RINGKASAN PERKEMBANGAN PERDAGANGAN, INVESTASI, DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL BULAN FEBRUARI 2012
DIREKTORAT PERDAGANGAN, INVESTASI DAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL 2012
DAFTAR ISI
1. ISU TERKINI
2. PERKEMBANGAN PERDAGANGAN
Perkembangan Ekspor Perkembangan Impor Neraca Perdagangan Perkembangan Harga Domestik Perkembangan Harga Internasional
3. PERKEMBANGAN INVESTASI Realisasi Investasi Realisasi Investasi Berdasarkan Sektor Realisasi Investasi Berdasarkan Lokasi 4. PERKEMBANGAN KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-China FTA Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA
1
Isu Terkini Ekspor Indonesia Mulai Merasakan Dampak Krisis Perlambatan ekonomi di negara-negara maju yang diperkirakan hanya tumbuh 1,9 persen pada tahun ini berdampak terhadap perlambatan permintaan. Kinerja ekspor Indonesia terlihat mulai melambat beberapa bulan terakhir. Diperkirakan, volume perdagangan barang dan jasa dunia hanya tumbuh 5,8 persen, lebih kecil dibanding tahun lalu sebesar 7,5 persen. Sinyal ekspor yang melambat itu terlihat dari tren nilai ekspor sejak September 2011 yang terus menurun hingga Desember 2011. Beberapa produk unggulan yang tren ekspornya menurun per akhir 2011 adalah karet, minyak kelapa sawit, kopi, mebel, dan kakao. Untuk karet, misalnya, penurunan ekspor per November tercatat 9,09 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Ekspor karet November tercatat 956,5juta dollar AS, lebih rendah daripada posisi Oktober sebesar 1,29 miliar dollar AS. Penurunan juga terjadi pada mebel, yang turun 18 persen pada September 2011. Pada saat yang sama, penurunan ekspor kelapa sawit juga terjadi sebesar 11,8 persen dari posisi Agustus. Belum lagi ada larangan ekspor minyak kelapa sawit mentah ke Amerika Serikat karena alasan lingkungan.Organisasi Kopi Internasional mencatat, ekspor kopi Indonesia turun 35,71 persen dari Agustus 2011. Sinyal merah lain pada kegiatan ekspor Indonesia adalah harga komoditas non-energi di pasar internasional yang terus jatuh. Sepanjang September hingga November 2011 telah terjadi penurunan harga sebesar 10,6 persen. Dibandingkan dengan harga titik tertinggi pada bulan Februari, harga komoditas non-energi telah merosot hingga 20 persen. Bank Dunia memproyeksikan penurunan harga komoditas masih akan berlangsung secara bertahap, tetapi harga akan tetap bertahan pada tingkat yang relatif tinggi. Harga energi dan logam serta produk-produk pertanian global akan turun masingmasing 10, 25, dan 19 persen dibandingkan dengan harga puncaknya pada tahun 2011. Kondisi ini membuat Bank Dunia merevisi ramalan pertumbuhan ekonomi 2012 dari 6,2 persen menjadi 5,4 persen untuk negara-negara berkembang. Untuk negara industri direvisi dari 2,7 persen menjadi 1,4 persen. Namun, untuk negara zona euro direvisi dari 1,9 persen menjadi pertumbuhan minus 0,3 persen. Pertumbuhan ekonomi global diproyeksikan 2,5 persen tahun 2012 dan 3,1 persen tahun 2013.
Melambatnya perekonomian dunia akibat krisis membuat permintaan produk ekspor, termasuk produk ekspor dari Indonesia, ikut menurun yang tidak hanya berdampak terhadap perekonomian nasional, tetapi juga perekonomian di daerah. Pendapatan asli daerah dari ekspor semakin menurun. Di Sulsel, terjadi penurunan ekspor biji kakao hingga 43 persen pada tahun 2011, yang mengakibatkan penurunan PAD sebesar 4,2 miliar. Harga kakao berjangka yang pernah mencapai 3.000 dollar AS per ton (sekitar Rp 27 juta) terus menurun hingga 2.200 dollar AS per ton akibat terpengaruh krisis di Eropa dan Amerika Serikat. Di Sumut, beberapa komoditas yang menurun tajam selama Januari hingga November 2011 dibandingkan periode yang sama tahun 2010 adalah biji cokelat, kertas dan bubur kertas, serta alumunium yang masing-masing turun 19,3 persen, 7,1 persen dan 1,1 persen. Sementara di Sumsel, ekspor karet menyusut hingga lebih dari 10 persen sejak Juni 2011. Penurunan ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi Sumsel aka melemah tahun ini. Melemahnya ekspor ini membuat perekonomian di tingkat petani ikut merosot. Sementara itu, krisis di Eropa juga memukul industri alas kaki di Jawa Timur. Hingga Januari 2012, belum ada order dari calon pembeli dari Eropa dan AS. Perlu Pengawasan Impor Holtikultura Pengawasan pemasukan produk hortikultura impor diakui masih lemah, ditandai dengan terdeteksi 15 organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) selama 2 tahun terakhir. Adanya kelengahan petugas karantina tumbuhan dan hewan yang terjadi akibat overload di Pelabuhan Tanjung Priok, berakibat buah dan sayur impor yang mengandung penyakit masih bisa lolos ke Tanah Air. Kementan telah mengeluarkan Permentan No. 88/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan. Permentan No. 89/2011 tentang Persyaratan Teknis dan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Buah-buahan dan atau Sayuran Segar serta Permentan No. 90/2011 tentang Persyaratan Tindakan Karantina Tumbuhan untuk Pemasukan Hasil Tumbuhan Hidup Berupa Sayuran Umbi Lapis Segar. Tempat pemasukan buah dan sayuran segar yang awalnya melalui delapan lokasi menjadi empat lokasi. Empat pintu masuk itu yakni Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Belawan Medan, dan Bandara Soekarno-Hatta Tangerang.
Kinerja ekonomi dunia yang semakin lambat ini membuat perdagangan global melemah. Ekspor barang dan jasa global yang mencapai 6,6 persen tahun 2011 diproyeksikan hanya akan tumbuh 4,7 persen tahun 2012. Krisis utang Eropa yang belum terlihat akan selesai bakal membuat perekonomian dunia kian buruk pada tahun 2012 dan 2013.
Impor sayur dan buah cukup tinggi dan terus meningkat. Volume impor sayur dan buah pada 2010 sebanyak 1,2 juta ton naik 33,3% menjadi 1,6 juta ton pada 2011. Impor buah dan sayur jenis tertentu juga telah merugikan petani lokal. Selain itu diharapkan impor tersebut tidak memberikan dampak bagi tumbuhan di dalam negeri. Hal itu, disebabkan oleh produk impor itu terbukti membawa organisme pengganggu tmbuhan krantina.
Ekspor Daerah Menurun Tajam Beberapa daerah penghasil dan pengekspor produk unggulan seperti kakao, cokelat, karet, mebel, dan alas kaki mulai merasakan dampak penurunan ekspor.
Peningkatan pengawasan diperlukan dengan menutup Pelabuhan Tanjung Priok sebagai pintu masuk buah dan sayur impor, karena pelabuhan itu sudah memiliki lalu lintas tinggi. Impor produk hewan dan tumbuhan yang
2
masuk melalui Pelabuhan Tanjung Priok mencapai 1.0001.500 kontainer per hari terdiri dari 10% atau 100-140 kontainer sayur dan buah. Selain itu, pelabuhan Tanjung Priok, tidak memiliki sarana lengkap untuk tindakan karantina secara optimal. Indonesia raih Investment Grade Di pengujung tahun 2011 tepatnya tanggal 15 Desember 2011, lembaga pemeringkat Fitch Ratings menempatkan Indonesia pada posisi “Investment Grade” dengan rating BBB- dan outlook stabil. Pencapaian Indonesia tersebut melengkapi peringkat yang telah diberikan sebelumnya dari Japan Credit Rating Agency. Alasan RI memperoleh peringkat investment grade versi Fitch's Asia-Pacific Sovereign Ratings adalah: 1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Fitch memproyeksikan pertumbuhan PDB rata-rata (Indonesia) lebih dari 6,0 persen per tahun selama periode proyeksi sampai tahun 2013, meskipun kondisi ekonomi global yang kurang kondusif. Ekonomi Indonesia yang berorientasi domestik dan keberhasilannya menciptakan pertumbuhah ekonomi yang relatif kuat tanpa menimbulkan ketidak seimbangan eksternal, atau ketergantungan pada pendanaan eksternal jangka pendek memperlihatkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi akan tahan terhadap guncangan eksternal, sebagaimana terjadi pada 2008. Utang publik yang rendah dan suku bunga riil yang positif menyediakan otoritas fleksibilitas kebijakan untuk merespons pelambatan. Tingkat kepercayaan yang lebih tinggi atas kerangka kebijakan makro menjadi kunci dari kenaikan peringkat ini. Toleransi terhadap penguatan mata uang nominal dalam kerangka kebijakan moneter, kesediaan untuk mengetatkan kebijakan jika inflasi mencapai single digit yang tinggi, dan kebijakan fiskal yang hati-hati memperkuat dasar untuk kenaikan peringkat. Fitch berpendapat profil kredit ini memiliki toleransi pada tingkat peringkat yang baru ini atas kenaikan defisit fiskal bila Undang Undang Akuisisi Tanah mengarah kepada belanja infrastruktur publik yang lebih tinggi. Rasio utang pemerintah bruto terhadap PDB diperkirakan akan turun dari 26 persen pada akhir 2010 menjadi 25 persen pada akhir 2011, jauh dibawah median BBB yaitu 36 persen. Rasio utang atau pendapatan diproyeksikan turun dari 163 persen pada akhir 2010 menjadi mendekati proyeksi median BBB 126 persen pada 2012, meskipun adanya kelemahan struktural fiskal berupa pendapatan yang rendah, hanya 17 persen dari PDB dibandingkan median BBB 33 persen.
