Laporan Penel itian Intern
2014
ffi Judul Penelitian: EFEKTMTAS MODEL PEMBELAJARAN ROPES TERIIADAP KEMAMPUAN MEhII]LIS KARANGAN ARGUMENTASI MAHASISWA PROGRAM STI]DI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGTIRUAN DAI\ ILMU PENDIDIKAN I]NIVERSITAS HKBP NOMMENSEN Ketua Peneliti a. Nama Lengkap b. NIDN
c. NIP d. Jabatan Fungsional e. Program Studi
f, NomorHP g, Alama.t (e-mail) Anggota Peneliti a. Nama Lengkap b. NIDN c. Program Studi d. Nomor HP e. Alam-at(e-mait) Biaya Penelitian
Elza Leyli Lisnora Saragih, S.S.,M.Hum
002I037506 1975032r20050t2002 Lektor Pendidikan Pendidikan Bahasa dan Sasha Indonesia 081362223619
Sarma Panggabearq S.Pd.,M.Si. 01 13018801
Pendidikan Pendidikan Bahasa dan Sasffa Indonesia 081263?62009 uli,eabeSS@yahee,Qem
- dana lembaga PT Rp. 4.000.000,. - dana swadana Rp. 2.000.000,.
Medan, Agustus 2014
id.Akademik
11996031003
NIP 1975032n4050t2002
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Untuk itu, pendidikan harus dilaksanakan dengan sebaikbaiknya sehingga memperoleh hasil yang sesuai yang diharapkan. Upaya yang dapat dilakukan ialah meningkatkan mutu pendidikan dan meningkatkan mutu sistem pendidikan yang digunakan. Dalam peningkatan mutu pendidikan kondisi lembaga pendidikan haruslah dipastikan telah mendukung hal tersebut. Lembaga pendidikan merupakan sarana untuk memperoleh berbagai informasi tentang ilmu pengetahuan dan teknologi. Rendahnya kualitas pendidikan diakibatkan beberapa faktor motivasi, bahan ajar, alat bantu belajar, dan metode dalam belajar. Salah satu faktornya adalah pengajar yang cenderung menggunakan metode ceramah yang membuat proses belajar mengajar sangat membosankan. Kegiatan belajar mengajar terletak disalah satu pihak saja (guru/dosen) dan kurang menyebabkan interaksi sosial mahasiswa dengan kata lain hanya mengejar tujuan kurikulum semata. Dalam melaksanaan kurikulum yang sesuai dengan pedoman penyusunan silabus pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di FKIP Universitas HKBP Nommensen; salah satu indikator pencapaian hasil belajar yang harus dicapai mahasiswa adalah mahasiswa dapat menulis karangan argumentasi dengan baik. Namun dalam kenyataanya tidak jarang mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menulis karangan argumentasi sehingga kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi kurang. Kurangnya motivasi mahasiswa dalam menulis
karangan argumentasi juga disebabkan oleh suasana kelas yang membosankan sehingga mereka tidak begitu tertatik mengikuti pembelajaran. Sehingga perlu pemikiran khusus untuk mengatasi hal tersebut seperti menerapkan model pembelajaran yang dapat merangsang dan menciptakan strategi yang bervariasi dalam mengajar. Dalam hal ini untuk mempermudah pengajaran keterampilan menulis yang dianggap mahasiswa suatu mata pelajaran yang sulit dan membosankan, khususnya dalam hal menulis karangan argumentasi. Disamping karangan yang beragam jenisnya dan perlu ekstra hati-hati untuk membedakannya seperti yang sering terjadi dalam ujian akhir, mahasiswa diharapkan untuk memahami bahkan dapat menulis berbagai jenis karangan dengan baik. Namun kenyataanya mahasiswa sering sekali tidak mampu memahami dan menulis karangan argumentasi. Hal inilah yang menjadi fenomena dalam setiap mahasiswa. Keadaaan ini akan menjadi mudah bagi mahasiswa jika didukung oleh model pembelajaran yang menarik; seperti model pembelajaran ROPES yang peneliti
pilih.
Setelah
peneliti
mempelajari
model
ini,
maka
peneliti
memperkirakan bahwa model ini sangat tepat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mahasiswa
dalam
menulis
karangan
argumentasi.
Model
Pembelajaran ROPES ini juga membuat suasana pembelajaran di ruangan kelas menjadi lebih hidup dan tentunya situasi ini menyenangkan bagi mahasiswa karena motivasi mereka agar aktif mengikuti pembelajaran di kelas. Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut peneliti mencoba mengangkat judul ”Efektivitas model pembelajaran Ropes terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh
mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat didentifikasikan masalah-masalah yang relevan dengan penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penggunaan model pembelajaran dosen di kelas? 2. Bagaimanakah minat mahasiswa terhadap pembelajaran menulis karangan argumentasi? 3. Bagaimanakah
kemampuan
mahasiswa
dalam
menulis
karangan
argumentasi? 4. Apakah model pembelajaran ROPES lebih efektif dibanding model pembelajaran
peningkatan
berpikir
terhadap
kemampuan
menulis
karangan argumentasi?
C. Pembatasan Masalah Berdasarkan Identifikasi masalah yang ada serta terbatasnya daya dan waktu yang dimiliki penulis, maka penelitian ini dibatasi hanya membahas permasalahan pada efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan masalah yang telah dibatasi pada bagian pembatasan masalah penelitian ini dalam bentuk pertanyaan. Adapun rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut: Bagaimanakah Efektivitas Model Pembelajaran ROPES Terhadap Kemampuan Menulis Karangan Agumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan peneliti ini adalah: 1. Mengetahui penggunaan model pembelajaran ROPES dalam kelas. 2. Mengetahui efektivitas model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen. 3. Mengetahui kemampuan mahasiswa terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi.
F. Manfaat Penelitian Suatu penelitian dapat memberikan manfaat baik bagi peneliti maupun orang lain. Besar kecilnya manfaat itu tergolong keberhasilan peneliti itu sendiri dalam memberi kontribusi bagi kehidupan masyarakat kini dan masa yang akan datang. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. sebagai bahan masukan bagi mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen dalam menulis karangan argumentasi 2. sebagai bahan masukan bagi dosen bahasa dan sastra Indonesia. 3. sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti selanjutnya. BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran ROPES 1.1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran dapat diartikan sebagai usaha pihak lain yang dapat menghidupkan, merangsang, menggerakkan, dan mempercepat proses perilaku belajar. Guru bertanggungjawab untuk mengembangkan tujuan belajar kognitif (pengetahuan), apektif (sikap), dan phsikomotor (keterampilan). Apabila para pendidik (guru) telah berbuat paling baik dalam proses pembelajaran, maka akan terlihat sejauh-mana proses pembelajaran itu telah dicapai. Howart (dalam Tanjung, 2007:21) menyatakan “Pembelajaran adalah suatu aktifitas untuk mencoba, mendorong, membimbing seorang untuk mendapatkan, mengubah atau meningkatkan skill, aktivitas, ideas, appresiasi (penghargaan)”.
1.2. Model Pembelajaran a. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (MP IK)
Model investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan, dalam perkembangan selanjutnya diperluas oleh Sharan dan Kawan-kawannya di Univeristas Tel Aviv. b. Model Pembelajaran Jigsaw Model ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan teman-temannya di Universitas Texas dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-temannya di universitas Jhon Hopkins. Dalam penerapan Jigsaw, mahasiswa dibagi berkelompok dengan 5 atau 6 kelompok belajar heterogen. c. Model Pembelajaran STAD Model STAD ini dikembangkan oleh Robert Salvin dan temannya di Universitas Jhon Hopkins dan merupakan kooperatif yang paling sederhana. Dosen yang mengunakan STAD juga mengacu kepada belajar kelompok mahasiswa, menyajikan informasi akademik baru pada mahasiswa setiap minggu dengan mengunakan presentasi verbal atau teks. d. Model Pembelajaran ROPES Model
Pembelajaran
ROPES
dikemukakan
oleh
Hunst.
ROPES
merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Keempat dari singkatan ROPES ini akan menjadi prosedur atau tahapan pada proses pembelajaran. Pembelajaran ROPES dirancang agar mahasiswa dapat mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukan.
