LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBIN IPTEKDOK 2012
Judul Penelitian :
Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta
Vaccine Escape Mutant
Virus Hepatitis B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, Indonesia
Penyusun laporan : Peneliti Utama
Priyo Budi Purwono, dr
Lembaga Penelitian dan Pengabdi� Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Kampus C Unair, Jl Mulyorejo. Surabaya, Jawa Timur. 60115 Telp: 031-5923584; Fax
2012
:
031-5923584
LAPORAN AKBIR PENELITIAN RISBIN IPTEKDOK 2012
Judul Penelitian :
Studi AnaHsis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta
Vaccine Escape Mutant
Virus Hepatitis B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, Indonesia
Penyusun laporan : Priyo Budi Purwono, dr
Peneliti Utama
Lembaga Penelitian dan Pengabdial) Masyarakat (LPPM) Universitas Airlangga Kampus C Unair, .n Mulyorejo. Surabaya, Jawa Timur. 60115 Telp: 031-5923584; Fax :031-5923584
2012
I I
- B
SUSUNAN TIM PENELITI
I
Nama Tim Peneliti
Status Peneliti
Instansi/Lembaga
Priyo Budi Purwono, dr.
Peneliti Utama
Universitas Airlangga
Rendra Bramanthi, dr
Peneliti Pertama
Universitas Airlangga
Mochamma.d Amin, S.Si
Peneliti Kedua
Universitas Airlangga
Dr. Juniastuti, dr., MKes
Konsultan
Universitas Airlangga
ii
KElVlENTERlr\N KESE.HATAN BADAi'\1 PENEUTJAN DAN P.ENGEMBANGAN KESEHATAN
T�kpon: 1 G21 .i ..j2o i 0!\.\ f';lk:
....___ _
Kef3YrYsAN KEPALA BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN NOMOR: HK.0�,05/i/1273/2012 TENTANG PENETAPAN TIM PELAKSANA RISET PEMBlNAAN lLMU PENGET.AHUAN DAN TEKNOLOGI KEDOKTERAN TAHUN 2012
Menimbang
;
a, bahwa
untuk
meningkatkan
pengembangan
bidang
di
kapasitas
penelitiar.
·kesehatan
perlu
�@m§inaaR �§�a'fi� �a fa. !3eAE\liti ffiY�a\ b. bahwa dalam penelitl
dilakukan
rangka pembinaan dan menggali
muda
per!u
di!akukan
Riset
dan
potensi
.
Pembinaan
llmu
Pangetahuan dan Tel\m)logi l<edoktaran; c.
bahwa berdasarkan pertimbangan. sebagaimana dimak�ud pada hwuf a· dan b perlu ditetapkan Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan . ten tang . Pembentukan
Tim
Pelaksana
Riset
Perhbinaan
llmu ·
�-lii·i\;.;:c;;.".:)n'i·,;;;;.,·!4�n�Tot(ni"'l�;;,yc�t1��.r!ln"' T�hl ;n·�n;:r-7� ·
Pengetal1uan dan Tel<nolog� Kedokteran Tat1un 2012:; Me ngingat
1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tenta.ng Siste_m Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan llmu
P�nr;0mhucm d�n i�knoloQI (Lembor'in N@gt'!m R�publlk
IAB8A�§i� faAt!A 2§§� N&ffi8f §�i f'aft18ai18R b@ffiBaFafl N€!§Elfi3 f.i€!�Ublik lnctBA§§ia NoffitJf t\�19): 2. Undang-:Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(b§ffil�afan N§�efa TaRhiA
�gg� N@ffi0f Hzt Tam§sllan l:eJm�arEin N@�era N§ffit:'IF M�t1); · 3.
Peraturan
Penelitia n Negara
Pemerintah dan
Republik
Nomor
39
Pengembangan Indonesia
Tahun
1995
Kesehatan
Tahun
1995
tentang
(Lembaran
Nom or
67;
Tambahan L�mbaran Negata Republik Indonesia Nomor 3609); 4. Peraturan Presiden Nomor 76 Tahun 2011 Perubahan atas Peraturan
Presiden
Nomor
47
Tahun
2009
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
.�.
Tentang
KEl\1.1�NTERlA.N KESEHATAN
Ji.f'"'' &_.[',: :i"d;t:;!·�·.�-I'� j'\. �-:.""11-'i ·r·· N .t��7U t."....�•:..'d
Ut\DAN PENmJTit\N
DAN PENCiEMHA�GAN
.
_
· •\ 1\.1 C T I •\ 1
KESr�HATAN
P\1:: 12:21; Jalan Percctnk:m Ncg<1rn No.l9 Jakarta l 0$60 Kilti.ik · T..:kpvn: (021) 4?.(,!0S8 bk�imiic': (021)424.W.1� . ' .litbang.dcpkcs.gl\.ld E-mail: s.·sbun(ii'litbang.dcp k.:::;.�w. !d .H �·bsih;: http:i!www .
5. Keputusan
tentarig
791/Menkes/SKN!J/1999 Pen·E;!litian
Penyel€mggaraan
Nomor
Ke�ehatan
Menteri
dan
Ko ordinasi .Pengernbangan ·
Kesehatan;
6. Peraturan
Ncimor
Kesehatan
MEmteri
1144/Meiikes/PerNtll/2010 tentang Organisasi dan Tata
Kerja .Kementerian l(es¢hatan ·Rt; MEMUTUSKAN: Menetapkan
·
KEPUTUSAN
KEPALA
BADAN
PENELITIAN
DAN
PENGEMBANGAN KESEHATAN TENTANG TIM PElAKSANA
R1SET PEMBINAAN ll.MU�PENGETAHlJAN .DAN TEKNOI..OG1 KEDOKTERAN TAt:iUN 2012; KESATU
Tim Pelaksana
Riset Pembinaan
llmu
'Penge.tahuan·
dan
ra�H818§i -� @88k4eF�m T�AUA £91f ��@I�RjHtR¥� .Blg�B�l f{i�Bin lptekdok 2012)
sebagaimana
tercantum
kepUtusan ini bertugas;
1.
dalam
lampir�n
Melaksanakan peneJitian sesuai. kaidah · ilniiah dan etika
·dengan WQktu yang t�lah dit�t§f?�n;
:2. Mernp�rtangguftg]aw�hkan l)t:mgguna�n . 1:111gg�r�f\ £. IY!t!l li!Jt::lll�!��:H�Ifi.IHJO..Y_YP.':'.'"'" pc" 'l:l�'·" ,.., 'l:l::t�• t
,,....,,,
-·.
. §·@sUQI
_._._.....
peraluran yang berlaku;
..3� Mem,bt.lat dan menyampaikan laporan kemajuan dan laporan ak.hir pene!itia·n;
4. Me�buat ringkasan eksekutif berdasarkan hasil penelitian
�����! ·��R�R ffi��H��R �®B§S� B�R6�ffi�ii�R �eBHiH§�R aaR p�RgeiS!;I �f86F�ffi Wiff§ t�f��it agA6aA Aflsit
[email protected]!i�Ri KEDUA
Tim
Pefaksan�
Risbin
lptek dok Tahun 2012 sebagaimana
aima�§I:IS ·�a�a Si�rum �§§-a�tl €liSefi�§ft ASASf §e§!:lt:Ji S@R§aA �teAtmm ¥a A§ S§f!a�Y! KETIGA
Da!am melaksanakan tugasnya1 Tim Pelaksana Risbin lptekdok
Tahun �(l12 berpedoman van�
[email protected] i KEEMPAT
pada peraturan perundang-un:dangan
Dalam melaksanakan tugasnya, Ti� Pelaksana Risbin iptekdok Tahun 2012 dapat berkonsultasi dan berkoord.inasr deng an
P§'1�1 P?k§!r 2?1'1
KEUMA
Tim
Tim Pen �elola Administrasi Risbin lptekdok;
Biaya kegiatan Tim Pelaksana Risbln lptekdok Tahun dibebankan pada DIPA Sekretariat
Badan
2012
Litbangkes tahun·
a nggaran 2012 Nomor: 0682/024-11.1.01/00/2012 T an ggal 9 Desember
20 11;
..
.
,f f {l 1u r u1 . 1.�_/;,..""l'ioJ �-�n l< teJ l, �l £1 t t . ��q�• � � !1�.1;. .J.� .f\ ..("�::5'-i rtr....u n. /\;l.:;�. l-\"'-1.�' � n Jc t:.L..l 4 "-" ��l�.n.��
•. __
..
.t:
.; ! . :
·
J .1•,·1i-�J�,�v<�.: �...... ,,.,.•;.�·t·:i:·r·,, "T _,
J>.;
BADAN PENEUTIAN DAN.PENC1Eiv1BANGAN KESEHATAN JahutPcrccwkan Ncganl.No.·29 Jak;�rta 105(.(1 Kol:lk Pos 1226 TokpQn; {02l) 426,101)8 Fnhimik: (02:1) 424W33 H-m,,i(: sc,;hnn(£l'lilbttttg.tkpk(;s.gu.id, Ji'(d;.si/(!.' bttp;/iwi\'W,lithnt\g:.
KEEN AM
Dengan ��c;i�n
berlakunya Keputusan ini, maka Keputusan Kepala Penelitian dan
Pengembangan
Kesehatan
Nomor :
f�m�j�t 1�- �afiYafi �gl1 ttJntan� Penetapan Tlrtl F'elak!5�H'1a �lset ?embinaM llrnu Fi@flg§tahuan
l=llt0�.0511i���/�fl11
dan Teknotogi Kedokteran T ahun 20 1 1 dinyatakan ·tidak berlaki:J lagi;
KETUJUH
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
I IiI
NGGA, SUJRABAYA . · Luh Ad
39
40
2
MKed
.SpP(K)'
Pnyo ·Blu.tli_ ?urwono. or
.Rendra BramaatJthi, dr
Aldtt
Zenl Ramlla. a££
Ekspresiiet.095 dan Apoptl�ts pado Sel yang T.errmteflsl Virus lntlueC�Za A subtlpe
1!":!4.453.500
Studi A:ml isis .MQiekuJer Ge!Mtipe dan Sub"Tipe:)Sserta Vaccine eS)!a!pe Mutant virus Hepatltl�EB �a 'Progranm l!munisasi aoak dl Soro�l. lndt:>nesia
·r..
Protein !REilcombinan Viru1ii!tepatitis B Core - Wirus Hel)ati tis <>�-a yang berpbten:!!ii memben:tuk Villi!J.'$ like particle
�0.000.000
H1N1 d!!m H5N1 (Siudi lnwltro)
,Mocilch�finad Amin. .S$
'WitnUtami
pa:,!i
41
U.AI'll'M UNIVERSIT.t(6;:SEBELAS MARWT, SURAKARTA 1 Yuli a Smi'i. SSi. MSi Suy atmi,' dr. Mimiomed.
42
iitSSIJ KUPANG 1 Simeon:!T-en < ggoam, SSi
·
Le1y 6.y �wa!i, dr, 59J.t.KK
._Sari Fil:riani, .
(HBc)
(VLP}.
Marse§rn.Js Lc;gga Nur. SI<M
Theo,l:toi11Iis Rengga·; $.'Si
··.nw;_otana Smi!
Penderii�'TB del')gan MDI!i1 !t.HB di Kupang .
dall d!sttitnos! berbagai pGlliwotphism pada
gen TLIW, VOR2, NRAMf,, iiFN.TNF,INFGR dalam IJl!JAilollnfeksi-immun.alogl metode
PCR. Bellrtls
. Pa��.6 �.;
1iA19.54 1,000
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Penelitian
1.
: Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta . Vaccine Escape Mutant Virus Hepatitis B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, lndonesJa
Ketua Peneliti
2.
a.
Nama lengkap
: Priyo Budi Purwono, dr
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki-
c. NIP
: 1983080.4 200812 1 003 : Penata muda tk ll III b
d. Pangkat/Golongan e.
: Asisten ahli
Jabatan
f. Bidang Keahlian
: Mikrobiologi
g. Fakultas!J urusan!Puslit
:F. Kedokteran!Mikrobiologi Kedokteran!Unair
h. Perguruan Tinggi
: Universitas Airlangga
Anggota Tim Peneliti NO
NAMA PENELITI
BIDANG
FAKULTAS/JURUSAN
1
PERGURUAN TINGGI
Rendra Bramanthi,dr.
Mikrobiologi
F.Kcdokteranl
Universitas
�
Moh. Amin, S.Si
Mikrobiologi
Lembaga Penyakit Tropis
KEAHLIAN
Mikrobiologi
Airlangga
Universitas Airlangga
3. Pendanaan penelitian a. Sumber dana
: DIP A Sekretariat Badari Litbangkes _Nomor: HK.06.01/1/1712/2012
b. Jumlah Dana
: Rp. 144.930.000,-
Surabaya, 20 Desember 2012 K tua Peneliti,
Priyo Budi Purwono, dr.
NIP. 19830804
200812 1003
KATA PENGANTAR
Bersam a ini kita sampaikan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmatNya yang tak terhingga, sehingga kita dapat rnelaksanakan penelitian Risbin Iptekdok 2012 dan rnenyampaikan laporan akhir penelitian ini. Penelitian di bidang teknologi kesehatan mengalami perkembangan yang pesat dan dinamis, hal terse but menginspirasi kami untuk mengembangkan penelitian dan pengetahuan di bidang virus Hepatitis B. Sehingga pada tahun 2012 ini kami mengajukan dan melaksanakan penelitian denganjudul Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta Vaccine Escape Mutant Virus Hepatitis B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, Indonesia Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka frekuensi Hepatitis B, pola distribusi genotipe dan stibtipe virus Hepatitis B dan keberadaan vaccine escape mutant virus Hepatitis B pada anak-anak di Kota Sorong. Manfaat dari penelitian ini sebagai data dan bahan untuk pengembangan program imunisasi Hepatitis B yang dilaksanakan di Indonesia.
_
Kami mengucapkan terimaksih kepada Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI yang menyediakan pendatiaan penelitian berupa program Risbin Iptekdok 2012, Rektor Universitas Airlangga, K.etua LPPM Universitas Airlangga, Ketua LPT Universitas Airlangga, Dinas Kesehatan 'Kota Sorong, Tim Panel Pakar Risbin Iptekdok 2012, rekan-rekan peneliti Risbin lptekdok 2012 serta seluruh pihak yang berperan dalam penelitian ini. Semoga laporan akhir penelitian ini bermanfaat dan memberikan iilformasimengenai penelitian yang te1ah, sedang dan akan kita laksanakan. ·
Surabaya, 20 Desember 2012 Peneliti Utama
Priyo Budi Purwono, dr.
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Judul: Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta Vaccine Escape Mutant Virus Hepatitis B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, Indonesia Penyusun: Priyo Budi Purwono,dr. (Peneliti Utama) Latar Belakang
Virus Hepatitis B (HBV) merupakan suatu agen penyebab dari penyakit hati kronis, termasuk hepatitis kronis, sirosis hepatis dan hepatocellular carcirwma, dan menjadi perhatian khusus di Indonesia, yang termasuk wilayah dengan angka endemisitas Hepatitis B tingkat intermediate dan tiilggi (angka karier 5 sampai 20 %) pada populasi masyarakat. Tingginya angka karier tersebut berkaitan dengan tingginya infeksi HBV pada bayi yang ditularkan secara vertikal, (Creati M et al,2 007). ·
Indonesia telah menerapkan program nasional vaksinasi hepatitis B pada bayi baru lahir sejak tahun 1997, dan angka cakupan (tiga dosis lengkap pemberian vaksin Hepatitis B) tahun2007 diperkirakan oleh WHO/UNICEF mencapai rata-rata 78 % (WHO, 2009). Namun suatu studi pada anak sekolah yang .dilakukan pasca program imunisasi di Lamongan Jawa Timur menunjukan .angka prevalensi antiHBs masih rend.ah sekitar 23.7%. (Utsumi et al, 2010).