Undang Undang Pengadaan Tanah Rancangan Undang-undang Pengadaan Tanah telah mencapai finalisasi pembahasan dengan DPR pada tanggal 16 Desember 2011 dengan kesepakatan untuk memperluas opsi ganti rugi pembebasan lahan untuk kepentingan umum. Hal itu dilakukan untuk meminimalisir potensi konflik sosial sekaligus memberikan peluang baru bagi pemilik tanah sebelumnya.
Yang dimaksud dengan kepentingan umum meliputi pembangunan: Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api stasiun kerata api, dan fasilitas operasi kereta api. Waduk, bendungan, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya. Pelabuhan, bandar udara dan terminal. Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi. Penilaian ganti rugi ditetapkan oleh lembaga pertanahan yang meliputi: tanah, ruang atas tanah dan bawah tanah, bangunan, tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, dan atau kerugian lain yang dapat dinilai. Pemberian ganti rugi dapat berupa: uang, tanah pengganti, permukiman kembali, kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui kedua belah pihak. Kepemilikan saham oleh pemilik tanah merupakan salah satu opsi baru terkait ganti rugi. Opsi ini diberikan agar pemilik tanah dapat menikmati keuntungan jangka panjang atas pembangunan tersebut. Ganti rugi dalam bentuk kepemilikan saham harus disesuaikan dengan nilai jual obyek pajak tanah. Secara lebih detail, hal itu akan diatur dalam peraturan pemerintah. Putusan ganti rugi hanya dapat dilakukan jika pemilik tanah dan badan usaha menyepakati opsi yang sama. Dalam hal terjadi ketidaksepakatan mengenai bentuk dan/atau besarnya ganti kerugian, pihak yang berhak dapat mengajukan keberatan kepada pengadilan negeri setempat dalam waktu paling lama 14 hari kerja setelah musyawarah penetapan ganti kerugian. Keberadaan undang-undang ini akan memberi kepastian pembangunan infrastruktur di waktu-waktu mendatang. Preferential Trade Agreement Indonesia-Pakistan Pada 3 Februari 2012 Menteri Perdagangan RI menandatangani Preferential Trade Agreement (PTA) antara Indonesia dan Pakistan. Perjanjian ini akan menguntungkan salah satu produk ekspor terbesar Indonesia, yaitu minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) yang menjadi semakin kompetitif di pasar domestik Pakistan. Dalam tiga tahun terakhir, minyak sawit mentah Indonesia belum mampu memenuhi momentum di pasar domestik Pakistan karena mundurnya waktu proses negosiasi penandatanganan perjanjian perdagangan bebas (Free Trade Agreement/FTA). Hal ini berakibat menurunnya ekspor minyak sawit mentah Indonesia ke Pakistan secara drastis yaitu dari US$ 552 juta pada tahun 2007 menjadi US$ 91,2 juta pada tahun 2010. Membutuhkan waktu enam tahun dan delapan babak pertemuan untuk negosiasi sehingga kedua negara sepakat dengan ketentuan-ketentuan yang ada dalam perjanjian yang menawarkan untuk kedua negara peningkatan kemitraan ekonomi dan perdagangan di kawasan Asia Pasifik. Di bawah perjanjian PTA ini, Indonesia setuju untuk menawarkan akses pasar ke Pakistan yaitu penawaran 216 tariff lines dengan tarif istimewa. Dalam daftar tersebut termasuk produk penting Pakistan yaitu buah-buahan segar, benang katun, kain katun,
3
garmen siap pakai, kipas (kipas langit-langit, kipas meja, kipas beralas/pedestal), alat olah raga (raket tenis dan badminton), bahan-bahan kulit dan produk industri lainnya. Indonesia juga menawarkan akses pasar untuk jeruk dari Republik Pakistan menawarkan Indonesia total keringanan 287 tariff lines untuk akses pasar dengan tarif istimewa. Hal ini termasuk produk minyak sawit yang bisa dimakan (minyak mentah, stearin sawit, minyak sawit RBD, Palm Olein, minyak mentah inti sawit), panganan gula, produk cokelat, barang-barang konsumen (pasta gigi, sabun, deodoran), bahan kimia (polyacetals polycarbonates, sorbitol), barang pecah belah, alat-alat dapur, produkproduk karet, produk-produk kayu, produk-produk kaca, dan barang-barang elektronik. Perjanjian ini akan mulai berlaku 30 hari setelah kedua belah pihak bertukar notifikasi tertulis mengenai terpenuhinya prosedur legal di masing-masing negara. Sekilas Perdagangan Indonesia-Pakistan Menurut statistik Indonesia, perdagangan antara Indonesia dan Pakistan pada tahun 2010 mencapai US$ 787,4 juta, dengan tren menurun -2.33 % selama lima tahun belakangan. Namun bagaimanapun juga, kinerja
perdagangan menunjukkan pemulihan yang kuat pada periode Januari-November tahun 2011, tercatat sebesar US$ 1.018 miliar dan mewakili 50,18 % pertumbuhan tahun ke tahun. Jumlah perdagangan yang mencapai US$ 1 miliar jelas tidak merefleksikan potensial yang dimiliki kedua negara. Komoditas yang Diperdagangkan Antara Kedua Belah Pihak pada Tahun 2010 Ekspor Indonesia ke Pakistan terdiri dari batu bara, briket, ovoid & bahan bakar sold yang sejenis yang diproduksi dari batu bara (US$ 229,5 juta); Nuts nes (US$ 63,5 juta); minyak sawit & turunannya (US$ 40,6 juta); Serat staple not-carded (US$ 40,6 juta); Kertas uncoated menulis, percetakan, dll. (US$ 30 juta). Di lain pihak, impor utama Indonesia dari Pakistan yaitu kapas, not carded atau combed (US$ 20,6 juta); Kain woven cotton, dengan 85% cotton atau lebih, berat di atas 200 g/m2 (US$ 10,1 juta); Kain woven syn stapl fib (US$ 6 juta); Kulit yang diproses lebih lanjut setelah proses tanning orcrusting (US$ 4,8 juta); benang katun (bukan benang jahit), 85% cotton atau lebih, bukan ritel (US$ 4,7 juta).
Perkembangan Perdagangan Perkembangan Ekspor Volume
Pertumbuhan ekspor Indonesia pada tahun 2011 mencapai 29,1 persen; melambat jika dibandingkan 2010 yang tumbuh 35,6 persen. Ekspor sektor industri masih mendominasi proporsi ekspor Indonesia sepanjang tahun 2011 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 24,7 persen. Pada bulan Desember 2011, nilai ekspor turun sekitar -0,5 persen dibanding bulan sebelumnya.
Sumber: BPS, diolah
Komoditas Nilai Ekspor (Juta USD) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas Pertanian Industri Pertambangan Pertumbuhan Ekspor (%) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas Pertanian Industri Pertambangan Proporsi Ekspor (%) Migas
2009 116.490,7 19.018,3 7.820,3 2.262,3 8.935,7 97.472,4 4.363,2 73.430,2 19.679,0 -15,0% -34,7% -37,0% -36,2% -32,1% -9,7% -4,8% -16,9% 32,0%
2010 157.779,1 28.039,6 10.402,9 3.967,3 13.669,4 129.739,5 5.001,9 98.015,1 26.722,5 35,6% 48,1% 32,9% 81,4% 53,4% 33,2% 14,6% 33,5% 35,8%
2011 203.616,7 41.593,2 13.824,0 4.897,7 22.871,5 162.023,5 5.169,1 122.189,2 34.665,2 29,1% 48,3% 32,9% 23,5% 67,3% 24,9% 3,3% 24,7% 29,7%
Nov-11 17.260,6 3.522,8 1.285,0 361,6 1.876,2 13.737,8 472,9 10.308,4 2.956,5 1,6% 15,0% 24,9% 13,7% 9,3% -1,1% 6,2% 1,4% -10,0%
Dec-11 17.172,8 3.601,2 1.400,5 477,0 1.723,7 13.571,6 476,7 9.907,9 3.187,0 -0,5% 2,2% 9,0% 31,9% -8,1% -1,2% 0,8% -3,9% 7,8%
16,3%
17,8%
20,4%
20,4%
21,0%
4
Komoditas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas Pertanian Industri Pertambangan Sumber Pertumbuhan (%) Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas
2009
2010
6,7% 1,9% 7,7% 83,7% 3,7% 63,0% 16,9% -2,4% -1,0% -0,3% -1,1% -12,5%
6,6% 2,5% 8,7% 82,2% 3,2% 62,1% 16,9%
2011
6,3% 2,4% 0,9% 3,1% 29,3%
6,8% 2,4% 11,2% 79,6% 2,5% 60,0% 17,0%
Nov-11
Dec-11
7,4% 2,1% 10,9% 79,6% 2,7% 59,7% 17,1%
5,9% 2,0% 0,7% 3,3% 23,1%
8,2% 2,8% 10,0% 79,0% 2,8% 57,7% 18,6%
0,3% 0,1% 0,0% 0,2% 1,3%
-0,1% 0,0% 0,0% -0,1% -0,4%
Sumber:BPS, diolah
Secara nilai selama 2011, pertumbuhan ekspor terbesar adalah karet dan barang dari karet (HS 40), bahan bakar mineral (HS 27), timah (HS 80), lemak dan minyak hewani/nabati (HS 15) dan alas kaki (HS 64) . Secara volume, pertumbuhan ekspor terbesar pada komoditas bijih, kerak dan abu logam (HS 26), alas kaki (HS 64) dan bahan bakar mineral (HS 27). Sedangkan komoditas kakao/coklat (HS18) mengalami penurunan ekspor baik secara nilai maupun volume.
