PEM MERIN NTAH KOTTA CIM MAHI DINAS PEK ERJAAN UMUM Jl. R Rd. Deman ng Hadjak kusumah Gedung C LT.2
Ke egiatan Fasilitaasi Pem mbangun nan Praasaranaa dan Saarana D Dasar Pe ermukim man Be erbasis M Masyarrakat TA.. 2012
Pekerrjaan : Pe enanganaan Perumahan dan n Permukkiman Lin ngkungan n K Kumuh B Berbasis K Kawasan (Kel. Utama) Kotaa Cimahi
BAB I PENJELASAN TEKNIK UMUM I. UMUM 1. Pendahuluan Spesifikasi teknis ini merupakan ketentuan yang harus dibaca bersama‐sama dengan gambar‐gambar yang keduanya bersama‐sama menguraikan pekerjaan yang harus dilaksanakan.Istilah pekerjaan mencakup suplai dan instalasi seluruh peralatan dan material yang harus dipadukan dalam konstruksi‐konstruksi, yang diperlukan menurut dokumen‐dokumen kontrak, serta semua tenaga kerja yang dibutuhkan untuk memasang dan menjalankan peralatan dan material tersebut.Spesifikasi untuk pekerjaan yang harus dilaksanakan dan material yang harus dipakai, harus diterapkan baik pada bagian dimana spesifikasi tersebut ditemukan maupun bagian‐bagian lain dari pekerjaan dimana pekerjaan atau material tersebut dijumpai. 2. Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan terletak Kecamatan Cimahi selatan meliputi sebagian kelurahan Utama Kota Cimahi (RW 10 dan RW 15). 3. Ruang Lingkup Pekerjaan Pekerjaan yang harus dilaksanakan adalah sesuai dengan yang dinyatakan dalam gambar Rencana, Uraian Rencana Kerja dan Syarat‐syarat Teknis, BOQ dan penjelasan‐penjelasan tambahan lainnya yang diberikan.Secara garis besar lingkup pekerjaan ini terdiri dari : ‐ Menyediakan tenaga kerja, bahan‐bahan, peralatan berikut alat bantu lainnya, untuk melaksanakan pekerjaan sebagaimana dimaksud didalam keseluruhan pekerjaan ini. ‐ Mengadakan pengamanan, pengawasan dan pemeliharaan terhadap bahan‐bahan, alat‐alat kerja maupun hasil pekerjaan selama masa pelaksanaan berlangsung sehingga seluruh pekerjaan selesai dengan dengan hasil baik. ‐ Pekerjaan pembongkaran, pembersihan dan pengamanan dalam tapak daerah pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan dan setelah pembangunan
4. Perijinan Setelah kontraktor ditunjuk, bila pekerjaan ini memerlukan ijin dari instansi lain yang berwenang, maka kontraktor yang bersangkutan harus menyelesaikan perijinan tersebut. Direksi, dalam batas‐batas kewenangannya, akan membantu untuk menyiapkan surat‐ surat resminya, tetapi segala biaya yang diperlukan untuk perijinan tersebut merupakan tanggung jawab kontraktor. Pekerjaan di lapangan tidak diperkenankan dimulai apabila perijinan yang diperlukan belum diperoleh. Apabila pada saat melaksanakan pekerjaan terdapat suatu bangunan atau material yang menghalangi pekerjaan, jika harus membongkar bangunan/material tersebut akan memerlukan perijinan dan biaya tambahan, maka hal tersebut terlebih dahulu harus didiskusikan dengan direksi untuk mencari jalan keluarnya. 5. Penyediaan Air, Tenaga Listrik dan Lampu Penerangan Alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh kontraktor, termasuk penyediaan peralatan dan perpipaan sementara untuk mengangkut air ke lokasi pekerjaan, sehingga tidak mempengaruhi lancarnya pekerjaan. Biaya untuk keperluan tersebut menjadi tanggungan kontraktor. Kualitas air yang disyaratkan ditentukan pada bagian lain dari spesifikasi teknis ini. Tenaga listrik yang diperlukan bagi pelaksanaan pekerjaan harus disediakan sendiri oleh kontraktor dengan jenis dan kapasitas yang sesuai dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan dan harus ada persetujuan dari direksi. Penyediaan tenaga listrik tersebut termasuk pula kabel‐kabel, alat‐alat pengukur serta fasilitas pengaman yang diperlukan dan lampu‐lampu penerangan untuk menjamin lancarnya pelaksanaan pekerjaan. 6. Gambar Gambar Kerja Gambar‐gambar rencana untuk pekerjaan ini akan diberikan kepada kontraktor dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari dokumen kontrak. Gambar‐gambar tersebut adalah gambar‐gambar yang paling akhir setelah diadakan perubahan‐perubahan dan merupakan patokan bagi pelaksanaan pekerjaan. Kontraktor wajib melaksanakan
pekerjaan sesuai dengan gambar rencana dan spesifikasi yang berhubungan dengan hal tersebut. Tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari kesalahan‐kesalahan, kekurangan‐kekurangan pada gambar atau perbedaan ketentuan antar gambar rencana dan spesifikasi teknis. Apabila ternyata terdapat kesalahan, kekurangan, perbedaan dan hal‐hal lain yang meragukan, kontraktor harus mengajukannya kepada direksi secara tertulis, dan direksi akan mengoreksi atau menjelaskan gambar‐gambar tersebut untuk kelengkapan yang telah disebutkan dalam spesifikasi teknis. Koreksi akibat penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana akan ditentukan oleh direksi dan disampaikan secara tertulis kepada kontraktor. Paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan pekerjaan, kontraktor harus menyerahkan gambar kerja (shop drawing) kepada pihak direksi sebanyak 3 (tiga) rangkap, termasuk perhitungan‐perhitungan yang berhubungan dengan gambar tersebut. Gambar kerja untuk semua pekerjaan harus senantiasa disimpan di lapangan. Gambar‐ gambar tersebut harus berada dalam kondisi baik, dapat dibaca dan merupakan hasil revisi terakhir. Kontraktor juga harus menyiapkan gambar‐gambar yang menunjukan perbedaan antara gambar rencana dan gambar kerja. Semua biaya untuk itu menjadi tanggungan kontraktor. 7. Ukuran ‐ Ukuran Pada dasarnya semua ukuran yang berlaku adalah seperti yang tertera pada gambar rencana. Ukuran‐ukuran dalam gambar rencana pada dasarnya adalah ukuran jadi, seperti keadaan selesai. Kontraktor tidak dibenarkan merubah atau mengganti ukuran‐ ukuran yang tercantum didalam gambar rencana dan pelaksanaan/dokumen kontrak tanpa sepengetahuan Pengawas/Pemberi Tugas. 8. Peralatan Semua peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus disediakan oleh kontraktor. Sebelum suatu tahapan pekerjaan dimulai, kontraktor harus mempersiapkan seluruh peralatan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan tahap pekerjaan tersebut.
Penyediaan peralatan ditempat pekerjaan, dan persiapan peralatan pekerjaan harus terlebih dahulu mendapat penelitian dan persetujuan dari direksi. Tanpa persetujuan direksi,kontraktor tidak diperbolehkan untuk memindahkan peralatan yang diperlukan dari lokasi pekerjaan. Kerusakan yang timbul pada sebagian atau keseluruhan peralatan yang akan mengganggu kelancaran pelaksanaan pekerjaan harus segera diperbaiki atau diganti hingga direksi menganggap pekerjaan dapat dimulai. 9. Penyediaan Material Kontraktor harus menyediakan sendiri semua material seperti yang disebutkan dalam daftar kuantitas (daftar Rencana Anggaran Biaya) kecuali ditentukan lain didalam dokumen kontrak. Untuk material‐material yang disediakan oleh direksi, kontraktor harus mengusahakan transportasi dari gudang yang ditentukan ke lokasi pekerjaan. Kontraktor harus memeriksa dahulu material‐material tersebut dan harus bertanggung jawab atas pengangkutan sampai di lokasi pekerjaan. Kontraktor harus mengganti material yang rusak atau kurang akibat oleh cara pengangkutan yang salah atau hilang akibat kelalaian kontraktor. Semua peralatan dan material yang disediakan dan pekerjaan yang dilaksanakan harus sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak. Nama produsen material dan peralatan yang digunakan, termasuk cara kerja, kemampuan, laporan pengujian dan informasi penting lainnya mengenai hal ini harus disediakan bila diminta untuk dipertimbangkan oleh direksi. Bila menurut pendapat direksi hal‐hal tersebut tidak memuaskan atau tidak sesuai dengan spesifikasi teknis yang ditentukan dalam dokumen kontrak, maka harus diganti oleh kontraktor tanpa biaya tambahan. Semua peralatan dan material harus disuplai dengan urutan dan waktu sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan dengan memperhitungkan jadwal waktu untuk pekerjaan lainnya.
10. Syarat Bahan/Material Semua bahan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus dalam keadaan baik tidak cacat sesuai denganspesifikasi yang diminta dan bebas dari noda lainnya yang dapat mengganggu kualitas maupun penampilan Contoh‐contoh material harus segera ditentukan dan diambil dengan cara pengambilan contoh menurut standar yang disetujui direksi. Contoh‐contoh tersebut harus menggambarkan secara nyata kualitas material yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. Contoh‐contoh yang telah disetujui direksi harus disimpan terpisah dan tidak tercampur atau terkotori yang dapat mengurangi kualitas material tersebut. Penawaran kontraktor harus sudah termasuk biaya yang diperlukan untuk pengujian material. Jika dalam spesifikasi teknis ini tidak disebutkan harus menggunakan material‐material dari jenis atau merk tertentu, maka kontraktor harus meminta petunjuk direksi untuk menentukan jenis atau merk material yang baik dan diperbolehkan untuk digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Kontraktor dapat mengganti dengan produk atau merk lain yang sekurang‐kurangnya mempunyai kualitas yang sama dengan kualitas yang ditentukan oleh direksi. Bahan/material dan komponen jadi keluaran pabrik, dalam pelaksanaannya harus dibawah pengawasan/superviseTenaga Akhli yang ditunjuk. Semua bahan sebelum dipasang harus disetujui secara tertulis oleh Pengawas/Pemberi Tugas. Contoh bahan yang akan digunakan harus diserahkan kepada Pengawas/Direksi. Bila dianggap perlu, Pengawas/Pemberi Tugas berhak memerintahkan kepada kontraktor untuk membuat komponen jadi (mark up) pada detail‐detail hubungan tertentu yang harus diperlihatkan kepada Pengawas/Pemberi Tugas untuk mendapat persetujuan. Semua bahan untuk pekerjaan ini harus ditinjau dan di uji sesuai dengan standard yang berlaku baik pada pembuatan, maupun pada pelaksanaan dilapangan oleh Kontraktor.
11. Perlindungan Terhadap Cuaca Kontraktor, atas tanggungan sendiri dan dengan persetujuan direksi terlebih dahulu, harus mengusahakan langkah‐langkah dan peralatan yang diperlukan untuk melindungi pekerjaan dan bahan‐bahan serta peralatan yang digunakan agar tidak rusak atau berkurang mutunya karena pengaruh cuaca. 12. Lingkup Pekerjaan Persiapan Pekerjaan persiapan meliputi : a. Mobilisasi dan demobilisasi seluruh pekerjaan, terdiri dari : ‐ Mobilisasi Peralatan dan Tenaga Kerja ‐ Pembuatan Los Kerja dan gudang bahan ‐ Pekerjaan pengukuran, pemasangan patok dan penentuan peil dasar (titik referensi) ‐ Penyiapan jalan masuk ‐ Papan Nama Proyek dan rambu‐rambu b. Pelaporan, Dokumentasi, dan As Built Drawing terdiri dari : ‐ Pelaporan Harian dan Mingguan ‐ Gambar‐gambar Pelaksanaan (as Built Drawing) ‐ Dokumentasi 14. Mobilisasi dan Demobilisasi Yang dimaksud dengan pekerjaan ini adalah berupa penyedian/pemasukan semua peralatan, tenaga dan perlengkapan proyekyang akan diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan diproyek. Setelah pekerjaan selesai, kontraktor harus mengeluarkan kembali semua peralatan dan perlengkapan tersebut dari lokasi pekerjaan kecuali papan nama proyek. 15. Pembuatan Los Kerja dan Gudang Bahan Kontraktor harus membuat/menyewa Los Kerja dan Gudang Bahan.Los Kerja diberi pintu dan jendela dan dilengkapi dengan satu set meja tulis dilengkapi dengan buku tamu dan buku instruksi serta satu lemari untuk penyimpanan berkas‐berkas yang diperlukan.
Gudang dibuat sedemikian rupa sehingga keamanan barang‐barang terjamin keamanannya. Penyimpanan bahan PC harus sedemikian rupa agar PC tidak mudah/lekas mengeras. Kontraktor harus memelihara kebersihan didalam bangunan‐ bangunan tersebut. Bila tidak dianjurkan lain oleh Direksi/Pengawas pada saat selesai pekerjaan, semua bangunan‐bangunan tersebut diatas harus disingkirkan dan dibersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya Kontraktor. 16. Pengukuran dan Pematokan Kontraktor harus mengerjakan pematokan untuk menentukan kedudukan dan peil bangunan sesuai dengan gambar rencana. Titik ini selanjutnya harus dipindahkan ke salah satu patok yang akan dijadikan titik referensi selanjutnya, yang nantinya akan digunakan untuk mengukur kedalaman galian, peil timbunan, dasar timbunan, dasar pondasi dan lain‐lain. Titik referensi/patok ini harus kuat dan tidak boleh berubah/ terganggu selama masa pelaksanaan pekerjaan berlangsung. Pekerjaan ini seluruhnya harus mendapat persetujuan direksi terlebih dahulu sebelum memulai pekerjaan selanjutnya. Direksi dapat melakukan revisi pemasangan patok tersebut bila dipandang perlu. Kontraktor harus mengerjakan revisi tersebut sesuai dengan petunjuk direksi. Sebelum memulai pekerjaan pemasangan patok, kontaktor harus memberitahukan kepada direksi sekurang kurangnya 2 (dua) hari sebelumnya, sehingga direksi dapat mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk melakukan pengawasan. Pekerjaan pematokan yang telah selesai, diukur oleh kontraktor untuk mendapat persetujuan direksi. Hanya hasil pengukuran yang telah disetujui direksi yang dapat digunakan sebagai dasar untuk pembayaran pekerjaan. Kontraktor wajib menyediakan alat‐alat ukur dengan perlengkapannya, juru ukur serta pekerja lain yang diperlukan oleh direksi untuk melakukan pemeriksaan/pengajuan hasil pengukuran.
