LAPORAN HASIL PENELITIAN DOSEN MUDA
PENGARUH STRESS DAY TERHADAP PRODUKSI PADI
OLEH Drs. Ahmad Farhan, M. Si Yopi Ilhamsyah, M. Si
Dibiayai Oleh Universitas Syiah Kuala, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan dalam Rangka Pelaksanaan Penelitian Dosen Muda Tahun Anggaran 2015 Nomor 624/UN11/S/LK-PNBP/2015 Tanggal 02 Juli 2015
PENDIDIKAN MIPA PRODI FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA NOPEMBER 2015
HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN AKHIR
1. Judul Penelitian
: PENGARUH STRESS PRODUKSI PADI
DAY
TERHADAP
2. Bidang Ilmu Penelitian : MIPA 3. Ketua Peneliti : a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. NIP d. Pangkat/Golongan e. Jabatan Fungsional f. Jurusan/Fakultas
: Drs. Ahmad Farhan, M. Si : Laki-kali : 196606031991031003 : Penata Tk.I/III.d : Lektor : MIPA Fisika/Keguruan dan Ilmu Pendidkan
4. Jumlah Tim Peneliti
: 2 orang
5. Lokasi Penelitian
: DI Krueng Jreu Aceh Besar
6. Waktu penelitian
: 1 Tahun
7. Biaya
: Rp15.000.000,-
Banda Aceh, 27 Nopember 2015 Mengetahui Dekan FKIP Unsyiah,
Ketua Peneliti,
( Dr. Djufri, M. Si) NIP.196311111989031001
( Drs. Ahmad Farhan, M. Si) NIP. 196606031991031003 Menyetujui Ketua Lembaga Penelitian,
(Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin, M. S) NIP.196011141986031001
i
RINGKASAN Kata Kunci: Padi, Pergiliran air, Irigasi, Krueng Jreu, Aceh Besar Budidaya tanaman padi merupakan kegiatan stategis. Masa tanam MK dilakukan pada saat sumber daya air tersedia yang terbatas. Efisiensi pemanfaatan air masih rendah. Pendistribusian air irigasi tidak merata; kawasan hulu menggunakan air irigasi melebihi kebutuhan konsumtif tanaman, sedangkan kawasan hilir mengalami kekurangan air. Keadaan tersebut terjadi di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar, sehingga tanaman padi di kecamatan Darussalam (lokasi hilir DI Krueng Jreu) mengalami fuso. Kemerataan distribusi air irigasi dapat dicapai melalui sistem pengairan berselang. Waktu selang pemberian air harus ditentukan secara ilmiah dan spesifik lokasi. Berapa hari waktu selang pemberiaan air yang mampu meningkatkan produktivitas air irigasi di lokasi hilir DI krung Jreu ?, menjadi permasalahan kegiatan pengkajian ini. Tujuan penelitian memperoleh jumlah hari selang pengirigasian yang optimal dan berlaku spesifik di lokasi hilir DI Kreung Jreu pada tinjau laboratorium. Hasil penelitian ini menjadi masukan untuk merancang penelitian tingkat lapangan, dalam usaha menetapkan waktu optimal pergiliran air irigasi yang siap diapliksikan. Penelitiaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dilakukan pada fase vegetatif reproduksi dan pematangan susu. Hasil analisis data menggunakan ANOVA terhadap konsumsi air irigasi dan komponen agronomi tanaman diperoleh, perlakuan sampai 3 stres day tidak mengurangi konsumsi air irigasi dan meningkatkan produktivitas agronomi tanaman padi varietas IR-64. Jadi, disimpulkan bahwa selang pemberian air sampai 6 hari dapat meningkatkan produktifitas air. Disarankan untuk dilakukan penelitian serupa pada tingkat lapangan, sehingga diperoleh waktu selang air optimum.
ii
SUMMARY Keywords: Rice, water rotation, irrigation, Krueng Jreu, Aceh Besar Rice cultivation is a strategic activity. MK planting done when the available water resources are limited. The efficiency of water utilization is still low. Uneven distribution of irrigation water; upstream region using irrigation water exceeds the consumptive needs of the plant, while the downstream areas experiencing water shortages. That situation occurred in DI Krueng Jreu, Aceh Besar district, so that the rice crop in the district Darussalam (location downstream in Krueng Jreu) experienced Fuso. Equity of irrigation water distribution can be achieved through intermittent irrigation system. Time lapse provision of water must be determined scientifically and site-specific. How many days a irrigation hose that can enhance the productivity of irrigation water at downstream locations DI krung Jreu?, An issue this assessment activities. The research objective to obtain the number of days pengirigasian optimal hose and apply specific location downstream in Kreung Jreu to review the laboratory. This research is the input to design research field level, in an effort to establish the optimal time rotation irrigation water ready diapliksikan. Penelitiaan using a completely randomized design (CRD). The treatment is done on vegetative reproduction and maturation phase of the milk. The results of data analysis using ANOVA on the consumption of irrigation water and crop agronomy component is obtained, treatment up to 3 stressful day did not reduce irrigation water consumption and increase the productivity of crop agronomy IR-64 rice varieties. Thus, it was concluded that the water supply hose to 6 days can increase the productivity of water. It is advisable to do similar research at the field level, in order to obtain optimum time water hose.
iii
PRAKATA Tulisan ini merupakan hasil pengkajian yang dilakukan pada periode Juli – November 2014. Kegiatan dilakukan dalam rangka mendapatkan mendapatkan informasi pendahuluan untuk mengetahui jumlah hari pengyelangan irigasi yang tidak menurunkan produksi padi. Dengan demikian, akan diperoleh lmanya penyelangan air irigasi spesifik lokasi. Tinjauan dilakukan pada skala laoratorium, sehingga membutuhkan pengkajian adptasi pada tingkat lapang Terimakasih atas dukungan dana dari Universitas Syiah Kuala. Dan terimaksaih atas bantuan yg diberika oleh semua pihak. Harapan selanjutnya kegiatan ini dapat dilanjutkan sesuai dengan tahapan-tahapan yg telah direncanakan.
Darusslam, 29 Nopember 2015 Ketua Pelaksana Penelitian.
Drs. Ahmad Farhan, M. Si Nip. 196606031991031003
iv
DAFTAR ISI Halaman i ii iii iv v vi vii vii 1
HALAMAN PENGESAHAN RINGKASAN SUMMARY PRAKATA DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I. PENDAHULUAN BAB II. PERUMUSAN MASALAH BAB III. TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Botani padi 3.2 Kebutuhan Air pada Padi Budidaya Sawah dan Efisiensi Produksi 3.3 Stress Day BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 4. 1 Tujuan Penelitian 4. 2 Manfaat Penelitian BAB V. METODE PENELITIAN 5.1 Tempat dan Waktu Penelitian 5.2 Alat dan Bahan yang Digunakan 5.2.1 Alat yang digunakan 5.2.2 Bahan yang digunakan 5.3 Data 5.3.1 Data Lapangan 5. 4 Rancangan Percobaan 5. 5 Analisis data BAB VI. METODE PENELITIAN 6.1 Olah Tanah 6.2 Kebutuhan Air konsumtif Tanaman 6.3 Perkembangan Agronomi Tanaman BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan 7.2 Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
v
4 5 5 6 7 9 9 9 10 10 10 10 11 11 11 11 12 14 14 15 18 22 22 22 23
DAFTAR TABEL Tabel 6.1 Total konsumsi air oleh 18 tanaman percobaan pada fase vegetatif awal ........................................................................
16
Tabel 6.2 Hasil analisis ragam dari air konsumtif tanaman pada fase vegetatif awal ........................................................................
16
Tabel 6.3 Rata-rata jumlah anakan dan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pada umur 30 HST (akhir fase Vegetatif lambat) ........................................................................ 16 Tabel 6.4 Hasil analisis ragam dari jumlah anakan tanaman per rumpun pada akhir fase vegetatif awal ................................... 16
vi
DAFTAR GAMBAR Gambar 5.1. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian ..................................
5
Gambar 6.1. Tanaman padi umur 8 HST di dalam rumah plastik percobaan .........................................................
6
Gambar 6.2. Keadaan petak percobaan pada saat kondisi perlakuaan stress day pertama ...................................................................
10
Gambar 6.3. keadaan muka air tanah di bawah permukaan tanah ketika perlakuan stress day berlangsung .............................................
vii
11
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Instrumen Penelitian Lampiran 1. Instrumen Penelitian Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Peneliti Lampiran 3. Buku Catatan Harian Penelitian (BCHP) Lampiran 4. Prosiding Penelitian Lampiran 5. Rincian Dana Penelitian Lampiran 6. Jumlah air untuk pengirigasian (I) dan tinggi genangan (TG), pada masa olah tanah untuk perlakuan percobaan beberapa tingkat stes days padi sawah varetas IR-64 di kawasan hilir DI Krueng Jreu Aceh Besar Lampiran 7. Jumlah air untuk pengirigasian (I) dan tinggi genangan (TG), pada berbagai Perlakuan Stres Days di petak percobaan padi sawah varetas IR-64 Lampiran 8. Data Agronomi tanaman padi varietas IR-64 pengamatan pada 25 HST untuk berbagai perlakuan stres days di kawasan hilir DI Krueng Jreu Aceh Besar
BAB I PENDAHULUAN Budidaya tanaman padi merupakan sektor strategis dalam pembangunan nasional. Keberhasilan produksi mempengaruhi stabilitas ketahanan pangan. Secara ekonomi, sektor ini juga menyerap banyak tenaga kerja; Pertanian menyerap tenaga kerja terbesar.
Keadaan masyarakat tani yang merupakan
gambaran umum sosio-budaya. Jadi, stabilitas produksi padi berdampak pada stabilitas berbagai sektor kehidupan di Indonesia. Kondisi terkini di Indonesia, budidaya padi sawah, mendominasi sistem budidaya padi. Aktivitas ini merupakan pengguna air terbesar, melebihi 90 % dari total pemanfatan air (Budi dan Fagi, 2009). Peningkatan penggunaan air untuk sektor budidaya padi sawah terus meningkat, dengan meningkatnya intensifikasi dan perluasan lahan sawah. Pemanfaatan air dalam sistem budidaya padi sawah belum efisien; keterbatasan air dan meluasnya areal kekeringan meningkat. Kondisi tersebut merupakan gambaran umum yang menjadi masalah belum tepecahkan pada siklus musim kemarau. Masa tanam Musim Kemarau (MK); efisiensi pemanfaatan air yang rendah akan bermasalah terhadap stabilitas produksi padi dilahan sawah. Tata guna air sangat dibutuhkan pada periode tanam MK (Farhan, Praja dan Prasadja, 2001). Perbagai penelitian dilakukan untuk memperbaiki tata guna air pada sistem budidaya padi sawah dilahan beririgasi. Tata guna air pada masa tanam padi MK di lahan sawah beririgasi dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penyaluran air irigasi secara berkala (irigasi berselang). Penerapan sistem irigasi berselang akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi dan efisiensi produksivitas air (rasio total air yng digunakan dengan produksi gabah). Selain itu mampu meningkatkan luas tanam atau mempertahankan luas tanam MK dari resiko fuso dan bahkan membuka peluang tanam ke III (IP padi 300) (Farhan dan Kartaatmadja, 2001). Penerapan sistem irigasi berselang pada suatu lahan sawah irigasi, harus dikaji secara komperhensif multi aspek; sosial, budaya, agama dan teknologi yang melibatkan multi disiplin ilmu dan lembaga. Salah satu kajian penting dari aspek
1
2 tenologi budidaya tanaman adalah penentuan lamanya waktu selang penyaluran air. Selang penyaliran air irigasi harus memenuhi kriteria, tidak menurunkan efisiensi produktivitas air. Untuk tujuan tersebut, perlu dilakukan kajian spesifik lokasi dan aplikatif (Farhan, 2012). Metode penentuan lamanya selang irigasi yang mudah diaplikasi pada tingkat lapangan adalah berdasarkan variabel stress day; yaitu jumlah hari cekaman air yang dialami tanaman. Khusus untuk padi sawah, stress days dihitung berdasarkan hari tanpa genangan. Satu stress day dihitung 2 – 3 hari setelah sawah dalam keadaan macak-macak (Budi dan Fagi, 2009); tergantung dari spesifik kondisi fisik tanah. Daerah Irigasi (DI) Krung Jreu, terletak di kabupaten Aceh Besar. Luasan DI meliputi beberapa kecamatan mulai Indrapuri di lokasi hulu sampai kecamatan Darussalam di lokasi hilir. Sumber air irigasi disadap dari bendungan Krueng Jreu, sehingga ketersediaan air berfluktuasi sesuai dengan kondisi curah hujan di DAS sungai tersebut. Areal sawah irigasi yg sumber airnya dari bendung, rawan terhadap dampak kekeringan (Farhan, 2013). Tingkat kerawanan meningkat terutama pada masa MK ekstrim. Sistem pengirigasian di kawasan DI Krueng Jreu, masih tradisional; air irigasi disalurkan sepanjang waktu ke semua lokasi, tergantung kondisi ketersedian air di bendung; penyaluran air irigasi berselang belum dilaksanakan. Akibatnya, pada kondidi air terbatas, areal lokasi hilir tidak mendapatkan air. Areal tanam MK di lokasi hilir DI Krueng Jreu, rawan terkena kekeringan. Pengamatan yang dilakukan dari MK tahun 2012 – 2014; areal tanam di lokasi hilir mengalami dua kali kekeringan yaitu pada MK 2012 dan 2014. Dampak kekeringan cukup berat; tanaman mengalami fuso. Keadaan cekaman air terjadi pada fase vegetatif lambat/reproduktif awal.
