Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
LAPORAN BULAN FEBRUARI 2012 ATASE PERDAGANGAN WASHINGTON DC
I.
PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN AMERIKA SERIKAT Secara rinci perkembangan masing-masing indikator ekonomi makro Amerika Serikat (AS) dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan perekonomian AS pada kuartal ke-empat 2011 mengalami peningkatan sebesar 2.8 % dari kuartal sebelumnya sebesar 1,8%. Peningkatan angka ini lebih banyak adalah konstribusi positif dari peningkatan berbagai sektor, yakni sektor investasi dari pihak pengusaha, Personal Consumption Expenditures (PCE), ekspor, investasi sektor perumahan, dan belanja pemerintah pusat (federal) serta pemerintah daerah (state). Sebagai catatan, pertumbuhan pada kuartal ke-empat 2011 ini mengalami penurunan bila dibandingkan dengan kuartal ke-empat 2010 yang mencapai 3,1%, dimana kuartal ke-tiga 2010 sebesar 2,6%. 2. Populasi Jumlah penduduk AS diperkirakan sebanyak 308.745.538 jiwa per 1 April 2010, merupakan negara terpadat ke tiga di dunia setelah China dan India. Sementara berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 penduduk AS tercatat berjumlah 281,421,906 jiwa. US. Census Bureau (USCB) memperkirakan populasi penduduk AS di tahun 2011 mencapai 310,5 juta jiwa. Angka tersebut didasarkan atas perhitungan adanya peningkatan 2,1 juta jiwa penduduk AS atau 0,6% dari tahun 2010. Perhitungan tersebut dengan melihat estimasi satu kelahiran setiap 8 detik, estimasi satu kematian setiap 12 detik, dan satu imigran internasional setiap 45 detik, sehingga penambahan 1 jiwa penduduk AS adalah setiap 15 detik. 3. Tingkat Pengangguran Tingkat pengangguran di AS pada bulan Januari 2012 mencapai 8,3%, berkurang 0,2% apabila dibandingkan dengan bulan Desember 2011. Di bulan Januari 2012 ini terdapat penambahan tenaga kerja di sektor non-pertanian sebesar 243.000. Jumlah tersebut banyak disumbang oleh sektor swasta di bidang jasa bisnis dan jasa profesional, rekreasi dan perhotelan, dan manufaktur. Tingkat pengangguran AS sejak 1948 s/d 2010 rata-rata adalah sebesar 5,7%. Di tahun 2010, tingkat pengangguran AS berada antara 9,4% s/d 9,8%. Hal ini Halaman 1 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun 2009 yang berada antara 7,8% s/d 10,1%. Tingkat pengangguran tertinggi 2010 di AS adalah pada bulan April dan November yang mencapai 9,8%, sedangkan terendah adalah pada bulan Desember yang mencapai 9,4%. II.
INFORMASI PERKEMBANGAN PERDAGANGAN Perkembangan Perdagangan Luar Negeri RI-AS pada periode lima tahun terakhir (Tahun 2006-2010) bersumber dari US Department of Commerce (US DOC) serta diolah oleh Atase perdagangan Washington DC, USA. Gambaran secara rinci perkembangan hubungan perdagangan bilateral Indonesia – AS dapat dilihat adalah sebagai berikut: 1. Selama periode 5 tahun terakhir (2006-2010) perdagangan luar negeri AS dengan dunia menunjukkan peningkatan yang sangat kecil yakni sebesar 0.25 %. Berdasarkan data US DOC dalam 5 tahun tersebut, perdagangan luar negeri AS dengan dunia mencapai puncaknya pada tahun 2008 dengan nilai total perdagangan mencapai sebesar US$ 3.4 trilyun atau meningkat sebesar 9.00 % bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana total perdagangan AS pada tahun 2007 hanya mencapai sebesar US$ 3.10 trilyun. 2. Namun pada tahun 2009, total perdagangan AS mengalami penurunan menjadi US$ 2.6 trilyun, dengan impor sebesar US$ 1.55 trilyun dan ekspor sebesar US$ 1.05 trilyun. Dengan volume perdagangan pada tahun 2009 tersebut diatas menunjukan AS mengalami defisit perdagangan dengan dunia sebesar US$ 0.5 triliun. 3. Sementara pada November 2011, total perdagangan AS dengan dunia mencapai US$ 317.5 milyar atau meningkat sebesar 12.66% dibandingkan November 2010 sebelumnya yang hanya mencapai US$ 281.8 milyar. Impor AS periode November 2011 tersebut mencapai US$ 190.98 milyar atau meningkat sebesar 13.17% dibandingkan periode November 2010 sebelumnya yang mencapai US$ 168.8 milyar. Sedangkan ekspor AS ke dunia pada periode November 2011 mencapai US$ 126.5 milyar atau meningkat 11.90% dari periode November 2010 yang hanya mencapai US$ 113.05 milyar. Oleh karena itu, pada periode November 2011 ini, AS mengalami defisit perdagangan dengan dunia sebesar US$ 64.5 milyar. 4. Berdasarkan 50 jenis produk impor RI yang masuk ke AS menunjukan perkembangan nilai yang meningkat sebesar 18.18% pada periode November 2011 dibandingkan dengan November 2010. Yaitu mengalami peningkatan sebanyak 33 komoditi, dan sebanyak 17 komoditi lainnya mengalami penurunan. Produk yang mengalami penurunan antara lain adalah (berdasarkan penurunan terbesar ke terkecil) HS 1801 (Cocoa Beans, Whole Or Broken, Raw Or Roasted); HS 2701 (Coal; Briquettes, Ovoids & Similar Solid Fuels Man); HS 8521 (Video Recording Or Reproducing Apparatus); HS 2710 (Petroleum Oils & Oils Obtained From Bituminous Min); HS 4412 (Plywood, Veneered Panels And Similar Laminated Wood); HS 8527 (Reception App For Radio-Broadcasting, W/N Combi); HS 8471 (Adpm & Units,Mgnt/Opt Halaman 2 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Readers,Mach Transcr Data); HS 7113 (Articles Of Jewellery & Parts Thereof, Of Prec Met); HS 6102 (Women'S Or Girls' Overcoats,Capes,Cloaks, Etc,Knit); HS 0304 (Fish Fillets And Other Fish Meat, W/N Minced, Fresh); HS 3907 (Polyacetals,O Polyethers,Epoxide Resins, Polycarbo); HS 8443 (Prntg Mchy By Prntg Type,Blk,Plts,Cyl & O Comp Of); HS 8542 (Electronic Integrated Circuits); HS 2709 (Petroleum Oils And Oils Obtained From Bituminous); HS 9403 (Other Furniture And Parts Thereof); HS 9001 (Optical Fibres, Cables; Sheets & Plates Of Polaris); dan HS 6212 (Brassieres,Girdles,Corsets,Braces,Sus- Penders,Etc). 