Semua tanda‐tanda di lapangan yang diberikan oleh direksi atau dipasang sendiri oleh kontraktor harus tetap dipelihara dan dijaga dengan baik oleh kontraktor. Apabila ada yang rusak harus segera diganti dengan yang baru dan meminta kembali persetujuan dari direksi. Bila terdapat penyimpangan dari gambar rencana, kontraktor harus mengajukan 3 (tiga) rangkap gambar penampang dari daerah yang dipatok tersebut. Direksi akan membubuhkan tanda tangan persetujuan dan pendapat/revisi pada satu copy gambar tersebut dan mengembalikannya kepada kontraktor. Setelah diperbaiki, kontaktor harus mengajukan kembali gambar hasil revisinya. Gambar‐gambar tersebut harus dibuat pada kertas ukuran A3 agar mudah dibaca. Semua gambar‐gambar yang telah disetujui harus diserahkan kepada direksi asli dan 2 copy hasil reproduksinya. Ukuran dan huruf yang digunakan pada gambar tersebut harus sesuai dengan ketentuan direksi. 17. Pembongkaran dan Pembersihan sebelum Pelaksanaan Pada prinsipnya, Kontraktor harus melaksanakan pembersihan dan perataan dilokasi pekerjaan disekitar area yang diperlukan. Lokasi pekerjaan harus bebas dari gangguan‐ gangguan yang ada seperti pohon‐pohon liar, semak/belukar dan material lain yang mengganggu termasuk permukaan tanah yang tidak beraturan. Apabila dilokasi pekerjaan terdapat sarana utilitas seperti tiang listrik/telepon, drainase dan lain‐lain yang masih berfungsi. Kontraktor diwajibkan untuk menjaga/melindungi sarana tersebut dari kerusakan selama pekerjaan berlangsung. Seandainya diantara utilitas tersebut ada yang mengganggu pekerjaan sehingga diperlukan pembongkaran/pemindahan sementara, maka hal ini harus didiskusikan terlebih dahulu oleh Kontraktor kepada Pengawas/Pemberi Tugas dan pihak instansi yang terkait, untuk mendapatkan persetujuan. Segala biaya yang timbul untuk pelaksanaan pembongkaran/pemindahan sarana tersebut menjadi tanggungan Kontraktor. Pada waktu pengajuan penawaran, Kontraktor harus sudah memperhitungkan hal ini. Hasil bongkaran akan dipilah‐pilah
oleh Direksi/Pengawas untuk menentukan bagian mana yang harus dipasang kembali, yang harus dipindahkan ketempat yang telah ditentukan atau yang harus dibuang keluar lokasi proyek. 18. Perlindungan terhadap Konstruksi Eksisting Kontraktor harus mengamankan, melindungi dan menjaga semua konstruksi eksisting yang ada disekitar tapak pekerjaan. Dalam hal dimana ditemukan persoalan dengan jaringan utilitas eksisting, Kontraktor diwajibkan memberitahukan kepada Pengawas dan atas sepengetahuan Pengawas, Kontraktor menghubungi Instansi yang terkait (pemilik jaringan utilitas tersebut) untuk mencari solusi penanganannya. 19. Penyiapan Jalan Masuk Jika diperlukan pembuatan jalan masuk sementara ke lokasi proyek selama pekerjaan berlangsung, maka hal ini harus dibicarakan sebelumnya oleh Kontraktor kepada Direksi/Pemberi Tugas. 20. Tanda‐tanda/Rambu dan papan nama proyek Ditempat‐tempat yang dipandang perlu, kontraktor harus menyediakan tanda‐tanda untuk keperluan kelancaran lalu lintas.Tanda‐tanda tersebut harus cukup jelas untuk menjamin keselamatan lalu lintas. Apabila pekerjaan harus memotong/menyeberangi jalan dengan lalu lintas padat, kontraktor harus melaksanakan pekerjaan secara bertahap atau apabila dipandang perlu dilaksanakan pada malam hari. Segala biaya untuk keperluan tersebut harus sudah termasuk di dalam penawaran kontraktor. Kontraktor wajib membuat papan nama proyek yang bertuliskan/berisikan keterangan mengenai pekerjaan yang sedang dilaksanakan (pemberi tugas, nama kontraktor, dsb) sesuai gambar rencana. 21. Dokumentasi Kontraktor wajib membuat dokumentasi/foto pelaksanaan pekerjaan mulai dari kondisi exsisting 0%, 50 % dan kondisi 100 %. Hasil dokumentasi diserahkan kepada Direksi
sebanyak 2 (dua) set/album beserta negatifnya (file digital). Pendokumentasian diusahakan diambil pada titik yang sama agar dapat memperlihatkan proses pelaksanaan pekerjaan. 22. Program Kerja Kontraktor harus menyiapkan rencana kerja secara detail dan harus diserahkan kepada direksi paling lambat 7 (tujuh) hari sebelum pelaksanaan suatu tahapan pekerjaan dimulai. Rencana kerja tersebut harus mencakup : a. Usulan waktu untuk pengadaan, pembuatan dan suplai berbagai bagian pekerjaan. b. Usulan waktu untuk pengadaan dan pengangkutan bagian‐bagian lain ke lapangan.Usulan waktu dimulainya serta rencana selesainya setiap bagian pekerjaan dan/atau Pemasangan berbagai bagian pekerjaan termasuk pengujiannya. d. Usulan jumlah jam kerja bagi tenaga‐tenaga yang disediakan oleh kontraktor. e. Jumlah tenaga kerja yang dipakai pada setiap tahapan pekerjaan dengan disertai latar belakan pendidikan, pengalaman serta penugasannya. f. Jenis serta jumlah mesin‐mesin dan peralatan yang akan dipakai pada pelaksanaan pekerjaan. g. Cara pelaksanaan pekerjaan. Program kerja tersebut antara lain dituangkan dalam bentuk Kurva‐S beserta lampiran penjelasannya. 23. Pemberitahuan Untuk Memulai Pekerjaan Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya apabila direksi memerlukan penjelasan tentang tempat‐tempat asal mula material yang didatangkan untuk suatu tahap pekerjaan sebelum mulai pelaksanaan tahapan tersebut.Dalam keadaan apapun, kontraktor tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya permanen tanpa mendapat persetujuan terlebih dahulu dari direksi.Pemberitahuan yang jelas dan lengkap harus terlebih dahulu disampaikan kepada direksi sebelum memulai pekerjaan, agar direksi mempunyai waktu yang cukup untuk mempertimbangkan persetujuannya. Pelaksanaan pekerjaan‐pekerjaan yang menurut direksi penting, harus dihadiri dan diawasi langsung oleh direksi atau wakilnya. Pemberitahuan tentang akan
dilaksanakannya pekerjaan‐pekerjaan tersebut harus sudah diterima oleh direksi selambat‐lambatnya 2 (dua) hari sebelum pekerjaan dilaksanakan. 24. Rapat‐rapat Apabila dipandang perlu, direksi dan/atau kontraktor dapat mengadakan rapat‐rapat dengan mengundang kontraktor dan konsultan serta pihak‐pihak tertentu yang berkaitan dengan pembahasan dan permasalahan pelaksanaan pekerjaan. Semua hasil/risalah rapat merupakan ketentuan yang bersifat mengikat bagi kontraktor. 25. Prestasi Kemajuan Pekerjaan Prestasi kemajuan pekerjaan ditentukan dengan jumlah prosentasi pekerjaan yang telah diselesaikan kontraktor dan disetujui oleh direksi. Prosentase pekerjaan ini dihitung dengan membandingkan nilai volume pekerjaan yang telah diselesaikan terhadap nilai kontrak keseluruhan. Pembayaran akan dilakukan sesuai dengan prestasi kemajuan pekerjaan berdasarkan harga satuan yang tercantum dalam kontrak. 26. Penyelesaian Pekerjaan Pekerjaan harus mencakup seluruh elemen yang diperlukan walaupun tidak diuraikan secara khusus dalam spesifikasi teknis dan gambar‐gambar, namun tetap diperlukan agar hasil pelaksanaan pekerjaan dapat berfungsi dengan baik secara keseluruhan sesuai dengan kontrak. Kontraktor harus menguji hasil pekerjaan setiap tahap dan/atau secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan spesifikasi teknisnya.Apabila dari hasil pengujian terdapat bagian pekerjaan yang tidak memenuhi syarat, kontraktor dengan biaya sendiri harus melaksanakan perbaikan sampai dengan hasil pengujian ulang berhasil dan dapat diterima oleh direksi. 27. Laporan‐laporan Selama periode pekerjaan di lapangan, kontraktor harus membuat laporan harian dan laporan mingguan yang menggambarkan kemajuan pekerjaan. Laporan tersebut harus memuat sekurang‐kurangnya informasi yang mencakup :
a. Uraian mengenai kemajuan kerja yang sesungguhnya dicapai menjelang akhir minggu. b. Pekerjaan yang diselenggarakan pada hari itu. c. Jumlah personil yang bertugas selama minggu tersebut. d. Material dan barang‐barang serta peralatan yang disediakan. e. Kondisi cuaca 28. As Built Drawing Apabila pekerjaan telah selesai seluruhnya dengan memuaskan, kontraktor harus mengirimkan pada direksi atas biaya sendiri, dua eksemplar foto copy atau afdruk dan aslinya/kalkir dari gambar terpasang (as built drawing) untuk pekerjaan perpipaan memperlihatkan jaringan perpipaan yang terpasang termasuk sambungan‐sambungan dengan jaringan perpipaan lainnya (bila ada) dan dikaitkan dengan Ketinggian as jalan dan bangunanbangunan dan sarana‐sarana di dalam tanah dan sekitarnya Gambar kerja tersebut untuk diperiksa dan disetujui oleh Direksi/ tenaga ahli 29. Pekerjaan Finishing Pekerjaan ini berupa penimbunan kembali tanah bekas galian dan perataan kembali seluruh tapak pekerjaan kedalam kondisi semula termasuk memperbaiki kembali sarana yang terbongkar sementara untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan (bila ada). Pekerjaan ini antara lain berupa : •
Meratakan kembali permukaan tanah yang tidak beraturan bekas pelaksanaan pekerjaan termasuk penimbunan kembali bekas galian untuk pondasi dan lain‐lain.
•
Memperbaiki dan memfungsikan kembali semua utilitas existing yang terkena bongkaran karena penggalian (bila ada).
•
Membuang tanah sisa galian yang tidak digunakan lagi keluar lokasi proyek.
•
Mengeluarkan kembali dari lokasi pekerjaan semua sisa material, peralatan dan perlengkapan lainnya yang telah digunakan dalam pembangunan Menara Air ini.
•
Membongkar/memindahkan semua bangunan Direksi Keet, Keet Pemborong gudang bahan dan lain‐lain ketempat yang ditentukan, kecuali ditentukan lain oleh Pemberi Tugas.
•
Melakukan pembersihan lahan diseluruh tapak pekerjaan dari semua jenis kotoran, sisa material buangan, fasilitas sementara dan lain‐lain.
30. Standar Yang Dipergunakan Semua pekerjaan yang akan dilaksanakan harus mengikuti Standar Normalisasi Indonesia, Standar Industri Konstruksi, Peraturan Nasional lainnya yang ada hubungannya dengan pekerjaan, antara lain : NI‐2‐PBI 1971
=
Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
=
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
SK SNI T‐15‐1991‐03 NI‐3‐1970
Bangunan Gedung =
PUBBI‐1982
=
SII
=
Standar Industri Indonesia
=
SNI‐03‐2914‐1992
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
SII 0136‐84
Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
Baja Tulangan Beton
=
Spesifikasi Agregat Halus untuk Pekerjaan Adukan dan Plesteran dengan Bahan Baku Dasar Semen
SNI‐03‐6820‐2002
=
Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
SNI‐03‐2495‐1991
=
Spesifikasi Peralatan Pemasangan Dinding Bata dan
Plesteran
SNI‐03‐6862‐2002
=
Spesifikasi Baja Struktur
Spesifikasi Beton Struktur
SNI‐03 6764‐2002
=
Spesifikasi Beton Siap Pakai
SNI‐03‐6880‐2002
=
Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat
Mengeras Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton
SNI‐03‐4817‐1998
=
SNI‐03‐6861‐2002
Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan Bukan Logam)
=
Spesifikasi Mortar untuk Pekerjaan Pasangan
American Society for Testing Materials (ASTM 1993) ASTM C13‐88
=
Method af Making and Curing Concrete Test Specimens
ASTM C33‐86
=
Specification for Concrete Aggregates
ASTM C39‐86
=
Test Method for Compesive Strength for Cylindrical
ASTM C42‐87
Concrete Test Specimens =
Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete
ASTM C143‐89
=
Test Method for Slump of Portland Cement Concrete
ASTM C150‐86
=
Specification of Portland Cement
ASTM C172‐82
=
Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete
by the Pressure Method
ASTM C260‐86
=
Air‐Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330‐85
=
Specification for Lightweight Aggregates for
Structure Concrete
II. PEKERJAAN TANAH 2.1. GALIAN TANAH 1. Umum Galian tanah dilaksanakan pada : • Semua bagian jalan, dan saluran yang masuk dalam tanah • Semua bagian dari tanah yang harus dibuang • Semua bagian dari tanah yang harus diurug Galian tanah harus dilaksanakan seperti yang tertera dalam gambar, baik mengenai lebar, panjang, dalam, kemiringan, dan sebaginya, dan benar‐benar waterpass.Kalau ternyata akan menimbulkan kesulitan‐kesulitan pelaksanaan kalau dilaksanakan menurut gambar, Pemborong boleh mengajukan usul kepada Direksi mengenai cara pelaksanaannya. 2. Klasifikasi Galian Galian akan diklasifikasikan dalam pengukuran dan pembiayaan sebagai berikut : • Galian tanah biasa • Galian tanah keras, misalnya : pasir, lempung, cadas muda, tanah berbatu dan rabat beton, galian aspal dll. • Galian dimana timbul persoalan air tanah pada kedalaman lebih dari 20 cm dari permukaan air konstan, dimana biasanya air tanah naik pada penggalian pondasi. 3. Cara Pelaksanaan Pekerjaan a. Galian Tanah Biasa dan Tanah Keras • Urutan penggalian harus mengikuti petunjuk Pengawas, terutama kaitannya dengan pelaksanaan galianyang harus memperhatikan daerah sekitarnya, khususnya jika terdapat instalasi eksisting dibawah tanah seperti instalasi listrik, jaringan pipa PDAM/GAS dan lain‐lain. • Jika pada galian terdapat kotoran/sampah dan bagian tanah yang tidak padat atau lepas, maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya, kemudian lubang yang terjadi harus ditutup urugan pasir dan dipadatkan.