Kode HS 27 26 74 80 3 15 18 40 61 62 64 85
Komoditas Ekspor Nonmigas Bahan bakar mineral Bijih, Kerak, dan Abu logam Tembaga Timah Ikan dan Udang Lemak & minyak hewan/nabati Kakao/coklat Karet dan Barang dari Karet Barang-barang rajutan Pakaian jadi bukan rajutan Alas kaki Mesin/peralatan listrik
2010 18.725,7 8.148,0 3.305,8 1.734,6 2.015,6 16.312,2 1.643,6 9.373,4 2.889,9 3.611,0 2.501,8 10.373,2
NILAI (Juta USD) Growth 2011 2011/10 27.443,9 46,6% 7.342,6 -9,9% 3.810,7 15,3% 2.438,7 40,6% 2.443,0 21,2% 21.655,3 32,8% 1.345,3 -18,1% 14.352,2 53,1% 3.541,2 22,5% 4.149,6 14,9% 3.301,9 32,0% 11.148,3 7,5%
Share 2011 16,9% 4,5% 2,4% 1,5% 1,5% 13,4% 0,8% 8,9% 2,2% 2,6% 2,0% 6,9%
2010 299.262,9 56.861,5 318,0 93,9 799,0 2.520,6 552,8 2.927,6 226,1 217,1 166,0 653,9
VOLUME (Juta Kg) Growth 2011 2011/10 354.031,4 18,3% 97.431,1 71,3% 286,4 -9,9% 99,5 6,0% 805,0 0,8% 2.040,0 -19,1% 410,2 -25,8% 3.162,0 8,0% 237,6 5,1% 211,2 -2,7% 198,4 19,5% 654,2 0,0%
Share 2011 70,8% 13,4% 0,1% 0,0% 0,2% 0,6% 0,1% 0,7% 0,1% 0,1% 0,0% 0,2%
Sumber:BPS, diolah
Sepanjang tahun 2011, ekspor nonmigas ke 5 negara tujuan ekspor utama mencapai 49,4 persen dari total ekspor nonmigas Indonesia. China menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar dengan proporsi 13,3 persen diikuti oleh Jepang dengan proporsi 11,3%. Sementara itu pertumbuhan ekspor terbesar dialami oleh China sebesar 53,4 persen, diikuti India sebesar 38,8 persen. NILAI (Juta USD) Negara Tujuan Ekspor Jepang Mineral fuels, mineral oils and products of their distillation *
2010
2011
Growth
Share
2011/10
2011
VOLUME (Juta Kg) Share 2011
2011
16.496,50
18.331,80
11,10%
11,30%
41.826,20
8,00%
12.087,30
3.365,50
-72,20%
2,30%
35.422,80
6,77%
Rubber and articles thereof *
1.232,60
1.933,00
56,80%
1,30%
447,4
0,09%
Electrical machinery and equipments; sound recorders/reproducers, visu*
1.239,80
1.115,40
-10,00%
0,80%
57,7
0,01%
Amerika Serikat
13.326,50
15.685,20
17,70%
9,70%
3.788,00
0,72%
Rubber and articles thereof *
2.182,60
3.209,80
47,10%
2,20%
752,8
0,14%
Articles of apparel and clothing accessories, knitted or crocheted*
1.835,90
1.966,10
7,10%
1,30%
147,1
0,03%
Articles of apparel and clothing accessories, not knitted or crocheted*
2.040,70
1.937,10
-5,10%
1,30%
101
0,02%
Singapura
9.553,60
11.116,00
16,40%
6,90%
8.257,70
1,58%
Electrical machinery and equipments; sound recorders/reproducers, visu* Nuclear reactors, boilers, machinery and mechanical appliances; partspearls,* Tin and articles thereof boilers, machinery and mechanical appliances; parts* Cina
2.212,10
2.357,20
6,60%
1,60%
80,3
0,02%
1.303,10
1.278,60
-1,90%
0,90%
86,9
0,02%
1.122,80
1.367,60
21,80%
0,90%
62,5
0,01%
14.080,90
21.595,10
53,40%
13,30%
205.518,60
39,29%
Mineral fuels, mineral oils and products of their distillation*
6.023,50
6.592,40
9,40%
4,40%
104.450,00
19,97%
Ores, slag, and ash*
1.387,30
2.620,60
88,90%
1,80%
91.004,00
17,40%
Animal or vegetable oils/fats and their cleavage products*
2.446,30
2.830,60
15,70%
1,90%
2.901,80
0,55% 15,60%
India
9.851,20
13.279,00
38,80%
8,20%
81.615,20
Animal or vegetable oils/fats and their cleavage products*
4.567,40
5.009,50
9,70%
3,40%
5.125,90
0,98%
Mineral fuels, mineral oils and products of their distillation*
2.484,00
4.291,90
72,80%
2,90%
74.705,30
14,28%
977
1.043,10
6,80%
0,70%
359,9
0,07%
Ores, slag, and ash*
4
NILAI (Juta USD) Negara Tujuan Ekspor
2010
2011
Growth
Share
2011/10
2011
VOLUME (Juta Kg) Share 2011
2011
Total 5 Negara Tujuan Utama
63.308,70
80.007,10
26,40%
49,40%
341.005,70
Total Pasar Ekspor Lainnya
66.430,80
82.016,40
23,50%
50,60%
182.138,50
34,82%
129.739,50
162.023,50
24,90%
100,00%
523.144,20
100,00%
Total Ekspor Non Migas
65,18%
Sumber:BPS, diolah
Perkembangan Impor Pertumbuhan impor Indonesia selama 2011 sebesar 30,7 persen, yang terutama dikontribusikan oleh impor hasil minyak yang tumbuh 56,1 persen. Impor masih didominasi oleh bahan baku dengan proporsi sebesar 73,8 persen dari total impor.
Sumber:BPS, diolah Komoditas Nilai Impor (Juta USD) Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas Pertumbuhan Impor (%) Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Komoditas Non Migas Proporsi Impor (%) Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas Sumber Pertumbuhan (%) Barang Konsumsi Bahan Baku Barang Modal Migas Minyak Mentah Hasil Minyak Gas Non Migas
2009 96.855,9 6.756,4 69.654,8 20.444,7 18.988,6 7.362,2 11.137,3 489,1 77.867,3 -25,0% -18,6% -30,0% -4,5% -37,9% -26,8% -44,9% 87,7% 2009 -21,1% 100,0% 7,0% 71,9% 21,1% 19,6% 7,6% 11,5% 0,5% 80,4% -25,0% -1,7% -18,0% -5,3% -4,9% -1,9% -2,9% -0,1% -20,1%
2010 135.663,3 9.991,6 98.775,1 26.916,6 27.412,7 8.531,3 18.018,2 863,2 108.250,6 -29,6% 46,3% 41,4% 26,0% 49,0% 20,5% 66,3% 76,6% 2010 38,9% 100,0% 7,4% 72,8% 19,8% 20,2% 6,3% 13,3% 0,6% 79,8% -29,6% -2,2% -21,5% -5,9% -6,0% -1,9% -3,9% -0,2% -23,6%
2011 177.299,3 13.389,7 130.842,9 33.066,7 40.685,8 11.154,4 28.118,9 1.412,5 136.613,5 30,7% 34,0% 32,5% 22,8% 48,4% 30,7% 56,1% 63,6% 2011 26,2% 100,0% 7,6% 73,8% 18,7% 22,9% 6,3% 15,9% 0,8% 77,1% 30,7% 2,3% 22,6% 5,7% 7,0% 1,9% 4,9% 0,2% 23,6%
Nov-11 15.393,9 1089,6 11113,9 3190,4 3.450,1 1130,6 2216,1 103,4 11.943,8 -0,9% -13,6% -0,5% 2,8% 5,2% 34,4% -4,7% -7,7% Nov-11 -2,5% 100,0% 7,1% 72,2% 20,7% 22,4% 7,3% 14,4% 0,7% 77,6% -0,9% -0,1% -0,6% -0,2% -0,2% -0,1% -0,1% 0,0% -0,7%
Dec-11 16.339,3 1104,5 11503,7 3731,1 3.631,6 1157,3 2332,5 141,8 12.707,7 6,1% 1,4% 3,5% 16,9% 5,3% 2,4% 5,3% 37,1% Dec-11 6,4% 100,0% 6,8% 70,4% 22,8% 22,2% 7,1% 14,3% 0,9% 77,8% 6,1% 0,4% 4,3% 1,4% 1,4% 0,4% 0,9% 0,1% 4,8%
Sumber:BPS, diolah
Komoditas impor terbesar sepanjang 2011 adalah mesin dan peralatan mekanink (HS 84) yang proporsi impornya mencapai 18,1 persen dari total impor dan pertumbuhannya 23,26 persen. Sementara komoditas impor yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah serealia (HS 10) yang tumbuh mencapai 120 persen sepanjang 2011 di banding tahun 2010, meski proporsi impor terhadap total kecil.
