LAPORAN LEARNING FORUM II PNPM PEDULI
Makassar, 21 – 23 September 2012
Ringkasan Forum Pembelajaran II merupakan forum yang menyediakan ruang saling belajar dan melakukan review usaha yang dilakukan kelompok marjinal. Review tersebut dilakukan untuk memastikan sejauh mana keberlanjutan dan kualitas usaha ekonomi kelompok dampingan program PNPM Peduli yang telah berjalan sejak Juni 2011. PNPM Peduli sendiri bertujuan untuk memperkuat kapasitas Organisasi Masyarakat Sipil (OMS) Indonesia dalam menjangkau dan memberdayakan kelompok‐kelompok marginal1 untuk memperbaiki keadaan sosial ekonomi mereka. PNPM Peduli merupakan sebuah program pilot di bawah payung PNPM Mandiri yang berupaya melengkapi PNPM Mandiri yang bekerja sama dengan kelompok kelompok marginal. PNPM Peduli berupaya untuk menyerap dan belajar dari praktek-praktek penanggulangan kemiskinan inovatif dan inklusif dari OMS, seraya memperkuat kapasitas organisasi mereka. Forum ini diselenggarakan 21-23 September 2012 di kota Makasar. Forum Pembelajaran II dihadiri 35 orang dari unsur kelompok dampingan (15) OMS (15) dan EOs termasuk IP, PSF dan Pemerintah. Kelompok dampingan yang hadir merupakan perwakilan beberapa kelompok usaha yang mendapatkan dukungan kapasitas melalui program PNPM Peduli. Kelompok tersebut berasal dari Papua, Sulawesi Selatan, Ambon, Kalimantan, NTB, NTT serta Jawa. Daftar organisasi peserta seperti Lampiran-1. Agenda utama forum ini terbagi menjadi beberapa bagian: (1) Sharing hasil pembelajaran kelompok kelompok terpilih dalam membangun dan mengembangkan usahanya, (2) Dialog dengan pelaku usaha lokal dari Makasar beserta instansi pemerintah terkait, (3) Kunjungan lapangan ke beberapa kelompok usaha mikro di Kabupaten Gowa, (4) Review strategi bisnis plan serta (5) Pameran hasil usaha kelompok dampingan. Di akhir sesi disusun rencana kerja per kelompok usaha bersama OMS pendamping dan EO/IP untuk mengembangkan usaha-usaha yang telah dirintisnya. Dalam Forum Pembelajaran II ini, selain sharing pengalaman juga dilakukan review terhadap tahapan pengembangan usaha, baik dalam pembuatan bisnis plan, membangun kerjasama dengan pihak lain serta mengorganisir usaha dalam kelompok marginal. Metode belajar yang digunakan cukup bervariasi yaitu teknik diskusi kelompok, diskusi pleno, metode fishbowl, diskusi cafe (warung) dengan nara sumber maupun diskusi berdasarkan bukti melalui kunjungan lapangan dan kunjungan dari stand ke stand pameran lainnya. Berdasarkan hasil forum pembelajaran ini, masing-masing peserta diharapkan untuk berupaya dalam menindaklanjuti rencana kerja yang kongkrit untuk memperbaiki usahanya. Latar Belakang Pilot program PNPM Peduli yang dijalankan sejak Maret 2011 telah membuahkan banyak pengalaman berharga bagi banyak kelompok marjinal. Dalam fase pertama, PNPM Peduli bekerja bersama 72 OMS di 231 desa, 85 kabupaten/kota di 24 propinsi dan telah menjangkau 9.125 penerima manfaat. Pembelajaran dan pengalaman cerdas, mewarnai berbagai kegiatan di lapangan khususnya dalam pengembangan usaha yang dijalankan oleh kelompok-kelompok marjinal. Walau menemukan berbagai kendala dan tantangan, kelompok mampu menyelesaikannya lewat berbagai inovasi. Kelompok marjinal yang sering mempunyai banyak keterbatasan dan akses bila dibandingkan dengan kelompok masyarakat pada umumnya, mendapatkan berbagai kapasitasi dan pendampingan dalam program ini terutama dalam pengembangan usaha.
