LAPORAN KINERJA (LKj) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2015
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul tahun anggaran 2015 dapat tersusun dengan baik. Laporan ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa laporan Kinerja tahunan SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, laporan kinerja merupakan benruk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja. Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Bantul,
Februari 2015
Kepala BLH Kabupaten Bantul
Drs. Eddy Susanto NIP. 196102081984031005
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL..........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
PENDAHULUAN...........................................................................
1
A.
Latar Belakang..........................………………………………...
1
B.
Permasalahan Utama.....................…………………………….
2
PERENCANAAN KINERJA.........................................................
6
A.
Rencana Strategis...................................................................
6
B.
Perjanjian Kinerja Tahun 2015..............................................
7
AKUNTABILITAS KINERJA.......................................................
16
A.
Capaian Kinerja.....................................................................
16
B.
Realisasi Anggaran................................................................
23
PENUTUP......................................................................................
25
A.
Kesimpulan............................................................................
25
B.
Saran......................................................................................
25
LAMPIRAN.....................................................................................................
26
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi lingkungan hidup telah mengalami penurunan. Hal ini tergambar dari berbagai bencana lingkungan hidup yang akhir-akhir ini terjadi seperti banjir, kekeringan, longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan lainnya. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu isu strategis di Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil uji laboratorium status mutu air di Kabupaten Bantul ada beberapa parameter yang konsentrasinya melebihi baku mutu yaitu senyawa timbal dan total koli. Upaya pengurangan laju pencemaran dan perusakan lingkungan hidup di Kabupaten Bantul antara lain dituangkan dalam misi ke-empat RPJMD Kabupaten Bantul, yaitu: “Meningkatkan kewaspadaan terhadap risiko bencana dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan”. Untuk mencapai misi ini, Pemerintah Daerah Kabupaten Bantul menetapkan kebijakan yang diantaranya terkait dengan tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup, sebagai berikut: 1. Meningkatkan pendayagunaan sumberdaya alam & pelestarian lingkungan hidup. 2. Perbaikan kualitas fungsi lingkungan hidup secara berkelanjutan. 3. Mengupayakan penyelamatan flora dan fauna dilindungi dan konservasi kawasan lindung. 4. Mengupayakan pengurangan dampak emisi karbon. 5. Mengupayakan konservasi kawasan lindung sempadan pantai dan mangrove. 6. Mengupayakan pengembalian kualitas lahan bekas galian C. 7. Mengupayakan terjaganya air tanah dan kesuburan tanah. Badan Lingkungan Hidup sebagai lembaga yang menangani masalah lingkungan hidup di Kabupaten Bantul, menyusun Rencana Strategis (RENSTRA) yang diturunkan dari RPJMD. Sesuai dokumen RENSTRA tahun 2011-2015, visi Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul adalah: “Terwujudnya lingkungan hidup di Kabupaten Bantul yang bersih, sehat, sejuk dan lestari melalui BLH sebagai institusi lingkungan hidup daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.”
Sementara itu, misi Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
1
1. Mewujudkan aparatur yang berkualitas didukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan pelayanan masyarakat. 2. Mewujudkan pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, meningkatkan konservasi serta pelestarian keanekaragaman hayati. 3. Meningkatkan kerjasama dengan semua pihak dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. B. Permasalahan Utama Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini menyebabkan secara alami, Kabupaten Bantul merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini menyebabkan potensi pencemaran air sungai di Kabupaten Bantul menjadi cenderung tinggi. Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa secara umum telah terjadi penurunan kualitas air sungai pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014, dari 15 titik pantau, rata-rata 37,54% parameter yang diuji telah melampaui baku mutu. Bahkan, parameter mikrobiologi yaitu fecal koli dan total koli di seluruh titik pantau (15 titik di 5 sungai) telah melebihi baku mutu (SLHD 2014). Salah satu sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu sungai Bedog menunjukkan adanya tren penurunan kualitas. Hal ini dapat dilihat dari konsentrasi Biochemical oxygen demand (BOD) dan Chemical oxygen demand (COD) yang mengalami kenaikan pada tahun 2014. Konsentrasi BOD di sungai Bedog selama 5 tahun terakhir ini telah melebihi baku mutu air klas II sesuai dengan Peraturan Gubenur DIY nomor 20 Tahun 2008. Tren konsentrasi BOD di sungai Bedog tersaji pada Gambar 1.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
2
Gambar 1. Tren konsentrasi BOD di Sungai Bedog (Sumber : SLHD 2014) Tingginya konsentrasi BOD dapat berdampak pada berkurangnya biota-biota air yang hidup di sungai karena kekurangan oksigen. Selain konsentrasi BOD, konsentrasi COD pada tahun 2014 juma mengalami kenaikan higga melebihi baku mutu, sebagaimana terlihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Tren konsentrasi COD Sungai Bedog (Sumber: SLHD 2014) Selain penurunan kualitas air sungai, kualitas udara juga merupakan isu strategis di Kabupaten Bantul. Tahun 2014, kondisi udara di Kabupaten Bantul memburuk, ditandai dengan 3 titik pantau berada di atas ambang batas (SLHD 2014). Salah satu penyebab tidak langsung terjadinya penurunan kualitas udara adalah bertamahnya jumlahpenduduk. Semakin bertambah jumlah penduduk, semakin Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
3