5
Nilai Impor (Juta USD)
Kode HS
Komoditas Impor Non Migas
2010
2011
Share (%)
Growth (%) 2011/10
Volume Impor (Juta Kg)
2011
2010
Growth (%)
2011
Share (%)
2011/10
2011
84
Mesin dan peralatan mekanik
20 019,0
24 675,0
23,26%
18,06%
2.081,4
2.673,1
28,43%
1,96%
85
Mesin dan peralatan listrik
15 633,2
18 228,9
16,6%
13,34%
836,8
929,0
11,02%
0,68%
72
Besi dan baja
6 371,5
8 579,4
34,65%
6,28%
8.662,0
10.172,2
17,43%
7,45%
87
Kendaraan bermotor dan bagiannya
5 737,4
7 585,5
32,21%
5,55%
759,2
944,8
24,45%
0,69%
39
Plastik dan Barang dari Plastik
4 817,1
6 686,5
38,81%
4,9%
2.350,0
3.043,4
29,51%
2,23%
29
Bahan kimia organik Serealia
5 326,4 2 159,2
6 634,2 4 753,1
24,55% 120,13%
4,86% 3,48%
3.817,3 7.039,1
3.964,2 11.606,3
3,85% 64,88%
2,90% 8,50%
Barang dari besi dan baja Pesawat udara dan bagiannya
3 451,0 3 528,1
3 562,6 3 418,5
3,23% -3,11%
2,61% 2,5%
1.453,7 8,4
1.457,0 8,4
0,23% 0,23%
1,07% 0,01%
2 232,1
3 169,1
41,98%
2,32%
756,7
684,7
-9,51%
0,50%
10 73 88
52 Kapas Sumber:BPS
Sepanjang tahun 2011, impor dari Korea Selatan tumbuh 32,9 persen, diikuti China tumbuh 29,7 persen. Sementara itu, walaupun terjadi krisis ekonomi global, impor dari Uni Eropa dan Amerika Serikat tetap tumbuh masing-masing sebesar 27,0 persen dan 14,8 persen. Impor dari Amerika Serikat mengalami perlambatan jika dibandingkan dengan pertumbuhan 2010 (yoy) yang mencapai 32,3 persen. NO
Negara Asal Impor
1 2 3 4 5 6
ASEAN Uni Eropa Jepang China Amerika Serikat Korea Selatan Total Negara Asal Utama Negara Lainnya Total Impor Sumber: BPS
2009 (Juta USD)
2010 (Juta USD)
2011 (Juta USD)
17.047,1 8.648,8 9.819,9 13.496,8 7.036,4 3.807,9 59.856,9 18.010,4 77.867,3
23.851,0 9.767,2 16.910,7 19.688,0 9.299,4 5.593,0 85.109,3 23.141,3 108.250,6
29.719,2 12.402,4 19.311,4 25.532,6 10.674,7 7.433,1 105.073,4 31.540,1 136.613,5
Growth 2011/10 24,6% 27,0% 14,2% 29,7% 14,8% 32,9% 23,5% 36,3% 26,2%
Share 2011 21,8% 9,1% 14,1% 18,7% 7,8% 5,4% 76,9% 23,1% 100,0%
Neraca Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia sepanjang tahun 2011 menunjukkan surplus sebesar 26,3 miliar USD, tumbuh sebesar 19,0% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010. Surplus neraca perdagangan masih didominasi oleh surplus perdagangan nonmigas. 2009 Ekspor Total (Juta USD)
2010
Growth
2011
2010
2011
116.490,7
157.779,1
203.616,7
35,4%
29,1%
Ekspor Migas
19.018,3
28.039,6
41.593,2
47,4%
48,3%
Ekspor Non Migas
97.472,4
129.739,5
162.023,5
33,1%
24,9%
Impor Total (Juta USD) Impor Migas
96.855,9 18.988,6
135.663,3 27.412,7
177.299,3 40.685,8
40,1% 44,4%
30,7% 48,4%
77.867,3
108.250,6
136.613,5
39,0%
26,2%
19.634,8
22.115,8
26.317,4
12,6%
19,0%
29,7
626,9
907,4
2010,8%
44,7%
19.605,1
21.488,9
25.410,0
9,6%
18,2%
Impor Non Migas Neraca Perdagangan (Juta USD) Migas Non Migas
Sumber:BPS, diolah
Perkembangan Harga Domestik Pada bulan Februari 2012 (hingga 10 Februari), terjadi inflasi pada harga beras medium, gula pasir dan minyak goreng curah. Sementara itu harga tepung terigu dan minyak goreng kemasan mengalami sedikit penurunan. NO
HARGA
KOMODITI
2009
2010
2011
Sep-11
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Beras Medium (Rp/Kg)
5.706
6.512
7.302
7.474
7.591
7.678
7.802
8.016
8.113
Gula Pasir (Rp/Kg)
8.691
10.740
10.631
10.500
10.452
10.454
10.437
10.614
10.829
Minyak Goreng Kemasan (Rp/620 ml)
8.493
8.417
9.371
9.674
9.679
9.681
9.635
9.620
9.588
Minyak Goreng Curah (Rp/Kg)
9.089
9.804
10.720
10.774
10.640
10.586
10.579
11.247
11.343
6
NO
INFLASI PERIODIK
KOMODITI
2009
2010
2011
Sep-11
Oct-11
Nov-11
Dec-11
Jan-12
Feb-12
Tepung Terigu (Rp/Kg)
7.643
7.556
7.583
7.609
7.613
7.569
7.638
7.608
7.604
Beras Medium (Rp/Kg)
-
14,1%
12,1%
0,7%
1,6%
1,1%
1,6%
2,7%
1,2%
Gula Pasir (Rp/Kg)
-
23,6%
-1,0%
-0,1%
-0,5%
0,0%
-0,2%
1,7%
2,0%
Minyak Goreng Kemasan (Rp/620 ml)
-
-0,9%
11,3%
0,5%
0,1%
0,0%
-0,5%
-0,2%
-0,3%
Minyak Goreng Curah (Rp/Kg)
-
7,9%
9,3%
0,6%
-1,2%
-0,5%
-0,1%
6,3%
0,9%
Tepung Terigu (Rp/Kg)
-
-1,1%
0,4%
0,1%
0,1%
-0,6%
0,9%
-0,4%
-0,1%
Sumber:BPS, diolah
Perkembangan Harga Internasional Pada bulan Januari 2012, harga minyak mentah dunia mencapai 107,1 USD per barel atau naik 2,7 persen akibat ketegangan politik di beberapa negara penghasil minyak. Harga gas alam di AS turun 15,3 persen akibat cuaca lembab, kelebihan persediaan serta peningkatan produksi gas. Sementara harga pertanian naik 2,2 persen yang merupakan kenaikan pertama selama 5 bulan terakhir yang disebabkan oleh kekeringan di beberapa tempat. Sementara harga logam dan mineral naik 5,6 persen akibat rendahnya stok serta tingginya permintaan (terutama dari China). KOMODITAS ENERGI Coal, Australia
2009
2010
2011
Agu-11
Sep-11
Okt-11
Nov-11
Des-11
Jan-12
71,8
99,0
120,9
119,3
122,6
119,0
113,8
109,7
115,1
61,7
79,4
95,0
86,3
85,6
86,4
97,1
98,6
100,3
288,9
313,3
298,0
306,4
287,4
268,0
252,7
219,7
230,8
164,4
173,6
240,8
247,1
233,8
216,3
214,4
217,0
213,2
Palm oil
682,8
901,0
1.125,0
1.083,0
1.065,0
995,0
1.053,0
1.026,0
1.061,0
Soybeans
436,9
450,0
541,0
558,0
543,0
502,0
486,0
477,0
498,0
Shrimp, Mexico
945,1
1.004,0
1.193,0
1.224,0
1.140,9
1.102,3
1.083,0
1.069,0
1.069,0
Woodpulp
614,6
866,8
899,6
936,2
900,2
870,9
838,3
790,0
770,0
Rubber*, Singapore,
192,1
365,4
482,3
467,6
455,2
406,1
337,2
338,4
362,6
Copper
5.149,7
7.535,0
8.828,0
9.001,0
8.300,0
7.394,0
7.581,0
7.565,0
8.040,0
Iron ore
101,0
145,9
167,8
177,5
177,2
150,4
135,5
136,4
140,3
14.654,6
21.809,0
22.910,0
21.845,0
20.379,0
19.039,0
17.873,0
18.267,0
19.855,0
1.357,4
2.041,0
2.605,0
2.404,0
2.253,0
2.187,0
2.129,0
1.938,0
2.144,0
165,5
216,0
219,0
220,0
207,5
187,1
193,5
190,5
198,0
ENERGI Coal, Australia
-43,5%
37,9%
22,1%
-0,6%
2,8%
-2,9%
-4,4%
-3,6%
4,9%
Crude oil, West Texas Int.
