Nada Arina, Hanny Hafiar: Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif
TRANSFORMASI BRANDING KOTA CIMAHI SEBAGAI KOTA KREATIF Nada Arina, Hanny Hafiar, dan Lilis Puspitasari Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran Jl. Raya Bandung – Sumedang KM.21 Jatinangor Jawa Barat
Abstract: Transformation Branding Cimahi City as a Creative City to know the background of Transformation Branding Cimahi as a Creative City, an understanding of the relevant parties involved in the transformation of city branding Cimahi As Creative City, the Cimahi city government and agencies relevant programs in supporting the transformation of city branding Cimahi City as Creative City, communication patterns Cimahi city government and relevant agencies to promote the transformation of city branding Cimahi as a Creative City. This knowledge is in terms of the process of construction of meaning involves the interaction aspects related parties in Transformation Branding Cimahi City as a Creative City. This research used qualitative approach with the constructivism paradigm and case study form of study. The subject were Cimahi government officials and businessmen who are members of the entrepreneurial community in Cimahi which were purposively selected. Data were collected through in in depth interview, passive participant observation. The result of this research revealed that background of Transformation Branding Creative City Cimahi as seen from the absence of territory and natural resources, abundant potential of human and creative products, based on center government regulations and the city as well as a declining manufacturing industry. While the background of the local Economic Development in an effort to realize the Creative City is the quickness of cooperation and participation of government and society, develop the local economy Cimahi, the lack of communication channels to between entrepreneurs, business people and government, no previous systematic development, assistance from organizations world, and the launching of the program of the government. The understanding of the relevant parties regarding the Transformation Branding Cimahi as a creative city, seen from the understanding of the campaign, understanding local Economic Development (LED) program in an effort to realize the Creative City, the campaign goal, and uniqueness of Cimahi. While government programs Cimahi city and related agencies in supporting the transformation of city branding Creative Cimahi as the city is divided into 3 phases, namely planning, execution and evaluation. Communication patterns Cimahi city government and relevant agencies to promote the transformation of city branding Cimahi as Creative cities are categorized into two, namely to businesses as the primary and the general public. ISSN 2085-1979
34
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun VI/02/2014
Key words: Cimahi, Branding Transformation, Creative City Abstrak: Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif ini, bertujuan mengetahui latar belakang Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif, pemahaman pihak-pihak terkait yang terlibat terhadap transformasi branding kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif, program-program pemerintah kota Cimahi dan dinas-dinas terkait dalam mendukung upaya transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif, pola komunikasi yang dilakukan pemerintah kota Cimahi dan dinas-dinas terkait untuk mensosialisasikan transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif. Pengetahuan ini ditinjau dari proses konstruksi makna yang melibatkan aspek interaksi pihak-pihak terkait dalam Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif, dengan paradigma konstruktivisme, dan jenis studi kasus. Subjek penelitiannya adalah aparatur Pemerintah Kota Cimahi serta pelaku usaha yang tergabung di komunitas kewirausahaan di Cimahi yang dipilih secara purposif. Pengumpulan data diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi partisipan pasif, dan studi pustaka. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: latar belakang Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif dilihat dari ketiadaan wilayah dan SDA, potensi SDM yang melimpah dan produknya yang kreatif, berdasarkan peraturan pemerintah pusat dan kota serta industri manufaktur yang menurun. Sedangkan latar belakang Pengembangan Ekonomi lokal sebagai upaya untuk mewujudkan Kota Kreatif adalah butuhnya kerjasama dan partisipasi pemerintah dan masyarakat, menumbuhkembangkan ekonomi lokal Cimahi, tidak adanya saluran komunikasi untuk antara antara pelaku usaha, pelaku usaha dan pemerintah, pengembangan terdahulu yang tidak sistematis, bantuan dari organisasi dunia, dan pencanangan program dari pemerintah. Adapun pemahaman pihak-pihak terkait mengenai Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota kreatif, dilihat dari pemahaman kampanye, pemahaman program Pengembangan Ekonomi lokal (PEL) dalam upaya mewujudkan Kota Kreatif, Tujuan kampanye, dan keunikan Kota Cimahi. Sedangkan program-program pemerintah kota Cimahi dan dinas-dinas terkait dalam mendukung upaya transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif terbagi atas 3 fase, yaitu perencanaan, eksekusi dan evaluasi. Pola-pola komunikasi yang dilakukan pemerintah kota Cimahi dan dinas-dinas terkait untuk mensosialisasikan transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif dikategorikan menjadi dua, yaitu kepada pelaku usaha sebagai target utama dan masyarakat umum. Kata kunci: Cimahi, Transformasi Branding, Kota Kreatif
35
ISSN 2085-1979
Nada Arina, Hanny Hafiar: Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif
Pendahuluan
K
ota Cimahi dikenal sebagai “Kota Tentara” karena di Kota ini banyak didirikan pusat pendidikan untuk tentara. Hampir terdapat sekitar 24 bangunan militer yang juga merupakan Bangunan Cagar Budaya yang harus dilestarikan di Kota Cimahi. Pada tahun 2007, Kota Cimahi berupaya mengusung program transformasi pembangunan kota Cimahi bertajuk “Cimahi Creative and Cyber City” dengan membentuk CCA (Cimahi Creative Association) sebagai lokomotif pengembangan industri kreatif yaitu dibidang manufaktur, kuliner dan kerajinan serta industri kreatif berbasiskan telematika yaitu pengembangan ICT, animasi dan film yang dipusatkan di wilayah Baros. Seiring berjalannya waktu, program “Cimahi Creative and Cyber City” dirasa kurang efektif. Maka dari itu, Pemerintah Kota Cimahi menginisiasi sebuah kampanye transformasi pembangunan kota Cimahi yang pada asalnya dikenal sebagai Kota Creative and Cyber menjadi Kota Kreatif yang mengusung program Pengembangan Ekonomi Lokal (PEL) berbasiskan community relations dirumuskan sejak tahun 2011. Kampanye merupakan tools yang digunakan public relations untuk berkomunikasi dengan khalayaknya. Berdasarkan pemaparan Yin (2006: 49) bahwa fokus dari penelitian studi kasus adalah suatu kasus yang spesifik dan unik. Keunikan dari kasus berdasarkan dari beberapa narasumber adalah (1) Pemerintah Cimahi sangat concern terhadap pengembangan kampanye. (2) Ada produk unggulan kota yaitu ICT dan telematika yang dapat diperkenalkan. (3) Kampanye ini tidak hanya menyasar masyarakat kota Cimahi namun pemerintah sendiri pun turut menjadi target dalam kampanye ini. Berdasarkan pemaparan ini maka penulis melakukan penelitian dan membuat judul “Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif”. Ada pun tujuan dari penelitian ini antara lain, (a) untuk mengetahui latar belakang transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif, (b) untuk mengetahui pemahaman pihakpihak terlibat terhadap transformasi branding kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif, (c) untuk mengetahui implementasi kampanye transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif oleh Pemkot Cimahi, dan (d) untuk mengetahui pola komunikasi yang dilakukan pemerintah kota Cimahi untuk mensosialisasikan transformasi branding kota Cimahi sebagai kota Kreatif. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang berarti penelitian yang menggunakan peneliti sebagai instrumen penelitiannya. Sampel yang diteliti bukan sebagai objek penelitian tapi sebagai subjek dan memiliki kesetaraan dengan penelitinya. Oleh karena itu peneliti dalam penelitian kualitatif harus memasuki latar alamiah penelitian dan bergabung dengan subjek yang diteliti. Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif emic, yaitu mengutamakan pandangan subjek yang diteliti, meskipun terdapat pandangan peneliti, yang disebut perspektif etic, tetapi peneliti tidak menonjolkan pandangannya tersebut. ISSN 2085-1979
36
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun VI/02/2014
Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena berusaha mengamati program serta orang-orang yang dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif yang mana mengamati interaksi serta bahasanya. Dari hasil interaksi tersebut orangorang dalam kampanye ini mencoba mengkonstruk makna branding baru kota Cimahi dari kota Cimahi Creative and Cyber menjadi kota Kreatif. Penelitian ini menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari berupa kata-kata tertulis atau lisan dari pihak-pihak yang terlibat ini dan perilaku mereka yang diamati, yang berarti data-data tersebut berdasarkan sudut pandang dari subjek yang diteliti (emic) ditambah dengan analisis berdasarkan peneliti (etic). Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme hal ini karena pada penelitian ini mencoba mengkonstruk pengetahuan masyarakat mengenai Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif melalui program PEL, hal ini senada dengan Pemikiran konstruktivis sendiri mengacu pada konstruktivisme, yakni filsafat pengetahuan yang meyakini bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil konstruksi dari manusia itu sendiri (von Glasersfeld dalam Bettencourt, 1989 dan Matthews, 1994, seperti dikutip oleh Suparno, 1997: 18). Selain itu penelitian ini pun mengacu pada fokus penelitian studi kasus hal ini berdasarkan pengertian Creswell yang mengemukakan beberapa karakteristik dari suatu studi kasus yaitu: (1) Mengidentifikasi “kasus” untuk suatu studi; (2) Kasus tersebut merupakan sebuah “sistem yang terikat” oleh waktu dan tempat; (3) Studi kasus menggunakan berbagai sumber informasi dalam pengumpulan datanya untuk memberikan gambaran secara terinci dan mendalam tentang respons dari suatu peristiwa dan (4) Menggunakan pendekatan studi kasus, peneliti akan “menghabiskan waktu” dalam menggambarkan konteks atau setting untuk suatu kasus (Creswell, 1998: 61). Dalam penelitian ini, peneliti meneliti kasus yaitu kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Creative City yang bertempat di Kota Cimahi dengan berbagai kegiatan yang diusung untuk mendukung kampanye ini, dimana penelitian ini dilakukan saat kampanye ini masih berlangsung dan dilakukan oleh Pemerintah Kota Cimahi pada tahun hingga tahun 2018. Penelitian ini pun menggunakan berbagai sumber informasi yang meliputi: observasi, wawancara, materi audio-visual, dokumentasi dan laporan pertanggung jawaban setiap program yang mendukung kampanye ini. Mengacu pada fokus utama pada penelitian studi kasus adalah suatu kasus yang spesifik dan unik, maka dalam penelitian yang berjudul “Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif” ini situasi yang terjadi adalah munculnya suatu peristiwa yang unik, sehingga penelitian ini cocok menggunakan penelitian studi kasus. Keunikan yang terjadi dalam kampanye tersebut pertama, pemerintah dan masyarakat pelaku UKM bersama-sama secara sinergis terlibat dalam kampanye ini. Kedua, Cimahi Creative City mengembangkan klaster industri telematika khususnya animasi, film, ICT, desain dimana kota-kota kreatif lain tidak ada yang mengembangkan industri 37
ISSN 2085-1979
Nada Arina, Hanny Hafiar: Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif
telematika. Yang ketiga bukan hanya masyarakat yang bergerak mengembangkan UMKM, namun pemerintah pun concern sesuai dengan visi walikota dalam pengembangan UMKM, sehingga terjalin kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat. Sifat kasus pada penelitian ini menggunakan penelitian studi kasus intrinsik. Studi kasus intrinsik adalah penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus yang unik dan beda daripada yang lain guna memahami secara utuh kasus tersebut tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsepkonsep atau teori ataupun tanpa ada upaya menggeneralisasi (Poerwandari, 2005). Melalui kasus yang ditelitinya, peneliti bermaksud menunjukkan adanya suatu minat yang khas yang dapat dipelajari dari suatu kasus tersebut. Dalam penelitian mengenai kampanye transformasi Cimahi Creative City, peneliti menggunakan teori Interaksi Simbolik dari George Herbert Mead. Interaksi simbolik merupakan suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Interaksi simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu diterjemahkan dalam simbol-simbol. Sebuah makna dipelajari melalui interaksi diantara orang-orang, dan makna tersebut muncul karena adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial. Pada sisi lain, interaksi simbolik memandang bahwa seluruh struktur dan institusi sosial dan institusi sosial diciptakan oleh adanya interaksi diantara orang-orang. Selain itu tingkah laku seseorang tidak mutlak ditentukan oleh kejadian-kejadian pada masa lampau saja, melainkan juga dilakukan