LAPORAN RISET FORUM KOTA SEHAT KOTA CIMAHI
EVALUASI KOTA SEHAT DI KOTA CIMAHI (STUDI KUALITATIF) PENELITI: Dr. BUDIMAN, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR Atas berkat dan rahmat Allah SWT, penulis mengucapkan syukur Alhamdulilah telah selesai menyusun laporan penelitian mengenai Evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi (Studi Kualitatif). Salam kemulyaan penulis haturkan pada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, dan para pengikutnya sampai akhir zaman. Penelitian ini, merupakan program Forum Kota Sehat Kota Cimahi dalam melakukan evaluasi dalam pengembangan masyarakat Kota Cimahi sehat dan mandiri. Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada Yth: 1. Walikota Cimahi yang telah senantiasi memotivasi masyarakat Kota Cimahi untuk kreatif dan inovatif dalam mengembangkan Kota Sehat dan Kota Cimahi yang berbasis pada data. 2. Ketua Forum Kota Sehat Kota Cimahi yang telah menjadi media program riset dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat di Kota Cimahi. 3. Kepala Dinas Kesehatan Kota Cimahi yang selalu menjadi mitra dalam pengembangan riset kesehatan di Kota Cimahi. 4. Para Pengurus Kota Sehat Kota Cimahi, Para Pengurus Kecamatan Sehat, Para Pengurus Pokja Kelurahan Siaga Sehat, Pengurus RW Siaga Sehat Laporan penelitian ini tentunya perlu masukan dalam melakukan evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi. Mohon maaf bila dalam laporan penelitian ini masih ada hal-hal yang perlu disempurnakan.
Cimahi, Desember 2012 Peneliti,
Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes
iii
iv
HALAMAN PENGESAHAN
1. JudulPenelitian
:
Evaluasi Kota Sehat di Kota Cimahi (Studi Kualitatif)
2. KetuaPeneliti a. NamaLengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Jabatan Struktural e. Jabatan Fungsional f. Fakultas/Jurusan g. Pusat Penelitian h. Alamat i. Telpon/Faks j. Alamat Rumah
: : : : : : : : : : :
Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes Laki-laki 04.1606.7401 Ka. LPPM STIKES A. YaniCimahi Lektor IlmuKesehatanMasyarakat LPPM STIKES A. YaniCimahi JalanTerusanJendralSudirman-Cimahi 0226631624/0226631624 Perumahan Kota Mas, Jalan Kota Mas V No.23 Kota Cimahi-40255 02266262945/
[email protected]
3. JangkaWaktuPenelitian
: :
2Bulan (28 Oktober s.d 26 Desember 2012)
4. Pembiayaan/Jumlah
:
Forum Kota Sehat Kota Cimahi/Rp. 9.800.000
k. Telpon/Faks/E-mail
Cimahi,26 Desember 2012 Mengetahui, Ketua Forum Kota Sehat Kota Cimahi
Dedi S. Djamhuri, dr., Sp.B
Laporan Riset PHBS
Peneliti.
Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes
Page i
DAFTAR ISI ABSTRAK.....................................................................................................
ii
KATA PENGANTAR......................................................................................
iii
DAFTAR ISI...................................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ .
1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................
9
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ......................................................
24
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
33
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................
54
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iv
v
ABSTRAK Penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi telah mendapatkan anugerah kota sehat swasti saba padapa tahun 2009 dan swasti saba wiwerda tahun 2011 dengan menyelenggarakan 4 tatanan. Integrasi RW Siaga kedalam kota sehat merupakan strategi memberdayakan peran masyarakat untuk pencapaian kota sehat. Namun masih ditemukannya permasalahan perkotaan; sanitasi yangbelumterlayanimencapai 93,85, terdapatsekitar 19.240 jiwa yang berstatussebagaipenyandangmasalahkesejahteraansosial (PMKS),akhir 2012, DemamBerdarahjumlahpenderitameningkat 100% menjadi 812 kasusdenganempat orang meninggalduniadarisebelumnya yang hanya 460kasusdantiga orang meninggal, adanya persepsi masyarakat yang belum merasakan penyelenggaraan kota sehatTujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan teknik pengambilan sampel purposive. Jumlah informan 20 orang dengan melibatkan pemberi, penerima, dan mediator pelayanan kesehatan. Hasil penelitian berdasarkan ungkapan informan bahwa penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi sudah dirasakan. Namun masih ada beberapa informan yang mengungkapkan bahwa program-program kota sehat harus lebih dirasakan dan dipertahankan kalau bisa diperluas dalam melaksanakan wilayah binaaan ungggulan.
ii
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah perkotaan, seperti kepadatan lalu lintas, pencemaran udara, padatnya
perumahan,
pelayanan
masyarakat
kurang
layak,
kriminal,
kekerasan, dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Melihat perkembangan fakta tersebut, lingkungan fisik, sosial, dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenteraman,
dan
kesehatan
bagi
masyarakat
perkotaan
dalam
menjalankan kegiatan kehidupannya. Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong “Ottawa Charte”’, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan
semata,
tetapi
lebih
kepada
aspek
menyeluruh
yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat baik jasmani maupun rohani. Tahun
Laporan Penelitian
Page 1
1996, WHO menetapkan tema Hari Kesehatan Sedunia “Healty Cities for Better Lifes” Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional,
Departemen
Lingkungan
Kebudayaan
Hidup/Bapedal,
dan
dan
Pariwisata,
Departemen
Menteri
Negara
Perhubungan
dan
Telekomunikasi, dan tentunya Departemen Kesehatan. Secara nasional pengembangan Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia mulai diberlakukan pada tahun 2005 dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: Nomor:34 Tahun 2005 dan Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 03 Agustus
2005
mengeluarkan
Peraturan
Bersama
tentang
Pedoman
Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Pengembangan Kabupaten/Kota Sehat adalah bagian dari dinamika dan semangat warga, pemerintah daerah, serta lembaga legistif didaerah tersebut. Pemerintah Pusat hanya berperan membina dan memfasilitasi potensial yang ada. Pencapaian Kabupaten/Kota Sehat merupakan suatu proses yang berjalan terus menerus menciptakan dan meningkatkan kualitas lingkungan baik fisik, sosial, budaya, mengembangkan potensi-potensi ekonomi masyarakat dengan cara memberdayakan mereka agar cepat saling mendukung dalam menerapkan fungsi-fungsi kehidupan dalam membangun potensi maksimal suatu Kota.
Laporan Penelitian
Page 2
Kota Cimahi yang merupakan bagian dari Negara Indonesia mempunyai komitmen yang tinggi dalam menciptakan dan mengembangkan Kota Cimahi menjadi Kota Sehat. Maka pada tahun 2005 berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor: membentuk Pembina dan Pengurus Forum Kota Sehat Kota Cimahi. Melalui proses perkembangan dalam penyegaran pengurus FKS maka dilakukan tiga tahun sekali. Saat ini kepengurusan FKS Kota Cimahi masa bakti 2009-2012 sesuai Surat Keputusan Walikota Cimahi Nomor: Intensitas dan aktifitas FKS diseleraskan dengan Pembangunan Kota Cimahi agar proses pembangunan di Kota Cimahi melibatkan peran serta masyarakat sebagai stakeholder pembangunan. FKS merupakan wadah bagi masyarakat untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasi. FKS berperan turut menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan di Kota Cimahi yang mengintegrasikan berbagai aspek, sehingga dapat mewujudkan wilayah Kota Cimahi yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni warganya. Pengembangan kota sehat di Kota Cimahi sudah berlangsung hampir 7 tahun. Kota Cimahi telah mendapat anugerah Swasti Saba Wiwerdad tahun 2011 dengan menyelenggarakan 4 tatanan yaitu: 1) kawasan pemukiman sarana, prasarana, dan umum, 2) kawasan pangan dan gizi, 3) kawasan masyarakat sehat yang mandiri, dan 4) kawasan kehidupan sosial yang sehat.Program-program pembangunan di Kota Cimahi diarahkan memperhatikan kota sehat. Maka secara standar semestinya masyarakat dan stakeholder lainnya merasakan kehidupan di Kota Cimahi sudah merasa
Laporan Penelitian
Page 3
aman dan nyaman, lingkungan dan sanitasi bersih, masyarakat sehat dan mandiri, serta kehidupan sosial yang sehat.
