LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG ( PKL ) SMK KARYA BHAKTI BREBES DI PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I. A Jl. Jendral Ahmad Yani No. 92 Brebes Telp/Fax. (0283) 671442
Disusun Oleh :
1. MUKHAMMAD RAVIDIN
Kelas XII TKJ
2. SATRIA FERIAN S
Kelas XII TKJ
Program Keahlian : TEKHNIK KOMPUTER JARINGAN
SMK “KARYA BHAKTI” BREBES Jl. Taman Siswa No. 1 Telp. (0283) – 671284 Brebes 52212 TAHUN PELAJARAN 2016 i
HALAMAN PENGESAHAN INSTANSI 1.
Nama Pelaksana
:
- MUKHAMMAD RAVIDIN - SATRIA FERIAN S
2. Tempat Prakerin
:
PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I. A Jl. Jendral Ahmad Yani No. 92 Telp/Fax (0283) 671442
Menyetujui dan Mengesahkan
Brebes, 20 Agustus 2016
Pembimbing
Drs. Risani NIP. 19620902 199803 1 001
Ketua Pengadilan Agama Brebes
Drs. H.Abd Basyir, M.Ag. NIP. 19580302 198612 1 001 ii
HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH
1. Nama Pelaksana
:
- MUKHAMMAD RAVIDIN - SATRIA FERIAN S
2. Tempat Prakerin
:
PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I.A Jl. Jendral Ahmad Yani No. 92 Telp/Fax (0283) 671442
Brebes Menyetujui dan Mengesahkan 20 Agustus 2016
Mengetahui
Kaprog. Sekretaris
Pembimbing
M. AZHAR YUNIANTO, S.Kom.
ADHI NUR ARIFIANTO, S.H
NIY. S.1124
NIY. 5257
Kepala SMK Karya Bhakti Brebes
Hj. NUR HALIMAH, SH NIY.5268 iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Kebanggaan yang murni dari seorang yang bekerja keras tidak terletak pada jumlah upaya melainkan nilai dan hasil karyanya. 2. Orang bekerja untuk menyambung hidup, Pelajar belajar untuk mendapat ilmu. 3. Mungkin orang dapat lupa akan sesuatu, tapi janganlah lupa akan jasa-jasa gurumu. 4. Membaca adalah sumber kehidupan tuk meraih prestasi. 5. Hargailah karya orang lain, karna dengan menghargai karya orang lain berarti menghargai diri sendiri.
PERSEMBAHAN
Karya tulis ini penulis persembahankan untuk memenuhi tugas PKL. “ Ayah bunda tercinta, sebagai motivator tersebar dalam hidupku mendoakan dan menyayangiku atas semua pengorbanan dan kesabaran yang telah menghantarkan ku sampai kini, Sahabat-sahabatku seperjuangan yang tak mungkin penulis sebutkan satu persatu, selesai”.
iv
sehingga karya ilmiah ini dapat
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun laporan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) yang diperoleh dari Pengadilan Agama Brebes Kelas I A, yang kemudian dibuat suatu laporan dimana penyusun melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. Dalam laporan tugas akhir ini penulis melmmperoleh data-data dan hasil analisis melalui observasi lapangan serta wawancara yang sangat mendukung dalam usaha penyusunan laporan tugas akhir ini. Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih sebesar-besarnya kepada : 1.
Ibu Hj. Nur Halimah, SH Selaku Kepala SMK KARYA BHAKTI BREBES
2.
Bapak Drs. H.Abd Basyir, M.Ag selaku Ketua PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I.A
3.
Bapak Azhar Yulianto,s.kom selaku Kepala Program Teknik Komputer Jaringan
4.
Bapak Adi,SH Selaku pembimbing sekolah
5.
Bapak Drs.Risani Selaku pembimbing Instansi
6.
Seluruh Pejabat atau Rekan Pengadilan Agama Bebes maupun semua pihak yang telah memberikan bantuan materil maupun moril. Semoga dengan laporan ini dapat memenuhi fungsinya dan bermanfaat sesuai dengan yang diharapkan. Atas bantuan dan dukungan yang diberikan, penulis mengucapkan terimakasih.
Brebes, 20 Agustus 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN INSTANSI ...................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN SEKOLAH ..................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv KATA PENGANTAR .................................................................................... v DAFTAR ISI .................................................................................................... vi
BAB I : PENDAHULUAN ............................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Tujuan ............................................................................................ 1 C. Hasil Kerja Lapangan Standar Kompetensi .................................... 1 1. Informasi yang didapat selama praktik kerja ............................ 1 2. Informasi yang tidak didapat di Sekolah.................................... 2
BAB II : SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I.A ...................................................... 3 A. Masa Sebelum Penjajahan ............................................................... 3 B. Masa Penjajahan Belanda ............................................................... 4 C. Masa Penjajahan Jepang ................................................................. 4 D. Masa Kemerdekaan ........................................................................ 5 E. Masa Berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 ............... 8 F. Masa berlakunya Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 ................ 9 G. Undang-undang Nomor 35 Tahun 1999 ......................................... 9 H. Masa Pemerintahan Reformasi Pembangunan ............................... 10 I. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Brebes (sejak berdiri s/d sekarang) ......................................................................................... 12 J. Visi dan Misi ................................................................................... 13 K. Tugas Pokok dan Fungsi ................................................................ 13 vi
L. Kekuasaan dan Kewenangan Peradilan Agama ............................. 15 M. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Brebes Kelas I. A. ........... 19
BAB III : SISTEM ADMINISTRASI PERKARA DAN SISTEM INFORMASI
PENELUSURAN
PENGADILAN AGAMA
PERKARA
PADA
DENGAN MENGGUNAKAN