Penting dllakukan studi lebih lanjut di endemisit� Hepatitis B yang tinggi.
daerah lain . terutama
dengan tingkat
- Program vaksinasi Hepatitis B yang diberlakukan secara universal memungkinkan munculnya vaccine escape mutants, yakni beberapa jenis mutasi virus yang terbindar dari sistem neutralisasi dari antibodi yang terbentuk oleh vaksin. Hal ini mengakibatkan Vaccine .escape mutant merirlliki resiko infeksi di masyarakat karena vaksin HBV dart HBIG yang tersedia tidakefektif dalam upaya pencegahannya (Yamamoto et al, 1994 .) Strain HBV yang menginfeksi manusia menunjukkan perbedaan secara genetik, diklasiflkasikan menjadi 8 genotipe (A sampai H). HBV juga diklasiftkasikan menjadi 9 subtipe (adw2, adw4, aywl, ayw2, ayw3, ayw4, adrq+, adrq-, ayr). Indonesia terbagi menjadi 4 zona subtipe HBV secara geografis, yaitu : zona adw yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Temate, Morotai, Kalimantan selatan; zona ayw yang meliputi.Nusa Tenggara Timur; zona campuran yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan zona adr yang meliputi wilayah Papua yang sangat khas karena didominasi oleh subtype adr (Mulyanto et al, 1997). Prevalensi karier Hepatitis B dengan HBsAg positif yang diperiksa pada darah pendonor di 11 kota di Indonesia tercatat antara 2.1 % sampai 9. 5 %, bahkan populasi karier Hepatitis B di Papua lebih tinggi, yakni berjumlah 1 0.5% (Khan M et al, 2004 ). Sedangkan data· Kementerian Kesehatan Indonesia menerangkan bahwa angka cakupan imunisasi Hepatitis B (HB3) di Papua Barat sebesar 51. 0%, lebih rendah dari cakupan nasional 62.8%. (Balitbangkes, 2007). Penting dilakukan uji. status serologis hepatitis B dan pemeriksaan variasi mutasi gen surface HBV terkini pada anak-anak di Sorong, 'Papua Barat pasca program imunisasi nasional, karena belum pernah diteliti.
ix
Tujuan Tujuan penelitian ini antara lain menentukan angka frekuensi infeksi Hepatitis B pada anak anak di Kota Sorong, Indonesia, menent ukan pola distribusi genotipe dan subtipe virus Hepatitis B pada anak-anak di Kota Sorong; Indonesia dan menentukan keberadaan vaccine escape mutant virus Hepatitis B pasca program imunisasi anak di Kota Sorong, Indonesia. Hasil Utama dan Relevansi Total keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria dan dapat dilakuK:an pemeriksaan lanjutan sebanyak 166 sampel, yang terdiri dari anak usia 1- 5 tahun dengan distribusi berdasar jenis kelamin laki-laki sebanyak 88 anak (53.0%) dan perempuan sebanyak 78 anak (47.0%). Sedangkan distribusi berdasar asal daerah subjek penelitian mayoritas merupakan masyarakat Papua sejumlah 106 anak (63.9%). Menurut keikutsertaan program imunisasi HB (sesuai catatan Kartu Menuju Sehat), maka pada jadwal HB 0, prosentase keikutsertaan atau subjek yang telah mendapatkan imunisasi HB 0 sebanyak 48.8%, yang mendapat DPT HB 1 meningkat menjadi sejumlah 95.8%, DPT HB 2 sejumlah 95.2% dan DPT HB 3 sebesar 92.8%. Angka seropositive HBsAg, Anti HBs dan Anti HBc masing-masing sebesar 7 anak (4.2%), · 102 anak (61.4%) dan 8 anak (4.8%). Sedangkan angka seropositive negative untuk ketiga uji seroloi g s HBsAg, anti HBs dan Anti HBc·sejumlah 59 anak (35.5%). Dari basil pemeriksaan molekUler, sebanyak 20 sampel teridentifikasi DNA HBV positif dengan distribusi HBV genotipe B sebanyak 13 sampel (65.0%) dan HBV genotipe C 7 sampel (35.0%). Sedangkan ditribusi subtype HBV adw, adr dan ayw masing-masing 12 sampel (60.0%), 7 sampel adr (35.0%) dan 1 sampel (5.0%). Ditemukan 1 sampel dengan variasi Tl401 pada lokasi a determinant HBsAg yang diduga berperan mengubah ·struktur antigen HBsAg. Sedangkan mutasi G145R yang merupakan variant umum vaccine escape mutant HBV, tidak ditemukan pada penelitian ini. Pada penelitian ini kami juga menemukan variant mutasi 1152T, yang pemah dilaporkan pada pasien dengan sirrosis hepatis di Korea. Kesimpulan dan Saran Angka frekuensi iitfeksi Hepatitis_B (DNA HBV positif) sebesar 20 anak atau 12.0% dengan frekUensi HBsAg positif dan DNA HBV positif sebesar 7 anak (4.2%). Tingginya angka seropositive HBsAg dan infeksi Hepatitis B pada anak-anak di Sorong, Papua Barat dapat disebabkan rendahnya angka cakupan imunisasi HBO yang ditujukan untuk mencegah· transmisi vertikal. Secara molekUler tidak ditemukan variasi HBV strain vaccine escape mutant G145R yang umum dilaporkan, namun diidentiftkasi adanya variasi HBV mutant strain Tl401 yang berada pada lokasi a determinant HBsAg. Adanya perubahan pola molekuler virus Hepatitis B pada suatu wilayah, memerlukan strategi pengembangan vaksin dan program imunisasi anak yang sesuai dengan karakter virus· dan situasi masyarakat setempat. Peningkatan cakUpan imunisasi khususnya HBO sangat penting pada bayi baru lahir. Program .pemeriksaan deteksi Hepatitis B pada ibu hamil juga perlu dipertimbangkan, khususnya pada wilayah endemis sehingga pencegahan penularan dapat dilakukan dengan pemberian vaksinasi HBO dan HBIG (Hepatitis B Immunoglobulin) secara bersama.
X
DAFTAR ISI
Halaman judul
..
. ......... ... ..
.......................
......... .... ..... ..................... .....
i
Susunan Tim Peneliti ........................................................................... i i Surat Keputusan Penelitian
. . .. .... ...... . .............. ..... . .... ..... ..... .... ....... ........
L embar pengesahan laporan penelitian Kata Pen,gantar
.
......
.
..
......
...
.......... ..... . ............... ... .. .......
iii-vi vii
..... ... . .. ..... ......... ... .......... .... ... ....................... .... ...
viii
Ringkasan eksekutif.. ... ..... ....... ..... ..... ..... .... .............. ... .. ...... . .... ..... .... . ix-x Daftar isi Abstrak .
xi
................................................................................ ......... . .
.. . . .. . .. . . . . . .. .
..... . .. . .. .. . ... . .. .. . .... .. ..... ..... .. ... . .. . . . . .. .•. ...................
xii
Daftar tabel ........................................................................................ xiii Daftar gambar ...; .
......... .... .. .. .... . ....·................................................. ..
xiv
... ... . .. ..... .................. :...................... :.... ......... ......... ..
xv
..
Daftar Lampiran
.
_
BAB. I. Pendahuluan
.
. ....... . .
BAB ll. -Tinjauan Pustaka
..... ... . . ..... .. ..... ........ .. .. .. .... . .. . . .. ... .. . . .. . .... ...
.. ...... .. . .. . • ..
BAB ill. Metode Penelitian
.
.... .... ....... ............. ...................... .. 4-9
...... ...... . ............ . . .... .. .... .. .. .. ...... ... ........ ......
BAB IV. Hasil dan Pembahasan BAB V. Kesimpulan dan Saran
..
l-3
10-20
... .. . ...... .. ... .. ....... . .... .. .. . .. .. . ........ ...... ... . ..
21-31
.... ..... . .. .. . . ..... .. . . .... .. ................ .............
32
Ucapan terimakasih
... .. .... ... ......... .. .................... .......... ..... ...................
33
Daftar Pustaka
....... ...... ........ . .......... ..... ...... .......... .. ..... .. ..... ... .... ...
34-35
......
....
L ampiran ......................................................................................... 36 .
xi
Abstrak
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi irifeksi hepatitis B sedang sampai tinggi. Dalam rangktl perTCegahan transmisi vertikal, program n-astona/ im.unisasi Hepatitis. B vada anak-anak di Indonesia telah dilaksanakan seiak tahun 1997: Pada tahun 2007. an!!ka
,&
J
I
'-'
cakupan imunisasi Hepatitis B lengkap mencapai 78%. Wilayah Papua merupakan daerah dengan endemisitas Hepatitis B yang tinggi di Indonesia dengan zona subtype adr virus Hepatitis B (HBV). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi Hepatitis B pada anak..atUJk di Kota Sarong Papua Barat, s.ekaligus menganalis is genatipe, sub_tipe s.erta keberadaan vaccine escape mutant HBV. Angka seropositive HBsAg, anti HBs dan anti HBc masing-masing sebesar 7 anak (4.2%), 102 anak (61.4%) dan 8 anak (4.8%). Angk4 DNA HBV positif sejutnlah 20 Anak(12.0%) dengan variasi HBV genotipe B (65.0%) dan C (35.0%) serta subtype HBVyakni adw (60.0%), adr (35.0%) dan ayw (5.0%). Didapatkan 1 sampel dengan mutasi T140I yang pernah dilaporkan sebagai strain HBV vaccine escape mutant.
Kata Kunci : Hepatitis B, genotipe, subtype, vaccine escpa mutant, anak-anak, Sorong
xii
DAFrAR TABEL
Tabel4.1 Karakteristik subjek berdasar jenis kelamin......................................... 2 1 Tabel4.2 Karakteristik subjek berdasar usia.................................................... 21 Tabel 4.3 Karakter l stik subjek berdasar jen is ke iam in dan usia.............................. 22 Tabel4.4 Karakteristik subjek berdasar etnis atau asal daerah
..
. . ..
. ...
.
.
. .
.....
. .
. ..
...
....
22
Tabel4.5. Status keikutsertaan imunisasi HB subjek berdasar jadwal...................... 23 Ta bel 4. 6 Status hn.un lsasi HB berdasar usia................................................... 24 Tabel 4. 7 Status HBsAg berdasarkan usia...................... :................................ 25 Tabel4.8 Status HBsAg berdasarkan keikutsertaan program imunisasi HB.......... ... .. 25 i Ta bei 4. 9 Status hn.unttas ant i HBs berdasar us a................... . ........ ... ...... .... .. . .. 25 Tabel4.10 Status anti HBs berdasar keikutsartaan program imunisasi HB ................. 26 Tabel4.11 'Status anti HBc berdasar usia subjek................................................ 27 .
-
.
-
--
'
-
"-
-
--
-
Tabel4.12 Karakterlstik status sero l ogis Hepatitis B anak di Kota Sorong ............ 28 Tabel4.13 Karakteristik dan hasil pemeriksaan molek:uler sampel dengan DNA IIBV positif
29
.........................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur Virus Hepatitis B
Gambar 2.2. Siklus hidup dari HBV
(HBV)
4
....................... .................
5
. . . . . ..................... . . . . . . . . . . . . . . . ...........
Gambar 4.1 Graftk titer rata-rata anti-HBs berdasarkan usia pada anak-anak di Kota Sorong Gambar
4.2 ELP Product PCR l5t(54lbp)
Gambar 4.3 ELP product PCR 2nd (259 bp)
26
.......... . . . . . . ...... . . ................
28
.............................. ...............
29
.......................... ............... ...
Gambar 4.4 Multiple alignment asam amino HBV pada anak:
anak
..
di Kota Sorong
30
................................. . . . . . . . . . . .................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lembar Kelaikan Etik Penelitian 2. Surat ijin penelitian Dinas Kesehatan Kota Sorong
3. Perjanjian ketjasama Risbin Iptekdok 2012
XV
�--
---�
"Studi analisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant
Virus Hepatitis Bpasca program imunisasl anak di Sorong, Indonesia "
BABIPENDAHULUAN
Ll.
Latar Belakang
Virus Hepatitis B (HBV) merupakan suatu agen penyebab dari penyakit hati kronis, termasuk · · hepatitis kronis, sirosis bepatis dan hepatocellular carcinoma, dan menjadi masalab kesehatan utama di berbagai belahan dunia khususnya nega.ra negara di Asia Pasifik (Merican, 2000). Menjadi perbatian khus� di Indonesi� yang termasuk wilayah dengan angka endemisitas Hepatitis B tingkat intermediate dan tinggi (angka karier S sampai 20 %) pada populasi masyarakat Tingginya angka karier tersebut berkaitan dengan ting�inya infeksi HBV pada bayi yang ditularkan
sP�
vertikal, (Creati
M
et al, 2007). Penting
dilakukan upaya pencegahan infeksi HBV terutama pada bayi yang baru dilahirkan dengan
pemberian vaksinasi. Vaksin yang
aman
dan efektif mencegab hepatitis B telah tersedia sejak tahun 1982.
Pengenalan program imunisasi anak-anak di banyak negara secara
dramatis
telah
menurunkan angka karier HBV dan secara 'signiflkan menurunkan kejadian Karsinoma HepatoSellular (Hou J, 2005). Indonesia telah menerapkan program nasional vaksinasi hepatitis B pada bayi baru lahir sejak tahun 1997, dan angka cakupan (tiga dosis lengkap pemberian vaksin Hepatitis B) tahun 2007 diperldrakan oleh WHO/UNICEF mencapai rata·rata 78 %(WHO, 2009). Namun suatu studi pada anak: sekolah yang dilakukan pasca program imunisasi di Lamongan Jawa Timur menunjukan angka prevalensi antiHBs masih rendah sekitar 23.7%. (Utsumi et al, 2010). Penting dilakukan studi lebih
lanjut di daerah
lain terutama dengan tingkst
endemisitas Hepatitis B yang tinggi.
Program v�inasi Hepatitis B yang diberlakukan secara universal memungkinkan munculnya vaccine escape mutants, yakni beberapa jenis mutasi virus yang terhindar dari sistem neutralisasi dari antibodi yang ter�ntuk oleh vaksin. Hal ini mengakibatkan Vaccine escape mutant memiliki resiko infeksi di masyarakat karena vaksin HBV dan HBIG yang
tersedia tidak efektif dalam upaya pencegahannya (Yamamoto et al, 1994).