5. Untuk 50 jenis produk ekspor non-migas utama AS ke Indonesia mengalami peningkatan pada periode November 2011 dibandingkan dengan periode November 2010 sebesar 4.75%. Terdapat 34 produk yang mengalami peningkatan di periode November 2011 dibandingkan dengan periode November 2010. Produk-produk yang mengalami peningkatan antara lain HS 4001 (Natural Rubber, Balata, Gutta-Percha Etc & Sim Nat); HS 4011 (New Pneumatic Tires, Of Rubber); HS 0306 (Crust W/N In Shell, Live, Fr Etc; Crust In Shell C); HS 6402 (Footwear Nes, With Outer Soles And Uppers Of Rubber); HS 7606 (Aluminum Plates, Sheets And Strip, Of A Thickness); HS 0901 (Coffee W/N Roast Or Decaff; Coffee Husks & Skins); HS 0904 (Pepper Of The Genus Piper; Dried,Crus Or Grd Fruit); HS 6704 (Wigs, Eyebrows, Eyelashes Etc Of Human/ Animal Hai); HS 6203 (Men'S Or Boys' Suits,Jackets,Trousers, Shorts,Etc); HS 6403 (Footwear With Outer Soles Of Rbr, Plas, Leathr Or); HS 1804 (Cocoa Butter, Fat And Oil); HS 8528 (Mon & Projtr, W/O Tv Recep,Tv Rece W/N W Radio-Bro); HS 6104 (Women'S Or Girls' Suits,Dresses,Skirts, Shorts,Etc); HS 6205 (Men'S Or Boys' Shirts, Not Knitted Or Crocheted); HS 4802 (Unctd Paper & Paperbd For Writing Etc, Punch Card); HS 1605 (Crustaceans, Molluscs And Other Aquatic Invertebra); HS 6103 (Men'S Or Boys' Suits,Jackets,Trousers, Shorts,Etc); HS 6114 (Garments, Knitted Or Crocheted, Nes); HS 6110 (Jerseys, Pullovers, Cardigans, Waistcoats, Etc, Kn); dan HS 6204 (Women'S Or Girls' Suits, Jackets, Dresses, Skirts,Sh). 6. Biro Analisis Ekonomi US DOC mengumumkan bahwa total ekspor untuk barang dan jasa AS periode November 2011 adalah US$ 177.8 milyar dan impor US$ 225.6 milyar, sehingga menunjukkan angka defisit sebesar US$ 63.2 milyar. Untuk ekspor barang, periode November 2011 mencapai US$ 126.6 milyar, menurun apabila dibandingkan dengan periode Oktober 2011 yang mencapai US$ 128.1 milyar. Sedangkan untuk jasa, ekspor periode November 2011 mencapai US$ 51.3 milyar, atau tetap bila dibandingkan periode Oktober 2011. Untuk impor barang periode November 2011 meningkat sebesar 3.1 milyar menjadi sebesar US$ 189.7 milyar, apabila dibandingkan dengan periode Oktober 2011. Sedangkan untuk impor jasa, periode November 2011 sebesar US$ 35.9 milyar, atau mengalami sedikit penurunan dibandingkan periode Oktober 2011 yang sebesar US$ 36 milyar. 7. Perdagangan bilateral Indonesia – AS memperlihatkan perkembangan surplus neraca perdagangan bagi Indonesia. Trend total perdagangan AS-RI dalam rentang tahun 2006 - 2010 adalah sebesar 7.12 %. Sama halnya dengan perkembangan perdagangan Halaman 3 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
AS dengan dunia, pada tahun 2009 volume perdagangan Indonesia - AS mengalami penurunan, yakni sebesar US$ 18.05 milyar atau menurun dibandingkan tahun 2008 yang mencapai US$ 21.44 milyar. Sedangkan tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi US$ 23.42 milyar, atau peningkatan sebesar 29.78%. 8. Impor AS dari Indonesia pada periode November 2011 tercatat sebesar US$ 1.65 milyar atau meningkat sebesar 8.74% bila dibandingkan dengan periode November 2010 sebelumnya sebesar US$ 1.52 milyar. Sementara trend impor AS dari Indonesia selama 5 tahun terakhir atau periode 2006-2010 adalah sebesar 3.14 %. Sedangkan ekspor AS ke Indonesia periode November 2011 mencapai US$ 527.7 juta atau menurun 19.52% dibandingkan periode November 2010 sebesar US$ 655.7 juta. Trend perkembangan ekspor AS-Indonesia dalam 5 tahun terakhir atau selama periode tahun 2006-2010 adalah sebesar 20.66 %. 9. Komposisi impor AS dari Indonesia pada periode November 2011 meliputi impor migas dan non-migas yang masing-masing tercatat sebesar US$ 98.6 juta dan US$ 1.55 milyar atau mengalami perubahan masing-masing sebesar -32.03% dan 13.05% dibandingkan pada periode November 2010 dari US$ 145 juta (migas) dan US$ 1.37 milyar (non migas). Sedangkan ekspor AS ke Indonesia mengalami perubahan untuk periode November 2011 dibandingkan dengan periode November 2010. Ekspor migas AS ke Indonesia mengalami peningkatan yakni sebesar 17.68% dari US$ 12.3 juta menjadi US$ 14.5 juta. Sedangkan, ekspor non migas menurun sebesar -20.23% dari US$ 643.4 juta di periode November 2010 menjadi US$ 513.2 juta di periode November 2011.
Sumber : US Dept of Commerce (Nopember 2011 Data), Diolah oleh : Atase Perdagangan, Washington, DC (Januari 2011)
Halaman 4 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
10. Berdasarkan peringkat 50 negara pengimpor ke AS pada periode November 2011, Indonesia menduduki peringkat ke 24. Negara 10 pengimpor utama AS periode November 2011 tersebut masih didominasi oleh RRT, Kanada, Meksiko, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Saudi Arabia, Venezuela, dan Taiwan. Sedangkan 10 negara yang merupakan tujuan utama ekspor AS adalah Kanada, Meksiko, RRT, Jepang, Inggris, Jerman, Brazil, Korea Selatan, Belanda, dan Hong Kong. Sedangkan Indonesia sendiri menduduki peringkat ke 32 sebagai negara tujuan ekspor utama AS.
Sumber: US Dept of Commerce (Nopember 2011 Data), Diolah oleh: Atase Perdagangan, Washington, DC (Januari 2011)
11. Sementara pada periode November 2010, 10 negara pengimpor utama AS adalah RRT, Kanada, Meksiko, Jepang, Jerman, Inggris, Korea Selatan, Perancis, Taiwan, dan Irlandia. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-24. 12. Sedangkan 10 negara yang merupakan tujuan utama ekspor AS periode November 2010 adalah Kanada, Meksiko, Cina, Jepang, Inggris, Jerman, Korea Selatan, Brazil, dan Singapura. Sedangkan Indonesia berada pada peringkat ke-32. 13. Selain minyak dan gas, ekspor non migas lainnya seperti karet, tekstil dan produk tekstil, alas kaki, dan mesin listrik memiliki pangsa yang sangat strategis dalam membentuk komposisi ekspor Indonesia ke AS. Selain itu mesin-mesin, furniture, alas kaki, seafood, dan kopi merupakan produk andalan ekspor non migas lainnya. Pangsa dari masing-masing produk dalam pembentukan komposisi ekspor Indonesia ke AS periode November 2011, seperti terlihat pada grafik dibawah ini.
Halaman 5 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Sumber : US Dept of Commerce (Nopember 2011 Data), Diolah oleh : Atase Perdagangan, Washington, DC (Januari 2011)
14. Ekspor Produk Utama Indonesia ke AS pada periode Januari - November 2011 menunjukan trend yang positif dibandingkan dengan periode Januari – November 2010. Kecuali untuk produk Komponen Kendaraan Bermotor (-13.9%), Kakao (51.4%), dan Furniture (-2.99%). 15. Dari 10 produk potensial Indonesia, untuk periode November 2011 hampir seluruh
produk potensial mengalami kenaikan apabila dibandingkan periode November 2010, hanya produk Precious Stones, Metals (Jewelry) sebesar -16.06 %. Produk-produk yang mengalami kenaikan berdasarkan peringkat kenaikan tertinggi adalah: (1) Handicraft; (2) Plants for pharmacy; (3) Essent Oil Resinoid; (4) Preserved Food; (5) Spices; (6) Fish and Seafood; (7) Leather; (8) Medical Instruments; dan (9) Stationary.
Halaman 6 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Sumber : US Dept of Commerce (Nopember 2011 Data), Diolah oleh : Atase Perdagangan, Washington, DC (Januari 2011)
III.