APLIKASI SIADPA DAN SIPP ................................................. 20 1. PENGERTIAN SIADPA ..................................................................... 20 A. Manfaat dan Tujuan Penggunaan Aplikasi SIADPA ..................... 21 B. Aplikasi Pendukung dari SIADPA ................................................. 21 1. SIADPA – KIPA ........................................................................ 21 2. SIADPA – LIPA ........................................................................ 21 3. SIADPA – Register .................................................................... 22 4. Jadwal Sidang ........................................................................... 22 5. Akte Cerai ................................................................................. 22 2. PENGERTIAN SIPP ........................................................................... 23 A. MAKSUD DAN TUJUAN APLIKASI SIPP ................................ 24 B. MANFAAT APLIKASI SIPP ........................................................ 25 C. PERANGKAT PENDUKUNG PENGAPLIKASIAN SIPP ......... 26 1. Kebutuhan Perangkat Keras ......................................................... 26 2. Kebutuhan Perangkat Lunak ......................................................... 26
BAB V : PENUTUP ..................................................................................... 27 A. Kesimpulan .................................................................................... 27 B. Saran ............................................................................................... 28
vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) sangat penting dan merupakan program yang dirancang untuk SMK, guna membekali para siswa di dalam menghadapi dunia kerja yang tujuannya untuk menciptakan tenaga kerja yang berpotensi dan mampu bersaing diera globalisasi. Program Praktek Kerja Lapangan ini guna memenuhi syarat Ujian Nasional dan membantu dalam pembuatan Laporan Tugas Akhir. B. Tujuan Tujuan diadakannya Prakerin adalah : 1. Mengenalkan para siswa pada aspek-aspek usaha yang potensial dalam dunia Perkantoran dan Manajemen. 2. Menumbuh kembangkan sikap profesional yang diperlukan siswa dalam memasuki dunia kerja yang sesuai dengan bidangnya. 3. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan teknologi dari lapangan kerja di sekolah. 4. Memberikan suatu peluang penempatan tenaga kerja dan kerjasama dalam dunia kerja. 5. Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memasyarakatkan pada lingkungan kerja yang sesungguhnya baik dengan pekerja maupun sebagai yang disiplin kerja. C. Hasil Kerja Lapangan Standar Kompetensi 1. Informasi yang didapat selama praktik kerja 1
a. Dalam melaksanakan praktek kerja Lapangan, banyak hal kegiatan yang kami dapat dikantor Pengadilan Agama Brebes Kelas I.A. yaitu belajar dan menggunakan aplikasi SIADPA serta aplikasi-aplikasi/ media-media pendukung lainnya. Disini kami juga mendapat pengetahuan bagaimana proses cara mengajukan perceraian, pengambilan akte cerai, menata kwitansi pengeluaran keuangan perkara, menyerahkan berkas-berkas yang mau ditunda oleh Panitera Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Wakil Panitera. Kami juga diajarkan tata cara bersopan santun dengan para pegawai Pengadilan Agama Brebes yang meliputi sikap (Attitude) dan tindakan (action). b. Mengikuti kegiatan pada bulan Ramadhan 1437 H yaitu Ceramah Agama dan bertadarus bersama. Dalam hal keperkaraan kami mendapat pengajaran tata cara menyusun berkas-berkas dengan benar, menulis register induk perkara gugatan, menyusun ekspedisi perkara masuk, kami juga melaksanakan kegiatan kantor yaitu ressepsionis (Menerima tamu) dengan biak. kami juga diajarkan tata cara menjilid berkas perkara, menggandakan, mengetik jurnal keuangan di komputer, mengentri data di komputer dan kami juga diajarkan cara memperbaiki printer, computer, dan merakit PC 2. Informasi yang tidak didapat di sekolah a. Dalam melaksanakan Praktek Kerja Teknik Komputer Jaringan di Pengadilan Agama Brebes, ada juga kegiatan yang tidak kami dapat di sekolah yaitu cara menggunakan Aplikasi SIADPA dan Sistem Informasi Penelusuran Perkara ( SIPP ) yang berbasis input database perkara pada Pengadilan Agama Brebes Klas IA. b. Menangani pengarsipan data perkara secara digital dengan menggunakan Aplikasi pendukung SIADPA lainnya.
2
BAB II
SEJARAH SINGKAT PEMBENTUKAN PENGADILAN AGAMA BREBES KLAS I. A
A. Masa Sebelum Penjajahan
Sebelum islam datang ke Indonesia, telah ada dua macam peradilan yaitu Peradilan Perdata dan Peradilan Padu. Peradilan perdata mengurusi perkaraperkara yang menjadi urusan Raja, sedangkang Peradikan Padu mengurusi perkara-perkara yang lainnya. Dua macam Peradilan tersebut muncul akibat dari pengaruh peradaban Hindu yang masuk ke Indonesia, hal ini dapat ditelusuri lewat penggunaan istilah “Jaksa” yang berasal dari India yang diartikan sebagai Pejabat yang menjalankan Peradilan. Dengan masuknya agama Islam di Indonesia pada abad 7 Masehi, maka menjadi perubahan dalam masyarakat dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam pelaksanaan hukum Islam, yang diambil dari norma-norma hukum yang bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist serta kitab-kitab fiqih. Hal ini akan membawa pengaruh besar dalam perkembangan tata hukum di Indonesia. Dari catatan Sultan Agung (raja Mataram) yang pertama kali mengadakan perubahan didalam tata hukum dibawah pengaruh Islam. Perubahan ini diantaranya merubah istilah Peradilan Perdata menjadi Peradilan Surambi.
Begitu pula dengan tempat dan pelaksanaannya, yang semula Peradilan Perdata dilakukan di Sitinggil dan dilaksanakan oleh Raja, kemudian dialihkan ke Surambu Masjid Agung dan dilaksanakan oleh para Penghulu yang dibantu oleh Alim Ulama. Pada perkembangan berikutnya yaitu pada masa akhir Pemerintahan Mataram, muncul tiga macam Peradilan yaitu Pengadilan Agama, 3
Pengadilan Drigama dan Pengadilan Cilaga. Pengadilan Agama mengadili perkara atas dasar Hukum Islam, Pengadilan Drigama mengadili perkara berdasarkan Hukum Jawa Kuno, sedangkan Pengadilan Cilaga adalah semacam Pengasilan Wasit khusus mengenai sangketa perniagaan. Hal ini terus berlangsung sampai Penjajah Belanda/VOC datang ke Indonesia.
