LAPORAN GUBERNUR KERJASAMA LUAR NEGERI KUARTAL II 2010 (MEI – AGUSTUS 2010) 1.
Kerjasama Luar Negeri Beberapa kegiatan yang disampaikan dalam laporan ini antara lain terdiri dari kegiatan yang terkait dengan kerjasama sister city, kerjasama teknis dengan kota/lembaga di luar negeri, kerjasama dengan negara-negara yang tergabung dalam asosiasi di luar negeri dan kegiatan lain yang terkait dengan tamu dari luar negeri.
1.
Keikutsertaan
dalam
Workshop
3rd
Capasity
Building
on
Gender
Mainstreaming Delegasi Pemerintah Surabaya berkesempatan untuk mengikuti kegiatan workshop mengenai Pembangunan Kapasitas dan Pengarus-utamaan Gender (Capasity Building on Gender Mainstreaming). Workshop ini diselenggarakan di Seoul, tanggal 3 s/d 7 Mei 2010 oleh Korea Institute Gender Equality Promotion and Education (KIGEPE). KIGEPE merupakan sebuah institusi pendidikan dan pelatihan di Korea yang didirikan untuk memberi pengertian tentang kesetaraan gender melalui promosi dan pendidikan kepada pejabat pemerintah. Sekilas mengenai KIGEPE, institut ini menekankan pada pelatihan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dalam mempromosikan tentang kesetaraan gender, pelatihan kepemimpinan, dan juga pendidikan berbasis IT. KIGEPE menggunakan metode pembelajaran melalui presentasi, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas serta penggunaan teknologi informasi. Pelatihan yang diadakan mulai tanggal 3 s/d 7 Mei 2010 ini merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Seoul dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia. Pelatihan tersebut diikuti oleh 18 peserta perwakilan, yang berasal dari staf pemerintahan di seluruh Indonesia. Erna Uliantari, S.H., M.Si., staf Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana, berkesempatan menjadi wakil Pemerintah Kota Surabaya dalam pelatihan yang berlangsung selama satu minggu ini. Pelatihan ini berfokus pada tema penyetaraan gender. Para peserta tidak hanya dilibatkan dalam diskusi dan pelatihan di dalam ruangan, melainkan juga berkesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan, sehinggga dapat terjun langsung mengamati hasil kebijakan di Seoul terkait dengan program penyetaraan gender.
1
Pemerintah setempat telah mengalokasikan sebesar 2,7 % dari total anggaran tahun 2010 untuk pelaksanaan program penyetaraan gender ini. Program penyetaraan perempuan di Korea ditangani oleh sekelompok kerja beranggotakan 13 orang, dengan latar belakang tenaga profesional dari beragam keilmuan, sehingga dapat menghasilkan output yang maksimal. Tahun 2010 ini, terdapat 195 proyek yang telah masuk dalam anggaran, yang tersebar pada 29 instansi dan lembaga, dimana satu lembaga dengan yang lainnya saling berbagi peran, sehingga tidak terdapat proyek yang tumpang tindih. Hasil dari program ini, terlihat dari banyaknya fasilitas publik yang ramah terhadap perempuan, seperti adanya toilet khusus perempuan yang dibuat lebih luas dan lebih nyaman, parkir khusus perempuan, pencahayaan parkir yang cukup untuk menghindari kejahatan, dan fasilitas-fasilitas publik lainnya yang mengutamakan kenyamanan perempuan. Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan lembaga di propinsi dan lembaga / pemerintahan di tingkat kota, untuk mengembangkan program penyetaraan gender ini. Diantaranya, Program pelatihan peningkatan keterampilan bagi perempuan, pembangunan pusat perawatan anak dan tempat bermain bagi anakanak, pelayanan cek kesehatan gratis bagi perempuan yang tidak mampu, pusat pelayanan perempuan, penggunaan taxi call, dan sebagainya. Mengacu pada Kota Seoul yang telah dicanangkan sebagai Kota Ramah Perempuan, Surabaya sebagai kota metropolitan perlu melakukan pembenahan agar dapat tercipta program maupun failitas publik yang responsif terhadap gender. Disini perlu ada persamaan persepsi mengenai pemahaman konsep gender pada seluruh SKPD, serta dapat pula dibuat dalam bentuk kerjasama antara pemerintah dengan swasta (dengan program CSR-nya) sehingga program responsif gender dapat berjalan optimal. Selain itu, perlu dibentuk Tim Pokja di tingkat
kecamatan
dan
kelurahan
untuk
merancang,
menangani
serta
mengevaluasi pelaksanaan pogram ini di masyarakat.
2.
Kunjungan Delegasi Pemerintah Kota Guangzhou
Dalam upaya peningkatan hubungan kerjasama antara Kota Surabaya dengan Kota Guangzhou, pada tanggal 6 s/d 7 Mei 2010, delegasi Pemerintah Kota Guangzhou berkunjung ke Kota Surabaya. Kunjungan tersebut adalah dalam 2
rangka pertukaran informasi terkait dengan sistem perpajakan, keuangan dan fiskal. Sebanyak enam orang delegasi yang dipimpin oleh Wakil Walikota Guangzhou, Mr. Wu Yimin, diterima oleh Bapak Wakil Walikota di Ruang Sidang Walikota. Beberapa SKPD / instansi yang hadir mendampingi diantaranya adalah Konjen China, Asisten Administrasi Umum, Bappeko, Bagian Bina Program, Bagian Humas, Bagian Kerjasama, Bagian Perlengkapan, dan sebagai penyaji materi adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan. Pada awal pertemuan, ketua rombongan delegasi kota Guangzhou yakni Mr. Wu Yimin yang menjabat sebagai Executive Vice Mayor of Guangzhou menyampaikan ucapan terima kasih atas sambutan hangat yang diberikan oleh Pemerintah kota Surabaya. Mr. Wu Yimin sangat terkesan dengan perubahan, keindahan dan kenyamanan kota Surabaya yang seperti sekarang ini. Setelah itu dilakukan penjelasan mengenai sistem perpajakan dari Pemerintah Kota Surabaya, dan dari penjelasan tersebut terdapat persamaan dengan sistem di Kota Guangzhou, dimana pengelolaan pajak dibedakan antara pengelolaan pajak pusat dengan pengelolaan pajak oleh daerah. Dari pertemuan ini, pemerintah Kota Guangzhou berharap agar Pemerintah Kota Surabaya dapat melakukan kunjungan balasan ke Kota Guangzhou untuk melakukan studi banding dan bertukar ilmu pengetahuan terkait dengan sistem keuangan dan perpajakan pada khususnya dan perbandingan sistem pemerintahan pada umumnya di Kota Guangzhou.
3.
Kunjungan Delegasi Pemerintah Kota Guangzhou Lanjutan
Pada tanggal 11 Mei 2010 s/d 12 Mei 2010, Pemerintah Kota Guangzhou mengirimkan kembali beberapa delegasinya setelah beberapa waktu yang lalu, melakukan kunjungan dalam rangka pertukaran informasi terkait dengan sistem perpajakan, keuangan dan fiskal. Pada kunjungan kali ini adalah dalam rangka pertukaran informasi terkait dengan reformasi pendidikan, kebijakan dalam mendukung usaha kecil dan menengah serta sektor swasta dan informasi tentang pengiriman tenaga kerja oleh Pemerintah. Delegasi Pemerintah Kota Guangzhou, yang dipimpin oleh Mr. Fang Xuan yang menjabat sebagai Chairman, Guangzhou Municipal Human Resources 3
Policy Board. Bertempat di Ruang Sidang Walikota, para delegasi diterima oleh Bapak Asisten Kesejahteraan Rakyat. Beberapa SKPD / instansi yang hadir mendampingi adalah Konjen China, Bappeko, Badan Kepegawaian dan Diklat, Bagian Humas dan Bagian Kerjasama. Di awal pertemuan, Mr. Fang Xuan ketua delegasi Kota Guangzhou, dalam sambutannya, menyampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surabaya sehingga delegasi Pemerintah Kota Guangzhou berkesempatan untuk melakukan studi banding di Kota Surabaya. Pertemuan
dilanjutkan
dengan pembahasan dan
presentasi
oleh
Dinas
Pendidikan, Dinas Tenaga Kerja, Dinas Koperasi & UMKM serta Dinas Perdagangan & Perindustrian. Di akhir pertemuan, Mr. Fang Xuan menyampaikan mengenai undangan Pemerintah Kota Guangzhou kepada Pemerintah Kota Surabaya untuk hadir pada acara “Asian Games 2010” yang akan diadakan di Kota Guangzhou (China) pada bulan Nopember 2010. Mereka berharap delegasi Pemerintah Kota Surabaya dapat hadir pada acara dimaksud.
4.