ISU PERDAGANGAN A. Burning Issues: Current Issues 1. Regulatory Announcement Notice of Data Availability (NODA) dari US. Environmental Protection Agency (EPA) Terkait Standar Penggunaan Minyak Kelapa Sawit sebagai Bahan Baku Pembuatan Renewable Diesel dan Biofuel Renewable Fuel Standard (RFS) Program. Pemerintah AS c.q. US. Environmental Protection Agency (EPA) menerbitkan pemberitahuan atau Notice of Data Availability (NODA) mengenai hasil analisis bahwa biodiesel dan renewable diesel yang diproduksi menggunakan bahan baku dari minyak kelapa sawit tidak memenuhi standar minimum 20% lifecycle Green House Gas (GHG) reduction threshold. EPA adalah lembaga yang menyusun rekomendasi kebijakan standar AS dibidang lingkungan hidup. Pada bulan Desember 2011 telah menerbitkan Regulatory Announcement yang memuat analisis terkait penggunaan minyak kelapa sawit (palm oil) sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dan renewable diesel, yang dinilai belum memenuhi Renewable Fuel Standard (RFS2). Halaman 7 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Analisis EPA dimaksud menunjukan bahwa minyak kelapa sawit berpotensi untuk tidak dijadikan bahan baku pembuatan biodiesel dan renewable diesel di masa depan, karena emisi gas rumah kaca (GHG) yang dihasilkan dalam proses pembuatannya dinilai kurang efisien. Standar RFS2 mengharuskan bahwa sumber energi alternatif mereduksi emisi minimal sebesar 20% dari penggunaan bahan bakar berbahan baku petroleum; sedangkan biodiesel dan renewable diesel yang dibuat dengan bahan baku minyak sawit masing-masing diperkirakan hanya 17% dan 11%. KBRI Washington DC bersama dengan Kantor Atase Perdagangan dan juga Atase Pertanian telah melakukan rangkaian pertemuan dan pendekatan dengan berbagai pihak seperti Kedutaan Besar Malaysia, USTR, dan EPA, guna menyampaikan concern Pemri mengenai isu NODA EPA ini. Pada hari Kamis, 5 Januari 2012, Dubes RI untuk AS, Dr Dino Patti Djalal, telah menemui Dubes Malaysia untuk AS H.E. Dato’ Sri Dr. Jamaludin Jarjis, dan didampingi para staf. Pertemuan dimaksud bertujuan untuk membahas concern kedua negara (RI dan Malaysia) atas NODA yang diterbitkan EPA, serta langkahlangkah yand perlu ditempuh untuk menanggapi hal dimaksud. Dalam pertemuan, kedua pihak berpandangan bahwa NODA EPA dimaksud pada gilirannya digunakan oleh Pemerintah AS sebagai dasar untuk membatasi penggunaan kelapa sawit sebagai bahan baku pembuatan renewable diesel dan biofuel, maka hal ini dapat dilihat sebagai sebuah bentuk non-tariff barrier bagi perdagangan komoditi produk kelapa sawit Indonesia dan Malaysia ke AS. Dalam hal ini, Dubes Malaysia dan Dubes RI mempunyai kesamaan pandangan bahwa NODA yang diterbitkan oleh EPA kiranya perlu ditanggapi dari sisi teknis (ilmiah) dan segi politis. Sejumlah saran yang disepakati kedua Dubes dalam pertemuan adalah sebagai berikut: (a.) Merekomendasikan agar Menteri Perdagangan RI dan Malaysia, secara masing-masing membuat surat kepada Mendag AS guna mengangkat isu kelapa sawit dimaksud. (b.) Malaysia akan menyewa jasa konsultan profesional AS. (c.) Malaysia akan mengupayakan agar wakil dari Malaysia Palm Oil Council (MPOC) dapat berkunjung ke AS guna: membantu melobi counterparts terkait di Washington DC, menyewa konsultan profesional, dan melakukan langkah-langkah yang diperlukan. (d.) Dubes RI akan bertemu dalam waktu dekat dengan Secretary for Commerce AS, Mr. John Bryon; Under Secretary of State for Economic, Energy and Agricultural Affairs, Mr. Robert D. Hormatts; dan US. Trade Representative. Pada hari Selasa, 10 Januari 2012, telah diadakan pertemuan dengan US Trade Representative (USTR) guna menyampaikan concern Indonesia atas NODA yang Halaman 8 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
diterbitkan oleh EPA. Dalam pertemuan, diutarakan adanya perhatian yang besar dari para stakeholder kelapa sawit di Indonesia terhadap NODA yang diterbitkan oleh EPA. Kami menggarisbawahi informasi penting yang belum dicakup dalam penelitian EPA, yaitu pengaruh moratorium Indonesia mengenai pemanfaatan lahan untuk kelapa sawit dan komitmen Pemri menurunkan emisi gas rumah kaca menjelang 2020 yang seharusnya dimasukkan sebagai poin penting. USTR dalam tanggapannya mengutarakan bahwa NODA yang dikeluarkan EPA pada tanggal 14 Desember 2011 lebih bersifat “preliminary” guna memperoleh tanggapan awal dari publik dan para stakeholders terkait. Adapun tenggat waktu 30 (tiga puluh) hari guna menyampaikan tanggapan resmi, baru akan dihitung sejak disampaikannya hasil analisis tersebut ke Federal Register. Disarankan untuk menemui EPA guna memperoleh keterangan lebih terperinci mengenai proses dimaksud serta aspek substantif dari laporan yang dikeluarkan EPA. Dicontohkan bahwa dalam kasus sebelumnya, Brazil pernah menempuh langkahlangkah serupa dengan menyediakan data-data ilmiah tambahan untuk dijadikan pertimbangan EPA melalui komonukasi dan kerjasama intensif antara kedua pihak sehingga kasus Ethanol ke AS berhasil diselesaikan. Pada hari Kamis, 12 Januari 2012 di kantor EPA, kami menemui pejabat EPA untuk mendapatkan penjelasan mengenai hasil laporan NODA yang diterbitkan oleh EPA serta menanyakan proses/prosedural dari NODA EPA tersebut. Kami juga menekankan bahwa jika NODA dari EPA ini menjadi sebuah regulasi AS, dapat mengarah pada adanya hambatan perdagangan bagi produk kelapa sawit Indonesia ke pasar AS, serta berpotensi diskriminatif terhadap minyak sawit Indonesia. Kami menyampaikan bahwa hasil studi yang dilakukan EPA diprediksi untuk kebutuhan periode jangka panjang (2010-2022), namun disayangkan EPA hanya menggunakan data-data historikal 2000-2009, sehingga tidak memasukkan kebijakan kebijakan baru pemerintah RI. EPA menyampaikan bahwa NODA yang dikeluarkan ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan lebih kurang 2 (dua) tahun yang didasari atas pandangan keilmuan, bukan atas perhitungan ekonomi dan politik. Dalam melakukan penelitian tersebut, EPA mengakui telah melakukan pertemuan dan komunikasi dengan berbagai pihak terkait dengan produk kelapa sawit dari para peneliti di domestik mereka dan juga dari luar negeri, termasuk Indonesia. EPA menjelaskan bahwa bila produk kelapa sawit tersebut tidak memenuhi standar NODA, maka produk dimaksud tidak dapat digunakan untuk biofuel, namun dapat diperjual belikan untuk kebutuhan lainnya. Halaman 9 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
2. Pengumuman Submission Special 301 dan Submission International Intelectual Property Alliance (IIPA) USTR telah memasukkan pemberitahuannya di Federal Register mengenai permintaan masukan tertulis dan dengar pendapat dari publik (public comments and public hearing) untuk 2012 Special 301 Review. Special review tersebut merupakan review tahunan terkait dengan Section 182 dari Undang Undang Perdagagan AS 1974 (Trade Act) (19 U.S.C. 2242) atau yang dikenal dengan “Special 301”. Special 301 Review dilakukan untuk mengidentifikasi negaranegara mitra dagang AS dalam menegakkan dan menerapkan perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual (HKI), dan USTR diberikan mandat untuk melakukan review atas pelaksanaan HKI di beberapa negara mitra AS untuk kemudian menentukan tingkatan yang disebut “Priority Watch List” (PWL) dan “Watch List” (WL) untuk memandu pemerintah AS mencapai tujuan-tujuan dari provisi Special 301. Pada tahun 2011, AS melakukan review terhadap 77 mitra dagangnya, dan dalam 2011 Special 301 Review tersebut Indonesia termasuk dalam kategori PWL bersama 11 negara lainnya, yaitu, Algeria, Argentina, Canada, Chile, China, India, Israel, Pakistan, Russia, Thailand, Venezuela. USTR kembali mengundang berbagai pihak untuk memberikan komentar dan pandangannya, baik kepada masyarakat AS maupun negara mitra dagang AS, terkait pelaksanaan HKI di negara mitra dagang AS. Proses dan jadwal dari pemberian komentar secara lisan maupun hadir dalam dengar pendapat umum (hearing) telah diumumkan oleh USTR. Jadwal dari proses tersebut adalah sebagai berikut: Jumat, 10 Pebruari 2012, merupakan batas waktu pemasukan komentar tertulis bagi masyarakat AS (public), dan permintaan untuk hadir Hearing; Jumat, 17 Pebruari 2012, merupakan batas waktu pemasukan komentar tertulis bagi negara mitra dagang AS, dan permintaan untuk hadir Hearing; Kamis, 23 Pebruari 2012, akan dilaksanakan Special 301 Committee Public Hearing bagi seluruh pihak. Public hearing tersebut akan dilakukan di Kantor USTR, 1724 F Street NW, Washington, DC 20508. Senin, 30 April 2012, USTR mengumumkan laporan “the 2012 Special 301 Report”. Kami memandang perlu untuk Pemri memasukkan komentar dan hadir pada public hearing sebagaimana tersebut di atas. Namun demikian, dalam pandangan kami penegakan dan penghormatan HKI bukan semata mata untuk menjawab laporan Special 301 Review USTR, karena penghormatan dan penegakan HKI Halaman 10 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
merupakan salah satu program fokus Pemerintah RI saat ini. Hal ini penting bagi terciptanya ekonomi Indonesia yang berdaya saing dan peningkatan inovasi.