• Bila Kontraktor melakukan penggalian melebihi kedalaman yang telah ditentukan, maka Kontraktor harus menutup kelebihan tersebut dengan urugan pasir yang dipadatkan hingga mencapai ketinggian yang diinginkan. • Dasar galian dikerjakan dengan teliti, datar dan harus dibersihkan dari segala macam kotoran. • Pada saat pelaksanaan, penggalian tanah dilakukan dengan kemiringan lereng yang disesuaikan dengan tanah eksisting. Hal ini dimaksudkan agar daerah galian tidak terlalu besar. Sehingga tidak terlalu mengganggu bangunan atau fasilitas lain yang ada disekitarnya, tetapi kondisi lereng harus tetap aman bagi para pekerja yang berada dibawah lereng galian. • Hasil galian dipindahkan dan disimpan sementara ke tempat lain yang akan ditentukan oleh Direksi untuk selanjutnya akan diinginkan untuk pekerjaan timbunan. • Kelebihan tanah hasil galian (yang tidak digunakan lagi untuk timbunan) harus dibuang dari lokasi. Area antara papan patok ukur dengan galian harus bebas dari timbunan tanah. • Kontraktor diwajibkan menjaga kesetabilan lereng galian dari bahaya kelongsoran, yang akan membahayakan kepada para pekerja yang berada didasar galian. Disyaratkan bahwa seluruh dasar galian terutama lantai galian harus kering untuk pekerjaan‐pekerjaan selanjutnya, khususnya untuk pekerjaan didasar pondasi. • Dalam hal pelaksanaan penggalian sudah mulai menggunakan alat berat, maka Kontraktor harus melaksanakan dengan ekstra hati‐hati agar semua instalasi yang ada dalam tanah tidak terganggu, semua kerusakan‐kerusakan pada instalasi‐ instalasi tersebut akibat kelalaian pelaksanaan pekerjaan, menjadi tanggung jawab Kontraktor untuk memperbaikinya. b. Galian Tanah Dengan Persoalan Air. Cara pelaksanaan galian tanah dengan persoalan air secara umum mengikuti tata cara seperti galian tanah biasa dan tanah keras. Untuk mengatasi persoalan air pemborong harus menjaga pada waktu pelaksanaan pekerjaan, agar lubang galian tidak digenangi air yang ditimbulkan oleh air hujan ataupun yang keluar dari mata air. Kalau lubang
galian digenangi air, maka Pemborong harus mengeluarkan dengan jalan memompa, menimba, atau mengalirkan lewat parit‐parit pembuang. Bila terjadi keadaan dimana menurut pandangan Direksi adalah tidak mungkin memompa air tanah yang cepat sekali naik atau karena sebab‐sebab lain sehubungan dengan adanya daya angkat air, maka mungkin diperlukan suatu lantai beton seal dengan dimensi cukup, agar penempatan besi/pengecoran beton untuk pondasi dapat dikerjakan sebagaimana layaknya. 4. Pemeriksaan Penggalian dan Pengisian •
Penggalian dan pengisian harus diperiksa dan disetujui oleh Direksi dan kalau perlu oleh pengawas setempat sebelum dimulainya tahap konstruksi. Direksi akan segera memberitahukan kalau pengisian selesai sehingga ia dapat bersiap‐siap untuk mengetes secara tepat kepadatannya.
•
Setelah penggalian disetujui, kontraktor harus segera mulai dengan tahap konstruksi berikutnya dan tidak boleh membiarkan parit penggalian ditinggal terbuka dalam jangka waktu lama untuk hal‐hal yang tidak perlu.
2.2 URUGAN TANAH URUG 1. Umum Urugan dilaksanakan pada : •
Semua bekas lubang
•
Semua bagian yang harus ditinggikan, dengan jalan menimbun, urugan tanah harus dilaksanakan menurut gambar serta peil‐peil yang telah ditetapkan, juga termasuk perataan dan penyelesaian tanah halaman disekitarnya.
2. Penggunaan Material Bekas Galian • Pemborong harus menjamin bahwa semua material bekas galian yang akan dipergunakan kembali ditempatkan secara terpisah dan dilindungi dari segala pengotoran‐pengotoran seperti bahan‐bahan yang dapat merusak beton, akar dari pohon, kayu dan sebagainya.
• Berbagai jenis dari material sebaiknya diletakkan terpisah, misalnya material yang sifatnya keras dipisahkan dari yang sifatnya lembek, seperti lempung dan sebagainya. Penggunaan jenis‐jenis material yang akan dipakai untuk keperluan penggunaan harus ada persetujuan dari Direksi. 3. Urugan Tanah • Semua pekerjaan pengurugan harus dilaksanakan lapis demi lapis horizontal dan dipadatkan. Tebal dari tiap lapis diambil 20 – 30 cm dan selama proses pemadatan, harus dibasahi dengan air untuk mendapatkan hasil pemadatan yang maksimum. • Pemadatan harus dilakukan dengan alat pemadat mekanis (compactor) dan untuk pekerjaan yang besar sifatnya, dapat dipakai roller dan sebagainya, dengan kapasitas yang sesuai. • Tanah harus dipisahkan terlebih dahulu dari bahan‐bahan yang dapat membahayakan, bebas dari segala bahan yang dapat membusuk, sisa bahan bangunan dan atau mempengaruhi kepadatan urugan. • Pengurugan dilaksanakan sampai mencapai peil yang ditetapkan dan diratakan sampai nantinya tidak akan timbul cacat‐cacat seperti turunnya permukaan, bergelombang, dan sebagainya. 4. Urugan Pasir Pada prinsipnya pekerjaan pengurugan dengan pasir dilaksanakan sama seperti pada pengurugan dengan tanah timbunan. 5. LAIN‐LAIN Pengurugan dengan bahan‐bahan lain, misalnya dengan gravel, pecahan batu merah, dan sebagainya harus dilaksanakan menurut gambar rencana. Bahan‐bahan tersebut harus bersih, bebas dari kotoran‐kotoran, serta mempunyai gradasi yang sesuai dengan yang diperuntukkan.
III. PEKERJAAN BETON 1. Umum •
Beton harus merupakan campuran dari semen, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan perbandingan sedemikian sehingga dalam beton yang dihasilkan, jumlah semen yang terdapat di dalamnya minimal sesuai dengan persyaratan dalam spesifikasi .Hasil akhir pekerjaan harus berupa beton yang baik, padat dan tahan lama serta memiliki kekuatan dan sifat‐sifat lain sebagaimana disyaratkan.
•
Perbandingan antara agregat halus dan agregat kasar tergantung dari gradasi bahannya, tetapi jumlah agregat halus selalu minimal dengan ketentuan bahwa bila dicampur dengan semen akan menghasilkan adukan yang cukup untuk mengisi ruang‐ruang rongga‐rongga diantara agregat kasar dan terdapat sedikit sisa untuk finishing.
•
Untuk menjamin kekuatan dan ketahanan beton yang optimal, jumlah air yang dipakai dalam adukan harus minimal sehingga menghasilkan kemudahan untuk dikerjakan dan konsistensi yang sesuai dengan kondisi dan cara pengecoran beton.
•
Semua bahan, pengujian lain‐lain yang diuraikan dalam spesifikasi ini mengikuti Standar Nasional Indonesia yang telah diterapkan dengan tujuan menerapkan suatu standar yang dapat diterima. Standar lokal atau standar lainnya dapat pula diterapkan asal sudah disetujui oleh direksi sebagai setara.
2. Pengendalian Pekerjaan Kecuali disebutkan lain, maka semua pekerjaan beton harus mengikuti ketentuan‐ ketentuan seperti yang tertera dalam : NI‐2‐PBI 1971
=
NI‐3‐1970
=
PUBBI‐1982
Peraturan Beton Indonesia ( 1971 )
Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia
=
Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia
SII 0136‐84
=
Baja Tulangan Beton
SNI‐03‐2461‐2002
=
Spesifikasi Agregat Ringan Untuk Beton Ringan Revisi
Revisi 1991
1991 Strukture
SNI‐03‐2914‐1992
=
Spesifikasi Beton Bertulang Kedap Air
SNI‐03‐2495‐1991
=
Spesifikasi Bahan Tambahan untuk Beton
SNI‐03‐6880‐2002
=
Spesifikasi Bahan Kering Bersifat Semen, Cepat
Mengeras Dalam Kemasan untuk Perbaikan Beton
SNI‐03‐4817‐1998
=
Spesifikasi Bahan Bangunan Bag. A (Bahan Bangunan
Bukan Logam)
SNI‐03‐6861‐2002
=
Spesifikasi Beton Struktur
SNI‐19‐6783‐2002
=
Spesifikasi Beton Siap Pakai
American Society for Testing Materials (ASTM 1993) ASTM C13‐88
=
ASTM C33‐86
Specimens =
ASTM C39‐86
=
Test Method for Compesive Strength for Cylindrical Concrete Test Specimens
=
ASTM C143‐89
Specification for Concrete Aggregates
ASTM C42‐87
Method af Making and Curing Concrete Test
Method of Obtaining and Testing Drilled Cores and Sawed Beams of Concrete
=
Test Method for Slump of Portland Cement
Concrete ASTM C150‐86
=
Specification of Portland Cement
ASTM C172‐82
=
Method for Air Content of Freshly Mixed Concrete by the Pressure Method
ASTM C260‐86
=
Air‐Entraining Admixtures for Concrete
ASTM C330‐85
=
Specification for Lightweight Aggregates for
Structure Concrete
3. Bahan‐Bahan a. Aggregate beton Aggregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pemecahan batu dengan Wet System StoneCrusher. •
Aggregate beton harus sesuai dengan spesifikasi aggregate beton menurut ASTM C33‐86.
•
Ukuran terbesar aggregate beton adalah 2 – 3 cm.
•
Sistem penyimpanan bahan harus sedemikian rupa agar memudahkan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan.
b. Aggregate kasar •
Aggregate kasar untuk beton harus terdiri dari butiran‐butiran yang kasar, keras tidak berpori dan berbentuk kubus/tidak pipih. Bila ada butir‐butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20 % dari jumlah berat seluruhnya.
•
Aggregate kasar tidak boleh mengalami pembubukan hingga melebihi 50 % kehilangan menurut test mesin Los Angeles.
•
Aggregate kasar harus bersih dari zat‐zat organis, zat‐zat reaktif alkali atau subtansi yang merusak beton.
Gradasi : Saringan
Ukuran (mm)
% Lewat Saringan
1”
25
100
¾”
20
90 ‐ 100
3/8”
9.5
20 ‐ 55
No. 4
4.76
0 ‐ 10
c. Aggregate halus •
Aggregate halus adalah dapat digunakan pasir alam yang berasal dari daerah setempat dengan catatan memenuhi syarat yang tercantum dalam PBI 71 untuk aggregate halus.
•
Pasir harus bersih dari bahan organis, zat‐zat alkali dan subtansi‐subtansi yang merusak beton.
•
Pasir laut tidak boleh digunakan untuk beton.
•
Pasir halus terdiri dari partikel‐partikel.
•
Cara dan penyiapan aggregate harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan
•
pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan.
•
Nilai kadar lumpur yang terkandung dalam aggregate halus tidak boleh melebihi dari 5 %.