Namun untuk mendukung kepentingan serta terarahnya penelitian ini, model yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model pembelajaran ROPES. 1.3 Model Pembelajaran ROPES Model
pembelajaran
ROPES
dikemukakan
oleh
Hunst.
ROPES
merupakan singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Menurut Hunts (dalam Rosyada, 2004:145) jika prosedur pembelajaran dikembangkan dengan model ini maka porses pembelajaran dalam lima menit pertama dimulai dengan Review. Dalam hal ini Review adalah peninjauan kembali pengalaman dari pengetahuan sebelumnya yang sudah mereka miliki. Dalam Review ini dosen mencoba mengukur kesiapan mahasiswa untuk mempelajari bahan-bahan ajar yang akan diajarkan. Dosen bisa menyampaikan beberapa pertanyaan pokok mengenai basis pengetahuan mahasiswa tersebut yang bisa mengukur kesiapan kelas untuk memasuki materi baru. Tahap peninjauan ini diperlukan karena tiga argumentasi, yaitu: a. dosen bisa memulai pelajaran jika perhatian dan motivasi mahasiswa untuk mempelajari bahan baru sudah mulai tumbuh b. dosen juga bisa memulai pelajaran jika interaksi antara dosen dengan mahasiswa sudah terbentuk c. dosen bisa memulai pelajaran jika mahasiswa sudah memahami bahan ajar sebelumnya yang menjadi dasar bahan ajar baru. Jika mahasiswa tersebut belum memahami pelajaran sebelumnya, maka doen dituntut untuk mengulas kembali pelajaran tersebut secara singkat. Setelah itu baru dosen dapat masuk ke materi selanjutnya. Tahap peninjauan kembali ini
sering juga disebut sebagai orientasi atau pengarahan dosen tentang hal-hal yang kurang jelas tentang materi yang lalu. Sanjaya (2005:71) mengemukakan, “Layaknya seorang dokter yang profesional, sebelum ia melakukan treatment atau tindakan kepada pasien, terlebih dahulu ia akan melakukan diagnosis, misalnya ia akan bertanya bagian mana yang sakit atau apakah pasien sudah minum obat sebelumnya dan sebagainya sambil memeriksa bagian tubuh pasien.” Demikian jugalah yang dilakukan dosen untuk mengetahui kemampuan awal mahasiswa. Dosen harus mendiagnosis bagian mana dari pelajaran itu yang telah dipahami oleh mahasiswa. Mungkin saja ada mahasiswa yang lebih paham tentang pelajaran yang akan diberikan dosen tersebut, karena dosen itu mungkin telah membaca buku-buku lain yang dianggap relevan dengan buku yang menjadi rujukan dosen. Tahap kedua adalah Overview, yang artinya gambaran ikhtisar. Pada tahap ini dosen menjelaskan tujuan dan sasaran pembelajaran, termasuk manfaat dan kegunaan dari mempelajari materi yang akan diajarkan oleh dosen. Dalam hal ini dosen menyampaikan content (isi) secara singkat beserta outlinenya dan strategistrategi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran selama 40 atau 80 menit ke depan. Pada tahap ini dosen memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menyampaikan pandangan dan usul mereka dalam langkah-langkah pembelajaran sehingga mereka melaksanakan tahap-tahap kegiatan yang mereka setujui. Karena apa yang telah mereka setujui harus mereka pertanggungjawabkan juga. Selain merasa dihargai, mereka juga akan merasa tidak tertekan dalam proses pembelajaran yang dikembangkannya itu. Proses ini meyebabkan terjadinya
komunikasi dua arah yaitu dari mahasiswa ke mahasiswa. Dosen berusaha mengajak mahasiswa untuk berpikir sehingga kemampuan berpikir mahasiswa tersebut berkembang. Sebagaimana pada tahap peninjauan, tahap ini juga tidak boleh lebih lama dari lima menit sehingga waktu belajar tetap terpenuhi. Tahap ketiga adalah Presentation yakni penyajian materi. Pada tahap ini dosen bertugas menyampaikan penjelasan-penjelasan penting dari dosen tentang isi penjelasan hari itu. Pada tahap penyajian ini kegiatan bervariasi yang terdiri dari tiga hal, yaitu telling, showing, dan doing yang artinya menceritakan, menunjukkan, dan mengerjakan. Dosen menceritakan dan menjelaskan tentang pelajaran hari itu kemudian dosen menunjukkan penjelasannya melalui slide, overhead atau lainnya, lalu mahasiswa mengerjakan tugas yang diberikan dosen. Dosen yang baik harus mampu menjelaskan berbagai informasi secara jelas dan terang, agar mudah diterima oleh mahasiswa. Keterampilan melakukan penyajian yang baik merupakan lanjutan dari keterampilan berkomunikasi yang baik. Suatu penyajian itu dikatakan baik apabila: a. Penyaji energik dan penuh semangat b. Adanya kontak mata dengan mahasiswa sebagai audiens c. Penyaji berbicara dengan jelas dan cukup keras d. Sesekali bergerak saat berbicara. Seorang
dosen
yang
berperan
menjadi
penyaji
harus
mampu
menyampaikan pelajaran yang menarik dan juga mampu menghubungkan pelajaran tersebut ke kehidupan nyata. Sehingga mahasiswa merasa bahwa pelajaran itu penting karena pelajaran itu nyata dan bukan khayal semata. Kegiatan yang bervariasi sangat berguna untuk meningkatkan daya ingat dan daya
serap mahasiswa tentang pelajaran yang mereka dapatkan. Apalagi jika kompetensinya memasuki wilayah efektif dan psikomotorik, strategi yang menekankan pada proses pembelajaran dengan ‘ doing ‘ menjadi sangat penting, karena penerimaan tanggapan dan penanaman nilai akan otomatis sudah berjalan dalam proses mereka memperoleh berbagai kompetensi sebagaimana yang diharapkan. Tahap berikutnya adalah Exercise yang artinya latihan. Latihan dapat terdiri atas pembahasan teori yang dapat berupa tanya jawab, tugas-tugas berupa soal dan praktikum. Pelatihan berupa praktikum untuk sains sangat baik untuk dilaksanakan, karena hal ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mempraktekkan apa yang telah mereka pahami. Untuk ilmu sains bisa dilakukan praktik di laboratorium, untuk bahasa bisa berlatih di kelas. Latihan ini perlu direncanakan skenarionya jika tidak, sulit bagi guru untuk memberikan pengalaman-pengalaman manipulatif melalui berbagai praktikum di perkuliahan. Oleh sebab itulah dosen mempersiapkan perencanaan pembelajaran. Pada tahap ini terjadi komunikasi antara dosen dengan mahasiswa dan antara mahasiswa dengan mahasiswa. Hal ini bertujuan agar mahasiswa tersebut belajar bersosialisasi dengan teman-temannya. Selain itu praktikum itu dalam waktu yang cukup lama karena pelajaran itu langsung dapat diamati. Tetapi jika latihan itu berupa soal-soal, maka ini bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan otak mahasiswa tersebut dalam memecahkan suatu masalah. Di sini dosen berperan sebagai pembimbing dan pemantau agar mahasiswa aktif bekerja. Tahap akhir adalah
summary, yakni ringkasan kesimpulan tentang
pelajaran yang telah dipelajari saat itu. Sebelum menyampaikan kesimpulan ini,
dosen dapat menanyakan pendapat mahasiswa terlebih dahulu mengenai kesimpulannya. Selain itu, dosen dapat menyempurnakan pendapat dari mahasiswa tersebut. Bagian ini merupakan bagian yang sering tertinggal oleh dosen. Hampir setiap dosen tidak pernah membuat kesimpulan dari apa yang telah diajarkan di kelas, karena kebanyakan mereka berkonsentrasi pada penyajian materi, sehingga tidak mempunyai waktu untuk membuat kesimpulan. Padahal kesimpulan itu sangat dibutuhkan oleh mahasiswa untuk memperkuat dari apa yang telah mereka pahami dalam proses pembelajaran. Agar waktu tersedia dapat digunakan seefesian mungkin, maka seorang dosen harus membuat suatu perencanaan pembelajaran beserta pembagian waktunya di mana penentuan alokasi waktu tergantung pada keluasan dan kedalaman materi serta tingkat kepentingannya. Sehingga dengan demikian dosen dapat berpedoman pada perencanaan pembelajaran yang telah dibuat sehingga pembelajaran terlakasana dengan efektif. 1.4. Keunggulan dan kelemahan Model Pembelajaran ROPES Adapun yang menjadi keunggulan dan kelemahan model pembelajaran ROPES ini adalah: KEUNGGULAN 1. Memberi kesempatan yang optimal
KELEMAHAN 1.Semua peserta didik tidak sama
Kepada peserta didik untuk
kepentingannya terhadap pandangan
menyampaikan pandangan dan usul
dan usul yang diajukan
mereka dalam langkah-langkah
2. Mungkin kegiatan belajar
pembelajaran
membutuhkan waktu yang lebih
2. Belajar tidak hanya mendengarkan
lama dari waktu yang telah
tetapi dilengkapi dengan
ditentukan
menceritakan, menunjukkan, dan
3.Membutuhkan kemahiran
mengerjakan (telling, showing, dan
pendidik dalam menyusun bahan
doing).