International Intelectual Property Alliance (IIPA) Pada tanggal 30 Desember 2011 IIPA telah memasukkan submisi ke USTR mengenai The Initation of The 2011 Annual GSP Country Eligibility Practices Review, dimana IIPA meminta agar Pemerintah AS bekerja sama dengan Pemri menangguhkan atau menarik manfaat GSP secara keseluruhan atau sebagian, jika perbaikan HKI tidak dilakukan. IIPA menyebutkan bahwa Indonesia tidak memenuhi kriteria kelayakan sebagai negara penerima GSP sebagaimana tercantum di dalam Undang-Undang Perdagangan AS tahun 1974 [19 U.S.C. 2462(b) and (c)] subsection 502(b) atau 502(c). IIPA menyatakan bahwa Pemri perlu memperbaiki kekurangan dalam penghormatan dan penegakan HKI, beberapa isu menurut IIPA, antara lain: a) Kurang memadai dan efektifnya penegakan hukum dan perlindungan terhadap kekayaan dan hak-hak intelektual (termasuk sanksi hukum lewat pengadilan); b) Akses ke pasar Indonesia yang kurang adil dan banyaknya hambatan-hambatan, misalnya metode penilaian tarif pabean untuk produk audiovisual; dan c) UU Perfilman yang memasukkan batasan 60% lokal konten untuk konten lokal; persyaratan sensor yang ketat, (dalam Pasal 44) larangan untuk dubbing film impor; dan pembatasan lainnya di industri perfilman. Sebagai informasi, IlPA adalah koalisi sektor swasta dari tujuh asosiasi perdagangan yang bekerja untuk mewakili hak-cipta AS berbasis industri di arena bilateral dan multilateral. Ke tujuh asosiasi tersebut adalah: Association of American Publisher (AAP), the Business Software Alliance (SSA), the Entertainment Software Association (ESA), the Independent Film & Television Alliance (IFTA), the Motion Picture Association of America (MPAA), the National Music Publishers Association (NMPA), dan the Recording Industry Association of America (RIAA). Tujuh anggota asosiasi mewakili lebih dari 1900 perusahaan AS yang memproduksi dan mendistribusikan bahan-bahan yang dilindungi oleh hukum hak cipta di seluruh dunia, sehingga memiliki posisi tawar cukup tinggi ke Pemerintah AS. Program GSP sangat dibutuhkan Indonesia dalam persaingan dagang di pasar AS. Dalam pandangan kami, pengkaitan isu HKI (terkait akses pasar AS, UU perfilm RI) dengan Program GSP oleh IIPA merupakan pendekatan yang kurang
Halaman 11 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
simpatik, Karena kedua isu tidak terkait secara langsung, walaupun penghormatan HKI merupakan salah satu kreteria penerima GSP. Kami akan terus memantau isu ini dan melakukan pendekatan kepada pihak USTR yang menangani IPR, IIPA serta asosiasi anggotanya seperti MPAA untuk membuka komunikasi dan menyampaikan perkembangan HKI di Indonesia.
3. Pidato awal tahun President and CEO US Chamber of Commerce “the State of American Business 2012”, Washington DC, 12 Januari 2012. US Chamber of Commerce (USCC) adalah organisasi anggota bisnis terbesar dan terkuat di AS dengan lebih dari tiga juta anggota, mulai dari UKM, Kadin Daerah, asosiasi bisnis dan industri serta perusahaan besar (MNCs). Setiap tahun sudah merupakan tradisi Presiden/CEO USCC menyampaikan pidato awal tahun untuk memberikan review ekonomi AS selama setahun terakhir dan menjelaskan posisi USCC di tahun berikutnya serta memberi masukan mengenai fokus ekonomi AS. Tahun ini pidato disampaikan di depan para anggota, corps diplomatic, pemangku kepentingan lainnya seperti think tank, lembaga pemerintah AS, akademisi dan media pada tanggal 12 Januari 2012. President and CEO US Chamber of Commerce, Tom Donohue, menyinggung mengenai situasi bisnis AS yang terlihat meningkat walaupun berjalan dengan lambat dengan angka pengangguran menurun dari bulan sebelumnya menjadi 8,5%, namun masih jauh dari 5% di tahun 2007 ketika resesi dimulai. Oleh karena itu USCC mendorong pembukaan lapangan pekerjaan. Disampaikan bahwa faktor internal dan eksternal akan menjadi tantangan ekonomi AS (downside and upside risk) tahun 2012, yaitu, antara lain: Uni Eropa masih menghadapi krisis keuangan dan resesi yang belum terselesaikan. Akan adanya pergantian kepemimpinan dan pemilihan umum di Taiwan, China, Korea Utara, Rusia, Perancis, Venezuela dan Mexico, begitu juga pemilihan umum di AS menambah ketidakpastian kebijakan; Gejolak kekerasan di Timur Tengah serta ancaman dari Iran dapat mempengaruhi aliran transportasi minyak melalui Selat Hormuz sehingga harga minyak diatas US$ 100 atau lebih; Kebijakan pemerintah AS dan konflik di antara para pemimpin politik telah menambah ketidakpastian usaha, merusak kepercayaan konsumen dan memperlambat ekonomi; Halaman 12 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Dalam sebuah survey baru yang dilakukan USCC terhadap anggota UKM, lebih dari 80% sangat prihatin tentang peraturan baru, mandat dan pajak yang semakin tinggi. Keprihatinan ini membuat mereka berpikir dua kali untuk membuka lapangan kerja baru. Oleh karenanya USCC mengajukan American Jobs and Growth Agenda, dengan ide-ide spesifik untuk membangun ekonomi AS menjadi kuat. Agenda tersebut terdiri atas: 1) Energi dan Pembangunan Infrastruktur. Energy adalah “game charger” bagi AS. Dengan kebijakan yang tepat, minyak dan industri gas alam dapat menciptakan lebih dari 1 juta pekerjaan pada tahun 2018. Pempercepat perijinan dan menghentikan pembatasan investasi yang tidak penting. AS harus memanfaatkan semua sumber daya yang ada, baik tradisional maupun alternatif, sementara memperluas tenaga nuklir dan menjalankan efisiensi yang lebih besar. 2) Perdagangan, Investasi, dan Pariwisata. Menyelesaikan Perjanjian TransPacific Partnership (TPP) di Pacific Basin tahun ini. Mengusulkan TransAtlantic Economic and Trade Pact dengan Uni Eropa yang dapat menurunkan hambatan tarif produk AS di Eropa. Memperluas perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan emerging economies seperti Brasil, Mesir, India dan Indonesia. Mendukung Bank Ekspor-Impor dan Overseas Private Investment Corporation (OPIC), karena organisasi/lembaga ini telah membantu ekspor AS secara global. Targetkan pemasukan turisme/travel seperti angka tahun 2001: agar tercipta 1,3 juta lapangan pekerjaan baru tanpa membebani pembayar pajak AS. 3) Reformasi Regulasi dan Hukum. USCC menganggap pemerintah tidak efesien karena cenderung memiliki pegawai yang besar sehingga memerlukan budget yang tinggi. 4) Kepemimpinan yang Mendorong Inovasi. AS masih menjadi negara yang paling inovatif di dunia, sehingga harus dipertahankan dan tidak kehilangan sisi tersebut. AS harus menunjukkan kepemimpinannya dengan melindungi hak atas kekayaan intelektual (IPR) secara lebih baik. Konggres telah mengambil langkah penting tahun lalu dengan meloloskan undang-undang yang telah lama ditunggu, yaitu paten reformasi. Kepemimpinan dalam inovasi juga menuntut perbaikan substansial dalam pendidikan di K-12 sekolah umum, program pelatihan kerja, dan kerjasama yang erat dengan universitas. Halaman 13 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
5) Fiscal Responsibility and Entitlement Reform. USCC mendorong agar pemerintah mengendalikan pengeluaran pemerintah dan defisit utang AS. AS akan mengalami defisit tahunan lebih dari satu triliun dolar tahun ini. Total utang nasional telah melampaui 100% dari PDB nasional. Atau setara dengan US$ 47.000 per orang AS. Di akhir pidatonya Tom Donohue menyerukan mengenai Legacy AS dan kepemimpinan. Ia menggaris bawahi tantangan ekonomi AS yang paling penting saat ini, yaitu pertumbuhan ekonomi untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan dan mengurangi defisit pemerintah dan pendanaan program-program penting. Walaupun memiliki banyak tantangan di tahun 2012, AS masih merupakan ekonomi paling inovatif, produktif dan terbuka di dunia dengan keuntungan demografis masyarakatnya yang relatif muda. Selain itu AS menghasilkan perusahaan global yang paling canggih dan memiliki lebih dari 25 juta usaha kecil. Disampaikan juga bahwa AS memimpin dunia dalam manufaktur dan jasa, dalam teknologi tinggi, dan pendidikan tinggi. AS memiliki cadangan luar biasa dari energi dan sumber daya alam lainnya. AS adalah salah satu breadbaskets besar dunia. Pidato tahunan Tom Donohue sangat menarik karena menyinggung persoalan paling mendasar dari ekonomi AS saat ini yaitu upaya meningkatkan lapangan kerja dan tantangan untuk mencapainya. Pidato Tom Donohue mendapat dukungan cukup baik terutama untuk isu untuk mendorong berbagai kebijakan ekonomi, perdagangan, keuangan dan sosial yang pro-job. Isu pembukaan lapangan kerja memang merupakan “mantra” dari semua agenda ekonomi di AS saat ini.