B. Masalah Penelitian Kota Cimahi merupakan kota otonomi sejak tahun 2002 dengan berbagai permasalahan perkotaan yang dihadapi diantaranya kemacetan kendaraan, persampahan, kriminaalitas, pengaturan PKL yang semrawut, dan sebagainya. Penataan perkotaan sejak tahun 2005 mulai mengintegrasikan pendekatan Kota Sehat dan tahun 2011 Kota Cimahi mendapatkan anugerah Kota Sehat. Tahun 2013 Kota Cimahi mencanangkang pencapaian Kota Sehat yang komprehensif dengan melaksanakan lima tatanan dengan tambahan tatanan yaitu tertib lalu lintas. Penambahan tatanan dalam pengembangan kota sehat menjadi bagian komitemen pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan kota sehat dengan masyarakat yang sehat dan mandiri. Namun permasalahan di Kota Cimahi sebagai penyandang Kota Sehat secara kuantitas dan kualitas masih dihadapi diantaranya:kebutuhan sanitasi yang belum terlayani mencapai 93,85%. Rinciannya di Kecamatan Cimahi Selatan (41,98%), di Kecamatan Cimahi Utara (21,09%), dan di Kecamatan Cimahi Tengah (30,78%). Sanitasi lingkungan yang terlayani hanya 6,15% yang terbagi 3,95% di Kecamatan Cimahi Utara, 1,78% di Kecamatan Cimahi Selatan dan 0,42% di Kecamatan Cimahi Tengah. Sanitasi di Kota Cimahi belum mencapai pembersihan drainase. Hingga sekarang sanitasi di Kota Cimahi hanya dua sektor yaitu pengelolaan limbah dan persampahan. Masalah drainase belum tersentu. Sebagian besar sanitasi yang belum
Laporan Penelitian
Page 4
terlayani itu terdapat di Kelurahan Melong Asih dan Kelurahan Cibeureum. Kedua daerah tersebut dipadati pemukiman penduduk yang menghasilkan banyak limbah domestik dan sampah rumah tangga. Data tambahan menunjukan layanan sanitasi yang berupa septi tank hanya terdapat sebanyak 67.109 unit, diantaranya di wilayah Kecamatan Cimahi Selatan sebanyak 21.777, Kecamatan Cimahi Tengah sebanyak 19.002 dan di wilayah Kecamatan Cimahi Utara sebanyak 26.330 dengan dengan prosentase (%) terhadap rumah /KK masing-masing sebesar 12.93 %, 11.75 % dan 15.74 % atau total keseluruhan antara jumlah penduduk dan jumlah rumah / KK di Kota Cimahi terhadap layanan sanitasi septic tank hanya sebesar 40,42 %. Padahal dalam konteks ini Kota Cimahi sudah menyelenggarakan tatanan sarana, prasarana, dan umum. Permasalahan lainnya terdapat sekitar 19.240 jiwa yang berstatus sebagai penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) di Kota Cimahi pada tahun 2011. Dari jumlah itu, jenis permasalahan terbanyak adalah fakir miskin, yakni sebesar 10.979 kepala keluarga, dan wanita rawan sosial ekonomi, yakni sebanyak 2.162 orang. Padahal dalam konteks ini Kota Cimahi telah menyelenggarakan tatanan kehidupan sosial yang sehat. Masalah kehidupan masyarakat yang sehat mandiri di Kota Cimahi terus dilakukan inovasi penanggulangan. Walaupun hingga penghujung akhir 2012, salah satu jenis penyakit yaitu Demam Berdarah jumlah penderita di Kota Cimahi meningkat 100% menjadi 812 kasus dengan empat orang meninggal dunia dari sebelumnya yang hanya 460 kasus dan tiga orang meninggal. Insidens penyakit DBD belum bisa dikategorikan KLB karena belum menunjukan kejadian yang bermakna secara epidemiologi.
Laporan Penelitian
Page 5
Pengembangan Kota Sehat di Kota Cimahi selama ini merupakan bagian solusi permasalahan kota yang dihadapi dengan mendorong masyarakat hidup bersih, aman, nyaman, dan produkitf. Pendekatanpendekatan sebagai alternatif mewujudkan kota sehata terus dilakukan dengan cara mengintegrasikan RW Siaga Sehat sebagai inti sel pencapaian Kota Cimahi Sehat dan Mandiri. Bahkan dengan pendekatan tersebut Kota Cimahi menjadi parameter pengembangan Kota Sehat secara nasional. Maka evaluasi kota sehat secara rinci harus dilaksanakan agar terjadi keselarasan antara capaian dengan kondisi dilapangan yang dirasakan oleh masyarakat Kota Cimahi secara keseluruhan.
C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan
uraian
fenomena
permasalahan
penelitian
yang
ditemukan, maka peneliti membuat pertanyaan penelitian berikut ini: “Bagaimana evaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam pencapaian kota sehat yang komprehensif?
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui evaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam pencapaian kota sehat yang komprehensif 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengevaluasi pengembangan kota sehat di Kota Cimahi b. Untuk mengevaluasi kota sehat dalam tatanan kawasan pemukiman sarana dan prasarana umum
Laporan Penelitian
Page 6
c. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kehidupan masyarkat yang sehat dan mandiri d. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan ketahanan pangandan gizi e. Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kehidupan sosial yang sehat f.
Untuk mengevaluasi kota sehat di Kota Cimahi dalam tatanan kawasan lalu lintas tertib dan pelayanan transportasi.
E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teori Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam pengembangan kota sehat dalam menemukan teori-teori baru berdasarkan data empirik lapangan. 2. Manfaat Praktis a. Pemerintah Kota Cimahi Sebagai
data
dasar
dalam
penyusunan
program
pengembangan kota sehat untuk mencapai kota sehat komprehensif. b. Masyarakat Kota Cimahi Sebagai masukan dalam ikut serta membantu Pemerintah Kota Cimahi
mewujudkan
Kota
Sehat
yang
komprehensif
dengan
keterlibatan masyarakat.
Laporan Penelitian
Page 7
F. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah melakukan evaluasi pelaksanaan program-program yang berhubungan dengan pencapaian Kota Sehat di Kota Cimahi dengan lingkup penelitian sebagai berikut: 1. Wilayah kajian evaluasi adalah di Kota Cimahi 2. Tatanan kota sehat yang dikaji hanya mencakup lima tatanan kawasan kota sehat dari sembilan tatanan kawasan kota sehat
Laporan Penelitian
Page 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Sejarah Kota Sehat Masalah-masalah
perkotaan,
seperti
kepadatan
lalu
lintas,
pencemaran udara, perumahan dan pelayanan masyarakat yang kurang layak, kriminal, kekerasan dan penggunaan obat-obat terlarang menjadi masalah yang digeluti oleh masyarakat perkotaan. Melihat perkembangan fakta tersebut, lingkungan fisik, sosial dan budaya perkotaan berada pada situasi yang rawan. Apabila kecenderungan tersebut tidak dikendalikan, maka ketahanan daya dukung daerah perkotaan akan lemah. Upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas lingkungan fisik dan sosial secara terus menerus dengan memberdayakan masyarakat perkotaan, diharapkan dapat menciptakan kondisi yang mengarah kepada pencapaian kota idaman atau kota sehat yang memberikan keamanan, kenyamanan, ketenteraman
dan
kesehatan
bagi
masyarakat
perkotaan
dalam
menjalankan kegiatan kehidupannya. Pendekatan Kota Sehat pertama kali dikembangkan di Eropa oleh WHO pada tahun 1980-an sebagai strategi menyongsong „Ottawa Charter‟, yang menekankan kesehatan untuk semua yang dapat dicapai dan langgeng, jika semua aspek sosial, ekonomi lingkungan dan budaya diperhatikan. Oleh karena itu konsep kota sehat tidak hanya memfokuskan kepada pelayanan kesehatan semata, tetapi lebih kepada aspek menyeluruh yang mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani maupun rohani.
Laporan Penelitian
Page 9
Kota Sehat di Indonesia dicanangkan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 26 Oktober 1998. Sejak itu telah tercatat sebanyak 51 kota mengupayakan penyelenggaraan kota sehat, dengan melibatkan para pihak (stakeholders), antara lain Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral, Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Menteri Negara Lingkungan
Hidup/Bapedal,
dan
Departemen
Perhubungan
dan
Telekomunikasi, dan tentunya Departemen Kesehatan. Secara nasional pengembangan Kabupaten/Kota Sehat di Indonesia mulai diberlakukan pada tahun 2005 dengan keluarnya surat keputusan bersama antara Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: Nomor:34 Tahun 2005 dan Nomor:1138/Menkes/PB/VIII/2005 tanggal 03 Agustus 2005 mengeluarkan Peraturan Bersama tentang Pedoman Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat.
B. Pengertian Kota Sehat Secara umum pengertian kota sehat adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dengan mendorong terciptanya kualitas
lingkungan
fisik,
sosial,
budaya
dan
produktivitas,
serta
perekonomian yang sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan. Konsep Kota Sehat merupakan pola pendekatan untuk mencapai kondisi kota/kabupaten yang aman, nyaman dan sehat bagi warganya melalui upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan budaya secara optimal sehingga dapat mendukung peningkatan produktivitas dan perekonomian wilayah (atau lebih bertujuan kepada „good governance’).
Laporan Penelitian
Page 10
Kota Sehat merupakan gerakan untuk mendorong inisiatif masyarakat (capacity building) menuju hidup sehat. Pengertian kota sehatatau kabupaten sehat sendiri adalah suatu kondisi kota atau kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni
penduduk
yang
dicapai melalui
terselenggaranya
penerapan
beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh masyarakat dan pemerintah daerahnya, yang dalam hal ini menyangkut pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten atau kota. Sedangkan maksud tatanan disini adalah sasaran yang akan dicapai oleh kota atau kabupaten tersebut sesuai dengan potensi dan permasalahan pada masingmasing kecamatan di kabupaten atau kota tersebut. Hal ini seperti yang tertuang dalam Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan nomor 34 tahun 2005 dan nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota Sehat. Menurut pengertian di atas, jelas gerakan kota sehat di tiap negara berbeda, tergantung permasalahan yang dihadapi masing-masing, sehingga tidak dapat dibandingkan program apa saja yang dijalankan oleh pemerintahnya, karena pasti masalah tiap daerah berbeda. Cuma ada beberapa kesamaan konsep, yaitu sama-sama berasal dari keinginan dan kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan pemerintahnya berperan secara aktif sebagai fasilitator. Disini lebih mengutamakan pendekatan proses daripada target apa yang akan dicapai, artinya bersifat atau berkembang secara dinamis, tidak ada batasan waktu, dilakukan secara terus menerus dan bertahap sesuai sasaran yang diinginkan masyarakat.
Laporan Penelitian
Page 11
Konsep kota sehat ini tidak hanya memfokuskan pada pelayanan kesehatan yang lebih ditekankan pada suatu pendekatan kondisi sehat dan problem
sakit
saja,
tetapi
juga
kepada
aspek
menyeluruh
yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat, baik jasmani dan rohani. Di Indonesia, kota dan kabupaten yang memenuhi klasifikasi sebagai kota/kabupaten sehat akan dianugerahi penghargaan Swasti Saba, yang diberikan setiap 2 tahun sekali kepada Walikota atau Bupatinya, tepatnya pada bulan November pada Hari Kesehatan Nasional. Klasifikasi tersebut meliputi: 1. Pemantapan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Padepa. 2. Pembinaan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wiwerda. 3. Pengembangan, yang akan diberikan penghargaan yaitu Wistara. Klasifikasi ini ditentukan terlebih dahulu oleh kota atau kabupaten yang bersangkutan sesuai potensi yang dimiliki dalam bentuk seberapa besar jumlah tatanan yang dipilih. Hal ini sudah tercantum semua dalam Permenkes di atas. Adapun kriteria tatanan yang dimaksud meliputi: 1. Kegiatan dalam tatanan. 2. Berfungsinya penyelenggaraan forum, lembaga atau apapun namanya di masyarakat
yang
bisa
menjadi
wadah
bagi
masyarakat
untuk
menyalurkan aspirasinya dan dimana masyarakat bisa ikut berpartisipasi. 3. Berfungsinya Tim Pembina Kabupaten atau Kota, dalam hal ini diketuai oleh Kepala Bappeda yang beranggotakan sejumlah instansi terkait. 4. Dukungan kebijakan pemerintah kabupaten atau kota.