belajar dan alat bantu untuk
3. Dapat digunakan bersama model
penyajiannya dan alat bantu untuk
lain sehingga penggunaan model ini
penyajiannya
bervariasi
4. Hanya efektif bagi peserta didik
4. Peserta didik diberi kesempatan
yang telah paham atas pembelajaran
mempraktikan apa yang telah
yang telah diajarkan
dipahaminya
5. Cenderung mengarahkan pikiran
5. Kegiatan belajar dilakukan dalam
peserta didik kepada pola yang
suasana gembira dan partisipatif, tidak
dilakukan pendidik.
menjemukan. 2. Pengertian Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir siswa. Menurut Peter Reason (1981), berpikir (thingking) adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat (remembering) dan memahami (comprehending) (dalam Sanjaya, 2006:230). Menurut Reason mengingat dan memahami lebih bersifat pasif dari pada melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan memahami memerlukan pemerolehan apa yang didengar dan dibaca serta keterkaitan antar-aspek dalam memori. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam
mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan juga dalam berpikir. Sebaliknya, kemampuan berpikir seseorang sudah pasti diikuti oleh kemampuan mengingat dan memahami. Hal ini seperti yang dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat (working memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan memiliki catatan masa lalu yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian, berpikir sebagai kegiatan yang melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami diperlukan proses mental yang disebut berpikir. Berdasarkan penjelasan di atas, maka MP PKB bukan hanya sekedar model pembelajaran yang diarahkan agar peserta didik dapat mengingat dan memahami berbagai data, fakta, atau konsep, akan tetapi bagaimana data, fakta, dan konsep tersebut dapat dijadikan sebagai alat untuk kemampuan berpikir mahasiswa dalam mengahadapi dan memecahkan suatu persoalan. 2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) Menurut (Sanjaya, 2002:226) Sebagai model pembelajaran yang diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir, MP PKB memiliki karakteristik utama, yaitu: 1. Proses pembelajaran melalui MP PKB menekankan kepada proses mental mahasiswa secara maksimal. MP PKB bukan model pembelajaran yang
hanya menuntut mahasiswa sekedar mendengar dan mencatat, tetapi menghendaki aktivititas mahasiswa dalam proses berpikir. 2. MP PKB dibangun dalam nuansa dialogis dan proses Tanya jawab secara terus-menerus. Proses pembelajaran melalui dialog dan tanya jawab itu diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berpikir mahasiswa, yang gilirannya kemampuan berpikir dapat membantu mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. 3. MP PKB adalah model pembelajaran yang menyadarkan kepada dua sisi yang sama pentingnya, yaitu sisi proses dan hasil belajar. Porses belajar diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir, sedangkan sisi hasil belajar diarahkan untuk mengkonstrusi pengetahuan atau penguasaan materi pembelajaran baru. 2.2. Tahapan-tahapan Pembelajaran MP PKB MP PKB menekankan kepada keterlibatan mahasiswa secara penuh dalm belajar. Hal ini sesuai dengan hakikat MP PKB yang tidak mengharapkan mahasiswa sebagai objek belajar yang hanya duduk mendengarkan penjelasan dosen kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja tidak sesuai dengan hakikat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, namun juga dapat menghilangkan gairah motivasi belajar mahasiswa (George W.Maxim, 1987) Ada 6 cara dalam Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir Yaitu: a. Tahap Orientasi
Pada tahap ini dosen mengondisikan mahasiswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran. Tahap orientasi dilakukan dengan pertama, penjelasan tujuan harus dicapai baik tujuan yang berhubungan dengan penguasaan materi pelajaran yang harus dicapai, maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau kemampuan berpikir yang harus dimiliki oleh mahasiswa. Kedua, penjelasan proses pembelajaran tentang apa yang harus dilakukan mahasiswa dalam setiap tahapan proses pembelajaran. Pemahaman mahasiswa terhadap arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran seperti yang dijelaskan pada tahap orientasi sangat menentukan keberhasilan MP PKB. Pemahaman yang baik akan membuat mahasiswa tahu ke mana mereka akan dibawa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar mereka. Oleh sebab itu, tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dalam implementasinya proses pembelajaran. Untuk itulah dialog yang dikembangkan dosen pada tahapan ini harus mampu mengugah dan menumbuhkan minat belajar mahasiswa. b. Tahap Pelacakan Tahap pelacakan adalah tahapan penjajakan untuk memahami pengalaman dan kemampuan dasar mahasiswa sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan inilah dosen mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkapkan pengalaman apa saja yang telah dimiliki mahasiswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji. Dengan berbekal pemahaman itulah selanjutnya dosen menentukan bagaimana ia harus mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya. c. Tahap Konfrontasi
Tahap konfrontasi adalah tahapan penyajian persoalan yang harus dipecahkan sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman mahasiswa. Untuk merangsang peningkatan kemampuan mahasiswa pada tahapan ini dosen memnberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukakan jawaban atau jalan keluar. Persoalan yang diberikan sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman mahasiswa seperti yang diperoleh pada tahap kedua. Pada tahap ini dosen harus dapat mengembangkan dialog agar dosen benar-benar memahami persoalan yang harus dipecahkan. Hal ini disebabkan pemahaman terhadap masalah akan mendorong mahasiswa untuk berpikir. d. Tahap Inkuiri Tahap inkuiri adalah tahapan terpenting dalam MP PKB. Pada tahap inilah mahasiswa belajar berpikir yang sesungguhnya. Melalui tahapan inkuiri, mahasiswa diajak untuk memecahkan persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, tahapan ini dosen harus memberikan ruang dan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan gagasan dalam upaya pemecahan persoalan. Melalui berbagai teknik bertanya dosen harus menjelaskan, mengungkapkan fakta sesuai dengan
pengalamanya,
memberikan
argumentasi
yang
meyakinkan,
mengembangkan gagasan, dan lain sebagainya. e. Tahap Akomodasi Tahap akomodasi adalah tahapan pembentuk pengetahuan baru melalui proses penyimpulan. Tahap ini mahasiswa dituntut untuk dapat menemukan katakata kunci sesuai dengan topik atau tema pembelajaran. Tahap ini melalui dialog, dosen membimbing agar mahasiswa dapat menyimpulkan apa yang mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang permasalahkan. Tahap akomodasi
bisa juga dikatakan sebagai tahap pemantapan hasil belajar, sebab pada tahap ini mahasiswa diarahkan untuk mampu mengungkapkan kembali pembahasan yang dianggap penting dalam proses pembelajaran. f. Tahap Transfer Tahap transfer adalah tahapan penajian masalah baru sepadan dengan masalah yang disajikan. Tahap transfer dimaksudkan sebagai tahapan agar mahasiswa mampu mentransfer kemampuan berpikir setiap mahasiswa untuk memecahkan masalah-masalah baru. Pada tahap ini dosen dapat memberikan tugas-tugas yang sesuai dengan topik pembahasan.