meningkat kebutuhan energi. Selain kebutuhan listrik yang melonjak, kebutuhan akan bahan bakar seperti solar pun ikut melonjak untuk industri dan transportasi. Pertumbuhan industri bergerak secara paralel dengan pertumbuhan pemanfaatan bahan bakar minyak untuk transportasi. Namun ternyata pemanfaatan batubara dan solar (bahan bakar fosil) sebagai sumber energi pembangkit listrik dan transportasi juga membawa dampak negatif yang mempengaruhi kualitas udara. Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran, termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NOx), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron dan 2,5 mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC). Sedangkan sumber utama pencemaran udara dari Pb berasal dari asap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung timbal. Permasalahan utama lainnya yang dihadapi Kabupaten Bantul adalah kualitas tanah/ lahan. Tanah merupakan salah satu sumberdaya alam, wilayah hidup, media lingkungan, dan faktor produksi termasuk produksi biomassa yang mendukung kehidupan manusia serta makhluk hidup lainnya. Adanya peranan yang sangat kompleks dalam mendukung kehidupan manusia maka harus dijaga dan dipelihara kelestariannya. Di sisi lain, kegiatan produksi biomassa yang tidak terkendali dapat mengakibatkan kerusakan tanah sehingga akan mempengaruhi produksi biomassa dan dapat menurunkan mutu serta fungsinya. Apabila hal tersebut terjadi maka pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Luas Lahan Yang Diperuntukan Produksi Biomassa di Kabupaten Bantul adalah seluas 37.111,07 Ha atau 73.23% dari luas wilayah Kabupatren Bantul (BLH Kabupaten Bantul, 2015). Luasan ini terdiri dari kawasan pertanian, perkebunan dan hutan tanaman. Sekalipun kualitas tanah/lahan tidak menjadi sasaran strategis dalam RENSTRA 2011-2015, namun karena besarnya luasan dan peranan tanah yang sangat kompleks dalam mendukung kehidupan manusia, BLH Kabupaten Bantul memasukkan “Peningkatan Kualitas Tanah/ Lahan” sebagai sasaran strategis disamping sasaran strategis lainnya yang telah tercantum dan RENSTRA 2011-2015. Berdasarkan permasalahan utama yang dihadapi Kabupaten Bantul terkait bidang Lingkungan Hidup sebagaimana digambarkan sebelumnya, maka ditetapkan Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
4
sasaran strategis bidang Lingkungan Hidup di Kabupaten adalah peningkatan kualitas air, peningkatan kualitas udara ambien dan peningkatan kualitas tanah/ lahan. Sasaran strategis ini kemudian dijadikan Indikator Kerja Utama Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul yang kemudian dituangkan dalam RENSTRA BLH Kabupaten Bantul 2011 – 2015 serta Perjanjian KinerjaTahun 2015.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
5
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Dalam upaya penanganan masalah pencemaran air sungai, BLH Kabupaten Bantul menetapkan sasaran strategis “Peningkatan Kualitas Air”dengan indikator kerja: BOD, COD dan bakteri koli. 1. BOD (Biochemical Oxygen Demand) Biochemical oxygen demand (BOD) atau kebutuhan oksigen biokimiawi adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan senyawa organik pada kondisi aerobik. Kebutuhan oksigen biokimiawi ini berbanding terbalik dengan keberadaan oksigen terlarut. Bila nilai BOD tinggi berarti oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam air banyak, sehingga sisa oksigen yang berada dalam air sedikit, sebaliknya bila nilai BOD rendah berarti oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam air sedikit, sehingga sisa oksigen dalam air banyak. Tingginya nilai BOD mengindikasikan bahwa banyaknya senyawa organik yang harus diuraikan oleh mikroorganisme. 2. Chemical oxygen demand (COD) Chemical oxygen demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimiawi adalah pengukuran jumlah senyawa organik dalam air yang setara dengan kebutuhan jumlah oksigen untuk mengoksidasi senyawa organik secara kimiawi. Kedua parameter (BOD dan COD) ini mengukur jumlah senyawa organik, namun nilai COD umumnya lebih besar dari nilai BOD, hal ini dikarenakan terdapat senyawa yang tidak dapat terurai oleh mikroorganisme namun masih dapat diurai oleh proses kimiawi. 3. Bakteri Coli Fecal coli merupakan mikroorganisme yang pada umumnya terdapat pada limbah domestik dalam jumlah banyak yaitu bakteri kelompok Coliform, Escherichia coli dan Streptococcus faecalis. Bakteri yang merupakan indikator kualitas suatu perairan adalah coliform, fecal coli, dan salmonella. Sementara
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
6
itu, Total Coli digunakan sebagai indikator adanya pencemaran yang disebabkan oleh tinja manusia dan kotoran hewan. BLH Kabupaten Bantul juga menetapkan sasaran strategis “Peningkatan Kualitas Udara” dengan indikator kinerja: Konsentrasi CO, HC, Pb, NOx, dan Partikulat PM.10 sebagai upaya penanganan masalah pencemaran udara ambien. Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran, termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NO x), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron dan 2,5 mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC). Sedangkan sumber utama pencemaran udara dari Pb adalah asap kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung timbal. Sasaran strategis, indikator kinerja dan target BLH Kabupaten Bantul sesuai RENSTRA tahun 2011-2015 tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Perencanaan Kinerja sesuai RENSTRA 2011-2015 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 Peningkatan Kualitas Air BOD COD Bakteri Coli 2 Peningkatan kualitas Konsentrasi CO udara ambien Konsentrasi HC Pb NOx Partikulat PM.10
Target < 85 mg/l < 40 mg/l < 1,1 JPT/100ml < 9 µg/Nm3 < 140 µg/Nm3 < 1 µg/Nm3 < 45 µg/Nm3 < 13 µg/Nm3
B. Perjanjian Kinerja Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja. Sasaran strategis BLH Kabupaten Bantul disesuaikan dengan permasalahan utama (strategic issued) terkait lingkungan hidup yang tengah dihadapi di Kabupaten Bantul. Permasalahan lingkungan hidup sangat kompleks dan berbasis keilmuanteknik (engineering basis). Ukuran dari kondisi atau status lingkungan hidup diperoleh melalui proses laboratorium ataupun sarana berbasis tekonologi Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
7