Keikutsertaan dalam Workshop on World Bank’s First East Asia Regional Eco2 Cities
Memenuhi undangan dari World Bank, Ir. Togar Arif Silaban, M.Eng, Kepala Badan Lingkungan Hidup, berkesempatan mewakili Pemerintah Kota Surabaya untuk mengikuti
Workshop dengan tema “Ecological Cities as
Economic Cities”. Workshop berlangsung selama satu minggu, yang dilaksanakan pada tanggal 5-11 Juni 2010 di Kota Ho Chi Minh, Vietnam. Workshop ini disponsori oleh the World Bank dan didukung oleh Pemerintah Kota Ho Chi Minh. Diikuti oleh peserta dari negara Indonesia, Laos, Philippina dan Vietnam, Workshop tersebut bertujuan mengajak kota-kota di Asia Timur untuk bersamasama mengembangkan pendekatan pembangunan kota berkelanjutan yang mengintegrasikan pelestarian ekologi dan pembangunan ekonomi. Delegasi Indonesia dipimpin oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah BAPPENAS, DR. Max Pohan, dan terdiri dari utusan Kementerian Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan Umum, Kementerian Dalam Negeri dan ikut serta pula perwakilan dari Kota Surabaya, Kota Palembang, Kota 4
Yogyakarta dan perwakilan dari Jakarta. Pada sesi presentasi, delegasi Indonesia memaparkan strategi pembangunan perkotaan secara Nasional untuk jangka panjang, jangka menengah dan strategi pelaksanaan. Di dalam workshop ini para peserta belajar untuk mengintegrasikan pembangunan ekonomi perkotaan dengan pelestarian lingkungan, dengan teknis pendekatan Eco2 Cities. Terdapat 4 prinsip utama dalam teknis pendekatan Eco2 Cities, diantaranya yaitu : City based approach (program pembangunan dirancang berdasarkan kebutuhan kota dengan mengelola semua potensi-potensi lokal secara maksimal melalui sistem otonomi daerah); Collaborative design and decision making (pembangunan kota berkelanjutan didasarkan dari proses kolaborasi antara semua stakeholder kota, sehingga semua aspirasi dan kebutuhan stakeholder kota dapat diintegrasikan dalam sistem pembangunan perkotaan, misalnya melalui mekanisme musyawarah perencanaan pembangunan atau musrenbang); One system approach (pembangunan perkotaan yang diintegrasikan dalam sebuah kesatuan sistem terutama dalam efisiensi pemanfaatan sumber daya alam seperti air dan energi untuk keberlanjutan lingkungan dan perkotaan); Investment framework that values sustainability and resiliency (Pendekatan dengan mengkaji secara seksama biaya investasi pembangunan
berkelanjutan
dengan
menghitung
dan
mempertimbangkan
”operational cost” setelah pembangunan selesaiagar tidak menjadi ”beban” pada masa yang akan datang). Pada intinya, pendekatan Eco2 Cities adalah perencanaan pembangunan perkotaan yang direncanakan secara keberlanjutan (sustainability) mulai dari biaya operasi dan pemeliharaan, terutama dalam pemanfaatan sumber daya air dan sumber daya energi. Para peserta worksop juga berkesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan melihat pembangunan sanitasi di kota Ho Chi Minh. Saat ini, di Kota Ho Chi Minh sedang dilaksanakan pembangunan sistem sanitasi perkotaan dengan cakupan pelayanan sekitar tiga juta orang (penduduk Ho Chi Minh seluruhnya sekitar delapan juta orang). Sistem perpipaan sanitasi dibangun mulai dari kawasan permukiman di tengah kota kemudian disalurkan melalui perpipaan untuk diolah di lokasi pengolahan. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh pejabat BAPPENAS merencanakan untuk mengadakan pertemuan lanjutan di Jakarta untuk menetapkan sikap 5
Indonesia tentang kemungkinan kerjasama Eco2 Cities dengan pihak World Bank. Pertemuan direncanakan pada minggu ketiga atau minggu keempat bulan Juni 2010. Selain itu, sebagai tindak lanjut dari workshop ini, empat kota delegasi Indonesia, Surabaya, Jakarta, Yogyakarta serta Palembang, disarankan untuk menyiapkan usulan ”Catalyst Project” dari kota masing-masing. Catalyst Project dari empat kota tersebut akan diusulkan untuk mendapatkan bantuan dari World Bank.
Keempat
kota
tersebut
direncanakan
akan
ditunjuk
untuk
mempresentasikan usulan Catalyst Project dimaksud pada sebuah workshop nasional yang akan dilaksanakan sekitar bulan September atau Oktober 2010, dengan peserta workshop dari kota-kota lain di Indonesia. Dalam hal ini, Kota Surabaya perlu meningkatkan pengintegrasian pendekatan pembangunan berkelanjutan dalam semua sektor pembangunan. Pengintegrasian tersebut seyogianya dituangkan dalam dokumen perencanaan pembangunan RPJPD dan RPJMD. Tentunya, Pemerintah Kota Surabaya harus segera membuat Catalyst Project sebagai tindak lanjut dari workshop tersebut.
5.
Pembahasan Program Kerja Kerjasama Surabaya-Varna di Kota Varna
Pada tanggal 6 s/d 12 Juni 2010, lima delegasi dari Pemerintah Kota Surabaya,
Moch. Naim Riduwan, Khusnul Khotimah, Sachiroel Alim Anwar,
Simon Leka Tompessy (keempatnya adalah Anggota DPRD Kota Surabaya) dan Ifron Hady Susanto, Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Pemerintah Kota Surabaya, melakukan perjalanan dinas ke Varna, Bulgaria. Kunjungan kerja kali ini adalah untuk melakukan Pembahasan Program Kerja Kerjasama SurabayaVarna. Seperti yang diketahui, Pemerintah Kota Surabaya bersama dengan Pemerintah Kota Varna telah melakukan penandatanganan LoI sebagai tanda hubungan sister city antara kedua kota, pada tanggal 24 Nopember 2009, di Kota Varna. Tiba di Kota Varna pada tanggal 9 Juni 2010, para delegasi Pemerintah Kota Surabaya diterima oleh Walikota Varna Mr. Kiril Yordanov didampingi 3 Deputi Walikota yaitu Haristo Bozov, Deputi bidang Kerjasama Internasional, Kosta Bazitor Deputi Bidang Pendidikan dan Kebudayaan dan Venelin Jechev Deputi Bidang Pembangunan Kota dan lingkungan hidup, dan ikut serta Direktur 6
Kebudayaan Rumen Serafimov dan anggota City Council (parlemen daerah), Krassimir Simov, di Kantor Walikota Varna. Pada pertemuan tersebut dibicarakan keinginan kedua kota untuk membangun kerjasama yang saling menguntungkan di berbagai bidang, diantaranya adalah bidang ekonomi & perdagangan, pendidikan, budaya & pariwisata. Selain itu, delegasi juga melakukan pertemuan dengan Rektor Varna Medical University, Prof. Aneliya Klissarova, MD, PhD., untuk membahas mengenai peluang kerjasama universitas di kedua kota, seperti kerjasama yang selama ini telah dilakukan oleh Varna Medical University dengan universitas kedokteran di beberapa Negara di Eropa, Amerika dan Asia. Selanjutnya,
delegasi
melakukan
pertemuan
dengan
Direktur
Eksekutif Pelabuhan Varna, Danail Papazov. Pada kesempatan tersebut Direktur Papazov menjelaskan melalui presentasi singkat mengenai situasi dan perkembangan
serta
fasilitas
Pelabuhan
Varna,
juga
beberapa
proyek
pengembangan Pelabuhan Varna. Direktur Papazov menyambut baik adanya sister city Surabaya - Varna yang membuka kesempatan adanya kerjasama dengan Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya serta menggunakan Pelabuhan Varna sebagai gateway bagi produk - produk Indonesia ke Kawasan Eropa Timur dan Eropa umumnya. Di akhir perjalanan dinas, dalam perjalanan pulang menuju Indonesia, para delegasi menyempatkan untuk melakukan pertemuan dengan Bapak Henk E. Saroinsong, Minister Counsellor for Economic Affairs KBRI Belanda, ketika para delegasi transit di negeri kincir angin tersebut. Dalam pertemuan itu, dibicarakan beberapa peluang Kota Surabaya untuk melakukan kerjasama dengan salah satu di Belanda, setidaknya kerjasama teknis untuk mengatasi beberapa problem Kota Surabaya seperti penataan kota, pengelolaan dan manajemen banjir, Manajemen air bersih, pendidikan, dll. Kerjasama yang dibangun tidak harus berupa kerjasama sister city tetapi dapat dijajaki dalam koridor kerjasama teknis/alih tehnologi. Dalam hal peningkatan di bidang perdagangan, dapat dilakukan melalui keikutsertaan Kota Surabaya dalam festival pasar malam yang akan digelar oleh Kedutaan RI di Belanda pada bulan April, yang khusus menampilkan aktivitas kebudayaan dan produk-produk Indonesia sebagai ajang promosi. 7
Sebagai tindak lanjut dari kunjungan ini, Pemerintah Kota harus segera berkoordinasi dengan Pelabuhan Tanjung Perak dan Universitas di Surabaya untuk menyampaikan keinginan pihak Pelabuhan dan Universitas di Varna yang ingin mengimplementasikan kerjasama yang telah dibangun dalam koridor sister Port dan sister University. Mengenai rencana penandatanganan MoU kerjasama sister city antara kedua Kota yang dijadwalkan akan dilaksanakan di Kota Surabaya, sedang diproses pengajuan persetujuan ke DPRD Kota surabaya dan ke Pemerintah Pusat sebagaimana prosedur yang ada. 6.