B. Masa Penjajahan Belanda Sebagaimana telah dikemukakan diatas, bahwa Lembaga Peradilan Islam sebagai Peradilan Hukum yang berdiri sendiri telah ada dan mempunyai kedudukan yang kuat dimasyarakat Indonesia, hal ini terbukti dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam di wilayah nusantara yang melaksanakan hukum Islam dan melembagakan sistem Peradilannya sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan keseluruhan sistem pemerintahan diwilayah kekuasaannya. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum Badan Peradilan Agama adalah Staatsblad 1882 Nomor 152 J.o. Staatsblad 1937 Nomor 116 dan 610 yaitu meliputi . Peradilan Agama di wilayah Jawa dan Madura, sedangkan untuk wilayah luar dan Madura yaitu Banjarmasin dan Kalimantan Selatan dengan nama Qadi untuk Pengadilan tingkat pertama, sedangkan untuk tingkat banding bernama Kerapatan Qadi Besar. Untuk daerah-daerah lainnya dengan nama Peradilan / Mahkamah Syari‟ah untuk tingkat pertama, sedang untuk tingkat banding bernama Mahkamah Syari‟ah Propinsi. C. Masa Penjajahan Jepang Pada masa penduduk Jepang Pengadilan Agama Mahkamah Islam Tinggi mengalami masa kesulitan meskipun tidak berlangsung lama yaitu pada pertengahan Maret 1942 Mahkamah Islam Tinggi harus ditutup tidak 4
diperbolehkan sidang begitu pula dengan kantornya disegel, akan tetapi tidak beberapa lama yaitu pada tanggal 18 Mei 1942 Mahkamah Islam Tinggi dibuka kembali dengan nama " Kaikyoo kootoo hooin " sedangkan untuk Pengadilan Agama bernama " Sooryo Hooin" D. Masa Kemerdekaan Setelah Indonesia merdeka, atas usul Menteri Agama yang disetujui oleh Menteri Kehakiman, Pemerintah menyerahkan Mahkamah Islam Tinggi dari Kementerian Kehakiman kepada Kementrian Agama melalui Penetapan Pemerintah Nomor : 5/SD tanggal 26 Maret 1946 Peraturan sementara yang mengatur tentang Peradilan Agama tercantum dalam Verorndering tangal 8 Nopember 1946 dari C.C.O.A.M.A.B. untuk Jawa dan Madura
( Chief
Commanding Officer Aliet Military Administration Civil Affairs Branch). Sementara itu Peradilan Agama di kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur tetap tunduk pada peraturan lama (Staatsblad 1937 Nomor 610 ). Pada tahun 1948 keluarlah Undang-undang Nomor 19 tahun 1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan Kehakiman dan Kejaksaan. Dalam Undang-undang ini kewenangan Pengadilan Agama dimasukan dalam peradilan umum secara Istimewa yang diatur dalam pasal 35 ayat ( 2), pasal 75 dan pasal 33. Undang-undang ini bermaksud mengenai Peradilan dan sekaligus mencabut serta menyempurnakan isi Undang-undang Nomor 7 tahun 1947 tentang susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung dan Kejaksaan yang mulai berlaku tanggal 3 Maret 1947. Lahirnya Undang-undang ini mendapat reaksi dari berbagai pihak dan dari Ulama. Sumatera seperti Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Selatan menolak kehadiran Undang-undang tersebut dan mengusulkan agar mahkamah Syari‟ah yang sudah ada tetap berjalan.
5
Pada tahun 1951 didalam lingkungan Peradilan diadakan perubahan penting dengan diundangkannya Undang-undang Darurat Nomor : 1 tahun 1951. Undang-undang ini berisi antara lain tentang kerapatan Peradilan Agama dan Peradilan Desa. Dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 24 Undang-undang Dasar 1945, maka tahun 1964 keluarlah Undang-undang Nomor 19 tahun 1964 tentang ketentuan-ketentuan pokok Kekuasaan Kehakiman yang kemudian diganti dan disempurnakan dengan Undang-undang nomor : 14 tahun 1970, pasal 10 Undangundang Nomor : 14 tahun 1970 menentukan bahwa Kekuasaan Kehakiman dilaksanakan oleh empat lingkungan Peradilan yaitu : a.
Peradilan Umum;
b.
Peradilan Agama
c.
Peradilan Militer
d.
Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan adanya jaminan Yuridis Undang-undang Nomor : 14 tahun 1970
tersebut Peradilan Agama semakin kuat. Sehingga pada tahun 1972 berdasarkan keputusan Menteri Agama Nomor : 34 tahun 1972 terbentuk 4 Kantor Peradilan Agama dan 6 Cabang kantor Pengadilan Agama didalam daerah Propinsi Riau, jambi, dan Sumatera Utara. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tersebut maka keberadaan Peradilan Agama semakin kokoh sebagai salah satu pelaksanaan Kekuasaan Kehakiman di Negara Republik Indonesia. Bahkan sesuai ketentuan Pasal 10 Ayat (1) kedudukannya disejajarkan / setaraf dengan peradilan peradilan lainnya.