1
Dalam konteks PNPM Peduli, kelompok ini disebut kelompok rentan atau vulnerables yang sering disebut sebagai sampah masyarakat dan dijauhi dari pergaulan sosial umumnya sebagai warga biasa dan dijauhi dari kelompok warga biasanya – Sujana Royat.
Menurut laporan PNPM Peduli kuartal terakhir, 88% dari total kegiatan PNPM Peduli pada tahap ini berpusat kepada pengembangan usaha ekonomi dan mata pencaharian. Aktivitas-aktivitas tersebut termasuk membantu kelompok marjinal dalam mendirikan dan mengembangkan usaha ekonomi kecil. Sebagian besar dari kelompok yang ikut serta dalam kegiatan pengembangan usaha ekonomi ini mempunyai kapasitas yang terbatas dalam mengakses pasar, permodalan dan strategi pemasaran. Bahkan, beberapa diantara mereka juga masih membutuhkan pendampingan yang berkelanjutan serta dukungan. Kegiatan ini juga memberi kesempatan bagi usaha-usaha kecil ini untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman dan keterampilan diantara mereka dalam mengembangkan usaha yang berkelanjutan. Forum yang dirancang sebagai upaya menyediakan media untuk sharing pembelajaran sekaligus mereview pengetahuan usaha mereka bersama kelompok-kelompok lainnya. Forum ini melibatkan mitra OMS daerah beserta penerima manfaat, yaitu perwakilan dari kelompok yang terpinggirkan. Acara ini berfokus kepada aspek pembelajaran dan bertukar pengetahuan tentang kegiatan usaha ekonomi lokal, baik secara teori maupun praktek, serta membuka ruang untuk membangun jaringan antara mitra OMS lokal dan kelompok dampingannya. Tujuan Forum ini bertujuan menyediakan ruang sharing belajar, berbagi pengalaman dan pengetahuan serta melakukan review usaha bagi kelompok marjinal untuk memastikan keberlanjutan dan kualitas usaha ekonomi lokal kelompok dampingan. Forum ini juga memfasilitasi proses membangun jaringan antara OMS lokal dan pelaku usaha kecil, yang dapat membantu pengembangan kualitas dan keberlanjutan usaha mereka melalui saling belajar, berbagi pengalaman, keahlian, praktek baik dan transfer pengetahuan dalam jaringan PNPM Peduli. Format Dalam mendukung proses belajar yang interaktif, Forum pembelajaran ini dirancang dengan metode partisipatif dan melibatkan berbagai aktivitas yang berbeda dalam membantu proses sharing dan praktek baik, peer learning dan membangun jejaring: 1. Presentasi usaha terpilih: 5 usaha terpilih memaparkan dan berbagi kisah sukses mereka. Presentasi tersebut mengarisbawahi keberhasilan dalam membentuk jaringan dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya, tantangan selama implementasi program, serta strategi kedepan. 2. Diskusi dengan nara sumber: 3 nara sumber memberikan paparan secara bersama-sama (dengan metode café berputar) kepada para peserta fórum pembelajaran. Diskusi ini memberikan kesempatan kepada peserta untuk belajar tentang berbagai aspek yang berbeda dalam sebuat usaha. 3. Kunjungan Lapangan: Para peserta pergi berkunjung ke 4 kelompok usaha yang berbeda. Dari kegiatan ini, para peserta berkesempatan untuk mengali lebih jauh tentang faktor penting apa saja yang dibutuhkan dalam membangun sebuah usaha yang berhasil. 4. Temu Bincang: 3 pengusaha wanita setempat diundang untuk membagi pengalaman mereka dalam membangun usaha mereka. Temu bincang ini memberikan motivasi, terutama bagi mereka yang baru memulai usahanya. 5. Diskusi Plano dalam perumusan tindak lanjut: EO, OMS, beserta kelompok dampingan secara bersama sama merumuskan rencana tindak lanjut untuk memperkuat usaha mereka. Rencana ini akan kembali didiskusikan bersama setelah mereka kembali ke tempat asal masing-masing.