Keikutsertaan dalam Kegiatan Simposium Ke-25 Taman Tasik Shah Alam
Pada tanggal 15 s/d 19 Juni 2010, Ir. Hidayat Syah, MT (Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan) dan Ir. Mohammad Aminuddin (Kepala Bidang Pertamanan dan Penerangan Jalan pada DKP), berkesempatan mewakili Pemerintah
Kota
Surabaya
menghadiri
Seminar
Sejarah
Pembinaan
Penyelenggaraan dan Masa Depan Taman Tasik Shah Alam. Seminar ini diselenggarakan di Shah Alam Convention Center (SACC Convec Shah Alam, Malaysia), dalam rangka memperingati 25 tahun berdirinya Taman Tasik Shah Alam. Di hari pertama, para peserta melakukan kunjungan lapangan ke beberapa tempat, yakni Taman Setia Eco Park, Sek U13, Cahaya SPK, Bukit Jelutong, dan Taman Tasik Shah Alam. Taman Setia Eko adalah pengembangan perumahan yang terdiri dari rumah semi terpisah berupa bungalow/villa di jantung lembah Klang Malaysia. Taman ini dibangun pada lahan seluas hampir 800 m2, di bukit Hutan Cherakah, dengan konsep eco-environment, dimana 25% dari seluruh total pembangunan, yakni 56 m2 untuk hutan kota dan taman serta 96 m2 danau dan kolam dengan konsep Green street. Taman Setia Eko pernah menjadi salah satu penerima penghargaan FIABCI untuk kategori Master Plan Internasional tahun 2006 dan tahun 2007. Taman ini mempunyai lokasi yang sangat strategis yakni dekat dengan pusat kota, kurang lebih 10 menit – 20 menit dan 40 menit menuju bandara internasional. Juga sebagai kawasan yang memiliki kepadatan rendah dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang menarik seperti : sport area, pusat bisnis, sekolah internasional dan butik. 8
Selanjutnya, para peserta diajak untuk mengunjungi salah satu debut resort rumah kota, Cahaya SPK. Resort ini memiliki luas sekitar 500 m2 dan berlokasi di Shah Alam, Seksyen U9. Cahaya SPK akan dikembangkan sesuai dengan konsep Tropical Green yang memfasilitasi 78 m2 dengan taman terbuka yang lebar, danau dan tempat bermain anak. Dari Cahaya SPK, perjalanan berlanjut untuk mengunjungi Bukit Jelutong, salah satu pengembang properti yang tersebar di 2.200 hektar tanah dengan kepadatan rendah. Bukit Jelutong telah menerima penghargaan ”landscape terbaik di Selangor” pada tahun 2001. Di akhir kunjungan lapangan, peserta kembali ke SACC dan diajak untuk mengunjungi Taman Tasik. Taman Tasik Shah Alam ini memiliki 127 m2 taman danau. Sejak 25 tahun dibukanya taman ini, dengan memakai Konsep taman air dan danau, menjadikan taman ini sangat ramai dikunjungi oleh masyarakat dari berbagai kalangan baik tua maupun muda. Di hari Kedua dan ketiga, tanggal 17 dan 18 Juni 2010, para peserta mengikuti seminar yang diselenggarakan dalam tiga sesi dengan total 13 paper yang dipresentasikan oleh penyelenggara. Semua presentasi yang ditampilkan adalah mengenai promosi seputar Taman Tasik Shah Alam, mulai dari sejarah pembuatannya, pengembangan taman dan berkaitan dengan promosi tamantaman kota di Malaysia adalah merupakan salah satu contoh taman yang cukup indah, teratur dan ramah lingkungan. Hal tersebut dapat dilihat dari penataan yang sangat
bagus,
serta
keberhasilan
Pemerintah
Kota
Shah
Alam
dalam
mempertahankan keberadaan taman-taman kota dan rumah tradisional di dalam konsep
kota
modern,
serta
keberhasilan
pemerintah
setempat
dalam
mempertahankan jumlah penduduknya. Surabaya dapat menjadikan Taman Tasik Shah Alam, sebagai salah satu contoh Penataan Ruang Terbuka Hijau yang berkelanjutan. Selain itu, perlu adanya peningkatan Kader lingkungan, fasilitator dan motivator secara kualitas dan kuantitas perlu terus dilakukan untuk keberlanjutan program. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama dari berbagai pihak termasuk peran serta masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.
7.
Keikutsertaan dalam ”A Workshop For Policy Makers”
Ir. Aditya Wasita, MM., Kepala Bidang Sarana dan Prasarana DKP, 9
berkesempatan mewakili Pemerintah Kota Surabaya untuk mengikuti kegiatan pelatihan di Kota Seoul, Korea pada tanggal 19
s/d 25 Juni 2010. Kegiatan
dengan mengambil tema “Integrated Solid Waste Management: a Workshop for Policy Makers” ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh KOICA bekerjasama dengan UNEP. Kegiatan ini diikuti oleh enam negara ASEAN diantaranya Kamboja, Laos, Vietnam, Tahiland, Filipina dan Indonesia. Pelatihan tersebut bertujuan untuk memberikan pengetahuan bagaimana merencanakan pengelolaan persampahan secara terintegrasi dalam hal penerapan teknologi, penerapan kebijakan aturan dan pembiayaan serta tingkat keikutsertaan masyarakat. Terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan dari adanya pelatihan yang berlangsung selama satu minggu ini, diantaranya adalah pentingnya Intregrated Solid Waste management (ISWM). Pentingnya ISWM ini diantaranya
dikarenakan
makin
meningkatnya
timbunan
sampah
akibat
peningkatan pertumbuhan penduduk, terjadinya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi yang menyebabkan kualitas dan komposisi sampah telah lebih bervariasi dan berubah, adanya Industrialisasi dan pertumbuhan ekonomi; adanya dampak negatif yang dimiliki sampah terhadap lingkungan setempat (udara, air, tanah, kesehatan manusia, dll); kompleksitas, biaya dan koordinasi pengelolaan sampah telah mengharuskan keterlibatan berbagai pihak pada setiap tahap dari aliran sampah; dan adanya peluang untuk mengelolah sampah sebagai peluang bisnis, yakni dengan mengambil sumber daya berharga yang terkandung di dalamnya yang masih dapat digunakan dan
memproses dengan aman dan
membuang sampah yang berdampak minimal terhadap lingkungan. Pengelolaan Sampah Terpadu (ISWM) mengacu pada pendekatan strategis pengelolaan berkelanjutan sampah padat mencakup semua sumber dan semua aspek, meliputi timbulan, segregasi, transfer, pemilahan, pengolahan, pemulihan
dan
pembuangan
secara
terpadu,
dengan
penekanan
pada
memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya. Tentu, diperlukan adanya rangkaian sistem pengelolaan sampah yang didalamnya termasuk kebijakan (peraturan, fiskal, dll), Teknologi (peralatan dasar dan aspek operasional) dan tindakan sukarela (peningkatan kesadaran, pengaturan diri), yang meliputi seluruh aspek pengelolaan sampah, dari timbunan sampah sampai pengumpulan, 10
transfer, pengiriman, pemilahan, dan pembuangan. Hingga saat ini, beberapa kota telah bekerjasama dengan IETC-UNEPDTIE dalam ISWM diantaranya Kota Wuxi (Cina), Pune (India), Maseru (Lesotho), Matale (Srilanka), Hamburgo (Brazil), dan Nairobi (Kenya). Kota-kota tersebut telah berhasil menerapkan ISWM dalam mengelola sampah di kotanya. Dalam merencanakan dan melaksanakan ISWM, Strategi mulai level kebijakan sampai teknis/operasional
oleh
Pemerintah
Daerah
sangat
diperlukan
seperti
kebijakan/peraturan melarang pencampuran sampah beracun dan berbahaya dengan sampah lain, pemisahan sumber telah ada untuk sampah industri dan rumah sakit; memberikan reward kepada masyarakat yang melakukan pemilahan sampah, misalnya mengurangi biaya retribusi sampah bulanan untuk rumah yang melakukan pemilahan sampah. Diperlukan adanya peran dan partisipasi warga juga partisipasi kader lingkungan yang intens. Sebagai tindakan teknis, pemerintah daerah dapat melakukan kebijakan-kebijakan seperti : pemberian tas plastik transparan bagi warga agar memisahkan sampahnya, tas plastik khusus bisa dibuat untuk pengumpulan sampah; tong untuk sampah beracun dan berbahaya serta pemberian wadah khusus untuk sampah industri (2 m3 s/d 30 m3) untuk berbagai macam sampah tidak beracun. Direncanakan mulai tahun 2011 hingga 2016, Pemerintah Kota Surabaya akan bekerjasama dengan JICA dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kementerian Pekerjaan Umum akan mulai melakukan kegiatan untuk mendukung ISWM melalui perencanaan tata lingkungan kota, diantaranya : pembuatan peta terkait batasan geo-administratif, perencanaan land-zone secara detil, poin pengumpulan primer, TPA, dan rute kendaraan sampah; pendataan demografis dan sosio-ekonomis terkait dengan populasi di beragam zona (dan pertumbuhan di masa depan), ukuran keluarga rata-rata dan jumlah bangunan keluarga tunggal dan multi keluarga di tiap zona, tingkat sosio-ekonomi diberbagai zona, serta data dasar sampah padat dari berbagai sektor. Selain itu, Pemerintah akan melakukan koordinasi dan memberi penyuluhan kepada masyarakat untuk memisahkan sampah
berdasarkan
jenisnya,
seperti
:
sampah
pemukiman,
sampah
perdagangan, sampah kota, sampah konstruksi dan bongkaran, sampah industri dan jenis sampah berbahaya (dari berbagai sumber). Selain itu nantinya, sampah akan diklasifikasikan menurut : daftar tipe material dalam sampah, ukuran dan 11
jumlah industri serta usaha perdagangan, dan sampah padat berbahaya ( lebih dari 2 digit). Diharapkan dengan rencana kerjasama ini dapat membantu Surabaya menuju pembangunan kota berkelanjutan yang ramah lingkungan.