Akibatnya tanaman terpaksa
dijadikan makanan ternak. Kekeringan yang melanda DI tersebut disebabkan oleh budaya sistem irigasi kontiu dan pengaruh rendahnya curah hujan dalam periode tersebut akibat Monsun Barat daya Australia (Farhan, 2014) Kekeringan di areal hilir DI dapat diatasi apabila kemerataan pendistribusian air antara lokasi hulu, tengah dan hilir dapat dilakukan. Salah satu
3
cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui sistem irigasi berselang. Penetapan lamanya jumlah hari penyelangan air secara ilmiah, berpedoman pada jumlah hari cekaman air (stress day) yang diperoleh melalui pengkajian spesifik (Budi dan Fagi, 2009). Kriteria utama penentuan waktu selang air adalah: (a) tidak menurunkan produksi padi (gabah), (b) tidak meningkatkan konsumsif air tanaman dan (c) tidak merusak agregat tanah dan fisik saluran saluran irigasi dan pematang sawah. Penentuan jumlah hari cekaman yg memenuhi kriteria tersebut belum dilakukan di kawasan DI Krueng Jreu. Oleh sebab itu, kegiatan ini dilakukan untuk pengkajian secara ilmiah di areal DI Kruen Jreu spesifik kawasan hilir. Dengan demikian akan menjadi rintisan untuk kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya dalam usaha memperoleh waktu optimum penyelengan air yg dapat meningkatkan produktivitas air.
BAB II. PERUMUSAN MASALAH Beberapa asumsi yang digunakan untuk menjastifikasi dilaksanakan penelitian ini adalah: a) Sumber air baik secara langsung atau melalui penyadapan di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar berasal dari curah hujan dan supplainya berkurang pada masa tanam MK. b) Areal tanam padi MK di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar pada bahagian hilir kerap mengalami kekeringan c) Pendistribusian air irigasi di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar belum merata d) Sistem pengairan berselang belum membudaya di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar e) Dibutuhkan penerapan sistem pengairan berselang di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar untuk mengatasi kekeringan di lokasi hilir Berdasarkan asumsi tersebut, maka penelitian ini urgrnt untuk dilakukan dalam usaha mengatasi kekeringan yang kerap terjadi di areal tanam MK lokasi hilir DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar. Penetapan lamanya pergiliran air yang berlaku spesifik lokasi harus diperoleh melalui kajian ilmiah. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab permasalahan “Berapa lama waktu pergiliran air yang optimal di areal persawahan lokasi hilir DI Krung Jreu ?”. Dari pengkajian ini akan diperoleh informasi ilmiah untuk penerapan sistem pengairan berselang di DI Krueng Jreu yang tidak menurunkan produksi padi dan mempertahan stabilitas produktivitas lahan.
4
BAB III. TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Botani padi Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang menghasilkan pati yang dibentuk dalam senyawa karbohidrat dan unsur kia lainnya. Tanaman ini termasuk kelompok Serealia yang dapat hidup optimal dalam kawasan iklim tropis - sub tropis. Penyebaran mulai dari asia tenggara ke kawasan lainnya; saat ini, telah dibudidayakan diseluruh Asia, Afrika, Eropa bahagian selatan dan Amerika Latin. Berdasarkan sifat morfologi, padi digolongkan atas dua jenis, Indica dan Japonica. Spesies Japonica secara luas dibudidayakan di daerah iklim temperate, karena adaptasi terhadap suhu dingin. Spesies Indica lebih cocok dengan iklim tropis sehingga pembudidayaan secara luas di Asia Selatan dan Asia Tenggara. Khusus untuk daerah beriklim sub-tropis seperti Taiwan dan Tiongkok selatan, Kedua jenis padi dapat tumbuh dan berproduksi secara optimal. Di Indonesia, varietas-varietas unggul yang budidayakan adalah hasil persilangan antara spesies indica dengan japonica. Varietas-varietas yang banyak dibudidayakan antara lain varietas IR 64, Ciliwung, Cisadane, Pangrango dan lainnya. Diantara varietas unggul, yang paling luas digunakan masyarakat tani adalah IR 64 (Budi dan Fagi, 2009). Padi adalah tanaman semusim dan berumur kurang dari satu tahun. Fase pertumbuhan secara garis besar dibedakan atas vegetatif, reproduktif dan pemasakan. Fase vegetif dimulai dari pertumbuhan akar sampai stadia keluarnya primordial, yang dibedakan atas fase vegetative aktif; dimulai dari pertumbuhan bibit, batang, daun, peranakan, (tunas) maksimum dan fase vegetative lambat, dimulai dari stadia anakan maksimum sampai keluarnya primordia (Sulistyono, Suwarno, Lubis, dan Suhendar, 2012). Fase reproduktif atau fase generatif, dimulai dari munculnya primordial sampai munculnya malai. Pada fase ini pertambahan tinggi tanaman dan berat jerami berlangsung secara lambat.
5
6 Berikutnya adalah fase pematangan, yang meliputi tahap pengisian biji, matang susu, matang penuh, matang kuning dan matang mati. Stadia matang mati merupakan akhir dari satu siklus pertumbuhannya. Pada saat padi sudah dapat dipanen. 3.2 Kebutuhan Air pada Padi Budidaya Sawah dan Efisiensi Produksi Air digunakan oleh tanaman padi untuk kegiatan Evapotraspirasi (ET), perkolakasi dan rembesan. Kesediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini akan menentukan produksi padi. Selain untuk proses-proses tersebut air berperan sebagai pelarut unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 95 % dari air yang tesedia digunakan untuk kegiatan ET, perkolasi dan rembesan. Hanya 5% dari air yang diserap digunakan untuk pertumbuhan pembentukan pati dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air oleh tanaman padi berbeda pada setiap fase pertumbuhan, varietas, jenis tanah dan topografi. Oleh sebab itu, penentuan kebutuhan air konsumtif tanaman harus bersifat spesifik lokasi. Air yang tersedia digunakan juga untuk kebutuhan penjenuhan dan pengolahan tanah serta penggenangan. Jumlah penggunaan air untuk pengolahan tanah tergantung dari lamanya pengerjaan. Semakin lama pengolahan tanah, semakin banyak air yaag digunakan. Pengolahan tanah yang terlalu lama akan memperpendek masa tanam terutama untuk sawah tadah hujan atau sawah irigasi yang kondisinya kurang baik sehingga cenderung menurunkan hasil tanaman. Penggenangan pada pertanaman padi sawah, akan mempengaruhi karakteristik tanaman, status hara, sifat fisik tanah, perkolasi, rembesan, pertumbuhan dan perkembangan gulma. Kedalaman gengangan untuk padi sawah bervariasi antara 2-15 cm dan idealnya berkisar antara 5-7 cm (Farhan dan Kartaadmadja, 2001). Tinggi genangan air mempengaruhi pertumbuhan gulma, dan menekan stress suhu pada MK dan perkembangan jumlah anakan. Pertumbuhan gulma, cekaman suhu tinggi dan jumlah anakan tanaman akan terdegradasi apabila genangan air di petak sawah tinggi. Kebutuhan air dalam petak tanah (Field Water Requiqment, FWR) dapat didekati dengan persamaan (Farhan, 2012, dan Astuti, Retno, 2011):
7
FWR = ET + P + St + G Keterangan: P = perkolasi (mm) St = penjenuhan (mm) G = penggenangan (mm) Kebutuhan air konsumtif tanaman dihitung hanya untuk kebutuhan ET tanaman, sehingga perhitungannya dilakukan menggunakan (Farhan, 2012): WD = E + T Keterangan: WD = Water Demand (mm) E = Evaporasi (mm) T = Transpirasi (mm) Hubungan antara konsumsi air oleh tanaman padi dengan produksi gabah didekati melalui efisiensi pemanfaatan air. Pengertian efesiensi penggunaan air ditafsirkan melalui dua cara yaitu efesiensi produksi (Ep) dan efesiensi teknik (Et). Tinjauan Ep menitik beratkan pada hubungan antara jumlah penggunaan air selama satu masa tanam dengan hasil gabah yang diperoleh. Peningkatan Ep dapat dilakukan dengan mengurangi penggunaan air, hasil gabah tetap atau air yang digunakan tetap, tetapi hasil gabah meningkat. Khususnya untuk budidaya padi hemat air, alternatif pertama lebih relevan, bahkkan bila memungkinkan pemakaian air berkurang, hasil gabah meningkat. Perhitungan Ep merupakan perbandingan antara produksi (Y) dengan total air yang digunakan dalam satu masa tanam (FWR), dengan persamaan (Purwanto dan Ichsan. J, 2014 dan Budi dan Fagi, 2009): Ep = Y / FWR 3.3 Stress Day Stress Day adalah hari cekaman air yang dialami tanaman selama masa pertumbuhan. Tingkat cekaman air untuk berbagai tanaman berbeda. Untuk tanaman padi sawah, stress say didefinisikan sebagai keadaan tanpa genangan. Penetapan stress day tanaman padi dilakukan pada 2-3 hari setelah sawah dalam keadaan macak-macak; 2 hari untuk tanah bertekstur ringan dengan 3 hari untuk tanah bertekstur berat (Budi dan Fagi, 2009). Satu stress day ditetapkan pada saat
8
hari ke 3 (sifat fisik tanah ringan) atau hari ke 4 (sifat fisik tanah berat) sawah mencapai keadaan macak-macak, belum memperoleh air irigasi atau curah hujan efektif > 2mm, dan seterusnya mengikuti deret hari cekaman air, yaitu 1, 2, 3 .... n stress day. Tanaman padi mengalami dua masa kritis terhadap kekurangan air. Pada fase vegetatif, terjadi saat pemulihan tumbuh dan pembentukan akar dan fase reproduktif, terjadi saat stadia pembungaan. Hari cekaman air pada masa kritis pertama akan mengurangi jumlah anakan dan menghambat pertumbuhan, sedangkan pada masa kritis kedua dapat mengurangi hasil gabah. Cekaman air yg dialami padi selama masa pertumbuhan terjadi akibat selang pengirigasian yg relatif lama. Selang pengirigasian 8, 12 dan 16 hari menyebabkan penurunan hasil gabah sebesar 32.44%, 41.52% dan 48.87% (Sulistyono, Suwarno, Lubis, dan Suhendar, 2012). Pada padi gogo, respon
tanaman terhadap perlakukan stess days berbeda, tergantung dari varetas tanaman, namun secara umum mengalami degradasi hasil (Sari, Purwanto dan mursito, 2013). Selang pengirigasian sampai 2 stess days terhadap padi sawah varietas IR 64 di lahan kawasan hilir DI Macan Hulu tidak menyebabkan penurunan produksi padi, namun pada jumlah stress day yang lebih lama terjadi penurunan hasil padi secara linier dan berkorelasi positif (Farhan, 2012).