Output a. 4 studi kasus tentang praktek baik dalam membangun dan menjalankan usaha kecil, b. Jaringan baru bagi para pelaku usaha ekonomi kecil sebagai sumber informasi dalam mengembangkan usahanya (baik dari dalam ataupun dari luar jaringan PNPM Peduli) c. Daftar perubahan pada kelompok marjinal mengenai peningkatan usaha ekonomi yang dilakukannya, termasuk perubahan dan perkembangan usahanya, d. Daftar kebutuhan kapasitas dari setiap OMS bersama kelompok dampingan yang mendukung kegiatan ekonomi penghidupan /livelihood, memperkuat akses keuangan dan pasar, analisa rantai perubahan supply chain analysis dan strategi promosi, e. Daftar kiat sukses dalam mengelola dan mengembangkan usaha kecil, f. Daftar tantangan dan kesempatan dalam mengembangkan usaha kecil, termasuk analisa resiko dalam mengembangkan usaha, g. Rencana usaha (business plan) dari setiap OMS bersama kelompok dampingan untuk mengembangkan usaha ekonomi termasuk strategi membuka pasar dan peluang yang lebih luas. h. Dokumentasi proses pembelajaran dalam bentuk video interview, catatan jurnal harian dan komik yang mengilustrasikan cerita dan pengalaman dalam membangun usaha ekonomi i. Cerita tentang penerima manfaat dan kegiatan usahan yang menginspirasi, ditulis oleh perwakilan EO dan IP. Proses Pembelajaran 1. Diskusi Kelompok dengan Nara Sumber dengan topik akses terhadap pasar 3 pembicara diundang untuk memberikan saran praktis dan memotivasi para pelaku usaha lokal beserta OMS yang mendampingi dalam mengakses pasar serta memaparkan berbagai faktor yang memberikan kontribusi terhadap usaha yang sukses. Peserta berkesempatan untuk membahas 3 masalah utama dalam mengakses pasar, yaitu segmentasi pasar dan pengembangan produk, dukungan dari pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya dan pendekatan psikologis ke pasar. 3 pembelajaran utama dari sesi ini adalah: (1) Tentukan segmentasi pasar dan meningkatkan kualitas produk di semua mata rantai produksi. Sangatlah penting untuk melakukan analisis pasar sebelum menentukan pangsa pasar yang ingin dituju, termasuk memahami kekuatan pesaing dan positioning produk. Kemasan yang menarik amatlah penting untuk menarik perhatian pelanggan yang kemudian diikuti dengan mempertahankan kualitas produk. Selain itu, promosi juga memainkan peranan penting dalam membangun citra produk. (2) Dukungan dari pemerintah daerah dan sektor swasta untuk memperkuat usaha. Sebelum meminta dukungan eksternal baik dari sektor pemerintah ataupun swasta, semua usaha disarankan untuk mengidentifikasi kebutuhan mereka. Dalam memperkuat keterampilan negosiasi, dan memahami pentingnya kewirausahaan sosial, BP3ED (Badan Pusat Promosi Ekspor Dan PELATIHAN Daerah) sebagai lembaga pemerintah mampu menyediakan dukungan dan berbagai pelatihan. Namun sayangnya, jenis pelayanan ini tidak tersedia secara nasional dan hanya terbatas pada propinsi tertentu saja. (3) Pendekatan psikologis diperlukan dalam melakukan penetrasi pasar. Dalam beberapa kasus, mengubah persepsi masyarakat tentang produk dan menciptakan kebutuhan untuk produk adalah 2 kiat sukses dalam menciptakan pasar untuk produk tertentu. Dalam rangka memperkuat dan memperluas usaha, amatlah penting untuk membangun kemitraan publik-swasta.