1
:. L
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Vi rus Hepatitis B pascaprogram imuni sasi anak di Sorong. Indonesia"
Secara moieicuier Vaccine escape mutant HBV menunjukkan mutasi pada region gen S · (surface) yang mengkode detenninan "a'' HBsAg yang terletak pada posisi asam amino 99 sampai 168. Menurut Ogura et al, mutasi pcida ��tenninan a yang di induksi dengan pemberian imunisasi aktif dan atau pasif lebih banyak ditemukan dalam
asam
amino 139
sampai 147 (Ogura et al, 1999). Fenomena ini diperkuat adanya fakta bahwa mutasi regio gen . S selain dapat terdeteksi pada anak-anak yang telah divaksinasi, juga pada resipien transplantasi liver yang diobati dengan antibodi monoclonal dan polyclonal Hepatitis B, dan juga pada karier kr�� s dengan infeksi HBV o_ccult (MuSC et ai, 2009). Strain
HBV
yang
menginfeksi
ia
menunjukkan
manus
perbedaan
secara
genetik,
·
diklasifikasikan menjadi 8 genotipe (A sampai H), berdasarkan homologi 96% pada gen S . (Okamoto
et al,
1988). Beberapa penelitian HBV di Papua mengbadirkan berbagai temuan
diantaranya sttJdi molekuler sebelumnya, menemukan HBV subgenotipe baru berdasarkan urutan nukleotida genS yakni HBV/C6
(yang predominan) dan HBVID6 (Lusida et al, 2008),
serta HBV/C l l (Juniastuti·et al, 2011). HBYjuga diklasifikasikan menjadi 9 subtipe (adw2, adw4, ayw1, ayw2, ayw3, ayw4, adrq+, adrq-, ayr). Indonesia
terbagi menjadi 4 zona subtipe
HBV secara geografis, yaitu : zona adw yang meliputi Sumatra, Jawa," Bali, Lombok, Ternate, Morotai, Kalimantan selatan; zona ayw yang meliputi Nusa Tenggara Timur; zona campuran yang meliputi Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan zona adr yang meliputi wilayah Papua yang sangat khas karena didominasi oleh subtype adr (Mulyanto et al, 1997). Prevalensi karier Hepatitis B dengan HBsAg positif yang diperiksa pada darah pendonor di 11 kota di Indonesia tercatat antara 2.1% sampai 9.5 %, bahkan populasi karier Hepatitis B di Papua lebih tinggi, yakni berjumlah 10.5% (Khan M et al, 2004). Sedangkan data Kementerian Kesehatan Indonesia menerangkan bahwa_ angka cakupan imunisasi Hepatitis B (HB3) di Papua Barat sebesar 51.0%, lebih rendah dari cakupan nasional 62.8%. (Balitbangkes, 2007).Penting dilakukan uji status serologis hepatitis B dan _pemeriksaan variasi mutasi gen surface
HBV terkini pada anak-aoak di Sorong, Papua Barat pasca ·
program imunisasi nasional, karena belum pernah diteliti.
2
"Studi analisis nwlekuler genotipe dan subtipe sei1a vacCI'ne escape mutant Virus Hepatitis Bpasca program imunisasi anak di Sorong, Indonesia"
U.
Rumusan masalah
1. Berapa angka frekuensi infeksi Hepatitis B pada anak-anak di Kota Sorong, Indonesia? '•
•'
2 Bagairnanak8h pola distribusi genotipe· dan subtipe virus Hepatitis B pada anak-anak di Kota Sorong, Indonesia ? 3. Bagaimanakah keberadaan vaccine escape mutant virus Hepatitis B pasca program imunisasi anak di Kota Sorong, Indonesia ?
1.3.
-
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : I.
Menentubn angka frekuensi infeksi Hepatitis B pada anak-anak di Kota Sorong, Indonesia.
2
Menentukan pola distribusi genotipe dan subtipe virus Hepatitis B pada anak-anak eli Kota Sorong, Indonesia
3. Menentukan keberadaan vaccine escape mutant virus Hepatitis B pasca
program
imunisasi anak di Kota Sorong, Indo �esia. L4.�anfaatPenelitian Teoritis.
Memberi informasi ilmiah tentang genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant
virus Hepatitis B pasca program imunisasi anak di Kota Sorong, Indonesia Praktis. Dasar
pengembang� program vaksinasi Hepatitis B yang efektif di wilayah
Sorong dengan tingkat endemisitas virus Hepatitis B tinggi di ID.donesia
3
6 M'
i
Kota
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Viros Hepatitis B pasca program imunisasi anak di Sorong, Indonesia"
BAB II . TINJAUAN PUSTAKA 11.1
Virus Hepatitis B
.
Virus Hepatitis B (VHB) merupakan suatu agen penyebab dari penyakit hati k:ronis, tennasuk hepatitis kronis, sirosis hepatis dan hepatocellular carcinoma, dan menj adi masalah kesehatan uiama di berbagai belahan dunia khususnya negara negara di Asia Pasifik (Merican, 2000). Menjadi perhatian khusus . di Indonesia; yang termasuk: wilayah dengan . · angka endemisitaS Hepatitis B tingk.at intermediate dan tinggi (angk.a karier 5 sampai 20 %) pada populasi masyarakat. Tingginya angka karier tersebut berkaitan dengan tinggiliya infeksi HBV pada bayi yang ditularkan secara vertikal, (Creati M et al, 2007). Hepatitis B adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus H epatitis B. VHB termasuk dalam virus DNA, family Hepadnaviridae (Crawford, 2005). Mula-mula, virus ini dikenal sebagai serum hepatitis. Virus ini berbentuk spheris kasar dengan diameter sekitar 42
nm.
··Kom.ponen utama virus ini adalah sebuah envelope yang meliputi capsid, yang didalamnya . terdapat DNA dan P (polimerase) protein (gambar 2.1).
mombrano
L Gambar 2.1 Virus Hepatitis B. S: Small Envelope protein, M: medium envelope protein, L: Large envelope protein; P: · Polymerase Protein
Genom HBV terdiri dari 2 utas rantai DNA, satu rantai incomplete; sehingga dikatakan DNA sebagian single stranded dan sebagian double stranded. Sebuah sequence pendek adalah triple stranded sebagai basil dari complementary sequence pada
5'
end, hasiln-ya pada DNA
memiliki formasi sirkuler. Ukuran genom sangat kecil, dengan panjang sekitar 3�2 kb(p). Pada 5fend di setiap rantai DNA, ada molekul yang terhubung: sebuah capped RNA pada rantai pendek dan sebuah protein P pada rantai panjang (gambar 2.1).
4
"Studi aru:slisi:Y mole/euler genotipe dan .subtipe :Yerta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pascaprogram imunisasi aru:sk di Sorong, Indonesia "
Mekanisme penyerangan virus Hepatitis B dalam tubuh: 1 . MulaMmula, HBV menyerang ·membran sel hati.
Virus ini kemudian masuk ke dalam ; .. --,
sel hati.
2. Partikel inti yang mengandung DNA dilepaskan, dan DNA-nya berpolimerase ke dalam nukleus sel hati.
3. Polimerase DNA ini menyebabkan sel hati membuat kopian DNA HBV dari RNA-m. 4. Sel ini kemudian memasang "kopian hidup" dari virus. Melalui cara ini, versi dari
HBV dikonstruksikan lewat sel hati. 5. Karena memproduksi protein permuk:aan secara berlebihan, selnya tetap bersatu membentuk bulatan kecil atau rantai, yang memberikan penampilan khas pada �pel
darah dibawah mikroskop. 6. Kopian dari virus dan antigen permukaan itu dilepaskan dari membran sel hati ke dalam aliran darah, dan dari
sana
dapat menginfeksi sel hati lainnya dan bereplikasi
secara efektif.
Gambar 2.2. Siklus hidup dari HBV.
(Kock, J. d aL, 1993)
Dari kelima jenis Hepatitis (Hepatitis A, B, C, Delta, E, dan G), Hepatitis B adalah jenis penyakit yang paling seriu.S. Tak ada kecenderungari musim tertentu ataupun golongan umur tertentu untuk dapat terjangkit penyakit ini, meskipun tentu saja ada kelompok-kelompok dengan resiko terjangkit yang lebih tinggi, misalnya penyalahguna obat-obatan secara parenteral, tenaga kesehatan, orang-orang yang baru mendapat transfusi darah, penderita dan staf hemodialisa, penduduk yang memiliki kehidupan seks bebas dan bayi baru lahir yang ibunya adalah penderita penyakit ini (Watt, 1993).
5
-· .
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant
Virus Hepatitis Bpasc(lprogram imunisasi anak di Sorong, Indonesia "
Diagnosis lnfeicsi Hepatitis B krorus d.ldasarkan pada pemeriksaan seroiogl, v1roiogi, biokimiawi dan histologi. Secara serologi, pemeriksaari yang dianjurkan untuk diagnosis dan evaluasi infeksi Hepatitis B kronis adalah : HBsAg, HBeAg, anti HBe dan HBV DNA (4,5). Pemeriksaan virology dilakukan untuk mengukur jumlah HBV DNA senun, yang sangat penting, karena dapat menggambarkan tingkat replikasi virus (Jawetz, E. et
�·
1986).
Sedangkan, pemeriksaan biokimiawi yang penting untuk menentukan keputusan terapi adalah kadar ALT. Peningkatan kadar ALT menggambarkan adanya aktifitas proinflamasL Oleh karena itu, pemeriksaan ini dipertimban� sebagai prediksi gambaran histologi. Pasien yang kadar ALT-nya menunjukkan proses nekroinflamasi yang lebih berat dibandingkan dengan ALT yang normal. Pasien dengan kadar ALT normal mempunyai respon serologi yang kurang baik pada terapi antiviral. Jadi, pasien dengan kadar ALT normal lebih baik tidak diterapi, kecuali hila basil pemeriksaan histologi menunjukkan proses nekroinflamasi aktif (Zaini, F., 1995). Tujuan pemeriksaan histologi adalah untuk menilai tingkat kerusakan hati, menyisihk.an diagnosis penyakit hati I� prognosis dan menentukan manajemen anti viral. Hepatitis B menyebabka,n sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak: dapat berfungsi sebagaimana mestinya Pada wnumnya, sel-sel hati dapat tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya memerlukan waktu berbulan·bulan disertai diet dan istirahat yang baik.
11.2
Epidemiologi Virus Hepatitis B
Sekitar dua milyar orang yang mencakup lebih dari sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi virus hepatitis B (WHO, 2000). Hepatitis B disebabkan oleh virus hepatitis B (VHB). Virus ini pertama
kali
ditemukan oleh Blumberg pacta tahun 1965 dan di kenai dengan
antigen Australia. Virus ini termasuk DNA virus. Virus hepatitis B berupa partikel
nama
dua
lapis.
berukuran 42 nm yang disebut "Partikel Dane". Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang memb\.Ulgkus partikel inti (core). Pada inti terdapat DNA HBV Polimerase. Pada partikel inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan (HBsAg) terdiri atas Iipo protein dan menurut sifat imunologik proteinnya virus Hepatitis B dibagi
menjadi
4 subtipe yaitu adw, adr, ayw dan ayr. Subtipe ini secara
epidemiologis penting, karena menyebabkan perbedaan geogm.fik dan rasial dalam penyebarannya. Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari, rata·rata 80-90 hari.
6
"Studi ana/isis mole/euler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pasca program imunisasl anak diSarong, Indonesia"
liBV menyebabkan peradangan hatl akut atau menahun yang pada sebaglan kecH kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kank:er hati.Mula-mula dikenal sebagai "serum hepatitis" dan telah menjadi epidemik pada sebagian asia dan afrika. Hepatitis B telah menjadi endemik di tiongkok dan berbagai negara asia. penyakit hati, pada usia dewasa, sebagian besar merupakan akibat dari infeksi hepatitis B pada usia awal kehidupan. Riwayat alam.iah akibat penyakit virus hepatitis B pada bayi berbeda dengan orang dewasa. Imunisasi 0 hari pada bayi bam lahir terbukti menurunkan prevalensi Hepatitis. Infeksi HBV akut akan berlanjut menjadi kronis sebesar 85%, sedangkan 20% akan berakhir dengan sirosis dan karsinoma hepatoseluler (kanker hati). Prevalensi carrier bervariasi mulai
dari
0,1-2% untuk. daerah dengan tingkat prevalensi
rendah, 3-5% untuk daerah dengan prevalensi sedang, 10-20% untuk daemh dengan tingkat prevalensi tinggi {Lok and Chan, 2000). Indonesia termasuk negara dengan tingkat prevalensi sedang sampai tinggi. Telah dilaporkan bahwa rerata carrier dari . pendonor darah di Indonesia berkisar 2,1-9,5%, di Provinsi Papua sebesar 10,5% (Lusida,
MI,
et al., 2008).
Penelitian juga melaporkan bahwa genotip VHB di Makassar, Sulawesi Selatan lebih dominan HBV/B dan HBV/C, meskipun HBV/D juga ditemukan meskipunjarang {Utama et a/., 2009) Strain VHB yang menginfeksi manusia menunjukkan perbedaan secara genetik, diklasifikasikan menjadi 10 genotipe (A sampai J), berdasarkan homologi 96% pada gen S {Okamoto et al, 1988). VHB juga diklasifikasikan menjadi 9 subtipe
(adw2,
adw4, aywl,
ayw2, ayw3, ayw4, adrq+, adrq-, ayr). Indonesia terbagi menjadi 4 zona subtipe HBV secara geografis, yaitu : zona adw yang meliputi Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Ternate, Morotai, Kalimantan selatan; zona ayw yang .meliputi Nusa Tenggara Timur;
zona
campuran yang
meliputi Kalimantan, Sulawesi, Sumbawa dan zona adr yang meliputi wilayah Papua yang •
sangat khas karena didominasi oleh subtype adr (Mulyanto et al, 1997).
11.3
Transmisi Virus Hepatitis B (VHB)
Tiga modus transmisi hepatitis B adalah melalui darah, hubungan seksual dan secara vertical dari ibu kepada bayinya selama periode perinatal (Levinson and Jawetz, 2003). Konsentrasi tertinggi virus hepatitis B berada di darah, sementara itu konsentrasi sedang berada di semen, cairan vagina dan saliva (CDC, 2003). 7
"Studi ana/isis mole/euler genotipe dcm subhpe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pascaprogram imunisasi anak di Sorong, lndonesia"
Penuiaran lnfeics1 v!rus hepatitis B me1a1ui berbagai cara yaitu : a. Parenteral : dimana terjadi penembusan kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
j anun atau benda yang suclah tercemar virus hepatitis B dan pembuatan tattoo b. Non Parenteral
:
karena persentuhan yang erat dengan benda yang tercemar virus
hepatitis B. Secara epidemiologik penularan infeksi virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu: a
Penularan vertikal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari ibu yang HBsAg positif kepada- anak yang dilahirkan . yang terjadi selama masa perinatal. Resiko terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 % dan bervariasi antar negara satu dan lain berkaitan dengim kelompok etnik.
b. Penularan horizontal; yaitu penularan infeksi virus hepatitis B dari seorang pengidap virus hepatitis B kepada orang lain rlisekitarnya, misalnya: melalui hubungan seksual.
ll.4
Patologi Hepatitis B
Pada manusia hati merupakan target organ bagi virus hepatitis B. Virus Hepatitis B (VHB) mula-mula melekat pada reseptor spesi:fik dimembran sel hepar kemudian mengalami penetrasi ke dalam sitoplasma sel hepar. Dalam sitoplasma VHB melepaskan mantelnya, sehingga melepaskan nukleokapsid. Selanjutnya nukleokapsid akan menembus dinding sel
hati. Di dalam inti
asam
nukleat VHB akan keluar dari nukleokapsid dan akan menempel
pada DNA hospes dan berintegrasi; pada DNA tersebut. Selanjutnya DNA VHB memerintahkan
sel
hati untuk membentuk protein bagi virus baru dan kemudian terjadi
pembentukan virus baru. Virus ini dilepaskan ke peredaran darah, mekanisme terjadinya kerusakan hati yang kronik disebabkan karena respon imunologik penderita terhad.ap infeksi. Apabila reaksi imunologik tidak ada atau minimal maka terjadi keadaan karier sehat.
Gambaran patologis hepatitis akut tipe A, B dan Non A dan Non B adalah sama yaitu adanya peradangan akut diseluruh bagian hati dengan nekrosis sel hati disertai infiltrasi sel-sel hati dengan histiosit. Bila nekrosis meluas (masif) terjadi hepatitis akut fulmi�an. Bila penyakit menjadi kronik dengan peradangan dan fibrosis meluas didaerah portal dan batas antara lobulus masih utuh, maka akan terjadi hepatitis kronik persisten. Seqangkan hila daerah portal melebar, tidak teratur dengan nekrosis diantara daerah portal yang berdekatan dan pembentukan septa fibrosis yang meluas maka terjadi hepatitis kronik aktif.
8
"Studi analisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pascaprogram imuni sasi anak di Sorong, Indonesia"
ll.S. Program Vaksinasi Hepatitis B pada anak-anak . Vaksin yang aman dan efektif mencegah hepatitis B telah tersedia sejak tahun 1982. Pengenalan program
imunisasi anak-anak di banyak negara secara
dramatis telah
menurunkan angka karier HBV dan secara signifikan menurunkan kejadian Karsinoma Hepatosellular (Hou J, 2005).