BAB IV. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jumlah stess day yang dialami padi varietas IR 64 di lokasi spesifik kawasan hilir DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar, pada tingkat kajian petak percobaan terkontrol. Lebih lanjut, luaran ini akan bermanfaat untuk pengkajian yang sama pada tingkat lapangan, untuk dapat
diaplikasikan
sebagai
dasar
ilmiah
menetapkan
lamanya
selang
pengirigasian di kawasan hilir DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar. Pada akhirnya pengkajian konperhensip dapat memberikan solusi ilmiah dan aplikatif untuk mengatasi kekeringan di areal sawah lokasi hilir DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar. Secara spesifik, tujuan dan manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut: 4.1 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui respon agronomi tanaman padi varietas IR-64, akibat dari berbagai tingkat cekaman air. 2. Mengetahui perkembangan gulma pada berbagai tingkat cekaman air. 4.2. Manfaat Penelitian Hasil kajian diharapkan dapat digunakan untuk menetukan: 1. Jumlah hari selang pengairan yang tidak menurunkan produktifitas padi di kawasan hilir DI Krueng Jreu. 2. Meningkatkan dan atau mempertahan luas areal taman padi Musim Kemarau (MK) di kawasan hilir DI Krueng Jreu. 3. Mempertahankan stabilitas pangan lokal, regional dan nasional
9
BAB V. METODE PENELITIAN 5. 1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan lokasi hilir DI Krueng Jreu, kecamatan Darussalam Aceh Besar. Hal ini dimaksudkan agar lokasi percobaan mewakili keadaan iklim setempat. Kegiatan persiapan proposal dan pelaksanaan penelitian serta pengolahan data, dilakukan di ruang TC Room FKIP Darussalam Banda Aceh. Penelitian diperkirakan berlangsung dari Maret 2015 – Pebruari 2016 (12 bulan), meliputi penulisan proposal, persiapan penelitian, pengambilan dan analisis data, seminar hasil, penulisan laporan dan publikasi hasil di jurnal ilmiah. 5. 2 Alat dan Bahan yang Digunakan 5. 2. 1 Peralatan yang digunakan Peralatan penelitian yang dibutuhkan meliputi: a. Administratif - Perangkat Personal Computer (PC/Note Book)
1 unit
- Sofwere komputer Microchof
1 paket
b. Laboratorium - Rumah kaca yang dimodifikasi
1 unit
- Gelas ukur; ukuran 1 ltr
1 buah
- Hand Drayer
2 buah
- Timbangan elektrik
1 buah
- piezometer dan meter Skala miring masing-masing
4 buah
5. 2. 2 Bahan yang digunakan Bahan yang dibutuhkan: - Kertas A4
5 rem
- Benih padi IR 64
1 kg
- Pupuk Urea
3 kg
- Pupuk Pospor
1 kg
- Pupuk Kalium
1 kg
- Pestisida dan herbisida
2 btl 10
11
5. 3 Data Data-data penelitian meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari percobaan lapang. Data sekunder digunakan untuk mendukung pendalaman materi pembahasan. Adapun data-data tersebut adalah: 5. 3. 1 Data lapangan a. Data fisik - Kebutuhan air konsumtif tanaman dikonversi dalam satuan mm.ha-1 b. Data Agronomi - Tinggi tanaman - Jumlah anakan produktif dan non-produktif - Jumlah malai produktif dan malai non-produktif - Jumlah gabah isi dan gabah hampa - Berat gabah isi; dikonversi dalam ton.ha-1 Data tinggi tanaman diamati setiap minggu, sedangkan data lainnya diamati pada saat panen c. Intentitas gulma dan jenis gulma, diamati pada setiap penyiangan tanaman. 5. 4 Rancangan Percobaan Percobaan dilakukan di rumah kaca (modifikasi dari plastik). Lokasi percobaan meliputi: 1.
Lokasi; ditetapkan yaitu kawasan areal sawah di lokasi hilir DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar.
2. Sawah untuk percobaan di desa Limpok Kecamatan Darussalam yang terpilih secara acak. Percobaan menggunakan rancangan satu faktor; parameter fisik ditetapkan sebagai penyebab dan parameter agronomis sebagai akibat. Parameter fisik difokuskan hanya untuk perlakuan stess days, sedangkan parameter fisik lainya dikondisikan sama. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak
12 kelompok lengkap (RAL). Perlakuan pengirigasian yang berkaitan dengan stress day digunakan sebagai kelompok percobaan. Untuk penelitian ini, stress day dihitung 3 hari setelah sawah dalam keadaan macak-macak. Penetapan didasarkan pada kondisi tanah; fisik tanah liat berdebu. Kondisi macak-macak ditetapkan pada saat tinggi air dalam piezometer = ±0; yang berarti, tinggi genangan dan muka air tanah mendekati nol. Genangan air dipetak sawah diukur dengan menggunakan meter skala miring. Perlakuan stress days dibuat sebesar 4 taraf yaitu: (a) kontrol, (b) satu stess days, (c) dua stess days dan (d) tiga stess days. Jumlah ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak 18. Air awal diberikan kepada masing-masing anggota perlakuan setinggi 5 cm. Perawatan tanaman dilakukan sedemikian rupa sama dengan yang dilakukan oleh petani setempat adalah sebagai berikut: a. Tanam; dilakukan pada saat benih berumur 7 hari, 2 benih untuk tiap lubang b. Pemupukan; N = 350 Kg.H-1, P = 100 Kg.H-1 dan N = 100 Kg.H-1, diberikan dalam 3 tahap, yaitu setelah pemulihan akar, Fase vegetatif lambat dan fase reproduktif c. Penyiangan; dilakukan secara manual sesuai keadaan gulma d. Pengirigasian; sesuai dengan perlakuan stess days e. Pencegahan hama dan penyakit tanaman; pencegahan serangan hama penyakit (tikus dan belalang) dilakukan dengan pemagaran kawat jaring dan jaring plastik. Gangguan serangga dan penyakit tanaman lainnya datasi dengan pestisida. Intensitas penyomprotan dilakukan sesuai keperluan. 5. 5 Analisis data Data produksi padi (gabah kering pungut) dalam gram dan data konsumsi air dalam mm dikonversikan dalam satuan ton.ha-1 dan m-3.ha-1 dengan menggunakan soft ware Micoshof Excel. Selanjutnya data tersebut dan data lainnya dianalisis beda dengan ANOVA. Model linier yang memenuhi rancangan yang digunakan adalah (Mattjik dan Sumertajaya, 2000):
13
Yij = µ + ӷ i + ɛij Keterangan: Yij
µ ӷi ɛij
= Data pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke j = Nilai rata-rata dari data = Pengaruh perlakuan ke i = Pengaruh acak pada perlakuan ke i ulangan ke j
Apabila terdapat perbedaan yang segnifikan, maka dilakukan uji lanjut menggunakan uji Duncan pada taraf kepercayaan/peluang 0,95. Tahapan analis data diilustrasikan dalam flow chat pada gambar 5.1
Data percobaan
tidak
Microsoft Exel
Data konversi dalam ha
Beda Segnifikan
ANOVA (Minitab)
ya Uji Duncan
Pengambilan keputusan terhadap hipotesa normal dan anomali Gambar 5.1. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian
BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilaksanakan di kawasan hilir areal DI Krueng Jreu, kabupaten Aceh Besar. Lokasi ini ditetapkan dengan pertimbangan merupakan areal persawahan yang sering mengalami kekeringan. Letak percobaan di desa Limpok kecamatan Darussalam. Penentuan letak percobaan dipilih secara acak
Oleh
sebab itu penelitian ini secara spesifik hanya sesuai untuk seluruh kawasan hilir areal pengairan Kreung Jreu.
Gambar 6.1. Tanaman padi umur 8 HST di dalam rumah plastik percobaan
Percobaan dilakukan dalam rumah plastik (Gambar 6.1). Dengan demikian, suplaimair untuk tanaman dapat dikontrol dari pengaruh msukan air hujan. Gangguan hama seperti tikus dan belalang dikontrol dengan memberi pagar dari kawat ayaman dan pagar ayaman plstik. 6.1 Olah Tanah Pengolahan tanah dilakukan selama 7 hari. Olah tanah sempurna dilakukan untuk mempersiapkan media tanam. Total air yang diguna untuk masing-masing perlakuan sama, yaitu sebesar 207 liter (Tabel Lampiran 2). Pengunaan air adalah untuk penjenuhan tanah dan pelumpuran selama masa olah tanah berlangsung. Pembenihan padi varietas IR-64 dilakukan dalam periode tersebut. Jumlah air
14
15
yang digunakan setara dengan 200 mm per musim tanam. Jumlah air yang digunakan sama dengan penggunaan air secara umum pada sistem olah tanah sempurna (200 – 300) mm per musim tanah (Farhan, Praja, dan Prasadja. 2001). Total air yang digunakan dipengaruhi oleh lamanya pengolahan tanah (7 – 21) hari dan kondisi fisik tanah (Budi dan Fagi, 2009). Semakin lama waktu pengolahan tanah, maka akan semakin banyak air yang digunakan. Tanah berpasir merupakan tanah yang memiliki porisitas tinggi, sehingga memerlukan air yang relatif banyak. 6.2 Kebutuhan Air konsumtif Tanaman Bibit padi IR-64 umur 7 hari ditanam sebanyak 2 bibit perlubang. Pada umur 3 Hari Setelah Tanam (HST), dilakukan penyulaman untuk menggantikan bibit yang gagal tumbuh. Secara umum semua benih dapat tumbuh dengan baik. Hanya beberapa lubang yang mebutuhkan penyulaman. Tinggi genangan pada saat tanam dikondisikan macak-macak. Ini dimaksudkan supaya tanaman tidak terendam dan air yang cukup untuk pemulihan akar. Tinggi genangan secara perlahan ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan tanaman (Lampiran 7). Pada saat tanaman sudah tumbuh dan memasuki fase vegetatif awal, tinggi genangan dibuat 50 mm. Kondisi tersebut dipertahankan konstan dengan cara menambah air (pengirigasian) setiap hari. Perlakuan stess day terhadap tanaman dilakukan mulai pada 8 HST. Pada hari ke 8, air untuk tanaman yg dilakukan perlakuan tidak diberikan, sedangkan untuk kontrol pengirigasian tetap diteruskan. Secara perlahan tinggi genangan berkurang. Kondisi macak-macak tercapai pada 11 HST. Padi mengalami 1, 2 dan 3 Stess day (Sd), secara berturut-turut pada 14, 15 dan 16 HST. Air diberikan kembali setelah masing-masing perlakuan dialami tanaman tercapai. Tanaman yang diperlakukan 1 Sd diairi pada 15 HST, 2 Sd diairi pada 16 HST dan 3 Sd diairi pada 17 HST. Keadaan stres day berikutnya terjadi pada 21 HST.
Dalam
periode
vegetatif awal, 1 - 34 HST, tanaman telah mengalami 3 kali siklus Stress Day.
16
Siklus ini akan bertambah dalam masa vegetatif aktif dan reproduktif. Pada fase pematangan (matang kuning), pemberian air dihentikan.
Gambar 6.2. Keadaan petak percobaan pada saat kondisi perlakuaan stress day pertama Tanah sawah mengalami kekeringan selama periode perlakuan stress day (Gambar 6.2). Lebar keretakan tanah terjadi bervariasi untuk semua perlakuan; berturut-turut 0,5, 1 dan 2 cm untuk perlakuaan 1, 2 dan 3 stress day. Kedalaman keretakan tanah 1, 2 dan 4 cm untuk perlakuaan 1, 2 dan 3 stress day. Lampiran 3 memperlihatkan sistematis pengairan (I), tinggi genangan (TG) yang dilakukan selama percobaan berlangsung. Keadaan muka air tanah yang diukur dengan piezometer, mencapai - 28, - 30 dan -320 mm untuk 1, 2, dan 3 stress day (Gambar 6.3). Jadi, keadaan muka air tanah berada di kedalam lebih jauh dari daerah perakaran. Sebab, pertumbuhan akar tanaman yang pada saat tersebut berumur 14 – 16 HST, belum cukup panjang.
17
Gambar 6.3. keadaan muka air tanah di bawah permukaan tanah ketika perlakuan stress day berlangsung Tabel 6.1 Total konsumsi air oleh 18 tanaman percobaan pada fase vegetatif awal Total Konsumsi Air (liter) Pada Perlakuan 0 Sd 1 Sd 2 Sd 419 320 305
3 Sd 284
Tabel 6.1 memperlihatkan total air konsumtif tanaman dari 1 - 34 HST. Penggunaan air konsuntif tanaman terjadi dalam proses evapotranspirasi. Sepage dan rembesan tidak terjadi. Hal ini disebabkan tanaman percobaan disekat (kedap air) sehingga tidak terjadi aliran air baik arah vertikal ke bawah atau horizontal ke samping. Dalam periode pertumbuhan vegetatif awal, fluktuasi air konsumtif relatif kecil. Pada awal pertumbuhan, evaporasi besar karena indek luas daun kecil. Seiring dengan pertumbahan tanam, tajuk meninggi dan melebar, sehingga penutupan tanah membesar. Kondisi ini menyebabkan evaporasi berkurang, namun transpirasi meningkat. Dengan demikian nilai evapotranspirasi relatif sama (Budi dan Fagi, 2009 dan Farhan, 2012). Hasil analis terhadap data air konsumtif tanaman, diperoleh nilai Fhit lebih besar dari nilai Ftab pada level segnifikansi 1 %. Dengan demikian, besarnya
18
konsumsi air tanaman padi pada berbagai perlakuan berbeda secara nyata. Air konsumtif tanaman terbanyak pada kontrol dan yang paling sedikit diberikan pada perlakuan 3 Sd.