lainnya, misalnya citra satelit. Hal inilah yang terjadi pada indikator kinerja yang tercantum pada RENSTRA BLH Kabupaten Bantul Tahun 2011-2015. Indikator kerja yang berupa konsentrasi maksimal dari parameter kimia dan biologi bukanlah hal yang mudah dipahami. Pemahaman dari hasil pengukuran parameter kimia dan mikrobiologi dari bahan pencemar udara dan air serta besaran konsentrasinya memerlukan latar belakang teknis yang memadai sehingga sedikit menyulitkan bagi masyarakat awam. Ukuran atau indikator ini sangat berbeda dengan keilmuan ekonomi dan sosial yang relatif lebih mudah dipahami. Selain itu, indikator lingkungan hidup diukur secara parsial, yaitu berdasarkan masing-masing parameter bahan pencemar sehingga mengalami kesulitan untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili kondisi kualitas udara maupun air secara utuh dan menyeluruh. Disisi lain sangat dibutuhkan penilaian kondisi lingkungan hidup (dalam hal ini kualitas air dan kualitas air sungai) di suatu wilayah pada periode tertentu bertambah baik atau sebaliknya. Oleh karenanya dibutuhkan suatu ukuran yang dapat menyederhanakan kompleksitas dan dapat merangkum ukuran-ukuran parsial. Salah satu cara yang umumnya digunakan adalah menggunakan indeks. Indeks kualitas air dan indeks kualitas udara pada dasarnya memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu mendukung pembuatan kebijakan atau pengambilan keputusan; serta mempermudah komunikasi dengan publik. Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu dalam menentukan skala prioritas baik dipandang dari sisi isu atau tema maupun lokus untuk dilakukannya aksi. Prioritas tersebut disesuaikan dengan derajat permasalahannya yang diindikasikan angka indeks. Selain itu, indeks yang cukup komprehensif dengan parameter yang memadai akan memiliki aspek ketelusuran sehingga dapat membantu mengidentifikasikan sumber permasalahan. Misalnya dalam hal indeks yang mewakili kualitas air dapat ditelusuri hingga sumber pencemarnya dapat diidentifikasi. Indeks kualitas air dan indeks kualitas udara juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan. Melalui indeks, Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
8
semua pihak memiliki ukuran yang sama sehingga dapat dilihat tingkat pencapaian baik untuk kecenderungan berhasil atau sebaliknya. Dengan begitu, indeks dapat menjadi alat penggerak bagi keterlibatan publik. Adapun perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul adalah sebagaimana tercantum pada Tabel 2. Tabel 2. Perencanaan Kinerja sesuai Perjanjian Kinerja 2015 No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja 1 Peningkatan Kualitas Air Indeks Kualitas Air 2 Peningkatan Kualitas Udara Ambien Indeks Kualitas Udara 3 Peningkatan Kualitas Tanah/Lahan Persentase Status Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa
Target 26 48 100%
Perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul tahun 2015 telah mencakup indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat). Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani aspekaspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup. Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Isu hijau dalam perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul tahun 2015 diakomodir dalam indikator kinerja “Persentase Status Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa”, sedangkan isu coklat diakomodir dalam indikator kinerja “Indeks Kualitas Air” dan “Indeks Kualitas Udara.” 1. Indeks Kualitas Air Berdasarkan perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul Tahun 2015, terlihat bahwa pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak ukur kinerja BLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas air, yaitu terjadinya pencemaran air sungai. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution Index – PI).
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
9
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukkan yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan Peraturan Gubenur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1) Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai satu sampel; 2) Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD, COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform; 3) Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk) jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 – 100 (terburuk – terbaik). Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa air sungai tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini mutu air kelas II. Adapun rumus perhitungan indeks pencemaran (PIj) dilakukan sebagaimana tercantum pada Rumus 1.
...............................................Rumus 1 Keterangan: (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij ((Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut: 1) Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0 2) Tercemar ringan jika 1,0 < PIj ≤ 5,0 3) Tercemar sedang jika 5,0 PIj ≤ 10,0 4) Tercemar berat jika PIj > 10,0.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
10
Selanjutnya, dilakukan perhitungan Prosentase pemenuhan mutu air (P) dengan menggunakan Rumus 2. ...........................Rumus 2 Keterangan: a = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Memenuhi”. b = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Ringan”. c = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Sedang”. d = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu air. Langkah selanjutnya adalah menghitung Nilai Indeks per mutu Air (I) dengan menggunakan Rumus 3. ...............................Rumus 3 Keterangan: Bobot Nilai Indeks sudah ditentukan untuk masing-masing status mutu air yaitu 70 untuk “Memenuhi”, 50 untuk “Cemar Ringan”, 30 untuk “Cemar Sedang” dan 10 untuk “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu sehingga didapat nilai indeks per mutu Air. Langkah
terakhir
adalah
menghitung
Indeks
Kualitas
Air
dengan
menggunakan Rumus 4. IKA = Ii + Ij + Ik + Im...................................................................................Rumus 4 Keterangan: IKA = Indeks Kualitas Udara Ii = Nilai Indeks untuk status mutu “Memenuhi” Ij = Nilai Indeks untuk status mutu “ Cemar Ringan” Ik = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Sedang” Im = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Berat” Pada tahun 2015 pemantauan kualitas air sungai dilakukan di 5 sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu Winongo, Opak, Bedog, Code dan Gajahwong. Pemantauan dilakukan dua kali setahun pada musim kemarau dan musim penghujan pada 3 lokasi sampling (mewakili hulu, tengah dan hilir sungai) untuk masing-masing sungai sehingga ada 30 sampel (data) kualitas air sungai.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
11
Gambar 3. Peta lokasi pengambilan sampel air sungai
Gambar 4. Foto pengambilan sampel air sungai 2. Indeks kualitas udara Pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak ukur kinerja BLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas udara ambien, yaitu terjadinya pencemaran udara. Perhitungan indeks untuk indikator kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks Pencemar Udara. Langkah-langkah perhitungan Indeks Kualitas Udara relatif lebih singkat daripada perhitungan Indeks Kualitas Air. Begitu pula parameter yang digunakan Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
12
dalam penghitungan Indeks Kualitas Udara lebih sedikit dibanding parameter yang diguankan dalam penghitungan Indeks Kualitas Air. Parameter yang digunakan sebagai dasar penghitungan Indeks Kualitas Udara hanyalah 2 parameter yaitu SO 2 dan NO2. Adapun penghitungan indeks kualitas udara diawali dengan terlebih dahulu menghitung Indeks Udara Model EU (Ieu) dengan menggunakan Rumus 5.