2. Kunjungan Lapangan Peserta dibagi menjadi empat kelompok yang mengunjungi usaha sukses lokal di Kabupaten Gowa. Melalui diskusi dengan pelaku usaha lokal, mereka mempelajari kunci sukses dan faktor pendorong untuk kelangsungan usaha. Sebagian besar kelompok berbagi aspek serupa yang turut berkontribusi terhadap keberhasilan dan bisnis yang berkelanjutan. Beberapa faktor kunci adalah sebagai berikut: (1) Akses permodalan. Ada berbagai cara dalam mengakses permodalan. Bagi beberapa usaha, kontribusi kolektif dari tiap anggota kelompok adalah salah satu cara utama dalam mendapatkan modal. Ada juga yang memperoleh pinjaman dari lembaga keuangan. Disamping itu bantuan dari pemerintah (misalnya mesin, pendanaa dan pelatihan) adalah area yang juga perlu dieksplorasi lebih lanjut. Selanjutnya, perlu dicermati bahwa sebagian keuntungan usaha dapat disisihkan untuk investasi. (2) Kemasan yang menarik dan kontrol kualitas produk. Kemasan yang menarik biasanya merupakan strategi yang paling jitu dalam menarik perhatian pelanggan, tentunya diikuti dengan menjaga kualitas produk untuk menjaga kepercayaan pelanggan. Standardisasi produk dan inovasi dalam berusaha adalah beberapa aspek kunci untuk memperluas pasar yang ada. (3) Keberlanjutan usaha dan modal sosial (social capital). Semua usaha lokal yang dikunjungi adalah kelompok usaha berbasis komunitas. Dinamika kelompok turut memberikan kontribusi terhadap keberlanjutan usaha kecil. Kepercayaan dan gotong-royong dalam menjalankan usaha adalah aspek penting untuk memperkuat usaha kelompok. (4) Meningkatkan keterampilan. Hampir semua aktivitas usaha kecil dari PNPM Peduli adalah usaha padat karya yang membutuhkan usaha lebih dalam membangun keterampilan yang signifikan. Kerja magang pada usaha yang lebih sukses dan pendampingan intensif adalah 2 cara yang paling relevan dalam meningkatkan keterampilan berproduksi. Namun, untuk beberapa kasus (seperti tenun sutra), berkurangnya minat generasi muda dalam melestarikan budaya tenun memberikan dampak yang kurang baik bagi kapasitas produksi dalam usaha tersebut. (5) Motivasi dan mental sebagai pengusaha. Mentalitas kewirausahaan harus dibangun secara internal. Semua usaha sukses yang dikunjungi dalam kunjungan lapangan, telah melewati masa "pasang surut" dalam berusaha. Karakteristik penting untuk membangun mentalitas kewirausahaan adalah terbuka terhadap kritik dan tidak mengenal kata kegagalan. (6) Strategi Pemasaran. Ada berbagai cara dalam pemasarkan produk/jasa, mulai dari yang berbiaya rendah seperti (pemasaran door to door atau beriklan dari mulut-mulut) sampai untuk promosi anggaran yang tinggi (berpartisipasi dalam pameran) 3. Temu Bincang 3 pelaku usaha lokal berbagi pengalaman mereka dalam menjalankan usaha mereka, strategi dalam mengatasi tantangan dan memberikan tips praktis dalam mengembangkan usaha. 3 poin pembelajaran utama yang ditarik dari sesi ini adalah: (1) Pelajaran Penting: memaksimalkan peranan kelompok dalam memanfaatkan potensi lokal, berinovasi dan berkreatifitas adalah faktor penting untuk mengembangkan usaha, ditambah dengan perlunya menumbuhkan mentalitas kewirausahaan serta menjaga kualitas produk serta mengeksplorasi segmentasi pasar. (2) Tantangan: manajemen sumber daya manusia termasuk kurangnya keterampilan, kompetensi dan keahlian di beberapa fungdi tertentu, seperti pengelolaan usaha dan manajemen keuangan. Ketatnya regulasi dalam administrasi PNPM dan tingginya tingkat dalam meraih pasar bebas, dan jaringan yang terbatas juga menjadi tantangan serius yang harus ditindaklanjuti dengan cerdas. (3) Peluang: adanya forum untuk berbagi pengalaman & keahlian serta pembelajaran, hubungan baru dengan pemerintah di tingkat nasional dan daerah untuk memperkuat usaha, mengangkat kearifan & pengetahuan lokal sebagai nilai tambah dalam positioning produk.