4. Pidato Kenegaraan (State of the Union Address) Presiden AS, Barrack Obama. Pada tanggal 24 Januari 2012 bertempat di gedung Konggres AS, Presiden Obama menyampaikan pidato kenegaraannya yang ke-3 sepanjang masa jabatan kepresidenannya. Presiden Barrack Obama dalam pidato tersebut menyampaikan blueprint Ekonomi AS yang lebih adil (fairer America), dengan penekanan pada (i) reformasi pajak; (ii) restorasi keuangan nasional; (iii) penurunan angka pengangguran; dan (iv) solusi terhadap hutang nasional. Penggunaan dana APBN merupakan isu penting dan sensitif bagi AS di saat beranjak dari krisis ekonomi saat ini. Presiden sempat menggunakan terminologi "investing" (bukan "spending") anggaran. Berkaitan dengan rencana "investasi" anggaran di bidang Halaman 14 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
ekonomi pembangunan, Presiden merencanakan untuk: (i) membangun teknologi dan inovasi baru bagi energi ramah lingkungan; (ii) meningkatkan kemandirian dan produktivitas generasi muda; (iii) membangun dan memperbaiki infrastruktur trasportasi; (iv) meningkatkan ekspor produk AS; dan (v) mengarahkan para milyuner AS untuk membayar pajak sekitar minimal 30%. Presiden AS juga menggarisbawahi kebjiakan luar negeri AS terkait nuklir Iran dan reformasi di Timur Tengah. Presiden AS menekankan perlunya Partai Demokrat dan Partai Republik bekerjasama demi memulihkan perekonomian AS. Pokok-pokok pidato Presiden Obama meng-highlight berbagai capaian AS antara lain berakhinya perang Irak dan terbunuhnya Osama Bin laden dalam suatu operasi militer rahasia AS, serta tantangan utama yang dihadapi AS dalam konteks bidang ekonomi, khususnya penciptaan lapangan pekerjaan. Presiden Obama menegaskan bahwa sejak masa kepresidennya telah berhasil diciptakan 3 juta lapangan pekerjaan. Sektor otomotif merupakan salah satu tulang punggung perekonomian yang terlihat kembali pulih. Sebanyak 800 ribu lapangan pekerjaan di industri otomotif telah berhasil diciptakan sejak masa pemerintahan Obama dimulai. Perusahaan General Motor, yang pada akhir tahun 2008 telah hampir bangkrut dan tidak dapat beroperasi, kini telah kembali mempekerjakan banyak warga AS dan menjadi industri pembuat mobil nomor 1 (satu) di dunia. Presiden Obama menekankan bahwa pemerintahannya akan menempuh kebijakan yang mendorong terciptanya lapangan pekerjaan di dalam negeri. Berbagai insentif akan diberikan bagi perusahaan-perusahaan yang membuka lapangan pekerjaan (production base) di AS, khususnya untuk sektor-sektor yang mengedepankan keunggulan teknologi dan inovasi. Sebaliknya, Presiden AS menyatakan akan menghapus insentif bagi perusahaan-perusahaan AS yang memindahkan production base mereka ke luar AS. Di samping itu, Presiden Obama juga menyatakan bahwa pemerintahannya akan mengupayakan agar produk-produk AS dapat mengakses pasar internasional dengan lebih bak. Keberhasilan AS membuat perjanjian FTA dengan Korea Selatan, Panama dan Kolombia dinilai akan membuat semakin banyak produk AS yang dapat mengakses pasar kedua negara tersebut. Presiden Obama juga mengumumkan akan membentuk sebuah unit dan bernama Trade Enforcement Unit untuk meng-investigasi praktek dagang yang tidak fair oleh negara lain seperti China. Presiden Obama juga menyatakan bahwa perlindungan atas hak kekayaan intelektual akan semakin diperketat.
Halaman 15 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Terkait sektor pajak, Presiden Obama menggaris bawahi bahwa warga AS yang berpenghasilan di atas US$ 1 juta per tahun tidak layak mendapat perlakuan lstimewa berupa keringanan pajak. Sementara bagi 96% penduduk AS yang berpenghasilan di bawah US$ 250 ribu per tahun perlu diberi perlakuan yang lebih adil dalam aspek perpajakan dengan cara tidak menerapkan rate yang lebih tinggi. Secara umum pidato Presiden Obama mendapat sambutan hangat para anggota Kongres dari kedua Partai. Dalam sorotan terlihat bahwa ketua Kongres yang berasal Partai Republik John Boehner, dan ketua fraksi Partai Republik di Senat (Senat Majority Leader), Mitch McConnell, turut memberikan applause kepada Presiden Obama. Pidato State of the Union disampaikan pada saat popularitas Presiden Obama cenderung menurun, dan di tahun akan berlangsungnya pemilihan umum di AS. Dengan berupaya untuk membangun kerjasama antara kedua partai, Presiden Obama tampak mengharapkan untuk dapat memperbaiki ekonomi AS menjelang pemilu, yang akan berdampak pada kesuksesannya untuk terpilih kembali sebagai Presiden AS untuk periode ke 2. Presiden Obama mengajak Kongres untuk tetap menghasilkan berbagai legislasi penting tahun ini dan tidak mengedepankan perseteruan politik, karena rakyat AS menantikan berbagai legislasi penting dimaksud untuk melanggengkan pemulihan perekonomian AS yang telah mulai menunjukan perbaikan dan produktivitas yang tinggi. 5. Permentan No. 89 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 37/Kpts/HK.060/1/2006 Tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan/atau Sayuran Buah Segar Ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. Pada tanggal 18 Januari 2012, kami menerima wakil pemerintah AS dari USTR, United States Department of Agriculture (USDA), dan United States Department of Commerce (USDOC) untuk membahas mengenai tanggapan pemerintah AS atas Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 89/2011. Pihak AS berharap bahwa peraturan ini tidak akan mengganggu hubungan perdagangan RI-AS yang sudah baik selama ini dan mengharapkan ada dialog konstruktif mengenai peraturan baru ini. AS memberikan tanggapan bahwa Permentan 89/2011 akan mengganggu bahkan dapat menghentikan ekspor buah-buahan AS ke Indonesia. Hal ini karena 90-95% Halaman 16 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