8.
Pelatihan e-Government di Kota Busan (Korea)
Dilatarbelakangi keadaan krisis ekonomi pada sekitar tahun 1980-an, Korea Selatan memutuskan untuk melaksanakan e-Government yang bertujuan untuk mengatasi krisis yang terjadi dan untuk membuat pemerintahan semakin baik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang terbaik termasuk internet yang handal. Dengan melaksanakan e-Government, Korea Selatan telah memperoleh hasil yang nyata yaitu terjadinya peningkatan efisiensi dan transparansi dalam administrasi pemerintahan, pelayanan publik semakin baik, dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan semakin nyata. Selain itu, penggunaan dokumen elektronik telah menjadi standar, dan banyak pekerjaan administrasi seperti manajemen SDM, finansial dan pengadaan barang dan jasa dilakukan secara elektronik. Inovasi ini sangat meningkatkan efisiensi dalam administrasi pemerintahan. Pelayanan publik dilakukan secara online dan terintegrasi antara pemerintah dengan swasta dan masyarakat, sehingga pelayanan yang memuaskan dapat diberikan. Tujuan utama adalah masyarakat dengan mudah mendapat layanan di mana saja, kapan saja. Sehingga secara tidak langsung, negara telah melakukan efisiensi tenaga kerja dan efisiensi waktu. Beberapa penghargaan juga telah diraih oleh Pemerintah Korea Selatan, antara lain penghargaan oleh United Nation (PBB) dimana negeri ginseng tersebut berada di urutan nomor satu dalam Global eGovernment Survey. Sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan program e-Government tersebut, Korea Selatan telah secara intensif menyebarluaskan penggunaan eGovernment kepada dunia internasional dengan melakukan promosi, kerjasama dan melalui pelatihan. Salah satunya, pada tanggal 28 Juni s/d 6 Juli 2010 yang lalu, Kota Busan menyelenggarakan pelatihan ”e-Government Training Program for Chief Information Officials”. Surabaya turut diundang dalam pelatihan ini. Yusti Mustiko, ST, M.Kom., Kepala Sie Spektrum Telekomunikasi dan Standarisasi 12
pada Diskominfo, berkesempatan untuk mewakili Pemerintah Surabaya ikut serta dalam pelatihan yang berlangsung selama satu minggu ini. Training dilakukan dengan menggunakan metode Problem Based Learning, melalui tiga tahap yaitu Pre-Training, yang meliputi persiapan, pengenalan program, orientasi program; tahap On site Training, meliputi materi Policy Special Lecture, Issue Lecture, Technical Lecture, Collaborative Study, Cultural Experience, Case study of Regional e-government/green u-City project, Field Training dan tahap PostTraining yang meliputi finalisasi hasil Collaborative Study. Selain
materi dalam pelatihan,
para
peserta
berkesempatan
untuk
melakukan kunjungan lapangan (field training) ke beberapa lokasi, diantaranya Busan Metropolitan City Hall, Busan New Port (Hanjin Shipping u-Port), Busan Highway Adminstration/Gwang-An Bridge Bussiness Group (e-government traffic control systems) dan Fire Station (Social Safety and Security System). Busan Highway Administration, merupakan pusat manajemen lalu lintas di Kota Busan yang dibuat untuk menjamin keselamatan pengguna jalan, jalan tol bertingkat dilengkapi dengan sensor yang akan memperingatkan manajemen apabila terjadi bencana. Tempat ini dilengkapi 30 monitor untuk memantau lalu lintas, apabila ada kecelakaan atau kemacetan yang panjang, pihak manajemen menghubungi polisi setempat. Di Gwang-An Bridge Bussiness Group, para peserta ditunjukkan mengenai tempat sejarah pembangunan jembatan Gwang-An yang melintas diatas sungai yang ada di Kota Busan dengan panjang ± 100 km. Disini dipamerkan bahan-bahan yang digunakan, miniatur jembatan, serta peralatan apa saja yang digunakan selama pembangunan. Jembatan ini juga dilengkapi dengan lampu hias. Hanjin Shipping u-Port, merupakan pelabuhan baru Kota Busan yang dilengkapi dengan perangkat teknologi dalam mengatur lalu lintas kendaraan didalam pelabuhan, melengkapi kontener dengan sensor untuk memudahkan pengawasan dan untuk mengetahui kondisi kontener. Pada pelabuhan proses bongkar muat dijadwal dengan baik, sehingga semua proses dilakukan dengan sangat efisien dan efektif. Teknologi yang digunakan pada pelabuhan ini dilakukan oleh Computing Technologies for Smart Container Port and Logistics, segala perubahan yang akan diterapkan di pelabuhan Hanjin, diuji terlebih dahulu di laboratorium tersebut. Laboratorium ini juga mengembangkan teknologi sensor 13
yang digunakan untuk mengukur kemacetan lalu lintas, pelacakan kendaraan bermotor serta orang hilang di pantai. Dan juga mengembangkan aplikasi manajemen pencatatan barang (mulai dari produsen hingga konsumen dengan catatan kondisi dari waktu ke waktu). Fire Station (Social Safety and Security System), merupakan tempat menerima panggilan darurat. Kantor ini dilengkapi dengan monitor sebanyak 18 dan kamera ± 100 buah. Setiap panggilan diberi status warna yang berbeda untuk membedakan kegentingan. Terakhir, peserta berkunjung ke Busan Metropolitan City Hall, di lokasi ini ditunjukkan proses administrasi pemerintahan dengan menggunakan paperless application. Perlu
diketahui,
terdapat
10
layanan
e-Government
yang
telah
dikembangkan di Korea Selatan diantaranya meliputi : Electronic Procurement Service
(www.g2c.go.kr),
Electronic
Custom
Clearance
Service
(portal.customs.go.kr), Comprehensive Tax Services (www.hometax.go.kr), Internet Civil Service (www.egov.go.kr), Patient Service (www.kiporo.go.id), e-People : Online petition & Discussion Portal (www.people.go.kr), Single Window for Bussiness Support Services (www.g4b.go.kr), On-nara Bussiness Process System (BPS), Shared Use of Administrative Information (www.share.go.kr) dan National Computing & Information Agency (NCIA). Bercermin dari keberhasilan Korea Selatan, khususnya Kota Busan tersebut, Surabaya dapat melakukan kerjasama teknis terkait dengan program e-Gov, apalagi kedua kota telah terjalin kerjasama sister city. Tentunya, Keberhasilan pelaksanaan e-Government di Surabaya harus didukung oleh seluruh lapisan masyarakat, bukan hanya pemerintah saja, tetapi mulai dari akademisi, para pebisnis, hingga masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi. Para akademisi sangat mendukung pengembangan teknologi dengan melakukan riset/penelitian yang hasilnya akan digunakan untuk kepentingan Pemerintah atau swasta.
9.
Kunjungan Delegasi USAID dalam Rangka Penjajakan Kerjasama di Bidang Pendidikan, Kesehatan dan Pengembangan Ekonomi Lokal
Rabu, tanggal 30 Juni 2010, delegasi USAID melakukan kunjungan ke Kota 14
Surabaya dalam rangka melakukan penjajakan kerjasama sekaligus perkenalan akan salah satu program bantuan dari USAID. Bertempat di Ruang Kerja Walikota, didampingi SKPD terkait Bagian Kerjasama dan Bagian Humas, Walikota Surabya menerima kehadiran Pihak USAID yang saat itu diwakili oleh Direktur Bidang Democratic Governance beserta seorang stafnya. Pertemuan singkat tersebut membicarakan mengenai perkenalan akan program dari pihak USAID yang akan diimplementasikan di Jawa Timur. Program yang mereka sampaikan disebut sebagai “Program Kinerja” yang merupakan sebuah program bantuan oleh USAID yang akan diberikan kepada 4 propinsi dan 20 kabupaten/kota di Indonesia dalam bidang perbaikan layanan publik. Program ini memiliki fokus pada tiga bidang utama, yaitu bidang pendidikan, kesehatan, dan pengembangan ekonomi lokal. Program Kinerja tersebut terdiri dari Insentif yang merupakan faktor-faktor pendukung, Inovasi yang merupakan ide-ide pengembangan, serta Repiklasi yang merupakan implementasi pengalaman dan keberhasilan di daerah lain. Dalam pelaksanaannya, USAID akan memberikan pendampingan dari para ahli di bidangnya untuk bersama-sama dengan pihak pemerintah kota menjalankan program yang telah dirancang dalam waktu yang ditentukan. Mekanisme pemilihan kabupaten/kota yang akan menjadi target dari program ini diserahkan kepada pihak propinsi, akan tetapi untuk wilayah Jawa Timur, pihak USAID bermaksud mengusulkan Kota Surabaya sebagai pilot project. Pengusulan Kota Surabaya sebagai target Program Kinerja didasarkan pada beberapa alasan, di antaranya karena Surabaya merupakan kota besar dengan tingkat populasi tinggi, memiliki banyak ahli, kompleksitas masalah yang tinggi, serta komitmen pimpinan yang kuat sehingga layak untuk dijadikan pilot project yang nantinya dapat direplikasi di daerah-daerah lain. Menanggapi hal tersebut, Walikota Surabaya memberikan sambutan positif akan program ini dan menyampaikan harapan agar Kota Surabaya terpilih sebagai Pilot Project. Walikota juga memaparkan keberhasilan dan manfaat yang diperoleh
Kota
Surabaya
dalam
program-program
USAID
yang
pernah
diimplementasikan sebelumnya serta memberikan jaminan akan komitmen dan dukungan penuh dari Walikota serta keberlanjutan program di masa yang akan datang apabila program tersebut diterapkan di Surabaya. 15
10.