Laporan Penelitian
Page 12
Indonesia sendiri sudah memulai pencanangan kota sehat ini sejak tahun 1998 yang dimulai dari 6 kota dan kabupaten sebagai Pilot Project Kota Sehat, dan kemudian mengembangkan beberapa klasifikasi tatanan kabupaten dan kota sehat menjadi: 1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi 3. Kawasan Pertambangan Sehat 4. Kawasan Hutan Sehat 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat 6. Kawasan Pariwisata Sehat 7. Ketahanan Pangan dan Gizi 8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri 9. Kehidupan Sosial yang Sehat Konsep kota sehat tidak terpaku kepada kondisi pelayanan kesehatan dan kondisi masyarakatnya yang selalu sehat saja, tetapi lebih luas lagi, yaitu kepada faktor pendukung kesehatan seperti lingkungan. Dengan tetap memperhatikan 8 Indikator Pokok yang harus dipenuhi oleh Kota dan Kabupaten yang ingin mendapatkan gelar Kota atau Kabupaten Sehat, yaitu: 1. Wajib Belajar 9 Tahun 2. Angka Melek Huruf yang Meningkat 3. Pendapatan Perkapita Domestik yang meningkat 4. Angka Kematian Bayi per 1000 kelahiran hidup yang menurun 5. Angka Kematian Balita per 1000 kelahiran hidup yang menurun 6. Angka Kematian Ibu Melahirkan per 100.000 kelahiran hidup yang menurun
Laporan Penelitian
Page 13
7. Adanya RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) 8. Program Dana Sehat dan Jaminan Sosial Nasional bagi Masyarakat Miskin Selain 8 indikator pokok di atas, masih ada beberapa indikator tambahan sesuai klasifikasi tatanan yang dipilih yang bisa Anda tanyakan langsung kepada pemerintah kota dan kabupaten Anda. Tatanan adalah sasaran Kabupaten Sehat yang sesuai dengan potensi dan permasalahan pada masing-masing kecamatan di Kabupaten. Kawasan sehat adalah kondisi wilayah tertentu yang bersih, nyaman, aman dan sehat bagi pekerja dan masyarakat dikawasan tersebut dengan mengoptimalkan potensi masyarakat dan pekerja, melalui pemberdayaan pelaku pembangunan yang terkait, difasilitasi oleh sektor terkait dan sinkron dengan perencanaan wilayah. Forum Kabupaten/Kota adalah wadah bagi masyarakat
untuk
menyalurkan
aspirasinya
dan
berpatisipasi
turut
menentukan arah, prioritas, perencanaan pembangunan wilayahnya yang mengintegrasikan berbagai aspek sehingga dapat mewujutkan wilalah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni oleh warganya. Kelompok Kerja adalah wadah bagi masyarakat di kecamatan perkotaan / di pedesaan atau yang bergerak dibidang usaha ekonomi, sosial dan budaya dan kesehatan untuk menyalurkan aspirasinya dan berpartisipasim kegiatan yang disepakati mereka sehingga dapat mewujutkan wilayah yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan bekerja.
Laporan Penelitian
Page 14
C. Landasan Hukum 1. Konstitusi WHO 1948, bahwa derajat kesehatan yang setinggi-tingginya adalah hak mendasar bagi setiap orang tanpa membedakan ras, golongan, agama, pahampolitik dan tingkat sosial ekonomi 2. UU 1945 pasal 28 H ayat 1, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan 3. UU No 36 tahun 2009, bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untukhidup produktif secara sosial dan ekonomis 4. UU
No
25tahun
2000
tentang
Propenas,
yaitu
dalam
bentuk
penyelenggaraan kawasan sehat dan bebas rokok 5. Kepmenkes No 574/Menkes/SK/V/2000 tentang kebijakan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 6. Peraturan bersama Mendagri dan Menkes No 34/2005 dan No 1138/Menkes/PB/VII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten Kota Sehat
D. Tujuan Tujuan kota sehat adalah untuk mewujudkan tercapainya kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni dan tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana, produktivitas, dan perekonomian masyarakat.
Laporan Penelitian
Page 15
E. Sasaran 1. Terwujudnya forum yang mampu menjalin kerjasama antar masyarakat,
pemerintah daerah dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat
dan
kebijakan
pemerintah
secara
seimbang
dan
berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi pembangunan yang baik. 2. Terselenggaranya upaya peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial dan
budaya yang dapat mengikatkan kesehatan dan mencegah terjadinya resiko penyakit dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di kota secara mandiri. 3. Terselenggaranya pelayanan kesehatan yang adil dan merata bermutu
sesuai dengan standar dan etika profesi. 4. Terselenggaranya pola dan mekanisme kerja yang teransparan antar
berbagai pihak yang terkait dalam proses pengelolaan pembangunan kota. 5. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi seluruh masyarakat dalam
rangka
meningkatkan
masyarakatnya,
produktifitas
sehingga
mampu
dan
ekonomi
meningkatkan
wilayah
dan
kehidupan
dan
penghidupan menjadi lebih baik. 6. Terselenggaranya kinerja pemerintah yang baik yang berorientasi kepada
kepentingkan masyarakat luas melalui kebijakan dan pengaturaaan pelaksanaan yang adil dan transparan.
F. Kebijakan 1. Penyelenggaraan
Kab./Kota
Sehat
diwujudkan
dengan
menyelenggarakan semua program yang menjadi permasalahan di
Laporan Penelitian
Page 16
daerah, secara bertahap, dimulai kegiatan prioritas bagi masyarakat di sejumlah kecamatan pada sejumlah desa/kelurahan atau bidang usaha yang bersifat sosial ekonomi dan budaya di kawasan tertentu. 2. Pelaksanaan Kab./Kota sehat dilaksanakan dengann menempatkan masyarakat sebagai pelaku pembangunan dengan melalui pembentukan Forum yang disepakati masy. Dengan dukungan pemerintah daerah dan mendapatkan fasilitasi dari sektor terkait melalui program yang telah direncakan 3. Setiap kabupaten/kota menetapkan kawasan potensial sebagai entry point“ yang dimulai dengann kegiatan sederhana yang disepakati masyarakat”, kemudian berkembang dalam suatu kawasan atau aspek yang lebih luas, menuju kabupaten/kota sehat 2010. 4. Penyelenggaraan Kab./kota sehat lebih mengutama kan proses dari pada target, berjalan terus-menerus dimulai dengan kegiatan prioritas dalam suatu tatanan kawasan dan dicapai dalam waktu yang sesuai dengan kemampuan masyarakat dan semua stakeholder yang mendukung. 5. Kesepakatan tentang pilihan tatanan kabupaten/kota sehat dengan kegiatan yang menjadi pilihan serta jenis dan besaran indikatornya ditetapkan oleh forum bersama-sama dengan pemerintah daerah. 6. Program-program yang belum menjadi pilihan masy. diselenggarakan secara rutin oleh masing-masing sektor dan secara bertahap programprogram tsb disosialisasikan secara intensif kepada masy. dan sektor terkait melalui pertemuan-pertemuan yang diselenggarakan oleh forum kabupaten/kota sehat.
Laporan Penelitian
Page 17
7. Pelaksanaan kegiatan kabupaten/kota sehat sepenuhnya dibiayai dan dilaksanakan oleh daerah yang bersangkutan dan masyarakat dengan menggunakan mekanisme pendekatan konsep pemberdayaan masyarakat dari, oleh dan untuk masyarakat. 8. Evaluasi kegiatan kabupaten/kota sehat dilakukan oleh forum dan pokja kota sehat bersama-sama pemerintah daerah, LSM, perguruan tinggi, media massa selaku pelaku pembangunan.
G. Strategi 1. Beberapa strategi yang akan ditempuh dalam melaksanakan kegiatan
kota sehat di Indonesia sebagai berikut : 2. Kegiatan dimulai dari beberapa kota terpilih berupa kegiatan yang
spesifik, sederhana, terjangkau, dapat dilaksanakan secara mandiri dan berkelanjutan dengan menggunakan segenap sumber daya yang tersedia. 3. Meningkatkan potensi ekonomi stakeholders kegiatan yang menjadi
kesepakatan masyarakat. 4. Perluasan kegiatan ke kota lainnya atas dasar adanya minat dari kota
tersebut untuk ikut dalam pendekatan kota sehat. 5. Meningkatkan keberdayaan masyarakat melalui Forum dan Pokja Kota
Sehat, serta pendampingan dari sector terkait untuk dapat membantu memahami permasalah, menyusun perencanaan dan melaksanakan kegiatan kota sehat. 6. Menggali
potensi
wilayah
dan
kemitraan dengan swasta,
LSM,
pemerintah, legislates di dalam penyelenggaraan kegiatan kota sehat.
Laporan Penelitian
Page 18
7. Memasyarakatkan pembangunan yang berwawasan kesehatan di dalam
mewujudkan kota sehat. 8. Meningkatkan promosi dan penyuluhan agar masyarakat hidup dalam
kondisi yang tertib hokum, peka terhadap lingkungan fisik, social dan budaya yang sehat. 9. Membuat jaringan kerja sama antar kota pengembangan (replikasi) kota
sehat.