6
Seperti peradilan Umum / Negeri, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara. Kekokohan Peradilan Agama semakin menonjol setelah disahkan dan diUndangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pada tanggal 2 Januari 1974 tentang Perkawinan dan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Peraturan pelaksanaannya pada tanggal 1 April 1975 yang mulai berlaku secara efektif pada tanggal 1 Oktober 1975 . kemudian disusul lagi dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik beserta peraturan pelaksanaannya. Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran hukum masyarakat, maka perkara - perkara yang diputuskan Pengadilan Agama banyak yang diminta pemeriksaan Kasasi ke Mahkamah Agung, oleh karenanya Mahkamah Agung pada tanggal 26 November 1977 mengeluarkan Peraturan Nomor 1 Tahun 1977 tentang jalan Pengadilan dalam memeriksa Kasasi ke Mahkamah Agung. Dengan demikian Mahkamah Islam Tinggi, kerapatan Qadi besar maupun Mahkamah Syari'ah Propinsi yang selama itu berfungsi sebagai Pengadilan tingkat Banding sekaligus sebagai Pengadilan tingkat tertinggi teiah dihapus sudah, karena pada tingkat tertinggi (Kasasi) telah beralih ke Mahkamah Agung. Pada perkembangan selanjutnya Pemerintah melalui Mentri Agama mengeluarkan keputusannya pada tanggal 28 Januari 1980 dengan Nomror 6 Tahun 1980, mengenai keseragaman nama untuk Peradilan Agama, karena selama ini tidak ada keseragaman penamaan Peradilan Agama sebagai akibat dari perbedaan Peraturan Perundang-Undangan yang mengaturnya yaitu Staatsblad 1882 Nomor 150 J.o. Staatsblad 1937 Nomor 116 dan 610. Staatsblad 1937 Nomor 638 dan 639 dan Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1957. Berdasarkan Keputusan Mentri Agama tersebut, maka untuk Pengadilan Tingkat Agama. Dengan demikian, Nama-nama Mahkamah Syari'ah, Mahkamah Islam Tinggi, Kerapatan Qadi Besar maupun Mahkamah Syari'ah proponsi sudah tidak dipergunakan lagi. Sejalan dengan kenyataan-kenyataan tersebut diatas, maka 7
untuk dapat memantapkan serta memegang teguh tugas dan fungsi Pengadilan dalam jajaran kekuasaan Kehakiman, maka pada tanggal 27 Maret 1982 Presiden Republik Indonesia telah mengangkat Ketua Muda Mahkamah Agung Urusan Lingkungan Peradilan Agama. Dengan demikian urusan tugas pembinaan tennis Yustisial terhadap Peradilan Agama selama ini dilakukan oleh Departemen Agama, telah beralih menjadi wewenang penuh oleh Mahkamah Agung sesuai kehendak UndangUndang Nomor 14 Tahun 1970 itu sendiri. Sebagai puncak dari kekokohan dan kemapanan Badan Peradilan Agama sebagai Peradilan Negara adalah dengan disahkan dan dUundangkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 pada tanggal 27 Desember Tahun 1989 yaitu susunan Kekuasaan dan Hukum Acara Peradilan Agama. Dengan disahkan dan Undang- Undang tersebut, maka terpenuhilah sudah kehendak Pasal 10 Aayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang kesetaraan dan kesejajarannya dengan Pengadilan Negara Lainnya. Peradilan Agama telah memiliki eksistensi yang jelas kemandirian dalam melaksanakan tugas- tugas kakuasaan kehakiman.
E. Masa Berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Pada tanggal 2 Januari 1974 telah disahkan dan diundangkan Undangundang
Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan
adapun peraturan
pelaksanaannya diundangkan melalui peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 1975 tentang pelaksanaan Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, dalam pasal 68 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Pengadilan dalam Undang-undang ini adalah : a. Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam; dan b
Pengadilan Umum bagi lainnya; 8
Pada perkembangan berikutnya sehubungan dengan peranan Pengadilan agama dalam periode 1974 sampai dengan 1989 ini adalah lahirnya peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang perwakafan tanah milik. Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan
beserta peraturan pelaksanaannya dan peraturan pemerintah nomor 28 tahun 1977 wewenang Pengadilan Agama semakin luas dan mantap. F. Masa Berlakunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Dengan lahirnya Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang peradilan Agama
maka semakin mantap eksistensi Peradilan Agama, baik dalam
kedudukannya sebagai Peradilan yang bebas dan mandiri yakni dapat melaksanakan putusannya tanpa melalui fiat ekseksekasi Pengadilan Negeri lagi. Demikian pula dalam kewenangannya dan hukum Acaranya, semuanya telah ditentukan dalama undang-undang. G. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 Diawali dengan lahirnya Undang-undang Nomor : 35 tahun 1999 tentang perubahan Undang-undang Nomor : 14 tahun 1970 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman menentukan : 1)
Badan –badan Peradilan secara organisatoris, Administrative, dan Financial berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung. Ini berarti kekuasaan Departemen Agama terhadap Peradilan Agama dalam bidangbidang tersebut, yang sudah berjalan sejak Proklamasi akan beralih ke Mahkamah Agung.
2)
Pengalihan organisasi, administrasi, dan Financial dari lingkunganlingkungan : Peradilan Umum. Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha Negara ke Mahkamah Agung dan ketentuan Pengalihan untuk masing9
masing lingkungan Peradilan diatur lebih lanjut dengan Undang-undang sesuai dengan kekhususan
lingkungan Peradilan masing-masing serta
dilaksanakan secara bertahap selambat-lambatnya 5 tahun. Sedangkan bagi lingkungan Peradilan Agama waktunya tidak ditentukan. 3)
Ketentuan mengenai tatacara pengalihan secara bertahap tersebut ditetapkan dengan Keputusan Presiden. Selama rentang waktu 5 tahun itu Mahkamah Agung membentuk Tim