...............................................................................Rumus 5 Keterangan : p1 = nilai rata-rata konsentrasi SO2 dari seluruh titik pantau p2 = nilai rata-rata konsentrasi NO2 dari seluruh titik pantau Ieu adalah Indeks Udara Model EU (Ieu) yang digunakan dalam Program European Union melalui European Regional Development Fund pada Regional Initiative Project, yaitu “Common Information to European Air”. Indeks ini dikalkulasi untuk rata-rata per-jam, harian dan tahunan. Nilai referensi EU untuk parameter NO2 adalah 40 µg/m3 rata-rata pertahun dan SO2 adalah 20 µg/m3 rata-rata pertahun. Selanjutnya, dilakukan penghitungan Indeks Kualitas Udara dengan melakukan normalisasi terhadap nilai Indeks Udara Model EU (Ieu) menggunakan Rumus 6. IKU = 100-((50/0,9) x(Ieu-0,1)).............................................................Rumus 6 Keterangan: IKU = Indeks Kualitas Udara Ieu = Indeks Udara Model EU (Ieu) Pemantauan
kualitas air udara ambien dilakukan di lokasi-lokasi yang
mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalu lintas kendaraan bermotor yaitu di perempatan Klodran, perempatan Madukismo, perempatan Jejeran, perempatan Ketandan, depan Brimob, dan pertigaan Pasar Piyungan. Pada tahun 2015 BLH Kabupaten Bantul melakukan dua kali pemantauan dalam setahun pada 6 titik pantau tersebut, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
13
Gambar 5. Peta Pengambilan Sampel Udara 3. Persentase Status Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Pencapaian target Persentase Status Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa digunakan sebagai tolak ukur kinerja BLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas tanah/lahan, yaitu terjadinya kerusakan tanha/lahan akibat digunakan sebagai lahan produksi biomassa. Penentuan status kerusakan lahan untuk produksi biomassa dilakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 150 tahun 2000, tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalan penentuan status kerusakan lahan untuk produksi biomassa adalah meliputi: 1. Penyusunan Peta Kondisi Awal Tanah Proses penyusunan Peta Kondisi Awal ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu (a) penyaringan areal kerja efektif, (b) skoring potensi kerusakan lahan pad petapeta tematik, (c) overlay beberapa peta tematik yang diperlukan, dan (d) penentuan potensi kerusakan tanah.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
14
2. Verifikasi Lapangan Verifikasi merupakan kegiatan pengamatan di lapangan dan/atau di laboratorium dengan tujuan untuk menganalisis sifat dasar tanah yang mengacu pada kriteria baku kerusakan tanah sebagaimana yang tercantum dalam Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 150 Tahun 2000 tentang Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa. 3. Penetapan Status Kerusakan Tanah Untuk Produksi Biomassa Penetapan status kerusakan tanah dilakukan melalui dua tahapan evaluasi yaitu matching (membandingkan antara data parameter-parameter kerusakan tanah yang terukur dengan dengan kriteria baku kerusakan tanah) dan skoring. Penentuan status kerusakan tanah berdasarkan hasil penjumlahan nilai skor. Berdasarkan status kerusakannya, tanah dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu tidak rusak (N), rusak ringan (R.I), rusak sedang (R.II), rusak berat (R.III) dan rusak berat (R.IV).
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
15
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja 1. Pencapaian target indikator kinerja sesuai Renstra 2011-2015 Secara umum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah melaksanakan tugas dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam RENSTRA 2011 – 2015. Pengukuran target kinerja dari sasaran
strategis
yang
telah
ditetapkan
akan
dilakukan
dengan
membandingkan antara target kinerja dengan capaian kinerja. Capaian Indikator Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul pada tahun 2015 disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Capaian Indikator Kinerja BLH Kabupaten Bantul Tahun 2015 Sasaran No. Indikator Kinerja Target Capaian Strategis 1 Peningkatan BOD (mg/l) < 85 10,71 Kualitas Air COD (mg/l) < 40 22,69 6 Bakteri Coli < 1,1 x 10 1,75 x 105 (JPT/100ml) 2 Peningkatan Konsentrasi CO < 9 x 103 1,2 x 103 kualitas udara (µg/Nm3) ambien Konsentrasi HC < 140 55,27 3 (µg/Nm ) Pb (µg/Nm3) <1 0,63 3 NOx (µg/Nm ) < 45 11,21 Partikulat PM.10 < 13 5,74 3 (µg/Nm ) Sumber: SLHD Kab. Bantul 2015
% Capaian 100 100 100 100 100 100 100 100
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 8 indikator kinerja BLH Kabupaten Bantul, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator telah mencapai realisasi 100%. Semua parameter, baik air maupun udara, berhasil dikontrol sehingga berada jauh di bawah ambang batas yang telah ditetapkan dalam RENSTRA 2011 – 2015. Akan tetapi, pencapaian target kinerja tahun 2015 pada sasaran strategis peningkatan kualitas air di BLH Kabupaten Bantul masih lebih rendah
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
16