dengan sengaja (Mulyana, 2001: 59). Karya Mead yang paling terkenal ini menggarisbawahi tiga konsep kritis yang dibutuhkan dalam menyusun sebuah diskusi tentang teori interaksionisme simbolik. Tiga konsep ini saling mempengaruhi satu sama lain dalam term interaksionisme simbolik. Dari itu, pikiran manusia (mind) dan interaksi sosial (diri/self dengan yang lain) digunakan untuk menginterpretasikan dan memediasi masyarakat (society) di mana kita hidup (Mulyana, 2001: 68). Makna berasal dari interaksi dan tidak dari cara yang lain. Pada saat yang sama “pikiran” dan “diri” timbul dalam konteks sosial masyarakat. Pengaruh timbal balik antara masyarakat, pengalaman individu dan interaksi menjadi bahan bagi penelahaan dalam tradisi interaksionisme simbolik (Ardianto, 2007: 136). Dalam penelitian ini peneliti mengaplikasikan teori interaksi simbolik dengan mengupas bagaimana kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi dari pada asalnya kota Creative and Cyber menjadi Kota Kreatif dengan menggunakan simbol-simbol yaitu program-program yang mendukung konsep Cimahi Creative City serta pola komunikasi untuk mensosialisasikan kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif. Kemudian perasaan dan pendapat yang konstruksikan oleh pikiran (mind) tentang simbol-simbol digunakan untuk mendukung interaksi sosial (self) yaitu pertukaran makna dari kota Creative and Cyber menjadi Kota Kreatif yang terjadi selama kampanye berlangsung. Dari sini diharapkan setelah terjadi pertukaran makna, maka terjadi konsensus bersama antara pemerintah Kota Cimahi dengan masyarakat mengenai branding kota Cimahi yang baru yaitu Cimahi Creative City. ISSN 2085-1979
38
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun VI/02/2014
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil dari penelitian yang dilakukan antara lain: 1. Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif dibelatarbelakangi oleh beberapa faktor diantaranya yaitu karena keterbatasan wilayah dan sumber daya alam kota Cimahi, kota Cimahi memiliki sumber daya manusia yang melimpah terlebih potensi UMKM yang menduduki mayoritas di Kota Cimahi, potensi produk UMKM Cimahi yang kreatif dan dikenal secara nasional, berdasarkan peraturan pemerintah kota dan pusat, industri yang semula menjadi penggerak perekonomian kota Cimahi banyak yang gulung tikar. Kelima poin mengenai latar belakang Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif mendasari latar belakang pengembangan ekonomi lokal dalam upaya Transformasi Branding kota Cimahi sebagai Kota Kreatif. Gagasan atau ide Transformasi Branding Kota Cimahi dilontarkan oleh beberapa penggagas diantaranya, Kementerian Pusat, Walikota, Bappeda, World Bank (Bank Dunia) dan Kantor Penanaman Modal. 2. Pemahaman pihak-pihak Pihak-pihak yang terlibat dalam Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif adalah aparatur pemerintah serta pelaku UMKM yang tergabung dalam komunitas UKM di Cimahi yaitu Forum KemitraanPengembangan Ekonomi Lokal (PEL), IWAPI (Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia) tingkat Kota Cimahi dan Kwaci (komunitas Wirausaha Muda Cimahi). hal ini dlihat dari 4 aspek, yaitu pemahaman mengenai kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai kota kreatif yang dikonstruksi oleh mereka sebagai kampanye Cimahi sebagai pusat destinasi investor di bidang telematika, program pengembangan ekonomi lokal (PEL), mengembangkan usaha pelaku UMKM, mengembangkan produk kreatif dengan pemasaran kreatif, memberi ruang industri kreatif dan manufaktur untuk tumbuh bersama. Pihak-pihak yang terlibat pun mengkonstruksi program pengembangan ekonomi lokal (PEL) sebagai upaya perwujudan Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai Kota Kreatif sebagai, cara pemerintah agar masyarakat ikut berpartisipasi dengan berjalannya kota kreatif, Perhimpunan 4 klaster usaha di Cimahi yaitu Industri tekstil dan produk tekstil, makanan-minuman, kerajinan, dan telematika, pengembangan trust antara pelaku usaha di Cimahi, pemberdayaan masyarakat berbasiskan komunitas yang menekankan kemandirian pelaku usaha, keterkaitan dan sinergi strategi pembangunan dengan komponen kota yang bekerjasama dalam meningkatkan perekonomian lokal. Keunikan kota yang ditonjolkan oleh penyelenggara untuk menarik minat target audiens, hal ini beberapa keunikan dari Cimahi Creative City, telematika sebagai produk unggulan, peran komunitas yang sangat besar, pemerintah memberi dukungan dan perhatian yang sangat besar pada pengembangan industri kreatif, Cimahi lebih terorganisir dalam pengembangan industri kreatif, tidak punya sumber daya alam dan hanya mengandalkan kreativitas, ada kearifan lokal yang dibawa dalam produk di Cimahi. 3. Dalam implementasi Transformasi Branding Kota Cimahi oleh Pemkot Cimahi sebagai Kota Kreatif terbagi atas 3 fase yaitu, perencanaan, eksekusi dan evaluasi. Pada tahap perencanaan yang dilakukan adalah pembentukan klaster-klaster 39