Indonesia telah menerapkan program nasional vaksiflasi hepatitis B pada bayi baru lahir sejak tahun 1997, dan angka cakupan (tiga dosis lengkap pemberian vaksin Hepatitis B) tahun 2007 diperkirakan oleh WHO/UNICEF mencapai rata-rata 78 % (WHO, 2009). Namun suatu studi pada anak sekolah yang dilakukan pasca program imunisasi di Lamongan Jawa Timur menunjukan angka prevalensi antiHBs masih rendah sekitar 23.7%. (Utsumi et al, 2010).
Program vaksinasi Hepatitis B yang diberlakukan secara universal memungkinkan
i. yakni beberapa jenis mutasi virus yang terhindar dari munculnya vaccine escape mutmts, sistem neutralisasi dari antibodi yang terbentuk oleh vaksin. Hal ini mengakibatkan Vaccine
escape mutQnt memiliki resiko infeksi di masyarakat karena vaksin HBV dan HBIG yang tersedia tidak efektif dalam upaya pencegahannya (Yamamoto et al, 1994).
Secara molekuler Vaccine escape mutant HBV menunjukkan mutasi pada region gen S (surface) yang mengkode determinan "a" HBsAg yang terletak pada posisi asam amino 99 sampai 168. Menurut Ogura et al, mutasi pada determinan
a·
yang di induksi dengan
pemberian imunisasi aktif dan atau pasif lebih banyak ditemukan dalam
asam
amino 139
sampai 147 (Ogura et al, 1999). Fenomena ini diperkuat adanya fakta bahwa mutasi regio gen S selain dapat terdeteksi pada anak·anak yang telah divaksinasi, juga pada resipien transplantasi liver yang di
9
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant
Yirus Hepatitis Bpasco program imunisasi anak di Sorong, Indonesia "
·BAB III. MEiOfiE PENELiiiAN
m.t. Jenis dan rancangan penelitian
Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode observasional deskriptif
ill.2. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi Penelitian Populasi studi adalah anak-anak usia 1-5 tahwt di Kota Sorong, Papua Barat.
Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah anak-anak usia l-5 tahun di Kota Sorong, Papua Barat yang telah mendapatkan program imwtisasi Hepatitis B. Waktu pengambilan sampel selama l bulan. Besar sampel (Lemeshow et al,
1997):
Rumus n = Z\-il.f2(0.25)/d2 Z = 2.576 a = 0.0 1,
interval kepercayaan 99%
d = O.lO maka besar sampel = n = 165,89 dibulatkan menjadi n = 166 anak Kriteria Sampel Penelitian �;teria inklusi sampel adalah anggota populasi studi yang telah mendapatkan program imunisasi Hepatitis B. Kriteria eksklusi sampel adalah anggota populasi studi yang tidak bersedia mengikuti penelitian, tanpa persetujuan orangtua.
ill.3. Variabel Penelitian Variabel penelitian meliputi : Status HBsAg, Anti HBs, Anti HBc, Genotipe dan Subtipe HBV serta
Vaccine Escape Mutant HBV.
10
t l'l'J7?L
1JI tI! !
.
.
..
"Studi ana/isis molekuler genotlpe dan subtipe serta vaccine escape mutant Jlirus Hepatitis B pasca program mtm i sasi i anak di Sorong, Indonesia"
fiefinlsl operaslonai HBsAg : antigen pada pennukaan HBV, dideteksi menggunakan metode ELJSA. HBsAg
•
positif apabila nilai absorbans lebih tinggi dari nilai cut off (sesuai protokol Kit Diagnostik)
antibodi terhadap antigen pennukaan HBV, dideteksi menggunakan metode ELISA. Anti HBs positif apabila nilai absorbans lebih tinggi dari nilai cut off (sesuai protokol
Anti HBs
•
:
Kit Diagnostik). Titer anti HBs ditentukan sesuai nilai titer pada pembacaan basil ELISA. Anti HBc : antibodi terhadap antigen inti HBV, dideteksi menggunakan metode ELISA. Anti
•
HBc positif apabila nilai absorbans lebih rendah dari nilai cut off (sesuai protokol Kit Diagnostik) Genotipe HBV : Tipe genome HBV didasarkan holomogi sebesar minimal
•
96% pada region S,
dideteksi dengan metode DNA sequencing. Subtipe HBV : Tipe antigen permukaan HBV didasarkan pada urutan
•
asam
amino tertentu
padaHBsAg. •
Vaccine escape mutant HBV : Jenis. HBV yang memiliki mutasi pada gen region S sehingga mampu menghirtdar dari antibodi, dideteksi pada orang derigan menggunakan metode analisa susunan
asam
.
anti HBs yang positif
amino permukaan HBV sesuai basil PCR dan
DNA sequencing.
ill.4. Prosedur Penelitian
Kegiatan penelitian secara keseluruhan dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap pengumpulan sampel dan data subjek, pemeriksaan serologi, dan pemeriksaan rnolekuler.
A. Tahap pengumpulan sampel 1 . Mcngumpulkan 3-5 ml darah dari anak.-anak usia 1.:5 tahun sejurnlah total 166 sampel
dari beberapa wilayah puskesmas di Kota Sorong, selanjutnya diproses menjadi serum. 2. Mengumpulkan informasi mengenai data status imunisasi Hepatitis B tiap anak
(waktu
vaksin, nama vaksin, ternpat pemberian vaksin)
3.
Semua serum disimpan dalam suhu -20oC sampai 'ditranport ke Institute of Tropical Disease (lTD) Unair Surabaya, kemudian disimpan dalam suhu -80°C.
11
"Studi ana/isis moleku/er genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpasco program imunisasi anak di &rong, Jndonesia"
B. Tahap pemeriksaan serologi B. I . Pemeriksaan HBsAg Pemeriksaan HBsAg dilakukan dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme Linked Immnunosorbant Assay) pada seluruh sampel yang terkumpul. J'ujuan pemeriksaan HBsAg untuk mengetahui prevalensi infeksi Hepatitis B pada subjek penelitian. Bahan pemeriksaan HBsAg : 1.
Sampel serum
2.
Blue tip dan yellow tip
3.
Kit diagnostic HEPALISA HBsAg yang berisi : Microplate anti HBs coated Cairan reagen peroxiadase Cairan Control negative Cairan Control positif Cairan Washing buffer Cairan TMB substrat A Cairan TMB substrat B Cairan Stop solution
Prosedur pemeriksaan HBsAg : l. Mengeluarkan sampel serum dari · freezer -80 c dan kit diagnostic Hepalisa HBsAg dari k:ulkas ke suhu ruang. 2. Menunggu sampel serum mencair selama sekitar 30-40 menit, menyiapkan kertas nomer sampel sesuai microplate HBsAg 3.
Setelah serum mencair, maka tabung sampel divortex lalu dispindown. Selanjutnya tabung ditata diatas rak sampel.
4. Membuka microplate kit HBsAg 5.
Mt:nam��an 3 kontrol negative dan 2 kontrol positif @50�1. menambahk.an sampel serum @50�1 ke tiap well sesuai nomer kode pada kertas sampel
6. Menambahkan reagen peroksidase @50�1 ke tiap well 7. Tapping microplate perlahan, lalu menutup dengan plastic adhesive slip secara rapat 8. menginkubasi microplate pada incubator suhu 37 c selama 80 menit (inkubasi I)
12
·
"Siudi ana/isis mofekuler genotipe dan subtipe ser/a vaccine escape mutant Virns Hepatiti s Bpascaprogram imunisasi anakdi Sorong, Indonesia "
9. Menyiapkan cairan wahing dengan mencampur washing buffer dan ultrapure water,
pengenceran 20x sehingga diperoleh total 500 ml larutan washing. 10. Menyiapkan setting alat automatic washing machine dengan siklus 6 kali, cairan washing 350�1 tiap well dan waktu hisap 20 detik.
I I . Setelah inkubasi I selesai, membuka adhesive slip dari microplate HBsAg lalu diletakkan pada alat automatic washing machine untuk prosedur washing. 12. Setelah washing selesai, microplate dihentakkan ke busa dengan posisi well menghadap bawah untuk mengeringkan hila ada sisa cairan 13. Menambahkan reagen substrat 1MB A @50J.!l tiap well 14. Menambahkan reagen substrat 1MB B @50J.!l tiap well 15. Memutar microplate perlahan untuk mencampur reagen 16. Menutup microplate dengan black cover lalu menginkubasi pada suhu ruang selama 30 menit (inkubasi IT) 17. Setelah inkubasi II, membuka black cover dan menambahkan cairan stop solution @ 1 OOJ.!l tiap well. 18. Melet_akkan microplate pada Elisa reader 450 nm untuk pembacaan absorbance 19. Melakukan perhitungan cut offHBsAg dan analisa basil tiap sampel
B.2. Pemeriksaan Anti HBs Pemeriksaan anti HBs dilakukan dengan menggunakan metode ELISA (Enzyme Linked Immnunosorbant Assay) pada seluruh sampel yang terkumpul. Tujuan pemeriksaan anti HBs untuk mengetahui status imunitas Hepatitis B anti-HBs pada subjek penelitian. Bahan pemeriksaan Anti HBs : l . Sampel serum 2. Blue tip dan yellow tip 3. Kit diagnostic ·HEPALISA anti HBs yang berisi : -
Microplate HBsAg coated Cairan reagen peroxiadase Cairan 'Control negative
-
Cairan Control positif Cairan Washing buffer
13
"Studi QJUJ/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant i sasi i anak d; Sorong, Indonesia" Virus Hepatitis Bpascaprogram mun
Cairan TMB substratA Cairan TMB substrat B Cairan Stop solution Prosedur pemeriksaan Anti HBs
:
1. Mengeluarkan sampel serum dari freezer -80 c dan kit diagnostic Hepalisa Anti HBs dari kulkas ke suhu ruang. 2. Menunggu sampel serum mencair selaina sekitar 30-40 menit, menyiapkan kertas nomer sampel sesuai microplate Anti HBs 3. Setelah serum mencair, maka tabung sampel divortex lalu dispindown. Selanjutnya tabung ditata diatas rak sampel. 4. Membuka microplate kit Anti HBs 5. Menambahkan 3 kontrol negative, 2 kontrol positif dan 6 standar @50J.1l, menambahkan sampel serum @50J.1l ke tiap well sesuai nomer kode pada kertas sampel 6. Menambah.kan reagen peroksidase @50J.tl ke tiap well 7. Tapping m!croplate perlahan, lalu menutup dengan plastic adhesive slip secara rapat 8. me!lginkubasi microplate pada incubator suhu 37 c selama 60 menit (inkubasi 1)
9. Menyiapkan cairan wahing dengan mencampur washing buffer dan ultrapure water; pengenceran 20x sehingga diperoleh total 500 ml larutan washing. 10. Menyiapkan setting alat automatic washing machine dengan siklus 6 kali, cairan washing 350J.1l tiap well dan waktu hisap 10 detik.
11. Setelah inkubasi I selesai, membuka adhesive slip dari microplate HBsAg lalu diletakkan pada alat automatic washing machine untuk prosedur washing. 12. Setelah washing selesai, microplate dihentakkan ke busa dengan posisi we11 menghadap bawah untuk mengeringkan bila ada sisa cairan 13. Menambahkan reagen substrat TMB A @50J.tl tiap well 14. Menambahkan reagen substrat TMB B @50j.!l tiap well 15. Memutar micr�plate perlahan untuk mencampur reagen 16. Menutup microplate dengan black cover lalu menginkubasi pada suhu ruang selama 30 menit (inkubasi
II)
17. Setelah inkubasi II, membuka black cover dan menambahkan cairan stop solution @1OOj.!l tiap well.
14
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pascaprogram munisasi i anak di Sorong. Indonesia"
t 8. Meletakkan microplate pada :Elisa reader 450 run untuk pembacaan absorbance 19. Melak:ukan perhitungan cut off anti HBs dan analisa hasiJ tiap sampel
B.3. Pemeriksaan Anti HBc Pemeriksaan anti HBc dilakukan dengan menggunakan metode ELISA . (Enzyme Linked Immnunosorbant Assay) pada ·seluruh sampel yang terkumpul. Tujuan pemeriksaan anti HBc untuk mengetahui status imunitas Hepatitis B anti HBc pada subjek penelitian. Bahan pemeriksaan Anti HBc : 1 . Sampel serum
2. Blue tip dan yellow tip 3. Kit diagnostic HEPALISA Anti HBc yang berisi : Microplate HBcAg coated Cairan reagen peroxiadase Cairan·control negative Cairan Control positif Cairan Washing buffer Cairan TMB substrat A Cairan TMB substrat B Cairan Stop solution Prosedur pemeriksaan Anti HBc : 1 . Mengeluarkan sampel serum dari freezer -80 c dan kit diagnostic Hepalisa Anti HBc dari kulkas ke suhu ruang.
2. Menunggu sampel serum mencair selama sekitar 30-40 menit, menyiapkan kertas nomer sampel sesuai microplate Anti HBc . 3. Setelah
serum
mencair, maka tabung sampel divortex lalu dispindown. Selanjutnya
tabung ditata diatas rak sampel.
4. Membuka microplate kit Anti HBc 5. Menambahkan 3 kontrol negative dan 2 kontrol positif @50�1, menambahkan sampel serum @50�1 ke tiap well sesuai nomer kode pada kertas sampel 6. Menamb�an reagen peroksidase @50�1 ke tiap well 7. Tapping microplate perlahan, lalu menutup dengan plastic adhesive slip secara rapat 15
'' �·
"Studi analisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpascaprogram munisasi i anak di Sorong, Indonesia"
8. menginkuba5i microplate pada incubator suhu 31 c sefama 60 menlt (inkubasi l) 9. Menyiapkan cairan wah:ing dengan mencampur washing buffer dan ultrapure water, pengenceran 20x sehingga diperoleh total 500 ml larutan washing. 10. Menyiapkan setting alat automatic washing machine dengan siklus 6 kali, cairan washing 350�1 tiap well dan waktu hisap 20 detik. 1 1 . Setelah inkubasi I selesai, membuka adhesive slip dari microplate Anti HBc lalu diletakkan pada alat automatic washing machine untuk prosedur washing. 12. Setelah washing selesai, microplate dihentakkan ke busa dengan posisi well menghadap bawah untuk mengeringkan hila ada sisa cairan 13. Menambahkan reagen substrat TMB A @50Jll tiap well 14. Menambahkan reagen substrat TMB B @50�11 tiap well 15. Memutar mi�plate perlahan untuk: mencampur reagen 16. Menutup microplate dengan black cover lalu menginkubasi pada suhu ruang selama 30 menit (inkubasi II) 17. Setelah inkubasi IT, membuka black· . cover dan menambahkan cairan stop solution @ lOOjil tiap well. 18. Meletakkan microplate pada Elisa reader 450 nm untuk pembacaan absorbance 19. Melakukan perhitungan cut offAnti HBc dan analisa basil tiap sampel c.
Tahap Pemeriksaan molekuler
C. I . Ekstraksi DNA Bahan : Sampel serum @200 Jll -
Kit ekstraksi DNA Qiagen, yang terdiri dari protease, buffer AL, buffer AW 1, buffer AW2, buffer AE, tabung spin column (Qiagen mini spin) Ethanol 1 00%
�
Yellow tip, blue tip
Prosedur : a
Menyiapkan tabung microsentrifus 1.5 ml dengan kode nomer sesuai sampel
b. Pipet reagen protease @20 J.d kedalam masing-masing tabung microsentrifus c. Menambahkan serum sampel @200 Jll ke tabung mictosentrifus, lalu mencampur dengan vortex selama masing-masing 15 detik 16
q
"Studi ana/s i is mo/ekuler genqtipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Vfrus.HepatitisB pasca program imunisosi anak di Sorong, Indonesia"
d. Menginkubasi pada suhu 56 c sefama 10 menit
e. spindown tabung microsentrifus untuk menurunkan cairan ke dasar tabung
f.