3. Kemampuan Menulis Karangan Argumentasi 3.1. Pengertian Kemampuan Poerwadarminta
(1987:628)
menyatakan,
“Kemampuan
adalah
kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan sesuatu.” Menurut Asmah (1987:7), mengatakan : Kemampuan adalah identik dengan keterampilan. Kemampuan sangat menghendaki tingkat kecerdasan serta perhatian yang lebih tinggi. Kemampuan terus menerus menghendaki adanya tingkat perhatian. Dan untuk mempertahankan tingkat kemampuan yang tinggi perlu perhatian yang terus menerus pula. 3.2. Pengertian Menulis Menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sebuah proses belajar yang dialami siswa mulai tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menulis merupakan proses bernalar. Saat menulis, penulis harus berfikir menghubung-hubungkan berbagai fakta-fakta membandingkan dan sebagainya. Proses bernalar (penalaran) merupakan proses berfikir sistematis untuk memperoleh kesimpulan pengetahuan. Ini berarti jika penalaran benar maka
penulis menuliskan buah pikirannya dengan sistematis logis dan membuat kesimpulan yang tepat. Seperti yang dikatakan Suriamiharja (1996:2) mengatakan, “ Menulis adalah jelmaan bahwa lisan, menyalin atau melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya.” Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, “Menulis merupakan proses bernalar dalam menyalin atau melahirkan perasaan seperti mengarang, membuat surat, laporan dan sebagainya. 3.3. Pengertian Argumentasi Menurut Keraf (1992:3), “Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara.”. Melalui Argumentasi penulis ataupun pembicara merangkai faktafakta sedemikian rupa, Sehingga ia mampu menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal tertentu itu benar atau tidak. Dalam menulis teknik karangan argumentasi dibagi menjadi tiga yaitu: pendahuluan, tubuh (isi), penutup (kesimpulan). Di bawah ini akan dijelaskan lebih lanjut lagi. a
Pendahuluan: bagian pendahuluan menyajikan latar belakang, alasan memilih topik, ruang lingkup, batasan pengertian topic, permasalahan dan tujuan penulisan kerangka acuan uang digunakan, tertentu saja untuk tulisan popular. Pendahuluan tidak perlu menyajikan semua unsur yang dikemukakan di atas.
b
Tubuh dan Isi: Berdasarkan pandangan sebuah organisasi atau kerangka keterangan, penulis sehingga menyatakan uraian mengenai tiap bagian secara terperinci, sehingga konsep atau gagasan yang diinformasikan pada
para pembaca tampak lebih jelas. Dalam ruang lingkup metode-metode yang disajikan itu, penulis mengunakan fakta-fakta untuk mengkonkritkan informasi yang disampaikan itu. Kaitan antara fakta harus dijalin sedemikian rupa sehingga kaitanya logis. Pendapat dan gagasan yang disampaikan biasanya dijalin dalam aline-alinea padu. c
Penutup (Kesimpulan): Penulis akhirnya menyampaikan kesimpulan mengenai apa yang disajikan dalam isi argumentasi, sesuai dengan sifat argumentasi. Kesimpulan yang diberikan hanya bersifat semacam pendapat atau kesimpulan yang diterima atau ditolak pembaca. Yang penting sudah menyajikan informasi mengenai topic tadi untuk memperluas wawasan atau pandangan pembaca.
3.4. Pengertian Karangan Widyamartaya
(1990:9)
menyatakan
bahwa,
“Karangan
adalah
keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis yang dibaca dan diemngerti oleh masyarakat pembaca.” Gie (2002:3) mengatakan, “Karangan adalah perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh masyarakat.” Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan adalah perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis yang dibaca dan dimengerti oleh masyarakat pembaca dalam satu kesatuan tema yang utuh. 3.5. Langkah-langkah Menulis Karangan Proses menulis atau mengarang pada dasarnya diawali dengan mencari judul, menentukan tujuan, mengumpulkan bahan, menetapkan bahan, menetapkan
tujuan, mengembangkan kerangka karangan dan selanjutnya mengakhiri atau menutup karangan. Adapun langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menulis karangan argumentasi adalah: 1.
Menentukan Tema Sebelum mulai mengarang, penulis harus mengetahui terlebih dahulu apa
tema dari karangan yang ingin ditulisnya. Tema ini sangat penting ditentukan agar karangan yang ditulis tidak menyimpang. 2.
Menentukan Topik Karangan Sebelum memulai mengarangn sebuah tulisan, penulis harus terlabih
dahulu menentukan topik atau pokok pembicaraan. Dalam menulis, penulis lebih baik memilih suatu topik yang benar-benar dikuasai dan menarik perhatian. Topik dikemukakan dengan rincian data atau bukti dari pada uraian yang bersifat dugaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Keraf (1988:109) yang mengatakan “Sebuah topik pertama-tama harus menarik perhatian penulis sendiri.Topik yang menarik perhatian penulis yang memungkinkan penulisannya berusaha secara teru-menerus, mencari data-data untuk memecahkan masalah yang dihadapi.” Sehingga penulis akan didorong terus untuk dapat menyelesaikan tulisan itu sebaik-baiknya. 3.
Menetapkan Tujuan Menetapkan tujuan ulasan adalah penting sebelum menulis, karena ini
sangat berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat dan cara menyajikan tulisan. Tujuan ini sebenarnya sudah mulai tertanam di dalam pikiran penulis, disaat pemilihan dan penetapan topik dilakukan, namun tujuan itu mulai
dirancang dengan sungguh-sungguh. Bila suatu tulisan tidak dilandasi dengan tujuan yangn jelas dan tegas, dapat menyebabkan tulisan itu tanpa arah yang jelas dan besar kemungkinan menjadi tulisan yang tidak berhasil atau tidak dipahami oleh pembaca. Dengan menetapkan tujuan, maka penulis memperoleh ganbaran tentang persoalan yang akan ditulisnya dan membangkitkan semangat penulis untuk merangkaikan kata-kata yang tepat. 4.
Membuat kerangka Karangan Kerangka karangan sebaiknya disusun terlebih dahulu sebelum kegiatan
menulis karangan argumentasi dimulai karena kerangka karangan sangat membantu penulis dalam mengahasilkan sebuah karangan yang baik sehingga nanti karangan argumentasi yang dibuat akan tersusun dengan baik pula dan mudah dipahami serta dimengerti oleh pembaca. 5.
Mengembangkan Kerangka Karangan Setelah penyusunan kerangka karangan maka langkah selanjutnya
mengembangkan kerangka karangan yang telah disiapkan mulai dikembangkan satu per satu. Dalam penulisan atau pengembangan kerangka karangan perlu dipilih sistem penyajian yang tepat sehingga akan tersusun sebuah karangan argumentasi yang baik.