-38,1%
28,7%
19,6%
-11,3%
-0,9%
1,0%
12,4%
1,5%
1,7%
PERTANIAN Cocoa
12,1%
8,4%
-4,9%
-3,3%
-6,2%
-6,8%
-5,7%
-13,1%
5,0%
Coffee, robusta
-29,1%
5,5%
38,7%
-0,6%
-5,4%
-7,5%
-0,9%
1,2%
-1,7%
Palm oil
-28,0%
32,0%
24,9%
-0,6%
-1,7%
-6,6%
5,8%
-2,6%
3,4%
Soybeans
-16,4%
3,4%
20,2%
-0,2%
-2,7%
-7,6%
-3,2%
-1,9%
4,4%
Shrimp, Mexico
-11,6%
6,2%
18,8%
-0,5%
-6,8%
-3,4%
-1,8%
-1,3%
0,0%
Woodpulp
-25,8%
41,0%
3,8%
-2,0%
-3,8%
-2,8%
-0,5%
-9,3%
-2,5%
Rubber*, Singapore, RSS3
-26,7%
90,2%
1,4%
-4,1%
-2,7%
-10,8%
-17,0%
0,4%
3,9%
LOGAM DAN MINERAL Copper
-26,0%
46,3%
17,2%
-6,7%
-7,8%
-10,9%
2,5%
-0,2%
6,3%
Iron ore
-28,2%
44,4%
15,0%
2,6%
-0,2%
-15,1%
-9,9%
0,7%
2,8%
Nickel
-30,6%
48,8%
5,0%
-10,6%
-4,5%
-14,3%
1,7%
2,2%
8,7%
Tin
-26,7%
50,4%
27,6%
-12,3%
-6,3%
-2,9%
-2,7%
-9,0%
10,6%
Zinc
-11,7%
30,5%
1,4%
-8,3%
-5,7%
-9,8%
3,4%
-1,6%
3,9%
Crude oil, West Texas PERTANIAN Cocoa Coffee, robusta
LOGAM DAN MINERAL
Nickel Tin Zinc INFLASI PERIODIK
Sumber:Commodity Market Data, diolah
7
Perkembangan Investasi Realisasi Investasi Perekonomian Indonesia tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5 persen di bandingkan tahun sebelumnya (y-on-y), dengan pertumbuhan yang tertinggi pada sektor Pengangkutan dan Komunikasi dengan pertumbuhan sebesar 10,7 persen. Pada sisi penggunaan, pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 8,8 persen, dibanding tahun sebelumnya. Secara spasial, provinsi di Jawa masih merupakan provinsi yang memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto terbesar, yaitu 57,5 persen, diikuti oleh pulau Sumatera 23,6 persen, Kalimantan 9,7 persen, Sulawesi 4,6 persen dan sisanya di pulau pulau lainnya sebesar 4,6 persen. Untuk Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto/PMTB tahun 2011 tumbuh 8,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ini didorong oleh pertumbuhan mesin dan perlengkapan luar negeri yang tumbuh 21,3 persen dan alat angkutan luar negeri yang tumbuh 16,7 persen. Untuk triwulan IV tahun 2011 dibanding triwulan yang sama tahun 2010, pertumbuhannya sebesar 11,5 persen, dengan kontribusi pertumbuhan mesin dan perlengkapan luar negeri serta alat angkutan luar negeri yang tumbuh masing masing 49,8% dan 25%. TABEL PMTB DAN TOTAL PDB TAHUN 2010-2011 2010* 2010 2011** Trw IV
2011 Trw IV
Pertumbuhan 2011
Pertumbuhan Trw IV 2011/ 2010
Harga Konstan (Miliar rupiah) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 553.347,70 a. Bangunan 411.048,01 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 13.906,50 c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri 74.669,48 d. Alat Angkutan Dalam Negeri 7.958,61 e. Alat Angkutan Luar Negeri 25.928,02 f. Lainnya Dalam Negeri 11.690,27 g. Lainnya Luar Negeri 8.146,81 PDB Harga Kosntan 2.313.838 Harga Berlaku (miiar rupiah) Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 2.064.994,12 a. Bangunan 1.773.730,94 b. Mesin dan Perlengkapan Dalam Negeri 24.015,88 c. Mesin dan Perlengkapan Luar Negeri 158.666,56 d. Alat Angkutan Dalam Negeri 14.199,47 e. Alat Angkutan Luar Negeri 50.387,07 f. Lainnya Dalam Negeri 28.700,92 g. Lainnya Luar Negeri 15.293,28 PDB Harga Berlaku 6.436.270,8 Sumber: BPS * angka sementara ** angka sangat sementara
145.340,5 107.402,6 3.577,0 20.708,5 2.047,4 6.441,0 2.978,7 2.185,3 585.950,8
602.146,71 438.633,71 13.949,11 90.625,79 8.114,79 30.266,91 12.020,99 8.535,41 2.463.242
162.081,3 115.734,1 3.399,9 25.876,3 1.860,5 9.650,5 2.880,6 2.679,5 623.959,6
8,82 6,71 0,31 21,37 1,96 16,73 2,83 4,77 6,46
11,5 7,8 -5,0 25,0 -9,1 49,8 -3,3 22,6 6,5
555.618,72 475.763,01 6.199,03 45.562,13 3.724,57 12.893,58 7.428,97 4.047,43 1.678.543,8
2.378.268,89 2.030.423,66 24.296,92 201.285,58 15.210,34 60.460,61 30.577,23 16.014,55 7.427.086,08
649.294,81 548.403,66 5.943,87 59.213,38 3.559,78 19.682,98 7.413,25 5.077,89 1.921.559,7
15,17 14,47 1,17 26,86 7,12 19,99 6,54 4,72 15,39
16,9 15,3 -4,1 30,0 -4,4 52,7 -0,2 25,5 14,5
Realisasi investasi untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tahun 2011 sebesar Rp. 76,0 miliar, lebih besar dari realisasi tahun 2010 atau tumbuh sebesar 25 persen dibanding tahun 2010. Untuk Penanaman Modal Asing (PMA), tahun 2011 sebesar 19,47 juta USD, melebihi hasil realisasi total tahun 2010 atau tumbuh sebesar 20 persen dibanding tahun 2010. TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Sumber: BKPM
PMDN (Rp. Miliar) 15.409,4 30.724,2 20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8 60.626,3 76.001,1
PMA (USD juta) 4.571,9 89.110,0 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 16.214,8 19.474,2
Realisasi Per sektor Realisasi per sektor untuk PMA tahun 2011 mencapai 19,47 juta USD atau tumbuh 22,0 persen dibanding tahun sebelumnya. Untuk PMDN pada periode yang sama tumbuh 25 persen dan realisasi mencapai Rp.76.00 miliar. Untuk PMA, pertumbuhan sebesar 22,0 persen di dorong oleh pertumbuhan sektor sekunder yang tumbuh 120,0 persen dan disumbang oleh industri logam dasar,barang logam,mesin dan elektronik , industri kimia, dasar, barang kimia dan farmasi, tetapi disisi lain sektor tersier mengalami pertumbuhan negatif sebesar minus 21,0 persen yang di sumbang oleh sektor perumahan,kawasan industri dan perkantoran, konstruksi serta listrik, gas dan air. Sektor penyumbang turunnya pertumbuhan pada kelompok tersier ini merupakan sektor yang terkait secara erat, yaitu dengan minusnya pertumbuhan sektor perumahan, kawasan industri dan perkantoran, maka terjadi penurunan pula pada sektor konstruksi serta listrik gas dan air. Untuk PMDN,
8
pertumbuhan sebesar 25 persen di dorong oleh tumbuhnya sektor sektor pada kelompok sektor industri sekunder yaitu industri kertas, barang dari kertas dan percetakan, industri makanan. Pertumbuhan sektor sekunder sebesar 53,0 persen dan kelompok sektor primer merupakan sektor yang menyumbang pertumbuhan paling kecil. Tahun
PMA Sekunder
Primer 2006 2007 2008 2009 2010 2011
Tersier
Jumlah (juta USD)
PMDN Sekunder
Primer
Jumlah (Rp. Miliar)
Tersier
532,4 599,3 335,6 462,6 3.013,6
3.619,7 4.697,0 4.515,2 3.831,1 3.075,4
1.839,5 5.045,1 10.020,5 6.521,2 9.843,6
5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,0 15.932,6
3.599,8 4.377,4 1.757,7 4.415,9 12.327,4
13.012,7 26.289,8 15.914,8 19.434,4 25.485,3
