan-sediaan yang baik dan tersusun dengan rapi sehingga dapat menarik konsumen dan meningkatkan pendapatan bagi apotek. b. Dengan gambaran penataan dan penempatan sediaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan pembeli
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Lay out Lay out merupakan tata letak, susunan barang yang dapat memberikan
kenyamanan dan kemudahan keluar-masuk bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan (Umar, 2011).
2.2
Sediaan Farmasi di Apotek Menurut
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Nomor
1332/MENKES/SK/X/2002, sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat asli Indonesia, alat kesehatan, dan kosmetika. Obat merupakan satu di antara sediaan farmasi yang dapat ditemui di apotek. Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk manusia. Obat-obat yang beredar di Indonesia digolongkan dimana penggolongan ini berdasarkan tingkat keamanan dan dimaksudkan untuk memudahkan pengawasan terhadap peredaran dan pemakaian obat-obat tersebut. Setiap golongan obat diberi tanda pada kemasan yang terlihat.
2.3
Penjualan Over The Counter (OTC) Penjualan barang yang dibeli tanpa resep dokter disebut penjualan OTC
yang terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas, obat tradisional, kosmetika, perlengkapan bayi, dan alat kesehatan (Lopulalan, 2013). 2.2.1 Obat Bebas Obat tanpa peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Contoh obat bebas adalah Panadol®, Promag®, dan Diatab®
3
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
4
2.2.2 Obat Bebas Terbatas Obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh tanpa resep dokter disebut obat bebas terbatas. Tandanya berupa lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Komposisi obat bebas terbatas merupakan obat keras sehingga dalam wadah atau kemasan perlu dicantumkan tanda peringatan (P1-P6). Tanda peringatan tersebut berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar 2 cm (disesuaikan dengan warna kemasannya) dan diberi tulisan peringatan penggunaannya dengan huruf berwarna putih. Tanda-tanda peringatan ini sesuai dengan golongan obatnya yaitu: a.
P No 1: Awas! Obat keras. Baca aturan memakainya. Contoh: Decolgen®, Ultraflu®, dan Fatigon®.
b.
P No 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk dikumur, jangan ditelan. Contoh: Betadine gargle®, Listerin® dan Minosep®.
c.
P No 3: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. Contoh: Canesten® krim, dan Fosen enema®
d.
P No 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
e.
P No 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. Contoh: Dulcolax® Suppositoria
f.
P No 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Anusol® Suppositoria. P. No. 1 Awas! Obat Keras Baca aturan memakainya
P. No. 2 Awas! Obat Keras Hanya untuk kumur, Jangan ditelan
P. No. 3 Awas! Obat Keras Hanya untuk bagian luar dari badan
P. No. 4 Awas! Obat Keras Hanya untuk dibakar
P. No. 5 Awas! Obat Keras Tidak boleh ditelan
P. No. 6 Awas! Obat Keras Obat wasir, jangan ditelan
Gambar 2.1. Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
5
2.2.3 Obat Tradisional Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 obat tradisional aldah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.
2.2.4 Alat Kesehatan Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 alat kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung
obat,
yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosis,
menyembuhkan, dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
2.2.5 Kosmetik Kosmetik menurut Keputusan Kepala
Badan Pengawas Obat Dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.1745 bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 3 PEMBAHASAN
Beberapa apotek telah menerapkan sistem swalayan, dimana pelanggan dapat melakukan pelayanan sendiri dan dapat menjangkau semua barang dagangan yang dipajang pada apotek swalayan. Hal – hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di apotek swalayan salah satunya adalah mengenai lay out, dimana lay out merupakan tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan (keluar-masuk) bagi konsumen dalam memperoleh obat yang di butuhkan. Produk yang dipajang di apotek swalayan adalah OTC (Over The Counter) seperti obat bebas, bebas terbatas, obat tradisional, dan kosmetik. Disamping itu terdapat produk alat kesehatan risiko rendah seperti masker, plester, dan pembalut luka. Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat diperoleh tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat berwarna hijau dengan garis tepi hitam. Obat bebas terbatas adalah obat keras namun masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam. Menurut Permenkes Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010, kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksud untuk digunakan pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik. Contoh produk kosmetik adalah bedak, pembersih wajah, dan lotion pelembab kulit. Berdasarkan Permenkes Nomor 1190/Menkes/Per/VIII/2010, alat kesehatan adalah instrumen, apparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang
digunakan
untuk
mencegah,
mendiagnosis,
menyembuhkan
dan
meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membenuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
6
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
7
3.1
Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra
Gambar 3.1. Usulan Desain Lay Out Apotek Swalayan SamMarie Basra
Hal-hal yang menjadi dasar pertimbangan dalam menata perbekalan farmasi di OTC counter antara lain, yaitu: a.