jika dibandingkan dengan pencapaian Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2015, sebagaimana terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Kualitas Air Kabupaten Bantul dibanding DIY dan Nasional Capaian No. Parameter Bantul (2015) DIY (2014) Nasional (2014) 1. BOD (mg/l) 10,71 10,28 6,69 2. COD (mg/l) 22,69 21,55 25,59 5 3. Bakteri Coli (JPT/100ml) 1,75 x 10 110.191,67 269.486,34 Sumber: SLHD Kab. Bantul 2015; Statistik KLHK 2014 Begitu pula jika dibandingkan dengan pencapaian secara nasional. Konsentrasi BOD di sungai yang berada di wilayah Kabupaten Bantul masih jauh lebih besar dibanding konsentrasi BOD rata-rata nasional. Sebaliknya, konsentrasi COD dan Bakteri Coli di sungai yang berada di wilayah Kabupaten Bantul telah berhasil mencapai angka yang lebih kecil dibanding rata-rata nasional. Hal ini berarti bahwa secara umum, kualitas air sungai di wilayah Kabupaten Bantul relatif lebih buruk jika dibandingkan kualitas air sungai di seluruh wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta namun masih relatif lebih baik jika dibandingkan dengan kualitas air sungai di seluruh wilayah Indonesia. Sementara itu, tidak tersedia data pembanding untuk kualitas udara Kabupaten Bantul dengan DIY maupaun Nasional. Data yang ada hanyalah konsentrasi NO2 di wilayah DIY pada tahun 2014 yaitu sebesar 10,38 µg/Nm3. Jika dibandingkan dengan konsentrasi NO2 di wilayah DIY pada tahun 2014, konsentrasi NO2 di wilayah Kabupaten Bantul pada tahun 2015 masih sedikit lebih tinggi, yaitu sebesar 11,21 µg/Nm3. Dengan kata lain, kualitas udara (berdasarkan konsentrasi NO2) di wilayah Kabupaten Bantul pada tahun 2015 relatif lebih buruk dibanding kualitas udara di wilayah DIY pada tahun 2014. 2. Pencapaian target indikator kinerja sesuai Perjanjian Kinerja 2015 Selain berdasarkan indikator kinerja yang ditetapkan dalam RENSTRA 2011 – 2015, BLH Kabupaten Bantul juga mengukur capaian kinerjanya berdasarkan Perjanjian Kinerja 2015. Hasil pencapaian kinerja BLH Kabupaten Bantul disajikan pada Tabel 5. Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
17
Tabel 5. Pencapaian Kinerja Eselon II Sasaran No. Indikator Kinerja Strategis 1 Peningkatan Indeks Kualitas Kualitas Air Air 2 Peningkatan Indeks Kualitas Kualitas Udara Udara Ambien 3 Peningkatan Persentase Status Kualitas Tanah Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa Rata-rata % capaian
Target
Capaian
% Capaian
26
30,69
118
48
46,47
97
100
100
100
105
Berdasarkan Perjanjian Kinerja 2015 Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 3 indikator kinerja BLH Kabupaten Bantul pada Perjanjian Kinerja 2015 , dapat disimpulkan bahwa 2 indikator kinerja telah mencapai target yang ditetapkan dan 1 indikator belum berhasil mencapai target. Namun jika dirata-rata, capaian kinerja BLH kabupaten Bantul pada tahun 2015 realisasinya lebih dari 100%. Indeks kualitas udara di Kabupaten Bantul pada tahun 2015 tidak mencapai target yang ditetapkan, bahkan mengalami penurunan dibanding tahun 2014. Hal ini antara lain disebabkan adanya penambahan volume kendaraan bermotor. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian bahan bakar, dan hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas beracun di udara terutama CO, HC, SO 2. Laju penambahan ruang terbuka hijau (RTH) yang bermanfaat sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) dan pembersih udara yang efektif di Kabupaten Bantul belum dapat mengimbangi laju penambahan volume kendaraan sehingga kualitas udara di Kabupaten Bantul justru semakin menurun. Terlebih lagi RTH Kabupaten Bantul sebesar 3,38% masih sangat jauh dari luas RTH ideal yaitu sebesar 30% (Bappeda Kab. Bantul, 2015). Akan tetapi jika dibandingkan dengan kualitas udara di wilayah DIY, kualitas udara Kabupaten Bantul masih relatif lebih baik. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
18
Tabel 6. Indeks Kualitas Udara dan Air Kabupaten di DIY No. Kab./Kota Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Air
1
Kota Yogyakarta*
77,80
50,00
2
Gunungkidul*
31,29
68,00
3
Kulonprogo*
41,52
50,00
4
Sleman*
38,74
41,00
5
Bantul*
72,44
16,67
6
Bantul**
46,47
30,69
Sumber: P3EJ (2015), BLH Kab. Bantul (2015) Ket: *data 2014; **data 2015 Sementara itu, indeks kualitas air telah mencapai target ditetapkan dengan pencapaian sebesar 118%. Walaupun nilai pencapaian kualitas air sungai ini terhitung tinggi, namun sebenarnya kualitas air sungai di Kabupaten Bantul adalah paling buruk jika dibanding kualitas air sungai di kabupatenkabupaten lain di wilayah DIY. Hal ini merupakan hal yang wajar mengingat letak Kabupaten Bantul yang berada di bagian hilir DIY. Indikator Kinerja BLH Kabupaten Bantul ke-3 pada Perjanjian Kinerja 2015 yaitu Persentase Status Kerusakan Lahan untuk Produksi Biomassa telah mencapai target 100%. Indikator kinerja ini juga sekaligus merupakan salah saru Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang lingkungan. Berdasarkan hasil analisa, lahan untuk produksi biomassa di Kabupaten Bantul seluas 37.111,07 Ha seluruhnya berstatus ”Rusak Ringan” dengan nilai Akumulasi Skor Kerusakan Tanah 5,5 (BLH Kab. Bantul, 2015). Parameter pembatas kerusakan tanah terbanyak adalah porositas total dan redoks. Rekomendasi
pengolahan
yang
dapat
dilakukan
dengan
mempertimbangkan parameter sifat tanah yang mengalami kerusakan yaitu: porositas yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dapat diseimbangkan pada komposisi ideal dengan penambahan bahan organik sedangkan untuk suasana
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
19
redoks yang rendah dapat ditingkatkan dengan drainase dan pengolahan tanah (BLH Kab. Bantul, 2015). Pencapaian kinerja BLH Kabupaten Bantul pada tahun 2015 ini didukung dengan pencapaian kinerja pada tingkat Eselon III yang dinilai dari pencapaian 6 indikator kinerja program. Adapun capaian indikator kinerja program Eselon III di BLH Kabupaten Bantul disajikan pada Tabel 7. Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 6 indikator kinerja program Eselon III di BLH Kabupaten Bantul, dapat disimpulkan bahwa seluruh indikator telah mencapai realisasi 100%. Tabel 7. Pencapaian Kinerja Eselon III No.