3.6. Unsur – unsur karangan argumentasi Unsur-unsur yang membangun sebuah karangan argumentasi, yaitu: 1. Alur Menurut (Semi 1990:24) Alur atau plot merupakan rangkaian dari argumentasi yang timbul dari tindak-tanduk, karakter, suasana hati (pikiran), dan
sudut pandang yang ditandai dengan klimaks. Tindak-tanduk tersebut sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keselarasan argumentasi yang baik itu bagian pendahuluan (awal), tubuh (isi) dan penutup. Dilihat dari cara menyusun bagian-bagian alur dapat dibagi ke dalam dua bagian yaitu alur maju dan alur mundur (flashback). Suatu cerita beralur maju apabila cerita disusun mulai dari peristiwa awal diteruskan dengan peristiwa-peristiwa berikutnya dan berakhir pada pemecahan masalah. Apabila cerita disusun sebaliknya, yaknidari bagian akhir dan bergerak ke depan menuju titik awal cerita, alur demikian disebut alur mundur atau cara flashback. 2. Isi gagasan Isi adalah pesan-pesan yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Isi tersebut biasa menceritakan kisah seorang tokoh (tokoh utama dan tokoh pembantu), keadaan suatu tempat atau peristiwa. Isi cerita harus jelas sehingga pembaca benar-benar memahami pesan-pesan yang ingin disampaikan penulis. Dalam mengarang penyampaian yang dimaksud, pikiran, pesan atau gagasan haruslah jelas tertuang dalam kalimat-kalimat yang logis sehingga mudah dipahami si pembaca. Sebuah kalimat yang baik selalu meguraikan satu gagasan saja. Di dalam satu kalimat tidak mungkin diadakan pembahasan dari satu gagasan lain atau menghubungkan gagasan yang tidak mempunyai korelasi. 3. Penggunaan kalimat Kalimat adalah bagian terkecil dari ujaran yang mengungkapkan suatu konsep pikiran atau perasaan yang utuh ketatabahasaan. Komunikasi secara tertulis perlu dengan mengunakan kalimat yang baik. Keraf (1991:35), mengemukakan beberapa ciri kalimat yang baik yaitu secara tepat dapat mewakili
gagasan atau perasaan pembicaraan atau penulis dengan pembaca, yakni apa yang dimaksudkan penulis sesuai dengan pemahaman pembaca. Agar kalimat mudah dipahami pembaca, diperlukan kemampuan penulis untuk menyusun kalimat secara tepat, sederhana dengan memperhatikan penggunaan tanda baca. Kesalahan dalam penggunaan tanda baca akan berdampak negative terhadap pemahaman pembaca terhadap pesan-pesan yang disampaikan penulis.Penggunaan kalimat yang dimaksud dalam penelitian ini mengarah kepada dua hal, yakni penggunaan ejaan dan tanda baca (mekanisme penulisan). 4. Koherensi Koherensi adalah keselarasan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain sehingga membentuk satu kesatuan cerita, Namun hubungan tersebut tidak dilihat dari bentuk kalimat, melainkan dari isi cerita yang menghubungkan yang proposisi satu dengan proposisi lainnya.
B. Kerangka Konseptual Dalam pembelajaran, banyak model yang dapat digunakan diantaranya model pembelajaran ROPES dan model pembandingnya adalah Model Pembelajaran
Peningkatan
Kemampuan
Berpikir
(MP
PKB).
Model
pembelajaran ROPES merupakan salah satu model pembelajaran yang dikemukakn oleh Hunst yang berupa singkatan dari Review Overview Presentation Exercise Summary. Singkatan ROPES ini sekaligus menjadi tahapan atau langkah yang disusun secara sistematik untuk menerapkan suatu proses pembelajaran.
Model pembelajaran ROPES ini memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukakan oleh dosen dan mahasiswa secara berurutan untuk mencapai target kompetensi yang harus dicapai. Pembelajaran ini dirancang agar prosesnya berorientasi pada mahasiswa. Artinya, dalam hal ini dosen menempatkan mahasiswa sebagai subjek belajar yang dapat mencari, menemukan, dan merancang pengetahuannya sendiri sesuai dengan pengalaman belajar yang dilakukannya argumentasi adalah skor yang diperoleh mahasiswa dalam menyelesaikan tes yang berkaitan dengan karangan setelah mahasiswa menerima perlakuan dengan pembelajaran ROPES. Salah satu cara untuk mencapai hasil belajar yang optimal adalah menerapkan model pembelajaran ROPES dianggap lebih logis dan sistematis dalam proses belajar-mengajar. Sedangkan Model Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada proses perbaikan dan peningkatan kemampuan berpikir mahasiswa. Kemampuan berpikir memerlukan kemampuan mengingat dan memahami, oleh sebab itu kemampuan mengingat adalah bagian terpenting dalam mengembangkan kemampuan berpikir. Artinya, belum tentu seseorang yang memiliki kemampuan juga dalam berpikir.
C. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan uraian-uraian terdahulu, langkah-langkah selanjutnya adalah mengajukan hipotesis. Menurut Kartono, “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau salah. Ia akan ditolak jika faktanya menyangkal, berarti hipotesisnya
salah atau palsu, dan hipotesisnya akan diterima jika faktanya membuktikan kebenarannya.” (Tanjung 2007:30). Ha: Model Pembelajaran ROPES lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir dalam kemampuan menulis karangan argumentasi oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP.
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian memegang peranan penting dalam sebuah penelitian. Sesuai dengan pendapat Arikunto (2000:22) menyatakan, “Metode penelitian merupakan struktur yang sangat penting, karena berhasil tidaknya, demikian rendahnya kualitas hasil penelitian sangat ditentukan oleh ketetapan penelitian”. Untuk mendukung keberhasilan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode eksperimen uji t design two group post-test. B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1.
Lokasi Penelitan Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia, semester enam TA 2014/2015 FKIP-Universitas HKBP NommensenMedan. 2.
Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun pembelajaran 2013/2014.
C. Populasi dan Sampel 1.
Populasi Menurut Arikunto (2002:108), “Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian.” Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa di prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP-Universitas HKBP NommensenMedan semester enam (genap). Berdasarkan pengamatan peneliti, jumlah
mahasiswa semester enam T.A ganjil 2013/2014 dengan rinciannya sebagai berikut:
TABEL I POPULASI MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA NO 1 2 3
Grup A B C Jumlah
Jumlah mahasiswa 40 Orang 40 Orang 46 Orang 126 Orang
2. Sampel Sampel diperoleh melalui teknik sampel kuota atau quota sample. Teknik ini didasarkan pada jumlah yang sudah ditentukan, dengan menghubungkan subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri populasi. Hal yang terpenting adalah terpenuhinya jumlah (quotum) data yang telah ditetapkan. (Arikunto, 2006:141). Penelitian ini bersifat eksperimen sehingga sampel penelitian dibagi atas dua kelompok. Kelompok pertama sebanyak 40 orang (Grup A) sebagai kelompok eksperimen dengan pembelajaran ROPES dan kelompok kedua 40 orang (Grup B) sebagai kelompok kontrol dengan pembelajaran MP PKB.
D. Desain Eksperimen Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang memberikan perlakuan terhadap dua kelompok dalam bentuk pembelajaran. Kedua kelompok tersebut yang kemampuan awalnya sama dapat dicari dengan perlakuan, kemudian kedua kelompok tersebut diberi pengajaran menulis karangan
argumentasi. Untuk kelompok yang satu sebagai eksperimen diberi pengajaran menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dan kelompok satunya lagi sebagai kelas kontrol pengajaran menulis karangan argumentasi dengan Model pembelajaran MP PKB.
TABEL II DESAIN EKSPERIMEN Kelas
Perlakuan
Pos-Test
Eksperimen
X1
T2
Kontrol
X2
T2
Keterangan: X1
: Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran ROPES.
X2
: Pembelajaran dengan mengunakan Model Pembelajaran MP PKB.
TI
: Tes Kemampuan menulis Karangan argumentasi.
T2
: Tes akhir kemampuan menulis Karangan argumentasi. TABEL III
JALANNYA EKSPERIMEN TWO-GROUP PERLAKUAN POST-TEST DESIGN MODEL PEMBELAJARAN ROPES TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI.
Pertemuan Dosen
Mahasiswa
Waktu
1.
Melaksanakan
Mendengarkan dan
2X45
pembelajaran menulis
memperhatikan penjelasan
karangan argumentasi
dosen sesuai dengan
dengan model
prosedur/tahapan dalam
pembelajaran ROPES
pembelajaran
dengan tahapan yang telah ROPES seperti:
2.
ditetapkan sebagai
1. Memberikan ulasan
berikut:
tentang pertanyaan dosen
1. Riview: peninjauan
seputar pelajaran
kembali pengalaman dari
sebelumnya
pengetahuan sebelumnya
2. Pada tahap Overview,
yang sudah mahasiswa
memberikan usul tentang
dimiliki.
langkah-langkah
2. Overiew: gambaran
pembelajaran dalam
ikhtisar (langkah-langkah)
menulis karangan
dan menjelaskannya.
argumentasi.
3. Presentation: Penyajian
3. Pada presentation,
materi dengan kegiatan
mengajukan pertanyaan
yang bervariasi yang
dan argumentasi tentang
terdiri dari telling,
penjelasan dosen mengenai
showing, dan doing.
unsur-unsur karangan
4. Exercise: mengadakan
argumentasi
latihan.