Tabel 6.2 Hasil analisis ragam dari air konsumtif tanaman pada fase vegetatif awal Tabel ANOVA SK Perlakuan Galat Total
Db
JK
3 725,99 68 86,28 71
KT
Fhit
213,24 168,06** 1,27
Ftab 0,05 0,01 2,76 4,13
Total konsumsi air untuk perlakuan 1 sd hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan total konsumsi air pada perlakuan 1 Sd. Jadi, Perlakuan 3 Sd dapat menghemat hampir setengah dari kebutuhan air tanaman kontrol. Kenyatan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan, sangat menarik. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghemat penggunaan air irigasi pada kondisi keterbatasan air, seperti masa tanam musim kemarau (MT II). Penghematan iar akan bersifat operasional apabila cekaman air yang dialami padi, tidak mengurangi produksi padi atau perkembangan agronomi tanaman. 6.3 Perkembangan Agronomi Tanaman Data agronomi tanaman yang dikumpulkan adalah jumlah anakan per rumpun dan perkembangan tinggi tanaman (Lampiran 8). Data ini dicatat pada 30 HST, yaitu akhir dari fase vegetatif lambat. Pada waktu pencatatan, tanaman telah mengalami 3 siklus perlakuan.
19
Tabel 6.3 Rata-rata jumlah anakan dan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pada umur 30 HST (akhir fase Vegetatif lambat) Perlakuan
Jumlah Anakan (per rumpun)
Tinggi Tanaman ( cm)
0 sd 1 sd 2 sd 3 sd
5 8 7 10
34 43,11 43,72 41,72
Berdasarkan analisis ragam terhadap data jumlah anakan per rumpun (Tabel 6. 4), diperoleh nilai Fhit lebih besar dari Ftab pada level segnifikansi 5 %. Dengan demikian, perkembangan jumlah anakan berbeda nyata pada perlakuan stess day yang dilakukan.
Tabel 6.4 Hasil analisis ragam dari jumlah anakan tanaman per rumpun pada akhir fase vegetatif awal Tabel ANOVA SK Perlakuan Galat Total
Db 3 68 71
JK 784,88 667,83
KT
Fhit 39,01 3,97* 9,82
Ftab 0,05 2,76
0,01 4,13
Jumlah anakan paling sedikit diperoleh pada kontrol dan terbanyak pada perlakuan 3 Sd. Sedikitnya jumlah anakan pada kontrol berkaitan dengan keadaan tinggi genangan. Genangan air yang terus menurus menyebabkan pertumbuhan jumlah anakan terhambat. Tunas tidak mampu tumbuh akibat suplai oksigen ke daerah perakaran tanaman terhambat oleh genangan air. Pada perlakuan 1 – 3 Sd, tinggi genangan berfluktuasi dari 50 – -320 mm, sesuai dengan pengirigasian. Akibatnya suplai oksigen ke daerah per akaran menjadi lebih baik. Selain itu,
20
tinggi genangan yang rendah menyebabkan tunas yang baru tumbuh tidak terendam oleh air. Rata-rata jumlah anakan yang paling banyak diperoleh pada perlakuan 3 Sd. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi genangan yang mencapai - 320 mm tidak menyebabkan tanaman kekurangan air. Kenyataan ini menunjukkan meskipun tinggi muka air tanah telah berada di bawah permukaan, air untuk tanaman tetap tersedia. Daerah perakaran tanaman masih mendapatkan suplai air yang naik melalui kapileritas pori-pori tanah. Selain itu, tanah liat (jenis tanah di lokasi percobaan) mampu menyimpan air dalam waktu reltif lama. Hasil analis ragam untuk data agronomi tinggi tanaman diperlihatkan pada Tabel 6.5. Nilai Fhit lebih besar dari Ftab pada level segnifikansi 1 %. Dengan demikian, tinggi tanaman berbeda nyata pada perlakuan stess day yang dilakukan. Tabel 6.5 Hasil analisis ragam rataan tinngi tanaman pada akhir fase vegetatif awal Tabel ANOVA SK Perlakuan Galat Total
Db 3 68 71
JK 16059,32 4651,06
KT 3802,75 68,40
Fhit 55,59**
Ftab 0,05 2,76
0,01 4,13
Tinggi tanaman terendah diperoleh dari kontrol dan yang tertinggi pada perlakuan Sd 3, relatif sama dengan perlakuan Sd 1. Memasuki stress day periode ke 3, kurva perkembangan tinggi tanaman telah mengalami penurunan. Kenyataan ini kemungkinan disebabkan oleh (a) jumlah anakan perumpun pada perlakuan Sd 3 relatif lebih banyak, menyebabkan persaingan untuk memperoleh air meningkat, atau (b) tingkat cekaman air yang mulai mempengaruhi perkembangan tinggi tanaman. Apabila opsi (a) benar, maka dalam perkembangan fase vegetatif aktif jumlah anakan tidak bertambah atau malah berkurang akibat ada yang mati dan dalam fase reproduktif; jumlah anakan produktif akan lebih sedikit. Apabila opsi
21
(b) yang benar, maka tinggi tanaman akan melambat dibandingkat perlakuan lainnya. Untuk pembuktian, masih dipantau dalam perkembangan data lanjutan.
BAB VII. SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan Pengirigasian sampai 3 sress day di areal sawah kawasan hilir DI Krueng Jreu mengurangi jumlah konsumsi air irigasi dan tidak menyebabkan degradasi perkembangan agronomi padi varietas IR-64. Perkembangan agronomi lebih baik dibandingkan padi digenangi terus menerus. Dengan demikian, selang pengirigasian sampai 3 - 6 hari (perlakuan 1 - 3 sress day), berpeluang untuk meningkatkan produktivitas air. 7.1 Saran Perlu dilanjutkan pengkajian selang pemberian air di tingkat lapangan dengan variasi peyelangan 3 sampai 6 hari untuk mendapatkan waktu selang pemberian air di kawasan hilir areal DI Krueng Jreu.
22
DAFTAR PUSTAKA Astuti, Retno (2011). Efisiensi penggunaan air tanaman padi dengan irigasi kontinyu dan berselang di Kecamatan Mijen, Semarang. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47431; diunduh pada 20 Januari 2015. Budi S. B., dan Fagi A. M. (2009). Pengelolaan Padi Sawah Irigasi; antisipasi kelangkaan air. Balai Besar Padi; Sukamandi Farhan, A. dan Kartaatmadja 2001. Pengkajian Peluang Peningkatan Efisien Air Irigasi Yang Bersumber Dari Waduk. j. Saint Teks edisi khusus Oktober 2001. Universitas Semarang. Pp. 641-652. Farhan, A., S. Praja, dan I. Prasadja. 2001. Teknik Terapan Percepatan Tanam Untuk Mengantisipasi Kekurangan Air Di Kawasan Irigasi Teknis. Bahan seminar antisipasi El Nino; implementasi budaya hemat air di Indonesia pada tanggal 21 – 22 Pepruari 2001di Hotel Salak – Bogor. Farhan, A. 2012. Kinerja Pendistribusian Air Irigasi Pada Lokasi Hulu, Tengah dan Hilir. Review (sedang dalam proses publikasi jurnal/prosiding) dan dipublikasi di perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Farhan, A. 2013. Analisis Peningkatan Kinerja Waduk Melalui Efisiensi Distribusi Air Irigasi. Review (sedang dalam proses publikasi jurnal/prosiding) dan dipublikasi di perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Farhan, A. 2014. Keterkaitan Hujan Di Nanggo Aceh Darussalam Dengan Suhu Muka Lautan Pasifik; (bahagian dari upaya mitigasi dampak kekurangan air pada budidaya padi). Laporan Penelitian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Mattjik A. A dan Sumertajaya M. 2000. Rancangan Percobaan; dengan aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. IPB Press. Purwanto dan Ichsan. J (2014). Analisis Kebutuhan Air pada Bendung Mrican1. J. Imiah Semesta Teknika, Vol. 9 No. 1, 206; 83 – 93. Sulistyono E., Suwarno, Lubis I., dan Suhendar D. (2012). Pengaruh Frekuensi Irigasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Lima Galur Padi Sawah. J.Agrivon Vol. 5 No. 1
23
Lampiran 1. Instrumen Penelitian A. Peralatan yang digunakan - Perangkat Personal Computer (PC/Note Book)
1 unit
- Laboratorium: - Rumah kaca yang dimodifikasikan
1 unit
- Gelas ukur; ukuran 1 ltr
1 buah
- Hand Drayer kecil
1 buah
- Timbangan elektrik
1 buah
- piezometer
72 buah
- Meter Skala miring
72 buah
B. Bahan yang digunakan - Kertas A4
5 rem
- Benih padi IR 64
1 kg
- Pupuk Urea
3 kg
- Pupuk Pospor
1 kg
- Pupuk Kalium
1 kg
- Pestisida dan Herbisida
2 btl
Lampiran 2. Biodata Ketua dan Anggota Penelitian KETUA PENELITI A. Identitas Diri 1 2 3 4 5 6 7
Nama Lengkap Jenis Kelamin Jabatan Fungsional NIP/NIK NIDN Tempat dan Tanggal Lahir E-mail
8 9
Nomor Telepon/HP Alamat Kantor
Drs, Ahmad Farhan, M. Si Laki-laki Lektor 196606031991031003 00-0306-6602 Samalanga / 03 juni 1966
[email protected]
08128638244 Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Unsyiah Darussalam, Banda Aceh 23111 10 Nomor Telepon/Faks 11 Lulusan yang telah S-1= 70 orang; S-2= 0 orang; S-3= 0 orang Dihasilkan 1. Klimatologi 2. Fisika Dasar Untuk Biologi 12 Mata Kuliah yang Diampu 3. Fisika Terapan 4. Konsep Dasar Saint II 5. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa
B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk-Lulus Judul Skripsi/Thesis/Disertasi
Nama Pembimbing/Promotor
S-1 S-2 Universitas Syiah Institut Pertanian Kuala Bogor (IPB) Pend. Fisika Agro Klimatologi (Fisika Atmosfire) 1985 – 1990 1996 - 1999 Perbedaan Kinerja Prestasi Belajar Pendistribusian Air Mahasiswa Irigasi serta Program Studi Pengaruh lokasi FKIP Unsyiah dan Takaran pupuk N Terhadap Hasil Padi Drs. Mustafa Prof.Dr. Ir. Rizaldi Ramadhan, M.Sc Boer, M. Si
S-3 -
-
C. Pengalaman Penelitian No Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp)
1
2014
2
2010
3
2008
4
2000
KETERKAITAN HUJAN DI NANGGO ACEH DARUSSALAM DENGAN SUHU MUKA LAUTAN PASIFIK; (Bahagian dari Upaya Mitigasi Dampak Kekurangan Air Pada Budidaya Padi) Keterkaitan Ch Bulanan Kawasan Irigasi Rentang dengan SST Pasifik dan India Analisis Waktu Tanan Padi Berdasarkan Ch dan Debit waduk Jatiluhur Peluang Peningkatan Efisiensi Air Waduk Pondok
Unsyiah
15
UNDP
30
UNDP
30
Puslittanak Bogor
45
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat No Tahun
Judul Pengabdian
1.
2014
2.
2014
3. 4.
2013 2013
5.
2012
Menjadi Tutor pada Kegiatan Penguatan Materi Guru Bidang IPA Menjadi DPL pada Kegiatan KKN Angkatan ke 35 Menjadi Tutor PLPG tahun 2013 Menjadi DPL pada Kegiatan KKN angkatan ke 34 Menjadi Tutor PLPG tahun 2013
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp) Dinas Pendidikan Propinsi Aceh Unsyiah Depdiknas Unsyiah Depdiknas
Semua data yang telah saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ditemukan ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sangsi. Demikian biodata ini saya buat, untuk memenuhi salah satu syarat mengajukan pendanaan kegiatan penelitian dosen muda.