H. Indikator Keberhasilan Untuk mengukur kemajuan kegiatan kota sehat, dibutuhkan indikator yang jelas sehingga semua pihak yang ikut terlibat dapat menilai sendiri kemajuan
yang
merencanakan
sudah kegiatan
dilakukan, selanjutnya.
dan
menjadi
Setiap
tolok
daerah
ukur
dapat
untuk
memilih,
menetapkan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan masing-masing untuk memenuhi indikator tersebut. Adapun indikator-indikator kota sehat sesuai dengan tatanan adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum a. Udara bersih b. Air sungai bersih c. Penyediaan air bersih d. Pengelolaan air limbah e. Pengelolaan sampah f. Perumahan dan pemukiman yang meliputi drainase, jalan lingkungan dan rumah layak huni (rumah sehat, sanitasi, dan lain-lain) g. Taman dan hutan kota
Laporan Penelitian
Page 19
h. Sekolah i. Pasar j. Sarana olah raga, rekreasi, tempat bermain anak k. Penataan pedagang kaki lima l. Industri rumah tangga yang meliputi perijinan m. Sumur resepan dan biopori 2. Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib dan Pelayanan Transportasi a. Angkutan umum b. Terminal dan halte c. Rawan kecelakaan d. Penataan e. Tertib lalu lintas dan keselamatan f. Kemasyarakatan g. Rambu lalu lintas larangan dan himbauan 3. Kawasan Pertambangan Sehat a. Lingkungan b. Reklamasi c. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) d. Sosial ekonomi e. Kemasyarakatan f. Permukiman 4. Kawasan Hutan Sehat a. Kemantapan b. Keamanan c. Rehabilitasi dan konservasi
Laporan Penelitian
Page 20
d. Biodiversity e. Sosial ekonomi f. Kemasyarakatan 5. Kawasan Industri dan Perkantoran Sehat a. Lingkungan b. Sektor informal c. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) d. Sosial ekonomi e. Kemasyarakatan 6. Kawasan Pariwisata Sehat a. Informasi wisata dan kesehatan b. Sarana, objek dan daya tarik wisata c. Pelayanan kesehatan d. Sarana penunjang e. Kemasyarakatan 7. Ketahanan Pangan dan Gizi a. Ketersediaan pangan b. Distribusi pangan c. Konsumsi d. Kewaspadaan/siaga pangan e. Kemasyarakatan
(keterlibatan
masyarakat
dalam
menunjang
ketahanan pangan) 8. Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri a. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) terdiri dari 10 indikator, yaitu: b. Tempat-tempat umum
Laporan Penelitian
Page 21
c. Perumahan dan permukiman d. Penyediaan air bersih e. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) f.
Kesehatan reproduksi/PIK KRR/KB
g. Kesehatan jiwa dan pola asuh anak h. Kesehatan olah raga i.
Anti tembakau
j.
NAPZA, HIV/Aids
k. Imunisasi l.
Pengobatan dan perawatan
m. Pengendalian penyakit (TB paru, DBD, Diare, Penyakit tidak menular, dan lain-lain) n. Sanitasi total berbasis masyarakat adalah kondisi suatu komunitas yang telah mencapai 5 pilar diantaranya: 1)
Tidak BAB sembarangan (Stop BABs)
2)
Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir (CTPS)
3)
Mengelola air minum dan makanan yang aman
4)
Mengelola sampah dengan benar
5)
Mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman
o. Gizi meliputi kasus gizi buruk, penanganan kasus gizi kurang dan gizi buruk p. JPKM (pemanfaatan jamkesmas, jamkesda, jampersal, dana sehat, dan lain-lain) q. Posyandu r.
RW Siaga
Laporan Penelitian
Page 22
s. Lingkungan bersih sehat 9. Kehidupan Sosial yang Sehat a. Pengembangan kreativitas anak (TPA, Forum anak, Sanggar anak) b. Pengembangan produktivitas lansia c. Penanganan kemiskinan (KUBE, raskin, perbaikan rumah tidak layak huni) d. Penanganan tuna sosial (gelandangan, pengemis, tuna susila) e. Penanganan kecacatan f.
Penanganan ketelantaranan
g. Penaganan korban bencana, kekerasan h. Penanganan rehabilitasi sosialkorban penyalahgunaan NAPZA
Laporan Penelitian
Page 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode penelitian 1. Paradigma penelitian Kota sehat adalah Suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dengan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh masyarakat dan pemerintah daerah (WHO, 1996). Pengembangan Kota Sehat sudah menjadi kebijakan Pemerintah untuk dilaksanakan sejak tahun 2005. Kota
Cimahi
telah
berkomitmen
untuk
melaksanakan
pengembangan Kota Sehat. Pada tahun 2011 Kota Cimahi mendapatkan Anugerah Kota Sehat Swasti Saba Wiwerda dalam melaksanakan empat tatanan penyelenggaraan Kota Sehat. Pada tahun 2013 Kota Cimahi telah menyelenggarakan menjadi lima tatanan dan akan mengikuti pencapaian kota sehat secara komprehensif untuk memperoleh swasti saba wistara. Pelaksanaan program kota sehat harus sesuai indikator-indikator dalam tatanan. Esensi pelaksanaan kota sehat ada peran masyarakat sebagai inisasi dan bersama-sama ikut merumuskan dan merencanakan program-program pemerintah. Pencapaian dari kota sehat berupa
Laporan Penelitian
Page 24
adanya kehidupan bersih, aman, dan nyaman dirasakan masyarakat secara nyata dan langsung. Maka tentunya Kota Cimahi dalam pelaksanaan program harus mengintegrasikan indikator-indikator tatanan kota sehata dalam semua aspek pembangunan. Pelaksanaan program sehat perlu dievaluasi. Peneliti melakukan evaluasi kota sehat dalam bentuk penelitian dengan kerangkan konsep penelitian sebagai berikut:
Kota Sehat
Tatanan 1. KawasanPemukiman, SaranadanPrasaranaUm um 2. KawasanSaranaLaluLint asTertibdanPelayananTr ansportasi 3. Kawasan Kehidupan Masyarakat yang sehat mandiri 4. Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi 5. Kawasan Kehidupan Sosial yang Sehat
Gambar 3.1: KerangkaKonsepPenelitian
2. Rancanganpenelitian Rancangan penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut
Patilima (2005)
menyatakan penelitian kualitatif
lebih
menekankan perhatian pada proses, bukan pada hasil atau produk. Penelitian kualitatif adalah sejenis penelitian Formatif yang secara khusus
Laporan Penelitian
Page 25
memberikan tehnik untuk memperoleh jawaban atau informasi mendalam tentang pendapat atau perasaan seseorang. Penelitian ini mendapatkan hal-hal yang tersirat mengenai sikap, kepercayaan, motivasi, dan perilaku target populasi. Alasan utama yang mendasari penelitian kualitatif yaitu alasan konseptual dan alasan praktis yang secara rinci adalah sebagai berikut: a. Alasan Konseptual Penelitian kualitatif memberikan informasi yang mendalam sehingga dapat memberikan pemahaman yang lebih besar dibandingkan dengan teknik kuantitatif. Hal ini berhubungan dengan evaluasi pelaksanaan kota sehat yang harus dirasakan dan dipersepsikan oleh stakeholder (masyarakat) secara mendalam termasuk oleh pemberi pelayanan kesehatan. b. Alasan Praktis Alasan lainnya ialah yang berhubungan dengan sifat penelitian kualitatif itu sendiri serta hubungannnya dengan proses pengambilan keputusan dalam penelitian. Langkah yang utama dalam proses riset formulatif
adalah
merumuskan
masalah
dan
informasi
yang
dibutuhkan, memformulasikan hipotesa dan menentukan berbagai variabel. Di samping itu alasan pragmatis juga menjadi pertimbangan penggunaan jenis penelitian ini, yaitu biaya murah, waktu singkat, rancangan dapat dimodifikasi selama penelitian berlangsung (CIMUHealth British Council, 2000).
Laporan Penelitian
Page 26
Evaluasi kota sehat selain bisa dilakukan secara kuantitatif yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi secara praktis dapat dilakukan melalui alasan kualitatif sehingga akan menjadi bagian penting dalam melaksanakan penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi. . 3. Variabelpenelitian Variabelmengandungpengertianukuranatauciri
yang
dimilikiolehanggota-anggotasuatukelompok yang berbedadengan yang dimilikiolehkelompok lain (Notoatmodjo, 2010). Variabel dalam penelitian ini
adalah
Kota
Sehat
KawasanPemukiman,
dengan
subvariabel
terdiri
SaranadanPrasaranaUmum,
dari:a) b)
KawasanSaranaLaluLintasTertibdanPelayananTransportasi, c) Kawasan Kehidupan Masyarakat yang sehat mandiri, d) Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi, e) Kawasan Kehidupan Sosial yang Sehat.
4. Definisioperasional Definisioperasionaladalah operasionalisasi variabel penelitian yang
merujuk
pada
definsi
konseptual
2011).Definisioperasionalinipentingdandiperlukan
(Budiman, agar
pengukuranvariabelataupengumpulan data (variabel) itukonsisten agar sumber data (responden) yang satudenganresponden yang lain. Definisi operasioan
Laporan Penelitian
variabel
dalam
penelitian
kualitatif
untuk
melakukan
Page 27
pengembangan informasi mendalam tentang evaluasi kota sehat. Adapun definisi operasional variabel penelitian kualitatif ini adalah: a. Kota Sehat adalah penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi mulai tahap pembentukan sampai pada pengembangan program yang merujuk tercapai kota sehat di Kota Cimahi b. KawasanPemukiman, SaranadanPrasaranaUmum adalah kegiatan yang merujuk pada pelaksanaan program kota sehat di Kota Cimahi sesuai indikator tatanannya. c. KawasanSaranaLaluLintasTertibdanPelayananTransportasi adalahkegiatan yang merujuk pada pelaksanaan program kota sehat di Kota Cimahi sesuai indikator tatanannya. d. Kawasan Kehidupan Masyarakat yang sehat mandiri adalah kegiatan yang merujuk pada pelaksanaan program kota sehat di Kota Cimahi sesuai indikator tatanannya. e. Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi adalah kegiatan yang merujuk pada pelaksanaan program kota sehat di
Kota Cimahi sesuai
indikator tatanannya. f.
Kawasan Kehidupan Sosial yang Sehat adalahkegiatan yang merujuk pada pelaksanaan program kota sehat di
Kota Cimahi
sesuai indikator tatanannya.