Saringan
Ukuran (mm)
% Lewat Saringan
3/8”
9,5
100
No. 4
4,76
90 ‐ 100
No. 8
2,38
80 ‐ 100
No. 16
1,19
50 ‐ 85
No. 30
0,595
25‐ 65
No. 50
0.297
10 ‐ 30
No. 100
0.147
5 ‐ 10
No. 200
0.074
0 ‐ 5
•
Abu batu tidak boleh dipergunakan untuk campuran beton Gradasi :
d. PC/Portland Cement/Semen Semen yang harus dipakai adalah dari yang disyaratkan dalam NI‐2 Bab 3.2.Kontraktor harus mengusahakan agar satu merk saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton. Semen ini harus dibawaketempat pekerjaan dalam zak yang tertutup oleh pabrik dan terlindung serta dalam jumlah sesuai urutan pengirimannya Penyimpanannya harus dilaksanakan dalam tempat‐tempat rapat air dengan lantai terangkat sesuai dengan urutan pengirimannya. Semen yang rusak atau tercampur dalam keadaan apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.Jarak peyimpanan dari tanah minimum 30 cm dengan dialasi papan.
e. Pembesian/Penulangan Penyimpanan Bila baja tulangan harus disimpan dibawah atap yang tahan air dan diberi alas kaki dari muka tanah atau air yang tergenang serta harus dilindungi dari kemungkinan kerusakan dan karat. Penekukan Pada tahap awal pekerjaan, kontraktor harus mempersiapakan daftar tekukan (Bendung schedule) untuk disetujui oleh Direksi. Semua baja tulangan harus ditekuk secara tepat menurut bentuk dan dimensi yang memperlihatkan dalam gambar dan sesuai dengan british Standard 4466 : 1969 atau yang setara yang dipasang pada posisi yang ditetapkan dapat dipenuhi semua tempat. Baja harus ditekuk dengan alat yang sudah disetujui oleh Direksi. Tulangan tidak boleh ditekuk atau diluruskan dengan cara yang dapat menimbulkan kerusakan, tulangan yang mempunyai lengkungan atau tekukan yang tidak sesuai dengan gambar tidak boleh dipakai. Bila diperlukan suatu radius untuk tekukan atau lengkungan, maka dikerjakan dengan sebuah per yang mempunyai diameter 4 kali lebih besar diameter batang yang ditekuk. Pemasangan Tulangan harus dipasang dengan tepat pada posisi yang diperlihatkan pada gambar dan harus ditahan jaraknya dari bekisting dengan memakai dudukan beton atau gantungan logam menurut kebutuhan dan pada persilangan diikat dengan kawat baja yang pilar dingin dengan diameter tidak kurang dari 2.6 mm, ujung‐ujung kawat harus diarahkan kebagian tubuh utama beton. Bila pengatur jarak dari spesi pracetak untuk mengatur tebal beton sekurang‐kurangnya harus mempunyai kekuatan yang sama dengan kekuatan yang ditetapkan untuk beton yang sedang dicor dan harus sekecil mungkin. Block‐block ini harus dikencangkan dengan kawat yang ditanam didalamnya dan harus dicelupkan dalam air sebelum dipakai.Tulangan yang untuk sementara dibiarkan menonjol keluar dari beton pada siar
konstruksi atau lainnya tidak boleh ditekuk selama pengecoran ditunda kecuali diperoleh persetujuan dari Direksi. Sebelum pengecoran, seluruh tulangan harus dibersihkan dengan teliti dari beton yang sudah mongering atau mengering sebagian yang mungkin menempel dari pengecoran sebelumnya.Sebelum pengecoran, tulangan yang sudah dipasang pada tiap bagian pekerjaan harus disetujui oleh Direksi.Pemberitahuan kepada Direksi untuk melakukan pemeriksaan harus disampaikan dalam tenggang waktu pekerjaan. Jarak minimal dari permukaan suatu batang termasuk sengkang kepermukaan beton terdekat dengan gambar untuk tiap bagian pekerjaan. Besi Penulangan beton harus disimpan dengan cara‐cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. Besi tulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran/diameter masing‐masing.Besi tulangan polos maupun besi‐besi tulangan ulir (defomed bars) Kawat Pengikat Kawat pengikat harus berukuran minimal dia. 1 mm seperti yang disyaratkan Air Air harus bersih dan jernih dan sesuai dengan persyaratan.Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan di Laboratorium PAM/PDAM setempat atau yang disetujui Pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh Kontraktor.Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri. f. Pelaksanaan Pekerjaan Beton Sebelum melaksanakan pekerjaan beton, Kontraktor harus mengadakan trial test atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton yang disyaratkan dapat tercapai. Demikian pula kadar pemakaian bahan additive (jika digunakan) juga perlu dibuktikan terlebih dahulu dengan pengujian laboratorium, yang hasilnya harus dikonsultasikan dengan Pengawas/Pemberi Tugas. Dari hasil test tersebut akan ditentukan Deviasi Standar oleh Pengawas yang juga bisa dibantu oleh Perencana yang
akan dipergunakan untuk menilai mutu beton ditinjau terhadap mutu (kekuatan tekan) dan tingkat kekedapannya selama pelaksanaan. i). Pengecoran Beton • Pengecoran beton dapat dilaksanakan setelah Kontraktor mendapat ijin secara tertulis dari Pengawas. Permohonan ijin rencana pengecoran harus diserahkan paling lambat 2 (dua) hari sebelumnya. Sebelum • pengecoran dimulai, Kontrakator harus sudah menyiapkan seluruh stek‐stek maupun penyaluran tulangan yang diperlukan, pada pelat dan balok‐balok beton untuk bagian yang akan saling berhubungan atau pada konstuksi sambungan. Penentuan tahapan pengecoran dan lokasi construction joint harus ditetapkan terlebih dahulu oleh Kontraktor dan Pengawas sebelumnya. • Memberitahukan Pengawas selambat – lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan Pengawas untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut diatas tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. • Adukan beton tidak boleh dituang bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 1 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Pengawas menganggap perlu yang didasarkan pada kondisi saat ini. • Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat‐ alat bantu seperti talang, pipa chute dan sebagainya, harus mendapat persetujuan pengawas. • Semua Pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar setebal 5 cm atau sesuai Gambar Kerja agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah. • Bila pengecoran harus berhenti sementara, sedang beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen ( laitance ) dan
partikel – partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. ii). Kelas Beton Uraian
K. 175
K. 225
K. 275
Site Mix
Site Mix
Ready Mix
225
275
karakteristik 28 hari yang kg/cm2
kg/cm2
kg/cm2
ditentukan (150 mm)
Kekuatan
kubus 175
Penggunaan
Jalan
Setapak Konstruksi
Konstruksi
Beton
Jalan Beton
Jalan
Beton
Plat Duecker
Plat Duecker
dan Landasan
container
Perbandingan campuran yang diberikan diatas telah diperkirakan guna mencapai kekuatan yang disyaratkanpada umur 28 hari setelah pengecoran, dengan ketentuan bahwa bahan yang dipakai bermutu baik danpengawasan dilakukan dengan baik. Beton dinilai dengan pengertian bahwa kekuatan yang disyaratkan untuk kelas tertentu lebih menentukan daripada perbandingan campuran yang diperlihatkan. Jika ternyata persyaratan kekuatan tidak terpenuhi, Direksi berwenang untuk memperbaiki perbandingancampuran atas biaya kontraktor untuk mencapai kekuatan rencana. iii). Pengujian dan bahan‐bahan beton Pada umumnya metoda pengujian sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat juga mencakup pengujianslump dan kompresi.Jika beton tidak dapat memenuhi syarat percobaan slump, adukan yang tidak disetujuitidak boleh dipakai dan harus
disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor.Jika pengujian tekan (kompresi)gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971.Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi sekurang‐kurangnya 1 kubus untuktiap 10 m3 atau 5m3 minimal 3 kubus tiap hari.Kubus‐kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang sebenarnya danharus diuji setelah 7 atau 28 harus menurut keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan padakontraktor. iv). Pengontrolan Mutu Beton dan Pengujian Kekuatan di Lapangan Kontraktor bertanggung jawab sepenuhnya untuk menghasilkan beton yang seragam yang memiliki kekuatanserta sifat‐sifat lain sebagaimana ditetapkan. Untuk ini, Kontraktor harus menyediakan dengan biaya sendiriserta mempergunakan alat penimbang yang akurat, sistem volumetrik yang akurat untuk mengukur air,peralatan yang sesuai untuk mengaduk dan mengecor beton serta peralatan dan fasilitas lain yang diperlukanuntuk pengujian sebagaimana yang diuraikan disini atau menurut petunjuk Direksi v). Dimensi Beton Ukuran – ukuran yang tertera dalam gambar Rencana adalah ukuran struktural beton dalam keadaan jadi. vi). Beton rabat Beton Rabat dengan mutu B‐0 yang digunakan harus dari campuran 1PC : 3PS : 5KR dipasang pada tempat‐tempatyang ditunjukkan dalam gambar dimana dibawahnya terlebih dahulu harus diberikan pasir padatdengan ketebalan sesuai Gambar Rencana. vii). Pengujian Laboratorium Beton Site Mixed Jenis pengujian yang dilakukan dilaboratorium adalah : test kekuatan tekan beton.Pada umumnya metoda pengujian beton site Mixed sesuai dengan PBI 1971 bagian 4.7 dan dapat jugamencakup pengujian slump dan kompresi. Jika beton tidak dapat memenuhi syarat percobaan slump, adukanyang tidak disetujui tidak boleh dipakai dan harus disingkirkan dari lapangan oleh kontraktor.Jika pengujiantekan
(kompresi) gagal, harus diterapkan prosedur perbaikan sebagaimana diuraikan dalam PBI 1971. Percobaan kubus harus dilaksanakan menurut instruksi dari Direksi, tetapi sekurang‐ kurangnya 1 kubus untuktiap 10 m3 atau 5m3 minimal 3 kubus tiap hari.Kubus‐kubus tersebut harus ditempatkan dalam kondisi yang sama dengan kondisi yang sebenarnya dan harusdiuji setelah 7 atau 28 harus menurut keputusan Direksi. Biaya percobaan ini akan dibebankan pada kontraktor. viii). Penolakan Beton Jika pengujian kekuatan tekan dari suatu kelompok kubus uji gagal mencapai standar yang ditetapkan, makaDireksi berwenang untuk menolak seluruh pekerjaan beton darimana kubus‐kubus tersebut diambil. Direksi juga berwenang untuk menolak beton yang berongga, porous atau yang permukaan akhirnya tidak baik,Dalam hal kontraktor harus menyingkirkan beton yang ditolak tersebut dan menggantinya menurut Instruksi dariDireksi sehingga hasilnya menurut penilaian Direksi sudah memuaskan. ix). Pengukuran Bahan‐Bahan Beton Semua bahan untuk beton harus ditetapkan proporsinya menurut berat, kecuali air yang boleh diukur menurutvolume, Agregat halus dan kasar harus diukur menurut volume terpisah dengan alat penimbang yang disetujui,yang memenuhi ketepatan ± 1 %.Pengukuran volume dapat diijinkan asal disetujui oleh Direksi. Peralatan yang dipakai untuk menimbang semua bahan dan mengukur air yang ditambahkan serta metodapenentuan kadar air harus sudah disetujui oleh Direksi sebelum beton dicor. x). Pengadukan Beton Beton harus diaduk ditempat yang sedekat mungkin dengan tempat pengecoran, pengadukan harusmenggunakan mixer yang digerakkan dengan daya yang kontinue
serta mempunyai kapasitas minimal 200 ltjenisnya harus disetujui oleh Direksi dan dijalankan dengan kecepatan sebagaimana dianjurkan oleh pabrikan. Pengadukan beton dengan tangan tidak diijinkan, kecuali jika sudah disetujui oleh Direksi untuk mutu beton tertentu. Pengadukan harus sedemikian sehingga beton tersebar merata ke seluruh massa, tiap partikel terbungkusmortar dan mampu menghasilkan beton padat yang homogen tanpa adanya air yang berlebihan. xi). Perlindungan dan Pengeringan Beton Semua permukaan yang terbuka dilindungi dari matahari dan semua beton harus dijaga agar tetap lembabdengan cara dibasahi sekurang‐kurangnya setelah pengecoran. Perlindungan diberikan menutupi dengan pasirbasah sekurang‐ kurangnya setebal 5 cm, atau dengan kantong‐kantong goni basah ataupun dari pengaruh lainyang dapat merusak permukaan yang lunak sebelum terjadi pengerasan. Kontraktor harus menjaga agar pekerjaan beton yang baru selesai tidak diberi beban yang intensitasnya dapatmenimbulkan kerusakan, setiap kerusakan yang timbul akibat pembebanan yang terlalu dini atau pembebananberlebih harus diperbaiki oleh kontraktor atas biaya sendiri hingga memuaskan Direksi. G. Cetakan Beton i. Standar Seluruh cetakan mengikuti persyaratan Normalisasi dibawah ini : ∙ NI ‐ 2 ‐ 1971 ∙ NI ‐ 3 – 1970 ii. Bahan‐bahan • Bahan cetakan harus dibuat penguat‐penguat secukupnya, sehingga keseluruhan form work dapatberdiri stabil dan tidak terpengaruh oleh desakan‐desakan beton pada waktu pengecoran serta tidakterjadi perubahan bentuk, dan konstruksinya harus disetujui Pengawas/Pemberi Tugas.
• Rencana design seluruh cetakan menjadi tanggung jawab Kontraktor sepenuhnya. • Cetakan harus sesuai bentuk, ukuran batas‐batas bidang dari hasil beton yang diinginkan olehperencana dalam gambar‐gambar. • Cetakan harus sedemikian rupa agar menghasilkan muka beton yang rata. Untuk itu dapat digunakancetakan multiplex, plat besi atau papan dengan permukaan yang halus dan rata. • Sebelum beton dituang, Konstruksi cetakan harus diperiksa untuk memastikan bahwa benar dalam letak,kokoh, rapat, tidak terjadi penurunan dan pengembangan pada saat beton dituangkan serta bersih darisegala benda yang tidak diinginkan dan kotoran‐kotoran. • Permukaan cetakan harus diberi minyak bekisting (yang biasa diperdagangkan) untuk mencegahlekatnya beton pada cetakan. Pelaksanaannya agar berhati‐hati jangan terjadi kontak dengan besi yangdapat mengurangi daya lekat besi dan beton. • Permukaan cetakan harus dibasahi secara merata agar tidak terjadi penyerapan air semen yang barudituang. Cetakan beton dapat dibongkar dengan persetujuan tertulis dari Konsultan Perencana atau jika umurbeton telah melampaui waktu sebagai berikut : Bagian sisi balok
48 jam
Balok tanpa beban konstruksi
7 hari
Balok dengan beban konstruksi
21 hari
Plat lantai / atap
21 hari
Dinding penahan tanah
21 hari
•
Dengan persetujuan Konsultan Perencana, cetakan beton dapat dibongkar lebih awal dengan syaratbenda uji yang kondisi perawatannya sama dengan beton sebenarnya dilapangan telah mencapaikekuatan 75 % dari kekuatannya pada umur 28 hari.
•
Segala ijin yang diberikan oleh Konsultan Perencana sekali‐kali tidak boleh menjadi bahan untukmengurangi/membebaskan tanggung jawab Kontraktor dari adanya kerusakan‐kerusakan yang timbulakibat pembongkaran cetakan tersebut.
•
Pembongkaran cetakan beton tersebut harus dilaksanakandengan hati‐hati sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan cacat pada permukaan beton, tetapdihasilkan sudut‐sudut yang tajam dan tidak pecah. Bekas cetakan beton untuk bagian‐bagian konstruksiyang terpendam dalam tanah harus dicabut dan dibersihkan sebelum dilaksanakan pengurugan tanahkembali.