Sasaran Program
1
Penurunan beban pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Meningkatkan kepatuhan semua pihak dalam menjaga kualitas lingkungan hidup Terjaganya kualitas sumber daya alam dan keanekaragaman hayati
2
3
4
5
6
Peningkatan pengelolaan sumber daya alam Peningkatan peran aktif masyarakat dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Meningkatkan kepatuhan semua pihak dalam menjaga kualitas fungsi lingkungan hidup
Indikator Kinerja Program Pemantauan kualitas air sungai Pemantauan kualitas udara ambien Meningkatnya peringkat kinerja perusahaan Inventarisasi kegiatan pertambangan ilegal Inventarisasi lahan yang rusak akibat produksi biomassa Ratio RTH Meningkatnya jumlah desa yang mengelola sampah dengan prinsip 3R
Target
Capaian
5 sungai
5 sungai
6 titik
6 titik
3 perusahaan
3 perusahaan
17 kecamatan
17 kecamatan
17 kecamatan
17 kecamatan
0.277%
3.38%
5 desa
5 desa
Meningkatnya hasil penilaian P1
73
Persentase jumlah pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup yang ditindaklanjuti
100%
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
100%
20
3. Capaian Kinerja Lainnya a) Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Berdasarkan Surat Inspektorat Kabupaten Bantul No. 061/539 tentang Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul mendapat nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) sebesar 72,99. Adapun perinciannya disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Rincian Nilai Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP) Komponen yang dinilai Nilai a. Perencanaan Kinerja 1. Dokumen RENSTRA 10,68 2. Dokumen Perencanaan Kinerja Tahunan 9,00 3. Dokumen Penetapan Kinerja 13,50 b. Pengukuran Kinerja 1. Pemenuhan Pengukuran 3,75 2. Kualitas Pengukuran 10,50 3. Implementasi Pengukuran 7,50 c. Pelaporan Kinerja 1. Pemenuhan Pelaporan 4,50 2. Penyajian Informasi Kinerja 7,56 3. Pemanfaatan Informasi Kinerja 6,00 Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja 72,99 b) Nilai Evaluasi Kinerja Berdasarkan Surat Bupati Bantul No. 061/00322 tanggal 27 Januari 2016 tentang Hasil Evaluasi atas Kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2015, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul mendapat nilai 77,06, atau dengan kategori BB. Adapun perinciannya disajikan pada Tabel 9. Tabel 9. Rincian hasil evaluasi kinerja BLH Kabupaten Bantul Komponen yang dinilai Bobot Nilai rata-rata seluruh SKPD a. Perencanaan 25 21,21 b. Pelaksanaan 25 17,54 c. Pelaporan 15 10,87 d. Capaian Kinerja 25 20,78 e. Evaluasi 10 7,47 Nilai Hasil Evaluasi 100 77,87 Kategori BB Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
Nilai 25 18,43 10,63 15 8 77,06 BB 21
Nilai Hasil BLH Kabupaten Bantul masih berada dibawah rata-rata seluruh SKPD, namun demikian umum kinerja BLH disimpulkan sebagai “Sangat Baik”. c) Capaian Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Lingkungan Hidup Berdasarkan
hasil
pemantauan
terhadap
usaha/kegiatan,
pemantauan kerusakan lahan dan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup tahun 2015, realisasi pencapaian SPM bidang Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul tercantum pada Tabel 10. Tabel 10. Target Pencapaian SPM TA 2015 dan Realisasinya No Jenis Pelayanan Target Target Nasional Daerah 1 Pencegahan Pencemaran Air 100% 100% 2 Pencegahan pencemaran 100% 100% udara sumber tidak bergerak 3 Penyediaan informasi status 100% 100% kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa 4 Tindak lanjut pengaduan 90% 100% masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup
Realisasi 100 % 100% 100%
100%
Tabel 10 menunjukkan bahwa semua jenis pelayanan dapat mencapai target yang ditetapkan, baik target nasional maupun target daerah, Perusahaan-perusahaan yang dipantau pada tahun 2015 berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2015 pemantauan dilakukan pada 9 perusahaan, yaitu 4 perusahaan pada SPM Pencegahan Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak dan 5 usaha pada SPM Pencegahan Pencemaran Air. Pada SPM Pencegahan Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak, usaha yang dipantau adalah usaha/ industri yang memiliki cerobong. Sedangkan pada SPM Pencegahan Pencemaran Air pemantauan dilakukan Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
22
secara Purposive Sampling. Hal ini dilakukan agar setiap bidang usaha/kegiatan yang ada di Kabupaten Bantul dapat terwakili, yaitu rumah sakit, pemukiman, industri, hotel, dan rumah makan. Pelayanan penyediaan informasi status kerusakan lahan dan/atau tanah untuk produksi biomassa juga mencapai target 100%. Adapun untuk jenis pelayanan tindak lanjut pengaduan masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan, dari 14 pengaduan dapat diselesaikan seluruhnya, atau realisasi 100%. Pencapaian ini melampaui target nasional yang sebesar 90%. B. Realisasi Anggaran Upaya mewujudkan kinerja BLH sesuai dengan dokumen Perjanjian Kinerja didukung dengan tersedianya anggaran. BLH Kabupaten Bantul pada tahun anggaran 2015 memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang Lingkungan Hidup dengan rencana dan realisasi anggaran sebagaimana disajikan pada Tabel 11. Tabel 11. Realisasi Anggaran Program yang digunakan