Mengikuti Upacara Pembukaan “Keppel Seghers Tuas Waste-to-Energy Plant”
Memenuhi undangan dari World Cities Summit, tiga delegasi Pemerintah Kota Surabaya, Sukamto Hadi (Sekretaris Daerah), beserta Ifron Hady S (Kepala Sub Bagian Kerjasama Luar Negeri Bagian Kerjasama) dan Dr. Jamhadi, MBA. (Ketua KADIN) menghadiri upacara pembukaan kegiatan "Keppel Seghers Tuas Waste-to-Energy Plant Opening Ceremony". Upacara pembukaan berlangsung di 96 Tuas South Avenue 3, Singapura, pada tanggal 30 Juni 2010. Keppel Seghers Tuas WTE Plants, adalah pabrik pembakaran limbah yang ke-5 di Singapura dan juga merupakan pabrik pertama yang dibangun oleh National Environment Agengy (NEAS)’s sebagai bentuk Public- Private Partnership Initiative di tahun 2006. Pabrik ini, mempunyai kapasitas untuk mengolah limbah padat sebesar 800 ton per hari dan menghasilkan energi hijau lebih dari 20MW tiap harinya. Dengan kapasitas pengolahan sampah tersebut, Keppel Seghers Tuas WTE Plants tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. Lahan yang digunakan hanya seluas 3.5 Ha. Selain itu, pabrik tersebut beroperasi dengan menggunakan teknologi dari Singapura yang saat ini juga sedang mulai membangun pabrik-pabrik lain di Manchaster dan Qatar. Acara pembukaan tersebut dihadiri oleh Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan, Mr. Teo Chee Hean dan Menteri Sumber Daya Air dan Lingkungan, Dr. Yaacob Ibrahim yang merupakan tamu kehormatan. Upacara pembukaan ini merupakan salah satu bagian dari kunjungan lapangan dari peserta The World Cities Summit yang diselenggarakan di Singapura mulai tanggal 28-30 juni 2010. The World Cities Summit tersebut diikuti oleh beberapa daerah dari Indonesia yang juga berkesempatan menyaksikan pembukaan Keppel Seghers Tuas Waste-to-Energy Plant. Setelah
mengikuti
upacara
pembukaan,
Delegasi
Kota
Surabaya
melanjutkan kegiatan dengan mengikuti acara presentasi tentang penanganan masalah lingkungan yang disampaikan oleh pihak LSM bekerjasama dengan pemerintah. Dalam presentasi tersebut diperoleh pengetahuan bahwa dalam menangani masalah lingkungan di Singapura, pemerintah menggandeng sejumlah pihak untuk bekerja bersama-sama seperti LSM, masyarakat, sektor swasta, 16
akademisi, dll. Upaya yang dilakukan bukan hanya di bidang teknis, akan tetapi juga memberikan edukasi non-formal tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sejak dini. Di samping itu, pada presentasi tersebut juga disampaikan bahwa dengan program-program unggulan yang dilakukan, Pemerintah Singapura telah
berhasil
mendapat
banyak
penghargaan
baik
nasional
maupun
internasional. Mereka juga memiliki Kerangka Pengembangan Berkelanjutan (Sustainable Development Blueprint) yang merupakan program untuk mengajak masyarakat, pelaku bisnis, dan LSM untuk bersama-sama membudayakan gaya hidup sehat dan berwawasan lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti halnya pada acara pembukaan Keppel Seghers Tuas Waste-to-Energy Plant sebelumnya, semua peserta dari daerah-daerah di Indonesia yang mengikuti The World Cities Summit juga diundang untuk mengikuti presentasi tersebut. Kunjungan tersebut
membawa
manfaat
yang besar bagi transfer
pengetahuan dan pengalaman mengenai penanganan masalah lingkungan yang berbasis partnership. Terlebih lagi karena Kota Surabaya sebagai kota metropolitan juga memiliki masalah yang hampir sama dalam hal lingkungan termasuk penanganan sampah (solid waste). Surabaya dapat mereplikasi cara-cara yang dilakukan oleh Singapura dalam mengatasi permasalahan sampah yang sudah dikelola dengan baik dan bersih
dengan berbagai sistem, di antaranya incinerator, gasifikasi yang
menghasilkan energi listrik, dan material recycling. Hal ini dilakukan mengingat volume sampah di Surabaya yang mencapai lebih kurang 2000 ton/hari dengan sistem pengelolaan menggunakan Takakura Home Method dan Portable Incinerator yang belum mencapai hasil maksimum, sehingga jumlah sampah yang belum terkelola secara khusus mencapai 1600 ton/hari. Di samping itu, replikasi teknologi dan metode yang digunakan oleh Singapura tidak memerlukan lahan yang terlalu luas. Seperti yang digunakan oleh Keppel Seghers Tuas WTE Plants yang hanya memerlukan lahan seluas 3.5 Ha dengan kapasitas pengolahan mencapai 800 ton/hari. Sedangkan di LPA Benowo dengan sistem Sanitary land fill dan Open damping saat ini, dengan kapasitas sampah 1600 ton/hari memerlukan lahan seluas 36 Ha. Terlebih lagi dengan lokasi yang berdekatan dengan Benowo International Sport Center, maka sistem pengolahan seperti yang dilakukan di Singapura tersebut dapat menjadi model yang baik untuk segera 17
diterapkan di Surabaya. Selain itu, penciptaan yel-yel peduli lingkungan dan penciptaan lagu bertajuk Songs of Green and Clean dapat menjadi salah satu hal yang menarik yang dapat dilakukan oleh pemerintah Surabaya agar dapat mendorong masyarakat untuk peduli lingkungan dan menstimulasi untuk dapat melakukan program-program pelestarian lingkungan dengan gembira. termasuk membuat rekaman lagu-lagu tentang pelestarian lingkungan.
11.
Pengiriman Delegasi Pendidikan ke Kota Busan
Selama kurang lebih tiga minggu, mulai tanggal 6 s/d 25 Juli 2010, Pemerintah Kota Surabaya kembali mengirim beberapa delegasi pendidikan ke Kota Busan, Korea. Program ini merupakan salah satu realisasi kerjasama sister city antara Surabaya dan Busan di bidang pendidikan. Para delegasi yang terdiri dari satu guru dan empat murid SMP serta enam murid SMA/SMK dari berbagai sekolah di Surabaya, diantaranya adalah sebagai berikut : Sugiyono (Guru SMK Negeri 10 Surabaya), Deo Ekoputra Sasongko (Siswa SMP Negeri 2 Surabaya), Clarissa Azalia Maheswari (Siswa SMP Negeri 13 Surabaya), Qashmal Marazi Syahril (Siswa SMP Negeri 1 Surabaya), Winna Adriana (Siswa SMP Negeri 35 Surabaya), Hilaliyah Nur Shabrina (Siswa SMA Negeri 20 Surabaya), I Made Artha (Siswa SMA Negeri 5 Surabaya), Amanda Jasmine Disaputri (Siswa SMA Negeri 21 Surabaya), Alrandy Aryadinas (Siswa SMA Dr. Soetomo Surabaya), Era Disti Yuskristianti (Siswa SMK Negeri 8 Surabaya), Dimas Ayodhya Wahyu Wardana (Siswa SMK Negeri 11 Surabaya) dan Drs. Sigit Priyo Sembodo, MM (Kepala Sarana dan Prasarana bidang Pendidikan Menengah dan Kejuruan pada Dinas Pendidikan Kota Surabaya) sebagai pendamping. Diawali dengan kunjungan ke kantor Dinas Pendidikan Kota Metropolitan Busan yang dilakukan pada tanggal 9 Juli 2010, pada kesempatan tersebut, Direktur Dinas Pendidikan Kota Metropolitan Busan menyatakan akan membantu dalam fasilitasi program sister school sebagai salah satu bentuk pengembangan kerjasama antara Surabaya-Busan. Program sister school antara sekolah-sekolah di Surabaya dan di Busan dapat diawali dengan melakukan kegiatan-kegiatan informal seperti berkomunikasi melalui internet antara siswa dan guru di sekolahsekolah yang menginginkan program tersebut. Jika memungkinkan akan 18