H. Hasil Pengecoran dan Finishing Semua permukaan beton yang dihasilkan harus rapih, bersih dan tanpa cacat, lurus dan tepat padaposisinya sesuai denan gambar rencana. Permukaan beton yang akan diberi finishing dengan cat, tidakakan diplester lagi tetapi langsung diberi plamur dan cat.Pengecatan dapat dilaksanakan setelah pengawas memeriksa dan menyatakan persetujuannya. I. Cacat Pada Beton Walaupun hasil uji kubus sudah memuaskan, Direksi tetap berhak untuk menolak yang ternyata memiliki salahsatu atau lebih dari cacat berikut : •
Beton tidak sesuai bentuk atau posisinya dengan yang diperlihatkan pada gambar.
•
Beton tidak tegak lurus atau datar menurut ketentuan.
•
Beton mengandung kayu atau benda asing lainnya.
Setiap permukaan yang terlihat bersarang lebah tetapi diterima oleh Direksi harus diisi dengan spesi semen yangmemakai perbandingan semen dan agregat halus yang sama seperti beton yang harus dikerjakan hinggamencapai permukaan yang benar dengan memakai kikir.
Pasal 4 PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN 1. U m u m Semua ukuran dari pekerjaan pasangan harus mengikuti gambar rencana. Apabila ternyata adakekurangan‐kekurangan dalam gambar tersebut maka Pemborong harus meminta persetujuan Direksi untukmenetapkannya. Untuk dinding‐dinding penahan tanah atau bangunan‐bangunan lain seperti pasangan batu dan lain sebagainya,harus diberi lubang drainase dengan diameter sekurang‐ kurangnya 2,5 cm Kecuali dinyatakan lain dalam gambarrencana, maka lubang‐lubang drainase tersebut harus ditempatkan pada jarak yang merata, yakni berselang 1,5 m dari diletakkan sedikit di atas peil pembuangan air. Pekerjaan ini tidak dibayarkan tersendiri tetapi merupakanbagian dari pekerjaan tembok atau beton atau pasangan lain yang digunakan untuk bagian dari konstruksi tembokpenahan tanah atau pelindung‐pelindung erosi. 2. Standard Semua pekerjaan pasangan harus memenuhi standard yang tercantum dalam Bagian Spesifikasi Umum. 3. Bahan‐bahan a. Sement Portland Semen yang dipakai disini adalah dari jenis kualitas seperti yang dipakai pada beton dan secara umum harusmemenuhi syarat‐syarat yang tertera pada NI‐2 Bab 3.2. b. Pasir Pasir untuk adukan pasangan harus memenuhi syarat‐syarat sebagai berikut : Butir‐butir pasir harus tajam dan keras dan tidak dapat dihancurkan dengan tangan.Kadar lumpur tidak boleh lebih dari 5 %.Warna larutan pada pengujian dengan 3 % natrium hidroksida, akibat adanya zat‐zat organik tidak bolehlebih tua dari larutan normal atau larutan teh yang sedang kepekatannya.Bagian yang hancur pada penggergajian dengan larutan jernih natrium sulfat tidak boleh lebih dari 10 %.Jika dipergunakan untuk adukan
dengan semen yang mengandung lebih dari 0,6 % alkali, dihitungsebagai natrium oksida pada pengujian tidak boleh menunjukkan sifat reaktif terhadap alkali. Keteguhan adukan percobaan dibandingkan dengan adukan pembanding yaitu yang menggunakansemen sama dengan pasir normal tidak boleh < 65 % pada pengujian 7 hari.Pasir laut untuk adukan tidak diperkenankan.Butir‐butirnya harus dapat melalui ayakan berlubang 3 mm. c. Batu alam Pada umumnya untuk pasangan batu bisa dipakai batu bulat (dari gunung), batu belah atau batu karangasalkan harus memenuhi syarat‐syarat sebagai berikut : •
Harus cukup keras, bersih, dan sesuai besarnya serta bentuknya.
•
Batu, bulat ataupun belah, tidak boleh memperlihatkan tanda‐tanda lapuk.
•
Batu karang harus sebagian besar berwarna putih atau kuning muda dan tidak hitam, biru ataukecoklat‐coklatan tanpa garis‐garis kelapukan, mempunyai keteguhan yang tinggi serta bidang patahnyaharus mempunyai kepadatan dan warna putih yang merata.
d. Bata merah Bata merah harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat digunakan produksi local dengan ukuran nominal 6 cm x 12 cm x 24 cm dan ukuran diusahakan tidak jauh menyimpang.Bata merah yang dipakai harus bata kualitas nomor 1 berwarna merah tua yang merata tanpa cacat ataumengandung kotoran.Bata merah minimum harus mempunyai daya tekan ultimate 30 kg/cm2. Kalaublok‐blok tersebut dibuat sendiri maka campurannya harus terdiri dari 1 bagian Portland Cement dan 5 bagianpasir dan batuan yang dihaluskan.Blok‐blok semen yang baru dicetak harus dilindungi dari panas matahari dan dirawat selama tidak kurang dari10 hari dengan jalan membasahi atau menutupi dengan memakai karung basah. e. Air Untuk keperluan membuat adukan maka air yang disyaratkan dan boleh dipakai semua seperti yang dipakaiuntuk pekerjaan beton.
f. Lain‐lain Bahan‐bahan lain yang dipakai untuk pelaksanaan seperti tegel‐tegel teraso, keramik, dan lain‐lain harussesuai dengan yang disyaratkan oleh Direksi atau seperti yang disyaratkan pada saat rapat penjelasan. 4. Adukan a. Mencampur Adukan dicampur di tempat tertentu yang bersih dari kotoran, mempunyai alas yang rata dan keras, tidakmenyerap air yang sebelumnya harus ada persetujuan dari Direksi. Kalau tidak ditentukan lain, mencampur dan mengaduk boleh dilakukan dengan tangan (dengan memakaicangkul dan sebagainya) sampai diperlihatkan warna adukan yang merata. b. Komposisi Jenis adukan berikut harus dipakai dengan yang disebutkan dalam gambar atau dalam uraian dansyarat‐syarat ini. Jenis
Spesi
M1
1 pc : 3 psr
M2
1 pc : 4 psr
M3
1 pc : 5 psr
5. Pasangan bata merah a. Mortar Semua penembokan yang diletakkan di atas balok pondasi beton sampai 20 cm di atas bidang lantai harusdipakai mortar type M1. Untuk penembokan kamar mandi, toilet, tempat mencuci, dan sebagainya dipakaimortar type M1 sampai setinggi 150 cm di atas
bidang lantai jika tidak dilakukan dengan cara lain untukselebihnya dipakai mortar type M2 dan M3. b. Pemasangan Penembokkan harus dipilih dan dipasang dengan ukuran seperti pada gambar rencana juga mengenai tinggidan tebalnya.Sebelum pemasangan bata merah harus dibasahi dulu dengan air untuk menjamin pelekatanyang lebih baik antara mortar dan bata merah.Pasangan bata merah dan lainnya harus disusun dan diberijarak minimal 1 cm antara bata merah yang satu dengan yang lainnya.Penembokkan harus dilaksanakanpada keadaaan cuaca yang baik, ataupun dengan perlindungan yang khusus dan tiap hari tidakdiperbolehkan melaksanakan pasangan dengan tinggi melebihi 1 cm. c. Mengorek Semua hubungan harus dikorek paling sedikit 0,5 cm agar daya pelekat antara mortar plesteran dan tembokdapat bekerja dengan sebaik‐baiknya. 6. Pasangan Batu a. Umum Batu ‐batu yang dipakai untuk pekerjaan pondasi dan sebagainya harus keras dengan ukuran yang sesuaidan tidak menunjukkan pelapukan ataupun retak.pemasangan dari batu‐batu tersebut harus rapi dan cocoksehingga dapat menghasilkan pekerjaan yang sebaik‐baiknya. b. Mortar Campuran yang dipakai kalau disyaratkan lain dapat dipakai campuran M2.Kecuali kalau disyaratkan lain misalnya untuk bangunan reservoir ataupun bangunan lain yang fungsinyahampir sama yang dipakai campuran M1 dan M3.
BAB II PENANGANAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN LINGKUNGAN KUMUH BERBASIS KAWASAN ( KEL. UTAMA ) Pasal 1 LINGKUP PEKERJAAN 1.1 Nama Proyek/ Pekerjaan/ Kegiatan Nama Kegiatan adalah “ FASILITASI PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA DASAR PERMUKIMAN BERBASIS MASYARAKAT T.A 2012” 1.2 Lokasi Pekerjaan Lokasi pekerjaan yang dimaksud pasal 1.1 adalah di daerah yang terletak di Kawasan Utama (RW 10 dan RW 15) Kecamatan Cimahi Selatan Kota Cimahi. 1.3 Jenis Pekerjaan A. PEKERJAAN JALAN ‐
Jalan Setapak Rabat Beton 1 Pc : 3 Psr : 5 Kr, Lokasi RW 15 RT 04
‐
Jalan Setapak Paving Block K‐250, Lokasi RW 15 RT 01
‐
Jalan Setapak Paving Block K‐250, Lokasi RW 15 RT 02
‐
Jalan Setapak Paving Block K‐250, Lokasi RW 15 RT 03
‐
Jalan Lingkungan Paving Block K‐250, Lokasi RW 15 RT 01
‐
Jalan Setapak Paving Block K‐250, Lokasi RW 10 RT 01 s/d 06
B. PEKERJAAN SALURAN ‐ Saluran Air hujan, buis beton Dia 30 cm P = 24 m' RT 03 RW 15 ‐ Saluran 20 m' RT 04 RW 15 (20 BUAH) C. PEKERJAAN TEMBOK PENAHAN TANAH (TPT) ‐ Pekerjaan Keermur RT 04 RW 15 D. PEKERJAAN SEPTIC TANK ‐ Pekerjaan Septic Komunal (Bio Fill 500 Kap.3,6 m3) RW 15 RT 02 ‐ Pekerjaan Septic Komunal (Bio Fill 5000 Kap. 3.6 m³) RW 15 RT 03 (2 Buah) ‐ Pekerjaan Septic Komunal (Bio Fill 5000 Kap. 3.6 m³) RW 15 RT 04 ‐ Pekerjaan Septic Komunal Pasangan Bata RW 15 RT 03
‐ Pekerjaan Septic Komunal Pasangan Bata RW 15 RT 04 ‐ Pekerjaan Septic Komunal (Bio Fill 10000 kap. 7.2 m³) RW 10 RT 05 ‐ Pekerjaan Septic Komunal (Bio Fill 10000 kap. 7.2 m³) RW 10 RT 06 E. PEKERJAAN SUMUR RESAPAN RT 01 s/d RT 06 RW 10 (70 BUAH) ‐ Pekerjaan Sumur Resapan RW 10 RT 01 s/d RT 06 (70 Buah) ‐ Pekerjaan Sumur Resapan RW 10 RT 01 (8 Buah) ‐ Pekerjaan Sumur Resapan RW 10 RT 02, 03, dan 04 (23 Buah) F. PEKERJAAN BAK KONTROL / PENGUMPUL ‐ Pekerjaan Bak Kontrol / Pengumpul RW 15 RT 03 (4 Buah) ‐ Pekerjaan Bak Kontrol / Pengumpul RW 15 RT 04 G. PEKERJAAN MCK ‐ Pekerjaan Pembuatan MCK RW 15 RT 04 H. PEKERJAAN LANDASAN CONTAINER (TPSS) ‐ Pekerjaan Landasan Container (TPSS) RW 15 RT 04 I. PEKERJAAN JEMBATAN ‐ Pekerjaan Perbaikan Jembatan RW 15 RT 04 1.3 Acuan Pelaksanaan Pekerjaan a. Peraturan Umum tentang Pelaksanaan Pembangunan di Indonesia atau Algemene Voorwarden voor deUitvoering bij Aaneming vanoenbare Werken (AV) 1941. b. Keputusan‐keputusan dari Majelis Indonesia untuk Arbitasi Teknik dari Dewan Teknik Pembangunan c. Indonesia. d. Peraturan Umum dari Dinas Keselamatan Kerja Departemen Tenaga Kerja. e. Peraturan Beton bertulang Indonesia NI – 2 PBI 1971. f. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia NI – PUBI 1970. g. Pedoman Plumbing Indonesia PPI 1979. h. Persyaratan Cat Indonesia NI – 4. i.
Peraturan Semen Portland Indonesia NI – 8.
j.
Peraturan Bata merah sebagai bahan bangunan NI – 10.
k. Peraturan dan ketentuan lain yang dikeluarkan oleh Dinas/Instansi Pemerintah setempat yangbersangkutandengan masalah bangunan.
l.
Untuk melaksanakan Pekerjaan ini, berlaku dan mengikat pula : • Gambar Kerja yang dibuat oleh Konsultan Perencana dan disahkan oleh Pemberi Tugas termasuk pulaGambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing) yang diselesaikan oleh Kontraktor dan sudah disahkan dan • disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksi. • Rencana Kerja dan Syarat‐syarat (RKS). • Gambar dan Berita Acara Penjelasan Pekerjaan (AANWIJZING). • Risalah Aanwijzing. • Berita Acara Penunjukan. • Surat Keputusan Pemimpin Pelaksana tentang Penunjukan Kontraktor. • Surat Perintah Kerja (SPK). • Jadwal Pelaksanaan (Tentative Time Schedule) yang telah disetujui oleh Konsultan Pengawas/Direksidan Pemberi Tugas.