B. PopulasidanSampelPenelitian PopulasimenurutArikunto
(2010)
adalahkeseluruhansubjekpenelitian.Adapunpendapatlain,
Laporan Penelitian
Page 28
populasiadalahsubjek yang memenuhi criteria (misalnyamanusia, klien) yang
telahmemenuhi
criteria
yang
telahditetapkan
(Nursalam,
2008).Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh sistem (orang) yang berkaitan dengan evaluasi kota sehat diantaranya adalah pembina FKS Kota Cimahi, pengurus FKS Kota Cimahi, pengurus Kecamatan Sehat, Pokja Keluruhan Siaga Sehat, RW Siaga Sehat, dan masyarakat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini untuk Pembina FKS Kota Cimahi dan Forum Kota Sehat adalah menggunan Non Probability
Samplejenis
Purvosive
Sampling.Caranya
peneliti
menentukan responden (informan) dalam penelitian berdasarkan kritera yang ditetapkan oleh peneliti. Kriteria informan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aktif dalam 1 tahun terakhir dalam pelaksanaan kota sehat di Kota Cimahi 2. Pemegang program pelaksanaan kota sehat di Kota Cimahi Untuk
informan
yang
bersumber
dari
masyarakat,
peneliti
menggunakan teknik snowball sample sehingga akan diperoleh informan sesuai dengan tujuan penelitian.
Laporan Penelitian
Page 29
C. Pengumpulan Data 1. Teknikpengumpulan data Metodepengumpulan
data
adalahcara-cara
digunakanolehpenelitiuntukmengumpulkan 2010).Teknikpengumpulan
data
yang
data digunakan
yang (Arikunto,
adalah
melalui
wawancara mendalam 2. Instrumen Penelitian Instrument
penelitianadalahalatataufasilitas
digunakanolehpenelitidalammengumpulkan
data
pekerjaannyalebihmudahdanhasilnyalebihbaik, lengkap,
yang agar
dalamartilebihcermat,
dansistematissehinggalebihmudahdiolah
(Arikunto,
2006).
Instrumen penelitian yang akan digunakan diantaranya lembaran guide, Pedoman wawancara mendalam sesuai dengan informasn dan alat perekam menggunakan handphone. 3. Validasi Data Untuk
menjamin
keabsahan
data
yang
didapat,
peneliti
melakukan strategi yaitu triangulasi sumber, triangulasi data, atau analisis dan
triangaluasi
metode.
Triangulasi
sumber
dilakukan
dengan
membandingkan dan melakukan kontras data serta cross cheks dengan sumber data yang lain. Triangulasi data atau analisis dilakukan dengan meminta umpan balik hasil analisis dari informan. Triangulasi metode dengan melakukan
Laporan Penelitian
Page 30
observasi dan wawancara mendalam. Triangulasi metode dilakukan untuk
mendapatkan
data
masalah-masalah
yang
terjadi
dan
mendapatkan pemecahan masalah dengan melakukan observasi dan wawancara mendalam dengan struktur FKS Kota Cimahi.
D. PengolahandanAnalisa Data Data dianalisis dengan menggunakan analisis isi (content analysis). Peneliti memulai dengan mempelajari catatan-catatan singkat yang didapat dilapangan (field note) untuk kemudian melengkapi catatan singkat tersebut (expended field note). Catatan hasil wawancara mendalam dan observasi lapangan dikumpulkan kemudian dibuat rekapitulasi hasil wawancara baik itu dari catatan maupun hasil observasi (Ulin & Tolley, 2005 dalam Refina 2009). Triangulasi data/analisis dapat dilakukan dengan cara: 1. Analisis data dilakukan oleh lebih dari 1 orang. Analisis data bisa dilakukan oleh peneliti dengan cara mempelajari hasil penelitian dilapangan yang dikumpulkan lalu setelah itu dibuat rekapitulasi hasil wawancara mendalam dan orang lain yang ahli dalam analisa data kualitatif dengan cara bertemu dan konsultasi. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar interpretasi yang dilakukan hasilnya sama dengan yang dilakukan orang lain. 2. Minta umpan balik dari informan berguna bukansaja untuk alasan etik atau memperbaiki kesempatan agar hasilnya akan dilaksanakan tetapi juga untuk memperbaiki kualitas data dan kesimpulan yang ditarik dari
Laporan Penelitian
Page 31
data tersebut.
Peneliti melakukan dengan cara
pertanyaan-pertanyaan
kepada
informan
yang
menghubungkan
berbeda.
Misalkan
Pembina FKS Kota Cimahi menyebutkan bahwa program kota sehat dibuat atas usulan Pengurus FKS Kota Cimahi lalu peneliti meminta umpan balik kepada pengurus FKS Kota Cimahi apakah betul usulan berasal dari pengurus FKS Kota Cimahi. Saran-saran dari informan yang dikumpulkan dari masa umpan balik akan meningkatkan kualitas laporan atau kualitas hasil penelitian (CIMU-Health The British Council, 2000).
E. LokasidanWaktuPengambilan Data 1)
Penelitiandilakukan di wilayah kerja Kota Cimahi
2)
Waktupelaksanaanpenelitianinirencananya dilakukanpadabulanOktober s.d Desember 2012
Laporan Penelitian
Page 32
BAB IV HASIL PENELITIANDAN PEMBAHASAN
A. Profil Objek Penelitian 1. Kota Cimahi Luas Wilayah Kota Cimahi adalah 40,36 Km2 yang dibagi menjadi 3 kecamatan dan15 kelurahan. Secara geografis Kota Cimahi terletak di cekungan Bandung raya dandi persimpangan jalur kegiatan ekonomi regional antara Bandung dan Jakarta,tepatnya berada di 107° 30´ 30˝ - 107° 34´ 30˝ BT dan 6° 50´ 00˝ - 6° 56´ 00˝ LS. Jumlah
penduduk
kota
Cimahi
tahun
2010
=
607.514
jiwa,
kepadatannya mencapai129 jiwa/ha, dan laju pertambahan penduduknya mencapai 2,63%/tahun. Kondisilaju pertumbuhan Ekonomi Kota Cimahi tahun 2009 mencapai 4,87% dengan PDRBmencapai Rp. 12 milyar (atas dasar harga berlaku). Ekonomi
perkotaan:
Sektor
industri
pengolahan
merupakan
penyumbang PDRBterbesar mencapai 61,20% dan sektor perdagangan mencapai 19,46%. Matapencaharian penduduk Kota Cimahi sebagian besar adalah sebagai buruh (17,49%), pedagang (8,76%), dan jasa (6,01%). Merujuk PP no 26 thn 2008 tentang RTRWN, kota Cimahi ditetapkan sebagai salahsatu PKN (Pusat Kegiatan Nasional). Sedangkan merujuk RTRW Propinsi Jawabarat (Perda Prop Jabar no 23 th 2003), kota Cimahi dimasukkan ke dalam wilayahpengembangan tengah dan diklasifikasikan Laporan Penelitian
Page 33
sebagai Kota Sedang, dengan fungsisebagai pusat bisnis, pariwisata, agribisnis, industri, jasa dan pendidikan. Adapunarahan pengembangan tata ruang Propinsi Jawab barat, kota Cimahi bagian tengahdan utara diarahkan sebagai kawasan konservasi dan tangkapan air, sedangkanuntuk Cimahi Selatan diarahkan sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan,pendidikan
dan
jasa,
serta
daerah
industri.Kondisi pemenuhan RTH kota, dapat berupa hutan kota maupun taman kota, padasaat ini (tahun 2011), baru mencapai 16,77ha, masih jauh dari target yang harusdipenuhi sesuai Undang-undang yang berlaku yaitu 30% dari luas wilayah kota. 2. Forum Kota Sehat Kota Cimahi Visi Forum Kota Sehat Kota Cimahi adalah “Terwujudnya Kota Cimahi Sehat dan Mandiri tahun 2012”. Adapun misi FKS Kota Cimahi adalah sebagai berikut: a.
Menggerakan pembangunan Kota Cimahi berwawasan kesehatan
b.
Mendorong kemandirian masyarakat Kota Cimahi untuk hidup sehat
c.
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat beserta lingkungannya
d.
Meningkatkan
pemberdayaan
masyarakat
Kota
Cimahi
dalam
pembiayaan pelayanan kesehatan Tujuan FKS Kota Cimahi adalah: Terlaksananya kondisi Kota Cimahi untuk berperilaku bersih dan sehat bagi warganya dengan terwujudnya kemandirian masyarakat sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan
Laporan Penelitian
Page 34
perekonomian masyarakat. Adapun Slogan FKS Kota Cimahi adalah GEMMA SEHATI (Gerakan Membangun Masyarakat Sehat, Sejahtera, dan Mandiri). Struktur Organisasi FKS mengacu pada Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: 34 Tahun 2005 dan Nomor: 1138/Menkes/PB/VIII/2005 dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Pemerintah
Kota
Secara
berjenjang
dan
bertahap
menurut
Hierarkhi
Pemerintahan. Maka sejak tahun 2010 kepengurusan Forum Kota Sehat terintegrasi dengan Kota Siaga berikut ini:
Laporan Penelitian
Page 35
Struktur Organisasi FKS Kota Cimahi berdasarkan Surat Keputusan Walikota Nomor:, adalah sebagai berikut:
Pengurus FKS Kota Cimahi periode 2009-2012 mengintegrasikan berbagai stakeholder dan disiplin ilmu yang bertujuan untuk menciptakan sinergisitas dalam mengembangkan pemberdayaan masyarakat. Pengurus FKS mempunyai background bervariasi diantaranya: dokter, kesehatan masyarakat, perawat, guru, dosen, tokoh agama, LSM, Ekonom, Pengusaha, teknokrat, wartawan. Daftar nama pengurus FKS Kota Cimahi adalah sebagai berikut: 1)
Ketua
: Dedi S. Djamhuri, dr., Sp.B
2)
Wakil Ketua
: Sony Sondari, dr
Laporan Penelitian
Page 36
3)
Sekretaris 1
: Dr. Budiman, S.Pd., SKM., S.Kep., M.Kes
4)
Sekretaris 2
: Ustadz Eman Sulaeman
5)
Bendahara
: Pipih Muspika, S.S., MT
6)
Ka. Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Suharjiman, S.Kp
7)
Waka. Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Ma’sum Hidayat., S.Ag.,
MM 8)
Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Rumi Prasdini
9)
Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Asep Koswara,SH
10) Anggota Bidang Penelitian dan Pengembangan
: Sri Kuncoro, SH
11) Ka. Bidang Perencanaan Program
:
Oop
Ropei,
S.Pd.,
S.Kep., Ners., M.Kep 12) Waka. Bidang Perencanaan Program
: Setiawati, S.Pd., S.Kp., M.Kep
13) Anggota Bidang Perencanaan Program
: Darfi
14) Anggota Bidang Perencanaan Program
: Afizah, S.Psi
15) Ka. Bidang Monitoring dan Evaluasi
: Asep Didin, ST
16) Waka. Bidang Monitoring dan Evaluasi
: Dedi Suhendar, S.Sos
17) Anggota Bidang Monitoring dan Evaluasi : H. M. Endang Jajuli 18) Anggota Bidang Monitoring dan Evaluasi : Bubun Munawar 19) Anggota Bidang Monitoring dan Evaluasi : Amelia Hastuti Pendekatan program kerja yang dilaksanakan oleh FKS Kota Cimahi adalah sinergisitas pemberdayaan potensi masing-masing. Sedangkan untuk pembinaan wilayah menggunakan pendekatan titik tumpunya RW Siaga, seperti terlihat pada gambar berikut ini:
Laporan Penelitian
Page 37
Dalam melaksanakan program kerja, maka FKS Kota Cimahi membangun jejaring kerja seperti berikut ini:
Laporan Penelitian
Page 38
Sifat program kerja FKS adalah 2 (dua) jenis yaitu: 1.