4. Diskusi Kelompok dengan 3 sub tema Diskusi kelompok dalam 3 topik berbeda yang akan membahas; (1) Aset Usaha, (2) Pemasaran dan promosi, (3) Akses permodalan. (1) Aset Usaha. Kelompok membahas dan menguraikan lebih lanjut dalam memahami aset usaha yang ada, selain itu mereka juga mengidentifikasi dan mengeksplorasi bagaimana cara pemanfaatan asset usaha tersebut. Kedepannya ada beberapa rencana tindak lanjut yang akan mereka lakukan, misalnya memperkuat jaringan dengan pemerintah daerah serta pemangku kepentingan lainnya, magang dan pendampingan serta memaksimalkan peran media dalam mengumpulkan dan menyebarkan informasi. (2) Pemasaran dan Promosi. Kelompok membahas strategi pemasaran dan kegiatan promosi. Pada awal mereka berdiskusi dan mengeksplorasi beberapa media promosi yang berbeda serta komponen harga jual. Disamping itu mereka juga membahas pentinya memasukkan komponen pengeluaran / biaya dan nilai kapasitas produksi dalam menentukan harga jual. Tak kalah pentingnya, tingkat inflasi dan standardisasi produk yang juga patut diperhitungkan. (3) Akses permodalan. Kelompok menguraikan berbagai jenis akses permodalan, yaitu CSR, program-program bantuan dari pemerintah dan dari lembaga keuangan. Kelompok ini mencatat pentingnya kriteria yang berbeda dari setiap lembaga, misalnya legalitas, sinkronisasi dengan program tertentu atau perlunya lembaga penjamin yang cukup terpercaya. Dalam diskusi ini, ada beberapa hal penting untuk ditindaklanjuti: Kelompok Marginal tidak dapat mengakses lembaga perbankan/keuangan dikarenakan oleh peraturan yang amat kaku. Peran EO & CSO untuk mengadvokasi peraturan publik tentang akses terhadap permodalan, khususnya bagi usaha yang didirikan oleh kelompok marjinal. Rekomendasi Dengan bantuan dan dukungan dari EO, OMS meninjau rencana bisnis yang sudah ada dengan meningkatkan dan memperkuat dalam beberapa aspek untuk menjamin keberlanjutan usaha. Review termasuk, riset pasar, analisis pesaing, strategi pemasaran, dan rencana keuangan. EO, didukung oleh PSF Peduli Capacity Building Advisor untuk membahas training kewirausahaan yang komprehensif namun sederhana untuk CSO bersama dengan penerima manfaat mereka. Hal ini akan diikuti dengan pendampingan intensif dalam merancang rencana bisnis. EO & IP, didukung oleh PSF, merekrut ahli economic livelihood yang dapat memberikan panduan strategis pada peningkatan kualitas usaha yang ada. Tidak hanya menilai rencana bisnis, tetapi juga arahan strategis tentang bagaimana membuat usaha yang berkelanjutan. Mencari peluang untuk kerja magang pada usaha yang lebih sukses sebagai 'on the job training' sebelum menjalankan usaha mereka sendiri. Kerja magang ini bertujuan untuk mempertajam keahlian teknis dan juga dalam pemahaman tentang administrasi bisnis dan manajemen keuangan. Mencari peluang kerjasama dengan ILO untuk memerikan pelatihan dasar tentang manajemen kewirausahaan. Menyediakan ruang-ruang belajar antar kelompok usaha secara rutin untuk memperbaiki kualitas produk, pengelolaan usaha hingga pemasaran serta strategi kerjasama dengan pihakpihak yang mampu mendukung usahanya. Membuat ruang-ruang promosi agar produk kelompok-kelompok marginal mulai dikenal oleh masyarakat umum.