Pasal 2 PENJELASAN RKS DAN GAMBAR 2.1 Kontraktor wajib meneliti semua gambar kerja, Rencana Kerja dan Syarat‐Syarat (RKS); termasuktambahan danperubahannya yang tertuang dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan. 2.2 Perbedaan Gambar. a. Bila Gambar Kerja tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat‐Syarat (RKS), maka yang mengikat/ berlakuadalah Gambar. b. Bila suatu Gambar tidak cocok dengan Gambar yang lain dalam satu disiplin kerja, maka gambar yangmempunyai skala yang lebih besar yang berlaku/mengikat. c. Bila ada perbedaan antara Gambar Kerja Arsitektur dengan Struktur, maka yang berlaku/ mengikat adalahGambar Kerja Arsitektur sepanjang tidak mengurangi segi Konstruksi 2.3 Gambar Detail Pelaksanaan (Shop Drawing). a. Gambar Detail Pelaksanaan atau Shop Drawing adalah Gambar Kerja yang wajib dibuat Kontraktorberdasarkan Gambar Kerja Dokumen yang telah disesuaikan dengan keadaan lapangan.
b. Kontraktor wajib membuat Shop Drawing untuk Detail‐Detail Khusus yang belum tercakup lengkap dalamGambar Kerja Dokumen, maupun yang diminta oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis dan atau Konsultan Perencana. c. Dalam Shop Drawing ini harus digambarkan semua data yang diperlukan termasuk pengajuan contoh jadidari semua bahan, keterangan produk, cara pemasangan dan atau spesifikasi/ persyaratan khusus sesuaidengan spesifikasi pabrik yang belum tercakup secara lengkap didalam Gambar Kerja Dokumen maupunRencana Kerja dan Syarat‐Syarat (RKS). d. Kontraktor wajib mengajukan Shop Drawing kepada Konsultan Pengawas/ Tim Teknis dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan persetujuan tertulis bagi pelaksanaan. e. Kontraktor tidak dibenarkan mengubah atau mengganti ukuran‐ukuran yang tercantum didalam gambar KerjaDokumen tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/ Tim Teknis PRK Kabupaten Camis.Segala akibat yang terjadi adalah tanggung jawab Kontraktor, baik dari segi biaya maupun waktu pelaksanaan. Pasal 3 JADWAL PELAKSANAAN 3.1 Sebelum mulai pelaksanaan pekerjaan di lapangan, Kontraktor wajib membuat rencana kerjapelaksanaan danbagian‐bagian pekerjaan berupa Bar Chart & S‐Curve, Bahan, Tenaga dan mengkoordinasikan hasilnya kepadaKonsultan Pengawas/ Tim Teknis, sehingga pelaksanaan pekerjaan terkendali dan tidak mengganggu kelancaranproyek secara keseluruhan dan kelancaran kegiatan di sekitar lokasi pekerjaan. 3.2 Rencana Kerja tersebut harus mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas/ Tim Teknis,paling lambat dalam waktu 21 (dua puluh satu) hari kalender setelah surat keputusan penunjukan (SKP) diterimaoleh Kontraktor. 3.3 Rencana Kerja yang disetujui oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis, akan disahkan oleh Pemberi Tugas. 3.4 Kontraktor wajib memberikan salinan Rencana Kerja rangkap 4 (empat) kepada Konsultan Pengawas/ Tim Teknis,1 (satu) salinan Rencana Kerja harus ditempel pada bangsal Kontraktor di lapangan yang selalu diikuti dengangrafik kemajuan pekerjaan/ prestasi kerja.
3.5 Konsultan Pengawas/Tim Teknis akan menilai prestasi pekerjaan Kontraktor berdasarkan Rencana Kerjatersebut. Pasal 4 KUASA KONTRAKTOR DI LAPANGAN 4.1 Di lapangan pekerjaan, Kontraktor/ Pemborong ‘wajib’ menunjuk seorang Kuasa Kontraktor atau biasa disebut‘Pelaksana’ yang cakap dan ahli untuk memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuhdari Kontraktor/ Pemborong 4.2 Dengan adanya ‘Pelaksana’ tidak berarti bahwa Kontraktor/ Pemborong lepas tanggung jawab sebagian maupunkeseluruhan terhadap kewajibannya. 4.3 Kontraktor/ Pemborong wajib memberi tahu secara tertulis kepada Tim Pengelola Teknis Wilayah dan KonsultanPengawas/ Tim Teknis, nama dan jabatan ‘Pelaksana’ untuk mendapat persetujuan. 4.4 Bila dikemudian hari menurut Tim Pengelola Teknis Wilayah dan Konsultan Pengawas/ Tim Teknis bahwaPelaksana dianggap kurang mampu atau tidak cukup cakap memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukankepada Kontraktor/ Pemborong secara tertulis untuk mengganti Pelaksana. 4.5 Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan, Kontraktor/ Pemborong harus sudahmenunjuk ‘Pelaksana’ yang baru atau Kontraktor/ Pemborong sendiri (penanggung jawab/ Direktur Perusahaan)yang akan memimpin pelaksanaan pekerjaan. Pasal 5 TEMPAT TINGGAL (DOMISILI) KONTRAKTOR 5.1 Untuk menjaga kemungkinan kerja diluar jam kerja apabila terjadi hal‐hal yang mendesak, Kontraktor dan Pelaksanawajib memberitahukan secara tertulis alamat dan nomor telepon di lokasi kepada Tim Pengelola Teknis setempat danKonsultan Pengawas/ Tim Teknis. 5.2 Kontraktor wajib memasukan identifikasi dan alamat Bengkel Kerja (Workshop) dan peralatan yang dimiliki dimanapekerjaan pemborongan akan dilaksanakan.
5.3 Alamat Kontraktor dan pelaksana diharapkan tidak berubah selama pekerjaan. Bila terjadi perubahan alamat Kontraktordan Pelaksana wajib memberitahukan secara tertulis. Pasal 6 PENJAGA KEAMANAN LAPANGAN 6.1 Kontraktor diwajibkan menjaga keamanan lapangan terhadap barang‐barang milik proyek, Konsultan Pengawas/ TimTeknis dan milik Pihak Ketiga yang ada dilapangan. 6.2 Bila terjadi kehilangan bahan‐bahan bangunan yang telah disetujui Konsultan Pengawas/ Tim Teknis / KonsultanPerencanaan, baik yang telah dipasang maupun yang belum, adalah tanggung jawab Kontraktor dan tidak akandiperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambah. 6.3 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggungjawab atas akibatnya, baik yang berupa barang‐barang maupunkeselamatan jiwa. Untuk itu Kontraktor diwajibkan menyediakan alat‐alat pemadam kebakaran yang siap ditempatkanyang akan ditetapkan kemudian oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. Pasal 7 JAMINAN DAN KESELAMATAN KERJA 7.1 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat‐obatan menurut syarat‐syarat Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (PPPK)yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semuapetugas dan pekerja dilapangan. 7.2 Kontraktor wajib menyediakan air minum yang cukup bersih dan memenuhi syarat‐ syarat kesehatan bagi semuapetugas yang ada dibawah kekuasaan Kontraktor. 7.3 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, Kamar Mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas danpekerja. 7.4 Tidak diperkenankan ,membuat penginapan didalam lapangan pekerjaan untuk Pekerja, kecuali untuk penjagakeamanan. 7.5 Segala hal yang menyangkut jaminan social dan keselamatan para pekerja wajib diberikan oleh Kontraktor sesuaidengan peraturan perundangan yang berlaku.
7.6 Semua kegiatan dan peralatan serta tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan paket pekerjaan ini sebaiknyadiasuransikan pada Lembaga Asuransi yang bonafide yang sebelumnya mendapat persetujuan dari KonsultanPengawas dan Tim Teknis. Biaya yang diperlukan Penyedia Jasa dalam penyediaan asuransi ini harus dianggapsudah termasuk dalam semua item dalam BQ. 7.7 Semua keamanan dan pemeriksaan kesehatan yang perlu selama pelaksanaan pekerjaan, antara lain pengaturankesehatan, pembersihan lapangan, bahan peledak dan bensin, pemagaran sementara, keamanan dan pencegahankebakaran, dibuat dan dipelihara oleh dan atas penyedia jasa. Penyedia jasa harus bertanggung jawab terhadapsemua keamanan dan pemeriksaan kesehatan dan menyerahkan tata tertib dan organisasi untuk mendapatkanpersetujuan Konsultan Pengawas dan Tim Teknis.Tidak ada pembayaran tambahan dalam hal ini, semua biaya sudahtermasuk dalam harga kontrak. 7.8 Penyedia jasa supaya mengatur sistem pengawasan keamanan, keadaan organisasinya dan diserahkan untukmendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Sisitem Pengawasan Keamanan dengankapasitas peralatan dan tenaga yang cukup untuk menghindari kecelakaan dan kerusakan terhadap manusia danbarang milik bersangkutan maupun Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Sistem pengawasan keamanan harusdilaksanakan sesuai dengan program yang disetujui dan berpegangan pada hukum / peraturan yang berlaku diIndonesia. 7.9 Penyedia jasa harus mengusahakan lapangan kerja dalam keadaan bersih dan keadaan sehat serta melengkapi/memelihara kemudahan untuk pengguna jasa tenaga yang tidak diperkerjakan pada status tempat yang telah disetujuioleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis dan penguasa setempat. Penyedia jasa hendaknya juga membuatpengumuman dan mengambil langkah‐langkah pencegahan yang perlu untuk menjaga agar lapangan kerja tetapbersih. 7.10 Penyedia jasa hendaknya membuat peraturan untuk mengangkut dan menyimpan/ mengendalikan bahan yang mudahterbakar/ meledak dan bensin seaman mungkin untuk melindungi masyarakat, sesuai dengan hukum dan peraturankeamanan yang berlaku. Penyedia jasa harus memiliki semua surat keterangan yang diperlukan, koordinasi denganpejabat yang berwenang, membayar semua biaya yang diperlukan untuk pemindahan/ penyimpanan bahan bakar darisatu tempat ke tempat lainnya.
Penyedia jasa harus mematuhi peraturan‐peraturan tentang keselamatan kerja, sesuaidengan SKB Menteri PU dan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.174/MEN/1986, No. 104/KPTS/1986 dan UUD No. 13Tentang Ketenagakerjaan. Penyedia jasa harus memasang papan peringatan pada setiap jalan yang masuk kedaerahtersebut sehingga jelas batas daerah bahaya dan daerah aman dari peledakan. 7.11 Tempat gudang bahan peledak harus disetujui oleh Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Gasolin diatas tanah dantanki gas minyak tanah tidak diperbolehkan diletakan pada batas perkampungan atau lebih dekat daripada 100 mbangunan yang ada dilapangan. 7.12 Penyedia jasa tidak diperbolehkan menggunakan bahan peledak tanpa persetujuan tertulis dari Konsultan Pengawasdan Tim Teknis dan bertanggung jawab pada saat pelaksanaan peledakan. 7.13 Penyedia jasa harus melaklukan pencegahan dan melindungi api yang terjadi pada atau sekitar lapangan kerja danharus menyediakan segala yang diperlukan/ peralatan pencegahan kebakaran yang cukup, untuk siap digunakan padasemua bangunan air dan bangunan gedung atau pekerjaan yang sedang dalam pelaksanaan, termasukperkampungan tempat tinggal, pemondokan buruh dan bangunan gedung lainnya. Penyedia jasa akan memeliharaperalatan dan perlengkapan pemadam kebakaran yang dibutuhkan dalam keadaan baik sampai pekerjaan diterimaoleh Pemberi Tugas.
Penyedia jasa akan bekerja keras untuk memadamkan kebakaran yang terjadi di lapangan kerja. Dalam hal ini penyedia jasamenyediakan perlengkapan yang mutlak diperlukan dan tenaga buruh yang diperkerjakan di lapangan termasuk peralatan
Pasal 8 ALAT‐ALAT PELAKSANAAN Semua alat‐alat untuk pelaksanaan pekerjaan harus disediakan oleh Kontraktor, sebelum pekerjaan fisik dimulai, dalamkeadaan baik dan siap pakai, antara lain : a. Beton molen yang jumlahnya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. b. Theodolit dan Waterpass yang telah diijinkan oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. c. Vibrator Roller, Plate Vibrator Tamper, dan tandem roller 6 – 8 ton
d. Dump Truck dan Pick up e. Perlengkapan penerangan untuk kerja lembur. f. Pompa air sesuai kebutuhan untuk system pengeringan, jika diperlukan. g. Penggetar beton yang jumlah dan tipenya akan ditentukan kemudian oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. h. Alat lainnya sesuai kebutuhan Pasal 9 SITUASI DAN UKURAN 9.1 Situasi a. Pemborong wajib meneliti situasi medan ,terutama kondisi kawasan sekitar lokasi pekerjaan, antara lainadalah kondisi lapangan ukuran lahan pekerjaan serta kondisi‐ kondisi site yang ada dan hal lain yangberpengaruh terhadap harga penawaran. b. Kelalaian dan kekurang telitian dalam hal ini tidak dijadikan alasan untuk klaim dikemudian hari. c. Dalam rapat penjelasan lapangan akan ditunjukan secara rinci bagian‐bagian pekerjaan yang akandilaksanakan. d. Kelalaian dan kekurangtelitian pihak pemborong dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk klaimdikemudian hari. 9.2 Ukuran a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan dalam centimeter, kecuali ukuran‐ukuran untuk bajadan pipa yang dinyatakan dalam inch atau mm (millimeter). b. Permukaan atas lantai finish peil + 0,00 ditetapkan sesuai yang tercantum dalam Gambar Kerja atau ditentukanbersama‐sama antara Konsultan Pengawas, Tim Teknis. c. Dibawah Pengawasan Konsultan Pengawas/ Tim Teknis, Kontraktor wajib memasang patok‐patok ukur/ titik dugayang terpenting di Tapak untuk patokan titik mula setiap bagian dari pekerjaan.Memasang papan bangunan (Bouwplank). e. Ketetapan Letak bangunan diukur dibawah pengawasan Pengawas dengan patok ukur dan papan bangunan.
f. Kontraktor harus menyediakan pembantu yang ahli dalam cara‐cara mengukur, alat‐alat penyipat datar (Theodolit,Waterpass), prisma silang pengukuran menurut kondisi dan situasi tanah yang selalu berada dilapangan. g. Perbedaan antara gambar Kerja Dokumen dengan keadaan di lapangan harus dilaporkan kepada KonsultanPengawas/ Tim Teknis, selanjutnya Konsultan Pengawas/ Tim Teknis berkonsultasi dengan KonsultanPerencana. h. Tidak dibenarkan Kontraktor mengambil tindakan tanpa sepengetahuan Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. Pasal 10 PEMERIKSAAN BAHAN DAN KOMPONEN JADI 10.1 Semua bahan dan material dan komponen jadi yang didatangkan harus memenuhi syarat‐syarat yang ditentukan. 10.2 Konsultan Pengawas/ Tim Teknis berwenang menanyakan asal bahan/ material dan komponen jadi, dan Kontraktorwajib memberi tahu. 10.3 Contoh bahan/ material dan komponen jadi yang akan digunakan harus diserahkan kepada Konsultan Pengawas/ TimTeknis dan Konsultan Perencana untuk mendapatkan “standard of appearance”. Paling lambat waktu penyerahancontoh bahan adalah 2 (dua) minggu sebelum jadwal pelaksanaan. Keputusan bahan, jenis, warna, tekstur, dan produkyang dipilih; akan diinformasikan oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis kepada Kontraktor selama tidak lebih dari 7(tujuh) hari dari kalender setelah penyerahan contoh bahan tersebut. 10.4 Semua bahan/material dan komponen jadi harus disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknissebelum dipasang. 10.5 Bahan/material dan komponen jadi yang telah didatangkan oleh Kontraktor dilapangan pekerjaan tetapi ditolakpemakaiannya oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis harus segera dikeluarkan dari lapangan pekerjaan selambatlambatnyadalam waktu 2x 24 jam terhitung dari jam penolakan. 10.6 Penyimpanan dan pemeliharaan bahan/ material dan komponen jadi harus sesuai dengan persyaratan dari pabrikpembuat, dan atau sesuai dengan spesifikasi bahan tersebut.