Menambahkan cairan ethanol I 00% @200 Jll ke tiap tabung, mencampur dengan cara vortex 15 detik dan spin down
g. Memindahkan seluruh cairan tabung microsentrifus ke tabung Qiamp mini spin sekitar @620 JlL sentrifus 8000 rpm selama l menit. Selanjutnya memindahkan tabung Qiamp mini spin bagian atas ke tabung collection yang baru. h. Menambahkan cairan buffer AWl @500 J.1l ke tiap tabung Qiamp mini spin. Sentrifus 8000 rpm selama I menit. Selanjutnya memindahkan tabung Qiamp mini
·
spin bagian atas ke tabung collection yang baru. 1.
Menambahkan cairan buffer AW2 @500 J.1l ke tiap tabung Qiamp mini spin. Sentrifus 14000 rpm selama 3 menit. Selanjutnya memindahkan tabung Qiamp mini spin bagian atas ke tabung collection yang barn.
j.
Sentrifus ulang 14000 selama 1 menit
k. memindahkan tabung Qiamp mini spir. bagian atas ke tabung microsentifus 1.5 ml sesuai nomer kode, menambahkan buffer AE @100 JlL menginkubasi pada suhu ruang 15-25 c selama 2 menit, selanjutnya sentrifus 8000 rpm I menit.
I.
Membuang tabung Qiamp mini spin bagian atas dan menutup tabung microsentrifus yang telah berisi cairan ekstraksi DNA. Menyimpan pada suhu -20 c.
st) C.2. Polimerase Chain Reaction (PCR I l . Tahap PCR l st dengan primer P7 - P8 Bahan : Primer P7 (5'-GTGGTGGACTTCTCTCAATTTTC-3') dan P8 (5' CGCTAWlAICJAAAGGGACTCA M£Af(;J GAT�3') konsentrasi 10 pmoV Jll 10 x buffer -
dNTP
-
MgS04
-
Hifi Taq polymerase dH20 DNA ekatraksi sampel
17
"Studi ana/isis mo/eku/er genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pasca program imunlsasi anakdi Sorong, Indonesia"
Prosedur PC:R 1st : a. Membuat campuran reagen PCR 1st sesuai jumlah tabung dengan rincian :
�
10 x buffer
: @ 2.5 J.ll
dNTP
: @ 2 !ll
MgS04
: @ 1.5 J.ll
-
Hifi Taqpolimerase: @ 0.25 J.ll
-
Primer P7
: @ 0.5 J!l
-
Primer P8
:@ 0.5 J.ll
-
d l-120
: @ 7.75 J.ll
b. Menambahkan ekstraksi DNA sampel @ 5 J.ll dan control positif , control negative sesuai kode nomer pada tabung PCR c. Melakukan setting pada alat thennocycler (PCR machine), sebagai berilcut : �
�
�
Predenaturasi
: 94 c selama 4 menit
Denaturasi
: 94 c selama 45 detik (40 siklus)
Annealing
: 53 c selama 45 detik (40 siklus)
Ekstensi
: 72 c selama 1 menit (40 sik.lus)
- · Ekstensi fmal
: 72 c selama 5 menit
d. Meletakkan tabung PCR pada well di alat PCR machine e. Running PCR
C.3. Polimerase Chain Reaction (PCR 2"d) Melakukan pemeriksaan PCR 2nd terhadap sampel basil PCR 1st yang negative. Bahan PCR 2nd : -
Primer HBS 1 (5' - CAAGGTATGTTG CCCGTTTG-3 ') dan primer HBS2 (5 ' . AAAGCCCTGCGAACCACTGA-3 ') dengan kol)sentiasi 10 pmoll Jll 10 x buffer
-
dNTP
-
MgS04
-
Hifi Taq polymerase
-
dl-120
-
PCR product 1s
t 1&
jlf �
"Studi anafisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis B pasca program mtmisasi i anak di Sorong, Indonesia "
Prosedur PCR 2nd : a.
Membuat campuran reagen PCR 1st sesuai jumlah tabung dengan rlndan : 10 x buffer
: @ 2.5 �I
dNTP
: @ 2 ��
MgS04
: @ 1.5 �I
Hifi Taqpolimerase: @ 0.25 �� Primer HBS I
: @ 0.5 �I
Primer HBS2
:@ 0.5 ��
d H20
: @ 7.75 !J l
b. Menambahkan PCR product 1st sampel @ 5 �� dan control positif, control negative sesuai kode nomer pada tabung PCR c. Melakukan setting pada alat thennocycler (PCR machine), sebagai berikut : Predenaturasi
: 94 c selama 4 menit
Denaturasi
: 94 c setama 45 detik (40 siklus)
Annealing
: 53 c sel�-na 45 detik (40 siklus)
E}<stensi
: 72 c selama l menit (40 siklus)
Ekstensi final
: 72 c selama 5 menit
d. Meletakkan tabung PCR pada well di alat PCR machine e.
Running PCR
CA. Gel Elektroforesis (ELP) Bila PCR selesai dilanjutkan dcngan deteksi PCR product dengan menggunakan metode gel elektroforesis (ELP). Berikut bahan dan prosedur ELP yang dilakuk:an : Bahan ELP : -
PCR product
6x DNA loading dye 100 b DNA ladder (marker) Paraflem Gel agarose Prosedur ELP : a. Meletakkan gel agarose pada alat ELP 19
"Studi ana/isi s molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant
Virus Hepatitis Bpascoprogram imunsasi i anakdi Sorong. Indonesia"
b. Memotong paraftlem secukupnya
c. Menambahkan DNA loading dye @1.5 �I sebanyak sampel dan control yang akan diperiksa pada kertas parafilm d. Dengan hati hati mencampurkan PCR product sampel @ 7 �I pada DNA loading dye di atas kertas parafilm dengan tehnik pipeting. Lalu memasukkan larutan yang telah dicampur tadi pada well agarose sesuai kode nomer sampel. Lakukan prosedur serupa pada PCR product control positif dan negative. e. Menambahkan 100 bp DNA ladder (marker) l O J.ll pada salah satu well agarose sebagai penanda f. Menyalakan alat ELP pada tegangan 100 V selama 40-45 menit g. Setelah selesai, matikan alat ELP. Mengambil gel agarose dengan hati-hati, lalu dibaca dengan alat UV transiluminator. C.5. Purifikasi dan Sequencing DNA VHB Tahapan purifikasi dan sekuencing meliputi : 1 . Puriflkasi DNA 2. Labelling DNA 3. Presipitasi DNA 4. Sekuencing DNA : menggunakan mesin ABI Prism 310 Genetic Analyzer (Applied Biosystems) C.6 Analisis basil pemeriksaan molekuler •
Genotipe HBV ditentukan berdasarkan homologi gen S lebih dari 96 % dan phylogenetic tree dari region S dengan strain reference HBV berbagai Genotipe (dati DNA Data Bank of JapaniEuropean Molecular Biology Laboratory/Gen Bank Database). (Magnius and Norder, 1995; Arauz Ruiz et al (1997). Analisis dilakukan dengan menggunakan software Genetyx 9.
- Urutan basa nukleotida dari gen S ditranslasikan menjadi asam amino dan dibandingkan
dengan strain HBV reference dari GenBarik untuk menentukan subtipe HBV (Okamoto et al, Norder et al 1988, Kramvis et al 2005) dan keberadaan Vaccine Escape Mutant (Kreutz et al, 2002; Weber et al, 2005). 20
:.;: .
"Studi ana/isis mole/euler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpascoprogram ilmmsasi i anak di Sorong, lndoneskl"
BAD IV. BASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
IV.l.
Sampel penelitian
Penomeran sampel menggunakan kode PB OOl sampai dengan PB 1 86, namun ada catamn yaitu sejumlah 4 nomer tanpa sampel karena subjek menolak ikut penelitian dan 16 sampel dengan volume serum kurang dari 200 J.ll sehingga ti� memenuhi syarat. Total keseluruhan sampel yang memenuhi kriteria dan dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan se�anyak 166 sampeL Karakteristik subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia : Tabel 4.1. Karakteristik subjek berdasar jenis kelamin jenls kelamln lakl lakl
Jumlah 88
53.0
perempuan
78
47.0
Total
166
100.0
Prosentase
Berdasarkan usianya, maka subjek penelitian denganjenis kelamin laki-laki sebanyak 88 anak (53.0%) dan perempuan sebanyak 78 anak (47.0%), tabel 4.1. Tabel 4.2. Kara.kteristik subjek berdasar usia usia
(tahun)
1
Total
Jumlah
34
Prosentase 20.5
2
41
24.7
3
29
17.5
4
39
23.5
5
23
13.9
166
100.0
Pada tabel 4.2 diketahui persebaran besar subjek penelitian berdasar usia darijumlah yang terbanyak sampai yang paling sedikt yakni usia 2 tahun (24.7%), usia 4 tahun (23.5%), usia 1 tahun (20.5%), usia 3 tahun (17.5%) dan usia 5 tahun (13.9%).
21
�-
"Studi anoli.sis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Yirus Hepatitis B pascoprogram lmllllisasianak di Sorong. Indonesia"
Sedangkan secara menyeluruh karakteristik persebaran subjek berdasar jenfs kelamin dan usia dapat diamati pada tabel 4.3 Tabel 4.3. Karakteristik subjek berdasar jenis kelamin dan usia Usia (tahun}
jenis kelamin
laki laki 20
perempuan 14
Total
24
17
41
14
15
29
4
19
20
39
5
11
12
23
88
78
166
1
2 3
Total
34
Tabel 4.4. Karakteristik subjek berdasar etnis atau asal daerah asal daerah
Jumlah 106
prosentase 63.9
Maluku
32
19.3
Sulawesi
22
13.2
Jawa
4
2.4
Sumatra
2
1.2
166
100.0
Papua
Total
..
Berdasarkan karakteristik demografis1 maka subjek penelitian berasal dari beberapa daerah menurut asal ibu kandung dengan mayoritas masyarakat Papua sejumlah I 06 anak (63.�/o), selanjutnya dari luar papua yakni maluku 32 anak (18.8%), Sulawesi 22 anak (12.90/o) dan lainnya (tabel 4.4). IV.2 Data imunisasi Hepatjtis B subjek penelitian
Kebijakan Kemenkes RI mengenai
imunisasi hepatitis B yaitu diberikan 4 kali yakni
imunisasi
HB 0/ uniject pada bayi baru lahir 0-7 hari, lalu imunisasi DPT-HBI usia 3 bulan, DPT HB2 pada usia 4 bulan dan DPT HB3 usia 5 bulan.
22
"r
·.•j.
"Stucli ana/isis nk>lekuler genotipe dan subtlpe serta vaccine escape mutant VirusHepatitis Bposca program imunisasi anak di Sorong, Indonesia"
Pada penelitian ini, peneliti mengkategorikan status imunisasi HB lengkap hila mendapatkan seluruh imunisasi HB (4 kali pemberian), imunisasi HB dinyatakan tidak lengkap apahila hanya mendapatkan 1·3 kali, imunisasi tidak dapat/tidak ikut bita sama sekali tidak imunisasi HB serta tanpa data hila subjek tidak membawa kartu KMS atau keterangan hidan desa setempat.
Pada pelaksanaan pengambilan sampel, peneliti melakukan pencatatan data imunisasi secara personal tiap subjek penelitian berdasarkan Kartu Menuju Sehat (KMS) dan data bidan desa atau petugas puskesmas setempat.
Berikut rangkuman data imunisasi hepatitis B subjek penelitian
Tabel 4.5. Status keikutsertaan imunisasi HB subjek penelitian berdasarjadwal
imunisasi HB Kelltutsertaan
HB 0 (Q-7
hari)
DPT HBl
DPTHB3
DPT HB 2
prosentase
Jumlah
Prosentase
Jumlah
Prosentase
Jumlah
Prosentase
81
48.8
159
95.8
158
95.2
154
92.8
tidak ikut
79
47.6
1
0.6
2
1.2
a
3.6
tanpa data
6
3.6
6
3.6
6
3.6
6
3.6
.Total
166
100.0
166
100.0
166
100.0
166
100.0
lkut
.
jumlah
Keikutsertaan subjek penelitian pada program imunisasi dapat dilihat pada tabel l , yang secara rinci menunjukkan pemberian imunisasi HB. Pada jadwal HB 0, prosentase keikutsertaan atau subjek yang telah mendapatkan imunisasi HB 0 sebanyak 48.8%, yang mendapat DPT HB 1 meningkat menjadi sejumlah 95.8%, OPT HB 2 sejumlah 95.2% dan DPT HB 3 sebesar 92.8%.
Secara umum tingkat keikutsertaan subjek pada program imunisasi HB di atas 90%, kecuali pada program HB 0/uniject hanya 48.8% yang memperolehnya. Selain itu didapatkan 6 anak subjek penelitian yang tidak menyimpan data berupa kartu KMS, sehingga peneliti menggolongkan pada kelompok tanpa data.
Tabel diatas kami bagi menjadi empat kolom sesuai jadwal pemberiam imunisasi HB yang dilaksanakan menurut program, yakni HB 0, DPT HB l , DPTHB2 dan DPT HB3. 23
---
--
� -
. ....
"
.
"Studi ana/Isis molelcu/er gerlotlpe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpascaprogram munisa3i i anak di Sorong, Indonesia"
Tabel 4.6 Status imunisasi HB berdasar usia
Usia anak
(tahun)
status imunisasl HB tidak lengkap tanpa data
jumlah subjek
lengk:ap
Total
1
21
12
1
34
2
18
21
2
41
3
12
16
1
29
4
23
15
1
39
5
7
15
1
23
Total
81
79
6
166
Pada tabel 4.6, data menunjuk.kan bahwa subjek yang ntengikuti imunisasi HB lengkap total sejumlah 81 anak, dengan rincian usia 1 tahun 21 anak, 2 tahurt 18 anak, 3 talmo 12 anak, 4 tahun 23 anak dan 5 tahun 7 anak. Apabila .subjek tidak mengikuti minimal 1 kali dari total .4 kali jadwal imunisasi HB, maka subjek dikategori�n tidak lengkap mendapatkan imunisasi HB. Sedangkan subjek lain yang tidak menyimpan kartu KMS atau tidak. diketahui datanya dikategorikan sebagai kelompok tanpa data.
Total subjek yang pemah imunisasi HB lengkap dan imunisasi HB tidak lengkap berjumlah hampir sama yaitu masing�masing 81 anak. (48.8%) dan 79 anak (47.6%). IV.3. Pemeriksaa o Seroiogi laboratorium
IV.3.l. Pemeriksaan HBsAg
HasiJ pemeriksaan HBsAg dapat dilihat pada tabel 4.7, diketahui terdapat total 7 anak (4.2%) yang memiliki status HBsAg positif, sedangkan 159 anak yang lain HBsAg negative. Dan berdasarkan usia, diketahui persebaran status HBsAg positif pada subjek dengan usia I tahun sebanyak 1 anak, usia 2 tahun sebanyak 2 anak, usia 4 talmn sebayak. 2 anak. dan usia 5 tahun sebanyak 2 anak. 24
Ji!ifiPIIIY1 I
"Studi onali.sis mokkukr genotipe dan subtipe serta vqccine escape mutant VirusHepatitis Bpasca program mun_isasi i anak di Sorong. Indonesia "
Tabel 4.7 Status HBsAg berdasarkan usia Usia
status HBsAQ
(tahun)
Positif
1
1
negatif 33
Total 34
2
39
41
3 4
0
29
29
2
37
'39
5
2
21
23
7 (4.2 %)
159
166
2
Total
Tabel 4.8 Status HBsAg berdasarkan keikutsertaan program imunisasi HB status HBsAg
Status
Total
lmun_isasi H B
Positif
negatif
lengkap
4
n
tidak lengkap
2
n
79
8�
tanpa data
1
5
. 6 .