Lampiran 1: Daftar Peserta Learning Forum Kemitraan
ACE
Lakpesdam
KBCF
Kalimatan Timur
Hapsari
Di Yogya
Mataram
NTB
Samanta
Nusa Tenggara Barat
LSKM
Kalbar
Bulukumba
Sulawesi Selatan
Kamuki
Papua Barat
Rumpun
Jawa Timur
Makassar
Sulawesi Selatan
YPPN
Kalimantan Barat
YAO
NTT
Ambon
Maluku
IKA Mitra Turatea
Sulawesi Selatan
PKBI PKBI NTT
NTT
BSK YPEKA
Sulawesi Utara
Lampiran 2: Agenda Kegiatan Learning Forum Hari I - Jumat, 21 September 2012 08.15 – 08.30 Sesi Pembukaan oleh Ibu Magdalena (Asdep Kesra Bidang Keuangan Mikro & TTG) 08.30 – 08.45
Presentasi Progres PNPM Peduli oleh perwakilan EO dan IP
08.45 - 10.00 10.00 – 12.30
Presentasi dan sharing kisah sukses oleh Lakpesdam Mataram & LSKM Diskusi Sesi 1 – Topik : Akses Pasar Bp Achmad Sese – Usaha Daur Ulang Sampah Bp Syamsuddin – Distributor minuman instan Bp Chairil Burhan – Badan Pusat Pelatihan dan Promosi Ekspor Daerah Sulawesi Selatan Presentasi dan sharing kisah sukses oleh KBCF, Mitra Turatea, Samanta Pembelajaran & refleksi hari 1
14.00 – 16.30 16.30 – 17.30
Hari II - Sabtu, 22 September 2012 08.15 – 09.15 Perjalanan menuju Kabupaten Gowa dan mengunjungi 4 usaha setempat 09.15 – 13.00 Kunjungan Lapangan: 1. UKM Ballratea – Minuman khas Makassar & makanan olahan 2. UKM Cura’ Labba’ – usaha tenun sutra 3. Anyaman Bambu 4. Mahkota Gorden – usaha jahitan gorden 14.00 – 16.30 Presentasi kelompok – temuan dalam kunjungan lapangan 16.30 – 18.00 Temu Bincang dengan 3 pelaku usaha lokal 1. Ibu Hajira – UKM Ballratea 2. Ibu Mariati & Ibu Johoria – Mahkota Gorden 18.00 – 18.30 Pembelajaran & Refleksi Hari 2 Hari III - Minggu, 23 September 2012 09.00 – 11.00 Diskusi Kelompok Sesi 2 dalam 3 area Group 1 – Mengenali asset usaha Group 2 – Strategi promosi Group 3 – Akses permodalan 11.00 – 12.30 Presentasi kelompok dari hasil diskusi sesi 2 14.00 – 16.00 Diskusi kelompok dalam membuat bisnis plan & presntasi 16.00 – 18.30 Sesi konsultasi dan perumusan rencana tindak 17.30 – 18.00 Pembelajaran & evaluasi kegiatan 19.00 – 21.00 Acara penutup