dilakukan langkah-langkah nyata untuk mewujudkan program tersebut dengan tindak lanjut secara formal dari kedua belah pihak. Rombongan Delegasi juga berkesempatan mendapat kehormatan diterima secara resmi oleh Wakil Walikota Busan Baek Seong-Taek di Kantor Walikota Pemerintah Busan. Dalam rangkaian kegiatan Pengiriman Delegasi Pendidikan Kota Surabaya ke Kota Busan tersebut, juga dilakukan kunjungan resmi ke empat sekolah antara lain : Busan international Middle and High School, Peniel High School of Arts, Busan Tourism High School dan Sangdang Middle School. Program sister school dengan sekolah-sekolah tersebut belum dapat dilakukan secara langsung, tetapi harus didahului dengan pembicaraan awal berkaitan dengan
kurikulum,
admisnistrasi dan lain-lain. Busan International Middle School berniat mengawali program sister school dengan langkah awal meminta 1 guru dan 15 siswa yang bisa berkomunikasi dalam bahasa Inggris untuk saling berkomunikasi dengan guru dan siswa dari Busan International Middle School melalui internet. Siswa dan guru tersebut harus berasal dari sekolah yang sama. Setelah berjalan beberapa waktu nantinya akan ditindak-lanjuti dengan langkah yang lebih nyata dan formal oleh kedua belah pihak. Di empat sekolah tersebut, untuk misi tukar menukar budaya, siswa dari Delegasi Pendidikan Kota Surabaya menampilkan dua buah tarian tradisional yaitu Tari Gelipang dari Pobolinggo yang ditarikan oleh siswa putra dan Tari Sparkling Surabaya yang ditarikan oleh siswa wanita. Selain tarian juga ditampilkan lagu-lagu tradisional diantaranya lagu tradisional Korea Arirang dan lagu Rek Ayo Rek. Seluruh penampilan tarian dan lagu tersebut mendapatkan sambutan yang luar biasa dari sekolah-sekolah yang dikunjungi. Sekolah-sekolah di Korea khususnya Busan sangat antusias terhadap budaya tradisional. Dari kunjungan ke beberapa sekolah di Kota Busan, terdapat kesan mendalam terhadap keadaan kota Busan, antara lain adanya semangat belajar siswa Busan yang sangat tinggi. Jam belajar sekolah berlangsung antara jam 8 pagi sampai jam 5 sore, tetapi banyak sekolah yang jam belajarnya hingga jam 11 malam. Siswa-siswa dengan penuh semangat bersaing untuk menjadi yang terbaik. Di bidang Kebersihan Lingkungan, Busan adalah kota yang bersih. Meskipun jarang sekali dijumpai tempat sampah di jalanan kota Busan, akan tetapi tidak ada sampah berserakan sama sekali. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan sangat tinggi. Di mana-mana tempat terlihat bersih. 19
Penghijauan juga sedang digalakkan. Banyak sekali di jalan-jalan dijumpai penanaman pohon seperti yang tampak di Surabaya. Fasilitas Umum di Busan sangat
modern, tertata dan terpelihara. Telepon umum dengan mudah dapat
dijumpai di semua sudut kota. Telepon tersebut juga dapat digunakan untuk menelepon ke luar negeri dengan menggunakan kartu. Saluran air di jalan-jalan utama terlihat dalam dan luas serta tertutup sehingga tidak membahayakan pengguna jalan. Selain itu jalanan juga menjadi lebih luas sehingga dapat mengurangi kemacetan. Hampir tidak dijumpai pedagang kaki lima di jalanan kota Busan. Pedagang kaki lima dilokalisir di tempat-tempat yang sudah disipakan seperti di Pasar Internasional Busan di Nampodong, yang juga dikembangkan sebagai obyek pariwisata belanja. Selain itu, dari kunjungan selama beberapa hari di Kota Busan, muncul kesan bahwa masyarakat kota Busan dan Korea pada umumnya memiliki sifatsifat ramah, jujur, bersemangat kerja tinggi, sportif dan sangat bangga dengan negaranya. Di bidang transportasi, Busan juga memiliki fasilitas transportasi yang sangat memadai. Disana, selain mobil pribadi, masyarakat lebih menyukai menggunakan sarana transportasi kendaraan umum seperti bis dalam kota, kereta api, kereta api bawah tanah dan taksi. Tidak ada sepeda motor yang digunakan untuk keperluan perjalanan. Sepeda motor hanya digunakan untuk bekerja dan dalam jumlah yang relatif sedikit. Masyarakat lebih memilih transportasi umum karena transportasi umum di Busan aman, murah, nyaman, menjangkau seluruh wilayah pemukiman penduduk dan jadwalnya sangat akurat sehingga bisa diandalkan masyarakat untuk berangkat ke tempat kerja. Busan juga memiliki banyak tempat untuk pembinaan generasi muda dengan fasilitas yang sangat bagus. Ada tempat untuk pelatihan outbound lengkap dengan asramanya, ada pusat pelestarian budaya seperti tempat pelatihan pakaian adat Korea dan alat musik tradisional Korea. Semua tempat difasilitasi oleh Pemerintah Kota Busan dan untuk siswa-siswa sekolah dasar umumnya tidak dipungut biaya. Tempat-tempat tersebut sangat efektif untuk pelestarian budaya. Bercermin dari kemajuan Kota Busan di berbagai bidang, khususnya bidang pendidikan, Pemerintah Kota Surabaya perlu menciptakan terobosan baru dalam dunia pendidikan dalam rangka pembentukan karakter bangsa agar benar20
benar segera terwujud. SDM berkualitas merupakan kebutuhan mendesak dan tidak bisa ditawar-tawar dalam kancah persaingan internasional. Surabaya dan Indonesia pada umumnya, mempunyai potensi untuk menjadi sebuah negara besar karena memiliki potensi-potensi penting yaitu : jumlah penduduk yang besar, sumber daya alam yang melimpah, wilayah yang luas, budaya saling mencintai di antara keluarga dan semangat persatuan. Modal-modal tersebut harus dikembangkan dan dikelola secara optimal.. Sebagai tindak lanjut dari program ini, direncanakan pada bulan Januari 2011 nanti, kota Busan akan mengirimkan kembali delegasi pendidikannya untuk melakukan kunjungan balasan ke Kota Surabaya.
12.
Kunjungan delegasi Shah Alam
Sejak tahun 2009 lalu, Pemerintah Kota Surabaya telah menjalin hubungan Sister City dengan Pemerintah Kota Shah Alam. Hubungan persaudaraan ini ditandai dengan telah dilakukan penandatanganan Letter of Intent (LoI) pada tanggal 21 Mei 2009. Dalam rangka studi banding mengenai sistem persampahan di Kota Surabaya, pada tanggal 8-9 Juli 2010, Pemerintah Kota Shah Alam melakukan kunjungan kerja di Kota Surabaya. Diterima langsung oleh Bappeko dan beberapa SKPD terkait, para delegasi mendapatkan presentasi serta diskusi di bidang persampahan. Di hari kedua, para delegasi berkesempatan untuk melakukan kunjungan lapangan ke beberapa tempat yang menjadi pilot project pengolahan sampah berbasis komunitas seperti kunjungan ke Rumah Kompos Keputran, Menur, dan Bratang.
13.
Pengiriman Delegasi Pendidikan ke Kota Kochi
Selain Kota Busan, pada bulan Juli ini, Pemerintah Kota Surabaya mengirimkan beberapa delegasinya untuk melakukan kunjungan di bidang pendidikan ke Kota Kochi. Pada tanggal 9 s/d 17 Juli 2010, sebanyak 2 pelajar SMP dan 4 pelajar SMA Kota Surabaya, yaitu Ananda Dwi Cahyani (SIswa SMP Negeri 19 Surabaya), Larasati Citra Ayu Ramadhani (Siswa SMP Negeri 12 Surabaya), Raissa Gadri (Siswa SMA Negeri 1 Surabaya), Stella Hana Mlasari K. 21
(Siswa SMA Negeri 2 Surabaya), Rudy Winarko (Siswa SMK Negeri 3 Surabaya), Peggy Stefany Dano (Siswa SMK Negeri 5 Surabaya) berkesempatan berkunjung ke kOta Kochi dan melakuakn studi banding ke beberapa sekolah di Kota Kochi. Enam delegasi tersebut didampingi Ketua DPRD Kota Surabaya dan tiga anggota lainnya, yakni : Ir. H. Wishnu Wardhana, SE, MM (Ketua DPRD), Irwanto Limantoro, Ninuk Irmawati, SP, Reni Astuti, S.Si ( ketiganya adalah anggota DPRD), dan sebagai wakil pendamping dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya yaitu Drs. Edi Santoso, M.Si (Kepala Bidang Olah Raga dan PLS).