Kerja, untuk mempersiapkan segala sesuatu termasuk perangkat peraturan Perundang-undangan dalam rangka untuk penyatu atapan Peradilan Agama ke Mahkamah Agung, pada bulan Juni tahun 2004, Peradilan Agama resmi telah masuk dalam satu atap Pembinaan Organisasi dan finansial pada Mahkamah Agung. Pada Tahun 2006 dengan lahirnya Undang-undang Nomor 3 tahun 2006, Peradilan Agama telah bertambah lagi kewenangan untuk memeriksa dan mengadili serta menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan Ekonomi Syariah. H. Masa Pemerintah Reformasi Pembangunan Sepanjang Era sebelum reformasi, keberadaan Lembaga Peradilan Agama (begitu pula dengan lembaga-lembaga Peradilan lainnya pembinaan dan pengawasannya dilakukan oleh dua lembaga yaitu Yudikatif dan Eksekutif. Disatu sisi, pembinaan tehnis dilakukan oleh Mahkamah Agung, dan disisi lain, pengaturan organisasi, adminitrasi dan keuangan oleh Departemen Agama. Hal ini memang aturan dasarnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 J.o UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 J.o UU No. 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama mengaturnya demikian. Pada era reformasi keadaan seperti ini dipandang sudah tidak relevan lagi. 10
Untuk itu Badan-badan Peradilan, baik Peradilan Agama maupun Peradilan-peradilan lainnya, pembinaannya sepatutnya hanya dilakukan oleh Mahkamah Agung, baik pembinaan yang menyangkut tehnis, maupun yang menyangkut organisasi, adminitrasi dan keuangannya. Untuk terpenuhinya hal tersebut, maka telah dilakukan perubahan/perbaikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 khususnya Pasal 11, yaitu dengan diUndangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 pada tanggal 30 Juli 1999. Dengan demikian, maka sejak saat itu pembinaan Badan Peradilan Agama, juga Badan Peradilan- peradilan lainnya, baik yang menyangkut tehnis maupun organisasi, adminitrasi dan keuanganmya dilakukan oleh Mahkamah Agung. Dengan di Undangkannya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 1999 tersebut, merupakan peristiwa yang amat bersejarah sebagai tonggak terwujudnya kemerdekaan dan kemandirian Kekuasaan Kehakiman secara utuh dibawah Mahkamah Agung, setelah skian lama pembinaannya dilakukan oleh dua lembaga Kekuasaan yakni Eksekutif (Departemen yang bersangkutan) dan Yudikatif (Mahkamah Agung). Pemisah Kekuasaan Eksekutif dari Yudikatif (Departemen Agama dari Peradilan Agama) yang dikehendaki oleh UndangUndang Nomor 35 Tahun 1999, tidak lain dari pada memantapkan posisi Pengadilan Agama pada segi-segi hukum formal dan tehnis peradilan sehingga akan terwujud Kekuasaan Kehakiman yang merdeka dengan terselenggaranya peradilan yang bebas dari pengaruh dan intervensi kekuasaan eksekutif.
11
I. Daftar Nama Ketua Pengadilan Agama Brebes (Sejak Berdiri s/d Sekarang)
NAMA
NO
1.
KH. MOHAMMAD MA‟RUF
2.
KH.ABDUL WAHID
3.
M.S.CHOZIM
4.
ZAWAWI
5.
KH. MUCHIDIN
6.
KH.ABU NASIR HASAN
7.
NUR SUHUD, BA.
8.
Drs. H. SYAMSUL FALAH, SH.
9.
Drs. H. KHOLIL HANAFI, SH.
10.
11.
12.
Drs. H. CHAERUDIN ZAENI, SH.
Drs. H.M.DJAMHURI RAMADHAN, SH.
Drs. H.M. MANSHUR, SH.MH.
13
Drs. H. MASYKURIN HAMID, S.H M.SI
14
Drs. H. AHMAD MUNTHOHAR, SH,M.H
15
Drs.Rd. MAHBUB TOBRI, MH
16
Drs. H.Abd Basyir, M.Ag
GOLONGAN
PENDIDIKAN
(TERAKHIR)
TERKHIR
-
-
-
-
-
-
-
IV/c
IV/d
IV/d
IV/d
IV/d
IV/d
IV/d
IV/d
IV/d
12
TAHUN MENDUDUKI JABATAN
SR
1944 s/d 1949
SR
1949 s/d 1958
SR
1958 s/d 1962
SR
1962 s/d 1966
SR
1966 s/d 1971
SR
1971 s/d 1979
Sarjana Muda
1979 s/d 1980
Sarjana
1980 s/d 1990
Sarjana
1990 s/d 1997
Sarjana
1997 s/d 2002
Sarjana
2002 s/d 2007
Pasca Sarjana
2007 s/d 2010
Pasca Sarjana
2010 s/d 2012
Pasca Sarjana
2012 s/d 2014
Pasca Sarjana
2014 s/d 2016
Pasca Sarjana
2016-
J. Visi dan Misi Yang diemban dalam Visi dan Misi Pengadilan Agama Brebes “Terwujudnya citra dan wibawa serta kemandirian Pengadilan Agama dalam melaksanakan tugas pokok dan kewenangan sebagai Peradilan Negara yang sejajar dengan peradilan lainnya bermartabat dan dihormati demi tegaknya hukum keadilan yang mampu memberikan pelayanan secara sederhana, cepat dan biaya ringan. Untuk Mencapai Visi tersebut, maka ditetapkan Misi Pengadilan Agama Brebes sebagai berikut : 1.
Menyelenggarakan pelayanan Yudisial dengan seksama dan sewajarnya serta Mengayomi Masyarakat;
2.
Menyelenggarakan Pelayanan Non Yudisial yang bersih dan bebas dari praktek Korupsi, Kolusi dan Nepotisme ( KKN );
3.
Meningkatkan Pembinaan sumber daya manusia dan pengawasan terhadap jalannya Peradilan.
4.
Mengembangkan penerapan Manajemen administrasi modern dalam Pengurusan penanganan perkara, sarana prasarana, pengelolaan keuangan dan pengurusan kepegawaian.
Bahwa untuk memenuhi dan melaksanakan Visi dan Misi sebagaimana tersebut diatas diperlukan program kerja sebagai penjabaran dan pelaksanaan dari Visi dan Misi tersebut. K. Tugas Pokok dan Fungsi Pengadilan Agama Brebes sebagai sebuah institusi Peradilan Tingkat Pertama yang mempunyai peringkat Kelas IA dengan jumlah perkara yang ratarata setiap bulannya 250 perkara., ditunjang oleh struktur organisasi profesionil 13
finansial, sumber daya manusia ( SDM ) serta sarana dan Prasarana yang ada, adalah merupakan suatu nilai strategis untuk melaksanakan tugas-tugas pokoknya yang telah diamanatkan oleh Undang-undang Negara Republik Indonesia, sesuai dengan Visi dan Misi Pengadilan Agama Brebes.
Dalam rangka untuk mewujudkan arah tersebut diperlukan rencana strategis program kerja, yang akan menunjukan, bahwa kegiatan usaha yang akan dilaksanakan menjadi terarah dan terprogram, dengan tetap memperhatikan dan mempertimbangkan apa-apa yang menjadi hambatan di tahun-tahun sebelumnya.