ekspor buah-buahan AS ke Indonesia masuk melalui pelabuhan Tanjung Priok, sementara pelabuhan Tanjung Priok tidak termasuk dalam pelabuhan yang ditunjuk. AS mengekspor buah-buahan sekitar USS 200 juta per tahun, antara lain Jeruk, Sunkist, Citrun, Apel dan Cherry. Pihak AS mempertanyakan kaitan antara pembatasan pelabuhan dengan upaya mengurangi risiko masuk dan tersebarnya organisme pengganggu tumbuhan karantina. Pihak AS juga khawatir bahwa sempitnya tenggat waktu sejak dikeluarkannya Permentan dan implementasi pertengahan Maret 2012. Dalam kaitan tersebut AS mengusulkan kiranya Permentan ini dapat di undur (delay) pelaksanaanya dan memberikan ruang untuk konsultasi yang konstruktif. Menanggapai masukan AS tersebut, kami menggarisbawahi bahwa peraturan ini sama sekali tidak mendiskreditkan buah-buahan AS karena berlaku untuk semua impor. Kami juga menyampaikan bahwa aturan ini bukan hambatan terhadap impor buah dan sayur, sehingga tidak ada aturan WTO yang dilanggar, karena impor masih diijinkan, hanya diatur tata pelaksanaan pelabuhannya. Kami juga menekankan bahwa isu kesehatan masyarakat dan konsumen menjadi fokus Pemri dan aturan karantina serta perlindungan terhadap hama, penyakit buah dan sayur sangat penting untuk ditangani dengan baik. Kami juga menegaskan bahwa Pemri saat ini tengah membangun pelabuhan laut dan udara di luar Jawa secara bertahap dan dengan aturan ini diharapkan perkembangan pelabuhan laut tersebut dapat lebih baik. Disamping itu kami juga menyampaikan bahwa pelabuhan Tanjung Priok sudah over capacity. Diakhir pertemuan kami menyampaikan akan mencatat semua keluhan dan masukan pihak AS dan mengkomunikasikannya ke pihak USTR, USDA dan USDOC. Kami tidak melihat resistensi AS dalam hal semangat Permentan untuk melindungi konsumen dan kesehatan masyarakat serta pentingnya karantina dan perlindungan terhadap hama dan penyakit. Yang menjadi fokus AS adalah tidak dimasukkannya Tanjung Priok dalam Permentan 89/2011. Pada tanggal 25 Januari 2012, Dubes RI melakukan pertemuan dengan Deputy U.S. Trade Representative, Ambassador Demetrios Marantis, juga untuk membicarakan Permentan No. 89 Tahun 2011. Keprihatinan Pemerintah AS yang disampaikan oleh Ambassador Marantis adalah penerbitan Permentan No. 89/2011 terkesan sangat mendadak dan tanpa didahului proses konsultasi dan notifikasi. Khusus untuk pihak AS, penutupan Pelabuhan Laut Tanjung Priok akan mengganggu kinerja ekspor buah-buahan AS ke Indonesia yang nilainya mencapai USD 200 milyar per tahun. Pihak USTR mengharapkan pemberlakuan Permentan ini di pending untuk sementara waktu sampai Pemerintah Indonesia Halaman 17 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
menyediakan scientific background terhadap kebijakan penutupan pelabuhan tersebut. Dubes RI menyampaikan bahwa kebijakan penutupan sejumlah pelabuhan tersebut semata-mata didasari atas kepentingan melindungi wilayah Indonesia dari potensi masuknya hama dan penyakit dari Negara asal buah-buahan dan/atau sayuran buah segar dan melindungi konsumen Indonesia dari buah-buahan dan sayuran tercemar ex impor. Penutupan Pelabuhan Laut Tanjung Priok didasarkan pada pertimbangan bahwa pelabuhan tersebut telah sangat sibuk dan melampaui kapasitasnya sehingga berpotensi lolosnya hama, penyakit dan buah/sayuran. Penting bagi Pemerintah Indonesia, khususnya Kementerian Pertanian, untuk segera menyusun Tinjauan Akademik terhadap penerbitan Permentan No. 89 tahun 2011 tersebut. Pemerintah AS, melalui USTR, berharap peraturan tesebut mempunyai dasar keilmuan (Scientific base) yang kuat, termasuk didalamnya risk management analyses.
B. Market Information: 1. Penawaran Kerjasama Perusahaan Pembuat Gudang Penyimpanan Hasil Produk Pertanian dari Blumberg Capital Partners. Kantor Atdag DC menerima kunjungan Mr. Steven Zwang, Senior Vice President Blumberg Capital Partners, dan Mr. Sasha L. Azar, Consultant Akin Gump Strauss Hauer & Feld LLP. Pertemuan ini dilakukan atas permintaan pihak Blumberg yang menyampaikan keinginannya untuk melakukan kerjasama pembangunan gudang penyimpanan hasil produk pertanian di Indonesia. Blumber Capital Partners (BCP) adalah perusahaan AS yang bergerak di bidang pendanaan properti dan infrastruktur sejak tahun 1979. Saat ini BCP memiliki berbagai bidang usaha pendanaan dari Commodities Fund, Health Care Fund, Media & Entertainment Fund, dan Commercial Real Estate Fund. Pada pertemuan tersebut, pihak BCP menyampaikan penawaran untuk dapat melakukan kerjasama dalam pembangunan fasilitas pergudangan di Indonesia, khususnya pergudangan penyimpanan produk pertanian mengingat Indonesia adalah Negara agraris. Menurut BCP, keunggulan fasilitas pergudangan yang ditawarkan adalah bentuk dan konstruksi gudang yang diyakini kuat dan kokoh, namun tetap efisien karena hanya membutuhkan waktu lebih kurang 3 (tiga) hari untuk membangunnya. Disampaikan juga bahwa pihak BCP dapat membangun Halaman 18 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
pergudangan untuk dry storage dan juga cold storage, sesuai dengan permintaan. BCP menyampaikan bahwa konstruksi yang dikembangkan tersebut sangat sesuai dengan kondisi alam di Indonesia. Dengan konstruksi tersebut, mereka mengklaim bahwa gudang dimaksud dapat bertahan hingga lebih dari 50 tahun. Penawaran kerjasama yang diajukan BCP adalah membangun pergudangan bagi produk pertanian Indonesia. Mereka meyakini dapat memberikan keuntungan bagi Indonesia karena dapat mengurangi kerusakan akibat kurang efesiennya penyimpanan hasil produk pertanian. Bila permintaan pasar di Indonesia cukup besar, BCP siap untuk melakukan investasi pembangunan pabrik mereka di Indonesia, namun bila kebutuhannya terbatas maka BCP akan mengimpor bahanbahan konstruksinya. Pihak BCP juga siap untuk melakukan penjajagan dengan datang ke Indonesia untuk bertemu dengan pihak-pihak yang tertarik dengan kerjasama yang ditawarkan. Kami memandang BCP sebagai perusahan pendanaan yang memiliki reputasi yang baik. Kami memperoleh informasi bahwa BCP mendapatkan keuntungan rata-rata pertahunnya sebesar 17%. Hal ini merupakan suatu prestasi mengingat semenjak krisis keuangan 2008 banyak perusahaan pendanaan, khususnya di bidang properti, mengalami kebangkrutan. Pada saat pertemuan tersebut, kami menyampaikan bahwa niat kerjasama dimaksud akan diteruskan ke Jakarta untuk mendapatkan tanggapan. Kami juga menyampaikan bahwa kondisi pertanian di Indonesia memang membutuhkan pembangunan infrastruktur agar dapat menghasilkan produk pertanian yang lebih baik. Kami melihat bahwa kerjasama yang ditawarkan BCP dapat dimanfaatkan oleh pihak-pihak di Indonesia, dan ini dapat menjadi pilihan untuk program Resi Gudang yang tengah dikembangkan Bappebti dan Pemda. Mengenai pembiayaan, jika kiranya terdapat minat dari Indonesia, kesempatan cukup terbuka untuk melibatkan US Export-Import Bank (Ex-Im Bank) yang saat ini tengah gencar untuk melakukan kolaborasi dan program di Indonesia, dan pergudangan merupakan salah satu area fokus Ex-Im Bank.