Estetika, yaitu seni keindahan dalam menata dan mendesain rak atau lemari obat bebas, bebas terbatas, dan obat OTC agar dapat menimbulkan rasa ingin tahu dan membeli (impuls buying) bagi setiap konsumen yang datang ke apotek.
b.
Lay out, yaitu tata letak, susunan barang yang dapat memberikan kenyamanan dan kemudahan keluar-masuk bagi konsumen dalam memperoleh obat yang dibutuhkan.
c.
Tanda, yaitu petunjuk mengenai tempat-tempat, golongan, fungsi obat yang terdapat di setiap lemari atau rak obat.
Kegiatan
display
(penataan
produk)
merupakan
kegiatan
untuk
memajangkan barang dagangan baik dalam ruangan maupun di luar ruangan untuk dapat mempengaruhi calon konsumen secara langsung maupun tak langsung terhadap barang yang akan dijual, dengan demikian display merupakan Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
8
suatu peragaan untuk mempengaruhi konsumen melalui demontrasi pemanjangan barang sehingga memperoleh kesan tersendiri bagi konsumen (semi personal). Penempatan barang yang tepat dan dapat menarik pelanggan untuk melihat, mengamati, menyentuh, dan mencobanya serta pada akhirnya membeli dengan bersemangat. Tujuan display antara lain: a. Attention dan interest customer Attention dan interest custumer artinya menarik perhatian pembeli dilakukan dengan cara menggunakan warna-warna, lampu-lampu dan sebagaimya. b. Desire dan action custumer Desire dan action customer artinya untuk menimbulkan keinginan memiliki barang-barang yang dipamerkan. Interior display adalah pemajangan barang dagangan di bagian dalam apotek swalayan. Interior display banyak dipergunakan untuk barang-barang yang sudah dikenal luas oleh masyarakat. Interior display terdiri dari: 1.
Merchandise Display Merupakan cara menempatkan barang di dalam apotek swalayan yang terbagi
menjadi tiga bagian yaitu; a.
Open Interior Display Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha dimana barang diletakkan secara terbuka sehingga konsumen dapat melihat, dan mengamati tanpa bantuan petugas. Kebaikan dari open interior display antara lain; 1.
Barang dagangan dapat dijual dengan cepat;
2.
Petugas dengan mudah mengadakan perubahan pajangan bilamana sewaktu-waktu diperlukan.
3.
Alat-alat yang dipakai untuk memamerkan barang-barang sederhana, barang-barang yang dipajangkan biasanya:
Barang-barang yang lama terjual,
Barang-barang yang ingin cepat habis terjual,
Barang-barang yang dibeli atas dorongan kata hati. Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
9
b.
Close Interior Display Adalah penataan barang dagangan di dalam kegiatan usaha di mana barang
diletakkan dalam tempat tertentu, sehingga konsumen hanya dapat mengamati saja. Bila konsumen ingin mengetahui lebih lanjut, maka ia akan minta tolong pada petugas untuk mengambilkannya. 1. Architectural Display Yaitu
menata
gambar
yang
menunjukkan
gambaran
mengenai
penggunaan barang yang diperdagangkan. 2. Store Sign and Decoration Merupakan simbol, tanda, poster, lambang, gambar, dan semboyan yang diletakkan di atas meja atau digantung dalam ruangan apotek swalayan, store sign digunakan untuk memberi arah kepada calon pembeli ke arah barang dagangan dan memberi informasinya mengenai kegunaan barang tersebut, dekorasi pada umumnya digunakan dalam acara-acara khusus, seperti pada hari raya, natal, dan menyambut tahun baru.