untuk mewujudkan Kinerja BLH Kabupaten Bantul Anggaran No. Sasaran Program Realisasi Target (Rp.) Realisasi (Rp.) (%) 1 Pengembangan kinerja 1.224.082.638 1.200.259.080 98,05 pengelolaan persampahan 2 Pengendalian pencemaran dan 1.634.753.200 1.590.203.063 97,27 perusakan lingkungan hidup 3 Perlindungan dan konservasi 758.045.000 745.190.500 98,30 sumber daya alam 4 Peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan 239.240.000 225.509.805 94,26 lingkungan hidup 5 Peningkatan pengendalian polusi 160.745.000 159.994.760 99,53 6 Pengelolaan ruang terbuka hijau 298.300.000 296.018.000 99,23 Efisiensi anggaran program yang mendukung capaian kinerja BLH Kabupaten Bantul pada tahun 2015 sebesar 9,50%, dari total anggaran yang dialokasikan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melaksanakan akuntabilitas Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
23
kinerja telah terjadi efisiensi, yaitu tercapainya target yang telah ditentukan akan tetapi terdapat penghematan anggaran. Efisiensi anggaran yang dicapai BLH Kabupaten Bantul dalam mencapai target kinerja pada tahun 2015 disajikan pada Tabel 12. Jika dilihat dari efisiensi anggaran per program, efisiensi anggaran terbesar terjadi pada program Peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup yaitu sebesar 1,95%, sedangkan efisiensi terkecil terjadi pada program Peningkatan pengendalian polusi yang merupakan salah satu program pendukung dalam pencapaian indikator kinerja “Indeks Kualitas Air”. Tabel 12. Efisiensi Anggaran Indikator Kinerja Utama BLH Kabupaten Bantul Tahun 2015 No
Program
1
Pengembangan kinerja pengelolaan persampahan Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup Perlindungan dan konservasi sumber daya alam Peningkatan kualitas dan akses informasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup Peningkatan pengendalian polusi Pengelolaan ruang terbuka hijau
2
3 4
5 6
Anggaran (Rp.)
Realisasi (Rp.)
Realisasi (%)
Efisiensi (Rp.)
Efisiensi (%)
1.224.082.638
1.200.259.080
98,05
23.823.558
1,95
1.634.753.200
1.590.203.063
97,27
44.550.137
2,73
758.045.000
745.190.500
98,30
12.854.500
1,70
239.240.000
225.509.805
94,26
13.730.195
5,74
160.745.000
159.994.760
99,53
750.240
0,47
298.300.000
296.018.000
99,23
2.282.000
0,77
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
24
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Capaian kinerja berdasarkan 8 indikator kinerja BLH Kabupaten Bantul sesuai RENSTRA 2011-2015 telah mencapai realisasi 100%. 2. Capaian kinerja berdasarkan 3 indikator kinerja BLH Kabupaten Bantul sesuai Perjanjian Kinerja 2015 telah mencapai realisasi rata-rata 105%. Namun dari 3 indikator kinerja yang ditetapkan baru 2 indikator yang telah mencapai target, sedangkan 1 indikator lainnya belum berhasil. B. SARAN 1. Perlu perhatian dan komitmen yang lebih besar terhadap kualitas air sungai karena indikator indeks kualitas air sungai pada tahun 2015 belum dapat mencapai target. 2. Perlu mempertahankan dan meningkatkan kinerja secara berkelanjutan, dari tahun ke tahun dengan menerapkan budaya kinerja yang baik.
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
25
LAMPIRAN
Laporan Kinerja (LKj) Badan Lingkungan Hidup Kab. Bantul TA 2015
26
Rencana Stategis Badan Lingkungan Hidup Periode 2011-2015 review Visi
Misi
Terwujudnya lingkungan hidup di Kabupaten Bantul yang bersih, sehat, sejuk dan lestari untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat 1. Mewujudkan aparatur yang bverkualitas di dukung oleh sarana dan prasarana yang memadai untuk peningkatan pelayanan masyarakat. 2. Mewujudkan pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, meningkatkan konservasi serta pelestarian keanekaragaman hayati. 3. Meningkatkan kerjasama dengan semua pihak dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Kebijakan
1. Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendayagunaan pegawai, optimalisasi anggaran serta sarana prasarana yang dimiliki
Kebijakan
2. Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar dan bimbingan teknis bidang lingkungan hidup 3. Peninglkatan pemantauan kualitas lingkungan 4. Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R 5. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap peaku usaha/kegiatan 6. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan 7. Penguatan akses masyarakat terhadap informasi lingkungan hidup
Rencana Strategis No
Tujuan
1
Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapabilitas/kemampuan aparatur serta sarana dan prasarana yang memadai.
2
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Sasaran Strategis
Peningkatan kualitas air
Indikator Kinerja
BOD COD Bakteri Coli Indeks kualitas air
Satuan
mg/l mg/l JPT/100 ml indeks
2011 2012
0 0 0 0
Target Per Tahun 2013 2014
2015
0 9,5 9 8,5 0 50 45 40 0 1.300.000 1.200.000 1.100.000 0 0 0 26
2
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup.
Peningkatan kualitas udara ambien
3
Mengupayakan terwujudnya konservasi dan Peningkatan kualitas tanah pelestarian sumberdaya alam melalui peran serta masyarakat dan seluruh stakeholder.
4
Memantapkan koordinasi dengan semua pihak dalam upaya peningkatan pengetahuan, kesadaran dan pengembangan data/informasi di bidang lingkungan hidup.