Pengadilan Agama Brebes tugas pokok dan fungsi adalah melaksanakan kekuasaan kehakiman sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sebagai salah satu Pengadilan Tingkat pertama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan
perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama.
Disamping tugas dan kewenangan tersebut, pengadilan Agama Brebes mempunyai fungsi : 1. Memberikan pelayanan teknis yudisial dalam perkara tingkat pertama; 2. Memberikan pelayanan dibidang administrasi perkara tingkat pertama 3. Memberikan keterangan, pertimbangan dan nasehat tentang hukum Islam kepada Instansi Pemerintah apabila diminta; 4. Mengadakan Pengawasan atas pelaksanaan tugas dan tingkah laku Hakim, Panitera/Sekretaris, Wakil Sekretaris, Wakil Panitera, Panitera Pengganti, Jurusita, Jurusita Pengganti dan Pegawai 5. Mengadakan Pengawasan terhadap jalannya peradilan serta menjaga agar diselenggarakan dengan seksama dan sewajarnya.
14
6. Memberikan pelayanan administrasi umum kepada semua unsur dilingkungan Pengadilan Agama Brebes 7. Melaksanakan tugas-tugas pelayanan lainnya dalam pembinaan hukum agama seperti pelayanan riset/penelitian bagi para mahasiswa. Penyuluhan hukum,
monitoring istbat kesaksian rukyat hilal dan
memberikan keterangan/nasehat mengenai perbedaan penentuan arah kiblat dan waktu shalat. L. Kekuasaan dan Kewenangan Peradilan Agama Berdasarkan pasal 49 Undang-Undang nomor 7 tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang nomor 3 tahun 2006 dan kini telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang nomor 50 tahun 2009 Tentang Peradilan Agama,
kekuasaan
dan
kewenangan
Peradilan
Agama
adalah
memeriksa,memutus dan menyelesaikan perkara fitingkat pertama antara orangorang yang beragama Islam dibidang : a. Perkawinan b. Waris c. Wasiat d. Hibah e. Wakaf f. Zakat g. Infak h. Shadaqah i. Ekonomi Syariah Adapun yang dimaksud dengan „ Perkawinan “ adalah hal-hal yang diatur dalam undang-undang mengenai perkawinan yang berlaku dan dilakukan menurut syariah antara lain : 15
1. Izin beristri lebih dari seorang 2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang belum berusia 21 tahun, dalam hal orangtua, wali atau keluarga dalam garis lurus ada perbedaan pendapat 3. Dispensasi kawin; 4. Pencegahan perkawinan; 5. Penolakan Perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. Pembatalan Perkawinan; 7. Gugatan kelalaean atas kewajiban suami dan isteri 8. Pencegahan karena talak; 9. Gugatan Percerian 10. Penyelesaian harta bersama 11. Penguasaan anak-anak 12. Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya; 13. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas isteri atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri; 14. Putusan mengenai sah tidaknya seorang anak; 15. Putusan mengenai pencabutan kekuasaan orang tua 16. Pencabutan kekuasaan wali 17. Penunjukan orang lain sebagai wali oleh pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut; 18. Penunjukan seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 tahun yang ditinggal kedua orang tuanya; 19. Pembenaran kewajiban ganti kerugian atas harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya;
16
20. Penetapan asal usl seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam; 21. Putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran; 22. Pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi sebelum UndangUndang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan sejalan menurut ketentuan peraturan yang lain; Yang dimaksud dengan “ waris “ adalah penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penetuan mengenai harta peninggalan, penentuan bagian masingmasing ahli waris, dan melaksanakan pembagian harta peninggalan tersebut, serta penetapan pengadilan atas permohonan seseorang tentang penentuan siapa yang menjadi ahli waris, penentuan bagian masing-masing ahli waris. Yang
dimaksud
dengan
„Wasiat„
adalah
pembuatan
seseorang
memberikan suatu benda/manfaat kepada orang lain atau lembaga/badan hukum, Yang berlaku setelah pemberi tersebut meninggal dunia. Yang dimaksud dengan ‟hibah‟ adalah pemberian suatu benda secara suka rela dan tanpa imbalan dari seseorang atau badan hukum untuk dimiliki. Yang dimaksud dengan ‟Wakaf‟ adalah perbuatan seseorang atau sekelompok orang (Wakif) untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
17
Yang dimaksud „zakat‟ adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki orang muslim sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Yang dimaksud dengan „infaq‟ adalah perbuatan seseorang memberikan sesuatu
kepada
orang
lain
guna
menutupi
kebutuhan,baik
berupa
makan,minuman,mendermakan,memberikan rizki berdasarkan rasa ikhlas,dan karena Allah Subhanahu Wataala. Yang dimaksud
dengan „Shadaqah‟ adalah
perbuatan seseorang
memberikan sesuatu kepada orang lain atau lembaga/badan hukum secara spontan dan suka rela tanpa di batasi oleh waktu dan jumlah tertentu dengan mengharap ridho Allah Subhanahu Wataala pahala semata. Yang dimaksud ‟Ekonomi Syariah‟ adalah perbuatan atau kegiatan usaha yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip syariah,antara lain meliputi: a. Bank syariah; b. Lembaga keuangan mikro syariah; c. Asuransi syariah; d. Reasuransi syariah; e. Reksadana syariah; f. Obligasi syariah; g. Surat berharga berjangka menengah syariah; h. Sekuritas syariah; i .pembiayaan syariah; j. Pegadaian syariah; k. Dana pensiun lembaga keuangan syariah dan l. Bisnis syariah 18
M. Struktur Organisasi Pengadilan Agama Brebes Kelas I. A.
19
BAB III
SISTEM ADMINISTRASI PERKARA DAN SISTEM INFORMASI PENELUSURAN PERKARA PADA PENGADILAN AGAMA DENGAN MENGGUNAKAN APLIKASI SIADPA DAN APLIKASI SIPP
1. PENGERTIAN SIADPA
SIADPA adalah singkatan dari kalimat Sistem Informasi Administrasi Pengadilan Agama. Sedangkan Aplikasi SIADPA adalah aplikasi pengolah dokumen-dokumen keperkaraan yang bekerja berdasarkan dokumen blanko (formulir) sebagai upaya mewujudkan tertib administrasi dan mewujudkan asas peradilan sederhana, cepat, biaya ringan. dan telah disesuaikan dengan Pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi (Pola Bindalmin).