4. Mengadakan latihan
5.Summary: ringkasan
mengenai menulis
kesimpulan tentang
karangan argumentasi
pelajaran yang telah
5. Memberikan pendapat
dipelajari saat itu.
tentang kesimpulan apa
6.Mengontrol mahasiswa
yang telah dibuat dosen
2X45
dalam mengajarkan 3.
karangan argumentasi Mahaiswa kembali menulis
.Post-test
2X 45
sebuah karangan argumentasi dengan materi yang telah disediakan oleh peneliti.
TABEL IV LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKSANAKAN DI KELAS CONTROL Pertemuan 1 Kegiatan Dosen 1. Pendahuluan:
Kegiatan Mahasiswa 1. Pendahuluan:
Tahap orientasi
Menjawab
Mengucapkan dan
Alokasi Waktu 2x 45 Menit
pertanyaan
salam, dosen.
memotivasi Menyimak penjelasan dan
mahasiswa Pemberian
menjawab
pertanyaan
gambaran dosen
tentang
tujuan
yang
hendak
dicapai
dari
materi
dan
proses
pembelajaran Pertemuan 2 Kegiatan Dosen II. Kegiatan Inti
Kegiatan Mahasiswa Kegiatan Inti
Tahap Pelacakan
1. Mengungkapkan
Alokasi Waktu
Penjajakan untuk
pengalaman sesuai
memahami pengalaman
dengan pertanyaan dosen
dan kemampuan mahasiswa dalam memahami karangan
2. Salah satu mahasiswa
argumentasi
membacakan contoh
Tahap Konfrontasi
karangan argumentasi dan
membagikan contoh
mahasiswa lainnya
karangan argumentasi
menyimak.
kepada mahasiswa kemudian meminta salah seorang mahasiswa
3. Menjelaskan,
untuk membacakannya.
mengungkapkan fakta
Tahap Inkuiri
sesuai dengan
Bertanya kepada
pengalamannya,
mahasiswa tentang cara-
memberikan argumentasi
cara memahami sebuah
yang meyakinkan.
karangan argumentasi
4. Menyimak penjelasan,
Tahap Akomodasi
memberikan tanggapan,
Mendorong mahasiswa
dan membuat kesimpulan
agar dapat menentukan
dari hasil memahami
kesimpulan dari
karangan tersebut
karangan tersebut. Penutup:
1.Melaksanakan tugas
Tahap Transfer
dari dosen yaitu menulis
1. Pemberian tugas
karangan argumentasi
TABEL V ASPEK-ASPEK PENILAIAN SERTA BOBOT PENILAIAN TIAP INDIKATOR N
ASPEK PENILAIAN
SKOR BOBOT
O 1. 2. 3. 4. 5.
Kesesuaian Isi Ketepatan Alur Kesatuan Gagasan Kalimat Mekanisme Penulisan Koherensi Kalimat Jumlah Dengan peringkat nilai sebagai berikut:
0 – 25 0 – 25 0 – 20 0 – 15 0 – 15 100
Skor
85-100
Sangat Baik
(A)
Skor
75-84
Baik
(B)
Skor
65-74
Cukup
(C)
Skor
55-64
Kurang
Skor
00-54
Sangat Kurang
(D) (E)
F. Organisasi Pengolahan data Organisasi pengolahan data merupakan langkah-langkah yang memegang peranan penting dalam kegiatan penelitian.Pengolahan data yang terorganisasi akan memudahkan penelitian dalam mengolah data-data yang telah terkumpul. Data yang diperoleh akan diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mentabulasi skor kelas eksperimen
2. Mentabulasi skor kelas control 3. Mencari mean kelompok eksperimen 4. Mencari mean kelompok control 5. Mencari standar deviasi eksperimen 6. Mencari standar deviasi control 7. Mencari standar error eksperimen 8. Mencari stanadar error control 9. Mencari standar error perbedaan mean kelas eksperimen dan kelas control 10. Mencari harga To 11. Menguji persyaratan data dengan uji normalitas dan uji homogenitas
G. Teknik Analisa Data Penelitian ini adalah penelitian eksperimen yaitu hasil belajar mahasiswa yang mengunakan Model Pembelajaran ROPES dan Model Pembelajaran MP PKB Untuk itu rumus digunakan adalah:
To
M1 M 2 SE MI M 2
Keterangan: TO
: Uji “t”
M1
:Mean variabel X1
M2
:Mean variabel X2
SEM1-M2
: Standard error perbedaan mean X1 dan X2
Setelah diketahui jumlah To maka dilanjutakan dengan pengujian hipotesis dengan kriteria pengujian sebagai berikut: Jika to≥ ttabel maka hipotesis nihil ditolak
Jika to< ttabel maka hipotesis nihil diterima H. Jadwal Penelitian TABEL V JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITAN NO
JENIS
BULAN/MINGGU
KEGIATAN
1
persiapan
Maret 1234
April 1234
1234
1234
Mei 1234
Juni 1234
1234
11234
Juli 1234
(Proposal dan 2
Perizinan) Pelaksanaan
3 4
Penelitian Analisis Data Pengiriman
12 34
Laporan
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian Setelah diadakan penelitian terhadap permasalahan yang diambil maka diperoleh
data
masing-masing
kelompok.
Kelompok
eksperimen
(X)
menggunakan sampel sebanyak 40 orang dan kelompok kontrol (Y) menggunakan sampel sebanyak 40 orang. Penelitian ini berupa penelitian eksperimen dengan menggunakan dua kelompok yaitu kelompok eksperimen (X) dengan model pembelajaran ROPES terhadap kemampuan menulis karangan argumentasi dan kelompok kontrol (Y) dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Setelah data penelitian ini terkumpul, selanjutnya adalah menganalisis data. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dapat dilihat di bawah ini. 1. Mentabulasi Skor Kelompok Eksperimen (X) TABEL VI SKOR KELOMPOK EKSPERIMEN (X) NO
NAMA
PRETEST
POSTEST
1
Henny Indriawati Hulu
60
65
2
Endang Prasetya Purba
60
80
3
Intan Silaban
55
65
4
Vina Merina br. Sianipar
70
80
5
Goklas Simaremare
70
85
6
Lidia Theresia Siringoringo
65
85
7
Gloria Rivael Sembiring
70
95
8
Lastri Nainggolan
70
80
Brikman
Br.
9
Lela Novida Simbolon
65
70
10
Ikawidiati Sinaga
60
75
11
Rita Marsaulina Pasaribu
50
65
12
Meri Christina Lumbantoruan
70
75
13
James Nainggolan
75
85
14
Fainto Girsang
60
65
15
Amrin Jafetman Sinaga
70
80
16
Masni Silaban
70
75
17
Edo Salomo Sormin
70
90
18
Bintoro Pandapotan Simanullang
50
70
19
Virgina Rosti Situmorang
75
90
20
Ernesta Br.Ginting
60
70
21
Marissan Simamora
65
80
22
Rapiana Gultom
60
75
23
Eva Friska Tarigan
60
75
24
Milta Febriansi Sembiring
60
80
25
Devika Diniati Hasibuan
75
90
26
Listari Manurung
70
95
27
Rayona Tampubolon
60
65
28
Wilda Mei Santi Irene S
80
95
29
Epin Donta Ginting
60
70
30
Chrisma Siahaan
70
80
Natalia Lianson
Dumasari
Br.
br.