Kota Surabaya dan Kota Kochi telah menjalin kerjasama sister city, sejak tanggal 17 April 1997 dengan lima bidang yang dikerjasamakan diantaranya adalah Manajemen Pemerintahan; Promosi Usaha; Perdagangan dan Pariwisata; Seni, Budaya dan Pendidikan; Pemuda dan Olahraga. Sebagai salah satu wujud kerjasama di bidang pendidikan dan seni budaya, kunjungan delegasi Kota Surabaya ke Kota Kochi kali ini adalah untuk melakukan studi banding ke beberapa sekolah baik di tingkat SMP, SMA maupun SMK dan mendiskusikan rencana kegiatan sister school SMP di Surabaya dengan SMP di Busan. Selain itu, dilatarbelakangi dengan masih banyak masalah pendidikan di Surabaya yang belum terselesaikan, diharapkan dengan mengetahui dan mengamati sistem pendidikan di Kochi dapat dijadikan bahan evaluasi kedepannya sehingga lebih baik. Selama di Kota Kochi, rombongan delegasi melakukan observasi langsung ke berbagai sekolah, serta berkunjung ke berbagai tempat bersejarah, mengamati kehidupan sosial penduduk Kochi, dan memperkenalkan kebudayaan Indonesia dengan menampilkan tarian dan lagu khas Surabaya. Aktivitas pendidikan yang ada di kota Kochi tidak jauh berbeda dengan Surabaya karena disana juga mempunyai program wajib belajar 9 tahun, dan adanya ekstrakulikuler untuk menunjang kesenian maupun kreativitas siswa antara lain : soft ball, sepak bola, basket, renang, Anggar (Salah satu olahraga asli Jepang), seni musik, seni rupa (ex: membuat origami),dsb. Delegasi berkesempatan melakukan kunjungan ke salah satu sekolah kejuruan di Kota Kochi, yaitu SMA Perdagangan. Kurikulum yang diterapkan disini juga hampir sama karena ada satu hari penuh untuk melakukan praktek. Salah 22
satu program pendidikan yang ada di SMA Perdagangan yang unik adalah social program atau program kemanusiaan dimana para siswa menjual hasil karyanya seperti Origami, Naruko (seperti Yosakoi), sumpit, dll dan hasil keuntungan dari penjualan tersebut disumbangkan ke pembangunan sekolah yang ada di Kamboja. Sekolah ini tidak hanya membekali para siswanya dengan ilmu kejuruan saja, melainkan juga diajarkan untuk bisa memasak, membuat kue, membuat hiasan dinding dari origami, menari Yosakoi,dan keterampilan lainnya sehingga siswa menjadi lebih terampil. Hampir semua siswa melanjutkan belajarnya ke universitas setelah lulus nanti tetapi ada banyak juga yang terserap di dunia kerja. Kunjungan dilanjutkan ke SMP Yokohama, sebagai salah satu sekolah favorit di kota Kochi. Sekolah ini terkenal dengan program peduli lingkungannya, bahkan Walikota Kochi, Mr. Seiya Okazaki memberikan apresiasi kepada sekolah ini sebagai sekolah yang peduli akan lingkungan. Sekolah ini secara intensif mengadakan bakti kampus dengan membersihkan sekolah setiap minggunya, membersihkan
diluar
areal
sekolah
setiap
dua
minggu
sekali,
bahkan
membersihkan seluruh kota Kochi yang berada di 13 titik kota, setiap 1 bulan sekali. Selain itu, para siswa SMP Yokohama berjualan bunga untuk upaya membantu pemerintah dalam menghijaukan dan memperindah kota. Dalam hal penilaian kelulusan siswa, Pemerintah Jepang menyerahkan sepenuhnya kepada pihak Sekolah masing-masing, dengan melakukan ujian tersendiri, untuk menguji kemampuan siswa atau menetapkan bahwa siswa tersebut lulus atau tidak. Tentu dengan standar dan ketentuan kurikulum yang telah diberikan oleh pemerintah pusat, sehingga tidak ada lagi kontroversi mengenai ujian seperti halnya yang terjadi di Indonesia. Pemerintah Jepang beranggapan bahwa sekolah dan guru yang sehari-hari mengetahui sejauh mana kemampuan siswanya sendiri, sehingga terjadi suatu keadilan antara siswa dan pihak sekolah. Banyak hal penting yang didapatkan dari sistem pendidikan di Kochi, diantaranya mengenai kedisiplinan, kesadaran, tangung jawab dan semangat belajar. Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Pendidikan dapat membuat program-program pendidikan bagi sekolah di Surabaya yang tidak hanya menghasilkan pelajar yang pintar melainkan juga pelajar cerdas serta peduli terhadap lingkungan sekitar. 23
14.
Kunjungan Tim Reporter Kota Guangzhou
Dalam rangka melakukan wawancara dengan Bapak Walikota Surabaya serta beberapa institusi terkait dengan proyek kerjasama sister city yang terjalin antara Kota Surabaya dengan Kota Guangzhou, pada tanggal 12 Juli 2010 pukul 09.00, bertempat di Kediaman Walikota, beberapa reporter asal Guangzhou melakukan kunjungan ke Kota Surabaya. Delegasi tim reporter Kota Guangzhou tersebut antara lain : Ms. Liang Chan dan Ms. Li Yani dari Guangzhou Daily, Mr. Zhang Jianhui dan Mr. Liu Shiqi dari Guangzhou TV. Wawancara ini merupakan kegiatan dalam rangka memperingati perayaan 30 tahun jalinan kerjasama sister city Kota Guangzhou dengan kota-kota di Luar Negeri. Delegasi tim reporter Guangzhou mengawali wawancara dengan warga Kanton yang tinggal di Kota Surabaya serta warga Surabaya yang pernah tinggal maupun belajar di Kota Guangzhou. Warga Kanton di Surabaya merasa sangat nyaman untuk tinggal di Surabaya karena selama ini tidak merasakan adanya perbedaan suku, agama dan budaya karena toleransi antar warga sangat tinggi. Di sela-sela kunjungannya tersebut, tim reporter diajak untuk berkunjung ke Masjid Cheng-Ho Surabaya. Kedatangan tim reporter ini disambut oleh ketua yayasan masjid Cheng-Ho. Pada kesempatan tersebut, dijelaskan mengenai sejarah berdirinya masjid Cheng-Ho dan hubungan baik antara muslim tionghoa dengan warga Surabaya. Kegiatan
selanjutnya
yaitu
interview
dengan
Walikota
Surabaya,
didampingi oleh Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bagian Humas dan Bagian Kerjasama. Pada kesempatan ini, tim reporter Guangzhou menanyakan beberapa hal terkait dengan perkembangan kerjasama sister city Surabaya – Guangzhou dalam berbagai bidang kerjasama. Walikota menyampaikan bahwa pembentukan kerjasama sister city antara Surabaya dan Guangzhou didasarkan atas kesamaan karakteristik antara kedua kota. Banyak sekali manfaat yang diperoleh selama terjalinnya kerjasama tersebut, di antaranya saling berbagi pengetahuan dan pengalaman kedua kota 24
dalam penanganan masalah-masalah yang dihadapi kota besar, dilakukannya pertukaran pelajar dan guru, pengiriman delegasi ekonomi, dll. Di samping itu, hal yang paling berkesan dari Kota Guangzhou adalah bahwa kota tersebut dapat melakukan perubahan yang sangat pesat dalam waktu singkat. Hal ini pula yang mendorong Kota Surabaya untuk dapat melakukan kemajuan yang sama. Di akhir wawancara, Walikota menyampaikan ucapan selamat secara khusus kepada Kota Guangzhou atas terpilihnya menjadi tuan rumah Asian Games tahun 2010. Selesai interview dengan Walikota Surabaya, delegasi melanjutkan wawancara dengan Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian di Ruang Bapak Asisten Kesejahteraan Rakyat. Delegasi menanyakan beberapa hal terkait dengan kerjasama sister city di bidang perdagangan terutama perdagangan komoditas antara Surabaya dan Guangzhou. Selesai melakukan interview di Pemerintah Kota Surabaya, delegasi melanjutkan kunjungan ke PT. Pelindo III. Delegasi diterima oleh Manager perkapalan PT. Pelindo III beserta pejabat lainnnya. Pada kunjungan ini, delegasi ingin mengetahui perkembangan perdagangan ekspor impor Surabaya – Guangzhou. Pihak PT. Pelindo III menyampaikan bahwa perdagangan ekspor – impor dimaksud selalu mengalami kenaikan sebanyak 5 – 6 % per tahun. Produkproduk utama yang diimpor dari China adalah barang-barang elektronik dan garmen, sementara produk ekspor ke China di antaranya berupa produk kehutanan, furniture, dan rempah-rempah. Dalam kunjungan tersebut, wartawan TV Guangzhou diberi kesempatan untuk dapat mengambil gambar di sekeliling area pelabuhan serta melakukan wawancara dengan Asisten Manajer. Sementara wartawan dari Guangzhou Daily mengikuti paparan yang disampaikan oleh Bagian Humas P.T. Pelindo III. Di akhir wawancara, para wartawan mendapatkan VCD profile P.T. Pelindo III sebagai bahan laporan dan dapat disampaikan kepada pihak Pemerinath Kota Guangzhou sebagai referensi untuk mengenal lebih jauh tentang pelabuhan utama Kota Surabaya sehingga dimungkinkan untuk dapat menjalin kerjasama Sister Port di masa yang akan datang.
15.
Partisipasi Delegasi Empat Kota Sister City Surabaya dalam Cross Culture festival
25
Sebagai upaya melestarikan dan mengembangkan seni budaya daerah di Indonesia dan negara lain, Pemerintah Kota Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kembali menyelenggarakan Festival Seni Lintas Budaya (Cross Culture Festival) 2010. Festival yang diadakan mulai tanggal 16 Juli s/d 24 Juli 2010 merupakan agenda tahunan Pemerintah Kota yang bertujuan untuk mempertemukan keragaman corak budaya lokal dan asing dengan segala keunikannya. Pada tahun 2010 ini, Festival digelar untuk yang keenam kalinya, dengan tema “Semangat Persatuan dengan Keragaman Budaya” ini bertujuan untuk memperkuat kerjasama yang saling menguntungkan antara daerah-daerah di Indonesia maupun negara lain. Pada kesempatan ini, Pemerintah Kota kembali mengundang beberapa Kota di luar negeri, khususnya yang telah menjalin hubungan sister city dengan Kota Surabaya. Turut berpartisipasi pada acara cross culture festival 2010 adalah Kota Guangzhou, China yang mengirimkan sebanyak 15 delegasi, Kota Busan dengan 17 delegasi perwakilan, Kota Shah Alam yang mengirimkan 22 delegasi dan 15 delegasi dari Kota Jiangmen, China. Dengan jadwal yang berbeda, para delegasi tersebut ikut menyemarakkan festival dengan menampilkan kebudayaan lokalnya.