Konsentrasi CO Konsentrasi HC NOx Pb Partikulat PM 10 Indeks kualitas udara Penetapan status kerusakan lahan un tuk produksi biomassa
ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 indeks persen
0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 0 0
11 140 60 2 150 0 0
10 140 50 2 140 0 0
9 140 45 2 130 48 100
Rencana Kinerja Tahunan Badan Lingkungan Hidup Periode 2011-2015 review Tahun 2015 No 1
Sasaran Strategis Peningkatan kualitas air
2
Peningkatan kualitas udara ambien
3
Peningkatan kualitas tanah
BOD COD Bakteri Coli Indeks kualitas air Konsentrasi CO Konsentrasi HC NOx Pb Partikulat PM 10 Indeks kualitas udara
Indikator Kinerja
Penetapan status kerusakan lahan untuk produksi biomassa
Satuan mg/l mg/l JPT/100 ml indeks ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 indeks persen
Target
8,5 40 1.100.000 26 9 140 45 2 130 48 100
Rencana Kinerja Tahunan Badan Lingkungan Hidup Periode 2011-2015 review Tahun 2015 No 1
2
Sasaran Strategis Peningkatan kualitas air
Peningkatan kualitas udara ambien
Indikator Kinerja 1. BOD 2. COD 3. Bakteri Coli 4. Konsentrasi CO 5. Konsentrasi HC 6. NOx 7. Pb 8. Partikulat PM 10
Satuan mg/l mg/l JPT/100 ml ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3 ug/Nm3
Target
8,5 40 1.100.000 9 140 45 2 130
Indikator Kinerja Utama Badan Lingkungan Hidup Periode 2011-2015 review No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
COD
Keterangan merupakan salah satu kualitas air yang menunjukan oksigen untuk aktifitas bakteri. target tahun 2014 lebih kecil dari 8,5 mg/l merupakan salah satu parameter kualitas lingkungan yang menunjukkan kebutuhan oksigen untuk aktivitas kimia. Target Tahun 2014 harus < 45 mg/l
Bakteri Coli Indeks kualitas air
Bakteri Coli merupakan salah satu parameter kualitas air; semakin tinggi jumlah bakteri coli berarti semakin rendah kualitas air tersebut. Target tahun 2014 bakteri coli harus < 1.200.000 JPT/100 ml Merupakan hasil uji laboratorium kualitas air sungai
Konsentrasi CO
Merupakan salah satu parameter kualitas udara yang menunjukkan jumlah karbon monoksida yang ada di udara. Semakin besar konsentrasi CO berarti semakin rendah kualitas udara tersebut. Target tahun 2014 konsentrasi CO harus < 10.000 ug/Nm3
Konsentrasi HC
Merupakan salah satu parameter kualitas udara yang menunjukkan konsentrasi hidrokarbon yang ada di udara . Semakin tinggi konsentrasi HC di udara, semakin rendah kualitas udara tersebut. Target Tahun 2014 konsentrasi HC harus < 140 ug/Nm3
BOD
1 Peningkatan kualitas air
Pb
Merupakan salah satu parameter kualitas udara yang menunjukkan konsentrasi senyawa oksida nitrogen di udara. Semakin tinggi konsentrasi NOx di udara, semakin rendah kualitas udara tersebut. Target Tahun 2014 konsentrasi NOx harus < 50 ug/Nm3 Merupakan salah satu parameter kualitas udara yang menunjukkan konsentrasi timbal di udara. Semakin tinggi konsentrasi Pb berarti semakin rendah kualitas udara tersebut. Target konsentrasi Pb tahun 2014 harus < 2 ug/Nm3
Partikulat PM 10
Merupakan salah satu parameter kualitas udara yang menunjukkan jumlah benda-benda partikulat yang ukurannya kurang dari 10 mikron. Semakin tinggi konsentrasi PM 10. semakin rendah kualitas udara tersebut. Target tahun 2014 konsentrasi PM 10 harus < 150 ug/Nm3
NOx
2 Peningkatan kualitas udara ambien
Indeks kualitas udara
3 Peningkatan kualitas tanah
Penetapan status kerusakan lahan un tuk produksi biomassa
Merupakan kualitas udara dari hasil uji laboratorium udara ambient Merupakan prosentase luasan produksi biomassa yang telah ditetapkan status kerusakannya
Laporan Capaian Anggaran Pendukung Sasaran Badan Lingkungan Hidup Periode 2011-2015 review Tahun Anggaran 2015 No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Satuan Target
Program
Anggaran
Kegiatan
Rp
Anggaran
Triwulan 1
%
Rp
Triwulan 2
%
Rp
Triwulan 3
%
Rp
Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi 1
2
Peningkatan kualitas air
BOD
Peningkatan kualitas udara ambien Konsentrasi CO
mg/l
8,5
ug/Nm3 9
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
3
Peningkatan kualitas tanah
Keterangan Warna Warn a Prosentase 0 s/d 50 50.1 s/d 65 65.1 s/d 75 75.1 s/d 90 90.1 lebih (sumber : Permendagri 54 / 2010)
Keterangan Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
ug/Nm3 2
Target Realisasi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 153.225.000 152.784.650
43,38
43,25
Koordinasi pengelolaan prokasih / 43.670.000 superkasih 414.475.000 Koordinasi penilaian langit biru 75.875.000 Fasilitasi penyelesaian sengketa lingkungan 25.200.000 hidup Pemantauan kualitas lingkungan 251.150.000 Pengawasan penaatan hukum lingkungan 23.795.000 hidup Peningkatan peringkat kinerja perusahaan / 19.100.000 proper Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang 19.355.000 lingkungan hidup 160.745.000 Pembangunan tempat pembuangan benda 160.745.000 padat/cair yang menimbulkan polusi
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
63.670.000
42.740.445
145,8
97,87
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
69.952.000 19.720.000
69.634.950 19.709.150
92,19 78,25
91,78 78,21
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 0
0 251.150.000 250.964.890 0 23.795.000 23.795.000
100 100
99,93 100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
16.400.000
16.149.000
85,86
84,55
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
19.355.000
19.354.910
100
100
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 160.745.000 159.994.760
100
99,53
Pengelolaan ruang tterbuka hijau
295.300.000 Pembangunan taman
295.300.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0 298.300.000 296.018.000 101,02
100,24
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
51.955.000
51.955.000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
Peningkatan pengendalian polusi
Pb
Realisasi
%
353.225.000
Pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup
396.895.000 Pengembangan produksi ramah lingkungan
Target
Triwulan 4
Penyusunan kebijakan dan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup
51.955.000
51.944.000
100
99,98