Adapun syarat display yang baik memperhatikan beberapa aspek sebagai berikut: 1.
Display harus mampu membuat barang-barang yang dipajang menjadi mudah dilihat, mudah dicari dan mudah dijangkau. Ketiga hal ini merupakan syarat mutlak yang harus mampu diwujudkan oleh aktivitas display.
2.
Display harus memerhatikan aspek keamanan, baik keamanan bagi petugas apotek swalayan dari potensi-potensi kehilangan, maupun keamanan
bagi
pengunjung (konsumen)
yang berada di
dalam
toko,berkaitan dengan aspek keamanan ini, biasanya tidak akan menempatkan barang-barang yang mudah pecah di sembarang rak. Barang-barang yang mahal, terutama yang fisik ukurannya kecil biasanya di pajang di etalase. Barang-barang kemasan kaleng yang cukup berat juga biasanya ditempatkan pada shelve paling bawah untuk menghindari resiko
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
10
timbulnya cedera bagi pengunjung (terutama anak-anak) jika barang tersebut terjatuh. 3.
Display yang dilakukan oleh petugas apotek harus informative dan komunikatif, para petugas apotek dapat memanfaatkan alat alat bantu seperti standing poster.
Adapaun persyaratan penataan barang yang baik antara lain: 1.
Mudah dilihat. Setiap barang harus dapat terlihat merek, ukuran, dan gambarnya menghadap ke depan.
2.
Mudah dicari. Dengan pengelompokan barang yang baik akan mempermudah pembeli mencari barang.
3.
Mudah diambil. Barang-barang yang paling atas harus mudah terjangkau oleh pembeli.
4.
Menarik. Penempatan barang harus memperhatikan jenis, ukuran, warna dan bentuk barang, sehingga barang-barang yang dipajang seluruhnya dapat tampil dengan baik. Kombinasi harus diatur dengan baik dengan acuan kombinasi warna pelangi.
5.
Aman. Barang-barang makanan dan minuman hendaknya dipisahkan dengan yang bukan makanan terutama yang mengandung racun maupun berbau tajam untuk menghindari kontaminasi.
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 a.
Kesimpulan Dengan tata ruang dan tata letak yang menarik maka akan menambah konsumen bagi apotek dan meningkatkan pendapatan bagi apotek.
b.
Dari gambaran penataan dan penempatan sediaan-sediaan apotek yang baik dan menarik diharapkan dapat meningkatkan kepuasan dan kenyamanan konsumen
5.2 a.
Saran Perubahan lay out sebaiknya segera dilakukan agar dapat meningkatkan jumlah pengunjung apotek.
b.
Perlu dikembangkan suatu apotek swalayan yang menjual obat bebas, obat bebas terbatas, alat kesehatan, obat tradisional, dan kosmetik.
11
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN Badan Pengawas Obat dan Makanan. (2003). Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Makanan Republik Indonesia NOMOR HK.00.05.4.1745 Tentang Kosmetik. Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan. (2008). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (SK Nomor 1027/MENKES/SK/IX/2004). Departemen Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1190/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Izin Edar Alat Kesehatan dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1176/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI Kementerian Kesehatan RI. (2009). Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Kementerian Kesehatan RI. (2002). Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 992/Menkes/PER/X/1993 Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Lopulalan, Stevanie Hermine. (2013). Laporan Praktek Kerja Apoteker di Apotek SamMarie Basra Jl. Basuki Rachmat No. 31 Jakarta Timur. Depok: Fakultas Farmasi Program Profesi Apoteker Universitas Indonesia Panitia Sertifikasi Guru (PSG) Rayon 115. 2013. Modul PLPG Tata Niaga / Pemasaran. Konsorium Sertifikasi Guru dan Universitas Negeri Malang.
Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta. Umar, Muhammad. (2011). Manajemen Apotek Praktis cetakan keempat. Jakarta: Wira Putra Kencana.
12
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Lampiran 1. Usulan lay out Apotek Swalayan SamMarie Basra
13
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014
Universitas Indonesia
14
Lampiran 2. Usulan lay out 3D Apotek Swalayan SamMarie Basra
Universitas Indonesia
Laporan praktek..., Arlika Rahayu, FFar UI, 2014