16.
Keikutsertaan dalam Program KLRTC XX Training Course dari CITYNET (Kuala Lumpur)
Pada tanggal 25 s/d 30 Juli 2010, CITYNET kembali mengadakan training course dalam rangka KLRTC ke-20, di Kuala Lumpur , Malaysia.
Surabaya
sebagai salah satu anggota CITYNET turut diundang dalam pelatihan yang mengambil tema ”Perencanaan Pembangunan Kota secara Terpadu di Wilayah Asia Pasifik” (Integrated Urban Planning in The Asia Pasific Region). Linda Novanti, SH, MH, Kepala seksi pengadaan pada bidang pengadaan di Dinas Bangunan dan Tanah berkesempatan mewakili Pemerintah Kota Surabaya mengikuti kegiatan pelatihan tersebut, bersama dengan 30 peserta dari Negara Srilanka, India, Nepal, Jepang, Bangladesh, Vietnam, Brunei Darussalam, Pakistan dan beberapa peserta dari Malaysia, serta satu orang peserta delegasi dari Kabupaten Sidoarjo. 26
Terdapat tiga pokok materi, antara lain mengenai ”Tantangan dan Kesempatan dalam Perencanaan Pembangunan Kota secara Terpadu di Wilayah Asia Pasifik”, materi mengenai ”Pembiayaan Pembangunan Infrasruktur Kota” dan materi ”Urban Planning Best Practice”. Selain didisi dengan seminra dan pembekalanmateri, para peserta berkesempatan melakukan kunjungan lapangan ke Desa Park City dan Putrajaya di Malaysia. Para peserta juga dibekali materi tentang penanganan banjir dan angin ribut, dengan bercermin pada Kota Tokyo. Pemerintah Kota Tokyo, beberapa tahun terakhir ini bekerja keras melakukan upaya penanggulangan banjir dan antisipasi curah hujan yang tinggi dengan melakukan revitalisasi sungai. Revitalisasi ini disesuaikan dengan karakteristik geografis dan curah hujan lokal. Selain revitalisasi sungai, Pemerintah Kota Tokyo juga membangun tanggul sungai dengan memanfaatkan ruang terbatas dalam kota. Semua upaya ini ditunjang dengan sistem informasi yang cepat dan canggih, sehingga penyebaran informasi terkait dengan banjir dan penanggulangannya menjadi cepat tersampaikan kepada masyarakat. Di bidang pengelolaan air, saat ini lebih dari lima ribu kota di dunia bekerjasama dengan Veolia Water dalam pengelolaan dan pelayanan air. Kerjasama ini berbentuk ”Kemitraan Publik-Swasta”. Berbeda dengan privatisasi, kemitraan publik-swasta dalam pelayanan air, pemerintah tetap bertanggungjawab sebagai pembuat kebijakan, misalnya dalam penetapan tarif, kontrol opertaor dan penetapan pencapaian tingkat kinerja. Sedangkan Pihak Swasta menjadi pelaksana kebijakan tersebut, yang bertanggung-jawab terhadap operasional sehari-hari, metode yang digunakan, rencana investasi keahlian dan komitmen kinerja. Di bidang Perencanaan pembangunan Kota Terpadu, dikenal sistem Bottom up planning, yakni suatu sistem perencanaan yang disusun berdasarkan usulan dari masyarakat. Masyarakat dituntut untuk turut aktif berpartisipasi dalam pembangunan kotanya. Menurut hasil survey, sekitar 42 % dari semua kota di Asia masih tinggal di daerah kumuh, yang berarti sekitar 533 juta penduduk hidup dalam kemiskinan dan ketidaknyamanan. Diharapkan dengan adanya pelatihan ini, peserta dapat mengaplikasikannya pada masing-masing pemerintah kotanya, dalam program pembangunan kota berkelanjutan yang responsif dan ramah terhadap lingkungan. 27
17.
Perjalanan Dinas Pembelajaran Manajemen Pemerintahan Penataan Wilayah dan Pengelolaan Lingkungan ke Kota Shah Alam (Malaysia) dan Singapura
Pada tanggal 3 s/d 7 Agustus 2010 yang lalu, sebanyak lima delegasi Pemerintah kota Surabaya, yakni : Kanti Budiarti, S.Sos., M.Si. (Camat Gunung Anyar), Gita Putra Heru Yudiarto, S.H., M.M. (Kepala sub Bidang Penguatan Kelembagaan Partipasi masyarakat Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana), Chandra Ashadi P., S.Pd. (Kepala Kelurahan Rungkut Menanggal), Masrukin, S.H. (Ketua LKMK Kelurahan Rungkut Menanggal) dan Srimami Khoirul Nikmah, S.Pd. (Ketua Tim Penggerak PKK Kelurahan Rungkut Menanggal). Maksud dan tujuan kunjungan tersebut adalah untuk melakukan studi mengenai sistem pemerintahan khususnya pelayanan masyarakat di Pemerintah kota Shah Alam. Selain itu, kunjungan ini dimaksudkan untuk melakukan studi banding mengenai penataan wilayah khususnya penataan pedagang liar dan usaha kecil, serta studi banding mengenai penataan taman kota. Di awal kunjungan, delegasi mengunjungi Kantor Dinas Korporat dan berdiskusi dengan kepala Korporat, Asmah Mohd Zin, serta beberapa staf dari Dinas teknologi Maklumat dan Komunikasi, Dinas Bahagian Audit Dalam dan pengaduan Awam juga dengan Dinas Khidmat Perguruan. Dari pertemuan tersebut, para delegasi mendapat wawasan di bidang administrasi kependudukan, penanganann pedagang liar dan industri kecil, serta penanganan warga miskin. Di bidang administrasi kependudukan, warga Malaysia pada umunya telah mendapat kartu identitas penduduk (KTP) sejak umur 12 tahun dengan masa berlaku selama seumur hidup, dimana pengelolaannya langsung pada pemerintah pusat di Kuala Lumpur. Selainitu, KTP Warga Malaysia dilengkapi dengan chip sehingga dapat dimanfaatkan sebagai Single Identify Card yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan termasuk untuk transaksi keuangan. Berbeda dengan di Indonesia, penduduk baru mempunyai tanda pengenal sejak berumur 17 tahun, dan setiap 5 tahun sekali, harus diperbaharui, hal ini masih terkesan kurang efektif dan efisien. Di bidang industri, khusus untuk industri rumah makan, selain 28
harus
mendapat ijin dari pemerintah Shah Alam, Pemerintah setempat melalui Dina Perkhidmatan melakukan pembinaan (baik pemilik maupun pramusaji) terhadap kebersihan badan, makanan, tempat usaha, perilaku dan melakuakn pemeberian vaksinasi/imuniasasi sebagai bentuk perlindungan terhadap kesehatan. Dalam hal penataan pedagang liar dan industri kecil, Pemerintah memfasilitasinya dengan mengadakan pelatihan-pelatihan, pemberian modal, penyediaan stand dan gerai penjualan di suatu tempat yang strategis. Di bidang penanganan warga miskin dan wanita janda, pemerintah setempat memberikan pelatihan serta memberikan modal . Selain itu, Pemerintah memperkerjakan mereka denagn sistem kontrak tahunan, sebagai tenaga kerja pembersih toilet umum maupun taman kota dengan gagi RM. 800 (sekitar Rp. 2,5 juta) setiap bulan. Sebagai upaya lain untuk meringankan beban masyarakat miskin, dihimpun dana berupa zakat dari masyarakat yang anntinya disalurkan pada warga miskin melalui pejabat agama yang berwenang di Kota Shah Alam. Rombongan delegasi juga sempat mengunjungi salah satu taman kota di shah Alam, yang bernama See Garden. Salah satu keunikan taman kota ini yaitu adanya berbagai macam lampu hias berbentuk tanaman dan binatang. Selain itu, taman ini dilengkapi dengan fasilitas televisi raksasa sebagai sarana hiburan/iklan. Ke depan, direncanakan, Dinas Korporat akan melakukan kunjungan ke Kota Surabya dengan mengikutsertakan ibu-ibu tunggaln (janda) untuk belajar di bidang pemberdayaan masyarakat berupa pelatihan produk-produk unggulan seperti kerajinan tangan, makaanan dan daur ulang hasil sampah. Diakhir perjalanan, para delegasi berkesempatan melakukan studi banding mengenai fasilitas-fasilitas publik dan wisata mangrove di Singapura. Tempat wisata mangrove di Singapura, selain sebagai tempat rekreasi juga dijadikan sebagai wisata pendidikan. Disana, tersedia berbagai fasilitas rekreasi yang memadai, seperti tersedianya ruang pamer berbagai jenis mangrove dan ekosistem di dalamnya ruang terbuka untuk para siswa, dan ruang khusus pamer jenis satwa burung. Tentunya, Surabaya dapat bercermin dari pengelolaan tempat wisata mangrove di Singapura, dengan menambah fasilitas umum yang memadai termasuk akses jalan masuk lokasi, sehingga wisata mangrove yang ada di Surabaya semakin diminati masyarkat, tidak hanya sebagai wisata alam, melainkan juga menjadi wisata pendidikan. 29
30