4.036,5 4.211,5 2.690,8 13.949,5 22.813,6
20.649,0 34.878,7 20.363,4 37.799,8 60.626,3
4.870,3
6.779,5
7.824,9
19.474,2
16.306,9
39.048,0
20.645,7
76.001,1
62
120
-21,0
22,0
32,0
53,0
-10,0
25,0
25,0
35,0
40,0
100,0
21,0
51,0
27,0
100,0
Pertumbuhan 2011 terhadap 2010 Share per sektor 2011 Sumber: BKPM
Tahun 2011, 5(lima) besar sektor/bidang yang diminati oleh PMDN dan persentasenya terhadap total realisasi adalah sektor industri kertas, barang dari kertas dan percetakan dengan persentase 12,3 persen, tanaman pangan dengan persentase 12,1% dari total; listrik gas dan air dengan persentase 12,0% ; industri makanan dengan presentase 11 persen ;serta transportasi gudang dan telekomunikasi dengan presentase 10,4% terhadap total . Untuk PMA lima besar sektor /bidang yang diminati beserta persentasenya terhadap total yaitu sektor transportasi gudang dan telekomunikasi dengan persentase 19,8% ; industri pertambangan 18,5%, listrik, gas dan air sebesar 9,6%, industri logam dasar, barang logam, mesin dan elektronik dengan persentase 9,1% serta industri kimia dasar, barang dari kimia dan farmasi dengan persentase 7,5% dari total realisasi. PMDN Sektor/Bidang Usaha Industri Kertas,Barang Kertas dan Percetakan Tanaman Pangan Perkebunan Listrik, Gas dan Air Industri Makanan Transportasi, Gudang Telekomunikasi Lain Lain TOTAL Sumber: BKPM
PMA
Rp Mliar
% thd Total
Sektor/Bidang Usaha
USDJuta
% Thd Total
dari
9,384.8
12.30
Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi
3,865.6
19.80
dan
9,167.7
12.10
Pertambangan
3,608.0
18.50
9,134.7 8,366.7
12.00 11.00
1,864.7 1,773.4
9.60 9.10
7,927.1
10.40
1,466.1
7.50
32,019.6 76,000.6
42.10
Listrik Gas dan Air Industri Logam Dasar, Barang dari Logam, Mesin dan Elektronik Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi Lain lain TOTAL
6,896.9 19,474.7
35.40
dan
Realisasi Berdasar Lokasi Tahun 2011, realisasi PMDN tumbuh 25 persen disumbang oleh realisasi investasi di Papua yang tumbuh 521 persen, diikuti oleh pulau Sumatera yang tumbuh sebesar 287 persen serta Sulawesi tumbuh 67 persen,sementara untuk Bali dan Nusa Tenggara mengalami pertumbuhan yang negatif. TAHUN PMDN (Rp Miliar)
2006 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbuhan 2011/2010 PMA 2006 (Juta USD) 2007 2008 2009 2010 2011 Pertumbhan 2011/2010 Sumber:BKPM
SUMATERA 4.504,9 10.754,5 4.840,1 12.230,7 4.224,2 16.334,4 287% 898,2 1.398,5 1.009,9 776,2 747,1 2.076,3 178%
JAWA 13.030,8 18.668,9 7.819,6 25.766,5 35.140,4 37.176,3 6% 4.416,4 8.503,5 13.566,8 9.370,6 11.498,8 12.324,8 7%
BALI & NUSA TENGGARA 104,9 15,7 29,0 50,8 2.119,3 356,9 -83% 106,2 56,7 95,5 233,8 502,7 952,7 90%
LOKASI KALIMANTAN
SULAWESI
MALUKU
2.536,1 1.558,0 1.821,4 2.934,4 14.575,6 13.467,4 -8% 534,8 300,6 115,2 284,4 2.011,4 1.918,7 -5%
68,6 3.881,6 1.147,5 1.187,4 4.337,6 7.227,6 67% 15,5 79,6 65,4 141,6 859,1 715,3 -17%
0,2 0,0 0,0 0,0 0,0 13,6 20,0 0,0 0,0 5,9 248,9 141,4 -43%
PAPUA 403,5 0,0 294,7 41,0 229,3 1.424,9 521% 0,6 2,5 18,7 2,8 346,8 1.345,0 288%
TOTAL 20.649,0 34.878,7 15.952,3 42.210,8 60.626,3 76.001,1 25% 5.991,7 10.341,4 14.871,4 10.815,2 16.214,8 19.474,2 20%
9
Untuk PMA, pertumbuhan tahun 2011 total sebesar 20 persen di banding tahun sebelumnya, dan pertumbuhan ini disumbang oleh pertumbuhan realisasi investasi wilayah Papua yang tumbuh sebesar 288 persen dan wilayah Sumatera yang tumbuh sebesar 178 persen, sementara Maluku maupun Sulawesi mengalami pertumbuhan yang negatif dibanding tahun sebelumnya. Adapun untuk lima lokasi utama yang diminati oleh investor baik domestik maupun asing, pulau Jawa tetap merupakan lokasi yang paling diminati investor. PMDN Jawa Barat Jawa Timur DKI Jakarta Riau Kalimantan Timur Propinsi Lain TOTAL Sumber:BKPM
Propinsi
Rp Mliar 11.194,2 9.687,5 9.256,5 7.462,6 6.569,1 31.831,2 76.001,1
% thd Total 14,7 12,7 12,2 9,8 8,6 41,8
Propinsi DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Timur Papua Barat Propinsi Lain TOTAL
PMA USD Juta 4.824,1 3.839,4 2.171,7 1.312,1 1.312,0 6.014,9 19.474,2
% Thd Total 20,5 19,7 11,2 6,7 6,7 30,9
Untuk tahun 2011, lima besar lokasi yang diminati oleh PMDN dan persentasenya terhadap total realisasi adalah Jawa Barat dengan persentase 14,7% dari total; Jawa Timur dengan persentase sebesar 12,7% ; DKI Jakarta dengan persentase 12,2% ; Riau dengan persentase 9,8% serta Kalimantan Tengah dengan persentase 8,6% terhadap total . Untuk PMA lima besar lokasi yang diminati beserta persentasenya terhadap total meliputi: DKI Jakarta dan Jawa Barat dengan persentase masing masing 20,5% ;dan 19,7%, Banten dengan persentase 11,2% ; Jawa Timur dengan presentase 6,7%, Papua Barat dengan persentase 6,7% dari total realisasi.
Realisasi Investasi PMA dan PMDN Triwulan IV Tahun 2011 Hingga triwulan IV tahun 2011, realisasi PMDN menurut lokasi total sebesar Rp. 24,0 Miliar, atau tumbuh sebesar 8,8 persen di banding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Untuk lokasi per pulau, pertumbuhan yang tertinggi di banding triwulan yang sama tahun sebelumnya adalah Sumatera,Papua dan Kalimantan. Meskipun di banding triwulan yang sama tahun sebelumnya pertumbuhan Jawa mengalami penurunan, tetapi pulau Jawa tetap merupakan lokasi yang paling diminati investor menanamkan modalnya.
TAHUN 2010 Trw 4 2011 Trw 4 Trw 3 Pertumbuhan trw 42011/2010 Pertumbuhan trw 4-2011 di banding trw 3 2011 Sumber: BKPM
4.224,2 581,0 16.334,4 8.260,7 2.235,9
PERTUMBUHAN PMDN MENURUT LOKASI TAHUN 2011 LOKASI BALI & JAWA NUSA KALIMANTAN SULAWESI TENGGARA 35.140,4 2.119,3 14.575,6 4.337,6 16.116,9 83,6 2.271,6 3.016,8 37.176,3 356,9 13.467,4 7.227,6 10.082,8 20,3 4.627,1 1.010,6 10.147,0 11,7 3.980,3 2.589,2
1321,9%
-37,4%
-75,7%
103,7%
-66,5%
269,5%
-0,6%
73,5%
16,3%
-61,0%
SUMATERA
TOTAL
MALUKU
PAPUA
0,0 0,0 13,6 0,0 0,0
229,3 6,0 1.424,9 21,1 0,0
60.626,3 22.075,8 76.001,1 24.022,6 18.964,1
252,4%
8,8% 26,7%
Untuk investasi PMA menurut lokasi, pertumbuhan triwulan IV tahun 2011 sebesar 25% dibanding triwulan yang sama tahun 2010. Pertumbuhan tertinggi pada pulau Papua dan Sumatera, disisi lain pulau Sulawesi mengalami pertumbuhan negatif terbesar diantara 7 lokasi lainnya. Meskipun demikian, pulau Jawa tetap merupakan lokasi yang paling diminati oleh investor PMA, diikuti oleh Kalimantan dan Sumatera.