ISSN 2085-1979
Nada Arina, Hanny Hafiar: Transformasi Branding Kota Cimahi Sebagai Kota Kreatif
industri, Perbaikan infrastruktur, Pembentukan kelompok atau komunitas, mengadakan FGD (Forum Group Discussion) dengan pelaku usaha, menyusun Renstra dimasing-masing klaster, Renstra dimasukkan dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) dan RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah), penyusunan visi dan misi berdasarkan visi dan misi walikota, dituangkan dalam RPJMD, SOPD menyusun kegiatan berdasarkan RPJMD, menyelenggarakan pelatihan, sosialisasi, forum grup diskusi, pameran. pada tahap perencanaan ditentukan pula tujuan kampanye Transformasi Branding Kota Cimahi sebagai kota Kreatif. Pada fase kedua yaitu eksekusi dilaksanakan berbagai kegiatan atau progam kerja, terdapat banyak program kerja baik yang akan dilaksanakan ialah, pembangunan sarana dan prasarana, reformasi birokrasi ditatanan pemerintahan, pendirian lembaga riset, festival dan pameran internasional animasi, promosi Industri : Gerai promosi di Cimahi Mall, Trading House, Coaching Clinic, pelatihan E-Commerce, festival UKM Sawala. Sementara program kerja yang telah dilaksanakan penyusunan bahan RPJMD, inkubasi, pelatihan: Internet Marketing, penanaman investasi perusahaan-perusahaan telematika di Cimahi, pendirian Koperasi, pendanaan UKM oleh Perusahaan BUMN oleh Jamsostek dan Organisasi Kadin (Kadin Parahu Untuk Cimahi), SIUP gratis untuk 100 orang UKM, bakti Sosial untuk korban banjir, seminar, roadshow dan pameran, forum Temu Usaha, promosi industri: Gerai promosi MIC (Made In Cimahi). Kegiatan evaluasi yang dilaksanakan sesudah kegiatan berlangsung. Cara evaluasi program kerja atau kegiatan yang dilaksanakan adalah penilaian kinerja berdasarkan standar dari Menteri Dalam Negeri dengan mengukur output dan outcome, Monev (Monitoring dan evaluasi) dilakukan oleh dinasnya sendiri. Dilihat dari hasil laporan kegiatan dan kemudian membuat usulan kegiatan yang masih terkait dengan kegiatan yang lalu, evaluasi lisan dengan bentukan forum atau meeting, evaluasi dengan menggunakan angket, dan dilihat dari kebutuhan target audiens untuk usulan kegiatan selanjutnya, evaluasi berdasarkan target atau indikator yang telah ditetapkan. 4. Dalam upaya menciptakan kesepakatan bersama atau pranata sosial dalam sebuah society atau masyarakat dibutuhkan sosialisasi dari pihak penyelenggara dalam hal ini Pemkot Cimahi yang dikategorikan menjadi dua yaitu pelaku UKM sebagai target utama dan masyarakat luas dengan pola komunikasi interpersonal: Forum Temu usaha, Forum Group Discussion, dan pameran. Pola komunikasi organisasi yaitu pemerintah kepada kelompok kemudian ketua, sekretaris atau pihak penyalur informasi memberikan informasi kepada anggota menggunakan media sosial seperti, Facebook, BBM Whatsupp, media luar ruang: poster. Sementara pada masyarakat luas dilakukan dengan Pola komunikasi massa seperti, mengundang jurnalis untuk peliputan, ikan di TV lokal, Talkshow anggota PEL di TV lokal, menggunakan media luar ruang seperti poster, menyelenggarakan pameran, gerakan menggunakan produk lokal Cimahi, menggunakan media internet: social media (Facebook), website, membuat media cetak seperti, buku profil. ISSN 2085-1979
40
Jurnal Komunikasi Universitas Tarumanagara, Tahun VI/02/2014
Daftar Pustaka Ardianto, E. (2007). Filsafat ilmu komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Creswell, J. W. (1998). Qualitative inquiry and research design: choosing among five tradition. London: Sage Publication. Mulyana, D. (2001). Metodologi penelitian kualitatif paradigma baru ilmukomunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung: Remaja Rosda Karya. Poerwandari, E. K. (2005). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Suparno, P. (1997). Filsafat konstruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius. Yin, R. K. (2006). Studi kasus (desain & metode). Diterjemah oleh M. Djauzi Mudzakkir. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
41
ISSN 2085-1979