2. Indonesian Food Day Untuk Murid-Murid di 126 Sekolah Dasar District Columbia Public School (DCPS), Washington, DC, AS. KBRI Washington DC telah menyelenggarakan promosi makanan Indonesia melalui sekolah-sekolah di Washington, DC, bekerja sama dengan District Columbia Public School (DCPS) pada tanggal 25 Januari 2012. Dalam kegiatan ini sekitar 30.000 murid-murid dari 126 Sekolah Dasar di Washington, DC, secara Halaman 19 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
serentak menikmati sajian makanan Indonesia pada jam makan pagi, makan siang dan makan sore (supper) di kantin-kantin sekolah mereka. Total porsi yang disajikan adalah 60.000. Melalui program Indonesian Food Day ini, sekolahsekolah dasar tersebut dibagi dalam beberapa rayon dimana murid-murid sekolah tersebut mencoba berbagai jenis masakan Indonesia yang berbeda-beda seperti opor ayam gulai ayam, nasi uduk beras merah, orak-arik, pisang bakar semur daging, selada padang, sate dan ikan panggang. Program Indonesian Food Day ini, bagi DCPS merupakan pilot project untuk memperkenalkan murid-murid SD dengan keragaman makanan internasional. Sementara itu bagi KBRI, program ini merupakan bagian dari promosi Indonesia, khususnya melalui makanan Indonesia (food/culinary diplomacy). Meskipun makanan Indonesia tersaji di seluruh sekolah, kegiatan Indonesian Food Day dipusatkan di sekolah adopsi KBRI (Embassy adoption Program) tahun 2012 ini, yaitu J.C. Nalle Elementary School. Pada sambutan pembukanya, Dubes RI untuk AS antara lain menyampaikan bahwa makanan dapat menjadi jendela untuk meningkatkan pemahaman budaya antar bangsa. Karena itu, Dubes berharap program Indonesian Food Day ini akan semakin mendekatkan persahabatan masyarakat Indonesia dan AS. Menutup sambutannya, Dubes membai’at para murid sebagai good friends of Indonesia. Sementara itu Director Food and Nutrition Services, DCPS, dalam sambutannya menyampaikan penghargaan atas peran serta Indonesia dalam program Indonesian Food Day ini. Pada akhir acara, murid-murid dibagikan resep masakan Indonesia, teh kotak dan bolu kukus. Sepanjang acara berlangsung, mereka juga mendapat kesempatan untuk mencoba jenis-jenis makanan Indonesia lain seperti lapis legit dan produk juice Indonesia ‘Smooze’ yang sudah masuk ke pasaran AS. Mereka juga belajar mengenai berbagai jenis bahan makanan dan bumbu-bumbu Indonesia, seperti cabe rawit, jahe, kunyit, daun serai, tahu tempe dan berbagai jenis bumbu lainnya. Penyediaan berbagai makanan dan minuman Indonesia tersebut didukung oleh Kantor Atase Perdagangan di KBRI Washington DC.
3. Breakfast Discussion Indonesia-American Chamber of Commerce, 27 Januari 2012. Indonesia–American Chamber of Commerce (IACC) bekerja sama dengan KJRI New York pada tanggal 27 Januari 2012 telah melakukan Breakfast Discussion. Dalam Breakfast Discussion tersebut, Atdag DC menjadi salah satu pembicara Halaman 20 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
untuk memberikan paparan mengenai perkembangan ekonomi dan kebijakan perdagangan Indonesia terkini. Kantor Atdag juga turut menghadirkan dan membiayai konsultan GSP sebagai pembicara. Pembicara lain adalah Bapak Heru Priyawarjaka, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Pemprov Yogyakarta, Bapak Karel Simeon, importir dan pemilik toko furniture Indonesia “Jewels of Java” di New York, dengan moderator Mr. Wayne Forrest, President IACC. Breakfast dihadiri oleh 67 orang dan terdiri atas anggota IACC (eksportir importir, dan konsultan), perwakilan Indonesia di New York, seperti Bank BRI, BNI, BKPM, PTRI, PTPN, para peserta pameran NYIGF 2012 dan wakil Direktorat Amerika Tengah dan Utara, Kemenlu. Atdag DC memberikan pemaparan yang berjudul “Indonesia and the US: Growing Together” dibuka dengan capaian ekonomi Indonesia yang sangat baik di tahun 2011, misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi 6,5%, rekor ekspor tahun 2011 sebesar 200 milliar dollar, GDP US$ 820 milyar, kelas menengah yang bertambah dengan demografis masyarkat Indonesia yang dinamis dan muda. Kami juga menggarisbawahi Indonesia sebagai “flavor of the month” para investor dan ekonomi dengan peningkatan rating Indonesia ke investment grade oleh beberapa agensi dunia seperti Fitch dan Moody’s yang mendukung posisi makro ekonomi Indonesia semakin kokoh. Namun demikian, dari segi perdagangan RI-AS tahun 2011, total perdagangan hanya mencapai 25 milliar dollar dimana Indonesia adalah mitra dagang ke-24 AS, sementara AS adalah mitra dagang ke-3 Indonesia. Hal ini menurut kami masih jauh dari potensi, padahal jumlah penduduk kedua Negara hampir 600 juta orang. Kami menekankan bahwa walaupun AS dalam keadaan pemulihan krisis, selalu ada peluang yang dapat dikembangkan bersama apalagi Kemitraan Strategis telah membawa hubungan RI dan AS ke masa terbaik sepanjang sejarah, sehingga harus dimanfaatkan untuk kerjasama perdagangan, investasi dan turisme (TTI). Hubungan baik antar pemerintah (G to G) harus diterjemahkan ke dalam hubungan bisnis (B to B) dan P to P secara lebih konkrit. Inisiatif seperti kesepakatan US$ 600 juta MCC (Millennium Challenge Account) untuk Indonesia dan rencana Bank Exim AS tahun ini untuk memberi fokus ke sembilan negara (termasuk Indonesia) harus dimanfaatkan. Kami juga mencatat semakin banyak animo dan ketertarikan pengusaha AS melakukan misi dagang dan investasi ke Indonesia. Selain itu, kami menjelaskan arah kebijakan Indonesia yang saat ini mengembangkan peningkatan produk bernilai tambah (value added chain) dimana AS dapat menjadi mitra penting RI. Salah satu industri yang sudah mulai tampak adalah industri pengolahan cacao. Disamping itu,kami menyampaikan bahwa Halaman 21 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
diversifikasi produk dan pasar menjadi bagian penting dari strategi perdagangan Indonesia saat ini mengingat situasi ekonomi dunia yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Namun demikian, Indonesia tetap menjaga pangsa pasar di mitra dagang tradisional, seperti Eropa, Jepang dan AS. Kami juga mengajak AS lebih banyak berinvestasi ke Indonesia dengan melihat trend ke depan untuk mengekpor ke wilayah ASEAN lainnya. Dalam Breakfast Discussion ini kami mengundang Ms. Marideth Sandler untuk memberikan paparan mengenai program GSP (Generalized System of Preferance) dan mendorong agar Indonesia memanfaatkan GSP secara maksimal dari hanya 20% saat ini. Disampaikan bahwa GSP program menguntungkan kedua pihak, dimana produsen Indonesia tidak dikenakan tarif masuk sehingga harga lebih kompetitif. Ms. Marideth juga menggaris bawahi perlunya didorong ekpor furniture, gift dan jewelry karena semuanya termasuk dalam program GSP. Beberapa contoh produk yang bea masuknya dibebaskan antara lain: Baskets, bags, and other items of rattan, bamboo, or palm leaf (dari 5%); Ceramic and earthenware ornamental items (dari 6%); Metal non-electrical lamps and lighting including of brass and copper (dari 6%); Copper or brass table, kitchen, or other home décor items (dari 3%); Metal statues, wall-hangings, other ornamental items, Jewelry of shells, cloth, beads, seeds and similar items (dari 11%); Silver and gold jewelry (dari 13.5%); dan Wood furniture, tableware, home décor items, statues, wall-hanging, boxes, inlaid items, and ornaments (dari 5.3%). Bapak Heru Priyawarjaka menyampaikan bahwa Yogyakarta ingin memperluas ekspornya ke AS dan berharap pameran NYIGF 2012 dapat menjadi pintu awal masuknya produk Yogyakarta ke AS. Bapak Karel Simeon menyampaikan pengalamannya berbisnis furniture di AS selama 20 tahun terakhir. Yang bersangkutan menekankan bahwa ekspor ke AS sangat mudah asalkan mengikuti aturan yang ditetapkan. Pada sesi tanya jawab, muncul beberapa pertanyaan, seperti supply teh Indonesia ke AS yang berprospek baik, apalagi harga yang tinggi namun dapat terganggu oleh ekpansi perkebunan kelapa sawit yang sangat progresif. Kami menyampaikan bahwa perkebunan Kelapa Sawit dan Teh Indonesia dapat tumbuh bersama, dan tidak perlu khawatir akan supply karena terdapat perkebunan PTPN yang cukup established. Juga ada pertayaan mengenai Trans Pacific Partnership (TPP): apakah Indonesia akan bergabung dengan TPP, potensi penghentian program GSP serta pengaruhnya terhadap ekspor Indonesia. Kami menyatakan pada saat ini Indonesia tidak bergabung dengan TPP, namun sesuai statement Halaman 22 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Presiden RI saat KTT APEC dan ASEAN tahun 2011 lalu, Indonesia terbuka dan terus melakukan assessment cost and benefit TPP.