Terintegrasi adalah program kerja yang dilaksanakan secara bersama oleh FKS sebagai dampak ikutan dari kegiatan para SKPD (Satuan Kerja Pemerintah Daerah) dalam membangun Kota Cimahi Sehat
2.
Selaras adalah program kerja yang dilaksanakan secara bersama oleh FKS dengan organisiasi non pemerintah dan organisasi sosial lainnya
3.
Mandiri
adalah
program
kerja
yang
dilaksanakan
secara
sendiri
berdasarkan rencana kegiatan FKS tahunan 4.
Swadaya adalah program kerja yang dilaksanakan dengan sumberdaya yang dimiliki sendiri oleh FKS
Laporan Penelitian
Page 39
B. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian disertai dengan pembahasannya mengenai evaluasi kota sehat di Kota Cimahi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dilapangan dengan menggunakan metode wawancara mendalam terhadap 15 orang informan (masyarakat), 1 orang Pembina FKS Kota Cimahi (informan-16), 1 orang Pengurus FKS Kota Cimahi (informan-17), 1 orang Pengurus Kecamatan Sehat Siaga Kota Cimahi (informan-18), 1 orang pengurus Pokja Siaga Sehat Kota Cimahi (informan-19), dan 1 orang Pengurus RW Siaga Sehat (infroman-20) mengenai evaluasi kota sehat di Kota Cimahi adalah sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Kota Sehat di Kota Cimahi Kota sehat adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman, dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselnggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah (Depkes dan Depdagri, 2010). Beberapa ungkapan dari para Informan mengenai pelaksanaan kota sehat di Kota Cimahi adalah sebagai berikut: “......Kota Cimahi mulai melaksanakan program Kota Sehat sejak tahun 2005 yaitu dengan terbentuknya Forum Kota Sehat Kota Cimahi. Pada tahun 2007 Kota Cimahi mengajukan penghargaan Kota Sehat dengan 3 tatanan, yaitu Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum, Ketahanan Pangan dan Gizi serta Kehidupan Masyarakat yang Sehat dan Mandiri. Tetapi pada tahun tersebut belum mendapatkan penghargaan dari pemerintah, dan baru pada tahun 2009 mendapatkan penghargaan Swasti Saba Padapa Kota Sehat dengan 3 tatanan. Selanjutnya Kota Cimahi menambah tatanan Kehidupan Sosial yang Sehat sehingga menjadi 4 tatanan Kota Sehat. Dan mendapatkan penghargaan Swasti saba Wiwerda pada tahun 2011 dan saat ini berkembang menjadi 5 tatanan di Tahun 2012 untuk mendapatkan Swasti Saba Wistara.....” (Informan-16)
Laporan Penelitian
Page 40
“...Upaya mensosialisasikan program kota sehat dilakukan secara berjenjang serta melibatkan masyarakat secara langsung....” (Informan-17) Pelaksanaan kota sehat di Kota Cimahi sudah dilaksanakan sampai mendapatkan swasti saba wiwerda tahun 2011, namun dalam pelaksanaan kota sehat ada beberapa masyarakat yang tidak mengetahuinya seperti ungkapan berikut ini: “....saya belum tahu kalau ada program kota sehat tapi saya merasakana adanya perubahan di Kota Cimahi...” (Informan-1) “....saya merasa aman dan nyaman tinggal di Kota Cimahi (Informan-2) “....saya merasa ada perubahan di Kota Cimahi walaupun masalah sampah masih perlu ditingkatkan (Informan-3)
Pelaksanaan
kota
sehat
mengintegrasikan
program-program
pemerintah daerah yang sudah ada, ini teruangkapkan dalam hasil penelitian diantaranya: “....kami telah mengetahui bahwa di Kota Cimahi Kota Sehat diintegrasikan dengan program terdahulu yaitu RW Siaga sehinggadisebut RW Siaga Sehat...” (Informan-18) RW Siaga merupakan cikal bakal Kota Sehat di Kota Cimahi.Pada tahun 2010, 312 RW yang ada di Kota Cimahi (100%) sudah menjadi RW Siaga.RW Siaga sebagai unit terkecil yang merupakan pusat kegiatan terutama dibidang kesehatan adalah sarana untuk mensosialisasikan dan menerapkan semua program kesehatan termasuk program-program Kota Sehat.Kegiatan tersebut antara lain adalah Siaga Maternal, Posyandu, Posbindu, Surveilens (Jumantik / Ganjen), kader kesehatan lingkungan, Pendataan dan intervensi PHBS dan Kadarzi.Selain itu sosialisaikan juga dilakukan melalui kegiatan yang dilaksanakan oleh Puskesmas misalnua melalui lokakarya mini (lokmin). Dari sekian banyak upaya yang dilakukan untuk mensosialisasikan Kota Sehat, terdapat satu hal yang sangat mendasar dan merupakan potensi besar untuk mempercepat pengenalan Kota Sehat oleh masyarakat yaitu adanya keinginan masyarakat untuk terlibat secara aktif dalam mensukseskan Kota Cimahi sebagai Kota Sehat.
Laporan Penelitian
Page 41
Oleh sebab itu maka dibentuklah Forum Kota Sehat, Forum Kecamatan Sehat dan Pokja Kelurahan Siaga Sehat...” (Informan-17). “...saya telah mengetahui bahwa RW Siaga dintegrasikan dengan kota sehat melalui musyawarah kerja forum kota sehat...” (informan-19, imforman20) “...belum tahun RW Siaga, tapi saya selalu membawa anak keposyandu...” (informan-9) Dalam pelaksanaan pengembangan kota sehat telah dilakukan berbagai upaya seperti terungkap dari hasil wawancara: “....Untuk mempertahankan kawasan yang sudah ada, Kota Cimahi melalui SKPD terkait secara berkala melakukan pembinaan serta melakukan upaya untuk meningkatkan kemandirian dan peran serta masyarakat dalam kesehatan melalui kegiatan RW Siaga Aktif. Sedangkan untuk menambah kawasan, maka dilakukan melalui kerjasama antar SKPD serta melibatkan FKS...” (informan-16). Dalam pelaksanaan kota sehat mengalami beberapa kendala seperti yang terungkap dalam transkrip berikut ini: “....Masih kurangnya koordinasi terutama pada awal kegiatan Kota Sehat, dimana saat itu di internal Pemerintah Kota Cimahi pemahaman bahwa urusan kesehatan merupakan tanggung jawab Dinas Kesehatan semata masih kuat...” (Informan 16, Informan 17, informan 18) “... saya masih bingung memahami dan mensinergikan antara kelurahan Siaga dengan Kota Sehat tapi yach diikuti dulu aja (informan-19) “...saya mendukung walaupun belum mengerti...” (informan 20). “...Penetapan wilayah/kawasan baru dalam pengembangan Kota Sehat dilakukan dengan memperhatikan kesiapan dari wilayah/kawasan yang bersangkutan sesuai dengan keunggulan dan potensi yang dimilki dalam menunjang kriteria tatanan Kota Sehat yang akan diajukan. Hal tersebut dilakukan melalui musyawarah yang dilakukan dari tingkat RW (MM RW), Kelurahan (MM Kelurahan) dan Kecamatan (MM Kecamatan). Selanjutnya SKPD berperan dalam memberikan masukan teknis terkait kesiapan wilayah/kawasan dan kemudian melaksanakan pembinaan untuk meningkatkan kualitas wilayah/kawasan dalam menunjang tatanan Kota Sehat...” (Informan 16)
Laporan Penelitian
Page 42
“... saya mengetahui penetapan kawasan dilakukan bersama-sama dengan masyarakat..” (informan 14) “...saya kebetulan hadir dalampenetapan kawasan dan saya ikutan aja karena demi kebaikan..” (informan 10) 2. Kawasan Pemukiman, Sarana dan Prasarana Umum Kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum merupakan tatanan yang dikembangkan, beberapa hasil transkip sekunder tentang pelaksanaan kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum berikut ini: “...Program yang dilakukan meliputi” - Program Langit Biru - Penataan sempadan sungai - Rehabilitasi rumah tidak layak huni - Perbaikan jalan setapak - Penataan kawasan kumuh di kelurahan Melong Tahun 2012, Kelurahan Cibereum tahun 2011, Kelurahan Utama tahun 2012 - Pembangunan Rusunawa di Kelurahan Cigugur 3 twin block, Kelurahan Melong 4 twin block, Kelurahan Leuwigajah 3 twin block - Penataan lingkungan di 312 RW - Penataan drainase di Kota Cimahi melalui : - Perbaikan drainase - Pengerukan drainase - Perbaikan/rehabilitasi drainase - Kegiatan Operasi Bersih Kota - Kegiatan Pengadaan Sarana Prasaranan Pengelolaan Sampah - Kegiatan Sosialisasi dan Pembinaan pengelolaan sampah kepada masyarakat untuk mendukung pencapaian Kota Sehat - Pengendalian Pencemaran Air Limbah Domestik dengan melakukan sosialisasi tentang Program Percepatan Sanitasi Pemukiman (PPSP), Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM/Sanimas, Kampanye Sanitasi Lingkungan, dan lain-lain - Percepatan Pembangunan berbasiskan masyarakat (community based development) - Peningkatan kemauan dan kemampuan masyarakat untuk membayar - Pengembangan penelitian di bidang pencegahan pencemaran (pollution prevention) di lembaga penelitian dan perguruan tinggi - Koordinasi penyusunan Amdal - Kajian Lingkungan Hidup Strategis - Koordinasi Adipura
Laporan Penelitian
Page 43