Banda Aceh, 30 Maret 2015
Drs. Ahmad Farhan, M. Si NIP. 196606031991031003
ANGGOTA PENELITI A. Identitas Diri 1 Nama Lengkap Yopi Ilhamsyah, M.Si 2 Jenis Kelamin Laki-laki 3 Jabatan Fungsional Lektor 4 NIP/NIK 198104062005011002 5 NIDN 0006048105 6 Tempat dan Tanggal Lahir Banda Aceh, 06 April 1981 7 E-mail
[email protected] 8 Nomor Telepon/HP 081269266407 9 Alamat Kantor Jl. Putroe Phang Kopelma Unsyiah Darussalam 23111 10 Nomor Telepon/Faks 11 Lulusan yang telah S-1= 10 orang; S-2= 0 orang; S-3= 0 orang Dihasilkan 1. Meteorologi Laut 2. Hidrodinamika Laut Mata Kuliah yang 12 Diampu 3. Klimatologi Dasar B. Riwayat Pendidikan Nama Perguruan Tinggi Bidang Ilmu Tahun Masuk - Lulus
S-1 Universitas Syiah Kuala Fisika 1999 – 2004
S-2 Institut Pertanian Bogor Meteorologi 2011 – 2013 -
S-3
C. Pengalaman Penelitian Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp)
No Tahun
Judul Penelitian
1
2014
Forest Biotic Pump Theory, Will It Change Conventional Laws of Nature?: A Review and Discussion
Mandiri
10
2
2013
Contribution of Heat Fluxes on Cyclone Narelle as Simulated by a Mesoscale Model
Tesis
30
D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat No Tahun 1
Judul Pengabdian
Pendanaan Sumber Jumlah (Juta Rp)
Lampiran 3. Buku Catatan Harian Penelitian (BCHP)
Tahun Anggaran 2015 KETERANGAN PENELITIAN Judul Penelitian
: PENGARUH STRESS DAY TERHADAP PRODUKSI PADI
Peneliti Utama
: Drs. Ahmad Farhan, M. Si
Institusi Peneliti
: FKIP MIPA Program Studi Pendidikan Fisika Unsyiah
Bidang Ilmu
: Fisika Atmosfire Terapan (Agroklimatologi)
Tahun Pelaksanaan
: 2015
Biaya
: Rp.15.000.000
Tujuan
: Mengetahui jumlah hari cekaman spesifik lokasi yang dapat ditelorir pada sistem budidaya padi sawah di kawasan DI Krueng Jreu, Aceh Besar
Sasaran Akhir Tahun : Perolehan jumlah selang hari pengirigasian yang ditoleran oleh tanaman padi di DI Krueng Jreu, Aceh Besar
Nomor BCHP : 228/UN11.2/LT/SP3/2015
CATATAN KEMAJUAN PENELITIAN No.
Tanggal
Kegiatan
1
21 Sept 2015/ Jam:
2
23 Sept 2015/ jam 14:00 – 16:00
3
23 Sept 2015/ jam 14:00 – 16:00
Mencari lokasi penelitian di areal sawah irigasi DI Krueng Jreu, Aceh Besar
4
26 Sept 2015 Jam 9:00 – 18:00
5
26 Sept 2015 Jam 9:00 – 18:00 26 Sept 2015 – 16 Okt 2015 1 Okt 2015 Jam 9:00 – 14:00
Beli bibit padi IR-64 di toko-toko sarprodi pertanian di daerah Tungkop Darussalam Proses pembibitan padi dari benih yg telah dibeli Perawatan benih dari sebar sampai siap tanam Rapat koordinasi dengan team peneliti membahas penentuan lokasi penelitian
6
Menerima transfer dana penelitian dari bendahara Lemlit Unsyiah Rapat Koordinasi dengan anggota penelitian
2 Okt 2015 Jam 9:00 – 14:00
Team peneliti melakukan negosiasi ulang tentang harga sewa lahan dengan pemilik
7
2 Okt 2015 Jam 16:00 – 18:00
Rapat koordinasi dengan team peneliti membahas strategi persiapan pembuatan rumah plastik dan lahan percobaan
8
3 Okt 2015 Jam 14:00 – 18:00
9
4 Okt 2015
Mencari tukang kayu untuk membuat rumah plastik sebagai sarana pelaksanaan penelitian Bersama dengan tukang
Catatan Kemajuan
Pembagian tugas pelaksanaan penelitian Diperoleh lokasi penelitian, namun belum tercapai kesepakatan biaya/harga sewa lahan diperoleh benih padi IR-64 yang bersertifikat Sebar benih di wadah plastik Bibit tumbuh dengan baik Kesepakatan untuk melakukan negosiasi ulang tentang harga sewa lahan dengan pemilik Diperoleh kesepakatan harga sewa lahan dan aturan-aturan lainnya pasca lahan digunakan Disepakati untuk membeli bahan dan mengupahkan pengerjaannya kepada tukang yg ada di daerah penelitian Diperoleh tukang kayu dimaksud dan disepakati upah kerja Penetepan titik awal
Jam 09:00 – 10:00
kayu melakukan pengukuran dan pemancangan titik-titik bangunan rumah plastik Beli bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat sarana percobaan (rumah plastik) Pengerjaan membuat sarana percobaan (rumah plastik)
10
4 Okt 2015 Jam 10:00 – 12:00
11
5 - 7 Okt 2015 Jam 9:00 – 16:00
12
8 - 9 Okt 2015/ jam 9:00 – 16: 00
13
10 Okt 2015/ jam 9:00 – 12: 00
Penggalian tanah untuk pemasangan plastik penyekat air pada petak percobaan yang akan digunakan sebagai lahan percobaan Pengolahan dan perataan tanah (petak percobaan)
14
10 - 15 Okt 2015/ jam (24 jam/hari)
Perendaman lahan percobaan
15
16 Okt 2015/ jam 08:00 – 09:00 17 - 23 Okt 2015/ jam 10:00 – 12:00
Penanaman bibit padi varietas IR-64 Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan benih Pada saat pengontrolan jam 16:00, diketahui tanaman rusak total akibat serangan belalang
16
17
23 Oktober 2015 jam 08:00 – 09:00
18
23 Oktober 2015 jam 10:00 – 12:00
Rapat koordinasi dengan anggota penelitian untuk membahas solusi dari kerusakan objek penelitian
19
23 Oktober 2015 jam 14:00 – 13:00
Sebar benih padi varietas IR-64 yang kedua kali, menggunakan benih yang masih tersisa dari yang pertama dibeli
dari bangunan selesai dilakukan
Diperoleh bahanbahan sesuai kebutuhan sarana percobaan (rumah plastik) selesai di bangun pada tanggal 9 Okt 2015 Lahan percobaan selesai dibuat pada tanggal 11 Okt 2015
Lahan percobaan siap untuk dilakukan proses perendaman Lahan percobaan telah lunak (siap tanam) Benih IR-64 telah disemai Bibit dalam proses pertumbuhan sampai siap tanam Tanaman padi varietas IR-64 yang digunakan sebagai objek percobaan rusak total Diputuskan untuk mengganti tanaman, tatapi pembenihan hanya 1 minggu (sistem tanam benih muda) Benih siap dilakukan pembibitan
20 21
1 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00 2 Nov 2015/ jam 10:00 – 12:00
22
3 Nov 2015/ jam 10:00 – 12:00
23
4 Nov 2015/ jam 8:00 – 9:00
24
4 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
25
5 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
26
6 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
27
7 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
28
8 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
Tanam Bibit padi IR-64 - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman Mengikuti acara Monev di gedung AAC Unsyiah lantai 3 - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data
Bibit umur 7 hari telah ditanam - Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
Monev selasai dengan asesor Dr. A. Halim, M. Si - Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
29
8 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
30
9 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
31
10 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
32
11 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
33
12 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
34
13 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
35
14 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
36
15 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi
- Bibit dalam masa pemulihan - Data kebutuhan air tanaman
- Bibit sudah telihat pembentukan akar baru dan pucuk baru sudah timbul - Data kebutuhan air tanaman - Daun padi varietas IR-64 mulai terlihat pertumbuhannya - Data kebutuhan air tanaman - Daun padi varietas IR-64 mulai tumbuh - Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke dua padi varietas IR-64 mulai terlihat tumbuhan - Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke dua padi varietas IR-64 terlihat melebar dan memanjang - Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke dua padi varietas IR-64 terlihat melebar dan memanjang - Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke tiga padi varietas IR-64 terlihat tumbuh
37
16 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
38
17 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
39
18 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman
- Pengirigasian, pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 serta pemupukan ke II - Pencatatan data kebutuhan air tanaman
- Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke tiga padi varietas IR-64 terlihat tumbuh - Data kebutuhan air tanaman - Pucuk daun ke empat padi varietas IR-64 terlihat tumbuh - mulai terlihat ada anakan - Data kebutuhan air tanaman - Tanaman padi varietas IR-64 memasuki fase vegetatif cepat - selesai pemupukan ke II - Data kebutuhan air tanaman Disepakati untuk melakukan perlakuan stess day pada tanaman percobaan - Data kebutuhan air tanaman
40
18 Nov 2015/ jam 16:00 – 18:00
Rapat koordinasi dengan anggota team penelitian
41
19 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
42
20 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
- Perlakuan stess day pada tanaman percobaan pengirigasian hanya diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 serta pemupukan ke II - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian hanya - Data kebutuhan air diberikan pada kelompok tanaman kontrol - kondisi petak - pengontrolan dan percobaan dalam perawatan tanaman padi keadaan macak2 IR-64 - Pencatatan data
43
21 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
44
22 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
45
23 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
46
24 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
47
25 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
48
26 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
kebutuhan air tanaman - Pengirigasian hanya diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian hanya diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian hanya diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian hanya diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian diberikan pada kelompok kontrol - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1 stress day - pengontrolan dan perawatan tanaman padi
- Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan macak2
- Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering
- Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering
- Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering - tercapai keadaan 1 stress day - Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering - tercapai keadaan 1 stress day - Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering - tercapai keadaan 2
49
27 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
50
27 Nov 2015/ jam 15:00 – 24:00
28 Nov 2015/ jam 10:00 – 14:00
51 52
28 Nov 2015/ jam 16:00 – 22:00 30 Nov 2015/ jam 10:00 – 16:00
53
1 Des 2015/ jam 10:00 – 14:00
54
1 Des 2015/ jam 10:00 – 22:00
55
7 Des 2015/ Jam 09:30 – 12:30
56
7 Des 2015/
IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pengirigasian diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan 1 serta 2 stress day - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman - Pencatatan data agronomi tanaman - Entri data kebutuhan air tanaman - Entri data agronomi - Analisis data - penulisan draf laporan penelitian - Pengirigasian diberikan pada semua petak percobaan - pengontrolan dan perawatan tanaman padi IR-64 - Pencatatan data kebutuhan air tanaman Edit laporan penelitian - Perlakuan stress day sesuai dengan rancangan percobaan - Perlakuan stress day sesuai dengan rancangan percobaan - Perlakuan stress day sesuai dengan rancanganpercobaan - Persiapan draf seminar penelitian Melaksanakan seminar hasil penelitian di gedung penanggulangan kebencanaan Usyiah - Menyempurnakan
stress day
- Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan kering - tercapai keadaan 3 stress day - Data agronomi tanaman
- Analisis data selesai dilakukan - Draf laporan penelitian selesai dilakukan - Data kebutuhan air tanaman - kondisi petak percobaan dalam keadaan tergenagi 50 mm
Laporan penelitian siap diedit Terlaksana sesuai dengan rencana Terlaksana sesuai dengan rencana Perlakuan percobaan selesai dilakukan dan draf laporan penelitian siap untuk diseminarkan Pelaksanaan seminar terlaksana dengan baik - Laporan penelitian
Jam 14:00 – 20:30
56
8 Des 2015/ Jam 20:00 – 21:30
laporan penelitian sesuai dengan masukan dari seminar hasil penelitian - Cetak laporan penelitian - Ambil laporan penelitian
siap edit laporan akhir dan siap untuk dicetak
Nomor BCHP : 228/UN11.2/LT/SP3/2015
Banda Aceh, 8 Desember 2015
Mengetahui,
Ketua Pelaksana,
Ketua Lembaga Penelitian
(Prof. Dr. Ir. H. Hasanuddin, M.S)
Drs. Ahmad Farhan, M.Si
NIP. 196011141986031001
NIP 196606031991031003
Lampiran 4. Prosiding Penelitian PENGARUH STRESS DAY TERHADAP PRODUKSI PADI Ahmad Farhan Yopi Ilhamsyah
Abstrak Kata Kunci: Padi, Pergiliran air, Irigasi, Krueng Jreu, Aceh Besar Budidaya tanaman padi merupakan kegiatan stategis. Masa tanam MK dilakukan pada saat sumber daya air tersedia yang terbatas. Efisiensi pemanfaatan air masih rendah. Pendistribusian air irigasi tidak merata; kawasan hulu menggunakan air irigasi melebihi kebutuhan konsumtif tanaman, sedangkan kawasan hilir mengalami kekurangan air. Keadaan tersebut terjadi di DI Krueng Jreu kabupaten Aceh Besar, sehingga tanaman padi di kecamatan Darussalam (lokasi hilir DI Krueng Jreu) mengalami fuso. Kemerataan distribusi air irigasi dapat dicapai melalui sistem pengairan berselang. Waktu selang pemberian air harus ditentukan secara ilmiah dan spesifik lokasi. Berapa hari waktu selang pemberiaan air yang mampu meningkatkan produktivitas air irigasi di lokasi hilir DI krung Jreu ?, menjadi permasalahan kegiatan pengkajian ini. Tujuan penelitian memperoleh jumlah hari selang pengirigasian yang optimal dan berlaku spesifik di lokasi hilir DI Kreung Jreu pada tinjau laboratorium. Hasil penelitian ini menjadi masukan untuk merancang penelitian tingkat lapangan, dalam usaha menetapkan waktu optimal pergiliran air irigasi yang siap diapliksikan. Penelitiaan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dilakukan pada fase vegetatif reproduksi dan pematangan susu. Hasil analisis data menggunakan ANOVA terhadap konsumsi air irigasi dan komponen agronomi tanaman diperoleh, perlakuan sampai 3 stres day tidak mengurangi konsumsi air irigasi dan meningkatkan produktivitas agronomi tanaman padi varietas IR-64. Jadi, disimpulkan bahwa selang pemberian air sampai 6 hari dapat meningkatkan produktifitas air. Disarankan untuk dilakukan penelitian serupa pada tingkat lapangan, sehingga diperoleh waktu selang air optimum.