TAHUN 2010 Trw 4 2011 Trw 4 Trw 3 Pertumbuhan Q42011/2010 Pertumbuhan trw 42011 /trw 3 2011 Sumber: BKPM
SUMATERA 747,1 221,5 2.076,3 549,5 304,4
PERTUMBUHAN PMA MENURUT LOKASI TAHUN 2011 LOKASI BALI & NUSA JAWA KALIMANTAN SULAWESI TENGGARA 11.498,8 502,7 2.011,4 859,1 3.283,2 46,1 366,9 149,7 12.324,8 952,7 1.918,7 715,3 4.226,9 40,4 166,6 15,9 3.442,5 327,5 458,7 190,0
TOTAL (juta USD)
MALUKU
PAPUA
248,9 27,0 141,4 37,4 29,2
346,8 6,0 1.345,0 93,2 412,1
16.214,8 4.100,5 19.474,2 5.129,9 5.164,4
148%
29%
-12%
-55%
-89%
38%
1457%
25%
81%
23%
-88%
-64%
-92%
28%
-77%
-1%
10
Berdasar sektor, realisasi PMDN triwulan IV tahun 2011 sebesar Rp. 22,0 miliar atau tumbuh sebesar 44% dibanding triwulan yang sama tahun 2010. Adapun sektor yang paling besar tumbuh adalah sektor tersier, sedangkan untuk realisasi PMA sebesar US$ 5,1 juta dengan pertumbuhan 25% dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sektor sekunder merupakan sektor yang paling diminati PMA pada periode ini dengan pertumbuhan sebesar 88 persen di banding periode yang sama tahun sebelumnya PERTUMBUHAN PMA DAN PMDN PER SEKTOR TAHUN 2011 Tahun 2010 Trw 4 2011 Trw 4 Trw 3 Pertumbuhan Q4- 2011 di banding Q4- 2010 Pertumbuhan Q4- 2011 di banding Q3- 2011 Sumber: BKPM
PMA Primer 3.013,6 532,4 4.870,3 418,0 1.181,7
Sekunder 3.075,4 851,5 6.779,5 1.597,8 1.931,1
Tersier 9.843,6 2.716,7 7.824,9 3.114,5 2.051,7
-21%
88%
-65%
-17%
Jumlah (juta US $)
PMDN
Jumlah (Rp. Miliar)
15.932,6 4.100,5 19.474,7 5.130,3 5.164,5
Primer 12.327,4 1.877,4 16.306,9 1.877,4 5.492,8
Sekunder 25.485,3 8.577,4 39.048,0 8.577,4 6.250,6
Tersier 22.813,6 4.874,8 20.645,7 11.620,1 4.874,8
15%
25%
0%
0%
138%
44%
52%
-1%
-66%
37%
138%
33%
60.626,3 15.329,6 76.000,6 22.074,9 16.618,2
Perkembangan Kerjasama Ekonomi Internasional Perkembangan perjanjian ekonomi internasional yang dilakukakan Indonesia dijelaskan pada tabel di bawah. PERJANJIAN EKONOMI
ASEAN Free Trade Area ASEAN-Australia and New Zealand Free Trade Agreement Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6) ASEAN-People's Republic of China Comprehensive Economic Cooperation Agreement ASEAN-Korea Comprehensive Economic Cooperation Agreement ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership ASEAN-India Comprehensive Economic Cooperation Agreement ASEAN-EU Free Trade Agreement Japan-Indonesia Economic Partnership Agreement Indonesia-European Free Trade Association Free Trade Agreement Indonesia-Chile Free Trade Agreement Indonesia-Australia Free Trade Agreement India-Indonesia Comprehensive Economic Cooperation Arrangement East Asia Free Trade Area (ASEAN+3) Comprehensive Economic Partnership for East Asia (CEPEA/ASEAN+6) Korea-Indonesia Free Trade Agreement United States-Indonesia Free Trade Agreement Trade Preferential System of the Organization of the Islamic Conference Preferential Tariff Arrangement-Group of Eight Developing Countries Pakistan-Indonesia Free Trade Agreement
STATUS (Signed and In Effect) (Signed and In Effect) (Proposed/Under consultation and study) (Signed and In Effect) (Signed and In Effect) (Signed and In Effect) (Signed and In Effect) (Under Negotiation) (Signed and In Effect) (Under Negotiation) (Proposed/Under consultation and study) (Under Negotiation) (Proposed/Under consultation and study) (Proposed/Under consultation and study) (Proposed/Under consultation and study) (Proposed/Under consultation and study) (Proposed/Under consultation and study) ((FA) signed/FTA Under Negotiation) (Signed but not yet In Effect) ((FA) signed/FTA Under Negotiation)
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN-China FTA Neraca perdagangan ASEAN-5 dengan China pada Jan-Nov 2011 surplus sebesar 41,9 Miliar USD. Negara ASEAN-5 dengan neraca perdagangan paling positif adalah Malaysia (31,5 Miliar USD), diikuti Thailand (12,7 Miliar USD), Filipina (3,4 Miliar USD), dan Indonesia(1,5 Miliar USD). Sementara itu neraca perdagangan Singapura-China defisit sebesar -7,3 Miliar USD.
Ekspor Asean Ke China Ekspor ASEAN-5 ke China pada 2011 tumbuh sebesar 29,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini dikontribusikan oleh pertumbuhan ekspor dari Indonesia sebesar 63,5 persen, Malaysia 31,9 persen, Singapura 21,0 persen, Thailand 17,6 persen dan Filipina 18,2 persen. Sementara itu kontribusi ekspor ASEAN-5 ke China mencapai 10,2 persen dari seluruh impor China. Proporsi ekspor terbesar Malaysia sebesar 3,6 persen, diikuti oleh Thailand (2,2 persen), Indonesia (1,8 persen), Singapura (1,6 persen) dan Filipina (1,0 persen). Adapun komoditas utama ekspor ASEAN ke China antara lain produk hasil tambang, minyak nabati dan hewani, mesin dan peralatan elektronik, plastik dan karet.
11
ASEAN (5) Indonesia Mineral Products Animal or Vegetable Fats Oils Machiney, Electrical Equipment Plastics, Rubber and Articles
Nilai Ekspor Asean ke China (juta USD) 2009 2010 2011
Growth 2010
100.280,5 13.538,1 5.596,8 1.990,7 1.707,2 756,7
137.623,1 19.157,9 10.025,9 2.487,4 1.962,3 1.273,8
178.242,6 31.322,7 16.540,9 3.553,2 2.237,7 2.612,5
Malaysia Machiney, Electrical Equipment Mineral Products Plastics, Rubber and Articles Animal or Vegetable Fats Oils
32.224,4 20.888,8 2.649,0 2.428,7 2.771,5
47.022,0 32.886,9 4.913,8 3.896,0 3.085,4
62.025,5 42.006,8 6.196,1 5.267,3 4.602,0
45,9% 57,4% 85,5% 60,4% 11,3%
Singapura Machiney, Electrical Equipment Mineral Products Products of Chemcial or Allied Plastics, Rubber and Articles
17.736,6 8.990,8 2.871,6 1.618,2 1.936,9
23.015,4 12.790,1 4.598,5 2.715,7 2.716,0
27.858,6 13.727,3 5.589,4 3.563,0 2.849,8
Thailand Machiney, Electrical Equipment Plastics, Rubber and Articles Products of Chemcial or Allied Animal or Vegetable Product
24.845,8 14.219,3 4.231,0 1.492,7 1.478,0
33.201,2 17.368,6 7.028,3 1.996,2 2.010,8
Philipina
11.935,6 9.796,0 506,1 537,5 301,6
Machiney, Electrical Equipment Mineral Products Base Metals and Articles Plastics, Rubber and Articles
37,2% 41,5% 79,1% 24,9% 14,9% 68,3%
2011
29,5% 63,5% 65,0% 42,8% 14,0% 105,1%
Share (thd Total Impor China) 2009 2010 2011 10,0% 1,3% 2,9% 25,7% 0,5% 1,3%
9,9% 1,4% 3,3% 28,0% 0,4% 1,6%
10,2% 1,8% 3,8% 30,8% 0,4% 2,8%
31,9% 27,7% 26,1% 35,2% 49,2%
3,2% 5,68% 1,4% 4,1% 35,8%
3,4% 6,76% 1,6% 4,8% 34,7%
3,6% 7,63% 1,4% 5,6% 39,9%
29,8% 42,3% 60,1% 67,8% 40,2%
21,0% 7,3% 21,5% 31,2% 4,9%
1,8% 2,45% 1,5% 2,3% 3,3%
1,7% 2,63% 1,5% 2,9% 3,4%
1,6% 2,49% 1,3% 3,0% 3,1%
39.040,4 18.295,5 10.066,4 2.877,5 2.316,5
33,6% 22,1% 66,1% 33,7% 36,0%
17,6% 5,3% 43,2% 44,2% 15,2%
2,5% 3,87% 7,2% 2,1% 5,8%
2,4% 3,57% 8,7% 2,1% 6,0%