Pasal 11 PEMERIKSAAN PEKERJAAN 11.1 Pekerjaan atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan Kontraktor tetapi karena bahan/ material ataupun komponenjadi, maupun mutu pekerjaannya sendiri ditolak oleh Konsultan Pengawas/Tim Teknis harus segera dihentikan danselanjutnya dibongkar atas biaya Kontraktor. 11.2 Sebelum memulai pekerjaan lanjutan yang apabila bagian pekerjaan ini telah selesai, akan tetapi belum diperiksa olehKonsultan Pengawas/Tim Teknis, Kontraktor diwajibkan meminta persetujuan dari Konsultan Pengawas/Tim Teknis.Baru apabila Konsultan Pengawas/Tim Teknis telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, Kontraktor dapatmeneruskan pekerjaannya. 11.3 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2x24 jam dihitung dari jam diterimanya Surat PermohonanPemeriksaan, maka Kontraktor dapat meneruskan pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa dianggap telahdisetujui Konsultan Pengawas/ Tim Teknis. Hal ini dikecualikan bila Konsultan Pengawas/ Tim minta perpanjanganwaktu. Pasal 12 PEKERJAAN TAMBAH KURANG DAN PERSIAPAN PEKERJAAN 12.1 Pekerjaan Tambah Kurang. a. Tugas mengerjakan pekerjaan tambah kurang diberitahukan dengan tertulis atau ditulis dalam buku harian olehKonsultan Pengawas/ Tim Teknis serta disetujui oleh Pemberi Tugas. b. Pekerjaan tambah kurang hanya berlaku bila memang nyata‐nyata ada perintah tertulis dari Konsultan Pengawas/Tim Teknis atas persetujuan Pemberi Tugas. c. Biaya pekerjaan Tambah Kurang akan diperhitungkan menurut daftar harga satuan pekerjaan. d. Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercantum dalam harga satuan yang dimasukan dalampenawaran, maka harga satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh Konsultan Pengawas/ Tim Teknis bersama‐samaKontraktor dengan persetujuan Pemberi Tugas.
e. Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan sebagai penyebab kelambatan penyerahan pekerjaan,tetapi Konsultan Pengawas/ Tim Pengelola Teknis dapat mempertimbangkan perpanjangan waktukarena adanya pekerjaan tambah tersebut, dengan bukti‐bukti berdasarkan keluaran konfirmasi surat dari pihak/instansi terkait Kabupaten Cirebon. 12.2 Persiapan Pekerjaan a. Izin Bangunan Izin Bangunan secara administrasi akan dibantu oleh pemberi tugas/ tim teknis melalui konfirmasi denganpemerintah setempat, namun dalam pelaksanaannya izin bangunan akan diurus oleh Kontraktor. Biaya izinbangunan menjadi tanggung jawab Kontraktor. b. Papan Reklame Kontraktor tidak diperkenankan menempatkan papan reklame dalam bentuk apapun dalam lingkungan halamantapak pekerjaan atau pada pagar halaman pekerjaan. c. Papan nama Proyek Kontraktor diwajibkan memasang Papan Nama Proyek sesuai dengan ukuran yang tercantum dalam BOQ danketentuan yang berlaku. d. Ijin‐ijin lain yang berkaitan dengan pelaksanaan, misalnya ijin pemakaian jalan, ijin lingkungan menjadi tanggungjawab Kontraktor Pelaksana. Pasal 13 PEKERJAAN TANAH 13.1 Lingkup Pekerjaan tanah dan pasir ini, antara lain meliputi : 1. Pekerjaan Galian Tanah untuk semua Item Pekerjaan; 2. Pekerjaan Perataan dan Pengupasan Site; 3. Pekerjaan Urugan dan Perataan Lahan/ Tanah permukaan Eksisting (distemper mesin pemadatan); 4. Pekerjaan Urugan Tanah Kembali bekas Galian; 5. Pekerjaan Urugan Tanah Peninggian;
13.2
Pekerjaan Galian
a. Galian Tanah untuk pekerjaan tanah harus dilaksanakan sesuai dengan ukuranyang tercantum pada gambar kerja. Bidang sisi galian untuk pondasi harus lurus sedemikian rupa agar tidak mengganggu pemasangan pondasi.Kotoran‐kotoran yang terdapat pada lubang galian, harus dibuang. b. Galian tanah untuk jalan setapak disini sifatnya pengupasan bagian‐bagian yang menonjol terhadap permukaantanah, dilaksanakan sesuai dengan elevasi yang tercantum dalam gambar kerja. c. Semua galian atas kehendak pemborong untuk maksud‐maksud yang tidak tercantum dalam kontrak ini harusditutup dan dipadatkan kembali. d. Kelebihan galian dari yang telah ditetapkan tidak diadakan biaya tambahan, apabila kelebihan
galian
inimembahayakan
konstruksi,
maka
pemborong
wajib
memperbaikinya atas biaya sendiri. 13.3 a.
Pekerjaan Urugan/ Timbunan tanah urug dan Pasir Tanah urug yang dipergunakan untuk peninggian harus betul‐betul memenuhi persyaratan teknis yang ditentukandan telah mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas dan Tim Teknis. Setiap pekerjaan Urugantanahharus dilakukan pemadatan sesuai petunjuk teknis pelaksanaan pemadatan.
b.
Untuk Pasir untuk pengurugan harus pasir yang baik dan memenuhi syarat teknis, bebas dariakar, bahan‐bahan organis, bahan bekas/sampah. Dan terlebih dahulu harus mendapat persetujuan direksi,dan jika diizinkan dapat digunakan tanah bekas galian.
c.
Tanah bekas galian harus ditimbun sedemikian rupa, sehingga tidak merusak/ mengganggu, Urugan tanah bekas galian pondasi, harus dipadatkan dengan menggunakan stamper.
d.
Urugan pasir dilaksanakan seperti ditunjukan pada gambar.Lapisan pasir urug, harus bebas dari berbagai kotoran pengganggu. Ukuran tebal lapisan pasir urug yangtercantum pada gambar kerja adalah ukuran padat.
e.
Harga satuan yang tercantum dalam penawaran harus sudah mencakup semua biaya, pekerjaan‐pekerjaanpembersihan kembali, penimbunan dan pembuangan hasil galian.
13.4 Harga satuan pekerjaan yang tercantum dalam penawaran harus sudah mencakup semua biaya pekerjaan,pembersihan, sewa alat, penimbunan dan pembuangan hasil galian. 13.5 Pemadatan Timbunan Segera setelah penempatan dan penghamparan timbunan, setiap lapis harus dipadatkan denganperalatan yangmemadai dan disetujui Direksi Pekerjaan sampai mencapai kepadatan yang disyaratkan.Pemadatan timbunan tanah harus dilaksanakan hanya bilamana kadar air bahan berada dalam rentang 3% dibawah kadar air optimum sampai 1% di atas kadar air optimum. Kadar air optimum harus didefinisikan sebagaikadar air pada kepadatan kering maksimum yang diperoleh bilamana tanah dipadatkan sesuai denganSNI.03‐1742‐1989. a.
Setiap lapisan timbunan yang dihampar harus dipadatkan seperti yang disyaratkan, diuji kepadatannya danharus diterima oleh Direksi Pekerjaan sebelum lapisan berikutnya dihampar.
b. Timbunan harus dipadatkan mulai dari tepi luar dan bergerak menuju ke arah sumbu jalan sedemikian rupasehingga setiap ruas akan menerima jumlah usaha pemadatan yang sama. Bilamana memungkinkan, lalulintas alat‐alat konstruksi dapat dilewatkan di atas pekerjaan timbunan dan lajur yang dilewati harus terusmenerus divariasi agar dapat menyebarkan pengaruh usaha pemadatan dari lalu lintas tersebut. c.
Bilamana bahan timbunan dihampar pada kedua sisi pipa atau drainase beton atau struktur, makapelaksanaan harus dilakukan sedemikian rupa agar timbunan pada kedua sisi selalu mempunyai elevasi yanghampir sama.
d. Bilamana bahan timbunan dapat ditempatkan hanya pada satu sisi abutment, tembok sayap, pilar, tembokpenahan atau tembok kepala gorong‐gorong, maka tempat‐tempat yang bersebelahan dengan struktur tidakboleh dipadatkan secara berlebihan karena dapat menyebabkan bergesernya struktur atau tekanan yangberlebihan pada struktur.
e.
Timbunan pada lokasi yang tidak dapat dicapai dengan peralatan pemadat mesin gilas, harus dihampardalam lapisan horizontal dengan tebal gambar tidak lebih dari 15 cm dan dipadatkan dengan penumbukloncat mekanis atau timbers (tamper) manual dengan berat minimum 10 kg. Pemadatan dibawah maupun ditepi pipa harus mendapat perhatian khusus untuk mencegah timbulnya rongga‐ rongga dan untuk menjaminbahwa pipa terdukung sepenuhnya.
13.6
Pemadatan Tanah Dasar Pemadatan tanah dasar dimaksud adalah proses pemadatan tanah dasar setelah dilaksanakan pembongkaranpedestrian eksisting. Sebelum Pengurugan pasir dilaksanakan kontraktor/ rekanan wajibmelaksanakan pemadatan lahan dengan menggunakan alat stemper atau pemadat Vibrator Roller kecil, hal inisupaya kepadatan tanah dasar sesuai dengan persyaratan teknis.Setelah proses pemadatan selesai kemudian dilakukan test kepadatan lapangan untuk mengetahui telahmemenuhi persyaratan kepadatan atau belum, jika memenuhi maka pekerjaan urugan pasir dapat dilaksanakanakan tetapi jika kebalikannya, maka proses pemadatan harus diulang kembali.
Pasal 14 PEKERJAAN PASANGAN DAN PLESTERAN 14.1
Yang termasuk lingkup pekerjaan ini adalah :
1.
Pek. Pondasi Batu Belah untuk TPT (Keermur dan Loneng);
2.
Pek. Dinding Pasangan Bata;
3.
Pek. Plesteran Topian Saluran Pembuangan air;
4.
Pek. Perbaikan Kansten pada jalan setapak;
14.2 1.
Bahan yang dipakai adalah : Bata merah, harus pembakaran sempurna, bebas dari cacat dan retak,maksimal belah menjadi 2 bagian, produk local dan memenuhi persyaratan PUBBI 70.Dalam hal bata merah sulit didapat, pemborong dengan ijin tertulis dari Direksi dapat mempergunakan bahan bangunan alternatif penggantian batu bata.
2. Pasir pasang harus bersih tajam dan bebas Lumpur, tanah liat, kotoran organik dan bahan yang dapatmerusak pasangan, untuk itu pasir yang akan dipakai terlebih dahulu diayak lewat lubang sebesar 10 mm. 3. Semen yang dipakai harus memenuhi persyaratan N.I. 8 type I menurut ASTM dan memenuhi S 400 Standard Portiand Cement. 4. Pasangan Batu Kali digunakan Batu Kali Pecah 15/20 yang mempunyai sisi tajam dan pipih yang diharapkan mempunyai nilai kekuatan serta produk lokal. 14.3 Adukan/ Campuran Adukan yang dipakai adalah Campuran ad., ad.1Pc : 3Ps, ad. 1Pc : 4Ps, ad. 1Pc : 5Ps, untuk pondasi Batu Kali menggunakan ad. 1Pc :4Ps, sedangkan pasangan Bata Merah dan Plesteran + Acianmemakai adukan 1Pc : 3Ps dan 1Pc : 5Ps, atau sesuai dengan yang tertera didalam gambar. 14.4 Pelaksanaan Pekerjaan 1. Batu bata sebelum dipasangkan terlebih dahulu dibasahi air. 2. Sebelum dinding di plester harus dikamprot dahulu dengan campuran 1Pc : 3Ps dengan ketebalan lebihkurang 3 mm untuk mendapatkan ikatan yang lebih baik. Kelembaban plesteran harus dijaga sehinggapengeringan bidang plesteran stabil dan kemudian diperhalus dengan acian semen. 3. Pasangan Bata yang selesai harus terus menerus dibahasi selama 14 hari. 4. Untuk plesteran trasraam dilakukan pada kedua sisi luar dalam. 5. Pasangan Batu Kali 1Pc : 4Ps harus disesuaikan dengan spesifikasi yang sudah disetujui bersama dansesuai dengan gambar kerja, untuk mendapatkan pekerjaan yang mempunyai kualitas yang baik. 6. Seluruh pekerjaan pasangan dan plesteran yang tidak lurus, berombak dan retak‐retak harus dibongkar dandiperbaiki atas biaya pemborong. 7. Pekerjaan Plesteran, dikerjakan pada semua bidang dinding (luar dan dalam) adukan yang dipakaiperbandingannya sesuai dengan adukan spesi dinding yang akan diplester. 8. Sebelum pekerjaan plesteran dilaksanakan, siar‐siar pasangan pada dinding harus dikerok sedalam minimal 1 cm dan bidang dinding yang akan diplester disiram air terlebih dahulu.