Prinsip kerja dari SIADPA itu sendiri mirip dengan Mail Merge yang dikenal di Microsoft Word yaitu dengan menggabungkan data-data perkara dengan dokumen (blanko), sedangkan dokumen-dokumen (blangko tersebut) berisi variabel-variabel angka dan nomor yang nantinya akan diolah oleh aplikasi itu sendiri menjadi keterangan yang pokok seperti : Keterangan untuk Nama, Alamat, Nomor Perkara, dan lain-lain.
Aplikasi SIADPA di implementasikan mulai dari awal pendaftaran (Meja1) perkara pada Pengadilan Agama, pengolahan data Perkara/ perjalanan Perkara (Meja 2) sampai dengan produk akhir (Meja 3) yaitu penyampaian Putusan, Penetapan, dan Akte Cerai.
20
SIADPA juga merupakan aplikasi utama (induk database) dari aplikasi-aplikasi pendukung lainnya seperti : 1. SIADPA – KIPA 2. SIADPA – LIPA 3. SIADPA – REGISTER 4. JADWAL SIDANG 5. AKTE CERAI
A. MANFAAT DAN TUJUAN PENGGUNAAN APLIKASI SIADPA
Manfaat dari penggunaan pengolahan data dengan menggunakan Aplikasi SIADPA adalah memudahkan kita untuk mencari, mengedit , menambah ataupun menghapus data yang telah masuk Data Base. Dengan Aplikasi ini seorang dapat dengan mudah mencari data-data yang telah lalu (data yang telah lalu tersebut telah masuk Data Base).
Tujuan dari penggunaan Aplikasi SIADPA ini diharapkan dapat memudahkan dan mempercepat cara bekerja, namun sesuai dengan aturan yang berlaku/ dasar-dasar pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi (Bindalmin).
B. APLIKASI-APLIKASI PENDUKUNG DARI SIADPA
1.
SIADPA – KIPA Merupakan aplikasi untuk mengolah data-data dan mencetak laporan-laporan keuangan perkara. Baik berupa laporan keuangan Harian maupun laporan Bulanan.
2.
SIADPA – LIPA 21
Merupakan aplikasi untuk mencetak laporan akhir bulan keadaan perkara meliputi : perkara yang diterima , perkara yang diputus, dan sisa perkara pada bulan itu. 3.
SIADPA – Register Merupakan aplikasi untuk mencetak perjalanan perkara mulai dari pendaftaran, penetapan, persidangan, penundaan sidang sampai putusan.
4.
Jadwal Sidang Aplikasi ini digunakan untuk mencetak jadwal sidang pada hari yang diinginkan tanpa harus kita mengetik ulang.
5.
Akte Cerai Aplikasi ini digunakan untuk mempermudah pengetikan
Akte
Cerai sebagai produk akhir dari Pengadilan Agama. Adapun media-media aplikasi pengembangan yang ada di Pengadilan Agama Brebes Kelas I . A lainnya dari aplikasi SIADPA meliputi a. SIADPA WEB SIADPA WEB adalah suatu Informasi untuk mengetahui data perkara yang dapat diakses melalui Internet dengan alamat http://www.pabrebes.go.id/siadpa/ b. TV – MEDIA TV – MEDIA adalah suatu Informasi data perkara yang ditampilkan pada layar Televisi, meliputi : Video Kegiatan, Informasi Publik, Jadwal Sidang, dan daftar perkara yang telah putus.
22
c. TOUCH SCREEN TOUCH SCREEN adalah media informasi tata cara berperkara maupun data perkara dengan menggunakan Komputer sistem layar sentuh.
d. SMS GATEWAY SMS GATEWAY adalah suatu media aplikasi hanya dengan menggunakan Hand Phone, kita dapat mengetahui data perkara yang diminta, meliputi data Putusan, data Keuangan dan data Akte Cerai.
Dari semua aplikasi-aplikasi dan media-media tersebut diatas, semua berpokok/ bersumber pada satu aplikasi yaitu aplikasi SIADPA.