31
Nelly Agustina Manik
50
70
32
Ceria Kisti Br. Tarigan
70
90
33
Juwita Siregar
70
80
34
Jane Andriani Ginting
60
80
35
Agus Sanro Siregar
55
70
36
Ruth Helena Nainggolan
50
75
37
Deswin Tarigan
70
75
38
Dameria Sijabat
70
85
39
Lilis DDebora Gultom
50
75
40
Isa Bella Br. Sembiring
75
85
JUMLAH
2575
3135
RATA-RATA
64,38
78,38
Rio
Pranata
Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas diperoleh penyebaran nilai 65 sampai 95. Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 95. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES yaitu total nilai dibagi jumlah siswa (sampel), yaitu 3135 : 40 = 78,38. Dengan demikian hasil menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 78,38. Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini. TABEL VII
DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK EKSPERIMEN (X) X
F
FX
X
X2
FX2
65
5
325
-13,38
179,02
895,10
70
6
420
-8,38
70,22
421,32
75
8
600
-3,38
11,42
91,36
80
9
720
1,62
2,62
23,58
85
5
425
6,62
43,82
219,10
90
4
360
11,62
135,02
540,08
95
3
285
16,62
276,22
828,66
40
FX 3135
FX
2
3019,20
Dari tabel di atas dapart dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error variabel yaitu: a. Rata- rata (Mean) variabel X
MX
=
fX N
=
3135 40
= 78,38 b. Standar Deviasi Variabel X
SD =
fx
2
N
=
3019,20 40
= 75,48
= 8,69 c. Standar Error Variabel X SE=
SD X N1
=
=
=
8,69 40 1
8,69 39
8,69 6,24
= 1,39
TABEL VIII DATA HASIL PEMBELAJARAN KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK KONTROL (VARIABEL Y) N O
NAMA
PRETEST
POSTEST
1
Reni Nelli Tania Manalu
55
60
2
Parida
75
80
3
Nova Yanti Manurung
60
65
4
Marita Butarbutar
75
80
5
Ria Silitonga
50
55
6
Mey Susanti Gultom
65
75
7
Laurence Tampubolon
80
90
8
Naomisari Sitanggang
55
65
9
Lentina Sitinjak
80
90
10
Answar Jili Tinambunan
60
70
11
Imrawinati Tinambunan
80
75
12
Minarti Manalu
65
70
13
Elitawati Simanihuruk
55
65
14
Betaria Fronika Silalahi
80
80
15
Jeni Sartika Agnes Br. Sihotang
65
70
16
Friska Yanti Ginting
80
90
17
Eka Juita Situmorang
55
60
18
Irma Erviana Perangin-angin
60
70
Br.
Br.
19
Wira marventi Neria. S
55
65
20
Anna Tarigan
80
90
21
Sri Sudewi Manalu
65
75
22
Risma Br. Lumantobing
75
75
23
Libra Simatupang
65
65
24
Ema Ragilian Br. Tarigan
75
80
25
Eva Maria Ginting
55
65
26
Rosliani Br. Bukit
65
75
27
Anggreni Br. Surbakti
60
65
28
Soliana Sitanggang
65
70
29
Martini Simanjuntak
75
75
30
Tri Lestari Hutabarat
45
55
31
Ance Rohdearni Purba
60
70
32
Navyanti Sitompul
45
55
33
Dewi Rita Sitindaon
70
70
34
Herliyana Sitepu
55
70
35
Ruth Damayanti Sinaga
65
70
36
Kristina Natalia
55
60
37
Visi Wintan Reka Widya T.
75
75
38
Paiman Pandiangan
60
80
39
Paulina Trisetya Watu
60
75
40
Tetty Agus Simanjuntak
65
75
Sari
Natalia
Raema
Br.
Sari
JUMLAH
2585
2865
RATA- RATA
64.63
71.63
Berdasarkan nilai kemampuan menulis karangan argumentasi di atas diperoleh penyebaran nilai 55 sampai 90. Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 90. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui nilai rata-rata hasil belajar menulis karangan argumentasi dengan model Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) yaitu total nilai dibagi jumlah siswa (sampel), yaitu 2865 : 40 = 71,63. Dengan demikian hasil menulis karangan argumentasi dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) pada kategori baik yaitu dengan nilai rata-rata 71,63. Kemudian berdasarkan data di atas, maka langkah selanjutnya melakukan analisis yang pendeskripsiannya dapat dilihat di bawah ini. TABEL IX DISTRIBUSI FREKUENSI SKOR KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN ARGUMENTASI PADA KELOMPOK KONTROL (Y) Y
F
FY
Y
Y2
FY2
55
3
165
-16,63
276,56
829,67
60
3
180
-11,63
135,26
405,77
65
7
455
-6,63
43,96
307,70
70
9
630
-1,63
2,66
23,91
75
9
675
3,37
11,36
102,21
80
5
400
8,37
70,06
250,28
90
4
360
18,37
337,46
1349,83
40
FX 2865
FX 3369,37
Dari tabel di atas dapat dicari rata- rata, standar deviasi dan standar error variabel yaitu: a. Rata-rata (Mean) Variabel Y M =
fY N
=
2865 40
= 71,63 b. Standar Deviasi Variabel Y SD =
fY
2
N
=
3369,37 40
= 84,23
= 9,18
c.
Standar Error Variabel Y SE
=
=
=
=
SD Y N 1
9,18 40 1
9,18 39
9,18 6,24
= 1,47 3. Mencari Standart Error Variabel X dan Variabel Y
SE MX MY
= SE MX SE MY
= 1,392 1,47 2
= 1,93 2,16
= 4,09
= 2,02 Dari perhitungan di atas diperoleh standar error perbedaan mean kelompok eksperimen (X) dan kelompok kontrol (Y) = 2,02
B. Pengujian Persyaratan data Penganalisisan data menggunakan statistik komparasi yaitu dengan menggunakan uji “t”. Analisis ini digunakan dengan persyaratan bahwa yang diteliti adalah populasi yang berdistibusi normal dan varians dari kelompokkelompok yang membentuk sampel homogen. Dengan demikian normalitas dan homogenitas
merupakan
persyaratan
dasar
bagi
berlakunya
analisis
komparasional. a. Uji Normalitas 1) Uji Normalitas Data Kelompok Eksperimen (X) Untuk menguji normalitas dapat digunakan uji normalitas Lilliefors. Berikut tabel uji normalitas variabel X. TABEL X UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK EKSPERIMEN (X) X
f
Fkum
Zi
F(Zi)
S(Zi)
L
65
5
5
-1,54
0,06
0,13
0,07
70
6
11
-0,96
0,17
0,28
0,11
75
8
19
-0,39
0,35
0,48
0,13
80
9
28
0,19
0,58
0,70
0,12
85
5
33
0,76
0,78
0,83
0,05
90
4
37
1,34
0,91
0,93
0,02
95
3
40
1,91
0,97
1,00
0,03
Untuk pengujian normalitas data kelompok eksperimen (X) di atas, perhitungannya sebagai berikut: Diketahui rata-rata variabel X = 78,38 a) Simpangan Baku S2 =
(X X )
2
N =
=
(65 - 78,38) 2 (70 78,38) 2 . (95 78,38) 2 40
3019,20 40
S2 = 75,48 S = 75,48 = 8,69
c) Bilangan Baku (Zi) Zi =
X X S
=
65 78,38 8,69
= -1,54 Demikian untuk mencari Zi selanjutnya, d) F(Zi) = 0,5
Zi ( tabel distribusi normal)
= 0,5 – 0,4382 = 0,06 Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya. e) S (Zi)
=
=
f kum N
5 40
= 0,13
Demikian untuk mencari S (Zi) selanjutnya. f) L
= F(Zi) – S (Zi) = 0,06 – 0,13 = -0,07
(dimutlakkan)
= 0,07 Demikian untuk mencari L selanjutnya. Berdasarkan tabel di atas, didapat L
= 0.13 dengan menggunakan hitung
0,05
dan N = 40, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh
L
= tabel
0.14. Ternyata L
(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel tabel
X berdistribusi normal.