9. Plesteran yang dikerjakan pada permukaan pasangan harus disiram sesering mungkin untuk menghindari terjadinya retak‐retak dan bergelombang. 10. Pekerjaan plesteran harus dilaksanakan dengan baik (tegak, rata dan tidak bergelombang) dengan ketebalan plesteran sesuai petunjuk pengawas. 11. Semua pekerjaan pasangan dan plesteran harus sesuai dengan gambar kerja atau persetujuan direksi lapangan. Pasal 15 PEKERJAAN BUIS BETON Buis Beton Ø 30 cm untuk pekerjaan saluran pembuangan dan untuk pekerjaan rembesan dipakai buis beton Ø 60 cm dan Ø 30 cm a. Pasangan Buis Beton yang dimaksud adalah pasangan Buis Beton Ø 30 cm yang dipasang dibawah jalan setapak untuk saluran buangan air permukaan, dan untuk Buis Beton Ø 60 dan Ø 30 cm dipasang pada jalan setapak sebagai penampung air permukaan / resapan. b. Sebelum Buis Beton Ø 30 cm dipasang, terlebih dahulu galian saluran dibentuk untuk dilakukan leveling (kemiringan arah aliran). c. Persyaratan bahan dan teknis pelaksanaan pekerjaan pasangan dan urugan tanah, pada pekerjaan ini sama seperti pada uraian pekerjaan sebelumnya. d. Setelah pekerjaan galian tanah selesai dilaksanakan dan ketinggian peilnya telah disetujui oleh direksi, maka dilanjutkan dengan pemasangan Buis Beton yang ukurannya disesuaikan dengan gambar rencana. e. Bila Buis Beton tersebut terdiri dari beberapa Buis Beton maka Buis Beton tersebut harus disambung dengan adukan 1 pc : 3 psr. Pasal 16 PEKERJAAN BETON 16.1 Lingkup Pekerjaan 1. Pekerjaan Beton untuk Jalan Setapak (Site Mix) 2. Pekerjaan Beton Bertulang Beton (Site Mix) ‐ Plat Duecker ‐ Sloof
‐ Kolom ‐ Ring Balk ‐ Balok Struktur ‐ Plat Lantai 16.2 Bahan‐bahan Beton Site Mix 1. Agregat Beton a) Agregat beton berupa batu pecah yang diperoleh dari pecahan batu dengan West System Stone Crusher. b) Agregat beton harus sesuai dengan spesifikasi agregat beton menurut ASTM‐C 33. c) Ukuran terbesar agregat beton adalah 2,5 cm. d) System penyimpanan harus sedemikian rupa agar tidak terjadi kontaminasi bahan yang tidak diinginkan. e) Agregat harus bersih dari segala kotoran, tidak melebihi 5%. 2. Agregat Kasar a) Agregat kasar untuk beton harus terdiri dari butir‐butir yang kasar, keras tidak berpori dan bentuk kubus. b) Bila ada butir‐butir yang pipih jumlahnya tidak boleh melampaui 20% dari jumlah berat seluruhnya.Agregat kasar tidak boleh mengalami pembubukan mesin Los Angeles ASTM‐C 131‐55. Tabel 15.2.1 Gradasi Agregat Kasar Saringan
Ukuran
Lewat Saringan
1”
25,00 mm
100
¾”
20,00 mm
90 – 100
3/8”
95,00 mm
20 – 25
No.4
4,76 mm
0 ‐ 100
3. Agregat Halus a) Agregat Halus dapat digunakan pasir alam yang berasal dari pasir setempat yang berkualitas. b) Pasir harus bersih dari bahan organis, zat‐zat alkali dan substansi‐substansi yang merusak beton. Pasir tidak boleh mengandung segala jenis substansi tersebut lebih dari 5% c) Pasir laut tidak boleh dipergunakan. Untuk beton, pasir harus terdiri dari partikel‐ partikel yang tajam dan keras. d) Cara dan penyimpanan harus sedemikian rupa agar menjamin kemudahan pelaksanaan pekerjaan dan menjaga agar tidak terjadi kontaminasi yang tidak diinginkan. Tabel 15.2.2 GradasiAgregat Halus Saringan
Ukuran %
Lewat Sarinagan
3/8”
9,000 mm
100
No. 4
4,760 mm
90 – 100
No. 8
2,380 mm
90 – 100
No. 16
0,190 mm
90 – 100
No. 30
0,595 mm
90 – 100
No. 50
0,297 mm
90 – 100
No. 100
0,149 mm
90 – 100
No. 200
0,074 mm
90 – 100
4. PC (Portland Cement) Semen yang dipakai harus dari mutu yang disyaratkan dalam NI‐8 Kontraktor harus mengusahakan agar satu merek saja yang dipakai untuk seluruh pekerjaan beton.Semen ini harus disimpan pada tempat kering dengan lantai terangkat, agar terhindar dari air dan tumpuk dalam urutan pengiriman.Semen yang rusak atau tercampur apapun tidak boleh dipakai dan harus dikeluarkan dari lapangan.
5. Pembesian/ Penulangan a) Besi penulangan beton harus disimpan dengan cara‐cara sedemikian rupa, sehingga bebas dari hubungan langsung dengan tanah lembab maupun basah. b) Besi penulangan harus disimpan berkelompok berdasarkan ukuran masing‐masing. Besi penulangan rata harus sesuai dengan persyaratan dalam NI‐2 yang dinyatakan sebagai U‐24 seperti yang dinyatakan dalam gambar. c) Besi penulangan yang akan digunakan harus bebas dari karat dan kotoran lain, d) Pembuatan tulangan‐tulangan untuk batang lurus atau dibengkokkan, sambungan kait‐kait dan pembuatan sengkang (Ring), persyaratan harus sesuai PBI 1971. e) Pembuatan dan penggunaan tulangan beton harus disesuaikan dengan gambar konstruksi. f) Tulangan beton harus diikat kuat dengan kawat beton untuk menjamin agar besi tidak berubah tempat selama pengecoran dan harus bebas dari papan acuan atau lantai kerja dengan memasang selimut beton/beton deking sesuai dengan ketentuan dalam PBI‐1971. 6. Besi Beton Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari perencana/ pengelola proyek/ konsultan pengawas. Direksi/ pengawas berhak memerintahkan untuk menambah besi tulangan ditempat yang dianggap perlu sampai maksimum 5% dari tulangan yang ada ditempat tersebut, meski tidak tertera dalam gambar struktur, tanpa biaya tambahan. 7. Kawat Pengikat
Harus berukuran minimal diameter 1 mm seperti yang disyaratkan dalam NI‐2.
8. Air Air harus bersih dan jernih sesuai dengan persyaratan dalam NI‐2.Sebelum air untuk pengecoran beton dipergunakan, harus terlebih dahulu diperiksakan pada laboratorium PAM/PDAM setempat yang disetujui pengawas dan biaya sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor. Kontraktor harus menyediakan air atas biaya sendiri.
16.3 Pelaksanaan Sebelum dilaksanakan, kontraktor harus mengadakan material test atau mixed design yang dapat membuktikan bahwa mutu beton disyaratkan dapat tercapai. Dari hasil test tersebut ditentukan oleh pengawas ‘Deviasi Standard” yang akan dipergunakan untuk menilai mutu beton selama pelaksanaan. a) Memberitahukan direksi selambat‐lambatnya 24 jam sebelum suatu pengecoran beton dilaksanakan. Persetujuan direksi untuk mengecor beton berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan cetakan dan pemasangan besi serta bukti bahwa Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran tanpa gangguan. Persetujuan tersebut di atas tidak mengurangi tanggung jawab kontraktor atas pelaksanaan pekerjaan beton secara menyeluruh. b) Adukan beton tidak boleh dituangkan bila waktu sejak dicampurnya air pada semen dan agregat atau semen pada agregat telah melampaui 3 jam dan waktu ini dapat berkurang lagi jika Tim Teknis/ Konsultan Pengawas menganggap perlu didasarkan pada kondisi tertentu. c) Beton harus dicor sedemikian rupa sehingga menghindarkan terjadinya pemisahan material (segregation) dan perubahan letak tulangan. Cara penuangan dengan alat pembantu seperti talang, pipa chute dan sebagainya, harus mendapatkan persetujuan direksi. d) Alat‐alat penuangan seperti talang, pipa chute dan sebagainya harus selalu bersih dan bebas dari lapisan‐lapisan beton yang mengeras. Adukan beton tidak boleh lebih dari 2 meter. Selama dapat dilaksanakan sebaiknya digunakan pipa yang terisi penuh adukan dengan pangkalnya terbenam dalam adukan yang baru dituang. e) Penggetaran tidak boleh dilaksanakan pada beton yang telah mengalami “Initial Set” atau yang telah mengeras dalam batas dimana akan terjadi plastis karena getaran. f) Semua pengecoran bagian dasar konstruksi beton yang menyentuh tanah harus diberi lantai dasar sebesar 3 cm agar menjamin duduknya tulangan dengan baik dan penyerapan air semen dengan tanah. g) Bila pengecoran harus berhenti sementara beton sudah menjadi keras dan tidak berubah bentuk, harus dibersihkan dari lapisan air semen (laitances) dan partikel‐ partikel yang terlepas sampai suatu kedalaman yang cukup sampai tercapai beton
yang padat. Segera setelah pemberhentian pengecoran ini maka adukan yang lekat pada tulangan dan cetakan harus dibersihkan. Pasal 17 PEKERJAAN PERAPIHAN 17.1 Pekerjaan ini meliputi pembersihan kotoran sisa pekerjaan berikut pembuangannya, pembersihan di sekitar lokasipekerjaan dan membereskannya/membuangnya sehingga memberikan kesan indah, bersih dan rapih. 17.2 Pekerjaan dapat diterima oleh pihak Tim Teknis, apabila disertai bukti‐buktihasil pemeriksaan yang baik dari dinas/ instansi terkait di Kabupaten Setempat. Pasal 18 PEKERJAAN PEMASANGAN PAVING BLOCK 18.1 Lahan untuk penempatan pekerjaan Paving Block telah ditunjukan dalam Peta Situasi didalam gambar kerja yangtelah disetujui oleh Tim Teknis Penataan Lingkungan Permukiman, atau menurut arahan dari KonsultanPengawas. 18.2 Sebelum Pengurugan pasir, lahan yang akan dipasang Paving Block terlebih dahulu dilakukan pembongkaran terlebih dahulu pada existing lahan kemudian dipadatkan dengan stamper atau alat pemadat lainnya skala kecil. Proses tersebut dilaksanakan sampai dicapai kepadatan yang disyaratkan dan permukaan menjadi rata. 18.3 Urugan Pasir Beton setebal t = 5 cm sebelum pemasangan Paving Block. 18.4 Paving Block yang dipergunakan adalah natural dengan ketebalan sesuai yang tercantum dalam gambar yaitu t = 6 cm dengan kualitas minimal K‐250 dan dibuktikan dengan hasil uji laboratorium per‐lima ribu buah paving. 18.5 Setelah pemasangan Paving, celah‐celah pasangan Paving Block diisi dengan Pasir Beton. 18.6 Pasangan pada sisi kiri dan kanan harus dijepit dengan adukan beton mutu K‐175 untuk Paving Block dipasang sebagai penutup pada sisi kiri dan kanan sebagai penjepit PavingBlock pada jalan yang terbuka dengan pasangan bata merah campuran yang dipakai ad. 1Pc : 3Ps.
Pasal 19 DIREKSI KEET/ LOS BAHAN 19.1 Luas yang dibutuhkan untuk direksi keet/ los bahan adalah minimal 6 m2 dengan menggunakan bahan sebagai berikut : a. Rangka bangunan dari kayu meranti b. Dinding dari triplek/ papan kayu meranti atau ditentukan lain oleh Direksi c. Atap dari bahan Asbes gelombang d. Pintu dan papan kayu lokal kelas III Hal‐hal yang harus diperhatikan adalah : a. Ruangan tidak bocor b. Ada dinding pamisah antara ruang kantor dengan los bahan c. Cukup penerangan dan ventilasinya d. Terdapat perlengkapan Direksi seperti meja kerja, kursi, papan tulis dan papan untuk menempelkan gambar‐gambar kerja serta gambar grafik kerja e. Hal lain yang diperlukan ditentukan oleh direksi 19.2 Letak bangunan direksi keet ditempatkan di lokasi yang mudah dijangkau oleh lalu lintas bahan dan tidak mengganggu areal pekerjaan, atau ditentukan bersama‐sama dengan Direksi. Pasal 20 LAIN‐LAIN 20.1 Hal‐hal yang timbul pada pelaksanaan yang memerlukan penyelesaian di lapangan akan dibicarakan dan diaturoleh Konsultan Pengawas dan Kontraktor, bila diperlukan akan dibicarakan bersama Konsultan Perencana. 20.2 Sebelum Penyerahan Pertama, Pemborong wajib meneliti semua bagian pekerjaan yang belum sempurna, danharus diperbaiki dan disempurnakan, semua ruangan harus bersih dipel, halaman harus ditata rapih dan semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari proyek. Pekerjaan perapihan, penyempurnaan & pemberesan halaman ini harus dilaksanakan berdasarkan petunjuk dari Konsultan Pengawas.
20.3 Meskipun telah ada Konsultan Pengawas dan unsur‐unsur lainnya, semua penyimpangan dari ketentuan gambarkerja dan bestek menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu Pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin. 20.4 Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan kemudian dalam Rapat Penjelasan (Aanwijzing) atau kesepakatan dalam rapat koordinasi proyek bersama unsur terkait. Pasal 21 P E N U T U P Segala sesuatu yang belum tercantum di dalam Rencana Kerja dan Syarat‐Syarat (RKS) ini, akan ditentukan kemudianpada Rapat Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing) dan akan dimuat dalam Berita Acara Rapat Penjelasan.