SUMMARY Keywords: Rice, water rotation, irrigation, Krueng Jreu, Aceh Besar Rice cultivation is a strategic activity. MK planting done when the available water resources are limited. The efficiency of water utilization is still low. Uneven distribution of irrigation water; upstream region using irrigation water exceeds the consumptive needs of the plant, while the downstream areas experiencing water shortages. That situation occurred in DI Krueng Jreu, Aceh Besar district, so that the rice crop in the district Darussalam (location downstream in Krueng Jreu) experienced Fuso. Equity of irrigation water distribution can be achieved through intermittent irrigation system. Time lapse provision of water must be determined scientifically and site-specific. How many days a irrigation hose that can enhance the productivity of irrigation water at downstream locations DI krung Jreu?, An issue this assessment activities. The research objective to obtain the number of days pengirigasian optimal hose and apply specific location downstream in Kreung Jreu to review the laboratory. This research is the input to design research field level, in an effort to establish the optimal time rotation irrigation water ready diapliksikan. Penelitiaan using a completely randomized design (CRD). The treatment is done on vegetative reproduction and maturation phase of the milk. The results of data analysis using ANOVA on the consumption of irrigation water and crop agronomy component is obtained, treatment up to 3 stressful day did not reduce irrigation water consumption and increase the productivity of crop agronomy IR-64 rice varieties. Thus, it was concluded that the water supply hose to 6 days can increase the productivity of water. It is advisable to do similar research at the field level, in order to obtain optimum time water hose.
I PENDAHULUAN Budidaya tanaman padi merupakan sektor strategis dalam pembangunan nasional. Budidaya padi sawah merupakan pengguna air terbesar, melebihi 90 % dari total pemanfatan air (Budi dan Fagi, 2009). Pemanfaatan air dalam sistem budidaya padi sawah belum efisien sehingga terjadi keterbatasan air dan meluasnya areal kekeringan pada masa tanam Musim Kemarau (MK). Efisiensi pemanfaatan air yang rendah akan bermasalah terhadap stabilitas produksi padi dilahan sawah. Tata guna air sangat dibutuhkan pada periode tanam MK (Farhan, Praja dan Prasadja, 2001). Tata guna air pada masa tanam padi MK di lahan sawah beririgasi dilakukan dengan berbagai cara, antara lain penyaluran air irigasi secara berkala (irigasi berselang). Penerapan sistem irigasi berselang akan meningkatkan efisiensi pemanfaatan air irigasi dan efisiensi produksivitas air (rasio total air yang digunakan dengan produksi gabah). Selain itu mampu meningkatkan luas tanam atau mempertahankan luas tanam MK dari resiko fuso dan bahkan membuka peluang tanam ke III (IP padi 300) (Farhan dan Kartaatmadja, 2001). Selang penyaliran air irigasi harus memenuhi kriteria, tidak menurunkan efisiensi produktivitas air, yang diperoleh dari kajian spesifik lokasi dan aplikatif (Farhan, 2012). Metode penentuan lamanya selang irigasi yang mudah diaplikasi pada tingkat lapangan adalah berdasarkan variabel stress day; yaitu jumlah hari cekaman air yang dialami tanaman. Khusus untuk padi sawah, stress days dihitung berdasarkan hari tanpa genangan. Satu stress day dihitung 2 – 3 hari setelah sawah dalam keadaan macak-macak (Budi dan Fagi, 2009); tergantung dari spesifik kondisi fisik tanah. Daerah Irigasi (DI) Krung Jreu, terletak di kabupaten Aceh Besar. Luasan DI meliputi beberapa kecamatan mulai Indrapuri di lokasi hulu sampai kecamatan Darussalam di lokasi hilir. Sumber air irigasi disadap dari bendungan Krueng Jreu.
Areal sawah irigasi yg sumber airnya dari bendung, rawan terhadap
dampak kekeringan (Farhan, 2013).
Sistem pengirigasian di kawasan DI Krueng Jreu, masih tradisional; air irigasi disalurkan sepanjang waktu ke semua lokasi, tergantung kondisi ketersedian air di bendung; penyaluran air irigasi berselang belum dilaksanakan. Akibatnya, pada kondidi air terbatas, areal lokasi hilir tidak mendapatkan air. Areal tanam MK di lokasi hilir DI Krueng Jreu, rawan terkena kekeringan. Pengamatan yang dilakukan dari MK tahun 2012 – 2014; areal tanam di lokasi hilir mengalami dua kali kekeringan yaitu pada MK 2012 dan 2014. Dampak kekeringan cukup berat; tanaman mengalami fuso. Kekeringan yang melanda DI tersebut disebabkan oleh budaya sistem irigasi kontiu dan pengaruh rendahnya curah hujan dalam periode tersebut akibat Monsun Barat daya Australia (Farhan, 2014) Kekeringan di areal hilir DI dapat diatasi apabila kemerataan pendistribusian air antara lokasi hulu, tengah dan hilir dapat dilakukan. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui sistem irigasi berselang. Penetapan lamanya jumlah hari penyelangan air secara ilmiah, berpedoman pada jumlah hari cekaman air (stress day) yang diperoleh melalui pengkajian spesifik (Budi dan Fagi, 2009). Kriteria utama penentuan waktu selang air adalah: (a) tidak menurunkan produksi padi (gabah), (b) tidak meningkatkan konsumsif air tanaman dan (c) tidak merusak agregat tanah dan fisik saluran saluran irigasi dan pematang sawah. Penentuan jumlah hari cekaman yg memenuhi kriteria tersebut belum dilakukan di kawasan DI Krueng Jreu. Oleh sebab itu, kegiatan ini dilakukan untuk pengkajian secara ilmiah di areal DI Kruen Jreu spesifik kawasan hilir. Dengan demikian akan menjadi rintisan untuk kegiatan-kegiatan ilmiah lainnya dalam usaha memperoleh waktu optimum penyelengan air yang dapat meningkatkan produktivitas air. Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan “Berapa lama waktu pergiliran air yang optimal di areal persawahan lokasi hilir DI Krung Jreu ?”, sehingga dapat ditentukan lamanya hari penyelangan air secara ilmiah untuk penerapan sistem pengairan berselang di DI Krueng Jreu yang tidak menurunkan produksi padi dan mempertahan stabilitas produktivitas lahan.
II. KAJIAN PUSTAKA 1. Botani Padi Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang menghasilkan pati yang dibentuk dalam senyawa karbohidrat dan unsur kia lainnya. Tanaman ini termasuk kelompok serealia yang dapat hidup optimal dalam kawasan iklim tropis - sub tropis. Penyebaran mulai dari asia tenggara ke kawasan lainnya; saat ini, telah dibudidayakan diseluruh Asia, Afrika, Eropa bahagian selatan dan Amerika Latin. Di Indonesia, varietas-varietas unggul yang budidayakan adalah hasil persilangan antara spesies indica dengan japonica. Varietas-varietas yang banyak dibudidayakan antara lain varietas IR-64, Ciliwung, Cisadane, Pangrango dan lainnya. Diantara varietas unggul, yang paling luas digunakan masyarakat tani adalah IR-64 (Budi dan Fagi, 2009). Fase vegetif dimulai dari pertumbuhan akar sampai stadia keluarnya primordial; vegetatif aktif dari pertumbuhan bibit, batang, daun, peranakan, (tunas) maksimum dan fase vegetative lambat, dari stadia anakan maksimum sampai keluarnya primordia (Sulistyono, Suwarno, Lubis, dan Suhendar, 2012). Fase reproduktif atau fase generatif, dimulai dari munculnya primordial sampai munculnya malai. Pada fase ini pertambahan tinggi tanaman dan berat jerami berlangsung secara lambat. Fase pematangan, yang meliputi tahap pengisian biji, matang susu, matang penuh, matang kuning dan matang mati. Stadia matang mati merupakan akhir dari satu siklus pertumbuhannya. 2. Kebutuhan Air pada Padi Budidaya Sawah dan Efisiensi Produksi Air digunakan oleh tanaman padi untuk kegiatan Evapotraspirasi (ET), perkolakasi dan rembesan. Kesediaan air yang cukup untuk memenuhi kebutuhan ini akan menentukan produksi padi. Selain untuk proses-proses tersebut air berperan sebagai pelarut unsur hara yang dibutuhkan tanaman. 95 % dari air yang tesedia digunakan untuk kegiatan ET, perkolasi dan rembesan. Hanya 5% dari air yang diserap digunakan untuk pertumbuhan pembentukan pati dan pertumbuhan tanaman. Kebutuhan air oleh tanaman padi berbeda pada setiap fase pertumbuhan, varietas, jenis tanah dan topografi. Oleh sebab itu, penentuan kebutuhan air konsumtif tanaman harus bersifat spesifik lokasi.