2. PENGERTIAN SIPP SIPP adalah singkatan dari pada Sistem Penelusuran Perkara, Aplikasi ini sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik dan Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Surat Keputusan
Ketua
Mahkamah
Agung
Republik
Indonesia
Nomor
:
1-
144/KMA/SK/I/2011 tentang Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan, Surat Keputusan
Ketua
Mahkamah
Agung
Republik
Indonesia
Nomor
:
026/KMA/SK/II/2012 tentang Standar Pelayanan Peradilan dan Surat Edaran Direktur Jenderal Badan Peradilan Umum Nomor : 559/DJU/HK.00.7/VI/2012 tentang Pelaksanaan Sistem Informasi Penelusuran Perkara Di Lingkungan Peradilan Umum, Mahkamah Agung RI membangun sebuah aplikasi pencatatan dan penulusuran perkara dipengadilan yaitu SIPP. Sistem informasi penulusuran perkara (SIPP) merupakan web-based application, suatu aplikasi yang terinstal di server dan diakses menggunakan 23
penjelajah web atau yang dikenal sebagai browser melalui suatu jaringan Internet atau intranet. Dalam perkembangannya SIPP dimulai dengan versi 1 dimana hanya beberpa Pengadilan Negeri yang digunakan sebagai percontohan kemudian diperbaharui dengan versi 2 dengan pembaharuan diantaranya jurnal keuangan perkara perdata, auto generate Template penetapan hakim, Berita Acara Persidangan dan pembaharuan fasilitas dan fungsi yang lainnya. Saat ini aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara sampai pada versi 3.0.0 dimana Pengadilan Tinggi turut berperan serta dalam pencatatan perkara. Pada versi 3.1.1 ini mencakup perbaikanperbaikan pada versi Pengadilan Negeri serta penambahan berbagai fitur dan fungsi yang tidak ada pada versi sebelumnya. Aplikasi SIPP ini memang ditujukan khusus untuk 4 Badan Peradilan dilingkungan Mahkamah Agung Republik Indonesia diantaranya : 1. Peradilan Agama 2. Peradilan Umum 3. Peradilan Militer 4. Peradilan Tata Usaha Negara
A. MAKSUD DAN TUJUAN APLIKASI SIPP Tujuan diaplikasikannya Aplikasi SIPP ini untuk 4 lingkungan peradilan diharapkan akan lebih menyamakan persepsi, model, serta bentuk daripada output lembaga pelayanan hukum para pencari keadilan khususnya dan masyarakat pada umumnya, yakni demi menciptakan Visi dan Misi Mahkamah Agung Republik Indonesia yakni " Terwujudnya Badan Peradilan Indonesia Yang Agung" 24
Dan Misi Mahkamah Agung Republik Indonesia : 1.Menjaga Kemandirian Badan Peradilan. 2.Memberikan Pelayanan hukum yang berkeadilan kepada pencari keadilan.\ 3.Meningkatkan kualitas kepemimpinan badan peradilan. 4.Meningkatkan Kredibilitas dan Transparansi badan peradilan. Dan juga dengan Aplikasi SIPP ini dapat membantu tercapainya tujuan pelayanan publik yang optimal, dan membantu kinerja penegak hukum di lingkungan Pengadilan Agama pada khususnya dan pengadilan lainnya. Dalam hal lain Tujuan utama SIPP dibangun dan dikembangkan adalah untuk dapat memudahkan dan menunjang semua staff pengadilan dalam menjalankan setiap tugas yang ada. Setiap pengguna memiliki tugas dan kewajiban masing-masing sesuai dengan Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) masing-masing posisi. Setiap staff pengadilan wajib memiliki satu Username
dan password
yang dapat digunakan untuk login
atau
validasi untuk dapat masuk kedalam aplikasi SIPP.
B. MANFAAT APLIKASI SIPP Aplikasi SIPP ini diharapkan akan lebih membuka informasi pelayana hukum kususnya dengan media Tekhnologi terkini tanpa batas ruang dan waktu tentunya melalui Internet. Melalui internet dengan aplikasi SIPP ini dengan alamat http://sipp.pa-brebes.go.id. kita semua dapat mendapatkan sumber informasi tentang keadaan perkara yang ada di Pengadilan Agama Brebes ini khususnya.
25
Aplikasi SIPP ini juga langsung Terintegrasi dengan Mahkamah Agung Republik Indonesia sebagai wujud Pengawasan oleh Pusat tentang kerja dan kinerja kita di tiap daerah. Karena dengan sistem terintegrasi tersebut Mahkamah Agung RI sebagai pusat dapat mengawasi kerja dan kinerja kita Pengadilan-pengadilan di tiap daerah. C. PERANGKAT PENDUKUNG PENGAPLIKASIAN SIPP 1. Kebutuhan Perangkat Keras. Untuk menjalankan aplikasi Sistem Informasi Penelusuran Perkara, dibutuhkan minimum perangkat keras sebagai berikut : Perangkat
Server
Client
Processor
Intel® Pentium® 1.0 GHz
Memory
2 GB
512 MB
Hard Disk
150 GB
60 GB
Intel®
Celeron®
800 MHz
2. Kebutuhan Perangkat Lunak. Untuk
menjalankan
aplikasiSistem
Informasi
Penelusuran
Perkara,
dibutuhkan beberapa perangkat lunak pendukung antara lain: Server
Client
Windows Server
Windows XP Professional
Apache Web Server (ver. 2.2.14)
Internet
Web
Browser
(seperti
IE,
Firefox
Mozilla, Opera dll.). MySQL Database Server (ver. 5.1.41) E-mail Server
26
BAB IV PENUTUP Atas berkat rahmat Allah Subhanahu Wata‟ala yang telah memberikan penulis, sehingga dapat mengubah dan menyusun laporan ini dengan benar dan penyusun sangat menghargai saran-saran atau kritik yang akan diberikan demi perbaikan dan kesempurnaan laporan yang kami buat. Doa dan harapan sukses dari penyusun selalu menyertai ketekunan belajar para siswa.
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas penyusun dapat mengambil kesimpulan mengenai Kantor Pengadilan Agama Brebes, sebagai berikut : a.
Tempat Kantor Pengadilan Agama Brebes berada di Jl. Akhmad Yani No. 92 Brebes.
b.
Bagian–bagian dikantor Pengadilan Agama Brebes meliputi : Majelis Hakim Panitera Muda Gugatan Panitera Muda Hakum Panitera Muda Permohonan Kelompok Fungsional Kepaniteraan Sub. Bag. Kepegawaian Sub. Bag. Keuangan Sub. Bag. Umum
c.
Dengan penggunaan aplikasi SIADPA pada Pengadilan Agama Brebes, dapat mempermudah, mempercepat, dan lebih maksimal dalam pendataan perkara, 27
pengolahan, serta kebutuhan informasi data perkara itu sendiri, namun tetap pada dasar-dasar aturan yang berlaku sesuai dengan pola Pembinaan dan Pengendalian Administrasi (Bindalmin).
B. Saran
Sebelum kami mengucapkan terima kasih atas bimbingan Bapak/Ibu Pembimbing yang ada di kantor Pengadilan Agama Brebes hingga kami dapat mengerti sedikit banyak pekerjaan dalam melaksanakan kegiatan Prakerin.
Peliharalah selalu kebersamaan, ketertiban, kerjasama, dan utamakan gotong royong sehingga masalah apapun yang dihadapi dapat terselesaikan
Tidaklah kami lupa ucapkan terima kasih kepada Bapak/ibu Pembimbing dari sekolah yang telah menempatkan kami pada kantor ini, karena semua ini merupakan pengalaman yang sangat bermamfaat atau berguna bagi kami bilamana kami bekerja.
28