Total
7
159
166
Subjek dengan HBsAg positif ditinjau dari keikutsertaan imunisasi HB, terdiri dari 4 anak yang pemah mendapatkan imunisasi HB, 2 anak dengan imunisasi HB tidak lengkap dan I anak yang data imunisasinya tidak ada IV
.
3 2 Pemeriksaan Anti HBs .
.
Hasil pemeriksaan Anti HBs ditunjukkan pada tabel 4.8, basil anti HBs positifdidapatlan pada 102 analc (61.4%). Dengan rincianjumlah status anti HBs positifpada setiap kelompok usia
mulai dari 1-5 tahun. Tabel 4.9 Status imunitas anti HBs subjek berdasar usia Usia (tahun)
status Anti HBs
Total
Posltif 26 (76.5%)
Negative 8 (23.5%)
34 (100%)
2 3
32 (78.0%)
9 (22.0%}
41 (100%)
17 (58.6%)
12 (41.4%)
29 (100%)
4
19 (48.7%)
20 (51.3%)
39 (100%)
5
8 (34.8%)
15 (65.2%)
23 (100%)
1-5
102 (61.4 %)
64 (38.6%)
166 (100%)
1
25
& E
"Studt ana/isis moleku/er genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpascaprogram imuni sasi anak di Sorong, Indonesia"
fabel 4.1 0 Status anti Ims berdasar keikutsartaan program imunisasi ltB status Anti HBs
Status
Total
lmunisasi HB
positif
Neg
lengkap
50
31
81
tidak lengkap
49
30
79
tanpa data
3
3
6
Total
102
64
166
Berdasarkan keikutsertaan subjek pada program imunisasi HB (tabel 4.9), didapatkan data umlah subjek dengan status anti HBs positif pada kelompok imunisasi HB lengkap dan tidak lengkap masing-masing 50 dari 8lanak (61.7%) dan 49 dari 79 anak (62.0%). Status anti-HBs negative temyata didapatkan pada kedua kelompok baik dengan imunisasi HB lengkap maupun tidak lengkap denganjumlah masing-masing 31 dan 30 anak. .
.
Selanjutnya untuk mengetahui potensi imunitas anak terhadap hepatitis B, maka dilakukan pengukuran titer anti-HBs. Pad a gambar 4.1, �flk menunjukkan titer anti HBs rata rata beroasarkan kelompok usia anak, dimana pada usia 1 tahun sebesar 37.5 miU/ml, usia 2 tahun 42_.9 miU/ml, lalu usia 3, 4 dan 5 tahun mulai terjadi penurunan titer anti HBs rata-rata menja�i sekitar 20 �IU/ml.
-+-liter anti HBs
lth
2th
3th .
4th
5th
Usia Subjek .
. .. .. ,..._,___ _____________ _______________ ... . . . . .
Gambar 4.1 Grafik titer tata-rata anti-HBs berdasarkan usia pada anl!k-anak di Kota Sorong
26
· .
"Studi ana/isis molekuler genolfpe dan subtipe serta vaccine escape mutant Pirus Hepatitis B pascoprogram imunisasl anak di Sorong, Indonesia"
IV.3.3. Pemeriksaan Anti HBc Prevalensi subjek dengan anti HBc positifsejumlah 8 anak: (4.8%) dengan perincian usia ltahun
1 anak, 2 talmn 3 anak, 4 tahun I anak dan 5 tahun 3 anak. Status antilffic pada anak kurang dari 2 tahun dapat merupakan antibody yang berasal dari Ibu.
Tabel 4.l l Status anti HBc berdasar usia subjek Usia
status anti HBc
(tahtm) 1 2 3 4
5 Jumlah
Positif
Negatif
1
33 38 29 38 20 158
3
0 I 3 8
Total
34 41 29 39 23 166
Se!anjutnya pada tabel 4.1 1 , ketiga penanda hasil pemeriksaan serologis Hepatitis B (HBsAg, Anti HBs dan anti HBc) dapat digolongkan menjadi
5 kelompok sehingga memiliki
interpretasi terhadap basil serologis. Kelompok grup I merupakan grup dengan ketiga status serol,ogis negative sehingga masih dapat terinfeksi HBV sehingga membutuhkan imunisasi Hepatitis B. Sejumlah 59 anak (35.5%) temtasuk grup ini. Pada grup II merupakan kelompok yang memiliki antibodi terhadap hepatitis B core (anti-HBc) karena terpapar infeksi HBV secara aJarni, dengan jumlah 4 anak (2.4%). Sedangkan kelompok yang menunjukkan adanya penanda serologis anti-HBs saja yang positif ditunjukkan pada grup IlL Pada kelompok ini prosentase anak yang memiliki imunitas terhadap hepatitis B d i Kota Soror.g Papua Barat sejumlah 96 anak (57.8%). Grup IV merupakan kelompok yang terinfeksi hepatitis B akut dan kronik (dapat dibedakan dengan pemeriksaan IgM
anti HBc), dimana prosentase sebesar 4 anak (2.4%).
Selanjutnya kelompok V dengan anti HBc saja yang positif secara umum dikarenakan kasus infeksi hepatitis B lalu
(resolved infection) atau dapat merupakan infeksi kronis dengan level '
rendah.
27
t E L!E:
• .1"
±i iiif iiilllllil!lt.
.-.
"Studi ana/isis molekuler genati pe dan subtipe serta vaccine escape muJant J'irus Hepatitis Bpascoprogram imun/.sasi anakdi Sorong. Indonesia"
1'abel 4.12 Karakterlstik status serologis Hepatitis B anak di Kota Sorong Papua Barat
Grup
HBsAg
Anti HBc
I
�
�
Ill
-
IV
+
II
v
-
Anti HBs
-
+
+
-
+
+ +
-
Jumlah
59 4 96 4 0
(35.5%) (2.4%) (57.8%) (2.4%) (0%)
Imunitas terhadap Hepatitis 8 (anti HBs) yang didapatkan d� vak.sinasi, dibentuk 1-3 bulan setelah progr3m dan diharapkan titemya bertahan untuk jangka waktu 5-15 tahun. Pada penelitian n i i jumlah subjek usia 1-5 tahun dengan anti HBs saja yang positif sebesar 57.8%. Hal ini dapat dikarenakan tidak. terbentuknya antibody atau titer antibodi yang telah terbentuk mengalami penurunan sampai <10 miU/ml sehingga tidak terdeteksi. Salah satu indi.kator keberha.Silan imunisasi adalah angka prevalensi infeksi Hepatitis B kronis, hal ini diketahui dari status anti HBc dan HBsAg yang positif pada anak. Prevalensi di Kota Sorong sejumlah 2.4%.
IV.4. Pemeriksaan Molekuler DNA HBV
Berikut basil PCR I m dan PCR 2nd J,ositif dengan tehnik elektroforesis (Gambar 4.1 dan 4.2)
Keterangan gambar 4.1 Secara berurutan well
ELP dari kiri ke kanan : Marker, PC, NC, PB 009,
026. 040, 046, 053, 054, 077, 079, 092, 140, 155, 171, 184, Marker
Gambar 4.2 ELP Product PCR 1sr(541 bp)
28
.,
"Studi anolisi s molekuler genotipe don subtipe serta vaccine escape mutant
Virus Hepatitis Bpascoprogram imunisasi anakdiSarong. lntJonesia"
.
,•
Keterangan gambar 4.2
"Secara berurutan well ELP dari kiri ke kanan
NC1 PC1 marker1 PB 040. 046, 053. 054, 077, 079, 092, 140, 171
Tabe1 4.13. K.arakteristik dan basil pemeriksaan molekuler sampel dengan DNA HBV positif Kode
��:·.,·�·· ...
jenis . , ;·\. Q�l�i :;: :- �.$ ! 1l���·�i:·;� kelamiri - ·. : (�JllJi1)}) :' d "''.·fi·�·.'�;� i' "" ·,ji . ���
��t�:���::.�!.;���; <-� ·' ,anti HBs·:
.-.
··: A��f ti�:
. . c;;�no'tipe st.ibtipe •'
POSITIF
HBV/C
adrq-
Neg
HSV/8
adw2
Neg
POSITIF
HBV/C
adrq-
POSITIF .
Neg
Neg
HBV/C
adrq+
Lengkap
POSITIF
positif
Neg
HBV/B
adw1
Sulawesi
Lengkap
POSITJF
positlf
Neg
HBV/B
adw2
4
Sulawesi
Lengkap
neg
positif
Neg
HBV/8
adw2
laid laid
1
Sumatra
Lengkap
neg
positif
Neg
HBV/8
adw2
97
laki laki
1
Papua
Lengkap
neg
posltif
Neg
HBV/8
adw2
98
l aki laki
2
Papua
lengkap
neg
posltif
Neg
HBV/B
adw2
100
Perempuan
3
Maluku
tidak lengkap
neg
positif
Neg
HBV/B
adw1
101
Perempuan
1
Maiuku
lengkap
neg
posltl(
Nq
HBV/8
adw2
118
laki lakl
1
Papua
tidak lengkap
neg
positif
Neg
HBV/C
adrq-
U1
Perempuan
1
Papua
tidak lengkap
neg
positif
Neg
HBV/G
adrq-
155
Perempuar.
2
Papua
tldak lengkap
POSITIF
Neg
POSITIF
HBV/C
adrq+
157
laki laki
3
Maluku
lengkap
neg
posltif
Neg
HBV/C
adrq+
162
Perempuan
4
Papua
Lengkap
neg
positlf
Neg
HBV/8
adw2
173
laki laki
4
Papua
Lengkap
neg
.positif
Neg
HBV/B
adw2
114
fakl fakl
2
Papua
lengkap
neg
positif
Neg
HBV/6
a'j'U'l
184
Perempuan
1
Papua
lengkap
POSITIF
Neg
POSITIF
H BV/8
adw2
..
9
laid laki
5
Papua
tidak ikut
13
laki lakl
3
Papoa
tidak lenglcap.
26
lakllakl
5
Papua
tidak lengkap
POSITIF
40
laki laki
4
Jawa
lengkap
53
laki.laki
2
Sulawesi
54
Perempuan
4
83
laki lakl
96
29
POSITIF neg
..
Neg posltif
i mole/euler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant "Studi ana/iss Virus Hepatits i Bpascoprogram imunisasi anak di Sorong, Indonesi a"
Dad hasH pemeriksaan molekuler (tabe1 4.12), telah dilakukan identi(tkasi sebanyak 20 sampel
dengan DNA HBV positif dengan distribusi HBV genotipe B sebanyak 13 sampel (65.0%) dan HBV genotipe C 7 sampel (35.00/o). Sedangkan ditribusi subtype HBV yang didasarkan pada asam
amino HBsAg diidentiftkasi HBV subtype adw, adt dan
ayw
rilasing-masing 12 sampel
(60:0%), 1 sampel adr (35.0%) dan I sampel (5.0%). Gambar 4.4 Multiple alignment asam amino HBV pada anak-anak di Kota Sorong 122 •
•
•
•
,J..
121
• • •
,.J,
•
134 •
•
•
•
•
.J,
140 •
•
•
•
•
,J..
145
•
•
•
•
,!.
•
152 •
•
•
•
•
,!.
•
158 160 •
•
• • •
,!. ,!. •
•
171
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
,!.
•
•
•
•
•
•
0"5656 ) Cadrq- TGPCKTCTI PAQGTSMFPSCCCTKPSDGNCTCI PIPSS;:I?.FVR"'L:·:E:·i_'-_SVRFS:-:LSLL:._ ? :0"'\f(; : : .. .. - .. . .. - . . . . . . .. . . . . . .. . .. .. .. .. . . . - . . ;.._ . . .. . . . . . - . . - .. .. - PB09 C adrq.- .. PB13 B adw2 T T "-.KY V PB26 C ad:i::'q� A A V PB40 C adrq+ PB53 B adw2 T T F AKY V T T '!' LAKY PB54 B adw2 .
.
.
•
•
.
•
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
, •
.
•
•
.
•
•
.
•
•
•
.
.
.
.
.
•
.
•
.
.
•
•
.
•
•
•
•
.
•
•
.
•
•
•
•
•
•
• •
•
•
•
•
•
.
•
.
.
.
.
.
.
•
•
.
•
•
.
•
•
•
•
•
•
•
•
.
•
•
.
•
•
.
.
•
.
.
•
.
.
•
.
•
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
•
.
.
•
•
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
•
•
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
•
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
•
•
.
•
.
•
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
•
•
.
.
•
.
.
•
.
•
•
.
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
.
T
•
.
•
•
.
•
.
.
T
•
.
.
.
.
•
•
•
.
.
•
.
.
•
.
•
•
•
•
•
.
.
•
•
•
T PB83 B adw2 · PB96 B adw2 , .T T PB97 B acht2 T PB98 B adw2 PBlOO B adw2 -• T · .· . , · PBlCl B adw2· T_ · PB118 C adrq- . : PBiii. C adrq.:. PB155 C adrq+ .' PB157 C adrq+ E'Bl62. B adw2· T T PB173 B adw2 R T PB17 4 B aywl T PB184 B . adw2 •
•
.
.
•
•
•
•
.
.
.
•
•
•
.
•
.
•
•
.
•
.
•
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
•
•
.
•
.
.
.
.
•
•
.
.
.
•
.
•
.
•
.
•
•
.
•
•
•
•
.
•
.
.
.
•
•
.
•
•
•
•
.
•
•
• •
•
•
.
•
•
•
.
•
•
.
.
.
.
•
•
.
•
.
•
.
.
.
•
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
.
•
.
.
.
•
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
.
•
•
•
.
.
.
•
•
•
•
•
.
_ _..
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
.
•
.
.
_
.
.
.
.
.
. .
•
.
AKY
•
.
•
.
.
•
.
•
P..KS
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
•
•
•
•
•
•
•
•
• •
•
•
•
•
•
•
•
.
A
.
•
.
.
.
.
•
.
•
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
. .
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
•
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T
•
.
.
.
.
.
.
•
•
•. .
•
•
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
•
I
•
.
• .
•
•
•
.
.
.
.
.
.
•
.
•
.
• •
•
.
•
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
•
.
.
.
•
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
T. T T
•
'l.KY
•
.
•
.
AKY
•
.
.
.
AKY
•
.
•
AKY
•
.
•
•
.
.
.
.
.
•
•
.
.
.
•
•
.
•
•
.
•
.
•
•
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
•
•
•
.
•
.
•
•
•
•
.
.
•
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
•
.
�
•
•
.
.
.
•
.
•
•
.
.
.
.
.
•
•
T T T
•
.
.
·
.
T. ·
.
.
A
.J,
.
•
.
•
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
•
•
.
.
•
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
•
•
•
.
.
.
.
.
.
.
•
•
•
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
.
•
•
.
.
.
•
.
•
.
V
.
.
•
•
_ .
•
•
•
.
•
.
•
.
•
•
V
•
.
•
•
.
.
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
V. . . . . V•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
•
.
•
•
•
•
.
.
.
.
•
•
•
•
•
•
•
V
•
•
.
.
.
•
•
.
•
.
•
•
.
.
.
.
.
•
.
.
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
•
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
·,; . . . . .
.
•
.
•
•
·,;
.
.
.
.
.
•
.
.
.
"> .: AK·:·
.
•
•
v. . . . .
.
•
.
•
•
•
.
•
.
.
:...
.
•
.
.
.
.
•
•
•
.
.
.
.
.
.
•
•
•
.
•
_:._KY
AI<'i P..KY
Keterangan : X75656 : urutan asam amino HBsAg (urutan 11B-1S3i
..J..
.
.
•
.
.
.
.
•
.
•
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
'! . . .. . .
.
.
•
.
.
.
.