2) Uji Normalitas Data Kelompok Kontrol (Y) TABEL XI UJI NORMOLITAS DATA KELOMPOK KONRL (Y) X
f
Fkum
Zi
F(Zi)
S(Zi)
L
55
3
3
-1,18
0,04
0,08
0,04
60
3
6
-1,27
0,10
0,15
0,05
65
7
13
-0,72
0,24
0,33
0,09
70
9
22
-0,18
0,43
0,55
0,12
75
9
31
0,38
0,65
0,78
0,13
80
5
36
0,91
0,82
0,90
0,08
90
4
40
2,00
0,98
1,00
0,02
Untuk pengujian normalitas data kelompok kontrol (Y) di atas, perhitungannya sebagai berikut: Diketahui rata-rata variabel Y = 71,63 a) Simpangan Baku S2 =
(X X )
2
N =
=
(55 - 71,63) 2 (60 71,63) 2 . (90 71,63) 2 40
3369,37 40
S2 = 84,33 S = 84,33 = 9,18
c) Bilangan Baku (Zi)
Zi =
X X S
=
55 71,63 9,18
= -1,81 Demikian untuk memcari Zi selanjutnya, d) F(Zi) = 0,5
Zi ( tabel distribusi normal)
= 0,5 – 0,4649 = 0,04 Demikian untuk mencari F(Zi) selanjutnya. e) S (Zi)
=
=
f kum N
3 40
= 0,08 Demikian untuk mencari S (Zi) selanjutnya.
f) L
= F(Zi) – S (Zi) = 0,04 – 0,08 = -0,04
(dimutlakkan)
= 0,04 Demikian untuk mencari L selanjutnya. Berdasarkan table di atas, didapat L
= 0.13
dengan menggunakan
hitung
0,05
dan N = 40, maka nilai kritis melalui uji Lilliefors diperoleh
L
= tabel
0.14. Ternyata L
(0.13 < 0.14) ini membuktikan bahwa data variabel tabel
Y berdistribusi normal. b. Uji Homogenitas Variansi Populasi Untuk menguji homogenitas data diperlukan uji Barttlett. Perhitunganya sebagai berikut : Diketahui
:
X = 75,48 S
2
S
2
Y = 84,23
Derajat kebebasan (dk)
dk = N – 1 = 40 - 1 = 39 TABEL XII HARGA- HARGA YANG PERLU UNTUK UJI BARTLETT SAMPE
DK
1/DK
S
X
39
0,03
75,48
1,88
73,32
Y
39
0,03
84,23
1,93
75,09
L
2 i
78
2
=
n is n i
2 i
i i
=
n x 1 s x2 n y 1s y2
n
=
x
ny 2
39 75,48 3984,23 78
=
6228,69 78
= 79,86 2) Harga Satuan B B
2 i
(dk) log S
148,41
1) Variansi Gabungan Sampel S
log S
= log
s 2 ni 1
= (log 79,86)(78) = (1,90) (78) = 148,20
2 i
3) Selanjutnya digunakan uji Bartlett dengan Chi- Kuadrat x
= (In 10) { B
2
N
I
1 log s
2 i
}
= (2,3026) {148,20 – 148,41} = (2,3026) (-0,21) = -0,48 (dimutlakkan) = 0,48 Dari perhitungan di atas diperoleh X2 hitung sebesar 0,48. Harga X 2 tabel (Chi-Kuadrat) pada taraf kepercayaan 95% dengan dk 39 adalah 43,38. Ternyata X2 < X2 tabel yaitu 0,48 < 43,8. Hal ini membuktikan bahwa variansi populasi adalah homogen. 4. Pengujian Hipotesis Setelah dicari normalitas dan homogenitas dari kelompok eksperimen (X) dan kelompok kontrol (Y) maka hasilnya menunjukkan bahwa persyaratan analisis dalam penelitian ini berdistribusi normal dan bervarians kelompokkelompok sampel adalah homogen. Hal ini menunjukkan bahwa persyaratan analisis dalam penelitian ini terpenuhi, sehingga dapat dilanjutkan pada pengujian lebih lanjut yaitu pengujian hipotesis dengan uji “t” menggunakan rumus Sudijono (2004 : 315) t
= 0
=
=
M X MY SE MX MY
78.38 71,63 2,02
6,75 2,02
= 3,34
dikonsultasikan dengan ‘r’ untuk mengetahui berapa %
keefektifannya, maka: r = t02 r = 3,342 r = 11,16% Setelah t diperoleh, selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel t pada taraf signifikansi 5% maupun 1% dan dengan dk = (Ni + N2) – 2 =(40 + 40) – 2 = 78. Pada tabel t dengan dk = 78 diperoleh taraf signifikan 5% = 2 dan taraf signifikan
1% = 2,65, karena t yang diperoleh lebih besar dari t
tabel
yaitu 2 < 3,34 > 2,65.
0
Maka hipotesis nihil (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H a) diterima. Hal ini berarti dalam pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran
ROPES
lebih
efektif
dibandingkan
Model
Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) oleh mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia FKIP Universitas HKBP Nommensen.
B. Temuan Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis di atas dapat dikemukakan hal-hal berikut: 1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil akhir mahasiswa pada pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan model pembelajaran
ROPES
Kemampuan Berpikir.
dan
Model
Pembelajaran
Pengembangan
2. Hasil akhir menulis karangan argumentasi mahasiswa menggunakan model pembelajaran ROPES lebih efektif dari pada hasil mahasiswa yang menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir. 3. Rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan menggunakan model pembelajaran ROPES adalah 78,38, sedangkan rata-rata (mean) hasil akhir mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan menggunakan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah 71,63.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan: 1. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan model pembelajaran ROPES adalah 95 dan nilai terendahnya 65. Dengan demikian, nilai rata-rata (mean) kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan model ROPES adalah 78,38. 2. Nilai tertinggi kemampuan menulis karangan narasi dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah 90 dan nilai terendahnya 55. Dengan demikian, nilai rata-rata (mean) kemampuan mahasiswa menulis karangan argumentasi dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) adalah 71,63
3. Hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan menggunakan model pembelajara ROPES lebih baik dibandingkan dengan hasil pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan Model Pembelajaran Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB). Hal ini dapat dilihat dari perbedaan rata-rata yang diperoleh kedua kelompok. 4. Pembelajaran menulis karangan argumentasi dengan model pembelajaran ROPES
lebih
efektif
digunakan
daripada
Model
Pembelajaran
Pengembangan Kemampuan Berpikir (MP PKB) yakni t0 = 3,34, ttabel 5% = 2 dan 1% = 2,65 atau 2<3,43>2,65. B. SARAN 1.
Kemampuan karangan argumenetasi mahasiswa dengan model pembelajaran ROPES sudah baik, namun masih perlu ditingkatkan. Hal ini bisa saja dilakukan dengan memberikan latihan yang maksimal kepada mahasiswa.
2.
Pemahaman
guru
terhadap
model-model
pembelajaran sebaiknya ditingkatkan agar proses pembelajaran menulis karangan argumentasi mahasiswa lebih meningkat lagi. 3.
Keefektifan
pembelajaran
menulis
karangan
argumentasi dengan model pembelajaran ROPES dapat mengalami penurunan. Maka perlu diadakan penelitian lanjutan guna mendapatkan masukan yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA Aam, Sadirman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar Pedoman Bagi Guru.Jakarta. Akhadiah, Sabarti, dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga. Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Pendidikan. Bandung : Angkasa Alwi, Hasan, dkk. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Arikunto, Suharsimi. 1990. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. ________ 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta ________ 2002. Preosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Bangun, Raskita. 2007. Pemamfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Objek dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi oleh Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Brastagi Tahun Pembelajaran 2006/2007. Skripsi Sarjana Pendididkan Bahasa Indonesia: Unimed. Barnas. 2007. Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya. (www. Geogle.com) diakses 15 juli 2008. Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. De Potter, Bobbi dan Mike Hernacki. 2002. Quantum Learning. Bandung: Kaifa.
Handoko, T. Hani. 2002.Manajemen Edisi Kedua. Yogyakarta: BPEE. Keraf, Gorys. 1982. Eksposisi dan Deskripsi. Ende Flores: Nusa Indah. Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung : Irama Widya. Maharimin, Ismail. 1994. Menulis Secara Populer. Jakarta : Dunia Pustaka Jaya. Moeliono. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Mulyasa. E. 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Ramlan, M. 1993. Paragraf. Yogyakarta : Andi Offset Semi, Atar. 1993. Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung:Angkasa. Sudijono, Anas. 2005. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sudjana. 2001. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production. Surakhmad, Winarno. 1985. Pengantar Penelitian Pendidikan. Bandung: Tarsito. Tarigan, Djago. 1986. Membina Keterampilan Menulis Paragraf. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Tarigan, Hendri Guntur. 1985. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa. Widyamartaya, A. 1983. Seni Menuangkan Gagasan. Yogyakarta: Kanisius.