2,2% 3,32% 10,8% 2,4% 5,7%
15.226,7
17.995,3
27,6%
18,2%
1,2%
1,1%
1,0%
12.769,2 1.181,2 688,9 440,3
13.152,5 2.087,4 950,1 400,5
30,4% 133,4% 28,2% 45,9%
3,0% 76,7% 37,9% -9,0%
2,7% 0,3% 0,6% 0,5%
2,6% 0,4% 0,7% 0,5%
2,4% 0,5% 0,8% 0,4%
Sumber: Statistik China, CEIC
Impor Asean Dari China Impor ASEAN-5 dari China sepanjang Januari hingga Desember 2011 tumbuh sebesar 21,2 persen. Pertumbuhan impor terbesar dialami Indonesia yaitu sebesar 33,1 persen. Sementara itu, secara umum komoditas impor yang mengalami pertumbuhan terbesar adalah tekstil dan logam dasar. Adapun proporsi impor ASEAN-5 terhadap keselurah ekspor China adalah 7,0 persen, yang berturut-turut merupakan kontribusi Singapura (1,9 persen), Indonesia (1,5 persen), Malaysia (1,5 persen), Thailand (1,4 persen) dan Filipina (0,8 persen). Nilai Impor Asean dari China (juta USD) 2009 2010 2011
2010
Growth
2011
Share (thd Total Ekspor China) 2009 2010 2011
ASEAN (5) Indonesia Machiney, Electrical Equipment Textiles and Textile Articles Mineral Products Base Metals and Articles
86.385,5 14.743,8 5.723,4 1.549,9 1.295,9 1.340,7
109.495,0 21.978,3 7.578,2 2.380,7 2.054,7 1.950,4
132.721,6 29.263,2 9.929,8 3.293,6 2.776,2 2.815,3
26,8% 49,1% 32,4% 53,6% 58,6% 45,5%
21,2% 33,1% 31,0% 38,3% 35,1% 44,3%
7,2% 1,2% 1,1% 1,0% 5,7% 1,7%
6,9% 1,4% 1,1% 1,2% 6,8% 1,8%
7,0% 1,5% 1,2% 1,4% 7,6% 1,9%
Malaysia Machiney, Electrical Equipment Textiles and Textile Articles Base Metals and Articles Optical, Photographic, Muscial Instruments
19.635,6 8.614,1 1.981,8 1.163,5 1.240,4
23.819,7 9.762,3 2.026,4 2.015,0 1.721,2
27.910,3 10.351,0 2.609,6 2.700,9 1.923,4
21,3% 13,3% 2,3% 73,2% 38,8%
17,2% 6,0% 28,8% 34,0% 11,7%
1,6% 1,6% 1,2% 1,5% 2,9%
1,5% 1,4% 1,0% 1,8% 3,0%
1,5% 1,3% 1,1% 1,9% 2,9%
Singapura Machiney, Electrical Equipment Vehicles, Aircraft, Vessels & Transport Mineral Products Base Metals and Articles
30.089,4 14.905,3 5.228,5 2.465,4 5.813,5
32.373,7 15.606,4 5.395,0 3.155,6 2.064,6
35.585,9 16.388,8 6.471,5 1.675,4 3.098,0
7,6% 4,7% 3,2% 28,0% -64,5%
9,9% 5,0% 20,0% -46,9% 50,1%
2,5% 2,8% 8,7% 10,8% 7,5%
2,1% 2,2% 6,1% 10,4% 1,9%
1,9% 2,0% 5,9% 4,6% 2,1%
Thailand Machiney, Electrical Equipment Base Metals and Articles Products of Chemcial or Allied Industries Textiles and Textile Articles
13.326,2 5.758,1 1.209,0 1.519,1 1.040,4
19.758,4 7.824,8 2.298,0 2.083,1 1.512,7
25.702,8 10.149,3 3.337,5 2.699,1 1.793,8
48,3% 35,9% 90,1% 37,1% 45,4%
30,1% 29,7% 45,2% 29,6% 18,6%
1,1% 1,1% 1,6% 2,8% 0,6%
1,3% 1,1% 2,1% 2,8% 0,8%
1,4% 1,3% 2,3% 2,8% 0,7%
Philipina Machiney, Electrical Equipment Textiles and Textile Articles Base Metals and Articles Products of Chemcial or Allied Industries
8.590,5 3.113,3 1.057,6 696,3 564,9
11.564,9 3.868,3 1.520,3 1.403,6 729,5
14.259,3 4.001,7 2.094,6 1.875,5 954,7
34,6% 24,3% 43,7% 101,6% 29,1%
23,3% 3,4% 37,8% 33,6% 30,9%
0,7% 0,6% 0,7% 0,9% 1,0%
0,7% 0,6% 0,8% 1,3% 1,0%
0,8% 0,5% 0,9% 1,3% 1,0%
Sumber: Statistik China, CEIC
12
Perkembangan Ekspor Impor Dalam Kerangka ASEAN FTA Ekspor Impor Indonesia- Asean Ekspor Indonesia ke ASEAN pada Jan-Nov 2011 mengalami peningkatan sebesar 30,3 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu impor Indonesia dari ASEAN tumbuh lebih cepat , yaitu sebesar 44,6 persen. Neraca perdagangan Indonesia-ASEAN mengalami defisit sebesar 12.132 juta USD pada Jan-Nov 2011. Mitra dagang utama Indonesia di ASEAN baik ekspor maupun impor berturut-turut adalah Singapura, Malaysia dan Thailand. Selain itu, impor Indonesia dari CMLV (Cambodia, Myanmar, Laos, Vietnam) pada periode Jan-Nov 2011 mengalami peningkatan signifikan.
Total Ekspor Thailand Singapore Philippines Malaysia Myanmar Cambodia Brunei Laos Vietnam Total Impor Thailand Singapore Philippines Malaysia Myanmar Cambodia Brunei Laos Vietnam
2009 24.624,0 3.233,8 10.262,7 2.405,9 6.811,8 174,8 201,2 74,9 4,7 1.454,2 27721,9 4.612,90 15.550,40 544 5.688,40 29,1 3,4 639,6 0,4 653,7
Nilai (juta USD) Jan-Nov 2010 2010 33.109,0 29.827,2 4.506,2 4.099,1 13.723,3 12.498,7 3.180,7 2.920,4 9.184,2 8.090,1 284,2 257,1 217,7 204,9 61,0 57,0 5,5 5,1 1.946,2 1.694,7 38.908,90 35.272,1 7.467,60 6.843,2 20.240,80 18.383,6 706,2 657,3 8.648,70 7.818,2 31,8 29,6 4,7 4,2 666,2 611,3 0,6 0,3 1.142,30 924,3
Jan-Nov 2011 38.861,4 5.378,3 17.226,0 3.432,3 10.016,3 336,3 236,7 74,8 7,5 2.153,2 50.993,1 10.289,0 25.837,9 855,3 10.464,8 69,9 7,5 1.093,4 1,3 2.374,0
Growth Jan-Nov 2010/09 2011/10 34,5% 30,3% 39,3% 31,2% 33,7% 37,8% 32,2% 17,5% 34,8% 23,8% 62,6% 30,8% 8,2% 15,5% -18,6% 31,0% 17,0% 47,6% 33,8% 27,1% 40,4% 44,6% 61,9% 50,4% 30,2% 40,5% 29,8% 30,1% 52,0% 33,9% 9,3% 135,9% 38,2% 79,8% 4,2% 78,9% 50,0% 282,1% 74,7% 156,9%
2009 100,0% 13,1% 41,7% 9,8% 27,7% 0,7% 0,8% 0,3% 0,0% 5,9% 100,0% 16,6% 56,1% 2,0% 20,5% 0,1% 0,0% 2,3% 0,0% 2,4%
Share (thd total Asean) Jan-Nov 2010 2010 100,0% 100,0% 13,6% 13,7% 41,4% 41,9% 9,6% 9,8% 27,7% 27,1% 0,9% 0,9% 0,7% 0,7% 0,2% 0,2% 0,0% 0,0% 5,9% 5,7% 100,0% 100,0% 19,2% 19,4% 52,0% 52,1% 1,8% 1,9% 22,2% 22,2% 0,1% 0,1% 0,0% 0,0% 1,7% 1,7% 0,0% 0,0% 2,9% 2,6%
Jan-Nov 2011 100,0% 13,8% 44,3% 8,8% 25,8% 0,9% 0,6% 0,2% 0,0% 5,5% 100,0% 20,2% 50,7% 1,7% 20,5% 0,1% 0,0% 2,1% 0,0% 4,7%
Sumber: BPS
Perdagangan Antar Negara Asean Perdagangan antar negara Asean cenderung meningkat di tahun 2010. Pertumbuhan ekspor ke ASEAN terbesar dialami oleh negara Vietnam yang tumbuh hingga 362,4 persen, diikuti oleh Filipina yang tumbuh 97,6 persen. Proporsi ekspor terbesar dialami oleh Singapura sebesar 37,0 persen, diikuti oleh Malaysia (17,5 persen), Thailand (15,4 persen), Vietnam (14,2 persen) dan Indonesia (11,6 persen).Sedangkan itu, pertumbuhan impor terbesar berturut-turut dialami oleh Malaysia (43,4 persen) Singapura (40,8 persen), dan Indonesia (40,4 persen). Sementara itu Singapura, Thailand dan Malaysia mendapatkan surplus perdagangan paling positif dengan ASEAN, yaitu masing-masing sebesar 31,9 Miliar USD, 14,0 Miliar USD dan 5,9 Miliar USD. 2008 Indonesia Kamboja Malaysia Filipina Singapura Thailand
Ekspor ke ASEAN 2009
2010
IMPOR dari ASEAN 2008 2009
2010 18,8% 0,8% 21,6% 8,0% 36,1% 14,7%
11,2% 0,1% 20,9% 2,9% 44,4% 16,2%
12,7% 0,3% 20,8% 3,0% 41,9% 16,7%
11,6% 0,2% 17,5% 4,0% 37,0% 15,4%
18,6% 0,8% 17,1% 6,9% 34,0% 13,6%
16,4% 0,9% 18,3% 6,9% 34,8% 14,6%
4,3%
4,6%
14,2%
8,9%
8,2%
NERACA (Juta USD) 2008 2009 -13.717,52 -1.380,28 13.330,25 -8.130,96 33.698,99 9.637,02
-2.935,95 -809,17 9.365,18 -5.827,55 22.598,94 7.797,42
-9.173,45
-4.954,46
2010 -5.390,02 -980,65 5.921,08 -4.888,97 31.983,98 14.014,58
Vietnam Sumber: UNCOMTRADE
13