- Pemantauan Kualitas Lingkungan (Analisis Kualitas Air, Analisis Kualitas Udara, Analisis Kerusakan Tanah akibat Produksi Biomass, Uji emisi Sumber Bergerak dan Tidak Bergerak) - Pengawasan pelaksanaan Kebijakan Bidang Lingkungan Hidup (Analisis Kualitas Air Limbah dan Limbah Padat Industri, Peningkatan Kapasitas Pengelolaan bagi Industri dan masyarakat CBEM) - Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Pemeliharaan hutan kota, penanaman pohon pelindung, penambahan luas RTH, pengandaan pohon holtikultura dan pohon pelindung) - Peningkatan Konservasi Daerah Tangkapan Air dan Sumber-sumber Air (Sosialisai, pengadaan alat bipori, pembuatan lubang bipori dan sumur resapan) - Peningkatan edukasi dan komunikasi Masyarakat di Bidang Lingkungan (Ecoschool, sosialisai pengelolaan lingkungan hidup, penanaman pohon di sekolah-sekolah) - Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) - Peningkatan Edukasi dan Komunikasi Masyarakat di Bidang Lingkungan Program Langit Biru (Uji emisi, Hutan Kota dan Penghijauan, dll) Prokasih Usaha kelompok kecil untuk pengelolaan air bersih Septik tan komunal Kemposting, Takakura Rusunawa PHBS (Informan-16) “.... saya terlibat dalam program pemukimam (informan 8) “... FKS merancang dan melaksanankan program anugerah kampung hijau dan RW Bebas Sampah...” (Informan-17) “...Yang dimaksud konsep Kampung Hijau adalah suatu program pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan yang bertujuan meningkatkan komitmen masyarakat terhadap lingkungan yang hijau dan asri.Sasaran dari program ini adalah masyarakat di tingkat RT/RW. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di dalam konsep ini antara lain adalah : - Pembinaan tentang lingkungan hijau dan asri - Penanaman pohon bersama dan individu - Penanaman dan pemeliharaan dilakukan swadaya masyarakat - Pemberian penghargaan (Forum Kota Sehat) (informan-17)
Laporan Penelitian
Page 44
Kawasan pemukimanan, saranan dan prasarana umum di Kota Cimahi telah dikembangkan sejak komitemen penyelenggaraan Kota Sehat dari tahun 2005. Bahkan pengembangan kawasan ini sudah berkembangn cukup baik. Dalam pelaksanaannya Kota Cimahi telah mengacu pada indikator kota sehat. 3. Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi langkah-langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah untuk mendukung Tatanan Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi adalah membuat berbagai kebijakan berupa :
Surat
Keputusan
Walikota
Cimahi
Nomor
:
501/Kep.164-
Diskopindagtan/2011 Tanggal 31 Maret 2011 Tentang Dewan Ketahanan Pangan Kota Cimahi
Standar Pelayana Minimal (SPM) Bidang Ketahanan Pangan
Keputusan
Walikota
Cimahi
Nomor
:
521.05/Kep.106-
Diskopindagtan/2012 Tentang Tim Pelaksana Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) Kota Cimahi Tahun 2012, Tanggal 30 Maret 2012
Keputusan Walikota Cimahi Nomor : 501/Kep.208/BPMPPKB/2010, Tanggal 19 Mei 2010, Tentang Penetapan Kampung Adat Cireundeu Sebagai Desa Mandiri Pangan di Kota Cimahi
Keputusan Walikota Cimahi Nomor : 501/Kep. 10-Diskopindagtan/2011, Tanggal 3 Januari 2011 Tentang Penetapan Kelurahan Cipageran Sebagai Desa Mandiri Pangan di Kota Cimahi
Laporan Penelitian
Page 45
Keputusan Walikota Cimahi Nomor : 521/Kep.108-Diskopindagtan/2012, Tanggal 3 Maret 2012, Tentang Penetapan Kelurahan Cipageran Sebagai Desa Mandiri Pangan di Kota Cimahi
Keputusan Kepala Dinas Koperasi UMKM Perindustrian Perdagangan dan Pertanian Kota Cimahi, Nomor 12/Kep, Kopindagtan/Ii/2011 Tentang Tim Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG), Tanggal 28 Pebruari 2011
Pernyataan Kesepakatan Bekerjasama Melaksanakan Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) Desa Wisata Ketahanan Pangan (DEWITAPA) Kampung cireundeu antara Pemerintah Kota Cimahi dengan LPPM Universitas Padjajaran Bandung dan LPPM Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi Dalam memotivasi masyarakat agar mendukung program /kegiatan
Tatanan Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi adalah sebagai berikut: “...Untuk memotivasi masyarakat dalam mendukung program /kegiatan dibidang ketahanan pangan dan gizi dilakukan beberapa kegiatan diantaranya : Pelatihan Penganekaragaman Sumber Pangan Alternatif Pelatihan Penganekaragaman Sumber Pangan Alternatif dilakukan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya local yang dimiliki oleh kota Cimahi seperti singkong, ubi jalar, jagung, talas dan sumber pangan alternative lainnya yang diharapkan dapat mengurangi ketergantungan akan beras. Sekolah Jumat Pada awalnya sekolah Jum’at ini ditujukan bagi masyarakat pra KS dengan tujuan agar masyarakat, khusunya kaum perempuan memiliki keterampilan di bidang pengolahan pangan sehingga dapat membantu meningkatkan pendapatan keluarga.Oleh karena itu, keterampilan yang diberikan merupakan resep-resep sederhana, murah, mudah namun memiliki nilai jual di masyarakat. Namun selanjutnya, kegiatan ini dibuat untuk siapa pun masyarakat yang memiliki keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuannya di bidang pengolahan pangan Gerakan mengkonsumsi Sayur dan Buah
Laporan Penelitian
Page 46
Melalui dasawisma dan binaan TP. PKK dari tingkat kelurahan sampai tingkat kota telah bekerjasama dengan instansi terkait dalam hal ini DISKOPINDAGTAN bersama-sama melakukan upaya untuk memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan lahan pekarangannya dengan menanam tanaman yang dapat digunakan sehari-hari seperti tanaman sayuran dan obat-obatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pos Gizi (Informan 16) untuk pengembangan kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi, Pemerintah
Kota Cimahi telah mengalokasikan anggaran kegiatan yang diharpkan menunjang untuk pengembangan kawasan pangan dan gizi. Kegiatan tersebut antara lain yaitu :
Kegiatan penyuluhan Sumber Pangan Alternatif
Kegiatan pengembangan pertanian Pada Lahan Kering
Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian
Desa Mandiri Pangan di kampong Cireundeu (Dewitapa, Desa Wisata Ketahanan Pangan)
Pos Gizi
Gapoktan
Gerakan Multi Aktivitas Agribisnis (GEMAR) di Kelurahan Cipageuran
Lumbung Pangan (Kel. Cigugur Tengah dan Cibabat)
Kota Cimahi sudah masuk peringkat Nasional Kota Sehat Tatanan Kawasan Ketahanan Pangan dan Gizi, apa kiat-kiat yang ditempuh oleh Pemerintah Daerah untuk mempertahankan peringkat tersebut. Jawab : Langkah yang ditempuh oleh Pemerintah Kota Cimahi diantaranya :
Laporan Penelitian
Page 47
1) Meningkatnya produksi tanaman pangan (padi) melalui : - Penggunaan bibit unggul varietas mekongga dan ciherang menggantikan varietas IR-64 yang sudah lama digunakan sebagai bibit secara turun temurun, sehingga terjadi peningkatan produktivitas padi dari 6,41 Ton/Ha tahun 2012 menjadi 6,50 Ton /Ha tahun 2011 - Penerapan system budidaya padi melalui system “legowo” - Penanganan pasca panen yang baik dengan mempergunakan mesin perontok padi dan terpal sehingga dapat meminimalisir tingkat kehilangan pada saat panen padi - Penggunaan teknologi tepat guna berupa hand tractor dalam system budidaya tanaman - Penyediaan air sepanjnag tahun melalui perbaikan dan pembangunan Jitut/Jides di Kota Cimahi - Peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani melalui penerapan Sekolah lapang Peneratapan Teknologi Terpadu (SL-PTT) 2) Penyediaan Lumbung Padi di Masyarakat Lumbung padi di Kota Cimahi terdapat di 2 (dua) kelurahan yaitu : -
Kelompok Lumbung Cibabat Mandiri yang berada di Kelurahan Cibabat, Kecamatan Cimahi utara
-
Kelompok Lumbung Sukarasa mandiri yang berada di Kelurahan Citeureup, Kecamatan Cimahi Utara
3) Menjamin ketersediaan pangan Bagi Masyarakat Melalui :
Laporan Penelitian
Page 48
-
Produksi sendiri sebanyak 3842,2 Ton GKG (Setara 2497,4 Ton Beras) per tahun (208,12 Ton/bulan)
-
Cadangan beras pemerintah sebanyak 100 ton per tahun
-
Bulog (khusus raskin) sebanyak 313 Ton per bulan
-
Stok Beras yang ada di pasar sebanyak 4.500 ton per bulan
Adapun jumlah konsumsi warga Kota Cimahi sebanyak 3,673 Ton/bulan (612,168 jiwa x 6 Kg). Berdasarkan Data tersebut surplus beras Kota Cimahi
sebanyak
1,356,45
Ton/bulan
yang
di
manfaatkan
oleh