.
•
.
•
.
.
.
.
L
.
.
.
.
.
.
.
.
.
•
.
.
.
•
.
.
.
•,
.
.
•.
•
.
.
·,· .
. • . . .
:.;
.
.
• . . .
strain HBV referensi
urutan asam amino penentu subtipe HBV : urutan asam amino HBV vaccine escape mutant
Gambar 4.4 merupakan multiple alignment asam amino urutan 1 1 8-183 yang ditranslasikan dari basil sekuens gen S DNA HBV positif. Strain X75656 merupakan strain referens dari genbank untuk membandingkan dengan s�in sampel. Dari basil analisa asam amino diketahui adanya 1 sampel .yakni PB 173 yang mengalami perubahan asam amino pada urutan 140 dari asam amino Tyrosin menjadi Isoleusin. Variasi Tl40I pada lokasi a determinant inijuga per_nah diidentifikasi di Ta�wan (Hsu et al, 2004) dan diduga berperan mengubah struktur antigen HBsAg. Sedangkan mutasi Gl45R yang merupakan variant umum vaccine escape mutant HBV, tidak ditemukan pada penelitian ini.
30
"Studi analisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpascaprogram imunisasi anakdi Sorong, Indonesia"
Pada penelitian ini kami juga menemukan variant mutasi l152T, dimana pada penelidan Byung Cheol Song et al tahun 2005 ditemukan juga pada pasien dengan sirrosis hepatis di Korea. Mutasi pada posisi asam amino 152 menrupakan salah satu mutasi diluar area a determinant (120-147). Pada posisi asam amino 126 didapatkan dua kelompok variasi yakni 1126 dan T 126. Pada HBV genotipe C, posisi 126 ditempati oleh
asam
amino Isoleusin, sedangkan asam amino Threonin
didapatkan pada semua HBV genotipe B. Secara umum, genotipe A, B dan D (adw dan ayw) mempunyai threonine pada aa 126, sedangkan genotipe C/adr diisi oleh
aa
isoleusin, dan hanya
10% yang memiliki threonine (Ohnuma et al, 1993).
31
'"
"Studi ana/isis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutanJ Virus Hepatitis Bpascaprogram imunisasl anak di Sorong, Indonesia "
BAB V. KESIMPULAN fiAN SARAN Y. 1 Kesimpulan 1 . Angka frekuensi infeksi Hepatitis B (DNA HBV positit) seli'esar 20 anak atau12.0% dengan frekuensi HBsAg positif dan DNA HBV positif sebesar 7 anak (4.2%), serta Occult Hepatitis B infection (HBsAg negative, DNA HBY . positit) sebesar 13 sampel atau 7.8%. 2. Pola distribusi genotipe HBY pada anak-anak di Kota Sorong yakni HBV genotipe B 1 3 sampel (65.00/o) dan HB V genotipe C sebanyak 7 sampel (35.0%). 3. Pola distribusi subtype HBV pada anak-anak di Kota Sorong yakni HBY subtype adw,
adr dan
ayw masing-masing 1 2 sampel (55.0%),
7 sampel
adr (35.0%)
dan 1 sampel
(5.0%). 1 sampel lain masi4 proses identifikasi. 4. Tidak ditemukan variasi HBV strain vaccine escape mutant G 145� namun diidentiftkasi adanya variasi HBV mutant strain T l401 yang berad·a pada lokasi a determinant HBsAg.
V.2. Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut pada ibu-ibu dari subjek dengan DNA HBV positif sehingga dapat dilakukan analisis molekuler transmisi HBY secara vertikal. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kesesuaian vaksin rekombinan Hepatitis B dibandingkan strain HBV pada populasi di Indonesia. 3. Mempertimbangkan faktor variasi mutasi strain HBV · khususnya yang didapatkan pada lokasi a determinant HBsAg dalam mengembangkan vaksin Hepatitis B.
32
=
"Studi ana/ isis molelculer genoti pe dan subtipe serta vaccine escape mutant Yirus Hepatitis Bpascoprogram imunisasi anak di Sorong, Indonesia "
UCAPAN TEiUMAKAsiH Atas terlaksananya penelitian Risbin lptekdok 2012 ini, kami selaku tim peneliti menyampaikan rasa syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa untuk segala rahmat dan kasih sayang yang dilimpahkan. Selanjutnya kami juga mengucapkan terimakasih kepada : • Badan Litbangkes Kementrian Kesehatan RI yang menyediakan pendanaan penelitian berupa program Risbin lptekdok 2012, • Rektor Universitas Airlangga, • Ketua LPPM Universitas Airlangga, • Ketua LPT Universitas Airlangga, • Komite Etik Universitas Airlangga, • Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, • :Ketua Oep�emen Mikrobiologi Kedokteran Universitas Airfangga, • DoSen-
33
"Studi analisis molekuler gen<>tipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpasco program imunsasi i anak diSarong, Indonesia "
fiAFfAR PUSTAKA Arauz Ruiz P, Norder H, Visona KA, Magnius LO.
1997. Molecular epidemiology of Hepatitis
B Virus in Central America reflected in genetic variability of. the small S gene. J lnfe<:t Dis 176:851-858. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. Laporan
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasiona/ 2007. Creati M , Saleh A , Ruff TA , Stewart T , Otto B , Sutanto A , Clements CJ , 2007 . Implementing the birth dose of hepatitis B vaccine in rural Indonesia . Vaccine 25: 5985 - 5993. Hou J , Liu Z , Gu F , 2005. Epidemiology and prevention of hepatitis B virus infection . Int J MedSci 2: 50 - 57.
Hsu HY, Chang MH, Ni YH, Chen Ill.. Survey of hepatitis B surface variant infection in children 15 years after a nationwide vaccination programme in Taiwan. Gut. 2004;53:1499-503. Juniastuti, Maria I . Lusida, Victor Eka Nugrahaputra, Mochamad Amin, Takako Utsumi, Yoshitake Hayashi, Hak Hotta Another Novel Subgenotype of Hepatitis B Virus Genotype C from Papuans of Highland Origin. Journal of Medical Virology (201 1).
83:225-234. Khan M, J.J. Dong, S.K. Acharya, Y. Dhagwardorj, Z. Abbas, W. Jafri, D.H. Mulyono, N. Tozun, and S.K. Sarin. 2004; Hepatology issues in Asia : perspective from regional leaders. J. Gastroentrol. Hepatol. 19:S419-S430. Kramvis A; Kew M, Francois G. 2005. Hepatitis B genotypes. Vaccine 23:2409-2423. Kreutz, C. Molecular, immunological and clinical properties of mutated hepatitis B viruses.
Cell Mol. Med, 2002, 6 (I), 113-143 Lee W_M , 1997 . Hepatitis B virus infection . N Eng/ J Med337:1733 - 1745. Lemeshow S, Hosmer DW Jr, Lwanga SK. 1997. Besar Sampel Dalam Penelitian Kesehatan. .
J
Gajah Mada University Press. Lusida M.l., V.E. Nugrahaputra, Soetjipto, R. Handayani, M. Naganofujii, M. Sasayarna, T. Utsumi, and H . Hotta 2008. Novel subgentypes of hepatitis B virus genotype C and D in Papua, Indonesia J. Clin. Microbiol. 46:2160:2166. Lusida M.I., et at. 2010. Hepatitis B Serologic And Genetic Profile Among School Children In South-East Sulawesi, Indonesia, In The Universal Vaccination Program For Infants Era In Indonesia. Presentasi ilmiah pada Asian - African Research Forum On Emerging And Reemerging Infections 2010. Hanoi, 1 1-12 November 2010. Magnius LO, Norder H. 1995. Subtype, genotype and molecular epidemiology of the hepatitis B virus as reflected by sequence variability of the S gene. Intervirology 38:24-34. Merican, I., R. Guan., Amarapuka, M.J. Alexander, A.Chutaputi, R.N. Chien, S.S. Hasnian, N. Leung, L. Lesmana, P.H. Phiet, H.M.Sjaifullah Noer, J.Sollano, H.S. Sun, and D.Z.Xu. 2000. Chronic hepatitis B virus infection in Asian countries. J. Gastroenterol Hepatol.
15:1356-1361.
Mulyanto, Tsuda F, Karossi AT, Soewignjo · s, Roestamsjah, Sumarsidi Wikanta, Kanai K, Mishiro S. 1997. Distribution of the hepatitis B virus in Indonesia : Implication for ethnic heterogenecity and infection control measures� Arch Virol l42:212l-2129.
34
"Studi analisis molekuler genotipe dan subtipe serta vaccine escape mutant Virus Hepatitis Bpasca program imunlsasi anak di Sorong, Indonesi a"
Mu SC , Lin YM , Jow GM , Chen SF , 2009. Occult hepatitis a virus infection in hepatitis B
vaccinated children in Taiwan. J Hepatol 50: 264 - 272 . Norder H, Courouce AM, Coursaget P, Echevaria JM, Lee SD, Mushahwar IK, Robertson BH, Locarnini S, Magnius LO. 2004. Genetic diversity of hepatitis B virus strains derived worldwide: Genotype,subgenotypes, HBsAg subtypes. Intervirology 47:289-309 Ogura, Y; Kurosaki, M; Asahina, Y; Enomoto, N; Maruno, F; Sato, C. Prevalence and significance of naturally occurring mutations in the surface and polymerase genes o f hepatitis B virus. J. Infect. Dis, 1999, 180 (5),1444-5 1 . Okamoto, H., F. Tsuda, H. Sakugawa, R.I.Satrosoewignjo, M.Imai, Y . Miyakawa, and M. Mayumi. 1988. Typing hepatitis B virus by homology in nucleotide sequence: comparison of surface antigen subtypes. J. Gen. Virol. 69:2575-2583. Utsumi T., Yano Y., Lusida M.I, Aritin M., Soetjipto, H. Hotta, and Hayashi Y. 2010. Serologic and Molecular Characteristics of Hepatitis B Virus among School Children in East Java, Indonesia. Weber, B. Genetic variability of the S gene of hepatitis B virus: clinical and diagnostic impact. J. Clin. Virol, 2005,32 (2), 102-12. World Health Organization , 2009 . Review of National Immunization Coverage 1980-2008. . Available at: http://www.who.int/immunization_monitoringldata/idn.pdf . Accessed August 6, 2009. Yamamoto, K., Horikita, M., Tsuda, F., Itoh, K., Akahane, Y� Yotsumoto, S., Okamoto, H.� Mikakawa, Y. & Mayumi, M. (1994). Naturally occurring escape mutants of hepatitis B virus with various mutations in the S gene in carriers seropositive for antibody to hepatitis B surface antigen. Journal of Virology 68 (4), 2671-2676. ·
·
35
]I
�·.• ' .
LAM P I RAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKA Kampus C Mulyorejo Surabaya 60115 Telp. (031) 5995246,
5995247, 5995248 Fax. (031) 5962066
Website : http://ippm.unair.ac.id - Email :
[email protected] •
• I
'
•
•
KOMISI ETIKA PENELITIAN . KETERANGAN KELAIKAN ETIK ·(ETHICAL CLEARANCE) Nomor : 1 - 1 35/H3.1 3/PPd/20 1 2 Panitia Kelaikan Etik Penelitian Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Airlangga, setelah mempelajari dan mengkaji secara seksama rancanga.n penelitian yang diusulkan, maka dengan ini menyatakan bahwa proposal yang berjudul : ··
"Studi Analisis Molekuter Genotipe dan Subtipe serta
Vaccine Escape Mutant Virus Hepatitis B Pasca Program linunisasi Anak ·
di Sorong, Indonesia "
Peneliti Utama
: dr. Priyo Budi Purwono
U nit/Lab. Tempat Penelitian
: Dinas Kesehatan Kota Sorong
DINYATAKAN LAIK ETIK
Surabaya,
3 Pebruari 2012
.
. .
:F
LJ
h
I! £1 S I
PEMEJWWAH KOTA SORONG ·
DINAS KESBHATAN
.
.
Jl Barung Kuraaa Recnll Utara
Tip. (0951) 3331� Fax. 333133
Sorong, 9 Desemher 2011
: o:;. /13 �
Nomor Lampiran
: Ijin Penelitian
Perihal Kepada Yth :
1 . Kepala Puskesmas Remu 2. Kepala -Puskesmas Malawei 3. Kepala Puskesmas Tanjung Kasuari 4. Kepala Puskesmas .Klasaman 5. Kepala Puskesmas Malanu Di Sorong
Menindaklanjuti Surat dari Keti.ta Lembaga Penyakit Tropis - Universitas Airlangga, Nomor :
775/H3.14/LIT/20 1 1
Tanggal, 14 November 201 1 , Perihal : Peiinohonan Ijin Pengambilan
Sarnpel untuk Penelitian Hepatitis B, pada prinsipnya tidak berkeberatan untuk melakulam penelitian di Wilayah Puskesmas , mak:a bersama ini disampaikan bahwa mohon diberikan ijin
kepada.: I No.
. •
Nama Peneliti
1.
dr.Rendra Bramanthi
2.
dr.
3.
Muh. Amin,S.Si
Priyo Budi Purwono
Asal Institusi
Dinas K�sehataJ:l Kota Sorong _
Institute OfTrofical Disease (lTD) Unair Institute OfTrofical Disease (liD) Unair
Dengan JuduJ Penelitian : '' Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta V�ine Escape Mutant Virus Hepati·ti� B Pasca Program Imunisasi Anak di Sorong, Indonesia " Demikian disampaikan atas kelja sama yang baik di ucapkan terima kasih.
PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA .BADAN PENELIT1AN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN RI DAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA TENTANG RISET PEMBINAAN ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KEDOKTERAN {RISBIN IPTEKDOK) '
Nomor : HK.06. 0 1 / 1 / 1 7 12/2012 Nomor : 230/H3.13/PPd/2012 Pada hari ini Kamis tanggal Satu bulan Maret tahun dua �ibu duabelas, kami yang bertandatangan di bawah ini: 1 . dr. Trisa Wahyuni Putri, MKes : Pejabat Pembuat Komitmen Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI berkedudukan dan berkantor di Jalan .Percetakan Negara Nomor 29 Jakarta 10560, dalam hal ini bertindak dalam jabatannya untuk dan atas nama Badan Peneliti8.!1 dan Pengemb?-ngan Kesehatan, selanjutnya disebut PIHAK KESATU; 2. Dr. Djoko Agus Purwanto, Apt., M.Si. : Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Airlangga, berda.sarkan surat Pendelegasian dari Rektor Universitas Airlangga Nomor : 1743fH3/ PPd/20 12 tanggal 1 5 Februari 2012 dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Universitas Airlangga, berkedudukan di Kampus C Mulyorejo-Surabaya 60 1 15 selanjutnya disebut PIHAK KEDUA; PI'HAK KESATU dan PIHAK KEDUA selanjutnya bersama-sama disebut PARA PIHAK, telah sepakat untuk mengadakan Perjanjian Kerjasama antara Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Airlangga dengan ketentu� dan syarat-syarat sebagai berikut:
1
PASAL 1 DASAR DAN TUJUAN (1) Perjanjian ini dibUat berdasarkan referensi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian ini, yaitu : a. Undang-Uhdang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara· Republik Indonesia tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4219); b. Undang-Undang Nomor - 20 Tahun 2003 ten tang Sistem Pendidikan Nasional; c. Undang undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran · Negara Tahun 2009 Nomor 144, Tambahana Lembaran Negara Nomor 5063; d.- Peraturan Pemerintah Nomor 3_9 Tahun 1995 tentang Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indol]-esia tahun 1995 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara �epublik Indonesia Nomor 3609; e. Peraturan Pemerintah Nomor 6 1 Tahun 1999 tentang Penetapan . Perguruan Tinggi Sebagai Badan Hukum. . f. Peraturan Presiden RI ·Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah; Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 79 1 / MenkesjSKjVII/ 1999 tentang Koordinasi Penyelenggaraan Penelitian daf)_ Pengembangan Kesehatan; h. Peraturan Menteri Kesehatan �omor 1 144/MenkesjPerjVIII/201 0 . tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI; 1. Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Nomor : HK.03.05/ l / 1 273/2012 tentang Penetapan Tim Pelaksana Risbin lptekdok Tahun 20 12; g.
membina (2) Perjanjian ini bertujuan untuk memperbaiki dan dengan �enggerakkan, I�donesia iptekdok pernbangunan ilmiah yang ada mendayagunakan, dan meningkatkan keinampuan untuk ikut serta memanfaatkan, mengembangkan, da� menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang diprioritaskan dalam bidang riset dan teknologi serta pencapaian sasaran pembangunan bidang kesehatan.