Air yang tersedia digunakan juga untuk kebutuhan penjenuhan dan pengolahan tanah serta penggenangan. Penggenangan pada pertanaman padi sawah, akan mempengaruhi karakteristik tanaman, status hara, sifat fisik tanah, perkolasi, rembesan, pertumbuhan dan perkembangan gulma. Kedalaman gengangan untuk padi sawah bervariasi antara 2-15 cm dan idealnya berkisar antara 5-7 cm (Farhan dan Kartaadmadja, 2001). Tinggi genangan air mempengaruhi pertumbuhan gulma, dan menekan stress suhu pada MK dan perkembangan jumlah anakan. Kebutuhan air dalam petak tanah (Field Water Requiqment, FWR) dapat didekati dengan persamaan (Farhan, 2012, dan Astuti, Retno, 2011): FWR = ET + P + St + G Keterangan: P = perkolasi (mm) St = penjenuhan (mm) G = penggenangan (mm) Kebutuhan air konsumtif tanaman dihitung hanya untuk kebutuhan ET tanaman, sehingga perhitungannya dilakukan menggunakan (Farhan, 2012): WD = E + T Keterangan: WD = Water Demand (mm) E = Evaporasi (mm) T = Transpirasi (mm) Hubungan antara konsumsi air oleh tanaman padi dengan produksi gabah didekati efesiensi produksi (Ep). Ep dihitung dengan perbandingan antara produksi (Y) dengan total air yang digunakan dalam satu masa tanam (FWR), (Purwanto dan Ichsan, 2014 dan Budi dan Fagi, 2009): Ep = Y / FWR 3. Stress Day Stress Day adalah hari cekaman air yang dialami tanaman selama masa pertumbuhan. Tingkat cekaman air untuk berbagai tanaman berbeda. Untuk tanaman padi sawah, stress say didefinisikan sebagai keadaan tanpa genangan. Penetapan stress day tanaman padi dilakukan pada 2-3 hari setelah sawah dalam
keadaan macak-macak; 2 hari untuk tanah bertekstur ringan dengan 3 hari untuk tanah bertekstur berat (Budi dan Fagi, 2009). Satu stress day ditetapkan pada saat hari ke 3 (sifat fisik tanah ringan) atau hari ke 4 (sifat fisik tanah berat) sawah mencapai keadaan macak-macak, belum memperoleh air irigasi atau curah hujan efektif > 2mm, dan seterusnya mengikuti deret hari cekaman air, yaitu 1, 2, 3 .... n stress day. Cekaman air yg dialami padi selama masa pertumbuhan terjadi akibat selang pengirigasian yg relatif lama. Selang pengirigasian 8, 12 dan 16 hari menyebabkan penurunan hasil gabah sebesar 32.44%, 41.52% dan 48.87% (Sulistyono, Suwarno, Lubis, dan Suhendar, 2012). Pada padi gogo, respon
tanaman terhadap perlakukan stess days berbeda, tergantung dari varetas tanaman, namun secara umum mengalami degradasi hasil (Sari, Purwanto dan mursito, 2013). Selang pengirigasian sampai 2 stess days terhadap padi sawah varietas IR64 di lahan kawasan hilir DI Macan Hulu tidak menyebabkan penurunan produksi padi, namun pada jumlah stress day yang lebih lama terjadi penurunan hasil padi secara linier dan berkorelasi positif (Farhan, 2012). III. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kawasan lokasi hilir DI Krueng Jreu, kecamatan Darussalam Aceh Besar. Hal ini dimaksudkan agar lokasi percobaan mewakili keadaan iklim setempat. Percobaan dilaksanakan di rumah kaca, untuk mengontrol pengaruh lingkungan dan hama. Perlakuan pengirigasian yang berkaitan dengan jumlah hari stess day dilaksanakan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Data-data kuantitas air, agronomi dan produksi gabah yang diperoleh dari penelitian dianalisis variansinya dengan ANAVA (Gambar 1). Model linier yang memenuhi rancangan yang digunakan adalah (Mattjik dan Sumertajaya, 2000):
Yij = µ + ӷ i + ɛij Keterangan: Yij µ ӷi
ɛij
= = = =
Data pengamatan pada perlakuan ke i ulangan ke j Nilai rata-rata dari data Pengaruh perlakuan ke i Pengaruh acak pada perlakuan ke i ulangan ke j
Percobaan menggunakan rancangan satu faktor; parameter fisik ditetapkan sebagai penyebab dan parameter agronomis sebagai akibat. Parameter fisik difokuskan hanya untuk perlakuan stess days, sedangkan parameter fisik lainya dikondisikan sama. Untuk penelitian ini, stress day dihitung 3 hari setelah sawah dalam keadaan macak-macak. Penetapan didasarkan pada kondisi tanah; fisik tanah liat berdebu. Kondisi macak-macak ditetapkan pada saat tinggi air dalam piezometer = ± 0; yang berarti, tinggi genangan dan muka air tanah mendekati nol. Genangan air dipetak sawah diukur dengan menggunakan meter skala miring. Perlakuan stress days dibuat sebesar 4 taraf yaitu: (a) kontrol, (b) satu stess days, (c) dua stess days dan (d) tiga stess days. Jumlah ulangan untuk masing-masing perlakuan sebanyak 18. Air awal diberikan kepada masing-masing anggota perlakuan setinggi 5 cm. Data percobaan
tidak
Microsoft Exel
Data konversi dalam ha
Beda Segnifikan
ANOVA (Minitab)
ya Uji Duncan
Pengambilan keputusan terhadap hipotesa normal dan anomali Gambar 1. Tahapan-tahapan pelaksanaan penelitian
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Olah Tanah Tanah diolah sempurna dengan masa perendaman selama 7 hari. Total air yang diguna untuk masing-masing petak perlakuan sama, yaitu sebesar 207 liter. Pengunaan air adalah untuk penjenuhan tanah dan pelumpuran selama masa olah tanah berlangsung. Pembenihan padi varietas IR-64 dilakukan dalam periode tersebut. Jumlah air yang digunakan setara dengan 200 mm per musim tanam. Jumlah air yang digunakan sama dengan penggunaan air secara umum pada sistem olah tanah sempurna (200 – 300) mm per musim tanah (Farhan, Praja, dan Prasadja, 2001). 2. Kebutuhan Air konsumtif Tanaman Bibit padi IR-64 umur 7 hari ditanam sebanyak 2 bibit perlubang. Pada umur 3 Hari Setelah Tanam (HST), dilakukan penyulaman untuk menggantikan bibit yang gagal tumbuh. Secara umum semua benih dapat tumbuh dengan baik. Hanya beberapa lubang yang mebutuhkan penyulaman. Tinggi genangan pada saat tanam dikondisikan macak-macak. Ini dimaksudkan supaya tanaman tidak terendam dan air yang cukup untuk pemulihan akar. Tinggi genangan secara perlahan ditingkatkan sesuai dengan pertumbuhan tanaman . Pada saat tanaman sudah tumbuh dan memasuki fase vegetatif awal, tinggi genangan dibuat 50 mm. Kondisi tersebut dipertahankan konstan dengan cara menambah air (pengirigasian) setiap hari. Perlakuan stess day terhadap tanaman dilakukan mulai pada 8 HST. Pada hari ke 8, air untuk tanaman yg dilakukan perlakuan tidak diberikan, sedangkan untuk kontrol pengirigasian tetap diteruskan. Secara perlahan tinggi genangan berkurang. Kondisi macak-macak tercapai pada 11 HST. Padi mengalami 1, 2 dan 3 Stess day (Sd), secara berturut-turut pada 14, 15 dan 16 HST. Air diberikan kembali setelah masing-masing perlakuan dialami tanaman tercapai. Tanaman yang diperlakukan 1 Sd diairi pada 15 HST, 2 Sd diairi pada 16 HST dan 3 Sd diairi pada 17 HST. Keadaan stres day berikutnya terjadi pada 21 HST.
Dalam
periode
vegetatif awal, 1 - 34 HST, tanaman telah mengalami 3 kali siklus Stress Day.
Siklus ini akan bertambah dalam masa vegetatif aktif dan reproduktif. Pada fase pematangan (matang kuning), pemberian air dihentikan.
Gambar 2. Keadaan petak percobaan pada saat kondisi perlakuaan stress day pertama Tanah sawah mengalami kekeringan selama periode perlakuan stress day (Gambar 6.2). Lebar keretakan tanah terjadi bervariasi untuk semua perlakuan; berturut-turut 0,5, 1 dan 2 cm untuk perlakuaan 1, 2 dan 3 stress day. Kedalaman keretakan tanah 1, 2 dan 4 cm untuk perlakuaan 1, 2 dan 3 stress day. Keadaan muka air tanah yang diukur dengan piezometer, mencapai - 28, 30 dan -320 mm untuk 1, 2, dan 3 stress day. Jadi, keadaan muka air tanah berada di kedalam lebih jauh dari daerah perakaran. Sebab, pertumbuhan akar tanaman yang pada saat tersebut berumur 14 – 16 HST, belum cukup panjang. Total air konsumtif tanaman dari 1 - 34 HST, berturut-turut untuk perlakuan kontrol, 1, 2 dan 3 Sd adalah 419, 320, 305 dan 284 liter. Penggunaan air konsuntif tanaman untuk percobaan ini hanya untuk proses evapotranspirasi. Sepage dan rembesan tidak terjadi, karena petak percobaan disekat dengan terpal kedap air.
Hasil analis ANAVA, diperoleh nilai Fhit lebih besar dari nilai Ftab pada level segnifikansi 1 %. Dengan demikian, besarnya konsumsi air tanaman padi pada berbagai perlakuan berbeda secara nyata. Air konsumtif tanaman terbanyak pada kontrol dan yang paling sedikit diberikan pada perlakuan 3 Sd. Tabel 1. Hasil analisis ragam dari air konsumtif tanaman pada fase vegetatif awal Tabel ANOVA SK
Db
Perlakuan Galat Total
JK
3 725,99 68 86,28 71
KT
Fhit
213,24 168,06** 1,27
Ftab 0,05 0,01 2,76 4,13
Total konsumsi air untuk perlakuan kontrol hampir dua kali lebih banyak dibandingkan dengan total konsumsi air pada perlakuan 3 Sd. Jadi, Perlakuan 3 Sd dapat menghemat hampir setengah dari kebutuhan air tanaman kontrol. Kenyatan yang diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan, sangat menarik. Hal ini sangat bermanfaat untuk menghemat penggunaan air irigasi pada kondisi keterbatasan air, seperti masa tanam musim kemarau (MT II). Penghematan iar akan bersifat operasional apabila cekaman air yang dialami padi, tidak mengurangi produksi padi atau perkembangan agronomi tanaman. 2. Perkembangan Agronomi Tanaman Jumlah anakan per rumpun dan perkembangan tinggi tanaman pada 30 HST; tanaman telah mengalami 3 siklus perlakuan (Tabel 2). Tabel 2. Rata-rata jumlah anakan dan tinggi tanaman pada berbagai perlakuan pada umur 30 HST Perlakuan 0 sd 1 sd 2 sd 3 sd
Jumlah Anakan (per rumpun) 5 8 7 10
Tinggi Tanaman ( cm) 34 43,11 43,72 41,72
Analisis ragam terhadap data jumlah anakan per rumpun (Tabel 3), diperoleh nilai Fhit lebih besar dari Ftab pada level segnifikansi 5 %. Dengan demikian, perkembangan jumlah anakan berbeda nyata pada perlakuan stess day yang dilakukan. Tabel 3. Hasil analisis ragam dari jumlah anakan tanaman per rumpun pada akhir fase vegetatif awal Tabel ANOVA SK Perlakuan Galat Total
Db 3 68 71
JK
KT
784,88 667,83
Fhit 39,01 3,97* 9,82
Ftab 0,05 2,76
0,01 4,13
Jumlah anakan paling sedikit diperoleh pada kontrol dan terbanyak pada perlakuan 3 Sd, sehingga tinggi genangan berpengaruh terhadap jumlah anakan. Genangan air yang terus menurus menyebabkan pertumbuhan jumlah anakan terhambat. Tunas tidak mampu tumbuh akibat suplai oksigen ke daerah perakaran tanaman terhambat oleh genangan air. Pada perlakuan 1 – 3 Sd, tinggi genangan berfluktuasi dari 5 – -32 cm, sesuai dengan pengirigasian. Akibatnya eraksi oksigen ke daerah per akaran menjadi lebih baik. Selain itu, tinggi genangan yang rendah menyebabkan tunas yang baru tumbuh tidak terendam oleh air. Rata-rata jumlah anakan yang paling banyak diperoleh pada perlakuan 3 Sd. Hal ini menunjukkan bahwa muka air tanah di bawah daerah perakaran tidak menyebabkan tanaman kekurangan air. Jadi, meskipun tinggi muka air tanah di bawah permukaan tanah, air untuk tanaman tetap tersedia. Daerah perakaran tanaman masih mendapatkan suplai air yang naik melalui pori-pori tanah (kapileritas). Selain itu, tanah liat (jenis tanah di lokasi percobaan) mampu menyimpan air dalam waktu reltif lama. Hasil analis ragam untuk data agronomi tinggi tanaman diperlihatkan pada Tabel 4. Nilai Fhit lebih besar dari Ftab pada level segnifikansi 1 %. Dengan demikian, tinggi tanaman berbeda nyata antara kontrol dan perlakuan stess day. Uji Duncan terhadap tinggi tanaman, memperlihatkan perbedaan nyata antara
kontrol dengan perlakuan, tetapi tidak berbeda nyata antar perlakuan. Dengan demikian, tinggi tanaman dari perlakuan terendah dibandingkan kelompok perlakuan. Tabel 4 Hasil analisis ragam dari jumlah anakan tanaman per rumpun umur pada 30 HST Tabel ANOVA SK Perlakuan Galat Total
Db 3 68 71
JK 16059,32 4651,06
KT 3802,75 68,40
Fhit 55,59**
Ftab 0,05 2,76
0,01 4,13
V. SIMPULAN DAN SARAN
Perlakuan irigasi 1 - 3 sress day di areal sawah kawasan hilir DI Krueng Jreu berpengaruh terhadap produksi padi. Selang pengirigasian sampai 1 - 3 sress day mengurangi air konsumtif tanaman dan perkembangan agronomi padi varietas IR-64 meningkat, sehingga meningkatkan produktivitas air dan efisiensi produksi meningkat. Jadi, selang pengirigasian 3 - 6 hari (perlakuan 1 - 3 sress day) dapat dijadikan pedoman dalam kegiatan irigasi intermiten di areal sawah kawasan hilir DI Krueng Jreu. Untuk implementasi, disarankan pengkajian serupa di tingkat lapangan.