4. Pameran New York International Gift Fair (NYIGF) 2012, di New York, AS, 28 Januari s/d 2 Februari 2012. NYGIF merupakan salah satu pameran gift terbesar di dunia dan diadakan dua kali dalam setahun yaitu bulan Januari dan Agustus. Pameran ini dihadiri oleh sekitar 35.000 buyers dan diikuti sekitar 2.800 produsen/exhibitors. Fokus produk yang ditawarkan terdiri atas: Home Furnishings, Decorative Accessories, Candles, Home Textiles, Floral/Garden/Outdoor Furnishings, Specialty, Food/Confections, Jewelry, Fashion Accessories/Apparel, Games/Puzzles/Toys, Stationery/Publishing, Seasonal/Holiday, Religious/Inspirational, Pet Products, dan Resort/Souvenir/Promotional Items. Para peserta berlomba-lomba menawarkan produk terbarunya untuk dijual kepada buyers (wholesaler). Pelaksanaan NYIGF 2012 di tiga lokasi, yaitu: Pier 92, Pier 94 dan Javitz Center. Pavilion Indonesia terletak Pier 92, both nomor NN 32065-32070 (5 booths dan diikuti oleh 4 perusahaan asal Yogyakarta). Produk yang ditawarkan terdiri atas kain dan batik, gerabah dan keramik, hiasan rumah dari kayu, batu dan cooper. Paviliun Indonesia disponsori oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) dan merupakan kerjasama antara Pemprov Yogyakarta, Kemenlu, dan KJRI New York. Dalam pengamatan kami, berpartisipasi dalam NYIGF sangat baik untuk menjalin hubungan dengan penyelenggara dan mengenalkan produk ekspor Indonesia kepada para buyers dunia. Pameran adalah tempat untuk melihat trend dekorasi, warna, dan arah ke depan dari produk rumah tangga dan gifts. Andalan dari pameran ini adalah design sehingga tiap tahun selalu berganti menyesuaikan dinamika pasar. Sehingga partisipasi pada pameran NYIGF ini sebagai bentuk dari Establishing Brand produk Indonesia. Namun demikian kami mengamati partisipasi Pavilion Indonesia belum maksimal, karena beberapa alasan, yang kami coba rangkum, antara lain: Persiapan: Perusahaan Indonesia mendapat lokasi paling ujung sehingga sulit mendapat kunjungan buyers secara maksimal; tidak terdapat undangan online yang dikirimkan oleh peserta (atau organizer) untuk hadir ke stand Indonesia; nama perusahaan Indonesia tidak terdaftar dalam directory NYIGF 2012 maupun list international pavilion.
Halaman 23 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
Pelaksaaan: Peserta tidak secara pro aktif membagikan brosur perusahaan kepada buyers; harga yang ditulis oleh peserta Indonesia dalam retail price (bukan wholesale); ketika pengunjung mendekat, penjaga tidak secara aktif mendekati buyers; terdapat hambatan bahasa Inggris; brosur dan spanduk belum memanfaatkan bahasa marketing dan design dengan baik (karena masih dikerjakan secara tradisional/bukan professional marketing/ad agency). Retail vs Wholesale: peserta Indonesia adalah UKM sehingga cenderung ingin menjual habis produk yang dipamerkan sehingga tidak perlu mengirimkan kembali ke Indonesia. Namun NYIGF adalah pameran untuk wholesale/buyers besar, sehingga fokusnya lebih banyak tidak menjual di tempat tapi untuk establishing business (long term). Dari pengamatan tersebut, kami mencoba memberikan beberapa usulan dan masukan, yakni: NYIGF dapat dijadikan platform menembus pasar kerajinan AS dan dunia, sehingga kami sangat menghargai dan mendorong partisipasi perusahaan Indonesia untuk turut serta pertama kalinya. Kiranya memungkinkan Kementerian Perdagangan dapat memasukkan NYIGF ke dalam pameran tahunan mengingat potensi gifts/handicrafts Indonesia yang luar biasa. Dari pengamatan NYIGF di atas, kami memandang sangat penting perencanaan yang matang dalam pameran internasional, jika tidak maka hasil yang diharapkan tidak maksimal. Kami mendapat informasi, bahwa delegasi Indonesia mula-mula ingin berpartisipasi pada pameran di bulan Agustus 2012, namun pada saat terakhir memutuskan untuk berpartisipasi di bulan Januari 2012 sehingga mendapat booth paling belakang. Kami juga melihat pentingnya seminar persiapan misi pameran di luar negeri untuk peserta Indonesia yang berangkat dalam pameran internasional sehingga efektif dan efesien (lokasi booth yang baik, design booth dan alat pendukung seperti brosur, banner yang cukup dan informatif dan petugas yang sigap dan berpengalaman, email blast dan undangan kepada buyers besar untuk hadir dan berkunjung ke booth Indonesia). Selain persiapan dan pelakanaan, pasca pameran juga penting untuk dilakukan untuk menindaklanjuti buyers atau pengunjung yang hadir sehingga terjadi hubungan bisnis yang baik (bukan hanya retail). Peserta pameran asal Indonesia harus didampingi oleh konsultan yang memahami pameran yang diikuti tersebut: misalnya cara memanfaatkan directory, menghadiri seminar selama pameran, mengunjungi booth perusahaan/negara lain Halaman 24 dari 25
Atase Perdagangan Washington DC, Februari 2012
untuk mengamati trend yang ada dan sekaligus menjalin kontak (inter trade antar peserta karena banyak diantara peserta membeli/supply dari peserta lain). Konsultan ini sangat penting dan perlu, apalagi jika para peserta adalah UKM. Pemasangan iklan di directory dan majalah resmi pameran sangat penting, sehingga kami dari Kantor Atdag akan mencoba melakukan hal tersebut dalam pameran yang kami dukung, yaitu di International High Point Furniture Center (furniture), Specialty Coffee Association of America (kopi), dan Sourcing at Magic (tekstil, apparel dan sepatu). Untuk memberikan dampak lebih baik, Delegasi Indonesia sebisa mungkin harus memanfaatkan keberadaan platform online yang selama ini sudah bekerjasama dengan Indonesia, misalnya Tiger Trade yang selama ini menggarap produk apparel, textile, footwear, furnishing dan home accessories. Dalam NYIGF 2012 kami bertemu dengan Tiger Trade dan mereka siap bekerjasama untuk pameran Source at Magic sehingga lebih baik dan terarah, misalnya membantu mengundang buyers dalam kategori produk, membantu lay out undangan dan design booth, kontak untuk iklan dan jejaring dengan penyelenggara.
IV.
INFORMASI LAINNYA Pada bulan Januari 2012, tugas rutin yang dilaksanakan oleh Atase Perdagangan adalah menangani permintaan inquiries, permohonan legalisasi dokumen untuk penunjukan keagenan dan pembukaan kantor perwakilan di Indonesia dari para pengusaha AS. Dapat kami sampaikan bahwa di bulan Januari ini, Atdag melakukan beberapa rangkaian kegiatan networking dengan beberapa pemangku kepentingan antara lain dengan Ms. Maredith Sandler (trade advisor), Ms. Monica Hardy Whaley dan Ms. Jennifer Yoder Prescott (APEC 2011 Committee), USTR, USDA, USDOC, US ASEAN Business Council, Newscorp, Indonesian American Association, dan Honeywell Corporation. Permintan inquiries di tahun 2012 sampai dengan akhir bulan Januari 2012 untuk membeli produk Indonesia antara lain adalah brown coal, hair extention, denim fabric, dan textile and apparel products. Sementara permohonan legalisasi dokumen untuk penunjukan keagenan sebanyak 1 dokumen untuk produk insulation manufacturing (HS No. 5603.14.0000).
Halaman 25 dari 25