2
PASAL 2 RUANG LINGKUP Ruang lingkup perjanjian meliputi pelaksanaan kegiatan penelitia�, pembiayaan, jangka waktu pelaksanaan, tata citra pembayaran, hak dan kewajiban, pengadaan barang/jasa, laporan, hak atas kekay'aan· intelektual, sanksi, keadaan memaksa, dan penyelesaian perselisihan. .
.
PASAL 3 KEGIATAN PENELITIAN .
.
( 1 ) Penelitian Riset Pembinaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran diarahkan untuk peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita, perbaikan status gizi masyarakat, pengendalian penyakit ·menular serta penyakit tidak menular, diikuti penyehatan lingkungan. (2} Protokol penelitian yang dibiayai oleh PIHAK �SATU me�pakan protokol yang telah lulus dalam seleksi panel. (3) Protokol penelitian sebagaimana dimaksud· pada ayat (2) tercantun:t _ dalam lampira·n petjanjian ini dan merupakan bagian yang tida){ · terpisahkan. ·
(4} Tim peneliti sebagaimana tercanttim dalam lampiran perjanjian ini tidak diperkenankan untuk digantifdiubah tanpa persetujuan PIHAK . KESATU, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari petjanjian
ini.
(5) Penggantian
dan: atau perubahan tim peneliti sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus diajukan secara tertulis dengan melainpirkan persetujuan tertulis dari ketua panel pakar dan. am�n �emen etik. PASAL 4 PEMBIAYMN
( 1) Bantu an dana diberikan da..lam bentuk swakelola. (2) Biaya pelaksanaan kegiatan yang diberikan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dengan rincian sebagaim.ana tercantum dalam lampiran ' perjanjian ini dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan. : (3) Biaya pelaksanaan kegiatan penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) sebesar Rp.-.269.383.000,- (Dua ratus enam puluh sembilan juta tiga 3
r
ratus delapan ptlluh tiga ribu rupiah) sudah termasuk PPh dan PPN, yang dibebankan paqa DIPA Sekretariat Badan · Penelitian dan Pengembangan Kesehatan ·TahuJ.'} 2012.
(4) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (3} meliputi segala pengeluaran yang dikeluarkan dalam pelaksanaan kegiatail penelitian termasuk pajak-pajak, materai dan biaya biaya lainnya harus dibayar oleh PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan yang berlaku . -
(5) Peneliti
sebagaimana tercantu � dalam lampiran perjanjian ini tidak diperkenankan untuk mengajukan pembiayaan kepada pihak lain dalam rangka penelitian yang sama.
(6) PIHAK KEDUA tidak diperkenankan untuk mengalihkan dan atau memindahtangankan sebagian maupun seluru.h kegiatan penelitian sebagaimana tercantum dalam lampiran perjanjian ini kepada pihak lain tanpa persetujuan PIHAK KESATU. PASAL 5 JANGKA WAKTU
(1) Pelaksanaan kegiatan penelitian sebagaiman� tersebut dalam peijanjian ini . dilakukan selama 10 (sepuluh) bulan kalender terhitung sejak penandatanganan surat perjanjian ini. (2) Apabila pelaksanaan kegiatan penelitian ini tidak selesai dalam waktu ·yang telah ditetapkan sebagaimana disebut pada ayat ( 1 ) , maka sisa dana dikembalikan ke Kas Negara. PASAL 6 TATA CARA PEMBAYARAN
( 1 ) Penyaluran dana oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dilakukan melalui transfer ke rekening resmi institusi PARA PIHAK yaitu: : REKTOR UNAIR Nama Rekening Nomor : 00462 15414 Bank : BNI Cabang UNAIR (2) Tata cara pencairan dana penelitian sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan Pedoman Administrasi Keuangan Risbin Iptekdok 2012. (3) Penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada ayat (1} tidak berlaku untuk belaJ:lja sewa dan bahan habis pakai yang mekanisme 4
pelaksanaannya J?arang/Ja sa.
melalui
Panitia
dan
atau
Pejabat
(4} Penyaluran dana sebagaimana dimaksud pada ayat {3) melalui rekening penyedia barang/jasa.
(5) Penggunaan
Pengadaan
dilakukan
dana penelitian hams disetujui/ diketahui oleh PIHAK
KEDUA. PASAL 7 HAK DAN KEWAJIBAN
( 1) PIHAK KESATU a. Hak : 1) Memperoleh laporan �, abstrak · dan hasil pelaksanaan · penelitian dari PIHAK KEDUA dalam bentuk hardcopy dan softcopy; 2) Memperoleh raw data (data mentah} basil penelitian dari PIHAK KEDUA; 3) �emperoleh sem.ua dokumen asli yang berkaitan dengan pertanggungjawaban keuanga� dari PIHAK KEDUA selambat lambatnya awal bulp..n Desember 2012. b� Kewajiban: Melakukan pembayaran pelaksanaan kegiatan penelitian kep_ada PIHAK KEDUA melalui rekening resmi institusi sesuai dengan usulan yang telah diterima oleh PIHAK KESATU (2) PIHAK KEDUA a. Hak : Menerima pembayaran atas pelaksanaan kegiatan. penelitian ·ctari PIHAK KESATU sesuai derigan usulan yang telah diserahkan ·oteh PIHAK KEDUA. b. Kewajiban: 1) Melakukan pemantauan dan evaluasi internal atas pelaksanaan penelitian d i institusinya dan bertanggung jawab .penuh atas hasil penelitian; 2) Menyampaikan laporan akhir penelitia� dan abstrak kep·ada PIHAK KESATU sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.; 3) Menyerahkan raw data (data . mentah) basil penelitian kepada PIHAK KESATU; 4) Menyimpari salinan/ copy semua dokumen yap.g berhubungan dengan pelaksanaan penelitian;
s
.· :
·�.
5) Menyelesaikan/ menyerahkan semua bentuk pertanggungjawaban keuangan kepada PIHAK KESATU sesuai ketentuan yang berlaku. PASAL 8 PENGADAAN BARANG/JASA
(1) Proses pengadaan barangjjasa dilak sahakan bleh Panitia/ Pejabat Pengadaan BarangjJasa yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA . .(2) Panitia/ Pejabat Pen�adaan Bar�ngjJasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memiliki sertifikat keahlian pengadaan b�rangjjasa sesuai ketentuan yang berlaku.
9 LAPORAN PASAL
(1) PIHAK KEDUA wajib membuat dan menyampaikan laporan kemajuan penelitian kepada PIHAK KESATU (minggu kedua bul�n September 2012). sebanyak 3 (tiga} rangkap. (2} PIHAK KEDUA wajib membuat dan menyerahkan laporan akhir penelitian kepada PIHAK KESATU selambat-lambatnya minggu ketiga bulan D"e sember· 2012 sebanya·k 3 (tiga} rangkap.
(3) Penulisan Laporan Akhir harus mengiku ti ketentuan dalam Buku Panduan Penyusunan Laporan Akhir Penelitian Badan Litbangkes yang diterbitkan oleh Komisi Ilmiah Penelitian Kesehatan Badan Litbangkes. PASAL
10
KE?EMILIKAN HASIL PENELITIAN
Kepemilikan basil penelitian yang dimaksud adalah: ( 1 ) Hak Kelayakan .Intelektual, teknologi tepat guna, temuan lainnya yang · diperolah sebagai hasil pelaksanaan kegiatan penelitian ini dan menjadi milik bersarna para pihak ·
,
.
· (2) Dalam hal terjadi tuntutan dad pihak lain atas penggunaan suatu alat atau teknologi tertentu akibat penelitian ini, PIHAK KEDUA dalam rangka pekerjaan berdasarkan perjanjian ini akan membebaskan PIHAK KESATU. dari segala tuntutan hukum pihak lain tersebut.
6
PASAL
11
PERTUKARAN INFORMASI
(1)
PARA
PIHAK
sepakat
untuk
saling
bertukar
data
dan
informasi
mengenai hal-hal yang ber:hubungan dengan pelaksanaan Perjanjian ini '
dan semata-mata hanya digunakan untuk kepentingan yang sesuai dengan maksud dan tujuan Perjanjian Ketjasama Penelitian ini.
(2}
PARA PIHAK sepakat untuk menjaga kerahasiaan . seluruh data dan informasi
sebagaimana
dimaksJ.ld
pada
ayat
( 1)
dan
tidak
akan
memberikan kepada pihak ketiga tanpa persetujuan tertulis dari PARA .
�HAK. PASAL
12
SANKS!
( 1 ) Bilamana PIHAK KEDUA dalam pela.ksanaan kegiatan dan pengguna.an dana tidak sesuai dengan syarat dan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian ini dan/ atau melanggar ketentuan Peraturan Perundangan yang berlaku,
PIHAK KESATU memberikan sanksi berupa peringatan
. tertulis mulai peringatan pertarna sampai dengan peringatan ketiga.
(2)
Pemberian
sanksi
.
sebagaimana
dimaksud pada
ayat
.
( 1 ) dilakukan
apabila PIHAK KEDUA berd.asarkan hasil evaluasi dan verifikasi terbukti melakukan
kekeliruan,
baik
dalam melaksanakan kegiatan
maupun
pengelolaan keuangan yang dapat menimbulkan kerugian Negara.
(3)
Apabila
PIHAK
KEDUA
tidak mengindahkan perin�atan tertulis dari
PIHAK KESATU sebanyak 3 (tiga) kali sebagaimana dimaksud pada
(1),
ayat
maka PIHAK KESATU dapat memberlakukan sanksi kepada PIHAK
KEDUA berupa:
. a. Menarik kembali danfatau menghentikan bantuan dana danfatau meminta kembali bantuan dana yang telah disalurkan sesuai dengan perjanjian ini; b. Memasukkan PIHAK KEDUA ke dalani daftar sebagai lembaga yang tidak
memenuhi
syarat
sebagai
penerima
bantuan
dana
Risbin
lptekdok. c.
Melaporkan PIHAK KEDUA kep�da lembagafinstansi yang berwenang untuk proses tindak lanjut.
I
7
r
PASAL 1 3 KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) Keterl�m �?atan pelaksanaanjpenyeles�an pekerjaan yang diakibatkan oleh keadaan memaksa (force majeure) dapat membebaskan PIHAK KEDUA dari sanksifdenda sebagaimana tersebut dalam pasal 12 Perjanjian Kerjasama ini. (1) Yang dimaksud keadaan memaksa (force majeure) adalah: a. Bencana alam (gempa bu�i, tanah longsor, banjir) dan keadaan cuaca yang tidak memungkinkan pekerjaan dilaksanakan; b. Adanya perang, huru-hara, pemberontakan, kekacauan, kebakaran dan epidemi; c. Kejadian lain diluar kekuasaanfkemampuan manusia dan kejadian tersebut dapat dipahami/disetujui oleh PIHAK KESATU. (2) Apabila terjadi keadaan memaksa, maka PIHAK KEDUA
harus memberitahukan secara tertulis kepada PIHAK KESATU selrupbat lambatnya dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak terj·adinya keadaan memaksa disertai bukti yang sah, demikian pula ketika keadaan memaksa berakhir.
. _
(3) Atas pemberitahuan . PIHAK KEDUA, maka PI_HAK KESATU dapat menyetujui atau menolak secara tertulis keadaan memaksa itu dalam waktu 3 x 24 jam sejak terjadinya pem beritahuan keadaan memaksa tersebut dari PIHAK KEDUA. (4) Jika dalam waktu 3 x 24 jam sejak diterimanya pemberitahuan PIHAi< KEDUA kepada PIHAK KESATU tentang keadaan memaksa tersebut tidak ada jawaban dari PIHAK KESATU, maka PIHAK KESATU dianggap menyetujui akibat terjadinya keadaan memaksa tersebut. PASAL 1 4 PENYELESAIAN PERSELISIHAN ( 1 ) Apabila terjadi perselisihan antara PARA PIHAK, maka pada dasarnya akan diselesaikan secara musyawarah. (2) Apabila perselisihan sebagaimana dim �ksud pada ayat ( 1 ) tidak dapat diselesaikan dengan cara musyawarah, maka perselisihan terse out akan diselesaikan melalui Badan Arbitrase Nasional Indonesia atau akan ·
dibentuk Panitia Penyelesaian Perselisihan yang terdiri dari 3 (tiga) orang, yaitu: a. seorang wakil dari PIHAK KESATU; b.
seorang wakil dari PIHAK KEDUA;
c.
dan seorang wakil yang ditunjuk dan disetujui oleh ·PARA PIHAK.
8
1 , •••.
:·
(3) Apabila hasil keputusan terhada·p perselisihan sebagaimana dimaksud (2) tidak diterima oleh PARA PIHAK, maka penyelesaian pada ayat . . · ma.salah · · ter$ebut akan diselesaikan secara hukum dengan domisili '
hukum .di Penga:dilan Negeri Jakarta Pusat. PASAL
15
PENUTUP ( 1 ) Apabila terdapat perubahan
�:hi
dala:m
perjanjian
m1
akan
p� rubahan (adden m) atas kesepakatan PARA PIHAK. (2} Ketentuan lain yang b�lum tercantum dalam . perjanjian
dilakukan ini
akan
ditetapkan kemudian, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari p�rjanjian ini. (3) Perjanjian ini ditandatangani oleh PARA PIHAK, dibuat dalam rangkap 3 (tiga) rangkap dan bermaterai cukup serta mempunyai kekuatan hukum yang sama.
PIHAK KEDUA,
PIHA� KESATU,. Badan Penelitian dan Pengel'!lbanga·n Kesehataii
dr. Trisa Wahyum . tri, MKes NIP. 196304 1 2 1 989032001
Mengetci.hui, Kepala Badan Litbangkes
Dr. r. Trihono, M.Sc NIP. 19540214 198012 1001
9
Lampiran Perjanjian Kerja Sarna Nomor : HK.06.01/ 1/1712/2012 Tanggal
:
1 Maret
2012
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya lo.
Peneliti
Judul Penelitian
Luh Ade Wilan Krisna, S.SI.; M.Ked.
Ekspresi CD95 dan Apoptosis pada Sel yang Termfeksi Virus Influenza A Subtipe HlNl dan H5Nl (Studi In Vitro)
Priyo Budi Purwono, dr.
Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Suptipe serta Vaccine escape Mutant Virus Hepatitis 8 Pasca Program Imunisasi Anal< di Sarong, Indonesia
·.
10
Anggaran (Rp.) 124.453.500,-
144.930.000,-
Penelitian Tahun 2012 Nomor
:
Tanggal
HK.03.0512/1273/2012
Januari 2013
Judul Penelitian
: Studi Analisis Molekuler Genotipe dan Subtipe serta va�lne escape muiani virus i1epaiiiis B Pasca Program imunisasi Anak di 9orong, Indonesia
Ketua Peneliti
: dr. Priyo Budi Purwono
Pagu Penelitian
: Rp
No
1
Realisasi Total (Rp) 131 ,689,400
135.330.000,-
Uraian Realisasi (Rp) Honor Tetap
Belanja Bahan
21 ,000,000
73,109,400
BNO
Pe�adin
23,760,000
13,240,000
S e w a 580,000