VI. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Retno (2011). Efisiensi penggunaan air tanaman padi dengan irigasi kontinyu dan berselang di Kecamatan Mijen, Semarang. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/47431; diunduh pada 20 Januari 2015. Budi S. B., dan Fagi A. M. (2009). Pengelolaan Padi Sawah Irigasi; antisipasi kelangkaan air. Balai Besar Padi; Sukamandi Farhan, A. dan Kartaatmadja 2001. Pengkajian Peluang Peningkatan Efisien Air Irigasi Yang Bersumber Dari Waduk. j. Saint Teks edisi khusus Oktober 2001. Universitas Semarang. Pp. 641-652. Farhan, A., S. Praja, dan I. Prasadja. 2001. Teknik Terapan Percepatan Tanam Untuk Mengantisipasi Kekurangan Air Di Kawasan Irigasi Teknis. Bahan seminar antisipasi El Nino; implementasi budaya hemat air di Indonesia pada tanggal 21 – 22 Pepruari 2001di Hotel Salak – Bogor. Farhan, A. 2012. Kinerja Pendistribusian Air Irigasi Pada Lokasi Hulu, Tengah dan Hilir. Review (sedang dalam proses publikasi jurnal/prosiding) dan dipublikasi di perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Farhan, A. 2013. Analisis Peningkatan Kinerja Waduk Melalui Efisiensi Distribusi Air Irigasi. Review (sedang dalam proses publikasi jurnal/prosiding) dan dipublikasi di perpustakaan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Farhan, A. 2014. Keterkaitan Hujan Di Nanggo Aceh Darussalam Dengan Suhu Muka Lautan Pasifik; (bahagian dari upaya mitigasi dampak kekurangan air pada budidaya padi). Laporan Penelitian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Mattjik A. A dan Sumertajaya M. 2000. Rancangan Percobaan; dengan aplikasi SAS dan Minitab Jilid 1. IPB Press. Purwanto dan Ichsan. J (2014). Analisis Kebutuhan Air pada Bendung Mrican1. J. Imiah Semesta Teknika, Vol. 9 No. 1, 206; 83 – 93. Sulistyono E., Suwarno, Lubis I., dan Suhendar D. (2012). Pengaruh Frekuensi Irigasi Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Lima Galur Padi Sawah. J.Agrivon Vol. 5 No. 1
Lampiran 5. Rincian Dana Penelitian I. Uang yang diterima Tahap Pertama
Rp. 10.500.000
Pelaksana (Gaji/Upah) No
Nama Tim Peneliti
Tugas/ Jabatan
Volume (jam/bln)
1 2 3 4 5
Musdar, S. Pd, M. Pd Khairunisak Safrizal Abdul Halim Mursalim
Teknisi Adm Pencacah Petani Tukang
20 Jam 3 Bln 3 bln 16 jam 24 jam
Harga Satuan (Rp) 25.000,300.000,300.000,20.000,25.000,-
Biaya Sub Total
Jumlah Biaya (Rp) 500.000,900.000,900.000,320.000,600.000,3.220.000,-
Bahan Habis Pakai No
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23.
Jenis Bahan
Volume
Harga Satuan
Jumlah Biaya (Rp)
6 Rem 10 buah
33.000,23.500,-
198.000,235.000,-
Pembelian balok kayu 5 x 7 Pembelian balok kayu 3 x 4 Pembelian balok kayu 2 x 3
10 batang 10 batang 15 batang
70.000,27.000,18.000,-
700.000,270.000,270.000,-
Paku Plastik Transparan Terpal biru tahan air Kawat ayaman Cangkul Skrop tanah Bor tanah Parang Batu bata Benih padi varietas IR-64 Pupuk NPK Handrayer Pestisida Herbisida Wadah pembibitan Sarung tangan Masker mulut/hidung Ayaman pagar plastik
3 kg 25 m 12 m 24 m 1 buah 1 buah 1 buah 1 buah 1000 biji 1 bungkus 5 Kg 1 buah 1 botol 1 botol 1 buah 2 seat 5 lembar 16 m
18.000,15.000,25.000,27.500,90.000,75.000,80.000,85.000,800,85.000,3.000,375.000,45.000,50.000,30.000,9.000,2.000,22.500,-
54.000,375.000,300.000,660.000,90.000,75.000,80.000,85.000,800.000,85.000,15.000.375.000,45.000,50.000,30.000,18.000,10.000,360.000,5.180.000,-
Kertas File Cabinet
Biaya Sub Total
Lain-lain No
Jenis Pengeluaran
Volume
1. Sewa petak sawah untuk percobaan
1 petak
Harga Satuan (RP) 2.100.000,-
Jumlah Biaya (Rp) 2.100.000,-
Total Rp10.500.000
II. Uang yang diterima Tahap Akhir
Rp. 4.500.000
Uraian Komponen Biaya: 1. Pelaksana (Gaji/Upah) No
1. 2. 3.
Nama Tim Peneliti
Dedi Irwan Saiful Bahri Mursalin
Tugas/ Jabatan
Volume (jam/bulan)
Pencacah Pencacah Petani
18 Jam 15 Jam 8 Jam
Harga Satuan (Rp) 20.000,20.000,20.000,-
Biaya Sub Total
Jumlah Biaya (Rp) 360.000,300.000,160.000,820.000,-
Peralatan No
1.
2.
Jenis Peralatan
Sewa 1 Unit Personal Komputer 5 Bulan beserta Printer selama (Juli – November 2015) untuk keperluan pengengetikan dan administrasi penelitian Sewa 1 Unit Lab top (Juli – 5 Bulan November 2015) untuk keperluan pengengetikan draf laporan penelitian dan keperluan penelitian lainnya Biaya Sub total
Pertemuan/Lokakarya No Tema Kegiatan Seminar Hasil Penelitian 1.
Volume
Rincian pengeluaran biaya: Pengetikan dan pengeditan
Harga Satuan (Rp) 200.000,-
Jumlah Biaya (Rp) 1.000.000,-
250.000,-
1.250.000,-
2.250.000,-
Tempat
Lama nya
Unsyiah
1 hari
Biaya (Rp)
Jumlah (Rp)
150.000,-
150.000,-
2.
bahan prosiding seminar Penggandaan (foto copi) dan cetak bahan prosiding seminar (5 buah) Biaya Sub Total
Laporan/Publikasi No Jenis Penggunaan
1. 2.
3.
4.
30.000,-
Volume
Pengetikan dan print out 1 laporan laporan akhir penelitian Pengetikan dan print out laporan pertanggung jawaban penelitian: - BCHP 1 laporan - Penggunaan dana tahap I 1 laporan - Penggunaan dana tahap II 1 laporan - Kemajuan penelitian 1 laporan Penggandaan (Foto copi) dan 10 buah pencetakan laporan penelitian Penggandaan (Foto copi) dan Penggandaan (Foto copi) dan pencetakan laporan penelitian: - BCHP 3 buah - Penggunaan dana tahap I 3 buah - Penggunaan dana tahap II 3 buah - Kemajuan penelitian 3 buah Biaya Sub Total
150.000,300.000,-
Harga Satuan (Rp) 250.000,-
Jumlah Biaya (Rp) 250.000,-
70.000,70.000,70.000,70.000,30.000,-
70.000,70.000,70.000,70.000,300.000,-
25.000,25.000,25.000,25.000,-
75.000,75.000,75.000,75.000,1130.000,-
Total Rp4.500.000
Lampiran 6. Jumlah air untuk pengirigasian (I) dan tinggi genangan (TG), pada masa olah tanah untuk perlakuan percobaan beberapa tingkat stes days padi sawah varetas IR-64 di kawasan hilir DI Krueng Jreu Aceh Besar Petak Percobaan/ Tanggal 25/10/2015 26/10/2015 27/10/2015 28/10/2015 29/10/2015 30/10/2015 31/10/2015 Total
0 Sd
1 Sd
2 Sd
3 Sd
Keterangan
I TG I TG I TG I TG (ltr) (mm) (ltr) (mm) (ltr) (mm) (ltr) (mm) 60 100 60 100 60 100 60 100 Penjenuhan 47 100 47 100 47 100 47 100 Penjenuhan 42 100 42 100 42 100 42 100 Penjenuhan 33 70 33 70 33 70 33 70 Olah Tanah 25 50 25 50 25 50 25 50 Olah Tanah 0 30 0 30 0 30 0 30 Olah Tanah 0 0 0 0 0 0 0 0 Olah Tanah 207 207 207 207
Lampiran 7. Jumlah air untuk pengirigasian (I) dan tinggi genangan (TG), pada berbagai Perlakuan Stres Days di petak percobaan padi sawah varetas IR-64 HST petak/
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34
0 Sd I TG
1 Sd I TG
2 Sd I TG
3 Sd I TG
Keterangan
Tanggal (ltr) (mm) (ltr) (mm) (ltr) (mm) (ltr) (mm) 01/11/2015 13 0 13 0 13 0 13 0 02/11/2015 18 0 18 0 18 0 18 0 03/11/2015 15 0 15 0 15 0 15 0 04/11/2015 20 20 20 20 20 20 20 20 05/11/2015 12 20 12 20 12 20 12 20 06/11/2015 25 40 25 40 25 40 25 40 07/11/2015 10 40 10 40 10 40 10 40 08/11/2015 8 40 0 28 0 28 0 30 09/11/2015 15 50 0 19 0 18 0 18 10/11/2015 7 50 0 7 0 7 0 7 11/11/2015 9 50 0 0 0 0 0 -2 macak2 12/11/2015 11 50 0 0 0 -130 0 -120 13/11/2015 7 50 0 0 0 -190 0 -200 14/11/2015 7 50 0 0 0 -270 0 -270 1 sd 15/11/2015 9 50 38 50 0 -300 0 -320 2 sd 16/11/2015 7 50 7 50 42 50 0 -320 3 sd 17/11/2015 8 50 9 50 13 50 52 50 18/11/2015 10 50 0 -130 0 -125 0 2 macak2 19/11/2015 11 50 0 -175 0 -180 0 -150 20/11/2015 10 50 0 -270 0 -275 0 -270 21/11/2015 13 50 0 -300 0 -300 0 -300 1 sd 22/11/2015 13 50 45 50 0 -300 0 -320 2 sd 23/11/2015 14 50 15 50 51 50 0 -320 3 sd 24/11/2015 13 50 12 50 17 50 58 50 25/11/2015 15 50 0 2 0 -2 0 -5 macak2 26/11/2015 13 50 0 -120 0 -190 0 -200 27/11/2015 12 50 0 -190 0 -280 0 -280 28/11/2015 14 50 0 -300 0 -300 0 -320 1 sd 29/11/2015 13 50 49 50 0 -300 0 -320 2 sd 30/11/2015 13 50 17 50 55 50 0 -120 3 sd 01/12/2015 14 50 15 50 14 50 61 50 02/12/2015 14 50 0 3 0 -2 0 -5 macak2 03/12/2015 12 50 0 -80 0 -95 0 -115 04/12/2015 14 50 0 -125 0 -130 0 -120 Total 419 320 305 284
Lampiran 8. Data Agronomi tanaman padi varietas IR-64 pengamatan pada 25 HST untuk berbagai perlakuan stres days di kawasan hilir DI Krueng Jreu Aceh Besar Perlakuan
(1) 0 sd
Rata-rata 1 sd
Sampel
(2) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Jumlah Anakan (per rumpun) (3) 3 6 3 3 5 5 7 4 5 7 5 7 9 4 5 5 8 6 5 8 6 9 9 10 13 11 13 10 9 9 11 5
Tinggi Tanaman ( cm) (4) 31 32 28 33 38 35 38 40 38 38 32 38 30 34 35 34 38 27 34 49 35 37 35 40 36 41 54 51 50 50 49 48
Lampiran 8. Lanjutan ... (1) (2) 14 15 16 17 18 Rata-rata 2 sd 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 Rata-rata 3 sd 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
(3) 6 5 4 4 5 8 5 8 5 6 5 5 9 4 5 7 13 4 6 14 7 11 8 7 7 6 7 6 6 8 6 13 10 17 15 13 6 9 11
(4) 38 45 38 40 40 43,11 50 48 48 48 47 38 38 38 35 34 38 38 51 53 40 48 47 48 43,72 38 30 28 48 46 30 48 47 43 48 40 36 48 37
Lampiran 8. Lanjutan ... (1) (2) 15 16 17 18 Rata-rata
(3) 9 9 13 8 10
(4) 41 50 45 48 41,72