masyarakat di luar Cimahi 4) Memfungsikan Lembaga distribusi pangan yang ada di masyarakat Lembaga distribusi pangan yang ada di Kota Cimahi berupa Gerakan Lumbung Pangan (Gelungan) di Kelurahan Cibabat dan Lumbung Pangan Mandiri di Kelurahan Cigugur Tengah yang bergerak dalam bentuk pinjaman sembako dengan system pengembalian dalam bentuk uang dengan jangka waktu pengembalian sesuai kesepakatan bersama, yaitu ditujukan terutama bagi RTM. 5) Memfungsikan Koperasi Banyak Koperasi yang aktif di Kota Cimahi, diantaranya ada yang sudah berbentuk koperasi sebanyak 6 koperasi dan pula yang berstatus masih parkoperasi sebanyak 11 6) Menggalakkan Program Pertanian Organic Dalam rangka mendukung program pertanian organic Pemerintah telah melakukan berbagai kegiatan diantaranya :
Laporan Penelitian
Page 49
Pembangunan rumah dan mesin alat pengolahan pupuk organic (APPO) di Kelurahan Padasuka yang memanfaatkan limbah pertanian untuk pupuk organic yang dipergunakan bagi budidaya padi dan tanaman hortikultura
Mengadakan Sosialisasi Good Agriculture Practice (GAP) yang diikuti oleh 50 orang petani di Kota Cimahi “... saya merasa program ketahanan pangan dan gizi cukup baik..” (informan 7) “.... saya sudah ke Cireundeu dan ternyata bagus...” (informan 5)
4. Kawasan Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri Kehidupan masyarakat sehat yang mandiri merupakan tatanan yang wajib dikembangkan dalam penyelenggaraan kota sehat. Kota Cimahi sejak tahun 2005 melaksanakan tatanan tersebut dan berhasil mengintegrasikan RW Siaga kedalam kehidupan masyarakat sehat yang mandiri. Programprogram yang dijalankan berorientasi kepada masyarakat. Ungkapan informan yang berhubungan dengan kawasan kehidupan masyarakat sehat yang mandiri adalah: “...saya hampir 5 tahun sudah aktif dikegiatan kader dan merasa sebagai bentuk kegiatan sosial...” (informan 20) “...saya sering diundang untuk kegiatan kemasyarakatan diantaranya penyuluhan tentang bahaya merokok di dalam rumah dan LBS...” (informan 18) “....saya merasakan manfaat minimal untuk diri sendiri dan keluarga pada saat aktifnya RW Siaga..” “...integrasi RW Siaga dalam mencapai kota sehat karena indikatornya sama...” (informan 17)
Laporan Penelitian
Page 50
“....Program-program yang dikembangkan dan dijalankan diantaranya: Ganjen (Gerakan Anti Jentik) Kader kesehatan Jiwa Senam Lansia dan Osteoporosis Kawasan Tanpa Rokok (Saung Ngebul, Pojok Rokok dll) PPTI, Kader peduli TB/ Kader PMO Pos informasi HIV/AIDS Melati Peduli YKI Paris Lestari Klinik Berhenti merokok Parto Posbindu PTM (informan 16)
5. Kehidupan Sosial yang Sehat Kota cimahi mulai melaksanakan program Kota Sehat sejak tahun 2005 yaitu dengan terbentuknya Forum Kota Sehat Cimahi. Khususnya untuk Tatanan Kawasan Kehidupan Sosial Sehat diikuti setelah tahun 2009.Jumlah masyarakat miskin di Kota Cimahii berdasarkan data BPS adalah sebagai berikut : Tahun 2008 : 52.340 jiwa Tahun 2009 : 46.400 Jiwa Tahun 2010 : 40.100 Jiwa Sementara jika dilihat dari jumlah Rumah Tangga sasaran yang juga mewakili penduduk miskin adalah sebagai berikut : Tahun 2007 : 21.910 KK Tahun 2008 : 20.870 KK Tahun 2009 : 20.870 KK Tahun 2010 : 20.870 KK Tahun 2011 : 35.280 KK
Laporan Penelitian
Page 51
Sementara dari Pendataan R1KS (Pra KS dan KS1) adalah sebagai berikut : Tahun 2007 : 24.775 KK Tahun 2008 : 21.867 KK Tahun 2009 : 21.339 KK Tahun 2010 : 20.217 KK Program yang dilakukan berdasarkan hasil wawancara diantaranya: “....kita telah melaksanakan program kawasan kehidupan sosial yang sehata mencakup berikut ini: Workshop handycraft korban pengguna NAPZA Pemberdayaan ekonomi kecil (usaha combring, dll) dan kemitraan Dunia Usaha dengan pedagang kecil (superindo, dll) Pengembangan Koperasi Gelungan Tempat Pengasuhan Anak Gerakan Masyarakat Sejahtera (Gemas) Pengembangan Pundi Amal Shaleh (PAS) Rumah Sahaja untuk anak terlantar Peningkatan kapasitas penanggulangan bencana di masyarakat (SIBAT) Pelatihan Kader Penanggulangan KDRT 6.
Kawasan Tertib Lalu Lintas dan Transportasi Penyelenggaraan kota sehat dalam konteks kawasan tertib lalu lintas mencakup indikator-indikator: pelayanan angkutan umum (bus, angkot, taxi), pelayanan terminal dan halte, rawan kecelakaan, penataan, tertib lalu lintas dan keselamatan, dan kemasyarakat. Beberapa ungkapan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: “... saya merasa sekarang di Kota Cimahi tidak terlalu macet seperti terdahulu...” (informan 4) “... angkot di Kota Cimahi masih kurang teratur dan masih berhenti sembarangan...” (informan12)
Laporan Penelitian
Page 52
“...penataan dan rekayasa lalu lintas saya merasa puas (informan 13) “...perlunya pemantau terus menerus terutama terhadap angkot dan pasar ...” (informan 13)
Lalu lintas dan sarana transportasi merupakan permasalahan yang sering ditemui dalam wilayah perkotaan. Sejak menjadi daerah otonomi Kota Cimahi terus melakukan rekayasa lalu lintas dalam menciptakan rasa aman dan nyaman dalam berlalu lintas. Beberapa ungkapan informan yang berhubungan dengan program ini adalah sebagai berikut: “....program-program yang dikembangkan dalam tatanan ini mencakup model moda angkutan umum tanpa rokok dalam kendaraan, tertib bernomor, tanpa macet, uji emisi,uji kelaykan,ada pojok rokok, ada pemeriksaan kesehatan, ada warga peduli transportasi dan LLJR, asosiasi terminal, dan lain-lain...” (informan 17) “....saya merasa program-program yang dijalankan manfaatnya banyak (informan 9).
Laporan Penelitian
Page 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan 1. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan kota sehat di Kota Cimahi sudah dimulai sejalan dengan kebijakan nasional yaitu pada tahun 2005 dan ungkapan para informan telah merasakan adanya penyelenggaraan kota sehat di Kota Cimahi. 2. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan tatanan kawasan pemukiman, sarana dan prasarana umum telah dirasakan walaupun masih perlu adanya peningkatan dan perluasan kegiatan. 3. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan tatanan kawasan ketahanan pangan dan gizi telah menjadi bagian dalam penyelenggaraan kota sehat dengan unggulan-unggulan budaya lokal dalam ketahanan pangan dan gizi. 4. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan tatanan kawasan kehidupan masyarakat yang sehat dan mandiri telah dilaksanakan dengan mengintegrasikan RW Siaga yang dipersepsikan sangat tepat. 5. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan tatanan kawasan kehidupan sosial yang sehat telah dirasakan walaupun masih adanya kegiatan-kegiatan sosial yang perlu ditingkatkan. Laporan Penelitian
Page 54
6. Hasil wawancara dengan beberapa informan dan hasil pengamatan pelaksanaan tatanan kawasan tertib lalu lintas dan transportasi telah dirasakan walaupun masih adanya kemacetan ataupun transportasi yang masih tidak teratur.
B. Saran 1. Pemerintah Kota Cimahi a. Terus
berupaya
membuat
program
di
masing-masing
SKPD
mengintegrasikan ke dalam penyelenggaraan kota sehat b. Melakukan pemantauan, pemeliharaaan, dan mempertahankan wilayahwilayah yang telah menyelenggarakan kota sehat sesuai keunggulan tatanan c. Memperluas wilayah binaan unggulan tatanan kota sehat 2. Masyarakat Kota Cimahi a. Melalui Forum Kota Sehat Kota Cimahi harus lebih aktif dalam menginisiasi program-program Kota Sehat b. Bersama-sama
mempertahankan,
memeliharan,
dan
meningkatkan
wilayah binaan unggulan.
Laporan Penelitian
Page 55
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S. 2006. ProsedurPenelitian :SuatuPendekatanPraktik (edisirevisi). Penerbit RinekaCipta. Jakarta Budiman. 2011. Penelitian Kesehatan. Buku Pertama. Penerbit Refika Aditama. Bandung Dinas Kesehatan Kota Cimahi. 2011. Laporan Kota Sehat. Kota Cimahi Health The British Council. 2000. Aplikasi Metode Kualitatif dalam Penelitian Kesehatan. Universitas Indonesia. Jakarta Nasution S. 1998. Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Penerbit Tarsito. Bandung Notoatmojo. S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Penerbit Salemba Medika. Jakarta
Penelitian
Ilmu
Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kesehatan Nomor: 34 Tahun 2005 dan Nomor 1138/Menkes/PB/VIII/2005 Profil Forum Kota Sehat. 2011. Kota Cimahi Patilima H. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Penerbit Alfabeta. Bandung Refina. I. 2009. Inisiasi Menyusui Dini dengan Breast Crawl di Bidan Praktek Swasta (BPS) Fatimah Sukma. Tesis. Universitas Indonesia. Jakarta Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
iii